Organisasi Pemerintahan Daerah (Faozan dan Mansoer 2008)

40
HARIS FAOZAN & MUZANI M. MANSOER engan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004 maka pemerintahan daerah mendapatkan peluang sekaligus tantangan untuk menjalankan fungsi pemerintahannya. Dalam situasi tersebut pemerintah daerah baik provinsi, kabupaten maupun kota diamanatkan untuk mampu mendorong pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, serta meningkatkan partisipasi masyarakat agar tujuan otonomi dapat tercapai. Organisasi perangkat daerah dalam konteks manajemen pemerintahan daerah merupakan salah satu hal krusial yang tidak bisa diabaikan keberadaannya dalam rangka mengemban amanah dimaksud. Mengingat pentingnya suatu organisasi perangkat daerah, maka pengertian organisasi itu sendiri perlu dilihat dari perspektif yang semestinya dan kemudian untuk dipahami secara benar. Pada umumnya berbagai pihak memandang bahwa organisasi adalah sesuatu yang memiliki sifat statis yang berhubungan dengan kotak-kotak jabatan an sich. Bab mengenai Organisasi Perangkat Daerah sengaja diangkat dalam buku ini dengan tujuan untuk menyamakan persepsi berbagai kalangan --terutama kalangan pemerintah daerah-- akan makna yang terkandung dalam terminologi ”organisasi perangkat daerah”. Pada dasarnya pencanangan implementasi otonomi daerah dewasa ini adalah dalam kerangka untuk mewujudkan good local governance. Sehubungan dengan hal itu salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah pusat adalah D

description

Mengingat pentingnya suatu organisasi perangkat daerah, maka pengertian organisasi itu sendiri perlu dilihat dari perspektif yang semestinya dan kemudian untuk dipahami secara benar. Pada umumnya berbagai pihak memandang bahwa organisasi adalah sesuatu yang memiliki sifat statis yang berhubungan dengan kotak-kotak jabatan an sich.

Transcript of Organisasi Pemerintahan Daerah (Faozan dan Mansoer 2008)

Page 1: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

HARIS FAOZAN & MUZANI M. MANSOER

engan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004 maka pemerintahan daerah mendapatkan peluang sekaligus tantangan untuk menjalankan fungsi pemerintahannya. Dalam situasi tersebut pemerintah daerah baik provinsi, kabupaten

maupun kota diamanatkan untuk mampu mendorong pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, serta meningkatkan partisipasi masyarakat agar tujuan otonomi dapat tercapai. Organisasi perangkat daerah dalam konteks manajemen pemerintahan daerah merupakan salah satu hal krusial yang tidak bisa diabaikan keberadaannya dalam rangka mengemban amanah dimaksud.

Mengingat pentingnya suatu organisasi perangkat daerah, maka pengertian organisasi itu sendiri perlu dilihat dari perspektif yang semestinya dan kemudian untuk dipahami secara benar. Pada umumnya berbagai pihak memandang bahwa organisasi adalah sesuatu yang memiliki sifat statis yang berhubungan dengan kotak-kotak jabatan an sich. Bab mengenai Organisasi Perangkat Daerah sengaja diangkat dalam buku ini dengan tujuan untuk menyamakan persepsi berbagai kalangan --terutama kalangan pemerintah daerah-- akan makna yang terkandung dalam terminologi ”organisasi perangkat daerah”.

Pada dasarnya pencanangan implementasi otonomi daerah dewasa ini adalah dalam kerangka untuk mewujudkan good local governance. Sehubungan dengan hal itu salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah pusat adalah

D

Page 2: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

2

menetapkan pedoman organisasi perangkat daerah yang diharapkan mampu memberdayakan masyarakat.

Dalam rangka melaksanakan restructuring dan repositioning organisasi pemerintah daerah maka berbagai pertimbangan harus dipikirkan secara matang mengacu pada kewenangan yang dilimpahkan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Realisasi pelaksanaan otonomi daerah itu salah satunya adalah dengan melakukan pemetaan terhadap urusan yang dimiliki oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dari peta urusan yang dirumuskan diharapkan akan menghasilkan sebuah penataan susunan organisasi pemerintahan daerah yang lebih efisien dan efektif meliputi semua perangkat daerah.

Ditinjau dari sejarah perkembangan kelembagaan pemerintah, kemungkinan dinamisasi bentuk-bentuk organisasi pemerintah sangat dipengaruhi oleh peta urusan yang dimiliki oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Selain itu bisa juga dipengaruhi oleh perkembangan tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Hal-hal demikian tentunya telah menimbulkan keanekaragaman baik dari sisi jumlah, bentuk, besaran unit dibawahnya maupun nomenklatur organisasi yang berada dalam naungan perangkat daerah sesuai dengan peta urusan yang dimiliki.

Dalam perspektif manajemen, birokrasi modern yang diperlukan saat ini ialah birokrasi yang secara fisik organisasional kecil tetapi secara kualitatif kapasitasnya besar atau yang selama ini dikenal dengan “ramping struktur kaya fungsi”. Disamping itu terdapat konsep baru yang diperkenalkan yaitu “money follows function” dimana anggaran yang dialokasi dipatokan dengan fungsi yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Dengan demikian diharapkan akan mengurangi hukum Parkinson Effect yang menyebutkan bahwa organisasi dari waktu ke waktu cenderung menggemukkan dirinya sendiri. Dalam mendesain organisasi perangkat daerah, maka struktur organisasi perlu mendapat perhatian yang khusus. Hal tersebut penting karena di dalam struktur organisasi terdapat peraturan-peraturan, tugas dan hubungan kewenangan yang bersifat formal yang mengatur bagaimana orang bekerjasama dan menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi (Mintzberg, 1993). Pendapat lain mengatakan bahwa struktur merupakan pembagian, pengelompokkan, dan pengkoordinasian tugas secara formal (Robbins, 1995). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi merupakan peta formal yang menunjukkan pembagian dan pengelompokan tugas, serta pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan dalam suatu organisasi. Semakin kompleks struktur organisasi semakin

Page 3: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

3

dibutuhkan koordinasi, kontrol dan komunikasi yang intensif diantara organisasi yang ada sehingga para pimpinan bisa memastikan bahwa setiap unit dapat bekerja dengan baik. Oleh karena itu, dalam mendesain organisasi pemerintahan daerah hal-hal seperti pembagian dan pengelompokan tugas, serta pengkoordinasian kegiatan perlu diperhatikan dengan baik.

Selain beberapa hal di atas, dalam mendesain organisasi perangkat daerah perlu memperhatikan munculnya berbagai perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, misalnya dalam hal pembagian urusan pemerintahan. Oleh karenanya skenario desentralisasi apapun yang akan dipilih pemerintah, akan membawa konsekuensi terhadap perubahan organisasi pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di daerah. Pemerintah pusat akan lebih banyak berfungsi sebagai steering yang akan meliputi kegiatan-kegiatan perumusan kebijakan nasional, perencanaan nasional dan pengendalian. Sedangkan pemerintahan daerah akan memiliki fungsi rowing atau fungsi operasional dan pelayanan kepada masyarakat.

Seiring dengan hal tersebut, organisasi pusat akan semakin ramping dan organisasi daerah otonom akan berkembang seirama dengan kebutuhan daerah masing-masing. Desain organisasi pemerintahan daerah kedepan akan lebih efektif apabila penataannya didesentralisasikan sesuai dengan kewenangan yang didelegasikan kepada pemerintah propinsi, kabupaten dan kota. Namun demikian perlu adanya koridor yang jelas dari pemerintah pusat terkait dengan penataan kelembagaan pemerintahan daerah. Dengan demikian, maka pemerintahan daerah dapat menterjemahkan dalam bentuk penataan kelembagaannya secara lebih baik.

A. Landasan Teori

1. Unsur-Unsur dan Dimensi-Dimensi Struktur Organisasi

a. Unsur-unsur Organisasi

Menurut Mintzberg (1993), tugas-tugas organisasi dapat dibagi ke dalam 5 unsur dasar, yaitu: (1) Strategic Apex; (2) Middle Line; (3) Technostructure; (4) Supporting Staf; dan (5) Operating Core. Masing-masing unsur menjalankan fungsi masing-masing dalam suatu hubungan kerja yang sinergis dan sistematis sehingga tujuan yang diharapkan organisasi dapat diwujudkan. Menurut Mintzberg (1993) sejumlah studi keorganisasian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara struktur dengan kinerja organisasi yang bersangkutan. Unsur-unsur organisasi dapat dilihat dalam gambar 6.1.

Strategic apex ini dilaksanakan oleh pimpinan/manajer tingkat puncak, yang diberi tanggung jawab terhadap organisasi itu. The strategic apex is charged

Page 4: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

4

with ensuring that the organization serve its mission in an effective way, and also that is serve the needs of those who control or other wise have power over the organization. The middle line merupakan fungsi koordinasi antara strategic apex dengan operating core dan pada umumnya merupakan fungsi penghubung antara strategic apex dengan operating core.

Fungsi technostructure adalah merumuskan, membuat standarisasi-standarisasi atau kebijakan-kebijakan tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap unit organisasi sesuai dengan bidangnya. Sedangkan the supporting staff fungsinya bersifat memberikan dukungan kepada unit-unit organisasi lainnya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Adapun fungsi the operating core adalah untuk melaksanakan secara langsung tugas pokok organisasi. “the operating core of the organization encompasses those numbers – the operators – who perform the basic work related directly to the product and services.”

Terkait dengan susunan organisasi perangkat daerah, maka unsur-unsur tersebut dapat dideskripasikan sebagai berikut:

1). The strategic apex : Unit-unit top manajemen sebagai penanggung jawab keberhasilan organisasi dalam mencapai tugas pokoknya seperti, Gubernur di Propinsi, Bupati di Kabupaten dan Walikota di Kota. Untuk lingkup yang lebih mikro dari perangkat daerah, maka pimpinan unit merupakan strategic apex di unitnya sendiri, seperti : Kepala Dinas dan Kepala Badan sebagai pelaksana fungsi strategic apex di organisasinya sendiri.

2). The middle line : Yaitu unit organisasi yang bertugas membantu menterjemahkan kebijakan-kebijakan top manajemen (Gubernur, Bupati,

Gambar 6.1. Lima Unsur Organisasi

2. Middle

Line

1. Strategic Apex

3. Techno structure

4. Supporting

Staff

5. Operating Core

Page 5: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

5

Walikota) untuk selanjutnya disampaikan kepada unit operating core (Unit Pelaksana) untuk ditindak lanjuti. Di daerah middle line adalah Sekretariat Daerah yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah.

3). The technostructure : yaitu unit-unit yang berfungsi menganalisis kebijakan-kebijakan pimpinan dengan mengeluarkan berbagai pedoman-pedoman/standardisasi-standardisasi tertentu yang harus diperhatikan oleh seluruh perangkat daerah/pengguna masing-masing. Di Daerah, techno structure adalah lembaga teknis daerah.

4). The support staff : Unit-unit yang pada dasarnya ikut memberi dukungan untuk tugas perangkat daerah secara keseluruhan. Dalam lingkup makro perangkat daerah, sekretariat daerah melaksanakan fungsi support staf, sedangkan dalam lingkup mikro seperti di Dinas atau Badan, support staf dilaksanakan oleh Bagian Tata Usaha.

5). The operating core : yaitu unit-unit organisasi yang merupakan unsur pelaksana tugas pokok organisasi (Propinsi, Kabupaten/Kota) yang berkaitan dengan pelayanan langsung kepada masyarakat, seperti Dinas--Dinas

b. Dimensi-Dimensi Struktur Organisasi

Sebuah organisasi terbagi-bagi ke dalam bagan organisasi atau yang lebih dikenal dengan struktur organisasi. Struktur organisasi menurut Lubis & Huseini (1987) merupakan bentuk organisasi yang dirancang dengan memperhatikan akibat dari pengaruh keseluruhan faktor (lingkungan, ukuran organisasi, teknologi organisasi, sasaran yang ingin dicapai organisasi) secara bersama.

Lebih mikro, Atmosudirdjo (1996) mengartikan struktur organisasi sebagai jumlah total cara-cara (ways) melakukan pembagian kerja menjadi beraneka ragam tugas dan mencapai koordinasi tugas-tugas tersebut diantara pola-pola interaksi yang terdapat atau terjadi diantara para anggota organisasi melalui formalisasi (penegasan secara formal). Dalam menentukan bentuk struktur organisasi yang tepat untuk sebuah lembaga terdapat beberapa dimensi yang menentukan bentuknya yaitu: dimensi kompleksitas, dimensi formalisasi dan dimensi sentralisasi. Uraian dari masing-masing dimensi dapat dijabarkan sebagai berikut:

1). Dimensi Kompleksitas

Kompleksitas adalah tinggi atau banyaknya tingkat diferensiasi yang dilakukan dalam pembagian kerja (division of labor). Pada umumnya organisasi pemerintah dewasa ini memiliki kompleksitas yang tinggi karena beragamnya tugas dan fungsi yang dijalankan. Kompleksitas merujuk pada tingkat

Page 6: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

6

diferensiasi (pemisahan tugas-tugas) yang ada pada suatu organisasi. Semakin kompleks organisasi, semakin dibutuhkan koordinasi, kontrol dan komunikasi yang efektif bagi unit-unit yang ada sehingga para pimpinan bisa memastikan bahwa setiap unit bekerja dengan baik. Diferensiasi (pemisahan tugas-tugas) merujuk pada tiga hal:

a) Diferensiasi (pemisahan tugas-tugas) horizontal, merupakan pemisahan tugas-tugas dalam struktur horisontal antar unit-unit organisasi berdasarkan perbedaan orientasi unit organisasi, tugas, fungsi, pendidikan, keahlian dan sebagainya. Pada organisasi pemerintah, diferensiasi horisontal dipisahkan diantaranya berdasarkan : Bidang/Urusan Pemerintahan.

(1) yang dilaksanakan;

(2) Kewenangan yang dimiliki;

(3) Pengelompokkan bidang tugas organisasi;

(4) Visi dan Misi Negara atau Daerah

b) Diferensiasi (pemisahan tugas-tugas) vertikal, merujuk pada tingkat hierarkhi organisasi. Semakin tinggi tingkat hierarkhi didalam struktur organisasi, maka kompleksitasnya akan semakin tinggi dan potensi distorsi komunikasi dari top manajemen sampai pegawai paling bawah akan semakin besar. Satu hal yang perlu diperhatikan dari diferensiasi ini adalah rentang kendali, yaitu jumlah pegawai yang dapat diatur secara efektif oleh seorang pimpinan. Semakin kompleks pekerjaan semakin kecil rentang kendali yang diperlukan dalam pengawasam. Dalam praktek penataan organisasi pemerintah, perlu memperhatikan dimensi diferensiasi vertikal ini. Suatu organisasi pemerintah tidak akan efektif dalam melakukan kegiatan apabila tingkat hierarkhi didalam struktur organisasi yang dibentuk terlalu tinggi.

c) Diferensiasi (pemisahan tugas-tugas) spasial, merujuk pada tingkat sejauhmana lokasi fasilitas dan pegawai tersebar secara geografis. Semakin jauh dan semakin banyak fasilitas dan pegawai yang tersebar maka akan semakin kompleks organisasi tersebut. Dalam kelembagaan pemerintahan di Indonesia, diferensiasi spasial ini besar kemungkinan terjadi karena memang kondisi geografis di Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau. Oleh karena itu tidak mungkin penyelenggaraan pemerintahan berada dibawah satu kendali (sentralize) oleh Pemerintah Pusat saja, karena itu maka didalam pelaksanaan kewenangan pemerintah di daerah didelegasikan kepada Pemerintah Daerah. Otonomi daerah memang jawaban yang tepat

Page 7: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

7

bagi terbentuknya organisasi pemerintah di daerah akibat adanya diferensiasi spasial ini.

2). Dimensi Formalisasi

Formalisasi yang dimaksud dalam konteks ini adalah formalisasi penataan terhadap unit-unit fungsi atau unit-unit kerja yang pada umumnya ditunjukkan melalui berbagai bentuk standarisasi dan prosedurisasi. Formalisasi yang tinggi akan meningkatkan kompleksitas. Formalisasi yang rendah –terdapatnya standarisasi dan prosedurisasi yang praktis serta on the job training yang terus-menerus-- akan memungkinkan organisasi dengan tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berjalan lancar. Formalisasi menurut Pugh et al. sebagaimana dikutip Mintzberg (1985), merupakan suatu kondisi dimana aturan-aturan, prosedur, instruksi dan komunikasi dibakukan, atau dengan kata lain sampai sejauh mana pekerjaan dalam organisasi itu distandardisasikan.

Formalisasi merupakan sesuatu yang penting bagi organisasi karena dengan standardisasi akan dicapai produk yang konsisten dan seragam serta mengurangi kesalahan-kesalahan yang tidak perlu terjadi. Selain itu formalisasi akan mempermudah koordinasi antar bagian/unit organisasi dalam menghasilkan suatu produk atau jasa. Formalisasi di dalam restrukturisasi organisasi merupakan suatu proses penyeragaman melalui aturan-aturan, prosedur, instruksi dan komunikasi yang telah dibakukan.

Formalisasi pembentukan organisasi Pemerintah Pusat dan Daerah telah dilakukan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam Keputusan Presiden No. 44 Tahun 1974 tentang pembentukan organisasi Departemen dan Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kementerian Negara, dan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Formalisasi aturan pembentukan organisasi tersebut membatasi jumlah unit organisasi yang akan dibentuk.

3). Dimensi Sentralisasi

Sentralisasi adalah tingkat dimana kewenangan (authority) dalam pengambilan keputusan-keputusan organisasional berada pada manajemen senior. Kebalikan sentralisasi adalah desentralisasi yaitu pelimpahan wewenang pengambilan keputusan kepada pejabat/petugas/fungsionaris di bawah Pusat atau dengan kata lain para pengambil keputusan berada pada yang paling dekat dengan kejadian. Bagi organisasi besar, sentralisasi yang berlebihan akan memperlambat gerak organisasi dan mengurangi daya saing dengan organisasi lain. Makin kuat sentralisasi makin rendah tingkat kompleksitas. Makin kuat desentralisasi, makin rendah sentralisasi, makin tinggi tingkat kompleksitas karena desentralisasi menciptakan banyak spesialisasi atau kekhususan.

Page 8: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

8

Sentralisasi didefinisikan sebagai tingkatan pengkonsentrasian kekuasaan secara formal. Dengan kata lain sentralisasi merupakan jenjang kepada siapa kekuasaan formal untuk membuat pilihan-pilihan dikonsentrasikan pada seorang individu, unit, atau tingkatan, yang dengan demikian mengijinkan pada para pegawai memberikan masukan yang minimal ke dalam pekerjaan mereka.

Sentralisasi menurunkan tingkat kompleksitas dan menyederhanakan struktur organisasi. Bagi organisasi kecil hal tersebut tidak menjadi soal, bahkan lebih baik demikian. Semakin sederhana strukturnya akan semakin gesit gerak dan perkembangannya. Sebaliknya bagi organisasi sedang dan besar, sentralisasi yang berlebihan akan membuat organisasi bergerak sangat lamban serta mengurangi daya saing dengan organisasi-organisasi lain. Pada tabel 6.1. ditampilkan dimensi organisasi, sub dimensi, dan indikator evaluasi untuk melihat seberapa jauh suatu organisasi perangkat daerah memperhatikan struktur organisasi yang dibangun dengan sistem dan prosedur yang dikembangkan.

Di era otonomi daerah, organisasi perangkat daerah diharapkan menjadi organisasi yang solid dan mampu berperan sebagai wadah bagi pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah serta sebagai proses interaksi antara pemerintah dengan institusi di daerah lainnya dan dengan masyarakat secara optimal. Dalam kaitan tersebut, Pemerintah mencanangkan kebijakan penataan organisasi perangkat daerah yang lebih diharapkan pada rightsizing, yaitu sebuah upaya penyederhanaan birokrasi pemerintah daerah yang difokuskan untuk mengembangkan organisasi yang lebih proporsional berdasarkan kebutuhan nyata daerah, datar (flat), transparan, hierarkhi yang pendek dan terdesentralisasi kewenangannya.

Tabel 6. 1.

Dimensi Organisasi, Sub Dimensi, dan Indikator Evaluasinya

DIMENSI SUB DIMENSI INDIKATOR

KOMPLEKSITAS Kompleksitas Vertikal

Kompleksitas struktur organisasi (banyaknya unit kerja atau tugas)

Tingkat rentang kendali (span of control) Bobot kewenangan (weight of authority) Bobot kewajiban (weight of duty) Bobot tanggungjawab (weight of

responsibility) Kompleksitas

Horisontal Tingkat spesialisasi (level of specialization) Sifat spesialisasi (departmentation) Tata hubungan antar spesialis

(departmentalization) Diferensiasi

Spasial Tingkat pembagian pelayanan berdasarkan

tempat (daerah/wilayah) FORMALISASI Tingkat Tingkat kejelasan dan ketegasan “peraturan”

Page 9: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

9

DIMENSI SUB DIMENSI INDIKATOR

pengaturan (level of regulation)

mengenai pelaksanaan tugas masing-masing unit kerja dan bagaimana cara kerjasamanya

Tingkat kejelasan “prosedur kerja” secara praktis (langkah kerja yang berurutan secara logis dan aterkait dalam pelaksanaan tugas masing-masing unit kerja)

Tingkat kejelasan “kebijakan kerja” sehingga pejabat atau pegawai memperoleh kebebasan memutuskan menurut pendapat sendiri tanpa melanggar prinsip peraturan atau hukum yang berlaku dalam pelaksanaan tugas masing-masing unit kerja

Tingkat Standarisasi (level of standardization)

Tingkat pembakuan proses kerja (standardization of work)

Tingkat pembakuan dimensi-dimensi produk yang harus dihasilkan (standardization of outputs)

Tingkat pembakuan keterampilan kerja (standardization of skills)

SENTRALISASI Keberadaan pengambil keputusan

Tingkat keseimbangan antara sentralisasi dan desentralisasi

2. Pengorganisasian

Pedoman pengorganisasian untuk sebuah lembaga diperlukan agar organisasi tersebut efektif dan efisien. Setidak-tidaknya terdapat 12 prinsip yang pelu diperhatikan dalam pengorganisasian daerah, yaitu sebagai berikut (Lembaga Administrasi Negara, 20031).

a. Prinsip Kejelasan Visi, Misi dan Tujuan.

Setiap organisasi dalam pemerintah daerah dibentuk untuk mencapai tujuan negara yang telah ditetapkan dalam konstitusi negara, dan harus diemban organisasi yang bersangkutan sesuai dengan visi dan misi negara. Oleh karena itu dalam setiap pengorganisasian, visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi yang dibentuk harus dirumuskan secara jelas dan terkait dengan tujuan negara.

b. Prinsip Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat.

1 Lembaga Administrasi Negara. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia: Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Negara. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 2003.

Page 10: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

10

Prinsip ini menekankan adanya peran aparatur negara dan masyarakat bangsa dalam penyelenggaraan negara, serta pemberian peran kepada masyarakat dengan cara memberikan peluang untuk melakukan pelayanan publik yang bisa dilakukan pemerintah melalui kemitraan ataupun penanganan langsung oleh masyarakat, sehingga struktur organisasi dapat menjadi lebih sederhana dan efisien.

c. Prinsip Pembagian Tugas.

Dalam prinsip ini semua tugas pemerintahan negara dibagi ke dalam tugas-tugas organisasi dan atau satuan organisasi-organisasi dibawahnya sehingga tidak ada tugas yang tidak ditangani oleh suatu lembaga pemerintahan. Tugas-tugas tersebut dijabarkan dalam fungsi-fungsi tertentu yang secara keseluruhan mengacu pada pencapaian tujuan bernegara.

d. Prinsip Koordinasi.

Prinsip ini menekankan keharusan adanya saling hubungan antar unit organisasi atau antar lembaga baik antar pemerintahan pusat, antar pemerintahan daerah maupun antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah sehingga terdapat kesatuan arah dan keserasian kebijakan, serta tindakan dalam mencapai tujuan nasional.

e. Prinsip Keberlangsungan Tugas.

Prinsip Keberlangsungan Tugas ini menekankan bahwa dalam pengorganisasian perlu dipertimbangkan adanya kepastian bahwa tugas-tugas yang harus diemban akan terus berlangsung dalam jangka waktu lama.

f. Prinsip Proporsionalitas.

Prinsip ini menekankan bahwa dalam menyusun organisasi harus diperhatikan keserasian hubungan dan kewenangan baik internal, beban tugas, kemampuan dan sumber daya yang ada.

g. Prinsip Keluwesan.

Prinsip ini menekankan bahwa desain tugas suatu organisasi perlu disesuaikan dengan perkembangan dan perubahan lingkungan stratejik, sehingga organisasi dapat berkembang atau menciut sesuai dengan tuntutan perkembangan lingkungan, tugas dan beban kerjanya.

h. Prinsip Pendelegasian dan Penyerahan Wewenang.

Prinsip pendelegasian wewenang menekankan tugas-tugas apa yang perlu dilimpahkan kepada satuan organisasi di bawahnya/daerah dan tugas apa yang masih perlu dilaksanakan oleh instansi induknya/pusat. Prinsip

Page 11: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

11

penyerahan wewenang menekankan pada tugas apa yang sudah dapat dilaksanakan oleh organisasi di bawahnya/daerah.

i. Prinsip Rentang Kendali.

Prinsip ini menekankan pada penentuan jumlah satuan organisasi atau orang yang dibawahi oleh seorang pimpinan diperhitungkan secara rasional mengingat terbatasnya kemampuan pimpinan dalam melakukan pengawasan terhadap bawahannya.

j. Prinsip Jalur dan Staf.

Prinsip ini merupakan derivasi dari prinsip pembagian tugas dan menekankan pada pembedaan unit organisasi yang melaksanakan tugas pokok instansi dan unit organisasi yang melaksanakan tugas-tugas penunjang terhadap tugas pokok dalam mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan.

k. Prinsip Kejelasan dalam Pembangunan.

Prinsip ini menekankan bahwa dalam menyusun organisasi dibuat bagan yang menggambarkan secara jelas mengenai kedudukan, susunan jabatan, pembagian tugas dan fungsi serta hubungan kerja diantara satuan organisasi yang bersangkutan; dalam hubungan ini termasuk pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen pemerintahan seperti perencanaan dan pengawasan.

l. Prinsip Legalitas.

Berdasarkan prinsip ini setiap pembentukan organisasi pemerintahan negara harus didasarkan pada ketentuan hukum yang ada dan ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, sehingga kewenangan dan operasinya memilliki landasan hukum.

Dengan melaksanakan prinsip-prinsip pengorganisasian, pemerintahan daerah akan memetik banyak keuntungan yang pada gilirannya akan mampu menciptakan organisasi yang baik, sehingga akan memberikan dampak positif bagi kinerja kelembagaan pemerintahan daerah. Pada tabel 6.2 diperinci beberapa keuntungan dari implementasi prinsip-prinsip pengorganisasian sebagaimana diuraikan di atas (Wibowo & Faozan, 2005).

Tabel 6.2.

Prinsip Pengorganisasian dan Keuntungannya

PRINSIP PENGORGANISASIAN

KEUNTUNGAN YANG DIPEROLEH

Prinsip Kejelasan Visi, Misi dan Tujuan

1. Memberikan guidance/arah kemana organisasi kedepan

Page 12: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

12

PRINSIP PENGORGANISASIAN

KEUNTUNGAN YANG DIPEROLEH

2. Memberikan suatu kesamaan komitmen untuk pencapaiannya

3. Membantu para pelaksana pada level manapun untuk merancang kegiatannya kearah pencapaian visi.

Prinsip Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat

1. Dapat mengetahui kebutuhan stakeholder 2. Dapat membantu memperingan pelaksanaan tugas

pemerintahan dan pembangunan dengan sistem outsourching;

3. Dapat lebih responsif dalam memberikan pelayanan masyarakat

4. Tidak perlu membuat struktur yang besar

Prinsip Pembagian Tugas

1. Semua tugas dapat diakomodir dengan baik 2. Menjadi jelas siapa melakukan apa 3. Menjadi jelas pertanggungjawabannya 4. memperkecil terjadinya tumpang tindih

Prinsip Koordinasi 1. Memberikan arah kerjasama yang jelas 2. Keserasian pelaksanaan tugas

Prinsip Keberlangsungan Tugas

1. Memberikan jaminan terhadap kesinambungan tugas 2. Memberikan kepastian dalam pelaksanaan tugas

Prinsip Proporsionalitas 1. Menjamin bahwa organisasi yang disusun efisien dan efektif

2. Menghindari mekanisme pelayanan yang birokratis

Prinsip Keluwesan

1. Dapat mengantisipasi perubahan lingkungan dengan cepat

2. Dapat dilakukan tindakan yang cepat dalam pengambilan keputusan

Prinsip Pendelegasian dan Penyerahan Wewenang

1. Memperjelas kewenangan masing-masing unit organisasi

2. Menjamin terlaksananya semua kewenangan organisasi

3. Terdistribusinya semua urusan organisasi Prinsip Rentang

Kendali 1. Menjamin terawasinya pelaksanaan kegiatan dengan

baik 2. Masing-masing pimpinan menjadi jelas

kewenangannya

Prinsip Jalur dan Staf

1. Menjadi jelas mana tugas-tugas lini dan mana tugas-tugas supporting

2. Menjadi jelas pula mekanisme koordinasi antar unit Prinsip Kejelasan

dalam Pembaganan

1. Menjadi jelas sistem akuntabilitas dalam bagan 2. Terjaminnya mekanisme kerja yang jelas 3. Menjadi jelas masing-masing tugas dan fungsi unit

Prinsip Legalitas 1. Memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan

Page 13: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

13

PRINSIP PENGORGANISASIAN

KEUNTUNGAN YANG DIPEROLEH

kegiatan 2. Menjadi dasar kewenangan dalam melaksanakan tugas

dan fungsi organisasi.

Berdasarkan pembahasan terdahulu, keberadaan dan peranan organisasi perangkat daerah adalah sangat penting sebagai penggerak kebijakan desentralisasi. Oleh karenannya dalam konteks ini organisasi perangkat daerah bukan sekedar organisasi yang bersifat statis melainkan sebaliknya memiliki sifat dinamis yang akan menentukan keberlangsungan otonomi daerah pada suatu daerah otonom. Mengingat pentingnya hal tersebut maka organisasi perangkat daerah di era otonomi daerah dewasa ini dan ke depan harus mulai dipikirkan dan dirancang secara sungguh-sungguh agar keberadaannya benar-benar mampu mewujudkan cita-cita otonomi daerah.

B. Tatanan Organisasi Pemerintahan Daerah

Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam kerangka sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Bentuk dan susunan pemerintahan daerah tersebut diatur berdasarkan UU No.32 Tahun 2004.

1. Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, yang masing-masing berkedudukan sebagai Kepala Daerah; dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

a. Kepala Daerah

Setiap Daerah dipimpin oleh Kepala Pemerintah Daerah yang disebut Kepala Daerah. Untuk Provinsi disebut Gubernur, Kabupaten disebut Bupati, dan Kota disebut Walikota. Kepala Daerah mempunyai tugas dan wewenang :

1) memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;

2) mengajukan Rancangan Perda (Raperda);

3) menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;

Page 14: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

14

4) menyusun dan mengajukan Raperda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama;

5) mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;

6) mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

7) melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Masing-masing Kepala Daerah dimaksud dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah, yang untuk Provinsi disebut Wakil Gubernur, Kabupaten disebut Wakil Bupati dan Kota disebut Wakil Walikota. Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tersebut dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan.

Pengaturan tentang tugas dan tanggung jawab Wakil Kepala Daerah (Wakil Gubernur, Wakil Bupati dan Wakil Walikota) adalah sebagai berikut :

1) Wakil Kepala Daerah mempunyai tugas :

a) membantu Kepala Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah;

b) membantu Kepala Daerah dalam mengkoordinasikan kegiatan instansi vertikal di daerah, menindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan, melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup;

c) memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten dan Kota bagi Wakil Kepala Daerah Provinsi;

d) memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah Kecamatan, Kelurahan dan/atau Desa bagi Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota;

e) memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Daerah dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah;

f) melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh Kepala Daerah; dan

g) melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Daerah apabila berhalangan.

Page 15: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

15

2) Dalam melaksanakan tugas di atas, Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah;

3) Wakil Kepala Daerah menggantikan Kepala Daerah sampai habis masa jabatannya apabila kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya selama enam bulan secara terus menerus dalam masa jabatannya.

b. Perangkat Pemerintah Daerah

Perangkat Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007 adalah sebagai berikut :

1) Perangkat Daerah Provinsi, terdiri atas :

a) Sekretariat Daerah;

b) Sekretariat DPRD;

c) Inspektorat;

d) Badan Perencanaan Pembangunan daerah;

e) Dinas Daerah; dan

f) Lembaga Teknis Daerah.

2) Perangkat Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas:

a) Sekretariat Daerah;

b) Sekretariat DPRD;

c) Inspektorat;

d) Badan Perencanaan Pembangunan daerah;

e) Dinas Daerah;

f) Lembaga Teknis Daerah,

g) Kecamatan, dan

h) Kelurahan.

Mengacu pada uraian di atas, secara rinci dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :

1) Sekretariat Daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota

a) Sekretariat Daerah merupakan unsur staf yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah, yang mempunyai tugas dan kewajiban membantu

Page 16: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

16

Kepala Daerah dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah. Sekretaris Daerah berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Apabila berhalangan, pelaksanaan tugas Sekretaris Daerah dilaksanakan oleh Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

b) Sekretariat daerah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya menyelenggarakan fungsi :

(1) penyusunan kebijakan pemerintahan daerah;

(2) pengoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah;

(3) pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah;

(4) pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah; dan

(5) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

c) Sekretaris Daerah diangkat dari PNS yang memenuhi persyaratan. Untuk Provinsi, Sekretaris Daerah diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan untuk Kabupaten/Kota, Sekretaris Daerah diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Bupati/Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Karena kedudukannya tersebut, Sekretaris Daerah menjadi Pembina PNS di daerahnya.

2) Sekretariat DPRD, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota

a) Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD yang dipimpin oleh Sekretaris DPRD, yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD. Sekretaris DPRD mempunyai tugas : menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, dan menyediakan serta mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

b) Sekretariat DPRD dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya menyelenggarakan fungsi :

(1) penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD;

(2) penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD;

Page 17: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

17

(3) penyelenggaraan rapat–rapat DPRD; dan

(4) penyediaan dan pengkoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD. Dalam hal ini, Sekretaris DPRD wajib meminta pertimbangan Pimpinan DPRD.

c) Sekretaris DPRD dalam melaksanakan tugasnya, secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Pimpinan DPRD, sedangkan secara administratif bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

3) Inspektorat, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota

a) Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dipimpin oleh Inspektur, yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab langsung kepada Kepala Daerah dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari sekretaris daerah.

b) Inspektorat Provinsi mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota.

c) Inspektorat Kabupaten/Kota mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan pemerintahan desa

d) Inspektorat dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi:

(1) perencanaan program pengawasan;

(2) perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan; dan

(3) pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan.

4) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota

a) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui sekretaris daerah, Badan perencanaan pembangunan daerah mempunyai tugas

Page 18: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

18

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah.

b) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah menyelenggarakan fungsi:

(1) perumusan kebijakan teknis perencanaan;

(2) pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;

(3) pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah; dan

(4) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5) Dinas Daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

a) Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah dari PNS yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah. Kepala Dinas bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

b) Dinas daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Dinas menyelenggarakan fungsi

(1) perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

(2) penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya;

(3) pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan

(4) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c) Pada dinas daerah dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa daerah kabupaten/kota (untuk Dinas Provinsi) sedangkan untuk Dinas Kabupaten/Kota mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan.

6) Lembaga Teknis Daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota,

Page 19: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

19

a) Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Dipimpin oleh Kepala/Direktur yang diangkat oleh Kepala Daerah dari PNS yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah. Kepala/Direktur Lembaga Teknis Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah

b) Lembaga teknis daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Dalammelaksanakan tugasnya tersebut, Lembaga teknis daerah menyelenggarakan fungsi

(1) perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

(2) pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugasnya;

(3) pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan

(4) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c) Lembaga ini berbentuk badan, kantor, dan rumah sakit. Lembaga teknis daerah yang berbentuk badan dipimpin oleh kepala badan, yang berbentuk kantor dipimpin oleh kepala kantor, dan yang berbentuk rumah sakit dipimpin oleh direktur.

d) Pada badan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dibentuk unit pelaksana teknis tertentu untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa daerah kabupaten/kota (untuk Badan Provinsi) sedangkan untuk Dinas Kabupaten/Kota mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan.

e) Rumah sakit dapat berbentuk rumah sakit umum daerah dan rumah sakit khusus daerah.

f) Rumah sakit umum daerah Provinsi terdiri dari 3 (tiga) kelas yakni rumah sakit umum daerah kelas A; rumah sakit umum daerah kelas B; dan rumah sakit umum daerah kelas C.

g) Rumah sakit umum daerah Kabupaten/Kota terdiri dari 3 (tiga) kelas yakni rumah sakit umum daerah kelas A; rumah sakit umum daerah kelas B; rumah sakit umum daerah kelas C; dan rumah sakit umum daerah kelas D.

Page 20: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

20

h) Rumah sakit khusus daerah terdiri dari 2 (dua) kelas yaitu: rumah sakit khusus daerah kelas A; dan rumah sakit khusus daerah kelas B.

i) Penetapan kriteria klasifikasi rumah sakit umum daerah dan rumah sakit khusus daerah dilakukan oleh menteri kesehatan setelah berkoordinasi secara tertulis dengan Menteri Dalam Negeri dan menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.

7) Kecamatan

Mengenai lembaga ini dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :

a) Kecamatan merupakan wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten dan daerah kota; Kecamatan dipimpin oleh Camat yang diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota dari PNS yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b) Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota. Selain tugas dimaksud, Camat juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan, meliputi :

(1) mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

(2) mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;

(3) mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;

(4) mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

(5) mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat Kecamatan;

(6) membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau Kelurahan;

Page 21: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

21

(7) melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau Kelurahan.

c) Camat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota.

d) Dalam melaksanakan tugasnya, Camat dibantu oleh Perangkat Kecamatan yang bertanggung jawab kepada Camat. Pedoman organisasi kecamatan ditetapkan dalam peraturan Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.

8) Kelurahan.

a) Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah Kecamatan.

b) Kelurahan dipimpin oleh Lurah yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati/Walikota. Selain tugas dimaksud, Lurah mempunyai beberapa tugas lain, yaitu :

(1) pelaksanaan kegiatan pemerintahan Kelurahan;

(2) pemberdayaan masyarakat;

(3) pelayanan masyarakat;

(4) penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; dan

(5) pemeliharaan prasarana serta fasilitas pelayanan umum.

Dalam melaksanakan tugas-tugas di atas, Lurah bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Camat, dan dibantu oleh Perangkat Kelurahan, yang bertanggung jawab kepada Lurah. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Lurah, dapat dibentuk lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan dengan Perda. Lurah diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat dari PNS yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Pemerintah Desa

Dalam pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dibentuk Pemerintahan Desa. Berdasarkan PP No.72 Tahun 2005, Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

Page 22: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

22

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI.

a. Pemerintah Desa, terdiri atas Kepala Desa dan Perangkat Desa.

1) Kepala Desa, dipilih langsung oleh dan dari penduduk Desa Warga Negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan Perda yang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan Kepala Desa, ditetapkan sebagai Kepala Desa. Pemilihan Kepala Desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat yang ditetapkan dalam Perda dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Tugas dan kewajiban Kepala Desa dalam memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa diatur lebih lanjut dengan Perda berdasarkan Peraturan Pemerintah.

2) Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. Sekretaris Desa dimaksud diisi dari PNS yang memenuhi persyaratan.

b. Badan Permusyawaratan Desa

Sebagai perwujudan demokrasi, di Desa dibentuk BPD atau disebut dengan nama lain. BPD dimaksud adalah sebutan nama Badan Perwakilan Desa sebagaimana dimaksud dalam UU No. 10 Tahun 2004. Badan ini berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, dan menampung serta menyalurkan aspirasi masyarakat.

Anggota BPD adalah wakil dari penduduk Desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat, sedangkan Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota tersebut. Masa jabatan Anggota BPD adalah enam tahun dan dapat dipilih lagi untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Syarat dan tata cara penetapan Anggota dan Pimpinan BPD diatur dalam Perda yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Selain tersebut di atas, Desa dapat membentuk lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan Desa dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Lembaga dimaksud merupakan mitra Pemerintah Desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat Desa.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Page 23: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

23

DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di Daerah merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila. Sebagai badan legislatif daerah, DPRD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintah Daerah.

a. Tugas dan Wewenang

1) membentuk Perda yang dibahas dengan Kepala Daerah untuk mendapat persetujuan bersama.

2) membahas dan menyetujui Raperda tentang APBD bersama dengan Kepala Daerah.

3) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, Peraturan Kepala Daerah, APBD, kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di daerah.

4) mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD Provinsi dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD Kabupaten/Kota.

5) memilih Wakil Kepala Daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Kepala Daerah.

6) memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah.

7) memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

8) meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

9) membentuk panitia pengawas pemilihan Kepala Daerah.

10) melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah.

11) memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antardaerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

Selain tugas dan wewenang di atas, DPRD melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

b. Hak dan Kewajiban

DPRD mempunyai hak :

Page 24: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

24

1) Interpelasi, yaitu hak DPRD untuk meminta keterangan kepada Kepala Daerah mengenai kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara;

2) Angket, yaitu pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu Kepala Daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;

3) Menyatakan pendapat, yaitu hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan Kepala Daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.

Tata cara penggunaan hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

c. Alat Kelengkapan

DPRD, alat kelengkapannya terdiri atas :

1) Pimpinan.

2) Komisi.

3) Panitia Musyawarah.

4) Panitia Anggaran.

5) Badan Kehormatan.

6) Alat kelengkapan lain yang diperlukan.

Pembentukan, susunan, tugas, dan wewenang alat kelengkapan dimaksud diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

C. Pedoman Pembentukan Organisasi Pemerintahan Daerah

Khusus mengenai organisasi perangkat daerah, kebutuhan penyusunan bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam. Tata cara atau prosedur, persyaratan, kriteria pembentukan suatu organisasi perangkat daerah ditetapkan dalam peraturan daerah yang mengacu pedoman yang ditetapkan

Page 25: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

25

Pemerintah. Pedoman dimaksud sebagaimana tercantum dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang menggantikan PP No. 8 Tahun 2003. Nuansa efisiensi, efektifitas dan pola rightsizing yang mewarnai PP No. 8 Tahun 2003 kembali hadir dalam Peraturan Pemerintah ini. Namun berbeda dengan PP No. 8 Tahun, pengaturan dalam PP No. 41 Tahun 2007 lebih fleksibel, yang bisa dilihat dari penggunaan skoring yang hanya melihat variabel umum, yaitu :

a. jumlah penduduk;

b. luas wilayah; dan

c. jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Skoring dalam tiap variabel dibedakan antara daerah yang ada di Pulau Jawa Madura dan daerah di luar Pulau Jawa. Setelah dijumlahkan, hasil skoring ini akan menentukan besaran organsiasi perangkat daerah. Rincian jumlah skoring dan besaran organisasi maksimal dari daerah provinsi dan kabupaten/kota adalah sebagai berikut :

a. Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai kurang dari 40 (empat puluh) terdiri dari:

1) Sekretariat Daerah, terdiri dari paling banyak 3 (tiga) asisten;

2) Sekretariat DPRD;

3) Dinas paling banyak 12 (dua belas);

4) Lembaga Teknis Daerah paling banyak 8 (delapan);

5) Kecamatan; dan

6) Kelurahan.

b. Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai antara 40 (empat puluh) sampai dengan 70 (tujuh puluh) terdiri dari:

1) Sekretariat Daerah, terdiri dari paling banyak 3 (tiga) asisten;

2) Sekretariat DPRD;

3) Dinas paling banyak 15 (lima belas);

4) Lembaga Teknis Daerah paling banyak 10 (sepuluh);

5) Kecamatan; dan

6) Kelurahan.

c. Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai lebih dari 70 (tujuh puluh) terdiri dari:

Page 26: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

26

1) Sekretariat Daerah, terdiri dari paling banyak 4 (empat) asisten;

2) Sekretariat DPRD;

3) Dinas paling banyak 18 (delapan belas);

4) Lembaga Teknis Daerah paling banyak 12 (dua belas);

5) Kecamatan; dan

6) Kelurahan.

Seperti halnya Peraturan Pemerintah sebelumnya, ada beberapa pertimbangan dalam penataan organisasi perangkat daerah, yaitu :

a. faktor keuangan,

b. kebutuhan daerah,

c. cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas,

d. luas wilayah kerja dan kondisi geografis,

e. jumlah dan kepadatan penduduk,

f. potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan

g. sarana dan prasarana penunjang tugas.

Oleh karena, pada daerah dengan hasil skoring yang sama, besaran organisasinya tidak harus selalu sama karena kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

Selain skoring, dalam PP No. 41 Tahun 2007 ini juga diatur mengenai perumpunan urusan. Dalam PP ini diatur bahwa penyusunan organisasi perangkat daerah berdasarkan pertimbangan adanya urusan pemerintahan yang perlu ditangani. Penanganan urusan tersebut tidak harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri, dan dalam hal beberapa urusan yang ditangani oleh satu perangkat daerah, maka penggabungannya sesuai dengan perumpunan urusan pemerintahan yang dikelompokkan dalam bentuk dinas dan lembaga teknis daerah.

a. Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas terdiri dari:

1) bidang pendidikan, pemuda dan olahraga;

2) bidang kesehatan;

3) bidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi;

Page 27: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

27

4) bidang perhubungan, komunikasi dan informatika;

5) bidang kependudukan dan catatan sipil;

6) bidang kebudayaan dan pariwisata;

7) bidang pekerjaan umum yang meliputi bina marga, pengairan, cipta karya dan tata ruang;

8) bidang perekonomian yang meliputi koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah, industri dan perdagangan;

9) bidang pelayanan pertanahan;

10) bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan, perikanan darat, kelautan dan perikanan, perkebunan dan kehutanan;

11) bidang pertambangan dan energi; dan

12) bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset.

b. Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk badan, kantor, inspektorat, dan rumah sakit, terdiri dari:

1) bidang perencanaan pembangunan dan statistik;

2) bidang penelitian dan pengembangan;

3) bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat;

4) bidang lingkungan hidup;

5) bidang ketahanan pangan;

6) bidang penanaman modal;

7) bidang perpustakaan, arsip, dan dokumentasi;

8) bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;

9) bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;

10) bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan;

11) bidang pengawasan; dan

12) bidang pelayanan kesehatan.

Susunan organisasi perangkat daerah provinsi dapat dilihat pada tabel 6.3. berikut ini :

Tabel 6.3. Susunan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Dalam PP No. 41 Tahun 2007

Page 28: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

28

No. Perangkat Daerah Komponen Organisasi

1. Sekretariat Daerah terdiri dari asisten, dan masing-masing asisten terdiri dari paling banyak 3 (tiga) biro, dan masing-masing biro terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian, dan masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian

2. Dinas terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) seksi

3. Lembaga Teknis Daerah Badan

terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan masing-masing bidang terdiri dari 2 (dua) subbidang atau kelompok jabatan fungsional.

4. Kantor terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling banyak 3 (tiga) seksi

5. Sekretariat DPRD terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian, dan masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian.

6. UPT pada Dinas Terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional dan jika belum terdapat jabatan fungsional dapat dibentuk paling banyak 2 (dua) seksi

7. UPT pada Badan Terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional dan jika belum terdapat jabatan fungsional dapat dibentuk paling banyak 2 (dua) seksi

8. Rumah sakit umum daerah kelas A

terdiri dari paling banyak 4 (empat) wakil direktur dan masing-masing wakil direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang dan masing-masing bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari 2 (dua) seksi Pada wakil direktur yang membidangi administrasi umum terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian dan bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian

9. Rumah sakit umum daerah kelas B

terdiri dari paling banyak 3 (tiga) wakil direktur, dan masing-masing wakil direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang, masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian dan masing-masing bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari paling banyak 2 (dua) seksi

10. Rumah sakit umum daerah kelas C

terdiri dari 1 (satu) bagian dan paling banyak 3 (tiga) bidang, bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)

Page 29: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

29

No. Perangkat Daerah Komponen Organisasi

subbagian dan masing-masing bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari paling banyak 2 (dua) seksi

11. Rumah sakit khusus daerah kelas A

terdiri dari 2 (dua) wakil direktur, masing-masing wakil direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang, masing-masing bagian terdiri dari 2 (dua) subbagian, dan masing-masing bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari 2 (dua) seksi

12. Rumah sakit khusus daerah kelas B

terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling banyak 3 (tiga) seksi

Sedangkan susunan organisasi perangkat daerah Kabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6.4. Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota Dalam PP No. 41 Tahun

2007

No. Perangkat Daerah Komponen Organisasi

1. Sekretariat Daerah terdiri dari asisten, masing-masing asisten terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian, dan masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian

2. Dinas terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) seksi

3. Lembaga Teknis Daerah Badan

terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan masing-masing bidang terdiri dari 2 (dua) subbidang atau kelompok jabatan fungsional

4. Kantor terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling banyak 3 (tiga) seksi

5. Sekretariat DPRD terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian, dan masing-masing bagian terdiri dari 3 (tiga) subbagian

6. UPT pada Dinas terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional

7. UPT pada Badan terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan

Page 30: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

30

No. Perangkat Daerah Komponen Organisasi

kelompok jabatan fungsional 8. Rumah sakit umum

daerah kelas A terdiri dari paling banyak 4 (empat) wakil direktur dan masing-masing wakil direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang, masing-masing bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional dan/atau terdiri dari 2 (dua) seksi Pada wakil direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang membidangi administrasi umum terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian dan bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian

9. Rumah sakit umum daerah kelas B

terdiri dari paling banyak 3 (tiga) wakil direktur, dan masing-masing wakil direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang, masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian dan masing-masing bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari paling banyak 2 (dua) seksi

10. Rumah sakit umum daerah kelas C

terdiri dari 1 (satu) bagian dan paling banyak 3 (tiga) bidang, bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian dan masing-masing bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari paling banyak 2 (dua) seksi

Rumah sakit umum daerah kelas D

terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan 2 (dua) seksi

11. Rumah sakit khusus daerah kelas A

terdiri dari 2 (dua) wakil direktur, masing-masing wakil direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang, masing-masing bagian terdiri dari 2 (dua) subbagian, dan masing-masing bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari 2 (dua) seksi

12. Rumah sakit khusus daerah kelas B

terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling banyak 3 (tiga) seksi

Kecamatan terdiri dari 1 (satu) sekretariat, paling banyak 5 (lima) seksi, dan sekretariat membawahkan paling banyak 3 (tiga) subbagian

Kelurahan terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) seksi

Susunan organisasi perangkat daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana ditampilkan pada tabel 6.3. dan 6.4. menunjukan bahwa susunan organisasi perangkat daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota mengalami pengembangan susunan organisasi. Pengembangan susunan organisasi terjadi pada intern Dinas dan Badan, baik pada Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Page 31: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

31

Selain itu kehadiran RSUD dan RSKD juga menambah susunan baru organisasi perangkat daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Susunan organisasi pada perangkat daerah Kabupaten/Kota juga mengalami penambahan dengan adanya jabatan Kepala Sub Bagian pada Sekretariat Kecamatan, Kepala Tata Usaha Sekolah Kejuruan, Kepala Tata Usaha Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Kepala Tata Usaha Sekolah Menengah, dan Kepala Subbagian Tata Usaha pada Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan.

Penambahan susunan organisasi demikian tentu memiliki banyak konsekuensi, diantaranya adalah yang berkaitan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab jabatan. Sebuah jabatan dalam struktur organisasi tentu memiliki tugas dan fungsi yang harus diemban dimana hal tersebut harus diselaraskan pada visi, misi, tujuan dan sasaran daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu, perangkat daerah provinsi dan Kabupaten/Kota perlu menyadari bahwa penambahan struktur organisasi harus dibarengi dengan kinerja yang memadai sesuai dengan harapan masyarakat. Pada tabel 6.5 dapat dilihat perbandingan eselon perangkat daerah provinsi antara PP No. 41 Tahun 2007 dan PP No. 8 Tahun 2003 dan pada tabel 6.7 dapat dilihat perbandingan eselon perangkat daerah kabupaten/kota antara PP No. 41 Tahun 2007 dan PP No. 8 Tahun 2003.

Tabel 6.5

Perbandingan Eselon Perangkat Daerah Provinsi antara PP No. 41 Tahun 2007 dan PP No. 8 Tahun 2003

PP No. 41 Tahun 2007

Eselon I.b Eselon II.a Eselon II.b Eselon III.a Eselon III.b Eselon IV.a

Sekda Asisten,

sekretaris DPRD,

kepala dinas,

kepala badan,

inspektur, dan

direktur rumah sakit umum daerah kelas A

Kepala biro,

direktur rumah sakit umum daerah kelas B,

wakil direktur rumah sakit umum kelas A, dan

direktur rumah sakit khusus daerah kelas A

Kepala kantor,

kepala bagian,

sekretaris pada dinas, badan dan inspektorat,

kepala bidang dan inspektur pembantu,

direktur rumah sakit umum daerah kelas C,

direktur rumah sakit khusus daerah kelas B,

wakil direktur rumah sakit umum daerah kelas B,

Kepala bagian dan

kepala bidang pada rumah sakit daerah

Kepala seksi,

kepala subbagian, dan

kepala subbidang

Page 32: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

32

wakil direktur rumah sakit khusus daerah kelas A, dan

kepala unit pelaksana teknis dinas dan badan

PP No. 8 Tahun 2003

Eselon I.b Eselon II.a Eselon II.b Eselon III.a Eselon IV.a

Sekda Asisten

Kepala Dinas

Kepala Badan

Sekretaris DPRD

Kepala Biro

Kepala RSUD Kelas B

Kepala RSKD Kelas A

Kepala Kantor

Kepala Bagian

Kepala Bidang

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas

Kepala Unit Pelaksana

Teknis Lembaga Teknis Daerah

Kepala Seksi

Kepala Subbagian

Kepala Subbidang

Tabel 6.6.

Perbandingan Eselon Perangkat Daerah Kabupaten/Kota antara PP No. 41 Tahun 2007 dan PP No. 8 Tahun 2003

PP No. 41 Tahun 2007

Eselon II.a

Eselon II.b Eselon III.a Eselon III.b

Eselon IV.a Eselon IV.b Eselon V.a

Sekda Asisten,

sekretaris DPRD,

kepala

Kepala kantor,

camat,

kepala

Kepala bidang pada dinas dan

Lurah,

kepala seksi,

kepala

Sekretaris kelurahan,

kepala seksi

Kepala tata usaha sekolah lanjutan

Page 33: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

33

dinas,

kepala badan,

inspektur,

direktur rumah sakit umum daerah kelas A dan kelas B, dan

direktur rumah sakit khusus daerah kelas A

bagian,

sekretaris pada dinas, badan dan inspektorat,

inspektur pembantu,

direktur rumah sakit umum daerah kelas C,

direktur rumah sakit khusus daerah kelas B,

wakil direktur rumah sakit umum daerah kelas A dan kelas B, dan

wakil direktur rumah sakit khusus daerah kelas A

badan,

kepala bagian dan kepala bidang pada rumah sakit umum daerah,

direktur rumah sakit umum daerah kelas D, dan

sekretaris camat

subbagian,

kepala subbidang, dan

kepala unit pelaksana teknis dinas dan badan

pada kelurahan,

kepala subbagian pada unit pelaksana teknis,

kepala tata usaha sekolah kejuruan dan

kepala subbagian pada sekretariat kecamatan

tingkat pertama dan

kepala tata usaha sekolah menengah

PP No. 8 Tahun 2003

Eselon II.a

Eselon II.b Eselon III.a Eselon IV.a Eselon IV.b

Sekda Asisten Sekda

Kepala Dinas

Kepala Badan

Sekretaris DPRD

Kepala Kantor

Camat

Kepala Bagian

Kepala Bidang

Kepala Seksi

Kepala Subbagian

Sekretaris Camat

Lurah

Kepala Subbidang

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas

Kepala Unit Pelaksana Teknis Lembaga Teknis Daerah

Sekretaris Kelurahan

Kepala Seksi pada Kelurahan

Page 34: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

34

Berdasarkan uraian di atas, secara umum dapat ditarik benang merah bahwa besaran organisasi, susunan organisasi dan eselon perangkat daerah yang mengalami pembengkakan, selain akan berakibat pada melebarnya span of control, juga dapat menimbulkan inkoherensi institusional. Inkoherensi institusional tersebut terjadi dan sesungguhnya merupakan masalah umum dimana fungsi yang semestinya dapat ditangani dalam satu unit kerja dimekarkan menjadi beberapa unit atau biasa disebut proliferasi. Dampak negatif proliferasi birokrasi adalah timbulnya tarik menarik kewenangan antar unit organisasi sehingga mengakibatkan suasana tidak harmonis atau bahkan friksi antar unit. Selain timbul inefisiensi kelembagaan, dampak proliferasi birokrasi pada umumnya bermuara pada inefektivitas organisasi birokrasi. Kondisi inilah yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh Pemerintah.

D. Permasalahan Penataan Kelembagaan Pemerintah Daerah

Permasalahan yang melekat dalam organisasi pemerintah (pusat dan daerah) pada umumnya merupakan permasalahan klasik yang sampai sekarang belum banyak mengalami perubahan. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dilihat dari ciri-cirinya yaitu: tinggi dan gemuknya struktur organisasi, overlapping tugas dan fungsi, peranannya lebih bersifat rowing daripada steering, dan keberadaannya tidak stabil. Ciri-ciri tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Tinggi dan gemuknya struktur organisasi.

Penyusunan struktur organisasi pemerintah daerah pada umumnya belum melalui kajian akademis yang memadai. Kecenderungan pemerintah daerah selama ini lebih mendasarkan pada formasi maksimal yang ditentukan oleh Peraturan Pemerintah. Bahkan pada umumnya pemerintah daerah meminta formasi yang lebih besar dari yang ditentukan. Apakah kondisi seperti ini merupakan sesuatu yang sangat keliru? Tampaknya untuk menjawab hal tersebut diperlukan jawaban yang sangat hati-hati. Hal demikian perlu ditekankan karena memperhatikan subsistem-subsistem pemerintahan yang belum seluruhnya kondusif (misalnya kepegawaian dan penganggaran).

2. Tumpang tindih tugas dan fungsi (overlapping) yang berlebihan.

Meskipun untuk mengindari sama sekali overlapping tugas dan fungsi antar satuan unit kerja pemerintah daerah tampaknya sesuatu hal yang sangat sulit dilakukan, selayaknya overlapping yang berlebihan harus dihindari. Overlapping yang berlebihan jelas menyebabkan inefisiensi yang berlebihan juga. Inefisiensi dimaksud bukan hanya menyangkut dana, tapi juga tenaga, materi, dan waktu. Pada keadaan tertentu bahkan dapat memicu konflik

Page 35: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

35

karena masing-masing merasa punya kewenangan dan tanggungjawab. Sementara itu, manakala tugas dan fungsi yang tumpang tindih tersebut tidak menarik lagi, kerapkali masing-masing pihak saling lempar tanggungjawab, yang pada akhirnya tidak tertangani sehingga secara keseluruhan mengganggu pencapaian tujuan.

3. Peranannya lebih bersifat rowing daripada steering.

Struktur organisasi pemerintah daerah yang gemuk merupakan cerminan dari banyaknya fungsi rowing yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Sementara pergeseran paradigma pemerintahan mengarah pada fungsi steering. Fungsi rowing tersebut tentunya selain menyebabkan pemborosan baik dari sisi biaya, tenaga, material dan waktu juga kurang berdampak signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha. Energi dan dana pemerintah akan habis untuk mengerjakan hal-hal yang sebetulnya dapat dilaksanakan oleh masyarakat maupun dunia usaha sendiri. Akibat lain yang lebih mengkhawatirkan adalah perhatian pemerintah untuk mengerjakan hal-hal yang strategis (seperti mengembangkan manajemen pemerintahan yang handal) menjadi terbengkalai.

4. Keberadaannya tidak stabil.

Perubahan organisasi yang sering terjadi menyebabkan berbagai kebijakan publik tidak mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini diakibatkan karena perubahan organisasi akan mempengaruhi pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Akibat paling parah dari ketidakstabilan organisasi adalah terjadinya inefisiensi di dalam pengelolaan aset organisas yang telah dimiliki. Padahal aset tersebut telah menghabiskan dana dan tenaga yang sangat besar. Selain itu perubahan organisasi yang sering terjadi juga mengakibatkan menurunnya kinerja para karyawan dan bahkan menimbulkan keresahan di antara para karyawan.

Kondisi ini terjadi disebabkan keberadaan suatu organisasi tidak didukung oleh suatu kajian yang komprehensif dan lebih berdasarkan pada kepentingan jangka pendek. Dua kali perubahan organisasi departemen yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid menunjukkan bahwa keputusan tersebtu tidak berdasarkan hasil kajian yang mendalam oleh institusi yang kompeten. Efisiensi yang diharapkan dengan perubahan tersebut tidak dapat diwujudkan, sebaliknya memicu munculnya persoalan-persoalan baru dalam penataan kewenangan, aset dan kepegawaian. Dengan dimikian perubahan organisasi departemen yang dilakukan oleh Pemerintah tidak sejalan dengan prinsip pengembangan organisasi.

Melihat permasalahan yang eksis hingga saat ini, tampaknya kita perlu untuk melihat latar belakang mengapa kondisi tersebut bertahan dan/atau

Page 36: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

36

dipertahankan. Disadari atau tidak bahwa kelembagaan pemerintah pusat dan daerah di Indonesia pada umumnya, merupakan dampak dari sebuah sistem pemerintahan. Dikaitkan dengan lingkungan pemerintahan daerah pada bab sebelumnya, maka kondisi semacam ini merupakan salah satu pengaruh dari lingkungan politik administratif terhadap sistem pemerintahan daerah yang dikembangkan. Mencermati hal demikian, tentunya permasalahan kelembagaan pemerintah daerah jelas bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana untuk diatasi.

Otonomi daerah di Indonesia belum menunjukkan hasil secara optimal karena banyaknya kelemahan yang melekat pada seluruh sistem manajemen pemerintahan daerah. Apabila dicermati, pokok permasalahan belum optimalnya kinerja otonomi daerah bermuara pada lemahnya strategi pengembangan kelembagaan organisasi pemerintahan daerah, dimana resistensi terhadap norma-norma dan paradigma perubahan sangat tinggi. Dengan mencermati perubahan yang terjadi, maka strategi pengembangan organisasi pemerintahan daerah semestinya ditujukan pada pemenuhan sinergisme tiga strategi utama, yaitu structural strategy, behavior strategy, dan technical strategy sehingga pemerintahan daerah mampu mewujudkan kinerja otonomi daerah secara maksimal (Faozan, 2004).

The Structural Strategy menggunakan pendekatan desain organisasi (organization design), dalam mana struktur organisasi dan desain semestinya diselaraskan kembali (realigned) dengan : (1) fungsi-fungsi organisasi (2) Prinsip-prinsip pengorganisasian (3) Peraturan Perundangan tentang Penataan Organisasi perangkat daerah. Selain itu para pegawai Sekretariat Daerah , Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah dan unit kerja di dalamnya sebaiknya diselaraskan pada optimasi sumberdaya. Misalnya, hierarkhi organisasi semestinya dibuat datar dan pengambilan keputusan ditempakan lebih dekat pada pelaksana tindakan. Esensi penyelerasan struktur organisasi dengan desain organisasi adalah untuk mewujudkan new relationship.

Sementara itu di ranah organisasi pemerintahan daerah, pendekatan desain organisasi belum dikonsistensikan secara maksimal dengan visi, misi, dan tujuan organisasi. Hal ini dapat dicermati dari kecenderungan sebagian besar pemerintahan daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota) untuk memperbanyak posisi jabatan strukturalnya tanpa mempertimbangkan korelasi pencapaian kinerjanya. Dengan hierarkhi yang semakin tinggi, secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap semakin banyaknya waktu yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan maupun dalam konteks hubungan antar hierarkhi (inter-hierarchies relationship).

Behavior Strategy ini lebih menekankan bagaimana mengembangkan budaya organisasi pada konsep Learning organization. Learning organization

Page 37: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

37

lebih menekankan pada pembelajaran pegawai yang pada gilirannya akan membawa perubahan organisasi ke arah yang lebih baik. Dalam konteks ini, pembelajaran pegawai semestinya mengandung pemerolehan knowledge, skills and new attitudes yang akan mengarah pada perilaku-perilaku yang baru (new behaviors). New behaviors inilah yang kemudian akan mengarah pada peningkatan kualitas dan kinerja individu, kelompok, dan bahkan organisasi.

Sebaliknya, pendekatan pelatihan dan pengembangan pegawai pemerintahan daerah belum diorientasikan secara memadai pada pemerolehan dan pengembangan knowledge, skills and attitudes semacam itu. Hal ini bisa dirasakan karena implemetasi pelatihan dan pengembangan dilakukan secara parsial, tidak konsisten, dan jauh selaras dari pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi.

Page 38: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

38

Gambar 6.2. Local Government Organization Development Model

Sumber: Diadaptasi dari “An integrated approach to organizational change” dalam <http://www. osp.state.nc.us/client/od/integr8.html>

The Technical Strategy menggunakan pendekatan peningkatan berkelanjutan (continuous improvement approach). Pendekatan ini menekankan bahwa bidang-bidang yang berkaitan dengan fokus pada masyarakat, pemberian layanan, dukungan, dan kemitraan harus ditingkatkan. Selain itu pendekatan ini juga memandang pentingnya peningkatan (updated) teknologi dan diselaraskan (aligned) dengan proses-proses produksi dan pelayanan sehingga mampu bekerja secara efisien dan efektif. Penyelarasan teknologi dengan proses produksi dan pelayanan di lingkungan pemerintahan daerah di negara-negara maju diejawantahkan dalam Electronic Government (e-Govt) atau Government On-Line (GOL). Diplikasikannya e-govt atau GOL dewasa ini merupakan upaya mewujudkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan stakeholders tanpa batas. Dengan peningkatan proses secara terus-menerus dan diselaraskan dengan penggunaan teknologi yang juga terus-menerus ditingkatkan, akan mengarah pada peningkatan kualitas dan kinerja.

Sementara itu di dalam organisasi pemerintahan daerah, technical strategy tidak menjadi prioritas utama dalam strategi pengembangan organisasinya. Kondisi demikian dapat ditelusuri dari belum maksimalnya fokus pada masyarakat, pemberian layanan, dukungan, dan kemitraan. Lebih jauh lagi, penggunaan teknologi masih dianggap sebagai luxury goods, sehingga konsumsi teknologi seringkali dikelompokkan dalam daftar belanja paling akhir. Keadaan seperti ini dapat digolongkan resistensi terhadap perubahan (resistance to change). Meskipun beberapa pemerintahan daerah di Indonesia telah mengebangkan website, namun demikian informasi yang tertuang maupun

Structural Strategy

Technical Strategy Behavior Strategy

Local Government Organization Development

Page 39: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

39

layanan di dalamnya belum mampu memenuhi harapan masyarakat dan stakeholders.

Berdasarkan uraian strategi pengembangan organisasi di atas, tampaklah jelas bahwa belum idealnya kelembagaan pemerintahan di daerah bisa disebabkan oleh lemahnya strategi pengembangan organisasi pemerintahan daerah secara kolektif. Akumulasi permasalahan yang semakin menumpuk dan berat, menimbulkan kesulitan dalam menemukan solusi praktis otonomi daerah di Indonesia. Dengan demikian jelas dibutuhkan hadirnya solusi tepat dan bijak yang mengarah pada peningkatan/penguatan kelembagaan pemerintahan daerah di era otonomi daerah dewasa ini.

Page 40: Organisasi Pemerintahan Daerah  (Faozan dan Mansoer 2008)

Haris Faozan & Muzani M. Mansoer, 2008

40

DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik

Indonesia: Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Negara. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. 2003.

Mintzberg, Henry. 1993. Structure in Fives: Designing Effective Organizations, New Jersey: Prentice Hall International.

Robbins, Stephen P. 1995. Teori Organisasi : Struktur, Desain dan Aplikasi, Alih Bahasa : Jusuf Udaya, Jakarta: Arcan.

Siagian, Sondang P. 1991. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

http://www. osp.state.nc.us/client/od/integr8.html: An integrated approach to organizational change” dalam

Atmosudirdjo, P. 1996. Teori Organisasi Dalam Ilmu Administrasi. STIA-LAN Press, Jakarta.

Faozan, H. 2004. Mengoptimalkan Key Enablers of Innovation sebagai Key Leverages Reformasi Birokrasi (sebuah tinjauan dari perspektif organization development), dalam Beberapa Catatan Mengemban Misi Reformasi Birokrasi dan Administrasi Negara pada Pemerintahan Baru Pasca Pemilu 2004, Idup Suhady dan Sugiyanto (eds). Lembaga Adminisrasi Negara, Jakarta.

Lubis, S.B.H dan Huseini, M. 1987. Teori Organisasi: suatu pendekatan makro. Pusat Antar Universitas-Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Indonesia, Jakarta.

United States General Accounting Office. 2003. Result-oriented government: Shaping the government to meet 21st century challenges. A report to the Subcommittee on Civil Service and Agency Organization, Committee on Government Reform, House of Representative. Washington, DC.

Xia, Shuzhang (1996). Studies on governmental administrative efficiency. Zhongshan University Press.

Ziblat, D. and O’Dwyer, C. (2003). Does decentralization make government more efficient and effective?. Paper presented at the annual meeting of the American Political Science Association, Philadelphia Marriot Hotel, Philadelphia, August 28-31, 2003).

Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig. 1979. Organization and Management: A System and Contingency Approach (3rd ed) (terjemahan). PT Bina Aksara, Jakarta.