PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN...

89
PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF DALAM REFORMASI KETATANEGARAAN DI INDONESIA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: SUPARDI NIM: 106045201541 KONSENTERASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H

Transcript of PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN...

Page 1: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB)

TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF

DALAM REFORMASI KETATANEGARAAN DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

SUPARDI

NIM: 106045201541

KONSENTERASI SIYASAH SYAR’IYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H

Page 2: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB)

TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF

DALAM REFORMASI KETATANEGARAAN DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

SUPARDI

NIM: 106045201541

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Isnawati Rais, MA Iding Rasyidin,S.Ag.,M.S.i

NIP. 195710271985032001 NIP. 197010132005011003

KONSENTERASI SIYASAH SYAR’IYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H

Page 3: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas
Page 4: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

LEMBARAN PERYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil

jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku

di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 April 2011

Supardi

Page 5: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

i

بسم اهلل الرمحن الرحيم

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji sukur kehadiran Allah SWT penulis panjatkan atas segala

rahmat, hidayah dan inayah-Nya yang telah di berikan pada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap

dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, rasul yang sangat berjasa besar pada

umatnya semua dalam membuka gerbang ilmu pengetahuan.

Skripsi yang berjudul “PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN

BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF

DALAM REFORMASI KETATANEGARAAN DI INDONESIA” penulis susun

dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana

Syariah (S.Sy) Pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsenterasi Syiasah

Syar’iyyah (Ketatanegaraan Islam) fakultas syariah dan hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setulus hati, penulis sadari bahwa tidak akan sanggup menghadapi dan

mengatasi berbagai macam hambatan dan rintangan yang mengganggu lancarnya

penulis skripsi ini, tanpa adanya bantuan dari motivasi dari berbagai pihak. Oleh

karena itu dalam kesempatan yang berharga perkenankan penulis untuk

menyampaikan rasa terima kasih yang tulus pada yang terhormat:

Page 6: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

ii

1. Bapak Prof. Dr. K.H.M. Amin Suma, SH., MH., MM., Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Asmawi, M.Ag, dan Bapak Afuan Faizin, MA Ketua dan

Sekertaris Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syar’iah dan Hukum

Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih atas waktu

dan solusinya selama ini.

3. Ibu Dr. Hj. Isnawati Rais, MA. Sebagai dosen pembimbing I penulis yang

senantiasa selalu sabar membimbing dan meluangkan waktunya untuk

membantu penulis dalam menyelesaikan sekripsi ini.

4. Bapak Iding Rasyidin, S.Ag., M.Si., sebagai dosen pembimbing II yang telah

banyak memberikan arahan dan bimbingan beliau yang sangat berarti bagi

penulis.

5. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang memeberikan berbagai

macam disiplin ilmu pengetahuan selama proses studi yang sangat berat bagi

perkembangan pemikiran dan wawasan yang luas perihal Islamic Legal

Politics (Siyasah Wal Qanun).

6. Segenap pengelolah Perpustakaan Utama serta Perpustakaan Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta atas pelayanan

referensi buku-bukunya.

7. Sahabat- sahabat penulis yang tercinta, Konsentrasi Siyasah Syar’iyyah

Tahun Akademik 2006, Alif, Apri, Ade, Asriyah, Atiqoh, Bangkit, Bowo,

Deni, Dinda, Dian, Eri, Esha, Eca, Mufti, Ridwan, Rifqoh, Yudha, Naziah,

Page 7: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

iii

Lina, Lutfi, Imran, terima kasih penulis ucapkan pada sahabat semua baik

yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan namanya telah

berbagi ilmu ketika belajar di kampus tercinta dan bersejarah ini.

8. Kakakku Dr. Dania Ralid, SE, MM, Selvi, SH, Iryani, SE, adikku Derma

Yanti dan Nur Komala Sari, terimakasih atas bantuan dan suportnya yang di

berikan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

9. Ucapakan terima kasih pada abang ipar ku yang di PKB Haikal Ludin beserta

para jajaran pengeurus PKB yang telah membantu penulis menyelesaikan

tugas akhir kuliah.

10. Sahabat-sahabat dan Abang-abang ku HMI baik yang di Partai,,LBH, LSM.

Atas support dan doanya.

11. Penulis memohon ampun pada Allah SWT lebih khusus untuk kedua orang

tua penulis ayah Prof. Dr. H.Dasuki .SH. MM dan mamah ku tercinta

Dr. Hj. ANISAH. SH terimakasih atas kasih sayangnya dan ketabahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah S1 di kampus bersejarah ini.

Terakhir penulis berdo’a kepada Allah SWT semoga ilmu yang telah kita

dapat di kampus ini bermanfaat bagi kita semua dan diberkahi oleh Allah

SWT. Amin

Jakarta, 16 April 2011 M

Jumadil Awal 1432 H

Supardi

Page 8: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah.......................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 9

D. Kerangka Teoritis ........................................................................ 10

E. Kerangka Konsepsional .............................................................. 10

F. Metode Penelitian........................................................................ 11

G. Review Studi Terdahulu .............................................................. 13

H. Sistematika Penulisan ................................................................. 16

BAB II : PERKEMBANGAN HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN

LEGISLATIF DI INDONESIA

A. Perkembangan Eksekutif dan Legislatif ..................................... 18

B. Hubungan Eksekutif dan Legislatif Periode Orde Lama ............ 21

C. Hubungan Eksekutif dan Legislatif Periode Orde Baru .............. 23

D. Hubungan Eksekutif dan Legislatif Periode Masa Orde

Reformasi................................................................................. ... 26

Page 9: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

v

BAB III : SKETSA TENTANG PARTAI KEBANGKITAN BANGSA

A. Sejarah Berdirinya PKB .............................................................. 32

B. Visi dan Misi PKB ...................................................................... 38

C. Asas – Asas PKB ........................................................................ 41

BAB IV : PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA

TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF

DALAM REFORMASI KETATANEGARAAN DI

INDONESIA

A. Pandangan Partai Kebangkitan Bangsa Terhadap Hubungan

Eksekutif dan Legislatif .............................................................. 43

B. Kewenangan Lembaga Eksekutif dan Legislatif Pasca

Amandemen 1945 ....................................................................... 46

C. Peranan PKB terhadap reformasi ketatanegaraan di Indonesia .. 60

D. Analisa pandangan PKB dalam pelaksanaan sistem

Presidensial di Indonesia ............................................................. 61

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 68

B. Saran-Saran ................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 72

LAMPIRAN

Page 10: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan perkembangan zaman maka untuk konsep kekuasaan saat ini

di Negara-negara berkembang menerapkan konsep pembagian kekuasaan yang

kita kenal dengan doktrin trias politica. Trias politica adalah anggapan bahwa

kekuasaan negara terdiri dalam tiga macam. Pertama, kekuasaan legislatif atau

kekuasaan membuat undang-undang dalam peristilahan baru sering disebut

rulemaking function. Kedua, kekuasaan eksekutif atau kekuasaan melaksanakan

undang-undang dalam peristilahan baru sering disebut rule application function.

Ketiga, kekuasaan yudikatif atau kekuasaan yang mengadili atas pelanggaran

undang-undang dalam peristilahan baru sering disebut rule adjudication function.

Trias politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan ini

sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah

penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa dengan demikian

diharapkan hak-hak asasi warga negara lebih terjamin.1

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, maka lembaga

eksekutif dan legislatif mempunyai hubungan yang sangat erat agar terciptanya

proses checks and balances dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

dalam implementasinya, hakikat dan makna serta tujuan dan sasaran pelaksanaan

1 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Dian Rakyat, 1972) h. 54

Page 11: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

2

pemerintahan masih sering terjadinya gesekan antara lembaga tinggi negara dan

pembagian kekuasaan serta wewenang diri tiap-tiap lembaga tinggi belum dapat

direalisasikan secara utuh. Peran dan Hubungan Antar-Lembaga Sistem politik

Indonesia bercirikan lembaga eksekutif yang kuat yang disokong oleh lembaga

legislatif yang lemah (yang di dalamnya termasuk anggota-anggota yang tidak

dipilih dari kalangan militer dan kelompok-kelompok fungsional). Hal ini

membuat kontrol institusi terhadap lembaga eksekutif berkurang. Hubungan

antara eksekutif dan legislatif juga tak imbang karena budaya politik yang

mendominasi hubungan antara struktur-struktur konstitusional.2

Ini bisa disebut sebagai budaya hierarki atau komando yang menghambat

kontrol demokratis terhadap pemerintah dan yang bisa dihubungkan dengan,

sebagian, absennya definisi peran legislatif dan eksekutif dan batas di antara

mereka dalam UUD 1945.

Untuk mengoreksi situasi ini, peran dan hubungan antara lembaga

eksekutif dan legislatif perlu dipelajari secara kritis. Perdebatan mutakhir berpusat

di sekitar bentuk komposisi lembaga legislatif yang paling memadai. Lembaga

legislatif mendapatkan baik kekuasaan untuk membuat aturan hukum maupun

memperdebatkan kinerja lembaga eksekutif dan institusi-institusi pemerintah lain.

Namun tantanganya adalah menemukan keseimbangan di antara legislatif yang

berdaya dan lembaga eksekutif yang efektif sebab bukanlah peran legislatif untuk

memerintah. Legislatif juga berperan penting untuk mengajak atau mendorong

2 Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 39

Page 12: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

3

perdebatan ekstra-parlementer yang lebih luas. Untuk melakukannya. harus ada

akses terhadap informasi dan suatu sistem komisi yang aktif. Periodisasi dari

tarik-menarik dari lokus dan fokus kekuasaan dalam sejarah pemerintahan

Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:

Periode Orde Lama semangat perjuangan masih mewarnai

penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Para pelakunya masih kuat iman

untuk berjuang demi negara dan persatuan bangsa. Bahkan tidak jarang

diperlihatkan oleh kekuatan mayoritas menekan kepentingannya sendiri untuk

menghargai kepentingan minoritas demi kesatuan dan persatuan bangsa dan

negara proklamasi.3 Sebagai contoh, penyimpangan pertama dari Bung Karno

terhadap UUD 1945 seperti disinggung di depan ialah diterimanya usulan Sahrir

untuk tidak menggunakan kabinet presidensial dan diganti dengan kabinet

parlementer. Sjahrir sendiri saat itu merupakan tokoh vokal dan amat disegani.

Demi persatuan dan kesatuan, maka Bung Kamo menerima usulan itu. Selain itu

Bung Karno juga menyadari bahwa KNIP belum mencerminkan kekuatan politik

riil yang anggotanya (tidak dipilih akan tetapi ditunjuk) tidak mewakili kekuatan

sosial politik nyata saat itu. Semangat primordial, walaupun ada, untuk sementara

waktu kalah oleh semangat nasional. Satu-satunya organisasi politik primordial

yang mengancam negara proklamasi adalah PKI yang melakukan pemberontakan

dalam rangka menguasai pemerintahan dan negara. Pada awal kemerdekaan ada

3 Sofyan Effendi, Mencari Sistem Pemerintahan Negara, dalam Makalah Orasi Ilmiah Pada

Dies Natalies Ke-40 Universitas Pancasila pada tanggal 6 April 2008.

Page 13: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

4

semacam kesepakatan bahwa lembaga pemerintahan merupakan merupakan

sarana politik yang baik untuk mempersatukan bangsa. Anggapan ini cukup

beralasan, karena lembaga ini mempunyai birokrasi yang mampu menjangkau

rakyat sampai ke desa-desa.

Namun dalam perjalanan sejarah nampak gejala semakin menguatnya

aspirasi primordial dalam lembaga birokrasi pemerintah kita. Lembaga ini

menjadi incaran kekuatan-kekuatan politik. Partai-partai politik mulai mengincar

peluang untuk menguasai lembaga birokrasi pemerintahan ini.

Gejala semakin derasnya kekuatan politik mengincar terhadap lembaga

birokrasi pemerintah semakin hari semakin dirasakan. Pada tahun 1950 Indonesia

menganut sistem demokrasi parlementer, pemerintah bertanggung jawab kepada

Dewan Perwakilan Rakyat, saat itu menganut sistem banyak partai yang

memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk mendirikan partai politik sesuai

dengan aspirasinya. Pada periode ini diselenggarakan pemilihan umum pertama

yang dikenal sangat demokratis.

Kedudukan DPR saat itu sangat kuat sebaliknya lembaga pemerintah dapat

dikatakan lemah posisinya, aparat pemerintah yang diharapkan netral juga sudah

pandai bermain mata dengan kekuatan- kekuatan politik yang ada. Pada periode

ini di sana-sini militer sudah mulai ikut memainkan peran dalam percaturan

politik. Partisipasi politik militer mulai nampak ketika tentara menolak perjanjian

KMB yang merupakan hasil perjuangan untuk menegakkan kemerdekaan oleh

politisi sipil melalui jalan diplomasi. Peran tentara ini kelak akan diwujudkan

Page 14: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

5

dalam konsep duwi fungsi yang menekankan bahwa militer tidak hanya berperan

di bidang keamanan dan pertahanan saja, melainkan juga di bidang sosial dan

politik.

Periode masa Orde Baru Hubungan dan kedudukan antara eksekutif

(Presiden) dan legislatif (DPR) dalam sistem UUD 1945 sebenarnya telah diatur.

Dimana kedudukan dua lembaga ini (Presiden dan DPR) adalah sama karena

kedua lembaga ini adalah merupakan lembaga tinggi negara (Tap MPR

No.III/MPR/1978).4 Namun dalam praktik ketatanegaraan dan proses jalannya

pemerintahan pada masa rezim Orde Baru, kekuasaan eksekutif begitu dominan

terhadap semua aspek kehidupan sistem kepemerintahan dalam negara kita,

terhadap kekuasaan legislatif maupun terhadap kekuasaan yudikatif.

Keadaan ini tidak dapat sepenuhnya disalahkan, karena pengaturan yang

terdapat di dalam UUD 1945 memungkinkan terjadinya hal ini. Oleh sebab itu,

tidak salah pula apabila terdapat pandangan yang menyatakan bahwa UUD 1945

menganut supremasi eksekutif.

Dominasi kekuasaan eksekutif mendapat legitimasi konstitusionalnya,

karena dalam Penjelasan Umum UUD 1945 pada bagian Sistem Pemerintahan

dinyatakan bahwa Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi di

bawah Majelis. Dalam sistem UUD 1945 (sebelum diamandemen), Presiden

memiliki beberapa bidang kekuasaan. Selain sebagai pemegang kekuasaan

4 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Dian Rakyat, 1972) h. 38

Page 15: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

6

pemerintahan (pasal 4 ayat 1), Presiden memiliki kekuasaan untuk membentuk

undang-undang ( pasal 5 ayat 1 ).

Demikian juga Presiden memiliki kekuasaan diplomatik yang sangat besar,

yaitu kekuasaan membuat berbagai macam perjanjian internasional dan

mengangkat serta menerima duta dari negara lain (pasal 11 dan pasal 13). Sama

halnya dalam bidang hukum (kekuasaan di bidang justisial) yang kemudian

diwujudkan dalam pemberian garis rehabilitas, amnesti dan abolisi ( pasal 14 ).5

Sistem pemerintahan pada masa kepemimpinan KH. Abdurrahman Wahid

(Gus Dur) dipilih oleh penulis disebabkan oleh banyaknya bentuk-bentuk

kebijakan yang dirasa oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sangat tidak

lazim dan bertentangan dengan apa yang dinginkan oleh rakyatnya.6 Era

pemerintahan orde reformasi ketika dibawah kepemimpinan Gus Dur berusaha

mencoba menampilkan strategi demokratisasi yang khas yang dikenal sebagai

“demokrasi bawah”, yaitu suatu demokrasi dan upaya demokratisasi Negara yang

memprioritaskan upaya pemberdayaan dan keberdayaan masyarakat. Menurut

Gus Dur upaya menciptakan demokrasi hampir identik dengan upaya

pembangunan civil society. Melalui saluran komunikasi yang dimilikinya, ia

mencoba memberikan satu kerangka kerja bagi petani, buruh, pedagang kecil,

bahkan pegawai pemerintah untuk menyalurkan dan menata diri mereka masing-

masing.

5 Moh. Mahfud MD, Politiki Hukum di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 64

6 Marwan Jafar, Merubah Sistem Politik Gus Dur di PKB, (Jakarta: Rajawali Press, 2008) h.

85

Page 16: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

7

Kepemimpinan dengan pola transformasional, pola pemikir pemimpin ini

lebih tertuju pada perubahan dari keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, kebutuhan-

kebutuhan dan kemampuan pengikut. Ia mampu menyampaikan visi dan misi

serta mampu membangkitkan motivasi para pengikut untuk menjadi seorang

individu yang seutuhnya dan mampu mengaktualisasikan diri.7 Dari aspek

intelektual, pemimpin transformasional tidak puas dengan pemecahan masalah

yang bersifat parsial, menerima keadaan status quo, atau melakukan seperti apa

yang biasa di lakukan, ia suka mencari cara-cara baru, dalam berfikir lebih

proaktif, gagasannya lebih kreatif, inovatif ; di dalam ideologi lebih radikal dan

reaksioner dibandingkan konservatif ; serta tidak mengalami hambatan berfikir

dalam upaya mencari pemecahan masalah.

Atribut-atribut diatas dapatlah di proyeksikan sebagai kepemimpinan yang

ditetapkan oleh Gus Dur. Mengingat Gus Dur pemikirannya lebih demokratis,

Proaktif dan inovatif. Namun pemimpin yang demikian harus diimbangi dengan

para pembantu yang dimiliki daya persepsi tinggi, sebab apabila tidak maka sang

pemimpin akan berjalan sendiri meninggalkan para pembantunya, sehingga para

pembantunya tersebut akan berjalan ditempat atau menjadi bingung sendiri

mengejar pemimpinnya. Yang dikhawatirkan adalah akibat kelebihan

intelektualitas sang pemimpin, maka ia akan melakukan sesuatu kebijakan yang

tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) yang dapat membahayakan rakyat,

bangsa dan negara serta dirinya sendiri.

7 DPP PKB, 13 Agenda Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa, Jakarta,2008 h.23

Page 17: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

8

Presiden Gus Dur dengan kelebihan intelektualitasnya dan wisdomnya

berjalan dengan sendiri jauh di depan para pembantunya sehingga mengeluarkan

kebijakan-kebijakan atau pernyataan yang kontroversial di tengah-tengah

masyarakat dan bahkan di sana-sini menimbulkan konflik kelembagaan

sebagaimana yang ditampilkan oleh mekanisme kerja yang tidak serasi antar DPR

dan pemerintah.

Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis ingin mengetahui

pandangan salah satu partai yang ada di Indonesia yaitu Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB) terhadap hubungan eksekutif dan legiselatif dikarenakan penulis

merasa ada faktor-faktor politik yang tidak menunjang terjadiya hubungan yang

harmonis antara eksekutif dan legiselatif, dan ini menarik untuk diteliti, sehingga

penulis menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul;

“PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP

HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF DALAM REFORMASI

KETATANEGARAAN DI INDONESIA”.

B. Batasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan ini tidak meluas, maka dalam penelitian ini penulis

terfokus pada pandangan Partai Kebangkitan Bangsa terhadap hubungan

lembaga Eksekutif dan Legislatif dalam reformasi ketatanegaraan di Indonesia.

Page 18: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

9

2. Perumusan Masalah

Melihat judul skripsi tersebut dan latar belakang permasalahan seperti

terurai di atas, maka penulis perlu membuat rumusan masalah yang dianggap

penting yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini.

Diantara rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut:

a. Bagaimanakah pandangan PKB terhadap hubungan eksekutif dan

legislatif dalam reformasi ketatanegaraan di Indonesia?

b. Bagaimana kebijakan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam reformasi

ketatanegaraan di Indonesia?

c. Bagaimanakah konsep Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk mengatasi

berbagai kendala yang menghambat upaya pelaksanaan reformasi

ketatanegaraan di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap Secara lebih rinci

tentang pandangan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengenai hubungan

lembaga eksekutif dan legislative dalam reformasi ketatanegaraan di

Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui pandangan PKB terhadap hubungan eksekutif dan legislatif

dalam reformasi ketatanegaraan di Indonesia

b. Mengetahui kebijakan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam reformasi

ketatanegaraan di Indonesia

Page 19: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

10

c. Mengetahui konsep Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk mengatasi

berbagai kendala yang menghambat upaya pelaksanaan reformasi

2. Manfaat Penelitian

Penulis berharap dalam penelitian ini dapat memberikan gambaran dan

pemahaman tentang Pandangan PKB terhadap hubungan eksekutif dan

legislatif dalam reformasi ketatanegaraan di Indonesia.

D. Kerangka Teoritis

Trias Politika merupakan konsep pemerintahan yang kini banyak dianut

di berbagai negara di aneka belahan dunia. Konsep dasarnya adalah, kekuasaan di

suatu negara tidak boleh dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan politik

melainkan harus terpisah di lembaga-lembaga negara yang berbeda.

Kekuasaan Legislatif adalah kekuasaan untuk membuat undang-undang

untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan kekuasaan Eksekutif

adalah kekuasaan untuk melaksanakan amanat undang-undang.

E. Kerangka Konseptual

1. Pengertian Legislatif

Legislatif berfungsi membuat undang-undang (legislate). Menurut teori

kedaulatan rakyat, maka rakyatlah yang berdaulat. Rakyat yang berdaulat ini

mempunyai kemauan (Rousseau menyebutnya dengan Volonte Generale atau

Generale Will). Rakyat memilih beberapa orang untuk duduk di lembaga

Page 20: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

11

legislatif sebagai wakil rakyat guna merumuskan dan menyuarakan kemauan

rakyat dalam bentuk kebijaksanaan umum (public policy).

2. Pengertian Eksekutif

Lembaga penyelenggara kekuasaan negara berikutnya adalah lembaga

eksekutif yang berfungsi menjalankan undang-undang. Di negara-negara

demokratis, secara sempit lembaga eksekutif diartikan sebagai kekuasaan yang

dipegang oleh raja atau presiden, beserta menteri-menterinya (kabinetnya).

Dalam arti luas, lembaga eksekutif juga mencakup para pegawai negeri sipil

dan militer.

F. Metode Penelitian

Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan secara rinci tentang hal-hal

yang terkait dengan metode penelitian dari skripsi ini, yaitu :

1. Jenis Penelitian

Penulisan skripsi ini termasuk salah satu jenis penelitian deskriptif

dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif

dalam buku Suharsimi didefinisikan sebagai penggambaran situasi yang

sebenarnya tentang suatu objek, gejala atau keadaan dari hasil temuan di

lapangan serta memahaminya sehingga mendapatkan suatu gambaran atau

informasi yang tepat berkaitan dengan masalah penelitian tersebut.

Dalam pengertian bahwa metode yang digunakan untuk memahami

masalah yang diteliti pada skripsi ini, tidak dengan melakukan pengukuran

Page 21: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

12

secara statistik, melainkan dari hasil pemaparan pihak responden yang jelas

dan rinci terhadap masalah yang diteliti sehingga memberikan pemahaman

yang mendalam terhadap masalah yang diteliti tersebut.

2. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang yang diperoleh dalam penulisan skripsi ini, yaitu:

a. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pihak responden yang

terdiri dari

1) Observasi

Dalam hal ini penulis mengamati setiap kegiatan atau aktivitas yang

berlangsung di DPP PKB Jakarta.

2) Wawancara Terstruktur

Selain melakukan wawancara dengan pihak responden, penulis

menyiapkan daftar pertanyaan yang sifatnya terbuka, agar wawancara

bisa berjalan fokus dan terarah, serta bertujuan untuk memberikan

pemahaman secara mendalam

3) Untuk Memperoleh data dilakukan dengan menggunakan Studi

Dokumenter. yaitu dengan cara mengkaji yang terdapat dari berbagai

macam literatur kepustakaan berupa buku-buku, majalah-majalah,

website atau literatur lainnya yang berkaitan dengan masalah yang

sedang dibahas untuk dikaji dan dicatat bagian-bagian yang penting

yang nantinya ada benang merah tentang pandangan Partai

Kebangkitan Bangsa hubungan eksekutif dan legiselatif dalam

reformasi ketataegaraan di Indonesia.

Page 22: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

13

b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber seperti arsip,

atau dokumen yang mendukung penelitian ini.

1) Teknik Analisis Data

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis

secara kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data

di lapangan sacara berkesinambungan. Diawali dengan proses

klarifikasi data agar tercapai konsistensi di lapangan dengan langkah

abstrkaksi-abstraksi teoritis terhadap informasi lapangan, dengan

mempertimbangkan menghasilkan pernyataan-pernyataan yang sangat

memungkinkan dianggap mendasar dan universal.

2) Teknik Penulisan

Untuk teknik penulisan, penulis berpedoman pada buku petunjuk

“pedoman penulis skripsi “ yang di terbitkan oleh Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Jakarta

G. Review Studi Terdahulu

Penulis menemukan judul skripsi yang pernah ditulis oleh mahasiswa

sebelumnya yang berkaitan erat dengan judul skripsi yang akan diteliti oleh

penulis. Akan tetapi, setelah penulis membaca skripsinya tersebut ada perbedaan

yang signifikan. Sehingga dalam tulisan skripsi ini nantinya tidak timbul

kecurigaan plagiasi. Untuk itu di bawah ini akan penulis kemukakan skripsi yang

pernah di tulis yaitu:

Page 23: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

14

1. Judul : “ Perdebatan dan Peraktek Sistem Pemerintahan Di Indonesia Pasca

Soeharto”

Penulis : Rico Candra /FISIP/2009

Skripsi ini membahas seputar sistem kepemerintahan pasca Soeharto

yang menggunakan sistem presidensial yang tercampur baur dengan sistem

parlementer. Fenomena yang menunjukkan bahwa sistem presidensial di

Indonesia bercita rasa parlemen adalah pada tata kelola dan pelaksanaan sistem

relasi antar lembaga negara, terutama pada lembaga eksekutif dan legislatif.

Meskipun prsiden dan wakil presiden mendapat dukungan mayoritas dari

rakyat namun itu tidak sejalan dengan dukungan parlemen.

Dalam pemilihan umum presiden ( eksekutif ) sistem pemerintahan

yang di anut di indonesia pasca kejatuhan rezim soeharto adalah presidensial.

Salah satu yang mengindikasikan hal tersebut adalah presiden dan wakil

presiden di pilih langsung oleh rakyat, bukan lagi oleh MPR. Konsekuensinya

presiden bukan lagi mandataris oleh MPR lagi, kedudukan presiden dan MPR

sejajar. Inilah inti dari presidensial yang di anut di indonesia pasca jatuhnya

rezim Seharto adalah “Kuasi Presidensial” di sebabkan beberapa kebijakan

yang seharusnya wewenang penuh presiden di ambil alih oleh DPR RI.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terdapat pada

cangkupan yang diteliti, jika penelitian yang dilakukan oleh rico chandra

membahas semua sistem pemerintahan setelah kepemimpinan soeharto maka

pada penelitian kali ini penulis lebih menekankan pada pembahasan

Page 24: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

15

pandangan PKB terhdapa hubungan eksekutif dan legislatif dalam reformasi

ketatanegaraan di Indonesia

2. Judul :” Reformasi Kewenangan Presiden Pasca Amandemen Suatu kajian

Yuridis-Normatif dan Hukum Ketatanegaraan islam “

Penulis : Siti Atiqoh/FSH/2010

Skeripsi membahas tentang seputar eksekutif pasca amandemen,

menjelaskan kewenangan presiden atau kepala Negara menurut ketatanegaraan

islam, presiden atau lembaga eksekutif menurut ketatanegaraanislam adalah

tugas melaksanakan Undang-Undang (al-Sulthah al-tanfidziyah). Dalam hal ini

negara melakukan kebijaksanaan baik yang berhubungan dengan dalam negeri,

maupun yang menyangkut dengan hubungan sesama negara (hubungan

internasional).

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada

pembahasan jika pada penelitian yang dilakukan oleh siti atiqoh reformasi

kewenangan presiden sedangkan penelitian yang dilakukan penulis lebih

menekankan pada pembahasan pandangan PKB terhadap hubungan eksekutif

dan legislatif dalam reformasi ketatanegaraan di Indonesia.

3. Judul :” Studi Kompratif Antara AHL AL-HALL WA AL-AQD dan Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) Pasca Amandemen Undang-Undang Dasar

1945”

Penulis : Naziah/FSH/2010

Skripsi membahas tentang seputar AHLAL-HALL WA AL-AQD dan

MPR Pasca Amandemen, menjelaskan kedudukan dan kewenangan MPR

Page 25: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

16

pasca amandemen UUD1945, kedudukan dan wewenang ahl al-hall wa al-aqd

sama dengan MPR sebelum UUD 1945 diamandemen namun, setelah UUD

1945 mengalami perubahan kedudukan dan wewenang MPR tidak lagi sama

seperti ahl al-hall wa al-aqd, setelah amandemen tugas dan wewenang MPR

terbatas dan di berikan lembaga tinggi Negara lainnya.berarti wewenang ahl

al-hall wa al-aqd menyangkup tugas dan wewenang beberapa lembaga tinggi

Negara di Indonesia setelah amandemen UUD 1945.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada

pembahasan jika pada penelitian yang dilakukan oleh Naziah hanya membahas

tentang kedudukan dan kewenangan MPR sedangkan penelitian yang

dilakukan penulis lebih menekankan pada pembahasan pandangan PKB

terhadap hubungan eksekutif dan legislatif dalam reformasi ketatanegaraan di

Indonesia merupakan judul yang belum pernah ditulis dan dibahas sebelumnya

H. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi pokok

penulisan skripsi ini dan agar memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata

urutan penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan ini sebagai

berikut :

BAB I : Merupakan Pendahuluan, memuat ; latar belakang, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan kerangka teori manfaat penelitian,

metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

Page 26: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

17

BAB II : Perkembangan Hubungan Eksekutif dan Legislatif di Indonesia,

Perkembangan Eksekutif dan Legislatif, Hubungan Eksekutif dan

Legislatif Periode Orde Lama, Hubungan Eksekutif dan Legislatif

Periode Orde Baru, Hubungan Eksekutif dan Legislatif Periode Masa

Orde Reformasi.

BAB III : Sekilas tentang Partai Kebangkitan Bangsa, memuat: Sejarah

berdirinya, Asas – asas, Visi dan misi partai.

BAB IV : Pandangan partai kebangkitan bangsa terhadap hubungan Esekutif dan

Legislatif dalam reformasi ketatanegaraan di Indonesia, Pandangan

Partai Kebangkitan Bangsa Terhadap Hubungan Eksekutif dan

Legislatif, Kewenangan Lembaga Eksekutif dan Legislatif Pasca

Amandemen 1945, Peranan PKB terhadap reformasi ketatanegaraan di

indonesia, Analisa pandangan PKB dalam pelaksanaan sistem

presidensial di indonesia

BAB V : Merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan dalam penulisan

skripsi yang berisi kesimpulan dan saran

Page 27: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

18

BAB II

PERKEMBANGAN HUBUNGAN EKSEKUTIF

DAN LEGISLATIF DI INDONESIA

A. Perkembangan Eksekutif dan Legislatif

DPR sebagai lembaga legislatif adalah badan atau lembaga yang berwenang

untuk membuat Undang-Undang dan sebagai kontrol terhadap pemerintahan atau

eksekutif, sedangkan Eksekutif atau Presiden adalah lembaga yang berwenang

untuk menjalankan roda pemerintahan. Dari fungsinya tersebut maka antara pihak

legislatif dan eksekutif dituntut untuk melakukan kerjasama, terlebih Indonesia

yang memegang prinsip Pembagian Kekuasaan. Dalam hal ini, maka tidak boleh

ada suatu kekuatan yang mendominasi.

Dalam setiap hubungan kerjasama pasti akan selalu terjadi gesekan-

gesekan, begitu juga dengan hubungan antara eksekutif dan legislatif. Legislatif

yang merupakan wakil dari partai tentunya dalam menjalankan tugasnya tidak

jauh dari kepentingan partai, begitu juga dengan eksekutif yang meskipun dipilih

langsung oleh rakyat tetapi secara historis presiden memiliki hubungan dengan

partai, presiden sedikit banyak juga pasti mementingkan kepentingan partainya.

Akibatnya konflik yang terjadi dari hubungan eksekutif dan legislatif adalah

konflik kepentingan antar partai yang ada.

Peran dan Hubungan Antar-Lembaga Sistem politik Indonesia bercirikan

lembaga eksekutif yang kuat yang disokong oleh lembaga legislatif yang lemah

Page 28: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

19

(yang di dalamnya termasuk anggota-anggota yang tidak dipilih dari kalangan

militer dan kelompok-kelompok fungsional). Hal ini membuat kontrol institusi

terhadap lembaga eksekutif berkurang. Hubungan antara eksekutif dan legislatif

juga tak imbang karena budaya politik yang mendominasi hubungan antara

struktur-struktur konstitusional. Ini bisa disebut sebagai budaya hierarki atau

komando yang menghambat kontrol demokratis terhadap pemerintah dan yang

bisa dihubungkan dengan, sebagian, absennya definisi peran legislatif dan

eksekutif dan batas di antara mereka dalam UUD 1945.

Hubungan eksekutif dan legislatif pada masa sebelum amandemen Undang-

Undang Dasar 1945 atau dengan kata lain pada masa Orde Baru, adalah sangat

baik. Bisa dikatakan demikian karena hampir tidak ada konflik antara Eksekutif

dan Legislatif pada masa itu. Soeharto sebagai pemegang tampuk kekuasaan pada

masa itu menggunakan topangan superioritas lembaga eksekutif terhadap DPR

dan peran dwifungsi ABRI menghasilkan kehidupan politis yang stabil. DPR

yang tentunya sebagian besar dari Fraksi Golongan Karya, selalu „manut‟ dengan

apa yang ditentukan oleh Soeharto. Hal ini sangat berbeda dengan masa setelah

Orba, yaitu pada masa reformasi. Legislatif tidak mau lagi hanya berdiam diri,

menuruti segala apa yang dikatakan presiden. Bahkan cenderung kekuatan

legislatif kini semakin kuat. Hal ini bisa dilihat ketika DPR menjatuhkan

impeachment terhadap kepemimpinan Gus Dur.

Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 mengenai pemilihan eksekutif

dalam hal ini presiden dan wakil presiden dan pemilihan legislatif yaitu anggota

Page 29: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

20

DPR telah mengubah pola atau sistem dengan pemilihan langsung oleh rakyat.

Perubahan sistem pemilihan ini ternyata juga berpengaruh terhadap relasi atau

hubungan antara Presiden dengan anggota DPR itu sendiri. Pengaruh yang

dimaksud disini adalah tentang relasi antara Presiden dan anggota DPR yang

tidak kunjung membaik. Dengan pemilihan dari rakyat langsung, membuat

Presiden dan anggota DPR merasa mempunyai legitimasi ataupun mempunyai

hak bahwa dirinya adalah wakil dari rakyat langsung dan merasa punya dukungan

penuh dari rakyat. Perasaan yang seperti ini, maka bisa jadi mendorong presiden

menjadi kurang bertoleransi dengan kelompok oposisi. Hal ini membuat

keegoisan antara Presiden dan anggota DPR menjadi semakin kuat.

Hubungan atau relasi presiden dengan anggota DPR, bisa juga disebabkan

oleh sistem presidensil pada pemerintahan Indonesia. Disini dapat dijelaskan

bahwa sistem presidensil yang tidak mengenal adanya mosi tidak percaya, apabila

suatu ketika ada konflik atau masalah dengan legislatif, eksekutif tidak perlu takut

dengan adanya penggulingan kekuasaan, karena DPR tidak bisa memberikan

mosi tidak percaya. Dari sinilah, maka perselisihan antara presiden dengan

anggota DPR bisa terus berlanjut tanpa ada suatu „ketakutan‟ eksekutif akan

kekuasaannya.

Hubungan yang tidak sehat antara eksekutif dan legislatif memang selalu

terjadi di setiap pemerintahan. Dulu semasa pemerintahan Orde Baru, ada Sri

Bintang Pamungkas yang selalu bertentangan dengan kebijakan Soeharto, masa

Gus Dur sangat terlihat karena dengan adanya impeachment terhadap Gus Dur,

Page 30: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

21

dan pada masa SBY-JK, diantaranya adalah intepelasi DPR terhadap penggantian

panglima TNI oleh Presiden SBY, soal impor beras pada masa SBY, tentang

pemilihan Gubernur BI, tentang Iran, dan sebagainya.

B. Hubungan eksekutif dan legislatif Periode Orde Lama

Semangat perjuangan masih mewamai penyelenggaraan pemerintahan

kita. Para pelakunya masih kuat iman untuk berjuang demi negara dan persatuan

bangsa. Bahkan tidak jarang diperlihatkan oleh kekuatan mayoritas menekan

kepentingannya sendiri untuk menghargai kepentingan minoritas demi kesatuan

dan persatuan bangsa dan negara proklamasi. Sebagai contoh, penyimpangan

pertama dari Bung Kamo terhadap UUD 1945 seperti disinggung di depan ialah

diterimanya usulan Sjahrir untuk tidak menggunakan kabinet presidensial dan

diganti dengan kabinet parlementer. Sjahrir sendiri saat itu merupakan tokoh

vokal dan amat disegani. Sebagai sebuah negara baru, Indonesia membutuhkan

perangkat-perangkat yang dibutuhkan dalam menopang sistem negara moderen.

Namun hal itu tidak di miliki bangsa Indonesia karena keterbatasan faktor dalam

negeri yang tidak stabil pada sistem keamanannya. Atas inisiatif beberapa tokoh,

dalam upayah melengkapi kelembagan negara sebagai syarat pengakuan maka

pada tanggal 29 Agustus 1945 maka di bentuk lembaga Komite Nasional

Indonesia Pusat (KNIP).1

1 Delier Noer & Akbarsyah. KNIP: Komite Nasional Pusat Parlemen Indonesia 1945-1950,

(Jakarta: Yayasan Risalah, 2005), h. 22

Page 31: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

22

Demi persatuan dan kesatuan, maka Bung Kamo menerima usulan

tersebut Selain itu Bung Kamo juga menyadari bahwa KNIP belum

mencerminkan kekuatan politik riil yang anggotanya (tidak dipilih akan tetapi

ditunjuk) tidak mewakili kekuatan sosial politik nyata saat itu. Semangat

primordial untuk sementara waktu kalah oleh semangat nasional. Satu-satunya

organisasi politik primordial yang mengancam negara proklamasi adalah PKI

yang melakukan pemberontakan dalam rangka menguasai pemerintahan dan

negara. Pada awal kemerdekaan ada semacam kesepakatan bahwa lembaga

pemerintahan merupakan merupakan sarana politik yang baik untuk

mempersatukan bangsa. Anggapan ini cukup beralasan, karena lembaga ini

mempunyai birokrasi yang mampu menjangkau rakyat sampai ke desa-desa.

Namun dalam perjalanan sejarah nampak gejala semakin menguatnya

aspirasi primordial dalam lembaga birokrasi pemerintah kita. Lembaga ini

menjadi incaran kekuatan-kekuatan politik. Partai-partai politik mulai mengincar

peluang untuk menguasai lembaga birokrasi pemerintah ini.

Gejala semakin derasnya kekuatan politik mengincar terhadap lembaga

birokrasi pemerintah semakin hari semakin dirasakan. Pada tahun ini UUD

Semen tara 1950 diperlakukan. Dalam UUD ini dianut sistem demokrasi

parlementer, bahwa Pemerintah bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan

Rakyat. Akibat dari Maklumat Wakil Presiden 3 November 1945, kita menganut

sistem banyak partai yang memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk

mendirikan partai politik sesuai dengan aspirasinya. Pada periode ini

Page 32: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

23

terselenggara Pemilihan Umum pertama yang dikenal sangat demokratis. Ketika

itu semua partai politik yang memenangkan suara berkeinginan untuk menguasai

beberapa kementerian. Bahkan tidak jarang terjadi kabinet pemerintah dibubarkan

hanya karena pembagian kementerian yang tidak sesuai dengan tuntutan partai-

partai politik.

Mosi tidak percaya merupakan awal dari runtuhnya kabinet yang

memimpin lembaga pemerintah. Pemerintah di bawah kepemimpinan partai

politik yang anggotanya mendominasi DPR. Kedudukan DPR kuat. Sebaliknya

lembaga pemerintah dapat dikatakan lemah posisinya. Sementara itu aparat

pemerintah yang diharapkan netral juga sudah pandai bermain mata dengan

kekuatan- kekuatan politik yang ada. Pada periode ini di sana-sini militer sudah

mulai ikut memainkan peran dalam percaturan politik. Partisipasi politik militer

mulai nampak ketika tentara menolak perjanjian KMB yang merupakan hasil

perjuangan untuk menegakkan kemerdekaan oleh politisi sipil melalui jalan

diplomasi. Peran tentara ini kelak akan diwujudkan dalam konsep dwifungsi yang

menekankan bahwa militer tidak hanya berperan di bidang keamanan dan

pertahanan saja, melainkan juga di bidang sosial dan politik.

C. Hubungan Eksekutif dan Legislatif Periode Masa Orde Baru

Peralihan kekuasaan dari rezim Orde Lama ke Orde Baru berdasarkan

pada lahirnya surat perintah sebelas Maret adalah masa penggantian. Banyak

kalangan yang berpendapat bahwa kelahiran Orde Baru adalah bentuk koreksi

Page 33: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

24

dari segala penyelewengan konstitusional yang terjadi pada masa rezim Soekarno.

Begitulah pandangan awal yang datang dari Natsir di awal-awal kelahiran Orde

Baru. Namun Natsir melihat terjadi pemusatan kekuasaan di tangan presiden

Soeharto sebagai mana yang dilakukan pendahulunya. Sistem pemerintahan yang

di jalankan menurut Natsir berupa pemusatan kekuasaan secara mutlak pada satu

tangan yaitu kepala negara.2

Hubungan dan kedudukan antara eksekutif (Presiden) dan legislatif (DPR)

dalam sistem UUD 1945 sebenarnya telah diatur. Dimana kedudukan dua

lembaga ini (Presiden dan DPR) adalah sama karena kedua lembaga ini adalah

merupakan lembaga tinggi negara (Tap MPR No.III/MPR/1978). Namun dalam

praktik ketatanegaraan dan proses jalannya pemerintahan pada masa rezim Orde

Baru, kekuasaan eksekutif begitu dominan terhadap semua aspek kehidupan

berkepemerintahan dalam negara kita, terhadap kekuasaan legislatif maupun

terhadap kekuasaan judikatif.

Pada masa Orde Baru kekuasaan dikelola secara sentralistis, yakni

berpusat dan dikuasai oleh satu institusi atau bahkan oleh satu orang penguasa.3

Berdasarkan realitas politik, tentu dapat dikatakan bahwa sistem pemerintahan

yang dianut Indonesia pada era Orde Baru adalah sistem presidensial murni.

Penyebutan dalam istilah ini barangkali dapat menjadi perdebatan, namun

2 Thohir Luth, M. Natsir Dakwa dan pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h.

112 3 TA. Legowo, Negara, Politik dan Keadilan. Dalam Al Andang, dkk (editor) Keadilan Sosial

Upaya Kesejahteraan Bersama (Jakarta: Kompas, 2004), h.39

Page 34: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

25

terminologi tersebut merujuk pola-pola pemerintahan yang menjadi sosok

presiden yang amat berkuasa, dan melebihi lembaga-lembaga negara yang ada.

Semua instrument negara, sumber-sumber kekuasaan Negara dan mekanisme

pengambilan kebijakan berada di bawah tangan presiden.

Keadaan ini tidak dapat sepenuhnya disalahkan, karena pengaturan yang

terdapat di dalam UUD 1945 memungkinkan terjadinya hal ini. Oleh sebab itu,

tidak salah pula apabila terdapat pandangan yang menyatakan bahwa UUD 1945

menganut supremasi eksekutif. Dominasi/supremasi kekuasaan eksekutif

mendapat legitimasi konstitusionalnya, karena dalam Penjelasan Umum UUD

1945 pada bagian Sistem Pemerintahan Negara Kunci Pokok IV sendiri

dinyatakan bahwa Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi di

bawah Majelis. Dalam sistem UUD 1945 (sebelum diamandemen), Presiden

memiliki beberapa bidang kekuasaan. Selain sebagai pemegang kekuasaan

pemerintahan (pasal 4 ayat 1), Presiden memiliki kekuasaan membentuk undang-

undang (pasal 5 ayat 1). Demikian juga Presiden memiliki kekuasaan diplomatik

yang sangat besar, yaitu kekuasaan membuat berbagai macam perjanjian

internasional dan mengangkat serta menerima duta dari negara lain (pasal 11 dan

pasal 13). Sama halnya dalam bidang hukum (kekuasaan di bidang justisial) yang

kemudian diwujudkan dalam pemberian grasi, rehabilitasi, amnesti dan abolisi

(pasal 14).

Dominasi kekuasaan eksekutif semakin mendapat ruang geraknya ketika

penguasa melakukan monopoli penafsiran terhadap pasal 7. Penafsiran ini

Page 35: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

26

menimbulkan implikasi yang sangat luas karena menyebabkan Presiden dapat

dipilih kembali untuk masa yang tidak terbatas. Begitu besarnya kekuasaan

Presiden pada masa orde baru. Presiden juga memiliki kewenangan untuk

menentukan keanggotaan MPR (pasal 1 ayat 4 huruf c UU No.16 Tahun 1969

UU No.2 Tahun 1985). Suatu hal yang sangat tidak pantas dan tidak pas dengan

logika demokrasi.

Sistem kepartaian yang menguntungkan Golkar, eksistensi ABRI yang

lebih sebagai alat penguasa daripada alat negara, DPR dan pemerintah yang

dikuasai partai mayoritas menyebabkan DPR menjadi tersubordinasi terhadap

pemerintah. Hal ini pula yang menyebabkan fungsi pengawasan terhadap

pemerintah (Eksekutif) yang seharusnya dilaksanakan oleh DPR/MPR (legislatif)

menjadi tidak efektif.

D. Hubungan Eksekutif dan Legislatif Periode Masa Orde Reformasi

Orde Reformasi ditandai dengan kejatuhan Soeharto dari singgasana

kekuasaan presiden yang berkuasa hampir 32 tahun lebih yang merupakan model

kekuasaan absolut, korup, menindas dan menekan. Kekuasaan yang bersifat

absolut pada kekuasaan rezim Orde Baru tercerai berainya menjadi semacam

kebebasan yang cenderung kebablasan. Pada masa Reformasi inilah demokrasi

kian terbuka, kebebasan pers dijamin, demonstrasi dijamin oleh negara, dan orang

bebas berekpresi dalam bentuk mendirikan partai politik, dan organisasi

Page 36: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

27

kemasyarakatan, bagian terakhir yang kedua sulit di bayangkan bakal terealisasi

pada era Soeharto.4

Penulis memilih era kepemimpinan pemerintahan KH. Abdurrahman

karena disebabkan banyak bentuk-bentuk suatu kebijakan yang dirasa oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia sangat tidak lazim dan bertentangan dengan

apa yang dinginkan oleh rakyatnya. Dan ini adalah suatu fenomena yang sangat

menarik sehingga membuat penulis tertarik juga untuk memasukkannya dalam

tulisan ini.

Era pemerintahan orde reformasi yang ketika dibawah kepemimpinan Gus

Dur berusaha mencoba menampilkan strategi demokratisasi yang khas yang

dikenal sebagai “demokrasi bawah”, yaitu suatu demokrasi dan upaya

demokratisasi Negara yang memprioritaskan upaya pemberdayaan dan

keberdayaan masyarakat. Menurut Gus Dur upaya menciptakan demokrasi

hamper identik dengan upaya pembangunan civil society, melalui saluran

komunikasi yang dimilikinya, ia mencoba memberikan satu kerangka kerja bagi

petani, buruh, pedagang kecil, bahkan pegawai pemerintah untuk menyalurkan

dan menata diri mereka masing-masing. Kepemimpinan Gus Dur juga terkandung

charisma hal ini karena eksistensinya dirinya, juga karena Gus Dur termasuk

keluarga dari ulama yang sangat terkenal, baik dari orang tuanya maupun dari

4 Kari Mannheim. Freedom, Power and Democratic Planning. (London: Routledge & Keegan

Paul Ltd, 1951), h. 51

Page 37: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

28

mertuanya. Namun karena pemikirannya yang democrat, didalam praktek

kepemimpinannya lebih cenderung ke arah transformasional.

Kepemimpinan dengan pola transformasional, pola pemikir pemimpin ini

lebih tertuju pada perubahan (shift) darikeyakinan – keyakinan, nilai-nilai,

kebutuhan –kebutuhan dan kemampuan pengikut. Ia mampu menyampaikan visi

dan misi serta mampu membangkitkan motivasi para pengikut untuk menjadi

seorang individu yang seutuhnya dan mampu mengaktualisasikan diri. Dari aspek

intelektual, pemimpin transformasional tidakpuas dengan pemecahan masalah

yang bersifat parsial, meneriam keadaan status quo, atau melakukan seperti apa

yang biasa di lakukan, ia sukamencari cara-carabaru, dalam berfikir lebih

proaktif, gagasannya lebih kreatif, inovatif ; didalam ideology labih radikal dan

reaksioner dibandingkan konservatif ; serta tidakmengalami hambatan berfikir

dalam upaya mencari pemecahan masalah. Atribut-atribut diatas dapatlah di

proyeksikan sebagai kepemimpinan yang ditetapkan oleh Gus Dur. Mengingat

Gus Dur pemikirannya lebih democrat. Proactive dan inovatif. Namun pemimpin

yang demikian harus diimbangi dengan para pembantu yang dimiliki daya

persepsi tinggi, sebab apabila tidak maka sang pemimpin akan berjalan sendiri

meninggalkan para pembantunya, sehingga para pembantunya tersebut akan

berjalan ditempat atau menjadi bingung sendiri mengejar pemimpinnya. Yang

dikhawatirkan adalah akibat kelebihan intelektualitas sang pemimpin, maka ia

akan melakukan sesuatu kebijakan yang “uncontrollable” yang dapat

membahayakan rakyat, bangsa dan Negara serta dirinya sendiri.

Page 38: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

29

Terjadi apa yang menjadi kekhawatiran ini terjadi dengan sesungguhnya,

dimana pada kenyataannya dilapangan, Presiden Gus Dur dengan kelebihan

intelektualitasnya dan wisdomnya berjalan dengan sendiri jauh di depan para

pembantunya sehingga menelorkan kebijakan-kebijakan atau pernyataan yang

controversial di tengah-tengah masyarakat dan bahkan di sana-sini menimbulkan

konflik kelembagaan sebagaimana yang ditampilkan oleh mekanisme kerja yang

tidak serasi antar DPR dan pemerintah, demikian juga dalam perkara Bank

kesemuanya ini menyebabkan pemerintahan dan kelembagaan negara tidak

berjalan dengan efektif dan bahkan cenderung menghasilkan keruntuhan hidup

berbangsa dan bernegara Kesatuan Republik Indonesia.

Menjelang satu dekade konsolidasi demokrasi di Indonesia, hubungan

politik kedua lembaga ini semakin menampakkan performa yang sebenarnya.

Legislatif yang diwakili oleh orang-orang partai lebih banyak memainkan

kepentingan partai politik ketimbang rakyat yang diwakilinya. Sementara

presiden (eksekutif) yang juga representasi partai politik, meskipun dipilih

langsung oleh rakyat sedikit banyak juga memiliki ikatan historis dengan partai

politik yang ada di parlemen, juga memikirkan kepentingan partai politiknya.

Akibatnya yang menonjol dari hubungan eksekutif dan legislatif tersebut adalah

konflik kepentingan (conflict of interest) antarpartai politik yang ada. Kasus

keluarnya surat yang ditulis sekretaris wakil presiden yang mencuat ke

permukaan beberapa minggu terakhir ini adalah manifestasi konflik yang

tersembunyi di antara keduanya.

Page 39: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

30

Dalam sistem pemerintahan presidensial keberadaan lembaga eksekutif

adalah sejajar dengan legislatif. Artinya, wewenang, tugas, dan kewajiban

eksekutif baru akan dapat berjalan, jika yang diberi kekuatan hukum oleh

lembaga legislatif. Dan dalam menjalankan wewenang, tugas dan kewajibannya

tersebut selalu mendapatkan pengawasan oleh DPR sehingga sesuai dengan

keinginan rakyat. Selain itu, implementasi wewenang, tugas, dan kewajiban

pemerintah juga memerlukan pembiayaan yang disusun sesuai ketentuan yang

berlaku yang harus melibatkan lembaga legislatif. Inilah makna mekanisme check

and balances dalam sistem pemerintahan presidensial. Hubungan kedua lembaga

tinggi negara tersebut sebenarnya mencerminkan adanya kemitraan yang serius

dan saling membutuhkan. Jika salah satu lembaga tersebut tidak berfungsi

sebagaimana mestinya, maka demokrasi berjalan pincang.

Menurut penulis, hubungan eksekutif dan legislatif yang tidak

menunjukkan sinyal positif disebabkan oleh keegoisan di masing-masing pihak

dimana mereka sama-sama merasa mempunyai legitimasi yang kuat karena

dipilih langsung oleh rakyat. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi. Seharusnya

eksekutif dan legislatif selalu bekerjasama di mana yang satu menjadi pelaksana

dan yang satu menjadi kontrol terhadap pelaksanaan kebijakan. Hal ini tentunya

akan lebih baik dibandingkan hubungan yang saling menjatuhkan dan ujungnya

sebenarnya tidak berpihak kepada rakyat hanya kepentingan kelompok masing-

masing saja. Namun, terlepas dari itu semua, hubungan antara eksekutif dan

legislatif ini memang sedang mencari jati dirinya karena kita semua sedang

Page 40: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

31

belajar tentang demokrasi. Justru hubungan yang mulai membaik antara kedua

lembaga tinggi negara terjadi pada masa reformasi. Konsolidasi demokrasi yang

berlangsung cepat terutama sejak mundurnya rezim Orde Baru memberikan

suasana baru dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dan, yang menarik pada

masa ini justru terjadi pergeseran dominasi dan determinasi kekuasaan yang

selama ini ada di lembaga eksekutif ke lembaga legislatif. Penilaian anggota

legislatif terhadap kegagalan Presiden Habibie menjalankan reformasi adalah

awal perwujudan dominasi legislatif atas eksekutif. Sejarah juga mencatat

dominasi lembaga legislatif atas eksekutif yang monumental adalah ketika

Presiden Abdurrahman Wahid dimundurkan dari jabatannya tahun 2001.

Page 41: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

32

BAB III

SKETSA TENTANG PARTAI KEBANGKITAN BANGSA

A. Sejarah Lahirnya PKB

Berbagai peristiwa mulai dari diskusi terbatas, unjuk rasa, unjuk

keperihatinan, pembentukan kelompok, histigosah akbar dan lain sebagainya,

mengantarkan bangsa dan negara Indonesia kepada peristiwa bersejarah. Pada

tanggal 21 Mei 1998 soeharto yang telah memimpin bangsa dan negara lebih dari

tiga puluh tahun mengatakan berhenti dari jabatanya. Maka berakhirlah era

pembangunan. Bangsa dan negara Indonesia memasuki era baru yang sering di

sebut adalah era reformasi.1

Era reformasi di tandai dengan upaya mewujudkan kehendak rakyat untuk

mengubah tatanan semua aspek kehidupan, ideologi, politik, ekonomi, social,

budaya dan pertahanan keamanan. Rakayat tidak menghendaki adanya yang

mengatasnamakan kekuasaan kehidupan dan berbangsa harus dikembalikan pada

rakyat sebagai pemegang kedaulatan.

Warga Nahdlatul Ulama sebagai bagian dari bangsa Indonesia, tak mau

ketinggal dalam arus perubahan itu. Apa lagi jauh hari sebelum pihak dan

kalangan lain meneriakkan perunya perubahan di semua aspek kehidupan, telah

dengan gigih memeperjuangkannya. Hal itu bukan tanpa resiko yang di alami

jamaah dan NU adalah di pinggirkan dalam kehidupan bangsa dan bernegara.

1 Abdurrahman Wahid. Deklarasi Partai Kebangkitan Bangsa (NU Jawa Timur, 2000) h.23

Page 42: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

33

NU terus di upayakan untuk ditiyadakan NU dianggap tidak ada. Bagi

NU ini dirasakan sungguh menyakitkan, NU tidak kecil jumlahnya pada pemilu

yang pertama dalam kehidupan yang bersejarah bagi bangsa dan negara

Indonesia, yakni pemilu 1955, NU memperoleh suara 18 persen lebih suara

pemilihan.

Demikian pula pada pemilu yang kedua atau dalam pemilu yang pertama

pada masa orde baru yakni pemilu 1971 dalam suasana pelaksanaan yang penuh

dengan intimidasih suara yang di proleh NU sedikit meningkat di banding suara

pemilu yang pertama.

Banyak yang berpendapat andai saja pemilu 1971 dilaksanakan dengan

jujur dan adil, di pastikan NU memperoleh suara lebih besar lagi dengan

perhitungan angka penambahan penduduk yang alami dengan hasil pemilu 1971

saja, saat ini diperkirakan warga NU mencapai 40 juta orang lebih. Oarganisasi

yang sebesar itu dianggap tidak ada ini sungguh tidak dapat dipahami oleh warga

NU. 2

Sehari setelah peristiwa bersejarah itu pengurus besar Nahdlatul Ulama

(PBNU) mulai kebanjiran usulan dari warga NU di seluruh pondok tanah air.

Usulan yang masuk ke PBNU membentuk parpol, ada yang mengusulkan nama

parpol. Tercatat ada 39 nama parpol yang di usulkan nama terbanyak yang

2 Ibid., h. 25

Page 43: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

34

diusulkan adalah Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat dan Kebangkitan

Bangsa.3

Ada juga yang mengusulkan lambang parpol. Unsur-unsur yang

terbanyak yang diusulkan untuk lambing parpol adalah gambar bumi, bintang,

sembilan dan warna hijau. Ada yang mengusulkan bentuk hubungan dengan NU,

ada yang mengusulkan visi dan misi parpol, AD/ART parpol, nama-nama untuk

menjadi pengurus parpol, ada yang mengusulkan semuanya. Diantara yang

usulannya paling lengkap adalah Lajnah Sebelas Rembang yang diketuai KH.M

Cholil Bisri dan PBNU Jawa Barat.

Dalam menyikapi usulan yang masuk dari masyarakat Nahdiyin PBNU

menaggapinya secara hati-hati. Ini didasarkan pada adanya kenyataan bahwa hasil

muktamar NU ke-27 di Situbondo yang menetapkan bahwa secara organisatoris

NU tidak terkait dengan partai politik manapun dan tidak melakukan kegiatan

politik praktis.

Namun demikian, sikap yang di tunjukkan PBNU belum memuaskan

warga NU. Banyak pihak dan kalangan NU dengan tidak sabar bahkan langsung

menyatakan berdirinya parpol untuk mewadahi aspirasi politik warga NU

setempat. Diantarnya yang sudah mendeklarasikan sebuah parpol adalah Partai

Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai Kebangkitan Umat (perkanu) di

Cirebon.

3 http://www. blogspot.com/sejarah Partai Kebangkitan Bangsa. Diakses Tgl 9/11/10

Page 44: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

35

Akhirnya PBNU mengadakan Rapat Hariyan Syuriyah dan Tanfidziyah

PBNU tanggal 3 Juni 1998 yang menghasilkan keputusan untuk membentuk Tim

Lima yang diberi tugas untuk memenuhi aspirasi warga NU. Tim Lima diketuai

KH. Ma’ruf Amin (Rais Suriyah/Koordinator Harian PBNU), dengan anggota,

KH. Dawam Anwar (Katib Aam PBNU), Dr. KH. Said Agil Siradj, MA.(Wakil

Katib Aam PBNU), HM Rozy Munir, SE.,M,Sc.(Ketua PBNU), dan Ahmad

Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU). Untuk mengatasi hambatan organisatoris,

Tim Lima di bekali dengan surat keputusan dari PBNU.

Selanjutnya untuk memperkuat posisi dan memperkuat kerja Tim Lima

seiring semakin derasnya usulan warga NU untuk menginginkan partai politik,

maka pada Rapat Hariyan Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU tanggal 20 Juni 1998

memberi Surat Tugas Kepada Tim Lima, selain itu juga dibentuk Tim Asistensi

yang diketuai oleh Arifin Junaidi (Wakil Sekjen PBNU) dengan anggota H.

Nuhyiddin Arubusman, H.M Fachri Thaha Ma’ruf, Lc., Drs. H. Abdul Aziz, MA,

Drs. Amin Said Husni DAN Muhaimin Iskandar. Tim Asistensi bertugas

membantu Tim Lima dalam mengiventarisasi dan merangkul usaha yang ingin

membentuk parpol baru, dan membantu warga NU dalam melahirkan parpol baru

yang dapat mewadahi aspirasi warga NU.

Pada tanggal 22 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan

rapat untuk mendefinisikan dan mengelaborisasikan tugas-tugasnya. Tanggal 26-

28 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan konsinyering di Villa La

Citra, Cipanas untuk menyusun rancangan awal pembentukan parpol. Pertemuan

Page 45: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

36

ini menghasilakan lima rancangan: Pokok-pokok pikiran NU Mengenai

Reformasi Politik, Mabda Siyasiy, Hubungan partai politik dengan NU, AD/ART

dan Naskah Deklarasi.4

Hal-hal pokok yang dirancang dalam pokok-pokok pikiran NU mengenai

Reformasi politik adalah perlunya kehidupan yang demokrasi dan di

kembalikannya kedaulatan pada rakyat. Mabda Siyasiy antara lain memuat visi

dan strategi parpol. Hubungan partai politk dengan NU antara lain memuat

hubungan historis, kultular dan aspiratif antara parpol dengan NU, sedangkan

struktur dan lambang parpol di muat dalam rancangan AD/ART.5

Setelah dibahas dalam berbagai diskusi yang intensif, rancangan-

rancangan itu di bawa keforum Silaturrahmi Nasional Ulama dan Tokoh NU di

Bandung, tanggal 4-5 Juli 1998 untuk memperoleh masukan silaturrahmi yang di

hadiri peserta dari 22 PW NU, penggagasan, ulama dan para tokoh NU itu

mengahsilkan banyak masukan pada Tim Lima dan Tim Asistensi, mengenai

nama parpol, silaturrahmi memberikan masukkan tiga anternatif, yakni Nahdlatul

Ummah, Kebangkitan Umat dan Kebangkitan Bangsa. Untuk lima rancangan

yang di siapkan oleh Tim Lima dan Tim Asistensi, silaturrahmi ini cukup banyak

masukan. Namun silaturrahmi menyerahkan sepenuhnya pada Tim Lima dan Tim

Asistensi untuk melakukan perumusan akhir.6

4 Abdurrahman Wahid. Deklarasi Partai Kebangkitan Bangsa (NU Jawa Timur, 2000) h.28

5 http://www. blogspot.com/sejarah Partai Kebangkitan Bangsa. Diakses Tgl 9/11/10

6 Abdurrahman Wahid. Deklarasi Partai Kebangkitan Bangsa (NU Jawa Timur, 2000) h. 31

Page 46: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

37

Setelah melakukan diskusi verifikasi pada tanggal 30 Juni 1998 dan

pertemuan finalisasi pada tanggal 17 Juli 1998, dan konsultasi dengan berbagai

pihak Tim Lima dan Tim Asistensi menyerahkan hasil rancangan kepada Rapat

Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada tanggal 22 Juli 1998. Rapat

tersebut telah menerima rancangan yang telah disiapkan oleh Tim Lima dan Tim

Asistensi untuk di serahkan pada pengurus parpol sebagai dokumen histories dan

aturan main parpol.

Sangat disadari bahwa apa yang disiapkan oleh Tim Lima dan Tim

Asistensi masih jauh dari sempurna dan belum memuaskan semua pihak, meski

telah diupayakan untuk menampung aspirasi semua pihak.

Namun dengan kesadaran penuh pula bahwa sesuai aspirasi warga NU,

PBNU hanya membidani lahirnya parpol, dan apa yang di rancang oleh Tim Lima

DAN Tim Asistensi bersifat sementara maka bagi pihak-pihak belum puas dapat

ikut aktif untuk menyempurnakannya setelah parpol lahir, melalui mekanisme

yang telah di tetapkan dan di sepakati bersama.

Akhirnya parpol yang diharapkan dapat menampung aspirasi warga NU

pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya, yang diberi nama Partai

Kebangkitan Bangsa, pada tanggal 23 Juli 1998 di deklarasikan di kediaman H.

Abdurrahman Wahid, Ciganjur Jakarta Selatan.

Sesuai harapan warga NU dan bangsa Indonesia, Partai Kebangkitan

Bangsa diharap dapt bersama komponen bangsa lainnya dalam membangun

masyarakat, serta bangsa dan negara Indonesia untuk mencapai cita-cita.

Page 47: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

38

B. Visi dan Misi Partai Kebangkitan Bangsa

1. Visi Partai Kebangkitan Bangsa

a. Partai Kebangkitan Bangsa berpandangan bahwa tanah air Indonesia dan

kemerdekaan bangsa Indonesia adalah rahmat dan amanat Allah SWT

kepada seluruh rakyat Indonesia yang wajib dijaga dan dipelihara untuk

dapat di manfatkan sebaik-baiknya bagi kemakmuran seluruh rakyat

Indonesia tanpa terkecuali dan tanpa memandang asal-usul.7

b. Partai Kebangkitan Bangsa mencita-citakan memperjuangkan tegaknya

kedaulatan rakyat, terwujudnya kehidupan Demokrasi secara nyata,

tercapainya keadilan sosial, kemandirian dan kemajuan.

c. Partai Kebangkitan Bangsa mencita-citakan terbentuknya masyarakat

madani yang adil dan makmur, beradap dan sejahtera serta diridhai Allah

SWT yang dapat mewujudkan:

1) Nilai kejujuran, kebenaran, kesungguhan, dan keterbukaan yang

bersumber pada nurani (ash –shidqu)

2) Sikap bisa dipercaya, setia, menepati janjin, dan mampu memecahkan

masalah sosial (al-amanah wal yaghfa bil-‘ahdi)

3) Sikap dan tindakan yang adil dalam segalah situasi (al-‘adalah)

4) Sikap tolong menolong dalam kebajikan (at-ta’awun)

5) Sikap konsisten dalam menjalankan ketentuan yang di

sepakatibersama (al-istiqomah)

7 Muhaimin Iskandar, Politik Partai Kebangkitan Bangsa (Jakarta: DPP PKB, 2005) h. 67

Page 48: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

39

6) Demokrasi persamaan kedudukan di depan hukum (musyawarah)

d. Partai Kebangkitan Bangsa mencita-citakan terwujudnya persatuan dan

kesatuan di atas realitas kemajumukan bangsa, di hormatinya setiap

perbedaan, serta berkembangnya solidaritas dan persaudaraan yang

meliputi persaudaraan keagamaan (ukhuwah islamiyah) persaudaraan

kebangsaan (ukhuwah wathaniyah) dan persaudaraan kemanusiaan

(ukhuwah insaniyah).

e. Partai Kebangkitan Bangsa mencita-citakan terwujudnya masyarakat

bangsa Indonesia berdasarkan pancasila yang bersifat keagamaan

(religius) yang memberikan tempat utama bagi keberadaan agama di

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, srta menolak berkembangnya

sekularisme di Indonesia.

Partai Kebangkitan Bangsa mencita-citakan dan memperjuangkan proses

penyadaran menuju pemahaman agama yang ingklusif dan pemahaman

yang mengutamakan kesolehan sosial.8

f. Partai Kebangkitan Bangsa mencita-citakan dan memperjuangkan

pemerataan kesejahteraan sosial melalui pembangunan ekonomi

kerakyatan yang berbasis pada pembangunan pedesaan, penguatan sektor

pertanian, serta pendayagunaan membayar pajak dan kewajiban agama,

seperti zakat (bagi pemeluk agama Islam).

8 Muhaimin Iskandar, Politik Partai Kebangkitan Bangsa (Jakarta: DPP PKB, 2005) h. 68

Page 49: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

40

2. Misi Partai Kebangkitan Bangsa

Melaksanakan kegiatan dan upayah secara maksimal untuk

mewujudkan masyarakat ideal yang dicita-citakan sebagai mana tercantum

dalam visi partai dengan memperhatikan dan menjamin terpenuhnya hak-hak

dasar kemanusiaan yang meliputi:

a. terpeliharanya jiwa dan terpenuhinya hak kemerdekaan, hak atas

penghidupan/ pekerjaan, keselamatan, dan bebas dari penganiayaan

(hifdzun nafs)9

b. terpeliharanya agama dan terjaminnya kebebasan beragama dan larangan

adanya pemaksaan menganut ajaran suatu agama (hifdzuddin)

c. terpeliharnya akal, terjamin kebebasan berekspresi dan berpendapat

(hifdzul aql)

d. terpeliharanya keturunan, terjaminya perlindungan pekerjaan, dan masa

depan keturunan atau generasi penerus (hifdzun nasl)

e. terpeliharanya harta benda dan terjaminya pemilikan harta benda (hifdzul

mal).

Memperjuangkan pelaksanaan pembangunan perekonomian nasional

yang menumbuh kembangkan potensi dan sentra-sentra perekonomian rakyat

yang pernah berjaya di masa lalu. Mencegah terjadinya bentuk-bentuk

pengembangan perekonomian yang menumbuhkan sektor tertentu tetapi

berakibat matinya potensi dan sentra-sentra perekonomian rakyat.

9 Muhaimin Iskandar, Politik Partai Kebangkitan Bangsa (Jakarta: DPP PKB, 2005) h. 69

Page 50: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

41

Memperjuangkan pelaksanaan otonomi daerah dengan warga daerah

sebagai perilaku utama pembangunan di daerah yang sebenarnya adalah

pembangunan oleh pemerintahan pusat dengan mengambil tempat di daerah.

Memperjuangkan pelaksanaan pembangunan yang memperhatikan

upaya menjaga alam Indonesia yang merupakan rahmat Allah SWT kepada

bangsa Indonesia yang juga di pertanggung jawabkan oleh generasi

penerusnya.

Memperjuangkan terwujudnya birokrasi pemerintahan pusat dan

pemerintahan daerah yang efesien dan efektif, bersih, jujur, terbuka, serta

tidak di kuasai menjadi alat dari kekuatan politik tertentu.10

Memperjuangkan terwujudnya negara hukum yang tercermin pada

kuat dan kokohnya supermasih hukum dalam segala aspek kehidupan, sesuai

dengan cita-cita dan seluruh gagasan sosial, politik, dan ekonomi yang

terkandung dalam pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.

C. Asas-Asas Partai Kebangkitan Bangsa

1. Partai Kebangkitan Bangsa beraqidah islam/berasas islam menganut faham

ahlulsunnah wal jama’ah dan menurut faham dari salah satu imam mazhab

empat: Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafii, Imam Hambali.11

10

Muhaimin Iskandar, Politik Partai Kebangkitan Bangsa (Jakarta: DPP PKB, 2005) h.70 11

Anggaran Dasar dan Rumah tangga Partai Kebangkitan Bangsa (Hasil Muktamar Ke-31,

2004), h. 2

Page 51: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

42

2. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Partai Kebangkitan Bangsa

berasas pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adail yang

beradap, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikma

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia

3. Asas: Kelima Sila dalam Pancasila

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) muncul sebagai jawaban terhadap usulan

warga Nahdlatul Ulama (NU) dari seluruh pelosok negeri yang menginginkan

hadirnya satu wadah yang dapat menampung aspirasi politik kaum nahdliyin.

Pengurus Besar NU (PBNU) lah yang kemudian membidani lahirnya PKB.12

4. Partai ini lahir melalui sebuah rangkaian proses pengkajian yang intensif.

Partai ini adalah "Partainya orang NU" yang sekaligus juga menjadi

partai yang bersifat kebangsaan, demokratis, dan terbuka bagi siapa saja

dalam artian lintas agama, suku, ras, dan golongan.

5. PKB yang didukung sepenuhnya oleh KH Abdurrahman Wahid, Ketua Umum

PBNU, berciri humanisme religius (insaniyah diniyah) dan amat peduli

dengan nilai-nilai kemanusiaan yang agamis dan berwawasan kebangsaan.

Saat ini, perjuangan PKB bermuara pada pengembalian kedaulatan rakyat,

keadilan, dan persatuan.

12

http://www. blogspot.com/Asas-Asas Partai Kebangkitan Bangsa. Diakses Tgl 15/11/10

Page 52: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

43

BAB IV

PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA

TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF

DALAM REFORMASI KETATANEGARAAN DI INDONESIA

A. Pandangan PKB terhadap hubungan Eksekutif dan Legislatif

DPR sebagai lembaga legislatif adalah badan atau lembaga yang

berwenang untuk membuat Undang-Undang dan sebagai kontrol terhadap

pemerintahan atau eksekutif, sedangkan Eksekutif atau Presiden adalah lembaga

yang berwenang untuk menjalankan roda pemerintahan. Dari fungsinya tersebut

maka antara pihak legislatif dan eksekutif dituntut untuk melakukan kerjasama,

apalagi di Indonesia memegang prinsip Pembagian Kekuasaan. Dalam hal ini,

maka tidak boleh ada suatu kekuatan yang mendominasi.

Partai Kebangkitan Bangsa berpendapat bahwa dalam setiap hubungan

kerjasama pasti akan selalu terjadi gesekan-gesekan, begitu juga dengan

hubungan antara eksekutif dan legislatif. Legislatif yang merupakan wakil dari

partai tentunya dalam menjalankan tugasnya tidak jauh dari kepentingan partai,

begitu juga dengan eksekutif yang meskipun dipilih langsung oleh rakyat tetapi

secara historis presiden memiliki hubungan dengan partai, presiden sedikit

banyak juga pasti mementingkan kepentingan partainya. Akibatnya konflik yang

terjadi dari hubungan eksekutif dan legislatif adalah konflik kepentingan antar

partai yang ada.

Page 53: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

44

Hubungan atau relasi presiden dengan anggota DPR, bisa juga disebabkan

oleh sistem presidensil pada pemerintahan Indonesia. Disini dapat dijelaskan

bahwa sistem presidensil yang tidak mengenal adanya mosi tidak percaya, apabila

suatu ketika ada konflik atau masalah dengan legislatif, eksekutif tidak perlu takut

dengan adanya penggulingan kekuasaan, karena DPR tidak bisa memberikan

mosi tidak percaya. Dari sinilah, maka perselisihan antara presiden dengan

anggota DPR bisa terus berlanjut tanpa ada suatu „ketakutan‟ eksekutif akan

kekuasaannya.1

Relasi antara eksekutif dan legislatif pada masa pemerintahan Gusdur

patut untuk dicermati. Gusdur banyak mengeluarkan kebijakan yang bertentangan

dengan DPR hal ini dilakukan karena Gusdur merasa banyak kebijakan yang

dikeluarkan oleh DPR tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan rakyat.

Menurut penulis, hubungan eksekutif dan legislatif yang tidak

menunjukkan sinyal positif disebabkan oleh keegoisan di masing-masing pihak

dimana mereka sama-sama merasa mempunyai legitimasi yang kuat karena

dipilih langsung oleh rakyat. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi. Seharusnya

eksekutif dan legislatif selalu bekerjasama dimana yang satu menjadi pelaksana

dan yang satu menjadi kontrol terhadap pelaksanaan kebijakan. Hal ini tentunya

akan lebih baik dibandingkan hubungan yang saling menjatuhkan dan ujungnya

sebenarnya tidak berpihak kepada rakyat hanya kepentingan kelompok masing-

masing saja.

1 www.WordPress.org file:///E:/Hubungan Eksekutif dan Legislatif di Indonesia AB setitik

ilmu yang kudapatkan.htm

Page 54: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

45

Amandemen terhadap beberapa pasal yang membatasi kewenangan

Presiden dinilai terlalu besar di dalam UUD 1945. Ketentuan yang menyatakan

bahwa Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dibalik menjadi kewenangan DPR.

Namun Presiden tetap berhak mengajukan rancangan undang-undang untuk

mendapat persetujuan DPR. Perubahan ini bertujuan untuk memberikan

penguatan kepada DPR, walau tidak mengubah hakikat bahwa badan legislatif

tidaklah hanya monopoli DPR. Badan ini memang memegang kekuasaan

legislasi, namun tidak menyebabkan DPR menjadi badan legislatif, karena

sebagian kewenangan legislasi tetap berada di tangan Presiden. Presiden tetap

memegang kekuasaan legislatif bersama-sama dengan DPR dan untuk beberapa

hal sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat (2) UUD 1945 bersama-sama juga

dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Partai Kebangkitan Bangsa merasa dengan adanya amandemen UUD

1945, kedudukan DPR telah diperkuat, bukan saja dalam kewenangan legislasi,

namun juga dalam hal anggaran dan pengawasan. Presiden tidak dapat

membubarkan DPR yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat melalui

pemilihan umum secara berkala lima tahun sekali. Meskipun demikian, Presiden

tidak bertanggungjawab kepada DPR. Inilah sesungguhnya inti dari sistem

pemerintahan Presidensial yang di anut. Para menteri adalah pembantu Presiden,

yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, dan karena itu bertanggungjawab

kepada Presiden. DPR memang memiliki wewenang melakukan pengawasan,

namun tidak dapat “memanggil” para menteri yang dapat menimbulkan kesan

Page 55: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

46

bahwa yang satu adalah bawahan dari yang lain, apalagi meminta

pertanggungjawabannya. Pertanggungjawaban akhir penyelenggaraan

pemerintahan negara, sesungguhnya terletak di tangan Presiden. DPR juga tidak

dapat mendesak Presiden untuk memberhentikan menteri, karena pengangkatan

dan pemberhentiannya adalah kewenangan Presiden yang tidak dapat dicampuri

oleh lembaga negara yang lain.

B. Kewenangaan Lembaga Eksekutif dan Legislatif Pasca Amandemen UUD

1945

1. Kewenangan Lembaga Eksekutif (Presiden) Pasca Amandemen UUD

1945

Dari sudut pandang akademis sebenarnya telah lama ditentukan bahwa

amandemen atas UUD 1945 itu perlu di lakukan karena memuat sejumlah

kelemahan yang menyebabkan tampilnya pemerintahan yang tidak demokratis.

Hanya saja selalu berbenturan dengan realitas yang menolak bahkan

mengancamnya. Selama Orde Lama dan Orde Baru pandangan akademis dan

konstitusi selalu menghadapi ancaman bahkan di kait-kaitkan dengan tindakan

yang diancam dengan hukuman berat, sehingga wacana ini hanya berkembang

di lingkungan kampus dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pandangan

akademis ini menyimpulkan bahwa perlunya amandemen atas UUD 1945 di

sebabkan oleh adanya empat kelemahan UUD 1945,2 yaitu: Pertama UUD

2 Moh. Mahfud MD, Dasar & Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2001), h. 154

Page 56: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

47

1945 membangun sistem politik yang executive heavy dalam arti memberi

porsi terbesar kekuasaan kepada presiden tanpa mekanisme cheks end

balances yang memadai. Presiden menjadi penentu semua agenda politik

nasional karena selain sebagai kepala negara dan kepala eksekutif secara

praktis presiden juga kepala legiselatif. Kedua, UUD 1945 terlalu banyak

memberi atribusi dan delegasi kewenangan kepada presiden untuk mengatur

lagi hal-hal penting dengan UU maupun dengan peraturan pemerintah. Dalam

mengatur hal penting dalam UU, presiden selalu berada lebih menentukan dari

pada DPR sehingga banyak materi-materi yang bersumber pada presiden saja

ketimbang materi yang di buat anggota DPR. Ketiga UUD 1945 memuat

beberapa pasal yang ambigu atau multi tafsir sehingga bisa di tafsirkan

bermacam-macam tafsir, tetapi tafsir yang harus diterima tafsir yang di buat

oleh presiden. Keempat, UUD 1945 lebih mengutamakan semangat

penyelenggaraan dari pada sistem. Di dalam penjelasan yang kemudian

dijadikan pedoman yang sekuat UUD itu sendiri di sebutkan bahwa yang

penting adalah semangat penyelenggara, jika penyelenggara baik maka negara

akan baik. Peryataan ini benar tetapi belum memuat semua yang benar sebab

selain itu ada juga yang harus dinyatakan yakni bahwa sistem juga harus baik.

Orang yang baik jika bekerja dalam sistem yang tidak baik maka dia akan

rusak juga, tetapi sistem yang baik jika tidak di laksanakan oleh orang-orang

yang baik bisa jelek juga. Oleh sebab itu adanya keseimbangan antara orang

dan sistem. Karena kelemahan-kelemahan itulah selama menggunakan UUD

1945 Negara Indonesia maka tidak akan pernah terselenggara secara

Page 57: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

48

demokratis. sistem politik yang otoriter yang dibangun oleh pemerintah

melalui akumulasi kekuasaan secara terus menerus dengan menggunakan

UUD 1945 itu telah melemahkan supermasi hukum yang telah ada.3

Adanya gerakan reformasi telah berhasil mengajak bangsa ini

melakukan amandemen atau perubahan. Atas UUD 1945 karena sejumlah

kelemahan yang melekat padanya telah menyebabkan otoriterisme kekuasaan

yang pada gilirannya membawa bangsa ini krisis multidimensi karena banyak

terjadinya pelanggaran HAM dan pelaku Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Pada

bulan Agustus dan September 1999 beberapa partai politik besar telah

bersepakat memperjuangkan amandemen pada SU MPR tahun 1999. Dan

amandemen benar-benar terjadi SU MPR memutuskan perubahan atas

Sembilan pasal UUD 1945,4 yaitu:

Pasal 5 ayat (1)

Semula berbunyi: presiden memegang kekuasaan membentuk undang-

undang dengan persetujuan DPR

Setelah perubahan pertama berbunyi: presiden berhak mengajukan

rancangan undang-undang kepada DPR

Pada perubahan pasal 5 tampak perimbangan kekuasaan hubungan

antara Presiden dan DPR. Perubahan pada pasal ini agar Presiden di beri

haknya untuk mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR.

3 Moh. Mahfud MD, Dasar & Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2001), h. 154-156 4 Ibid. 157

Page 58: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

49

Pasal 7

Semula berbunyi: presiden dan wakil presiden memegang jabatan

selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali.

Setelah perubahan pertama: presiden dan wakil presiden memegang

jabatanya selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam

jabatannya yang sama,hanya untuk satu kali masa jabatannya.

Perubahan atas pasal ini dipandang sebagai langkah yang tepat untuk

mengakhiri perdebatan tentang periodesasi jabatan presiden dan wakil

presiden.5

Pasal 9

Semula berbunyi: sebelum memangku jabatannya Presiden dan Wakil

Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di

hadapan Majlis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat.

Setelah perubahan pertama berbunyi: sebelum memangku jabatan

Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan

sunggu-sunggu di hadapan Majlis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan

Perwakilan Rakyat.

Jika Majlis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perawakilan Rakyat

tidak dapat mengadakan sidang. Presiden dan Wakil Presiden bersumpah

menurut agama dan berjanji dengan sungguh-sunggu di hadapan Majlis

Permusyawaratan Rakyat dengan di saksikan oleh Mahkamah Agung.

5 Ni‟matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2006),

h. 186

Page 59: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

50

Perubahan pada pasal ini ada penambahan lembaga peradilan negara

yaitu Mahkamah Agung agar bisa sebagai saksi sebagai sumpah presiden.

Pasal 13

Semula berbunyi:

1. Presiden dengan mengangkat duta dan konsul

2. Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

Setelah perubahan pertama berbunyi:

1. Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan

Dewan Prwakilan Rakyat.

2. Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pada perubahan pasal 13 tampak perimbangan kekuasaan hubungan

antara Presiden dan DPR. Perubahan pada pasal ini dikatakan sebagai

pengurangan atas kekuasaan presiden selama ini prerogative. Ini penting dalam

menjaga obyektivitas terhadap kemampuan dan kecakapan seseorang pada

jabatan itu, maka adanya pertimbangan dari DPR.6

Pasal 14

Semula berbunyi:

1. Presiden memberikan grasi rehabilitas dengan memperhatikan

pertimbangan Mahkamah Agung.

6 Ni‟ matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Gerafindo Persada,

2006), h. 187

Page 60: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

51

2. Presiden memberikan amnesty dan abolisi dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

Alasan perlunya presiden memperhatikan pertimbangan dari Mahkamah

Agung adalah karena Mahkamah Agung sebagai lembaga peradilan tertinggi

yang paling tepat memberikan pertimbangan kepada presiden. Mengenai hal

itu karena grasi menyangkut putusan hakim sedangkan rehabilitas tidak selalu

terkait dengan ptusan hakim.7

Pasal 15

Semula berbunyi: presiden member gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda

kehormatan.

Setelah perubahan pertama berbunyi: presiden memberi gelar, tanda

jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang.

Perubahan pasal ini berdasarkan pertimbangan agar presiden memberikan

tanda kehormatan kepada siapapun. Baik warga negara, orang asing, badan

atau lembaga didasarkan pada undang-undang.

Pasal 17

Semula berbunyi:

1. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh presiden.

2. Menteri-menteri itu memimpin departemen pemerintahan.

7 Ni‟ matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Gerafindo Persada,

2006), h. 189

Page 61: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

52

Setelah perubahan pertama berbunyi:

1. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

2. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

Perubahan pada pasal ini agar setiap menteri mempunyai tanggung

jawab dalam pemerintahan.

Pasal 20

Semula berbunyi:

Setiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat.

1. Jika sesuatau rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan dewan

Perwakilan Rakyat. Maka rancangan tadi tidak boleh diajukan kembali

dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

Setelah perubahan pertama berbunyi:

a. Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai kekuasaan membentuk undang-

undang.

b. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan

Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.

c. Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama,

rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam

persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

d. Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui

bersama untuk menjadi undang-undang.

Page 62: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

53

Pada perubahan pasal 20 tampak perimbangan kekuasaan hubungan

antara Presiden dan DPR dalam mengesahkan rancangan undang-undang yang

telah disetujui bersama untuk dijadikannya undang-undang.

Pasal 21

Semula berbunyi:

1. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan rancangan

undang-undang.

2. Jika rancangan itu meskipun disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat,

tidak disahkan oleh Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh diajukan

lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

Persamaan kekuasaan antara hubungan antara Presiden dan Dewan

Perwakilan Rakyat dalam mengajukan usulan rancangan undang-undangan.

bahwa dari hasil amandemen atau perubahan pertama itu belum ada perubahan

terhadap konstitusionalisme, kecuali menyangkut pembatasan masa jabatan

Presiden yang tegas-tegas dipilih maksimal dua kali masa jabatan, dan sedikit

perubahan yang begitu semantic dan belum menyentuh masalah-masalah

penting sebagai upaya membendung pemerintahan yang otoriter.8

Perubahan UUD 1945 yang berimplikasi pada penyelenggaraan

kekuasaan Negara yaitu mempertegas kekuasaan dan wewenang masing-

masing lembaga negara seperti Kepresidenan. Dalam UUD 1945 Presiden

8 Moh, Mahfud MD, Dasar & Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Jakarata: PT. Rineka

Cipta 2001) h. 160-164

Page 63: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

54

Republik Indonesia adalah kepala pemerintahan Negara kesatuan Republik

Indonesia. setelah adanya Amandemen UUD 1945, dalam pasal 6A, Presiden

dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat,

sebelum adanya perubahan Amandemen UUD 1945, Presiden dan wakil

Presiden dipilih oleh MPR. Setelah adanya Amandemen UUD 1945, Presiden

tidak lagi bertanggung jawab pada DPR, kedudukan antara Presiden dan MPR

setara.

Sesuai dengan prinsip UUD 1945 untuk mempertegas sistem

Presidensial dan dianut pemisahan cabang-cabang kekuasaan Negara yang

utama dengan prinsip Check and Balances, maka perubahan UUD 1945

berakibat pula perubahan di bidang eksekutif sebagai berikut:9

1. Memegang kekuasaan eksekutif menurut UUD 1945 (pasal 4 ayat (1)).

2. Presiden dan Wakil Presiden tidak lagi dipilih oleh MPR, melainkan dipilih

oleh rakyat. secara langsung, secara berpasangan dari calon yang diajukan

oleh partai politik atau gabungan dengan partai poltik lain (pasal 6A).

3. Masa jabatan Presiden selama lima tahun secara tegas dibatasi untuk dua

periode (pasal 7).

4. Ditentukannya syarat-syarat yang lebih rinci untuk menjadi Presiden dan

Wakil Presiden (pasal 6).

9 Wawan Cara H. Marwan Ja‟far, Jabatan Ketua Fraksi PKB/DPR RI, Tempat Gedung DPR

RI Jakarta, Tgl 26 Januari 2011, Waktu 12.00-13.00

Page 64: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

55

5. Ditentukan mekanisme impeachment terhadap Presiden yang melibatkan

DPR, Mahkamah Konstitusi dan DPR (pasal 7A dan 7B).

6. Penegasan bahwa Presiden tidak dapat membubarkan DPR (pasal 7C).

7. Pelaksanaan progratif (Presiden sebagai kepala negara harus dengan

persetujuan atau pertimbangan DPR).

8. Pengangkatan pejabat-pejabat publik, seperti anggota BPK (pasal 23F),

Hakim Agung (pasal 24A ayat (3)), anggota Komisi Yudisial (pasal24B

ayat (3)) harus dengan persetujuan DPR.

9. Presiden berwenang membentuk DPA yang di hapuskan.

10. Dalam pembentukkan, pengubahan, dan pembubaran kementerian harus

diatur dengan UU (pasal 17 ayat (4)), tidak bebas seperti sebelumnya.

2. Kewenangan lembaga Legiselatif (Dewan Perwakilan Rakyat) Pasca

Amandemen UUD 1945

Setelah diamandemen yang selanjutnya kita sebut sebagai UUD Negara

Republik Indonesia 1945. Dari perubahan – perubahan konstitusi yang pernah

berlaku di Indonesia tersebut, tentu berpengaruh pula pada sistem

pemerintahan, kedudukan dan kewenangan lembaga negara, serta hubungan

diantara lembaga Eksekutif dan Legiselatif tersebut. Lembaga negara adalah

lembaga pemerintahan (Civilazated Organisation) yang dibuat oleh, dari, dan

untuk negara. Lembaga negara bertujuan untuk membangun negara itu sendiri.

Secara umum tugas lembaga negara antara lain menjaga stabilitas keamanan,

Page 65: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

56

politik, hukum, HAM, dan budaya, menjadi bahan penghubung antara negara

dan rakyatnya, serta yang paling penting adalah membantu menjalankan roda

pemerintahan.10

Kewenangan DPR sebagai lembaga legislatif. Salah satunya adalah

diberikannya kekuasaan kepada DPR untuk membentuk UU, yang sebelumnya

dipegang oleh presiden dan DPR hanya berhak memberi persetujuaan saja.

Perubahan ini juga mempengaruhi hubungan antara DPR sebagai lembaga

legislatif dan presiden sebagai lembaga eksekutif, yaitu dalam proses serta

mekanisme pembentukan UU. Selain itu, amandemen UUD 1945 juga

mempertegas fungsi kewenangan DPR yaitu:

a. Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk

mendapat persetujuan bersama

b. Membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan

persetujuan terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

yang diajukan oleh Presiden untuk menjadi undang-undang

c. Menerima rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPD berkaitan

dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan

pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan

sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan

keuangan pusat dan daerah serta membahas membahas rancangan undang-

10

Wawan Cara H. Marwan Ja‟far, Jabatan Ketua Fraksi PKB/DPR RI, Tempat Gedung DPR

RI Jakarta, Tgl 26 Januari 2011, Waktu 12.00-13.00

Page 66: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

57

undang tersebut bersama Presiden dan DPD sebelum diambil persetujuan

bersama antara DPR dan Presiden

d. Membahas rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden atau

DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,

pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan

sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan

keuangan pusat dan daerah, dengan mengikutsertakan DPD sebelum

diambil persetujuan bersama antara DPR dan Presiden.

e. Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang tentang

APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,

pendidikan, dan agama.

f. Membahas bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD

dan memberikan persetujuan atas rancangan undang-undang tentang

APBN yang diajukan oleh Presiden.

g. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan APBN.

h. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh

DPD terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,

pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan

daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,

pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

i. Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang,

membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain, serta membuat

Page 67: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

58

perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan

mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan

negara dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-

undang.

j. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian amnesti dan

abolisi.

k. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat duta

besar dan menerima penempatan duta besar negara lain.

l. Memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD.

m. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas

pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaikan oleh BPK.

n. Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan

pemberhentian anggota KY.

o. Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi

Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.

p. Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi dan mengajukannya kepada

Presiden untuk diresmikan dengan keputusan Presiden.

q. Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara yang

menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan terhadap perjanjian yang berakibat luas dan mendasar bagi

kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan Negara.

Page 68: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

59

r. Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang,

membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.

s. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat.

t. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam undang-

undang.

DPR dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya berhak meminta

pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat

untuk memberikan keterangan tentang suatu hal yang perlu ditangani demi

kepentingan bangsa dan negara. Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah,

badan hukum, atau warga masyarakat wajib memenuhi permintaan DPR

tersebut. Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga

masyarakat yang melanggar ketentuan tersebut dikenakan panggilan paksa

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal panggilan

paksa tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan dapat

disandera paling lama 15 (lima belas) hari sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Dalam hal pejabat yang disandera habis masa

jabatannya atau berhenti dari jabatannya, yang bersangkutan dilepas dari

penyanderaan demi hukum.

Page 69: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

60

C. Peranan PKB terhadap reformasi ketatanegaraan di Indonesia

Peran PKB dalam reformasi ketatanegaraan sebetulnya banyak yang telah

dilakukan terutama ketika kepeminpinan Gusdur (KH Abdurrahman Wahid) yaitu

pemisahan antara TNI dengan Polri yang saat itu merupakan suatu yang

fundamental dan terlihat tidak mungkin untuk dilaksanakan, kemudian soal

amandemen atau perubahan UUD 1945 pada saat itu PKB terlibat dalam

perumusan Bab 2 UUD 1945 yaitu amandemen ke empat.

Negara Indonesia mengharapkan dapat menjalankan sistem pemerintahan

presidensial secara murni dan sesuai dengan karakteristik-karakterisitik sistem

presidensial yang seharusnya. Akan tetapi pada kenyataannya, di Indonesia belum

dapat menjalankan pemerintahan sistem presidensial secara murni karena dalam

pelaksanaan pemerintahan di Indonesia sekarang ini dinilai masih cenderung

menggunakan sistem pemerintahan parlementer, memang di dalam perubahan

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah

memperkuat mengenai sistem presidensial yang berlaku dalam pemerintahan di

Indonesia, akan tetapi didalamnya masih terdapat kerancuan yang dapat

menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda.11

PKB terlibat dan turut berperan dalam reformasi sistem ketatanegaraan

yang ada di Indonesia salah satunya adalah permasalahan pembatasan masa

kepemimpinan Presiden maksimal menjadi dua periode begitu juga dengan masa

11

Wawan Cara H. Marwan Ja‟far, Jabatan Ketua Fraksi PKB/DPR RI, Tempat Gedung DPR

RI Jakarta, Tgl 26 Januari 2011, Waktu 12.00-13.00

Page 70: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

61

jabatan kepala daerah dan itu merupakan wujud dari peran PKB bersama-sama

komponen fraksi yang lain dalam melaksanakan fungsinya untuk melakukan

perubahan dalam sistem ketatanegaraan yang telah ada di Indonesia, saat ini yang

hangat menjadi topik dari pembahasan adalah RUU keistimewaan daerah

istimewa Jogjakarta, PKB beserta fraksi lainnya masih mempermasalahkan sistem

pemilihan dan kekuasaan gubernur dan sultan apakah ada dalam konstitusi yang

sampai saat ini masih terus dikaji yaitu pasal 18A-18B, yang memang cukup

banyak terjadi perubahan dalam maindstreem perubahan ketatanegaraan. Yang

dipermasalahkan oleh PKB dan fraksi lain adalah daerah istimewa Jogjakarta

silakan menetapkan Gubernur tanpa melalui pemilihan umum tetapi tidak partisan

dia harus melepas baju partai sehingga tidak ada konflik interes disana.

D. Analisa pandangan PKB dalam pelaksanaan sistem presidensial di Indonesia

Hubungan lembaga tinggi negara eksekutif, legislatif dan yudikatif

tersebut sebenarnya mencerminkan adanya kemitraan yang serius dan saling

membutuhkan. Jika salah satu lembaga tersebut tidak berfungsi sebagaimana

mestinya, maka demokrasi berjalan pincang. Mekanisme checks and balances

merupakan suatu fenomena tersendiri dalam sistem presidensial, karena

mekanisme tersebut menjadi inti bagi pembangunan dan pengembangan

demokrasi. Untuk itu, pengoptimalan mekanisme checks and balances dalam

sistem pemerintahan yang ingin diterapkan secara maksimal di Negara kesatuan

republik Indonesia yakni sistem presidensial adalah suatu hal yang harus

Page 71: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

62

dilakukan, Mengoptimalisasikan Hubungan Checks and Balances antara Eksekuti

dengan Legiselatif dalam Sistem Presidensial. Negara kita dalam Undang –

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa sistem

pemerintahan yang di anut adalah sistem pemerintahan presidensial yang dalam

pengertian presidensial itu sendiri adalah memisahkan secara tegas antar lembaga

negara, legislatif, eksekutif, dan yudikatif.12

Hubungan antar lembaga diatur secara tegas dan tidak saling tumpang

tindih dalam kewenangan kekuasaannya. Pemisahan kekuasaan eksekutif dengan

kekuasaan legislatif disini diartikan bahwa kekuasaan eksekutif itu dipegang oleh

suatu badan atau organ yang ada di dalam menjalankan tugas eksekutifnya untuk

tidak bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat. Badan Perwakilan

rakyat ini menurut idea Trias Politika Montesque memegang kekuasaan legislatif,

jadi bertugas membuat dan menentukan peraturan-peraturan hukum. Sehingga

dalam pelaksanaan wewenang harus ada checks and balances antar lembaga

negara, baik legislatif, eksekutif, maupun yudikatif dalam menjalankan tugasnya

agar pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Arti checks and balances itu

sendiri adalah saling kontrol dan seimbang, maksudnya adalah antara lembaga

negara harus saling mengontrol kekuasaan satu dengan kekuasaan yang lainnya

agar tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya tidak saling menjatuhkan.

12

Wawan Cara H. Marwan Ja‟far, Jabatan Ketua Fraksi PKB/DPR RI, Tempat Gedung DPR

RI Jakarta, Tgl 26 Januari 2011, Waktu 12.00-13.00

Page 72: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

63

Hal ini sangat penting agar dapat terciptanya kestabilan pemerintahan di

dalam negara atau tidak terjadi campuraduk antar kekuasaan dan kesewenang –

wenangan terhadap kekuasaan. Seperti dalam pembagian kekuasaan di negara

Amerika Serikat yang menggunakan sistem pemerintahan presidensial murni

yang menggunakan prinsip check and balance dan penerapan dua partai

menghasilkan pemerintahan yang stabil, karena kerja antar lembaga negara sangat

profesional, tidak melampaui batas kekuasaan yang seharusnya dalam setiap

lembaga negara. Negara Indonesia tidak keliru, apabila bila Undang – undang

dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menginginkan pemerintahan yang

kuat. Yang menjadi kelemahan akan tetapi juga menjadi kekuatan dari Undang –

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah bahwa kekuatan

presiden sangat kuat, akan tetapi bukan berarti tanpa batas.

Di dalam buku Gagasan Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Suatu

Rekomendasi memberikan contoh adanya kerancuan pada Undang–Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu pada Pasal 20 ayat (1), ”Dewan

Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang – undang.”

Sedangkan pada Pasal 5 ayat (1),” Presiden berhak mengajukan rancangan

undang–undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.” Dalam pasal 20 ayat (1)

terjadi pemisahan secara tegas, dan tugas dan kekuasaan DPR diatur jelas, akan

tetapi pasal ini akan menjadi lemah dan rancu dengan rumusan Pasal 20 ayat (2),

”Setiap undang–undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden

untuk mendapatkan persetujuan bersama.”

Page 73: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

64

Rumusan pasal ini terdapat kerancuan, karena dapat ditafsirkan menjadi

beberapa penafsiran, antara lain yang dimaksudkan dengan pasal diatas apakah

pembahasan perundang –undangannya yang dilakukan secara bersama, karena

untuk memperoleh persetujuan yang sama harus dilakukan pembahasan bersama,

atau penafsiran lain adalah pembahasan dapat dilakukan bersama atau tidak

bersama (sendiri–sendiri) akan tetapi yang terpenting adalah pembahasan tersebut

mendapatkan persetujuan bersama. Sedang Pasal 20 ayat (5), ”Dalam rancangan

undang–undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan Presiden

dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang –undang tersebut

disetujui, rancangan undang – undang tersebut sah menjadi undang–undang dan

wajib diundangkan”. Dalam rumusan tersebut diartikan bahwa presiden

diharuskan mengesahkan undang–undang yang telah disepakati bersama,

sehingga prinsip checks and balances antara presiden dengan DPR dalam bentuk

hak Veto untuk tidak mengesahkan undang–undang yang telah disepakat bersama

tidak dimungkinkan.

Dari kontroversi pasal diatas merupakan contoh bagaimana kerancuan dan

kelemahan sistem presidensial yang berlaku di Indonesia, yang dimana

pemerintahan di Indonesia belum dapat menerapkan prinsip checks and balances

yang terdapat pada pasal 20 ayat (5) mengenai hak Veto yang merupakan prinsip

pokok dalam pelaksanaan prinsip check and balances. Fungsi hak veto itu sendiri

adalah menjaga kekuasaan lembaga legislatif agar tidak melakukan abuse of

power, begitupun sebaliknya agar Presiden tidak sewenang – wenang dalam

Page 74: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

65

menjalankan hak Vetonya, DPR dapat menolak Veto dari Presiden. Akan tetapi

kelemahan undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak

mengatur secara tegas mengenai hak Veto tersebut.

Checks and balances merupakan prinsip pemerintahan presidensial yang

paling mendasar dimana dalam negara yang menganut sistem presidensial

merupakan prinsip pokok agar pemerintahan dapat berjalan dengan stabil.

Didalam prinsip checks and balances terdapat dua unsur yaitu unsur aturan dan

unsur pihak – pihak yang berwenang. Untuk unsur aturan sudah diatur didalam

Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dimana dalam

unsur aturan didalam pemerintahan di Indonesia dinilai cukup baik dan namun

dalam pelaksanaanya belum optimal, hal ini disebabkan karena para pihak – pihak

yang tidak profesional dalam menjalankan wewenangnya. Seperti contoh, pada

masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama, partai

yang mendukung adalah partai kecil, sehingga yang masuk di lembaga legislatif

hanya sebagian kecil, dan sebagian besar ditempati oleh partai lain. Ketika

Presiden mengajukan suatu kebijakan, DPR sering kali menolak kebijakan

tersebut, hal itu disebabkan karena pihak DPR banyak yang tidak berpihak pada

Presiden karena lebih mengutamakan kepentingan partainya dari pada

profesionalisme dalam kewenangannya sebagai DPR.

Hal ini menunjukan bahwa pihak – pihak yang memegang kewenanganlah

yang sangat berperan dalam menentukan pemerintahan berjalan sesuai dengan

prinsip checks and balances atau tidak, sehingga perlu adanya pengoptimalan

Page 75: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

66

terhadap pelaksanaan prinsip checks and balances, karena checks and balances

merupakan cerminan dari sistem presidensial, apabila checks and balances itu

dapat berjalan sesuai dengan kaidah pengertiannya, maka sistem pemerintahan

presidensial akan berjalan dengan stabil. Sistem checks and balances itu dapat

dikatakan berjalan dengan lancar yaitu apabila checks kontrol yaitu, antar

lembaga negara harus dapat saling mengontrol antar lembaga negara, baik

eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Adapun yang perlu diperhatikan agar

checks and balances antara lembaga negara dapat berjalan dengan sesuai,13

antara

lain:

1. Perlu adanya aturan yang tegas dan tidak rancu dalam konsep hubungan

antara pemerintah sebagai pelaksana. pelaksana perundang–undangan dengan

lembaga perwakilan rakyat yang berkuasa terhadap pembentukan perundang–

undangan, agar tidak saling menghambat dalam melaksanakan perannya

masing–masing. Inilah yang akan menjadi tugas bersama antar lembaga-

lembaga negara yang telah mengemban kewenangan yang berasal dari Rakyat.

2. Merekonstruksi undang–undang yang tidak sesuai, agar tidak terjadi adanya

undang–undang yang saling bertentangan.

3. Perlu adanya kesadaran oleh para pihak yang mempunyai kewenangan dalam

lembaga negara hendaknya perlu memaknai rasa kepedulian terhadap bangsa

dan menyadari bahwa semua yang dilakukan oleh mereka itu untuk rakyat.

13

Wawan Cara H. Marwan Ja‟far, Jabatan Ketua Fraksi PKB/DPR RI, Tempat Gedung DPR

RI Jakarta, Tgl 26 Januari 2011, Waktu 12.00-13.00

Page 76: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

67

4. Perlu ditanamkan pada diri pihak–pihak yang berwenang dilembaga negara

untuk memiliki jiwa pengabdi pada masyarakat, sehingga yang lebih

diutamakan adalah rakyat, bukan kepentingan pribadi atau kelompok (Partai)

5. Dan perlu adanya kesadaran dan tanggung jawab untuk dapat menjalankan

tugasnya sesuai dengan kekuasaannya tanpa ikut campur terhadap lembaga

lain, atau bekerja melebihi batas kekuasaan.

Selain checks and balances yang menjadi cerminan dari sistem

pemerintahan presidensial, ada cerminan lain yang menjadi pokok dalam

karakteristik presidensial yaitu adanya partai oposisi. Di Indonesia, hingga saat ini

masih multipartai, padahal dalam sistem pemerintahan presidensial tidak

mengenal adanya multipartai, yang ada hanya partai oposisi. Akan tetapi adanya

Undang – undang Pemilu yang terbaru, diharapkan dapat berjalan dengan baik

dan lancar, sehingga semakin lama partai di Indonesia akan semakin menyusut

dan pada akhirnya hanya akan ada partai koalisi sehingga akan lebih menegaskan

sistem presidensial yang ada di Indonesia mendatang. Maka dari itu hendaknya

undang-undang terbaru tersebut dapat diterapkan sebaiknya.

Page 77: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pandangan partai

kebangkitan bangsa (PKB) terhadap hubungan eksekutif dan legislatif dalam

reformasi ketatanegaraan di indonesia, maka terlihat bahwa terdapat hubungan

antara lembaga tinggi negara yang mencerminkan adanya kemitraan yang serius

dan saling membutuhkan. Jika salah satu lembaga tersebut tidak berfungsi

sebagaimana mestinya, maka demokrasi berjalan pincang. Hubungan antar

lembaga diatur secara tegas dan tidak saling tumpang tindih dalam kewenangan

kekuasaannya.

Perubahan UUD 1945 yang berimplikasi pada penyelenggaraan kekuasaan

Negara yaitu mempertegas kekuasaan dan kewenangan masing-masing lembaga

negara, dalam UUD 1945 Presiden Republik Indonesia adalah kepala

pemerintahan Negara kesatuan Republik Indonesia.setelah adanya Amandemen

UUD 1945, dalam pasal 6A, Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu

pasangan secara langsung oleh rakyat, sebelum adanya perubahan Amandemen

UUD 1945, Presiden dan wakil Presiden dipilih oleh MPR. Setelah adanya

Amandemen UUD 1945, Presiden tidak lagi bertanggung jawab pada DPR,

kedudukan antara Presiden dan MPR setara.

Page 78: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

69

DPR dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya berhak meminta

pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat untuk

memberikan keterangan tentang suatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan

bangsa dan negara. Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau

warga masyarakat wajib memenuhi permintaan DPR tersebut. Setiap pejabat

negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat yang

melanggar ketentuan tersebut dikenakan panggilan paksa sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

PKB terlibat dan turut berperan dalam reformasi sistem ketatanegaraan

yang ada di Indonesia salah satunya adalah permasalahan pembatasan masa

kepemimpinan Presiden maksimal menjadi dua periode begitu juga dengan masa

jabatan kepala daerah dan itu merupakan wujud dari peran PKB bersama-sama

komponen fraksi yang lain dalam melaksanakan fungsinya untuk melakukan

perubahan dalam sistem ketatanegaraan yang telah ada di Indonesia, saat ini yang

hangat menjadi topik dari pembahasan adalah RUU keistimewaan daerah

istimewa Jogjakarta, PKB beserta fraksi lainnya masih mempermasalahkan sistem

pemilihan dan kekuasaan gubernur dan sultan apakah ada dalam konstitusi yang

sampai saat ini masih terus dikaji yaitu pasal 18A-18B, yang memang cukup

banyak terjadi perubahan dalam maindstreem perubahan ketatanegaraan. Yang

dipermasalahkan oleh PKB dan fraksi lain adalah daerah istimewa Jogjakarta

silakan menetapkan Gubernur tanpa melalui pemilihan umum tetapi tidak partisan

dia harus melepas baju partai sehingga tidak ada konflik interes disana.

Page 79: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

70

B. Saran

Melihat pandangan partai kebangkitan bangsa (PKB) terhadap hubungan

eksekutif dan legislatif dalam reformasi ketatanegaraan di Indonesia maka hal-hal

penting untuk dipahami bahwa pelaksanaan reformasi ketatanegaraan merupakan

tanggungjawab bersama, lembaga eksekutif dan legislatif dituntut untuk benar-

benar menjalankan amanat yang telah diberikan oleh rakyat terutama dalam

menentukan kebijakan yang mensejahterakan rakyat Indonesia. Adanya

keselarasan dan kesamaan tujuan antara lembaga eksekutif dan legislatif agar

tidak terjadi tumpang tindih dalam kewenangan dan kekuasaan.

Adapun yang perlu diperhatikan agar terjadi keseimbangan antara

lembaga eksekutif dan legislatif antara lain:

1. Adanya aturan yang tegas dan tidak rancu dalam konsep hubungan antara

pemerintah sebagai pelaksana. pelaksana perundang–undangan dengan

lembaga perwakilan rakyat yang berkuasa terhadap pembentukan perundang–

undangan, agar tidak saling menghambat dalam melaksanakan perannya

masing–masing.

2. Merekonstruksi undang–undang yang tidak sesuai, agar tidak ada undang–

undang yang saling bertentangan.

3. Adanya kesadaran oleh para pihak yang mempunyai kewenangan dalam

lembaga negara untuk menyadari bahwa semua yang dilakukan oleh mereka

itu untuk rakyat.

Page 80: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

71

4. Tanamkan pada diri pihak–pihak yang berwenang di lembaga negara untuk

memiliki jiwa pengabdi pada masyarakat, sehingga yang lebih diutamakan

adalah rakyat, bukan kepentingan pribadi atau kelompok (Partai)

5. Dan perlu adanya kesadaran dan tanggung jawab untuk dapat menjalankan

tugasnya sesuai dengan kekuasaannya tanpa ikut campur terhadap lembaga

lain, atau bekerja melebihi batas kekuasaan.

Page 81: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

72

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta: Konsitusi Press,

2006.)

Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991)

Asshiddiqie, Jimly. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam

UUD 1945, (Yogyakarta: FH. UII Press, 2005)

Asshiddiqie, Jimly. Hukum Konstitusi. (Jakarta: Konstitusi Press, 2006)

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Dian Rakyat, 1972)

Djamali, R. Abdoel, pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2003)

DPP PKB. 13 Agenda Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa, Jakarta,2008

Huda, Ni’matul. Hukum Tata Negara Indonersia. (Jakarta: PT. Raja Gerafindo

Persada, 2006)

Jafar, Marwan. Merubah Sistem Politik Gus Dur di PKB, (Jakarta: Rajawali Press,

2008)

MD,Moh Mahfud. Perdebata Hukum Tatanegara, (Jakarta: LP3ES, 2007)

Maliki, Zainuddin. Birokrasi dan Partai Politik dalam Negara Teransisi,

(Yogyakarta: Galang Pres 2000)

MD, Moh Mahfud. Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi (Jakarta:

Rajawali Press, 2009)

Mannheim Kari. Freedom, Power and Democratic Planning. (London: Routledge &

Keegan Paul Ltd, 1951)

Iskandar A.Muhaimin, Politik Partai Kebangkitan Bangsa (Jakarta: DPP PKB, 2005)

Luth, Thohir , M. Natsir Dakwa dan pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani Press,

1999)

Page 82: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

73

Legowo, TA. Negara, Politik dan Keadilan. Dalam Al Andang, dkk (editor) Keadilan

Sosial Upaya Kesejahteraan Bersama (Jakarta: Kompas, 2004)

Musanef. Sistem Pemerintahan di Indonesia, (Jakarata: Gunung Agung, 1983)

MD, Moh Mahfud. Dasar & Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2001)

Nur Wahid, Hidayat. Mengelolah Masa Teransisi Menuju Masyarakat Madani,

(Jakarta: Fikri Publishing,2004)

Nasution. Sejarah Konstitusi di Indonesia, (Jakarta: Geramedia Pustaka Utama, 2000)

Rahman, Arifin. Sistem Politik Indonesia, (Surabaya: SIC, 1998)

Suharsimi, Arikunto. Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005)

Subekti, Singka Valina. Menyusun Konstitusi Pergulatan Kepentingan dan Pemikiran

dalam Proses Perubahan UUD 1945, (Jakarta: Rajawali Press, 2003)

INTERNET

http://www. blogspot.com/sejarah Partai Kebangkitan Bangsa. Diakses Tgl 9/11/10

http://www. DPP/PKB.or.com. Diakses Tgl 13/11/10

http://www.Fraksi/PKB .org.co.id Diakses Tgl 09/01/11

http://www.WordPress.org file:///E:/Hubungan Eksekutif dan Legislatif di Indonesia

AB setitik ilmu yang kudapatkan. Diakses Tgl 05/03/11

Page 83: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 84: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

Hasil wawancara sekripsi

Nama Responden : H. Marwan Ja’far

Jabatan : Ketua Fraksi PKB/ DPR RI

Tanggal : 26 Januari 2011

Waktu : 12.00-13.00

Tempat : Gedung DPR RI Jakarata

1. Kewenangaan Lembaga Eksekutif dan Legislatif Pasca Amandemen 1945?

Jawab

Sesuai dengan prinsip UUD 1945 untuk mempertegas sistem Presidensial

dan dianut pemisahan cabang-cabang kekuasaan Negara yang utama dengan

prinsip Check and Balances, maka perubahan UUD 1945 berakibat pula

perubahan di bidang eksekutif sebagai berikut:

a. Memegang kekuasaan eksekutif menurut UUD 1945 (pasal 4 ayat (1)).

b. Presiden dan Wakil Presiden tidak lagi dipilih oleh MPR, melainkan dipilih

oleh rakyat. secara langsung, secara berpasangan dari calon yang diajukan

oleh partai politik atau gabungan dengan partai poltik lain (pasal 6A).

c. Masa jabatan Presiden selama lima tahun secara tegas dibatasi untuk dua

periode (pasal 7).

d. Ditentukannya syarat-syarat yang lebih rinci utnuk menjadi Presiden dan

Wakil Presiden (pasal 6).

e. Ditentukan mekanisme impeachment terhadap Presiden yang melibatkan

DPR, Mahkamah Konstitusi dan DPR (pasal 7A dan 7B).

f. Penegasan bahwa Presiden tidak dapat membubarkan DPR (pasal 7C).

g. Pelaksanaan progratif (Presiden sebagai kepala negara harus

denganpersetujuan atau pertimbangan DPR).

Page 85: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

h. Pengangkatan pejabat-pejabat publik, seperti anggota BPK (pasal 23F),

Hakim Agung (pasal 24A ayat (3)), anggota Komisi Yudisial (pasal24B ayat

(3)) harus dengan persetujuan DPR.

i. Presiden berwenang membentuk DPA yang di hapuskan.

Dalam pembentukkan, pengubahan, dan pembubaran kementerian harus diatur

dengan UU (pasal 17 ayat (4)), tidak bebas seperti sebelumnya.

Setelah perubahan amandemen UUD 1945 juga mempertegas fungsi

kewenangan DPR yaitu:

a. Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat

persetujuan bersama

b. Membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan

terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang yang diajukan oleh

Presiden untuk menjadi undang-undang

c. Menerima rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPD berkaitan

dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan

pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan

sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan

keuangan pusat dan daerah serta membahas membahas rancangan undang-

undang tersebut bersama Presiden dan DPD sebelum diambil persetujuan

bersama antara DPR dan Presiden

d. Membahas rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden atau DPR

yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,

pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber

daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan

pusat dan daerah, dengan mengikutsertakan DPD sebelum diambil

persetujuan bersama antara DPR dan Presiden.

e. Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang tentang

APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,

pendidikan, dan agama.

Page 86: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

f. Membahas bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan

memberikan persetujuan atas rancangan undang-undang tentang APBN yang

diajukan oleh Presiden.

g. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan APBN.

h. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang disampaikan oleh

DPD terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,

pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan

daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,

pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

i. Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang,

membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain, serta membuat

perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan

mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara

dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang.

j. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian amnesti dan

abolisi.

k. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam hal mengangkat duta besar

dan menerima penempatan duta besar negara lain.

l. Memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD.

m. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban

keuangan negara yang disampaikan oleh BPK.

n. Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan

pemberhentian anggota KY.

o. Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial

untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.

p. Memilih 3 (tiga) orang hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden

untuk diresmikan dengan keputusan Presiden.

q. Memberikan persetujuan terhadap pemindahtanganan aset negara yang

menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

Page 87: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

undangan dan terhadap perjanjian yang berakibat luas dan mendasar bagi

kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan Negara.

r. Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang,

membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.

s. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat.

t. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam undang-undang.

2. Peranan PKB terhadap reformasi ketatanegaraan di indonesia?

Jawab

Peran PKB dalam reformasi ketatanegaraan sebetulnya banyak yang telah

dilakukan terutama ketika kepeminpinan Gusdur (KH Abdurrahman Wahid) yaitu

pemisahan antara TNI dengan Polri merupakan suatu yang fundamental,

kemudian soal amandemen UUD terlibat di Bab 2 UUD 45 amandemen ke empat

jadi ya (PKB) terlibat semua salah satunya adalah soal pembatasan presiden

menjadi dua periode maksimal dan kepala daerah juga sama itu merupakan wujud

dari peran PKB bersama-sama komponen fraksi yang lain, yang terbaru adalah

soal RUU keistimewaan Jogja kita masih mempermasalahkan gubernur utama

apakah ada dalam konstitusi, masih dikaji pasal 18A-18B, yang memang cukup

banyak terjadi perubahan dalam maindstreem perubahan ketatanegaraan misalnya

soal Jogja lagi silakan ditetapkan tetapi tidak partisan dia harus melepas baju

partai sehingga tidak ada konflik interes disana, banyak reformasi ketatanegaraan

lewat kompromi-kompromi politik nah ini yang harus di jaga.

3. Analisa pandangan PKB dalam pelaksanaan sistem presidensial di indonesia?

Jawab

Sistem presidensial merupakan hasil dari sebuah proses politik panjang sekali

Indonesia pernah mencoba sistem parlementer namun jatuh bangun, nah

presidensil merupakan yang terbaik, untuk Indonesia yang menarik sistem

Page 88: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

presidensil adalah dibawah atau dilingkupi multi partai yang layak dikaji menjadi

subtema tersendiri sistem presidensil dalam negara menuju partai yang baik. Kita

masih mendukung sistem presiensil sampai hari ini, kita coba parlementer jatuh

bangun dan menggambarkan tidak ada kestabilan pemerintahan keotoriteran,

ekonomi terpuruk dan hidup hiruk pikuk sehingga rakyak terbengkalai karena

tidak ada stabilitasi

4. Bagaimanakah konsep Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk mengatasi

berbagai kendala yang menghambat upaya pelaksanaan reformasi ketatanegaraan

di Indonesia?

Jawab

Ngga ada sekarang terbuka semua, Mahkamah Konstitusi (MK) sudah berjalan

sangat maksimal kita (PKB) praktis memang terus mendorong sistem reformasi

sepanjang tidak bertentangan dengan konstitusi, dan PKB konsen terhadap itu dan

tidak ada permasalahan.semua berjalan dengan baik

5. Bagaimanakah pandangan PKB terhadap hubungan eksekutif dan legislatif dalam

reformasi ketatanegaraan di Indonesia?

Jawab

Harus sinergis antara hubungan eksekutif dan legislatif merupakan satu

performance kinerja dengan termasuk juga penguasaan materi-materi tentang

anaggaran, administrasi. Yang dari sudut kewarganegaraan memanag eksukutif,

legislatif yudikatif tidak ada persoalan jika dikaitkan tetapi tidak menghilangkan

fungsi-fungsi kontrol yang sudah ada dari legislatif.

6. Bagaimana kebijakan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam reformasi

ketatanegaraan di Indonesia?

Jawab

Untuk menjaga konstituen programnya eksekutif,legislatif dan yudikatif supaya

sinergis itu menjaga konstituen yang ada di bawah maupun disamping juga

Page 89: PANDANGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) TERHADAP HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3961/... · 2013-04-17 · menghargai kepentingan minoritas

pengertian supaya mereka lebih terberdayakan tidak hanya linear dari pusat

kedaerah tetapi secara horizontal juga harus baik dengan masyarakat harus

terbangun dengan baik

Tidak bisa dong karena sistem presidensil masih berlaku dan merupakan

uforia saja dari reformasi kebablasan dan ini harus seimbang dan sistem kita buka

distribion of power tapi ada sparasion of pw. Kekuasan itu tidak murni

distribusion of power tetap sparation of power, sehingga antara ketiganya

harusbesinergi dan mempunyai peran masing2 tidak campur baur. Sekarang DPR

punya posisi seimbang dalam menjalankan tugas dan wewenang masing-masing.

Jakarta, Januari 2011

Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa

H. Marwan Ja’far