Pak Zet Kehi

141

Transcript of Pak Zet Kehi

Page 1: Pak Zet Kehi
Page 2: Pak Zet Kehi

Cetakan Pertama Cetakan Kedua Cetakan Ketiga Desain Cover Diterbitkan oleh

Tahun 2006 Tahun 2008 : Tahun20l0 Tomo

Program Magister Ilmu Hukum

Pascasarjana Universitas Islam Jakarta

Jalan Balai Rakyat, Utan Kayu, Jakarta Timur, 13120

Telepon:021-8515866- 68351741 Fax; 021 -8515866

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian maupun keseluruhan isi buku ini dalam bentuk

apapun, tanpa izin tertulis dari penerbit

Judul Buku : Metode Penulisan Ilmu Hukum

Penulis : Sulaiman, Abdullah, Prof. Dr. S,H;, M.H.

ISBN : 979-3788-10-0

Sanksi Pelanggaran:

Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta;

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pjdana penjara masing-

masing paling singkat 1 (satu) bulan dan atau dengan paling sedikit Rp. 1,000.000, (satu

juta rupiah) atau penjara paling lama 7 (tujuh) tahun, dan atau dengan denda paling banyak

Rp.5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada

umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak Cipta atau Hak terkait sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling

banyak Rp.500.000,000,- (lima ratus juta rupiah).

Page 3: Pak Zet Kehi

KATA PENGANTAR

Segala puji diaturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

tambahan hikmat dan pengetahuan, sehingga Rektor Universitas Tadulako (Untad)

Palu telah melantik penulis menjadi Guru Besar (GB) pada Fakultas Hukum

Untad pada hari Sabtu tanggal 12 Mei 2008. Kemudian Senin 14 Juli 2008

dilanjutkan syukuran GB oleh Dekan Fakultas Hukum Untad bapak H. Idham

Khalid, S.H., M.H. yang bersamaan peluncuran buku "Upah Buruh di Indonesia" yang

dihadiri pejabat kalangan pejabat Sul.Teng, jajaran pejabat Untad, juga dosen dan

mahasiswa FH-Untad. Terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Untad, dan

terima kasih pula sedalam-dalamya diperuntukkan Dekan Fakultas Hukum Untad.

Pelantikan sebagai Guru Besar tersebut didasarkan Surat Keputusan Menteri

Pendidikan Nasional Repubiik Indonesia Nomor 3744/A4.5/KP/2008 tertauggal 2

Januari 2008 yang telah mengangkat penulis Jabatan Fungsional dosen Guru Besar

dalam Bidang "Ilmu Hukum Perburuhan/Ketenagakerjaan" pada Fakultas Hukum

Universitas Tadulako Palu.

Pada kesempatan ini, penulis melakukan perbaikan-perbaikan buku ini yang

masih banyak memerlukan penyempurnaan, sekaligus bersyukuran nikmat diterima

penulis dari Allah SWT, sehingga penulis meluangkan waktu dalam revisi buku ini.

Penulis mengharapkan dan menghimbau kiranya kalangan orang tertentu

tidak lagi melakukan penggandaan/ciplak atau memperbanyak, termasuk bentuk

lain dalam hal apapun terhadap buku ini tanpa isifl penulis.

Demikian Kata Pegantar cetakan ketiga ini, kembali penulis sangat

mengharapkan masukan dan kritikan dari kalangan pembaca demi penyempurnaan

berikutnya, sekali lagi diucapkan terima kasih.

Wassalamu 'Alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Januari 2010 Penulis,

Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H.

Page 4: Pak Zet Kehi
Page 5: Pak Zet Kehi

KATA PENGANTARUcapan syukur Al-Hamdulillah disampaikan kepada Allah S WT yang

telah memberikan inayahnya pada penulis, sehingga masih mampu menerbitkan buku

ajar yang berjudul "Metode Penulisan Ilmu Hukum".

Tujuan penerbitan ini, adalah dilandasi dari pengalaman penulis dalam setiap

pengujian baik menguji Tesis dan Skripsi maupun menilai jurnal, karena penulis

adalah orang hukum satu-satunya yang menjadi tim penilai akreditasi jurnal di

DP3M, Dirjen. Dikti, Diknas RI sejak 2002. Juga dipenintukkan sebagai

pegangan/pedoman penulisan Disertasi, Tesis, Skripsi dan makalah baik

Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS), maupun segala

jenjang pendidikan Strata Satu (SI), Strata Dua (S2) dan Strata Tiga (S3) yang masih

dijumpai beragam dalam pola atau metode penulisan ilmiahnya.

Begitu pula penulisan ilmiah khususnya termasuk penulisan ilmiah ilmu

hukum dalam bentuk jurnal hukum yang dimajukan kepada Direktur Jenderal

Perguruan Tinggi (Dirjen, pikti Departemen Pendidikan Nasional (Diknas) untuk

permohonan dinilai agar lolos/diterima menjadi terakreditasi, ternyata masih banyak

kalangan pakar hukum khususnya yang belum memahami secara benar dan baik

tentang penulisan ilmiah untuk suatu jurnal, Dari kendala-kendala tersebut di atas,

maka buku ajar inilah menjadi solusinya untuk setiap penulisan ilmiah ilmu hukum.

Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat dalam penulisan ilmiah khususnya

ilmu hukum, amien.

Jakarta, Nopember 2006 Penulis,

Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H.

Page 6: Pak Zet Kehi

DAFTAR ISIHalaman

JUDUL iKATA PENGANTAR iiiDAFTARISI ivBAB I SYARAT DAN PROSEDUR PENULISAN HUKUM 1

A. Persyaratan.......................................................................... 1B. Prosedur ........................................................................... 1C. Proposal Tesis...................................................................... 3D. Penulisan Tesis.................................................................... 5

BAB II TEKNIK PENGUTIPAN DAN PENULISAN DAFTAR PUSTAKA 8

A. Ganibaran Umum Penulisan Ilmiah .......................................... 8B. Komposisi Ujian Tesis...................................................... 13C. Aneka Macam Pengutipan.................................................... 14

BAB III PENILAIAN DAN FORMAT PENULISAN TESIS 34A. Penilaian Proposal Tesis ..................................................... 34B.Cara Penilaian....................................................................... 34C.Yudisium ............................................................................ 36D.Pengantar Singkat Penyusunan Proposal.................................. 37E. Analisis Suatu Kasus dalam Karya Tulis

IlmuHukiun.......................................................................... 50F. Beberapa Penulisan Hukum (Disertasi,Tesis,

Skripsi dan Makalali) Perlu Diperhatikan.............................. 50G. Komponen Karya Tulls Ilmiah............................................... 55H. Penulisan Abstrak................................................................. 57

BAB IV PENULISAN KARYA ILMIAH HUKUMA. Pola Ukuran Ilmiah Karya Tulis.................................................B, Penulisan Metode Penelitian Tesis

Termasuk Skripsi........................................................................C. Komposisi Penulisan Tesis.....................D, Pola Uruterj PenuJisarj Kajya JJjnJab

Hukum Untuk; Proposal, HasilPenelitian, Penulisan Hasil Penelitian(Disertasi, Tesis atau Skripsi) .....,..........................................

DAFTAR PUSTAKA Lampiran:

Lampiran 1 Surat Permohonaii Calon Dosen PembimbingLampiran 2 Surat Permintaan Kesediaan Menjadi PembimbingLampiran 3 Surat Ijin PembimbinganLampiran 4 Berita Acara PembimbinganLampiran 5 Tanda Pengesahan Proposal Untuk DiujiLampiran 6 Tanda Pengesahan Tesis Untuk DiujiLampiran 7 Tanda Pengesahan Tesis (setelah lulus ujian)Lampiran 8: Contoh Proposal Pascasarjana Ilmu Hukum

Page 7: Pak Zet Kehi

BAB I

SYARAT DAN PROSEDUR PENULISAN HUKUM

A. Persyaratan

Persyaratan yang dimaksud disini adalah persyaratan bagi seorang

peserta/mahasiswa, misal; mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Tadulako

Palu, Program Magister (S2) Ilmu Hukum Universitas Islam Jakarta (UIJ),

Pascasarjana (S3) Ilmu Hukum Universitas Trisakti Jakarta, termasuk Program

Magister dan Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

yang ingin memulai proses penulisan balk skripsi, tesis maupun disertasi. Secara

garis besar ada beberapa persyaratan awal, yaitu persyaratan akademik dan

administrasi.

1. Akademiko Memiliki tabungan/lulus matakuliah minimal =38 sks a

o Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) = 2,75 a

o Lulus/sudah mengikuti perkuliahan Penelitian Hukum, Penelusuran

Literatur Hukum dan Statistik Sosial.

2. Administrasi

o Telah menyelesaikan kewajiban administrasi keuangan yang telah

berjalan.

o Tidak mempunyai tunggakan pembayaran.

B. Prosedur

Prosedur sifatnya sederhana terdapat 12 langkah yang harus dilalui seorang

peserta S2 (atau mahasiswa Magister Hukum) mulai dari tahap pengajuan

praproposal sampai kelulusan sebagai Magister Humaniora (M. Hum. dan

atau Magister Hukum). Keduabelas langkahtersebut adalah berikut:

1. Peserta S2 yang telah memenuhi persyaratan administrasi akademik dan

keuangan berhak mengajukan praproposal kepada Pengelola Program

untuk diteruskan kepada calon dosen Pembimbing yang diusulkannya. Usul

calon dosen pembimbing dituangkan dalam surat permohonan calon dosen

Page 8: Pak Zet Kehi

Pembimbing. Jawaban calon dosen Pembimbing akajn segera disampaikan oleh

Pengelola Program kepada mahasiswa. Jika calon dosen Pembimbing menolak

maka mahasiswa wajib menyusun praproposal barn dan/atau mencari calon

dosen Pembimbing lain. Jika calon dosen Pembimbing menyetujui maka

proses Pembimbingan penyusunan proposal penelitian dapat dimulai.

2. Untuk memulai proses penyusunan proposal, Pengelola Program akan

menerbitkan Surat Ijin Pembimbingan daa Berita Acara Bimbingan

(lihat Lampiran IV). Apabila proposal penelitian telah selesai disusun, dosen

Pembimbing akan menyampaikan pemberitahuan kepada Pengelola Program

bahwa secara subtansial proposal mahasiswa tersebut sudah memenuhi

persyaratan untuk diuji.

3. Peserta S2 wajib menyerahkan kepada Pengelola Program 1 (satu)

eksemplar proposal yang telah disetujui (secara subtansial) oleh dosen

Pembimbingnya untuk diperiksa oleh Tim Penilai nulisan (Tim PTP) yang

dibentuk oleh Pengelola Program. Tim PTP ini bertugas membantu

mahasiswa agar proposalnya ditulis sesuai dengan standar teknis yang berlaku

di likungan Program Magister (S2) Ilmu Hukum.

4. Proposal yang telah memenuhi persyaratan teknis penulisan dan telah

meridapat persetujuan Tim PTP, akan diserahkan kembali kepada Pengelola

Program. Peserta (mahasiswa S2/S3) wajib memperbanyak proposal tersebut

sebanyak 4 (empat) eksemplar, yaitu; 3 (tiga) untuk masing-masing tim

pengujidari 1 (satu) untuk sekfetarlat.

5. Pengelola Program kemudian menjadwalkan sidang ujian proposal

dihadapan majelis penguji yang ditetapkan oleh Pengelola Program

6. Mahasiswa yang mampu mempertanggungjawabkan isi proposal penelitian

berhak untuk melakukan penelitian untuk menulis tesisnya. Kelulusan tersebut

dapat dengan perbaikan atau tanpa perbaikan isi proposal. Jika ujian

dinyatakan gagal, mahasiswa tersebut, wajib menjalani proses penyusunan

proposalnya kembali.

7. Berdasarkan berita acara ujian yang menyatakan kelulusannya, Pengelola

Program akaii menerbitkan Surat Ijin Pembimbingan dan Berita Acara

Page 9: Pak Zet Kehi

Bimbingan (format surat yang sama. Selanjutnya mahasiswa dapat

meiakukan peneiitian secara intensif di bawah bimbingan dosen

pembimbingnya.

7. Apabila tesis telah selesai disusun, dosen Pembimbing akan menyampaikan

pemberitahuan kepada Pengelola Program bahwa seeara subtansial tesis

mahasiswa bimbingannya sudah memenuhi persyaratari untuk diuji.

8. Mahasiswa wajib menyerahkan kepada Pengelola Program 1 (satu)

eksemplar tesis yang telah disetujui (secara subtansial) oleh dosen

Pembimbingnya untuk diperiksa oleh Tim FTP. Tim ini bertugas mem-

bantu mahasiswa agar tesisnya ditulis sesuai standar teknis yang berlaku

dilingkungan Program MH UIJ.

9. Tesis yang telah memenuhi persyaratan teknis penulisan dan telah

mendapat persetujuan Tim PTP. Akan diserahkan kembali kepada

Pengelola Program.

10. Mahasiswa wajib memperbanyak proposal tersebut sebanyak 4

(empat) eksemplar.

11. Pengelola Program kernudian rnenjadwalkan sidang ujian tesis di

hadapan majelis penguji yang ditetapkan oleh Pengelola Program.

12. Mahasiswa yang mampu mernpertanggungjawabkan isi tesisnya dinyatakan

lulus dari Program Magister Ilmu Hukum, dan berhak menyandang. gelar

Magister Humaniora. (M.Hum/M.H.)

C. Proposal Tesis1. Praproposal

Proposal ideal adalah setiap peserta S2 yang akan meiakukan

peneiitian, perm menyusun proposal terlebih dahulu. Dalam praktik, penyusunan

proposal ini menyita cukup banyak waktu, semeriiara kepastian bahwa proposal

itu disetujui oleh calon pembimbingnya sendiri, niasih belurrt diperoleh.

Page 10: Pak Zet Kehi

Berdasarkan pertimbangan itulali maka Pengelola Program mengambil jalan

tengah dengan memperkenalakan prosedur pengajuan proposal sebagai

pendahuluan sebelum mahasiswa dipastikan untuk menyusun proposal

penelitian.

Di harapkan dengan membaca bagian-bagian tersebut, calon dosen

pembimbing paling tidak telah memiliki gambaran awal tentang penelitian

yang akan dilakukan peserta S2, sehingga ia dapat memutuskan apakah

peserta S2 tersebut layak dibimbing lebih lanjut dalam rangka menyusun

proposalnya, Bagian daftar pustaka perlu dicantximkan agar calon dosen

pembimbing juga mengetahui bacaan apa saja yang telah ditelusuri oleh peserta

S2 sehubungan dengan topik penelitian yang diajukan.

Praproposal ditulis di atas kertas warna putih dengan ukuran kuarto.

Naskah diketik dengan program komputer Microsoft Word, dicetak dengan

tinta warna hitam. Ukuran huruf dan jenis huruf sama dengan petunjuk

penulisan proposal (lihat pedoman buku ini).

2. Penulisan Proposal Tesis

Usulan proposal penelitian merupakan keraiigka utama akan menuntun

peserta S2 hukum dalam melakukan kegiatan penelitian, dengan Proposal itu

seorang peserta S2 akan dapat memahami secara jelas arah penelitian yang akan

dilakukarmya, Komposisi Proposal penelitian terdiri daii:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Perumusan Masalah

C. Tujuari Penulisan ("Penelitian")

D. Kegunaan Penulisan ("Penelitian")

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1, Kerangka Teori/Teoritis

2. Kerangka Konsep/Konseptual

F. Asumsi dan atau Hipotesis (jika diperlukan)

G. Metode Penelitian

H. Sistematika Penulisan

- Daftar Pustaka (min. antara 30-35 bahan bulcu sumber acuan).

Page 11: Pak Zet Kehi

Proposal ditulis diatas diketik pada Time New Roman 12 pada kertas

warna putih dengan ukuran kuarto dan/atau A4 (disesuaikan pedoman

penulisan internal), Naskah diketik dengan program komputer microsoft word.

Dicetak dengan tinta warna hitam. Ukuran huruf dan jenis huruf sama harus

mengikuti petunjuk penulisan dalam buku ini. Jumlah halaman 20-25

lembar. Juga uraian tentang isi proposal dapat dibaca pada suplemen buku

ini. Proposal dijilid soft cover dengan format sesuai petunjuk institusi yang

berlaku internal.

D. Penulisan Tesis

Tesis adalah karya tulis akademik hasil studi dan/atau yang dilakukan

secara mandiri yang ditulis dan disusun secara sistematis dan berdasarkan

metode ilrniah yang dilakukan peserta S1 /S2/S3 dibawah pengawasan dosen

Pembimbing.

Tesis dibuat berdasarkan hasil penelitian yang cakupan penelitiannya lebih

luas dibandirigkan, dengan skripsi yang menggunakan teori dan/atau konsep

yang lebih komprehensif guna mendapatkan kesimpulan yang lebih umum, tidak

hanya berlaku pada tempat dan/atau saat tertentu. saja. Pada umumnya penulisan

bertujuan pada.; pertama, sebagai ukuran untuk menilai kemampuan peserta S2/S3

dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama berada di Program

S2/S3 sesuai dengan tujuan bidang studinya. Kedua, membantu peserta S2/S3

menggunakan ilrnu pengetahuan yang diperolehnya itu menjadi suatu sistern

terpadu.

Tesis berupaya mengungkapkan secara jelas dan tepat mengenai masalah

yang dikaji, kerangka pemikiran mendekati pemecahan masalah, mengapa dan

bagaimana studi dilaksanakan untuk memecahkan masalah serta pembahasan hasil

maupun implikasinya. Karena itu tesis hams disusun secara terinci, berupa uraian

teoritis dan/atau empirik.

Secara garis besar suatu tesis memuat:

- Halaman Judul

- Halaman Dedikasi (jika diperlukan)

Page 12: Pak Zet Kehi

- Halaman Tanda Pengesahan Tesis

- Halaraan Persetujuan

- Kata Pengantar

- Daftar Tabel (jika diperlukan)

- Daftar Gambar (jika diperlukan)

- Abstrak

- Daftar Isi

- BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

D. Kegunaan Penulisan

E. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1, Kerangka Teoritis

2, Kerangka Konseptual

F. Asumsi dan atau Hipotesis

G. Metode Penelitian

H. Sistematika Penulisan (relatif)

BAB II. PEMBAHASAN (HASIL PENELITIAN NORMATIF) (sebaiknya

disesuaikan subtansi judul yang diambil dari Perumusan Masalah 1)

BABUL PEMBAHASAN (HASILPENELITIANEMPIRIS)

(seharusnya disesuaikan subtansi judul berpola dari Perumusan

Masalah 2).

BAB IV. ANALISIS PEMBAHASAN YANG IDEAL (disesuaikan dan lebih bagus

ada komperative/ perbandingan dengan negara sudah maju, tetap berpola

dari Perumusan Masalah 3).

BAB V. PENUTUP (terdiri hanya Kesimpulan dan Saran)

- Lampiran-lampiran (jika diperlukan)

• RiwayatHidup

Dari keseluruhan bab-bab yang ada, jika diberikan perkiraan persentase

Page 13: Pak Zet Kehi

jumlah halamannya, akan tampak perbandingan idealnya sebagai berikut:

-Bab I = sekitar 15%

- Bab II = sekitar 20%

- Bab III * sekitar 20%

- Bab IV = sekitar 40%

- Bab V = sekitar 5%

Walaupun peserta S2 (atas arahan pembimbing) dapat menetapkan judul-judul

bab atau subbab yang berbeda dengan pedoman ini> substansi dari pedoman di atas

mutlak dimuat dalam proposal penelitian/tesis tersebut

Tebal tesis (Bab I s.d V) minimal berkisar 100 halaman untuk tesis, untuk

disertasi minimal 200 halaman, begitu pula Jumlah untuk skripsi adalah minimal 60

halaman

Daftar pustaka dipersyaratkan memuat minimal 25 sumber. Pada bagian

lampiran sebaiknya diisi dengan dokumen-dokumen yang memang relevan dengan

perielitian tersebut. Peraturan yang sudah tersosialisasi dengan balk dan mudah

diperoieh, seperti UUD 1945, tidak perlu dijadikan lampiran. Sebaliknya kuesioner

(untuk penelitian empirik) dapat dimasukkan sebagai lampiran.

Tesis yang akan diuji cukup dijilid soft cover, tetapi tesis yang telah lulus

diuiji dengan mendapatkan tanda pengesahan, wajib dijilid dengan hard cover.

Format cover tesis mengikuti petunjuk yang berlaku.

Page 14: Pak Zet Kehi

BAB II

TEKNIK PENGUTIPAN PENULISAN DAN PENULISAN

DAFTAR PUSTAKA

A. Gambaran Umum Penulisan Ilmiah

Untuk menulis kutipan dan daftar pustaka secara benar, diperlukan suatu

ketelitian dan ketekunan tersendiri. Sejak awal, harus disadari oleh penulisannya,

bahwa kutipan itu tidak semata-mata menunjukkan keluasan referensi yang

digunakannya, tetapi juga sebagai informasi dan pertanggungjawaban yang

bersangkutan.

Orang yang membaca suatu kutipan, akan memperoleh informasi tentang

sumber data yang digunakan oleh penulis. Informasi demikian dibutuhkan

pembaca antara lain untuk mengetahui apakah data yang diberikan masih

relevan dengan situasi pada saat itu. Sebagai contoh, penulis buku menyatakan

bahwa, pendapatan buruh dengan upah yang layak akan mampu menaikan daya

beli masyarakat. Pada tahun 2000 angkatan kerja sebanyak 76,6 juta orang, pencari

kerja jumlahnya 5,8 juta orang, dan buruh sebesar 89,8 juta orang rata-rata

bekerja di bawah 3.5 j am perminggu yang menghidupi 206 j uta j iwa penduduk.

Dengan mengetahui sumber kutipannya, pembaca akan memperoleh

gambaran apakah data 76,6 juta orang tersebut cukup relevan dengan keadaan

saat ini. Disamping itu, bagi pembaca yang kritis, akan dapat puia mengukur

sekalipun mungkin subjektif, terhadap lembaga mana yang melakukan survei

itu dapat dipercaya kompentensinya, independensuiya, dan sebagainya. Dengan

menyebutkan sumber data itu, sekaligus penulisannya menunjukkan pertanggung-

jawabannya, bahwa data itu bukan berasal darinya. Apabila ada pihak lain yang

menggugat validitas angka 76,6 yang disampaikan, tentu yang digugat bukan

penulis buku tersebut, tetapi lembaga yang dikutip datanya,

Sering terjadi persepsi dari kalangan penulis termasuk peserta

Pascasarjana (S2/S3), bahwa dengan menyebutkan sumber kutipan secara terns

terang, berarti kualitas orang yang mengutip itu menjadi diragukan. Persepsi ini

mungkin saja benar jika orang yang mengutip itu tidak memahami etika penulisan

(termasuk tata cara pengutipan) yang benar. Apabila etika ini dipahami,

banyaknya kutipan yang dibuat sangat mungkitt justru menjadi "nilai tarnbah"

Page 15: Pak Zet Kehi

bagi suaru tulisan karena menunjukan keluasan bacaan dan pengetahuan yang

bersangkutan.

Sebagai tambahan, bahwa tata eara pengutipan dan penulisan daftar pustaka ini

tidak hanya satu. Apabila peserta S2 membaca banyak buku, dapat segera

menemukan berbagai variasi teknik penulisan. Bahkan tentang pengertian seperti;

Ibid, Op.Cit., dan Loc. Cit., antara satu penulis dan penults lain dapat berbeda.

Untuk mengatasi hal ini, yang perlu menjadi pegangan bagi peserta S2 adalah

pengetahuan tentang dasar-dasar teknik penulisan dan konsistensi dalam

menggunakan satu teknik tertentu untuk satu karya tulis.

Uraian berikut ini lebih difokuskan pada hal-hal pi-aktis dalam membuat

Kutipan dan daftar pustaka. Sebelum itu, akan diuraikan mengenai hal-hal yang

secara umum haras diketahui oleh penulis/peneliti apabila akan menulis

praproposal, proposal, dan karya tulis ilmiah khususnya tesis..

Paling sedikit ada dua hal yang secara umum perlu diketahui oleh penulis yaitu

tentang bahasa yang digunakan dan format naskah tulisannya.

1. Bahasaa. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia baku, baik kosa kata maupun

ejaannya.

b. Sedapat mungkin gunakanlah istilah j-ang digunakan dalam bahasa Indonesia.

c. Untuk istilah dalam bahasa asing yang akan diindonesiakan, harus

memperhatikan pedoman pembentukan istilah yang ditetapkan oleh

Departemen Pendidikan Nasional RI.

d. Sedapat mungkin hindari kalimat yang terlalu panjang, yang berakibat dapat

mengaburkan makna kalimat secara keseluruhan.

2. Naskah

a. Naskah terdiri dari mulai bab pendahuluan sampai dengan bab penutup.

b. Naskah diketik dengan kertas HVS warna putih, berukura kuarto dalam satu

muka.

c. Pengetikan seluruh naskah harus menggunakan huruf yang telah dibakukan

di lingkungan Universitas Indonesia, Program Pascasarjana Magister Ilmu

Page 16: Pak Zet Kehi

Hukum Universitas Islam Jakarta, yaitu Time New Roman huruf 12, dengan

menggunakan program komputer Microsoft Word atau program pemproses

kata lainnya yang menyediakan jenis huruf yang sama, Ukuran huruf dapat

dilihat pada keterangan dibawah.

d. Jarak antar baris adalah dua spasi atau sebaiknya 1,5 spasi. Untuk kutipan

langsung yang lebih dari empat bans, catatan kaki, dan daftar pustaka, jaraknya

adalah satu spasi,

e. Batas tepi (marjin) kertas badan naskah harus memperhatikan ketentuan yakni;

1) Dari tepi atas kertas untuk judul bab — 5 cm

2) Dari tepi atas kertas untuk halaman biasa = 3 cm

3) Dari tepi bawah kertas = 4 cm

4) Dari tepi kiri keitas = 4 cm

5) Dari tepi kanan kertas = 3 cm

6) Pencamtuman nomor halarnan (dari atas kanan kertas dan untuk awal bab di

tengah bawah) ~ 2 cm Selanjuthya lihat gambar di bawah mi;

f. Alinea baru masuk kekanan sebanyak kurang lebih 5 s.d 7 karakter huruf

g. Kalimat-kalimat yang berada dalam satu alinea hants ditulis berkesinambungan

tanpa mengosongkan ruang pada baglan kanan naskah (catatan, sering terjadi

mahasiswa memotong alinea dengan menuliskan kalimat baru pada

bans berikutnya, padahal kalimat baru itu tidak dimasukannya sebagai.alinea

baru dan tidak pula ditulisnya menjorok kedalam).

h. Bab baru selalu dimulai dari halaman baru. Halaman bab pertama

penomorannya bawah tengah i. Penomoran Halaman mengikuti petunjuk sebagai

berikut:

1) Bagian awal dimulai dari nomor i, ii, iii, iv, (misal; Kata Pengantar, Daftar Isi,

Abstrak dll) dan seterusnya, diketik dengan jarak 2 cm dari marjin bawah,

diletakkan ditengah halaman.

2) Setiap awal bab, penomoraan halaman dengan angka Arab misal; 1 yang

ditempatkan pada tengah bawah.

3) Kemudian penomoran berikutnya nomor 2, 3, 4, dan seterusnya ditempatkan

pada kanan atas, diketik dengan jarak 2 cm dari marjin bawah, diletakkan

Page 17: Pak Zet Kehi

di pinggir marjin kanan (lihat gambar di atas). Begitu seterusnya setiap

penomoran awal bab.

j. Penomoran pada bab, sub-bab, dan seterusnya mengikuti petunjuk sebagai

berikut:

1) Angka Romawi

2) Huruf kapitai

3) Angka Arab

4) Huruf kecil

5) Angka arab tanda kiu-ung tutup

6) Huruf kecil tanda kurung tutup

7) Angka Arab tanda kurung

8) Huruf kecil tanda kurung

I, II, III, IV, seterusnya A, B, C, D, seterusnya 1,2,3, 4, seterusnya a, b, c, d,

seterusnya 1),2),3),4), stmya a),b),c),d), strnya (1), (2), (3), (4) stnya (a), (b), (e),

(d) strnya

Page 18: Pak Zet Kehi

Peletakannya dalam naskah adalah sebagai berikut:

I......................................................................................................Of-

A...................................................,,..............................1...........................................................,„.,..............

a......................................... . . » ..........................I) ......•.................-........r,;:...........

a)...................................................(1)...............................................

(a).........................................

IIA 1 a

a) .. . . . . . . . .(1) .....

(a)

Atau;I.............................................................................

1.1.....................................................................1.2....................................................................

1.2.1...........................................................1.2.2...........................................................1.2.3...........................................................

1.2.3.1...........................................1.2.3.2. ,'..'.....................................1.2.3.3...........................................1.2.3.4...........................................

1.2.3.4.1.............................1.2.3.4.2. dan seterusnya

k. Judul bab ditulis dengan huruf kapital seluruhnya dengan ukuran huruf 14 poin. Judul "Kata Pengantar" dan Iain-lain yang sederajat dengan bab. dituiis dengan ukuran huruf yang sama(14poin).

1. /udul sub-bab ditulis dengan huruf kapital (A, B, C,) termasuk untuk huruf awal setiap kata, kecuali untuk kata-kata seperti: di, ke, dari, dan, yang, untuk, tentang, yang tidak terletak pada posisi awal kalimat. Ukuran huruf adalah 12 poin.

m. Judul sub dari sub-bab selanjutnya ditulis dengan huruf kapital untuk huruf awal pada kata pertama, kecuali apabila kata berikutnya mensyaratkan hams ditulis dengan huruf kapital, seperti nama orang dan tempat. Ukuran hurufjuga 12 poin.

Page 19: Pak Zet Kehi

n. Ukuran huruf pada catatan kaki dapat lebih kecil dari 12 poin seperti standar yang biasa dipakai oleh program Microsoft Word

8. Komposisi Ujian Tesis

Ujian proposal penelitian/tesis dilaksankan oleh majelis penguji proposal penelirian/tesis yang terdiri dari:1. Satu orang ketua majelis;2. Dua orang anggota periguji, salah satunya adalah Pembimbing

materi proposal/tesis mahasiswa yang bersangkutan.3. Satu orang Sekretaris, yaitu Ketua atau Sekretaris Program

Studi Pascasarjana/Magister llmu Hukum atau pejabat laindiJingkungan Program Pascasarjana/Magister yang di beriswat kuasa khusus untuk itu.

Lama ujian proposal penelitian atau tesis adalah maksimal 90 menit, dengan ketentuan sekitar 10 menit pertama berupa persentasi dari mahasiswa, diikuti dengan tanya jawab antara para penguji (secara bergiliran ) dan mahasiswa yang diuji.

Baik ujian proposal maupun tesis dapat dilakukan secara terbuka dengan tujuan member! wawasan bagi mahasiswa (peserta) lain dari Pascasarjaba Hukum (sebagai pendengar). Pengelola Program akan mengumumkan pelaksanaan ujian ini melalui papan pengumuman, sehingga bagi peminat dapat mendaftarkan diri.

Page 20: Pak Zet Kehi

p

Pennlisan Hukum 14

C, Aneka Macam Pengutipan

Tata cara pengutipan dan penulisan daftar pustaka. Ada beberapa sistem yang dikenal, yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi lima macam yaitu:1. Sistem catatan kaki (footnotes syistem),2. Sistem catatan akhir (endnotes system),3. Sistem nama tahun (author-date system),4. Sistem nomor (number system).5. Sistem pencantuman lengkap dalam teks (complete citations in

the text).

Untuk Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Tadulako Palu, yang digunakan adalah sistem catatan kaki, Kunci dari penggunaan sistem pengutipan dan penulisan daftar pustaka adalah konsistensi. Artinnya, dalam sebuah karya ilmiah mutlak digunakan satu sistem saja, Konsistensi yang sama juga berlaku dalam hal pengadopsian gaya-gaya pengutipan. Berikut ini disinggung sekilas macam-macam sistem diatas sekedar untuk perbandingan.

1. Sistem Catatan Kaki

Cara pengutipan dengan sistem catatan kaki dilakukan dengan memberi tanda (angka atau simbol) pada teks di badan karangan. Selanjutnya, pada bagian bawah halaman yang sama dicantumkan sumber rujukannya. Sistem catatan kaki yang paling banyak digunakan adalah sistem yang diperkenalkan dalam Chicago Manual of Style,

Pada catatan kaki: Pedoman

Uniuia:

Nama Penulis, Judul karangan (kota: Penerbit, tahun), halaman.

Contoh:

'Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Pemlitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali, 1986), hal. 47.'

Page 21: Pak Zet Kehi

Pemilisan Hukum 15

Angka 47 di atas mengacu pada nomor halaman. Chicago Manual tidak merekomendasikan penulisan kata "halaman" di depaii angka itu. Sekalipun demikian, penulisan singkatan "him.", "hal. " atau "h." dapat dibenarkan.

Pada Daftar Pustaka: Pedoman Umunt:

Nama pentilis dibalik. Judul Karangan. Kota: Penerbit, tahun. Ada pendapat bahwa nama-nama Indonesia tidak perlu dibalik karena banyak di antara mereka bukan nama keluarga. Untuk konsistensi, dalam buku pedoman ini, semua nama penulis tersebut sebaiknya tetap dibalik. Nama baru tidak perlu dibalik apabila nama tersebut memang sudah dimulai dari nama keluarga, seperti Kwik Kian Gie atau Lie Tek Tjeng.

Contoh:

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelittan Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali, 1986.

Tetapi:

Kwik Kian Gie. Ekonomi Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utam.a, 1997,. 2. Sistem Catatan

Akfeir

Pengutipan system catatan alchir dilakukan sama dengan catatan kaki, tetapi sumber rujukannya tidak dicantumkan pada halaman yang ,sama dengan teks yang diacu. Sumber-sumber rujukan tersebut dikumpulkan pada halaman tersendiri, biasanya pada akhir bab yang bersangkutan. Pada bagian daftar pustaka, sumber-sumber rujukan itu d.isusun kembaJj s&eara alfabetis.

Sama seperti catan kaki, dalam dalam catatan akhir pun tidak semua catatan tersebut berisi rujukan sumber bacaan. Pada kesempatan tertentu si penulis dapat rnenulis keterangan atau penjelasan ini -biasanya dicantumkan dalam catatan kaki atau catatan akhir karena dikhawatirkan akan mengganggu teks apabila disisipkan dalam badan karangan.

Page 22: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukum 16

3. Sistem Naroa-Tahun

Nama-tahun kadang-kadang dimodifikasi menjadi nama-tahun-halaman. Dalam sistem yang diperkenalkan American Psychological Association (APA), angka halaman tidak disebutkan, Hal ini berbeda dengan sistem yang diintroduksi oleh Modern Language Association (MLA), yang hanya menyebutkan nama penulis dan tahun. Berikut ini beberapa contoh sistem nama tahun rnenurut APA:

Pada Teks:

"Pengelolaan dengan tujuan meningkatkan kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya manusia dapat dilakukan oleh orang atau badan hukum asing dalam bentuk usaha bentuk patungan (A. Hamzah, 1996: 125), Selanjutnya,.....

Atau:

"Pengelolaan dengan tujuan meningkatkan kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya manusia dapat dilakukan oleh orang atau badan hukum asing dalam bentuk usaha bentuk patungan (A. Hamzah, 1996).

Atau:...... menurut A. Hamzah (1996), pengelolaan dengan

tujuan meningkatkan kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya manusia dapat dilakukan oleh orang atau badan hukum asing dalam bentuk usaba bentuk patungan.

Pada Daftar Pustaka:

A. Hamzah. Hukum Pidana Ekonomi. Edisi Revisi.' Jakarta: Erlangga, 1996.

Perhatikan judul buku dalam daftar pustaka diatas. Tampak huruf pertama kata Moral di sana tidak ditulis dengan huruf kapital. Pada gaya APA, hanya huruf pertama judul yang ditulis dengan huruf kapital.

Dalam; daftar pustaka, penulisan: nama pengarang langsung diikuti oleh tahun penerbitan karya tersebut. Hal ini terutama untuk memudahkan pembaca dalam mencari acuan, Baudingkan apabila tahun penerbitan itu ditulis pada akhirs.

Page 23: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukum \ 7

(setelah nama penerbitan) seperti gaya Chicago. Modiflkasi terhadap pola nama-tahun diatas adalah dengan mencantumkan halaman yang dirujuk. Perhatikan contoh-contoh berikut ini:

Cara APA Style Pada teks:

...... "Imperatif kategori terhadap etika politik adalaiituntutan bahwa hanya diterima satu kriteria: keberiaran"(Magnis-Suseno, 1987: 5 ). Seiaiijutnya.......

Atau:..... Imperatif kategori juga menuntut kriteria satu-satunya didalam etika politik

yakni kebenaran (Magnis-Suseno, 1987: 5), irnperatif kategori terhadap etika politik juga menuntut kebenaran sebagai kriteria satu-satunya. Selanjutnya....

Pada Daftar Pustaka:

Magnis-Suseno, Franz. (1987). Kuasa dan Moral. Jakarta: Gramedia.

Contoh di atas adalah pola yang diperkenalkan oleh APA. Ada sedikit perbedaan antara APA dan ML A dalam pola pengutipan dengan menggunakan sistem nama-tahun-halaman ini. Lihat contoh-contoh berikut.

Cara MLA Style

Pada teks:

..... "Imperatif kategori terhadap etika politik adalah tuntutan bahwa hanya diterima satu kriteria: Kebenaran" (Magnis-Suseno, 1987, 5 ). Selanjutnya.....

Atau:......imperatif kategori juga menuhttrt kriteria satu-satunya

didalam etika politik yakni kebenaran (Magnis-Suseno, 1987, 5). Selanjutnya.....

Page 24: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukum 18

Atau:......Menurut' Franz Magnis-Suseno (1987, 5 ). Imperatif

kategori terhadap etika politik juga menuntut kebenaran sebagai kriteria satu-satunya. Selanjutaya .....

Pada Daftar Pustaka:

Magnis-Suseni, Franz. 1987. Kuasa dan Moral. Jakarta; Gramcdia.

Berbeda dengan gaya APA, pada bibliograpi gaya MLA, tahun penerbitan tidak ditulis dalam tanda kurung. Selain itu, ada perbedaan penggunaan tanda titik dua dan tanda koma yang mendahului nomor halaman. Pemakaian huruf kapital pada kata moral dalam daftar putaka di atas juga membedakarmya dengan gaya APA.

4. Sistem Nomor

Apabila pada si stem nama-tahun (Author-date System) nama penulisannya dicantumkan, maka pada sistem nomor (Number System) nama penulis tersebut digantikan dengan angka tertentu. Angka ini merupakan nomor urut dalm daftar pustaka, Urutan nomor diatas disesuaikan dengan urutan rujukan. Rujukan yang lebih dulu disebutkan dalam teks akan mendapat nomor lebih awal dalam daftar pustaka. Perhatikan contoh-contoh berikut ini:

Pada teks:

..... Imperatif kategoris terhadap etika politik adalahtuntutan bahwa hanya diterima satu kriteria: kebenaran' (2, 5).Selanjutaya ......

Atau:..... Imperatif kategoris juga menuntut kriteria satu-satunya di dalam

etika politik yakni kebenarann (2, 5). Selanjutaya...

Page 25: Pak Zet Kehi

Penulisan Huktim 19

Atau:..... Menurut Franz Magnis-Suseno (2, 5), imperatif kategoris terhadap

etika politik juga menuntut kebenaran sebagai kriteria satu-satunya.Selanjutnya,......

Pada Daftar Pustaka:

Magnis-Suseno, Franz. 1987. Kuasa dan Moral. Jakarta:Gramedia. 5. Sistem Pencantuman Lengkap daiam

Teks

Apabila karya ilmiah yang ditulis tidak banyak menggunakan rujukan, maka penulisnya mungkin menganggap tidak perlu untuk memekai sistem catatan kaki, catatan akhir, atau berbagi pola seperti yang telah dibicarakan di atas. Sistem pencantuman lengkap dalani teks barang kali merupakan alternatif yang lebih praktis sebagaimana disebutkan di atas. Perhatikan beberapa contoh penerapannya di haJam sebelah ini. Pada teks:

..... Kata Franz magnis-Suseuo, "Imperatif kategoristerhadap etika politik adalah tuntutan bahwa hanya diterimasatu kriteria: kebenaran" (Kuasa dan Moral, Jakarta: Gramedia,1987), hal 5. Selanjutnya ......

Atau:

...... Imperatif kategoris juga menuntut kriteria satu-satunya di dalam etika politik yakni kebenaran (Franz magnis-Suseno, Kuasa dan Moral, Jakarta: Gramedia, 1987), hal 5. Selanjutnya.....

Atau:

......Menurut Magnis-Suseno (Kuasa dan Moral, Jakarta:Gramedia, 1987), hal 5. Imperatif kategoris terhadap etika politik juga menuntut kebenaran sebagai kriteria sara-satunya. Selanjutnya.....

Pada Daftar Pustafca:

Page 26: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukum 20

Magnis-suseno, Franz. Kuasa dan Moral, Jakarta: Gramedia, 1987.

6. Petunjuk Sistem Catatan Kaki dan Daftar Pustaka

Untuk suatu penuiisan karya tulis ilrniah (baik tesis, disertsi, ataupun makalah pada umumnya) di Program Pascasarjana Ilmu Hukum diarahkan menggunakan tata cara pengutipan dan penuiisan daftar pustaka berpedoman pada gaya Chicago sistem pengutipannya menggunakan sistem catatan kaki.

Petunjuk dibawah ini hanya bersifat umuni yang disana-sini disesuaikan dengan keperluan praktis utuk penuiisan tesis, disertasi atau makalah ilmiah lainnya, Untuk petunjuk yang lebih lengkap. Anda dipersiiahkan untuk membaca buku The Chicago Manual of Style, Saat ini tersedia banyak sekali situs diinternet yang juga menyediakan informasi tentang teknik penuiisan bergaya Chicago. Ada juga situs yang secara khusus melayani pertanyaan-pertanyaan dari mahasiswa yang mengalami ketidakjelasan dalam penuiisan, seperti di http:///\v"\vw. press.uchicago.edu/misc/ChicagQ/cmQsfaq.html.

Selanjutnya dapat diiihat di bawah ini:

a. Buku dengan Satu Penulis

Pada catatan kaki:2Erman Rajagukguk, Arbitrase Dalam Putusan Pengadilan, (Jakarta:

Chandra Pratama, 2000), hal. 116-119*

Pada Daftar Pustaka:

Rajagukguk, Erman. Arbitrase Dalam Putusan Pengadilan. Jakarta: Chandra Pratama, 2000.

Page 27: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukum 2 \

b. Biiku dengan Dua dan/atau Tiga Penulis Pada catatan kaki:

3Christopher Dungan and Donald Ridings, Business La\v> @ Copyright 1990 by 'Barton's Educationtional Series, Inc., hal. 103-105.

4Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali, 1986), 47.

5Ralph H. Folsom, Michael Wallace Gordon and John A. Spanogle, Jr. International Trade and Invesment, St. Paul Minn, West Publishing Co, 1996, hal. 289.300.

Pada Daftar Pustaka:

Dungan, Christopher and Donald Ridings. Business Law. @ Copyright 1990 by Barren's Educationtional Series, Inc.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali, 1986.

Folsom, Ralph H., Michael Wallace Gordon and John A. Spanogle, Jr. International Trade and Invesment, St. Paul Minn, West Publishing Co, 1996.

c. Buku dengan Lebih dari Tiga Penults Pada catatan kaki:

6Charlotte Marcus et al., Investigation into the Phenomenon of Limited-Field Criticism., @ 1990, Boston; Broadview Press, hal. 101-105.

Pada Daftar Pustaka:

Marcus, Charlotte et al. Investigation inter the Phenomenon of Limited-Field Criticism. @ 1990, Boston; roadview Press,

Page 28: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukum 22

d. Bimga Rampai

Pada catatan kaki:. . " . " ' - . ." *»••

7Mulyana, "Bagaimana Menulis Memorandum Hukum," dalam Shidarta, ed., Pedoman Penulisan Skripsi Bidang Hukum (Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Tarumanagara, 1996), hai. 45. Pada Daftar Pustaka:

Mulyana. "Bagaimana Menulis Memorandum Hukum," dalam Shidarta, ed., Pedoman Penulisan Skripsi Bidang Hukum (Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Tarumanagara, 1996).

Teknik penulisan bunga rampai di atas merupakan adaptasi yang penulis lakukan, sehingga agak berbeda dengan pola yang diperkenalkan oleh Chicago Style. Perhatikan, dalam daftar pustaka, halaman awal dan halaman akhir dari karya penulisan yang dikutip itu harus dicantumkan.

e. Terjemahan

Pada catatan kaki:8Daniel S. Lev, Hukum dan Politik di Indonesia, Kesinambungan dan

Penibahan, penerjemah Nirwono dan AE Priyono, (Jakarta: LP3ES, 1990), hal. 438-440.

Pada Daftar Pastaka:

Lev, Daniel S. Hukum dan Politik di Indonesia, Kesinambungan dan Perubahan. Penerjemah Nirwono dan AE Priyono. Jakarta: LP3ES, 1990.

f. Bunga Rampai

Pada catatan kaki:'

Page 29: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukutn 23

9Hikmahanto Juwana, Hukutn Ekonomi dan Hukum Internasional, Bunga Rampai, (Jakarta: Lentera Hati, 2001), hal. 145-158.

Pada Daftar Pustaka:

Juwana, Hikmahanto. [{ukum Ekonomi dan Hukum Internasional. Bunga Rampai. Jakarta: Lentera Hati, 2001. g. Artikel di Jurnal

Pada catatan kaki:10Abdullah Sulaiman, "Penerapan Standar Perburuhan di Amerika Serikat:

Suatu Pemikiran Hukum Perburuhan di Era Persaingan Bebas", Jurnal Reformasi Hukum, Vol. VII No. 1 (Januari-Juni 2004): hal. 12-33,

11 Karen F. Travis, Woman in Global Production and Worker Rights Provision in U.S. Trade Laws, Yale Journal of International Law, Vol. 17: 173, 1992.

Pada Daftar Pustaka:

Sulaiman, Abdullah. "Penerapan Standar Perburuhan di Amerika Serikat: Suatu Pemikiran Hukum Perburuhan di Era Persaingan Bebas". Jurnal Reformasi Hukum. Vol. VII No. 1 (Januari-Juni 2004).

Travis, Karen F. Woman in Global Production and Worker Rights Provision in U.S; Trade Laws. Yale Journal of International Law, Vol. 17: 173, 1992.

Penomoran jurnal di Indonesia belum disususn secara baku. Menurut Chicago Style, setelah nama jurnal seharusnya langsung diikuti nomor volume (tanpa koma) baru dikuti nomor dan/atau bulan/musim dan tahun. Ivfengingat ketidakkbnsistenan penomoran tersebut di Indonesia, disarankan untuk mencantumkan ; keterangan volume atau nomor dari jurnal tersebut.

Page 30: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukwn 24

h. Artikel dalam Koran atau Majalah

Pada catatan kaki;12Mochtar Buchori, "RI: Erratic Country in Transition," The Jakarta

Pos, 17 Januari 2000,4.

13Pindy Soekarto, "Psikotropika Sebabkan Kerusakan Otak," Warta Konsumen, Januarai 2000,14.

Pada Daftar Pustaka:

Buchori, Mochtar. "RI: Erratic Country hi Transition," The Jakarta Pos, 17 Januari 2000, 4.

Soekarto, Pindy. "Psikotropika Sebabkan Kerusakan Otak." Warta Konsumen, Januari 2000,14-17,

i. Disertasi, Tcsis atau Skripsi Pada catatan kaki:14Andrew J. King, "Law and Land Use in Chicago: A Pre-history of Modern

Zoning" (Disertasi Ph.d., University of Wisconsin, 1976), 32-37.

l3Ramlan Ginting, "Letter of Credit dalam Transaksi Berbankan Indonesia", (Ringkasan Disertasi Doktor, Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998), hal 24-28.

16Eriyantouw Wahid, "Tindak Pidana Perbankan diIndonesia dan Permasalahannya", (Rmgkasan DisertasiDoktor, Pascasarjana Fakultas Hukum UniversitasIndonesia, 2001), hal. 40-54,

17Natasya Yunita Sugiastuti, "Tradisi Hukum Cina: Negara dan Masyarakat, Studi Mengenai Peristiwa-peristiwa Hukum di Pulau Jawa pada Zaman Kolonial 1870-1942", (Ringkasan Disertasi Doktor, Pascasarjana Fakultas HukumUniversitas Indonesia, 2003), hal. 38-40.

Page 31: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukum 25

18A.M. Tri Anggaraini, "Rule of Reason dan Perse Illegal dalam Praktek Monopoli dan Perjanjian yang Dilarang", (Ringkasan Disertasi Doktor, Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001), hal. 7-9.

l9Yenti Gamasih, "Pencucian Uang di Indonesia dalain Perspektif Kebijakan KriminaT, (Ringkasan Disertasi Doktor, Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003), hal: 6-9.

Pada Daftar Pustaka (contoh sudah disusun urutan alfabetis):

Anggaraini, A.M. Tri. "Rule of Reason dan Perse Illegaldalam Praktek Monopoli dan Perjanjian yangDilarang". Ringkasan Disertasi Doktor,Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia,2001. •

Garnasih, Yenti. "Pencucian Uang di Indonesia dalam Perspektif Kebijakan Kriminar'. Ringkasan Disertasi Doktor, Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003.

Ginting, Ramlan. "Letter of Credit dalam Transaksi Berbankan Indonesia". Ringkasan Disertasi Doktor, Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998.

King, Andrew J. "Law and Land Use in Chicago: A Pre^history of Modem Zoning." Disertasi Ph.D., University of Wisconsin, 1976.

Sugiastuti, Natasya Yunita. "Tradisi Hukum Cina: Negara dan Masyarakat, Studi Mengenai Peristiwa-peristiwa Hukum di Pulau Jawa pada Zaman Kolonial 1870-1942". Ringkasan Disertasi Doktor,; Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003.

Page 32: Pak Zet Kehi

* Penulisan Hukum 26

Wahid, Eriyantouw. "Tindak Pidana Perbankan di Indonesia dan Permasalahannya". Ringkasan Disertasi Doktor, Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001.

Dalam penulisan tesis atau disertasi, tidak ada bagian yang dicetak miring.

y. Makalah Pernah Dipresentasi Pertemuan Ilmiah Pada catatan kaki:20C.F.G. Sunaryati Hartono, "Hukum sebagai Sarana Transformasi Struktur

dan Kultur Masyarakat" (makalah yang dibawakan pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V, LIPI, Jakarta, September 1991), hal. 3-4,

Pada Daftar Pustaka:

Hartono, C.F.G. Sunaryati. "Hukum sebagai Sarana Transformasi Struktur dan Kultur masyarakat." Makalah yang dibawakan pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional V, LIPI. Jakarta, September 1991.

Tanggal dan penyampaian makalah boleh tidak dieantumkan. Sama seperti penulisan tesis, disertasi, atau karya ilmiah lainnya, pada teknik penulisan inipun tidak ada bagian yang dicetak miring.

k. Wawancara

Pada catatan kaki:21Bintang Saragih, wawancara dengan penulis, di Hotel Hilton, Jakarta,

10 Juni 2001.

22Bismar Nasution, wawancara dengan penulis, rekaman kaset, Jakarta, 12 Maret 2002.

Page 33: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukum 27

23Zulkarnain Sitompul, wawancara penulis, pada 15 September 2002.

Daiam Daftar Pustaka (disusun secara alfabetis):

Saragih, Bintang. Wawancara di Hotel Hilton, Jakarta, 10 Juni2001.

Nasution, Bismar. Wawancara rekaman kaset, Jakarta, 12 Maret 2002

Sitompul, Zulkarnain. Wawancara pada 15 September 2002.

1. SuratKabar

Pada catatan kaki:24Satjipto Raharjo, dalam Kompas, 15 Maret 2004, hal. 2. 25Yunus Husain, dalam

Kotnpas, 27 Pebaruari 2004 hal.4 Dalam Daftar Pustaka (disusun secara

alfabetis):

Raharjo, Satjipto. Kompas, 15 Maret 2004, hal. 2. Husain, Yunus. Kompas, 27

Pebaruari 2004 hal. 4.

m. On-Line Informasi via Internet Pada catatan kaki:26J. Becklemer, "How Do You Cite URL's in A Bibliography" (On-line),

tersedia di WWW:http://www.nrlss.navy.mil/meta/bibliogfapv.html (29 Oktober 1996).

Pada Daftar Pustaka:Becklemer, J. "How Do You Cite URL's in A Bibliography" (On-line).

Tersedia di WWW: tttp: //www.nrlss.navy.rnil/meta/bibliography.htrnl (29 Oktober 1996).

Page 34: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukum 28 7.

Pencantuman Tabel dan Gambar

Jika terdapat cukup banyak table atau gambar di dalam tesis, sebaiknya setelah daftar isi dicantumkan pula halaman khusus yang memuat daftar table atau daftar gambar.

Pencantuman tabel dan gambar pada naskah terikat pada keterituan-ketentuan sebagai berikut:

a. Nomor dan judul tabel (juga berlaku untuk diagram)diletakkan di atas tabel yang ditunjuk.

b. Nomor dan judul gambar diletakkan di bawah gambar yangditunjuk.

c. Keterangan tentang sumber tabel atau gambar biasanyadicantumkan langsung di bawah tabel atau gambar itu,tetapi diperbolehkan pula untuk menempatkan pada cacatankaki.

d. Jika data dalam tabel diperoleh dari penelitian empirik, padasumber dituliskan "Sumber: primer".

" • ' '".; ' . ' a

8. Catalan Tambahan

Hal lain yang penting untuk dipahami dalam penggunaan gaya Chicago adalah teiminologi: a Ibid. a Op. Cit. a Loc. Cit. a Supra a Infra a Etal. a Et seq, a [Sic]

Di luar itu masih banyak singkatan lainyang dipergunakan untuk membantu pemakai sistem catatan kaki dalam menuliskan sumber rujukan. Berikut ini adalah pengertian sekilas dari singkatan istilah-istilah di atas.

Page 35: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukum 29

Ibid. adalah singkatan dari kata Ibidem yang berarti sama dengan diatas atau pada tempat yang sama. Istilah Ibid, digunakan untuk menunjukkan suatu rujukan yang sama dengan rujukan pada nomor catatan kaki persis diatasnya. Jika halaman yang dirujuk juga masih saina, kata Ibid, tidak perlu diikuti nomor halaman. Dalam beberapa nomor petunjuk penulisan, apabila halaman yang dirujuk masih sama, tidak digunakan Ibid, tanpa nomor halaman, melainkan Loc, Cit. dalam uraian di sini tidak dimaksudkan untuk pemakaian demikian.

Op. Cit. adalah singkatan dari kata Opere Citato yang berarti pada karya yang telah dikutip. Singkatan ini dipakai untuk rujukan yang telah disinggung sebelumnya, tetapi sudah diselingi oleh nomor rujukan yang berbeda.

Loc. Cit. adalah singkatan dari kata. Loco Citato yang berarti pada tempatnya yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan untuk kasus sama seperti Op. Cit., tetapi khususnya untuk sumber rujukan berupa artikel koran, majaiah, ensiklopedia, atau bunga rampai. Singkatnya, karya yang dirujuk itu adalah bagian dari karya tulis bersama, dan yang dikutip hanyalah bagian tertentu dari karya tersebut,

Supra adalah penunjukan nomor yang sama dengan nomor di bawahnya. Misalnya, Infra catatan kaki nomor 12 berati keterangan catatan kaki nomor tersebut sama dengan keterangan yang tertulis dalam catatan kaki nomor 12 yang akan datang.

Et at. adalah singkatan dari kata et alii yang berarti dan Iain-lain atu dan kawan-kawan. Singkatan ini dipergunakan untuk mengiringi ; nama pengamg/penyunting suatu karya tulis yang lebih N

Page 36: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukum 30

baik daripada tiga orang setelah nama penulis/penyunting utama dicantumkan, keniudian ditambahkan singkatan et al. inin Penulisan et al. tidak perlu dicetak miring.

Et seq. adalah singkatan dari et sequens atau et sequentesyang berarti dan halaman-halaman berikutnya. Singkatan ini pada nomor halaman yang dikutip untuk menggantikan kata dan seterusnya. Penulisan et seq. tidak perlu dicetak miring.

[Sic] adalah singkatan yang berarti seperti aslinya. Dalani gaya Chicago singkatan ini tidak ditulis dengan tanda seru [Sic.] seperti lazirn dijumpai dalam buku-buku petunjuk penulisan, Tanda ini dipakai dalam kutipan apabila si pengutip tersebut ada kekeliruan atau kurang yakin atas kebenaran atas kutipannya, namun ia "terpaksa" harus menulis persis seperti naskah asli tersebut. Singkatan ini diletakkann persis setelah kata dalam kutipan yang diragukan kebenarannya itu.

Contoh penggunaan dari singkatan-singkatan pada catatan kaki, lihat itu di bawah ini:

27Chatamarrasjid Ais, Badan Hukum Yayasan (Suatu Analisis Mengenai Yayasan Sebagai Suatu Badan Hukum Sosial), (Bandung; Citea Aditya Bakti., 2002), h.ai 93-94.

28Chatamarrasjid Ais, Ibid. hal. 97.29Bocdi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Jidil 1, Cetakan Kesembilan,

(Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 155.30Aloysius Uwiyono, Hak Mogok di Indonesia, (Jakarta: Program

Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001), hal. 173.31Boedi Harsono, Op. Cit. hal. 157

Page 37: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukum 31

32Satjipto Raharjo, dalam Kompas, 15 Maret 2004, hal.2.34Hendra Tanu Atmadja, Hak Cipta Musik atau Lagu, (Jakarta: Universitas

Indonesia Fakultas Hukum Program Pascasarjana, 2003), hat. 159-163.35Gunawan Djajaputra, Aspek Yuridis Peranan Audit Lingkungan dalam

Pembangunan Berkelanjutan, (Ringkasan Disertasi Dolctor, Program Pascasarjana Hukum Universitas Indonesia, 2001), hal. 32

36Nurul Elmiyah, Negara dan Masyarakat Adat: Studi Mengenai Hak Atas Tanah dan Hasil Hutan di Mamahak Besar dan Long Bangun Kalimantan Timur (Ringkasan Disertasi Doktor, Universitas Indonesia, Pascasarjana Fakultas Hukum 2003), hal. 49.

37Muzakkir. Posisi Hukum Korban Kejahatan dalam Sistem Peradilan Pidana. Ringkasan Disertasi Doktor, Pascasarjana Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001.

38Aloysius Uwiyono, Log. Cit. hal. 107. Pada Daftar Pustaka:

Ais, Chatamarrasjid. Badan Hukum Yayasan (Suatu Anaiisis Mengenai Yayasan Sebagai Suatu Badan Hukum Sosial). Bandung: Citra AdityaBakti, 2002.

Atmadja, Hendra Tanu. Hak Cipta Musik atau Lagu. Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Hukum Program Pascasarjana, 2003.

Bailey, Kenneth D. Methods od Social Research. Copyright @ 1982 by There Free Press. A Division of Macmillon Publishing Co., Inc.

Djajaputra, Guriawan. Aspek Yuridis Peranan Audit Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan. Ringkasan Disertasi Doktor, Program Pascasarjana Hukum Universitas Indonesia, 2001.

Page 38: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukum 32

Elmiyah, Nurul. Negara dan Masyarakat Adat; Studi Mengenai Hak Atas Tanah dan Hasil Hutan di Mamahak Besar dan Long Bcmgun Kalimantan Timur. Ringkasan Disertasi Doktor, Umversitas Indonesia, Pascasarjana Fakultas Hukum 2003.

Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia. Jidil 1, Get. Kesembilan. Jakarta: Djambatan, 2003.

Yin, Robert K. Applications of Case Study Research. Applied Social. Research. Methods Series Volume 34. Copyright @ 1993 by Sage Publications, Inc.

Madsen, David. Successful Dissertations and These. Copyright @ 1992 by: Jossey-Bass Inc., Publishers.

Muzakkir, Posisi. Hukum Korban Kejahatan ddlam Sistem Peradilan Pidana. Ringkasan Disertasi Doktor, Pascasarjana Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001.

Raharjo, Satjipto. Kompas, 15Maret2004.9 ' •

Steinberg, David. How to Complete and Survive a Doctoral Dissertation. Copyright @ 1981, St. Martin's Press-New York,

Sulaiman, Abdullah. Umu Negara. Jakarta: YPPSDM, 2001.—---------—, Pajak Bumi dan Bangunan. Jakarta:YPPSDM, 2001.

-------------.-----, Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta:YPPSDM, 2002.

.—,_..^-----.—. Hukum Perumahan, Jakarta:YPPSDM, 2002.

,-----... .------. Kesejahteraan Buruh. Jakarta:YPPSDM, 2002.

•—-. Upah di Indonesia. Jakarta: YPPSDM,2003.

----. .—.-----. Politik Hukum Buruh RI. Jakarta:YPPSDM, 2003.

Page 39: Pak Zet Kehi

Penulisan Hukum33

--------------------. Standar Buruh: di Perdagangan Bebas.Jakarta: YPPSDM, 2003.

-----..----------. Hukum Administrasi Negara. Jakarta:YPPSDM, 2003.

---------------------- Hukum LingJcungan dan Pemukiman.Jakarta: YPPSDM, 2003.

...----—.------, Hukum Pemerintahan Daerah.Jakarta: YPPSDM, 2004.

.............................. Transaksi Bisnis Kepabeanan. Jakarta:YPPSDM, 2004.

---------------.----------. Perselisihan Buruh Sektor Garmen.Jakarta: YPPSDM, 2005.

..-..-------------—.... Peradilan Pajak. Jakarta: YPPSDM,2005.

Turabian, Kate L. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertations. Copyright @ 1993 by The University of Chicago Press,

Uwiyono, Aloysius. Hak Mogok di Indonesia. Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001.

Page 40: Pak Zet Kehi

BAB III PENILAIAN DAN FORMAT PENULISAN TESIS

A. Penilaian Proposal Tesis

Unsur-unsur yang dinilai dalam proposal penelitian/tesis adalah :1. Kemampuan menjawab berdasarkan ketepatan jawaban atas

pertanyaan (para) peuguji (50%).2. Mutu proposal/tesis secara keseluruhan dengan memperhatikan

juga berbagai persyaratan yang ditentukan, seperti teknispenulisan dan penggunaan bahasa yang baik dan benar (35%)

3. Sistematika dan tata cara penyaj ian (10%)4. Sikap mahasiswa selama mengikuti ujian (5%).

B. Cara Penilaian

1. Penguji baru boleh memberi nilai setelah seluruh anggotamajelis penguji selesai menguji.

2. Untuk mencegah terjadinya perbedaan nilai yang mencolokantara penguji yang satu dengan yang lain, maka setiap anggotamajelis penguji wajib memperhatikan dan mempertimbangkanjawaban yang diberikan mahasiswa atas pertanyaan daripenguji lain.

3. Setiap anggota majelis penguji memberi nilai dalam bentukangka yang berkisar antara 0 samapi 100.

4. Oleh sekretaris, nilai dari semua anggota majelis pengujikemudian dijumlahkan dan dibagi sesusai jumlah anggotamajelis untuk memperoleh nilai akhir, kemudian dikonversikandalam bentuk nilai huruf, yaitu:

ANGKA HURUF MARKAH

90 - 100 A 4.0085 - 89,99 A- 3,7080 - 84,99 B+ 3,3075 - 79,99 B 3,0070 - 74,99 B- 2,7065 - 69,99 C+ 2,3060 - 64,99 c 2jOO56 - 59,99 c- 1,7045 - 79,99 D 1,0000 - 45,99 E 0,00

Jika dianggap perlu, sebelum tercapai nilai akhir, majelis penguji dapat mengadakan rapat tertutup. HaMiai yang diputuskan dalam rapat wajib berpedoman pada ketentuan:

Page 41: Pak Zet Kehi

1. Nilai minimal untuk lulus adalah "C".2. Apabila ada perbaikan terhadap proposal penelitian atau tesis,

maka mahasiswa wajib menyerahkan perbaikannyakesekretariat M1H sesuai dengan jadwal waktu yang ditetapkan majelis.

3. Alasan ketidaklulusan peserta S-2 dapat disebabkan:a. Bersangkutan tidak mampu menjawab pertanyaan dari majelis penguji.

Dalam hal ini kepadanya dapat diberikan kesempatan untuk mengulang ujian dalam batas waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu terhitung sejak ujianproposal penelitian/tesis dilakukan;

b. Mutu proposal penelitian dan tesisnya tidak memenuhi persyaratan, atau karena ada kesalahan mendasar dalam, proposal/tesis; dalam hal ini kepadanya dapat diberikan kesempatan untuk memperbaiki proposal/tesisnya dalam batas waktu paling lama 1 (satu ) bulan untuk proposal penelitian dan 3 (tiga ) bulan untuk tesis sejak tanggal pengujian;"

c. Bersariigkutan tidak mampu menjawab .pertanyaan dari majelis penguji, sedangkan mutu proposal penelitian dan tesisnya juga tidak memenuhi persyaratan. Untuk hal ini kepadanya dapat diberikan kesempatan untuk mengulang penyusunan proposal penelitian tanpa mengubah judul dalam' batas waktu selambatnya 3 (tiga) bulan untuk proposal penelitian atau 6 (enam) bulan untuk tesisnya, tentunya akan berbeda pada pengujian disertasi..

4. Untuk peserta S2 yang dinyatakan tidak lulus sesuai alasan-alasan tersebut, maka:a. Semua kewajibannya untuk mengulang ujian proposal penelitian dan

tesis dicatat dalam berita ujian proposal penelitian atau tesis untuk diserahkan kepada (para) pembimbing proposal penelitian atau tesisnya;

b. Perbaikan/penyempurnaan maupun tugas lain yang harus dilaksanakan di bawah bimbingan (para) pembimbing proposal penelitian atau tesisnya.

5. atas waktu sebagaimana dicantumkan dalam nomor 3 di atas merupakan pedoman yang dalam praktek dapat disesuaikan dengan jadwal/kesediaan waktu para anggota majelis

5, Sebagaimana konsekuensi dari pengulangan ujian tersebut, Pengelola Program membebankan kembali biaya ujian kepada peserta S2 yang bersangkutan sebagaimana ujiannya yang pertama.

6, Untuk penulisan disertasi (S3) kukum yang tentunya menyesuaikan tingkatan S3 termasuk pengaturan yang berlaku pada Program Doktor (S3) tersebut.

C. Yudisium

Yudisium dilakukan oleh Pengelola Program dengan memperhitungkan keseluruhan kinerja peserta S2 sebagaimana terdata dalam transkip akademiknya. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2QQQ tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Perguruan Tinggi dari Penilaian Belajar Mahasiswa, maka indeks prestasi kumulatif (IPK) dijadikan sebagai dasar penentuan predikat kelulusan. IPK minimal yang harus diperoleh adalah 2,75.

Page 42: Pak Zet Kehi

Predikat kelulusan untuk Program Magister (32) Hukum ditetapkan sebagai berikut:

l.IPK 2,75 s.d. 3,402. LPK 3,41 s.d. 3,703. IPK 3,71 s.d. 4,00Memuaskan Sangat Memuaskan Mem uaskan/Puj i an

Predikat kelulusan dengan pujian ditentukan juga dengan memperhatikan masa studi maksimum, yaitu 2 tahun (masa studi minimum) ditambah 0,5 tahun. Di Program Pascasarjana MIH Trisakti rnasa studi dimaksud ditetapkan tidak lebih dari 2*5 tahun (antara 5 semester).

ANGKA HURUF MARKA PREDIKAT

85 - 100 A 4,00 Cum Laude80 - 84,44 B 3,00 Sangat Memuaskan75 - 79,99 C 2,00 Memuaskan

D. Pengantar Singkat Menyusun Proposal

1. Pengantar

Target utama tulisan ini adalah sekedar pengantar yang sangat singkat dan praktis dalam penyusunan proposal penelitian. Tulisan ini semula berasal dari makalah penataran yang kemudian penulis publikasikan nielalui website pribadi: http://shidarta.education.net/. Situs ini juga digunakan untuk materi pembelajaran mahasiswa peserta matakuliah Metode Penulisan Karya Italian di lingkungan Fakultas Hukum (SI), Sekolah Tinggi Ihnu Hukum (SI), Program Magister Hukum (S2) dan Program Doktor (S3) Ilmu Hukijm, Mengingat beberapa materi dalam makalah ini masih cukup relevan dengan kebutuhan mahasiswa/ peserta Program Magister Ilmu Hukum, maka bukuini dipersiapkan sebagai pedoman penulisan hukum, setelah terlebih dulu dilakukan penyesuaian di sana-sini.

Tulisan ini, tentu didesain untuk menjadi penuntun yang lengkap, sehingga pendalaman terhadap bacaan-bacaan tentang metode penelitian, mutlak diperlukan.

2. Tahapan Penelitian

Menurut Maria S.W, Sumardjono, dalam garis besarnya, dikenal ada lima tahap penelitian;a. Persiapanb. Pelaksanaanc. Pengolahan datad. Pembuatan laporan

Page 43: Pak Zet Kehi

e. Penyebarluasan

Dalam konteks pembuatan proposal ini, hanya akan membahas mengenai tahap pertama saja, yakni persiapan. Dalam tahap tersebut dibicarakan mengenai:a. Pencarian masalahb. Pencarian keterangan penunjang dan pengolahannyac. Pembuatan usulan penelitian.

a. Pencarian Masalah

Masalah adalah pertanyaan-pertanyaan yang dicoba untuk ditemukan jawabannya. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa masalah adalah kesenjangan antara lain apa yang telah terjadi (Das Seiri), apa yang terjadi dalam realita (Das Solleri), dan apa yang idean/seharusnya (Das Sullen).

Mahasiswa sering mengalami kesulitan dalam merumuskan masalah dalam penelitian. Hal ini biasanya terjadi karena calon peneHti tersebut masih belum memetakan permasalahan itu seeara benar.

Masalah dirumuskan dalam bentuk katimat pertanyaan. Tentu saja, tidak semua kalimat pertanyaan lalu dapat menjadi rumuan masalah yang baik. Harus ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan.

1) Perumusan/Rumusan Masalah itu harus menunjukan adanya suatu "kejanggalan" (ketidaklaziman) yang perlu dipecahkan. Dalam hal ini bidang keilmuan dari karya tulis yang dibuat harus benar-benar diperhatikan. Jika kita akan menulis tesis dalam bidang hukum, tentu saja "kejanggalan" itu terjadi daiam lapangan hukurn, misalnya karena ada peraturan perundang-undangan yang tidak berjalan sebagimana mestinya.

2) Jawabaii atas masalah yang diangkat itu mempunyai arti penting, paling tidak ditinjau dari segi ilmu pengetahuan terkait.

3) Masalah tersebut diangkat dari topik yang menarik, misalnya karena sedang aktual dibicarakan masyarakat luas atau kelompok ilmuwan terkait.

4) Masalah yang ingin dipecahkan itu dapat dicari datanya, bukan sesuatu yang terlalu konfidensial.

5) Mahasiswa calon peneliti mempunyai kemampuan, baik dari segi intelektual, tenaga, dana, maupun waktu.

Berikut ini perhatikan beberapa contob rumusan masalah (dalam bidang hukum} dan kelemahanaya Kta*ing«masittg

• Bagaimana prosedur pendaftaran sertifikatK pemilikan tanahmenurut ketentuan Undang-Undang No.5 Tahun 1960

Kelemahannya: Jika yang ditanyakan hanya sekedar prosedur, maka sesungguhnya tidak ada 'kejanggalan" dalam rumusan masalah itu. Pembaca akan bertanya, "Adakah sesuatu yang perlu dipermasalahkan tentang prosedur" Dengan peirkataan lain, si peneliti tidak perlu bersusah payah mengangkat masalah itu kedalam penelitiannya karena pembaca sendiri dapat menemukan jawabannya dengan mudah dalam peraturan perndang-undangan Pokok-pokok Agraria.

Page 44: Pak Zet Kehi

• Bagaimana penerapan keselamatan kerja pada PT X di wilayahKota Tangerang ?

Kelcmahannya: PT X di Tangerang ini ternyata hanya sebuah perusahan kecil, sehingga agak sulit imtuk menunjukkan arti penting 4ata yang ditemukan di lapangan itu bagi kepentingan ilmu pengetahuan. Lain halnya jika PT X di Tangerang adalah sebuah perusahaan besar yang secara menonjol mempunyai catatan tersendiri (keunikan) dalam hal penerapan keselamatan kerja karyawannya. Pembaca seharusnya dapat diyakinkan, bahwa informasi yang bakal diperoleh dari PT X di Tangerang itu cukup refrensentatif untuk mewakili kasus-kasus serupa ditempat lain. Seorang Mahasiswa yang akan menulis tesis sering terjebak untuk menetapkan lokasi penelitian terlebih dulu, baru kemudian mencari permasalahan yang ada di dalamnya. Alasan lain yang sering dimunculkan adalah yang bersangkutan memilih lokasi (perusahan) tertentu karena ia memiliki akses terhadap perusahaan itu, misalnya karena ia atau saudaranya bekerja ditempat tersebut, Alasan demikin sebaiknya tidak dijadikan sebagai pertimbangan utama dalam merumuskan masalah dalam penelitian ihniah.

• Faktor apa yang mendorong Presiden RI tidak memberikan grasi kepada Amrozy cs. ?

Kelemahannya: Pemilih masalah seharusnya dipertimbangkan segi-segi aktraktif dari topik yang diangkat. Contohnya adalah kasus diatas. Kasus Amrozy cs sudah lama berlalu dan kebetulan dewasa ini tidak ada konteks yang relevan untuk mengangkat masalah itu kembali, Memang benar, Amrozy cs pernah dikenal sebagai penjahat besar (teroris) dalam sejarah peradilan di Indonesia. Kasusnya pernah mencuat ke permukaan sekitar tahun 2000-an, tetapi saat ini namanya sudah tidak pernah disebut lagi, sehingga aktualitas dari permasalahan ini tidk ada sama sekali.

• Bagaimana pola pendistribusian narkotika di kalangan remaja di kota besar di Indonesia ?

Kelemahannya: Walaupun topik seputar narkotika selalu menarik dan aktual, lampaknya calon peneliti akan mengalami kesulitan mengungkapkan pola pendistribusian ini. Salah satu penyebabnya adalah tingkat konfidensialitas yang demikian tinggi, di samping kesulitan memperoleh responden/informan yang bersedia ditemui. Selain itu, pemilihan kota besar di Indonesia tentu mencakup wilayah yang sangat luas, sehingga tentu memerlukan waktu, tenaga, dan dana yang tidak kecil untuk menghimpun data demikian.

Page 45: Pak Zet Kehi

Sekarang, man kita bandingkan sejumlah rumusan permasalahan di atas dengan rumusan*rumusan berifcut ini.

' • - • . . - • . : ' . ' . . , . . : . . . • . : . • • * • . . : . • ' • - .. . , '

» Faktor apa yang menyebabkan pemakai merek di kalangan produsen jamu tradisional di Jakarta berkeberatan mendaftarkan rnereknya menufut Undang-Undang Merek yang baru ?

Rumusan permasalahan di atas jauh lebih konkret dibandingkan dengan rumusan yang disampaikan sebelumnya. Calon peneliti melihat bahwa ada tendensi yang kuat di kalangan produsen jamu di Jakarta, khususnya pengusaha kecil, untuk tidak mendaftarkan mereknya. Hal ini menarik perhatian calon peneliti karena Undang-Undang Merek yang baru sudah memberikan kemudahan-kemudahan.

Disisi lain UU Merek itu pun menganut sitem konstitutif, yang berarti membuka peluang bagi mereka yang tidak mendaftarkan mereknya untuk tidak dapat dilindungi secara hukum. Hal-hal demikianlah yang menjadi latar belakang sampai akhirnya muncul.rumusatt permasalahan seperti di atas.

• Faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan hokum Presiden RL dalam memutuskan diterima atau ditolaknya suatu permohonan grasi oleh terpidana hukuman mati selama pemerintahan Orde Baru ?

Rumusan. di atas merniliki daya tarik yang besar Icarena dilatar belakangi oleh kenyataan baliwa selama pemerintahan Orde Baru ada sujumlah grasi yang diajiikan terpidana hukuman mati yang diterima, tetapi rupanya yang ditolak juga sarna banyaknya. Si calon peneliti ingin mempelajari pertimbangan-pertimbangan hukum apa saja yang diberikan oleh Presiden dalam kasus-kasus permintaan grasi itu.

Dari sini lalu dapat diketahui faktor-fator apa yang melatar belakangi penerimaan dan pendlakah grasi tersebut, Pembatasan waktu selama pemerintahan Orde Baru sengaja diberikan untuk mempersempit ruang lingkup permasalahan. Untuk itu, si calon peneliti harus juga mengungkapkan alasan-alasanya, misalnya karena asumsi penegak.an hukum pada masa Orde Baru yang tidak transparan, atau ada argumentasi lain.

' • . j« Apakah kemungkinan penerapan sanksi hukuman mati memiliki efek yang

menjerakan bagi pengedar narkotika yang dipidana penjara di lapas Cipinang ?

Jika rumusan masalah serupa sebelumnya sangat sulit untuk dicarikau datanya kai'ena bersifat konfidensial, maka pada rumusan terakhir ini data yang diinginkan sangat memungkinkan untuk diperoleh. Latar belakang dari muncubya rumusan tersebut bertitik tolak dari adanya pro dan kontr> dalam masyarakat terhadap penerapan hukuman mati bagi pengedar narkotika. Ada anggapan bahwa hukuman mati akan membuat jera bagi calon-calon pengedar berikutnya.

Untuk menjawab permasalahan itu, si calon peneliti dapat melakukan survai ke penjara (kebetulan yang dipilih adalah Lembaga Pemasyarakatan Cipinang) dan ia melakukan wawancara dengan, katakan 40 orang responden/uiforrnan di saria, yakni para narapidana yang telah dihukum penjara karena kasus pengedaran narkotika. Aitinya, pandangan tentang efek hukuman

Page 46: Pak Zet Kehi

mati itu dimintakan kepada "bekas" pengedar narkotika yang dipidana di

sana. Pemilihan sampel dan lokasi di sini tentu harus diuraikan oieh si calon peneiiti dengan aJasan-aJasannya pula.

Pencarian Keterangan Penunjang dan Pengolahannya

Dari ilustrasi yarig diuraikan di atas telah dapat diketahui bahwa untuk merumuskan suatu permasalahan secara baik, seorang calon peneiiti membutuhkan keterangan penunjang yang sangat banyak. Keterangan penunjang itulah yang memungkinkannya membuat identifikasi masalah secara memadai, membatasi ruang lingkup pennasalahan, sekaligus berargumentasi terhadap pembatasan yang dilakukannya.

Apa yang dimaksud dengan keterangan penunjang adalah ketersediaan informasi awal bagi si calon peneiiti terhadap berbagai hal di seputar topik yang akan diangkat. Lagi-lagi urusan pemetaan konsep menjadi penting di sini. Informasi awal tersebut akan membuat rumusan yang di buat menjadi lebih terfokus, tidak kabur, dan tentu saja, tidak asal-asalan. Dengan perkatan lain, masalah itu dirumuskan karena memang pantas untuk dipermasalahkan.

Keterangan penunjang ini di peroleh terutama dari studi kepustakaan. Ada banyak sekali sumber bacaan yang dapat membantu kita mempertajam fokus yang ada di seputar topik. Sumber yang penting untuk dicari adalah laporan penelitian yang kira-kira menyinggung topik yang akan kita teliti. Hal ini penting diketahui agar penelitian kita tidak duplikasi dengan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan orang lain.

Media internet sengaja diperkenalkan kepada mahasiswa, salah satunya adalah dalam raagka mem:buka attematif pettcarian. informasi di luar cara-cara konvensional yang telah dikenal selama ini. Cara termudah adalah dengan menggunakan mesin pencari (search engine}. Untuk itu, kita dapat mengunjungi beberapa tempat, misalnya URL milik:

• Yahoo• Lycos• Infoseek• Infoseek

: http://www.yahoo.com : http ://www. 1 vcos.com/ : http://www.infoseek.com/ (bayar)' http://vvvvvv2.infQ,seek.com/'(gratis);

Page 47: Pak Zet Kehi

Pembuatan Proposal

Suatu proposal pada garis besarnya memuat: JudulA. Latar Belakang MasalahB. Perumusan MasalahC. Tujuan PenelitianD. Kegunaan PenulisanE. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis2.Kerangka KonseptMan

F. Asumsi dan atau Hipotesis (jika ada);G. Metode Penelitian (terraasuk jadwal penelitian)H. Sistematika PenulisanDaftar Pustaka.

Judul

Judul yang baik harus dapat mengambarkan sejelas mungkin topik yang dan permasalahan yang dibahas dalam karya penelitian kita. Judul memang sebaiknya dibuat sesingkat mungkin. Apabila penulis tidak mungkin menghindari pembuatan judul yang panjang, jalan keluarnya dapat dengan membuat anak judul.

Banyak calon peneliti pemula yang terjebak dalam untuk merumuskan judu] sebagai langkah pertama pada pekerjaannya. Pada saat membuat proposal, judul biasanya masih tentatif. Artinya, judul dapat saja diubah sesuai dengan kebutuhan pada akhir pekerjaan penelitian kita nantinya.

Judul selalu ditetapkan pada halaman pertama proposal, Biasanya suatu lembaga sudah menetapkan format halaman judul ini. Untuk itu, pengajuan proposal tinggal mengikuti format yang sudah baku tersebut.

Latar Belakang

Latar belakang biasanya ditulis setelah rumusan masalah ditemukan. Jadi walaupun dalam proposal latar belakang ini mengawali rumusan masalah, tetapi dalam kenyataannya, seorang colon peneliti harus menetapkan rumusan masalahnya terlebih dulu dengan bantuan concept map baru kemudian ia menuliskan secara sistematis latar belakang ini.

Latar belekang dikerjafcan lebih kemudian karen pengertian "latar belakang" di sini adalah latar belakang permasalahannya. Artinya, pada bagian ini Jharus diQeritakan tentang segala sesnatu yang menjadi alasan mengapa permasalahan penelitian kita muncul. Oleh karena itu kita perlu memastikan terlebih dulu rumusan masalah yang akan di angkat, baru kemudian secara sistematis menuliskannya kembali dalam latar belakang yang baik dan atau menurutkelasiman. Hal-hal yang perlu dijawab dalain latar belakang:

1. Mengapa topik tersebut menarik untuk diteliti.?-•

Page 48: Pak Zet Kehi

2. Apakah ada urgensmya untuk diketahui ?3. Masalah-masalah apa saja yang dapat diidentifikasi seputar topik

itu?4. Masalah apa yang ingin difokuskan lalu dipilih dalam penelitian

ini?5. Apa kaitan antara masalah yang dipilih dengan bidang studi yang

ditekuni (misalnya hukum) ?6.. Apakah masalah serupa pernah diteliti orang lain sebelumnya ? 7. Jika pernah ada penelitian serupa, apa bedanya dengan penelitian yang akan dilakukan sekarang ?

Latar belakang yang baik dibangun dengan pola piramida terbalik. Maksudnya, latar belakang itu harus mulai dari hal-hal yang umum dan kemudian mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang lebih spesifik. Agar dapat lebih spesiflk, dilakukanlah pembatasan ruang lingkup permasalaJbaR. Pembatasan: dilakukan baik terfaadap unsur-unsur yang terkandung di dalam topik/masalah, juga dengan pembatasan dari segi waktu dan tempat (lokasi).

Untivk membantu calon peneliti menggambarkan dengan sistematis latar belakangnya, maka concept map perlu dibuat secara benar dan serinci mungkin, Tujuh pertanyaan di atas seharusnya terjawab pula dalam peta yang dibuat itu.

Of.

Rumusan Masaiah

Rumusan masalah sebaiknya jangan terlalu banyak. Kedalaman suatu penelitian tidak ditentukan oleh banyaknya masalah yang dirumuskan. Lebih baik memilih satu rumusan masalah saja, tetapi terfokus dan dibahas secara mendalam, dari pada lebih dari satu rumusan namun tidak terjawab dengan baik semuanya dalam penelitian itu.

Tujuan dan Kegunaan Penulisan/Penelitian

Tujuan penelitian harus sesuai dengan rumusan masalah. Cara termudah untuk. mensinkronkan antara rumusan masalah dan tujuan penelitian adalah dengan "membalik" kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi kalimat pertanyaan dalam tujuan penelitian. Sebagai contoh, rumusan masalah dalam salah satu contoh di atas dapat diubah ke dalam tujuan penelitian sebagi berikut.

• Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan pemekai merek dikalangan produsen jamu tradisional di Jakarta berkeberatan mendaftarkan mereknya menurut Undang-Undang Merek yang baru.

Dari kalimat dalam rumusan permasalahan dan tujuan penelitian dapat diketahui apa sifat penelitian yang dilakukan (eksploratif, deskriptif, atau eksplanatoris).

Kadahg-kadang tujuan penelitian ditulis serangkai dengan kegunaan penelitian, padahai pengertian tujuan berbeda dengan kegunaan. Tujuan adalah. jawaban mengenai apa yang ingin diperoleh dari penelitian yang akan dilakukan,

Page 49: Pak Zet Kehi

sedangkan kegunaan adalah mamfaat yang bakal diperoleh seandainya jawaban itu telah didapatkan. Apabila dituliskan kegunaan penelitian, seorang mahasiswa cukup menuliskan; 'Kegunaan hasil penelitian ini adalah sebagai bahan bacaan lebih lanjut bagi siapa saja yang berminat meneliti lebih lanjut topik serupa."

Kerangka Teoritis dan Konseptual

Pada saat seorang menyusun proposalnya, ia tidak seharusnya "buta" sama sekali terhadap topik permasaiahan yang dipilihnya. Jika ia buta, hampir mustahil ia dapat memfokuskan dengan baik topik yang ada di benaknya*

Tatkala seorang membangun kohcep map dalam rangka mernfokuskantopik-dan permasalahannya, ia tentu harus membuka berbagai sumber bacaan. Hal-hal yang sudah dijawab dalam data sekunder tentu tidak ada gunanya lagi untuk dicari dilapangan, kecuali ada alasan yang cukup kuat untuk meragukan data sekunder itu. Jadi, data primer hanya diperJukan selama data sekunder tidak tersedia atau tidak meyakinkan kita. Dengan perkataan lain, akan sia-sia seorang calon meneliti menetapkan suatu topik dan merumuskan suatu permasaiahan, padahal topik dan permasalalian itu sudah jelas terjawab dalam bahan-bahsn baeaan yang ada.

Tinjauan pustaka harus diuraikan secara sistematis. Isinya harus benar-benar berhubungan langsung dengan keperluan penelitian kita. Penjelasan panjang lebar tentang korisep^konsep dan variabel-variabel dalam penelitian biasanya dibicarakan dalam bagian ini.

Teori

Keberadaan landasan teori sering menjadi pertanyaan banyak calon peneliti. Mereka bertanya, "Haruskah landasan teori ini ada pada setiap proposal penelitian"

Dalam penelitian yang bersifat eksplanatoris, landasan teori jelas mutlak diperiukan, landasan teori diperlukan dalam hal ini karena dapat menjelaskan hubungan antarvariabel yang dibentangkan dalam penelitian itu. Landasan teori akan membantu si calon peneliti untuk memperkirakan jawaban apa yang akan diperoleh di lapangan. Perkiraan ini bersifat teoritis, sehingga masih diperlukan pembuktian di lapangan. Penelitian yang kita lakukan itu tidak lain adalah untuk membuktikan dugaan jawaban (hipotesis) tersebut secara empirik.

Untuk penelitian yang bersifat eksploratif, landasart teori tidak diperlukan. Penelitian eksploratif justru berupaya; mencari informasi-informasi tambahan, yang diharapkan suatu waktu nanti dapat dibangun satu teori mengenai apa yang diteliti.

Khusus untuk penelitian hukum, menurut Soerjono Soekanto, dapat dibedakan menjadi penelitian hukum normatif dan empiris.3 Penelitian hukum empiris Iazimnya bersifat eksplanatoris, sehingga mutlak membutuhkan landasan teori. Penelitian normatif dapat bersifat deskriptif atau eksplanatoris. Jika ia bersifat deskriptif, maka landasan teori itu dapat digantikan dengan kerangka konsep.

Kerangka konsep adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang akan diteliti. Konsep bukan merupakan gejala/fakta yang akan diteliti melainkan abstraksi dari gejala tersebut.

Page 50: Pak Zet Kehi

Asumsi/Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan permasalahan yang diajukan. Dengan demikian perayataan hipotesis itu baru dugaan saja bahwa secara teoritis, hasil penelitian itu akan seperti redaksi hipotesis tersebut. Hipotesis dibuat dalam bentuk pernyataan tentang hubungan antarvariabel.

Hipotesis tidak harus selalu terbukti dalam penelitian, Jika hipotesis tidak terbukti, si peneliti wajib membuat analisis tentang sebab-sebab ketidakcocokan kesimpulan penelitian dengan hipoteis yang telah diajukan sebeiumnya. Ingat, bahwa dalam ilmu sosial sifat keberlakuan suatu teori selalu bersifat cateris paribus.

Hipotesis dibuat berdasarkan landasan teori atau kerangka konsep yang diterangkan sebeiumnya. Untuk penelitian yang tidak memiliki landasan teori atau kerangka konsep, hipotesis tidak diperlukan,

Metode Penelitian

Dalam metode penelitian diuraikan tentang bahan atau materi penelitian, alat, jalannya penelitiany variabel serta data yang dikumpulkan, dan ditutup dengan bagaimana data itu harus dianalisis. Tentu saja masih banyak hal lain yang terkait didalamnya, seperti penentuan populasi dan sampei. Untuk itu penguasaan tentaiig metode penelitian memang mutlak diperlukan.

Variabel'variabei penelitian sering kali masih terlalu abstrak, sehingga perlu dilakukan penjabaran. Untuk itu variabel yang akan dioperasikan dilapangati, pelu dikonkretkan dengan cara dibuatkan definisi operational. Definisi operasional mi bertujuan untuk mempersempit cakupan makna variabel kita, sehingga data yang diambil nantinya akan lebih terfokus.

Instrumen (alat) yang dipakai untuk mengumpulkan data hams sesuai dengan sifat dan bentuk data, serta keadaan responden atau sampei. Jika data telah terkumpul, tentu perlu kejelasan bagaimana data itu harus dianalisis. Secara iimum analisis data dapat dilakukan secara kualitatif, sebelum dianalisis, data itu harus dipisahkan sesuai kategorinya masing-masing, bahkan sering kali dituangkan dalam tabel-tabel agar mudah dibaca. Setelah itu baru dilakukan penafsiran terhadap data.

Untuk pengolahan data kuantitatif, dapat digunakan teknik statistik. Seorang peneliti tidak harus menguasai teknik-teknik demikian, tetapi dapat meminta bantuan pihak lain untuk mengolahnya. Sekalipun demikian, penafsiran dan penarikan kesimpulan terhadap hasil pengolahan itu harus kembali dilakukan oleh si peneliti sendiri.

Jadwal penelitian perlu dicantumkan dalam proposal agar proses penelitian itu dapat diestimasi waktunya. Keberhasilan peneliti untuk menepati Jadwal sangat berkaitan dengan kemampuan manajemen waktu yang dilakukannya. Apabila ada penyimpangan, si peneliti perlu menjelaskanya dalam laporan hasil penelitiannya nanti.

Sistematika Penalaran

Page 51: Pak Zet Kehi

Daftar pustaka disusun sesuai dengan sistem pengutipan yang dibuat. Apabila ia menggunakan sistem "Chicago" maka seharusnya daftar pustakanyapun menggunakan sistem yang sama (konsisten).

Page 52: Pak Zet Kehi

Anaiisis Suatu Kasus dalarn Karya Tulis Ilmu Hukum

1. Posisi/Duduk Perkara C'Dakwaan Jaksa")2. Pembelaan ("Terdakwa")3. Argumen/Tangkisan (Eksepsi, Replik, Duplik dan

semacamnya)4. Keterangan/Bukti "dari saksi"5. Teori, Asas, Doktrin, Yurusprudensi, dsb..6. Penerapan ketentuan/peratoan/perundang-undangan berlaku.

Contoh : - USA, banyak pertimbangan- Indonesia, pertimbangan Misal; Umur, Nonnar (sehat, rohani

dan jasmani, tidak pernah dihukum, sopan santun, koperatif dsb.

7. Putusan Hakim .8. Anaiisis Penulis

(berdasarkan.point 1 hingga poin 7 di atas).

F. Beberapa PenuUsan Hukum (Disertasi, Tesis, Skripsi" dan IMakalah) Perlu Dipwhatikan

Sekurang-kuranya ada 40 (empat puluh) point yang perlu diperhatikan dalarn penulisan ilmiah ilmu hukum antara lain:

1. Nama undang-undang ditulis lengkap sesuai dengan judulnya contoh "Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan."

2. Penulisan pasal; Pasal 5 ayat (1).

P besar serta angka 1 umumnya merupakan pasal berisikan pengertian, maka pasal tersebut tidak mempunyai "ayat" akan tetapi "butir".

3. Peraturan perundangan, seharusnya: peraturan perundang-undangan.

4. Penulisan "di" digabung apabila merupakan awalan kata kerja seperti "diatasi". "Di atas" dilepas karena bukan awal dari kata kerja,

5. Penulisan kata majemuk "aneka ragam" dilepas, akan tetapi "keanekaragaman" digabung, karena ada awalan "ke" dan akhiran "an".

6. Kata "analisa" seharusnya "analisis", karena yang diambil dalam transformasi ke dalam bahasa Indonesia adalah pengucapannya dalam bahasa Inggris: Analysis, bukan bahasa Belanda: analyse. Demikian pula "sistem" (bahasa Inggris: system), bukan "sistim" (bahasa Belanda: systeem),

7. Penulisan "... ir" seperti "diinventarisir" dari kata Belanda "inventariseren" harus diganti menjadi "dunventarisasi" dari kata Inggris

Page 53: Pak Zet Kehi

"inventarization".

Demikian pula dengan proklamir menjadi proklamasi, introdusir menjadi introduksi eksploitir menjadi eksploitasi dan sebagainya.

8. Penulisan "kwalitas", menjadi "kualitas" karena tidak boleh ada dua huruf mati berurutan, dengan beberapa pengecualian, di antaranya kata "sanksi", tidak boleh "sangsi" yang mempunyai pengertian lain,

9. Penulisan "resiko" menjadi "risiko", "tehnik" menjadi "teknik", "azas" menjadi "asas", "zaman" menjadi "jaman".

10. Penulisan "efektip, produktip, negatip" huruf "p" nya, diganti dengan "f menjadi "efektif, produktif, negatif karena bangsa Indonesia mengenal dan dapatniengucapkan hiiruf "f.

11. Kata "aktif' memakai "f' akan tetapi apabila berubah menjadi "aktivitas" huruf "f berubah menjadi "v".

12. Kata "peruntukan" ditulis dengan satu "k", yaitu awalan pe dan akhiran an, akan tetapi "diperuntukkan" ditulis dengan dua "k", karena di isi dengan awalan di dan akhiran kan, -

13. Kata "data-data" adalah keliru, kai'ena "data" adalali jamak dari data "datum" yangtunggal.

14. Kata "yang mana, di mana" perlu diganti.

15. Perlu diperhatikan bentuk kalimat aktif dengan njenggunakan kata kerja dengan awalan "me" serta kalimat pasif dengan menggunakan awaian "di", seperti "Dalani Pasal 5 dinyatakan ....." dan "Pasal 5 menyatakan ..... ", jadi bukan "Dalam Pasal 5 menyatakan ..... ".

16. Penulisan "nonhayati" digabung kata "non", tidak berdiri sendiri.

17. Dalam karya ilmiah dihindari kata seperti "tidak karuan , seenaknya" yang digunakan sebagai ungkapan sehari-hari.

18. Penggunaan "adalah merupakan" perlu dipilih satu, karena kedua-duanya adalah predikat.

19. Gelar tidak digunakan dalam naskah maupun dalam daftar pustaka. Gelar tersebut dapat digunakan dalam ucapan terima kasih.

20. Penulisan referensi dapat dilaksanakan dengan menggunakan sistem catatan kaki (footnote) atau dimasukkan dalam teks di belakang kutipan (nama penulis, tahun penerbit: halaman). Pilih di antara keduanya, tidak boleh dicampurkan.

21. Hindari kata seperti "sangat perlu sekali" yang bersifat berlebihan.22. Kata "konsepsional" adalah dari kata Belanda "concept tone el", sebagaimana

juga kata "konsepsi" dari kata "conceptie". Adalah lebih tepat menggunakan kata "konseptual" dari kata Inggris "concept", termasuk kata yang benar adalah teori atau

23. Penomoran dapat dilakukan dengan sistem digital atau penggunaan huruf dan angka imitan: I, A, 1, a, 1), dsn (a). Piliah di antara keduanya, tidak boleh dicampurkan.

Page 54: Pak Zet Kehi

24. Penggunaan bentuk jamak "saran-saran" tidak perlu, karena "saran" mengandung makna tunggal maupun jarriak.

25. Penggunaan tanda baca - hanya untuk pemenggalan kata. Dengan demikian tidak digunakan untuk meiuruskan garis kaiian dari atas ke bawah ("kosmetika"), juga tidak digunakan untuk penomoran.

26. Mengingat program komputer pada uniumnya adalah program bahasa Inggris, perlu diperhatikan pemenggalan kata bahasa Indonesia yang tidak dikenal oleh program komputer. Caranya adalah dengan menggeser kata kedua, kata ketiga dan seterusnya .'' dari baris yang mengandung keselahan pemenggalan sampai diperoieh pemenggalan yang benarmenunit bahasa Indonesia. Kata "sedangkan, sehingga, dan" tidak dapat digunakan sebagai awal kalimat, karena merupakan kata penghubung.

27. Penggunaan kata "saya, kami, kita" dalam penulisan karya ihniah sejauh mungkin dihindarkan, diganti dengan "penulis", "peneliti", atau digunakan kaJimat pasif (awalan di).

28. Sub-judul tidak boleh ditulis di bagian bawah halaman, akan tetapi harus dipindahkan ke halaman berikutnya.

29. Kata "daripada" hanya digunakan apabila ada tandingannya, tidak boleh untuk rnenyatakan kepunyaan.

30. Tidak perlu memulai kalimat dengan kata "bahwa", yang hanya dipakai sebagai permulaan konsiderans.

31. Antara sumber kutipan dalam naskah dan daftar pustaka, harus -• ada hubungan timbal balik yang ada dalam daftar pustaka dapat ditemukan sebagai sumber dalam naskah yang dikutip pada naskah terdapat sumbemya dalam daftar pustaka.

32. Guna memperoleh kalimat lengkap, perlu senantiasa diadakan "analisis kalimat" yang berarti bahwa perlu dalam benak pikiran diadakan penyederhanaan kalimat, agar terlihat dengan jelas apa yang menjadi predikat dan apa yang menjadi subyek. Untuk dapat menjadi predikat adalah selalu kata kerja yang berjumlah satu. Kemudian yang dapat menjadi subyek adalah selalu kata benda yang berjumlah satu.

34. Perlu dihindari pembuatan kalimat yang panjang-panjang, sehingga menjadi tidak jelas makna kalimat karena mengandung berbagai pikiran menjadi satu, Seyogyanya satu pokok pikiran dituangkan dalam satu kaliraat.

35. Penempatan tanda baca selalu "menempel" pada huruf atau angka, tidak berdiri sendiri, seperti "(ekolabel)", tidak boleh ditulis dengan spasi seperti "(ekolabel )", atau "tahun 2009", tidak boleh ditulis dengan spasi "2009," Dengan demikian dihindarkan adanya tanda baca yang pindah ke barisberikutnya, terlepas dari kata atau angka sebelumnya. Sebaliknya, penggunaan tanda baca, selalu diikuti dengan spasi, seperti setelah titik, koma, kurung tutup, dan sebagainya.

36. Ketikan cacatan kaki diketik masuk/ke dalam yakni 5 sampai 7 ketukan. Kalimat pada catatan kaki seperti: Abdullah Sulaiman, Politik Hukum Buruh JU, (Jakarta: YPPSDM, 2004), him. 275. Bite menjadi daftar pustaka diketik seperti: Sulaiman, Abdullah. Politik Hukum Buruh RL Jakarta: YPPSDM, 2004.

37. Semua kata atau kalimat bahasa asing ketik miring seperti "system", "systeem", "labour atau labor", dan sebagainya.

38. Judul karangan atau tulisan (disertasi, tesis dan skripsi) dan tulisan judul bab

Page 55: Pak Zet Kehi

diketik huruf kapital atau huruf besar semua seperti: UP AH BURUH DI INDONESlA.Untuk sub-bab cukup huruf kapitalnya hanya awal kalimat seperti: A. Latar Belakang Masalah, B. Perumusan Masalah, C. Tujuan Penulisan, D, Kegunaan Penulisan, E. Kerangka Teoritis dan Konseptual, F, Asumsi, G. Metode Penelitian, H, Sistematika Panulisan, dan seterusnya.

39.Penulisan "ABSTRAKSP4 seharusnya adalah "ABSTRAK".40. Penomoran haiaman pada setiap awal bab diketik tengah bawah, kemudian

untuk haiaman berikutnya berada kanan atas.

G. Komponen Karya Tulis limiah

1. Sistcmatika dan format pcnulisan, disesuaikan dengan kelaziman disiplin hukum.

2. Menggunakan bahasa Indonesia hukum/Inggris hukum yang baik dan benar.

3. Judul, cukup rmgkas dan melukiskan subtansi secara jelas dengan kalimat aktif. Judul daiam sistem Indonesia sebanyak; 14 kata, Inggris 10 kata dan Jerman 8 kata. Untuk penulisan skripsi jurnal ilmiah mutlak menggunakan Kata Kunci. Kata Kunci/papan kuncisekitar 90 ketuk..

4. Abstrak, berisi komponen:

a. Minimal 200 dam maksimum 250 kata. Untuk ilmu hukum sekitar 220 kata.

b. Hanya kertas satu lembar, dan kalimat sambung..

c. Merangkum secara singkat dan jelas antara lain; Tujuan penulisan, Ruang langkup penulisan, Metode yang digunakan, Ringkas hasil, dan Simpulan.

5. Pendahuluan mengunakan peralinea secara jelas tentang:

a. Komposisi pendakwaan:- Masalah dan ruang lingkup.- Status ilmiahdewasa ini.- Hipotesis (jika ada).- Cara pendekatan menjawab pertanyaan masalah (jika ada masalah).- Hasil yang diharapkan.

b. Atau terperinci dari masalah (alasanpemilihanjudul);- Gambaran umrna masalah; kebijakan pemerintah (global, regional,

nasional, danlokal).- PolilikhuJcum pemerintah.

Kondisi/keadaan/kenyataan fenfang pelaksanaan program pemerintah. Tekanan eksternaJ. ;

c. Atau alasan pemilihan judul lainnya;- Keadaan/kondisional.- Masalah yang timbul,- Politik hukum pemerintah- Budaya hukum.- Kendala/hambatan (kemampuan, SDM, teknologi dan sarana).- Tuntutan dalam negeri (kelembagaan negara dan masyarakat, rakyat misalnya;

Page 56: Pak Zet Kehi

arga, mahasiswa, otonomi daerah dll.).- Kondisi bencana alam.- Tekanan dari luar negeri, misalnya; PBB, Asean, Eropa, USA,

Jepang, Lembaga intern PBB (WTO, ILO, WHO, UNICEP dll), Lembaga Keuangan (IMF, Paris Club, London Club, ADB dll), Lembaga Internasional lainnya.

- Upaya yang dilakukan pemerintah,- Kebijakan pemerintah.

6, Prosedur penelitian telah ditulis sehingga penelitian terulangkan,a. Data dihasilkan adalah data telah diolah, juga dituangkan dalam bentuk tabel

atau gambar/grafik (jika ada), serta dianlisis yang diberi keterangan mudah dipahami.

b. Bagian pembahasan terlihat/teruraikan antara keterkaitan antara hasil yang diperoleh dengan konsep dasar ((kerangka teori dan kerangka konsep dari pola rumusan masalah dan atau hipotesis).

c. Ada kesesuaian atau pertentangan dengan hasil penelitian dan pengembangan bidang ilmu atau kelembagaan kemasyarakatan daw keaegaraan.

d. Hasil penelitian dan pengembangan ada implikasinya, baik secara teoritis dan konsep terhadap pengembangannya.

e. Komponen kesimpulan didasarkan komponen pembahasan.7. Hasil Penelitian atau temuan pada Bab Pembahasan (selain Bab* I/Proposal dan

Bab Penutup):8. Pustaka acuan, memasukkan sumber primer yang mutahir, relevan, dan

penulisannya menumt standar yang baku.9. Ada sumbangan ilmiah yang bermakna.10 Hasil temuan (analisis inti pembahasan) orasional11. Bukti pendukung (misal; undang-undang, ketentuan lain, putusan pengadilan,

biodata penulis, dan dokumen penting dan langka lainnya) sebaiknya lampiran bila diperlukan.

H. Penulisan AbstrakDalam penulisan Abstrak, perlu diperhatikan adalah:

a. Abstrak minimal 200 kata dan maksimal 250 kata. Untuk ilmu hukum hanya diperkenankan sekitar 220 kata saja.

b. Absrak hanya satu lembar, dengan menggunakan kalimat sambungc. Abstrak merangkum secara singkat dan jelas komponen:

1) Tujuan penulisan.2) Ruang lingkup penulisan.3) Metode yang digunakan.4) Ringkas hasil.5) Simpulan.

d. Contoh Penulisan Abstrak (lihat pada halaman sebelah):

Page 57: Pak Zet Kehi

ABSTRAK

Terhadap dari basil penelitian untuk penulisan PerJindungan Hukum Jaminsn Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) Sektor Usaha Qarmen di Kswasan Berikat Nusantara Cakung Jakarta Utara (KBN), antara lain: Pertama, Tujuan Penulisan, untuk menguraikah dan menganalisis kebenaran pelaksanaan Jamsostek pada sefctor usaha garmen di KJJN di Jakarta. .AWwa, Ruong Lingkup bahwa pelaksanaan Jamsostek di Indonesia kebanyakan dilakukan melalui program pemerintah, seperti program pensiun pegawai negeri (PNS), pero«liharaan kesehatan PNS (Astek, Taspen), Asabri, Jasa Raharja dan Astek. Ketiga, Metode Penelitian Digunakan adalah menggunakan cara penelitian kualitatif dengan bahan sekunder dari bahan hukum normatif dan empiris . Keempat, Ringkasan Hasil, problem sosial yang sering timbul berkaitan dengan buruh bermula pada kebutuhan dan kesejahteraan hidup sekeluarga, terutama kaum buruh yang hidup bergantimg dari upah yang diperoleh, Kemudian pengadaan jaminan sosial tetap menjadi tanggung jawab pemerintah, walaupun sebenarnya buruh sektor formal sudah mendapat jaminan kesehatan dan jaminan hari tua dari perusahaan tempat bekerja, pemerintah tetap menentukan kebijakan secara unilateral pelaksanaan Jamsostek dikelola (berdasarkan UU No,2 Tahun 1993 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja), diinvestasikan dan didistribusikan kepada peserta Janisostek, Buruh tidak mendapat kesempatan untuk mengambil keputusan manajemen program Jamsostek, meski sebenarnya adalah dana kaum buruh sendiri, apalagi kebanyakan buruh pada kondisi sekarang ini kurang mempunyai kepercayaan yang besar atas pengelolaan dana mereka oleh Negara, namun Jamsostek tetap mempercayakan penyelenggaraan Jamsostek untuk buruh sepenuhnya kepada pemerintah. Kelima, Simpulan, bahwa lembaga jaminan sosial merupakan perwujudan usaha pemerintah untuk melindungi masyarakat (khususnya masyarakat buruh) dari tekanan sosial-ekonomi yang dapat mengakibatkan berkurang atau hilangnya arus penghasilan karena sakit, cacat, kematian, pengangguran, hari tua dan sebagainya. Program Asuransi Sosial di Indonesia (UU No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional)) adalah program yang relatif baru bila dibandingan dengan jenis pertanggungan yang lain seperti Asuransi Kerugian atau Asuransi Jiwa.

Page 58: Pak Zet Kehi

BAB IVPENULISAN KARYA ILMIAH HUKUM

A. Pola Ukuran Ilmiah Karya Tulis

1. Penggarisan Keagamaan (Peruntukan kepercayaan)

Pemahaman syariah Islam mengenal sumbef utamanya adalah penggarisan Al-Q«r' an dan Sunnah Rasniullah (Hadist).

2. Kerangka Teoritis, terdiri:a. Asas.b. Teori.c. Doktrin.d. Ulasan. pakar (berdasarkan standar kepakaran ilmu formal).e. H'asil penelitian,

3. Kerangka Konseptuan (Konsep/Konsepsi), terdiri:a. Pasal-pasal Konstitusi (UUD 1945).b. Pasal-pasal UU sampai aturan lebih reridah.c. Traktat.d. Yurisprudensi.e. Definsi operasaional.

4. Perbandingan hukum (comperalive).Berbandingan ("subtansi/permasalahan") dengan negara lain setara atau

lebih maju/modern lainnya, terdiri:a. Perbandingan hukum dengan negara lebih modern/maju.b. Kebiituhan dunia internasional.c. Tekanan dunia internasional.d. Standar pergaulan internasional (PBB, WTO, IMF, ADB, Paris Club,

London Club).e. Kepeningan regional, misal; ASEM, dll.f. Kebutuhan rakyat.g. Tuntutan masyarakat.

B. Penulisan Metode Penelitian Tesis Termasuk Skripsi

1. Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian yang empiris yaitu

penelitian tentang hukum di dalam pelaksnaannya penelitian dalam

tesis ini sendiri apabila dikaitkan dengan tema/konsepnya adalah bersifat

normative dalam proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan. Namun

demikian, pada dasarnya penelitian ini tidak sepenuhnya bersifat normative

mengingat kasuS"kasus yang akan dibahas pada penulisan ini terjadi apada

lingkup yang sehenamya.

Page 59: Pak Zet Kehi

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriftif analitis (pilih salah satu antar secara

eksploratoris, eksplanatoris atau deskriptif), dengan menggambarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dikaitkan dengan teori-

teori hukum dalam praktek pelaksanaannya yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan diteliti melalui metode ini pula, akan menguraikan

akan menggambarkan mengenai fakta-fakta yang secara nyata terjadi sebagai

pencerminan terhadap pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan serta

asas-asas hukum yang dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek

pelaksanaannya dalam kasus asuransi,

3. SumberData

a. Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya melalui instansi/lembaga negara .,. (sebut namanya) ?.

b. Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari dokumen resmi, buku (sebut namanya) ?, hasil penelitian yang berwujud laporan peraturan, peraturan perundang-undangan atau ketentuan lain yang terbagi menjadi:

1) Bahan Hukum Primer

Yaitu bahan hukum yang mengikat seperti; Undang-Undang Nomor 2 Taliun 1992 tentang UsahaPeransuransian .. ?, KUHPerdata ... ?, KURD.....?,Keputusan/Instruksi Presiden, Keputusan MenteriKeuangan yang berkaitan dengan usaha peransuransian (disesuaikan dengan topik/judul ... (sebut namanya) ?

atau semacamnya/sejenisnya yang sebagai landasan hiikum pormil secara Iangsung pada subtansi sebagai.

2) Bahan Hukum Sekunder

Yakni memberikan penjelasan meflgenai bahan hukum primer seperti literature-literatur kepustakaan ... (sebut narnanya) ?, Artikel ... (sebut namanya) ?, Majalah ...(sebut namanya) ?, Koran ... (sebut namanya) ?, Jurnal Hukum ... (sebut namanya) ?, Makalah, ... (sebut namanya)?, Seminar, ... (sebut namanya) atau sebagainya yang dipergunakan dalam bahan penulisan penelitian.

3) Bahan Hukum Tertier

Bahan hukum yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder, contohnya Black's Law Dictionaru, eksplopedi, dan kamus atau semacam/sejenisnya.

Page 60: Pak Zet Kehi

4. Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yang meliputi:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research}Dalam metode ini penelitian kepustakaan ini dilakukan adalah

dengan mempelajari dan membaca buku*buku, majalah, media cetak lainnya dan peraturan perundang-undangan yang terkait serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini, alam rangka untuk mendapatkan landasan teoritis sebagai dasar dalam melakukan penelitian dan penulisan tesis ini.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)Metode penelitian ini yaitu penelitian dilakukan dengan

mengumpulkan data Iangsung dari pihak yang berkompeten, untuk itu dilakukan metode wawancara dengan para pihak yang terkait ... (sebut namanya) ?.

5. AnalisisDataSebagai upaya untuk dapat menjawab atau memecahkan permasalaJian

yang diangkat dalam penelitian ini, dilakukan suatu analisis yang termasuk dalam analisis deskriftif kualitatif (disesuaikan/konsisten metode penelitian digunakan seperti; analisis secara kualitatif, kuantitatif atau konten). Diraana setelah pengumpulan data dilakukan kemudian dianalisis, sehingga dapat di tar ik suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

6. PerbandinganTelah melakukan komperative (perbandingan) dengan negara ..

(sebutkan nama negaranya) ?, kai'ena sistem hukum tentang negara tersebut telah lebih berhasil bahkan duluan maju. Bila dibandingkan negara Indonesia. Dalam perbandingan pada negara........ mengambil data secara... dan dokumen-dokuinen........ yang kemudian dibandingkan dengan

(disesuikan dengan kondisi, topik/judul ataupun keperluan juga konteksnya) ?.

C. Komposisi Penulisan Tesisi

Komposisi penulisan Tesis perlu diperahatikan antara lain:

Perhatikan dan ikuti semua penulisan gaya bahasa hukum termasuk Bahasa Indonesia Hukum dan Bahasa Inggris Hukum, juga perhatikan cara pengutipan (catatan kaki) yang baik dan benar.Judul Tesis ketik huruf kapital (huruf besar), sedangkan sub-judul Tesis yang kapital. hanya awal. kalimat. Kemudian untuk judul bab diketik huruf kapital, sedang sub-bab yang diketik kapital hanya awal kata, termasuk daftar pustaka ketUc kapital yaitu DAFTAR PUSTAKA.Penulisan Tesis minimal lima bab. Perjelas semua komponen proposal (BAB I PENDAHULUAN), untuk bab Pembahasan yaitu; BAB II (mengikuti alur pikir subtansi dari Rumusan Masalah), BAB III (aJur pikir subtansi Rumusan Masalah 2), BAB IV (tetap mengikuti alur pikir subtansi Rumusan Masalah 3). Sedangkan bab terakhir adalah BAB V PENUTUP (terdiri hanya Kesimpulan

Page 61: Pak Zet Kehi

dan Saran

Page 62: Pak Zet Kehi

Komponen BAB I PENDAHULUAN terdiri: A. Latar Belakang Masalah, B. Perumusan Masalah, C. Tujuan Penelitian/Penulisan, D. Kegunaan Penelitian/Penulisan, E. Kerangka Teoritis dan Konseptual, F. Hipotesis/Asumsi, G. Metode Penelitian, dan H. Sistematika Penulisan. Untuk Latar Belakang Masalah yang berisikan subtansi semua permasalahan termasuk subtansi Rumusan Masalah yang kemudian dijadikan alasan pemilihan judul. Pada BAB II, berupa pembahasan darl peristiwa hukum yang lalu atau terjadi sebelumnya (Sejarah Hukum). Pengambilan data hanya melalui/data sekunder yang tentunya menggunakan metode penelitian Konten. BAB III, pembahasan seharusnya berisikan data penelitian lapangan/empiris termasuk minimal memuat data sekunder (data sudah jadi) berupa; tabel, grafik, gambar, skema dsb, kemudian dianalisis jicualitatif. Pada bab ini, lebih. Baik menggunakan alat kuesioner dengan analisis kuantitatif yang kemudian dijabarkan dalam bentuk tabel, gambar, grafik, skema. Ini membuktikan mutu penelitian yang dilakukan penulis. BAB IV, pembahasan (lihat Pola Ukuran Ilmiah Karya Tulis tersebut di atas), termasuk BAB V PENUTUP (lihat tersebut di atas). Semua bahasa asing diketik miring, termasuk semua judul buku diketik miring baik yang ada pada cacatan kaki maupunpada DAFTAR PUSTAKA. Proposal Skripsi dan Tesis yang ideal adalah antara 15-25 halaman, untuk Disertasi tetap sekitar 25 halaman, diketik 1,5 spasi dengan huruf 12 Time New Roman, pada kertas kuarto/A4. DAFTAR PUSTAKA, memuat literatur minimal antara 30-35 buku, belum termasuk penggunaan kasus yang kemudian dianalisis. Penulisan final Tesis sebaiknya ada contoh kasus yang dianalisis, untuk Disertasi mutlak sebanyak mungkin kasus aktual sangat berkaitan dengan j udul dan subtansi lainnya yang telah diambil dari jurnal international termasuk jurnal nasional.yang kemudian dianalisis.

D. Pola Urutan Penulisan Karya Hmiah Hukum Untuk; Proposal, Hasil Penelitian, Penulisan Hasil Penelitian (Disertasi, Tesis atau Skripsi),

- ' - . . . " &,'

1. Pada Proposal (BAB I PENDAHULUAN)

Komponen proposal sebagaimana sebelum telah dibahas antara lain:A. Latar Belakang MasalahB. Perumusan MasalahC. Tujuan Penelitian/PenulisanD. Kegunaan Penelitian/PenulisanE. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis/Teori2. Kerangka Konseptual/Kon;sepsi/(Konsep

F. Asumsi dan atau "Hipotesis"G. Metode PenelitianH. Sistematika Penulisan 3. Pembahasan

Page 63: Pak Zet Kehi

(Bab II)2. Bagian; Pembahasan (BAB II)

Pada bab pembahasan ini disesuaikan dengan perumusan masalah pertama yang dapat diulas dan dianalisis kejadian hukum lalu yang banyak sudah tidak berlaku, tetapi telah membentuk hukum yang sedang berlaku dewasa sekarang ini. Hal ini mengulas antara lain:a. Sebab hukum.b. Sejaran hukum,c. Hukum kemarin (peristiwa/kejadian/jaman lalu),d. Penelitian dan analisis Konten,e. Politik hukum yang lalu,£ Semua permasalahan-permasalahan hukum yangpernah terj adi pada masa

lain, dan sebagainya.3. Bagian; Pembahasan (BAB III)

Bab pembahasan ini disesuaikan dengan rumusan masalah kedua,4. Bagian; Pembahasan (BAB IV)

Bab pembaliasan ini disesuaikan dengan rumusan masalah ketiga,5. Bagian; BAB V PENUTUP

Page 64: Pak Zet Kehi

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rianto dan Heru Prasadja. Langkah-Langkah Penelitian Sosial. Jakarta: Arean, 1991.

Babbie, Earl R. The Practice of Social Research. Ed. 2. Belmont: Wadsworth Publishing Company, 1979,

Bailey, Kenneth D. Methods od Social Research. Copyright @ 1982 by There Free Press. A Division of Macmillon Publishing Co., Inc.

Columbia Law Review Association et al.,ed. The Bluebook: A Uniform System of Citation. Ed. 14, Cambrigde: The Harvard Law Review Association, 1993.

Gibaldi, Joseph & Walter S. Achter. ML A Handbook for Writers of Research Papers. Ed. 3. New York: The Modern Language Association of America, 1998.

Hartono, C.F.G. Sunaryati. Penenelitian Hukum di Indonesia .pada Akhir Abad ke-20. Bandung: Alumni, 1994.

Yin, Robert K. Case Study Research, Design and Methods. Copy @ 1984 by Sage Publication. Inc.. Beverly Hills London New Delhi, Printed in the University States of America.

Jacobstein, J. Myron & Roy M. Mersky. Legal Research Ilustrated. Ed. 5. New York: The Foundation Press, 1990.

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia, 1985,

Keraf, Gorys. Komposisi. Get. 7. Ende : Nusa Indah, 1984.

Kerlinger, Fred N. Foundation of Behavioral Research. Ed. 3, New York: Holt, Rinehard and Winston Inc., 1973.

Kriekhoff, J.L. -Valerme. Analisis Konten Dalam Penelitian Hukum: Suatu TetaahAwat. Jakarta: 1997.

-------------------------,. Pendekatan Kualitatif dan KuantitatifPenelitian Hukum. _Pelatihan Singkat Penelitian Hukum. Jakarta: FH-UID. Jakarta 3-5 Juli 1997.

Metode Sampling, Mated Penataran Metode Penelitian. Ambon: FH-Unrv. Pattimura, 3*9 Januari 1992.

Lee, Raymond M. Doing Research on Sensitive Topics, @ Raymond M. Lee 1993. SAGE Publication Ltd,6 Bonhill Street London EC2A 4PU, SAGE Publication Ltd, 2455 Teller Road Newbury Park, California 91320, SAGE Publications Inida Pvt. Ltd., 32, M-Blok Market Greater Kailash-I, New Delhi 110 048.

Madsen, David. Successful Dissertations and Theses. A Guide to Graduate Student Research from Proposal to Completion. Second Edition. Copyright @ 1992

Page 65: Pak Zet Kehi

by: Jossey-Bass Inc., Publishers 350, Sansome Street, San Francisco, California 94104.

Oshima, Alice and Ann Hogue. Writing Academic English, A Writing and Sentence Structure Workbook for International Students. Addison-Wesley Publishing Company. Reading, Massachusetts, Menlo Park, California, Don Mills, Ontario, Wokingham, England, Amsterdam, Sydney, Singapore, Tokyo, Madrid, Bogota, Santiago, San Juan,

Rajagukguk, Erman. Teknik Catalan Kaki dan Dqftar Pustaka Tests dan Disertasl Editor, (Jakarta: Pascasarjana Universitas. Indonesia Program Ilmu Hukum,! 1995),

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1982.

---------------.-----*..f Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris.Jakarta: IND"HILL*CO, 1990,

------------------------------ dan Sri Mamuji. Penelitian Hukum Normatif.Jakarta: Rajawali, 1985.

Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Cet. 4. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Soemitro, Sonny Hanitijo. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982.

Sumardjono, Maria S.W. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian: Sebuali Panduan Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Sulaiman, Abdullah. Metode Penuiisan Karya Ilmiah Ilmu Hukum; Disertasi, Tests, Skrispi dan Makalah. Buku Ajar Program Magister (S2) Ilmu Hukum. Jakarta: Program Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Univ. Islam Jakarta, 2003.

Sternberg, David. How To Complete And Survive A Doctoral Dissertation. Copyright @ 1981 by David Sternberg. For ingformation, write: St. Martin's Press, 175 Fifth Avenue, New York, N.Y. 10010, Manufactured in the United States of America.

The Bluebook. A Uniform System of Citation. Fifteenth Edition, Copy @ 1991 by The Columbia Law Review Association, The Harvard Law Review Association, The University of Pennsylvania Law Review, and The Yale Law Journal.

University of Chicago. The Chicagi Manual of Style. Ed. 14. Chicago: The University of Chicago Press, 1995.

Turabian, Kate^L A Manual for Wirters of Term Papers, Theses, and Dissertations. Sixth Edition Revised by John Grossman and Bennett, @ 1996 by The University of Chicago Press, Chicago and London.

Yin, Robert K. Applications of Case Study Research. Applied Social.Research Methods Series Volume 34. Copyright @ 1993 bySage Publications, Inc. '

Page 66: Pak Zet Kehi

6

8 Lampiran 1; Swat Permohonan CaJon Dosen Pembimbing

Tgl,Kepada Yth,Ketua Program Magister Ilmu Hukum Fakultas HukumUniversitas...........di ... . . . . . .

Perihal: Permohonan Galon Dosen Pembimbing

Saya yang bertahda tangan dibawah ini,

Nama : (nama lengkap tanpa gelar akademik) ..NIM:.....................................;NIRM:.................Bidang Konsentrasi:............,.................................Kredit yang sudah dicapai sebanyak :.............. sksTelah luius raatakuliah Penelitian Hukum dan Statistik dengan nilai

Dengan ini bermaksud mengajukan pennohonan penetapan calon dosen perabimbing untuk penyusunsn proposal penelitian saya. Calon dosen pembimbing yang saya usuikan adalah:

sebagai bahan pertimbangan, dengan ini saya lampirkan:a Praproposal penelitian;a Fotokofi transkip nilai terakbir.

Demikian pennohonan ini saya ajukan, disertai dengan keterangan data yang sebenamya.

Hormat

-ampiran 2: Surat Permintaan Kesediaan Pembtmbing

Page 67: Pak Zet Kehi

PROGRAM MAGISTERILMU HUKUMUNIVERSITAS NomorLampiranPerihal

Page 68: Pak Zet Kehi

: 1 (satu) berkas: Kesediaan Menjadi pembimbing

Yth.

Dosen Program PascasarjanaMagister Ilmu HiikumUniversitas................

Sehubungan dengan surat mahasiswa bernama:........................NIM:..............., pada tanggal , , ................. perihal PermohonaiiGalon Dosen Pembimbing, maka kami mohon kesediaan Bapak/Ibuuntuk menjadi pembimbing yang bersangkutan.Sebagai bahan pertimbangan Bapak /Ibu, dengan ini kami lampirkan:a Praproposal penelitian;o Fotokopi transkip nilai terakhir;a Fotokopi surat permohonan mahasiswa yang bersangkutan.Jawaban Bapak/Ibu mohon dapat diberikan dengan eara mengisiformulir yang tertera di bawali surat ini,Kami berharap dapat memperoleh javvaban tersebut dalam waktu yang tidakterlalu lama. Atas perhatian dan kerja sama Bapak/Ibu, kami ucapkan terimakasth. '-....•

a.n. Direktur, Ketua Program Magister Ilmu Hukum

Tembusan:1. Direktur Program Pascasarjana;2, Mahasiswa yang bersangkutan;

Page 69: Pak Zet Kehi

70

Lampiran 3: Surat liin Pembimbingan

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTERILMU HUKUMUNIVERSITAS.......,.......................

NomorLarnpiranPerihal

Page 70: Pak Zet Kehi

Ijin Pembimbingan Yth.

Dosen Magister Ilmu HukumUniversitas..................di...............................

Berdasarkan jawaban kesediaan Bapak/Ibu untuk membimbing ma asiswabemaraa:...............................; (NIM: ........,...........; dan setelahmemeriksa persyaratan administrasi akademik dan keuangan yang bersangkutan , dengan ini kami menyatakan bahwa mahasiswa tersebut telah dapat memulai proses pembimbingannya mulai semester..............tahun akademik.................Mengingat ada kewajiban mahasiswa untuk memenuhi persyaratan administrasi pada.setiap semester, maka selanjutnya, pada setiap awal semester, kami akan menyampaikan pemberitahuan kepada Bapak/Ibu dosen pembimbbg tentang dapat tidaknya proses pembimbbgan ini diteruskan sehubungan dengan persyaratan administrasi tersebut Atas perhatian dan kerja sama Bapak /Ibu, kami ucapkan terima kasih.

a.n. Direrktur,Ketua Program Magister Ilmu Hukum

Tembusan:J. Direktur Program Pascasarjana;2. Peserta S2 yang bersangkutan.

Page 71: Pak Zet Kehi

71

Lampiran 4: Berita Acara Bimbingan

BERITA ACARA BIMBINGANPENUL1SAN TESIS

Dosen PembirnbingNama mahasiswa :.........................................................NIM :.................................

NODisetuj ui memuiai bimbingan sejak semester:,..... tahim akademik

HARI/TANGGALPARAF

MATERIBIMBINGANKeterangan:1. Berita acara

bimbingan wajibditandatanganidosenpembimbing pada setiap selesaikonsultasi. Jikaruang tersediakurang, lembarini dapatdifotokofl.

2. Setelah proses pembimbingan selesai, berita acara ini harap dilampirkan bersama 1 (satu) eksempiarproposal penelitian/tesis kepada Pengelola Program pascasarjana Magister Ilmu Hukum UniversilasIslam Jakarta.

*) Corel yang tidak perlu!

Catalan dosen pembimbing;

Mah.asiswa di atas telah menyeiesaikan proses pembimbingannya, sehingga secara

substansial dinyatakan siap diuj,

Tgl,

Ttd, Dosen Pembimbing,

Page 72: Pak Zet Kehi

7

2 Lampiran 5: Tanda Pengesahan Proposal untuk Diuji

PROGRAM MAGISTERILMU HUKUMUNIVERSITAS.........................,.....

TANDA PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN TESIS UNTUK DIUJI

NAMA : (Lengkap, tanpa gelar akademik),NIM :., . , , . . , . , ...........,.....................

JUDUL:

Secara substansi telah dinyatakan siap untuk diuji,

Jakarta,-------— - ...............-

Pembimbingan Materi,73 Lampiran

6: 'I'anda Pengesahan Tests untuk Diuji

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUMUNIVERSITAS......................

TANOA PENGESAHAN TESIS UNTUK DIUJI

NAMA : (Lengkap, tanpa gelar akademik),NIM I.....,/.. . . . , ................................

Page 73: Pak Zet Kehi

JUDUL;

Secara substansial telali dinyatakan siap untuk diuji,

Tgl,...................................Pembimbing,

Page 74: Pak Zet Kehi

74 Lampiran

7: Tanda Peneesahan Tesis (setelah Lulus Uiian)

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUMUNIVERSITAS.............................

TANDA PENGESAHAN TESIS

NAMA: (Lengkap, tanpa gelar akademik),NIM I . , . . . . , . . , . . . , , , , . . , . . . . , . . . . . , . . . . . ......,

JUDUL;

telah dipertahankan di hadapan majelis Penguji yang dibentuk oleh Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas dan dinyatakan lulus dalin sidang ujian tanggal,

Disahkandi ......,................Ketua Program Magister,

Page 75: Pak Zet Kehi

75 Lampiran 8: Contoh Proposal Pascasariana llmu Hukum

JuduJ:

UPAH BURUH SEKTOR USAHA NON-MICAS Dl INDONESIA

Oleh: Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H.

PASCASARJANA UNIVERSITAS ................PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM JAKARTA,

2010

Page 76: Pak Zet Kehi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengkajian mengenai pengaturan upah buruh di Indonesia menjadi sangat

penting artinya bagi buruh, Joseph Groding mengemukakan bahwa substansi

kebijakan perburuhan terfokus pada pengupahan yang standarnya diatur dalam

peraturan perundang-undangan. Peraturan mengenai upah yang adil adalah salah

satu jaminan perlindungan hukum bagi buruh untuk mendapatkan penghidupan

yang layak bagi diri dan keluarganya, Untulc mencegah terjadinya standar upah

yang tidak adil, perlu

adanya undang~undang standar upah yang melindungi buruh,

Sejak kemerdekaan sampai saat ini, runrutan upah yang tidak layak di

Indonesia seringkali membuat buruh melakukan pemogokan. Karena bxiruh di

Indonesia jarang sekali secara langsung diikutsertakan dalam perundingan

penentuan upah, Sisi lain adalah, belum ada keseragaman pendapat dalam

pengambilan kebijakan atau keputusan mengenai upah. Masalah ini menjadi

Joseph Groding dalam Jan Hollowey, "The Constitutionalization ofEmployment Rights: A Comparative View", Berkeley Journal ofEmployment & Labor Law, (Vol. 14:113, 1993), hal 114

Martin Vranken, "Demise of the Australian Model Labor Law in the 1990s", Comparative Labor Law Journal, (VQ\, 16: 1, 1994), hal. 12-13.

Faktor internal maupun ekstemai mempengaruhi pengupahan dalam industri substitusi impor dan dalam era industri orientasi ekspor. Alfredo Sanches Carrizosa, "Standing Committee on Human Rights", Human Rights Organisation, Ficial Bulletin, LXXI, 1988, Series BNI, hal. 298-299.

Page 77: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 2

perdebatan setiap rancangan undang-undang perburuhan mengenai upah yang

diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Pengkajian mengenai upah buruh di Indonesia menjadi penting setidak-

tidaknya karena tujuh alasan berikut ini. Pertama, agar buruh mendapat

penghidupan yang layak, maka upah yang diterima oleh buruh hari perusahaan

dimana ia bekerja harus mampu mencukupi kebutuhan buruh bersama

keluarganya. Tingkat upah buruh dewasa ini masih belum dapat memenuhi

kehidupan

.Tamilian perlindungan hukum bagi buruh untuk mendapatkan penghidupan yang layak bagi din dan keluarganya adalah terwujudnya pengaturan upah yang adil. Untuk mencegah tcrjadinya standar upah yang tidak adil, perlu adanya peraturan undang-undang standar upah yang melindungi buruL Martin Vranken, "Demise of the Australian Model Labor Law in the 1990s'*, Comparative Labor Law Journal, (Vol. 16: 1, 1994), hal. 12-13.

Sejak ketnerdekaan, upah buruh tidak layak di Indonesia dan kaum buruh tidak diberi kesempatan melakukan keberatan-keberatan untuk menuntut perbaikan upah, karena pengupahan diatur secara sepihak oleh Pemerintah. Alfredo Sanches Carrizosa, "Standing Committee on Human Rights", Human Rights Organization, Ficial Bulletin, LXXI, 1988, Series BNI, hal. 298-299.

Komponen pengupahan yaitu; upah pokok, tunjangan jabatan, tunjangan kemahalan, dan nilai pemberian catu untuk buruh sendiri, Departemen Tenaga Kerja, Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 72/Men/1984 tentang Pasar Penghitungan Upah Lembur, tertanggal 31 Maret 1984. Di Singapura, komponen pengupahan terdiri; penerimaan upah berupa uang, cuti sakit, uang pesangon, bonus, hari libur, daii 11 hari libur setahun. Elizabeth C. Surin, "Government influence on Labor Unions in A Mewly Industrized Economy: A Look at the Singapure Labor System", Comperative Labor Law Journal, (Vol. 18: 102, 1996), hal. 109-118. Di Amerika Serikat, komponen upah berupa uang termasuk diberikan kesempatan untuk kepemilikan saham perusahaan sebesar 20%. Daniel R. Fischel, "Labor Markets and Labor Law Compared with Capital Markets and Corporate Law", Labor Law and The Employment Market, hal. 117-133. Mestinya buruh memiliki saham perusahaan dimana ia bekerja. Kompas, 5 Juli 1999. Buruh-buruh di Indonesia mestinya miliki saham perusahaan dimana ia bekerja. Kompas, 5 Juli 1999. Pemogokan buruh-buruh PT. Kaltim Prima Coal (KPC) berkepanjangan lebih dari 2 minggu, karena tuntutan mereka jatah 40 juta dollar Amerika Serikat dari mlai penjualan saham belum diberikan. Tuntutan itu adalah 8% dari nilai penjualan saham sebesar 500 juta dollar Amerika Serikat. Kompas, 4 September 2003, hal. 20.

Page 78: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 3

yang layak. Bentuk-bentuk pengupahan ialah disamping upah berupa uang, juga

termasuk komponen tunjangaji dan jaminan lainnya. Upah berbentuk uang terdiri

dari; upah pokok, upah tunjangan keluarga dan tunjangan jabatan, terraasuk

jaminan-jaminan antara lain; jaminan kesehatan dan kecelakaan kerja, jaminan

pensiun, jaminan tempat tinggal atau perumahan, jaminan konsumsi di tempat

kerja, jaminan pakaian kerja, jaminan-"•"-' •'•'"."" •. i

kesegaran jasmani dan rohani.

Kedua, banyak buruh tidak pernah secara langsung

diikutsertakan untuk menentukan upah dalam sebuah perusahaan. Negara harus

mengembangkan kerjasama yang baik berdasarkan konsep kebersamaan

yangberasal dari suatu penawaran kolektif

Perundingan bersama (bargaining collective) antara buruh dan majikan raengenai upah masih sulit dlakukan, itulah salah saru sebab upah buruh rnasih rendah di Indonesia. Pengupahan buruh diatur oleh aturan yang ditentukan sepihak oleh Pemerintah, Alfredo Sanches Carrizosa, "Standing Committee on Human Rights", Human Rights Organization, Picial Bulletin, LXXt, 1988, Op. Cii, hal. 298-299.

Page 79: Pak Zet Kehi

Upah Buruh

Q

yang memungkinkan serikat buruh dan raanajemen (perusahaan) untuk menjaga

integritas individu pada saat bekerja demi kebaikan bersama.9 Pemerintah

seharusnya mendorong kerjasama antara manajemen dengan kaum buruh dalam

menghadapi persaingan ekonomi. Pemerintah harus pula menguatkan komitmen

terhadap integritas individu baik buruh maupun menajemen, dan tercipta

Hukum perburuhan lebih menekankan pendekatan pada hubungan buruh dan perusahaan swasta serta pimpinannya dalam bargaining collective. A.S. Horby, Oxford Advanced Learner's Dictionary of Qurrent English, Oxford University Press, 1986. hal. 472. Serikat buruh di Jepang bekerjasama dalam perubahan proses produksi dan mengurangi tuntutan kebutuhan buruh, paling tidak mereka tidak akan bersikap menentang perubahan-perubahan tadi. Semua manajer dulunya juga anggota serikat buruh. Kalangan buruh terbaik perusahaan dipilih sebagai pimptnan serikat buruh. Maka it a, manajemeti taemahami pandang&i serikat buruh. Komunikasi antara manajemen dengan buruh dapat dinilai istimewa baiknya. Susumu Takamiya, "Ciri-ciri Manajemen Jepang'^ Manajemen Jepang, penyunting, B.N. Marbun, (Jakarta: Pustaka Binaman Presindo, 1983), hal. 9-16

Jadi dalam perundingan bersama antara buruh dan majikan masing-masing dapat mengambil peran yang baik untuk menyelenggarakan sistem perburuhan yang adil dari segi hulcuni perburuhan. William C. Zifchak, "Collective Bargaining in The Reagan Era: A Management Perspective", Hofstra Labor Law Forum, Volume I. No. I, Winter 1983. Op. Cit. hal. 1.

Pemerintah berusaha mendorong buruh saling bahu membahu dalam proses produksi dengan upah disesuaikan kemampuan perusahaan, agar buruh tetap bekerja. William C. Zifchak, "Collective Bargaining in The Reagan Era: A Management Perspective", Hofstra Labor Law Forum, Volume I. No. I, Winter 1983. Op. Cit. hal. 1. Pembahasan undang-undang mengenai tawar menawar aatara buruh dan perusahaan mengenai upah di Amerika SeriJkat memakan waktu sekitar 60 tahun lamanya. Andrew K. Stutzman, "Our Eroding Industrial Base: U.S. Labor Laws Compared With Labor Laws of Less Developed Nations in Light of the Global Economy", 12 Dick J. Int'l Low, Fall 1993, hal. 147.

Salah satu fundamental manajemen sumber daya manusia adalah dimensi pengupahan yang memerlukan pendalaman dari waktu ke waktu. Anthonius Purba, Sistem Penggajian ImbalJasa, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1995)^ hal. 1. Di Jepang tidak ada keresahan buruh mengenai upah, karena menggunakan sistem manajemen tradisonal doktrin Gemeinschaft dengan struktur pengupahan didasarfcan senioritas dan hubungan kerja seumur hidup atau shushin kayo. Robert J, Ballon, Sistem fenggajian Jepang, penyunting, B.N. Marbim* "Manajemen Jepang", (Jakarta: Pustaka Binaman Presindo, 1988), Op, Cit. ha). 123.

Page 80: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 5

ketenangan bekerja, sehingga produktivitas untuk upah buruh dapat meningkat.

Ketiga, mengatasi pemogokan yang dapat merugikan buruh dan perusahaan.12

Permasalahan pengupahan buruh khususnya di perusahaan produsen keperluan

ekspor dan substitusi impor adalah upah yang rendah. Kemudian aksi mogok

buruh berkaitan pengupahan 1988-1990 rata-rata 50 kali atau naik 300%. Pada

tahun 1988 sebanyak 39 kali, tahun 1990 sebesar 61 kali, dan sejak 1991 naik

menjadi 1.14 kali. Tahun 1992 nienjadi 251 kali, tahun 1993 sebanyak 246 kali

dan sebanyak 1.132 kali selama tahun 1994.

12Pemogokan pertama setelah. kemerdekaan, dila.kukan kaiangan perburuhan Sin Ming Hui di Tanjung Priok yang disokong oleh Serikat Pekerja Tionghoa, dan, hari yang sama juga terjadi pula pemogokan buruh yang menuntut kenaikan upah. Mereka mengatakan bahwa pendapatannya tidak cukup untuk membeli beras sehingga mereka tidak dapat bekerja dengan tenaga 100%. Sebelumnya kalangan buruh mengeluarkan ultimatum bahwa jika tuntutan kenaikan upah tidak dipenuhl, maka akan dilakukan pemogokan disertai perarnpasan semua barang-barang, bahan-bahan daa alat-alat perusahaan, termasuk yang ada di geduag-geduag lainnya. Suara Rak/at Merdeka, 15 Mei 1947, hal. 3. Yang mengilhami pemogokan buruh di Indonesia tersebut, ialah telah terjadinya pemogokan di Amerika Serikat dari kalangan Serikat Bucuh Laut yang tergabung dalam A.L.F, dan C.l.O mengeuai tuntutan disediakan fonds pemogokan dan kesejahteraan sejumlah 20.000 dollar Amerika Serikat. Berita Indonesia, 16 Oktober 1946, hal. I, Sehingga pada tahun 1947 itulah terjadi pula pemogokan di Italia dan Skotlandia yang menuntut syarat-syarat upah yang baru. Berita Indonesia, 26 September 1947, nal. 111.

Kompas, 23 Mei 1994. Bila dibandingkan dengan Korea Selatan sebanyak 20.000 dari 12 juta orang anggota Serikat Buruh Korsel atau Korean Confederation of Trade Unions (RCTU) mengancam mogok yang menuntut dihapuskannya undang-undang bunih (mereka sebut imdang-undang setan) yang mereka anggap sangat merugikan buruh. Kompas, 25 Juni 1997.

Page 81: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 6

Terjadinya pemogokan buruh menuntut perbaikan upah,14 pada dasarnya

adalah karena dalam penentuan upah, buruh tidak diikutsertakan.

Transparansi dan obyektivitas mengenai kemampuan ekonomi perusahaan sangat

diperlukan. Apabila perusahaan tidak obyektif dan tidak transparan dalam

pembukuan keuangan dan tidak berkeinginan memberikan upali yang layak, maka

senjata satu-satunya bagi buruh adalah mogok. Buruh di negara berkembang

masih lemah dalam negosiasi mengenai upah.16.

Keempat, mengatasi ancaman dari negara-negara maju dan International

Labour Organization (ILO) berkenaan dengan "social dumping", yang bisa

menghambat ekspor Indonesia ke

14Kenaikan UMR DK1 Jakarta tahun 2000 dari Rp.286.000 menjadi Rp.344.257, baik pengusaha maupun kalangan buruh menolaknya, karena buruh tidak diikutsertakan dalam penentuan upah. Media Indonesia, 1 Agusfus 2000.

Andrew K. Stutzman, 'N0ur Eroding Industrial Base; U.S. Labor Laws Compared With Labor Laws of Less Developed Nations in Light of the Global Economy", 12 Dick J. International Lav, Fall 1993, hal, 136-137.

Standar upah buruh dalam perdagangan internasional adalah upah minimum, jam kerja, jaminan keamanan dan kesehatan buruh adalah pelanggaran "social dumping". Philip Alston, "Labor Rights Provision in US Trade Law: "Aggressive Unilateralism", Human Rights Quartery, Vol. 15, 1993, hal. 26-28. Pada tahun 1992 Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) menetapkan komponen standar buruh dengan upah tiuggi termasuk kesejahteraan sosial buruh bagi buruh MEE. Yunani dan Portugal menerima ancaman akan dikeluarkan keanggotannya dari MEE karena belum melakukan perbaikan standar upah buruh mereka. Christopher L. Erickson and Sarosh Kuruvilla, " Labor Costs and The Social Dumping Debate in The European Union", Industrial and Labor Relations Reyiewf Vol. 48 No. 1 (October 1994), hal. 29 Lihat Julianto mantan buruh Nike di Jawa yang dibayar 2 dollar Amerika Serikat (sekitar Rp. 17.000 per hari), ikut bergabung aksi protes di depan pertremuan Forum Ekonomi Dunia di Melbourne untuk menuntut perbaikan upah di Indonesia. Kompas, 11 September 2000.

Page 82: Pak Zet Kehi

* Upah Buruh 1

Amerika Serikat dan Eropa. Penghargaan atas hak-hak asasi buruh harus didasarkan

pada standar upah internasional, dengan norma dan kriteria yang jelas. Negara

yang tidak memberikan upah yang sesuai standar internasional dianggap telah

melanggar hak asasi buruh.17

Kelitna, menaikan daya beli masyarakat, sehingga pasar dalam negeri

dan kegiatan industrialisasi di Indonesiajo

mampu berkembang. Pendapatan buruh dengan upah yang layak akan mampu

menaikan daya beli masyarakat, Pada tahun 2000 angkatan kerja sebanyak 76,6

juta orarig, pencari kerja jumlahnya 5,8 juta orang, dan buruh sebesar 89,8 juta

orang rata-rata bekerja di bawah 35 jam perminggu yang menghidupi 206 juta

jiwa penduduk. Seharusnya dengan kondisi sulit seperti sekarang baik pencari

keija maupun buruh yang masih bekerja tidak menggantungkan diri kepada

industri yang mampu menyerap tenaga buruh. Alasannya, ialah industri terjepit

karena ongkos produksi dan upah buruh meningkat, pemasaran tidak lancar,

Konferensi Hak Asasi Dunja pada tanggal 25 Juni 1993, telah menyerukan negara-negara pelanggar hak asasi buruh seperti; Cina, Kolombia, Indonesia, Iran, Irak, Meksiko, Myanmar, Pakistan, Singapura, Suria, Vietnam dan Yaman karena tidak menentukan upah standar yang berlaku internasional. Chistina M. Cerna, "Universality of Human Rights and Cultural Diversity: Implementation of Human Rights in Different Socio-Cultural Contexts", Human Rights Quarterly, Vol. 16, 1994, hal. 740,752.

1 Q.

Pemerintah sangat berkepentingan dengan kebijaksanaan pengupahan, di satii pihak untuk tetap dapat menjamin standar kehidupan yang layak bagi buruh dan keluarganya, meningkatkan produktivitas dan peningkatan daya beli masyarakat. Payaman J. Sirnanjuntak, Teori dan Sistem Pengupahan, (Jakarta: Himpunan Pembina Sumberdaya Manusia, 1996), hal. 1.

Page 83: Pak Zet Kehi

Upah Buruh

ekspor turun dan bahan baku impor mahal, Akibatnya, marjin yang bisa dinikmati

oleh kalangan industri makin hari. bertambah tipis.

B. Perumusan Masalafa

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka disertasi ini mencoba

menganalisis perumusan masaiah sebagai berikut ini:

1,Bagaimanakah aksi mogok buruh yang menuntut kenaikan upah

setelah kemerdekaan di Indonesia (1945-1965) ?

2,Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penentuan kebijakan

tingkat upah buruh di Indonesia pada masa industrialisasi (1966-

1997) ?

3,Bagaimanakah penentuan upah buruh Indonesia yang ideal di

jaman reformasi dan masa depan ?

C. Tujuan Penulisan

Penelitian ini mencoba mencapai beberapa tujuan adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguraikan perkembangan hokum mengenai aksi mogok buruh

yang menuntut kenaikan upah buruh setelah kemerdekaan di Indonesia

(1945-1970).

19Payaman J. Simanjuntak, Tekan Kejahatan, Perangi Pengangguran, dalam Kompqs, 28

Juli 2002, hal, 30, Dengan sistem pengupahan yang tepat, naiknya upah akan meningkatkan gairah kerja, motivasi kerja, yang berpengaruh kepada produktivltas kerja. Peningkatan produktivitas kerja akhirnya akan mengurangi biaya per unit dari produk perusahaan. Jadi dengan demikian peningkatan upah justru dapat menurunkan biaya pfbduksi. Yunus Shamad, Pengupahan Pedoman Bagi Pengelola Sumberdaya Manusia di Perusahaan, (Jakarta: Bina SlunberDaya Manttaia, 1992), Op. Cit. hal. 3.

Page 84: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 9

2. Untuk mengemukakan bukti terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan penentuan upah buruh di Indonesia

pada masa industrialisasi (1970-2003).

3. Untuk menemukan dalam penentuan pengupahan buruh di

jaman reformasi Indonesia di masa depan.

1). Kegunaan Penulisan

1. Memberikan ulasan secara kongkrit dan jelas terhadap aksi

mogok buruh yang menuntut kenaikan upah setelah

kemerdekaan Republik Indonesia;

2. Menganalisis terhadap pengaruh politik yang mempengaruhi

kebijakan pengaturan upah buruh di Indonesia pada masa

industrialisasi (1970-2003).

3. Membuktikan dalam kebijakan tentang upah dalam peraturan

perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia yang

ideal pada era globalisasi.

E, Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka

Teoritis

Berperannya hukum dalam pembangunan ekonomi tergantung kepada

kemampuan hukum untuk dapat menciptakan predictability, stability, dan

fairness Ms* Weber menyatakan20:

20 Leonard J. Theberce, "Law and Economic Development", Journal ofInternational and Policy, Vol. 9: 231, hal. 232.

Page 85: Pak Zet Kehi

UpahBuruk 10

"The law's greatest encouragement to economic development lies in its protection of the fruits of labor.... It is the security of expectation, assured by law in the form of institutions of property, that leads men to work, save, and invest.... The concern for security, i.e., the concern for a development-conducive state of mind, must be a primary one for any government engaged In a massive social reform".

Kebutuhan terhadap prediktibilitas sangat besar khususnya bagi negara,

dimana sebagian besar masyarakat untuk pertama kalinya memasuki hubungan

ekonomi di luar lingkungan tradisinya. Termasuk ke dalam fungsi stabilitas

adalah potensi hukum dalam mengimbangkan dan meiigakomodir kepentingan

yang saling berkompetisi. Aspek fairness (keadilan) seperti due-process

(proses), persamaan perlakuan dan standar tingkah laku pemerintah telah

ditekankan oleh ahli lain sebagai kebutuhan untuk menjaga mekanisme pasar

dan pencegahan dampak negatip dari ekses birokrasi yang berlebihan, sebagai

masalah paling besar yang dihadapi oleh negara-negara berkembang, Dalam

jangka panjang kurangnya atau lemannya standar tersebut merupakan

penyebab utama hilangnya21

legitimasi pemerintah.

Nyhart berpendapat, bahwa apakah hukum secara signifikan dapat

mendorong atau menghalangi pembangunan ekonomi tergantung dari lima

kualitas berikut ini.

Pertama, predictability. Dengan kemampuan memprediksikan ijtii,

maka manusia memiliki pedoman atas

Leonard J. Theberce, Journal of International and Policy, Vol. 9: 231,Ibid. hal. 232.

Page 86: Pak Zet Kehi

f Upah Buruh \ 1

tindak tanduknya dalam _ hubungan dengan manusia lainnya dan memiliki kepastian

bagaimana pihak lain akan bertindak. Dalam rangka memfasilitasi kegiatan ekonomi

seperangkat ketentuan disusun sebagai pedoman dalam hubungan perekonomian

masyarakat dalam banyak bidang, seperti hukurn perjanjian, jual beli, keagenan,

hukum perusahaan dan hukum perburuhan. Banyak masyarakat di negara

berkembang untuk pertama kali mulai memasuki hubungan ekonomi di luar

Hngkungan kebiasaannya, memerlukan prediktabilitas. Kemampuan memprediksi

yang sebelumnya yang didasarkan atas hubungan-hubungan tradisional digantikan

dengan sistem hukum.

Kedua, procedural capability. Prosedur ini mencakup beracara di pengadilan

atau di panitia penyelesaian perselisihan sengketa (administrative tribunal,

arbitrase, konsiliasi atau berada di lingkungan legislatif itu sendhi. Prosedur

tersebut, harus berjalan secara efisien agar kegiatan perekonomian dapat berjalan

secara maksimal. Prosedur yang disusun secara baik biasanya mampu mencegah

tindakan-tindakan yang sewenang-wenang.

Ketiga, codification of goals. Hukum sering kali merupakan pemyataan

tentang kehiginan. Suatu tujuan atau kehendak dapat diungkapkan secara eksplisit

maupun implisit dalam suatu undang-undang. Studi tentang perundang-undangan

dapat memberikan pengertian yang jelas bagi pihak-pihafc yang berada di luar badan

pembuat kebijakan tentang maksud badan tersebut khususnya ketika tindakan-

tindakan pembuat undang-

Page 87: Pak Zet Kehi

UpahBuruh 12

undang telah membantu badan pembuat kebijakan lebih jelas dalam

mendefinisikan tujuannya.

Keempat, balance, Suatu negara yang baru berdiri berkeinginan untuk

meningkatkan tingkat pendidikan, kebebasan individu melalui pemelihaman hak-hak

dasar dan sekaligus kemajuan ekonomi. Tujuan-tujuan yang beragam ini sekaligus

dalam waktu bersamaan dapat saling bertentangan. Pemerintah suatu negara yang

baru merdeka menghadapi tantangan-tantangan dalam memulai pembangunan

ekonomi mendapat kritikan atas pembatasan-pembatasan dan upaya-upaya tindakan

ketat dalam menjamin kemerdekaan dan kebebasan berbicara. Pemimpin-pemimpin

politik mungkin berani mengambil resiko karena mereka yakin pembatasan-

pembatasan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan meningkatkan produksi.

Sistem hukum harus mengakomodir kepentingan-kepentingan yang saling bersaing

tersebut berfiingsi sebagai peuyeimbang dari kepentingan-kepentingan tersebut.

Kelitna, accommodation. Perubahan yang cepat dapat mengganggu

keseimbangan dan hubungan invidu atau kelompok dalam suatu masyarakat,

sehingga muncul keinginan untuk mencapai suatu titik keseimbangan baru.

Sistem hukum menawarkan jalan keluar yang dapat digunakan oleh individu atau

kelompok. Hukum dapat memfasilitasi ' untuk menghilangkan ketidak-

adilan yang terjadi pada masa perubahan, sehingga dapat membantu ;

masyarakat mengakomodir perubahan tersebut. Pengadilan dan badan

Page 88: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 13

arbitrase, dapat menyediakan mekanisme bagi akomodasi tersebut.22

Untuk dapat menciptakan baik predictability, stability, fairness,

procedural capability, codification of goals, balance maupun accommodation,

maka dalam merealisasikan rasa keadilan mengenai upah buruh, maka yang

dibutuhkan satu-sarunya adalah kesepakatan antara buruh dengan pengusaha

yang melahirkan perjanjian pengupahan setelah melalui negosiasi. Hal ini

dibenarkan oleh William C. Zicfhak yang mengatakan bahwa dalam penentuan

upah buruh perlunya collective bargaining antara buruh dan pengusaha23:

"The strength of collective bargaining is that every bargaining relationship, much like a marriage, is sui generis: collective bargaining allows the parties in each relationship to structure that relationship according to their unique mutuality of inters!. Particularly in this field, therefore, it is overly simplistic to strain to find "treands" with universal application",

Selanjutnya jalan keluar untuk mengatasi masalah kesepakatan bersama

mengenai pengupahan tersebut adalah dengan melakukan larigkah-langkah

konkrit antara lain: pertama, para pelaku harus konsekuen terhadap

kebijaksanaan buruh dan kebijakan ekonomi melalui beberapa perundingan.

Kebijakan perundingan menghasilkan "Sui-Generis" yaitu suatu pola yang akan

diambil dari beberapa yang ada dan tentunya bukan dalam

22J. D. Nyhart, "The Role of Law Economic Development", hal. 400-402, 23 William C, Zifchak, "Collective Bargaining in The Reagan Era: A

Management Perspective", Hofstra Labor Law Forum, Volume I. No, I, Winter 1983, hal. 6.

Page 89: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 14'

artian sederhana. Perlunya perhatian atas kepentingan buruh untuk mencapai

kesepakatan upah, baik kesepakatan upah pada suatu industri maupun

kesepakatan upali industri jenis lainnya. Kemudian menaikkan frekuensi upah

secara berkala, dan penghentian upah yang berlaku secara nasionai di tingkat

lokal, semuanya itu dicapai dengan jalan kesepakatan bersama.

Kedua, Pemerintah mengarahkan politik ekonomi untuk mendorong

pimpinan perusahaan dan buruh mengenai pandangan hidup dalam bidang

perekonomian yaitu dari dasar keberanian berusaha untuk memberikan

jaminan pekerjaan terhadap buruh. Ketiga, menggunakan filsafat politik

ekonomi yang menyebabkan terjadinya proses perundingan bersama untuk

mengambil peranan yang baik bagi buruh dalam mewiijudkan rasa adil dari

segi pandangan hukum perburuhan. Apabila ada keretakan atau perselisihan

antara buruh dengan perusahaan walaupun sudah ada perjanjian suka rela, maka

perundingan bersama dapat diambil sebagai jalan dalam

merumuskan keinginan untuk mencapai persamaan persepsi.

Stanley M. Spracker dan Gregory J, Mertz menyatakan bahwa standar

tingkat upah yang dipersyaratkan dalam hukum

William C. Zifchak, "Collective Bargaining in The Reagan Era: A Management Perspective", Hofstra Labor Law Forum, (Vol. I: 1, 1983), Ibid. hal. 1-4.

Page 90: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 15

ditentukan oleh standar yang dibuat atas negosiasi dari perjanjian

tawar menawar bersama25:

"...., it also establishes standards for the negotiation ofcollective bargaining agreements, including requirements that all such agreements be in writing and contain stipulationas to hours of work, ,.,.., wage rates, ..... ".

Berkaitan dengan ulasan tersebut di atas, maka John A. Possum dalam

teori perundingan (bargaining theory) menyatakan bahwa terdapat batas

atas dan bawah untuk tingkat upah, dan bahwa tingkat aktualitas antara kedua

batas tersebut ditentukan oleh tingkat kepentingan dari kebutuhan pengusaha

kepada buruh dan kepentingan buruh untuk menerima pekerjaan, sehingga

dapat memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena

itu, tingkat upah yang ditetapkan melalui persetujuan buruh bersama

majikan tergantung dari kemampuan atau kekuatan berunding

(bargainingpower) atau negosiasi.

2. Kerangka Konseptual

Pada landasan konsep ini adalah menggunakan konstitusi tertulis

Republik Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 27 ayat

(2) dinyatakan bahwa "Tiap-tiap warga

Stanley M. Spracker dan Gregory J. Mertz, "Labor Issue Under the NAFTA: Options in the Wake of the Agreement", The International Lawyer1, Vol. 23. No. 3, Fall 1993. hal. 739.

John A. Possum, "Bargaining Theory and Structure", Labor Relations, Development, Struckture, Process, Labor and Equal Employment Opportunity. Business Publications, Inc. The University of Michigan (1982), hal. 211-212.

Page 91: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 16.

Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi27

kemanusiaan".

Kemudian Pasal 28A UUD 1945 menyatakan bahwa "Setiap orang

untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya)" Untuk

memenuhi kebutuhan iayak bagi kaum buruh yang tidak mudah diberikan oleh

kaum pengusaha, maka kadang-kadang kaum buruh rnelakukan tuntutan yang

disertai dengan aksi-aksi mogok. Sebagai fundamen dasar kenegaraan

seharusnya konstitusi atau UUD 1945 mampu menjadi pijakan untuk

negara menjalankan kenegaraan, dan*\G

mampu memberikan perlindungan hukum kepada rakyamya.

Ternyata masih jauh dari tugas utama tersebut terbukti semua

amandemen atau perubahan atas UUD 1945 hingga empat kali yang

dilakukan oleh MPR pascagerakan reformasi 1999-2002. Hal ini dapat

dibuktikan sampai sekarang belum memberikan hasil nyata pada

kesejahteraan rakyat pada umumnya apalagi kesejahteraan masyarakat

perburuhan pada

khususnya, oleh karena itu perlu amandemen secara 29menyeluruh.

iSetiap buruh berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi

kemanusiaan, Pasal 99 ayat (1) UTJ No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. Selanjutnya, untuk mewujudkan

27Jhnly Assiddiqte, KonsoMasi Naskah UUD 1945, Setelah Perubahan Ke-Empat, Jakarta: Yasrif Watampone, 2003), haL 62, ™lbid.

70

^Kompas, 19 Mei 2008, ha.l. 2.

Page 92: Pak Zet Kehi

* Upah Buruh 17

penghasilan yang layak pemerintah menetapkan perlindungan pengupahan

bagi buruh, ayat (2). Perlindungan penghasilan/

pengupahan bagi buruh meliputi sebagai berikut (ayat 3)., 30 yaitu;

a. Upah minimumb. Upah kerja lemburc. Upah/penghasilan tidak masuk kerja karena

berhalangan/sakit.d. Upah/penghasilan tidak masuk kerja karena

melakukan kegiatan di luar pekerjaannya.e. Upah/penghasilan karena menjalankan hak waktu

istirahat kerj anya,

Bentuk dan cara pembayaran upah. Potongan penghasilan dan hal-hal

yang dapat diperhitungkan dengan penghasilan dan jaminan sosial, struktur

dan skala pengupahan yang proporsional, penghasilan untuk pembayaran

pesangon, dan pengliasilan untuk perhitungan pajak penghasilan. Pemerintah

menetapkan penghasilan minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak..

Pengaturan upah buruh pada tahun 2008/2009 di wilayah Daerah Kliusus

Istimewa (DKJ) Jakarta telah datur pada Kep. Gubernur DKJ Jakarta

No.2/2008 yang besarnya sekitar Rp. 1.200.000,- (Satu juta dua ratus ribu

rupiah).31

Dalam penyelesaian perselisihan perburuhan khususnya perselisihan

masalah upah, maka sudah peradilan buruh yakni

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Tambahan Lembaran Negara RI, No, 3702, Kompas, 2 Fabruari 2008.

Page 93: Pak Zet Kehi

Upah Bunth \ 8

berdasarkan UU No.2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial (PPHI) yang berlaku pada awal tahun 2006, belum banyak melesaian

perselisihan Jamsostek buruh yang pada umumnya masih pada tingkat pertama

(Pengadilan Negeri Provinsi) yang sudah masuk tingkat banding masih dalam

proses penyelesaian di Mahkamah Agung. Mekanisme penyelesaian sengketa

penghasilan buruh di Indonesia masa depan adalah satu-satunya wadah yaitu

arbitrase perburuhan Sebenarnya di Indonesia peraturan perundang-undangan

arbitrase (UU No.30 Tahun 1999 tentang Abitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa). Peraturan ini masih belum terfokus, karena hanya arbitrase yang bersifat

umum, atau kata lain belum secara khusus mengatur arbitrase perburuhan.

Merupakan suatu kemunduran dibidang perburuhan apabila mekanisme arbitrase tidak

dipergunakan dalam penyelesaian perselisihan perburuhan, karena penyelesaian

dengan arbitrase cukup cepat untuk dapat diterima oleh buruh dan majikan.

David Feller menyatakan sejak tahun 1950, terutama akhk tahun 1960-an

dan 1970-an serikat buruh baik tradisional maupun serikat buruh yang terkait

dengan kepentingan globalisasi pasar domestik dalam perusahaan industri

menggunakan arbitrase perburuhan. Banyaknya unjuk rasa dan pemogokan

menunjukkan tidak efektifhya peraturan perundang-undangan perburuhan bagi

serikat buruh, oleh karena itu mereka mengharapkan arbitrase berperan lebih

Page 94: Pak Zet Kehi

•• Upah Burvh 19

banyak. Di sinilah fungsi perundang-undangan perburuhan untuk

mengatur penyelesaian perselisihan dengan32

menggunakan arbitrase*

Peran arbitrase perburuhan yang sangat ideal diterapkan dalam

perselisihan perburuhan, karena arbitrase perburuhan memiliki konsep dasar.

adalali menetapkan kewenangan perusahaan yang dicapai melalui kesepakatfin

perjanjian tawar menawar kolektif (collective bargaining agreements), dan

menentukan kewenangan para arbitrase itu sendiri yang diperlukan untuk

dapat menyesuaikan kepentingan buruh dan pengusaha. Ketaatan mendasar

itulah yang menjadi tolak ukur tingkat kesepakatan perjanjian kerja.

Badan Arbitrase yang ada di Indonesia adalah Badan Arbitrase Nasional

Indonesia (BANI) yang menetapkan antara lain; "Semua sengketa yang timbuJ

dari perjanjian akan diselesaikan dalam tingkat pertama dan terakhir

menurut peraturan prosedur BANI oleh arbitrase yang ditunjuk menurut

peraturan tersebut" (Komar Kantaatmadja, 1989: 4). UU No.30 Tahun 1999

tentang Arbitrase Alternatif Penyelesaian Sengketa (AAPS) mencantumkan

peranan Pehgadilan di Indonesia untuk memperkuat proses arbitrase sejak

awal sampai dengan pelaksanaan putusan arbitrase (Erman Rajagukguk, 2005:

9).

David A, Dilts, "Future For labour Arbitration", Arbitration Journal, • June, 2006), hal: 81.

Page 95: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 20

Untuk menghindari perbedaan pengertian mengenai suatu konsep, maka

berikut ini adalah definisi operasional dari istilah-istilah.

Arbitrage adalah penyelesaian perselisihan perburuhan dimana pihak

yang berselisih sepakat untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan mereka

kepada pihak ke tiga atau lembaga dengan menyatakan mereka akan tunduk

kepada apa yang diputuskan pihak artinya yang ditunjuk (arbitrase).

Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau

imbalan dalam bentuk lain, 4

Kecelakaan Ketja adalah kecelakaan yang teqadi berhubung dengan

hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubugan kerja,

demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah

menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang sama atau

wajai-

dilalui.35

Kesejahteraan adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau

keperluan yang bersifat jasmani dan rohani, baik di dalam maupun di luar

hubungan kerja, yang secara langsung

RepubJik Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdagangan.

34Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jami nan Sosial

Tenaga Kerja.

Page 96: Pak Zet Kehi

* Upah Buruh 21

dan tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan

kerja yang aman dan sehat.

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga

kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.

Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah (P4-D) adalah

Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah, untuk menyelesaikan

pertentangan antara majikan atau perkumpulan majikan dengan serikat buruh

atau gabungan serikat buruh berhubungan dengan tidak adanya persesuaian

paham mengenai hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan/atau38

keadaan perburuhan di daerah.

Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusal (P4-P) adalah Panitia

Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat, untuk menyelesaikan

pertentangan antara majikan atau perkumpulan majikan dengan serikat buruh

atau gabungan serikat buruh berhubungan dengan tidak adanya persesuaian

paham mengenai hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan/atau39

keadaan perburuhan di pusat.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Op. Cit.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan. Lihat juga Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Ibid,

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, Pasal 1 ayat (1) sub, c dan f.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, Pasal I ayat (I) sub. c dan g. Ibid.

Page 97: Pak Zet Kehi

UpahBuruh 22

Pemutusan Hubungan Kerja adaiah pengakhiran hubungan kerja

karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan

kewajiban antara pekerja/buruh dan

pengusaha.

Peradilan Perburuhan adaiah penyelesaian perselisihan perburuhan oleh

hakim yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan tentang Ketentuan

Pokok Kehakiman (No. 14 Tahun 1974 jo UU No. 35 Tahun 1999),41 dan

atau Peradilan Tata Usaha (UU No. 5 Tahun 1986).42

Peraturan Perusahaan adaiah peraturan yang dibuat secara tertulis

oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja serta tata tertib perusahaan.

Perjanjian Kerja adaiah perjanjian antara pekerja/buruh dengan

pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan

kewajiban para pihak.

Perjanjian Kerja Bersama adaiah perjanjian yang merupakan hasil

perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat

pekerja/serikat buruh yang tercatat

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, tentang Ketenaeakerjaan, Op. Git.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

4 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Kehakiman,Departettien Tenaga Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999

tentang Upah Minimum. Lihat juga UU No. Tahun 2003 Op. Cit.Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerja.

Page 98: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 23

pada instansi yang.bertangung jawab di bidang kenegakerjaan dengan

pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang mernuat

syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban45

kedua belah pihak.

Perjanjian Perburuhan adalah suatu persetujuan perburuhan dibuat

tertulis, raaka biaya akta beserta Iain-lain biaya tambahan harus dipikul oleh

majikan.

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak

yang mempekerjakan pekeija dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak,

milik orang perseorangan, .persekutuan atau badan hukum, baik milik swasta

maupun milik

negara.

Produsen adalah yang menghasilkan barang-barang. Tunjangan adalah

suatu imbalan yang diterima oleh49

buruh jumlahnya dan taratur pembayarannya yang tidak dikaitkan dengan

kehadiran ataupun pencapaian prestasi kerja tertentu.

Republik Indonesio, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Ibid.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1954 tentang Perjanjian Kerja, jo Pasal 1601-dKitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 tentangKetenagakerjaan. 48

Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Editor, (Surabaya, Amanah, 1997), hal, 381.

49Departemen Tenaga Kerja, Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, Keputusan

Nomor 150/Men/2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubugan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Ganti Kerugian di Perusahaan^

Page 99: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 24

Upah adalah penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga

kerja untiik sesuatu pekerjaan yang telah atau akan di lakukan, dinyatakan

atau diniiai dalani bentuk uang ditetapkan menurut suatu perjanjian, atau

peraturan pemndangan dan dibayar atas dasar suatu perjanjian kerja

antara pengusaha dengan tenaga kerja, termasuk tunjangan, baik untuk buruh

sendiri maupun keluarganya.

Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah

pokok termasuk tunjangan tetap.

Upah Minimum Regional adalah upah pokok terendah termasuk

tunjangan tetap yang diterima oleh buruh di wilayah

tertentu dalam suatu propmsi.•"•.*•••••'••'•••'•''':'••.••'' :• ..••.•;

F. Asumsi

Untuk menfokuskan penulisan disertasi ini, maka disusunlah asumsi-asumsi

sebagai berikut:

1. Aksi mogok buruh di Indonesia dalam menuntut kenaikan upah

setelah awal-awal kemerdekaan sangat dipengaruhi oleh situasi

politik ekonomi.

2. Faktor internal dan eksternal pada masa industrialisasi telah

mempenganihi penentuan tingkat upah buruh di Indonesia.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah.

Departemen Tenaga Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1999 tentang Upah Minimum. '

Departemen Tenaga Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-0I/Men/1996 tentang Upah Minimum Regional.

Page 100: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 25

Kebijakan dalam peraturan perundang-undangan ketenaga-kerjaan belum

menyentuh subtansi pengupahan karena belum marapu memenuhi kebutuhan

hidup layak buruh beserta keluarganya.

3. Pola penentuan dan penetapan upah yang layak dan ideal bagi buruh di

Indonesia untuk masa depan, dijabarkan dalam garis regresi upah dari upah

survey, upah berlaku dan upah baru dengan penilaian prestasi kerja serta

keterampilan/pendidikan.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai dalam pemulisan ini adalah penelitian

yuridis normatif yang bersifat kualitatif. Penelitian yuridis normantif adalah

penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat daiam peraturan

perundang-undangan dan keputusan-keputusan pengadilan serta nonna-norma

yang hidup dalam masyarakat Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu

menganalisis secara mendalam dan holistik, yaitu dari segala segi (komprehensif).

Sifat holistik ini menjadi salali satu aspek pendekatan kualitatif

(Qualitative Paradigm). Lebih mendalam lagi terhadap pendekatan kualitatif ini

menekankan pada proses dan makna dari

Chai Podhisita, Theoretical Terminological and Philosophical Issue in Qualitative Research, dalam Atting et. Qualitative Research Methods, hal 7.

54Kenneth D, Bailey, Methods of Social Research, The Free Press, A Division of Macmillan Publishing Co., Inc. New York, London, hal. 62.

Page 101: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 26

perilaku yang diteliti, serta realitas yang terjadi. Untuk itulah alasan-alasan

penggunaan metode ini karena memberikan jawaban terhadap pertanyaan-

pertanyaan yang berintikan penyebab kendala-kendala dalam pemberian upah

layak, serta bagaimana penyelesaiannya. Kemudian menjadi pengukur atau

analisis terhadap hubungan sebab-akibat antara variabel yang menjadi ciri

penelitian kuantitatif. Responden yang dipilih secara acak, diharapkan cukup

tenvakili dari keseluruhan populasi.

Adanya data kuantitatif dalam penulisan ini adalah sebagai pelengkap.

Disamping itu penelitian perbanduigan hukum juga digunakan dalam penulisan

disertasi ini, terutama dengan sistem hukum perburuhan di Amerika Serikat,

berdasarkan empat alasan. Pertama, sistem pengupahan buruh yang diterapkan

Amerika Serikat, sudah maju, yaitu sudah memberikan kesejahteraan kepada

buruh. Upah yang diterima buruh mampu menghidupi buruh bersama

keluarganya, bahkan pengupahan buruh bukan saja upah pokok, tetapi termasuk

jaminan sosial berupa asuransi buruh, jaminan kesehatan dan bentuk

perlindungan lainnya. Kedua,

Robert K. Yin, Applications of Case Study Research, Sage Publications International Education and Professional Publisher Newbury Park London New Delhi, hal. 4.

Uma Sekaran, Research Methods for Business, A Skill Building Approach, John Wiley & Sons, Inc., New York, Chichester Brisbane Toronto Singapore, hal. 271.

57I. A. Suparman, Statistik Sosiat, (Jakarta; Rajawalij 1988). Teknik sampling adalah prosedur yang dipergunakan untuk dapat rnengumpulkan karakteristik dari suatu populasi yang dianggap terwakili untuk obyek di wawancara. Valerine J.L, Kriekhoff, Metode Sampling, Mated Penataran Metode Penelitian FH Univ. Patttaiura, Ambon, 3-9 Jant&ri 1992, hal. 1.

Page 102: Pak Zet Kehi

/ Upah Buruh 27

pemilikan saham perusahaan sebesar 20% oleh buruh, sehingga buruh merasa

memiliki perusahaan di mana mereka bekerja. Ketiga, setiap terjadi perselisihan

antara buruh dengan pengusaha, satu-satunya lembaga penyelesaiannya adalah

arbitrase perburuhan. Mekanisme arbirase tidak berbelit dan cepat

penyelesaiannya sehingga tidak menghabiskan energi buruh, Keempat, Amerika

Serikat sudah memiliki ketentuan peraturan-peraturan mengenai upah buruh,

sehingga dapat memberikan perlindungan danjaminan kepastian hukum kepada

buruh.

Penelitian dipusatkan kepada sistem pengupahan buruh di Indonesia di sektor

industri npn migas sejak 1945-1997. Penelitian lapangan dilaksanakan melalui

wawancara dengan buruh dan pengusaha di sektor Industri Substitusi Impor yaitu;

masing-masing sebanyak 4 perusahaan untuk jenis Perusahaan Rokok, jenis58

Perusahaan Mak.anan, dan jenis Perusahaan produksi Jok-Mobil.59 Kemudian pengumpulan data empiris lainnya dari perusahaan

yang berproduksi untuk ekspor, juga masing-masing sebanyak 4 (empat)

perusahaan untuk jenis Perusahaan Sepatu, jenis Perusahaan Tekstil, dan jenis

Perusahaan yang produksi Garmen.

58Perusahaan Rokok yaitu; PT. Sampuraa, PT. Gudang Garam, PT. Jarum dan PT, Bentul, Perusahaan

Makanan yaitu, PT. Bogasari, PT, Indo Bagna Priraa, PT. Bosowa dan PT. Perken. Kemudian perusahaan yang memproduksi keperluan Jok Mobil yaitu, PT, Bonecora, PT. Kadera Araco Indonesia, PT. Tujuh Waliwali dan PT. Fajar Timur. 59

Perusahaan Sepatu yaitu; PT, Sepatu Bata, PT. Nike, PT. Printec Perkasadan PT. Doson. Perusahaan Tekstil yaitu, PT. Starwin, PT. Indah Lon Sinar Jaya, PT. Sai Apperal Industries dan PT. Sam Woo Coorporation Indonesia. Kemudian pemgambilan berikutnya di Perusahaan Garmen yaitu, PT, Jasukairin Indonesia, PT. Ton Indonesia, PT. Kairus Jaya Garmen dan PT. Dewhings Manswear.

Page 103: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 28

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk pengambil kebijaksanaan

perburahan di Indonesia dalam menetapkan peratufan pelaksanaan berkenaan

dengan upah buruh di Indonesia. Disamping itu dapat memperluas wawasan

perm'kiran masyarakat perburuhan di Indonesia untuk mengatasi masalah

pengupahan yang tidak akan kunjung berhenti.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan disertasi mi dibagi dalam enam bab sebagaimana sebagai berikut

ini.

Bab Pertama, sebagai pendahuluan, menguraikan latar belakang

masalah pengupahan buruh, perumusan masalah, kerangka teori dan

konsepsi, tujuan penelitian, metodologi penelitian yang digunakan, dan asumsi.

Bab Kedua, menguraikan aksi mogok menuntut perbaikan upah setelah

kemerdekaan (1945-1965), antara lain; situasi perekonomian mempengarulii

gerakan buruh menuntut upah kenaikan (1945-1949). Kemudian menguraikan

pula tekanan uiternasional terhadap masalah perburuhan di Indonesia (1950-

1965)^ sehingga Pemerintah Indonesia pada tahun 1954 mulai meratifikasi

beberapa konvensi ILO. Tanggapan Pemerintah terhadap tuntutan buruh bagi

kenaikan upah (1950-1965) dapat dilihat dari reaksi pemerintah secara tidak

langsung yakni misalnya lahirnya; UU No. 16 Tahun 1951 tentang Larangan

Mogok di Perusahaan Vital, UU No.21 Taliun 1954 tentang Perjanjian

Perburuhan antara Serikat Buruh dan Majikan, UU No.22 Tahun

Page 104: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 30

Bab Kelima, sebagai bab penutup berisi kesimpulan dan saran. Tampaknya

perlu pembaruan peraturan perundang-undaogan mengenai upah buruh.

Page 105: Pak Zet Kehi

«•• Upah Buruh 31

DAFTAR PUSTAKA

Adol, Huala. Arbitrase Komersial International. Jakarta: Rajawali, Press, 1993.

Aslton, Philip. "Labor Rights Provision in US Trade Law: Aggressive Unilateralism", Human Rights Quarterly, 15 (1993) 1-35 @ 1993 by The Johns Hopkins University Press.

Aneta, (majalah), tanggal 3 April 1952.

Anoraga, Pandji. Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal Asing. Yakarta: Pustaka Jaya, 1993.

Anaki, Takashi. "Special Section International Collequiun on Labor Law: Models of Employee Representational Participation Part II, The Japanese Model of Employee Representational Participation", Comparative Labor Law Journal, (Vol. 15: 143, 1994).

Dilts, David A. '"Future For Labour Arbitration", Arbitration Journal, June, 2006),

Bailey, Kenneth D. Methods Of Social Research, New York: The Free Press, 1982.

Ballon, Robert J. Sistem Penggajian Jepang. Penyunting B.N. Marbun, "Manajemen Jepang". Jakarta: Pustaka Binaman Presindo, 1988.

Berita Negara; 6 Pebruari 1947 Berita Yudha; 12

Pebruari 1965

Berita Indonesia; 16 Oktober 1946, 6 Pebruari 1947, 5 April 1947, 9 April 1947, 30 April 1947, 13 Mei 1947, 20 Mei 1947, 27 September 1947, 2 Desember 1947, 17 Juli 1948, 22 Januari 1951, 31 Juli 1951, 1 Agustus 1951, 2, Agustus 1951, 4 Agustus 1951, 11 Agustus 1951, 13 Agustus 1951, 16 Agustus 1951, 17 Agustus 1951.

Page 106: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 32

Biro Pusat Statistfk. Angkatan Kerja di Indonesia. Jakarta: BPS.Tahun 1991.

-. Jakarta: BPS, Tahiin 1995. -. Jakarta:

BPS, Tahun 1996. -. Jakarta: BPS, Tahun

1997.

Blak, MA., Henry Compbell & Sixt Edition. Black's Lav? Dictionary. St. Paul Minn West Publishing Co, 1990.

Blanchet, Didier. "Does An Agein Labour Force Call For Large Adjusman in Training or Wage Policies". Labour Markets In An Agein Europe. Combridge, University Press.

Bruno, Girgio. The Effect of Union on Firm Reformance in Japanese Manufacturing. Indusrial and Labor Relations Review. Vol. 45 No.3 (April 1992)©CornellUniversity.

Carrizosa, Alfredo Sariches. Standing Committee on Human Rights: Human Right Organization. Ficial Bulleting LXXI, 1988.

Cerna, Christina M. "University of Human Rights and Culture Diversity: Implementation of Human Rights in Different Socio-Cultural Contexts." Human Rights Quarterly Vol.16 (1994) 740-752 @ 1994 by The Johns Hopkins University Press.

Chu, Yun-han. "State Structure and Economic Adjusment of The East Asia Newly Industrializing Countries." International Labor Organization. Vol. 43, 4. Autumn 1989 @ (1989) by The World Peace Foundation and The Massachusetts Institute of Technology. 646-673.

Cynthia, Milne. New Freedom For Employer Communications, Hofstra Labor Law Journal, (Vol. 3: 2, 1986).

Clark, With Kim B. Labor Market Dynamics and Unemployment: A Reconsideration. Reprinted by permission, With Revisions from Brookings Papers on Economic Activity I: 13 - 60,1979, Copyrigt @ 1979 by The Brookings Institution.

Page 107: Pak Zet Kehi

UpahBunih 33

Compa, Lance, "International Labor Standar and Instrumenys of Recourse for Working Women." Yale Journal of International Law. Vol. 17 , (1992), Yale Law School,

Conison, Jay, Employee Benefit Plans, In a Nut Shell, Conison, West, 1993,

Covington, Robert N. and Kurt H. Decker, Individual Employee Rights In A Nutshell. St. Paul, Mimt West Publishing Go. 1995.

Cunningham, William and Segundo Mercado-Llorens. "The North American Free Trade Agreement: The Sale of U.S. Industry to The Lowest Bidder." Hofstra Labor Law Journal Vol. 10 No 2 Spring 1993:413-447.

Daubler, Wolfgang. "The Individual and Cpllective: No Problem for German Labor Law". Comparative Labor Law Journal,. Vol. 505-519(1996).

Damanik, Sehat Hukum Acara Perburuhan. Jakarta: DSS Publishing, 2005.

De Wet, Erika. "Labor Standars in The Globalized Economy: The Inclusion of a Social Clause in The General Agreement On Tarif and Trade/World Trade Organization." Human Rights Quarterly. 17 (1995) 443-462 @ 1995 by The Johns Hopkins University Press.

Departemen Kehakiman Republik Indonesia. Yurisprttderisi Hukum Perburuhan. Penyunting Chaidir Ali. Bandung: Tossito, 1977.

• _____ . Hukum Acara Peradilan Tata VsahaNegara (PTUN). Jakarta: Raja Grafmdo Persada, 1992.

_______.___. Departemen Perburuhan. Testamen PolitikPerburuhan Menteri Perburuhan Republik Indonesia, pada tanggal 14 Agustus 1950.

Page 108: Pak Zet Kehi

UpahBvruh 34

_. Profit Sumber Day a Manusia. Jakarta-PIPTKP 1989/1990.

_. Menteri Teriaga Kerja, Peraturan Nomor03/Men/l 993 tentang Pendaftaran Organisasi Pekerja.

____________. Menteri Tenaga Kerja, Peraturan No03/Men/l 996 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Uang Jasa dan Ganti Kerugian di PerusahaanV\ Ats-tn+j*

Swasta.

_____________. Keterangan Pemerintah Atas RancanganUndang-Undang tentang Ketenagakerjaan. Jakarta: 16 Juni 1997.

Modul Bahan Penyuluhan UpahMinimun Regional. Jakarta: /9P7/1998.

. Menteri Tenaga Kerja, Surat KeputusanNomor 120/Men/1998 tentang UMR (Upah Minimun Regional), akan naik rata-rata 25 persen ke seluruh 27 Propinsi seluruh Indonesia, mulai berlaku tanggal 1 Agustus 1998 .

. ______ . Kanwil Depnaker DKI Surat EdaranNomor B-952/W-26-25/TJI/K/87. Masalah Pengupahan Tenaga Kerja di DKI.

_- Departemen Pendidikan dan KebudayaanR.I. Kamus Baliasa Indonesia II. Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1983

Dilts, David A. "Future For Labour Arbitrators", Arbitration Journal. June 1996.

Djumialdi, FX dan Wiwoho Soejiwo. Perjanjian Perburuhan dan Hubungan Perburuhan Pancasila. Jakarta Bina Aksara, 1985.

Page 109: Pak Zet Kehi

„ UpahBuruh 35

Durkheim, Emile., The Division of Labor in Society. @ 1984, The Free Press, New York'Londort-Toronto*Sydney»Tokyo-Singapore.

Duta Masjarakat (Swat Kabar)\ tanggal 7 Juli 1961, 5 Jum 1961, 21 Juli 1961, 5 Agustus 1961, 14 Agusrus 1961, 15 Desember 1961, 8 Pebruari 1962, 28 Pebruari 1967, 4 Maret 1967,

.

Echols John M dan Hasan Sadily. Kamus Inggeris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1989.

Erickson, Chistopher L, and Daniel J.B. Mitchell, "Labor Standards in International Trade Agreements, The Current Debate", Labor Law Journal.@ 1996, December.

Erickson, Christopher L. and Sarosh Kuruvilla, "Labor Costs and Social Dumping Debate in The European Union". Industrial and Labor Relation Review. Vol. 48 No 1 (October 1994) @ by Cornell University.

Law Journal. Vol 24, No, 2 June 1995 (^Industrial Law Society.

Rosen, Summer M. "Protecting Labor Rights In Market Economies. " Human Rights Quarterly, Vol.. 14, (1992), 371-382 @ 1992 by The Johns Hopkins University Press.

Romeo, Roberto and Silvana Sciarra. "The Protection of Employees' Privacy: A Survey of Oatian Legislation and Case Law." Comparative Labor Law Journal, Vol. 17; 91, 1995.

S, Arieff.. Himpunan Undang-Undang Hukum Perburuhan di Indonesia. Surabaya; PustakaTinta Mas, 1986.

Sasono, Adi. dkk, Pembaruan Sistem Upah, Edi. Jakarta: Dep. Tenaga Kerja dan Gides, 1994.

Page 110: Pak Zet Kehi

Upah Buruh 36

Schregle, Johannes Kepala Bidang Perburuhan dan Administrai Perburuhan pada Kantor Perburuhan Intemasional. Hukum Perburuhan dan Pembangunan di Asia Tenggara. Jakarta: Binacipta, 1987.

Sekaran, Umar. Research Methods for Business, A Skill Building Apprqarch Second Edition, Copyright @ 1992 by John Wiiley & Sons, Inc. New York-Chichester-Brisbafte-Toronto-Singapura.

Sewerynski, Michal. Prospects For The Development of Labor Law and Social Security Law in Central and Eastern Europe in The Twenty-First Century. Comparative Labor Law Journal. (Vol. 18:182,1997).

Shamad, Yunus. Pengupahan Pedoman bagi Pengelola Sumber Daya Manusia di Perusahaan. Jakarta: Bina Sumber Daya Manusia,1992.

•' .* .'. ' • • ' • . ' •' -Sherman, Mark and AI Lucia. "Positive Discipline and Labor Arbitration."

Arbitration Journal. June 1992.

Simanjuntak, Payaman J. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta: LPFE-UI, 1985.

—.—.-------„-----------_. Teori dan Sistem Pengupahan. Jakarta:HIPSMI, 1966.

Smith Jr, Arhrur B. Construction Labor Relations. Commerce Clearing House Inc. Publishers of Topical Law Reports 4025 W. Peterson Ave, Chicago, Illinois.

Smith, Adam. Wealth of Nations. Published (1991) Prometheus Books, 59 John Glenn Drive - Smherst, New York 14228-2197,1991.2-68.

Sulatman, Abdullah. Upah di Indonesia. Jakarta: YPPSDM, 2003.

Page 111: Pak Zet Kehi

Indonesia,. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrate dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,

...-------, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003tentang Ketenagakerjaan,

-----------—.Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1999tentang Pengesahan ILO Convention No 105 Concerning The Abolition of Forced Labour (konvensi ILO mengenai Penghapusan Kerja Paksa).

.....—...... Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999tentang Pengesahan ILO Convention No 138 Concerning Minimun Age For Adminission to Emplyment (Konvensi ILO Mengenai Usia Minimun untuk Diperbolehkan Bekerja).

—......-----. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1999tentang Pengesahan Convention No 111 Concerning Discrimination in Respect of Emplyoment and Occupation (Konvensi ILO Mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatdn).

---------------... Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

....-----.—. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003tentang Ketenagakerjaan.

------------------. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

------------------. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004tentang Sistem Jdminan Sosial Nasional.

Republika (Surat Kabar); tanggal 19 Pebruari 1960, 23 Maret 1960, It April 1960.

Page 112: Pak Zet Kehi

Abdullah Sulaiman, lahir P. Kijang (Riau), 27 Juli 1995 memperoleh iSarjana Muda Hukum dari Uniyersitas Hasanuddin tahun 1983, dan I Sarjana Hukum juga dari Universitas Hasanuddina Ujung Pandang 1984. iKemudian Program Magister (S2) Ilmu Hukum Bidang Hukum Ekomoni Idari Pragram Pascasarjana Universitas Indonesia 1993, termasuk pula [memperoleh Program Doktor (S3) Ilmu Hukum Ekonomi dari Fakultas iHukum Universitas Indonesia 2003, Guru Besar (Profesor) Hukum iPerburuhan dari Mendiknas RI tahun 2008. Pengalaman Organisasi dan IKerja: dosen tetap pada: Fakultas Hukum Universitas Tadulako (Untad) |Palu (1984-sekarang), juga dosen tetap Fakultas

Hukum (1993-sekarang) dan Magister Ilmu Hukum Universitas Islam Jakarta (2003-sekarang). Pengajar pada: Univ. Pepabri Ujung Padang (1995-1997), FH. Univ. Muhatnmadiyah Palu (1986-1998), FH. Univ. Trisakti Jakarta (1994-2000). FH. Univ. Borobudur Jakarta (1994-sekarang), STIH Gunung Jati Tangerang (1997-2002). Juga mengajar di; Magister Hukum Univ. Trisakti (2003-sekarang), dan Magister Hukum Univ. Borobudur Jakarta (2004-2006), Magister Hukum Jayabaya, Magister Hukum Univ. 17 Agustus 1945 Jakarta (2004-sekarang). Magister Hukum Univ. Pakuan (2006-sekarang), Magister Hukum Univ. Empu Tamtulat (2007-sekarang). Pengajar Program Doktor (S3) Hukum Univ. Trisakti (2008-sekarang), dan Program Doktor Hukum, Univ. 17 Agustus 19945 Jakarta (2008-sekarang) Jabatan Struktural Perguruan Tinggi/Kelembagaan lain; Pendiri dan Dewan Pakar DPP-Hanura, PEndiri dan Dewan Pakar DPP-Perhimpunan Kebangsaan, Tim Penilai Akreditasi Jurnal llmiah Direktur Pengembangan Penelitian Pengabdian Kepada Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional (2002-sekarang). Ketua Program Magister Ilmu Hukm Univ. Islam Jakarta. (2003-sekarang), Pembantu Rektor-I (Bid. Akademik) Univ. Islam Jakarta (1997-2001). Kepala Laboratorium Hukum Univ. Islam Jakarta (1994-sekarang). Ketua Dewan Penyunting, Jurnal Reformasi Hukum Univ. Islam Jakarta (LJIJ), Penanggung Jawab Jurnal Mimbar llmiah UIJ (1998-2002), Ketua Dewan Penyunting Jurnal Reformasi Hukum Fakultas Hukum UIJ (2002-sekarang), dan Wakil Ketua Sasakawa Foundation "Tokyo Foundation" Universitas Indonesia (2003-sekarang). General Manajer PT. Bonecom Group & Manajer PT. Perken (1984-1987), Ketua Umum Kesatuan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Indonesia Bone (1987-1996), Sekretaris BP-7 Wilayah Sulawesi Tengah (1990-1995), Penasehat Kantor Advokad/Pengacara Jamil & Yayah Asosiaties (1999-sekarang), Ketua Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Jakarta, Aktip melakukan Penelitian sejak 1983-sekarang sebagian diantaranya; Pelaksanaan Jamsostek Perusahaan Swasta (Hibah-Pasca-2008-2010), Mekanisme Pengaturan Pengupahan Buruh di Perusahaan Swasta (Hibah-Pasca-2003), Otonomi Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia (2003) Perlindungan Hukum Pasien Terhadap Tindakan Mai Praktek Para Medis di Rumah Sakit di Indonesia (2002), Pemilikan Perumahan pada Perbankan di Jabotabek (2002), Kredit Perbankan pada Sektor Industri Furniture (2002), Pajak dan Retribusi di Daerah(URGE 2001-2001), Sistem Pemerintahan Setelah Perubahan Konstitusi Keempat di Indonesia (2001), Pencemaran Lingkungan Hidup di Pulau Seribu (2001), Penelitian Perkelahian Massal di Jabotabek (1999), Visiting Research di University of Washington School ofLmv Seattle USA (1997), Kesejahteraan Ketenagakerjaan (URGE 1994-1997) masih banyak penelitian karena kurang cukup ruang untuk dicantumkan sarupersatu. Menulis Buku Sudah Diterbitkan terdiri; Ilmu Negara (2000), Hukum Pemerintahan Daerah (2000, buku ajar), Tenaga Kerja Indonesia (2001, buku ajar), Hukum Lingkungan dan Pemukiman (2001), Pajak BUmi dan Bangunan (2001), Hukum AdministrasTNegara (2002), Hukum Perbankan (2002, buku ajar), Hukum Perumahan (2002), Kesejahteraan Buruh (2002), Penulisan Ilmu Hukum: Disertasi Tesis atau Makalah (2003, buku ajar), Perbandingan Hukum Perdata (2003,buku ajar), Transaksi Bisnis Kepabeanan (2004), Standar Buruh di Perdagangan Bebas (2004), Politik Hukum Buruh RI (2004), Perselisihan Buruh: di Sektor Usaha Garmen (2004), Peradilan Pajak (2004), Metode Penulisan Ilmu Hukum (2006), Hukum Perisinan (2007, buku ajar), Hukum Tenaga Kerja Indonesia (2008).