PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini...

58
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di pedesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, dan pendayagunaan (Pedoman Umum PNPM, 2007). Kemiskinan merupakan masalah multi dimensi dimana penanganannya membutuhkan keterkaitan berbagai pihak. Kemiskinan di Indonesia diiringi masalah kesenjangan baik antar golongan penduduk maupun pembangunan antar wilayah, yang diantaranya ditunjukkan oleh buruknya kondisi pendidikan dan kesehatan serta rendahnya pendapatan dan daya beli. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) adalah suatu instrument pemerintah yang digulirkan untuk mencapai salah satu poin dari MDGs (Millenium Development Goals) yaitu pengentasan kemiskinan. Program ini akan menyatukan berbagai program yang dimiliki oleh berbagai departemen dibawah satu koordinasi tim penanggulangan kemiskinan. Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan PNPM Mandiri ini mulai tahun 2007.

Transcript of PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini...

Page 1: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan

di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah,

kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran

lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di

pedesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi

disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus

memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, dan pendayagunaan

(Pedoman Umum PNPM, 2007).

Kemiskinan merupakan masalah multi dimensi dimana penanganannya

membutuhkan keterkaitan berbagai pihak. Kemiskinan di Indonesia diiringi

masalah kesenjangan baik antar golongan penduduk maupun pembangunan antar

wilayah, yang diantaranya ditunjukkan oleh buruknya kondisi pendidikan dan

kesehatan serta rendahnya pendapatan dan daya beli.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) adalah suatu

instrument pemerintah yang digulirkan untuk mencapai salah satu poin dari

MDGs (Millenium Development Goals) yaitu pengentasan kemiskinan. Program

ini akan menyatukan berbagai program yang dimiliki oleh berbagai departemen

dibawah satu koordinasi tim penanggulangan kemiskinan. Untuk meningkatkan

efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja,

pemerintah meluncurkan PNPM Mandiri ini mulai tahun 2007.

Page 2: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

2

Melalui PNPM Mandiri ini dirumuskan kembali mekanisme upaya

penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses

pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama

masyarakat miskin, dapat ditumbuh kembangkan sehingga mereka bukan sebagai

obyek, melainkan sebagai subyek dalam upaya penanggulangan kemiskinan

(Pedoman Umum PNPM, 2007).

Kecamatan Samatiga merupakan salah satu Kecamatan yang ada di

Kabupaten Aceh Barat, dimana luas wilayahnya sebesar 140,69 km2 yang

memiliki jumlah desa sekitar 32 desa/kelurahan serta mempunyai 6 (enam)

mukim. Mayoritas mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Samatiga yaitu

sebagai petani.

Di Desa Cot Lampise Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat telah

dibentuk suatu kegitan yang bernama Simpan Pinjam Untuk Kelompok

Perempuan (SPP) bentuk kegiatan SPP adalah memberikan dana pinjaman

sebagai bahan tambahan modal kerja bagi kelompok kaum perempuan. Kegiatan

SPP ini dibentuk seiring hadirnya PNPM Mandiri Perdesaan. Dengan adanya

kegiatan SPP akan sangat mendukung dalam meningkatkan keberdayaan para

perempuan agar mampu mandiri dan tidak hanya bergantung pada suami mereka

untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya. Namun pada pelaksanaan

kegiatan SPP di Gampong Cot Lampise tidak berjalan dengan baik yakni adanya

kendala pada rendahnya partisipasi dari masyarakat yang terlibat di dalamnya,

kemudian hasil kegiatan tidak terpelihara/hasil kegiatan tidak dapat dimanfaatkan.

Page 3: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

3

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti dan mengkaji permasalahan yang ada dan membahas permasalahan

tersebut kedalam bentuk skripsi yang berjudul “Implementasi Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan pada Kegiatan Simpan

Pinjam Untuk Kelompok Perempuan (SPP) di Gampong Cot Lampise Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka perumusan masalah

yang dikemukan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah Implementasi

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan pada

Kegiatan Simpan Pinjam Untuk Kelompok Perempuan (SPP) di Gampong Cot

Lampise Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yakni: Untuk mengetahui

bagaimana implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perdesaan pada kegiatan SPP di Gampong Cot Lampise.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain :

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir melalui

penulisan karya ilmiah dan untuk menerapkan teori-teori yang telah diperoleh

Page 4: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

4

oleh penulis selama perkuliahan di Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Teuku Umar.

1.4.2. Manfaat Praktis

Memberikan data dan informasi yang berguna bagi semua kalangan

terutama mereka yang secara serius mengamati pelaksanaan PNPM, serta

memberikan masukan khususnya bagi masyarakat daerah di tempat penelitian ini

dilaksanakan agar dapat terus meningkatkan keberhasilan pelaksanaan PNPM.

1.5. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah

penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metode penelitian, sumber data dan teknik

pengumpulan data, intrumen penelitian, teknis analisis data dan pengujian

kredibilitas data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Didalam bab ini akan di tampilkan hasil penelitian di lapangan dan

dijelaskan mengenai pembahasan tentang penelitian yang telah dilakukan

Page 5: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

5

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian tentangupaya pemerintah daerah

Page 6: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan

penelitian yang penulis lakukan. Penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah

implementasi kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM),

dan beberapa penelitian lain yang masih memiliki kaitan dengan variabel dalam

penelitian ini. Penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan dalam penelitian

ini akan mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu. Fokus penelitian

mengenai implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

mandiri perdesaan pada kegiatan simpan pinjam untuk kelompok perempuan

(SPP) di Gampong Cot Lampise Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

Berikut ada hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lainnya

terkait masalah yang sama dalam segi implementasi PNPM, yaitu:

1. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dendra, adalah mahasiswa

program study Ilmu Administrasi Negara Universitas Diponegoro Dalam

penelitian yang berjudul Implementasi Kebijakan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) ditemukan bahwa implementasi

kebijakan PNPM dapat memberikan kemajuan terhadap masyarakat,

program PNPM Mandiri dapat memberikan kesejahteraan kepada

masyarakat desa Klambu. Beberapa keberhasilan program yang dinilai

berhasil adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi

Page 7: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

7

kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil

menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nanda Herdiyanti (2012) program study

Ilmu Administrasi Negara Universitas Teuku Umar (UTU), dalam

penelitiannya yang berjudul Implementasi Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan Dalam

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Gampong Alue Peudeung

Kecamatan Kaway XVI, disimpulkan bahwa implementasi program PNPM

yang diprioritaskan terhadap masyarakat yang kurang beruntung dan

kegiatan yang dilakukan diprioritaskan terhadap kemajuan Gampong dan

kesejahteraan Gampong Alue Peudeung seperti program kegiatan

pembangunan talut, pembangunan bronjong, dan simpan pinjam perempuan

(SPP), pelaksanaan yang dilakukan oleh masyarakat sangat berdampak

positif terhadap kemajuan Gampong dan kesejahteraan masyarakat, karena

masyarakat secara langsung berperan aktif dalam menjalankan program.

Maka tujuan dari PNPM menjadikan masyarakat yang aktif dan mandiri

juga bertanggung jawab terhadap program yang diberikan. Sehingga

prioritas terhadap masyarakat yang kurang beruntung tercapai, dengan

meningkatkan perekonomian masyarakat yang kurang beruntung, maka

program dari PNPM dapat berkelanjutan.

2.2. Implementasi

Implementasi program atau kebijakan merupakan salah satu tahap yang

penting dalam proses kebijakan public. Suatu program kebijakan harus

diimplementasikan agar mempunyai dampak dan tujuan yang diinginkan.

Page 8: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

8

Teori implementasi menurut Edward III (1980) dan Emerson, Grindle,

serta Mize menjelaskan bahwa terdapat empat variable kritis dalam implementasi

kebijakan public atau program diantaranya, komunikasi atau kejelasan informasi,

konsistensi informasi (communications), ketersediaan sumber daya dalam jumlah

dan mutu tertentu (resources), sikap dan komitment dari pelaksana program atau

kebijakan birokrat (disposition), dan stuktur birokrasi atau standar operasi yang

mengatur tata kerja dan laksana (bureaucratic strucuture).

Pendekatan Meriee S. Grindle dikenal dengan implementation as A

Political and Administrative Procces. Menurut Grindle ada 2 variabel yang

mempengaruhi implementasi kebijakan public, yaitu:

1. Keberhasilan implementasi suatu kebijakan publik dapat diukur dari proses

pencapaian hasil akhir (outcomes), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan

yang ingin diraih. Hal ini dikemukakan oleh Grindle, dimana pengukuran

keberhasilan implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari 2 hal,

yakni:

a. Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan

kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan merujuk

pada aksi kebijakannya.

b. Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini diukur dengan melihat

2 faktor, yaitu :

- Dampak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan

kelompok.

- Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran

dan perubahan yang terjadi

Page 9: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

9

2. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan public, juga menurut Gindle,

amat ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yang

terdiri atas :

a. Isi kebijakan (Content of Policy) mencakup :

- Interest Affected (Kepentingan-Kepentingan yang Mempengaruhi).

Interst affected berkaitan dengan berbagai kepentingan yang

mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indikator ini

berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti

melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana kepentingan-

kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap

implementasinya, hal inilah yang ingin diketahui lebih lanjut.

- Type of Benefits (Tipe Manfaat).

Pada poin ini content of policy berupaya untuk menunjukkan atau

menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa

jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan

oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.

Sebagai contoh, masyarakat di wilayah slum areas lebih suka

menerima program air bersih atau pelistrikan daripada menerima

program kredit sepeda motor.

- Extent of Change Envision (Derajat perubahan yang ingin dicapai).

Setiap kebijakan memiliki target yang hendak dan ingin dicapai.

Content of Policy yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa

sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan

haruslah memiliki skala yang jelas.

Page 10: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

10

- Site of Decision Making (Letak Pengambilan Keputusan).

Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan

penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini

harus dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu

kebijakan yang akan diimplementasikan. Apakah letak sebuah

program sudah tepat.

- Program Implementer (Pelaksana Program).

Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung

dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel

demi keberhasilan suatu kebijakan. Dan ini sudah harus terpapar

atau terdata dengan baik, apakah sebuah kebijakan telah

menyebutkan implementornya dengan rinci.

- Resources Committed (Sumber-sumber daya yang digunakan).

Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang

memadai. Pelaksanaan kebijakan harus didukung oleh sumber

daya-sumber daya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan

dengan baik.

b. Lingkungan Implementasi (Context of Implementation) Mencakup :

- Power, Interest, and strategy of Actor Involved (Kekuasaan,

kepentingan-kepentingan, dan strategi dari actor yang terlibat).

Dalam suatu kebijakan perlu dipertimbangkan pula kekuatan atau

kekuasaan, kepentingan atau strategi yang digunakan oleh para

actor yang terlibat guna mempelancar jalannya pelaksanaan suatu

implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan

Page 11: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

11

matang, sangat besar kemungkinan program yang hendak

diimplementasikan akan jauh hasilnya dari yang diharapkan.

- Institution and Regime Characteristic (Karakteristik lembaga dan

rezim yang sedang berkuasa).

Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga

berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin

dijelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut

mempengaruhi suatu kebijakan.

- Compliance and Responsiveness (Tingkat kepatuhan dan adanya

respon dari pelaksana).

Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu

kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari para pelaksana, maka

yang hendak dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan

dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.

Setelah kegiatan pelaksanaan kebijakan yang dipengaruhi oleh isi atau

konten dan lingkungan atau konteks diterapkan, maka akan dapat diketahui

apakah para pelaksana kebijakan dalam membuat sebuah kebijakan sesuai dengan

apa yang diharapkan, juga dapat diketahui apakah suatu kebijakan dipengaruhi

oleh suatu lingkungan, sehingga terjadinya tingkat perubahan yang terjadi.

Menurut Lineberry dalam Nugroho (2003: h.81) Implementasi adalah

tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta baik secara

individu dan kelompok yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang

menjadi prioritas dalam keputusan kebijakan.

Page 12: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

12

Menurut Suparto (2005: h.81) Implementasi merupakan suatu proses

mentransformasikan suatu rencana dalam praktik, sebelum tahap implementasi

kegiatan itu lebih dahulu harus menyelesaikan dokumen perencanaan stratejik

yang terdiri atas komponen yaitu:

1. Statment Visi, yaitu suatu pernyataan gambaran yang ingin dicapai dalam

waktu akan datang.

2. Statment Misi, merupakan suatu pernyataan tentang bagaimana

mewujudkan visi.

3. Statment Nilai, merupakan suatu pernyataan yang mengandung mutu yang

mempunyai daya ukur dan berharga.

4. Tujuan adalah misi yang ingin dicapai dalam penerapan pelaksanaan yang

telah ditentukan.

5. Sasaran merupakan obyek yang ingin diterapkan dalam mencapai suatu

tujuan yang telah direncanakan.

6. Strategi merupakan pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan

gagasan, perencanaan dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu

tertentu.

Menurut Hamzah (1996: h.159) Implementasi merupakan penerapan dan

pelaksanaan. Sedangkan menurut Johan dan Shadily (1995: h.313)

Implementation kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yaitu

implementasi, implementasi merupakan pelaksanaan.

Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab (2004: h.65)

Implementasi adalah sebagai pelaksana keputusan kebijakan dasar, biasanya

Page 13: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

13

dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau

keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.

Menurut Merilee S.Grindle dalam Nugroho (2003: h.82) menyatakan bahwa

implementasi pada dasarnya merupakan upaya menerjemahkan kebijakan publik

yang merupakan pernyataan luas tentang maksud tujuan dan cara mencapai tujuan

kedalam berbagai program aksi untuk mencapai tujuan tertentu yang telah

ditetapkan dalam suatu kebijakan.

Salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan public adalah

implementasi kebijakan. Implementasi sering dianggap hanya merupakan

pelaksanaan dari apa yang telas diputuskan oleh legislatif atau para pengambil

keputusan, seolah-olah tahapan ini kurang berpengaruh. Akan tetapi dalam

kenyataannya tahapan implementasi menjadi begitu penting karena suatu

kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika tidak dapat dilaksanakan dengan baik

dan benar. Dengan kata lain implementasi merupakan tahap dimana suatu

kebijakan dilaksanakan secara maksimal dan dapat mencapai tujuan kebijakan itu

sendiri.

2.3. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Perdesaan

2.3.1. Pengertian PNPM Mandiri

PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan

sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan

kemiskinan berbasis pemberdayaaan masyarakat. PNPM mandiri dilaksanakan

melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur

program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong

Page 14: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

14

prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang

berkelanjutan (Pedoman Umum PNPM, 2007).

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan

kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam

memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup,

kemandirian, dan kesejahteraan. Pemberdayaan masyarakat memerlukan

keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai

pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil

yang dicapai (Pedoman Umum PNPM, 2007).

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang

digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan

kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah pedesaan. Program ini

dilakukan untuk lebih mendorong upaya peningkatan kualitas hidup,

kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di pedesaan. PNPM Mandiri

Perdesaan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari PNPM Mandiri dan telah

dilakukan sejak 1998 melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang

sebelumnya ada uji coba di 3 Propinsi yaitu: Nusa Tenggara Timur (Belu), Jawa

tengah (Sukoharjo) dan Sumatera barat (Solok). Pada tahun 1997 waktu itu

bernama KDF (Kecamatan Development Fund).

Program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air ini memusatkan

kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah pedesaan. Program

ini menyediakan fasilitasi pemberdayaan masyarakat/kelembagaan lokal,

pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

Page 15: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

15

sebesar Rp. 1 miliar sampai Rp. 3 miliar per kecamatan, tergantung jumlah

penduduk. Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak

terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses

perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana

sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan

dan pelestariannya.

Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program

ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan, dan pinjaman dari

Bank Dunia.

2.3.2. Visi dan Misi PNPM Mandiri Perdesaan

Berdasarkan (TK PNPM MP, 2008:1) visi dan misi PNPM Mandiri

Perdesaan adalah sebagai berikut:

1. Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan

kemandirian masyarakat miskin pedesaan. Kesejahteraan berarti

terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berati mampu

mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya di lingkungannya,

mampu mengakses sumber daya di luar kemiskinan.

2. Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah peningkatan kapasitas masyarakat

dan kelembagaannya, pelembagaan sistem pembangunan partisipatif,

pengefektifan fungsi dan peran Pemerintah lokal, peningkatan kualitas dan

Page 16: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

16

kuantitas prasarana dan sarana sosial dasar ekonomi masyarakat,

pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

2.3.3. Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan

Berdasarkan (TK PNPM MP, 2008: 1-2) tujuan PNPM Mandiri Perdesaan

adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya

kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di pedesaan

dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan

pengelolaan pembangunan.

b. Tujuan khusus

Tujuan khususnya meliputi:

1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat

miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.

2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan

mendayagunakan sumber daya lokal.

3. Mengembangkan kapasitas Pemerintahan desa dalam memfasilitasi

pengelolaan pembangunan partisipatif.

4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang

diprioritaskan oleh masyarakat.

5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.

6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa.

Page 17: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

17

7. Mengembangkan kerjasama antar pemangku kepentingan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan perdesaan.

2.3.4. Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan

Berdasarkan (TK PNPM MP, 2008: 2-3) prinsip-prinsip PNPM Mandiri

Perdesaan meliputi:

a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pengertian prinsip bertumpu pada

pembagunan manusia adalah masyarakat hendaknya memilih kegiatan

yang berdampak langsung terhadap upaya pembangunan manusia daripada

pembangunan fisik semata.

b. Otonomi. Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan

kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggungjawab, tanpa

intervensi negatif dari luar.

c. Desentralisasi. Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang

yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan

pembangunan sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari Pemerintah

dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat.

d. Berorientasi pada masyarakat miskin. Pengertian prinsip berorientasi pada

masyarakat miskin adalah segala keputusan yang diambil berpihak kepada

masyarakat miskin.

e. Partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan

secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya,

mulai tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan

dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk

materiil.

Page 18: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

18

f. Kesetaraan dan keadilan gender. Pengertian prinsip kesetaraan dan

keadilan gender adalah masyarakat baik laki-laki dan perempuan

mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan

dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan, kesetaraan juga dalam

pengertian kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik.

g. Demokratis. Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat mengambil

keputusan pembangunan secara musyawarah dan mufakat.

h. Tranparansi dan Akuntabel. Pengertian prinsip transparansi dan

akuntabel adalah masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi

dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat

dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara

moral, teknis, legal maupun administratif.

i. Prioritas. Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan

yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan

kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan.

j. Keberlanjutan. Pengertian prinsip keberlanjutan adalah setiap pengambilan

keputusan atau tindakan pembangunan, mulai tahap perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan pembangunan kegiatan harus

telah mempertimbangkan sistem kelestariannya.

2.3.5. Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan

Berdasarkan (TK PNPM MP, 2008: 3) sasaran PNPM Mandiri Perdesaan

adalah:

1. Lokasi Sasaran

Page 19: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

19

Lokasi sasaran PNPM Mandiri Perdesaan meliputi seluruh kecamatan

pedesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara

bertahap dan tidak termasuk kecamatan-kecamatan kategori kecamatan

bermasalah dalam PPK/ PNPM Mandiri Perdesaan.

2. Kelompok Sasaran:

a. Masyarakat miskin di perdesaan,

b. Kelembagaan masyarakat di perdesaan,

c. Kelembagaan Pemerintah lokal.

2.3.6. Sanksi

Sanksi adalah salah satu bentuk pemberlakuan kondisi dikarenakan adanya

pelanggaran atas peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan di dalam PNPM

Mandiri Perdesaan. Sanksi bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab

berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.

Sanksi dapat berupa:

a. Sanksi masyarakat, yaitu sanksi yang ditetapkan melalui kesepakatan

dalam musyawarah masyarakat. Semua kesepakatan sanksi dituangkan

secara tertulis dan dicantumkan dalam berita acara pertemuan.

b. Sanksi hukum, yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

Sanksi program adalah pembehentian bantuan apabila kecamatan atau desa

yang bersangkutan tidak dapat mengelola PNPM Mandiri Perdesaan

dengan baik, seperti: menyalahi prinsip-prinsip, menyalahgunakan dana

atau wewenang, penyimpangan prosedur, hasil kegiatan tidak terpelihara

atau hasil kegiatan tidak dapat dimanfaatkan. Kecamatan tersebut akan

Page 20: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

20

dimasukkan sebagai kecamatan bermasalah sehingga dapat ditunda

pencairan dana yang sedang berlangsung, serta tidak dialokasikan untuk

tahun berikutnya.

2.4. Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP)

Dalam Penjelasan PTO IV PNPM-MP (Hal. 58) kegiatan Simpan Pinjam

untuk Kelompok Perempuan (SPP) merupakan kegiatan pemberian permodalan

untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam.

2.4.1. Tujuan dan Ketentuan

a. Tujuan Umum

Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi

kegiatan simpan pinjam pedesaan, kemudahan akses pendanaan usaha

skala mikro, pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan

memperkuat kelembagaan kegiatan kaum perempuan dan penanggulangan

Rumah Tangga Miskin.

b. Tujuan Khusus:

- Mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha ataupun

sosial dasar.

- Memberikan kesempatan kaum perempuan meningkatkan ekonomi

rumah tangga melalui pendanaan peluang usaha.

- Mendorong penguatan kelembagaan simpan pinjam oleh kaum

perempuan.

Page 21: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

21

2.4.2. Ketentuan Dasar

a. Kemudahan, artinya masyarakat miskin dengan mudah dan cepat

mendapatkan pelayanan pendanaan kebutuhan tanpa syarat agunan.

b. Terlembagaan, artinya dana kegiatan SPP disalurkan melalui kelompok

yang sudah mempunyai tata cara dan prosedur yang sudah baku dalam

pengelolaan simpanan dan pengelolaan pinjaman.

c. Keberdayaan, artinya proses pengelolaan didasari oleh keputusan yang

professional oleh kaum perempuan dengan mempertimbangkan

pelestarian dan pengembangan dana bergulir guna meningkatkan

kesejahteraan.

d. Pengembangan, artinya setiap keputusan pendanaan harus berorientasi

pada peningkatan pendapatan sehingga meningkatkan pertumbuhan

aktivitas ekonomi masyarakat pedesaan.

e. Akuntabilitas, artinya dalam melakukan pengelolaan dana bergulir

harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

2.4.3. Ketentuan Pendanaan BLM

Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana yang disediakan

untuk mendanai kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) per

kecamatan maksimal 25% dari alokasi BLM.

a. Sasaran, Bentuk Kegiatan dan Ketentuan Kelompok SPP

- Sasaran Program

Sasaran program adalah rumah tangga miskin yang produktif yang

memerlukan pendanaan kegiatan usaha ataupun kebutuhan sosial dasar

Page 22: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

22

melalui kelompok simpan pinjam perempuan yang sudah ada di

masyarakat.

- Bentuk Kegiatan

Bentuk Kegiatan SPP adalah memberikan dana pinjaman sebagai

tambahan modal kerja bagi kelompok kaum perempuan yang

mempunyai pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana

pinjaman.

b. Ketentuan kelompok SPP

Penjelasan PTO IV (Kegiatan SPP, BAPEMMAS. 2007) Ketentuan

kelompok SPP adalah:

- Kelompok yang dikelola dan anggotanya perempuan, yang satu sama

lain saling mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan pertemuan rutin

yang sudah berjalan sekurang-kurangnya satu tahun.

- Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana

simpanan dan dana pinjaman yang telah disepakati.

- Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber

dana pinjaman yang diberikan kepada anggota.

- Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlansung dengan baik

- Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana.

2.4.4. Mekanisme Pengelolaan

Mekanisme tetap mengacu pada alur kegiatan program akan tetapi perlu

memberikan beberapa penjelasan dalam tahapan sebagai berikut :

a. Musyawarah Antar Desa (MAD) Sosialisasi.

Page 23: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

23

Dalam MAD Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan

untuk kegiatan SPP sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami

adanya kegiatan SPP dan dapat memanfaatakan.

b. Musyawarah Desa (Musdes) Sosialisasi.

Musdes Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan untuk

kegiatan SPP ditingkat desa sehingga pelaku-pelaku tingkat desa

memahami adanya kegiatan SPP dan melakukan proses lanjutan.

c. Musyawarah Dusun.

Proses identifikasi kelompok melalui musyawarah di dusun dengan proses

sebagai berikut :

- Identifikasi kelompok sesuai dengan ketentuan tersebut diatas

termasuk kondisi anggota.

Kader melakukan identifikasi perkembangan kelompok SPP dan

melakukan kategorisasi kelompok yang terdiri dari : Kelompok

Pemula, Kelompok Berkembang dan Kelompok Siap. Proses

kategoriasi kelompok mengacu pada ketentuan kategori perkembangan

kelompok. Menyiapkan daftar pemanfaat setiap kelompok beserta

jumlah kebutuhan dan daftar rumah tangga miskin yang akan menjadi

pemanfaat.

- Hasil musyawarah dusun dituangkan dalam berita acara dilampiri:

1) Daftar kelompok yang diidentifikasi,

2) kelompok SPP dengan daftar pemanfaat yang diusulkan,

3) peta sosial dan peta RTM,

4) rekap kebutuhan pemanfaat.

Page 24: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

24

d. Musyawarah desa dan Musyawarah Khusus Perempuan (MKP)

Musyawarah ini merupakan tahapan seleksi ditingkat desa adalah:

- Penentuan Usulan Desa adalah proses penentuan keputusan usulan

desa yang akan dikompetisikan di tingkat kecamatan. Penentuan

usulan ini melalui keputusan Musyawarah Khusus Perempuan (MKP).

Hasil keputusan ini melalui MKP merupakan usulan desa untuk

kegiatan SPP.

- Hasil keputusan diajukan berdasarkan kelompok-kelompok yang

diajukan dalam paket usulan desa.

- Penulisan usulan kelompok adalah tahapan yang menghasilkan

proposal kelompok yang akan dikompetisikan di tingkat kecamatan.

- Dalam penulisan usulan SPP paling tidak harus memuat hal sebagai

berikut :

1) Sekilas kondisi kelompok SPP

2) Gambaran Usaha dan Rencana yang menjelaskan kondisi anggota,

kondisi permodalan, kualitas pinjaman, kondisi operasional,

rencana usaha dalam satu tahun yang akan datang, perhitungan

rencana kebutuhan dana.

3) Daftar calon pemanfaat untuk dana yang diusulkan dilengkapi

dengan peta sosial dan peta RTM (Penjelasan PTO IV PNPM-MP).

e. Verifikasi

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses verifikasi kegiatan SPP

adalah:

- Penetapan Formulir Verifikasi.

Page 25: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

25

Penetapan formulir verifikasi merupakan proses penyesuaian dengan

contoh format formulir yang telah tersedia.

- Proses Pelaksanaan Verifikasi

Verifikasi kelompok SPP mencakup beberapa hal sebagai berikut:

1) Pengalaman kegiatan Simpan Pinjam

2) Persyaratan kelompok

3) Kondisi kegiatan Simpan Pinjam, dengan penilaian:

Permodalan

Kualitas Pinjaman

Administrasi dan Pengelolaan

Pendapatan

Likuitas (pendanaan jangka pendek)

4) Penilaian khusus rencana kegiatan

5) Jumlah rumah tangga miskin sebagai calon pemanfaat diverifikasi

dengan daftar rumah tangga miskin

6) Penilaian kategorisasi kelompok

f. MAD Prioritas Usulan

Tahapan ini merupakan tahapan evaluasi akhir dengan model prioritas

kebutuhan dengan mempertimbangkan hasil verifikasi. Prioritas penilaian

ditekankan pada kelompok yang lebih mengutamakan calon pemanfaat

kategori rumah tangga miskin.

Hasil pemeringkatan kelompok SPP sudah dapat menunjukkan kebutuhan

pendanaan BLM untuk SPP sehingga sudah dapat ditentukan kelompok-

kelompok layak yang akan didanai dari BLM. Untuk kelompok yang layak

Page 26: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

26

dan akan didanai BLM, tahap selanjutnya adalah melakukan

penyempurnaan dokumen usulan misalnya: KTP dan perjanjian pinjaman.

Prioritas kebutuhan kelompok SPP agar mempertimbangkan:

- Keterlibatan rumah tangga miskin sebagai anggota dan pemanfaat

- Kategori tingkat perkembangan kelompok

- Hasil penilaian kelayakan kelompok pengusul yang dituangkan dalam

berita acara TIM verifikasi

- Pertimbangan lain yang mendukung pengurangan jumlah rumah

tangga miskin dan peningkatan kesempatan kerja/usaha.

g. MAD Penetapan Usulan

Pada tahapan ini keputusan pendanaan mencakup penentuan pendanaan

usulan dengan menentukan kelompok-kelompom yang telah memenuhi

syarat pemeringkatan dapat didanai dengan dana BLM. Dalam MAD

penetapan usulan ini, dimungkinkan adanya kelompok yang didanai sesuai

dengan MAD priortas usulan mengundurkan diri sehingga peringkat

selanjutnya yang akan menerima, jika terjadi tidak sama jumlah

kebutuhan pada kelompok terakhir maka agar diputuskan melalui

musyawarah. Bagi kecamatan yang telah mengelola dana bergulir maka

pada MAD ini dapat juga dilakukan proses MAD perguliran.

h. Penetapan Persyaratan

Penetapan persyaratan pinjaman yang tertuang dalam perjanjian pinjaman

paling tidak mencakup hal-hal:

- Penentuan jasa pinjaman dengan ketentuan: Besar jasa pinjaman

ditentukan berdasarkan bunga pasar untuk pinjaman pada lembaga

Page 27: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

27

keuangan pada wilayah masing-masing. Sistem perhitungan jasa

pinjaman menurun atau tetap

- Jangka waktu pinjaman sumber dana BLM maksimal 12 bulan

- Jadwal angsuran dana BLM paling tidak diangsur 3 kali angsuran

dalam pemanfaat maupun tingkat kelompok

- Angsuran langsung dari kelompok ke UPK

i. Pencairan dana

Ketentuan pencairan dana BLM dengan ketentuan sebagai berikut:

- Pencairan melalui desa sesuai dengan ketentuan program dilampiri

SPPB dengan bukti penyaluran KW2.

- Pencairan dilakukan sekaligus (100%) pada setiap kelompok.

- Dalam saat yang bersamaan ketua TPK memberikan dana SPP setelah

dikurangi Operasional UPK 2% dan Operasional Desa 3% dengan

bukti kuitansi yang ditandatangani oleh ketua kelompok sebagai

penerima dan UPK sebagai pengelola kegiatan. Tujuan kuitansi ini

adalah kelompok telah menerima langsung dari UPK dan selanjutnya

mengembalikan kepada UPK.

- Kelompok membuat perjanjian pinjaman dengan UPK sebagai

lampiran kuitansi penerima dana.

- Kelompok menyerahkan kuitansi/tanda terima uang per pemanfaat

kepada UPK.

j. Pengelolaan dokumen dan Administrasi di UPK

Pengelolaan kegiatan di tingkat UPK meliputi:

Page 28: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

28

- Pengelolaan dokumen UPK mencakup beberapa hal sebagai berikut:

Pengelolaan data kelompok dan peminjam/pemanfaat, pengelolaan

proposal penulisan usulan dengan peta sosial, pengelolaan dokumen

penyaluran: kuitansi, SPPB.

- Pengelolaan administrasi meliputi: Rekening pengembalian SPP, buku

bantu Bank SPP, buku kas harian SPP, kartu pinjaman.

- Pengelolaan pelaporan sebagai berikut: Laporan realisasi penyaluran,

laporan perkembangan pinjaman – SPP, laporan kolektibilitas – SPP,

necara, dan laporan operasional.

k. Pengelolaan Dokumen dan Administrasi di Kelompok

Hal-hal yang dikelola ditingkat kelompok meliputi: data-data peminjam,

dokumen pendanaan/kuitansi di kelompok maupun pemanfaat,

administrasi realisasi pengembalian pinjaman ke UPK, administrasi

penyaluran dan pengembalian/kartu pinjaman pemanfaat dan administrasi

pinjaman pemanfaat.

l. Penetapan Daftar Tunggu

Usulan kegiatan kelompok SPP yang belum terdanai oleh BLM tetapi

telah dianggap layak dapat didanai dengan dana bergulir. Jika dana

bergulir tidak mengcukupi maka kelompok layak dapat ditetapkan sebagai

kelompok tunggu yang dilaporkan dalam daftar tunggu kelompok. Daftar

tunggu ini ditetapkan dengan berita acara. Selain menetapkan daftar

tunggu juga menetapkan mekanisme dan persyaratan dalam pendanaan

kelompok yang termasuk daftar tunggu.

Page 29: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

29

m. Pelestarian dan Pengembangan Kegiatan

Pelestarian kegiatan SPP mengacu pada ketentuan pengelolaan dana

bergulir dengan mempertimbangkan ketentuan akses BLM yang telah

disepakati dalam MAD yang mencakup:

- Pelestarian kegiatan.

Dasar-dasar dalam rangka mewujudkan pelestarian kegiatan adalah:

1) Adanya dana kegiatan SPP yang produktif dan bertambah

jumlahnya untuk penyediaan kebutuhan pendanaan masyarakat

miskin.

2) Adanya pelestarian prinsip PNPM Mandiri – Perdesaan terutama

keberpihakan kepada orang miskin dan transparansi.

3) Penguatan kelembagaan baik dalam aspek permodalan ataupun

kelembagaan kelompok.

4) Pengembangan layanan kepada masyarakat.

5) Pengembangan permodalan.

- Pengembangan Kelompok.

Pengembangan kelompok SPP diarahkan sebagai lembaga pengelola

simpanan dan pinjaman yang profesional, akuntabel sehingga mampu

menarik minat kerja sama lembaga lain sebagai lembaga penyalur dan

pengelola pinjaman. Pengembangan kelembagaan kelompok SPP,

secara badab hukum dapat menjadi Koperasi Simpan Pinjam. Fasilitasi

pengembangan kelompok dapat didasarkan pada tingkat

perkembangan kelompok maupun fungsi kelompok yang dijelaskan

dalam pengelolaan dana bergulir.

Page 30: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

30

2.5. Dasar Hukum PNPM Mandiri Perdesaan

Dasar hukum pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan mengacu pada

landasan konstitusional UUD 1945 beserta amandemennya, landasan idiil

Pancasila, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta landasan khusus

pelaksanaan PNPM Mandiri yang akan disusun kemudian. Peraturan perundang-

undangan khususnya terkait sisstem pemerintahan, perencanaan, keuangan negara,

dan kebijakan penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut:

2.5.1. Sistem Pemerintahan

Dasar Peraturan perundangan sistem pemerintahan yang digunakan adalah:

a. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

b. Peraturan Pemerintahan Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintah Desa.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan.

d. Presiden Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan.

2.5.2. Sistem Perencanaan

Dasar peraturan perundangan sistem perencanaan terkait adalah:

a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN).

b. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

c. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2004-2009.

Page 31: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

31

d. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

e. Petunjuk Teknis Operasional (PTO) yang dikeluarkan oleh Departemen

Dalam Negeri dalam rangka pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan.

Page 32: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

32

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Narbuko dan Achmadi (2004:

h.44) memberikan pengertian penelitian deskriptif sebagai penelitian yang

berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan

data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi, ia juga

bisa bersifat komperatif dan korelatif. Menurut Mardalis (2008: h.26) penelitian

deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku.

didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan

menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.

Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2002: h.3) mendefinisikan

pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan

sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Sedangkan tipe

penelitian ini menggunakan tipe deskriptif kualitatif, dimana peneliti

mendeskripsikan wawancara mendalam dan penyebaran angket terhadap subjek

penelitian. Dengan dasar tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu

menggambarkan tentang implementasi Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan pada kegiatan Simpan Pinjam Untuk

Page 33: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

33

Kelompok Perempuan (SPP) di Gampong Cot Lampise Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat.

3.2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.2.1. Sumber Data

Menurut Subanadan Sudrajat (2005: h.115) sumber data adalah subjek

dari penelitian yang dimaksud. Sedangkan menurut Sukan Darrumidi (2008: h.20)

sumber data adalah semua informasi, baik merupakan benda nyata, abtrak ataupun

dalam bentuk peristiwa/gejala.

Adapun sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Data Primer merupakan sumber data adalah sumber-sumber dasar yang

merupakan bukti saksi utama dari kejadian yang lalu, contohnya ialah catatan

resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, suatu keterangan oleh saksi

mata, keputusan-keputusan rapat, foto-foto, dan sebagainya (Moh. Nazir, (2005:

h. 51).

Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penelitian langsung

di lapangan yang bersumber pada penelitian wawancara dan observasi. Data

primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara dengan Keuchik

Gampong, dan yang menerima manfaat dari PNPM. Sedangkan observasi

dilakukan untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian.

2. Data Sekunder

Menurut Hasan (2002: h.82) data sekunder adalah data yang diperoleh

oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data

Page 34: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

34

sekunder merupakan data yang didapat dari studi kepustakaan, dokumen, koran,

internet yang berkaitan dengan kajian penelitian yang diteliti oleh penulis.

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Menurut Husaini Usman dan Purnomo S.A (2004: h.54) “observasi ialah

pengamatan dan pencacatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.”

Observasi menjadi teknik pengumpulan data apabila: 1) sesuai dengan tujuan

penelitian, 2) direncanakan dan dicatat secara sistematis, 3) dapat dikontrol

keandalannya (reliabilitasnya) dan kesahihannya (validitasnya). Menurut H.B.

Sutopo (2006: h.75), “Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari

sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi dan

benda, serta rekaman gambar”.

Terdapat empat jenis observasi (H.B. Sutopo, 2006: 75-79) antara lain:

a. Observasi tak berperan.

Kehadiran peneliti dalam observasi sama sekali tidak diketahui oleh

subyek yang diamati.

b. Observasi berperan pasif.

Kehadiran peneliti dalam di lokasi menunjukkan peran yang paling pasif,

sebab kehadirannya sebagai orang asing diketahui oleh subjek yang

diamati dan hal itu membawa pengaruh pada yang diamati.

c. Observasi berperan aktif.

Observasi berperan aktif merupakan cara khusus dan peneliti tidak hanya

sebagai pengamat, tetapi memainkan berbagai peran yang dimungkinkan

Page 35: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

35

dalam suatu situasi yang berkaitan dengan penelitiannya. Peran tersebut

hanya bersifat sementara.

2. Wawancara

Lexy J. Moleong (2007: h.135) mengemukakan bahwa “wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak

yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan diwawancarai yang

memberi jawaban atas pertanyaan itu”

Dalam melakukan wawancara ini peneliti berpedoman pada teknik yang

diuraikan H.B Sutopo (2006: h.70-72) yaitu:

a. penentuan siapa yang akan diwawancarai.

Informasi atau data baik kelengkapan dan juga kedalamannya, adalah

sangat penting artinya bagi kualitas simpulan hasil penelitian. Oleh karena

itu dalam hal pengumpulan informasi lewat wawancara mendalam,

peneliti harus bisa mendapatkan narasumber atau informan yang tepat.

b. Persiapan wawancara.

Setelah penentuan informan, peneliti perlu mempersiapkan diri untuk

memahami pribadi dan peran informan dalam konteksnya, sehingga bila

perlu peneliti berusaha menyesuaikan diri dengan karakter dan posisi

informannya agar tidak terjadi kesan yang mungkin tepat sehingga bias

berakibat hanya mendapatkan informasi yang kurang sesuai dengan yang

sebenarnya diharapkan.

c. Langkah awal.

Page 36: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

36

Pada saat pertemuan dengan nara sumber, peneliti benar-benar memahami

kontesknya agar proses wawancara disesuaikan dengan kondisinya dan

bisa berjalan lancar.

d. Pengusahaan agar wawancara bersifat produktif.

Irama wawancara perlu dijaga supaya tetap terasa santai tetapi lancar.

Peneliti jangan banyak memotong pembicaraan, dan berusaha menjadi

pendengar yang baik tetapi harus berusaha bersikap kritis. Peneliti jangan

banyak bicara supaya bisa belajar lebih banyak dalam kelancaran

prosesnya.

e. Penghentian wawancara dan mendapatkan simpulan.

Peneliti perlu memahami kondisi pelaksanaan wawancara dengan

produktivitasnya. Bila peneliti menangkap gejala kelelahan baik pada

informan maupun pada peneliti sendiri, maka ia wajib berpikir apakah

sudah waktunya peneliti menghentikan wawancara tersebut, dan sudah

menarik simpulan dari semua informasi yang telah diperolehnya. Bila

perlu peneliti bisa menanyakan beberapa simpulan sementara dari

informasi yang didengarnya kepada informan, untuk menegaskan apakah

memang benar demikian yang dimaksudnya.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan sumber data yang memiliki posisi penting dalam

penelitian kualitatif. Husaini Usman dan Purnomo S.A (2004: h.73) berpendapat

bahwa “dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-

dokumen”. Dokumen bisa memiliki beragam bentuk, dari yang tertulis sederhana

Page 37: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

37

sampai yang lebih lengkap, dan bahkan bisa juga berupa benda-benda lainnya

sebagai peninggalan masa lampau.

3.3. Instrumen Penelitian

Menurut Suyanto & Sutinah (2006: h.59) mengemukakan bahwa

instrumen penelitian adalah perangkat untuk menggali data primer dari responden

sebagai sumber data terpenting dalam sebuah penelitian survei. Instrument

penelitian ilmu sosial umumnya berbentuk kuesioner dan pedoman pertanyaan

(interview guide). Semua jenis instrumen penelitian ini berisi rangkaian

pertanyaan mengenai suatu hal atau suatu permasalahan yang menjadi tema pokok

penelitian.

Adapun instrumen penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas

penelitian baik atau sebaliknya. Adapun penelitian ini menggunakan instrumen

penelitian dengan cara peneliti terlebih dahulu mencari permasalahan awal,

selanjutnya peneliti mengembangkan penelitian dengan menerapkan instrumen

sederhana yaitu dengan melakukan perbandingan data melalui observasi dan

wawancara.

3.3.1. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap

mempunyai informasi (key-informan) yang dibutuhkan di wilayah penelitian. Cara

yang digunakan untuk menentukan informasi tersebut maka penulis menggunakan

“purposive sampling”, yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika

peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan

sampelnya (Arikunto, 2009: h.128).

Page 38: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

38

Berdasarkan purposive sampling atau sampling tujuan, maka yang menjadi

informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Keuchik gampong 1 orang

2. Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) 8 orang

3. Ketua UPK 1 orang

Berdasarkan data di atas ada beberapa jumlah informan dalam penelitian

ini, jumlah informan tersebut di atas bersifat sementara, jika hasil penelitian

jawaban yang diberikan oleh informan sama antara informan satu dengan yang

lainnya dan peneliti menemukan titik kejenuhan dalam penelitian ini maka jumlah

informan tersebut diatas dapat mewakili dari hasil penelitian yang peneliti

lakukan.

3.4. Teknik Analisa Data

Di dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisa secara

kualitatif yakni data yang diperoleh akan dianalisis dalam bentuk kata-kata lisan

maupun tulisan. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang umum

dan menyuluruh dari obyek penelitian. Serta hasil-hasil penelitian baik dari hasil

studi lapangan maupun studi literatur untuk kemudian memperjelas gambaran

hasil penelitian yang berkenaan dengan implementasi pembangunan bottom up.

“Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

kedalam pola, katagori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja” (Moleong, 2002: h.103). Analisis data

menggunakan metode deskriptif kualitatif, di mana pembahasan penelitian serta

hasilnya diuraikan melalui kata-kata berdasarkan data empiris yang diperoleh.

Page 39: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

39

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif, maka

analisis data yang digunakan non statistik.

Menurut Miles (2007: h.15-19) analisis data dalam penelitian kualitatif

berlangsung secara interaktif, di mana pada setiap tahapan kegiatan tidak berjalan

sendiri-sendiri. Meskipun tahap penelitian dilakukan sesuai dengan kegiatan yang

direncanakan. Akan tetapi kegiatan ini tetap harus dilakukan secara berulang

antara kegiatan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data serta verifikasi

atau penarikan suatu kesimpulan. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini,

digunakan langkah-langkah atau alur yang terjadi bersamaan yaitu pengumpulan

data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau alur verifikasi

data.

1. Redukdi Data

“Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncur dari catatan-catatan yang

tertulis di lapangan” (Miles dan Huberman 2007: h.17). Reduksi data ini bertujuan

untuk menganalisis data yang lebih mengarahkan, membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan data agar diperoleh kesimpulan yang dapat ditarik atau

verifikasi. Dalam penelitian ini, proses reduksi data dilakukan dengan

mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian

dipilih dan dikelompokkan berdasarkan kemiripan data.

2. Penyajian Data

Menurut Miles dan Huberman (2007: h.18) penyajian data adalah

pengumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya

Page 40: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

40

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam hal ini, data yang telah

di kategorikan tersebut kemudian di organisasikan sebagai bahan penyajian data.

3. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan

“Verifikasi data adalah sebagian dari suatu kegiatan utuh, artinya makna-

makna yang muncul dari data telah disajikan dan diuji kebenarannya,

kekokohannya dan kecocokannya” (Miles dan Huberman, 2007: h.19).

Menurut Miles dan Huberman (2007: h.36) ada tiga komponen analisis

yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Aktivitas ketiga

komponen dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data

sebagai suatu proses siklus. Peneliti hanya bergerak di antara tiga komponen

analisis tersebut sesudah pengumpulan data selesai pada setiap unitnya dengan

memanfaatkan waktu yang masih tersisa dalam penelitian ini.

Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif dapat di gambarkan dalam

skema sebagai berikut:

( Sumber : Miles dan Huberman (2007 h: 36))

3.5. Pengujian Kredibilitas Data

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan

Pengumpulan Data Sajian Data

Reduksi Data PenarikanKesimpulan/verifikasi

Page 41: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

41

member check. “Pengujian kredibilitas data digunakan untuk mendapatkan data

yang lebih mendalam mengenai subjek penelitian” (Sugiyono, 2007, h: 270).

Adapun pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut :

1. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karena berdasarkan

pengamatan yang telah dilakukan, dirasakan data yang diperoleh masih kurang

memadai. Menurut Moleong (2002: h.327) perpanjangan pengamatan berarti

peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data

tercapai. Dalam pengumpulan data, pengamatan yang dilakukan tidak hanya

dilakukan dalam waktu yang singkat melainkan memerlukan perpanjangan

pengamatan dengan keikutsertaan pada lata penelitian. Perpanjangan pengamatan

yang dilakukan peneliti adalah dengan sering melakukan hubungan interaksi

dengan masyarakat dan aparat gampong serta sering melakukan pengamatan di

lapangan.

2. Peningkatan ketekunan

Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

mendalam untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan dilakukan

dengan membaca berbagai referensi baik buku maupun dokumen yang terkait

dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk memeriksa data apakah benar

dan bisa dipercayai atau tidak.

3. Triangulasi

“Analisa Triangulasi merupakan suatu metode analisis untuk mengatasi

masalah akibat dari kajian mengandalkan satu teori saja, satu macam data atau

satu metode penelitian saja” (Sugiyono, 2007: h. 225). Triangulasi dapat diartikan

Page 42: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

42

sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Menurut

Sugiyono (2007: h.273) terdapat minimal tiga macam triangulasi, yaitu :

a. Triangulasi sumber data

Pada triangulasi sumber data, data dicek kredibilitasnya dari berbagai

sumber data yang berbeda dengan teknik yang sama misalnya, mengecek

sumber data antara bawahan, atasan dan teman.

b. Triangulasi teknik pengumpulan data

Pada triangulasi teknik pengumpulan data, data dicek kredibilitasnya

dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda dengan sumber data

yang sama.

c. Triangulasi waktu pengumpulan data

Pada triangulasi waktu pengumpulan data, data dicek kredibilitasnya

dengan waktu yang berbeda-beda namun dengan sumber data dan teknik yang

sama.

“Triangulasi menjadikan data yang diperoleh dalam penelitian menjadi

lebih konsisten, tuntas dan pasti serta meningkatkan kekuatan data” (Sugiyono,

2007: h. 241).

4. Pemeriksaan teman sejawat

Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan data hasil

temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan

mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan yang

berguna untuk proses penelitian.

Page 43: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

43

5. Analisis kasus negatif

Menurut Sugiyono (2007: h.275) melakukan analisis kasus negatif berarti

peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang

telah ditemukan.

6. Member check

Member check atau pengujian anggota dilakukan dengan cara

mendiskusikan hasil penelitian kepada sumber-sumber yang telah memberikan

data untuk mengecek kebenaran data dan interprestasinya.

3.6. Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian dalam skripsi ini dilakukan selama 7 bulan

dengan rincian sebagai berikut:

3.1 Tabel jadwal penelitian

No Kegiatan Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

1 Pengajuan Judul besertaProposal Judul

2 Menunggu SK Pembimbing

3 Bimbingan

4 Seminar Proposal

5 Melengkapi Bahan Skripsi

6 Penelitian

7 Sidang

Page 44: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Profil Gampong Cot Lampise

Gampong Cot Lampise adalah salah satu dari lima Gampong dalam

wilayah Kemukiman Menumbok Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat

Provinsi Aceh. Gampong Cot Lampise mempunyai luas wilayah 200 Ha,

penduduknya berjumlah 260 jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki 134

jiwa dan perempuan sebanyak 126 jiwa, mayoritas penduduk bermata pencaharian

sebagai petani. Secara Administrasi batas-batas Gampong Cot Lampise adalah

sebagai berikut:

Sebelah Utara : Perbatasan dengan Gampong Pinem

Sebelah Selatan : Perbatasan dengan Gampong Cot Seulamat

Sebelah Barat : Perbatasan dengan Gampong Suak Panteu Breuh

Sebelah Timur : Perbatasan dengan Gampong Ladang

Gampong Cot Lampise memiliki 3 (Tiga) dusun, yaitu Dusun Phonna,

Dusun Sejahtera, dan Dusun Pelita IV, yang setiap dusunnya dipimpin oleh

seorang Kadus (Kepala Dusun) dan Gampong Cot Lampise dipimpin oleh Kepala

Desa (Keuchik). Masyarakat yang tinggal di Gampong Cot Lampise penduduknya

hanya orang suku aceh. (Sumber: wawancara dengan Sekretaris Desa).

Page 45: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

45

4.1.2. Kependudukan dan Pencaharian Masyarakat

Berdasarkan data monografi yang terdapat di Gampong Cot Lampise yang

terletak pada Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat jumlah penduduk

seluruhnya adalah 260 jiwa yang terdiri dari 134 orang laki-laki dan 126 orang

perempuan, dan memiliki 3 dusun yang terdiri dari dusun phonna, sejahtera, dan

Pelita IV Mayoritas penduduk Gampong Cot Lampise mata pencahariannya lebih

dominan sebagai petani, karena masyarakat Gampong Cot Lampise menganggap

bahwa yang dapat mereka kerjakan di desa hanyalah bertani untuk memenuhi

kehidupan mereka ini dapat dilihat di tabel di bawah ini:

Tabel. 1

Data Keadaan Penduduk dan Fakir Miskin Gampong Cot Lampise

Kecamatan Samatiga (Keadaan Tahun 2014)

No Dusun

Jumlah Penduduk(Orang)

Jumlah FakirMiskin (Orang) Ket

Lk Pr Jumlah Fakir Miskin

1 Phonna 59 49 108 2 4

2 Sejahtera 35 33 68 1 5

3 Pelita IV 42 42 84 5 3

Jumlah 136 124 260 8 12(Sumber: Diolah Berdasarkan Data Gampong Cot Lampise)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa masyarakat Gampong Cot

Lampise dengan jumlah penduduk 260 dan memiliki penduduk fakir miskin 20

orang, fakir 8 orang dan miskin 12 orang.

Yang dimaksud dengan fakir itu orang yang tidak punya harta serta tidak

punya penghasilan yang mencukupi kebutuhan dasarnya atau mencukupi hajat

paling asasinya. Hajat dasar itu sendiri berupa kebutuhan untuk makan yang bisa

meneruskan hidupnya, pakaian yang bisa menutupi sekedar auratnya atau

Page 46: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

46

melindungi dirinya dari udara panas dan dingin, serta sekedar tempat tinggal

untuk berteduh dari panas dan hujan atau cuaca yang tidak mendukung.

Sedangkan yang dikatakan miskin yaitu miskin adalah orang yang tidak punya

harta yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, namun masih ada

sedikit kemampuan untuk mendapatkannya. Dia punya sesuatu yang bisa

menghasilkan kebutuhan dasarnya, namun dalam jumlah yang teramat kecil dan

jauh dari cukup untuk sekedar menyambung hidup dan bertahan.

Tabel. 2

Klasifikasi Jumlah Penduduk Menurut Profesi.

(Keadaan Tahun 2014)

No UraianNama-Nama Dusun

JumlahPhonna Sejahtera Pelita IV

1 Petani 57 27 39 123

2 Pedagang 1 3 4 8

3 Peternak 8 5 5 18

4 Pertukangan 2 - 3 5

5 Sopir - - 1 1

6 Pengrajin 3 3 4 10

7 Penjahit - 2 - 2

8 Wiraswasta 1 1 - 2

9 PNS 5 1 3 9

10 Bengkel - 1 1 2

Total Keseluruhan 180(Sumber: Diolah Berdasarkan Data Gampong Cot Lampise)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat Gampong Cot

Lampise memiliki pekerjaan yang bermacam-macam. Dari profesi masyarakat

Gampong Cot Lampise yang terbanyak mempunyai pekerjaan sebagai petani yaitu

123 orang, dan dapat disimpulkan sesuai dengan data yang ada bahwa masyarakat

Page 47: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

47

Gampong Cot Lampise profesi sebagai petani itu dapat dikatakan jauh dari

kecukupan.

Tabel. 3

Data : Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

(Keadaan Tahun 2014)

No DusunJenis Pendidikan

TidakSekolah

SD/MIN

SLTP/MTSN

SLTA/MAN

D-2 S-1

1 Phonna 3 10 3 14 4 1

2 Sejahtera 1 9 1 16 3 2

3 Pelita IV 6 6 3 17 2 2

Jumlah 10 25 7 47 9 5(Sumber: Diolah Berdasarkan Data Gampong Cot Lampise)

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk paling besar terhadap

pendidikan adalah penduduk yang tamat Sekolah MAN/sederajat yaitu sebanyak

47 orang, diikuti oleh tamat MIN/sederajat 25 orang, yang tidak sekolah 10 orang,

Akademi/Diploma 9 orang, tamat SLTP/sederajat 7 orang dan yang Sarjana/S-1

hanya 5 orang.

4.1.3. Pemahaman Informan terhadap program SPP

Ketika peneliti melakukan wawancara terhadap informan, dapat diketahui

bahwa program SPP dari PNPM MP merupakan suatu program yang sangat baik

untuk dijalankan karena memberi dampak positif bagi kaum perempuan. Hal ini

sesuai dengan perkataan Ainal Mardhiah salah satu anggota kelompok SPP di

Gampong Cot Lampise yang mengatakan bahwa:

“Program SPP sangat bagus untuk dilaksanakan, karena dapat meningkatkan

keberdayaan para perempuan agar mampu mandiri dan tidak hanya bergantung

Page 48: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

48

pada suami dalam hal memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga” (wawancara,

12 Agustus 2014).

Hal senada juga dikatakan oleh Mala Wati yang menjadi anggota kelompok

SPP di Gampong Cot Lampise yang mengatakan:

Saya sendiri salah satu anggota yang telah masuk anggota kelompokSPP merasa perekonomian rumah tangga saya sedikit meningkat darisebelumnya. Program dari SPP, saya menjadikan juga sebagai modaluntuk keperluan dari usaha saya dalam jual beli karet (wawancara, 12Agustus 2014).

4.1.4. Pelaksanaan Kegiatan SPP

Berdasarkan yang penulis lakukan Kegiatan SPP di Gampong Cot Lampise

mulai dilaksanakan pada tahun 2010, dan mempunyai dua kelompok yaitu

kelompok sabee pakat dan kelompok bungong kupula tiap kelompok terdiri dari

10 orang. Dan dari obsevasi penulis juga sesuai dengan apa yang dikatakan oleh

Umi Salamah salah satu anggota kelompok SPP mengatakan bahwa:

“Kegiatan SPP di Gampong Cot Lampise ini mulai dilaksanakan pada tahun 2010

yang lalu” (wawancara, 13 Agustus 2014).

Dari keterangan Umi Salamah di atas salah satu anggota kelompok SPP

sangat relevan dengan apa yang telah dikatakan oleh Keuchik Gampong Cot

Lampise yang mengatakan bahwa:

“Kegiatan SPP di Gampong Cot Lampise mulai dilaksanakan pada tahun 2010

dan mempunyai dua kelompok yaitu kelompok Sabee Pakat dan Kelompok

Bungong Kupula tiap kelompok terdiri dari 10 orang” (wawancara, 11 Agustus

2014).

Page 49: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

49

Setelah penulis melalukan penelitian yang mendalam pelaksanaan

kegiatan SPP di Gampong Cot Lampise mengalami permasalahan yang begitu

berat, yakni sesuai dengan perkataan Keuchik yang Mengatakan bahwa:

Permasalahan yang terjadi yaitu mengalami longgakan uang sebesarRp. 13.500.000 pada kelompok sabee pakat dari jumlah pinjamansemua Rp. 55.000.000, yaitu Rp. 30.000.000 untuk kelompok sabeepakat dan Rp. 25.000.000 untuk kelompok bungong kupula(wawancara, 11 Agustus 2014).

Sementara berkaitan dengan permasalahan tersebut keuchik mengadakan

musyawarah dengan staf gampong dan kelompok SPP ia mengatakan bahwa:

Untuk menahan rasa malu pada pihak PNPM, saya selaku Keuchikbeserta Staf Gampong mengambil keputusan yaitu uang yangmelonggak sebesar Rp. 13.500.000 tersebut akan kami bayar terlebihdahulu dengan cara patungan. Kemudian pihak yang bermasalahtersebut akan membayar kembali uang kami boleh dengan caracicilan (wawancara, 11 Agustus 2014).

Hasil observasi dan wawancara, dengan apa yang telah terjadi selama ini,

kegiatan SPP di Gampong Cot Lampise masih berlanjut sampai dengan sekarang

yaitu tahun 2014. Namun ada perubahan yang terjadi yaitu dari tahun 2013 s/d

2014 kegiatan SPP di Gampong Cot Lampise hanya terdiri dari satu kelompok

saja yaitu kelompok Bungong Kupula. Jumlah dana yang mereka terima pada

tahun 2013 sebesar Rp. 64.000.000 dan lebih jelasnya dapat dilihat di tabel

dibawah ini.

Tabel. 4

Nama-Nama Penerima Manfaat Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP)

dan Jenis Usaha yang dilakukan dan Besarnya Dana Masing-Masing

Anggota yang Diterima pada Tahun 2013

No Nama Usaha Dana

1 Cut Roswita Menjahit 5.000.000

Page 50: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

50

2 Mala Wati Jualan Karet 15.000.0003 Umi Salamah Membuat Kue 5.000.0004 Ainal Mardhiah Kios 15.000.0005 Opi Marliza Membuat Kue 4.000.0006 Nurjannah Membuat Kue 5.000.0007 Hasnawati Menjahit 3.000.0008 Jahani Menjahit 5.000.0009 Cut Azizah Menjahit 4.000.00010 Siti Rahmah Menjahit 3.000.000

Jumlah 64.000.000(Sumber : diolah berdasarkan wawancara)

Setelah peneliti melakukan wawancara dengan semua informan, dapat

diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan SPP pada tahun 2013 di Gampong Cot

Lampise masih belum bisa berjalan dengan baik, hal ini sesuai dengan hasil

wawancara dengan Opi Marliza yang mengambil usaha membuat kue dan

mengatakan bahwa :

Saya meminjam uang Rp. 4.000.000 dengan usaha yang saya ajukanyaitu membuat kue, sebenarnya keuntungan dari usaha tersebut tidaksaya dapatkan karena uang tersebut saya gunakan untuk membeliperalatan rumah tangga dan untuk melunasi uang tiap bulannya yaituhasil kerja suami (wawancara, 15 Agustus 2014).

hal senada juga saya dapatkan dari Jahani yang usahanya menjahit yang

mengatakan bahwa:

Saya meminjam uang sebesar Rp. 5.000.000 memang usaha sayasebagai penjahit namun soal keuntungan tidak saya dapatkan dariusaha tersebut karena kurangnya masyarakat Gampong Cot Lampiseyang memesan baju jahitan, jadi uang tersebut banyak saya gunakanuntuk keperluan yang lainnya (wawancara, 15 Agustus 2014).

Dari apa yang telah peneliti dapatkan bahwa pelaksanaan kegiatan SPP di

Gampong Cot Lampise tidak terpelihara atau hasil kegiatan tidak dapat

dimanfaatkan dengan baik.

Page 51: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

51

Pelaksanaanya dapat dilihat ditabel dibawah ini :

Tabel. 5

Kelompok SPP Bungong Kupula dan Pelaksanaannya

(Keadaan Tahun 2014)

No Nama UsahaKeterangan Terhadap Usaha

DilaksanakanTidak

Dilaksanakan1 Cut Roswita Menjahit √2 Mala Wati Jualan Karet √3 Umi Salamah Membuat Kue √4 Ainal Mardhiah Kios √5 Opi Marliza Membuat Kue √6 Nurjannah Membuat Kue √7 Hasnawati Menjahit √8 Jahani Menjahit √9 Cut Azizah Menjahit √10 Siti Rahmah Menjahit √

(Sumber : diolah berdasarkan wawancara)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 10 orang anggota

kelompok SPP Bungong Kupula hanya 3 orang yang benar-benar melaksanakan

tugasnya dengan baik dan dapat berkembang dari hasil pinjaman tersebut, dan

yang 7 orangnya lagi tidak benar-benar melaksanakan kegiatan mereka selaku

kelompok SPP. Mereka menggunakan uang SPP tersebut untuk membeli peralatan

rumah tangganya, dan penghasilan mereka untuk melunasi uang pinjaman yaitu

dengan hasil kerja mereka sehari-hari sebagai petani.

4.1.5. Partisipasi Anggota (Perempuan) dalam Kelompok

Pada kelompok SPP yang ada di Gampong Cot Lampise seluruh anggota

yang terdapat di dalamnya 100% adalah perempuan. Hal ini sesuai dengan

peraturan dalam PTO (Petunjuk Teknis Operasional) dan MKP yang telah

Page 52: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

52

dilaksanakan. Partisipasi dari setiap anggota sangat diharapkan dalam kelompok.

Pembagian tugas harus jelas yakni adanya ketua, sekretaris, dan bendahara juga

bertugas untuk mendukung pertanggungjawaban dari ketua atas pelaksanaan

seluruh kegiatan dalam kelompok. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh

Keuchik Gampong Cot Lampise :

“Masing-masing kelompok, terdiri dari 10 orang dalam kelompok harus ada

ketua, sekretaris, dan bendahara. Tugasnya masing-masing udah diatur waktu

pembinaan kemarin” (wawancara, 11 Agustus 2014).

Bapak Lukman, ST selaku Ketua UPK di Kecamatan Samatiga juga

mengatakan bahwa :

Partisipasi anggota kelompok terhadap keberhasilan dalammenjalankan program SPP di Gampong Cot Lampise ini masihkurang baik, yakni kurangnya kesadaran mereka terhadap tanggungjawab yang telah mereka terima selaku penerima manfaat dari SPPtersebut, uang yang dipinjam tidak benar-benar digunakan untukmodal usaha (wawancara, 14 Agustus 2014).

4.1.6. Hambatan-hambatan dalam Kelompok SPP

Dalam pelaksanaan kegiatan SPP berdasarkan PTO, bahwa setiap anggota

kelompok yang bertanggung jawab terhadap kelompok masing-masing atas

pengembalian dana pinjaman (rencana ansuran anggota ke kelompok) dan setiap

bulannya laporan dari setiap kelompok harus ada kepada UPK. Dalam hal ini

kelompok menyerahkan cicilan dana yang di pinjam kepada UPK. Di Gampong

Cot Lampise hal ini dijalankan sesuai dengan PTO, namun ada beberapa

hambatan yang terjadi dalam pelaksanaannya, sesuai dengan perkataan Bapak

Ketua UPK di bawah ini:

Terkadang ada anggota dari kelompok SPP yang mengeluh kepadasaya kalau ada anggota mereka yang selalu terlambat menyetor

Page 53: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

53

kepada bendahara, jadi mereka terpaksa patungan untuk menutupikekurangan uang yang akan di setor kepada UPK (wawancara, 14Agustus 2014).

4.2. Pembahasan

Dalam pelaksanaan suatu program untuk mencapai hasil yang diinginkan

harus mendapat dukungan dari setiap orang yang terlihat didalamnya. Satu hal

yang tidak kalah penting yakni pelaksanaan yang sesuai dengan aturan-aturan

yang telah ditetapkan dan disetujui bersama oleh anggota.

Demikian halnya dalam pelaksanaan kegiatan kelompok Simpan Pinjam

Perempuan (SPP) yang ada di Gampong Cot Lampise, ada aturan yang harus

dipatuhi yang menjadi pedoman setiap yang ada didalamnya untuk bertindak.

Apabila dukungan masyarakat dalam pelaksanaan seimbang dengan aturan yang

telah ditetapkan maka hasil yang akan diperoleh pasti akan memberi dampak yang

positif.

Pelaksanaan kegiatan kelompok SPP di Gampong Cot Lampise secara

umum tidak berjalan dengan baik yakni ada beberapa kendala yang dihadapi

masyarakat untuk turut berpartisipasi, yaitu:

a. Ekonomi

Setiap manusia memiliki kebutuhan masing-masing, untuk memenuhi

kebutuhan hidup ini maka setiap manusia harus melakukan kegiatan ekonomi.

Setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap manusia beraneka ragam. Adapun

kegiatan ekonomi berupa kegiatan dalam bidang pertanian, perdagangan, jasa,

perindustrian dan lain-lain. Dengan melaksanakan kegiatan ekonomi ini maka

masyarakat akan memperoleh suatu imbalan, dan imbalan inilah yang akan

dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Page 54: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

54

Masyarakat yang tinggal di Gampong Cot Lampise sebagian besar

tergolong dalam Rumah Tangga Miskin (RTM) dan untuk memenuhi kebutuhan

hidup, mereka harus bekerja sebagai petani. Namun ada juga yang memiliki usaha

sampingan yakni berjualan, seperti pernyataan dari Keuchik Gampong bahwa

lebih dari 75% masyarakat Gampong Cot Lampise tergolong masyarakat kurang

mampu. Rendahnya pendapatan masyarakat membuat mereka hidup serba

kekurangan, sehingga mereka harus tetap bekerja agar dapat memenuhi kehidupan

sehari-hari. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara peneliti, rendahnya

pendapatan masyarakat ternyata sangat berdampak pada partisipasi mereka dalam

kegiatan yang ada dalam PNPM MP, ia mengatakan bahwa ada beberapa

masyarakat yang tidak mau menjadi anggota SPP sebab mereka merasa tidak

mampu untuk mengolah dan mengembalikan cicilannya.

b. Sumber Daya Manusia

Salah satu modal utama dalam pembangunan adalah sumber daya manusia

yang terlibat didalamnya. Dengan adanya sumber daya manusia yang baik maka

mereka akan bersikap lebih reaktif dalam mengatasi masalah kemiskinan. Sumber

daya manusia dapat dilihat dari wawasan yang dimiliki masyarakat serta tingkat

pendidikannya.

Di Gampong Cot Lampise mayoritas masyarakatnya memiliki SDM yang

masih tergolong rendah, dan itu menjadi penghambat utama masyarakat Gampong

Cot Lampise terutama perempuan untuk dapat turut serta dalam membangun atau

mengembangkan pelaksanaan kegiatan kelompok SPP.

Page 55: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data penelitian, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perdesaan pada kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan

(SPP) di Gampong Cot Lampise Kecamatan Samatiga belum berjalan dengan baik

yakni masih adanya anggota kelompok yang menyalahgunakan uang SPP, uang

yang seharusnya digunakan untuk modal usaha malah digunakan untuk keperluan

lainnya, sehingga menyebabkan pencapaian tujuan program masih

terkendala/tidak berkembang bahkan terjadinya penunggakan pengembalian.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan sesuai dengan analisa

pelaksanaan PNPM MP pada Kelompok SPP di Gampong Cot Lampise adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan yakni adanya pemberdayaan dan

kemandirian perempuan dalam kelompok SPP, Pelaksanaan harus di

sesuaikan dengan pedoman dan aturan yang telah ditetapkan. Pengawasan

yang dilakukan oleh BP-UPK (Badan Pengawas Unit Pengelola Kegiatan)

juga perlu ditingkatkan sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam

pelaksanaannya.

Page 56: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

56

2. Pelatihan bagi kelompok SPP yakni ketua, Sekretaris dan bendahara perlu

dilakukan, sehingga mereka dapat mengelola kegiatan yang ada dalam

kelompok dengan baik serta adanya pembagian tugas yang seimbang.

Page 57: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

57

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi dan Narbuko. 2004. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta.

Edward III, Merilee S. 1980. Implementing Public Policy. CongressionalQuarterly Press, Washinton.

Kamus Inggris Indonesia, Karangan John M. Echols dan Hassan Shadily,diterbitkan Oleh PT Gramedia Jakarta. 2002.

Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Karangan Hamzah Ahmad. Surabaya. FajarMulya. 1996.

Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Karangan Poerwadarminta.Diterbitkan oleh Balai Pustaka. Jakarta. 2007.

Mardalis, 2008. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara.Jakarta.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.

Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi.Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Siahaan, ddk. 2006. Manajemen pengawas pendidikan. Jakarta: QuantumTeaching.

Sutopo, H.B. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif: dasar teori dan terapannyadalam penelitian, Surakarta: UNS Press.

Subanadan, Sudrajat. 2005. Dasar-dasar penelitian ilmiah, Pustaka Setia.Bandung.

Suparto Susilo. 2005. Kepemimpinan Dasar-dasar dan Pengembangannya.Yogyakarta: CV Andi Offset.

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta. Bandung.

Soehartono. 2008. Metode Penelitian Sosial, PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar. 2004. Metodelogi Penelitian Sosial.Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Wahab, Solichin A. 2004. Analisa Kebijakan Dari Formulasi Ke ImplementasiKebijakan Negara, Malang, Bumi Aksara.

Page 58: PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/1347/1/BAB I, II, III, IV dan V.pdfBAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah penelitian, kerangka

58

Dokumen:

KepmenKoordinator Bidang Kesejahteraan RakyatNo.25/Kep/Menko/kesra/VII/2007 Tentang Pedoman Umum Program NasionalPemberdayaan Masyarakat Mandiri.

Petunjuk Teknis Operasional PNPM MP Tahun 2008. Departemen Dalam NegeriDiroktorat Jenderal Pemberdayaan