PAJAK PENGHASILAN PPH PASAL 25 MAKALAH Pada …repository.iainpekalongan.ac.id/1417/1/REVISI - PPH...
Transcript of PAJAK PENGHASILAN PPH PASAL 25 MAKALAH Pada …repository.iainpekalongan.ac.id/1417/1/REVISI - PPH...
PAJAK PENGHASILAN
PPH PASAL 25
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Pada Mata Kuliah Perpajakan
Dosen Pengampu : Agus Arwani, M. Ag
Disusun oleh :
1. Latifatul Hidayah 2013114206
2. Putri Dewi Utami 2013114216
3. Anggun Pusparini 2013114219
Kelas B
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2016
1
ABSTRAK
Pajak sendiri merupakan salah satu bentuk peran aktif masyarakat kepada
negara dalam pembangunan nasional dan pembiayaan negara. Meskipun demikian
banyak warga masyarakat atau wajib pajak yang tidak mau membayar pajaknya
dikarenakan berbagai hal. Salah satu bentuk pajak yang tidak dibayar oleh
kebanyakan wajib pajak ialah Pajak Penghasilan.
Pajak penghasilan dikenakan bagi orang atau badan usaha selaku wajib
pajak yang memperoleh penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya
tambahan kemampuan tertentu. Pembahasan pajak penghasilan sendiri terbagi
kedalam beberapa pasal yaitu pasal 21, 22, 23, 24, dan 25. Sedangkan makalah ini
memfokuskan untuk membahas PPh pasal 25. PPh pasal 25 merupakan angsuran
pajak penghasilan dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh
wajib pajak untuk setiap bulan.
Makalah yang berjudul “Pajak Penghasilan pasal 25” ini kami susun
berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan diatas. Maka tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah untuk memahami sekaligus mampu menjelaskan
mengenai pengertian pph pasal 25, mekanisme perhitungan angsuran pph 25 baik
dalam hal tertentu, Bank, BUMN , BUMD , dan WP orang pribadi yang bertolak
ke luar negeri.
2
LEMBAR PERNYATAAN
Kami yang bertanda tangan dibawah ini:
Kelompok 4: 1. Latifatul Hidayah (2013114206)
2. Putri Dewi Utami (2013114216)
3. Anggun Pusparini (2013114219)
Menyatakan bahwa makalah yang berjudul “Pajak Penghasilan pasal 25”
merupakan hasil karya sendiri untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan.
Semua sumber yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini telah kami
cantumkan sesuai dengan ketentuan penulisan yang berlaku.
Demikian makalah ini kami buat dengan sebenar-benarnya.
Pekalongan,15 Oktober 2016
Kelompok 7
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Pajak Penghasilan pasal 25” ini. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi
seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas dari matakuliah “Perpajakan”. Disamping itu, kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
proses pembuatan makalah ini sehingga dapat terealisasikan tepat pada waktunya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini diwaktu yang akan
datang.
Pekalongan,15 Oktober 2016
Penyusun
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK .................................................................................................. 1
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ 2
KATA PENGANTAR ................................................................................ 3
DAFTAR ISI ............................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan 6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pajak Penghasilan Pasal 25
2.1.1 Pengertian PPh pasal 25 7
2.1.2 Penghitungan angsuran PPh 25 7
2.1.3Penghitungan angsuran PPh 25 untuk WP Bank 9
2.1.4Penghitungan angsuran PPh 25 untuk WP BUMN / BUMD 10
2.1.5 Penghitungan angsuran PPh 25 untuk WP orang pribadi 11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ..................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15
LAMPIRAN
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu bentuk kewajiban masyarakat kepada
negaranya. Pembahasan mengenai pajak pada umumnya sangat luas, karena
pajak berkaitan langsung dengan masyarakt, pemerintah, dan negara. Bab
dalam perpajakan yang cukup menarik dibahas adalah mengenai pajak
penghasilan.
Dalam undang-undang, pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek
pajak dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Pembahasan pajak penghasilan sendiri terbagi kedalam beberapa pasal yaitu
pasal 21, 22, 23, 24, dan 25. Dalam pasal 22 dan pasal 24 khususnya terdapat
beberapa hal menarik yang harus diuraikan lebih dalam.
PPh Pasal 22 berbicara mengenai bagaimana proses pembayaran pajak
atau pemotongan pajak yang dilakukan oleh instansi yang terkait dengan
pemerintah ataupun mengenai perusahaan besar yang melakukan produktivitas
tinggi. Hal ini harus dibahas lebih dalam karena skalanya termasuk besar.
Tidak berkaitan dengan satu atau dua pihak melainkan banyak pihak.
Contohnya pajak mengenai barang impor, ataupun pajak atas pembelian
barang-barang APBN/APBD tentunya membutuhkan perhitungan khusus
karena berkaitan dengan anggaran negara.
Sedangkan dalam pasal 24 berbicara mengenai besarnya pajak penghasilan
yang harus dibayar atau terutang diluar negeri. Pajak penghasilan yang
dilakukan didalam negeri saja terkadang mengalami kesulitan, apalagi pajak
penghasilan yang berkaitan dengan negara lain. Seperti apabila memiliki
usaha yang letaknya dinegara lain, lalu bagaimana mekanisme pembayaran
pajaknya. Hal tersebut pastinya membutuhkan pertimbangan yang khusus.
6
1.2 Rumusan Masalah
Pajak Penghasilan Pasal 22
1. Jelaskan pengertian PPh pasal 22 ?
2. Sebutkan subyek dan obyek pajak ?
3. Sebutkan siapa saja yang menjadi pemungut pajak ?
4. Bagaimana mekanisme pemotongan PPh pasal 22 ?
5. Berapakah tarif PPh pasal 22 dan berikan contoh perhitungannya ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memahami dan mengetahui PPh pasal 22 dan 24, meliputi pengertian dan
mekanisme pemotongan PPh pasal 22 dan PPh pasal 24; pemungut PPh pasal
22 dan 24; obyek pajak; tarif pajak; serta perhitungannya baik dalam pasal 22
maupun pasal 24 yang berkenaan dengan kredit pajak luar negeri yang
diperkenankan.
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pajak Penghasilan Pasal 25
2.1.1 Pengertian PPh pasal 25
PPh pasal 25 adalah angsuran pajak penghasilan dalam tahun pajak
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap
bulan. 1Menurut UU Pajaka Penghasilan No 36 tahun 2008 , PPh pasal
25 merupakan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri
oleh wajib pajak untuk bulan –bulan sebelum surat pemberitahuan
tahunan pajak penghasilan disampaikan sebelum batas waktu
penyampaian surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan sama
dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak
yang lalu. Pph pasal 25 ini berbeda dengan pajak lain. Jika pajak
lainnya besarnya ditentukan berdasarkan besarnya transaksi, misalnya
deviden sebesar Rp 100 juta maka besarnya PPh pasal 23 sebesar 15
juta ( 15 % X Rp 100 juta ) , atau penjualan sebesar Rp 100 juta ( 1,5
% x Rp 100 juta ). Namun pada pph pasal 25 ini dapat dihitug
berdasarkan perhitungan pajak selama 1 tahun pajak yang
bersangkutan , lalu diperhitungkan juga besarnya pajak yang telah
dibayar sendiri oleh wajib pajak maupun pajak yang telah dipungut
oleh pihak lain.2
2.1.2 Penghitungan angsuran PPh 25
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus
dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan adalah sebesara
1 Thomas sumarsan , Perpajakan Indonesia ( Jakarta : PT. Indeks, 2013), hlm 323 dan lihat juga
Agus Arwani, "Handout: Pengantar Perpajakan." Pekalongan: TP. 2015. 2 Edy Suprianto, Akuntansi Perpajakan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 76
8
pajak penghasilann yang terutang menurut surat pemberitauhan
tahunan pajak penghasilan tahun pajak yang lalu, dikurangi dengan :
1. Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksut dalam
pasal 21 dan pasal 23 serta pajak penghasilan yang dipungut
sebagaimana dimaksut dalam pasal 22, dan
2. Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri
yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksut dalam pasal 24 ;
dibagi 12 ( dua belas ) atau banyaknya bulan dalam bagian
tahun pajak.
Intinya adalah dalam perhitungan pph pasal 25, semua pemungutan
dan pemotongan pajak penghasilan pada tahun tertentu akan menjadi
pengurang atau kredit pajak untuk pajak terutang tahun tertentu itu
juga , kecuali pajak yang telah dibayar sendiri atau istilahnya pph
pasal 25.
Contoh :
Pajak penghasilan yang terutang berdasarkan surat pemberitahuan tahunan pajak
penghasilann tahun 2009 Rp 50.000.000;
Dikurangi :
a. Pajak penghasilan yang dipotong
Pemberi kerja ( pasal 21 ) Rp 15.000.000;
b. Pajak penghasilan yang dipungut
Oleh pihak lain ( pasal 22 ) Rp 10.000.000;
c. Pajak penghasilan yang dipotong
Oleh pihak lain ( pasal 23 ) Rp 2.500.000;
9
d. Kredit pajak penghasilan
Luar negeri ( pasal 24 ) Rp 7.500.000; (+)
Jumah kredit pajak Rp 35.000.000; (-)
Selisih Rp 15.000.000,-
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan untuk
tahun 2010 adalah sebesar Rp 1.250.000; ( Rp 15.000.000; dibagi 12).
Apabila pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam contoh diatas
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh untuk bagian tahun
pajak yang melayani meliputi masa 6 (enam) bulan dalam tahun 2009, besarnya
angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri setiap bulan dalam tahun 2010
adalah sebesar Rp 2.500.000; ( Rp 15.000.000; dibagi 6).
2.1.3 Penghitungan angsuran PPh 25 untuk WP Bank
Besarnya pajak penghasilan pasal 25 untuk wajib pajak bank dan sewa
guna usaha dengan hak opsi (financial lease) adalah sebesar pajak penghasilan
yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut
laporan keuangan triwulan terakhir yang setahunkan dikurangi pajak penghasilan
pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu,
dibagi 12 ( dua belas ).
Dalam hal wajib pajak adalah wajib pajak baru, maka besarnya angsuran
pajak penghasilan pasal 25 untuk triwulan pertama adalah jumah pajak
penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas perkiraan laba
rugi fiskal triwulan pertama yang disetahunkan , dibagi 12( dua belas ).
Contoh :
Bank ABC berdiri pada tanggal 2 januari 2011 dan terdaftar pada kantor
pelayanan pajak Medan kota sejak tanggal 2 januari 2011 . perkiraan laporan
keuangan triwulan I ( januari- maret 2011) menunjukan penghasilan netto kena
pajak sebesar Rp 60.000.000.
10
Perhitungan anngsuran pph pasal 25 untuk bulan Januari, Februari dan Maret
2009 masing0masing adalah sebagai berikut :
Penghasilan kena pajak triwulan pertama Rp 60.000.000;
Penghasilan kena pajak disetahunkan
4 x Rp 60.000.000; Rp 240.000.000;
PPh yang terutang sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 25;
25% x Rp. 240.000.000 Rp. 60.000.000;
Angsuran PPh Pasal 25 bulan Januari, Pebruari dan Maret 2009 adalah masing-
masing sebesar Rp. 5.000.000,- (Rp. 60.000.000,- : 12)
2.1.4 Penghitungan angsuran PPh 25 untuk WP BUMN / BUMD
Besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 untuk wajib pajak Badan
Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milih Daerah dwngan nama dan dalam
bentuk apapun adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan
penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut rencana kerja dan anggaran
pendapatan (RKAP) tahun pajak yang bersangkutan yang telah di sahkan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) dikurangi pemotongan dan pemungutan pajak
penghasilan pasal 22 dan pasal 23 serta pajak penghasilan pasal 24 yang dibayar
atau terutang di luar negeri tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua belas).
Dalam hal rencana kerja iuran pendapatan (RKAP) belum disahkan, maka
besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum bulan
pengesahan adalah sama dengan angsuran pajak penghasilan pasal 25 bulan
terakhir tahun pajak sebelumnya.
Contoh:
Menurut RKAP tahun 2010 yang sudah disahkan, PT Jogja Bangkit (sebuah
BUMD yang dimiliki pemerintah kota Yogyakarta) diperkirakan mempunyai
penghasilan neto sebesar Rp. 1.000.000.000,00. Kredit Pajak (PPh pasal 22, pasal
23,dan pasal 24 yang dapat dikreditkan) Tahun 2009 berjumlah Rp.
40.000.000,00.
Perhitungan PPh pasal 25 untuk Tahun 2010 adalah sebagai berikut:
11
Penghasilan neto Rp. 1.000.000.000,00
PPh Terutang
28%xRp.1.000.000.000,00= Rp. 280.000.000,00
Kredit pajak (PPh Pasal 22,23, dan 24) Rp. 40.000.000,00
PPh yang dibayar sendiri Rp. 240.000.000,00
PPh pasal 25
Rp. 240.000.000,00/12= Rp. 20.000.000,00
2.1.5 Penghitungan angsuran PPh 25 untuk WP orang pribadi
Besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 untuk wajib pajak baru
adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif
umum atas penghasilan neto sebulan yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas)
Penghasilan neto yang dimaksud di atas adalah:
1. Dalam hal wajib pajak menyelenggarakan pembukuan dan dari
pembukuannnya dapat dihitung besaran penghasilan neto setiap bulan,
penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan pembukuannya.
2. Dalam hal wajib pajak hanya menyelenggarakan pencatatan dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau
menelenggarakan pembukuan tetapi dari pembukuannya tidak dapat
dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neto fiskal
dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Neto atas peredaran atau
penerimaan bruto.
Untuk wajib pajak orang pribadi, jumlah penghasilan neto fiskal
yang disetahunkan dikurangi terlebih dahulu dengan penghasilan tidak
kena pajak
Contoh 1: Wajib pajak orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan.
Tuan Sukses terdaftar sebagai wajib pajak pada KPP Jakarta Timur pada tanggal
2009 jika peredaran bruto usaha Tuan Sukses adalah Rp. 50.000.000,00 satu bulan
12
dan penghasilan netonya adalah sebesar Rp. 15.000.000,00 perbulan setelah
dikurangi dengan biaya yang diperkenankan. Tuan sukses menyususn pembukuan
atas transaksi-transaksi usahanya. Tuan Sukses belum menikah dan tidak memiliki
tanggungan.
Perhitungan PPh pasal 25 bulan April 2009 adalah:
Penghasilan neto bulan April 2009 Rp.15.000000
Penghasilan neto yang disetahunkan:
12xRp. 15.000.000 Rp. 180.000.000
Penghasilan tidak kena pajak Rp. 15.800.000
Penghasilan kena pajak Rp. 164.160.000
PPh yang terutang sebagai dasar penghitungan PPh pasal 25
5%x Rp. 50.000.000 Rp. 2.500.000
15%x Rp. 114.160.000 Rp. 17.124.000
Toral PPh yang terutang Rp. 19.624.000
Angsuran PPh pasal 25 bulan April 2009 adalah
Rp. 19.624.000:12= Rp. 1.635.333
Contoh 2: Wajib pajak orang pribadi yang tidak menyelenggarakan pembukuan.
Tuan Sukses terdaftar sebagai wajib pajak pada KPP Jakarta Timur pada tanggal
2009 jika peredaran bruto usaha Tuan Sukses adalah Rp. 50.000.000,00 satu bulan
dan dalam hal ini Tuan Sukses tidak mampu menyusun pembukuan atas transaksi-
transaksi usahanya, dia hanya melakukan pencatatan. Tuan Sukses belum
menikah dan tidak memiliki tanggungan. Jika presentase Norma Perhitungan
untuk jenis usaha Tuan Sukses adalah 20%.
13
Perhitungan PPh pasal 25 bulan April 2009 adalah:
Penghasilan neto bulan April 2009 Rp.50.000000
Penghasilan neto :
20%xRp. 50.000.000 Rp. 10.000.000
Penghasilan Neto yang disetahunkan Rp. 120.000.000
Penghasilan tidak kena pajak Rp. 15.840.000
Penghasilan kena pajak Rp. 104.160.000
PPh yang terutang sebagai dasar penghitungan PPh pasal 25
5%x Rp. 50.000.000 Rp. 2.500.000
15%x Rp. 54.160.000 Rp. 8.124.000
Toral PPh yang terutang Rp. 10.624.000
Angsuran PPh pasal 25 bulan April 2009 adalah
Rp. 10.624.000:12= Rp. 885.333
14
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
PPh pasal 25 adalah angsuran pajak penghasilan dalam tahun pajak
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan. Besarnya
angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib
pajak untuk setiap bulan adalah sebesara pajak penghasilann yang terutang
menurut surat pemberitauhan tahunan pajak penghasilan tahun pajak yang lalu.
Besarnya pajak penghasilan pasal 25 untuk wajib pajak bank dan sewa guna usaha
dengan hak opsi (financial lease) adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung
berdasarkan penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut laporan keuangan
triwulan terakhir yang setahunkan dikurangi pajak penghasilan pasal 24 yang
dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12 ( dua
belas ). Dalam hal wajib pajak adalah wajib pajak baru, maka besarnya angsuran
pajak penghasilan pasal 25 untuk triwulan pertama adalah jumah pajak
penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas perkiraan laba
rugi fiskal triwulan pertama yang disetahunkan , dibagi 12( dua belas ).
15
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2013. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset
Sumarsan, Thomas. 2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Indeks
Arwani, Agus. 2015. "Handout: Pengantar Perpajakan." Pekalongan: TP.
Suprianto, Edy. 2011. Akuntansi Perpajakan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
16
LAMPIRAN
Daftar Pertanyaan dan Jawaban :
Kelompok 1
Apakah ada batas waktu pembayaran pph 25. Sanksinya apa saja jika tidak
membayar atau terlambat membayar?
Jawab:
Ada, sanksinya yaitu apabila wajib pajak terlambat membyar, maka wajib pajak
akan dikenai bunga sebesar 20% per bulan . dihitung dari tanggal jatuh tempo
hingga tanggal pembayaran. Misalnya : untuk bulan februari 2016, wajib pajak
terlambat dan baru membayarnya pada 16 maret. Sesuai pasal 9 ayat (2a) UU
KUP, WP dikenai bunga 2 %.
Kelompok 2
Batas waktu pembayaran & tarif angsuran secara umum ?
Jawab :
Batas waktu pembayaran pph 25 satu bulan dihitung dari masa jatuh temponya .
misalnya : untuk bulan februari 2016 , angsuran pph 25 harus dibayar paling
lambat 15 maret 2016, jika batas waktu penyetoran jatuh pada hari libur (
termasuk sabtu, minggu, hari libur nasional, dan pemilihan umum ), maka
pembayaran masih dapat dilakukan pada hari berikutnya sesuai pasal 3 peraturan
menteri keuangan No.184/PMK.03/2007, yang kemudian diubah lagi sesuai
peraturan menteri No.184/PMK.03/2010. Sesuai peraturan direktur jenderal pajak
Nomor PER-22/PJ/2008 pada 21 mei 2008, pembayaran harus dilakukan dengan
membawa surat setoran pajak (ssp) atau dokumen sejenisnya. Tarif angsuran
secara umum sudah diatur dalam undang-undang.
Kelompok 3
Bagaimana pengenaan ppn jika transaksi dibatalkan ?
17
Jawab:
Pengenaan ppn jika transaksi dibatalkan maka tidak ada pungutan biaya / tarif
untuk ppn itu sendiri.
Kelompok 4
Apa saja objek pajak pph 25 , berapa tarif untuk jenis badan usaha ?
Jawab:
Objek pajak pph 25 ki orang pribadi & BUT . untuk besarnya tarif badan usaha
berbeda-beda, badan usaha yang memiliki pendapatan bruto sampai 4,8 milyar
maka dikenakan tariff pajak pph final sebesar 1 % dikalikan dengan seluruh
jumlah pendapatan bruto dari hasil usaha perseroan. Untuk badan usaha yang
memiliki pendapatan bruto lebih besar dari 50 milyar per tahun dikenakan tariff
pajak sebesar 25%. Kemudian untuk badan usaha yang memiliki pendatan bruto
sebesar dari 4,8 milyar sebesar 12,5 % sedangkan kurang dari 50 milyar sebesar
25 %.
Kelompok 5
Apa kaitan pph pasal 25 denngan pungutan dan potongan pajak dalam tahun
berjalan ?
Jawab :
Pada sebagian wajib pajak selama tahun berjalan ada kemungkinan telah dipungut
atau di potong pajak penghasilan oleh pihak ketiga karena adanya transaksi atau
hubungan kerja atau sebab lain dengan pihak tersebut. Pumungtan atau potongan
tersebut adalah : pph pasal 21, pph pasal 22, dan pph pasal 23.bila terdapat
pungutan atau pemotongan tersebut maka kewajiban pajaknya sebagian telah
terpenuhi , sehingga kewajiban penyetoran sendiri menjadi berkurang sebesar
potongan atau pungutan tersebut.
Kelompok 6
Bagaimana cara menghitung pph pasal 25 untuk wajib pajak baru?
Jawab:
18
1. Besarnya pph pasal 25 adalah sebesar pph yang dihitung berdasarkan
penerapan tarif umum atas penghasilan neto satu bulan setelah
disetahunkan, kemudian dibagi 12.
2. Dalam wajib pajak menyelenggarakan pembukuan, penghasilan neto fiskal
didasarkan pada pembukuan .
3. Dalam hal wajib pajak menggunakan norma penghitungan, penghasilan
neto fiskal dihitung berdasarkan norma penghitungan penghasialan neto
atas peredaran neto fiscal.
4. Dalam hal wajib pajak pribadi, penghasilan neto fiscal tersebut
disetahunkan terlebih dahulu, kemudian dikurangi dengan PTKP, baru
dihitung pajaknya, selanjutnya dibagi 12.
Kelompok 9
Bagaimana perhitungan angsuran pph 25 untuk perusahaan swasta ?
Jawab :
Besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 untuk wajib pajak bank dan sewa
guna usaha untuk wajib pajak perusahaan swasta adalah sebesar pajak penghasilan
yang dihitung berdasarkan penerapan tariff umum atas laba-rugi fiscal menurut
laporan keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan dikurangi pajak
penghasilan pasal 24 yang dibayar atau terutang diluar negeri untuk tahun pajak
yang lalu dibagi 12.
Kelompok 10
Pph orang pribadi neto?
Jawab :
Wajib pajak orang pribadi yang bermaksud menggunakan norma penghasilan neto
dalam menghitung penghasilan neto wajib memberitahukan kepada direktur
jendral pajak ( kantor pelayanan pajak ) dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari
tahun pajak bersangkutan ( dapat didownload di formulir pemberitahuan
penggunaan norma penghitungan neto).
19
Kelompok 11
Apa saja jenis pembayaran angsuran untuk BUMN & BUMD?
Jawab:
Besarnya pph pasal 25 untuk BUMN dan BUMD adalah sebesar pph yang
dihitung berdasarkan tarif umum atas laba fiscal menurut rencana kerja dan
anggaran pendapatan (KKAP) tahun pajak yang bersangkutan yang telah
disyahkan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) dikurangi dengan pph
pasal 22, pph pasal 23, pph pasal 24 yang dibayarkan atau diluar negeri tahun
sebelumnya dibagi 12.
Kelompok 12
Jenis pembayaran angsuran untuk wajib pajak?
Jawab:
Ada beberapa cara dalam pemenuhan kewajiban pembayaran pajak penghasilan
yakni dibayar sendiri oleh wajib pajak dan dipungut/ dipotong oleh oleh pihak
ketiga.
Kelompok 13
Apa saja hak-hak dan kewajiban wajib pajak yang diterangkan dalam pph 25?
Jawab:
Hak hak dan kewajiban wajib pajak yaitu:
1. Kewajiban pajak subyektif ialah kewajiban pajak yang melihat orangnya,
Misalnya : semua orang / badan hukum yang berdomisili di Indonesia
memnuhi kewajiban pajak subjektif.
2. Kewajiban pajak objektif ialah kewajiban pajak yang melihat pada hal-hal
yang dikenakan pajak.
Misalnya : orang atau badan hukum yang memenuhi kewajiban pada
kekayaan adalah orang yang punya kekayaan tertentu, yang memenuhi
kewajiban pajak kendaraan ialah orang yang punya kendaraan bermotor
dan sebagainya.
20
Biodata Penyusun Makalah :
1. Nama : Latifatul Hidayah
Nim : 2013114206
TTL : Pekalongan, 12 Agustus 1996
Alamat :Ds. Wiroditan Rt: 02/ Rw : 01, Kec. Bojong, Kab,
Pekalongan
2. Nama : Putri Dewi Utami
Nim : 2013114216
TTL :Batang, 07 Desember 1995
Alamat :Desa Menguneng rt:08/rw:02, Kec. Warungasem, Kab.
Batang
3. Nama : Anggun Pusparini
Nim : 2013114219
TTL : Batang , 11 Januari 1996
Alamat : Jl. Raya Tegalsari rt:08/rw:04 No.2, Kec. Kandeman,
Kab. Batang