Pancasila - Final

download Pancasila - Final

of 64

Transcript of Pancasila - Final

BAB I PENDAHULUANPancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan UUD 1945,diundangkan dalam berita republik Indonesia tahun II No.7 besama dengan batang tubuh UUD 1945. Dalam perjalan sejarah eksistensi pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik. Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan Negara Indonesia melainkan direduksi , dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat itu. Dampak yang cukup serius atas manipulasi Pancasila oleh para penguasa pada masa lampau ,dewasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat beranggapan bahwa pancasila merupakan label politik orde baru. Sehingga mengembalikan serta mangkaji pancasila dianggap akan mengembalikan kewibawaan Orde baru. Bukti yang secaa objektif dapat disaksikan adalah terhadap hasil reformasi yang telah beberapa tahun berjalan belum menampakkan hasil yang dapat dinikmati rakyat ,nasionalisme bangsa rapuh,sehingga martabat bangsa Indonesia dipandang rendah di masyarakat internasional.A. Landasan Pendidikan Pancasila

a. Landasan Historis Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman kerajaan kutai,sriwijaya,majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia.Beratus ratus tahun bangsa Indonesia dalm perjalanan hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka,mandiri,serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup bangsa.Setelah

melalui proses yang cukup panjang dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya ,yang didalamnya tersimpul ciri khas,sifat,dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain,yang oleh para pendiri Negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam,yang meliputi lima prinsip yang kemudian diberi nama pancasila.Jadi secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. b. Landasan Kultural Setiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat,berbangsa dan bernegara senantiasa memiliki suatu pandangan hidup,filsafat hidup serta pegangan hidup agar tidak terombang- ambing dalam kancah pergaulan masyarakat internasional. Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat. Satu-satunya karya besar bangsa Indonesia yang sejajar dengan karya besar bangsa lain di dunia ini adalah hasil pemikiran tentang bangsa dan Negara yang mendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai yang tertuang dalam sila-sila pancasila. c. Landasan Yuridis Landasan Yuridis perkuliahan Pendidikan Pancasila di pendidikan tinggi tertuang dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang system pendidikan nasional. Pasal 39 telah menetapkan bahwa isi kurikulum setiap jenis,jalur dan jenjang pendidikan, wajib memuat Pendidikan pancasila, Pendidikan Agama dan pendidikan Kewarganegaraan. Adapun rambu-rambu matakuliah MPK pancasila adalah terdiri atas segi historis,filosofis,ketatanegaran,kehidupan berbangsa dan bernegara juga di kembangkan etika politik. d. Landasan Filosofis

Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia.Oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat ,berbangsa,dan bernegara. Hal ini berdasarkan pada suatu kenyataan secara filosofis dan objektif bahwa bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara mendasarkan pada nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila Pancasila yang secara filosofis merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara.

B. Tujuan Pendidikan Pancasila Dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional dan juga termuat dalam SK Dirjen Dikti. No.38/DIKTI/Kep/2003,dijelaskan bahwa tujuan Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan terwujud dalam kehidupan sehari-hari, (1) memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab sesuai dengan hati nuraninya,(2) memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya,(3) mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan,teknologidan seni, serta (4) memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan indonesia. C. Pembahasan Pancasila Secara Ilmiah Pembahasan pancasila termasuk filsafat Pancasila,sebagai suatu kajian ilmiah, harus memenuhi syarat ilmiah yang dikemukakan oleh I.R Poedjowijatno dalam bukunya tahu dan pengetahuan yang merinci syarat-syarat ilmiah sebagai berikut : 1. Berobjek

Syarat pertama bagi suatu pengetahuan yang memenuhi syarat ilmiah adalah bahwa semua ilmu pengetahuan itu harus memiliki objek.oleh karena itu pembahasan pancasila secara ilmiah harus memiliki objek ,yang didalam filsafat ilmu pengetahuan dibedakan atas dua macam yaitu objek forma dan objek materia. 2. Bermetode Setiap pengetahuan ilmiah harus memiliki metode yaitu seperangkat cara atau sistem pendekatan dalam rangka pembahasan pancasila untuk mendapatkan suatu kebenaran yang bersifat objektif. Salah satu metode dalam pembahasan pancasila adalah metode analitico synthetic yaitu suatu perpaduan metode analisis dan sintesis. 3. Bersistem Pembahasan pancasila secara ilmiah harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan,bahkan pancasila itu sendiri dalam dirinya sendiri adalah merupakan suatu kesatuan dan keutuhan majemuk tunggal yaitu kelima sila itu baik rumusannya,inti dan isi dari sila-sila pancasila itu adalah merupakan suatu kesatuan dan kebulatan. 4. Bersifat Universal Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal ,artinya kebenaran tidak terbatas oleh waktu,ruang keadaan,situasi,kondisi maupun jumlah tertentu. Tingkatan Pengetahuan Ilmiah Untuk mengetahui lingkup kajian pancasila serta kompetensi pengetahuan dalam membahas pancasila secara ilmiah, maka perlu diketahui tingkatan pengetahuan ilmiah sebagaimana halnya pada pengkajian pengetahuan-pengetahuan lainnya.Tingakatan pengetahan ilmiah sangat ditentukan oleh macam pertanyaan ilmiah sebagai berikut : Pengetahuan deskriptif ---------------suatu pertanyaan bagaimana

Pengetahuan kausal mengapa Pengetahuan normatif mana Pengetahuan essensial

---------------suatu pertanyaan

---------------suatu pertanyaan ke

---------------suatu pertanyaan apa

D. Beberapa Pengertian Pancasila Kedudukan dan fungsi pancasila bilamana dikaji secara ilmiah memiliki pengertian yang luas ,baik dalam kedudukannya sebagai dasar Negara,sebagai pandangan hidup bangsa,sebagai ideologi bangsa dan Negara,sebagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya terdapat berbagai macam ter minology yang harus kita deskipsikan secara objektif. Oleh karena itu untuk memahami pancasila secara Kronologis baik menyangkut rumusannya maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila tersebut meliputi lingkup pengertian sebagai berikut :

1. Pengertian Pancasila secara etimologis

Secara etimologis istilah pancasila berasal dari bahasa sansekerta ,menurut Muhammad Yamin dalam bahasa Sansekerta pancasila memiliki dua arti secara leksikal yaitu : panca artinya lima syila vocal i pendek artinya batu sendi atau dasar syiila vocal I panjang artinya peraturan tingkah laku yang baik,yang penting atau yang senonoh.2. Pengertian Pancasila secara Historis

Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr.Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu

masalah,khususnya akan dibahas pada sidang tersebut.Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar Negara Indonesia yang akan dibentuk.Kemudian tampilah tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin ,Soepomo , dan Soekarno. Pada tanggal 17 Agustus 1945 indonesia memproklamirkan kemerdekaannya keesokkan harinya 18 Agustus 1945 disahkan UUD 1945 termasuk pembukaan UUD 1945 dimana di dalamnya terdapat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu dasar Negara yang diberi nama pancasila.3. Pengertian Pancasila secara terminologis

Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 itu telah melahirkan Negara Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan Negara sebagaimana lazimnya Negara-negara yang merdeka, maka PPKI segera mengadakan sidang. Dalam bagian Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum rumusan pancasila sebagai berikut :1. Ketuhanan Yang Maha Esa. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia. 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

.permusyawaratan/perwakilan.5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar Negara.

BAB II Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa IndonesiaA. Pengantar Pancasila sebagai dasar Negara republikIndonesia sebelum di syahkan pada tanggal 18 agustus 1945 oleh PPKI,nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan Negara,yang berupa adapt istiadat,kebudayaan serta nilai-nilai religius.nilainilai tersebut sudah melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup,sehingga materi pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri,sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. B. Zaman Kutai Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400M,dengan ditwmukannya prasati berupa 7 yupa.bedasarkan prasasti tersebut dapat diketahui masyarakat Kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinyaini menampilkan nilai-nilai social politik,dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan.Bentuk kerajaan dengan agama sebagai tali pengikat kewibawaan raja ini tampak dalam kerajaan-kerajaan yang muncul kemudian di Jawa dan Sumatra. C. Zaman Sriwijaya

Negara kebangsaan Indonesia terbentuk dari 3 tahap yaitu: pertama Zaman Sriwijaya dibawah wangsa syailendra (600-1400),yang bercirikan kedatuan.kedua Zaman Majapahit (1293- 1525) yang bercirikan keprabuan.kedua tahap tersebut merupakan Negara kebangsaan Indonesia lama.ketiga Negara kebangsaan modern yaitu Negara Indonesia Merdeka. Pada zaman itu kerajaan ini merupakan kerajaan besar yang cukup disegani di kawasan Asia Selatan.Perdagangan dilakukan dengan menggabungkan pedagang pengrajin dan pegawai raja yang disebut Tuha An Vatakvurah sebagai pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakyat dengan mudah untuk memasarkan barang dagangannya.

D. Zaman Kerajaan-Kerajaan sebelum Majapahit Sebelum Kerajaan majapahit munculsebagai suatu kerajaan yang

memancangkan nilai-nilai nasionalisme,telah muncul beberapa kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.kerajaan tersebut adalah Kerajaan Kalingga pada abad ke VII Kerajaan Sanjaya pada abad ke VIII Kerajaan Isana pada abad ke IX Kerajaan Darmawangsa pada abad ke X Kerajaan Airlangga pada abad ke XI Kerajaan Singasari pada abad ke XIII

Pada zaman kerajaan yang ada di atas terbentuk beberapa bangunan bersejarah seperti sebuah wihara untuk pendeta budha,di bangunnya candi borobudur dan candi prambanan. E. Kerajaan Majapahit Pada tahun 1923 berdirilah kerajaan majapahit yang mencapai masa keemasannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada yang dibantu oleh laksamana Nala dalam memimpin armada untuk menguasai nusantara.Pada zaman tersebut agama hindu dan budha hidup

berdampingan.

Empu

Prapanca

menuliskan

kitab

yang

berjudul

Negarakertagama.Didalam kitab tersebut terdapat istilah pancasila. F. Zaman Penjajahan Setelah majapahit runtuh pada awal abad XVI maka berkembanglah agama islamdengan pesat di Indonesia.selain itu mulailah berdatangan orangorang dari Eropa.Bangsa Asing yang dating pertama kali ke Indonesia adalah bangsa Potugis,namun pada akhir abad ke XVI bangsa Belanda dating pula ke Indonesia. pada abad XVII belanda mencoba membulatkan hegemoninya sampai kepelosok-pelosok nusantara. melihat kejadian tersebut maka meledaklah perlawanan rakyat Indonesia antara lain : Patimura,Maluku ( 1817 ) Baharudin,Palembang ( 1819 ) Imam Bonjol,Minangkabau ( 1821-1837 ) Pangeran Diponegoro,Jateng ( 1825-1830 )

G. Kebangkitan Nasional Pada abad ke XX di panggung politik Internasional terjadi pergolakan kebangkitan dunia timur dengan suatu kesadaran akan kekuatannya sendiri.Gerakan yang dilakukan di Indonesia adalah Kebangkitan nasional pada tahun 1908 yang dipelopori oleh dr.Wahidin Sudirohusodo.Gerakan inilah yang mengawali gerakan-gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan. Organisasi-organisasi pergerakan nasional yang lainnya adqalah : Sarekat Dagang Islam (1909),Indische Partij (1913),Partai Nasional Indonesia (1927),Partai Indonesia (1931). H. Zaman Penjajahan Jepang Fasis Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda Jepang Pemimpin Asia,Japang Saudara Tua bangsa Indonesiaakan tetapi perang melawan sekutu baratnampaknya Jepang semakin terdesak.Oleh karena itu agar mendapat dukungan dari bangsa Indonesia,maka pemerintahan Jepang

bersikap murah hati terhadap bangsa Indonesia,yaitu menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Tanggal 29 April 1945 jepang memberikan hadiah kepada bangsa Indonesia berupa Kemerdekaan Tanpa Syarat.Janji itu disampaikan kepada bangsa Indonesia seminggu sebelum bangsa Jepang menyerah. I. Sidang BPUPKI Pertama Sidang BPUPKI pertama dilaksanakan selama 4 hari berturut-turut yang tampil untuk berpidato menyampaikan usulannya adalah sebagai berikut : 29 Mei 1945 Mr.Muh Yamin 31 Mei 1945 Prof.Soepomo 1 Juni 1945 Ir.Soekarno Mr Muh.Yamin 29 Mei 1945 Dalam pidatonya Muh.Yamin mengusulkan calon rumusan dasar Negara Indonesia sebagai berikut : I.Peri Kebangsaan, II.Peri Kemanusiaan, III.Peri Ketuhanan, IV.Peri Kerakyatan dan V.Kesejahteraan Rakyat. Prof.Dr.Soepomo 31 Mei 1945 Prof. dr. Soepomo mengeluarkan teori-teori Negara,sebagai berikut: 1. Teori Negara Perseorangan (Individualis),menrut paham ini Negara adalah masyarakat hokum yang disusun atas kontrak antara seluruh individu. 2. Paham Negara Kelas (Class Theory),menurut paham ini Negara adalah alat dari suatu golongan untuk menindas klasse lain. 3. Paham Negara Integralistik,paham ini mengajarkan Negara bukanlah untuk menjamin seseorang atau golongan akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai suatu persatuan.

Ir. Soekarno 1 Juni 1945 Usulan dasar Negara dalm siding BPUPKI pertama berikutnya adalah pidato dari Ir.Soekarno,yang disampaikan dalam siding tersebut secara lisan.Beliau mengusulkan dasar Negara yang terdiri atas lima prinsip yang rumusannya adalah sebagai berikut : 1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia) 2. Internasionalis (Peri Kemanusiaan) 3. Mufakat (demokrasi) 4. Kesejahteraan Sosial 5. Ketuhanan Yang maha Esa J. Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945) Sehari sebelum sidang BPUPKI yang kedua,diumumkan oleh ketua penambahan 6 anggota baru badan penyelidik yaitu : 1.Abdul Fatah Hasan 2.Asikin Natanegara 3.Soerjo Hamidjojo 4.Muhammad Noor 5.Besar dan 6.Abdul kaffar. Pada tanggal 11 Juli 1945 keputusan yang penting adalah tentang luas wilayah Negara baru,terdapat 3 usulan yaitu: (a).Hindia Belanda yang dulu (b).Hindia Belanda ditambah Malaya,Borneo Utara,Irian Timur,Timor Portugis dan pulau-pulau sekiitarnya dan (c).Hindia Belanda ditambah Malaya akan tetapi dikurangi dengan Irian Barat.Keputusan-keputusan lain adalah membentuk panitia kecil yaitu : Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Ir Soekarno,Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai oleh Drs.Moh Hatta,dan Panitia Pembelaan Tanah Air yang diketuai oleh Abikusno Tjokrosoejoso. K. Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI Kemenangan sekutu dalam prang dunia membawa hikmah bagi bangsa Indonesia.Menurut pengumuman Nanpoo Gun,tanggal 7 Agustus 1945.pada pertengahan bulan agustus akan di bentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau Dokuritu Zsyumbi Iinkai.Menurut Soekarno,Jendral Treauchi pada tanggal 9 agustus 1945 memberikan kepadanya 3 cap yaitu : o Soekarno diangkat ebagai ketua PPKI

o Panitia persiapan boleh mulai bekerja pada tanggal 9 Agustus 1945 o Cepat atau tidaknya pekerjaan Panitia diserahkan seluruhnya kepada panitia L. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan Secara ilmiah proklamasi kemerdekaan dapat mengandung pengertian sebagai berikut : 1. Dari sudut ilmu hukum,Proklamasi merupakan saat tidak berlakunya tertib hukum colonial.dan saat mulai berlakunya tettib hukum nasional. 2. Secara politis ideology proklamasi mengandung arti bahwa bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan bangsa asing dan memiliki kedaulatan untuk menentukan nasib sendiri dalam suatu Negara proklamasi Republik Indonesia. Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) Sebagai hasil konferensi Meja Bundar maka di tanda tangani suatu persetujuan oleh Rtau Belanda dan wakil dari Indonesia di kota Den Haag pada tanggal 27 Desember 1949.Sebelum persetujuan KMB,bangsa Indonesia telah memiliki kedaulatan,oleh karena itu persetujuan 27 Desember 1949 tersebut bukannya penyerahan kedaulatan melainkan pemulihan kedaulatan atau pengakuan kedaulatan.

Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1950 Berdirinya RIS adalah suatu taktik secara politis untuk tetap konsisten terhadap deklarasi proklamasi yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.Pada suatu ketika Negara bagian pada RIS tinggal 3 bagian saja yaitu :

Negara Bagian RI Proklamasi Negara Indonesia Timur,dan Negara Sumatera Timur.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Pemilu tahun 1955,kenyataannya tidak memenuhi harapan dan keinginan rakyat,bahkan mengakibatkan ketidakstabilan pada bidang politik,ekonomi,social,dan hankam.Bunyi dari dekrit presiden adalah : I. Membubarkan Konstituante II. Menetapkan berlakunya kembali UUD 45,dan tidak berlakunya UUDS 50 III. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu sesingkat-singkatnya Masa Orde Baru Suatu tatanan masyarakat serta pemerintahan sampai saat meletusnya pemberontakan G 30 S PKI dalam sejarah Indonesia disebut sebagai masa orde lama.Maka tatanan masyarakat dan pemerintahan setelah meletusnya G 30 S PKI sampai sekarang disebut orde baru yaitu suatu tatanan masyarakat dan pemerintahan yang menuntut dilaksanakannya pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.Sebagai rasa dari perwujudan dari tuntutan rasa keadilan dan kebenaran muncul istilah Tritura,adapun isi dari tritura adalah : Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya Pembersihan cabinet dari unsur-unsur G 30 S PKI Penurunan Harga

BAB III PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A.

Pengertian Filsafat Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philein = cinta dan sophos =

hikmah/kebijaksanaan sehingga kata filsafat dapat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan. Filsafat mencakup banyak bidang bahasan antara lain tentang manusia, alam, pengetahuan, etika, logika dsb. Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu : 1. Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian a) Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiranpemikiran dari para filsuf pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau system filsafat tertentu, misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme dan lain sebagainya. b) Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber pada akal manusia. 2. Filsafat sebagai suatu proses Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah: a) Metafisika b) Epistemologi c) Metodologi d) Logika e) Etika f) Estetika

B. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Pengertian Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sistem lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. suatu kesatuan bagian-bagian. b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan d. Keselurhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem) e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich,1974) Setiap sila pada Pancasila hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis 1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis Sila-sila Pancasila itu merupakan suatu kesatuan dan keutuhan yaitu setiap sila merupakan unsur (bagian mutlak) dari Pancasila. 2. Susunan Piramidal Susunan Pancasila adalah hierarkhis dan berbentuk piramidal. Pengertian matematis pyramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila Pancasila dalam urutan-urutan luas (kwantitas) dan juga dalam hal ini sifatnya (kwalitas). 3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk

Saling Mengisi dan Saling Mengkualifikasi Kesatuan Pancasila yang majemuk tunggal dan hierarkhis piramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Hal ini dimaksudkan bahwa setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, atau dengan lain perkataan dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.

C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatua dasar ontologis, dasar epistemologis serta dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila. Sebagaimana dijelaskan bahwa kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hierarkhis dan mempunyai bentuk pyramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila Pancasila dalam urutan-urutan luas (kuantitas) dan dalam pengertian inilah hubungan kesatuan sila-sila Pancasila itu dalam arti formal logis. 1. Dasar Antropologis Sila-sila Pancasila Pancasila yang terdiri atas lima sila setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis. Dasar ontologism Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat nutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar antropologis. Demikian juga jika kita pahami dari segi filsafat negara bahwa Pancasila adalah dasar filsafat Negara, adapun pendukung pokok negara adalah rakyat dan unsur rakyat adalah manusia itu sendiri, sehingga tepatlah jikalau dalam filsafat Pancasila bahwa hakikat dasar antropologis sila-sila Pancasila adalah manusia. 2. Dasar Epistemologi Sila-sila Pancasila Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi yaitu : 1. tentang sumber pengetahuan manusia 2. tentang toeri kebenaran pengetahuan manusia 3. tentang watak pengetahuan manusia Masalah epistemologi Pancasila diletakkan dalam kerangka bangunan filsafat manusia. 3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila

Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologisnya sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian nilai dan hierarkinya. Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa saja yang ada serta bagimana hubungan nilai tersebut dengan manusia.

Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Suatu Sistem Hakikat Pancasila adalah merupakan nilai, adapun sebagai pedoman negara adalah merupakan norma adapun aktualisasi atau pengamalannya adalah merupakan realisasi kongkrit Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai dengan sila lima merupakan cita-cita harapan dan dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya. Sejak dahulu cita-cita tersebut telah didambakan oleh bangsa Indonesia agar terwujud dalam suatu masyarakat yang gemah ripah loh jinawi, tata tentram karta raharja,dengan penuh harapan diupayakan terealisasi dalam sikap tingkah laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia. D. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi Bangsa dan Negara Republik Indonesia 1. Dasar Filosofis Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia, mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan Kemanusiaan, dan kenegaraan harus berdsasarkan dan nilai-nilai Ketuhanan, filsafat Persatuan Kerakyatan Keadilan. Pemikiran

kenegaraan bertolak dari suatu pandangan bahwa negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan, yang merupakan masyarakat hukum (legal society). Maka negara harus bersifat demokratis, hak serta kekuasaan rakyat harus dijamin, baik sebagai individu

maupun secara bersama (hakikat sila keempat). Selain itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai Pancasila adalah bersifat objektif dan subjektif. 2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara Pancasila mengandung empat pokok pikiran yaitu : 1. pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara persatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. 2. pokok pikiran kedua menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. 3. pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa negara berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. 4. pokok pikiran keempat menyatakan bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini dapat disimpulkan bahwa keempat pokok pikiran tersebut tidak lain merupakan perwujudan dari sila-sila Pancasila. Pokok pikiran ini sebagai dasar Fundamental dalam pendirian negara dan dalam pelaksanaan serta penyelenggaraan negara Indonesia. E. Inti Sila-Sila Pancasila 1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Sila ini meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan YME. Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengn pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral, politik, pemerintahan, hukum dan peraturan perundangundangan negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilainilai Ketuhanan YME. 2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila ini secara sistematis didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan YME, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila lainnya. Sila ini menjadi dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Sila ini juga bersumber pada dasar filosifis antropologis. Dalam sila ini terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. 3. Sila Persatuan Indonesia Nilai yang terkandung pada sila ini tidak dapat dipisah dengan keempat sila lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk social. Negara adalah suatu persekutuan hidup bersama di antara elemen-elemen yang membentuk negara. Konsekuensi negara adalah beraneka ragam tetapi tetap satu, mengikat diri dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam seloka Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin dalam segala aspek penyelenggaraan negara termasuk dalam era reformasi dewasa ini. 4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaandalam Permusyawaratan/Perwakilan Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan YME yang bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah negara karena rakyat merupakan subjek pendukung pokok negara. Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup negara. 5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Dalam sila ini terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup bersama. Maka dalam sila ini terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan social). Konsekuensi nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam hidup bersama meliputi : 1. Kedilan distributive

2. Keadilan legal 3. Keadilan komutatif

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIKA. PENGANTAR Sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Adapun manakala nilai-nilai tersebut akan dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan yang nyata dalam masyarakat, bangsa maupun negara maka nilai-nilai tersebut kemudian dijabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas sehingga merupakan suatu pedoman. Norma-norma tersebut meliputi : 1. Norma moral :

Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. 2. Norma hukum : Suatu system peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. PENGERTIAN ETIKA Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandanganpandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral. Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pokoknya membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai susila dan tidak susila, baik dan buruk. Etika juga membicarakan sifat-sifat yang menyebabkan orang dapat disebut susila atau bijak.

B. PENGERTIAN NILAI, NORMA DAN MORAL 1. Pengertian Nilai Nilai merupakan bidang kajian filsafat, istilah nilai didalam filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness) dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian. Nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lainnya. Di dalam nilai itu sendiri terkandung citacita, harapan, dambaan dan keharusan. 2. Hierarki Nilai

Terdapat berbagai macam pandangan tentang nilai, hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian serta hierarki nilai. Menurut Max Sceler, Nilainilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan sebagai berikut : 1. nilai-nilai kenikmatan 2. nilai-nilai kehidupan 3. nilai-nilai kejiwaan 4. nilai-nilai kerohanian sedangkan menurut Walter G. Everet, nilai-nilai manusiawi dapat

dikelompokkan kedalam delapan kelompok yaitu : 1. nilai-nilai ekonomis 2. nilai-nilai kejasmanian 3. nilai-nilai hiburan 4. nilai-nilai social 5. nilai-nilai watak 6. nilai-nilai estetis 7. nilai-nilai intelektual 8. nilai-nilai keagamaan namun Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam, yaitu : 1. nilai material 2. nilai vital 3. nilai kerokhanian dalam nilai rokhani itu sendiri dapat dibagi menjadi empat macam yaitu : 1. nilai kebenaran 2. nilai keindahan 3. nilai kebaikan 4. nilai religius

pada dasarnya, yang memiliki nilai itu bukan hanya sesuatu yang berujud material saja, akan tetapi juga sesuatu yang berujud non-material atau immaterial. NILAI DASAR, NILAI INSTRUMENTAL DAN NILAI PRAKSIS A. Nilai Dasar Nilai memiliki nilai dasar (dalam bahasa ilmiahnya disebut dasar ontologis) yaitu merupakan hakikat, esensi, intisari atau makna yang terdalam dari nilainilai tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan objektif segala sesuatu. B. Nilai Instrumental Nilai instrumental ialah nilai yang merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan dapat diarahkan. Bilamana nilai instrumental tersebut berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari maka hal itu akan merupakan suatu norma moral. Instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar. C. Nilai Praksis Nilai praksis merupakan penjabaran dari nilai instrumental dalam kehidupan nyata, sehingga nilai praksis merupakan perwujudan dari nilai instrumental. Dapat juga dimungkinkan berbeda-beda wujudnya, namun demikian tidak bisa menyimpang atau bahkan tidak dapat bertentangan. Artinya, oleh karena nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis itu merupakan suatu system perwujudannya tidak boleh menyimpang dari system tersebut. HUBUNGAN NILAI, NORMA DAN MORAL Sebagaimana telah dijelaskan bahwa nilai adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Dalam kehidupan manusia nilai dijadikan landasan, alasan dan motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku baik disadari maupun tidak. Nilai berbeda dengan

fakta di mana fakta dapat diobservasi melalui suatu verifikasi empiris, sedangkan nilai bersifat abstrak yang hanya dapat dipahami, dipikirkan, dimengerti dan dihayati oleh manusia. Agar nilai tersebut menjadi lebih berguna dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia, maka perlu dikongkritkan lagi serta diformulasikan menjadi lebih objektif sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam tingkah laku secara kongkrit. C. ETIKA POLITIK Secara subtantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan erat dengan bidang pembahasan moral. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian moral senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Walaupun dalam hubungannya dengan masyarakat, bangsa maupun negara, etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya. 1. Pengertian Politik Politik berasal dari kata politics yang memiliki makna bermacammacam kegiatan dalam suatu system politik atau negara, yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sitem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Dalam hubungan dengan etika politik, pengertian politik tersebut harus dipahami dalam pengertian yang lebih luas yaitu menyangkut seluruh unsur yang membentuk suatu persukutuan hidup yang disebut masyarakat negara. 2. Dimensi Politis Manusia a. Manusia Sebagai Makhluk individu-Sosial

Berbagai paham antropologi filsafat memandang hakikat sifat kodrat manusia, dari kaca mata yang berbeda-beda. Paham individualisme yang merupakan cikal bakal paham liberalisme, memandang manusia sebagai makhluk individu yang bebas. Segala hak dan kewajiban dalam kehidupan bersama senantiasa diukur berdasarkan kepentingan dan tujuan berdasarkan paradigma sifat kodrat manusia sebagai individu. Sebaliknya kalangan kolektivisme memandang sifat kodrat manusia sebagai makhluk social saja. Segala hak dan kewajiban baik moral maupun hukum, dalam hubungan masyarakat, bangsa dan negara senantiasa diukur berdasarkan filosofi manusia sebagai makhluk sosial. b. Dimensi Politis Kehidupan Manusia Dimensi politis mencakup lingkaran kelembagaan hukum dan negara, system-sistem nilai serta ideology yang memberikan legitimasi.dimensi politis manusia dapat ditentukan sebagai suatu kesadaran manusia akan dirinya sendiri sebagai anggota masyarakat sebagai suatu keseluruhan yang menentukan kerangka kehidupannya dan ditentukan kembali oleh kerangka kehidupannya serta ditentukan kembali oleh tindakan-tindakannya. Dimensi politis manusia ini memiliki dua fungsi fundamental, yaitu pengertian dan kehendak untuk bertindak. 3. Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik Pada sila ke-1, asal sila pada sila pertama ini lebih berkaitan dengan legitimasi moral. Pada sila ke-2, menyatakan bahwa kehidupan negara berprinsip pada persekutuan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan YME. Pada sila ke-3, menunjukkan cita-cita serta prinsip-prinsip hidup kenegaraan demi kesejahteraan bersama. Pada sila ke-4, menyatakan bahwa dalam pelaksanaan politik praktis hal-hal yang menyangkut kekuasaan eksekutif, legislative serta yudikatif, konsep pengambilan keputusan, pengawasan serta partisipasi harus berdasarkan legitimasi dari rakyat, atau dengan lain perkataan harus memiliki legitimasi demokratis.Pada sila ke-5, mengandung makna adanya keadilan dlam hidup bersama (keadilan sosial).

BAB V PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

A. Pengertian Asal Mula Pancasila Terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Secara kausalitas pancasila belum disyahkan menjadi dasar filsafat negara, nilai-nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan dan nilainilai religius. Kemudian para pendiri negara Indonesia mengangkat nilai-nilai tersebut dirumuskan secara musyawarah mufakat berdasarkan moral yang luhur. Oleh karena itu agar memiliki pengetahuan yang lengkap tentang proses terjadinya Pancasila, maka secara ilmiah harus ditinjau berdasarkan proses kausalitas. Maka secara kausalitas asal mula Pancasila dibedakan atas dua macam yaitu : asal mula yang langsung dan asal mula yang tidak langsung. Adapun pengertian asal mula tersebut adalah sebagai berikut : 1. Asal Mula yang Langsung Asal mula yang langsung tentang pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya Pancasila sebagai dasar filsafat negara yaitu asal mula sesudah dan menjelang proklamasi kemerdekaan yaitu sejak dirumuskan oleh para pendiri negara. Adapun asal mula langsung pancasila tersebut menurut Notonagoro adalah sebagai berikut : 1. Asal mula bahan (kausa materialis) 2. Asal mula bentuk (kausa formalis) 3. Asal mula karya (kausa effisien) 4. Asal mula tujuan (kausa finalis) 2. Asal Mula yang Tidak Langsung Asal mula yang tidak langsung pancasila adalah asal mula sebelum proklamasi kemerdekaan. Berarti bahwa asal mula nilai-nilai pancasila yang terdapat dalam adat istiadat, dalam kebudayaan serta dalam nilai-nilai agama

bangsa Indonesia, sehingga dengan demikian asal mula tidak langsung pancasila adalah terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup sehari-hari bangsa Indonesia. Tinjauan kausalitas memberikan bukti secara ilmiah bahwa Pancasila bukan merupakan merupakan hasil perenungan atau hasil pemikiran seseorang, atau aekelompok orang bahkan Pancasila juga bukan merupakan hasil sintesa paham-paham besar dunia, melainkan nila-nilai Pancasila secara tidak langsung terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia. 3. Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam Tri Prakara Pada hakikatnya bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam tiga asas atau Tri prakara yang rinciannya adalah sebagai berikut :1. Pertama: Bahwa unsur-unsur Pancasila sebelum disahkan menjadi

dasar filsafat negara secara yuridis sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai asas-asas dalam adat-istiadat dan kebudayaan dalam arti luas (Pancasila Asas Kebudayaan)2. Kedua: Demikian juga unsur-unsur Pancasila telah terdapat pada

bangsa Indonesia sebagai asas-asas dalam agama-agama/nilai-nilai religius (Pancasila Asas Religius)3. Ketiga: Unsur-unsur tadi kemudian diolah, dibahas dan dirumuskan

secara seksama oleh para pendiri negara dalam siding-sidang BPUPKI, panitia sembilan. Setelah bangsa Indonesia merdeka, rumusan Pancasila calon dasar negara tersebut kemudian disahkan olek PPKI sebagai dasar filsafat negara Indonesia dan terwujudlah Pancasila sebagai asas kenegaraan (pancasila Asas Kenegaraan) Oleh karena itu Pancasila yang terwujud dalam tiga asas tersebut dalam kenyataannya tidak dapat dipertentangkan karena ketiganya terjalin dalam suatu proses kausalitas, sehingga ketiga hal tersebut pada hakikatnya merupakan unsur-unsur yang membentuk Pancasila. B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila

Setiap kedudukan dan fungsi Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta dimensi Berbagai masing-masing yang konsekuensinya kedudukan dan fungsi Pancasila aktualisasinya juga sebenarnya dapat memiliki aspek yang berbeda-beda, walaupuan hakikat dan sumbernya sama. macam dikembalikan pada dua macam kedudukan dan fungsi Pancasila yang pokok yaitu sebagai Dasar Negara Indonesia dan sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. 1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Manusia senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjung sebagai suatu pandangan hidup. Nilai-nilai luhur merupakan suatu tolok ukur kebaikan yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat mendasar dan abadi dalam hidup manusia, seperti cita-cita yang hendak dicapai manusia. Pandangan hidup bangsa dapat disebut sebagai ideologi bangsa dan pandangan hidup negara dapat disebut sebagai ideologi negara. 2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan kata lain Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut : a. Merupakan sumber dari segala sumber hukum Indonesia b. Meliputi suasana kebatinan c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara d. Mengandung luhur. e. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945, bagi penyelenggaraan negara, dan para pelaksana pemerintahan. 3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia Pancasila sebagai sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa. Pancasila berasal dari nilai-nilai norma yang mengharuskan pemerintah dan penyelenggara negara memegang teguh cita-cita moral rakyat yang

yang dimiliki oleh bangsa sehingga pancasila pada hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsu-unsur bangsa secara komperhensif. a. Pengertian Ideologi Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Kata idea berasal dari bahasa yunani eidos yang berarti bentuk. Disamping itu kata idein yang artinya melihat. Maka secara harafiah, ideologi berarti ilmu pengertianpengertian dasar. Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaankepercayaan, yang menyeluruh dan sistematis. b. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup Ideologi terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka sedangkan ideologi tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri khas ideologi tertutup adalah bahwa betapapun besarnya perbedaan antara tuntutan berbagai ideologi yang memungkinkan hidup dalam masyarakat itu, akan selalu ada tuntutan mutlak bahwa orang harus taat kepada ideologi tersebut. Sedangkan ciri khas ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-cita tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri. c. Ideologi Particular dan Ideologi Komprehensif ideologi particular diartikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang tersusun secara sistematis dan terkait erat dengan kepentingan suatu kelas social tertentu dalam masyarakat. Sedangkan ideologi komprehensif diartiakan sebagai besaran. d. Hubungan Antara Filsafat dan Ideologi ideologi sebagai suatu rangkaia kesatuan cita-cita mendasar dan menyeluruh yang jalin-menjalin menjadi satu system pemikiran yang logis suatu system pemikiran menyeluruh mengenai semua aspek kehidupan social, dan bercita-cita melakukan transformasi social secara besar-

adalah bersumber kepada filsafat. Dengan kata lain mencari nilai, norma dan cita-cita yang bersumber kepada filsafat. Ideologi dapat pula dikatakan sebagai konsep operasionalisasi dari suatu pandangan atau filsafat hidup. Jadi, filsafat sebagai dasar dan sumber bagi perumusan ideologi yang juga menyangkut strategi dan doktrin. Makna Ideologi bagi Bangsa dan Negara Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara. Namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Dengan demikian ideologi sangat menentukan eksistensi suatu bangsa dan negara. Ideologi membimbing bangsa dan negara untuk mencapai tujuan melalui berbagai relisasi pembangunan. Pancasila Sebagai Ideologi yang Reformatif, Dinamis dan Terbuka Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup namun bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai mendasar yang bersifat tetap dan tidak berubah sehingga tidak langsung bersifat operasional, oleh karena itu setiap kali harus di eksplisitkan. i. Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Paham Ideologi Besar Lainnya di Dunia. Ideologi Pancasila pancasila berasal dari nilai-nilai pandangan hidup bangsa telah diyakini kebenarannya kemudian diangkat oleh bangsa Indonesia menjadi dasar filsafat negara dan kemudian menjadi ideologi bangsa dan negara. Ideologi Pancasila mengakui atas kebebasan dan kemerdekaan individu, namun dalam hidup bersama juga harus mengakui hak dan kebebasan orang lain. Negara Pancasila

Bangsa Indonesia memiliki suatu cirri khas yaitu dengan mengangkat nila-nilai yang telah dimilikinya sebelum membentuk suatu negara modern yang berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan, serta nilai religius yang kemudian dikristalisasikan menjadi suatu system niali yang disebut Pancasila. Dan mendasarkan suatu pandangan hidup yang telah dimilikinya yaitu Pancasila. 1. Paham Negara Persatuan Bangsa dan negara Indonesia terdiri atas berbagai macam unsur yang membentuknya yaitu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan serta agama yang secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila sebagai suatu negara persatuan. 2. Paham Negara Kebangsaan Dalam upaya untuk merealisasikan harkat dan martabatnya secara sempurna maka manusia membentuk suatu persekutuan hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki suatu tujuan tertentu. Dalam pengertian inilah maka manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut sebagai bangsa, dan bangsa yang hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka pengertian ini disebut sebagai negara. a) Hakikat Bangsa Bangsa pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia tersebut dalam merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya. b) Teori Kebangsaan Terdapat berbagai macam teori besar yang merupakan bahan komparasi bagi para pendiri negara Indonesia untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan karakter tersendiri. Teori-teori tersebut adala sebagai berikut : 1. Teori Hans Kohn 2. Teori Kebangsaan Ernest Renan

3. Teori Gepolitik oleh Frederich Ratzel 4. Negara Kebangsaan Pancasila 3. Paham Negara Integralistik Paham ini menggambarkan suatu masyarakan sebagai suatu kesatuan organis yang integral yang setiap anggota, bagian, lapisan, kelompok, golongan yang ada di dalamnya, satu dengan yang lain saling berhubungan erat dan merupakan satu kesatuan hidup. Berdasarkan paham tersebut maka rincian pandangan tersebut adalah sebagai berikut : (1) Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral. (2) Semua golongan bagian, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya. (3) Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang organis. 4. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang Berketuhanan YME Negara Pancasila pada hakikatnya adalah negara kebangsaan yang BerKetuhanan YME. Landasan pokok sebagai pangkal tolak paham tersebut adalah Tuhan sebagai Sang Pencipta segala sesuatu. Oleh karena itu setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk ciptaan Tuhan, maka bangsa dan negara sebagai totalitas yang integral adalah Ber-Ketuhanan, demikian pula setiap warganya juga ber-Ketuhanan YME. Sehingga setiap umat beragama memiliki kebebasan untuk menggali dan meningkatkan kehidupan spiritualnya dalam masing-masing agama. a. Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa Sebagai dasar negara maka sila pertama merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik yang bersifat material maupun spiritual. Dengan kata lain, bahwa segala aspek penyelenggaraan negara harus sesuai dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari tuhan baik material maupun spiritual.

Dengan dasr sila Ketuhanan YME, maka politik negara mendapat dasar moral yang kuat, sila ini yang menjadi dasar yang memimpin kerokhanian arah jalan kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran dan persaudaraan. Terdapat kesesuaian hubungan sebab-akibat antara Tuhan, manusia dengan negara. Hubungan tersebut baik bersifat langsung maupun tidak langsung. b. Hubungan Negara dengan Agama Terdapat berbagai macam konsep tentang hubungan negara dengan agama, dan hal ini sangat ditentukan oleh dasar ontologism manusia masingmasing. Berikut akan dibahas berbagai macam konsep hubungan negara dengan agama, yang pada gilirannya sebagai bahan komparasi dalam memahami hubungan negara dan agama dalam Pancasila atau Negara Kebangsaan yang Berketuhanan YME. a. Negara Thoekrasi Langsung Dalam dalam negara Theokrasi Langsung, kekuasaan upaya adalah langsung dan

merupakan otoroitas Tuhan. Doktrin-doktrin dan ajaran-ajaran berkembang negara Theokrasi langsung, sebagai memperkuat meyakinkan rakyat terhadap kekuasaan Tuhan dalam negara. Dalam system negara seperti ini, agama menyatu dengan negara, dalam arti seluruh system negara, norma-norma negara adalah merupakan otoritas langsung dari Tuhan melalui wahyu. b. Negara Theokrasi Tidak Langsung Negara Theokrasi tidak langsung bukan Tuhan sendiri yang memerintah dalam negara, melainkan kepala negara atau Raja, yang memiliki otoritas atau nama Tuhan. Sehingga kekuasaan dalam negara merupakan suatu karunia dari Tuhan.negara merupakan penjelmaan dari kekuasaan Tuhan, dan oleh karena kekuasaan raja dalam negara merupakan kekuasaandari Tuhan maka system norma-norma dalam negara dirumuskan berdasarkan firman-firman Tuhan. 5. Negara Pancasila Adalah Negara Kebangsaan yang Berkemanusiaan yang Adil dan Beradab

Negara

adalah

lembaga

kemanusiaan,

lembaga

kemasyarakatan

yang

bertujuan demi tercapainya harkat dan martabat menusia serta kesejahteraan lahir maupun batin. Sehingga tidak mengherankan jikalau manusia merupakan subjek pendukung pokok negara. Oleh karena itu negara adalah suatu negara kebangsaan yang Berketuhanan YME, dan berperi kemanusiaan yang adil dan beradab. 6. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang Berkerakyatan Negara menurut filsafata Pancasila adalah dari, oleh dan untuk rakyat. Hakikat rakyat adalah sekelompok manusia yang bersatu yang memiliki tujuan tertentu dan hidup dalam suatu wilayah negara. Oleh karena itu negara harus sesuai dengan hakikat rakyat. Rakyat adalah sebagai pendukung pokok dan sebagai asal mula kekuasaan . 7. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Sosial Berarti bahwa negara sebagai penjelmaan manusia sebagi makhluk Tuhan YME, sifat kodrat individu dan makhluk social bertujuan untuk mewujudkan suatu keadilan dalam hidup bersama (keadilan social). Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat, bangsa dan negara harus terwujud suatu keadilan (keadilan social), yang meliputi tiga hal yaitu : 1. Keadilan distributive (keadilan membagi), yaitu negara terhadap warganya. 2. Keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu waga terhadap negaranya untuk mentaati peraturan perundangan. 3. Keadilan komutatif (keadilan antar sesama warga negara), yaitu hubungan keadilan antara warga satu dengan lainnya secara timbal balik. Ideologi Liberal Menurut paham liberal, manusia adalah manusia pribadi yang utuh dan lengkap dan terlepas dari manusia lainnya. Sedangkan negara menurut yang Berkeadilan

liberalisme harus tetap menjamin kebebasan individu dan untuk itu maka manusia secara bersama-sama mengatur negara. Hubungan Negara Dengan Agama Menurut Paham Liberalisme Paham liberalisme dalam pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh paham rasionalisme yang mendasarkan atas kebenaran rasio. Dalam negara liberal juga diberikan kebebasan untuk tidak percaya terhadap Tuhan (atheis), bahkan negara liberal memberi kebebasan warganya untuk menilai dan mengkritik agama misalnya tentang Nabi, Rasul, Kitab Suci bahkan Tuhan sekalipun. Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara, keputusan dan ketentuan negara terutama peraturan perundangundangan sangat ditentukan oleh kesepakatan individu-individu sebagai warga negaranya, Walaupun ketentuan tersebut bertentangan dengan norma-norma agama. Ideologi Sosialisme Komunis Komunisme muncul sebagai reaksi atas penindasan rakyat kecil oleh kalangan kapitalis yang didukung pemerintah. Bertolak belakang dengan paham liberalisme individualisme, maka komunisme yang dicetuskan melalui pemikiran Karl Marx memandng bahwa hakikat kebebasan dan hak individu itu tidak ada. Ideology komunisme mendasarkan pada suatu keyakinan bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk social saja. Menurut komunisme ideology hanya diperuntukkan bagi masyarakat secara keseluruhan. Etika ideology komunisme adalah mendasarkan suatu kebaikan hanya pada kepentingan demi keuntungan kelas masyarakat secara totalitas. Hubungan Negara Dengan Agama Menurut Paham Komunisme Paham komunisme dalam memandang hakikat hubungan negara dengan agama mendasarkan pada pandangan filosofis materialisme dialektis dan materalisme histori. Materi menurut komunisme berada pada ketegangan intern secara dinamis bergerak dari keadaan (tesis) ke keadaan lain (antitesis) kemudian menyatukan (sintesis) ke tingkat yang lebih tinggi. Agama menurut komunisme adalah realisasi fanatis makhluk manusia, agama adalah keluhan

makhluk tertindas. Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat antitheis, melarang dan menekan kehidupan agama.

BAB VI PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA A. Pengantar Sebagai dasar negara,Pancasila merupakan asas kerohanian yang dalam ilmu kenegaraan disebut sebagai dasar filsafat Negara.Dalam kedudukan ini pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara. Konsekuensinya seluruh peraturan perundangundangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila. Pancasila merupakan sumber hukum dasar Negara baik yang tertulis yaitu Undang-Undang Dasar negara maupun hukum dasar tidak tertulis atau convensi. Negara Indonesia adalah negara Demokrasi yang berdasarkan atas hukum,Oleh karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam suatu sistem peraturan perundang-undangan.Dalam pengertian inilah maka negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstiusi atau Undang-Undang Dasar negara. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945,disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945,dan diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No.7 . Pembukaan UUD 1945 terdiri atas 4 alinea,dan setiap alinea memiliki spesifikasi jika ditinjau berdasarkan isinya. Alinea 1,2,dan 3 memuat

serangkaian pernyataan yang menjelaskan peristiwa yang mendahului terbentuknya negara indonesia. Adapun alinea ke IV memuat dasar-dasar fundamental negara yaitu : Tujuan negara,ketentuan UUD negara ,bentuk negara,dan dasar filsafat negara pancasila. 1. Pembukaan UUD 1945 sebagai tertib Hukum Tertinggi. Kedudukan pembukaan UUD 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum indonesia memiliki dua aspek yang sangat fundamental yaitu : pertama ,memberikan faktor-fakor mutlak bagi terwujudnya terib hukum indonesia,dan kedua, memasukkan diri dalam tertib hukum indonesia sebagai tertib hukum tertinggi. Sebagaimana isi yang terkandung dalam penjelasan resmi pembukaan UUD 1945,maka konsekuensinya nilai-nilai yang selanjutnya harus dikongkritisasikan kedalam pasal-pasal UUD 1945 dan selanjutnya di realisasikan kemudian dijabarkan dalam peraturan-peraturan hukum positif dibawahnya. Dengan demikian seluruh peraturan perundang-undangan di indonesia harus bersumber pada pembukaan UUD 1945 yang didalamnya terkandung asas kerohanian negara atau dasar filsafat negara RI. 2. PEMBUKAAN UUD 1945 Memenuhi syarat adanya tertib hukum Indonesia

Dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945,termuat unsur-unsur yang menurut ilmu hukum disyaratkan bagi adanya suatu tertib hukum di indonesia . Adapun syarat-syarat tertib hukum yang dimaksud adalah meliputi 4 hal yaitu : 1.Adanya kesatuan subjek

2.Adanya kesatuan asas kerokhanian 3.Adanya kesatuan daerah 4,Adanya kesatuan waktu Dengan demikian maka seluruh peaturan hukum yang ada di dalam negara wilayah negara RI telah memenuhi syarat sebagai suatu tertib hukum negara. Kedudukan pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum indonesia adalah sebagai berikut: Pertama : Menjadi dasarnya, karena pembukaan UUD 1945 memberikan faktor-faktor mutlak bagi adanya suatu tertib hukum indonesia. Kedua : Pembukaan UUD 1945 memasukkan diri di dalamnya sebagai

ketentuan hukum yang tertinggi. Berdasarkan hakikat kedudukan pembukaan UUD 1945 tersebut dalam tertib hukum indonesia,maka Pembukaan UUD 1945 menentukan adanya tertib hukum indonesia.

3.Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental.

Pokok kaidah negara yang fundamental menurut ilmu hukum tatanegara memiliki beberapa unsur mutlak antara lain dapat dirinci sebagai berikut :

a.

Dari Segi Terjadinya :

Ditentukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak pembentuk negara,untuk menjadikan hal-hal tertentu sebagai dasar-dasar negara yang dibentuknya. b. Dari Segi Isinya :

Ditinjau dari segi isinya maka pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut : (1) Dasar tujuan negara ( baik tujuan umum maupun tujuan khusus ) . (2) Ketentuan diadakannya UUD negara (3) Bentuk negara (4) Dasar filsafat negara (asas kerohanian negara)

Berdasarkan unsur-unsur yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 ,maka menurut ilmu hukum tatanegara bahwa pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya telah memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental dan memiliki kedudukan hukum yang tetap.

4.Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup Negara 17 Agustus 1945. Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai naskah proklamasi yang terinci ,sebagai penjelmaan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945,serta dalam ilmu hukum memenuhi syarat bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia ,Dan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental ,maka pembukaan UUD 1945 memiliki hakikat kedudukan hukum yang kuat bahkan secara yuridis tidak dapat diubah. 5. Pengertian isi Pembukaan UUD 1945 1.Alinea Pertama

Dalam alinea pertama terkandung suatu pengakuan tentang nilai hak kodrat, yaitu yang tersimpul dalam kalimat Bahwa kemerdekaan adalah hak segala Bangsa.Hak kodrat adalah hak yang merupakan karunia dari tuhan yang Maha Esa ,yang melekat pada manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. 2.Alinea Kedua Berdasarkan prinsip yang bersifat universal pada alinea pertama tentang hak kodrat akan kemerdekaan ,maka bangsa indonesia merealisasikan perjuangannya dalam suatu cita-cita bangsa dan negara yang merdeka ,bersatu berdaulat,adil dan makmur.Alinea kedua ini sebagai suatu konsekuensi logis dari pernyataan akan kemerdekaan pada alinea pertama. 3.Alinea Ketiga Dinyatakan kembali proklamasi pada alinea III pembukaan UUD 1945,menunjukkan bahwa antara pembukaan dengan proklamasi 17 Agustus 1945 adalah merupakan satu kesatuan ,namun perlu diketahui bahwa proklamasi perlu diikuti dengan suatu tindak lanjut,yaitu membentuk negara dan hal ini dirinci dalam pembukaan UUD 1945. 4.Alinea Keempat Setelah dalam Alinea pertama,kedua,dan ketiga dijelaskan tentang alasan dasar,serta hubungan langsung dengan kemerdekaan, maka dalam alinea keempat sebagai kelanjutan berdirinya negara republik Indonesia tanggal 17 agustus 1945,dirinci lebih lanjut tentang prinsip-prinsip serta pokokpokok kaidah pembentukan pemerintahan negara Indonesia,dimana hal ini dapat disimpulkan dari kalimat Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia. Adapun isi pokok yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat adalah meliputi 4 hal sebagai berikut : a. Tentang Tujuan Negara

b. c. d.

Tentang Ketentuan Diadakannya UUD Negara Tentang Bentuk Negara Tentang Dasar Filsafat Negara

6. Nilai-nilai Hukum Tuhan,Hukum Kodrat dan Hukum Etis Yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 Telah dijelaskan dimuka bahwa di antara alinea I,II,III, dan IV terdapat hubungan kesatuan .Alinea IV pada hakikatnya merupakan penjelmaan alinea I,II,dan III. Hukum kodrat pada alinea I lalu di realisasikan dalam alinea II,dan hukum Tuhan dan Hukum Etis pada alinea III.Dan kemudian dijelmakan dalam alinea IV. Berdasarkan kedudukannya maka urut-urutannya adalah hukum tuhan ,hukum kodrat,dan hukum etis.Kemudian sebagaimana kita ketahui dilanjutkan pada alinea IV terdapat asas kerohanian negara ( pancasila ).dan dalam hal ini disebut hukum filosofis.

7.Pokok-pokok Pikiran yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945(1)

Pokok Pikiran Pertama : Negara melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar asas persatuan.dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.(2) (3)

Merupakan penjabaran Sila ketiga pancasila. Pokok Pikiran Kedua : Negara hendak mewujudkan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Merupakan penjabaran Sila kelima pancasila.

(4)

Pokok Pikiran Ketiga : Negara yang berkedaulatan

rakyat,Berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Merupakan penjabaran Sila Keempat pancasila.(5)

Pokok pikiran Keempat : Negara berdasarkan atas ketuhanan

yang Maha Esa,menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.Merupakan penjabaran Sila pertama dan kedua pancasila. B. Hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan batang tubuh UUD 1945. Adapun rangkaian makna yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut :(1) Rangkaian peristiwa dan keadaan yang mendahului terbentuknya

negara,yang merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang menjadi latar belakang pendorong bagi Kemerdekaan bangsa Indonesia dalam wujud terbentuknya negara Indonesia (alinea I,II,dan III pembukaan). (2) Yang merupakan ekspresi dari peristiwa dan keadaan setelah negara Indonesia terwujud (alinea IV Pembukaan).

Perbedaan pengertian serta pemisahan antara kedua macam peristiwa tersebut ditandai oleh pengertian yang terkandung dalam anak kalimat,kemudian dari pada itu pada bagian keempat Pembukaan UUD 1945,sehingga dapat ditentukan sifat hubungan antara masing-masing bagian pembukaan dengan batang tubuh UUD 1945. Alinea ke IV pada pembukaan UUD 1945 menjadi inti sari pembukaan dalam arti yang sebenarnya. C. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila. Pembukaan UUD 1945 bersama-sama dengan UUD 1945 diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No.7,ditetapkan oleh

PPKI tanggal 18 Agustus 1945.Inti dari Pembukaan UUD 1945,Pada hakikatnya terdapat dalam alinea IV. Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan pancasila selain hubungan yang bersifat formal,juga memiliki hubungan secara material.Bila ditinjau kembali proses perumusan pancasila dan Pembukaan UUD 1945,maka secara kronologis,materi yang dibahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945.Hal ini berarti secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.yang meliputi sumber nilai,sumber materi,sumber bentuk dan sifat. D. Hubungan Antara Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 Kebersatuan antara Proklamasi dengan Pembukaan UUD 1945 dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) Disebutkan kembali pernyataan Proklamasi Kemerdekaan dalam

Alinea ketiga Pembukaan menunjukkan bahwa antara Proklamasi dengan pembukaan merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. (2) Ditetapkannya pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus

1945 bersama-sama dengan ditetapkannya UUD,Presiden dan wakil Presiden merupakan realisasi tindak lanjut dari Proklamasi. (3) Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya adalah merupakan suatu

pernyataan Kemerdekaan yang lebih rinci dari adanya cita-cita luhur yang menjadi semangat pendorong ditegakkannya kemerdekaan,dalam bentuk Negara Indonesia yang merdeka,bersatu,berdaulat,adil dan makmur dengan berdasarkan asas kerohanian pancasila. UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA A. Pengantar

Dalam proses reformasi dewasa ini berbagai kajian ilmiah tentang UUD 1945,banyak yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945.Memang amandemen tidak di maksudkan untuk mengganti UUD 1945,akan tetapi merupakan suatu prosedur penyempurnaan terhadap UUD tanpa harus mengubah UUD tersebut.Amandemen lebih merupakan perlengkapan dan rincian yang di jadikan lampiran otentik bagi UUD tersebut. Ide tentang amandemen terhadap UUD 45 tersebut didasarkan pada suatukenyataan sejarah selama masa orde lama dan orde baru,bahwa penerapan terhadap pasal-pasal UUD memiliki sifat multi interpretable atau dengan kata lain berwayuh arti,sehingga mengakibatkan adanya sentralisme kekuasaan terutama kepada presiden. Hukum Dasar Tertulis ( Unddang Undang Dasar ) Sebagaiman di sebutkan di atas bahwa pengertian hokum dasr meliputi 2 macam.yaitu, hukum dasar tertulis (Undang-Undang Dasar) dan hukum tidak tertulis (convensi).Oleh karena sifatnya yang tertulis maka Undang- Undang Dasar itu rumusannya tertulis dan tidak dapat berubah. Jadi,pada prinsipnya mekanisme dan dasar dari setiap system pemerintahan diatur dalam Undang- Undang Dasar.Bagi mereka yang memandang Negara dari sudut kekuasaan dan menganggapnya sebagai suatu organisasi kekuasaan maka, Undang- Undang Dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau sekumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan tersebut dibagi antara Badan Legislatif,Eksekutif,dan Badan Yudikatif.

B.

Hukum Dasar Tidak Tertulis ( Convensi ) Convensi adalah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam

praktek penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya tidak tertulis.sifat-sifat convensi adalah sebagai berikut : 1. 2. Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek Tidak bertentangan dengan Undang- Undang Dasar. penyelenggaraan Negara.

3. 4.C.

Diterima oleh seluruh masyarakat. bersifat sebagai pelengkap. Konstitusi Disamping pengertian Undang- Undang Dasar,dipergunakan juga istilah

lain yaitu konstitusi.Istilah berasal dari bahasa Inggris constitution atau bahasa Belanda Constitutie.Terjemahan dari istilah tersebut adalah UndangUndang Dasar, dan hal ini memang sesuai dengan kebiasaan orang Belanda dan Jerman yang dalam percakapannya sehari-hari memakai kata-kata Grondwet yang kedua-duanya bermakna naskah tertulis. Namun pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya dapat mempunyai arti: Lebih luas daripada Undang- Undang Dasar, atau Sama dengan pengertian Undang- Undang Dasar. Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian UndangUndang Dasar,karena pengertian Undang- Undang Dasar hanya meliputi konstitusi tertulis saja dan selain itu masih terdapat konstitusi tidak tertulis ,yang tidak mencakup Undang- Undang Dasar. E. Struktur Pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 1. Demokrasi Indonesia sebagaimana Dijabarkan dalam UUD 1945 Hasil Amandemen 2002.

Demokrasi sebagai system pemerintah dari rakyat, dalam arti rakyat sebagai asal mula kekuasaan negar sehingga rakyat arus ikut serta dalam pemerintahan untuk mewujudkan suatu cita-citanya. Suatu pemerinahan dari rakyat haruslah sesuai dengan filsafat hidup rakyat itu sendiri yaitu filsafat pancasila, dan inilah dasar filsafat demokrasi Indonesia. Secara umum di dalam system pemerintahan yang demokratis

senantiasa mengandung unsur-unsur yang paling penting dan mendasar yaitu: 1. 2. Keterlibaan warganegara dalam pembuatan keputusan politik. Tingkat persamaan tertentu diantara warganegara.

3. 4. 5.

Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan Suatu system perwakilan. Suatu system pemilihan kekuasaan mayoritas.

dipakai oleh warganegara.

Berdasarkan unsur-unsur diatas maka demokrasi mengandung ciri yang merupakan patokan yaitu setiap system demokrasi adalah ide bahwa wrganegara seharusnya terlibat dalam hal tertentu dalam bidang pembuatan keputusan-keputusan politik, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan melalui wakil pilihan mereka. Penjabaran Demokrasi menurut UUD 1945 dalam Sistem

Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen 2002 Rumusan kedaulatan ditangan rakyat menunjukan bahwa kedudukan rakyatlah yang tertinggi dan paling sentral. Rakyat adalah sebagai asal mula kekuasaan Negara dan sebagai tujuan kkuasaan Negara. Oleh karena itu rakyat adalah merupakan paradigma sentral kekuasaan Negara. Adapun rician structural ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan demokrasi menurut UUD 1945 adalah sbb: a. Konsep Kekuasaan Konsep kekuasaan Negara menurut demokrasi sebagai terdapat pada UUD 1945 sebagai berikut: 1. 2. 3. Kekuasaan di tangan rakyat Pembagian kekuasaan. Pembatasan kekuasaan.

b. Konsep Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan menurut UUD 1945 dirinci sebagai berikut 1.Penjelasan UUD 1945 tentang pokok pikiran ke III, yaitu Oleh karena itu sistem Negara yang terbentuk dalam UUD 1945, harus berdasarkan kedaulatan rakyat dan berdasarkan atas permusyawaratan perwakilan. Memang aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat Indonesia.

2.Putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara terbanyak, misalnya pasal 7B ayat (7). c. Konsep Pengawasan Konsep pngawasan menurut UUD 1945 ditentukan sbb: 1. 2. 3. Pasal 1 ayat (2),Kedaulatan adalah ditangan Rakyat dan dilakukan Pasal 2 ayat (1),: Majelis Permusyawartan Rakyat terdiri atas anggota Penjelasan UUD 1945 tentang kedudukan dewan perwakilan rakyat,

menurut Undang-Undan Dasar. Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota dewan Perwakilan Daerah. disebut: kecuali itu anggota-anggota DPR semuanya merangkap menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. Oleh krena itu DPR dapat senantiasa mengawasi tindakan-tindakan Presiden. d. Konsep Partisipasi Konsep Partisipasi menurut UUD 1945 adalah sbb: 1. 2. 3. diatas Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan ketentuan sebagai termuat dalam UUD 1945 tersebut maka konsep partisipasi menyangkut seluruh aspek kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan dan partisipasi itu terbuka untuk seluruh warga Negara Indonesia. 2. Sistem pemerintahan Negara menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002 System Pemerntahan Negara Indonesia sebelum dilakukan amandemen dijelaskan secara terinci dan sistematis dalam penjelasan UUD 1945. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia ini dibagi atas tujuh yang secara sistematis merupakan pengejawantahan kedaulatan rakyat, oleh karena itu system pemerintahan Negara ini dikenal dengan Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara, yang dirinci sebagai berikut:

a. b. c. d. e. f. g.

Indonesia ialah Negara Yang Berdasarkan Atas Hukum (Rechtstaat) Sistem Konstitusional Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat Presiden ialah Penyelenggara Pemerintahan Negara yang Tertinggi di Presiden Tidak Bertanggungjawab kepada DPR Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara tidak Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak-terbatas.

Samping MPR dan DPR.

Bertanggung Jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat. 3. Negara Indonesia adalah Negara Hukum Menurut Penjelasan UUD 1945, Negara Indonesia adalah Negara Hukum, Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan bukan berdsarkan asas kekuasaan. Ciri-ciri suatu Negara hukum adalah: a. b. c. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung Peradian yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuaan Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya

persamaan dalam bidang politik, hukum, social, ekonomi, dan kebudayaan. lain dan tidak memihak. dapat dipahami, dapat dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya. F. Isi Pokok Batang Tubuh UUD 1945 Hasil Amandemen 2002 UUD 1945 hasil amandemen 2002 tetap memuat 37 pasal akan tetapi dibagi menjadi 26 Bab, tiga pasal aturan peralihan dan dua pasal aturan tambahan. 1. Bentuk dan Kedaulatan (bab I)

Dala pasal 1ayat(1) UUD 1945 ditegaskan bahwa Negara adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik..2.

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) (Bab II)

Dalam Pasal 2 UUD 1945 disebutkan bahwa MPR terdiri atas anggota anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah. Adapun kewenangan MPR berubah bukan lagi sebagai memiliki kekuasaan

tertinggi melainkan terbatas pada tiga hal yaitu ayat (1) MPR mengubah dan menetapkan UUD, ayat (2) MPR melantik Presiden dan Wakil Presiden, dan ayat (3) MPR dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang Undang Dasar yang menurut istilah hukum tata Negara disebut sebagai impeachment.3.

Kekuasaan Pemerintahan Negara (BabIII)

Dalam pasal 4 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa Presiden Republik Indoesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945. Presiden dalam melaksanakan kewajibannya dibantu oleh satu orang wakil Presden pasal 4 ayat (2). Dalam melaksanakan tugasnya Presiden dapat mengajukan rancangan Undang Undang kepada DPR, pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah dalam menjalankan Undang Undang sebagaimana mestinya. 4. Kementrian Negara (Bab V UUD 1945)

Dalam pasal 17 UUD 1945 hasil amandemen 2002 ditegaskan bahwa Presiden dibantu oleh Menteri Menteri ayat (1), dan Menteri Menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden ayat (2), Menteri Menteri itu membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan ayat (3). 5. Pemerintahan Daerah (Bab VI)

Disebutkan dalam pasal 18 UUD 1945 mengatur tentang pemerintahan daerah. Ayat (1) menjelaskan bahwa Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah daerah provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang undang. 6. Dewan Perwakilan Rakyat (Bab VII)

Mengenai DPR diatur dalam pasal 19 sampai dengan pasal 22 UUD 1945. susunan DPR ditetapkan dalam Undang undang, dan DPR bersidang sedikitnya sekali dalam setahun (pasal 19). Mengigat keanggotaan DPR merangakap keanggotaan MPR, maka kedudukan dewan ini adalah kuat dan oleh karena itu tidak dapat dibubarkan oleh Presiden yang memegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan Negara.

7.

Dewan Perwakilan Daerah (Bab VIIA)

Hal lain yang diatur dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 adalah tentang Dewan Perwakilan Daerah. Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih melalui pemilihan umum pasal 22 C ayat (1). Anggota Dewan perwakilan daerah dari setiap provinsi, jumlahnya sama dan jmlah seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR, pasal 22C ayat (2). BAB VII PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERNEGARA BERBANGSA DAN

Pengertian Paradigma Istilah Paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Inti sari pengertian paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsiasumsi teoritis yang umum (yang merupakan suatu sumber nilai), sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menetukan sifat, cirri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Istilah ilmiah berkembang dalam berbagai bidang kehidupan manusia serta ilmu pengetahuan lain misalnya politik, hokum, ekonomi, budaya, serta bidangbidang lainnya. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Hal ini sebagai perwujudan praksis dalam meningkatkan harkat dan martabatnya. Tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yang rinciannya adalah sebagai berikut : melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, hal ini dalam kapasitasnya tujuan negara hukum formal adapun rumusan memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa hal ini dalam pengertian negara hukum material, yang secara

keseluruhan sebagai manifestasi tujuan khusus atau nasional. Adapun selain tujuan nasional juga tujuan internasional (tujuan umum) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Hal ini diwujudkan dalam tata pergaulan masyarakat internasional. 1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Iptek Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengkomplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta, perimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila ini Iptek tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksudnya dan akibatnya apakah merugikan manusia dan sekitarnya. Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang diolanya (T.Jacob, 1986). Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan Iptek haruslah bersifat berdab. Oleh karena itu pengembangan Iptek harus didasarkan pada hakikat tujuan demi kesejahteraan umat manusia. Sila Persatuan Indonesia, mengkomplementasikan universalia dan internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan Iptek diarahkan demi kesejahteraan umat manusia termasuk didalamnya kesejahteraan bangsa Indonesia. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, mendasari pangembangan Iptek secara demokratis. Artinya setiap ilmuwan haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan Iptek. Selain itu dalam pengembangan Iptek setiap ilmuwan juga harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki sikap yang terbuka artinya terbuka unuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan penemuan teori lainnya. Sila Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Mengkomplmentasikan pengembangan Iptek haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam hubungannnya dengan dirinya sendiri,

manusi dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya (T. Jacob, 1986) Kesimpulannya bahwa pada hakikatnya sila-sila pancasila harus merupkan sumber nilai, kerangka piker serta basis moralitas bagi pengembangan Iptek.

2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUDHANKAM

Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa. Pembangunan yang merupakan realisasi praksis dalam negara untuk mencapai tujuan seluruh warga harus mendasarkan pada hakikat manusia sebagai subjek pelaksana sekaligus tujuan pembangunan. Hakikat manusia adalah Monopluralis artinya meliputi berbagai unsure yaitu rokhani-jasmani, individu-makhluk social serta manusia sebagai pribadi-makhluk Tuhan yang Maha Esa. Hal inilah yang sering diungkapkan dalam pelaksanaan pembangunan bahwa pembangunan hakikatnya membangun manusia secara lengkap, secara utuh meliputi seluruh unsure hakikat manusia monopluralis, atau dengan lain perkataan membangun martabat manusia. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Bidang Politik Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada dasar ontologis manusia. Hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai subjek negara, oleh karena itu kehidupan politik dalam negara harus benar-benar untuk merealisasikan tujua demi harkat dan martabat manusia. Dalam sila-sila Pancasila tersusun atas urutan-urutan sistematis, bahwa dalam politik negara harus mendasarkan pada kerakyatan (Sila IV), adapun pengembangan dan aktualisasi politik negara berdasarkan pada moralitas

berturut-turut moral Ketuhanan (Sila I), moral kemanusiaan (Sila II) dan moral persatuan, yaitu ikatan moralitas sebagai suatu bangsa (Sila III). Adapun aktualisasi dan pengembangan politik negara demi tercapainya keadilan dalam hidup bersama (Sila V). Dapat disimpulkan bahwa pengembangan politik negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus mendasarkan pada moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila Pancasila sehingga, praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara dengan memfitnah, memprovokasi menghasut rakyat yang tidak berdosa untuk diadu domba harus segera diakhiri. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi Dalam dunia ilmu ekonomi boleh dikatakan jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan Ketuhanan. Sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas , dan akhirnya yang kuatlah yang menang. Hal ini sebagai implikasi dari perkembangan ilmu ekonomi pada akir abad ke-18 menumbuhkan ekonomi kapitalis. komunisme yang memperjuangkan nasib kaum proletar yang ditindas oleh kaum kapitalis. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya Dalam pembangunan pengembangan aspek social budaya hendaknya didasarkan atas system nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang dewasa ini. Dalam rangka pengembangan social budaya, Pancasila merupakan sumber normative bagi peningkatan hurmanisasi dalam bidang social budaya. Sebagai kerangka kesadaran Pancasila dapat merupakan dorongan untuk (1) univertransendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia, dan kebebasan spiritual (koentowijiyo, 1986). Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya hak-hak warga negara maka diperlukan peraturan

perundang-undangan negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi segenap wilayah negara dan bangsanya. Atas dasar pengertian demikian ini maka keamanan merupakan syarat mutlak tercapainya kesejahteraan warga negara. Oleh karena Pancasila sebagai dasar negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan negara harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok negara. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama Pada proses reformasi dewasa ini di beberapa wilayah negara Indonesia terjadi konflik social yang bersumber pada masalah SARA, terutama pada bersumber pada masalah agama. Hal ini menunjukan kemunduran bangsa Indonesia ke arah kehidupan beragama yang tidak berkemanusiaan. Oleh karena itu merupakan suatu tugas berat bagi bangsa Indonesia untuk mengembalikan suasana kehidupan beragama yang penuh perdamaian, saling menghargai, saling menghormati dan saling mencintai sebagai sesama umat manusia yang beradab. Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundammental bagi umat bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara Indonesia tercinta ini. A. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi

Dalam kenyataannya gerakan reformasi ini harus dibayar mahal oleh bangsa Indonesia yaitu dampak social, politik, ekonomi terutama kemanusiaan . Para elit politik memanfaatkan gelombang reformasi ini demi meraih kekuasaan, sehingga tidak mengherankan jikalau banyak terjadi pembenturan kepentingan politik. Berbagai gerakan muncul disertai akibat dengan akibat tragedy kemanusiaan yang sangat memilukan dan banyak menelan banyak korban jiwa dari anak-anak bangsa sebagai rakyat kecil

yang tidak berdosa dan mendambakan perdamaian ketentraman serta kesejahteraan. Reformasi adalah menata kehidupan bangsa dan negara dalam suatu system negara di bawah nilai-nilai Pancasila, bukan menghancurkan dan membubarkan bangsa dan negara Indonesia.

Gerakan Reformasi Awal keberhasilan gerakan reformasi tersebut ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden Prof. Dr. B.J. Habiebie menggantikan kedudukan Presiden. Kemudian diikuti dengan pembentukan kabinet Reformasi Pembangunan. Pemerintahan Habiebie inilah yang merupakan pemerintah transisi yang akan mengantarkan rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama pengubahan 5 paket UU. Politik tahun 1985, kemudian diikuti dengan reformasi ekonomi yang menyangkut perlindungan hukum sehingga perlu diwujudkan UU Anti Monopoli, UU Persaingan Sehat, UU Kepailitan, UU Usaha Kecil, UU Bank Sentral, UU Perlindungan Konsumen, UU Perlindungan Buruh dan lain sebagainya (Nopirin, 1998:1). Dengan demikian reformasi harus diikuti juga dengan reformasi hukum bersama aparat penegaknya serta reformasi pada berbagai instansi pemerintahan. Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila Makna serta pengertian Reformasi dewasa ini banyak disalah artikan sehingga gerakan masyarakat yang melakukan perubahan yang mengatas namakan gerakan reformasi juga tidak sesuai dengan pengertian reformasi itu sendiri. Hal ini terbukti dengan maraknya gerakan masyarakat dengan mengatasnamakan gerakan reformasi, melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan makna reformasi itu sendiri. a. Pancasila sebagai Dasar Cita-cita Reformasi

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia, sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dalam perjalanan sejarah, nampaknya tidak diletakkan dalam kedudukan dan fungsi yang sebenarnya. Sehingga konsekuensinya setiap warga negara yang tidak mendukung kebijaksanaan tersebut dianggap bertentangan dengan Pancasila. 1. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Hukum Dalam era reformasi akhir-akhir ini seruan dan tuntutan rakyat terhadap pembaharuan hukum sudah merupakan suatu keharusan karena proses reformasi yang melakukan penataan kembali tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan perubahan-perubahan terhadap peraturan perundangundangan. Pancasila sebagai Sumber Nilai Perubahan Hukum Dalam negara terdapat suatu dasr fundamental atau pokok kaidah yang merupakan sumber hukum tata negara disebut Staatfundamentalnorm yang intinya tidak lain adalah Pancasila. Materi materi dalam suatu produk hukum atau perubahan hukum dapat senantiasa berubah dan diubah sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan Iptek serta perkembangan aspirasi masyarakat namun sumber nilai (yaitu nilai-nilai Pancasila) harus senantiasa tetap. Hal ini mengingat kenyataan bahwa hukum itu tidak berada pada situasi vacuum. Sumber hukum meliputi dua macam pengertian , (1) sumber formal hukum, yaitu sumber ditinjau dari benuk dan tata cara penyusunan hukum, yang mengikat terhadap komunitasnya, misalnya Undang-undang, Permen, Perda, dan (2) sumber material hukum, yaitu suatu sumber hukum yang menentukan materi atau isi suatu norma hukum (Darmodiharjo, 1996:2006). Dasar Yuridis Reformasi Hukum Dalam upaya reformasi hukum dewasa ini telah banyak dilontarkan berbagai macam pendapat tentang aspek apa saja yang dapat dilakukan dalam perubahan hukum di Indonesia, bahka telah banyak usulan untuk perlunya amandemen atau kalau perlu perubahan secara menyeluruh tehadap pasal-pasal UUD 1945.

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Pelaksanaan Hukum Dalam suatu negara batapapun baiknya suatu peraturan perundangundangan namun tidak disertai dengan jaminnya pelaksanaan hukum yag baik niscaya reformasi hukum akan menjadi sia-sia belaka. Pelaksnaan hukum yang baik juga harus ditunjang oleh aparat penegak hukum yang memiliki integritas sesuai dengan sumpah jabatan dan tanggung jawab moral sebagai penegak hukum. 2. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Dalam realisasinya baik pada masa orde lama maupun masa orde baru, negara mengarah pada praktek otoritarianisme yang mengarah pada porsi kekuasaan yang terbesar kepada Presiden.Nilai demokrasi politik tersebut secara normative terjabarkan dalam Pasal-pasal UUD 1945 yaitu pasal 1 ayat (2) ,Pasal 5 ayat (1) Pasal 6 ayat (2) . Reformasi atas Sistem Politik Sistem mekanisme demokrasi tersebut tertuang dalam Undang-undang Politik yang berlaku selama Orde Baru yaitu : a. b. c. UU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD (UU No. 16/1969 jis UU No.5/1975 dan UU No.2/1985). UU tentang Parta Politik dan Golongtan Karya (YY No.3/1975, jo. UU No.3/1985). UU tentang Pemilihan Umum (UU No.15/1969 jis UU No.4/1975 UU No.2/1980, dan UU No.1/1985. Reformasi atas Kehidupan Politik Dalam praktek pelaksanaanya ternyata berbeda dengan nilai Pancasila serta semangad dalam UUD 1945. Pancasila sebagai Dasar Negara, Asas Kerokhanian Negara, sebagai Sumebr Nilai dan Norma Negara, Suasana Kerokhanian dari UUD Negara dalam implementasinya diperalat sebagai sarana legitimasi politik penguasa, untuk mempertahankan kekuasaannya.

Hal ini dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu asas tunggal, P4 serta pemaksaan interpretasi melalui penataran. 3. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi Sistem ekonomi Indonesia pada masa orde baru bersifat birikratik otoritarian yang di tandai dengan p