Pajak Untuk Sektor Pertambangan Mineral Dan Batubara
-
Upload
rachmawatisandra17 -
Category
Documents
-
view
95 -
download
12
description
Transcript of Pajak Untuk Sektor Pertambangan Mineral Dan Batubara
Pajak Untuk Sektor Pertambangan Mineral dan
Batubara
Pajak Untuk Sektor Pertambangan Mineral dan Batubara
Sektor pertambangan adalah objek Pajak Bumi dan Bangunan yang meliputi areal usaha penambangan bahan-bahan galian dari semua jenis golongan yaitu bahan galian strategis, bahan galian vital dan bahan galian lainnya.
Jenis- jenis bahan tambang :
Menurut UU No.11 Tahun 1967, bahan tambang tergolong menjadi 3 jenis, yakni Golongan A (yang disebut sebagai bahan strategis),
Bahan Golongan A merupakan barang yang penting bagi pertahanan, keamanan dan strategis untuk menjamin perekonomian negara dan sebagian besar hanya diizinkan untuk dimiliki oleh pihak pemerintah, contohnya minyak, uranium dan plutonium.
Golongan B (bahan vital)Bahan Golongan B dapat menjamin hayat hidup orang banyak, contohnya emas, perak, besi dan tembaga.
Golongan C (bahan tidak strategis dan tidak vital). Bahan Golongan C adalah bahan yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hayat hidup orang banyak, contohnya garam, pasir, marmer, batu kapur, asbes dan batu bara.
Pengenaan PBB sektor pertambangan mineral dan batubara (minerba) :
Diatur di dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2012 tanggal 28 Desember 2012 tentang Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Mineral dan Batubara dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-64/PJ/2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2012. Di dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang dimaksud dengan PBB Mineral dan Batubara adalah PBB atas bumi dan/atau bangunan yang berada di kawasan yang digunakan untuk kegiatan pertambangan mineral dan batubara. Kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Minerba meliputi wilayah izin pertambangan atau wilayah pertambangan sejenis dan wilayah di luar wilayah izin pertambangan atau wilayah pertambangan sejenis yang merupakan satu kesatuan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Minerba.
Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Objek pajak bumi dapat dibagi 2(dua) yaitu pertama, permukaan bumi yang meliputi tanah dan/atau perairan pedalaman (onshore) dan/atau perairan lepas pantai (offshore) dan kedua adalah tubuh bumi yang berada di bawah permukaan bumi.
Sedangkan objek bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada areal onshore dan/atau areal offshore. Permukaan bumi untuk areal onshore meliputi: areal produktif, areal belum produktif (areal cadangan produksi dan areal yang belum dimanfaatkan), areal tidak produktif, areal emplasemen, dan areal pengaman. Tubuh bumi yang berada di bawah permukaan bumi terdiri dari tubuh bumi untuk kegiatan eksplorasi dan tubuh bumi untuk kegiatan operasi produksi.
Dasar pengenaan dari PBB sektor pertambangan Minerba :
NJOP yang merupakan penjumlahan dari NJOP bumi dan NJOP bangunan.
NJOP bumi areal onshore atau areal offshore merupakan hasil perkalian
antara total luas areal yang dikenakan dengan NJOP bumi per meter
persegi, sedangkan NJOP tubuh bumi baik yang eksplorasi atau yang
kegiatan operasi produksi merupakan hasil perkalian antara luas Wilayah
Kerja dengan NJOP bumi per meter persegi. NJOP bumi per meter persegi
tersebut merupakan hasil konversi nilai bumi per meter persegi ke dalam
klasifikasi NJOP bumi yang tercantum di dalam Peraturan Menteri
Keuangan tentang klasifikasi NJOP Bumi. NJOP bangunan merupakan
hasil perkalian antara total luas bangunan dengan NJOP bangunan per
meter persegi, dimana NJOP bangunan per meter persegi merupakan
hasil konversi nilai bangunan per meter persegi ke dalam klasifikasi NJOP
bangunan yang tercantum di dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang
klasifikasi NJOP Bangunan.
Nilai bumi per meter persegi masing-masing areal ditentukan sebagai berikut:
1. Areal onshore merupakan hasil pembagian antara total nilai bumi dengan total luas areal onshore.
2. Tubuh bumi operasi produksi merupakan hasil pembagian antara nilai bumi untuk tubuh bumi operasi produksi dengan luas Wilayah Kerja.
3. Areal offshore dan tubuh bumi eksplorasi ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
Contoh perhitungan PBB sektor Pertambangan Batubara:PT. Equatorial Mining, sebuah perusahaan tambang batubara di Kalimantan Timur, menguasai/memperoleh manfaat dari bumi dan bangunan sebagai berikut :• Bumi (Tanah )• Areal Produktif : 200 Ha; Nilai = Rp400,-/M2• Areal Belum Produktif :– Areal Cadangan Produksi : 500 Ha; Nilai = Rp300,-/M2 – Areal Belum Dimanfaatkan : 100 Ha; Nilai = Rp300,-/M2• Areal tidak produktif : 100 Ha; Nilai = Rp200,-/M2• Areal Pengaman: 1 Ha; Nilai = Rp150,-/M2• Areal Emplasemen :– Pabrik : 20 Ha; Nilai = Rp1.200,-/M2– Gudang : 2 Ha; Nilai = Rp1.200,-/M2– Kantor : 1 Ha; Nilai = Rp5.000,-/M2– Perumahan : 5 Ha; Nilai = Rp10.000,-/M2• Bangunan :– Pabrik : 50.000 M2; Nilai = Rp310.000,-/M2– Gudang : 5.000 M2; Nilai = Rp310.000,-/M2– Kantor : 2.000 M2; Nilai = Rp365.000,-/M2– Perumahan : 10.000 M2; Nilai = Rp429.000,-/M2• Hasil bersih penjualan bahan galian tambang setahun = Rp1 Milyar• Angka Kapitalisasi = 9,5• Hitung PBB yang menjadi kewajiban PT.Equatorial Mining tersebut apabila NJOPTKP = Rp10 juta
Jawaban:NJOP Bumi/Tanah :1. Tubuh Bumi Operasi Prouduksi = 9,5 x Rp1milyar Rp9.500.000.000,-2. Areal Produktif = 200 x 10.000 x 400 Rp 800.000.000,-3. Areal Belum Produktif :
a. Areal Cadangan Produksi = 500 x 10.000 x 300 Rp1.500.000.000,-b. Areal Belum Dimanfaatkan = 100 x 10.000 x 300 Rp 300.000.000,-
4. Areal tidak produktif : 100 x 10.000 x Rp200,- Rp 200.000.000,-5. Areal Emplasemen :
a. Pabrik : 20 x 10.000 x Rp1.200,- Rp 240.000.000,-b. Gudang : 2 x 10.000 x Rp1.200,- Rp 24.000.000,-c. Kantor : 1 x 10.000 x Rp5.000,- Rp 50.000.000,-d. Perumahan : 5 x 10.000 x Rp10.000,- Rp 500.000.000,-
Nilai Bumi/Tanah ( 1+2+3+4+5) : Rp13.114.000.000,-Nilai Bumi/M2 = 13.114.000.000/9.280.000 = Rp1.413,15/M2Hasil konversi: Klas 180 = Rp1.440,-/M2NJOP Bumi seluruhnya = 9.280.000 x Rp1.440,- = Rp13.363.200.000,-NJOP Bangunan
– Pabrik : 50.000 x Rp310.000,- Rp15.500.000.000,-– Gudang : 5.000 x Rp310.000,- Rp 1.550.000.000,-– Kantor : 2.000 x Rp365.00,- Rp 730.000.000,-– Perumahan : 10.000 x Rp429.000,- Rp 4.290.000.000,-
Nilai Bangunan ( 1+2+3+4 ) : Rp22.070.000.000,-Nilai Bangunan/M2 = 22.070.000.000/67.000 = Rp329.402,98/M2Hasil konversi: Klas 086 = Rp310.000,-/M2NJOP Bangunan seluruhnya = 67.000 x 310.000 Rp20.770.000.000,-NJOP Bumi + Bangunan : Rp34.133.200.000,-NJOPTKP : Rp 10.000.000,-NJOP untuk perhitungan PBB : Rp34.123.200.000,-PBB= 0,5% x 40% x Rp34.123.200.000,- = Rp68.246.400,-
Kewajiban Perpajakan Bagi Perusahaan Secara Umum
Pada umumnya suatu perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan mempunyai siklus usaha sebagai berikut :
1. Penyelidikan umum;2. Eksplorasi;
3. Studi Kelayakan;4. Konstruksi;
5. Pertambangan/Eksploitasi;6. Reklamasi
Masing-masing proses tersebut terdapat kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Berikut diampaikan kewajiban perpajakan masing-masing siklus:
1. Penyelidikan UmumUntuk menentukan potensi mineral pada suatu daerah perlu dilakukan pengujian geologis, untuk itu dibutuhkan jasa dari pihak peneliti geologis untuk melakukan Penelitian. Atas jasa tersebut terutang PPN dan PPh Pasal 23/26 tergantung siapa yang melaksanakan.
2. Eksplorasi
Adalah rangkaian kegiatan oenelitian, pengujian kandungan mineral, pemetaan wilayah dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi tentang lokasi, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya serta info lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Diperlukan jasa dari pihak ketiga yang akan terutang PPN dan PPh Pasal 23/26 tergantung pihak yang melaksanakan.
3. Studi KelayakanDilakukan untuk mendapatkan informasi kelayakan ekonomis dan teknis pertambangan dan proses analisis mengenai dampak lingkungan dan perencanaan pasca tambang, studi kelayakan tersebut memuat data dan keterangan mengenai usaha tambang tersebut. Proses ini dilakukan oleh pihak ketiga yang ahli mengenai hal tersebut. Atas jasa pengujian tersebut terutang PPN dan PPh Ps 23.
•
4. KonstruksiSetelah diketahui bahwa proyek pertambangan layak secara ekonomis teknis dan lingkungan, maka dilakukan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur biasanya dilakukan oleh perusahaan konstruksi. Jasa akan terutang PPN dan PPh Pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi.
5. Pertambangan/Eksploitasi
Kegiatan ini biasanya meliputi Land clearing (proses pembukaan lahan), Pengeboran dan penggalian, pengolahan/pemurnian, pengangkutan dan penjualan. Atas jasa yang dilakukan oleh pihak ketiga terutang PPh Pasal 23/26 dan PPN.
6. Reklamasi
Adalah proses rehabilitasi lingkungan yang rusak akibat kegiatan penambangan. Apabila proses reklamasi dilakukan oleh pihak ketiga maka akan terutang PPh Pasal 23/26 dan PPN. Selain jenis pajak tersebut diatas, juga terdapat kewajiban pembayaran pajak atas PPh Pasal 21 yaitu untuk pegawai tetap, pegawai tidak tetap, orang pribadi yang bukan pegawai atas upah yang diterima.
Thank you