ORM kalbar2011 report -...

35
PERTEMUAN K (P Oleh : Balai Konservasi Sumber Pemerintah Provinsi Kal FORINA USAID GPOCP, GIZ FORCLIME LAPORAN KONSERVASI ORANGUTAN REG KALIMANTAN BARAT Pontianak , 13 – 14 September 2011) r Daya Alam Kalimantan Barat limantan Barat E, IAR, FFI, WWF -ID Kalimantan Barat GIONAL

Transcript of ORM kalbar2011 report -...

PERTEMUAN KONSERVASI ORANGUTAN REGIONAL

(Pontianak

Oleh :

• Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat

• Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat

• FORINA

• USAID

• GPOCP, GIZ FORCLIME, IAR, FFI,

LAPORAN

PERTEMUAN KONSERVASI ORANGUTAN REGIONAL

KALIMANTAN BARAT

Pontianak , 13 – 14 September 2011)

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat

Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat

GPOCP, GIZ FORCLIME, IAR, FFI, WWF -ID Kalimantan Barat

PERTEMUAN KONSERVASI ORANGUTAN REGIONAL

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-

Nya, sehingga kegiatan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan

Barat dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk kesadaran dari berbagai pihak terhadap ancaman

terhadap kehidupan liar orangutan di habitatnya. Bentuk-bentuk ancaman tersebut

memerlukan solusi dan kerjasama dari berbagai pihak yang mengangani permasalahan

tersebut

Upaya untuk mendukung konservasi orangutan memang harus terus ditingkatkan mengingat

populasi orangutan di habitatnya semakin menurun. Kerusakan kawasan hutan merupakan

penyebab utama semakin populasi orangutan dan nasib orangutan semakin terancam

dengan perburuan untuk tujuan ekonomi maupun satwa peliharaan.

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat diharapkan

dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk mendukung upaya konservasi orangutan

terutama di wilayah Kalimantan Barat.

Pada akhirnya, segala informasi, pengetahuan dan rekomendasi yang diperoleh dari

kegiatan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat dapat

ditindaklanjuti dan diselaraskan dengan Strategi dan rencana aksi orangutan 2007 – 2017

yang termaktub dalam P.53/Menhut-IV/2007 oleh rencana aksi yang sesuai dengan kondisi

di Kalimantan Barat sehingga kehidupan orangutan dapat lestari di habitatnya dan dapat

memberikan manfaat secara optimal bagi ilmu pengetahuan.

Pontianak, 18 September 2011

KETUA PANITIA,

NIKEN WURI HANDAYANI, S.Si., M.Si.

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

PENDAHULUAN

Dalam rangka memperkuat upaya konservasi Orangutan di Indonesia dan

menempatkannya sebagai bagian dari proses pembangunan yang berkelanjutan,

pada bulan Desember 2007 Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Peraturan

Menteri Kehutanan No. P.53/Menhut-IV/2007 dimana peraturan ini mengatur

Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017.

Sesuai dengan mandat dari peraturan tersebut, telah dilaksanakan 2 (dua)

kali Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat di Pontianak.

Pertemuan yang pertama dilaksanakan pada tahun 2008, sedangkan pertemuan

yang kedua dilaksanakan padatanggal 22-23 April 2010. Pertemuan tersebut

dihadiri oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap upaya pelestarian

Orangutan dan menghasilkan suatu rumusan yang telah disepakati oleh semua

pihak. Dalam rumusan tersebut, didapatkan kesepakatan pembagian peran masing-

masing pihak terkait, yaitu Pemerintah, NGO, Swasta dan Pemerhati. Pemerintah

dalam hal ini Kementerian Kehutanan mencoba untuk membuka peluang guna

tersedianya area pelepasliaran melalui IUPHHK-RE (Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil

Hutan Kayu-Restorasi Ekosistem). Di Provinsi Kalimantan Barat pada saat ini

terbuka kesempatan untuk memperoleh IUPHHK-RE (Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor P.61/Menhut-II/2008) di empat kawasan dengan total luas 100.959 ha.

Kebijakan HPH restorasi yang berpotensi sebagai kawasan pelepasliaran orangutan

harus dimonitor oleh masyarakat sehingga tidak terjadi perubahan peruntukan

kawasan hutan tersebut di masa yang akan datang. Kemudian dari pihak swasta,

seperti HPH/HTI, Perkebunan dan Pertambangan diharapkan dapat menerapkan

Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (SFM), serta melestarikan habitat dan populasi

Orangutan yang ada di areal konsesinya dengan menerapkan prinsip BMP (Best

Management Practices) Orangutan sebagai perwujudan pelaksanaan kewajiban

ekologi.

Dari hasil Pertemuan Konservasi Orangutan yang kedua didapatkan

rekomendasi untuk daerah pelepasliaran untuk dua subs-pecies Orangutan di

Kalimantan Barat. Dua wilayah tersebut terletak di Kabupaten Kapuas Hulu dan

Kabupaten Ketapang untuk dua sub species yang berbeda, yaitu Pongo pygmaeus

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

pygmaeus di Kabupaten Kapuas Hulu dan Pongo pygmaeus wurmbii di Kabupaten

Ketapang.

Kabupaten Kapuas Hulu yang mendeklarasikan diri sebagai kabupaten

konservasi sejak 2004 menyatakan komitmennya untuk mendukung kegiatan

konservasi Orangutan. Salah satu wujud komitmen ini bahwa Kabupaten Kapuas

Hulu mengalokasikan APL, Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas, dan Hutan

Produksi dengan total seluas 171.094 ha untukdiusulkan sebagai area pelepasliaran

Orangutan. Untuk keperluan ini diperlukan dukungan survey dari Lembaga

Konservasi Orangutan di Kalimantan Barat yang tergabung dalam Forum Orangutan

Kalbar. Disamping itu Pemda Kabupaten Kapuas Hulu juga menawarkan peluang

dimanfaatkannya kawasan hutan yang ada di wilayah kabupaten untuk dijadikan

pusat penelitian orangutan sub spesies Pongo pymaeus pygmaeus.

Seperti halnya Kabupaten Kapuas Hulu, pemerintah kabupaten Ketapang

juga mendukung konservasi Orangutan di daerahnya. Komitmen ini telah didukung

dengan tersedianya data kawasan-kawasan hutan bernilai konservasi tinggi yang

ada di wilayah Kabupaten Ketapang antara lain di sungaiAwan (600 ha) dan sungai

Tengar yang juga merupakan habitat Orangutan. Salah satu wujud dukungan pemda

terhadap upaya keanekaragaman hayati termasuk konservasi Orangutan adalah

mendukung usulan masyarakat untuk menetapkan kawasan itu menjadi Kawasan

Konservasi Daerah (KKD).

Pemda Ketapang juga telah mengeluarkan himbauan kepada perkebunan

kelapa sawit untuk menyisihkan area mereka yang masih berhutan untuk dijadikan

kawasan konservasi. Himbauan ini telah mendapat respon dari 4 perusahaan

perkebunan yang telah sepakat untuk menyisihkan 10.000 ha menjadi kawasan

konservasi. Salah satu kendala yang dihadapi oleh pemda dan perkebunan ini

adalah proses legalitas status kawasan konservasi tersebut.

Setelah berselang lebih dari 1 (satu ) tahun, banyak aktivitas konservasi

Orangutan yang telah dilakukan oleh para pihak terkait, baik Pemerintah Pusat dan

Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Swasta, dan masyarakat pada umumnya.

Untuk menguatkan sinergitas dalam pelaksanaan aktivitas konservasi Orangutan ini,

perlu dilakukan pertemuan lanjutan konservasi Orangutan di Kalimantan Barat.

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

PELAKSANAAN

Kegiatan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat,

diselenggarakan selama dua hari pada :

Hari/Tanggal : Selasa-Rabu /13-14 September 2011

Tempat : Hotel Santika Pontianak

Peserta yang akan mengikuti kegiatan pelatihan ini terdiri dari :

1. Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Jakarta

2. Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat, Pontianak

3. Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Kalbar, Ketapang

4. Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Kalbar, Sintang

5. Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Kalbar, Singkawang

6. Kepala Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun, Putussibau

7. Kepala Balai Taman Nasional Danau Sentarum, Sintang

8. Kepala Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Sintang

9. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Palung, Ketapang

10. Bupati –Bupati di 14 kab/kota, Kalimantan Barat

11. Kepala Dinas Kehutanan dan Ketua BAPPEDA di 14 (empat belas)

Kab/Kota, Kalimantan Barat

12. Lembaga Swadaya Masyarakat Pemerhati Orangutan di Kalbar

13. Pihak Swasta

14. Masyarakat/tokoh adat

15. Media cetak dan elektronik

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

HASIL

Metode yang diterapkan guna mencapai tujuan pertemuan ini adalah sebagai

berikut:

1. Pemaparan dari nara sumber dan forum diskusi

2. Focus group discussion

3. Merumuskan kesimpulan dari hasil diskusi.

Kegiatan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat ini

dilaksanakan selama dua hari. Acara dimulai dengan Sambutan dari Kepala Balai

Konservasi Sumber Daya alam. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa

Orangutan merupakan primata yang terancam punah yang dilindungi oleh Negara

yang membutuhkan upaya Konservasi. Upaya konservasi Orangutan ini dapat

terwujud dengan kerjasama pihak terkait yaitu yaitu Pemerintah, NGO, Swasta dan

Pemerhati serta akademisi. Pertemuan Konservasi Orangutan ini penting untuk

mengetahui progress implementasi Rencana strategis dan rencana aksi Konservasi

Orangutan regional Kalimantan Barat dan juga untuk menguatkan sinergitas dalam

pelaksanaan aktivitas konservasi Orangutan.

Acara selanjutnya adalah sambutan dari Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan

Barat, yang disampaikan oleh Asisten II Provinsi Kalimantan Barat sekaligus

membuka secara resmi Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan

Barat. Dalam sambutannya dikatakan bahwa sesuai mandat Peraturan Menteri

Kehutanan Nomor 53 Tahun 2007 tentang Strategi dan Rencana Aksi

Orangutan (2007-2017) pihak-pihak yang berkepentingan terhadap upaya

pelestarian Orangutan diharapkan dapat saling berkoordinasi dan membangun kerja

sama yang baik. Dikatakan juga dalam sambutannya bahwa semua pihak harus

memberikan perhatian khusus bagi orangutan yang hidup di luar Kawasan

Konservasi dan Kawasan Lindung karena akses penggunaan pada areal ini dapat

diperuntukan bagi pembangunan di luar sektor kehutanan oleh berbagai pihak.

Kelestarian orangutan yang berada di luar kawasan konservasi, terutama kawasan

yang sudah memiliki Ijin Usaha seperti Perkebunan dan Kehutanan membutuhkan

dukungan konkret dari pemilik konsesi untuk mengintegrasikan pengelolaan menjadi

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

bagian dari pengelolaan perkebunan sawit. Beliau juga mengatakan bahwa untuk

mendukung Strategi dan Rencana Aksi Nasional tersebut, terdapat beberapa hal

yang dapat kita lakukan, antara lain:

1. Menjaga dan mengelola kawasan berhutan dengan prinsip - prinsip ”sustainable

development”.

2. Memperhatikan penataan dan penetapan penyusunan RTRW Provinsi ataupun

RTRW Kabupaten/ Kota, khususnya kawasan berhutan yang juga merupakan

habitat orangutan.

3. Mengingat sebaran orangutan tidak mengenal batasan administratif dan status

kawasan, maka perlu adanya pengelolaan bersama dari para pihak untuk

mempertahankan habitatnya, terutama pada daerah-daerah yang kritis yang

menjadi penyangga kawasan konservasi.

4. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang bisa mendatangkan keuntungan dengan

keberadaan Orangutan seperti Ekowisata dan Riset.

5. Dalam kegiatan rehabilitasi atau restorasi hutan dan lahan yang kritis, perlu

dikembangkan pola kemitraan antara berbagai pihak, termasuk dalam hal pilihan

jenis pohon yang tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat seperti karet,

tanaman buah lokal, dan tanaman keras khas Kalbar, juga harus dilengkapi

dengan penanaman pohon sumber pakan orangutan.

6. Peningkatan kampanye kepada masyarakat bahwa keberadaan orangutan

sebagai species payung (flagship species) dapat mendukung ketersediaan daya

dukung lingkungan untuk mendukung kesejahteraan manusia, termasuk jaminan

tersedianya jasa lingkungan antara lain sumber daya air, sumber daya hutan,

udara bersih, terjaganya iklim mikro dan sebagainya.

7. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai berbagai aspek yang terkait

dengan keberadaan orangutan, seperti laju peluruhan sarang, fenologi tumbuhan

pakan orangutan dan bio-ekologi keanekaragaman hayati di kawasan-kawasan

yang diidentifikasi memiliki nilai konservasi tinggi bagi keberadaan orangutan,

baik di kawasan konservasi dan kawasan lindung maupun di kawasan budidaya.

Kemudian penyampaian Keynote speech dari Direktur Konservasi Keanekaragaman

Hayati. Disampaikan bahwa acara pertemuan koordinasi para pihak pemangku

kepentingan konservasi orangutan ini dinilai sangat penting karena beberapa hal

diantaranya:

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

1. Orangutan Kalimantan merupakan salah satu spesies endemik kebanggaan

Indonesia yang telah ditetapkan dalam kategori sangat terancam punah

(endangered) dalam Red list IUCN kondisinya di insitu dan eksitu saat ini masih

belum menggembirakan.

2. Kegiatan ini selaras dengan program 5 (lima) tahun Menteri Kehutanan dalam

Kabinet Indonesia Bersatu II khususnya untuk mewujudkan (a). Peningkatan

populasi keanekaragaman hayati dan spesies yang terancam punah sebesar 3%

(tiga) persen; dan (b). Penyelesaian kasus baru tindak pidana kehutanan

khususnya peredaran tumbuhan dan satwa liar ilegal termasuk Orangutan

Kalimantan dan bagian-bagiannya.

3. Orangutan Kalimantan termasuk salah satu dari 14 species yang disepakati

untuk meningkat populasinya di alam yang disepakati pada Rakor KKH di

Bandung tanggal 19-21 Juli 2011, sesuai SK Dirjen PHKA Nomor SK.132/IV-

KKH/2011 tanggal 8 Juli 2011 tentang penetapan empatbelas species terancam

punah yang dijadikan species prioritas utama untuk peningkatan populasi 3%

pada tahun 2011-2014, dimana Kalimantan Barat merupakan salah satu areal

prioritas untuk konservasi Orangutan Kalimantan.

Setelah acara sambutan, maka acara dilanjutkan dengan beberapa presentasi, yaitu

:

1. Progres implementasi Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan di

Kalimantan Barat, yang disampaikan oleh Niken Wuri Handayani dari BKSDA

Kalimantan Barat. Dalam presentasinya disampaikan kegiatan-kegiatan yang

telah dilakukan oleh pemerintah, NGO, Swasta, pemerhati dan akademisi

dalam mendukung Strategi dan rencana Aksi Konservasi Orangutan di

Kalimantan Barat.

2. Aspek Penegakan Hukum dan Penyelamatan Orangutan, yang disampaikan

oleh Dedy Hardinianto, SH. Dalam presentasinya dikatakan bahwa dalam

penegakan hokum tumbuhan dan satwa liar, perlu kerjasama aparat penegak

hukum, instansi terkait, Lembaga Konservasi, LSM dan Masyarakat.

Disampaikan juga dalam presentasinya kasus Perdagangan illegal Orangutan

yang pernah ditangani oleh SPORC yang merupakan suatu prestasi yang

membanggakan karena merupakan kasus pertama di Indonesia dalam

perdagangan illegal tumbuhan dan satwa liar dalam hal ini orangutan.

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

3. Lokasi Pelepasliaran Orangutan di Kalimantan Barat, yang disampaikan oleh

Dinas Kehutanan Kabupaten Ketapang. Disampaikan bahwa Pemerintah

daerah Kabupaten Ketapang mengusulkan rencana lokasi pelepasliaran

orangutan di Hl. Gn. Tarak Kab. Ketapang, dengan pertimbangan :

- HL. Gn. Tarak : Biodiversity tinggi – fenomena alam khas, jenis

vegetasi masih bagus, tinggi pohon mencapai 20 m dgn Ø 25-50 cm,

masih ditemukan berbagai jenis primata termasuk orangutan.

- Hasil survey : di kawasan HL dan HP di Kab. Ktp terdapat ± 1.800

individu orangutan dgn kepadatan 1,48 ekor / Km², di TNGP ± 2.500

individu, dan ditemukan 29 species tumbuhan sumber pakan

orangutan.

- Kawasan HL. Gn. Tarak Berbatasan langsung dengan TNGP,

mencakup 5 kecamatan dan mrpk 1 hamparan kawasan hutan dgn

luas 23.523 Ha, upaya pelepasliaran kedepan lebih dapat maksimal

utk dikembangkan.

4. Konservasi Orangutan di Kalimantan Barat, yang disampaikan oleh Yayasan

IAR Indonesia. Dalam presentasinya disampaikan bahwa kondisi habitat

Orangutan saat ini semakin berkurang disebabkan oleh :

* Berubahnya fungsi hutan

* Kebakaran hutan

* Penebangan liar (illegal loging)

Dan berkurangnya populasi orangutan disebabkan oleh :

� Perburuan liar

� Perdagangan satwa liar

� Konflik antara orangutan dengan masyarakat.

Saat ini, lembaga yang melaksanakan penyelamatan dan rehabilitasi

Orangutan di Kalimantan Barat adalah Yayasan IAR Indonesia yang berlokasi

di Jl. Walter Mongonsidi, Kp. Kaum Desa Kauman Kecamatan Benua

Kayong, Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat.

Dikatakan juga bahwa tujuan dari rehabilitasi Orangutan adalah membantu

individu orangutan untuk menguasai kemampuan sosial dan ekologi yang

dibutuhkan saat nanatinya dilepaskan, serta untuk menjauhkan mereka dari

kontak dengan manusia dan menghilangkan ketergantungan terhadap

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

manusia, sehingga mereka dapat bertahan hidup secara mandiri (atau lebih

mandiri) di habitat liarnya

5. Paparan situasi dan kondisi populasi dan habitat orangutan serta potensi

ancamannya di Kalimantan Barat (Paparan hasil survey di Ketapang dan

Kayong Utara) yang disampaikan oleh Tito P Indrawan. Dalam presentasinya

disampaikan hasil dari survey wawancara mengenai lokasi habitat Orangutan

tahun 2009 yang dilakukan oleh para penggiat konservasi Orangutan di

Kalimantan. Kemudian disampaikan juga perbandingan antara luasan hutan

di Kabupateng Ketapang dan Kayong Utara, luasan kawasan hutan yang

telah diberikan ijin usaha perkebunan, dan luas potensi habitat Orangutan.

Dari peta yang disampaikan, terlihat jelas, banyak potensi habitat Orangutan

yang tumpang tindih dengan kawasan perkebunan. Untuk itulah dibutuhkan

kerjasama dengan pihak swasta dalam hal ini perkebunan dalam upaya

Konservasi Orangutan. Disampaikan juga potensi ancaman habitat

Orangutan seperti pertambangan, perkebunan, logging, kebekaran hutan, dan

tidak adanya stasiun riset.

6. Peran Swasta Dalam Perlindungan Orangutan, disampaikan oleh PT. Kayung

Agro Lestari (KAL) – ANJ Agri Ketapang. Presentasinya menjelaskan bagaimana

upaya PT. Kayung Agro Lestari mengelola Kawasan Konservasi di dalam

Konsesi. Dijelaskan juga bagaimana perhatian PT KAL terhadap kelestarian

lingkungan ketika melakukan pengembangan landscape perkebunannya

dengan memperhatikan kawasan-kawasan High Conservation Value Forest

(HCVF) atau Kawasan Hutan yang bernilai Konservasi Tinggi (NKT), koridor

satwa dan menjaga kawasan konservasi sesuai peraturan perundangan yang

berlaku. Komitmen ini dilaksanakan oleh KAL dengan terlebih dahulu

melakukan identifikasi kawasan NKT terhadap kawasan hutan yang dilepas.

Setelah acara penyampaian beberapa presentasi, kemudian dilanjutkan dengan

pemberian pengarahan mengenai metode pelaksanaan Focus Group Discussion

(FGD) yang disampaikan oleh Jamartin Sihite. FGD dilakukan dengan dibagi

menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu kelompok Konservasi Orangutan, Kelompok

Kebijakan, Kelompok Kemitraan dan kelompok Komunikasi. Adanya perbedaan

pembagian kelompok dengan regional meeting tahun lalu yang berdasarkan kamar

kepentingan, adalah dikarenakan proporsi jumlah peserta kamar kepentingan yang

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

tidak berimbang, sehingga diputuskan pembagian kelompoknya berdasarkan topic

yang diutamakan.

Pada hari kedua, acara dimulai dengan pemilihan ketua Forum Orangutan Kalbar

dan yang terpilih menjadi ketuanya dengan masa jabatan 2011-2013 adalah

Albertus Tjiu. Setelah acara pemilihan ketua, maka acara selanjutnya adalah Focus

Group Discussion (FGD) yang dibagi berdasarkan 4 (empat) kelompok; yaitu

kelompok Konservasi Orangutan, Kelompok Kebijakan, Kelompok Kemitraan, dan

Kelompok Komunikasi.

Acara selanjutnya adalah Pleno, dimana masing-masing kelompok menjelaskan

hasil diskusi masing-masing kelompok. Selanjutnya, pembacaan rumusan hasil

Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat.

Kemudian acara penutupan oleh Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam, dan

terakhir foto bersama.

UMUM

Hasil yang dicapai dari Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan

Barat, adalah Rumusan. Adapun Rumusan dari Pertemuan adalah sebagai berikut :

Rumusan Hasil Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat

Pontianak, 13-14 September 2011

Berdasarkan :

1. Laporan Ketua Panitia penyelenggara Pertemuan Konservasi Orangutan

Regional Kalimantan Barat

2. Sambutan Sekretaris Daerah yang disampaikan oleh Asisten II Provinsi

Kalimantan Barat

3. Sambutan Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Direktorat Jenderal

PHKA

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

4. Pemaparan Nara Sumber dalam dua sesi dan diskusi empat kelompok

terfokus (Focus Group Discussion /FGD)

Dirumuskan hasil Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat

sebagai berikut :

1. Di dalam Sambutan Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat dikatakan

bahwa perhatian khusus perlu diberikan bagi Orangutan yang hidup di luar

Kawasan Konservasi dan Kawasan Lindung karena penggunaan areal ini

diperuntukan bagi pembangunan di luar sektor kehutanan oleh berbagai

pihak, sehingga cenderung lebih mengancam keberadaan Orangutan dan

habitatnya. Kelestarian orangutan yang berada di luar kawasan konservasi,

terutama kawasan yang sudah memiliki Ijin Usaha seperti Perkebunan dan

Kehutanan membutuhkan dukungan konkret dari pemilik konsesi untuk

mengintegrasikan pengelolaan menjadi bagian dari pengelolaan perkebunan

sawit ataupun HPH.

2. Untuk mendukung strategi dan rencana aksi konservasi Orangutan terdapat

beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu :

a. Menjaga dan mengelola kawasan berhutan dengan prinsip - prinsip

”sustainable development” atau pengelolaan hutan lestari;

b. Memperhatikan penataan dan penetapan penyusunan RTRW Provinsi

ataupun RTRW Kabupaten/ Kota, khususnya kawasan berhutan yang

juga merupakan habitat Orangutan;

c. Mengingat sebaran Orangutan tidak mengenal batasan administratif

dan status kawasan, maka perlu adanya pengelolaan bersama dari

para pihak untuk mempertahankan habitatnya;

d. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang bisa mendatangkan manfaat

dengan keberadaan Orangutan seperti Ekowisata dan Riset;

e. Dalam kegiatan rehabilitasi atau restorasi hutan dan lahan kritis, perlu

dikembangkan pola kemitraan antara berbagai pihak, termasuk dalam

hal pilihan jenis pohon yang tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat

seperti karet, tanaman buah lokal, dan tanaman keras khas Kalbar,

juga harus dilengkapi dengan penanaman pohon sumber pakan

Orangutan;

f. Peningkatan kampanye kepada semua lapisan masyarakat bahwa

keberadaan Orangutan sebagai species payung (flagship species)

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

dapat mendukung keberlanjutan daya dukung lingkungan untuk

mendukung kesejahteraan manusia, termasuk jaminan tersedianya

jasa lingkungan antara lain sumber daya air, sumber daya hutan, udara

bersih, terjaganya iklim mikro dan sebagainya;

g. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai berbagai aspek yang

terkait dengan keberadaan Orangutan, seperti laju peluruhan sarang,

fenologi tumbuhan pakan Orangutan dan bio-ekologi keanekaragaman

hayati di kawasan-kawasan yang diidentifikasi memiliki nilai konservasi

tinggi bagi keberadaan Orangutan, baik di kawasan konservasi dan

kawasan lindung maupun di kawasan budidaya;

h. Perlu dibangunnya bank atau pusat data mengenai potensi habitat

Orangutan, sebaran Orangutan dan populasi Orangutan liar di

Kalimantan Barat.

3. Dalam sambutan Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati menyatakan

bahwa kegiatan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan barat

ini selaras dengan program 5 (lima) tahun Menteri Kehutanan dalam Kabinet

Indonesia Bersatu II khususnya untuk mewujudkan:

a. Peningkatan populasi keanekaragaman hayati dan spesies yang

terancam punah sebesar 3% (tiga) persen;

b. Penyelesaian kasus baru tindak pidana kehutanan khususnya

peredaran tumbuhan dan satwa liar ilegal termasuk Orangutan

Kalimantan dan bagian-bagiannya;

c. Dan, bahwa Orangutan Kalimantan termasuk salah satu dari 14

species yang disepakati untuk meningkat populasinya di alam yang

disepakati pada Rakor KKH di Bandung tanggal 19-21 Juli 2011,

sesuai SK Dirjen PHKA Nomor SK.132/IV-KKH/2011 tanggal 8 Juli

2011 tentang penetapan empatbelas species terancam punah yang

dijadikan species prioritas utama untuk peningkatan populasi 3% pada

tahun 2011-2014, dimana Kalimantan Barat merupakan salah satu

areal prioritas untuk konservasi Orangutan Kalimantan.

4. Dari pemaparan nara sumber di dua sesi dan FGD empat kelompok

direkomendasikan:

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

a. Perlu dilakukan penelitian/survey dan monitoring Orangutan dan

habitatnya secara lebih terkoordinasi, sistematis dan berkelanjutan

pada semua status kawasan;

d. Perlu komunikasi yang intensif dan sharing informasi antar semua

elemen mengenai progres kegiatan konservasi Orangutan dan

habitatnya;

e. Perlu membangun pola kemitraan efektif dan terukur dari pihak

pemerintah, pemerintah daerah dan LSM untuk membantu inisiatif

pihak swasta, bidang perkebunan, dalam upaya konservasi Orangutan

dan habitatnya.

f. Perlu revisi aturan perundangan terkait konservasi Orangutan, (seperti:

PP No. 7 tahun 1999, khususnya mengganti kata ”penyerahan”

menjadi ”penyitaan”., dan SK Dirjen PHKA No. 762 tahun 2001) dan

pembuatan kebijakan-kebijakan yang pro konservasi Orangutan;

g. Perlu revitalisasi aturan/hukum adat yang bersesuaian untuk

konservasi Orangutan dan habitatnya;

h. Mendorong Kementerian Kehutanan untuk melakukan reklasifikasi

fungsi kawasan hutan dan tukar pakai lahan (land swap) pada 13 juta

hektar kawasan hutan yang tidak berhutan dengan 18 juta hektar hutan

alam dan lahan gambut di luar kawasan hutan, sebagai implementasi

TAP MPR No. IX tahun 2001 tentang Reformasi Agraria dan

Pengelolaan Sumber Daya Alam;

i. Melakukan identifikasi dan pemetaan kawasan untuk pelepasliaran

Orangutan yang sekarang dalam pusat-pusat rehabilitasi, serta

mengkomunikasikannya kepada pihak pemerintah dan pemerintah

daerah untuk penetapannya.

j. Mendorong pemerintah daerah menetapkan kawasan konservasi

daerah untuk Orangutan dan satwa liar lainnya.

k. Percepatan finalisasi draft Permenhut No. 280 tahun 1995 tentang

Reintroduksi Orangutan;

l. Mendorong pembentukan Task Force di daerah untuk implementasi

Permenhut No. P.48 tahun 2010 tentang Penanganan Konflik Manusia

dan Satwa Liar; dan

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

m. Kampanye bahwa memelihara/mengkandangkan/mengikat dan

membunuh Orangutan adalah tindakan tercela dan criminal karena

melanggar aturan perundangan.

Dalam pertemuan ini juga dilakukan pemilihan Ketua Forum Orangutan Indonesia

(FORINA) Kalimantan Barat untuk periode 2011 – 2013. Dari pemilihan tersebut

terpilih dan ditetapkan bahwa saudara ALBERTUS TJIU sebagai Ketua FORINA

Kalimantan Barat Periode 2011 – 2013.

EVALUASI IMPLEMENTASI

Dalam acara Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011,

ada beberapa hal yang perlu dievaluasi, yaitu :

- Waktu pelaksanaan yang kurang tepat sehingga banyak pejabat pengambil

keputusan seperti kepala UPT, Bupati, dan kepala Dinas, tidak dapat hadir

dalam kegiatan.

- Peserta dari Akademisi masih kurang, mungkin untuk kedepannya perlu juga

diundang dari Fakultas MIPA Jurusan Biologi.

- Dari pemateri terfokus di daerah Ketapang (untuk sub spesies Pongo pygmaeus

wurmbii) sehingga tidak ada pemaparan untuk sub spesies Pongo pygmaeus

pygmaeus. Pemaparan progress untuk sub spesies Pongo pygmaeus

pygmaeus hanya dijelaskan secara singkat dalam presentasi pertama mengenai

Progress Implementasi Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan

Kalbar.

REKOMENDASI

Diharapkan acara Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat

dapat berlangsung secar berkesinambungan setiap tahun, sehingga diharapka

progress implementasi dapat lebih terarah dan mencapai target dari Strategi dan

Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia.

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

Diharapkan juga, dengan terpilihnya ketua Forum Orangutan Kalbar, dapat

mengaktifkan kembali Forum, dan dapat membantu percepatan upaya konservasi

Orangutan di Kalimantan Barat.

PENUTUPAN

Konservasi Orangutan di Kalimantan Barat dapat terwujud dengan adanya

kerjasama dan Koordinasi multi pihak yang berkepentingan, seperti Pemerintah

Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya masyarakat, Akademisi, Swasta, dan

masyarakat.

Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat merupakan wadah

untuk menyampaikan progress implementasi dan usulan serta saran-saran yang

berguna untuk kemajuan konservasi Orangutan di Kalimantan Barat. Untuk itu

diharapkan Pertemuan Regional ini dapat dilaksanakan setiap tahun.

Dengan terpilihnya Ketua Forum Orangutan Kalimantan Barat maka diharapkan

dapat mempercepat pencapaian Strategi dan Rencana Aksi Orangutan di

Kalimantan Barat.

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

LAMPIRAN

SAMBUTAN KEPALA BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

KALIMANTAN BARAT

Yang Terhormat,

� Bapak Gubernur Kalimantan Barat atau yang mewakili.

� Bapak Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati atau Yang Mewakili.

� Muspida Provinsi Kalimantan Barat atau Pejabat yang Mewakili

� Para Kepala Dinas atau Badan Lingkup Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat

atau yang Mewakili

� Kepala UPT Lingkup Departemen Kehutanan di Propinsi Kalimantan Barat atau

yang Mewakili

� Hadirin Sekalian Peserta ”Pertemuan Konservasi Orangutan Regional

Kalimantan Barat”

Assalaamu’allaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa karena atas rahmat dan karunia -Nya, kita semua dapat hadir di tempat ini

dalam keadaan sehat wal-afiat guna mengikuti acara ”PERTEMUAN KONSERVASI

ORANGUTAN REGIONAL KALIMANTAN BARAT “.

Bagi para peserta yang berasal dari luar kota Pontianak Saya ucapkan selamat

datang dan selamat mengikuti acara ini sampai dengan selesai.

Kegiatan lokakarya ini diselenggarakan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam

Provinsi Kalimantan Barat bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan

Barat, FORINA (Forum Orangutan Indonesia) dan berbagai pihak yang bergerak di

bidang konservasi Orangutan. Kegiatan lokakarya ini akan berlangsung selama 2

(dua) hari yaitu Hari Selasa - Rabu tanggal 13 - 14 September 2011, di Hotel Santika

Pontianak.

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

Bapak, Ibu dan Hadirin yang saya hormati,

Kita ketahui bersama bahwa orangutan merupakan primata yang menjadi bagian

penting dari kekayaan keanekaragaman hayati kita, dan merupakan satu-satunya

kera besar yang hidup di Asia. Di Kalimantan Barat terdapat 2 (dua) sub spesies

orangutan yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus dan Pongo pygmaeus wurmbii yang

saat ini kondisinya sangat mengkhawatirkan. Dalam daftar merah IUCN (2007)

sebuah badan dunia yang memantau tingkat keterancaman jenis secara global,

menempatkan orangutan di Kalimantan pada posisi terancam punah / endangered.

Dan dalam peraturan perundangan Indonesia pun, orangutan termasuk dalam status

jenis satwa yang dilindungi sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang pengawetan Jenis

Tumbuhan dan Satwa, serta dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan

Hutan dan Konservasi Alam Nomor: SK.132/IV-KKH/2011 yang mengatakan bahwa

orangutan termasuk dalam 14 spesies terancam punah yang menjadi spesies

prioritas utama untuk peningkatan populasi 3% pada tahun 2010-2014.

Penyusutan dan kerusakan kawasan hutan telah menurunkan jumlah kehilangan

habitat di Kalimantan sebesar 1,5 - 2 % per tahunnya (Revisi PHVA 2004) dan hal

tersebut yang menyebabkan populasi Orangutan di Kalimantan Barat pada saat ini

tersebar dalam kantong-kantong habitat dengan ukuran populasi yang bervariasi,

yaitu TN Betung Kerihun diperkirakan sebesar 1330-2000 individu, TN Danau

Sentarum 500 individu, TN Bukit Baka Bukit Raya 175 individu, TN Gunung Palung

2500 individu, Bukit Rongga & Parai 1000 individu, serta CA Gunung Nyiut dan CA

Muara Kendawangan yang juga merupakan habitat orangutan namun belum dapat

diberikan angkanya karena hingga saat ini belum ada data (PHVA, 2004).

Hal yang juga memicu turunnya populasi orangutan adalah perburuan dan

perdagangan satwa liar untuk dijadikan hewan peliharaan bahkan sebagai sumber

makanan bagi sebagian masyarakat.

Sesuai dengan amanat Pasal 4 Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya bahwa konservasi sumber daya

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

alam hayati dan ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan kewajiban

Pemerintah dan masyarakat. Untuk itu sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk

mengambil peran dalam upaya konservasi orangutan tersebut, baik secara langsung

maupun tak langsung.

Kalimantan Barat sebelumnya telah mengadakan 2 (dua) kali Pertemuan

Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat di Pontianak. Pertemuan yang

pertama dilaksanakan pada tahun 2008, dan pertemuan yang kedua dilaksanakan

pada tahun 2010. Pertemuan tersebut dihadiri oleh pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap upaya pelestarian Orangutan dan menghasilkan suatu rumusan yang telah

disepakati oleh semua pihak. Dalam rumusan tersebut, didapatkan kesepakatan

pembagian peran masing-masing pihak terkait, yaitu Pemerintah, NGO, Swasta dan

Pemerhati.

Setelah berselang lebih dari1 (satu) tahun, banyak aktivitas konservasi

Orangutan yang telah dilakukan oleh para pihak terkait, baik Pemerintah Pusat dan

Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Swasta, dan masyarakat pada umumnya.

Untuk menguatkan sinergitas dalam pelaksanaan aktivitas konservasi Orangutan ini,

perlu dilakukan pertemuan lanjutan konservasi Orangutan di Kalimantan Barat.

Bapak, Ibu dan Hadirin yang saya hormati,

Sebagai negara yang memiliki populasi orangutan terbesar, upaya konservasi

orangutan di Indonesia menjadi pusat perhatian dunia luar. Sebagai bentuk

tanggung jawab akan upaya pelestarian orangutan, Pemerintah Indonesia telah

menyusun Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Nasional melalui

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.53/Menhut-IV/2007 tanggal 3 Desember

2007. Peraturan ini disusun melalui serangkaian proses pertemuan dan

berdasarkan kompilasi strategi dan rencana aksi di beberapa propinsi yang memiliki

populasi orangutan di Sumatera dan Kalimantan.

Strategi dan Rencana Aksi ini diharapkan menjadi panduan dan pegangan dalam

upaya pelestarian atau konservasi orangutan karena merupakan kerangka kerja

yang memerlukan penanganan prioritas, terpadu dan melibatkan semua pihak dan

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

para pemangku kepentingan. Selain itu diharapkan pembangunan di daerah bisa

selaras dengan upaya pelestarian orangutan.

Untuk itu dalam upaya konservasi orangutan di Kalimantan Barat perlu adanya

sinergisitas peran stake holder, baik instansi pemerintah pusat dan daerah, lembaga

pendidikan, swasta, maupun masyarakat pada umumnya. Dalam rangka pemetaan

dan sinergisitas peran para pihak tersebut, maka dilaksanakanlah “Pertemuan

Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat” ini.

Adapun tujuan dari kegiatan lokakarya ini adalah sebagai berikut:

1. Menyampaikan gambaran kondisi terakhir kegiatan konservasi, populasi dan

habitat Orangutan serta permasalahan yang dihadapi dalam melakukan

upaya konservasi Orangutan di Kalimantan Barat.

2. Konsolidasi para pihak yang berkepentingan dalam upaya konservasi

Orangutan di Kalimantan Barat, khususnya dalam hal penegakan hukum dan

upaya-upaya penyelamatan Orangutan (rehabilitasi dan reintroduksi).

3. Membuat rencana bersama program konservasi orangutan untuk Kalimantan

barat.

4. Mengaktifkan kembali Forum Orangutan Kalimantan Barat.

5. Menindaklanjuti usulan lokasi pelepasliaran Orangutan di Kabupaten Kapuas

Hulu dan Ketapang.

Bapak, Ibu dan Hadirin yang saya hormati,

Lokakarya ini diikuti sebanyak L. orang peserta yang berasal dari instansi

pemerintah, unsur perguruan tinggi, pihak swasta dan LSM yang merupakan

representasi dari para pihak terkait dengan upaya konservasi orangutan baik di

tingkat Propinsi maupun di tingkat Kabupaten.

Atas nama instansi pemegang Management Authority untuk pengelolaan hidupan

liar, kami mengucapkan terima kasih dan perhargaan yang setinggi-tingginya

kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselenggaranya kegiatan ini.

Semoga apa yang kita upayakan pada hari ini akan memberikan kontribusi pada

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

peningkatan koordinasi dan menciptakan sinergi aktivitas para pihak di Kalimantan

Barat dalam implementasi Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan

Nasional.

Selanjutnya kami mohon dengan hormat Bapak Gubernur Kalimantan Barat agar

berkenan memberikan kata sambutan sekaligus membuka secara resmi acara

”PERTEMUAN KONSERVASI ORANGUTAN REGIONAL KALIMANTAN BARAT”

ini.

Bapak, Ibu dan Hadirin yang saya hormati,

Atas nama panitia penyelenggara kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika

dalam penyelenggaraan ini ada yang kurang berkenan di hati Bapak, Ibu dan Hadirin

sekalian.

Akhir kata, selamat mengikuti acara “PERTEMUAN KONSERVASI ORANGUTAN

REGIONAL KALIMANTAN BARAT”

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat,

Ir. DJOHAN UTAMA PERBATASARI, MM

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

SAMBUTAN

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PADA

“PERTEMUAN KONSERVASI ORANGUTAN

PROVINSI KALIMANTAN BARAT”

Selasa, 13 September 2011

Hotel Santika, Pontianak

Yth. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Ditjen Perlindungan Hutan dan

Konservasi Alam Kementerian Kehutanan

Yth. Para Kepala Dinas dan Kepala Badan di Lingkungan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Barat

Yth. Para Kepala Dinas Kabupaten/Kota se-Kalimantan Barat

Yth. Para Kepala UPT Kementerian Kehutanan yang berada di Provinsi

Kalimantan Barat

Yth. Para akademisi, pihak swasta, LSM, dan media massa yang telah

memberikan perhatian serius dalam upaya konservasi Orangutan di

Indonesia;

Hadirin para undangan yang berbahagia

Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua

Mengawali sambutan ini marilah kita bersama memanjatkan puji syukur

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang tak henti-hentinya telah memberikan kasih

sayang-Nya kepada kita sekalian hingga pada saat ini kita dapat berkumpul

bersama di tempat ini untuk mengikuti rangkaian acara PERTEMUAN

KONSERVASI ORANGUTAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT.

Ucapan terima kasih atas kehadirannya dan selamat datang di Bumi

Khatulistiwa saya sampaikan kepada rekan-rekan dari Ditjen. Perlindungan Hutan

dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan. Saya sampaikan pula ucapan terima

kasih ini kepada seluruh undangan atas perhatian dan kemauan dalam menjaga dan

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

melindungi Orangutan yang terdapat di Kalimantan Barat. Semoga niat baik ini dapat

berjalan lancar sesuai yang kita harapkan.

Hadirin yang saya hormati,

Sebagai kawasan yang masih memiliki hutan alam, Kalimantan Barat

merupakan ekoregion khas bagi ekosistem Orangutan. Kita ketahui bersama bahwa

Orangutan merupakan salah satu primata yang paling terancam di dunia dan satu-

satunya kera besar yang hidup di Asia. Pemerintah baik Pusat maupun Daerah wajib

melakukan upaya-upaya konservasi Orangutan sesuai dengan amanat UU Nomor 5

Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya.

Lebih lanjut, dalam upaya melindungi jenis primata ini, telah dikeluarkan

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 53 Tahun 2007 tentang Strategi dan

Rencana Aksi Orangutan yang berlaku selama 10 tahun (2007-2017). Sesuai

mandat dari peraturan ini, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap upaya

pelestarian Orangutan diharapkan dapat saling berkoordinasi dan membangun kerja

sama yang baik.

Bapak/ Ibu yang saya hormati,

Laju deforestasi di daerah hutan tropis Asia diperkirakan sudah mencapai

kisaran 30%. Tingginya laju deforestasi atau penggundulan hutan ini menjadi

ancaman serius bagi keberlangsungan hidup tumbuhan dan satwa, termasuk

Orangutan merupakan satwa kharismatik yang hanya ditemukan di Pulau

Kalimantan dan Sumatera. Khusus di Kalimantan Barat, berdasarkan Kepmenhut

Nomor 259 Tahun 2000 tentang Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi

Kalimantan Barat, kita memiliki Kawasan Konservasi seluas ±1,15 juta hektar yang

diperuntukkan sebagai Kawasan Taman Nasional.

Namun, yang perlu menjadi perhatian kita bersama adalah kondisi orangutan

yang hidup di luar Kawasan Konservasi dan Kawasan Lindung seperti di Kawasan

Hutan Produksi dan Areal Penggunaan Lain yang masih berhutan. Areal di luar

Kawasan Konservasi dan Kawasan Lindung memiliki prosentasenya yang cukup

luas yakni sekitar 72,56% dari total kawasan hutan di Kalimantan Barat.

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

Orangutan tidak memiliki KTP sehingga tidaklah mungkin kita melarang

primata ini untuk memasuki area kegiatan manusia. Oleh karena itu, saya harapkan

kepada seluruh pihak swasta untuk tetap menjaga ekosistem Orangutan yang

berada disekitar Ijin Usaha yang dimiliki.

Hadirin yang saya hormati,

Kita perlu memberikan perhatian khusus bagi orangutan yang hidup di luar

Kawasan Konservasi dan Kawasan Lindung karena akses penggunaan pada areal

ini dapat diperuntukan bagi pembangunan di luar sektor kehutanan oleh berbagai

pihak. Kelestarian orangutan yang berada di luar kawasan konservasi, terutama

kawasan yang sudah memiliki Ijin Usaha seperti Perkebunan dan Kehutanan

membutuhkan dukungan konkret dari pemilik konsesi untuk mengintegrasikan

pengelolaan menjadi bagian dari pengelolaan perkebunan sawit.

Dalam hal ini patut pula diterapkan skenario pencegahan dan penyelesaian

konflik antara kepentingan manusia dan konservasi orangutan yang instrumennya

sudah dikembangkan oleh berbagai pihak. Selain itu, Konservasi orangutan harus

dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat lokal baik langsung maupun tidak

langsung, termasuk dalam menjawab kebutuhan dasar masyarakat, sehingga

keseimbangan antara kepentingan ekologi dan ekonomi dapat berjalan secara

seimbang.

Hadirin yang berbahagia,

Setelah kita memahami arti pentingnya dari eksistensi sumber daya hutan

yang juga merupakan rumah bagi berbagai satwa termasuk orangutan, maka

selanjutnya yang perlu kita lakukan adalah mengembangkan suatu gagasan bagi

pengelolaan kawasan hutan tersebut secara holistik dan integratif guna

kemashalatan kehidupan di masa depan seiring dengan upaya-upaya pelestarian

jenis keanekaragaman hayati yang tengah menjadi perhatian dan kepedulian

berbagai pihak. Tidak berlebihan kiranya jika saya sangat berharap pertemuan ini

mampu menghasilkan rumusan dan rekomendasi strategis guna mengembangkan

sinergi para pihak dalam upaya konservasi orangutan.

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

Sebagaimana sering saya ungkapkan dalam berbagai pertemuan seperti ini,

mari kita tunjukkan bahwa Kalimantan Barat bisa menjadi model sinergi para pihak,

dalam hal ini Pemerintah Pusat melalui rekan-rekan di Balai KSDA Provinsi

Kalimantan Barat, Balai Besar TN Betung Kerihun, Balai TN Danau Sentarum, Balai

TN Bukit Baka Bukit Raya, dan Balai TN Gunung Palung sebagai Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Kementerian Kehutanan di Kalimantan Barat; Pemerintah Provinsi

Kalimantan Barat, dan Pemerintah Kabupaten/ Kota se-Kalimantan Barat; Perguruan

Tinggi; pelaku bisnis; LSM; dan tidak lupa masyarakat lokal sebagai bagian intgral

dari implementasi ”Strategi dan Rencana Aksi Nasional Konservasi Orangutan

Indonesia tahun 2007 - 2017”.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Untuk mendukung Strategi dan Rencana Aksi Nasional tersebut, terdapat

beberapa hal yang dapat kita lakukan, antara lain:

8. Menjaga dan mengelola kawasan berhutan dengan prinsip - prinsip ”sustainable

development”.

9. Memperhatikan penataan dan penetapan penyusunan RTRW Provinsi ataupun

RTRW Kabupaten/ Kota, khususnya kawasan berhutan yang juga merupakan

habitat orangutan.

10. Mengingat sebaran orangutan tidak mengenal batasan administratif dan status

kawasan, maka perlu adanya pengelolaan bersama dari para pihak untuk

mempertahankan habitatnya, terutama pada daerah-daerah yang kritis yang

menjadi penyangga kawasan konservasi.

11. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang bisa mendatangkan keuntungan dengan

keberadaan Orangutan seperti Ekowisata dan Riset.

12. Dalam kegiatan rehabilitasi atau restorasi hutan dan lahan yang kritis, perlu

dikembangkan pola kemitraan antara berbagai pihak, termasuk dalam hal pilihan

jenis pohon yang tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat seperti karet,

tanaman buah lokal, dan tanaman keras khas Kalbar, juga harus dilengkapi

dengan penanaman pohon sumber pakan orangutan.

13. Peningkatan kampanye kepada masyarakat bahwa keberadaan orangutan

sebagai species payung (flagship species) dapat mendukung ketersediaan daya

dukung lingkungan untuk mendukung kesejahteraan manusia, termasuk jaminan

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

tersedianya jasa lingkungan antara lain sumber daya air, sumber daya hutan,

udara bersih, terjaganya iklim mikro dan sebagainya.

14. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai berbagai aspek yang terkait

dengan keberadaan orangutan, seperti laju peluruhan sarang, fenologi tumbuhan

pakan orangutan dan bio-ekologi keanekaragaman hayati di kawasan-kawasan

yang diidentifikasi memiliki nilai konservasi tinggi bagi keberadaan orangutan,

baik di kawasan konservasi dan kawasan lindung maupun di kawasan budidaya.

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Demikianlah beberapa hal yang perlu saya sampaikan pada kesempatan ini.

Saya harap pertemuan ini akan mempererat kerjasama antara Pemerintah Provinsi

Kalimantan Barat, Pemerintah Kabupaten/ Kota, dan Balai KSDA Kalimantan Barat

dalam upaya melindungi dan menjaga keberlangsungan Orangutan di Bumi

Khatulistiwa.

Mohon maaf atas segala kekurangan dan selanjutnya dengan mengucapkan:

puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa maka acara PERTEMUAN

KONSERVASI ORANGUTAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT ke-3 tanggal 13-

14 September 2011, saya nyatakan dibuka secara resmi.

Atas perhatian Bapak-Ibu sekalian diucapkan terimakasih. Semoga Tuhan

selalu melindungi kita. Selamat pagi dan salam sejahtera.

a.n. GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

Pjw. SEKRETARIS DAERAH

LENSUS KANDRI, SH, MH

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

SAMBUTAN

DIREKTUR KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI

PADA

PERTEMUAN KOORDINASI PARA PIHAK PEMANGKU KEPENTINGAN

KONSERVASI ORANGUTAN DI KALIMANTAN BARAT

Pontianak, 13 September 2011

1. Yth. Ketua Komisi C DPRD Provinsi Kalimantan Barat

2. Yth. Kepala Biro Perekonomian dan Pembangunan, Setda Provinsi Kalbar

3. Yth. Kepala Balai/ Balai Besar KSDA dan Taman Nasional lingkup wilayah

Kalimatan Barat

4. Yth. Kepala BPKH Wilayah III, Provinsi Kalimantan Barat

5. Yth. Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalbar

6. Yth. Kepala BAPPEDA Provinsi Kalbar

7. Yth. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalbar

8. Yth. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalbar

9. Yth. Perwakilan Bupati lingkup Kalimantan Barat

10. Yth. Perwakilan Kepala Dinas yang membidangi Kehutanan lingkup Kalimantan

Barat

11. Yth. Pimpinan Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Pihak Swasta,

Media Cetak dan Elektronik, serta hadirin yang berbahagia

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita sekalian

Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji dan rasa syukur ke hadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rakhmat dan karuniaNya sehingga kita dalam keadaan

sehat wal’afiat dan dapat hadir di Hotel Santika Pontianak Kalimantan Barat ini

dalam rangka mengikuti acara pertemuan koordinasi para pihak pemangku

kepentingan konservasi orangutan di Kalimantan Barat.

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

Hadirin yang berbahagia,

Acara pertemuan koordinasi para pihak pemangku kepentingan konservasi

orangutan ini saya nilai sangat penting karena beberapa hal diantaranya:

4. Orangutan Kalimantan merupakan salah satu spesies endemik kebanggaan

Indonesia yang telah ditetapkan dalam kategori sangat terancam punah

(endangered) dalam Red list IUCN kondisinya di insitu dan eksitu saat ini masih

belum menggembirakan.

5. Kegiatan ini selaras dengan program 5 (lima) tahun Menteri Kehutanan dalam

Kabinet Indonesia Bersatu II khususnya untuk mewujudkan (a). Peningkatan

populasi keanekaragaman hayati dan spesies yang terancam punah sebesar 3%

(tiga) persen; dan (b). Penyelesaian kasus baru tindak pidana kehutanan

khususnya peredaran tumbuhan dan satwa liar ilegal termasuk Orangutan

Kalimantan dan bagian-bagiannya.

6. Orangutan Kalimantan termasuk salah satu dari 14 species yang disepakati

untuk meningkat populasinya di alam yang disepakati pada Rakor KKH di

Bandung tanggal 19-21 Juli 2011, sesuai SK Dirjen PHKA Nomor SK.132/IV-

KKH/2011 tanggal 8 Juli 2011 tentang penetapan empatbelas species terancam

punah yang dijadikan species prioritas utama untuk peningkatan populasi 3%

pada tahun 2011-2014, dimana Kalimantan Barat merupakan salah satu areal

prioritas untuk konservasi Orangutan Kalimantan.

Hadirin yang saya hormati,

Orangutan merupakan “umbrella species” untuk konservasi keanekeragaman hayati

dan habitatnya dan sebagai penghuni hutan hujan tropis dataran rendah, orangutan

berperan penting dalam menjaga regenerasi ekosistem dengan membantu dalam

perkembangbiakan tidak kurang dari 800 spesies tumbuhan yang menjadi

pakannya. Interaksi yang erat dan dinamis antara orangutan dan ekosistem hutan

sangat penting untuk dijaga, mengingat kelangsungan hidup kita juga sangat

bergantung kepada kesehatan hutan hujan tropis yang menjadi paru-paru dunia.

Oleh karena itu, sebagai umat beragama kita patut mensyukuri rahmat sekaligus

amanah yang telah diberikan Allah SWT terhadap bangsa ini karena kita memiliki

salah satu jenis kera besar yang ada di dunia dan sudah menjadi kewajiban kita

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

semua untuk melindungi orangutan di habitat alaminya agar orangutan dapat dikenal

oleh anak cucu kita di hutan Sumatera dan Kalimantan, bukan sekedar dari film

sejarah, gambar maupun fosil.

Namun pada kenyataannya, penyusutan dan kerusakan kawasan hutan dataran

rendah di Kalimantan yang menjadi habitat orangutan serta ancaman perburuan

illegal menempatkan orangutan Kalimantan ditempatkan pada posisi terancam

punah (endangered) di dalam daftar merah IUCN.

Upaya peningkatan populasi ini tidaklah mudah mengingat kapasitas yang terbatas

termasuk ancaman terhadap orangutan masih sangat tinggi. Dukungan berbagai

pihak sudah ada, meskipun perlu lebih ditingkatkan dan dioptimalkan. Upaya-upaya

preprentif maupun represif juga telah dilakukan, namun demikian upaya-upaya

tersebut masih sangat terbatas mengingat kapasitas yang juga terbatas. Sehingga

dukungan dari para pihak yang terlibat sangat kami harapkan dan perlu

dioptimalkan.

Hadirin yang saya hormati,

Dalam kerangka upaya konservasi Orangutan di Indonesia dan menempatkannya

sebagai bagian dari proses pembangunan yang berkelanjutan, pada bulan

Desember 2007 Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Peraturan Menteri

Kehutanan No. P.53/Menhut-IV/2007 dimana peraturan ini mengatur Strategi dan

Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017.

Dimana dalam strategi dan rencana aksi orangutan Indonesia tersebut, terdapat

beberapa sasaran antara yang telah kita sepakati untuk menjamin kelestarian

orangutan dan habitatnya. Pertama adalah upaya peningkatan pengelolaan

kawasan hutan sebagai habitat orangutan dan hidupan liar lainya. Kedua

peningkatan penegakan hukum secara tegas, dan ketiga pada tahun 2015 seluruh

pusat rehabilitasi orangutan yang ada saat ini akan ditutup dan seluruh sumber daya

yang ada akan dialihkan untuk memastikan kelestarian orangutan di habitat

alaminya.

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

Selama tiga tahun berjalan sejak ditetapkannya Strategi dan Rencana Aksi

Konservasi Orangutan tersebut telah banyak yang dilakukan baik secara langsung

maupun tidak langsung oleh Departemen Kehutanan bersama-sama Pemerintah

Daerah, perusahaan swasta (kehutanan, perkebunan dan pertambangan) serta

Lembaga Swadaya Masyarakat terkait konservasi Orangutan beserta habitatnya

baik di Pulau Sumatera maupun Kalimantan.

Selain itu telah dilakukan evaluasi pada tingkat regional pada tahun telah

dilaksanakan 2 (dua) kali Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan

Barat di Pontianak. Pertemuan yang pertama dilaksanakan pada tahun 2008,

sedangkan pertemuan yang kedua dilaksanakan pada tahun 2010. Pertemuan

tersebut dihadiri oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap upaya pelestarian

Orangutan dan menghasilkan suatu rumusan yang telah disepakati oleh semua

pihak. Dimana kami merasa, pertemuan koordinasi tersebut perlu dilakukan secara

regular dalam rangka evaluasi, monitoring, serta sharing informasi dan pengalaman,

juga penetapan komitmen bersama untuk perencanaan konservasi Orangutan di

Kalimantan Barat kedepan.

Adapun tujuan dari penyelenggaraan pertemuan koordinasi saat ini diantaranya

adalah :

- Didapatkannya gambaran kondisi terakhir kegiatan konservasi, populasi dan

habitat Orangutan serta permasalahan yang dihadapi dalam melakukan upaya

konservasi Orangutan di Kalimantan Barat.

- Melakukan konsolidasi para pihak yang berkepentingan dalam upaya konservasi

Orangutan di Kalimantan Barat, khususnya dalam hal penegakan hukum dan

upaya-upaya penyelamatan Orangutan (rehabilitasi dan reintroduksi).

- Membuat rencana bersama program konservasi orangutan untuk Kalimantan

Barat.

- Mengaktifkan kembali Forum Orangutan Kalimantan Barat.

- Menindaklanjuti usulan lokasi pelepasliaran Orangutan di Kabupaten Kapuas

Hulu dan Ketapang.

Berkenaan dengan itu, terkait penyelenggaraan pertemuan ini saya memberikan

apresiasi yang tinggi atas upaya-upaya yang telah dilakukan serta mendorong

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

kepada semua pihak untuk terus meningkatkan upaya-upaya yang efektif untuk

konservasi Orangutan baik melalui program in-situ, program rehabilitasi, maupun

program ek-situ.

Hadirin yang berbahagia,

Pada kesempatan ini pula saya menyampaikan penghargaan yang tinggi dan

ucapan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, Balai KSDA

Provinsi Kalimantan Barat, Forum Orangutan Indonesia, dan pihak lain atas

dukungan bagi terselenggaranya pertemuan ini serta partisipasi aktif Saudara-

Saudara sekalian.

Akhirnya, dengan mengucap Bismillahir rahmaanirrahiim, saya nyatakan pertemuan

koordinasi para pihak pemangku kepentingan konservasi orangutan di Kalimantan

Barat ini secara resmi dimulai.

Selamat berdiskusi, selamat bekerja dan semoga kedepan kita dapat menyepakati

komitmen bersama dan memperkuat sinergitas dalam kerangka pelaksanaan

kegiatan konservasi Orangutan beserta ekosistemnya khususnya di Provinsi

Kalimantan Barat.

Billahi taufiq wal hidayah,

Wassalamu’alaikum wr wb.

Pontianak, 13 September 2011

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati

Dr. Novianto Bambang Wawandono

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

Rumusan Hasil Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat

Pontianak, 13-14 September 2011

Berdasarkan :

5. Laporan Ketua Panitia penyelenggara Pertemuan Konservasi Orangutan

Regional Kalimantan Barat

6. Sambutan Sekretaris Daerah yang disampaikan oleh Asisten II Provinsi

Kalimantan Barat

7. Sambutan Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Direktorat Jenderal

PHKA

8. Pemaparan Nara Sumber dalam dua sesi dan diskusi empat kelompok

terfokus (Focus Group Discussion /FGD)

Dirumuskan hasil Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat

sebagai berikut :

5. Di dalam Sambutan Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat dikatakan

bahwa perhatian khusus perlu diberikan bagi Orangutan yang hidup di luar

Kawasan Konservasi dan Kawasan Lindung karena penggunaan areal ini

diperuntukan bagi pembangunan di luar sektor kehutanan oleh berbagai

pihak, sehingga cenderung lebih mengancam keberadaan Orangutan dan

habitatnya. Kelestarian orangutan yang berada di luar kawasan konservasi,

terutama kawasan yang sudah memiliki Ijin Usaha seperti Perkebunan dan

Kehutanan membutuhkan dukungan konkret dari pemilik konsesi untuk

mengintegrasikan pengelolaan menjadi bagian dari pengelolaan perkebunan

sawit ataupun HPH.

6. Untuk mendukung strategi dan rencana aksi konservasi Orangutan terdapat

beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu :

i. Menjaga dan mengelola kawasan berhutan dengan prinsip - prinsip

”sustainable development” atau pengelolaan hutan lestari;

j. Memperhatikan penataan dan penetapan penyusunan RTRW Provinsi

ataupun RTRW Kabupaten/ Kota, khususnya kawasan berhutan yang

juga merupakan habitat Orangutan;

k. Mengingat sebaran Orangutan tidak mengenal batasan administratif

dan status kawasan, maka perlu adanya pengelolaan bersama dari

para pihak untuk mempertahankan habitatnya;

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

l. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang bisa mendatangkan manfaat

dengan keberadaan Orangutan seperti Ekowisata dan Riset;

m. Dalam kegiatan rehabilitasi atau restorasi hutan dan lahan kritis, perlu

dikembangkan pola kemitraan antara berbagai pihak, termasuk dalam

hal pilihan jenis pohon yang tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat

seperti karet, tanaman buah lokal, dan tanaman keras khas Kalbar,

juga harus dilengkapi dengan penanaman pohon sumber pakan

Orangutan;

n. Peningkatan kampanye kepada semua lapisan masyarakat bahwa

keberadaan Orangutan sebagai species payung (flagship species)

dapat mendukung keberlanjutan daya dukung lingkungan untuk

mendukung kesejahteraan manusia, termasuk jaminan tersedianya

jasa lingkungan antara lain sumber daya air, sumber daya hutan, udara

bersih, terjaganya iklim mikro dan sebagainya;

o. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai berbagai aspek yang

terkait dengan keberadaan Orangutan, seperti laju peluruhan sarang,

fenologi tumbuhan pakan Orangutan dan bio-ekologi keanekaragaman

hayati di kawasan-kawasan yang diidentifikasi memiliki nilai konservasi

tinggi bagi keberadaan Orangutan, baik di kawasan konservasi dan

kawasan lindung maupun di kawasan budidaya;

p. Perlu dibangunnya bank atau pusat data mengenai potensi habitat

Orangutan, sebaran Orangutan dan populasi Orangutan liar di

Kalimantan Barat.

7. Dalam sambutan Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati menyatakan

bahwa kegiatan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan barat

ini selaras dengan program 5 (lima) tahun Menteri Kehutanan dalam Kabinet

Indonesia Bersatu II khususnya untuk mewujudkan:

n. Peningkatan populasi keanekaragaman hayati dan spesies yang

terancam punah sebesar 3% (tiga) persen;

o. Penyelesaian kasus baru tindak pidana kehutanan khususnya

peredaran tumbuhan dan satwa liar ilegal termasuk Orangutan

Kalimantan dan bagian-bagiannya;

p. Dan, bahwa Orangutan Kalimantan termasuk salah satu dari 14

species yang disepakati untuk meningkat populasinya di alam yang

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

disepakati pada Rakor KKH di Bandung tanggal 19-21 Juli 2011,

sesuai SK Dirjen PHKA Nomor SK.132/IV-KKH/2011 tanggal 8 Juli

2011 tentang penetapan empatbelas species terancam punah yang

dijadikan species prioritas utama untuk peningkatan populasi 3% pada

tahun 2011-2014, dimana Kalimantan Barat merupakan salah satu

areal prioritas untuk konservasi Orangutan Kalimantan.

8. Dari pemaparan nara sumber di dua sesi dan FGD empat kelompok

direkomendasikan:

b. Perlu dilakukan penelitian/survey dan monitoring Orangutan dan

habitatnya secara lebih terkoordinasi, sistematis dan berkelanjutan

pada semua status kawasan;

q. Perlu komunikasi yang intensif dan sharing informasi antar semua

elemen mengenai progres kegiatan konservasi Orangutan dan

habitatnya;

r. Perlu membangun pola kemitraan efektif dan terukur dari pihak

pemerintah, pemerintah daerah dan LSM untuk membantu inisiatif

pihak swasta, bidang perkebunan, dalam upaya konservasi Orangutan

dan habitatnya.

s. Perlu revisi aturan perundangan terkait konservasi Orangutan, (seperti:

PP No. 7 tahun 1999, khususnya mengganti kata ”penyerahan”

menjadi ”penyitaan”., dan SK Dirjen PHKA No. 762 tahun 2001) dan

pembuatan kebijakan-kebijakan yang pro konservasi Orangutan;

t. Perlu revitalisasi aturan/hukum adat yang bersesuaian untuk

konservasi Orangutan dan habitatnya;

u. Mendorong Kementerian Kehutanan untuk melakukan reklasifikasi

fungsi kawasan hutan dan tukar pakai lahan (land swap) pada 13 juta

hektar kawasan hutan yang tidak berhutan dengan 18 juta hektar hutan

alam dan lahan gambut di luar kawasan hutan, sebagai implementasi

TAP MPR No. IX tahun 2001 tentang Reformasi Agraria dan

Pengelolaan Sumber Daya Alam;

v. Melakukan identifikasi dan pemetaan kawasan untuk pelepasliaran

Orangutan yang sekarang dalam pusat-pusat rehabilitasi, serta

mengkomunikasikannya kepada pihak pemerintah dan pemerintah

daerah untuk penetapannya.

Laporan Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan Barat 2011

w. Mendorong pemerintah daerah menetapkan kawasan konservasi

daerah untuk Orangutan dan satwa liar lainnya.

x. Percepatan finalisasi draft Permenhut No. 280 tahun 1995 tentang

Reintroduksi Orangutan;

y. Mendorong pembentukan Task Force di daerah untuk implementasi

Permenhut No. P.48 tahun 2010 tentang Penanganan Konflik Manusia

dan Satwa Liar; dan

z. Kampanye bahwa memelihara/mengkandangkan/mengikat dan

membunuh Orangutan adalah tindakan tercela dan criminal karena

melanggar aturan perundangan.

Dalam pertemuan ini juga dilakukan pemilihan Ketua Forum Orangutan Indonesia

(FORINA) Kalimantan Barat untuk periode 2011 – 2013. Dari pemilihan tersebut

terpilih dan ditetapkan bahwa saudara ALBERTUS TJIU sebagai Ketua FORINA

Kalimantan Barat Periode 2011 – 2013.