Outline LAKIP PPATK 2010

71
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2010 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan 2011

Transcript of Outline LAKIP PPATK 2010

Page 1: Outline LAKIP PPATK 2010

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH

TAHUN 2010

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

2011

Page 2: Outline LAKIP PPATK 2010

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas kuasa dan dengan izin-

Nya Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dapat menerbitkan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2010.

LAKIP PPATK Tahun 2010 disusun sebagai perwujudan kewajiban PPATK

dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan

visi dan misi organisasi dalam mencapai sasaran yang telah diamanatkan dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

(TPPU), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

LAKIP PPATK tahun 2010 melaporkan realisasi, hambatan dan upaya solusi yang

dilaksanakan oleh PPATK dalam mencapai sasaran dan indikator kinerja yang telah

ditetapkan pada tahun 2010. Disamping itu, LAKIP PPATK tahun 2010 juga

melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran PPATK tahun 2010 yang

secara langsung mengaitkan hubungan antara anggaran yang dibelanjakan dengan

hasil atau manfaat yang diterima oleh negara dan masayarakat.

Kami berharap, LAKIP PPATK tahun 2010 ini dapat memberikan manfaat bagi

pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun sebagai evaluasi.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Maret 2011

Dr. Yunus Husein, S.H., LL.M

Kepala PPATK

Page 3: Outline LAKIP PPATK 2010

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

IKHTISAR EKSEKUTIF

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………….. 1

B. Tugas dan Kewenangan…………………………………………………… 2

C. Struktur Organisasi ……………………………………………………….. 4

D. Perubahan Peran PPATK berdasarkan Undang-Undang Tindak Pidana

Pencucian Uang Nomor 8 Tahun 2010…………………………………….

6

BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2010

A. Visi PPATK………………………………………………………………... 8

B. Misi PPATK.................................................................................................. 8

C. Tujuan……………………………………………………………………… 9

D. Sasaran Strategis…………………………………………………………... 9

E. Program Kebijakan dan Kegiatan…………………………………………. 10

F. Rencana Kinerja Tahunan PPATK 2010...................................................... 11

G. Penetapan Kinerja………………………………………………………… 13

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA PPATK

A. Metodologi Pengukuran Kinerja................................................................... 17

B. Capaian Kinerja ............................................................................................ 17

C. Realisasi Keuangan/APBN PPATK Tahun 2010......................................... 55

BAB IV. PENUTUP....................................................................................................... 59

LAMPIRAN....................................................................................................................... 60

Page 4: Outline LAKIP PPATK 2010

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rencana Kinerja Tahunan PPATK .............................................................. 11

Tabel 2.2 Penetapan Kinerja Tahun 2010.................................................................... 14

Tabel 3.1

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Peningkatan Kepatuhan dan

Kewajiban Pelaporan....................................................................................

19

Tabel 3.2 PJK Pelapor dan Jumlah LTKM Kumulatif ................................................. 20

Tabel 3.3 PJK Pelapor dan Jumlah LTKT Kumulatif s.d 31 Desember 2010.............. 21

Tabel 3.4 Penerimaan LPUT ........................................................................................ 22

Tabel 3.5 Jumlah Rekapitulasi Penerimaan LTKM dan LTKT tahun 2010................ 23

Tabel 3.6 Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Peningkatan Efektivitas Hasil

Analisis..........................................................................................................

26

Tabel 3.7 Analisis Awal LTKM...................................................................... 27

Tabel 3.8

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Peningkatan Peran Dan Fungsi

PPPATK Dalam Mencegah Dan Memberantas TPPU.................................

32

Tabel 3.9 Penyampaian Hasil Analisis......................................................................... 37

Tabel 3.10 Pertukaran Informasi..................................................................................... 38

Tabel 3.11 Pemberian Keterangan Ahli.......................................................................... 43

Tabel 3.12

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Peningkatan Peranan Teknologi

Dan Informasi Dalam Mendukung Kinerja PPATK.....................................

47

Tabel 3.13

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Penyediaan dan Pengembangan

Manajemen Internal PPATK.........................................................................

50

Tabel 3.14

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Penguatan Institusi......................... 52

Tabel 3.15 Realisasi Anggaran Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan.... 55

Tabel 3.16 Realisasi Anggaran Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik…….. 56

Page 5: Outline LAKIP PPATK 2010

IKHTISAR EKSEKUTIF

PPATK merupakan suatu Financial Intellegence Unit (FIU) dan berfungsi

sebagai focal point dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU di

Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak

pidana pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 25

Tahun 2003 yang telah diubah dengan Undang–Undang No. 8 Tahun 2010,

PPATK memegang peranan kunci dalam mekanisme pencegahan dan

pemberantasan TPPU di Indonesia.

PPATK memiliki visi “Menjadi Lembaga Independen yang bergerak di

bidang Intelijen Keuangan, yang handal dan terpercaya, baik di dalam maupun di

luar negeri“ sedangkan misi PPATK adalah “Menyediakan informasi intelijen di

bidang Keuangan yang berkualitas dan bermanfaat bagi pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pembiayaan terorisme, serta

mendukung terciptanya sistem keuangan yang stabil dan dapat dipercaya”.

Selain itu PPATK juga telah merumuskan tujuan pembangunan pada sektor

pencegahan dan pemberantasan TPPU serta pembiayaan terorisme dalam jangka

menengah (2007–2010).

Untuk dapat merealisasikan visi, misi, dan tujuan PPATK dalam rangka

pencegahan dan pemberantasan TPPU serta pembiayaan terorisme, PPATK telah

menetapkan beberapa sasaran strategis yang tercantum dalam rencana strategis

PPATK tahun 2006-2010 , yaitu:

Sasaran 1 : Peningkatan Kepatuhan Kewajiban Pelaporan.

Indikator utama sasaran 1 adalah : (1) Terlaksananya Kegiatan

Verifikasi Kelengkapan Penerimaan Laporan LTKM, LTKT, dan LPUT serta

(2) Terlaksananya audit kepatuhan kepada pihak pelapor.

Terkait dengan verifikasi kelengkapan LTKM, LTKT dan LPUT,

pada tahun 2010 PPATK telah memverifikasi sebanyak 17.348 (100%)

LTKM, 1.461.883 (100%) LTKT, dan 1.608 (100%) LPUT yang dikirimkan

kepada PPATK dari pihak pelapor.

Dalam pelaksanaan audit kepatuhan kepada pihak pelapor, selama

Tahun 2010 PPATK mentargetkan 75 (tujuh puluh lima) kegiatan audit

kepatuhan terhadap Penyedia Jasa Keuangan (PJK) Bank dan Non Bank.

Page 6: Outline LAKIP PPATK 2010

Penentuan PJK yang akan diaudit menggunakan metode audit berbasis risiko

(risk based audit). Pada tahun 2010, PPATK telah melakukan audit kepatuhan

terhadap 74 PJK dari berbagai industri atau sebesar 98,67% dari target.

Sasaran 2 : Peningkatan Efektivitas Hasil Analisis

Indikator utama sasaran “ Peningkatan Efektivitas Hasil Analisis”

terhadap Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) yang

disampaikan oleh pihak pelapor sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal

17 ayat (1) UU PP TPPU (pihak pelapor) sebagai target yang ingin dicapai

adalah (1) tersusunnya hasil analisis, (2) tersusunnya hasil riset tipologi TPPU,

dan (3) tersusunnya hasil riset analisis strategis

Untuk mengukur kinerja sasaran Peningkatan Efektivitas Hasil

Analisis, PPATK telah merumuskan dan menetapkan beberapa indikator

beserta target yang ingin dicapai, diantaranya : (1) tersusunnya hasil analisis,

(2) tersusunnya hasil riset tipologi TPPU dan (3) tersusunnya hasil riset

analisis strategis.

Pada tahun 2010 PPATK merencanakan 584 hasil analisis (HA), 5

laporan tipologi dan 18 laporan analisis strategis. Sampai dengan akhir tahun

2010, PPATK telah merealisasikan ketiga kegiatan dimaksud yang melebihi

target yaitu (1) hasil analisis (HA) sebanyak 767 HA (131%), (2) 6 laporan

tipologi (120 %) yang di menghasilkan hasil analisis (HA) sebanyak 767 HA

(131%), 6 laporan (120%) yang didokumentasikan menjadi 2 buku yang

dikeluarkan secara semesteran dan 19 laporan analisis strategis atau 105% dari

target yang telah direncanakan.

Sasaran 3 : Peningkatan Peran Dan Fungsi PPATK Dalam Mencegah Dan

Memberantas TPPU

PPATK sebagai focal point dalam pencegahan dan pemberantasan

TPPU dan pendanaan terorisme di Indonesia, maka peran tersebut perlu di

wujudkan antara lain dalam bentuk kerjasama dan koordinasi dengan instansi

terkait baik di dalam negeri maupun luar negeri serta penguatan hukum dan

perundang-undangan. Untuk mengukur kinerja sasaran Peningkatan Peran Dan

Fungsi PPATK Dalam Mencegah Dan Memberantas TPPU, PPATK telah

merumuskan dan menetapkan beberapa indikator beserta target yang ingin

Page 7: Outline LAKIP PPATK 2010

dicapai, diantaranya: (1) Tersusunnya laporan hasil evaluasi perkembangan

pelaksanaan Stranas 2009 dan Rencana implementasi Stranas 2010, (2)

Tersusunnya laporan pelaksanaan Strategi Nasional, implementasi

rekomendasi hasil Mutual Evaluation Report, dan kebijakan NPO, (3)

Terselenggaranya asistensi/koordinasi penanganan TPPU dengan aparat

penegak hukum, (4) Terciptanya kemampuan FIU yang diberi bantuan serta

meningkatnya kredibilitas PPATK di dunia internasional, (5) Penyempurnaan

RUU TPPU dan tersusunnya draft peraturan pelaksanaan UU TPPU yang

komprehensif, (6) Tersusunnya draft naskah akademis RUU Perampasan Aset

dan draf RUU Perampasan Aset.

Pada tahun 2010 PPATK telah melaksanakan pertemuan dalam

tingkat domestik terkait TPPU dan pendanaan terorisme yang menghasilkan 2

dokumen atau 200% melebihi dari target. Realisasi 2 dokumen tersebut terdiri

dari laporan perkembangan pelaksanaan Stranas 2009 dan penyusunan rencana

implementasi Stranas 2010. Disamping itu PPATK telah melaksanakan

penyusunan Laporan Pelaksanaan Strategi Nasional, Implementasi

Rekomendasi hasil Mutual Evaluation Report, dan kebijakan NPO yang

dituangkan dalam 4 dokumen (400% dari target). Dokumen laporan dimaksud

adalah : (1) Evaluasi pelaksanaan Strategi Nasional tahun 2009 , (2) Rencana

kegiatan Strategi Nasional tahun 2010, (3) Tindak lanjut dan perkembangan

implementasi pelaksanaan rekomendasi Mutual Evaluation Report yang

dilaksanakan di masing-masing instansi terkait, (4) Penyusunan pedoman Non

Profit Organization (NPO Domestic Review).

Dalam rangka membantu penegak hukum dan instansi terkait lainnya

dalam menangani tindak pidana pencucian uang pada khususnya, PPATK

telah memberikan asistensi kepada 7 Kepolisian Daerah dan realisasi

pelaksanaan kegiatan tersebut mencapai 140%. Dalam rangka ikut berperan

aktif di dunia internasional untuk mengembangkan rezim anti pencucian uang

dan kontra pendanaan terorisme, PPATK telah memberikan bantuan teknis

pada FIU kepada Solomon Island.

Pada tanggal 22 Oktober 2010 RUU PP-TPPU telah disahkan dan

diundangkannya menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU).

Page 8: Outline LAKIP PPATK 2010

Untuk mendukung pelaksanaan UU PP TPPU, PPATK telah menyusun draft

peraturan pelaksanaan UU TPPU yang komprehensif sebanyak 7 naskah.

Berdasarkan program Strategi Nasional (STRANAS) Pencegahan

dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun 2007-2011 No.5,

yang diresmikan secara langsung oleh Presiden RI tanggal 17 April 2007,

mengamanatkan bahwa perlunya penyusunan RUU tentang Perampasan Aset

di Bidang Tindak Pidana. Pada tahun 2010, PPATK dan bekerjsama dengan

instansi terkait, telah menyusun naskah akademis dan draft RUU tentang

Perampasan Aset di Bidang Tindang Pidana.

Sasaran 4 : Peningkatan Peranan Teknologi Dan Informasi Dalam Mendukung

Kinerja PPATK

Untuk mengukur kinerja sasaran 4 tersebut, PPATK telah

merumuskan dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang telah

ditetapkan, diantaranya: Penyempurnaan sistem keamanan TI PPATK sesuai

dengan standar keamanan TI dan Pengembangan Aplikasi LTKM, LTKT dan

LPUT yang terintegrasi.

Dalam rangka menjamin sistem keamanan TI, pada Tahun 2010

PPATK telah menyusun 4 dokumen standar keamanan TI atau 80% dari

target.

Dalam rangka mendukung kinerja PPATK yang berbasis teknologi

informasi, PPATK telah mengembangkan 3 (tiga) aplikasi atau 100% dari

target, yaitu: Aplikasi GRIPS LTKM, Aplikasi GRIPS LTKT, dan Aplikasi

GRIPS LPUT.

Sasaran 5 : Penyediaan Dan Pengembangan Manajemen Internal

Sebagai suatu organisasi yang mempunyai tugas pengumpulan dan

analisis data-data transaksi keuangan, PPATK juga mengolah database yang

bersifat online dengan PJK. Database dan program-program aplikasinya

merupakan satu kesatuan sistem yang diolah di pusat pengolahan data dengan

komputer. Agar suatu sistem tetap dapat berjalan dengan baik dalam situasi

dan kondisi darurat maka diperlukan backup sistem yang handal atau sering

disebut dengan istilah Data Recovery Centre (DRC).

Page 9: Outline LAKIP PPATK 2010

Sampai dengan akhir tahun 2010, proses pembangunan Gedung DRC

dan Arsip PPATK baru mencapai 91,4%. Menurut pendapat dari pihak

Pelaksana Konstruksi, hal tersebut disebabkan antara lain kondisi cuaca dalam

masa pembangunan gedung yang ekstrem seperti hujan yang terus menerus

dan kabut tebal yang mengakibatkan berkurangnya jarak pandang, sehingga

menghambat proses pembangunan. Namun demikian, PPATK telah

melakukan upaya penyelesaian dalam bentuk pengawasan dan akan bertekad

terus melaksanakan penyelesaian pembangunan tersebut pada tahun 2011.

Sasaran 6 : Penguatan Institusi

Untuk mengukur kinerja sasaran 6 tersebut, PPATK telah

merumuskan dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang telah

ditetapkan, diantaranya: (1) Tersusunnya peraturan tentang sistem pola karir,

pedoman standar kompetensi pegawai, penilaian kinerja pegawai, dan

peraturan kepegawaian lainnya, (2) Tersusunnya Laporan Keuangan PPATK

tahun 2010 dan Laporan Evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran PPATK, (3)

Tersusunnya pedoman Manajemen Risiko., (4) Tersedianya Sistem Pelaporan

Pelanggaran (SPP)/atau whistleblowing system (WBS)

Pada tahun 2010 PPATK telah tersusun : (1) peraturan tentang sistem

pola karir, pedoman standar kompetensi pegawai, penilaian kinerja pegawai,

dan peraturan kepegawaian lainnya, (2) Laporan Keuangan PPATK tahun

2010 dan Laporan Evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran PPATK, (3)

Tersedianya Sistem Pelaporan Pelanggaran (SPP)/atau whistleblowing system

(WBS). Pedoman manajemen risiko belum dapat dilaksanakan dikarenakan

masih dalam proses finalisasi pada akhir tahun 2010.

Page 10: Outline LAKIP PPATK 2010

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) merupakan salah satu tindak

pidana yang merugikan perekonomian suatu negara serta bersifat lintas batas

(borderless). Keberadaan Financial Intelligence Unit (FIU) perlu dibangun,

diperkuat dan diberdayakan di setiap negara dalam rangka mencegah dan

memberantas TPPU, sebagai upaya untuk mengefektifkan strategi anti

pencucian uang, diperlukan adanya dukungan dan koordinasi yang

berkesinambungan dari semua pihak yang terkait, terutama dari sisi finansial

dan penegakan hukum. Untuk menghubungkan kedua sisi yang berbeda area

tersebut, diperlukan adanya satu central agency yang berfungsi untuk menerima,

menganalisis semua informasi terkait keuangan dan menyampaikannya kepada

penegak hukum untuk ditindaklanjuti. Central agency ini kemudian memiliki

nama generik yaitu FIU yang diharapkan ada di setiap negara.

Egmont Group, sebuah organisasi internasional yang bergerak di bidang

penanggulangan pencucian uang, menjadi forum FIU dari berbagai negara yang

bertujuan antara lain untuk meningkatkan kerjasama dan berbagi informasi yang

berguna untuk mendeteksi dan memerangi pencucian uang dan pendanaan

terorisme. Hasil kerja Egmont Group adalah kajian mengenai pentingnya

pendirian FIU di setiap negara sebagai badan khusus untuk menangani

pencegahan dan pemberantasan pencucian uang. Semakin banyak jumlah FIU

semakin besar peluang untuk dapat mencegah dan memberantas pencucian uang

secara efektif.

Financial Actions Task Force on Money Laundering (FATF)

mengeluarkan rekomendasi yang ditujukan untuk semua industri keuangan dan

institusi bisnis lain yang berpotensi digunakan sebagai sarana pencucian uang.

Rekomendasi tersebut menetapkan kerangka dasar bagi upaya-upaya anti

pencucian uang (the basic framework for anti-money laundering efforts), yang

dirancang untuk dapat diaplikasikan secara universal. Rekomendasi tersebut

meliputi criminal justice system dan penegakan hukum (law enforcement),

sistem keuangan (financial system) dan peraturannya, serta kerjasama

Page 11: Outline LAKIP PPATK 2010

2

internasional (international cooperations). Salah satu upaya pemenuhan

rekomendasi FATF tersebut adalah pembentukan PPATK yang merupakan

suatu lembaga FIU permanen dan berfungsi sebagai focal point dalam upaya

pencegahan dan pemberantasan TPPU di Indonesia.

Rekomendasi yang dikeluarkan oleh FATF tersebut pada saat ini telah

diterima sebagai standar internasional, yang sekalipun disebut sebagai

rekomendasi (recommendations) tetapi setiap negara yang menjadi anggota

FATF harus taat pada standar tersebut. Hanya dengan kerjasama internasional

dan berpegang pada kesamaan standar yang berlaku secara internasional, maka

upaya pencegahan dan pemberantasan praktik-praktik pencucian uang yang

telah bersifat transnasional (transnational crime) dan yang telah menjadi

kegiatan kejahatan lintas batas negara (cross border crime) akan dapat

dilaksanakan secara lebih efektif.

PPATK memegang peranan kunci dalam mekanisme pencegahan dan

pemberantasan pencucian uang di Indonesia. UU TPPU mengamanatkan

pembentukan PPATK sebagai badan khusus di bidang pencegahan dan

pemberantasan TPPU. Tugas dan wewenang PPATK diatur secara jelas dalam

UU TPPU tersebut dan Keppres Nomor 82 Tahun 2003 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

Dengan demikian, maka efektivitas pelaksanaan tugas dan wewenang PPATK

sangat menentukan keberhasilan pembangunan rezim anti pencucian uang di

Indonesia. Oleh karena itu, independensi menjadi syarat penting bagi PPATK

agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara lebih efektif sehingga

upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme di

Indonesia dapat berhasil dengan baik.

B. Tugas dan Kewenangan

Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak pidana

pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 25

Tahun 2003, kedudukan, tugas, dan kewenangan PPATK diatur sebagaimana

berikut :

1. Kedudukan

Menurut pasal 18 Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak

pidana pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Page 12: Outline LAKIP PPATK 2010

3

No. 25 Tahun 2003, PPATK adalah lembaga yang independen dalam

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. PPATK dipimpin oleh Kepala

PPATK dan dibantu oleh paling banyak 4 (empat) orang wakil kepala serta

bertanggung jawab kepada Presiden.

2. Tugas

Menurut pasal 26 Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak

pidana pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

No. 25 Tahun 2003, PPATK memiliki tugas :

a. mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevaluasi informasi

yang diperoleh oleh PPATK sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003;

b. memantau catatan dalam buku daftar pengecualian yang dibuat oleh

Penyedia Jasa Keuangan;

c. membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan Transaksi Keuangan

Mencurigakan;

d. memberikan nasihat dan bantuan kepada instansi yang berwenang

tentang informasi yang diperoleh PPATK sesuai dengan Undang-

Undang Tindak Pidana Pencucian Uang;

e. membuat pedoman dan publikasi kepada Penyedia Jasa Keuangan

tentang kewajibannya yang ditentukan dalam Undang-Undang Tindak

Pidana Pencucian Uang atau dengan peraturan perundang-undangan

lain, dan membantu dalam mendeteksi perilaku nasabah yang

mencurigakan;

f. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah mengenai upaya-upaya

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang;

g. melaporkan hasil analisis transaksi keuangan yang berindikasi tindak

pidana pencucian uang kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia

dan Kejaksaan Republik Indonesia;

h. membuat dan memberikan laporan mengenai hasil analisis transaksi

keuangan dan kegiatan lainnya secara berkala 6 (enam) bulan sekali

kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan lembaga yang

berwenang melakukan pengawasan terhadap Penyedia Jasa Keuangan.

Page 13: Outline LAKIP PPATK 2010

4

i. memberikan informasi kepada publik tentang kinerja kelembagaan

sepanjang pemberian informasi tersebut tidak bertentangan dengan

Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang.

3. Wewenang

Menurut pasal 27 Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak

pidana pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

No. 25 Tahun 2003, PPATK mempunyai wewenang:

a. meminta dan menerima laporan dari Penyedia Jasa Keuangan;

b. meminta informasi mengenai perkembangan penyidikan atau

penuntutan terhadap tindak pidana pencucian uang yang telah

dilaporkan kepada penyidik atau penuntut umum;

c. melakukan audit terhadap Penyedia Jasa Keuangan mengenai

kepatuhan kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang

Tindak Pidana Pencucian Uang dan terhadap pedoman pelaporan

mengenai transaksi keuangan;

d. memberikan pengecualian terhadap kewajiban pelaporan mengenai

transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai oleh Penyedia Jasa

Keuangan.

C. Struktur Organisasi

Untuk melaksanakan tugas dan wewenang tersebut PPATK memiliki

susunan organisasi, sesuai Keputusan Presiden Nomor 81 Tahun 2003 tentang

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

Keuangan, sebagai berikut:

a. Kepala;

b. Wakil Kepala Bidang Riset, Analisis, dan Kerjasama Antar Lembaga;

c. Wakil Kepala Bidang Hukum dan Kepatuhan;

d. Wakil Kepala Bidang Teknologi Informasi;

e. Wakil Kepala Bidang Administrasi.

Masing-masing Wakil Kepala PPATK dalam menjalankan tugasnya

dibantu oleh beberapa direktur setingkat pejabat eselon II. Sesuai Keputusan

Kepala PPATK Nomor: KEP-3/3/KEP.PPATK/2004 tentang Organisasi dan

Page 14: Outline LAKIP PPATK 2010

5

Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, masing-masing

Wakil Kepala dalam membantu Kepala PPATK memiliki tugas sebagai berikut :

1. Wakil Kepala Bidang Riset, Analisis dan Kerjasama Antar Lembaga,

mempunyai tugas membantu Kepala PPATK dalam melaksanakan analisis

atas laporan transaksi keuangan dari Penyedia Jasa Keuangan,

melaksanakan penelitian dan pengembangan tipologi serta melaksanakan

kerjasama dengan pihak terkait baik nasional maupun internasional yang

terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian

uang. Bidang Riset, Analisis dan Kerjasama Antar Lembaga terdiri dari

Direktorat Riset dan Analisis, dan Direktorat Kerjasama Lembaga.

2. Wakil Kepala Bidang Hukum dan Kepatuhan, mempunyai tugas

membantu Kepala PPATK dalam merumuskan peraturan di bidang

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang serta

melaksanakaan pengawasan atas kepatuhan Penyedia Jasa Keuangan

terhadap Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2003 dan peraturan pelaksanaannya. Bidang Hukum dan

Kepatuhan terdiri dari Direktorat Hukum dan Regulasi, dan Direktorat

Pengawasan Kepatuhan.

3. Wakil Kepala Bidang Teknologi Informasi, mempunyai tugas membantu

Kepala PPATK dalam melaksanakan pengembangan teknologi yang

terkait dengan teknik, metode dan alat untuk melakukan analisis laporan

transaksi keuangan, serta manajemen sistem informasi untuk kepentingan

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Bidang

Teknologi Informasi terdiri dari Direktorat Pengembangan Aplikasi sistem

dan Direktorat Operasi Sistem.

4. Wakil Kepala Bidang Administrasi, mempunyai tugas membantu Kepala

PPATK dalam melaksanakan pengelolaan keuangan, administrasi, sumber

daya manusia, pengadaan barang dan jasa, pengamanan serta penyusunan

rencana kerja dan anggaran. Bidang Administrasi terdiri dari Direktorat

Keuangan, Direktorat Sumber Daya Manusia, Direktorat Umum, dan juga

secara administrasi membawahi Direktorat Audit Internal.

Page 15: Outline LAKIP PPATK 2010

6

D. Perubahan Peran PPATK berdasarkan Undang-Undang Tindak Pidana

Pencucian Uang Nomor 8 Tahun 2010

Penanganan tindak pidana pencucian uang yang dimulai sejak

disahkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tindak Pidana Pencucian

Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang, telah menunjukkan arah yang positif. Hal itu tercermin

dari meningkatnya kesadaran dari pelaksana Undang-Undang tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang, seperti Penyedia Jasa Keuangan dalam melaksanakan

kewajiban pelaporan, Lembaga Pengawasan dan Pengatur dalam pembuatan

peraturan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dalam kegiatan

analisis, dan Penegak Hukum dalam menindaklanjuti hasil analisis hingga

penjatuhan sanksi pidana dan/atau sanksi administratif.

Upaya yang dilakukan tersebut dirasakan belum optimal, antara lain

karena Peraturan Perundang-undangan yang ada ternyata masih memberikan

ruang timbulnya penafsiran yang berbeda-beda, adanya celah hukum, kurang

tepatnya pemberian sanksi, belum dimanfaatkannya pergeseran beban

pembuktian, keterbatasan akses informasi, sempitnya cakupan pelapor dan jenis

laporannya. Serta kurang jelasnya tugas dan kewenangan dari pelaksanaan

Undang-Undang ini.

Berdasarkan kondisi tersebut serta memperhatikan pemenuhan

kepentingan nasional dan menyesuaikan standar internasional, Pemerintah

Republik Indonesia bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat

memandang perlu menyusun Undang-Undang tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sebagai pengganti Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan

atas Undang Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian

Uang. Oleh karena itu pada tanggal 29 Oktober 2010, Presiden Republik

Indonesia telah mensahkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Berdasarkan undang-undang tersebut, tugas, fungsi dan wewenang

PPATK sebagai Focal Point dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU di

Indonesia telah mengalami perubahan yang cukup signifikan.

Page 16: Outline LAKIP PPATK 2010

7

Tugas PPATK berdasarkan Pasal 39 Undang Undang No 8 Tahun

2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

adalah mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Dalam

melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud tersebut PPATK mempunyai fungsi

sebagai berikut:

1. Pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

2. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK

3. Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor

4. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi keuangan yang

berindikasi TPPU dan/atau tindak pidana lainnya

Sedangkan kewenangan PPATK menurut Undang-Undang No 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah

sebagai berikut:

1. Meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah

dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan

informasi termasuk dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang

menerima laporan dari profesi tertentu;

2. Menetapkan pedoman identifikasi transaksi keuangan mencurigakan;

3. Mengkoordinasikan upaya pencegahan TPPU dengan instansi terkait;

4. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan

TPPU;

5. Mewakili Pemerintah RI dalam organisasi dan forum internasional yang

berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan TPPU

6. Menyelenggarakan program diklat anti pencucian uang;

7. Menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberanatasan TPPU.

Page 17: Outline LAKIP PPATK 2010

8

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2010

A. Visi

”Menjadi Lembaga Independen yang bergerak di bidang Intelijen

Keuangan, yang handal dan terpercaya, baik di dalam maupun di luar

negeri”.

Harapan untuk menjadikan PPATK sebagai lembaga pemerintah yang

independen dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut :

a. Tuntutan yuridis pembentukan PPATK

Sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002

tentang TPPU sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

25 Tahun 2003 bahwa, PPATK adalah lembaga independen yang

dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas TPPU. Oleh karena

itu, sudah menjadi suatu keharusan dan kewajiban bagi semua pemangku

kepentingan untuk mewujudkan PPATK sebagai lembaga pemerintah yang

independen.

b. Tuntutan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance)

Mengacu pada model Financial Inteligent Unit (FIU) yang ada di dunia,

maka status FIU sebagai lembaga yang tidak berada di bawah struktur

suatu lembaga pemerintah ataupun lembaga lainnya merupakan format

yang paling ideal dalam rangka menjaga independensi pelaksanaan tugas

FIU serta jaminan agar pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsinya

tidak diintervensi oleh pihak lain, termasuk dalam kaitannya dengan

kewajiban menjaga kerahasian data dan informasi intelijen yang dimiliki.

B. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut, PPATK telah menetapkan misi yaitu

“Menyediakan informasi intelijen di bidang Keuangan yang berkualitas

dan bermanfaat bagi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

pencucian uang dan pembiayaan terorisme, serta mendukung

terciptanya sistem keuangan yang stabil dan dapat dipercaya”.

Page 18: Outline LAKIP PPATK 2010

9

C. Tujuan

Mengacu pada amanat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang

TPPU sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2003, Visi dan Misi tersebut di atas, maka PPATK merumuskan tujuan

pembangunan pada sektor pencegahan dan pemberantasan TPPU dalam jangka

menengah (2007 – 2010) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya penyelesaian perkara tindak pidana pencucian uang dan

tindak pidana lainnya (predicate crime);

2. Meningkatnya peran PPATK sebagai focal point dalam pencegahan dan

pemberantasan TPPU di Indonesia;

3. Meningkatnya partisipasi aktif Penyedia Jasa Keuangan dan Reporting

Parties dalam mencegah dan memberantas TPPU;

4. Meningkatnya kualitas hasil analisis dan layanan kepada stakeholder

melalui pemanfaatan teknologi informasi;

5. Menyediakan sarana dan prasarana kerja yang memadai dan berkualitas;

6. Membentuk suatu lembaga intelijen keuangan (FIU) yang efektif dan

modern.

D. Sasaran Strategis

Untuk dapat merealisasikan visi, misi, dan tujuan PPATK dalam rangka

pencegahan dan pemberantasan TPPU serta pembiayaan terorisme, dalam

rencana strategis PPATK tahun 2006 – 2010 telah ditetapkan beberapa sasaran

strategis, yaitu:

a. Meningkatnya kepatuhan kewajiban pelaporan;

b. Meningkatnya efektivitas hasil analisis;

c. Meningkatnya peran dan fungsi PPATK dalam mencegah dan

memberantas TPPU;

d. Meningkatnya peranan teknologi dan informasi dalam mendukung kinerja

PPATK;

e. Menyediakan dan mengembangkan manajemen internal PPATK;

f. Memperkuat institusi.

Page 19: Outline LAKIP PPATK 2010

10

E. Program Kebijakan dan Kegiatan

Berdasarkan rencana kerja pemerintah tahun 2010, PPATK memiliki

program dan kegiatan pokok sebagai berikut:

1. Program : Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan.

Kegiatan Pokok terdiri dari :

a. Pengembangan Sistem Analisis dan Kajian terhadap Tipologi TPPU;

b. Sosialisasi dan Penyamaan Pemahaman kepada Aparat Penegak

Hukum, PJK, dan Masyarakat tentang TPPU;

c. Penyediaan Sarana dan Prasarana Kantor PPATK;

d. Pelaksanaan Kerjasama Nasional dan Internasional di Bidang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang;

e. Pengawasan Pelaksanaan Kepatuhan PJK dalam Pelaporan Tindak

Pidana Pencucian Uang;

f. Pengembangan Sistem Teknologi Informasi dan Komputerisasi

Pengolahan Data;

g. Penyempurnaan Peraturan Perundangan, Penelaahan, dan Pemberian

Nasehat Hukum di Bidang Tindak Pidana Pencucian Uang;

h. Penyelidikan Tindak Pidana Pencucian Uang.

2. Program : Penerapan Kepemerintahan Yang Baik

Kegiatan Pokok terdiri dari :

a. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Administrasi Kepegawaian;

b. Sistem Pengelolaan Administrasi Keuangan;

c. Penyelenggaraan/Peningkatan Akuntansi Pemerintah dan Kekayaaan

Milik Negara;

d. Penyelenggaraan Pengawasan dan Pemeriksaan Akuntabilitas.

Program dan kegiatan tersebut di atas selanjutnya diimplementasikan oleh

PPATK untuk mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam rencana

strategis PPATK 2006 - 2010.

Page 20: Outline LAKIP PPATK 2010

11

F. Rencana Kinerja Tahunan PPATK 2010

Tabel 2.1

Rencana Kinerja Tahunan PPATK

No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target

Tahun 2010

(1) (2) (3) (4)

1. a. Meningkatnya kepatuhan kewajiban

pelaporan

1.1 Persentase terlaksananya kegiatan

verifikasi kelengkapan penerimaan

laporan LTKM, LTKT, dan LPUT

(1). 95 % dari LTKM

diterima

(2). 95 % dari LTKT

diterima

(3). 95 % dari LPUT

diterima

1.2 Tersedianya data LTKM, LTKT dan

LPUT Manual 12 laporan

1.3 Terlaksananya jumlah pelaksanaan audit

kepatuhan terhadap pihak pelapor

75 PJK

1.4 Terselenggaranya kegiatan

sosialisasi/workshop/diseminasi/

seminar/publiksi tentang kewajiban

pelaporan bagi Penyedia Jasa Keuangan

15 kegiatan

2. b. Meningkatnya efektivitas hasil analisis 2.1 Tersusunnya tabulasi data LTKM

berdasarkan analisis awal

15.600 LTKM

2.2 Tersusunnya hasil analisis 584 Hasil Analisis

2.3 Tersusunnya hasil riset tipologi TPPU 5 laporan

2.4 Tersusunnya lap statistik LTKM 14 laporan

2.5 Tersusunnya hasil riset analisis strategis. 18 laporan

2.6 Penyelidikan dugaan TPPU 100 kasus

3. c. Meningkatnya peran dan fungsi PPATK

dalam mencegah dan memberantas TPPU

3.1 Tersusunnya laporan hasil evaluasi

perkembangan pelaksanaan Stranas 2009

dan Rencana implementasi Stranas 2010

1 dokumen

3.2 Tersusunnya laporan pelaksanaan Strategi

Nasional, implementasi rekomendasi hasil

Mutual Evaluation Report, dan kebijakan

NPO

1 dokumen

3.3 Terselenggaranya penandatanganan naskah

MoU dengan FIU negara lain maupun

lembaga terkait di dalam negeri

6 dokumen

3.4 Terselenggaranya asistensi/koordinasi

penanganan TPPU dengan aparat penegak

hukum.

5 kegiatan

Page 21: Outline LAKIP PPATK 2010

12

No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target

Tahun 2010

(1) (2) (3) (4)

3.5 Tersampaikannya HA atas inquiry ke

penyidik

200 dokumen

3.6 Terjalinnya kerjasama yang lebih erat

dengan organisasi internasional di bidang

TPPU dan terpenuhinya iuran keanggotaan

APG dan Egmont Group sebagai bentuk

komitmen PPATK/Indonesia

18 kegiatan

3.7 Terciptanya kemampuan FIU yang diberi

bantuan serta meningkatnya kredibilitas

PPATK di dunia internasional

1 kegiatan

3.8 Penyempurnaan RUU TPPU dan

tersusunnya draft peraturan pelaksanaan

UU TPPU yang komprehensif

7 naskah

3.9 Tersusunnya draft naskah akademis RUU

Perampasan Aset dan draf RUU

Perampasan Aset

2 naskah

3.10 Tersusunnya laporan bantuan teknis

hukum kepada apgakum dalam

penyelesaian perkara dan tersampaikannya

BAP ahli

8 dokumen

3.11 Terselenggaranya sosialisasi agar tercapai

persamaan persepsi dalam membangun

rezim anti pencucian uang

9 kegiatan

3.12 Penyempurnaan modul sosialisasi terkait

rezim anti pencucian uang, kelembagaan

PPATK, UU TPPU dan Pendanaan

Terorisme

10 dokumen

4. d. Meningkatnya peranan teknologi dan

informasi dalam mendukung kinerja

PPATK

4.1 Penyempurnaan sistem keamanan TI

PPATK sesuai dengan standar keamanan

TI

5 dokumen

4.2 Tersedianya sistem DRC PPATK dan

pengembangan perangkat lunak sistem

DRC

3 paket

4.3 Pengembangan Aplikasi STR (suspicious

transaction report), CTR (cash transaction

report), dan CBCC (cross border cash

carrying) yang terintegrasi

3 aplikasi

4.4 Terintegrasinya database STR, CTR,

CBCC

1 database

5. e. Menyediakan dan mengembangkan

manajemen internal PPATK

5.1. Terwujudnya pembangunan gedung DRC:

a. Tanah

b. Bangunan

c. Mesin dan Peralatan

a. -

b. 2.200 m2

Page 22: Outline LAKIP PPATK 2010

13

No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target

Tahun 2010

(1) (2) (3) (4)

d. Perlengkapan sarana Gedung

e. Meubelair Gedung DRC

c. 17 unit

d. 1 paket

e. 74 unit

6. Memperkuat institusi 6.1 Tersusunnya peraturan tentang sistem pola

karir, pedoman standar kompetensi

pegawai, penilaian kinerja pegawai, dan

peraturan kepegawaian lainnya

4 peraturan

6.2 Tersusunnya Laporan Keuangan PPATK

tahun 2010 dan Laporan Evaluasi Rencana

Kerja dan Anggaran PPATK

2 Dokumen

6.3 Tersusunnya pedoman Manajemen Risiko. 1 set pedoman

6.4 Tersedianya Sistem Pelaporan Pelanggaran

(SPP)/ atau whistleblowing system (WBS)

100 % pelaporan

pelanggaran ditindak

lanjuti

G. Penetapan Kinerja

Dalam DIPA PPATK tahun 2010 nomor SP: 0001/078-01.1/-/2010

tanggal 31 Desember 2009, PPATK memperoleh pagu anggaran tahun 2010

sebesar Rp. 113.912.908.000,- (Seratus tigabelas miliar sembilanratus duabelas

juta sembilanratus delapan ribu rupiah). Sebagaimana tahun sebelumnya,

anggaran PPATK tahun 2010 dialokasikan untuk membiayai 2 (dua) program,

yaitu :

(1) Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan (Kode :

01.01.24) dengan anggaran sebesar Rp. 60.707.500.000,- merupakan

program teknis PPATK, yang terdiri dari 8 (delapan) kegiatan sebagai

berikut :

(2) Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik (Kode : 01.01.09)

dengan anggaran sebesar Rp.53.205.408.000,- merupakan program

penunjang, terdiri 12 (duabelas) kegiatan sebagai berikut :

Page 23: Outline LAKIP PPATK 2010

14

Tabel 2.2

Penetapan Kinerja Tahun 2010

No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target

Tahun 2010

Program Anggaran

(1) (2) (3) (4)

1. f. Meningkatnya

kepatuhan kewajiban

pelaporan

1.1 Persentase terlaksananya

kegiatan verifikasi

kelengkapan penerimaan

laporan LTKM, LTKT, dan

LPUT

(1). 95 % dari

LTKM diterima

(2). 95 % dari LTKT

diterima

(3). 95 % dari LPUT

diterima

Stabilisasi

Ekonomi

dan Sektor

Keuangan

1,791,000,000

1.2 Tersedianya data LTKM,

LTKT dan LPUT Manual 12 laporan

1.3 Terlaksananya jumlah

pelaksanaan audit kepatuhan

terhadap pihak pelapor

75 PJK

1.4 Terselenggaranya kegiatan

sosialisasi/workshop/disemi

nasi/ seminar/publiksi

tentang kewajiban pelaporan

bagi Penyedia Jasa

Keuangan

15 kegiatan

2. g. Meningkatnya

efektivitas hasil analisis

2.1 Tersusunnya tabulasi data

LTKM berdasarkan analisis

awal

15.600 LTKM

Stabilisasi

Ekonomi

dan Sektor

Keuangan

2,300,000,000

2.2 Tersusunnya hasil analisis 584 Hasil Analisis

2.3 Tersusunnya hasil riset

tipologi TPPU

5 laporan

2.4 Tersusunnya lap statistik

LTKM

14 laporan

2.5 Tersusunnya hasil riset

analisis strategis.

18 laporan

2.6 Penyelidikan dugaan TPPU 100 kasus

3. h. Meningkatnya peran dan

fungsi PPATK dalam

mencegah dan

memberantas TPPU

3.1 Tersusunnya laporan hasil

evaluasi perkembangan

pelaksanaan Stranas 2009

dan Rencana implementasi

Stranas 2010

1 dokumen

Stabilisasi

Ekonomi

dan Sektor

Keuangan

8

,

4

9

8

,

0

0

0

,

0

3.2 Tersusunnya laporan

pelaksanaan Strategi

Nasional, implementasi

rekomendasi hasil Mutual

Evaluation Report, dan

kebijakan NPO

1 dokumen

Page 24: Outline LAKIP PPATK 2010

15

No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target

Tahun 2010

Program Anggaran

(1) (2) (3) (4)

3.3 Terselenggaranya

penandatanganan naskah

MoU dengan FIU negara lain

maupun lembaga terkait di

dalam negeri

6 dokumen

0

0

9,827,000,000

3.4 Terselenggaranya

asistensi/koordinasi

penanganan TPPU dengan

aparat penegak hukum.

5 kegiatan

3.5 Tersampaikannya HA atas

inquiry ke penyidik

200 dokumen

3.6 Terjalinnya kerjasama yang

lebih erat dengan organisasi

internasional di bidang TPPU

dan terpenuhinya iuran

keanggotaan APG dan

Egmont Group sebagai

bentuk komitmen

PPATK/Indonesia

18 kegiatan

3.7 Terciptanya kemampuan FIU

yang diberi bantuan serta

meningkatnya kredibilitas

PPATK di dunia

internasional

1 kegiatan

3.8 Penyempurnaan RUU TPPU

dan tersusunnya draft

peraturan pelaksanaan UU

TPPU yang komprehensif

7 naskah

3.9 Tersusunnya draft naskah

akademis RUU Perampasan

Aset dan draf RUU

Perampasan Aset

2 naskah

3.10 Tersusunnya laporan

bantuan teknis hukum kepada

apgakum dalam penyelesaian

perkara dan tersampaikannya

BAP ahli

8 dokumen

3.11 Terselenggaranya sosialisasi

agar tercapai persamaan

persepsi dalam membangun

rezim anti pencucian uang

9 kegiatan

3.12 Penyempurnaan modul

sosialisasi terkait rezim anti

pencucian uang,

10 dokumen

Page 25: Outline LAKIP PPATK 2010

16

No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target

Tahun 2010

Program Anggaran

(1) (2) (3) (4)

kelembagaan PPATK, UU

TPPU dan Pendanaan

Terorisme

4. i. Meningkatnya peranan

teknologi dan informasi

dalam mendukung

kinerja PPATK

4.1 Penyempurnaan sistem

keamanan TI PPATK sesuai

dengan standar keamanan TI

5 dokumen

Stabilisasi

Ekonomi

dan Sektor

Keuangan

15,000,000,000

4.2 Tersedianya sistem DRC

PPATK dan pengembangan

perangkat lunak sistem DRC

3 paket

4.3 Pengembangan Aplikasi

STR (suspicious transaction

report), CTR (cash

transaction report), dan

CBCC (cross border cash

carrying) yang terintegrasi

3 aplikasi

4.4 Terintegrasinya database

STR, CTR, CBCC

1 database

5. j. Menyediakan dan

mengembangkan

manajemen internal

PPATK

5.1. Terwujudnya pembangunan

gedung DRC:

a. Tanah

b. Bangunan

c. Mesin dan Peralatan

d. Perlengkapan sarana

Gedung

e. Meubelair Gedung DRC

a. -

b. 2.200 m2

c. 17 unit

d. 1 paket

e. 74 unit

Penerapan

Kepemerinta

han Yang

Baik

27,289,500,00

0

6. Memperkuat institusi 6.1 Tersusunnya peraturan

tentang sistem pola karir,

pedoman standar kompetensi

pegawai, penilaian kinerja

pegawai, dan peraturan

kepegawaian lainnya

4 peraturan

Penerapan

Kepemerinta

han Yang

Baik

53,205,408,000

6.2 Tersusunnya Laporan

Keuangan PPATK tahun

2010 dan Laporan Evaluasi

Rencana Kerja dan Anggaran

PPATK

2 Dokumen

6.3 Tersusunnya pedoman

Manajemen Risiko.

1 set pedoman

6.4 Tersedianya Sistem

Pelaporan Pelanggaran

(SPP)/ atau whistleblowing

system (WBS)

100 % pelaporan

pelanggaran ditindak

lanjuti

Page 26: Outline LAKIP PPATK 2010

17

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA PPATK

A. Metodologi Pengukuran Kinerja

Program dan kegiatan yang dilakukan oleh PPATK pada tahun 2010

merupakan implementasi dari tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan di dalam

Renstra PPATK Tahun 2007-2010, Rencana Kinerja Tahun 2010 dan Penetapan

Kinerja Tahun 2010. Metode atau cara yang digunakan untuk mengetahui sejauh

mana keberhasilan PPATK dalam mencapai sasaran tersebut adalah dengan

membandingkan target dan realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran.

Berdasarkan pembandingan capaian ini dapat diperoleh informasi

tentang pencapaian, hambatan, dan penanganan hambatan dari masing-masing

sasaran sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program di masa

mendatang. Metode ini bermanfaat untuk memberikan gambaran kepada pihak-

pihak eksternal dan internal tentang sejauh mana pelaksanaan misi organisasi

dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

B. Capaian Kinerja

Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing kegiatan untuk tahun 2010,

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) telah dapat

melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Untuk

mengetahui sejauh mana keberhasilan PPATK dalam mencapai sasaran-sasaran

strategisnya selama tahun 2010, berikut ini diuraikan analisis capaian kinerja

PPATK tahun 2010 berdasarkan masing-masing sasaran strategis yang telah

ditetapkan, yaitu:

a. Peningkatan kepatuhan kewajiban pelaporan;

b. Peningkatan efektivitas hasil analisis;

c. Peningkatan peran dan fungsi PPATK dalam mencegah dan memberantas

TPPU;

d. Peningkatan peranan teknologi dan informasi dalam mendukung kinerja

PPATK;

e. Penyediaan dan pengembangan manajemen internal;

f. Penguatan institusi.

Page 27: Outline LAKIP PPATK 2010

18

Sasaran 1 : PENINGKATAN KEPATUHAN KEWAJIBAN PELAPORAN

Salah satu kewenangan yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 15

Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 (UU TPPU) pasal 27 ayat 1 huruf

C adalah PPATK dapat melakukan audit terhadap penyedia jasa keuangan

mengenai kepatuhan kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang

dan terhadap pedoman pelaporan mengenai transaksi keuangan. Transaksi-

transaksi yang dilaporkan adalah transaksi keuangan yang bersifat

mencurigakan maupun transaksi keuangan yang melibatkan uang tunai dalam

jumlah tertentu.

Sebagaimana diketahui bahwa Undang-Undang No. 25 Tahun 2003

tersebut di atas telah diganti dengan Undang – Undang No 8 tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang pada 22

Oktober 2010. Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 ini selanjutnya menjadi dasar

acuan pelaksanaan tugas dan kewenangan PPATK dalam fungsinya melakukan

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP TPPU).

Menurut pasal 39 huruf C dan pasal 43 UU PP TPPU, pada dasarnya

juga mengatur tentang kewenangan PPATK untuk melakukan fungsi

pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor. Penjabaran lebih lanjut antara

lain adalah kewenangan PPATK untuk melakukan audit kepatuhan dan audit

khusus.

Untuk mengukur kinerja sasaran 1 tersebut, PPATK telah merumuskan

dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang telah ditetapkan. Berikut

ini capaian kinerja selama tahun 2010 terkait dengan pencapain sasaran strategis

peningkatan kepatuhan kewajiban pelaporan.

Page 28: Outline LAKIP PPATK 2010

19

Tabel 3.1

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi

Peningkatan Kepatuhan dan Kewajiban Pelaporan

No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Persentase terlaksananya

kegiatan verifikasi kelengkapan

penerimaan laporan LTKM,

LTKT, dan LPUT

(1). 95 % dari

LTKM diterima

(2). 95 % dari

LTKT diterima

(3). 95 % dari

LPUT diterima

(1). 100% dari

LTKM diterima

(2). 100% dari

LTKT diterima

(3). 100% dari

LPUT diterima

(1). 105 %

(2). 105%

(3). 105%

2 Tersedianya data LTKM, LTKT

dan LPUT Manual

12 laporan 12 laporan 100%

3 Terlaksananya jumlah

pelaksanaan audit kepatuhan

terhadap pihak pelapor

75 PJK

74 PJK 98,67%

4 Terselenggaranya kegiatan

sosialisasi/workshop/diseminasi/

seminar/publiksi tentang

kewajiban pelaporan bagi

Penyedia Jasa Keuangan

15 kegiatan 52 Pelatihan 347%

1. Persentase Terlaksananya Kegiatan Verifikasi Kelengkapan Penerimaan

Laporan LTKM, LTKT, dan LPUT

Menurut Pasal 23 ayat (1) UU PP TPPU, disebutkan bahwa pihak pelapor

memiliki kewajiban untuk melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan

Transaksi Keuangan Tunai senilai Rp 500.000.000 ke atas serta Pembawaan Uang

Tunai Lintas Batas senilai Rp 100.000.000 ke atas atau dalam jumlah ekuivalen

mata uang asing kepada PPATK. Berdasarkan atas Penerimaan LTKM, LTKT dan

Page 29: Outline LAKIP PPATK 2010

20

LPUT, PPATK melaksanakan verifikasi terkait dengan substansi, kesesuaian

format dan batas waktu penyampaian.

Dalam hal terdapat ketidaksesuaian terhadap aspek-aspek tersebut, selanjutnya

PPATK mengirimkan feedback kepada masing-masing PJK agar melengkapi

laporannya dan menyampaikan kembali kepada PPATK. Sampai dengan tanggal

31 Desember 2010, secara kumulatif PPATK telah menerima 63.924 LTKM dan

8.631.423 LTKT dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.2

PJK Pelapor dan Jumlah LTKM Kumulatif

Jenis Pelapor

Jumlah

Pelapor

31-12-2009

Jumlah

LTKM

Per-

31-12-2009

Jumlah

Pelapor

31-12-2010

Jumlah

LTKM

31-12-2010

Bank

Bank milik negara 4 8,460 4 11,096

Bank swasta 65 9,345 69 12,332

BPD 26 6,960 26 8,614

Bank Asing 13 2,210 11 2,615

Bank campuran 16 895 17 1,365

BPR 19 79 24 287

Sub Total STR Bank 143 27,949 151 36,309

Non Bank

Perusahaan Efek 50 794 58 1,059

Manajer Investasi 5 19 4 29

Pedagang valas 49 14,813 59 22,122

Dana Pensiun 1 1 1 1

Lembaga Pembiayaan 23 851 23 1,435

Asuransi 31 2,132 34 2,939

Perusahaan Pengiriman Uang 2 17 4 30

Sub Total STR Non Bank 161 18,627 183 27,615

TOTAL STR 46,576 63,924

Target prosentase kegiatan verifikasi kelengkapan LTKM tahun 2010 sebesar

95% dari total LTKM yang diterima PPATK, Pada tahun 2010 PPATK telah

memverifikasi sebanyak 17.348 LTKM dari total 17.348 (63.924-46.576) LTKM

yang dikirimkan kepada PPATK atau terealisasi sebanyak 100% pelaksanaan

verifikasi kelengkapan LTKM di tahun 2010.

Page 30: Outline LAKIP PPATK 2010

21

Tabel 3.3

PJK Pelapor dan Jumlah LTKT Kumulatif s.d 31 Desember 2010:

Target prosentase kegiatan verifikasi kelengkapan LTKT tahun 2010 sebesar

95% dari total LTKT yang diterima PPATK, pada tahun 2010 PPATK telah

memverifikasi sebanyak 1.461.883 LTKT dari total 1.461.883 LTKT yang

dikirimkan kepada PPATK atau terealisasi sebesar 100% pelaksanaan verifikasi

kelengkapan LTKT. Kegiatan verifikasi tersebut sudah termasuk verifikasi

kelengkapan pelaporan LTKM dan LTKT yang diterima secara manual dan

online.

Target prosentase terlaksananya verifikasi kelengkapan LPUT pada tahun

2010 sebesar 95 % dari total LPUT yang diterima oleh PPATK. Sampai dengan

31 Desember 2010, PPATK telah menerima 1.608 LPUT dan seluruhnya telah

dilakukan verifikasi atau terealisasi sebesar 108% dari target tahun 2010 yaitu

sebanyak 1.500 LPUT. Secara umum LPUT yang dikirimkan kepada PPATK

telah sesuai dengan format pengiriman LPUT dan rincian jumlah LPUT secara

kumulatif dapat disampaikan sebagai berikut :

PJK Pelapor Jumlah PJK

Per-31 Des 2010

Jumlah CTR

Per-31 des 2010

1 Bank Umum 138 789,587

2 BPR 106 1,819

3 PVA 95 9,839

4 Asuransi 10 149

5 Pembiayaan 4 19

6 Perusahaan efek 4 44

7 Money Remittance 3 346

CTR by TRACES 7,376,313

CTR by Disket 453,307

TOTAL 360 8,631,423

Page 31: Outline LAKIP PPATK 2010

22

Tabel 3.4

Penerimaan LPUT

KETERANGAN CBCC

Per-31 Des 2009

CBCC

Per-31 Des 2010

Jumlah Pelabuhan yang sudah melaporkan 9 9

Batam 2,002 2,683

Jakarta 1,935 2,866

Bandung 1 3

Tanjung Balai Karimun/Tanjung Pinang 97 97

Denpasar 49 50

Dumai 1 1

Teluk Bayur (Sumbar) 7 7

Teluk Nibung (Sumut) 1 1

Medan - 3

Jumlah laporan 4093 5,711

2. Tersedianya Data LTKM, LTKT dan LPUT Manual

Sebagai salah satu hasil dari kegiatan penerimaan dan verifikasi LTKM,

LTKT dan LPUT manual yang dikirimkan kepada PPATK adalah tersedianya

rekapitulasi data LTKM, LTKT dan LPUT manual. Data LTKM, LTKT dan LPUT

manual tersebut kemudian akan digabungkan kedalam buletin statistik bulanan

PPATK, buletin Statistik tersebut nantinya akan menginformasikan beberapa

informasi antara lain tentang data jumlah hasil analisis, data jumlah LTKM, LTKT

dan LPUT, data jumlah audit kepatuhan dan, data jumlah saksi ahli dari PPATK.

Pada tahun 2010 PPATK mentargetkan tersedianya 12 data LTKM, LTKT

dan LPUT manual dimana target tersebut disesuaikan dengan frekuensitas data jumlah

LTKM, LTKT dan LPUT manual yang dihitung per-bulan berjalan untuk kemudian

data tersebut dikompilasi kedalam buletin statistik bulanan PPATK.

Realisasi indikator kinerja Tersedianya data LTKM, LTKT dan LPUT manual

adalah sebesar 100 % atau telah disediakannya 12 data LTKM, LTKT dan LPUT

bulanan yang selanjutnya akan dikompilasi kedalam buletin statistik PPATK.

Page 32: Outline LAKIP PPATK 2010

23

Tabel 3.5

Jumlah Rekapitulasi Penerimaan LTKM dan LTKT tahun 2010

Keterangan :

(*) Pada Periode Bulan September dan Oktober 2010, aplikasi pelaporan online

Traces mengalami permasalahan sehingga data informasi tidak dapat diakses.

Berkenaan dengan hal tersebut, maka untuk perhitungan statistik LTKT pada

periode bulan September dan Oktober 2010 dihitung hanya pelaporan online

3. Audit Kepatuhan Terhadap Penyedia Jasa keuangan (PJK)

Selama Tahun 2010 PPATK mentargetkan 75 (tujuh puluh lima) kegiatan

audit kepatuhan terhadap Penyedia Jasa Keuangan (PJK) Bank dan Non Bank

yang ditentukan berdasarkan pada skala risiko, skala aset dan Dana Pihak Ketiga,

jangka waktu pengulangan audit serta kualitas pelaporan yang dikirimkan kepada

PPATK. Dalam Realisasinya PPATK telah melakukan audit kepatuhan terhadap

74 PJK dari berbagai industri atau sebesar 98,67% dari target.

Pencapaian realisasi yang lebih rendah dari target yang direncanakan antara

lain disebabkan:

a. Adanya Pengesahan Undang-Undang No 8 tahun 2010 tentang Pencegahan

dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP TPPU) pada

tanggal 22 Oktober 2010 yang berakibat secara langsung terhadap kegiatan

audit kepatuhan khususnya berkaitan dengan permasalahan pengalihan

NO Periode Jumlah

LTKM

Jumlah

LTKT

Jumlah

Rekapitulasi

LTKM s.d

Periode

Jumlah

Rekapitulasi

LTKT s.d

Periode

1 Januari 2010 1.336 86.327 47.912 7.259.619

2 Februari 2010 1.128 50.011 49.040 7.309.630

3 Maret 2010 1.516 82.301 50.556 7.391.931

4 April 2010 1.436 63.668 51.992 7.455.599

5 Mei 2010 1.433 66.661 53.425 7.522.260

6 Juni 2010 1.834 183.706 55.259 7.706.089

7 Juli 2010 1.421 105.277 56.680 7.811.366

8 Agustus 2010 1.579 342.287 58.259 8.153.653

9 September 2010 1.123 1.998* 59.382 8.155.651

10 Oktober 2010 1.433 1.695* 60.815 8.157.346

11 November 2010 1.382 351.211 62.197 8.508.557

12 Desember 2010 1.727 122.866 63.924 8.631.423

Page 33: Outline LAKIP PPATK 2010

24

kewenangan pengawasan kepatuhan sebagaimana dimaksud Pasal 17 ayat (1).

Menurut UU PP TPPU, kewenangan audit kepatuhan terhadap kewajiban

pelaporan tidak lagi dilaksanakan oleh PPATK melainkan akan dilakukan oleh

Lembaga Pengawas dan Pengatur yaitu Bank Indonesia untuk Perbankan,

PVA, Money Remittance dan Bapepam-LK untuk industri Asuransi,

Perusahaan Efek, Pembiayaan, dsb. Dalam hal pelaksanaan kegiatan audit

kepatuhan untuk industri perbankan dilakukan oleh Bank Indonesia akan

berdampak terhadap perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan audit kepatuhan

PPATK.

b. Peraturan Pelaksanaan UU PP TPPU tentang kewenangan PPATK masih

dalam proses penyusunan.

Solusi dari permasalahan tersebut adalah, PPATK merubah objek audit

kepatuhan yang semula industri perbankan menjadi industri Non Bank khususnya

dengan menambah pelaksanaan audit pada industri Dana Pensiun Lembaga

Keuangan (DPLK) dan juga PPATK melakukan kegiatan joint audit dengan Bank

Indonesia untuk kegiatan audit kepatuhan terhadap Pedagang Valuta Asing

sekaligus untuk transfer knowledge kepada Lembaga Pengawas dan Pengatur

PVA yaitu Direktorat Pengelolaan Moneter Bank Indonesia.

4. Kegiatan Sosialisasi dan Pelatihan kepada PJK/Asosiasi dan Lembaga

Pengawas dan Pengatur (LPP)

Dalam meningkatkan koordinasi serta pemahaman LPP terhadap

kewenangannya dalam pencegahan tindak pidana pencucian uang dan

meningkatkan pemahaman PJK mengenai identifikasi transaksi keuangan

mencurigakan dan tata cara pelaporan LTKM dan LTKT. Pada tahun 2010

PPATK telah mentargetkan akan melaksanakan 15 kegiatan pelatihan sedangkan

realisasinya adalah terlaksananya 52 (lima puluh dua) kegiatan sosialisasi dan

pelatihan baik atas undangan PJK/ Asosiasi/ Lembaga Pengawas dan Pengatur

ataupun atas inisiasi PPATK sendiri. Realisasi tersebut ternyata melebihi target

sebesar 347% dari target. Besarnya realisasi dimaksud antara lain disebabkan

meningkatnya permintaan pelatihan dari pihak pelapor. Dengan meningkatnya

kegiatan sosialisasi dan pelatihan dimaksud, ternyata dapat meningkatkan jumlah

Page 34: Outline LAKIP PPATK 2010

25

PJK pelapor dan meminimalkan kesalahan pelaporan, serta menurunnya jumlah

feedback atas kesalahan penyampaian pelaporan oleh pihak pelapor.

Sasaran 2 : PENINGKATAN EFEKTIVITAS HASIL ANALISIS

Dalam kerangka pelaksanaan Fungsi PPATK sebagaimana tertuang

dalam Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP TPPU),

PPATK melakukan analisis terhadap Laporan Transaksi Keuangan

Mencurigakan (LTKM) yang disampaikan oleh Pihak Pelapor sebagaimana

dimaksud dalam ketentuan Pasal 17 ayat (1) UU PP TPPU (Pihak Pelapor).

Tujuan dilakukannya analisis adalah meneliti laporan atau informasi

mengenai transaksi keuangan mencurigakan yang diterima apakah terdapat

indikasi Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) atau Tindak Pidana (TP)

lainnya termasuk mengidentifikasi orang-orang yang terlibat TPPU atau TP

lainnya serta keberadaan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil TP

tersebut. Hasil analisis juga diperlukan untuk mengetahui tipologi TPPU atau TP

lainnya, penyusunan analisis strategis dan penyampaian informasi yang berguna

bagi instansi lain untuk mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan

TPPU

Pelaksanaan tugas analisis oleh PPATK dilakukan dengan

memanfaatkan berbagai sumber informasi yang ada baik dikelola secara internal

(swadaya) ataupun informasi lainnya yang dapat diperoleh PPATK melalui

mekanisme kerjasama antar lembaga baik di dalam maupun di luar negeri.

Untuk mengukur kinerja sasaran tersebut, telah dilakukan perumusan

dan penetapan indikator kinerja berikut target dan realisasinya yang dapat

digambarkan sebagai berikut:

Page 35: Outline LAKIP PPATK 2010

26

Tabel 3.6

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi

Peningkatan Efektivitas Hasil Analisis

No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Tersusunnya tabulasi data LTKM

berdasarkan analisis awal

15.600 LTKM 24.015 LTKM 153 %

2 Tersusunnya hasil analisis 584 Hasil Analisis 767 Hasil Analisis 131%

3 Tersusunnya hasil riset tipologi

TPPU

5 laporan 6 laporan 120%

4 Tersusunnya laporan statistik

LTKM

14 laporan 14 laporan 100%

5 Tersusunnya hasil riset analisis

strategis.

18 laporan 19 laporan 105%

6 Penyelidikan dugaan TPPU 100 kasus 0 kasus 0%

1. Tersusunnya Tabulasi Data LTKM Berdasarkan Analisis Awal

Dalam rangka melaksanakan kegiatan analisis terhadap LTKM yang telah

diterima, terlebih dahulu dilakukan proses analisis awal untuk menentukan skala

prioritas (High, Medium, Low). Skala prioritas diperoleh berdasarkan pemenuhan

unsur-unsur yang tertuang dalam LTKM atas parameter yang telah ditentukan.

Apabila LTKM setelah dilakukan analisis awal mengindikasikan skala prioritas

high dan berdasarkan hasil assessment pejabat yang berwenang, maka LTKM

tersebut dilakukan analisis lebih lanjut oleh para analis PPATK.

Pada tahun 2010 PPATK merencanakan melakukan analisis awal terhadap

LTKM yang diterima sehingga menghasilkan tabulasi sebanyak 15.600 tabulasi.

Pencapaian realisasi atas kegiatan ini adalah dihasilkannya 24.015 tabulasi

berdasarkan data LTKM yang telah diinput ke dalam database (Tabel 3.5) atau

153% dari target yang telah direncanakan.

Page 36: Outline LAKIP PPATK 2010

27

Tabel 3.7

Analisis Awal LTKM

Tahun

Jumlah LTKM yang

ditabulasi Peringkat LTKM Kumulatif

Per Tahun Kumulatif High Medium Low

s.d 2006 - 5,801 95 53 5,653

2007 4,602 10,403 1,131 1,009 8,263

2008 10,533 20,936 3,221 5,086 12,629

2009 13,825 34,761 6,467 9,287 19,007

2010 24,015 58,776 9,307 17,542 31,927

Pencapaian realisasi melebihi target yang direncanakan, antara lain

dikarenakan tersedianya dukungan teknologi informasi yang meningkatkan

efisiensi dan efektivitas dan komitmen pimpinan.

2. Tersusunnya Hasil Analisis

Berdasarkan Hasil Analisis awal atas LTKM yang berkategori high, para

analis PPATK melakukan analisis lebih lanjut atas LTKM tersebut. Pada tahun

2010 PPATK merencanakan 584 hasil analisis, sedangkan realisasi penyelesaian

hasil analisis adalah 767 hasil analisis atau 131% dari target yang direncanakan.

Rincian hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut :

a. 319 hasil analisis yang diteruskan ke aparat penegak hukum

b. 153 hasil analisis yang disampaikan ke instansi/lembaga yang memiliki MoU

dengan PPATK

c. 30 hasil analisis yang disampaikan ke FIU negara lain.

d. 265 hasil analisis yang belum ditemukan indikasi Tindak Pidana

Tercapainya hasil analisis dari target yang telah direncanakan dikarenakan

kemampuan sumber daya manusia analis yang semakin meningkat yang didukung

oleh kegiatan training, workshop dan diskusi-diskusi sehingga proses analisis

dapat dilakukan dengan waktu yang efektif dan efisien, ketersediaan dukungan

teknologi informasi yang semakin mempercepat dalam proses analisis serta

meningkatnya kerjasama yang semakin baik dengan aparat penegak hukum dan

instansi terkait dalam hal pertukaran informasi, serta meningkatnya pemahaman

dan kesadaran pihak pelapor dalam memenuhi kewajiban pelaporan.

Page 37: Outline LAKIP PPATK 2010

28

3. Tersusunnya Hasil Riset Tipologi

Selain melakukan kegiatan analisis, PPATK juga melakukan kegiatan riset

yang menghasilkan hasil riset tipologi. Laporan tipologi sangat diperlukan untuk

memberikan pemahaman yang komprehensif terhadap berbagai modus yang

dilakukan oleh para pelaku pencucian uang karena pemahaman tersebut dapat

menjadi alat peringatan dini (early warning system) bagi komunitas industri jasa

keuangan serta komunitas penegak hukum. Dengan demikian semua pihak yang

terkait dapat mencermatinya dan menjadi lebih berhati - hati dalam melakukan

transaksi, sehingga dapat menciptakan sistem keamanan di lingkungan

komunitasnya yang bebas dari segala jenis kejahatan pencucian uang.

Pada tahun 2010 PPATK merencanakan menyusun 5 laporan tipologi dan

realisasi laporan tipologi adalah sebanyak 6 laporan yang didokumentasikan

menjadi 2 buku yang dikeluarkan secara semesteran atau 120% dari target yang

telah direncanakan. Laporan hasil riset tipologi berdasarkan jenis industri pihak

pelapor adalah sebagai berikut:

a. Perbankan:

i. PNS dan Rekanan menggunakan rekening “Joint Account“ yang diduga

untuk menampung dana suap.

ii. PNS menggunakan SDB (Safe Deposit Box) di Bank sebagai Sarana

Penyimpanan dana yang diduga dari tindak pidana

iii. Penerimaan Travel Cheque (TC) yang diduga merupakan sarana suap bagi

Politically Exposed Person (PEP).

iv. Penyalahgunaan dana operasional perusahaan oleh pejabat terkait dengan

menggunakan rekening kartu kredit untuk menampung hasil tindak pidana.

b. Pasar Modal:

i. Penggunaan Profil Nasabah High Risk Country untuk melakukan

Manipulasi Pasar dan Pencucian Uang.

ii. Penggunaan rekening Efek Margin (transaksi margin trading/perdagangan

efek margin) untuk melakukan Pencucian Uang.

c. Asuransi.

i. Pembelian polis Unit Links oleh PEP yg diikuti dengan pencairan polis

sebelum jatuh tempo.

Page 38: Outline LAKIP PPATK 2010

29

ii. Pembelian polis Unit Links oleh anak dari PEP yg diikuti dengan

pembayaran premi tambahan dalam jumlah besar dan diikuti pencairan

premi tambahan tersebut dalam waktu singkat.

d. Pedagang Valuta Asing.

i. Penjualan valas dengan perantara orang lain (pihak ketiga) atas perintah

dari PEP tanpa menggunakan surat kuasa.

ii. Pembelian valas dengan perantara orang lain (pihak ketiga) atas perintah

dari PEP tanpa menggunakan surat kuasa.

iii. Penjualan valas dengan perantara orang lain (pihak ketiga) untuk

disumbangkan kepada Partai Politik peserta Pemilu.

e. Lembaga Pembiayaan

i. Penggunaan pihak ketiga sebagai pihak pembayar cicilan leasing secara

sekaligus yang nilai nominalnya besar

ii. Penggunaan pihak ketiga sebagai pihak pembayar uang muka (down

payment) yang nilai nominalnya besar.

4. Tersusunnya Laporan Statistik LTKM

Selain menyusun laporan tipologi dan laporan analisis strategis, kegiatan riset

juga melakukan penyusunan laporan statistik dimana pada tahun 2010 PPATK

merencanakan 14 laporan statistik berupa 12 laporan statistik bulanan dan 2

laporan statistik bulanan, pada tahun ini seluruh target tersebut telah dapat

direalisasikan. Laporan statistik merupakan salah satu sumber bagi perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam

tatanan sosial, kelembagaan dan bermasyarakat khususnya dalam ruang lingkup

PPATK sebagai lembaga independen yang bertugas mencegah dan memberantas

tindak pidana pencucian uang serta memberikan gambaran performance PPATK

yang akurat kepada pemangku kepentingan PPATK.

5. Tersusunnya Hasil Riset Analisis Strategis

Selain untuk penyusunan laporan tipologi, hasil analisis juga digunakan untuk

penyusunan analisis strategis. Analisis strategis menjadi kegiatan yang perlu

disusun mengingat dalam perkembangannya, modus pencucian uang semakin hari

Page 39: Outline LAKIP PPATK 2010

30

semakin kompleks dan canggih seiring dengan kemajuan teknologi informasi.

Mengingat dampak buruk yang ditimbulkan oleh pelaku TPPU tersebut semakin

mengkhawatirkan dewasa ini, maka diperlukan suatu kegiatan analisis strategis

untuk mengetahui bagaimana suatu tindak pidana atau TPPU terjadi dan upaya

pencegahan yang diperlukan untuk meminimalisasi tindak pidana tersebut.

Analisis Strategis adalah proses untuk mengembangkan pengetahuan (strategic

intelligence) untuk digunakan dalam membentuk pola kerja FIU di masa yang

akan datang. Karakteristik utama dari strategic intelligence adalah tidak

berhubungan dengan kasus perorangan, tetapi lebih kepada isu-isu baru dan trend

(kecenderungan).

PPATK pada tahun 2010 merencanakan 18 laporan analisis strategis dimana

target tersebut dapat direalisasikan sebanyak 19 laporan analisis strategis atau

105% dari target yang telah direncanakan.

Berdasarkan hasil riset analisis strategis, dapat digambarkan kecenderungan

(trend) sebagai berikut:

a) Trend Meningkat

Trend tindak pidana korupsi tetap menunjukan peningkatan secara

signifikan dibandingkan tindak pidana lainnya. Di samping meningkat,

korupsi dan penipuan merupakan tindak pidana yang paling sering dilaporkan

oleh PPATK. Tindak pidana narkotika dan penyuapan juga cenderung

meningkat namun tidak sering terjadi apabila dibandingkan dengan korupsi

dan penipuan.

b) Trend yang Berkelanjutan

Berdasarkan atas peningkatan jumlah hasil analisis yang dilaporkan

maka tindak korupsi, penipuan, narkotika dan penyuapan diperkirakan akan

masih tetap banyak dilakukan. Pada tindak pidana korupsi modus oparandi

yang berkelanjutan adalah transaksi keuangan yang dilakukan oleh PEP

dengan melibatkan pihak ketiga dan penyalahgunaan APBN/PBD oleh

bendahara/pemegang kas di instansi-instansi pemerintah. Selain itu, trend

lainnya yang masih berlanjut ditemukan oleh PPATK adalah cuckoo smurfing.

Dengan modus ini, pelaku tindak pidana menggunakan money remmitance

untuk sarana pencucian uang hasil tindak pidana psikotropika.

Page 40: Outline LAKIP PPATK 2010

31

c) Trend menurun

Sama dengan trend periode sebelumnya, tahun 2010 belum dapat

diidentifikasi trend tindak pidana yang menurun.

d) Trend Baru Muncul

Terdapat temuan baru berupa pemberian dana oleh pihak ketiga kepada

petugas suatu instansi pemerintah ditransaksikan melalui rekening milik

pribadi, istri, anak ataupun pihak kerabat lainnya dari pegawai dimaksud.

Patut diduga hal ini merupakan indikasi terjadinya gratifikasi.

Tercapainya hasil riset dari target yang telah direncanakan dikarenakan jumlah

sumber daya manusia yang memadai serta kemampuan dari peneliti yang semakin

meningkat dengan didukung oleh training, workshop dan diskusi-diskusi yang

berkaitan dengan kegiatan penelitian di PPATK. Selain hal-hal tersebut di atas,

kemampuan peneliti dalam mengeksplorasi data semakin baik, sehingga

mempermudah dan mempercepat dalam penyelesaian riset yang dilakukan. Hal

ini didukung dengan kemampuan mengolah data secara mandiri oleh SDM di

PPATK serta rasa keingintahuan dari peneliti yang tinggi terhadap permasalahan-

permasalahan yang ada berkaitan dengan TPPU sehingga membuat banyaknya

riset yang bisa dilakukan.

Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam

rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp

1.800.000.000,00 digunakan sebesar Rp 1.328.115.025,00 atau sebesar 73,78 %.

Dengan tingkat capaian output maupun outcome yang rata-rata 100% dapat

dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.

6. Penyelidikan dugaan TPPU

Pada tahun 2010 PPATK merencanakan 100 kasus penyelidikan dugaan

Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Perencanaan kegiatan penyelidikan

tersebut didasarkan atas Rancangan Undang Undang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (RUU PP TPPU) yang

disampaikan Pemerintah kepada DPR pada tahun 2008. Dalam perkembangan

pembahasan dengan DPR, klausula penyelidikan pada RUU PP TPPU ternyata

diubah substansinya menjadi kewenangan pemeriksaan. Dengan disahkannya

RUU PP TPPU menjadi Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 mengenai

Page 41: Outline LAKIP PPATK 2010

32

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP TPPU)

pada tanggal 22 Oktober 2010, maka PPATK mendapat amanah untuk melakukan

kegiatan pemeriksaan. Dengan demikian kegiatan penyelidikan tidak dapat

dilaksanakan sebagaimana yang direncanakan. Selain itu pelaksanaan kewenangan

pemeriksaan harus didasarkan pada Peraturan Pelaksanaan UU PP TPPU yang

masih dalam proses penyelesaian.

Sasaran 3 : PENINGKATAN PERAN DAN FUNGSI PPATK DALAM

MENCEGAH DAN MEMBERANTAS TPPU

PPATK sebagai focal point dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU

dan pendanaan terorisme di Indonesia, maka peran tersebut perlu diwujudkan

antara lain dalam bentuk kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkait baik

di dalam negeri maupun luar negeri serta penguatan hukum dan perundang-

undangan. Berkenaan dengan hal tersebut sasaran PPATK adalah peningkatan

peran dan fungsi PPATK dalam mencegah dan memberantas TPPU.

Untuk mengukur kinerja sasaran tersebut, PPATK telah merumuskan

dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang akan dicapai. Berikut ini

capaian kinerja selama tahun 2010 terkait dengan pencapain sasaran strategis

peningkatan peran dan fungsi PPATK dalam mencegah dan memberantas

TPPU.

Tabel 3.8

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi

Peningkatan Peran Dan Fungsi PPPATK Dalam Mencegah Dan Memberantas

TPPU

No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Tersusunnya laporan hasil

evaluasi perkembangan

pelaksanaan Stranas 2009 dan

Rencana implementasi Stranas

2010

1 dokumen

2 dokumen *

200%

2 Tersusunnya laporan

pelaksanaan Strategi Nasional,

1 dokumen

4 dokumen *

400%

Page 42: Outline LAKIP PPATK 2010

33

No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

implementasi rekomendasi

hasil Mutual Evaluation

Report, dan kebijakan NPO

3 Terselenggaranya

penandatanganan naskah MoU

dengan FIU negara lain

maupun lembaga terkait di

dalam negeri

6 dokumen

11 dokumen 183,3%

4 Terselenggaranya

asistensi/koordinasi

penanganan TPPU dengan

aparat penegak hukum.

5 kegiatan 7 kegiatan 140%

5 Tersampaikannya HA atas

inquiry ke penyidik

200 dokumen 140 dokumen 70%

6 Terjalinnya kerjasama yang

lebih erat dengan organisasi

internasional di bidang TPPU

dan terpenuhinya iuran

keanggotaan APG dan Egmont

Group sebagai bentuk

komitmen PPATK/Indonesia

18 kegiatan 13 kegiatan

72%

7 Terciptanya kemampuan FIU

yang diberi bantuan serta

meningkatnya kredibilitas

PPATK di dunia internasional

1 kegiatan 1 kegiatan *

100%

8 Penyempurnaan RUU TPPU

dan tersusunnya draft peraturan

pelaksanaan UU TPPU yang

komprehensif

7 naskah 7 naskah 100 %

9 Tersusunnya draft naskah

akademis RUU Perampasan Aset

dan draft RUU Perampasan Aset

2 naskah 2 naskah 100%

10 Tersusunnya laporan bantuan

teknis hukum kepada apgakum

dalam penyelesaian perkara dan

tersampaikannya BAP ahli

8 dokumen 24 dokumen 300%

11 Terselenggaranya sosialisasi

agar tercapai persamaan persepsi

dalam membangun rezim anti

pencucian uang

9 kegiatan

12 kegiatan

133 %

12 Penyempurnaan modul

sosialisasi terkait rezim anti

10 dokumen 7 dokumen 70%

Page 43: Outline LAKIP PPATK 2010

34

No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

pencucian uang, kelembagaan

PPATK, UU TPPU dan

Pendanaan Terorisme

1. Tersusunnya Laporan Hasil Evaluasi Perkembangan Pelaksanaan Stranas

2009 dan Rencana Implementasi Stranas 2010

Implementasi rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme di

Indonesia memerlukan strategi nasional sebagai pedoman penegakan hukum di

bidang TPPU dan pendanaan terorisme. Dengan tersusunnya Stranas tersebut

diharapkan instansi terkait yang bertanggung jawab di bidang TPPU dan

pendanaan terorisme dapat memiliki acuan serta arah kebijakan dan strategi

masing–masing instansi dalam mengimplementasikannya serta koordinasi dan

kerjasama antar instansi.

Pada tahun 2010, PPATK merencanakan untuk melaksanakan penyusunan

laporan hasil evaluasi perkembangan pelaksanaan Stranas 2009 dan Rencana

implementasi Stranas 2010. Sehubungan dengan hal tersebut, maka PPATK telah

melaksanakan pertemuan dalam tingkat domestik terkait TPPU dan pendanaan

terorisme yang menghasilkan 2 dokumen atau 200% melebihi dari target.

Realisasi 2 dokumen tersebut terdiri dari laporan perkembangan pelaksanaan

Stranas 2009 dan penyusunan rencana implementasi Stranas 2010. Secara umum

Stranas yang telah disusun mengatur tentang hal – hal sebagai berikut :

a. Pembuatan Single Identity Number (nomor identitas tunggal);

b. Penyelesaian Pembahasan RUU TPPU, Peraturan Pelaksana dan

Implementasinya;

c. Pengelolaan Database Secara Elektronis dan Ketersambungan (Connectivity)

Database yang Dimiliki oleh Beberapa Instansi Terkait;

d. Peningkatan Pengawasan Kepatuhan Penyedia Jasa Keuangan;

e. Pengefektifan Penerapan Penyitaan Aset (Asset Forfeiture) dan Pengembalian

Aset (Asset Recovery);

f. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Melalui Kampanye Publik;

Page 44: Outline LAKIP PPATK 2010

35

g. Peningkatan Kerjasama Internasional;

h. Penguatan Pengaturan Tentang Alternative Remittance System dan Wire

Transfer;

i. Penanganan sektor Non Profit Organisations (NPO).

2. Tersusunnya Laporan Pelaksanaan Strategi Nasional, Implementasi

Rekomendasi Hasil Mutual Evaluation Report, dan Kebijakan NPO

Pada tahun 2010, PPATK merencanakan untuk melaksanakan penyusunan

Laporan Pelaksanaan Strategi Nasional, Implementasi Rekomendasi hasil Mutual

Evaluation Report, dan kebijakan NPO. Sampai dengan akhir tahun 2010

kegiatan dimaksud telah terealisasi 4 dokumen atau 400% dari target. Dokumen

laporan dimaksud adalah :

a. Evaluasi pelaksanaan Strategi Nasional tahun 2009

b. Rencana kegiatan Strategi Nasional tahun 2010

c. Tindak lanjut dan perkembangan implementasi pelaksanaan rekomendasi

Mutual Evaluation Report yang dilaksanakan di masing-masing instansi

terkait

d. Penyusunan pedoman Non Profit Organization (NPO Domestic Review)

3. Terselenggaranya Penandatanganan Naskah Mou Dengan FIU Negara Lain

Maupun Lembaga Terkait Di Dalam Negeri

Pada tahun 2010, PPATK merencanakan kerjasama dalam bentuk

penandatanganan Nota Kesepahaman/MoU dengan instansi domestik yaitu 3 MoU

dan 3 MoU lainnya dengan instansi luar negeri. Secara umum kegiatan MoU

dimaksudkan untuk melaksanakan kerjasama dalam hal pertukaran informasi,

pelatihan, audit kepatuhan, penelitian, penanganan kasus hukum di bidang TPPU

dan Pendanaan Terorisme.

Realisasi dari kegiatan penandatanganan MoU telah tercapai melebihi target

yang direncanakan yaitu 7 MoU dengan instansi domestik dan 4 MoU dengan

instansi luar negeri. Pelaksanaan penandatanganan MoU dengan instansi domestik

yaitu :

a. Bank Indonesia

b. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)

c. Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik (Dirjen Kesbangpol)

Page 45: Outline LAKIP PPATK 2010

36

d. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)

e. Setjen Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

f. Universitas Mataram

g. Universitas Syiah Kuala NAD

Pelaksanaan penandatanganan MoU dengan instansi luar negeri yaitu :

a. Solomon Islands Financial Intelligence Unit

b. Qatar Financial Information Unit

c. UAE Financial Intelligence Unit

d. The State Bank of Vietnam

4. Terselenggaranya Asistensi/Koordinasi Penanganan TPPU Dengan Aparat

Penegak Hukum

PPATK selalu berupaya untuk membantu aparat penegak hukum dan instansi

terkait lainnya dalam menangani tindak pidana pencucian uang pada khususnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka PPATK telah merencanakan beberapa

kegiatan koordinasi dalam rangka pencegahan dan pemberantasan TPPU dan

pendanaan terorisme baik secara nasional maupun internasional.

Pada tahun 2010, PPATK merencanakan untuk memberikan asistensi kepada 7

Kepolisian Daerah dan realisasi pelaksanaan kegiatan tersebut mencapai 140%

atau terlaksana melebihi dari target yang direncanakan. Adapun kegiatan asistensi

yang telah dilaksanakan selama tahun 2010 meliputi :

a. Polda Sumatera Utara,

b. Polda Sulawesi Selatan,

c. Polda Aceh,

d. Polda Kalimantan Timur,

e. Polda Nusa Tenggara Barat,

f. Polda Jambi

g. Polda Surabaya.

Melalui kegiatan asistensi ini, PPATK bertujuan untuk menjelaskan

mekanisme permintaan informasi kepada PPATK serta membantu pihak Polda

dalam hal penanganan kasus, khususnya untuk kasus-kasus terkait TPPU dan

Pendanaan Terorisme. Terlaksananya kegiatan asistensi ke Polda-Polda

Page 46: Outline LAKIP PPATK 2010

37

dikarenakan meningkatnya permintaan dari Polda-Polda kepada PPATK untuk

memperdalam pengetahuan para aparat penegak hukum dalam melakukan

penyelidikan dan penyidikan di bidang TPPU dan Pendanaan Terorisme. Namun,

terdapat pula kendala yang dihadapi yaitu dalam berkoordinasi dengan penyidik

yang langsung menangani Hasil Analisis PPATK di Polda dikarenakan adanya

kebijakan rotasi terhadap penyidik di internal Polri. Adapun solusi yang dapat

dilakukan adalah dengan melakukan koordinasi yang baik dengan penyidik lama

dan penyidik baru yang menangani Hasil Analisis PPATK tersebut.

5. Tersampaikannya HA atas Inquiry Ke Penyidik

Pada tahun 2010, PPATK merencanakan 200 pertukaran informasi dengan

instansi domestik dan Financial Intellegence Unit (FIU). Realisasi kegiatan

tersebut terkait dengan pertukaran informasi intelijen keuangan dengan instansi

domestik dan luar negeri sebesar 140 pertukaran informasi atau 70% dari target.

Adapun jumlah permintaan informasi (inquiry) yang ditindaklanjuti kepada

penyidik dalam negeri dari Bulan Januari - Desember 2010 adalah sebanyak 91

Hasil Analisis.

Tabel 3.9

Penyampaian Hasil Analisis

Sedangkan pertukaran informasi yang dilakukan dengan FIU negara lain

diantaranya adalah menerima permintaan informasi (incoming mutual request)

sebanyak 49 kali, mengirimkan permintaan informasi (outgoing mutual request)

sebanyak 5 kali, menerima informasi spontan (incoming sponteneous information)

sebanyak 11 kali, dan mengirimkan informasi spontan (outgoing spontaneous

Page 47: Outline LAKIP PPATK 2010

38

information) sebanyak 1 kali. Dari Bulan Januari - Desember 2010, jumlah

permintaan informasi (inquiry) yang ditindaklanjuti dengan pihak FIU adalah 49

kali, sedangkan hingga akhir tahun 2010, jumlah kumulatif pertukaran informasi

dengan pihak FIU adalah 406 kali. Pertukaran informasi tersebut dilaksanakan

dengan FIU-FIU negara lain, seperti Australia, Amerika Serikat, Slovakia,

Venezuela, Luxemburg, Brunei Darussalam, Malaysia, Jepang, Bahrain, Albania,

Belgium, Singapura, Mauritius, dan lain-lain.

Tabel 3.10

Pertukaran Informasi

Belum tercapainya realisasi kegiatan pertukaran informasi dengan instansi

domestik dan FIU luar negeri disebabkan antara lain karena permintaan informasi

yang diterima oleh PPATK sesuai dengan kebutuhan permintaan informasi dari

apgakum maupun instansi terkait lainnya dimana hal tersebut berbeda-beda dan

jika informasi yang diminta memerlukan adanya koordinasi dengan pihak PJK

maka hal itu membutuhkan waktu dalam pemenuhan permintaan informasi

tersebut. Solusi dari kendala di atas adalah instansi yang meminta informasi

keuangan kepada PPATK agar dapat memberikan informasi pendukung yang

Type of exchange

Year TOTAL

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Outgoing Mutual

Request (Incoming

Information) 8 14 29 26 42 18 21 5 163

Incoming Mutual

Request (Outgoing

Information) 0 17 22 16 22 29 43 49 198

Spontaneous

Incoming

Information 0 0 4 2 2 5 13 11 37

Spontaneous

Outgoing

Information 0 2 0 1 1 0 3 1 8

TOTAL 8 33 55 45 67 52 80 66 406

Page 48: Outline LAKIP PPATK 2010

39

lengkap sesuai dengan format permintaan informasi yang telah disosialisasikan

kepada penyidik. Hal ini dimaksudkan agar proses permintaan informasi kepada

PJK dapat lebih mudah dan cepat dan PPATK dapat segera memberikan jawaban

atas permintaan informasi kepada instansi peminta.

6. Terjalinnya Kerjasama yang Lebih Erat Dengan Organisasi Internasional di

Bidang TPPU dan Terpenuhinya Iuran Keanggotaan APG dan Egmont

Group Sebagai Bentuk Komitmen PPATK/Indonesia

Sebagai bagian dari masyarakat internasional di bidang anti pencucian uang,

PPATK mewakili Pemerintah Republik Indonesia menjadi anggota APG dan

Egmont Group. Keanggotaan PPATK pada organisasi tersebut merupakan bentuk

komitmen PPATK/Indonesia dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU

dan Pendanaan Terorisme.

Pada tahun 2010, PPATK merencanakan 18 kegiatan terkait dengan

terjalinnya kerjasama yang erat dengan organisasi internasional di bidang TPPU

dan Pendanaan Terorisme. Realisasi dari kegiatan tersebut selama tahunb 2010

adalah 11 frekuensi kegiatan atau 61% dari target. Rincian realisasi kegiatan

tersebut adalah yaitu

a. 2 kali pertemuan FATF yang diselenggarakan di Abu Dhabi-Uni Emirat Arab

dan Paris-Perancis,

b. 1 kali pertemuan Tahunan Egmont Group yang diselenggarakan di Cartagena-

Colombia,

c. 1 kali pertemuan Tahunan APG yang diselenggarakan di Singapura,

d. 1 kali pertemuan APG Typologies Workshop yang diselenggarakan di Dhaka-

Bangladesh,

e. 2 kali pertemuan Egmont Working Group yang diselenggarakan di Mauritius

dan Moldova,

f. 1 kali pertemuan SOMTC yang diselenggarakan di Manila-Filipina,

g. 1 kali pertemuan Interpol yang diselenggarakan di Doha, Qatar, dan

h. 2 kali pertemuan PBB yang diselenggarakan di Wina-Austria dan Salvador-

Brazil.

Pencapaian realisasi sebesar 61% dari kegiatan tersebut antara lain disebabkan

PPATK tidak menghadiri pertemuan yang tidak berkaitan langsung dengan tugas

Page 49: Outline LAKIP PPATK 2010

40

pokok dan fungsi PPATK yang diselenggarakan oleh pihak organisasi

internasional.

7. Terciptanya Kemampuan FIU yang Diberi Bantuan Serta Meningkatnya

Kredibilitas PPATK di Dunia Internasional

PPATK ikut berperan aktif di dunia internasional dengan memberikan

dukungan dan bantuan kepada suatu negara sebagai upaya untuk mengembangkan

rezim anti pencucian uang dan kontra pendanaan terorisme negara tersebut. Hal

ini dilakukan agar dapat memudahkan koordinasi dalam hal pemberantasan tindak

pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme serta untuk memberikan citra

positif di dunia internasional mengenai komitmen Indonesia/PPATK dalam upaya

turut membangun rezim anti pencucian uang dan kontra pendanaan terorisme di

dunia internasional.

Pada tahun 2010, PPATK merencanakan 1 kegiatan terkait dengan terciptanya

kemampuan FIU yang diberi bantuan serta meningkatnya kredibilitas PPATK di

dunia internasional yaitu bantuan teknis pada FIU kepada Solomon Island untuk

menjadi anggota Egmont Group. Sampai dengan akhir tahun 2010 kegiatan

tersebut telah terealisasi sepenuhnya.

8. Penyempurnaan RUU TPPU dan tersusunnya draft peraturan pelaksanaan

UU TPPU yang komprehensif

Tahun 2010 merupakan tahun terakhir Rancangan Undang-Undang tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (RUU PP-TPPU)

berada di lembaga legislatif. Pada tanggal 22 Oktober 2010 RUU PP-TPPU telah

disahkan dan diundangkannya menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU

TPPU). Pada tahun 2010 PPATK merencanakan kegiatan Penyempurnaan RUU

TPPU dan tersusunnya draft peraturan pelaksanaan UU TPPU yang komprehensif

sebanyak 7 naskah. Sampai dengan akhir tahun 2010 kegiatan tersebut telah

terealisasi sepenuhnya dengan rincian sebagai berikut :

a. Dokumen finalisasi RUU TPPU;

b. Rancangan Peraturan Pemerintah mengenai Pihak Pelapor (amanat Pasal 17

ayat 2 UU TPPU);

Page 50: Outline LAKIP PPATK 2010

41

c. Rancangan Peraturan Presiden tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan

PPATK (amanat Pasal 46 UU TPPU);

d. Rancangan Peraturan Pemerintah mengenai penghasilan, hak-hak lain,

penghargaan, dan fasilitas bagi Kepala dan Wakil Kepala PPATK (amanat

Pasal 58 ayat (2) UU TPPU);

e. Rancangan Peraturan Presiden mengenai Susunan Organisasi dan Tata Kerja

PPATK (amanat Pasal 60 UU TPPU);

f. Rancangan Peraturan Pemerintah mengenai Manajemen Sumber Daya

Manusia (amanat Pasal 62 ayat (3) UU TPPU);

g. Rancangan Peraturan Presiden mengenai Pembentukan Komite Koordinasi

Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

(amanat Pasal 92 ayat (2) UU TPPU).

Kendala yang ditemui di dalam Penyempurnaan RUU TPPU dan tersusunnya

draft peraturan pelaksanaan UU TPPU antara lain:

a. Adanya perbedaan persepsi antar instansi terkait di dalam penyusunan

peraturan peraturan perundang-undangan;

b. Birokrasi yang relatif cukup panjang yang menyebabkan pengesahan peraturan

pelaksana UU No.8 Tahun 2010 tidak sesuai dengan target yang ditetapkan;

Adapun penyelesaian terhadap kendala antara lain:

a. Perlunya penyamaan persepsi antar instansi terkait di dalam penyusunan

peraturan peraturan perundang-undangan;

b. Perlu adanya koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka mempercepat

pengesahan peraturan perundang-undangan dimaksud.

9. Tersusunnya draft naskah akademis RUU Perampasan Aset dan draf RUU

Perampasan Aset

Berdasarkan program Strategi Nasional (STRANAS) Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun 2007-2011 No.5, yang

diresmikan secara langsung oleh Presiden RI tanggal 17 April 2007,

mengamanatkan bahwa perlunya penyusunan RUU tentang Perampasan Aset di

Bidang Tindak Pidana. Penyusunan RUU Perampasan Aset ini juga merupakan

tindak lanjut dari ratifikasi konvensi internasional yang telah dilakukan oleh

Pemerintah Indonesia, yaitu: Konvensi PBB Menentang Korupsi Tahun 2003

(United Nation Convension Against Corruption/UNCAC, 2003) yang telah

Page 51: Outline LAKIP PPATK 2010

42

diratifikasi dengan UU No.7/2006 dan Konvensi PBB menentang Kejahatan

Transnasional Terorganisir (United Nations Convention Against Transnational

Organized Crimes/UN-CATOC) telah diratifikasi dengan UU No.5/2009. Bagi

PPATK penyusunan RUU tersebut sejalan dengan rekomendasi ke-3 Financial

Action Task Force (FATF) atau Revised 40+9 Recommendations, yang merupakan

standar internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

pencucian uang.

Pada tahun 2010 PPATK merencanakan kegiatan terkait dengan penyusunan

naskah akademis RUU Perampasan Aset dan draft RUU Perampasan Aset

sebanyak 2 dokumen. Kegiatan tersebut telah terealisasi sepenuhnya atau 100%

dari target. Pelaksanaan realisasi tersebut dilaksanakan melalui kerjasama dengan

instansi-instansi terkait untuk melakukan penyusunan naskah akademis dan draft

RUU tentang Perampasan Aset di Bidang Tindak Pidana. Pada akhir tahun 2010

RUU Perampasan Aset berhasil tercantum dalam Prolegnas sebagai RUU Prioritas

Tahun 2011 dan diharapkan dapat disahkan pada akhir tahun 2011. Secara umum

kendala yang dihadapi dalam penyusunan RUU yang dimaksud antara lain adalah

adanya perbedaan persepsi antar instansi terkait dengan perampasan aset tindak

pidana. Adapun solusi yang dilakukan adalah mengadakan rapat koordinasi

dengan instansi terkait untuk menciptakan penyamaan persepsi terkait perampasan

aset.

10. Tersusunnya Laporan Bantuan Teknis Hukum Kepada Apgakum Dalam

Penyelesaian Perkara Dan Tersampaikannya BAP Ahli

Kegiatan pemberian pendapat dan bantuan hukum bertujuan untuk

memberikan bantuan hukum berupa pelaksanaan diskusi ataupun pemberian

pendapat hukum secara tertulis, akan interpretasi suatu pasal yang terdapat dalam

UU TPPU dan pelaksanaanya di lapangan dalam rangka penyelidikan dan

penyidikan kasus TPPU, sedangkan pemberian keterangan ahli bertujuan untuk

membantu aparat penegak hukum dalam proses penyelesaian perkara tindak

pidana pencucian uang di tingkat penyidikan, penuntutan dan sidang di

pengadilan.

Pada tahun 2010, PPATK telah merencanakan untuk melakukan kegiatan

pemberian pendapat hukum dan bantuan teknis hukum kepada aparat penegak

hukum serta pemberian keterangan ahli di kepolisian, kejaksaan dan pengadilan

Page 52: Outline LAKIP PPATK 2010

43

sebanyak 8 (delapan) dokumen. Kegiatan dimaksud telah terealisasi sesuai dengan

rencana bahkan melebih dari target yang direncanakan yaitu 24 dokumen atau 300

% dari target.

Realisasi kegiatan pemberian keterangan ahli yang melebihi target disebabkan

antara lain meningkatnya penggunaan UU TPPU sebagai dasar hukum pengenaan

tindak pidana asal dan tindak pidana pencucian uang. Peningkatan ini sebagai

dampak dari serangkaian kegiatan PPATK antara lain sosialisasi, asistensi,

bantuan hukum dan koordinasi dengan aparat penegak hukum

Adapun rincian pemberian keterangan ahli terkait tindak pidana pencucian

uang baik di tingkat penyidikan, penuntutan maupun pengadilan adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.11

Pemberian Keterangan Ahli

No. Tersangka/Terdakwa TAHUN Tindak Pidana Asal

1. Adiyansyah Bin Iwansyah 2010 Penggelapan, Penipuan dan atau

Pemalsuan

2. Asep Tatang Suryata H dkk 2010 Perbankan

3. Cahyono Syam Sasongko 2010 Korupsi, Penggelapan, dan atau

Perbankan

4. Fransiskus Januarta dan Jeffry 2010 Pencurian dan atau Pemalsuan

5. Gayus Halomoan P

Tambunan, Andi Kosasih dkk

2010 Korupsi

6. Haposan Hutagalung SH dan

Lambertus P Ama

2010 Korupsi

7. Haryanto 2010 Perbankan

8. Herysawati Bakri 2010 Korupsi, Perbankan,

Penggelapan

9. Jodi Haryanto 2010 Pemalsuan Surat, Penggelapan

10. Joko Suripto 2010 Pencurian, Penipuan, dan atau

Penggelapan

11. Jumratul Adawiyah 2010 Perbankan

12. Lambertus P Ama, dkk 2010 Korupsi

13. Lilik Siswanto, dkk 2010 Perbankan

Page 53: Outline LAKIP PPATK 2010

44

No. Tersangka/Terdakwa TAHUN Tindak Pidana Asal

14. Lihan bin H Bahri 2010 Perbankan

15. Lista Adriani 2010 Korupsi, Perbankan,

Penggelapan

16. M Jafar 2010 Psikotropika

17. Riska Mawarsari 2010 Penipuan

18. Rizal Nuraref Meido 2010 Perbankan, Pencurian

19. Robert Tantular, dkk 2010 Perbankan

20. Sugianto 2010 Pencurian

21. Umar Sugianto dan edi als

Albert Wijaya

2010 Penipuan, Penggelapan, Tindak

Pidana Informasi dan Transaksi

Elektronik

22. Tarmuji, Frinaldi, dkk 2010 Penipuan

23. Thomas Tansah 2010 Penipuan Dan Atau

Penggelapan

24. Wahyu Saifitri Rupaat 2010 Penggelapan Dan Perbankan

Adapun kendala di dalam pemberian bantuan teknis hukum serta keterangan

ahli antara lain:

1. Seringkali penyidik belum memberikan laporan kemajuan atau resume dari

suatu perkara sehingga PPATK belum dapat menindaklanjuti permintaan

keterangan ahli;

2. Kurangnya pemahaman dari penegak hukum tentang tindak pidana pencucian

uang;

3. Adanya perbedaan persepsi antar penegak hukum di bidang tindak pidana

pencucian uang

Adapun penyelesaian atas kendala dimaksud antara lain:

1. Dilaksanakannya koordinasi secara intensif kepada penyidik yang meminta

keterangan ahli;

2. Dilaksanakan rapat koordinasi dan sosialisasi kepada penegak hukum tentang

tindak pidana pencucian uang;

Page 54: Outline LAKIP PPATK 2010

45

11. Terselenggaranya Sosialisasi Agar Tercapai Persamaan Persepsi Dalam

Membangun Rezim Anti Pencucian Uang

Sosialisasi rezim anti pencucian uang terus menerus diselenggarakan di

beberapa kota besar di Indonesia. Penentuan kota-kota tujuan sosialisasi dilihat

dari kebutuhan informasi umum akan rezim anti pencucian uang dan implementasi

UU TPPU. Tujuan dari kegiatan ini untuk memperoleh persamaan persepsi akan

UU TPPU baik di kalangan aparat penegak hukum, penyedia jasa keuangan, new

reporting parties, akademisi dan masyarakat umum.

Pada tahun 2010, PPATK telah merencanakan kegiatan sosialisasi kepada

aparat penegak hukum, penyedia jasa keuangan, pihak pelapor baru (new

reporting parties), akademisi dan masyarakat sebanyak 6 (enam) kegiatan.

Kegiatan tersebut terealisasi sebanyak 6 (enam) kegiatan atau 100% dari target.

Rincian realisasi dimaksud adalah sosialisasi kepada Apgakum, PJK, PJB,

Akademisi, dan masyarakat di 6 kota yaitu :

a. Semarang;

b. Gorontalo;

c. Banjarmasin;

d. Palembang;

e. Banda Aceh;

f. Jakarta.

Secara umum kendala yang dihadapi antara lain adalah kurangnya waktu

pelaksanaan sehingga peserta belum sepenuhnya memahami materi sosialisasi.

Adapun penyelesaian dari kendala yang dihadapi adalah penambahan waktu

sosialisasi dan sosialisasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

12. Penyempurnaan Modul Sosialisasi Terkait Rezim Anti Pencucian Uang,

Kelembagaan PPATK, UU TPPU dan Pendanaan Terorisme

Dalam rangka standarisasi materi dan pelaksanaan sosialisasi rezim anti

pencucian uang dan pendanaan terorisme, PPATK menyusun modul sosialisasi

terkait rezim anti pencucian uang, kelembagaan PPATK, UU TPPU dan

Pendanaan Terorisme. Selain itu modul dimaksud juga berguna bagi bahan

pelatihan bagi Apgakum, PJK, PJB, Akademisi, dan masyarakat.

Pada tahun 2010, PPATK telah merencanakan untuk penyusunan dan

penyempurnaan modul sosialisasi terkait rezim anti pencucian uang, kelembagaan

Page 55: Outline LAKIP PPATK 2010

46

PPATK, UU TPPU dan Pendanaan Terorisme sebanyak 10 (sepuluh) dokumen.

Sampai dengan akhir tahun 2010 kegiatan tersebut terlaksana sebanyak 7 (tujuh)

dokumen. Rincian realisasi kegiatan tersebut adalah tersedianya modul yang

terdiri dari :

a. Silabus Program Sosialisasi Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme di

Indonesia.

b. Modul I: Rezim Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Di Indonesia

c. Modul II: Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan

Terorisme

d. Modul III: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Bagi Industri

Perbankan

e. Modul IV: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Bagi Industri Pasar

Modal

f. Modul V: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Bagi Industri

Lembaga Keuangan Non Bank

g. Modul VI: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Bagi Penyedia

Barang dan/atau Jasa Lain

Kendala yang ditemui di dalam penyusunan dimaksud adalah:

a. Adanya penggabungan beberapa modul berdasarkan industri pihak pelapor.

b. Terdapat kesulitan dalam melaksanakan harmonisasi materi modul terkait

pihak pelapor baru yang disebabkan belum adanya peraturan atau pedoman

yang mendukung terkait materi dimaksud.

Penyelesaian yang dilakukan atas kendala yang dihadapi adalah membuat

rancangan peraturan terkait dengan kewajiban pelaporan bagi penyedia barang dan

jasa.

Sasaran 4 : PENINGKATAN PERANAN TEKNOLOGI DAN INFORMASI

DALAM MENDUKUNG KINERJA PPATK

Penerimaan laporan yang diterima dari PJK terkait LTKM dan LTKT

semakin meningkat setiap tahunnya, laporan – laporan tersebut harus ditindak

lanjuti sesuai UU TPPU. Untuk menunjang pengolahan laporan – laporan

dimaksud, perlu didukung oleh teknologi informasi yang memadai. Jaringan

teknologi informasi yang dapat membantu dan memudahkan pengelolaan

laporan terutama kegiatan analisis atas transaksi keuangan mencurigakan. Selain

Page 56: Outline LAKIP PPATK 2010

47

itu proses pengolahan/analisis laporan - laporan tersebut dengan menggunakan

dukungan teknologi informasi harus mampu beroperasi secara berkelanjutan

baik pada situasi normal ataupun darurat.

Untuk mengukur kinerja sasaran 4 tersebut, PPATK telah merumuskan

dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang telah ditetapkan. Berikut

ini capaian kinerja selama tahun 2010 terkait dengan pencapain sasaran strategis

peningkatan perananan teknologi dan informasi dalam mendukung kinerja

PPATK.

Menurut UU dibidang TPPU, PPATK berwenang menyelenggarakan

sistem informasi. Berdasarkan kewenangan tersebut PPATK menjabarkannya

dalam bentuk sasaran strategis PPATK dimana salah satunya adalah

Peningkatan peranan teknologi dan informasi dalam mendukung kinerja

PPATK. Indikator kinerja sasaran strategis bidang teknologi informasi (TI)

PPATK adalah sebagai berikut :

Tabel 3.12

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi

Peningkatan Peranan Teknologi Dan Informasi

Dalam Mendukung Kinerja PPATK

No Indikator Kinerja Target Realisasi %

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Penyempurnaan sistem keamanan TI

PPATK sesuai dengan standar

keamanan TI

5 dokumen 4 dokumen 80

2 Tersedianya sistem DRC PPATK dan

pengembangan perangkat lunak

sistem DRC

3 paket 3 paket,

aplikasi,

database,

hardware

100

3 Pengembangan Aplikasi STR

(suspicious transaction report), CTR

(cash transaction report), dan CBCC

(cross border cash carrying) yang

terintegrasi

3 aplikasi 3 aplikasi,

STR, CTR

dan CBCC

100

Page 57: Outline LAKIP PPATK 2010

48

4 Terintegrasinya database STR, CTR,

CBCC

1 database 1 database,

db GRIPS

80

1. Penyempurnaan Sistem Keamanan TI PPATK Sesuai Dengan Standar

Keamanan TI

Dalam rangka menjamin sistem keamanan TI, pada Tahun 2010 PPATK

merencanakan kegiatan terkait dengan penyempurnaan sistem keamanan TI

PPATK sesuai dengan standar keamanan TI sebanyak 5 dokumen. Sampai dengan

akhir tahun 2010 realisasi dari kegiatan tersebut adalah tersedianya 4 dokumen

atau 80% dari target. Rincian dari realisasi kegiatan ini adalah tersusunnya :

a. SPO Pengelolaan Akun,

b. SPO Permintaan Aplikasi,

c. SPO Permintaan Akses Fisik dan Logical, dan

d. SPO Permintaan Pemulihan Data.

Belum terealisasinya kegiatan dimaksud antara lain dikarenakan terdapat

kekeliruan perencanaan tentang Standar Prosedur Operasi (SPO) Pemberitahuan

Kehilangan Data/Perangkat karena sebagian besar tidak sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi bidang TI yang seharusnya pengelolaan mengenai kehilangan

data / perangkat merupakan cakupan tugas keamanan informasi. Solusi terhadap

kendala tersebut adalah pembatalan terhadap penyusunan SPO dimaksud.

2. Tersedianya sistem DRC PPATK dan pengembangan perangkat lunak sistem

DRC

Pada tahun 2010, PPATK merencanakan pembuatan sistem aplikasi dan

infrastruktur yang terintegrasi dan memiliki ketersediaan data yang tinggi. Untuk

mencapai hal tersebut, dibutuhkan mekanisme replikasi data yang di akomodasi

dalam penyediaan system DRC yang memiliki arsitektur sistem dengan reliabilitas

tinggi untuk menunjang proses analisis dan pelaporan. Terkait dengan kegiatan

tersebut PPATK merencanakan 3 paket kegiatan, sedangkan realisasinya adalah

100%. Rincian dari realisasi kegiatan tersebut adalah aplikasi, database dan

perangkat keras pendukung DRC.

Page 58: Outline LAKIP PPATK 2010

49

3. Pengembangan Aplikasi STR (suspicious transaction report), CTR (cash

transaction report), dan CBCC (cross border cash carrying) yang

terintegrasi

Dalam rangka mendukung kinerja PPATK yang berbasis teknologi informasi

yang bertugas untuk menerima pelaporan dari reporting parties, maka dibuatlah

suatu sistem pelaporan terintegrasi yang digunakan untuk menampung data yang

akan diolah menjadi informasi lanjutan untuk digunakan oleh penyidik dari Polri,

Kejaksaan dan KPK. Aplikasi tersebut dibuat untuk mengoptimalisasi sistem

pelaporan dari pihak pelapor (reporting parties) kepada pihak PPATK.

Pada tahun 2010 terkait dengan kegiatan Pengembangan Aplikasi STR

(suspicious transaction report), CTR (cash transaction report), dan CBCC (cross

border cash carrying) yang terintegrasi direncanakan sebanyak 3 (tiga) aplikasi.

Realisasi dari kegiatan tersebut adalah tersedianya 3 (tiga) aplikasi sesuai dengan

yang direncanakan atau 100% dari target. Rincian dari realisasi kegiatan ini

adalah:

a. Aplikasi GRIPS STR,

b. Aplikasi GRIPS CTR,

c. Aplikasi GRIPS CBCC

Aplikasi STR digunakan untuk pelaporan STR (laporan transaksi keuangan

mencurigakan) oleh PJK yang disertai dengan modul analisis dan pengolahan

laporan secara internal di PPATK, sedangkan aplikasi CTR digunakan untuk

pelaporan CTR (laporan transaksi keuangan tunai) oleh PJK, sedangkan CBCC

adalah aplikasi pelaporan CBCC (laporan pembawaan uang tunai lintas batas)

yang digunakan oleh ditjen Bea Cukai. Khusus untuk aplikasi GRIPS STR, telah

dilakukan sosialisasi kepada PJK sebanyak 2 sesi di Bandung dan Bali dengan

jumlah peserta sekitar 600 orang.

4. Terintegrasinya Database STR, CTR, CBCC

Dalam rangka mempercepat proses penyelesaian analisis STR, CTR dan

CBCC diperlukan adanya database yang terstruktur dan terintegrasi. Terkait

dengan kegiatan dimaksud, PPATK pada tahun 2010 merencanakan 1 (satu)

database dan realisasi adalah sebanyak 1 (satu) database atau 80% dari target.

Belum tercapainya kegiatan tersebut sebagaimana yang direncanakan antara lain

disebabkan integrasi terkait perubahan kompleksitas aplikasi sesuai dengan

Page 59: Outline LAKIP PPATK 2010

50

mekanisme kerja, sehingga memerlukan penyesuaian yang membutuhkan waktu

relatif lama. Solusi terhadap kendala dimaksud antara lain adalah migrasi database

lama ke database baru memerlukan tambahan berbagai konversi indikator

mekanisme kerja/workflow pada database yang terintegrasi.

Sasaran 5 : PENYEDIAAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN

INTERNAL

Sebagai suatu organisasi yang mempunyai tugas pengumpulan dan

analisis data-data transaksi keuangan, PPATK juga mengolah database yang

bersifat online dengan PJK. Database dan program-program aplikasinya

merupakan satu kesatuan sistem yang diolah di pusat pengolahan data dengan

komputer. Agar suatu sistem tetap dapat berjalan dengan baik dalam situasi dan

kondisi darurat maka diperlukan backup sistem yang handal atau sering disebut

dengan istilah Data Recovery Centre (DRC).

Untuk mengukur kinerja sasaran 5 tersebut, PPATK telah merumuskan

dan menetapkan indicator kinerja beserta target yang telah ditetapkan. Berikut

ini capaian kinerja selama tahun 2010 terkait dengan pencapain sasaran strategis

penyediaan dan pengembangan manajemen internal PPATK.

Tabel 3.13

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi

Penyediaan dan Pengembangan Manajemen Internal PPATK

No Indikator Kinerja Target Realisasi %

Capaian

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Terwujudnya pembangunan

gedung DRC:

a. Tanah

b. Bangunan

c. Mesin dan Peralatan

d. Perlengkapan sarana Gedung

e. Meubelair Gedung DRC

a. -

b. 2.200 m2

c. 17 unit

d. 1 paket

e. 74 unit

a. 5.648 m2

b. 2.800 m2

c. 17 unit

d. 1 paket

e. -

a.

b. 91,4%

c. 100%

d. 100%

e. 0 %

Page 60: Outline LAKIP PPATK 2010

51

PPATK merencanakan pengadaan lahan untuk DRC dan gudang arsip

seluas +2.000 m2. Kegiatan pengadaan lahan tersebut telah dilaksanakan. Lahan

yang digunakan oleh PPATK untuk DRC dan gudang arsip tersebut diperoleh

dari tanah eks-BPPN yang terletak di Provinsi Jawa Barat.

Tanah gedung DRC dan Arsip PPATK diperoleh dari Menteri Keuangan

berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : KMK-69/KM.6/2010

tanggal 17 Maret 2010 tentang Penetapan Status Penggunaan Aset Properti Eks-

BPPN Berupa Tanah yang terletak di Jawa Barat kepada PPATK seluas 5.648

m2. Berdasarkan keputusan tersebut ditindaklanjuti dengan Serah Terima

dokumen antara Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan

Republik Indonesia dengan Kepala PPATK pada tanggal 26 Mei 2010.

Selanjutnya dilakukan proses seleksi / pelelangan umum untuk

menentukan Konsultan Perencana Konstruksi, konsultan Manajemen

Konstruksi, dan Pelaksana Konstruksi mulai bulan Juni tahun 2010. Proses

pembangunan gedung DRC dan Arsip PPATK dimulai pada tanggal 22

September 2010 dan direncanakan akan selesai pada tanggal 31 Desember 2010.

Sampai dengan akhir tahun 2010, proses pembangunan Gedung DRC

dan Arsip PPATK baru mencapai 91,4%. Menurut pendapat dari pihak

Pelaksana Konstruksi, hal tersebut disebabkan antara lain kondisi cuaca dalam

masa pembangunan gedung yang ekstrem seperti hujan yang terus menerus dan

kabut tebal yang mengakibatkan berkurangnya jarak pandang, sehingga

menghambat proses pembangunan. Namun demikian, PPATK telah melakukan

upaya penyelesaian dalam bentuk pengawasan dan akan bertekad terus

melaksanakan penyelesaian pembangunan tersebut pada tahun 2011.

Berkenaan dengan pembangunan Gedung DRC dan Arsip PPATK, maka

dilakukan juga pengadaan mesin dan peralatan, pengadaan perlengkapan kantor,

dan pengadaan meubelair. Realisasi pengadaan tersebut telah terlaksana 100%

kecuali pelaksanaan pengadaan meubelair. Belum terlaksananya pengadaan

meubelair dimaksud dikarenakan belum selesainya pembangunan Gedung DRC

dan Arsip PPATK. Namun demikian, PPATK berencana melaksanakan

pengadaan meubelair Gedung DRC dan Arsip PPATK pada tahun anggaran

2011.

Page 61: Outline LAKIP PPATK 2010

52

Sasaran 6 : PENGUATAN INSTITUSI

Untuk menjadi lembaga independen yang handal dan terpercaya dalam

bidang intelejen keuangan, PPATK wajib menerapkan good governance dalam

melaksanakan seluruh kegiatan.

Untuk mengukur kinerja sasaran 6 tersebut, PPATK telah merumuskan

dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang telah ditetapkan. Berikut

ini capaian kinerja selama tahun 2010 terkait dengan pencapaian sasaran

strategis penguatan institusi

Tabel 3.14

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi

Penguatan Institusi

No Indikator Kinerja Target Realisasi %

Capaian

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Tersusunnya peraturan tentang

sistem pola karir, pedoman

standar kompetensi pegawai,

penilaian kinerja pegawai, dan

peraturan kepegawaian lainnya

4 peraturan 3 peraturan

75

2 Tersusunnya Laporan Keuangan

PPATK tahun 2010 dan Laporan

Evaluasi Rencana Kerja dan

Anggaran PPATK

2 Dokumen 2 Dokumen 100%

3 Tersusunnya pedoman

Manajemen Risiko.

1 set pedoman 1 set draft

pedoman

85 %

4 Tersedianya Sistem Pelaporan

Pelanggaran (SPP)/ atau

whistleblowing system (WBS)

100 %

pelaporan

pelanggaran

ditindak

lanjuti

100 % 100 %

1. Tersusunnya Peraturan Tentang Sistem Pola Karir, Pedoman Standar

Kompetensi Pegawai, Penilaian Kinerja Pegawai dan Peraturan

Kepegawaian Lainnya.

Hingga awal tahun 2010, PPATK mengajukan rancangan Undang – undang

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang kepada

pemerintah namun sampai dengan pertengahan tahun 2010 rancangan undang–

Page 62: Outline LAKIP PPATK 2010

53

undang tersebut belum disahkan oleh pemerintah. Undang–undang tersebut akan

membawa perubahan yang besar bagi organisasi dan ketatalaksanaan di PPATK

karena dalam undang–undang tersebut mengamanatkan beberapa kewenangan

yang mendorong bagi perubahan organisasi dan tata laksana. Kewenangan

tersebut antara lain adalah kewenangan Kepala PPATK sebagai Pejabat Pembina

Kepegawaian yang akan membawa perubahan terhadap Manajemen dan Sumber

Daya Manusia.

PPATK menyadari bahwa sumber daya manusia yang handal dan kompeten

merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seluruh instansi pemerintah, oleh

karena itu PPATK perlu menyusun peraturan-peraturan kepegawaian. Dari 4

peraturan yang ditargetkan, hanya 3 peraturan yang terealisasi atau 75 % dari

target yang direncanakan. Hal ini disebabkan karena PPATK masih menunggu

penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem, struktur kelembagaan dan

prosedur pengawasan.

2. Tersusunnya Laporan Keuangan PPATK tahun 2010 dan Laporan Evaluasi

Rencana Kerja dan Anggaran PPATK

Laporan Keuangan PPATK merupakan bentuk akuntabilitas pelaksanaan

anggaran PPATK sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2004 tentang Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara dan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan Dan

Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan Laporan Keuangan dimaksud mengacu

kepada Standar Akuntansi Pemerintahan. Selama ini PPATK selalu berupaya

untuk melaksanakan anggaran sesuai prinsip sederhana, hemat dan secara efektif

dan efisien sesuai ketentuan yang berlaku. Atas upaya tersebut maka sejak tahun

2006 hingga tahun 2009, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memberikan

opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan keuangan PPATK pada

tahun-tahun tersebut.

Laporan Keuangan PPATK tahun 2010 saat ini telah selesai disusun dan

disampaikan kepada Menteri Keuangan, serta dalam proses pemeriksaan oleh

BPK. Berdasarkan pelaksanaan anggaran yang selalu diupayakan dengan prinsip-

prinsip pelaksanaan anggaran yaitu sederhana, hemat dan secara efektif dan

efisien maka diharapkan opini BPK atas Laporan Keuangan PPATK tahun 2010

adalah WTP.

Page 63: Outline LAKIP PPATK 2010

54

3. Tersusunnya Pedoman Manajemen Risiko

Manajemen Risiko pada dasarnya merupakan bagian dari tanggung jawab

manajemen dan bagian yang tidak terpisahkan dari proses-proses organisasi dan

perubahan proses manajemen. Manajemen Risiko tidak berdiri sendiri atau

terpisah dari kegiatan dan proses utama dari organisasi dan membantu manajemen

untuk menyeimbangkan biaya operasional dan ekonomi untuk mencapai visi, misi

dan tujuan organisasi. Penekanan pada perbaikan dan peningkatan berkelanjutan

dalam Manajemen Risiko melalui penentuan tujuan kinerja organisasi,

pengukuran, reviu dan modifikasi terhadap proses, sistem, sumber daya,

kapabilitas serta keahlian dan keterampilan merupakan suatu kebutuhan penting

yang harus selalu dilaksanakan. Dengan demikian PPATK harus bertujuan untuk

mencapai kinerja pada tingkatan yang tertinggi sesuai kerangka kerja manajemen

risiko dan pengambilan keputusan penting (critical decision making) yang telah

dilaksanakan.

Pada tahun 2010 PPATK telah merencanakan untuk mengimplementasikan

manajemen risiko dengan disusunnya 1 set pedoman manajemen risiko PPATK.

Sampai dengan akhir tahun 2010 telah tersusun draft Pedoman Manajemen Risiko

atau tercapai 85% dari target. PPATK belum berhasil mengimplementasikan

manajemen risiko hal ini disebabkan pedoman manajemen risiko yang masih

dalam proses finalisasi legal drafting untuk dijadikan Peraturan Kepala PPATK.

Selanjutnya pada tahun 2011 PPATK akan mengimplementasikan manajemen

risiko.

4. Tersusunnya pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (SPP) atau

whistleblowing system (WBS).

Sistem Pelaporan Pelanggaran (SPP) atau whistleblowing system (WBS)

merupakan suatu sistem yang efektif mencegah dan memberantas praktik

pelanggaran atau penyimpangan dan atau praktik yang bertentangan dengan good

governance dan pengendalian intern. PPATK memiliki dan mengutamakan

komitmen terhadap transparansi, integritas dan akuntabilitas. Namun demikian,

dalam pelaksanaan operasional sehari-hari PPATK mengantisipasi kemungkinan

adanya pelanggaran, penyalahgunaan, dan atau malapraktik yang dapat

berpengaruh secara signifikan terhadap reputasi PPATK. Melalui SPP/WBS

Page 64: Outline LAKIP PPATK 2010

55

diharapkan sebagai salah satu metoda deteksi dini atas terjadinya pelanggaran

dimaksud.

Pada tahun 2010 PPATK merencanakan untuk menindaklanjuti atau

memproses seluruh pelaporan pelanggaran (100%) yang dilaporkan kepada

pengelola pelaporan pelanggaran (SPP)/ atau whistleblowing system (WBS).

Kegiatan ini telah terealisasi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, selama tahun

2010 PPATK telah menerima 3 pelaporan pelanggaran yang telah ditindaklanjuti

hingga menghasilkan Laporan Hasil Permintaan Keterangan atas pelaporan

pelanggaran tersebut serta melakukan monitoring atas pelaksanaan rekomendasi

yang terdapat pada laporan dimaksud.

C. Realisasi Keuangan/APBN PPATK Tahun 2010

Realisasi anggaran belanja PPATK hingga tanggal 31 Desember 2010

telah dipertanggungjawabkan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

(KPPN) Jakarta II, yaitu mencapai Rp.64.163.331.917,- atau sebesar 56,33%

dari total pagu. Realisasi anggaran tersebut terdiri dari :

1. Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan (Kode : 01.01.24),

terealisir Rp. 37.493.997.396,- dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.15

Realisasi Anggaran Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor

Keuangan

KODE KEGIATAN Anggaran Realisasi

(Rp.).

%

6801

Pengembangan sistem

analisis dan kajian

terhadap tipologi TPPU

1,800,000,000 1,328,115,025 73.78%

6802 Sosialisasi dan

penyamaan pemahaman

kepada Apgakum, PJK,

dan masyarakat tentang

TPPU

1,329,000,000 796,183,045 59.91%

6803 Penyediaan sarana dan

prasarana kantor

PPATK

27,289,500,000 23,875,170,969 87.49%

6804

Pelaksanaan kerjasama

nasional dan

internasional di bidang

5,111,000,000 2,791,989,519 54.63%

Page 65: Outline LAKIP PPATK 2010

56

KODE KEGIATAN Anggaran Realisasi

(Rp.).

%

pencucian uang

6805

Pengawasan

pelaksanaan kepatuhan

PJK dalam pelaporan

TPPU

1,791,000,000 840,258,090 46.92%

6806

Pengembangan sistem

teknologi informasi dan

komputerisasi

pengolahan data

15,000,000,000 7,037,872,868 46.92%

6807

Penyempurnaan

peraturan perundangan,

penelaahan dan

pemberian nasehat

hukum di bidang TPPU

3,387,000,000 824,407,880 24.34%

6809 Penyelidikan Tindak

Pidana Pencucian Uang

5,000,000,000 0 0.00%

Jumlah 60,707,500,000 37,493,997,396 61.76%

2. Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik (Kode : 01.01.09)

terealisir Rp. 26.669.334.521,- dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.16

Realisasi Anggaran Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik

KODE KEGIATAN Anggaran Realisasi

(Rp.).

%

0001

Pengelolaan gaji,

honorarium dan tunjangan

24,104,168,000 15,059,545,193 62.48%

0002

Penyelenggaraan

operasional dan

pemeliharaan perkantoran

15,342,691,000 5,737,496,573 37.40%

0003

Pelayanan Publik atau

Birokrasi

3,355,209,000 1,165,347,619 34.73%

0024

Pembangunan/pengadaan/

peningkatan sarana dan

prasarana

1,153,500,000 410,410,000 35.58%

0051

Pengembangan SDM dan

administrasi kepegawaian

3,925,840,000 1,470,102,217 37.45%

0052

Pengembangan sistem dan

evaluasi kinerja

250,000,000 192,995,446 77.20%

0073

Perencanaan / penyusunan

/ pengembangan program

dan sistem prosedur

75,000,000 0 0.00%

0076 Sistem Pengelolaan 1,190,000,000 721,326,557 60.62%

Page 66: Outline LAKIP PPATK 2010

57

KODE KEGIATAN Anggaran Realisasi

(Rp.).

%

Administrasi Keuangan

0081

Pengadaan Kendaraan 2,040,000,000 907,905,800 44.51%

0092

Penyelenggaraan

pengawasan dan

pemeriksaan akuntabilitas

kementerian/lembaga

851,000,000 480,851,726 56.50%

0095

Penyelenggaraan/peningka

tan akuntansi pemerintah

dan kekayaan milik negara

843,000,000 475,931,051 56.46%

0107 Pengadaan buku-buku dan

bahan cetakan

75,000,000 47,342,339 63.12%

Jumlah 53,205,408,000 26,669,254,521 50.13%

Realisasi anggaran PPATK hingga tanggal 31 Desember 2010 mencapai

56,33% dari total pagu. Rendahnya tingkat realisasi anggaran PPATK tahun

2010 disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Selama ini anggaran PPATK selalu diupayakan untuk dapat dilaksanakan

sesuai ketentuan yang berlaku, dan selalu memperhatikan prinsip-prinsip

dalam pelaksanaan anggaran, antara lain hemat, tidak mewah, efisien,

efektif, dan terkendali sesuai dengan rencana program/kegiatan, serta tugas

pokok dan fungsi PPATK . Sehubungan dengan upaya tersebut, maka

terjadi beberapa penghematan dalam pelaksanaan anggaran tahun 2010,

terutama dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa, serta kegiatan yang

memerlukan perjalanan dinas.

b. Beberapa rencana kegiatan tahun 2010 belum dapat dilaksanakan,

terutama kegiatan-kegiatan yang terkait dengan UU Nomor 8 tahun 2010

tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

(PP TPPU). UU Nomor 8 tahun 2010 baru diundangkan pada tanggal 22

Oktober 2010. Saat ini PPATK masih dalam tahap penyusunan perangkat

hukum sebagai tindak lanjut atas pelaksanaan UU tersebut. Oleh karena

itu, pada tahun 2010 belum seluruh rencana kegiatan yang didasarkan atas

UU tersebut dapat direalisasikan, antara lain kegiatan Pemeriksaan terkait

TPPU (sebelumnya diusulkan kegiatan Penyelidikan TPPU), penyusunan

Page 67: Outline LAKIP PPATK 2010

58

peraturan-peraturan pelaksanaan, serta sosialisasi dan kegiatan-kegiatan

lain yang terkait dengan UU PP TPPU.

c. Hingga akhir tahun 2010, PPATK belum memiliki Pegawai Tetap.

Pengalihan status Pegawai Dipekerjakan dari beberapa instansi lain

menjadi Pegawai Tetap PPATK hingga saat ini masih dalam proses,

sehingga selama tahun 2010 PPATK tidak melaksanakan pembayaran gaji

Pegawai Tetap. Hal ini berakibat masih rendahnya realisasi Belanja

Pegawai Tahun 2010.

d. Sebagian besar aset PPATK merupakan aset baru yang masih dapat

berfungsi secara optimal, sehingga belum memerlukan pemeliharaan yang

sifatnya berkala. Pemeliharaan rutin dilakukan untuk aset PPATK yang

memiliki frekuensi tingkat pemakaian tinggi seperti pemeliharaan

kendaraan operasional, server, dan gedung. Hal ini berdampak pada

penghematan anggaran Belanja Pemeliharaan, karena anggaran yang

dialokasikan berdasarkan Standar Biaya Umum tidak semuanya terealisasi.

Page 68: Outline LAKIP PPATK 2010

59

BAB IV

PENUTUP

PPATK sebagai lembaga independen dan focal point dalam pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana pencucian uang mempunyai tugas, fungsi dan

wewenang untuk menjalankan kebijakan pemerintah dalam pencegahan dan

pemberantasan tindak pidana pencucian uang (TPPU) di Indonesia. Upaya

pencegahan dan pemberantasan TPPU tersebut bertujuan untuk mendukung

upaya-upaya menjaga stabilitas sistem keuangan dan menurunkan tingkat

kejahatan, khususnya TPPU..

Secara umum kinerja PPATK pada tahun 2010 dapat dinyatakan berhasil, hal

ini tercermin dari pencapaian kinerja berkaitan dengan sasaran-sasaran yang

ditetapkan. Beberapa kegiatan pokok yang memberikan kontribusi cukup besar

dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU antara lain kegiatan analisis Laporan

Transaksi Keuangan Mencurigakan terhadap laporan transaksi keuangan

mencurigakan yang berprioritas tinggi dan menghasilkan 767 hasil analisis,

kegiatan audit kepatuhan kepada 74 Penyedia Jasa Keuangan, penandatangan

MoU dengan 11 instansi yang terdiri dari 7 Instansi dalam negeri dan 4 dengan

FIU negara lain, asistensi hukum di bidang TPPU terhadap Aparat Penegak

Hukum, Regulator, Penyedia Jasa Keuangan, Profesi, masyarakat dan Pemberian

keterangan ahli di bidang TPPU serta sosialisasi rezim anti pencucian uang di

Indonesia kepada aparat penegak hukum, penyedia jasa keuangan, dan new

reporting parties.

Dengan dilaksanakannya kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan bahwa rezim

anti pencucian uang dapat berjalan lebih baik dan efektif serta dapat mendukung

upaya-upaya menjaga stabilitas sistem keuangan dan menurunkan tingkat

kejahatan dibidang pencucian uang di Indonesia.

Page 69: Outline LAKIP PPATK 2010

60

Lampiran I

Pengukuran Kinerja

Pusat Pelaopran Dan Analisis Transaksi Keuangan

Tahun Anggaran 2010

No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target

Tahun 2010

Realisasi

Tahun 2010 %

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. k. Meningkatnya kepatuhan

kewajiban pelaporan

1.1 Persentase terlaksananya kegiatan

verifikasi kelengkapan penerimaan

laporan LTKM, LTKT, dan LPUT

(1). 95 % dari

LTKM diterima

(2). 95 % dari

LTKT diterima

(3). 95 % dari

LPUT diterima

(1). 100% dari

LTKM diterima

(2). 100% dari

LTKT diterima

(3). 100% dari

LPUT diterima

(1). 105

(2). 105

(3). 105

1.2 Tersedianya data LTKM, LTKT dan

LPUT Manual 12 laporan

12 laporan 100

1.3 Terlaksananya jumlah pelaksanaan

audit kepatuhan terhadap pihak

pelapor

75 PJK

74 PJK 98,67

1.4 Terselenggaranya kegiatan

sosialisasi/workshop/diseminasi/

seminar/publiksi tentang kewajiban

pelaporan bagi Penyedia Jasa

Keuangan

15 kegiatan 52 Pelatihan 347

2. l. Meningkatnya efektivitas hasil

analisis

2.1 Tersusunnya tabulasi data LTKM

berdasarkan analisis awal

15.600 LTKM 24.015 LTKM 153

2.2 Tersusunnya hasil analisis 584 Hasil Analisis 767 Hasil

Analisis

131

2.3 Tersusunnya hasil riset tipologi TPPU 5 laporan 6 laporan 120

2.4 Tersusunnya lap statistik LTKM 14 laporan 14 laporan 100

2.5 Tersusunnya hasil riset analisis

strategis.

18 laporan 19 laporan 105

2.6 Penyelidikan dugaan TPPU 100 kasus 0 kasus 0

3. m. Meningkatnya peran dan

fungsi PPATK dalam

mencegah dan memberantas

TPPU

3.1 Tersusunnya laporan hasil evaluasi

perkembangan pelaksanaan Stranas

2009 dan Rencana implementasi

Stranas 2010

1 dokumen

2 dokumen *

200

3.2 Tersusunnya laporan pelaksanaan

Strategi Nasional, implementasi

rekomendasi hasil Mutual Evaluation

Report, dan kebijakan NPO

1 dokumen

4 dokumen *

400

3.3 Terselenggaranya penandatanganan

naskah MoU dengan FIU negara lain

6 dokumen

11 dokumen 183,3

Page 70: Outline LAKIP PPATK 2010

61

No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target

Tahun 2010

Realisasi

Tahun 2010 %

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

maupun lembaga terkait di dalam

negeri

3.4 Terselenggaranya asistensi/koordinasi

penanganan TPPU dengan aparat

penegak hukum.

5 kegiatan 7 kegiatan 140

3.5 Tersampaikannya HA atas inquiry ke

penyidik

200 dokumen 140 dokumen 70

3.6 Terjalinnya kerjasama yang lebih erat

dengan organisasi internasional di

bidang TPPU dan terpenuhinya iuran

keanggotaan APG dan Egmont Group

sebagai bentuk komitmen

PPATK/Indonesia

18 kegiatan 13 kegiatan

72

3.7 Terciptanya kemampuan FIU yang

diberi bantuan serta meningkatnya

kredibilitas PPATK di dunia

internasional

1 kegiatan 1 kegiatan

100

3.8 Penyempurnaan RUU TPPU dan

tersusunnya draft peraturan

pelaksanaan UU TPPU yang

komprehensif

7 naskah 7 naskah 100

3.9 Tersusunnya draft naskah akademis

RUU Perampasan Aset dan draf RUU

Perampasan Aset

2 naskah 2 naskah 100

3.10 Tersusunnya laporan bantuan teknis

hukum kepada apgakum dalam

penyelesaian perkara dan

tersampaikannya BAP ahli

8 dokumen 24 dokumen 300

3.11 Terselenggaranya sosialisasi agar

tercapai persamaan persepsi dalam

membangun rezim anti pencucian

uang

9 kegiatan

12 kegiatan

133

3.12 Penyempurnaan modul sosialisasi

terkait rezim anti pencucian uang,

kelembagaan PPATK, UU TPPU dan

Pendanaan Terorisme

10 dokumen 7 dokumen 70%

4. n. Meningkatnya peranan

teknologi dan informasi dalam

mendukung kinerja PPATK

4.1 Penyempurnaan sistem keamanan TI

PPATK sesuai dengan standar

keamanan TI

5 dokumen 4 dokumen 80

4.2 Tersedianya sistem DRC PPATK dan

pengembangan perangkat lunak

sistem DRC

3 paket 3 paket, aplikasi,

database,

hardware

100

4.3 Pengembangan Aplikasi STR 3 aplikasi 3 aplikasi, STR, 100

Page 71: Outline LAKIP PPATK 2010

62

No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target

Tahun 2010

Realisasi

Tahun 2010 %

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

(suspicious transaction report), CTR

(cash transaction report), dan CBCC

(cross border cash carrying) yang

terintegrasi

CTR dan CBCC

4.4 Terintegrasinya database STR, CTR,

CBCC

1 database 1 database, db

GRIPS

80

5. o. Menyediakan dan

mengembangkan manajemen

internal PPATK

5.1. Terwujudnya pembangunan gedung

DRC:

a. Tanah

b. Bangunan

c. Mesin dan Peralatan

d. Perlengkapan sarana Gedung

e. Meubelair Gedung DRC

f. -

g. 2.200 m2

h. 17 unit

i. 1 paket

j. 74 unit

a. 5.648 m2

b. 2.800 m2

c. 17 unit

d. 1 paket

e. -

a.

b. 91,4%

c. 100%

d. 100%

e. 0 %

6. Memperkuat institusi 6.1 Tersusunnya peraturan tentang sistem

pola karir, pedoman standar

kompetensi pegawai, penilaian kinerja

pegawai, dan peraturan kepegawaian

lainnya

4 peraturan 3 peraturan

75

6.2 Tersusunnya Laporan Keuangan

PPATK tahun 2010 dan Laporan

Evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran

PPATK

2 Dokumen 2 Dokumen 100

6.3 Tersusunnya pedoman Manajemen

Risiko.

1 set pedoman 1 set draft

pedoman

85

6.4 Tersedianya Sistem Pelaporan

Pelanggaran (SPP)/ atau

whistleblowing system (WBS)

100 % pelaporan

pelanggaran

ditindak lanjuti

100 % 100