P S E P F E B U S 2019 - ep.feb.uns.ac.id fileiii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR...

89
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2019

Transcript of P S E P F E B U S 2019 - ep.feb.uns.ac.id fileiii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR...

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019

ii

iii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

KATA SAMBUTAN

KATA PENGANTAR

BAB I. TUGAS AKHIR MAHASISWA

A. Pendahuluan

B. Desain Penulisan Skripsi

C. Level dan Manfaat Penelitian

D. Materi Skrips Program STudi Ekonomi Pembangunan

E. Kewajiban Publikasi Karya Ilmiah

BAB II. PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENULISAN SKRIPSI

A. Pengertian

B. Persyaratan

C. Prosedur Pelaksanaan

D. Pembimbing

E. Pelaksanaan Ujian

F. Penilaian

G. Plagiasi

BAB III. SISTEMATIKA PROPOSAL SKRIPSI

A. Bagian Awal

B. Bagian Tengah

C. Bagian Akhir

BAB IV. SISTEMATIKA SKRIPSI

A. Bagian Awal

B. Bagian Tengah

C. Bagian Akhir

BAB V. TEKNIK PENULISAN

A. Bahan Kertas, Ukuran dan Jumlah Halaman

B. Pengetikan dan Penulisan

C. Penomoran

D. Penulisan Judul dan Subjudul

E. Kutipan dan Sumber Kutipan

F. Nomor dan Judul Tabel

G. Nomor dan Judul Gambar

H. Daftar Pustaka

BAB VI. SISTEMATIKA PENULISAN DRAF ARTIKEL

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii

iv

v

vi

vii

1

1

3

4

5

5

7

7

7

7

9

9

10

11

13

13

13

18

19

19

20

23

25

25

25

27

28

28

31

31

32

37

38

39

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Perbedaan Tugas Akhir, Tesis Master dan Disertasi

Doktor

Tabel 2.1. Format/Formulir Penilaian Skripsi

2

10

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Prosedur Operasional Standar Skripsi

Lampiran 2. Contoh Sampul (Cover) Skripsi

Lampiran 3. Contoh Halaman Persetujuan Pembimbing

Lampiran 4. Contoh Halaman Persetujuan Penguji

Lampiran 5. Contoh Halaman Pernyataan

Lampiran 6. Contoh Halaman Motto

Lampiran 7. Contoh Halaman Persembahan

Lampiran 8. Contoh Abstrak

Lampiran 9. Contoh Draf Artikel

39

45

46

47

48

49

50

51

52

vii

KATA PENGANTAR

Pembaruan Buku Panduan/Pedoman Penulisan Skripsi ini dilaksanakan berdasarkan

beberapa kondisi berikut. Pertama, mahasiswa, dalam menulis Skripsi, tidak jarang, kalau

tidak boleh disebut selalu, hanya mencontoh Skripsi yang sudah ada di perpustakaan. Pada

hal Skripsi yang dicontoh belum tentu benar dan baik. Dosen pembimbing pun, dengan

alasan masing-masing, belum tentu melakukan pembimbingan seperti yang seharusnya.

Akibatnya, mahasiswa tidak benar-benar tahu apa dan bagaimana menulis ilmiah yang benar

dan baik itu. Ketika ditanya, misalnya, “Apa yang dimaksud dengan garis putus-putus, bukan

nama orang atau nama lembaga, di dalam Daftar Pustaka?” kebanyakan mahasiswa yang kami

uji “tidak tahu maksudnya”.

Kedua, dosen, sebagai pembimbing Skripsi, berasal dari berbagai universitas yang

berbeda-beda, yang tidak jarang, mempunyai tradisi, tata cara, dan gaya selingkung penulisan

ilmiah yang berbeda. Ada yang menggunakan gaya Chicago, ada yang memakai gaya

Harvard, ada pula yang mengadopsi gaya Asosiasi Psikolog Amerika (APA). Perbedaan gaya

selingkung karya ilmiah (Skripsi) ini, telah, sedang, dan akan selalu membingungkan

mahasiswa. Ketika pembimbingnya menyarankan untuk memakai gaya A, misalnya, salah

seorang penguji skripsi, ternyata menyalahkannya.

Ketidaknyamanan ini telah beberapa tahun dirasakan oleh para pengajar

(pembimbing), dan untungnya ditanggapi positif oleh Kepala Program Studi Ekonomi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret. Di tahun 2017

Kaprodi EP menugaskan kami bertiga untuk menyiapkan draf Panduan/Pedoman Penulisan

Skripsi. Tidak hanya itu, Prodi EP bahkan menyelenggarakan Lokakarya yang khusus

membahas tentang Panduan/Pedoman Penulisan Skripsi pada bulan Agustus 2017.

Berdasarkan diskusi dan saran yang muncul selama Lokakarya itu, maka terbitlah buku ini.

Oleh karena itu, apresiasi, pertama-tama kami sampaikan kepada Kaprodi EP, ibu Dr.

Siti Aisyah Rahayu, MSi. Yang pertama, telah mengambil langkah positif untuk mengatasi

kegelisahan mahasiswa, pembimbing, dan penguji Skripsi melalui Lokakarya itu, dan yang

kedua, telah memercayakan tugas mulia ini kepada kami bertiga. Kami juga menghaturkan

terima kasih kepada seluruh Staf Pengajar Prodi EP yang telah berpartisipasi aktif dalam

Lokakarya dan menyampaikan saran bagi perbaikan kualitas Buku Panduan/Pedoman

Penulisan Skripsi ini. Secara khusus, kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Tri

Mulyaningsih, SE., MSi., PhD., yang telah memberikan “sentuhan akhir”, berupa berbagai

pertanyaan dan saran, sebelum Buku Pedoman ini difinalisasi.

Meskipun demikian, kami juga sadar bahwa kami tidak mampu mewujudnyatakan

semua saran dan harapan bapak dan ibu dosen Prodi EP itu ke dalam buku ini, karena

kekurangan dan kelemahan kami. Kelemahan, kekurangan, dan bahkan kesalahan yang

masih ada, mohon disampaikan kepada kami untuk kami perbaiki. Terima kasih.

Surakarta, Januari 2019

Penyusun,

Yunastiti Purwaningsih

Vincent Hadi Wiyono

Malik Cahyadin

1

BAB I

TUGAS AKHIR MAHASISWA

A. PENDAHULUAN

Penulisan Tugas Akhir (Skripsi untuk S1, Tesis untuk S2, Disertasi untuk S3) di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UNS, merupakan karya akhir mahasiswa yang diwajibkan, bukan pilihan. Skripsi

digunakan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi. Sebagai karya akhir, Skripsi

merupakan pekerjaan ilmiah seorang mahasiswa. Untuk itu, proses penulisan Skripsi harus memenuhi

kaidah ilmiah, yaitu rasional dan faktual (logico empirico), ditulis secara sistematis dan obyektif dalam

menganalisis dan menyimpulkan hasil.

Tujuan pokok Skripsi adalah menjawab pertanyaan penelitian, baik teoritis (membuktikan

suatu teori) maupun empiris (menyelesaikan masalah konkrit). Dalam proses menjawab masalah

penelitian itu, mahasiswa harus menggunakan teori dan metode/cara yang dibenarkan secara ilmiah

agar kesimpulan yang dihasilkannya dapat diterima secara ilmiah.

Dalam rangka meningkatkan kualitas penelitian (Skripsi), mahasiswa diharapkan mampu

menemukan dan menganalisis adanya jurang penelitian (research gap). Jurang penelitian bisa

berbentuk teori yang dipilih, alat analisis, metode pengumpulan data, variabel yang dipilih maupun

definisi yang dipakai dalam penelitian sebelumnya. Kemampuan mahasiswa dalam menemukan jurang

(gap) ini merupakan titik awal bagi upaya peningkatan kualitas Skripsi di Program Studi Ekonomi

Pembangunan FEB UNS.

Sebagai gambaran, Tabel 1.1 menunjukkan perbedaan tuntutan kedalaman Karya Tulis

mahasiswa tingkat Bachelor (setingkat Diploma III di Indonesia), Master (Magister atau S2), dan

Doctor (S3) menurut Cooper (2006). Dari tabel 1.1 bisa dilihat bahwa tuntutan bagi mahasiswa dalam

menyelesaikan tingkatBachelor terletak pada kemampuan atau keterampilan dalam“Merumuskan

Masalah”, “Merumuskan Tujuan”, dan menyusun “Bibliografi”. Tersirat dari 3 (tiga) poin itu adalah

mahasiswa harus mampu menemukan jurang penelitian (research gap) untuk mampu merumuskan

masalah atau pertanyaan penelitian. Menurut Cooper (2006), mahasiswa Bachelor bisa menyelesaikan

Karya Tulisnya cukup dengan Studi Pustaka (lihat Seksi B), sedangkan telaah literatur (literature

review) baru diharuskan dalam tesis serta disertasi.

Tabel 1.1. Perbedaan Tugas Akhir, Tesis Master, dan Disertasi Doktor

Tipe Proposal Tugas

Akhir

Tesis

Master

Disertasi

Doktor

Ringkasan Eksekutif

Perumusan Masalah √ √ √

Tujuan Penelitian √ √ √

Tinjauan Pustaka √ √

Manfaat Studi √

Desain Penelitian √ √

Analisis Data √

2

Jenis dan Bentuk Hasil √ √

Kualifikasi Para Peneliti

Anggaran

Jadwal √

Fasilitas dan Sumber Daya

Khusus

√ √

Manajemen Proyek

Bibliografi √ √ √

Lampiran Daftar Istilah √ √

Instrumen Pengukuran √

Sumber: Cooper, 2006: 94.

Akan tetapi, Bachelor menurut Cooper itu sesungguhnya setara dengan Diploma III di

Indonesia, sehingga tiga (3) item dalam Tugas Akhir itu, secara substansial, berbeda dengan Skripsi.

Skripsi di Indonesia bisa disamakan dengan Karya Akhir Post Graduate Diploma1 (1 tahun sesudah

bachelor). Di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS umumnya dan di Program Studi Ekonomi

Pembangunan, pada khususnya, banyak menggunakan pemodelan, maka Telaah Literatur menjadi

wajib ada. Demikian juga desain riset (research design) menjadi wajib ada ketika mahasiswa harus

mengumpulkan data primer. Hal ini berhubungan dengan teknik menghitung besarnya sampel, teknik

memilih sampel, proses dan cara mengumpulkan data, serta teknik menganalisis data.

B. DESAIN PENULISAN SKRIPSI

Ada tiga desain yang bisa digunakan mahasiswa untuk menulis Skripsi, yaitu [1] Studi

Literatur/Pustaka, [2] Desain Survei, dan [3] Desain Kasus.

1. Studi Literatur/Pustaka

Menurut desain ini, mahasiswa menjelaskan pokok pikiran berdasarkan kajian mendalam atas

data dan referensi dari berbagai literatur/pustaka. Pemilihan referensi yang tepat merupakan hal yang

sangat penting. Mahasiswa wajib mengevaluasi berbagai pendapat yang dikemukakan dalam berbagai

literatur, tidak hanya mengutip begitu saja. Pendapat yang dikutip di dalam Skripsi harus dievaluasi

lebih dulu oleh mahasiswa secara obyektif (kelebihan dan kekurangannya). Oleh karena itu,

mahasiswa yang memilih desain ini harus mempunyai kemampuan untuk membaca secara evaluatif

terhadap semua literatur yang terkait dengan Skripsinya.

1 Post Graduate Diploma di negara-negara maju seperti Australia dipakai sebagai kualifikasi menuju pascasarjana

(tingkat magister maupun doctoral). Oleh karena itu Post Graduate Diploma sering disebut juga sebagai Diploma

Qualifying, sebagai seleksi masuk ke program Master atau Doktor.

3

2. Desain Survei

Menurut desain ini, mahasiswa menerapkan atau mengadopsi suatu teori, yang diturunkan ke

dalam konsep (disebut konseptualisasi), lalu dioperasionalisasikan secara empiris (disebut

operasionalisasi). Dua tipe desain survei bisa diterapkan, yaitu deskriptif dan eksplanatori. Desain

deskriptif bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh suatu konsep digunakan dalam dunia empiris.

Mahasiswa dapat menggunakan Statistik Deskriptif atau pun Inferensial sebagai alat analisis. Desain

eksplanatori bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya,

baik bersifat korelasional (bisa positif atau negatif), maupun komparatif (antara kelompok satu dengan

kelompok lain).

Desain eksplanatori yang bersifat mencari hubungan atau pun perbandingan menuntut

digunakannya alat uji yang tepat. Salah satu alat yang bisa digunakan untuk menguji hubungan adalah

Regresi atau Korelasi, sedangkan alat yang digunakan untuk analisis perbandingan adalah Uji Beda

Rata-rata atau Uji Proporsi. Dalam desain survei yang bersifat eksplanatori, mahasiswa harus mengkaji

model penelitian dan mengembangkan hipotesis. Model dan hipotesis ini diperoleh melalui

pembahasan berbagai penelitian sejenis yang relevan, yang telah dilakukan oleh orang lain. Hipotesis

penelitian dirumuskan dan dikembangkan berdasarkan penalaran dan kajian dari berbagai sumber

pustaka. Dalam memilih alat analisis untuk menguji hipotesis, mahasiswa harus mengetahui mengapa

alat itu yang dipilih, termasuk faktor-faktor yang menjadi syarat bagi alat uji yang akan digunakan.

3. Desain Kasus

Menurut desain ini, mahasiswa memilih suatu obyek/agensi (kelompok orang, lembaga,

wilayah) tertentu untuk dianalisis secara mendalam, dengan memokuskan perhatian pada satu

masalah. Permasalahan yang dianalisis dalam Skripsi tipe ini haruslah masalah yang benar-benar ada

di situ. Hal-hal pokok yang harus tercakup dalam desain kasus adalah [1] gambaran obyek/agensi yang

relevan dengan masalah penelitian, [2] perumusan masalah, [3] analisis masalah, [4] alternatif

penyelesaian masalah, dan [5] rekomendasi.

Gambaran obyek yang relevan dimaksudkan agar terdapat konsistensi antara masalah yang

dirumuskan dengan fakta yang dialami oleh obyek/agensi tertentu. Dalam perumusan masalah perlu

dibedakan antara gejala dengan masalah. Sebagai ilustrasi, apabila suatu negara mengalami gejala-

gejala: penurunan nilai mata uang, dan naiknya harga-harga barang, maka kemungkinan masalah yang

dihadapi oleh negara tersebut adalah melemahnya kesehatan industri dalam negeri.

C. LEVEL DAN MANFAAT PENELITIAN

Mahasiswa harus mengetahui dan memahami masalah/kesulitan yang dihadapi oleh suatu

obyek/agensi, sebab-sebab terjadinya masalah, dan mencari alternatif penyelesaian masalah melalui

kajian berbagai model teoritis dan memilih salah satu yang dianggap paling tepat. Manfaat Skripsi

mahasiswa diarahkan untuk kepentingan akademis dan praktis, dirumuskan secara spesifik dan

operasional. Manfaat akademis paling tidak mampu memberikan saran terhadap peneliti selanjutnya

(disebut Implikasi Metodologis), apabila mereka akan meneliti topik yang sama (kebaruan yang belum

dikaji dalam Skripsi yang telah dilakukan). Selanjutnya manfaat praktis (disebut Implikasi Teknis)

minimal dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh obyek/agensi penelitian.

D. MATERI SKRIPSI PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

Materi/tema Skripsi untuk Program Studi Ekonomi Pembangunan meliputi 4 konsentrasi:

4

1. Moneter dan Internasional,

2. Perencanaan Pembangunan,

3. Ekonomi dan Bisnis, dan

4. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kelembagaan.

Semua materi/tema tersebut dilandasi teori yang relevan, seperti Teori Ekonomi Mikro dan

Makro, dengan menggunakan alat analisis kuantitatif maupun kualitatif. Berbagai alat analisis

kuantitatif yang bisa dipakai adalah Statistika, Ekonometrika, Evaluasi Proyek, perluasan dari

Matematika, terutama pada model optimasi dengan kendala seperti Model Teori Permainan (Game

Theory), AHP, GTAP, DEA, CGE, dan sebagainya.

Sedangkan alat atau model analisis kualitatif yang bisa diikuti bisa mengacu kepada Marshall

& Grossman (1989), yaitu [1] mendiskripsikan sejarah kehidupan para partisipan dan atau narasumber,

[2] menyajikan informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dan pengamatan partisipatif, [3]

menghubungkan praktik dengan teori, [4] menggunakan teori untuk menjelaskan data, [5]

membangun teori berdasarkan data yang dikumpulkan, dan, tentu saja [6] kombinasi antara [1] sampai

dengan [5] itu.

E. KEWAJIBAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia tanggal 27 Januari 2012 Nomor 152/E/T/2012 tentang Publikasi Karya Ilmiah

menyebutkan bahwa Skripsi Mahasiswa Program Sarjana terhitung mulai kelulusan setelah Agustus

2012 harus diterbitkan pada Jurnal Ilmiah. Konsekuensi dari Surat Edaran tersebut, proses

pembimbingan Skripsi di Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS

juga perlu membahas/menyiapkan naskah atau artikel publikasi karya ilmiah. Terkait dengan itu,

pedoman penulisan naskah publikasi karya ilmiah mahasiswa diatur dalam Bab 6 Buku Pedoman ini.

5

BAB II

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENULISAN SKRIPSI

A. PENGERTIAN

Peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor 582/UN27/HK/2016 tentang Penyelenggaraan

dan Pengelolaan Pendidikan Program Sarjana, menyebutkan bahwa:

“Skripsi atau tugas akhir adalah karya ilmiah yang dihasilkan oleh mahasiswa melalui proses

pembimbingan oleh dosen pembimbing dengan menggunakan kaidah dan norma penulisan

karya ilmiah berdasar hasil kajian lapangan, laboratorium, pustaka, dan kajian lain yang sesuai

dengan bidang keilmuannya, sebagai persyaratan akhir untuk memperoleh gelar sarjana.”

B. PERSYARATAN

1. Terdaftar sebagai mahasiswa dalam tahun akademik yang bersangkutan.

2. Telah menempuh studi minimal 100 SKS.

3. Lulus mata kuliah Metodologi Penelitian (minimal C).

4. Mencantumkan Skripsi dalam Kartu Rencana Studi.

5. Di akhir semester 6 mengajukan Praproposal (outline) rencana skripsi ke Program Studi

(selanjutnya disingkat Prodi) untuk mendapatkan pembimbing.

6. Mengikuti mata kuliah Seminar Konsentrasi yang sesuai dengan outline (topik) skripsi

(sistematika outline dapat dilihat dalam lampiran).

C. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Mahasiswa menyerahkan praproposal atau outline penelitian ke Prodi. Sistematika praproposal

atau outline dapat dilihat pada lampiran 1.

2. Prodi akan menunjuk dosen pembimbing yang sesuai dengan topik penelitian skripsi

mahasiswa.

3. Mahasiswa mengambil buku catatan konsultasi skripsi di Prodi. Hasil konsultasi dari setiap

tahap bimbingan, wajib ditulis di buku catatan dan ditandatangani pembimbing.

4. Mahasiswa menemui dosen pembimbing yang sudah ditentukan oleh Prodi dengan membawa

surat penunjukan pembimbingan dan buku catatan.

5. Mahasiswa wajib membuat proposal terlebih dahulu di awal konsultasi dengan pembimbing

skripsi.

6. Jangka waktu penyusunan skripsi maksimal 12 bulan.

7. Jika sampai 6 bulan pertama belum menunjukkan kemajuan yang berarti dalam penulisan

skripsi, maka komisi skripsi/kaprodi wajib:

a. Melakukan pemanggilan kepada mahasiwa yang bersangkutan untuk mengetahui dan

membantu masalah yang dihadapi, termasuk kemungkinan penggantian dosen

pembimbing.

b. Meminta laporan tertulis kepada mahasiswa dan/atau dosen pembimbing, penambahan

waktu penyelesaian penulisan skripsi disertai dengan surat pernyataan dan/atau

penggantian dosen pembimbing.

8. Mahasiswa wajib memilih atau menentukan jurnal yang akan dituju untuk publikasi artikel

ilmiah yang disarikan dari skripsi.

6

9. Setelah selesai menulis skripsi dan disetujui pembimbing, mahasiswa wajib melaksanakan ujian

skripsi, dengan melampirkan Hasil Uji Turnitin yang sudah disetujui oleh dosen pembimbing

skripsi.

10. Merevisi draf skripsi sesuai dengan saran dari tim penguji, dikonsultasikan kepada tim penguji

sampai mendapat persetujuan.

11. Bagi mahasiswa yang dapat memublikasikan artikel dalam jurnal nasional terakreditasi atau

jurnal internasional terindeks sebagai penulis pertama, dibebaskan dari ujian skripsi dengan

nilai 4,00 (A).

12. Menyerahkan skripsi yang sudah disetujui oleh tim penguji kepada Pembimbing, Prodi dan

Perpustakaan dalam bentuk CD yang berisi soft copy dalam bentuk file PDF.

11. Bagi yang belum memublikasikan artikel dalam jurnal ilmiah, wajib menyerahkan draf artikel

dalam bentuk softfile dalam format PDF dan Word, bersamaan dengan skripsi seperti tersebut

nomor 10.

D. PEMBIMBING

1. Dalam proses penyusunan skripsi, mahasiswa dibimbing oleh satu orang pembimbing yang

ditunjuk oleh Kepala Prodi.

2. Pembimbing skripsi adalah tenaga pengajar tetap di Prodi EP FEB UNS.

3. Tugas pembimbing adalah membantu mahasiswa dalam menyelesaikan penulisan skripsi

secara keseluruhan dan bertanggungjawab sampai mahasiswa dapat dinyatakan lulus dalam

ujian skripsi.

E. PELAKSANAAN UJIAN

1. Persyaratan:

a. Telah memenuhi persyaratan akademik dan administrasi.

b. Mengajukan usulan ujian skripsi ke Prodi dan menyerahkan draf skripsi dan artikel (bagi

yang belum memublikasikan artikel dalam jurnal ilmiah) yang sudah disetujui dosen

pembimbing sebanyak 3 eksemplar.

c. Apabila salah satu dari tim pembimbing berhalangan hadir, maka waktu ujian disesuaikan

dengan jadual baru.

d. Apabila penguji berhalangan hadir, dapat diganti oleh penguji lain yang ditunjuk oleh

Kepala Prodi.

2. Waktu Pelaksanaan:

a. Waktu pelaksanaan ujian adalah 1‐2 jam

b. Susunan acara ujian:

1) Pembukaan oleh Ketua Penguji: 5 menit

2) Paparan Mahasiswa: 15 menit (maksimal)

3) Tanya jawab tiap penguji dengan mahasiswa: @ 20 menit

4) Istirahat (mahasiswa meningggalkan ruangan): 5 menit

5) Kesimpulan dan penutup (oleh Ketua Penguji): 5 menit

F. PENILAIAN

Skripsi yang ditulis mahasiswa akan diberi penilaian pada saat ujian skripsi. Aspek yang dinilai

meliputi aspek kualitas (isi, teknis, relevansi dan kontribusi), aspek presentasi atau penampilan

waktu ujian dan aspek penunjang. Penilaian skripsi secara rinci ditunjukkan dalam Tabel 2.1.

7

Tabel 2.1 Format/Formulir Penilaian Skripsi

No Aspek Penilaian Nilai

Standar 100 No Uraian

I Kualitas 1 Bahasa, ketepatan dan kejelasan

redaksi

2 Sistematika dan format tulisan

3 Keluasan dan kedalaman materi2

4 Metodologi

5 Kontribusi Penelitian

6 Keaslian

II Presentasi/

Penampilan

Ujian

7 Kelancaran presentasi

8 Sikap ilmiah dalam kemampuan

berdiskusi/beragumnetasi

2 Analisis hasil penelitian masuk dalam item penilaian ini. Karena, mahasiswa dituntut untuk menguasai kemampuan

menganalisis hasil data penelitian sehingga kemampuannya untuk mengaitkan antara hasil estimasi dengan

literature dapat diukur.

8

9 Penguasaan materi (teori dan

empiris)

III Penunjang* 10 Aktivitas konsultasi, ketepatan

waktu penyelesaian tugas,

kerapian penampilan dan

kreativitas

Jumlah Nilai

Nilai Akhir (rata-rata)

Keterangan: *butir penilaian nomor 10, hanya dinilai oleh dosen pembimbing skripsi.

9

G. PLAGIASI

1. Pengertian

Plagiasi adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja menggunakan karya (ide) orang lain

tanpa menyebut sumber secara tepat dan memadai. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional No.17 Tahun 2010 mengenai Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan

Tinggi, perbuatan plagiat meliputi:

a. Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi

dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa

menyebutkan sumber secara memadai.

b. Mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau

informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau

tanpa menyebutkan sumber secara memadai.

c. Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber

secara memadai.

d. Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata-kata dan/atau

kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara

memadai.

e. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak

lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai.

2. Sanksi Plagiasi

Sanksi bagi mahasiswa yang terbukti melakukan plagiasi dalam penulisan skripsi adalah

pembatalan ijasah3 apabila mahasiswa telah lulus dari program.

3 Usulan pembatalan ijazah diajukan oleh Kaprodi EP kepada Rektor UNS dengan mengetahui Dekan FEB UNS.

10

BAB III

SISTEMATIKA PROPOSAL SKRIPSI

Tahap awal dari kegiatan penelitian (skripsi) adalah menyusun usulan penelitian atau proposal.

Proposal adalah usulan secara tertulis suatu kegiatan penelitian dari calon peneliti (mahasiswa) yang

ditujukan kepada calon dosen pembimbing, untuk mendapat persetujuan. Dalam proses penyusunan

proposal, peneliti (mahasiswa) harus dapat memanfaatkan pengalaman dan pengetahuannya, banyak

membaca, mempelajari teori dan hasil penelitian yang sudah ada, yang relevan dengan masalah

penelitian yang diajukan.

Suatu proposal tidak ada ketentuan mengenai jumlah halamannya. Namun demikian, yang

perlu diperhatikan adalah bahwa substansi proposal harus merupakan pemikiran yang lengkap, rinci

dan jelas. Proposal skripsi terdiri dari bagian awal, tengah dan akhir.

A. BAGIAN AWAL

Bagian awal proposal terdiri dari item-item sebagai berikut:

1. Halaman sampul

Memuat judul skripsi, maksud penyusunan skripsi, logo (UNS), nama dan nomor induk mahasiswa,

nama fakultas dan program studi, tahun pembuatan proposal.

Judul penelitian hendaknya dinyatakan secara singkat dan jelas, menunjukkan dengan tepat

masalah yang diteliti.

2. Halaman judul

Memuat hal-hal yang sama dengan halaman sampul.

3. Halaman persetujuan pembimbing

Memuat judul proposal skripsi, nama dan nomor induk mahasiswa, pernyataan persetujuan dari

dosen pembimbing (tanda tangan, nama terang, dan NIP).

B. BAGIAN TENGAH

Bagian tengah proposal terdiri dari:

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN PENELITIAN

D. MANFAAT PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORITIS

B. KAJIAN EMPIRIS

11

C. KERANGKA PEMIKIRAN

D. HIPOTESIS4

III. METODE PENELITIAN

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN

B. TEKNIK PENARIKAN SAMPEL (bila diperlukan, terutama data primer)

C. JENIS DAN SUMBER DATA

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA (bila diperlukan, terutama data primer)

E. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL5

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Berikut adalah diskripsi dari masing-masing item:

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Uraian dalam latar belakang masalah harus dapat menjawab mengapa tema penelitian

tersebut perlu dilakukan dan suatu wilayah tertentu dipilih menjadi lokasi penelitian.

Keduanya perlu diuraikan secara jelas menurut logika teoritis (disebut relevansi teoritis)

yang didukung oleh data (disebut relevansi empiris) dan berbagai temuan dalam penelitian

sebelumnya. Hal ini mengingat bahwa setiap penelitian yang diajukan mempunyai latar

belakang masalah yang diduga atau masalah aktual yang nyata-nyata memerlukan

solusi/penyelesaian. Kejelasan dalam latar belakang akan memudahkan perumusan masalah.

B. PERUMUSAN MASALAH

Merumuskan masalah yang akan diselesaikan melalui penelitian. Untuk menambah

ketajamannya, masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk deklaratif atau kalimat

pertanyaan yang tegas dan jelas.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian menguraikan maksud dari kegiatan penelitian. Ia harus sinkron/relevan

dan konsisten dengan rumusan masalah penelitian.

4 Hipotesa diperlukan hanya pada penelitian dengan desain survei dan studi kasus.

5 Definisi operasional variabel dijelaskan pada penelitian dengan desain survei dan studi kasus.

12

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian menguraikan guna atau manfaat dari hasil penelitian, baik secara teoritis,

empiris, dan perumusan kebijakan. Manfaat teoritis menjelaskan menfaat penelitian dalam

pengujian/pembuktian/pengembangan teori yang digunakan. Manfaat empiris menjelaskan

manfaat penelitian untuk menemukan solusi atas permasalahan penelitian. Manfaat

perumusan kebijakan menjelaskan kontribusi penelitian terhadap perumusan kebijakan

ekonomi publik.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORITIS

Menguraikan landasan teori yang relevan dengan masalah dan rencana model analisis yang

akan digunakan. Penyajiannya dapat berbentuk uraian kualitatif, model matematis atau

persamaan yang langsung berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Kajian teori sangat

penting di dalam penelitian. Ia digunakan sebagai tuntunan untuk menyelesaikan masalah

penelitian, dan merumuskan hipotesis.

Kajian teori harus kontekstual, dalam arti konseptualisasi dan operasionalisasinya

perlu mempertimbangkan kondisi subyek yang diteliti, yang bisa jadi memiliki perbedaan

kondisi dengan keadaan yang diasumsikan oleh teori yang diadopsi. Misalnya, Teori

Produksi Neoklasik diadopsi untuk menganalisis tentang Pedagang Kaki Lima (PKL) di

Indonesia. Pertanyaannya adalah apakah PKL memiliki perilaku yang sesuai dengan asumsi

dalam teori ekonomi Neoklasik yang mementingkan diri sendiri (self interested) dan

rasional?

B. KAJIAN EMPIRIS

Menguraikan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai masalah yang

sama dan menjadi rujukan penelitian yang sedang dilakukan. Penyajiannya berbentuk

narasi kritis peneliti (mahasiswa) tentang plus dan minus terhadap setiap hasil penelitian

yang direview, bukan meringkasnya dalam bentuk table yang abstrak. Muara dari seksi ini

hendaknya menunjukkan bahwa permasalahan yang akan diteliti belum terjawab atau

belum terpecahkan (sehingga layak untuk diteliti), serta fakta yang dikemukakan sejauh

mungkin diambil dari sumber aslinya. Uraian tentang kajian empiris ini sangat penting

untuk menghindari duplikasi penelitian dan risiko plagiasi.

C. KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran menggambarkan isi penelitian secara keseluruhan, yang memuat

pokok-pokok unsur penelitian dan tata hubungan antar pokok-poko tersebut dan

dinyatakan dalam bentuk skema sederhana tetapi utuh dan jelas. Penyajian kerangka

pemikiran bisa disajikan dalam dua bentuk:

1. Diskripsi tentang skema konseptual penelitian, lalu dibuat skemanya, atau

13

2. Skema konseptual penelitian diikuti oleh diskripsinya.6

D. HIPOTESIS

Hipotesis bersifat tentatif, tergantung masalah yang diteliti. Apabila penelitian bersifat

eksploratif atau deskriptif, maka hipotesis tidak perlu disusun. Bila penelitian bersifat

eksplanasi, maka hipotesis harus dicantumkan. Hipotesis mengemukakan pernyataan

singkat yang disimpulkan dari tinjauan pustaka (kajian teori dan atau kajian empiris) serta

kerangka konseptual. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah yang dihadapi

dan akan dibuktikan kebenarannya. Hipotesis menjelaskan keterkaitan/ pengaruh

antarvariabel dan signifikansi statistiknya, ditulis dalam bentuk kalimat pasif.

III. METODE PENELITIAN

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Menguraikan ruang lingkup atau cakupan atau batas penelitian yang dilakukan,

mengingat masing-masing metode penelitian mempunyai batas-batas penarikan

kesimpulan yang berbeda. Penelitian dengan metode sensus, akan meneliti seluruh

populasi. Penelitian dengan metode survei, akan menganalisis sampel yang

kesimpulannya berlaku untuk populasi. Penelitian dengan metode studi kasus, yaitu

meneliti suatu kasus dan kesimpulannya berlaku hanya untuk kasusnya, dan tidak berlaku

untuk lingkup di luar kasus.Ruang lingkup penelitian ini juga menguraikan unit analisis

dari penelitian.

B. TEKNIK PENARIKAN SAMPEL

Teknik penarikan sampel diperlukan apabila penelitian menggunakan metode survei. Seksi

ini diawali dengan mengemukakan populasi dan deskripsi karakteristiknya, kemudian

diikuti dengan teknik menarik sampel beserta alasan menggunakan teknik itu. Besar

sampel yang dipilih seyogyanya menggunakan rumus sampling tertentu (yang tepat).

C. JENIS DAN SUMBER DATA

Menguraikan jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Menguraikan teknik dan alat yang digunakan dalam mengumpulkan data. Paparan ini ada

untuk penelitian yang menggunakan data primer.

6 Pada penelitian desain survei eksplanatori pada umumnya skema dalam kerangka pemikiran memuat variabel bebas

dan terikat. Untuk membantu mengarahkan mahasiswa memilih variabel sesuai dengan teori dan kajian empiris,

maka dalam skema perlu juga dituliskan literatur yang menjadi pendukung pemilihan variabel tersebut.

14

E. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Menguraikan tentang pengertian, pengukuran dan satuan semua variabel yang digunakan

dalam penelitian. Seksi ini hanya relevan untuk penelitian dengan desain survei dan studi

kasus.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Menguraikan alat analisis/model yang digunakan dalam penelitian, baik untuk

mendeskripsikan variabel yang diteliti maupun untuk membuktikan hipotesis (untuk

desain survei dan studi kasus). Seksi ini juga menguraikan pembentukan model analisis

data, baik kuantitatif atau pun kualitatif, dan alasan pemilihannya.

C. BAGIAN AKHIR

DAFTAR PUSTAKA

Menuliskan semua pustaka yang digunakan dalam penulisan proposal. Pustaka yang ditulis

dalam daftar pustaka adalah pustaka yang digunakan sebagai daftar rujukan yang disebut dalam

teks. Pustaka yang tidak dirujuk, tidak boleh ditulis dalam daftar pustaka. Penulisan daftar

pustaka dengan format baku, merujuk pada Bab V bagian H (Daftar Pustaka).

15

BAB IV

SISTEMATIKA SKRIPSI

Skripsi terdiri dari tiga bagian, yaitu: bagian awal, tengah, dan akhir. Isi masing-masing bagian

diurai di bawah ini.

A. BAGIAN AWAL

Bagian awal skripsi terdiri dari item-item sebagai berikut:

1. Halaman Sampul

Memuat judul skripsi, maksud penyusunan skripsi, logo (UNS), nama dan nomor induk

mahasiswa, nama fakultas dan program studi, tahun penyelesaian skripsi.

2. Halaman Judul

Memuat hal-hal yang sama dengan halaman sampul.

3. Halaman Persetujuan Pembimbing

Memuat judul, nama dan nomor induk mahasiswa, pernyataan persetujuan dari dosen

pembimbing (tanda tangan, nama terang, dan NIP).

4. Halaman Pengesahan Tim Penguji

Memuat judul, nama dan nomor induk mahasiswa, pernyataan persetujuan tim penguji,

tanggal persetujuan, tanda tangan dan nama terang, serta NIP dosen penguji. Lembar ini

disyahkan oleh ketua program studi (tanda tangan, nama terang, dan NIP).

5. Halaman Pernyataan

Memuat pernyataan bahwa skripsi yang dibuat merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan.

Pernyataan ditandatangani di atas materai 6000 rupiah.

6. Halaman Persembahan (bila ada)

Memuat persembahan yang berupa kata hati, utamanya hasrat pengabdian yang hendak

disampaikan oleh penulis, ditulis dalam kalimat yang pendek.

7. Halaman Motto (bila ada)

Memuat motto atau semboyan yang merupakan pandangan hidup penulis, ditulis dalam

kalimat yang pendek.

8. Halaman Abstrak

Memuat uraian ringkas meliputi tujuan penelitian, data dan metode, hasil analisis dan saran.

Abstrak dilengkapi dengan 3 atau 4 kata kunci. Uraian dalam abstrak menggunakan jumlah

kata sebanyak 300 dengan spasi 1. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Abstrak dalam bahasa Indonesia diketik tegak, dan abstrak dalam bahasa Inggris diketik miring

(italic). Jarak antara judul ABSTRAK dengan kalimat sebanyak 1 spasi (1 kali enter).

9. Halaman Kata Pengantar

16

Memuat uraian yang mengantarkan para pembaca (kalangan akademis) pada masalah

penelitian, kendala dan kekhususan yang ada, dilanjutkan dengan ucapan terimakasih kepada

pihak-pihak yang membantu dalam rangka penyusunan skripsi. Kata pengantar diketik dengan

satu setengah spasi, panjang kata pengantar maksimal dua halaman.

10. Halaman Daftar Isi

Memuat daftar isi dari skripsi, berupa garis besar kerangka penulisan skripsi dengan

menunjukkan judul bab dan subbab beserta nomor halamannya. Daftar isi diketik dengan satu

spasi.

11. Halaman Daftar Tabel

Memuat daftar dari semua tabel yang ada dalam bagian tengah skripsi, didaftar secara urut

berdasarkan bab demi bab yang memuat tabel. Menunjukkan nomor dan judul tabel beserta

nomor halamannya. Daftar tabel diketik dengan satu spasi.

12. Halaman Daftar Gambar

Memuat daftar dari semua gambar yang ada dalam bagian tengah skripsi, didaftar secara urut

berdasarkan bab demi bab yang memuat gambar. Menunjukkan nomor dan judul gambar

beserta nomor halamannya. Daftar gambar diketik dengan satu spasi.

13. Halaman Daftar Lampiran

Memuat daftar dari semua lampiran yang digunakan dalam penulisan skripsi, seperti kuesioner,

peta, data penelitian, computer print out hasil analisis, dan lain-lain sebagai penunjang

skripsi.Daftar lampiran diketik dengan satu spasi.

B. BAGIAN TENGAH

Bagian tengah skripsiterdiri dari bab dan subbab sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

B. PERUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN PENELITIAN

D. MANFAAT PENELITIAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORITIS

B. KAJIAN EMPIRIS

C. HIPOTESIS

BAB III. METODE PENELITIAN

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN

17

B. TEKNIK PENARIKAN SAMPEL (bila diperlukan, terutama data primer)

C. JENIS DAN SUMBER DATA

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA (bila diperlukan, terutama data primer)

E. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

F. TEKNIK ANALISIS DATA

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM OBYEK/DAERAH PENELITIAN

B. ANALISIS DESKRIPTIF

C. HASIL ANALISIS (untuk analisis kualitatif) ATAU HASIL UJI HIPOTESIS (untuk analisis

kuantitatif)

D. PEMBAHASAN

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

B. IMPLIKASI/SARAN

Uraian rinci masing-masing subbab dari Bab I, II dan III dapat dilihat kembali pada Sistematika

Proposal Skripsi yang telah ditulis dalam Bab III. Garis besar isi subbab dari Bab IV dan Bab V,

diuraikan di bawah ini.

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM OBYEK/DAERAH PENELITIAN

Uraian dalam subbab ini berisi gambaran umum obyek atau daerah penelitian.

B. ANALISIS DESKRIPTIF

Uraian dalam subbab ini berisi karakteristik responden dan atau data penelitian. Uraian

deskripsi dapat menggunakan alat analisis statistik deskriptif, disajikan dalam bentuk teks dan

dilengkapi dengan tabel, grafik, gambar atau foto.

C. HASIL ANALISIS atau HASIL UJI HIPOTESIS

Uraian dalam subbab ini meliputi hasil analisis data dengan menggunakan alat analisis yang

telah dipilih. Uraian dalam bentuk teks, dilengkapi dengan tabel, grafik, gambar atau foto.

D. PEMBAHASAN

Uraian dalam subbab ini adalah pembahasan atau intepretasi ekonomi hasil analisis data.

Argumentasi yang diuraikan dapat diperkuat dengan teori dan atau hasil penelitian terdahulu.

BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI/SARAN

18

A. KESIMPULAN

Menulis kesimpulan dari hasil penelitian, yang intinya adalah menjawab permasalahan dan

tujuan penelitian, atau menyimpulkan pembuktian singkat kebenaran hipotesis.

B. IMPLIKASI/SARAN

Menulis Implikasi/Saran yang ditujukan untuk pihak lain seperti pengambil keputusan

(disebut Implikasi Kebijakan) atau peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan

(disebut Implikasi Metodologis). Implikasi/Saran harus berdasar pada kesimpulan dari hasil

penelitian, yang berisipembuatan kebijakan (Implikasi Kebijakan), tindakan praktis (Implikasi

Praktis/Teknis), penelitian lanjutan (Implikasi Metodologis) atau pengembangan teoritis

(Implikasi Teoritis).

C. BAGIAN AKHIR

Bagian akhir skripsiterdiri dari:

1. Daftar Pustaka

Menuliskan semua pustaka yang digunakan dalam penulisan skripsi. Pustaka yang ditulis

dalam daftar pustaka adalah pustaka yang digunakan sebagai daftar rujukan yang disebut dalam

teks. Pustaka yang tidak dirujuk, tidak boleh ditulis dalam daftar pustaka. Penulisan daftar

pustaka dengan format baku.

2. Lampiran

Memuat semua lampiran yang digunakan untuk melengkapi uraian yang disajikan dalam

bagian tengah skripsi. Lampiran dapat berupa kuesioner, peta, data penelitian, computer print

out hasil analisis, dan lain-lain sebagai penunjang skripsi.

19

BAB V

TEKNIK PENULISAN

A. BAHAN KERTAS, UKURAN DAN JUMLAH LAPORAN

1. Jenis kertas yang digunakan untuk menyusun skripsi adalah HVS berwarna putih ukuran

kuarto dengan berat 80 gram.

2. Kertas pada sampul skripsiadalah kertas asturo 20 dan sejenisnya, dengan warna hijau tua dan

dijilid hard cover. Setiap bab dibatasi kertas warna hijau muda berlogo UNS. Tulisan judul dan

lain‐lain yang tertera di dalam cover dicetak dalam warna emas. Format cover dapat dilihat

pada lampiran 1.

3. Skripsi dikumpulkan dalam bentuk hard copy dan CD, baik naskah skripsi secara utuh maupun

draf artikel (bagi yang belum memublikasikan artikel dalam jurnal ilmiah). Skripsi digandakan

sebanyak yang diperlukan, dengan peruntukan sebagai berikut:

a. Pembimbing utama (apabila meminta) : 1 eksemplar

b. Peneliti/Mahasiswa : 1 eksemplar

Catatan: CD skripsi berisi file skripsi (bentuk pdf) dan draft artikel (bentuk pdf dan word)

B. PENGETIKAN DAN PENULISAN

1. Pengaturan ruang ketikan menggunakan margin kiri dan atas adalah 4 cm, margin kanan dan

bawah adalah 3 cm.

2. Tipe huruf yang digunakan adalah Times New Roman dengan font 12 pt, dengan tinta warna

hitam.

3. Spasi yang digunakan adalah dua spasi untuk teks, kecuali abstrak (diketik dengan satu spasi),

kutipan langsung panjang (diketik dengan satu spasi), daftar pustaka (diketik dengan satu spasi

untuk setiap pustaka dan dua spasi untuk jarak pustaka satu dengan lainya).

4. Indensi atau sela ketukan huruf untuk alinea dalam teks menggunakan 5 indensi atau 5 sela

ketukan huruf.

5. Nomor halaman untuk teks diletakkan di sebelah kanan atas atau margin kanan atas (header),

dengan menggunakan angka arab (1,2,3, dan seterusnya). Pada halaman yang memuat judul

bab, tidak diberi nomor halaman, namun tetap diperhitungkan pernomorannya. Pada bagian

awal skripsi,nomor halaman diketik di tengah bawah atau di tengah margin bawah, dengan

menggunakan angka romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya). Halaman judul tidak diberi nomor

halaman namun tetap diperhitungkan penomorannya.

6. Skripsi ditulis dengan ejaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (untuk abstrak) yang baku,

baik dan benar.

7. Kata asing (bukan bahasa Indonesia) yang ditulis dalam teks, diketik dengan cetak miring

(italic).

8. Tiap persamaan atau rumus matematik, statistik dan lain‐lain diberi nomor dengan angka arab

dengan urutan sampai akhir bab (2.1, 3.1, ... dan seterusnya) yang diketik di antara dua kurung

pada posisi tepi kanan sejajar dengan penulisan rumus atau persamaan tersebut.

Contoh : Y = a + bX1 + cX2 (3.1)

20

Angka 3 menunjukkan nomor bab dan angka 1 menunjukkan nomor urut dalam bab tersebut.

9. Penulisan bilangan dan satuan diatur sebagai berikut:

a. Bilangan yang dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf (seperti: lima

persen, tiga belas kali), kecuali dipakai secara berurutan seperti dalam rincian pemaparan.

b. Kalimat yang dimulai dengan bilangan, maka bilangan tersebut ditulis dalam bentuk huruf

(seperti: dua kabupaten)

c. Satuan ukuran yang tidak didahului dengan bilangan, harus ditulis utuh.

d. Bilangan yang menunjukkan bilangan bulat yang besar, dapat dieja sebagian (misalnya Rp

10 juta).

21

C. PENOMORAN

Penomoran untuk bab dan bagian-bagiannya menggunakan sistem Angka - Abjad (Numerical –

Alphabetical System), seperti contoh berikut (Tabel 5.1).

Tabel 5.1. Tata Tulis Penomoran

Bab dan bagian-bagiannya Penomoran

BAB I

ANAK BAB A

Seksi 1

Anak Seksi a

Pasal 1)

Anak Pasal a)

Ayat (1)

Anak Ayat (a)

Contoh:

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORITIS

1. Sains dan Riset

a. Alternatif Bagi Riset Sosial

1). Otoritas

2). Tradisi

3). Logika Umum

4). Mitos Media

5). Pengalaman Pribadi

a). Generalisasi Berlebih

b). Pengamatan Selektif

c). Terlalu Cepat Berhenti

d). Efek Halo

D. PENULISAN JUDUL DAN SUBJUDUL

1. Judul bab, termasuk tulisan abstrak, daftar isi, daftar tabel dan lain‐lain, diketik dengan huruf

kapital besar dan diketik tebal (bold) dengan font 14 pt. Tulisan bab, nomor dan judulnya

22

diketik di tengah halaman (center) dengan spasi dua (sama dengan spasi dalam teks),

maksimal tiga baris. Nomor bab ditulis dengan angka romawi.

2. Subjudul diketik dengan huruf capital kecil, mulai dari batas tepi kiri pada setiap tingkatannya.

Setiap kata dimulai dengan huruf kapital besar, kecuali kata penghubung dan kata depan, dan

tidak diakhiri dengan titik, serta diketik tebal (bold).

3. Sub‐subjudul/bagian anak bab, diketik tebal (bold) dan diawali dengan huruf kapital pada

setiap kata, kecuali kata penghubung dan kata depan, serta tidak diakhiri dengan titik. Diketik

mulai dari batas tepi kiri pada tingkatannya.

E. KUTIPAN DAN SUMBER KUTIPAN

1. Jenis Kutipan dan Penulisannya

Terdapat tiga jenis kutipan dan perbedaan dalam menuliskan kutipan, sebagai berikut:

a. Kutipan langsung pendek

Kutipan langsung pendek adalah kutipan yang sama persis dengan sumber aslinya, yang

panjangnya tidak melebihi tiga baris ketikan. Penulisannya dijalin dalam teks dengan

memberi tanda petik di antara bahan yang dikutip. Contoh beserta sumber kutipannya:

---------- “Dalam menulis laporan penelitian, hendaknya menggunakan tata bahasa, ejaan

dan tanda kalimat yang baku, sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang benar”

(Suparmoko, 1987: 90). ----------------------------------

b. Kutipan langsung panjang

Kutipan langsung panjang adalah kutipan yang sama persis dengan sumber aslinya, yang

panjangnya melebihi tiga baris ketikan. Penulisannya ditempatkan pada alinea baru yang

berdiri sendiri, diketik dengan spasi satu.

Contoh beserta sumbernya:

Paper yang ditulis Anne O Krueger pada tahun 1974 tidak tampak mengindikasikan

adanya motivasi penulis untuk menanggapi atau mengembangkan tulisan Tullock (1967),

meskipun secara implisit melakukannya. Dalam alinea pertama artikelnya, Krueger (1974:

291)menulis:

In many market-oriented economies, government restrictions upon economic activity

are pervasive facts of life. These restrictions give rise to rents in a variety of forms, and

people often compete for the rents. Sometimes such competition is perfectly legal. In

other instances, rent seeking takes other forms, such as bribery, corruption, smuggling

and black markets.

Catatan: cetak miring mengacu kepada bahasa asingnya, bukan kepada kutipannya.

c. Kutipan tidak langsung

23

Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan sumber aslinya.

Penulisanya dijalin dalam teks, tanpa tanda petik. Contoh:

Salah satu jenis modal sosial kognitif adalah kepercayaan (trust), yang oleh Putnam

(2000) dan diamini oleh Warren (2008), dibedakan menjadi dua, yaitu generalized trust dan

particularized trust. Generalized trust adalah jenis kepercayaan yang diberikan kepada orang

yang dipercayai oleh orang yang memercayai tanpa memerhitungkan risiko yang mungkin

timbul akibat tindakan itu. Sedangkan, particularized trust adalah kepercayaan yang

diberikan oleh pemberi kepada penerima. Apabila si A memercayakan sesuatu kepada si B,

maka si A berharap si B menjaga dan mempertahankan sesuatu yang dipercayakan itu. Tinggi

rendahnya tingkat kepercayaan ini menentukan tinggi rendahnya keeratan hubungan antara

kedua pihak itu. Keeratan hubungan ini oleh Putnam (2000) disebut sebagai bonding social

capital, dan oleh Nan Lin (2001) disebut sebagai strong ties (ikatan kuat).

2. Penulisan Sumber Kutipan

Menulis sumber kutipan berarti menuliskan pengarang atau lembaga yang telah

memublikasikan konsep, teori, data dan informasi lain, yang dipakai sebagai rujukan.

Penulisan sumber kutipan diatur sebagai berikut:

a. Penyebutan nama pengarang mengikuti sistem nama internasional (international naming

system), yaitu nama terakhir.

b. Menyebut langsung suatu referensi, tulis nama, diikuti tahun terbit di dalam kurung,

seperti Wiyono (2015).

c. Menyebut tidak langsung suatu referensi, tulis nama dan tahun terbit, keduanya di dalam

kurung, seperti (Rahayu, 2010).

d. Menyebut halaman atau bab khusus dari suatu referensi, tulis di dalam kurung nama tahun

terbit: halaman atau nama, tahun terbit: Bab), seperti (Todaro 2012: 15-20. atau Todaro

2012: Bab 2).

e. Untuk dua pengarang, tulis komplit seterusnya, seperti Hakim & Cahyadin (2012) atau

(Hakim &Cahyadin 2010).

f. Untuk tiga pengarang atau lebih, tulis nama pertama diikuti dengan dkk (untuk naskah

bahasa Indonesia) atau et al (untuk naskah bahasa Inggris/asing lain) dan tahun terbit mulai

sejak penyebutan pertama, seperti Mulyaningsih dkk (2016) atau Mulyaningsih et al

(2016).

g. Menyebut beberapa referensi dari pengarang yang sama dengan tahun terbit berbeda, tulis

secara kronologis seperti Purwaningsih (1999, 2003, 2006) atau (Purwaningsih 1999, 2003,

2006).

h. Menyebut beberapa referensi dalam satu kurung, tulis nama menurut abjadnya dan

pisahkan dengan titik koma, seperti (Gravitiani 2016; Mulyanto 2014; Suryanto 2010).

i. Menyebut beberapa referensi dari pengarang yang sama dengan tahun terbit yang sama,

tambahkan huruf kecil menurut abjad berdasarkan urutan penyebutannya, seperti

(Sarungu 2015a, 2015b, 2015c, 2015d).

F. NOMOR DAN JUDUL TABEL

Nomor tabel ditulis dengan angka arab dengan urutan sampai akhir bab, seperti Tabel 3.1., Tabel

3.2., Tabel 4.1., Tabel 4.2. dan seterusnya. Selanjutnya judul tabel dituliskan di sebelah kanan

dengan huruf kapital pada setiap permulaan kata-kata pokok. Penulisan tabel selalu harus

24

mencantumkan sumbernya, tata tulisnya mengikuti tata tulis daftar pustaka dengan menambah

halaman bila ada. Pengetikan tabel (judul dan nomor tabel, badan tabel, sumber tabel) dapat

menggunakan spasi satu, menggunakan font 10 atau 11 pt, dan diketik dengan kertas portrait.

Penulisan tabel maksimal satu halaman (tidak boleh terpotong halaman). Apabila tidak dapat

ditulis dalam satu halaman, maka diberi judul lanjutan tabel pada halaman berikutnya. Contoh

penulisan tabel:

Tabel 2.1. Jumlah Petani Menurut Jenis Kelamin dan Alih Fungsi LahanPertanian

Tingkat

Pendidikan

Alih Fungsi Tidak Alih Fungsi

orang % Orang %

Laki-laki 29 64,44 18 72,00

Perempuan 16 35,56 7 28,00

Jumlah 45 100,00 25 100,00

Sumber: Data Primer 2016, diolah.

Catatan: Apabila ada keterangan, maka keterangan tersebut ditulis di bawah tabel, sebelum

penulisan Sumber, diketik dalam ukuran font yang lebih kecil daripada ukuran font

standarnya.

G. NOMOR DAN JUDUL GAMBAR

Pemberian nomor dan judul gambar sama dengan pemberian nomor dan judul tabel, ditempatkan

di bawah gambar dan ditengah ruang ketikan. Apabila gambar merupakan kutipan, maka harus

diberi sumber darimana gambar tersebut diambil. Contoh:

Kurva Konsumsi Pendapatan

Sandang

(unit/bulan)

Mobil

(unit/bulan) Gambar 2.1. Efek Perubahan Pendapatan

A

B

C

I2

I1

I3

U1 U2

U3

25

Catatan: Apabila ada keterangan, maka keterangan tersebut ditulis di bawah gambar, sebelum

Judul, dengan ukuran font yang lebih kecil daripada ukuran font standarnya.

H. DAFTAR PUSTAKA

Semua pustaka yang digunakan dalam menulis laporan penelitian harus dicantumkan

dalam daftar pustaka. Unsur dalam daftar pustaka meliputi: nama pengarang, judul buku atau judul

karangan dan data tentang penerbitan. Struktur penulisannya adalah: Nama Penulis atau Nama

Lembaga (apabila tidak ada penulisnya) titik (.) Tahun Terbit titik (.) Judul Terbitan (dicetak

miring) titik (.)Kota titik dua (:) Nama Penerbit titik (.) Secara rinci ditulis sebagai berikut:

Nama Pengarang. Tahun terbit. Judul Buku. Nama Penerbit: Kota Penerbit.

Perlu diperhatikan bahwa nama penulis pertama ditulis terbalik (nama terakhir, nama

depan dan nama tengah), sedangkan nama penulis kedua dan seterusnya tidak dibalik. Nama

pertama dan kedua boleh ditulis inisialnya, nama terakhir ditulis lengkap. Di dalam daftar pustaka,

semua nama pengarang harus ditulis, tidak boleh ada ‘dkk’ atau ‘et al’.

Contoh penulisan daftar pustaka sebagai berikut:

1. Buku Cetakan

Penulisan pustaka untuk buku cetakan sebagai berikut:

Nama Pengarang. Tahun terbit. Judul Buku. Kota Penerbit: Nama Penerbit.

Contoh:

BPS Provinsi Jawa Tengah. 2006. Jawa Tengah Dalam Angka 2005. Semarang: BPS & Bappeda

Provinsi Jawa Tengah.

Bisa juga ditulis:

Anonim. 2006. Jawa Tengah Dalam Angka 2005. Semarang: BPS & Bappeda Provinsi Jawa

Tengah.

Neuman, W. L. 2014. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches.

Essex, London: Pearson Education Limited.

Todaro, M. P. & Stephen C Smith. 2012. Economic Development. Boston, MA: Addison-

Wesley.

2. Artikel atau Bab dalam Buku Suntingan

26

Penulisan pustaka untuk artikel atau bab dalam buku suntingan sebagai berikut:

Nama Pengarang. Tahun. “Judul Karangan” dalam Nama Pengarang (editor), Judul Buku:

Halaman. Kota Penerbit: Nama Penerbit.

Contoh:

Brennan, Geofrey and Robert D Tollison. 1980. ”Rent Seeking in Academia”. Dalam Buchanan,

Tollison & Tullock (eds.), Toward a Theory of Rent Seeking Society: 344-356. College

Station: Texas A & M University Press.

Coleman, James S. 2000. “Social Capital in the Creation of Human Capital”. Dalam Dasgupta &

Serageldin (eds.), Social Capital: A Multifaceted Perspective: 13-39. Washington DC:

The World Bank.

3. Artikel yang diterbitkan dalam Terbitan Berkala (Koran Harian, Majalah, Jurnal)

Penulisan artikel sebagai berikut:

Nama Pengarang. Tahun terbit. “Judul Karangan”. Nama Majalah. Nomor Penerbitan(Edisi):

Halaman.

Contoh:

Purwaningsih, Yunastiti; Sutomo; Nurul Istiqomah. 2015. “Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan

terhadap Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Karanganyar, Jawa

Tengah”. AGRARIS. 1(2): 98-107.

Wiyono, Vincent H. 2010. “Eksternalitas Negatif Modal Sosial dalam Bidang Pendidikan di

Indonesia”. Jurnal Perspektif Ekonomi 3(2): 101-110.

4. Dokumen yang belum/tidak diterbitkan

Penulisan dokumen yang belum/tidak diterbitkan sebagai berikut:

Nama Pengarang. Tahun. “Judul”. Dokumen. Kota: Nama Lembaga.

Contoh:

Coolidge, J. & Susan Rose-Ackerman. 1996. “High Level Rent Seeking and Corruption in

African Regimes: Theory and Cases”. APaper at a World Bank Workshop in April 29,

1996. Washington DC: World Bank.

27

Pramudyasmono, Hajar G. 1997. “The IDT Program and Poverty Alleviation in Indonesia”.

Honour Thesis. Adelaide, Australia: Development Studies, School of Social Sciences,

Flinders University of South Australia.

Purwaningsih, Yunastiti. 2010. “Analisis Permintaan dan Ketahanan Pangan Tingkat Rumah

Tangga”. Disertasi. Yogyakarta: Program Doktor Studi Ilmu Pertanian, Universitas

Gadjah Mada.

Setyaningrum, Aisyah D. 2013. “Peran Modal Sosial dalam Pelaksanaan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Kelurahan Semanggi Kota Surakarta Tahun

2012”. Skripsi. Surakarta: FEB-UNS.

5. Dokumen yang diakses dari internet

Penulisan dokumen yang diakses dari internet sebagai berikut:

Nama pengarang atau nama lembaga. Tahun. Judul. Alamat web. Data waktu

Akses.

Contoh:

Chandra, Agung Dwi dan Jossy P. Moeis. 2007. ”Analisis Permintaan Sayur- sayuran dalam

Pemenuhan Sendiri di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung”. Makalah pada Parallel

Session IIIA: Agriculture & Rural Economy, 13 Desember 2007, Jam 09.00-11.30.

Wisma Makara, Kampus UI–Depok. http://www.thechelli.com. Diakses 3 Februari

2009.

Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. www.kemenkes.go.id. Diakses 20 Mei

2016.

UNDP. 2015. Human Development Report 2015. www.undp.org. Diunduh tanggal 16 Mei

2016.

World Bank. 2016. World Development Report 2016. www.worldbank.org. diunduh tanggal

16 Mei 2016.

Catatan dalam menulis daftar pustaka:

1. Nama pengarang disusun secara alfabet.

2. Baris pertama diketik dari baris tepi kiri, baris kedua dan seterusnya diketik dengan indensi 5

ketukan huruf.

3. Tiap pustaka diketik satu spasi, dan jarak pustaka satu dengan lainya diketik dua spasi (atau

sesuai dengan spasi pada bagian tubuh laporan).

28

4. Gelar atau titel pengarang tidak perlu dicantumkan.

5. Bila menggunakan buku dengan pengarang yang sama, urutkan sesuai dengan tahun

terbitannya, contoh sebagai berikut:

BPS, 2008a. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia per Provinsi 2007. Buku 3.

Survei Sosial Ekonomi/Nasional. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

------, 2008b. Kuesioner Survei Sosial Ekonomi Nasional 2008. Keterangan Pokok Rumah

Tangga dan Anggota Rumah Tangga.VSENP2008.K. Panel Maret 2008. Jakarta: Badan

Pusat Statistik.

------, 2008c. Kuesioner Survei Sosial Ekonomi Nasional 2008. Modul Konsumsi/Pengeluaran

dan Pendapatan Rumah Tangga. VSENP08.M. Panel Maret 2008. Jakarta: Badan Pusat

Statistik.

29

BAB VI

SISTEMATIKA PENULISAN DRAF ARTIKEL

Draf artikel yang ditulis dengan sumber skripsi tidak dicetak, disimpan menjadi satu dengan

file laporan skripsi di CD dalam format word dan pdf. Sistematika draf artikel sebagai berikut:

Judul

Diketik dengan huruf capital, dicetak tebal (bold) diletakkan di tengah halaman (center).

Penulis

Nama Mahasiswa dan Dosen Pembimbing, diketik dengan huruf capital, dicetak tebal diletakkan di

tengah halaman (center). Diberi tanda dan alamat prodi dan fakultas serta universitas dan alamat email

masing-masing penulis.

Abstrak

Judul Abstrak diketik dengan huruf capital, dicetak tebal (bold) diletakkan di tengah halaman (center).

Isi abstrak tidak lebih dari 250 kata, diketik di bawahnya dengan rata kanan kiri (justify).

Pendahuluan

Menguraikan secara ringkas pentingnya penelitian (ditinjau secara teoritis maupun empiris) tersebut

perlu dilakukan, ditutup dengan permasalahan yang diteliti.

Tinjauan Literatur

Menjelaskan dasar teori dan penelitian terdahulu yang dijadikan acuan pada penelitian.

Metode Penelitian

Menguraikan secara ringkas metode penelitian.

Hasil Penelitian

Menguraikan secara ringkas hasil penelitian yang menonjol dan masalah esensial lainnya yang terkait

dengan penelitian.

Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan

Menguraikan secara ringkas kesimpulan hasil penelitian dan saran rekomendasi.

Daftar Pustaka

Tata cara penulisan sebagai berikut:

1. Draf artikel ditulis dalam jumlah halaman 15 sampai dengan 20, belum termasuk daftar pustaka

dan lampiran.

30

2. Pengaturan ruang ketikan dengan margin atas dan kanan 4 cm, margin bawah dan kiri 3 cm.

3. Diketik dengan tipe huruf Times New Roman 12 pt, dengan satu spasi.

4. Penulisan dilakukan dengan sistem bersambung antar sub bab.

5. Penomoran halaman diketik pada rata kanan bagian bawah (footer) menggunakan huruf arab (1,

2, 3,..)

6. Judul tabel diletakkan di sisi atas dari tabel tersebut.

7. Judul gambar diletakkan di sisi bawah dari gambar tersebut.

8. Penulisan daftar pustaka sama dengan penulisan daftar pustaka dalam skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

Cooper. 2006.

Kemdikbud RI. 2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. Jakarta: Kemdikbud RI.

Kemdikbud RI. 2012. Surat Edaran Dirjen Dikti Nomor 152/E/T/2012. Jakarta: Kemdikbud RI.

UNS Surakarta. 2016. Peraturan Rektor UNS Nomor 582/UN27/HK/2016 tentang Penyelenggaraan dan

Pengelolaan Pendidikan Program Sarjana. Surakarta: UNS.

31

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

LAMPIRAN 1.

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR SKRIPSI

A. Latar Belakang

Skripsi merupakan salah satu matakuliah yang wajib untuk diambil oleh Mahasiswa Program

Studi (Prodi) Ekonomi Pembangunan (EP) FEB UNS. Matakuliah ini mempunyai bobot sebanyak 6

SKS. Berdasarkan Pasal 1 butir 37 Peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor

582/UN27/HK/2016 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan Program Sarjana

disebutkan bahwa:

“Skripsi atau Tugas Akhir adalah karya ilmiah yang dihasilkan oleh mahasiswa melalui proses

pembimbingan oleh dosen pembimbing dengan menggunakan kaidah dan norma penulisan

karya ilmiah berdasarkan hasil kajian lapangan, laboratorium, pustaka, dan atau kajian lain

yang sesuai dengan bidang keilmuannya, sebagai persyaratan akhir untuk memperoleh gelar

sarjana.”

Secara spesifik ketentuan tentang proses skripsi diatur pada Pasal 16 Peraturan Rektor

Universitas Sebelas Maret Nomor 582/UN27/HK/2016 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan

Pendidikan Program Sarjana. Dalam rangka penerapan peraturan ini Prodi EP FEB UNS menyusun

prosedur operasional standar skripsi. Prosedur ini menjelaskan proses atau alir pengajuan,

pembimbingan dan pelaksanaan ujian skripsi.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan prosedur ini adalah untuk memberikan alur yang jelas dan menjamin

mutu skripsi di Prodi EP FEB UNS.

C. Dasar Hukum

Dasar hukum penyusunan prosedur operasional standar skripsi adalah:

1. Surat Edaran Dikti Nomor 152/E/T/2012 tentang Publikasi Karya Ilmiah;

2. Peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor 582/UN27/HK/2016 tentang

Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan Program Sarjana.

D. Definisi

Beberapa definisi yang terkait dengan pelaksanaan skripsi adalah:

1. Program Studi adalah Program Studi Ekonomi Pembangunan FEB UNS.

2. Ketua Program Studi adalah Ketua Prodi EP FEB UNS.

32

3. Dosen adalah staf pengajar di Prodi EP FEB UNS.

4. Pembimbing adalah Dosen Prodi EP yang ditunjuk/ditugaskan oleh Ketua Prodi EP FEB UNS

sebagai pembimbing skripsi.

5. Penguji adalah Dosen Prodi EP yang ditunjuk/ditugaskan oleh Ketua Prodi EP FEB UNS

sebagai penguji skripsi.

6. Mahasiswa adalah mahasiswa Prodi EP yang telah mendaftar pada matakuliah skripsi.

7. Komisi Skripsi adalah dosen dan tenaga kependidikan yang ditunjuk oleh Ketua Prodi EP FEB

UNS untuk mengelola dan mengevaluasi semua tahapan pelaksanaan skripsi.

8. Skripsi adalah matakuliah wajib dengan bobot 6 SKS yang diambil oleh mahasiswa pada

Semester VII.

9. Proposal skripsi adalah rencana/usulan kegiatan penelitian empiris sebagai panduan

penyusunan skripsi.

10. Laporan akhir skripsi adalah hasil penelitian empiris yang digunakan dalam pelaksaaan ujian

skripsi.

11. Ujian skripsi adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menjelaskan dan

mempertanggungjawabkan hasil penelitian empiris kepada penguji skripsi.

12. Artikel publikasi adalah materi publikasi dari hasil penelitian empiris/skripsi pada suatu jurnal.

13. Rencana publikasi adalah bukti pemilihan jurnal sebagai media publikasi artikel hasil skripsi.

14. Bukti pengiriman artikel adalah bukti artikel hasil penelitian empiris/skripsi telah dikirim atau

didaftarkan pada suatu jurnal untuk proses publikasi.

15. Jurnal adalah jurnal nasional ber-ISSN, jurnal terakreditasi nasional, dan jurnal internasional

terindeks.

16. Pedoman teknis penulisan skripsi adalah dokumen petunjuk teknis penulisan skripsi di Prodi

EP FEB UNS.

17. Buku catatan (log book) adalah buku yang mencatat hasil konsultasi skripsi antara mahasiswa

dan dosen baik terkait dengan substansi penelitian maupun teknis penulisan.

18. Tahapan pelaksanaan skripsi adalah langkah—langkah dalam pelaksanaan skripsi di Prodi EP

FEB UNS.

E. Dokumen Terkait

Dokumen yang terkait dengan pelaksanaan skripsi meliputi:

1. KRS

2. Transkrip Akademik

3. Pedoman penyusunan/penulisan skripsi

4. Proposal Skripsi

5. Buku catatan (logbook) konsultasi skripsi

6. Artikel publikasi

33

7. Dokumen/Laporan akhir skripsi

8. Rencana publikasi dan bukti submit artikel publikasi

9. Formulir penilaian

10. Formulir berita acara ujian skripsi

11. Formulir revisi skripsi

12. Formulir/bukti penyerahan skripsi kepada pembimbing dan penguji sebagai persyaratan

pendaftaran wisuda

F. Tahapan Pelaksanaan Skripsi

Tahapan pelaksanaan skripsi di Prodi EP FEB UNS meliputi:

1. Pemilihan matakuliah skripsi

Mahasiswa memilih matakuliah skripsi pada Semester VII. Pemilihan matakuliah ini bersama

dengan pemilihan matakuliah Seminar Konsentrasi.

2. Pengumpulan outline skripsi

Mahasiswa wajib mengumpulkan outline skripsi kepada Ketua Program Studi EP FEB UNS di

akhir Semester VI atau pertemuan awal Semester VII. Pengumpulan ini dilakukan untuk

menetapkan pembimbing skripsi pada Semester VII. Sistematika dan substansi outline skripsi

mengacu pada buku pedoman penyusunan/penulisan skripsi Prodi EP FEB UNS.

3. Penyusunan proposal skripsi

Mahasiswa menyusun proposal skripsi dan mengikuti pembimbingan mulai awal Semester VII.

Proposal skripsi ini disusun bersama dengan PBM Seminar Konsentrasi. Presentasi mahasiswa

pada saat PBM Seminar Konsentrasi adalah proposal skripsi yang sudah mendapat persetujuan

pembimbing. Sistematika dan substansi proposal skripsi mengacu pada buku pedoman

penyusunan/penulisan skripsi Prodi EP FEB UNS.

4. Pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi

Mahasiswa melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi maksimal 12 bulan (Pasal 16 ayat 8

Peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor 582/UN27/HK/2016). Dengan demikian,

pada Semester VIII mahasiswa Prodi EP sudah dapat menyelesaikan studi. Selain itu, pada

Semester VIII mahasiswa tersebut sudah lulus semua matakuliah yang diambil dengan nilai

minimum C.

Pada tahap ini Komisi Skripsi bertugas untuk memantau dan mengevaluasi proses penulisan

dan penyelesaian skripsi. Rujukan kegiatan Komisi Skripsi adalah Pasal 16 ayat 9 dan 10

Peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor 582/UN27/HK/2016.

5. Publikasi artikel

Mahasiswa diwajibkan memublikasikan artikel dari substansi skripsinya ke jurnal ber-ISSN

atau jurnal terakreditasi nasional atau jurnal internasional terindeks. Pasal 16 ayat 13 Peraturan

Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor 582/UN27/HK/2016 menyebutkan bahwa:

34

“Mahasiswa yang berhasil memasukkan artikel ilmiah hasil penulisan skripsi atau tugas

akhir dan dimuat di dalam jurnal nasional terakreditasi atau jurnal internasional terindeks

sebagai penulis pertama, dapat dibebaskan dari ujian skripsi atau tugas akhir dengan nilai

4,00 (A).”

6. Pelaksanaan ujian skripsi

Mahasiswa yang sudah mendapat persetujuan ujian skripsi dari pembimbing melakukan

pendaftaran ujian ke Subbagian Akademik FEB UNS. Proses penjadwalan, pengurusan

dokumen ujian, dan ruangan dilakukan oleh Komisi Skripsi. Dengan demikian, mahasiswa

dapat fokus mempersiapkan substansi skripsi untuk ujian sedangkan administrasi ujian

dilakukan oleh Komisi Skripsi. Selain itu, mahasiswa tersebut juga harus melampirkan hasil uji

plagiasi melalui Turnitin. Penjelasan ini telah diatur pada Buku Pedoman

Penyusunan/Penulisan Skripsi.

G. Luaran Skripsi

Luaran skripsi Prodi EP FEB UNS mengacu pada Pasal 16 ayat 12 dan 13 Peraturan Rektor

Universitas Sebelas Maret Nomor 582/UN27/HK/2016, yaitu:

1. Jurnal ber-ISSN, atau

2. Jurnal terakreditasi nasional, atau

3. Jurnal internasional terindeks.

H. Alur Skripsi

Alur skripsi merupakan skema yang menjelaskan proses pelaksanaan skripsi di Prodi EP FEB

UNS sebagaimana dijelaskan pada tahapan skripsi (huruf F).

Tahap I. Mahasiswa mengambil Mata Kuliah Metodologi Penelitian pada Semester VI

bersamaan dengan Mata Kuliah Seminar Konsentrasi. Kedua Mata Kuliah ini mengarahkan mahasiswa

untuk menghasilkan (Pra)Proposal untuk Tugas Akhirnya.

Tahap II. Ketua Program Studi mengalokasikan Pembimbing Skripsi di akhir Semester VI atau

awal Semester VII bagi setiap mahasiswa.

Tahap III. Komisi Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan melakukan monitoring dan

evaluasi proses pembimbingan skripsi.

Tahap IV. Mahasiswa:

a. Menyusun proposal skripsi dan mempresentasikannya di Mata Kuliah Seminar

Konsentrasi (Semester VII).

b. Meneliti dan menulis laporan akhir skripsi (Semester VII-VIII).

c. Menyusun naskah/artikel publikasi dan mengirimkannya ke jurnal yang dituju

(sebelum atau setelah ujian skripsi).

Tahap V dan VI. Sudah jelas.

35

DIAGRAM ALIR SKRIPSI

Mahasiswa memilih

matakuliah skripsi dan

mengumpulkan judul

skripsi

(akhir Semester VI atau

awal Semester VII)

TA

HA

P I

& I

I

Kaprodi EP menetapkan

Dosen Pembimbing

Skripsi dan Dosen

Matakuliah Seminar

Konsentrasi

TA

HA

P I

II -

V Mahasiswa:

a. Menyusun proposal skripsi dan

mempresentasikannya di matakuliah

Seminar Konsentrasi (Semester VII).

b. Meneliti dan menulis laporan akhir

skripsi (Semester VII-VIII).

c. Menyusun naskah/artikel publikasi dan

Komisi Skripsi

melakukan

pengawasan

serta evaluasi

TA

HA

P

VI

Mahasiswa:

a. Mendaftar ujian skripsi setelah

mendapat persetujuan dari

pembimbing. Dokumen skripsi

dilengkapi dengan hasil uji plagiasi

melalui Turnitin.

b. Mengikuti proses ujian skripsi sesuai

jadwal yang ditetapkan oleh Ketua

Prodi EP FEB UNS dan Komisi

Komisi Skripsi

mengurus

administrasi

ujian skripsi

36

Gambar 1. Diagram Alir Proses Penulisan Skripsi di Prodi EP FEB UNS

37

LAMPIRAN 2.

Contoh Sampul (Cover) Skripsi

PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN TRADE OPENNESS TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI NEGARA ANGGOTA ORGANISASI KONFERENSI ISLAM (OKI)

TAHUN 2000-2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret

Oleh:

NAMA MAHASISWA

NIM.

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2018

38

LAMPIRAN 3.

Contoh Halaman Persetujuan Pembimbing

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi berjudul:

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

……………………….

Diajukan oleh:

NAMA MAHASISWA

NIM.

Diterima dan Disetujui oleh pembimbing pada:

Tanggal/Bulan/Tahun

Surakarta, tanggal – bulan - tahun

39

Pembimbing

NAMA DOSEN PEMBIMBING

NIP.

40

LAMPIRAN 4.

Contoh Halaman Persetujuan Penguji

PERSETUJUAN PENGUJI

Skripsi berjudul:

………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………

……………………….

Diajukan oleh:

NAMA MAHASISWA

NIM.

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sebelas Maret

Pada tanggal/bulan/tahun

Susunan Tim Penguji:

1. Ketua

Nama Dosen

41

NIP.

………………………………

2. Sekretaris

Nama Dosen

NIP.

………………………………

3. Anggota

Nama Dosen

NIP.

………………………………

42

LAMPIRAN 5.

Contoh Halaman Pernyataan

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

NIM :

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Universitas : Universitas Sebelas Maret

Judul Skripsi :

Pembimbing :

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya buat ini

adalah benar-benar merupakan hasil karya tulis saya sendiri dan bukan

merupakan hasil jiplakan/saduran dari karya tulis orang lain.

Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik dalam bentuk penarikan ijazah dan

pencabutan gelar sarjana.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

43

Surakarta, tanggal-bulan-tahun.

Mahasiswa

Nama Mahasiswa

NIM.

Materai

6000

44

LAMPIRAN 6.

Contoh Halaman Motto

MOTTO

“kita tak selalu dapat apa yang kita inginkan, tetapi jika kita berusaha

sebaik mungkin, kita pasti mendapatkan apa yang kita butuhkan”

45

LAMPIRAN 7.

Contoh Halaman Persembahan

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahan untuk:

1. Ayah, Ibu, dan saudaraku

yang tercinta.

2. Almamaterku dan teman-

teman EP-FEB-UNS

angkatan 2015.

46

LAMPIRAN 8.

Contoh Abstrak

ABSTRAK

Indonesia merupakan produsen karet alam terbesar kedua

setelah Thailand. Negara-negara tujuan ekspor karet alam Indonesia

antara lain Amerika Serikat, Cina, Jepang, Singapura dan Korea.

Perkembangan ekspor karet alam ke negara mitra dagang tersebut

menunjukkan tren positif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

perkembangan ekspor karet alam lndonesia, pengaruh Gross Domestic

Product dan nilai tukar terhadap ekspor karet alam Indonesia ke negara

mitra dagang utama tahun 2000-2012. Penelitian ini mengacu pada

studi empiris seperti Ella Hapsari Hendratno (2008) dan Onike Siburian

(2010). Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif

statistik dan data panel dengan Fixed Effect Model (FEM). Model ini

dipilih sebagai model terbaik berdasarkan hasil uji dalam data panel.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan time series

yaitu tahun 2000-2012 dan cross section yaitu Amerika Serikat, Cina,

Jepang, Singapura, dan Korea.

Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan ekspor karet

alam lndonesia cenderung meningkat, Gross Domestic Product (GDP)

negara mitra dagang utama berpengaruh positif dan signifikan terhadap

ekspor karet alam Indonesia, sedangkan nilai tukar negara mitra dagang

utama tidak berpengaruh terhadap ekspor karet alam Indonesia. Uji

koefisien determinasi (R2) yaitu sebesar 0.897695. Hal ini berarti

89,76% variasi variabel dependen dijelaskan oleh variasi variabel

independen. Rekomendasi penelitian ini adalah: a) Pemerintah

lndonesia diharapkan meningkatkan kualitas dan kuantitas karet alam

dalam negeri, b) Pemerintah Indonesia sebaiknya menjalin kerjasama

47

perdagangan yang lebih baik dan meningkatkan ekspor ke negara mitra

dagang utama.

Kata kunci: ekspor, karet alam, GDP, nilai tukar, FEM, negara mitra

dagang utama

48

LAMPIRAN 9.

Contoh Draf Artikel

ANALISIS TENTANG KEMISKINAN

INDIVIDUAL DAN STRUKTURAL DI

KOMUNITAS PERKOTAAN SURAKARTA

TAHUN 2016

Oleh:

Nurhayati ([email protected])

(Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret

Surakarta)

ABSTRAK

Upaya untuk mencari penjelas tentang kemiskinan

selalu menghasilkan pro dan kontra. Meskipun demikian, ada

satu kesepakatan, di antara para ahli kemiskinan, bahwa

kemiskinan selalu bersifat multidimensi, khususnya dimensi

individual dan struktural. Berdasarkan pemikiran itu, studi ini

berupaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor individual dan

struktural apakah yang bisa ditemukan dalam suatu komunitas

miskin perkotaan. Berdasarkan kombinasi antara Sensus

Rumahtangga di suatu RT miskin dan Survei Rumahtangga di

RT kaya dalam suatu RW, ditemukan bahwa faktor pendidikan

adalah salah satu bentuk utama kemiskinan individual.

Sedangkan bentuk utama kemiskinan struktural teridentifikasi

dari jarak, administrative, dan prasyarat program. Menariknya,

kemiskinan individual di RT miskin lebih tinggi tetapi

kemiskinan strukturalnya justru lebih rendah daripada

49

kemiskinan individual dan kemiskinan structural di RT kaya.

Temuan ini menunjukkan bahwa program pengentasan

kemiskinan lebih dominan di kantong-kantong kemiskinan,

yang tidak jarang mengabaikan rumahtangga miskin di

komunitas yang relatif kaya.

Kata Kunci: Kemiskinan Individual, Kemiskinan Struktural.

PENDAHULUAN

Kemiskinan yang dihadapi oleh negara-negara sedang

berkembang merupakan masalah multidimensional. Dari sudut

pandang kebijakan umum, kemiskinan meliputi aspek primer

yang berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik, dan

pengetahuan serta keterampilan; dan aspek sekunder berupa

miskin akan jaringan sosial (disebut modal sosial), sumber-

sumber keuangan dan informasi (Arsyad, 2010). Dimensi

kemiskinan tersebut juga saling berkaitan, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Kemajuan atau kemunduran salah satu

aspek dapat memengaruhi kemajuan atau kemunduran pada

aspek lainnya.

Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang

dengan jumlah populasi terbesar keempat di dunia, yaitu

sebesar 249.865.631 jiwa pada tahun 2013

(databank.worldbank.org), pada tahun 2014 setidaknya

terdapat enam belas provinsi dengan persentase penduduk

miskin yang masih berada di atas level dua digit dan di atas

angka nasional. Tiga dari enam provinsi di Pulau Jawa yang

merupakan pusat pembangunan di Indonesia ternyata juga

memiliki persentase penduduk miskin di atas angka nasional

yaitu DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Meskipun

demikian terdapat kecenderungan penurunan persentase

penduduk miskin di seluruh wilayah Indonesia, khususnya

50

provinsi-provinsi yang memiliki persentase penduduk miskin

di atas angka nasional.

51

Tabel 1. Tingkat Kemisinan Indonesia menurut Provinsi

Tahun 2012-2014 (%)

No Provinsi 2012 2013 2014

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan BaBel

Kepulauan Riau

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Bali

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

18,58

10,41

8,00

8,05

8,28

13,48

17,51

15,65

5,37

6,83

3,70

9,89

14,98

15,88

13,08

5,71

3,95

18,02

20,41

7,96

17,72

10,39

7,56

8,42

8,42

14,06

17,75

14,39

5,25

6,35

3,72

9,61

14,44

15,03

12,73

5,89

4,49

17,25

20,24

8,74

16,98

9,85

6,89

7,99

8,39

13,62

17,09

14,21

4,97

6,40

4,09

9,18

13,58

14,55

12,28

5,51

4,76

17,05

19,60

8,07

52

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Gonrontalo

Sulawesi Barat

Maluku

Maluku Utara

Papua Barat

Papua

6,19

5,01

6,38

7,64

14,94

9,82

13,06

17,22

13,01

20,76

8,06

27,04

30,66

6,23

4,76

6,38

8,50

14,32

10,32

13,73

18,01

12,23

19,27

7,64

27,14

31,53

6,07

4,81

6,31

8,26

13,61

9,54

12,77

17,41

12,05

18,44

7,41

26,26

27,80

INDONESIA 11,66 11,47 10,96

Sumber: BPS,2015a, 2015b.

Sebagai provinsi dengan populasi penduduk terbesar

ketiga di Indonesia yaitu sebesar 32.382.657 jiwa di tahun 2010,

Jawa Tengah menjadi wilayah yang riskan terhadap masalah

kemiskinan. Pada tahun 2012, dari tiga puluh lima wilayah

kabupaten/kota di provinsi ini terdapat tiga puluh wilayah yang

memiliki persentase penduduk miskin di atas level dua digit,

lima belas wilayah di antaranya memiliki persentase penduduk

miskin di atas angka provinsi. Kabupaten Wonosobo,

Purbalingga, dan Rembang menjadi wilayah dengan persentase

penduduk miskin terbesar dengan lebih dari dua puluh persen.

Tiga dari enam wilayah kota administratif di Jawa Tengah yaitu

Kota Surakarta, Kota Magelang, dan Kota Tegal memiliki

53

persentase penduduk miskin yang masih berada pada level dua

digit, meskipun tidak sampai melampaui angka provinsi.

Di antara ketiga kota tersebut Surakarta memiliki

persentase penduduk miskin tertinggi selama tahun 2010

hingga 2012. Padahal, jika dilihat dari nilai HDI pada rentang

waktu yang sama, Surakarta memiliki nilai HDI tertinggi di

Provinsi Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya

kualitas sumber daya manusia Kota Surakarta relatif lebih baik

daripada wilayah lainnya di Provinsi Jawa Tengah, termasuk

Kota Semarang dan Kota Salatiga sebagai wilayah dengan

persentase penduduk miskin terendah.

54

Tabel 2. Tingkat Kemiskinan dan Human Development Index

(HDI) di Provinsi Jawa Tengah menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2010-2012

No Kabupaten/Kota % Penduduk Miskin HDI

2010 2011 2012 2010 2011 2012

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

Cilacap

Banyumas

Purbalingga

Banjarnegara

Kebumen

Purworejo

Wonosobo

Magelang

Boyolali

Klaten

Sukoharjo

Wonogiri

Karanganyar

Sragen

Grobogan

Blora

Rembang

Pati

18,11

20,20

24,58

19,17

22,71

16,61

23,16

14,14

13,72

17,47

10,94

15,68

13,98

17,49

17,86

16,27

23,41

14,48

17,15

21,11

23,06

20,38

24,06

17,51

24,21

15,18

14,97

17,95

11,13

15,74

15,29

17,95

17,38

16,24

23,71

14,69

15,92

19,44

21,19

18,87

22,40

16,32

22,50

13,97

13,88

16,71

10,16

14,67

14,07

16,72

16,14

15,11

21,88

13,61

71,73

72,60

72,07

69,91

71,12

72,55

70,52

72,08

70,72

73,83

73,57

71,33

73,19

71,00

70,83

70,61

72,07

72,96

72,34

72,96

72,50

70,39

71,62

72,91

71,06

72,69

71,25

74,10

73,97

71,86

73,82

71,33

71,27

71,25

72,45

73,49

72,77

73,33

72,97

70,70

71,86

73,53

71,45

73,14

71,50

74,46

74,21

72,59

74,62

71,85

71,77

71,49

72,81

73,81

55

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

Kudus

Jepara

Demak

Semarang

Temanggung

Kendal

Batang

Pekalongan

Pemalang

Tegal

Brebes

Kota Magelang

Kota Surakarta

Kota Salatiga

Kota Semarang

Kota Pekalongan

Kota Tegal

9,02

10,18

18,76

10,50

13,46

14,47

14,67

16,29

19,96

13,11

23,01

10,51

13,96

8,28

5,12

9,37

10,62

9,45

10,32

18,21

10,30

13,38

14,26

13,47

15,00

20,68

11,54

22,72

11,06

12,90

7,80

5,68

10,04

10,81

8,63

9,38

16,73

9,40

12,32

13,17

12,40

13,86

19,28

10,75

21,12

10,31

12,01

7,11

5,13

9,47

10,04

72,95

72,64

72,58

74,10

74,11

70,41

70,41

71,40

69,89

70,59

68,20

76,60

77,86

76,53

77,11

74,47

73,89

73,24

73,12

73,09

74,45

74,47

70,85

71,06

71,86

70,22

71,09

68,61

76,83

78,18

76,83

77,42

74,90

74,20

73,69

73,54

73,52

74,98

74,74

71,48

71,41

72,37

70,66

71,74

69,37

77,26

78,60

77,13

77,98

75,25

74,63

JAWA TENGAH 16,11 16,21 14,98 72,49 72,94 73,36

Sumber: BPS Jawa Tengah, 2015a, 2015b.

Tingginya nilai Indek Pembangunan Manusia, di satu

sisi, dan relatif tingginya tingkat kemiskinan, di lain sisi, Kota

Surakarta ini merupakan salah satu bentuk paradok yang layak

dipersoalkan secara serius. Berdasar paradok itu, studi ini

memersoalkan “Bentuk kemiskinan individual dan kemiskinan

56

struktural seperti apakah yang dihadapi oleh suatu komunitas

perkotaan di Kota Surakarta itu?”.

KAJIAN TEORI

Narayan et al (1999) mengidentifikasi lima jenis

kemiskinan, yaitu [1] kemiskinan sebagai fenomena

multidimensional, [2] kurangnya pemenuhan akan

kesejahteraan material (material well-being), [3] lemahnya

pendapatan, kekuatan, dan kemandirian, [4] ketiadaan akses

terhadap infrastruktur dasar, dan [5] tidak adanya kepemilikan

aset. Kategorisasi kemiskinan oleh Narayan et al itu kemudian

dirumuskan ulang oleh Bradshaw (2006) menjadi “tidak

terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar, seperti makanan,

tempat tinggal, perawatan kesehatan (medical care), dan

keamanan yang umumnya dianggap perlu berdasarkan nilai-

nilai martabat kemanusiaan.”

Berdasarkan Narayan et al dan Bradshaw itu,

kemiskinan dapat dikatakan sebagai ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan, baik dalam bidang ekonomi maupun

sosial. Adam Smith, dalam bukunya The Wealth of Nations

menyatakan bahwa kemiskinan sebagai “the inability to

purchase necessities required by nature or custom” (Smith

dalam Davis dan Sanchez-Martinez, 2015). Untuk mengukur

kemiskinan absolut Smith menggunakan ukuran kebutuhan-

kebutuhan yang diperlukan seseorang secara alamiah (nature)

seperti pangan, papan, dan sandang. Sedangkan, kemiskinan

relatif diukur dengan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan

seseorang dalam kebiasaan atau adat-istiadat (custom) (Davis

dan Sanchez-Martinez, 2015).

Seebohm Rowntree (dalam Townsend, 1979)

membedakan kemiskinan menjadi kemiskinan primer (primary

poverty) dan kemiskinan sekunder (secondary poverty).

Melalui studi yang dilakukan di New York pada tahun 1899,

57

sebuah keluarga berada dalam kemiskinan primer apabila

“earnings insufficient to obtain the minimum necessaries for

the maintenance of merely physical efficiency”. Kebutuhan

hidup minimum yang dimaksud yaitu kebutuhan akan

makanan bergizi, bahan bakar, dan peralatan rumah tangga.

Sementara itu, kemiskinan sekunder terjadi akibat manajemen

yang buruk, kelalaian atau kemalasan, dan bukan karena tidak

memiliki uang. Menurut Rowntree (dalam Townsend, 1979)

penyebab langsung terjadinya kemiskinan sekunder antara lain

taruhan dan perjudian, kebodohan atau kecerobohan rumah

tangga, serta pengeluaran yang boros sebagai akibat

ketidakteraturan pendapatan.

Sementara itu, Townsend (1979) mendefiniskan

kemiskinan dalam konsep deprivasi relatif. Kemiskinan

ditentukan dari tingkat pendapatan yang dibutuhkan seorang

individu atau rumah tangga untuk memenuhi konsumsinya,

dan partisipasi dalam berbagai kegiatan yang mencerminkan

penerimaan dalam masyarakat dimana mereka tinggal.

Kemiskinan terjadi ketika pendapatan mereka berada sangat

jauh di bawah milik rata-rata individu atau keluarga, sehingga

mereka dijauhkan dari pola-pola hidup, kegiatan dan aktivitas

pada umumnya (Townsend, 1979). Dalam definisi tersebut,

kemiskinan sebagai masalah multidimensional setidaknya

mencakup tiga aspek, yaitu pembatasan peluang, kerentanan

terhadap guncangan, dan pengucilan dalam kehidupan sosial.

Sebagai masalah yang bersifat multidimensional,

penyebab kemiskinan tidak hanya dapat dijelaskan dalam satu

dimensi saja. Para penganut teori ekonomi neoklasik yang

menggunakan metodologi individualisme cenderung melihat

faktor individual sebagai penyebab kemiskinan (von Braun &

Gatzweller, 2014). Menurut Beeghley (1988) meskipun

penekanan terhadap faktor individu tersebut berguna, karena

penting untuk mempelajari mengapa seorang individu

58

bertindak, hal tersebut justru mengarahkan pada asumsi bahwa

terdapat faktor yang sama antara penyebab kemiskinan pada

setiap individu dan penyebab tingginya tingkat kemiskinan.

Beeghley (1988) berpendapat bahwa untuk memahami

mengapa begitu banyak kemiskinan yang terjadi, tingkat

analisis harus bergeser dari faktor-faktor individu menjadi

faktor struktur sosial. Hal ini dikarenakan variabel-variabel

struktural berbeda dengan variabel-variabel yang memengaruhi

individu. Menurutnya, variabel struktural menghasilkan

tingkat kemiskinan yang tinggi dengan membatasi pilihan-

pilihan yang tersedia bagi individu. Dengan demikian, faktor-

faktor individual dan struktural dapat memberikan informasi

yang saling melengkapi.

Faktor-faktor Individual Penyebab Kemiskinan

Teori kemiskinan individual melihat bahwa faktor-

faktor individu sebagai sumber kemiskinan. Kemiskinan secara

luas dipahami sebagai hasil dari kegagalan individual dan

kekurangan-kekurangan individu (individual inadequacies)

yang dipandang sebagai penyebab utama kemiskinan (Rank,

2004). Menurut Rank (2004), terdapat dua versi yang dapat

digunakan untuk memahami kekurangan individu sebagai

penyebab utama kemiskinan. Pertama, yaitu versi konservatif

yang cenderung memokuskan kekurangan-kekurangan

individu pada karakteristik-karakteristik pribadi seperti tidak

memiliki moral yang kuat, tidak bertanggung jawab, malas,

ketidakmampuan untuk menabung dan merencanakan masa

depan, kurangnya kecerdasan, serta ketergantungan obat-

obatan dan alkohol. Kedua, yaitu versi liberal yang cenderung

memokuskan pada kurangnya keahlian-keahlian yang

dibutuhkan oleh pasar, pelatihan, dan pendidikan, dan

karakter-karakter lainnya yang menyebabkan orang miskin

59

kurang atau tidak mampu bersaing dalam pasar tenaga kerja

(Rank, 2004).

1) Kecerdasan dan Pendidikan

Herrrnstein dan Murray (1994) mengkaji

bagaimana tingkat kecerdasan yang rendah menjadi akar

dari banyak permasalahan sosial di Amerika. Terkait

dengan masalah kemiskinan sebagai inti dari permasalahan

sosial, Herrnstein dan Murray (1994) menggunakan

perbandingan korelasi antara kemiskinan dengan variabel

kecerdasan dan variabel status sosial-ekonomi orang tua di

kalangan anak-anak kulit putih di Amerika, baik laki-laki

maupun perempuan. Hasilnya menunjukkan bahwa

mereka yang memiliki orang tua berstatus pengangguran

kronis, bekerja hanya pada pekerjaan yang paling kasar,

dan tidak melewati tingkat sembilan saat bersekolah, tetapi

memiliki kecerdasan rata-rata, memiliki hampir 90 persen

kesempatan untuk keluar dari kemiskinan pada awal umur

30-an. Sebaliknya, mereka yang lahir dari keluarga kelas

menengah tetapi memiliki IQ di bawah rata-rata memiliki

resiko kemiskinan yang lebih besar.

Dalam hal pekerjaan, kecerdasaan mempunyai

peran yang sangat penting. Hal ini dikarenakan pekerjaan

memilah orang-orang berdasarkan IQ mereka. Sehingga,

orang-orang dalam pekerjaan yang berbeda memiliki IQ

rata-rata yang berbeda pula (Herrnstein dan Murray,

1994). Laki-laki yang memiliki kecerdasan tinggi juga

cenderung dapat mempertahankan pekerjaannya dan

menemukan tempat kerja yang nyaman dan bermanfaat

bagi dirinya. Selain itu, Herrnstein dan Murray (1994) juga

berpendapat bahwa kecerdasan berhubungan dengan

perencanaan waktu. Laki-laki yang memiliki kecerdasan

tinggi cenderung lebih berpikiran jangka panjang

dibandingkan laki-laki dengan kecerdasan yang rendah.

60

Cecilia Elena Rouse (dalam Belfield dan Levin,

2007) mengkaji hubungan antara jumlah tahun sekolah

yang telah diselesaikan dengan penghasilan tahunan

seseorang. Rouse menemukan bahwa tidak selesainya

pendidikan tinggi membawa konsekuensi, baik secara

pribadi (mempengaruhi individu tersebut) dan publik

(mempengaruhi seluruh masyarakat). Mereka yang tidak

menyelesaikan pendidikan hingga SMA memiliki

pendapatan yang secara signifikan lebih rendah

dibandingkan dengan mereka yang setidaknya lulus SMA.

Selain itu, mereka juga kurang mampu memberikan

kontribusi bagi masyarakat dalam bentuk pajak

penghasilan (tax revenue).

2) Karakteristik Demografi

Karakteristik demografi turut memainkan peran

penting dalam menentukan kesejahteraan keluarga.

Menurut Maynard (1997) karakteristik demografi seperti

melahirkan di luar pernikahan, keluarga dengan jumlah

anak banyak, dan memiliki anak di usia muda sangat erat

kaitannya dengan peningkatan risiko kemiskinan. Hal

tersebut disebabkan karena pernikahan dini biasanya

diikuti oleh kegiatan membesarkan anak di usia muda,

meningkatnya jumlah anak di usia muda, kecenderungan

untuk meninggalkan bangku sekolah dan tidak

menamatkan pendidikan, kurang berpartisipasi dalam

angkatan kerja, menerima upah yang lebih rendah, dan

ketergantungan yang lebih tinggi terhadap bantuan dan

pelayanan publik (Singh dan Samara, 1996 dalam

Maynard, 1997).

Dengan berbagai dampak negatif yang

ditimbulkan, Dahl (2010) menjelaskan mengapa masing-

masing individu memutuskan untuk menikah di usia muda

61

dengan menggunakan dua kerangka analisis, yaitu analisis

ekonomi tradisional (traditional economics) dan analisis

psikologi dan perilaku ekonomi (psychological and

behavioral economics). Analisis ekonomi tradisional

berfokus pada rasionalitas dan pandangan ke depan dari

masing-masing individu. Dalam kerangka ini, menurut

Dahl (2010) keputusan perempuan untuk menikah di usia

muda didasari pada daya tarik berbagai alternatif lain yang

tersedia bagi mereka selain menikah. Rasionalitas muncul

ketika mereka mampu mengantisipasi secara penuh

terjadinya berbagai konsekuensi di masa depan dari

keputusan yang telah mereka ambil. Meskipun perempuan

yang menikah di usia muda cenderung untuk hidup dalam

kemiskinan, dengan mengantisipasi berbagai konsekuensi

tersebut mereka dapat mengoptimalkan berbagai

sumberdaya yang dimiliki (Dahl, 2010).

Analisis psikologi dan perilaku ekonomi berfokus

pada perilaku-perilaku berisiko (risk behaviour) yang

seringkali terjadi pada kaum muda yang mendasari

terjadinya pengambilan keputusan saat remaja. Menurut

analisis ini para remaja pada umumnya tidak dapat secara

akurat membandingkan antara keuntungan jangka pendek

(short-run benefits) dengan biaya jangka panjang (long-

run benefits) (Dahl, 2010). Hal tersebut disebabkan karena

mereka cenderung mengurangi berbagai konsekuensi yang

terjadi di masa depan terlalu banyak dan adanya

ketidakonsistenan preferensi waktu antara memilih saat

ini atau masa depan (Dahl, 2010). Hal tersebutlah yang

menyebabkan mereka banyak terlibat dalam berbagai

kegiatan berisiko seperti mabuk-mabukan, merokok,

menggunakan obat-obatan terlarang, berhubungan seks

tanpa pengaman, dan aktivitas kriminal, meski tahu bahwa

kegiatan-kegiatan tersebut membawa konsekunsi negatif

di masa depan (Dahl, 2010).

62

Faktor-faktor Struktural Penyebab Kemiskinan

Jika kemiskinan individual menekankan pada faktor

internal penyebab kemiskinan, kemiskinan struktural

menekankan pada faktor eksternal yaitu faktor di luar individu

yang berhubungan dengan pihak lain sebagai penyebab

kemiskinan. Berbeda dengan teori kemiskinan individual yang

melihat faktor individu sebagai sumber kemiskinan, menurut

teori ini kemiskinan disebabkan oleh sistem ekonomi, politik,

dan sosial yang membatasi seseorang untuk memiliki

kesempatan dan akses terhadap sumberdaya guna

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan (Bradshaw,

2005).

Banyak literatur kemiskinan saat ini mengemukaan

bahwa sistem ekonomi disusun sedemikan rupa agar orang

miskin semakin jatuh terbelakang tidak peduli bagaimana

kemampuan dan kompetensi mereka (Bradshaw, 2006).

Menurut Rank (2004) beberapa pekerjaan tidak memberikan

upah yang cukup untuk membiayai kehidupan para pekerja

beserta keluarga mereka. Di samping masalah upah, terdapat

ketidaksesuaian antara jumlah pekerjaan yang tersedia dengan

jumlah orang yang membutuhkan pekerjaan tersebut.

Menurut para ekonom, agar perekonomian pasar bebas

dapat berfungsi secara efektif terdapat persentase tertentu dari

para pekerja yang harus keluar dari pekerjaan, yang kemudian

dikenal sebagai tingkat pengangguran alamiah (natural

unemployment rate) (Rank, 2004). Adanya kondisi penggunaan

tenaga kerja penuh (full employment), misalnya, akan

menghambat kemampuan para pengusaha untuk menarik dan

mempekerjakan para pekerja, khususnya pada sektor yang

memiliki upah rendah (Rank, 2004). Akibat adanya tingkat

pengangguran alamiah, maka secara sistemik terdapat tingkat

pengangguran tertentu dalam perekonomian.

63

Selain sistem ekonomi, Menurut Bradshaw (2006)

terdapat sebuah penghalang yang muncul bersamaan dengan

sistem politik yang membatasi kepentingan serta partisipasi

masyarakat miskin. Banyak penelitian terkini yang telah

mengkonfirmasi hubungan antara kekayaan dan kekuasaan

yang ditunjukkan dengan rendahnya keterlibatan orang miskin

dalam diskusi politik, kepentingan yang lebih rentan dalam

proses politik, dan pengucilan dalam berbagai dimensi

(Bradshaw, 2006).

Voices for Changes mengidentifikasi hambatan-

hambatan institusional yang menjadi hambatan orang miskin

untuk ikut berpartisipasi dalam kebijakan publik. Hambatan-

hambatan tersebut antara lain kurangnya peralatan informasi

seperti faks, komputer, dan akses internet; aturan jaminan sosial

yang menghalangi keterlibatan masyarakat miskin karena takut

mempengaruhi hak mereka atas manfaat jaminan tersebut; dan

pejabat-pejabat yang menolak partisipasi mereka atau yang ikut

terlibat di dalamnya. Dengan demikian, penting bagi

pemerintah untuk menyediakan berbagai sumber daya yang

memungkinkan terjadinya partisipasi orang-orang yang

mengalami kemiskinan dalam pengambilan keputusan. Hal ini

dikarenakan mereka sering kali dijauhkan dari proses-proses

politik, memilki kapasitas dan sumber daya yang lebih sedikit

untuk terlibat dalam proses tersebut, dan memiliki risiko yang

lebih besar untuk terpinggirkan dalam kehidupan publik

(Combat Poverty Agency, 2008).

METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian

campuran (mixed methods), yaitu dengan menggabungkan

penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penggunaan metode

penelitian campuran ini bertujuan untuk lebih memahami

masalah penelitian dengan menggunakan data kuantitatif

berupa angka-angka dan data kualitatif berupa rincian-rincian

64

deskriptif. Hasil-hasil statistik kuantitatif akan ditindaklanjuti

dengan melakukan wawancara pada sejumlah individu guna

membantu menjelaskan lebih jauh lagi hasil statistik yang telah

diperoleh.

Memilih Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dalam tiga tahap.

Pertama, menentukan kelurahan termiskin di wilayah Kota

Surakarta. Pemilihan kelurahan termiskin tersebut berdasarkan

pada Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor: 471.1/62-

F/1/2014 tentang Penetapan Jumlah Penduduk Miskin Kota

Surakarta pada Tengah Tahun 2014. Pada SK tersebut peneliti

memilih tiga kelurahan dengan jumlah rumah tangga sasaran

(RTS) terbanyak. Hasilnya diperoleh tiga kelurahan termiskin

yaitu Kelurahan Kadipiro di Kecamatan Banjarsari, Kelurahan

Semanggi di Kecamatan Pasar Kliwon, dan Kelurahan

Mojosongo di Kecamatan Jebres. Selanjutnya dilakukan

eliminasi berdasarkan hasil pengamatan di tiga wilayah

tersebut. Proses eliminasi menyisakan Kelurahan Semanggi

sebagai kelurahan terpilih.

Kedua, memilih RW termiskin di Kelurahan Semanggi

berdasarkan data penerima manfaat Program Raskinda

Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta untuk tahun 2016. RW

termiskin merupakan RW dengan jumlah penerima manfaat

Raskinda paling banyak. Proses ini menetapkan RW I sebagai

RW terpilih. Ketiga, memilihi satu RT termiskin dan satu RT

terkaya di RW terpilih menggunakan data yang sama. RT

termiskin merupakan RT dengan jumlah penerima manfaat

Raskinda paling banyak yaitu RT 001. Sedangkan RT terkaya

merupakan RT dengan penerima manfaat Raskinda paling

sedikit yaitu RT 003.

Proses Pengumpulan Data

65

Untuk mengungkapkan secara tepat bagaimana faktor-

faktor individual dan struktural berperan dalam terjadinya

kemiskinan, studi ini menggunakan data primer yang diperoleh

langsung dari informan di lokasi penelitian, baik berupa data

kuantitatif maupun data kualitatif. Untuk mendapatkan data-

data yang diperlukan, penelitian ini menggunakan metode

survei rumah tangga dana wawancara mendalam (in-depth

interview).

1. Survei Rumah Tangga:

Survei rumah tangga dilakukan sebagai tahap awal

pengumpulan data guna mendapatkan data kuantitatif dan

gambaran umum rumah tangga di lokasi penelitian.

Melalui survei rumah tangga informasi penting mengenai

latar belakang pendidikan, status pekerjaan, kondisi

demografi, serta akses terhadap pelayanan publik

dikumpulkan untuk menjelaskan faktor-faktor individual

dan struktural yang menyebabkan terjadinya kemiskinan.

2. Wawancara Mendalam:

Wawancara mendalam (in-depth interview)

dilakukan untuk mendapatkan data kualitatif guna

mendukung data-data yang diperoleh dari survei rumah

tangga. Wawancara mendalam bersiat semi terstruktur

(semi-structured) dengan beberapa pertanyaan pokok

sebagai berikut.

Tabel 1. Pertanyaan Penelitian, Data yang Dibutuhkan,

dan Metode Pengumpulan Data

Pertanyaan

Penelitian

Data yang Dibutuhkan Metode Pengumpulan Data

Pertanyaan 1 Latar belakang

pendidikan

Survey Rumah Tangga,

Wawancara Mendalam

66

Pertanyaan 2 Kondisi demografi

keluarga

Survey Rumah Tangga,

Wawancara Mendalam

Pertanyaan 3 Akses terhadap

pelayanan publik dan

program-program

kemiskinan

Survey Rumah Tangga,

Wawancara Mendalam.

67

Proses Pengolahan Data

Teknik analisis data kuantitatif dilakukan dengan

analisis deskriptif yaitu dengan menggunakan persentase yang

disajikan dalam bentuk tabel ataupun grafik. Sedangkan untuk

metode analisis data kualitatif berpedoman pada model Miles

dan Huberman (1992) yang meliputi reduksi data (data

reduction), penyajian data (data display), dan kesimpulan

(conclusion).

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Faktor-faktor Individual Penyebab Terjadinya Kemiskinan

Latar Belakang Pendidikan

Berdasarkan survei rumah tangga yang dilakukan di RT

001 ditemukan bahwa dari 261 orang penduduk di RT ini

sebanyak 25 orang (9,58 %) berstatus belum sekolah, 64 orang

(24,52 %) berstatus sedang sekolah, dan 172 orang (65,90 %)

berstatus tidak sekolah lagi. Sedangkan berdasarkan survei di

RT 003 ditemukan bahwa dari 144 orang penduduk di RT ini

sebanyak 21 orang (14,58 %) berstatus belum sekolah, 20 orang

(13,89 %) berstatus sedang sekolah, dan 103 (71,53 %) berstatus

tidak sekolah lagi.

68

Sumber: Digambar dari Hasil Survei Rumah Tangga RT 001

dan RT 003

Gambar 1. Persentase Jumlah Penduduk yang Berstatus

Sedang Sekolah dan Tidak Sekolah Lagi berdasarkan Ijazah

Tertinggi yang Dimiliki.

Gambar 1 menunjukkan persentase penduduk

berdasarkan ijazah tertinggi yang ditamatkan dari 236

penduduk RT 001 dan 123 penduduk RT 003 berstatus sedang

sekolah dan tidak sekolah lagi. Dari gambar dapat dilihat bahwa

secara umum tingkat pendidikan di RT 003 sedikit lebih baik

daripada di RT 001. Hal tersebut ditunjukkan dengan

persentase penduduk tamatan pendidikan menengah dan

menengah tinggi di RT 003 yang sedikit lebih besar jika

dibandingkan dengan RT 001. Namun demikian tidak menutup

kemungkinan bahwa di masa depan tingkat pendidikan di RT

001 akan lebih baik dibandingkan dengan RT 003 mengingat

persentase jumlah penduduk yang berstatus sedang sekolah di

RT ini lebih besar jika dibandingkan dengan RT 003. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2. di bawah ini.

18.22

37.71

14.41

28.39

0.85 0.42

14.63

34.96

20.33

29.27

0.81

RT 001 RT 003

69

Sumber: Digambar dari Hasil Survey Rumah Tangga RT 001

dan RT 003

Gambar 2. Persentase Jumlah Penduduk yang Berstatus

Sedang Sekolah dan Tidak Sekolah Lagi berdasarkan Aktivitas

Sehari-hari.

Berdasarkan gambar 2. di atas dari 236 penduduk

berstatus sedang sekolah dan tidak sekolah di RT 001 sebanyak

27,12 persen sedang berada di bangku sekolah. Sementara itu

dari 132 penduduk berstatus sedang sekolah dan tidak sekolah

lagi di RT 003 hanya 16,26 persen saja yang sedang berada di

bangku sekolah. Sebaliknya, mereka yang beraktivitas di rumah

dan bekerja lebih banyak ditemukan di RT 003.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tingkat

pendidikan sangat erat kaitannya dengan jenis pekerjaan

seseorang. Rendahnya pendidikan masyarakat membuat jenis

pekerjaan yang dilakukan terkonsentrasi pada sektor

perdagangan dan sektor industri pengolahan. Secara umum

27.12

16.53

55.93

0.42

16.2618.70

65.04

0.00

Sekolah Di Rumah Bekerja Sedang Cari Kerja

RT 001 RT 003

70

tidak terlalu banyak terjadi perbedaan jenis pekerjaan di kedua

wilayah ini, hanya saja jenis pekerjaan di RT 001 lebih

bervariasi dibandingkan dengan RT 003. Selengkapnya

mengenai jenis pekerjaan penduduk di kedua lokasi penelitian

dapat dilihat pada gambar 3. berikut.

Sumber: Digambar dari Hasil Survey Rumah Tangga RT 001

dan RT 003

Gambar 3. Persentase Jumlah Penduduk yang Berdasarkan

Jenis Pekerjaan.

Menindaklanjuti hasil temuan tersebut, peneliti

melakukan wawancara mendalam kepada beberapa penduduk

untuk menemukan berbagai macam alasan mengapa begitu

banyak dari mereka yang tidak berpendidikan tinggi. Alasan

27.61

5.97

34.33

3.73

5.97

0.753.73

1.49

12.69

3.73

31.25

2.50

45.00

5.003.75

0.00 0.00 0.00

11.25

1.25

RT 001 RT 003

71

ekonomi yaitu tidak memiliki biaya untuk meneruskan sekolah

menjadi penyebab utama sebagian besar penduduk tidak

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain

faktor ekonomi, alasan lain yang membuat beberapa

narasumber memutuskan untuk berhenti sekolah yaitu adanya

pandangan skeptis apakah pendidikan tinggi akan membuat

mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Pandangan ini

kemungkinan muncul dari lingkungan di sekitar, dimana tidak

banyak orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi

mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik dibandingkan

mereka yang hanya lulusan SD maupun tidak bersekolah sama

sekali. Hal ini kemudian berdampak pada timbulnya rasa malas

untuk menyelesaikan dan melanjutkan sekolah ke jenjang yang

lebih tinggi.

Kondisi Demografi

Melalui pengamatan selama di lapangan dan hasil

sensus rumah tanga peneliti menemukan bahwa di beberapa

rumah tangga dengan kondisi yang paling memprihatinkan

terdapat kecenderungan untuk memiliki anak di usia yang

relatif masih muda, dan adanya keluarga besar (large family).

Usia kepemilikan anak dapat dihitung dari selisih antara usia

ibu dengan usia anak pertama mereka. Para ibu tersebut

umumnya memiliki anak pertama di usia 16 hingga 18 tahun.

Large family itu sendiri pada umumnya merupakan

konsekuensi yang timbul dari pernikahan atau kepemilikan

anak di usia muda.

Melalui wawancara mendalam dengan para perempuan

yang menikah di usia muda, mereka seluruhnya menyatakan

bahwa telah bekerja selama beberapa tahun sejak masih kecil

setelah berhenti sekolah. Pada umumnya mereka bekerja

sebagai buruh di pabrik-pabrik dengan gaji yang sangat minim.

Berdasarkan analisis ekonomi tradisional (traditional

economic) yang dikemukakan Dahl (2010) tentang rasionalitas

72

dan pandangan ke depan masing-masing individu, keputusan

untuk menikah di usia muda tampaknya jauh lebih menarik

dibandingkan dengan tetap bekerja sebagai buruh pabrik.

Namun sayangnya, keputusan tersebut tidak diikuti dengan

persiapan yang matang mengenai apa-apa saja yang dibutuhkan

untuk menjalani kehidupan berumah tangga, terlebih lagi

ketika berencana untuk memiliki banyak anak.

Selain itu keputusan untuk menikah muda juga

disebabkan karena terjadinya kehamilan akibat hubungan

seksual di luar nikah. Berdasarkan teori Dahl (2010) tentang

analisis psikologi dan perilaku ekonomi (psychological and

behavioral economic) hal tersebut disebabkan karena remaja

seringkali tidak memperhitungkan secara matang akibat dari

perilaku-perilaku mereka saat ini sehingga mereka seringkali

terlibat pada perilaku-perilaku beresiko (risk behaviour) yang

salah satunya hubungan seksual di luar nikah. Keputusan untuk

menikah di usia muda karena faktor-faktor psikologis tersebut

seringkali menimbulkan penyesalan di kemudian hari karena

konsekuensi jangka panjang yang timbul seperti timbulnya

halangan-halangan untuk meraih kesuksesan dan membuat

pilihan-pilihan yang diinginkan.

Berdasarkan pengamatan di lapangan dan studi literatur

yang dilakukan ditemukan beberapa alasan yang mendasari

perilaku beresiko tersebut. Pertama, anak yang lahir dari orang

tua yang menikah di usia dini memiliki kecenderungan untuk

terlibat pada perilaku-perilaku yang bermasalah seperti putus

sekolah dan kriminalitas. Kedua, kurangnya kontrol sosial dari

masyarakat akan perilaku-perilaku tersebut. Ketiga dan yang

paling penting, rendahnya tingkat pendidikan. Pendidikan

rendah tidak hanya menghalangi seseorang untuk

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik yang dapat membuat

mereka menunda usia pernikahan, tetapi juga memutus peran

sekolah sebagai lembaga kontrol sosial dalam memperbaiki

73

perilaku-perilaku buruk dan membina perilaku-perilaku baik

yang sesuai dengan nilai dan norma di masyarakat ketika

keluarga serta lingkungan tidak mampu untuk melakukaannya.

Faktor-faktor Struktural Penyebab Terjadinya Kemiskinan

Akses Terhadap Pelayanan Publik dan Program Kemiskinan

Berbeda dengan kemiskinan individual yang melihat

defisiensi-defisiensi individu sebagai penyabab terjadinya

kemiskinan, konsep kemiskinan struktural menekankan pada

ketidakmampuan sistem dan struktur sosial dalam

menyediakan kesempatan-kesempatan bagi individu untuk

mencapai potensi maksimal yang dapat mereka capai.

Ketidakmampuan tersebut disebabkan oleh hambatan-

hambatan struktural yang membatasi akses individu terhadap

sumberdaya-sumberdaya yang tersedia sehingga mereka sulit

keluar dari kondisi kemiskinan. Untuk melihat bagaimana

akses masyarakat di kedua wilayah penelitian terhadap

sumberdaya-sumberdaya yang tersedia, peneliti menggunakan

delapan bentuk pelayanan publik, yaitu pendidikan/sekolah,

kesehatan/pengobatan, bantuan perumahan, latihan kerja,

kredit/finansial, sanitasi, bantuan hukum, dan keamanan/polisi,

manakah yang dapat mereka akses. Hasilnya dapat dilihat pada

gambar .

74

Sumber: Digambar dari Hasil Sensus Rumah Tangga RT 001

Gambar 4. Persentase Penduduk terhadap Akses Pelayanan

Publik di RT 001.

.

Sumber: Digambar dari Sampling Rumah Tangga RT 003

Gambar 5. Persentase Penduduk terhadap Akses

Pelayanan Publik di RT 003.

88.89 96.30

14.81 18.5238.89

85.19

5.56

29.6311.11 3.70

85.19 81.4861.11

14.81

94.44

70.37

TERAKSES TIDAK TERAKSES

67.8657.14

7.14 10.7125.00

96.43

7.14

32.1442.86

92.86 89.2975.00

3.57

100.00 92.86

TERAKSES TIDAK TERAKSES

75

Dengan membandingkan gambar 4. dan gambar 5. di

atas dapat dilihat bahwa penduduk di RT 001 yang merupakan

wilayah paling miskin justru memiliki akses yang lebih baik di

hampir semua bidang pelayanan publik dibandingkan dengan

penduduk di RT 003 sebagai wilayah paling kaya. Pelayanan di

bidang pendidikan, kesehatan, dan sanitasi merupakan

pelayanan yang paling banyak diakses di kedua lokasi

penelitian. Dalam bidang sanitasi, besarnya persentase

penduduk yang mampu mengakses pelayanan ini utamanya

didorong dengan adanya proyek Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) pernah dilaksanakan di Kampung Losari

beberapa tahun silam. Hanya saja tidak semua rumah tangga

dapat tercover proyek IPAL tersebut.

Alasan geografis menjadi penyebab utama beberapa

rumah tangga masih belum memiliki saluran pembuangan

limbah, khususnya bagi mereka yang tinggal di atas tanggul.

Dalam wawancara dengan beberapa warga tanggul, mereka

mengatakan bahwa lokasi tempat mereka tinggal yang terletak

agak terpisah dan lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi

disekitarnya membuat wilayah tanggul sulit untuk dipasangi

IPAL. Meskipun begitu, mereka masih dapat melakukan

aktivitas mandi dan mencuci di MCK yang telah tersedia.

Untuk akses terhadap pelayanan publik dalam bentuk

bantuan perumahan RT 001 menjadi prioritas bantuan tersebut

sehingga tak heran jika persentase penduduk yang mampu

mengakses pelayan ini lebih besar jika dibandingkan dengan

RT 003. Hanya saja, lagi-lagi mereka yang tinggal di daerah

tanggul tidak dapat menerima bantuan tersebut. Jika pada

pelayanan di bidang sanitasi mereka terkendala masalah

geografis, pada pelayanan ini mereka terkendala masalah

administratif.

Menempati lahan ilegal milik PT. Kereta Api (Persero),

mereka yang tinggal di atas tanggul tidak memiliki sertifikat

76

kepemikan atas lahan dan/atau bangunan yang mereka tempati.

Sertifikat kepemilikan tersebut menjadi syarat utama untuk

mendapatkan program bantuan perumahan dari pemerintah.

Dengan kata lain, tanpa sertifkat tersebut sebarapa parahpun

kondisi rumah mereka, mereka tidak akan diajukan oleh ketua

lingkungan setempat untuk memperoleh bantuan perumahan.

Hal ini bertujuan agar tidak mempersulit proses penggusuran

yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

Hambatan struktural juga dapat dijumpai pada

pemberian manfaat program pengentasan kemiskinan, yang

salah satunya yaitu Raskin dan Raskinda. Dalam kasus ini

terdapat hambatan formal mengenai praktek pembagian Raskin

dan Raskinda yang jauh menyimpang dari aturan yang

seharusnya. Pada hakekatnya, Raskin dan Raskinda harus

diberikan sesuai dengan daftar penerima manfaat yang

ditetapkan oleh pemerintah. Namun, pada prakteknya Raskin

dan Raskinda dibagikan secara merata kepada seluruh kepala

keluarga di kedua RT tersebut. Hal tersebut dilakukan guna

menghindari timbulnya kecemburuan sosial diantara warga

kedua RT karena tidak semua kepala keluarga mendapat

manfaat program kemiskinan tersebut. Padahal, praktek

tersebut justru mengurangi hak para penerima manfaat

program yang bisa jadi benar-benar membutuhkan bantuan

tersebut.

Hambatan formal juga terlihat dari tidak adanya

pendampingan pejabat-pejabat terkait guna mengawasi proses

pembagian Raskin dan Raskinda. Tidak hanya kedua program

tersebut, tetapi juga program-program lainnya seperti pelatihan

kerja yang pernah diikuti oleh beberapa orang di lokasi

penelitian. Absennya pejabat terkait dalam pendampingan

paska pelatihan kerja membuat pelatihan tersebut seperti tidak

membawa manfaat apapun bagi peserta dan lingkungan

setempat. Sehingga tak heran jika terdapat tawaran pelatihan

77

kerja dari pemerintah hampir tidak ada warga yang tertarik

untuk mengikutinya.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Pada faktor-faktor individual penyebab terjadinya

kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan di kedua lokasi

penelitian disebabkan oleh tiga hal, yaitu: 1) keterbatasan

ekonomi; 2) pragmatis; 3) kemalasan. Rendahnya tingkat

pendidikan membuat jenis pekerjaan terkonsentrasi pada

sektor perdagangan dan industri pengolahan. Sektor

perdagangan yang dimaksud yaitu pedagang kaki lima,

pramuniaga toko, ataupun membuka usaha warung di rumah.

Sementara pekerjaan pada sektor industri pengolahan

umumnya merupakan buruh pabrik seperti pabrik tekstil dan

percetakan dengan upah harian ataupun mingguan yang

minim.

Rendahnya tingkat pendidikan secara tidak langsung

juga turut menyebabkan terjadinya kemiskinan melalui

keterkaitannya dengan faktor individu lainnya yaitu kondisi

demografi. Kondisi demografi yang dimaksud yaitu pernikahan

di usia muda (early marriage). Secara rasional, keputusan untuk

menikah di usia muda dipengaruhi oleh daya tarik pernikahan

itu sendiri dibandingkan dengan alternatif lainnya yaitu

dengan tetap bekerja pada pekerjaan-pekerjaan kasar berupah

minim akibat ketidakmampuan mencari pekerjaan lain yang

lebih baik.

Secara psikologis dan perilaku, pernikahan di usia muda

ternyata juga turut dipengaruhi oleh keterlibatan remaja pada

perilaku berisiko yaitu hubungan seksual di luar nikah yang

menyebabkan terjadinya kehamilan. Perilaku berisiko tersebut

dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1) kecenderungan anak

78

yang lahir dari orang tua yang juga menikah di usia muda untuk

terlibat pada perilaku-perilaku yang bermasalah; 2) kurangnya

kontrol sosial dari masyarakat; 3) putusnya peran sekolah

sebagai lembaga kontrol sosial akibat berhenti bersekolah.

Secara garis besar, keputusan untuk menikah di usia muda

merupakan keputusan yang keliru (bad decision) karena tidak

diikuti dengan persiapan yang matang mengenai apa-apa saja

yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan berumah tangga,

terlebih lagi ketika berencana untuk memiliki banyak anak.

Dalam faktor-faktor struktural terjadinya kemiskinan

ditemukan tiga hambatan yang membatasi akses seseorang

terhadap pelayanan publik program kemiskinan, yaitu: 1)

hambatan geografis; 2) hambatan administrasi; 3) hambatan

formal. Secara umum dapat dikatakan bahwa RT 001 memiliki

kondisi struktural yaitu akses terhadap pelayanan publik yang

lebih baik jika dibandingkan dengan RT 003. Sedangkan RT 003

memiliki kondisi individual yaitu latar belakang pendidikan

yang jauh lebih baik dibandingkan dengan RT 001. Hal tersebut

sangat masuk akal mengingat RT 001sebagai wilayah paling

miskin pasti menjadi prioritas dalam berbagai program

kemiskinan pemerintah. Sedangkan RT 003 sebagai wilayah

paling kaya, penduduknya pasti memiliki sumberdaya lebih

untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

Berbagai temuan mengenai faktor-faktor individual dan

struktural yang menyebabkan kemiskinan memunculkan dua

rekomendasi kebijakan utama, yaitu:

1. Relokasi ke tempat yang lebih baik.

Rekomendasi ini muncul untuk mengatasi masalah-

masalah faktor-faktor individual seperti pragmatis dan

malas. Dengan tinggal di lingkungan yang lebih baik dan

mendukung terjadinya kegiatan-kegitan positif, seseorang

79

akan menjadi lebih termotivasi untuk meningkatkan

pencapaian-pencapaian dalam hidup yang salah satunya

pendidikan. Selain itu relokasi juga dapat mengatasi

masalah lemahnya kontrol sosial dari lingkungan

setempat. Ketika kegiatan-kegiatan negatif sudah

dimaklumi dan dibiarkan begitu saja tanpa memberikan

efek jera pada pelakunya, pindah ke tempat yang memiliki

aturan dan sanksi tegas bagi mereka yang berperilaku

menyimpang dari nilai dan norma sosial menjadi solusi

terbaik yang dapat dilakukan.

2. Pendampingan pemerintah dalam pelaksanaan program-

program kemiskinan sampai kegiatan yang paling akhir.

Rekomendasi ini muncul untuk mengurangi hambatan-

hambatan struktural penyabab terjadinya kemiskinan,

khususnya hambatan formal. Hal tersebut bertujuan untuk

mengawasi jalannya program-program kemiskinan dan

memastikan bahwa manfaat program-program tersebut

jatuh ke tangan yang seharusnya. Ketika hambatan

geografis dan administrasi di lokasi penelitian sulit untuk

diatasi, karena hal ini berhubungan dengan faktor legalitas

dan keterbatasan sumber daya ekonomi untuk pindah,

mengatasi hambatan formal menjadi solusi yang paling

mungkin untuk dilakukan. Selain itu, pendampingan

pemerintah juga sebagai bentuk follow up pelatihan kerja

yang paling baik untuk dilakukan. Hal tersebut dapat

mendorong tersebarnya keterampilan yang diperoleh

khususnya di masyarakat, karena jika follow up pelatihan

kerja berupa insentif dalam bentuk suntikan dana,

dikhawatirkan insentif tersebut tidak digunakan untuk

mengembangkan keterampilan yang diperoleh dari

pelatihan kerja tersebut.

Di banyak literatur dijelaskan bahwa faktor-faktor individual

dan struktural dapat mempengaruhi satu sama lain dalam

menyebabkan terjadinya kemiskinan. Namun karena

80

keterbatasan peneliti, studi tentang kedua faktor tersebut

berjalan pada koridornya masing-masing. Artinya, tanpa

menyinggung dan menjelaskan bagaimana hubungan

keduanya. Oleh karena itu, rekomendasi bagi penelitian

selanjutnya, khususnya bagi penelitian yang akan dilakukan di

lokasi yang sama dengan studi ini, yaitu mencoba untuk

menjelaskan bagaimana keterkaitan keduanya. Apakah faktor-

faktor individual mempengaruhi faktor-faktor struktural? Atau

sebaliknya, faktor-faktor strukturalkah yang mempengaruhi

faktor-faktor individual? Karena hasilnya mungkin akan

berbeda di setiap lokasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan (Edisi 5).

Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2015a. Jumlah dan Persentase

Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks

Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, 2007-2009 (Maret),

2010-2011, 2012 (Maret dan September).

http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1489. Diakses

Kamis, 10 September 2015.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2015b. Jumlah dan Persentase

Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks

Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2) menurut Provinsi, 2013-2014.

http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1488. Diakses

Kamis, 10 September 2015.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2015a. Penduduk

Miskin menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Tahun 2010, 2011 dan 2012.

81

http://jateng.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/793.

Diakses Jumat, 11 September 2015.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2015b. Indeks

Pembangunan Manusia menurut Kabupaten/Kota,

1996-2013.

http://jateng.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/7.

Diakses Jumat, 11 September 2015.

Beeghley, Leonard. 1988. “Individual and Structural

Explanations of Poverty”. Population Research and

Policy Review 7: 201-222.

Belfield, Clive R. & Henry M. Levin (eds.). 2007. The Price We

Pay: Economic and Social Consequences of Inadequate

Education. Washington, D.C.: Brookings Institution

Press.

Bradshaw, Ted K. 2006. Theories of Poverty and Anti-Poverty

Programs in Community Development. RPRC

Working Paper Series. Working Paper No. 06-05.

Combat Poverty Agency. 2008. Understanding Poverty: An

Introduction Guide to Poverty in Ireland. Dublin:

Combat Poverty Agency.

Dahl, Gordon B. 2010. “Early Teen Marriage and Future

Poverty”. Demography. 47(3): 689-718.

Davis, E. Philip., dan Miguel Sanchez-Martinez. 2015.

Economic Theories of Poverty. York: Joseph Rowntree

Foundation.

Herrnstein, Richard J. dan Charles Murray. 1994. The Bell

Curve: Intelligence and Class Structure in American

Life. New York: The Free Press.

82

Maynard, R. 1997. Kids having Kids: The Economic Costs and

Social Consequences of Teen Pregnancy. Washington,

D.C.: Urban Institute Press.

Miles, Matthew B., dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis

Data Kualitatif. Diterjemahkan oleh: Tjetjep Rohendi

Rohidi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-

Press).

Narayan, Deepa, Raj Patel, Kai Schafft, Anne Rademacher, dan

Sarah Koch-Schulte. 1999. Can Anyone Hear Us?

Voices from 47 Countries. Washington: World Bank.

Rank, Mark Robert. 2004. One Nation, Underprivileged: Why

American Povety Affects Us All. New York: Oxford

University Press.

Rouse, Cecilia Elena. 2007. “Consequences for the Labor

Market”. Dalam Clive R. Belfield dan Henry M. Levin

(Eds). The Price We Pay: Economic and Social

Consequences of Inadequate Education. Washington,

D.C.: Brookings Institution Press.

Townsend, Peter. 1979. Poverty in the United Kingdom: A

Survey of Household Resources and Standards of

Living. Middlesex: Penguin Books.

von Braun, J. & Franz W. Gatzweiller (eds.). 2014. Marginality:

Adrressing the Nexus of Poverty, Exclusion and

Ecology. New York: Springer.