pajak internasional

3
Ratika Hanna Alfia 125020300111094 STUDI KASUS PERPAJAKAN INTERNASIONAL Tuan Z adalah seorang WNI berdomisili di Amerika dan memiliki perusahaan di Jepang. Negara mana yang dapat memungut pajak dalam kasus diatas? Jawab : Dari kasus diatas, perlu dianalisis dahulu ketentuan perpajakan antara Negara Indonesia dan Amerika. Berdasarkan Tax Treaty antara Indonesia dengan Amerika Serikat, maka ketentuan mengenai penduduk asing tidak lagi mengikuti ketentuan yang ditetapkan AS akan tetapi mengikuti perjanjian pajak berganda yang telah ditandatangani oleh kedua negara tersebut. Sesuai (pasal 4 ayat 1) perjanjian pajak Indonesia-AS, penduduk suatu Negara pihak pada perjanjian ialah setiap orang/badan, yang menurut Negara tersebut dapat dikenakan pajak di Negara tersebut berdasarkan domisili, tempat kehadiran, tempat pendirian, tempat kedudukan manajemen, atau dasar lainnya yang sifatnya serupa. (Pasal 4 ayat 2 ) Ia akan dianggap sebagai penduduk Negara Pihak pada Perjanjian apabila : (a) di mana ia mempunyai tempat tinggal tetap. Apabila ia mempunyai tempat tinggal tetap di kedua Negara Pihak pada Perjanjian atau sama sekali tidak mempunyai tempat tinggal tetap di salah satu Negara tersebut, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara Pihak pada Perjanjian di mana ia mempunyai hubungan-hubungan pribadi dan ekonomi yang lebih erat (tempat yang menjadi pusat perhatiannya). (b) Jika Negara pusat perhatiannya tidak dapat ditentukan, ai akan dianggap sebagai penduduk Negara dimana ia mempunyai tempat yang biasa ia gunakan untuk berdiam.

description

tugas

Transcript of pajak internasional

Page 1: pajak internasional

Ratika Hanna Alfia

125020300111094

STUDI KASUS PERPAJAKAN INTERNASIONAL

Tuan Z adalah seorang WNI berdomisili di Amerika dan memiliki perusahaan di Jepang. Negara mana yang dapat memungut pajak dalam kasus diatas?

Jawab :

Dari kasus diatas, perlu dianalisis dahulu ketentuan perpajakan antara Negara Indonesia dan Amerika. Berdasarkan Tax Treaty antara Indonesia dengan Amerika Serikat, maka ketentuan mengenai penduduk asing tidak lagi mengikuti ketentuan yang ditetapkan AS akan tetapi mengikuti perjanjian pajak berganda yang telah ditandatangani oleh kedua negara tersebut.

Sesuai (pasal 4 ayat 1) perjanjian pajak Indonesia-AS, penduduk suatu Negara pihak pada perjanjian ialah setiap orang/badan, yang menurut Negara tersebut dapat dikenakan pajak di Negara tersebut berdasarkan domisili, tempat kehadiran, tempat pendirian, tempat kedudukan manajemen, atau dasar lainnya yang sifatnya serupa. 

(Pasal 4 ayat 2 ) Ia akan dianggap sebagai penduduk Negara Pihak pada Perjanjian apabila :(a) di mana ia mempunyai tempat tinggal tetap. Apabila ia mempunyai tempat tinggal tetap di

kedua Negara Pihak pada Perjanjian atau sama sekali tidak mempunyai tempat tinggal tetap di salah satu Negara tersebut, ia akan dianggap sebagai penduduk Negara Pihak pada Perjanjian di mana ia mempunyai hubungan-hubungan pribadi dan ekonomi yang lebih erat (tempat yang menjadi pusat perhatiannya).

(b) Jika Negara pusat perhatiannya tidak dapat ditentukan, ai akan dianggap sebagai penduduk Negara dimana ia mempunyai tempat yang biasa ia gunakan untuk berdiam.

(c) Jika ia tidak mempunyai salah satu negara yang biasa digunakan untuk berdiam,ia akan akan dianggap sebagai penduduk dimana ia menjadi warga Negara.

(d) Jika ia sama sekali bukan warga Negara salah satu Negara pada pihak perjanjian, maka pejabat berwenang yang akan memutuskan.

Dalam kasus diatas disebutkan bahwa WNI telah berdomisili di Amerika, saya mengasumsikan bahwa WNI ini telah memilki tempat tinggal di Amerika dan tinggal di negeri tersebut selama lebih dari 183 hari dalam satu tahun. Sehingga secara ketentuan perpajakan, WNI tersebut telah menjadi penduduk Amerika. Tetapi bila dilihat pada Ketentuan Umum Perpajakan dalam tax treaty yaitu :

( pasal 28 ayat 1 : Ketentuan- Ketentuan Umum Perpajakan) Penduduk salah satu Negara Pihak pada Perjanjian dapat dikenakan pajak oleh Negara Pihak lainnya pada Perjanjian atas penghasilan yang bersumber di Negara Pihak lainnya pada Perjanjian tersebut dan hanya atas penghasilan tersebut, namun tetap tunduk pada batasan-batasan yang diatur dalam Perjanjian ini. Untuk kepentingan ini, ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Pasal 7 (Sumber Penghasilan) akan diterapkan untuk menentukan sumber penghasilan

Page 2: pajak internasional

( pasal 28 ayat 3 : Ketentuan- ketentuan Umum Perpajakan ) Menyimpang dari setiap ketentuan dalam Perjanjian ini, kecuali ayat (4), suatu Negara Pihak pada Perjanjian dapat mengenakan pajak terhadap warga negara atau penduduk Negara Pihak pada Perjanjian tersebut seolah-olah Perjanjian ini tidak ada pengaruhnya. Untuk kepentingan ini, istilah "warga negara" mencakup mantan warga negara yang kehilangan kewarganegaraannya dengan salah satu tujuan utamanya untuk penghindaran pajak tetapi hanya untuk masa 10 (sepuluh) tahun setelah hilangnya kewarganegaraan tersebut.

Sehingga bila dilihat dari ketentuan ini, Amerika tidak bisa mengenakan pajak terhadap Tuan Z karena perusahaan Tuan Z tidak berkedudukan di Amerika. Sedangkan Indonesia dapat mengenakan pajak karena status Tuan A yang masih WNI.

Selanjutnya bila dilihat pada tax treaty Indonesia-Jepang, dalam pasal 7 ayat (1) disebutkan

bahwa “ Laba perusahaan disuatu Negara hanya akan dikenakan pajak di Negara itu kecuali

perusahaan itu menjalankan usahannya di Negara lainnya, melalui suatu pendirian tetap yang

berkedudukan disitu. Jika perusahaan menjalankan usahannya seperti yang dikatakan sebelumnya,

laba dari perusahaan itu bisa dikenakan pajak di Negara lain itu, tetapi hanya mengenai bagian laba

yang dianggap berasal dari pendirian tetap tersebut”.

Bila diasumsikan bahwa perusahaan Tuan Z adalah PT yang tercatat pada bursa efek, maka

pengenaan pajaknya pada Jepang dan juga Indonesia. Pengenaan pajak di Jepang dilakukan pada

perusahaannya karena kedudukan perusahaan berada disana. Sedangkan pengenaan pajak Tuan Z di

Indonesia dikenakan hanya pada kepemilikan Tuan Z saja.