PAI 025

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat kita mendengar kata hukum, maka pemikiran yang terlintas dalam otak kita yaitu semua hal yang mengenai tntang peraturan-peraturan yang mengatur semua tingkah laku manusia di dalam sebuah ruang lingkup kehidupan masyarakat. Hukum Islam tidak hanya merupakan produk pemikiran yang mana telah di pengaruhi oleh budaya masyarakat setempat, namun memiliki dasar yang telah ditetapkan oleh Allah SWT melalui ayat-ayat suci yang terdapat dalam kitab suci Al Qur’an serta hadist-hadist Nabi Muhammad SAW. Allah yang menentukan konsep hukum Islam, dasar, dan kerangkanya. Semua hukum itu mengatur hubungan antar manusia dengan manusia, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan makhluk lain, dan manusia dengan Tuhannya. HAM dalam Islam tidak sama dengan hak asasi menurut pengertian yang biasa kita ketahui, karena semuanya merupakan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi serta tidak boleh ditinggalkan. Makalah PAI 025 1

description

PAI 025, BSMKU UJ

Transcript of PAI 025

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat kita mendengar kata hukum, maka pemikiran yang terlintas

dalam otak kita yaitu semua hal yang mengenai tntang peraturan-peraturan

yang mengatur semua tingkah laku manusia di dalam sebuah ruang

lingkup kehidupan masyarakat.

Hukum Islam tidak hanya merupakan produk pemikiran yang mana

telah di pengaruhi oleh budaya masyarakat setempat, namun memiliki

dasar yang telah ditetapkan oleh Allah SWT melalui ayat-ayat suci yang

terdapat dalam kitab suci Al Qur’an serta hadist-hadist Nabi Muhammad

SAW.

Allah yang menentukan konsep hukum Islam, dasar, dan

kerangkanya. Semua hukum itu mengatur hubungan antar manusia dengan

manusia, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan makhluk lain,

dan manusia dengan Tuhannya.

HAM dalam Islam tidak sama dengan hak asasi menurut

pengertian yang biasa kita ketahui, karena semuanya merupakan hak dan

kewajiban yang harus dipenuhi serta tidak boleh ditinggalkan.

Makalah PAI 025 1

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari hukum Islam?

2. Bagaimana ruang lingkup hukum Islam dalam kehidupan?

3. Apakah tujuan hukum Islam?

4. Apakah hakikat yang mendasari sumber hukum Islam?

5. Bagaimana kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakkan

agama Islam?

6. Untuk apa hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat?

7. Bagaimana kesesuaian Hak Asasi Manusia dalam Islam?

8. Bagaimana sistem demokrasi dalam Islam?

Makalah PAI 025 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hukum Islam

Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian

dari agama Islam. Jika berbicara tentang hukum, yang terlintas dalam

pikiran adalah peraturan yang sengaja dibuat oleh manusia untuk mengatur

hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat. Di samping itu

masih ada konsepsi hukum lain, yakni hukum Islam. Dalam konsepsi

hukum Islam, dasar dan kerangka hukumnya di tetapkan oleh Allah. Yang

diatur tidak hanya manusia dengan manusia lain, tetapi juga hubungan

manusia dengan Tuhan.1

Dalam hukum Islam terdapat 5 kaidah yang digunakan untuk

mengatur perbuatan manusia baik di bidang ibadah maupun di bidang

mu’amalah. Kelima kaidah tersebut yakni :

a. jaiz atau mubah,

b. sunnah,

c. makruh,

d. wajib,

e. haram.

Untuk memahami hukum Islam dengan baik seseorang harus

memahami beberapa istilah yang berkenaan dengan hukum Islam.

Dalam pembahasan kerangka dasar agama Islam disebutkan bahwa

komponen agama Islam adalah syari’at. Adapun ilmu yang membahas

tentang syari’at disebut dengan ilmu fikih.

1 Arif Furqan,Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum,Jakarta,2002,h.15

Makalah PAI 025 3

Di Indonesia seringkali dua istilah yakni syari’at dan fikih

dirangkum dalam satu kata yakni hukum Islam. Hubungan keduanya

memang sangat erat, dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.

Seseorang yang akan memahami hukum Islam dengan baik, harus dapat

membedakan keduanya.

Syari’at adalah semua ketetapan hukum yang telah ditetapkan oleh

Allah dan Rasul-Nya. Sifatnya tetap dan tidak dapat dirubah-rubah.

Sedangkan fikih adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat

terhadap syari’at atau ketentuan yang ada dalam al-Qur’an dan al-Sunnah

terutama yang berkenaan dengan masalah kemasyarakatan. Karena fikih

merupakan hasil pemahaman orang mengenai syari’at, maka fikih tidak

boleh menghapuskan syari’at.2

2.2. Ruang Lingkup Hukum Islam

Dalam hukum Islam dalam mu’amalat tidak dibedakan antara

hukum privat (hukum perdata) denga hukum publik, hal ini disebabkan

karena sistem hukum Islam pada hukum perdata terdapat segi-segi publik

dan pada hukum publik terdapat segi-segi perdatanya. Hal ini juga terjadi

dalam hukum Adat di Indonesia. Berbeda dengan hukum Barat, di mana

sistem hukum ini dibedakan dengan jelas antara hukum privat dengan

hukum publik.

Dalam hukum Islam yang disebutkan hanyalah bagian-bagiannya

saja yakni

a. munakahat,

b. wirasih,

c. mu’amalat dalam arti khusus,

d. jinayat atau ‘ukubut,

2 Arif Furqan,Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum,Jakarta,2002,h.16

Makalah PAI 025 4

e. al-ahkam al-Sultaniyah (khilafah),

f. siyar,

g. mukhassamat.

Sedangkan Fathi Osman mengemukakan sistematika hukum Islam

sebagai berikut :

(1) al-ahkam al-ahwal alsyakhisyah (hukum perorangan);

(2) al-ahkam al-madaniyah (hukum kebendaan);

(3) al-ahkam al-jinaiyah (hukum pidana);

(4) al-ahkam al-murafaat (hukum acara perdata, pidana dan

peradilan tata usaha negara);

(5) al-ahkam al-dusturiyah (hukum tata negara);

(6) al-ahkam al-dawliyah (hukum internasional); dan

(7) al-ahkam al-igtisadiyah wa al-maliyah (hukum ekonomi dan

keuangan)

Apabila bagian-bagian hukum Islam itu disusun menurut

sistematika hukum Barat yang membedakan antara hukum perdata dengan

hukum publik seperti yang diajarkan dalam Pengantar Ilmu Hukum di

tanah air, susunan hukum mu’amalat dalam arti luas menurut Mohammad

Daud Ali adalah sebagai berikut:

Hukum perdata (Islam) yaitu:

(1) munakahat mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan

perkawinan, perceraian serta akibat-akibatnya;

Makalah PAI 025 5

(2) wirasih mengatur segala masalah yang berhubungan dengan

pewaris, ahli waris, harta peninggalan serta pembagian warisan. Hukum

kewarisan Islam ini juga disebut hukum faraid;

(3) mu’amalat dalam arti yang khusus, mengatur masalah

kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan manusia dalam soal jual

beli, sewa-sewanya, pinjam meminjam, perserikatan dab sebagainya.

Adapun hukum publik (Islam) adalah

(4) jinayat yang memuat aturan-aturan menganai perbuatan-

perbuatab yang diancam dengan hukuman baik dalam jarimah hudud

maupun dalam jarimah ta’zir. Yang dimaksud dengan jarimah adalah

perbuatan piddana. Jarimah hudu adalah perbuatan pidana yang telah

ditentukan bentuk dan batas hukumnya dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi

Muhammad (hudu jamak dar had yang berarti batas). Jarimah ta’zir adalah

perbuatan pidana yang bentuk dan ancaman hukumannya ditentukan oleh

penguasa sebagai pelajaran bagi pelakunya (ta’zir berarti ajaran atau

pengajaran);

(5) al-ahkam al-sulthaniyah membicarakan soal-soal yang

berhubungan dengan kepala negara, pemerintahan, baik pemerintah pusat

maupun daerah, tentara, pajak dan sebagainya;

(6) siyar mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan

pemeluk agama dan negara lain;

(7) mukhassamat mengatur soal peradilan, kehakiman dan hukum

acara.

Jika bagian-bagian hukum Islam di bidan muamalat yang sudah

dikemukakan itu dibandingkan dengan susunan hukum Barat, maka butir

(1) dapat disamakan dengan hukum perkawinan;

(2) dengan hukum kewarisan;

Makalah PAI 025 6

(3) dengan hukum benda dan hukum perjanjian, perdata khusus;

(4) dengan hukum pidana;

(5) dengan hukum ketatanegaraan yakni tata negara dan

administrasi negara;

(6) dengan hukum internasional;

(7) dengan hukum acara.3

Meskipun dalam hukum Islam di bidang mu’amalat tidak

membedakan dengan tajam antara hukum publik dan hukum perdata,

namun sebenarnya ruanglingkup hukum Islam sangat luas, karena

mencangkup berbagai aspek kehidupan.

2.3. Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum Islam sebenarnya sudah nampak pada ayat-ayat

yang ada dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Secara

umum para ahli merumuskan tujuan hukum Islam adalah kebahagiaan

hidup manusia di dunia dan di akhirat kelak, dengan jalan mengambil

segala sesuatu yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudarat

yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan.

Menurut Abu Ishak Al-Shatibi, tujuan hukum Islam adalah

memelihara

(1) agama,

(2) jiwa,

(3) akal,

(4) keturunan,

3 Arif Furqan,Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum,Jakarta,2002,h.20

Makalah PAI 025 7

(5) harta,

Yang kemudian disepakati oleh ilmuwan hukum Islam lainnya.

Kelima tujuan itu kemudian disebut dengan al-magasid al-khamsah.

Menurut Juhaya S. Praja, tujuan hukum Islam yang dirumuskan

oleh Abu Ishak Al-Sathibi tersebut dapat dilihat dari dua segi, yaitu

(1) dari segi Pembuat hukum Islam yaitu Allah dan Rasul-Nya,

(2) dari segi manusia yang menjadi pelaku dan pelaksana hukum

Islam itu. Jika di lihat dari segi Pembuat hukum Islam, tujuan hukum Islam

adalah

a. Untuk memenuhi keperluan hidup manusia yang bersifat primer,

sekunder dan tersier, yang dalam kepustakaan hukum Islam disebut

dengan istilah daruriyyat, hajjihyat dan tahnisiyyat;

b. Untuk ditaati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupan

sehari-hari;

c. supaya dapat ditaati dengan baik dan benar, manusia wajib

meningkatkan kemampuannya untuk memahami hukum Islam dengan

mempelajari usul al-figh yakni dasar pembentukan dan pemahaman hukum

Islam sebagai metodologinya.

Di samping itu dari segi 2 pelaku hukum yakni manusia itu sendiri,

tujuan hukum Islam adalah untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan

mempertahankan kehidupan itu. Adapun caranya dengan mengambil yang

bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudarat bagi kehidupan.

Dengan demikian tujuan hakiki hukum Islam adalah tercapainya keridaan

Allah dalam kehidupan manusia di dunia dan di akhirat kelak.4

4 Abdurahman Wahid,Hukum Islam di Indonesia Pemikiran dan Praktek,Bandung,Remaja Rosdakraya,h.8

Makalah PAI 025 8

2.4. Hakikat Sumber Hukum Islam

Pada dasarnya hukum Islam itu ada 4 yakni al-Quran, Hadits, Ijma,

Qiyas. Dan definisi dari masing-masing hukum sebagai berikut :

1. Al-Quran : kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad

saw karena untuk kebaikan manusia di agama didunia dan diakhirat

2. Hadits : ucapan-ucapan nabi serta perbuatannya yang

menjelaskan hukum-hukum Islam dan menunjukkan kepada manusia

hukum tersebut

3. Ijma : Kesepakatan para ulama ijtihad setelah nabi

Muhammad SAW di suatu masa dari beberapa masa terhadap

perkara yang ditemukan

4. Qiyas : Mencocokkan suatu perkara yang di temukan

kepada perkara yang lain yang tidak ditemukan dalilnya, karena

mempunyai alasan hukum yang sama.5

Menurut al-Quran surat an-Nisa ayat 59, setiap muslim wajib

menaati (mengikuti) kemauan atau kehendak Allah SWT, kehendak Rasul

dan kehendak ulil Amri yakni orang yang mempunyai kekuasaan atau

penguasa. Kehendak Allah yang berupa ketetapan tersebut kini tertulis

dalam al-Quran, kehendak Rasulullah SAW sekarang terhimpun dalam

kitab-kitab hadist, kehendak penguasa sekarang termaktub dalam kitab-

kitab fikih. Yang dimaksud penguasa dalam hal ini adalah orang-orang

yang memenuhi syarat untuk berijtihad karena “kekuasaan” berupa ilmu

pengetahuan untuk mengalirkan (ajaran) hukum Islam dari dua sumber

utamanya yakni al-Quran dan kitab-kitab hadist yang memuat sunnah Nabi

Muhammad.6

5 Abdurahman Wahid,op.cit,h.4

6 Suprodjo Pusposutarjo,Modul Acuan Proses Pembelajaran

Matakuliah Pengembangan Kepribadian,Jakarta,2003,h.26

Makalah PAI 025 9

Dari hadis yang dikemukakan para ulama menyimpulkan bahwa

sumber hukum Islam ada 3 yakni al-Quran, as-Sunnah dan akal pikiran

orang memenuhi syarat untuk berijtihad. Akal pikiran ini dalam

kepustakaan hukum Islam diistilahkan dengan al-ra’yu, yakni pendapat

orang atau orang orang memenuhi syarat untuk menentukan nilai dan

norma pengukur tingkah laku manusia dalam segala hidup dan kehidupan.

Ketiga sumber itu merupakan rangkaian kesatuan dengan urutan seperti

yang sudah disebutkan. Al-Quran dan as-Sunnah merupakan sumber

utama ajaran Islam, sedangkan al-ra’yu merupakan sumber utama atau

sumber pengembangan.

2.5. Kontribusi umat Islam dalam Perumusan dan Penegakan Agama

Islam

Konstribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum

pada akhir ini semakin nampak jelas dengan diundangkannya beberapa

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum Islam,

seperti misalnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan; Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1997

Tentang Perwakafan Tanah Milik; Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama; Intruksi Presiden Nomor

1 Tahun 1991 Tentang kompilasi Hukum Islam; Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat; dan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 1999 tentang

penyelenggaraan Haji.7

Adapun upaya yang harus dilakukan untuk menegakkan hukum

Islam dalam praktik bermasyarakat dan bernegara memang harus melalui

proses, yakni proses kultural dan dakwah. Apabila Islam sudah

memasyarakat, maka konsekuensinya hukum harus ditegakkan. Di dalam

7 Suprodjo Pusposutarjo,Modul Acuan Proses Pembelajaran

Matakuliah Pengembangan Kepribadian,Jakarta,2003,h.27

Makalah PAI 025 10

negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, kebabasan

mengeluarkan pendapat atau kebebasan berfikir wajib ada. Kebebasan

mengeluarkan pendapat ini diperlukan untuk mengembankan pemikiran

hukum Islam yang betul-betul teruji, baik dari segi pemahaman maupun

dalam segi pengembangannya. Dalam ajaran Islam ditetapkan bahwa umat

Islam mempunyai kewajiban untuk mentaati hukum yang di tetapkan

Allah SWT. Masalahnya kemudian, bagaimanakah sesuatu yang wajib

menurut Islam menjadi wajib pula menurut perundang-undangan. Hal ini

jelas diperlukan proses dan waktu untuk merealisasikannya.

2.6. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat

Peranan fungsi hukum Islam dalam bermasyarakat itu sangat

penting. Walaupun dalam praktek tidak lagi berperan secara penuh dan

menyeluruh, hukum Islam masih memiliki arti besar bagi para

pemeluknya. Pertama, sebagaimana di kemukakan di atas, ia turut

menciptakan tata nilai yang mengatur kehidupan mereka, minimal dengan

menetapkan apa yang harus dianggap baik dan buruk, apa yang menjadi

perintah, anjuran, perkenan, dan larangan agama. Keseluruhan umat Islam

di tentukan oleh tanggapan masing-masing tata nilai tersebut, hal itu pada

gilirannya berarti berpengaruh atas pilihan segi-segi kehidupan yang di

anggap penting dan atas mereka memperlakukan masa depan kehidupan

mereka sendiri.

Kedua, dengan melalui proses yang berlangsung lama, banyak

keputusan hukum (bahkan unsur-unsur yurisprudensial) dari hukum Islam

telah diserap dan menjadi hukum positif yang berlaku. Manivestasi

penyerapan ini antara lain dapat dilihat berlakunya hukum perkawinan dan

hukum waris Islam di beberapa negara, termasuk di beberapa negeri ini. Di

Mesir, unsur-unsur hukum Islam diserap hingga bahkan oleh hukum

pidana dan hukum acara (murafa’at) modern.

Makalah PAI 025 11

Fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya

cukup banyak, namun dalam pembahasan ini hanya akan dikemukakan

peranan utama saja, yakni :

(a) fungsi ibadah. Fungsi paling utama hukum Islam adalah untuk

beribadah kepada Allah swt;

(b) fungsi amar ma’ruf nahi munkar,

(c) fungsi zawajir.

(d) fungsi tanzim wa islah al-ummah.

(e) sebagai sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan

memperlancar proses interaksi sosial sehingga terwujudlah

masyarakat yang harmonis, aman dan sejahtera.8

Dapat kita simpulkan bahwa Fungsi Hukum Islam dalam

kehidupan bermasyarakat itu ada banyak, salah satunya yaitu untuk

menjadikan umat muslim menjadi insan yang beretika, bermoral,

bermartabat, dan berakhlak mulia. Dan untuk untuk menjadi umat muslim

seperti diatas ada banyak cara, diantaranya yang paling utama yaitu umat

muslim harus melakukan segala sesuatu pekerjaan termasuk beribadah

dengan cara ikhlas (lillahita’ala).

Banyak lagi fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat.

Pada dasarnya hukum Islam ada 4 yaitu

a. al-Qur’an,

b. Hadits,

c. Ijma’,

8 Abdurahaman Wahid,Hukum Islam di Indonesia Pemikiran dan

Praktek,Bandung,1991,h.27

Makalah PAI 025 12

d. Qiyas.

Pada dasar keempat tersebut mempunyai peranan fungsi yang sangat

penting atau bisa dibilang paling utama dalam fungsi hukum Islam.

2.7. Kesesuaian Hak Asasi Manusia dalam Islam

HAM merupakan rumusan dan temuan masyarakat modern abad ke-

20. Namun HAM dapat dilacak dalam sejarah Islam. Nabi Muhammad

SAW mengatur perlindungan golongan Islam dan non-muslim dalam

Piagam Madinah. Piagam Madinah yang terangkai 47 butir hanya sekedar

dasar bagi pluralitas beragama. Pluralitas didasarkan pada prinsip

persamaan Hak dan Kewajiban sesama warga negara,suku dan

agama,pemupukan semangat persahabatan dan saling berkonsultasi

membantu dalam menghadapi tantangan bersama. Dalam piagam madinah

misalnya pada pasal 23 dan 42 dijelaskan Nabi Muhammad SAW adalah

pemimpin bersama warga madinah yang bertugas menyelesaikan masalah

duniawi bagi kaum non-muslim. Sedangkan pasal 25 menyatakan tersedia

kebebasan beragama dan mengamalkan agamanya. Paling tidak, ada 2

ajaran pokok yang tertera dalam Piagam Madinah,yaitu semua penganut

Islam adalah warga masyarakat yang bersaudara, meskipun berbeda suku

dan bangsa. Sementara hubungan non-muslim berdasarkan prinsip-prinsip.

Berinteraksi secara baik dengan tetangga; saling membantu dalam

menghadapi musuh bersama; membela mereka yang teraniaya; saling

menasehati; dan menghormati kebebasan beragama.9

a. Masyarakat Islam di Indonesia dan HAM

Pengalaman Indonesia sebagai bangsa yang pernah terjajah telah

menjadi pendorong utama untuk menerima dan mengakui HAM. Pada

tahun 1950-an, dukungan muslim terhadap HAM nyata tergambar dalam

berbagai pandangan umum partai-partai Islam dalam sidang Majelis

Konstitusi antara rentang tahun 1956 dan 1959.

9 Sukron Kamil,Syariah Islam dan HAM,Jakarta,2003,h.49-50

Makalah PAI 025 13

b. Syariah dan HAM

HAM dalam syariah Islam terbentuk dari masa klasik hingga

pertengahan, baik yang literal(Skriptural) maupun yang rasional (Liberal).

Literal adalah produk pemikiran hukum Islam yang bersumber dari

pemahaman terhadap ayat-ayat atau hadist hukum sesuai bunyi atau

zahirnya teks dengan pendekatan ta’abbudi(menerima apa

adanya),sedangkan Rasional adalah produk pemikiran syariah yang tidak

terikat oleh bunyi teks ayat,tetapi makna hakiki dibalik

ayat.Namun,pertama syariah Islam klasik akan dibandingkan dengan

syariah produk para pemikir atau ahli fikih modern. Kedua, fokus bahasa

pada persoalan syariah yang terkait dengan 3 hal yang mencakup

kebebasan sipil,hak-hak perempuan,dan hak-hak non-muslim.10

2.8. Demokrasi dalam Islam

Demokrasi secara etimologi berasal dari kata demos yang berarti

rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein yang berarti kekuasaan atau

kedaulatan .

Jadi Demos – cratein atau demokrasi adalah keadaan negara dimana

dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada ditangan rakyat.11

a. Surat Ali Imran (3) ayat 159

Tentang musyawarah dalam masalah pemerintahan, politik, ekonomi

dan kemasyarakatan.

10 Sukron Kamil,Syariah Islam dan HAM,Jakarta,2003,h.51

11 Ahmad Suaedy.Pergaulan Pesantren dan Demokrasi.Jakarta,2004,h.8

Makalah PAI 025 14

159. Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu

Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya

kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu

ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,

dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan

itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan

tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada-Nya.

[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal

duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi,

kemasyarakatan dan lain-lainnya.

b. Surat An Nisaa’ (4) ayat 59

Tentang ketaatan pada Allah, ketaatan pada Rasul dan Ulil Amri

59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan

taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.

kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang

sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran)

dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman

kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu

lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Makalah PAI 025 15

c. Surat As Syuura (42) ayat 38

Tentang pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah

38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)

seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan

mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara

mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki

yang Kami berikan kepada mereka.

d. Surat Ath Thalaq (65) ayat 6

Tentang musyawarah dalam masyarakat

6. Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu

bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan

janganlah kamu menyusahkan mereka untuk

menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-

isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka

berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka

bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-

Makalah PAI 025 16

anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka

upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu

(segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui

kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan

(anak itu) untuknya.

Pada prinsipnya bukan negara negara yang mayoritas Islam

saja yang pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan berpegang pada Al

quran ,tetapi negara minoritas .Islam pun secara tidak mereka

sadari ,dalam satu segi memakainya terutama prinsip prinsip demokrasi

tetapi dilain segi mereka melaksanakan hal – hal yang dilarang oleh Al

quran.

Makalah PAI 025 17

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari

agama Islam.

2. Ruang lingkup hukum Islam yaitu meliputi munakahat, wirasih, mu’amalat dalam arti khusus, jinayat atau ‘ukubut, al-ahkam al-Sultaniyah (khilafah), siyar, dan mukhassamat.

3. Tujuan hukum Islam adalah menuju pada pemeliharaan agama, menjaga,

merawat, kehidupan dan psikis, merawat akal sehat, dan menjaga

ketertiban keturunan manusia, serta menjaga harkat dan martabat manusia.

4. Sumber hukum Islam pada dasarnya itu banyak versinya. Banyak pendapat

dari para ulama, tetapi intinya itu sama menuju pada Al Qur’an, Hadist,

Ijma’, dan qiyash.

5. Fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat itu sebenarnya

banyak tapi inti dari hukum Islam tersebut yaitu untuk menjadikan

manusia berakhlak mulia.

6. HAM dalam Islam artinya segala sesuatu yang berfokus pada Tuhan,

sehngga Tuhan sangat diutamakan.

7. HAM dan demokrasi adalah suatu konsep yang tidak dapat di pisahkan

karena adanya demokrasi juga terdapat penegakkan hukum dan

perlindungan HAM.

8. Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakkan agama Islam itu

mengacu pada UU RI. Contoh pada perkawinan, perwakafan, zakat, haji,

dan semua itu ada hukumnya seperti rukun dan syarat-syaratnya. Hal itu

dapat ditemui di berbagai kitab misalnya Taqrib, Mu’in dan lain-lain.

Makalah PAI 025 18

3.2. Saran

a. Seharusnya kita sebagai umat Islam memahami hukum Islam

karena hal ini bertujuan untuk kebaikan manusia.

b. Seharusnya kita menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia

c. Dalam mengamalkan hal-hal tersebut diatas harus tetap

berpedoman pada ajaran dan syari’at Islam.

Makalah PAI 025 19

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Jabar,Umar.1998.Kitab Mabadiulfiqiyyah.Surabaya

Furqan, Arif,dkk.2002.Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum.Jakarta:Departemen Agama

Kamil,Sukron,dkk.2003.Syariah Islam dan HAM.Jakarta:Center for the Study of Religion and Culture

Pusposutarjo,Suprodjo,dkk.2003.Modul Acuan Proses Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian.Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Suaedy,Ahmad.2004.Pergaulan Pesantren dan Demokrasi.Jakarta: Center for the Study of Religion and Culture

Wahid,Abdurrahman,dkk.1991.Hukum Islam di Indonesia Pemikiran dan Praktek.Bandung:Remaja Rosdakarya

Makalah PAI 025 20