Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

16
Ideologi berasal dari kata Yunani Idein, yang berarti melihat, atau Idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan, buah pikiran, dan Logika yang berarti ajaran. Dengan demikian Ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran (Science des ideas). Di dalam ensiklopedi populer Politik Pembangunan Pancasila, ideologi merupakan cabang filsafat yang mendasari ilmu-ilmu seperti pedagogi, etika dan politik (Subandi Al Marsudi, 2006:65).

description

k

Transcript of Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL Pengertian Ideologi Ideologi berasal dari kata Yunani Idein, yang berarti melihat, atai Idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan, buah pikiran, dan Lgia yang berarti ajaran. Dengan demikian Ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran (Science des ideas). Di dalam ensiklopedi populer Politik Pembangunan Pancasila, ideologi merupakan cabang filsafat yang mendasari ilmuilmu seperti pedagogi, etika dan politik (Subandi Al Marsudi, 2006:65).

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONALPengertian IdeologiIdeologi berasal dari kata Yunani Idein, yang berarti melihat, atau Idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan, buah pikiran, dan Logika yang berarti ajaran. Dengan demikian Ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran (Science des ideas). Di dalam ensiklopedi populer Politik Pembangunan Pancasila, ideologi merupakan cabang filsafat yang mendasari ilmu-ilmu seperti pedagogi, etika dan politik (Subandi Al Marsudi, 2006:65).

Secara harfiah ideologi berarti a system of idea, yakni suatu rangkaian ide yang terpadu menjadi satu, yang dalam penggunaan peristilahannya menurut Moerdiono dipakai secara khas dalam bidang politik untuk menunjukkan seperangkat nilai yang terpadu, berkenaan dengan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Oetojo Oesman dan Alfian (Ed), 1992:373).Padmo Wahyono (dalam Subandi Al Marsudi, 2006:66) mengatakan bahwa ideologi merupakan suatu kelanjutan atau konsekuensi daripada pandangan hidup bangsa, falsafah hidup bangsa, dan akan berupa seperangkat tata nilai yang dicita-citakan akan direalisir di dalam kehidupan berkelompok.

Makna Ideologi bagi Bangsa dan NegaraNegara sebagai lembaga kemasyarakatan memiliki cita-cita dan pemikiran-pemikiran yang secara bersama merupakan suatu orientasi yang bersifat dasariah bagi semua tindakan dalam hidup kenegaraan.Ideologi membimbing bangsa dan negara untuk mencapai tujuan dan sumber motivasi.

Kekuatan IdeologiMenurut Alfian, bahwa kekuatan suatu ideologi itu tergantung pada kualitas 3 (tiga) dimensi yang ada pada ideologi itu sendiri (Alfian, 1991:192):Dimensi realita, yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut secara riil berakar dalam dan atau hidup dalam masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya (menjadi volkgeist/jiwa bangsa).Dimensi Idealisme, yaitu bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari dengan berbagai dimensinya.Dimensi fleksibiltas/dimensi pengembangan, yaitu bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan dengan ideologi bersangkutan tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat atau jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.Ideologi PancasilaM. Sastraprateja mengemukakan, bahwa pada dasarnya di dalam ideologi terkandung beberapa unsur. Pertama, adanya suatu penafsiran atau pemahaman terhadap kenyataan. Pancasila bila ditempatkan dalam keseluruhan kontekas Pembukaan UUD 1945 menunjukkan adanya interpretasi sejarah bangsa Indonesia di masa lalu serta bagaimana seharusnya sejarah itu akan dibentuk di masa depan. Kedua, setiap ideologi memuat seperangkat nilai-nilai atau suatu preskripsi moral. Pancasila dengan jelas merupakan seperangkat nilai dan atas dasar nilai itu masyarakat ingin ditata. Ideologi secara implisit memuat penolakan terhadap sistem lainnya, misalnya sistem demokrasi memuat penolakan terhadap sistem kekuasaan mutlak. Ketiga, ideologi memuat suatu orientasi pada tindakan ideologi yang merupakan suatu pedoman kegiatan untuk mewujudkan nilai-nilai yang termuat di dalamnya. Pemahaman terhadap kegiatan tidak hanya bertujuan untuk memberi informasi dan menjelaskan, tetapi juga agar sesuatu itu dikerjakan, yaitu mentransformasi dunia (989:2).

Dalam mengkaji Pancasila sebagai ideologi, perlu kiranya dipahami pendapat Moerdiono yang memberikan penekanan pada pengertian dan falsafah. Menurut Moerdiono, falsafah dan ideologi termasuk dalam tataran dasar, tetapi terdapat perbedaan keduanya. Falsafah merupakan hasil pemikiran manusia yang paling tinggi, yang timbul dari upaya yang tidak kenal henti mencari kebenaran yang paling dasar, sedangkan ideologi berada satu tingkat lebih rendah dari falsafah. Jika falsafah digerakkan oleh kecintaan akan kebenaran, dan sering tanpa pamrih apapun juga maka ideologi digerakkan oleh tekad untuk mengubah keadaan yang tidak diinginkan, menuju ke arah keadaan yang diinginkan (Oetojo Oesman dan Alfian, 1992:381-382).Pancasila sebagai ideologi Bangsa dan Negara IndonesiaBersumber dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, bukan ide seseorang dan kelompok tertentu.Ideologi yang reformatif (responsif terhadap perubahan), dinamis (mengikuti dinamika masyarakat) dan terbuka (tidak bersifat utopis dan bukan doktrin yang bersifat tertutup)

Dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi, serta lajunya sarana informasi dan komunikasi yang tidak mengenal batas wilayah dan waktu, maka sudah semestinya Pancasila tampil sebagai ideologi terbuka. Keterbukaan bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar Pancasila, tetapi mengeksplisitkan wawasannya secara lebih kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-masalah. Dalam konteks ini, pandangan dan pemikiran yang melengkapi penafsiran Pancasila akan memperkaya khasanah penjabaran Pancasila, yang sangat berharga bagi kehidupan bangsa, sejauh hal itu sesuai dengan Pancasila itu sendiri secara keseluruhan. Sebagaimana dikemukakan Presiden Soeharto, ajakan saya adalah agar kita bersama-sama memikirkan penghayatan dan pengamalan Pancasila dalam segala segi kehidupan dan tingkah laku kita sehari-hari (Krissantono (Ed.), 1976:6).Sebagai ideologi terbuka, maka Pancasila pada dasarnya memiliki sifat ideologi yang dinamis. Ia terbuka bukan karena adanya paksaan dari luar, tapi terbentuk justru adanya kesepakatan (konsensus) masyarakat. Persoalannya adalah kenyataan, bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, sehingga kesepakatan atau konsensus para anggota masyarakat untuk memperkaya khasanah penjabaran Pancasila dalam praktek sehari-hari dapat membahayakan integrasi nasional, terutama apabila interpretasi atau penjabaran itu dilakukan semata-mata hanya untuk kepentingan pribadi dalam rangka mengukuhkan/melestarikan kekuasaannya, atau dalam rangka untuk menggulingkan/mengubah susunan kekuasaan yang telah ada dengan memanipulasi rasa keadilan masyarakat. Oleh karena itu, mengingat konsensus/kesepakatan mengenai penjabaran Pancasila tersebut penting bagi integrasi nasional yang tangguh, maka dapat dikatakan bahwa konsensus itu menjadi prasarat utama bagi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia. Mengapa? Pertama, Pancasila sebagai dasar falsafah negara pada tingkat yang sangat umum telah diterima sebagai kesepakatan (konsesnsus) nasional, serta lahir bersamaan dengan kelahiran negara Republik Indonesia sebagai negara yang merdeka, bebas dari penjajahan negara lain. Kedua, Pancasila memiliki akarnya di dalam sejarah pertumbuhan nasionalisme, sehingga pada hakekatnya ia dapat dipandang sebagai perwujudan dari nasionalisme itu sendiri. Dalam konteks yang demikian menurut Nasikun, ia dapat dinyatakan secara lebih terperinci sebagai berikut:

Pancasila sebagaimana halnya dengan nasionalisme yang tumbuh di kebanyakan negara-negara jajahan pada dasarnya merupakan pernyataan perasaan anti kolonialisme.Pancasila pada hakekatnya merupakan pernyataan bersama dari berbagi komponen masyarakat Indonesia untuk mempersemai toleransi dan akomodasi timbal balik yang bersumber pada pengakuan kebhinekaan masyarakat Indonesia. Ia meliputi toleransi dan akomodasi timbal bailk dalam bidang kesukuan, keagamaan, kedaerahan, dan pelapisan sosial.Pancasila pada hekekatnya merupakan perumusan tekad bersama bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan kehidupan bersama bangsa Indonesia di atas dasar cita-cita Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusia yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Prinsip-prinsip Pancasila ini diturunkan atau dijabarkan ke dalam bentuk norma-norma hukum berupa UUD 1945 dan berbagai peraturan perundang-undangan yang ada. Selaku demikian, maka Pancasila telah menjadi faktor yang mengintegrasikan masyarakat Indonesia.

Berdasarkan pemahaman hakekat Pancasila yang demikian itu, maka kiranya dapat ditarik suatu pengertian, bahwa sementara Pancasila beserta peraturan perundang-undangan yang diturunkan daripadanya masih belum sempat sepenuhnya tersosialisasi ke dalam jiwa sebagian besar masyarakat Indonseia, maka selama itu pula integrasi masyarakat Indonesia masih belum akan mencapai tingakatannya yang tangguh. Di dalam keadaan demikian, maka Pancasila masih lebih mudah tersosialisasikan ke dalam kesatuan-kesatuan primordial yang telah hidup berabad-abad lamanya dari pada ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nasional. Oleh karena setiap kesatuan primordial tersebut memiliki sistem nilai-nilai yang berbeda, maka orang cenderung menafsirkan berbagai masalah nasional, termasuk penafsiran lebih lanjut dari Pancasila itu sendiri menurut sudut pandang sistem nilai yang dianutnya; suatu hal yang menyebabkan konflik dan disintegrasi nasional menjadi fenomena yang bersifat laten di dalam masyarakat Indonesia yang majemuk (lihat Nasikun, 1988:74-75).