Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang...

26
PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NO. 12 TAHUN 2004 CETAK TUTUP LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU Nomor 12 Tahun 2004 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA LUBUKLINGGAU, Menimbang Mengingat : : a. bahwa dalam rangka pemanfaatan Sumber Daya Alam secara optimal dipandang perlu mengatur ketentuan tentang Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C dalam Kota Lubuklinggau dengan tidak meninggalkan kelangsungan kelestarian sumber daya alam yang berwawasan lingkungan; b. bahwa dalam rangka upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah khususnya di bidang Penambangan Bahan Galian C dipandang perlu diatur Retribusi atas Surat Izin Usaha Pertambangan Bahan Galian C yang diberikan oleh Pemerintah Kota Lubuklinggau; c. bahwa pengaturan tentang Usaha Pertambangan Bahan Galian C dan Retribusi atas Surat Izin Usaha Pertambangan Golongan C sebagaimana dimaksud huruf a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau. 1. Undang – undang nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan – ketentuan Pokok Pertambangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1967 nomor 22, Tambahan Lembaran Negara nomor 2831 ); Page 1 of 26 05/12/2011

Transcript of Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang...

Page 1: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NO. 12 TAHUN 2004 CETAK TUTUP

 

 

 LEMBARAN DAERAH                 KOTA LUBUKLINGGAU

                                           

   Nomor 12

Tahun 2004 Seri C

  PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU

NOMOR  12  TAHUN  2004  

TENTANG  

IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C  

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA  

WALIKOTA LUBUKLINGGAU,  

Menimbang                             Mengingat        

:                        

   

:        

a.   bahwa dalam rangka pemanfaatan Sumber Daya Alam secara optimal

dipandang perlu mengatur ketentuan tentang Usaha Pertambangan Bahan

Galian Golongan C dalam Kota Lubuklinggau dengan tidak meninggalkan

kelangsungan kelestarian sumber daya alam yang berwawasan

lingkungan;  

b.        bahwa dalam rangka upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah

khususnya di bidang Penambangan Bahan Galian C dipandang perlu diatur

Retribusi atas Surat Izin Usaha Pertambangan Bahan Galian C yang

diberikan oleh Pemerintah Kota Lubuklinggau;  

c.    bahwa  pengaturan   tentang  Usaha  Pertambangan  Bahan  Galian  C dan 

Retribusi atas Surat Izin Usaha Pertambangan Golongan C sebagaimana

dimaksud huruf a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota

Lubuklinggau.   1.       Undang – undang nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan – ketentuan

Pokok Pertambangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1967

nomor 22, Tambahan Lembaran Negara nomor 2831 );  

Page 1 of 26

05/12/2011

Page 2: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

                                                                                       

                                                                                       

2.        Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1997

nomor 41, Tambahan Lembaran Negara nomor 3685 ) sebagaimana telah

diubah dengan Undang – undang nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan

atas Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000

nomor 246, Tambahan Lembaran Negara nomor 4048 );  

3.    Undang – undang nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1997 nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara nomor 3699 );   4.      Undang – undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah (  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  tahun  1999  nomor  60, 

Tambahan Lembaran Negara nomor 3839 );  

5.  Undang – undang nomor 7 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota

Lubuklinggau ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2001 nomor

87, Tambahan Lembaran Negara nomor 4114 );   

6.       Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang

– undang nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan – ketentuan Pokok

Pertambangan  ( Lembaran Negara Republik  Indonesia tahun 1969 nomor 

60, Tambahan Lembaran Negara nomor 2916) sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 1992 tentang Perubahan

atas Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1969 tentang Pelaksanaan

Undang-undang nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pertambangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1992 nomor

129, Tambahan Lembaran Negara nomor 3510 ) dan terakhir telah diubah

dengan Peraturan Pemerintah nomor 75 tahun 2001 tentang Perubahan

Kedua atas Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1969 tentang

Pelaksanaan Undang-undang nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-

ketentuan Pokok Pertambangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia

tahun 2001 nomor 141, Tambahan Lembaran Negara nomor 4154 );  

7.    Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun

1999 nomor 59, Tambahan Lembaran Negara nomor 3838 );  

8.     Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2001 nomor 119, Tambahan

Lembaran Negara nomor 4139 );  

9.     Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 26 tahun 1994 tentang Pedoman

Page 2 of 26

05/12/2011

Page 3: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

                                    Menetapkan                                                  

                                    :                                                  

Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C;  

10.    Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 22 tahun

2001 tentang Bentuk Produk-Produk Hukum Daerah;  

11.  Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 7 tahun 2003 tentang Pedoman

Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam Penegakan Peraturan

Daerah;  

12. Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau nomor 18 tahun 2003 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertambangan, Energi dan

Lingkungan Hidup.  

  Dengan persetujuan 

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU  

MEMUTUSKAN :   PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU TENTANG IZIN USAHA

PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN C.      

BAB I KETENTUAN UMUM

  Pasal 1

  Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :   1.       Daerah adalah Kota Lubuklinggau.    2.     Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Lubuklinggau.   3.  Kepala Daerah adalah Walikota Lubuklinggau yang selanjutnya disebut

Walikota.   4.     Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kota Lubuklinggau.   5. Dinas Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup adalah Dinas

Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup Kota Lubuklinggau.   6.      Kepala Dinas Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup adalah Kepala

Page 3 of 26

05/12/2011

Page 4: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

                                                                                       

                                                                                       

Dinas Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup Kota Lubuklinggau.   7.      Bahan Galian Golongan C adalah bahan galian yang tidak termasuk

bahan galian golongan A ( strategis ) dan bahan galian golongan B ( vital )

sebagaimana dimaksud dalam Undang – undang nomor 11 tahun 1967

tentang Ketentuan – ketentuan Pokok Pertambangan dan Peraturan

Pemerintah  nomor 27 tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan – bahan

Galian.   8.     Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C adalah segala kegiatan

usaha Pertambangan yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, pengolahan /

pemurnian, pengangkutan dan penjualan bahan galian golongan C.   9.     Eksplorasi adalah segala kegiatan penyelidikan geologi / pertambangan

untuk menetapkan lebih teliti / seksama adanya dan sifat letakan pada

bahan galian.   10.   Eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk

menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya.   11.  Pengolahan  dan  pemurnian  adalah  pekerjaan  untuk  mempertinggi  mutu 

bahan galian serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur – unsur

yang terdapat pada bahan galian itu.   12.   Pengangkutan adalah segala usaha pemindahan bahan galian dan hasil

pengolahan / pemurnian bahan galian dari wilayah eksplorasi atau tempat

pengolahan / pemurnian.   13.    Penjualan adalah segala usaha penjualan bahan galian dan hasil

pengolahan  / pemurnian bahan galian.   14. Reklamasi   adalah   setiap   pekerjaan   yang   bertujuan   memperbaiki 

mengembalikan   pemanfaatannya  atau  meningkatkan  daya  guna  lahan 

yang diakibatkan oleh Usaha Pertambangan Umum.   15.    Konservasi Sumber Daya Alam adalah pengolahan sumber daya alam

yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumber daya

alam terbaharui menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap

memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keaneka ragaman.   16.  Surat Izin Pertambangan Daerah yang selanjutnya disingkat SIPD adalah

Surat Izin Kuasa Pertambangan Daerah yang diberikan oleh Walikota yang

berisikan kewenangan untuk melakukan kegiatan semua atau sebagian

tahap Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C.

Page 4 of 26

05/12/2011

Page 5: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

                                             

                                                   

                                   

  17.    Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang

Pertambangan atau di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan

Perundang – undangan yang berlaku.   18. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu

Pemerintah Daerah dalam pemberian izin kepada Orang Pribadi atau

Badan yang dimaksudkan untuk pemberian pengaturan, pengendalian

dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber

daya alam, barang, sarana, prasarana, atau fasilitas tertentu guna

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.   19.  Badan adalah suatu bentuk usaha meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan

Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah,

dengan nama dan bentuk apapun, Persekutuan, Perkumpulan, Firma,

Kongsi, Yayasan atau Organisasi sejenis Lembaga Dana Pensiun, Bentuk

Usaha Tetap serta Badan Usaha Lainnya.   20.  Wajib Retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut Peraturan

Perundang – undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

retribusi.   21.  Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas

waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan perizinan Usaha

Pertambangan Daerah.   22. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat

SPORD adalah surat yang dipergunakan oleh Wajib Retribusi untuk

melaporkan data Objek Retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar

perhitungan dan pembayaran retribusi yang terhutang menurut Peraturan

Perundang – undangan Retribusi Daerah.   23.    Surat Ketetapan Retribusi Daerah untuk selanjutnya disingkat SKRD

adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang

terhutang.   24.    Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar untuk selanjutnya

disingkat SKRDKB adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya

jumlah retribusi yang terhutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan

pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah

yang masih harus dibayar.   25.    Surat   Ketetapan   Retribusi   Daerah   Kurang   Bayar   Tambahan  untuk 

selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah Surat Keputusan yang

Page 5 of 26

05/12/2011

Page 6: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

                                                       

menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.   26.   Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar untuk selanjutnya disingkat

SKRDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan

pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari

retribusi yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang.   27.   Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah

surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi

berupa bunga dan atau denda.   28.   Surat   Keputusan  Keberatan  adalah  Surat  Keputusan  atas   keberatan 

terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan

SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi.   29.   Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan

dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka

pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah

berdasarkan Peraturan Perundang – undangan Retribusi.   30. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian

tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang

selanjutnya disebut Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti

yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang Retribusi

Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.  

  BAB  II 

JENIS BAHAN GALIAN GOLONGAN C  

Pasal  2  

Bahan Galian yang termasuk Bahan Galian Golongan C adalah :   1.         Nitrat 2.         Phospat 3.         Garam Batu 4.         Asbes 5.         Talk 6.         Mika 7.         Magnesit 8.         Yorosit 9.         Grafit 10.      Leusit

Page 6 of 26

05/12/2011

Page 7: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

11.      Tawas ( Alum ) 12.      Oker 13.      Batu Permata 14.      Batu setengah permata 15.      Pasir Kwarsa 16.      Pasir untuk bahan bangunan 17.      Pasir urug 18.      Kaolin 19.      Bentonit 20.      Zoolit 21.      Felspar 22.      Gip 23.     Batu Apung 24.     Tras 25.     Obsidian 26.     Porlit 27.     Tanah  Diatomea 28.     Tanah serap 29.     Marmer 30.     Batu Tulis 31.     Batu Kapur 32.     Dolomit 33.     Kalsit 34.     Batu Koral 35.     Batu Kerikil 36.     Granit, Andesit, Basalt, Trakit ( batu bangunan ) 37.  Tanah Liat ( tanah liat tahan api, tanah liat ball, tanah liat untuk bahan

bangunan, tanah urug )  

  BAB  III 

WILAYAH PERTAMBANGAN  

Pasal 3  

(1)     Walikota menetapkan wilayah Pertambangan Bahan Galian Golongan C.   (2)    Walikota  apabila  dianggap  perlu  dapat  menentukan  lokasi  yang  tertutup 

untuk pertambangan bahan galian golongan C.   

Pasal 4  

Walikota berdasarkan pertimbangan tertentu dapat menutup sebagian atau

seluruh wilayah pertambangan sebagaimana tersebut pada Pasal 3 Peraturan

Page 7 of 26

05/12/2011

Page 8: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

Daerah ini.    

BAB IV WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

  Pasal  5

  Wewenang dan tanggungjawab Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan

C dilakukan oleh Walikota yang dilaksanakan oleh Kepala Dinas

Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup.  

Pasal  6  

Wewenang dan tanggungjawab sebagaimana dimaksud pasal 4 Peraturan

Daerah ini meliputi :   a.    Membina dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan Usaha Pertambangan

Bahan Galian Golongan C yang mempunyai Surat Izin Pertambangan

Daerah ( SIPD );  

b.     Melakukan upaya penerbitan seluruh kegiatan pertambangan bahan galian

golongan C yang tidak mempunyai Surat Izin Pertambangan Daerah;        c.    Melakukan pengendalian dan pengawasan atas seluruh kegiatan usaha

pertambangan bahan galian golongan C sesuai dengan ketentuan yang

berlaku;  

d.       Memberikan izin penambangan bahan galian golongan C.  

Pasal 7  

Pendataan, pencatatan dan pemungutan Retribusi Bahan Galian Golongan C

dilakukan oleh Dinas Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup.  

  BAB  V 

SURAT IZIN PERTAMBANGAN DAERAH ( SIPD )  

Pasal  8  

(1) Setiap usaha pertambangan bahan galian golongan C hanya dapat

dilaksanakan setelah mendapat Surat Izin Pertambangan Daerah yang

selanjutnya disingkat SIPD dari Walikota.

Page 8 of 26

05/12/2011

Page 9: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

  (2)     SIPD sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini dapat berupa : 

a.       SIPD Eksplorasi ; b.       SIPD Eksploitasi; c.       SIPD Pengolahan / Pemurnian; d.       SIPD Pengangkutan dan Penjualan.  

(3)     SIPD sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini untuk Badan Usaha yang

menggunakan fasilitas penanaman modal dilaksanakan sesuai dengan

Peraturan Perundang – undangan yang berlaku.  

Pasal 9   SIPD dapat diberikan kepada : a.       Perusahaan Daerah;    b.       Koperasi;    c.       Badan Usaha Milik Negara;    d.     Badan Hukum Swasta yang didirikan sesuai dengan peraturan perundang –

undangan Republik Indonesia, berkedudukan di Indonesia mempunyai

pengurus yang berkewarganegaraan Indonesia serta bertempat tinggal di

Indonesia dan mempunyai lapangan usaha di bidang Pertambangan;    

e.     Perorangan yang berkewarganegaraan Indonesia dan bertempat tinggal di

Indonesia dengan mengutamakan mereka yang bertempat tinggal di

daerah  tempat terdapatnya bahan galian golongan C yang bersangkutan.  

Pasal 10  

(1)      SIPD diberikan setelah mengajukan permohonan kepada Walikota cq.

Kepala Dinas Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup.  

(2)     Permohonan SIPD harus dilampirkan dengan :  

a.        Peta situasi wilayah Pertambangan yang dimohon dengan skala

antara     1  :  10.000  yang  diikat  pada  titik  tetap  dan  batas  – batas

koordinat yang jelas;  

b.    Salinan  akta  pendirian  Perusahaan   yang menyebutkan usahanya di 

bidang Pertambangan dan telah didaftarkan pada Pengadilan Negeri

setempat;

Page 9 of 26

05/12/2011

Page 10: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

  c    Keterangan mempunyai tenaga ahli Pertambangan dengan syarat

pendidikan dan pengalaman kerja sebagai berikut :  

1.       Sarjana Teknik Pertambangan;   2.       Sarjana Muda Teknik Pertambangan / geologi;

  3.        Sarjana jurusan lainnya yang mempunyai pengalaman kerja

minimal 5 ( lima ) tahun pada aktifitas penambangan dibuktikan

dengan keterangan dari Perusahaan yang bersangkutan;  

4.    Berijazah SLTA dengan pengalaman kerja minimal 10 ( sepuluh )

tahun pada aktifitas penambangan;  

5.     Dengan disertai keterangan kesanggupan, daftar riwayat pekerjaan,

photo copy KTP yang bersangkutan dan photo copy ijazah terakhir

yang dilegalisir.  

d.       Bank Garansi / Referensi Bank masing – masing untuk :  

-      Luas areal s.d 1 Ha sebesar Rp. 250.000,- -      Luas areal diatas 1 Ha s.d 5 Ha sebesar Rp. 500.000,- -      Luas areal diatas 5 Ha s.d 10 Ha sebesar Rp. 2.000.000,- -      Luas areal diatas 10 Ha s.d 50 Ha sebesar Rp. 5.000.000,- -      Luas areal diatas 50 Ha sebesar Rp. 10.000.000,- -      Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ); -      Photo Copy KTP.

  Pasal  11

  Dalam hal terdapat lebih dari satu pemohon dalam satu lokasi yang sama,

maka SIPD diberikan kepada pemohon yang memenuhi syarat, dengan

mengutamakan pemohon yang terlebih dahulu diterima oleh Pejabat yang

berwenang.  

Pasal  12   Masa berlakunya SIPD berakhir, karena :   a.         Dikembalikan oleh pemegangnya;   b.         Dibatalkan oleh pejabat yang berwenang;  

Page 10 of 26

05/12/2011

Page 11: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

c.          Berakhirnya batas waktu yang diberikan tanpa permohonan

perpanjangan.  

Pasal  13   Pemegang SIPD dapat mengembalikan SIPD sebagaimana dimaksud pada

Pasal  12 huruf a Peraturan Daerah ini dengan cara :   a.   Menyampaikan pernyataan tertulis kepada Walikota;   b.   Pernyataan tersebut disertai dengan alasan yang cukup;   c.   Pengembalian SIPD dinyatakan sah setelah mendapatkan persetujuan dari

Walikota.  

Pasal  14   Pembatalan SIPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 huruf b Peraturan

Daerah ini dapat dilakukan dalam hal :   a.   Terdapat kekeliruan dalam surat izin, sebagai akibat kesalahan pemohon;   b. Adanya pandangan teknis yang dipandang dapat mengancam /

membahayakan  dalam lingkungan  hidup;   c.   Selama 2 ( dua ) tahun berturut – turut setelah surat izin diterbitkan tanpa

adanya kegiatan eksploitasi ( untuk SIPD Eksploitasi );   d.    Selama 9 ( sembilan ) bulan berturut – turut setelah

beroperasi  ( eksplorasi / eksploitasi )  tidak melaporkan kegiatan;   e. Adanya pelanggaran terhadap Peraturan Perundang – undangan yang

berlaku;   f.    Tidak mematuhi dan atau mengindahkan petunjuk yang diberikan oleh

Pejabat yang berwenang mengenai penyelenggaraan usaha pertambangan

dan atau tidak mengindahkan kewajiban – kewajiban sebagaimana

tercantum dalam SIPD.  

Pasal 15  

(1)      Jika berakhir karena hal – hal dimaksud dalam Pasal 12, 13 dan 14,

dalam Peraturan Daerah ini, maka :  

Page 11 of 26

05/12/2011

Page 12: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

a.    Segala beban yang menjadi tanggung jawab Pemegang SIPD harus

disesuaikan dengan Hukum yang berlaku;  

b.     Wilayah Izin Pertambangan Daerah kembali dikuasai Negara /

Pemerintah Daerah;  

c.      Segala   sesuatu   yang   digunakan   untuk   pengamanan   bangunan  –

bangunan tambang dan kelanjutan penambangan bahan galian

golongan C menjadi hak dan tanggung jawab Pemerintah Daerah tanpa

ganti rugi kepada pemegang SIPD;  

d.        Badan Usaha atau perorangan pemegang SIPD yang bersangkutan

harus menyerahkan semua klise bahan – bahan peta, gambar –

gambar ukuran tanah dan semua data – data hasil penelitian kepada

Walikota tanpa ganti rugi.  

(2)      Walikota menetapkan waktu yang diberikan kepada Pemegang SIPD

terakhir   untuk memindahkan  / mengangkat  segala  sesuatu  yang menjadi 

hak miliknya, kecuali bahan bangunan yang disebut pada ayat (1) huruf c

Pasal ini;  

(3)     Barang / bangunan yang  tidak dipindahkan / diangkat dalam batas waktu 

yang sudah ditentukan dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini menjadi milik

Pemerintah Daerah.  

(4)      Menyimpang dari ketentuan ayat (1) Pasal ini, apabila SIPD dibatalkan

demi kepentingan Negara / Pemerintah Daerah diberikan ganti rugi yang

patut dan wajar kepada pemegang SIPD sesuai dengan Peraturan

Perundang – undangan yang berlaku.  

Pasal  16  

(1)      Luas wilayah pertambangan dapat diberikan untuk 1 ( satu ) SIPD

maksimal 10 ( sepuluh ) Ha.  

(2)    Kepada perorangan hanya diberikan 1 ( satu ) SIPD sedangkan kepada

Badan Hukum dan Koperasi dapat diberikan maksimal 5 ( lima ) SIPD.  

(3)      Pemohon SIPD dengan jumlah maksimal 5 ( lima ) buah dengan luas

masing – masing maksimal 10 ( sepuluh ) Ha.  

(4)      Pemegang SIPD dapat menciutkan wilayah kerjanya dengan

mengembalikan sebagian atau bagian – bagian tertentu.  

Page 12 of 26

05/12/2011

Page 13: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

Pasal  17  

(1)     Pemberian SIPD diberikan untuk jangka waktu maksimal 3 ( tiga ) tahun.  

(2)     Permohonan  perpanjangan  izin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini 

diajukan kepada Walikota 3 ( tiga ) bulan sebelum berakhirnya izin dan

SIPD nya diberikan oleh Kepala Dinas Pertambangan, Energi dan

Lingkungan Hidup.  

(3)     SIPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus didaftar ulang setiap tahun

sekali terhitung tanggal SIPD tersebut diterbitkan.    

BAB VI KEWAJIBAN PEMEGANG SIPD

  Pasal 18

(1)    Pemegang  SIPD   wajib   membayar   iuran   tetap   dan  iuran  eksplorasi  / eksploitasi ( iuran produksi ) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

  (2) Pemegang SIPD wajib melaksanakan kewajibannya dibidang pengusahaan,

kesehatan dan keselamatan kerja, teknik penambangan yang baik dan

benar serta pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dan petunjuk – petunjuk Pejabat yang berwenang.  

(3)    Guna kepentingan keselamatan dan kelestarian lingkungan kepada

pemegang SIPD diwajibkan membayar / menyetor uang jaminan untuk

reklamasi areal kepada Pemerintah Daerah yang besarnya akan ditetapkan

dengan Keputusan Walikota.  

(4)      Pemegang SIPD wajib memberikan laporan secara tertulis atas

pelaksanaan kegiatan usahanya setiap 3 ( tiga ) bulan sekali kepada

Walikota melalui Kepala Dinas Pertambangan, Energi dan Lingkungan

Hidup.  

(5) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1, 2, 3 dan 4 pasal ini

dicantumkan dalam setiap SIPD.    

BAB VII RETRIBUSI

  Bagian Pertama 

Page 13 of 26

05/12/2011

Page 14: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

Nama / Objek dan Subjek Retribusi  

Pasal 19   Dengan nama Retribusi Surat Izin Pertambangan Daerah yang selanjutnya

disebut Retribusi SIPD, dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian

Surat Izin Pertambangan Daerah terhadap orang pribadi atau badan dilokasi

tertentu dan pendaftaran ulang SIPD.  

Pasal 20   Objek Retribusi adalah Pemberian izin kepada orang pribadi atau badan

dilokasi tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) dan ayat (3)

Peraturan Daerah ini.  

Pasal 21   Subjek Retribusi adalah setiap orang pribadi atau badan yang memperoleh

SIPD.  

Bagian Kedua Golongan Retribusi

  Pasal 22

  Retribusi SIPD digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu.  

Bagian Ketiga Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

  Pasal 23

  (1)   Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan perkalian antara luas lokasi

Pertambangan dengan indeks lokasi.  

(2)   Luas   lokasi   pertambangan     dimaksud  ayat  (1)  pasal  ini  adalah  luas 

keseluruhan lokasi tempat dilakukannya penambangan / pengolahan /

pemurnian Bahan Galian Golongan C.  

(3)   Indeks Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan

sebagai berikut :  

a.       Kawasan Pertambangan…………….  Indeks…………………... 1 b.       Kawasan Industri ………………………Indeks…………………... 3

Page 14 of 26

05/12/2011

Page 15: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

c.       Kawasan Pariwisata …………………  Indeks ………………….. 4 d.       Kawasan Perdagangan …………… …Indeks ………………….. 5 e.       Kawasan Perumahan / Pemukiman ...Indeks ………………….. 6

  Bagian Keempat

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

  Pasal 24

  (1)       Prinsip   dan   sasaran   dalam   penetapan   dan   besarnya   tarif   retribusi 

berdasarkan pada tujuan untuk menutupi sebagian atau seluruh biaya

penyelenggaraan pemberian izin.  

(2)    Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini meliputi biaya

pengecekan dan pengukuran lokasi tempat usaha pertambangan /

pengolahan / pemurnian Bahan Galian Golongan C, biaya pemeriksaan

dan biaya transportasi dalam rangka pembinaan, pengawasan dan

pengendalian.  

Bagian Kelima Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

  Pasal 25

  (1) Tarif Retribusi digolongkan berdasarkan luas lokasi tempat usaha

pertambangan / pengolahan / pemurnian Bahan Galian Golongan C.   (2)    Besarnya tarif sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan sebagai

berikut :  a.       Luas 100 m2 sebesar ………………..…………………..  Rp.    100.000,- b.       Luas 101 m2 s.d 200 m2 sebesar …………...………….. Rp.    125.000,- c.       Luas 201 m2 s.d 300 m2 sebesar ………………………  Rp.    150.000,- d.       Luas 301 m2 s.d 400 m2 sebesar ………………………. Rp.    250.000,- e.       Luas 401 m2 s.d 500 m2 sebesar ………………………  Rp.    350.000,- f.         Luas 501 m2 s.d 1000 m2 sebesar ……………………... Rp.    500.000,- g.       Diatas 1001 m2 sebesar …………..…………………….. Rp. 1.000.000,-  

Bagian Keenam Cara Perhitungan Retribusi

  Pasal 26

  Retribusi yang terhutang dihitung dengan mengalikan tarif sebagaimana

Page 15 of 26

05/12/2011

Page 16: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

dimaksud dalam pasal 25 ayat (2) Peraturan Daerah ini dengan indeks lokasi

sebagaimana dimaksud pasal 23 ayat (3) Peraturan Daerah ini.  

Bagian Ketujuh Wilayah Pemungutan

  Pasal 27

  Retribusi Terhutang dipungut diwilayah Daerah SIPD diberikan.  

Bagian Kedelapan Masa Retribusi dan Saat Retribusi Terhutang

  Pasal 28

  Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 3 ( tiga ) tahun dan pada

saat pendaftaran ulang setiap tahun dikenakan retribusi sebesar 50 % ( lima

puluh persen ) dari jumlah retribusi sebagaimana dimaksud pasal 26 Peraturan

Daerah ini.  

Pasal 29   Saat terhutangnya retribusi adalah saat diterbitkannya SKRD atau dokumen

lain yang dipersamakan.  

Bagian Kesembilan Pendaftaran Wajib Retribusi

  Pasal 30

  (1)     Wajib Retribusi wajib mengisi SPORD.  

(2)     SPORD sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini harus diisi dengan jelas,

benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya

bersamaan dengan pengajuan permohonan SIPD.  

(3)      Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPORD

sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan lebih lanjut oleh

Walikota.  

Bagian Kesepuluh Penetapan Retribusi

  Pasal 31

Page 16 of 26

05/12/2011

Page 17: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

  (1)   Berdasarkan SPORD sebagaimana dimaksud pasal 30 ayat (1) Peraturan

Daerah ini, ditetapkan retribusi terhutang dengan menerbitkan SKRD atau

dokumen lain yang dipersamakan;  

(2)     Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru dan atau data

yang semula belum terungkap yang mengakibatkan penambahan jumlah

retribusi yang terhutang, maka dikeluarkan SKRDKB;  

(3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan dan SKRDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) pasal ini, ditetapkan oleh Walikota.  

Bagian Kesebelas Tata Cara Pemungutan

  Pasal 32

  (1)     Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.  

(2)     Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan dan SKRDBT.  

Bagian Keduabelas Sanksi Administrasi

  Pasal 33

  (1)     Pelanggaran atas ketentuan pasal 8 Peraturan Daerah ini dapat dikenakan

sanksi administrasi berupa penutupan lokasi usaha pertambangan yang

bersangkutan.  

(2)      Pelanggaran atas ketentuan pasal 19 Peraturan Daerah ini dapat

dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan SIPD.   

(3)      Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau

kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa denda 2 % ( dua

persen ) setiap bulan dari retribusi yang terhutang atau kurang bayar dan

ditagih dengan menggunakan STRD.  

Bagian Ketigabelas Tata Cara Pembayaran

  Pasal 34

Page 17 of 26

05/12/2011

Page 18: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

  (1)     Pembayaran retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus.  

(2)     Retribusi yang terhutang dilunasi selambat-lambatnya 15 ( lima belas ) hari

sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan,

SKRDBT dan STRD.  

(3) Tata cara pembayaran dan penyetoran retribusi diatur lebih lanjut oleh

Walikota.  

Bagian Keempatbelas Tata Cara Penagihan

  Pasal 35

  (1)     Pengeluaran Surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagai

awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7

( tujuh ) hari sejak jatuh tempo pembayaran.  

(2)      Dalam jangka waktu 7 ( tujuh ) hari setelah tanggal surat teguran /

peringatan / surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi

retribusinya yang terhutang.  

(3)     Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dikeluarkan

oleh Pejabat yang ditunjuk.  

Bagian Kelimabelas Keberatan

  Pasal 36

  (1)     Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Walikota atau

Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan

SKRDBT dan SKRDLB.  

(2)     Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan

disertai alasan-alasan yang jelas.  

(3)    Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi,

Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan

retribusi tersebut.  

(4)    Keberatan dimaksud ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) pasal ini harus diajukan

dalam jangka waktu paling lama 2 ( dua ) bulan sejak tanggal SKRD atau

Page 18 of 26

05/12/2011

Page 19: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

dokumen lain yang dipersamakan SKRDBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali

apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu

tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.  

(5)    Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana yang dimaksud

pada ayat (2) dan ayat (3) pasal ini, tidak dianggap keberatan sehingga

tidak mendapat pertimbangan.  

(6)      Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar dan

pelaksanaan penagihan retribusi.  

Pasal 37  

(1)     Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 ( enam ) bulan sejak tanggal

surat keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang

diajukan.  

(2)      Keputusan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dapat berupa

menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya

retribusi yang terhutang.  

(3)    Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini telah

lewat dan Walikota tidak memberikan keputusan, maka keberatan yang

diajukan tersebut dianggap dikabulkan.  

Bagian Keenam belas Pengembalian Kelebihan Pembayaran

  Pasal 38

  (1)     Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan

permohonan pengembalian kepada Walikota.  

(2)       Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 ( enam ) bulan sejak

diterimanya   permohonan  kelebihan   pembayaran  retribusi   sebagaimana 

dimaksud  pada ayat (1) pasal ini harus  memberikan putusan.  

(3)      Apabila  jangka  waktu  sebagaimana  dimaksud   pada  ayat  (2)  pasal  ini  

telah terlampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan, maka

permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dianggap

dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling

lama  1 (satu) bulan.   

(4)    Apabila Wajib Retribusi mempunyai hutang retribusi lainnya , maka

Page 19 of 26

05/12/2011

Page 20: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini

langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang retribusi

tersebut.  

(5)       Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud

ayat (1) pasal ini dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

sejak  diterbitkannya SKRDLB.  

(6)      Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah

lewat waktu 2 (dua) bulan, Walikota memberikan imbalan bunga sebesar

2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan

retribusi.  

Pasal 39   (1)    Permohonan  pengembalian  kelebihan   pembayaran  retribusi   diajukan   

secara ter tul is kepada Wal ikota dengan sekurang-

kurangnya    menyebutkan :  

a.       Nama dan alamat Wajib Retribusi; b.       Masa retribusi; c.       Besarnya kelebihan pembayaran; d.       Alasan yang jelas dan singkat.

  (2)  Permohonan   pengembalian kelebihan  pembayaran retribusi  disampaikan 

secara langsung atau melalui pos tercatat.   (3)  Bukti penerimaan oleh Pejabat  Daerah  atau bukti pengiriman  pos tercatat  

merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Walikota.  

Pasal 40  

(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan memberikan surat

perintah  membayar kelebihan  retribusi.  

(2) Apabila pembayaran kelebihan retribusi diperhitungkan dengan hutang

retribusi lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 ayat (4)

Peraturan Daerah ini , maka pembayaran dilakukan dengan cara

pemindahbukuan  dan bukti  pemindahbukuan   juga  berlaku sebagai  bukti 

pembayaran.  

Bagian Ketujuh belas Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi

 

Page 20 of 26

05/12/2011

Page 21: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

Pasal 41  

(1)   Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan

retribusi.  

(2)     Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana

dimaksud ayat (1) pasal ini dengan memperhatikan kemampuan Wajib

Retribusi  antara lain kemampuan untuk mengangsur.  

(3)     Pembebesan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini antara

lain   diberikan kepada masyarakat   yang  ditimpa  bencana alam  dan atau 

kerusuhan.  

(4)   Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan

oleh Walikota.  

Bagian Kedelapan belas Kedaluwarsa Penagihan

  Pasal 42

  (1)     Hak untuk melakukan penagihan retribusi kedaluwarsa setelah melampaui

jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya retribusi

kecuali   apabila  Wajib   Retribusi  melakukan   tindak  pidana  dibidang 

retribusi;  

(2)     Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal

ini tertangguh apabila :  

a.       Diterbitkannya surat teguran atau;   b.    Ada pengakuan hutang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung

maupun tidak langsung.  

Bagian Kesembilan belas Tata Cara Pemungutan Retribusi

  Pasal 43

  (1) Pemungutan Retribusi hasil produksi Bahan Galian Golongan C dapat

dilakukan dengan sistem / cara sebagai berikut :  

a.        Sistem laporan dari pemegang Surat Izin Pertambangan Daerah

( SIPD ) dengan pengawasan langsung oleh petugas Dinas

Page 21 of 26

05/12/2011

Page 22: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

Pertambangan, energi dan Lingkungan Hidup;   b.        Sistem Pendataan dilapangan oleh petugas dinas Pertambangan,

Energi dan Lingkungan Hidup;  

c.       Melalui  kontraktor atau pemakai lainya selaku Wajib Pungut ( Wapu ) 

yang langsung pertanggungjawab sepenuhnya atas pembayaran

Retribusi;  

d.       Sistem Tol / dengan sistem karcis.  

(2)      Pelaksanaan pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal

ini ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan walikota.   (3)       Petugas wajib pungut retribusi Bahan Galian golongan C adalah Aparat

Dinas Pertambangan, energi dan Lingkungan Hidup yang ditunjuk dengan

Surat Keputusan Walikota atas usul Kepala Dinas Pertambangan, energi

dan Lingkungan Hidup.  

Bagian Keduapuluh Petugas Pemungut Retribusi

  Pasal 44

  Petugas Pemungut Retribusi adalah petugas / pegawai dari Dinas

Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup yang ditunjuk dengan Keputusan

Walikota atas usul Kepala Dinas Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup.  

Pasal 45   (1)     Pembayaran Retribusi dapat dilakukan pada Dinas Pertambangan, energi

dan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disetorkan ke kas daerah secara

bruto.   (2)     Setiap pembayaran iuran ditambah biaya administrasi dan biaya setor.  

(3 )       Hasi l pener imaan re tr ibus i sebaga imana d imaksud ayat (1)

pasa l ini dikurangi :  

a.       Upah pungut 9 uang perangsang ) sebesar 5 % ( lima persen );   b.       Biaya operasional dapat disisihkan maksimal 10 ( sepuluh ) persen.

   

Page 22 of 26

05/12/2011

Page 23: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

BAB VIII INVENTARISASI DATA WILAYAH PERTAMBANGAN

  Pasal 46

  (1)   Dinas Pertambangan, Energi dan Lingkungan Hidup dapat melaksanakan

inventarisasi / pendataan bahan galian golongan C serta eksplorasi potensi

bahan galian yang belum dimanfaatkan.  

(2)    Inventarisasi data dan pengukuran potensi atas bahan galian golongan C

dilakukan terhadap Orang / Badan Usaha yang sudah memiliki SIPD

maupun terhadap wilayah pertambangan yang sudah diusahakan.    

BAB IX PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

  Pasal 47

  (1)     Pembinaan,   pengendalian   dan   pengawasan   usaha   pertambangan  

bahan galian golongan C dilaksanakan oleh Dinas Pertambangan, Energi

dan Lingkungan Hidup.  

(2)     Pejabat Inspeksi Tambang Daerah adalah pejabat pelaksana dari Walikota

dalam bidang pengawasan.  

(3)     Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan sebagaimana dimaksud ayat

(1) pasal ini meliputi :  

a.       Tata cara pengusahaan atau teknik penambangan; b.       Kesehatan dan keselamatan kerja; c.       Pengelolaan lingkungan usaha pertambangan bahan galian golongan

C.  

(4)      Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan, setiap Orang Pribadi

atau Badan Usaha yang mengusahakan pertambangan bahan galian

golongan C wajib memberikan kesempatan kepada petugas untuk

melakukan   pemeriksaan,  penelitian,  baik  yang  bersifat  administrasi  

maupun secara tekhnis operasional.    

BAB X KETENTUAN PIDANA

 

Page 23 of 26

05/12/2011

Page 24: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

Pasal 48  

(1)      Setiap Orang Pribadi atau Badan Usaha yang dengan sengaja melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud pasal 8 ayat (1), pasal 18 ayat (1), ayat

(2) dan ayat (3), pasal 19, pasal 30 ayat (2) dan pasal 46 ayat (4)

Peraturan Daerah ini dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.5.000.000,- (Lima juta

Rupiah).  

(2)    Setiap   Orang   Pribadi   atau   Badan   Usaha   yang   karena    kelalaiannya 

melanggar   ketentuan sebagaimana  dimaksud   pasal  8 ayat  (1),  pasal  18 

ayat (1), ayat (2) dan pasal 46 ayat (4) Peraturan Daerah ini, dipidana

dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-

banyaknya Rp.3.000.000 ( Tiga Juta Rupiah).  

(3)       Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) Pasal ini

adalah Pelanggaran.    

BAB XI PENYIDIKAN

  Pasal 49

  (1)      Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah

yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan

penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sebagaimana

dimaksud dalam Undang-undang  Hukum Acara Pidana.  

(2)      Wewenang penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini

adalah :  

a.       Menerima,   mencari   mengumpulkan  dan  meneliti   keterangan  atau 

laporan   berkenaan  dengan  tindak  pidana  dibidang   retribusi  daerah  

agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;  

b.      Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai Orang

Pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan

sehubungan  dengan tindak pidana retribusi daerah tersebut;  

c.     Meminta keterangan dan bahan bukti dari Orang Pribadi atau Badan

sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;  

d.      Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lainnya

Page 24 of 26

05/12/2011

Page 25: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

yang berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;  

e.        Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti

pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lainnya serta

melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;  

f.     Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka melaksanakan tugas

penyidikan  tindak pidana dibidang retribusi daerah;  

g.        Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan

ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan

memeriksa identitas seseorang dan atau dokumen yang dibawa

sebagaimana dimaksud huruf e;  

h.     Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi

daerah;  

i.       Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi;  

j.         Menghentikan penyidikan ;  

k.      Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak

pidana retribusi atas usaha pertambangan bahan galian golongan C,

menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.  

(3).   Penyidik  sebagaimana  dimaksud  ayat  (1)  pasal  ini  memberitahukan 

dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada

Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik

Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang

Hukum Acara Pidana yang berlaku.    

BAB XII KETENTUAN PERALIHAN

  Pasal 50

  SIPD yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini tetap

berlaku sampai dengan berakhirnya masa berlaku sebagaimana dimaksud

pasal 17 ayat (1) Peraturan Daerah ini.    

BAB XIII

Page 25 of 26

05/12/2011

Page 26: Page 1 of 26 - jdih.setjen.kemendagri.go.id Lubuklinggau_SUMSEL_12_2004.pdf · 2. Undang – undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara

         Diundangkan di Lubuklinggau      Pada tanggal 19 Juni 2004        SEKRETARIS DAERAH

               Cap/ttd  

   H. UBAIDILLAH IDRUS, SH    PEMBINA TK. I    NIP. 440012311  

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2004 NOMOR 12 SERI C

         

KETENTUAN PENUTUP  

Pasal 51   Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka semua ketentuan-ketentuan

sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini yang bertentangan dengan

Peraturan Daerah ini, dinyatakan tidak berlaku lagi.  

Pasal 52   Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut

oleh Walikota sepanjang mengenai pelaksanaannya.  

Pasal 53   Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.   Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota

Lubuklinggau.  

                                                                    Ditetapkan di Lubuklinggau.                                                                          pada tanggal  17 Juni 2004                                                                                                                                 WALIKOTA LUBUKLINGGAU,  

                                                          Cap/ttd                                                                        

  H. RIDUAN EFFENDI

PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR  12  TAHUN 2004 CETAK TUTUP

Page 26 of 26

05/12/2011