Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

25
PANCASILA sebagai PANCASILA sebagai SISTEM FILSAFAT SISTEM FILSAFAT Filsafat dari bahasa Yunani: philosyang berarti “cinta”; dan sophiaberarti pengetahuan yang bijaksanadengan demikian, secara sederhana Filsafat berarti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana”. Dalam bentuk kerja, (ber) filsafat berarti usaha ke arah keutamaan mental.

Transcript of Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

PANCASILA sebagai PANCASILA sebagai SISTEM FILSAFATSISTEM FILSAFAT

Filsafat dari bahasa Yunani: “philos” yang berarti “cinta”; dan “sophia” berarti “pengetahuan yang bijaksana” dengan demikian, secara sederhana Filsafat berarti “mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana”.

Dalam bentuk kerja, (ber) filsafat berarti usaha ke arah keutamaan mental.

OBYEK KAJIAN FILSAFATOBYEK KAJIAN FILSAFAT

• Object materia filsafat: segala sesuatu baik yang bersifat material kongkrit maupun yang bersifat abstrak.

• Object forma filsafat: adalah cara memandang seorang peneliti (filusuf) terhadap object materia.

LINGKUP PENGERTIAN FILSAFAT (LPF)LINGKUP PENGERTIAN FILSAFAT (LPF)

• Filsafat sebagai suatu kebijaksanaan yang rasional dari segala sesuatu (memutuskan);

• Filsafat sebagai suatu sikap dan pandangan hidup(dasar pertimbangan);

• Filsafat sebagai suatu kelompok persoalan (fundamental-hakiki);

• Filsafat sebagai suatu kelompok teori dan sistem pemikiran (hasil dari kerja filusuf)

Lanjutan LPFLanjutan LPF

• Filsafat sebagai suatu proses kritis dan sistematis dari segala pengetahuan manusia;

• Filsafat sebagai usaha untuk memperoleh pandangan yang komprehensif;

SIMPULAN:• Filsafat sebagai produk• Filsafat sebagai suatu proses

CIRI-CIRI BERFIKIR SECARA CIRI-CIRI BERFIKIR SECARA KEFILSAFATANKEFILSAFATAN

• KRITIS• TERDALAM• KONSEPTUAL• KOHEREN• RASIONAL• KOMPREHENSIF

• UNIVERSAL• SPEKULATIF• SISTEMATIS• BEBAS

• Bersifat kritis: senantiasa mempertanyakan segala sesuatu, problema-problema, atau hal-hal lain yang sedang dihadapi manusia ( yang kemudian mengawali perkembangan ilmu pengetahuan ---induktif; induksi-deduksi dan verifikasi; falsifikasi).

• Bersifat mendalam: bukan hanya fakta-fakta yang sifatnya khusus dan empiris tetapi pada intinya terdalam yaitu substansinya yang bersifat universal.

• Bersifat konseptual: bukan persepsi saja tapi sampai pada pengertian yang bersifat konseptual yang merupakan hasil generalisasi serta abstraksi dari pengalaman yang bersifat khusus dan individual.

• Koheren (runtut): merupakan skema/bagan dari berbagai unsurnya dan tidak saling bertentangan.

• Bersifat rasional: bagan yang konsepsional dan runtut itu bagian-bagiannya berhubungan secara logis.

• Bersifat menyeluruh: tidak ada sesuatupun yang di luar jangkauannya.

• Bersifat universal: berusaha menemukan kenyataan kebenaran dengan berusaha untuk sampai pada suatu kesimpulan yang bersifat universal.

• Bersifat Spekulatif: pengajuan dugaan-dugaan yang masuk akal (rasional) yang melampaui batas-batas fakta. Hal ini merupakan semacam kegiatan akal budi manusia dengan melalui kemampuan imaginasi.

• Bersifat sistematis: tidak fragmentaris (terpecah-pecah) dan acak. Bagian-bagian dan diantara bagian-bagian berhubungan satu dengan lainnya, terjalin dalam suatu kerjasama dan saling tergantung.

• Bersifat bebas: berfikir secara bebas untuk sampai pada hakekat terdalam dan universal.

CABANG-CABANG FILSAFAT:CABANG-CABANG FILSAFAT:

1. Metafisika: berkaitan dengan persoalan tentang hakekat yang ada

2. Epsitimologi: yang berkaitan dengan persoalan hakekat pengetahuan

3. Metodologi: yang berkaiatan dengan persoalan hakekat metode ilmiah

4. Logika: yang berkaitan dengan persoalan penyimpulan

5. Etika: yang berkaitan dengan persoalan moralitas

6. Estetika: yang berkaitan dengan persoalan keindahan

ALIRAN – ALIRAN METAFISIKAALIRAN – ALIRAN METAFISIKA

Segi Kuantitas: (berapa banyak susunan kenyataan)

• Monisme: hanya ada satu kenyataan yang terdalam

• Dualisme: adanya dua substansi pokok yang masing-masing berdiri sendiri

• Pluralisme: mengakui adanya banyak substansi

Segi kualitas: (dipandang dari segi sifatnya)

• Spiritualisme: bahwa kenyataan yang terdalam alam semesta adalah roh

• Materialisme: tidak ada hal yang nyata kecuali materi, pikiran dan kesadaran adalah hanya penjelmaan dari materi dan dapat dikembalikan pada unsur fisis.

Dari segi proses:• Mekanisme: semua gejala atau

peristiwa seluruhnya dapat diterangkan berdasarkan pada asas-asas mekanis.

• Teleologis: yang berlaku dalam kejadian alam bukanlah hukum sebab-akibat tetapi awal mulanya memang ada sesuatu kemauan atau kekuatan yang mengarah pada satu tujuan.

• Vitalisme: hidup tidak dapat dijelaskan secara fisik-kimiawi, karena berbeda dengan segala sesuatu yang tidak hidup.

EPISTIMOLOGIEPISTIMOLOGI• Cabang filsafat yang membahas

tentang hakekat pengetahuan manusia, yaitu tentang sumber, watak, dan kebenaran pengetahuan.

ALIRAN-ALIRAN : Rasionalisme: semua pengetahuan

bersumber pada pikiran atau rasio. Empirisme: semua pengetahuan

manusia diperoleh melalui pengalaman indera.

• Realisme: obyek-obyek yang kita cerap lewat indera adalah nyata dalam diri obyek tersebut.

• Kritisisme: bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiri yang kemudian akal menempatkan, mengatur dan menertibkan dalam bentuk-bentuk pengamatan atas dasar ruang, dan waktu.

• Positivisme: pemikiran manusia untuk menemukan hukum-hukum dan saling hubungan lewat fakta.

• Skeptisme: penerapan indera adalah bersifat menipu atau menyesatkan. Untuk itu sebelum pengetahuan diakui benar dipersyaratkan adanya bukti.

PANCASILA SEBAGAI SUATU PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT (PSF)SISTEM FILSAFAT (PSF)

• Setiap sila dari Pancasila pada hakekatnya merupakan suatu asas sendiri;

• Isi sila-sila Pancasila pada hakekatnya secara bersama-sama merupakan satu kesatuan dan keutuhan;

• Sila-sila Pancasila SECARA FILSAFATI PADA HAKEKATNYA MERUPAKAN SATU KESATUAN ORGANIK

Lanjutan PSFLanjutan PSF

• Antara sila-sila Pancasila saling berhubungan dan saling mengkualifikasi;

• Dasar pemikiran Pancasila adalah BERPUSAT PADA MANUSIA:

- Manusia – Tuhan - Manusia – diri manusia (sendiri) - Manusia – manusia lain - Manusia – bangsa

KESATUAN SILA-SILA KESATUAN SILA-SILA PANCASILAPANCASILA

•Susunan Pancasila bersifat Hierarkhis dan berbentuk Piramidal

•Rumusan hubungan Sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan mengkualifikasi

HIERARKHIS DAN PIRAMIDALHIERARKHIS DAN PIRAMIDAL

I

II

III

IV

V

SISTEMATIKA FILSAFAT SISTEMATIKA FILSAFAT PANCASILAPANCASILA

Bidang Ontologi: Penyelidikan tentang makna keberadaan (ada, eksistensi)

manusia, benda, alam semesta.

• Pancasila pada hakekatnya adalah manusia yang memiliki hakekat mutlak monopluralis

• Subyek pendukung pokok sila-sila Pancasila adalah manusia

• Manusia terdiri dari: susunan kodrat: raga dan jiwa sifat kodrat: sebagai makhluk individu dan makhluk sosial kedudukan kodrat: makhluk pribadi berdiri sendiri sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa

Bidang epistimologi:

Meneliti tentang sumber, syarat, susunan, metode dan validasi ilmu pengetahuan.

• Bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila

• Akal manusia merupakan sumberdaya cipta

• Terdapat tiga tingkatan pemikiran: memoris, reseptif, kritis dan kreatif

Bidang Aksiologi: Bidang yang menyelediki makna nilai,

sumber nilai, jenis dan tingkatan nilai dan hakekat nilai.

Menurut Prof. Dr. Bramled, aksiologi menyelidiki:

1. Tingkah laku moral, yang berwujud etika

2. Ekspresi etika, yang berwujud estetika3. Sosio-politik, yang berwujud ideologi