osteoartritis revisi

34
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Foto Rontgen Lateral Sendi Lutut Normal Gambar 2. Foto Rontgen Sendi lutut normal posisi AP Gambar 3. Foto Rontgen OA lutut Gambar 4. Gambaran radiologi pada osteoarthritis Gambar 5. OA pada jari kaki Gambar 6. OA pada jari tangan Gambar 7. Gambaran radiologi osteoarthritis pada lutut Gambar 8. Gambaran radiologi osteoarthritis pada panggul Gambar 9. Gambaran radiologi osteoarthritis pada pinggul Gambar 10. Gambaran sendi tungkai normal Gambar 11. Adanya pembentukan osteofit dan penyempitan celah sendi pada sendi tungkai Gambar 12. Gambaran sendi panggul normal Gambar 13. Adanya pembentukan osteofit pada sendi panggul Gambar 14. Pembentukan sklerosis subkondral Gambar 15. Osteofit pada sendi jari tangan (DIP 1) Gambar 16. Gambaran MRI Sendi Lutut yang Normal Gambar 17. Radiografi konvensional dan MRI pada sendi lutut Gambar Radiografi konvensional, CT Scan, dan MRI pada 1

description

Tugas

Transcript of osteoartritis revisi

DAFTAR GAMBARGambar 1.Foto Rontgen Lateral Sendi Lutut Normal

Gambar 2.Foto Rontgen Sendi lutut normal posisi AP

Gambar 3.Foto Rontgen OA lutut

Gambar 4.Gambaran radiologi pada osteoarthritis

Gambar 5.OA pada jari kaki

Gambar 6.OA pada jari tangan

Gambar 7.Gambaran radiologi osteoarthritis pada lutut

Gambar 8.Gambaran radiologi osteoarthritis pada panggul

Gambar 9.Gambaran radiologi osteoarthritis pada pinggul

Gambar 10.Gambaran sendi tungkai normal

Gambar 11.Adanya pembentukan osteofit dan penyempitan celah sendi pada sendi tungkai

Gambar 12.Gambaran sendi panggul normal

Gambar 13.Adanya pembentukan osteofit pada sendi panggul

Gambar 14.Pembentukan sklerosis subkondral

Gambar 15.Osteofit pada sendi jari tangan (DIP 1)

Gambar 16.Gambaran MRI Sendi Lutut yang Normal

Gambar 17.Radiografi konvensional dan MRI pada sendi lutut

Gambar 18.Radiografi konvensional, CT Scan, dan MRI pada patella

Gambar 19.Gambar 20

Gambar 21Perbandingan Radiografi konvensional dan MRI sendi lututPerbandingan Radiografi konvensional,CTscan dan MRI sendi lutut

Perbandingan X ray dan ultrasonografi

BAB IPENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit persendian yang kasusnya paling umum dijumpai secara global. Diketahui bahwa OA diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2004). Prevalensi OA juga terus meningkat secara dramatis mengikuti pertambahan usia penderita. Berdasarkan temuan radiologis, didapati bahwa 70% dari pasien yang berumur lebih dari 65 tahun menderita OA (Brooks, 1998).

Prevalensi OA lutut pada pasien wanita berumur 75 tahun ke atas dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada. Diperkirakan juga bahwa satu sampai dua juta lanjut usia di Indonesia menjadi cacat karena OA (Soeroso, 2006). Berat badan sering dikaitkan sebagai faktor yang memperparah OA pasien. Pada sendi lutut, dampak buruk dari berat badan berlebih dapat mencapai empat hingga lima kali lebih besar sehingga mempercepat kerusakan struktur tulang rawan sendi. Hasil penelitian Davis et al (1990) menunjukkan bahwa obesitas (obese) memberikan nilai odds ratio sebanyak 8.0 terhadap risiko OA lutut.Studi lain dari peneliti kesehatan masyarakat University College London menyimpulkan bahwa obesitas meningkatkan risiko terjadinya OA lutut hingga empat kali banyaknya pada pria dan tujuh kali pada wanita. Kemungkinan terjadinya OA pada salah satu lutut pasien obese malah mencapai 5 kali lipat dibandingkan dengan pasien yang Non Obese. Fakta tersebut menyimpulkan bahwa obesitas merupakan suatu faktor risiko terjadinya OA, terutama pada sendi lutut (Arthritis Research Campaign, 2007). BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Definisi

Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otototot yang menghubungkan sendi. (Felson, 2008)B. EpidemiologiOsteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling umum di dunia. Felson (2008) melaporkan bahwa satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap OA. OA pada lutut merupakan tipe OA yang paling umum dijumpai pada orang dewasa. Penelitian epidemiologi dari Joern et al (2010) menemukan bahwa orang dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22% . Pada pria dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23% menderita OA. pada lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA pada lutut kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7. C. EtiologiOsteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut dengan osteoartritis idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, atau variasi herediter, perkembangan, kelainan metabolik dan neurologik, yang disebut dengan osteoartritis sekunder. Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung pada penyebabnya; maka dari itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan bahkan anak-anak, seperti halnya pada orangtua. Sebaliknya, terdapat hubungan yang kuat antara osteoartritis primer dengan umur. Presentasi orang yang memiliki osteoartritis pada 1 atau beberapa sendi meningkat dari dibawah 5% dari orang-orang dengan usia antara 15-44 tahun menjadi 25%-30% pada orang-orang dengan usia 45-64 tahun, dan 60%-90% pada usia diatas 65 tahun. Selain hubungan erat ini dan pandangan yang luas bahwa osteoartritis terjadi akibatproses wear & tear yang normal dan kekakuan sendi pada orang-orang dengan usiadiatas 65 tahun, hubungan antara penggunaan sendi, penuaan, dan degenerasi sendi masih sulit dijelaskan. Terlebih lagi, penggunaan sendi selama hidup tidak terbukti menyebabkan degenerasi. Sehingga, osteoartritis bukan merupakan akibat sederhana dari penggunaan sendi.D. Predileksi OsteoartritisE. Anatomi Tulang (Genu)

F. PatofisiologiPada OA terdapat proses degenerasi, reparasi dan inflamasi yang terjadi dalam jaringan ikat, lapisan rawan, sinovium dan tulang subkondral. Pada saat penyakit aktif, salah satu proses dapat dominan atau beberapa proses terjadi bersama dalam tingkat intensitas yang berbeda. OA lutut berhubungan dengan berbagai defisit patofisiologi seperti instabilitas sendi lutut, menurunnya lingkup gerak sendi (LGS) lutut, nyeri lutut sangat kuat berhubungan dengan penurunan kekuatan otot quadriceps yang merupakan stabilisator utama sendi lutut dan sekaligus berfungsi untuk melindungi struktur sendi lutut. Pada penderita usia lanjut kekuatan quadriceps bisa menurun 1/3 nya dibandingkan dengan kekuatan quadriceps pada kelompok usia yang sama yang tidak menderita OA lutut. Penurunan kekuatan terutama disebabkan oleh atrofi otot tipe II B yang bertanggungjawab untuk menghasilkan tenaga secara cepat. Perubahan perubahan yang terjadi pada OA adalah sebagai berikut:

1. Degradasi rawan. Perubahan yang mencolok pada OA biasanya dijumpai di daerah tulang rawan sendi yang mendapatkan beban. Pada stadium awal, tulang rawan lebih tebal daripada normal, tetapi seiring dengan perkembangan OA permukaan sendi menipis, tulang rawan melunak, integritas permukaan terputus dan terbentuk celah vertikal (fibrilasi). Dapat terbentuk ulkus kartilago dalam yang meluas ke tulang. Dapat timbul daerah perbaikan fibrokartilaginosa, tetapi mutu jaringan perbaikan lebih rendah daripada kartilago hialin asli, dalam kemampuannya menahan stres mekanik. Semua kartilago secara metabolis aktif, dan kondrosit melakukan replikasi, membentuk kelompok (klon). Namun, kemudian kartilago menjadi hiposeluler (Brandt, 2000). Proses degradasi yang timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara regenerasi (reparasi) dengan degenerasi rawan sendi melalui beberapa tahap yaitu fibrilasi, pelunakan, perpecahan dan pengelupasan lapisan rawan sendi. Proses ini dapat berlangsung cepat atau lambat. Yang cepat dalam waktu 10 15 tahun, sedang yang lambat 20 30 tahun. Akhirnya permukaan sendi menjadi botak tanpa lapisan rawan sendi.2. OsteofitBersama timbulnya dengan degenerasi rawan, timbul reparasi. Reparasi berupa pembentukan osteofit di tulang subkondral.3. Sklerosis subkondral. Pada tulang subkondral terjadi reparasi berupa sclerosis (pemadatan/ penguatan tulang tepat di bawah lapisan rawan yang mulai rusak).4. Sinovitis Sinovitis adalah inflamasi dari sinovium dan terjadi akibat proses sekunder degenerasi dan fragmentasi. Matriks rawan sendi yang putus terdiri dari kondrosit yang menyimpan proteoglycan yang bersifat immunogenik dan dapat mengaktivasi leukosit. Sinovitis dapat meningkatkan cairan sendi. Cairan lutut yang mengandung bermacam-macam enzim akan tertekan ke dalam celah-celah rawan. Ini mempercepat proses pengerusakan rawan. Pada tahap lanjut terjadi tekanan tinggi dari cairan sendi terhadap permukaan sendi yang botak. Cairan ini akan didesak ke dalam celah-celah tulang subkondral dan akan menimbulkan kantong yang disebut kista subkondral.

G. Manifestasi Klinik

Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhan yang dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien OA : a. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini (secara radiologis). Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja) (Soeroso, 2006). Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago (Felson, 2008).

Pada penelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal dari peradangan sendi ( sinovitis ), efusi sendi, dan edema sumsum tulang ( Felson, 2008). Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang Hal ini menimbulkan nyeri (Felson, 2008). Nyeri dapat timbul dari bagian di luar sendi, termasuk bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut adalah aakibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial band (Felson, 2008). b. Hambatan gerakan sendi Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan pertambahan rasa nyeri ( Soeroso, 2006 ).c. Kaku pagi Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari (Soeroso, 2006 ).

d. Krepitasi Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu ( Soeroso, 2006 ).e. Pembesaran sendi ( deformitas ) Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar ( Soeroso, 2006 ).

f. Pembengkakan sendi yang asimetrisPembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah ( Soeroso, 2006 ).

g. Tanda tanda peradangan Tanda tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada OA karena adanya synovitis. Biasanya tanda tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).

h. Perubahan gaya berjalan Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).H. Pemeriksaan RadiologiPada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik (Soeroso, 2006 ). Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah :

1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada bagian yang menanggung beban seperti lutut ).

2. Peningkatan densitas tulang subkondral ( sklerosis ).

3. Kista pada tulang

4. Osteofit pada pinggir sendi

5. Perubahan struktur anatomi sendi.

Berdasarkan temuan-temuan radiografis diatas, maka OA dapat diberikan

suatu derajat. Kriteria OA berdasarkan temuan radiografis dikenal sebagai kriteria Kellgren dan Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat ringan hingga tingkat berat. Perlu diingat bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografis sendi masih terlihat normal ( Felson, 2006 )Tabel 1. Gambaran Radiologis Pada OA Menurut Kellgren & LawrenceGrade of osteoarthritisDescription

0No radiographic findings of osteoarthritis

1Minute osteophytes of doubtful clinical significance

2Definite osteophytes with unimpaired joint space

3Definite osteophytes with moderate joint space narrowing

4Definite osteophytes with severe joint space narrowing and subchondral sclerosis

Gambar A: pandangan anteroposterior menunjukkan menyempitnya celah sendi (tanda panah) Gambar B : pandangan lateral menunjukkan sklerosis yang ditandai terbentuknya osteofit (tanda panah) Gambar C: menyempitnya celah sendi (tanda panah putih) menyebabkan destruksi padapada kartilago dan sunchondral (tanda panah terbuka) Gambar D: ditemukan kista subchondral (tanda panah)

Gambar A : gambar pertama menunjukkan penyempitan celah sendi pada panggul (tanda panah putih), sklerosis subchondral (kepala panah putih), dan terbentuknya kista (kepala panah transparan). Gambar B : gambar kedua diambil 2 tahun setelah gambar pertama yang menunjukkan semakin menyempitnya celah sendi (tanda panah putih) dan sklerosis (kepala panah putih).

Gambar 20. Perbandingan Radiografi konvensional, CT scan dan MRI sendi lutut

G. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna. Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas batas normal. Pemeriksaan imunologi masih dalam batas batas normal. Pada OA yang disertai peradangan sendi dapat dijumpai peningkatan ringan sel peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan nilai protein ( Soeroso, 2006 ).H. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa :

a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor Siklooksigenase -2 (COX-2), dan Asetaminofen

Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut penggunaan obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2 ( Felson, 2006 ).b. Chondroprotective Agent

Chondroprotective Agent adalah obat obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya ( Felson, 2006 ). 2. Nonmedikamentosaa. Edukasi atau Penerangan

Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar persendiaanya tetap terpakai ( Soeroso, 2006 )b. Penurunan berat badanBerat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat badan berlebih ( Soeroso, 2006 ). c. Terapi fisik dan rehabilitasiPasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit. (Soeroso, 2006 ). d. Terapi Pembedahan

Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari hari.

BAB III

KESIMPULAN

1. Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis, yang ditandai dengan kerusakan kartilago hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otototot yang menghubungkan sendi.2. Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik.3. Beberapa modalitas radiologi dapat dipakai untuk menegakkan diagnosis osteoarthritis seperti foto x-ray, MRI, CT scan, dan ultrasonografi.DAFTAR PUSTAKAFelson, D.T., 2006. Osteoarthritis of the knee. Massachusetts Medical Society. Didapat dari : http://content.nejm.org/cgi/content/short/354/8/841. [diakses pada tanggal 12 Maret 2010]

Felson, D.T., 2008. Osteoarthritis. Dalam : Fauci, A., Hauser, L.S., Jameson, J.L., Ed. HARRISON's Principles of Internal Medicine Seventeenth Edition. New York, United States of America. McGraw-Hill Companies Inc. : 2158-2165.

Garrison, S. J. 2001. Dasar-dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Jakarta : Hipokrates.

Harrison, T. R. 1999. Harrisons Principles of Medicine Edisi 13. USA : McGraw - Hill Companies

Joern, M., Klaus, S.B., dan Peer,E, 2010. The Epidemiology, Etiology, Diagnosis, and Treatment of Osteoarthritis of the Knee. Dtsch Arztebl International. Didapat dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2841860/ pdf/Dtsch_Arztebl_Int-107-0152.pdf [diakses pada tanggal 1April 2010]

Kumar et al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC.

Mansjoer, A. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.

Norvell JG. Tennosynovitis. www.emedicine.comPang HN, Teoh LC, Yam AK, dkk. 2007. Factors affecting the prognosis of pyogenic flexor tenosynocitis. J Bone Surg Am. Aug 2007;89(8):1742-8.Soeroso, J., Isbagio, H., Kalim, H., Broto, R., dan Pramudiyo, R., 2006. Osteoartrits. Dalam : Alwi, I., Sudoyo, A.W., dan Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta, Indonesia : Penerbit FKUI Pusat, 1195-1201.

Wilson, Lorraine McCarty. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Gambar 6. OA pada jari tangan

Gambar 5. OA pada jari kaki

Gambaran radiologis posteroanterior menunjukkan penyempitan ruang sendi interphalangeal, sklerosis subchondral, dan pembentukan osteofit (panah)

Gambar 7. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada lutut

Gambaran radiologis anteroposterior lutut menunjukkan penyempitan ruang sendi, sklerosis, dan pembentukan osteofit (panah)

Gambar 4. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis panggul

Gambar 9. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada pinggul

Kedua gambar di atas menunjukkan penyempitan ruang superolateral sendi, sklerosis, kista subkondral, dan pembentukan osteofit (panah)

Rheumatoid arthritis dengan osteoartritis sekunder. Gambaran radiologis panggul anteroposterior menunjukkan penyempitan ruang sendi setiap sendi panggul. Perhatikan erosi (anak panah) dan osteofit (panah)

Gambar 8. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada panggul

Gambar 10. Gambaran sendi tungkai normal

Gambar 11. Adanya pembentukan osteofit dan penyempitan celah sendi pada sendi tungkai

Gambar 12. Gambaran sendi panggul normal

Gambar 13. Adanya pembentukan osteofit pada sendi panggul

Gambar 15. Osteofit pada sendi jari tangan (DIP 1)

Gambar 14. Pembentukan sklerosis subkondral

Gambar 1. Foto Rontgen Lateral Sendi Lutut Normal

Gambar 2. Foto Rontgen Sendi lutut normal posisi AP

Gambar 3. Foto Rontgen OA lutut

A

B

C

D

A

B

Gambar 16. Gambaran MRI Sendi Lutut yang Normal

Gambar 17. Radiografi konvensional dan MRI pada sendi lutut

Gambar A: Radiografi Konvensional pada lutut : menunjukkan terjadinya penyempitan celah sendi pada kompartemen lateral (panah merah).

Gambar B: MRI : menunjukkan focal grade 3 cartilage defect

A

B

Radiografi Konvensional : (sunrise pateilar projection)

Axial CT Scan : Terdapat kista kecil di bagian apex patela

MRI : T1 weighted Terdapat kista kecil di bagian apex patella

MRI : T2 weighted Terjadi cartilage denudation

Radiografi Konvensional : tampak adanya sclerosis subchondral, penyempitan ruang sendi, dan osteofit

MRI : tampak adanya sclerosis subchondral

Gambar 18. Radiogradi patella

Gambar 19. Perbandingan Radiografi konvensional dan MRI sendi lutut

Gambar 21. Perbandingan X ray dan ultrasonografi

A

B

Plain radiografi tangan menunjukkan perubahan degenerative sendi carpometacarpal pertama

USG menunjukkan sendi carpometacarpal pertama terjadi penebalan synovial dan peningkatan vaskularisasi

Radiografi Konvensional : pembentukan osteofit

CT Scan : tampak adanya osteophytosis pada kompartemen medial dan lateral

MRI : osteophytosis terlihat lebih jelas dan nyata

3