P U T U S A N - pt-medan.go.id fileManganar Sidabutar, Alamat : Jln. Sutan Syahrir No.1458 RT/RW...
Transcript of P U T U S A N - pt-medan.go.id fileManganar Sidabutar, Alamat : Jln. Sutan Syahrir No.1458 RT/RW...
P U T U S A NNomor : 279/PDT/2015/PT.MDN
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara
perdata pada tingkat banding, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam
perkara antara :
Tirani Boru Sitompul, Perempuan, Alamat Jl. Bakti Luhur Gg Banteng No.
53, Kelurahan Dwikora, Kecamatan Medan Helvetia, Kota
Medan – Prov. Sumatera Utara, selanjutnya disebut sebagai
Pembanding semula Tergugat;
Melawan :
1. Walson Sidabutar, Alamat : Jln. Raya Tomok Desa Tomok Parsaoran,
Kecamatan Simanindo, Kab. Samosir, Prov. Sumatera
Utara, selanjutnya disebut sebagai Terbanding I semula
Penggugat I;
2. Manganar Sidabutar, Alamat : Jln. Sutan Syahrir No.1458 RT/RW 20/03
Kelurahan 5 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang –
Prov. Sumatera Selatan, selanjutnya disebut sebagai
Terbanding II semula Penggugat II;
3. Baginda Sidabutar, Alamat : Komplek Terminal Sosor Saba No. 14 C
Desa/ Kel. Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon,
Kabupaten Simalungun, Prov. Sumatera Utara, selanjutnya
disebut sebagai Terbanding III semula Penggugat III;
Masing-masing dalam hal ini Para Penggugat memberikan kuasa kepada
Poltak Manik, SH., Advokat dan Konsultan Hukum dari Kantor Advokat dan
Konsultan Hukum Poltak Manik, SH & Associates, beralamat di Jl. Kolonel Leberty
Malau No. 8 Pangururan, Kabupaten Samosir –Prov. Sumatera Utara,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 08 Januari 2014, yang terdaftar di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Balige tanggal 19 Pebruari 2014 dibawah
Register No. 22/SK/2014/PN.BLG;
- 2 -
Pengadilan Tinggi tersebut;
Telah membaca berkas perkara dan surat-surat yang berhubungan dengan
perkara ini;
TENTANG DUDUK PERKARANYA ;
Menimbang, bahwa Para Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal
19 Februari 2014, yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Balige
dibawah Register Nomor : 12/Pdt.G/2014/PN.Blg tertanggal 19 Februari 2014,
telah mengajukan gugatan yang berbunyi sebagai berikut :
1. Bahwa Penggugat I adalah anak dari Hannas Sidabutar, Hannas Sidabutar
anak dari Oppu Walson Sidabutar, Oppu Walson Sidabutar anak dari A.
Pangarodung Sidabutar, A.Pangarodung Sidabutar anak dari Oppu Hutatam
Sidabutar dari isterinya yang kedua, yaitu Boru Manurung (Isteri Oppu
Hutatam Sidabutar adalah: 1. Boru Gultom, tetapi tidak memiliki anak; 2. Boru
Manurung; 3. Boru Samosir; 4. Boru Sinaga (anaknya Mangatur, tetapi tidak
memiliki keturunan); 5. Boru Ambarita, tidak memiliki anak laki-laki (lalu kawin
dengan Timbo Sidabutar, anak tirinya: anak Oppu Hutatam Sidabutar dari Boru
Samosir;
Isteri ketiga Oppu Hutatam Sidabutar adalah Boru Samosir, yang daripadanya
dilahirkan tiga orang anak, yakni A. Handang Sidabutar, Timbo Sidabutar dan
Balga Sidabutar;
Penggugat li adalah anak dari Tunggul Sidabutar, Tunggul Sidabutar anak dari
Oppu Hotmaria Sidabutar, Oppu Hotmaria Sidabutar anak dari A. Handang
Sidabutar, A Handang Sidabutar anak pertama dari Oppu Hutatam Sidabutar
dari isterinya Boru Samosir;
Sedangkan Penggugat III adalah anak dari Bilianus Sidabutar (Adik kandung
dari Eliakim Sidabutar, mertua Tergugat), Bilianus Sidabutar dan Eliakim
Sidabutar anak dari Timbo Sidabutar (dari perkawinan Timbu Sidabutar
dengan Ibu Tirinya Boru Ambarita, isteri yang kelima Oppu Hutatam
Sidabutarj, Timbo Sidabutar adalah anak kedua Qppu Hut at am Sidabutar dari
isterinya yang ketiga, Yakni Boru Samosir;
Isteri keempat Oppu Hutatam Sidabutar adalah Boru Sinaga, yang dari
padanya lahir Mangatur Sidabutar (O. Simangatur) yang tertera sebagai
Tunggane Huta Sosor Tongatonga dalam Register De Kampoeng Met
Daarover Besturende Radja's, Hoendoelan Tomok (Alat Bukti P: 1), akan tetapi
- 3 -
Mangatur Sidabutar (O. Simangatur) tidak memiliki keturunan, sebagaimana
dalam Surat Tarombo Keturunan Oppu Hutatam Sidabutar, (Alat Bukti P:2);
Isteri kelima Oppu Hutatam Sidabutar adalah Boru Ambarita, yang tidak
memiliki keturunan laki-laki, tetapi setelah Oppu Hutatam meninggal dunia,
Boru Ambarita ini lalu kawin dengan anak tirinya yaitu Timbo Sidabutar, yang
dari perkawinan itu dilahirkanlah Eliakim Sidabutar (Mertua tergugat) dan
Bilianus Sidabutar (Ayah Penggugat III);
2. Bahwa Oppu Hutatam Sidabutar adalah anak kedua dari enam bersaudara
anak Oppu Rajadihuta Sidabutar, yaitu: A. Rajadihuta Sidabutar, Oppu
Hutatam Sidabutar. Oppu Sombaon Sidabutar, Oppu Jamatio Sidabutar, Oppu
Jahuala Sidabutar dan Oppu Santun Sidabutar, yang dulunya bertempat
tinggal di Huta Tomok Bolon;
3. Bahwa setelah keenam anak dari Oppu Rajadihuta Sidabutar dewasa dan
berumah tangga, lalu di-pajae ( =mencar ) dari rumah di Huta Tomok Bolon
dengan masing-masing memiliki rumah dan Huta (Kampung) sendiri kecuali
yang bungsu, Oppu Santun Sidabutar telah merantau ke Timur (Simalungun)
dan menetap disana, A. Rajadihuta Sidabutar tetap menempati Huta Tomok
Bolon, Oppu Hutatam Sidabutar memiliki Huta Sosor Tongatonga, Oppu
Sombaon Sidabutar juga tetap menetap Huta Tomok Bolon, Oppu Jamatio
Sidabutar memiliki Huta Sitio dan Oppu Jahuala Sidabutar memiliki Huta Sosor
Pasir;
4. Bahwa demikianlah setelah ojak/resmi di-pajae manjadi pemilik tariah/huta
maka Oppu Hutatam Sidabutar lalu mendirikan rumahnya di Huta Sosor
Tongatonga, yang didiami dan dimiliki lalu diwarisi keturunannya secara terus
menerus, yang pada masa pemerintahan kolonial Belanda termasuk salah
satu huta yang didaftar dalam keadministrasian desa (huta) atas nama salah
satu anaknya, yaitu Mangatur Sidabutar (O. Simangatur) dalam Register De
Kampoeng Met Daarover Besturende Radja's, Hoendoelan Tomok No.1234,
Surat Kutipan oleh Pengadilan Negeri Balige No.11/2013 Tanggal 5
September 2013 (Alat Bukti P: 1), namun karena O. Simangatur / Mangatur
Sidabutar hingga akhir hayatnya tidak memiliki anak laki-laki maka seluruh
hak-hak yang melekat pada 0. Simangatur / Mangatur Sidabutar kembali
kepada keturunan dari anak tertua, yakni dari garis keturunan Penggugat I;
5. Bahwa hingga tahun 1970-an rumah yang ada di Huta Sosor Tongatonga
adalah rumah milik Penggugat I, Rumah Kakek Penggugat II, Rumah Timbo
Sidabutar (Kakek Penggugat III dan Tergugat) serta satu rumah kerabat lain
tetapi bukan keturunan Oppu Hutatam Sidabutar, namun sekitar tahun 1980-
- 4 -
an semua rumah itu sudah tidak ditempati lagi karena sudah pindah dari Huta
Sosor Tongatonga, akan tetapi hak dan pengelolaan atas tanah dan Huta
Sosor Tongatonga selanjutnya diwarisi dan tetap dipertahankan sebagai milik
bersama oleh keturunan Oppu Hutatam Sidabutar dari isterinya Boru
Manurung (yaitu Penggugat I) dan keturunan Oppu Hutatam Sidabutar dari
isterinya Boru Samosir, yaitu keturunan dari A. Handang Sidabutar dan Timbo
Sidabutar (yakni Penggugat II, Penggugat III dan tergugat kecuali keturunan
dari Balga Sidabutar karena sudah di-pajae lagi tersendiri);
6. Bahwa meskipun seluruh rumah tersebut sudah tidak lagi ditempati, akan
tetapi Penggugat I dan orang tua Penggugat II tetap mengurus dan mengambil
hasil dari PEPOHONAN berupa pohon durian sekitar empat pokok, pohon
buah asam (Sotul) delapan pokok, pohon mangga enam pokok, pohon kelapa
dua pokok, pohon kayu jior duapuluh pokok, pohon kayu rappu tiga pokok,
yang kesemua pepohonan itu sudah tua yang tanpa persetujuan dari para
penggugat bahkan telah dilarang lalu ditebangi oleh tergugat dan diolahnya
menjadi bahan bangunan yang banyaknya mencapai sekitar sembilan puluh
ton;
7. Bahwa sejak dulu telah ada jalan setapak ditengah Huta Sosor Tongatonga,
setelah jaman berkembang itulah menjadi jalan raya sekarang dan Huta Sosor
Tongatonga-pun menjadi terbelah dua oleh jalan raya tersebut, lalu bidang
tanah sebelah Timur mulai dari jalan raya hingga berbatas dengan danau Toba
telah dikelola oleh Balga Sidabutar, sehingga dipajae (mencar) dan terpisah
dari Huta Sosor Tongatonga menjadi Huta tersendiri yaitu: Huta Lumban Raja
yang selanjutnya dirniliki dan diwarisi oleh keturunan Balga Sidabutar sampai
sekarang, sehingga keturunan dari Balga Sidabutar tidak memiliki hak lagi di
Huta Sosor Tongatonga demikian pula sebaliknya keturunan Oppu Hutatam
Sidabutar yang lain tidak lagi memiliki hak atas Huta Lumban Raja;
8. Bahwa pada awal tahun 1990-an, tergugat secara melawan hukum dan tanpa
alas hak yang sah mengklaim sebagai satu-satunya pemilik/pewaris atas Huta
Sosor Tongatonga, sehingga menimbulkan tentangan dari Para Penggugat
yang kemudian ditengahi (mediasi) oleh kerabat dan saudara-saudara
keturunan Oppu Rajadihuta Sidabutar di Tomok, yang pada sekitar Oktober
tahun 1995 para pihak dalam perkara a quo menyetujui untuk sementara
membuat batas-batas hak pengelolaan masing-masing saja dengan tetap
mempertahankan kepemilikan bersama atas Huta Sosor Tongatonga;
9. Bahwa atas persetujuan dalam mediasi tersebut, Para Penggugat maupun
saudara-saudara penggugat lainnya keturunan dari Oppu Hutatam Sidabutar
- 5 -
maupun para kerabat lainnya telah menganggap tidak timbul lagi
permasalahan sehingga pada sekitar tahun 1997 atas usul Kepala Desa
kepada pihak Koramil Simanindo agar mendapat bantuan / subsidi
pembangunan rumah rakyat dalam program ABRI Manunggal Rakyat (ABRI
Masuk Desa), dibangunlah rumah kayu berlantai semen milik Penggugat II
dilahan yang merupakan bagian pengelolaannya di Huta Sosor Tongatonga
sampai sekarang, rumah mana tetap dikuasai oleh Penggugat II (bangunan
rumah Penggugat II tidak termasuk obyek gugatan quo);
10.Bahwa kemudian Para Penggugat amat terkejut mengetahui bahwa tergugat
secara sepihak tetap saja menganggap satu-satunya pemilik Huta Sosor
Tongatonga adalah Timbo Sidabutar yaitu kakek dari suami terguRat dan
Penggugat III (padahal Penggugat III yang merupakan sepupu kandung suami
tergugat tidak scpendapat dengan tergugat) bahkan termasuk lahan / tanah
pertapakan bangunan rumah milik Penggugat II pun turut telah diklaim secara
melawan hukum oleh tergugat sebagai satu kesatuan dari Huta Sosor
Tongatonga yang menjadi tanah milik tergugat sendiri;
11.Bahwa sejak tahun 2012 yang lalu tergugat (meski telah dilarang para
penggugat) telah menebangi pepohonan di Huta Sosor Tongatonga dan
sekitar bulan Agustus yang lalu tergugat bahkan meratakan sebagian dari Huta
Sosor Tongatonga sebelah Timur (menghadap Jalan Raya Tomok Ambarita)
lalu mulai mendirikan bangunan rumah / kios-kios, yang mula-mula Para
Penggugat menganggap bahwa tergugat hanya akan membangun kios-kios
dilahan yang menjadi hak pengelolaannya, akan tetapi ternyata tergugat justru
secara sewenang-wenang mendirikan bangunan rumah / kios-kios hingga
pada lahan hak pengelolaan baik Penggugat I dan Penggugat III serta
termasuk mulai meratakan halaman rumah Penggugat II, yang kemudian
secara tegas telah dilarang oleh Para Penggugat, akan tetapi tergugat tidak
mengindahkannya sama sekali bahkan justru kembali secara melawan hukum
mengklaim bahwa seluruh Huta Sosor Tongatonga adalah warisan miliknya
sendiri dan menuding Para Penggugat sebagai Sidabutar pendatang yang
tidak diketahui asal usulnya sehingga demikian Para Penggugat tidak memiliki
hak apapun atas Huta Sosor Tongtonga termasuk, tergugat memerintahkan
memindahkan rumah Penggugat II, suatu tindakan dan atau tuduhan yang
sudah menjurus pada tindak pidana, namun Para Penggugat tetap sabar dan
beibesar hati mencarikan jalan keluar secara kekeluargaan dengan kembali
mengundang para kerabat Keturunan dari Oppu Rajadihuta Sidabutar yang
- 6 -
ada di Tomok, maupun kerabat dari Keturunan Balga Sidabutar, akan tetapi
semua upaya itu kandas karena tergugat tidak sedikitpun mengindahkannya;
12.Bahwa adapun luas tanah Huta Sosor Tongatonga yang secara melawan
hukum diklaim oleh tergugat sebagai warisan miliknya sendiri, diperkirakan
luasnya adalah + 2.800 M2 yakni ukuran Panjang + 54 M Xlebar+ 52 M,
dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Timur : Jalan Raya Tomok-Ambarita;
Sebelah Selatan : Tanah / Huta Milik Keturunan Jahuala Sidabutar;
Sebelah Barat : Lahan Pekuburan (Parbandaan) Keturunan Oppu Hutatam
Sidabutar;
Sebelah Utara : Jalan Setapak / Jalan Desa ;
yang didalam lahan Huta Sosor Tongatonga juga secara melawan hukum telah
dibangun rumah/kios-kios oleh tergugat, adalah seluas kira-kira 320 M2 (+
Panjang 8 M x Lebar40 M), Selanjutnya disebut sebagai "tanah terperkara",
13.Bahwa atas dasar alas hak dan sejarah pemilikan yang diwarisi turun temurun
oleh Para Pihak dalam perkara a quo, maka pihak Pengugat telah berupaya
meyakinkan pihak tergugat akan kebenaran dan keabsahan (legalitas)
pemilikan penggugat atas tanah terperkara secara pewarisan turun temurun,
dengan jalan kekeluargaan maupun dimediasi berbagai pihak dan kerabat,
sehingga pihak Pengugat sudah berupaya menyelesaikan secara baik-baik
dan berupaya pul? melupakan seluruh peristiwa-peristiwa yang lalu namun
pihak tergugat tetap saja bersikeras menolaknya dan sama sekali tidak
mengindahkannya, dengan demikian Para Penggugat berkesimpulan bahwa
atas permasalahan ini tidak dapat didiamkan tanpa ada penyelesaian dan
kepastian hak dan kepastian hukum, sehingga amat terpaksalah Para
Penggugat harus mengajukan permohonan gugatan ini ke Pengadilan Negeri
Balige, agar menyelesaikan permasalahan atas tanah terperkara tersebut
dengan suatu keputusan hukum yang dipatuhi bersama;
14.Bahwa Perbuatan tergugat yang telah mengklaim atau dengan cara
bagaimanapun lalu mengaku-ngaku sebagai hanya miliknya sendiri tanah
terperkara, menebangi / mengambil pepohonan, meratakan dan lalu
mendirikan bangunan rumah / kios-kios diatas tanah terperkara, telah
membawa kerugian baik materil berupa hilangnya sekitar sembilan puluh ton
kayu bahan bangunan seharga sekitar Rp. 2.000.000,-- (dua juta rupiah)
perton sehingga total sekitar Rp. 180.000.000,- (Seratus delapan puluh juta
rupiah) terutamalah kerugian immaterial bagi Penggugat yang tidak ternilai
yang untuk memudahkan perhitungannya dalam gugatan ini dapat ditaksir
- 7 -
sebesar Rp. 120.000.000,-- (seratus dua puluh juta rupiah) sehingga jumlah
kerugian para peggugat secara materil dan immaterial adalah sebesar Rp.
300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah), yang harus dibayar oleh tergugat kepada
Para Penggugat paling lama tujuh hari setelah putusan perkara a quo
berkekuatan tetap;
15.Bahwa perbuatan tergugat yang telah mengklaim atau dengan cara
bagaimanapun lalu mengaku sebagai hanya miliknya sendiri tanah terperkara,
menebangi pohon-pohonan, meratakan sebagian tanah terperkara dan lalu
membangun rumah / kios-kios diatas sebagian tanah terperkara tanpa alas
hak yang sah atau tanpa seijin / persetujuan Para Penggugat adalah
merupakan perbuatan melawan hukum;
16.Bahwa karena perbuatan tergugat atas tanah terperkara tersebut adalah
perbuatan melawan hukum, maka manakala ada atau akan diadakan oleh
tergugat atau pihak lain yang memperoleh hak daripadanya atau pihak ketiga
lainnya surat (surat-surat) tanpa seijin / persetujuan para Penggugat, maka
seluruh surat berikut seluruh surat turunan dan atau turutannya dan berada
ditangan siapapun surat (surat-surat) tersebut berada sepanjang menyangkut
tanah terperkara adalah tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum apapun;
17.Bahwa karena tindakan / perbuatan tergugat atas tanah terperkara adalah
perbuatan melawan hukum, maka sepatutnya tergugat dan atau pihak lain
yang menerima hak daripadanya agar membongkar seluruh bangunan rumah /
kios-kiosnya dan menyerahkan tanah terperkara kepada Penggugat dalam
keadaan baik, kosong dan bersih dari segala beban untuk selanjutnya dapat
dikuasai dan diatur peruntukannya oleh Para Penggugat;
18.Bahwa Para Penggugat memiliki sangka yang kuat bahwa tergugat memiliki
itikad tidak baik atas tanah terperkara, yaitu akan segera mengalihkan kepada
pihak ketiga baik hak pemilikan ataupun hak penguasaan tanah terperkara
terutama bagian bidang tanah terperkara yang telah didirikan bangunan rumah
/ kios-kios oleh tergugat dan atau untuk menjaga agar hasil gugatan
Penggugat manakala dikabulkan oleh Pengadilan ini tidak menjadi sia-sia dan
hampa dikemudian hari, oleh karenanya adalah berdasar dan patut menurut
hukum apabila Majelis Hakim yang menyidangkan perkara a quo membuat
suatu penetapan dan meletakkan sita jaminan atas tanah terperkara;
19.Bahwa Para Penggugat juga punya khawatir dan sangka yang kuat, apabila
gugatan yang dimajukan oleh penggugat setelah menang dan berkekuatan
hukum tetap, tergugat tetap bersikeras tidak mau menjalankan isi Putusan
perkara a quo, maka oleh karenanya adalah berdasar dan patut apabila Yang
- 8 -
Mulia Majelis Hakim yang menyidangkan dan memutus Perkara a quo
berkenan menetapkan uang Paksa sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu
rupiah) untuk setiap hari keterlambatan yang diperbuat oleh tergugat;
20.Bahwa oleh karena Gugatan ini diajukan berdasarkan alat bukti-alat bukti yang
cukup dan sah menurut hukum dan kebenarannya tidak dapat dibantah oleh
tergugat, maka sangat beralasan menurut hukum apabila Yang Mulia Majelis
Hakim Yang Menyidangkan perkara a quo menyatakan Putusan dalam
Perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu (Uitvoerbaar bij Voorraad),
walaupun ada Verzet, Banding maupun Kasasi;
Berdasarkan uraian cukup dan pantas berikut dengan argumentasi-argumentasi
hukumnya dalam Posita diatas, dengan ini kami memohon kepada Yang Mulia
Majelis Hakim Yang Menyidangkan perkara a quo berkenan menetapkan suatu
hari persidangan seraya memanggil kedua belah pihak menghadap di persidangan
itu, guna memeriksa dan mengadili perkara a quo, mengambil Putusan sebagai
berikut:
DALAM PROVISI:
Melarang tergugat mendirikan / melanjutkan pembangunan rumah / kios-kios
danatau mengalihkan hak pemilikan danatau hak penguasaannya dalam bentuk
apapun termasuk tetapi tidak terbatas pada sewa menyewa kepada pihak ketiga,
atas tanah terperkara sebelum adanya putusan atas perkara a quo yang
berkekuatan tetap (inkracht);
DALAM POKOK PERKARA:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Sita (Conservatoir Beslag) atas tanah terperkara adalah sah
dan berkekuatan hukum;
3. Menyatakan dalam hukum tanah terperkara adalah Huta Sosor Tongatonga
yang didirikan oleh Oppu Hutatam Sidabutar;
4. Menyatakan dalam hukum Para Penggugat dan tergugat pun adalah
keturunan dan ahli waris dari Oppu Hutatam Sidabutar;
5. Menyatakan dalam hukum berharga, sah dan berkekuatan hukum surat
Register De Kampoeng Met Daarover Besturende Radja's, Hoendoelan
Tomok No.1234, Surat Kutipan oleh Pengadilan Negeri Balige No.11/2013
Tanggal 5 September 2013;
6. Menyatakan dalam hukum tanah terperkara yaitu sebidang tanah dengan
luas ± 2.800 M2 ukuran + panjang 54 M x lebar 52 M yang terletak dan
merupakan Huta Sosor Tongatonga, Desa Tomok Parsaoran, Kecamatan
- 9 -
Simanindo, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara dengan batas-
batas sebagai berikut,
Sebelah Timur : Jalan Raya Tomok Ambarita;
Sebelah Selatan : Tanah / Huta milik keturunan Oppu Jahuala Sidabutar;
Sebelah Barat : Lahan Pekuburan (Parbandaan) Keturunan Oppu Hutatam
Sidabutar;
Sebelah Utara : Jalan Setapak / Jalan Desa;
adalah sah milik keturunan Oppu Hutatam Sidabutar (kecuali Keturunan
Balga Sidabutar)
7. Menyatakan dalam hukum perbuatan tergugat, yaitu: yang telah mengklaim
tanah terperkara adalah miliknya sendiri, menebangi pepohonan, meratakan
sebagian tanah terperkara dan mendirikan bangunan rumah / kios-kios
diatasnya tanpa alas hak yang sah danatau tanpa seijin / persetujuan Para
Penggugat adalah perbuatan melawan Hukum;
8. Menyatakan dalam hukum, tidak sah dan tidak berkekuatan hukum segala
surat-surat atas tanah terperkara yang dibuat atau suruh dibuat oleh
tergugat atau pihak lain yang memperoleh hak daripadanya atau pihak
ketiga lainnya tanpa seijin dan persetujuan Para Penggugat yang terbit baik
sebelum gugatan ini dimajukan maupun setelah gugatan ini dimajukan di
Pengadilan Negeri Balige;
9. Menghukum tergugat atau pihak lain yang menerima hak daripadanya untuk
membongkar bangunan rumah / kios-kiosnya dan menyerahkan tanah
terperkara kepada Para Penggugat dalam keadaan baik, kosong dan tanpa
dibebani hak-hak apapun diatasnya untuk dapat dikuasai dan diatur
peruntukannya oleh Para Penggugat;
10.Menghukum tergugat membayar kerugian Para Penggugat baik secara
materil sebesar Rp. 180.000.000,-- (seratus delapan puluh juta rupiah)
maupun secara immateril sebesar Rp. 120.000.000,-- (seratus dua puluh
juta rupiah) sehingga total seluruh kerugian yang dialami oleh Para
Penggugat adalah sebesar Rp. 300.000.000,-- (tiga ratus juta rupiah), paling
lama tujuh hari setelah putusan perkara a quo berkekuatan tetap;
11.Menyatakan Putusan dalam Perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu
(Uitvoerbaar bij Voorraad), walaupun ada Verzet, Banding maupun Kasasi;
12.Menghukum Tergugat seketika untuk membayar uang dwangsom secara
tunai kepada Para Penggugat sebesar Rp. 500.000,-- untuk setiap hari
keterlambatan dalam melaksanakan Putusan yang telah berkekuatan
hukum tetap;
- 10 -
13.Menghukum tergugat untuk membayar biaya-biaya yang timbul dalam
perkara ini;
Atau apabila Yang Mulia Majelis Hakim yang menyidangkan Perkara a quo
berpendapat lain, dalam Peradilan yang baik (in geode justitie), mohon diputuskan
seadil-adilnya sesuai dengan kepatutan dan rasa keadilan yang berlaku di tengah-
tengah masyarakat.
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Para Penggugat tersebut, Tergugat
telah mengajukan jawaban tertulis yang dibacakan pada persidangan tanggal 21
Juli 2014 yang isinya adalah sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI
A. GUGATAN PARA PENGGUGAT A QUO KURANG PIHAK (PLURIUM LITIS
CONSORTIUM)
1. Bahwa, Tergugat secara tegas menolak dan membantah seluruh dalil-dalil
gugatan Penggugat I, Penggugat II dan Penggugat III (selanjutnya disebut
sebagai: Para Penggugat) terkecuali sepanjang hal-hal yang secara tegas
diakui kebenarannya oleh Tergugat di bawah ini;
2. Bahwa, pokok gugatan Para Penggugat adaiah berkaitan dengan
sebidang tanah yang diklaim sebagai warisan dari Aim. Oppu Hutatam
Sidabutar sehingga seharusnya menjadi milik bersama antara Para
Penggugat dengan Tergugat (sebagai ahli waris dari jalur isteri kedua dan
ketiga Aim. Oppu Hutatam Sidabutar) yang seharusnya dibagi bersama
akan tetapi menurut Para Penggugat tanah dimaksud saat ini dikuasai,
diusahai dan dimiliki secara tersendiri oleh Tergugat;
3. Bahwa, Tergugat a quo adaiah isteri sah dari Jalongos Sidabutar (J.
Sidabutar) yang telah meninggal dunia pada tanggal 17 Desember 2013
dengan meninggalkan satu orang isteri yaitu Tergugat dan 3 (tiga) orang
anak laki-laki dewasa yaitu Burman Sidabutar, Maniur Sidabutar dan Boas
H Sidabutar;
4. Bahwa, J. Sidabutar adaiah anak ketiga dari Eliakim Sidabutar (mertua
Tergugat) dan Eliakim Sidabutar adaiah anak pertama dari Timbo
Sidabutar sedangkan Timbo Sidabutar adaiah anak kedua dari Oppu
Hutatam Sidabutar hasil perkawinan Oppu Hutatam Sidabutar dengan
isteri keduanya yaitu Boru Samosir ;
5. Bahwa, berdasarkan pcrihal tersebut di atas, Tergugat dalam perkara ini
hanyalah scbatas kwalifikasi ahli wads dari Aim. J. Sidabutar sebagai
keturunan langsung dari Oppu Hutatam Sidabutar, sehingga karena Aim.
- 11 -
J. Sidabutar telah meninggal dunia dan meninggalkan Tergugat sebagai
isterinya beserta anak-anaknya yang telah dewasa, maka gugatan ini
seharusnya diajukan kepada seluruh ahli waris Aim. J. Sidabutar untuk
menggantikan kedudukannya sebagai Tergugat dalam perkara a quo,
karenanya gugatan a quo mengandung cacat kurang pihak (plurium litis
consortium) karena hcinya diajukan kepada Tergugat an sich tanpa
menarik keseluruhan anak-anak Aim. J. Sida.butar sebagai pihak dalam
perkara ini;
6. Bahwa, berdasarkan Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung RI No.
2438K/Sip/1980 tanggal 22 Maret 1982 pada pokoknya menyatakan:
"Gugatan perdata yang objeknya hart a warisan berupa tanah yang
disengketakan oleh para ahli warisnya, maka 'semua orang' yang
termasuk para ahli waris, harus ditarik sebagai pihak dalam gugatan harta
warisan tersebut, bilamana tidak atau masih ada 'sebagian' ahli waris yang
tidak dimasukkan sebagai pihak dalam gugatan tersebut maka gugatan
tersebut dinyatakan tidak dapat diterima" ;
7. Bahwa, lagi pula keseluruhan dalil posita dan petita Para Penggugat pada
pokoknya menyatakan bahwa objek perkara adalah harta peninggalan dari
Oppu Hutalam Sidabutar ( Vide posita gugatan halaman 3 angka 3 dan 5
serta petita angka 3, 4 dan i5), sedangkan keturunan Oppu Hutatam
Sidabutar dari garis keturunannya bersama dengan Boru Samosir telah
melahirkan 3 (tiga) orang anak yaitu Ampar Handang Sidabutar, Timbo
Sidabutar dan Balga Sidabutar (Vide gugatan halaman 2 angka 1 alinea
kedua). dimana anak Timbo Sidabutar ini ada 2 (dua) orang yaitu Eliakim
Sidabutar dan Wilianus Sidabutar/ Bilianus Sidabutar (ayah Penggugat III);
8. Bahwa, anak Eliakim Sidabutar ada 4 (empat) orang yaitu: G. A.
Sidabutar, ML Sidabutar, J. Sidabutar (suami Tergugat in casu) dan C. R
Sidabutar ;
9. Bahwa, bila Para Penggugat konsekuen terhadap dalil posita dan
petitumnya maka, gugatan a quo seharusnya menarik keseluruhan anak-
anak Eliakim Sidabutar lainnya (saudara-saudara dari J. Sidabutar yang
lainnya atau ahli waris saudara-saudara J. Sidabutar) sebagai pihak dalam
perkara ini agar sinkron dengan petita Para Penggugat angka 4;
10. Bahwa, karena gugatan ini tidak menarik G. A. Sidabutar, M. Sidabufcir,
dan C. R Sidabutar atau ahli warisnya sebagai pihak dalam perkara ini,
telah mengakibatkan gugatan Para Penggugat ini mengandung cacat
kurang pihak ;
- 12 -
11. Bahwa, berdasarkan alasan-alasan dan kaidah Yurisprudensi tersebut di
atas, maka cukup dasar hukum bagi Majelis Yang Mulia yang memeriksa
dan mengadili perkara ini untuk menyatakan gugatan Para Penggugat
tidak dapat diterima (niet on vankelijke verklaard);
B. GUGATAN PARA PENGGUGAT MENGANDUNG KEKABURAN (iOBSCUUR
LIBEL)
1. Bahwa, pada gugatan Para Penggugat terdapat dalil-dalil yang isinya gelap
(ionduidelijke), dalil yang sangat kontradiksi antara posita dengan petita
satu sama lain sehingga menyulitkan dalam mengambil pemahaman yang
pasti akan maksud dan tujuannya;
2. Bahwa, dalil yang isinya gelap/ kabur dimaksud misalnya disebutkan bahwa
gugatan ini berkaitan dengan perbuatan meiawan hukum yang diiakukan
Tergugat an sich (karena telah menebangi berbagai jenis pokok kayu di
atas tanah terperkara dan kemudian mengolahnya menjadi bahan
bangunan hingga mencapai sembilan puluh ton dan juga telah mengklaim
sebagai pemilik satu-satunya atas tanah objek perkara dan juga telah
membangun berbagai bangunan rumahJ kios-kios diatasnya) (vide gugatan
halaman 4 s/d 5 angka 6 s/d 12);
Dalil ini sangat mengandung kekaburan karena:
2.1.Para Penggugat tidak menjelaskan apakah penebangan kayu itu
dilakukan oleh Tergugat sekarang a.n Tirani Boru Sitompul ataukah
dilakukan oleh suaminya yaitu Aim. J. Sidabutar. Penjelasan hal ini
penting mengingat Tergugat sekarang adalah sebagai kwalifikasi
pengganti kedudukan Tergugat asal yang sedianya adalah J. Sidabutar;
2.2.Para Penggugat juga tidak menjelaskan bagaimana cara Para
Penggugat mengetahui berat kayu yang ditebangi itu hingga mencapi
berat 90 ton ;
2.3.Para Penggugat juga tidak menjelaskan bagaimana bentuk klaim
kepemilikan yang dilakukan oleh Tergugat sepanjang tanah terperkara ;
3. Bahwa, kekaburan dalil gugatan Para Penggugat juga ditemukan dalam
berbagai bentuk misalnya adanya kontradiksi antara posita dengan petita:
3.1.Dalam Posita diuraikan bahwa: Tergugat telah melakukan perbuatan
melawan hukum karena menebangi kayu di atas tanah terperkara,
mengklaim sebagai pemilik satu-satunya atas tanah terperkara dan juga
telah membangun bangunan rum ah/ kios-kios diatas tanah terperkara ;
- 13 -
3.2.Dalil Posita tersebut kontradiksi dengan Petita yang pada pokoknya
berkaitan dengan permintaan agar dinyatakan tanah terperkara sebagai
milik bersama ahli waris ;
3.3.Dalam Petita angka 3 dimintakan agar "Menyatakan dalam hukum tanah
terperkara adalah Huta Sosor Tongatonga yang didirikan oleh Oppu
Hutatam Sidabutar" dan Petita angka 4 agar "Menyatakan dalam hukum
Para Penggugat dan Tergugat sebagai keturunan dan ahli waris dari
Oppu Hutatam Sidabutar" dan dalam Petita angka 6 pada pokoknya
agar "Menyatakan objek perkara adalah sah milik keturunan Oppu
Hutatam Sidabutar..", inti dari Petita tersebut adalah Para Penggugat
meminta agar Hakim Yang Mulia memutuskan perkara ini dengan
menyatakan bahwa objek perkara milik Para Penggugat dengan
Tergugat secara bersama-sama karena sama-sama sebagai keturunan
dan ahli waris dari Oppu Hutatair. Sidabutar;
3.4.Bahwa, Petita 3, 4 dan 6 tersebut adalah kontradiksi dengan Petita
angka 9 yang pada pokoknya "menghukum Tergugat agar menyerahkan
tanah terperkara kepada Para Penggugat semata'\ itu artinya dengan
adanya Petita angka 9 ini secara hukum Para Penggugat telah
menegasikan Petita angka 3, 4 dan 6 karena seolah-olah tanah
terperkara hanya milik Para Penggugat saja bukanlagi milik keturumm
Oppu Hutatam Sidabutar yang termasuk didalamnya suami Tergugat
sebagaimana petita angka 6;
4. Bahwa, Petita angka 3, 4, 6 dan 9 sangat jelas dan terang mengandung
kontradiksi dengan Posita gugatan Para Penggugat karena tidak jelas dan
terang apa yang dikehendaki oleh Para Penggugat apakah pembagian objek
perkara antara ahli waris ataukah penyerahan objek perkara akibat perbuatan
melawan hukum ;
5. Bahwa, berdasarkan hal-hal tersebut di atas, cukup alasan yang berdasarkan
hukum bagi Yang Mulia Majelis Hakim in casu untuk menyatakan gugatan Para
Penggugat a quo mengandung cacat kekaburan (obscuur libel) sehingga harus
dinyatakan tidak dapat diterima;
DALAM POKOK PERKARA
Bahwa, pada intinya gugatan Para Penggugat berkaitan dengan 3 (tiga) hal pokok
yaitu:
A. Tentang Silsilah Keturunan Oppu Hutatam Sidabutar/ Raja Ampar Hutamtam
Sidabutar;
B. Tentang Huta Sosor Tongatonga (i.c Objek Perkara) ;
- 14 -
C. Tentang Perbuatan Tergugat di Atas Objek Perkara ;
Ad. A. Tentang Silsilah Keturunan Oppu Hutatam Sidabutar
- Bahwa, tidak benar dalil Para Penggugat angka 1 sepanjang yang
menyatakan bahwa Penggugat I (Walson Sidabutar) adalah keturunan
Oppu Hutatam Sidabutar lewat garis perkawinannya dengan isterinyayang
"kedua"yaitu Boru Manurung ;
- Bahwa, yang benar adalah Oppu Hutatam Sidabutar dahulunya adalah
berkedudukan sebagai Raja di daerahnya sehingga disebutlah ianya
sebagai Raja Ampar Hutamtam Sidabutar;
- Bahwa, Penggugat I merupakan keturunan Oppu Hutatam Sidabutar/ Raja
Ampar Hutamtam lewat garis perkawinanya dengan isterinya yang "ketiga"
yaitu Boru Manurung sedangkan isteri keduanya adalah Boru Samosir yang
kemudian melahirkan 3 (tiga) orang anak yaitu Ampar Handang (ayah kakek
Penggugat II), Timbo Sidabutar (kakek suami Tergugat/ kakek J. Sidabutar)
dan Balga Sidabutar ;
- Bahwa, Isteri Pertama Oppu Hutatam Sudabutar adalah Boru Gultom yang
hingga akhir hayatnya tidak melahirkan anak hingga kemudian Oppu
Hutatam Sidabutar menikah untuk kedua kalinya dengan Boru Samosir ;
- Bahwa, perkawinan Oppu Hutatam dengan Boru Samosir dilakukan dengan
"dirajakan/ diresmikan" secara adat sehingga setelah menikah tinggal
bersama dirumah besar Oppu Hutatam yang waktu itu setempat dikenal
dengan Huta Tomok Bolon (sekarang berjarak kurang lebih 1 km dari objek
perkara);
- Bahwa, hingga beberapa lama berjalan perkawinan Oppu Hutatam dengan
Boru Samosir belum juga dikaruniai anak, sehingga kemudian Oppu
Hutatam menikah untuk ketiga kalinya dengan Boru Manurung pekawinan
mana dilakukan ' tanpa dirajakan/ diresmikan" secara adat sehingga waktu
itu Boru Manurung tidak tinggal bersama Oppu Hutatam dirumah besarnya
di Huta Tomok Bolon tetapi Boru Manurung ditempatkan di Batutanggang di
Tuktuk ;
- Bahwa, setelah Oppu Hutatam menikahi Boru Manurung, tidak beberapa
lama Boru Manurung mengandung anak perkawinannya dengan Oppu
Hutatam yang kemudian anak ini setelah lahirnya dinamai dengan
Ampangarodung/ A. Pangarodung (ayah kakek Penggugat I);
- Bahwa, ternyata berselang beberapa saat setelah Boru Manurung
mengandung Ampangarodung, rupanya Boru Samosir juga mengandung
anaknya yang kemudian setelah lahir dinamani dengan Ampar Handang/ A.
- 15 -
Handang Sidabutar (ayak kakek Penggugat II), disusul kemudian lahir lagi
anak keduanya yang bemama Timbo Sidabutar dan anak ketiganya yaitu
Balga Sidabutar ;
- Bahwa, berdasarkan kronologis tersebut di atas, memang benar yang
dulnan lahir adalah Ampangarodung (ayah kakek Penggugat I) dari hasil
perkawinan Oppu Hutatam dengan Boru Manurung (isteri ketiga) daripada
Ampar Handang (ayah kakek Penggugat II) hasil perkawinan Oppu Hutatam
dengan Boru Samosir (isteri kedua), artinya duluan melahirkan isteri ketiga
dari isteri keduanya akan tetapi secara adat Batak maka anak tertua tetap
dianggap dari keturuanan Boru Samosir sebagai isteri kedua walaupun
belakangan dilahirkan dibanding anak Boru Manurung sebagai isteri ketiga;
- Bahwa, berdasarkan kronologis tersebut di atas, mohon agar Yang Mulia
Majelis Hakim a quo menolak dalil gugatan Para Penggugat sepanjang ini;
Ad. B. Tentang Huta Sosor Tongatonga
- Bahwa, tidak benar dalil Para Penggugat pada angka 3 sepanjarig dalil
yang menyebutkan bahwa Oppu Hutatam Sidabutar memiliki Huta Sosor
Tongatonga (objek perkara);
- Bahwa, yang benar adalah Oppu Hutatam Sidabutar tidak pernah memiliki
dan tidak pemah bertempat tinggal di Huta Sosor Tongatonga hingga akhir
hayatnya tetapi bertempat tinggal di Huta Tomok Bolon, hal ini terbukti dari
fakta bahwa kuburan Oppu Hutatam ditemukan di Huta Tomok Bolon ;
- Bahwa, tidak benar juga dalil Para Penggugat pada angka 4 yang pada
pokoknya menyatakan bahwa Oppu Hutatam mendirikan rumahnya di Huta
Sosor Tongatonga yang didiami, dimiliki dan diwarisi oleh keturunannya
secara terus menerus dan telah terdaftar atas nama anaknya yaitu
Mangatur Sidabutar ;
- Bahwa, yang benar adalah Oppu Hutatam tidak pernah mendirikan rumah di
Huta Sosor Tongatonga hingga akhir hayatnya tetapi hanya memiliki rumah
dan tinggal di Huta Tomok Bolon, dan lagi pula jika seandainya benar dalil
Para Penggugat ini 'quad non\ lalu siapa diantara ahli waris Oppu Hutatam
yang mendiami, memiliki dan mewarisi rumah milik Oppu Hutatam di Huta
Sosor Tongatonga secara terus menerus dimaksud mengingat begitu
banyaknya keturunan Oppu Hutatam ? (Para Penggugat tidak menjelaskan
secara pasti nama-nama yang mendiami dan memiliki serta mewarisi rumah
milik Oppu Hutatam secara terus menerus dimaksud);
- Bahwa, lagi pula Mangatur Sidabutar (O. Mangatur) adalah anak Oppu
Hutatam dari hasil perkawinannya dengan isteri keempatnya yaitu Boru
- 16 -
Sinaga yang konon Mangatur Sidabutar ini tidak pernah menikah dan
meninggal masa lajang (pupur), lalu pertanyaannya adalah: apakah
urgensinya sehingga Huta Sosor Tongatonga (objek perkara) ini didaftarkan
dalam keadministrasian desa dalam Register De Kampoeng Met Daarover
Besturende Radja's Hoendolan Tomok No. 1234 kedalam nama Mangatur
Sidabutar ? Bukankah fakta ini sangat mengandung kejanggalan mengingat
jika seandainya ini benar bukankah seharusnya lebih lay si; Huta Sosor
Tongatonga didaftarkan ke atas nama anak-anak Oppu Hutatam dari isteri
keduanya atau paling tidak dari isteri ketiganya ? Lalu kenapa harus dari
isteri keempatnya ? ;
- Bahwa, jika pun Mangatur Sidabutar meninggal lajang sehingga karena
Huta Sosor Tongatonga terdaftar atas nama dirinya, maka menurut Para
Penggugat hak atas Huta Sosor Tongatonga kembali kepada keturunan dari
anak tertua yaitu Penggugat I (karena merupakan isteri kedua berdasarkan
dalil Para Penggugat yang fakta ini telah dibantah Tergugat);
- Bahwa, jika mengikuti argumentasi Para Penggugat di atas, maka
berdasarkan fakta kebenaran dimana karena isteri kedua Oppu Hutatam
adalah Boru Samosir bukan Boru Manurung, maka berdasarkan hukum
adat Batak keturunan dari Boru Samosirlah yang dianggap tertua dari
keturunan Boru Manurung bukan berdasarkan usia kelahiran, sehingga
seharusnya hak atas Huta Sosor Tongatonga jatuh ketangan keturunan
Boru Samosir;
- Bahwa, tidak benar dalil Para Penggugat angka 5 yang menyatakan hingga
tahun 1970 an rumah yang ada di Huta Sosor Tongatonga adalah rumah
milik Penggugat I, Rumah Kakek Penggugat II, Rumah Timbo Sidabutar
(kakek Penggugat III dan Tergugat) namun tahun 1980 an rumah tersebut
sudah tidak ditempati lagi tetapi pengelolaan tanah dilakukan bersama-
sama oleh keturunan Oppu Hutatam ;
- Bahwa, yang benar adalah sejak awal adanya tanah Huta Sosor
Tongatonga tidak ada yang mendirikan rumah di atas huta itu selain dari
Timbo Sidabutar (kakek suami Tergugat) dan seluruh hasil tanaman yang
ada di atasnya dikuasai dan dipanen serta diusahai oleh Timbo Sidabutar
beserta anak-anaknya hingga sekarang ini, terkecuali itu sekarang ini berdiri
satu bangunan rumah semi permanen di atas Huta Sosor Tongatonga milik
Tunggul Sidabutar (ayah Penggugat II) yang sekarang ini ditempati oleh
saudari perempuan Penggugat II tetapi pembangunannya itu adalah atas
bantuan/ Program ABRI Masuk Desa dan pembangunan di atas tanah itu
- 17 -
berdasarkan atas seizin dari J. Sidabutar (suami Tergugat) beserta
saudara-saudaranya, membulaikan bahwa sejak awal Tunggul Sidabutar
menyadari bahwa Huta Sosor Tongatonga adalah milik J. Sidabutar
sehingga harus mendapat izin darinya terlebih dahulu sebelum membangun
rumah dimaksud ;
- Bahwa, tidak benar dalil Para Penggugat yang menyatakan bahwa Huta
Sosor Tongatonga adalah peninggalan dari Oppu Hutatam sehingga harus
dinyatakan sebagai milik keturunan Oppu Hutatam Sidabutar ;
- Bahwa, yang benar adalah dahulunya Oppu Hutatam/ Raja Ampar
Hutamtam menikahi seorang wanita yaitu Boru Ambarita sebagai isteri
kelima yang atas perkawinan ini Boru Ambarita melahirkan seorang anak
laki-laki yang bernama Janji Sidabutar;
- Bahwa, ketika anak Boru Ambarita masih sangat kecil, Oppu Hutatam
meninggal dunia dimana ketika itu usia Boru Ambarita pun masih sangat
belia/ muda ;
- Bahwa, melihat kondisi ini banyak pihak keluarga yang begitu iba melihat
beban yang harus ditanggung oleh Boru Ambarita sehingga pada akhimya
tersentuhlah hati seorang yang dikenal dengan nama Raja Pan II Tomok
Oppu Tolu (yang merupakan anak abang Oppu Hutatam/ Raja Hutamtam) ;
- Bahwa, Raja Pan II Tomok Oppu Tolu kemudian mengusulkan kepada
Timbo Sidabutar (yang merupakan anak Boru Samosir dengan Oppu
Hutatam/ kakek suami Tergugat) untuk bersedia menikahi Boru Ambarita
dengan tujuan sekaligus melindunginya serta meringankan bebannya
mengingat usianya yang masih sangat muda dengan seorang anak yang
juga masih sangat kecil;
- Bahwa, usulan Raja Pan II Tomok Oppu Tolu dimaksud kemudian diterima
oleh Timbo Sidabutar sehingga akhirnya Timbo Sidabutar menikahi Boru
Ambarita dan atas pernikahan ini Raja Pan II Tomok Oppu Tolu kemudian
memberikan pemberian (panjaean) sebagai modal untuk tinggal dan hidup
sebagai suami isteri yaitu sebidang tanah berupa huta yang kemudian
dikenal dengan nama Huta Sosor Pasir Tomok Tongatonga/ Huta Sosor
Tongatonga (objek perkara in casu) sesuai dengan Soerat Pengakoean
Raja Pan II Tomok O. Toloe dibuat di Tomok 31 Januari 1934 yang asli
surat ini sekarang ada dalam penguasaan Penggugat III (berdasarkan Sural
Tanda Terima diatas surat segel tahun 1996);
- Bahwa, setelah Huta Sosor Tongatonga diberikan sebagai panjaean kepada
Timbo Sidabutar oleh Raja Pan II Tomok Oppu Tolu, huta inipun ditempati
- 18 -
oleh Timbo S dan Boru Ambarita hingga akhir hayatnya, terbukti hingga
saat ini kuburan mereka ada di atas huta tersebut;
- Bahwa, karena Huta Sosor Tongatonga/ objek perkara merupakan
pemberian dari Raja Pan II Tomok Oppu Tolu kepada Timbo Sidabutar dan
bukan warisan dari Raja Ampar Hutamtam/ Oppu Hutatam, maka jelaslah
tidak ada hubungan hukum siapapun terhadap objek perkara selain dari
keturunan Timbo Sidabutar, karenanya kepentingan Penggugat I dan
Penggugat II dalam perkara ini tidak ada sama sekali sehingga klaim-klaim
Penggugat I dan Penggugat II dalam perkara ini tidak memiliki dasar hukum
lagi, karenanya juga petitum Para Penggugat angka 3 dan 6 haruslah
ditolak;
- Bahwa, anak Timbo Sidabutar ada 2 (dua) orang yaitu Eliakim Sidabutar
(ayah J. Sidabutar/ ayah suami Tergugat) dan Wilianus Sidabutar/ Bilianus
Sidabutar (ayah Penggugat III);
- Bahwa, sesuai dengan Surat Peijanjian/ Perdamaian tertanggal 30 Oktober
1988 antara Eliakim Sidabutar dengan Wilianus Sidabutar yang disaksikan
dan ditandatangani oleh 10 (sepuluh) orang saksi, maka sepanjang
berkaitarj dengan Huta Sosor Tongatonga (objek perkara) disebutkan
Wilianus Sidabutar telah mendapatkan bagiannya dari tanah tersebut
berupa sebidang tanah yaitu ukuran 12 m X 50 m yang hingga sekarang ini
telah dikuasai oleh Penggugat III secara baik tanpa gangguan dari siapapun
bahkan di atas tanah tersebut sekarang ini ada 1 (satu) bangunan kios cat
warna hijau milik Penggugat III berdampingan dengan kios-kios milik
Tergugat;
- Bahwa, dengan demikian sepanjang Huta Sosor Tongatonga, kepentingan
hukum Penggugat III telah selesai sehingga gugatan Penggugat III dalam
perkara ini diajukan secara i'tikad buruk;
- Bahwa, Eliakim Sidabutar memiliki 4 orang anak laki-laki yaitu G. A
Sidabutar, M. Sidabutar, J. Sidabutar dan C. R Sidabutar akan tetapi
berdasarkan kesepakatan keluarga, sepanjang Huta Sosor Tongatonga
kemudian dimiliki, dikuasai dan diusahai oleh J. Sidabutar (suami Tergugat)
dengan tetap menghargai hak-hak keluarga selainnya jika ingin
menempatinya ;
Ad. C. Tentang Perbuatan Tergugat Di Atas Objek Perkara
- Bahwa, tidak benar dalil Para Penggugat angka 6 yang menyatakan bahwa
Penggugat I dan orang tua Penggugat II tetap mengurus dan mengambil
hasil dari berbagai pepohonan yang tumbuh di atas tanah terperkara hingga
- 19 -
pepohonan itu ditebangi oleh Tergugat dan diolah menjadi bahan bangunan
yang mencapai sekitar 90 ton ;
- Bahwa, yang benar adalah sejak dahulu objek perkara dikuasai dan
diusahai oleh J. Sidabutar beserta anak-anaknya sehingga ketika pada
sekitar tahun 2012 keluarga J. Sidabutar menebangi pohon - pohon tua
yang tidak produktif lagi di atas tanah sengketa guna untuk dibangun
berbagai kios, tidak ada sanggahan dari siapapun yang berbentuk aksi-aksi
hukum kecuali oleh Para Penggugat sekarang ini dengan mengajukan
gugatan a quo dan bahkan hingga sekarang inipun objek sengketa tetap
dalam penguasaan dan pengusahaan keluarga J. Sidabutar dan
kepemilikan J. Sidabutar atas objek sengketa telah diketahui secara luas
oleh masyarakat sekitar ;
- Bahwa, dari dahulu hingga sekarang ini, objek perkara tetap dikuasai dan
diusahai oleh Tergugat tanpa ada gangguan dari siapapun hingga pada
suatu waktu Baginda Sidabutar (Penggugat III) meminjam seluruh asli surat-
surat bukti kepemilikan Tergugat atas objek perkara dari tangan J.
Sidabutar (peminjaman ini tertuang dalam Surat Tanda Terima diatas surat
segel tahun 1996 yang ditanda tangani oleh Baginda Sidabutar) dan
kemudian oleh Banginda Sidabutar menyatakari surat-surat itu telah hilang
untuk akhirnya sekarang ini mengajukan gugatan ini ;
- Bahwa, atas fakta tersebut di atas patut diduga adanya i'tikad buruk secara
sislematis Para Penggugat sejak awal dalam mengajukan gugatan a quo
dengan niat menghilangkan jejak hukum kepemilikan Tergugat atas objek
perkara ;
- Bahwa, karena objek perkara adalah milik J. Sidabutar (suami Tergugat)
maka perbuatan berupa penguasaan. pengusahaan, penebangan berbagai
pohon hingga pembangunan berbagai bangunan kios di atas tanah tersebut
adalah sah secara hukum sehingga tidak ada perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh J. Sidabutar (suami Tergugat), karenanya juga pertitum
Para Penggugat pada angka 7, 8 dan 9 mohon untuk ditolak;
- Bahwa, karena tidak ada perbuatan melawan hukum yang dilakukan
Tergugat kepada Para Penggugat maka mohon agar gugatan sepanjang
ganti rugi baik materil dan immateril ditolak dan keseluruhan dalil gugatan
Para Penggugat tidak memiliki jiwa dan semangat keadilan dan kepatutan
sebagai asas dalam menuntut dan mempertahankan hak apapun di depan
hukum, karenanya dimohonkan kepada Majelis Hakim Yang Mulia yang
memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan untuk memberikan putusan
- 20 -
dalam perkara ini dengan menolak petitum Para Penggugat angka 10, 11,
12 dan 13 atau menyatakan menolak gugatan Para Penggugat untuk
seluruhnya;
Bahwa, berdasarkan uraian dalil-dalil di atas, dengan segala kerendahan hati
Tergugat memohon kepada Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan
mengadili perkara a quo untuk menjatuhkan putusan dalam perkara ini yang
amamya berbunyi sebagai berikut:
MENGADILI :
Dalam Eksepsi:
- Menerima Eksepsi Tergugat;
- Menyatakan Gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima ;
Dalam Pokok Perkara:
- Menolak Gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya ;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan para Penggugat tersebut Pengadilan
Negeri Balige telah menjatuhkan putusan nomor : 12/Pdt.G/2014/PN.Blg tanggal
23 Maret 2015 yang amarnya berbunyi sebagai berikut :
Dalam Provisi;
- Menyatakan Gugatan Provisi Para Penggugat ditolak;
Dalam Eksepsi:
- Menolak eksepsi Tergugat;
Dalam Pokok Perkara:
- Mengabulkan gugatan Para Penggugat sebagian;
- Menyatakan tanah sengketa adalah Huta Sosor Tongatonga yang didirikan
oleh Oppu Hutatam Sidabutar;
- Menyatakan bahwa Para Penggugat dan Tergugat adalah Keturunan dan
ahli waris dari Oppu Hutatam Sidabutar;
- Menyatakan sah dan berkekuatan hukum Surat Register De Kampoeng Met
Daarover Besturende Radja’s Hoendoelan Tomok No. 1234, Surat Kutipan
oleh Panitera Pengadilan Negeri Balige No.11/ 2013 tanggal 5 September
2013;
- Menyatakan bahwa tanah sengketa yaitu sebidang tanah dengan luas +
2.800 M2 ukuran kurang lebih 54 m x lebar 52 m yang terletak dan
merupakan Huta Sosor Tongatonga, Desa Tomok Parsaoran, Kecamatan
Simanindo, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara dengan batas-
batas sebagai berikut:
- Sebelah Timur : Jalan Raya Tomok Ambarita;
- 21 -
- Sebelah Selatan: Tanah/ Huta milik keturunan Oppu Jahuala Sidabutar;
- Sebelah Barat : Lahan Pekuburan (Parbandaan) Keturunan Oppu
Hutatam Sidabutar;
- Sebelah Utara : Jalan Setapak/ Jalan Desa;
Adalah sah milik Keturunan Oppu Hutatam Sidabutar (kecuali Keturunan
Balga Sidabutar)
- Menyatakan Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum;
- Menyatakan tidak sah dan tidak berkekuatan hukum segala surat-surat atas
tanah sengketa yang dibuat tanpa seijin dan persetujuan Para Penggugat;
- Menghukum Tergugat atau pihak lain yang menerima hak daripadanya
untuk membongkar bangunan rumah/ kios-kiosnya dan menyerahkan tanah
terperkara kepada Para Penggugat dalam keadaan baik, kosong dan tanpa
dibebani hak-hak apapun diatasnya untuk dapat dikuasai dan diatur
peruntukannya oleh Para Penggugat;
- Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.
2.266.000,-(dua juta dua ratus enam puluh enam ribu rupiah);
- Menolak gugatan Para Penggugat selain dan selebihnya;
Membaca Akte Permohonan Banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan
Negeri Balige, yang menerangkan bahwa Pembanding semula Tergugat, melalui
kuasa hukumnya, pada tanggal 1 April 2015, telah mengajukan permohonan
banding terhadap putusan Pengadilan Negeri Balige nomor :
12/Pdt.G/2014/PN.Blg tanggal 23 Maret 2015, permohonan banding mana telah
dengan sempurna diberitahukan kepada Terbanding I, II dan III semula Penggugat
I, II dan III melalui kuasa hukumnya, pada tanggal 2 April 2015;
Membaca, memori banding yang diajukan oleh Pembanding semula
Tergugat melalui kuasa hukumnya tertanggal 4 September 2015, yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Tinggi Medan pada tanggal 4 September 2015;
Membaca, kontra memori banding yang diajukan oleh Pembanding
Terbanding I, II dan III semula Penggugat I, II dan III melalui kuasa hukumnya
tertanggal 14 September 2015, yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Tinggi
Medan pada tanggal 16 September 2015;
- 22 -
Membaca Relas Pemberitahuan Untuk Melihat, Membaca dan Memeriksa
Berkas Perkara Pengadilan Negeri Balige, yang disampaikan kepada Pembanding
semula Tergugat melalui kuasa hukumnya, dan kepada Terbanding I, II dan III
semula Penggugat I, II dan III melalui kuasa hukumnya masing-masing pada
tanggal 15 Juni 2015, dan tanggal 2 April 2015, yang menerangkan bahwa dalam
tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah tanggal pemberitahuan tersebut
kepada kedua belah pihak berperkara telah diberi kesempatan untuk memeriksa
dan mempelajari berkas perkara tersebut sebelum dikirim ke Pengadilan Tinggi;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA :
Menimbang, bahwa permohonan banding yang diajukan oleh Pembanding
semula Tergugat melalui kuasa hukumnya telah diajukan dalam tenggang waktu
dan menurut cara serta syarat-syarat yang ditentukan Undang-Undang, oleh
karena itu permohonan banding tersebut secara formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa memori banding yang diajukan oleh Pembanding
semula Tergugat melalui kuasa hukumnya, menerangkan sebagai berikut :
1. Bahwa Judex Factie Pengadilan Negeri Balige dalam mengadili perkara a quo
tidak menerapkan azas Audi Et Alteram Partem sebab kepentingan hukum
Pembanding/semula Tergugat sangat dirugikan, tidak objektif sehingga putusan
tidak mencerminkan kepastian hukum, tidak berkualitas dalam menggunakan
hukum positif;
2. Bahwa Putusan No.12/Pdt.G/2014/PN-Blg tanggal 23 Maret 2015 oleh Judex
Factie Pengadilan Negeri Balige yang dimohonkan Banding ini, tidak
berdasarkan pada pertimbangan hukum yang cukup (onvoldoende
gemotiveerd), dan tidak memuat alasan-alasan dan dasar-dasar putusan serta
tidak mencantumkan pasal-pasal peraturan perundang-undangan tertentu yang
bersangkutan dengan perkara a quo atau apakah berdasarkan hukum tak
tertulis maupun yurisprudensi atau doktrin hukum, bahwa menurut Pasal 178
ayat (1) HIR, hakim karena jabatannya atau secara ex officio, harus wajib
mencukupkan segala alasan hukum yang tidak dikemukakan;
3. Bahwa pasal 27 ayat (1) UU No. 14 tahun 1970, sebagaimana diubah dengan
UU No. 35 tahun 1999, sekarang dalam pasal 28 ayat (1) No. 4 tahun 2004,
menyatakan kedudukannya sebagai penegak hukum dan keadilan, wajib
menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam
- 23 -
masyarakat, seharusnya hakim bertindak sebagai perumus dan penggali nilai-
nilai yang hidup dikalangan masyarakat;
4. Bahwa suatu putusan yang tidak cukup pertimbangan (onvoldoende
gemotiveerd) adalah masalah yuridis, dan dapat dibatalkan dalam tingkat
banding, karena banding merupakan pemeriksaan terakhir dari segi
peristiwanya dan hukumnya, bahwa judex factie Pengadilan Negeri Balige telah
salah menerapkan hukum atau melanggar hukum yang berlaku serta lalai
memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh Peraturan Perundang-undangan
yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya Putusan No.
12/Pdt.g/2014/PN-Blg tanggal 23 Maret 2015 yang dimohonkan Banding ini;
5. Bahwa judex factie Pengadilan Negeri Balige dalam Putusan No.
12/Pdt.g/2014/PN-Blg tanggal 23 Maret 2015, pertimbangan hukumnya tidak
professional dan kebingungan dalam menentukan Formil Gugatan, sebab
dengan hanya melihat dan membaca secara lebih teliti surat gugatan perkara
a quo saja seharusnya Judex factie Pengadilan Negeri Balige telah dapat
menyatakan sebagai hukum dalam putusan bahwa surat gugatan para
Terbanding/semula para Penggugat mengandung cacat plurium consortium
(kurang pihak) karena masih ada orang lain yang harus ikut menjadi sebagai
Penggugat-penggugat dan Tergugat-tergugat, akibatnya Putusan No.
12/Pdt.g/2014/PN-Blg tanggal 23 Maret 2015 haruslah dibatalkan ;
6. Bahwa judex factie Pengadilan Negeri Balige berdasar Ius Curia Novit haruslah
dapat mengetahui akan hukumnya menganai sebidang tanah yang merupakan
Harta warisan dengan berdasar pada fakta-fakta hukum dan fakta nyata
sebagai temuan dalam pemeriksaan persidangan perkara a quo;
7. Bahwa para Terbanding/semula para Penggugat tidak dapat mengenal secara
benar siapa-siap saja yang seharusnya menjadi subjek gugatannya, sehingga
telah sangat keliru karena dengan hanya menggugat Tirani Br. Sitompul
sebagai tergugat dalam kapasitas – kwalitasnya selaku isteri dari salah seorang
ahli waris yang bernama Alm. Jalongus Sidabutar dimana Tirani Br. Sitompul
merupakan salah seorang menantu perempuan dari Alm. Eliakim Sidabutar
dengan Br Samosir yang mempunyai anak keturunan darah sebagai ahli
warisnya ada sebanyak 4 (empat) orang anak laki-laki dan 5 (lima) orang anak
perempuan bahwa Tirani Br. Sitompul yang kedudukan hukumnya di Marga
sang Suami tersebut terhadap harta warisan/peninggalan dari Alm Raja Ampar
Hutantam Sidabutar bukanlah/tidak sebagai ahli waris, seharusnya yang
digugat oleh para Terbanding/semula para Penggugat adala para ahli waris
terhadap atas harta warisan/peninggalan dari si Pewaris yaitu Alm. Raja Ampar
- 24 -
Hutantam Sidabutar,seharusnya judex factie Pengadilan Negeri Balige pada
pertimbangan hukum dalam putusan haruslah menyatakan gugatan perkara a
quo kurang pihak (Plurium Litis Consrtium) menurut hukum tidak dapat
diterima;
8. Bahwa nenek moyang dari suami si Pembanding/semula Tergugat adalah
bernama Alm. Raja Ampar Parhutantam Sidabutar, yang masa hidupnya ada
mempunyai 5 (lima) orang isteri,sementara dari isterinya yang pertama yaitu Br
Gultom tidak memperoleh anak keturunan darah, sehingga Raja Ampar
Hutantam kawin lagi dengan Br Samosir dan memperoleh anak keturunan
darah/ahli waris sebanyak 4 (empat) orang anak laki-laki (mereka semua telah
meninggal), dan dari mereka anak ke-2 (dua) mereka adalah bernama Alm.
Timbo Sidabutar (kakek kandung dari suami si Tergugat) yang menjadi
sebagaim pemilik sah atas sebidang tanah parhutaan/perkampungan yang
bernama Sosor Tongatonga, dimana Alm. Timbo Sidabutar dengan isterinya
serta dengan anak keturunan darahnya/ahli warisnya adalah dimakamkan di
pemakaman pribadinya di sebelah barat dari Huta Sosor Tongatonga, bahkan
pada saat sekarang ini masih ada terdapat bekas rumah tempat kediaman dari
Alm. Timbo Sidabutar dan keluarganya yan terletak di dalam Huta Sosor
Tongatonga, hal ini membuktikan bahwa Alm. Timbo Sidabutar adalah selaku
Pemilik Sah atas Huta Sosor Tongatonga;
9. Bahwa adalah menjadi fakta hukum dalam perkara a quo yang dimohonkan
banding ini, karena gugatan perkara a quo terbukti mengandung cacat hukum
formil materil karena Baginda Sidabutar sebagai Penggugat III ternyata tidak
pernah menanda tangani surat kuasa khusus tanggal 8 Januari 2014 kepada
Poltak Manik, SH, bahwa surat gugatan dalam Reg.Perkara No.
12/Pdt.G/2014/PN-Blg perkara a quo yang dimohonkan Banding ini adalah
terjadi dengan tidak atas pengetahuan serta tidak atas persetujuan dari
Baginda Sidabutar yang dijadikan disebut sebagai Penggugat III, oleh
karenanya maka ; Surat Kuasa Khusus tanggal 8 Januari 2014 kepada Poltak
Manik, SH dan surat Gugatan dalam Reg. Perkara No. 12/Pdt. G/2014/PN-Blg
tanggal 23 Maret 2015 perkara a quo yang dimohonkan Banding ini Terbukti
mengandung Cacat Hukum sehingga demi keadilan bahwa Putusan No.
12/Pdt.g/2014/PN-Blg tanggal 23 Maret 2015 haruslah dibatalkan oleh
Pengadilan Tinggi Medan Cq Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan yang
memeriksa dan mengadili perkara a quo dalam Putusan menyatakan sebagai
hukum; bahwa oleh karena Baginda Sidabutar sebagai Penggugat III ternyata
tidak pernah menanda tangani surat kuasa khusus tanggal 8 Januari 2014
- 25 -
kepada Poltak Manik, SH, maka Surat Kuasa Khusus tersebut menjadi Cacat
Hukum sehingga tidak berharga serta tidak berkekuatan atas hukum, dan
serta-merta bahwa surat gugatan dalam Reg. Perkara No.12/Pdt.G/2014/PN-
Blg Urat Menjadi Cacat Hukum Formil Materil harus ditolak;
Maka berdasarkan pada segala hal-hal yang telah terurai tersebut diatas,
Pembanding/semula Tergugat, dengan segala kerendahan hati Mohon kepada
Bapak Ketua Pengadilan Tinggi Medan Cq Majelis Hakim Pengadilan Tinggin
Medan untuk berkenan memeriksa perkara ini, selanjutnya Memutuskan;
M E N G A D I L I
DALAM PROVISI
- Menyatakan Gugatan Provisi para Terbanding/semula para Penggugat ditolak;
DALAM EKSEPSI;
- Menerima Eksepsi Pembanding/semula Tergugat;
- Menyatakan demi hukum bahwa surat Kuasa Khusus tanggal 8 Januari 2014
kepada Poltak Manik, SH, selaku Kuasa Hukum para Terbanding/semula para
Penggugat karena tidak ditanda tangani oleh Baginda Sidabutar sebagai
Penggugat III menurut ketentuan hukum adalah mengandung cacat hukum
sehingga menjadi tidak berharga serta tidak berkekuatan atas hukum;
- Menyatakan demi hukum bahwa surat gugatan dalam Reg. Perkara No. 12/Pdt.
G/2014/PN-Blg perkara a quo yang dimohonkan banding ini merupakan surat
gugatan yang mengandung cacat hukum baik atas hukum formil dan mapun
atas hukum materil karena bersumber dan diajukan oleh kuasa berdasarkan
surat kuasa khusus yang cacat hukum Formil-Materil;
DALAM POKOK PERKARA;
- Menerima permohonan Banding Pembanding tersebut diatas;
- Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Balige Putusan No.
12/Pdt.g/2014/PN-Blg tanggal 23 Maret 2015;
- Menyatakan demi hukum Menolak gugatan para Terbanding/semula para
Penggugat untuk secara keseluruhannya, karena terbukti mengadung cacat
hukum baik atas hukum formil dan maupun atas hukum Materil;
- Menghukum para Terbanding/semula para Penggugat untuk membayar seluruh
biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan;
Terlampir sebagai Tambahan Bukti-bukti surat;
1. Surat Pernyataan (tulis tangan asli), Parapat, 28 Juli 2015, oleh Baginda
Sidabutar yang semula disebut sebagai Penggugat III, photo copy dan telah
dibubuhi Materai serta telah disesuaikan dengan aslinya;
- 26 -
2. Surat Pernyataan, Parapat, 03 Agustus 2015, oleh Baginda Sidabutar yang
semula disebut sebagai Penggugat III, Photo Copy dan telah dibubuhi serta
telah disesuaikan dengan aslinya;
Menimbang, bahwa terhadap memori banding dari Pembanding semula
Tergugat melalui kuasa hukumnya tersebut Terbanding I, II dan III semula
Penggugat I, II dan III telah mengajukan kontra memori banding yang isinya adalah
sebagai berikut :
1. Bahwa menurut kepatutan dalam hukum acara kami berusaha secepat-
cepatnya menyusun kontra memori banding ini, karena sejak diketahui ada
permohonan banding dalam perkara a quo didaftarkan, maka setiap kali
ditanyakan kepada Bagian Perdata Kepaniteraan PN Balige apakah
pembanding (dh. Tergugat) ada menyampaikan Memori Bandingnya, selalu
dijawab tidak ada, namun tiba-tiba pada tanggal 14 September 2015
diberitahukan kepada kami ternyata pembanding menyerahkan memori
bandingnya langsung melalui Panitera Pengadilan Tinggi Medan pada tangal 4
September 2015;
2. Bahwa Para Terbanding (dh. Para Penggugat) dapat menerima seluruh
pertimbangan hukum dalam Putusan perkara a quo, karena menurut pendapat
Para Terbanding (dh. Para Penggugat) bahwa Putusan Hakim Pertama (Judex
Factie) “sudah tepat” atau setidak-tidaknya”tidak salah mempertimbangkan
dalil-dalil” Para Terbanding (dh. Para Penggugat) baik dalam Eksepsi maupun
dalam Pokok Perkara;
3. Bahwa Terbanding (dh. Penggugat) membantah keberatan Para Pembanding
(dh. Para Tergugat) yang mendalilkan, judex factie dalam pertimbangan
hukumnya :
a. tidak menerapkan azas “audi et alteram partem”;
b. tidak berdasarkan pada pertimbangan hukum yang cukup;
c. tidak memuat alasan-alasan dan dasar-dasar putusan;
d. tidak mencantumkan pasal-pasal peraturan perundang-undangan
tertentu;
e. tidak professional dan kebingungan,
adalah dalil pembanding yang sesungguhnya dalil-dalil standar saja bagi tiap
pembanding dalam perkara perdata, namun kali ini pembanding terbilang
cukup sarkastik menyampaikannya, pun demikian akan ditanggapi Para
- 27 -
Terbanding demikian, bahwa secara ilmu pengetahuan tentulah tiap Putusan
Pengadilan atas perkara yang dimajukan kepadanya dimaknai suatu keputusan
yang amat sulit tetapi harus dibuat, itu sebabnya dalam kehidupan bernegara
segala campur tangan dalam urusan Pengadilan oleh pihak lain dalam
kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud
dalam UUD Negara RI Pasal 3 Ayat (2) dan lagi pula kekuasaan kehakiman
adalah kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan;
Pembanding mungkin lupa bahwa dari persfektif normatif, asas, dan praktek
dimensi dasar hukum sistem peradilan perdata di Indonesia sangat kuat
sebagaimana diatur dalam UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman, meski secara tekhnis beracara tetap (sebagian) mempedomani
RBg/HIR, dalam mana tugas pokok dan wewenang badan peradilan kita
dibidang perdata adalah menerima, memeriksa dan mengadili serta
menyelesaikan sengketa diantara pihak berperkara, sehingga tujuan penggugat
mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan pada intinya adalah untuk
mengembalikan hak miliknya yang dikuasai pihak lain, yang merupakan
rangkaian “upaya penerapan hukum” berdasarkan: Kepastian, Keadilan dan
Kemanfaatan (Validitas Yuridis, Validitas Filosofis dan Validitas Sosiologis),
Lihat dalam Varia Peradilan No. 326 Januari 2013, Hal. 32-33);
Bersama kontra memori banding ini turut dilampirkan tambahan alat bukti untuk
menguatkan dalil-dalil para terbanding (dh Para Penggugat), yakni :
a. Surat Pernyataan dari keturunan Oppu Raja Dihuta Sidabutar (ayah Oppu
Hutatam Sidabutar), yang menerangkan bahwa kelima anak dari Oppu Raja
Dihuta benar memiliki karena pewarisan harta peninggalan dari Oppu Raja
Dihuta Sidabutar, diantaranya adalah beberapa huta/kampung, yang salah
satu diantaranya adalah Huta Sosor Tongatonga atau Sosor Lumban
Tongatonga yang didirikan oleh Oppu Hutatam Sidabutar;
b. Surat Eksepsi/Jawaban/Bantahan Tirani Boru Sitompul sebagai tergugat
juga dalam Perkara No.4/Pdt.G/2015/PN.BLG (Pembanding dh. Tergugat
dalam perkara a quo), dalam surat Eksepsi/Jawaban/Bantahan Perkara
No.4/Pdt.G/2015/PN.BLG inipun sama dengan Eksepsi/Jawaban
/Bantahan Pembanding (dh Tergugat) dalam perkara aquo TIDAK ADA
MENGAJUKAN GUGAT REKONVENSI, sehingga secara hukum telah
- 28 -
dianggap menerima bahwa batas-batas tanah perkara a quo adalah
sebagaimana dalam surat gugatan yang pula dibenarkan oleh Pembanding
(dh. Tergugat) dalam jawabannya dalam kedua perkara tersebut;
4. Dunia dan kehidupan ini tidaklah tempat hanya untuk mengambil apa yang
enak-enak saja bagi diri kita sendiri, Para Terbanding (dh. Para Penggugat)
dalam kontra memori banding a quo teguh berpegang bahwa prinsip, cara dan
tekhnis menyampaikan ketidak setujuan, bantahan, kritikan bahkan perlawanan
haruslah dalam kepantasan, kehormatan dan kesantunan, itulah sebabnya
Para Terbanding (dh. Para Pengugat) dengan ini sangat keras membantah
“argumentasi subyektif” dan terbilang sarkastis dari pembanding (dh tergugat)
yang mengatakan Majelis Hakim (judex factie) “tidak professional dan
kebingungan”, argumentasi seperti itu jelas memenuhi kualifikasi menyerang
kehormatan/diri Judex Factie, menyerang sistem peradilan kita bahkan
menyerang sistem pendidikan hukum kita, sangat tidak pantas dilakukannya
lalu berlindung pada lembaga hukum acara: memori bandingnya;
Memori banding adalah lembaga hukum beracara, materinya adalah produk
hukum yang merupakan sarana memuat adu debat dan pertentangan-
pertentangan bukti-bukti, dalil-dalil, argumentasi serta dasar hukum dan lainnya
secara obyektif dan legal;
Yang dapat dimuat dalam memori banding adalah melulu atas “dalil-dalil
bantahan/keberatannya” atas “dalil-dalil, bukti-bukti, pertimbangan hukum judex
factie dan putusan judex factie” yang secara obyektif dan legal, sehingga tidak
pantas dan tidak ada tempat dalam memori banding maupun produk hukum
lainnya argumentasi-argumentasi yang bersifat subyektif dan menyerang diri
seseorang, apalagi Hakim;
Terbanding (dh. Penggugat) amat yakin Yang Mulia Majelis Hakim lebih tinggi
yang menyidangkan perkara a quo memahami dan setuju dengan dalil
Terbanding ini, lalu menghentikan cara-cara “tidak terhormat” pembanding (dh.
tergugat) tersebut dengan mengesampingkan dan menolak seluruh dalil-dalil
pembanding (dh terggugat) karena didasarkan pada argumentasi subyektif oleh
sebab itu dalil pembanding (dh. tergugat) dalam memori bandingnya tersebut
sepatutnyalah dikesampingkan dan ditolak;
5. Perkara a quo bermula dari bahwa tanah perkara yaitu sebidang tanah dengan
luas ± 2.800 M² ukuran + panjang 54 M × lebar 52 M yang terletak dan
- 29 -
merupakan Huta Sosor Tongatonga, Desa Tomok Parsaoran, Kecamatan
Simanindo, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara dengan batas-batas
sebagai berikut :
Sebelah Timur : Jalan Raya Tomok Ambarita;
Sebelah Selatan : Tanah / Huta milik keturunan Oppu Jahuala Sidabutar;
Sebelah Barat : Lahan Pekuburan (Parbandaan) Keturunan Oppu
Hutatam Sidabutar;
Sebelah Utara : Jalan Setapak / Jalan Desa;
diklaim sepihak oleh Djalongos Sidabutar sebagai miliknya sendiri, yang dalam
persidangan baik melalui jawaban, duplik maupun alat bukti surat pembanding
(dh. Tergugat) berupaya menguatkan dalil dan klaim bodongnya tersebut
namun dalam keterangan saksi tidak satupun ada keterangan saksi yang
menguatkan dalil dan klaim pembanding (dh tergugat) tersebut, lalu Saksi
Bedman Sidabutar sebagai keturunan dari Op. Toleo Sidabutar sebagai Raja
Pandua (R.II) Tomok “telah membantah secara tegas (baik dalam keterangan
saksi dibawah sumpah maupun dengan Surat Pernyataan, yang dijadikan
sebagai alat bukti Penggugat) hal yang didalilkan pembanding (dh tergugat)”
dalil pembanding (dh tergugat) yang menyatakan bahwa tanah terperkara
dulunya diberikan oleh Op. Toleo Sidabutar sebagai Raja Pandua (R.II) kepada
Timbo Sidabutar Tomok;
Bahwa Para Terbanding telah benar dengan dalilnya yang mengatakan bahwa
tanah perkara adalah huta/kampung yang bernama Huta Sosor Tongatonga
(ada disebut Sosor Lumban Tongatonga, Sosor Tongatonga bahkan cukup
disebut Sosor) adalah tanah atau huta yang diwariskan oleh Oppu Hutatam
Sidabutar bagi keturunannya (bahkan kepada para pihak dalam perkara a quo)
yang telah terdaftar Surat “Kutipan Dari Register De Kampoeng Met Daarover
Besturende Radja’s Hoendoelan Tomok No. 123”, nama Kampung: Sosor
Tongatonga, Tunggane Huta: O. Simangatoer, sebaliknya pembanding telah
salah mendalilkan tanah perkara adalah miliknya sendiri yang diwarisi dari
Timbo Sidabutar karena pemberian dari Op. Toleo Sidabutar sebagai Raja
Pandua (R.II) Tomok kepada Timbo Sidabutar, karena dalam persidangan dalil-
dalil pembanding tersebut telah terbantahkan secara sempurna, karena Op.
Toleo Sidabutar sebagai Raja Pandua (R.II) Tomok telah terukti bukanlah
keturunan dari Oppu Hutatam Sidabutar, juga terbukti bukan pula sebagai
pemilik atau turut memiliki huta Sosor Tongatonga sehingga “tidak ada
dasarnya” Op. Toleo Sidabutar sebagai Raja Pandua (R.II) Tomok memberikan
- 30 -
tanah perkara kepada Timbo Sidabutar, sesuai dengan prinsip hukum:
“Memberi Karena Memiliki”;
6. Bahwa sesungguhnya pada tahun 1995 atas tanah terperkara telah pernah
diselesaikan oleh para pihak dalam perkara a quo disaksikan oleh para
tetua/pengetua masyarakat Tomok dengan membagi rata tanah perkara,
penyelesaian mana telah diterangkan dalam kesaksian dari Elieser Sidabutar,
Mangiring Sidabutar dan Jhonson Sidabutar sebagai kerabat (haha anggi) yang
ikut menyelesaikan perselisihan antara Para Terbanding dengan Djalongos
Sidabutar-suami pembanding, bahkan yang menarik tali meteran mengukur
adalah dilakukan oleh sksi Elieser Sidabutar sendiri, juga rumah orang tua
Terbanding II (dh. Penggugat II) yang berdiri diatas tanah perkara yang
dibangun atas sumbangan dari pihak Koramil adalah setelah perjanjian tahun
1995 dan diantara inisiator pembangunan rumah itu adalah saksi Harry Bos
Sidabutar termasuk saksi Jhonson Sidabutar (selaku Kepala Desa waktu itu)
telah memperoleh data bahwa tanah tempat akan didirikan rumah orang tua
Terbanding II tidak ada masalah lagi, nyatanya Pembanding (dh Tergugat)
telah mengingkari perjanjian, padahal dalam struktur hukum adat Batak Toba
tiap perjanjian yang dibuat secara adat dan ditengahi oleh para tetua adat dan
kerabat maka harus saling menghormati dan mematuhi hak dan kewajiban
yang sudah cukup menjamin bahwa seluruh transaksi akan dipenuhi dan
ditutup dengan baik, seperti dalam perumpamaan :
Hori ihot ni doton Padan siingoton (Rami Pengikat Jala Ikan Janji harus
dipenuhi);
(dapat ditelusuri lebih jauh dalam buku “Masyarakat dan Hukum Adat Batak
Toba”, karangan J.C Vergouwen; Penerbit: LKiS Yogyakarta, Tahun 1986.,
Bab. VIII, dengan demikian gugatan a quo dimajukan telah cukup akurat dan
cermat, lagi pula menurut Hukum Acara Perdata RI Penggugat berhak
menentukan siapa yang akan digugat namun lebih dari itu, “Untuk dapat
menuntut seseorang didepan Pengadilan adalah syarat mutlak bahwa harus
ada perselisihan hukum antara kedua belah pihak yang berperkara,”
(Yurisprudensi MARI No: 4 K/Rup/1958 Tanggal 13 Desember 1958), sehingga
dalil pembanding (dh tergugat) yang menyatakan mengapa hanya pembanding
(dh. Tergugat) yang digugat harus dikesampingkan dan ditolak;
- 31 -
7. Bahwa keturunan dari Oppu Hutatam Sidabutar yang lain tidak pernah
membuat klaim pemilikan sebagaimana pembanding (dh tergugat), sehingga
tidak patut ditarik sebagai pihak dalam perkara a quo untuk digugat, lagipula
tujuan gugatan perkara a quo adalah mengukuhkan tanah terperkara adalah
Huta (Kampung) Sosor Tongatonga yang didirikan oleh Oppu Hutatam
Sidabutar dan dimiliki seluruh keturunan Oppu Hutatam Sidabutar, tidak
terkecuali dengan pembanding (dh tergugat) sendiri, bukankah tindakan para
terbanding adalah suatu tindakan yang fair dan adil bukan…..?;
Lagi pula selama persidangan a quo pembanding (dh tergugat) mendalilkan
bahwa kurang pihak yang dimaksudkannya adalah atas anak-anak dari
pembanding (dh tergugat) saja, sekarang dalam memori bandingnya justru hal
itu tidak diungkitnya lagi tapi malah subyeknya bergeser dan melebar ke
kelompok saudara-saudara suami pembanding-Djalongos Sidabutar (yang
sudah diterangkan diatas tidak ditarik sebagai pihak karena tidak ada
mengklaim pemilik tanah terperkara), disamping itu anak-anak dari pembanding
maupun saudari-saudari suami pembanding selalu hadir dalam persidangan
bahkan diantara anak-anak pembanding pernah menjadi Kuasa Insidentil
dalam perkara a quo, lalu dialihkan kepada Advokat sebagai Kuasa Hukum,
tentu cukup alasan bagi anak-anak dari pembanding maupun saudari-saudari
suami pembanding yang selalu hadir dalam persidangan menggunakan upaya
hukum “intervensi” dalam perkara a quo, karena sudah terang benderang
mengetahui adanya perkara a quo;
Lalu dalil pembanding (dh tergugat) yang mengatakan bahwa sebagai seorang
isteri (Janda) mengangap dirinya tidak layak didudukkan sebagai pihak dalam
perkara a quo, adalah pendapat dan dalil yang salah kaprah, sebab menurut
hukum Adat Batak Toba seorang isteri yang sah adalah bagian utuh dan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dari seluruh struktur kehidupan suaminya
terlebih dalam dalam era/jaman saat ini dalam mana hukum dan adat Batak
Toba telah sangat toleran dengan prinsip emansipasi wanita, tidak terkecuali
apakah isteri sudah menjadi janda, untuk menguatkan dalil tersebut dapat kita
buktikan :- Seorang perempuan yang sudah kawin (suaminya secara serta merta)
secara sah berkedudukan sebagai “boru” dari pihak hula-hulanya, status
sebagai “boru” (dengan segala hak dan kewajiban) tidak juga hilang dari
“suami perempuan” itu meskipun perempuan (sang isteri) itu telah
- 32 -
meninggal dunia, demikian sebaliknya bagi pihak keluarga suaminya (galur
affina) perempuan (isteri) itu adalah sebagai “dongan tubu” dari galur affina,
meskipun suami perempuan itu meninggal dunia;- Seorang perempuan yang sudah kawin dengan sendirinya adalah bagian
utuh dan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari seluruh struktur
kehidupan suaminya, sehingga dapat bertindak untuk dan atas nama
suaminya dalam segala hal menurut kebiasaan, kepantasan dan kepatutan
dalam tata kehidupan hukum dan adat Batak Toba terlebih dalam dalam era
saat ini dalam mana hukum dan adat Batak Toba sangat toleran dengan
prinsip emansipasi wanita, tidak terkecuali apakah isteri sudah menjadi
janda, “….dimana family (keluarga) merupakan suatu kesatuan bulat yang
tertutup (Batak)” Prof. Dr. R. Van Dijk, “Pengantar Hukum Adat Indonesia”,
Penerbit Mandar Maju, Bandung, Tahun 2006, Hal: 57 dan pada perkara
perdata sebagaimana dalam Putusan PK Mahkamah Agung Republik
Indonesia Tanggal 30 April 1997 No. 748 PK/Pdt/1994, juga didudukkan
sebagai tergugat adalah seorang Janda saja tanpa mengikutkan ketiga
anaknya;
Dengan demikian upaya yang coba dikaitkan oleh pembanding (dh. Tergugat)
sebagai seolah-olah (sebagian) dalil baru dalam memori bandingnya ini telah
terbantahkan dengan sempurna, oleh sebab itu dalil pembanding (dh tergugat)
yang mengatakan “tidak dapat mengenal secara benar siapa-siapa saja yang
seharusnya menjadi subyek gugatannya” harus dikesampingkan dan ditolak;
f. Bahwa meskipun pembanding (dh tergugat) menyatakan bahwa Terbanding III
(dh Penggugat III) tidak menandatangani Surat Kuasa tanggal 8 Januari 2014,
maka Para Terbanding (terutama Terbanding I dan II) membantahnya secara
tegas sekaligus meluruskan fakta yang sebenarnya, sebab penanda tanganan
Surat Kuasa tersebut dilakukan oleh Terbanding III (dh. Penggugat III)
dihadapan Terbanding I (dh Penggugat I) bersama dengan Winanto Sidabutar
(Amani Tari) yang pada waktu itu Terbanding III (dh Penggugat III) menurut
pengakuannya kurang sehat tetapi masih bisa berjalan ringan didepan
rumahnya, lalu didampingi oleh anaknya Jerry Sidabutar, demikian pula setelah
gugatan didaftarkan di Kepaniteraan PN Balige maka sehelai Surat Gugatan
juga diserahkan oleh Terbanding I kepada Terbanding III, bahkan dalam satu
kali persidangan perkara a quo di Balige, Terbanding III bersama Terbanding I
pernah ke Balige bermaksud mengikuti persidangan perkara a quo, tetapi tidak
- 33 -
jadi mengikuti persidangan karena mereka salah mendengar jadwal sidang,
setelah perkara a quo diputus oleh judex faxtie maka hasil putusan perkara a
quo juga langsung diberitahukan melalui hand phone kepada Terbanding III,
bahkan Lumundak Arpitson Sidabutar dari Jakarta pernah mengucapkan
selamat atas putusan perkara a quo dan masih ditanggapi oleh Terbanding III
mengatakan putusan tersebut adalah kemenangan bersama, tetapi jika
sekarang hal itu dibantahnya baiklah Yang Mulia Majelis Hakim Tinggi secara
arif dan bijaksanan mempertimbangkannya;
Untuk menguatkan dalil tersebut, maka dilampirkan Surat Pernyataan dari
Walson Sidabutar dan Winanto Sidabutar (Amani Tari Sidabutar) yang
menyatakan bahwa benar surat kuasa tanggal 8 Januari 2015 adalah
ditandatangani oleh Terbanding III dihadapan mereka;
PERMOHONAN PARA TERBANDING (DH PARA PENGGUGAT)
Bahwa dalil-dalil berdasarkan fakta-fakta, bukti-bukti dan argumentasi Hukum yang
cukup dan pantas diatas, maka dengan ini Para Terbanding (dh Para Penggugat)
menyampaikan permohonan kepada Yang Mulia Majelis Hakim Tinggi Pengadilan
Tinggi Medan yang menyidangkan Perkara a quo, untuk berkenan mengambil
Putusan sebagai berikut :
1. Menolak permohonan banding pembanding (dh tergugat) untuk seluruhnya;
2. Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Balige No.12/Pdt.G/2014/PN.BLG;
3. Membebankan kepada pembanding (dh. tergugat) seluruh biaya yang timbul
dalam perkara a quo;
Atau apabila Yang Mulia Majelis Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Medan yang
menyidangkan Perkara a quo berpendapat lain, dalam Peradilan yang baik (in
geode justitie), mohon diputuskan seadil-adilnya sesuai dengan hukum, kepatutan
dan rasa keadilan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat.
Menimbang, bahwa setelah mencermati dengan seksama memori banding
yang diajukan oleh Pembanding semula Tergugat melalui kuasa hukumnya,
Majelis Pengadilan Tinggi menilai bahwa pada dasarnya alasan/ keberatan
tersebut telah dipertimbangkan oleh Hakim tingkat pertama secara cermat dan
benar serta ternyata pula materi-materi dalam memori banding tidak memuat hal-
- 34 -
hal yang dapat membatalkan putusan hakim tingkat pertama, oleh karenanya
memori banding tersebut tidak relevan untuk dipertimbangkan lebih lanjut;
Menimbang, bahwa setelah membaca dan mempelajari dengan seksama
berkas perkara yang bersangkutan yang terdiri dari Berita Acara Pemeriksaan,
surat-surat bukti dan salinan resmi putusan Pengadilan Negeri Balige nomor :
12/Pdt.G/2014/PN.Blg tanggal 23 Maret 2015, memori banding yang diajukan oleh
Pembanding semula Tergugat melalui kuasa hukumnya tertanggal 4 September
2015, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi dapat menyetujui pertimbangan hukum dan
putusan Majelis Hakim tingkat pertama dalam perkara aquo karena pertimbangan
tersebut telah tepat serta benar dan diambil alih sebagai pertimbangan Pengadilan
tinggi sendiri dalam memeriksa dan memutus perkara ini di tingkat banding,
sedangkan kontra memori banding yang diajukan oleh Terbanding I, II dan III
semula Penggugat I, II dan III melalui kuasa hukumnya tertanggal 14 September
2015 yang diterima di kepaniteraan Pengadilan Tinggi Medan tanggal 16
September 2015 tidak dipertimbangkan dengan alasan Majelis Hakim telah
melakukan musyawarah untuk putusan pada tanggal 10 September 2015;
Menimbang, bahwa adapun alasan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi
mengambil alih pertimbangan hukum Majelis Hakim tingkat pertama adalah
sebagai berikut :
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta di persidangan tenyata
Mangatur Sidabutar (op. Mangatur) adalah anak Oppu Hutatam dan Terbanding l
semula Penggugat l merupakan keturunan Appangarodung Sidabutar abang
kandung Op Mangatur Sidabutar (bukti P.3);
Menimbang, bahwa sesuai berita acara hasil pemeriksaan setempat tanggal
6 Nopember 2014 Sosor Tongatonga yang merupakan objek sengketa, Tunggane
ni huta (penguasa tertinggi huta) adalah Mangatur Sidabutar (op. Mangatur) bukti
P3 dan di atas tanah sengketa tersebut terdapat bangunan rumah yang ditempat
saudara perempuan Terbanding ll semula Penggugat ll yang diakui Pembanding
semula Tergugat adalah milik Tunggul Sidabutar orang tua Terbanding ll semula
Penggugat ll;
Menimbang, bahwa Objek sengketa telah pernah dibagi oleh keturunan
Oppu Hutatam Sidabutar sehingga majelis hakim tinggi menilai telah dapat
- 35 -
dibuktikan tanah objek sengketa adalah merupakan milik Op. Hutatam Sidabutar
yang tidak pernah diberikan dengan alasan apapun kepada pihak lain termasuk
kepada salah satu keturunan dari Oppu Hutatam Timbo Sidabutar ( bukti P 5);
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas,
Majelis Hakim Tingkat banding sependapat dengan putusan Pengadilan Negeri
Balige nomor : 12/Pdt.G/2014/PN.Blg tanggal 23 Maret 2015 yang dimohonkan
banding tersebut dan dapat dipertahankan serta harus dikuatkan;
Menimbang, bahwa oleh karena Pembanding semula Tergugat tetap berada
di pihak yang kalah baik dalam peradilan tingkat pertama maupun dalam peradilan
tingkat banding, maka biaya perkara dalam ke dua tingkat peradilan dibebankan
kepadanya;
Memperhatikan KUHPerdata dan RBg serta peraturan-peraturan hukum
lainnya yang bersangkutan dalam perkara ini;
MENGADILI :
- Menerima permohonan banding dari Pembanding semula Tergugat melalui
kuasa hukumnya;
- Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Balige nomor : 12/Pdt.G/2014/PN.Blg
tanggal 23 Maret 2015, yang dimohonkan banding tersebut;
- Menghukum Pembanding semula Tergugat untuk membayar biaya perkara
dalam ke dua tingkat peradilan, yang dalam tingkat banding ditetapkan sebesar
Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyarawatan Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Medan pada hari Kamis tanggal 10 September 2015 oleh kami
Dr. H. SOEDARMADJI, SH., M.Hum., Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Medan
sebagai Ketua Majelis, DHARMA E. DAMANIK, SH.MH., dan DAHLIA
BRAHMANA, SH.MH., sebagai Hakim-Hakim Anggota yang ditunjuk berdasarkan
Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Medan tanggal 19 Agustus 2015 nomor :
279/PDT/2015/PT-MDN untuk memeriksa dan mengadili perkara ini dalam tingkat
banding, putusan diucapkan pada hari Kamis tanggal 17 September 2015 dalam
persidangan yang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis tersebut dengan dihadiri
Hakim-Hakim Anggota serta MUSA PENGARAPEN PURBA SH., Panitera
- 36 -
Pengganti pada Pengadilan Tinggi tersebut tanpa dihadiri pihak-pihak berperkara
maupun kuasa hukumnya.
Hakim-Hakim Anggota, Hakim Ketua Majelis,
ttd ttd
1. DHARMA E. DAMANIK, SH.MH. Dr. H. SOEDARMADJI, SH.M.Hum.
ttd
2. DAHLIA BRAHMANA, SH.MH.
Panitera Pengganti,
ttd
MUSA PENGARAPEN PURBA SH.
Perincian Biaya :
1. Meterai Rp. 6.000,-
2. Redaksi Rp. 5.000,-
3. Pemberkasan Rp 139.000,-
Jumlah Rp. 150.000,-