PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...

49
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan antar negara, termasuk peran segenap negara, organisasi pemerintah, organisasi non-pemerintah, kemudian perusahaan multinasional (MNC). Semua negara berinterkasi karena adanya kepentingan, yaitu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya masing-masing. Karena setiap negara mempunyai keterbatasan, maka perlu melakukan interkasi berupa kerjasama dengan negara lainnya maupun non negara. 1 Dalam keterbatasan tersebut, setiap negara mempunyai perbedaan dalam menghasilkan kebutuhan negaranya. Karena itu, mudah dipahami adanya negara yang lebih unggul dalam memproduksi hasil tertentu. Hal tersebut mendorong suatu negara memenuhi kebutuhan negara masing-masing dan salah satu hubungan tersebut adalah hubungan dalam bidang ekonomi. 1 Dikutip “Pengertian Hubungan Internasional Menurut Para Ahli Paling Lengkap”, dalam http://www.dosenpendidikan.com/22-pengertian- hubungan-internasional-menurut-para-ahli-paling-lengkap/, diakses pada tanggal 12 Januari 2017.

Transcript of PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...

Page 1: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

antar negara, termasuk peran segenap negara, organisasi pemerintah, organisasi non-

pemerintah, kemudian perusahaan multinasional (MNC). Semua negara berinterkasi

karena adanya kepentingan, yaitu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dalam

negerinya masing-masing. Karena setiap negara mempunyai keterbatasan, maka perlu

melakukan interkasi berupa kerjasama dengan negara lainnya maupun non negara.1

Dalam keterbatasan tersebut, setiap negara mempunyai perbedaan dalam

menghasilkan kebutuhan negaranya. Karena itu, mudah dipahami adanya negara yang

lebih unggul dalam memproduksi hasil tertentu. Hal tersebut mendorong suatu negara

memenuhi kebutuhan negara masing-masing dan salah satu hubungan tersebut adalah

hubungan dalam bidang ekonomi.

Perkembangan situasi dan isu-isu internasional semakin berkembang dan berubah

dengan cepat dari tahun ke tahun. Pergeseran isu-isu yang menjadi fokus analisis dari

hubungan internasional tidak lagi terpaku pada high politics, tetapi juga kepada isu-

isu low politics.

Isu-isu low politics telah dianggap sama pentingya dengan isu-isu high politics,

salah satu yang menjadi perhatian dan memerlukan perhatian dari dunia internasional

adalah permasalahan pangan. Isu pangan bisa memberikan dampak yang sangat besar

1 Dikutip “Pengertian Hubungan Internasional Menurut Para Ahli Paling Lengkap”, dalam http://www.dosenpendidikan.com/22-pengertian-hubungan-internasional-menurut-para-ahli-paling-lengkap/, diakses pada tanggal 12 Januari 2017.

Page 2: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

2

bagi suatu negara, salah satunya bisa terganggunya kestabilan perekonomian,

politik, hingga ketahanan keamanan.

Pangan merupakan kebutuhan yang bersifat mendasar bagi setiap manusia. Maka

dari itu, setiap negara selalu termotivasi untuk memiliki stok bahan pokok pangan

dalam jumlah yang besar, hal tersebut merupakan langkah pengamanan serta

perlindungan terhadap rakyatnya. Begitu pentingnya pangan sebagai komoditas

pokok yang ketersediannya harus selalu mencukupi dan mudah didapat oleh semua

penduduk negara, menyebabkan bahwa komoditas ini tidak saja sebagai komoditas

ekonomi, tetapi juga komoditas politik. Untuk itu, setiap negara berusaha untuk lebih

mandiri dalam pengadaannya dan menghindari ketergantungan pangan terhadap

negara lain.

Akan tetapi, meski memiliki hak atas pangan yang cukup pada kenyataannya

masih banyak orang yang mengalami kelaparan dan kekurangan pangan. Populasi

orang kelaparan dan kekurangan pangan terutama terkonsentrasi di wilayah-wilayah

miskin di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Sub Sahara Afrika. Menurut perkiraan

FAO, satu dari tujuh penduduk dunia tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan.2

FAO dalam press release-nya bersama-sama dengan World Food Program pada

bulan September 2010, mengemukakan bahwa jumlah penduduk dunia yang

menderita kelaparan pada tahun 2010 mencapai 925 juta orang. Situasi ini diperparah

dengan semakin berkurangnya investasi di sektor pertanian yang sudah berlangsung

selama 20 tahun terakhir, sementara sektor pertanian menyumbang 70% dari

lapangan kerja baik secara langsung maupun tidak langsung.3 Oleh karena itu, dalam

penyelsaian permasalahan ini setiap negara wajib mempunyai Food Security atau

ketahanan pangan yang kuat.

2 Gatot S. Hardono,dkk., “Liberalisasi Perdagangan: Sisi Teori, Dampak Empiris dan Perspektif Ketahanan Pangan”, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian: Bogor, 2004, hlm.75.3 “Ketahanan pangan”, dalam http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=9&l=id., diakses pada tanggal 12 Januari 2017.

Page 3: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

3

Menurut David N. Balaam dan Michael Veseth dalam bukunya Introduction to

International Political Economy masalah kelaparan dan krisis pangan telah menjadi

permasalahan internasional. Bahkan setiap harinya lebih dari seratus juta orang di

dunia menderita kelaparan dan malnutrisi.4

Konsep ketahanan pangan yang dianut Indonesia dapat dilihat dari Undang-

Undang (UU) No.7 Tahun 1996 tentang pangan, Pasal 1 Ayat 17 yang menyebutkan

bahwa “Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga (RT)

yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

aman, merata, dan terjangkau”. UU ini sejalan dengan definisi ketahanan pangan

menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (Food and Agriculture Organization)

dan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) tahun 1992, yakni

akses setiap rumah tangga atau individu untuk dapat memperoleh pangan pada setiap

waktu untuk keperluan hidup yang sehat. Sementara pada World Food Summit tahun

1996, ketahanan pangan pada setiap waktu untuk keperluan hidup yang sehat dengan

persyaratan penerimaan pangan sesuai dengan nilai atau budaya setempat.5

Berbagai kejadian yang dapat dikategorikan sebagai krisis pangan yang muncul

secara berulang menunjukkan bahwa ketahanan pangan yang dimiliki negara relatif

rapuh. Ketahanan pangan yang tangguh tidak akan mudah goyah apabila terjadi

penurunan produksi pangan maupun gejolak ekonomi. 6

Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

hasil bercocok tanam atau bertani. Padi merupakan produk pertanian berupa tanaman

asli negara-negara Asia termasuk juga Indonesia.7 Masyarakat Indonesia merupakan

4 David N. Balaam dan Michael Veseth, Introduction to International Political Economy, (New Jersey: Prentice Hall Inc, 1996), hlm.385. 5 “Konsep Ketahanan Pangan” ,dalam http://nusataniterpadu.files.wordpress.com/2008/10/ketahanan-pangan-2008.pdf., diakses pada tanggal 12 Januari 2017. 6 Bungaran Saragih (Ed.), Suara Dari Bogor: Membangun Opini Sistem Agribisnis (Jakarta: IPB Press, 2010), hlm. 119. 7 BALITPA (Balai Penelitian Padi), Inovasi Tekonologi untuk Pwningkatan Produksi Padi dan Kesejahteraan Petani, Sukamandi: Badan Litbang Pertanian, hlm. 157.

Page 4: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

4

pengkonsumsi beras terbesar kedua di dunia setelah Vietnam. Kebutuhan yang

dikonsumsi per tahun mencapai 33,5 juta ton dan terus meningkat. Dari sisi konsumsi

beras perkapitanya, Vietnam mengkonsumsi beras perkapitanya 200-an kilogram

pertahun, Indonesia 130 kilogram pertahun, Malaysia 80 kilogram, dan Thailand 70

kilogram.8

Ketersediaan pangan yang cukup juga akan mendukung terciptanya ketahanan

pangan yang baik. Sementara ketahanan pangan yang baik merupakan modal utama

untuk mewujudkan sebuah stabilitas dan ketahanan negara-negara yang baik pula.9

Oleh karena itu, permasalahan pangan menjadi suatu masalah yang sangat penting

yang wajib diselesaikan oleh setiap negara dan juga dunia internasional. Karena

permasalahan pemenuhan pangan bagi setiap individu, merupakan suatu hak-hak

masyarakat di dunia yang termasuk kedalam hak untuk memperoleh standar hidup

yang baik, yang tercantum dalam pasal 25 yang terdiri dari 30 pasal pernyataan PBB

tentang Hak Asasi Manusia.10

Dengan demikian, terdapat tiga hal yang menjadi sebab mengapa masalah

pangan menjadi masalah yang penting. Pertama, bahwa pangan merupakan Hak

Asasi Manusia yang didasarkan atas empat hal, yaitu:

1. Universal Declaration of Human Right pada tahun 1948 dan

International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights pada

tahun 1966, yang menyebutkan bahwa setiap manusia mempunyai

standar hidup yang layak termasuk pangan, pakaian, tempat tinggal,

dan hak fundamental untuk bebas dari kelaparan dan kekurangan gizi.

8 Joko Widodo, “Konsumsi beras masyarakat Indonesia tertinggi di Dunia” Solo, 4 Oktober 2013,

dalam www.antaranews.com Diakses pada tanggal 31 Desember 2016. 9 Op,Cit. hlm.25. 10 “Pernyataan umum tentang Hak Asasi Manusia”, dalam http://www.ohchr.org/EN/UDHR/Documents/UDHR_Translations/inz.pdf., diakses pada tanggal 12 Januari 2017.

Page 5: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

5

2. Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit

pada tahun 1966 yang ditandatangani oleh 112 kepala negara atau

pejabat tinggi dari 186 peserta, dimana Indonesia menjadi salah satu

yang menandatanganinya. Isinya yaitu pemberian tekanan pada

Human Right to Adequate Food (hak atas pemenuhan kebutuhan

oangan yang cukup) dan perlunya aksi bersama antara negara untuk

mengurangi kelaparan.

3. Millenium Development Goals (MDGs) mengatakan bahwa pada

tahun 2015, setiap negara termasuk Indonesia menyepakati

menurunkan kemiskinan dan kelaparan sepenuhnya.

4. Hari pangan sedunia pada tahun 2007, menekankan bahwa pentingnya

pemenuhan hak atas pangan.

Kedua, kondisi objektif suatu negara yang berkutat mengenai masalah gizi.

Masalah gizi tersebut berakar pada masalah ketersediaan, distribusi, keterjangkauan

pangan, kemiskinan pendidikan serta pengetahuan perilaku masyarakat. Denagn

demikian masalah pangan merupakan permasalahan berbagai sektor dan merupakan

tanggung jawab bersama. Ketiga, perubahan kondisi dunia yang menuntut

kemandirian. Perubahan yang dimaksud terlihat pada harga pangan nasional yang

melonjak drastis dan tidak stabil, terjadinya resensi ekonomi global dan adanya

serbuan pangan asing yang menyebabkan perubahan kondisi global tersebut sangat

bergantung pada impor.11

Di Indonesia sendiri masalah ketahanan pangan sangatlah krusial. Pangan

merupakan kebutuhan dasar manusia yang wajib dipenuhi. Pada masa awal hingga

pertengahan orde baru, yakni antara periode 1970-1980an, produksi beras di

Indonesia cukup bagus, bahkan tahun 1984 mengalami swasembada beras. Kondisi

ini terjadi karena kinerja pemerintah yang sinergis dengan berbagai pihak seperti 11 “Gambaran Umum Pangan Dunia”, Pasar Komoditi Nasional dalam http://www.paskomnas.com/id/berita/GambaranUmum-Pangan-Dunia.php., diakses pada tanggal 12 Januari 2017.

Page 6: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

6

produsen padi, distribusi padi dan konsumen beras, sehingga distribusi beras dari

hulu ke hilir semakin sistematis.12 Namun, jika melihat keadaan selama beberapa

tahun terakhir, masalah beras menjadi permasalahan yang serius.

Permasalahan pangan yang terjadi di Indonesia terdiri dari dua bentuk, yaitu

permasalahan secara berkala (transitory/ occasional food security) dan kronis

(chronic food insecurity). Permasalahan secara berkala terjadi karena misalnya terjadi

bencana alam, konflik sosial dan fluktuasi harga. Sedangkan permasalahan kronis

adalah krisis yang terjadi berulang dan terus menerus. Krisis ini terjadi karena

terbatasnya akses terhadap ketersediaan pangan disertai harga pangan yang

melambung tinggi.13

Dengan adanya permasalahan seperti ini salah satu kebijakan yang dilakukan

Indonesia saat ini dalam menciptakan ketahanan pangan nasional yang kuat, sehingga

Indonesia mengambil suatu kebijakan yaitu membuka jalur impor pangan.

Peningkatan impor pangan ke Indonesia ini yang paling drastis adalah setelah

Indonesia menjadi anggota World Trade Organization (WTO) yang mengusung

perdagangan bebas melalui perjanjian multilateral. Dimana WTO berdiri tahun 1994

dan Indonesia termasuk menjadi negara yang paling awal meratifikasi menjadi negara

anggota WTO pada tahun 1995.

Melalui aturan Agreement on Agriculture (AOA) dari WTO, Indonesia

melakukan perdagangan bebas dan neoliberal. Hal tersebut semakin terbuka, setelah

Presiden Soeharto menandatangani Letter of Intent dengan International Monetary

Fund (IMF) dan Structural Adjusment Program (SAP) dengan Bank Dunia pada

tahun 1997. Dua paket tersebut mengharuskan Indonesia harus melakukan privatisasi,

liberalisasi, deregulasi sebagai upaya penyelamatan Indonesia dari krisis ekonomi.14

12 Beddu Amang, dkk. 1999, “Kebijakan Beras dan Pangan Nasional”, Jakarta: IPB Press. hlm.159. 13 “Krisis Pangan dan Solidaritas”, dalam http://zainurihanif.com/2008/06/21/krisis-pangan-dansolidaritas/., dikases pada tanggal 12 Januari 2017. 14 Henry Saragih, “Kedaulatan Pangan, Solusi atasi Krisis Pangan” Serikat Petani Indonesia, Jakarta 18 Oktober 2011 dalam http://www.spi.or.id/?p=4294., dikases pada tanggal 13 Januari 2017.

Page 7: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

7

Sejak perdagangan bebas dipromosikan WTO, angka kelaparan yang

merupakan salah satu dampak dari salah satu krisis pangan di dunia semakin

meningkat. Sehingga terjadi krisis pangan global, menurut FAO 36 negara mengalami

krisis pangan termasuk Indonesia.15 Karena permasalahan krisis pangan yang dialami

Indonesia, Indonesia membuka jalur impor beras sebagai cadangan stok beras

nasional yang dikarenakan prosuksi beras nasional menurun serta antisipasi jika

terjadi gagal panen yang diakibatkan oleh perubahan ilkim yang tidak menentu. Oleh

karena itu, kebijakan impor beras dilakukan Indonesia yaitu untuk menjaga kestabilan

ketahanan pangan nasional serta menjaga kestabilan harga beras.

Salah satu bentuk kerjasama impor beras yang dilakukan Indonesia, yaitu

mengadakan kerjasama dengan Thailand. Kerjasama tersebut merupakan salah satu

kerjasama bilateral dibawah naungan Trade Agreement Between The Government Of

The Republic Of Indonesia and The Government Of The Kingdom Of Thailand, pada

16 November 2011 di Bali. Kesepakatan tersebut ditsetujui oleh Menteri Perdagangan

Indonesia dan Thailand.

Thailand adalah negara di kawasan Asia Tenggara yang sedang berkembang

dalam pembangunan, termasuk sektor ekonomi yang menciptakan besarnya potensi

pasar yang tersediadan lahan subur bagi para eksportir asing termasuk Indonesia.

Thailand merupakan salah satu negara pengekspor beras terbesar di dunia. Walaupun

luas negaranya relatif lebih kecil disbanding Indonesia, tetapi sampai saat ini

Thailand masih memepertahankan kebijakan sektor agroindustri yang bercukupan

untuk rakyatnya, utamanya dalam penyediaan beras.

Ketahanan pangan, kemiskinan, dan pembangunan desa merupakan isu sentral

dalam pembangunan ekonomi di negara berkembang. Di Indonesia ada

kecenderungan kuat sektor pertanian selalu dituntut menyediakan beras dengan harga

15 “36 Negara Krisis Pangan”, Detik Finance, 2 Maret 2008, dalam https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-902557/36-negara-terkena-krisis-pangan-termasuk-indonesia diakses pada tanggal 13 Januari 2017.

Page 8: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

8

murah untuk mengamankan variabel-variabel makro (inflasi, pertumbuhan ekonomi,

keseimbangan dagang). Sektor pertanian juga dituntut untuk mendukung sektor

industry dengan menyediakan bahan baku murah bagi para pekerja kota. Sebaliknya

di neggara maju pertanian sangat dilindungi, negara-negara maju mensubsidi sektor

pertaniannya dalam jumlah luar biasa besar untuk meningkatkan produksi pangannya

sehingga terjadi surplus produksi. Kelebihan itu kemudian dijual murah ke negara-

negara berkembang itulah yang mengganggu pasar.16

Seperti halnya negara berkembang lainnya, Indonesia menyadari akan

keterbatasannya. Sebagai contoh adalah terbatasnya sumber sumber daya manusia

atau tenaga ahli untuk mengelola kekayaan alam yang dimiliki Indonesia. Banyak

faktor yang menjadi kendala dalam sumber daya alamnya teruatama dalam produksi

pangan khususnya komoditas beras. Masalah lainnya adalah harga komoditas dalam

negeri tidak merangsang petani untul berproduksi, apalagi harga dukungan input

mengalami kenaikan, kredit yang terbatas, sehingga insentif untuk petani tidak

memenuhi harapan.17

Dalam hal ketahanan pangan,alasan Indonesia masih melakukan impor beras,

adalah kebutuhan dan produksi dalam negeri tidak mencukupi, harga di pasar

internasional sangat rendah, adanya bantuan kredit impor dari negara produsen, dan

masih sempitnya penguasaan lahan dalam menimbulkan masalah dalam upaya

peningkatan produktivitas, efesiensi serta daya saing agribisnis pangan.

Semenjak tahun 1998, Indonesia telah melakukan perdagangan bebas

terutama dalam komoditi beras, hal ini ditandai oleh:18

1. Liberalisasi beras dalam negeri.

2. Pembebasan bea masuk beras impor.

16 Yoga G., “Kerjasama Indonesia-Vietnam dalam Impor Beras Implikasinya Terhadap Ketahanan Pangan Nasional”, skripsi, Universitas Pasundan, 2012, hlm.9. 17 Ibid., hlm.10.18 Ibid.

Page 9: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

9

3. Pencabutan subsidi sarana produksi terutama pupuk dan benih.

4. Liberalisasi tata niaga pupuk.

Apabila produksi beras ditinjau dari segi nilai ekonomi beras dengan hitung-

hitungan kasar ternyata memberikan gambaran bahwa beras adalah komoditas yang

paling strategis. Kebijakan beras tidak bisa diukur dengan pertumbuhan ekonomi

saja, tetapi juga kestabilan politik yang ditopang oleh stabilnya harga beras itu

merupakan keuntungan politik yang cukup besar.

Sebagai negara yang besar dan padat penduduk, Indonesia mengalami

permasalahan besar yang berkaitan dengan produksi pangan nasional terutama beras,

berbagai isu secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan upaya

peningkatan produksi pangan berkelanjutan, mengingat permasalahan produksi

pangan melibatkan instansi. Perlu disadari oleh semua pihak bahwa kemampuan

dibidang pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan relatif dan sedang menurun,

bahkan adanya pangan untuk rakyat Indonesia sedang tergantung dari supply luar

negeri. Indonesia perlu berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan

pangan secara mandiri dalam waktu yang tidak terlalu lama, hal ini mengingat

besarnya jumlah penduduk Indonesia. Perubahan-perubahan yang mendasar dalam

perdagangan bebas ternyata membawa dampak, dalam jangka pendek dapat dikatakan

sebagai rendahnya harga jual padi dibawah harga pasar dasar yang sudah ditetapkan

oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena harga dasar internasional terus menurun terus

menurun tajam.19

Beras memiliki peranan yang penting dalam pemantapan ketahanan pangan,

ketahanan ekonomi, dan ketahanan stabilitas politik nasional. Melihat pada tahun

1996-1998 menunjukkan goncangan politik dapat berubah menjadi krisis politik yang

dahsyat karena harga pangan melonjak tinggi dalam waktu singkat.

19 Ibid., hlm.11.

Page 10: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

10

Dengan diberlakukannya impor beras yang di lakukan pemerintah Indonesia

menuai pro dan kontra, karena Indonesia melakukan impor beras sebagai wujud

pengamanan stok beras nasional agar mencukupi masyarakat agar muncul krisis

pangan serta kelaparan. Sampai saat ini kebijakan pengimporan beras masih

dilakukan oleh Indonesia. Indonesia melakukan pengimporan beras dengan berbagai

negara salah satunya dengan Thailand.

Pada dasarnya impor beras akan mengancam nasib para petani. Petani

menginginkan harga yang tinggi tetapi hal tersebut bertentangan dengan keinginan

masyarakat. Maka, pemerintah harus mengambil peranan dalam kebijakan ini, agar

ketahanan pangan nasional dan petani stabil.

Berdasarkan uaraian masalah yang telah diuaraikan diatas, penulis tertarik

untuk mengambil judul penelitian “Kerjasama Indonesia-Thailand dalam Impor

Beras Bagi Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional”.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah yang akan

diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana kerjasama Indonesia-Thailand dalam impor beras?

2. Bagaimana peningkatan kondisi ketahanan pangan Indonesia?

3. Bagaimana korelasi antara kerjasama Indonesia-Thailand dalam impor

beras bagi peningkatan ketahanan pangan nasional?

1. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya masalah yang dibahas, maka penulis membuat suatu

pembatasan masalah agar masalah yang dibahas tidak keluar dari topik bahasan.

Pembatasan masalah dalam penelitian ini akan dibatasi pada tiga dimensi; isu,

aktor, dan waktu. Pada dimensi isu, penulis akan menuliskan peran pemerintah

Page 11: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

11

Indonesia dalam melaksanakan kerjasama impor beras dengan Thailand, serta

implikasi terhadap ketahanan pangan nasional hanya dalam lingkup perberasan saja.

Pada dimensi aktor, aktor yang akan diteliti meliputi Badan Usaha Logistik

(Bulog) serta Kementerian Pertanian, dan Pemerintah Thailand sebagai aktor yang

berfungsi sebagai pengimpor beras ke Indonesia.

Pada dimensi waktu, waktu penelitian dibatasi pada tahun 2009-2014. Hal ini

dikarenakan penulis ingin memaparkan data yang berkembang dalam peride waktu

tersebut.

2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, guna mempermudah dalam menganalisa masalah

berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka penulis dapat

menarik perumusan masalah sebagai berikut : “Sejauhmana Kerjasama Indonesia-

Thailand dalam Impor Beras dalam upaya peningkatan Ketahanan Pangan

Nasional?

3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian Penulis membuat penelitian ini untuk mencapai beberapa tujuan, adapun

tujuan tersebut adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kerjasama Indonesia-

Thailand dalam impor beras.

b. Untuk mengetahui peningkatan kondisi ketahanan pangan nasional.

c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pelaksanaan kerjasama

Indonesia-Thailand dalam impor beras serta implikasinya bagi

peningkatan ketahanan pangan nasional.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Page 12: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

12

1) Menambah ilmu dan wawasan, khususnya dalam disiplin ilmu

Hubungan Internasional mengenai beras impor dari Thailand

yang dilakukan Indonesia alam menangani masalah ketahanan

pangan di Indonesia.

2) Dapat memberi kontribusi pemikiran yang bersifat ilmiah bagi

Studi Hubungan Internasional serta peneliti lain yang memiliki

kajian yang sama.

b. Kegunaan Praktis

1) Untuk memenuhi salah satu prasyarat untuk menyusun skripsi

pada bidang ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pasundan.

C. Kerangka Teoritis dan Hipotesis

1. Kerangka TeoritisAdapun penyusunan kerangka pemikiran ini terdiri dari teori serta pendapat para

ahli yang menjadi acuan peneliti dalam mengkaji masalah yang diteliti. Dalam

penulisan ini. Penulisan kerangka teori ini terdiri dari premis mayor, premis minor,

dan konklusi. Teori dan konsep tersebut akan menjadi acuan bagi penulis untuk

menjadi landasan hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini.

Hubungan Internasional berkaitan dengan politik, sosial, ekonomi, budaya, dan

interaksi lainnya diantara aktor-aktor negara maupun non-negara.

Definisi dari Hubungan Internasional menurut K.J Holsti dalam bukunya Politik

Internasional Suatu Kerangka Analisis:

“Hubungan Internasional akan berkaitan erat dengan segala bentuk interaksi diantara masyarakat, negara baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun warga negaranya. Pengkajian Hubungan Internasional yang meliputi segala segi hubungan diantara berbagai negara di dunia meliputi kajian terhadap lembaga perdagangan internasional, palang merah internasional, pariwisata, transportasi,

Page 13: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

13

komunikasi, serta perkembangan nilai-nilai dan etika internasional.”20

Hubungan Internasional lebih menekankan pada tindakan-tindakan suatu

bangsa yang berpengaruh terhadap bangsa lain. Batasnya adalah bahwa Hubungan

Internasional mengkaji hal-hal atau aspek-aspek tersebut dari segi keterhubungan

global (global connection) 21 . Salah satu bentuk nyata dari Hubungan Internasional

adalah kegiatan ekonomi, yang memiliki sifat ketergantungan ekonomi, serta

melakukan hubungan untuk memperoleh sumber daya dan komoditi yang

memungkinkan bisa membantu dan mempertahankan bidang ekonomi.

Terjadinya interaksi Internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat

adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam

masyarakat internasional sehingga interdepedensi tidak memungkinkan adanya suatu

Negara yang menutup diri tehadap dunia luar. Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa

ruang lingkup Hubungan Internasional mencakup segala bentuk interaksi sosial yang

mana merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial

antara kelompok manusia bisa mencakup antar aktor-aktor Hubungan Internasional

yang biasa terjadi antara state-state, maupun state-non state, yang dapat

mempengaruhi satu sama lain.

Dengan adanya saling ketergantungan antara instrument ekonomi dan politik

dalam lingkup internasional, maka hal tersebut terus berkembang menjadi Ekonomi

Politik Internasional. Dalam bukunya The Political Economy of International

Relations, Robert Gilpin, menyatakan bahwa:

“Pada dasarnya politik terdapat tiga unsur penting dalam ekonomi politik internasional. Pertama, penyebab dan hal-hal yang mempengaruhi kebangkitan pasar. Kedua, hubungan

20 K.J Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis (Terjemahan Wawan Juwanda), 1992. Hlm. 26-27. 21 T. May Rudy, Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-Masalah Global (Bandung: Rafika Aditama, 2003), hlm.2.

Page 14: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

14

antara perubahan ekonomi dan perubahan politik. Ketiga, signifikasi ekonomi pasar dunia terhadap ekonomi domestik.”22

Sedangkan menurut Mochtar Mas’oed, Ekonomi Politik Internasional

berfokus pada studi tentang saling kaitan dan interaksi antara fenomena politik

dengan ekonomi, antara negara dengan pasar, antara lingkungan domestik dan

lingkungan internasional, dan antara pemerintah dengan masyarakat.23

Menurut pemikiran-pemikiran para ahli diatas, Ekonomi Politik Internasional

muncul akibat adanya dinamika interaksi antar negara. Dapat dipahami bahwa isu-isu

perekonomian tidak dapat dilepaskan dari isu-isu politik antar negara. Studi Ekonomi

Politik Internasional berfokus untuk membahas bagaimana sebuah negara mampu

memperkaya dirinya untuk kemudian digunakan dalam menyelsaikan isu-isu

domestik.

Studi ekonomi politik internasional mempelajari tentang saling

ketergantungan antara ekonomi internasional dan politik internasional. Implementasi

dari Ekonomi Politik Internasional tersebut menghasilkan paradigma baru disuatu

negara bagi pola pembangunan ekonomi.

Kenyataan bahwa negara bukanlah satu-satunya aktor dalam Hubungan

Internasional yang akan menimbulkan adanya interaksi dan saling ketergantungan.

Saling ketergantungan tersebut lambat laun akan melahirkan Kerjasama Internasional

yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu dengan memberikan keuntungan

bagi semua pihak yang terlibat didalamnya. Kerjasama merupakan bentuk interaksi

sosial yang paling pokok dan merupakan proses utama dalam interaksi sosial. Arti

22 Robert Gilpin, The Political Economy of Internasional Relations (Priceton: University press, 1987), hlm. 27.23 Bagian Pertama: Pendekatan Ekonomi Politik Internasional, dalam http://www.leutikaprio.com/main/media/sample/EKONOMI%20POLITIK%20INTERNASIONAL%20-%20SAMPLE.pdf, diakses pada tanggal 20 Januari 2017.

Page 15: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

15

dari kerjasama itu sendiri adalah suatu usaha bersama antara perorangan atau

kelompok manusia suatu atau beberapa tujuan bersama.24

Kerjasama tersebut bisa diartikan sebagai kerjasama internasional. Adapun

definisi Kerjasama Internasional menurut K.J Holsti dalam bukunya Politik

Internasional Suatu Kerangka Analisis yang diterjemahkan oleh Wawan Juanda

sebagai berikut:

“Kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah yang saling berhubungan dengan mengajukan alternatif pemecahan, perundingan, atau pembicaraan mengenai masalah yang dihadapi, mengemukakan berbagai bentuk teknis untuk menopang pemecahan masalah tertentu dan mengakhiri perundang-undangan dengan membentuk beberapa perjanjian atau saling pengertian yang memuaskan semua pihak.”25

Adapun faktor-faktor yang mendukung terwujudnya kerjasama internasional

menurut T. May Rudi adalah sebagai berikut:

1. Kemajuan di bidang teknologi yang memudahkan terjalinnya hubungan yang

dapat dilakukan negara, sehingga meningkatkan ketergantungan satu sama

lain.

2. Kemajuan serta perkembangan ekonomi mempengaruhi kesejahteraan bangsa

dan negara.

3. Pembelian sifat perang dimana terdapat suatu keinginan bersama untuk salling

melindungi dan membela diri dalam bentuk kerjasama internasional.

4. Adanya kesadaran dan keinginan organisasi salah satu metode kerjasama

internasional.26

24 Soerjono Soekanto., Sosiologi Suatu Kontemporer (Jakarta: Rajawali Pers,2005), hlm. 61. 25 K.J Holsti, Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis (Bandung: Bina Cipta, 1992), hlm. 650.26 T. May Rudi, Administrasi dan Organisasi Internasional (Bandung: PT. Refika Aditama, 1998), hlm. 22.

Page 16: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

16

Kerjasama yang dilakukan oleh setiap negara baik itu negara dengan negara

ataupun negara dengan organisasi internasional tidak lepas dari isu-isu high politics

seperti power, national security, atau ekonomi saja. Serta isu-isu low politics seperti

kemiskinan, Hak Asasi Manusia, lingkungan hidup, drugs, kependudukan, pangan,

kelaparan dan lain-lain.

Kenyataan bahwa negara bukanlah satu-satunya aktor dalam hubungan

internasional akan menimbulkan adanya interaksi dan saling ketergantungan. Saling

ketergantungan tersebut lambat laun akan melahirkan kerjasama internasional yang

dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu dengan memberikan keuntungan bagi

semua pihak yang terkibat didalamnya. Kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial

yang paling pokok dan merupakan proses utama dalam interaksi sosial. Arti dari

kerjasama sendiri adalah suatu usaha bersama antara perorangan atau kelompok

manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama.27

Kerjasama tersebut merupakan suatu tindakan bagi Indonesia untuk mengatasi

permasalahan pangan nasional untuk memenuhi stok, agar terciptanya suatu

ketahanan pangan nasional yang kuat sehingga tidak adanya krisis yang bisa

mengganggu kestabilan negara baik di bidang politik maupun ekonomi. Dalam hal

tersebut, ekonomi dan politik internasional juga berimbas pada kepentingan nasional

kedua negara. Dengan adanya teori Hubungan Internasional, Ekonomi Politik

Internasional, dan Kerjasama Internasional, maka teori-teori tersebut akan

mengahasilkan dampak yang lebih spesifik.

Pengertian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:

“Dampak adalah benturan, pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab

27 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), hlm.73.

Page 17: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

17

akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi.”28

Penulis menitik beratkan pada kerjasama antar negara yaitu kerjasama yang

dilakukan oleh Indonesia dan Thailand mengenai beras impor, serta dampaknya dari

kerjasama yang dilakukan, dimana dalam kerjasama tersebut terdapat suatu

kepentingan yang ingin dicapai oleh kedua belah pihak baik itu Indonesia maupun

Thailand. Dari perspektif sejarah istilah ketahanan pangan atau food security, muncul

dan dibangkitkan karena kejadian krisis pangan dan kelaparan.29 Istilah kedaulatan

pangan dalam kebijakan pangan dunia pertama kali digunakan pada tahun 1971 oleh

PBB untuk membebaskan dunia terutama negara-negara berkembang dari krisis

produksi dan supply makanan pokok.

Adapun definisi ketahanan pangan pada Internastional Conference of

Nutrition pada tahun 1992 yang disepakati oleh pimpinan negara anggota PBB yang

berisikan:

“Tersedianya pangan yang memenuhi kebutuhan setiap orang baik

dalam jumlah dan mutu pada setiap saat untuk hidup sehat, aktif,

dan produktif.”

Berdasarkan definisi ketahanan pangan dari FAO pada tahun 1996 dan UU RI

No.7 tahun 1996 tentang pangan, yaitu:

“Ada empat komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai kondisi kedaulatan pangan, yang pertama kecukupan ketersediaan pangan, kedua stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun, ketiga aksesibilitas atau

28 KBBI Online.29 Tom Edward Marasi Napitupulu, Pembangunan Pertanian dan Pengembangan Agroindustri. Wibowo, R. (Ed) Pertanian dan Pangan, 2000. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. hlm. 22.

Page 18: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

18

keterjangkauan terhadap pangan, dan terakhir kualitas atau keamanan pangan.”30

Keempat komponen tersebut akan digunakan untuk mengukur ketahanan

pangan di tingkat rumah tangga setiap penduduk. Keempat indikator ini, merupakan

indikator utama untuk mendapatkan indeks ketahanan pangan. Ukuran ketahanan

pangan di tingkat rumah tangga dihitung bertahap dengan cara menggabungkan

keempat komponen indikator ketahanan pangan tersebut, untuk mendapatkan satu

indeks ketahanan pangan.

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan bagian dari

Hak Asasi Manusia, sebagaimana tertuang dalam Universal Decralation of Human

Rights tahun 1948, serta UU No.7 Tahun 1996 tentang pangan.

Pengertian ketahanan pangan, tidak lepas dari UU No.18 Tahun 2012 tentang

Pangan. Disebutkan dalam UU tersebut bahwa Ketahanan Pangan Nasional adalah:

“Kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun utunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.” 31

Pengertian pangan dalam Suharjo (1988) adalah bahan-bahan yang dimakan

sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja,

penggantian jaringan dan mengatur proses-proses di dalam tubuhh. Selain itu ada

pula pengertian yang di maksud pangan pokok, yaitu bahan pangan yang dimakan

secara teratur oleh sekelompok penduduk dalam jumlah besar, untuk menghasilkan

30 Wibowo R, Penyediaan Pangan dan Permasalahannya (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan), hlm. 41.

31 Bulog, “Ketahanan Pangan”, dalam http://www.bulog.co.id/ketahananpangan.php. Diakses pada tanggal 29 Januari 2017.

Page 19: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

19

sebagian besar sumber energi. Pangan dikonsumsi manusia untuk mendapatkan

energi yang berupa tenaga untuk melakukan aktivitas hidup (antara lain bernapas,

bekerja, membangun, dan mengganti jaringan yang rusak). Pangan merupakan bahan

bakar yang berfungsi sebagai sumber energi. 32

Permasalahan pangan merupakan suatu permasalahan yang dihadapi oleh

dunia internasional, karena dalam mengatasi permasalahan ini diperlukan kerjasama

yang melibatkan beberapa aktor internasional, baik berupa state maupun non-state.

Selain itu, masalah pangan ini juga berdampak pada pengaruh perekonomian suatu

negara, sehingga diperlukan mekanisme ekonomi internasional yang jelas untuk

menentukan saling ketergantungan yang ada menjadi potensi bagi perkembangan

ekonomi internasional.

Bagi Indonesia pangan dapat diidentikan dengan beras karena sebagian besar

penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokonnya. Adapun dalam

hal ini Busatanul Arifin meberikan batasan mengenai pangan sebagai berikut:

“Pangan khususnya beras disamping sebagai bahan pemenuh

kebutuhan makan, juga mempunyai arti ekonomis yang penting dan

strategis, bahkan dapat bersifat emosional atau politis.”33

Sedangkan pengertian pangan menurut Suhardjo adalah:

“Bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian

tubuh yang rusak.”34

32 Rowland B.F Pasaribu, “Ketahanan Pangan Nasional”, dalam http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/35483/ketahanan-pangan-nasional.pdf. Diakses pada tanggal 29 Januari 2017.33 Bustanul Arifin, Pangan dalam Orde Baru (Jakarta: Kopinfo, 1994), hlm.20. 34 Suhardjo, Pangan, Gizi, Pertanian (Jakarta: UI Pers), hlm.5.

Page 20: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

20

Masalah pangan menurut Sapuan dan Noer Soetrisno adalah:

“Ketika setiap orang yang menderita kekurangan dan tidak memiliki

uang untuk makan yang disebabkan kemiskinan.”35

Dalam hal upaya meningkatkan pertanian dan meningkatkan ketersedian

pangan, Indonesia telah melakukan pengembangan kerja sama dengan Thailand yang

berpengaruh pada perdagangan kedua negara dan dalam hal ini Amir M. S

mendefinisikan dalam bukunya “Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri

Suatu Penuntun Ekspor Impor” yaitu:

“Sama halnya dengan perdagangan dalam negeri yakni melakukan transaksi ‘jual-beli’ maka dalam perdagangan luar negeripun juga melakukan aktifitas ‘jual’ yang diekspor dan aktifitas ‘beli’ yang lazim disebut impor. Dimaksud impor dan ekspor dalam pengertian ini dibatasi pada ekspor dan impor barang-barang.”36

Kegiatan dari impor sendiri mempunyai dampak positif maupun negatif

terhadap perekonomian. Untuk dapat melindungi produsen dalam negeri, biasanya

negara itu akan membatasi jumlah (kuota) impor. Selain dari hal untuk melindungi

produsen yang didalam negeri, pembatasan impor itu juga mempunyai dampak yang

lebih luas terhadap perekonomian negara. Dampak positif pembatasan impor tersebut

secara umum antara lain sebagai berikut:

1. Untuk dapat menumbuhkan rasa cinta produksi didalam negeri.

2. Untuk dapat mengurangi keluarnya devisa ke luar negeri.

3. Untuk dapat mengurangi ketergantungan terhadap barang-barang produksi

impor.

4. Untuk dapat memperkuat posisi neraca pembayaran.

35 Sapuan dan Noer Soetrisno, Pangan (Jakarta: Universitas Indonesia, 1998), hlm.64. 36 Amir M. S, Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri Suatu Penuntun Ekspor Impor (Jakarta:PPM,1993), hlm 3.

Page 21: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

21

Negara yang melakukan pembatasan impor juga aka menerima dampak

negatif, seperti terganggunga pertumbuhan ekonomi, produsen dalam negeri merasa

tidak mempunyai pesaing, yang mengakibatkan kurang efisiennya produksi mereka.37

Dalam hal ini, impor beras yang dilakukan Indonesia dari Thailand sejauh ini

memang membantu stok cadangan beras nasional. Tetapi, disisi lain juga petani lokal

merasa dirugikan karena memliki pesaing dari luar negeri.

Kebijakan dibidang impor baik melalui tarif maupun non-tarif dimaksudkan

untuk melindungi produksi dalam negeri, mendorong produksi berorientasi ekspor

serta menjaga moral bangsa. Setiap kegiatan ekonomi bertujuan untuk mencapai

kemakmuran bahwa dengan sumberdaya semaksimal mungkin, manusia dan

masyarakat bahkan negara sekalipun tetap bertujuan untuk mencapai kemakmuran

yang optimal seperti dalam sektor agrobisnis ekonomi. Seperti yang dikatakan oleh

Bungaran Saragih dalam bukunya “Membangun Pertanian Perspektif Agribisnis”

sebagai berikut:

“Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi terbatas dalam perekonomian nasional Indonesia. Sektor agribisnis menyerap lebih dari 75% angkatan kerja nasional termasuk didalamnya 21,3 juta unit usaha skala kecil berupa usaha rumah tangga pertanian. Apabila seluruh rumah tangga diperhitungkan sekitar 80% dari jumlah penduduk nasional menggantungkan hidupnya pada sektor agribisnis yang demikian besar dalam perekonomian internasional memiliki implikasi penting dalam pembangunan ekonomi nasional ke depan.”38

Komitmen pemerintah Indonesia terhadap masalah pangan yang dituangkan

dalam bentuk peraturan perundangan menunjukkan betapa pentingnya aspek

37 Pengertian Ekspor-Impor, dalam http://www.pendidikanku.org/2015/06/pengertian-ekspor-dan-impor-manfaat.html. Diakses pada tanggal 29 Januari 2017.38 Bungaran Saragih, Membangun Pertanian Perspektif Agribisnis (Jakarta:Penebar Swadaya, 2004) hlm 37.

Page 22: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

22

ketahanan pangan bagi pembangunan bangsa dan ketahanan nasional. Adapun

Undang-undang tentang pangan menyatakan bahwa:

“Perwujudan ketahanan pangan adalah kewajiban pemerintah bersama masyarakat dalam menstabilkan ketahanan pangan, dimana pemerintah menyediakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya yang aman, bergizi, beragam, merata dan terjangkau daya beli masyarakat, sementara itu masyarakat menyelenggarakan proses produksi dan penyediaan, perdagangan dan distribusi serta berperan sebagai konsumen yang berhak memperoleh pangan yang cukup dalam jumlah an mutunya, aman, bergizi, beragam, merata dan terjangkau daya beli mereka.”39

Sedangkan konsep ketahanan pangan yang dianut Indonesia dapat dilihat

dari Undang-Undang (UU) No.7 Tahun 1996 tentang pangan, Pasal 1 Ayat 17 yang

menyebutkan bahwa "Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah

tangga (RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau". UU ini sejalan dengan definisi

ketahanan pangan menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1992, yakni akses setiap RT atau individu

untuk dapat memperoleh pangan pada setiap waktu untuk keperluan hidup yang

sehat. Sementara pada World Food Summit tahun 1996, ketahanan pangan disebut

sebagai akses setiap RT atau individu untuk dapat memperoleh pangan pada setiap

waktu untuk keperluan hidup yang sehat dengan persyaratan penerimaan pangan

sesuai dengan nilai atau budaya setempat.40

Kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan cara mengimpor

beras dari Thailand ini menimbulkan pro dan kontra. Disatu sisi harga beras yang

tinggi akan mempunyai dampak kuat terhadap kenaikan harga-harga lain, dan

sekaligus akan dapat menciptakan jumlah penduduk miskin sementara (transient 39 Undang-undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Komoditas Pangan Yang Bersifat Pokok.40 Konsep Ketahanan Pangan”, http://nusataniterpadu.files.wordpress.com/2008/10/ketahanan-pangan-2008.pdf., di akses padatanggal 20 Januari 2017.

Page 23: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

23

poverty). Disisi lain, walaupun pemerintah telah menaikkan harga harga kering panen

yang dirasa lebih memberikan keuntungan kepada petani produsen dari pada para

pedagang, harga beras tinggi justru diharapkan petani produsen, karena mereka akan

menikmati hasil yang lebih tinggi.

Adapun teori kebijakan impor dalam rangka menjamin stabilitas harga yaitu:

“Berdasarkan UU No.18 Tahun 2012 tentang Pangan, pada Pasal 14, kebijakan impor dapat dilakukan dengan kondisi sebagai berikut: (1) Sumber penyediaan pangan berasal dari produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional, 2) Dalam hal sumber penyediaan pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum mencukupi, pangan dapat dipenuhi dengan impor pangan sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan pada Pasal 36 menyatakan bahwa(1) Impor pangan hanya dapat dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri tidak mencukupi dan/atau tidak dapat diproduksi didalam negeri, (2) Impor pangan pokok hanya dapat dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri dan cadangan pangan nasional tidak mencukupi, (3) Kecukupan produksi pangan pokok dalam negeri dan cadangan pangan pemerintah ditetapkan oleh Menteri atau lembaga pemerintah yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pangan. Selanjutnya akan diuraikan beberapa konsep kebijakan terkait impor sekaligus beberapa aplikasinya di produk pangan Indonesia maupun Negara lain.”41

Ada empat aspek yang saling terkait dengan kebijakan perberasan,yakni aspek

produksi, stabilitas pasokan, jangkauan distribusi dan peta surplus dan kekurangan.

Untuk melakukan impor, pemerintah mestinya tahu secara tepat berapa besarnya

produksi beras dan pangan nasional.42

Disisi lain, tuntutan agar harga beras cukup tinggi, seringkali mengemuka

menjadi kehendak dari para petani padi maupun para pedagang beras. Adanya

perbedaan tuntutan antara pemerintah dengan petani inilah yang menyebabkan

mengapa beras menjadi bahan polemik. Beras bukan hanya sebagai komoditi biasa,

41 1942 “Menggagas Sistem Neraca Beras”, dalam http://www.suaramerdeka.com, diakses 20 Januari 2017.

Page 24: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

24

namun sudah menjadi komoditi yang bernilai strategis, dalam artian sangat

mempengaruhi konstelasi politik dan pembangunan.

Dari pemikiran teori di atas, maka penulis menarik beberapa asumsi untuk

memperkuat hipotesis yang akan di munculkan, yaitu:

1. Kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dan Thailand merupakan

suatu kerjasama dua negara, dimana dalam kerjasama tersebut terdapat

kepentingan yang ingin dicapai oleh Indonesia maupun Thailand.

Kerjasama tersebut merupakan suatu respon dari Indonesia untuk

mengatasi permasalahan pangan dalam negeri untuk memenuhi stok

pangan nasional, untuk menghindari adanya krisis pangan yang

mengganggu kestabilan negara.

2. Kerjasama antara Indonesia dan Thailand merupakan suatu upaya

dalam meningkatkan sektor pertanian serta meningkatkan ketersediaan

pangan di Indonesia.

3. Ketahanan pangan nasional pada dasarnya adalah bagaimana

memenuhi kebutuhan pangan. Program impor beras dari Thailand

merupakan suatu wujud untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional

karena stok yang dihasilkan di Indonesia sendiri tidak mencukupi.

2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka penulis dapat mengambil hipotesis sebagai berikut:

“Jika Kerjasama Indonesia dengan Thailand dalam impor beras dapat

berjalan sesuai kesepakatan, maka Indonesia dapat meningkatkan

ketahanan pangan melalui stabilisasi harga beras.”

Page 25: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

25

D. Operasionalisasi Variabel dan Indikator ( Konsep Teoritik, Empirik dan

Analisis)

Untuk membantu dalam menganalisis penelitian lebih lanjut, maka penulis

membuat suatu definisi Operasional Variabel tentang konsep hipotesis diatas.

Tabel 1.1

Page 26: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

26

Operasional Variabel dan Indikator

VARIABEL DALAM

HIPOTESIS

(Teoritik)

INDIKATOR

(Empirik) ANALISA DATA

Variabel Bebas : Jika

kerjasama antara

Indonesia dengan

Thailand dalam impor

beras dapat berjalan

sesuai kesepakatan

1. Adanya persetujuan

kerjasama Thailand

mengimpor beras ke

Indonesia. Hubungan

bilateral kedua negara

terjalin dengan baik

salah satunya dalam

bidang kerjasama impor

pangan.

2. Banyak program

pertanian yang telah

dilakukan untuk

kerjasama, seperti:

Joint Agriculture

Working Group

Trade Agreement yang

juga mencakup poin

tentang pangan.

3. Impor beras

dilakukan setiap tahun,

sebagai cadangan

tambahan stok

beras di Bulog dengan

kesepakatan satu juta ton

1. Disetujuinya Trade

Agreement Between The

Government Of The

Republic Of Indoneisa

and The Government Of

The Kingdom Of

Thailand, di Bali.

Kesepakatan tersebut

ditsetujui oleh Menteri

Perdagangan Indonesia

dan Thailand.

(Sumber Kementerian

Perdagangan Indonesia)

2. Terhitung dari tahun

2009, Thailand

mengimpor beras ke

Indonesia sebanyak satu

juta ton tiap tahun

apabila dibutuhkan.

Data (angka dan fakta)

mengenai jumlah

Page 27: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

27

Variabel Terikat : Maka

Indonesia dapat

meningkatkan ketahanan

pangan melalui

menerapkan stabilisasi

harga beras.

per tahun apabila

dibutuhkan.

1. Dengan adanya

kerjasama impor beras

Indonesia-Thailand,

maka stok dalam negeri

akan terpenuhi dengan

harga yang lebih stabil.

Dengan kesepakatan

satu juta ton per tahun

akan membantu

stabilisasi harga beras di

Indonesia.

2. Besarnya konsumsi

beras masyarakat

Indonesia yang tidak

sebanding dengan

jumlah produksi, yang

mengakibatkan harga

pasar tidak terkendali

dan melambung tinggi.

impor beras dari

Thailand..

(sumber BPS)

Data (angka dan fakta)

mengenai besarnya

konsumsi beras serta

jumlah produksi beras

Indonesia.

(sumber BPS)

Page 28: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

28

E. Skema Kerangka Teoritis

Indonesia Thailand

Kurangnya stok beras nasional

Negara yang maju dalam pertanian serta pengekspor

beras bagi Indonesia

Trade Agreement Between The Government Of The

Republic Of Indoneisa and The Governmrnt Of The Kingdom Of Thailand

Page 29: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

29

Gambar 1.1

Judul Penelitian

Kerjasama Indonesia-Thailand dalam Impor Beras Bagi Peningkatan

Ketahanan Pangan Nasional

F. Tingkat Analisis, Metode, dan Teknik Pengumpulan Data

1. Tingkat Analisis

Dalam studi Hubungan Internasional kita perlu mengidentifikasi tingkat

eksplanasi demi meperjelas proses pembentukkan teori. Untuk menjelaskan suatu

kejadian atau perilaku dalam Hubungan Internasional memerlukan dua hal yang

utama, yaitu: pertama adalah menunjukkan apa unit analisanya atau unit yang

dianggap sebagai variabel terikat, dan yang kedua adalah menunjukkan unit

eksplanasinya, yaitu unit yang dianggap sebagai variabel bebas atau independen.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tingkat analisis korelasionis.

Tingkat analisis korelasionis merupakan tingkat analisis dimana dalam hubungannya

Impor Beras

Peningkatan ketahanan nasional

Page 30: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

30

unit analisa atau variabel dependen tingkatannya dengan unit eksplanasinya atau

variabel independen berada pada tingkatan yang sama. Dalam penelitian ini unit

eksplanasinya adalah pengaruh kebijakan Indonesia terhadap impor beras Thailand,

sedangkan unit analisisnya adalah implikasinya terhadap ketahanan pangan nasional,

yang termasuk dalam kelompok analisa negara dan bangsa.

2. Metode Penelitian

a. Metode Penelitian Deskriptif

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu

metode yang menggambarkan, menjelaskan, serta menganalisa gejala-gejala serta

fenomena yang didasarkan atas hasil pengumpulan data dari kejadian serta masalah

yang terjadi.

b. Metode Penelitian Historis

Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan metode penelitian historis, yaitu

metode yang memberikan interpretasi dari trend yang naik-turun dari suatu status

keadaan di masa lampau untuk memperoleh suatu generalisasi yang berguna untuk

memahami kenyataan sejarah, membandingkan keadaan sekarang dan dapat

meramalkan keadaan yang akan datang.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara

studi kepustakaan (Library Research), yaitu suatu cara pengumpulan data melalui

penelaahan dan mempelajari buku-buku, jurnal, dokumen, surat kabar, yang

berhubugan dengan masalah yang dibahas, baik yang terdapat di perpustakaan

maupun di lembaga penelitian. Selain itu, penulis juga menggunakan sumber

teknologi informasi, yaitu penggunaan internet guna memperoleh data dalam

penelitian.

H. Lokasi dan Lamanya Penelitian

Page 31: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

31

1. Lokasi Penelitian

a. Perpustakaan FISIP Universitas Pasundan

Jalan Lengkong Besar No.68 Kota Bandung

b. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

Jalan Kawaluyaan Indah No.4 Kota Bandung

c. Centre for Strategic and International Studies (CSIS)

Jalan Tanah Abang III No.23-27 Jakarta Pusat

2. Lamanya Penelitian

Dalam penelitian ini, waktu yang dibutuhkan oleh panulis adalah selama kurang

lebih enam bulan.

I. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan pemahaman mengenai kaitan langkah-langkah penelitian

maka disusun dengan urutan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini dijelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan

dan kegunaan masalah penelitian, kerangka teoritis dan hipotesis, metode dan teknik

pengumpulan data, lokasi dan lamanya penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II KERJASAMA INDONESIA-THAILAND DALAM IMPOR BERAS

Dalam bab ini akan membahas uraian atau informasi umum mengenai tema

yang dijadikan variabel bebas, yaitu konsep yang menjelaskan dan memprediksi

masalah tersebut. Pada penyusunan penelitian ini variabel bebas yang akan penulis

coba uraikan yaitu yaitu tinjauan umum tentang beras, impor beras, serta kebijakan

yang dilakukan Indonesia-Thailand dalam impor beras.

BAB III PENINGKATAN KONDISI KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Page 32: PENDAHULUANrepository.unpas.ac.id/28015/4/BAB I.docx · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Hubungan internasional merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan

32

Dalam bab ini berisi uraian atau informasi umum mengenai masalah yang

menjadi variabel terikat yakni kondisi ketahanan pangan nasional. Pada bab ini

penulis akan mencoba untuk menguraikan variabel terikat berupa semua yang

mencakup implikasi dari impor beras dari Thailand bagi ketahanan pangan nasional.

BAB IV ANALISA IMPOR BERAS THAILAND BAGI PENINGKATAN

KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Dalam bab ini berisi pembahasan serta analisa terkait jawaban hipotesis dan

identifikasi masalah.

BAB V KESIMPULAN

Dalam bab ini berisi pemaparan terkait kesimpulan dan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.