PAI 025
-
Upload
ayu-pradita -
Category
Documents
-
view
11 -
download
1
description
Transcript of PAI 025
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat kita mendengar kata hukum, maka pemikiran yang terlintas
dalam otak kita yaitu semua hal yang mengenai tntang peraturan-peraturan
yang mengatur semua tingkah laku manusia di dalam sebuah ruang
lingkup kehidupan masyarakat.
Hukum Islam tidak hanya merupakan produk pemikiran yang mana
telah di pengaruhi oleh budaya masyarakat setempat, namun memiliki
dasar yang telah ditetapkan oleh Allah SWT melalui ayat-ayat suci yang
terdapat dalam kitab suci Al Qur’an serta hadist-hadist Nabi Muhammad
SAW.
Allah yang menentukan konsep hukum Islam, dasar, dan
kerangkanya. Semua hukum itu mengatur hubungan antar manusia dengan
manusia, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan makhluk lain,
dan manusia dengan Tuhannya.
HAM dalam Islam tidak sama dengan hak asasi menurut
pengertian yang biasa kita ketahui, karena semuanya merupakan hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi serta tidak boleh ditinggalkan.
Makalah PAI 025 1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari hukum Islam?
2. Bagaimana ruang lingkup hukum Islam dalam kehidupan?
3. Apakah tujuan hukum Islam?
4. Apakah hakikat yang mendasari sumber hukum Islam?
5. Bagaimana kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakkan
agama Islam?
6. Untuk apa hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat?
7. Bagaimana kesesuaian Hak Asasi Manusia dalam Islam?
8. Bagaimana sistem demokrasi dalam Islam?
Makalah PAI 025 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hukum Islam
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian
dari agama Islam. Jika berbicara tentang hukum, yang terlintas dalam
pikiran adalah peraturan yang sengaja dibuat oleh manusia untuk mengatur
hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat. Di samping itu
masih ada konsepsi hukum lain, yakni hukum Islam. Dalam konsepsi
hukum Islam, dasar dan kerangka hukumnya di tetapkan oleh Allah. Yang
diatur tidak hanya manusia dengan manusia lain, tetapi juga hubungan
manusia dengan Tuhan.1
Dalam hukum Islam terdapat 5 kaidah yang digunakan untuk
mengatur perbuatan manusia baik di bidang ibadah maupun di bidang
mu’amalah. Kelima kaidah tersebut yakni :
a. jaiz atau mubah,
b. sunnah,
c. makruh,
d. wajib,
e. haram.
Untuk memahami hukum Islam dengan baik seseorang harus
memahami beberapa istilah yang berkenaan dengan hukum Islam.
Dalam pembahasan kerangka dasar agama Islam disebutkan bahwa
komponen agama Islam adalah syari’at. Adapun ilmu yang membahas
tentang syari’at disebut dengan ilmu fikih.
1 Arif Furqan,Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum,Jakarta,2002,h.15
Makalah PAI 025 3
Di Indonesia seringkali dua istilah yakni syari’at dan fikih
dirangkum dalam satu kata yakni hukum Islam. Hubungan keduanya
memang sangat erat, dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.
Seseorang yang akan memahami hukum Islam dengan baik, harus dapat
membedakan keduanya.
Syari’at adalah semua ketetapan hukum yang telah ditetapkan oleh
Allah dan Rasul-Nya. Sifatnya tetap dan tidak dapat dirubah-rubah.
Sedangkan fikih adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat
terhadap syari’at atau ketentuan yang ada dalam al-Qur’an dan al-Sunnah
terutama yang berkenaan dengan masalah kemasyarakatan. Karena fikih
merupakan hasil pemahaman orang mengenai syari’at, maka fikih tidak
boleh menghapuskan syari’at.2
2.2. Ruang Lingkup Hukum Islam
Dalam hukum Islam dalam mu’amalat tidak dibedakan antara
hukum privat (hukum perdata) denga hukum publik, hal ini disebabkan
karena sistem hukum Islam pada hukum perdata terdapat segi-segi publik
dan pada hukum publik terdapat segi-segi perdatanya. Hal ini juga terjadi
dalam hukum Adat di Indonesia. Berbeda dengan hukum Barat, di mana
sistem hukum ini dibedakan dengan jelas antara hukum privat dengan
hukum publik.
Dalam hukum Islam yang disebutkan hanyalah bagian-bagiannya
saja yakni
a. munakahat,
b. wirasih,
c. mu’amalat dalam arti khusus,
d. jinayat atau ‘ukubut,
2 Arif Furqan,Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum,Jakarta,2002,h.16
Makalah PAI 025 4
e. al-ahkam al-Sultaniyah (khilafah),
f. siyar,
g. mukhassamat.
Sedangkan Fathi Osman mengemukakan sistematika hukum Islam
sebagai berikut :
(1) al-ahkam al-ahwal alsyakhisyah (hukum perorangan);
(2) al-ahkam al-madaniyah (hukum kebendaan);
(3) al-ahkam al-jinaiyah (hukum pidana);
(4) al-ahkam al-murafaat (hukum acara perdata, pidana dan
peradilan tata usaha negara);
(5) al-ahkam al-dusturiyah (hukum tata negara);
(6) al-ahkam al-dawliyah (hukum internasional); dan
(7) al-ahkam al-igtisadiyah wa al-maliyah (hukum ekonomi dan
keuangan)
Apabila bagian-bagian hukum Islam itu disusun menurut
sistematika hukum Barat yang membedakan antara hukum perdata dengan
hukum publik seperti yang diajarkan dalam Pengantar Ilmu Hukum di
tanah air, susunan hukum mu’amalat dalam arti luas menurut Mohammad
Daud Ali adalah sebagai berikut:
Hukum perdata (Islam) yaitu:
(1) munakahat mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan
perkawinan, perceraian serta akibat-akibatnya;
Makalah PAI 025 5
(2) wirasih mengatur segala masalah yang berhubungan dengan
pewaris, ahli waris, harta peninggalan serta pembagian warisan. Hukum
kewarisan Islam ini juga disebut hukum faraid;
(3) mu’amalat dalam arti yang khusus, mengatur masalah
kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan manusia dalam soal jual
beli, sewa-sewanya, pinjam meminjam, perserikatan dab sebagainya.
Adapun hukum publik (Islam) adalah
(4) jinayat yang memuat aturan-aturan menganai perbuatan-
perbuatab yang diancam dengan hukuman baik dalam jarimah hudud
maupun dalam jarimah ta’zir. Yang dimaksud dengan jarimah adalah
perbuatan piddana. Jarimah hudu adalah perbuatan pidana yang telah
ditentukan bentuk dan batas hukumnya dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Muhammad (hudu jamak dar had yang berarti batas). Jarimah ta’zir adalah
perbuatan pidana yang bentuk dan ancaman hukumannya ditentukan oleh
penguasa sebagai pelajaran bagi pelakunya (ta’zir berarti ajaran atau
pengajaran);
(5) al-ahkam al-sulthaniyah membicarakan soal-soal yang
berhubungan dengan kepala negara, pemerintahan, baik pemerintah pusat
maupun daerah, tentara, pajak dan sebagainya;
(6) siyar mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan
pemeluk agama dan negara lain;
(7) mukhassamat mengatur soal peradilan, kehakiman dan hukum
acara.
Jika bagian-bagian hukum Islam di bidan muamalat yang sudah
dikemukakan itu dibandingkan dengan susunan hukum Barat, maka butir
(1) dapat disamakan dengan hukum perkawinan;
(2) dengan hukum kewarisan;
Makalah PAI 025 6
(3) dengan hukum benda dan hukum perjanjian, perdata khusus;
(4) dengan hukum pidana;
(5) dengan hukum ketatanegaraan yakni tata negara dan
administrasi negara;
(6) dengan hukum internasional;
(7) dengan hukum acara.3
Meskipun dalam hukum Islam di bidang mu’amalat tidak
membedakan dengan tajam antara hukum publik dan hukum perdata,
namun sebenarnya ruanglingkup hukum Islam sangat luas, karena
mencangkup berbagai aspek kehidupan.
2.3. Tujuan Hukum Islam
Tujuan hukum Islam sebenarnya sudah nampak pada ayat-ayat
yang ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Secara
umum para ahli merumuskan tujuan hukum Islam adalah kebahagiaan
hidup manusia di dunia dan di akhirat kelak, dengan jalan mengambil
segala sesuatu yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudarat
yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan.
Menurut Abu Ishak Al-Shatibi, tujuan hukum Islam adalah
memelihara
(1) agama,
(2) jiwa,
(3) akal,
(4) keturunan,
3 Arif Furqan,Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum,Jakarta,2002,h.20
Makalah PAI 025 7
(5) harta,
Yang kemudian disepakati oleh ilmuwan hukum Islam lainnya.
Kelima tujuan itu kemudian disebut dengan al-magasid al-khamsah.
Menurut Juhaya S. Praja, tujuan hukum Islam yang dirumuskan
oleh Abu Ishak Al-Sathibi tersebut dapat dilihat dari dua segi, yaitu
(1) dari segi Pembuat hukum Islam yaitu Allah dan Rasul-Nya,
(2) dari segi manusia yang menjadi pelaku dan pelaksana hukum
Islam itu. Jika di lihat dari segi Pembuat hukum Islam, tujuan hukum Islam
adalah
a. Untuk memenuhi keperluan hidup manusia yang bersifat primer,
sekunder dan tersier, yang dalam kepustakaan hukum Islam disebut
dengan istilah daruriyyat, hajjihyat dan tahnisiyyat;
b. Untuk ditaati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupan
sehari-hari;
c. supaya dapat ditaati dengan baik dan benar, manusia wajib
meningkatkan kemampuannya untuk memahami hukum Islam dengan
mempelajari usul al-figh yakni dasar pembentukan dan pemahaman hukum
Islam sebagai metodologinya.
Di samping itu dari segi 2 pelaku hukum yakni manusia itu sendiri,
tujuan hukum Islam adalah untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan
mempertahankan kehidupan itu. Adapun caranya dengan mengambil yang
bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudarat bagi kehidupan.
Dengan demikian tujuan hakiki hukum Islam adalah tercapainya keridaan
Allah dalam kehidupan manusia di dunia dan di akhirat kelak.4
4 Abdurahman Wahid,Hukum Islam di Indonesia Pemikiran dan Praktek,Bandung,Remaja Rosdakraya,h.8
Makalah PAI 025 8
2.4. Hakikat Sumber Hukum Islam
Pada dasarnya hukum Islam itu ada 4 yakni al-Quran, Hadits, Ijma,
Qiyas. Dan definisi dari masing-masing hukum sebagai berikut :
1. Al-Quran : kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad
saw karena untuk kebaikan manusia di agama didunia dan diakhirat
2. Hadits : ucapan-ucapan nabi serta perbuatannya yang
menjelaskan hukum-hukum Islam dan menunjukkan kepada manusia
hukum tersebut
3. Ijma : Kesepakatan para ulama ijtihad setelah nabi
Muhammad SAW di suatu masa dari beberapa masa terhadap
perkara yang ditemukan
4. Qiyas : Mencocokkan suatu perkara yang di temukan
kepada perkara yang lain yang tidak ditemukan dalilnya, karena
mempunyai alasan hukum yang sama.5
Menurut al-Quran surat an-Nisa ayat 59, setiap muslim wajib
menaati (mengikuti) kemauan atau kehendak Allah SWT, kehendak Rasul
dan kehendak ulil Amri yakni orang yang mempunyai kekuasaan atau
penguasa. Kehendak Allah yang berupa ketetapan tersebut kini tertulis
dalam al-Quran, kehendak Rasulullah SAW sekarang terhimpun dalam
kitab-kitab hadist, kehendak penguasa sekarang termaktub dalam kitab-
kitab fikih. Yang dimaksud penguasa dalam hal ini adalah orang-orang
yang memenuhi syarat untuk berijtihad karena “kekuasaan” berupa ilmu
pengetahuan untuk mengalirkan (ajaran) hukum Islam dari dua sumber
utamanya yakni al-Quran dan kitab-kitab hadist yang memuat sunnah Nabi
Muhammad.6
5 Abdurahman Wahid,op.cit,h.4
6 Suprodjo Pusposutarjo,Modul Acuan Proses Pembelajaran
Matakuliah Pengembangan Kepribadian,Jakarta,2003,h.26
Makalah PAI 025 9
Dari hadis yang dikemukakan para ulama menyimpulkan bahwa
sumber hukum Islam ada 3 yakni al-Quran, as-Sunnah dan akal pikiran
orang memenuhi syarat untuk berijtihad. Akal pikiran ini dalam
kepustakaan hukum Islam diistilahkan dengan al-ra’yu, yakni pendapat
orang atau orang orang memenuhi syarat untuk menentukan nilai dan
norma pengukur tingkah laku manusia dalam segala hidup dan kehidupan.
Ketiga sumber itu merupakan rangkaian kesatuan dengan urutan seperti
yang sudah disebutkan. Al-Quran dan as-Sunnah merupakan sumber
utama ajaran Islam, sedangkan al-ra’yu merupakan sumber utama atau
sumber pengembangan.
2.5. Kontribusi umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan Agama
Islam
Konstribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum
pada akhir ini semakin nampak jelas dengan diundangkannya beberapa
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum Islam,
seperti misalnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan; Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1997
Tentang Perwakafan Tanah Milik; Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama; Intruksi Presiden Nomor
1 Tahun 1991 Tentang kompilasi Hukum Islam; Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat; dan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 1999 tentang
penyelenggaraan Haji.7
Adapun upaya yang harus dilakukan untuk menegakkan hukum
Islam dalam praktik bermasyarakat dan bernegara memang harus melalui
proses, yakni proses kultural dan dakwah. Apabila Islam sudah
memasyarakat, maka konsekuensinya hukum harus ditegakkan. Di dalam
7 Suprodjo Pusposutarjo,Modul Acuan Proses Pembelajaran
Matakuliah Pengembangan Kepribadian,Jakarta,2003,h.27
Makalah PAI 025 10
negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, kebabasan
mengeluarkan pendapat atau kebebasan berfikir wajib ada. Kebebasan
mengeluarkan pendapat ini diperlukan untuk mengembankan pemikiran
hukum Islam yang betul-betul teruji, baik dari segi pemahaman maupun
dalam segi pengembangannya. Dalam ajaran Islam ditetapkan bahwa umat
Islam mempunyai kewajiban untuk mentaati hukum yang di tetapkan
Allah SWT. Masalahnya kemudian, bagaimanakah sesuatu yang wajib
menurut Islam menjadi wajib pula menurut perundang-undangan. Hal ini
jelas diperlukan proses dan waktu untuk merealisasikannya.
2.6. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat
Peranan fungsi hukum Islam dalam bermasyarakat itu sangat
penting. Walaupun dalam praktek tidak lagi berperan secara penuh dan
menyeluruh, hukum Islam masih memiliki arti besar bagi para
pemeluknya. Pertama, sebagaimana di kemukakan di atas, ia turut
menciptakan tata nilai yang mengatur kehidupan mereka, minimal dengan
menetapkan apa yang harus dianggap baik dan buruk, apa yang menjadi
perintah, anjuran, perkenan, dan larangan agama. Keseluruhan umat Islam
di tentukan oleh tanggapan masing-masing tata nilai tersebut, hal itu pada
gilirannya berarti berpengaruh atas pilihan segi-segi kehidupan yang di
anggap penting dan atas mereka memperlakukan masa depan kehidupan
mereka sendiri.
Kedua, dengan melalui proses yang berlangsung lama, banyak
keputusan hukum (bahkan unsur-unsur yurisprudensial) dari hukum Islam
telah diserap dan menjadi hukum positif yang berlaku. Manivestasi
penyerapan ini antara lain dapat dilihat berlakunya hukum perkawinan dan
hukum waris Islam di beberapa negara, termasuk di beberapa negeri ini. Di
Mesir, unsur-unsur hukum Islam diserap hingga bahkan oleh hukum
pidana dan hukum acara (murafa’at) modern.
Makalah PAI 025 11
Fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya
cukup banyak, namun dalam pembahasan ini hanya akan dikemukakan
peranan utama saja, yakni :
(a) fungsi ibadah. Fungsi paling utama hukum Islam adalah untuk
beribadah kepada Allah swt;
(b) fungsi amar ma’ruf nahi munkar,
(c) fungsi zawajir.
(d) fungsi tanzim wa islah al-ummah.
(e) sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan
memperlancar proses interaksi sosial sehingga terwujudlah
masyarakat yang harmonis, aman dan sejahtera.8
Dapat kita simpulkan bahwa Fungsi Hukum Islam dalam
kehidupan bermasyarakat itu ada banyak, salah satunya yaitu untuk
menjadikan umat muslim menjadi insan yang beretika, bermoral,
bermartabat, dan berakhlak mulia. Dan untuk untuk menjadi umat muslim
seperti diatas ada banyak cara, diantaranya yang paling utama yaitu umat
muslim harus melakukan segala sesuatu pekerjaan termasuk beribadah
dengan cara ikhlas (lillahita’ala).
Banyak lagi fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat.
Pada dasarnya hukum Islam ada 4 yaitu
a. al-Qur’an,
b. Hadits,
c. Ijma’,
8 Abdurahaman Wahid,Hukum Islam di Indonesia Pemikiran dan
Praktek,Bandung,1991,h.27
Makalah PAI 025 12
d. Qiyas.
Pada dasar keempat tersebut mempunyai peranan fungsi yang sangat
penting atau bisa dibilang paling utama dalam fungsi hukum Islam.
2.7. Kesesuaian Hak Asasi Manusia dalam Islam
HAM merupakan rumusan dan temuan masyarakat modern abad ke-
20. Namun HAM dapat dilacak dalam sejarah Islam. Nabi Muhammad
SAW mengatur perlindungan golongan Islam dan non-muslim dalam
Piagam Madinah. Piagam Madinah yang terangkai 47 butir hanya sekedar
dasar bagi pluralitas beragama. Pluralitas didasarkan pada prinsip
persamaan Hak dan Kewajiban sesama warga negara,suku dan
agama,pemupukan semangat persahabatan dan saling berkonsultasi
membantu dalam menghadapi tantangan bersama. Dalam piagam madinah
misalnya pada pasal 23 dan 42 dijelaskan Nabi Muhammad SAW adalah
pemimpin bersama warga madinah yang bertugas menyelesaikan masalah
duniawi bagi kaum non-muslim. Sedangkan pasal 25 menyatakan tersedia
kebebasan beragama dan mengamalkan agamanya. Paling tidak, ada 2
ajaran pokok yang tertera dalam Piagam Madinah,yaitu semua penganut
Islam adalah warga masyarakat yang bersaudara, meskipun berbeda suku
dan bangsa. Sementara hubungan non-muslim berdasarkan prinsip-prinsip.
Berinteraksi secara baik dengan tetangga; saling membantu dalam
menghadapi musuh bersama; membela mereka yang teraniaya; saling
menasehati; dan menghormati kebebasan beragama.9
a. Masyarakat Islam di Indonesia dan HAM
Pengalaman Indonesia sebagai bangsa yang pernah terjajah telah
menjadi pendorong utama untuk menerima dan mengakui HAM. Pada
tahun 1950-an, dukungan muslim terhadap HAM nyata tergambar dalam
berbagai pandangan umum partai-partai Islam dalam sidang Majelis
Konstitusi antara rentang tahun 1956 dan 1959.
9 Sukron Kamil,Syariah Islam dan HAM,Jakarta,2003,h.49-50
Makalah PAI 025 13
b. Syariah dan HAM
HAM dalam syariah Islam terbentuk dari masa klasik hingga
pertengahan, baik yang literal(Skriptural) maupun yang rasional (Liberal).
Literal adalah produk pemikiran hukum Islam yang bersumber dari
pemahaman terhadap ayat-ayat atau hadist hukum sesuai bunyi atau
zahirnya teks dengan pendekatan ta’abbudi(menerima apa
adanya),sedangkan Rasional adalah produk pemikiran syariah yang tidak
terikat oleh bunyi teks ayat,tetapi makna hakiki dibalik
ayat.Namun,pertama syariah Islam klasik akan dibandingkan dengan
syariah produk para pemikir atau ahli fikih modern. Kedua, fokus bahasa
pada persoalan syariah yang terkait dengan 3 hal yang mencakup
kebebasan sipil,hak-hak perempuan,dan hak-hak non-muslim.10
2.8. Demokrasi dalam Islam
Demokrasi secara etimologi berasal dari kata demos yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein yang berarti kekuasaan atau
kedaulatan .
Jadi Demos – cratein atau demokrasi adalah keadaan negara dimana
dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat.11
a. Surat Ali Imran (3) ayat 159
Tentang musyawarah dalam masalah pemerintahan, politik, ekonomi
dan kemasyarakatan.
10 Sukron Kamil,Syariah Islam dan HAM,Jakarta,2003,h.51
11 Ahmad Suaedy.Pergaulan Pesantren dan Demokrasi.Jakarta,2004,h.8
Makalah PAI 025 14
159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.
[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal
duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi,
kemasyarakatan dan lain-lainnya.
b. Surat An Nisaa’ (4) ayat 59
Tentang ketaatan pada Allah, ketaatan pada Rasul dan Ulil Amri
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Makalah PAI 025 15
c. Surat As Syuura (42) ayat 38
Tentang pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah
38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)
seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki
yang Kami berikan kepada mereka.
d. Surat Ath Thalaq (65) ayat 6
Tentang musyawarah dalam masyarakat
6. Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu
bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan
janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-
isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka
bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-
Makalah PAI 025 16
anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka
upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu
(segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui
kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan
(anak itu) untuknya.
Pada prinsipnya bukan negara negara yang mayoritas Islam
saja yang pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan berpegang pada Al
quran ,tetapi negara minoritas .Islam pun secara tidak mereka
sadari ,dalam satu segi memakainya terutama prinsip prinsip demokrasi
tetapi dilain segi mereka melaksanakan hal – hal yang dilarang oleh Al
quran.
Makalah PAI 025 17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari
agama Islam.
2. Ruang lingkup hukum Islam yaitu meliputi munakahat, wirasih, mu’amalat dalam arti khusus, jinayat atau ‘ukubut, al-ahkam al-Sultaniyah (khilafah), siyar, dan mukhassamat.
3. Tujuan hukum Islam adalah menuju pada pemeliharaan agama, menjaga,
merawat, kehidupan dan psikis, merawat akal sehat, dan menjaga
ketertiban keturunan manusia, serta menjaga harkat dan martabat manusia.
4. Sumber hukum Islam pada dasarnya itu banyak versinya. Banyak pendapat
dari para ulama, tetapi intinya itu sama menuju pada Al Qur’an, Hadist,
Ijma’, dan qiyash.
5. Fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat itu sebenarnya
banyak tapi inti dari hukum Islam tersebut yaitu untuk menjadikan
manusia berakhlak mulia.
6. HAM dalam Islam artinya segala sesuatu yang berfokus pada Tuhan,
sehngga Tuhan sangat diutamakan.
7. HAM dan demokrasi adalah suatu konsep yang tidak dapat di pisahkan
karena adanya demokrasi juga terdapat penegakkan hukum dan
perlindungan HAM.
8. Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakkan agama Islam itu
mengacu pada UU RI. Contoh pada perkawinan, perwakafan, zakat, haji,
dan semua itu ada hukumnya seperti rukun dan syarat-syaratnya. Hal itu
dapat ditemui di berbagai kitab misalnya Taqrib, Mu’in dan lain-lain.
Makalah PAI 025 18
3.2. Saran
a. Seharusnya kita sebagai umat Islam memahami hukum Islam
karena hal ini bertujuan untuk kebaikan manusia.
b. Seharusnya kita menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia
c. Dalam mengamalkan hal-hal tersebut diatas harus tetap
berpedoman pada ajaran dan syari’at Islam.
Makalah PAI 025 19
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Jabar,Umar.1998.Kitab Mabadiulfiqiyyah.Surabaya
Furqan, Arif,dkk.2002.Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum.Jakarta:Departemen Agama
Kamil,Sukron,dkk.2003.Syariah Islam dan HAM.Jakarta:Center for the Study of Religion and Culture
Pusposutarjo,Suprodjo,dkk.2003.Modul Acuan Proses Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian.Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Suaedy,Ahmad.2004.Pergaulan Pesantren dan Demokrasi.Jakarta: Center for the Study of Religion and Culture
Wahid,Abdurrahman,dkk.1991.Hukum Islam di Indonesia Pemikiran dan Praktek.Bandung:Remaja Rosdakarya
Makalah PAI 025 20