Paleontologi

43
A Ket : No. Sampel : 1 Family : Cassiopenidae Genus : Cassiope Spesies : Cassiope luxani Bentuk : Konikal Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO 3 ) Proses Pemfosilan : Mineralisasi Umur : Miosen Atas Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal (Neritik-Abisal) PRAKTIKUM PALEONTOLOGI NAMA: Mughniy HARI/TGL : Senin,16-02- 2015

description

Praktikum Paleontologi

Transcript of Paleontologi

Page 1: Paleontologi

A

Ket :

No. Sampel : 1

Family : Cassiopenidae

Genus : Cassiope

Spesies : Cassiope luxani

Bentuk : Konikal

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan : Mineralisasi

Umur : Miosen Atas

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal (Neritik-Abisal)

Ket :

Pleurotoma steinworthi S. termasuk dalam filum Molusca, kelas Gastropoda,

family Pleurotomanidae, genus Pleurotoma. Fosil ini memiliki bentuk konikal,

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: Mughniy HARI/TGL : Senin,16-02-2015

NIM : F 121 14 009 ACARA : Proses Pemfosilan

Page 2: Paleontologi

karena diameter dari bawah ke atas semakin bertambah. Memiliki komposisi kimia

CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya berbuih. Berdasarkan

komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil

ini adalah pada zona laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,

test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, suture yaitu hubungan antar bagian

yang lain, aperture yaitu mulut bagian atas, dan septa yaitu pembatas yang

memisahkan rongga atau ruang.

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian

tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan

kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan

menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil

ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya

berupa cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan

tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari

tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat

bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu

permineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu organisme berkontak

langsung dengan air yang mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium

karbonat atau oksida besi. Maka, unsur-unsur tadi mengisi rongga-rongga dengan

mineral. Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan

yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi

terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material

Page 3: Paleontologi

sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama

kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan

material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak

dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik

menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses

up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum

tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang

menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur miosen atas. Manfaat dari

fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa miosen atas, untuk

menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan

dimana fosil tersebut didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://imandos.blogspot.com/2012/02/gastropoda-mollusca-bekicot.html, diakses

pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 15:00

Page 4: Paleontologi

http://paleontologigeo2010.blogspot.com/2011/10/gastropoda.html, diakses pada

Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 13:56

Page 5: Paleontologi

V D S

Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 2

No. Peraga : 279

Family : Calymenenidae

Genus : Calymene

Spesies : Calymene blumenbachi B.

Bentuk : Beruas-ruas

Komposisi Kimia :-

Proses Pemfosilan : Fake fosil

Umur : Silur Tengah

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015

NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan

Page 6: Paleontologi

Ket :

Calymene blumenbachi B.termasuk dalam filum Artropoda, kelas Trilobita,

ordo Trilobithes, family Calymenenidae, genus Calymene. Fosil ini memiliki bentuk

tubuh beruas-ruas seperti lipan. Bagian tubuh yang dapat diamati dari fosil itu

sendiri adalah, sebuah glabella bulat sederhana, beberapa segmen toraks dan bentuk

tubuh yang lempeng.

Proses pemfosilan fosil ini adalah fake fosil. Karena fosil ini merupakan tiruan

dan rekayasa manusia. Tidak terbentuk dengan sendirinya di alam.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini hidup kisaran silur tengah. Manfaat

dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa silur tengah, untuk

menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan

dimana fosil tersebut didapatkan.

Page 7: Paleontologi

DAFTAR PUSTAKA

Derek J. Siveter, 1985 : The type species of Calymene (Trilobita) from the Silurian of

Dudley. England: Departement of Geology University of Hull Cottingham

Road

http://en.wikipedia.org/wiki/Calymene_blumenbachi, diakses pada Sabtu, 21

Februari 2015, pukul 15:23

http://id.wikipedia.org/wiki/Trilobit, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul

15:18

Page 8: Paleontologi

V D S

Ket :

(1)Test (2)Septa

No. Sampel : 3

No. Peraga : 1578

Family : Hemicidarisidae

Genus : Hemicidaris

Spesies : Hemicidaris crenularis

Bentuk : Slender Spin

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Umur : Jura Atas

Proses pemfosilan : Cast

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015

NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan

Page 9: Paleontologi

Hemicidaris crenularis termasuk dalam filum Echinodermata, kelas

Echinoidea, family Hemicidarisidae, genus Hemicidaris. Fosil ini memiliki bentuk

bikonveks, tubuh tertutup oleh dua cangkang yang saling menutup satu sama lain.

Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya

berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa

lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,

test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, aperture yaitu mulut bagian atas, dan

septa yaitu pembatas yang memisahkan rongga atau ruang.

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian

tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan

kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan

menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil

ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya

berupa cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan

tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari

tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat

bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu

cast, proses dimana mold terisi oleh mineral-mineral sekunder dan mengisi rongga-

rongga yang terdapat pada cangkang.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan

yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi

terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material

sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama

kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan

Page 10: Paleontologi

material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak

dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik

menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses

up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum tersingkap.

Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang menutupi fosil

terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur jura atas. Manfaat dari fosil

ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa jura atas, untuk menentukan

umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan dimana fosil

tersebut didapatkan.

Page 11: Paleontologi

DAFTAR PUSTAKA

http://it.wikipedia.org/wiki/Hemicidaris, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul

15:59

http://www.nhm.ac.uk/research-curation/research/projects/echinoid-directory/taxa/

taxon.jsp?id=1466, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 15:40

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015

NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan

Page 12: Paleontologi

V D S

Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 4

No. Peraga : 792

Family : Coralidae

Genus : Coral

Spesies : Coral limestone

Bentuk : Cabang-cabang

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan : Petrifikasi

Umur : Kapur Atas

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal (3-50m)

Ket :

Page 13: Paleontologi

Coral limestone termasuk dalam filum Cnidaria , kelas Anthozoa, family

Coralidae, genus Coral. Fosil ini memiliki bentuk cabang-cabang yang terkompaksi

dalam batuan sedimen. Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl

0,1 M permukaannya berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik

kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,

test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, dan septa yaitu pembatas yang

memisahkan rongga atau ruang.

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian

tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan

kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan

menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil

ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya

berupa cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan

tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari

tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat

bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi

petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan karena adanya kalsium karbonat

(CaCO3). Yaitu zat yang berasal dari kapur yang terlapukkan dan terlarut dalam air

yang bercampur dengan bagian keras dari karang dan terkompaksikan sehingga

membentuk sebuah fosil.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan

yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi

terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material

sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama

Page 14: Paleontologi

kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan

material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak

dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik

menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses

up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum tersingkap.

Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang menutupi fosil

terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur kapur atas. Manfaat dari

fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa kapur atas, untuk

menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan

dimana fosil tersebut didapatkan.

Page 15: Paleontologi

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 16:38

Page 16: Paleontologi

V D S

Ket :

(1) Test

No. Sampel : 5

No. Peraga : 530

Family : Lepidocentrusidae

Genus : Lepidocentrus

Spesies : Lepidocentrus mulleri

Bentuk : Piringan/ pipih/ diskoidal

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan : Mineralisasi

Umur : Devon Tengah

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015

NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan

Page 17: Paleontologi

Lepidocentrus mulleri termasuk dalam filum Echinodermat, family

Lepidocentrus idae, genus Lepidocentrus. Fosil ini memiliki bentuk diskoidal, karena

bentuknya berupa piringan atau cakram. Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena

ketika ditetesi HCl 0,1 M permukaannya berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya

dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona

laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,

test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, endoderm yaitu bagian dalam fosil, dan

eksoterm yaitu bagian luar fosil

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian

tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan

kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan

menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil

ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya

berupa cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan

tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari

tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat

bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu

permineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu organisme berkontak

langsung dengan air yang mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium

karbonat atau oksida besi. Maka, unsur-unsur tadi mengisi rongga-rongga dengan

mineral. Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan

yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi

Page 18: Paleontologi

terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material

sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama

kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan

material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak

dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik

menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses

up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum

tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang

menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur devon tengah. Manfaat dari

fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa devon tengah, untuk

menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan

dimana fosil tersebut didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: Paleontologi

http://mczbase.mcz.harvard.edu/name/Lepidocentrus%20mulleri, diakses pada Sabtu,

21 Februari 2015 pukul 17:23

https://www.idigbio.org/portal/records/0090563b-4f25-4899-a10f-

6bf297d23281#paleocontext, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul

17:30

Page 20: Paleontologi

V D S

Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 6

No. Peraga : 157

Family : Porpitesidae

Genus : Porpites

Spesies : Porpites porpita L.

Bentuk : Piringan/ pipih/ diskoidal

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan : Mineralisasi

Umur : Silur Tengah

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015

NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan

Page 21: Paleontologi

Porpites porpita L. termasuk dalam filum Cnidaria, kelas Hydrozoa, family

Porpitesidae, genus Porpites. Fosil ini memiliki bentuk diskoidal, berbentuk pipih

seperti piringan atau cakram. Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi

HCl 0,1 M cangkangnya berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik

kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,

test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, endoderm yaitu bagian dalam fosil, dan

eksoterm yaitu bagian luar fosil

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian

tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan

kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan

menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil

ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya

berupa cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan

tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari

tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat

bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu

mineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu organisme berkontak langsung

dengan air yang mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau

oksida besi. Maka, unsur-unsur tadi mengisi rongga-rongga dengan mineral. Dengan

adanya proses ini, fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan

yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi

terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material

Page 22: Paleontologi

sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama

kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan

material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak

dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik

menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses

up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum

tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang

menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur silur tengah. Manfaat dari

fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa silur tengah, untuk

menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan

dimana fosil tersebut didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://en.wikipedia.org/wiki/Porpita_porpita, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015

pukul 17:30

Page 23: Paleontologi

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=117831, diakses pada

Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:41

Page 24: Paleontologi

V D S

Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 7

No. Peraga : 712

Family : Hysterolithesidae

Genus : Hysterolithes

Spesies : Hysterolithes elegans

Bentuk : Bikonveks

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses pemfosilan : Petrifikasi

Umur : Devon Bawah-Tengah

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015

NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan

Page 25: Paleontologi

Hysterolithes elegans termasuk dalam filum Molusca, kelas Brachiopoda,

family Hysterolithesidae, genus Hysterolithes . Fosil ini memiliki bentuk bikonveks,

karena cangkang atas dan cangkang bawah saling meratap. Memiliki komposisi

kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya berbuih. Berdasarkan

komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil

ini adalah pada zona laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,

test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, pedical valve yaitu cangkang bagian

atas, pedical opening yaitu sumbu yang menghubungkan cangkang atas-cangkang

bawah, aperture yaitu mulut bagian atas, dan septa yaitu pembatas yang memisahkan

rongga atau ruang.

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian

tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan

kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan

menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil

ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya

berupa cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan

tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari

tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat

bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu

petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan karena adanya kalsium karbonat

(CaCO3). Yaitu zat yang berasal dari kapur yang terlapukkan dan terlarut dalam air

yang bercampur dengan bagian keras dari karang dan terkompaksikan sehingga

membentuk sebuah fosil.

Page 26: Paleontologi

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan

yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi

terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material

sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama

kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan

material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak

dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik

menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses

up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum

tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang

menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur devon bawah-tengah.

Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa devon

bawah-tengah, untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan

lingkungan pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 27: Paleontologi

http://fossilworks.org/bridge.pl?a=taxonInfo&taxon_no=29342, diakses pada Sabtu,

21 Februari 2015 pukul 17:55

https://theotherofmyself.wordpress.com/2012/02/06/zaman-paleozoikum-zaman-

devon-kesan-kehidupan/, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:50

https://www.academia.edu/11159238/LAPORAN_PRAKTIKUM_PALEONTOLOGI

Page 28: Paleontologi

V D S

Ket :

(1)Aperture (2)Test (3)Septa

No. Sampel : 8

No. Peraga : 816

Family : Verruculinanidae

Genus : Verruculina

Spesies : Verruculina tenuis

Bentuk : Konikal

Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)

Proses Pemfosilan : Petrifikasi

Umur : Kapur Atas

Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal

Ket :

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015

NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan

Page 29: Paleontologi

Verruculina tenuis termasuk dalam filum Poriferas, kelas Calcarea, ordo

Pleospolares, family Verruculinanidae, genus Verruculina. Fosil ini memiliki bentuk

konikal (kerucut), karena diameter dari bawah ke atas bertambah. Memiliki

komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya berbuih.

Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan

pengendapan fosil ini adalah pada zona laut dangkal.

Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,

test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, endoderm yaitu bagian dalam fosil, dan

eksoterm yaitu bagian luar fosil

Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian

tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan

kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan

menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil

ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya

berupa cekungan.

Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan

tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari

tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat

bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu

petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan karena adanya kalsium karbonat

(CaCO3). Yaitu zat yang berasal dari kapur yang terlapukkan dan terlarut dalam air

yang bercampur dengan bagian keras dari karang dan terkompaksikan sehingga

membentuk sebuah fosil.

Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan

yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi

terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material

Page 30: Paleontologi

sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama

kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan

material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak

dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya

endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik

menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses

up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.

Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum

tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang

menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.

Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur devon bawah-tengah.

Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa devon

bawah-tengah, untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan

lingkungan pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.

Page 31: Paleontologi

DAFTAR PUSTAKA

http://www.cretaceous.de/Verruculina, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul

17:57

Page 32: Paleontologi

BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Fosil adalah sisa, jejak, atau bekas hewan maupun tumbuhan yang hidup pada

masa lampau yang terawetkan maupun tertimbun secara alamiah. Syarat

terbentuknya suatu fosil adalah organisme memiliki bagian tubuh yang keras.,

mengalami pengawetan, terbebas dari bakteri pembusuk, terjadi secara alamiah tanpa

rekaya manusia, mengandung kadar O2 yang sedikit dan berumur lebih dari 10.000

tahun lamanya. Apabila suatu organisme tidak memenuhi keenam syarat di atas,

maka tidak dapat dikatan bahwa organisme tersebut adalah fosil.

1.2 Saran

Saran praktikan terhadap praktikum untuk acara selanjutnya adalah sebelum

memulai praktikum setidaknya diberikan informasi terlebih dahulu sekurang-

kurangnya sehari sebelum dilaksanakannya praktikum. Agar praktikan dalam

keadaan siap. Serta, sebelum praktikum dimulai, sebaiknya kakak tim asisten

mengecek terlebih dahulu peraga yang akan digunakan. Karena kotak antara

Calymene blumenbachi B. Dan Hemicidaris crenularis tertukar.

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015

NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan

Page 33: Paleontologi

DAFTAR PUSTAKA

Derek J. Siveter, 1985 : The type species of Calymene (Trilobita) from the Silurian of

Dudley. England: Departement of Geology University of Hull Cottingham

Road

Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UPT Penerbitan dan

Pencetakan UNS

http://en.wikipedia.org/wiki/Calymene_blumenbachi, diakses pada Sabtu, 21

Februari 2015, pukul 15:23

http://en.wikipedia.org/wiki/Porpita_porpita, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015

pukul 17:30

http://fossilworks.org/bridge.pl?a=taxonInfo&taxon_no=29342, diakses pada Sabtu,

21 Februari 2015 pukul 17:55

http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 16:38

http://id.wikipedia.org/wiki/Trilobit, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul

15:18

http://imandos.blogspot.com/2012/02/gastropoda-mollusca-bekicot.html, diakses

pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 15:00

http://it.wikipedia.org/wiki/Hemicidaris, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul

15:59

http://mczbase.mcz.harvard.edu/name/Lepidocentrus%20mulleri, diakses pada Sabtu,

21 Februari 2015 pukul 17:23

Page 34: Paleontologi

http://paleontologigeo2010.blogspot.com/2011/10/gastropoda.html, diakses pada

Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 13:56

http://www.cretaceous.de/Verruculina, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul

17:57

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=117831, diakses pada

Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:41

http://www.nhm.ac.uk/research-curation/research/projects/echinoid-directory/taxa/

taxon.jsp?id=1466, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 15:40

https://theotherofmyself.wordpress.com/2012/02/06/zaman-paleozoikum-zaman-

devon-kesan-kehidupan/, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:50

https://www.idigbio.org/portal/records/0090563b-4f25-4899-a10f-

6bf297d23281#paleocontext, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul

17:30

Rochmanto, Budi. -. Diktat Matakuliah Geologi Fisik. Ujung Pandang: UNHAS