P STUDI LITERATUR P STANDAR PELAPORAN KEUANGAN …/Standar...dengan sak-etap bpr skripsi oleh : dian...
Transcript of P STUDI LITERATUR P STANDAR PELAPORAN KEUANGAN …/Standar...dengan sak-etap bpr skripsi oleh : dian...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI LITERATUR
STANDAR PELAPORAN KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT:
PERBANDINGAN ANTARA PSAK 50 DAN 55 (REVISI 2006)
DENGAN SAK-ETAP BPR
SKRIPSI
Oleh :
DIAN ANINDIA
K7408075
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Dian Anindia
NIM : K7408075
Jurusan/ Program studi : P.IPS/ Pendidikan Ekonomi-Akuntansi
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “STUDI LITERATUR STANDAR PELAPORAN
KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT: PERBANDINGAN ANTARA PSAK 50
DAN 55 (REVISI 2006) DENGAN SAK-ETAP BPR” ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini jiplakan, saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
Dian Anindia
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI LITERATUR
STANDAR PELAPORAN KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT:
PERBANDINGAN ANTARA PSAK 50 DAN 55 (REVISI 2006)
DENGAN SAK-ETAP BPR
Oleh :
DIAN ANINDIA
K7408075
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Dian Anindia. K7408075. STUDI LITERATUR STANDAR PELAPORAN KEUANGAN
BANK PERKREDITAN RAKYAT: PERBANDINGAN ANTARA PSAK 50 DAN 55
(REVISI 2006) DENGAN SAK-ETAP BPR. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.
Tujuan Penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pelaporan keuangan perbankan
menurut PSAK No. 50 dan PSAK 55 (2) Untuk mengetahui pelaporan keuangan BPR
menurut SAK-ETAP BPR (3) Untuk mengetahui perbedaan standar pelaporan keuangan
antara PSAK No. 50 dan 55 dengan SAK-ETAP BPR.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang
digunakan adalah berupa literatur dan buku-buku yang berhubungan dengan SAK-ETAP
dan PSAK No. 50 dan 55 (revisi 2006). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
menggunakan metode library research/studi kepustakaan/studi dokumentasi. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif komparatif yaitu analisis
yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendiskripsikan atau
menggambarkan data serta membandingan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum, selain analisis tersebut
digunakan pula teknik analisis kualitatif model alur yang meliputi reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa: (1)
Pelaporan Keuangan menurut PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) membuat cakupan instrumen
keuangan pada perbankan lebih luas dibandingkan PSAK 50 dan 55 (1998) bahkan hampir
seluruh item keuangan pada perbankan merupakan instrumen keuangan. Dikarenakan
perubahan tersebut maka ada beberapa permasalahan yang timbul akibat dari penerapan
PSAK tersebut diantaranya masalah penyisihan kerugian kredit, pendapatan, teknologi, dan
sumber daya manusia. (2) Pelaporan Keuangan menurut SAK-ETAP BPR lebih mudah
dipahami dibandingkan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) karena telah disesuaikan dengan
karakteristik BPR. Selain itu tidak banyak perubahan yang terjadi dari peraturan
sebelumnya. (3) SAK-ETAP sebagai standar alternatif bagi BPR dipandang lebih mudah
dan sesuai dengan karakteristik BPR dibandingkan dengan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006)
hasil dari konvergensi IFRS. Beberapa perbedaan mendasar antara PSAK 50 dan 55 (revisi
2006) dengan SAK-ETAP BPR diantaranya klasifikasi instrumen keuangan, pengakuan
bunga, kredit, penyajian laporan keuangan, serta pengungkapan instrumen keuangan. Hal
ini menggambarkan bahwa PSAK 50 dan 55 lebih komplek dibandingan SAK-ETAP BPR.
Kata kunci: pelaporan keuangan, BPR, PSAK 50 dan 55, SAK-ETAP BPR.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Dian Anindia. K7408075. LITERATURE STUDY OF RURAL BANKS FINANCIAL
REPORTING STANDARDS: COMPARISON BETWEEN PSAK 50 AND 55 (Revised
2006) WITH SAK-ETAP BPR. Skripsi. Surakarta. Faculty of Teacher Training and
Education Sebelas Maret University in Surakarta. June 2012.
The purpose of this study is (1) To determine the banking financial reporting based
on PSAK 50 and 55 (2) To determine the Rural Banks financial reporting based on SAK-
ETAP BPR (3) To know the difference between the financial reporting standards of PSAK
50 and 55 with SAK-ETAP BPR.
This research used a qualitative descriptive method. Source of data used is in the
form of literature and books related to SAK-ETAP and PSAK 50 and 55 (revised 2006).
Data collection techniques used is to use library research methods/library
research/documentation study. Analysis of the data used in this study was qualitative
descriptive comparative analysis is used to analyze data in a way describe or depict the
data and comparing the data already collected as it is without intention to make the
conclusions applicable to the public, in addition to the analysis of qualitative analysis
techniques also used the model which includes the reduction of data flow, data
presentation, and a conclusion.
Based on research that has been implemented, it can be concluded that: (1)
Financial reporting of PSAK 50 and 55 (revised 2006) makes the coverage of financial
instruments in the banking system more extensive than PSAK 50 and 55 (1998) and almost
all financial items in the bank is a financial instrument. Due to these changes so there are
some problems that arise as a result of the implementation of PSAK including loan-loss
provisioning, income, technology, and human resources. (2) Financial Reporting of SAK-
ETAP more understandable than PSAK 50 and 55 (revised 2006) because it has adapted to
the characteristics of Rural Banks. In addition, not many changes from previous
regulations. (3) SAK-ETAP as alternative standard for Rural Banks viewed easier than
PSAK 50 and 55 (revised 2006) output of IFRS convergence. There are some fundamental
differences between PSAK 50 and 55 (revised 2006) with SAK-ETAP BPR, financial
instruments such as classification, recognition rates, credit, financial statement presentation
and disclosure of financial instruments. This illustrates that the PSAK 50 and 55 is more
complex compared to SAK-ETAP BPR.
Keywords: financial reporting, Rural Banks, PSAK 50 and 55, SAK-ETAP BPR.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Qs. Insyirah : (Qs. Insyirah : (Qs. Insyirah : (Qs. Insyirah : 6666))))
““““Yang kau sukai belum tentu baik bagimu.Yang kau sukai belum tentu baik bagimu.Yang kau sukai belum tentu baik bagimu.Yang kau sukai belum tentu baik bagimu. Jika untuk mendapatkan yang kau sukai, engkau sering Jika untuk mendapatkan yang kau sukai, engkau sering Jika untuk mendapatkan yang kau sukai, engkau sering Jika untuk mendapatkan yang kau sukai, engkau sering
gagal dan menua dalam kekecewaan,gagal dan menua dalam kekecewaan,gagal dan menua dalam kekecewaan,gagal dan menua dalam kekecewaan, maka sebaiknya engkau belmaka sebaiknya engkau belmaka sebaiknya engkau belmaka sebaiknya engkau belajar menyukai yang tak kau sukai.ajar menyukai yang tak kau sukai.ajar menyukai yang tak kau sukai.ajar menyukai yang tak kau sukai.
Lalu temukanlah kesukaan untuk menjadikan dirimu produktif, agar engkauLalu temukanlah kesukaan untuk menjadikan dirimu produktif, agar engkauLalu temukanlah kesukaan untuk menjadikan dirimu produktif, agar engkauLalu temukanlah kesukaan untuk menjadikan dirimu produktif, agar engkau menjadi pribadi dengan menjadi pribadi dengan menjadi pribadi dengan menjadi pribadi dengan
kedamaian dan kesejahteraan yang kau sukai.kedamaian dan kesejahteraan yang kau sukai.kedamaian dan kesejahteraan yang kau sukai.kedamaian dan kesejahteraan yang kau sukai. Sadarilah, Tuhan sering menggunakan yang tak kau Sadarilah, Tuhan sering menggunakan yang tak kau Sadarilah, Tuhan sering menggunakan yang tak kau Sadarilah, Tuhan sering menggunakan yang tak kau
sukai sebagaisukai sebagaisukai sebagaisukai sebagai penuntun bagimupenuntun bagimupenuntun bagimupenuntun bagimu....””””
((((MMMMario Teguhario Teguhario Teguhario Teguh))))
“Kemenangan terbesar dalam hidup bukanlah tak pernah kalah, tetapi bisa bangkit kembali saat kita Kemenangan terbesar dalam hidup bukanlah tak pernah kalah, tetapi bisa bangkit kembali saat kita Kemenangan terbesar dalam hidup bukanlah tak pernah kalah, tetapi bisa bangkit kembali saat kita Kemenangan terbesar dalam hidup bukanlah tak pernah kalah, tetapi bisa bangkit kembali saat kita terpurukterpurukterpurukterpuruk ”
(Confucius(Confucius(Confucius(Confucius))))
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Sebagai wujud rasa sayang, cinta kasih peneliti dan terima
kasih, kupersembahkan ini kepada :
“Ibu dan Bapak tercinta” yang senantiasa memberikan
kasih sayang, dukungan, pengorbanan dan doa yang
slalu mengiringi setiap langkahku dan menjadi sumber
semangatku.
“Adikku tersayang, Yoga dan Angga“ yang
memberikan warna-warni hari-hariku.
“Intan, Erlyne, Catur, Rani teman-temanku tersayang”
Teman-teman Kos Baruch
“Almamater UNS
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya peneliti
dapat menyelesaikan skipsi dengan judul “STUDI LITERATUR STANDAR PELAPORAN
KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT: PERBANDINGAN ANTARA PSAK 50 DAN
55 DENGAN SAK-ETAP BPR” yang disusun guna memenuhi sebagai persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini memerlukan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd, selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan.
4. Elvia Ivada, S.E, M.Si., Ak selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan, semangat dan doa.
5. Drs. Sukirman, M.M selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak sekali
ilmu, motivasi, bimbingan dan arahan dalam menyusun skripsi ini.
6. Sohidin, S.E, M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan banyak sekali
ilmu, motivasi, bimbingan dan arahan dalam menyusun skripsi ini.
7. Dosen Prodi Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi yang telah memberi bekal ilmu
pengetahuan sehingga dapat menunjang terselesainya skripsi ini.
8. Ibu dan Bapak, yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun sprituil,
kasih sayang, nasehat serta doa setulus hati hingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi BKK Akuntansi 2008 khususnya
(Intan, Erlyne, Catur, Rani), terima kasih untuk semangat, bantuan dan
kebersamaan selama ini.
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10. Teman-teman Kos Baruch (Tyas, Ida, Yunda), terima kasih untuk bantuan dan
kebersamaan selama ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
HALAMAN REVISI ..................................................................................
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................
ABSTRACT ................................................................................................
HALAMAN MOTTO .................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
B. Identifikasi Masalah .......................................................................
C. Pembatasan Masalah ......................................................................
D. Perumusan Masalah .......................................................................
E. Tujuan Penelitian ...........................................................................
F. Manfaat Penelitian .........................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................
1. Akuntansi .................................................................................
2. Bank .........................................................................................
a. Pengertian Bank .................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
xiii
xvi
xvii
xviii
1
4
4
4
4
4
6
6
7
7
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Sejarah Bank ......................................................................
c. Klasifikasi Bank .................................................................
3. Bank Perkreditan Rakyat ........................................................
4. Standar Akuntansi Keuangan ...................................................
a. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan ...........................
b. Sejarah Standar Akuntansi Keuangan ................................
5. Standar Akuntansi Keuangan Untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik .................................................................
a. Ruang Lingkup ...................................................................
b. Karakteristik Kualitatif Informasi Keuangan ....................
B. Kerangka Berpikir ..........................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu Penelitian ............................................................................
B. Bentuk Penelitian dan Strategi Penelitian ......................................
1. Bentuk Penelitian .....................................................................
2. Strategi Penelitian ....................................................................
C. Pendekatan Penelitian ....................................................................
D. Sumber Data ...................................................................................
E. Tenik Pengumpulan Data ...............................................................
F. Teknik Analisis Data ......................................................................
G. Prosedur Penelitian ........................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Umum ............................................................................
B. Pelaporan Akuntansi Keuangan Perbankan Berdasarkan PSAK 50
dan 55 ..............................................................................................
1. Definisi dan Klasifikasi Instrumen Keuangan ............................
a. Definisi Instrumen Keuangan .............................................
b. Klasifikasi Instrumen Keuangan .........................................
2. Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan .....................
a. Pengakuan ............................................................................
b. Penghentian Pengakuan .......................................................
8
10
12
15
15
16
17
17
19
22
24
24
24
25
25
25
26
26
27
28
29
29
29
30
32
32
32
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Pengukuran ..........................................................................
3. Penyajian dan Pengungkapan Instrumen Keuangan .................
a. Penyajian .............................................................................
b. Pengungkapan .....................................................................
4. Implikasi Penerapan PSAK 50 dan 55 revisi 2006 Pada Dunia
Perbankan ..................................................................................
C. Pelaporan Keuangan BPR Berdasarkan SAK-ETAP BPR .............
1. Laporan Keuangan ......................................................................
a. Komponen Laporan Keuangan .............................................
b. Keterbatasan Laporan Keuangan ..........................................
2. Akuntansi Aset ..........................................................................
3. Akuntansi Kewajiban .................................................................
4. Akuntansi Ekuitas .......................................................................
5. Laporan Laba Rugi .....................................................................
6. Laporan Arus Kas .......................................................................
7. Laporan Perubahan Ekuitas ........................................................
8. Catatan atas Laporan Keuangan .................................................
D. Perbedaan Standar Pelaporan Keuangan Antara PSAK No. 50
dan 55 Dengan SAK-ETAP BPR ..................................................
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................
B. Implikasi ........................................................................................
C. Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
LAMPIRAN ...............................................................................................
33
35
35
41
45
48
48
48
49
49
52
53
53
53
54
55
56
73
74
74
75
77
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan merupakan salah satu tulang punggung dalam membangun sistem
perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary
institution yaitu lembaga yang mampu menyalurkan kembali dana-dana yang dimiliki
oleh unit ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi yang membutuhkan bantuan
dana atau defisit. Fungsi ini merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan
bisnis karena berkaitan dengan penyediaan dana sebagai investasi dan modal kerja bagi
unit-unit bisnis dalam melaksanakan fungsi produksi. Oleh karena itu, agar dapat
berjalan dengan lancar maka lembaga perbankan harus berjalan dengan baik pula.
Perkembangan sektor perbankan di Indonesia sesungguhnya telah dimulai
sejak jaman penjajahan Belanda, yaitu dengan mengadopsi sistem perbankan kolonial
yang ada pada waktu itu. Pada pertengahan tahun 1980-an berbagai macam
deregulasi dikeluarkan oleh pemerintah untuk menggairahkan industri perbankan.
Diawali dengan diluncurkannya Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang
mencakup bidang keuangan, moneter dan perbankan. Kebijakan di bidang perbankan
meliputi pemberian kemudahan-kemudahan dalam membuka kantor bank dan
Lembaga Keuangan Bukan Bank, memperkenankan pendirian bank-bank swasta
baru antara lain dengan penetapan syarat modal disetor minimal Rp 10 milyar, juga
memberikan kesempatan untuk mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan
modal minimum Rp 50 juta, dan memperingan persyaratan bagi bank menjadi bank
devisa. Setelah diluncurkannya deregulasi tersebut, bisnis perbankan di Indonesia
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hingga saat ini telah banyak bank yang
menawarkan berbagai jasa pelayanan perbankan, mulai dari penyetoran dan
pengambilan uang oleh bank, transfer uang, penjaminan emisi sampai investasi,
bahkan dengan pemberian suku bunga yang menggiurkan serta munculnya produk-
produk baru perbankan.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 1.1. Kegiatan Usaha Perbankan (Milyar Rp)
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia - Vol. 9, No. 12, November 2011
Semakin maju dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia
dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional sehingga
dapat meningkatkan kewajaran, keandalan dan transparansi laporan keuangan. Untuk
memenuhi hal itu, maka BI bekerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
telah menetapkan kebijakan untuk mengadopsi International Accounting Standards
(IAS) 39 dan 32 dalam Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia (PSAK) No. 50 dan
55 revisi 2006 yang menggantikan PSAK 31 dan diimplementasikan mulai 1 Januari
2010. Sebagai tindak lanjut penerbitan PSAK yang dimaksud, telah disusun pula
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) 2008 untuk membantu perbankan
dalam melakukan penerapan PSAK tersebut.
Namun demikian, PSAK 50 Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan,
PSAK 55 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran dengan PAPI 2008
sebagai pedoman dipandang tidak sesuai dengan karakteristik operasional BPR juga
dari sisi biaya dan manfaatnya. Sehubungan dengan itu maka BPR memerlukan
standar akuntansi keuangan yang sesuai. Oleh karenanya, pada tanggal 31 Desember
2009, BI menerbitkan SE No. 11/37/DKBU perihal penetapan penggunaan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) sebagai
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
standar akuntansi keuangan bagi Bank Perkreditan Rakyat yang melakukan kegiatan
usaha berbasis konvensional. Sehingga kedepannya BI akan menyusun Pedoman
Akuntansi BPR dengan mendasarkan pada Standar Akuntansi Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik yang dikeluarkan oleh IAI.
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-
ETAP) pada tanggal 19 Mei 2009 telah disahkan Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK). Hal utama yang mendasari pengesahan SAK-ETAP yaitu
adanya konvergensi standar akuntansi keuangan dengan IFRS. SAK-ETAP adalah
PSAK yang disederhanakan dengan pilihan pada alternatif standar yang lebih
sederhana dengan penyederhanaan pengukuran dan mengurangi pengungkapan,
disamping itu SAK-ETAP merupakan standar yang berdiri sendiri secara
keseluruhan (stand alone), yang artinya hanya mengacu pada buku SAK-ETAP itu
sendiri tidak mengacu pada PSAK kecuali pada transaksi yang belum diatur dalam
SAK-ETAP. Sasaran dari SAK-ETAP ini yaitu entitas bisnis yang tidak memiliki
akuntabilitas publik dan entitas yang menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan
umum (general purpose financial statement) bagi pihak eksternal. Entitas yang
mempunyai tanggung jawab publik juga dapat menggunakan SAK-ETAP apabila
entitas tersebut telah memperoleh ijin dari pihak regulator.
Penggunaan SAK ETAP ini sifatnya mandatory dalam rangka akuntabilitas
pelaporan keuangan BPR. Untuk itu, jika pada tahun buku 2011 BPR belum
menerapkan SAK ETAP dalam pelaporan keuangannya maka laporan keuangan BPR
yang bersangkutan terancam dinilai sebagai laporan keuangan yang tidak wajar
dalam laporan akuntan independen. Penugasan audit tahun buku 2011 tentunya
mengacu pada kriteria SAK ETAP sehingga dampak laporan keuangan auditor
dengan opini tidak wajar tentunya sangat merugikan BPR. Berdasaran latar belakang
tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil judul “STUDI LITERATUR
STANDAR PELAPORAN KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT:
PERBANDINGAN ANTARA PSAK 50 DAN 55 (REVISI 2006) DENGAN
SAK-ETAP BPR”.
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penelitian ini dibatasi pada
perbandingan PSAK No. 50 dan 55 (revisi 2006) dengan SAK-ETAP BPR terhadap
pelaporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat yang terdiri dari pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan laporan keuangan.
C. Perumusan Masalah
Agar masalah dalam penelitian dapat terjawab dengan baik, maka masalah
harus dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaporan keuangan perbankan menurut PSAK No.50 dan 55?
2. Bagaimana pelaporan keuangan BPR menurut SAK-ETAP BPR?
3. Sejauhmanakah perbedaan standar pelaporan keuangan antara PSAK No. 50 dan
55 dengan SAK-ETAP BPR?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakuan dengan
tujuan:
1. Untuk mengetahui pelaporan keuangan perbankan menurut PSAK No. 50 dan
PSAK 55.
2. Untuk mengetahui pelaporan keuangan BPR menurut SAK-ETAP BPR.
3. Untuk mengetahui perbedaan standar pelaporan keuangan antara PSAK No. 50
dan 55 dengan SAK-ETAP BPR.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait. Manfaat yang diharapkan peneliti adalah :
1. Manfaat Teoretis
a. Untuk mendapatan informasi gambaran umum perbedaan standar pelaporan
keuangan antara PSAK No. 50 dan 55 dengan SAK-ETAP BPR.
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam
menyerap dan memahami ilmu yang diperoleh.
c. Sebagai referensi peneliti lain yang akan meneliti tentang PSAK No. 50 dan
55 (revisi 2006) dan SAK-ETAP BPR.
2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan masukan dan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Akuntansi
Pengertian akuntansi menurut American Accounting Association adalah
“Accounting as the process identifiying, measuring, and communicating economic
information to permit informed judgements and decisions by users of the information”.
Informasi ekonomi adalah informasi yang berkaitan dengan berbagai situasi yang
melibatkan keterbatasan sumber daya, proses akuntansi ini diakhiri dengan tersedianya
laporan keuangan.
Definisi akuntansi menurut AICPA yaitu “Accounting is the art of recording,
classifying, and summarizing in a significant manner and in terms of money, transaction
and events which are in part at least, of a financial character, and interpreting the
results thereof”, sedangkan sedangkan menurut Kieso (2002 : 2), akuntansi bisa
didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi:
(1) pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi keuangan tentang
(2) entitas ekonomi kepada (3) pemakai yang berkepentingan.
Karakteristik-karakteristik ini telah dipakai untuk menjelaskan akuntansi
selama beratus-ratus tahun. Namun, dalam 30 tahun terakhir entitas ekonomi telah
berubah secara signifikan baik dari segi ukuran maupun komplekstitas, dan pemakai
yang berkepentingan juga telah bertambah secara substansial baik dari segi jumlah
maupun keragaman.
FASB mendefinisikan akuntansi secara umum adalah :
Accounting is the body knowledge and functions concered with systematic
originating, recording, classifying, processing, summerizing, analyzing,
interpreting and supplying of dependable and significant information
covering, transaction, and event wich are, in part at least, offinancial
character, required for the management and operation of an entity and for
report that have to be submitted there on to meet fiduciary and other
responsibilities. Definisi selanjutnya terdapat pada APB No. 4 yang dapat menjelaskan
akuntansi sebagai suatu aktivitas jasa yang memiliki fungsi menyediakan informasi
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang satuan-satuan ekonomi yang
dapat bermanfaat dalam menetapkan pilihan-pilihan yang logis diantara berbagai
tindakan alternatif. Definisi tersebut adalah : “Accounting is a service activity. Its
function is to provide quantitative information, primarily financial in nature, about
economics entities that is intended to be useful in making economic decision, in
making reasons choices among alternatives course of action”.
Dapat disimpulkan bahwa a) akuntansi menyediakan jasa yang penting di
dalam lingkungan bisnis untuk membantu pengambilan keputusan alokasi sumber
daya yang terbatas; b) informasi yang disediakan akuntansi bersifat kuantitatif yang
dapat digunakan dengan evaluasi kualitatif dalam pengambilan keputusan ekonomi;
c) meskipun akuntansi melaporkan apa yang telah terjadi tetapi berguna untuk
pengambilan keputusan di masa mendatang.
2. Bank
a. Pengertian Bank
Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang
dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para
nasabah. Istilah bangku secara resmi dan popular menjadi Bank. Bank termasuk
perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa
kepada masyarakat.
Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud
dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun
1990. Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi
Keuangan (2000: 31.1) adalah: “Bank adalah lembaga yang berperan sebagai
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana
dengan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran”. Sedangkan berdasarkan SK Menteri
Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990 pengertian bank adalah: “Bank merupakan
suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan
penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi
perusahaan”.
Dari pengertian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa bank merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya seluruh kegiatan yang
dilakukan bank berkaitan dengan bidang keuangan. Kegiatan perbankan adalah
menghimpun dana dari masyarakat yang dikenal dalam dunia perbankan sebagai
kegiatan funding. Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank dalam
bentuk simpanan, maka pihak bank memberikan rangsangan berupa balas jasa
kepada penyimpan dalam bentuk bunga, hadiah, bagi hasil, pelayanan atau balas
jasa lainnya. Setelah memperoleh dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
maka bank akan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk
pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending).
b. Sejarah Bank
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan pada zaman
kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini
berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia,
Afrika, dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakuan penjajahan ke
negara jajahannya baik Asia, Afrika, maupun benua Amerika.
Jika kita telusuri sejarah kegiatan perbankan dimulai dari jasa pertukaran
uang, sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat
menukarkan uang. Dalam perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu, pertukaran
uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu dengan kerajaan lainnya. Kegiatan
pertukaran uang ini sekarang dikenal dengan nama perdagangan valuta asing (money
charger).
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kegiatan operasional perbankan
berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut searang ini
sebagai kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan
kegiatan peminjaman uang, uang yang disimpan oleh masyarakat ke bank
dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkan. Akibat dari kebutuhan
akan jasa keuangan yang semain meningkat dan beragam maka peranan dunia
perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada
di negara maju maupun berkembang.
Sebenarnya usaha perbankan baru dimulai dari zaman Babilonia kemudian
dilanjutkan ke zaman Yunani Kuno dan Romawi, namun pada saat itu tugas bank
hanyalah sebagai tempat tukar menukar uang. Seiring dengan perkembangan
perdagangan dunia maka perkembangan perbankan juga berjalan semakin pesat,
perkembangan perdagangan yang semula hanya di daratan Eropa akhirnya
menyebar ke Asia Barat. Bank-bank yang sudah terkenal pada saat itu di benua
Eropa adalah Ban Venesia tahun 1171, kemudian menyusul Bank of Genoa dan
Bank of Barcelona tahun 1320. Sebaliknya perkembangan perbankan di daratan
Inggris baru dimulai pada abad ke 16, namun karena Inggris yang begitu aktif
mencari daerah perdagangan yang kemudian dijajah, maka perkembangan
perbankan pun ikut dibawa ke negara jajahannya.
Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia
Belanda. Pada saat itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting
di Hindia Belanda, antara lain :
1) De Javasche NV
2) De Post Paar Bank
3) De Algemenevolks Crediet Bank (NHM)
4) Nationale Handles Ban (NHB)
5) De Escompto Bank NV
Selain itu terdapat pula bank-bank pribumi, China, Jepang, dan Eropa
lainnya, bank tersebut antara lain :
1) Bank Nasiona Indonesia
2) Bank Abuan Saudagar
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) NV Bank Boemi
4) The Charteredbank of India
5) The Yokohama Species Bank
6) The Matsui Bank
7) The Bank of China
8) Batavia Bank
Pada zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan
berkembang lagi, beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia.
Bank-bank yang ada di zaman kemerdekaan antara lain:
1) Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 kemudian menjadi
BNI 1946.
2) Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini
berasal dari De Algemene Volk Crediet Bank atau Syomin Ginko.
3) Bank Surakarta MAI (Maskapai Adil Makmur) tahun 1945 di Solo.
4) Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
5) Bank Dagang Nasional Indonesia di Medan tahun 1946.
6) Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta yang kemudian
menjadi Bank Amerta.
7) NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
8) Bank Dagang Indonesia NV di banjarmasin tahun 1949.
9) Kalimantan Corporation Trading di Samarinda tahun 1950, kemudian merger
dengan Bank Pasifik.
c. Klasifikasi Bank
Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Terdapat beberapa
perbedaan jenis bank menurut UU Perbankan nomor 10 tahun 1998 dengan
peraturan sebelumnya yaitu UU Perbankan nomor 14 tahun 1967, namun dalam
aspek kegiatan utama bank sebagai lembaga keuangan tidak berbeda satu sama
lain.
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bank diklasifikasikan berdasarkan berbagai macam perspektif, dari segi
fungsi, segi kepemilikan, segi status, dan segi penentuan harganya yaitu:
1) Berdasarkan segi fungsinya, bank diklasifikasikan menjadi:
(a) Bank Umum ( Komersial dan Syariah)
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvesional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
(b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvesional
atau berdasar prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2) Berdasarkan segi kepemilikannya, bank dapat diklasifikasikan menjadi:
(a) Bank Pemerintah
Bank Pemerintah adalah bank yang sebagian besar modalnya dimiliki
oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah.
(b) Bank Swasta Nasional
Bank Swasta Nasional adalah ban yang sebagian besar modalnya dimiliki
oleh swasta nasional Indonesia.
(c) Bank Koperasi
Bank Koperasi adalah bank yang sebagian besar atau seluruh modalnya
dimiliki oleh perusahaan berbadan hukum koperasi.
(d) Bank Asing
Bank Asing adalah bank yang sebagian besar atau seluruh modalnya
dimiliki oleh orang asing, baik swasta maupun pemerintah pusat.
(e) Bank Campuran
Bank Campuran adalah bank yang modalnya dimiliki swasta nasional
Indonesia dan asing, dan pada umumnya sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh swasta nasional Indonesia.
3) Berdasarkan segi statusnya, bank diklasifikasikan menjadi:
(a) Bank Devisa
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bank Devisa adalah bank yang melaksanakan transaksi luar negeri atau
transaksinya berhubungan dengan valas.
(b) Bank Nondevisa
Bank Nondevisa adalah bank yang tidak diperbolehkan melakukan
transaksi dengan luar negeri atau berkaitan dengan valas.
4) Berdasarkan segi cara menentukan harga, bank diklasifikasikan menjadi:
(a) Bank Konvensional
Bank Konvensional adalah bank yang dalam menentukan harganya
menetapkan suatu tingkat bunga tertentu, baik untuk dana yang dikumpulkan
maupun disalurkan.
(b) Bank Syariah
Bank Syariah adalah bank yang penentuan harganya tidak menetapkan
suatu tingkat bunga tertentu tetapi didasarkan pada prinsip-prinsip
syariah.
Pengklasifikasian bank ini tidak dapat secara kaku diterapkan saat
ini, mengingat fenomena kepemilikan bank di Indonesia pasca krisis tahun
1998 sangat rumit.
3. Bank Perkreditan Rakyat
Pengertian BPR menurut UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 adalah
lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan
menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Adanya perkembangan lembaga keuangan
BPR pasca UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tersebut dan kondisi lembaga
keuangan pada umumnya terutama pada masa dan pasca krisis moneter tahun 1997,
maka pengertian BPR mengalami perubahan dengan munculnya UU Perbankan
Nomor 10 Tahun 1998.
Dalam UU Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 pasal 1 disebutkan bahwa
BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dengan demikian ada dua pengertian
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BPR, yaitu BPR yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional yang
tidak diperkenankan melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah dan BPR yang
melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang tidak diperkenankan
melakukan kegiatan secara konvensional.
Kegiatan usaha yang diperkenankan dilakukan oleh BPR sangat terbatas
dibandingkan dengan Bank Umum, yaitu hanya meliputi penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan/atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, memberikan kredit serta menempatkan
dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat
deposito dan/ atau tabungan pada bank lain. BPR tidak diperkenankan menerima
simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran serta melakukan
kegiatan usaha selain yang diperkenankan, selain itu BPR tidak diperkenankan
melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang valuta asing
(dengan izin Bank Indonesia), melakukan penyertaan modal, dan melakukan usaha
perasuransian. Adapun wilayah kantor operasionalnya dibatasi dalam 1 (satu) propinsi.
Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank
Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan
Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil
(KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa
(BKPD) dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan memenuhi
persyaratan tata cara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Ketentuan
tersebut diberlakukan mengingat bahwa lembaga-lembaga tersebut telah tumbuh dan
berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta masih diperlukan oleh
masyarakat, maka keberadaan lembaga tersebut diakui. Oleh karena itu, UU
Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 beserta perubahannya yang ditunjukkan dalam UU
Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 memberikan kejelasan status dari lembaga-
lembaga tersebut. Untuk menjamin kesatuan dan keseragaman dalam pembinaan dan
pengawasan, maka persyaratan dan tata cara pemberian status lembaga-lembaga
tersebut ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 2.1 Kegiatan Usaha BPR Konvensional skala Nasional
Periode : September 2011 - Februari 2012
Sumber : Bank Indonesia
Selama ini sebagian besar pengusaha mikro dan kecil, serta masyarakat di
daerah pedesaan belum mendapatkan pelayanan jasa keuangan perbankan baik dari
aspek pembiayaan maupun penyimpanan dana, adapun lembaga keuangan yang tepat
dan strategis untuk melayani kebutuhan masyarakat tersebut adalah BPR dengan
pertimbangan:
a. BPR merupakan lembaga intermediasi sesuai dengan UU Perbankan.
b. BPR merupakan lembaga keuangan yang diatur dan diawasi secara ketat oleh
Bank Indonesia.
c. Adanya penjaminan oleh LPS atas dana masyarakat yang disimpan di BPR.
Indikator 2011 2012
September Oktober November Desember Januari Februari
Jumlah BPR 1,683 1,683 1,684 1,669 1,663 1,665
Sumber Dana
(Rp. Ribu) 42,126,096,254 42,780,432,860 43,712,474,710 45,072,454,876 45,446,542,892 46,109,963,477
- Tabungan 10,911,497,538 11,127,796,055 11,493,971,330 12,035,146,905 12,198,623,197 12,331,901,188
- Deposito 24,948,976,624 25,336,310,119 25,788,215,610 26,174,279,692 26,595,814,667 27,089,748,313
- Antarbank Pasiva
5,684,166,200 5,807,975,424 5,979,268,987 6,420,023,982 6,236,350,259 6,259,102,110
- Pinj. Diterima 581,455,892 508,351,262 451,018,783 443,004,297 415,754,769 429,211,866
Penanaman
Dana (Rp.
Ribu) 50,107,550,472 50,969,087,063 52,156,397,171 53,533,826,782 53,843,087,509 54,567,988,914
- Kredit yg diberikan
39,665,049,245 40,258,511,620 40,680,858,773 41,099,515,666 41,424,051,429 42,484,760,843
- Antarbank Aktiva
10,442,338,660 10,710,506,936 11,475,538,398 12,434,311,116 12,419,036,080 12,083,228,071
- SBI 162,567 68,507
Jumlah
Nasabah
(Rekening) 12,134,465 12,175,910 12,129,398 12,338,065 12,177,452 12,157,544
- Tabungan 8,458,946 8,483,674 8,533,841 8,551,718 8,487,082 8,576,680
- Deposito 415,762 418,592 428,017 424,840 429,108 430,721
- Debitur 3,259,757 3,273,644 3,167,540 3,361,507 3,261,262 3,150,143
Total Asset
(Rp. Ribu) 52,299,820,771 53,243,975,746 54,496,417,647 55,799,288,624 56,171,569,848 56,907,621,325
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. BPR berlokasi di sekitar UMK dan masyarakat pedesaan, serta memfokuskan
pelayanannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut.
e. BPR memiliki karakteristik operasional yang spesifik yang memungkinkan BPR
dapat menjangkau dan melayani UMK dan masyarakat pedesaan.
Posisi BPR yang strategis tersebut perlu dipertahankan dan ditingkatkan
agar keberadaan BPR memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan
mendorong perekonomian daerah.
4. Standar Akuntansi Keuangan
a. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan
Komite PAI (IAI, 1994; Kata Pengantar) mengemukakan Standar akuntansi
keuangan merupakan pedoman yang harus diacu dalam penyusunan laporan
keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para pemakai di luar manajemen
perusahaan. Arti penting standar akuntansi dikemukakan oleh Dr. Katjep K.
Abdoelkadir, sebagai ketua umum IAI, (IAI, 1994; Sambutan Ketua Umum)
menyatakan standar akuntansi keuangan sebagai pedoman pokok penyusunan
dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiun, dan unit
ekonomi lainnya adalah sangat penting, agar laporan keuangan lebih berguna,
dapat dimengerti dan dapat diperbandingkan serta tidak menyesatkan.
Perubahan nama dari Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) menjadi Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) menurut IAI (1994; Kata Pengantar) dimaksudkan
untuk menghindari kesalahpahaman yang sering terjadi dan agar nama sesuai
dengan makna. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang disebut
selama ini sebagai prinsip akuntansi maknanya adalah standar akuntansi. Sumber
acuan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia seperti yang dijelaskan di
atas tidak menyebut posisi standar akuntansi secara jelas karena yang menduduki
posisi pertama adalah prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan
berlaku oleh badan pengatur standar adalah standar akuntansi. Dalam rerangka
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dapat dilihat bahwa standar
akuntansi menduduki tingkat satu sebagai landasan operasional atau praktek.
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Artinya, dalam tatanan operasional standar akuntansi harus menjadi acuan utama
yang harus digunakan sebelum acuan lainnya.
b. Sejarah Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
Akuntansi sebenarnya sudah ada sejak manusia mulai bisa menghitung dan
membuat suatu catatan, yang pada awalnya dengan menggunakan batu, kayu,
bahkan daun menurut tingkat kebudayaan manusia waktu itu. Pada abad XV
terjadilah perkembangan dan perluasan perdagangan oleh pedagang-pedagang
Spanyol, Portugal, dan Belanda. Perkembangan perdagangan ini menyebabkan
kebutuhan akan suatu sistem pencatatan yang lebih baik yakni pencatatan mengenai
rugi dan laba tahunan serta pembuatan neraca perdagangan yang diharuskan
sekali dalam dua tahun sehingga dengan demikian akuntansi juga mulai
berkembang. Setelah itu perkembangan akuntansi juga ditandai dengan adanya
seorang yang bernama Lucas Pacioli pada tahun 1494 ahli matematika,
mengarang sebuah buku yang berjudul Summa de Aritmatica, Geometrica,
Proportioni et Propotionalita, di mana dalam suatu bab berjudul Tractatus de
Computies et Scriptoris (Belkaoui, 2006).
Di Indonesia mulai diterapkan sejak 1642 namun perkembangan yang
mencolok muncul setelah undang-undang tanam paksa dihapuskan sehingga
membuka kesempatan besar pada perkembangan penanaman modal pengusaha
swasta belanda. Akuntansi di Indonesia pada awalnya menganut sistem
kontinental, seperti yang dipakai di Belanda saat itu. Sistem ini disebut juga
dengan tata buku. Tata buku menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat
konstruktif dari proses pencatatan, peringkasan, penggolongan dan aktivitas lain
yang bertujuan menciptakan informasi akuntansi berdasarkan pada data. Sejak
tahun 1950-an akuntansi mulai berubah yakni dengan mengacu pada sistem
akuntansi yang dianut oleh Amerika yakni GAAP dan pada tahun 2008
pemerintah Indonesia mencanangkan mengikuti standar internasional (IFRS)
sebagai standar akuntansi Indonesia yang baru. Penerapan standar ini
diperkirakan akan penuh diterapkan pada tahun 2012.
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Terdapat tiga tonggak sejarah pengembangan standar akuntansi Indonesia
yakni tonggak sejarah pertama pada saat pasar modal Indonesia mulai aktif yakni
tahun 1973. Pada masa itulah IAI membentuk kodifikasi prinsip dan standar
akuntansi yang tertuang pada satu buku yang disebut PAI (Prinsip Akuntansi
Indonesia). Tonggak sejarah kedua terjadi pada saat revisi pertama PAI pada
tahun 1984, serta yang ketiga adalah bahwa revisi total terhadap PAI pada tahun
1994 dan melakukan modifikasi dalam buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
pada tanggal 1 Oktober 1994.
Dalam proses pembentukan sebuah standar akuntansi tidak terlepas dari
badan pembentuknya, seperti di Indonesia badan pembentuk standar akuntansi
yang pertama dinamakan badan penghimpun bahan-bahan yang dibentuk pada
1973, lalu pada tahun 1974 dibentuklah secara resmi badan yang dinamakan
komite prinsip akuntansi Indonesia (PAI), PAI kemudian diubah menjadi komite
standar akuntansi keuangan (komite SAK) pada tahun 1994-1998 dan komite
SAK diubah menjadi komite DSAK yang memiliki hak otonomi menyusun
PSAK dan ISAK IAI (2001;411.1) menjelaskan frasa “prinsip akuntansi” adalah
suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi, aturan, dan prosedur
yang diperlukan untuk merumuskan praktik akuntansi yang berlaku umum pada
saat tertentu. Dengan pengertian yang hampir sama, Miller (1985) dalam IAI
(2007) menyatakan prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP) merupakan rajutan
dari berbagai aturan dan konsep.
5. Standar Akuntansi Keuangan Untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK-ETAP)
a. Ruang Lingkup
Standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik
(SAK-ETAP) dimaksud untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik.
Dalam buku SAK-ETAP yang dikeluarkan oleh IAI (2009:1) menyebutkan
bahwa entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang:
1) tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika: 1) entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses
pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
2) entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan
SAK-ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan
standar tersebut. Hal ini dimungkinkan apabila pihak otoritas berwenang merasa
ketentuan pelaporan dengan menggunakan PSAK terlalu tinggi biayanya
ataupun terlalu rumit untuk entitas yang mereka awasi. SAK-ETAP ini akan
berlaku efektif per 1 Januari 2011 namun penerapan dini per 1 Januari 2010
diperbolehkan. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK-ETAP harus
membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved
statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK-ETAP kecuali jika
mematuhi semua persyaratan dalam SAK-ETAP. Apabila perusahaan memakai
SAK-ETAP, maka auditor yang akan melakukan audit di perusahaan tersebut
juga akan mengacu kepada SAK-ETAP.
Mengingat kebijakan akuntansi SAK-ETAP di beberapa aspek lebih
ringan daripada PSAK, maka ketentuan transisi dalam SAK-ETAP ini cukup
ketat. Pada BAB 29 misalnya disebutkan bahwa pada tahun awal penerapan
SAK-ETAP, yakni 1 Januari 2011, Entitas yang memenuhi persyaratan untuk
menerapkan SAK-ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan
SAK-ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP (SAK Umum) sepanjang
diterapkan secara konsisten, entitas tersebut tidak diperkenankan untuk
kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan keuangan
berikutnya. Oleh sebab itu per 1 Januari 2011, perusahaan yang memenuhi
definisi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik harus memilih apakah akan tetap
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyusun laporan keuangan menggunakan PSAK atau beralih menggunakan
SAK-ETAP.
Ketentuan transisi juga menjelaskan bahwa entitas yang menyusun laporan
keuangan berdasarkan SAK-ETAP kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas
yang boleh menggunakan SAK-ETAP, maka entitas tersebut tidak diperkenankan
untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK-ETAP. Hal ini misalnya ada
perusahaan menengah yang memutuskan menggunakan SAK-ETAP pada tahun
2011, namun kemudian mendaftar menjadi perusahaan publik di tahun berikutnya.
Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan berdasarkan PSAK non-ETAP
dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK-ETAP ini kembali. Sebaliknya
entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun
laporan keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat
menggunakan SAK-ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK-ETAP
ini dalam menyusun laporan keuangan.
b. Karakteristik Kualitatif Informasi dalam Laporan Keuangan
Tujuan dari laporan keuangan SAK ETAP adalah menyediakan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja, dan laporan arus kas suatu entitas yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna laporan tersebut dalam pengambilan
keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan
keuangan khusus untuk memenuhi informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya,
laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang
dipercayakan kepadanya.
Salah satu ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna
bagi penggunanya adalah karakteristik kualitatif, yaitu:
1) Dapat dipahami (Understandability)
Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh penggunanya. Untuk
maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, kepentingan
agar laporan keuangan dapat dipahami tetapi tidak sesuai dengan informasi
yang relevan harus diabaikan dengan pertimbangan bahwa informasi tersebut
terlalu sulit untuk dipahami oleh pengguna tertentu.
2) Relevan (Relevance)
Agar bermanfaat, informasi harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk
proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, masa depan dan menegaskan
atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
3) Materialitas (Materiality)
Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan
dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung
pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi tertentu dari
kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat
(misstatement). Namun demikian, tidak tepat membuat atau membiarkan
kesalahan untuk menyimpang secara tidak material dari SAK-ETAP agar
mencapai penyajian tertentu dari posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas
suatu entitas.
4) Keandalan (Reliability)
Agar bermanfaat, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus
handal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material
dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat disajikan. Laporan keuangan tidak bebas dari
bias (melalui pemilihan atau penyajian informasi) jika dimaksudkan untuk
mempengaruhi pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan
mencapai suatu hasil tertentu.
5) Substansi mengungguli bentuk (subtance over form)
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Transaksi, peristiwa dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi
dan realita ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Hal ini untuk
meningkatkan keandalan laporan keuangan.
6) Pertimbangan Sehat (Prudence)
Ketidakpastian yang tidak dapat diabaikan meliputi berbagai peristiwa dan
keadaan yang dipahami berdasarkan pengungkapan sifat dan penjelasan
peristiwa dari keadaan tersebut serta melalui penggunaan pertimbangan
sehat dalam menyusun laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung
unsur kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang diperlukan
dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan
lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah. Namun
penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan pembentukan aset
atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban
yang lebih tinggi. Singkatnya, pertimbangan sehat tidak mengijinkan bias.
7) Kelengkapan (completeness)
Agar laporan keuangan dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan
harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk
tidak mengungkapkan laporan secara lengkap mengakibatkan informasi menjadi
tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan
kurang mencukupi ditinjau dari segi relevansi.
8) Dapat dibandingkan (comparability)
Pengguna laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan keuangan
entitas antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan
antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian
dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus
dilakukan secara konsisten untuk suatu entitas, antar periode untuk entitas
tersebut dan untuk entitas yang berbeda. Sebagai tambahan, pengguna
laporan keuangan harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, perubahan kebijakan
akuntansi dan pengaruh dampak perubahan tersebut.
9) Tepat waktu (Timeliness)
Laporan keuangan dikatakan relevan jika informasi dalam laporan keuangan
harus dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat
waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu
pengambilan keputusan, jika terdapat penundaan yang tidak semestinya
dalam pelaporan tersebut, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan
relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan secara relatif
antara pelaporan tepat waktu dan penyediaan informasi yang andal. Untuk
mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan, maka pertimbangan
utama adalah bagaimana yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan pengguna
dalam mengambil keputusan ekonomi.
10) Keseimbangan antara biaya dan manfaat (Balance between benefit and cost)
Manfaat informasi dari pelaporan seharusnya melebihi biaya penyediaannya,
namun evaluasi biaya dan manfaat laporan merupakan proses pertimbangan
yang substansial. Biaya tersebut juga tidak perlu ditanggung oleh pengguna
yang menikmati manfaat, sehingga dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas
harus memahami bahwa manfaat dari informasi mungkin juga manfaat yang
dinikmati oleh pengguna eksternal.
B. Kerangka Berfikir
PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) merupakan standar pembukuan yang mencakup
pancatatan produk dan hasil transaksi keuangan baik bagi lembaga keuangan
termasuk bank maupun lembaga non keuangan. PSAK ini, mengacu pada standar
akuntansi internasional (International Accounting Standard nomor 32 dan 39)
sebagai pengukuran instrumen keuangan yang diakui secara global. Tujuannya untuk
menyajikan hasil transaksi dan kinerja keuangan suatu perusahaan ke publik, agar
mendapatkan kepercayaan pasar dan investor. Penerapan PSAK itu memiliki tujuan
strategis diantaranya digunakan untuk mengundang investor baik di pasar modal
maupun pasar keuangan, serta sebagai prudential regulation yaitu mendorong proses
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
harmonisasi penyusunan dan analisis laporan keuangan guna mendorong terciptanya
disiplin pasar (market discipline). Dengan diberlakukannya standar tersebut pada
standar pelaporan keuangan perbankan konvesional maka akan menggantikan PSAK
31 yang dijabarkan dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) 2001.
Tetapi penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 bagi BPR dipandang tidak sesuai dengan
karateristik operasional BPR dan memerlukan biaya besar dibanding dengan manfaat
yang diperoleh, maka BPR memerlukan standar yang sesuai yaitu SAK-ETAP.
Berdasaran kerangka berfikir di atas, maka dapat digambarkan dengan alur
berikut:
Gambar 2.1. Alur Kerangka Berfikir
PSAK 50 (revisi 2006) PSAK 55 (revisi 2006) SAK-ETAP BPR
Literatur yang Berhubungan Dengan PSAK 50, PSAK 55, dan SAK-ETAP BPR
Analisis Data :
− Identifikasi pelaporan keuangan perbankan menurut PSAK 50 dan 55
− Identifikasi penyajian laporan keuangan BPR menurut SAK-ETAP BPR
− Komparasi PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) dengan SAK-ETAP BPR
Hasil Analisis
Kesimpulan dan Saran
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Penelitian
Penulis merencanakan pelaksanaan penelitian ini dari bulan Pebruari 2012
sampai dengan bulan Juni 2012. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai
penyusunan laporan penelitian dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian
Jenis Kegiatan Tahun 2012
Pebruari Maret April Mei Juni
1. Persiapan Penelitian
a. Penyusunan Judul
b. Penyusunan Proposal
c. Perijinan
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan Data
b. Analisis data
3. Penyusunan Laporan
B. Bentuk Penelitian dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu sebuah metode
yang efektif untuk tujuan mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-
fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah maupun fenomena hasil
rekayasa. Menurut Best, John W. (Sukmadinata, 2005:74) bahwa penelitian deskriptif
tidak hanya berhenti pada pengumpulan data, pengorganisasian, analisis data dan
penarikan interprestasi serta penyimpulan, tetapi dilanjutkan dengan pembandingan,
mencari kesamaan-perbedaan dan hubungan kausal dalam berbagai hal. Sesuai
dengan permasalahannya maka penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang
mendeskripsikan mengenai perbandingan antara PSAK 50 dan 55 (revisi 2006)
dengan SAK-ETAP BPR.
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Strategi Penelitian
Penelitian kualitatif adalah suatu strategi yang dipilih oleh penulis untuk
mengamati suatu fenomena, mengumpulkan informasi dan menyajikan hasil penelitian
pada penelitian ini.
Menurut Moeleong (2006:6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subyek penelitian secara holistik dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks, khususnya yang alamiah dengan memanfaatan berbagai
metode alamiah.
C. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu berusaha
mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai PSAK 50 dan 55 (revisi
2006) juga SAK-ETAP BPR. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena
sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan-
tindakan selebihnya sebagai data tambahan. Data yang diperlukan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yang diperoleh berdasarkan sumber yang telah dikumpulkan
oleh pihak lain dan literatur-literatur yang mendukung. Data sekunder dalam
penelitian ini adalah berupa Pernyataan Standart Akuntasi Keuangan No. 50 dan 55
(revisi 2006) yang diperoleh dari IAI, SAK ETAP yang diperoleh dari IAI dan
literatur yang mendukung.
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode libary research/studi dokumentasi/studi
kepustakaan. Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti
untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan
atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan
penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-
ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun
elektronik lain. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan
semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.
Gambar 2. Tahapan dalam Studi Kepustakaan
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif komparatif karena analisis ini bertalian dengan uraian deskriptif
tentang PSAK 50 dan 55 serta SAK-ETAP. Selain analisis tersebut, digunakan pula
teknik analisis kualitatif model alur, meliputi: reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
STUDI
KEPUSTAKAAN
Merumuskan Topik dan Tujuan
Mengembangkan Kerangka Berfikir
Membuat Rancangan Penelitian
Mengumpulkan Data
Melakuan Analisis dan Interprestasi
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Reduksi data
Merupakan proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui seleksi,
pengelompokan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi
yang bermakna.
2. Penyajian data
Penyajian data merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan
mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, tabel, grafik, atau perwujudan
lainnya yang dapat memberikan gambaran jelas tentang proses dan hasil
tindakan yang dilakukan. Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman
terhadap sejumlah informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang
telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat singkat, padat
dan bermakna. Penarikan kesimpulan ini dilakukan secara bertahap untuk
memperoleh tingkat kepercayaan yang tinggi.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam
penelitian dari awal sampai akhir. Tahapan persiapan yang terdiri dari pengumpulan
informasi sampai pada bahan teori yang mendukung perumusan masalah penelitian ini.
Tahapan pelaksanaan, dimana peneliti merumuskan tujuan yang ingin dicapai dengan
kerangka teori. Hasil pencapaian tujuan tersebut yaitu diimplementasikan dalam hasil
penelitian.
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Umum
Penerapan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) dapat mendorong proses harmonisasi
penyusunan laporan keuangan dan disiplin pasar bagi perbankan, kedua standar
akuntansi tersebut secara tepat dan konsisten juga dapat mendorong bank-bank
untuk menyusun laporan keuangan secara lebih wajar dan informatif serta sesuai
standar internasional sehingga akan lebih siap dalam menghadapi era globalisasi.
Namun penerapan PSAK 50 dan 55 yang diadopsi dari International Accounting
Standard (IAS) 32 dan 39 belum sepenuhnya dapat diimplementasikan bagi para
penggunanya karena transisi dari standar akuntansi yang rule-based ke judgment-
based membutuhkan adanya persamaan persepsi antar institusi. Beberapa negara
memutuskan untuk lebih berhati-hati dan bertahap dalam penerapannya, Amerika
misalnya baru akan berkonvergensi dengan IFRS pada tahun 2014, dibanding
Indonesia yang berkonvergensi secara penuh pada tahun 2012.
Realitanya di Indonesia penerapan PSAK 50 dan 55 bagi perbankan masih
mengalami kendala terutama bagi BPR. PSAK 50 Instrumen Keuangan: Penyajian
dan Pengungkapan, PSAK 55 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
dengan PAPI 2008 sebagai pedoman dipandang tidak sesuai dengan karakteristik
operasional BPR juga dari sisi biaya dan manfaatnya sehingga BPR perlu standar
akuntansi keuangan yang sesuai dengan kebutuhan BPR yang memiliki transaksi
keuangan yang lebih sederhana dibanding Bank Umum, maka sesuai kesepahaman
antara Perbarindo, DSAK-IAI dan BI, SAK ETAP merupakan acuan standar
akuntansi yang tepat bagi BPR karena sesuai karakteristik BPR, dan perubahan yang
dibutuhkan tidak terlalu banyak dibandingkan penggunaan standar sebelumnya.
Pada tanggal 31 Desember 2009, BI menerbitkan SE No. 11/37/DKBU perihal
penetapan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP) sebagai standar akuntansi keuangan Bank Perkreditan Rakyat
yang melakukan kegiatan usaha berbasis konvensional, sehingga kedepannya BI
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
akan menyusun Pedoman Akuntansi BPR dengan mendasarkan pada Standar
Akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik yang dikeluarkan oleh IAI.
Gambar 4.1. Overview Implementasi SAK-ETAP
B. Pelaporan Keuangan Perbankan Berdasarkan PSAK 50 dan 55 (Revisi 2006)
1. Definisi dan Klasifikasi Instrumen Keuangan
a. Definisi Instrumen Keuangan
Pada PSAK 50 (1998) paragraf 6, instrumen keuangan diistilahkan sebagai
‘efek’ yang memiliki definisi “surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak
investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek”.
Definisi instrumen keuangan tersebut lebih mengacu pada jenis/contohnya saja
sedangkan definisi instrumen keuangan menurut IAS 32 atau PSAK 50 (revisi
2006) paragraf 7 adalah ”setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan
entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas lain”.
2008 2009 2010
• Keberatan Perbarindo untuk menerapkan PSAK 50/55 bagi BPR
• Rekomendasi DSAK-IAI agar BPR menggunakan SAK-ETAP
• DG BI setuju BPR menggunakan
SAK-ETAP
• Public hearing draft SAK-ETAP (Maret)
• DSAK-IAI menerbitkan SAK-ETAP (Juli)
• BI menetapkan SAK-ETAP sebagai standar akuntansi BPR (Desember)
• Public hearing draft
PA BPR (Des)
• Sosialisasi draft PA BPR ke seluruh DPD Perbarindo (Januari)
• Asesmen TI BPR untuk menggunakan PA BPR (Maret)
• PA BPR diterbitkan
(Juni)
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada definisi PSAK 50 (revisi 2006), instrumen keuangan lebih ditekankan
pada ‘kontrak’ sehingga cakupannya lebih luas, misalnya piutang, jika mengacu
pada PSAK 50 (1998) tidak termasuk dalam efek atau instrumen keuangan, akan
tetapi berdasarkan PSAK 50 (revisi 2006) termasuk dalam instrumen keuangan,
karena bagi yang memberikan piutang nilai asetnya bertambah, sedangkan bagi
yang berhutang nilai kewajiban keuangannya juga akan bertambah.
b. Klasifikasi Instrumen Keuangan
PSAK 50 (revisi 2006) paragraf 7 mendefinisikan instrumen keuangan
sebagai:
1) Aset keuangan adalah setiap aset yang berbentuk:
(a) kas
(b) instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain
(c) hak kontraktual:
i. untuk menerima kas atau keuangan dari entitas lain
ii. untuk mempertukarkan aset keuangan atau kewajiban keuangan pada
kondisi yang berpotensi menguntungkan entitas tersebut
(d) kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan menggunakan instrumen
ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan:
i. non-derivatif yaitu entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk
menerima suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas
ii. derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan memper-
tukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan
sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan ekuitas. Untuk
tujuan ini, instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas tersebut tidak
termasuk instrumen yang merupakan kontrak untuk menerima atau
menyerahkan instrumen ekuitas yang diterbitan entitas tersebut di
masa depan.
2) Kewajiban keuangan adalah setiap kewajiban yang berupa:
(a) kewajiban kontraktual:
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i. untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain
ii. untuk mempertukarkan aset keuangan atau kewajiban keuangan
dengan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntung-
kan entitas tersebut
(b) kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan
instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu:
i. non-derivatif yaitu entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk
menerima suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas
ii. derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan memper-
tukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan
sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas. Untuk
tujuan ini, instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas tersebut tidak
tidak termasuk instrumen yang merupakan kontrak untuk menerima
atau menyerahkan instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas tersebut
di masa depan.
3) Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas
aset suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh kewajiban.
Contoh instrumen keuangan yang termasuk dalam cakupan PSAK 50 dan 55
adalah sebagai berikut :
(1) kas
(2) giro dan deposito
(3) surat berharga
(4) utang dan piutang usaha, wesel, dan pinjaman
(5) sekuritas utang dan ekuitas, baik dari perspektif pemegang sekuritas
maupun penerbitnya. Kategori ini mencakup investasi dalam perusahaan
anak, perusahaan assosiasi, dan usaha patungan.
(6) Sekuritas yang dijamin dengan aset seperti kewajiban hipotik yang
mempunyai jaminan, kesepakatan pembelian kembali, dan securitised
packages of receivables
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(7) derivatif, yang mencakup opsi, right, warant, kontrak berjangka, kontrak
forward, dan swap
2. Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan
a. Pengakuan
Menurut PSAK 50 (revisi 2006), instrumen keuangan diklasifikasikan
dalam pengakuan dan pengukuran menjadi empat kategori, yaitu:
1) Aset keuangan atau kewajiban keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui
laporan laba/rugi (financial asset at fair value through profit or loss), dengan
kriteria:
(a) Untuk diperdagangkan (trading), termasuk instrumen derivatif (kecuali
derivatif yang diterapkan sebagai instrumen lindung nilai dan efektif)
(b) Ditetapkan (designed).
2) Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo (hold to maturity) dengan kriteria:
(a) Aset keuangan non derivatif
(b) Pembayaran tetap/telah ditentukan
(c) Jatuh tempo telah ditetapkan
(d) Entitas memiliki maksud dan kemampuan untuk memiliki hingga jatuh
tempo.
3) Pinjaman yang diberikan dan piutang (loan and receivable), dengan kriteria
yang sama dengan hold to maturity hanya saja tidak memiliki kuotasi di pasar
aktif.
4) Aset keuangan tersedia untuk dijual (available for sale) dengan kriteria:
(c) Aset keuangan non derivatif
(d) Ditetapkan sebagai AFS
(e) Tidak diklasifikasikan sebagai financial asset at fair value through profit
or loss, hold to maturity, dan loan and receivable.
b. Penghentian Pengakuan
Instrumen keuangan bukanlah instrumen yang akan terus ada di dalam
neraca, ia dapat dikeluarkan dari neraca jika terjadi beberapa kondisi seperti jatuh
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tempo, pemutusan kontrak, dan transfer jual beli instrumen keuangan. PSAK
tahun 1998 hanya sedikit sekali membahas mengenai penghentian pengakuan
sedangkan PSAK No. 55 (revisi 2006) banyak memberikan penekanan pada
keterlibatan berkelanjutan atau continuing involvement jika terjadi transfer aset
keuangan. Yakni apakah seluruh resiko dan manfaat secara substansial juga telah
ditransfer, dan juga apakah pengendalian terhadap instrumen keuangan tersebut
masih dimiliki atau tidak.
Sebagai contoh pada kasus perjanjian pembelian kembali atau repurchase
agreement yaitu jika perusahaan menjual aset keuangan dengan perjanjian bahwa
aset keuangan tersebut akan dibeli kembali pada harga yang ditetapkan atau pada
harga jual semula ditambah keuntungan. Pada kasus tersebut walaupun terjadi
transfer aset keuangan dan juga arus kas atas aset yang ditransfer, perusahaaan
masih memiliki kontrol terhadap aset keuangan yang ditransfer melalui hak
membeli aset keuangan tersebut kembali, maka aset keuangan yang telah
ditransfer tersebut masih tetap dicatat di neraca.
Walaupun sebuah entitas masih memiliki hak kontraktual untuk menerima
arus kas dari aset keuangan, entitas tersebut masih dapat mengakui adanya
transfer keuangan jika dia memiliki kewajiban kontraktual untuk membayar arus
kas yang diterima tersebut kepada satu atau pihak lain sesuai kesepakatan dan
memenuhi syarat sebagaimana yang telah dijelaskan pada PSAK No. 55 (revisi
2006) paragraf 16. Transaksi ini oleh IAS diistilahkan sebagai “pass trough
arrengement” yang biasanya ditemui pada sekuritisasi ataupun spesial purpose
entities (SPE).
c. Pengukuran
PSAK 55 (revisi 2006) mengatur masalah pengukuran menjadi beberapa hal
antara lain:
1) Pengukuran awal (initial measurement)
2) Pengukuran setelah pengukuran awal (subsequent measurement)
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Pertimbangan dalam pengukuran nilai wajar (fair value hierarchy)
4) Reklasifikasi
5) Keuntungan dan kerugian
6) Penurunan nilai dan tidak tertagihnya aset keuangan
Perbedaan mendasar antara PSAK 55 sebelum dan sesudah revisi adalah
bahwa pada PSAK 55 (1998), semua instrumen keuangan pengukuran nilai
awalnya berdasarkan biaya historis. Sedangkan dalam PSAK 55 (revisi 2006),
pengukuran nilai awal instrumen keuangan berdasarkan nilai wajar. Untuk hold
to maturity, nilai wajar tersebut ditambah dengan biaya-biaya yang berhubungan
langsung dengan akuisisi ataupun penerbitan instrumen keuangan tersebut.
Hirarki dalam pengukuran nilai wajar dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Kuotasi harga di pasar aktif, kuotasi dianggap ada jika:
(a) Harga kuotasi tersedia dan dapat diperoleh secara rutin
(b) Mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi
yang wajar.
2) Jika pasar tidak aktif, maka menggunakan teknik penilaian yang meliputi:
(a) penggunaan transaksi-transaksi pasar wajar yang terkini antara pihak-
pihak yang mengerti, berkeinginan, jika tersedia
(b) referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial
sama
(c) analisis arus kas yang didiskonto (discounted cash flow analysis)
(d) model penetapan harga opsi (option pricing model)
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.1. Pengukuran dan Perubahan Nilai
Jenis Instrumen
Keuangan Pengukuran Perubahan Nilai
Fair Value Trough
Profit and Loss Nilai wajar Laporan Laba Rugi
Available for Sale Nilai wajar Ekuitas
Held to Maturity Biaya yang diamortisasi -
Loan & Receivable Biaya yang diamortisasi -
3. Penyajian dan Pengungkapan Instrumen Keuangan
a. Penyajian
1) Kewajiban dan Ekuitas
Penerbit instrumen keuangan pada saat pengakuan awal harus meng-
klasifikasikan instrumen tersebut atau komponen-komponennya sebagai
kewajiban keuangan, aset keuangan atau instrumen ekuitas sesuai substansi
perjanjian kontraktual dan definisi kewajiban keuangan, aset keuangan dan
instrumen ekuitas. Disebut instrumen ekuitas jika dan hanya jika memenuhi
persyaratan:
(a) Instrumen tersebut tidak memiliki kewajiban kontraktual
(b) Diselesaikan dengan instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas berupa
derivatif dan non-derivatif.
Fitur penting yang membedakan instrumen kewajiban dengan instrumen
ekuitas adalah adanya kewajiban kontraktual satu dari pihak instrumen
keuangan untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lainnya yang berpotensi
tidak menguntungkan penerbit. Beberapa jenis instrumen keuangan memiliki
bentuk hukum berupa ekuitas tetapi secara substansi merupakan kewajiban
dan bentuk lainnya mungkin berupa kombinasi dari fitur instrumen ekuitas
dan fitur instrumen kewajiban, sebagai contoh:
(a) Saham Preferen yang mewajibkan penerbitnya untuk membeli kembali
saham tersebut dengan harga pada tanggal yang dapat ditetapkan
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(b) Instrumen keuangan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk
menjual instrumen itu kembali pada penerbitnya baik secara kas atau
secara aset keuangan lainnya. Contoh reksadana terbuka, perwalian,
persekutuan dan persekutuan yang tergabung dalam kerjasama operasi.
Kewajiban keuangan dapat timbul jika entitas tidak memiliki hak tanpa
syarat untuk menghindari penyelesaian kewajiban kontraktualnya berupa
penyerahan kas atau aset keuangan lainnya, contohnya jika entitas terbatas
untuk memenuhi kewajiban kontraktualnya tidak membatalkan kewajiban
kontraktual entitas tersebut, dan bergantung pada pelaksanaan hak untuk
menebus kembali oleh pihak lawan.
Instrumen keuangan yang tidak secara eksplisit menciptakan kewajiban
kontraktual untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lainnya dapat secara
tidak langsung menciptakan kewajiban melalui persyaratan dan kondisi yang
ada padanya. Sebagai contoh dalam kewajiban non-keuangan, jika entitas
dapat menghindari kewajiban untuk mentransfer kas atau aset keuangan
lainnya hanya dengan menyelesaikan kewajiban non-keuangannya dan jika
dalam penyelesaiannya entitas akan menyerahkan kas atau aset keuangan
lainnya dan saham yang diterbitkan entitas. Dalam situasi apapun, pemegang
instrumen secara substansi memperoleh jaminan untuk menerima suatu
jumlah yang minimal.
Suatu kontrak bukan merupakan instrumen ekuitas semata-mata karena
kontrak tersebut dapat menyebabkan penerimaan atau penyerahan instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas. Hak atau kewajiban kontraktual tersebut
dapat berupa nilai yang ditetapkan atau nilai yang fluktuatif, misalnya harga
komoditas, tingkat suku bunga, atau harga instrumen keuangan. Sebagai
contoh kontrak untuk menyerahkan instrumen ekuitas senilai 100 ons emas.
Kontrak jenis ini merupakan kewajiban keuangan bagi entitas walaupun
entitas tersebut dapat menyelesaikan dengan instrumen ekuitasnya. Kontrak
tersebut tidak memberikan hak nilai residual atas aset entitas setelah
dikurangi seluruh kewajibannya.
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kontrak yang akan diselesaikan entitas melalui penyerahan instrumen
ekuitas miliknya dalam jumlah yang telah ditetapkan sebagai pengganti aset
keuangan lainnya atau kas merupakan istrumen ekuitas. Contohnya yaitu opsi
saham yang diterbitkan kepada pihak lawan untuk membeli saham yang
diterbitkan yang memberi hak kepada pihak lawan untuk membeli saham
yang diterbitkan entitas dalam jumlah yang telah ditetapkan dengan harga
yang telah ditetapkan atau untuk membeli obligasi dengan nilai pokok yang
telah ditetapkan. Perubahan nilai wajar instrumen ekuitas tidak akan diakui di
dalam laporan keuangan.
Kontrak yang mewajibkan entitas untuk membeli kembali instrumen
ekuitasnya baik dengan kas atau aset keuangan lainnya akan menambah
kewajiban keuangan entitas tersebut sebesar nilai kini dari nilai penebusannya
(sebesar nilai kini dari harga pembelian kembali kontrak forward, membeli
instrumennya secara kas, harga pelaksanaan opsi atau nilai penebusan
lainnya). Ketentuan ini berlaku sekalipun kontrak ini adalah instrumen
ekuitas. Jika kontrak jatuh tempo tanpa ada penyerahan maka nilai tercatat
dari kewajiban direklasifikasi menjadi ekuitas.
Kontrak yang akan diselesaikan oleh entitas dengan menyerahkan atau
menerima instrumen ekuitas dalam jumlah yang telah ditetapkan sebagai
pengganti kas atau aset keuangan lainnya dengan jumlah yang bervariasi
merupakan aset keuangan atau kewajiban keuangan. Contoh kontrak yang
mewajibkan entitas menyerahkan 100 lembar instrumen ekuitas sebagai
pengganti kas setara dengan 100 ons emas.
2) Ketentuan Peyelesaian Kontinjensi
Instrumen keuangan dapat mewajibkan entitas untuk menyerahkan kas
atau aset keuangan lainnya atau jika tidak, menyelesaikannya seperti jika
instrumen tersebut berupa kewajiban keuangan dalam situasi di mana terjadi
atau tidaknya suatu peristiwa yang tidak pasti di masa depan yang berada di
luar kendali penerbit maupun pedagang instrumen tersebut, misalnya per-
ubahan dalam indeks pasar modal, indeks harga konsumen, suku bunga atau
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ketentuan perpajakan. Instrumen keuangan merupakan kewajiban keuangan
bagi penerbit kecuali jika,
(a) bagian dari ketentuan penyelesaian kontinjensi yang mensyaratkan pe-
nyelesaian secara kas atau melalui penyerahan aset keuangan lainnya tidak
sah dan
(b) penerbit dapat diwajibkan untuk menyelesaikan kewajibannya dengan kas
atau aset keuangan lainnya dalam kondisi penerbit dilikuidasi.
Ketika instrumen keuangan derivatif memberi kepada satu pihak pilihan
cara penyelesaian, maka instrumen tersebut merupakan aset keuangan atau
kewajiban keuangan kecuali jika seluruh alternatif yang ada menjadikan sebagai
instrumen ekuitas, misalnya opsi saham.
3) Instrumen Keuangan Majemuk
Penerbit instrumen keuangan non-derivatif mengevaluasi persyaratan
instrumen keuangannya untuk menentukan apakah instrumen tersebut me-
ngandung komponen ekuitas dan kewajiban. Komponen tersebut harus
diklasifikasikan secara terpisah sebagai kewajiban keuangan, aset keuangan
dan instrumen ekuitas. Entitas mengakui secara terpisah komponen-komponen
instrumen keuangan yang:
(a) Menimbulkan kewajiban keuangan bagi entitas
(b) Memberikan opsi bagi pemegang instrumen untuk menkonversi instrumen
keuangan tersebut menjadi instrumen ekuitas dari entitas mereka.
Instrumen ini dibedakan menjadi dua komponen, antara lain kewajiban
keuangan dan instrumen ekuitas. Ketika nilai tercatat awal suatu instrumen keuangan
majemuk dialokasikan pada komponen ekuitas dan kewajiban, maka komponen
ekuitas yang dialokasikan adalah nilai sisa dari nilai wajar instrumen keuangan
secara keseluruhan dikurangi dengan nilai komponen kewajiban yang ditetapkan
secara terpisah. Tidak ada keuntungan atau kerugian yang ditimbulkan dari
pengakuan awal komponen-komponen instrumen secara terpisah.
Nilai tercatat komponen kewajiban ditentukan dengan mengukur nilai
wajar kewajiban serupa yang tidak memiliki komponen ekuitas. Nilai tercatat
instrumen ekuitas yang ditunjukkan oleh opsi untuk mengkonversi instrumen
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tersebut menjadi saham biasa ditetapkan dengan cara mengurangkan nilai wajar
kewajiban keuangan dari nilai wajar instrumen keuangan majemuk secara
keseluruhan.
4) Saham yang Diperoleh Kembali (Treasury Stock)
Jika entitas memperoleh kembali instrument ekuitasnya, instrumen-
instrumen tersebut harus dikurangkan dari ekuitas. Keuntungan atau kerugian
yang timbul dari hasil penjualan, pembatalan, pembelian dan penerbitan
instrumen ekuitas entitas tersebut tidak dapat diakui dalam laporan laba rugi.
Saham treasury tersebut dapat diperoleh dan dimiliki oleh entitas yang
bersangkutan atau oleh anggota lainnya dalam kelompok usaha yang
dikonsolidasi sehingga jumlah yang dibayarkan atau diterima diakui secara
langsung dalam ekuitas.
Nilai saham treasury yang dimiliki diungkapkan secara terpisah, baik
dalam neraca maupun dalam catatan atas laporan keuangan, sesuai dengan
PSAK No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan. Jika saham treasury
dibeli dari pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan entitas,
maka entitas mengungkapkan berdasarkan PSAK No.7 (Pengungkapkan
Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa).
2) Bunga, Dividen, Kerugian dan Keuntungan
Bunga, dividen, kerugian dan keuntungan yang berkaitan dengan
instrumen keuangan atau komponen yang merupakan kewajiban keuangan
diakui sebagai pendapatan atau beban dalam laporan laba rugi. Distribusi
kepada pemegang instrumen ekuitas didebit oleh entitas secara langsung pada
ekuitas, setelah dikurangi manfaat pajak penghasilan yang terkait. Biaya
transaksi yang timbul dari transaksi ekuitas, selain biaya penerbitan instrumen
ekuitas yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan badan usaha
(yang dalam hal ini dicatat berdasarkan PSAK No.22), dicatat sebagai
pengurang ekuitas, setelah dikurangi manfaat pajak penghasilan yang terkait.
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dividen atas saham yang sepenuhnya diakui sebagai kewajiban, diakui
sebagai beban sebagaimana pembayaran bunga obligasi dengan penebusan
atau pembiayaan kembali kewajiban keuangan diakui dalam laporan laba
rugi, sedangkan penebusan atau pembiayaan kembali instrumen ekuitas
diakui sebagai perubahan ekuitas sehingga perubahan nilai wajar instrumen
ekuitas tidak diakui dalam laporan keuangan. Pembayaran berbagai biaya
dalam penerbitan atau perolehan kembali instrumen ekuitasnya tersebut
antara lain berupa biaya registrasi dan komisi lain yang ditetapkan, biaya
yang dibayarkan pada penasehat hukum, akuntan, dan penasehat profesional
lainnya, biaya percetakan dan materai. Biaya transaksi yang timbul dari
transaksi ekuitas dicatat sebagai pengurangan ekuitas (setelah dikurangi
manfaat pajak penghasilan terkait), sepanjang biaya tersebut merupakan biaya
tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung dengan transaksi ekuitas.
Biaya transaksi yang terkait dengan penerbitan instrumen keuangan
majemuk dialokasikan pada komponen kewajiban dan ekuitas dari instrumen
secara proposional dengan alokasi hasil yang diperoleh. Biaya transaksi yang
terkait dengan lebih dari satu transaksi (misalnya biaya yang timbul dari
penawaran atas sejumlah saham dan pencatatan saham lainnya secara bersamaan
di bursa) dialokasikan pada seluruh transaksi tersebut dengan menggunakan dasar
alokasi yang rasional dan konsisten dengan transaksi serupa. Jumlah biaya
transaksi yang dicatat sebagai pengurang ekuitas dalam suatu periode
diungkapkan secara terpisah berdasarkan PSAK No.1 tentang Penyajian Laporan
Keuangan. Jumlah pajak penghasilan terkait yang diakui secara langsung dalam
ekuitas dimasukkan dalam jumlah agregat pajak penghasilan periode berjalan
dan pajak penghasilan tangguhan yang ditambahkan atau dibebankan pada
ekuitas, yang diungkapkan berdasarkan PSAK No. 46 tentang Akuntansi Pajak
Penghasilan.
Dividen yang diklasifikasikan sebagai beban dapat disajikan dalam laporan
laba rugi bersama dengan bunga atas kewajiban lainnya atau disajikan sebagai
item yang terpisah. Sebagai tambahan dari ketentuan dalam persyaratan ini,
pengungkapan beban bunga dan dividen tunduk pada ketentuan dalam PSAK
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
No.1 tentang Penyajian Laporan Keuangan dan PSAK No.31 tentang Akuntansi
Perbankan. Dalam beberapa kondisi, karena adanya perbedaan antara beban
bunga dan dividen yang terkait dengan hal-hal seperti pengurangan pajak (tax
deductibility), maka akan lebih baik jika keduanya diungkapkan secara terpisah
dalam laporan laba rugi sesuai dengan PSAK No.46 tentang Akuntansi Pajak
Penghasilan. Selain itu, kewajiban keuangan diakui sebagai pendapatan atau
beban dalam laporan laba rugi meskipun keduanya berkaitan dengan instrumen
yang mengandung hak residual atas aset entitas dalam pertukaran dengan kas
atau aset keuangan lainnya.
6) Saling Hapus
Aset keuangan dan kewajiban keuangan saling hapus dan nilai bersihnya
disajikan dalam neraca jika, dan hanya jika, entitas:
(a) saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling
hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan
(b) berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset
dan menyelesaikan kewajibannya secara simultan.
Dalam akuntansi untuk transfer atas aset keuangan yang tidak memenuhi
kualifikasi penghentian pengakuan, maka entitas tidak boleh melakukan
saling hapus aset keuangan yang ditransfer dan kewajiban terkait. Entitas
yang melakukan sejumlah transaksi instrumen keuangan dengan satu pihak
lawan mungkin melakukan “kesepakatan induk untuk menyelesaikan secara
neto” (master netting arrangement) dengan pihak lawan tersebut. Perjanjian
tersebut menetapkan penyelesaian secara neto untuk seluruh instrumen
keuangan yang tercakup dalam perjanjian jika terjadi wanprestasi (default),
atau berakhirnya, salah satu kontrak. Kesepakatan ini umumnya digunakan
oleh institunsi keuangan untuk melindungi dari kerugian yang timbul jika
terjadi kepailitan atau situasi lain yang menyebabkan pihak lawan tidak dapat
memenuhi kewajibannya.
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Pengungkapan
Tujuan dari pengungkapan ini adalah untuk menyediakan informasi guna
meningkatkan pemahaman mengenai signifikansi instrumen keuangan terhadap
posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas, serta membantu penilaian jumlah,
waktu, dan tingkat kepastian arus kas masa depan yang terkait dengan instrumen
tersebut.
1) Format, Tempat dan Klasifikasi Instrumen Keuangan
(a) Pernyataan ini tidak mengatur format dari informasi yang dipersyaratkan
untuk diungkapkan atau tempatnya dalam laporan keuangan.
(b) Pengungkapan dapat berbentuk kombinasi dari penjelasan naratif dan
kuantitatif sepanjang dapat dianggap memadai untuk mengungkapkan
karakteristik instrumen yang dimaksud serta arti pentingnya bagi entitas.
(c) Manajemen entitas membagi instrumen keuangan menjadi beberapa
kelompok sesuai sifat dari informasi yang diungkapkan, dengan memper-
timbangkan beberapa hal seperti karakteristik instrumen tersebut dan
dasar pengukuran yang telah digunakan.
2) Kebijakan Manajemen Risiko dan Aktivitas Lindung Nilai
(a) Mengungkapkan tujuan maupun kebijakan manajemen risiko keuangan
termasuk kebijakan lindung nilai. Penjelasan kebijakan manajemen risiko
harus memuat kebijakan yang menyangkut hal-hal seperti lindung nilai
atas eksposur risiko, upaya menghindari risiko yang berlebihan, dan
persyaratan mengenai agunan guna mengurangi risiko kredit.
(b) Menjelaskan sejauh mana suatu instrumen keuangan digunakan, risiko
yang terkait dan sasaran usaha yangingin dicapai.
(c) Untuk lindung nilai atas nilai wajar, lindung nilai atas arus kas, dan
lindung nilai atas investasi bersih dalam operasi di luar negeri peng-
ungkapan terpisah secara lebih spesifik dan terperinci harus dilakukan.
3) Persyaratan, Kondisi dan Kebijakan Akuntansi
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(a) Untuk tiap kelompok aktiva finansial, kewajiban finansial, dan instrumen
ekuitas, entitas harus mengungkapkan:
i. informasi mengenai cakupan dan sifat instrumen keuangan, termasuk
persyaratan dan kondisi yang bersifat signifikan yang dapat mem-
pengaruhi jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas di masa
datang
ii. kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria
pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan.
(b) Pengungkapan untuk setiap kategori aset keuangan apakah pembelian dan
penjualan aset keuangan dicatat pada tanggal perdagangan atau pada
tanggal penyelesaian.
(c) Jika instrumen keuangan bersifat signifikan, maka seluruh persyaratan
dan kondisi instrumen tersebut harus diungkapkan.
4) Risiko Tingkat Bunga
(a) Informasi mengenai eksposur risiko tingkat bunga, termasuk:
i. tanggal penilaian ulang atau tanggal jatuh tempo kontraktual, mana
yang lebih dahulu
ii. tingkat bunga efektif, jika tersedia.
(b) Mengindikasikan aset keuangan dan liabilitas keuangan yang:
i. terekspos risiko tingkat bunga atas nilai wajar
ii. terekspos risiko tingkat bunga atas arus kas, dan
iii. tidak secara langsung terekspos terhadap risiko tingkat bunga (misal
instrumen ekuitas).
(c) Pengungkapan suku bunga efektif berlaku untuk obligasi, pinjaman, dan
instrumen keuangan sejenis yang melibatkan pembayaran di masa datang
yang mencerminkan nilai waktu dari uang.
(d) Ketentuan tersebut tidak dapat berlaku bagi instrumen keuangan seperti
investasi dalam instrumen ekuitas dan instrumen derivatif yang tingkat
bunga efektifnya tidak dapat ditentukan.
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5) Risiko Kredit
(a) Mengungkapkan informasi mengenai eksposur risiko kredit,termasuk:
i. jumlah yang paling mewakili eksposur risiko kredit maksimal
apabila pihak lawan tidak mampu memenuhi kewajibannya, tanpa
memperhitungkan nilai wajar dari agunan; dan
ii. konsentrasi risiko kredit yang bersifat signifikan
(b) Aset keuangan dengan hak saling hapus dengan liabilitas keuangan, tidak
boleh disajikan neto dalam neraca, kecuali penyelesaian akan dilakukan
secara neto atau secara bersamaan. Namun demikian, entitas meng-
ungkapkan keberadaan hak secara hukum untuk melakukan saling hapus
ketika menyajikan informasi seperti yang dipersyaratkan di atas.
6) Nilai wajar
(a) mengungkapkan nilai wajar tiap kelompok aset dan liabilitas dalam cara
yang memungkinkan untuk diperbandingkan dengan nilai tercatat dalam
neraca.
(b) Jika entitas tidak mengukur instrumen keuangan di neraca pada nilai
wajar, maka entitas wajib menyediakan informasi nilai wajar pada
pengungkapan tambahan
(c) Jika investasi dalam instrumen ekuitas atau derivatif yang terkait tidak
memiliki kuotasi, maka instrumen tersebut dapat diukur pada biaya
perolehan. Fakta ini harus diungkapkan bersamaan dengan penjelasan
instrumen keuangan tersebut, nilai tercatatnya, penjelasan mengapa nilai
wajarnya tidak dapat diukur secara andal, dan jika memungkinkan kisaran
dari estimasinilai wajar yang paling memungkinkan.
7) Pengungkapan Lainnya
Pengungkapan lainnya mengenai :
(a) Penghentian pengakuan
(b) Jaminan
(c) Instrumen Keuangan Majemuk
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(d) Derivatif Melekat
(e) Instrumen Keuangan pada Nilai Wajar
(f) Reklasifikasi/Penggolongan Kembali
(g) Laporan Laba Rugi dan Ekuitas
(h) Penurunan Nilai
(i) Wanprestasi dan Pelanggaran
4. Implikasi Penerapan PSAK 50 dan 55 Revisi 2006 Pada Dunia Perbankan
PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi yang mengacu pada IAS 39
mengenai Recognition and Measurement of Financial Instruments dan IAS 32
mengenai Presentation and Disclosures of Financial Instruments. PSAK 50 dan
55 (revisi 2006) diharapkan dapat mendorong proses harmonisasi penyusunan
dan analisis laporan keuangan serta mendorong terciptanya market discipline.
Berikut ini akan diuraikan permasalahan-permasalahan yang bisa timbul sebagai
akibat berlakunya PSAK No. 50 (revisi 2006) sebagai pengganti PSAK No. 50
(1998) dalam industri perbankan Indonesia.
a. Penyisihan Kerugian Kredit (Loan-Loss Provisioning) atau Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).
Penyisihan kerugian kredit (Loan-Loss Provisioning) adalah penyisihan
(provisioning) kerugian atas portfolio kredit dan pendanaannya yang meng-
alami penurunan nilai ekonomi. Nilai ekonomi dari portfolio kredit dan
pendanaannya (funding) dapat naik atau turun disebabkan karena adanya
perubahan dengan kualitas kredit yaitu jika terjadi masalah terhadap itikad
baik (willingness to pay) dan kemampuan debitur untuk melunasi kredit
beserta pinjamannya (ability to pay), penyisihan kerugian ini penting untuk
dilakukan sehingga laporan keuangan bank tersebut mencerminkan keadaan
yang sebenarnya (representation faithfullness). Jika mengacu pada PSAK
yang lama, penentuan cadangan memakai konsep ekspektasi kerugian kredit
(expectation loss) sehingga bank bisa menumpuk cadangan besar-besaran
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
jika bankir merasa default kreditnya besar, celah ini yang banyak dimanfaatkan
bank untuk memoles laporan keuangannya dan melakukan window dressing
yaitu merekayasa laporan keuangan bank untuk tujuan tertentu.
Namun, dengan diterapkannya PSAK 50 &55 (revisi 2006) dan Pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) tahun 2008 yang menyesuaikan PSAK
tersebut, bank dituntut untuk menentukan CKPN berdasarkan data historis
kerugian kredit yang sudah terjadi atau incurred loss. Adapun CKPN dihitung
dari perkalian beberapa komponen, yakni potensi gagal bayar (potential of
default) dikalikan jumlah kredit yang bersangkutan, komponen lainnya loss
given default (LGD) yang merupakan porsi kerugian riil akibat gagal bayar
yang benar-benar tak tertagih, di luar tingkat kembalian tagihan (recovery
rate). Potential of default yang dihitung dari pengalaman kerugian yang sudah
terjadi berdasarkan data historis setiap jenis kredit bank tersebut minimal
selama 3 tahun terakhir. Kesulitan yang dialami bank dalam penentuan CKPN
ini adalah tuntutan kepada bank untuk mempunyai data historis mengenai
pengalaman kerugian dari setiap jenis kredit bank, minimal 3 tahun. Bank
dituntut untuk mempunyai data mengenai jumlah tingkat kerugian suatu kredit
dari setiap nasabah dan tentunya untuk mendapatkan data ini, cukup rumit
karena banyaknya jenis kredit dan jangka waktu yang berbeda.
b. Sumber Pendapatan
Dengan memakai standar baru ini dapat mengurangi sumber pendapatan
bunga bank dalam hal sebagai berikut :
1) Pendapatan provisi dan komisi kredit kini menjadi pengurang dari nilai
kredit yang diberikan guna menghitung pendapatan bunga efektif.
2) Bunga surat berharga, misalnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tidak
diakui sebagai pendapatan operasional bunga, sehingga reklasifikasi
bunga SBI ini berdampak pada bank yang banyak menempatkan dananya
di luar kredit dengan ciri rasio pinjaman terhadap dana LDR nya yang
relatif kecil.
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Kredit sebagai asset bank digolongkan pada “Loan and Receivables” yang
mana valuasinya adalah dengan cara amortized cost, hal ini membawa
konsekuensi bahwa nilai kredit (dalam hal ini aset bank) akan dipengaruhi
oleh proyeksi cashflow dari aset tersebut, sehingga kredit yang dikenakan
bunga dibawah bunga pasar akan menjadi lebih kecil dari harga
perolehannya (kredit yang dikucurkan).
c. Teknologi
Penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 membutuhkan sistem dan persiapan
yang cukup lama dan cukup mahal karena harus menggabungkan semua laporan
keuangan dalam satu paket. Dari sisi investasi, paling sedikit setiap bank
harus mengeluarkan dan sebesar US$1 juta untuk membeli sistem informasi
dan teknologi untuk aplikasi pelaporan keuangan berdasarkan PSAK No. 50
& 55 (revisi 2006).
d. Sumber Daya Manusia
Selain masalah teknologi, sumber daya manusia yang menguasai
mengenai PSAK ini juga terbatas, jadi akan menambah masalah bagi
perbankan untuk penerapan PSAK ini. Bank harus menilai sumber daya
manusia yang dimiliki dan melakukan training-training secara kontinu agar
sumber daya manusia yang tersedia dapat dengan cepat mengadopsi PSAK 55
(revisi 2006). Misalkan untuk menghitung penyisihan kerugian kredit, kaitannya
dengan internal rating model, bank memiliki sumber daya manusia yang
mampu menganilisis data-data statistik yang ada.
Beberapa hal di atas itulah yang merupakan alasan mengapa industri
perbankan Indonesia mengalami kesulitan menerapkan PSAK No. 50 & 55
(revisi 2006), walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwasanya banyak
manfaat dan kelebihan implementasi PSAK No. 50 & 55 (revisi 2006). Manfaat
dan kelebihan tersebut adalah sebagai berikut:
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Dengan adanya standar akuntansi Indonesia yang mengacu pada standar
akuntansi internasional maka dapat meningkatkan keandalan, keterbandingan
serta representative faithfullnes.
b. Transparansi terhadap pelaporan keuangan bank akan meningkat.
Transparansi ini sangat urgent, mengingat kasus atas jatuhnya raksasa finansial
Lehman Brothers saat krisis menghantam tahun 2008 silam yang diindikasi karena
adanya aspek akuntansi atas transaksi repo yang kurang wajar karena kurangnya
transparansi. Hal tersebut berarti bahwa dengan meningkatkan transparansi laporan
keuangan, maka kecurangan-kecurangan akan dapat diminimalisir. Selain itu, aturan-
aturan baru pada PSAK yang direvisi memper-sempit kemungkinan adanya
kecurangan. Seperti pada contoh yang dijelaskan di atas, yaitu masalah reklasifikasi
dari dan ke “FVTPL” dari kategori manapun dilarang, untuk menghindari usaha untuk
menaikkan laba. Selain itu, adanya aturan yang tegas mengenai penentuan CPKN akan
mengurangi kesempatan manajemen bank untuk melakukan kecurangan seperti window
dressing. Jika dahulu bank dapat menumpuk pencadangan besar dengan alasan kehati-
hatian, meski kualitas kredit tidak mengkhawatirkan sehingga laba ikut turun dengan
tujuan menghindari pajak atau mengatur ritme kinerja. Namun dengan diberlakukan
PSAK revisi ini, bank tidak bisa lagi melakukan hal tersebut, salah satu contoh pada
kasus Bank Mandiri misalnya, dimana setelah di konversi menurut IAS 39, pada tahun
2005 sebelumnya mencatat laba bersih sebesar 603 milyar rupiah, ternyata akhirnya
malah menderita kerugian sebesar 1,4 trilyun rupiah. Jika dilihat lebih detail lagi, maka
kerugian tersebut diakibatkan karena penyisihan untuk aktiva produktif yang lebih besar
dibandingkan dengan aturan BI, yakni sebesar 2,6 triliun. Sekalipun beberapa contoh di
atas terlihat cukup ekstrim, tetapi PSAK 55 revisi 2006 memang memiliki beberapa
kelebihan yang menggambarkan kondisi bank yang sesungguhnya. Justru bank
sebetulnya memiliki kesempatan untuk meningkatkan kinerja laporan keuangannya
dengan mendapatkan kredit yang memiliki kualitas yang baik.
(http://Implikasi%20Penerapan%20Psak%2050%20Dan%2055%20Revisi%202006%20Pada%20
Dunia%20Perbankan%20%20%20Vibizmanagement.htm)
C. Pelaporan Keuangan BPR Berdasarkan SAK-ETAP BPR
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SAK-ETAP BPR atau PA BPR merupakan penjabaran lebih lanjut prinsip
dan substansi pengaturan dalam SAK-ETAP yang bertujuan mempermudah BPR
dalam menerapkan standar akuntansinya namun tetap memperhatikan harmonisasi
dengan standar akuntansi internasional yang berlaku.
1. Laporan Keuangan
a. Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan BPR secara umum terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
BPR wajib membuat laporan keuangan sebagai laporan kepada Bank Indonesia
dan pengguna lainnya yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan perubahan
posisi keuangan. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya laporan keuangan BPR
yang menyediakan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan.
b. Keterbatasan Laporan Keuangan
1) Bersifat historis, yang menunjukan transaksi dan peristiwa yang telah lampau.
2) Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak pengguna.
Biasanya informasi khusus yang dibutuhkan oleh pihak tertentu tidak dapat
secara langsung dipenuhi semata-mata dari laporan keuangan.
3) Tidak luput dari penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran.
4) Menggunakan pertimbangan materialitas.
5) Lebih menekankan pada penyajian transaksi dan peristiwa sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
6) Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomi dan tingkat
kinerja antar BPR.
2. Akuntansi Aset
Aset adalah sumber daya yang dikuasai BPR sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan diharapkan menjadi sumber perolehan manfaat ekonomi di masa depan
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang diatur dalam SAK-ETAP paragraf 2.12(a). Pos-pos aset yang umum dimiliki
oleh BPR adalah sebagai berikut:
a. Kas
Kas adalah mata uang kertas dan logam rupiah yang masih berlaku sebagai alat
pembayaran yang sah.
b. Kas dalam Valuta Asing
Kas dalam valuta asing adalah mata uang kertas asing, uang logam asing, dan
travellers cheque yang masih berlaku yang dimiliki oleh BPR dalam kegiatan
penukaran sebagai pedagang valuta asing.
c. Sertifikat Bank Indonesia
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga sebagai pengakuan utang
berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia dengan sistem diskonto. SBI diklasifikasikan menjadi:
1) Dimiliki hingga jatuh tempo
2) Tersedia untuk dijual
d. Pendapatan Bunga Yang Akan Diterima
Pendapatan bunga yang akan diterima adalah pendapatan bunga dari kredit
dengan kualitas lancar (performing) yang telah diakui sebagai pendapatan tetapi
belum diterima pembayarannya. Termasuk pengertian ini adalah pengakuan
pendapatan bunga dari penempatan pada bank lain.
e. Penempatan Pada Bank Lain
Penempatan pada bank lain adalah penempatan/tagihan/simpanan milik BPR
pada bank lain untuk menunjang kelancaran aktivitas operasional, dalam rangka
memperoleh penghasilan, dan sebagai secondary reserve diantaranya:
1) Giro pada Bank Umum
Giro pada bank umum adalah rekening giro BPR pada bank umum dalam
mata uang rupiah dengan tujuan untuk menunjang kelancaran aktivitas
operasional.
2) Tabungan pada Bank Lain
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabungan pada bank lain adalah rekening tabungan BPR pada bank umum
dan BPR lain dalam mata uang rupiah dengan tujuan untuk menunjang
kelancaran aktivitas operasional.
3) Deposito pada Bank Lain
Deposito pada bank lain adalah penempatan dana BPR pada bank umum dan
BPR lain dalam bentuk deposito berjangka dengan tujuan untuk memperoleh
penghasilan.
4) Sertifikat Deposito pada Bank Umum
Sertifikat deposito pada bank umum adalah penempatan dana BPR dalam
bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindah-
tangankan dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan.
f. Kredit
1) Pemberian dan Penyaluran Kredit
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara BPR
dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
2) Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan
(a) Penyisihan Kerugian Kredit dibentuk untuk menutup kemungkinan
kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam
kredit.
(b) Penghapusbukuan Kredit (Hapus Buku) adalah tindakan administratif
BPR untuk menghapus buku kredit macet dari neraca sebesar kewajiban
debitur tanpa menghapus hak tagih BPR kepada debitur.
(c) Penghapusan Hak Tagih Kredit (Hapus Tagih) adalah tindakan BPR
menghapus kewajiban debitur yang tidak dapat diselesaikan.
3) Restrukturisasi Kredit
(a) Restrukturisasi Kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan BPR dalam
kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk
memenuhi kewajibannya.
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(b) Nilai Tunai Penerimaan Kas Masa Depan adalah nilai tunai perkiraan arus
kas masa depan dari total kewajiban debitur sesuai dengan perjanjian
restrukturisasi kredit berdasarkan tingkat diskonto tertentu.
g. Agunan Yang Diambil Alih
1) Agunan Yang Diambil Alih adalah aset yang diperoleh BPR, baik melalui
pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara
sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar
lelang dari pemilik agunan dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya
kepada BPR.
2) Biaya untuk menjual adalah biaya tambahan yang secara langsung dapat
diatribusikan kepada pelepasan aset atau kelompok lepasan.
h. Aset Tetap Dan Inventaris
Aset Tetap dan Inventaris adalah aset berwujud yang:
1) Dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif
2) Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.
i. Aset Tidak Berwujud
Aset tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik.
j. Aset Lain-Lain
k. Aset lain-lain adalah pos-pos aset yang tidak dapat secara layak digolongkan
dalam kelompok pos aset yang ada dan tidak secara material untuk disajikan
tersendiri.
3. Akuntansi Kewajiban
Kewajiban adalah utang masa kini BPR yang timbul dari peristiwa masa
lalu dan penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
milik BPR yang mengandung manfaat ekonomi. Dasar pengaturan kewajiban yaitu
SAK-ETAP paragraf 2.35, pos-pos kewajiban yang umum dimiliki oleh BPR adalah
sebagai berikut:
a. Kewajiban Segera, terdiri dari penutupan rekening tabungan atau deposito jatuh
tempo, kiriman uang, selisih lebih penjualan agunan, dividen, dan potongan pajak.
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Utang Bunga
c. Utang Pajak
d. Simpanan
e. Simpanan Dari Bank Lain
f. Pinjaman Diterima
g. Dana setoran modal – kewajiban
h. Kewajiban imbalan kerja
i. Pinjaman subordinasi
j. Modal pinjaman
4. Akuntansi Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas aset BPR setelah dikurangi semua kewajiban.
Unsur ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam neraca menjadi pos-pos ekuitas,
misalnya modal disetor, tambahan modal disetor, saldo laba, cadangan umum, dan
cadangan tujuan yang disajikan dalam pos-pos terpisah. Klasifikasi semacam itu
dapat menjadi relevan untuk pengambilan keputusan pemakai laporan keuangan
apabila pos tersebut mengindikasikan pembatasan hukum atau pembatasan lainnya
terhadap kemampuan perseroan untuk membagikan atau menggunakan ekuitas.
Komponen ekuitas untuk BPR antara lain terdiri dari:
a. Modal
b. Dana setoran modal – ekuitas
c. Laba/rugi yang belum direalisasi
d. Surplus revaluasi aset tetap
e. Saldo laba
5. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan seluruh penghasilan
dan beban BPR dalam suatu periode, penghasilan terdiri dari pendapatan operasional
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan pendapatan non-operasional sedangkan beban terdiri dari beban operasional dan
beban non-operasional. Pos-pos yang terdapat dalam laporan laba rugi BPR adalah
sebagai berikut:
a. Pendapatan operasional
b. Beban operasional
c. Pendapatan non-operasional
d. Beban non-operasional
e. Beban pajak penghasilan
6. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan
pengeluaran kas BPR selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan (SAK-ETAP paragraf 7.3). Aktivitas operasi
adalah aktivitas penghasil utama pendapatan BPR dan aktivitas lain yang bukan
merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Aktivitas investasi (investing) adalah
perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk
setara kas. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan
dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman BPR. Kas terdiri atas kas dan kas
dalam valuta asing, giro pada bank lain, dan tabungan pada bank atau BPR lain.
Sedangkan setara kas, antara lain SBI dengan jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan dan deposito dengan jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan.
Laporan arus kas memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai
untuk mengevaluasi perubahan dalam aset neto BPR, struktur keuangan (termasuk
likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu
arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. BPR
menyajikan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode tidak
langsung (SAK-ETAP paragraf 7.7). Suatu transaksi tertentu dapat meliputi arus kas
yang diklasifikasikan ke dalam lebih dari satu aktivitas. Jumlah arus kas yang berasal
dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya
BPR dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasi BPR, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Arus kas dari aktivitas operasi
terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan BPR.
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu
dilakukan karena arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan
dan arus kas masa depan. Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas
pendanaan perlu dilakukan karena berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus
kas masa depan oleh para pemasok modal BPR.
7. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukan perubahan
ekuitas BPR yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto atau
kekayaan BPR selama periode pelaporan. Perubahan ekuitas BPR menggambarkan
peningkatan atau penurunan aset neto atau kekayaan BPR selama periode pelaporan
berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam
laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal
dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran
dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari
kegiatan BPR selama periode pelaporan. Laporan perubahan ekuitas BPR antara lain
meliputi:
a. Modal saham, misalnya penambahan modal saham
b. Laba/rugi yang belum direalisasi dalam Sertifikat Bank Indonesia
c. Surplus revaluasi aset tetap
d. Dana setoran modal - ekuitas
e. Saldo laba (laba ditahan).
8. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari
laporan keuangan BPR. Catatan atas laporan keuangan memuat penjelasan mengenai
gambaran umum BPR, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keuangan dan informasi penting lainnya. Catatan atas laporan keuangan harus
disajikan secara sistematis, setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang ada
dalam catatan atas laporan keuangan. Secara umum, catatan atas laporan keuangan
mengungkapkan:
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting
b. Informasi yang diwajibkan dalam SAK ETAP tetapi tidak disajikan dalam
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas,
misalnya subklasifikasi pos-pos tertentu
c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas, dan laporan perubahan ekuitas tetapi diperlukan dalam rangka penyajian
secara wajar
d. Untuk pos-pos yang nilainya material, harus dirinci dan dijelaskan dalam catatan
atas laporan keuangan, sedangkan untuk pos-pos yang bersifat khusus harus
dirinci dan dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan tanpa mempertimbang-
kan materialitasnya.
e. Untuk pos yang merupakan hasil penggabungan beberapa pos sejenis dirinci dan
dijelaskan sifat dari unsur utamanya dalam catatan atas laporan keuangan.
Dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan memahami dan
membandingkannya dengan laporan keuangan BPR lain maka catatan atas laporan
keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:
a. Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi BPR yang
diterapkan.
b. Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-
pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen
laporan keuangan.
c. Pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen, serta pengungkapan yang
bersifat non-keuangan.
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan
komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan
dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam SAK serta pengungkapan pengungkapan
lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
D. Perbedaan Standar Pelaporan Keuangan
Antara PSAK No. 50 dan 55 Dengan SAK-ETAP BPR
Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) berfungsi untuk mengatur perlakuan akuntansi secara menyeluruh
untuk berbagai aktivitas bisnis perusahaan di Indonesia. Munculnya PSAK 50 dan 55
(revisi 2006) sebagai konvergensi IFRS secara nyata tidak sesuai dengan beberapa
aktivitas bisnis perusahaan di Indonesia khususnya untuk perusahaan yang berskala
menengah ke bawah. Oleh karena itu hal ini menjadi latar belakang munculnya SAK-
ETAP yang pelaksanaannya dianggap sesuai dengan karakteristik perusahaan
berskala menengah ke bawah. Secara umum PSAK 50 dan 55 memang lebih
komplek dari SAK-ETAP itu sendiri, bahkan BI pernah menunda penerapan PSAK
tersebut. Berikut dijabarkan perbedaan antara PSAK 50 dan 55 dengan SAK-ETAP
BPR:
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.2 Komparasi Pelaporan Keuangan Perbankan
PSAK 50 dan 55 SAK-ETAP BPR ( PA BPR) Keterangan
Bank mengklasifikasikan aset keuangan ke dalam 4 kategori: a. Diukur pada nilai wajar
melalui laporan laba rugi (Fair Value Trought Profit And Loss/FVTPL)
b. Dimiliki hingga jatuh tempo (HTM) c. Tersedia untuk dijual (AFS) d. Pinjaman yang diberikan dan piutang.
Sedang untuk kewajiban keuangan dalam 2 kategori:
a. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
b. Kewajiban lainnya
Aset keuangan dan kewajiban keuangan tidak diklasifikasikan.
Pendekatan pada PSAK 55 memungkinan kategori aset dan kewajiban keuangan diukur berdasarkan biaya, biaya perolehan yang diamortisasi, dan nilai wajar sedangkan pada BPR diukur berdasarkan biaya perolehan dan nilai wajar (harga pasar).
Surat Berharga diklasifikasikan menjadi: a. Diukur pada nilai wajar b. melalui laporan laba rugi (Fair Value
Trought Profit And Loss/FVTPL) c. Dimiliki hingga jatuh tempo (HTM) d. Tersedia untuk dijual (AFS) e. Pinjaman yang diberikan dan piutang.
Investasi efek diklasifikasian dalam 3 kategori: a. Diperdagangkan (Trading) b. Dimiliki hingga jatuh tempo (HTM) c. Tersedia untuk dijual (Available For
Sale) Tetapi dalam SAK-ETAP BPR investasi efek (SBI) hanya diklasifikasikan menjadi: a. Dimiliki hingga jatuh tempo b. Tersedia untuk dijual
Perbedaan dapat dengan jelas dilihat dari perlakuan akuntansi surat berharga tersebut baik dari segi pengakuan dan pengukuran maupun penyajiannya. Perlakuan akuntansi untuk surat berharga yang sesuai PSAK 50 dan 55 dapat dilihat pada PAPI 2008.
Pengakuan pendapatan bunga berdasarkan tingkat suku bunga efektif (EIR= Efektif
Pendapatan bunga diakui secara akrual.
Karena perlakuan pendapatan yang berbeda maka nilai pendapatan yang
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Interest Rate) diperoleh juga akan berbeda.
Reklasifikasi dari maupun ke trading tidak diperkenankan, reklasifikasi investasi dari HTM ke kategori lain akan dikenakan persyaratan tainting rules.
Pemindahan pencatatan efek dari HTM
ke kategori yang lain sepanjang memenuhi persyaratan diperkenankan tanpa tainting rules (sanksi)
Mengatur tentang derecognition bila memenuhi persyaratan: a. Arus kas kontraktual Expired b. Transfer aset keuangan memenuhi
syarat (Risk and Reward)
Tidak mengatur tentang Derecognition
Kredit yang diberikan ke nasabah diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi penyisihan kerugian penurunan nilai.
Kredit diakui sebesar pokok kredit/baki kredit dikurangi provisi serta ditambah biaya transaksi yang belum diamortisasi
Menyebabkan total kredit yang berbeda karena pada PSAK 50 dan 55 pada saat pengakuan awal, kredit diukur pada nilai wajar atau nilai wajar ditambah biaya transaksi. Penentuan nilai wajar melalui: a. Kuotasi di Pasar Aktif (jika tersedia) b. Tidak tersedia Kuotasi di Pasar Aktif
Penerbit instrumen keuangan pada saat pengakuan awal harus mengklasifikasikan instrumen tersebut atau komponennya sebagai kewajiban keuangan, aset keuangan, atau instrumen ekuitas sesuai dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi kewajiban keuangan, aset keuangan, dan instrumen ekuitas.
Posisi keuangan suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas pada suatu waktu tertentu. Unsur laporan keuangan yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas.
Komponen dari aset, kewajiban, dan ekuitas akan berbeda selain itu perlakuan akuntansinya juga berbeda.
Mengatur instrumen derivatif Tidak mengatur instrumen derivatif
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari penjabaran di atas, perbedaan tersebut juga dapat dilihat pada laporan
keuangan bank. Secara umum penyajian laporan keuangan Bank yang berdasarkan
PSAK 50/55 hampir sama dengan laporan keuangan BPR.
a. Laporan Keuangan BPR
Gambar 4.2. Ilustrasi Neraca BPR
Uraian
ASET
Kas xxx xxx
Kas dalam valuta asing xxx xxx
Sertifikat Bank Indonesia xxx xxx
Pendapatan bunga yang akan diterima xxx xxx
Penempatan pada bank lain xxx xxx
Penyisihan Kerugian (xxx) (xxx)
Total xxx xxx
Kredit yang diberikan xxx xxx
Penyisihan Kerugian (xxx) (xxx)
Total xxx xxx
Agunan yag diambil alih xxx xxx
Aset tetap dan inventaris xxx xxx
Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)
Total xxx xxx
Aset tidak berwujud xxx xxx
Aset lain-lain xxx xxx
Jumlah Aset xxx xxx
KEWAJIBAN
Kewajiban segera xxx xxx
Utang bunga xxx xxx
Utang pajak xxx xxx
Simpanan xxx xxx
Simpanan dari bank lain xxx xxx
Pinjaman diterima xxx xxx
Dana setoran modal-kewajiban xxx xxx
Kewajiban imbalan kerja xxx xxx
Pinjaman Subordinasi xxx xxx
Modal pinjama xxx xxx
Kewajiban lain-lain xxx xxx
Jumlah Kewajiban xxx xxx
EKUITAS
Modal xxx xxx
Modal disetor xxx xxx
Tambahan modal disetor xxx xxx
Modal sumbangan xxx xxx
Total xxx xxx
Dana setoran modal-ekuitas xxx xxx
Laba/Rugi yang belum direalisasi xxx xxx
Surplus revaluasi aset tetap xxx xxx
Saldo laba xxx xxx
Cadangan tujuan xxx xxx
Cadangan umum xxx xxx
Belum ditentuka tujuannya xxx xxx
Total xxx xxx
Jumlah Ekuitas xxx xxx
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas xxx xxx
NERACA
PT BPR "XYZ"
Per 31 Desember 2011 dan 2012
31 Desember 2012 31 Desember 2011
60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.3. Ilustrasi Laporan Laba Rugi BPR
Uraian
Pendapatan dan Beban Operasional
Pendapatan bunga
Bunga kontratual xxx xxx
Provisi xxx xxx
Biaya transaksi xxx xxx
Total xxx xxx
Beban bunga (xxx) (xxx)
Pendapatan bunga - neto xxx xxx
Pendapatan operasional lainnya xxx xxx
Jumlah Pendapatan Operasional xxx xxx
Beban penyisihan kerugian/penyusutan
Beban penyisihan kerugian tabungan/deposito/sertifikat deposito xxx xxx
Beban penyisihan kerugian kredit xxx xxx
Beban kerugian rektrukturisasi kredit xxx xxx
Beban penyusutan xxx xxx
Beban pemasaran xxx xxx
Beban administrasi dan umum xxx xxx
Jumlah Beban Operasional xxx xxx
Laba (Rugi) Operasional xxx xxx
Pendapatan dan Beban Non-Operasional
Pendapatan non-operasional xxx xxx
Beban non-operasional (xxx) (xxx)
Jumlah Pendapatan (Beban) Non-Operasional xxx xxx
Laba (Rugi) Sebelum Pajak penghasilan xxx xxx
Taksiran Pajak Penghasilan (xxx) (xxx)
Laba (Rugi) Neto xxx xxx
LAPORAN LABA RUGI
PT BPR "XYZ"
31 Desember 2012 31 Desember 2011
Periode yang berakhir pada 31 Desember 2011 dan 2012
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.4. Ilustrasi Laporan Perubahan Ekuitas BPR
Modal
Disetor
Tambahan
Modal
Modal
Sumbangan
Cadangan
Tujuan
Cadangan
Umum
Belum
Ditentukan
Saldo per 31 Des 2010 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Dividen - - - - - - (xxx) - - (xxx)
Pembentukan Cadangan - - - - - - xxx xxx (xxx) -
Dana setoran modal-Ekuitas - - - xxx - - - - - xxx
Laba/Rugi yang belum direalisasi - - - - xxx - - - - xxx
Revaluasi aset tetap - - - - - xxx - - - xxx
Laba (Rugi) periode berjalan - - - - - - - - xxx xxx
Saldo per 31 Des 2011 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Dividen - - - - - - (xxx) - - (xxx)
Pembentukan Cadangan - - - - - - xxx xxx (xxx) -
Dana setoran modal-Ekuitas xxx - - (xxx) - - - - - -
Laba/Rugi yang belum direalisasi - - - - xxx - - - - xxx
Revaluasi aset tetap - - - - - xxx - - - xxx
Laba (Rugi) periode berjalan - - - - - - - - xxx xxx
Saldo per 31 Des 2012 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Jumlah
Saldo Laba
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
PT BPR "XYZ"
Periode yang berakhir pada 31 Desember 2011 dan 2012
Modal
Dana Setoran
Modal-Ekuitas
Laba/Rugi
yang Belum
Direalisasi
Surplus
Revaluasi
Aset Tetap
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.5. Ilustrasi Laporan Arus Kas BPR
Uraian
Arus Kas dan Aktivitas Operasi
Laba neto xxx xxx
Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba neto menjadi kas bersih
diperoleh dari kegiatan operasi:
Penyusutan aset tetap xxx xxx
Penyisihan kerugian (pembalik atas penyisihan) untuk:
Penempatan pada bank lain (selain giro) xxx xxx
Kredit xxx xxx
Amortisasi:
Provisi/biaya transaksi xxx xxx
Aset tidak berwujud xxx xxx
Pendapatan bunga yang ditangguhkan (dampak restrukturasi) xxx xxx
Penurunan nilai agunan yang diambil alih xxx xxx
Laba penjualan aset tetap xxx xxx
Selisih kurs valuta asing xxx xxx
Perubahan aset dan kewajiban operasi:
Penempatan pada bank lain xxx xxx
Pendapatan bunga yang akan diterima xxx xxx
Kredit yang diberikan xxx xxx
Agunan yang diambil alih xxx xxx
Aset lain-lain xxx xxx
Kewajiban segera xxx xxx
Utang bunga xxx xxx
Utang pajak xxx xxx
Simpanan:
Tabungan xxx xxx
Deposito berjangka xxx xxx
Simpanan dari bank lain xxx xxx
Pinjaman yang diterima xxx xxx
Kewajiban imbalan kerja xxx xxx
Kewajiban lain-lain xxx xxx
Arus Kas Neto dari Aktivitas Operasi xxx xxx
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Pembelian/penjualan aset tetap dan inventaris xxx xxx
Pembelian/penjualan aset tidak berwujud xxx xxx
Pembelian/penjualan Sertifikat Bank Indonesia xxx xxx
Arus Kas Neto dari Aktivitas Investasi xxx xxx
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Penerimaan/pembayaran pinjaman subordinasi xxx xxx
Penerimaan/pembayaran modal pinjaman xxx xxx
Pembayaran deviden (xxx) (xxx)
Arus Kas Neto dari Aktivitas Pendanaan xxx xxx
Kenaikan (Penurunan) Arus Kas xxx xxx
Kas dan Setara Kas Awal Periode xxx xxx
Kas dan Setara Kas Akhir Periode xxx xxx
31 Desember 2012 31 Desember 2011
Periode yang berakhir pada 31 Desember 2011 dan 2012
LAPORAN ARUS KAS
PT BPR "XYZ"
63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Laporan Keuangan Bank Umum
Gambar 4.6. Ilustrasi Laporan Posisi Keuangan Bank
Catatan
ASET
Kas xxx xxx
Giro pada Bank Indonesia xxx xxx
Giro pada bank lain
Pihak ketiga xxx xxx
Cadangan kerugian penurunan nilai (xxx) (xxx)
Jumlah-bersih xxx xxx
Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain xxx xxx
Surat-surat Berharga
Tersedia untuk dijual xxx xxx
Dimiliki hingga jatuh tempo xxx xxx
Diperdagangkan xxx xxx
Pinjaman yang diberikan dan piutang xxx xxx
Jumlah-bersih xxx xxx
Kredit yang diberikan
Pihak Berelasi xxx xxx
Pihak ketiga xxx xxx
Cadangan kerugian penurunan nilai (xxx) (xxx)
Jumlah-bersih xxx xxx
Tagihan Derivatif xxx xxx
Tagihan akseptasi xxx xxx
Penyertaan saham xxx xxx
Pendapatan bunga yang masih akkan diterima xxx xxx
Beban dibayar di muka xxx xxx
Aset tetap xxx xxx
Dikurangi: akumulasi penyusutan aset tetap (xxx) (xxx)
Nilai buku xxx xxx
Agunan yang diambil alih xxx xxx
Cadangan kerugian penurunan nilai (xxx) (xxx)
Jumlah-bersih xxx xxx
Aset paja tangguhan xxx xxx
Aset lain-lain xxx xxx
Jumlah Aset xxx xxx
LAPORAN POSISI KEUANGAN
PT BANK "ABC"
Per 31 Maret 2012 dengan perbandingan pada tanggal 31 Desember 2011
31 Maret 2012 31 Desember 2012
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.7. Ilustrasi Laporan Posisi Keuangan Bank
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS
Liabilitas segera xxx xxx
Simpanan nasabah
Pihak berelasi xxx xxx
Piha ketiga xxx xxx
Jumlah Simpanan xxx xxx
Simpanan dari bank lain xxx xxx
Liabilitas akseptasi xxx xxx
Pinjaman diterima xxx xxx
Utang pajak xxx xxx
Pinjaman subordinasi xxx xxx
Bunga masih harus dibayar xxx xxx
Liabilitas lain-lain xxx xxx
Estimasi kerugian komitmen dan kontijensi xxx xxx
Liabilitas imbalan kerja xxx xxx
JUMLAH LIABILITAS xxx xxx
EKUITAS
Modal saham xxx xxx
Tambahan modal disetor xxx xxx
Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi
dari perubahan nilai wajar efek tersedia untuk
dijual-setelah paja tangguhan xxx xxx
Saldo rugi
Ditentukan penggunanya xxx xxx
Belum ditentukan penggunanya (xxx) (xxx)
Jumlah ekuitas xxx xxx
Jumlah liabilitas dan ekuitas xxx xxx
Per 31 Maret 2012 dengan perbandingan pada tanggal 31 Desember 2011
LAPORAN POSISI KEUANGAN
PT BANK "ABC"
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.8. Ilustrasi Laporan Laba Rugi Bank
Catatan
PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL
Pendapatan bunga
Bunga xxx xxx
Provisi dan komisi xxx xxx
Jumlah pendapatan bunga xxx xxx
Beban Bunga (xxx) (xxx)
Pendapatan bunga-bersih xxx xxx
Pendapatan operasi lainnya
Keuntungan dari transaksi realisasi penjualan surat berharga bersih xxx xxx
Provisi dan komisi lainnya xxx xxx
Keuntungan (kerugian) yag belum direalisasi atas efek-efek yang
diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi (xxx) (xxx)
Lain-lain xxx xxx
Jumlah pendapatan operasi lainnya xxx xxx
Beban operasi lainnya
Tenaga kerja (xxx) (xxx)
Operasi (xxx) (xxx)
Umum dan administrasi (xxx) (xxx)
Beban penyisihan kerugian penurunan nilai (xxx) (xxx)
Jumlah beban operasi lainnya (xxx) (xxx)
Laba operasional xxx xxx
PENDAPATAN DAN BEBAN NON-OPERASIONAL-BERSIH
Keuntungan penjualan aset tetap-bersih xxx xxx
Kerugian penjualan agunan yang diambil alih-bersih (xxx) (xxx)
Lain-lain -bersih xxx xxx
Pendapatan non-operasional -bersih xxx xxx
LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN xxx xxx
Pajak Penghasilan
Kini (xxx) (xxx)
Tanguhan (xxx) (xxx)
Beban pajak penghasilan bersih (xxx) (xxx)
LABA BERSIH xxx xxx
LABA PER SAHAM xxx xxx
31 Maret 2012 31 Maret 2011
LAPORAN LABA RUGI
PT BANK "ABC"
Untuk periode 3 (tiga) bulan yang berakhir pada 31 Maret 2012 dan 2011
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.9. Ilustrasi Laporan Laba Rugi Komprehensif
LABA BERSIH
Pendapatan komprehensif lainnya:
Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi atas xxx xxx
surat berharga dalam kelompok tersedia untuk dijual
setelah pajak tangguhan xxx xxx
Pendapatan komprehensif lainnya setelah pajak xxx xxx
Jumlah laba komprehensif setelah pajak xxx xxx
31 Maret 2012
Untuk periode 3 (tiga) bulan yang berakhir pada 31 Maret 2012 dan 2011
PT BANK "ABC"
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF
31 Maret 2011
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.10. Ilustrasi Laporan Perubahan Ekuitas Bank
Catatan
Saldo 1 Januari 2011 xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Pengaruh penerapan awal PSAK 50/55 xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Keuntungan yang belum direalisasi atas
kenaikan nilai wajar surat berharga yang
tersedia untuk dijual xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Laba bersih 31 Desember 2011 xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Saldo per 31 Desember 2011 xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Saldo 1 Januari 2012 xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Tambahan modal disetor (dana untuk tujuan modal disetor) xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Keuntungan yang belum direalisasi atas
kenaikan nilai wajar surat berharga yang
tersedia untuk dijual xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Laba bersih 31 Maret 2012 xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Saldo per 31 Maret 2012 xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Jumlah ekuitas
bersih
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
PT BANK "ABC"
Untuk periode 3 (tiga) bulan yang berakhir pada 31 Maret 2012 dan 2011
Modal disetor
Tambahan
modal disetor
bersih
Keuntungan (kerugian)
yang belum direalisasi
dari perubahan nilai
wajar surat berharga
tersedia untuk dijual -
bersih
Saldo Rugi (defisit)
Ditentukan
penggunaannya
Belum ditentukan
penggunaannya
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.11. Ilustrasi Laporan Arus Kas Bank
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan bunga, provisi, komisi xxx xxx
Penerimaan pendapatan operasional lainnya xxx xxx
Pembayaran bunga (xxx) (xxx)
Pembayaran gaji dan tunjangan karyawan (xxx) (xxx)
Pembayaran beban operasional lainnya (xxx) (xxx)
Penerimaan pendapatan (pembayaran beban) non operasional xxx xxx
Pembayaran pajak penghasilan (xxx) (xxx)
Arus kas operasi sebelum perubahan dalam aset dan liabilitas operasi xxx xxx
Penurunan atau kenaikan dalam aset operasi
Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia (xxx) (xxx)
Kredit (xxx) (xxx)
Aset lain-lain (xxx) (xxx)
Kenaikan (penurunan) dalam liabilitas operasi
Liabilitas segera xxx xxx
Simpanan nasabah dan simpanan dari bank lain xxx xxx
Liabilitas lain-lain xxx xxx
Kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi xxx xxx
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Surat berharga (xxx) (xxx)
Hasil penjualan aset tetap xxx xxx
Perolehan aset tetap (xxx) (xxx)
Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi (xxx) (xxx)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Penurunan pinjaman subordinasi (xxx) (xxx)
Penurunan pinjaman diterma (xxx) (xxx)
Kas bersih digunakan untuk aktivitas pendanaan (xxx) (xxx)
KENAIKAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS xxx xxx
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN xxx xxx
Pengaruh perubahan kurs mata uang asing xxx xxx
KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN xxx xxx
PENGUNGKAPAN TAMBAHAN
Kas dan setara kas terdiri dari:
Kas xxx xxx
Giro pada Bank Indonesia xxx xxx
Giro pada bank lain xxx xxx
Penempatan pada BI dan bank lain yang jatuh tempo dalam
3 bulan dari tanggal akuisisi surat berharga yang jatuh tempo dalam
3 bulan dari tanggal akuisisi xxx xxx
JUMLAH xxx xxx
Transaksi yang tidak mempengaruhi kas: xxx xxx
Tagihan Akseptasi xxx xxx
Liabilitas Akseptasi xxx xxx
Penghapusbukuan kredit yang diberikan xxx xxx
Keuntungan yang belum direalisasi atas surat berharga dalam
kelompok tersedia untuk dijual setelah pajak tangguhan xxx xxx
31 Maret 2012 31 Maret 2011
LAPORAN ARUS KAS
PT BANK "ABC"
Untuk periode 3 (tiga) bulan yang berakhir pada 31 Maret 2012 dan 2011
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari laporan keuangan di atas dapat dilihat berbagai perbedaan diantaranya:
a. Laporan Posisi Keuangan atau Neraca
Dalam laporan keuangan perbankan, penulisan neraca berubah menjadi Laporan
Posisi Keuangan sedangkan dalam laporan keuangan BPR yang menggunakan
SAK-ETAP sebagai pedomannya tetap mengggunakan istilah neraca, selain itu
istilah kewajiban dalam Laporan Posisi Keuangan Bank berubah menjadi
Liabilitas (sesuai dengan PSAK 1 revisi 2009: Penyajian Laporan Keuangan yang
tercantum dalam Surat Keputusan Ketua BAPEPAM dan LK No. Kep-
346/BL/2011 tanggal 5 Juli 2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan
Berkala Emiten atau Perusahaan Publik serta praktik-praktik perbankan pedoman
Akuntansi dan pelaporan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia).
1) Bank
(a) Surat berharga disajikan dalam laporan posisi keuangan sesuai kategori:
No Surat Berharga dalam kategori Penyajian pada neraca
1 Diukur pada nilai wajar melaui laporan laba rugi Sebesar nilai wajar
2 Tersedia untuk dijual
3 Dimiliki hingga jatuh tempo Sebesar biaya perolehan diamortisasi yaitu nilai wajar surat berharga yang diukur pada saat pengakuan awal ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunaan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya dan dikutangi penurunan nilai.
4 Pinjaman yang diberikan dan piutang
(b) Cadangan kerugian penurunan nilai disajikan sebagai offsetting account
atas surat berharga yang dimiliki.
(c) Cadangan kerugian penurunan nilai kredit disajikan sebagai pos pengurang
dari “Kredit” sebesar selisih antara nilai tercatat kredit dengan nilai kini
estimasi arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga
efektif awal dari kredit tersebut.
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(d) Tagihan derivatif adalah tagihan yang merupakan potensi keuntungan
berdasarkan proses valuasi atas perjanjian atau kontrak derivatif yang
mencerminkan selisih positif antara nilai kontrak dengan nilai wajar
transaksi derivatif pada tanggal laporan.
(e) Tagihan akseptasi termasuk dalam kategori Pinjaman yang Diberikan dan
Piutang.
(f) Liabilitas akseptasi termasuk dalam kategori kewajiban lainnya yang
dicatat pada biaya perolehan diamortisasi.
(g) Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa, dan akun Tambahan
Modal Disetor. Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari
sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor.
(PSAK 21 paragraf 11)
2) BPR
(a) Investasi pada SBI disajikan berdasarkan tingkat likuiditasnya.
(b) SBI yang Dimiliki Hingga Jatuh Tempo disajikan sebesar nilai nominal
setelah dikurangi diskonto dan ditambah biaya transaksi yang belum
diamortisasi.
(c) SBI yang Tersedia Untuk Dijual disajikan sebesar nilai wajarnya. Laba
atau rugi yang belum direalisasi dijadikan sebagai komponen yang
tersendiri dalam ekuitas.
(d) Kredit disajikan di neraca sebesar pokok kredit/baki debet dikurangi
provisi serta ditambah biaya transaksi yang belum diamortisasi.
(e) Saldo Penyisihan Kerugian Kredit disajikan sebagai pos pengurang dari
kredit.
(f) Agunan Yang Diambil Alih disajikan secara terpisah dari aset lainnya
sebesar nilai tercatat atau nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk
menjual, mana yang lebih rendah. Agunan Yang Diambil Alih akan
dicatat dalam neraca hanya yang berasal dari penyelesaian kredit.
b. Laporan Laba Rugi
Dalam laporan laba rugi bank umum terdapat laporan laba rugi komprehensif
sedangkan dalam Laporan BPR hanya laporan laba rugi saja.
71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Bank
(a) Laporan laba rugi disajikan dalam bentuk berjenjang (multiple step) yang
diperinci antara unsur pendapatan dan beban berdasarkan karakteristik
serta berdasarkan sumber pendapatan dan beban, baik dari kegiatan
operasional maupun non operasional.
(b) Pendapatan dan beban bunga disajikan secara terpisah untuk memberikan
pemahaman yang lebih baik mengenai komposisi dan alasan perubahan
pendapatan bunga bersih.
(c) Keuntungan dan kerugian yang disebabkan adanya pengukuran kembali
instrumen keuangan yang disajikan secara terpisah dalam laporan laba
rugi sebagai pendapatan (beban) operasional selain bunga.
(d) Provisi dan komisi yang bukan merupakan biaya transaksi yang dapat
diatribusikan secara langsung pada perolehan, penerbitan, atau pelepasan
aset keuangan atau kewajiban keuangan disajikan sebagai pendapatan
(beban) operasional selain bunga.
(e) Beban administrasi umum merupakan bagian dari beban operasional bank
yang disajikan dalam pos tersendiri dan dirinci berdasarkan jenis beban.
(f) Keuntungan dan kerugian transaksi mata uang asing disajikan pada
laporan laba rugi tahun berjalan dalam pos keuntungan atau kerugian
transaksi mata uang asing.
(g) Keuntungan atau kerugian karena selisih kurs disajikan tersendiri dalam
laporan laba rugi tahun berjalan.
(h) Keuntungan atau kerugian yang timbul dari suatu transaksi dalam mata
uang asing dan keuntungan atau kerugian karena selisih kurs dapat
dilaporkan secara neto.
2) BPR
(a) Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan dan beban menurut
karakteristiknya yang dikelompokkan secara berjenjang (multiple step)
dari kegiatan utama BPR dan kegiatan lainnya.
(b) Pendapatan Bunga adalah pendapatan yang diperoleh dari penanaman
dana BPR pada aset produktif, dimana pendapatan bunga termasuk
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
provisi dikurangi biaya-biaya yang terkait langsung dalam penyaluran
kredit yang ditanggung oleh BPR.
(c) Biaya Transaksi adalah semua biaya tambahan yang terkait secara
langsung dengan pemberian kredit yang ditanggung oleh BPR, misalnya
marketing fee. Dalam hal biaya transaksi dibebankan kepada nasabah
maka biaya tersebut tidak termasuk dalam biaya perolehan pemberian
kredit.
c. Penyajian Perubahan Ekuitas
Dalam penyajian perubahan ekuitas akan sedikit berbeda dikarenakan dalam
laporan keuangan bank secara umum terdapat laporan keuangan komprehensif
sedangkan pada BPR tidak ada laporan keuangan komprehensif.
d. Laporan Arus Kas
Bank BPR
Arus kas aktivitas operasi menggunakan metode langsung dan tidak langsung
Arus kas aktivitas operasi menggunakan metode tidak langsung
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab tiga rumusan. Rumusan peneliti yang
pertama yaitu tentang bagaimana pelaporan keuangan perbankan menurut PSAK 50 dan
55 (revisi 2006), hasilnya menjelaskan tentang pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan instrumen keuangan perbankan secara garis besar serta permasalahan
yang timbul akibat dari pelaksanaan PSAK tersebut di dunia perbankan diantaranya:
1. Penyisihan kerugian kredit (Loan-Loss Provisioning) mengalami penurunan nilai
ekonomi.
2. Sumber pendapatan berkurang
3. Teknologi mahal
4. Sumber daya manusia terbatas
Walaupun demikian, penerapan PSAK tersebut juga memiliki beberapa
kelebihan diantaranya:
1. Dapat meningkatkan keandalan, keterbandingan serta representative faithfullnes.
2. Transparansi terhadap pelaporan keuangan bank akan meningkat.
Rumusan peneliti yang kedua yaitu tentang bagaimana pelaporan keuangan
BPR sesuai dengan SAK-ETAP BPR. Dalam hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa
penerapan SAK-ETAP BPR lebih mudah dipahami dibanding dengan PSAK 50 dan
55 karena telah disesuaikan dengan kinerja BPR. Rumusan peneliti yang terakhir
yaitu tentang perbedaan standar pelaporan keuangan antara PSAK No. 50 dan 55
dengan SAK-ETAP BPR. Secara umum, PSAK 50 dan 55 memang lebih komplek
dibanding SAK-ETAP BPR. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa terdapat
beberapa perbedaan yang mendasar diantaranya tentang klasifikasi instrumen
keuangan, pengakuan bunga, kredit, penyajian laporan keuangan serta pengungkapan
instrumen keuangan.
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
B. Implikasi
Implikasi hasil penelitian dapat penulis kemukakan sebagai berikut:
1. Implikasi Teoretis
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk memperkuat kajian teori
tentang pelaporan keuangan berdasarkan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) dan SAK-
ETAP BPR pada dunia perbankan yang berlaku di Indonesia. Adanya perbedaan
pelaporan sesuai dengan entitas yang berlaku dan perbedaan standar akuntansi yang
berlaku.
2. Implikasi praktis
Secara praktis hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa dalam
pelaporan keuangan entitas diperlukan standar akuntansi yang sesuai dengan
kegiatan ataupun kinerja entitas tersebut agar mempermudah penerapannya sehingga
dapat meningkatkan keandalan dalam penyajian laporan keuangan.
C. Saran
Di bagian ini penulis akan memberikan saran-saran yang mungkin berguna
bagi pembaca sebagai bahan perbaikan di masa yang akan datang. Pada penelitian ini
hanya mengenai pelaporan keuangan Bank dan BPR serta perbedaannya secara
umum yang dilakukan melalui studi literatur sehingga memiliki keterbatasan, karena
itu diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengkaji lebih dalam tentang perbedaan
SAK-ETAP BPR dengan PSAK 50 dan 55 menggunakan metode yang lain sehingga
dapat menjelasan lebih rinci terhadap pelaksanaan SAK-ETAP dan PSAK 50 dan 55
dalam dunia perbankan.
75