Pandu Pajak Januari 2013

12

description

Buletin Bulanan Kanwil DJP Jakarta Selatan

Transcript of Pandu Pajak Januari 2013

Page 1: Pandu Pajak Januari 2013
Page 2: Pandu Pajak Januari 2013

SUMBANG SUARA

Semangat tahun baru yangmewarnai langkah kita bersamadi awal tahun 2013 ini mem-buat setiap pribadi selalu ingin

mengapungkan banyak resolusi baru.Ada resolusi baru yang ingin dicapai ka-rena tahun lalu tak kesampaian, adaresolusi yang dimunculkan karena inginmemperoleh tantangan baru atau adajuga resolusi baru yang dilabuhkan kare-na ingin mencapai kelayakan hidup yanglebih lagi. Tahun baru selalu identik deng-an resolusi besar dari setiap orang.

Resolusi yang selalu mengiringitahun baru ternyata tak hanya ingindigapai oleh setiap pribadi. Tim redaksiPandu Pajak pun berusaha membuatsebuah resolusi besar di tahun 2013ini. Bila pada tahun lalu Pandu Pajak bisadikatakan masih anak kecil yangmemapah untuk berjalan. Pada resolusitahun 2013, Pandu Pajak tetap bercitacita menjadi media pajak yang seder-hana yang mampu memandu wajibpajak dalam memahami pajak.

Pandu Pajak berusaha memberikanragam berita yang lebih mudah dangampang dipahami wajib pajak. Selainitu tentunya pada tahun ini Pandu Pajakmulai berusaha menjadi media pajakyang mampu mandiri setelah mulaimenata kelahirannya di tahun lalu.

Membuka awal tahun Januari 2013,Pandu Pajak mengutamakan temabendahara sebagai tema utama. Padaedisi yang dibuat spesial untuk parabendahara pemerintah, Pandu Pajakkembali mengajak para bendaharapemerintah untuk menyadari peranstrategis bendahara terhadap pajak.

Bendahara pemerintah tak hanyaberperan dalam pemotongan dan pe-mungutan pajak tetapi juga berperandalam menstimulus angka kepatuhandan kesadaran wajib pajak sebab dari

seorang bendahara ada banyakpegawai bahkan rekanan yang dapatdiajak untuk sadar dan taat pajak.

Namun, pada kenyataannya terka-dang profesi bendahara justru sebalik-nya. Banyak bendahara yang semuladiharapkan menjadi panutan wajibpajak justru mengecap kelam prodeohanya karena jabatannya sebagai ben-dahara. Tak hanya itu kesalahan pene-rapan bendahara dalam pemotongandan pemungutan mengakibatkan ins-tansi tempat berteduh bendahara ter-sebut harus terkena sanksi perpajakanyang seharusnya bisa dihindari.

Berbagai fenomena inilah yangmenarik bagi Pandu Pajak untukdibahas. Praktik bendahara dengansegala fenomenanya terhadap kewaji-ban perpajakan membuat sebuah per-tanyaan besar muncul dalam benakkita, seberapa besarkan sikap profesio-nalisme seorang bendahara??

Pertanyaan yang muncul denganbanyaknya problema yang terjaditerhadap bendahara. Masalah inilahyang akan diangkat oleh Pandu Pajakpada segmen Pandu Utama lewatartikel "Mengkritisi ProfesionalismeBendahara Terhadap KewajibanPerpajakan". Artikel ini akan menam-bah wawasan kita terkait bendaharadengan pembahasan yang merincilewat penyajian data yang akurat dandibahas secara netral tanpa memihaksisi Direktorat Jenderal Pajak atau punbendahara sendiri.

Media yang spesial dibuat untukbendahara ini juga akan memberikanpembelajaran sederhana mengenaikewajiban perpajakan bagi bendahara.Pada segmen Edu Pajak akan dipapar-kan secara sederhana mengenai kewa-jiban pajak bendahara dengan pema-paran ringkas terkait objek pajak, tarif

JAKSEL MENYAPA

Pembina: Kepala Kanwil DJP Jakarta Selatan • Pengarah: Kepala Bidang P2Humas • Dewan Redaksi: KasiPenyuluhan, Kasi Pelayanan, Kasi Humas • Redaktur Berita: Dedy Antropov, Aris Hidayat Kurniawan, AdeFirmansyah, Hardison • Redaktur Foto: Eko Cayo Putranto, Mahyudin • Tim Layout: Syahrul Yani, Firmania AyuAmbari • Sekretariat: Fera Fanda • Alamat Redaksi: Bidang P2 Humas Kanwil DJP Jakarta Selatan GedungUtama KPDJP Lantai 24 Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 40-42 Jakarta Selatan 12190 • email:[email protected].

BendaharaRiwayatmu Kini…

pajak, hingga contoh perhitungannya.Tak lupa juga setelah memahami

segmen edu pajak, wajib pajak benda-hara dapat lebih menyederhanakankewajiban pajaknya dengan memahamibagan/flowchart hasil pengembangandari salah satu fungsional pemeriksapajak, Eko Yunianto Prabowo. Beliaumempermudah pemahaman kewajibanpajak bendahara dengan membuatbagan/flowchart yang relatif sederhanadan mudah dipahami oleh wajib pajak.

Selain itu, seperti biasa, ulasan opinidari salah satu sosok pemerintahanturut mewarnai media Pandu Pajak. Kaliini Kemal Aziz Stamboel, ketua komisiI DPR RI, berkenan memberikanopininya terkait terkait kewajiban per-pajakan bagi bendahara pemerintah.Beliau menekankan pentingnya peranbendahara sebagai pengelola keuangannegara dan meminta kepada Direkto-rat Jenderal Pajak untuk mendekatkandiri kepada masyarakat dan mensosia-lisasikan akan pentingnya membayarpajak.

Selamat menikmati edisi spesial kaliini yang sengaja dibuat bagi para ben-dahara pemerintah yang memilikiperan penting bagi penerimaan negara.Tak lupa juga Kanwil DJP Jakarta Sela-tan mengucapkan Selamat Tahun Baru2013 kepada seluruh pembaca setiaPandu Pajak. Semoga tahun ini segalaresolusi yang telah ditekadkan tercapai.Salam Pandu Pajak. Salam hangat darisudut Selatan kota Jakarta.•

Redaksi menerima tulisan Saudara, baikopini, artikel maupun pendapat. Silakanmengirimkan ke [email protected]

Page 3: Pandu Pajak Januari 2013

SUMBANG SUARA

Temuan itu antara lain, pertama, ditemukansejumlah kekeliruan pengenaan pajak yangmengakibatkan lebih potong Rp54,81 miliardan kurang potong Rp368,70 miliar. Keke-

liruannya seperti salah jenis pajak, pengenaan tarif pajak,dasar pengenaan pajak, dan ada objek pajak yang samasekali tidak dipungut atau hanya dipungut sebagian.

Kedua, dari sisi penyetoran pajak ada hasil pungutpajak yang diindikasi merupakan pajak fiktif dan ada pulayang tidak atau terlambat disetorkan oleh bank peran-tara (bank persepsi). Nilai potensi kerugian negara dariketidakpatuhan tersebut mencapai Rp859,64 miliar,dengan nilai potensi sanksi yang dikenakan Rp13,69miliar.

Ketiga, sebagian besar entitas yang diperiksa tidakdan terlambat menyampaikan surat pemberitahuan(SPT), dengan potensi sanksi mencapai Rp3,1 miliar. Meli-hat kasus tersebut, penulis berpendapat, temuan sema-cam itu harus menjadi catatan serius bagi pemerintah.Setoran pajak fiktif dan beberapa ketidakpatuhan inimenunjukkan perlunya pembenahan lebih lanjut. DitjenPajak perlu aktif berkoordinasi dengan kementeriandan lembaga serta pemda untuk menyelesaikan berbagaimasalah ini.

Potensi kerugian ini memang tidak hilang – hanyasaja belum terbayar karena ada yang terlambat setor-Kementerian Keuangan mestinya bertindak cepat, atashasil temuan semacam ini.

Kemudian, aparat pemerintah, khususnya bendahara-wan negara agar memberi contoh kepatuhan pengelo-laan perpajakan. Aparat pemerintah, khususnya benda-harawan negara sejatinya terus memberi contoh kepa-tuhan pengelolaan perpajakan.

Bendahara K/L dan daerah harus lebih lebih sadarakan fungsinya, yang tidak hanya menerima pembayarandan membayar, tetapi juga mengambil hak negara dalambentuk pajak. Tentu instansi itu masing-masing harussemakin siap karena ternyata dari hasil audit ini begitubanyak yang belum dijalankan fungsinya.

Namun demikian, usaha-usaha dimaksud tidak akanberhasil apabila tidak didukung dengan komitmensepenuhnya dari K/Luntuk meningkatkan kualitaspengelolaan pajak di lingkungan masing-masing.

Antara lain dengan memperkuat koordinasi inter-nal K/L seperti dengan melakukan sosialisasi kepadapengelola pajak satker masing-masing serta penerapanreward and punishment sistem secara tegas demitertibnya pengelolaan pajak.

Selain itu, penulis tidak hanya menekankan padainstitusi tertentu saja, tapi semua wajib pajak, termasukindividu-individu harus lebih patuh lagi dalam membayarpajak. Mengingat, sekitar 40 juta orang sudah beradadi kelas menegah. Dirjen pajak harus lebih mengin-tensifkan memungut pajak para kelas menegah ini secaraberlahan-lahan. Tidak usah terlalu prontal, tapi harusmelalu persuasi agar tumbuh kesadaran membayarpajak.

Dalam kesempatan ini, penulis mengimbau agarDirjen Pajak mendekatkan diri dengan masyarakatdalam bentuk iklan layanan masyarakat, untuk mengin-formasikan segala hal yang terkait pajak. Dalam hal ini,Dirjen Pajak harus lebih bersosialisi dengan media. Yangpenulis harapkan adalah agar semua lapisan masyarakatsadar membayar pajak.

Disisi lain, sebagai salah satu elemen bangsa,masyarakat harus memiliki kesadaran membayar pajak.Setelah memiliki kesadaran, masyarakat dapat mem-bantu dengan cara mengingatkan orang lain yang sudahmenjadi wajib pajak untuk taat membayar pajak. Masya-rakat juga tentunya dapat berperan mengawasi pajakkarena tanpa bantuan seluruh elemen masyarakat, re-formasi pajak yang dicanangkan oleh Dirjen pajak tidakakan terlaksana.

Padahal, pajak memiliki banyak fungsi, diantaranyamensejahterakan masyarakat melalui infrastuktur ne-gara, mewujudkan tujuan negara dengan memajukantanah air dan menolong masyarakat yang kurangmampu. •

OPINI

PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN JANUARI 2013 3

TingkatkanKepatuhan PajakKemal Azis Stamboel, Anggota Komisi XI DPR

Akhir 2011 lalu, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukansejumlah ketidakpatuhan perpajakan dari Kementerian/Lembaga(K/L) dan pemerintah daerah. Temuan ini merupakan hasilpemeriksaan BPK atas pengelolaan anggaran negara, dengansampel 11 K/L, sembilan dari pemerintah provinsi dan 10 pemerintahkota/kabupaten.

Page 4: Pandu Pajak Januari 2013

PANDU UTAMA

4 PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN JANUARI 2013

Selain tuntutan memenuhi kewajiban membayar pajak,tuntutan yang tak kalah penting juga adalah berperanaktif dalam mengawasi kepastian jumlah nominal danapajak benar-benar telah disetorkan. Salah satu pihak

yang harus berperan dalam fungsi pengawasan ini adalahbendahara pemerintah.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang perpaja-kan, peran bendahara pemerintah merupakan salah satuperan yang vital sebab pihak bendahara pemerintah telahdiberikan kewenangan untuk melakukan pemotongan danpemungutan pajak atas pengeluaran yang berasal daripenggunaan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara(APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Dalam kaitan konstekstual peran bendahara yang pal-ing mengemuka adalah sebagai pihak yang menyokong kinerjapemerintah memenuhi kewajiban perpajakannya danmemastikan atas segala pengeluaran dana telah memenuhiunsur-unsur perpajakan. Bendahara pemerintah yang identiksebagai pemegang kas dan penggunan dana APBN/APBDsudah seharusnya menjadi sosok teladan dalam pemenuhankewajiban perpajakan.

Atas dasar tersebut peran seorang bendahara pemerin-tah bisa diibaratkan sebagai "muara" dari seluruh dana pajakyang wajib disetorkan kepada negara atas konstitusi yangjelas. Peran yang dimainkan oleh seorang bendahara bisadikatakan sebagai peran besar dalam penerimaan pajak.Tentunya peran yang besar ini menuntut seorang bendaharaharus mengetahui aspek-aspek perpajakan terutama yangberkaitan dengan kewajiban untuk melakukan pemotongandan/atau pemungutan Pajak Penghasilan (PPh) serta PajakPertambahan Nilai (PPN).

Seorang bendahara yang cakap dan kompeten seharus-nya memahami kewajiban perpajakannya secara jelas dangamblang. Kewajiban perpajakan tersebut terkait denganPajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai yang meliputipemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan Pasal21, Pajak Penghasilan Pasal 22, Pajak Penghasilan Pasal 23,Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2), dan Pajak PertambahanNilai.

Profesionalisme BendaharaSeperti kita ketahui bersama, dewasa ini peranan pajak

sangat besar dalam penerimaan negara. Hal ini tercermin

dari postur APBN, dimana setiap tahun kontribusi pajakterhadap penerimaan negara selalu meningkat. Pada tahun2013, pajak yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal Pajak(DJP) direncanakan sebesar 80% dari total pendapatannegara.

Dalam rangka peningkatan penerimaan negara tersebut,DJP telah melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkanpenerimaan pajak dari berbagai sektor. Salah satu sektoryang dibidik saat ini adalah bendahara pemerintah. Peranbendahara pemerintah sebagai sosok yang mengotakipemanfaatan dana negara tentunya tak bisa diremehkan.Bendahara pemerintah adalah sosok yang paling mengetahuiarah penggunaan dana negara.

Oleh karena itu, diperlukan kiranya sikap profesionalpara bendahara pemerintah dalam menuntaskan kewajibanperpajakannya. Idealnya, sebagai bagian dari pemerintah,kewajiban bendahara pemerintah secara otomatis terlak-sana seperti apa yang diamanatkan undang-undang. Akantetapi, fakta di lapangan berbicara lain.

Dalam rentang beberapa tahun terakhir banyak kejadianpenggelapan pajak yang selalu mengurut nama - -pun bisadikatakan tidak sedikit. Tak jarang ujung dari segala peng-gelapan ini berakhir di hotel prodeo. Namun, bisa dikatakantak semua bendahara pemerintah melakukan penggelapanpajak. Masih banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan olehbendahara pemerintah diakibatkan oleh ketidaktahuan ben-dahara pemerintah dalam memenuhi kewajiban pajaknya.

Banyak bendahara pemerintah yang melakukankesalahan-kesalahan mendasar mulai dari terlambat mem-bayar pajak, tidak paham akan perhitungan pajak hingga tidakmelaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh maupunPPN. Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya dapat diatasi bilaada koordinasi yang baik antara DJP dan bendaharapemerintah.

Catatan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan(BPK) semakin menunjukkan corak kesalahan para benda-hara pemerintah. BPK yang melakukan pemeriksaan ter-hadap sebelas kementerian/lembaga, sembilan pemerintahprovinsi dan sepuluh pemerintah kota/kabupaten terkaitkewajiban perpajakan atas pengelolaan anggaran negara olehbendahara pemerintah, mengindikasikan telah terjadinyasejumlah ketidakpatuhan perpajakan dari kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Permasalahan yang umum-

Mengkritisi Profesionalisme BendaharaTerhadap Kewajiban Perpajakan

Pada hakikatnya pemenuhan kewajiban perpajakan adalah salah satu rumusan yang telahditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Dalam undang-undang dasartersebut telah jelas disebutkan bahwa kewajiban pembayaran pajak merupakan kewajibanyang sifatnya konstitusional dan diberlakukan kepada seluruh rakyat Indonesia sehingga

sudah sewajarnya seluruh rakyat Indonesia untuk memenuhi kewajiban ini.

Page 5: Pandu Pajak Januari 2013

PANDU UTAMA

PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN JANUARI 2013 5

nya terjadi dari bendahara pemerintah didasari oleh bebe-rapa kesalahan berikut:

Pertama, ditemukan sejumlah kekeliruan pengenaan pajakyang mengakibatkan lebih potong dan kurang potong.Kekeliruannya meliputi kesalahan penerapan jenis pajak,pengenaan tarif pajak, dasar pengenaan pajak, dan ada objekpajak yang sama sekali tidak dipungut atau hanya dipungutsebagian.

Kedua, dari sisi penyetoran pajak ada hasil pungut pajakyang diindikasi merupakan pajak fiktif dan ada pula yangtidak atau terlambat disetorkan oleh bank perantara (bankpersepsi). Ketiga, sebagian besar entitas yang diperiksa tidakdan terlambat menyampaikan SPT.

Kesalahan-kesalahan yang ditemukan oleh BPK ini sekalilagi memaksa DJP untuk mengakui bahwa kesalahan terse-but bisa dikatakan kegagalan dalam penerapan kewajibanperpajakan yang mendasar. Pihak DJP sendiri tidak menutupmata atas kesalahan ini. Berbagai terobosan telah mulaidiperkenalkan oleh DJP. Pengedaran buku "bendahara mahirpajak" hingga penyuluhan-penyuluhan langsung door to doormendatangi bendahara pemerintah terus digencarkan.Terutama menjelang pelaporan SPT Tahunan, DJP secaragencar berusaha memberikan waktu ekstra kepadabendahara pemerintah untuk melakukan penyuluhan baikberbentuk workshop maupun pertemuan biasa.

Bahkan dalam beberapa kantor pajak tertentu, telahdisiapkan account representative khusus yang hanya melayaniwajib pajak bendahara pemerintah. Semua ini dilakukan demitercipta kesadaran para bendahara akan pentingnya peranmereka dalam memotong, memungut dan melaporkanpajak. Bukan apa-apa dengan terciptanya kesadaran daripihak bendahara tidak hanya memungkinkan peningkatannominal pajak yang akan disetorkan tetapi juga menumbuh-kan tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam halini para pegawai pemerintah dalam melaporkan SPTTahunannya.

Akan tetapi semua usaha ini terkadang masih berben-turan dari sisi bendahara pemerintah sendiri. Masih banyakbendahara pemerintah yang ditunjuk oleh penggunaanggaran/kuasa pengguna anggaran merupakan pegawai yangmemiliki kemampuan terbatas dan umumnya diisi oleh parapegawai senior. Akibatnya masih banyak yang kesulitan dalammemahami kewajiban perpajakan yang harus ditunaikannya.Mulai dari menghitung, memperhitungkan, membayar hinggamelapor sekali pun terkadang mereka masih bingung. Fakta-

fakta inilah yang banyak ditemukan di lapangan.Berbagai fenomena kegagalan bendahara terkait pe-

mungutan dan pemotongan pajak umumnya disebabkan olehdua hal yaitu adanya oknum bendahara yang melakukanpenggelapan pajak dan keterbatasan kemampuan bendaharadalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Kedua pen-yebab ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana sesung-guhnya tingkah polah bendahara yang bisa dikatakan belumprofesional.

Penggelapan pajak oleh bendahara disebabkan olehseorang bendahara yang tidak bekerja secara profesionaldan hanya memikirkan kepentingan pribadi. Sedangkanpenyebab kedua menunjukkan juga kegagalan profesio-nalisme dari pihak bendahara. Banyaknya saluran informasiperpajakan yang bisa dimanfaatkan oleh bendahara pemerin-tah seharusnya sudah dimaksimalkan seandainya mereka mauprofesional dan bertanggung jawab atas pekerjaannya.

Namun, kejadian justru berbeda keterbatasan kemam-puan yang dimiliki terkadang menjadi jurus ampuh agar tidakberbelit-belit mengurusi pajak. Misalnya ketika ada bantuanbelanja kepada organisasi non-profit seperti yayasan pendi-dikan ataupun kesehatan, pihak yayasan tersebut diperintah-kan bendahara pemerintah untuk melakukan pemungutandan membayar pajak atas bantuan belanja tersebut.

Akibatnya, banyak pihak yayasan datang berkonsultasike account representative, dan menuntut diterbitkan buktipelaporan SPT, padahal mereka bukan bendahara pemerin-tah. Jadi, bendahara pemerintah 'seolah-olah' mendelegasi-kan wajib potong/pungut tersebut ke badan yang tidak sesuaidengan peraturan perundang-undangan perpajakan yangberlaku.

Mungkin untuk permasalahan penggelapan pajak yangdiakibatkan oleh oknum bendahara dapat terselesaikandengan dilakukan penyidikan dan penindakan bendahara ter-sebut sesuai dengan undang-undang pidana akan tetapiceritanya lain jika masalah keterbatasan kemampuan ben-dahara yang harus dihadapi. Keterbatasan bendahara meng-akibatkan terjadinya kesulitan dalam sisi pengawasan wajibpajak dan besarnya ketepatan jumlah pemotongan danpemungutan yang dilakukan bendahara pemerintah.

Dampaknya perhitungan potensi dan pengawasan atasDIPA/DPA suatu Satker/SKPD menjadi tidak maksimal danpencapaian penerimaan pajak di tingkat kantor pelayananpajak yang wilayahnya terdapat bendahara pemerintah turutmenanggung beban atas ketidakmaksimalan tersebut.

Sudah sewajarnya sikap profesionalisme ditunjukkan olehbendahara pemerintah. Keterbatasan dari sisi pengetahuanperpajakan tak wajar lagi untuk dijadikan alasan ketidak-tepatan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Seharusnyaketerbatasan tersebut menjadi alasan bagi tiap-tiap ben-dahara untuk aktif menghubungi unit kerja DJP.

DJP siap membantu wajib pajak bendahara pemerintahdengan berbagai saluran informasi yang mudah dihubungidan bebas untuk mempertanyakan berbagai masalah per-pajakan. Bendahara harus memahami pentingnya peranmereka dalam menopang penerimaan negara sehingga takboleh ada alasan lagi bagi bendahara untuk tidak profesionalterhadap kewajiban pajaknya. •

Page 6: Pandu Pajak Januari 2013

SUMBANG SUARA

Menyadari akan masalah ini, Kantor Wilayah(Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak (DJP)Jakarta Selatan telah memberikan terobosankepada para bendahara di wilayah kerjanya

dengan memperkenalkan aplikasi perhitungan PajakPenghasilan Pemotongan dan Pemungutan yang merupakanhasil buah karya Kepala Seksi Pelayanan KPP Pratama JakartaSetiabudi Dua Yuwono Budi Santoso. Bagaimana kerjaaplikasi tersebut? Bagaimana dampaknya terhadap parabendahara. Redaksi Pandu Pajak akan membahasnya lewatwawancara langsung antara redaksi dengan pencetus aplikasiini, Yuwono Budi Santoso.

Apa yang mendasari Bapak membuat aplikasi ini?Pada awalnya aplikasi ini merupakan aplikasi sederhana

yang telah saya kembangkan pada saat masih berada diBandung sebagai Kepala Seksi Bimbingan Penyuluhan. Aplikasiini dibuat karena tingkat penyampaian SPT pada saat itumasih sangat rendah. Kakanwil pada saat itu, Bapak DediRudaedi, berusaha mencari jalan keluar atas masalah ini dansaya mulai memperkenalkan aplikasi ini kepada bendahara.

Setelah diperkenalkan bisa dikatakan terjadi peningkatandalam penyampaian SPT dan tingkat kepatuhan wajib pajakmenjadi meningkat. Apalagi pada saat itu Pemprov (Peme-rintah Provinsi) Jawa Barat juga sangat mendukung kitadengan memberikan instruksi agar para pegawai yang telahmemenuhi syarat dan memiliki NPWP agar menyampaikanSPT Tahunannya.

Bagaimana aplikasi ini bekerja?Aplikasi ini merupakan aplikasi yang sangat sederhana,

bentuknya microsoft excel sehingga penggunaannya sangatmudah. Melalui aplikasi ini para bendahara hanya perlumeng-update data para pegawai seperti nama, NIP, jumlahgaji beserta tunjangan-tunjangannya pada database-nya.Setelah diisi, aplikasi akan menghitungnya sendiri dan yanglebih mudahnya lagi akan langsung nge-link dengan penceta-kan 1771 A1 atau A2 nya sehingga pegawai lebih mudahdalam penyampaian SPT tahunannya.

Selain itu penggunaan aplikasi ini juga memudahkan

bendaharawan dalam pembuatan SPT masa karena aplikasiini juga menyediakan pencetakan SPT Masa PPh Pasal 22,PPh Pasal 23, bahkan Pasal 4 ayat 2 termasuk bukti potongnyayang juga langsung nge-link.

Sejauh ini, apakah penerapan aplikasi ini juga telahditerapkan di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Dua?

Aplikasi ini sudah pernah saya perkenalkan tidak hanyakepada wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Duatetapi juga seluruh wajib pajak di Kanwil DJP Jakarta Selatanpada saat acara sosialisasi yang dilakukan oleh Kanwil DJPJakarta Selatan. Saya memberikan teori dan praktik kerja-nya langsung dan membagi-bagikannya kepada seluruh wajibpajak.

Kalau di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Dua kebetulankita hanya memiliki sedikit wajib pajak bendahara. Tetapitetap saja telah kita perkenalkan juga bahkan dalam bebe-rapa hari ke depan kita telah merencanakan untuk mela-kukan sosialisasi kepada wajib pajak bendaharawan diwilayah KPP Pratama Jakarta Setiabudi Dua.

Bagaimana sebaiknya pelaksanaan penerapanaplikasi ini kepada wajib pajak?

Penerapan terbaik dapat kita lakukan dengan praktiklangsung kepada wajib pajak, door to door. Seharusnya kitayang mendatangi wajib pajak satu persatu dan melakukanpraktik langsung dengan komputer atau pun laptop wajibpajak sebab jika hanya disosialisasikan sekali kemungkinanwajib pajak masih kurang mengerti. Pelaksanaan yang doorto door dilakukan secara bergelombang atau bertahap hinggasemua wajib pajak didatangi. Kalau sudah begini kemung-kinan wajib pajak akan lebih memahami aplikasi ini.

Apakah ada masalah yang dialami dalam menerap-kan aplikasi ini?

Sejauh ini masalah yang saya alami adalah belum adanyafeedback yang sangat diperlukan dalam perbaikan aplikasiini. Aplikasi ini sangat membutuhkan feedback dari parabendahara penggunanya. Bisa dikatakan dulu sebenarnyaada beberapa wajib pajak yang sempat memberikan feed-

Prinsipnya Efektifdan EfisienSalah satu masalah yang kerap dialami oleh seorangbendahara dalam menyetorkan pajaknya adalahmasalah tata cara perhitungan pajak yang nantinyaakan dipotong dan dipungut dari setiap pemanfaatandana yang digunakan. Masalah ini sudah menjadimasalah jamak yang sering terjadi di antara parabendahara.Yuwono Budi Santoso, Kepala Seksi Pelayanan KPP

Pratama Jakarta Setiabudi Dua

6 PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN JANUARI 2013

Page 7: Pandu Pajak Januari 2013

SUMBANG SUARA

Sesuai falsafah undang-undangperpajakan, membayar pajakbukan hanya merupakankewajiban, tetapi merupakan

hak dari setiap warga negara untuk ikutberpartisipasi dalam bentuk peranserta terhadap pembiayaan negara danpembangunan nasional. Peranan pajakdalam pembangunan semakin mening-kat setiap tahunnya.

Untuk Tahun 2013, dari anggaranpendapatan negara sebesar Rp 1.507,7triliun, penerimaan perpajakan direnca-nakan mencapai Rp 1.178,9 triliun, naik16% dari target APBN-P 2012. Denganpeningkatan yang cukup besar itu, pe-

back dan saya tanggapi dengan menyempurnakan aplikasiini. Akan tetapi lama kelamaan sudah tidak ada lagi. Padahalfeedback tersebut sangat diperlukan untuk menyempurna-kan aplikasi ini terutama terkait dengan banyaknyaperaturan baru yang harus disesuaikan dengan aplikasi ini.

Apakah harapan kedepannya dengan aplikasi ini?Keterbatasan waktu dan beban kerja yang cukup tinggi

di KPP menyulitkan saya untuk menyempurnakan aplikasiini. Saya berharap aplikasi ini lebih dikembangkan lagi denganberbagai sistem yang jauh lebih mudah dan canggih. Seharus-nya aplikasi ini mulai disempurnakan oleh Kantor Pusat

yang jauh lebih punya wewenang. Semoga nantinya adamodul teori dan aplikasinya sehingga wajib pajak dapat lebihmudah memanfaatkannya. Seandainya telah disempurnakan'kan nantinya wajib pajak lebih mudah dalam menyampaikanSPT dan tentunya meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Selain itu perlu ada juga penegakan hukum yang jelaskepada bendahara karena terkadang masih banyak yangbelum terlalu memahami kewajiban perpajakannya.Misalnya saja terkait pembuatan bukti potong, terkadangbanyak wajib pajak bendahara yang memotong pajaknyatetapi tidak membuatkan bukti potongnya. Mungkin inilahharapan saya.•

nerimaan perpajakan akan menyum-bang hampir 80% dari total pendapatanNegara.

Tanggung jawab atas kewajibanperpajakan, sesuai dengan sistem selfassessment yang dianut dalam SistemPerpajakan Indonesia, berada padaanggota masyarakat sendiri. Hal ter-sebut. sebagai pencerminan kewajibankenegaraan di bidang perpajakan.

Pemerintah dalam hal ini Direkto-rat Jenderal Pajak (DJP), sesuai denganfungsinya berkewajiban melakukanpembinaan/ penyuluhan, pelayanan, danpengawasan. Dalam melaksanakanfungsinya tersebut, DJP berusahasebaik mungkin memberikan pelayanankepada masyarakat sesuai visi dan misiDJP.

Sebagai bagian dari aparatur peme-rintah, bendahara pemerintah meng-emban amanat untuk ikut serta dalammengamankan penerimaan pajak yangberasal dari pembayaran yang dilaku-kan. Pembayaran tersebut berupapembayaran gaji, upah, tunjangan, hono-rarium dan pembayaran lain dengannama apapun sehubungan dengan pe-kerjaan, jasa atau kegiatan. Pada dasar-nya kewajiban perpajakan bendaharapemerintah adalah sebagai pemotongatau sebagai pemungut Pajak Peng-hasilan (PPh) dan Pajak PertambahanNilai (PPN) serta Pajak Penjualan atas

Barang Mewah (PPN dan PPnBM)sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam pelaksanaan tugas tersebut,seorang bendaharawan perlu meng-erti dan memahami ketentuan yangberlaku, dan hal ini merupakan kendalautama yang terjadi dilapangan. Keku-rang fahaman bendahara akan keten-tuan perpajakan akan mengakibatkankekeliruan dalam penerapan tugasnyayang pada akhirnya akan berakibat padahilangnya penerimaan pajak.

Kendala tersebut dapat timbul dariberbagai penyebab, yang diantaranyaadalah kurangnya membaca ketentuan,kesulitan memahami ketentuan, ba-nyaknya ketentuan yang ada, keten-tuan yang terkadang sering mengalamiperubahan, sampai dengan kendalateknis seperti tugas yang banyak atautugas utamanya adalah bukan sebagaibendahara.

Disisi lain setiap kekeliruan yangdilakukan berisiko akan diterapkannyasanksi sesuai ketentuan. Mulai daripenerapan sanksi administratif berupadenda, bunga dan kenaikan sampaidengan sanksi pidana berupa kurunganatau penjara. Adalah suatu hal yangironis, ketika disatu sisi bendaharawajib dikenai sanksi atas kekeliruanyang tidak disengajanya, disisi lain tidakada mata anggaran yang dapat diper-tanggung jawabkan atas pembayaransanksi tersebut. Meningkatkan pema-haman dan pengertian akan ketentuanperpajakan jelas merupakan pilihanyang lebih baik bagi seorang bendaharadibandingkan harus menalangi sendirisanksi yang ditetapkan.

DJP, sebagai pengemban tugasutama pencapaian penerimaan pajak,telah melakukan berbagai cara agar

Memahami KewajibanPerpajakan BendaharaLewat Bagan

Eko Yunianto

PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN JANUARI 2013 7

Page 8: Pandu Pajak Januari 2013

SUMBANG SUARA

pengertian dan pemahaman ketentuandapat terealisasi. Mulai dari konselingyang dilakukan account representative,penyuluhan perpajakan, sampai denganpenerbitan artikel, panduan dan bukuyang dibagikan secara cuma-cuma.Meskipun demikian, kesadaran pribadiakan pentingnya pengertian danpemahaman ketentuan merupakan halyang utama untuk menanggulangimasalah ini.

Sesuai prinsip self assessment, wajibpajak berkewajiban untuk menghitung,memperhitungkan, menyetor danmelaporkan pajak. Seorang bendaharayang disamping berfungsi sebagai apa-ratur negara, juga merupakan seorangwajib pajak, dituntut untuk banyakmembaca dan bertanya perihal keten-tuan perpajakan.

Untuk lebih mempermudah peng-ertian dan pemahaman tentang keten-tuan yang ada, berdasarkan pengalamandilapangan, perlu adanya suatu metodekhusus yang dilakukan agar seorangbendahara dapat melaksanakan kewaji-bannya dengan baik dan benar. Metodetersebut dapat berupa pembuatan sis-tem aplikasi bendahara dan pembuatanbagan/flowchart kewajiban bendahara.

Pembuatan bagan ditujukan untukmerangkum ketentuan dalam suatutabel yang mudah dimengerti dandifahami, meskipun untuk dapat meng-erti dan memahami ketentuan secaralebih jelas dan benarnya, seorang ben-dahara harus membaca setiap keten-tuan yang ada. Pembuatan bagan diha-rapkan dapat membantu bendaharadalam melakukan perhitungan yangsesuai.

Pembuatan aplikasi diharapkandapat membantu bendahara dalammelakukan pemotongan dan/atau per-hitungan secara sistem sekaligusmemilih formulir yang sesuai. Pembua-tan aplikasi diusahakan semudah mung-kin untuk dijalankan oleh bendahara,dengan tujuan cost of compliance dapatsesedikit mungkin terjadi.

Ketika menggunakan aplikasi danbagan, diharapkan berbagai kekeliruanseperti kekeliruan penghitungan, ke-keliruan pemotongan serta kekeliruandalam penggunaan formulir. Dalammempergunakan aplikasi dan bagan,sebaiknya bendahara juga mengerti danmemahami ketentuan yang ada, hal ini

ditujukan agar disatu sisi bendaharadapat dengan yakin menggunakan apli-kasi dan bagan, dan disisi lain dapatmemberikan masukan apabila terdapatkesalahan dalam pembuatan aplikasidan bagan yang tidak dan/atau kurangsesuai dengan ketentuan, sehingga per-baikan dapat segera dilakukan.

Pembuatan bagan, sebagaimana apli-kasi, semata-mata ditujukan untuk da-pat mempermudah bendahara dalammelaksanakan tugasnya, mengingatbanyaknya ketentuan yang harusdimengerti dan difahami. Berikut baganpelaksanaan penghitungan kewajibanperpajakan seorang bendahara:

Cara membaca bagan :Ketika bendahara melakukan pem-

bayaran, pertama yg harus dilihat adalahapakah pembayaran dilakukan kepadaOP (orang pribadi) jika jawabannya"tidak" maka ikuti garis putus-putusyang berarti pembayaran dilakukan keBADAN, jika jawabannya "ya", makapertanyaan selanjutnya adalah, apakahpembayaran berupa "Gaji, upah, hono-rarium, tunjangan, dan pembayaran laindengan nama dan dalam bentukapapun" dilakukan kepada "PNS/TNI/POLRI/PENSIUNAN", dan seterusnya,sampai ditemukan tarif yang sesuaidengan bagan atau tabel pemotonganPPh 23 dan PPh Final..

Dalam pelaksanaannya, bagantersebut hanya ditujukan untuk mem-permudah tanpa mengurangi kewajiban

bendahara untuk mengerti danmemahami setiap ketentuan yang adaagar pelaksanaan tugasnya dapatdilakukan secara baik dan benar.

DJP akan senantiasa berusaha danberjuang agar setiap kendala yang adadalam prinsip self assessment dapatdikurangi atau bahkan ditiadakan.Namun yang lebih penting dari haltersebut adalah kesadaran dan kemau-an wajib pajak untuk melaksanakankewajiban serta haknya untuk mem-bangun bangsa melalui pembayaranpajak, yang diharapkan akan diikutidengan ketidakrelaan seandainya uangpajak yang dibayarkan dipergunakantidak untuk kepentingan bangsa ter-cinta ini. Marilah kita bersama mem-bangun negeri yang sangat kita cintaiini. •

8 PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN JANUARI 2013

Page 9: Pandu Pajak Januari 2013

EDU PAJAK

dikurangkan dari penghasilan yaitu 5% dari penghasilanbruto maksimum Rp 6.000.000,- setahun, atau Rp500.000,- sebulan, dan bagi penerima pensiun berkala5% juga maksimum Rp 200.000,- sebulan atau Rp2.400.000,- setahun.

3. Tarif PPh Pasal 21 menggunakan tarif pasal 17 UU PPh :

PPh Pasal 21- Belanja PegawaiPPh Pasal 21 adalah pemotongan pajak yang dilakukan

bendahara pemerintah atas pembayaran gaji, upah, hono-rarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan denganpekerjaan, jasa, atau kegiatan kepada Wajib Pajak OrangPribadi dalam negeri.

Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21Penghasilan yang diterima Pejabat Negara, PNS, TNI/

Polri yang dibebankan kepada APBN/APBD yaitu:1. Gaji, tunjangan-tunjangan lainnya yang sifatnya tetap dan

terkait dengan gaji yang diterima oleh PNS dan anggotaTNI/Polri;

2. Gaji kehormatan dan tunjangan-tunjangan lain yangterkait atau imbalan tetap sejenisnya yang diterimaPejabat Negara.

3. Pembayaran tersebut sifatnya tetap atau rutinditerimakan setiap bulannya.

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) statusditentukan pada awal tahun sebagai pengurang mulai 1Januari 2009 (Pasal 7 UU PPh 36 2008) yaitu:1. Besaran PTKP (berlaku bagi pegawai tetap, penerima

pensiun berkala, pegawai tidak tetap yang penghasilannyadi bayar secara bulanan atau jumlah kumulatif penghasilanyang diterima selama 1 (satu) bulan kalender telahmelebihi Rp 1.320.000,-.i. Rp 15.840.000,- untuk diri Wajib Pajak;ii. Rp 1.320.000,- tambahan untuk Wajib Pajak Kawin;iii. Rp 1.320.000,- tambahan untuk setiap anggota

keluarga sedarah yang menjadi tanggungansepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiapkeluarga.

2. Besarnya biaya jabatan (bagi pegawai tetap) yang dapat

Sekilas KewajibanPajak Bendahara

No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif1. s.d Rp.50.000.000,- 5 %2. Di atas Rp. 50.000.000,- s.d Rp. 250.000.000,- 15 %3. Di atas Rp. 250.000.000,- s.d Rp. 500.000.000,- 25 %4. Di atas Rp. 500.000.000,- 30 %

Bagi para pegawai yang tidak memiliki NPWP maka akandikenakan tarif sebesar 20 % lebih tinggi dari tarif normal.Contoh jika tarif normal 5 % akan menjadi 6% (sanksi 20%hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifattidak final). Para pegawai yang belum memiliki NPWP segeramendaftarkan diri demi menghindari sanksi, karena sanksipajak ini tidak ditanggung oleh Pemerintah.

Honorarium, uang sidang, uang hadir, uang lembur,imbalan prestasi kerja dan imbalan lain dengan nama apapunyang dibebankan APBN/APBD sebesar 15 % s.d. tahun 2010[PP-45 tahun 1994] kecuali penghasilan tersebut dibayarkankepada PNS Gol II d kebawah, TNI berpangkat Peltukebawah, dan Polri berpangkat Aiptu ke bawah (atau istilahpangkat baru setara).

Sedangkan mulai tahun 2011 (PP-80-2010) kecuali ataspenghasilan tetap dan teratur (gaji dan sejenisnya) dikenakanPPh Final (tidak dikreditkan dalam SPT Tahunan), dan tidakditanggung pemerintah tetapi dipotong dari jumlah brutodengan tarif:1. sebesar 0% (nol persen) dari jumlah bruto honorarium

atau imbalan lain bagi PNS Golongan I dan II, AnggotaTNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtamadan Bintara dan pensiunannya;

2. sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto honorariumatau imbalan lain bagi PNS Golongan III, Anggota TNIdan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama,dan pensiunannya;

3. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto hono-rarium atau imbalan lain bagi pejabat Negara, PNSGolongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI GolonganPangkat perwira Menengah dan perwira Tinggi, danPensiunannya.Penghasilan yang diterima oleh selain Pejabat Negara,

PNS, TNI/Polri yang dibebankan kepada APBN/APBD danharus dipotong oleh Bendahara yaitu: Upah harian, upahmingguan, upah satuan, upah borongan, uang saku harian,upah borongan, imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,dan kegiatan;

Atas penghasilan bagi pegawai tidak tetap atau tenagakerja lepas yang tidak di bayar secara bulanan atau jumlahkumulatifnya dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihiRp 1.320.000,- berlaku ketentuan sebagai berikut:1. Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal

penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan seharibelum melebihi Rp 150.000,-;

2. Dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal

PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN JANUARI 2013 9

Page 10: Pandu Pajak Januari 2013

EDU PAJAK

10 PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN JANUARI 2013

penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan seharimelebihi Rp 150.000,- Rata-rata penghasilan sehari adalahrata-rata upah mingguan, upah satuan atau upahborongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.

3. Dalam hal jumlah pengasilan kumulatif dalam satu bulankalender melebihi Rp 6.000.000, - PPh pasal 21 dihitungdengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UUPPh (progresif), atas jumlah Penghasilan Kena Pajak yangdisetahunkan.

Kewajiban Bendahara sebagaiPemotong PPh Pasal 211. Bendahara menghitung, memotong, menyetor dan

melaporkan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiapbulan;

2. Bendahara memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21,baik diminta atau tidak pada saat dilakukan pemotonganpajak. Bukti pemotongan PPh pasal 21 dibuat dalamrangkap 3, 1 untuk lampiran SPT Masa PPh Pasal 21, 1untuk WP yang dipotong, 1 untuk arsip Bendahara;

3. Pelaporan PPh Pasal 21 yang dipotong denganmenggunakan SPT Masa PPh Pasal 21/26 yang wajibdilaporkan paling lambat tanggal 20 setelah akhir MasaPajak (bulan berikutnya).

4. Penyetoran PPh Pasal 21 dilakukan paling lambat tanggal10 setelah akhir Masa Pajak;

5. Penyetoran akumulasi potongan pajak sebulan disetor,SSP a.n Bendahara dengan kode sbb:

KODE MAP KJS URAIAN 411121 100 PPh Pasal 21 Setoran Masa 411121 402 PPh Pasal 21 Pembayaran bersifat final 15%

PPh Pasal 22 - Belanja BarangPPh Pasal 22 adalah pajak yang dipungut oleh Bendahara

Pemerintah atas pembayaran dari pembelian barang ataupenyerahan rekanan yang dibiayai dari APBN/APBD.

Kewajiban Bendahara selaku pemotong/pemungutpajaknya rekanan/penjual, merupakan wakil dari pemerintahdemi kepentingan mempercepat penerimaan negara,daripada pajak itu disetor sendiri oleh Rekanan:1. Hendaknya Bendahara mempunyai Rekanan yang telah

memiliki NPWP sehingga akan berlaku tarif pemungutansebesar 1,5% dan SSP adalah atas nama dan NPWPrekanan, tetapi ditandatangani oleh Bendahara selakuPemungut PPh Pasal 22. Apabila tidak memiliki NPWPmaka berlaku pengenaan tarif 100% lebih tinggi dari tarifnormal (3%). SSP tersebut atas nama Penjual yang belumber-NPWP dengan NPWP ditulis 00.000.000.0-xxx.000(xxx= kode wilayah) dan SSP ditandatangani olehBendahara;

2. Bendahara dalam hal ini memungut Pajak si Penjual. BagiRekanan PPh Pasal 22 yang telah dipungut Bendaharadapat dikreditkan di SPT Tahunan sebagai pengurang PPhTerutang;

3. Saat pemungutan PPh Pasal 22 adalah pada saatpembayaran atas penyerahan barang oleh rekanan yangdibiayai dari APBN/APBD;

4. Pembayaran atas penyerahan barang bukan jumlah yangdipecah-pecah yang meliputi jumlah pembayaran palingbanyak Rp. 2.000.000,- tidak termasuk PPN dikecualikandari Pemungutan PPh Pasal 22 [PMK-154/PMK.03/2010,31/08/2010]. Pembayaran untuk pembelian barangsehubungan dengan penggunaan dana BantuanOperasional Sekolah (BOS) dikecualikan pengenaan PPhpasal 22, berapa pun nilai nominalnya;

5. Bukti pemungutan PPh Pasal 22 bagi WP Rekanan adalahlembar ke-1 SSP dan bukti pemungutan bagi Bendaharaadalah lembar ke-5 SSP, lembar ke-3 dilaporkan kekantor pelayanan pajak;

6. Penyetoran dengan SSP a.n rekanan tetapi ditandatangani Bendahara, kode sbb:

KODE MAP. KJS. URAIAN411122 900 PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Pemungut.

7. Batas waktu penyampaian SPT Masa PPh Pasal 22disampaikan paling lambat tanggal 20 setelah berakhirnyaMasa Pajak.

PPh Pasal 23 - Belanja JasaPPh Pasal 23 adalah pemotongan pajak oleh Bendahara

Pemerintah atas penghasilan yang terutang atau dibayarkankepada Wajib Pajak dalam negeri berupa sewa danpenghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan dan jasalain (kecuali imbalan sehubungan dengan jasa lain yang telahdipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalamPasal 21) sebagaimana diatur dalam [PMK Nomor 244/PMK.03/2008 tanggal 31 Desember 2008] yang mulaiberlaku sejak tanggal 1 Januari 2009.1. Tarif PPh Pasal 23 dalah 2%. Jika penerima imbalan

sehubungan dengan jasa tersebut diatas tidak memilikiNPWP besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi100 % daripada tarif normal yaitu 4%;

2. Bendahara memberikan bukti pemotongan PPh Pasal23, pada saat dilakukan pemotongan pajak. Buktipemotongan PPh pasal 23 dibuat dalam rangkap 3, lembar1 untuk lampiran SPT Masa PPh Pasal 23, 1 untuk WPyang dipotong, 1 untuk arsip Bendahara;

3. Penyetoran dilakukan menjumlahkan/akumulasi buktipotong selama satu bulan takwin dengan menggunakanSSP a.n Bendahara dan ditandatangani Bendahara, kodesbb:Kode MAP KJS Uraian411124 104 PPh Pasal 23 yang dipotong atas imbalan jasa

4. Batas waktu penyetoran adalah tanggal 10 bulanberikutnya setelah berakhirnya tagihan dan penyampaianSPT Masa PPh Pasal 23 disampaikan paling lambat tanggal20 setelah berakhirnya Masa Pajak.

PPh Pasal 4 Ayat 2Ada beberapa hal yang umumnya terjadi di instansi

Pemerintah yang merupakan objek PPh Pasal 4 ayat 2diantaranya:1. Pembayaran atas sewa atas tanah dan atau bangunan

kepada Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan

Page 11: Pandu Pajak Januari 2013

EDU PAJAK

PANDU PAJAK KANWIL JAKARTA SELATAN JANUARI 2013 11

hari setelah bulan berakhirnya tagihan dan penyampaianSPT Masa PPN Pemungut disampaikan paling lambattanggal 20 bulan berikutnya setelah berakhirnya MasaPajak. [KMK-563/KMK.03/2003, 24/12/2003].

Contoh PerhitunganJumlah Pembayaran yang dilakukan Rp. 1.100.00,-

(jumlah total belanja APBD/N) PPN yang harus dipungut =10/110 X Rp. 1.100.000,- = Rp. 100.000,- Jumlah yangdibayarkan kepada PKP rekanan = Rp. 1.000.000,-

Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp. 1.000.000,-dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.Contoh: Harga jual = Rp. 950.000,- PPN : 10% X Rp. 950.000= Rp. 95.000,- Harga jual termasuk PPN = Rp. 1.045.000,-Meskipun harga jual Rp. 950.000,- tetapi karena pembayarantermasuk PPN berjumlah Rp. 1.045.000,- (di atas Rp.1.000.000), maka PPN yang terutang harus dipungut olehBendahara.

Contoh:Harga jual = Rp. 900.000,- PPN : 10% X Rp. 900.000 = Rp.90.000,- Harga jual termasuk PPN = Rp. 990.000,- Hargajual termasuk PPN berjumlah Rp. 990.000,- (di bawah Rp.1.000.000), maka PPN yang terutang tidak dipungut olehBendahara, tetapi PPN yang terutang harus disetor sendirioleh PKP Rekanan Pemerintah, dan faktur pajak harus dibuatPKP, lalu diserahkan ke Bendahara.•

dikenakan tarif sebesar 10 % dari jumlah bruto nilaipersewaan dan bersifat final;

2. Bendahara memberikan bukti pemotongan PPh finalkepada orang atau Badan yang menyewakan pada saatdilakukannya pemotongan PPh;

3. Pembayaran atas jasa konstruksi sesuai dengan PP Nomor51 Tahun 2008 yang berlaku sejak 1 Januari 2008 berlakutarif sbb:

Tarif PPh Final Jasa Konstruksi[PP NOMOR 51 TAHUN 2008]

Pelaksanaan Konstruksi memiliki kualifikasi usaha kecil 2 %yang dilakukan oleh tidak memiliki kualifikasi usaha 4 %Penyedia Jasa selain 2 golongan tsb di atas 3 %

(menengah atau besar)Perencanaan/Pengawasan memiliki kualifikasi usaha 4 %Konstruksi tidak memiliki kualifikasi usaha 6

4. Penyetoran dengan menggunakan SSP ditandatanganiBendahara, kode sbb :

Kode MAP KJS Uraian411128 403 PPh Pasal 4 ayat 2 atas persewaan

tanah dan bangunan411128 409 PPh Pasal 4 ayat 2 atas

jasa konstruksi

PPN - Pajak Pertambahan NilaiPPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang

Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerahpabean. PPN dipungut oleh Bendahara Pemerintah ataspenyerahan BKP atau JKP yang dilakukan oleh PKP rekanankepada Bendahara.

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Bendahara:1. Bendahara hendaknya belanja kepada Wajib Pajak yang

telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)sehingga mekanisme pemungutan pajak akan sesuaidengan aturan. PKP Rekanan wajib menerbitkan fakturpajak atas transaksi yang telah dipungut PPN-nya olehBendahara. WP non PKP tidak boleh menerbitkan fakturpajak dan dikenakan sanksi pidana apabila menerbitkanfaktur pajak. Nilai Rupiah pada Faktur yang diterbitkanPKP rekanan dasar pembayaran PPN oleh Bendahara;

2. Tarif PPN sebesar 10 % dan dikenakan terhadap DasarPengenaan Pajak (DPP) atau harga jual tidak termasukPPN maupun pajak lainnya;

3. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp. 1.000.000,-dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecahtidak dipungut PPN, namun kewajiban PPN tetapdilakukan oleh Rekanan.

4. Penyetoran dengan SSP a.n WP Rekanan dan ditandatangani Bendahara, kode sbb:Kode MAP KJS Uraian411211 900 PPN dalam Negeri yang dipungut

oleh Pemungut

5. Khusus Bendahara, batas waktu pembayaran 7 (tujuh)

Page 12: Pandu Pajak Januari 2013

KPP Madya Jakarta Selatan Jalan Ridwan Rais No. 5A-7, Gambir, Jakarta Pusat 10110, Telp: 021-3447971, 3447972, 3504170. Fax: 021-3447971•KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu Jalan Rasuna Said Blok B Kav. 8, Jakarta Selatan 12190, Telp: 021-5254237-5253622, Fax: 021-5252825 •KPPPratama Jakarta Setiabudi Dua Jalan Rasuna Said Blok B Kav. 8, Jakarta Selatan 12190, Telp: 021-5254237-5253622, Fax: 021-5252825 •KPPPratama Jakarta Setiabudi Tiga Jalan Raya Pasar Minggu No. 11, Pancoran, Jakarta Selatan 12780, Telp: 021-7993028-7992961, Fax: 021-7994253 •KPP Tebet Jalan Tebet Raya No. 9, Jakarta Selatan, Telp: 021-8296869,8296937, Fax: 021-8296901 •KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru SatuGedung Patra Jasa Lantai 1 & 14, Jalan Jend. Gatot Subroto-Jakarta, Telp: 021-52920983, 52921276, Fax: 021-52921274 •KPP Pratama Jakarta KebayoranBaru Dua Jalan Ciputat Raya No. 2 Pondok Pinang, Jakarta Selatan 12310, Telp: 021-75818842,75908704, Fax: 021-75818874 •KPP Kebayoran BaruTiga Jalan K.H. Ahmad Dahlan No. 14 A, Jakarta Selatan 12130, Tel: 021-7245735,7245785, Fax: 021-7246627 •KPP Pratama Jakarta KebayoranLama Jalan Ciledug Raya No. 65, Jakarta Selatan 12250, Telp: 021-5843105-5843109, Fax: 021-5860786 •KPP Pratama Jakarta Mampang PrapatanJalan Raya Pasar Minggu No. 1, Jakarta Selatan 12780, Telp: 021-79191232 /7949574-5/7990020, Fax: 021-7949575 •KPP Pratama Jakarta PancoranJalan T.B. Simatupang Kav. 5 Kebagusan, Jakarta Selatan 12520, Telp: 021-7804462, 7804667, 7804451. Fax: 021-7804862 •KPP Pratama JakartaCilandak Jalan T.B. Simatupang Kav. 32, Jakarta Selatan 12560, Telp: 021-78843521-23, Fax: 021-78836258 •KPP Pratama Jakarta Pasar MingguJalan T.B. Simatupang Kav. 39, Jakarta Selatan 12510, Telp: 021-7816131-4 /78842674, Fax: 021-78842440.