Pandangan Dokter Spesialis INA CBG - Gea Pandhita S
-
Upload
gea-pandhita-s -
Category
Documents
-
view
205 -
download
9
description
Transcript of Pandangan Dokter Spesialis INA CBG - Gea Pandhita S
Perubahan Jasa Pelayanan Terkait Penerapan Tarif INA CBG’s
Gea Pandhita S
Pandangan Dokter Spesialis
PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN YG TERKAIT LANGSUNG DENGAN PELAYANAN MEDIS
1. Undang Undang 29/2004 Tentang PrakHk Kedokteran 2. Undang Undang 44/2009 Rumah Sakit 3. Permenkes 755/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite
Medis 4. Permenkes 1438 / 2010 Tentang Standar Pelayanan
Kedokteran 5. Permenkes 2052/2011 Tentang Izin PrakHk Kedokteran 6. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 17/KKI/
Kep/Viii/2006 Tentang Pedoman Penegakan Disiplin Profesi Kedokteran Konsil Kedokteran Indonesia
UNDANG-‐UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
PERNYATAAN IDI LAMPIRAN SK PB IDI
SURAT EDARAN DIRJEN YANMED NO: YM 02.04.3.5.2504 TH. 1997
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER
Dokter punya hak dan kewajiban dalam melakukan prakHk kedokteran dalam hubungannya dengan pasien Hak dan kewajiban essensial diatur dalam UU PK no 29 tahun 2004 Selain itu masih ada hak dan kewajiban umum lainnya
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER
Hak dan kewajiban dokter à berkaitan erat dengan transaksi terapeuHk Transaksi terapeuHk à terjadinya kontrak antara dokter dengan pasien
Kontrak – memberikan pelayanan medis sebaik-‐baiknya
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER
Pasal 51 UU PK no 29 tahun 2004 à Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan prakHk kedokteran mempunyai kewajiban :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila Hdak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuH perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER
Pasal 50 UU PK no 29 tahun 2004 à Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan prakHk kedokteran mempunyai hak : (Hak dokter adalah kekuasaan/kewenangan dokter untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu) a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional; b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar
prosedur operasional; c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya;
dan d. menerima imbalan jasa.
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER
UU PK no 29 tahun 2004 à Kewajiban dokter:
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
Hak dokter:
b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional;
d. menerima imbalan jasa.
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER
Ruang Lingkup Presentasi
INA-‐CBG’s
1PELAYANAN MEDIS
2IMBALAN JASA
Pelayanan Medis
Evidence Based Medicine
1
FACTS TO PONDER à The number of gun owners in the U.S. is 80,000,000 The number of accidental gun deaths per year is 1,500 The number of accidental deaths per gun owner is .000188
(Sta)s)cs courtesy of FBI) PHYSICIANS à The number of physicians in the U.S. is 700,000. Accidental deaths caused by Physicians per year are 120,000. Accidental deaths per physician is 0.171
(Sta)s)cs courtesy of U.S. Dept of Health Human Services) STATISTICALLY à Doctors are approximately 9,000 Ymes more dangerous than gun owners
Remember, “Guns don’t kill people, doctors do.”
PELAYANAN MEDIS -‐-‐ anekdot
PELAYANAN MEDIS
My students are dismayed when I say to them
“Half of what you are taught as
medical students will in 10 years have been shown to be wrong. And the trouble is, none of your
teachers knows which half.”
(Dr. Sydney Burwell, Dean of Harvard Medical School).
PELAYANAN MEDIS
UU PK no 29 tahun 2004 à Kewajiban dokter:
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
PELAYANAN MEDIS à EBM -‐-‐ EB-‐CP
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER
2 Imbalan Jasa
FEE FOR SERVICE à CASE-‐MIX PAYMENT
RETROSPECTIVE PAYMENT – Fee for Service à
PROSPECTIVE PAYMENT – Case-‐Mix Payment
BPJS -‐-‐-‐ INA CBG’s
CASE-‐MIX
CASEMIX
CosYng
Clinical Pathway
Teknologi Informasi
Coding
Indonesia Case Base Group (INA CBG’s) merupakan sistem Casemix yang di-‐
implementasikan di Indonesia
INA CBG’s
INA CBG’s à beberapa pertanyaan terkait issue kualitas pelayanan medis: 1. Sumber Data Coding & CosHng
• RS untuk data cosHng dan coding à • 100 RS pemerintah – untuk tarif 2013 • pemerintah dan swasta – untuk JKN 2014
• Apakah di RS tersebut menerapkan EB-‐CP? �
2. Menteri menetapkan standar tarif • Apakah standar tarif ditetapkan murni berdasarkan besaran unit
cost yang rasional? Atau ada aspek poliHk terkait anggaran? • Apakah besaran unit cost dihitung lebih dahulu, atau dihitung
belakangan disesuaikan besaran premi yang dianggarkan?
INA CBG’s
INA CBG’s à beberapa pertanyaan terkait issue kualitas pelayanan medis: 3. Besaran INA-‐CBG diHnjau seHap 2 tahun oleh Menteri
(berkoordinasi dengan menteri bidang keuangan) • Apakah revisi dapat dilakukan tepat waktu? • Apakah revisi dapat mengakomodasi perkembangan iptekdok?
INA CBG’s
Issue terkait kualitas pelayanan medis: (posiHf & negaHf) 1. Apabila sampling RS Hdak tepat
à kualitas pelayanan medis Hdak dapat mencerminkan EBM
2. Apabila standar tarif rendah à kualitas pelayanan medis Hdak dapat mengadopsi nilai EBM,
pelayanan medis di bawah standar, dan terHnggal dibandingkan negara lain
à Pelayanan medis akan mengikuH (mendasarkan) pada standar tarif, bukan pada perkembangan teknologi kesehatan yang terbaru dan terbaik à aspek hukum & eHka?
INA CBG’s
Issue terkait kualitas pelayanan medis: (posiHf & negaHf) 3. Apabila revisi INA CBG’s Hdak sesuai waktu dan terlalu lama
periodenya à pelayanan medis terlambat dalam mengikuH perkembangan
iptekdok
4. Apabila ada langkah “akal2an coding” dari RS supaya dapat menaikkan besaran paket à data epidemiologi penyakit akan kacau
INA CBG’s
Issue terkait kualitas pelayanan medis: (posiHf & negaHf) 5. Kebebasan profesional prakHsi medis Hdak hanya akan dibatasi
dan dinilai berdasarkan eHka, hukum, dan standar pelayanan medis.
à Manajemen ekonomi dapat menjadi kriteria baru à Dokter akan dinilai oleh asuransi kesehatan (dan rumah
sakit) dari aspek biaya
6. Hilangnya independensi profesional dokter à Dokter rentan terhadap sanksi terkait aspek ekonomi,
oleh asuransi kesehatan (dan rumah sakit)
INA CBG’s
INA CBG’s à beberapa pertanyaan terkait issue jasa medis: 1. Unit cost untuk jasa medis
• Apakah jasa medis dokter dipisahkan dari unit cost lain, atau termasuk dalam jasa pelayanan (maksimal 44% dari total)?
�2. Menteri menetapkan standar tarif
• Apakah standar tarif ditetapkan murni berdasarkan besaran unit cost yang rasional (termasuk unit cost untuk jasa medis)? Atau ada aspek poliHk terkait anggaran?
• Apakah besaran unit cost dihitung lebih dahulu (termasuk unit cost untuk jasa medis), atau dihitung belakangan disesuaikan besaran premi yang dianggarkan?
INA CBG’s
INA CBG’s à beberapa pertanyaan terkait issue jasa medis: 3. Besaran INA-‐CBG’s dibedakan menurut kelas RS
• Dokter dengan keahlian / kompetensi yang sama, akan memperoleh jasa medis yang berbeda, mengikuH kelas RS
• Dokter dengan keahlian / kompetensi yang lebih Hnggi, dapat memperoleh jasa medis yang lebih rendah apabila bekerja di RS kelas rendah. Demikian juga sebaliknya
4. Kasus penyakit yang perlu rawat bersama
• Apakah jasa medis masing-‐masing dokter diperhitungkan masing-‐masing dari berapa % dari total paket, atau merupakan pembagian dari persentase jasa medis yang telah ditetapkan dari paket
INA CBG’s
1. tarif jasa medis harus ditetapkan
tersendiri dan dipisahkan dari unit cost lain (jika dokter Hdak dibayar dengan remunerasi), sehingga dapat diperoleh besaran jasa medis yang rasional
2. Unit cost dihitung terlebih dahulu, kemudian diperoleh besaran tarif paket, dan selanjutnya ditentukan besaran premi. sehingga dapat diperoleh besaran masing-‐masing unit cost yang rasional
3. Besaran jasa medis Hdak dibedakan berdasarkan kelas RS, tapi: • disamakan untuk semua kelas RS • dibedakan berdasarkan kompetensi/
keahlian • dibedakan berdasarkan aspek
ekonomi wilayah
Issue terkait jasa medis: (posiHf & negaHf)
4. Organisasi profesi menyusun standar jasa medis yang rasional (misal: Panduan PB IDI 2008). Dan besaran ini menjadi acuan dalam menentukan besaran jasa medis sebagai unit cost yang dipisahkan tersendiri.
5. Di beberapa negara lain, sistem case-‐
mix diterapkan dengan pembayaran dokter metode REMUNERASI, bukan metode jasa medis. Besaran REMUNERASI mengacu kepada panduan yang disusun oleh organisasi profesi (misal: Panduan PB IDI 2008).
Issue terkait jasa medis: (posiHf & negaHf)
PANDUAN REMUNERASI & JASA MEDIS DOKTER
PANDUAN REMUNERASI & JASA MEDIS DOKTER
6. Dalam pembuatan INA CBG’s juga harus memperhaHkan sampling yang tepat (dari aspek EBM dan jenis kasus), besaran standar tarif yang rasional, dan waktu revisi yang tepat
7. Penerapan INA CBG’s dilakukan
secara bertahap, dimulai RS publik, kemudian RS private
8. Sistem cosHng Hap RS harus diperbaiki dan disempurnakan
Issue terkait jasa medis: (posiHf & negaHf)
Diskusi?
Terima Kasih
Menuju UNIVERSAL COVERAGE
Gea Pandhita S