PADA PEMBEBANAN BOP DALAM PENGHITUNGAN UNIT COST · MOTTO “Kasihilah sesamamu manusia seperti...
-
Upload
phungthuan -
Category
Documents
-
view
260 -
download
0
Transcript of PADA PEMBEBANAN BOP DALAM PENGHITUNGAN UNIT COST · MOTTO “Kasihilah sesamamu manusia seperti...
PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM
PADA PEMBEBANAN BOP DALAM
PENGHITUNGAN UNIT COST Studi Kasus pada PT. Mondrian Group Klaten
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh :
ARIS HANDRIYANTO
NIM : 002114028
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
i
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 November 2006
Penulis
Aris Handriyanto
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan bagi:
Tuhan Yang Maha Kuasa
Kedua Orang Tuaku yang dengan penuh kasih sayang, cinta dan asa
memberikan kepadaku dorongan, dukungan dan doa untuk mencapai
segala harapan dan cita-citaku;
Kakakku dan adik-adikku yang dengan penuh ketulusan mendukungku
dan menemani persahabatan keluarga;
Seseorang yang menjadi tumpuan dan harapan dihatiku yang dengan
penuh kasih dan kesabaran telah membantuku dan senantiasa
mendorongku;
Almamater tercinta, Universitas Sanata Dharma
v
MOTTO
“Kasihilah sesamamu manusia
seperti engkau
mengasihi dirimu sendiri”
(Love Jesus Christ)
“Ketegaran hidup adalah cara pandang kita
untuk tidak metengadahkan kepala keatas
namun dengan melihat kebawah, karena
apapun yang kita punyai belum tentu
dimiliki orang lain”
(Yulianus Hanggono)
“Dilema kehidupan merupakan
dampak kegagalan untuk
meraih kebijaksanaan berfikir
dan cara pandang untuk menapak
satu langkah kedepan dalam pergulatan hidup
dimasa yang akan datang”
(Fransiscus Arist)
vi
ABSTRAK
PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM
PENGHITUNGAN UNIT COST
Studi Kasus pada PT.MONDRIAN GROUP KLATEN
ARIS HANDRIYANTO UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2006
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya perbedaan antara BOP yang dibebankan oleh perusahaan dengan BOP yang dibebankan berdasarkan Activity Based Costing System.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dokumentasi, observasi dan interview. Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada PT.Mondrian Group, Klaten. Teknik analisa data yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah: dengan membandingkan pembebanan BOP yang dibebankan menurut perusahaan dengan berdasarkan ABC System. Dari hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk : a) BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Dewasa (All size) sebesar Rp. 173.448.526,32, b) BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Remaja (All size) menjadi Rp. 21.243.987,94, c) BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Wanita (All size) menjadi Rp. 27.851.024,62, d) BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Anak (All size) menjadi Rp. 112.490.167,04, e) BOP yang dibebankan pada kaos B-Gaya (All size) menjadi Rp. 204.646.210,96, f) BOP yang dibebankan pada kaos d,Mo Olah Raga (All size) menjadi Rp. 227.120.863,85. Perbedaan tersebut menyebabkan harga pokok produk per unit yang dibebankan pada setiap produk menjadi: a) Harga pokok produk Kaos Dadung Dewasa Rp. 21.743,14 per unit, b) Harga pokok produk Kaos Dadung Remaja menjadi Rp.22.900,46 per unit, c) Harga pokok produk Kaos Dadung Wanita menjadi Rp. 22.809,47 per unit, d) Harga pokok produk Kaos Dadung Anak menjadi Rp. 24.316,72 per unit, e) Harga pokok produk Kaos B-gaya menjadi Rp. 32.151,26 per unit, f) Harga pokok produk Kaos d,Mo Olah Raga menjadi Rp. 17.770,97 per unit. Dari hasil analisis tersebut, perusahaan dapat menerapkan Activity Based Costing System.
vii
ABSTRACT
THE APPLICATION OF ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM AT FACTORY OVERHEAD COST CHARGING IN THE CALCULATION OF
UNIT COST
A Case Study at PT.MONDRIAN GROUP, KLATEN
ARIS HANDRIYANTO SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA 2006
This research goal was to know the level of difference between the BOP
charged by company and the one based on Activity Based Costing System. The techniques of data collecting were documentation, observation and
interview. This research type was case study of at PT.MONDRIAN Group, Klaten. The data analtsis technique conducted to answer the problem was by comparing the BOP charged by the by according to company and the one based on ABC System.
From the analysis result, it could be concluded that the differences of factory overhead cost charging which was charged to the product were: a) BOP which was charged to Kaos Dadung Dewasa ( All Size) equal to Rp. 173.448.526,32, b) BOP which was charged to Kaos Dadung Remaja ( All Size) became Rp. 21.243.987,94, c) BOP which was charged to Kaos Dadung Wanita ( All Size) became Rp. 27.851.024,62, d) BOP which was charged to Kaos Dadung Anak ( All Size) became Rp. 112.490.167,04, e) BOP which was charged to Kaos B-Gaya ( All Size) became Rp. 204.646.210,96, f) BOP which was charged to Kaos d,Mo Olah Raga ( All Size) became Rp. 227.120.863,85. The differences caused the unit cost of good sold charged to each product became: a) Cost of good sold of Kaos Dadung Dewasa became the Rp. 21.743,14 per unit, b) Cost of good sold of Kaos Dadung Remaja became the Rp.22.900,46 per unit, c) Cost of good sold of Kaos Dadung Wanita became the Rp. 22.809,47 per unit, d) Cost of good sold of Kaos Dadung Anak became the Rp. 24.316,72 per unit, e) Cost of good sold of Kaos B-Gaya became the Rp. 32.151,26 per unit, f) Cost of good sold of Kaos d,Mo Olah Raga became the Rp. 17.770,97 per unit. From the analysis result, the company can apply the Activity Based Costing System.
viii
KATA PENGANTAR
Syukur kepada-Nyalah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, sejahtera dibumi dan seisinya atas limpahan berkat, karunia dan petunjuk-
Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini
disusun guna melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta.
Penelitian dalam skripsi ini ditujukan untuk mengetahui perhitungan biaya
per unit yang dapat diterapkan menggunakan perhitungan biaya berbasis aktivitas.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan bantuan,
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu FR. Reni Retno Anggraeni, S.E., M.Si, Akt selaku dosen wali kelas.
4. Bapak Drs. Gabriel Anto Listianto, MSA., Akt. Selaku dosen pembimbing I
yang telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran memberikan bimbingan,
masukan, dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Firma Sulistiyowati, S.E., M.Si. Selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penyusunan skripsi ini serta
memberikan masukan yang berarti bagi skripsi ini.
ix
6. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt. Selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penyusunan skripsi ini serta
memberikan masukan yang berarti bagi skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma atas ilmu yang
telah diberikan.
8. Segenap Staf Pojok Bursa Efek Jakarta, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta (ma’kasih ya Mba’ heni atas bantuannya).
9. Staf perpustakaan Universitas Sanata Dharma
10. Kedua Orang Tuaku yang memberikan dukungan materi dan moril hingga
terselesaikannya skripsi ini.
11. Kakakku dan adik-adikku yang dengan penuh kasih memberikan bantuan,
doa, dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.
12. Yudhianti Primastuti, yang telah memberikan motivasi dan semangat untukku,
makasih banyak atas semua yang kamu lakukan untukku hingga hidupku
seperti ini.
13. Mas Agung, Personalia PT.Mondrian Group yang telah memberikan segala
dukungan dan informasi data yang saya inginkan.
14. Keluarga besar AKT”00 khususnya kelas A : Aris Solo(Mbah Gluduk), Tian,
Dendi, Watik, Siti, Susan, Deni(Gedank), Borom, Novsi, Anto, Boni, dan
masih banyak lagi terima kasih atas kebersamaan selama ini.
15. Sahabat-sahabatku : Cemani, Gepenk, Susi, Koko, Om B’D, Januar, Robertus,
Njemblux, Firlo, Cemenk, Mithun Oi, (Anak-anak Alladien, Paingan Sepha
x
Club), dan semua teman-temanku yang tak mungkin aku sebutkan satu
persatu. Terima Kasih semuanya.
16. Keluarga Besar kost Pringgading 8 : Mario, Bah Gentho, Jawier, Erich,
Hendra, Kupang “Kamus Kost”, Verdi, Guntur “thanks print warnanye”,
Henry, Robe, dan semua yang tak mungkin aku sebutkan satu persatu. Terima
kasih semua.
Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat sebagai bahan
masukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
Yogyakarta, 30 November 2006
Penulis
Aris Handriyanto
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... v
MOTTO ........... ............................................................................................ vi
ABSTRAK ........ ............................................................................................ vii
ABSTRACT. ..... ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR.................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..... ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Batasan Masalah........................................................................ 3
D. Tujuan Penelitian....................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian..................................................................... 4
F. Sistematika Penulisan................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................... 7
A. Konsep dan Terminologi Biaya ................................................ 7
1. Konsep Biaya...................................................................... 7
xii
2. Penelusuran Biaya...............................................................11
B. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional .........................................12
1. Penentuan Harga Pokok Produk .........................................13
2. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional................20
C. Konsep Dasar Activity Based Costing System .........................22
1. Latar Belakang Timbulnya ABCS ......................................22
2. Pengertian Activity Based Costing System.........................23
3. Asumsi Activity Based Costing System..............................24
4. Manfaat Activity Based Costing System ............................26
5. Tahap-tahap Pembebanan BOP Berdasarkan ABCS ..........27
6. Kondisi yang Diperlukan dalam Penerapan ABCS.............31
D. Cost Pool ...................................................................................33
E. Cost Driver ................................................................................34
F. Cost Pool Rate...........................................................................36
G. Pembebanan BOP dalam Lingkungan
Manufaktur Tradisional.............................................................36
H. Pembebanan BOP dalam Lingkungan Manufaktur Maju .........40
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................43
A. Jenis Penelitian ..........................................................................43
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................43
C. Subyek dan Obyek Penelitian ....................................................44
D. Data yang Diperlukan dan Dicari ..............................................44
E. Teknik Pengumpulan Data.........................................................44
xiii
F..Teknik Analisis Data................................................................. 45
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN........................................ 50
A. Sejarah Berdirinya Perusahaan.................................................. 50
B. Lokasi Perusahaan ..................................................................... 51
C. Misi dan Visi Perusahaan .......................................................... 52
D. Struktur Organisasi .................................................................... 53
E. Personalia .................................................................................. 61
1. Jumlah Karyawan ................................................................ 61
2. Jam Kerja............................................................................. 61
3. Penggolongan/ Status Karyawan......................................... 62
4. Sistem Penggajian ............................................................... 63
5. Fasilitas Kerja ...................................................................... 63
F. Produksi ..................................................................................... 65
1. Hasil Produksi ..................................................................... 65
2. Proses Produksi ................................................................... 66
3. Bahan Baku Produksi .......................................................... 69
4. Alat-alat Produksi ................................................................ 70
G. Pemasaran.................................................................................. 71
1. Penentuan Harga.................................................................. 71
2. Daerah Pemasaran ............................................................... 71
3. Pemasaran Produk ............................................................... 72
H. Promosi...................................................................................... 73
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................... 76
xiv
BAB VI PENUTUP .......................................................................................116
A. Kesimpulan................................................................................116
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................117
C. Saran..........................................................................................118
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................120
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Daftar Jumlah Produksi Tahun 2003 ............................................. 77
Tabel 5.2 Prosentase Biaya Produksi Tahun 2003......................................... 77
Tabel 5.3 Daftar Penggunaan Bahan Baku Tahun 2003. ............................... 78
Tabel 5.4 Daftar Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2003. ...................... 79
Tabel 5.5 Daftar Biaya Tenaga Kerja Langsung per Produk
Tahun 2003. .............................................................................. 79
Tabel 5.6 Daftar Prime Cost Tahun 2003 ...................................................... 80
Tabel 5.7 Anggaran BOP Tahun 2003............................................................ 81
Tabel 5.8 Daftar Perhitungan BOP Tahun 2003 ............................................ 82
Tabel 5.9 Daftar Perhitungan Unit Cost Tahun 2003 .................................... 83
Tabel 5.9 Daftar Aktivitas Tahun 2003.......................................................... 87
Tabel 5.10 Daftar Aktivitas Tahun 2003 .................................................... 89
Tabel 5.11 Pengelompokan Aktivitas Berdasarkan Tingkat Proses
Tahun 2003 .............................................................................. 90
Tabel 5.12 Pengelompokan Aktivitas Berdasarkan Tingkat Aktivitas
Tahun 2003 . ............................................................................. 92
Tabel 5.13 Pembebanan Biaya-biaya pada Berbagai Aktivitas
Tahun 2003. .............................................................................. 95
Tabel 5.14 Jenis Aktivitas, Cost Driver, dan Activity Driver
Tahun 2003............................................................................... 96
Tabel 5.15 Pengelompokan Cost Pool yang Homogen Tahun 2003 .......... 100
xvi
Tabel 5.16 Pengelompokan Cost Pool Rate Homogen Tahun 2003. ..........102
Tabel 5.17 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos Dadung Dewasa
(All Size) Dengan Sistem ABC ................................................104
Tabel 5.18 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos Dadung Remaja
(All Size) Dengan Sistem ABC. ...............................................105
Tabel 5.19 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos Dadung Wanita
(All Size) Dengan Sistem ABC ................................................106
Tabel 5.20 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos Dadung Anak
(All Size) Dengan Sistem ABC. ...............................................107
Tabel 5.21 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos Be-Gaya
(All Size) Dengan Sistem ABC ................................................108
Tabel 5.22 Perhitungan BOP per Unit Produk Kaos d,Mo Olah Raga
(All Size) Dengan Sistem ABC ................................................109
Tabel 5.23 Daftar Perhitungan Unit Cost Dengan Activity Based
Costing System Tahun 2003. .....................................................110
Tabel 5.24 Perbandingan Selisih BOP Terhadap Produk Antara BOP
Berdasarkan Sistem PT.Mondrian Group Dengan BOP
Berdasarkan ABC System. ..........................................................111
Tabel 5.25 Perbandingan Selisih Perhitungan Unit Cost Antara
Perhitungan Unit Cost Berdasarkan sistem PT.Mondrian
Dengan Perhitungan Unit Cost Berdasarkan ABC System. .......112
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi informasi saat ini membawa perusahaan pada
era globalisasi, dimana persaingan semakin ketat yang membuat pangsa pasar
semakin kecil dan laba perusahaan semakin menurun. Fenomena ini
mengakibatkan perusahaan mencari alternatif dalam membangun strategi baru
untuk memperbaiki serta meningkatkan posisi pasar.
Informasi yang semakin transparan menyebabkan konsumen mendapat
informasi secara lengkap mengenai produk-produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Konsumen mempunyai hak untuk memilih dan menentukan
produk mana yang akan dipilih sesuai selera dan dana yang dialokasikan.
Produk yang menjadi pilihan konsumen adalah produk yang bermutu, service
yang baik, tepat waktu dan harga yang murah. Hal ini menuntut perusahaan
agar terus-menerus melakukan perbaikan terhadap kegiatan-kegiatan dalam
menghasilkan produk atau jasa yang value added bagi konsumen. Seperti
diketahui bahwa dalam proses produksi ada dua kegiatan yang mempengaruhi,
yaitu kegiatan yang bernilai tambah (value added) dan kegiatan yang tidak
bernilai tambah (non-value added) bagi konsumen.
Teknologi yang berkembang telah mempengaruhi komposisi biaya
produk atau jasa. Penggunaan Komputer dan mesin-mesin akan menurunkan
1
2
biaya tenaga kerja langsung dan sebaliknya akan meningkatkan biaya
overhead pabrik. Pada sistem akuntasi biaya tradisional, biaya overhead
pabrik dialokasikan dengan dasar alokasi yang berkaitan dengan volume
produksi. Keadaan inilah yang kadang-kadang menimbulkan distorsi pada
proses produksi yang semakin kompleks, karena tidak semua biaya overhead
pabrik berhubungan langsung dengan volume produksi. Distorsi dalam
pengalokasian biaya produk akan semakin besar pada perusahaan yang
menghasilkan beraneka produk dan jasa. Produk yang beraneka ragam
diproduksi dengan beberapa fasilitas manufaktur yang sama. Dengan demikian
timbul masalah dalam pengalokasian sumber daya yang dikonsumsi masing-
masing produk. Distorsi dalam pembebanan biaya overhead pabrik ini akan
mengakibatkan harga pokok produk yang ditetapkan tidak akurat.
Meskipun keakuratan dalam menentukan biaya overhead pabrik sulit
ditentukan, manajer harus memperkirakan biaya overhead pabrik yang paling
tepat agar dapat memenangkan persaingan. Estimasi biaya terbaik terwujud
jika semua biaya dapat ditelusuri langsung ke produk. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan alat ukur yang valid. Biaya bahan baku dan tenaga kerja
langsung merupakan biaya yang paling mudah ditelusuri ke produk, karena
biaya ini merupakan biaya variabel. Biaya overhead pabrik merupakan unsur
biaya produksi yang sulit ditelusuri ke produk.
ABC System merupakan suatu sistem yang memfokuskan pada
aktivitas yang timbul atau diperlukan untuk menghasilkan suatu produk. ABC
System bertujuan memperbaiki keakuratan biaya produk dan jasa dengan
3
mengakui bahwa beberapa biaya lebih tepat dibebankan atas dasar non volume
produksi. Biaya aktivitas dibebankan kepada suatu produk berdasarkan pada
konsumsi produk atas aktivitas tersebut. Sehingga dapat juga dikatakan bahwa
ABC System dapat memperbaiki penghitungan harga pokok produk.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan antara biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan
didalam penghitungan unit cost yang ditetapkan perusahaan saat ini dengan
biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan didalam penghitungan unit
cost berdasarkan Activity Based Costing System ?
C. Batasan Masalah
Permasalahan dibatasi pada :
1. Proses pembuatan produksi didalam industri manufaktur terdiri dari empat
tahap utama : tahap desain dan pengembangan, tahap produksi, tahap
distribusi dan tahap pelayanan konsumen. Activity Based Costing System
dapat diterapkan pada semua tahap tersebut. Dalam penelitian ini, penulis
hanya membahas penghitungan unit cost pada tahap proses produksinya
saja.
2. Dalam Activity Based Costing System dibedakan menjadi dua yaitu :
aktivitas bernilai tambah (value added) dan aktivitas tidak bernilai tambah
(non value added). Dalam penelitian tidak dilakukan identifikasi aktivitas
yang bernilai tambah dan tidak bernilai tambah.
4
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui perbedaan unit cost setiap produk antara biaya overhead
pabrik (BOP) yang dibebankan didalam penghitungan unit cost yang
diterapkan PT.Mondrian dengan biaya overhead pabrik (BOP) yang
dibebankan didalam penghitungan unit cost berdasarkan Activity Based
Costing System.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan
Sripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan
dalam mengambil keputusan untuk masa yang akan datang dan sebagai
dasar pertimbangan dalam penentuan penentuan harga pokok produk per
unit.
2. Bagi universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi perpustakaan
USD, khususnya mengenai Penerapan Activity Based Costing Dalam
Penghitungan Unit Cost.
3. Bagi penulis
Sripsi ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta sebagai
sarana untuk menerapkan teori-teori yang penulis peroleh selama di
bangku kuliah.
5
F. Sistematika Penulisan
Bab I. Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang masalah, batasan masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II. Landasan Teori
Bab ini akan menguraikan secara jelas dan mendasar mengenai teori-teori
yang digunakan sebagai dasar dalam mengolah data-data perusahaan yang
dijadikan objek penelitian. Dalam bab ini akan menjelaskan teori-teori tentang
pemahaman dan manfaat akuntasi biaya dan akuntansi keuangan, biaya
produksi, biaya overhead pabrik, sistem perhitungan tradisional, Activity
Based Costing System (ABC).
Bab III. Metode Penelitian
Bab ini berisikan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek dan
obyek penelitian, data yang dicari, teknik analisis data, dan teknik
pengumpulan data.
Bab IV. Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini mengemukakan gambaran umum perusahaan, yang meliputi riwayat
singkat perusahaan, misi dan visi perusahaan, lokasi perusahaan, struktur
organisasi, manajemen & pengawasan, sumber daya manusia, jenis produk
yang dihasilkan, bahan baku, proses produksi, serta daerah pemasaran.
6
Bab V. Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini memuat data, penganalisisan data, dan pembahasan.
Bab VI. Penutup
Bab ini memuat kesimpulan dari hasil analisis data dan saran yang diusulkan
penulis kepada perusahaan sehubungan dengan obyek penelitian dan
keterbatasan penelitian.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep dan Terminologi Biaya
Hansen dan Mowen, (2000: 38) berpendapat bahwa biaya (cost)
adalah “kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan
barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau masa
yang akan datang. Sedangkan beban (expense) adalah biaya yang telah
digunakan untuk memperoleh pendapatan. Beban adalah biaya yang sudah
kadaluarsa”.
1. Konsep Biaya
Menurut Sugiri (1994: 21-25), terdapat tujuh klasifikasi dari
pengelompokan biaya yaitu :
1) Klasifikasi berdasarkan fungsi pokok perusahaan
a. Biaya produksi
Adalah biaya–biaya yang diperlukan untuk memperoleh bahan
baku (mentah) dari pemasok dan mengubahnya menjadi produk
selasai yang siap dijual. Elemen biaya produksi terdiri atas
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik.
7
8
b. Biaya penjualan
Biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk selesai,
termasuk biaya iklan, biaya gaji para pramuniaga, biaya angkut
barang-barang yang dijual, dan gaji menejer pemasaran.
c. Biaya administrasi
Adalah biaya yang diperlukan untuk administrasi secara umum,
seperti gaji eksekutif, biaya penyelengarakan akuntansi, gaji
pegawai bagian administrasi, dan biaya bahan habis pakai.
2) Klasifikasi berdasarkan periode mempertemukan dengan
pendapatan:
a. Biaya produk
Adalah biaya–biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau
memperoduksi barang/produk.
b. Biaya periode
Adalah biaya yang diindentifikasi dengan interval waktu
tertentu karena tidak diperlakukan untuk memperoleh
barang/produk akan dijual.
3) Klasifikasi biaya berdasarkan dapat ditelusurinya ke obyek biaya:
a. Biaya langsung (direct cost)
Adalah biaya yang dapat ditelusuri atau diidentifikasi ke suatu
obyek biaya tertentu karena hanya dikeluarkan untuk manfaat
obyek biaya itu sendiri.
9
b. Biaya tidak langsung ( indirect cost)
Adalah biaya yang dikerluarkan untuk lebih dari satu obyek
biaya dan tidak dapat ditelusuri kesalahsatu obyek biaya
tertentu. Karena biaya ini bersifat umum dan disebut common
cost.
4) Klasifikasi biaya berdasarkan hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan:
a. Biaya tetap
Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak berubah untuk
suatu periode tertentu.
b. Biaya variabel
Adalah biaya yang jumlah totalnya bervariasi secara
proposional dengan variasi volume kegiatan, tetapi jumlah per
unitnya tetap sama.
5) Klasifikasi biaya berdasarkan kemampuan manajer untuk
mengendalikan:
a. Biaya terkendali
Adalah biaya yang secara signifikan dapat dipengaruhi dan
dikendalikan oleh manajer tertentu pada periode tertentu.
b. Biaya tak terkendali
Adalah biaya yang secara signifikan tidak dapat dipengaruhi
dan dikendalikan oleh manager tertentu.
10
6) Klasifikasi biaya berdasarkan pengendalian keputusan:
a. Biaya relevan
Adalah biaya yang akan terjadi di masa mendatang dan berbeda
diantara pelbagai alternatif keputusan.
b. Biaya tak relevan
Adalah biaya yang tidak memenuhi salah satu atau kedua-
duanya dari kriteria biaya relevan.
c. Biaya terhindarkan
Adalah biaya yang dapat dihindarkan jika suatu alternatif
keputusan diambil.
7) Klasifikasi biaya berdasarkan dampak keputusan terhadap kas
keluar:
a. Sunk cost
Adalah biaya yang telah dikeluarkan dan yang tidak dapat
diubah oleh keputusan sekarang atau masa yang akan datang.
b. Biaya tunai (out-of pocket cost)
Adalah biaya yang membutuhkan pengeluaran kas dimasa
mendatang akibat keputusan sekarang atau keputusan yang
akan datang.
2. Penelusuran Biaya
Hubungan antara biaya dan obyek biaya dapat dimanfaatkan
untuk membantu meningkatkan keakuratan pembebanan biaya. Mudah
ditelusuri berarti bahwa biaya-biaya dapat dibebankan dengan cara
11
ekonomis dan secara akurat dapat ditelusuri berarti bahwa biaya
dibebankan dengan menggunakan hubungan penyebab. Dapat
ditelusuri adalah kemampuan untuk membebankan biaya secara
langsung pada obyek biaya dengan cara ekonomis sebagai sarana
hubungan penyebab.
Menurut Hansen dan Mowen (2000: 38-43), terdapat tiga
metode dalam penelusuran biaya yaitu :
1) Penelusuran langsung
Adalah suatu proses mengidentifikasi dan pembebanan biaya yang
berkaitan secara khusus dan secara fisik dengan obyek biaya.
2) Penelusuran penggerak/ pendorong
Adalah penggunan pendorong untuk membebankan biaya ke
obyek biaya.
3) Pembebanan biaya tidak langsung/alokasi
Karena tidak terdapat hubungan kausal, pengalokasian biaya pada
metode ini didasarkan pada kemudahan atau beberapa asumsi yang
berhubungan.
B. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional.
Akuntansi biaya pada awalnya didefinisikan sebagai perhitungan
harga pokok persediaan yang disajikan dalam neraca laporan harga pokok
produk jadi dalam laporan rugi laba. Pandangan ini membatasi luas
jangkauan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen dalam pengambilan
keputusan, tak lebih sebagi data product cost yang memenuhi kebutuhan
12
pelaporan kepada pihak luar. Definisi yang sempit sebagaimana
dikemukakan diatas kini tidak sesuai lagi dan jelas bukan merupakan
deskripsi yang tepat mengenai kegunaan informasi akuntansi biaya.
Akuntansi biaya menyediakan alat yang dibutuhkan oleh manajemen
dalam perencanaan dan pengawasan aktivitas, peningkatan kualitas dan
efisiensi, serta penyusunan keputusan-keputusan rutin dan srategis (Carter
dkk, 2002: 8-9).
1. Penentuan Harga Pokok Produk dengan Sistem Akuntansi Biaya
Tradisional.
Dalam sistem akuntansi biaya tradisional, biaya-biaya dicatat,
dikumpulkan dan dikendalikan menurut elemen-elemennya yang ada
dalam pusat pertanggungjawaban. Biaya-biaya produksi ditentukan
menurut banyaknya sumberdaya yang dikonsumsi disetiap pusat biaya.
Dengan cara ini biaya-biaya produksi ditentukan menurut jumlah
sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap pusat biaya. Selanjutnya
dengan perbedaan karakteristik prosers-proses produksi,
dikembangkan cara pencatatan, pengklasifikasian, dan penyajian biaya
yang berbeda. Pengembangan tersebut sesuai dengan proses yang
dilakukan.
Menurut Sugiri (1994: 22), Biaya produksi pada perusahaan
manufaktur terdiri atas elemen-elemen biaya sebagai berikut :
13
a. Bahan baku
Bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk membuat produk
selesai. Bahan baku dapat diidentifikasi ke produk dan merupakan
bagian integral dari produk tersebut, sebagai contoh adalah kayu
yang digunakan untuk membuat daun pintu dan jendela, kertas
yang digunakan untuk membuat buku. Bahan baku disebut juga
bahan langsung, untuk membedakannya dari bahan lain yang
nilainya lebih rendah.
b. Tenaga kerja langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga yang langsung menangani
proses produksi. Pembuat daun pintu dan jendela, operator mesin
foto copy, penjahit dan tukang las, serta tukang batu adalah contoh
tenaga kerja langsung. Mereka menangani langsung proses
produksi dan karenanya dapat diidentifikasi ke produk. Gaji atau
upah tenaga kerja langsung merupakan elemen biaya produksi.
c. Overhead pabrik
Overhead pabrik adalah biaya–biaya selain bahan baku dan tenaga
kerja langsung yang diperlukan untuk memproduksi barang disebut
biaya overhead pabrik (factory overhead atau manufacturing
overhead atau factory burdent). Hubungan biaya overhead terhadap
produk adalah hubungan tak langsung.
Penggolongan BOP menurut Muhadi (2001: 61-62) menyatakan
bahwa terdapat beberapa cara penggolongan biaya overhead
14
pabrik. Penggolongan tersebut diantaranya: penggolongan biaya
menurut sifatnya merupakan biaya produksi selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung. Yang termasuk dalam BOP
adalah:
1) Biaya bahan penolong
Bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang
meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif
kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksinya.
2) Biaya reparasi dan pemeliharaan
Biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai
(factrory supplies) dan harga perolehan jasa dari luar
perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan
emplesemen, mesin, kendaraan, dan aktiva tetap lainnya.
3) Biaya tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dihitung secara
lansung kepada produk atau pesanan tertentu. Berupa upah,
tunjungan, biaya kesejahteraan.
4) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva
tetap. Biaya-biaya depresiasi mesin dan equipment, alat kerja
dan aktiva tetap lainnya.
5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya asuransi mesin dan equipment, asuransi kendaraan,
kecelakaan kerja dan biaya amortisasi kerugian trial-run.
15
6) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang tunai. Yang termasuk didalamnya adalah
biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan,
biaya listrik PLN.
Menurut Hansen dan Mowen (2000: 314-315) terdapat dua
metode dalam mengalokasi biaya overhead pabrik yaitu:
a. Tarif pabrik
Untuk tarif pabrik, biaya overhead pabrik terlebih dahulu
diakumulasikan pada satu kelompok pabrik yang besar (tahap
pertama pembebanan biaya). Biaya overhead dibebankan pada
kelompok biaya hanya dengan menambahkan semua biaya
overhead yang diidentifikasi pada jurnal umum. Karena semua
biaya overhead merupakan biaya pabrik, pembebanan pada
kelompok biaya dilakukan dengan keakuratan tinggi. Pada tahap
pertama, obyek biaya adalah pabrik dan penelusuran langsung
dapat digunakan untuk membebankan biaya tersebut dibebankan
pada kegiatan makro yang sangat luas: produksi. Sekali biaya
diakumulasikan pada kelompok biaya ini, kita dapat mengitung
untuk tarif pabrik, biaya overhead terlebih dahulu diakumulasikan
tarif pabrik dengan menggunakan pendorong tunggal, yang
umumnya adalah jam tenaga kerja langsung. Produk diasumsikan
mengkonsumsi sumber daya overhead sebanding dengan
penggunaan jam tenaga kerja langsung. Karenanya, pada tahap
16
kedua, biaya overhead dibebankan pada produk dengan
mengalihkan tarif dengan jam tenaga kerja langsung sesungguhnya
yang digunakan oleh tiap produk.
Bagan II.I
Pembebanan BOP Berdasarkan Tarif Pabrik
Penelusuran langsung
Biaya overhead
Pendorong berdasarkan unit
Kelompok di seluruh pabrik
Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 315)
Produk
b. Tarif departemen
Untuk tarif departemen, biaya overhead dibebankan pada masing-
masing departemen produksi, menciptakan kelompok biaya
overhead departemen. Pada tahap pertama, departemen merupakan
obyek biaya dan biaya overhead dibebankan dengan menggunakan
penelusuran langsung, penelusuran pendorong dan alokasi.
Meskipun usaha dilakukan untuk membebankan biaya eksternal
dengan menggunakan faktor penyebab (penelusuran pendorong),
beberapa biaya overhead dibebankan menggunakan hubungan
asumsi (alokasi). Sekali biaya dibebankan pada masing-masing
departemen produksi, kemudian pendorong berdasarkan kegiatan
seperti jam tenaga kerja langsung (untuk departemen padat tenaga
17
kerja) dan jam mesin (untuk departemen padat mesin) digunakan
untuk menghitung tarif departemen. Produk yang melalui
departemen tersebut diasumsikan mengkonsumsi biaya overhead
sebanding dengan pendorong departemen berdasarkan unit. Pada
tahap kedua, overhead dibebankan pada produk dengan
mengalikan tarif departemen dengan jumlah pendorong yang
digunakan pada masing-masing departemen. Seluruh overhead
yang dibebankan pada produk hanya merupakan penjumlahan dari
jumlah yang diterima dari masing-masing departemen.
Bagan II.2
Pembebanan BOP Berdasarkan Tarif Departemen
Penelusuran langsung penelusuran pendorong alokasi
Biaya overhead
Kelompok
departemen B Kelompok
departemen A
Pendorong berdasarkan unit Pendorong berdasarkan unit
Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 315)
Produk Produk
18
Menurut Mulyadi (1993: 213), Ada beberapa macam dasar yang
dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada
produk diantaranya adalah :
a. Satuan produk
b. Biaya bahan baku
c. Biaya tenaga kerja langsung
d. Jam kerja langsung
e. Jam mesin
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar
pembebanan biaya overhead pabrik adalah:
a. Harus mempertahankan jenis biaya overhead pabrik yang dominan
jumlahnya dalam departemen produksi.
b. Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan
tersebut dan eratnya sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan
yang akan dipakai.
2. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional
Melihat keadaan pabrik pada masa kini, menurut Cooper dkk
(1991: 82-83), akuntansi biaya tradisional memiliki kelemahan sebagai
berikut :
a. Akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead pabrik
kepada produk atas dasar kuantitas yang diproduksi. Metode
pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar
kuantitas disebut unit-based system. Dalam unit–based system,
biaya overhead pabrik dianggap proposional dengan jumlah unit
19
produk berdasarkan jam tenaga kerja langsung, jam mesin, biaya
bahan baku, yang dikonsumsi untuk menghasilkan suatu produk.
Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar jam tenaga kerja
langsung akan menghasilkan informasi biaya produk yang
mengandung distrosi yang berakibat pada ketidakakuratan
pembebanan biaya ke produk per unit. Jika harga satuan atau
kuantitas yang digunakan oleh sumber daya tidak distribusikan
secara akurat ke pusat-pusat biaya dari produk, maka ada
kemungkinan terjadinya distrosi harga dan kuantitas.
Akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead pabrik
kepada produk melalui dua tahap. Tahap pertama, biaya overhead
pabrik dikumpulkan dalam pusat biaya, baik departemen produksi
maupun departemen pembantu. Tahap kedua, biaya overhead
pabrik yang telah melalui agregasi tahap pertama, dibebankan ke
produk atas dasar jam tenaga kerja langsung dan jam mesin.
Pembebanan overhead yang berdasarkan jam tenaga kerja langsung
dan jam mesin disebut sebagai pembebanan overhead berdasarkan
tarif tunggal. Biaya overhead yang dibebankan secara agregasi ini
menimbulkan distorsi harga (price distorsi) terjadi apabila dasar
alokasi kuantitas (quantity distorsi) terjadi apabila dasar alokasi
biaya tidak sesuai dengan sumber daya yang dikonsumsi oleh
produk. Penyebab distorsi antara lain:
20
1) Beberapa biaya yang dialokasikan ke produk yang tidak ada
hubungannya dengan terjadinya biaya tersebut seperti biaya
research dan development.
2) Penghapuskan biaya yang berhubungan dengan produk yang
sedang diproduksi, seperti biaya penjualan, biaya administrasi
dan umum.
3) Alokasi yang tidak akurat dapat disebabkan karena distorsi
kuantitas.
4) Distorsi yang terjadi karena pengalokasian biaya umum dan
biaya bersama ke produk. Biaya umum adalah biaya dari
sumber yang bias dipisahkan, yang dikeluarkan untuk
menghasilkan lebih dari satu macam produk. Biaya bersama
adalah biaya yang muncul kalau suatu proses produksi
diperlukan untuk menghasilkan lebih dari satu produk.
b. Hanya menggunakan jam tenaga kerja langsung atau jam kerja
mesin sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik
dari pusat biaya pada produk dan jasa. Sistem ini telah
dikembangkan ketika jumlah biaya tenaga kerja langsung masih
memiliki proposi yang besar dari total biaya produk.
21
C. Konsep Dasar Activity Based Costing System.
1. Latar Belakang Timbulnya Activity Based Costing System.
Activity Based Costing (ABC) System timbul sebagai akibat dari
kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi biaya yang mampu
merefleksikan konsumsi sumberdaya dalam berbagai kegiatan untuk
menghasilkan produk.
Menurut Mulyadi (1993: 15), kebutuhan informasi biaya tersebut
didorong oleh lima penyebab, yaitu:
1) Persaingan global yang memaksa manajemen perusahaan mencari
berbagai alternatif pembuatan produk yang cost effective
manajemen harus dapat mengidentifikasi non-value added
activities dalam pembuatan produk dan menggunakan berbagai
management system untuk menghilangkan non-value added
activities.
2) Penggunaan teknologi maju dalam pembuatan produk (advanced
manufacturing technology) menyebabkan proporsi biaya Overhead
pabrik dalam produk menjadi jauh lebih tinggi dibanding dengan
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya Overhead
dalam perusahaan yang berteknologi maju sebagian besar biaya
overhead adalah sunk cost seperti biaya deprisiasi dan equipment,
amortisasi biaya penyusunan program komputer.
22
3) Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus menerapkan
driven strategi yang senantiasa harus secara terus menerus
melakukan perbaikan dalam pembuatan produk.
4) Market driven strategi menuntut manajemen perusahaan
manufaktur untuk inovatif, seperti produk life cycle menjadi
semakin pendek.
5) Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengolahan data akuntansi
memungkinkan dilakukannya pengolahan berbagai informasi biaya
yang sebelumnya tidak terbayangkan pada waktu menggunakan
manual sistem, maupun bookeping-machine system.
2. Pengertian Activity Based Costing System.
Menurut Brimson (1991: 47), pengertian akuntansi aktivitas
adalah sebagai berikut :
“…is a process of accumulating and tracing cost and performance data a firm’s activities and providing feed back of actual result against the planned cost initiate action where required”.
Menurut Cooper dkk (1992: 266), Activity Based Costing
System memiliki pengerian-pengertian sebagai berikut :
“…is an exiting approach to product costing. It provides cost system desingners with new ways to cost product, focus managerial attention and modify behavior”.
Menurut Horgren dkk (1999: 166), Based Accounting (ABA)
atau Activity Based Costing adalah:
”…is a system that first accumulates cost overhead for each of activities to the product, service, or other cost object that causes that activity”.
23
Menurut Supriyono (1994: 230), Activity Based Costing adalah :
“sistem yang terdiri dari dua tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian ke berbagai produk. Tahap kedua meliputi pelacakan biaya ke berbagai produk”.
3. Asumsi Activity Based Costing System
Menurut Mulyadi (1993: 11), Ada dua pengertian dasar dalam sistem
ABC yaitu :
a. Aktivitas menimbulkan biaya
Activity based costing system berangkat dari anggapan bahwa
sumber daya pembantu atau sumber daya secara tidak langsung
menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas bukan
sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan.
Permintaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan
menyebabkan perusahaan melaksanakan aktivitas produk yang
menghasilkan produk tersebut. Aktivitas yang dilaksanakan oleh
perusahaan ini menyerap sumber-sumber perusahaan. Oleh karena
itu produk harus dibebankan biaya dari sumber-sumber perusahaan
sesuai dengan aktivitas yang diserap oleh produk tersebut.
b. Produk dan pelanggan menyebabkan timbulnya permintaan atas
aktivitas.
Untuk membuat produk diperlukan berbagai aktivitas, dan setiap
kegiatan memerlukan sumber daya untuk pelaksanaan aktivitas
tersebut.
24
Bagan II.3
Dua Anggapan yang Melandasi ABC System Tersebut Membentuk
Konsep Dasar ABC System
Value added and Non value added activities
Produk Aktivitas Sumber Daya
Sumber : Mulyadi (2000: 383)
Karena perusahaan ingin memenuhi kebutuhan konsumen, maka
perusahaan melakukan aktivitas guna menghasilkan produk atau
jasa dan proses produksi membutuhkan sumber daya perusahaan.
Penentuan biaya produk harus sesuai dengan sumber daya yang
diserapkan aktivitas yang dilaksanakan guna menghasilkan produk.
Dengan konsep dasar ABC system tersebut, biaya yang merupakan
konsumsi sumber daya (seperti bahan baku, sumber daya manusia,
teknologi, modal) dihubungkan dengan aktivitas yang
mengkonsumsi sumber daya tersebut. Dengan demikian, hanya
dengan mengelola aktivitas untuk menghasilkan produk dan jasa,
manajemen akan mampu membawa perusahaan unggul dalam
jangka panjang didalam persaingan. Untuk mampu mengelola
aktivitas perusahaan, manajemen memerlukan informasi biaya
yang mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai
aktivitas perusahaan.
25
4. Manfaat Activity Based Costing System.
Manfaat dari Activity Based Costing System menurut Cooper
dkk (1991: 276-279), yaitu:
1) Memperbaiki mutu pengambilan keputusan.
2) Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus
terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya overhead.
3) Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan.
Menurut Supriyono (1994: 713-715), penerapan sistem
akuntansi biaya mempunyai empat keterbatasan atau hambatan yaitu:
1) Sistem penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas mensyaratkan
bahwa perusahaan memproduksi berbagai macam produk dan
berada didalam suatu.
2) Sistem penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas lebih
menekankan pada permasalahan alokasi atau pembebanan biaya-
biaya, ternyata tidak menjelaskan bagaimanakah portofolio atau
komposisi produk paling optimal.
3) Secara konseptual, penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas
mempunyai kelemahan sebagai berikut :
a. Beberapa biaya masih dialokasikan secara arbriter.
b. Dalam penentuan harga pokok produk masih terdapat
penggunaan periode waktu secara arbriter.
c. Penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas untuk biaya-biaya
pemanufakturan mengabaikan beberapa biaya yang dapat
26
diidentifikasikan terhadap produk tertentu dan analisa harga
pokok produk.
4) Sistem penentuan harga pokok produk berdasarkan aktivitas tidak
dapat menunjukkan biaya-biaya yang dapat dihindarkan jika suatu
produk, jasa atau segmen organisasi tertentu dieliminasi.
5. Tahap-tahap Pembebanan BOP Berdasarkan Activity Based
Costing System.
a. Prosedur tahap pertama (Hansen dan Mowen, 2000: 328-337) :
1) Identifikasi berbagai aktivitas
Aktivitas adalah kombinasi manusia, teknologi, bahan mentah,
metode dan lingkungan yang memproduksi barang atau jasa
tertentu.
Fokus dari perhitungan biaya berdasarkan kegiatan adalah
kegiatan. Jadi, mengidentifikasi kegiatan haruslah merupakan
langkah pertama dalam mendesain suatu sistem perhitungan
biaya berdasarkan kegiatan. Identifikasi kegiatan memerlukan
mengamati dan membuat daftar pekerjaan yang dilakukan di
dalam organisasi.
2) Pengelompokan berbagai aktivitas
Setelah berbagai aktivitas diidentifikasi maka langkah
selanjutnya adalah mengelompokkan berbagai aktivitas yang
ada dalam perusahaan ke dalam 2 klasifikasi:
27
a) Klasifikasi proses
Suatu proses didefinisikan sebagai suatu seri kegiatan yang
saling terkait untuk melakukan suatu tujuan. Perhitungan
biaya proses pada proses manufaktur dengan cara-cara
membebani biaya ke produk-produk yang melewati proses
produksi tertentu. Namun, konsep proses jauh lebih luas
dari produksi.
b) Klasifikasi tingkat kegiatan
Aktivitas-aktivitas dikelompokkan ke dalam empat kategori
aktivitas (Supriyono, 1994: 237-239) yaitu:
(1) Aktivitas tingkat unit ( unit-level activities)
Aktivitas tingkat unit adalah aktivitas yang dikerjakan
setiap satu unit produk diproduksi. Besar kecilnya
aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang
diproduksi. Sebagai contoh tenaga kerja langsung, jam
mesin, dan jam listrik digunakan setiap satu unit produk
dihasilkan.
(2) Aktivitas tingkat batch ( batch level activities)
Aktivitas tingkat batch adalah aktivitas yang dikerjakan
setiap kali satu batch produk diproduksi. Besar kecilnya
aktivitas dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang
diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk dalam
kelompok ini adalah aktivitas setup, aktivitas
28
penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan bahan
(gerak bahan dan order pembelian), aktivitas inspeksi.
(3) Aktivitas tingkat produk (product level activities)
Aktivitas tingkat produk atau penopang produk adalah
aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai
produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini
mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk
atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual.
Aktivitas ini dapat dilacak pada produk secara
individual, namun sumber-sumber yang dikonsumsi
oleh aktivitas tersebut tidak dipengaruhi oleh jumlah
produk atau batch produk yang diproduksi. Contoh nya
aktivitas penelitian dan pengembangan produk,
perekayasaan proses, spesifikasi produk, perubahan
perekayasaan, dan peningkatan produk.
(4) Aktivitas tingkat fasilitas (facillity level activities)
Aktivitas tingkat fasilitas adalah aktivitas yang
dikerjakan untuk menopang proses pemanufakturan
secara umum yang dilakukan untuk menyediakan
fasilitas dalam memproduksi produk. Besar kecilnya
aktivitas ini tidak dipengaruhi oleh jumlah produk atau
bauran produk yang diproduksi. Aktivitas ini
bermanfaat secara bersamaan oleh berbagai jenis
29
produk yang yang berbeda. Contoh aktivitas ini
mencakupkan misalnya pemeliharaan bangunan,
keamanan, pertamanan, penerangan pabrik, kebersihan
serta depresiasi pabrik.
3) Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pool) yang
homogen.
Kelompok biaya yang homogen adalah sekumpulan biaya
overhead yang dihubungkan secara logis dengan tugas-tugas
yang dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat
diterangkan oleh cost driver yang homogen. Agar dapat
dimasukkan dalam suatu kelompok biaya yang homogen.
Aktivitas-aktivitas overhead harus dihubungkan secara logis
dan rasio konsumsi yang sama untuk semua produk
4) Penentuan tarif kelompok (cost pool rate)
Tarif kelompok adalah tarif biaya per unit dari penggerak aktivitas
(cost driver) yang dihitung dengan cara membagi biaya kelompok
dengan kapasitas praktis penggerak aktivitas.
Taksiran total biaya pada cost pool Cost pool rate = Taksiran cost drive b. Prosedur tahap kedua
Dalam tahap kedua, biaya-biaya aktivitas dibebankan keproduk
berdasarkan konsumsi atau permintaan aktivitas oleh masing-
masing produk. Jadi dalam tahap ini, biaya-biaya tiap kelompok
30
dan ukuran besarnya sumber daya yang yang dikonsumsi oleh
setiap produk dengan perhitungan sebagai berikut:
Overhead pabrik yang dibebankan =
Tarif kelompok x unit penggerak yang dikonsumsi oleh produk
6. Kondisi yang Diperlukan dalam Penerapan Activity Based Costing
System.
Dua hal yang mendasar menurut Supriyono (1994: 247-250),
yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan penerapan Activity Based
Costing System, yaitu :
1) Biaya-biaya berdasar non-unit harus merupakan presentase
signifikan dari biaya Overhead. Jika biaya-biaya ini jumlahnya
kecil, maka sama sekali tidak ada masalah dalam pengalokasian
pada tiap produk.
2) Rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berdasar unit dan
aktivitas berdasar non-unit harus berbeda. Jika berbagai produk
menggunakan semua aktivitas Overhead dengan rasio yang kira-
kira sama, maka tidak masalah jika cost driver berdasarkan unit
digunakan untuk mengalokasikan semua biaya overhead pada
setiap produk.
31
Syarat Activity Based Costing System menurut Cooper dkk
(1991: 372), yaitu :
1) Diversifikasi produk tinggi.
Dengan adanya tingkat diversitas produk yang tinggi maka akan
menimbulkan masalah untuk mengalokasikan atau membebankan
biaya pada beberapa produk yang menggunakan fasilitas yang
sama.
2) Perusahaan menghadapi persaingan yang ketat.
Perusahaan yang berada pada wilayah persaingan yang ketat akan
berusaha untuk mendapatkan informasi mengenai harga pokok
yang akurat agar dapat mendukung pangambilan keputusan.
3) Biaya-biaya pengukuran untuk menghasilkan informasi biaya
produk rendah.
Activity Based Costing System menawarkan suatu metode
pembebanan biaya yang lebih akurat yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi peningkatan laba, hal ini berarti biaya yang akan
dikeluarkan untuk perencanaan dan pengoperasian sistem ini lebih
rendah dari pada manfaat yang akan diperoleh dari penerapan
sistem ini.
4) Biaya-biaya berdasarkan non unit merupakan prosentase yang
signifikan dari biaya Overhead.
Perusahaan yang mempunyai biaya non unit yang prosentasenya
signifikan dari biaya Overhead akan menghasilkan informasi yang
32
secara signifikan tidak tepat jika perusahaan tersebut melakukan
pembebanan berdasarkan unit
D. Cost Pool
Cost pool adalah kelompok biaya yang disebabkan oleh aktivitas
yang sama dengan satu dasar pembebanan (cost driver). Cost pool berisi
aktivitas yang biayanya memiliki hubungan yang kuat (korelasi positif)
antara cost driver dengan biaya aktivitas. Tiap-tiap cost pool menampung
biaya-biaya dari transaksi-transaksi yang homogen. Kelompok biaya yang
homogen (homogeneous cost pool) adalah sekumpulan biaya overhead
yang dihubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dialokasikan dan
berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal.
Jadi agar dapat dimasukkan kedalam suatu kelompok biaya yang
homogen, aktivitas-aktivitas overhead harus dihubungkan secara logis dan
mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk (Hansen dan
Mowen, 1997: 310). Semakin banyak aktivitas dalam suatu aktivitas,
menyebabkan semakin bertambahnya biaya dalam cost pool. Semakin
tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang dilaksanakan dalam perusahaan
semakin sedikit cost pool yang dibutuhkan untuk membebankan biaya-
biaya tersebut. Langkah–langkah dalam menentukan atau perhitungan pool
rate adalah :
1. Penggolongan berbagai aktivitas dalam perusahaan.
2. Pengalokasian berbagai biaya dengan berbagai aktivitas.
33
3. Penetuan kelompok biaya yang homogen.
4. Penentuan tarif kelompok
5. Penetuan tarif biaya overhead pabrik per unit
E. Cost Driver
Cost driver adalah suatu faktor yang kejadiannya menimbulkan
biaya. Faktor tersebut merupakan penyebab utama dari tingkat aktivitas
(Wijaya, 1992: 91). ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
cost driver yaitu (Supriyono, 1994: 245-246):
1. Biaya pengukuran
Dalam activity based costing, cost driver dapat dipilih bdan digunakan
jika memungkinkan, pemilihan cost driver dapat memanfaatkan
informasi yang tersedia. Apabila informasi pada sistem akuntansi biaya
yang sebelumnya belum tersedia, maka informasi tersebut harus
dihasilkan agar dapat dimanfaatkan untuk pemilihan cost driver.
2. Pengukuran tidak langsung dengan tingkat korelasi
Cost driver yang secara tidak langsung mengukur konsumsi aktivitas,
biasanya mengukur jumlah transaksi yang dihubungkan dengan
aktivitas tersebut.
34
Table 11.1
Cost Driver Potensial
Pengatur peralatan jumlah pengaturan Memindahkan bahan baku jumlah perpindahan Memesan bahan baku jumlah pesanan pembelian dilakukan Mengebor jumlah jam mesin jumlah jam mesin Mendesain ulang produk jumlah pesanan perekayasaan Membayar tagihan jumlah faktur Memeriksa barang jadi jumlah bacth yang diproduksi Memelihara peralatan jumlah jam pemeliharaan Menyediakan daya jumlah jam kilowatt Mengemas produk jumlah kotak Merencanakan produksi jumlah produk yang berbeda Sumber : Hansen dan Mowen (2000: 43)
Pengidentifikasian cost driver merupakan komponen dalam
pengendalian biaya yang tidak bernilai tambah. Kinerja individual
dipengaruhi kemampuannya untuk mengendalikan biaya yang tidak
bernilai tambah maka pemilihan cost driver dan bagaiman cost driver
tersebut digunakan dapat mempengaruhi perilaku para individu.
Apabila pengidentifikasian Cost Driver ditujukan untuk menmgurangi
jumlah bahan atau komponen yang diproses oleh perusahaan, maka
perlu penyederhanan aktvitas bahan dan pemilihan pemasok. Jika
biaya dibebankan pada produk berdasarkan pada jumlah komponen
dalam produksi maka harus diciptakan intensif untuk mengurangi
jumlah komponen.
35
F. Cost Pool Rate
Untuk mebebankan biaya pada setiap cost pool digunakan tarif
tertentu yang disebut cost pool rate. Untuk menghitung cost pool rate
digunakan rumus sebagai berikut:
Taksiran total biaya pada cost pool Cost pool rate =
Taksiran cost driver
Cost Pool Taksiran Cost Driver Taksiran Tarif BOP
Aktivitas biaya
(1) (2) (3) (4) (5)=(2):(4)
set-up mesin Rp.4000.000 jlh set-up 100 Rp 40.000
Apabila suatu produk menyerapkan 5 kali set-up, maka biaya overhead
pabrik yang dibebankan:
Tarif BOP yang dibebankan = Tarif BOP x jumlah aktivitas yang diserap :
= Rp 40.000 x 5
= Rp 200.000
G. Pembebanan BOP dalam Lingkungan Manufaktur Tradisional.
Untuk lebih memahami pembebanan BOP dengan menggunakan
sistem akuntansi tradisional dapat dilihat melalui contoh kasus dibawah ini
( Hansen dan Mowen, 2000: 318-325) Goodmark Company memiliki
pabrik yang memproduksi dua produk yaitu kartu ulang tahun wangi dan
36
biasa. Terdapat dua departemen produksi yaitu departemen pemotongan
dan departemen percetakan. Departemen pemotongan bertanggung jawab
untuk membentuk kartu-kartu tersebut, sedangkan departemen percetakan
bertanggungjawab untuk desain dan pemilihan kata-kata.
Tabel II.2
Data Pembebanan Produk
BOP Kartu wangi Kartu biasa Jumlah Unit Produksi Setahun 100,000 100,000 110,000Biaya Utama $ 78,000 $ 738,000 $ 816,000JTKL 10,000 90,000 100,000Jam Mesin 5,000 45,000 50,000Produksi Berjalan 20 10 30Jumlah Perpindahan 60 30 90
Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 319)
Tabel II.3
Data Departemen
Keterangan Dep. Pemotongan Dep. Percetakan Total Jam Kerja Langsung Kartu Wangi $ 3,000 $ 7,000 $10,000Kartu Biasa 77,000 13,000 90,000
Total $ 80,000 $ 20,000 $100,000Jam Mesin Kartu Wangi 1,000 4,000 5,000Kartu Biasa 9,000 36,000 45,000
Total $10,000 $ 40,000 50,000BOP Penyetelan $ 60,000 $60,000 $120,000Penanganan Bahan 30,000 30,000 60,000Daya 10,000 90,000 100,000Inspeksi 8,000 72,000 80,000
Total $108,000 $ 252,000 $ 360,000Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 319)
Untuk kesederhanan, hanya empat jenis kegiatan overhead yang
dilakukan oleh empat departemen penunjang yang berbeda, yang
37
digunakan: penyetelan peralatan untuk tiap batch, perpindahan batch,
pemasokan listrik dan pemeriksaan. Biaya penyetelan dibebankan
berdasarkan jumlah produksi berjalan yang ditangani oleh tiap departemen
karena jumlahnya identik, tiap departemen menerima 50% dari
keseluruhan biaya penyetelan. Biaya penanganan bahan baku dibebankan
berdasarkan jumlah produksi berjalan yang digunakan oleh tiap
departemen (yang diasumsikan). Biaya listrik dibebankan secara
proposional berdasarkan jam mesin yang digunakan oleh tiap departemen.
terakhir, biaya pemeriksaan dibebankan secara proposional berdasarkan
jam tenaga kerja langsung yang digunakan (pengalaman menunjukan
terdapat hubungan yang nyaris sempurna antara jam pemeriksaan dengan
jam tenaga kerja langsung)
1. Tarif overhead tunggal untuk satu pabrik
Dalam sistem akuntansi tradisional BOP dapat dijelaskan oleh satu
cost driver. Dalam hal ini diasumsikan cost driver yang dipilih oleh
perusahaan adalah jam tenaga kerja langsung, maka tarif overhead
untuk setiap jam tenaga kerja langsung adalah sebesar total BOP
dibagi dengan total jam mesin.
Total BOP $ 360,000 Tarif pabrik = = = $ 3,6/ JTKL Total JTKL 100,000 JTKL
Dengan menggunakan tarif ini dan informasi lain, maka biaya per unit
untuk tiap produk dapat dihitung pada Tabel II.4 :
38
Tabel II.4
Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Per unit dan Biaya Unit
berdasarkan Tarif Tunggal
Keterangan Kartu Wangi Kartu Biasa Biaya Utama $ 78,000 $ 738,000 Biaya Overhead: $3,60 X 10,000 36,000 $3,60 X 90,000 324,000 Jumlah Biaya Produksi $ 114,000 $ 1,062,000 Unit Produksi 10,000 100,000 Jumlah Biaya/ Unit $11,40 $ 10,62
Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 318)
2. Tarif overhead setiap departemen
Departemen pemotong merupakan departemen padat karya dan
departemen percetakan adalah departemen padat mesin. Lebih lanjut,
biaya overhead dari departemen pemotongan sebesar 40% dari biaya
overhead pada departemen percetakan. Berdasarkan pengamatan ini,
dapat dikatakan bahwa tarif overhead departemen akan mencerminkan
konsumsi overhead dengan lebih baik dibandingkan tarif pabrik. Jika
benar, maka biaya produk akan lebih akurat. Pendekatan ini akan
menghasilkan tarif departemen sebagai berikut:
Tarif overhead dep.Pemotongan = $ 108,000/80,000 = $1,35/JTKL
Tarif overhead dep. Percetakan = $ 252,000/40,000 = $ 6,30/JM
Dengan menggunakan tarif ini dan data dari table II.2. Maka
perhitungan biaya per unit untuk tiap produk dapat dihitung pada Tabel
II.5 sebagai berikut:
39
Tabel II.5
Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Per unit dan Biaya Unit
berdasarkan Tarif Departemen
Keterangan Kartu Wangi Kartu Biasa Biaya Utama $ 78,000 $ 738,000Biaya Overhead [($1,35 X 3,000) + ($ 6,30 X 4,000)] 29,250[($1,35 X 77,000) + ($ 6,30 X 36,000)] 330,750Jumlah Biaya Produksi $ 107,250 $ 1,068,750Unit Produksi 10,000 100,000Jumlah Biaya/Unit $ 10,73 $ 10,69
Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 319-320)
H. Pembebanan BOP dalam Lingkungan Manufaktur Maju
Untuk memahami pembebanan BOP lingkungan manufaktur maju
berdasarkan Sistem ABC dengan mengunakan kasus pada sistem
tradisional yaitu Goodmark Company.
1. Prosedur tahap I
Pada tahap pertama ini menghasilkan lima keluaran yaitu identifikasi
kegiataan, biaya dibebankan pada setiap kegiatan, kegiatan yang
berkaitan dikelompokkan bersama membentuk set-set homogen, biaya
dari kelompok kegiataan dijumlahkan untuk menentukan kelompok
biaya homogen dan tarif (overhead) kelompok dihitung. Untuk
menggambarkan proses ini, empat kegiatan overhead telah
diidentifikasi yaitu penyetelan, penanganan bahan, daya dan inspeksi.
Biaya-biaya untuk masing-masing kegiatan telah ditentukan dan
dijelaskan dalam Tabel II.3. Terdapat pula hubungan logika yaitu
kegiatan penyetelan dan kegiatan penanganan bahan dilakukan setiap
kali sekelompok (batch) produk dihasilkan. Jadi kedua kegiatan ini
40
secara logika terkait oleh kegiatan produksi tingkat batch yang lebih
umum. Dengan demikian, kegiatan inspeksi dan daya dilakukan setiap
kali suatu unit produk dihasilkan. Jadi, kedua kegiatan ini secara logika
terkait oleh kegiatan yang lebih umum untuk memproduksi suatu unit
produksi.lebih lanjut dari Tabel II.7 kita mengetahui bahwa
pengelompokan penyetelan dan penanganan bahan dan
pengelompokan daya dan inspeksi mempunyai perbandingan konsumsi
yang sama untuk kedua produk. Jadi, kita dapat mengurangi empat
kegiatan ke dalam dua set kegiataan. Ini dapat dilihat pada Tabel II.6 :
Tabel II.6
Biaya Kelompok
Kelompok Tingkat Batch Kelompok Tingkat Unit Penyetelan $120,000 Daya $100,000 Penanganan Bahan 60,000 Inspeksi 80,000 Total $ 180,000 Total $180,000
Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 323)
Tabel II.7
Diversitas Produk : Rasio Konsumsi
Aktivitas Kartu Wangi
(A)
Kartu Biasa
(B)
Pendorong Kegiatan
Penyetelan 0,67 0,33 Proses produksi Penanganan Bahan Baku 0,67 0,33 Jumlah perpindahan Daya 0,10 0,10 Jam mesin Pemeriksaan 0,10 0,90 Jam tenaga kerja langsung
a. A 20/ 30 = 0,67 B 10/30 = 0,33 b. A 60/90 = 0,67 B 30/90 = 0,33 c. A 5,000/50,000 = 0,10 B 45,000/50,000 = 0,90 d. A 10,000/100,000 = 0,10 B 90,000/100,000 = 0,90
Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 325)
41
Tabel II.8
Prosedur Tahap Pertama dalam Menentukan Biaya Overhead Pabrik
Keterangan Jumlah Kelompok Tingkat Bacth: Biaya Penyetelan $ 120,000Biaya Penanganan Bahan 60,000 Jumlah Biaya $ 180,000Produksi Berjalan 30Tarif Kelompok ( Biaya Per Produksi Berjalan ) $ 6,000Kelompok Tingkat Unit : Biaya Listrik $ 100,000Tunjangan Tambahan Tenaga Kerja Langsung 80,000 Jumlah Biaya $ 180,000Jam Mesin 50,000Tarif Kelompok (Biaya Per jam Mesin) $3,60
Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 324)
2. Prosedur tahap II
Untuk mengetahui total BOP setiap produk, tarif sekelompok yang
dihitung melalui tahap pertama dikalikan dengan jumlah aktivitas yang
diserap.
Tabel II.9 Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Per unit dan Biaya Unit
berdasarkan ABC System
Keterangan Kartu Wangi Kartu Biasa Biaya Utama $ 78,000 $ 738,000 Biaya Overhead: Kelompok Tingkat Batch: ($6,000 X 20) 120,000 ($6,000 X 10) 60,000 Kelompok Tingkat Unit : ($3,60 X 5,000) 18,000 ($3,60 X 45,000) 162,000 Jumlah Biaya Produksi $ 216,000 $ 960,000 Unit Produksi 10.000 100.000 BiayaUnit (Jumlah Biaya/Unit) $21,60 $9,60
Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 325)
42
Tabel II.7
Perbandingan BOP Per unit dan Biaya Unit
Sistem Produk A Produk B Biaya Overhead Pabrik Per unit :
Tarif Tunggal $ 3,60 $ 3,24 Tarif Departemen 2,93 3,31 Berdasarkan ABC 13,8 2,22
Unit Cost : Tarif Tunggal $ 11,40 $10,62 Tarif Departemen 10,73 10,69 Berdasarkan ABC 21,6 9,60
Sumber: Hansen dan Mowen (2000: 325)
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penulisan ini, penulis melakukan studi kasus dengan metode penelitian
deskriptif analisis yaitu suatu metode yang berusaha mengumpulkan,
menyajikan, serta menganalisis data-data perusahaan sehingga dapat
memberikan gambaran yang cukup jelas dalam obyek yang diteliti dan
kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan dan analisis yang
diperoleh berupa elemen-elemen / variabel yang berhubungan dengan
perhitungan unit cost dengan menggunakan Activity Based Costing System
pada perusahaan PT. Mondrian Group.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Perusahaan PT. Mondrian Group yang berlokasi di
KH. Hasyim Ashari No 171, Mojayan, (By Pass), Klaten.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2005
43
44
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
a. Pimpinan Perusahaan
b. Kepala Bagian Produksi
c. Kepala Bagian Pemasaran
d. Kepala Bagian Akuntansi
2. Obyek Penelitian
a. Elemen-elemen Biaya Overhead Pabrik
b. Aktivitas-aktivitas produksi yang menimbulkan Biaya Overhead
Pabrik
D. Data yang Diperlukan dan Dicari
1) Gambaran umum perusahaan
2) Data produk yang diproduksi selama tahun 2003
3) Data yang berkaitan dengan elemen BOP pada tahun 2003 dari setiap jenis
produk yang diproduksi
4) Aktivitas-aktivitas yang menimbulkan BOP
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Dokumentasi
Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan cara mengumpulkan
dan menelaah data yang berhubungan dengan gambaran umum
perusahaan, sistem perusahaan, data produksi, data biaya overhead,
45
laporan rugi-laba, dan data lain yang berhubungan dengan penentuan
perhitungan unit cost.
2. Observasi
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan cara
mengumpulkan dan menelaah data melalui pengamatan dan peninjauan
secara langsung terhadap aktivitas yang dilakukan oleh suatu fungsi dalam
perhitungan biaya produk per unit. Tujuan secara khusus dari teknik ini
adalah untuk memperkuat dan menegaskan kebenaran dari data yang ada
didalam PT. Mondrian.
3. Wawancara
Dengan teknik ini, peneliti akan memperoleh data dengan cara
mengajukan pertanyaan yang berhubungan denga topik yang diajukan.
Teknik ini juga sebagai sarana untuk melengkapi data yang belum
ditemukan dalam teknik dokumentasi maupun teknik observasi.
F. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan yaitu apakah terdapat perbedaan antara biaya
overhead pabrik (BOP) yang dibebankan didalam perhitungan unit cost yang
ditetapkan perusahaan dengan biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan
didalam perhitungan unit cost berdasarkan Activity Based Costing System,
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
46
1. Langkah-langkah pembebanan biaya overhead pabrik (BOP) didalam
penghitungan unit cost dengan sistem perusahaan sebagai berikut :
a. Mengumpulkan seluruh biaya produksi meliputi biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
b. Menghitung biaya utama (prime cost).
c. Menyajikan data anggaran biaya overhead pabrik tahun 2003 secara
keseluruhan.
d. Mendeskripsikan secara keseluruhan tentang dasar penentuan
penentuan tarif per unit didalam pembebanan BOP kepada produk.
e. Menyajikan data BOP keseluruhan untuk setiap sampel produk.
f. Menghitung tarif BOP.
g. Menyajikan jumlah total dari dasar penetuan tarif untuk setiap produk
(jam mesin, jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung,
dan lain-lain) untuk setiap produk.
h. Menyajikan perhitungan BOP total untuk setiap produk dan BOP per
unit untuk setiap produk.
i. Menghitung unit cost untuk setiap jenis produk.
2. Langkah-langkah pembebanan biaya overhead pabrik (BOP) didalam
penghitungan unit cost dengan sistem ABC sebagai berikut :
Langkah I:
a. Mengidentifikasi kondisi yang ada dalam PT Mondrian Group
berkaitan dengan perancangan perhitungan unit cost dengan sistem
Activity Based Costing. Teknik yang digunakan dalam
47
mengidentifikasi kondisi yang ada dalam perusahaan, yaitu penulis
mengumpulkan data yang dibutuhkan dari pihak-pihak terkait didalam
perusahaan seperti bagian akuntansi, bagian personalia dan bagian
produksi. Data tersebut meliputi jenis produk yang dihasilkan,
diversitas produk, kompleksitas produk dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produk tersebut.
b. Dari berbagai informasi yang diperoleh dengan cara pengumpulan data
dan wawancara kemudian diidentifikasi apakah kondisi perusahaan
secara teoritis sudah memenuhi syarat bagi diterapkannya sistem
perhitungan unit cost berdasarkan aktivitas atau sistem Activity Based
Costing. Langkah tersebut diikuti dengan membandingkan kondisi
yang ada dengan syarat-syarat yang diidealkan untuk merancang
sistem penentuan biaya bedasarkan sistem Activity Based Costing.
Adapun syarat-syarat secara teoritis agar perusahaan dapat menerapkan
sistem Activity Based Costing adalah :
1) Diversitas produk yang diproduksi cukup tinggi.
2) Perusahaan menghadapi persaingan yang cukup ketat dengan
perusahaan sejenis.
3) Jumlah biaya overhead pabrik cukup tinggi.
4) Biaya pengukuran dapat dikatakan rendah.
48
Langkah II:
Menentukan biaya produksi produk per unit PT Mondrian Group dengan
Activity Based Costing System. Ada beberapa tahap dalam pembebanan
biaya overhead untuk menentukan biaya produksi produk per unit yaitu:
1) Identifikasi aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya
2) Mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas ke dalam beberapa kelompok
menurut proses dan tingkat aktivitas.
3) Menentukan Activity Driver untuk setiap aktivitas.
4) Mengelompokkan biaya pada aktivitas menjadi beberap kelompok
biaya yang homogen.
5) Menghitung tarif per aktivitas masing-masing kelompok dengan cara
membagi jumlah semua biaya didalam kelompok biaya yang homogen
dengan suatu ukuran aktivitas yang dilakukan.
3. Langkah-langkah perbandingan antara pembebanan biaya overhead pabrik
(BOP) didalam penghitungan unit cost dengan sistem perusahaan dengan
pembebanan biaya overhead pabrik (BOP) didalam penghitungan unit cost
dengan sistem ABC sebagai berikut :
a. Menyajikan perbandingan total biaya overhead pabrik untuk setiap
jenis produk menurut perusahaan dengan total biaya overhead pabrik
untuk setiap jenis produk menurut sistem ABC.
b. Menghitung perbedaan antara total biaya overhead pabrik untuk setiap
jenis produk yang dihitung menurut perusahaan dan total biaya
49
overhead pabrik untuk setiap jenis produk yang dihitung berdasarkan
sistem ABC.
c. Menyajikan perbandingan penghitungan unit cost menurut perusahaan
dengan penghitungan unit cost menurut sistem ABC.
d. Menghitung perbedaan antara perhitungan unit cost menurut
perusahaan dan perhitungan unit cost berdasarkan sistem ABC.
50
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdirinya Perusahaan
PT. Mondrian Group merupakan perusahaan konveksi yang bergerak di
dalam pembuatan kaos (T-Shirt) dan pakaian muslim. Perusahaan konveksi ini
didirikan pada tanggal 19 Desember 1992 oleh beberapa orang, antara lain
Bapak Hartono, Bapak Harri Pramono, Bapak Bambang Dwi Purnomo, Bapak
Endro Sutopo, Ibu Fr. Kiswari
Awal mulanya perusahaan masih dalam bentuk perseorangan, dan
dipimpin oleh Bapak Harri Pramono. Seiring dengan perkembangan
perusahaan, beberapa tahun kemudian mampu berubah bentuk menjadi
perusahaan yang berbadan hukum tetap terhitung mulai tanggal 1 April 1998
dengan nama PT. Mondrian Group. Perusahaan ini telah mendapat
pengesahan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan No.
107/KDPP 11-11/3 UTDI/IV/98. Saat ini PT. Mondrian Group dimiliki oleh
beberapa pemegang saham, antara lain Bapak Harri Pramono, Bapak Edi
Widyanto, Bapak Andi Pranama, Bapak Endro Sutopo, Bapak Bambang Dwi
Purnomo, Bapak Ardi Wijaya dan Ibu Fr. Kiswari
50
51
Latar belakang perusahaan ini memilih nama Mondrian sebagai nama
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Nama “Mondrian” diambil dari nama seorang pelukis besar seangkatan
dengan Leonardo Da Vinci. Nama Lengkap pelukis tersebut adalah Piet
Mondrian, dimana memiliki pengagum yang tersebar di seluruh dunia
karena hasil lukisannya yang indah. Maka, diharapkan PT. Mondrian
Group mampu memproduksi barang yang sangat indah sehingga digemari
oleh banyak konsumennya.
2. Nama “Mondrian” oleh sebagian besar masyarakat atau konsumen yang
memiliki hubungan langsung maupun tidak langsung dengan aktivitas
perusahaan, merupakan nama yang mudah dibaca, mudah dikenal, dan
mudah diingat.
PT. Mondrian Group sampai saat ini sudah memiliki beberapa unit yang
mampu menghasilkan kaos (T-Shirt) dan pakaian khusus muslim dengan
merk, antara lain: d,MO, Dadung, Be-Gaya, dan Sekido.
B. Lokasi Perusahaan
Pemilihan lokasi merupakan hal yang cukup penting dalam menunjang
keberhasilan suatu bisnis. Pada awalnya PT. Mondrian Group didirikan di
belakang gedung Pengadilan Negeri Klaten tepatnya berada di Jl. Manahan
No 3 – 13 Kelurahan Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten
Klaten. Perusahaan ini menempati areal seluas ± 4000 m2 yang digunakan
untuk kantor, kegiatan produksi (pabrik), gudang, dll. Namun seiring dengan
52
meningkatnya perkembangan perusahaan, tepatnya pada tanggal 1 Juli 1999
dengan izin tempat usaha No. 503/1071/1999 yang dikeluarkan oleh Pemda
Klaten dan Departemen Perindustrian & Perdagangan, didirikanlah satu lokasi
pabrik baru yang berada di Jl. KH Hasyim Ashari No 171 (By Pass) Mojayan,
Kabupaten Klaten. Sekarang lokasi pabrik baru ini menjadi pabrik utama bagi
PT. Mondrian Group dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, termasuk
aktivitas produksi.
Beberapa alasan yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi,
antara lain:
1. Banyak tersedianya tenaga ahli di bidang konveksi (ahli desain, sablon,
potong, jahit, dll) di daerah Kabupaten Klaten dan sekitarnya.
2. Letak dari perusahaan yang berada di tepi jalan raya Yogyakarta – Solo,
sehingga dapat memudahkan konsumen untuk menjangkau perusahaan.
3. Pasar yang cukup besar, terutama kebutuhan untuk kaos santai dan kaos
olahraga di Klaten dan daerah-daerah sekitarnya.
4. Jarak yang dekat untuk penyediaan bahan baku dan bahan penolong
sehingga kelangsungan dari proses produksi bisa lancar.
5. Harga tenaga kerja yang relatif murah disekitar lokasi.
C. Visi Dan Misi Perusahaan
PT. Mondrian Group adalah sebuah perusahan yang bergerak dalam
bidang konveksi, yaitu menyediakan kebutuhan konsumen terhadap kebutuhan
pakaian. Hasil produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan ini adalah kaos
53
untuk pakaian santai dan olahraga serta pakaian muslim. Perusahaan ini selalu
mengutamakan kualitas produk yang baik, desain produk yang inofatif, dan
pengembangan produk baru, sehingga produk yang dihasilkan perusahaan ini
diharapkan bisa mengikuti trend atau mode pakaian yang selalu berubah. Visi
yang ingin dicapai perusahaan ini selain mengoptimalkan laba, perusahaan
juga berkeinginan meningkatkan peran serta dalam menunjang kebijakan dan
program pemerintah dibidang ekonomi dan Pembangunan Nasional,
khususnya dalam bidang penyediakan kebutuhan pakaian. Sedangkan misi
yang diapakai oleh perusahaan adalah mendayagunakan sumber daya manusia
dan dana yang tersedia bagi upaya pembangunan perusahaan yang
berkesinambungan demi terciptanya cita-cita bangsa dan negara dengan
pemberdayaan sumber daya yang optimal diharapkan dapat menghasilkan
produk yang berkualitas baik.
D. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di dalam suatu perusahaan merupakan unsur yang
sangat penting dikarenakan terdapat pembagian wewenang dan tanggung
jawab serta tugas masing-masing anggota organisasi/perusahaan. Struktur
organisasi juga menunjukkan hubungan antar fungsi-fungsi dan departemen-
departemen atau bagian-bagian. Setiap perusahaan memiliki struktur
organisasi yang berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan perusahaan itu
sendiri. Berikut ini merupakan bagan struktur organisasi PT. Mondrian Group
untuk tahun 2003 secara garis besarnya:
54
SEKR PERUSAHAAN
Septedy Djoko Rendra
UNIT UMUM UNIT d,MO Nanang B.A.T
BE-GAYA Anita Nilam Sari
UNIT DADUNG
SEKR DIREKTUR
MANAGER PERSONALIA
Jaka Mulyata
MANAGER RT
Y. Jony Akon
MANAGER KEAMANAN Y. Jony Akon
MANAGER KENDARAAN Y. Jony Akon
POLIKLINIK MANAGER
KEUANGAN MANAGER
PEMASARAN DAN
PENJUALAN
MANAGER PRODUKSI
MANAGER
R & D
SEKR DIREKTUR UNIT
UNIT SEKINDO
MIS
Harri Pramono
DIREKTUR UTAMA
Edi Widyanto
KOMISARIS UTAMA
Sumber: Departemen Personalia PT. Mondrian Group.
55
Sesuai dengan bagan struktur organisasi di atas, berikut ini merupakan tugas
dan wewenang dari masing-masing bagian, yaitu:
1. Direktur Utama:
Direktur utama saat ini dijabat oleh Bapak Harri Pramono, dimana jabatan
ini dipilih oleh para anggota komisaris pada saat diadakan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Tugas dan wewenang Direktur Utama antara
lain:
a. Menentukan kebijakan-kebijakan pokok bagi perencanaan,
pengorganisasian, pengontrolan dan pengawasan aktivitas-aktivitas
perusahaan.
b. Membuat rencana-rencana umum dan mengkoordinasikan segala
kegiatan perusahaan.
c. Mendelegasikan sebagian wewenang kepada direktur-direktur pada
tiap-tiap unit.
d. Mengawasi segala proses dan hasil kerja, apakah telah sesuai dengan
rencana.
e. Melaporkan perkembangan perusahaan kepada pemilik dan
bertanggung jawab atas kelancaran jalannya perusahaan.
2. Sekretaris Perusahaan
Sekretaris perusahaan atau sekretaris direktur utama saat ini dipegang oleh
Bapak Septedy Djoko. Tugas dan wewenangnya, yaitu:
a. Menyiapkan semua acara atau jadwal kerja direktur utama dan
direktur-direktur di tiap unit.
56
b. Menjalin hubungan dengan instansi-instansi yang terkait.
c. Melaksanakan segala pekerjaan yang berhubungan dengan
ketatausahaan.
d. Menyediakan sarana guna membantu pekerjaan direktur utama.
3. Multimedia Information System
Pada bagian ini berisi ahli-ahli komputer yang dikepalai oleh bapak
Rendra. Tugas dan wewenang yang dimiliki, yaitu:
a. Membuat suatu sistem komputer bagi perusahaan, sehingga
mempermudah segala aktivitas yang dilakukan perusahaan.
b. Melindungi dan melakukan perawatan jaringan atau sistem komputer
perusahaan.
c. Menampung segala data dan informasi baik dari dalam maupun dari
luar perusahaan melalui jaringan komputer.
4. Direktur Unit
PT. Mondrian Group memiliki beberapa unit dengan merk yang berbeda
pula. Pertama, unit Sekindo yang memproduksi pakaian khusus muslim,
dimana unit ini dijabat oleh Bapak Endra Sutapa. Kedua, unit Dadung
yang memproduksi kaos fashion. Biasanya produk dengan merk Dadung
ini dipakai oleh kaum muda dan anak-anak, karena disitulah segmen
pasarnya. Saat ini unit Dadung dijabat oleh Bapak Hajar Bantolo. Ketiga,
unit Be-Gaya yang memproduksi kaos promosi sesuai dengan keinginan
konsumen. Saat ini unit Be-Gaya dikepalai oleh Ibu Anita Nilam Sari.
Keempat, unit d,MO yang memproduksi kaos dan pakaian olah raga,
57
dimana dijabat oleh Bapak Nanang B.A.T. Direktur unit ini memiliki tugas
dan wewenang, antara lain:
a. Menyusun program kerja divisi perusahaan baik dari segi penyediaan,
SDM, produksi, pemasaran, keuangan dan produk.
b. Mengurus permasalahan mutasi dan promosi kepada karyawan.
c. Membantu Direktur Utama dalam mengawasi jalannya perusahaan
pada masing-masing unit kerjanya.
d. Membantu dan mengarahkan manajer-manajer yang berada di
bawahnya.
e. Menyusun rencana, koordinasi, dan pengawasan pada masing-masing
unit kerjanya.
5. Unit Umum
Unit ini dibentuk supaya dapat membantu unit-unit lain yang ada di
perusahaan. Dimana menyangkut hal-hal umum perusahaan. Tugas dan
wewenangnya, antara lain:
a. Mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang ada di dalam
perusahaan.
b. Recruitment dan penempatan tenaga kerja.
c. Mengatur sistem keamanan yang tepat bagi perusahaan
d. Menyediakan sarana dan prasarana bagi kelancaran aktivitas
perusahaan
e. Bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
58
6. Sekretaris Direktur Unit
Memiliki tugas dan wewenang, antara lain:
a. Membantu direktur-direktur di tiap-tiap unit dalam melaksanakan
tugasnya.
b. Mengadakan hubungan dengan manajer-manajer di bawahnya.
c. Bertanggung jawab kepada Direktur Unit.
7. Manajer Personalia
Manajer Personalia saat ini dipegang oleh Bapak Jaka Mulyata. Tugas dan
wewenangnya antara lain:
a. Menyediakan SDM yang berkualitas dengan melakukan recruitment.
b. Mengurusi kesejahteraan karyawan (gaji, tunjangan, bonus, jamsostek,
dll).
c. Mengurusi maasalah pemberhentian, pensiun, dan kepindahan
karyawan.
d. Mengurusi masalah administrasi yang berhubungan dengan karyawan.
e. Mengurusi masalah kesehatan melalui penyediaan poliklinik bagi
karyawan dan keselamatan kerja karyawan.
8. Manajer Rumah Tangga
Pada bagian ini dijabat oleh Bapak Y. Jony Akon. Tugas dan
wewenangnya, yaitu:
a. Mengurusi dan mengatur koperasi khusus karyawan.
b. Menyediakan dan memelihara sarana peribadatan (mushola).
59
c. Mengurusi masalah kebersihan dan keindahan lingkungan perusahaan
(kebersihan gedung, toilet, kamar mandi, kantin, dll).
9. Manager Keamanan
Bagian ini dijabat oleh Bapak Y. Jony Akon. Tugas dan wewenang pada
bagian ini, yaitu:
a. Menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang berhubungan dengan
keamanan perusahaan.
b. Mengkoordinasikan tenaga satuan pengamanan (satpam) perusahaan.
10. Manajer Kendaraan
Bagian ini dipegang oleh Bapak Y. Jony Akon. Tugas dan wewenangnya
antara lain:
a. Menyediakan kendaraan–kendaraan guna menunjang kegiatan
perusahaan.
b. Memelihara kendaraan–kendaraan inventaris milik perusahaan.
c. Memberikan surat ijin bagi siapa saja (karyawan maupun pimpinan)
yang akan menggunakan kendaraan inventaris perusahaan.
11. Manajer Keuangan
Bagian ini merupakan bagian yang terintegrasi, dimana setiap unit
memiliki manajer keuangan sendiri-sendiri. Manajer keuangan juga
bertanggung jawab atas kondisi keuangan pada masing-masing unit. Tugas
dan wewenangnya antara lain:
a. Mengelola pendapatan dan pengeluaran perusahaan.
b. Menyelenggarakan pembukuan keuangan perusahaan.
60
c. Mengurusi masalah perusahaan yang berhubungan dengan perpajakan.
d. Menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan bank.
e. Menyelesaikan masalah utang dan piutang perusahaan.
12. Manajer Pemasaran dan Penjualan
Bagian ini juga memiliki kesamaan dengan bagian keuangan, dimana
setiap unit memiliki bagian pemasaran dan penjualan masing-masing, dan
bertanggung jawab kepada masing-masing unit pula. Tugas dan
wewenangnya, yaitu:
a. Mencatat dan mengecek produk yang akan dijual atau didistribusikan
kepada konsumen.
b. Mendistribusikan produknya ke daerah-daerah yang telah ditentukan.
c. Mengadakan studi pasar.
d. Bersama dengan bagian Riset and Development, mengadakan
penelitian ke beberapa daerah untuk mengamati selera konsumen di
daerah satu dengan daerah yang lainnya.
13. Manajer Riset and Development (R & D)
Bagian ini juga berdiri sendiri-sendiri, dan bertanggung jawab terhadap
unit usahanya masing-masing. Tugas dan wewenangnya yaitu:
a. Mengadakan penelitian ke beberapa daerah untuk mengamati selera
konsumen di daerah satu dengan daerah yang lainnya.
b. Membuat atau menciptakan inovasi-inovasi baru.
c. Melakukan pengembangan produk
61
14. Manajer Produksi
Bagian ini juga memiliki kesamaan dengan manajer keuangan, manajer
pemasaran & penjualan, dan manajer R & D, dimana berdiri sendiri dan
bertanggung jawab penuh terhadap masing-masing unit usahanya. Tugas
dan wewenangnya antara lain:
a. Mengatur selama proses produksi termasuk pengaturan tenaga kerja,
material, dan kebutuhan lainnya.
b. Mengurusi kesiapan alat-alat produksi agar dapat digunakan dengan
efektif dan efisien.
c. Memelihara kondisi alat-alat produksi.
d. Menyediakan bahan baku utama dan bahan baku penolong, untuk
kelancaran proses produksi.
e. Menyusun anggaran dan belanja bagian produksi.
E. PERSONALIA
1. Jumlah Karyawan
Tenaga kerja merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam
mencapai tujuan perusahaan. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh PT.
Mondrian Group hingga saat ini mencapai 1175 orang, dimana sebagian
besar diambil dari wilayah Klaten dan sekitarnya.
2. Jam Kerja
Dalam menjalankan segala aktivitasnya, PT. Mondrian Group menerapkan
sistem enam hari kerja yaitu: Senin – Sabtu. Lama Kerja masing-masing 8
62
jam per hari, kecuali untuk hari Sabtu hanya 5 jam. Hal tersebut sesuai
dengan Kep. Men No 72 tahun 1984, dimana karyawan tidak boleh
bekerja lebih dari 8 jam per hari dan 40 jam per minggu, namun apabila
melebihi batas waktu yang telah ditentukan maka dihitung sebagai jam
kerja lembur. Saat ini PT. Mondrian Group hanya memiliki 1 shift kerja.
a. Hari Senin – Kamis:
Masuk : 07.30 – 11.30
Istirahat : 11.30 – 12.45
b. Hari Jumat:
Masuk : 12.45 – 15.45
c. Hari Sabtu:
Masuk : 07.30 – 12.30
3. Penggolongan/ Status Karyawan
a. Karyawan Tetap
Adalah karyawan yang telah diangkat sebagai karyawan tetap dan
mendapatkan gaji secara bulanan.
b. Karyawan Harian
Adalah karyawan yang belum diangkat sebagai karyawan tetap, namun
telah dipekerjakan secara rutin dan digaji secara harian tetapi diberikan
pada akhir minggu berjalan.
63
c. Karyawan Borongan
Adalah karyawan yang menerima upah sesuai dengan kuantitas produk
yang dapat dihasilkan, semakin besar hasil pekerjaan yang dihasilkan
maka semakin besar upah yang diterima.
4. Sistem Penggajian
a. Upah Harian
Sistem upah ini berlaku untuk karyawan harian dan diberikan pada
akhir minggu berjalan.
b. Upah Bulanan
Sistem upah ini berlaku untuk karyawan tetap dan diberikan pada akhir
bulan berjalan.
c. Upah Borongan
Upah ini diberikan kepada karyawan dengan memperhitungkan hasil
kerja yang dicapai, semakin besar hasil pekerjaannya maka semakin
besar pula upah yang diterima, dan diberikan pada akhir minggu
berjalan.
5. Fasilitas Kerja
Dalam hal memberikan motivasi kepada karyawan, PT. Mondrian Group
memberikan jaminan sosial selain gaji. Jaminan sosial adalah pemberian
dari perusahaan yang diberikan kepada karyawan menurut keadaan, waktu
dan kebutuhan masing-masing karyawan, antara lain :
64
a. Menjadi peserta Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsosotek)
sesuai dengan ketentuan Undang- Undang N0.03 Tahun 1992 junto
Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1993.
b. Seluruh karyawan diikutsertakan dalam wadah SPSI (Serikat Pekerja
Seluruh Indonesia)
c. Karyawan yang mendapat musibah, misalnya kematian orang
tua/anak/istri/suami/saudara sekandung, akan mendapat bantuan sosial
dan uang duka dari perusahaan.
d. Cuti bagi karyawati yang melahirkan dan mendapat sumbangan
sekadarnya dari perusahaan.
e. Apabila pekerja tertimpa kecelakaan kerja, maka segala yang timbul
menjadi tanggung jawab perusahaan.
f. Karyawan tetap akan mendapatkan seragam dari perusahaan.
g. Memberikan tunjangan hari raya, misalnya Lebaran atau Natal.
65
F. PRODUKSI
Pada bagian ini dibahas beberapa hal yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan yang meliputi hasil produksi, proses produksi, bahan baku
produksi dan alat-alat produksi
1. Hasil Produksi
PT. Mondrian Group memiliki 4 unit usaha yang menghasilkan produk
yang berbeda-beda, antara lain:
a. Kaos fashion
Jenis kaos ini memiliki variasi model dan warna yang beraneka macam
sesuai dengan perkembangan mode yang digemari konsumen saat ini.
Jenis kaos seperti ini dihasilkan oleh Unit Dadung dengan kategori
produk, seperti:
1) Dewasa (original), terdiri dari: reguler, kombinasi lengan pendek,
lengan panjang, dan lengan ¾.
2) Remaja (funkies), terdiri dari: reguler, kombinasi lengan pendek,
lengan panjang, dan lengan ¾.
3) Wanita (female), terdiri dari: kombinasi lengan pendek, lengan
panjang, dan lengan ¾.
4) Anak (kids), terdiri dari: reguler, kombinasi lengan pendek, lengan
panjang, dan lengan ¾.
b. Kaos promosi
Jenis kaos seperti ini hanya dibuat karena pesanan dari konsumen,
biasanya dalam rangka mempromosikan produk atau perusahaan atau
66
kegiatan tertentu. Bentuk atau model serta warna dipilih sesuai dengan
keinginan konsumen. Untuk bisa memesan kaos seperti ini, konsumen
minimal harus memesan 30 kaos. Kaos ini diproduksi oleh unit Be-
Gaya.
c. Kaos olah raga
Kaos ini diproduksi oleh unit d,MO. Ada beberapa macam kaos yang
diproduksi, antara lain: kaos untuk tenis, bulu tangkis, dan kaos untuk
sepak bola.
d. Pakaian muslim
Untuk pakaian jenis ini diproduksi oleh unit Sekindo. Produk-produk
yang dihasilkan unit ini, antara lain: baju koko, baju muslim wanita,
jilbab, dll.
2. Proses Produksi
Kegiatan produksi merupakan kegiatan utama dalam seluruh aktivitas
perusahaan. PT. Mondrian Group termasuk perusahaan manufakturing,
yang artinya mengolah bahan baku atau bahan mentah atau setengah jadi
menjadi bahan jadi. Adapun proses produksinya dapat digambarkan
sebagai berikut:
67
SKEMA PROSES PRODUKSI PT. MONDRIAN GROUP
TAHAP PERSIAPAN
TAHAP PENYELESAIAN
PROSES PRODUKSI
Pemotongan Benang
Pemotongan Bahan
Pembuatan Desain
Penyetrikaan Penyablonan Pembuatan Klise Film
Pengemasan Penjahitan Screen
Sumber: Departemen Produksi PT. Mondrian Group.
68
Dari Skema Proses Produksi PT. Mondrian Group dapat diketahui bahwa
dalam memproses bahan baku menjadi bahan jadi, ada tiga tahap utama
yaitu:
a. Tahap persiapan produksi
Yang termasuk dalam tahap ini, antara lain:
1) Pembuatan desain
Pembuatan desain / gambar/ tulisan untuk kaos maupun pakaian,
dilakukan oleh para desainer yang sudah ahli dan berpengalaman.
Desain juga disesuaikan dengan perkembangan mode/ trend
2) Pembuatan klise
Setelah desain dibuat, maka dilanjutkan dengan pembuatan klise
untuk sablon. Pembuatan klise ini dibedakan menurut jumlah
warna pada desain kaos dan pakaian.
3) Screen
Screen kemudian dibuat untuk proses penyablonan.
b. Tahap proses produksi
Yang termasuk ke dalam tahap ini, antara lain:
1) Pemotongan bahan
Gulungan-gulungan kain atau bahan kaos kemudian dipotong-
potong sesuai dengan model dan ukurannya.
2) Penyablonan
Bahan yang telah terpotong-potong kemudian disablon menurut
desain, gambar, atau tulisan yang telah dibuat sebelumnya.
69
3) Penjahitan
Bahan yang telah dipotong-potong dan telah disablon, kemudian
diobras sebelum dijahit agar terlihat lebih rapi. Setelah bahan
dijahit, kemudian dilakukan pemasangan label, kancing, dan zipper
bila diperlukan.
c. Tahap penyelesaian
Urut-urutan pada tahap ini, antara lain:
1) Pemotongan benang sisa
Kaos atau pakaian yang sudah jadi kemudian dibersihkan dari
benang jahitan yang tersisa. Kegiatan tersebut sering dinamakan
dengan bradil.
2) Penyetrikaan
Setelah kaos atau pakaian di bradil, kemudian dilakukan proses
penyetrikaan, hal ini dilakukan agar kaos atau pakaian lebih terlihat
rapi.
3) Pengemasan
Kaos atau pakaian yang telah disetrika kemudian dimasukkan ke
dalam plastik pembungkus agar tetap bersih.
3. Bahan Baku Produksi
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi sangat bermacam-
macam, antara lain:
70
a. Benang 100 % Cotton Combed 24 S Mercerized yang dirajut menjadi
kaos 100 % Cotton Combed Single Net (CTCBSK), sehingga
menghasilkan kaos yang bersifat dingin, menyerap keringat, dan
terlihat rapi.
b. Kain Cotton Cardet Single Net (CTCDSK) atau kain semi katun.
c. Bahan sablon seperti: rubber, akrafon, foam, dan mutiara untuk
menghasilkan warna sablon yang betul-betul sempurna.
4. Alat-alat Produksi
a. Mesin potong
Mesin ini digunakan untuk memotong kain atau bahan sesuai dengan
ukuran atau model yang telah ditentukan.
b. Mesin jahit
Mesin ini digunakan untuk menjahit kain atau bahan setelah dipotong-
potong sesuai dengan pola atau bentuk.
c. Mesin obras
Mesin ini digunakan untuk mengobras kain atau bahan setelah
disablon.
d. Alat sablon
Alat ini digunakan untuk mencetak gambar atau tulisan sesuai dengan
desain ke kaos yang akan disablon.
e. Gunting
Alat ini digunakan untuk membersihkan sisa-sisa benang atau untuk
membradil.
71
f. Mesin pelobang dan pemasang kancing
Mesin ini digunakan untuk melobangi kaos atau pakaian yang
kemudian dipasangi kancing sesuai dengan pola atu modelnya.
g. Setrika (uap)
Alat ini digunakan untuk merapikan kaos atau pakaian sebelum
didistribusikan ke konsumen.
G. PEMASARAN
1. Penentuan Harga
Penentuan harga bertujuan untuk memberikan harga jual yang
layak bagi hasil produksi agar dapat bersaing dengan produk perusahan
lain dan laku terjual di pasar, sekaligus mendapatkan keuntungan.
Dalam penentuan harga hasil produksinya, PT. Mondrian Group
menggunakan metode “ Cost Plus Pricing “, yaitu metode dengan
berdasarkan harga pokok produksi ditambah dengan suatu jumlah tertentu
dan seberapa besar keuntungan yang akan diharapkan.
2. Daerah Pemasaran
Daerah pemasaran PT. Mondrian Group tersebar luas di seluruh
Indonesia, antara lain:
a. Daerah Jawa Barat dan DKI, yaitu: Jakarta, Bandung, Cirebon,
Tangerang, Bogor.
72
b. Daerah Jawa Tengah dan DIY, yaitu: Yogyakarta, Tegal, Semarang,
Pekalongan, Kudus, Surakarta, Magelang.
c. Daerah Jawa Timur, yaitu: Surabaya, Kediri, Madiun, Malang, Jember,
Sidoarjo.
d. Daerah Luar Jawa, yaitu: Jambi, Palembang, Medan, Lampung, Bali,
NTB, Kalimantan.
3. Pemasaran Produk
PT. Mondrian Group memiliki beberapa cara memasarkan
produknya hingga ke konsumen, antara lain:
1. Langsung ke konsumen, caranya konsumen langsung datang ke
perusahaan, kemudian konsumen dapat membeli produk di situ
(koperasi karyawan).
2. Melalui counter-counter sebanyak 386 buah yang tersebar di seluruh
Indonesia. Melalui counter-counter tersebut, PT. Mondrian Group
menjamin ketersediaan produk, pemeliharaan yang konsisten,
kemudahan transaksi, dan pemberian informasi yang cepat dan tidak
berbelit-belit, diharapkan akan menambah loyalitas dan kuantitas
konsumen pada produk-produk PT. Mondrian Group.
3. Melalui pesanan, dimana konsumen bisa memesan kaos atau pakaian
langsung kepada perusahaan. Untuk kaos pesanan minimal 30 buah
kaos.
73
H. PROMOSI
Untuk dapat lebih mengenalkan produknya kepada masayarakat, PT
Mondrian melakukan berbagai cara yang diharapkan masyarakat yang berada
diluar kota ataupun luar daerah dapat mengenal produk yang dihasilkan.
Aspek-aspek bauran promosi yang dilakukan oleh PT Mondrian saling
melengkapi satu sama lain. Meliputi:
1. Periklanan
Pemasaran yang dilakuakna oleh PT Mondrian dalam memasarakan
produk melalui media, meliputi :
a. Media cetak (Majalah)
Pertimbangan-pertimbangan PT Mondrian menggunakan majalah
sebagai salah satu media periklanan antara lain:
1) PT Mondrian adalah perusahaan konveksi yang produk utamanya
adalah kaos fashion dimana jenis dan bentuk kaos ini bervariasi
dalam model dan warna.
2) Dalam majalah terdapat kualitas cetak, gambar dan warna yang
bagus sehingga dapat memperlihatkan keunikan desain dari setiap
kaos yang diproduksi oleh PT Mondrian
3) Iklan yang dilakukan melalui majalah dinilai sebagai alat promosi
yang lebih efisien karena dapat mencapai golongan konsumen yang
74
menjadi sasaran produk perusahaan yaitu pembaca yang
diharapkan menjadi calon pembeli yang potensial.
b. Media Elektronik (Televisi)
Pertimbangan-pertimbangan PT Mondrian dalam usaha
memperkenalkan produk melalui televisi adalah:
1) Televisi menjangkau pangsa pasar yang luas, dalam hal ini sangat
penting bagi PT Mondrian mengingat target pemasaran yang luas
hampir diseluruh wilayah Indonesia
2) Televisi merupakan alat komunikasi audio visual yang dapat
menampilkan dengan jelas keunikan desain kaos fashion produksi
PT Mondrian yang beraneka ragam.
2. Promosi Penjualan
Promosi penjualan yang diterapkan oleh PT Mondrian antara lain:
a. Peragaan/display
Alat promosi yang digunakan dalam penjualan adalah promosi
penjualan konsumen yaitu berupa demonstrasi ditempat pembelian
b. Discount
Perusahaan seringkali memberikan discount pada waktu-wakru
tertentu.
3. Publisitas
Kegiatan publisitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi
sikap atau golongan konsumen antara lain:
75
a. Pelayanan penelitian
Dilakukan sebagai upaya perusahaan untuk menunjukkan
keberadaannya, yaitu dengan memberi kesempatan bagi pihak-pihak
yang ingin meneliti tentang perusahaan dan penelitian ditujukan untuk
kepentingan studi guna pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Pemberian sponsor
PT Mondrian seringkali memberikan sponsor selain sebagai media
promosi juga titik target penjualan pada berbagai event organizer.
76
BAB V
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada PT. Mondrian Group
Perusahaan PT. Mondrian Group dalam menentukan biaya overhead pabrik
menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional yaitu sistem perhitungan tarif
overhead tunggal untuk seluruh produk. Dalam pendekatan ini perusahaan
mengganggap bahwa semua variasi biaya overhead dapat dijelaskan oleh satuan
cost driver. Cost driver yang digunakan oleh perusahaan PT. Mondrian Group
yaitu satuan produk dasar pembebanan biaya overhead pabrik yang lebih murah
dan sederhana dalam penerapan. Untuk memahami pembebanan biaya overhead
pabrik kepada produk, dengan mengasumsikan konsumsi biaya overhead pabrik
yang berhubungan erat dengan jumlah unit yang diproduksi, maka dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
76
77
Produk yang diproduksi PT.Mondrian Group Klaten pada tahun 2003 dapat dilihat
pada tabel 5.1 dibawah ini:
Tabel 5.1 Daftar Jumlah Produksi
Tahun 2003 Produk Jumlah (unit)
Kaos Dadung Dewasa (All Size) 180.000 Kaos Dadung Remaja (All Size) 150.000 Kaos Dadung Wanita (All Size) 137.500 Kaos Dadung Anak (All Size) 121.500 Kaos Be-Gaya (All Size) 18.000 Kaos d,Mo Olah Raga (All Size) 100.000
Jumlah 707.000 Sumber: PT. Mondrian Group Klaten
Sedangkan biaya produksi PT.Mondrian Group Klaten pada tahun 2003
dapat dilihat pada table 5.2 dibawah ini:
Tabel 5.2 Prosentase Biaya Produksi
Tahun 2003
Biaya Jumlah (Rp) %
Biaya Bahan Baku Langsung 9.618.250.000,00 59,52
Biaya Tenaga Kerja Langsung 1.243.200.000,00 7.69
Biaya Overhead Pabrik 5.299.008.965,13 32,79
Total 16.160.458.965,13 100
Sumber: PT. Mondrian Group Klaten
78
Menghitung total prime cost dan prime cost per unit masing-masing produk,
dengan cara:
1. Menghitung total biaya bahan baku masing-masing produk.
PT.Mondrian Group dalam pemakaian bahan baku untuk proses produksi,
menggunakan satuan kilogram (kg). Total biaya bahan baku masing-masing
produk dapat dihitung dengan cara mengalikan biaya bahan baku dengan jumlah
pemakain bahan baku masing-masing produk.
Tabel 5.3 Daftar Penggunaan Bahan Baku
Tahun 2003
Produk Jumlah Harga Jumlah Pemakaian (Rp) (Rp)
Kaos Dadung Dewasa (All Size) 43.466 kilo 55.000/kg 2.390.625.000Kaos Dadung Remaja (All Size) 36.364 kilo 55.000/kg 2.000.000.000Kaos Dadung Wanita (All Size) 34.545 kilo 55.000/kg 1.900.000.000Kaos Dadung Anak (All Size) 35.836 kilo 55.000/kg 1.971.000.000Kaos Be-Gaya (All Size) 3.600 kilo 60.000/kg 216.000.000Kaos d,Mo Olah Raga (All Size) 22.812,5 kilo 50.000/kg 1.140.625.000
Jumlah 9.618.250.000Sumber: PT. Mondrian Group Klaten
79
2. Menghitung total biaya tenaga kerja masing-masing produk.
Tabel 5.4 Daftar Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tahun 2003
Aktivitas Jumlah Upah per
bulan Total BTKL TKL (Rp)
Desain 34 12.580.000 150.960.000 Klise Film 34 12.580.000 150.960.000 Screen 34 12.580.000 150.960.000 Pemotongan Bahan 36 13.320.000 159.840.000 Penyablonan 24 8.880.000 106.560.000 Penjahitan & Label 42 15.540.000 186.480.000 Pemotongan Benang 26 9.620.000 115.440.000 Penyetrikaan 16 5.920.000 71.040.000 Pengemasan 34 12.580.000 150.960.000
Total 280 103.600.000 1.243.200.000 Sumber: PT. Mondrian Group Klaten
Keterangan : Untuk aktivitas pada bangian Pengemasan ini dilakukan inspeksi
Tabel 5.5 Daftar Biaya Tenaga Kerja Langsung Per Produk
Tahun 2003 Produk Jumlah Alokasi Biaya BTKL
(unit) per produk K.Dadung D (All Size) 180.000 180.000/644.000 x 1.243.200.000 347.478.260,87K.Dadung R (All Size) 150.000 150.000/644.000 x 1.243.200.000 289.565.217,39K.Dadung W (All Size) 121.000 121.000/644.000 x 1.243.200.000 233.582.608,70K.Dadung A (All Size) 96.000 96.000/644.000 x 1.243.200.000 185.321.739,13K.Be-Gaya (All Size) 12.000 12.000/644.000 x 1.243.200.000 23.165.217,39K.d,Mo OR (All Size) 85.000 85.000/644.000 x 1.243.200.000 164.086.956,52
Jumlah 644.000 1.243.200.000,00Sumber: PT. Mondrian Group Klaten
80
3. Menjumlahkan total biaya bahan baku dengan biaya tenaga kerja masing-masing
produk, sehingga akan didapatkan hasil total prime cost dari masing produk
seperti pada table 5.6
Tabel 5.6 Daftar Prime Cost
Tahun 2003
Produk Total BBB Total BTKL Total Volume Prime Cost Prime Cost Produksi Per unit (Rp) (Rp) (Rp) (unit) (Rp)
K.Dadung D 2.390.625.000 347.478.260,87 2.738.103.260,87 180.000 15.211,68K.Dadung R 2.000.000.000 289.565.217,39 2.289.565.217,39 150.000 15.263,77K.Dadung W 1.900.000.000 233.582.608,70 2.133.582.608,70 137.500 15.516,96K.Dadung A 1.971.000.000 185.321.739,13 2.156.321.739,13 121.500 17.747,50K.Be-Gaya 216.000.000 23.165.217,39 239.165.217,39 18.000 13.286,96K.d,Mo OR 1.140.625.000 164.086.956,52 1.304.711.956,52 100.000 13.047,12
Jumlah 9.618.250.000 1.243.200.000 707.000 Sumber: PT. Mondrian Group Klaten
81
Tabel 5.7 Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Tahun 2003 No Komponen BOP Jumlah (Rp) 1 Pembelian Bahan Baku SOT Combed 24 SN 815.521.145,81 SOT Cardet 24 SN 703.451.254,58 BR 21C 435.564.328,42 Pewarna RAFM 143.518.579,45 Cat Dasar RAFM 95.679.052,97 Klise Film 58.725.949,97 Screen 25.168.264,28 Kertas Sablon 21.474.299,71 Pengering 14.128.671,41 Label + Zippler 6.564.418,53 2 Listrik 558.000.000,00 3 Telepone 81.270.000,00 4 Baha Bakar Minyak + Pelumas 160.380.000,00 5 Spareparts 98.125.000,00 6 Barang Teknik 67.400.000,00 7 Inspeksi 12.750.000,00 8 Desain dan Perancangan Produk 52.650.000,00 9 Pemeliharaan Mesin 365.580.000,00
10 Penyusutan Mesin 127.953.000,00 11 Pemeliharaan Bangunan 272.700.000,00 12 Penyusutan Bangunan 95.445.000,00 13 Kesejahteraan Karyawan 736.725.000,00 14 Asuransi Karyawan 193.875.000,00 15 Asuransi Pabrik 15.500.000,00 16 Keamanan 27.900.000,00 17 Kebersihan 22.500.000,00 18 Pemrosesan Order Pembelian Bahan 19.750.000,00 19 Penerimaan Bahan Baku 17.225.000,00 20 Pembungkusan Produk Jadi 21.485.000,00 21 Penelitian dan Pengembangan Produk 32.000.000,00
Total BOP 5.299.008.965,13 Sumber: PT. Mondrian Group Klaten
82
Total produk yang diproduksi PT. Mondrian Group selama tahun 2003
adalah 707.000 unit. Tarif biaya overhead pabrik per unit dapat dihitung sebagai
berikut :
Total Biaya Overhead Pabrik Tahun 2003 Tarif BOP =
Total Unit Konveksi yang diproduksi selama Tahun 2003 Rp. 5.299.008.965.13
707.000 unit =
= Rp. 7.495,062 / unit
Setelah tariff BOP diketahui, maka selanjutnya perhitungan pokok produk
untuk masing-masing produk, dengan cara menjumlahkan total prime cost dengan
BOP per unit untuk setiap produk.
Tabel 5.8 Daftar Perhitungan Biaya Overhead Pabrik
Tahun 2003
Produk Volume BOP / Unit Total BOP Produksi (per unit) (Rp) (Rp)
Kaos Dadung Dewasa (All Size) 180.000 7495,062 1.349.111.193,39Kaos Dadung Remaja (All Size) 150.000 7495,062 1.124.259.327,82Kaos Dadung Wanita (All Size) 137.500 7495,062 1.030.571.050,50Kaos Dadung Anak (All Size) 121.500 7495,062 910.650.055,54Kaos Be-Gaya (All Size) 18.000 7495,062 134.911.119,34Kaos d,Mo Olah Raga (All Size) 100.000 7495,062 749.506.218,55
Jumlah 707.000 5.299.008.965,13Sumber: PT. Mondrian Group Klaten
83
Tabel 5.9 Daftar Perhitungan Unit Cost
Tahun 2003
Produk Prime Cost BOP / Unit HPP / unit Per unit (Rp) (Rp) (Rp)
Kaos Dadung Dewasa (All Size) 15.211,68 7.495,062 22.706,75Kaos Dadung Remaja (All Size) 15.263,77 7.495,062 22.758,83Kaos Dadung Wanita (All Size) 15.516,96 7.495,062 23.012,03Kaos Dadung Anak (All Size) 17.747,50 7.495,062 25.242,57Kaos Be-Gaya (All Size) 13.286,96 7.495,062 20.782,02Kaos d,Mo Olah Raga (All Size) 13.047,12 7.495,062 20.542,18
Sumber: PT. Mondrian Group Klaten
B. Penentuan Biaya Overhead Pabrik Menggunakan Activity Based Costing
System (ABC)
Activity Based Costing System dalam penerapan perhitungannya sangat
berbeda dengan sistem tradisional. Perbedaan yang paling mendasar adalah
bahwa Activity Based Costing menelusuri cost tidak langsung pada objek cost atas
dasar faktor-faktor (cost driver) dan berkorelasi tinggi dengan cost tidak
langsung. Activity Based Costing memperkenalkan hubungan sebab akibat “cost
driver” dengan aktivitas, dimana dasar pendekatan yang dilakukan Activity Based
Costing adalah sumber daya dibebankan ke aktivitas, kemudian aktivitas
dibebankan ke objek biaya berdasarkan pengggunaannya.
Activity Based Costing tidak bias diimplementasikan begitu saja pada setiap
perusahaan. Ada beberapa syarat agar Activity Based Costing dapat dilaksanakan,
diantaranya :
84
a. Diversitas produk yang tinggi.
Perusahaan memproduksi berbagai macam produk dan lini produk yang
pemrosesannya menggunakan beberapa alat atau fasilitas menufaktur yang
sama. Seperti yang terdapat dalam perusahaan PT.Mondrian Group,
perusahaan memproduksi 9 jenis produksi dengan 17 macam desain yang
digunakan selama setahun. Semua produk yang diproduksi menggunakan
fasilitas yang sama dan dengan cara pengolahan yang hampir sama pula.
b. Perusahaan menghadapi persaingan yang ketat.
Barang yang diproduksi beberapa perusahaan memang terdapat barang yang
sejenis. Hal ini menyebabkan masing-masing perusahaan berada dalam situasi
persaingan untuk menguasai pangsa pasar. Dan pada kenyataannya,
Perusahaan PT.Mondrian Group adalah salah satu perusahaan yang berada
pada dunia usaha yang penuh persaingan. Perusahaan PT.Mondrian group
berlokasi didaerah Mojayan (Bypass)-Klaten, dimana terdapat kurang lebih 24
- 30 perusahaan konveksi yang bergerak pada pasar yang sama. Dalam
menghadapi kondisi ini, perusahaan harus memperhatikan tingkat efisiensi
disetiap proses produksi agar dapat bersaing dengan pesaing-pesaingnya.
Yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah memahami informasi biaya
yang akurat agar dapat membantu manajemen dalam mengambil keputusan
strategic dalam menghadapi persaingan diantara perusahaan konveksi.
85
c. Jumlah biaya overhead cukup tinggi.
Anggaran biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan PT. Mondrian Group
selama tahun 2003 dapat dilihat pada tabel 5.3.
Dalam kenyataannya, Biaya Overhead Pabrik yang digunakan prosentasenya
juga cukup besar, maka dapat dikatakan penggunaan Activity Based Costing
System kemungkinan besar dapat diterapkan untuk menghitung pembebanan
Biaya Overhead Pabrik per unitnya.
d. Kesiapan sumberdaya manusia.
Perkembangan perusahaan diukur dari kinerja personal pegawainya.
Perusahaan PT. Mondrian Group sangat memperhatikan kemampuan
karyawannya, diantaranya :
1. Setiap personal menempati posisi sesuai dengan bidangnya.
2. Terdapat pembinaan secara berkala baik untuk meningkatkan kualitas
ataupun untuk mengembangkan wawasan guna melihat perkembangan
dunia usaha dibidang konveksi.
3. Terdapat ahli-ahli dalam bidang konveksi yang mendukung.
Perusahaan PT. Mondrian Group mempunyai orientasi untuk menerima
segala perkembangan yang ada dalam dunia bisnis, yaitu perkemangan
kebutuhan sistem yang baru. Sehingga segala sesuatu mampu diserap dan
dikembangkan untuk mencapai perbaikan kualitas kerja.
86
e. Biaya pengukuran dapat dikatakan rendah
Pemahaman yang diperlukan untuk mengetahui apakah penentuan Biaya
Overhead Pabrik dengan Activity Based Costing System rendah, dijelaskan
dengan membandingkan antara biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang
diperoleh dimasa yang akan datang. Berdasarkan teori yang ada, maka dapat
dikatakan Perusahaan PT. Mondrian Group memenuhi syarat untuk
menerapkan Activity Based Costing System, akan tetapi perlu dilihat dari
kondisi yang berkembang saat ini.
Tahap-tahap didalam menentukan Biaya Overhead Pabrik berdasarkan Activity
Based Costing System dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
a. Tahap I
Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas yang ada didalam perusahaan.
Suatu aktivitas merupakan satuan kerja yang dilakukan didalam
perusahaan. Dengan identifikasi aktivitas maka memerlukan pembuatan
daftar semua jenis aktivitas. Pengelompokan aktivitas dikelompokan
berdasarkan level produksi dan aktivitas berdasarkan proses.
Pembebanan biaya-biaya dengan berbagai aktivitas. Activity Driver yang
ditentukan perusahaan dengan mengaitkan setiap kegiatan dan jumlah
pengguna dari aktivitas.
87
Penentuan kelompok biaya ( cost pool ) yang sejenis ( homogeneous cost
pool ). Dalam menentukan kelompok biaya yang sejenis harus didasarkan
pada karakteristik :
1. Kegiatan-kegiatan produksi yang sejenis / sama.
2. Memiliki perbandingan konsumsi yang sama untuk semua produk.
Menentukan tarif kelompok ( pool rate ). Setelah biaya ditentukan, maka
biaya per satuan pendorong dihitung dengan membagi biaya kelompok
dengan kapasitas praktis pendorong kegiatan. Tarif Biaya Overhead
Pabrik dihitung dengan menggunakan rumus :
Taksiran total biaya pada cost pool
Taksiran cost driver Cost pool rate =
b. Tahap II
Biaya-biaya untuk masing-masing kelompok overhead ditelusuri keproduk
dengan menggunakan tarif kelompok yang dihitung pada tahap I dan dengan
menentukan jumlah sumber daya yang digunakan oleh setiap produk.
Penentuan ini menggunakan ukuran banyaknya pendorong kegiatan yang
digunakan oleh tiap-tiap produk dengan rumus :
Overhead yang dibebankan
(pada suatu produk) = Tarif kelompok x Penggunaan kegiatan
88
Langkah-langkah pengimplementasian dengan memasukan data-data dari
PT. Mondrian Group Tahun 2003 sebagai berikut :
a. Mengidentifikasikan Aktivitas-aktivitas Dalam Perusahaan PT. Mondrian
Group.
Dalam mengimplementasikan Activity Based Costing (ABC) untuk
menentukan pembebanan Biaya Overhead Pabrik (BOP) di Perusahaan PT.
Mondrian Group diperlukan pemahaman tentang aktivitas-aktivitas yang terjadi
didalam perusahaan tersebut. Aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan dapat
dilihat pada tabel 5.10
b. Pengelompokan Berbagai Aktivitas Dalam Klasifikasi Proses dan Tingkat.
Setelah diketahui aktivitas yang terjadi didalam perusahaan, langkah-
langkah yang diambil adalah pengelompokan aktivitas berdasarkan proses dan
kemudian pengelompokan aktivitas berdasarkan tingkatnya dapat dilihat pada
tabel 5.11 dan tabel 5.12.
89
Tabel 5.10 Daftar Aktivitas
Tahun 2003
Jenis Aktivitas
(A1) Pemrosesan Order Pembelian Bahan
(A2) Penerimaan Bahan Baku
(A3) Pendesainan dan Perancangan Produk
(A4) Penelitian dan Pengembangan Produk
(A5) Pemeliharaan Bangunan Proses Produksi
(A6) Penyediaan Tempat Proses Produksi
(A7) Pemeliharaan Kebersihan Proses Produksi
(A8) Pembuatan Klise Film Sablon
(A9) Pembuatan Screen Sablon
(A10) Pembuatan Motif Dengan Kertas Sablon
(A11) Pengecatan Dasar Sablon
(A12) Pengecatan Finishing Sablon
(A13) Pembordiran Motif Sablon Timbul
(A14) Pengawetan Sablon (Pengeringan)
(A15) Pengobrasan Konveksi Setengah Jadi
(A16) Pemberian Jaminan Kesejahteraan Kerja
(A17) Pemberian Jaminan Kerusakan Pabrik
(A18) Pemberian Jaminan Keselamatan Kerja
(A19) Penjahitan Bahan Baku Kain
(A20) Pemakaian Tenaga Listrik
(A21) Pemakaian Mesin
(A22) Pemeliharaan Mesin
(A23) Penyediaan Barang Teknis
(A24) Pengadaan Spareparts
(A25) Pemasangan Label dan Zippler
(A26) Pemeriksaan Proses Produksi
(A27) Pembungkusan Produk Jadi
(A28) Komunikasi Perusahaan
(A29) Pemeliharaan Keamanan Produk Jadi
(A30) Penyediaan Transportasi
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group
90Tabel 5.11
Pengelompokan Aktivitas Berdasarkan Tingkat Proses Tahun 2003
(A1) Pemrosesan Order
Pembelian Bahan
(A2) Penerimaan Bahan
Baku
(A3) Pendesainan dan
Perancangan Produk
(A5) Pemeliharaan Bangunan
Proses Produksi
(A6) Penyediaan Tempat
Proses Produksi
(A7) Pemeliharaan
Kebersihan
(A8) Pembuatan Klise Film
Sablon
(A9) Pembuatan Screen Sablon
(A10) Pembuatan Motif Dengan
Kertas Sablon
(A11) Pengecatan Dasar Sablon
(A12) Pengecatan Finishing
Sablon
(A13) Pembordiran Motif Sablon
Timbul
(A14) Pengawetan Sablon
(A15) Pengobrasan Konveksi
Setengah Jadi
(A16) Pemberian Jaminan
Kesejahteraan Kerja
(A17) Pemberian Jaminan
Kerusakan Pabrik
(A18) Pemberian Jaminan (A4) Penelitian dan
Pengembangan Produk
Proses Produksi
(Pengeringan)
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
Keselamatan Kerja
91Tabel 5.11 (Lanjutan)
Pengelompokan Aktivitas Berdasarkan Tingkat Proses Tahun 2003
Proses Jahit Proses Perlengkapan Proses Packing
(A19) Penjahitan Bahan Baku
Kain
(A20) Pemakaian Tenaga Listrik
(A25) Pemasangan Label dan
Zippler
(A21) Pemakaian Mesin
(A22) Pemeliharaan Mesin
(A23) Penyadiaan Barang Teknis
(A24) Pengadaan Spareparts
(A26) Pemeriksaan Proses
Produksi
(A27) Pembungkusan Produk Jadi
(A28) Komunikasi Perusahaan
(A29) Pemeliharaan Keamanan
Produk Jadi
(A30) Penyediaan Transportasi
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
92Tabel 5.12
Pengelompokan Aktivitas Berdasarkan Tingkat Aktivitas Tahun 2003
Proses Persiapan (P1) Proses Potong (P2) Proses Sablon (P3) Proses Obras (P4)
Tingkat Bacth :
(A1) Pemrosesan order
pembelian bahan
(A2) Penerimaan bahan baku
Tingkat Produk :
(A3) Pendesainan dan
Perancangan Produk
Tingkat Unit :
(A8) Pembuatan Klise Film
Sablon
(A9) Pembuatan Screen Sablon
(A10) Pembuatan Motif Dengan
Kertas Sablon
(A11) Pengecatan Dasar Sablon
(A12) Pengecatan Finishing
Sablon
(A13) Pembordiran Motif Sablon
Timbul
(A14) Pengawetan Sablon
Tingkat Fasilitas :
(A5) Pemeliharaan Bangunan
Proses Produksi
(A6) Penyediaan Tempat
Proses Produksi
Tingkat Unit :
(A15) Pengobrasan Konveksi
Setengah Jadi
Tingkat Fasilitas :
(A16) Pemberian Jaminan
Kesejahteraan Kerja
(A17) Pemberian Jaminan
Kerusakan Pabrik
(A18) Pemberian Jaminan
(A7) Pemeliharaan Kebersihan
Proses Produksi
(A4) Penelitian dan
Pengembangan Produk
(Pengeringan)
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
Keselamatan Kerja
93Tabel 5.12 (Lanjutan)
Pengelompokan Aktivitas Berdasarkan Tingkat Aktivitas Tahun 2003
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
Proses Jahit (P5) Proses Perlengkapan (P6) Proses Packing (P7)
(A28) Komunikasi Perusahaan
(A29) Pemeliharaan Keamanan
Produk Jadi
(A27) Pembungkusan Produk
Tingkat Fasilitas :
Jadi
(A25) Pemasangan Label dan
Zippler
(A26) Pemeriksaan Proses
Tingkat Bacth :
Tingkat Unit :
Produksi
(A23) Penyediaan Barang Teknis
(A19) Penjahitan Bahan Baku
Kain
(A20) Pemakaian Tenaga Listrik
(A21) Pemakaian Mesin
(A24) Pengadaan Spareparts
(A22) Pemeliharaan Mesin
Tingkat Fasilitas :
Tingkat Unit :
(A30) Penyediaan Transportasi
94
c. Pembebanan Biaya - Biaya Dengan Berbagai Aktivitas.
Pengertian cost driver sebagai faktor yang menyebabkan perubahan biaya
aktivitas / faktor yang dapat diukur dan digunakan untuk membebankan biaya
ke aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya. Perusahaan dapat
menentukan pendorong aktivitas (activity driver) yang berkait pada setiap
kegiatan dan jumlah penggunaan aktivitas, dapat dilihat pada tabel 5.13 dan
tabel 5.14.
95
Jenis Aktivitas Jumlah (Rp)
(A1) Pemrosesan Order Pembelian Bahan 19.750.000,00
(A2) Penerimaan Bahan Baku 17.225.000,00
(A3) Pendesainan dan Perancangan Produk 52.650.000,00
(A4) Penelitian dan Pengembangan Produk 32.000.000,00
(A5) Pemeliharaan Bangunan Proses Produksi 95.445.000,00
(A6) Penyediaan Tempat Proses Produksi 272.700.000,00
(A7) Pemeliharaan Kebersihan Proses Produksi 22.500.000,00
(A8) Pembuatan Klise Film Sablon 58.725.949,97
(A9) Pembuatan Screen Sablon 25.168.264,28
(A10) Pembuatan Motif Dengan Kertas Sablon 21.474.299,71
(A11) Pengecatan Dasar Sablon 95.679.052,97
(A12) Pengecatan Finishing Sablon 143.518.579,45
(A13) Pembordiran Motif Sablon Timbul 435.564.328,42
(A14) Pengawetan Sablon (Pengeringan) 14.128.671,41
(A15) Pengobrasan Konveksi Setengah Jadi 703.451.254,58
(A16) Pemberian Jaminan Kesejahteraan Kerja 736.725.000,00
(A17) Pemberian Jaminan Kerusakan Pabrik 15.500.000,00
(A18) Pemberian Jaminan Keselamatan Kerja 193.875.000,00
(A19) Penjahitan Bahan Baku Kain 815.521.145,81
(A20) Pemakaian Tenaga Listrik 558.000.000,00
(A21) Pemakaian Mesin 365.580.000,00
(A22) Pemeliharaan Mesin 127.953.000,00
(A23) Peyediaan Barang Teknis 67.400.000,00
(A24) Pengadaan Spareparts 98.125.000,00
(A25) Pemasangan Label dan Zippler 6.564.418,53
(A26) Pemeriksaan Proses Produksi 12.750.000,00
(A27) Pembungkusan Produk Jadi 21.485.000,00
(A28) Komunikasi Perusahaan 81.270.000,00
(A29) Pemeliharaan Keamanan Produk Jadi 27.900.000,00
(A30) Penyediaan Transportasi 160.380.000,00
Total Aktivitas Perusahaan 5.299.008.965,13
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
Pembebanan Biaya-biaya pada Berbagai Aktivitas
Tabel 5.13
96
Tabel 5.14 Jenis Aktivitas, Cost Driver, dan Jumlah Activity Driver
Tahun 2003
Proses Kode / Cost Driver Jumlah Activity Driver Total
Tingkat K.D.D K.D.R K.D.W K.D.A BG d.Mo OR Activity Aktivitas Driver
P1 Batch A1 Jumlah Batch 44.36 51.96 41.50 31.04 16.99 29.57 215 A1 Jumlah Batch 44.36 51.96 41.50 31.04 16.99 29.57 215 Produk A3 Jumlah Desain 24 21 23 18 10 16 112 A4 Jumlah Desain 24 21 23 18 10 16 112
P2 Fasilitas A5 Jam Pemeliharaan 6280.57 8252.33 4838.05 7812.07 3690.59 7638.78 38512 A6 Jam Mesin 1080.92 11400.48 10576.02 6895.98 4171.44 3991.26 38116 A7 JTKL 1859.84 2934.56 2635.20 1645.76 1373.28 1415.84 11864
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten Keterangan : K.D.D : Kaos Dadung Dewasa (All size) K.D.R : Kaos Dadung Remaja (All size) K.D.W : Kaos Dadung Wanita (All size) K.D.A : Kaos Dadung Anak (All size) BG : Be-Gaya (All size) d,Mo OR : d,Mo Olah Raga (All size)
97
Tabel 5.14 (Lanjutan) Jenis Aktivitas, Cost Driver, dan Jumlah Activity Driver
Tahun 2003
Proses Kode / Cost Driver Jumlah Activity Driver Total
Tingkat K.D.D K.D.R K.D.W K.D.A BG d.Mo OR Activity Aktivitas Driver
P3 Unit A8 Jumlah Pemakain Film Sablon 12620.20 10092.60 6857.45 4730.35 4935.05 5264.35 44500 A9 Jumlah Pemakaian Screen 10946.96 8754.48 5948.26 4103.18 4280.74 4566.38 38600 A10 Jumlah Pemakaian Kertas Sablon 9287.90 7427.70 5046.77 3481.31 3631.97 3874.35 32750 A11 Jumlah Pemakaian Cat Dasar 11548.19 9235.29 6274.95 4328.53 4515.84 4817.20 40720
A12 Jumlah Pemakaian Pewarna RAFM 12478.40 9979.20 6780.40 4677.20 4879.60 5205.20 44000
A13 Jumlah Pemakaian Benang BR 21C 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0
A14 Jumlah Pemakaian Pengering 8876.68 7098.84 4823.33 3327.19 3471.17 3702.79 31300 P4 Unit A15 Jumlah Pemakaian Benang Cardet 46346.30 48337.20 44841.55 29238.45 17686.60 16922.65 203373 Fasilitas A16 JTKL 15145.13 15795.72 14653.41 9554.59 5779.66 5530.02 66459 A17 Jam Pemeliharaan 1249.25 1302.91 1208.68 788.11 476.74 456.14 5482 A18 JTKL 4874.87 5084.28 4716.59 3075.41 1860.34 1779.98 21391
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten Keterangan : K.D.D : Kaos Dadung Dewasa (All size) K.D.R : Kaos Dadung Remaja (All size) K.D.W : Kaos Dadung Wanita (All size) K.D.A : Kaos Dadung Anak (All size) BG : Be-Gaya (All size) d,Mo OR : d,Mo Olah Raga (All size)
98
Tabel 5.14 ( Lanjutan) Jenis Aktivitas, Cost Driver, dan Jumlah Activity Driver
Tahun 2003
Proses Kode / Cost Driver Jumlah Activity Driver Total
Tingkat K.D.D K.D.R K.D.W K.D.A BG d.Mo OR Activity Aktivitas Driver
P5 Unit
A19 Jumlah Pemakaian Benang Combed 69652.16 55702.08 37846.96 26107.28 11813.36 23798.64 224920
A20 Jumlah Pemakaian 15510.35 17568.85 18678.65 20012.20 2871.40 6909.40 81551 A21 Jam Mesin 10831.25 12268.75 13043.75 13975.00 2075.00 4825.00 57019 Fasilitas A22 Jam Pemeliharaan 4583.78 5192.14 5520.11 5914.22 878.14 2041.94 24130 A23 Jam Mesin 3197.38 3621.73 3850.51 4125.42 612.54 1424.34 16832 A24 Jumlah Pemakaian 4089.88 4632.68 4925.32 5276.96 783.52 1821.92 21530
P6 Unit A25 Jumlah Pemakaian 23737.32 18983.16 12898.17 8897.31 4025.97 8110.53 76652 Fasilitas A26 Jumlah Batch 1314.18 1726.76 1012.34 1634.64 772.24 1598.38 8059
P7 Fasilitas A27 Jumlah Batch 1669.55 2193.69 1286.08 2076.66 981.06 2030.59 10238 A28 Jumlah Pemakaian Pulsa 16016.31 12808.53 8702.79 6003.29 2716.44 5472.43 51720 A29 JTKL 5601.10 4476.30 3043.48 2099.43 949.98 1913.78 18084 A30 Jumlah Pemakaian BBM 6692.96 5352.48 3636.76 2508.68 1135.16 2286.84 21613
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten Keterangan : K.D.D : Kaos Dadung Dewasa (All size) BG : Be-Gaya (All size) K.D.R : Kaos Dadung Remaja (All size) d,Mo OR : d,Mo Olah Raga (All size) K.D.W : Kaos Dadung Wanita (All size) K.D.A : Kaos Dadung Anak (All size)
99
d. Penentuan kelompok biaya (cost pool) yang sejenis (homogeneous cost pool).
Setelah diketahui kelompok aktivitas, pendorong aktvitas, proses aktivitas,
tingkat aktivitas dan jumlah penggunaan aktivitas, maka selanjutnya
mengelompokan cost pool yang homogen seperti pada tabel 5.15
100
Tabel 5.15 Pengelompokan Cost Pool yang Homogen
Kode Kode Biaya Aktivitas Proses Pool Aktivitas CostDriver (Rp)
A1 Jml Batch 19.750.000,00
I A2 Jml Batch 17.225.000,00
P1 36.975.000,00
A3 Jml Desain 52.650.000,00
II A4 Jml Desain 32.000.000,00
84.650.000,00 P2
III A5 Jam Pemeliharaan 95.445.000,00
IV A6 Jam Mesin 272.700.000,00
V A7 JTKL 22.500.000,00
VI A8 Jml Pemakaian Film Sablon 58.725.949,97
VII A9 Jml Pemakaian Screen 25.168.264,28
VIII A10 Jml Pemakaian Kertas Sablon 21.474.299,71
P3IX A11 Jml Pemakaian Cat Dasar 95.679.052,97
X A12 Jml Pemakaian Pewarna
RAFM 143.518.579,45
XI A13 Jml Pemakaian Benang BR
21C 435.564.328,42
XII A14 Jml Pemakaian Pengering 14.128.671,41
XIII A15 Jml Pemakaian Benang Cardet 703.451.254,58
P4XIV A16 JTKL 736.725.000,00
XV A17 Jam Pemeliharaan 15.500.000,00
XVI A18 JTKL 193.875.000,00
XVII A19 Jml Pemakaian Benang
Combed 815.521.145,81
XVIII A20 Jml Pemakaian 558.000.000,00
P5XIX A21 Jam Mesin 365.580.000,00
XX A22 Jam Pemeliharaan 127.953.000,00
XXI A23 Jam Mesin 67.400.000,00
XXII A24 Jml Pemakaian 98.125.000,00
P6XXIII A25 Jml Pemakaian 6.564.418,53
XXIV A26 Jml Batch 12.750.000,00
XXV A27 Jml Batch 21.485.000,00
P7XXVI A28 Jml Pemakaian Pulsa 81.270.000,00
XXVII A29 JTKL 27.900.000,00
XXVIII A30 Jml Pemakaian BBM 160.380.000,00
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
101
e. Penentuan Tarif Kelompok ( Cost Pool Rate Homogen )
Setelah penjumlahan cost driver pada tiap-tiap produk selama tahun 2003, maka
tahap selanjutnya adalah Biaya overhead Pabrik dibagi dengan cost driver.
Pembagian yang dilakukan akan menghasilkan tarif Biaya Overhead Pabrik
(BOP) per kelompok ( cost pool rate homogeneous ). Proses tersebut dapat
dilihat pada tabel 5.16
102
Tabel 5.16 Pengelompokan Cost Pool RateHomogen
Pool Biaya Jumlah Cost Driver Tarif / Aktivitas Aktivitas Aktivity Driver Aktivitas (Rp) (1) (2) (4) = (1) / (2) I 36.975.000,00 215 Jml Batch 171.976,74 II 84.650.000,00 112 Jml Desain 755.803,57 III 95.445.000,00 38.512 Jam Pemeliharaan 2.478,32 IV 272.700.000,00 38.116 Jam Mesin 7.154,48 V 22.500.000,00 11.864 JTKL 1.896,49 VI 58.725.949,97 44.500 Jml Pemakaian Film Sablon 1.319,68 VII 25.168.264,28 38.600 Jml Pemakaian Screen 652,03 VIII 21.474.299,71 32.750 Jml Pemakaian Kertas Sablon 655,70 IX 95.679.052,97 40.720 Jml Pemakaian Cat Dasar 2.349,68 X 143.518.579,45 44.000 Jml Pemakaian Pewarna RAFM 3.261,79 XI 435.564.328,42 0 Jml Pemakaian Benang BR 21C 0,00 XII 14.128.671,41 31.300 Jml Pemakaian Pengering 451,40 XIII 703.451.254,58 203.373 Jml Pemakaian Benang Cardet 3.458,92 XIV 736.725.000,00 66.459 JTKL 11.085,41 XV 15.500.000,00 5.482 Jam Pemeliharaan 2.827,44 XVI 193.875.000,00 21.391 JTKL 9.063,39 XVII 815.521.145,81 224.920 Jml Pemakaian Benang Combed 3.625,83 XVIII 558.000.000,00 81.551 Jml Pemakaian 6.842,34 XIX 365.580.000,00 57.019 Jam Mesin 6.411,55 XX 127.953.000,00 24.130 Jam Pemeliharaan 5.302,65 XXI 67.400.000,00 16.832 Jam Mesin 4.004,28 XXII 98.125.000,00 21.530 Jml Pemakaian 4.557,59 XXIII 6.564.418,53 76.652 Jml Pemakaian 85,64 XXIV 12.750.000,00 8.059 Jml Batch 1.582,08 XXV 21.485.000,00 10.238 Jml Batch 2.098,55 XXVI 81.270.000,00 51.720 Jml Pemakaian Pulsa 1.571,35 XXVII 27.900.000,00 18.084 JTKL 1.542,80 XXVIII 160.380.000,00 21.613 Jml Pemakaian BBM 7.420,53
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
103
f. Penentuan Biaya Overhead Pabrik per unit Untuk Setiap Produk
Tahap yang dilakukan dalam sistem ini adalah penentuan Biaya Overhead
Pabrik (BOP) per unit untuk tiap-tiap produk. Penentuan Total Biaya Overhead
Pabrik (BOP) setiap produk dengan mengalikan seluruh aktivitas yang diserap
dengan tarif Biaya Overhead Pabrik (BOP) yang sudah ditentukan. Untuk
mendapatkan hasil Biaya Overhead Pabrik (BOP) per unit maka Total Biaya
Overhead Pabrik (BOP) setiap produk dibagi dengan jumlah produk yang
dihasilkan selama satu tahun. Maka perhitungan Biaya Overhead Pabrik (BOP)
total dan Biaya Overhead Pabrik (BOP) per unit tiap-tiap produk dapat dilihat
pada tabel 5.17 sampai 5.22
104
Tabel 5.17
Perhitungan BOP per unit Kaos Dadung Dewasa (All size)
Dengan Sistem ABC (Rp)
Pool Jumlah Tarif BOP
per
Penentuan BOP
Aktivitas
yang Aktivitas Diserap Total Per unit (Rp) (Rp) (1) (2) (3)=(1)x(2) (4)=(3) : 18.0000 I 44,36 171.976,74 7.628.888,19 42,38 II 24,00 755.803,57 18.139.285,68 100,77 III 6.280,57 2.478,32 15.565.262,24 86,47 IV 10.930,92 7.154,48 78.205.048,52 434,47 V 1.859,84 1.896,49 3.527.167,96 19,60 VI 12.620,20 1.319,68 16.654.625,54 92,53 VII 10.946,96 652,03 7.137.746,33 39,65 VIII 9.287,90 655,70 6.090.076,03 33,83 IX 11.548,19 2.349,68 27.134.551,08 150,75 X 12.478,40 3.261,79 40.701.920,34 226,12 XI 0,00 0,00 0,00 0,00 XII 8.876,68 451,40 4.006.933,35 22,26 XIII 46.346,30 3.458,92 160.308.144,00 890,60 XIV 15.145,13 11.085,41 167.889.975,55 932,72 XV 1.249,25 2.827,44 3.532.179,42 19,62 XVI 4.874,87 9.063,39 44.182.848,01 245,46 XVII 69.652,16 3.625,83 252.546.891,29 1.403,04 XVIII 15.510,35 6.842,34 106.127.088,22 589,59 XIX 10.831,25 6.411,55 69.445.100,94 385,81 XX 4.583,78 5.302,65 24.306.181,02 135,03 XXI 3.197,38 4.004,28 12.803.204,79 71,13 XXII 4.089,88 4.557,59 18.639.996,19 103,56 XXIII 23.737,32 85,64 2.032.864,08 11,29 XXIV 1.314,18 1.582,08 2.079.137,89 11,55 XXV 1.669,55 2.098,55 3.503.634,15 19,46 XXVI 16.016,31 1.571,35 25.167.228,72 139,82 XXVII 5.601,10 1.542,80 8.641.377,08 48,01 XXVIII 6.692,96 7.420,53 49.665.310,47 275,92 Total 1.175.662.667,07 6.531,46
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
105
Tabel 5.17 Perhitungan BOP per unit
Kaos Da ) dung Dewasa (All sizeDengan Sistem ABC (Rp)
Pool Jumlah Tarif BOP
per
Penentuan BOP
Aktivitas
yang Aktivitas Diserap Total Per unit (Rp) (Rp) (1) (2) (3)=(1)x(2) (4)=(3) : 18.0000 I 44,36 171.976,74 7.628.888,19 42,38 II 24,00 755.803,57 18.139.285,68 100,77 III 6.280,57 2.478,32 15.565.262,24 86,47 IV 10.930,92 7.154,48 78.205.048,52 434,47 V 1.859,84 1.896,49 3.527.167,96 19,60 VI 12.620,20 1.319,68 16.654.625,54 92,53 VII 10.946,96 652,03 7.137.746,33 39,65 VIII 9.287,90 655,70 6.090.076,03 33,83 IX 11.548,19 2.349,68 27.134.551,08 150,75 X 12.478,40 3.261,79 40.701.920,34 226,12 XI 0,00 0,00 0,00 0,00 XII 8.876,68 451,40 4.006.933,35 22,26 XI II 46.346,30 3.458,92 160.308.144,00 890,60 XIV 15.145,13 11.085,41 167.889.975,55 932,72 XV 1.249,25 2.827,44 3.532.179,42 19,62 XVI 4.874,87 9.063,39 44.182.848,01 245,46 XVII 69.652,16 3.625,83 252.546.891,29 1.403,04 XVIII 15.510,35 6.842,34 106.127.088,22 589,59 XIX 10.831,25 6.411,55 69.445.100,94 385,81 XX 4.583,78 5.302,65 24.306.181,02 135,03 XXI 3.197,38 4.004,28 12.803.204,79 71,13 XXII 4.089,88 4.557,59 18.639.996,19 103,56 XXIII 23.737,32 85,64 2.032.864,08 11,29 XXIV 1.314,18 1.582,08 2.079.137,89 11,55 XXV 1.669,55 2.098,55 3.503.634,15 19,46 XXVI 16.016,31 1.571,35 25.167.228,72 139,82 XXVII 5.601,10 1.542,80 8.641.377,08 48,01 XXVIII 6.692,96 7.420,53 49.665.310,47 275,92 Total 1.175.662.667,07 6.531,46
Sumb r: Diolah dari T. Mondrian Gr p Kle data P ou aten
Tabel 5.18
Perhitungan BOP per unit Kaos Dadung Remaja (All size)
Dengan Sistem ABC (Rp)
Pool Jumlah Tarif BOP
per
Penentuan BOP
Aktivitas
yang Aktivitas Diserap Total Per unit (Rp) (Rp) (1) (2) (3)=(1)x(2) (4)=(3) : 150.000 I 51,96 171.976,74 8.935.911,41 59,57 II 21,00 755.803,57 15.871.874,97 105,81 III 8.252,33 2.478,32 20.451.914,49 136,35 IV 11.400,48 7.154,48 81.564.506,15 543,76 V 2.934,56 1.896,49 5.565.363,69 37,10 VI 10.092,60 1.319,68 13.319.002,37 88,79 VII 8.754,48 652,03 5.708.183,59 38,05 VIII 7.427,70 655,70 4.870.342,89 32,47 IX 9.235,29 2.349,68 21.699.976,21 144,67 X 9.979,20 3.261,79 32.550.054,77 217,00 XI 0,00 0,00 0,00 0,00 XII 7.098,84 451,40 3.204.416,38 21,36 XIII 48.337,20 3.458,92 167.194.507,82 1.114,63 XIV 15.795,72 11.085,41 175.102.032,45 1.167,35 XV 1.302,91 2.827,44 3.683.899,85 24,56 XVI 5.084,28 9.063,39 46.080.812,51 307,21 XVII 55.702,08 3.625,83 201.966.272,73 1346,44 XVIII 17.568,85 6.842,34 120.212.045,11 801,41 XIX 12.268,75 6.411,55 78.661.704,06 524,41 XX 5.192,14 5.302,65 27.532.101,17 183,55 XXI 3.621,73 4.004,28 14.502.421,00 96,68 XXII 4.632,68 4.557,59 21.113.856,04 140,76 XXIII 18.983,16 85,64 1.625.717,82 10,84 XXIV 1.726,76 1.582,08 2.731.872,46 18,21 XXV 2.193,69 2.098,55 4.603.568,15 30,69 XXVI 12.808,53 1.571,35 20.126.683,62 134,18 XXVII 4.476,30 1.542,80 6.906.035,64 46,04 XXVIII 5.352,48 7.420,53 39.718.238,41 264,79
Total 1.145.503.315,76 7.636,69 Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
106
Tabel 5.19
Perhitungan BOP per unit Kaos Dadung Wanita (All size)
Dengan Sistem ABC (Rp)
Pool Jumlah Tarif BOP
per
Penentuan BOP Aktivitas
yang Aktivitas Diserap Total Per unit (Rp) (Rp) (1) (2) (3)=(1)x(2) (4)=(3) : 137.500 I 41,50 171.976,74 7.137.034,71 51,91 II 23,00 755.803,57 17.383.482,11 126,43 III 4.838,05 2.478,32 11.990.236,08 87,20 IV 10.576,02 7.154,48 75.665.923,57 550,30 V 2.635,20 1.896,49 4.997.630,45 36,35 VI 6.857,45 1.319,68 9.049.639,62 65,82 VII 5.948,26 652,03 3.878.443,97 28,21 VIII 5.046,77 655,70 3.309.167,09 24,07 IX 6.274,95 2.349,68 14.744.124,52 107,23 X 6.780,40 3.261,79 22.116.240,92 160,85 XI 0,00 0,00 0,00 0,00 XII 4.823,33 451,40 2.177.251,16 15,83 XIII 44.841,55 3.458,92 155.103.334,13 1.128,02 XIV 14.653,41 11.085,41 162.439.057,75 1.181,37 XV 1.208,68 2.827,44 3.417.470,18 24,85 XVI 4.716,59 9.063,39 42.748.294,64 310,90 XVII 37.846,96 3.625,83 137.226.642,98 998,01 XVIII 18.678,65 6.842,34 127.805.674,04 929,50 XIX 13.043,75 6.411,55 83.630.655,31 608,22 XX 5.520,11 5.302,65 29.271.211,29 212,88 XXI 3.850,51 4.004,28 15.418.520,18 112,13 XXII 4.925,32 4.557,59 22.447.589,18 163,26 XXIII 12.898,17 85,64 1.104.599,28 8,03 XXIV 1.012,34 1.582,08 1.601.602,87 11,65 XXV 1.286,08 2.098,55 2.698.903,18 19,63 XXVI 8.702,79 1.571,35 13.675.129,07 99,46 XXVII 3.043,48 1.542,80 4.695.480,94 34,15 XXVIII 3.636,76 7.420,53 26.986.686,68 196,27
Total 1.002.720.025,88 7.292,51 Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
107
Tabel 5.20
Perhitungan BOP per unit Kaos Dadung Anak (All size)
Dengan Sistem ABC (Rp)
Pool Jumlah Tarif BOP
per
Penentuan BOP Aktivitas
yang Aktivitas Diserap Total Per unit (Rp) (Rp) (1) (2) (3)=(1)x(2) (4)=(3) : 121.500 I 31,04 171.976,74 5.338.158,01 43,94 II 18,00 755.803,57 13.604.464,26 111,97 III 7.812,07 2.478,32 19.360.809,32 159,35 IV 6.895,98 7.154,48 49.337.150,99 406,07 V 1.645,76 1.896,49 3.121.167,38 25,69 VI 4.730,35 1.319,68 6.242.548,29 51,38 VII 4.103,18 652,03 2.675.396,46 22,02 VIII 3.481,31 655,70 2.282.694,97 18,79 IX 4.328,53 2.349,68 10.170.660,37 83,71 X 4.677,20 3.261,79 15.256.044,19 125,56 XI 0,00 0,00 0,00 0,00 XII 3.327,19 451,40 1.501.893,57 12,36 XIII 29.238,45 3.458,92 101.133.459,47 832,37 XIV 9.554,59 11.085,41 105.916.547,53 871,74 XV 788,11 2.827,44 2.228.333,74 18,34 XVI 3.075,41 9.063,39 27.873.640,24 229,41 XVII 26.107,28 3.625,83 94.660.559,04 779,10 XVIII 20.012,20 6.842,34 136.930.276,55 1.127,00 XIX 13.975,00 6.411,55 89.601.411,25 737,46 XX 5.914,22 5.302,65 31.361.038,68 258,12 XXI 4.125,42 4.004,28 16.519.336,80 135,96 XXII 5.276,96 4.557,59 24.050.220,13 197,94 XXIII 8.897,31 85,64 761.965,63 6,27 XXIV 1.634,64 1.582,08 2.586.131,25 21,29 XXV 2.076,66 2.098,55 4.357.974,84 35,87 XXVI 6.003,29 1.571,35 9.433.269,74 77,64 XXVII 2.099,43 1.542,80 3.239.000,60 26,66 XXVIII 2.508,68 7.420,53 18.615.735,20 153,22
Total 798.159.888,50 6.569,22 Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
108
Tabel 5.21
Perhitungan BOP per unit Kaos Be-Gaya (All size)
Dengan Sistem ABC (Rp)
Pool Jumlah Tarif BOP
per
Penentuan BOP Aktivitas
yang Aktivitas Diserap Total Per unit (Rp) (Rp) (1) (2) (3)=(1)x(2) (4)=(3) : 18.000 I 16,99 171.976,74 2.921.884,81 162,33 II 10,00 755.803,57 7.558.035,70 419,89 III 3.690,59 2.478,32 9.146.463,01 508,14 IV 4.171,44 7.154,48 29.844.484,05 1.658,03 V 1.373,28 1.896,49 2.604.411,79 144,69 VI 4.935,05 1.319,68 6.512.686,78 361,82 VII 4.280,74 652,03 2.791.170,90 155,07 VIII 3.631,97 655,70 2.381.482,73 132,30 IX 4.515,84 2.349,68 10.610.778,93 589,49 X 4.879,60 3.261,79 15.916.230,48 884,24 XI 0,00 0,00 0,00 0,00 XII 3.471,17 451,40 1.566.886,14 87,05 XIII 17.686,60 3.458,92 61.176.534,47 3.398,70 XIV 5.779,66 11.085,41 64.069.900,76 3.559,44 XV 476,74 2.827,44 1.347.953,75 74,89 XVI 1.860,34 9.063,39 16.860.986,95 936,72 XVII 11.813,36 3.625,83 42.833.235,09 2.379,62 XVIII 2.871,40 6.842,34 19.647.095,08 1.091,51 XIX 2.075,00 6.411,55 13.303.966,25 739,11 XX 878,14 5.302,65 4.656.469,07 258,69 XXI 612,54 4.004,28 2.452.781,67 136,27 XXII 783,52 4.557,59 3.570.962,92 198,39 XXIII 4.025,97 85,64 344.784,07 19,15 XXIV 772,24 1.582,08 1.221.745,46 67,87 XXV 981,06 2.098,55 2.058.803,46 114,38 XXVI 2.716,44 1.571,35 4.268.477,99 237,14 XXVII 949,98 1.542,80 1.465.629,14 81,42 XXVIII 1.135,16 7.420,53 8.423.488,83 467,97
Total 339.557.330,30 18.864,30 Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
109
Tabel 5.22
Perhitungan BOP per unit Kaos d,Mo Olah Raga (All size)
Dengan Sistem ABC (Rp)
Pool Jumlah Tarif BOP
per
Penentuan BOP Aktivitas
yang Aktivitas Diserap Total Per unit (Rp) (Rp) (1) (2) (3)=(1)x(2) (4)=(3) : 100.000 I 29,57 171.976,74 5.085.352,20 50,85 II 16,00 755.803,57 12.092.857,12 120,93 III 7.638,78 2.478,32 18.931.341,25 189,31 IV 3.991,26 7.154,48 28.555.389,84 285,55 V 1.415,84 1.896,49 2.685.126,40 26,85 VI 5.264,35 1.319,68 6.947.257,41 69,47 VII 4.566,38 652,03 2.977.416,75 29,77 VIII 3.874,35 655,70 2.540.411,30 25,40 IX 4.817,20 2.349,68 11.318.878,50 113,19 X 5.205,20 3.261,79 16.978.269,31 169,78 XI 0,00 0,00 0,00 0,00 XII 3.702,79 451,40 1.671.439,41 16,71 XIII 16.922,65 3.458,92 58.534.092,54 585,34 XIV 5.530,02 11.085,41 61.302.539,01 613,03 XV 456,14 2.827,44 1.289.708,48 12,90 XVI 1.779,98 9.063,39 16.132.652,93 161,33 XVII 23.798,64 3.625,83 86.289.822,87 862,90 XVIII 6.909,40 6.842,34 47.276.464,00 472,76 XIX 4.825,00 6.411,55 30.935.728,75 309,36 XX 2.041,94 5.302,65 10.827.693,14 108,28 XXI 1.424,34 4.004,28 5.703.456,18 57,03 XXII 1.821,92 4.557,59 8.303.564,37 83,04 XXIII 8.110,53 85,64 694.585,79 6,95 XXIV 1.598,38 1.582,08 2.528.765,03 25,29 XXV 2.030,59 2.098,55 4.261.294,64 42,61 XXVI 5.472,43 1.571,35 8.599.102,88 85,99 XXVII 1.913,78 1.542,80 2.952.579,78 29,53 XXVIII 2.286,84 7.420,53 16.969.564,83 169,70
Total 472.385.354,70 4.723,85 Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
110
g. Setelah biaya overhead pabrik per unit pada masing-masing produk diketahui,
maka perhitungan biaya per unit masing-masing produk dapat dihitung seperti
pada tabel 5.23.
Tabel 5.23 Daftar Perhitungan Unit Cost
Dengan Activity Based Costing System Tahun 2003
Produk Prime Cost BOP / Unit HPP / unit Per unit (Rp) (Rp) (Rp)
Kaos Dadung Dewasa (All Size) 15.211,68 6.531,46 21.743,14Kaos Dadung Remaja (All Size) 15.263,77 7.636,69 22.900,46Kaos Dadung Wanita (All Size) 15.516,96 7.292,51 22.809,47Kaos Dadung Anak (All Size) 17.747,50 6.569,22 24.316,72Kaos Be-Gaya (All Size) 13.286,96 18.864,30 32.151,26Kaos d,Mo Olah Raga (All Size) 13.047,12 4.723,85 17.770,97
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
h. Setelah menghitung besarnya unit cost untuk masing-masing produk
berdasarkan sistem ABC, maka dilakukan perbandingan biaya overhead pabrik
(BOP) yang dibebankan. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel 5.24.
Untuk mengetahui besarnya selisih perhitungan unit cost untuk masing-masing
produk, dilanjutkan dengan perbandingan antara perhitungan unit cost yang
ditetapkan PT.Mondrian dengan perhitungan unit cost berdasar sistem ABC
(dapat dilihat pada tabel 5.25) berikut :
111Tabel 5.24
Perbandingan Selisih BOP Yang Dibebankan Pada Produk Antara BOP Berdasarkan sistem PT.Mondrian Group dengan BOP Berdasarkan Activity Based Costing System
BOP Perusahaan
BOP ABC System
Produk Jumlah Produk
BOP/Unit
Produk
(1)
BOP/Total
Produk (Rp)
BOP/Unit
Produk
(2)
BOP/Total
Produk (Rp)
Selisih
BOP/Unit
Produk (Rp)
(3) = (1) – (2)
Selisih BOP/Total
Produk (Rp)
Prosentase
(%)
(4) = (3) : (1)
X 100%
Dadung Dewasa
(All size)
180.000
7495,062 1.349.111.193,39 6.531,46 1.175.662.667,07
963,61 173.448.526,32
12,86
Dadung Remaja
(All size)
150.000
7495,062 1.124.259.327,82 7.636,69 1.145.503.315,76
(141,63) (21.243.987,94)
(1,89 )
Dadung Wanita
(All size)
137.500
7495,062 1.030.571.050,50 7.292,51 1.002.720.025,88
202,56 27.851.024,62
2,70
Dadung Anak
(All size)
121.500
7495,062 910.650.055,54 6.569,22 798.159.888,50
925,85 112.490.167,04
12,35
B-Gaya
(All size)
18.000 7495,062 134.911.119.34 18.864,30 339.557.330,30 (11369,24) (204.646.210,96) (151,69 )
d,Mo
Olah Raga
(All size)
100.000
7495,062 749.506.218,55 4.723,85 472.385.354,70
2771,21 277.120.863,85
36,97
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
112
Tabel 5.25
Perbandingan Selisih Perhitungan Unit Cost
Antara Perhitungan Unit Cost Berdasarkan sistem PT.Mondrian Group dengan
Perhitungan Unit Cost Berdasarkan Activity Based Costing System
Produk HPP / unit HPP / unit Selisih Prosentase
Sistem
PerusahaanSistem ABC
(Rp) (Rp) (Rp) (%) (1) (2) (3) = (1) - (2) (4)=(3):(1) x 100% Kaos Dadung Dewasa (All Size) 22.706,75 21.743,14 963,61 4,24Kaos Dadung Remaja (All Size) 22.758,83 22.900,46 (141,63) (0,62)Kaos Dadung Wanita (All Size) 23.012,03 22.809,47 202,56 0,88Kaos Dadung Anak (All Size) 25.242,57 24.316,72 925,85 3,67Kaos Be-Gaya (All Size) 20.782,02 32.151,26 (11.369,24) (54,71)Kaos d,Mo Olah Raga (All Size) 20.542,18 17.770,97 2.771,21 13,49
113
C. Pembahasan
PT.Mondrian Group dalam membebankan biaya overhead pabrik (BOP)
kepaca produk didasarkan atas tarif BOP tunggal. Dengan sistem tersebut
pembebanan yang dilakukan dianggap sama untuk semua jenis produk yang
dihasilkan perusahaan tanpa memperhatikan jumlah jam mesin, jam tenaga
kerja langsung, jumlah formula, jam pemeliharaan, jumlah BBM dan jumlah
batch. Padahal untuk setiap produk jumlah aktivitas dan bahan yang
dikonsumsi berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga dengan sistem tarif
tunggal berdampak pada ketidaksesuaian BOP yang dikonsumsi sebenarnya
dengan BOP yang diperhitungkan.
Perhitungan BOP yang dibebankan dengan menggunakan ABC system secara
keseluruhan mengalami perubahan dibandingkan dengan sistem perusahaan.
Pada perhitungan tabel 5.24 diketahui bahwa selisih BOP/unit produk
menurut perusahaan dan BOP/unit produk berdasarkan ABC system untuk
produk Kaos Dadung Dewasa (All size) menunjukkan selisih sebesar Rp.
963,61 dengan prosentase selisih sebesar 12,86% ini berarti bahwa BOP yang
dibebankan lebih besar jumlahnya dibandingkan jika perusahaan
menggunakan ABC system. Untuk Kaos Dadung Remaja (All size) diperoleh
selisih sebesar Rp. 141,63 dengan prosentase selisih sebesar 1,89%. Untuk
produk ini, BOP yang dibebankan oleh perusahaan lebih kecil jumlahnya
apabila dibandingkan dengan ABC system. Dari kaos Dadung Wanita (All
114
size) diperoleh selisih sebesar Rp. 202,56 dengan prosentase selisih sebesar
2,70%, berarti bahwa BOP yang dibebankan lebih besar jumlahnya
dibandingkan jika perusahaan menggunakan ABC system. Dari kaos Dadung
Anak (All size) diperoleh selisih sebesar Rp. 925,85 dengan prosentase
sebesar 12,35%, berarti bahwa BOP yang dibebankan lebih besar jumlahnya
dibandingkan jika perusahaan menggunakan ABC system. Selisih yang sangat
besar didalam pembebanan BOP adalah pada produk Kaos B-Gaya (All size).
Untuk kaos B-Gaya (All size) menunjukkan selisih sebesar Rp. 11369,24
dengan prosentase sebesar 151,69%. BOP yang dibebankan oleh perusahaan
lebih kecil jumlahnya dibandingkan jika perusahaan menggunakan ABC
system. Konsumsi cost driver yang besar terletak pada jumlah formula.
Karena produk ini merupakan produk khusus sesuai keinginan konsumen,
maka waktu pemrosesannya lebih lama sehingga jam mesin merupakan salah
satu penyebab kanaikan yang tingi. Untuk Kaos d,Mo Olah Raga (All size)
diperoleh selisih Rp. 2771,21 dengan prosentase selisih sebesar 36,97% ini
berarti bahwa BOP yang dibebankan oleh perusahaan lebih besar jumlahnya
dibandingkan jika perusahaan menggunakan ABC system.
Dari hasil perbandingan perhitungan unit cost untuk setiap produk,
diketahui bahwa jumlah selisih harga pokok produk untuk setiap produk
menurut perusahaan dengan harga pokok produk untuk setiap produk menurut
ABC system seperti yang terlihat pada perhitungan pada tabel 5.24. Untuk
115
Kaos Dadung Dewasa (All size) menunjukkan selisih sebesar Rp. 963,61
dengan prosentase selisih 4,24%, ini berarti bahwa harga pokok produk yang
dibebankan kepada produk lebih tinggi dibandingkan jika perusahaan
menggunakan ABC system. Kaos Dadung Remaja (All size) diperoleh selisih
sebesar Rp. 141,63 denga prosentase selisih 0,62%, ini berarti bahwa harga
pokok produk yang dibebankan kepada produk lebih rendah apabila
dibandingkan dengan ABC system. Kaos Dadung Wanita (All size) diperoleh
selisih sebesar Rp. 202,56 dengan prosentase selisih 0,88%, ini berarti bahwa
harga pokok produk yang dibebankan kepada produk lebih tinggi
dibandingkan jika perusahaan menggunakan ABC system. Kaos Dadung Anak
(All size) diperoleh selisih sebesar Rp. 925,85 dengan prosentase selisih
3,67%, ini berarti bahwa harga pokok produk yang dibebankan kepada produk
lebih tinggi dibandingkan jika perusahaan menggunakan ABC system. Kaos
B-Gaya (All size) menunjukkan selisih sebesar Rp. 11369,24 dengan
prosentase selisih 54,71%, ini berarti bahwa harga pokok produk yang
dibebankan kepada produk lebih rendah apabila dibandingkan dengan ABC
system. Sedangkan untuk Kaos d,Mo Olah Raga (All size) diperoleh selisih
Rp. 2771,21 dengan prosntase selisih 13,49%, ini berarti bahwa harga pokok
produk yang dibebankan kepada produk lebih tinggi dibandingkan jika
perusahaan menggunakan ABC system.
116
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diolah pada bab 5, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Selisih perbedaan antara biaya overhead pabrik (BOP) yang
dibebankan didalam penghitungan unit cost yang ditetapkan
perusahaan saat ini dengan biaya overhead pabrik (BOP) yang
dibebankan didalam penghitungan unit cost berdasarkan Activity
Based Costing System sebagai berikut :
a. Selisih BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Dewasa (All size)
sebesar Rp. 173.448.526,32
b. Selisih BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Remaja (All size)
menjadi Rp. 21.243.987,94
c. Selisih BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Wanita (All size)
menjadi Rp. 27.851.024,62
d. Selisih BOP yang dibebankan pada kaos Dadung Anak (All size)
menjadi Rp. 112.490.167,04
e. Selisih BOP yang dibebankan pada kaos B-Gaya (All size) menjadi
Rp. 204.646.210,96
f. Selisih BOP yang dibebankan pada kaos d,Mo Olah Raga (All
size) menjadi Rp. 227.120.863,85
116
117
2. Perubahan harga pokok produk per unit yang dibebankan untuk setiap
produk sebagai berikut :
a. Harga pokok produk kaos Dadung Dewasa (All size) menjadi Rp.
21.743,14 per unit.
b. Harga pokok produk kaos Dadung Remaja (All size) menjadi Rp.
22.900,46 per unit.
c. Harga pokok produk kaos Dadung Wanita (All size) menjadi Rp.
22.809,47 per unit.
d. Harga pokok produk kaos Dadung Anak (All size) menjadi Rp.
24.316,72 per unit.
e. Harga pokok produk kaos B-Gaya (All size) menjadi Rp.
32.151,26 per unit.
f. Harga pokok produk kaos d,Mo Olah Raga (All size) menjadi Rp.
17.770,97 per unit.
B. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam proses penelitian yang dilakukan di
PT.Mondrian Group yaitu :
1. Waktu dan ruang lingkup penelitian yang disediakan perusahaan
terbatas karena kasibukan operasional perusahaan.
2. Perusahaan diasumsikan memenuhi syarat penerapan Activity Based
Costing System.
3. Terdapat beberapa biaya oleh perusahaan dibebankan secara arbitery.
118
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mencoba memberikan
saran untuk perusahaan. Semoga saran ini dapat bermanfaat bagi
perusahaan terutama dalam pembebanan BOP yang lebih tepat dan akurat.
Saran tersebut adalah :
1. PT.Mondrian Group mempunyai komitmen untuk
mengimplementasikan Activiy Based Costing System. Meskipun
demikian, besarnya biaya overhead pabrik terhadap total biaya
produksi perlu menjadi dasar untuk memutuskan implementasi ABC
system.
2. Kondisi perusahaan yang sangat kompleks karena perusahaan
memproduksi beragam jenis produk. Dari tabel 5.3 diketahui bahwa
prosentase BOP lebih tinggi daripada biaya tenaga kerja (32,79%),
maka penulis menyarankan PT.Mondrian Group menggunakan sistem
ABC dalam pembebanan biaya overhead pabrik karena perusahaan
menggunakan mesin dalam setiap proses produksi dan dalam setiap
proses produksi tersebut perusahaan meminimalkan penggunaan
tenaga kerja manusia. Penerapan tersebut dilakukan secara bertahap
dimulai dari lingkup yang kecil dulu, seperti didalam penentuan BOP.
Dengan menerapkan sistem ABC pada perusahaan akan menjawab
permasalahan yang berkaitan dengan pengalokasian pembebanan BOP
setiap jenis produk. Ketepatan pengalokasian BOP akan mengurangi
terjadinya distorsi pengalokasian biaya overhead pabriknya.
DAFTAR PUSTAKA
Brimson, James A. (1991), Activity Accounting: ABC Approach. New York: John Wiley and Sons.
Carter,W.K., dan Usry, Milton.F. (2002). Akuntansi Biaya, Edisi 13. Jakarta:
Salemba Empat Cooper, Robin dan Robert S. Kaplan (1991). The Design of Cost Management
System Text, Casses, Readings. Engelwood Clift, New York: Prentice Hall
Cooper, Robin, Robert S. Kaplan, Maisel Lawrence S., Morrissey, and Oehm,
Ronald, M. (1992), Implementing Activity Based Cost Management: Moving from Analysys to Action, Montvale, New Jersey: Institute of Management Accountants.
Fabiola Halan, Yohanes (2002), Analisis Perhitungan Unit Cost dengan
Metode Activity Based Costing (ABC), Skripsi S-1 (Tidak dipublikasikan) Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen. (1997). Akuntansi Manajemen
(Alih bahasa: Hermawan, Ancella A). Jakarta : Erlangga
----------------------------------------------------- (2000). Manajemen Biaya (Alih bahasa: Thomson learning Asia), Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Harahap, Sofyan S. (2003). Teori Akuntansi, Edisi 2. Jakarta: Universitas
Trisakti
Horngren, Charles T., Gary L. Sunden dan William O. Stratton. (1999). Introduction to Management Accounting, Eleventh edition. New Jersey: Prentice Hall International Inc.
Iskandar (2001), Penerapan Activity Based Costing (ABC) dalam Perhitungan
Harga Pokok Produksi (HPP), Skripsi S-1 (Tidak dipublikasikan) Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Muhadi. (2001). Akuntansi Biaya 1 dan 2. Cetakan Pertama. Yogyakarta:
Percetakan Kanisius
Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya. Yogyakarta: BPFE.
Pedoman Penulisan skripsi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2003). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Sugiri, Slamet. (1994). Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Supriyono R.A. 1994. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk
Teknologi Maju dan Globalisasi. Yogyakarta: BPFE Wijaya, T.A. (1992). Activity Based Costing Suatu Pengantar. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta. ---------------------------------- (1993). Activity Based Costing System. Jakarta:
Herverindo.
Bagan Alir Penelitian
Mulai
Survey Pendahuluan
Study Literatur
Study Lapangan
Perumusan Masalah
Penentuan Tujuan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data Perhitungan Unit Cost
Sistem yang digunakan oleh PT.Mondrian Group - Menghitung Tarif BOP - Menghitung HPP
Perbandingan Hasil
Kesimpulan
Selesai
Sistem activity based costing: 1. Prosedur Tahap Pertama 2. Prosedur Tahap Kedua
- Menghitung HPP
Lampiran Pertanyaan
Berikut pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada waktu wawancara penelitian :
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah dan perkembangan perusahaan
a. Kapan perusahaan didirikan dan oleh siapa?
b. Apa bentuk perusahaan pertama kali berdiri?
c. Apa yang menjadi dasar berdirinya perusahaan?
2. Tujuan Perusahaan
a. Apa tujuan mendirikan perusahaan?
3. Lokasi Perusahaan
a. Apa yang mendasari pemilihan letak perusahaan?
b. Berapakah luas tanah yang dipakai oleh perusahaan?
4. Bentuk Perusahaan
a. Apa bentuk perusahaan saat ini?
b. Bergerak dalam bidang apakah perusahaan saat ini?
5. Struktur Organisasi
a. Bagaimana bentuk struktur organisasi perusahaan?
b. Bagaimana tugas, wewenang dan tanggung jawab setiap bagian dalam
organisasi?
B. Personalia
1. Berapakah jumlah karyawan yang ada didalam perusahaan?
2. Bagaimana pengaturan jam kerja dalam sehari?
3. Bagaimana sistem penggajian karyawan?
4. Apakah terdapat jaminan sosial bagi karyawan?
5. Usaha-usaha apakah yang dilakukan perusahaan untuk memajukan karyawan?
C. Produksi
1. Bahan baku
a. Berapa macam bahan baku yang digunakan dan apa saja jenisnya?
b. Berapa unit bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan setiap jenis
produk?
c. Bagaimana cara perusahaan dalam memperolah bahan baku?
2. Bahan penolong
a. Bahan penolong apa saja yang dibutuhkan perusahaan dalam memproduksi
masing-masing jenis produk?
b. Berapa unit masing-masing bahan penolong yang dibutuhkan untuk
memproduksi setiap jenis produk yang terdapat didalam perusahaan?
3. Produk dan proses produksi
a. Berapa macam produk yang dihasilkan dan apa saja?
b. Bagaimana tahap-tahap proses produksi?
c. Berapa lama waktu yang dibituhkan dalam memproduksi setiap jenis produk
yang dihasilkan?
d. Bagian apa saja yang mendukung proses produksi?
e. Berapa kapasitas mesin dan apakah sudah bekerja secara penuh?
f. Berapa jam perusahaan beroperasi setiap harinya?
4. Biaya tenaga kerja langsung
a. Upah apa saja yang termasuk dalam kategori biaya tenaga kerja langsung?
b. Bagaimana penentuan jam tenaga kerja langsung untuk setiap produk?
c. Berapa tarif per jam kerja langsung?
5. Biaya overhead pabrik
a. Biaya apa sajakah yang termasuk BOP?
b. Metode apa yang dipakai untuk menentukan tarif BOP?
c. Apa dasar pembebanan BOP terhadap produk?
d. Bagaimana penentuan BOP untuk setiap jenis produk?
e. Apakah jumlah BOP cukup tinggi?
D. Akuntansi
1. Periode pencatatan biaya produk dilakukan setiap bulan, tahun atau periode
tertentu?
2. Bagaimana bentuk laporan biaya overhead pabrik?
E. Pemasaran
1. Siapa saja konsumen yang dilayani?
2. Bagaimana sistem penjualan yang dilakukan oleh perusahaan?
3. Berapa luas daerah pemasaran yang terjangkau perusahaan?
4. Bagaimana saluran distribusi perusahaan?
5. Apakah ada potongan harga? Jika ada bagaimana penentuannya?
6. Apakah ada usaha promosi dari perusahaan?
F. Lain-lain
1. Aktivitas-aktivitas apa saja yang terjadi di dalam setiap bagian di dalam
perusahaan?
2. Bagaiamana urutan-urutan aktivitas-aktivitas yang ada?
3. Aktivitas-aktivitas mana yang merupakan aktivitas utama perusahaan?
4. Biaya apa saja yang terjadi di dalam aktivitas-aktivitas tersebut?
5. Aktivvitas-aktivitas apa saja yang menimbulkan biaya overhead pabrik?
6. Apakah diversitas produk yang dihasilkan cukup tinggi?
7. Apakah perusahaan mengalami persaiangan yang ketat dengan perusahaan lain?
8. Apakah ratio konsumsi berdasar unit dan non unit berbeda?
PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM
PADA PEMBEBANAN BOP DALAM
PENGHITUNGAN UNIT COST ( Studi Kasus pada PT. Mondrian Group Klaten )
Presentasi Skripsi Rabu 21 Maret 2007, hal 1
Apakah ada perbedaan antara biaya overhead pabrik (BOP)
yang dibebankan didalam penghitungan unit cost yang
ditetapkan perusahaan saat ini dengan biaya overhead pabrik
(BOP) yang dibebankan didalam penghitungan unit cost
berdasarkan Activity Based Costing System ?
Rumusan Masalah
Presentasi Skripsi Rabu 21 Maret 2007, hal 2
Proses produksi
Tidak dilakukan identifikasi aktivitas yang bernilai
tambah dan tidak bernilai tambah
Batasan
Presentasi Skripsi Rabu 21 Maret 2007, hal 3
Untuk mengetahui perbedaan unit cost setiap produk antara
biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan didalam
penghitungan unit cost yang diterapkan PT.Mondrian dengan
biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan didalam
penghitungan unit cost berdasarkan Activity Based Costing
System.
Tujuan penelitian
Presentasi Skripsi Rabu 21 Maret 2007, hal 4
Biaya Overhead
Pembebanan Biaya
Kelompok Pabrik Secara Manyeluruh
Pembebanan Biaya
Produk
Unit Produksi
HPP per unit
Prime Cost
Biaya Bahan
Baku
Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Teknik Analisa Data
Pembebanan BOP Menggunakan Sistem Konvensional
Presentasi Skripsi Rabu 21 Maret 2007, hal 5
Biaya Sumber Daya
Pembebanan Biaya
Aktivitas
Pembebanan Biaya
Produk Prime Cost
Biaya Bahan
Baku
Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Unit Produksi
HPP per unit
Teknik Analisa Data
Pembebanan BOP Meggunakan Sistem ABC
Presentasi Skripsi Rabu 21 Maret 2007, hal 6
A1 A3A2 A4 An
Penyaring Tingkat Aktivitas
Tingkat Unit
Tingkat Bacth
Tingkat Produk
Tingkat Fasilitas
Penyaring Aktivitas
Penyaring Aktivitas
Penyaring Aktivitas
Set 1 Set 2 Set 3 Set 4 Set 5 Set 6 Set 7
Klasifikasi Aktivitas
Presentasi Skripsi Rabu 21 Maret 2007, hal 7
Produk Prime Cost
BOP / Unit
HPP / unit
Per unit (Rp) (Rp) (Rp)
Kaos Dadung Dewasa (All Size) 15.211,68 6.531,46 21.743,14Kaos Dadung Remaja (All Size) 15.263,77 7.636,69 22.900,46Kaos Dadung Wanita (All Size) 15.516,96 7.292,51 22.809,47Kaos Dadung Anak (All Size) 17.747,50 6.569,22 24.316,72Kaos Be-Gaya (All Size) 13.286,96 18.864,30 32.151,26Kaos d,Mo Olah Raga (All Size) 13.047,12 4.723,85 17.770,97
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten
Perhitungan Unit Cost Dengan Activity Based Costing System
Tahun 2003
Maret 2007, haPresentasi Skripsi Rabu 21 l 9
Perbandingan Selisih BOP Yang Dibebankan Pada Produk
Antara BOP Berdasarkan sistem PT.Mondrian Group dengan BOP Berdasarkan Activity Based Costing System
Presentasi Skripsi Rabu 21 Maret 2007, hal 8
BOP Perusahaan
BOP ABC System
Produk Jumlah Produk
BOP/Unit Produk
(1)
BOP/Total Produk
(Rp)
BOP/UnitProduk
(2)
BOP/Total Produk
(Rp)
Selisih BOP/Unit
Produk (Rp)
(3) = (1) – (2)
Selisih BOP/Total
Produk
(Rp)
Prosentase
(4) = (3) : (1) X 100%
(%)
Dadung Dewasa
(All size) 180.000
7495,062 1.349.111.193,39 6.531,46
1.175.662.667,07
963,61 173.448.526,32
12,86
Dadung Remaja
(All size) 150.000
7495,062 1.124.259.327,82 7.636,69
1.145.503.315,76
(141,63) (21.243.987,94)
(1,89 )
Dadung Wanita
(All size) 137.500
7495,062 1.030.571.050,50 7.292,51
1.002.720.025,88
202,56 27.851.024,62
2,70
Dadung Anak
(All size) 121.500
7495,062 910.650.055,54 6.569,22
798.159.888,50
925,85 112.490.167,04
12,35
B-Gaya
(All size) 18.000 7495,062 134.911.119.34 18.864,30 339.557.330,30 (11369,24) (204.646.210,96) (151,69 )
d,Mo
Olah Raga (All size)
100.000
7495,062 749.506.218,55 4.723,85
472.385.354,70
2771,21 277.120.863,85
36,97
Sumber: Diolah dari data PT. Mondrian Group Klaten