Organisasi Regional Asean vs Uni Eropa

5
Organisasi regional Asean vs Uni Eropa Pendahuluan Dalam keseluruh an inter aksi aktor-aktor internasional dengan segala kepenti ngan yang ada, muncul org ani sas i int ernasi onal yang sec ara sederhana ber usa ha unt uk mengakomodasi kepenti nga n yang ada deng an transaction cost  yang dap at di tekan. Sal ah sa tu bent uk dar i orga ni sasi in te rnas iona l adalah or ga ni sasi ya ng berbasis ka wa sa n atau or ga ni sa si regio nal. Te rdapat tiga elemen penti ng dalam organ isas i region al yaitu adany a pengala man historis yang sama dan perasaan akan persoalan-persoalan bersama diantara kelompok-kelompok negara atau masyarakat dalam suatu batas geografi. Kedua, adanya interaksi yang lebih intens diantara anggota-anggota dibandingkan dengan interaksinya dengan negara luar. Disini akan terci pta suat u batas dan inte nsitas interak si ini kemudian mencip takan sebuah ekskl usifi tas kawasa n. Ketiga , munculnya suatu organis asi yang member ikan kawasan ters ebut kerang ka ins tit usi dan huku m dan meny edi akan rules of game.[1!enurut penuli s semua orga nisas i regional memiliki tiga elemen ini, dan cukup sulit untuk memilah elemen-elemen yang ada secara terpisah. Tiga elemen dari organisasi regional ini sangat berkaitan erat dengan globalisasi, terlebih melalui bentukkeadaan borderless dan interconnectedness yang memang disponsori oleh globalisasi. "tas dasar hal ini, rangkaian pembahasan akan dimulai dengan penggambaran umum  bagaimana globalisasi men#adi stimulus munculnya regionalisme, yang men#adi satu paket untuk men#elaskan mengapa harus muncul organisasi regional. Selan#utnya, akan diangkat ciri atau model interaksi yang ada di organisas i regional. $nt uk memperf okus dan memperta#am  pembahasan, akan diangkat kasus secara spesifik, yaitu perihal "S%"& dan $ni %ropa. 'emilihan dua organisasi regional ini berdasar pertimbangan bahwa mereka dapat merepresentasi dua model interaksi yang berbeda. 'emb ahasan kali in i akan berd as ar ka n pa da pa ndangan teor it ik da ri pe rs pe kt if neo- ins tit usi ona lis me. Ter dapa t empat asums i poko k neo- ins tit usi onal isme ini akan membant u  pemahaman yang mendalam mengapa akhirnya harus muncul organisasi regional dalam tataran dunia internasional, dan mengapa pula negara akhirnya memutuskan untuk turut bergabung. [( %mpat asumsi pokok itu adalah) 'ertama, negara merupakan aktor kunci dalam hubungan int ernasional, tet api bukanlah sat u-s atunya faktor yang signifikan. !ereka selalu ber usa ha memaks imal kan kep enti ngan dalam hampir semua is u. Kedua , dalam li ngkun gan yan g kompet iti f, negara ber usa ha memaks ima lka n keun tun gan mel alui ker #a sama ata u bentuk organisasi) ketiga, kendala terbesar organisasi adalah ketidakrelaan negara anggota) keempat, dalam organisasi keputusan negara berangkat dari perhitungan keuntungan bersama ditambah kesempatan untuk mengamankan kepentingan nasional mereka. Kelahiran Organisasi Berbasis Kawasan !unculnya organisasi regional tidak akan terlepas dari pengaruh regionalisme. !enurut *antouri dan Spi egel , regionali sme sec ara umum men cerm inka n tin gkat kohe si+ ita s sos ial , pol iti k, ekonomi, dan organisasi antar negara dalam suatu wilayah, dan secara khusus regionalisme  berfokus pada gagasan saling ketergantungan .[ entuk pemikiran mengenai interdependensi harus diakui muncul setelah garis pemikiran pendahulunya mulai terasa usang. "walnya analisa regionalisme pada tahun 1/0-an menitikberatkan ka#ian dari dampak perang terhadap kohesitas regional.[  &amun kini, konsep interdependensi-lah yang lebih populer. 2lobalisas i, #ika dilihat dari teori geopolitik, mempengaruhi regionalisme yang nantinya melahirkan organisasi regional sebagai manifestasi adanya perasaan insecurity persaingan pasar global, sehingga memunculkan adanya integrasi ekonomi 3  security alliance theory 4.

Transcript of Organisasi Regional Asean vs Uni Eropa

Page 1: Organisasi Regional Asean vs Uni Eropa

7/26/2019 Organisasi Regional Asean vs Uni Eropa

http://slidepdf.com/reader/full/organisasi-regional-asean-vs-uni-eropa 1/5

Organisasi regional Asean vs Uni Eropa

Pendahuluan

Dalam keseluruhan interaksi aktor-aktor internasional dengan segala kepentingan yang ada,

muncul organisasi internasional yang secara sederhana berusaha untuk mengakomodasi

kepentingan yang ada dengan transaction cost  yang dapat ditekan. Salah satu bentuk dariorganisasi internasional adalah organisasi yang berbasis kawasan atau organisasi

regional. Terdapat tiga elemen penting dalam organisasi regional yaitu adanya pengalaman

historis yang sama dan perasaan akan persoalan-persoalan bersama diantara kelompok-kelompok negara atau masyarakat dalam suatu batas geografi. Kedua, adanya interaksi yang lebih intens

diantara anggota-anggota dibandingkan dengan interaksinya dengan negara luar. Disini akan

tercipta suatu batas dan intensitas interaksi ini kemudian menciptakan sebuah eksklusifitas

kawasan. Ketiga, munculnya suatu organisasi yang memberikan kawasan tersebut kerangkainstitusi dan hukum dan menyediakan rules of game.[1!enurut penulis semua organisasi

regional memiliki tiga elemen ini, dan cukup sulit untuk memilah elemen-elemen yang ada

secara terpisah. Tiga elemen dari organisasi regional ini sangat berkaitan erat dengan globalisasi,

terlebih melalui bentukkeadaan borderless dan interconnectedness yang memang disponsori olehglobalisasi. "tas dasar hal ini, rangkaian pembahasan akan dimulai dengan penggambaran umum

 bagaimana globalisasi men#adi stimulus munculnya regionalisme, yang men#adi satu paket untuk men#elaskan mengapa harus muncul organisasi regional. Selan#utnya, akan diangkat ciri atau

model interaksi yang ada di organisasi regional. $ntuk memperfokus dan memperta#am

 pembahasan, akan diangkat kasus secara spesifik, yaitu perihal "S%"& dan $ni %ropa.'emilihan dua organisasi regional ini berdasar pertimbangan bahwa mereka dapat merepresentasi

dua model interaksi yang berbeda.

'embahasan kali ini akan berdasarkan pada pandangan teoritik dari perspektif neo-

institusionalisme. Terdapat empat asumsi pokok neo-institusionalisme ini akan membantu pemahaman yang mendalam mengapa akhirnya harus muncul organisasi regional dalam tataran

dunia internasional, dan mengapa pula negara akhirnya memutuskan untuk turut bergabung.[( %mpat asumsi pokok itu adalah) 'ertama, negara merupakan aktor kunci dalam hubunganinternasional, tetapi bukanlah satu-satunya faktor yang signifikan. !ereka selalu berusaha

memaksimalkan kepentingan dalam hampir semua isu. Kedua, dalam lingkungan yang

kompetitif, negara berusaha memaksimalkan keuntungan melalui ker#a sama atau bentuk organisasi) ketiga, kendala terbesar organisasi adalah ketidakrelaan negara anggota) keempat,

dalam organisasi keputusan negara berangkat dari perhitungan keuntungan bersama ditambah

kesempatan untuk mengamankan kepentingan nasional mereka.

Kelahiran Organisasi Berbasis Kawasan

!unculnya organisasi regional tidak akan terlepas dari pengaruh regionalisme. !enurut *antouri

dan Spiegel, regionalisme secara umum mencerminkan tingkat kohesi+itas sosial, politik,

ekonomi, dan organisasi antar negara dalam suatu wilayah, dan secara khusus regionalisme berfokus pada gagasan saling ketergantungan.[ entuk pemikiran mengenai interdependensi

harus diakui muncul setelah garis pemikiran pendahulunya mulai terasa usang. "walnya analisa

regionalisme pada tahun 1/0-an menitikberatkan ka#ian dari dampak perang terhadap kohesitasregional.[  &amun kini, konsep interdependensi-lah yang lebih populer. 2lobalisasi, #ika dilihat

dari teori geopolitik, mempengaruhi regionalisme yang nantinya melahirkan organisasi regional

sebagai manifestasi adanya perasaan insecurity persaingan pasar global, sehingga memunculkan

adanya integrasi ekonomi 3 security alliance theory4.

Page 2: Organisasi Regional Asean vs Uni Eropa

7/26/2019 Organisasi Regional Asean vs Uni Eropa

http://slidepdf.com/reader/full/organisasi-regional-asean-vs-uni-eropa 2/5

Ker#a sama regional idealnya tidak hanya sebatas memunculkan hubungan saling ketergantungan

namun bagaimana saling ketergantungan itu dapat membebankan biaya potensial bagi aktor 

diluar ker#a sama.[5 6arus diakui bahwa organisasi regional muncul banyak dipengaruhi olehkepentingan kekuatan ekonomi untuk menghadapi persaingan global yang dibawa oleh kaum

neoliberal. 7ntegrasi ekonomi pada satu kawasan menurut penulis sendiri adalah satu kekuatan

 penting, namun pada setiap organisasi kawasan yang ada, memiliki tingkat yang berbeda.misalnya di "S%"& interdependensi ekonomi secara regional dari masing-masing anggotanya

kurang nampak secara nyata, hanya terbatas pada ter#adinya transaksi bahkan interdependensi

yang signifikan datang dari pihak-pihak diluar "sia Tenggara. Selain itu, kendala lain adalah,tidak adanya pluralisme domestik yang menurut 6aas dan &ye #ustru membuat integrasi regional

ala %ropa gagal dikembangkan di dunia ketiga.[/ Sedangkan $ni %ropa memang bentuk ker#a

sama kawasan yang dibentuk sebagai respon atas tiga aspek globalisasi, yakni 314 pergeseran

 pasar nasional ke arah pasar dunia) 3(4 menurunnya determinan geografis lokasi finansial dan pembagian tenaga ker#a internasional) 34 semakin menguatnya struktur pengambilan keputusan

oleh swasta dan perusahaan multinasional +is-8-+is otoritas publik dari negara.[9

:adi, dapat dipahami bahwa lahirnya suatu organisasi regional sangat dipengaruhi oleh kehadiran

globalisasi, walaupun bukan merupakan faktor mutlak. "da banyak faktor yang mendorongmunculnya organisasi regional namun trend yang ter#adi dalam kurun waktu lebih (0 tahun

terakhir adalah bagaimana muncul banyak respon untuk menanggapi peluang dan ancaman yangdiciptakan oleh globalisasi ekonomi, salah satunya adalah organisasi berbasis kawasan. :ika

diperhadapkan dengan asumsi teoritis yang penulis angkat diawal, kehadiran organisasi regional

men#adi pilihan signifikan negara sebab dapat di#adikan pilihan aman untuk memaksimalkansekaligus mengamankan kepentingan nasional, dan memaksimalkan keuntungan.

antara ASEAN dan Uni Eropa

%sensi dari ker#asama kawasan yang terangkum dalam organisasi regional adalah memberikan

 batas-batas bagi negara bangsa untuk melakukan tindakan atas nama kedaulatan tunggal.[; egitu pula yang berlaku baik di $ni %ropa dan "S%"&. Dalam konteks "S%"& ada

 penghormatan akan alasan <urusan dalam negeri=, tercermin melalui prinsip nonintervention.

Se#auh ini, menurut penulis, prinsip ini #ustru membuat "S%"& gagal memberikan sikap yangmemadai terhadap beberapa kasus tertentu. Sedangkan di $ni %ropa tergolong cukup berhasil,

dapat dilihat dengan adanya mata uang tunggal, yaitu %uro 3terlepas ada negara yang belum

 bersepakat menggunakannya4, dan parlemen %ropa. 'encapaian ini belum banyak ditemukan dikawasan lain.

atasan atas nama kedaulatan samasekali tidak dapat diartikan bahwa organisasi regional dapat

dikatakan berhasil hanya ketika meniadakan kedaulatan samasekali. Karena pada dasarnya

indikator suatu keefektifan organisasi regional dilihat dari se#auh mana meningkatnya perkembangan kawasan dan kebi#akan-kebi#akan kawasan bisa membentuk dan menetapkan

lanskap politik domestik.[ Se#auh ini, "S%"& belum berhasil mencapainya sebab kehadiran

"S%"& lebih banyak untuk memfasilitasi ker#asama namun tidak lebih lan#ut mempengaruhi politik dalam negeri negara setiap anggota. Sebaliknya, $ni %ropa, menurut 6iggot, adalah

contoh ker#asama kawasan yang paling ma#u dan paling kohesif dibandingkan dengan ker#asama

kawasan lain. 6al ini dikarenakan struktur politik $ni %ropa mempunyai kompetensi kebi#akan,otoritas, dan otonomi, dari institusi politik nasional yang efektif diantara negara-negara yang ada.

ahkan *hristiansen yang masih ragu akan keefektifan $ni %ropa dalam tataran kedaulatan

masing-masing negara menyatakan bahwa mekanisme integrasi regional dari $ni %ropa-lah yang

mampu men#awab banyak tantangan dari globalisasi.[10

Page 3: Organisasi Regional Asean vs Uni Eropa

7/26/2019 Organisasi Regional Asean vs Uni Eropa

http://slidepdf.com/reader/full/organisasi-regional-asean-vs-uni-eropa 3/5

'erihal model interaksi, $ni %ropa cenderung institusionalis[11 dalam artian bentukan struktur 

yang #elas sedari awal. entuk semacam ini menyiratkan dua besar pilihan kemungkinan.

'ertama adalah minim-konflik dimana adanya interdependensi yang nyata ditambah harmonisasiaturan sedangkan di kemungkinan kedua, men#adi rawan konflik karena adanya saling

kebersinggungan dan adanya overlap otoritas. $ntuk keanggotaan, saat ini $ni %ropa memiliki

(9 negara anggota.[1( Keanggotaannya terbuka bagi setiap negara %ropa yang ingin men#adianggota, namun dengan tiga syarat utama berdasarkan >*openhagen *riteria?[1) 314 negara

yang bersangkutan harus berada di benua %ropa) 3(4 negara tersebut menerapkan prinsip-prinsip

demokrasi, penegakan hukum, penghormatan 6"! dan men#alankan segala peraturan perundangan $ni %ropa 3acquis communautaires4) 34 memiliki perekonomian yang stabil dan

kuat. Selain tiga kriteria ini, faktor semisal penerimaan negara anggota #uga men#adi

 pertimbangan khusus, semisal dikasus Turki yang ingin pula masuk men#adi anggota $ni %ropa.

Terlepas dari tiga kriteria yang ada, negara-negara anggota tidak terlalu welcome dengan negarayang memiliki basic kepercayaan dominan yang berbeda dengan sebagian besar bahkan seluruh

anggota yang lain.

7ntegrasi dalam $ni %ropa setidaknya dibagi dalam beberapa poin, pertama adalah trade

club yang berbasis perdagangan, dimana berfokus pada fungsi integrasi untuk menekan biayatransaksi perdagangan. Kedua adalah monetary club yaitu integrasi untuk stabilitas moneter.

Dan multiple club untuk meningkatkan perdagangan melalui kebi#akan moneter. Dalam kasus@unani yang kini sedang membahana, $ni %ropa tergolong mengambil langkah solutif yang

 #elas, semisal dengan pemberian dana talangan pertama sebesar 0 milliar %uro, lalu dana

talangan kedua sebesar 1 T euro, ditambah dengan bagaimana $ni %ropamempengaruhi perbankan dan asuransi untuk sepakat bersama mengurangi piutang mereka ke

@unani sebesar 50 persen.[1

eralih ke "S%"&, model yang dimiliki oleh organisasi regional yang awalnya dibuat hanya

untuk meng-counter spill over negara besar pada perang dingin ini, adalah bentuk open-network  yaitu dengan ciri sukarela, koordinasi, dan konsensus. Dengan bentukan semacam ini,

"S%"& menemukan beberapa kelemahan yaitu potensi konflik yang besar, mekanisme

 penanganan yang hanya berkisar pada forum diskusi, dan ketidak#elasan kriteria sebagai anggota.Tidak adanya harmonisasi peraturan, baik dalam mata uang dan regulasi apapun membuat

 pola inward dari negara #auh lebih menon#ol daripada komitmen untuk memperkuat integrasi

kawasannya.[15

Dalam sepanjang catatan sejarah hubungan antar negara ASEAN mengalami pasang

surut! Bu"an han#a ber"isar pada "erja sama semata namun juga penuh dengan

dinami"a "on$li" dan ji"a diamati dengan teliti permasalahan #ang ada bu"anlah bentu" 

"on$li" #ang men#ang"ut semua negara se"aligus namun seringn#a han#a ber"isar pada

dua negara tertentu! %isaln#a "asus antara &ilipina dan %ala#sia aga"n#a menjadi

sebuah "asus #ang memberi"an signi$i"ansi tersendiri dalam dinami"a intera"si

ASEAN! 6ubungan %ala#sia dan Philipina sempat mengalami ketegangan, bahkan hubungandiplomatik kedua &egara sempat terputus walaupun hanya sementara karena sengketa

Sabah yang berlokasi di bagian utara 'ulau Kalimantan. !alaysia mengancam mundur dari

"S%"& yang sudah tentu mengancam kelangsungan hidup "S%"& secara keseluruhan.'enyebab konflik ini tidak lain berkaitan dengan isu territorial. !alaysia mengklaim hak 

kepemilikannya atas Sabah karena secara geografis adalah wilayah di sebelah utara Kalimantan

sedangkan Ailipina #uga meletakan klaim atas Sabah karena wilayah itu pernah diperintah oleh

kesultanan di Ailipina bagian selatan pada abad ke 15. 

Page 4: Organisasi Regional Asean vs Uni Eropa

7/26/2019 Organisasi Regional Asean vs Uni Eropa

http://slidepdf.com/reader/full/organisasi-regional-asean-vs-uni-eropa 4/5

'ada permasalahan !alaysia dan 'hilipina akan klaim Sabah ini, "S%"& dengan keadaan yang

memang tidak diperlengkapi dengan suatu parlemen khusus akhirnya mengharuskan negara

anggota yang lain untuk turut serta dalam upaya penyelesaian sengketa. Disini, 7ndonesia danThailand adalah dua negara yang menawarkan untuk men#adi mediator dalam upaya menemukan

solusi terbaik. !enurut saya, hal ini mencerminkan usaha mana#emen konflik yang membatasi

 peluang negara besar diluar "S%"& seperti "merika Serikat dan *hina untuk melakukaninter+ensi mendalam. Sebuah upaya yang cukup layak untuk dihargai. Ketegangan !alaysia dan

Ailipina mereda se#ak berlangsungnya pertemuan di :akarta dan angkok Desember 1/; yang

akhirnya menghimbau kedua negara untuk tidak lagi menyuarakan perbedaan pendapat merekasecara terbuka untuk menurunkan ketegangan hubungan politik kedua &egara. Selain itu

normalisasi signi$i"an dari dua negara ini ditandai dengan 'residen !arcos yang

melepaskan tuntutan Ailipina terhadap Sabah pada Konferensi Tingkat Tinggi "S%"& yang

diadakan tahun 199 di Kuala Bumpur.Selain kasus yang menyangkut dua ngeara naggota, adapula kasus-kasus internal negara yang

akhirnya < go internasional = namun gagal diresponi secara tepat oleh "S%"&, dan kembali,

dikarenakan prinsip non-intervention. Dalam kasus Cepublik !aluku Selatan misalnya, terdapat

kelompok separatis yang menghendaki untuk lepas dari kesatuan Cepublik 7ndonesia.'ermasalahan ini mendapat banyak sorotan internasional, dan walaupun ditemukan beberapa

langkah mekanisme penyelesaian yang diusahakan oleh "S%"& namun menurut penulis bukanlah keberhasilan signifikan. erdasarkan "S%"& ays dan prinsip non-interference,

"S%"& tidak dapat mencampuri terlalu dalam permasalahan C!S antara 7ndonesia dan

elanda. &amun, "S%"& menun#ukkan upaya untuk menyelesaikan kasus ini melalui badan bentukannya, “ASEAN Inter-overnmental !ommission on "uman #ights$ 3"7*6C4 yang merupakan keputusan para menteri luar negeri negara anggota "S%"&.

"7*6C ini memberi kontribusi menu#u penguatan Komunitas "S%"&. Demokrasi dan 6ak 

"sasi !anusia 36"!4 adalah dua prinsip dasar yang di#aga di dalam 'iagam "S%"& dan kitasekarang mengambil langkah-langkah menu#u pemenuhan prinsip-prinsip tersebut untuk bangsa

"S%"&.

Kesimpulan dan Epini"walnya, ka#ian kemunculan organisasi regional hanya mengarah pada pemaknaan respon atas

 perang dunia yang ter#adi, namun kini telah beralih dan lebih menekankan pada adanya saling

ketergantungan antara negara di seluruh dunia terkhusus dalam suatu kawasan tertentu. Dalam perkembangannya, organisasi regional yang terlahir tidak memiliki keseragaman pola interaksi.

"S%"& cenderung o pen-networking  yang lebih fleksibel namun dalam banyak titik #ustru

lemah dan gagal untuk men#adi satu pihak penyelesai konflik baik antar negara anggota dan #uga

 beberapa permasalahan internal yang seharusnya patut untuk diinter+ensi, misalnya perihal isu6ak "sasi !anusia. 'otensi konflik dari model interaksi "S%"& ini cenderung rawan konflik 

sebab tidak ada harmonisasi peraturan, masih banyak egosentris negara yang sulit dipatahkan,

dan #uga ketergantungan ekonomi yang relati+e rendah. Sedangkan di $ni %ropa, hampir semua pakar telah sepakat bahwa organisasi regional yang satu ini adalah contoh integrasi kawasan

yang paling berhasil, sebab telah memiliki harmonisasi peraturan secara #elas yang akhirnya

menekan potensi lahirnya konflik terkhusus antar negara anggota. Dengan menggunakan asumsineo-institusionalisme, diper#elas bahwa akhirnya suatu negara mau untuk bergabung dalam suatu

organisasi regional sebab ada keuntungan yang semakin maksimal, berangkat dari bargaining 

 position yang semakin kuat.

Page 5: Organisasi Regional Asean vs Uni Eropa

7/26/2019 Organisasi Regional Asean vs Uni Eropa

http://slidepdf.com/reader/full/organisasi-regional-asean-vs-uni-eropa 5/5

http://buahpikir-claudya-fsip09.web.unair.ac.id/artikel_detail-42968-nonstate

%20actors-r!anisasi%20"e!ional:%20#$#&%20's%20(ni%20ropa.ht)l