Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Dan Kaitannya Dengan Penegakan Supremasi
-
Upload
yuni-nurcahyani -
Category
Documents
-
view
34 -
download
2
Transcript of Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Dan Kaitannya Dengan Penegakan Supremasi
MAKALAH PKN
Nama: AINUN ROHMAH
Kelas: XI TKJ 1
SMK NEGERI 1 GEMPOL
Tahun pelajaran 2013-2014
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DAN KAITANNYA DENGAN
PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM
Pendahuluan
Penyimpangan implementasi pancasila pada masa orde lama dan orde baru,
berujung menimbulkan gerakan reformasi di Indonesia, sehingga terjadilah suatu
perubahan yang cukup besar dalam berbagai bidang terutama bidang kenegaraan,
hukum maupun politik. Konsekuensinya mengharuskan kita mengkaji ulang atas
pemahaman ilmiah tentang pancasila sebagai ideologi dan sebagai paradigma
kenegaraan.
Atas dasar pemahaman yang demikian itu, maka ada dua wacana ilmiah yang
patut dikemukakan, yaitu :
Pertama, Apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai ideologi terbuka?
Kedua, Apa yang dimaskud dengan pancasila sebagai paradigma kenegaraan?
Dan terhadap jawaban kedua pertanyaan di atas dapat dipertanyakan lebih lanjut
bagaimana analisis yuridis kenegaraan didalam UUD 1945 ? kemudian apa
kaitannya dengan supremasi hukum yang merupakan gerakan mendasar reformasi
saat ini ?
Untuk menjawab secara ilmiah kedua wacana tersebut dapat dipahami dua
pengertian pokok, pengertian ideologi dan pengertian reformasi.
1. Pengertian tentang ideologi
Istilah “Ideologi” berasal dari kata “ideo” (cita-cita) dan “logy” (pengetahuan,
ilmu faham).
Menurut W. White definisi Ideologi ialah sebagai berikut :
“The sum of political ideas of doctrines of distinguishable class of group of
people” (ideologi ialah soal cita-cita politik atau dotrin (ajaran) dari suatu lapisan
masyarakatatau sekelompok manusia yang dapat dibeda-bedakan).
Sedangkan menurut pendapat Harold H Titus definisi ideologi ialah sebagai
berikut : “A term used for any group of ideas concerning various politicaland
economic issues and social philosophies often appliedto a systematic schema of
ideas held by group classes” (suatu istilah yang dipergunakan untuk sekelompok
cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik dan ekonomi serta filsafat
sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematik tentang cita-
cita yang dijalanakan oleh sekelompok atau lapisan masyarakat). (Drs Ismaun,
pancasila sebagai dasar filsafat atau ideologi negara republik Indonesia dalam
Heri Anwari Ais, Bunga Rampai filsafat pancasila, 1985 : 37).
“The term “isme” something used for these system of thought” (istilah isme/aliran
kadang-kadang dipakai untuk system pemikiran ini.
Dalam pengertian ideologi negara itu termasuk dalam golongan ilmu pengetahuan
sosial, dan tepatnya pada digolongkan kedalam ilmu politik (political sciences)
sebagai anak cabangnya. Untuk memahami tentang ideologi ini, maka kita
menjamin disiplin ilmu politik.
Didalam ilmu politik, pengertian ideologi dikenal dua pengertian, yaitu :
Pertama, pengertian secara fungsional dan
Kedua, pengertian secara structural
Ideologi dalam pengertian secara fungsional adalah ideologi diartikan seperangkat
gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara yang
dianggap paling baik. Sedangkan pengertian ideologi secara structural adalah
ideologi diartikan sebagai system pembenaran, seperti gagasan dan formula
politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa.
Lebih lanjut ideologi dalam arti fungsional secara tipologi dapat dibagi dua tipe,
yaitu ideologi yang bertipe doktriner dan ideologi yang bertipe pragmatis.
Suatu ideologi digolongkan doktriner apabila ajaran-ajaran yang terkandung
dalam ideologi itu dirumuskan secara sistematis dan terinci dengan jelas,
diindotrinasikan kepada warga masyarakat, dan pelaksanaanya diawasi secara
ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintah, komunisme merupakan salah satu
contohnya.
Suatu ideology digolongkan pada tipe pragmatis, ketika ajaran – ajaran yag
terkandung dalam ideology tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan
terinci, melainkan dirumuskan secara umum (prinsup-prinsipnya saja). Dalam hal
ini, ideology itu tidak diindoktrinasikan, tetapi disosisalisasikan secara fungsional
melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan, sistem ekonomi, kehidupan
agama dan sistem politik. Individualisme (liberalisme) merupakan salah satu
contoh ideology pragmatis.
Untuk memahami lebih dalam lagi contoh-contoh ideology, maka berikut ini kita
mencoba mengenal pijakan pemahaman terhadap empat ideology yang kita kenal
dalam wacana politik, yaitu :
Pertama, liberalisme
Kedua, konservatisme
Ketiga, sosialisme dan komunisme
Keempat, fasisme
2. Ideologi-ideologi Dunia
2.1 Liberalisme
Liberalisme tumbuh dari konstek masyarakat Eropa pada abad pertengahan
feudal, dimana sistem sosial ekonomi dikuasai oleh kaum aristrokasi feodal dan
menindas hak-hak individu. Liberalisme tidak diciptakan oleh golongan pedagang
dan industri, melainkan diciptakan oleh golongan intelektual yang digerakan oleh
keresahan ilmiah (rasa ingin tahu da keinginan untuk mencari pengetahuan yang
baru) dan artistic umum pada zaman itu.
Ciri-ciri ideology libertalisme sebagai berikut :
Pertama, demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik,
Kedua, anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk
kebebasan berbicara
Ketiga, pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas.
Keputusan yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar
membuat keputusan untuk diri sendiri.
Keempat, kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang
buruk. Oleh karena itu pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga
penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah.
Kelima, suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau
sebagian terbesar individu berbahagia, kalau masyarakat secara keseluruhan
berbahagia, kebahagiaan sebagian besar individu belum tentu maksimal.
2.2 Konservatisme
Ketika liberalisme menggoncang struktur masyarakat feudal yang mapan,
golongan feudal berusaha mencari ideology tandingan untuk menghadapi
kekuasaan persuasive liberalisme. Dari sinilah muncul ideology konservatisme
sebagai reaksi atas paham liberalisme.
Paham konservatisme itu ditanda dengan gejala-gejala sebagai berikut :
Pertama, masyarakat yang terbaik adalah masyarakat yang tertata. Masyarakat
harus memiliki struktur (tata) yang stabil sehingga setiap orang mengetahui
bagaimana ia harus berhubungan dengan orang lain.seseorang akan lebih
memperoleh kebahagiaansebagai anggota suatu keluarga anggota gereja daan
anggota masyarakat daripada yang dapat diperoleh secara individual.
Kedua, untuk menciptakan masyarakat yang tertata dan stabil diperlukan suatu
pemerintah yang memiliki kekuasaan yang mengikat tetapi bertanggung jawab.
Paam konservatif berpandangan pengatura yang tepat atas kekuasaan akan
menjamin perlakuan yang samaterhadap setiap orang.
Ketiga, paham ini menekankan tanggung jawab pada pihak penguasa dalam
masyarakat untuk membantu pihak yang lemah. Posisi ini bertentangan dengan
pahamliberal yang berpandangan pihak yang lemah harus bertanggung jawab atas
urusan dan hidupnya. Sisi konservatif inilah yang menimbulkan untuk pertama
kali negara keseahteraan (welfare state) dengan program-program jaminan sosial
bagi yang berpenghasilan rendah.
Ciri lain yang membedakan antara liberalisme dan konservatisme adalah
menyangkut hubungan ekonomi dengan negara lain. Paham konservatif tidak
menghendaki pengaturan ekonomi (proteksi), melainkan menganut paham
ekonomi internasional yang bebas (persaingan bebas), sedangkan paham liberal
cenderung mendukung pengaturan ekonomi internasional sepanjang hal itu
membantu buruh, konsumen dan golongan menengah domestik.
2.3 Sosialisme dan komunisme
Sosialisme merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-akibatnya.
Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad ke-19 dikenal sosialis
utopia. Sosialisme ini lebih didasarkan pada pandangan kemanusiaan
(humanitarian), dan meyakini kesempurnaan watak manusia. Penganut paham ini
berharap dapat menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-citakan dengan
kejernihan dan kejelasan argumen, bukan dengan cara-cara kekerasan dan
revolusi. Sedang paham komunisme berkeyakinan perubahan system kapitalis
harus dicapai dengan revolusi, dan pemerintahan oleh dictator proletariat sangat
diperlukan pada masa transisi. Dalam masa transisi dengan bantuan negara
dibawah dictator proletariat, seluruh hak milik pribadi dihapuskan dan diambil
untuk selanjutnya berada pada kontrol negara.
Perbedaan sosialisme dan komunisme terletak pada sarana yang digunakan untuk
mengubah kapitalisme menjadi sosialisme. Paham sosialis berkeyakinan
perubahan dapat dan seyogyanya dilakukan dengan cara-cara damai dan
demokratis.
2.4 Fasisme
Fasisme merupakan tipe nasionalisme yang romantis dengan segala kemegahan
upacara dan symbol-simbol yang mendukungnya untuk mencapai kebesaran
negara.
Hal itu akan dapat dicapai apabila terdapat seorang pemimpin kharismatis sebagai
symbol kebesaran negara yang didukung oleh massa rakyat.. dukungan massa
yang fanatik ini tercipta berkat indoktrinasi, slogan-slogan dan symbol-simbol
yang ditanamkan sang pemimpin besar dan aparatnya. Fasisme ini pernah
diterapkan di Jerman (Hitler), Jepang, Italia (Mossolini), dan Spanyol.
Dewasa ini pemikiran fasisme cenderung muncul sebagai kekuatan reaksioner
(right wing) dinegara-negara maju, seperti skin ilead dan kluk-kluk klan di
Amerika Serikat yang berusaha mencapai dan mempertahankan supremasi kulit
putih.
3. Pengertian tentang reformasi
Makna serta pengertian reformasi dewasa ini banyak disalah artikan sehingga
gerakan masyarakat yang melakukan perubahan yang mengatasnamakan gerakan
reformasi juga tidak sesuai dengan gerakan reformasi itu sendiri. Hal ini terbukti
dengan maraknya gerakan masyarakat dengan mengatasnamakan gerakan
reformasi, melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan makna reformasi itu
sendiri, misalnya dengan pemaksaan kehendak dengan menduduki kantor suatu
instansi atau lembaga baik negeri atau swasta, dan tindakan lain yang justru tidak
mencerminkan sebagai reformis.
Makna “reformasi” secara etimologis berasal dari kata “reformation” dengan akar
kata “reform” yang secara semantic bermakna “make or become better by
removing or putting right what is bad or wrong” (oxford advanced leaner’s
dictionary of current English, 1980, dalam Wibisono 1998 : 1).
Secara harfiah reformasi memiliki makna : suatu gerakan untuk memformat
ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk
dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang
dicita-citakan rakyat(Riswanda, 1998).
Oleh karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sebagai
berikut :
Pertama, suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-
penyimpangan. Masa pemerintahan ORBA banyak terjadi suatu penyimpangan –
penyimpangan, misalnya asas kekeluargaan menjadi “nepotisme” kolusi dan
korupsi yang tidak sesuai dengan makna dan semangat pembukaan UUD 1945
serta batang tubuh UUD 1945.
Kedua, suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas
(landasan ideologis) tertentu, dalam hal ini pancasila sebagai ideology bangsa dan
negara Indonesia. Jadi reformasi pada prinsipnya suatu gerakan untuk
mengembalikan pada dasar nilai-nilai sebagaimana dicita-citakan oleh bangsa
Indonesia. Tanpa landasan visi dan misi ideology yang jelas maka gerakan
reformasi akan mengarah anarkisme, disintegrasi bangsa dan akhirnya jatuh pada
kehancuran bangsa dan negara Indonesia, sebagaimana yang telah terjadi di Uni
Soviet dan Yugoslavia.
Ketiga, suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu acuan
reformasi. Reformasi pada prinsipnya gerakan untuk mengadakan suatu
perubahan untuk mengembalikan pada suatu tatanan structural yang ada, karena
adanya suatu penyimpangan. Maka reformasi akan mengembalikan pada dasar
serta sistem negara demokrasi, bahwa kedaulatan adalah ditangan rakyat
sebagaimana terkandung dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Reformasi harus
mengembalikan dan melakukan perubahan ke arah sistem negara hukum dalam
arti yang sebenarnya sebagaimana terkandung dalam penjelasan UUD 1945, yaitu
harus adanya perlindungan hak-hak asasi manusia, peradilan yang bebas dari
pengaruh penguasa, serta legalitas dalam arti hukum. Oleh karena itu reformasi itu
sendiri harus berdasarkan pada kerangka hukum yang jelas. Selain itu reformasi
harus diarahkan pada suatu perubahan ke arah transparasi dalam setiap
kebijaksanaan dalam penyelenggaraan negara karena hal ini sebagai manesfestasi
bahwa rakyatlah sebagai asal mula kekuasaan negara dan rakyatlah segaa aspek
kegiatan negara. Atau dengan prinsip, bahwa “Tiada Reformasi dan Demokrasi
tanpa supremasi hukum dan tiada supremasi hukum tanpa reformasi dan
demokrasi”.
Keempat, Reformasi diakukan ke arah suatu perubahan kearah kondisi serta
keadaan yang lebih baik dalam segala aspeknya antara lain bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, serta kehidupan keagamaan. Dengan lain perkataan
reformasi harus dilakukan ke arah peningkatan harkat dan martabat rakyat
Indonesia sebagai manusia democrat, egaliter dan manusiawi.
Kelima, Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia
yang berketuhanan yang maha esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan
bangsa.
Atas dasar lima syarat-syarat di atas, maka gerakan reformasi harus tetap
diletakkan dalam kerangka perspektif pancasila sebagai landasan cita-cita dan
ideology, sebab tanpa adanya suatu dasar nilai yang jelas, maka reformasi akan
mengarah kepada disintegrasi, anarkisme,brutalisme, dengan dmikian hakekat
reformasi itu adalah keberanian moral untuk membenahi yang masih terbengkalai,
meluruskan yang bengkok, mengadakan koreksi dan penyegaran secara terus-
menerus, secara gradual, beradab dan santun dalam koridor konstitusional dan
atas pijakan/tatanan yang berdasarkan pada moral religius.
4. Pancasila sebagai ideologi terbuka
pancasila sebgaai filsafat bangsa / negara dihubungkan dengan fungsinya sebagai
dasar negara, yang merupakan lndasan ideal bangsa Indonesia dan negara republik
Indonesia dapat disebut pula sebagai ideologi nasional atau disebut juga sebagai
ideologi negara. Artinya pancasila merupakan ideologi yang dianut oleh negara
(penyelenggaraan negara dan rakyat) Indonesia secara keseluruhan, bukan milik
atau monopoli seseorang atau sekelompok orang, disamping masih adanya
beberapa ideologi yang dianut oleh masyarakat Indonesia yang lain, sepanjang
tidak bertentangan dengan ideologi negara, sebab Pancasila merupakan kristalisasi
nilai-nilai kebenaran yang telah dipilih oleh para pendiri negara ini, yang mana
lima dasar atau lima silanya merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak
terpisahkan walaupun terbedakan sebagai dasar dan ideologi pemersatu.
Sebagai suatu rumusan dasar filsafat negara atau dalam kedudukan sebagai
ideologi negara yang dikandung oleh pembukaan UUD 1945 ialah pancasila.
Rumusan pancasila itu dapat pula disebut sebagai rumusan dasar cita negara
(staatidee) dan sekaligus dasar dari cita hokum (rechtidee) negara republik
Indonesia.
Sebagai cita negara, ia dirumuskan berdasarkan cita yang hidup di dalam
masyarakat (volksgeemenshapidee) yang telah ada sebelum negara itu didirikan.
Memang sebelum negara republik Indonesia berdiri, masyarakatnya telah ada
sejak berabad-abad silam. Terbentuknya suatu masyarakat pada umumnya terjadi
secara alamiah. Masyarakat itu kemudian mengembangkan citanya sendiri, yang
berisi cita-cita, harapan-harapan, keinginan-keinginan, norma-norma dan bentuk-
bentuk ideal masyarakat yang dicita-citakannya. Cita negara dirumuskan
berdasarkan cita yang hidup dalam masyarakat tadi sebagai hasil refleksi filosofis.
Pertanyaan yang mendasar dan ilmiah adalah Apakah pancasila itu sebagai
Ideologi ? dan jika sebagai ideologi apakah sebagai ideologi tertutup atau ideologi
terbuka dan dimana letak terbukanya ?
Secara wacana akademik istilah ideologi pada walnya digunakan oleh seorang
filsuf Prancis, ANTOINE DESTUTT DE TRACY, yang diartikannya “ilmu
pengetahuan mengenai gagasan-gagasan (science of ideas). Istilah ini mula-mula
mengandung konotasi politik karena penggunaanya berhubungan dengan
epistmologi ilmu pengetahuan.
Dalam sejarahnya istilah ideologi baru berhubungan dengan kehidupan politik
setelah Napoleon Bonaparte dari Prancis menamakan semua orang yang
menentang gagasan-gagasan “patriotic” yang dikemukakannya sebagai kaum
“ideologis”. Bagi Napoleon, ideologi adalah pemikiran-pemikiran khayali kaum
idealis yang menghalang-halangi pencapaian tujuan-tujuan revolusioner.
Istilah ini semakin popular pada abad pertengahan ke 19 setelah KARL MARX
menerbitkan buku German Ideology. Menurut ideologi hanyalah kesadaran yang
palsu, ideologi adalah kesadaran sebuah kelas sosial dan ekonomi dalam
masyarakat demi mempertahankan kepentingan-kepentingan mereka.
Dan sejarah mencatat, berbagai akibat yang ditimbulkan oleh ideologi KARL
MARX, sejak kemenangan revolusi kaum Bolsjevik di Rusia pada tahun 1926
sampai masa keruntuhan kemunisme pada tahun-tahun belakangan ini.
Kajian komprehensif dari segi sosiologi pengetahuan mengenai ideologi
dipelopori oleh KARL MANNHEIM. Tokoh ini menerima dasar pemikiran Karl
Max bahwa ideologi adalah “kesadaran kelas”. Mann Heim membuat dua kategori
ideologi, yaitu :
Pertama, Ideologi yang bersifat particular
Kedua, Ideologi yang bersifat menyeluruh
Pada kategori pertama dimaksudkannya sebagai keyakinan-keyakinan yang
tersusun secara sistimatis dan terkait erat dengan kepentingan suatu kelas sosial
dalam masyarakat.
Sedangkan pada kategori kedua diartikannya sebagai suatu system pemikiran yang
menyeluruh mengenai semua aspek kehidupan sosial. Ideologi dalam kategori
kedua ini bercita-cita melakukan transformasi sosial secara besar-besaran menuju
bentuk tertentu. Jadi Mann Heim menganggap ideologi pada kategori kedua ini
tetap berada dalam batas-batas yang realistic dan berbeda dengan “utopia” yang
hanya berisi gagasan-gagasan besar yang hampir tidak mungkin dapat
diwujudkan.
Pertanyaannya adalah apakah pancasila adalah ideologi dalam kategori pertama
atau pada ideologi pada kategori kedua ?
Bagi bangsa Indonesia ideologi tentu bukan kesadaran sebuah kelas sebagaimana
dipahami KARL MARX. Cara pandang kenegaraan bangsa Indonesia menolak
penggunaan analisis kelas karena negara diciptakan untuk semua. Negara
mengatasi paham golongan dan paham perseorangan, demikian ditegaskan dalam
penjelasan umum UUD 1945, jadi ideologi negara dimaksudkan untuk mengatasi
kemungkinan adanya paham golongan-golongan di dalam masyarakat karena
keberadaan golongan-golongan itupun diakui oleh ketentuan pasal 2 UUD 1945.
penjelasan atas pasal ini menerangkan bahwa yang dimaksud dengan golongan-
golongan ialah badan-badan seperti koperasi, serikat sekerja, dan badan-badan
kolektif lain.
Dengan demikian dari dua kategori ideologi yang dikemukakan oleh Mann Heim
di atas, ideologi pancasila dapat digolongkan sebagai ideologi menyeluruh.
Memang lima sila didalam pancasila itu mengandung cirri universal sehingga
mungkin saja ia ditemukan dalam gagasan berbagai masyarakat dan bangsa di
dunia. Letak kekhasan dan orsinilitasnya sebagai dasar filsafat dan ideologi negara
republik Indonesia ialah, kelima sila itu digabungkan dalam kesatuan yang
integrative, bulat dan utuh.
Dan sebagai ideologi bersifat menyeluruh, karena pancasila yang dirumuskan
dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat itu, ditafsirkan secara otentik
oleh konstitusi / UUD 1945 dalam pokok-pokok pikiran pembukaan UUD 1945,
oleh karena pancasila sebagai ideologi juga didalamnya sekaligus sebagai cita
hukum, artinya pancasila membimbing arah pembentukan hukum dalam
masyarakat. Sebagai norma-norma mendasar (staatfundamentalnorm) rumusan
pancasila bukan rumusan hukum yang bersifat operasional yang pelaksanaanya
dikenakan sanksi. Untuk membuat operasiaonal, negara membentuk berbagai
peringkat peraturan perundang-undangan.
Penyelenggara negara dalam mengoperasionalkan ideologi pancasila, maka harus
mengacu kepada penafsiran otentik dari pancasila, dan telah menjadi kesepakatan
para ahli hukum Indonesia, bahwa pokok-pokok pikiran dalam penjelasan umum
pembukaan UUD 1945 adalah tafsir otentik dari pancasila yang dirumuskan atas
dasar kesepakatan pendiri negara dan itulah yang kemudian kita sebut
PARADIGMA PANCASILA.
Kemudian dimana letak terbukanya sebagai ideologi, hal ini dapat ditelusuri dari
pernyataan dalam penjelasan umum, bahwa kita harus ingat dengan dinamika
negara dan jangan terlalu cepat membuat kristalisasi terhadap pikiran-pikiran yang
mudah berubah.
Contoh yang paling jelas adalah tentang konsep negara hukum yang dianut oleh
negara republik Indonesia didalam kontitusinya didasari dengan satu paradigma
yaitu dengan suatu prinsip “semangat para penyelenggara negara itu baik, maka
baiklah segalanya”. Bagaimana pijakan berpikirnya, penjelasan UUD 1945
menegaskan bahwa negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa bermakna
bahwa para penyelenggara negara berkewajiban “memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur”. Kepatuhan terhadap norma-norma moral berbeda
dengan kepatuhan terhadap norma-norma hukum, karena sangat bergantung pada
keinsafan batin setiap individu dan adanya kontrol yang kuat dari masyarakat.
Inilah yang dimaksud dengan istilah “semangat para penyelenggara negara”.
Keberadaan lembaga kontrol yang terdiri dari masyarakat, para cendikiawan,
ulama, tokoh-tokoh masyarakat, dan kalangan pers menjadi sangat penting untuk
“mengawasi”, perilaku para lagislator dalam merumuskan norma-norma hukum,
maupun prilaku para penyelenggara negara.
Oleh karena itu di era reformasi ini, pancasila sebenarnya dapat dijadikan
paradigma reformasi, apabila keberadaaan civil society yang kuat dan berprilaku
democrat, egaliter dan manusiawi. Civil society adalah elemen kunci dalam
menentukan terwujudnya masyarakat demokratis yang efektif. Civil society
mungkin ada tanpa demokrasi, tetapi demokrasi tidak bias ada tanpa civil society
yang kuat.
Salah satu parameter civil society yang kuat adalah adanya gerakan masyarakat
terhadap tegaknya supremasi hukum didalam negara dmokrasi yang sekaligus
negara hukum.
Pertanyaanya adalah dapatkah pancasila sebagai paradigma reformasi hukum ?
Jawaban atas pertanyaan ini adalah tergantung pemahaman penyelenggara negara
dan pemerintah terhadap konsep negara hukum menurut paradigma UUD 1945.
5. Supremasi Hukum dalam konsep negara hukum “pancasila”
Berbicara tentang supremasi hukum, kita harus berbicara tentang masyarakat
dimana hukum itu berlaku baik yang disebut masyarakat nasional maupun
internasional. Supremasi hukum didalam masyarakat nasional kita karena
didalamnya ada aturan yang disebut hukum. Secara sederhana kita dapat
mendefinisikan hukum sebagai aturan tentang tingkah laku manusia dimasyarakat
tertentu. Aturan yang disebut hukum tadi akan terkait dengan tindakan manusia
atau tingkah laku manusia didalam suatu masyarakat nasional yang mempunyai
berbagai macam aspek atau bidang, didalamnya ada bidang politik, bidang
ekonomi, bidang sosial, bidang budaya, pendidikan dan juga keamanan. Didalam
berbagai bidang itulah manusia melakukan tingkah laku dan manusia satu dengan
yang lain melakukan interaksi dan interaksi itu berjalan secara tertib, maka
dibutuhkan aturan yang disebut hukum. Oleh karena itu ketika kita akan berbicara
tentang supremasi hukum maka timbul beberapa pertanyaan yang perlu mendapat
jawaban secara jelas yaitu apa dimaksud dengan supremasi hukum, untuk apa
supremasi hukum itu ditegakkan dan bagaimana caranya supremasi hukum itu
bisa diwujudkan. Tetapi kita pertanyaan tadi dialam kehidupan masyarakat
nasional pada akhirnya bermuara kepada apa yang disebut terwujudnya negara
hukum.
Ketika kita berbicara tentang negara hukum yang disebut supremasi hukum itu
tentu saja tidak akan lepas dari konsepsi dasar yang dipakai sebagai landasan
untuk menciptakan sebuah negara nasional yang pada tataran kenegaraan dan
hukum tertinggi disebut konstitusi atau Undang-undang dasar. Ini merupakan
dasar yang bersifat universal yang berlaku pada tiap-tiap negara. Oleh karena itu
ketika kita harus berbicara secara kongkrit tentang supremasi hukum di Indonesia
pada umumnya dan khususnya Kalimantan Barat pada khususnya, kita tidak bisa
lain kecuali kembali harus melihat kembali kepada konstitusi atau UUD 1945
sebagai hukum dasar tertulis yang berlaku seluruh republik Indonesia.
Jika berbicara dalam tataran koridor konstitusional, maka persoalan supremasi
hukum yang hanya mungkin terwujud didalam sebuah masyarakat nasional yang
disebut negara hukum konstitusional, yaitu suatu negara dimana setiap tindakan
dari penyelenggara negara : pemerintah dan segenap alat perlengkapan negara di
pusat dan didaerah terhadap rakyatnya harus berdasarkan atas hukum-hukum yang
berlaku yang ditentukan oleh rakyat / wakilnya didalam badan perwakilan rakyat.
Dan dalam wacana politik modern, maka dalam paktek negara demokrasi dengan
sendirinya negara hukum. Sesuai prinsip kedaulatan rakyat yang ada, didalam
negara demokrasi hukum dibuat untuk melindungi hak-hak azasi manusia warga
negara, melindungi mereka dari tindakan diluar ketentuan hukum dan untuk
mewujudkan tertib sosial dan kepastian hukum serta keadilan sehingga proses
politik berjalan secara damai sesuai koridor hukum/konstitusional.
UUD 1945 sebenarnya telah mempunyai ukuran-ukuran dasar yang bisa dipakai
untuk mewujudkan negara hukum dimana supremasi hukum akan diwujudkan.
Kalau kita pelajari UUD 1945 dengan seksama ada sebuah kalimat dalam kaitan
dengan apa disebut negara hukum yang secara jelas disebutkan bahwa “Indonesia
adalah negara berdasar atas negara hukum, tidak berdasar atas kekuasaan belaka”
ini sebenarnya Grundnorm yang telah diberikan oleh Fonding father yang
membangun negara ini. Bagaimana kita akan menyusun negara hukum,
bagaimana negara hukum itu akan diarahkan, dalam arti untuk apa kita wujudkan
negara hukum ini, sekaligus dituntut untuk menegakkan hukum sebagai salah satu
piranti yang bisa dipergunakan secara tepat didalam mewujudkan keinginan atau
cita-cita bangsa. Formula UUD 1945 tersebut mengandung pengertian dasar
bahwa didalam negara yang dibangun oleh rakyat Indonesia ini sebenarnya diakui
adanya dua faktor yang terkait dalam mwujudkan negara hukum, yaitu satu factor
hukum dan yang kedua factor kekuasaan. Artinya hukum tidak bisa ditegakkan
inkonkreto dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat tanpa
adanya kekuasaan dan dimanesfestasikan pada adanya apa yang UUD disebut.
Kata penyelenggara negara di bidang Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif.
Sebaliknya pembentukan kekuasaan dan penggunaan kekuasaan sama sekali tidak
boleh meninggalkan factor hukum tersebut oleh karena hukum yang berupa
Grundnorm dalam UUD 1945 ini memberikan dasar terhadap terbentuknya
kekuasaan yaitu kedaulatan rakyat. Artinya rakyat yang berdaulat bukan negara
yang berdaulat dan hukum juga memberikan dasar terhadap penggunaan
kekuasaan tersebut hingga penggunaan kekuasaan yang ada pada negara tidak
boleh diterapkan semena-mena tanpa ada dasar hukumnya yang jelas. Dengan
demikian maka kekuasaan yang ada pada negara pada saat diterapkan harus
menghormati kewenangan-kewenangan yang sifat terbatas diberikan kepada
aparat negara. Begitu juga hukumlah yang menentukan arah kemana kekuasaan
negara itu dipergunakan dan menentukan tujuan-tujuan apa yang hendak dicapai
dengan menggunakan kekuasaan tersebut. Yang idak boleh dilupakan adalah
bahwa hukum tidak hanya memberi dasar, tidak hanya memberi arah, tidak hanya
menentukan tujuan, tetapi hukum juga menentukan cara atau prosedur bagaimana
kekuasaan itu diterapkan didalam praktek penyelenggaraan negara.
Dengan demikian dua factor hukum dan kekuasaan, tidak bisa dilepaskan satu
sama lain, bagaikan lokomotif dan relnya serta gerbong yang ditarik lokomotif.
Artinya hukum tidak bisa ditegakkan bahkan lumpuh tanpa adanya dukungan
kekuasaan. Ebaliknya kekuasaan sama sekali tidak boleh meninggalkan hukum,
oleh karena apabila kekuasaan dibangun dan tanpa mengindahkan hukum, yang
terjadi adalah satu negara yang otoriter. Fungsi kekuasaan pada hakekatnya adalah
memberikan dinamika terhadap kehidupan hukum dan kenegaraan sesuai norma-
norma dasar atau grundnorm yang dituangkan dalam UUD 1945 dan kemudian
dielaborasi lebih lanjut secara betul dalam hirarki perundang-undangan yang jelas.
Jika dipahami dengan benar pemahaman dan norma ini sebenarnya secara
konsepsional Indonesia memiliki landasan yang kuat untuk mewujudkan negara
hukum konstitusional yang demokratis dan dengan dengan demikian secara
konsepsiaonal supremasi hukum telah dijamin eksistensinya oleh UUD 1945.
Artinya secara implementasi pemecahan-pemecahan segala dibidang politik,
ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan lain-lain menggunakan legal approach
dan apabila mau menggunakan pendekatan kekuasaan itu harus didasarkan atas
hukum.
Dan memang setiap transisi dalam demokrasi pasti memiliki masalah khusus.
Masalah yang pokok terutama terkait dengan (1) kultur politik dan juga (2)
struktur politik. Demokrasi memerlukan adanya kultur dan struktur yang
mendukung proses-proses demokratisasi. Dua hal ini biasanya belum terbentuk
dengan baik dalam masyarkat transisi, seperti Indonesia saat ini, atau Kal-Bar
khusus saat ini. Di Indonesia, pasca orde baru, belum ada kultur demokrasi yang
kuat (misalnya tradisi berbeda pendapat, toleransi, dialog terbuka, tradisi
melakukan advokasi, prilaku yang menjunjung hukum dan moral religius dalam
menghadapi persoalan secara jernih). Struktur politik yang ada saat ini juga belum
cukup demokratis, karena diperlukan adanya perubahan structural yang harus
diawali dengan perubahan atau amandemen UUD 1945 dan atau produk-produk
hukum yang bertipe represif, ke arah otonom, dan bertipe responsive.
Dengan dmkian demokrasi modern selalu hadir dalam wadah negara hukum,
sehingga sering disebut sebagai negara hukum konstitusional. Ciri yang mendasar
dari demokrasi kontitusional yang demokratis adalah gagasan bahwa pemerintah
yang demokratis adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak
dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap warga negaranya. pembatasan-
pembatasan atas kekuasan pemerintah tercantum dalam konstitusi, sehingga sering
disbut “pemerintah berdasar atas konsttusi” (constitutional goverment), yang juga
sama dengan limited government atau restrained government.
Kemudian dimana letak kaitan pancasila sebagai ideology dengan supremasi
hukum ?
Supremasi hukum baru dapat ditegakkan apabilapara penyeleggara negara
berprilaku democrat, egaliter dan manusiawi yang dijiawai oleh nilai-nilai
ideology pancasila, artinya letak persoalan pokoknya belum tegaknya supremasi
hukum bukan pada konsepsi negara hukumnya, bukan konsepsi dasar ideology
negara pancasila yang tidak bisa memenuhi tantangan jaman, tetapi terletak pada
praktek penyelenggara negara disemua bidang yang telah meninggalkan unsur-
unsur iotanamkan oleh UUD 1945, yaitu semangat penyelenggara negara.
Terutama butir 4 dari pokok-pokok pikiran yang tercantum dalam
pembukaanUUD 1945 yang mengandung isi yang mewajibkan kepada pemerintah
dan lain-lain penyeleggara negara untuk budi pekerti kemanusiaan yang luhur
dengan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur, yang digali
berdasarkan nilai-nilai ketuhan yang maha esa (moral religius), nilai-nilai
kemanusiaan yang adil dan beradab (harkat dan martabat manusia dan hakhak
azasi manusia), nilai-nilai persatuan dan kesatuan, nilai-nilai kerakyatan dan prisip
musyawarah mufakat, prinsip perwakilan, dan nilai-nilai keadilan kebenaran
untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
SISTEM PEMERINTAHAN
PENGERTIAN PEMERINTAHAN
a. Dalam arti luas : Pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh
badab legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suaru negara dalam mencapai tujuan
negara.
b. Dalam arti sempit : Pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan
oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam mencapai tujuan negara.
c. Mmenurut Utrecht ada 3 pengertian :
1. Pemerintahan adalah gabunagn dari semua badan kenegaraan yang memiliki
kekuasaan untuk memerintah (legislatif,Eksekutif, Yudikatif).
2. Pemerintahan adalah gabungan badan-badan kenegaraan tertinggi yang
memiliki kekuasaan memerintah (Presiden, Raja, Yang dipertuan Agung).
3. Pemerintahan dalam arti kepala negara (Presiden) bersama kabinetnya.
e. Menurut Offe Pemerintahan adalah hasil dari tindakan administratif dalam
berbagai bidang, bukan hanya hasil dari pelaksanaan tugas pemerintah dalam
melaksanakan undang-undang melainkan hasil dari kegiatan bersama antara
lembaga pemerintahan dengan klienmasing-masing.
f. Menurut Kooiman Pemerintahan adalah proses interaksi antara berbagai aktor
dalam pemerintahan dengan kelompok sasaran atau berbagai individu masyarakat.
g. Menurut Austin Ranney pemerintahan adalah proses kegiatan pemerintah dalam
membuat dan menegakkan hukum dalam suartu negara.
h. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia pemerintahan berarti :
1. Proses, cara, perbuatan memerintah.
2. Segala urusan yang dilakukan negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan
rakyat dan kepentingan negara.
BENTUK PEMERINTAHAN KLASIK
a. Ajaran Plato ada 5 bentuk pemerintahan :
1. Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh kaum endekiawan
sesuai dengan pikiran keadilan.
2. Timokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang yang
ingin mencapai kemasyhuran dan kehormatan.
3. Oligarki adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh golongan hartawan.
4. Demokrasi adalah bentuk pemerintahanyang dipegang oleh rakyat jelata.
5. Tirani adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seorang tiran
(sewenang-wenang) dan jauh dari keadilan.
b. Ajaran Aristoteles ada 6 bentuk pemerintahan :
1. Monarki adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh satu orang demi
kepentingan umum.
2. Tirani adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seorang demi
kepentingan pribadi.
3. Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok
cendekiawan untuk kepentingan umum.
4. Oligarki adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok
cendekiawan demi kepentingan kelompoknya.
5. Politeia adalh bentuk Pemerintahan yang dipegang oleh seluruh rakyat untuk
kepentingan umum.
6. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang
tertentu demi kepentinagn sebagian orang.
-->
c. Ajaran POLYBIOS yanitu dikenal denagn teori siklus Polybios, yang dapat
digambarkan sbb:
-->
Keterangan :
MONARKI adalah bentuk pemerintahan yang pada mulanya kekuasaannya
atas nama rakyat dengan baik dan dipercaya tapi dalam perkembangannya
penguasa (Raja) tidak lagi menjalankan pemerintahan untuk kepentingan umum
tapi menindas rakyat dan sewenang-wenang, maka bentuk ONARKMI bergeser
menjadi TIRANI.
Dalam situasi pemerintahan TIRANI muncullah perlawanan dari kaum
bangsawan dan pemerintahan diambil alih kaum bangsawan yang memperhatikan
kepentingan umum, maka pemerintahan TIRANI bergeser
menjadi ARISTOKRASI.
ARISTOKRASI yang semula memperhatikan kepentingan umum tidak lagi
menjalankan keadilan tapi hanya mementingkan diri dan kelompoknya sehingga
pemerintahanARISTOKRASI bergeser ke OLIGARKI.
Dalam pemerintahan OLIGARKI yang tidak memiliki keadilan, maka
rakyat mengambil alih kekuasan untuk memperbaiki nasibnya. Rakyat
menjalankan kekuasaan negara demi kepentingan rakyat, maka
pemerintahan OLIGARKI bergeser ke DEMOKRASI.
Pemerintahan DEMOKRASI yang awalnya baik, lama kelamaan banyak
diwarnai kekacauan , KKN, kebobrokan dan hukum sulit ditegakkan sehingga
pemerintahanDEMOKRASI ini berpindah ke pemerintahan OKHLOKRASI.
Dari pemerintahan OKHLOKRASI ini muncul seorang yang berani dan
kuat yang dengan kekerasan dapat memegang pemerintahan, maka
pemerintahan OKHLOKRASIbergeser ke pemerintahan OLIGARKI kembali.
Dengan demikian menurut POLYBIOS antara pemerintahan yang satu
dengan lainnya memiliki hubungan kausal (sebab dan akibat).
BENTUK PEMERINTAHAN MONARKI (KERAJAAN)
Bentuk pemerintahan monarki dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Monarki Absolut adalah bentuk pemerintahan suatu negara yang dikepalai oleh
seorang raja, ratu, syah, atau kaisar yang kekuasaannya tidak terbatas. Raja
merangkap merangkap sebagai penguasa legislatif, eksekutif dan yudikatif yang
disatukan dalam perbuatannya. Raja adalah Undang-undang itu sendiri. Contoh:
Prancis di masa Raja Louis XIV semboyannya L’ etat C’est Moi (negara adalah
aku).
2. Monarki Konstitusional adalah bentuk pemerintahan suatu negara yang dikepalai
oleh seorang raja yang kekuasaanya dibatasi oleh undang-undang dasar
(konstitusi).terjadinya monarki konstitusional ada 2 cara :
a. Datang dari raja sendiri karena ia takut dikudeta. Contoh: Jepang dengan hak
octroi.
b. Karena adanya revolusi rakyat kepada raja. Contoh Inggris yang
melahirkan Bill of Rights I tahun 1689, yordania, Denmark, Arab Saudi dan
Brunai Darussalam.
3. Monarki Parlementer adalah bentuk pemerintahan suatu negara yang dikepalai
oleh seorang raja dengan sistem parlemen (DPR) sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi. Dalam monarki perlementer kekuasaan eksekutif dipegang oleh Kabinet
(Perdana Menteri) yang bertanggung jawab kepada parlemen. Fungsi raja sebagai
kepala negara (simbol kekuasaan) dan tidak dapat diganggu gugat. Contoh:
Inggris, Belanda, dan Malaysia.
BENTUK PEMERINTAHAN REPUBLIK
Bentuk pemerintahan republik dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Republik Absolut, pemerintahan bersifat diktator tanpa ada pembatasan
kekuasaan. Parlemen kurang berfungsi, konstitusi diabaikan untuk legitimasi
kekuasaan.
2. Republik Konstitusional, presiden memegang kekuasaan sebagai kepala negara
dan kepala pemerintahan yang dibatasi oleh konstitusi, pengawasan efektif
dilakukan oleh parlemen.
3. Republik Parlementer, presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara, tapi
presiden tidak dapat diganggu gugat. Kepala pemerintahan dipegang oleh
Perdana Menteri yyang bertanggung jawab kepada parlemen. Kekuasan legislatif
lebih tinggi dari kekuasaan eksekutif.
-->
JENIS-JENIS SISTEM PEMERINTAHAN
1. Sistem Pemerintahan Parlementer adalah sistem pemerintahan dimna parlemen
atau badan legislatif memiliki peran penting dalam pemerintahan.
Ciri-ciri atau karakteristik pemerintahan parlementer sebagai berikut :
a. Raja, ratu atau presiden sebagai kepala negara tidak memiliki kekuasan
pemerintahan.
b. Kepala pemerintahan adalah perdana menteri
c. Parlemen adalah satu-satunya lembaga yang anggotanya dipilih langsung
rakyat melalui pemilihan Umum.
d. Eksekutif adalah kabinet bertanggung jawab kepada legislatif atau parlemen.
e. Bila parlemen mengeluarkan mosi tak percaya kepada menteri tertentu atau
seluruh menteri maka kabinet harus menyerahkan mandatnya kepada kepala
negara.
f. Dalam sistem dua partai yang ditunjuk membentuk kabinet segali gus sebagai
perdana menteri adalah ketua partai politik pemenang pemilu.
g. Dalam sistem banyak partai formatur kabinet membentuk kabinet secara koalisi
dan mendapat kepercayaan parlemen.
h. Bila terjadi perselisihan antara kabinet dengan parlemen maka kepala negara
menganggap kabinet yang benar maka parlemen dibubarkan oleh kepala negara.
Catatan:
Bila parlemen dibubarkan maka tanggung jawab pelaksanaan pemilu terletak
pada kabinet dalam tempo 30 hari. Bila partai politik yang menguasai parlemen
menang dalam pemilu maka kabinet akan terus memerintah. Tetapi apabila yang
menang dalam pemilu tersebut adala partai oposisi maka kabinet mengembalikan
madatnya kepada kepala negara dan partai pemenang pemilu akan membentuk
kabinet baru.
Kelebihan sistem pemerintahan Parlementer :
· Pembuatan kebijakan cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat anatar
legislatif dengan eksekutif.
· Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
jelas.
· Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga
kabinet berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kekurangan sistem pemerintahan parlementer :
· Kedudukan eksekutif/kabinet tergantung dukungan mayoritas parlemen,
sehingga sewaktu waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
· Kabinet sewaktu-waktu dapat bubar tergantung dukungan mayoritas parlemen.
· Kabinet yang berasal dari partai pemenang pemilu dapat menguasai parlemen.
· Parlemen tempat pengkaderan bagi jabatan eksekutif. Anggota parlemen
merangkap menteri atau kabinet.
Prinsip-prinsip sistem pemerintahan Parlementer ada 2 yaitu :
1. Rangkap jabatan karena anggota parlemen adalah para menteri.
2. Dominasi resmi parlemen sebab merupakan lembaga legislatif tertinggi,
memiliki kekuasaan membuat UU, merivisi, mencabut suatu UU. Parlemen dapat
menentukan suatu UU itu konstitusional atau tidak.
2. Sistem pemerintahan Presidensial, adalah keseluruhan hubungan kerja antar
lembaga negara melalui pemisahan kekuasan negara, disini presiden adalah kunci
dalam pengelolaan kekuasaan menjalankan pemerintahan negara.
Ciri-ciri atau karakteristik sistem pemerintahan Presidensial sebagai
berikut :
a. Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
b. Kabinet atau dewan menteri dibentuk oleh presiden.
c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parleme
d. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen
e. Menteri tidak boleh merangkap anggota parlemen
f. Menteri bertanggung jawab kepada presiden
g. Masa jabatan mebteri tergantung pada keprcayaan presiden.
h. Peran eksekutif dan legislatif dibuat seimbang dengan sistem check and
balances.
Kelebihan sistem Presidensial :
· Kedudukan eksekutif stabil sebab tidak tergantung pada legislatif atau
parlemen.
· Masa jabatan eksekutif jelas, misalnya 4 tahun, 5 tahun atau 6 tahun.
· Penyususnan program kabinet mudah karena disesuaikan dengan masa jabatan.
· Legislatif buakn tempat kaderisasi eksekutif sebab anggota parlemen tidak
boleh dirangkap pejabat eksekutif.
Kekurangan Sistem Presidensiasl :
· Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat
menciptakan kekuasaan mutlak.
· Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
· Pembuatan kebijakan publik hasil tawar-menawar antara eksekutif dengan
legislatif, tidak tegas dan waktu lama.
Prinsip-perinsip sistem pemerintahan presidensial adalah :
1. Pemisahan jabatan karena larangan rangkap jabatan antara anggota parlemen
dengan menteri atau kabinet.
2. Kontrol dan keseimbangan (check and balances) yaitu masing-masing cabang
kekuasaan diberi kekuasaan untuk mengontrol cabang kekuasaan lain.
3. Sistem pemerintahan di negara komunis
Lembaga legislatif di Uni Soviet dijalankan oleh lembaga yang bernama
Soviet Tertinggi URRS (STU) yang terdiri dari 2 majelis yaitu majelis Uni dan
majelis bangsa-bangsa. Majelis uni mencerminkan kepentingan bersama seluruh
penduduk URSS ( mirip DPR) sedangkan majelis bangsa-bangsa mencerminkan
bangsa-bangsa dan suku bangsa yang terdapat di wilayah URSS ( semacam
Senat). Siviet tertinggi (STU) memilih presidium soviet tertinggi (semacam
badan pekerja MPR) yang merupakan lembaga yang amat berkuasa di Uni Soviet.
Kekuasaan Eksekutif dijalankan oleh dewan menteri yang bertanggung
jawab dan tunduk kepada Siviet Teretinggi URSS. Kekuasan nyata pemerintahan
di Uni Soviet berada di tangan pemimpin partai komunis.
4. Sistem Pemerintahan Referendum
Di negara Swiss pembuatan UU berada dibawah pengawasan rakyat yang
memiliki hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk referendum.
Referendum itu ada 3 jenis :
· Referendum Obligatoir adalah referendum yang harus lebih dulu mendapat
persetujuan langsung dari rakyat sebelum suatu UUD tertentu diberlakukan.
· Referendun Fakultatif adalah referendunm yang dilaksanakan apabila dalam
waktu tertentu setelah UU dilaksanakan, sejumlah orang tertentu menginginka
dilaksanakannya referendum. Apabila hasil referendum menghendaki
dilaksanakannya UU maka akan terus berlaku, tapi sebaliknya.
· Referendum Konsultatif adalah referendum yang menyangkut soal-soal teknis.
Biasanya rakyat kurang paham tentangmateri UU yang diminta persetujuannya.
SISTEM PEMERINTAHAN DI AMERIKA SERIKAT
Ø Amerika serikat adalah negara republik berbentuk Federasi (federal) terdiri dari 50
negara bagian.
Ø Adanya pemisahan kekuasaan yang tegas antara legislatif, eksekutif dan yudikatif
yang didasarkan pada sistem check and balances.
Ø Kekuasaan eksekutif adalah prewsiden sebgai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan.
Ø Kekuasan legislatif ditangan parlemen yang beernama Kongres. Kongres terdiri
dari dua kamar yaitu senat dan badan perwakilan (The House of Representatives).
Anggota senat dipilih melalui pemilu yang merupakan wakil dari negara-negara
bagian, setiap negara bagian 2 orang wakil. Jadi anggota senat itu 100 senator,
masa jabatan 6 tahun. Sedangkan badan perwakilan merupakan wakil dari rakyat
amerika serikat yang dipilih langsung untuk jabatan 2 tahun.
Ø Kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung.
Ø Menganut sitem 2 partai yaitu Demokrat dan republik.
Ø Pemilihan umum menganut sistem distrik
SISTEM PEMERINTAHAN DI INGGRIS
Ø Inggris adalah negara kesatuan (United Kingdom) terdiri dari england, scotand,
wales, irlandia utara, berbentuk kerajaan (monarki).
Ø Kekuasan pemerintahan ditangan kabinet (Perdana Menteri)
Ø Raja adalah simbol kedaulatan dan persatuan negara.
Ø Parlemen terdiri dari 2 kamar yaitu House of commons (majelis Rendah) dan
house of lords (majelis Tinggi). Majelis rendah adalah badan perwakilan rakyat
dimana anggotanya dipilih oleh rakyat dari calon partai politik. Majelis Tinggi
adalah perwakilan yang bberisi para bangsawan berdasarkan warisan.
Ø Adanya oposisi dari partai yang kalah dalam pemilu.
Ø Menganut sistem 2 partai yaitu konservatif dan partai buruh.
Ø Badan peradilan ditunjuk oleh kabinet maka tidak ada hakim yang dipilih.
SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK RAKYAT CINA
Ø Bentuk negara adalah kesatuan dengan 23 provinsi.
Ø Bentuk pemerintahan adalah republik dengan sistem demokrasi komunis.
Ø Kepala negara adalah presiden, dan kepala pemerintahan adalah perdana menteri.
Ø Menggunakan sistem unikameral yaitun kongres rakyat nasional.
Ø Lembaga negara tertinggi adalah kongres rakyat nasional sebagai badan legislatif.
Ø Kekuasaan yudikatif dijalankan secara bertingkat dan kaku oleh pengadilan rakyat
dibawah pimpinan mahkamah agung Cina.
SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Tidak satu katapun di UUD 1945 yang menyebutkan bahwa sistem
pemerintahan negara kita adalah sistem presidensial. Negara kita menganut
presidensial dapat kita pahami dari ketentuan yang terdapat dalam UUD 45
sebagai berikut:
Ø Pasal 4 ayat1 Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang dasar.
Ø Pasal 17 ayat 1 Presiden dibantu oleh menteri negara.
Ø Pasal 17 ayat 2 Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
Ø Pasal 17 ayat 3 Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
Ø Pasal 17 ayat 4 Pembentukan, pengubahan dan pembubaran kementerian negara
diatur undang-undang.
POKOK-POKOK SISTEM PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA
Ø Bentuk negara adalah kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas dengan 35
provinsi termasuk daerah istimewa.
Ø Bentuk pemerintahan adalah republik dengan sistem presidensial.
Ø Pemegang kekuasaan eksekutif adalah presiden sebagai kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan.
Ø Kabinet atau menteri diangkat dan diberhentikan serta bertanggungjawab kepada
presiden.
Ø Parlemen pemegang kekuasaan Eksekutif yang terdiri dari 2 kamar yaitu DPR dan
DPD yang merupakan sekaligus anggota MPR. Anggota DPR dipilih rakyat
melalui pemilu dengan sitem proporsional terbuka, DPD dipilih rakyat secara
langsung melalui pemilu yang berasal dari masing-masing provinsi sejumlah 4
orang setiap provinsi dengan sistem pemilihan distrik perwakilan banyak.
Ø Kekuasaan Yudikatif dijalankan oleh mahkamah agung dan badan peradilan di
bawahnya.
PERUBAHAN -PERUBAHAN TRHADAP KETATANEGARAAN SETELAH
AMANDEMEN UUD 1945 (Lihat UUD 1945)
1. Negara indonesia adalah negara hukum (Jiwa pasal 1 ayat 3 UUD
1945).
2. Sistem Konstitusional (jiwa pasal 2 ayat 1, pasal 3 ayat 3, pasal 4 ayat 1,
pasal 5 ayat
1 dan 2 )
3. kekuasaan negara tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat
(Jiwa pasal 2
Ayat 1). Tugas dan wewenang MPR berdasarkan pasal 3 UUD 45,
adalah :
a. megubah dan menetapkan UUD 45
b. Melantik presiden dan wapres
c. Dapat memberhentikan presiden dan atau wakil presiden
dalam masa
jabatannya menurut UUD 45.
4. Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara tertinggi menurut UUD
1945, (jiwa
Pasal 3 ayat 2, pasal 4 ayat 1 dan 2).
5.Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. Tentang presiden diatur
dalam pasal
4 sampai pasal 16 UUD 45 sedangkan DPR diatur dalam pasal 19
sampai pasal 22 B.
6. Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggung jawab
Kepada DPR (jiwa pasal 17 Uud 45).
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas (jiwa pasal 3 ayat 3, pasal 20
A ayat 2
Dan 3).
8. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan menurut UUD 45
(pasal 1).
9. MPR lembaga bikameral atau sistem 2 kamar yaitu DPR dan DPD
(pasal 2 UUD 45).
10. Masa jabatan presiden maksimal 2 periode (pasal 7 UUD 45).
11. Pencantuman HAM (pasal 28 A sampai pasal 28 J);
12. Presiden dan wakil presiden dipilih lansung.
13. Penghapusan DPA diganti dengan Dewan pertimbangan di bawah
presiden.
14. Penghapusan GBHN sebagai tugas MPR.
15. Pembentukan Mahkamah Konstitusi dan Komisi yudisial (pasal 24 B
dan pasal 24 C).
16. Anggaran pendidikan minimal 20% (pasal 31).
17. Negara kesatuan tidak boleh diubah (pasal 37).
18. Penjelasan UUD 45dihapus.
19. Penegasan demokrasi ekonomi.
STRUKTUR KETATANEGARAAN RI SEBELUM AMANDEMEN UUD 1945
--> -->
STRUKTUR KRTATANEGARAAN RI SETELAH AMANDEMEN UUD 1945
-->
PERBANDINGAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA
INDONESIA DENGAN NEGARA LAIN
Negara Republik Indonesia
(presidensial)
Negara-Negara lain
Ø Bentuk negara adalah kesatuan dengan
prinsip otonomi yang luas dengan 35
provinsi termasuk daerah istimewa.
Ø Bentuk pemerintahan adalah republik
dengan sistem presidensial.
Ø Pemegang kekuasaan eksekutif adalah
presiden sebagai kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan.
Ø Kabinet atau menteri diangkat dan
diberhentikan serta bertanggungjawab
kepada presiden.
Ø Parlemen pemegang kekuasaan
Eksekutif yang terdiri dari 2 kamar
yaitu DPR dan DPD yang merupakan
sekaligus anggota MPR. Anggota
DPR dipilih rakyat melalui pemilu
dengan sitem proporsional terbuka,
DPD dipilih rakyat secara langsung
melalui pemilu yang berasal dari
masing-masing provinsi sejumlah 4
orang setiap provinsi dengan sistem
pemilihan distrik perwakilan banyak.
Ø Kekuasaan Yudikatif dijalankan oleh
mahkamah agung dan badan peradilan
di bawahnya.
1. Prancis : (bukan parlementer resmi)
Ø Presiden kuat karena dipilih langsung
oleh rakyat.
Ø Kepala negara adalah presiden dengan
masa jabatan 7 tahun.
Ø Presiden dapat bertindak dimasa darurat
untuk menyelesaikan krisis.
Ø Bila terjadi pertentangan antara kabinet
dengan legislatif maka presiden
membubarkan legislatif.
Ø Jika suatu UU telah disetujui legislatif
tapi tidak disetujui presiden maka
diajukan kepada rakyat melalui
referendum atau persetujuan
mahkamah konstitusional.
Ø Mosi dan interplasi dipersukar harus
disetujui oleh 10 % dari anggota
legislatif.
Inggris : (Parlementer)
Ø Kepala negara adalah raja, ratu sifatnya
simbolis tidak dapat diganggu gugat.
Ø UU dalam penyekenggaraan negara
berrsifat konvensi.
Ø Kekuasaan pemerintah ada di tangan
Perdana Menteri.
Ø Kabinet yang tidak memperoleh
kepercayaan dari badan legislatif harus
meletakkan jabatannya.
Ø Perdana Menteri sewaktu-waktu dapat
mengadakan pemilu.
Ø Hanya ada 2partai besar yaitu
konservatif dan partai buruh.
India : (Parlementer)
Ø Badan eksekutif adalah presiden
sebagai kepala negara dan perdana
menteri yang dipimpin oleh Perdana
Menteri.
Ø Presiden dipolih oleh lembaga legislatif
baik dipusat maupoun didaerah.
Ø Pemerintah dapat menyatakan keadaan
darurat dan pembatasan kegiatan bagi
para pelaku politik agar tidak
mengganggu usaha pembangunan.
Amerika serikat : (presidensial)
Ø Badan eksekutif adalah presiden
bersama para menteri.
Ø Masa jabatan presiden 4 tahun dan
maksimal 2 periode.
Ø Presiden terpisah dari legislatif atau
kongres.
Ø Presiden tidak dapat membubarkan
kongres begitu juga kongres tidak
dapat memberhentikan presiden.
Ø Mayoritas UU disiapkan pemerintah
dan diajukan ke kongres.
Ø Presiden punya wewenang untuk
membatalkan atau memveto rancangan
UU.
Ø Veto presiden batal bila ditentang leh
2/3 anggota kongres.
Ø Check and balances, presiden boleh
memilih menterinya, tetapi dalam hal
penetapan hakim agung dan duta besar
dan untuk mengadakan perjanjian
internasional harus disetujui senat.
Pakistan : (parlementer kabinet)
Ø Badan eksekutif adalah presiden dan
menterinya yang beragama islam.
Ø Perdana menteri adalah pembantunya
tidak boleh merangkap anggota
legislatif.
Ø Presiden punya wewenang memveto
RUU, veto gagal bila UU diterima 2/3
anggota legislatif.
Ø Presiden berwenang membubarkan
badan legislatif dan presiden harus
mengundurkan diri dalam jangka
waktu 4 bulan dan mengadakan pemilu
baru.
Ø Dalam keadaan darurat reiden dapat
mengeluarkan ketetapan yang diajukan
ke legislatif paling lama 6 bulan.
-->
SIATEM CHECK AND BALANCES DALAM UUD 1945
-->
Legislatif Eksekutif Yudikatif
-MPR memberhentikan
Presiden dan
wakilpresiden
-DPR mengawasi
Presiden dengan hak
angket,hak
interplasi,hakbudget,dll
-DPR dapat
menyetujui/menolak
perjanjian internasional
-DR memberi
pertimbangan kepada
presidendalam
pengangkatan duta dan
pemberian amnesti dan
abolisi.
-DPR memberi
persetujuan tentang
pencalonan hakim agung
dan memilih 3 calon
hakim konstitusi.
-Presiden
mengangkat hakim
Agung.
-Presiden memilih 3
hakim konstitusi.
-Mahkamah Agung
berhak mereview
peraturan
pemerintah,dll.
-Mahkamah
Konstitusi
memutuskan apakah
presiden/wakil
presiden bersalah.
-Mahkamah
Konstitusi berhak
mereview undang-
undang.