Paleontologi
description
Transcript of Paleontologi
A
Ket :
No. Sampel : 1
Family : Cassiopenidae
Genus : Cassiope
Spesies : Cassiope luxani
Bentuk : Konikal
Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)
Proses Pemfosilan : Mineralisasi
Umur : Miosen Atas
Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal (Neritik-Abisal)
Ket :
Pleurotoma steinworthi S. termasuk dalam filum Molusca, kelas Gastropoda,
family Pleurotomanidae, genus Pleurotoma. Fosil ini memiliki bentuk konikal,
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: Mughniy HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : F 121 14 009 ACARA : Proses Pemfosilan
karena diameter dari bawah ke atas semakin bertambah. Memiliki komposisi kimia
CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya berbuih. Berdasarkan
komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil
ini adalah pada zona laut dangkal.
Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,
test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, suture yaitu hubungan antar bagian
yang lain, aperture yaitu mulut bagian atas, dan septa yaitu pembatas yang
memisahkan rongga atau ruang.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan
menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil
ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya
berupa cekungan.
Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan
tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari
tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu
permineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu organisme berkontak
langsung dengan air yang mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium
karbonat atau oksida besi. Maka, unsur-unsur tadi mengisi rongga-rongga dengan
mineral. Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.
Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi
terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material
sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama
kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan
material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak
dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya
endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik
menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses
up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.
Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum
tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang
menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur miosen atas. Manfaat dari
fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa miosen atas, untuk
menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan
dimana fosil tersebut didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://imandos.blogspot.com/2012/02/gastropoda-mollusca-bekicot.html, diakses
pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 15:00
http://paleontologigeo2010.blogspot.com/2011/10/gastropoda.html, diakses pada
Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 13:56
V D S
Ket :
(1)Aperture (2)Test (3)Septa
No. Sampel : 2
No. Peraga : 279
Family : Calymenenidae
Genus : Calymene
Spesies : Calymene blumenbachi B.
Bentuk : Beruas-ruas
Komposisi Kimia :-
Proses Pemfosilan : Fake fosil
Umur : Silur Tengah
Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan
Ket :
Calymene blumenbachi B.termasuk dalam filum Artropoda, kelas Trilobita,
ordo Trilobithes, family Calymenenidae, genus Calymene. Fosil ini memiliki bentuk
tubuh beruas-ruas seperti lipan. Bagian tubuh yang dapat diamati dari fosil itu
sendiri adalah, sebuah glabella bulat sederhana, beberapa segmen toraks dan bentuk
tubuh yang lempeng.
Proses pemfosilan fosil ini adalah fake fosil. Karena fosil ini merupakan tiruan
dan rekayasa manusia. Tidak terbentuk dengan sendirinya di alam.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini hidup kisaran silur tengah. Manfaat
dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa silur tengah, untuk
menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan
dimana fosil tersebut didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Derek J. Siveter, 1985 : The type species of Calymene (Trilobita) from the Silurian of
Dudley. England: Departement of Geology University of Hull Cottingham
Road
http://en.wikipedia.org/wiki/Calymene_blumenbachi, diakses pada Sabtu, 21
Februari 2015, pukul 15:23
http://id.wikipedia.org/wiki/Trilobit, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul
15:18
V D S
Ket :
(1)Test (2)Septa
No. Sampel : 3
No. Peraga : 1578
Family : Hemicidarisidae
Genus : Hemicidaris
Spesies : Hemicidaris crenularis
Bentuk : Slender Spin
Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)
Umur : Jura Atas
Proses pemfosilan : Cast
Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal
Ket :
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan
Hemicidaris crenularis termasuk dalam filum Echinodermata, kelas
Echinoidea, family Hemicidarisidae, genus Hemicidaris. Fosil ini memiliki bentuk
bikonveks, tubuh tertutup oleh dua cangkang yang saling menutup satu sama lain.
Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya
berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa
lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona laut dangkal.
Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,
test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, aperture yaitu mulut bagian atas, dan
septa yaitu pembatas yang memisahkan rongga atau ruang.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan
menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil
ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya
berupa cekungan.
Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan
tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari
tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu
cast, proses dimana mold terisi oleh mineral-mineral sekunder dan mengisi rongga-
rongga yang terdapat pada cangkang.
Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi
terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material
sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama
kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan
material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak
dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya
endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik
menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses
up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.
Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum tersingkap.
Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang menutupi fosil
terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur jura atas. Manfaat dari fosil
ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa jura atas, untuk menentukan
umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan dimana fosil
tersebut didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://it.wikipedia.org/wiki/Hemicidaris, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul
15:59
http://www.nhm.ac.uk/research-curation/research/projects/echinoid-directory/taxa/
taxon.jsp?id=1466, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 15:40
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan
V D S
Ket :
(1)Aperture (2)Test (3)Septa
No. Sampel : 4
No. Peraga : 792
Family : Coralidae
Genus : Coral
Spesies : Coral limestone
Bentuk : Cabang-cabang
Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)
Proses Pemfosilan : Petrifikasi
Umur : Kapur Atas
Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal (3-50m)
Ket :
Coral limestone termasuk dalam filum Cnidaria , kelas Anthozoa, family
Coralidae, genus Coral. Fosil ini memiliki bentuk cabang-cabang yang terkompaksi
dalam batuan sedimen. Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl
0,1 M permukaannya berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik
kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona laut dangkal.
Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,
test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, dan septa yaitu pembatas yang
memisahkan rongga atau ruang.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan
menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil
ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya
berupa cekungan.
Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan
tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari
tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi
petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan karena adanya kalsium karbonat
(CaCO3). Yaitu zat yang berasal dari kapur yang terlapukkan dan terlarut dalam air
yang bercampur dengan bagian keras dari karang dan terkompaksikan sehingga
membentuk sebuah fosil.
Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi
terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material
sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama
kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan
material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak
dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya
endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik
menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses
up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.
Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum tersingkap.
Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang menutupi fosil
terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur kapur atas. Manfaat dari
fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa kapur atas, untuk
menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan
dimana fosil tersebut didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 16:38
V D S
Ket :
(1) Test
No. Sampel : 5
No. Peraga : 530
Family : Lepidocentrusidae
Genus : Lepidocentrus
Spesies : Lepidocentrus mulleri
Bentuk : Piringan/ pipih/ diskoidal
Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)
Proses Pemfosilan : Mineralisasi
Umur : Devon Tengah
Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal
Ket :
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan
Lepidocentrus mulleri termasuk dalam filum Echinodermat, family
Lepidocentrus idae, genus Lepidocentrus. Fosil ini memiliki bentuk diskoidal, karena
bentuknya berupa piringan atau cakram. Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena
ketika ditetesi HCl 0,1 M permukaannya berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya
dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona
laut dangkal.
Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,
test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, endoderm yaitu bagian dalam fosil, dan
eksoterm yaitu bagian luar fosil
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan
menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil
ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya
berupa cekungan.
Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan
tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari
tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu
permineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu organisme berkontak
langsung dengan air yang mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium
karbonat atau oksida besi. Maka, unsur-unsur tadi mengisi rongga-rongga dengan
mineral. Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.
Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi
terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material
sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama
kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan
material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak
dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya
endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik
menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses
up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.
Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum
tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang
menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur devon tengah. Manfaat dari
fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa devon tengah, untuk
menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan
dimana fosil tersebut didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://mczbase.mcz.harvard.edu/name/Lepidocentrus%20mulleri, diakses pada Sabtu,
21 Februari 2015 pukul 17:23
https://www.idigbio.org/portal/records/0090563b-4f25-4899-a10f-
6bf297d23281#paleocontext, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul
17:30
V D S
Ket :
(1)Aperture (2)Test (3)Septa
No. Sampel : 6
No. Peraga : 157
Family : Porpitesidae
Genus : Porpites
Spesies : Porpites porpita L.
Bentuk : Piringan/ pipih/ diskoidal
Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)
Proses Pemfosilan : Mineralisasi
Umur : Silur Tengah
Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal
Ket :
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan
Porpites porpita L. termasuk dalam filum Cnidaria, kelas Hydrozoa, family
Porpitesidae, genus Porpites. Fosil ini memiliki bentuk diskoidal, berbentuk pipih
seperti piringan atau cakram. Memiliki komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi
HCl 0,1 M cangkangnya berbuih. Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik
kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini adalah pada zona laut dangkal.
Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,
test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, endoderm yaitu bagian dalam fosil, dan
eksoterm yaitu bagian luar fosil
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan
menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil
ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya
berupa cekungan.
Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan
tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari
tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu
mineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu organisme berkontak langsung
dengan air yang mengandung ion-ion terlarut seperti silika, kalsium karbonat atau
oksida besi. Maka, unsur-unsur tadi mengisi rongga-rongga dengan mineral. Dengan
adanya proses ini, fosil akan menjadi lebih berat dan tahan lama.
Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi
terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material
sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama
kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan
material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak
dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya
endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik
menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses
up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.
Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum
tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang
menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur silur tengah. Manfaat dari
fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa silur tengah, untuk
menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan lingkungan pengendapan
dimana fosil tersebut didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Porpita_porpita, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015
pukul 17:30
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=117831, diakses pada
Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:41
V D S
Ket :
(1)Aperture (2)Test (3)Septa
No. Sampel : 7
No. Peraga : 712
Family : Hysterolithesidae
Genus : Hysterolithes
Spesies : Hysterolithes elegans
Bentuk : Bikonveks
Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)
Proses pemfosilan : Petrifikasi
Umur : Devon Bawah-Tengah
Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal
Ket :
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan
Hysterolithes elegans termasuk dalam filum Molusca, kelas Brachiopoda,
family Hysterolithesidae, genus Hysterolithes . Fosil ini memiliki bentuk bikonveks,
karena cangkang atas dan cangkang bawah saling meratap. Memiliki komposisi
kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya berbuih. Berdasarkan
komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan pengendapan fosil
ini adalah pada zona laut dangkal.
Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,
test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, pedical valve yaitu cangkang bagian
atas, pedical opening yaitu sumbu yang menghubungkan cangkang atas-cangkang
bawah, aperture yaitu mulut bagian atas, dan septa yaitu pembatas yang memisahkan
rongga atau ruang.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan
menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil
ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya
berupa cekungan.
Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan
tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari
tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu
petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan karena adanya kalsium karbonat
(CaCO3). Yaitu zat yang berasal dari kapur yang terlapukkan dan terlarut dalam air
yang bercampur dengan bagian keras dari karang dan terkompaksikan sehingga
membentuk sebuah fosil.
Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi
terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material
sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama
kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan
material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak
dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya
endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik
menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses
up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.
Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum
tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang
menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur devon bawah-tengah.
Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa devon
bawah-tengah, untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan
lingkungan pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://fossilworks.org/bridge.pl?a=taxonInfo&taxon_no=29342, diakses pada Sabtu,
21 Februari 2015 pukul 17:55
https://theotherofmyself.wordpress.com/2012/02/06/zaman-paleozoikum-zaman-
devon-kesan-kehidupan/, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:50
https://www.academia.edu/11159238/LAPORAN_PRAKTIKUM_PALEONTOLOGI
V D S
Ket :
(1)Aperture (2)Test (3)Septa
No. Sampel : 8
No. Peraga : 816
Family : Verruculinanidae
Genus : Verruculina
Spesies : Verruculina tenuis
Bentuk : Konikal
Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)
Proses Pemfosilan : Petrifikasi
Umur : Kapur Atas
Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal
Ket :
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan
Verruculina tenuis termasuk dalam filum Poriferas, kelas Calcarea, ordo
Pleospolares, family Verruculinanidae, genus Verruculina. Fosil ini memiliki bentuk
konikal (kerucut), karena diameter dari bawah ke atas bertambah. Memiliki
komposisi kimia CaCO3, karena ketika ditetesi HCl 0,1 M cangkangnya berbuih.
Berdasarkan komposisi kimianya dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan
pengendapan fosil ini adalah pada zona laut dangkal.
Adapun bagian tubuh yang masih dapat diamati dari fosil itu sendiri adalah,
test yaitu bagian keseluruhan dari suatu fosil, endoderm yaitu bagian dalam fosil, dan
eksoterm yaitu bagian luar fosil
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan oleh media geologi berupa air yang mengubah bentuk dan
kedudukannya. Selama transportasi, material yang terdapat pada organisme ini akan
menyesuaikan diri dan berubah menjadi material yang lebih stabil. Kemudian fosil
ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah yang relatif kedudukannya
berupa cekungan.
Setelah itu organisme akan tertutupi oleh lapisan batuan sedimen. Lapisan
tersebut lama kelamaan akan bertambah tebal yang mengakibatkan sinar matahari
tidak dapat menembus lapisan tersebut. Sehingga bakteri pembusuk tidak dapat
bekerja dan mempermudah proses pemfosilan. Proses pemfosilan yang terjadi yaitu
petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan karena adanya kalsium karbonat
(CaCO3). Yaitu zat yang berasal dari kapur yang terlapukkan dan terlarut dalam air
yang bercampur dengan bagian keras dari karang dan terkompaksikan sehingga
membentuk sebuah fosil.
Selanjutnya terjadi proses kompaksi yang kemudian mengalami pemadatan
yang mengakibatkan pori-pori pada fosil mengecil. Kemudian setelah kompaksi
terjadi proses sementasi. Sementasi adalah proses melengketnya material-material
sedimen dalam waktu yang lama. Fosil yang telah mengalami sementasi lama
kelamaan mengalami proses litifikasi. Proses litifikasi adalah proses pembatuan
material sedimen. Namun karena mengalami penimbunan maka fosil tersebut tidak
dapat langsung dilihat. Diperkirakan terjadi gaya endogen dan eksogen, gaya
endogen yang terkait didalam proses ini ialah proses tektonik. Proses tektonik
menyebabkan batuan sedimen tadi terangkat ke atas permukaan laut. Melalui proses
up lift/pengangkatan atau perubahan permukaan air laut.
Meskipun telah terangkat namun fosil yang ada di dalamnya belum
tersingkap. Proses eksogen seperti pelapukan dan erosi menyebabkan batuan yang
menutupi fosil terlapukan dan tererosi, Sehingga fosil tersingkapkan kepermukaan.
Berdasarkan skala waktu geologi, fosil ini berumur devon bawah-tengah.
Manfaat dari fosil ini adalah sebagai bukti adanya kehidupan pada masa devon
bawah-tengah, untuk menentukan umur relatif suatu batuan, dan menentukan
lingkungan pengendapan dimana fosil tersebut didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.cretaceous.de/Verruculina, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul
17:57
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Fosil adalah sisa, jejak, atau bekas hewan maupun tumbuhan yang hidup pada
masa lampau yang terawetkan maupun tertimbun secara alamiah. Syarat
terbentuknya suatu fosil adalah organisme memiliki bagian tubuh yang keras.,
mengalami pengawetan, terbebas dari bakteri pembusuk, terjadi secara alamiah tanpa
rekaya manusia, mengandung kadar O2 yang sedikit dan berumur lebih dari 10.000
tahun lamanya. Apabila suatu organisme tidak memenuhi keenam syarat di atas,
maka tidak dapat dikatan bahwa organisme tersebut adalah fosil.
1.2 Saran
Saran praktikan terhadap praktikum untuk acara selanjutnya adalah sebelum
memulai praktikum setidaknya diberikan informasi terlebih dahulu sekurang-
kurangnya sehari sebelum dilaksanakannya praktikum. Agar praktikan dalam
keadaan siap. Serta, sebelum praktikum dimulai, sebaiknya kakak tim asisten
mengecek terlebih dahulu peraga yang akan digunakan. Karena kotak antara
Calymene blumenbachi B. Dan Hemicidaris crenularis tertukar.
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
NAMA: St. Waiyah Andisa HARI/TGL : Senin,16-02-2015
NIM : D61114304 ACARA : Proses Pemfosilan
DAFTAR PUSTAKA
Derek J. Siveter, 1985 : The type species of Calymene (Trilobita) from the Silurian of
Dudley. England: Departement of Geology University of Hull Cottingham
Road
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UPT Penerbitan dan
Pencetakan UNS
http://en.wikipedia.org/wiki/Calymene_blumenbachi, diakses pada Sabtu, 21
Februari 2015, pukul 15:23
http://en.wikipedia.org/wiki/Porpita_porpita, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015
pukul 17:30
http://fossilworks.org/bridge.pl?a=taxonInfo&taxon_no=29342, diakses pada Sabtu,
21 Februari 2015 pukul 17:55
http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 16:38
http://id.wikipedia.org/wiki/Trilobit, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul
15:18
http://imandos.blogspot.com/2012/02/gastropoda-mollusca-bekicot.html, diakses
pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 15:00
http://it.wikipedia.org/wiki/Hemicidaris, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul
15:59
http://mczbase.mcz.harvard.edu/name/Lepidocentrus%20mulleri, diakses pada Sabtu,
21 Februari 2015 pukul 17:23
http://paleontologigeo2010.blogspot.com/2011/10/gastropoda.html, diakses pada
Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 13:56
http://www.cretaceous.de/Verruculina, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul
17:57
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=117831, diakses pada
Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:41
http://www.nhm.ac.uk/research-curation/research/projects/echinoid-directory/taxa/
taxon.jsp?id=1466, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015, pukul 15:40
https://theotherofmyself.wordpress.com/2012/02/06/zaman-paleozoikum-zaman-
devon-kesan-kehidupan/, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17:50
https://www.idigbio.org/portal/records/0090563b-4f25-4899-a10f-
6bf297d23281#paleocontext, diakses pada Sabtu, 21 Februari 2015 pukul
17:30
Rochmanto, Budi. -. Diktat Matakuliah Geologi Fisik. Ujung Pandang: UNHAS