Pajak Penghasilan Atas Bisnis Franchise

18
Disusun Oleh : Andri Yusmansyah Diah Kurniasih Ihnel Maidya Pajak Penghasilan atas

description

seminar pajak

Transcript of Pajak Penghasilan Atas Bisnis Franchise

Perkenalan Akuntansi Internasional (Introduction to International Accounting)

Disusun Oleh :Andri YusmansyahDiah KurniasihIhnel Maidya

Pajak Penghasilan atas

PAJAK PENGHASILAN(PPh)Pasal 1 UU PPhPajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan yang Diterima atau Diperolehnya dalam Tahun Pajak

Subjek Pajak PenghasilanOrang PribadiWarisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhakBentuk Usaha Tetap (BUT)BadanDengan nama & dalam bentuk apapunSetiap Tambahan Kemampuan Ekonomis yang :

Diterima atau diperoleh Wajib Pajak, Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib PajakPENGHASILANObjek PajakPasal 4 ayat (1)FranchiseKata franchise berasal dari bahasa Perancis kuno yang berarti bebas. Pada abad pertengahan franchise diartikan sebagai hak utama atau kebebasan.Menurut Blake & Associates (1996)

5Hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.Waralaba / Franchise(PP No. 42 Th. 2007)

UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan ke-4 atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.UU No. 42 Tahun 2009 merupakan perubahan atas UU No, 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Pertambahan Nilai atau Barang Mewah.PP No. 75 Tahun 1991 tentang Pengenaan PPN dan Penyerahan BKP yang dilakukan oleh Pedagang Eceran Besar, danKeputusan Menteri RI No. 1289/KMK.04/1991 tentang Tata Cara Pengenaan PPN dan Penyerahan BKP yang dilakukan oleh Pedagang Eceran Besar.Aturan Pajak yang berhubungan dengan franchise

Perjanjian Terkait Dengan WaralabaPerjanjian LisensiPerjanjian Hutang PiutangPenyewaan Tempat UsahaPerjanjian Pembangunan Tempat UsahaPenyewaan PeralatanPPh atas Pembayaran RoyaltiJumlah bruto yang dibayarkanPPh Pasal 23Tarif 15%Apabila WP (franchisor) tidak memiliki NPWP, maka besar tarif pemotongan lebih tinggi 100% dari tarif semula menjadi 30%.Franchisor(WPDN)Franchisee(WPDN)PPh atas Pembayaran RoyaltiJumlah bruto yang dibayarkanPPh Pasal 26Tarif 20% / Sesuai TarifTax Treaty (P3B)Pemotongan PPh Pasal 26 ini bersifat final, artinya franchisor sebagai WPLN tidak perlu mengisi & menyampaikan SPT-PPh.Franchisor(WPLN)Franchisee(WPDN)Contoh Kasus 1

PT. Abadi membeli hak franchise suatu usaha kepada PT. Sentosa suatu badan usaha di Indonesia. Untuk mendapatkan hak dari PT. Sentosa, PT. Abadi harus membayar royalti sebesar Rp.300.000.000,-. Belum termasuk PPN 10% untuk jangka waktu 5 tahun. Atas hak istimewa tersebut, PT. Abadi berhak menggunakan merk dagang PT. Sentosa. Selain itu, PT. Sentosa akan memberikan sistem dan program usaha, pelatihan karyawan, dan konsultasi manajemen tersebut, PT. Abadi harus membayar Fee kepada PT. Sentosa sebesar 5% dari omzet setiap bulannya. Jika omzet PT. Abadi pada bulan Januari 2011 Rp.100.000.000,- maka perhitungan PPh 23 yang harus dipotong oleh PT. Abadi adalah sebagai berikut :

Atas pembayaran royalti sebesar Rp.300.000.000, maka PT. Abadi harus memotong PPh 23 sebesar : 15% x Rp.300.000.000 = Rp.45.000.000,-

Jurnal Pajak :Royalti dibayar dimuka300.000.000PPN Masukan 30.000.000Bank285.000.000Hutang PPh 23 45.000.000Jika atas pembayaran terkait pemberian sistem program, pelatihan karyawan serta konsultasi manajemen (fee bulanan) dianggap sebagai royalti, maka perhitungan atas Fee adalah sebesar : 5% x Rp.100.000.000 = Rp.5.000.000,-

Atas Fee bulan Januari 2011 PT. Abadi memotong PPh 23 sebesar : 15% x 5.000.000 = Rp.750.000,-

Jurnal saat pencatatan fee yang dianggap royalti tersebut adalah :Biaya Royalti5.000.000Bank4.250.000Hutang PPh 23 750.000Jika Fee bulanan tersebut dianggap jasa teknik, maka perhitungan fee adalah sebesar :2% x Rp.5.000.000 = Rp.100.000,-

Jurnal :Biaya Jasa Teknik5.000.000Bank4.900.000Hutang PPh 23 100.000

Contoh Kasus 2 :

PT. JKL membeli hak franchise suatu badan usaha dari luar negeri. Untuk mendapatkan hak dari KLM Limited, PT. JKL harus membayar royalti kepada KLM Limited sebesar Rp. 1 Milyar untuk jangka waktu 8 tahun. Diasumsikan bahwa negara tempat domisili KLM Limited mempunyai P3B (tax treaty) dengan Indonesia, tarif P3B yang mengatur royalti adalah sebesar 10%.

Maka PT. JKL harus memotong PPh 26 sebesar : 10% x Rp.1.000.000.000 = Rp.100.000.000,-

Jurnal Pajak :Royalti dibayar dimuka1.000.000.000Bank900.000.000Hutang PPh pasal 26100.000.000

Atas pembayaran royalti luar negeri terutang PPNPPN Masukan100.000.000Bank100.000.000Franchise merupakan suatu sistem dalam pemasaran barang dan jasa yang melibatkan dua pihak (franchisor dan franchisee), sistem ini merupakan suatu kiat untuk memperluas usaha dengan cara menularkan sukses. Aspek perpajakan atas transaksi bisnis franchise (waralaba) di Indonesia didasarkan pada UU PPh, pada penjelasan Pasal 4 Ayat (1) Huruf h dan Pasal 23 serta Pasal 26 UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.Kesimpulan