OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia,...

31
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2016 TENTANG PROSEDUR DAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF DI BIDANG PERASURANSIAN DAN PEMBLOKIRAN KEKAYAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI, DAN PERUSAHAAN REASURANSI SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Draft Penjelasan Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 8 huruf i Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan berwenang untuk menetapkan peraturan mengenai tata cara PENJELASAN ATAS

Transcript of OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia,...

Page 1: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

OTORITAS JASA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

NOMOR /POJK.05/2016

TENTANG

PROSEDUR DAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF DI BIDANG PERASURANSIAN DAN

PEMBLOKIRAN KEKAYAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI, DAN

PERUSAHAAN REASURANSI SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Draft Penjelasan

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 8 huruf i Undang-Undang

Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan berwenang

untuk menetapkan peraturan mengenai tata cara

PENJELASAN

ATAS

Page 2: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 2 -

Draft Penjelasan

pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan di sektor jasa

keuangan;

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

NOMOR /POJK.05/2016

TENTANG

PROSEDUR DAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI

ADMINISTRATIF DI BIDANG PERASURANSIAN DAN

PEMBLOKIRAN KEKAYAAN PERUSAHAAN ASURANSI,

PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN

REASURANSI, DAN PERUSAHAAN REASURANSI SYARIAH

b. bahwa berdasarkan Pasal 71 ayat (4) Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang

Perasuransian, prosedur dan tata cara pengenaan

sanksi administratif serta besaran denda sanksi

administratif diamanatkan untuk diatur dalam

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan;

c. bahwa berdasarkan Pasal 72 ayat (5) Undang-

undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang

Perasuransian, prosedur dan tata cara pemblokiran

dan pencabutan pemblokiran kekayaan perusahaan

asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan

reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah

diamanatkan untuk diatur dalam Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan;

I. UMUM

Lahirnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014

tentang Perasuransian (Undang-Undang

Perasuransian) menjadi salah satu tonggak penting

dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat

di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak

penyempurnaan atas undang-undang sebelumnya.

Salah satu penyempurnaan yang ada dalam Undang-

Undang Perasuransian adalah penyempurnaan

ketentuan mengenai sanksi, termasuk pengaturan

baru terkait pemblokiran kekayaan Perusahaan.

Dalam rangka penguatan industri asuransi,

Undang-Undang Perasuransian mengatur sanksi

administratif yang menjadi konsekuensi atas

pelanggaran terhadap undang-undang tersebut dan

peraturan pelaksanaannya. Ketentuan mengenai

sanksi dalam undang-undang mencakup pihak yang

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu

menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

tentang Prosedur dan Tata Cara Pengenaan Sanksi

Administratif di Bidang Perasuransian dan

Pemblokiran Kekayaan Perusahaan Asuransi,

Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan

Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah.

Page 3: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 3 -

Draft Penjelasan

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 111; Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253);

dapat dikenai sanksi, jenis sanksi, dan pelanggaran

yang dapat berakibat pengenaan sanksi. Ketentuan

lebih lanjut mengenai sanksi administratif, khususnya

mengenai prosedur dan tata cara pengenaan sanksi

administratif serta besaran denda sanksi administratif

di sektor perasuransian diamanatkan untuk diatur

dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

Sejalan dengan tujuan dibentuknya Otoritas Jasa

Keuangan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan

terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan

akuntabel serta mampu melindungi kepentingan

konsumen dan masyarakat, Undang-Undang

Perasuransian mengatur mengenai pemblokiran

kekayaan Perusahaan. Dengan adanya pemblokiran

ini, diharapkan aset Perusahaan yang bermasalah

dapat dilindungi dari tindakan yang dapat

menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban

Perusahaan kepada nasabah/tertanggung/pemegang

polis. Prosedur dan tata cara pemblokiran dan

pencabutan pemblokiran kekayaan Perusahaan

selanjutnya diamanatkan untuk diatur dalam

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka Otoritas Jasa

Keuangan menetapkan Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan ini. Ruang lingkup substansi Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan ini antara lain prosedur dan

tata cara pengenaan sanksi administratif di bidang

perasuransian, besaran sanksi denda, tata cara

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang

Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 337, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 5618);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

: PROSEDUR DAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF DI BIDANG PERASURANSIAN DAN PEMBLOKIRAN KEKAYAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI, DAN PERUSAHAAN REASURANSI SYARIAH

Page 4: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 4 -

Draft Penjelasan

pemblokiran dan pencabutan pemblokiran untuk

kekayaan Perusahaan.

Namun, pengenaan sanksi bagi pelaku industri

perasuransian bukan hanya diatur dalam Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan ini. Peraturan perundang-

undangan lain di bidang perasuransian dapat memuat

ketentuan mengenai pengenaan sanksi administratif.

Oleh sebab itu, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini

perlu dibaca bersama dengan ketentuan terkait

lainnya agar diperoleh gambaran yang lengkap

mengenai sanksi bagi pelaku industri perasuransian.

BAB I

KETENTUAN UMUM II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang

dimaksud dengan:

1. Perusahaan Perasuransian adalah perusahaan

asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan

reasuransi, perusahaan reasuransi syariah,

perusahaan pialang asuransi, perusahaan pialang

reasuransi, dan perusahaan penilai kerugian

asuransi.

Cukup jelas.

2. Perusahaan adalah perusahaan asuransi umum, Cukup jelas.

Page 5: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 5 -

Draft Penjelasan

perusahaan asuransi jiwa, perusahaan reasuransi,

perusahaan asuransi umum syariah, perusahaan

asuransi jiwa syariah, dan perusahaan reasuransi

syariah.

3. Kekayaan adalah aset keuangan, properti, dan

logam mulia.

Cukup jelas.

4. Pemblokiran adalah tindakan penghentian aktivitas

apapun yang antara lain berupa pengurangan nilai,

pengalihan, penukaran, penempatan, pembagian,

pencairan atas sebagian atau seluruh kekayaan

Perusahaan dalam jangka waktu tertentu.

Cukup jelas.

BAB II

JENIS SANKSI ADMINISTRATIF DI BIDANG

PERASURANSIAN

Pasal 2

(1) Sanksi administratif yang dikenakan di bidang perasuransian berupa:

a. peringatan tertulis; Cukup jelas.

b. pembatasan kegiatan usaha, untuk sebagian atau seluruh kegiatan usaha;

Cukup jelas.

c. larangan untuk memasarkan produk asuransi atau produk asuransi syariah untuk lini usaha tertentu;

Cukup jelas.

Page 6: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 6 -

Draft Penjelasan

d. pencabutan izin usaha; Pencabutan izin usaha termasuk pencabutan izin/kegiatan

unit usaha syariah.

e. pembatalan pernyataan pendaftaran bagi pialang asuransi, pialang reasuransi, dan agen asuransi;

Cukup jelas.

f. pembatalan pernyataan pendaftaran bagi konsultan aktuaria, akuntan publik, penilai, atau pihak lain yang memberikan jasa bagi Perusahaan Perasuransian;

Cukup jelas.

g. pembatalan persetujuan bagi lembaga mediasi atau asosiasi;

Cukup jelas.

h. denda administratif; dan/atau Cukup jelas.

i. larangan menjadi pemegang saham, pengendali, direksi, dewan komisaris, atau yang setara dengan pemegang saham, pengendali, direksi, dan dewan komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, dewan pengawas syariah, atau menduduki jabatan eksekutif di bawah direksi, atau yang setara dengan jabatan eksekutif di bawah direksi pada badan hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)

huruf c Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, pada Perusahaan Perasuransian.

Cukup jelas.

(2) Dalam hal Otoritas Jasa Keuangan menilai kondisi Perusahaan Perasuransian membahayakan

Cukup jelas.

Page 7: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 7 -

Draft Penjelasan

kepentingan pemegang polis, tertanggung, atau peserta, Otoritas Jasa Keuangan dapat mengenakan sanksi pencabutan izin usaha tanpa didahului pengenaan sanksi administratif yang lain.

BAB III

PROSEDUR DAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI

ADMINISTRATIF

Bagian Kesatu

Prosedur dan Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif bagi Perusahaan Perasuransian

Pasal 3

(1) Perusahaan Perasuransian yang melanggar Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dan peraturan pelaksanaannya dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis.

Cukup jelas.

(2) Sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak dikenakan sebanyak tiga kali berturut-turut atas setiap pelanggarannya yaitu sanksi peringatan tertulis pertama, sanksi peringatan tertulis kedua, dan sanksi peringatan tertulis ketiga.

Cukup jelas.

(3) Sanksi administratif berupa sanksi peringatan tertulis pertama atau sanksi peringatan tertulis

kedua dapat dikenakan sebagai sanksi peringatan tertulis terakhir.

Sanksi peringatan tertulis pertama atau sanksi peringatan

tertulis kedua yang merupakan sanksi peringatan tertulis

terakhir dikenakan dengan disertai penegasan bahwa tidak

ada sanksi peringatan tertulis berikutnya.

(4) Sanksi administratif berupa sanksi peringatan tertulis pertama atau sanksi peringatan tertulis

Cukup jelas.

Page 8: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 8 -

Draft Penjelasan

kedua dapat merupakan sanksi peringatan tertulis terakhir apabila Perusahaan Perasuransian: a. pernah melakukan pelanggaran yang sama dalam

1 (satu) tahun terakhir; dan/atau b. sedang dikenai sanksi administratif berupa

sanksi pembatasan kegiatan usaha karena pelanggaran yang lain.

(5) Batas waktu pemberlakuan sanksi administratif berupa peringatan tertulis bagi Perusahaan Perasuransian adalah 30 (tiga puluh) hari kalender sejak ditetapkannya sanksi administratif berupa peringatan tertulis.

Cukup jelas.

(6) Otoritas Jasa Keuangan dapat menetapkan berlakunya jangka waktu pengenaan sanksi paling lama 4 (empat) bulan sejak ditetapkannya sanksi administratif berupa peringatan tertulis dalam hal sanksi administratif berupa peringatan tertulis diterbitkan: a. bagi Perusahaan karena tidak terpenuhinya

ketentuan minimum tingkat solvabilitas; atau b. bagi perusahaan pialang asuransi, perusahaan

pialang reasuransi, atau perusahaan penilai kerugian asuransi karena tidak terpenuhinya ekuitas minimum.

Jangka waktu pengenaan sanksi paling lama 4 (empat)

bulan adalah untuk setiap pengenaan sanksi peringatan

tertulis.

Pasal 4

(1) Perusahaan Perasuransian dikenai sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha apabila Perusahaan Perasuransian tidak dapat mengatasi pelanggaran yang merupakan penyebab terbitnya sanksi peringatan tertulis terakhir sampai

Cukup jelas.

Page 9: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 9 -

Draft Penjelasan

dengan batas waktu yang ditentukan.

(2) Sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan untuk sebagian atau seluruh kegiatan usaha.

Cukup jelas.

(3) Perusahaan Perasuransian yang sedang dikenai

sanksi adminsitratif berupa pembatasan kegiatan usaha untuk sebagian atau seluruh kegiatan usaha tetap dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis apabila melakukan pelanggaran baru selain yang telah menjadi dasar pengenaan sanksi pembatasan kegiatan usaha untuk sebagian atau seluruh kegiatan usaha.

Cukup jelas.

(4) Batas waktu pemberlakuan sanksi pembatasan kegiatan usaha bagi Perusahaan Perasuransian adalah paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkannya sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha.

Cukup jelas.

Pasal 5

(1) Perusahaan Perasuransian hanya dapat dikenai sanksi administratif berupa pembatasan sebagian kegiatan usaha paling banyak 2 (dua) kali dalam waktu yang sama.

Cukup jelas.

(2) Perusahaan Perasuransian dikenai sanksi pembatasan kegiatan usaha atas seluruh kegiatan usaha apabila Perusahaan Perasuransian tidak dapat mengatasi pelanggaran dalam sanksi pembatasan sebagian kegiatan usaha sampai dengan batas waktu yang ditentukan.

Cukup jelas.

Page 10: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 10 -

Draft Penjelasan

(3) Dalam hal Perusahaan Perasuransian yang sedang dikenai sanksi pembatasan kegiatan usaha atas seluruh kegiatan usaha dikenai sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha baru karena pelanggaran baru, maka: a. pelanggaran baru tersebut menjadi dasar

tambahan atas pengenaan sanksi pembatasan kegiatan usaha atas seluruh kegiatan usaha; dan

b. batas waktu pemberlakuan sanksi pembatasan kegiatan usaha mengikuti batas waktu pemberlakuan sanksi pembatasan kegiatan usaha atas seluruh kegiatan usaha yang telah dikenakan kepada Perusahaan Perasuransian sebelumnya.

Cukup jelas.

(4) Otoritas Jasa Keuangan menginformasikan kepada masyarakat mengenai sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha antara lain melalui website resmi Otoritas Jasa Keuangan dan/atau media cetak berskala nasional.

Cukup jelas.

Pasal 6

(1) Perusahaan Perasuransian dikenai sanksi pencabutan izin usaha apabila Perusahaan Perasuransian tidak dapat mengatasi pelanggaran dalam sanksi pembatasan kegiatan usaha untuk seluruh kegiatan usaha sampai dengan batas waktu yang ditentukan.

Cukup jelas.

(2) Otoritas Jasa Keuangan menginformasikan kepada masyarakat mengenai pengenaan sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha melalui

Cukup jelas.

Page 11: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 11 -

Draft Penjelasan

website resmi Otoritas Jasa Keuangan dan/atau media cetak berskala nasional.

Pasal 7

(1) Perusahaan dapat dikenai sanksi larangan untuk memasarkan produk asuransi atau produk asuransi syariah untuk lini usaha tertentu di luar sanksi

peringatan tertulis.

Cukup jelas.

(2) Sanksi larangan untuk memasarkan produk asuransi atau produk asuransi syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan sanksi tambahan.

Cukup jelas.

(3) Batas waktu pemberlakuan sanksi larangan untuk memasarkan produk asurasi atau produk asuransi syariah bagi perusahaan asuransi atau perusahaan asuransi syariah adalah paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkannya sanksi administratif berupa larangan memasarkan produk asuransi atau produk asuransi syariah.

Cukup jelas.

Bagian Kedua

Prosedur dan Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Bagi Pialang Asuransi, Pialang

Reasuransi, Agen Asuransi, atau Pihak Lain Yang Memberikan Jasa Bagi Perusahaan Perasuransian

Pasal 8

(1) Pialang asuransi, pialang reasuransi, agen asuransi, atau pihak lain yang memberikan jasa bagi Perusahaan Perasuransian yang melanggar Undang-

Pihak lain yang memberikan jasa bagi perusahaan

perasuransian adalah pihak-pihak yang diwajibkan

Page 12: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 12 -

Draft Penjelasan

Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dan peraturan pelaksanaannya dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis.

terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka

memberikan jasa kepada Perusahaan Perasuransian.

(2) Sanksi peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sebanyak 1 (satu) kali atas setiap pelanggaran dengan batas waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak ditetapkannya sanksi administratif berupa peringatan tertulis.

Cukup jelas.

Pasal 9

(1) Pialang asuransi, pialang reasuransi, agen asuransi, atau pihak lain yang memberikan jasa bagi Perusahaan Perasuransian dikenai sanksi pembatalan pernyataan pendaftaran apabila yang bersangkutan tidak dapat mengatasi pelanggaran yang merupakan penyebab terbitnya sanksi peringatan tertulis sampai dengan batas waktu yang ditentukan.

Cukup jelas.

(2) Otoritas Jasa Keuangan menginformasikan kepada masyarakat mengenai pengenaan sanksi administratif berupa pembatalan pernyataan pendaftaran pialang asuransi, pialang reasuransi, agen asuransi, atau pihak lain yang memberikan jasa bagi Perusahaan Perasuransian melalui website resmi Otoritas Jasa Keuangan dan/atau media cetak

berskala nasional.

Cukup jelas.

Bagian Ketiga

Prosedur dan Tata Cara Pengenaan Sanksi

Page 13: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 13 -

Draft Penjelasan

Administratif Bagi Konsultan Aktuaria, Akuntan Publik, atau Penilai

Pasal 10

(1) Konsultan aktuaria, akuntan publik, atau penilai yang memberikan jasa bagi Perusahaan Perasuransian melanggar Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2014 tentang Perasuransian dan peraturan pelaksanaannya dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis.

Konsultan aktuaria, akuntan publik, atau penilai yang

memberikan jasa bagi perusahaan perasuransian adalah

konsultan aktuaria, akuntan publik, atau penilai yang

diwajibkan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan dalam

rangka memberikan jasa kepada Perusahaan

Perasuransian.

(2) Sanksi peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak dikenakan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut atas setiap pelanggarannya yaitu sanksi peringatan tertulis pertama, sanksi peringatan tertulis kedua, dan sanksi peringatan tertulis ketiga.

Cukup jelas.

(3) Sanksi peringatan tertulis pertama atau sanksi peringatan tertulis kedua dapat dikenakan sebagai sanksi peringatan tertulis terakhir.

Cukup jelas.

(4) Batas waktu pemberlakuan sanksi administratif berupa peringatan tertulis bagi pialang asuransi, pialang reasuransi, agen asuransi, konsultan aktuaria, akuntan publik, penilai, atau pihak lain yang memberikan jasa bagi Perusahaan Perasuransian adalah paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak ditetapkannya sanksi administratif berupa peringatan tertulis.

Cukup jelas.

Pasal 11

Page 14: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 14 -

Draft Penjelasan

(1) Konsultan aktuaria, akuntan publik, atau penilai dikenai sanksi pembatasan kegiatan usaha apabila yang bersangkutan tidak dapat mengatasi pelanggaran yang merupakan penyebab terbitnya sanksi peringatan tertulis terakhir sampai dengan batas waktu yang ditentukan.

Cukup jelas.

(2) Batas waktu pemberlakuan sanksi pembatasan kegiatan usaha bagi konsultan aktuaria, akuntan publik, atau penilai adalah paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkan sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha.

Cukup jelas.

(3) Otoritas Jasa Keuangan menginformasikan kepada masyarakat pengenaan sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha konsultan aktuaria, akuntan publik, atau penilai melalui website resmi Otoritas Jasa Keuangan dan/atau media cetak berskala nasional.

Cukup jelas.

Pasal 14

(1) Konsultan aktuaria, akuntan publik, atau penilai dikenai sanksi administratif berupa pembatalan pernyataan pendaftaran apabila yang bersangkutan tidak dapat mengatasi pelanggaran yang merupakan penyebab terbitnya sanksi pembatasan kegiatan usaha sampai dengan batas waktu yang ditentukan.

Cukup jelas.

(2) Batas waktu pemberlakuan sanksi pembatasan

kegiatan usaha bagi konsultan aktuaria, akuntan publik, atau penilai adalah paling lama 1 (satu) tahun sejak ditetapkan sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha.

Cukup jelas.

Page 15: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 15 -

Draft Penjelasan

(3) Otoritas Jasa Keuangan menginformasikan kepada masyarakat mengenai pengenaan sanksi administratif berupa pembatalan pernyataan pendaftaran konsultan aktuaria, akuntan publik, atau penilai melalui website resmi Otoritas Jasa Keuangan dan/atau media cetak berskala nasional.

Cukup jelas.

Bagian Keempat

Prosedur dan Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif bagi Pemegang Saham, Pengendali, Direksi, Dewan Komisaris, atau Dewan Pengawas

Syariah

Pasal 15

(1) Pemegang saham, pengendali, direksi, dewan komisaris, atau dewan pengawas syariah dari Perusahaan Perasuransian yang melanggar Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dan peraturan pelaksanaannya dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis.

Pemegang saham, pengendali, direksi, dan dewan

komisaris adalah pemegang saham, pengendali, direksi,

dewan komisaris pada Perusahaan Perasuransian yang

berbentuk perseroan terbatas atau pihak-pihak yang

setara dengan itu pada Perusahaan Perasuransian yang

berbentuk koperasi atau usaha bersama.

(2) Sanksi peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak dikenakan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut atas setiap pelanggarannya

yaitu sanksi peringatan tertulis pertama, sanksi peringatan tertulis kedua, dan sanksi peringatan tertulis ketiga.

Cukup jelas.

(3) Sanksi peringatan tertulis pertama dan sanksi peringatan tertulis kedua dapat dikenakan sebagai

Cukup jelas.

Page 16: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 16 -

Draft Penjelasan

sanksi peringatan tertulis terakhir.

(4) Sanksi administratif berupa sanksi peringatan tertulis pertama atau sanksi peringatan tertulis kedua dapat merupakan sanksi peringatan tertulis terakhir apabila pemegang saham, pengendali, direksi, dewan komisaris, atau dewan pengawas syariah pernah melakukan pelanggaran yagn sama dalam 1 (satu) tahun terakhir.

(5) Batas waktu pemberlakuan sanksi administratif berupa peringatan tertulis bagi pemegang saham, pengendali, direksi, dewan komisaris, dan dewan pengawas syariah adalah 30 (tiga puluh) hari kalender sejak ditetapkannya sanksi administratif berupa peringatan tertulis.

Cukup jelas.

Pasal 16

(1) Pemegang saham, pengendali, direksi, dewan komisaris, atau dewan pengawas syariah dikenai sanksi larangan menjadi pemegang saham, pengendali, direksi, dewan komisaris, atau dewan pengawas syariah apabila yang bersangkutan tidak dapat mengatasi pelanggaran dalam sanksi peringatan tertulis terakhir.

Cukup jelas.

(2) Sanksi larangan menjadi pemegang saham, pengendali, direksi, dewan komisaris, atau dewan pengawas syariah dapat dikenakan untuk jangka

waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun.

Cukup jelas

Pasal 17

(1) Sanksi larangan menjadi pemegang saham atau Cukup jelas.

Page 17: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 17 -

Draft Penjelasan

pengendali sebagaimana dimaksud dimaksud dalam Pasal 16 dikenakan paling lama 6 (enam) bulan setelah batas waktu pemberlakuan sanksi peringatan tertulis terakhir berakhir.

(2) Sanksi larangan menjadi direksi, dewan komisaris, atau dewan pengawas syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dikenakan setelah batas waktu pemberlakuan sanksi peringatan tertulis terakhir berakhir.

Cukup jelas.

(3) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan kepada pihak yang dikenai sanksi dan Perusahaan Perasuransian yang terkait.

Perusahaan Perasuransian yang terkait adalah Perusahaan

Perasuransian dimana pihak yang dikenai sanksi memiliki

hubungan hukum dan relevan dengan pengenaan sanksi

administratif tersebut.

BAB IV

PROSEDUR DAN TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF BERUPA PENCABUTAN IZIN USAHA

TANPA DIDAHULUI PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF YANG LAIN

Pasal 18

Otoritas Jasa Keuangan dapat mengenakan sanksi pencabutan izin usaha kepada Perusahaan Perasuransian tanpa didahului pengenaan sanksi administratif yang lain sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (2) dalam hal:

Cukup jelas.

a. kondisi keuangan Perusahaan Perasuransian memburuk secara drastis;

b. pemegang saham Perusahaan Perasuransian tidak kooperatif;

Huruf a

Kondisi tersebut dapat dilihat antara lain melalui tingkat solvabillitas Perusahaan Perasuransian yang menurun

Page 18: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 18 -

Draft Penjelasan

c. direksi atau komisaris pada Perusahaan Perasuransian yang berbentuk perseroan terbatas atau yang setara dengan itu pada badan hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama tidak memiliki jalan keluar untuk mengatasi permasalahan yang membahayakan kepentingan pemegang polis, tertanggung, atau peserta; dan/atau

d. diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang perasuransian.

secara drastis dalam waktu 1 (satu) tahun atau kurang hingga mencapai tingkat di bawah batas minimum berdasarkan ketentuan mengenai kesehatan keuangan Perusahaan Perasuransian.

Huruf b

Pemegang saham dinilai tidak kooperatif apabila tidak melaksanakan perintah atau rekomendasi dari Otoritas Jasa Keuangan.

Huruf c

Contoh permasalahan yang membahayakan kepentingan pemegang polis, tertanggung, atau peserta misalnya perusahaan mengalami kesulitan likuiditas sehingga tidak dapat membayar klaim.

Huruf d

Peraturan perundang-undangan di bidang perasuransian dapat mengatur kriteria selain huruf a, huruf b, dan huruf c sebagai dasar bagi Otoritas Jasa Keuangan untuk mengenakan sanksi pencabutan izin usaha kepada Perusahaan Perasuransian tanpa didahului pengenaan sanksi administratif yang lain.

Pasal 19

(1) Otoritas Jasa Keuangan menginformasikan kepada direksi, dewan komisaris, dan pemegang saham

Cukup jelas.

Page 19: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 19 -

Draft Penjelasan

Perusahaan Perasuransian sebelum mengenakan sanksi pencabutan izin usaha tanpa didahului pengenaan sanksi administratif yang lain.

(2) Batas waktu penyampaian informasi kepada direksi, dewan komisaris, dan pemegang saham Perusahaan Perasuransian paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha berlaku.

Cukup jelas.

(3) Otoritas Jasa Keuangan menginformasikan kepada masyarakat mengenai pengenaan sanksi pencabutan izin usaha tanpa didahului pengenaan sanksi administratif yang lain, melalui website resmi Otoritas Jasa Keuangan dan/atau media cetak berskala nasional.

Cukup jelas.

BAB V

SANKSI ADMINISTRATIF BERUPA DENDA ADMINISTRATIF

Pasal 20

(1) Perusahaan Perasuransian dapat dikenai sanksi administratif berupa denda administratif di luar sanksi peringatan tertulis dan/atau pembatasan kegiatan usaha.

Cukup jelas.

(2) Sanksi denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan sanksi tambahan.

Cukup jelas.

(3) Pengenaan sanksi denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada perundang-undangan di bidang perasuransian.

Cukup jelas.

Page 20: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 20 -

Draft Penjelasan

(4) Tata cara pembayaran sanksi denda administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai tata cara penagihan sanksi administratif berupa denda di sektor jasa keuangan.

Cukup jelas.

BAB VI

PROSEDUR DAN TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN ATAS SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 21

(1) Setiap orang yang dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dapat mengajukan keberatan kepada Otoritas Jasa Keuangan atas sanksi administratif yang dikenakan.

Yang dimaksud dengan setiap orang adalah orang

perseorangan atau badan usaha.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan menyampaikan alasan yang kuat mengenai keberatan atas sanksi yang dikenakan dan disertai dengan bukti-bukti yang mendukung.

Cukup jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal surat ketetapan sanksi.

Cukup jelas.

(4) Otoritas Jasa Keuangan mengabulkan atau menolak keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya keberatan atas sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Cukup jelas.

(5) Permohonan keberatan atas sanksi denda administratif mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai tata cara penagihan sanksi

Cukup jelas.

Page 21: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 21 -

Draft Penjelasan

administratif berupa denda di sektor jasa keuangan.

(6) Dalam hal keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikabulkan, Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan surat pembatalan pengenaan sanksi administratif.

Dalam hal keberatan diajukan atas satu atau beberapa sanksi administratif yang diterbitkan bersamaan dengan sanksi administratif lainnya, surat pembatalan pengenaan sanksi administratif hanya berlaku untuk sanksi administratif yang keberatannya dikabulkan. Contoh: Perusahaan mengajukan keberatan atas sanksi peringatan tertulis pertama A, sanksi peringatan tertulis pertama B, dan sanksi larangan memasarkan produk asuransi C dalam waktu yang bersamaan. Setelah proses evaluasi, Otoritas Jasa Keuangan mengabulkan keberatan atas sanksi larangan memasarkan produk asuransi C. Dengan demikian, sanksi peringatan tertulis pertama A dan sanksi peringatan tertulis pertama B tetap berlaku; sedangkan sanksi larangan memasarkan produk asuransi C tidak berlaku lagi.

(7) Dalam hal keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak, Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan surat penolakan atas keberatan yang diajukan yang disertai dengan alasan penolakan dan penegasan bahwa sanksi administratif tetap berlaku.

Yang dimaksud dengan tetap berlaku adalah tidak dilakukannya pembatalan sanksi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Dalam hal sanksi yang dimintakan keberatan telah habis batas waktunya dan terdapat sanksi berikutnya, keseluruhan sanksi yang telah diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan tetap berlaku.

BAB VII

PROSEDUR DAN TATA CARA PENGAKHIRAN DAN PENCABUTAN SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 22

Page 22: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 22 -

Draft Penjelasan

(1) Sanksi administratif berakhir apabila setiap orang yang dikenai sanksi administratif menyampaikan laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan bahwa orang tersebut telah mengatasi pelanggaran dalam jangka waktu yang diberikan untuk mengatasi pelanggaran dan Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa orang tersebut telah mengatasi pelanggaran dimaksud.

Yang dimaksud dengan setiap orang adalah orang

perseorangan atau badan usaha.

(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak perlu dilakukan apabila pada saat sanksi administratif diterbitkan, orang yang dikenai sanksi administratif telah mengatasi pelanggaran yang merupakan penyebab terbitnya sanksi administratif dimaksud.

Hal ini dimungkinkan terjadi antara lain dalam kasus

penerbitkan sanksi administratif sebagai tindak lanjut

hasil pemeriksaan langsung, sedangkan pada saat sanksi

tersebut terbit, pihak yang dikenai sanksi telah melakukan

penyesuaian.

Pasal 23

(3) Pengakhiran sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dilakukan Otoritas Jasa Keuangan dengan menerbitkan surat pencabutan sanksi dalam hal sanksi administratif yang dikenakan berupa:

Cukup jelas.

a. peringatan tertulis, dengan ketentuan:

1. sanksi administratif berupa peringatan tertulis diterbitkan karena pelanggaran ketentuan tingkat solvabilitas;

2. sanksi administratif berupa peringatan

tertulis diterbitkan karena perusahaan asuransi tidak memiliki program reasuransi otomatis (treaty) untuk semua produk pada setiap lini bisnis yang dipasarkan; atau

Page 23: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 23 -

Draft Penjelasan

3. Perusahaan Perasuransian sedang dikenai sanksi pembatasan kegiatan usaha untuk pelanggaran yang lain.

b. sanksi administratif selain peringatan tertulis.

(4) Ketentuan mengenai prosedur dan tata cara pencabutan sanksi administratif diatur lebih lanjut

dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

BAB VIII

PROSEDUR DAN TATA CARA PEMBLOKIRAN

KEKAYAAN PERUSAHAAN

Bagian Kesatu

Prosedur dan Tata Cara Pemblokiran

Pasal 24

(1) Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta instansi yang berwenang untuk memblokir sebagian atau seluruh kekayaan Perusahaan yang sedang dikenai sanksi pembatasan kegiatan usaha karena tidak memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas atau dicabut izin usahanya.

Cukup jelas.

(2) Untuk melaksanakan pemblokiran sebagian atau seluruh harta kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan mengajukan permintaan pemblokiran kepada:

Cukup jelas.

Page 24: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 24 -

Draft Penjelasan

a. bank, atas kekayaan berupa deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan giro pada bank;

Deposito termasuk deposito berjangka dan deposito on call.

b. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, atas kekayaan berupa: 1. saham yang diperdagangkan di bursa efek; 2. surat utang korporasi;

3. sukuk koperasi surat berharga yang diterbitkan oleh Negara Republik Indonesia;

4. surat berharga yang diterbitkan oleh negara selain Negara Republik Indonesia;

5. surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia;

6. surat berharga yang diterbitkan oleh lembaga multinasional yang Negara Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau pemegang sahamnya;

7. reksa dana; 8. efek beragun aset yang diterbitkan

berdasarkan kontrak investasi kolektif efek beragun aset;

9. dana investasi real estat; dan/atau

10. penyertaan langsung saham yang tidak tercatat di bursa efek;

Yang dimaksud dengan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

c. juru sita, atas kekayaan berupa :

1. bangunan dengan hak strata (strata title);

2. tanah dengan bangunan; dan/atau

3. tanah;

Cukup jelas.

Page 25: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 25 -

Draft Penjelasan

untuk investasi dan/atau untuk dipakai sendiri.

d. Lembaga Kliring Berjangka, atas kekayaan berupa

emas murni.

Yang dimaksud dengan Lembaga Kliring Berjangka adalah

lembaga kliring berjangka yang mendapat izin operasional

dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi.

Pasal 25

(1) Penyampaian permintaan pemblokiran sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dilakukan oleh

Deputi Komisioner Pengawas IKNB II, Otoritas Jasa

Keuangan.

Cukup jelas.

(2) Permintaan pemblokiran sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) disampaikan secara tertulis oleh

Otoritas Jasa Keuangan yang paling sedikit memuat

informasi mengenai:

Cukup jelas.

a. dasar hukum kewenangan Otoritas Jasa

Keuangan untuk meminta pemblokiran

kekayaan;

Cukup jelas.

b. identitas pihak yang akan diblokir kekayaannya; Identitas paling sedikit memuat nama, Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP), dan alamat Perusahaan yang diblokir

kekayaannya.

c. daftar kekayaan yang akan diblokir; dan Cukup jelas.

Page 26: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 26 -

Draft Penjelasan

d. periode pemblokiran. Cukup jelas.

Pasal 26

(1) Atas pelaksanaan pemblokiran sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 22, instansi yang berwenang

wajib membuat berita acara pemblokiran yang

sekurang-kurangnya memuat:

Cukup jelas.

a. nomor dan tanggal surat permintaan

pemblokiran;

b. hari dan tanggal diterimanya surat permintaan

pemblokiran;

c. hari dan tanggal dilakukannya pemblokiran oleh

instansi berwenang; dan

d. identitas pihak yang akan diblokir kekayaannya

(2) Berita acara pemblokiran sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) disampaikan kepada Otoritas Jasa

Keuangan dan Perusahaan yang diblokir

kekayaannya paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak

dilakukan pemblokiran.

Cukup jelas.

Bagian Kedua

Keberatan Atas Pemblokiran

Page 27: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 27 -

Draft Penjelasan

Pasal 27

(1) Perusahaan dapat mengajukan surat keberatan atas

pemblokiran kepada Kepala Eksekutif Pengawas

Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,

dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya, Otoritas Jasa

Keuangan.

Cukup jelas.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa

Indonesia dengan menyampaikan alasan yang kuat

mengenai keberatan atas pemblokiran dan disertai

dengan bukti-bukti yang mendukung.

Cukup jelas.

(3) Otoritas Jasa Keuangan mengevaluasi dan memberi

jawaban dan/atau melakukan pencabutan

pemblokiran dalam jangka waktu 1 (satu) bulan

sejak diterimanya surat keberatan atas pemblokiran

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Cukup jelas.

(4) Dalam hal keberatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dikabulkan, Otoritas Jasa Keuangan

menerbitkan surat pencabutan pemblokiran.

Cukup jelas.

(5) Dalam hal keberatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditolak, Otoritas Jasa Keuangan

menerbitkan surat penolakan atas keberatan yang

diajukan yang disertai dengan alasan penolakan dan

penegasan bahwa pemblokiran tetap berlaku.

Cukup jelas.

Page 28: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 28 -

Draft Penjelasan

Bagian Ketiga

Pencabutan Pemblokiran

Pasal 28

(1) Otoritas Jasa Keuangan melakukan pencabutan

pemblokiran terhadap sebagian atau seluruh

kekayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

apabila :

a. kondisi yang menyebabkan pemblokiran

kekayaan tidak terpenuhi lagi;

Cukup jelas.

b. Perusahaan berada dalam proses likuidasi; atau Cukup jelas.

c. Otoritas Jasa Keuangan menilai pemblokiran

tidak diperlukan lagi.

Contoh kondisi yang menyebabkan pemblokiran kekayaan

tidak terpenuhi lagi:

Sanksi pembatasan kegiatan usaha telah dicabut dan

perusahaan telah memenuhi kondisi kesehatan.

(2) Otoritas Jasa Keuangan melakukan pencabutan

pemblokiran pada ayat (1) dengan mengajukan surat

permintaan pencabutan pemblokiran kepada

instansi yang berwenang, yang ditandatangani oleh

Deputi Komisioner Pengawas IKNB II, Otoritas Jasa

Keuangan.

Cukup jelas.

Pasal 29

Page 29: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 29 -

Draft Penjelasan

(1) Permintaan pencabutan pemblokiran sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) ditindaklanjuti

dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya

surat permintaan pencabutan pemblokiran oleh

instansi yang berwenang.

Cukup jelas.

(2) Pencabutan pemblokiran dianggap efektif pada saat

instansi yang berwenang mengeluarkan berita acara

pencabutan pemblokiran.

Cukup jelas.

(3) Berita acara pencabutan pemblokiran sebagaiman

dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada

Otoritas Jasa Keuangan dan Perusahaan paling

lambat 3 (tiga) hari kerja sejak berita acara

pencabutan pemblokiran dikeluarkan.

Cukup jelas.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 30

(1) Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini

berlaku, sanksi administratif yang telah dikenakan

kepada Perusahaan Perasuransian sebelum

berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini

dinyatakan tetap berlaku.

Cukup jelas.

(2) Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini Cukup jelas.

Page 30: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 30 -

Draft Penjelasan

berlaku, prosedur dan tata cara pengenaan sanksi

administratif di bidang perasuransian dan

pemblokiran kekayaan Perusahaan tunduk pada

peraturan ini.

Pasal 31

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku 6 (enam) bulan sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Negara

Republik Indonesia.

Cukup jelas.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal

KETUA DEWAN KOMISIONER

OTORITAS JASA KEUANGAN,

MULIAMAN D. HADAD

Diundangkan di Jakarta

Page 31: OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN OTORITAS JASA … · dalam sejarah perasuransian di Indonesia, mengingat di dalam undang–undang tersebut terdapat banyak penyempurnaan atas undang-undang

- 31 -

pada tanggal

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR