Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

35
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT A. PENGERTIAN FILSAFAT Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu philo, philos,philein, yang mempunyai arti cinta/ pecinta/ mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harafiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki. Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari kebijaksanaandan cinta akan kebijakan. Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh Phythagoras (582 – 496 SM). Dia adalah seorang ahli pikir dan pelopor matematika yang menganggap bahwa intisari dan hakikat dari semesta ini adalah bilangan. Namun demikian, banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu : 1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki. 2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.

description

pancasila

Transcript of Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Page 1: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu

philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu philo, philos,philein, yang mempunyai arti cinta/ pecinta/

mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harafiah

istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki. Berfilsafat berarti berpikir

sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal

untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang

mengandung usaha mencari kebijaksanaandan cinta akan kebijakan.

Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh Phythagoras (582 – 496 SM). Dia adalah seorang

ahli pikir dan pelopor matematika yang menganggap bahwa intisari dan hakikat dari semesta ini adalah

bilangan. Namun demikian, banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui sekarang ini

adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat

yaitu :

1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal dari filsafat.

Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.

2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan menuntun pada

kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang kemudian tidak

disangsikan lagi.

3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat

kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Kemudian muncul

kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tdak terbatas.

Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat alam arti

produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup.

Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis. Pancasila dapat

digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti

praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam

sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.

Page 2: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

1. Obyek Filsafat

Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak terikat langsung dengan suatu

obyek), yang mendalam dan daya pikir subyek manusia dalam memahami segala sesuatu untuk mencari

kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari kebenaran adalah potensi dan fungsi kepribadian manusia.

Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang kesemestaan, secara mendasar

(fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil pemikiran pemikir (filsuf) merupakan suatu ajaran atau

sistem nilai, baik berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai ideologi yang dianut suatu

masyarakat atau bangsa dan negara. Filsafat demikian, telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu tata

nilai yang melembaga sebagai suatu paham (isme) seperti kapitalisme, komunisme, fasisme dan

sebagainya yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara modern.

Filsafat sebagai kegiatan olah pikir manusia menyelidik obyek yang tidak terbatas yang ditinjau dari dari

sudut isi atau substansinya dapat dibedakan menjadi :

a. obyek material filsafat : yaitu obyek pembahasan filsafat yang mencakup segala sesuatu baik

yang bersifat material kongkrit seperti manusia, alam, benda, binatang dan lain-lain, maupun

sesuatu yang bersifat abstrak spiritual seperti nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral, pandangan

hidup dan lain sebagainya.

b. Obyek formal filsafat : cara memandang seorang peneliti terhadap objek material tersebut.

Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu,

terdapat berbagai macam sudut pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat. Adapun cabang-

cabang filsafat yang pokok adalah :

a. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis yang meliputi bidang

: ontologi (membicarakan teori sifat dasar dan ragam kenyataan), kosmologi (membicarakan

tentang teori umum mengenai proses kenyataan, dan antropologi.

b. Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat pengetahuan atau kebenaran.

c. Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara/jalan untuk memperoleh pengetahuan.

d. Logika, ádalah membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dapat mengambil kesimpulan

yang benar.

e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku manusia tentang baik-buruk

f. Estetika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat keindahankejelekan.

Page 3: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

2. Aliran-Aliran Filsafat

Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang adalah sebagai berikut :

a. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan, termasuk

mahluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi (misalnya

benda ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum

kausalitas) yang bersifat objektif.

b. Aliran Idealisme/Spiritualisme, aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit manusia yang

menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas realitas dirinya dan

kesemestaan karena ada akal budi dan kesadaran rohani manusia yang tidak sadar atau mati sama

sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas kesemestaan. Jadi hakikat diri dan kenyataan

kesemestaan ialah akal budi (ide dan spirit).

c. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran diatas adalah bertentangan, tidak

sesuai dengan kenyataan (tidak realistis). Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama

kehidupan bukanlah benda (materi) semata-mata. Kehidupan seperti tampak pada tumbuh-

tumbuhan, hewan, dan manusia mereka hidup berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati.

Pastilah realitas demikian lebih daripada sekadar materi. Oleh karenanya, realitas adalah panduan

benda (materi dan jasmaniah) dengan yang non materi (spiritual, jiwa, dan rohaniah). Khusus

pada manusia tampak dalam gejala daya pikir, cipta, dan budi. Jadi menurut aliran ini, realitas

merupakan sintesis antara jasmaniah-rohaniah, materi dan nonmateri.

B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung maupun tidak

langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia. Gelombang besar

kekuatan internasional dan transnasional melalui globalisasi telah mengancam bahkan menguasai

eksistensi negara-negara kebangsaan, termasuk Indonesia. Akibatnya yang langsung terlihat

adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan, karena adanya

perbenturan kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme. Disatu sisi menjaga budaya

bangsa sebagai identitas bangsa merupakan tuntutan mutlak namun derasnya pengaruh era

globalisasi juga tidak terhindarkan.

Page 4: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Permasalahan kebangsaan semakin rumit dan kompleks manakala ancaman internasional

yang terjadi disatu sisi namun dalam sisi lainnya muncul masalah internal yaitu maraknya

tuntutan rakyat, yang secara objektif mengalami sesuatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan

dan keadilan social. Paradoks antara kekuasaan global dengan kekuasaan nasional ditambah

konflik internal seperti gambaran diatas mengakibatkan suatu tarik menarik kepentingan secara

langsung mengancam jati diri bangsa. Nilai-nilai baru yang masuk baik secara subjektif maupun

objektif serta terjadinya pergeseran nilai dimasyarakat pada akhirnya mengancam prinsip-prinsip

hidup berbangsa masyarakat Indonesia.

Prinsip-prinsip dasar yang telah diletakkan oleh para tokoh pendiri bangsa ini (the

founding fathers) diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat bernegara yaitu Pancasila.

Dengan pemahaman demikian maka Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini

dapat mengalami ancaman dari munculnya nila-nilai baru dari luar dan pergeseran nilai-niai itu

sendiri. Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat, suatu bangsa, senantiasa memiliki

suatu pandangan hidup atau filsafat hidup masing-masing dan tentunya berbeda satu sama

lainnya. Perbedaan ini disebut local genius (kecerdasan/kreatifitas local) dan sekaligus sebagai

local wisdom (kearifan local) bangsa. Jadi tidak ada bangsa di dunia ini yang memiliki kesamaan

pandangan hidup dan filsafat hidup dengan bangsa lain.

Ketika the founding fathers mempersiapkan pendirian bangsa Indonesia, muncul suatu

pertanyaan fundamental dan harus memahami bagaimana mewujudkannya, yaitu di atas dasar

apakah Negara Indonesia merdeka ini akan didirikan ?. Pertanyaan ini akan selalu menjadi dasar

dan tolok ukur utama bangsa ini meng-Indonesia-kan. Dengan demikian jati diri akan selalu

bertolok ukur kepada nilai-nilai Pancasila sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang terdiri dari atas

lima sila pada hakekatnya merupakan system filsafat, hal ini akan dapat diketahui dan difahami

ketika dilakukan pengkajian aspek ontologis, epistimologis dan aksiologis dari kelima sila

pancasila tersebut.

Page 5: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT

Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan, yaitu filsafat sebagai

metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduanya sangat berguna untuk memahami Pancasila. Di

sisi lain, kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat

formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologi dan dasar aksiologis

dari sila-sila Pancasila.

Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan

kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian secara mendasar

dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif (dengan mencari hakikat Pancasila)

serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif

dan secara induktif (dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat), merefleksikannya dan

menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu). Dengan demikian, filsafat Pancasila akan

mengungkapkan konsep-konsep kebenaran yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan

bagi manusia pada umumnya.

1. Aspek Ontologis

Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya keberadaan atau eksistensi. Sementara

Aristoteles, menyebutnya sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan artinya dengan

metafisika. Jadi ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan

keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika dan

kesemestaan atau kosmologi.

Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh

karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek pendukungnya adalah manusia, yakni : yang

berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan pada

hakikatnya adalah manusia. Hal yang sama juga berlaku dalam konteks negara Indonesia, Pancasila

adalah filsafat negara dan pendukung pokok negara adalah rakyat (manusia).

2. Aspek Epistemologi

Page 6: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan

validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia sebagai hasil pengalaman dan pemikiran, membentuk

budaya. Bagaimana manusia mengetahui bahwa ia tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu pengetahuan

menjadi penyelidikan epistemologi. Dengan kata lain, adalah bidang/cabang yang menyelidiki makna dan

nilai ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika,

matematika dan teori ilmu.

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu system pengetahuan. Dalam

kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang

realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar

bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan.

Pancasila dalam pengertian seperti itu telah menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan

(belief system) sehingga telah menjelma menjadi ideologi (mengandung tiga unsur yaitu : 1. logos

(rasionalitas atau penalaran), 2. pathos (penghayatan), dan 3. Ethos (kesusilaan).

Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai

collective ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat

karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa mendalam yang dilakukan para pendiri

bangsa ini, yang kemudian dituangkan dalam suatu system yang tepat. Sebagai filsafat, Pancasila

memiliki karakteristik system filsafat tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya.

Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan system yang bulat dan utuh (sebagai suatu

totalitas). Karena antara satu sila dengan sila lainnya saling terkait dan memiliki ikatan yang

sangat kuat. Susunan Pancasila dengan suatu system yang bulat dan utuh itu adalah :

Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4,5

Sila 2, diliputi, didasari dan dijiwai sila 1 dan mendasari dan menjiwai sila 3,4,5.

Sila 3, diliputi, didasari dan dijiwai sila 1, 2 dan mendasari dan menjiwai sila 4,5.

Sila 4, diliputi, didasari dan dijiwai sila 1, 2, 3 dan mendasari dan menjiwai sila 5.

Sila 5, diliputi, didasari dan dijiwai sila 1,2,3,4.

Page 7: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Adapun inti atau esensi sila-sila Pancasila adalah :

1. Tuhan, yaitu sebagai kausa prima ;

2. Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk social ;

3. Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri ;

4. Rakyat, yaitu unsure mutlak negar, harus bekerja sama dan gotong royong.

5. Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain menjadi haknya.

Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat. Pengertian

sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu

tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem memiliki

ciri-ciri sebagai berikut :

a. suatu kesatuan bagian-bagian

b. bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri

c. saling berhubungan dan saling ketergantungan

d. kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem)

e. terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendirisendiri, fungsi sendiri-sendiri namun

demikian secara keseluruhan adalah suatu kesatuan yang sistematis dengan tujuan (bersama) suatu

masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

1. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis

Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan peradaban, dalam arti, setiap

sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari kesatuan Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila

merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-

Page 8: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

sendiri terlepas dari sila-sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu dan lainnya tidak saling

bertentangan.

Kesatuan sila-sila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara filisofis bersumber pada

hakikat dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat

manusia ”monopluralis” yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani-rohani, sifat kodrat

individu-mahluk sosial, dan kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri-mahluk Tuhan Yang Maha

Esa. Unsur-unsur itu merupakan suatu kesatuan yang bersifat organis harmonis.

2. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramidal.

Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang sangat matematis yang digunakan untuk

menggambarkan hubungan sila-sila Pancasila dalam hal urut-urutan luas (kuantiítas) dan juga dalam hal

isi sifatnya. Susunan sila-sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas dan isi sifatnya dari

silasila sebelumnya atau diatasnya.

Dengan demikian, dasar susunan sila-sila Pancasila mempunyai ikatan yang kuat pada setiap

silanya sehingga secara keseluruhan Pancasila merupakan suatu keseluruhan yang bulat. Oleh karena itu,

sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila-sila Pancasila berikutnya.

Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada landasan, yaitu : Tuhan,

Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus selalu berkaitan dengan sifat dan

hakikat negara Indonesia. Dengan demikian maka, sila pertama adalah sifat dan keadaaan negara harus

sesuai dengan hakikat Tuhan; sila kedua sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat manusia;

sila ketiga sifat dan keadaan negara harus satu; sila

keempat adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat; dan sila kelima adalah sifat

dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat adil. Contoh rumusan Pancasila yang bersifat hirarkis

dan berbentuk pyramidal adalah : sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai

sila-sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan Saling

Mengkualifikasi

Page 9: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkhis pyramidal juga memiliki sifat

saling mengisi dan salng mengkualifikasi. Hal itu dimaksudkan bahwa setiap sila terkandung nilai

keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam setiap sila Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh keempat

sila lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang mengisi dan saling mengkualifikasi adalah

sebagai berikut : sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab,

berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Aspek Aksiologi

Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah

cabang filsafat yang menyelidiki :

a. tingkah laku moral, yang berwujud etika,

b. ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,

c. sosio politik yang berwujud ideologi.

Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya, pencipta dan penegak nilai, berarti manusia

secara sadar mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai merupakan fungsi rohani

jasmani manusia. Dengan demikian, aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai,

sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika,ketuhanan dan agama.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikemukakan pula bahwa yang mengandung nilai itu bukan

hanya yang bersifat material saja tetapi juga sesuatu yang bersifat nonmaterial/rokhaniah. Nilai-nilai

material relatif mudah diukur yaitu dengan menggunakan indra maupun alat pengukur lainnya, sedangkan

nilai rokhaniah alat ukurnya adalah hati nurani manusia yang dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa,

karsa serta keyakinan manusia.

Page 10: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

C. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara

Dasar Negara adalah suatu pondasi yang harus dibangun dengan unsur yang kuat dan kokoh

untuk mendirikan suatu negara sehingga Negara nantinya tidak mudah runtuh dan bubar. Bagi kita dasar

negara kita adalah Pancasila yang telah terbukti mampu menjaga dan menahan negara kita berbagai

persoalan kebangsaan yang muncul mulai dari awal kemerdekaan, penyelenggaraan Orde Lama, Orde

Baru sampai masa Reformasi yang saat ini sedang berjalan.

Berasal dari bahasa Yunani kata Ideologi dari dua kata majemuk eidos dan logos, yang secara

sederhana mengandung arti suatu gagasan yang mendasarkan pemikiran yang sedalam-dalamnya dan

merupakan pemikiran filsafat. Dalam arti yang lebih luas adalah keseluruhan cita-cita, nilai-nilai dasar

dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif. Dalam pengertian lain

ideologi juga diartikan sebagai gagasan dan teori yang menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai

yang menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai yang mau menentukan dengan mutlak bagaimana

manusia harus hidup dan bertindak.

Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang

memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat, hokum dan Negara

Indonesia yang bersumber dari kebudayaan Indonesia. Pancasila sebagai idelogi nasional mengandung

nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yaitu cara berpikir dan cara kerja perjuangan.

Pancasila adalah sebagai ideologi terbuka, cirri khas ideloogi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-

citanya tidak dipaksakan dari luar , melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya

masyarakat sendiri. Dasarnya dari konsesus (kesepakatan) masyarakat, tidak diciptakan oleh Negara,

melainkan ditemukan dalam masyarakat sendiri. Oleh sebab itu, idelogi terbuka adalak milik dari semua

rakyat, masyarakat dapat menemukan dirinya didalamnya. Idelogi terbuka bukan hanya dapat dibenarkan

melahirkan kebutuhan. Nilai-nilai dasar menurut pandangan Negara modern bahwa Negara modern hidup

dari nilai-nilai dan sikap-sikap dasarnya. Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan

perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal.

Sementara Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri-cirinya: merupakan

cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan memperbarui masyarakat; atas nama ideologi

dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat; isinya bukan hanya nilai-

nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras,

yang diajukan dengan mutlak.

Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya, misalnya Pancasila

sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, sebagai

ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri

Page 11: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi

Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia.

Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi nilai-

nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan

luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu

bisa dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme

karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan

sehari-hari. Pandangan yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan tekad bagi bangsa Indonesia untuk

mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu menjadi motor

penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan inilah maka dapat

diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan kejiwaan apa saja yang akan coba diwujudkan

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri negara Republik

Indonesia adalah :”di atas dasar apakah Negara Indonesia didirikan” ketika mereka bersidang untuk

pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup bagi bangsa Indonesia harus

ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia sendiri yang merupakan perwujudan dan

pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki, diyakini dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang

masa dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.

Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar bangsa Indonesia

tentang kehidupan yang dianggap baik. Mereka menciptakan tata nilai yang mendukung tata kehidupan

sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak dan ciri masyarakat dan bangsa

Indonesia yang membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya. Kenyataan yang demikian itu

merupakan suatu kenyataan objektif yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia.

Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai utama yaitu :

a. nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari Tuhan Yang Maha Esa

yang tercermin dalam inti kesamaan ajaranajaran agama dalam kitab suci.

b. Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan intisari dari nilai-nilai yang luhur

budaya masyarkat (inti kesatuan adat-istiadat yang baik) yang tersebar di seluruh nusantara.

Page 12: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

NILAI-NILAI PANCASILA MENJADI DASAR DAN ARAH KESEIMBANGAN ANTARA HAK

DAN KEWAJIBAN

Pandangan mengenai hubungan antara manusia dan masyarakat merupakan falsafah kehidupan

masyarakat yang memberi corak dan warna bagi kehidupan masyarakat. Pancasila memandang bahwa

kebahagiaan manusia akan tercapai jika ditumbuh-kembangkan hubungan yang serasi antara manusia

dengan masyarakat serta hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Apabila memahami nilai-

nilai dari sila-sila Pancasila akan terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan

antara hak dan kewajiban antar hubungan tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Hubungan Vertikal

Adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai penjelmaan dari nilai-nilai

Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam hubungannya dengan itu, manusia memiliki kewajiban-kewajiban

untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhkan/menghentikan larangan-Nya, sedangkan hak-hak

yang diterima manusia adalah rahmat yang tidak terhingga yang diberikan dan pembalasan amal

perbuatan di akhirat nanti.

2. Hubungan Horisontal

Adalah hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam fungsinya sebagai warga masyarakat,

warga bangsa maupun warga negara. Hubungan itu melahirkan hak dan kewajiban yang seimbang.

3. Hubungan Alamiah

Adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan, tumbuh-tumbuhan dan

alam dengan segala kekayaannya. Seluruh alam dengan segala isinya adalah untuk kebutuhan manusia.

Manusia berkewajiban untuk melestarikan karena alam mengalami penyusutan sedangkan manusia terus

bertambah. Oleh karena itu, memelihara kelestrian alam merupakan kewajiban manusia, sedangkan hak

yang diterima manusia dari alam sudah tidak terhingga banyaknya. Kesimpulan yang bisa diperoleh dari

filsafat Pancasila adalah Pancasila memberikan jawaban yang mendasar dan menyeluruh atas masalah-

masalah asasi filsafat tentang negara Indonesia.

Page 13: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

D. PROSES PERUMUSAN PANCASILA

Sejarah mencatatkan bahwa atas desakan para pendiri bangsa ini terhadap Jepang yang saat itu

secara defacto masih sebagai penjajah Indonesia, maka dibentuklah Badan Penyelidik Usaha-Usaha

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 29 April 1945. Terdiri dari 3 orang unsur

pimpinan dan 66 orang anggota yang diketua oleh Dr.K.R.T. Radjiman Widyodiningkrat. Pada tanggal 29

Mei 1945 BPUPKI mengadakan sidangnya yang pertama, dan pada rapatnya yang pertama inilah muncul

beberapa gagasan-gagasan dasar Negara Indonesia.

1. Mr.Muhammad Yamin

1. Peri Kebangsan ;

2. Peri Kemanusiaan ;

3. Peri Ke-Tuhanan ;

4. Peri Kerakyatan ;

a.Permusyawaratan

b.Perwakilan

c.Kebijaksanaan, dan ;

5. Kesejahteraan Rakyat (keadilan sosial)

2. Prof. Dr. Soepomo

1. Negara nasional yang bersatu ;

2. Dianjurkan supaya warga Negara tunduk kepada Tuhan ;

3. Dalam susunan pemerintahan Negara Indonesia harus dibentuk system badan

permusyawaratan ;

4. Ekonomi Negara bersifat kekeluargaan, dan mengenai hubungan antar bangsa menganjurkan

upaya-upaya Indonesia bersifat Negara Asia Timur Raya.

3. Ir. Soekarno

1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia) ;

2. Internasionalisme (peri-kemanusiaan) ;

3. Mufakat ;

4. Kesejahteraan Sosial ;

5. Ketuhanan yang berkebudayaan (juga Ketuhanan Yang Maha Esa)

Page 14: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Daftar Anggota BPUPKI

No Nama anggota dalam EYD Tempat kelahiran Tgl kelahiran Pekerjaan/Jabatan

1 #) Abdul Kaffar. Sampang, Jatim 14-05-1913 Bekas Kapten Mantan Barisan Madura.

2 Abdul Kahar Muzakir. Gading, Yogyakarta 16-04-1907 Peg Kantor Kooti Zimu Kyoku Yogya bag Ekonomi

3 Agus Muhsin Dasaad. Sulu, Filipina 25-08-1905 Pemimpin NV Pabrik Tenun, Wa Ketua Jakarta Tokubetu Si Sangi Kai.

4 AR Baswedan. Surabaya 11-09-1908 Angg Tyuuoo Sangi In.

5 *) Bandoro Pangeran Hario Purubojo. Yogyakarta 25-06-1906 Pembesar Kawedanan Kori Kraton Yogyakarta, Angg Tyuuoo Sangi In

6 *) #)

Bendoro Kanjeng Pangeran Ario Suryohamijoyo.

Solo, 13-10-1905 Ajudan Sri Susuhunan Surakarta

7 Bendoro Pangeran Hario Bintoro. Yogyakarta 02-08-1914 Pejabat di Kesultanan Yogyakarta.

8 *) Dr. Kanjeng Raden Tumenggung Rajiman Wedyodiningrat.

Yogyakarta 21-04-1879 Angg Tyuuoo Sangi In, Pertanian di Bulak Ngalaran Walikukun Kab Ngawi

9 Dr. Raden Buntaran Martoatmojo. Loano, Purworejo 11-01-1896 Ka RSU Negeri Semarang, Wa Ketua Syuu Hookoo Kai Semarang dan Tyuuoo Sangi In.

10 Dr. Raden Suleiman Effendi Kusumaatmaja. Purwakarta 08-09-1898 Ketua Tihoo Hooin Semarang, Kendal, Semarang Ken Kooto Hooin Kinmu.

11 Dr. Samsi Sastrawidagda. Solo 13-03-1894 Ka Kantor Partikelir Tatausaha dan Pajak Surabaya, Angg Tyuuoo Sangi In

12 Dr. Sukiman Wiryosanjoyo. Sewor, Solo 19-06-1896 Dokter Partikelir di Yogyakarta13 Drs. Kanjeng Raden Mas Hario Sosrodiningrat. Solo 01-12-1902 Solo Kooti Soomuu Tyookan

14 Drs. Muhammad Hatta. Bukit Tinggi, Sumbar 12-08-1902 Angg Tyuuoo Sangi In, Wa Ketua Hookoo Kaigi Jawa Hookookai.

15 Haji A.A. Sanusi Cantayan, Sukabumi 18-09-1888 Angg Bogor Syuu Sangi Kai16 *)

Haji Abdul Wahid Hasyim. Jombang 12-02-1913 Berniaga, Penasehat Kantor Penyelidikan Surabaya.

17 Haji Agus Salim. Koto Gadang, IV Koto, Agam, Sumbar

08-10-1884 N/A

18 #)

Ir. Pangeran Muhammad Nur. Martapura, Banjarmasin 24-07-1901 Pemimpin Kantor Pengairan Bondowoso

19 Ir. Raden Ashar Sutejo Munandar. Siluwak Sawangan Batang 30-04-1914 Ingenieur Seibu Jawa Denki Zidyoo Koosya Bogor [versi: Suisin Taityoo Ngawi]

20 Ir. Raden Mas Panji Surahman Cokroadisuryo Wonosobo 30-08-1894 Pem Kantor Pusat Kerajinan dan Jawata Tera

21 Ir. Raden Ruseno Suryohadikusumo. Madiun 08-08-1908Ingenieur, Pem distrik II Pengairan Jatim Kediri, Angg Tyuuoo Sangi In, Wa Penasehat Syuu Sangi Kai Kediri

22 *)

Ir. Sukarno. Surabaya 06-06-1901 Penasehat Tyuuoo Sangi In, Sango Soomubu Jakarta

23 K.H. Abdul Halim (Muhammad Syatari), Majalengka 17-06-1887 Penasehat Perikatan Umat Islam Majalengka, Angg Tyuuoo Sangi In Jakarta.

24 Kanjeng Raden Mas Tumenggung Ario Wuryaningrat.

Solo 12-03-1885 Bupati Nayoko Kaprah Tengan di Kraton Solo

25 *)

Ki Bagus Hadikusumo. Yogyakarta xx-xx-1890 Angg Tyuuoo Sangi In, Ketua Muhammadiyah.

26 *)

Ki Hajar Dewantara. Paku Alaman, Yogyakarta 08-05-1889 Angg Tyuuoo Sangi In Soomu Jawa Hookookai Yogyakarta.

27 #)

Kiai Haji Abdul Fatah Hasan. Bojonegaro, Cilegon atau Menes (Banten Selatan) (?)

xx-xx-1912 Angg Banten Syuu Sangi Kai.

28 Kiai Haji Mas Mansur. Surabaya 25-06-1896 Kamon Shuumubu, Masyumi Jakarta.29 Kiai Haji Masykur. Singasari Malang 30-12-1902 Tokoh NU30 Liem Koen Hian. Banjarmasin xx-xx-1896 N/A

31 Mas Aris. Karanganyar, Kebumen 02-01-1901 Ketua Pati Syuu Sangi Kai, Angg Tyuuoo Sangi In.

Page 15: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

32 Mas Sutarjo Kartohadikusumo. Kunduran, Blora 22-10-1892 Syuutyookan Jakarta.33 Mr. A. A. Maramis. Manado 20-06-1897 Advokat Jakarta.

34 Mr. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Wongsonagoro.

Solo 20-04-1897 Bupati Sragen

35 #)

Mr. Mas Besar Martokusumo. Brebes 08-07-1893 Walikota Tegal

36 Mr. Mas Susanto Tirtoprojo. Solo 03-03-1900 Madiun Sityoo

37 Mr. Muhammad Yamin Sawahlunto, Sumbar 23-08-1903 Penasehat Sendenbu-sendenka (Sanyoo-Sendenbu)

38 *)

Mr. Raden Ahmad Subarjo. Krawang 23-03-1897 Pem bag Informasi Gunseikanbu cabang I Jakarta

39 Mr. Raden Hindromartono, Gunem, Rembang 31-12-1908 Shokuin Naimobu Roodo Kyoku40 Mr. Raden Mas Sartono. Wonogiri 05-08-1900 Advokat, Angg Tyuuoo Sangi In

41 Mr. Raden Panji Singgih. Malang 17-10-1894 Pembesar Umum Naimuu Koseika Tyoo Jakarta

42 Mr. Raden Samsudin Sukabumi 01-01-1908 N/A43 Mr. Raden Suwandi. Ngawi 31-10-1898 Sanyo Bunkyoo Kyoku

44 Mr. Raden, Sastromulyono. Kudus 16-10-1898 Hakim Kootoo Hooin dan Tihoo Hooin Jakarta Tangerang

45 *)

Mr. Yohanes Latuharhary. Saparua, Ambon 06-07-1900 Peg. Somubu Jakarta.

46 Ny. Mr. Raden Ayu Maria Ulfah Santoso. Semarang 18-08-1911 Peg Syhobu Jakarta

47 Ny. Raden Nganten Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito.

Yogyakarta 28-12-1907 Kabag Wanita Kantor Pus Jawa Hookoo Kai Jakarta.

48 Oey Tiang Tjoei. Jakarta xx-xx-1893 Angg Tyuuoo Sangi In, Presiden Hua Chiao Tong Hui

49 Oey Tjong Hauw. Semarang xx-xx-1904 Angg Tyuuoo Sangi In50 P.F. Dahler, Semarang 21-02-1883 N/A

51 Parada Harahap. Pargarutan, Sumut 15-12-1899 Direktur Percetakan dan Harian Sinar Baru Semarang.

52 *)

Prof. Dr. Mr. Raden Supomo. Sukoharjo, Solo 22-01-1903 Pem. Hooki Kyoku, Angg Saikoo Hooin

53 Prof. Dr. Pangeran Ario Husein Jayadiningrat. Kramat Watu, Serang 08-12-1886 Syumubutyoo, Angg Tyuuoo Sangi In Jakarta.

54 Prof. Dr. Raden Jenal Asikin Wijaya Kusuma. Mononjaya, Tasikmalaya 07-06-1891 Wa Pemimpin RSU Negeri, Guru Tinggi Ika Dai Gaku Jakarta.

55 *)

Raden Abdul Kadir. Binjai, Sumut 06-06-1906 Opsir PETA.

56 Raden Abdulrahim Pratalykrama. Sumenep, Jatim 10-06-1898 Wa Residen Kediri

57 Raden Abikusno Cokrosuyoso. Ponorogo 16-06-1897 Architectparticulir, Ketua bag Umum kantor pusat Jawa Hookoo Kai

58 Raden Adipati Ario Sumitro Kolopaking Purbonegoro.

Papringan, Banyumas 14-06-1887 Bupati Banjarnegara.

59 *)

Raden Adipati Wiranatakusuma. Bandung 08-08-1888 Bupati Bandung

60 #)

Raden Asikin Natanegara. Bogor 23-12-1902 Ikyu Keishi pada Keimubu

61 Raden Mas Margono Joyohadikusumo. Purbolinggo 16-05-1894 Penulis Koperasi Kantor Pusat Koperasi Perdagangan Dagri Jakarta.

62 Raden Mas Tumenggung Ario Suryo. Magetan 09-07-1895 Residen Bojonegoro63 *)

Raden Oto Iskandardinata. Bojongsoang, Kab Bandung 31-03-1897 Angg Tyuuoo Sangi In, Zissenkyokutyoo Jawa Hookookai Jakarta.

64*) ++)

Raden Panji Suroso. Porong, Sidoarjo 03-11-1893 Wa Ketua Syuu Hookoo Kai Malang

65 Raden Ruslan Wongsokusumo. Tanah Merah, Sampang, Madura 15-10-1901Wa Ketua Perseroan Tanggungan Jiwa Bumiputera Jatim, Pembantu kantor cab Asia Raya dan Jawa Shimbun

66 Raden Sudirman. Semarang 24-12-1890 Wa Ketua Syuu Hookoo Kai dan Penasehat Surabaya Syuu Sangi Kai

67 Raden Sukarjo Wiryopranoto. Kasugihan, Cilacap 05-06-1903 Pem Surat Kabar Aria Raya

Page 16: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

68 Tan Eng Hoa. Semarang xx-xx-1907 N/A69 Itibangase Yosio N/A N/A N/AB ^) Matuura N/A N/A N/AC ^) Myano N/A N/A N/AD ^) Tanaka N/A N/A N/AE ^) Tokonami N/A N/A N/AF ^) N/A N/A N/A N/AG ^) N/A N/A N/A N/AH ^) N/A N/A N/A N/A

Catatan bagian ini:1. Tanda *) menunjukkan anggota tersebut juga menjadi anggota PPKI.2. Tanda #) menunjukkan anggota tersebut adalah tambahan yang mulai bersidang pada 10 Juli 1945.

3. Tanda +) dan ++) berturut-turut menunjukkan anggota tersebut adalah Ketua dan Ketua Muda (Wakil Ketua) BPUPKI.

4. Tanda ^) menujukkan anggota tersebut adalah anggota istimewa bangsa Jepang (tanpa hak suara[?]).

Anggota PPKI (Dokuritu Zyunbi Iin Kai)

Dokuritu Zyunbi Iin Kai atau yang sering dikenal dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) adalah sebuah Panitia yang dibentuk oleh Pemerintah Angkatan Darat XVI Jepang yang berkedudukan di Jakarta (selengkapnya baca artikel PPKI) ini beranggotakan 21 orang bangsa Indonesia sebagai anggota biasa dan tanpa bangsa Jepang sebagai anggota luar

biasa. Pada sidang 18 Agustus 1945 Sukarno sebagai ketua PPKI, dengan sepengetahuan dan persetujuan pemerintah [Militer Jepang (?)] (lihat keterangan di bawah), menambah 6 orang anggota bangsa Indonesia.

No Nama anggota dalam EYD Tempat kelahiranTanggal

kelahiranPekerjaan/Jabatan

1 Anang Abdul Hamidan. Rantau, Kalsel 25-02-1909Penanggung jawab Kalimantan Raya kemudian Borneo Shimbun

2 Andi Pangeran Pettarani. Gowa, Sulsel 14-04-1903 Bontonompo (Gowa) dan Arung Macege (Bone)

3 *) Bandoro Pangeran Hario Purubojo. Yogyakarta 25-06-1906Pembesar Kawedanan Kori Kraton Yogyakarta, Angg Tyuuoo Sangi In

4 *)Bendoro Kanjeng Pangeran Ario Suryohamijoyo.

Solo 13-10-1905 Ajudan Sri Susuhunan Surakarta

5 Dr. G.S.S.J. Ratulangie. Tondano, Minahasa 05-11-1890 Peg Kantor Chosasitu Jakarta dan Makasar (Sw)

6 *)Dr. Kanjeng Raden Tumenggung Rajiman Wedyodiningrat.

Yogyakarta 21-04-1879Angg Tyuuoo Sangi In, Pertanian di Bulak Ngalaran Walikukun Kab Ngawi

7 Dr. M. Amir.Talawi, Sawahlunto, Sumbar

27-01-1900Dokter Pribadi Sultan Langkat Tanjungpura Sumut

8 *) ++)

Drs. Muhammad Hatta. Bukit Tinggi, Sumbar 12-08-1902Angg Tyuuoo Sangi In, Wa Ketua Hookoo Kaigi Jawa Hookookai.

9 Drs. Yap Tjwan Bing Solo 31-10-1910 Pengelola Apotik Suniaraya

10 *) Haji Abdul Wahid Hasyim. Jombang 12-02-1913Berniaga, Penasehat Kantor Penyelidikan Surabaya.

11 Haji Teuku Muhammad Hasan Pidie, Aceh 04-04-1906 Peg Kantor Gubernur Medan

Page 17: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

12 *) +)

Ir. Sukarno. Surabaya 06-06-1901Penasehat Tyuuoo Sangi In, Sango Soomubu Jakarta

13 *) Ki Bagus Hadikusumo. Yogyakarta xx-xx-1890 Angg Tyuuoo Sangi In, Ketua Muhammadiyah.

14 *) #)

Ki Hajar Dewantara.Paku Alaman, Yogyakarta

08-05-1889Angg Tyuuoo Sangi In Soomu Jawa Hookookai Yogyakarta.

15 *) Mas Sutarjo Kartohadikusumo. Kunduran, Blora 22-10-1892 Syuutyookan Jakarta.

16 Mr. Abdul Abbas. Diskie, Binjai, Sumut 11-08-1906 Angg Tyuuoo Sangi In Sumatera

17 Mr. I Gusti Ketut Puja. Singaraja, Bali 19-05-1908 Giyozei Komon (Sunda Minseibu)

18 *) #)

Mr. Raden Ahmad Subarjo. Krawang 23-03-1897Pem bag Informasi Gunseikanbu cabang I Jakarta

19 #) Mr. Raden Iwa Kusuma Sumantri. Ciamis 31-05-1899 Bekas hakim Keizei Hooin Makassar

20 #) Mr. Raden Kasman Singodimejo Kalirejo, Purworejo 25-02-1908 Dai Dantyoo PETA Jakarta

21 *) Mr. Yohanes Latuharhary. Saparua, Ambon 06-07-1900 Peg. Somubu Jakarta.

22 #) Muhammad Ibnu Sayuti Melik. Yogyakarta 25-11-1908 Pemred Surat Kabar Sinar Baru Semarang

23 *) Prof. Dr. Mr. Raden Supomo. Sukoharjo, Solo 22-01-1903 Pem. Hooki Kyoku, Angg Saikoo Hooin

24 *) Raden Abdul Kadir. Binjai, Sumut 06-06-1906 Opsir PETA.

25 *) #)

Raden Adipati Wiranatakusuma. Bandung 08-08-1888 Bupati Bandung

26 *) Raden Oto Iskandardinata.Bojongsoang, Kab Bandung

31-03-1897Angg Tyuuoo Sangi In, Zissenkyokutyoo Jawa Hookookai Jakarta.

27 *) Raden Panji Suroso. Porong, Sidoarjo 03-11-1893 Wa Ketua Syuu Hookoo Kai Malang

Catatan bagian ini:1. Tanda *) menunjukkan anggota tersebut juga menjadi anggota BPUPKI2. Tanda #) menunjukkan anggota tersebut adalah tambahan (sepengetahuan dan mendapat persetujuan

pemerintah [Jepang?] lihat Risalah hal 327 [edisi II] dan 445 [edisi III])

3. Tanda +) dan ++) berturut-turut menujukkan anggota tersebut adalah Ketua dan Wakil Ketua PPKI

Keterangan dan Pertanggung jawaban

1. Data bersumber pada Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI 28 Mei-22 Agustus Edisi ke-3 (Saafroedin et. al. [Ed], 1995) dan Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI 28 Mei-19 Agustus Edisi ke-2 Cetakan ke-4 (Saafroedin et. al. [Ed], 1993);selanjutnya disebut Risalah.

2. Nama anggota dalam ejaan asli merupakan nama yang tertulis pada Biodata Anggota BPUPKI dan PPKI (buku bagian terakhir dan tanpa halaman), kecuali untuk anggota yang berkebangsaan Jepang diambilkan dari Sidang 11 Juli 1945 hal 201-204 Risalah edisi III dan hal 166-170 Risalah edisi II (lihat poin atas).

3. Nama anggota dalam EYD adalah nama yang ejaannya disesuaikan dengan EYD dan disusun ulang, sebagian menyesuaikan dengan berbagai halaman pada Risalah, dan sebagian merupakan usaha penyusun sendiri. Penyusunan/pengurutan Anggota BPUPKI dan PPKI berdasarkan pada kolom ini.

4. Untuk nama cetak tebal (bold) merupakan nama keluarga/marga (family name) atau nama yang dianggap nama keluarga/marga (family name).

5. Untuk nama cetak miring (italic) merupakan gelar akademis, kebangsawanan, keagamaan, maupun gelar yang lain.

6. Tempat tanggal lahir sebagian diperjelas dengan menunjukkan lingkungan Provinsi sekarang (2007)

Page 18: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

7. Tanggal lahir dan bulan lahir xx belum diketahui

8. Pekerjaan/Jabatan adalah pekerjaan anggota di tahun 1944/1945 (saat menjabat sebagai anggota BPUPKI dan atau PPKI)

9. N/A (Not Available) pada Kolom Nama, Tempat dan Tanggal Lahir serta Pekerjaan adalah belum terdapat data.

10. Anggota BPUPKI pada sidang I (28 Mei – 1 Juni 1945) berjumlah 62 orang bangsa Indonesia dan 8 orang anggota Luar Biasa (Istimewa) Berkebangsaan Jepang (lihat di atas). Pada sidang ke II (10-17 Juli 1945) keanggotaan ditambah 6 orang bangsa Indonesia (lihat Risalah edisi III: xxv-xxvii, 86, 371-372 dan Risalah edisi II: 74).

11. Anggota PPKI pada saat pembentukannya (7 Agustus 1945) berjumlah 21 orang bangsa Indonesia. Pada 18 Agustus 1945 ditambah 6 orang dengan sepengetahuan dan persetujuan Pemerintah [Jepang(?)] (Risalah edisi III: 445 dan Risalah edisi II, 1993: 327)

Page 19: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

E. Tantangan Pancasila dalam Era Reformasi

Pemerintahan dan kelembagaan negara era reformasi, bersama berbagai komponen bangsa

berkewajiban meningkatkan kewaspadaan nasional yang dapat mengancam integritas nasional dan

NKRI.

Tantangan nasional yang mendasar dan mendesak untuk dihadapi dan dipikirkan alternatif

pemecahannya, terutama:

1. Amandemen UUD 45 yang sarat kontroversial; baik filosofis-ideologis bukan sebagai

jabaran dasar negara Pancasila, juga secara konstitusional amandemen cukup

memprihatinkan karena berbagai konflik kelembagaan. Berdasarkan analisis demikian

berbagai kebijaksanaan negara dan strategi nasional, dan sudah tentu program nasional

mengalami distorsi nilai ---dari ajaran filsafat Pancasila, menjadi praktek budaya

kapitalisme-liberalisme dan neo-liberalisme---. Terutama demokrasi liberal dan ekonomi

liberal……..bermuara sebagai supremasi neo-imperialisme!

2. Elite reformasi dan kepemimpinan nasional hanya mempraktekkan budaya demokrasi liberal

atas nama HAM; yang aktual dalam tatanan dan fungsi pemerintahan negara (suprastruktur

dan infrastruktur sosial politik) hanyalah: praktek budaya oligarchy, plutocracy.......bahkan

sebagian rakyat mempraktekkan budaya anarchy (anarkhisme)!

3. Rakyat Indonesia mengalami degradasi wawasan nasional ---bahkan juga degradasi

kepercayaan atas keunggulan dasar negara Pancasila, sebagai sistem ideologi nasional---.

Karenanya, elite reformasi mulai pusat sampai daerah mempraktekkan budaya kapitalisme-

liberalisme dan neo-liberalisme. Jadi, rakyat dan bangsa Indonesia mengalami erosi jatidiri

nasional!

4. NKRI sebagai negara hukum, dalam praktek justru menjadi negara yang tidak menegakkan

kebenaran dan keadilan berdasarkan Pancasila – UUD 45. Praktek dan “budaya” korupsi

makin menggunung, mulai tingkat pusat sampai di berbagai daerah: Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Kekayaan negara dan kekayaan PAD bukan dimanfaatkan demi

kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat, melainkan dinikmati oleh elite reformasi. Demikian

pula NKRI sebagai negara hukum, keadilan dan supremasi hukum; termasuk HAM belum

dapat ditegakkan.

Page 20: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

5. Tokoh-tokoh nasional, baik dari infrastruktur (orsospol), maupun dalam suprastruktur

(lembaga legislatif dan eksekutif) hanya berkompetisi untuk merebut jabatan dan

kepemimpinan yang menjanjikan (melalui pemilu dan pilkada). Berbagai rekayasa sosial

politik diciptakan, mulai pemekaran daerah sampai usul amandemen UUD 45 (tahap V)

sekedar untuk mendapatkan legalitas dan otoritas kepemimpinan demi kekuasaan. Sementara

kondisi nasional rakyat Indonesia, dengan angka kemiskinan dan pengangguran yang tetap

menggunung belum ada konsepsi alternatif strategis pemecahannya. Kondisi demikian dapat

melahirkan konflik horisontal dan vertikal, bahkan anarchisme sebagai fenomena sosio-

ekonomi-psikologis rakyat dalam wujud stress massal dan anarchisme!

6. Pemujaan demokrasi liberal atas nama kebebasan dan HAM telah mendorong bangkitnya

primordialisme kesukuan dan kedaerahan. Mulai praktek otoda dengan budaya negara

federal sampai semangat separatisme. Fenomena ini membuktikan degradasi nasional telah

makin parah dan mengancam integritas mental ideologi Pancasila, integritas nasional dan

integritas NKRI, dan integritas moral (komponen pimpinan, manusia, bangsa!)

7. Momentum pemujaan kebebasan (neo-liberalisme) atas nama demokrasi dan HAM,

dimanfaatkan partai terlarang PKI untuk bangkit. Mulai gerakan “pelurusan sejarah” ---

terutama G.30S/PKI--- sampai bangkitnya neo-PKI sebagai KGB melalui PRD dan Papernas.

Mereka semua melangkahi (baca: melecehkan Pancasila – UUD 45) dan rambu-rambu (=

asas-asas konstitusional) yang telah berlaku sejak 1966, terutama:

a. Bahwa filsafat dan ideologi Pancasila memancarkan integritas sebagai sistem filsafat dan

ideologi theisme-religious. Artinya, warga negara RI senantiasa menegakkan moral dan

budaya politik yang adil dan beradab yang dijiwai moral Pancasila berhadapan dengan

separatisme ideologi: marxisme-komunisme-atheisme yang diperjuangkan neoPKI / KGB

dan antek-anteknya.

b. UUD Proklamasi seutuhnya memancarkan nilai filsafat Pancasila: mulai Pembukaan, Batang

Tubuh (hayati: Pasal 29) dan Penjelasan UUD 45.

c. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 dan dikukuhkan Tap MPR RI No. I/MPR/2003 Pasal 2

dan Pasal 4.

d. Tap MPR RI No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa; dan

e. Undang Undang No. 27 tahun 1999 tentang Keamanan Negara ( yang direvisi, terutama

Pasal 107a—107f).

Page 21: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Praktek dan Budaya Neo-Liberalisme Menggoda dan Melanda NKRI

Dunia postmodernisme makin menggoda dan melanda dunia melalui politik supremasi

ideologi. Kita semua senang dan bangga, menikmati kebebasan dan keterbukaan atas nama demokrasi

dan HAM, tanpa menyadari bahwa nilai-nilai neoliberalisme menggoda dan melanda sehingga terjadi

degradasi wawasan nasional, sampai degradasi mental dan moral sebagian rakyat bahkan elite dalam

era reformasi.

Sebagian elite reformasi bangga dengan praktek reformasi yang memuja kebebasan

(=liberalisme) atas nama demokrasi (demokrasi liberal) dan HAM (HAM yang dijiwai

individualisme, materialisme, sekularisme) sehingga rakyat Indonesia masih terhimpit dalam krisis

multi dimensional.

Harapan berbagai pihak dengan alam demokrasi dan keterbukaan, nasib rakyat akan dapat

diperbaiki menjadi lebih sejahtera dan adil sebagaimana amanat Pembukaan UUD 45 : “ ........

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa .... “ dapat terlaksana, dalam

makna SDM Indonesia cerdas dan bermoral! Tegasnya, bukan euforia reformasi dengan budaya

demokrasi neo-liberal dalam praktek oligarchy, plutocracy dan anarchy…….berwujud konflik

horisontal…..degradasi wawasan nasional dan moral (korupsi menggunung) dapat bermuara

disintegrasi bangsa dan NKRI.

Sesungguhnya, dalam era reformasi yang memuja kebebasan atas nama demokrasi dan HAM,

ternyata ekonomi rakyat makin terancam oleh kekuasaan neoimperialisme melalui ekonomi liberal.

Analisis ini dapat dihayati melalui bagaimana politik pendidikan nasional (UU RI No: 9 tahun 2009

tentang BHP sebagai kelanjutan PP No. 61 / 1999) yang membuat rakyat miskin makin tidak mampu

menjangkau.

Bidang sosial ekonomi, silahkan dicermati dan dihayati Perpres No. 76 dan 77 tahun 2007

tentang PMDN dan PMA yang tertutup dan terbuka, yang mengancam hak-hak sosial ekonomi

bangsa !

Demokrasi liberal dengan biaya amat mahal beserta social cost yang cukup memprihatinkan ---

konflik horisontal, sampai anarkhisme yang bermuara disintegrasi bangsa --- adalah tragedi

penyimpangan elite reformasi dalam menegakkan sistem kenegaraan Pancasila! ----lebih-lebih pasca

Amandemen UUD Proklamasi 45, menjadi : UUD 2002 !

Page 22: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Kesimpulan

1. Sistem filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang memancarkan integritas

martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Ajaran filsafat Pancasila yang dikembangkan

sebagai sistem ideologi nasional dikembangkan dan ditegakkan dalam integritas sistem kenegaraan

Pancasila (sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45).

2. Filsafat Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa dan NKRI memberikan integritas keunggulan

sistem kenegaraan Indonesia Raya.

Bahwa sesungguhnya UUD Negara adalah jabaran dari filsafat negara Pancasila sebagai

ideologi nasional (Weltanschauung); asas kerokhanian negara dan jatidiri bangsa. Karenanya

menjadi asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional bangsa; menjiwai dan melandasi cita budaya

dan moral politik nasional, sebagai terjabar dalam asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional:

a. Negara kesatuan, negara bangsa (nation state, wawasan nasional dan wawasan nusantara: sila

III), ditegakkan sebagai NKRI.

b. Negara berkedaulatan rakyat (= negara demokrasi: asas normatif sila IV).

c. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan

beradab (sila I-II) sebagai asas moral kebangsaan dan kenegaraan RI; ditegakkan sebagai

budaya dan moral (manusia warga negara) politik Indonesia.

d. Negara berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat): asas supremasi hukum demi keadilan dan

keadilan sosial: oleh semua untuk semua (sila I-II-IV-V); sebagai negara hukum Pancasila.

e. Negara berdasarkan asas kekeluargaan (paham persatuan: negara melindungi seluruh tumpah

darah Indonesia, dan seluruh rakyat Indonesia, negara mengatasi paham golongan dan paham

perseorangan: sila III-IV-V) dijiwai dan dilandasi sila I-II; dan ditegakkan dalam sistem ekonomi

Pancasila, sebagai demokrasi ekonomi dan pemberdayaan rakyat sebagai SDM subyek penegak

integritas NKRI.

3. Dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme bermuara supremasi (ideologi neo-liberalisme)

sebagai neo-imperialisme, menjadi tantangan nasional yang mengancam integritas sistem kenegaraan

Page 23: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pancasila; sekaligus integritas mental-moral-SDM Indonesia masa depan!. Tantangan ini makin

mendesak karena sinergis dengan fenomena kebangkitan neo-PKI / KGB dalam NKRI yang

“cucitangan” atas tanggung jawab G 30 S / PKI ---dengan dalih : pelurusan sejarah---

4. Secara ontologis-axiologis era reformasi jauh menyimpang dari kaidah fundamental filsafat Pancasila

dan ideologi Pancasila sebagai diamanatkan UUD Proklamasi 45 --- yang telah diubah menjadi UUD

2002 ---. Karenanya, pemerintah dan elite reformasi mempraktekkan budaya dan moral demokrasi

liberal, ekonomi liberal ......bahkan memuja kebebasan (=liberalisme), demokrasi liberal (bukan

demokrasi berdasarkan moral Pancasila); atas nama HAM (HAM yang individualistik, yang

dipropagandakan oleh USA sementara fenomena sosial politik global mereka menindas HAM,

dengan menjajah beberapa negara Timur Tengah : seperti Irak .... dan Afghanistan ! ). Fenomena

demikian menunjukkan HAM mereka hanyalah propaganda H A M P A !

5. Dinamika neo-liberalisme dan neo-imperialisme dalam era postmodernisme ---termasuk era

reformasi--- menggoda dan melanda bangsa-bangsa, termasuk Indonesia ! Bilamana kita tidak tegak-

tegar dengan integritas nilai filsafat Pancasila, rakyat kita mengalami degradasi nasional ...... bahkan

degradasi mental dan moral (theisme-religious menjadi sekularisme; bahkan materialisme-

kapitalisme-individualisme dan atheisme!) Fenomena demikian bermuara sebagai bencana nasional,

tragedi moral dan peradaban bangsa-bangsa masa depan!

6. Multikrisis dimensional nasional dalam NKRI belum teratasi, kita dihimpit dengan global crisis

financial dari negara adidaya (USA dan UE) yang dapat memacu politik supremasi neo-imperialisme

dari ideologi neo-liberalisme !

7. Adalah kewajiban nasional, bahkan kewajiban moral kita semua --- terutama elite reformasi dan

Pemerintah --- untuk merenung dan mawasdiri sebagai audit nasional, khususnya sebagai audit

reformasi! Maknanya, apakah kita sudah sungguh-sungguh setia dan bangga dengan sistem

kenegaraan Pancasila sebagai diamanatkan PPKI dalam UUD Proklamasi 45; ataukah kita telah

tergoda dan terlanda oleh “kejayaan” negara liberalisme-kapitalisme --- sehingga kita ikut

membudayakan demokrasi liberal dan ekonomi liberal (mungkin juga mental dan moral liberal).

=====+++=====