OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali...

37
Bidang Unggulan : Sosial, Ekonomi Dan Bahasa Kode/ Bidang Ilmu : 596 / Ilmu Hukum LAPORAN PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA TIM PENELITI A.A Gede Oka Parwata ,SH MSi (0031125763) Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, SH MH (0010045603) AA Ketut Sukranatha, SH MH (005065707) DIBIAYAI DARI DANA DIPA UNIVERSITAS UDAYANA DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN NOMOR 959A/UN14.1.11/KU/2015, TANGGAL 04 MEI 2015 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2015

Transcript of OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali...

Page 1: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

Bidang Unggulan : Sosial, Ekonomi Dan Bahasa

Kode/ Bidang Ilmu : 596 / Ilmu Hukum

LAPORAN PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH

KELUARNYA UU NO 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

TIM PENELITI

A.A Gede Oka Parwata ,SH MSi (0031125763)

Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, SH MH (0010045603)

AA Ketut Sukranatha, SH MH (005065707)

DIBIAYAI DARI DANA DIPA UNIVERSITAS UDAYANA

DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN NOMOR

959A/UN14.1.11/KU/2015, TANGGAL 04 MEI 2015

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2015

Page 2: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh
Page 3: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

D A F T A R I S I

JUDUL ........................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii

RINGKASAN ................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 3

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN................................ 9

BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................... 10

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 12

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 24

6.1. Kesimpulan ........................................................................... 24

6.2. Saran ..................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana otonomi desa

pakraman di Bali setelah keluarnya UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU

Desa). Berdasar ketentuan Pasal 6 UU Desa disebutkan desa adalah desa dan desa

adat. Ketentuan ini memerlukan telaahan akademis karena dengan ketentuan ini

desa pakraman di Bali yang telah mempunyai otonominya sendiri menjadi

dipertanyakan eksistensinya. Mengingat selama ini kesatuan masyarakat hukum

adat yang di Bali dikenal sebagai desa pakraman telah memiliki otonomi asli,

yaitu kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Lebih lanjut

penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban yang tepat dalam penentuan

desa dan desa adat yang sesuai dengan kondisi di Bali karena tidak boleh

dilupakan secara konstitusi desa pakraman sebagai kesatuan masyarakat hukum

adat dilindungi berdasar Pasal 18 B Ayat 2 UUD NKRI 45. Dengan demikian

diperoleh solusi terhadap permasalahan yang terkait, sehingga tidak ada keraguan

lagi dalam menentukan pilihan atas desa dinas atau desa adat.

Penelitian ini dikualifikasikan sebagai yuridis normatif ( didukung juga

dengan penelitian lapangan sebagai pendukung dalam penelitian normatif ) yaitu

berarti bahwa semua permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, akan selalu

mengacu pada tinjauan hukum, baik secara normatif maupun berdasarkan doktrin

ilmu hukum. Pokok-pokok permasalahan dibahas dengan dua jenis pendekatan

yaitu pendekatan perundang-undangan, dan pendekatan konseptual. Pengumpulan

bahan hukum sendiri dilakukan melalui teknik telaah kepustakaan (study

document) yang dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari serta

memahami isi dari masing-masing informasi yang diperoleh dari bahan hukum

primer, sekunder maupun tersier. Untuk mendukung bahan hukum yang

dianalisis, dilakukan pula wawancara di lapangan dengan stake holder terkait

dengan otonomi desa pakraman. Analisisnya sendiri secara normatif-kualitatif

yaitu containt analisis. Analisa ini adalah dilakukan terhadap pasal-pasal ataupun

ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

Agar kajian dan hasil lebih komprehensif, dilakukan juga Focus Grup

Discussion dengan terfokus menelaah permasalahan dalam penelitian ini. Pihak

yang dilibatkan adalah stake holder terkait, praktisi, akademisi, jajaran pengambil

keputusan strategis dalam menentukan bagaimana otonomi desa pakraman setelah

keluarnya UU Desa tersebut.

Kata Kunci : Otonomi , Desa Pakraman, UU Desa

Page 5: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa,

karena berkat Anugrahnya sehingga pelaksanaan kegiatan penelitian ini dapat

terlaksana dengan lancar dan semestinya sesuai dengan rencana dan jadwal yang

telah ditetapkan.

Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini, dituangkan dalam bentuk

laporan yang berjudul “ Otonomi Desa Pakraman Di Bali Setelah Keluarnya UU

No 6 Tahun 2014 Tentang Desa “

Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dari para pihak

diantaranya :

1. Fakultas Hukum Universitas Udayana yang mendukung sepenuhnya

baik dari pendanaan melalui dana DIPA sehingga dapat mewujudkan

penelitian ini dari awal hingga selesai

2. Rekan-rekan dosen Fakuktas Hukum Universitas Udayana yang

memberi masukan untuk menambah dan menyempurnakan penelitian

ini melalui bahan-bahan hukum yang dimiliki terkait dengan materi

penelitian ini.

3. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu dalam penelitian

ini yang juga tidak kalah penting perannya dalam memberi dukungan

terhadap proses dan hasil penelitian yang kami lakukan.

Kami menyadari bahwa kegiatan dan laporan penelitian yang kami

hasilkan jauh dari sempurna . Semoga hasil kegiatan dan laporan penelitian

tentang Otonomi Desa Pakraman setelah keluarnya UU No 6 Tahun 2014 Tentang

Desa ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Oktober, 2015

Tim Peneliti

iv

Page 6: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

BAB I

PENDAHULUAN

Desa Adat (sekarang Desa Pakraman) di Bali adalah satu masyarakat

hukum yang memiliki otonomi asli, yaitu kewenangan untuk mengatur atau

mengurus rumah tangganya sendiri, kekuasaan mana terlahir dari desa itu sendiri,

tidak dari kekuasaan lain yang lebih tinggi. Kewenangan tersebut dilaksanakan

dalam menetapkan aturan-aturan hukum yang mesti diperhatikan dan ditaati oleh

setiap bagian dari masyarakatnya, menyelenggarakan tata kehidupan masyarakat

dalam rangka mewujudkan kesejahteraan warganya dan ada kekuasaan untuk

menyelesaikan sengketa yang terjadi di kalangan warga . Ketiga wujud kekuasaan

diatas terletak di tangan pemerintahan desa adat bersama-sama dengan warga,

yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kepentingan riil yang ada.

Persoalannya menjadi penting manakala otonomi desa adat tersebut

dikaitkan perkembangan ketatanegaraan yang melalui UU N0 6 Tahun 2014 (UU

Desa) menjadi desa dan desa adat. Hal ini menjadi semakin kompleks jika

dikaitkan dengan keberadaan desa pakraman dalam lingkup kehidupan bernegara,

yang tersusun dalam satu bentuk pemerintahan yang berjenjang sejalan dengan

asas desentralisasi, dalam bentuk Pemerintah (Pusat) dan Pemerintah Daerah

(Provinsi dan Kabupaten/Kota). Pemerintah Daerah memiliki otonomi yang

diberikan oleh negara melalui peraturan perundang-undangannya, sehingga dapat

dikatakan bahwa terjadi “pertemuan” antara otonomi dari desa pakraman dengan

otonomi daerah, khususnya yang dilaksanakan di tingkat desa. Sebagaimana

diketahui bahwa desa yang dibentuk dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah

di Bali dikenal dengan Desa Dinas yang menjalankan fungsi pemerintahan

(administrasi). Di tingkat desa inilah terjadi pertemuan antara otonomi asli dari

desa adat dengan otonomi dari desa dinas yang diberikan oleh undang-undang.

“Pertemuan” seperti ini dapat bersifat positif, dalam arti saling mendukung dalam

pelaksanaannya, namun dapat pula bersifat negatif dalam arti bertentangan satu

dengan yang lainnya.

Pada bagian lain dapat dilihat bahwa kondisi yang menyertai keberadaan

desa adat dan desa dinas di Bali setidak-tidaknya memiliki tiga variasi yaitu :

Page 7: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

a. ada desa dinas yang luas wilayahnya sama dengan desa adat;

b. ada desa dinas yang luas wilayahnya lebih besar dari desa adat;

c. ada desa dinas yangluas wilayahnya lebih kecil dari desa adar.

Keadaan seperti ini tentunya membawa variasi pula dalam pelaksanaan

dari otonomi kedua desa tersebut. Namun kondisi menjadi berubah ketika

ketentuan pasal 6 UU Desa menyebut desa adalah desa dan desa adat. Jelas

kondisi ini kemudian memberi perubahan sangat signifikan terhadap situasi dan

kondisi yang ada di desa pakraman. Selama ini desa pakraman mandiri dengan

payung konstitusi UUD 45 pasal 18 B ayat 2 dan Perda Nomor 3 Tahun 2001

tentang desa pakraman, kehidupan kemasyarakatannya diatur dengan panduan

awig-awignya yang menjadi hukumnya tersendiri dalam mengatur harmonisasi di

desa pakraman, aset-aset desa pakraman dijaga dan dikelola menurut norma

hukum adat Bali, filosofi Tri Hita Karana yang mengatur hubungan atas

palemahan ( wilayah),pawongan (perorangan),parahyangan (ke-Tuhanan melalui

Kayangan Tiga), Selama ini itu dapat berlangsung mandiri walaupun ada desa

dinas yang juga memiliki kewenangannya sendiri yang bersifat administratif,

kedua pelaksanaan otonomi adalah terpisah dan tidak tercampur baur satu dengan

yang lain. Adanya ketentuan UU Desa merubah semua yang telah berlangsung

cukup baik khusus untuk Bali, karenanya agar implementasi kehendak UU Desa

ini atas penyebutan desa sebagai desa dan desa adat tepat dalam mempertahankan

eksistensi desa pakraman, maka kajian terhadap otonomi desa pakraman sangat

penting dilakukan.

Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut di atas beberapa permasalah

yang perlu untuk diteliti adalah:

1. Apakah ketentuan dalam UU Desa telah mencerminkan prinsip-prinsip

otonomi?

2. Bagaimanakah ketentuan pengaturan tentang desa dan desa adat berdasar

ketentuan UU Desa?

3. Bagaimanakah otonomi Desa Pakraman di Bali setelah keluarnya UU

Desa?

Page 8: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Desa Pakraman di Bali (dulu disebut dengan Desa Adat) merupakan

satu masyarakat hukum yang dilandasi oleh aturan-aturan hukum adat yang

dibentuk atau ditetapkan oleh masyarakat hukum itu sendiri. Sebagai satu

masyarakat hukum atau yang sering pula disebut dengan persekutuan hukum,

desa pakraman merupakan satu pergaulan hidup yang bertindak sebagai satu

kesatuan baik kedalam maupun keluar, memiliki tata susunan yang tetap,

memiliki pengurus dan harta kekayaan baik yang bersifat duniawi maupun

gaib, dan tidak ada satu keinginanpun dari warga untuk membubarkan

kelompoknya itu karena dipandangnya sebagai satu hal yang bersifat kodrati1

Desa pakraman di Bali umumnya adalah satu kesatuan yang bersifat

teritorial yang memiliki tiga unsur utama yaitu : wilayah, warga dan

pemerintahan. Dalam penyelenggaraan kehidupan desa pakraman ditemukan

satu landasan filosofis yang bersumber pada ajaran agama Hindu yang dikenal

dengan tri hita karana yang dimanifestasikan dalam keserasian hubungan

antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia dengan

sesamanya. Keharmonisan hubungan ini diatur dalam awig-awig desa, dan di

dalamnya kelihatan perwujudan dari kekuasaan yang dimiliki oleh desa untuk

mengatur segala sesuatu yang dipandang perlu untuk menjaga keharmonisan

tersebut. Apabila dicermati lebih lanjut keharmonisan hubungan manusia

dengan Tuhan yang diwujudkan dalam bentuk pemujaan kehadapan Tuhan

Yang Maha Esa dalam segala manifestasinya, khususnya dalam manifestasinya

sebagai Tri Murti yang dilaksanakan di tiga tempat pemujaan yang dikenal

dengan Tri Kahyangan yaitu : Pura Desa, Pura Puseh , dan Pura Dalem.

Dalam hubungannya dengan mewujudkan keharmonisan tersebut

tampak bahwa desa pakraman mengadakan pengaturan berkenaan dengan

pelaksanaan kegiatan pemujaan berbentuk pembebanan kewajiban dari warga

desa untuk memelihara dan menyelenggarakan upacara-upacara yang

diperlukan di kahyangan desa. Demikian juga halnya dengan hubungan 1 Soepomo, 2007, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm.43

Page 9: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

manusia dengan alam yang diwujudkan dalam aturan tentang kewajiban warga

untuk memelihara lingkungan yang dikenal dengan palemahan desa.

Lebih lanjut mengenai hubungan antara sesama ditemukan aturan

tentang pesuka-dukan yaitu hubungan antara sesama warga dalam keadaan

suka maupun (terutama sekali) dalam keadaan duka. Semua aturan yang ada

biasanya disertai dengan sanksi-sanksi manakala warga tidak mematuhinya.

Semua aturan berkenaan dengan pemeliharaan keharmonisan hubungan

dari ketiga unsur tri hita karana tersebut dituangkan kedalam awig-awig desa

yang dibentuk oleh desa pakraman secara bersama-sama melalui paruman

desa, dan kewenangan untuk menetapkan awig-awig tersebut merupakan salah

satu perwujudan dari otonomi desa adat. Sejalan dengan keberadaan awig-awig

tersebut maka kewenangan desa pakraman untuk menjatuhkan sanksi

merupakan kewenangan yang dimiliki desa sejalan dengan otonominya itu.

Pemerintahan yang mengatur desa di Provinsi Bali dikenal ada dua

bentuk ( pemerintahan) desa masing- masing mempunyai fungsi, sistem, atau

struktur organisasi berbeda. Dua bentuk desa yang lazim disebut dualisme desa

di Bali adalah :

(1) Desa dinas ( desa dan kelurahan) adalah organisasi pemerintahan di

desa yang menyelenggarakan fungsi administratif

(2) Desa pakraman atau desa adat adalah kesatuan tradisi dan tata

pergaulan hidup masyarakat umat hindu secara turun temurun dalam

ikatan kahyangan tiga yang mempunyai wilayah tertentu dan haeta

kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri.2

Dalam pelaksanaannya fungsi administrasi kedinasan berlangsung melalui

garis koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota yang juga kemudian

langsung ke provinsi. Penanganan masalah administrasi secara terpisah

dilaksanakan dan tidak terkait dengan pelaksanaan sosio religius

kemasyarakatan yang dilaksanakan oleh kesatuan masyarakat hukum adat di

Bali yang dikenal dengan nama desa pakraman tersebut.

2 Wayan P Windia dan Ketut Sudantra, 2006, Pengantar Hukum Adat Bali, Lembaga

Dokumentasi dan Publikasi Fakultas Hukum Universitas Udayana, hlm.40

Page 10: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

Jika dilihat secara konstitusional pengakuan terhadap kesatuan masyarakat

hukum adat itu ada pada Pasal 18B ayat (2) UUD Tahun 1945 yaitu : Negara

mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta

hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara kesatuan Republik Indonesia

yang diatur dalam Undang-Undang.

Pengaturan sesuai pasal 18B aat 2 tersebut menunjukkan bahwa desa

memiliki ruang atas pengembangan hak asal-usul dan adat istiadat desa yang

menjadi sendi nilai bagi pemerintahan desa sebagai dasar bagi terlaksananya

otonomi asli dan hak-hak tradisional desa di dalam praktek pemerintahan desa.

Otonomi pada desa khususnya desa pakraman mempunyai landasan yang

kuat disamping bersumber dari kodratnya sendiri ( otonomi asli) juga

bersumber pada kekuasaan negara karena dalam struktur kenegaraan mendapat

pengakuan secara yuridis berdasarkan konsitusi. Isi ootomi asli yang

dikembangkan tersebut adalah kewenangan atau kekuasaan untuk mengurus

rumah tangganya sendiri. Meminjam teori pembagian kekuasaan dalam megara

modern seperti yang dikemukan Montesque dengan trias politicanya ,

kekuasaan yang dimiliki desa pakraman adalah meliputi fungsi-fungsi legislatf,

eksekutif dan yudikatif. 3

Upaya pemberdayaan atas desa adat tampak menonjol dalam peraturan

Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman yaitu untuk

memperkuat desa adat dan dipandang sangat efektif sebagai lembaga

pengelolaan urusan desa sehingga berfungsi sebagai mesin pembangunan

demokrasi dari tingkat bawah. Ini tampak secara mandiri dalam pengelolaan

kehidupan sosial dan ritual secara organis dan bebas.4

Pada bagian lain dapat dilihat bahwa dalam kerangka negara kesatuan RI,

berdasarkan UUD 1945 wilayah negara dibagi dalam daerah-daerah yang

bersifat otonom sebagai perwujudan dari asas desentralisasi. Dengan

diberikannya otonomi kepada daerah (dhi. Provinsi dan Kabupaten) berarti

3Ibid, hlm.46

4 Martin Ramstedt, 2011, Kegalauan Identitas, Grasindo, Jakarta, hlm.57

Page 11: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

daerah-daerah tersebut memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus

rumah tangganya sendiri.

Otonomi yang diberikan kepada daerah mengandung pelaksanaan dari tiga

asas dalam penyelenggaraan pemerintahan negara yaitu : asas desentralisasi,

asas dekonsentrasi dan asas pembantuan (medebewind). Dengan asas

desentralisasi dapat dilihat adanya penyerahan wewenang pemerintahan oleh

Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Asas

dekonsentrasi mengandung makna pelimpahan wewenang pemerintahan oleh

Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada

instansi vertikal di wilayah tertentu. Pengaturannya tertuang dalam Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 Tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah.

Penyelenggaraan otonomi daerah menurut UU No. 23 tahun 2014 ( UU

Pemda) dan juga Perpu Nomor 2 Tahun 2015 menganut prinsip otonomi

seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan

mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah

menurut UU ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan untuk

memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan

masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi

nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah bahwa untuk

menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang,

dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup,

dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian

isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah

lainnya. Otonomi bertanggungjawab mengandung makna bahwa

Page 12: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud

pemberian otonomi itu sendiri yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.5

Bila ditelusuri lebih jauh, pengaturan mengenai otonomi daerah dan

juga otonomi dari masyarakat hukum adat bersumber pada UUD 1945 (setelah

amandemen). Mengenai otonomi daerah pengaturannya dapat ditemukan

dalam BAB VI tentang Pemerintahan Daerah, pasal 18 dan 18 A, sedangkan

mengenai otonomi masyarakat hukum adat diatur dalam pasal 18 B ayat 2.

Dalam pasal 18 dapat dilihat pengaturan tentang pelaksanaan otonomi daerah

antara lain mengenai kewenangan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas

otonomi dan pembantuan (ayat 3), kemudian mengenai pemerintahan daerah

menjalankan otonomi seluas-luasnya (ayat 5) dan tentang hak pemerintahan

daerah menetapkan peraturan daerah dan peraturan lainnya untuk menjalankan

otonomi dan tugas pembantuan (ayat 6). Pasal 18 B ayat 2 menyebutkan bahwa

negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang diatur dalam undang-undang.

Pengaturan lebih lanjut tentang masyarakat hukum adat dapat

ditemukan dalam UU Pemda 2014 Dalam Undang-Undang ini masyarakat

hukum adat disebut desa dan dirumuskan dalam pasal 1 angka 43. Desa atau

yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-

usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selanjutnya dalam penjelasan umum angka 10 tentang desa dinyatakan

bahwa : Desa berdasarkan Undang-undang ini adalah desa atau yang disebut

dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum

yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan

5 I Made Subawa, 2005, Hukum Tata Negara Setelah Amandemen UUD 1945, Bagian Hukum

Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana, hlm.129

Page 13: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem Pemerintahan

Nasional dan berada di kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud dalam Undang

Undang Dasar Tahun 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa

adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan

pemberdayaan masyarakat.

Dari ketentuan di atas dan penjelasannya dapat dilihat bahwa undang-

undang mengakui keberadaan desa sebagai masyarakat hukum (adat), tapi dilain

pihak undang-undang juga mengisyaratkan bahwa desa sebagai masyarakat

hukum dapat dibentuk (baru) dalam sistem pemerintahan negara. Dengan kata

lain, disamping masyarakat hukum adat yang asli yang diakui keberadaannya,

dapat pula dibentuk masyarakat hukum yang baru sesuai kepentingan

pemerintahan negara. Dengan demikian dalam sistem pemerintahan negara akan

dijumpai adanya dua jenis desa yaitu : desa yang bersifat asli (masyarakat hukum

adat) dan desa baru yang dibentuk oleh pemerintah negara. Ironinya, kedua jenis

desa ini diatur secara sama dalam undang-undang ini yang didasarkan pada satu

landasan pemikiran berupa keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,

demokratisasi,dan pemberdayaan masyarakat.

Kondisi seperti ini tentunya dapat menimbulkan friksi (benturan)

dilingkungan masyarakat adat, dalam rangka pelaksanaan otonomi asli yang

dimilikinya dengan pengaturan oleh negara sesuai kepentingan pemerintahan

negara. Atas dasar kondisi seperti ini maka penelitian tentang otonomi desa

pakraman di Bali sebagai satu bentuk masyarakat hukum adat dan

implementasinya dalam kerangka otonomi daerah menjadi penting untuk

dilakukan. Selain itu dari studi kepustakaan belum ditemukan adanya

penelitian tentang hal ini. Kajiannya baru sebatas status, dan belum menyentuh

aspek substansi yang menelaah tentang kesatuan tentang otonomi desa

pakraman di Bali dari setelah keluarnya UU Desa.

Page 14: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis ketentuan dalam UU Desa apakah

sesuai dan telah mencerminkan prinsip-prinsip otonomi.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis ketentuan pengaturan tentang desa

dan desa adat berdasar ketentuan UU Desa

3. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana otonomi desa pakraman

setelah keluarnya UU Desa

3.2 Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

- Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

hukum pada umumnya yaitu menyangkut bagaimana melihat aneka permasalahan

hukum umum yang terjadi berkaitan dengan otonomi desa pakraman.

b. Manfaat praktis

- Bagi pemerintah, tentunya penelitian ini sangat penting untuk

masukan dalam pembuatan kebijakan dalam bidang pemerintahan

untuk tetap memperhatikan desa dinas dan desa adat

- Bagi masyarakat, bermanfaat untuk mengetahui kepastian dan

perlindungan hukum bagi desa dinas dan desa adat.

Page 15: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

BAB IV

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dikualifikasikan sebagai yuridis normatif ( didukung juga

dengan penelitian lapangan sebagai pendukung dalam penelitian normatif ) yaitu

berarti bahwa semua permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, akan selalu

mengacu pada tinjauan hukum, baik secara normatif maupun berdasarkan doktrin

ilmu hukum.

2. Jenis Pendekatan

Pembahasan terhadap ketiga pokok permasalahan dalam penelitian ini

didasarkan pada dua jenis pendekatan yaitu pendekatan pereundang-undangan,

dan pendekatan konseptual.

Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah undang-

undang dan regulasi yang berkaitan erat dengan desa pakraman.

Pendekatan konseptual untuk menemukan pengertian dan konsep yang

tertuang dalam Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui dan menjelaskan

tema sentral sesuai dengan masing-masing rumusan masalah dalam penelitian ini

diargumentasikan secara teoritik berdasarkan konsep otonomi desa pakraman.

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Adapun teknik yang diterapkan dalam pengumpulan bahan hukum yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah melalui teknik telaah kepustakaan (study

document) yang dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari serta

memahami isi dari masing-masing informasi yang diperoleh dari bahan hukum

primer, sekunder maupun tersier. Untuk mendukung bahan hukum yang

dianalisis, dilakukan pula wawancara di lapangan dengan stake holder yang

terkait .

Page 16: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

1. Study Dokumen.

Merupakan teknik pengumpulan bahan hukum yang mengawali penelitian

ini dimana teknik ini difokuskan pada dokumen resmi pengaturan otonomi UU

Desa.

2. Study Kepustakaan

Penelitian kepustakaan ( library reseach ) ini dilakukan dengan

mengumpulkan dan mempelajari data yang terdapat dalam buku., artikel,

dokumen resmi dan menginventarisasikannya, menganalisa untuk kemudian

dikorelasikan menjadi tulisan yang integral.

4.Teknik Analisis Bahan Hukum

Bahan hukum yang telah dikumpulkan berkenaan dengan masalah dalam

penelitian ini akan dianalisis secara normatif-kualitatif yaitu containt analisis.

Analisa ini adalah dilakukan terhadap pasal-pasal dalam UUDesa.

Metode analisis ini dimaksudkan dengan menjabarkan bahan hukum yang

sudah diperoleh, kemudian dianalisis dan dicari penyelesaiannya berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat ini dan dianalogikan

dengan beberapa alternatif penyelesaian.

Page 17: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Prinsip-Prinsip Otonomi Dalam UU Desa

Kekuatan akan pengakuan dalam konstitusi sudah jelas tersirat mengenai

kesatuan masyarakat hukum adat yang dapat kita lihat sebagai sebuah kekuatan

tersendiri entitas desa adat tentunya. Semangat untuk mengakui Kesatuan Masyarakat

Hukum Adat setelah reformasi mengakibatkan adanya semangat untuk mengatur KMHA

di dalam konstitusi. Kemudian dari semagat tersebut maka amandemen UUD dilakukan

dengan mencantumkan KMHA secara tegas sebagai bentuk pengakuan beserta hak-

haknya. Pengaturan KMHA di UUD NKRI 1945 antara lain terdapat dalam Pasal 18B

yang menyatakan;

(1) Negara mengakui dan menghormati satuan‐satuan pemerintahan daerah yang bersifat

khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undangundang.

(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-

undang.

Dalam penjelasan pada ayat (2) dapat dijelaskan sebagai hal pengakuan dalam

konstitusi. Tercantum dalam ayat (2) Pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum

adat mengandung empat konsekuensi.

Penjabaran konsekuensi tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Suatu kesatuan masyarakat, diakui sebagai kesatuan masyarakat hukum sehingga

dapat bertindak sebagai subyek hukum.

2. Terhadap kesatuan masyarakat hukum adat dapat dilekatkan hak dan kewajiban,

serta dapat melakukan tindakan hukum.

3. Pada saat terdapat pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat, maka

dengan sendirinya negara mengakui sistem hukum yang membentuk dan

menjadikan kesatuan masyarakat itu sebagai kesatuan masyarakat hukum.

Keempat, pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat juga dengan

Page 18: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

sendirinya berarti pengakuan terhaadap struktur dan tata pemerintahan yang

dibentuk berdasarkan norma hukum tata negara adat setempat.

Amandemen UUD, sehingga HAM diatur dari konstitusi. KMHA diakui

sebagai subjek hukum yang memiliki hak budaya. Dalam Pasal 28 I Pada Ayat

(3), menyatakan “Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional selaras dengan

perkembangan jaman dan peradaban”, hal ini merupakan sebuah Pengakuan dan

penghormatan KMHA yang tidak hanya terhadap identitas budaya, tetapi juga

terhadap eksistensinya sebagai subyek hukum.

Pengaturan berikutnya dalam UU Desa dilihat bahwa peluang bagi

tumbuh dan pengembangan otonomi tampak pada prinsip-prinsip otonomi yang

tampak pada UU Desa yaitu sebagai berikut :

Pasal 3

Pengaturan Desa berasaskan:

a. Rekognisi;

b. Subsidiatitas;

c. Keberagaman;

d. Kebersamaan

e. Kegotongroyongan;

f. Kekeluargaan;

g. Musyawarah;

h. Demokrasi;

i. Kemandirian;

j. Partisipasi;

k. Kesetaraan;

l. Pemberdayaan dan

m. Keberlanjutan

Pengaturan pasal 3 apabila dikaitkan dengan prinsip-prinsip otonomi

memberikan porsi bagi eksistensi desa itu sendiri sebagai entitas mandiri bagi

Page 19: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

tumbuhnya otonomi desa. Sejumlah pasal memberi penekanan diskresi yang

memungkinkan tumbuhnya kewenangan mandiri atau otonomi desa tumbuh

yang menjadi pusat perhatian oleh pemerintah desa, masyarakat desa, pemerintah

daerah dan pemerintah pusat. Pengaturan otonomi ini menjadi dasar kewenangan

utama sebagaimana dimaksud UU ini bahwa desa berdasar pada hak asal usul

sebagaimana diakui dan dihormati negara. Tampak bahwa asas subsidiaritas yang

melandasi undang-undang desa memberikan keleluasaan dalam penetapan

kewenangan berskala lokal dan pengambilan keputusan secara lokal untuk

kepentingan masyarakat desa.

Prinsip kewenangan dalam pengaturan desa tampak pada Bab IV, Pasal 18 :

kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan

desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan

pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul

dan adat istiadat desa.

Sesuai maksud Pasal 18 tersebut Desa mempunyai kewenangan untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul, adat

istiadat dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat dan melaksanakan bagian-bagian

dari suatu urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh pemerintahan

kabupaten/kota. Kewenangan desa mencakup :

a. kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul, adat istiadat dan nilai-

nilai sosial budaya masyarakat;

b. kewenangan lokal berskala desa yang diakui kabupaten/kota

c. kewenangan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang dilimpahkan

pelaksanaannya kepada desa; dan

d. kewenangan lainnya yang ditetapkan dengan peraturan perundangundangan.

Kewenangan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang

dilimpahkan pelaksanaannya kepada desa adalah pelimpahan kewenangan kepada

desa sebagai lembaga dan kepada kepala desa sebagai penyelenggara pemerintah

Page 20: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

desa. Dalam melaksanakan kewenangan pada tingkat desa merupakan

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa.

Pelaksanaannya diharapkan efektif untuk merespon segala kepentingan desa untuk

memenuhi prakarsa masyarakat desa menyangkut segala hal yang dibutuhkan

masyarakat desa sehingga dapat menggunakan otonominya untuk mewujudkan

hal tersebut.

Rumusan Pasal 6 UU Desa yakni :

(1) Desa terdiri dari desa dan desa adat

(2) Penyebutan Desa atau Desa Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di daerah setempat.

Sementara dalam Penjelasannya, ketentuan Pasal 6 UU Desa dijelaskan sebagai

berikut :

Ketentuan ini untuk mencegah terjadinya tumpang tindih wilayah,

kewenangan, duplikasi kelembagaan antara Desa dan Desa Adat dalam 1 ( satu)

wilayah maka dalam 1 ( satu) wilayah hanya trerdapat Desa atau Desa Adat.

Untuk yang sudah terjadi tumpang tindih antara desa dan desa adat dalam 1 ( satu

wilayah, harus dipilih salah satu jenis Desa sesuai dengan ketentuan Undang-

Undang ini.

Apabila dikaji dengan konstitusi Pasal 18 B ayat (2) sesungguhnya sangat

terasa bahwa desa merupakan Desa suatu entitas masyarakat hukum tertua dan

dapat dikatakan asli karena keberadaannya bahkan sebelu negara kesatuan

Republik Indonesia ini terbentuk yang mana ini menjadi dasar bahwa negara

sendiri mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

tersebut yang bisa dilihat eksistensinya melalui kelembagaan dengan

kewenangannya sesuai otonomi asli yang dimilikinya. Ini diperkuat dengan sistem

hukum adat sebagai bentuk yang asli yang berasal dari kehendak rakyat Tentang

bagaimana” hukum rakyat” tersebut Hilman Hadikusuma6 menggambarkan suatu

6 Hilman Hadikusuma, 2003, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Mandar Maju,

Bandung, hlm.2

Page 21: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

keadaan dimana manusia dengan pikiran, kehendak dan prilakunya yang

melaksanakan kehendak dan kebiasaan pribadinya dan berdasarkan adat oleh

masyarakatnya disebut sebagai hukum adat yang menjadi hukum rakyat.

Sementara secara formal dalam kehidupan bernegara disebut hukum negara.

Ini merupakan penggambaran atas suatu pengakuan bahwa sebagai suatu

sistem yang berurat akar pada rakyat maka di dalamnya lembaga adat berupa desa

adat tentu tidak dapat dikesampingkan mengingat sebagai lembaga yang otonom

berperan dalam mengatur rumah tangganya sendiri secara asli pula.

Penyebutannya sebagai hukum rakyat yang dilihat sebagai kaidah yang berasal

dari maasyarakat itu sendiri.

Lebih lanjut dipaparkan bagaimana sebagai entitas asli Indonesia yaitu

desa kemudian juga diwujudkan melalui peraturan perundang-undangan dari

waktu ke waktu hingga kemudian keluarnya UU Desa 2014 yang terbaru yang

mendorong ditentukannya bentuk atas desa dinas dan desa adat. Secara historis

bentuk-bentuk desa di seluruh Indonesia berbedsa-beda dikarekan berbagai faktor,

antara lain sebagai berikut :

1. Wilayah yang ditempati penduduk ; ada wilayah yang sempit ditempati

penduduk yang padsat, dan ada wilayah yang luas ditempati penduduk

yang jarang

2. Susunan masyarakat hukum adat ; ada masyarakat adat (desa) yang

susunannya berdasarkan ikatan ketetanggan ( teritorial) dan ada

susunannya berdasarkan ikatan adat keagamaan

3. Sistem pemerintahan adat dan nama-nama jabatan pemerintahan adat

yang berbeda- beda dan penguasaan harta kekayaan desa yang

berbeda.7

Pengelolaan desa kini dalam perumusan UU Desa 2014 yaitu diwujudkan

pada penekanan bahwa potensi desa dioptimalkan dengan sejumlah penekanan

diantaranya adalah adanya hak desa yang diatur sebagai berikut :

7 Ibid, hlm.176

Page 22: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

a. mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asalusul, adat

istiadat dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat;

b. memilih kepala desa, menetapkan BPD dan perangkat desa lainnya;

c. mengelola kelembagaan desa; dan

d. mendapatkan sumber-sumber pendapatan desa.

Rumusan tentang hak ini juga dibarengi dengan sejumlah kewajiban yang

menurut UU Desa 2014 sebagai berikut

Selain hak yang diatur Undang Undang, kewajiban desa diatur sebagai berikut :

a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional

serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;

c. mengembangkan kehidupan demokrasi;

d. mengembangkan pemberdayaan masyarakat; dan

e. meningkatkan pelayanan dasar masyarakat.

Adanya hak dan kewajiban ini diarahkan untuk mewujudkan

pembangunan desa sesuai dengan sistem perencanaan yang terkoordinasi.

wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa dan tokoh masyarakat.

5.2 Pengaturan Desa Adat dan Desa Dinas Dalam UU Desa

Penjelasan umum UU Desa dalam menguraikan desa adalah dengan

konstruksi menggabungkan fungsi local self goverment diharapkan kesatuan

masyarakat hukum adat yang selama ini merupakan bagian dari wilayah desa,

ditata sedemikian rupa menjadi desa dan desa adat pada dasarnya melakukan

tugas yang hampir sama. Sedangkan perbedaannya hanyalah dalam hak asal usul

Page 23: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

terutama menyangkut pelestarian sosial desa adat , pengaturan dan pengurusan

wilayah adat, sidang perdamaian adat, pemelihraan ketentraman dan ketertiban

bagi masyarakat hukum adat, serta pelaksanaan pemerintahan berdasarkan

susunan aasli.

Tentang Desa Adat, penjelasan umum UU desa tersebut menyebutkan

adanya fungsi pemeerintahan, keuangan desa, pembangunan desa, serta mendapat

faslitasi pembinaan dari pemerintah kabupaten/kota. Dalam posisi sepwetyi ini

desda adat mendapat perlakuan yang sama dari pemerintah dan pemerintah

daerah. Oleh sebab itu di masa depan desa dan desa adat dapat melakukan

perubahan wajah desa dan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang efektif,

pelaksanaann pembangunan yang berdaya guna , serta pembinaan maasyarakat di

wilayahnya. Dalam status yang sama seperti itu desa dan desa adat diatur secara

tersendiri dalam undang-undang ini.

Apabila dikaitkan dengan kondisi desa adat di Bali , maka eksistensi desa

adat yang warisan turun temurun dan menjadi perekat batin dalam mencapai cita-

cita hukum menuju Bali yang aman, adil , makmur, dan sejahtera yang mana

dapat mewujudakan pengembanhan desa adat tidak menjadi negara dalam negara

dimana otonomi desa dikembangkan ke arah kemandirian dan kesejahteraan.8

Kekhususan tentang desa adat oleh UU Desa diatur berdasarkan ketentuan

Bab XIII dengan bagiannya yang mengatur bahwa juga ketentuan yang

memayungi kehidupan desa adat yang terikat secara sosiologis, yuridis dan

filosofisnya dengan adanya aturan hukum adat yang mengatur tertib hidup

mereka. Sehinggasangat tepat bila dalam pengaturan hukumnya selalu

memperhatijan eksistensi desa adat dan otonominya,

8 I Ketut Seregig, Filsafat Desa Adat, 2014, Paramitha, Denpasar, hlm.98

Page 24: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

5.3 Otonomi Desa Pakraman Di Bali setelah Keluarnya UU No 6 Tahun 2014

Tentang Desa

Apabila melihat sistem kemasyarakatan Bali yang dilaksanakan secara

turun temurun selama ini dalam ikatan berlandas Tri Hita Karana, maka dapat

dilihat bagaimana desa adat berfungsi untuk menata dan mengatur kehidupan

paguyuban dari warga desanya sebagai suatu desa adat, yaitu unsur warganya

yang dinamakan Pawongan, unsur wilayah desanya dinamakan Palemahan, dan

unsur tempat-tempat pemujaan bagi warga desanya yang dinamakan Parhyangan

yang dikenal dengan istilah Tri Hita Karana. Berdasarkan fungsinya,

diprogramkanlah tugas-tugas desa yang dituangkan dalam bentuk awig-awig desa,

baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.9

Rumusan secara rinci tentang bagaimana desa adat di Bali yang kemudian

dipayungi secara legal dalam Perda dijabarkan oleh Surpha. di Bali Menurutnya

desa di Bali digunakan untuk menunjuk suatu wilayah pemukiman penduduk

beragama Hindu. Jika dirujuk pada hasil rekomendaasi Parisada Hindu Dharma

Pusat selaku Majelis Tertinggi Agama Hindu di Indonesia, dimana terdapat juga

dalam Ketetapan-Ketetapan Maha Sabha dan Pesamuhan Agung, pengaturan

Desa Adat tidak dapat dilepaskan dari jangka waktu tinggal, sistem pakramannya,

mewujudkan tata hidup yang harmonis dengan pemimpinnya yang dianggap

mampu mengatur masyarakat untuk mewujudkan kertha raharjaAdanya

Kahyangan Tiga merupakan syarat mutlak bagi suatu Desa Adat. Adanya

kahyangan tiga dimana Pura Dalem sedapat-dapatnya terpisah dari Pura Puseh,

Pura Desa dan dekat Patunon. Kepengurusan terhadap kahyangan desa adalah hak

dan sekaligus kewajiban yang diemban desa adat bersangkutan termasuk dalam

perlengkapan upacaranya dan pengaturan laba pura. Hal berikut juga diatur bahwa

setiap patunon harus dapat di tepi desa, terlindung dari pandangan umum,

sedapat-dapatnya di dekat air dan harus ada Prajapati. Pelaksanaan ajaran agama

sebagaimana tata cara adat supaya dipupuk sesuai dengan Desa, Kala, Patra dan

demi kemurnian pelaksanaan ajaran agama, diserukan agar adat jangan sampai

9 I Wayan Surpha, 2004, Eksistensi Desa Adat dan Desa Dinas di Bali, Pustaka Bali

Post, Cet.Pertama hlm 16

Page 25: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

menjadi penghambat pelaksanaan ajaran agama. Desa adalah masyarakat hukum

yang bersifat kesatuan hidup sosial keagamaan dan Banjar merupakan bagian dari

Desa. Untuk menjaga ketertiban hidup di desa, diserukan penyuratan awig-awig.

Ada juga upaya agar Status tanah pekarangan desa supaya ditertibkan sesuai

dengan ketentuan adat yang berlaku. Semua hal yang telah dijabarkan tersebut

oleh Surpha ditekankan bagaimana situasi desa baik itu para pemimpin desa dan

pemuka-pemuka agama di desa supaya menjalin kerjasama yang erat dalam

menghayati ajaran-ajaran Agama Hindu.10

Berdasar uraian Surpha tergambar bagaimana secara mandiri ada

pengelolaan di desa pakraman yang ditujukan bagi harmonisasi kehidupan

bersama diantara anggota, pemimpin dan wilayah mereka yang dijaga berdasar

aturan yang disebut awig-awig yang terumuskan berdasar Tri Hita Karana. V.E

Korn menggambarkan sebagai sebuah republik kecil Masyarakat hukum disebut

dengan desa adat (sekarang desa pakraman). Desa adat di Bali, tidak sama dengan

masyarakat hukum pada umumnya, karena mempunyai kekhususan, yaitu

mencerminkan corak kehidupan yang bercirikan adanya unsur Pura Kahyangan.11

Sesuai paparan V E Korn sebagai suatu kesatuan yang mepunyai

kekhususan, Ida Bagus Putu Purwita menyatakan bahwa desa adat khususnya desa

adat Bali juga berperan sebagai penopang pembangunan. Desa desa sebagai

kesatuan masyarakat hukum adat mempunyai fungsi :

1. Membantu pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah

desa/pemerintah kelurahan dalam kelancaran dan pelaksanaan

pembangunan disegala bidang terutama di bidang keagamaan,

kebuadayaan dan kemasyarakatan.

2. Melaksanakan hukum adat istiadat dalam desa adatnya

10 Ibid hlm 10.

11 Tjok Istri Putra Astiti, 2010, Desa Adat Menggugat dan Digugat, Udayana University

Pres, Cet.Pertama, hlm.1

Page 26: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

3. Memberikan kedudukan hukum menurut hukum adat terhadap h Bali

khususnya, hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan hubungan

sosial keperdataan dan keagamaan.

4. Membina dan mengembangkan nilai-nilai adat Bali dalam rangka

memperkaya, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Bali

khususnya, berdasarkan paras paros, salunglung sabayantaka dan

musyawarah untuk mufakat.

5. Menjaga dan memelihara dan memanfaatkan kekayaan desa adat untuk

kesejahteraan masyarakat adat.12

Sesuai otonomi yang selama ini berjalan, maka dengan tetap sebagai suatu

kesatuan yang disebut desa adat, desa pakraman akan bisa berjalan sesuai dengan

otonominya juga berkaitan dengan fungsinya sebagai filter dalam menyaring

nilai-nilai budaya yang baru dalam kehidupan masyarakat Bali. Demikian

hakekatnya sehingga dengan bentuk desa adat kemandirian jelas tercermin

mengingat selama ini dapat mengatur rumah tangganya sendiri berdasarkan aturan

yang ditetapkan bersama masyarakatnya.

Arti penting bentuk desa adat juga dimaksudkan dalam pelestarian nilai-

budaya, desa adat adalah pengemban tugas utama, karena pendukung kebudayaan

Bali adalah masyarakat Bali itu sendiri yang kehidupannya dikoordinasikan di

desa adat. Pengertian desa adat tidaklah patut dipisahkan dari kota, karena kota

pun terdiri dari beberapa desa adat juga. Banjar banjar dikota bahkan yang

heterogen dan dilanda globalisasi juga tetap kukuh melaksanakan adat isiadat

sesuai dengan yang selama ini diwarisi dengan jiwa dan kepribadian Bali

khususnya.13

Penguatan Desa Adat terutama haknya kemudian diatur dalam Peraturan

Pemerintah No. 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

12 Ida Bagus Purwita, 1993, Desa Adat Pusat Pembinaan Kebudayaan Bali, Upada

Sastra, Denpasar, hlm. 52

13 Ibid, hlm.59

Page 27: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dalam asasnya peraturan ini memperkokoh

asas kedudukan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum adat yang merupakan

gabungan antara genealogis dan teritorial dengan kedudukan kuat atas

pengelolaan kekayaan alam yang ada di wilayahnya. PP ini mengupayakan

masyarakat desa adat yang dalam beberapa hal terdesak oleh kepentingan investor

dan atas ekspoitasi di wilayah mereka seringkali merasakan dampak buruknya

maka keberadaan desa adat harus diperkuat.

Terkait dengan otonomi, atas penguatan desa adat, prinsip-prinsip

pengelolaan sumber daya alam mencerminkan nuansa ke otonomian masyarakat

lokal untuk menguasai, mengelola, dan memanfaatkan sumber daya lokal, karena

mkna dan hakekat dari otonomi daerah harus diterjemahkan sebagai pemberian

otonomi kepada msyarakat di daerah, masyarakat adat, lokal dan bukan semata-

mata pemberian otonomi kepada pemerintah daerah. Peran pemerintah sebagai

fasilitator dimaksudkan untuk :

1. Mendorong peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan

sumber daya alam;

2. Menjamin pengakuan dan perlindungan akses dan hak-hak masyarakat

adat/lokal di daerah atas penguasaan dan pemanfaatan sumber daya

alam;

3. Melindungi dan mengakomodasi modal sosial ( social capital) seperti

kearifan, etika, citra, religi, dan pranata-pranata sosial dalam

masyarakat di daerah; dan

4. Mengakui dan mengakomodasi kemajemukan hukum yang secara

nyata tumbuh dan berkembang dalam masyarakat14

Jika dilihat secara teoritiknya maka desa adat meeupakan bidang sosial

semi otonomi ( the semi-autonomous social field) yang berada fdalam satu

kerangka acuan sosial yang lebih luas yaitu negara, yang memiliki hak melakukan

14 I Nyoman Nurjaya, 2006, Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Perspektif

Antropologi Hukum, Universitaas Negeri Malang Press, hlm. 113

Page 28: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

pembentukan aturan dengan disertai kekuayan memaksa di dalam kelompoknya.

Relasi desa adat dan negara adalah relaasi timbal balik. Relasi desa adat dan

negara berupa berbagai proses yang memungkinkan aturan-aturan yang timbul

dari dalam menjadi efektif, juga meeupakan kekuatan yang tunduk, kepada aturan

–aturan yang dibuat oleh negara.15

15 Marhaendra Wija Atmadja, 2014, Konstitusionalitas Desa Adat, Memahami Norma

Hukum Desa Adat Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Makalah Pada

Seminar Nasional Kedudukan Desa Adat Dalam Sistem Ketatanegaraan RI, Denpasar, 28 Juni

2014

Page 29: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

1. prinsip-prinsip otonomi memberikan porsi bagi eksistensi desa itu sendiri

sebagai entitas mandiri bagi tumbuhnya otonomi desa. Sejumlah pasal memberi

penekanan diskresi yang memungkinkan tumbuhnya kewenangan mandiri atau

otonomi desa tumbuh yang menjadi pusat perhatian oleh pemerintah desa,

masyarakat desa, pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Pengaturan otonomi

ini menjadi dasar kewenangan utama sebagaimana dimaksud UU ini bahwa desa

berdasar pada hak asal usul sebagaimana diakui dan dihormati negara. Tampak

bahwa asas subsidiaritas yang melandasi undang-undang desa memberikan

keleluasaan dalam penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan

keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat desa.

2. Sesuai otonomi yang selama ini berjalan, maka dengan tetap sebagai

suatu kesatuan yang disebut desa adat, desa pakraman akan bisa berjalan sesuai

dengan otonominya juga berkaitan dengan fungsinya sebagai filter dalam

menyaring nilai-nilai budaya yang baru dalam kehidupan masyarakat Bali.

Demikian hakekatnya sehingga dengan bentuk desa adat kemandirian jelas

tercermin mengingat selama ini dapat mengatur rumah tangganya sendiri

berdasarkan aturan yang ditetapkan bersama masyarakatnya.

3. Desa adalah masyarakat hukum yang bersifat kesatuan hidup sosial

keagamaan dan Banjar merupakan bagian dari Desa. Untuk menjaga ketertiban

hidup di desa, diserukan penyuratan awig-awig. Sehingga dapat mewujudkan

situasi desa baik itu para pemimpin desa dan pemuka-pemuka agama di desa

supaya menjalin kerjasama yang erat

Page 30: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

6.2. Saran

. Sikap arif dan bijaksana dalam penyelesaian untuk menentukan pilihan

desa adat atau desa dinas dengan tetap melandaskan pada ketentuan hukum yang

berlaku disertai pertimbahan aspek yang mendasar yaitu tinjauan secara filosofis,

yuridis dan sosiologis sehingga kepastian, keadilan dan kemanfaatan dapat

dirasakan sehingga amanat UUD 1945 dan Undang-Undang yang dirumuskan

selalu mengedepankan kesejahteraan masyarakat khususnya di wilayah pedesaan.

Page 31: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

DAFTAR PUSTAKA

I Made Subawa, 2005, Hukum Tata Negara Setelah Amandemen UUD 1945,

Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana

I Ketut Seregig, Filsafat Desa Adat, 2014, Paramitha, Denpasar

I Nyoman Nurjaya, 2006, Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Perspektif

Antropologi Hukum, Universitas Negeri Malang Press, Malang

Hilman Hadikusuma, 2003, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Mandar

Maju, Bandung

Marhaendra Wija Atmadja, 2014, Konstitusionalitas Desa Adat, Memahami

Norma Hukum Desa Adat Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945, Makalah Pada Seminar Nasional Kedudukan Desa Adat

Dalam Sistem Ketatanegaraan RI, Denpasar

Martin Ramstedt, 2011, Kegalauan Identitas, Grasindo, Jakarta

Soepomo, 2007, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta

Tjok Istri Putra Astiti, 2010, Desa Adat Menggugat dan Digugat, Udayana

University Pres, Cet.Pertama

Wayan P Windia dan Ketut Sudantra, 2006, Pengantar Hukum Adat Bali,

Lembaga Dokumentasi dan Publikasi Fakultas Hukum Universitas

Udayana

Page 32: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

Peraturan Perundang-Undangan

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Page 33: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

Lampiran Biodata Ketua dan tim peneliti serta mahasiswa yang terlibat

KETUA PENELITI

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap (dengan gelar) A.A. Gede Oka Parwata, SH.,MSi

2. Jabatan Fungsional Lektor Kepala

3. Jabatan Struktural -

4. NIP/NIK/No.Identitas lainnya 19571231198601003

5. NIDN 0031125763

6. Tempat dan Tanggal Lahir Ubud, 1957

7. Alamat Rumah

Jl. Batuyang G.Pipit V/5, Batubulan-

Giayar

8. Nomor Telepon/Faks /HP (0361) 294804

9. Alamat Kantor Jl.P.Bali No.1 Denpasar

10. Nomor Telepon/Faks 0361 – 222666 / Fax. 234888

11. Alamat e-mail Agung parwata [email protected]

12. Lulusan yang telah dihasilkan S-1= … orang; S-2= …Orang; S-3=

Orang …

13. Mata Kuliah yg diampu 1. Hukum Adat

2. Hukum Dan Perubahan Sosial

3. Hukum Dan Kebudayaan

4. Hukum Adat Lanjutan

5. Antropologi Hukum

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi Fakultas Hukum

Universiats Udayana

Kajian Budaya

Universitas Udayana

Bidang Ilmu Ilmu Hukum Ilmu Hukum

Tahun Masuk 1978 1998

Tahun Lulus 1984 2000

Judul

Skripsi/Thesis/Disertasi

Peranan Awig-Awig

Dalam Menunjang

Pembangunan di

Daerah Tingkat II

Gianyar

Makna Awig-Awig

Dalam Dinamika

Masyarakat (studi Di

Desa Mawaang-

Lodtuduh Ubud)

Page 34: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

Nama

Pembimbing/Promotor

I Nyoman Sirtha,SH

I Wayan Coti

Santika,SH

Prof.Dr I Gusti

Ngurah Bagus

Prof.Dr I Nyoman

Shirha,SH.,MS

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber *) Jml (Juta Rp.)

1. 2011 Eksistensi Gotong Royong dan Tolong

Menolong Dalam Kehidupan

Masyarakat Adat Di Desa Pakraman

Penyaringan

Dana DIPA 2.095.125,-

2. 2012 OtoOt Otonomi Desa Adat Dalam Kaitan

Dengan Keamanan Dan Ketertiban Di

Desa Pakraman Padang Tegal

Dana DIPA 2.100.000

4. 2012 Kontibusi Notaris/PPAT dan BPN

Dalam Sengketa Pertanahan Khususnya

Tanah Adat di Bali

Dana Prodi

Kenotariatan

5000.000

5. 2013 Konflik Perbatasan Desa Pakraman

Dalam Perspektif Nilai Ekonomis Tanah

Serta Penyelesaiannya

Swakelol

BAPPEDA

92.308.000

6. 2014 Pola Penyelesaian Sengketa Adat di Bali Swakelola

BAPPEDA

100.000.000

7. 2014 Persepsi Prajuru Desa Pakraman Dalam

Penyelesaian Konflik Tanah Adat

Dana Dipa 9.375.000

*) Tuliskan sumber pendanaan : PDM, SKW, Pemula, Fundamental, Hibah

Bersaing, Hibah Pekerti, Hibah Pascasarjana, Hikom, Stranas, Kerjasama Luar

Negeri dan Publikasi Internasional, RAPID, Unggulan Stranas atau sumber

lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada

Masyarakat

Pendanaan

Sumber *) Jml (Juta Rp.)

1. 2011 Konsultasi Awig-Awig di Desa Pakraman

Dana DIPA 4000.000

Page 35: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

Junjungan

2. 2012 Kedudukan Perempuan Dalam Hal

Mewaris( Sosialisasi Putusan MUDP) di

desa pakraman Keliki Kawan

Dana Prodi

MKn

4000.000

.

3. 2012 Penyuluhan Hukum waris adat waris di

Desa Pakraman Penatih

BOPTN 4.500.000

4. 2013 Ceramah Pewarisan dalam hukum adat

Bali di Desa Pangsan Petang Badung

Dana DIPA 4000.000

5. 2014 Konsultasi dan Pembinaan Perumusan

Perarem tentang Fasilitas Pariwisata di

Desa Pakraman Abangan Tegalalang

Gianyar

Dana DIPA 9.375.000

*) Tuliskan sumber pendanaan : Penerapan IPTEKS – SOSBUD, Vucer, Vucer

Multitahun, UJI, Sibermas, atau sumber dana lainnya

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun

Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal

1. Desa Pakraman Dalam Konteks Civiel

Society

Vol 33, N0 2 Juli

2009

Keeta Patrika

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata

dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.

Page 36: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam pengajuan penelitian : Otonomi Desa Pakraman Setelah

Berlakunya UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Denpasar, 13 Oktober 2015

Pengusul,

(AA Gede Oka Parwata, SH MSi)

Page 37: OTONOMI DESA PAKRAMAN DI BALI SETELAH KELUARNYA UU NO 6 ... fileotonomi desa pakraman di bali setelah keluarnya uu no 6 tahun 2014 tentang desa tim peneliti a.a gede oka parwata ,sh