PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

85
ANALISIS EFISIENSI BIAYA PRODUKSI COPPER OXIDE PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dalam Ilmu Ekonomi Syariah Oleh: EVI SHOFIA INNAYATI NIM: 210716141 Pembimbing: AGUNG EKO PURWANA, SE, MSI NIP: 197109232000031002 JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO 2020

Transcript of PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

Page 1: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

ANALISIS EFISIENSI BIAYA PRODUKSI COPPER OXIDE

PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Ekonomi dalam Ilmu Ekonomi Syariah

Oleh:

EVI SHOFIA INNAYATI

NIM: 210716141

Pembimbing:

AGUNG EKO PURWANA, SE, MSI

NIP: 197109232000031002

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2020

Page 2: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

ii

ABSTRAK

Innayati, Evi Shofia. NIM: 210716141, 2020, “Analisis Efisiensi Biaya Produksi Copper Oxide

Pada PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo”, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,

Jurusan Ekonomi Syariah, IAIN Ponorogo, 2020.

Kata Kunci: Bahan Baku, Tenaga Kerja, Overhead Pabrik.

Kenyataan yang ada di PT Agrofram Nusa Raya adanya selisih antara biaya standard dan

realisasi akan berdampak pada proses produksi copper oxide sehingga perusahaan membuat biaya

standar produksi untuk pengendalian biaya dan selanjutnya membandingkan antara biaya standar

tersebut dengan biaya realisasi dalam produksi. Dalam melakukan pengendalian yang efisien

terhadap biaya produksi PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo hanya melakukan evaluasi terhadap

biaya produksi copper oxide dengan membandingkan antara biaya standar dengan biaya

realisasinya tanpa adanya analisis lebih lanjut penyebab semakin besar biaya yang sesungguhnya

atau yang direalisasikannya. Dengan adanya ketidakefisienan dalam produksi sehingga belum

optimal dalam mengelola perusahaan serta tingginya biaya produksi baik dari bahan baku, tenaga

kerja dan overhead pabrik. Sehingga peneliti berusaha untuk menurunkan tingginya biaya tersebut.

Skripsi ini menggunakan metode penelitian field research karena peneliti dalam

melakukan pencarian data serta pengumpulan datanya dilakukan di tempat terjadinya fenomena

atau kasus tertentu terjadi. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini

menghasilkan data atau kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang yang diwawancarai

maupun diamati.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Selisih Harga

Bahan baku Selisih Harga Bahan Baku (SHB) pada tahun 2019 tidak menuntungkan sebesar Rp.

186.333.950. Hal ini disebabkan adanya harga bahan baku yang susah untuk diprediksi oleh

perusahaan serta penggunaan harga bahan baku ditentukan oleh faktor pablik.Hasil perhitungan

Selisih Tarif Upah Langsung (STU) menguntungkan sebesar Rp. 3.411.200. Hal ini karena

dampak dari penurunan pada produksi sehingga tarif upah yang dibayarkan lebih rendah dari tarif

yang distandarkan. Sedangkan pada Selisih Efisiensi Upah Langsung (SEUL) tidak

menguntungkan sebesar Rp. 3.419.000. Hal ini karena kurangnya pengawasan terhadap tenaga

kerja yang dilakukan. Sedangkan hasil perhitungan selisih biaya overhead pabrik tidak

menguntungan sebear Rp. 5. 055.493. adanya selisih yang tidak menguntungkan menunjukkan

adanya ketidakefisienan dalam pengendalian biaya produksi yang disebabkan karena adanya

keterlambatan dalam pemasokan bahan baku serta tejadi kerusakan pada mesin yang tidak dapat

dihindari.

Page 3: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

iii

Page 4: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

iv

Page 5: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

v

Page 6: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

vi

Page 7: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha dalam dekade terakhir semakin meningkat

terutama dengan adanya globalisasi bisnis, yang semakin mempermudah

transaksi bisnis dan memperluas pangsa pasar serta dengan ditemukannya

teknologi manufaktur baru. Perkembangan dalam dunia bisnis ini menjadi salah

satu faktor semakin banyak usaha-usaha baru yang dirintis. Perusahaan-

perusahaan ini pada umumnya menawarkan produk atau jasa dengan variasi

bentuk dan kualitas serta harga yang bersaing. Indonesia merupakan salah satu

negara yang mengalami perkembangan dalam dunia usaha, ditinjau dari

semakin meningkatnya jumlah investor asing maupun lokal yang menanamkan

modal di Indonesia. Perkembangan dunia usaha yang meningkat ini menuntut

perusahaan untuk tetap beroperasi dan berkembang sesuai dengan kemajuan

zaman dan tujuan perusahaan yang semakin kompleks. Persaingan dalam dunia

usaha menjadi meningkat dan penuh risiko. Selain persaingan antar perusahaan,

perusahaan juga harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti peningkatan

beban pajak, inflasi dan kebijakan-kebijakan atau deregulasi-deregulasi baru

dari pemerintah. Perusahaan atau industri itu didirikan dan beroperasi, tentu

memiliki suatu tujuan atau rencana yang akan dicapai.

Page 8: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

2

Perusahaan atau industri biasanya bersaing ketat untuk mendapatkan

profit atau laba semaksimal mungkin dengan menekan biaya-biaya produksi

yang digunakan serendah mungkin. Dengan laba atau sisa hasil usaha tersebut,

perusahaan akan memiliki kemampuan untuk berkembang dan tetap mampu

mempertahankan eksistensinya sebagai suatu sistem dimasa yang akan datang.1

Perusahaan merupakan organisasi yang mempunyai berbagai tujuan

baik jangka panjang maupun jangka pendek, salah satu tujuan yang penting bagi

perusahaan yaitu pencapaian laba optimum. Pencapaian laba dirasa penting

karena berkaitan dengan berbagai konsep akuntansi antara lain kesinambungan

perusahaan dan perluasan perusahaan. Biaya produksi merupakan unsur dari

harga pokok produksi yang merupakan salah satu bagian terpenting dalam

menentukan harga jual terutama bagi perusahaan industri.2

Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mengelola barang

mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Proses produksi

dilakukan oleh perusahaan manufaktur terdiri dari barang-barang, bahan-bahan

serta unsur-unsur ekonomis lainnya yang masuk dalam proses produksi.3 Pada

kegiatan mengelola bahan baku menjadi produk jadi atau setengah jadi

diperlukan bahan baku, tenaga kerja langsung atau jasa lainnya yang

dikelompokkan dalam overhead pabrik.

1Mulyadi, Akuntansi Biaya Edisi kelima, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2012), 10. 2 Tety Darise, David Paul Elia Saerang, dan Anneke Wangkar, “Analisis Penerapan Variabel

Costing Sebagai Alat Untuk Menghitung Harga Pokok Produksi Pada Aksan Bakery Di Manado,”

23. 3 Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam (Malang: UIN Malang Press, 2008), 158.

Page 9: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

Oleh karena itu,dalam kegiatan produksi dipelukan adanya pengorbanan

sumber ekonomi. Untuk menjalankan produksi diperlukan adanya tenaga kerja

bahan-bahan dan mesin, dan sebagainya.4 Biaya produksi diartikan sebagai

keseluruhan faktor produksi yang dikorbankan dalam proses produksi yang

digunakan untuk menghasilkan produk hingga produk itu sampai ke pasar atau

sampai ketangan konsumen. Dengan demikian biaya angkut, biaya

penyimpanan di gudang dan biaya iklan yang menunjang proses produksi

hingga produk itu sampai ketangan konsumen dapat dikategorikan sebagai

biaya produksi.5 Secara garis besar biaya produksi digolongkan dalam tiga jenis

yang juga merupakan elemen-elemen utama dari biaya produksi meliputi: biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik6 Dari

pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi merupakan biaya

yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk

dijual yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overhead pabrik.

Biaya produksi yang terjadi dalam mengolah produk harus dapat

dikendalikan agar tidak terjadi pemborosan. Pengendalian berusaha untuk

memonitor pelaksanaan dalam mencapai tujuan spesifik yang telah ditentukan

sebelumnya oleh perusahaan. Pengendalian biaya produksi diperlukan agar

efisiensi biaya produksi dapat dicapai.

4T. Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, Revisi (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 125. 5Ahmad Eeng, Ekonomi (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2004), 162. 6Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah (Bandung: Pustaka Setia, 2016), 149.

Page 10: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

4

Menurut William, pengendalian adalah usaha sistematis manajemen untuk mencapai

tujuan.7 pengendalian adalah salah satu faktor kegunaan pengaturan yang pas. Karena dengan

tidak adanya pengaturan maka seluruh keputusan yang telah diatur oleh suatu perusahaan yang

juga rencana yang tak terduga. Dengan kata lain pengendalian merupakan salah satu alat untuk

mengambil suatu keputusan dalam mencapai tujuan yang dinginkan. Pengendalian ini tidak

terlepas dari pengawasan yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan yang terkait. Biaya-

biaya yang dipakai atau dikeluarkan dalam biaya produksi perlu adanya pengendalian.

sehingga biaya dapat dikendalikan dengan baik sesuai dengan prosedur yang dilakukan oleh

perusahaan. Biaya produksi ini perlu adanya pengendalian dengan cara mengefisiensi biaya

yang ada, sehingga biayanya dapat digunakan secara optimum.8 Biaya produksi harus

dikendalikan dan dianalisa, karena usaha motivasi pengendalian dan akuntansi terhadap faktor

biaya produksi ini merupakan salah satu masalah penting pengelolaan. Pada dasanya biaya

adalah suatu pengorbanan sumber ekonomis untuk mendapatkan barang atau jasa yang dapat

diukur dengan satuan uang. Setiap biaya dicatat dan diakumulasikan ketika manajemen

membebankan biaya ke persediaan, menyusun laporan keuangan, merencanakan dan

mengendalikan biaya, membuat perencanaan dan keputusan strategis, memilih diantara

altenatif, memotivasi karyawan. dan mengevaiuasi kinerja.

Efisiensi adalah kemampuan organisasi dalam menggunakan sumber daya dengan

benar dan tidak ada pemborosan.9 Efisiensi mengacu pada hubungan antara output (keluar) dan

input (masuk). Jika nilai output-nya lebih baik dari input-nya, berarti perusahaan telah bekerja

secara efisien. Untuk menilai efisiensi biaya produksi digunakan metode analisis varians

7 William K. Carter, Akuntansi Biaya (Cost Acounting) Edisi XIV, (Jakarta : Salemba Empat, 2009),6. 8 Rinda Fatmawati dkk, “ Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi Sebagai Suatu Usaha Untuk

Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi (Studi Pada PT. Pabrik Gula Krebet, Malang)”, 2. 9Amirullah dan Hanafi, Pengantar Manajemen (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2002),5.

Page 11: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

5

(analisis selisih). Metode analisis varians membandingkan antara realisasi biaya atau biaya

actual denga biaya standar atau yang telah dibuat sebelumnya. Menurut Carter biaya standar

adalah harga yang telah diperhitungkan periode sebelumnya untuk membuat sebuah item atau

sejumlah tertentu barang pada jangka waktu tertentu.10 Metode analisis varians terdiri dari

harga bahan baku dan varians kuantitas bahan baku untuk biaya bahan baku, varians tarif

tenaga kerja langsung untuk biaya tenaga kerja dan satu selisih sampai empat selisih untuk

biaya overhead pabrik.11

Kemampuan untuk menelusuri biaya menentukan seberapa objektif, handal, dan

berartinya ukuran biaya yang dihasilkan. Oleh karena itu, seberapa yakinkah pengambil

keputusan dalam memahami dan mengandalkan ukuran biaya sebagai dasar pengambilan

keputusan. Klasifikasi biaya meliputi biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel.

Kemampuan untuk menelusuri biaya ke objek biaya bcrvariasi tingkatannya. Adanya biaya

langsung dan biaya tidak langsung. Pada tingkatannya biaya yang dapat ditelusuri secara

langsung adalah secara fisik atau kontak dapat diidentifikasi sebagai komponen unit produk

jadi. Biaya- biaya yang ada dalam produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, overhead, dan

biaya persiapan. Biaya persiapan adalah biaya untuk menyesuaikan mesin sebelum dapat

digunakan dalam proses produksi. Biaya yang dapat ditelusuri lagi ke semua unit yang pernah

diproduksi dari satu produk tertentu.

Dalam biaya produksi semua biaya yang berhubungan dengan proses produksi. Setiap

biaya produksi yang dipakai penting untuk melakukan penghitungan, pertimbangan dan

keputusan yang akan diambil agar biaya yang dikeluarkan tidak menjadi beban bagi

perusahaan. Perusahaan harus mengambil tindakan yang tepat dalam proses perhitungan biaya

10 Willian K. Carter, dan Usry Milton F, Akuntansi Biaya (Cost Acounting) Edisi XIV, 158. 11 Ibid.

Page 12: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

6

produksi, maka perlu dilakukan strategi yang sesuai dengan perusahaan. Strategi yang dapat

dilakukan salah satunya adalah menganalisis biaya-biaya produksi yang digunakan sehingga

dapat menekan biaya dengan adanya pengendalian biaya.12

Pengendalian terhadap biaya produksi dapat dilakukan dengan menetapkan biaya

standar. Biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka yang merupakan jumlah biaya

yang harus dikeluarkan untuk membuat satu- satuan produk atau untuk membiayai kegiatan

tertentu.13 Biaya yang ditentukan dimuka dipakai sebagai pedoman oleh perusahaan

manufaktur sebagai karateristik usaha, salah satunya yaitu perusahaan Pupuk. Biaya standar

menjadi tolak ukur sebagai pengendalian biaya produksi suatu perusahaan agar tercapai

efisiensi biaya produksi. Dalam menentukan standar biaya produksi perusahaan belum mampu

mendukung efisiensi biaya produksi, sehingga terjadi ketidakefisienan pada biaya produksi

yang dilakukan oleh pihak perusahaan.

Perusahaan PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo memproduksi pupuk kimia atau pupuk

mikro yang salah satu bahan bakunya dari tembaga (Cu) yang dileburkan menggunakan asam

sulfat dan tenaga listrik sehingga menjadi butiran-butiran kecil seperti pasir kemudian

dicampur dengan bahan kimia lainnya. copper oxide merupakan bahan baku yang diproduksi

sendiri oleh PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo hal tersebut adanya ketidak efisienan dalam

produksi copper oxide sehingga belum optimal dalam mengelola perusahaan serta tingginya

biaya produksi baik dari bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik dalam memproduksi

copper oxide. Tembaga oxide atau copper oxide merupakan hasil oksidasi dari tembaga yang

memiliki rumus kimia cuo. Zat ini tidak dapat diuraikan alam air atau dalam senyawa organik.

12 Ema Hartati. Analisi Pengendalian Biaya Produksi Sebagai Suatu Usaha Untuk Meningkatkan Efisiensi

Biaya Produksi Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Musi Landas” (Skripsi : Universitas

Muhammaiyah Palembang, 2016), 3-4. 13 Indra Bastian, Akuntansi Untuk LSM dan Partai Politik (Jakarta: Erlangga, 2007), 119.

Page 13: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

7

Tembaga oksida terkonsentrasi larut dalam ammonia dan ditemukan sebagai mineral batu

warna merah. Bila terkena oksigen, tembaga akan secara alami akan teroksidasi menjadi

tembaga oksida dan membutuhkan waktu yang panjang dalam proses oksida.14

PT. Agrofarm Nusa Raya merupakan perusahaan pupuk satu-satunya di Ponorogo

yang bergerak di bidang industri pupuk (Agroindustri) dan bahan baku serta merupakan

perusahaan pupuk kimia yang memproduksi pupuk an organik yang berkualitas untuk

pertanian dan perkebunan di Indonesia, perusahaan ini berdiri sejak Tahun 2011 yang berlokasi

di JL. Raya Ponorogo-Madiun KM 4/ JL. Industri, Babadan, Ponorogo. Didukung oleh fasilitas

laboratorium dan SDM yang mumpuni, Agrofarm Nusa Raya terus melakukan riset dan

pengembangan agar menjadi yang terdepan dalam pengembangan pupuk kimia.

PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo memiliki waktu kerja 6 hari dalam satu minggu

yaitu hari Senin sampai dengan hari Sabtu di mulai pukul 7:30 WIB sampai dengan pukul

16:30 WIB dengan waktu istirahat satu jam yaitu mulai pukul 12:00 WIB sampai pukul 13:00

WIB.15 PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo menggolongkan biaya produksinya kedalam tiga

golongan yaitu: biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan Overhead pabrik.

Dalam memproduksi copper oxide diperlukan biaya produksi, antara lain biaya bahan

baku yang terdiri dari asam dan tembaga yang digunakan PT Agrofarm Nuasa Raya Ponorogo

dalam memproduksi copper oxide. PT Agrofarm Nuasa Raya Ponorogo dalam satu tahun

baiaya produksinya mengalami naik turun yang disebabkan karena adanya ketidak stabilan

harga dipasar, sehingga perusahaan sulit untuk menentukan anggaran.

Biaya produksi lainnya adalah tenaga kerja langsung, yaitu tenaga kerja yang

ditempatkan dan didayagunakan dalam menangani kegiatan-kegiatan proses produksi jadi

14 http//en.wikipedia.org/wiki/copper%28II%29_oxide. Diakses pada tanggal 3 Juni 2020. Pukul 14.06 WIB. 15 Aan Yuniawan , Wawancara, 09 Januari 2020.

Page 14: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

8

yang secara langsung diterjukan dalam kegiatan produksi mengenai segala peralatan produksi

dan usah itu dapat terwujud.16 Biaya tenaga kerja langsung adalah besarnya gaji dan upah

tenaga kerja yang terlibat langsung untuk mengerjakan produk.17 Pada perusahanna PT

Agrofarm Nusa Raya Ponorogo terdapat 13 tenaga kerja yang tersebar di sejumlah bagian

produksi. Gaji atau upah langsung yang diberikan kepada mereka sesuai dengan pekerjaan

yang telah mereka kerjakan atau sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Selain itu, biaya produksi lainnya adalah overhead pabrik, realisasi biaya overhead

pabrik dalam satu tahun mengalami naik turun yang dikarenakan adanya biaya yang tak

terduga serta kurangnya pengawasan dari perusahaan terhadap pelaksanaan pekerjaan

dilapangan sehingga pengendalian sulit dilakukan terhadap biaya overhead pabrik pada PT

Agrofarm Nusa Raya Ponorogo.

Bahan baku utama yang digunakan PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo untuk

memproduksi copper oxide adalah tembaga dan asam. Bahan baku tersebut diperoleh dari

Malang dan Ponorogo sebagai suplaier. Adapun pengiriman dari Malang ke Ponorogo

dikenakan biaya pengiriman sesuai dengan banyaknya bahan baku yang dibeli. Selain itu,

gudang penyimpanan yang kecil juga menjadi kendala dalam penyimpanan bahan baku, ketika

melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah besar, maka resiko yang timbul dari

penyimpanan tersebut juga besar.

Namum ketika persediaan bahan baku habis tenaga kerja Electrowinning tidak

melakukan produksi copper oxide akan tetapi karyawan tersebut masih tetap mendapatkan gaji.

Sebagai gantinya karyawan Electrowinning dilimpahkan untuk melakukan pekerjaan lain,

sehingga pekerjaan yang dilakukan tidak bisa maksimal karena tidak sesuai dengan bidangnya.

16 Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah (Bandung : Pustaka Setia,2016), 149. 17 Badric Siregar, Akuntansi Mnajemen (Jakarta : Salemba Empat, 2013), 36.

Page 15: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

9

Kenyataan yang ada di PT Agrofram Nusa Raya Adanya selisih antara biaya standar

dan realisasi akan berdampak pada proses produksi copper oxide sehingga perusahaan

membuat biaya standar produksi untuk pengendalian biaya dan selanjutnya membandingkan

antara biaya standar tersebut dengan biaya realisasi dalam produksi. Dalam melakukan

pengendalian yang efisien terhadap biaya produksi PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo hanya

melakukan evaluasi terhadap biaya produksi copper oxide dengan membandingkan antara

biaya standar dengan biaya realisasinya tanpa adanya analisis lebih lanjut penyebab semakin

besar biaya yang sesungguhnya atau yang direalisasikannya.18

Dalam kriteria ekonomi suatu sistem produksi dikatakan lebih efisien bila memenuhi

salah satu dari kriteria ini: a) meminimalisasi biaya untuk memenuhi produksi jumlah yang

sama. b) memaksimalisasi produksi dengan jumlah biaya yang sama. penggunaan biaya

standar selain mencatat biaya menurut standar juga mencatat biaya sesungguhnya yang

terjadi.19 Kedua biaya tersebut diperbandingkan sehingga akan diperoleh selisih (varians)

biaya yang terjadi dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk pengendalian biaya.

Pengendalian biaya yang baik dapat dikatakan efisien karena selisih yang terjadi semakin kecil

atau mendekati nol, akan tetapi sebaliknya pengendalian biaya dikatakan tidak efisien apabila

selisih yang terjadi semakin besar antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya.20

Bedasarkan studi pendahuluan yang dilakukan,21 pengendalian biaya produksi copper

oxide pada PT Agrofram Nusa Rasa Ponorogo kurang baik, bawah di PT Agrofarm Nusa Raya

Ponorogo terdapt selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya semakin bulan

18 Windu Shalat, Wawancara, 09 Januari 2020. 19 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, 5 ed. (Jakarta: Rajawali Press, 2015), 144-145.

20 Dyah Arin Fitriani, “Analisis Efisiensi Biaya Produksi PT. Nyonya Meneer Semarang”, (Skripsi, Universitas

Negeri Semarang, 2010), 3. 21 Ibid.

Page 16: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

10

semakin besar. sedangkan menurut teori pengendalian biaya semakin baik atau efisien apabila

selisish (varians) biaya antara biaya standar dengan realisasinya kecil atau mendekati nol

(bernilai positif). Varians biaya yang terjadi meskipun bernilai positif akan tetapi perlu

dihitung untuk mengetahui tingkat efisien yang terjadi di PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.

Oleh sebab itu berdasarkan data diatas perlu adanya pengendalian atas biaya-biaya produksi

perusahaan sehingga tidak terjadi peningkatan biaya. Berdasarkan hal diatas maka penelitian

ini diberi judul Analisis Efisiensi Biaya Produksi Copper Oxide Pada PT Agrofarm Nusa Raya

Ponorogo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan perhitungan efisiensi bahan baku langsung di PT Agrofram Nusa

Raya Ponorogo ?

2. Bagaimana pelaksanaan perhitungan efisiensi tenaga kerja langsung di PT Agrofram

Nusa Raya Ponorogo ?

3. Bagaimana pelaksanaan perhitungan efisiensi overhead pabrik di PT Agrofram Nusa

Raya Ponorogo ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam mengerjakan penelitian ini penulis bertujuan untuk:

Page 17: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

11

1. Untuk menganalisis pelaksanaan perhitungan efisiensi bahan baku langsung di PT

Agrofram Nusa Raya Ponorogo.

2. Untuk menganalisis pelaksanaan perhitungan efisiensi tenaga kerja langsung di PT

Agrofram Nusa Raya Ponorogo.

3. Untuk menganalisis pelaksanaan perhitungan efisiensi overhead pabrik di PT Agrofram

Nusa Raya Ponorogo.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap agar dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang berkepentingan, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu dalam

bidang ekonomi syariah yang bermanfaat bagi pembaca, serta teori yang berhubungan

maupun yang berpengaruh dengan efisiensi biaya produksi disuatu perusahaan. Sebagai

bahan perbandingan penelitian yang sama dengan tempat yang berbeda serta menjadi salah

satu referensi bagi kepentingan akademisi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan referensi bagi PT

Agrofram Nuasa Raya Ponorogo dan bidang lain yang bersangkutan. Pihak perusahaan

juga dapat mengetahui sejauh mana deskripsi efisiensi biaya prouksi yang ada di PT

Agrofram Nuasa Raya Ponorogo.

Page 18: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

12

E. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pemahaman serta pembahasan, penelitian ini disajikan secara

sistematis. Penelitian ini akan disajikan menjadi tiga bagian utama yaitu bagian awal, inti dan

bagian akhir. Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yang akan berkelnjutan

dan berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika pembahasan pada

penelitian kualitatif ini sebagai berikut:

Bab pertama berisi pendahuluan Dalam bab ini merupakan gambaran umum untuk

memberikan pola pemikiranari isi keseluruhan penelitian yang terdiri dari: Latar beakang

masalah untuk mendsikripsikan alasan penelitian ini dilakukan, rumusan masalah yang

berguna membantu peneliti mengarahkan fokus kajian yang dilakukan, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua berisi kajian terhadap beberapa teori dan referensi yang menjadi landasan

dalam mendukung studi penelitian ini, diantaranya adalah teori biaya produksi, teori efisiensi

biaya produksi, teori pengendalian, Standar dan Analisis Selisih Biaya Bahan Baku, Standar

dan Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Standar dan Analisis Selisih Biaya

Overhead Pabrik dan studi penelitian terdahulu.

Bab ketiga berisi mengenai metode penelitian yang meliputi jenis dan pendekatan

penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan

data, teknik pengolaan data, teknik analisis data, teknik pengecekan keabsaan data.

Bab keempat yaitu berisi tentang profil perusahaan dan menjelaskan pokok bahasan

yang meliputi analisa efisiensi terhadap biaya produksi Copper Oxide di PT Agrofram Nusa

Raya Ponorogo mengenai efisiensi terhadap biaya bahan baku, efisiensi terhadap biaya

tenaga kerja langsung efisiensi terhadap biaya overhead pabrik.

Page 19: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

13

Bab kelima Bab ini merupakan bab terakhir dari semua rangkaian pembahasan dari

Bab I sampai Bab V. Bab ini berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan, saran dan

lampiran-lampiran. Bab ini berfungsi untuk mempermudah para pembaca dalam mengambil

intisari.

Page 20: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

14

BAB II

EFISIENSI BIAYA DAN BIAYA PRODUKSI

A. Efisiensi Biaya dan Biaya Produksi

1. Efisiensi Biaya

Efisiensi ekonomi dinyatakan bila sumber daya yang digunakan sebaik mungkin

untuk memaksimumkan tujuan tertentu. Pendekatan normatif dalam ilmu ekonomi

menyatakan bahwa maksimal keuntungan adalah salah satu tujuan umum suatu

perusahaan.1 Biaya produksi dapat dikatakan efisiensi pengeluaran biaya tersebut tidak

terjadi suatu pemborosan serta mampu menghasilkan output produk dengan kuantitas dan

kualitas yang baik. Efisiensi produksi adalah hal yang penting bagi perusahaan-perusahaan

jasa sekaligus perusahaan manufaktur. Efisiensi diindikasikan dengan biaya yang lebih

rendah untuk jumlah output dan tingkat mutu tertentu.2

Efisiensi merupakan produktivitas yang dinilai dengan uang. Dalam dunia usaha

pengertian efisiensi yang digunakan untuk mengukur efisiensi produksi disebut efisiensi

biaya, dan efisiensi keseluruhan termasuk nilai hasil produksi yang disebut efisiensi

perusahaan yang dikaitkan dengan hasil penjualan atau laba perusahaan.3 Efisiensi

perusahaan berkaitan dengan perolehan laba perusahaan. Upaya efisiensi perusahaan

menyangkut dua sisi yaitu sisi penggunaan/ alokasi sumber daya dengan penjualan hasil

produksi yang dihasilkan. Secara skematis efisiensi perusahaan dapat digambarkan sebagai

1 Aulia Tasman dan Havidz Aima, Ekonomi Manajerial, Revisi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016),

171. 2 Ali Akbar Yulianto, Pengantar Bisnis, 4 ed. (Jakarta: Selemba Empat, 2007), 545. 3 Yuyus Suryana dan Kartib Bayu, Kewirausahaan Pendekatan Karateristik Wirausaha Sukses, Kedua

(Jakarta: Kencana, 2010), 234.

Page 21: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

15

berikut: Laba penjualan = hasil penjualan = total biaya. Besar kecil laba usaha tergantug

pada 1) keberhasilan mencapai tingkat yang terbaik, 2) kemampuan memperbesar

penjulan, 3) efisinesi biaya, 4) kondisi lingkungan usaha.4

R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Besarnya R/C

ratio mempunyai prospek baik. Nilai R/C lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usaha

yang dilakukan oleh perusahaan layak untuk diusahakan. Tingginya nilai R/C ratio

disebabkan oleh produksi yang diperoleh dan harga komoditas yang sangat berpengaruh

terhadap penerimaan pengusaha.5 R/C ratio adalah jumlah ratio yang dipakai guna melihat

keuntungan relatif yang nantinya akan diperoleh pada sebuah proyek atau sebuah usaha.

Dalam kriteria ekonomi suatu sistem produksi dikatakan lebih efisien apabila memenuhi

salah satu dari kriteria ini: a) meminimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama.

b) maksimalisasi produk dengan jumlah biaya yang sama.6

Dapat disimpulkan tentang definisi efisiensi yaitu kemampuan suatu perusahaan

untuk menjalankan suatu pekerjaan dengan benar sesuai rencana yang telah ditetapkan

dengan cara tidak melakukan pemborosan mengenai sumber daya produksi yang ada.

Penilaian efisiensi yang sering digunakan dalam perusahaan manufaktur terdiri dari dua

aspek yaitu selisih anggaran fleksibel dan selisih aktivitas. Selisih anggaran fleksibel

adalah perbedaan antara hasil operassi yang sesungguhnya dengan yang ada dalam

anggaran fleksibel dengan tingkat operasi tertentu pada periode tertentu. Selisih anggrana

fleksibel mengukur efisiensi penggunaan masukan sumber daya untuk mendapatkan hasil

4 Ibid., 235 5 Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah, 174 6 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2015),145.

Page 22: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

16

operasi pada suatu periode, selisih aktivitas itu sendiri mengukur dampak penjualan, laba

operasi pada setiap perubahan unit penjualan.

2. Biaya Produksi

Sadono Sukirno mendifinisikan biaya produksi sebagai semua pengeluaran yang

dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan

mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang produksi perusahaan

tersebut.7 Dalam kegiatan mengelola sebuah produk perusahaan harus mengetahui faktor-

faktor dan bahan-bahan yang akan diperlukan dalam proses produksi sehingga perusahaan

dapat mengatur biaya produksi yang akan dikeluarkan. Biaya produksi merupakan

sebagian keseluruhan faktor produksi yang dikorbankan dalam proses produksi untuk

menghasilkan produk.8 Biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang dikorbankan untuk

menghasilkan produk hingga produk itu sampai di pasar atau sampai ketangan konsumen.

Biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Biaya

produksi menurut Wilson Bangun adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh

perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang digunakan

untuk menciptakan barang yang diproduksi perusahaan tersebut.9

Berdasarkan beberapa pengertian biaya produksi diatas maka dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan biaya produksi adalah keseluruhan faktor produksi yang

dikorbankan dalam proses produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk hingga

produk itu sampai ke pasar, sehingga biaya angkut dan biaya iklan yang menunjang proses

produksi hingga ketangan konsumen juga termasuk biaya produksi. Oleh karena itu biaya

7 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 205. 8 Bambang Widjajanta dan Aristanti Widyaningsih, Ekonomi (Bandung: Citra Praya, 2007), 33. 9 Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah,165.

Page 23: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

17

produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan biaya yang dikorbankan

untuk memperoleh faktor-faktor produksi seperti pembelian bahan baku pupuk, tenaga

kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

a. Unsur-Unsur Biaya Produksi

Biaya produksi meliputi unsur-unsur sebagai berikut:

1) Bahan Baku Langsung

Semua bahan baku yang secara fisik bisa diidentifikasikan sebagai bagian dari

barang jadi dan yang dapat ditelusuri pada barang jadi itu dengan cara yang sederhana

dan ekonomis. Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh

produk jadi. Bahan baku diartikan sebagai bahan yang menjadi komponen utama yang

membentuk satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari produk jadi. Pengertian bahan

baku berdasarkan definisi di atas adalah bahan yang secara menyeluruh membentuk

suatu produk. Biaya bahan ini dapat langsung di bebankan ke produk karena

pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh

setiap produk. Penilaian apakah bahan tersebut termasuk bahan baku atau bahan

langsung, bahan setengah jadi tergantung dari perusahaan itu sendiri sesuai dengan

kebutuhan akan bahan tersebut dalam proses produksi.10

10 Horngren Charles T, Pengantar Akuntasi Manajemen Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 1993), 75.

Page 24: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

18

2) Tenaga Kerja Langsung

Yaitu biaya bagi para tenaga kerja yang ditempatkan dan didayagunakan dalam

menangani kegiatan-kegiatan proses produk jadi yang secara langsung diterjunkan

dalam kegiatan produksi mengenai segala peralatan produksi dan usaha itu dapat

terwujud.11

3) Biaya Overhead

Yaitu didefiniskan sebagai bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung,

dan biaya pabrik lainnya, seperti biaya pemeliharaan pabrik, yang tidak secara mudah

didefinisikan atau dibebankan pada suatu pekerjaan.12

b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Biaya Produksi

Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi adalah sebagai berikut:

1) Kuantitas dan kualitas barang yang diproduksi selama periode tertentu. Kuantitas

barang yang diproduksi adalah jumlah barang yang akan diproduksi oleh perusahaan

dalam periode tertentu, besar kecilnya jumlah barang yang akan diproduksi tergantung

permintaan konsumen dipasar. Kualitas barang yang diproduksi adalah mutu dari suatu

produk yang dipengaruhi oleh kualitas pemilihan bahan baku serta proses produksinya.

2) Kapasitas mesin dan peralatan produksi yang tersedia, serta kemungkinan perluasan

diwaktu yang akan datang.

Kapasitas mesin dan peralatan produksi yang tersedia jumlahnya harus mencukupi

untuk proses produksi dalam periode tertentu serta melakukan perluasan dengan cara

11 Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah, 149. 12 Ibid., 149

Page 25: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

19

menambah jumlah mesin atau mungkin dengan meningkatkan kapasitas produksi dari

mesin dan peralatan produksi lainnya.

3) Tenaga kerja yang tersedia (baik kualitas maupun kuantitas) dan kemungkinan

perluasannya diwaktu yang akan datang.

Tenaga ketja yang dikerjakan harus mempunyai keahlian atau kualitas dibidangnya

masing-masing.13

4) Modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan dan kemungkinan penambahannya

diwaktu yang akan datang, hal ini terjadi karena perusahaan sudah mengalami

kemajuan pesat dalam menjalankan usahanya.

5) Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh perusahaan dan kemungkinan

penambahannya diwaktu yang akan datang.

Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh perusahaan sekarang ini dengan berjalannya

waktu akan menyesuaikan tingkat kebutuhan perusahaan di waktu yang akan datang,

dengan cara meningkatkan jumlah fasilitas serta kualitasnya untuk mendukung

kemajuan perusahaan.

6) Luas perusahaan yang optimal yaitu kapasitas produksi yang memberikan biaya

produksi rata-rata per unit yang paling rendah.

Luas perusahaan yang optimal yang dimaksud adalah luas perusahaan yang dapat

memberikan hasil kapasitas produksi dengan biaya produksi rata-rata per unit yang

paling rendah.14

13 Dyah, Analisis Efisiensi Biaya Produksi, 10-11. 14 Ibid., 11.

Page 26: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

20

7) Kebijakan perusahaan di bidang persediaan barang jadi antara lain: fluktuasi

penjualan, fasilitas tempat penyimpanan, risiko kerugian yang timbul selama barang

dalam penyimpanan, biaya-biaya yang timbul dalam rangka penyimpanan, tingkat

perputaran persediaan barang jadi diwaktu yang lalu, lamanya waktu memproduksi

dan modal kerja yang dimiliki perusahaan.

8) Kebijakan perusahaan dalam menetapkan pola produksi selama periode tertentu, pola

produksi stabil, pola produksi bergelombang sesuai dan setingkat dengan gelombang

dari pola penjualan, dan pola produksi yang bergelombang secara lebih moderat

daripada gelombang dari pola penjualan.15

c. Klasifikasi Biaya

Menurut Badric siregar, banyaknya biaya-biaya berdasarkan klasitlkasinya

masing-masing yaitu:

1) Klasifikasi biaya berdasarkan ketertelusuran

a) Biaya langsung {direct cost) adalah biaya yang dapat ditelusuri sampai kepada

produk secara langsung.

b) Biaya tidak langsung {indirect cost) adalah biaya yang tidak dapat secara langsung

ditelusuri keproduk.

2) Klasifikasi biaya berdasarkan prilaku

a) Biaya variabel {variable cost) adalah biaya yang jumlah tolalnya berubah

sebanding dengan perubahan tingkat aktivitas.

15 Ibid., 11.

Page 27: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

21

b) Biaya tetap {fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh

tingkat aktifitas dalam kisaran tertentu.

c) Biaya campuran (mixed cost) adalah biaya yang memiliki karakteristik biaya

variabel dan sekaligus biaya tetap.

3) Klasifikasi biaya berdasarkan fungsinya

a) Biaya produksi {production cost) adalah biaya untuk membuat bahan menjadi

produk jadi.

b) Biaya pemasaran {marketing expense) adalah biaya yang terjadi untuk

memasarkan atau jasa.

c) Biaya administrasi dan umum {general and administrative expense) adalah biaya

yang terjadi dalam rangka mengarahkan, menjalankan, dan mengendalikan

perusahaan.

4) Klasifikasi biaya berdasarkan elemen biaya produksi

a) Biaya Bahan Baku ( raw material cost)

Biaya bahan baku adalah nilai bahan baku yang digunakan dalam proses

produksi untuk diubah menjadi produk jadi. Pada dasamya ada dua kategori bahan,

yaitu bahan baku dan bahan penoiong. Bahan dikategorikan menjadikan bahan

baku dan bahan penolong tergantung pada keputusan manajemen. Umumnya,

ketertelusuran dan signifikansi nilai bahan dijadikan dasar untuk

mengklasifikasikan bahan menjadi bahan baku atau bahan penolong. Apabila

bahan mudah ditelusur ke produk atau nilainya signifikan. maka bahan tersebut

dapat dikategorikan sebagai bahan baku.

Page 28: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

22

b) Biaya Tenaga Karja Langsung (direct labor cost)

Biaya tenaga kerja langsung adalah besamya nilai gaji dan upah tenaga

kerja yang terlibat langsung untuk mengerjakan produk. Pada dasamya ada dua

jenis tenaga kerja, yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung.

Karyawan produksi yang langsung terlibat dalam pembuatan produk. misalnya

buruh, termasuk tenaga kerja langsung, supervisor dan kepala pabrik tidak secara

langsung terlibat mengerjakan produk sehingga dikategorikan sebagai tenaga kerja

tidak langsung. Biaya tenaga kerja tidak langsung bukan biaya tenaga kerja

langsung melainkan biaya overhead pabrik.

c) Biaya Overhead Pabrik {manufakture overhead cost)

Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung relatif mudah ditelusur ke produk, sebaliknya biaya overhead pabrik

relative sulit ditelusur ke produk.16

Menurut William klasifikasi biaya adalah sangat penting untuk membuat ikhtisar

yang bcrarti alas data biaya. Klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada

hubungan antara biaya dengan berikut ini:

a) Produk

b) Volume Produksi

Departemen, proses, pusat biaya atau sub divisi lain dari manufaktur

c) Periode akuntansi

d) Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi17

16 Badric Siregar, Akuntansi Manajemen (Jakarta : Salemba Empat, 2013), 36-38. 17 William K. Carter, Akuntansi Biaya (Jakarta : Salemba, 2009), 40.

Page 29: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

23

d. Objek Biaya

Menurut Hansen dan Mowen, objek biaya merupakan sistem akuntansi manajemen

dibuat untuk mengukur dan membebankan biaya pada entitas.18 Sedangkan menurut

Blocher, objek biaya adalah berbagai produk, jasa, pelanggan, aktivitas atau unit organisasi

dimana biaya dibebankan.19 Sedangkan menurut William, objek biaya adalah sebagai suatu

item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur.20

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa objek biaya merupakan

suatu sistem dalam unit organisasi yang biayanya dibebankan dan dilakukan pengukuran.

e. Sistem Biaya

Biaya yang dialokasikan ke unit produksi bisa berupa biaya actual atau biaya

standar. Dalam sistem biaya actual atau sistem biaya historis, informasi biaya

diakumulasikan ketika biaya terjadi, tetapi penyajian atas hasilnya ditunda sampai semua

operasi untuk periode akuntansi tersebut telah selesai dilakukan atau dalam kasus bisnis

jasa, semua jasa untuk periode tersebut telah diserahkan. Dalam sistem biaya standar,

produksi, operasi, dan proses dihitung biayanya berdasarkan jumlah yang telah ditentukan

dari sumber daya yang akan digunakan dan harga yang telah ditentukan dari sumber

tersebut. Biaya actual juga diakumulasikan secara terpisah, dan varians atau selisih antara

biaya actual dengan biaya standar dikumpulkan dalam akun yang terpisah.21

18 Hansen dan Mowen, Akuntansi Manajerial (Jakarta : Salemba Empat, 2009), 48. 19 Blocher dkk, Manajemen Biaya (Jakarta : Salemba Empat, 2011), 105. 20 William K. Carter, Akuntansi Biaya, 31. 21Ibid., 119.

Page 30: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

24

f. Karakteristik Metode Perhitungan Biaya

Perhitungan biaya merupakan proses pengumpulan, pengelompokan, dan

pembebanan biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik pada

produk, jasa, atau proyek. Berikut karakteristik dari metode perhitungan biaya yaitu :

1) Metode akumulasi biaya (cost accumulation method) adalah perhitungan biaya

berdasarkan pesanan (job costing), perhitungan biaya berdasarkan proses (proses

costing), dan perhitungan biaya berdasarkan gabungan (joint costing).

2) Metode pengukuran biaya (cost measurement method) adalah perhitungan biaya,

actual, normal, atau standar.

3) Metode pembebanan overhead (overhead assignment method) berdasarkan volume

(volume based costing) atau berdasarkan aktivitas (activity based costing).22

g. Pembebanan biaya

Ada tiga konsep yang perlu diketahui dalam membebankan baiaya:

1) Objek biaya

Objek biaya (cost object) adalah unsur berupa apapun yang kepadanya biaya

dibebankan. Objek biaya dapat berupa produk, departemen, aktivitas, atau bahkan

pelanggan.

2) Metode pembebanan biaya

Metode pembebanan biaya adalah penetuan biaya yang dikonsumsi oleh objek

biaya. Ada tiga metode pembebanan biaya yaitu :

22 Blocher dkk, Manajemen Biaya, 148.

Page 31: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

25

a) Penelusuran langsung (direct tracing) adalah proses penentuan biaya yang

dikonsumsi objek biaya dengan mengamati hubungan langsung anatara biaya dan

objek biayanya.

b) Penelusuran pemicu (driver tracing) adalah faktor penyebab besar atau kecilnya

konsumsi biaya oleh objek biaya yang dapat diamati.

c) Alokasi (allocation)

3) Akurasi pembebanan biaya.23

2. Pengendalian

Menurut Dunia Pengendalian merupakan usaha manajemen untuk mencapai

tujuan yang telah diterapkan dengan melakukan perbandingan secara terus menerus antara

pelaksanaan dengan rencana.24 Pengendalian (control) merupakan proses menetapkan

standar, memperoleh umpan balik mengenai kinerja yang sesungguhnya, dan melakukan

koreksi apabila kinerja yang sesungguhnya menyimpang dari rencana.25 Rida dkk

menyatakan bahwa pengendalian merupakan satu faktor kegunaan pengaturan yang pas,

karena dengan tidak adanya pengaturan maka seluruh keputusan yang telah diatur oleh

suatu perusahaan yang juga adalah suatu rencana menjadi tak berguna.26 Sedangkan

menurut William, pengendalian adalah aktivitas manajerial untuk memonitor

implementasi rencana dan melakukan perbaikan sesuai kebutuhan.27

23 Badric Siregar, Akuntansi Manajemen, 34-35. 24 Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah Abdullah, Akuntansi Biaya (Jakarta : Salemba Empat, 2012), 5. 25 Badric Siregar, Akuntansi Manajemen, 113. 26 Rinda Fatmawati dkk, “ Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi Sebagai Suatu Usaha Untuk

Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi (Studi Pada PT. Pabrik Gula Krebet, Malang)” Jurnal Administrasi Bisnis

Vol. 16. No.1. 2. 27 William K. Carter, Akuntansi Biaya, 8.

Page 32: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

26

Dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah faktor yang paling penting dalam

suatu usaha untuk mengatur supaya rencana ini dapat terpenuhi dan untuk mengatur

mencegah terjadinya kecurangan- kecurangan yang ada diperusahaan dan apabila terjadi

kecurangan-kecurangan dapat dilakukan tindakan pengukuran efisiensi dari manajemen

perusahaan rencana yang telah ditetapkan.

Pengendalian biaya produksi merupakan suatu tindakan manajemen perusahaan

untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan rencana biaya yang dibuat sebelum

kegiatan produksi dilaksanakan dengan biaya sesungguhnya yang terjadi dalam proses

produksi.

Pengendalian biaya merupakan salah satu usaha manajemen suatu organisasi atau

perusahaan untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa adanya

pengendalian atas biaya tujuan yang ingin dicapai akan sulit tercapai. Banyak faktor yang

menjadikan pengendalian menjadi salah satu kebutuhan dalam organisasi. Faktor tersebut

meliputi perubahan organisasi, semakin kompleknya organisasi adanya kemungkinan

anggota organisasi berbuat salah dan kebutuhan manjer untuk mendelegasikan

wewenangnya. Melihat hal tersebut perusahaan harus merencanakan dan melaksanakan

program pengendalian dengan baik.28

Tanggung Jawab atas pengendalian biaya sebaiknya diberikan kepada setiap

individu - individu yang bersangkutan. Setiap pekerjaan pasti membutuhkan pengendalian

untuk mengevaiuasi kcgiatan yang telah dilakukan agar sesuai rencana. Pengendalian

adalah melihat kebelakang. menentukan apakah yang sebenamya telah terjadi, dan

28 Andhita Dwi Mandasari dkk, “Analisis Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi (Studi Pada

PT Varia Usaha Beton Periode Tahun 2013, Sidoarjo)” Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 27. No.1. 2015.3

Page 33: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

27

membandingkan dengan hasil yang direncanakan sebelumnya. Hansen dan Mowen,

Biaya-biaya standar sebagai alat pengendalian manajerial adalah sebagai berikut:29

1) Anggaran produksi

Badric. dkk, anggaran adalah ekspresi kuantitatif suatu rencana yang dinyatakan

dalam satuan fisik atau keuangan atau keduanya.30 Hansen dan Mowen penganggaran

adalah pembuatan rencana tindakan yang menyatakan yang dinyatakan dalam istilah

keuangan. Anggaran memainkan peranan penting dalam perencanaan. pengendalian, dan

pengambilan keputusan.31 Arinna anggaran menjadi alat bagi manajerial yang menjamin

perolehan terhadap tujuan-tujuan organisasi dan penyediaan dana sebagai salah satu acuan

dalam menjalankan operasional sahari-hari.

Dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah suatu biaya-biaya yang dinyatakan

dalam keuangan. Anggaran produksi menjelaskan banyaknya unit yang harus diproduksi

untuk memcnuhi kebutuhan persediaan akhir. Anggaran produksi meliputi;32

a) Anggaran pembelian bahan baku langsung

b) Anggaran tenaga kerja langsung

c) Anggaran persediaan barang jadi

d) Anggaran harga pokok penjualan

e) Anggaran beban penjualan dan administrasi

29 Hansen dan Mowen, Akuntansi Manajerial, 426-515. 30 Badric Siregar, Akuntansi Manajemen, 113. 31 Hansen dan Mowen, Akuntansi Manajerial, 515. 32 Arinna Pricillia Husain, “Analisis Varians Biaya Prouksi Sebagai Alat Untuk Mengukur Tingkat Efisiensi

Biaya Prouksi pada UD. Berkat Anugrah”, 1131.

Page 34: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

28

Anggaran berdasarkan aklivilaslerbagi menjadi dua,yailu:

a) Anggaran aktivitas statis

b) Anggaran fleksibel aktivitas

2) Biaya standar

Menurut Hansen dan Mowen Biaya standar adalah jumlah biaya standar pcrunit

untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. biaya yang telah

ditentukan sebelumnya selama satu periode tertentu.33 Menurut Arinna biaya standar

merupakan biaya yang ditentukan dimuka untuk mengukur satuan produk berdasarkan

pengalaman masa lalu yang nantinya akan dibandingkan dengan biaya yang sesungguhnya

yang terjadi diperusahaan.

Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa Biaya standar adalah biaya yang

direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi operasi sekarang atau yang diantisipasi. 34

a. Elemen-Elemen Sistem Pengendalian

Menurut Robet dan Vijay menyatakan bahwa setiap sistem pengendalian

sedikitnya memiliki empat elemen :

1) Pelacak (detektor) atau sensor adalah suatu perangkat yang mengukur apa yang

sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.

2) Penilai (asesor) adalah suatu perangkat yang menentukan signifikan dari suatu

peristiwa actual dengan cara membandingkan dengan beberapa standar atau

ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.

33 Hansen dan Mowen, Akuntansi Manajerial. 497. 34 Arinna Pricillia Husain, “Analisis Varians Biaya Prouksi Sebagai Alat Untuk Mengukur Tingkat Efisiensi

Biaya Prouksi pada UD. Berkat Anugrah”, 1131.

Page 35: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

29

3) Effector adalah suatu perangkat yang sering disebut umpan balik yang mengubah

perilaku jika assessor mengindikasikan kebutuhan untuk melakukan hal tersebut.

4) Jaringan Komunikasi adalah perangkat ynag meneruskan informasi antara detector

dan assessor dan antara assessor dan effector.

3. Standar dan Analisis Selisih Biaya Bahan Baku

Standar biaya bahan baku adalah biaya bahan baku yang seharusnya terjadi dalam

pengelolaan satu satuan produk. Dalam menentukan standar biaya bahan baku untuk

mengolah produk, ditentukan oleh dua faktor yaitu srandar kuantitas bahan baku dan

standar harga bahan baku.35

a) Perhitungan Selisih Harga Bahan Baku (SHB)

Untuk menghitung selisih harga bahan baku (materials price variance) maka

dibandingkan dengan harga bahan baku sesungguhnya dengan harga bahan baku

menurut standar. Secara matematis selisih harga bahan baku dapat dinyatakan dengan

rumus:

SHB = (HS x KS) – (HSt x KS)

= (HS-HSt) x KS

Dimana:

SHB = Selisih Harga Bahan Baku

HS = Harga Beli sesungguhnya setiap satuan

KS = Kuantitas sesungguhnya yang dibeli

Apabila HS < HSt maka selisih harga tidak menguntungkan (unfavourtable)

35 Supriyono R.A, Sistem Pengendalian Manajemen, Pertama (Yogyakarta: BPFE, 2000), 102.

Page 36: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

30

Apabila HS > HSt maka selisih harga menguntungkan (favourable)

b) Perhitungan Selisih Kuantitas Bahan Baku (SKB)

Selisih kuantitas bahan baku (material quanty or usage variance) adalah

selisih yang timbul karena telah dipakai kuantitas bahan baku yang lebih besar atau

lebih kecil dibandingkan dengan kuantitas standar di dalam pengolahan produk.36

Selisih kuantitas dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

SKB = (KS x HSt) – (KSt x HSt)

= (KS-KSt) x HSt

Dimana:

SKB = Selisih Kuantitas Bahan Baku

KS = Kuantitas Sesungguhnya setiap tahun

KSt = Kuantitas Standar bahan baku dipakai

HSt = Harga Beli standar bahan baku dipakai

Apabila KS> KSt maka selisih harga tidak menguntungkan (unfavourtable)

Apabila KS< KSt HSt maka selisih harga menguntungkan (favourable)

4. Standar dan Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja langsung

Standar biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja langsung yang

seharusnya terjadi terjadi dalam pengolahan satu satuan produk. Di dalam menetapkan

biaya standar biaya tenaga kerja langsung ditentukan oleh dua faktor standar waktu (jam)

kerja langsung.

36 Ibid., 105

Page 37: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

31

a. Perhitungan Selisih Tarif Upah langsung (STU)

Selisih taruf upah langsung timbul karena perusahaan telah membayar upah

langsung dengan tarif lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan tarif upah

langsung standar yang telah diterapkan.37 Secara matematis selisih tarif upah langsung

dapat dinyatakan dengan rumus:

STU = (TS x JS) – (TSt x JS)

= (TS-TSt) x JS

Dimana:

STU = Selisih Tarif Upah Langsung

TS = Tarif Sesungguhnya upah langsung per jam

TSt = Tarif Standar upah langsung per jam

JS = Jam Sesungguhnya

Apabila TS> TSt Maka STU langsung tidak menguntungkan (unfavourable)

Apabila TS< TSt maka STU menguntungkan (favourable)

b. Perhitungan Selisih Efisensi Upah Langsung (SEUL)

Selisih efisiensi upah langsung adalah selisih yang timbul karena telah

digunakan waktu kerja yang lebih besar atau lebih kecil dibanding waktu standar.

Secara matematis selisih efisiensi upah langsung dapat dinyatakan dengan rumus:38

SEUL = (TSt x JS) – (TSt x JSt)

= (JS – JSt) x TSt

Dimana:

STU = Selisih Efisiensi Upah Langsung

37 Supriyono, Sistem Pengendalian Manjemen, 107 38 Ibid., 107

Page 38: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

32

TSt = Tarif Standar upah langsung perjam

JS = Jam Sesungguhnya

JSt = Jam Standar

Apabila JS> JSt maka selisih efisiensi sifatnya tidak menguntungkan

(unfavourable) atau rugi

Apabila JS < JSt maka selisih efisiensi sifatnya menguntungkan (favourable)

atau laba.

5. Standar dan Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik

Standar biaya overhead pabrik adalah biaya overhead pabrik yang seharusnya terjadi

untuk mengolah satu satuan produk. Selisih biaya overhead pabrik yang sesungguhnya

terjadi dengan biaya overhead pabrik standar atau yang seharusnya terjadi.39 Prosedur

penentuan biaya overhead pabrik standar dilaksanakan dengan tiga tahap yaitu:

1) Menyusun biaya anggaran overhead pabrik

2) Memilih dasar pembebanan

3) Menghitung tarif biaya overhead pabrik

Perlakuan terhadap selisih

Selisih yang terjadi dapat diperlakukan dengan cara:

1) Ditutup ke rekening rugi laba

2) Dipakai untuk menyesuaikan rekening-rekening harga pokok penjualan, persediaan

barang jadi dan persediaan barang dalam proses.

39 Dina Kartika, Dwi Atmanto, Dkk, “Evaluasi Pengendalian Biaya Produksi Guna Menigkatkan Efisiensi

Produksi,” Jurnal (Malang: Universitas Brawijaya Malang,2016), 3.

Page 39: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

33

Dapat dinyatakan dengan rumus:

ST = BOPS – AFKSt

ST= selisih terkendali

BOPS = biaya overhead pabrik sesungguhnya

AFKSt = anggaran flesibel pada kapasitas atau jam standar.

B. Studi Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan suatu sumber yang dijadikan sebagai acuan dalam

melakukan sebuah penelitian. Penelitian terdahulu yang dilakukan berasal dari jurnal dan

skripsi dengan melihat hasil penelitian dan akan dibandingkan dengan penelitian selanjutnya,

diantaranya sebagai berikut:

Penelitian yang ditulis oleh : Novela Irene Karly Massie. “Analisis Pengendalian

Produksi Untuk Menilai Efisiensi Dan Efektivitas Biaya Produksi” Jurnal (Manado,

Universitas Sam Ratulangi, 2016). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara

mengendalikan biaya produksi dan untuk mengevaluasi efisiensi biaya produksi. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa bisnis tahu pak untung sudah tidak melakukan pengendalian

biaya produksi yang baik karena kurangnya perencanaan biaya yang tidak mengatur biaya

standar sehingga dalam beberapa bulan pembelian bahan baku telah meningkatkan pembelian

harga bahan baku.40 Perbedaan yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya adalah

penelitian yang dilakukan oleh Novela Karly Massie Dkk membahas tentang Analisis

Pengendalian Produksi Untuk Menilai Efisiensi Dan Efektivitas Biaya Produksi. Sedangkan

40 Novela Irene Karly Massie, “Analisis Pengendalian Produksi Untuk Menilai Efisiensi Dan Efektivitas Biaya

Produksi”, (Jurnal, Universitas Sam Ratulangi Manado, 2016), 355.

Page 40: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

34

penulis membahas tentang analisis efisiensi biaya produksi copper oxide pada PT Agrofram

Nusa Raya Ponorogo serta dalam menganalisis data serta teori yang digunakan berbeda.

Penelitian yang ditulis oleh : Rinda Fatmawati, Darminto, dkk. “Perencanaan Dan

Pengendalian Biaya Produksi Sebagai Usaha Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi”

(Studi Pada PT. Pabrik Gula Krebet, Malang), Jurnal (Malang, Universitas Brawijaya, 2014).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengendalian biaya produksi yang

ada pada perusahaan dalam satu periode kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perusahaan menderita selisih merugikan. Varian yang rugi adalah varian bahan baku, harga

bahan baku dan selisih efisiensi, varian yang tidak rugi adalah varian bauran, sedangkan varian

hasil, varian biaya tenaga kerja, varian tarif upah dan selisih hasil mengalami selisih

menguntungkan. Yang terdapat pada selisih biaya overhead pabrik adalah selisih anggaran,

selisih kapasitas dan selisih hasil memiliki selisih menguntungkan, tetapi pada selisih efisiensi

terjadi selisih merugikan. Perusahaan seharusnya meninjau ulang standar secara periodik.

Penetapan standar dibuat dengan cermat dan seksama dengan mempertimbangkan faktor-

faktor terkait.41 Perbedaan yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya adalah

peneliti sebelumnya membahas mengenai pengendalian biaya produksi. Sedangkan penulis

membahas tentang pelaksanaan efisiensi pengelolaan bahab baku langsung, tenaga kerja

langsung dan overhead pabrik, serta menggunakan teori yang berbeda.

Skripsi yang ditulis oleh: Dyah Arin Fitriyani. “Analisis Efisiensi Biaya Produksi Pada

PT Nyonya Meneer Semarang”. Skripsi (Semarang, Universitas Negeri, 2010). Tujuan

penelitian ini adalah menganalisis dan mendeskripsikan tingkat efisiensi niaya produksi pada

41 Rinda Fatmawati, Darminto, DKK, “Perencanaan Dan Pengendalian Biaya Produksi Sebagai Suatu Usaha

Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi (Studi Pada PT Pabrik Gula Krebet Malang)”, (Jurnal, Universitas

Brawijaya Malang, 2014), 1.

Page 41: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

35

PT Nyonya Meneer Semarang seta menganalisis dan mendeskripsikan biaya produksi yang

lebih efisiensi pada PT Nyonya Meneer Semarang. Hasil penelitian ini adalah ada perbedaan

varians biaya produksi tahun 2006-2008, analisis deskripsi presentase menunjukkan tingkat

efisiensi biaya produksi termasuk dalam kategori kurang efisien. Berdasarkan hasil deskripsi

presentase itu pula biaya produksi yang lebih efisien yaitu biaya tenaga kerja langsung.

Analisis kruskall walist test menunjukkan adanya perbedaan varians (selisih) biaya produksi,

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Tingkat efisiensi

produksi pada PT. Nyonya Meneer Semarang kurang efisien karena terdapat varians biaya

standar dengan realisasi biaya. Biaya produksi yang lebih efisien yaitu tenaga kerja langsung.42

Perbedaan yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya adalah meguji kembali

penelitian ini dengan objek yang berbeda, selain itu teori yang digunakan berbeda.

Penelitian yang ditulis oleh : Tiara Ayu Palupi, dkk. “Analisis Biaya Sandar Untuk

Mendukung Efisiensi Biaya Produksi Perusahaan” (Studi Pada Pabrik Gula Lestari,

Patianrowo, Nganjuk), jurnal (Malang, Universitas Brawijaya,2016). Tujuan penelitian ini

adalah menganalisis dengan mennggunakan biaya standar sebagai upaya untuk mendukung

efisiensi biaya produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menentukan standar

biaya produksi belum mampu mendukung efisiensi biaya produksi. Faktor penyebab hal

tersebut adalah kurangnya pengawasan biaya produksi secara keseluruhan, sehinggga terjadi

penyelewengan pada biaya produksi yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.

Perusahaan sebaiknya melakukan pengendalian biaya produksi secara efisien untuk mencapai

tujuan perusahaan.43 Perbedaan yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya adalah

42 Dyah Arin Fitriyani, “ Analisis Efisiensi Biaya Produksi Pada PT. Nyonya Meneer Semarang” (Skripsi,

Universitas Negeri Semarang, 2010), 1. 43 Tiara Ayu Palupi dkk, “ Analisis Biaya Stadar Untuk Mendukung Efisiensi Biaya Produksi Perusahaan (Studi

Pada Pabrik Gula Lestari, Patianrowo, Nganjuk)”, (Jurnal, Universitas Brawijaya Malang, 2016), 80.

Page 42: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

36

peneliti sebelumnya menganalisis dengan menggunakan biaya standar sebagai upaya untuk

mendukung efisiensi produksi. Sedangkan penulis membahas mengenai analisis biaya

produksi copper oxide.

Dalam penelitian ini peneliti berupaya mengembangkan penelitian yang telah

dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya, mengenai efisiensi. Peneliti berupaya

mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Novela Irene Karly Massie yang

menggunakan teori dari Carter, dan menggabungkannya dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Rinda Fatmawati, Tiara Ayu Palupi yang menggunakan teori efisiensi dari

Carter, Witjaksono. Selain itu peneliti juga mengembangkan teori efisiensi, pada penelitian

sebelumnya yang sudah dilakukan oleh Dyah Arin Fitriyani, menggunaka teori dari Daljono,

sedangkan pada penelitian ini menggunakan teori dari Supriyono.

Page 43: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field researce)

yaitu dengan cara memperoleh informasi secara langsung mengenai efisiensi biaya

produksi pada PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo secara mendalam dan komperhensif.

Selain itu dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan situasi dan

permasalahan yang dihadapai dengan menghasilkan kesimpulan berupa data yang

menggambarkan secara rinci.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan ialah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang alamiah di mana peneliti sebagai instrumen kunci dan

juga menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang

atau perilaku yang dialami.1 Dalam hal ini peneliti sebagai narasumber secara langsung di

PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo untuk melakukan wawancara langsung kepada pihak

perusahaan sehingga dapat. menghasilkan data-data yang peneliti inginkan baik berupa

data lisan atau tertulis.

B. Kehadiran Peneliti

Untuk memahami efisiensi biaya produksi Copper Oxide pada PT Agrofram Nusa

Raya Ponorogo dibutuhkan keterlibatan langsung penelitia terhadap objek yang ada

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Bandung: Alfabeta CV, 2016), 7.

Page 44: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

38

dilapangan. Oleh karena itu instrument ini adalah peneliti itu sendiri sebagai instrument. Hal

ini dikarenakan dalam ciri penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari keikut sertaan

peneliti sebab peran penelitilah yang menentukan skenarionya.2 Dengan peran serta peneliti

tersebut, peneliti diharapkan dapat mengetahui secara langsung aktifitas dan kegiatan yang

sedang terjadi.

Pengamatan berperan serta merupakan penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang

memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan

selama itu, data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku

tanpa gangguan.3 Oleh karena itu, kehadiran peneliti dilapangan mutlak diperlukan sebagai

partisipan penuh, pengamat partisipan atau pengamat penuh.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo yang bertempat

di JL. Raya Ponorogo-Madiun KM 4/ JL. Industri, Babadan, Ponorogo. Kecenerungan penulis

memilih dan penentuan lokasi tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui Efisiensi Biaya

Produksi Copper Oxide pada PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo. Pemilihan lokasi ini

dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Penentuan lokasi tersebut dilatar belakangi oleh pertimbangan atas dasar keunikan dan

kesesuaian dengan topik yang ada dalam penelitian yakni Efisiensi Biaya Produksi

Copper Oxide pada PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo.

2 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 177 3 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), 106.

Page 45: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

39

2. Kurangnya dana penelitian.

3. Selain itu juga tempatnya mudah untuk dijangkau dan diharapkan dapat mengumpulkan

data-data seakurat mungkin.

Penelitian ini dilakukan secara individu, jadi yang berperan aktif sebagai penanggung

jawab dari penelitian ini adalah penulis sendiri yang akan dibantu oleh dosen pembimbing.

D. Data dan Sumber Data

Adapun data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Data tentang pelaksanaan efisiensi bahan baku langsung pada PT Agrofram Nusa Raya

Ponorogo.

2. Data tentang pelaksanaan efisiensi tenaga kerja langsung pada PT Agrofram Nusa Raya

Ponorogo.

3. Data tentang pelaksanaan efisiensi Overhead Pabrik pada PT Agrofram Nusa Raya

Ponorogo.

Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari

sumber aslinya. Dalam hal ini sumber data diperoleh dari narasumber (informan) melalui

wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, seperti Research & Development Spv bapak

Windu Shalat , Manajer PPIC dan Staf (Planning, Production, Inventori Logist, and Control)

Bapak Aan Yuniawan, HR Spv bapak Yudi Ardiyanto PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.

Page 46: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

40

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Teknik Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara terstruktur.

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti atau

pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan

diperoleh.4

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawncara dengan bagian Research &

Development, Manajer PPIC dan Staf (Planning, Production, Inventori Logist, and

Control),HR Spv. Untuk membatu pelaksanaan wawancara peneliti menggunakan

handphone sebagai sarana perekaman hasil wawancara.

2. Observasi

Jenis observasi yang dilakukan peneliti dalam hal ini adalah observasi terus terang

atau tersamar. Dalam hal ini peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan

terus terang kepada sumber data, bahwa sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang

diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu

saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk

menghindari jika suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.5

3. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dilakukan penulis melalui pengumpulan-

pengumpulan dokumen pendukun yang berasal dari PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.

Adapun dokumen tersebut berupa sejarah perusahaan, data biaya bahan baku selama satu

4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, 215. 5 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), 106.

Page 47: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

41

tahun, data biaya tenaga kerja selama satu tahun, data biaya overhead pabrik selama satu

tahun, dan proses produksi yang dilakukan di perusahaan PT Agrofarm Nusa Raya

Ponorogo.

F. Teknik Pengolahan Data

Secara rinci, langkah-langkah analisis data dilakukan sebagai berikut :

1. Reduksi data adalah proses penyederhanaan data dengan memilih hal-hal yang pokok

sesuai dengan rumusan masalah penelitian yaitu tentang analisis efisiensi biaya produksi

copper oxide pada PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.

2. Display data, adalah suatu proses pengorganisasian data sehingga mudah untuk dianalisis

dan disimpulkan. Data yang diperoleh setelah direduksi kemudian diorganisasikan sesuai

dengan rumusan masalah.

3. Penarikan kesimpulan atau verivikasi, peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait

dengan efisiensi biaya produksi, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian

dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada.

Pengelompokan data yang telah terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan. Langkah

selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan temuan baru yang berbeda

dari temuan yang sudah ada.6 Dengan demikian dalam melakukan penarikan kesimpulan

peneliti menggunakan teori yang berkaitan dengan penelitian yaitu teori efisiensi bahan

baku langsung, efisiensi tenaga kerja langsung, efisiensi overhead pabrik.

6 Ibid, 247-249.

Page 48: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

42

G. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam melakukan penelitian yaitu menggunakan analisis

deskriptif kualitatif dengan menguraikan data yang diperoleh dari wawancara yang telah

dilakukan dan kemudian mudah dipahami kemudian ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan

teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus

menerus sampai datanya jenuh. Dalam hal analisis data kualitatif, dalam bukunya Sugiyono

menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat

mudah dipahami dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain.7 Metode analisis data

yang penulis gunakan adalah metode deduktif. Analisis data deduktif adalah analisis dari

kesimpulan umum atau generalisasi yang diuraikan menjadi contoh-contoh konkrit atau fakta

untuk menjelaskan kesimpulan atau generalisasi tersebut. Peneliti berangkat dari sebuah teori

yang kemudian dibuktikan dengan pencarian fakta.

H. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber. Dengan triangulasi

sumber maka peneliti akan menjadikan bagian Research & Development, Manajer PPIC dan

Staf (Planning, Production, Inventori Logist, and Control),HR Spv. PT Agrofram Nusa Raya

Ponorogo sebagai sumber pengumpulan data sebagai tolak ukur keabsahan data yang akan

diolah menggunakan teknik triangulasi.

7Ibid, 241.

Page 49: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

43

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

A. Data

1. Sejarah Singkat PT. Agrofram Nusa Raya Ponorogo

PT. Agrofarm Nusa Raya Ponorogo adalah perusahaan yang bergerak dalam

bidang produksi pupuk yang memproduksi pupuk kelapa sawit, pupuk hayati dan

mycogrow. PT. Agrofarm Nusa Raya adalah suatu Perseroan yang berlokasi di Jalan Raya

Ponorogo-Madiun KM.4, Jl. Industri, Kec. Babadan, Kab. Ponorogo. PT. Agrofarm Nusa

Raya bergerak di bidang industri pupuk (Agroindustri) dan bahan baku dengan Akte

Pendirian Nomor 11 pada tanggal 26 Januari 2005 dari notaris Hartatik Hadiwijaya S.H.

notaris di Ponorogo.

PT. Agrofarm Nusa Raya juga merupakan perusahaan pupuk hayati yang fokus

memproduksi dan meneliti mikroorganisme tanah yakni Mikoriza atau cendawan akar

sejak tahun 2011. Didukung oleh fasilitas Laboratorium dan SDM yang mumpuni,

Agrofarm Nusa Raya terus melakukan riset dan pengembangan agar menjadi yang

terdepan dalam pengembangan pupuk hayati.

PT. Agrofarm Nusa Raya dengan brand Mycogrow, meneliti dan mengembangkan

mikoriza dari spesies lokal Asia untuk kelapa sawit dan tanaman lainnya.Aplikasi

mikoriza lokal dan unggul akan meningkatkan keberhasilan aplikasi candawan mikoriza

pada tanaman kelapa sawit.

Mycogrow telah didistribusikan ke banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit

dan kebun masyarakat.

Agrofarm Nusa Raya juga mengembangkan teknologi terbaru cendawan mikoriza

“Next Generation Mycorrhizae” dengan kandungan propagul hidup sangat tinggi

Page 50: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

44

mencapai 10.000 per gram. Mycogrow SD diformulasikan khusus untuk coating

kecambah kelapa sawit (Seed treatment). Mycogrow SD meninfeksi perakaran kelapa

sawit sejak pada plumula akar. Infeksi cendawan mikoriza sejak diperkecambahan

meminimalisir serangan cendawan pathogen dikarenakan akar bermikoriza membentuk

asosiasi infeksi mikoriza yang menghalangi infeksi oleh jamur pathogen termasuk

ganoderma.

Disamping itu, perusahaan PT Agrofarm Nusa Raya merupakan perusahaan

manufaktur yang bergerak dalam bidang produksi pupuk organik. Secara kronologis,

perusahaan ini berdiri secara legal pada tahun 2005. Namun, dimulainya merintis atau

menjalankan pekerjaan secara efektif pada tahun 2011. Dalam rangka untuk menjalin

mitra kerja, pada tahun 2012, PT Agrofarm Nusa Raya bekerjasama dengan perusahaan

besar seperti Gudang Garam. Pada tahun 2016, PT Agrofarm Nusa Raya mulai

menjalankan perusahaan secara mandiri, termasuk mendirikan merk dan legalitas

perusahaan, dengan dua holding, yaitu distributor dan supplier. Sampai saat ini kantor

marketing PT Agrofarm Nusa Raya berada di Bogor dan Jakarta, karena pada saat itu

produk yang dibuat pertama kali adalah berupa pupuk sawit sehingga sasaran pasar berada

di luar Ponorogo yaitu Sumatra, Kalimantan hingga ke Malaysia.1

Perusahaan PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo memprouksi pupuk kimia atau

pupuk mikro yang salah satu bahan bakunya sari tembaga (Cu) yang dileburkan

menggunakan asam sulfat dan tenaga listrik sehingga menjadi butiran-butiran kecil

seperti pasir kemudian dicampur dengan bahan kimia lainnya. Tembaga oxide atau copper

oxide merupakan hasil oksidasi dari tembaga yang memiliki rumus kimia cuo. Zat ini tidak

1 Yudi Ardiyanto, Wawancara, 09 Januari 2020.

Page 51: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

45

dapat diuraikan alam air atau dalam senyawa organik. Tembaga oksida terkonsentrasi

larut dalam ammonia dan ditemukan sebagai mineral batu warna merah. Bila terkena

oksigen, tembaga akan secara alami akan teroksidasi menjadi tembaga oksida dan

membutuhkan waktu yang panjang dalam proses oksida.2

2. Biaya Bahan Baku Copper Oxide di PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo

Bahan baku merupakan bahan terpenting dalam sebuah usaha manufaktur. Dengan

adanya bahan baku suatu usaha akan berjalan lancar, tersedianya bahan baku akan

membantu suatu perusahaan dalam memenuhi permintaan dari konsumen. Biaya bahan

baku merupakan hal yang harus diperhatikan dalam memproduksi khususnya produksi

pupuk di PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo. ditinjau dari hasil wawancara biaya bahan

baku produksi menjadi hal yang sangat penting untuk di perhatikan. Menurut informasi

dari Bapak Windu Shalat yang selaku Research & Development Spv di PT Agrofarm Nusa

Raya Ponorogo : “penyebab adanya total biaya realisasi pada bahan baku diakibatkan

adanya harga bahan baku yang susah untuk diprediksi oleh perusahaan sehingga sulit untuk

menetukan anggaran yang akan ditetapkan, serta penggunaan harga bahan baku ditentukan

oleh sektor publik sehingga perusahaan sulit untuk mengendalikan.”3

2 http//en.wikipedia.org/wiki/copper%28II%29_oxide. Diakses pada tanggal 3 Juni 2020. Pukul 14.06 WIB. 3 Windu Shalat, Wawancara, 09 Januari 2020.

Page 52: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

46

Tabel 4.1

Biaya Standar dan Biaya Sesungguhnya Bahan Baku Langsung

Bulan Januari – Desember 2019

PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo

Bulan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)

Januari 456.027.000 42.114.400

Februari 576.645.000 127.676.000

Maret 552.015.000 612.289.600

April 576.150.000 138.105.600

Mei 528.103.500 197.472.000

Juni 384.082.500 165.825.600

Juli 648.225.000 495.016.800

Agustus 624.222.000 264.292.000

September 80.225.000 243.170.400

Oktober 864.477.000 553.264.000

November 1.000.285.000 526.539.200

Desember 886.217.500 152.621.600

Total 7.176.674.500 2.967.387.200

Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo, data diolah, 2020.

Yang dimaksud dengan biaya bahan baku sesungguh pada PT Agrofram Nusa Raya

Ponorogo adalah biaya yang digunakan untuk membeli semua bahan baku yang diperlukan

untuk memproduksi copper oxide yang telah ditetapkan oleh harga pasar. Sedangkan bahan

baku yang dipakai untuk memproduksi copper oxide diantaranya yaitu : asam dan tembaga.

Pembelian bahan baku yang dilakukan oleh PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo yaitu

multiple supplier yang artinya pembelian bahan baku tidak hanya dari satu pemasok akan

tetapi dari beberapa pemasok. Kebijakan ini dilakukan untuk menjaga kelancaran proses

produksi dan menghemat biaya.

Berdasarkan tabel bahan baku diatas dapat dideskripsikan, pada tahun 2019

realisasi bahan baku pada bulan Januari sampai Desember mengalami naik turun yang

Page 53: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

47

disebabkan karena adanya ketidak stabilan harga di pasar, sehingga perusahaan sulit untuk

menentukan anggaran.

Tabel 4.2

Harga Biaya Tembaga 2019

PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo

No. Keterangan 2019

1 Harga Beli Sesungguhnya Rp. 80.000

2 Harga Beli Standar Rp. 75.000

Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.

Tabel 4.3

Harga Biaya Asam 2019

PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo

No. Keterangan 2019

1 Harga Beli Sesungguhnya Rp. 1.500

2 Harga Beli Standar Rp. 1.250

Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.

Harga beli standar merupakan harga yang telah ditentukan diawal produksi atau

harga yang telah direncanakan yang terjadi dalam memproduksi copper oxide sehingga

apabila harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan tidak sesuai maka akan terjadi

pembekakan biaya atau sebaliknya.

Tabel 4.4

Standar Kuantitas Tembaga

Bulan Januari – Desember 2019

PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo

Bulan Standar Kuantitas (Kg) Realisasi kuantitas (kg)

Januari 5.700 526,43

Februari 7.200 1595,95

Maret 6.900 766,12

April 7.200 1726,32

Mei 6.600 2568,40

Juni 4.800 2072,82

Juli 8.100 6187,71

Agustus 7.800 3330,63

September 1.000 3039,63

Page 54: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

48

Oktober 10.800 6915,80

November 12.500 6581,74

Desember 11.000 1967,77

Total 89.600 37092,34

Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.

Tabel 4.5

Standar Kuantitas Asam

Bulan Januari – Desember 2019

PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo

Bulan Standar Kuantitas (Liter) Realisasi kuantitas (Liter)

Januari 18 23

Februari 430 435

Maret 10 15

April 100 150

Mei 69 74

Juni 55 195

Juli 150 175

Agustus 148 158

September 150 120

Oktober 318 458

November 190 330

Desember 145 160

Total 1783 2293

Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.

Kuantitas sesungguhnya yang dibeli merupakan jumlah barang atau bahan baku

yang dibeli untuk kebutuhan produksi copper oxide, dan yang dimaksud dengan kuantitas

standar bahan baku adalah jumlah barang atau bahan baku yang telah ditetapkan oleh

perusahaan untuk memproduksi copper oxide.

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan realisasi kuantitas tembaga pada bulan

Januari sampai April mengalami naik turun yaitu 526,43, 1595,95, 766,12, 1726,32 hal ini

berarti kuantitas tembaga yang digunakan mengalami ketidak stabilan. Pada bulan Mei

sampai Juli mengalami peningkatan 2568,40, 2072,82, 6187,71 hal ini berarti kuantitas

Page 55: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

49

tembaga yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan kuantitas yang dianggarkan,

hal ini disebabkan volume yang diproduksi lebih besar dari yang direncanakan. Pada bulan

Agustus sampai Desember mengalami naik turun yaitu 3330,63, 3039,63, 6915,80,

6581,74, 1967,77 artinya kuantitas bahan baku tembaga yang digunakan mengalami

ketidak stabilan. Jadi selama 12 bulan PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo mengalami

kelebihan dan pengurangan bahan baku yang digunakan.

Sedangkan pada bahan baku asam tahun 2019 kuantitas bahan baku asam selama

12 bulan yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan kuantitas yang dianggarkan,

hal ini disebabkan volume yang diproduksi lebih besar dari yang direncanakan.

3. Biaya Tenaga Keraja Langsung di PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo

Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai

pekerja yang telah menangani atau mengerjakan kegiatan-kegiatan proses produk jadi

maupun secara langsung diterjunkan dalam kegiatan proses produksi pupuk di PT

Agrofarm Nusa Raya Ponorogo. Seperti penuturan Bapak Aan Yuniawan yang selaku

Manajer PPIC dan Staf (Planning, Production, Inventori Logist, and Control) di PT

Agrofarm Nusa Raya Ponorogo, mengatakan bahwa:

“Untuk gaji karyawan yang dikeluarkan perusahaan pada setiap individu berbeda

sesuai dengan pekerjaan yang mereka kerjakan, upah atau gaji yang diberikan kepada

mereka sesuai dengan pekerjaan yang mereka kerjakan, dengan jumlah karyawan 13

orang.4 Pada tahun 2019 biaya gaji yang dikeluarkan oleh perusahaan secara keseluruhan

sebesar Rp. 156.200.000 gaji atau upah langsung yang diberikan kepada mereka sesuai

4 Aan Yuniawan, Wawancara, 09 Januari 2020.

Page 56: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

50

dengan pekerjaan yang telah mereka kerjakan atau sesuai dengan target yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.”

Keterangan Bulan Tahun

Jam Sesungguhnya 208 2496

Jam Standar 182 2184

Jam sesungguhnya perbulan di PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo 208 jam

perbulan atau 2496 jam pertahun, dan jam yang telah distandarkan 182 jam perbulan atau

2184 jam pertahun.

Tabel 4.6

Biaya Standar dan Biaya Sesungguhnya Tenaga Kerja Langsung

Bulan Januari – Desember 2019

PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo

Bulan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)

Januari 8.600.000 8.600.000

Februari 8.600.000 8.600.000

Maret 10.300.000 10.300.000

April 10.300.000 10.300.000

Mei 10.300.000 10.300.000

Juni 10.300.000 10.300.000

Juli 10.300.000 10.300.000

Agustus 10.300.000 10.300.000

September 17.500.000 17.500.000

Oktober 19.900.000 19.900.000

November 19.900.000 19.900.000

Desember 19.900.000 19.900.000

Total 156.200.000 156.200.000

Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo, data diolah, 2020.

Page 57: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

51

Tabel 4.7

Standar Tarif Upah

Pada Bulan Januari – Desember 2019

PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo

Bulan Tarif Standar Upah Langsung Tarif Sesungguhnya Upah

Langsung

Januari Rp. 10.300 Rp. 11.800

Februari Rp. 10.300 Rp. 11.800

Maret Rp. 9.900 Rp.11.300

April Rp. 9.900 Rp.11.300

Mei Rp. 9.900 Rp.11.300

Juni Rp. 9.900 Rp.11.300

Juli Rp. 9.900 Rp.11.300

Agustus Rp. 9.900 Rp.11.300

September Rp.9.000 Rp. 10.400

Oktober Rp. 8.700 Rp. 9.900

November Rp. 8.700 Rp. 9.900

Desember Rp. 8.700 Rp. 9.900

Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo, data diolah, 2020.

Berasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa upah yang diberikan kepada

karyawan per jamnya dengan waktu 7 sampai 8 jam perhari. Standar upah langsung selama

12 bulan mengalami penurunan dikarenakan jumlah volume produksi copper oxide

mengalami penurunan dalam pemesanan dari jumlah konsumen.

Sedangkan penyebab selisih tarif upah karena adanya dampak dari penurunan pada

produksi yang mengakibatkan tarif upah yang dibayarkan lebih rendah dari pada tarif yang

distandarkan. Sedangkan pada selisih efisiensi uapah tenaga kerja langsung disebabkan

kurangnya pengawasan terhadap tenaga kerja yang dilakukan.5

5 Ibid.

Page 58: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

52

4. Biaya Overhead Pabrik di PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo

Biaya overhead pabrik merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan untuk

diperhatikan. Menurut bapak Windu biaya overhead pabrik dinyatakan bahwa

Tabel 4.8

Biaya Standar dan Biaya Sesungguhnya Overhead Pabrik

Pada Bulan Januari – Desember 2019

PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo

Bulan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)

Januari 1.250.000 1.142.857

Februari 1.250.000 166.750

Maret 2.000.000 1.000.000

April 900.000 667.000

Mei 850.000 667.000

Juni 800.000 667.000

Juli 900.000 667.000

Agustus 700.000 667.000

September 900.000 700.000

Oktober 3.350.000 5.000.000

November 1.000.000 900.000

Desember 1.000.000 900.000

Total 15.000.000 13.147.107

Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo, data diolah, 2020

Dari tabel diatas realisasi biaya pada bulan Januari sampai Desember pengalami

naik turun, hal ini disebabkan adanya biaya-biaya yang tak terduga serta kurangnya

penawasan dari perusahaan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilapangan sehingga

pengendalian sulit dilakukan terhadap biaya overhead pabrik pada PT. Agrofram Nusa

Raya Ponorogo.

Selisih biaya overhead pabrik pada tahun 2019 terjadi karena perbedaan antara

biaya sesungguhnya dengan biaya anggaran terjadi selisish yang besar diantara keduanya,

serta penurunan produksi yang dilakukan oleh perusahaan karena adanya keterlambatan

Page 59: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

53

dalam pemasokan bahan baku dan terjadi kerusakan mesin yang tidak dapat dihindari. Hal

tersebut akan mengakibatkan perusahaan mengalami penurunan produksi dan akan

mempengaruhi hasil produksi.6

Tabel 4.9

Kapasitas Produksi

Pada Bulan Januari s.d Desember 2019

PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo

Bulan Kapasitas (kg) Biaya (Rp)

Januari 526,43 42.114.400

Februari 1595,95 127.676.000

Maret 766,12 612.289.600

April 1726,32 138.105.600

Mei 2468,40 197.472.000

Juni 2072,82 165.825.600

Juli 6187,71 495.016.800

Agustus 3303,65 264.292.000

September 3039,63 243.170.400

Oktober 6915,80 553.264.000

November 6581,80 526.539.200

Desember 1907,77 152.621.600

Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo, data diolah, 2020.

Berdasarkan bahwa kapasitas produksi dan biaya overhead pabrik mengalami

peningkatan dan penurunan biaya dari bulan Januari s.d Desember. Hal ini akan memicu

adanya ketidakstabilan biaya produksi sehingga biaya produksi ini perlu adanya

pengendalian dan pengawasan terhadap kerja karyawan atau pun produksi yang sedang

dilakukan. Dengan demikian terhadap adanya pengawasan dan pengendalian tidak akan

terjadinya penyimpangan lagi.

6 Windu Shalat, Wawancara, 09 Januari 2020.

Page 60: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

54

Tabel 4.10

Anggaran Biaya Produksi Copper Oxide

Bulan Januari – Desember 2019

PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo

Keterangan Jumlah (Rp)

Biaya Bahan Baku Langsung 7.170.674.500

Baiaya Tenaga Kerja Langsung 156.200.000

Biaya Overhead Pabrik 15.000.000

Total 7.328.374.500

Sumber : PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo.

a. Biaya Bahan Baku Langsung

Bahan baku langsung yang digunakan dalam memproduksi copper oxide pada

PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo adalah asam dan tembaga biaya pembelian dari

suplier. Total biaya bahan baku langsung yang dianggarkan selama bulan januari

sampai desember 2019 yaitu Rp 7.170.674.500.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo mengeluarkan biaya-biaya tenaga kerja

langsung yang berhubungan lagsung dengan proses produksi Copper Oxide. Adapun

biaya tenaga kerja langsung pada PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo adalah gaji

karyawan sebanyak 13 orang sebesar Rp. 156.200.000.

c. Biaya Overhead Pabrik

PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo mengeluarkan biaya untuk menunjang

proses produksi selain biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja lamgsung yaitu

biaya perawantan meain, biaya listrik, perawatan peralatan produksi dan biaya lain-lain

sebesar Rp. 15.000.000.

Page 61: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

55

B. Analisis Efisiensi Biaya Produksi Copper Oxide Pada PT Agrofram Nusa Raya

Ponorogo

Biaya timbul disebabkan adanya aktivitas, maka dari itu manajemen harus

memfokuskan perhatiannya pada penyebab yang menimbulkan biaya itu sendiri. Dengan

menghilangkan pemborosan dari aktivitas yang ada, sehingga biaya tersebut akan berkurang

dengan sendirinya. Banyaknya biaya yang mengalami peningkatan akan mengakibatkan

terjadinya penurunan terhadap laba sehingga perlu adanya pengendalian biaya secara efisien.

Pengenalian secara kontinyu untuk memastikan bahwa hasilnya akan berada dalam

batasan yang diinginkan. Konsep pengendalian didesain untuk menggunkan ukuran-ukuran

fisik sebagai masukan informasi yang mana dilakukan oleh pengendalian manajemen yang

sesuai dengan strategi perusahaan. Tanggung jawab atas pengendalian biaya sebaiknya

diberikan kepada individu-individu tertentu yang juga bertanggung jawab untuk menganggar

biaya yang berada dibawah kendali mereka. setiapa tanggung jawab manajer sebaiknya

dibatasi pada biaya dan pendapatan yang dapat dikendalikan oleh manajer. Untuk membantu

dalam mengendalikan biaya, akuntan biaya dapat menggunakan jumlah biaya yang telah

ditetapkan sebelumnya yang disebut dengan biaya standar.

Khusus untuk produksi, manajemen harus benar-benar memperhatikan efisiensi

produksi suatu produk. Biaya produksi harus dihemat sedemikian rupa dengan tidak

mengurangi kualitas produk sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing dipasaran. Salah

satu cara yang dapat digunakan perusahaan untuk mencapai efesiensi biaya adalah dengan

mengendalikan biaya produksi perusahaan.7

7 Ema Hartati. Analisi Pengendalian Biaya Produksi Sebagai Suatu Usaha Untuk Meningkatkan Efisiensi

Biaya Produksi Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (PERSERO) Unit Musi Landas”, 46-47.

Page 62: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

56

Pengendalian adalah salah satu faktor kegunaan pengaturan yang pas, karena dengan

tidak adanya pengaturan maka seluruh keputusan yang telah diatur oleh suatu perusahaan yang

juga suatu rencana yang tak terduga, biaya produksi merupakan faktor biaya yang sangat

penting senantiasa perlu diukur, dikendalikan, dan dianalisis, karena usaha motivasi

pengendalian dan akuntansi terhadap faktor biaya produksi ini merupakan salah satu masalah

penting pengelolaan.

Pada dasarnya biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomis untuk mendapatkan

barang atau jasa yang dapat diukur dengan satuan uang. Setiap biaya dicatat dan

diakumulasikan ketika manajemen membebankan biaya ke persediaan, menyusun laporan

keuagan, merencanakan dan mengendalikan biaya, membuat perencanaan dan keputusan

strategis, memilih alternative, memotovasi karyawan dan mengevaluasi kinerja.8

1. Analisis Efisiensi Terhadap Biaya Bahan Baku Copper Oxide di PT Agrofarm Nusa

Raya Ponorogo.

Efisiensi produksi adalah hal yang penting bagi perusahaan-perusahaan jasa

sekaligus pula perusahaan manufaktur. Efisiensi diindikasikan dengan biaya yang lebih

rendah untuk jumlah output dan tingkat mutu tertentu.9 Dalam kriteria ekonomi suatu

sistem produksi dikatakan lebih efisien apabila memenuhi salah satu dari kriteria ini: a)

meminimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama. b) maksimalisasi produk

dengan jumlah biaya yang sama.10

8 Ibid.,47. 9 Ali Akbar Yulianto, Pengantar Bisnis, 4 ed, 545. 10 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, 145.

Page 63: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

57

Biaya bahan baku secara langsung digunakan dalam produksi untuk mewujudkan

suatu macam produk jadi yang siap untuk di pasarkan.11

a. Pelaksanaan Biaya Bahan Baku

Analisis bahan baku produksi copper oxie di PT Agrofarm Nusa Raya

Ponorogo terdiri dari selisih harga bahan baku (SHB) pada tahun 2019. Berdasarkan

data yang tersedia maka perhitungan selisih bahan baku (SHB) di PT Agrofarm Nusa

Raya Ponorogo.

Berdasarkan tabel 4.2 selisih harga bahan baku bulan januari sampai

desember dapat dihitung sebagai berikut :

1) Analisis Selisih Harga Bahan Baku

Tembaga

SHB Januari = (Hs - Hst) Ks

=(80.000–75.000) x 526,43

2.632.150 (Unfavourable)

Asam

SHB Januari = (Hs - Hst) Ks

=(1.500–1.250) x 23

5.750 (Unfavourable)

Pada bulan januari selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.

2.637.900

Tembaga

SHB Februari = (Hs - Hst) Ks

11 Vina Sri yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah, 149.

Page 64: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

58

=(80.000–75.000) x 1595,95

= 7. 979.750 (Unfavourable)

Asam

SHB Februari = (Hs - Hst) Ks

=(1.500–1.250) x 435

= 108.750 (Unfavourable)

Pada bulan februari selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.

8.088.500

Tembaga

SHB Maret = (Hs - Hst) Ks

=(80.000–75.000) x 766,12

= 3.830.600 (Unfavourable)

Asam

SHB Maret = (Hs - Hst) Ks

=(1.500–1.250) x 15

=3.750 (Unfavourable)

Pada bulan Maret selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp. 3.

834.350

Tembaga

SHB April = (Hs - Hst) Ks

=(80.000–75.000) x 1726,32

= 8.631.600 (Unfavourable)

Page 65: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

59

Asam

SHB April = (Hs - Hst) Ks

=(1.500–1.250) x 150

= 37.500 (Unfavourable)

Pada bulan April selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.

8.668.100

Tembaga

SHB Mei = (Hs - Hst) Ks

=(80.000–75.000) x 2468,40

= 12.342.000 (Unfavourable)

Asam

SHB Mei = (Hs - Hst) Ks

=(1.500–1.250) x 74

= 18.500 (Unfavourable)

Pada bulan januari selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.

12.360.500

Tembaga

SHB Juni = (Hs - Hst) Ks

=(80.000–75.000) x 2072,82

= 10.364.100 (Unfavourable)

Asam

SHB Juni = (Hs - Hst) Ks

=(1.500–1.250) x 195

Page 66: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

60

= 48.750 (Unfavourable)

Pada bulan Juni selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.

10.412.850

Tembaga

SHB Juli = (Hs - Hst) Ks

= (80.000–75.000) x 6187,71

= 30.938.550 (Unfavourable)

Asam

SHB Juli = (Hs - Hst) Ks

= (1.500–1.250) x 175

= 43.750 (Unfavourable)

Pada bulan juli selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp. 30.

982.300

Tembaga

SHB Agustus = (Hs - Hst) Ks

=(80.000–75.000) x 3303,65

= 16.518.250 (Unfavourable)

Asam

SHB Agustus = (Hs - Hst) Ks

=(1.500–1.250) x 158

= 39.500 (Unfavourable)

Pada bulan agustus selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.

16. 557.750

Page 67: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

61

Tembaga

SHB September = (Hs - Hst) Ks

=(80.000–75.000) x 3039,63

= 15. 198.150 (Unfavourable)

Asam

SHB September = (Hs - Hst) Ks

=(1.500–1.250) x 120

= 30.000 (Unfavourable)

Pada bulan september selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.

15. 228.150

Tembaga

SHB Oktober = (Hs - Hst) Ks

=(80.000–75.000) x 6915,80

= 34.579. 000 (Unfavourable)

Asam

SHB Oktober = (Hs - Hst) Ks

=(1.500–1.250) x 458

= 114.500 (Unfavourable)

Pada bulan oktober selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.

34.693.500

Tembaga

SHB November = (Hs - Hst) Ks

=(80.000–75.000) x 6581,74

Page 68: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

62

= 32.908.700 (Unfavourable)

Asam

SHB November = (Hs - Hst) Ks

=(1.500–1.250) x 330

= 82.500 (Unfavourable)

Pada bulan November selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.

32.991.200

Tembaga

SHB Desember = (Hs - Hst) Ks

=(80.000–75.000) x 1967,77

= 9. 838.850 (Unfavourable)

Asam

SHB Desember = (Hs - Hst) Ks

=(1.500–1.250) x 160

= 40.000(Unfavourable)

Pada bulan desember selisih harga bahan baku tidak menguntungkan sebesar Rp.

9.878.850

Hasil perhitungan yang telah dilakukan terhadap bahan baku copper oxide pada

tahun 2019 diperoleh hasil bahwa terdapat hasil yang tidak menguntungkan

(unfavourable). Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya penurunan produksi atas kebijakan

perusahaan dalam upaya menekan biaya produksi.

Page 69: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

63

Dari perhitungan analisis selisih harga bahan baku diatas dapat di kelompokkan

dalam tabel sebagai berikut :

Bulan Realisasi Efisiensi

Januari 42.114.400 2.637.900

Februari 127.676.000 8.088.500

Maret 612.289.600 3.834.350

April 138.105.600 8.668.100

Mei 197.472.000 12.360.500

Juni 165.825.600 10.412.850

Juli 495.016.800 30. 982.300

Agustus 264.292.000 16.557.750

September 243.170.400 15.228.150

Oktober 553.264.000 34.693.500

November 526.539.200 32.991.200

Desember 152.621.600 9.878.850

Total 2.967.387.200 186.333.950

Sumber : hasil perhitungan selama 12 bulan.

Untuk meminimalisir adanya harga bahan baku yang susah untuk diprediksi, maka

alternative yang digunakan yaitu dengan cara membeli bahan baku yang berkulitas baik,

hal ini bisa dilakukan dengan mencari supplier yang dapat memberikan bahan baku yang

berkulitas dengan harga yang sesuai, karena bahan baku yang berkulitas baik akan

menghasilkan produk yang berkualitas baik pula. Serta mentukan jumlah bahan baku

produksi yang sesuai dengan kebutuhannya yang terpakai habis pada waktu tertentu.

Dalam upaya meningkatkan efisiensi maka yang harus perusahaan lakukan adalah

perusahaan meneliti ulang anggaran ke arah yang lebih efisien, lebih meningkatkan

pengawasan terhadap kegiatan produksi dan kemampuan pekerja, serta mencegah

kegagalan dalam mengatur mesin dan peralatan yang dapat menyebabkan ketidakefisien

dalam pemakain bahan baku.

Page 70: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

64

2. Analisis Efisiensi Terhadap Tenaga Kerja Langsung di PT Agrofarm Nusa Raya

Ponorogo.

Biaya tenaga kerja langsung Yaitu biaya bagi para tenaga kerja yang ditempatkan

dan didayagunakan dalam menangani kegiatan-kegiatan proses produk jadi yang secara

langsung diterjunkan dalam kegiatan produksi mengenai segala peralatan produksi dan

usaha itu dapat terwujud.12 Efisiensi tenaga kerja langsung selama 12 bulan :

a. Pelaksanaan Biaya Tenaga Kerja Langsung

Data biaya tenaga kerja langsung pada penelitian ini adalah biaya tenaga kerja

yang ada di PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo. Perhitungan tenaga kerja langsung

terdiri dari Selisih Tarif Upah langsung (STU) dan Selisih Efisiensi Upah Langsung

(SEUL) berikut adalah perhitungan STU dan SEUL pada PT Agrofarm Nusa Raya

Ponorogo:

Berdasarkan tabel 4.6 selisih tarif upah bulan januari sampai desember dapat

dihitung sebagai berikut :

STU Januari = (TS-TSt) x JS

= (Rp. 10.300 – Rp. 11.800) x 208

= Rp. 312.000 (favourable)

Pada bulan januari selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 312.000

SEUL Januari = (JS-JSt) x TSt

= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.800

= Rp. 306.800 (unfavourable)

12 Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah, 149.

Page 71: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

65

Pada bulan januari selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.

306.800

STU Februari = (TS-TSt) x JS

= (Rp. 10.300 – Rp. 11.800) x 208

= Rp. 312.000 (favourable)

Pada bulan februari selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 312.000

SEUL Februari = (JS-JSt) x TSt

= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.800

= Rp. 306.800 (unfavourable)

Pada bulan februari selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.

306.800

STU Maret = (TS-TSt) x JS

= (Rp. 9.900 – Rp. 11.300) x 208

= Rp. 291.200 (favourable)

Pada bulan maret selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 291.200

SEUL Maret = (JS-JSt) x TSt

= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.300

= Rp. 293.800 (unfavourable)

Pada bulan maret selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.

293.800

STU April = (TS-TSt) x JS

= (Rp. 9.900 – Rp. 11.300) x 208

= Rp. 291.200 (favourable)

Page 72: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

66

Pada bulan april selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 291.200

SEULApril = (JS-JSt) x TSt

= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.300

= Rp. 293.800 (unfavourable)

Pada bulan april selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.

293.800

STU Mei = (TS-TSt) x JS

= (Rp. 9.900 – Rp. 11.300) x 208

= Rp. 291.200 (favourable)

Pada bulan mei selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 291.200

SEUL Mei = (JS-JSt) x TSt

= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.300

= Rp. 293.800 (unfavourable)

Pada bulan mei selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.

293.800

STU Juni = (TS-TSt) x JS

= (Rp. 9.900 – Rp. 11.300) x 208

= Rp. 291.200 (favourable)

Pada bulan juni selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 291.200

SEUL Juni = (JS-JSt) x TSt

= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.300

= Rp. 293.800 (unfavourable)

Page 73: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

67

Pada bulan juni selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.

293.800

STU Juli = (TS-TSt) x JS

= (Rp. 9.900 – Rp. 11.300) x 208

= Rp. 291.200 (favourable)

Pada bulan juli selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 291.200

SEUL Juli = (JS-JSt) x TSt

= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.300

= Rp. 293.800 (unfavourable)

Pada bulan juli selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.

293.800

STU Agustus = (TS-TSt) x JS

= (Rp. 9.900 – Rp. 11.300) x 208

= Rp. 291.200 (favourable)

Pada bulan agustus selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 291.200

SEUL Agustus = (JS-JSt) x TSt

= (208 jam – 182 jam) x Rp. 11.300

= Rp. 293.800 (unfavourable)

Pada bulan agustus selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.

293.800

STU September = (TS-TSt) x JS

= (Rp. 9.000 – Rp. 10.400) x 208

= Rp. 291.200 (favourable)

Page 74: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

68

Pada bulan september selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 291.200

SEUL September = (JS-JSt) x TSt

= (208 jam – 182 jam) x Rp. 10.400

= Rp. 270.400 (unfavourable)

Pada bulan maret selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.

293.800

STU Oktober = (TS-TSt) x JS

= (Rp. 8.700 – Rp. 9.900) x 208

= Rp. 249.600 (favourable)

Pada bulan oktober selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 249.600

SEUL Oktober = (JS-JSt) x TSt

= (208 jam – 182 jam) x Rp. 9.900

= Rp. 257.400 (unfavourable)

Pada bulan oktober selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.

257.400

STU November = (TS-TSt) x JS

= (Rp. 8.700 – Rp. 9.900) x 208

= Rp. 249.600 (favourable)

Pada bulan november selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 249.600

SEUL November = (JS-JSt) x TSt

= (208 jam – 182 jam) x Rp. 9.900

= Rp. 257.400 (unfavourable)

Page 75: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

69

Pada bulan november selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.

257.400

STU Desember = (TS-TSt) x JS

= (Rp. 8.700 – Rp. 9.900) x 208

= Rp. 249.600 (favourable)

Pada bulan desember selisih tarif upah langsung menguntungkan sebesar Rp. 249.600

SEUL Desember = (JS-JSt) x TSt

= (208 jam – 182 jam) x Rp. 9.900

= Rp. 257.400 (unfavourable)

Pada bulan desember selisih efisiensi upah langsung tidak menguntungkan sebesar Rp.

257.400

Dari perhitungan analisis selisih tenaga kerja langsung dapat di kelompokkan

dalam tabel sebagai berikut :

Bulan Realisasi Efisiensi

Januari 8.600.000 312.000

Februari 8.600.000 312.000

Maret 10.300.000 291.200

April 10.300.000 291.200

Mei 10.300.000 291.200

Juni 10.300.000 291.200

Juli 10.300.000 291.200

Agustus 10.300.000 291.200

September 17.500.000 291.200

Oktober 19.900.000 249.600

November 19.900.000 249.600

Desember 19.900.000 249.600

Page 76: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

70

Total 156.200.000 3.411.200

Sumber : hasil perhitungan selama 12 bulan.

Untuk meminimalisir adanya dampak dari penurunan produksi maka

perusahaan harus mengurangi jumlah tenaga kerja atau mengganti dengan tenaga kerja

dengan teknologi mesin, dengan adanya teknologi atau mesin perusahaan cukup

mengeluarkan biaya operasional saja. Sehingga dapat menekan biaya untukmupah

tenaga kerja setiap bulannya.

Upaya meningkatka efisiensi perusahaan adalah dengan melakukan pengawsan

secara lanjut ketika proses produksi agar tenaga kerja mampu menjalankan tugas

dengan tanggung jawab karena disiplin harus menjadi perhatian perusahaan. Jadi

dengan adanya pengawasan secara lanjut diharapakan terjadi peningkatan kinerja dan

kualitas hasil pekerjaan yang dilakukan para karyawan.

3. Analisis Efisiensi Terhadap Biaya Overhead Pabrik di PT Agrofarm Nusa Raya

Ponorogo.

Biaya overhead pabrik yaitu didefiniskan sebagai bahan tidak langsung, tenaga

kerja tidak langsung, dan biaya pabrik lainnya, seperti biaya pemeliharaan pabrik, yang

tidak secara mudah didefinisikan atau dibebankan pada suatu pekerjaan.

a. Pelaksanaan Biaya Overhead pabrik

Data biaya overhead pabrik pada penelitian ini adalah data yang di dapat dari

laporan keuangan PT Agrofarm Nusa Raya Ponorogo. perhitungan selisih biaya

overhead pabrik terdiri dari Selisih Terkendali (ST) dari PT Agrofarm Nusa Raya

Ponorogo.

Page 77: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

71

Berdasarkan tabel 4.5 selisih overhead pabrik bulan januari sampai desember

dapat dihitung sebagai berikut :

ST = BOPS – AFKSt

ST Januari = 1.142.857- 1.250.000

= 107.143 (unfavourable)

ST = BOPS – AFKSt

ST Februari = 166.750- 1.250.000

= 1.083.250 (unfavourable)

ST = BOPS – AFKSt

ST Maret = 1.000.000- 2.000.000

= 1.000.000 (unfavourable)

ST = BOPS – AFKSt

ST April = 667.000- 900.000

= 233.000 (unfavourable)

ST = BOPS – AFKSt

ST Mei = 667.000- 850.000

= 183.000 (unfavourable)

ST = BOPS – AFKSt

ST Juni = 667.000- 850.000

= 133.000 (unfavourable)

ST = BOPS – AFKSt

ST Juli = 667.000- 9000.000

= 233.000 (unfavourable)

Page 78: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

72

ST = BOPS – AFKSt

ST Agustus = 667.000 - 700.000

= 33.000 (unfavourable)

ST = BOPS – AFKSt

ST September = 700.000- 900.000

= 200.000 (unfavourable)

ST = BOPS – AFKSt

ST Oktober = 5.000.000 – 3.350.000

= 1.650.000 (unfavourable)

ST = BOPS – AFKSt

ST November = 900.000 - 1.000.000

= 100.000 (unfavourable)

ST = BOPS – AFKSt

ST Desember = 900.000 - 1.000.000

= 100.000 (unfavourable)

BOPS merupakan biaya overhead pabrik sesungguhnya yang merupakan biaya-

biaya dari perusahaan berupa keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan

selama suatu periode. Sedangkan AFSKSt merupakan biaya anggaran fleksibel pada

kapasitas atau jam standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk mememuhi

biaya-biaya pada suatu periode tertentu. Dari perhitungan analisis selisih Biaya

Overhead pabrik dapat di kelompokkan dalam tabel sebagai berikut :

Page 79: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

73

Bulan Realisasi Efisiensi

Januari 1.142.857 107.143

Februari 166.750 1.083.350

Maret 1.000.000 1.000.000

April 667.000 233.000

Mei 667.000 183.000

Juni 667.000 133.000

Juli 667.000 233.000

Agustus 667.000 33.000

September 700.000 200.000

Oktober 5.000.000 1.650.000

November 900.000 100.000

Desember 900.000 100.000

Total 13.147.107 5.055.493

Sumber : hasil perhitungan selama 12 bulan.

Untuk meninimalisir keterlambatan bahan baku adalah dengan cara

memperpendek lead time pesanan diterima atau dengan membuat inventori bahan baku.

Sedangkan upaya untuk meninimalisir kerusakan pada mesin adalah perusahaan

melakukan perawatan dan pemeriksaan setiap satu bulan sekali, sehingga dapat

membantu kemampuan mesin dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan fungsinya.

Upaya yang dilakukan untuk mengurangi inefisiensi adalah harus

memperhatikan biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan sehingga dengan

adanya perhatian terhadap biaya overhead pabrik akan mempermudah perusahaan untuk

mencapai efisiensi, serta menelusuri selisih yang merugikan pada bagian

departementalisasi pada proses produksi dan menindak lanjuti kesalahan tersebut agar

tidak terjadi pemborosan biaya untuk proses produksi periode selanjutnya.

Page 80: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

74

BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

Dari pembahasan pada bagian-bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan analisis varian bahan baku pada PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo yang telah

dilakukan, bahwa Selisih Harga Bahan baku (SHB) pada tahun 2019 mengalami inefisensi

sebesar Rp. 186.333.950. Hal ini disebabkan adanya harga bahan baku yang susah untuk

diprediksi oleh perusahaan sehingga sulit untuk menetukan anggaran yang akan ditetapkan,

serta penggunaan harga bahan baku ditentukan oleh faktor pada public sehingga

perusahaan sulit mengendalikannya, maka dari itu perusahaan mengalami kerugian.

2. Berdasarkan analisis perbandingan antara biaya standar dan biaya aktual yang dikeluarkan

oleh perusahaan pada tahun 2019 bahwa total yang dikeluarkan untuk tenaga kerja

langsung sebesar Rp. 156.200.000. Hal ini disebabkan karena perusahaan membayar tarif

upah sesungguhnya sesuai dengan tariff upah yang di standarkan langsung oleh

perusahaan. Sedangkan analisis varian biaya tenaga kerja pada PT Agrofram Nusa Raya

Ponorogo yang telah dilakukan, bahwa jika dihitung dari segi Selisih Tarif Upah Langsung

(STU), pada tahun 2019 menunjukkan hal yang menguntungkan atau efisien sebesar Rp.

3.411.200. Hal ini dikarenakan dampak dari penurunan pada produksi yang mengakibatkan

tarif upah yang dibayarkan lebih rendah dari pada tarif yang distandarkan. Namun jika

dilihat dari segi Selisis Efisiensi Upah Langsung (SEUL), secara langsung tidak

menguntungkan sebesar Rp. 3.419.000. Hal ini disebabkan kurangnya pengawasan

terhadap tenaga kerja yang dilakukan.

3. Bedrasarkan analisis varian overhead pabrik pada PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo yang

telah dilakukan, bahwa pada tahun 2019 mengalami inefisensi sebesar Rp. 5. 055.493. Hal

ini disebabkan terjadi kendala seperti keterlambatan pasokan bahan baku dan terjadi

kerusakan pada mesin yang tidak dapat dihindari. Kejadian seperti ini akan mengakibatkan

perusahaan mengalami penurunan produksi dan akan mempengaruhi hasil produksi karena

pada kenyataannya perusahaan dapat dikatakan efisien apabila memenuhi standar yang

telah ditetapkan oleh perusahaan, maka dari itu perusahaan mengalami kerugian.

Page 81: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

75

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dari hasil penelitian diatas, maka saran-saran yang dapat

dipertimbangkan untuk pihak PT Agrofram Nusa Raya Ponorogo sebagai berikut :

1. Menyikapi adanya ketidakefisienan pada bahan baku, perusahaan diharapkan agar meneliti

ulang anggaran ke arah yang lebih efisien, dan hendaknya perusahaan melakukan

pemesanan dengan melakukan perjanjian pembelian dengan harga yang tetap serta

mencegah kegagalan dalam mengatur mesin dan peralatan yang dapat menyebabkan

ketidakefisienan dalam pemakaian bahan baku.

2. Menyikapi adanya ketidakefisienan pada tenaga kerja, perusahaan diharapkan melakukan

pengawsan secara lanjut semacam survei untuk mengukur efesiensi secara keseluruhan

pada karyawan. Seperti menugaskan seluruh supervisor untuk menentukan bagaimana

mereka menangani pekerjaan dan membuat membuat evaluasi dalam proses tersebut.

3. Menyikapi adanya ketidakefisienan pada overhead pabrik, perusahaan diharapkan agar

memperhatikan biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan sehingga dengan

adanya perhatian terhadap biaya overhead pabrik akan mempermudah perusahaan untuk

mencapai efisiensi, serta menelusuri selisih yang merugikan pada bagian

departementalisasi pada proses produksi dan menindak lanjuti kesalahan tersebut agar

tidak terjadi pemborosan biaya untuk proses produksi periode selanjutnya. Sedangkan

upaya untuk meninimalisir keterlambatan bahan baku adalah dengan cara memperpendek

lead time pesanan diterima atau dengan membuat inventori bahan baku. Sedangkan upaya

untuk meninimalisir kerusakan pada mesin adalah perusahaan melakukan perawatan dan

pemeriksaan setiap satu bulan sekali, sehingga dapat membantu kemampuan mesin dalam

memenuhi kebutuhan sesuai dengan fungsinya.

Page 82: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

76

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

A. Karim Adiwarman. Ekonomi Mikro Islam 5 ed. Jakarta: Rajawali Press, 2015.

Akbar, Ali Yulianto. Pengantar Bisnis, 4 ed. Jakarta: Selemba Empat, 2007.

Amirullah dan Hanafi. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002.

Aulia Tasman dan Havidz Aima. Ekonomi Manajerial. Revisi Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2016.

Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta,

2008.

Bastian, Indra. Akuntansi Untuk LSM dan Partai Politik. Jakarta: Erlangga, 2007.

Blocher dkk. Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat, 2011.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Format-format

Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik

Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran. Jakarta: Prenadamedia Group,

2013.

Carter, William K. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba, 2009.

Charles T, Horngren. Pengantar Akuntasi Manajemen Jilid 1. Jakarta: Erlangga,

1993.

Dedeh. Analisis Anggaran Operasional Sebagai Alat Pengendalian Manajemen

PDAM Tirta Pakuan Bogor: 2009.

Dunia, Firdaus Ahmad, dan Wasilah Abdullah. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba

Empat, 2012.

Eeng, Ahmad. Ekonomi. Bandung: Grafindo Media Pratama, 2004.

Gilarso, T. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, Revisi. Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Hansen dan Mowen. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat, 2009.

J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet Ke-35 Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2016.

Page 83: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

77

Mahsun, Mohamad. Pengukuran Kerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE, 2006.

Mulyadi, Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Jakarta: Salemba

Empat, 2001.

Mulyadi, Akuntansi Biaya Edisi kelima, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada,

2012.

Ridwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian (Bandu Burhan Bungin,

Metoologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Format-format Kuantitatif dan

Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi,

Manajemen, dan Pemasaran. Jakarta: Prenadamedia Group, 2013.

Shihab, M. Quraish. Tafsirl-Mishbah Pesan dan Keserasian al-Qur’an. Ciputat:

Lentera Hati, 2000.

Siregar, Badric. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat, 2013.

Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R & D), Cet Ke-21. Bandung: Alfabeta, 2015.

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D), Bandung: Alfabeta, 2015.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta

CV, 2016.

Sujarweni, Wiratna. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonom. Yogyakarta:

Pustaka Baru Press, 2015.

Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2002.

Suprayitno, Eko. Ekonomi Mikro Perspektif Islam. Malang: UIN Malang Press,

2008.

Supriyono. Sistem Pengendalian Manajemen, Pertama. Yogyakarta: BPFE, 2000.

Suryana Yuyus, dan Kartib Bayu. Kewirausahaan Pendekatan Karateristik

Wirausaha Sukses. Kedua. Jakarta: Kencana, 2010.

Sri Yuniarti, Vinna. Ekonomi Mikro Syariah. Bandung: Pustaka Setia, 2016.

Widjajanta, Bambang, dan Aristanti Widyaningsih. Ekonomi. Bandung: Citra

Praya, 2007.

Page 84: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO

78

Jurnal :

Darise, Tety David Paul Elia Saerang, dan Anneke Wangkar. “Analisis Penerapan

Variabel Costing Sebagai Alat Untuk Menghitung Harga Pokok Produksi

Pada Aksan Bakery Di Manado.

Fitriani, Dyah Arin. Analisis Efisiensi Biaya Produksi Pada PT. Nyonya Meneer

Semarang. Skripsi. Semarang Universitas Negeri Semarang.

Fatmawati, Rinda Darminto, dkk. “Perencanaan Dan Pengendalian Biaya Produksi

Sebagai Suatu Usaha Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi (Studi

Pada PT Pabrik Gula Krebet Malang)”, (Jurnal, Universitas Brawijaya

Malang, 2014.

Hartati. Ema. Analisi Pengendalian Biaya Produksi Sebagai Suatu Usaha Untuk

Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi Pada PT. Perkebunan Nusantara

VII (PERSERO) Unit Musi Landas” (Skripsi : Universitas Muhammaiyah

Palembang, 2016), Dyah Arin Fitriani, “Analisis Efisiensi Biaya Produksi

PT. Nyonya Meneer Semarang”, (Skripsi, Universitas Negeri Semarang,

2010.

Kartika, Dina, Dwi Atmanto, Dkk. “Evaluasi Pengendalian Biaya Produksi Guna

Menigkatkan Efisiensi Produksi,” Jurnal (Malang: Universitas Brawijaya

Malang, 2016).

Mandasari, Andhita Dwi dkk. “Analisis Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian

Biaya Produksi (Studi Pada PT Varia Usaha Beton Periode Tahun 2013,

Sidoarjo)” Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 27. No.1. 2015.

Massie, Novela Irene Karly. “Analisis Pengendalian Produksi Untuk Menilai

Efisiensi Dan Efektivitas Biaya Produksi”, Jurnal, Universitas Sam

Ratulangi Manado, 2016.

Palupi, Tiara Ayu. “Analisis Biaya Stadar Untuk Mendukung Efisiensi Biaya

Produksi Perusahaan (Studi Pada Pabrik Gula Lestari, Patianrowo,

Nganjuk)”, Jurnal, Universitas Brawijaya Malang, 2016.

Internet :

Anonim b.2009. http://en.wikipedia.org/wiki/Copper%_oxide. Di Akses pada

tanggal 3 Juni 2020 . Pukul 14.06.

Page 85: PADA PT AGROFARM NUSA RAYA PONOROGO