Orientasi Umum
-
Upload
miradha-herdini-widiatmi -
Category
Documents
-
view
791 -
download
87
description
Transcript of Orientasi Umum
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
1
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang Kerja Praktik ................................................................... 3
1.2. Batasan Masalah ....................................................................................... 5
1.3. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 5
1.4. Tujuan Kerja Praktik ................................................................................ 6
1.5. Ruang Lingkup Pelaksanaan Kerja Praktik .............................................. 7
1.6. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik ........................................ 7
1.7. Sistematika Penulisan Orientasi Umum ................................................... 7
1.8. Sistematika Penulisan Tugas Khusus ....................................................... 8
BAB 2 PROFIL DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN ..................................... 10
2.1. Sejarah PT Pertamina RU-IV Cilacap ........................................................ 10
2.2. Visi dan Misi Perusahaan .......................................................................... 16
2.2.1. Visi Misi PT. PERTAMINA (Persero) ................................................ 16
2.2.2. Visi Misi PT. Pertamina (PERSERO) RU IV...................................... 17
2.2.3. Organiasi dan Manajemen Perusahaan ................................................ 20
BAB 3 DESKRIPSI UMUM PABRIK ................................................................. 27
3.1 Tata Letak dan Lokasi Pabrik ...................................................................... 27
3.1.1. Lokasi Pabrik ..................................................................................... 27
3.1.2. Tata Letak Pabrik ................................................................................ 29
3.2 Kilang Minyak Pertamina RU-IV ............................................................... 33
3.2.1 Kilang Minyak I .................................................................................... 33
3.2.2 Kilang Minyak II .................................................................................. 37
3.2.3 Kilang Paraxylene Complex ................................................................. 40
3.2.4 Debottlenecking Prohect Cilacap (DPC) .............................................. 41
3.2.5 Kilang LPG dan Sulphur Recovery Unit .............................................. 47
3.3 Bahan Baku dan produk PERTAMINA RU-IV Cilacap ............................. 49
3.4. Sarana Penunjang ..................................................................................... 58
3.5. Proyek RFCC (Residuel Fluid Catalytic Cracking) ................................... 60
BAB IV ORIENTASI UMUM ............................................................................. 63
4.1. Organisasi dan Deskripsi Kerja .................................................................. 63
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
2
4.1.1. Process Engineering (PE) .................................................................... 63
4.1.2. Health Safety Environmental (HSE).................................................... 64
4.2. Unit Proses Pengolahan ............................................................................. 67
4.2.1 Fuel Oil Complex I ( FOC I ) ............................................................... 67
4.2.2 Lube Oil Complex 1 ............................................................................. 72
4.2.3 Fuel Oil Complex II ( FOC II ) ............................................................. 75
4.2.4. Lube Oil Complex II & III (LOC II & LOC III) ................................. 81
4.2.5. Kilang Paraxylene Cilacap (KPC) ....................................................... 85
4.2.6. Kilang LPG dan Sulfur Recovery Unit ................................................ 89
4.2.7. Unit Utilitas......................................................................................... 92
4.3 Pengolahan Limbah PT. PERTAMINA RU-IV Cilacap .......................... 103
4.4. Oil Movement .......................................................................................... 106
4.5. Laboratorium ............................................................................................ 108
BAB V ORIENTASI KHUSUS ......................................................................... 112
5.1 Pengantar Unit Utilities ............................................................................. 112
5.2 Sarana dan Fasilitas Utilities ..................................................................... 113
5.2.1. Unit 51 / 051 / 510 - Unit Pembangkit Tenaga Listrik ...................... 113
5.2.2. Unit 52 / 052 / 520 – Pembangkit Tenaga Uap ............................. 115
5.2.3. Unit 53 / 053 / 530 – Distribusi Air Pendingin ............................. 117
5.2.1 Unit 54 / 054 – Pengadaan Air Bersih .......................................... 117
5.2.4. Unit 56 / 056 / 560 – Pembangkit Udara Bertekanan / Kompressor
121
5.2.5. Unit 57 / 057 – Distribusi Bahan Bakar Cair dan Gas .................. 122
5.2.6. Unit 63 / 063 – Pengadaan Air Baku ............................................ 123
BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 126
6. 1. Kesimpulan ........................................................................................... 126
6.2. Saran ..................................................................................................... 127
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kerja Praktik
Tentunya kita masing ingat dengan pendapat seorang ilmuwan yang
bernama Charles Darwin yang menyatakan bahwa bukan spesies terkuat yang
mampu bertahan hidup, melainkan spesies yang paling tanggap terhadap
perubahan. Berdasarkan hal tersebut maka seorang manusia harus dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang semakin canggih dan
modern ini, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.
Berbagai inovasi teknologi juga semakin memudahkan manusia dalam menunjang
kehidupannya. Semakin terbukanya suatu negara terhadap tenaga kerja asing juga
menciptakan persaingan di lapangan pekerjaan yang menuntut peningkatan
kualitas sumber daya manusia Indonesia. Namun, seperti perkataan Darwin tadi,
hanya SDM yang mampu beradaptasi dengan teknologilah yang dapat sukses
mengadapi tantangan zaman ini.
Dalam era globalisasi sekarang ini, kompetisi dan persaingan adalah hal
yang tidak dapat dihindari lagi. Persaingan dunia kerja yang semakin ketat,
diimbangi dengan perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut
seseorang untuk memiliki begitu banyak keahlian dan ketrampilan yang memadai
untuk dapat bersaing dalam dunia kerja. Oleh karena itu, sumber daya manusia
Indonesia, terutama para lulusan S1 perguruan tinggi diharapkan mampu
menguasai ilmu pengetahuan umum dan teknologi serta ketrampilan khusus
dalam bidang yang ditekuni. Tetapi ada hal yang lebih penting yang menjadi tolak
ukur seseorang terhadap kemampuan yang dimiliki yaitu pengalaman dari disiplin
ilmu yang bersangkutan. Untuk menunjang hal tersebut, diperlukan kerja sama
antara institusi pendidikan formal dengan pihak industri.
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
merupakan sarana pengembangan sumber daya manusia di bidang teknik kimia
secara umum yang akan menghasilkan sarjana-sarjana teknik kimia yang mampu
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
4
bersaing dalam kehidupan yang sebenarnya. Untuk membekali mahasiswanya
dengan ilmu yang aplikatif maka setiap mahasiswa yang sudah menjelang tingkat
akhir diwajibkan untuk melakukan tugas lapangan yang disebut dengan Kerja
Praktik (KP). Hal ini dimaksudkan agar materi – materi yang telah didapatkan
pada bangku kuliah dapat lebih diperdalam dan teraplikasi dalam proses
sesungguhnya di lapangan. Sehingga nantinya diharapkan mampu menciptakan
umpan balik yang saling melengkapi dimana mahasiswa mendapatkan
pengetahuan yang aplikatif, dan disisi lain akan tercipta peluang yang besar dan
iklim yang kondusif bagi terciptanya inovasi-inovasi baru agar lebih
mengoptimalkan suatu proses produksi. Selain itu adanya Kerja Praktik juga
diharapkan mampu meningkatkan sense of engineering dari seorang mahasiswa
sehingga calon-calon engineer ini tidak hanya pandai menyelesaikan masalah di
atas kertas tetapi juga memiliki kepekaan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
ilmu keteknikan di lapangan.
Atas dasar itulah kami mengajukan Proposal Kerja Praktik ini dengan
harapan agar kami dapat mempelajari dan menimba pengalaman dari orang-orang
yang telah ahli dan berpengalaman di bidangnya, yang dapat memberikan aplikasi
ilmu dalam proses produksi pencairan dan pemisahan udara. Selain itu, kami
sebagai mahasiswa juga dapat mengobservasi langsung di lapangan mengenai
proses pengolahan minyak bumi tersebut. Oleh karena itulah, PT. PERTAMINA
(Persero) RU-IV Cilacap, merupakan pilihan yang sangat tepat bagi kami untuk
melakukan Kerja Praktik.
Dengan semakin bertambah meningkatnya kebutuhan akan minyak bumi,
tak kalah pentingnya mengevaluasi kinerja peralatan operasi kilang, agar produksi
dari minyak bumi dapat terus berjalan. Termasuk didalamnya dari peralatan
operasi kilang, misalnya : Pompa, Kompresor, Turbin, Exchanger, Boiler dan
sebagainya.
Utilities merupakan salah satu sarana penunjang dalam melakukan proses
produksi yang ada di kilang minyak Pertamina RU IV Cilacap. Salah satu tugas
dari Utilities adalah menyediakan uap (steam) di seluruh area kilang. Proses
penyediaan steam ini berlangsung melalui beberapa tahap dengan proses yang
cukup panjang, karena bahan baku yang digunakan merupakan air payau yang
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
5
mengandung garam dan bahan-bahan kimia lainnya, maka diperlukan perlakuan
khusus oleh beberapa peralatan untuk
memperoleh air umpan (feed water) yang sesuai standar. Kemudian air umpan
tersebut diolah sampai menjadi steam. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat
menarik bagi kalangan mahasiswa untuk menambah pengetahuan ilmu yang
mungkin belum didapat di bangku kuliah.
1.2. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas tidak menyimpang dari lingkup
permasalahan maka dalam hal ini penulis memberikan batasan masalah sebagai
berikut :
1. Proses pengolahan minyak di PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV
Cilacap yang ditinjau dari sistem pengolahan secara teknis tanpa
meninjau dari reaksi kimia yang terjadi secara terperinci
2. Evaluasi Treated Water Balance pada Unit Utilities I
1.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam pelaksanaan
Kerja Praktik ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Metode pencarian data dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek
yang telah ditentukan
2. Metode Interview
Metode wawancara dengan pebimbing di kantor, pebimbing lapangan
maupun pekerjanya untuk mengetahui permasalahan yang ada di lapangan
3. Studi Literatur
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
6
Literatur berupa jurnal perusahaan, petunjuk kerja alat di data sheet, diagram
alir, buku – buku perpustakaan baik dari perpustakaan maupun dari kampus
4. Konsultasi
Penulis melakukan konsultasi pada berbagai pebimbing dan penanggung
jawab/koordinator Kerja Praktik guna memperoleh bimbingan seta arahan
pebimbing lapangan dari sumber-sumber lain.
1.4. Tujuan Kerja Praktik
1. Untuk melaksanakan mata kuliah KERJA PRAKTIK yang merupakan
salah satu persyaratan untuk dapat lulus sebagai sarjana dari Departemen
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
2. Mendapatkan pengalaman nyata dan aplikatif di lapangan mengenai proses
pengilangan minyak bumi dan pengolahannya menjadi bahan bakar seperti
LPG, Kerosene, Pelumas, Aspal, Gasoline, Solar, dll di PT. PERTAMINA
(Persero) RU-IV Cilacap.
3. Mengetahui secara langsung kondisi nyata di lapangan dan mempelajari
permasalahan yang terjadi di Pabrik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV
Cilacap
4. Meningkatkan kerja sama yang baik dan saling menguntungkan antara
pihak universitas dengan pihak industri/perusahaan serta meningkatkan
kualitas mahasiswa agar dapat bersaing di era globalisasi.
5. Menambah ilmu pengetahuan dan khususnya sebagai bahan perbandingan
antara yang dipelajari di perguruan tinggi dengan kondisi nyata yang ada
pada industri.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
7
1.5. Ruang Lingkup Pelaksanaan Kerja Praktik
Adapun ruang lingkup pelaksanaan kerja praktik ini meliputi pengenalan
terhadap keselamatan dan kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di lokasi PT.
PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap, pengenalan proses produksi pada kilang
yang menghasilkan bensin dll di FOC I, II, & III, lalu kilang yang menghasilkan
pelumas dan aspal di LOC I.II, dan III, serta Kilang Paraxylene yang satu –
satunya ada di unit pengolahan PT. PERTAMINA (Persero).
1.6. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik
Adapun tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktik ini adalah:
Tempat : PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
Jl. MT. Haryono No.77, Desa Lomanis, Kecamatan Cilacap
Tengah, Kabupaten Cilacap – Jawa Tengah.
Waktu : 2 Juli – 31 Agustus 2012
1.7. Sistematika Penulisan Orientasi Umum
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami laporan ini, maka laporan
ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
1.1.1. BAB I. PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang Bidang Ilmu, Latar Belakang, Batasan Masalah,
Ruang Lingkup Pelaksanaan, Tujuan, Tempat dan Waktu, Sistematika
Penulisan.
1.1.2. BAB II. PROFIL DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN
Menjelaskan Tentang Profil, Visi dan Misi, Struktur Organisasi dan
Manajemen Perusahaan
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
8
1.1.3. BAB III. DESKRIPSI UMUM PABRIK
Menjelaskan tentang Tata Letak Pabrik, Orientasi Kilang (Kilang I & 2,
FOC I & II, LOC I,II, & III, Kilang Paraxylene Cilacap, Utilities, Kilang
LPG Sulfur), Bahan Baku Minyak Bumi Serta Hasilnya, Unit Penunjang,
dan Proyek RFCC
1.1.4. BAB IV. ORIENTASI UMUM
Menjelaskan Tentang Organisasi dan Deskripsi Kerja,Unit Pengolahan
Masing – Masing Proses, Pengolahan Limbah, Oil Movement, dan
Laboratorium
1.1.5. BAB V. ORIENTASI KHUSUS
Menjelaskan Tentang Pengantar Unit Utilities, Sarana dan Fasilitas
Utilities
1.1.6. BAB VI. PENUTUP
Menjelaskan Tentang Kesimpulan Dan Saran
1.8. Sistematika Penulisan Tugas Khusus
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami laporan ini, maka laporan
ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
1.1.7. BAB I. PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang judul, latar belakang, perumusan masalah,
tujuan,manfaat
1.1.8. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Menjelaskan tentang water treatment facilities, sejerah unit SWD di unit
utilities, Input dan Output pada Treated Balance di Unit Utilities,
Distribusi treated water pada area utilities,
1.1.9. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
9
Menjelaskan tentang diagram alir penelitian, perhitungan treated water
balance pada utilities I, analisa perkiraan hasil perhitungan treated water
balance pada utilities I
1.1.10. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan tentang hasil perhitungan dan pembahasan
1.1.11. BAB V. PENUTUP
Berisi Kesimpulan dan Saran
1.1.12. LAMPIRAN
Berisi lampiran data – data untuk keperluan tugas khusus
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
10
BAB 2
PROFIL DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN
2.1. Sejarah PT Pertamina RU-IV Cilacap
Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragan sumber daya
alam, seperti minyak bumi, dan gas alam. Minyak bumi dan gas alam telah mulai
dikelola sejak masa penjajah Belanda. Minyak bumi sendiri banyak digunakan
untuk menghaslkan energi (bahan bakar) dan pembangkit tenaga listrk. Bagi
Indonesia, minyak bumi merupakan sumber daya alam yang sangat penting. Hal
ini disebebkan karena disamping untuk dikonsumsi dalam negeri, juga diekspor
sehingga dapat meningkatkan devisa negara.
Pada zaman penjajahan Belanda, sejak tahun 1871 orang-orang Belanda
telah mulai berusaha untuk mendapatkan minyak bumi di Indonesia dengan jalan
melakukan pemboran di daerah-daerah sumber minyak bumi untuk diolah menjadi
minyak lampu. Pada tanggal 15 Juni tahun 1885, seorang pemimpin perkebunan
Belanda bernama Aeilco Janszoon Zylker berhasil melakukan pemboran yang
pertama di Telaga Tunggal dekat Pangkalan Brandan di Sumatera Utara pada
kedalaman kira-kira 400 kaki. Sejak penemuan ini, pencarian minyak bumi terus
berlanjut, dimana pada saat yang hampir bersamaan telah ditemukan pula sumber
minyak bumi di Indonesia, seperti di desa Ledok Jawa Tengah, di desa Minyak
Hitam di daerah Muara Enim Palembang dan Riam Kiwa dekat Sangasanga di
Kalimantan Timur.
Di Indonesia penemuan minyak bumi mengakibatkan tumbuhnya
banyak perusahaan minyak asing, dimana pada akhir abad XIX tidak kurang dari
18 buah perusahaan asing secara aktif mengusahakan sumber-sumber minyak di
Indonesia. Karena usaha eksplorasi dan kekuatan finansialnya, maka pada tahun
1902 Royal Dutch Company, yaitu perusahaan yang mengambil alih konsesi
Zylker, dapat menyisihkan perusahaan-perusahaan yang ada pada waktu itu.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
11
Dalam tahun 1907, Royal Dutch Company bergabung dengan Shell Transport and
Trading Company, dimana perusahaan yang beroperasi dari kelompok Royal
Dutch dan Shell di Indonesia adalah Bataafshe Petroleum Maatschappij (B.P.M),
dan ini merupakan satu-satunya perusahaan yang beroperasi di Indonesia sampai
tahun 1911. Pada tahun 1912, Standard Vacum Oil Company (STANVAC), suatu
anak perusahaan Standard Oil (New Jersey) dan s mulai beroperasi di Indonesia,
perusahaan tersebut mengerjakan lapangan-lapangan minyak di Talang Akar dan
Pendopo Sumatera Selatan.
Untuk mengahadapi saingan dari Standard Oil ini, maka pada tahun
1930 oleh pemerintah kolonial Belanda dan B.P.M, dibentuklah suatu campuran
yaitu N.V. Nederlandsche Indische Aardolie Maatschappij (N.I.A.M.). pada tahun
1935, CALTEX yaitu sebuah anak perusahaan Standard Oil of California and
Texas Company mulai beroperasi di Indonesia, dimana lapangan produksinya
terletak di Minas dan Duri di daerah Daratan Riau. Pada tahun 1935, dibentuk
perusahaan minyak bernama Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum
Maatschappij (N.N.G.P.M) untuk mengeksploitasi Irian Jaya bagian barat, dengan
sahamnya dari Royal Ducth-Shell, Stanvac, dan Caltex. Kilang minyak yang ada
sebelum perang dunia II ada 6 buah yaitu di Plaju (B.P.B), Sungai Gerong
(STANVAC), Balikpapan (B.P.M.), Cepu (B.P.M.), Wonokromo (B.P.M.), dan
Pangkalan Brandan (B.P.M.).
Dengan pecahnya Perang Dunia II, karena serbuan bala tentara Jepang ke
Indonesia dan politik bumi hangus pemerintah Hindia Belanda, sebagian besar
instalasi-instalasi kilang minyak hancur, terutama kilang minyak Pangkalan
Brandan.
Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, satu-
satunya lapangan minyak yang dapat dikuasai oleh pejuang-pejuang kemerdekaan
Indonesia adalah lapangan minyak sekitar Pangkalan Brandan dan daerah Aceh,
bekas milik Shell-B.P.M, yang selanjutnya merupakan perusahaan minyak
Indonesia yang pertama dan diberi nama Perusahaan Tambang Minyak Negara
Republik Indonesia (P.T.M.N.R.I.). Pada tahun 1945, B.P.M. berhasil meneruskan
produksi minyak mentahnya di Tarakan dan pada tahun 1946, kilang Plaju dan
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
12
Sungai Gerong masing-masing dikembalikan kepada B.P.M. dan STANVAC
untuk rekontruksi. Di Jawa Tengah B.P.M. tidak berhasil memperoleh kembali
lapangan minyak Kawengan, Ledok, dan kilang minyak Cepu, karena telah
dikuasai oleh koperasi buruh minyak yang kemudian menjadi perusahaan negara
PERMIGAN.
Karena sesudah selesainya perjuangan fisik di tahun 1950, P.T.M.N.R.I.
juga belum menunjukan usaha-usaha pembangunannya, maka bulan April 1945
P.T.M.N.R.I. diubah menjadi Tambang Minyak Sumatra Utara (T.M.S.U.).
Tindakan ini ternyata juga tidak ada manfaatnya, sehingga pada tanggal 10
Desember 1957 T.M.S.U. diubah menjadi P.T. Perusahaan Pertambangan Minyak
Nasional (P.T. PERMINA). Setelah kira-kira tiga setengah tahun, maka pada
tanggal 1 Juli 1961 statusnya dirubah menjadi Perusahaan Negara Pertambangan
Minyak Nasional (P.N. PERMINA).
Dengan penyerahan kedaulatan oleh pemerintah kolonial Belanda kepada
Republik Indonesia, maka pada tanggal 1 Januari 1959 status N.V.N.I.A.M.
dirubah menjadi P.T Pertambangan Minyak Indonesia (P.T. PERMINDO).
Untuk memenuhi ketergantungan terhadap minyak bumi tersebut,
Pemerintah Indonesia mengelurarkan UU No. 19/1960 Tentang Perusahaan
Negara dan UU No.44/1960 Tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi. Atas
dasar kedia Undang-Undang tersebut, maka pada tahun 1961 dibentuk perusahaan
negara sektor Minyak dan Gas Bumi, yaitu :
PN. PERTAMIN
PN. PERMINA
Kedua perusahaan tersebut bertindak selaku kuasa pertambangan yang
usahanya meliputi bidang gas dan minyak bumi dengan kegiatan sebagai berikut :
Eksplorasi
Eksploitasi
Pemurnian dan Pengelolaan
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
13
Pengangkutan
Kemudian, kedia perusahaan tersebut digabung menjadi PN.
PERTAMINA. Untuk kelanjutan dan perkembangannya, maka Pemerintah UU
NO. 8/1971 Tentang PERTAMINA sebagai Pengelolaan Tunggal di Bidang
Minyak Dan Gas Bumi di Indonesia. Kemudian berubah menjadi PT.
PERTAMINA (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2003
sebagai amanat dari pasal 60 UU No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi
Perkembangan Indonsia yang terus merlaju juga seiring dengan kebutuhan
energi yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Begitu juga penggunaan
minyak bumi dewasa ini terus berkembang dan semakin meningkat.
Bagaimanapun juga minyak bumi merupakan salah satu sumer energi utama yang
masih digunakan, terutama sebagai bahan bakar transportasi, bahan bakar
berbagai jenis mesin industri maupun non-industri, dan pembangkit tenaga listrik.
Menurut data dari kementrian ESDM (Energi dan Sumber Daya Manusia) pada
tahun 2011, dibandingkan gas alam dan batu bara, minyak bumi masih
mendominasi konsumsi bahan bakar yaitu 51,66%. Dan konsumsi minyak bumi
diperkirakan akan terus meningkat terutama untuk keperluan dalam negeri
diantaranya mencapai 34% sebagai Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk kebutuhan
pulau Jawa.
PERTAMINA memiliki unit – unit operasi yang tersebar di seluruh
Indonesia yang meliputi beberapa operasi Eksplorasi dan Produksi, 7 Refinery
Unit, 8 Unit Pemasaran Dalam Negeri dan Unit penunjang lainnya (PKK, Umum,
Keuangan).Sejalan dengan pembangunan yang meningkat pesat, maka kebutuhan
akan produk minyak bumi akan semakin bertambah. Untuk itu perlu dibangun
unit pengolahan minyak bumi guna memenuhi kebuthan yang semakin meningkat
tersebut. Dalam usaha tersebut, maka pada tahun 1974 dibangun kilang di Cilacap
yang dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Rimur Tengah,
dengan maksud selain untuk mendapatkan produk BBM, juga mendapatkan bahan
dasar minyak pelumas dan aspal.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
14
Perkembangan kilang di cilacap merupakan pembangunan salah satu dari
unit – unit pengolahaan yang ada di Indonesia. Pertamina Refinery Unit IV
Cilacap berada di bawah tanggung jawab Direktorat hilir PERTAMINA. Refinery
Unit IV Cilacap ini merupakan Refinery Unit terbesar yang dikelola
PERTAMINA secar keseluruhan yang dilihat dari hasil produksinya.
Kilang Munyak Cilacap didirikan dengan maksud untuk menghasilkan
produk BBM serta Non-BBM guna memenuhi kebutuhan dalam negeri yang
selalu meningkat dan mengurangi ketergantungan terhadap suplai BBM dari luar
negeri. Pembangunan kilang minyak di Cilacap dilaksanakan dalam tiga tahap,
yaitu Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, dan Kilang Paraxylene. Hingga saat ini
selain RU-IV Cilacap , Pertamina juga telah memiliki unit pengolahan yang
tersebar di seluruh Indonesia. Pertamina RU-IV Cilacap ini merupakan Refinery
Unit dengan kapasitas produksi terbesar.
Saat ini Refinery Unit (RU) minyak dan gas bumi yang dikelola oleh
Pertamina terbagi atas 7 lokasi seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabek 1.1. Tabel Refinery Unit PERTAMINA di Indonesia beserta
kapasitasnya
No Unit Pengolahan KapasitasMBSD
1 RU I PangkalanBrandan (Sumatra Utara) 5 (sejak 2006 tidak
beroperasi lagi)
2 RU II Dumaidan Sungai Pakning (Riau) 170
3 RU III Plajuadan Sungai Gerong (Sumtra Selatan) 135
4 RU IV Cilacap (Jawa Tengah) 348
5 RU V Balikpapan (Kalimantan Timur) 270
6 RU VI Balongan (Jawa Barat) 125
7 RU VII kasim (Papua Barat) 10
MBSD = M (1000) Barrel Stream Day
Gambar dibawah ini menjelaskan lokasi Refinery Unit yang tersebar di
peta indonesia yang ditandai dengan simbol lingkaran hitam.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
15
Gambar 2.1 Peta Lokasi Refinery Unit Pertamina Seluru Indonesia
Untuk RU IV sendiri, adanya Surat Ketetapan Direktur Utama
No.53/C00000/2008-SO, PERTAMINA Unit Pengolahan IV Cilacap (UP)
berubah nama menjadi PT PERTAMINA (Persero) Refinery Unit IV Cilacap.
Perubahan ini diharapkan dapat mempercepat transformasi Pertamina menjadi
Kilang Minyak yang unggul dan menuju Perusahaan Minyak bertaraf
internasional.
Tujuan pembangunan kilang minyak di Cilacap, yaitu memenuhi
kebutuhan BBM bagi masyarakat Pulau Jawa. Hal ini dipilih mengingat kilang
Cilacap terletak di sentral Pulau Jawa atau dekat dengan konsumen terpadat
penduduknya di Indonesia. Di samping itu juga, kilang ini dibangun untuk
mengurangi ketergantungan impor BBM dari luar negeri dan untuk memudahkan
suplai dan distribusi.
Kilang PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap memiliki kapasitas
produksi sebesar 348 MBSD (Metric Barrel per Stream Day). Kilang ini terbagi
menjadi dua bagian, yaitu Kilang Minyak I dan Kilang Minyak II dengan masing-
masing kapasitas produksinya sebesar 100 MBSD dan 200 MBSD. PT
PERTAMINA (Persero) Refinery Unit IV Cilacap merupakan salah satu unit
kilang minyak yang memiliki kapasitas terbesar dan terlengkap fasilitasnya di
tanah air. Kilang ini mampu memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 60%
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
16
kebutuhan di pulau jawa. Kilang minyak ini mengolah minyak mentah menjadi
bahan bakar minyak (BBM), non BBM (NBM), dan Petrokimia
2.2. Visi dan Misi Perusahaan
2.2.1. Visi Misi PT. PERTAMINA (Persero)
a. Visi
“Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia”
b. Misi
Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara
terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
c. Nilai – Nilai
Dalam mencapai Visi dan Misinya, Pertamina berkomitmen untuk
menerapkan tata nilai sebagai berikut :
1. Clean
Manajemen yang profesional serta menghindari konflik
kepentingan yang tidak memberi toleransi pada suap ,menghargai
kepercayaan serta integritas dan berdasarkan pada prinsip Good
Cooperate Governance
2. Competitif
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya
sadar biaya dan menghargai kinerja
3. Confident
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
17
Berperan dalam membangin ekonomi nasional, menjadi pelopor
dalam redormasi BUMN dan membangun kebanggan bangsa.
4. Customer Focused
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan
5. Commercial
Membangun citra baru yang berorientasi komersial dan membuat
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang baik
6. Capable
Dijalankan oleh jajaran pimpinan yang profesional, memiliki skill
berkualitas serta memiliki komitmen untuk membangun riset dan
pengembangan perusahaan.
2.2.2 Visi Misi PT. Pertamina (PERSERO) RU IV
a. Visi
Menjadi kilang minyak yang unggul di Asia Tenggara dan kompetitif
di Asia pada tahun 2015.
b. Misi
Mengolah minyak bumi menjadi produk BBM, non BBM, dan
Petrokimia untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan”, dengan
tujuan: memuaskan stakeholder melalui peningkatan kinerja
perusahaan secara profesional, berstandar internasional, dan
berwawasan lingkungan.
c. Motto
Bekerja dalam kebersamaan untuk keunggulan bersama.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
18
d. Strategi
Penyempurnaan konfigurasi kilang :
- Orientasi maksimum profit
- Berwawasan Lingkungan
Peningkatan kehandalan peralatan dan operasi
Peningkatan teknologi informasi dan otomisasi percepatan
pembangunan budaya baru.
2.2.3 Lambang ,Slogan, dan Logo Perusahaan
Rencana perubahan logo sudah dipikirkan sejak 1967 saat setelah
terjadinya krisis pada PERTAMINA. Namun, program tersebut tidak dapat
dilaksanakan karena terjadinya adanya perubahan kebijakan (pergantian dewan
direksi). Pertimbangan mendasar diperlukannya pergantian logo ini adalah agar
dapat menumbuhkan semangat baru bagi seluruh karyawan, adanya perubahan
corporate culture pada seluruh karyawan menimbulkan image yang lebih baik di
antara global oil dan menghadapi perubahan – perubahan yang terjadi, antara lain
:
Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi Perseroan
Perubahan strategi perusahaan dalam mebghadapi persaingan pasca
PSO serta semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru.
PERTAMINA memiliki slogan yaitu ALWAYS THERE, yang berarti
SELALU HADIR MELAYANI. Dengan slogan ini diharapkan prilaku dari
jajaran pegawai PERTAMINA akan berubah menjadi enterpreneur dan customer
oriented, terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi. Gambar
dibawah ini merupakan lambang perusahaan PT. PERTAMINA yang lama
sebelum menjadi Persero yang bergambat kuda laut dan bintang laut. Lalu
kemudian berganti logo seperti pada gambar 2.3 seiring dengan pergantian
perusahaan menjadi PT. PERTAMINA (Persero).
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
19
Gambar 2.2 Logo Lama PERTAMINA
Gambar 2.3 Logo Pertamina
Lambang PT. Pertamina (Persero) yang ditunjukkan pada Gambar 1.1
memiliki filosofi sebagai berikut:
1. Elemen logo yang berbentuk huruf P yang secara keseluruhan
merupakan presentasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai
PERTAMINA yang bergerak maju dan profgresif
2. Warna yang berani menunjukan langkah besar PERTAMINA dan
aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis
yang dijabarkan dalam warna – warna dibawah ini :
Warna Merah : Warna yang melambangkan keuletan dan
ketegasan dan keberanian dalam menghadapi berbagai macam
kesulitan
Warna Hijau : Warna yang melambangkan sumber daya
energi yang berwawasan lingkungan
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
20
Warna Biru : Warna yang melambangkan kehandalan,
dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
3. Tulisan PERTAMINA falam pilihan huruf yang mencermikan
kejelasan dan transparansi serta keberanian dan kesungguhan dalam
bertindak sebagai wujud positioning PERTAMINA baru.
2.2.4 Organiasi dan Manajemen Perusahaan
A. Sistem Manajemen dan Pengawasan
Pertamina dikelola oleh Dewan Direksi Perusahaan dan diawasi oleh
Dewan Komisaris/Pemerintah Republik Indonesia. Pelaksanaan kegiatan
Pertamina diawasi oleh seperangkat pengawas, yaitu Lembaga Negara,
Pemerintah maupun dari unsur internal Pertamina itu sendiri.
Dewan Direksi PERTAMINA terdiri dari Direktur Utama. Wakil Direktur
Utama dan lima orang direktur, yaitu :
Direktur Perncanaan Investasi dan Manajemen Resiko
Direktur Hulu
Direktur Pengolahaan
Direktur Pemasaran dan Niaga
Direktur Umum
Direktur SDM
Direktur Keuangan
Dan juga terdapat lima (5) pejabat lainnya, yaitu :
Head of Integrated Supply Chain
Corporate Secretary
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
21
Head of Corporate Legal
Head of Integral Audit
Head of LNG Business
Sedangkan untuk struktur organisasi PERTAMINA RU-IV Cilacap
ditunjukan oleh gambar 2.3 senagai berikut :
Gambar 2.4 Struktur Organisasi PERTAMINA RU IV
B. Sistem Organisasi dan Kepegawaian
Direktur pengelohaan PERTAMINA membawahi unit – unit pengolahan
yang ada di Indonesia. Kegiatan utama operasi kilang di RU-IV Cilacap adalah :
Kilang Minyak (BBM dan Mom BBM)
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
22
Kilang Petrokimia
B.1 Sistem Organisasi
Refinery Unit IV Cilacap dipimpin oleh General Manager yang
membawahi :
Senior Manager Operation and Manufacturing
Manager Engineering and Development
Manager Legal & General Affairs
Manager Health, Safety Environment
Manager Procurement
Manager Relianility
OPI Coordinator
Manager SPID (Hirarki ke Pusat)
Manager Marine Region IV (Hirarki ke Pusat)
Manager Refinery Finance Offsite Support Region ke-III (Hirarki
ke Pusat)
Manager Human Resource Area (Hirarki ke Pusat)
Manager Human Resource Area (Hirarki ke Pusat)
Director of Hospital Cilacap
IT Area Manager RU IV Cilacap
Senior Manager Operation and Manufacturing/ Manager kilang
membawahi 6 manager, yaitu :
Manager Production I
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
23
Manager Production II
Manager Refinery Planning and Optimation
Manager Refinery Planning and Optimation
Manager Maintenance Planning and Support
Manager Maintenanve Planning and Support
Manager Maintenance Execution
Manager Turn Around
Dalam melakukan tugas dan kegiatannya kepala bidang dibantu oleh kepala sub
bidang, kepala seksi dan seluruh perangkat operasi di bawahnya.
B.2 Sistem Kepegawaian
Dalam Kegiatan sehari-hari, PERTAMINA mempunyai pegawai-pegawai
di lingkungannya. Secara garis besar pegawai PERTAMINA dibagi menjadi :
Pegawai Pembina : Golongan 2 ke atas
Pegawai Utama : Golongan 5 – 3
Pegawai Madya : Golongan 9 – 6
Pegawai Biasa : Golongan 16 – 10
Pembagian jam kerja pegawai sebagai berikut :
Pegawai Harian :
Untuk pekerja harian bekerja selama 40 jam setiap minggu dengan
perincian 5 hari kerja dari pukul 07.00-15.30
Pegawai Swift
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
24
Untuk pegawai Shift bekerja dengan sistem 3:1, artinya 3 hari kerja dan 1
hari libur. Periode tersebut berjalan secara bergantian dari Shift pagi, sore
dan malam dengan jam kerja sebagai berikut :
- Pegawai Operasi :
Shift pagi : 08.00 – 16.00
Shift sore : 16.00 – 24.00
Shift malam : 00.00 – 08.00
- Pegawai security:
Shift pagi : 06.00 – 14.00
Shift sore : 14.00 – 22.00
Shift malam : 22.00 – 06.00
B.3 Fasilitas dan Kesejahteraan
Fasilitas untuk kesejahteraan pegawai yang tersedia di
PERTAMINA Refinery Unit IV Cilacap adalah :
a. Perumahan
PERTAMINA RU-IV Cilacap memiliki tiga lokasi kompleks
perumahan. Lokasi perumahan tersebut, yaitu :
Perumahan Gunung Simping
Perumahan Lomanis, Donan
Perumahan Tegal Katilayu
Untuk tamu disediakan Griya Patra dan Mess No. 39 dan
No. 40 di perumahan Gunung Simping
b. Sarana Kesehatan meliputi :
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
25
Klinik darurat, terletak di kilang sebagai sarana pertolongan
pertama pada kecelakaan kerja.
Rumah Sakit Pertamina Cilacap Swadana (RSPCS),
terletak di komplek Tegal Katilayu yang juga melayani
kesehatan bagi masyarakat umum.
c. Sarana Pendidikan
Untuk meningkatkan kemampuan dan karir, Pertamina memberikan
kesempatan bagi pegawainya mengikuti pendidikan ataupun pelatihan.
Selain itu bagi anak-anak pegawainya, disediakan TK dan SD. Sekolah
itu pun terbuka juga untuk umum.
d. Sarana Rekreasi dan Olahraga
Terdapat 2 gedung pertemuan dan rekreasi yang diiliki oleh Pertamina
RU-IV Cilacap, yaitu :
Patra Graha
Patra Ria
Selain itu, tersedia juga sarana olah raga diantaranya :
Lapangan sepak bola
Lapangan bola volley dan basket
Lapangan bulu tangkis dan tenis
Kolam renang
Arean Bowling dan Bilyard
e. Sarana Perhubungan dan Telekomunikasi
Kompleks perumahan, kantor dan lokasi kilang Pertamina RU IV
Cilacap dilengkapi dengan pesawat telepin sebagai alat komunikasi.
Mobil dinas disediakan sebagai alat transportasi bagi staf senior yang
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
26
dapat digunakan bagi kegiatan operasional. Disediakan juga beberapa
bus sebagai sarana bagi para pegawai, tamu, maupun alat transportasi
bagi para anak pegawai ke sekolah.
f. Perlengkapan kerja
Untuk perangkat kerja dan keselamatan kerja bagi setiap pegawai,
pihak Pertamina menyediakan pakaian seragam, sedangkan para
pegawai yang terkait langsung dengan operasi diberikan safety shoes,
ear plug, gloves, masker dan jas hujan. Bagi para tamu juga disediakan
pinjaman topi keselamatan.
g. Keuangan dan cuti
Financial yang diberikan pada setiap pegawai terdiri dari :
Gaji setiap bulan sesuai dengan pangkat dan golongan
Tunjangan Hari Raya (THR) dan uang cuti tahunan
Premi shift bagi pegawai shift
Untuk pegawai yang sudah pensiun, menerima uang pensiun setiap
bulannya. Untuk keperluan cuti, bagi setiap pegawai mendapat
kesempatan cuti selama 12 hari kerja setiap tahunnya dan setiap 3
tahun mendapat cuti besar selama 26 hari kerja
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
27
BAB 3
DESKRIPSI UMUM PABRIK
3.1 Tata Letak dan Lokasi Pabrik
3.1.1. Lokasi Pabrik
PT. PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap terletak di Desa Lomanis,
Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap. Dipilihnya Cilacap sebagai
lokasi kilang didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
a. Studi kebutuhan BBM menunjukan bahwa konsumsi terbesar
adalah penduduk Pulau Jawa.
b. Tersedianya sarana pelabuhan alami yang sangat ideal karena
lautnya cukup dalam dan tenang karena terlindungi Pulau
Nusakambangan.
c. Terdapatnya jaringan pipa Maos-Yogyakarta dan Cilacap-
Padalarang sehingga penyaluran bahan bakar minyak lebih
mudah.
d. Daerah Cilacap dan sekitarnya telah direncanakan oleh
pemerintahan sebagai pusat pengembangan produksi untuk
wilayah Jawa bagian selatan.
Dari hasil pertimbangan tersebut maka dengan adanya areal tanah yang
tersedia dan memenuhi persyaratan untuk pembangunan kilang minyak, maka
Refinery Unit IV dibangun di Cilacap dengan luas area total yang digunakan
adalah 526 ha.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
28
Gambar 3.1. Lokasi Pabrik PT. PERTAMINA RU-IV Cilacap
Gambar 3.2 Denah PERTAMINA RU-IV Cilacap (Sumber : PT.
PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap)
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
29
3.1.2. Tata Letak Pabrik
Tata letak Kilang Minyak Cilacap beserta saran pendukung yang ada
adalah menurut tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1 Tabel areal – areal kilang PT. PERTAMINA RU-IV Cilacap
a. Areal Kilang Minyak dan kantor 203, 19 ha
b. Areal terminal dan Pelabuhan 50,97 ha
c. Areal Pipa Track dan Jalur Jalan 12,77 ha
d. Areal Perumahan dan sarananya 100.80 ha
e. Areal Rumah Sakit dan Lingkungannya 10.27 ha
f. Areal Lapangan Terbang 70 ha
g. Areal Paraxyelne 9 ha
h. Sarana Olah Raga/rekreasi 69, 71 ha
Total 526,71 ha
Dalam kegiatan pengoperasiannya maka Kilang Minyak Cilacap terdiri
dari unit-unit proses dan sarana penunjang yang terbagi dalam beberapa area yaitu
:
a) Area 10 (Fuel Oil Complex I ), terdiri atas :
Unit 1100 : Crude Distilling Unit
Unit 1200 : Hydrotreating Unit
Unit 1300 : Hydrodesulfurizer Unit
Unit 1400 : Platforming Unit
Unit 1500 : Propane Manufacturing Unit
Unit 1600 : Merox Treating Unit
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
30
Unit 1700 : Sour Water Stripping Unit
Unit 1800 : Nitrogen Plant
Unit 1900 : CRP Unit
b) Area 01 (Fuel Oil Complex II ), terdiri atas :
Unit 011 : Crude Distilling Unit
Unit 012 : Naphta Hydrotreating Unit
Unit 013 : Aromatic Hydrogenation Unibon Unit
Unit 014 : CCR and Platformer Unit
Unit 015 : LPG Recovery Unit
Unit 016 : Minalk Merox Treating Unit
Unit 017 : Sour Water Stripper Unit
Unit 018 : Thermal Distillate Hydrotreater Unit
Unit 019 : Visbreaker Thermal Cracking Unit
c) Area 20 (Lube Oil Complex I), terdiri atas :
Unit 2100 : High Vacuum Unit
Unit 2200 : Propane Deasphalting Unit
Unit 2300 : Furfural Extraction Unit
Unit 2400 : Methyl Ethyl Ketone Dewaxing Unit
Unit 2500 : Hot Oil System
d) Area 02 (Lube Oil Complex II), terdiri atas :
Unit 021 : High Vacuum Unit
Unit 022 : Propane Deasphalting Unit
Unit 023 : Furfural Extraction Unit
Unit 024 : Methyl Ethyl Ketone Dewaxing Unit
Unit 025 : Hot Oil System
e) Area 30 (Area Tangki BBM), terdiri atas :
Unit 31 :Tangki-tangki gasoline dan vessel penambahan TEL FOC I dan
Platformer Feed Tank
Unit 32 : Tangki-tangki kerosene dan AH Unibon Feed Tank
Unit 33 : Tangki-tangki Automotive Diesel Oil
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
31
Unit 34 : Tangki-tangki Industrial Fuel Oil
Unit 35 : Tangki-tangki komponen IFO dan HVU feed
Unit 36 : Tangki-tangki migas, heavy naphta, penambahan TEL FOC II
Unit 37 : Tangki-tangki LSWR dan IFO
Unit 38 : Tangki-tangki ALC sebagai feed FOC I
Unit 39 : Tangki-tangki paraxylene dan benzene
f) Area 40 (Area Tangki non BBM), terdiri atas :
Unit 41 : Tangki-tangki Lube Oil
Unit 42 : Tangki-tangki Bitumen
Unit 43 : Tangki-tangki Long Residu
Unit 44 : Gasoline Station, Bengkel, Gudang, Pool alat berat
Unit 46 : Tangki-tangki Feed FOC II
Unit 47 : Tangki-tangki Mixed LPG
Unit 48 : Flare System
Unit 49 : Drum Plant, Pengisian Aspal
g) Area 50 (Utilities Complex I), terdiri atas :
Unit 51 : Pembangkit tenaga Listrik
Unit 52 : Steam Generator Unit
Unit 53 : Cooling Water System
Unit 54 : Unit Pengolahan Air
Unit 56 : Unit Sistem Udara tekan
Unit 57 : Unit Sistem Pengadaan Bahan Bakar Gas dan Minyak
h) Area 05 (Utilities Complex II), terdiri atas :
Unit 051 : Pembangkit tenaga listrik
Unit 052 : Steam Generator Unit
Unit 053 : Cooling water System
Unit 054 : Unit Pengolahan Air
Unit 056 : Unit Sistem Udara tekan
Unit 057 : Unit Sistem Pengadaan Bahan Bakar Gas dan Minyak
i) Area 60 (Jaringan Oil Movement dan Pemipaan), terdiri atas :
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
32
Unit 61 : Jaringan pipa dari dan ke terminal minyak area 70
Unit 62 : Cross Country Pipeline
Unit 63 : Stasiun Pompa Air Sungai
Unit 64 : Dermaga Pengapalan Bitumen dan Lube Oil
Unit 66 : Tangki-tangki Balast dan Bunker
Unit 67 : Dermaga pengapalan Bitumen dan Lube Oil
Unit 68 : Dermaga Pengapalan LPG
j) Area 70 (Terminal Minyak Mentah dan Produk), terdiri atas :
Unit 71 : Tangki-tangki minyak mentah FOC II dan Bunker
Unit 72 : Crude Island Berth, di sebelah utara pantai Pulau Nusakambangan
Unit 73 : Terdiri atas tiga buah dermaga untuk pengapalan minyak putih
dan minyak hitam, juga fasilitas penerimaan crude oil
k) Area 80 (Kilang Paraxylene), terdiri atas :
Unit 81 : Nitrogen Plant Unit
Unit 82 : Naphta Hydrotreater Unit
Unit 84 : CCR Platformer Unit
Unit 85 : Sulfolane Unit
Unit 86 : Tatoray Unit
Unit 87 : Xylene Fractionation Unit
Unit 88 : Parex Unit
Unit 89 : Isomar Unit
l) Area 200 (Lube Oil Complex II), terdiri atas :
Unit 220 : Propane Deasphalting Unit (PDU)
Unit 240 : Metyl Ethyl Ketone Dewaxing Unit (MDU)
Unit 260 : Hydro Treating Unit / Redistling Unit (HTU/RDU)
Unit 041 : Pump Station and Storage tank
m) Area 500 (Utilities IIA), terdiri atas :
Unit 510 : Pembangkit Tenaga Listrik
Unit 520 : Steam Generator Unit
Unit 530 : Cooling Water System
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
33
Unit 560 : Unit Sistem Udara Tekan
Kilang – kilang minyak di PT. PERTAMINA RU-IV Cilacap terdiri dari
komplek – komplek yang menghasilkan fuel(minyak untuk bahan bakar) yang
disebut FOC (Fuel Oil Complex) dan lube (aspal dan oil pelumas) yang disebut
LOC (Lube Oil Complex). Komplek – komplek terdiri dari :
- Dua komplek FOC (FOC I & FOC II)
- Tiga komplek LOC (LOC I,LOC II, & LOC III)
Bagan alir komplek – komplek tersebut disebutkan pada gambar dibawah
ini.
Gambar 3.3 Bagan Blok Proses Pertamina RU-IV Cilacap
3.2 Kilang Minyak Pertamina RU-IV
Pembangunan kilang minyak di RU IV Cilacap dilaksanakan dalam lima
tahap yaitu Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene,
Debottlenecking project, dan Kilang SRU.
3.2.1 Kilang Minyak I
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
34
Pembangunan Kilang Minyak I dimulai pada tahun 1974 dan mulai
beoperasi pada tanggal 24 Agustus 1976 setelah diresmikan oleh Presiden
Soeharto. Kilang ini dirancang oleh Shell International Petroleum Maatschappij
(SIPM), sedangkan kontraktornya adalah Fluor Eastern Inc. yang dibantu oleh
beberapa sub kontraktor dari perusahaan Indonesia dan Asing. Pelaksanaan
proyek ini diawasi oleh Pertamina.
Kilang ini dirancang untuk memproses bahan baku minyak mentah dari Timur
Tengah, Arabian Light Crude (ALC) yang kadar sulfurnya tinggi (sekitar 1.5%
berat), dengan maksud selain menghasilkan BBM juga untuk mendapatkan
produk NBM yaitu berupa bahan dasar minnyak pelumas (lube base oil) dan aspal
yang sangat dibutuhkan di dalam negeri. Pilihan mengolah minyak mentah Timur
Tengah dikarenakan karakter minyak dalam negeri tidak bisa digunakan untuk
menghasilkan bahan dasar pelumas dan aspal. Sulfur dapat berperan sebagai
bahan antioksidan alami dalam pelumas tetapi kadar sulfur juga tidak boleh terlalu
tinggi supaya tidak menyebabkan korosi pada tembaga, selain itu sulfur juga
berperan dalam meningkatkan ketahanan aspal terhadap deformasi dan cuaca yang
berubah-ubah. Dalam perkembangan selanjutnya, kilang tidak hanya mengolah
ALC tetapi juga Iranian Light Crude (ILC) yang mempunyai kadar sulfur 1%
berat dan Basrah Light Crude (BLC).
Kilang minyak pertama ini dirancang dengan kapasitas pengolahan
118.000 barel/hari, kemudian dalam rangka memenuhi kebutuhan BBM dalam
negeri, Pertamina RU IV Cilacap mengadakan penigkatan kapasitas operasional
pada setiap kilang, sehingga kapasitas kilang minyak I menjadi 230.000 barel/hari
melalui proyek Debottlenecking.
Kilang minyak I yang melingkupi FOC I dan LOC I Imemiliki spesifikasi
seperti Gambar 3.4 berikut.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
35
Gambar 3.4 Bagan Spesifikasi Kilang Minyak I
Kilang minyak I pertamina RU IV Cilacap meliputi:
1. Fuel Oil Complex I (FOC I), untuk memproduksi BBM
2. Lube Oil Complex I (LOC I), untuk memproduksi bahan baku minyak pelumas
(lube base oil) dan asphalt
3. Utilitas Complex I (UTL I), menyediakan semua kebutuhan utilities dari unit-
unit proses seperti steam, listrik, angin instrument, air pendingin serta fuel system.
Kapasitas desain tiap unit pada FOC I dan LOC I dapat dilihat pada tabel 3.2
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
36
Tabel 3.2 Kapasitas desain unit pada FOC I dan LOC I
Fuel Oil Complex I Lube Oil Complex II
Unit Proses Kapasitas
(ton/hari)
Unit Proses Kapasitas
(ton/hari)
CDU I 13.650 HVU I 3148
NHT I 2.275 Propane
Deasphalting Unit
I
784
Gas Oil HDS 2.300 Furufural
Extraction Unit I
991 – 1580
Platformer I 1.650 MEK Dewaxing
Unit I
226 - 337
Propane
Manufacturing
43.5
Merox Treating 1.940
Kemudian bagan khusus proses LOC I,II, & III proses ketiga komplek
LOC tersebut berasal dari naphta FOC I
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
37
Gambar 3.5 Diagram Blok LOC I,II, dan III
3.2.2 Kilang Minyak II
Kilang minyak II dibangun pada tahun 1981 untuk memenuhi kebutuhan
BBM dalam negeri yang terus meningkat. Setelah diresmikan oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 4 Agustus 1983, kilang ini memulai operasinya. Kompleks
BBM (Fuel Complex II) di kilang ini dirancang oleh Universal Oil Product (UOP)
sedangkan kompleks Bahan Dasar Minyak Pelumas (Lube Oil Complex II dan III)
dirancang oleh Shell International Petroleum Maatschappij (SIPM), dan offsite
facilities oleh Fluor Eastern Inc. kontraktor utama untuk kilang ini adalah Fluor
Eastern Inc. dan dibantu oleh kontraktor-kontraktor nasional.
Kilang ini mengolah minyak mentah dalam negeri yang memiliki kadar
sulfur lebih rendah daripada ALC. Minyak mentah yang digunakan merupakan
campuran dengan komposisi 80% Arjuna Crude (kadar sulfur 0.1% berat) dan
20% Attaka Crude (kadar sulfur 0.1% berat). Pada perkembangan selanjutnya,
digunakan minyak cocktail yang merupakan campuran dari minyak mentah dalam
negeri.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
38
Sebelum diadakan Debottlenecking Project pada tahun 1997/1998,
kapasitas kilang minyak II hanya 200.000 barel/hari tetapi setelah diadakan projek
tersebut, kapasitasnya meningkat menjadi 230.000 barel/hari.
Diagram blok kilang minyak II yang diwakili oleh FOC II ditunjukan pada
gambar 3.5
Gambar 3.6 Diagram Blok Proses FOC 2
Kilang minyak II meliputi:
1. Fuel Oil Complex II (FOC II) yang memproduksi BBM
2. Lube Oil Complex II (LOC II) dan LOC III yang memproduksi bahan dasar
minyak pelumas dan aspal
3. Utilities Complex II (UTL II) yang fungsinya sama dengan UTL I.
Kapasitas desain tiap unit pada FOC II dan LOC II dan III dapat dilihat pada tabel
3.3
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
39
Tabel 3.3 Tabel Kapasitas FOC II, LOC II, dan LOC III
Fuel Oil Complex II Lube Oil Complex II Lube Oil
Complex III
Unit Proses Kapasitas
(ton/hari)
Unit Proses Kapasitas
(ton/hari)
Kapasitas
(ton/hari)
CDU II 26.890 HVU II 3148
NHT II 2.500 Propane
Deasphalting
Unit II, III
784 583
AH Unibon 2.680 Furufural
Extraction
Unit II
991 – 1580
Platformer II 2440 MEK
Dewaxing Unit
II, III
226 – 337 226 - 337
LPG
Recovery
730 HTU 1700
Naphta
Merox
1.620
THTD 1.800
Visbreaker 8.837
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
40
3.2.3 Kilang Paraxylene Complex
Berdasarkan pertimbangan adanya bahan baku naphtha dan sarana
pendukung seperti tangki, dermaga dan utilities maka pada tahun 1988
dibangunlah Kilang Paraxylene Cilacap (KPC) guna memenuhi kebutuhan bahan
baku Pusat Aromatik di Plaju, sekaligus sebagai usaha meningkatkan nilai tambah
produk kilang BBM.
Kilang paraxylene dibangun pada tahun 1988 dan sebagai kontraktornya
ialah Japan Gasoline Corporation (JGC). Kilang mulai beroperasi, setelah
diresmikan oleh presiden RI tanggal 20 Desember 1990. Kilang ini dibangun
berdasarkan adanya pertimbangan bahan baku naphtha dan sarana pendukung
seperti tangki, dermaga dan utilitas. Pertamina RU IV Cilacap semakin penting
dengan adanya kilang paraxylene, karena dengan mengolah 590.000 ton/tahun
naphta menkadi produk utama paraxylene, benzene, dan produk samping lainnya.
Jenis produk kilang paraxylene; paraxylene, benzene, LPG, raffinate,
heavy aromate dan fuel gas/excess. Produksi kilang paraxylene Cilacap selain
untuk memnuhi kebutuhan pusat aromatik dari RU III Plaju dan sebagian lagi
diekspor. Sedangkan produk benzene keseluruhannya diekspor, produk – produk
lainnya dimanfaatkan untuk keperluan dalam negeri serta kebutuhan sendiri.
Berikut tabel yang menjelaskan kapasitas unit di kilang KPC
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
41
Tabel 3.4 Kapasitas Disain tiap Unit di Kilang Paraxylene
Unit Proses Kapasitas (ton/hari)
Naphta Hydrotreater 1.791
CCR Platformer 1.791
Sulfolane 1.100
Tartoray 1.730
Xylene Fractionator 4.985
Parex 4.440
Isomar 3.590
3.2.4 Debottlenecking Prohect Cilacap (DPC)
Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan di Indonesia, kebutuhan
akan BBM, minyak pelumas, dan aspal juga meningkat. Untuk itu perlu
diupayakan untuk mengembangkan kapasitas kilang. Pengembangan kapasitas
kilang direalisasikan melalui Kegiatan perencanaan proyek ini sudah dimulai
sejak tanggal 16 Desember 1995 dan yang bertindak sebagai pelaksana EPC
(Engineering, Procurement, and Construction) Contract adalah Fluor Daniel.
Sementara perancang dan pemilik lisensi untuk Lube Oil Complex adalah SIPM
(Shell International Petroleum Maatschppij). PERTAMINA merealisasikan
proyek Debottlenecking RU IV Cilacap yang dibangun pada awal tahun 1996 dan
mulai beroperasi pada awal Oktober 1998. Pendanaan Proyek Debottlenecking
Cilacap (DPC) berasal dari pinjaman dari 29 bank dunia yang dikoordinir oleh
CITICORP dengan penjamin US Exim Bank. Dana yang dipinjam sebesar US$
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
42
633 juta dengan pola „Tyrustee Borrowing Scheme‟. Sedangkan sistem
penyediaan dananya adalah “Non Recourse Financing” artinya pengembalian
pinjaman berasal dari hasil penjualan produk yang dihasilkan oleh proyek
sehingga dana pinjaman tersebut tidak membebani anggaran Pemerintah maupun
cash flow Pertamina.
Pendanaan proyek peningkatan kapasitas operasional (DPC) ini berasal
dari pinjaman 29 bank dunia yang dikoordinir oleh CITICORP dengan pinjaman
US exim bank. Dana yang dipinjam sebesar US $ 633 juta dengan pola “Trustee
borrowing Scheme”. Sedangkan sistem penyediaan dananya adalah ”Non
Recource Financing”, artinya pengembalian pinjaman berasal dari hasil penjualan
produk yang dihasilkan oleh proyek sehingga dana pinjaman tersebut tidak
membebani anggaran pemerintah maupun cash flow Pertamina.
Debottlenecking Project Cilacap (DPC) dilaksanakan untuk meningkatkan
kapasitas operasional RU IV telah berhasil dilaksanakan dengan modernisasi
instrumen kilang yang meliputi unit pada FOC I, FOC II, Utilities I, Utilities II,
LOC I, dan LOC II. Modernisasi instrumen tersebut juga ditambah beroperasinya
Utilities IIA yang dihubungkan dengan Utilities I dan II serta beroperasinya LOC
III juga secara otomatis akan meningkatkan kinerja operasional RU IV yang
berdampak pada efisiensi dan kehandalan.
Tujuan dari proyek ini adalah:
a. Meningkatkan kapasitas produksi kilang I dan II daalm rangka memenuhi
kebutuhan BBM dalam negeri.
b. Meningkatkan kapasitas produksi Lube Oil Plant dalam rangka memenuhi
kebutuhan Lube Base Oil dan aspal.
c. Menghemat/menambah devisa negara.
Lingkup dalam proyek ini adalah meliputi:
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
43
a. Modifikasi FOC I dan FOC II, LOC I dan II, dan Utilities II/Offsite
b. Pembangunan LOC III
c. Pembangunan Utilities III dan LOC III tankage
d. Modernisasi instrumen kilang dengan DCS (Distibuted Control System)
Tabel 3.5 Jenis Pekerjaan dalam proyek Debottlenecking Cilacap
Lokasi Jenis Pekerjaan
FOC I CDU : Penambahan Crude Desalter dan
modifikasi/penambahan tray pada Crude Splitter,
Product Side Stripper, Naphta Stabilizer, dan Gasoline
Splitter.
Modifikasi/penambahan peralatan pada Naphta
Hydrotreater Unit
Modifikasi peralatan pada Keroseine Merox Treatimg
Modifikasi/penambahan peralatan pada SWS Unit
Modernisasi instrumen kilang
Dasilitas lain : modifikasi/penambahan pumping dan
piping system, nidufujasu/penambahan heat exchange
system.
FOC II CDU : Penambahan Crude Desalter dan
modifikasi/penambahan tray pada Crude Splitter,
Producr Side Stripper, Naphta Stabilizer, dan Gasoline
Splitter.
Modifikasi/penambahan peralatan pada unit AH Unibon
Modifikasi/penambahan peralatan pada unit LPG
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
44
Recovery
Modifikasi/penambahan peralatan unit SWS
Modernisasi instrumen kilang
Fasilitas lain : modifikasi/penambahan pumping dan
piping system, modifikasi/penambahan heat exchange
system
LOC II Modifikasi/penambahan peralatan pada HVU-II
Modifikasi/penambahan peralatan pada PDU-II
Modifikasi/penambahan peralatan pada FEU-II
Modifikasi/penambahan peralatan pada HOS-II
Modernisasi intrumentasi kilang
Fasilitas lain : rekonfigurasi/penambahan heat
exchange, pumping, dan piping system.
LOC III
Pembangunan PDU-III
Pembangunan MDU-III
Pembangunan HTU/RDU
Fasilitas lain : pembangunan new tankage, pumping,
dan piping system.
Utilities/Offsite
Pembangunan Power Generator 8 MW dan Distribution
System
Pembangunan Boiler 60 T/hr beserta BWF dan
Distribution system
Modifikasi/penambahan peralatan pada Flare System
Pembangunan Intrument Air
Modifikasi/penambahan Cooling Water System
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
45
Modernisasi intrumentasi kilang
Modifikasi/penambahan kolam pengoalahan limbah
Pembuangan tangki penimbun aspal dan Lube Oil
Dengan selesainya proyek ini, kapasitas pengolahan kilang minyak I
meningkat menjadi 118.000 barel/hari, dan kilang minyak II menjadi 230.000
barel/hari, sehingga total kapasitas keseluruhan menjadi 348.000 barel/hari.
Sementara itu kapasitas produk minyak dasar pelumas (Lube Base Oil) meningkat
menjadi 428.000 ton/tahun sedangkan produksi aspal meningkat dari 512.000
ton/tahun menjadi 720.000 ton/tahun.
Tabel 3.6 Perbandingan Kapasitas Produksi Sebelum dan Sesudah Proyek
Debottlenecking pada FOC I (barrel/hari)
Unit Hasil
Produksi
Sebelum Sesudah Kenaikan
CDU Fraksi minyak 100.000 118.000 18.000 (18%)
NHT Naphta dan
gasoline
20.000 25.600 5600 (28 %)
Kerosene-
Merox
Avtur/kerosene 25.708 17.300 1.592
(10,13%)
Tabel 3.7 Perbandingan kapasitas produksi Sebelum dab Sesudah Proyek
Debottlenecking dpada FOC II (barrel/hari)
Unit Hasil Produksi Sebelum Sesudah Kenaikan
CDU Fraksi minyak 200.000 230.000 30.000 (15%)
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
46
AH Unibon Kerosene 20.000 23.000 3.000 (15%)
LPG
Recovery
Gas
Propane/Butane
7.321 7.740 419 (5,72%)
Tabel 3.8 Perbandingan kapasitas produksi Sebelum dab Sesudah Proyek
Debottlenecking pada LOC I/II/III (barrel/hari)
Unit Hasil Produksi Sebelum Sesudah Kenaikan
Lube Base
Oil
HVI
60/100/160S/650
255.000 428.000 173.000 (69%)
Asphalt Asphalt 512.000 720.000 208.000(40,63%)
LPG
Recovery
Gas Propane/Nutane 7.321 7.740 419(5,72%)
Dengan demikian desian FOC I, FOC II, LOC I, II, dan III mengalami
perubahan seperti terlihat pada tabel tabel dibawah ini
Tabel 3.9 Kapsitas Desian Baru FOC I dan FOC II (ton/hari)
FOC I FOC II
Unit Kapasitas
(ton/hari)
Unit Kapasitas
(ton/hari)
CDU I 16.126 CDU II 30.680
NHT I 2.805 NHT II 2.441
Gas Oil HDS 2.300 AH Unibon 3.084
Platformer I 1.650 Platformer II 2.441
Propane
Manufacturing
43,5 LPG Recovery 636
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
47
Merox Treater 2.116 Naphta Merox 1.311
Sour Water
Stripper
780 SWS 2.410
THDT 1.802
Vidbreaker 8.309
Tabel 3.10 Kapasitas Desain Baru LOC I, II, III Pertamina RU IV
Cilacap
Unit Kapasitas (ton/hari)
LOC I LOC II LOC III
HVU 2.574 3.883 -
PDU 538 784 784
FEU 478 – 573 1786 - 2270 -
MDU 226 – 337 501 – 841 501 – 841
Hydotreating
Unit
- - 1.700
3.2.5 Kilang LPG dan Sulphur Recovery Unit
Pemerintah berencana untuk mengurangi kadar emisi Sox pada buangan,
untuk mendukung komitmen terhadap lingkungan, maka pada tanggal 27 Februari
2002 RU IV Cilacap membangun kilang SRU dengan luas area proyek 24.000 m2
yang terdiri dari unit proses dan unit penunjang. Proyek ini dapat mengurangi
emisi gas dari kilang, khususnya SO2 sehingga emisi yang dibuang ke udara akan
lebih ramah terhadap ligkungan. Kilang ini mengolah off gas dari berbagai unit di
RU IV menjadi produk berupa sulfur cair, LPG, dan condensate.
Kilang SRU ini memiliki beberapa unit antara lain, Gas Treating Unit,
LPG Recovery Unit, Sulphur Recovery Unit, Tail Gas Unit, dan Refrigeration.
Umpan pada gas treating unit terdiri dari 9 stream sour gas yang sebelumnya
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
48
kesembilan stream gas ini hanya dikirim ke fuel system sebagai bahan bakar
kilang atau dibakar di flare. Dengan adanya unit LPG Recovery pada kilang SRU
ini akan menambah aspek komersial dengan pengambilan produk LPG yang
memiliki nilai ekonomi tinggi dari stream treated gas.
Dengan melakukan treatment terhadap 9 stream sour gas dengan jumlah
total sebesar 600 metric ton/hari dapat diperoleh produk sulphur cair sebanyak 59-
68 metric ton/hari, produk LPG sebanyak 324-407 metric ton/hari dan produk
condensate (C5+) sebanyak 28-103 metric ton/hari. Sedangkan hasuil atas yang
berupa gas dengan kandungan H2S sangat rendah dari Uit LPG Recovery akan
dikirim keluar sebagai fuel system.
Unit-unit dikilang SRU adalah sebagai berikut:
1. Gas Treating
Gas treating unit dirancang untuk mengurangi kadar hydrogen sulfide
(H2S) di dalam gas buang agar tidak lebih dari 10 ppm sebelum dikirim ke LPG
Recovery Unit dan PSA unit yang telah ada. Dalam metode operasi normal larutan
amine disirkulasikan untuk menyerap H2S pada suhu mendekati kamar.
2. LPG Recovery
Memiliki Cryogenic Refluxted Absorber design sebagai utilitas di LPG
Recovery Unit untuk menambah produk LPG Recovery secara umum. Proses ini
mempunyai LPG Recovery optimum pada excess 99.9% (pada deethanizer bottom
stream).
3. Sulphur Recovery Unit
Unit didirikan untuk memisahkan acid gas dari amine regeneration di Gas
Treating Unit (GTU), dirubah menjadi H2S dalam bentuk gas menjadi sulphur
cair dan dalam bentuk gas sulfur untuk bisa dikirim melalui eksport.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
49
4. Tail Gas Unit
TGU dirancang untuk mengolah acid gas dari sluphur Recovery Unit.
Semua komponen sulfur diubah menjadi H2S untuk dihilangkan di unit TGU
absorber, arus recycle kembali ke unit SRU dan sebagian dibakar menjadi jenis
sulfur yang terdiri dari SOx kemudian dibuang ke atmosfer.
5. Unit 95: Refrigeration
Unit refrigeration ini dilengkapi dengan pendinginan yang diperlukan
untuk LPG Recovery Unit dan juga dilengkapi dengan Trim Amine Chilling di
bagian Tail Gas Unit untuk memaksimalkan pengambilan sulfur secara umum.
System refrigeration terdiri dari dua tahap Loop Propane Refrigeration.
Komposisi design refrigeration dapat dilihat pada tabel 3.9
Tabel 3.9Komposisi Design Refrigeration
Komponen Mol, %
Ethane
Propane
i-butane
2.07
94.54
3.79
Total 100
3.3 Bahan Baku dan produk PERTAMINA RU-IV Cilacap
Produk PERTAMINA RU IV Cilacap bermacam – macam, selain
memproduksi BBM juga memproduksi lube base oil (bahan dasar minyak
pelumas), dan asphalt. Bahan baku dan produk yang dihasilkan oleh
PERTAMINA RU IV adalah
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
50
1. Fuel Oil Complex I (FOC I)
Bahan Baku : Arabian Light
Crude, Light Crude Crude,
Basrah Light Crude
Spesifikasi
o Wujud : cair
o Penampakan : hitam
o Bau : berbau sedikit
belerang
o Spesific gravity pada 60/60 o F : 0,85794
o Viskositas kinematik pada 37,8 o C : 6,590 Cst
o Viskositas kinematik pada 50 o C : 4,574 Cst
o Pour point : < -36 o C
o Flash point :- 34o C
o Komposisi
Kadar air : <0,05 % berat
Kadar sulfur : < 2,10 % berat
Senyawa hidrokarbon : ± 97,85 % berat
Produk
Fuel Gas
Merupakan bahan bakar fase gas dengan komposisi
Hidrogen maRUun C1-C2 yang digunakan sebagai cadangan
bahan baku konsumsi pribadi Pertamina, contohnya sebagai bahan
baku furnace.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
51
LPG (Liquified Petroleum Gas)
Produk ini dipasarkan di dalam negeri dan dimanfaatkan
untuk kebutuhan gas rumah tangga.
Gasoline/Premium
Gasoline merupakan produk hasil pencampuran berbagai
komponen naphta yang dihasilkan unit-unit proses kilang dengan
titik didih 30-225oC. gasolina atau yang sering dikenal sebagai
bensin, umumnya digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor. Bensin adalah bahan bakar distilat yang berwarna
kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat
pewarna tambahan.
Avtur
Avtur adalah bahan bakar yang digunakan untuk pesawat
terbang. Bahan bakar yang sering digunakan adalah Jet-A dan Jet
A-1 dengan nomor karbon antara C8-C16. Sedangkan bahan bakar
pesawat terbang sipil yang sering disebut Jet-B mempunyai nomor
karbon antara C5-C15.
Kerosene
Kerosene adalah bahan bakar minyak distilat, tidak berwarna,
dan jernih. Penggunaan kerosene pada umumnya adalah untuk
keperluan bahan bakar di rumah tangga, tetapi pada industri
memerlukan kerosene untuk beberapa peralatan
pembakarannya. Kerosene disebut juga minyak tanah.
Industrial Diesel Oil (Solar untuk mesin – mesin industri)
Industrial Diesel Oil atau minyak diesel adalah bahan bakar
jenis distilat yang mengandung fraksi-fraksi berat atau
merupakan campuran dari distilat fraksi ringan dengan fraksi
berat (residual fuel oil) dan berwarna hitam gelap, tapi tetap
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
52
cair pada suhu yang rendah. Minyak diesel umumnya
diguankan untuk bahan bakar mesin diesel dengan putaran
rendah atau lambat (300-1.000 rpm). Dapat dipergunakan
sebagai bahan bakar untuk pembakaran langsung dalam dapur-
dapur industri.
Solar/ADO
Penggunaan bahan bakar ini untuk bahan bakar pada semua
jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas 1.000 rpm). ADO
adalala bahan bakar jenis distilat yang digunakan untuk mesin
compression ignition. Pada mesin diesel yang dikompresi pada
langkah induksi adalah udara. Dan udara yang dikompresi
menimbulkan tekanan panas yang tinggi, sehingga dapat
membakar solar yang disemprotkan oleh injektor yang kualitas
bakarnya ditunjukkan dengan cetane number. Makin tinggi cetane
number menunjukkan makin lambat ADO terbakar. Dapat juga
digunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam
dapur-dapur kecil yang terutama menginginkan pembakaran bersih.
2. Fuel Oil Complex II (FOC II)
Bahan Baku : Arjuna Crude (80 %), Attaka Crude (20%), (Saat
ini
Berbahan baku crude campuran/ Cocktail Crude)
Spesifikasi Arjuna Crude :
o Wujud : cair
o Penampakan : hitam
o Bau : berbau belerang
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
53
o Spesific gravity pada 60/60 o F : 0,8473
o Viskositas kinematik pada 30 o C : 4, 97 Cst
o Pour point : < -36 o C
o Flash point :- 34o C
o Komposisi
Kadar air : <0,05 % berat
Kadar sulfur : 0,11 % berat
Senyawa hidrokarbon : ± 97,85 % berat
Total (C1-C4) : 1,9 % berat
Light distilat : 20,05 % berat
Residu : 39 % berat
Kadar aspal :0, 24 % berat
Spesifikasi Arjuna Crude :
o Wujud : cair
o Penampakan : hitam
o Bau : berbau belerang
o Spesific gravity pada 60/60 o F : 0,8133
o Viskositas kinematik pada 30 o C : 2, 32Cst
o Pour point : < -33 o C
o Flash point :- 34o C
o Komposisi
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
54
Kadar air : <0,05 % berat
Kadar sulfur : 0.044 % berat
Senyawa hidrokarbon : ± 97,85 % berat
Total (C1-C4) : 2,4 % berat
Light distilat : 32,55 % berat
Residu : 15,1 % berat
Kadar aspal : 0,07 % berat
Produk
Fuel Gas
LPG
Gasoline/Premium
Heavy Naphta
Heavy Nahphta adalah bahan baku kilang
Paraxylene
Kerosene
ADO/IDO
IFO (Industrial Fuel Oil)
Minyak bakar ini lebih tebal dibandingkan minyak diesel
pada umumnya dan mempunyai tingka pour point yang
tinggi dibandingkan dengan minyak diesel. Penggunaan
minyak bakar ini umumnya untuk bahan bakar pembakaran
langsung dapur-dapur industri besar, pembuat steam dalam
pembangkit listrik dan penggunaan lainnya yang
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
55
memerlukan perhatian yang lebih dari aspek ekonomisnya.
Minyak ini juga sering dikenal sebagai bahan bakar kapal.
LSWR (Low Sulphur Wax Residu)
Sebagai bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi
BBM dan NonBBM, pada negara tertentu dimanfaatkan untuk
bahan bakar pemanas.
3. Lube Oil Complex I (LOC I)
Bahan Baku : Residu FOC I
Spesifikasi
o Wujud : cair
o Penampakan : hitam
o Bau : berbau aspal
o Spesific gravity pada 60/60 o F : 0,9674
o Viskositas kinematik pada 37,8 o C : 868,8 Cst
o Viskositas kinematik pada 50 o C : 198,2 Cst
o Viskositas kinematik pada 100 o C : 32,45 Cst
Produk
o HVI (High Viscosity Index) 60
o HVI (High Viscosity) 95
o Propane Asphalt
Merupakan rafinat dari proses pengambilan asphalt dari minyak
yang menggunakan solvent propane.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
56
o Minarex A dan B
Digunakan untuk bahan pelarut pada industri cetak untuk
menghasilkan kualitas yang lebih baik.
o Slack Wax
Slack wax diguanakn sebagai bahan adhesive untuk soal
document, lilin, kosmetik baik cold cream, vanishing cream,
emollient cream, protective cream, sun screen cream, lipstick,
cream rough, eyebrow pencil maupun untuk shaving cream.
Selain itu Slack Wax digunakan sebagai bahan untuk keperluan
tinta cetak, tinta kertas maupun carbón, elektrolit condenser,
finishing barang yang terbuat dari kulit dan industri kertas.
4. Lube Oil Complex II (LOC II)
Bahan Baku : Residu FOC I
Produk
o HVI (High Viscosity Index) 650
o Slack Wax
o Propane Asphalt
o Minarex H (Minarex Hybrid) yaitu solvent yang
dihasilkan dari proses Hybrid
5. Lube Oil Complex III (LOC III)
Bahan Baku : Distilat LOC I & II
Produk :
o HVI (High Viscosity Index) 650
o HVI (High Viscosity Index) 95
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
57
o HVI (High Viscosity Index) 160S
o Minarex
o Slack Wax
o Propane Asphalt
6. Kilang Paraxylene
Bahan Baku : Naphta
Spesifikasi
o Wujud : cair
o Penampakan : Jernih/being
o Bau : Seperti kerosene
o Spesific gravity pada 60/60 o F : 0,650
o IBP : 25 o C
o End Point : 204 o C
Produk
o LPG
o Benzene
Benzene dimanfaatkan sebagai bahan dasar Petrokimia. Produk
ini tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik,
seluruhnya diekspor keluar negeri.
o Paraxylene
Sebagian produk paraxylene yang dihasilkan PERTAMIN RU
IV diekspor keluar negeri bersama dengan benzene dan
sebagian lagi digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
58
baku di RU III, Plaju. Di kilang tersebut, paraxylene diolah
menjadi Purified Terepthalic Acid (PTA) yang selanjutnya
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bagi industria tekstil.
o Heavy Aromate
Produk ini diguankan sebagai solvent dan dipasarkan dalam
negeri dalam bentuk cair.
o Toluene
Produk Toluene yang dproduksi, dipasarkan di dalam
negeri. Produk ini dimanfaatkan sebagai bahan baku TNT
(bahan peledak), solven, pewarna, pembuat resin, dan juga
untuk bahan parfum, pembuatan plasticizer, dan obat-
obatan.
3.4. Sarana Penunjang
Dalam kegiatan operasinya, baik kilang BBM dan kilang non BBM
(NBM) maupun kilang paraxylene didukung oleh sarana penunjang antara lain :
a. Unit Utilities, yang berfungsi menyediakan tenaga listrik, tenaga uap dan
kebutuhan air bersih, baik untuk keperluan operasi kilang, perkantoran,
perumahan, rumah sakit dan fasilitas lainnya.
b. Tangki Penimbunan, yang digunakan sebagai penampung bahan baku minyak
mentah, produk antara, produk akhir maupun air bersih untuk keperluan
operasional kilang.
c. Laboratorium, yang berfungsi untuk mengontrol spesifikasi dan kualitas dari
minyak mentah, produk antara, produk akhir, termasuk juga untuk pusat penelitian
dan pengembangan. Laboratorium ini sejak tanggal 25 Oktober 2001 telah
mendapat sertifikasi SNI 19-17025-2000 dari Komite Akreditasi Nasional
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
59
d. Bengkel Pemeliharaan, yang berfungsi untuk perbaikan peralatan kilang yang
mengalami kerusakan bahkan pada saat tertentu membuat peralatan pengganti
yang sangat diperlukan bagi operasi kilang dan sarana penunjangnya.
e. Health Safety Environment (HSE) yang berfungsi memantau dan menangani
masalah limbah agar tidak mencemari lingkungan, serta menangani aturan
keselamatan bagi para pekerja. PERTAMINA RU IV beberapa kali memeperoleh
penghargaan zero accident dari berbagai pihak. Selain itu, karena penerapan
system manajemen lingkungan yang baik, PERTAMINA RU IV berhasil
memperoleh sertfikat ISO 14001 pada tanggal 10 Desember 2001 yang
dikeluarkan oleh PT. TUV International. HSE RU IV memiliki sarana sebagai
berikut :
Sour Water Stipper, sarana untuk memisahkan gas – gas beracun
dan berbau dari air bekas proses.
Corrugate Plate Interceptor (CPI), yaitu sarana untuk meniadakan
dan memisahkan minyak yang terbawa air buangan.
Holding Basin, sarana untuk mengembalikan atau memperbaiki
kualitas air buangan, trerutama mengembalikan kandungan oksigen
dan menghilangkan kandungan minyak.
Flare, adalah cerobong asap / api untuk meniadakan pencemaran
udara sekeliling.
Silencer, sarana untuk mengutrangi kebisingan.
Fin Fan Cooler, untuk mengurangi air sebagai media pendingin
dan mengurani kemungkinan pencemaran pada air buangan.
Groyne, yaitu sarana pelindung pantai dari kikisan gelombang laut.
f. Perkapalan, Kebandaraan dan Komunikasi serta Elektronika, adalah salah satu
unit yang bertugas untuk mendukung bongkar muat minyak mentah dan produk
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
60
kilang yang terletak di area kilang serta menyediakan sarana komunikasi antara
lain radio HT, telepon dan peralatan elektronika lainnya untuk kepentingan
operasional. RU IV mempunyai fasilitas pelabuhan dengan kapasitas maksimum
635.000 DWT, yang terdiri dari pelabuhan untuk bongkar pasang minyak mentah
dan memuat produk – produk kilang untuk tujuan domestik maupun manca
negara.
g. Sistem informasi dan komunikasi. Fungsi ini dilengkapi dengan fasilitas
komputer main frame, maupun fasilitas PC untuk mendukung tugas perkantoran.
Selain itu, di instalasi kilang telah dilakukan otomatisasi
dengan melengkapi sistem komputerisasi seperti: DCS, SAP dan lain – lain. Di
samping itu, sesuai dengan perkembangan dunia komunikasi, maka telah
dikembangkan pula saran komunikasi melalui email, intranet dan internet. Untuk
mempermudah komunikasi, dipasang radio, public automatic branch exchange
(PABX) dan peralatan elektronik lainnya.
3.5. Proyek RFCC (Residuel Fluid Catalytic Cracking)
Presiden Meresmikan groundbreaking dimulainya proyek pembangunan
RFCC (residuel Fluid Catalytic Cracking) Cilacap yang diharapkan dapat
mengurangi impor BBM dan produk petrokimia. Project RFCC (Residual Fluid
Catalytic Cracking) Cilacap diperkirakan dapat beroperasi secara komersial pada
tahun 2014. Untuk merealisasikan proyek ini. Pertamina menginvestasikan dana
sebesar 1,4 Milyar USD.
Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan produksi Gasoline sebesar 9,1
juta kL per tahun. Selain itu, pembangunan proyek RFCC akan meningkatkan
produksi LPG sebanyak 352 ribu ton per tahun dan akan memproduksi produk
propylene sebesar 142 ribu ton per tahun.
Produksi propylene tersebut diharapkan dapat menambah pasokan untuk
kebutuhan Petrokimia Industri Plastik domestic yang selama ini bergantung pada
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
61
Impor. RFCC cilacap juga merupakan bagian dari program Pemerintah yaitu
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
terkait dengan pembangunan infrastruktur energy guna meningkatkan ketahanan
energi nasional.
Proyek ini sesuai dengan rencana Pertamina untuk swasembada bahan
bakar pada tahun 2018. Saat ini, Pertamina memiliki 6 kilang dengan total
kapasitas pengolahan MInyak Mentah sekitar 1 Juta barrel per hari dan
memproduksi BBM sejumlah 41 juta kL per tahun yang terdiri dari: Premium 12
juta kL, solar 18,3 juta kL. Kerosene 7 juta kL, dan Avtur 3,3 juta kL. Sementara
itu kebutuhan nasional saat ini telah mencapai 56 juta kL per tahun dan terus
meningkatkan dengan laju konsumsi rata-rata 4% per tahun.
Proyek RFCC yang menggunakan Technology Licensor UOP dan AXENS
akan meningkatkan kapasitas Kilang Cilacap sebanyak 62.000 barrel per hari.
Saat ini total kapasitas intake kilang Pertaminanadalah 1 juta barrel per hari
dengan rincian ; Cilacap 348.000 barrel per hari, Balikpapan 260.000 barrel per
hari, Dumai 170.000 barrel per hari, Balongan 125.000 barrel per hari, Plaju
118.000 barrel per hari dan Kasim 10.000 barrel per hari.
Dengan dibangunnya RFCC, kilang Cilacap akan dapat memproduksi
BBM khususnya bahan bakar ber-oktan tinggi dan memiliki kualitas yang lebih
tinggi (EURO IV Spec) serta memperbaiki margin kilang RU IV Cilacap secara
keseluruhab. Proyek ini diperkirakan akan menyerap sekitar 6000 – 8000 tenaga
kerja dan penggunaan kandungan lokal (TKDN) mencapai 38 % dari nilai kontrak
EPC (Engineering, Procurement, and Construction) atau setara dengan 320 Juta
Dollar. Dengan nilai kandungan lokal tersebut, secara tidak langsung diharapkan
mapu meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setmpat.
Pertamina kedapan juga akan melakukan investaso pada proyek-proyek
antara lain : Proyek Langit Biru Cilacap, Pusat Terminal Minyak Mentah Lawe-
Lawe Kapasitas 1 Juta KL. Proyek Refurbishment RU III Plaju dan proyek Kilang
Baru Balongan II (JV KPI) dan Proyek Kilang Baru Jawa Timur (JV Saudi
Aramco).
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
62
Dengan dilaksanakannya proyek – proyek tersebut. Pertamina akan
mampu menambah produksi BBM yang sebelumnya 41 juta KL pertahun menjadi
66,7 juta KL pertahun.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
63
BAB IV
ORIENTASI UMUM
Dalam struktur organisasi PERTAMINA RU IV Cilacap, Pimpinan Unit
Pengolahan membawahi beberapa manager bidang yang berhubungan dengan
pengoperasian kilang. Bidang-bidang ini masih dibagi dalam beberapa sub bidang.
Struktur dan tugas beberapa bidang dan sub bidang akan dijelaskan secara singkat
sebagai berikut :
4.1. Organisasi dan Deskripsi Kerja
4.1.1. Process Engineering (PE)
Process Engineering merupakan salah satu dari Bidang Engineering. Sub
bidang ini mempunyai tugas antara lain :
1. Memberikan saran ke kilang yang berkaitan dengan trouble shooting, baik
diminta maupun tidak (daily monitoring kilang).
2. Menganalisa dan mengadakan perhitungan performance peralatan operasi
secara periodik.
3. Studi Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL).
4. Pelayanan sampel untuk pihak luar PERTAMINA.
5. Percobaan bahan kimia yang baru.
6. Studi perencanaan dan pengembangan kilang.
Dalam melaksanakan tugasnya sub bidang Process Engineering dibagi
menjadi enam seksi dan empat staf ahli. Enam seksi terdiri atas :
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
64
1. Seksi Bahan Bakar Minyak (BBM)
2. Seksi Non Bahan Bakar Minyak (NBBM)
3. Seksi Petrokimia (Petkim)
4. Seksi Sistem dan Kontrol
5. Seksi Energy
6. Seksi Loss
Empat staf ahli terdiri atas :
1. Ahli Bahan Bakar Minyak
2. Ahli Non Bahan Bakar Minyak
3. Ahli Petrokimia
4. Ahli Health Safety Environmental
Di bawah Kepala Seksi adalah para engineer yang dibagi berdasarkan
profesi, jenis unit, dan beban kerja. Kepala seksi bertanggung jawab untuk
membimbing para engineer tersebut.
4.1.2. Health Safety Environmental (HSE)
Di PERTAMINA RU IV Cilacap terdapat bagian yang menangani
keselamatan kerja, yaitu bagian Health Safety Environmental (HSE) yang
mempunyai tugas antara lain:
1. Sebagai advisor body dalam usaha pencegahan kecelakaan kerja,
kebakaran/peledakan, dan pencemaran lingkungan.
2. Melaksanakan penanggulangan kecelakaan kerja, kebakaran/peledakan,
dan pencemaran lingkungan.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
65
3. Melakukan pembinaan aspek HSE kepada pekerja maupun mitra kerja
(pihak III) untuk meningkatkan safety awareness, melalui pelatihan, safety
talk, operation talk, dsb.
4. Kesiapsiagaan sarana dan prasarana serta personil untuk menunjang
pelaksanaan, pencegahan, dan penanggulangan kecelakaan kerja,
kebakaran/peledakan, dan pencemaran lingkungan.
Bagian yang mendukung pelaksanaan tugas diatas meliputi :
A. Fire and Insurance
Bagan ini mempunyai tugas antara lain :
1. Meningkatkan kesiapsiagaan petugas dan peralatan pemadam
kebakaran dalam menghadapi setiap potensi terjadinya kebakaran.
2. Meningkatkan kehandalan sarana untuk penanggulangan kebakaran.
3. Mencegah dan menanggulangi kebakaran/ledakan, serta bekerja sama
dengan bagian yang bersangkutan.
4. Mengadakan penyelidikan (fire investigation) terhadap setiap kasus
terjadinya kebakaran.
5. Pelaksanaan risk survey dan kegiatan pemantauan terhadap
rekomendasi asuransi.
6. Melakukan fire inspection secara rutin dan berkala terhadap sumber
bahaya yang berpotensi terhadap resiko kebakaran
B. Safety
Sub Bidang safety mempunyai tugas antara lain :
1. Penyelenggaraan kegiatan pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja guna mencapai kondisi operasi yang aman sesuai norma-
norma keselamatan.
2. Penyelenggaraan kegiatan penanggulangan kecelakaan dan yang
mengakibatkan kerusakan peralatan guna meminimalkan kerugian
Perusahaan.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
66
3. Penyelenggaraan usaha pembinaan/pelatihan, administrasi untuk
meningkatkan sistem dan prosedur keselamatan kerja.
C. Environmental
Bagian ini mempunyai tugas antara lain :
1. Mencegah dan menanggulangi pencemaran di dalam dan di sekitar daerah
operasi PT Pertamina RU IV Cilacap.
2. Pengelolaan dan pemantauan kualitas lingkungan sesuai dengan standar
dan ketentuan perundangan yang berlaku.
3. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, mencakup: pengangkutan,
penyimpanan, pengoperasian, dan pemusnahan.
D. Occupational Health
Fungsi dari Occupational Health adalah menangani hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan kerja dan penyakit akibat kerja. Adapun kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh unit ini meliputi :
1. Mengukur, memantau, merekomendasi pengendalian bahaya lingkungan
kerja industri mulai dari faktor kimia (gas,debu), fisika (bising, getaran,
radiasi, iluminasi), biologi (serangga,tikus, binatang buas), dan ergonomi.
2. Melakukan penyuluhan dan bimbingan tentang health talk.
3. Pengelolaan kotak P3K
4. Inspeksi dan rekomendasi sanitasi lingkungan kerja bermasalah.
5. Pemantauan ,perawatan alat HSE serta maintenance alat ukur Hazard
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
67
4.2. Unit Proses Pengolahan
4.2.1 Fuel Oil Complex I ( FOC I )
Fuel Oil Complex I (FOC I) dibangun pada tahun 1974 dan selesai pada
tahun 1976. Kilang ini dirancang oleh Shell International Petroleum
Maatschappij (SIPM), sedangkan kontraktornya adalah Fluor Eastern Inc,
dibantu oleh beberapa sub kontraktor Indonesia dan asing.
Pada awalnya, FOC I dirancang unrtuk mengolah minyak mentah jenis
Arabian Light Crude (ALC) dengan kapasitas pengolahan 100.000 barrel per hari.
Setelah Debottlenecking Project, FOC I memiliki kapasitas pengolahan 118.000
barrel per hari atau 16.094 TPSD dan juga digunakan mengolah minyak mentah
jenis Basrah Light Crude (BLC) dan Iranian Light Crude (ILC). Fuel Oil
Complex I (FOC I) yang terletak di area 10 terdiri dari unit–unit proses sebagai
berikut :
1. Unit 11 : Crude Distilling Unit
2. Unit 12 : Naphtha Hydrotreating Unit
3. Unit 13 : Hydrodesulfurizer Unit
4. Unit 14 : Platforming Unit
5. Unit 15 : Propane Manufacture Facility Unit
6. Unit 16 : Marcaptan Oxidation Treating Unit
7. Unit 17 : Sour Water Stripping Unit
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
68
Gambar 4.1 Blok Diagram Proses FOC I
1. Unit 011 : Crude Distilling Unit I ( CDU I )
CDU dirancang untuk mengolah 16.094 ton/hari atau 118.000 BPSD ALC,
atau BLC atau ILC. Chemical injection yang digunakan dalam unit ini adalah soda
kaustik (NaOH), ammonia (NH3), dan demulsifier. Berikut tabel karakteristik
ALC (Arabian Light Crude).
Tabel 4.1 Karakteristik ALC (Arabian Light Crude).
Crude dipompa dari tangki menuju kolom distilasi, melalui jaringan
penukar panas (digunakan untuk mengurangi beban furnace) dengan memanaskan
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
69
crude dengan arus panas dari produk kolom. Jaringan penukar panas ini
dilengkapi dengan desalter untuk mengurangi kadar garam dalam crude.
Kemudian crude dipompa dari tangki menuju preflash column, sehingga uap
fraksi ringan terpisah dengan fraksi beratnya.
Di dalam kolom, crude terpisah menjadi lima fraksi, yaitu produk atas
(yang terdiri dari naphtha dan light tops), kerosene, LGO, HGO, dan Long
Residue sebagai produk bawah. Cairan yang bergerak ke bawah dilucuti dengan
steam untuk mengambil produk atas yang terbawa arus itu. Sebagian fraksi
naphtha, kerosene, dan LGO dikembalikan lagi ke kolom sebagai refluks. Produk
naphtha dari CDU ini digunakan sebagai umpan unit Naphtha Hydrotreater (NHT)
yang selanjutnya digunakan sebagai umpan Platformer. Produk kerosene
diumpankan ke Merox Unit, sedangkan LGO diumpankan ke Hydro
Desulphurizer Unit (HDS). Long Residue dikirim ke storage untuk diolah kembali
di Lube Oil Complex (LOC).
2. Unit 012 : Naphta Hidrotreater Unit I ( NHT I )
Unit ini berfungsi mengolah hasil puncak crude distiller (Unit 11) dengan
kapasitas 25.600 BPSD atau 2.805 ton/hari. Produk dari unit ini digunakan
sebagai umpan Platformer (fraksi 60-150 0C). Proses yang digunakan adalah
proses “Shell Vapour Phase Hydrotreating”.
Katalis yang digunakan adalah Cobalt Molebdenum dengan jenis Alumina
“Extrude”.Dalam unit ini terjadi penghilangan sulfur, oksigen, dan nitrogen yang
bisa meracuni katalis pada unit Platformer. Sulfur yang terdapat pada naphtha
(umumnya berbentuk thioles, mercaptan, dan sulfida) direaksikan dengan
hidrogen secara katalitik sehingga hidrogen disulfida yang mudah dipisahkan
dengan hidrokarbon.
3. Unit 013 : Hidro Deshulpurizer I ( HDS I )
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan mercaptan pada LGO dan HGO,
dengan mereaksikan mercaptan dengan hidrogen secara katalitik sehingga
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
70
menjadi hidrogen disulfide. yang mudah dipisahkan dengan hidrokarbon. Proses
yang digunakan adalah “Shell-Trickle Hydrodesulphurization Process”. H2S yang
terbentuk dipisahkan dengan separator, sedangkan cairannya dilucuti dengan
steam, lalu dikeringkan secara vakum dengan ejector.
4. Unit 014 : Platformer Unit
Unit ini berfungsi untuk menaikkan bilangan oktan naphtha dari Naphtha
Hydrotreater Unit (Unit 1200) dengan pengolahan 14.300 BPSD atau 1.650
ton/hari. Sebelum masuk unit Platformer, naphtha dikurangi kandungan sulfurnya
hingga 0,5 wt ppm di unit Naphtha Hydrotreater.
Dalam unit ini naphtha dikonversikan dengan bantuan katalis. Reaksi yang
terjadi antara lain:
Dehydrogenation, pengambilan hidrogen dari naphtha untuk membentuk
senyawa aromatis.
Hydrocracking, pemecahan molekul parafin rantai panjang menjadi
paraffin pendek.
Isomerisasi, reaksi pembentukan molekul dengan jumlah atom C yang
sama tetapi dengan struktur molekul yang berbeda.
Siklisasi, perubahan senyawa hidrokarbon parafinik menjadi senyawa
hidrokarbon naftenik.
Desulfurisasi, reaksi senyawa yang mengandung sulfur dengan hidrogen
menghasilkan H2S.
5. Unit 015 : Propane Manufacturing Unit ( PMF )
Unit ini berfungsi memisahkan LPG dari Platformer Unit menjadi propane
dan fuel gas, jadi tidak memproduksi LPG untuk dipasarkan. Kapasitas unit ini
sebesar 7 ton/hari, dengan dua kali produksi dapat mencukupi kebutuhan bahan
bakar Lube Oil Complex dalam satu bulan.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
71
6. Unit 016 : Merox Treater Unit
Merox Treater Unit berfungsi untuk mengolah kerosene sehingga
didapatkan kerosene dengan smoke point dengan spesifikasi tertentu. Salah satu
cara adalah dengan menginjeksikan Anti Static Additive (ASA) selama pengaliran
ke penimbunan. Kapasitas pengolahan unit ini sebesar 16.900 BPSD atau 2.119
ton/hari.
Pada unit ini terjadi proses pemisahan mercaptan yang korosif dan
kerosene dengan cara mengubah mercaptan menjadi disulfida yang tidak korosif
dengan cara oksidasi katalitik, yaitu dengan menginjeksikan udara ke dalam
reaktor. Proses ini menggunakan katalis “Iron Group Metal Chelate” dalam
suasana basa. Proses ini bertujuan untuk menghasilkan kerosene yang memenuhi
spesifikasi aviation turbine fuel (avtur).
7. Unit 017 : Sour Water Stripper Unit
Unit ini berfungsi mengolah 733 ton/hari sour water dengan kandungan
H2S sebesar 0.7 ton/hari dan kandungan NH3 sebesar 0,16 ton/hari. Bahan
pendukung yang digunakan adalah packing berupa Ceramics Intallox Sadle 2.
8. Unit 018 : Nitrogen Plant Unit
Produk dari unit ini adalah nitrogen dengan kemurnian tinggi yang didapat
dari hasil pemisahan nitrogen dengan udara. Produk nitrogen ini selanjutnya dapat
digunakan untuk proses purging dan blanketing. Kapasitas produksi nitrogen gas
adalah 100 Nm3/jam sedangkan kapasitas produksi nitrogen cair 65 Nm
3/jam.
Kandungan O2 pada nitrogen produk dibatasi sampai <10 ppm.
9. Unit 019 : Contaminant Removal Process Unit
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
72
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan kontaminan berupa Hg dan Arsen.
Kandungan Hg dalam hidrokarbon terbentuk sebagai elemental sulfur dalam
senyawa organik dan anorganik maupun sebagai padatan, umumnya mudah
menguap sehingga bila gas alam atau crude oil difraksinasi, kandungan Hg sering
terkonsentrasi pada fraksi-fraksi ringan terutama naphtha dan fraksi-fraksi yang
lebih ringan lainnya. Proses pengambilan Hg dan Arsen terdiri dari dua seksi:
Seksi Reaktor
Terdiri dari sebuah reaktor, pemanas umpan dan penukar panas produk
dengan umpan. Umpan berupa kondensat gas alam, untreated naphtha atau
campuran dari kondensat dan naphtha. Dalam reaktor, senyawa ionik dan
anorganik Hg dikonversikan menjadi elemen Hg.
Seksi Absorber
Untuk menghilangkan elemental Hg yang berasal dari seksi reaktor dan
senyawa arsenic ringan yang terkandung dalam umpan absorber
4.2.2 Lube Oil Complex 1
LOC I pada awalnya menghasilkan produk utama lube base dan hasil
samping aspal dan Minarex-B dengan kapasitas total 80.000 ton/tahun untuk 4
grade lube oil base. Dengan selesainya Debottlenecking Project maka pada
operasinya, LOC I mengalami perubahan khususnya untuk HVU I kapasitasnya
menjadi 2.574 ton/hari (115%). Sedangkan fungsi atau tugas LOC I antara lain:
Menghasilkan 2 grade lube oil base, yaitu HVI 60 (Parafinic 60) dan HVI
100 (Parafinic 100)
Menghasilkan atau menyediakan umpan untuk FEU II di LOC II
Menghasilkan aspal dan Minarex-A dan Minarex-B
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
73
Gambar 4. 2 Blok Diagram LOC I
Unit tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut,
1. Unit 021 : High Vacuum Unit ( HVU I )
Unit ini mengolah long residue dari CDU I, untuk menghasilkan distilat
yang akan diproses lebih lanjut menjadi bahan dasar minyak pelumas. Hasil-hasil
dari unit 21 ini adalah sebagai berikut,
Spindle Oil (SPO)
Light Machine Oil (LMO)
Medium Machine Oil (MMO)
Short Residue
Hasil lainnya, yaitu Vacuum Gas Oil (VGO), Light Medium Machine Oil
(LMMO), dan black oil yang semuanya digunakan untuk blending fuel oil.
Proses yang dipakai adalah vakum distilasi dengan kapasitas pengolahan
adalah 2.574 ton/hari. Hasil SPO dengan viskositas 13-14 cst dan LMO
dengan viskositas 59-92 cst dikirim ke LOC II sebagai umpan FEU II
2. Unit 022 : Propane Deasphalting Unit I (PDU I)
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
74
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan asphalt dari short residue sebelum
diolah lebih lanjut menjadi bahan minyak pelumas. Prosesnya adalah ekstraksi
dengan pelarut propane. Kapasitasnya 523 ton/hari short residue dari bottom
product HVU (Unit 21), sedangkan hasil dari unit ini adalah deasphalted dan
asphalt. Hasil DAOnya digunakan sebagai umpan di FEU II.
3. Unit 023 : Furfural Extraction Unit I (FEU I)
Unit ini pada awalnya berfungsi untuk menghilangkan senyawa-senyawa
aromatik dari distilat hasil proses HVU, DAO, dan PDU, sehingga diperoleh hasil
waxy raffinate dengan viskositas yang tinggi. Prosesnya adalah ekstraksi dengan
menggunakan pelarut furfural yang mempunyai daya larut terhadap senyawa
aromat, rafinatnya diolah di MDU menjadi bahan minyak pelumas sedangkan
ekstraknya digunakan sebagai fuel oil component.
Khusus untuk umpan LMO distilat, ekstraknya dapat dipasarkan sebagai
Minarex B. Dengan selesainya Debottlenecking Project, saat ini pengolahan yang
dilakukan di FEU I hanya ada dua grade umpan, yaitu SPO distilat dan LMO
distilat. Kapasitas FEU tergantung jenis umpan yang diolah, seperti tabel berikut,
Tabel 4.2 Kapasitas Umpan FEU
Stream SPO LMO MMO DAO
Feed Intake (ton/hari) 555 515 573 478
Solvent Ratio 2.2 4.2 3.5 4.5
Rafinate Output ( %) 60 60 45 58
Extract Output (%) 40 40 55 42
4. Unit 024 : Methyl Ethyl Ketone Dewaxing Unit I (MDU I)
Unit ini berfungsi menghilangkan wax (lilin) dari rafinat hasil FEU,
dengan cara pendinginan rafinat sampai wax mengkristal dan dapat dipisahkan
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
75
dengan penyaringan. Tujuan menghilangkan wax adalah agar minyak pelumas
yang terbentuk mempunyai titik tuang (pour point) yang memenuhi syarat
(rendah). Sebelum pendinginan, terlebih dahulu umpan ditambahkan solvent agar
pendinginan dan penyaringan dapat lebih mudah. Pelarut yang digunakan adalah
campuran antara methyl ethyl ketone dengan toluene dengan perbandingan 52 : 48.
Kapasitas dari unit ini tergantung dari umpan yang diolah. Berikut kapasitas
umpan untuk diolah pada unit ini,
Tabel 4. 3 Kapasitas Umpan MDU
Steam HVI 60 HVI 95 HVI 160 HVI 650
Dewaxing Oil ( Ton/hari) 264 298 283 213
Feed Intake ( Ton/hari) 339 372 377 266
Slack Oil ( Ton/hari) 339-264 372-298 377-283 266-213
5. Unit 024 : Hot Oil System Unit I (HOS I)
Unit ini berfungsi sebagai penghasil panas untuk disalurkan pada unit-unit
tersebut di atas, yaitu untuk menguapkan solvent pada seksi recovery. Sistem ini
beroperasi secara kontinyu dalam suatu sirkulasi tertutup dengan penambahan
(make up) yang secara kontinyu pula, sistem ini menggunakan SPO hasil HVU.
4.2.3 Fuel Oil Complex II ( FOC II )
Fuel Oil Complex II merupakan perluasan dari kilang dan dirancang untuk
mengolah minyak mentah (80% Arjuna dan 20% Attaka) dari dalam negeri
dengan kadar sulfur yang rendah. Unit ini terletak pada area 01. Adapun
kapasitasnya adalah 230.000 barrel/hari. Saat ini terjadi perkembangan sehingga
FOC II dapat mengolah bermacam-macam crude seperti Katapa Crude, Sumatra
Light Crude, Arimbi Crude, Arun Condensate, Duri Crude dan lain-lain di mana
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
76
komposisi crude tersebut diatur agar mendekati komposisi crude design pasca
debottlenecking project. Kilang ini dirancang oleh Universal Oil Product (UOP)
dan distilasinya berukuran tinggi 80 m, diameter 10 m dengan jumlah tray 53
buah.
Tabel 4. 4 Komposisi Umpan FOC II
Jenis Crude % Volume BPSD
Arjuna 55.6 127.000
Attaka 13.9 31.970
Arun Condesate 12.2 28.060
Minas 18.3 42.000
Fuel Oil Complex II (FOC II) pada Gambar 1.5 yang terletak di area 01
terdiri dari unit–unit proses sebagai berikut :
Unit 011 : Crude Distilling Unit II (CDU II)
Unit 012 : Naptha Hydrotreating Unit II (NHT II)
Unit 013 : AH Unibon Unit
Unit 014 : Platforming dan CCR Unit
Unit 015 : LPG Recovery Unit
Unit 016 : Cracked Naphta Minalk Merox Treater
Unit 017 : Sour Water Stripper Unit
Unit 018 : Thermal Distillate Hydrotreating Unit
Unit 019 : Visbreaker Thermal Cracker
Berikut penjelasan masing-masing unit proses yang berada pada kilang FOC II
dan bagannya seperti pada gambar dibawah ini,
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
77
Gambar 4.3 Blok Diagram FOC II
1. Unit 011 : Crude Distilling Unit II (CDU II )
Unit ini berperan sebagai pemisah awal untuk minyak mentah,
sehinga diperoleh fraksi-fraksi minyak untuk dioleh lebih lanjut. Pada unit
ini dilengkapi dengan desalter yang berfungsi untuk menghilangkan kadar
garam. Unit ini dirancang untuk mengolah 230.000 barel/hari minyak
mentah domestik. Produk Crude Distilling Unit, yaitu :
Refinery gas dengan boiling range < 30 oC yang dominan
mengandung C1 dan C2 untuk dipakai sebagai bahan bakar
dapur pabrik-pabrik yang ada di kilang PERTAMINA RU
IV Cilacap, dengan jumlah 0,02% crude feed.
Liquid Petroelum Gas dengan boiling range < 30 ºC yang
fraksinya sebagian besar terdiri dari C3 dan C4 langsung
dikirim ke tangki penampungan dengan jumlah sekitar
2,53% dari crude feed.
Light Naphta dengan boiling range 44 – 80 0C. Produk ini
setelah keluar dari pengolahan tingkat I (CDU II) tidak
membutuhkan lagi pengolahan tingkat II karena sudah
memenuhi persyaratan sebagai komponen mogas dan
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
78
komponen naphta ekspor. Jumlahnya sekitar 6,73 % crude
oil.
Heavy Naphta dengan boiling range 99 – 152 0C . Berbeda
dengan light naphta maka heavy naphta sebagai komponen
mogas, untuk menaikan angka oktannya harus melalui
proses kedua. Pertama, proses dilakukan di Naphta
Hydrotreater Unit untuk dibuang komponen sulfurnya,
kemudian baru masuk Platforming Unit untuk dinaikan
angka oktannya dari 60 sampai 94. Jumlah yang dihasilkan
dari produk ini mencapai sekitar 16,39% dari crude oil.
Kerosene dengan boiling range 171 - 241oC. Kerosene
sebagai komponen blending dapat langsung dikirim ke
tangki penyimpanan dan sebagian lagi diolah di AH Unibon
untuk diperbaiki smoke point-nya dari sekitar 15 mm
menjadi 24 mm. Jumlahnya sekitar 21% dari crude oil.
Light Diesel Oil (LDO) dan Heavy Diesel Oil (HDO)
dengan boiling range masing-masing 252 - 273oC dan 233 -
339oC. Kedua produk ini juga dipakai sebagai komponen
Automotif Diesel Oil (ADO) dan tidak perlu lagi
dimasukkan pada proses kedua. Jumlah produk yang
dihasilkan masing-masing mencapai sekitar 11,62% dan
11,21% dari crude feed.
Reduced Crude dengan boiling range > 350oC. Produk
berat dari minyak mentah ini mempunyai tiga fungsi utama
yaitu sebagai Refinery Fuel Oil (RFO), bahan baku
Industrial Fuel Oil (IFO) dan Low Sulphur Waxy Residu
(LSWR). Agar menjadi komponen IFO maka produk ini
diproses pada Unit Visbreaker dimana pour point-nya
diperbaiki.
2. Unit 012 : Naptha Hydrotreating Unit II (NHT II)
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
79
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan sulfur, logam berat dan komponen
nitrogen serta senyawa oksigen. Proses ini akan menghasilkan heavy naphta
yang memenuhi syarat sebagai umpan platforming. Kapasitasnya sebesar 2.440
ton/hari. Katalis yang digunakan adalah nikel dan molebdenum dengan pembawa
alumina.
3. Unit 013 : AH Unibon Unit
Unit ini bertujuan untuk memperbaiki smoke point pada kerosene, agar
tercapai smoke point minimal 17 mm. Kapasitasnya sebesar 2.440 ton/hari. Unit
ini terdiri dari 2 bagian, yaitu :
- Hydrotreating process, untuk mereduksi sulfur, nitrogen, dan heavy metal.
- Aromatic hydrogenation, untuk menaikkan smoke point.
4. Unit 014 : Platforming dan CCR Unit
Unit ini mengolah lebih lanjut naphta dari Unit 012, untuk menaikan
angka oktan menjadi lebih tinggi, untuk campuran blending gasoline atau
premium. Unit ini dilengkapi dengan sistem continuous catalytic (CCR) sehingga
katalis yang digunakan selalu dalam kondisi optimal. Katalis yang digunakan
adalah UOP R-134 yang berupa platina dengan alumina sebagai carrier.
Kapasitasnya adalah sebesar 2.440 ton/hari. Reaktor pada unit ini berupa reaktor
susun sehingga memungkinkan regenerasi katalis secara terus menerus.
5. Unit 015 : LPG Recovery Unit
Tujuan dari unit ini adalah memisahkan LPG propane dan LPG butane
yang berasal dari stabilizer column (CDU II) dan debutanizer dari unit
Platforming. Kapasitasnya mencapai 730 ton/hari. Umpan yang diolah adalah
93,2% volume berasal dari overhead naphta stabilizer unit 011 dan 6,8% volume
berasal dari overhead debutanizer unit 014.
6. Unit 016 : Cracked Naphta Minalk Merox Treater
Dalam unit ini thermal cracked naphta dari unit 019 mengalami proses
sweetening, yaitu proses oksidasi mercaptan menjadi disulfida sehingga
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
80
memenuhi persyaratan spesifikasi sebagai komponen mogas untuk produksi
gasoline. Thermal cracked naphta dicampur dengan platformate yang memiliki
angka oktan tinggi dan kadar sulfur rendah. Hal tersebut berimbas pada mogas
yang cukup baik dan memenuhi persyaratan pemasaran. Unit ini mempunyai
kapasitas 11.150 barel/hari dan katalis yang digunakan adalah Merox Reagent
no.1.
7. Unit 017 : Sour Water Stripper Unit
Unit ini dirancang untuk kapasitas 1.830 ton per hari. Dalam unit ini kadar
H2S dalam sour water dikurangi dari 8.100 ppm wt menjadi kurang dari 20 ppm
wt dan menurunkan kadar NH3 dari air menggunakan stripping pada Stripper
Column. Kapasitas pengolahan dari unit ini dapat mencapai sekitar 1.800 ton/hari.
Kontaminan utama yang terdapat dalam sour water adalah H2S dan NH3 yang
terdapat dalam bentuk NH4HS. Garam ini merupakan garam dari basa lemah dan
asam lemah yang dalam larutan mudah terhidrolisis menjadi H2S dan NH3.
8. Unit 018 : Thermal Distillate Hydrotreating Unit
Unit ini mengolah LGO dan HGO yang keluar dari Visbreaker. LGO dan
HGO memiliki tipikal produk thermal cracking yaitu kandungan sulfurnya tinggi
sehingga perlu mengalami proses hydrotreating agar diperoleh diesel oil dengan
cetan indeks sekitar 45 dan flash point tidak kurang dari 1540F. Kapasitas unit ini
adalah 1.800 ton/hari.
9. Unit 019 : Visbreaker Thermal Cracker
Unit ini mengolah reduced crude dari kolom distilasi untuk memberikan
nilai tambah pada residu. Proses yang dilakukan adalah mengubah minyak fraksi
berat menjadi minyak fraksi ringan dengan cara cracking mengunakan media
pemanas. Proses dari cracking ini dibatasi oleh stabilitas dari visbreaking residu
yang digunakan sebagai fuel oil. Produk dari unit ini adalah sebagai berikut :
- Cracked gas, dikirim ke refinery fuel gas system
- Thermal Cracked Naphta, dikirim ke unit 016 untuk mengalami proses
sweetening
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
81
- Light Gas Oil, sebagian dikirim ke unit 018 untuk diolah lebih lanjut dan
sebagian lagi dikirim ke fuel oil storege untuk komponen blending fuel oil
- Heavy Gas Oil, diperlukan sama seperti Light Gas Oil
- Slop Wax, dikirim ke fuel oil storage untuk komponen blending fuel oil
- Vacuum Bottom, untuk komponen blending fuel oil dan dikirim ke fuel
oil storage
Dengan adanya proses visbreaking ini, kilang minyak PERTAMINA RU
IV Cilacap ditekan untuk memproduksi Diesel Oil dengan memperbaiki pour
point dan masih memenuhi viskositas yang diinginkan. Proses visbreaking ini
disertai dengan proses thermal cracking, yaitu pemecahan rantai hidrokarbon
yang panjang menjadi rantai hidrokarbon yang lebih pendek, yang terjadi karena
pengaruh panas. Kapasitasnya adalah sebesar 8.387 ton/hari. Produk-produk yang
dihasilkan dari FOC II
yaitu :
- Hydrogen Rich Gas, dipakai sendiri di unit 012, 013 dan 018
- Mixed LPG, untuk bahan bakar konsumen masyarakat
- Heavy Naphta, untuk komponen blending premium dan bahan baku
- kilang paraxylene
- Platforming (HOMC), digunakan sebagai blending premium
- HSD dan IDO, untuk bahan bakar diesel kecepatan tinggi
- IDF dan IDO, untuk bahan bakar diesel kecepatan rendah
- Kerosene, untuk bahan bakar konsumen masyarakat
- IFO, untuk bahan bakar furnace dan komponen blending premium
4.2.4. Lube Oil Complex II & III (LOC II & LOC III)
Kilang LOC II & IV ini pada dasarnya mempunyai tugas yang sama pada
kilang LOC I, yaitu menghasilkan komponen minyak pelumas dan sebagai hasil
samping adalah aspal dan minyak bakar. Kilang Lube Oil Complex II ini
mempunyai fungsi untuk membuat bahan baku pelumas dari long residue hasil
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
82
Crude Distilling Unit (CDU I). Kapasitas produksi dari LOC II ini adalah 175.400
ton/tahun produk Lube Base Oil dan 550.000 ton/tahun produk asphalt.
Lube Oil Complex II & III (LOC II & III) pada Gambar 1.6 yang terletak di area
02 dan 200 terdiri dari unit–unit proses sebagai berikut :
1. LOC II tediri atas unit-unit di bawah ini :
- Unit 021 : High Vacuum Unit II (HVU II)
- Unit 022 : Propane Deasphalting Unit II (PDU II)
- Unit 023 : Furfural Extraction Unit II (FEU II)
- Unit 024 : Methyl Ethyl Ketone Dewaxing Uni II (MDU I)
- Unit 025 : Hot Oil System Unit II (HOS II)
2. LOC III tediri atas tiga unit yang terintegrasi secara geografis, yaitu :
- Unit 220 : Propane Deaspalthing Unit (PDU IV)
- Unit 240 : MEK Dewaxing Unit (MDU IV)
- Unit 260 : Hydrotreating/Redistilation Unit (HTU/RDU)
Produk dari LOC II & III, yaitu :
- High Viscosity Index 95 (HVI 95)
- High Viscosity Index 160S (HVI 160S)
- High Viscosity Index 650 (HVI 650)
- Asphalt
- Fuel Oil
- Slack wax
- Minarex (PERTAMINA Extraks)
LOC I ,II serta LOC III dibuat berintegrasi satu sama lain yang kemudian
output terakhir sebagai proses akhir pada LOC III. Berikut bagan bloknya.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
83
Gambar 4.4 Blok Diagaram LOC I,II, dan III
1. Unit 021 : High Vacuum Unit II (HVU II)
Unit ini mengolah long residue dari CDU I untuk menghasilkan hasil
distilasi dengan distilasi vacuum yang akan diproses lebih lanjut untuk membuat
bahan pelumas. Long residue terdiri dari fraksi-fraksi dengan titik didih tinggi,
sehingga bila dilakukan distilasi atmosferik akan terjadi perengkahan karena
temperaturnya sangat tinggi. Hasil-hasil dari unit 021 ini yaitu:
- Vacuum Gas Oil (VGO)
- Spindle Oil (SPO)
- Light Machine Oil (LMO)
- Medium Machine Oil (MMO)
- Short Residue
Dari HVU ini kemudian produk-produk tersebut diolah pada unit-unit
lain untuk menghasilkan Lube Base Oil.
2. Unit 022 : Propane Deasphalting Unit II (PDU II)
Unit ini bekerja untuk menghilangkan asphalt dari short residue sebelum
diolah lebih lanjut menjadi bahan minyak pelumas. Prosesnya adalah ekstraksi
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
84
dengan pelarut propane, sedangkan kapasitasnya 784 ton/hari short residue. Pada
proses selanjutnya maka Deasphalting Oil (DAO) akan digunakan sebagai bahan
baku minyak pelumas berat.
3. Unit 023 : Furfural Extraction Unit II (FEU II)
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan senyawa-senyawa aromat dari
destilat hasil HVU dan PDU. Prosesnya adalah ekstraksi dengan menggunakan
pelarut furfural yang mempunyai daya larut terhadap senyawa aromat. Rafinatnya
diolah menjadi bahan minyak pelumas sedangkan ekstrak keluar sebagai fuel oil.
Kapasitas FEU tergantung jenis umpan yaitu :
- LMO distillate : 2.180 ton/hari
- MMO distillate : 2.270 ton/hari
- DAO distillate : 91.786 ton/hari
Rafinat FEU selanjutnya diolah di MEK Dewaxing Unit (MDU).
Setelah Debottlenecking FEU II hanya memproses LMO, MMO, dan DAO,
rafinatnya diolah di HTU LOC IV.
4. Unit 024 : Methyl Ethyl Ketone Dewaxing Uni II (MDU I)
Pada awalnya unit ini berfungsi menghilangkan wax (lilin) dari rafinat
hasil FEU, tetapi setelah debottlenecking, unit ini memproses rafinat dari HTU.
Prosesnya adalah mendinginkan rafinat sehingga wax akan mengkristal dan
dapat dipisahkan dengan penyaringan. Tujuan penghilangan wax adalah agar
minyak pelumas yang terbentuk mempunyai titik tuang (pour point) yang
memenuhi syarat. Rafinat yang masuk sebagai umpan didinginkan kemudian
disaring, untuk lebih mudahnya maka ditambahkan pelarut. Pelarut yang
digunakan adalah campuran antara methyl ethyl keton dengan toluene dengan
perbandingan 52 : 48.
5. Unit 025 : Hot Oil System Unit II (HOS II)
Walaupun tidak langsung dengan proses, unit ini sangat penting
keberadaannya, karena merupakan sumber panas bagi unit-unit lain, antara lain
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
85
untuk menguapkan pelarut pada pelarut recovery. Prinsip operasinya adalah
dengan sirkulasi minyak panas dari vessel, dimana minyak yang digunakan adalah
spindle oil (SPO).
6. Unit 260 : Hydrotreating/Redistilation Unit (HTU/RDU)
Unit ini terdiri atas 2 unit proses, yaitu HTU (Hydrotreating Unit) dan
RDU (Redistillation Unit). Tujuan dari proses pada unit ini adalah untuk
menghilangkan komponen-komponen aromatis yang tidak diinginkan pada lube
oil dengan charging campuran feed dan gas kaya hidrogen ke reaktor dengan
menggunakan katalis Ni-Mo (Nikel-molybdenum).
4.2.5. Kilang Paraxylene Cilacap (KPC)
Kilang paraxylene Cilacap dibangun tahun 1988 dan beroperasi setelah
diresmikan oleh Presiden RI tanggal 20 Desember 1990. Tujuan dari
pembangunan kilang Paraxylene ini adalah sebagai berikut :
- Memenuhi kebutuhan bahan baku paraxylene untuk pabrik Purified
Terepthalic Acid (PTA) di Plaju, Sumatra Selatan.
- Menghemat devisa, karena selama ini bahan baku untuk paraxylene masih
di impor.
- Meningkatkan nilai proses yang ada pada kilang paraxylene.
Kilang ini digunakan untuk mengolah 11.916,9 ton/hari naphta dengan
produk utamanya adalah :
- Paraxylene : 270.000 ton/tahun
- Benzene : 118.000 ton/tahun
Produk sampingnya adalah :
- LPG : 52 ton/hari
- Raffinate : 280 ton/hari
- Heavy Aromate : 43 ton/hari
- Fuel Gas : 249 ton/hari
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
86
Kilang Paraxylene pada Gambar 1.7 yang terletak di area 80 terdiri dari
unit–unit proses sebagai berikut :
- Unit 82 : Naptha Hydrotreater
- Unit 84 : CCR Platforming Unit
- Unit 85 : Sulfolane Unit
- Unit 86 : Tatoray Process Unit
- Unit 87 : Xylene Fractionation Unit
- Unit 88 : Paraxylene Extraction (Parex) Process Unit
- Unit 89 : Isomar Process Unit
Bagan Blok Diagaram KPC terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.5 Blok Diagram KPC
1. Unit 82 : Naptha Hydrotreater
Fungsi utama unit ini adalah mempersiapkan heavy naptha yang terbebas
dari kontaminasi berbagai impurities seperti sulfur, oksigen, nitrogen, logam-
logam organik dan sebagainya, oleh karena senyawa tersebut dapat meracuni
katalis pada Unit Platforming. Pemurnian ini dilakukan dengan menginjeksikan
gas hidrogen dalam suatu rektor katalis yaitu Ni-Mo Alumina.
2. Unit 84 : CCR Platforming Unit
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
87
Unit ini mengolah senyawa parafinik dan naphtenik yang terdapat pada
Treated Naptha menjadi senyawa aromatik untuk dijadikan paraxylene dan
benzene pada unit berikutnya. Untuk CCR platforming catalist, umpan naptha
harus kurang dari 0,5 weight ppm, untuk mengoptimalkan selektivitas dan
stabilitas karakteristik katalis. Untuk tipikal kandungan sulfur dalam umpan pada
deaktivasi, suhu reaktor perlu dinaikkan untuk mencapai tingkat removal yang
sama. H2S yang dihasilkan kemudian dipisahkan pada stripper column, dan
dikeluarkan sebagai overhead off gas.
Hasil utama dari unit ini kemudian akan dipisahkan antara light
platformate dan heavy platformate. Light platformate banyak mengandung
benzene dan toluene yang kemudian dikirim ke Sulfolane Unit, sedangkan
heavy platformate banyak mengandung
3. Unit 85 : Sulfolane Unit
Umpan untuk unit ini adalah light platformate. Unit ini berfungsi untuk
memisahkan gugus aromat dari gugus non aromat secara ekstraksi dengan
menggunakan pelarut sulfolane. Rafinat mengandung komponen-komponen non
aromat (parafin, olefin dan naphta) yang disebut mogas dan ekstrak mengandung
komponen aromat. Selanjutnya senyawa-senyawa tersebut dipisahkan di Sulfonate
Benzene Column (SBC). Hasil atas berupa benzene dan produk bawahnya adalah
toluene dan C8- +. Produk bawah ini kemudian dipisahkan pada Sulfolane
Toluene Column (STC). Produk toluene kemudian diumpankan ke Tatoray Unit
dan produk bawah ke Xylene Fractionation Unit.
4. Unit 86 : Tarotoray Process Unit
Proses tatoray adalah suatu proses katalitik untuk trans-alkilasi aromat.
Dalam bentuk sederhananya, toluene dikonversi menjadi benzene dan campuran
xylene. Toluene dan campuran C9 aromatik dikonversi menjadi C6, dan C8
aromat. Katalis yang digunakan adalah TA-4 dengan basis silika alumina.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
88
Benzene yang dihasilkan direcycle ke unit sulfolane, sedangkan xylene dan
toluene ke toluene column untuk memisahkan toluene dan xylene.
5. Unit 87 : Xylene Fractionation Unit
Suatu aspek unik dari unit ini adalah pada desain splitter column. Dengan
mengoperasikan splitter column pada tekanan yang tinggi, suhu uap overhead
menjadi begitu tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pemanas untuk
reboiler di beberapa kolom pada Parex Unit dan Isomar Unit. Hal ini merupakan
suatu penghematan biaya operasi dan biaya pokok yang tidak kecil.
Unit ini berfungsi untuk memisahkan campuran antara xylene dengan C9
aromat dan lainnya. Produk atas berupa xylene yang diumpankan ke Parex Unit
dan hasil bawah dipisahkan dalam Heavy Aromatic Column. Produk atasnya
berupa C9 aromat diumpankan ke Tatoray Unit dan hasil bawah adalah heavy
aromat.
6. Unit 88 : Paraxylene Extraction (Parex) Process Unit
Proses Parex adalah suatu proses pemisahan yang kontinyu untuk adsorbsi
selektif paraxylene dari campuran isomernya (ortho dan meta xylene), ethyl
benzene dan hidrocarbon non aromatik. Unit ini menggunakan solid adsorbent
(zeolit), desorbent, Para Diethyl Benzene (PDB) dan suatu flow directing device
yang disebut rotary valve.
Produk rafinat menjadi umpan Isomar Unit sedangkan ekstrak berupa campuran
paraxylene dan desorbent dipisahkan lagi. Produk paraxylene yang dihasilkan
mempunyai kemurnian yang tinggi yaitu sebesar 99,65%.
7. Unit 89 : Isomar Process Unit
Isomar yaitu proses isomerisasi katalis yang mengubah C8 aromat menjadi
campuran yang seimbang dengan menggunakan noble metal catalyst dwifungsi.
Umpan rafinat dari parex dicampur dengan recycled gas yang kaya hidrogen,
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
89
diuapkan dan dialirkan melalui fixed bed radial flow reactor. Effluentnya
dikondensasikan untuk memisahkan liquid dan gasnya.
Hasil atas berupa komponen hasil cracking yang diumpankan ke Unit 84
untuk memisahkan LPG sedangkan hasil bawah berupa campuran ortho, meta,
para xylene sebagai umpan Xylene Fractionation Unit.
8. Unit Nitrogen Plant
Nitrogen pada kilang ini diperlukan untuk CCR sistem dan tangki tailing.
Kapasitas Nitrogen plant ini adalah :
N2 gas : 800 Nm3/jam
N2 liquid : 130 Nm3/jam
Udara dilewatkan melalui suction filter untuk menghilangkan debu-debu,
selanjutnya ditekan dan dimasukkan ke dalam absorber, kemudian didinginkan
sampai kira-kira 5°C pada chiller unit.
4.2.6. Kilang LPG dan Sulfur Recovery Unit
Gambar 4.6 Diagram Blok Kilang dan Sulfur Recovery Unit
1. Unit 90 (umum)
Unit 90 terdiri dari sistem utilitas header yang didesain untuk mendukung
fasilitas pada proses unit lainya. Secara umum semua utilitas diambil dari refinery
untuk menyediakan unit baru. Sistem distribusi utilitas pada unit 90 terdiri dari :
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
90
High Pressure Steam
Medium Pressure Steam
Low Pressure Steam
Low Pressure Condensate
Boiler Blow Down
Medium Pressure Boiler Feed Water
Service Air
Service Water
Drinking Water
Jacket Water
Open Sewer
Sour Flare Header
Fuel Gas
Hydrogen
Cold Flare
Nitrogen
Instrumen Air
2. Unit 91 : Gas Treating Unit
Gas treating unit dirancang terutama untuk mengurangi kadar hydrogen
sulfide(H2S) di dalam gas buang (sebagai umpan) hingga maksimum 10 ppmv
sebelum dikirim ke LPG recovery unit dan PSA unit yang telah ada. Dalam
metode operasi normal, laju alir gas total diolah dan larutan amine disirkulasikan
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
91
untuk menyerap H2S pada suhu mendekati suhu kamar dan tekanan yang
dinaikan. Gas asam (acid gas) menghasilkan produk belerang cair.
3. Unit 92 : LPG Recovery Unit
Recovery LPG yang diharapkan sebanyak 99,9% dari propane dan butane
yang terdapat dalam feed LPG Recovery Unit dibandingkan terhadap oleh
propane dan butane yang terkandung dalam aliran bawah deethanizer.
Tabel 4.5Spesifikasi Produk LPG
Spesifikasi Unit Nitai
Etahne LV Max 0,2 %
C3 + C4 LV% Min 97,5 %
C5+ LV% Max 2%
Reid Vapor Pressure Psi 120
Weathering Test Pada 36°F 95% Volume
Tabel 4.6 Spesifikasi Produk Kondensat
Spesifikasi Unit Nilai
C4 dan lighter LV % Max 2 %
4. Unit 93 : Sulphur Recovery Unit
Sulphur Recovery Unit (SRU) didirikan untuk memisahkan acid gas dari
amine regeneration di Gas Treating Unit (GTU), dirubah menjadi H2S dalam
bentuk gas menjadi sulfur cair dan dalam bentuk gas sulfur untuk bisa dikirim
melalui eksport.
5. Unit 94 : Tail Gas Unit
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
92
Tail Gas Unit (TGU) dirancang untuk mengolah acid gas dari Sulphur
Recovery Unit (SRU). Semua komponen sulfur diubah menjadi H2S untuk
dihilangkan di unit TGU absorber, arus recycle kembali ke unit SRU dan
sebagian dibakar menjadi jenis sulfur yang terdiri dari SOx kemudian dibuang ke
atmosfer.
6. Unit 95 : Refrigeration
Refrigeration Unit dilengkapi dengan pendinginan yang diperlukan untuk
LPG Recovery Unit dan juga dilengkapi dengan Trim Amine Chilling di bagian
Tail Gas Unit untuk memaksimalkan pengambilan sulfur secara umum. System
Refrigeration terdiri dari dua tahap Loop Propane Refrigeration.
Tabel 4.7 Komposisi design Refrigeration
Komponen Mol, %
Ethane 2,07
Propane 94,54
i-butane 3.79
Total 100
4.2.7. Unit Utilitas
Unit Utilitas pada PERTAMINA RU IV adalah semua bahan / sarana /
media yang dibutuhkan untuk menunjang operasi pengolahan kilang seperti
tenaga listrik, tenaga uap, air pendingin, air bersih, bahan bakar cair/gas, angin
instrumen, dan lain-lain sehingga kilang dapat memproduksi BBM dan Non
BBM.
Pengadaan sistem utilities dalam industri, khususnya untuk operasional
kilang BBM dan petrokimia di Pertamina selama ini selalu diusahakan sendiri,
mengingat kebutuhan belum dapat diperoleh dari sumber lain. Dalam
pengoperasiaanya utilities harus handal supaya tidak mengakibatkan kehilangan
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
93
produksi kilang berupa BBM, Non BBM, dan Petrokimia, serta menimbulkan
kerusakan katalis, peralatan operasi, dan keselamatan (safety).
Kehandalan adalah kemampuan dan ketersediaan sistem ketenagaan dalam
periode waktu tertentu secara terus-menerus dalam memasok kebutuhan energi
(listrik, uap, bahan bakar, angin instrumen) untuk menunjang operasi kilang
beserta fasilitas penunjangnya dalam setiap kondisi operasi (start up, normal,
emergency). Sebagai konsekuensi dari kehandalan tersebut, standar dari reliability
dan avaibility untuk peralatan utama di utilities, lebih tinggi dibandingkan dengan
unit atau area operasi lainnya.
Utilities bersifat operasional sehingga semua pelaksanaan berdasarkan
standard operasional, prosedur, sistem dan tata kerja individu. Di Pertamina
Refinery Unit IV Cilacap, kompleks utilities saat ini terbagi menjadi :
Utilities I (area 50), dibangun pada tahun 1973 dan mulai beroperasi tahun
1976 untuk menunjang pengoperasian FOC I, LOC I dan ITP / Off site
area 30, 40, 60 dan 70 dengan kapasitas pengolahan 100.000 barrel/hari.
Utilities II (area 05), dibangun tahun 1980 dan mulai beroperasi pada
tahun 1983 untuk menunjang pengoperasian FOC II, LOC II, ITP/ off site
area 30, 40, 60, dan 70 dengan kapasitas 200.000 barrel/hari.
Utilities KPC / Paraxylene sebagian besar unitnya terletak di Utilitas I /
(area 50), mulai beroperasi tahun 1990 khusus untuk menunjang area
kilang Paraxylene dengan kapasitas produksi Petrokimia sebanyak
270.000 barrel/hari.
Utilities IIA (area 500), beroperasi pada tahun 1998 dengan sarana
terbatas, khusus dirancang untuk menunjang pengoperasian
Debottlenecking kilang Cilacap, sehingga total kapasitas pengolahan
Kilang Cilacap dapat dinaikkan dari 300.000 barrel/hari menjadi 348.000
barrel/hari.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
94
Pada pengembangan Kilang dari tahun 1976 sampai tahun 1998 agar
kehandalan dan fleksibilitas operasi Utilitas terjamin, sebagian besar sistemnya
terintegrasi yang artinya sistim Utilitas antara UTL I, UTL PX, UTL II dan UTL
IIA saling menunjang, sehingga bisa diartikan suatu sistim satu kesatuan.
Dalam memenuhi kebutuhan kilang Cilacap maka Pertamina RU IV secara
operasional memiliki unit – unit Utilitas yaitu :
- UNIT PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
Unit 52/ 052/ 520 - UNIT PEMBANGKIT TENAGA UAP
Unit 53/ 053/ 530 - UNIT DISTRIBUSI AIR PENDINGIN
Unit 54/ 054 - UNIT PENGADAAN AIR BERSIH
Unit 56/ 056/ 560 - UNIT PENGADAAN UDARA BERTEKANAN
Unit 57/ 057 - UNIT DISTRIBUSI BAHAN BAKAR CAIR DAN GAS
Unit 63/ 063 - UNIT PENGADAAN AIR BAKU
1. Unit 51/ 051/ 510 - UNIT PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
Unit ini memiliki 8 buah turbin generator pembangkit tenaga listrik yang
digerakkan oleh tenaga uap. Sistim ini beroperasi dengan extractive condensing
turbine dengan high pressure steam (HP steam) yang bertekanan 60 kg/cm2
dengan temperatur 460 0C. Dan menghasilkan medium pressure steam (MP
steam) bertekanan 18 kg/cm2 dengan temperatur 330
0C serta menghasilkan pula
kondensat recovery sebagai air penambah pada tangki desuperheater dan tangki
BFW.
Sistem pembangkit, terdiri dari :
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
95
Utilities I area 50 : 51 G 1/ 2/ 3 (3 unit) kapasitas @ 8 MW
Utilities II area 05 : 051 G 101/ 102/ 103 (3 unit) kapasitas @ 20 MW
Utilities KPC : 51 G 201 (1 unit) kapasitas 20 MW
Utilities IIA : 510 G 301 (1 unit) kapasiats 8 MW
Dengan kapasitas total terpasang saat ini 112 MW, dan kapasitas terpakai
pada saat beban puncak mencapai 67 MW.
1. Unit 52/ 052/ 520, Unit Pembangkit Tenaga Uap.
Unit ini bertugas untuk menyediakan steam yang digunakan untuk
berbagai proses operasi. Unit ini dikategorikan menjadi 3, yaitu :
A. Sistem Pembangkit
Tenaga uap tekanan 60 kg/cm2 dan temperatur 460
oC atau High
Pressure Steam dihasilkan dari :
Boiler UTL I : 52 B 1/2/3 (9 Unit) kapasitas @60 ton/jam.
Boiler UTL II : 052 B101/102/103/104 (4 Unit) kapasitas
@110 ton/jam.
Boiler UTL KPC : 52 B 201 (1 Unit) kapasitas 110 ton/jam.
Boiler UTL IIA : 520 B 301 (1 Unit) kapasitas 60 ton/jam.
Sebagian besar uap tekanan tinggi tersebut digunakan sebagai tenaga
penggerak turbin generator dan sebagian kecil untuk penggerak turbin pompa
boiler feed water (BFW) dan cooling water.
B. Sistem distribusi tenaga uap terbagi atas :
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
96
High pressure steam dengan tekanan 60 kg/cm2, temperatur
460 0C, superheated. Penghasil HP steam adalah semua boiler
di utilities dan WHB di unit 14/FOC I.
Medium pressure steam dengan tekanan 18 kg/cm2, temperatur
330 0C, superheated. MP steam ini dihasilkan dari; ekstraksi
turbine generator, WHB unit 014, 019 FOC II, let down station
HP/MP.
MP steam ini digunakan sebagai penggerak turbin pompa,
kompressor, pemanas pada heat exchanger, penarik sistem
vakum pada ejector di semua area proses.
Low pressure steam dengan tekanan 3,5 kg/cm2 temperatur 220
0C, superheated. LP dihasilkan dari sistem back pressure
turbine dan let down station MP/LP.
C. Kondensat Sistem
Di dalam sistem selalu terjadi kondensasi, dan kondensat
yang terjadi dimanfaatkan kembali sebagai boiler feed water guna
mengurangi water losses. Ada tiga jenis kondensat, yaitu :
High pressure condensat yang berasal dari HP, MP steam line.
Kondensat ini ditampung dalam suatu flash drum untuk
dipisahkan menjadi LP condensat dan LP steam.
Low pressure condensat yang berasal dari LP steam line.
Clean condensat yang berasal dari surface condenser turbin
generator dan brine heater SWD (sea water desalination)
2. Unit 53/ 053/ 530, Unit Distribusi Air Pendingin
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
97
Ada dua sistem yang digunakan untuk distribusi air pendingin
yaitu sistem bertekanan dan sistem gravity. Sirkulasi air pendingin
menggunakan sistem terbuka (once through). Sistem bertekanan
digunakan untuk semua unit proses yang didistribusikan dengan pompa :
UTL I : 53 P1 A/B/C (3 pompa) kapasitas @2000 m3
UTL II : 053 P 101 A/B/C (3 pompa) kapasitas @5900 m3
UTL KPC : 053 P 201 A/B/C (3 pompa) kapasitas @2300 m3
UTL IIA : 530 P 301 A/B (2 pompa) kapasitas @4000 m3
Untuk mencegah timbulnya mikroorganisme pada sistem air
pendingin, diinjeksikan sodium hypochloride hasil dari sodium
hypochloride generator.
3. Unit 54/ 054, Unit Pengadaan Air Bersih
Air bersih diperoleh dengan mengolah air laut menjadi air tawar
dengan spesifikasi tertentu dengan cara distilasi pada tekanan rendah
(vakum). Sistem ini dilaksanakan pada unit Sea Water Desalination
(SWD).
Di Refinery Unit IV Cilacap ada dua sistem SWD yaitu; multi
stage flash once through dan multi stage flash brine recirculations.
Utilitas pertamina Refinery Unit IV Cilacap memiliki 8 buah unit
SWD yaitu:
Type MSF
once through), dan 54 WS 201 (1 unit) kapasitas 45 ton/jam (Type
MSF brine recirculation).
UTL II : 054 WS 101/102/103/105 (4 unit) kapasitas @ 90 ton/jam
(Type MSF once through)
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
98
Produk unit SWD ini digunakan untuk :
Sebagian besar sebagai air umpan boiler.
Sebagai jacket water untuk pendingin sistem minyak pelumas pada
rotating equipment.
Sebagai media pencampur bahan kimia untuk keperluan proses
Sebagai air minum di area kilang
4. Unit 55/055/550, Unit Pengadaan Air Pemadam Kebakaran
Digunakan untuk menunjang operasi pemadam kebakaran. Sistem
ini terdiri dari 2 pompa air bakar yang berkapasitas 600m3/jam pada
tekanan 12,5 kg/cm2, dan fasilitas pengaman cairan busa udara
5. Unit 56/056/560, Unit Pembangkit Udara Bertekanan.
Fungsi udara bertekanan
a. Sebagai angin instrumen, dihasilkan dari :
UTL I : 56K1/2/3 kapasitas @ 23 Nm3/menit
UTL II : 56K102 kapasitas @ 23 Nm3/menit
UTL KPC : 56K201 kapasitas @ 23 Nm3/menit
UTL IIA : 560K301 kapasitas @ 23 Nm3/menit
Angin instrumen ini harus kering dan tidak boleh mengandung
minyak. Peralatan di sistem ini terdiri dari inter dan after cooler, receiver, air
dryer, air filter dan pipa distribusi.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
99
b. Sebagai plant air untuk tube cleaning pada surface condensor turbine
generator dan evaporator condensor SWD.
6. Unit 57/057, Unit Distribusi Bahan Bakar Cair dan Gas
a. Sistem bahan bakar cair
Terdiri dari sistem HFO dan HGO. Sistem HFO digunakan sebagai
bahan bakar pada boiler dan furnace saat normal operasi, sedangkan HGO
digunakan pada saat start up dan shut down unit serta untuk flushing oil
dan sealing sistem. Untuk mengatur viskositas dipakai sarana heat
exchanger dengan media pemanas MP steam. HFO didistribusikan dengan
dua sistem yaitu dengan tekanan tinggi 35 kg/cm2 untuk keperluan sistem
High Vacuum Unit dan tekanan rendah 18 kg/cm2 untuk keperluan burner.
HFO terdiri dari slack wax, slop wax, heavy aromate dan IFO yang
diperoleh dari proses area.
b. Sistem bahan bakar gas
Dipakai dan dimaksimalkan untuk pembakaran di boiler dan
furnace. Bahan baku diperoleh dari unit proses dan ditampung di mix
drum 57V2 dan 057V102 selanjutnya didistribusikan melalui pipa induk
ke semua proses area dengan tekanan diatur 3,5 kg/cm2. Apabila tekanan
lebih dari 4 kg/cm2 akan dibuang ke flare dan apabila kurang dari 2,5
kg/cm2 akan disuplai dari LPG vaporizer sistem dengan media pemanas
LP steam. LPG vaporizer ini berfungsi untuk menampung dan memproses
propane dan butane yang off spec. Pada sistem bahan bakar gas ini
terdapat juga waste gas kompresor yang berfungsi untuk memperkecil gas
yang hilang ke flare.
7. Unit 63/063, Unit Pengadaan Air Baku
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
100
Air baku diperoleh dari kali Donan dengan menggunakan pompa
jenis submersible yang terdiri dari :
UTL I : pompa 63 P1 A/B/C kapasitas @ 3800 m3/jam
UTL II : pompa 063P101 A/B/C kapasitas @ 7900 m3/jam
UTL KPC : pompa 063 P 201 kapasitas 7900 m3/jam
UTL IIA : pompa 063 P 301 kapasitas 7900 m3/jam
Dari kali Donan air sungai dipompakan ke Jetty Donan (area 60).
Ruangan pengambilan air baku dilengkapi dengan fixed bar screen,
retractable strainer dan floating gate yang berfungsi untuk menyaring
kotoran misalnya sampah, serta suction screen. Dari unit 63 dan 063 air
baku tersebut kemudian dialirkan melalui pipa kedalam 3 buah tangki.
Untuk mencegah terjadinya lumut dan menghindari hidupnya kerang dan
mikroorganisme lainnya, pada saluran hisap semua pompa air baku
diinjeksikan sodium hipokloride hasil dari sodium hipokloride generator.
Air baku ditampung dalam tangki selanjutnya digunakan sebagai media :
pressurized cooling water)
Air umpan sea water desalination
8. Fire Fighting Water System
Merupakan fasilitas yang digunakan untuk menunjang operasi
pemadam kebakaran. System ini terdiri dari dua pompa air bakar dan
fasilitas pengaman cairan busa udara. Dua pompa air yang digunakan
mempunyai kapasitas 600 m3/jam pada tekanan 12.5 kg/cm
2.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
101
9. Unit Ruang Kontrol/Pengendali Operasi
Dalam pengontrolan/pengendalian terdapat dua system, yaitu
pneumatic dan elektronik. Ruang control ini mempunyai tugas sebagai
pengendali seluruh kegiatan operasi di utilitas, antara lain mengawasi,
mengatur dan mengoperasikan unit-unitnya dengan cara manual atau
secara otomatis dari ruang control. Suplai listrik untuk system control
didukung dengan Uninteruptable Power Supply (UPS) untuk menjaga
kontinuitas system control maka,
Sistem instrumentasi di ruang control dapat diguankan sebagai :
1. Pengontrol (controller)
2. Penunjuk (indicator)
3. Pencatat/perekam (recorder)
4. Isyarat (alarm)
Variable-variabel yang dikendalikan antara lain :
1. Tekanan
2. Temperature
3. Laju aliran
4. Tinggi permukaan cairan
5. Kualitas daya listrik
Di dalam runag control, system instrumentasi dibagi menjadi
beberapa panel, yaitu :
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
102
1. Panel control untuk turbin
2. Panel control untuk ketel uap
3. Panel control untuk generator
4. Panel control SWD (Sea Water Desalination)
5. Panel control untuk penyediaan air pendingin
6. Panel control untuk system udara bertekanan
7. Panel control untuk system penyediaan bahan bakar
Gambar 4.7 Aliran Proses Unit Utilitas
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
103
4.3 Pengolahan Limbah PT. PERTAMINA RU-IV Cilacap
Di dalam eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi negara, Pertamina
RU IV Cilacap tidak dapat lepas dari penanganan limbah yang dihasilkan. Limbah
yang dihasilkan dalam pengolahannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
bahan buangan cair, gas dan sludge.
A. Pengolahan Buangan Cair
Pada dasarnya prinsip dari pengolahan air limbah adalah
menghilangkan unsur – unsur yang tidak dikehendaki dalam air limbah
secara fisik, kimia ataupun biologi. Pertamina RU IV Cilacap dalam
mengolah limbah cairnya tidak dilakukan pada tiap– tiap unit, namun
limbah dari beberapa unit digabung menjadi satu baru kemudiandiolah.
Limbah cair pengolahannya dilakukan secara bertahap meliputi : Sour
Water Stripper (SWS), Corrugated Plate Inceptor (CPI) dan Holding
Basin.
1. Sour Water Stripper (SWS)
Unit ini dirancang untuk mengolah sour water dari Visbreaking
Unit, Naphta Hydrotreating Unit, High Vacum Unit, Crude Distillation
Unit, AH Unibon, Destillate Hydrotreating Unit yang mengandung H2S,
NH3, fenol, CO2, mercaptan, cyanida dan pada hydrocracking sour water
terdapat fluorida. Unit ini dirancang untuk dapat membersihkan 97 % dari
H2S yang kemudian dibakar diflare, sedang air bersih yang tersisa dapat
digunakan kembali. Dalam sour water H2S dan NH3 terdapat dalam bentuk
NH4HS yang merupakan garam dari basa lemah dan asam lemah. Di
dalam larutan ini, garam terhidrolisa menjadi H2S dan NH3.
Reaksi :
H2S dan NH3 bebas sangat mudah menguap dalam fase cair. Gas
H2S dan NH3 dapat dipisahkan dengan menggunakan steam sebagai
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
104
stripping medium atau steam yang terjadi dari pemanasan sour water itu
sendiri (dalam reboiler). Hidrolisa akan naik dengan naiknya suhu.
Kelarutan H2S cepat dipisahkan. Sour water yang telah mengalami stripper
akan menaikkan konsentrasi NH3/H Pada unit 052 terdapat empat boiler
dengan kapasitas masing – masing 110 ton/jam HP steam. Jenis boiler
yang dipakai adalah water tube boiler yang mampu menghasilkan HP
steam pada tekanan 60 kg/cm2 dan temperatur 460
0C. Penghasil HP steam
lainnya adalah Waste Heat Boiler (WHB) yang terdapat di unit 014 dan
019 menghasilkan MP steam dengan kapasitas masing-masing 30 ton/jam.
MP steam digunakan untuk pengabut bahan bakar minyak, vacuum
ejector, soot blowing dan lain – lain. LP steam yang dihasilakn
mempunyai tekanan 3,5 kg /cm2 dan temperatur 330
0C. LP steam
digunakan untuk pemanas pipa – pipa, stripping steam pada distilasi.
2. Corrugated Plate Interceptor
Corrugated Plate Interceptor (CPI) adalah jenis alat atau bangunan
penangkap minyak yang berfungsi untuk memisahkan air dan minyak
dengan menggunakan plate sejajar, dibuat dari fiber glass yang
bergelombang yang dipasang dengan kemiringan tertentu, bekerja secara
gravitasi. CPI memiliki kemampuan memisahkan lebih besar dibanding
dengan alat pemisah lain, mampu memisahkan partikel minyak sampai
dibawah 150 mikron dengan menggunakan permukaan pemisah tambahan
berupa plat sejajar maka didapatkan proses pemisahan dalam kondisi
laminer dan stabil. Kecepatan aliran dari plat yang bergelombang dan
perbedaan spesifik grafity antara minyak dan air menyebabkan minyak
akan naik ke atas, sedangkan air akan turun ke bawah yang kemudian
masuk parit dan akhirnya ke Holding Basin untuk diolah lebih lanjut
sebelum dibuang ke badan air penerima ( Sungai Donan).
3. Holding Basin
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
105
Holding basin adalah kolom untuk menahan genangan minyak
bekas buangan pabrik supaya tidak lolos ke badan air penerima, dengan
perantaraan skimmer (penghisap genangan minyak dipermukaan), floating
skimmer (menghisap minyak di bagian tengah), dan baffle (untuk
menahan agar minyaknya tidak terbawa ke badan air penerima).
Selanjutnya genangan minyak ditampung pada sump pit kemudian
dipompakan ke tangki slops untuk direcovery. Holding Basin dibuat
dengan tujuan untuk mencegah pencemaran lingkungan, khususnya bila
oil water sampai lolos ke badan air. Genangan minyak berasal dari
bocoran–bocoran peralatan pabrik atau lainnya. Holding basin yang
terdapat di Pertamina RU IV Cilacap ada dua yaitu Exciting Holding
Basin Unit 49 dan New Holding Basin Unit 66.
Blok Diagram Pengelolaan Air Buangan Kilang dapat dilihat pada
Gambar 4.8 . berikut ini
Gambar 4.8 Blok Diagaram Air Buangan Kilang
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
106
B. Pengolahan Buangan Gas
Untuk menghindari pencemaran udara dari bahan – bahan buangan
gas maka dilakukan penanganan terhadap bahan buangan tersebut dengan
cara :
a. Dibuat stack / cerobong asap dengan ketinggian tertentu sebagai
alat untuk pembuangan asap.
b. Gas–gas hasil proses yang tidak dapat dimanfaatkan dibakar
dengan menggunakan flare.
C. Pengolahan Buangan Sludge
Sludge merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dalam
industri minyak yang tidak dapat dibuang begitu saja ke alam bebas karena
mencemari lingkungan. Pada sludge selain mengandung lumpur / pasir dan
air juga masih mengandung hidrokarbon (HC) fraksi berat yang tidak
dapat direcovery ke dalam proses maupun bila dibuang ke lingkungan
tidak akan terurai secara alamiah dalam waktu singkat. Perlu dilakukan
pemusnahan hidrokarbon tersebut untuk menghindari pencemaran
lingkungan. Dalam usaha tersebut di PERTAMINA RU IV Cilacap,
sludge dibakar dalam suatu ruang pembakar (incinerator) pada temperatur
tertentu sehingga lumpur / pasir yang tidak terbakar dapat digunakan untuk
landfill atau dibuang di suatu area tanpa mencemari lingkungan.
4.4. Oil Movement
Pada awalnya Oil Movements bernama Terminal. Bagian ini bertanggung
jawab dalam menangani pergerakan minyak baik dalam maupun ke luar kilang
terlebih dengan kondisi kilang yang memiliki kapasitas pengolahan 348.000
barel/hari.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
107
Tugas dan tanggung jawab bagian ini antara lain :
Menerima crude oil dan menyalurkannya ke unit FOC II
Menerima stream dari unit FOC I dan FOC II
Menyiapkan feed untuk secondary processing
Menyalurkan produksi dari secondary/tertiary processing
Menyalurkan produksi dari kilang ke tangki penampungan
Melaksanakan blending produk menjadi finishing produk
Pemompaan hasil-hasil minyak ke kapal, Perbekalan Dalam Negeri
(PDN), dan Own Use
Melakukan slpos/ballast recovery Untuk menunjang pelaksanaan tugas
dan tanggung jawab tersebut, tersedia fasilitas dan peralatan operasi antara
lain :
Dermaga, untuk bongkar muat crude oil, BBM, dan NBM
Tangki-tangki, untuk penampungan crude, produk dan slpos
Pipa-pipa, untuk pemompaan feed ke kilang, blending, produk dll
Oil Catcher (CPI), untuk menampung minyak yang tercecer dari bocoran
pipa-pipa, pengedrainan tangki, dari parit dan holding basin
Holding basin yang berhubungan dengan CPI berfungsi untuk
mengembalikan atau memperbaiki kualitas air buangan, terutama
mengembalikan kandungan oksigen
Silencer untuk mengurangi kebisingan
Groyne sebagai sarana pelindung pantai dari kikisan gelombang laut
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
108
4.5. Laboratorium
Bagian laboratorium memegang peranan penting di kilang, karena dari
laboratorium ini data-data tentang raw material dan produk akan diperoleh.
Dengan data-data yang diberikan maka proses produksi akan selalu dapat
dikontrol dan dijaga standar mutu sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
Bagian laboratorium berada di bawah Manajer Kilang yang mempunyai tugas
pokok :
Sebagai pengontrol kualitas bahan baku, apakah sudah memenuhi
persyaratan yang diperkenankan atau tidak.
Sebagai pengontrol kualitas produk, apakah sudah memenuhi standar yang
berlaku atau belum.
Bahan-bahan yang diperiksa di laboratorium ini adalah :
Crude Oil
Stream product FOCI/II, LOCI/II/III, dan paraxylene
Utilities : water, steam, fuel oil, fuel gas, chemical agent, dan katalis
Intermediate product dan finishing product.
Dalam pelaksanaan tugas, bagian laboratorium dibagi menjadi
Laboratorium Pengamatan, Laboratorium Analitik dan Gas, Laboratorium
Litbang, dan Ren. ADM/ Gudang/ Statistik.
1. Program Kerja Laboratorium
A. Laboratorium Pengamatan
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
109
Bagian ini mengadakan pemeriksaan terhadap sifat-sifat fisis bahan baku,
intermediate product, dan finishing product.
Sifat-sifat yang diamati antara lain :
1). Distilasi ASTM
2). Spesificgravity
3). Reid vapour pressure
4). Flash point dan smoke point
5). Convadson carbon residu
6). Warna
7). Cooper strip dan silver strip
8). Viscositas kinematic
9). Kandungan air
B. Laboratorium analitik dan Gas
Bagian ini mengadakan pemeriksaan terhadap raw material mengenai
sifat-sifat kimianya, termasuk didalamnya tentang kerak dan finishing
product. Alat-alat yang digunakan untuk analisa antara lain :
N2 analyzer, untuk menganalisa sulfur, Cl2, H2S
Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS), untuk menganalisa semua
metal yang ada dalam sampel air maupun zat organik.
Polychromator, untuk menganalisa semua metal yang ada dalam sampel
air maupun zat organik.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
110
Nuclear Magnitute Resonance (NMR), untuk menganalisa kandungan H2
dalam sampel avtur.
Portable Oxygen Tester (POT), untuk menganalisa kandungan oksigen
dalam gas pada cerobong asap.
Infra red Spectrophotometer (IRS), untuk menganalisa kandungan oil
dalam sampel air, juga menganalisa aromat dan minyak berat. Spectro
Fluorophotometer, untuk menganalisa kandungan oil dalam water slop
Menganalisa bahan baku, stream product, dan finishing product untuk
pabrik paraxylne.
C. Laboratorium Penelitian dan Pengembangan
Bagian ini bertujuan untuk mengadakan penelitian, misalnya :
1. Blending fuel oil
2. Lindungan lingkungan (pembersihan air buangan)
3. Evaluasi crude
4. Di samping mengadakan penelitian rutin, laboratorium ini juga mengadakan
penelitian yang sifatnya non-rutin, misalnya penelitian terhadap produk kilang di
unit tertentu yang tidak biasanya dilakukan penelitian, guna mendapatkan
alternatif lain tentang penggunaan bahan baku.
D. Ren ADM/Gudang Statisitik
Bagian ini bertugas untuk mengatur administrasi laboratorium,
pergudangan, dan statistik.
E .Laboratorium Paraxyelene
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
111
Laboratorium ini khusus menangani unit paraxylene yang mempunyai
kerja dan tugas menganalisa terhadap bahan baku, produk yang dihasilkan dan
bahan penunjang lainnya.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
112
BAB V
ORIENTASI KHUSUS
5.1 Pengantar Unit Utilities
Unit Utilities pada PT PERTAMINA RU IV yaitu suatu area proses yang
terdiri dari beberapa unit yang menyediakan tenaga listrik, tenaga uap, air
pendingin, air bersih, bahan bakar cair/gas, angin instrumen (udara bertekanan),
dan lain-lain sehingga kilang dapat memproduksi BBM dan NBM.
Pengadaan sistem Utilities dalam industri, khususnya untuk operasional
kilang BBM dan petrokimia di Pertamina selama ini selalu diusahakan sendiri.
Dalam pengoperasiannya Utilities harus handal dalam memenuhi kebutuhan di
seluruh kilang, karena bila terjadi kegagalan dalam pengoperasian maka tidak saja
akan mengakibatkan kehilangan produksi kilang berupa BBM, NBM dan
petrokimia tetapi juga menimbulkan kerusakan peralatan operasi lainnya. Utilities
bersifat operasional sehingga pelaksanaannya berdasar standar operasional,
prosedur, sistem dan tata kerja yang telah ditentukan.
Di Pertamina RU IV Cilacap, Utilities terbagi menjadi:
Utilities I (Area 50) yang dibangun pada tahun 1973 dan mulai beroperasi
tahun 1976 sebagai sarana penunjang pengoperasian FOC I, LOC I dan
ITP/Offsite area 30, 40, 60 dan 70.
Utilities II (Area 05) yang dibangun pada tahun 1980 dan mulai beroperasi
pada tahun 1983 sebagai sarana penunjang pengoperasian FOC II, LOC II,
ITP/Offsite area 30, 40, 60 dan 70.
Utilities KPC yang sebagian besar unitnya terletak di area 50 yang mulai
beroperasi pada tahun 1990 khusus untuk menunjang area Paraxylene.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
113
Utilities IIA atau disebut juga area 500 yang beroperasi pada tahun 1998
untuk menunjang pengoperasian Debottlenecking kilang.
Pada saat pengembangan kilang dari tahun 1976 sampai tahun 1998 agar
kehandalan dan fleksibilitas operasi Utilities terjamin, sebagian sistemnya
terintegrasi artinya sistem Utilities antara UTL I, UTL II, UTL KPC dan UTL IIA
bisa saling menunjang sehingga bisa diartikan suatu sistem yang terintegrasi dan
merupakan satu kesatuan.
5.2 Sarana dan Fasilitas Utilities
Utilities mempunyai fungsi untuk mendukung dan menjamin berjalannya
operasi kilang secara kontinyu dengan menjamin tersedianya kebutuhan bahan
bakar, listrik, udara bertekanan, tenaga uap, air pendingin, air baku dan air bersih
yang cukup untuk operasi kilang. Dalam memenuhi kebutuhan kilang Cilacap
maka Utilities Pertamina RU IV secara operasional memiliki unit-unit kerja yaitu:
Unit 51/051/510 : Unit Pembangkit Tenaga Listrik
Unit 52/052/520 : Unit Pembangkit Tenaga Uap
Unit 53/053/530 : Unit Distribusi Air Pendingin
Unit 54/054 : Unit Pengadaan Air Bersih
Unit 56/056/560 : Unit Pengadaan Udara Bertekanan
Unit 57/057 : Unit Distribusi Bahan Bakar Cair dan Gas
Unit 63/063 : Unit Pengadaan Air Bak
5.2.1. Unit 51 / 051 / 510 - Unit Pembangkit Tenaga Listrik
Unit ini memiliki 8 buah turbin generator pembangkit listrik yang
digerakkan oleh tenaga uap yang beroperasi dengan system extractive condensing
turbine dengan high pressure steam (HP steam) yang bertekanan 60 kg/cm2 dan
temperatur 4600C dan menghasilkan medium pressure (MP steam) bertekanan 18
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
114
kg/cm2 dengan temperatur 330
0C serta menghasilkan pula condensat recovery
sebagai air penambah pada tangki desuperheater dan tangki BFW.
Masing-masing unit memiliki kapasitas sebagai berikut:
UTL I / AREA 50 : 51 G 1 / 2 / 3 Kapasitas @ 8 MW
UTL KPC : 51 G 201 Kapasitas 20 MW
UTL II / AREA 05 : 051 G 101 / 102 / 103 Kapasitas @20 MW
UTL IIA : 510 G 310 Kapasitas 8 MW
Dengan total kapasitas terpasang saat ini 112 MW, dan kapasitas terpakai pada
saat beban puncak mencapai 67 MW.
A. Prinsip Operasi
Tenaga listrik diperoleh dari generator pembangkit yang digerakkan oleh
turbin uap. Uap sebagai sumber energi diperoleh dari hasil produksi boiler dengan
tekanan 60 kg/cm2 dan suhu 460
0C dengan system extractive condensing
dimasukkan melalui throttle valve. Setelah putaran turbin mencapai 3000 rpm,
generator disinkronkan dengan generator lain yang sudah online. Terkadang
turbin dioperasikan dengan full condensing, ketika turbin menghasilkan load
listrik dibawah 6 MW, setelah diatas 6 MW baru dikembalikan lagi ke sistem
steam extractive, setiap generator dilengkapi dengan peralatan pembantu antara
lain surface codensor, air cooler, ejector dan pump.
Penurunan tekanan uap selain dengan sistem ekstraksi juga diolah
menggunakan sistem let down station HP/MP sehingga dihasilkan tekanan sedang
(MP steam) dengan tekanan 18 kg/cm2 dan temperatur 330
0C. MP steam ini
digunakan untuk menggerakkan turbin pada pompa, kompresor dan media pada
unit unit kilang.
Untuk pemakaian listrik pada berbagai tingkat keperluan, maka
dibutuhkan trafo penurun tegangan dari 13,8 KV menjadi 3,45 KV dan 400/200
V. Agar tercapai sistem tenaga listrik dengan tingkat kehandalan yang tinggi,
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
115
maka diadakan interkoneksi diantara kedua area (50 dan 05) melalui suatu tie
transformer. Disamping itu juga diberlakukan load shedding system, dimana bila
terjadi gangguan pada sistem pembangkit listrik, maka secara otomatis akan
dilepas/dikorbankan beberapa pemakaian yang non esensial. Hal ini dimaksudkan
agar beban-beban vital dan esensial tidak mengalami gangguan, sehingga operasi
kilang masih dapat berjalan dengan baik dan aman.
B. Sistem Pengamanan
Berfungsi mengamankan peralatan unit generator dengan cara mengetripkan
turbin generator secara otomatis apabila terjadi hal - hal yang membahayakan.
Sedangkan sistem pengamanan pada jaringan distribusi listrik dinamakan load
shedding system, yaitu suatu sistem yang bekerja berdasarkan frekuensi generator,
berfungsi untuk memutus beban konsumen apabila beban listrik yang dihasilkan
oleh generator lebih kecil dari pada beban listrik yang dibutuhkan.
5.2.2. Unit 52 / 052 / 520 – Pembangkit Tenaga Uap
Unit pembangkit tenaga uap merupakan unit yang bertugas menyediakan
uap/steam yang akan digunakan sebagai proses operasi, unit ini dikategorikan
menjadi:
A. Sistem Pembangkit Tenaga Uap
Tenaga uap dengan tekanan 60 kg/cm2 dan temperatur 460
0C atau High
Pressure Steam dihasilkan dari:
Boiler Utilities I : 4 Unit kapasitas masing-masing 60 ton/jam
Boiler Utilities II : 4 Unitkapasitas masing-masing110 ton/jam
Boiler Utilities KPC : 1 Unit kapasitas 110 ton/jam
Boiler Utilities IIA : 1 Unit kapasitas 60 ton/jam
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
116
Sebagian besar HP steam tersebut digunakan sebagai tenaga penggerak
turbin generator, pompa Boiler feed water (BFW) dan cooling water.
Peralatan utama boiler:
Steam Drum
Water Drum
Superheater
Economizer
Burner
Forced Draft Fan
Soot Blower
System Safety
B. Sistem Distribusi Tenaga Uap
Unit ini memiiki tugas untuk menghasilkan uap yang diproduksi oleh
boiler, sistem ini terbagi atas:
1. High Pressure Steam (HP steam) dengan tekanan 60 kg/cm2 dan suhu
4600C. Superheated penghasil HP steam adalah semua boiler di Utilities
dan WHB di unit 14 / FOC I.
2. Medium Pressure Steam (MP steam) dengan tekanan 18kg/cm2 dan suhu
3300C. MP steam ini dihasilkan dari ekstraksi turbin generator, WHB unit
014, 019 FOC II dan let down station HP/MP.
3. Low Pressure Steam (LP steam) dengan tekanan 3,5 kg/cm2 dan suhu
2200C. Superheated ini dihasilkan dari system back pressure turbine dan
let down station MP/LP.
C. Kondensat Sistem
Didalam sistem selalu terjadi kondensat yang akan dimanfaatkan kembali
sebagai boiler feed water guna mengurangi water losses. Ada tiga jenis
kondensat, yaitu:
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
117
1. High Pressure Condensat yang berasal dari HP steam line, HP steam
ditampung dalam flash drum untuk dipisahkan menjadi HP condensat dan
LP steam.
2. Low Pressure Condensat yang berasal dari LP steam line.
3. Clean Condensat yang berasal dari Surface Condenser Turbin
Generator dan brine heater SWD (Sea Water Desalination).
5.2.3. Unit 53 / 053 / 530 – Distribusi Air Pendingin
Distribusi air pendingin dilakukan dengan dua cara yaitu sistem
bertekanan (pressure system) dan sistem gravitasi (gravity system).
Untuk sistem bertekanan, air pendingin didistribusikan dengan pompa:
UTL I : 53 P1 A/B/C kapasitas @2000 m3/jam
UTL II : 053 P101 A/B/C/D kapasitas @5900 m3/jam
UTL KPC : 53 P201 A/B/C kapasitas @2300 m3/jam
UTL IIA : 53 P301 A/B kapasitas @4000 m3/jam
Untuk mencegah hidup atau berkembangnya microorganisme, pada sistem
air pendingin diinjeksikan Sodium Hypochloride yang dihasilkan dari unit sodium
Hypochloride (Unit 53A-1, 53A-201, 53A-310, 53A-101dan 63A-1).
5.2.1 Unit 54 / 054 – Pengadaan Air Bersih
Unit pengadaan air bersih dilakukan pada unit Sea Water Desalination
(SWD), dimana prinsip operasi unit ini adalah mengolah air laut menjadi air tawar
dengan spesifikasi tertentu yaitu dengan cara destilasi pada tekanan rendah
(vacum). Utilities Pertamina RU IV memiliki 8 buah unit SWD yaitu:
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
118
Utilities I : - 54 WS 1/2/3 kapasitas @ 45 ton/jam - 54 WS 201 kapasitas
45 ton/jam
Utilities II : - 054 WS 101/102/103/105 kapasitas @ 90 ton/jam
Air umpan (feed water) untuk unit ini diambil dari air Sungai Donan
menggunakan 8 buah pompa yaitu:
Pompa 63 P 1 A/B/C kapasitas masing-masing 3600 m3/jam untuk
memenuhi kebutuhan Utilities I.
Pompa 063 P 101 A/B/C kapasitas masing-masing 7900 m3/jam untuk
memenuhi kebutuhan Utilities II.
Pompa 063 P 201 kapasitas 7900 m3/jam untuk memenuhi kebutuhan
KPC.
Pompa 063 P 301 kapasitas 7900 m3/jam untuk memenuhi kebutuh
Utilities IIA.
Air tidak langsung digunakan sebagai air umpan SWD, namun terlebih
dahulu ditampung di unit penampungan. Dari unit penampungan ada yang
digunakan langsung sebagai feed SWD tetapi ada juga yang digunakan sebagai
media pendingin di unit-unit lain yang membutuhkan pendinginan dengan media
air garam/payau. Perlengkapan utama Sea Water Desalination (SWD) SWD
merupakan sebuah unit yang terdiri dari beberapa komponen yaitu:
1. Brine heater yang berfungsi memanaskan air umpan sampai temperatur
tertentu.
2. Evaporator condenser berfungsi untuk menguapkan air umpan sekaligus
untuk mengkondensasikan uap menjadi air tawar.
3. Sistem vacum berfungsi memvakumkan evaporator condenser sampai
tekanan tertentu.
4. Sistem injeksi bahan kimia berfungsi memompakan bahan kimia berupa
anti scale dan anti foam kedalam air umpan pada saat proses.
5. Sistem pengaman berfungsi mengamankan unit dan produk pada saat
beroperasi.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
119
Distribusi Produk SWD
Unit SWD menghasilkan produk berupa air yang memiliki kandungan
garam sangat rendah (fresh water), air ini akan digunakan untuk:
1. Air umpan Boiler (Boiler Feed Water/BFW)
Air umpan Boiler didapat dari produk SWD, kondensat proses dan
kondensat turbin generator yang kesemuanya ditampung dalam storage tank yaitu:
- 54 T 1/2 kapasitas @ 700 m3
- 054 T 101/102 kapasitas @ 4000 m3
Sebelum ditampung dalam tangki tersebut air produk SWD ini dilewatkan
ke unit pelunak air (Softener) berisi Resin Amberlite berfungsi mengikat Mg, Ca,
Fe sehingga hardnessnya Nil. Unit Softener tersebut adalah:
- 54 WS 4 V 1/2/3 kapasitas 45 ton/jam
- 54 WS 202 A/B kapasitas 45 ton/jam
- 054 WS 104 V 1/2/3 kapasitas 90 ton/jam
Sedangkan kondensat proses terlebih dahulu dikirim ke tangki 52 T 1 dan
052 T 101 untuk diperiksa spesifikasinya, apakah terkontaminasi minyak atau
konduktivitasnya tinggi sebelum langsung ditransfer ke tangki BFW (Boiler Feed
Water) 54 T 1/2 dan 054 T 101/102. Untuk kondensat turbin generator, sebagian
dipompakan ke tangki Desuperheater dan sisanya tetangki BFW.
Air umpan boiler harus memenuhi syarat sebagai berikut:
o conduktivity : < 10 michomhos
o PH : 8 – 9
Air umpan Boiler ditangki masih mangandung gas-gas seperti oksigen
yang bersifat korosif pada proses dengan temperatur tinggi. Untuk menghilangkan
gas yang terlarut tersebut, BFW diproses di deaerator dimana didalamnya
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
120
dipanaskan dengan LP steam sehingga oksigen yang terkandung dalam BFW yang
diperbolehkan maksimal 20 ppm.Selanjutnya sebelum masuk kedalam Boiler
bertekanan tinggi, BFW tersebut diinjeksi dengan hydrazine, phosphate, amine,
caustic soda dan drewplex.
a. Sistem Desuperheater Water
Berfungsi untuk menjaga / mengontrol temperatur uap yang keluar dari
superheater section boiler maupun temperatur steam pada Let Down Station.
Make up water tangki Desuperheater diperoleh dari kondensat turbin generator.
b. Sistem Jaket Water
Sistem ini digunakan untuk mendinginkan minyak pelumas dipompa-
pompa proses seluruh kilang. Sistem yang digunakan adalah sistem tertutup
(closed loop system) dengan sirkulasi yang berawal dari tangki dipompakan ke
unit proses dan kembali ke tangki setelah didinginkan di heat exchanger. Make up
diperoleh dari tangki BFW.
2. Sistem Distribusi Air Minum
Sistem distribusi air minum diperoleh dari tangki air minum:
- 54 T 3 kapasitas 208 m3
- 054 T 103 kapasitas 1000 m3
Untuk mendistribusikan air minum ke seluruh kilang dan head
office digunakan pompa:
- 54 P 3 A/B kapasitas @ 14 m3/jam
- 54 P 3 C kapasitas 50 m3/jam
- 054 P 103 A/B kapasitas @ 45 m3/jam
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
121
Untuk mengisi tangki air minum dari produk SWD, digunakan penyaring yaitu
karbon filter 54S 1 dan 054S 101, dengan terlebih dahulu didinginkan di
pendingin air minum 54E 1 dan 054E 101. disamping itu, terdapat juga tambahan
air minum dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cilacap untuk memenuhi
kebutuhan air minum di dalam kilang dan head office.
5.2.4. Unit 56 / 056 / 560 – Pembangkit Udara Bertekanan / Kompressor
Udara bertekanan dihasilkan dari kerja kompresor, pada unit ini terdapat 6
buah kompresor yaitu:
UTL I : 56 K 1/2/3 kapasitas @ 23 Nm3/menit
UTL II : 56 K 102 kapasitas 23 Nm3/menit
UTL KPC : 56 K 201 kapasitas 23 Nm3/menit
UTL IIA : 560 K 301 kapasitas 23 Nm3/menit
Setiap kompresor pada unit ini memiliki tekanan kerja masing
masing 8 Kg/cm2.
Fungsi udara bertekanan :
1. Sebagai angin instrumen
Udara bertekanan dibutuhkan untuk proses di kilang, selain juga
digunakan sebagai media penggerak peralatan instrumen di seluruh area kilang.
Angin instrumen (udara bertekanan) ini harus kering dan tidak boleh mengandung
minyak. Peralatan pada sistem ini terdiri dari intercooler, aftercooler, receiver, air
dryer, air filter dan pipa distribusi.
2. Sebagai Plant air
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
122
Dihasilkan dari kompresor 56 FAC 019 dan 56 FAC 020 yang terletak di
UTL II. Plant air digunakan untuk cleaning tube pada surface condenser turbin
generator dan evaporator condenser SWD.
5.2.5. Unit 57 / 057 – Distribusi Bahan Bakar Cair dan Gas
A. Sistem bahan bakar cair
Sistem bahan bakar cair terdiri dari sistem HFO dan HGO. Sistem HFO
digunakan sebagai bahan bakar pada boiler dan furnace saat normal operasi,
sedangkan HGO digunakan pada saat start up dan shut down unit.
1. HFO (Heavy Fuel Oil)
Bahan bakar ini digunakan pada furnace pada boiler dan pemanas crude
oil. Bahan bakar diperoleh dari slack wax dari uni MDU, slop wax dari unit
Visbreaker, heavy aromat dari KPC, dan IFO dari ITP. Dengan beberapa pompa
yang terpisah di Utilities I, Utilities II dan KPC, HFO didistribusikan ke seluruh
kilang melalui dua sistem tekanan (loop) pada tekanan 30 kg/cm2 dan 13 kg/cm
2
untuk berbagai keperluan yang berbeda. Sistem ini juga di tie-in di kedua area.
2. HGO (Heavy Gas Oil)
Bahan bakar ini hanya digunakan pada boiler pada waktu start up dan shut
down, sedangkan di furnace digunakan sebagai bahan bakar alternatif selain HFO
dan gas. HGO juga digunakan sebagai media sealing dan flushing. Diseluruh unit
utilities hanya terdapat satu tangki penampung dengan kapasitas 311 m3 dan
dialirkan oleh beberapa pompa secara terpisah untuk keperluan di kilang minyak
I, II dan KPC. Make up tangki didapat dari ITP (offsite). Untuk meningkatkan
kehandalan pada sistem ini, maka dilakukan penggabungan pada dua sistem yang
ada atau sering disebut tie-in. Sistem ini memiliki dua buah tangki penampung
yaitu 57 T 1 dengan kapasitas 311 m3 dan 057 T 101 dengan kapasitas 1000 m
3
dan didukung oleh 9 buah pompa yaitu:
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
123
UTL I : 57 P 1/2/3 kapasitas @ 14 m3/jam
UTL II : 057 P 101 A/B/C kapasitas @ 60 m3/jam
UTL KPC : 57 P P 201 A/B/C kapasitas @ 17 m3/jam
Untuk mengatur viscocity, dipakai sarana heat exchanger dengan media
pemanas MP steam. HFO didistribusikan dengan dua cara yaitu:
Dengan tekanan tinggi 35 kg/cm2
Dengan tekanan rendah 18 kg/cm2
B. Sistem Bahan Bakar Gas
Bahan bakar gas dipakai dan dimaksimalkan untuk pembakaran di boiler
dan furnace. Bahan baku diperoleh dari unit proses dan ditampung di mix drum
(vessel pencampur bahan bakar gas) 57 V 2 dan 057 V 102 selanjutnya
didistribusikan keseluruh proses area dengan tekanan 3,5 kg/cm2. Apabila tekanan
lebih dari 4 kg/cm2 akan dibuang ke flare dan apabila kurang dari 2,5 kg/cm
2 akan
disupply dari LPG vaporizer system dengan media pemanas LP steam. LPG
Vaporizer (vessel 57V 1 dan 57V 101) berfungsi menampung dan memproses
Propane/Butane yang offspec. Pada sistem bahan bakar gas ini juga terdapat waste
gas compressor yang berfungsi untuk memperkecil losses gas yang ke flare.
Sistem ini memiliki 1 buah tangki penampung yaitu 57 T 2 dengan kapasitas 311
m3 dan didukung dengan 4 buah pompa yaitu:
UTL I : 57 P 4/5 kapasitas 14 m3/jam
UTL II : 057 P 102 A/B kapasitas 50 m3/jam
5.2.6. Unit 63 / 063 – Pengadaan Air Baku
Air baku yang diambil adalah air payau yang berasal dari Sungai Donan.
Sebelum air baku ini dihisap oleh pompa jenis submersible, air tersebut terlebih
dulu disaring dengan menggunakan fixed bar screen, retractable strainer dan
floating gate yang berupa pagar pada sekeliling rumah pompa yang memiliki lebar
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
124
tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk menyaring partikel-partikel padat yang cukup
basar seperti sampah, ranting kayu dan lain-lain agar tidak terhisap kedalam
suction pompa dan terbawa aliran air baku ke kiang. Pada unit ini juga
diinjeksikan Sodium Hipochlorit (NaOCl) pada sisi isap pompa. Injeksi Sodium
Hipochorit ini dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme yang terbawa
pada aliran, sehingga tidak mengganggu pada operasi selanjutnya.
Unit pengadaan air baku, Utilities memiliki 8 buah pompa air baku jenis
submersible yaitu:
UTL I : 63 P1 A/B/C kapasitas @ 3800 m3/jam
UTL II : 063 P101 A/B/C/D kapasitas @ 7900 m3/jam
UTL KPC : 063 P201 kapasitas 7900 m3/jam
UTL IIA : 063 P301 kapasitas 7900 m3/jam
A. Pompa tersebut memompakan air laut dari Sungai Donan menuju ke 3
buah tangki penimbun air baku yang terdapat di Utilities yaitu:
53 T 1 kapasitas 6800 m3
053 T 101/102 kapasitas 9600 m3
530 T 301 kapasitas 1000 m3
B. Air baku yang sudah ditampung tersebut dipakai dan digunakan sebagai:
Sistem air pendingin bertekanan (pressured water)
Sistem gravitasi (gravity) untuk surface condenser turbin generatorAir
umpan Sea Water Desalination (SWD)
5.2.7. Unit 50 / 05 BD 101 – Ruang Kendali Utilities
A. Ruang Kendali Utilities I / Area 50
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
125
Ruang kendali ini dibangun dan dioperasikan pada tahun 1976. berfungsi
mengontrol kegiatan operasi unit-unit di Utilities I dimana sistem kontrolnya
memakai sistem pneumatic dengan menggunakan angin instrumen dan semi
electronic. Dengan adanya proyek kilang KPC dan terakhir proyek DPC, maka
sistem kontrol dirubah dari sistem pneumatic manjadi sistem DCS dan mulai
digunakan untuk mengontrol pengoperasian Utilities I dan sebagian besar Utilities
KPC.
B. Ruang Kendali Utilities II / Area 05
Ruang kendali ini dibangun bersamaan dengan proyek perluasan kilang
BBM dan mulai dioperasikan pada tahun 1983, berfungsi untuk mengontrol
kegiatan operasi unit-unit di Utilities II / area 05, dimana sistem kontrolnya
memakai sistem electronic semi automatic. Dengan adanya proyek KPC dan
proyek DPC, sistem kontrolnya juga dirubah menjadi sistem kontrol
menggunakan DCS dan sistem ini mulai berfungsi bulan nopember 1997. Saat ini
ruang kendali Utilities II digunakan untuk mengontrol pengoperasian unit-unit
Utilities II, Utilities KPC khusus turbin generator dan Utilities IIA.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
126
BAB VI
PENUTUP
6 1. Kesimpulan
Penarikan kesimpulan oleh praktikan didasarkan pada orientasi umum dan
khusus yang diikuti praktikan selama mengikuti proses Kerja Praktek di PT.
Pertamina UP IV Cilacap, kesimpulan dari orientasi umum dan khusus adalah
sebagai berikut :
1. Proses Engineering
Bersama dengan project dan facility engineering, PE memiliki tanggung
jawab dalam proses produksi di semua area kilang dan perlindungan
lingkungan.
Kapasitas produksi unit pengolahan IV merupakan paling besar dari unit –
unit pengolahan yang dimiliki PT. Pertamina sebanyak 340.000
barrel/hari.
Performance alat, spesifikasi bahan dan penggunaan teknologi yang tepat
merupakan parameter yang dimonitor oleh proses engineering daam
rangka profit perusahaan.
Unit Pengolahan IV merupakan salah satu Integrated Plant di Indonesia,
dimana proses optimal dengan tetap memperhatikan lingkungan.
2. Lindungan Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Unit Pengolahan IV Cilacap merupakan salah satu pelopor “Green
Factory“ di Indonesia, hal ini ditunjykkan dengan diperolehnya sertifikasi
ISO 9000 dan 14000 yang sangat mengedepankan sistem manajemen
lingkungan.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang profesional
dimana terdistribusi dalam 4 seksi yang tak hanya mempunyai fungsi
penanggulangan pencemaran dan keselamatan kerja tapi juga bertanggung
jawab pada peningkatan kualitas dari pelaksanaan perlindungan
lingkungan dan keselamatan kerja tersebut.
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
127
3. Fuel Oil Complex
Unit Pengolahan IV tak hanya mengolah crude oil dalam negeri dan
middle east tetapi saat ini crude oil yang diolah juga berasal dari campuran
beberapa crude oil domestik, sehingga kita kenal “Coktail Crude Oil”.
Fuel Oil Complex IIB adalah bagian dari Unit FOC II yang khusus
menangani treating process, yang mengolah produk – produk dari FOC
IIA.
FOC IIB dibagi menjadi beberapa unit, yaitu Naphta Hidrotreater Unit
( NHT ), Platformer, AH UNIBON, TDHT dan flare sistem.
4. Lube Oil Complex
Bahan dasar pelumas di Indonesia hanya diproduksi oleh Unit Pengolahan IV,
melalaui Lube Oil Complex I, II dan III.
5. Kilang Paraxylene
Bahan baku kilang paraxylene merupakan side stream dari FOC II
Proses terbagi menjadi empat proses utama yaitu unit persiapan proses
( Naphtha Hidrotreating Unit ), Unit sintesa ( CCR dan Platforming Unit ),
Unit Pemurnian ( Sulfolane, Xylene Fractionation, Parex Process Unit )
dan unit peningkatan produk ( Tatoray Unit, Isomar Process Unit )
6. Utilitas
Unit utilitas menggunakan air payau dan asin yang di proses menjadi BFW
melalui teknologi Sea Water Desalination, guna pemenuhan proses
produksi akan air dan steam.
Generator listrik tidak hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
listrik di area kilang tapi juga infrastruktur pendukung seperti perumahan
dan rumah sakit.
Bahan bakar cair dan gas merupakan bahan bakar yang digunakan di areal
kilang diman bahan bakar gas merupakan bahan bakar utama.
6.2. Saran
Laporan Kerja Praktik PT. PERTAMINA (Persero) RU-IV Cilacap
128
Perubahan status PERTAMINA dari BUMN menjadi Persero merupakan
tuntutan agar kinerja PERTAMINA harus lebih professional karena
beberapa tahun mendatang boleh jadi PERTAMINA bukan satu satunya
perusahaan minyak yang mengelola dan mengatur distribusi bahan bakar
di Indonesia.
Peningkatan kinerja perlu dilakukan pada direktorat yang dimiliki
PERTAMINA baik hulu maupun hilir dalam rangka professionalisme dan
profit perusahaan.
Etos kerja yang ditunjukkan karyawan pada umunya baik, wa;aupun
demikian realitas ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
Pererat jalinan kerjasama antara dunia pendidikan tak hanya melalui
kunjungan industri dan kerja praktek tapi dapat dicoba melalui proyek
penelitian