organis edisi 16

23
2 Pembaca sekalian, mulai edisi 16 ini ORGANIS tampil dengan wajah baru kembali. Kini kami hadir dengan 24 halaman dan beberapa perubahan tata letak dan tambahan rubrikasi. Rubrik “Hortikultura”, “Kabar dari BIOCert”, “Kebun &Ternak “serta “Tanah & Hama” adalah rubrik-rubrik yang kini hadir dan akan menjadi rubrik tetap yang dapat anda baca di setiap edisi ORGANIS mendatang. Tambahan rubrikasi tersebut kami harap akan lebih mewarnai ORGANIS dengan berbagai informasi yang anda butuhkan tentunya. Kami telah berusaha semampu kami agar ORGANIS dapat memenuhi semua kebutuhan informasi dari pembaca sekalian. Namun kami yakin, dengan segala keterbatasan yang kami punyai, tentunya masih banyak informasi yang belum dapat kami sajikan. Karenanya, meskipun dengan tampilan baru, kami masih tetap mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Karena dengan masukan dari anda semualah maka kami dapat berkaca dan memperbaiki diri agar tampil lebih baik dan menarik di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula bahwa sejak Juli 2007 ini Aliansi Organis Indonesia (AOI) mulai menempati kantor baru di Graha Sukadamai Lt.2, Budi Agung, Bogor, tidak begitu jauh dari kantor lama. Semua bentuk korespendensi silakan dikirimkan ke alamat baru AOI. Mewakili sekretariat AOI, redaksi ORGANIS memohon doa restu pembaca sekalian agar kami dapat semakin baik berkarya di tempat yang baru. Selamat membaca.... Dari Redaksi Buletin ORGANIS diterbitkan oleh Aliansi Organis Indonesia (AOI), sebuah organisasi masyarakat sipil yang dibentuk oleh sejumlah LSM, akademisi, organisasi tani, koperasi, peneliti, dan pihak swasta Yang bergerak di bidang pertanian organik dan fair trade di Indonesia. Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007) Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007) PENERBIT: Aliansi Organis Indonesia PEMIMPIN REDAKSI: Sri Nuryati TIM REDAKSI: Indro Surono, Rasdi Wangsa DESAIN GRAFIS: Andreas Setiyawan ALAMAT REDAKSI: Graha Sukadamai Lt.2, Jl. Sukadamai Indah 1, Budi Agung, Bogor Telp./Fax: 0251-331 785 e-mail: [email protected] website: www.organicindonesia.org Dari Redaksi Surat Pembaca Isu Utama Hortikultura Kebun Ternak Jendela Konsultasi Hal 1 Hal 2 Kearifan Membuat Mereka Terus Bertahan Baduy: Jauh dari hiruk pikuk kota, teguh menjaga adat istiadat dan ... Hal 4 - 6 Ber-organik: Alternatif Solusi Menyiasati & Menyikapi Fenomena Hasil Panen Padi yang Fluktuatif Hal 7 - 8 Atasi Serangan Penyakit Buah Kakao dengan Teknik Sambung Samping Adanya serangan Penyakit Buah Kakao (PBK) pada perkebunan kakao rakyat ternyata memicu ... Hal 9 - 10 Sertifikat Organik untuk Melon Hal 11 Pustaka BEKATUL Makanan yang Menyehatkan Hal 12 Kabar dari BIOCert Hama & Tanah Konsumen Opini Agenda PENGELOLAAN PENGELOLAAN TANAH TANAH UNTUK BUDIDAYA ORGANIK UNTUK BUDIDAYA ORGANIK Hal 15 - 16 Tomat Organik Mengandung Anti Oksidan Lebih Banyak Hal 17 - 18 Memaknai Memaknai Pertanian Pertanian Organik Organik Hal 19 - 20 16 Juli 2007 Penyerahan Sertifikat Sistem Pangan Organik ... 16-20 Juli 2007 Pelatihan Sistem Pengawasan ... Hal 23 Sertifikasi Madu Hutan Organik Pertama di Indonesia Hal 13 - 14 DAFTAR ISI Profil Pemasar Organik dari Kaki Merapi Pemasar Organik dari Kaki Merapi Hal 21 - 22

description

organis magazine

Transcript of organis edisi 16

Page 1: organis edisi 16

2

Pembaca sekalian, mulai edisi 16 ini ORGANIS tampil dengan wajah baru kembali. Kini kami hadir dengan 24 halaman dan beberapa perubahan tata letak dan tambahan rubrikasi. Rubrik “Hortikultura”, “Kabar dari BIOCert”, “Kebun &Ternak “serta “Tanah & Hama” adalah rubrik-rubrik yang kini hadir dan akan menjadi rubrik tetap yang dapat anda baca di setiap edisi ORGANIS mendatang.

Tambahan rubrikasi tersebut kami harap akan lebih mewarnai ORGANIS dengan berbagai informasi yang anda butuhkan tentunya. Kami telah berusaha semampu kami agar ORGANIS dapat memenuhi semua kebutuhan informasi dari pembaca sekalian. Namun kami yakin, dengan segala keterbatasan yang kami punyai, tentunya masih banyak informasi yang belum dapat kami sajikan. Karenanya, meskipun dengan tampilan baru, kami masih tetap mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Karena dengan masukan dari anda semualah maka kami dapat berkaca dan memperbaiki diri agar tampil lebih baik dan menarik di masa mendatang.

Perlu kami sampaikan pula bahwa sejak Juli 2007 ini Aliansi Organis Indonesia (AOI) mulai menempati kantor baru di Graha Sukadamai Lt.2, Budi Agung, Bogor, tidak begitu jauh dari kantor lama. Semua bentuk korespendensi silakan dikirimkan ke alamat baru AOI. Mewakili sekretariat AOI, redaksi ORGANIS memohon doa restu pembaca sekalian agar kami dapat semakin baik berkarya di tempat yang baru. Selamat membaca....

Dari Redaksi

Buletin ORGANIS diterbitkan oleh Aliansi Organis Indonesia (AOI), sebuah organisasi masyarakat sipil yang dibentuk oleh sejumlah LSM, akademisi, organisasi tani, koperasi, peneliti, dan pihak swasta Yang bergerak di bidang pertanian organik dan fair trade di Indonesia.

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

PENERBIT: Aliansi Organis IndonesiaPEMIMPIN REDAKSI: Sri Nuryati TIM REDAKSI: Indro Surono, Rasdi WangsaDESAIN GRAFIS: Andreas SetiyawanALAMAT REDAKSI: Graha Sukadamai Lt.2, Jl. Sukadamai Indah 1, Budi Agung, BogorTelp./Fax: 0251-331 785e-mail: [email protected]: www.organicindonesia.org

Dari Redaksi

Surat Pembaca

Isu Utama

Hortikultura

Kebun Ternak

Jendela Konsultasi

Hal 1

Hal 2

Kearifan Membuat Mereka Terus BertahanBaduy:

Jauh dari hiruk pikuk kota, teguh menjaga adat istiadat dan ...

Hal 4 - 6

Ber-organik:Alternatif Solusi Menyiasati

& Menyikapi Fenomena

Hasil Panen Padi yang Fluktuatif

Hal 7 - 8

Atasi Serangan Penyakit Buah Kakao dengan Teknik Sambung Samping

Adanya serangan Penyakit Buah Kakao (PBK) pada perkebunan kakao rakyat ternyata memicu ...

Hal 9 - 10

Sertifikat Organik untuk Melon Hal 11

Pustaka

BEKATULMakanan yang Menyehatkan

Hal 12

Kabar dari BIOCert

Hama & Tanah

Konsumen

Opini

Agenda

PENGELOLAAN PENGELOLAAN TANAH TANAH UNTUK BUDIDAYA ORGANIKUNTUK BUDIDAYA ORGANIKHal 15 - 16

Tomat Organik Mengandung Anti Oksidan

Lebih Banyak Hal 17 - 18

Memaknai Memaknai Pertanian Pertanian

OrganikOrganikHal 19 - 20

16 Juli 2007Penyerahan Sertifikat Sistem Pangan Organik ...

16-20 Juli 2007Pelatihan Sistem Pengawasan ...

Hal 23

Sertifikasi Madu Hutan Organik Pertama di Indonesia Hal 13 - 14

DAFTAR ISI

Profil

Pemasar Organik dari Kaki MerapiPemasar Organik dari Kaki MerapiHal 21 - 22

Page 2: organis edisi 16

Ke Madrasah Alam Cibolang Dong....

Saat ini saya mengelola distro beras "Ambu Home Gourmet" di komplek Pasar Sarijadi Bandung dan sedang merintis Madrasah Alam Cibolang di Lembang yang salah satu program utamanya adalah pertanian organik. Seandainya ada waktu mohon teman-teman di AOI menyempatkan berkunjung ke kios Ambu dan Cibolang untuk bersama-sama melihat peluang atau sekedar minum teh bersama.

Iman Lukmanul HakimRural Planning & Development ProjectMadrasah Alam CibolangBandung – Jawa Barat

Redaksi:Senang sekali dapat tawaran untuk berkunjung ke Bandung....Insya Allah, jika kami ke Bandung pasti akan kami sempatkan mampir ke Cibolang.

Ingin Bergabung dengan AOI

Saya belum tahu banyak tentang AOI namun saya tertarik untuk lebih tahu tentang AOI. Bagaimana caranya bisa bergabung? Saat ini saya sedang mengorganisir 230 petani di wilayah Tulung Agung.

Widi HariyantoTulung Agung - Jawa Timur

Redaksi:Informasi tentang AOI dan bagaimana cara bergabung dengan AOI dapat Bapak akses di www.organicindonesia.org. Bapak juga dapat berkirim surat atau telepon ke sekretariat AOI di Bogor.

Ingin Mengetahui Organik Lebih Lanjut

Saya tinggal di Kota Batu, Jawa Timur dan ingin mengetahui organik lebih lanjut. Bagaimana caranya?

Tri Agus Abdi SholehBatu Malang - Jawa Timur [email protected]

Redaksi:Untuk mengetahui pertanian organik lebih lanjut, silahkan bapakmenghubungi Bapak Toto Himawan ([email protected] atau di nomor telepon: 0817 9103300, 0813 3314 5625). Beliau adalah anggota Aliansi Organis Indonesia, staf pengajar di Universitas Brawijaya, pelaku organis dan anggota Komisi Standar Aliansi Organis Indonesia serta tinggal di Malang.

Bagaimana Bergabung Dengan AOI?

Saya tertarik untuk bergabung menjadi anggota Aliansi Organis Indonesia. Bagaimana cara menjadi anggota dan bisa ikut aktif didalamnya?

Anthony UtomoBIOTAMAJl. Basuki Rakhmat 149Surabaya - Jawa Timur

Redaksi:Terima kasih atas ketertarikan Bapak untuk bergabung dengan AOI. Silakan berkirim surat ke sekretariat AOI atau e-mail ke [email protected] mengenai keinginan Bapak tersebut.

Bagaimana menjadi anggota dan manfaat apa yang dapat Bapak petik setelah menjadi anggota AOI dapat Bapak akses di www.organicindonesia.org

Tertarik ORGANIS

Saya petani sayur di daerah Darmaga Bogor. Saya tertarik untuk berlangganan majalah ORGANIS. Bagaimana prosedur berlangganannya?

PutroJl. Palem Putri 7 No.18 Taman Yasmin Sektor V Bogor – Jawa Barat

Redaksi:Hingga tahun 2007 ORGANIS masih dibagikan free, namun untuk tahun-tahun selanjutnya kami akan mengenakan biaya cetak. Untuk sementara ini Bapak sudah kami masukkan dalam mailing list penerima ORGANIS.

Surat Pembaca

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 3: organis edisi 16

Foto : APR

Kearifan Membuat Mereka Terus BertahanBaduy:

Jauh dari hiruk pikuk kota, teguh menjaga adat istiadat dan selalu menjaga kelestarian alam

menjadikan Baduy mampu mempertahankan kearifannya hingga kini

Walaupun telah berusaha berangkat sepagi mungkin dari Bogor, namun kami terpaksa harus bermalam di Kampung Cijahe. Kampung ini merupakan pintu gerbang menuju Kampung Cikeusik yang menjadi bagian dari wilayah Baduy Dalam (Baduy Kajeroan).

Esok paginya, tepat pukul 07.00 WIB, baru kami melanjutkan perjalanan menuju Baduy Dalam yang terdiri dari tiga kampung yang membentang dari Utara ke Selatan, yaitu Cikeusik, Cikatawarna, dan Cibeo. Jarak ke kampung Cibeo dan Cikeusik ini dapat ditempuh selama sekitar empat jam berjalan kaki yang sebagian besar medannya berupa jalan tanah setapak yang naik turun dengan kemiringan 45 sampai 60 derajat dan lereng-lereng bukit curam. Harus ekstra hati-hati untuk menghindari kecelakaan tak terduga, terlebih jika musim hujan.

Rumah PanggungPada umumnya permukiman suku Baduy ini berada di lereng-lereng bukit, lembah yang ditumbuhi pohon-

pohon besar, dekat dengan sumber mata air atau aliran sungai. Ada lima sungai yang mengalir ke wilayah perkampungan Baduy yaitu Cimangseuri, Ciparahiang, Cibeueung, dan Cibarani yang semua bermuara ke Sungai Ciujung.

Rumah-rumah adat mereka berbentuk rumah panggung dengan ukuran kira-kira 10x12 meter, atapnya terbuat dari daun rumbia dan dinding rumah dari bambu. Umumnya hanya terdiri dari dua ruang, satu berfungsi sebagai dapur dan yang lain dapat sebagai tempat menerima tamu atau kamar tidur jika malam menjelang. Sama sekali tak berjendela.

Selalu ada 4-6 potongan bambu sepanjang setengah meter yang ujung bagian atasnya dilubangi berjejer di setiap rumah. Dan ternyata potongan-potongan bambu tersebut adalah wadah menyimpan air bersih untuk keperluan memasak. Mereka tak mengenal kasta, ini nampak dalam bentuk bangunan rumah mereka yang nyaris sama semua.

Ladang Tadah HujanSaat memasuki wilayah Baduy Dalam, terlihat bukit-bukit gundul bekas ladang-ladang yang sengaja ditelantarkan sebelum diolah kembali. Nampak pula hamparan pegunungan Kendeng yang dilintasi aliran sungai Ciujung yang jernih, berkelok memasuki celah-celah bukit. Dan sesekali tampak beberapa orang Baduy tengah membuka lahan untuk berladang, atau terkadang berpapasan dengan kami.

Sebagian besar masyarakat Baduy mengandalkan hidup dari sektor pertanian. Karenanya berladang adalah pekerjaan utama suku yang menempati 53 kampung di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten (sekitar 120 kilometer arah Barat Daya Jakarta) ini. Tidak mengherankan jika sejak usia tiga tahun, anak lelaki Baduy sudah dikenalkan dengan golok dan selalu diajak ke ladang oleh orang tua mereka. Perladangan yang diterapkan oleh masyarakat Baduy ini adalah perladangan berpindah dengan sistem

Isu Utama

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 4: organis edisi 16

tadah hujan dengan padi sebagai tanaman pokoknya.

Hampir setiap hari komunitas Baduy ini pergi ke ladang. Mereka bekerja di ladang sejak pukul 07.00 WIB hingga sekitar pukul 17.00 WIB. Saat itulah kampung-kampung di Baduy sepi, sama seperti saat pertama kali kami menginjakkan kaki di perkampungan baik Baduy Dalam maupun Baduy Luar, tak satupun kami jumpai orang Baduy di perkampungan mereka. ”Kalau pagi sampai sore, tidak akan ada orang di kampung Baduy ini. Nanti menjelang sore, barulah ramai karena mereka baru pulang dari berladang” papar Mamo, pemandu kami.

Setiap kali membuka ladang baru, ada tiga pekerjaan yang mereka lakukan yaitu memangkas tumbuhan yang ada, membakarnya kemudian membersihkan areal yang akan mereka tanami. Setelah tanah siap, dimulailah tanam padi atau yang dikenal dengan nama ngaseuk. Masa tanam padi di kampung-kampung Baduy Dalam dimulai ketika puun (tetua adat - red) sudah menanam padi. Puun bertanggung jawab menjaga adat Baduy agar tidak berubah. Setelah puun barulah warga lain mulai menanam. Setiap warga yang akan menanam padi cukup memberi tahu kepada puun kapan waktu mereka akan menanam padi.

Meskipun masyarakat Baduy tidak merawat huma (ladang – red) mereka dengan teratur, namun jarang sekali mereka mengalami gagal panen. Mereka hanya membersihkan ladang dari tumbuhan yang dapat mengganggu tanaman mereka dan dapat mengurangi produksi padi. Masa tanam padi sengaja dipilih pada awal musim hujan atau sekitar bulan Agustus/Oktober. Ini karena padi yang mereka tanam adalah padi huma yang hanya mengandalkan air hujan dan panen setahun sekali. Alat pertanian yang mereka gunakanpun tergolong sederhana, yaitu arit, tugal (kayu kering yang ujungnya dibuat lancip untuk membuat lubang tempat

5

benih - red), serta etem (ani-ani). Mereka memiliki beberapa jenis padi lokal, sebut saja pare merah, pare putih, limar, sengke dan ketan bodas.

Warga Baduy, terlebih Baduy Dalam, tidak menggunakan obat-obatan kimia selama berladang. Di Baduy Dalam, pemberantasan hama dilakukan dengan membacakan mantra-mantra. Hama pun jarang menyerang ladang. ”Kalau ada hama, siramkan aja laja (lengkuas - red) dibebek (ditumbuk - red) ditambah cuka dan air lalu disiramkan ke pohon padi. Kalau ada tikus, kan ada kucing,” kata Pak Ardi, salah seorang warga Baduy yang menemani kami berbincang sore hari selepas dari ladang.

”Kalau gagal panen jarang, paling-paling hasil panen kurang,” tutur Pak

Ardi ketika ditanya apakah hasil panen selalu bagus. ”Kalau ada yang gagal panen, biasanya mereka akan pinjam (padi) ke teman dan akan dikembalikan tahun depan saat panen berikutnya,” tambahnya. Kearifan yang nampak dalam melakukan ritual tanam padi di suku Baduy ini adalah upacara untuk menghormati Dewi Sri, yang dikenal sebagai dewi padi. ”Upacara seperti itu dilakukan sebelum bertanam padi. Gunanya untuk menghormati Dewi Sri,” kata Pak Ardi. ”Dalam upacara ini, ada mantra-mantra yang dibacakan dengan diiringi alunan angklung. Setiap orang yang akan menanam padi harus mengadakan upacara semacam ini. Agar hasil panennya bagus,” tambahnya.

Setiap kali membuka ladang baru, ada tiga pekerjaan yang mereka lakukan yaitu memangkas tumbuhan yang ada, membakarnya kemudian membersihkan ladang-ladang

Yang akan mereka tanami.

Ladang yang baru dibuka(foto: sny)

Memangkas: salah satu kegiatan awal membuka lahan(foto: sny)

Ubi jalar sebagai tanaman selingan(foto: sny)

Isu Utama

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 5: organis edisi 16

Media tanam yang diberi mulsa

Masyarakat Baduy, terutama Baduy Dalam yang tinggal di tiga kampung: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik hingga kini masih memegang teguh adat istiadatnya. Di bidang pertanian, bentuk kepatuhan tersebut adalah dengan tidak mengubah kontur lahan untuk bertani, sehingga cara berladangnya sangat sederhana, tidak mengolah lahan dengan bajak, tidak membuat terasering, hanya menanam menggunakan tugal. Begitupun pada pembangunan rumah, kontur permukaan tanah dibiarkan apa adanya, sehingga tiang penyangga rumah Kanekes seringkali tidak sama panjang.

Leuit, Lumbung Padi BaduyTipikal perkampungan Baduy umumnya berada tidak jauh dari anak sungai. Sebagai ciri khas perbatasan Baduy luar dan dalam ialah jembatan yang terbuat dari bambu yang disebut rawayan. Jembatan diikat dengan tali ijuk ke tiap pohon besar yang ada di sisi sungai sehingga bergoyang. Leuit (lumbung padi - red) mereka kumpulkan di ujung kampung, berjauhan dengan kompleks rumah mereka. ”Kalau ada kebakaran supaya lumbung tidak ikut habis terbakar juga,” jelas Narja, warga Baduy yang mengijinkan rumahnya kami jadikan tempat menginap.

Setiap keluarga Baduy mempunyai lumbung, dan jumlah lumbung yang dimiliki oleh setiap keluarga tidak sama jumlahnya. Ada yang hanya memiliki satu buah lumbung, tetapi ada juga yang memiliki lebih dari satu. ”Padi-padi yang disimpan di lumbung-lumbung ini bisa bertahan sampai puluhan tahun! Kalau ada capitan (sunatan - red) atau pernikahan barulah kami mengambil padi dari lumbung,” tambah Narja. ”Minggu depan saya akan menikahkan anak saya. Saya akan mengambil padi di lumbung saya itu,” katanya pula.

”Lumbung biasanya hanya digunakan untuk menyimpan stok, takut ada kemarau panjang. Padi disimpan takut kalau ada kekurangan padi. Kalau

Leuit

Leuit (lumbung padi masyarakat Baduy)(foto: sny)

punya uang, beli dari Ciboleger (desa terdekat dengan perkampungan Baduy Luar - red),” papar Narja.

Padi dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan pangan warga Baduy. Berkurangnya produksi padi sejak sekitar empat tahun lalu mendorong warga Baduy untuk membeli beras dari luar Baduy. Pembelian beras ini dilakukan untuk mencegah kekurangan stok beras mereka. Selain menanam padi, lahan di ladang juga dimanfaatkan untuk menanam jagung, ubi, yang ditanam di antara padi. Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan lain dari menjual hasil hutan seperti asam kranji dan madu hutan yang banyak terdapat di hutan sekitar pemukiman Baduy.

Melalui keteguhan memegang adat istiadat dan keinginan untuk selalu

Kawasan Baduy yang berbukit(foto: sny)

menjaga lingkungan, masyarakat Baduy hingga kini terbukti mampu menghidupi diri mereka sendiri tanpa mengandalkan pihak luar. Semoga mereka tidak serta-merta berubah akibat pengaruh dari luar yang menyerbu suku Baduy dari berbagai penjuru. (**)

Sri NuryatiManajer Media dan Advokasi AOI

Isu Utama

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 6: organis edisi 16

7

Ber-organik:

Alternatif Solusi Menyiasati& Menyikapi FenomenaHasil Panen Padi yang Fluktuatif

“Serumpun padi tumbuh di sawah, hijau menguning daunnya Tumbuh di sawah penuh berlumpur, di pangkuan ibu pertiwi

Serumpun jiwa suci, hidupnya nista abadi Serumpun padi mengandung janji, harapan ibu pertiwi...”

Sebagian besar bangsa Indonesia tentu tidak asing lagi dengan apa yang disebut padiyang kelak dikonsumsi dalam bentuk nasi (beras). Tanaman dengan nama latin Oryza sativa ini memang tidak kunjung bosan untuk terus dibicarakan.Ada banyak aspek yang melingkupi komoditas ini yang pada akhirnya bermuarapada fluktuasi/stabilitas tanaman yang merupakan makanan pokok sebagian besar bangsa Indonesia ini.

Di kalangan masyarakat Jawa khususnya, padi (lokal) merupakan bagian penting pada acara ritual seperti pernikahan, peresmian bangunan, pergelaran wayang, dan sebagainya. Secara khusus untuk menghargai tanaman padi ditradisikan pula adanya upacara ritual seperti upacara labuan (awal tanam) atau upacara wiwit (panen padi).Dan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman padi andai terkena serangan hama/penyakit yang cukup membahayakan juga dilakukan upacara dengan berbagai unsur sarana seperti kunyit, dringo dan bengle (jenis empon-empon).

Fluktuasi Hasil Panen PadiTerkait hasil panen, secara umum ada empat faktor yang berpengaruh terhadap fluktuasi panen padi.

VarietasPada awalnya hanya ada dua jenis padi: Japonica dan Indica, yang dalam sejarahnya terus berkembang hingga bermunculan aneka jenis padi. Hal ini terjadi secara alami maupun atas campur tangan manusia. Saat ini secara umum terdapat 3 golongan besar jenis padi yakni: unggul lokal,

Varietas

unggul nasional (hasil hibridisasi, persilangan) dan padi transgenik (hasil rekayasa genetika).

Tidak dipungkiri hasil panen padi unggul nasional berlipat ganda ketimbang padi lokal. Sebagai komparasi padi varietas IR-64 (unggul nasional) mampu menghasilkan rata-rata 5,5 ton kering pungut per hektar sawah, sementara Rojolele (unggul lokal) hanya memberikan panenan 2,5 ton per hektar. Melalui teknologi modern dihasilkan panenan yang tinggi dan tahanan terhadap serangan hama/penyakit tertentu. Namun padi unggul nasional ini menuntut prasyarat pemeliharaan yang khusus.

BudidayaCara bertanam atau budidaya tanaman cukup dominan dalam mempengaruhi hasil panen padi. Jika diurutkan, langkah-langkah budidaya yang berpengaruh terhadap hasil padi adalah: pengolahan lahan, penentuan jarak tanam, pemupukan, irigasi dan drainase, serta pengendalian hama/penyakit.

Lahan yang diolah cukup dalam akan menciptakan lapisan olah tanah yang cukup baik untuk berkembangnya

Budidaya

perakaran padi secara sehat. Tanaman yang sehat dengan rumpun padi (anakan) yang optimal (sesuai jenis) dapat berkorelasi positif terhadap produksi bulir dalam malai padi.

Penetapan jarak tanam sering keliru di masyarakat tani. Anggapan petani, semakin pendek jarak antar rumpun akan semakin efisien penggunaan lahan dan dengan jumlah tanaman yang ada hasilnya akan melimpah. Kenyataan menjadi lain, tanaman berebut makanan (nutrisi, air, udara, dan sinar matahari). Pada akhirnya hasil panen tidak seperti yang dibayangkan. Saat ini tengah dikembangkan model SRI (Sytem of Rice Intensification) dan TABELA (tanam benih langsung) Kedua cara ini diterapkan demi efisiensi penggunaan benih, tenaga kerja, waktu dengan hasil yang cukup tinggi.

Pemupukan berimbang, diharapkan mampu memacu hasil per satuan luas. Jumlah dan jenis pupuk tidak otomatis berpengaruh baik terhadap hasil, namun masih dipengaruhi dengan saat pemupukan. Hal yang terakhir inilah yang masih langka diketahui oleh saudara kita para petani.

hortikultura

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 7: organis edisi 16

8

Dalam teknik budidaya yang tidak kalah pentingnya adalah irigasi dan drainase. Bagi daerah dengan surplus air (sumber alam, maupun irigasi teknis) pengadaan air tidak menjadi masalah, namun bagi kawasan yang termasuk tadah hujan, maka kendala air sering menurunkan hasil panen. Terlebih ketika tanaman pada fase vegetatif (awal pertumbuhan) di mana kebutuhan air cukup tinggi, maka kekurangan air menjadi sangat fatal. Pertumbuhan awal yang kurang baik berdampak kurang baik pula pada hasil panen. Demikian juga pada fase generatif terutama saat pengisian bulir, kekurangan air akan dapat berakibat meningkatnya bulir hampa (hasil menurun). Pengetahuan irigasi dan drainase inipun jarang dimiliki petani.

LingkunganLingkungan di mana tanaman padi tumbuh dan berkembang ikut menentukan keberhasilan budidaya padi. Lingkungan yang dimaksud adalah seperti lahan/tanah (tata air dan siklus hara), maupun lingkungan biotis (hama, penyakit, musuh alami). Hasil yang melimpah akibat diterapkannya modernisasi pertanian yang sarat dengan bahan kimiawi sintetis ternyata dibarengi dengan menurunnya produktivitas lahan dan lingkungan secara drastis. Hal yang kasat mata adalah tanah semakin mengeras, lapisan olah tanah (top soil: yang subur) semakin tipis, biota sawah sahabat kaum tani (cacing, belut, laba-laba, belalang sembah, katak hijau dan ular) menjadi barang langka. Dalam hamparan sawah yang luas hanya ada satu jenis tanaman padi (monokultur). Erosi keanekaragaman hayati terjadi.

Pemakaian pestisida kimiawi sintetis telah memicu dampak negatif pada hama, seperti resistensi dan resurjensi. Penggunaan bahan kimia tersebut tidak menjawab persoalan serangan hama, tetapi sebaliknya semakin memicu perkembang-biakan hama dan membangun kekebalan dalam dirinya.

Lingkungan

Tanaman yang hidup di atas lahan yang “sakit” dan lingkungan yang tidak kondusif jangan harap akan membuahkan hasil panen yang baik! Kondisi ini semakin parah dengan semakin buruknya tata air. “Pranata Mangsa” (Jawa: Tata Iklim) tidak karuan.... rusak.... sulit diprediksi. Pola curah hujan-kemarau tidak menentu lagi. Di satu daerah terlanda banjir (merusak sawah) namun di daerah lain kemarau panjang sehingga kekurangan air (merusak sawah).

Sosial EkonomiArus globalisasi terus menggejala di berbagai penjuru dunia. Tuntutan hidup yang serba praktis, cepat, gampang, dan langsung dapat dirasakan hasilnya makin membentuk perilaku manusia. Para petani tak ketinggalan hanyut dalam “mainstream” ini. Penggunaan traktor dalam pengolahan lahan menjadi bumerang bagi petani. Tanah semakin memadat, biaya produksi cenderung meningkat, sementara di pedesaan pencarian tenaga kerja harian untuk menggarap sawah semakin sulit. Belum lagi tuntutan lahan dengan produktifitas yang makin menurun, sehingga jumlah penggunaan pupuk menjadi lebih besar.

Saat ini, di daerah Bantul, DIY bahkan ada petani yang sudah memakai pupuk sebanyak 1 ton/ha. Sedangkan di Karang Anyar (Jawa Tengah) sudah mencapai 1,6 ton. Sangat tragis..... !!! Ironisnya penambahan pupuk tidak menjamin peningkatan hasil, justru sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hukum Leibig, yakni tanah yang telah jenuh tak mungkin akan terus ditambah pupuk untuk menambah hasil panen. Padahal harga pupuk terus membumbung tinggi, sering terjadi kelangkaan pupuk, bahkan tidak jarang beredar pupuk palsu.

Kasus-kasus keracunan pestisida atas diri petani dan keluarganya, semakin memperkeruh dunia pertanian Indonesia yang pernah

Sosial Ekonomi

berswasembada beras. Di sisi lain yang makin marak adalah alokasi lahan produktif menjadi perumahan, kawasan industri, pusat pertokoan, atau kepentingan lain turut juga berpengaruh terhadap hasil panen padi.

Sebuah Lingkaran Setan: Menyiasati dan MenyikapiKeempat faktor besar di atas sangat berpengaruh terhadap fluktuasi/stabilitas hasil tanaman padi. Sesungguhnya antar faktor tersebut saling terkait dan berpengaruh baik positif maupun negatif. Hal-hal yang berpengaruh negatif tidak semudah membalik telapak tangan untuk meniadakannya. Banyak variabel yang berkait memperpanjang rantai persoalan sehingga terciptalah lingkaran setan yang dilematis. Yang jelas, mentalitas petani yang telah terbangun lebih dari 30 tahun bukan hal yang mudah pula untuk mengikis-nya.

Membangun komitmen untuk berorganik dan mengimplementasikan secara konsisten, arif, dan bijaksana barangkali menjadi alternatif solusi untuk menyiasati dan menyikapi adanya lingkaran setan dalam fenomena hasil panen padi yang fluktuatif. Yang perlu ditandaskan adalah: bahan pangan pokok (sumber karbohidrat) tidak hanya beras (padi). Negeri ini kaya akan tanaman penghasil karhohidrat. Perlu penganekaragaman penggunaan bahan pangan pokok. Dan semoga lirik lagu di awal tulisan ini masih bermakna bagi siapa saja. (**)

Daniel SupriyonoAnggota Komisi Standar AOI

Sebuah Lingkaran Setan: Menyiasati dan Menyikapi

Foto: Http://www.cns.fr/externe/English/Projets/Projet_CC/organisme_CC.html

hortikultura

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 8: organis edisi 16

9

Atasi Serangan Penyakit Buah Kakao dengan Teknik Sambung Samping

Adanya serangan Penyakit Buah Kakao (PBK) pada perkebunan kakao rakyat ternyata memicu petani untuk memilih dan melakukan rehabilitasi kebun kakaonya

dengan teknik sambung samping dan menempatkan cabang kakao yang berbuah besar. Kreatifitas Rahmadi dan kawan-kawan dari Asahan,

Sumatera Utara ini telah memberi inspirasi pada petani kakao lain.

Hasil sambung samping setelah dipotong dahan utamanya(foto: sbr)

Adalah Rahmadi bersama beberapa petani di Desa Lubuk Palas Kecamatan Air Joman mencari sesuatu untuk mengatasi hama tanaman kakao. Kreatifitasnya adalah dengan melakukan proses sambung samping pada tanaman kakao miliknya. Rahmadi dan kawan-kawan telah mendapatkan satu klon unggulan lokal yang berasal dari kebun rakyat yang diperoleh dari Desa Meranti. Klon unggulan lokal inilah yang kemudian disambung sampingkannya pada cabang kakao produktif di tanaman kakao yang ada. Keunggulan lokal buah kakao dari Desa Meranti ini adalah ukuran buahnya yang cukup besar. Biji dalam satu pod buah kakao mencapai 60-70 buah dan ukuran bijinya yang lebih besar.

Awalnya gagasan dari Rahmadi ini adalah bagaimana agar petani masih bisa mendapatkan hasil dari kebun kakaonya. Dengan teknik sambung

cara penyelubungan buah-buah kakao muda (pentil) dengan cara yang disebut kondomisasi.

Perkembangan selanjutnya, yakni pada tahun 1997/1998, memperlihatkan bahwa teknik sambung samping berhasil (cabang tempelan sudah hidup dan mulai berbuah-red), karenanya batang utama pohon kakao harus dipotong. Sebelum melakukan pemotongan, ada beberapa pertimbangan saat itu: pertama, untuk petani yang memang memiliki lahan yang kecil dapat memotong batang utama kakao secara berangsur-angsur sehingga petani setiap minggunya masih mendapatkan hasil yang cukup untuk kebutuhan keluarganya. Namun untuk petani yang memiliki lahan yang luas, dapat saja memotong langsung batang utama kakao yang ada sehingga perkembangan hasil sambung sampingnya akan lebih bagus dan

produksi yang akan dihasilkan akan lebih bagus lagi. Kondisi kebun kakao rakyat yang telah disambung samping dan telah dipotong batang utamanya, jelas menghasilkan ekosistem yang tidak disenangi oleh hama PBK. Beberapa lahan kakao petani yang telah menerapkan teknik sambung samping terbukti belum pernah menghadapi serangan PBK yang serius. Lahan kakao seperti ini memang layak untuk menerapkan cara pengendalian dengan apa yang disebut dengan PsPSP (Panen sering setiap minggu, Pemangkasan teratur, Sanitasi kebun, dan Pemupukan).

Klon Unggulan LokalPilihan buah besar juga menjadi hal yang menarik untuk dikaji dan mudah diterapkan petani kakao. Dengan buah besar, maka petani tidak perlu mengondom buah-buah muda terlalu banyak, tetapi akan mendapatkan hasil yang cukup baik. Jika serangan PBK masih tinggi, maka dengan mengondom sekian banyak buah sudah dapat menghasilkan biji kakao yang lumayan. Pengalaman selama ini bahwa dengan 8-12 buah kakao, sudah mampu menghasilkan biji kering kakao sebanyak 1 kg.

Dari perjalanan keliling di perkebunan kakao rakyat di Indonesia, ternyata cukup banyak potensi klon unggul lokal yang mestinya mampu dikembangkan di tingkat lokal sebagai klon yang memang memiliki keunggulan. Keberhasilan petani kakao di Sumatera Utara dalam

samping, buah kakao menjadi lebih mudah untuk dipanen karena posisi buah menjadi lebih rendah, sementara buah-buah kakao yang di bagian atas biarlah untuk hama PBK. Namun seiring waktu, Rahmadi dan kawan-kawan mengembang-kan teknik untuk menyelamatkan buah-buah kakao ini dengan

Kebun Ternak

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 9: organis edisi 16

10

mengembangkan klon unggul lokal bisa menjadi contoh. Periset di bidang perkakaoan mestinya juga lebih pro-aktif untuk mencari, mengidentifikasi dan mengembangkan klon unggul lokal ini. Beberapa lokasi seperti Luwu (Sulawesi Selatan) dan Berau (Kalimantan Timur) juga memiliki potensi kakao unggul lokal yang memiliki ukuran buah lebih besar. Khusus di Sumatera Utara, klon kakao yang paling banyak diminati petani adalah jenis RCL (Rahmadi Clon Lubuk Palas) atau ACC (Asahan

asupan kimia (pupuk dan pestisida) ternyata hasilnya cukup baik. Laporan dari banyak petani kakao yang sudah menggunakan pupuk organik yang dibuat sendiri secara lokalan, telah menumbuhkan keyakinan yang kuat bahwa pupuk organik buatan sendiri lebih baik ketimbang pupuk kimia. Pupuk organik lokal yang dibuat oleh petani pembuatannya sangat sederhana. Hanya dengan menyiapkan drum plastik 100 literan, kotoran ternak segar 10 kg, gula merah 1 kg dan bio-starter 100 ml sejenis EM yang juga sudah dibuat oleh petani sendiri. Bahan tersebut dimasukkan dalam drum plastik dan diisi penuh dengan air bersih, kemudian ditempatkan pada lokasi yang teduh, setiap hari dilakukan pengocokan dan dalam waktu 2 minggu pupuk organik cair tersebut sudah dapat digunakan langsung. Sementara untuk pupuk

organik padat, petani mengolah dari bahan baku lokal seperti sampah (serasah kakao), ditambah dengan pupuk kandang dan difermentasikan dengan menggunakan Bio-starter, hasil proses fermentasi selama 10 hari sudah dapat menghasilkan pupuk organik yang baik untuk kebun kakao. Sementara petani-petani kakao yang selama ini masih menggunakan bahan kimia, sudah melihat sendiri kemunduran perkembangan tanaman kakaonya, yakni meranggas dan tidak memiliki buah.

oleh kreatifitas petani sendiri, atau paling ada sedikit dukungan dari para praktisi lapangan yang berasal dari PPL dan LSM. Kondisi ini sangatlah memungkinkan untuk berkembangnya kakao rakyat yang organik. Mengapa demikian, karena tanaman kakao ini memang tidak secara khusus membutuhkan asupan yang tinggi terhadap input luar seperti pupuk kimia dan pestisida kimia.

Hasil ujicoba petani di beberapa lokasi yang sudah tidak menggunakan

Cocoa Clone), jenis TSH 858 dan RCC 71. Beberapa klon unggulan lokal ini kini menjadi pilihan banyak petani kakao sebagai bahan untuk memperbaiki atau merehabilitasi tanaman kakao yang ada baik dengan cara sambung samping atau okulasi pada bibitan baru. Mutu kandungan lemak biji-biji kakao tersebut (hasil uji di pabrik pengolah biji kakao) umumnya berkisar antara 51-52%.

Klon unggulan lokal yang telah dimiliki petani kakao Sumatera Utara sendiri di tingkat lapangan sudah terjadi seleksi lokasi. Seperti petani di Kabupaten Langkat, lebih menggandrungi jenis Klon RCC dan TSH. Sementara di Kabupaten Deli Serdang, petani lebih antusias untuk mengembangkan jenis ACC. Sementara petani-petani lain yang melakukan kunjungan silang ke petani yang ada di Sumatera Utara seperti petani kakao dari Lampung, Sulawesi, Kalimantan Timur, Pulau Simelue dan Nias sangat antusias untuk mengembangkan jenis klon ACC atau RCL ini.

Kakao Rakyat Mestinya OrganikProduksi kakao Indonesia terletak pada produksi biji kakao yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Bukan oleh perkebunan besar negara atau perkebunan besar swasta. Teknik-teknik untuk keberlanjutan kakao di Indonesia, ternyata sangat ditentukan

Penggunaan pupuk organik cair pada tanaman kakao dilakukan oleh petani setiap bulannya secara rutin. Setiap pohon diberi larutan hasil pembuatan pupuk organik cair tersebut sebanyak 2 liter, dengan cara membuat lubang kecil jarak 75-100 cm dari batang utama kakao dan disiramkan. Sedang untuk pupuk organik padat, biasanya dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan dosis 3-5 kg per batang tanaman.

Tanaman kakao sungguhpun tidak memerlukan perhatian khusus, namun proses pemangkasan dan pemberian pupuk organik menjadi kewajiban utama. Pemangkasan kakao yang baik adalah bagaimana membuat keseimbangan tajuk tanaman sehingga tidak akan akan terjadi kemiringan pohon. Pemangkasan rutin ini dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan tujuan agar produksi tanaman akan dapat terus berlangsung, sedang pemangkasan untuk cabang/tunas air menjadi wajib saat melakukan pemanenan buah yakni setiap minggu. (**)

SabirinYayasan BITRA/PANSU Medan – Sumatera Utara

Buah RCL atau ACC hasil sambung samping (foto: sbr)

Kebun Ternak

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 10: organis edisi 16

Dear Redaksi,Saat ini saya ingin menanam melon di Jambi dan akan menuju untukmendapatkan sertifikat organik. Apakah bibit melonnya juga harus organik?Jika bibitnya harus organik, varietas melon apa yang organik? Sebagai informasi tambahan, lokasi kebun melon saya adalah lokasi baru,belum pernah ditanami, awalnya adalah hutan muda. Luasnya adalah 10 hektar dan yang baru dibuka (inmas, tebang, cincang, tanpa bakar) sekitar 1 hektar.Apakah lokasi tersebut memenuhi syarat untuk mendapatkan sertifikat organik?

Rio PrihantoCV Green Sumatra Pembibitan Kelapa Sawit JambiPhone: 081366832290

Sertifikat Organik untuk Melon

Agung Prawoto menjawab:

Produksi melon organik harus berasal dari bibit organik. Apabila bibit organik tidak tersedia, maka berdasarkan SNI, bibit non organik dapat digunakan pada tahap awal namun ditanam dan dikelola sesuai prinsip organik dan tanpa perlakuan bahan-bahan

yang dilarang.

Tentang sejarah lahan, tujuan pertanian organik adalah untuk menjaga pelestarian dan keseimbangan ekosistem (sebagai prasyarat mendapatkan sertifikat organik). Model

agroforestry (Wana Tani) disarankan untuk terapkan. Peralihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian dengan cara menebang hutan sebaiknya dihindarkan karena

bertentangan dengan tujuan pertanian organik itu sendiri.

Jendela Konsultasi

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Foto: http://www.produceoasis.com/Items_folder/Fruits/Honeydew.html

Page 11: organis edisi 16

12

Masyarakat perkotaan, terutama kaum mudanya, pasti banyak yang tidak mengenal bekatul, apalagi mengetahui asalnya. Lapisan luar dari beras yang terlepas saat proses penggilingan gabah ini umumnya berwarna krem atau cokelat muda dan diperoleh dari proses penumbukan gabah padi menjadi beras.

Selama ini banyak orang menganggap bekatul hanya sebagai hasil samping penggilingan padi, bersifat limbah dan dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan nilai ekonomi rendah. Padahal, dari berbagai penelitian, bekatul memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan sangat layak dikonsumsi manusia. Zat gizi paling menonjol yang terkandung dalam bekatul adalah vitamin B15. Vitamin inilah yang memiliki manfaat yang luar biasa bagi tubuh.

Siapa sangka kulit ari beras yang lebih dikenal dengan nama bekatul (rice bran) ini dapat mencegah dan mengobati aneka penyakit? Bukankah selama ini bekatul hanya merupakan limbah penggilingan beras yang cocok untuk pakan ternak? Apa saja kandungan bekatul? Penyakit apa saja yang dapat dicegah dan diobati dengan bekatul? Berapa dosis ideal mengkonsumsi bekatul perhari?

Buku yang ditulis oleh dokter yang telah 30 tahun menggeluti bekatul, dan telah meresepkannya kepada pasiennya ini adalah jawabannya. (sny)

BEKATULMakanan yang Menyehatkan

Judul : BEKATULMakanan yang Menyehatkan

Penulis : Letkol TNI (purn) dr. Yusuf Nursalim (dr. Liem) & Dra. Zalni Yetti Razali, Mpd

Penyunting : MulyonoPenerbit : PT AgroMedia Pustaka

Jl. H. Montong No.57 Ciganjur, Jagakarsa Jakarta Selatan

Tebal : vi + 50 hal.

Pustaka

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 12: organis edisi 16

Setelah berhasil mengantongi sertifikat organik dari BIOCert, dan mendapat bantuan pemasaran dari PT Dian Niaga Jakarta, bukan tidak mungkin madu hutan

dari kawasan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) akan mampu menembus pasar nasional, bahkan dunia. Dengan adanya sertifikat organik ini,

taraf hidup petani madu hutan di kawasan ini juga dapat terdongkrak Tanpa harus merusak lingkungan.

Sertifikasi Madu Hutan Organik Pertama di Indonesia

Bapak Mulyadi, perwakilan dari APDS,saat menerima sertifikat organik BIOCertdari Menteri Kehutanan Republik Indonesia. (foto: sny)

Program Madu Hutan Organik ini selain untuk mendukung peningkatan pendapatan masyarakat

juga sekaligus berkontribusi bagi konservasi

Petani-petani madu hutan di Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) Kapuas Hulu Kalimantan Barat yang tergabung dalam Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS) telah mendapatkan Sertifikat Sistem Pangan Organik untuk madu hutan dari BIOCert. Sertifikat tersebut diserah terimakan secara simbolis oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia, MS Kaban kepada perwakilan APDS pada tanggal 16 Juli 2007 bersamaan dengan Rakor Teknis Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam di Safari Garden Hotel, Cisarua, Bogor.

APDS melakukan pengumpulan madu hutan secara lestari di areal seluas 7.378,4 ha dalam kawasan TNDS yang memiliki luas keseluruhan 132.000 ha. Dengan menggunakan mekanisme pengawasan mutu kelompok (internal control system /ICS), APDS memastikan bahwa madu hutan yang dikumpulkan memenuhi persyaratan sertifikasi BIOCert, SNI 01-6729-2002 dan mutu produk madu. Pemberian sertifikat organik bagi produk madu hutan ini merupakan yang pertama di Indonesia dan yang kedua bagi sertifikat organik yang dimiliki kelompok tani.

Pengumpulan madu hutan secara lestari ini dilakukan dengan cara membuat tikung [dahan tiruan tempat

hinggap lebah yang dibuat dari kayu Tembesu (Fagraea fragans) yang sudah mati dengan lebar 20-25 cm dan panjang 180-220 cm]. Tikung tersebut diletakkan di pohon-pohon sebagai sarang lebah hutan (Apis dorsata). Dan saat lebah mencari makan di pepohonan sekitar TNDS, mereka akan tertarik untuk membuat sarang di tikung-tikung tersebut.

Saat pemanenan, hanya kepala madu saja yang diambil, sehingga lebah masih mempunyai persedian madu untuk makanan anak lebah agar mereka dapat tumbuh menjadi dewasa dan membentuk koloni baru. Selain itu dengan panen lestari mereka dapat memanen hingga 3x dalam setahun dari yang awalnya hanya 1x panen dengan cara mengambil semua bagian sarang.

Proses pengolahan yang dilakukan adalah dengan cara sarang dibuka bagian lilin penutup sarangnya. Sarang tersebut kemudian diiris tipis-tipis secara horisontal supaya madu

Kabar dari BIOCert

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 13: organis edisi 16

Ragam bunga pakan lebah(foto: riak bumi)

Foto: koleksi pribadi

bisa keluar lebih cepat. Irisan tersebut kemudian di letakan di atas kain (ditiriskan) supaya madu menetes ke dalam tempat penampungan. Hal ini menjadikan madu lebih higienis (tidak bercampur dengan kotoran dan keringat), tidak bercampur dengan anak lebah sehingga madu bisa lebih tahan lama. Proses pengolahan semacam ini dapat menghasilkan madu bermutu tinggi.

Lebah hutan ini amat sensitif dengan kondisi lingkungan semisal kebakaran hutan dan banjir. Kedua hal tersebut akan mengakibatkan produksi lebah terganggu. Seperti di tahun 1997 saat terjadi kebakaran hutan di TNDS yang menyebabkan migrasinya lebah-lebah hutan ke kawasan lainnya. Begitu juga di tahun 2005 saat terjadi banjir di TNDS, yang berasal dari sungai Leboyan, sehingga menenggelamkan sarang-sarang lebah di kawasan tersebut.

Program Madu Hutan Organik ini selain untuk mendukung peningkatan pendapatan masyarakat juga sekaligus berkontribusi bagi konservasi di kawasan TNDS dan Sungai Leboyan yang menjadi penghubung antara TNDS dan TNBK (Taman Nasional Betung Kerihun). Setiap tahun biasanya terdapat 2 x musim panen. Dan biasanya musim panen madu hutan berlangsung di saat hasil tangkapan ikan atau hasil olahan ladang sedang sedikit sehingga madu hutan menjadi berkah bagi masyarakat sekitar hutan.

Madu-madu hutan tersebut dikumpulkan masyarakat di musim penghujan. Saat pohon-pohon di kawasan TNDS berbunga. Pada waktu itu pendapatan ikan rendah. Bunga-bunga pakan lebah di kawasan ini biasanya adalah bunga putat (Barringtonia acutangula), Masung (Syzygium clauvitora), Marbembam (Xanthophyllum sp.). Sementara di

musim kemarau, mereka memperoleh pendapatan dari ikan. Tujuh Puluh persen ikan air tawar di Kalimantan Barat berasal dari kawasan Danau Sentarum.

Untuk itu, APDS mewajibkan anggotanya untuk menjaga kawasan periau (kelompok tradisional petani madu) dari pembakaran dan penebangan pohon. APDS juga melarang anggotanya untuk melakukan kegiatan penubaan dan penggunaan agro kimia (input-input kimia pertanian) untuk menangkap ikan dan kegiatan pertanian yang dapat mencemari danau.

Sertifikasi organik ini juga membantu meningkatkan harga madu hutan di tingkat petani. Madu hutan sebelum sertifikasi dihargai sekitar Rp.18 – 20 ribu/kg, sementara harga madu hutan organik adalah Rp.25 ribu/kg. Sedangkan ditingkat APDS sendiri, harga madu hutan mencapai Rp.28 ribu/kg.

Pemasaran adalah salah satu kesulitan yang dihadapi para petani madu hutan di kawasan ini. Salah satu upaya yang dilakukan oleh para petani madu ini adalah melakukan sertifikasi organik untuk madu hutan yang dihasilkannya. Diharapkan dengan mutu yang terjaga baik, ditambah label organik, akan semakin meningkatkan daya tawar sehingga masyarakat sekitar danau mampu menjual madu hutannya dengan harga yang lebih baik sementara itu kelestarian alam-pun akan tercapai.

Program sertifikasi ini berjalan atas kerjasama Aliansi Organis Indonesia, Riak Bumi, dan Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI) serta dibantu oleh Balai TNDS (dulu Balai KSDA) dan WWF Putussibau Indonesia. (**)

Agung PrawotoDirektur Eksekutif BIOCert

Kabar dari BIOCert

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 14: organis edisi 16

PENGELOLAAN TANAH PENGELOLAAN TANAH UNTUK BUDIDAYA ORGANIKUNTUK BUDIDAYA ORGANIK

Keberhasilan budidaya pertanian organik antara lain dipengaruhi oleh pemilihan lahan yang tepat/sesuai untuk komoditas yang akan diusahakan.Teknologi pengelolaan kesuburan tanah yang diterapkan juga harus mengacu pada kriteria yang ditetapkan yakni menggunakan bahan-bahan alami yang ada di sekitar lahan (spesifik lokasi)

dengan tujuan mengoptimalkan produktivitas lahan secara alami.

Pengelolaan kesuburan tanah dalam sistem budidaya pertanian organik bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah melalui cara-cara alami untuk mengoptimalkan perbaikan sifat fisik, kimia dan aktivitas biologi di dalam tanah yang selanjutnya akan berperan mengefisienkan penyediaan hara bagi tanaman. Cara-cara alami tersebut dapat ditempuh antara lain dengan:

1. Menanam tanaman legum sebagai tanaman penutup tanah atau tanaman pagar (hedgerow) yang bermanfaat melindungi permukaan tanah, sebagai sumber pupuk organik, pakan ternak, dan disisi lain berfungsi sebagai perangkap inang atau predator. Tanaman penutup tanah atau cover crop adalah tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari kerusakan erosi dan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Tanaman penutup tanah mempunyai fungsi sebagai (a) pelindung tanah terhadap daya perusak butir-butir hujan yang jatuh (b) pelindung tanah terhadap daya perusak aliran air diatas permukaan tanah (run off) dan (c) perbaikan kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air yang berpengaruh terhadap jumlah dan kecepatan aliran permukaan (d) menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (e) melakukan transpirasi yang mengurangi kandungan air tanah.

Jenis tanaman yang sesuai untuk tanaman penutup tanah adalah tanaman yang mudah diperbanyak,

cepat tumbuh dan mempunyai biomas banyak seperti kacang-kacangan (leguminosa) yang dapat menambah nitrogen tanah dan perakarannya tidak memberikan kompetisi yang berat terhadap tanaman pokok. Meskipun demikian tanaman leguminosa tertentu menunjukkan kelemahan yaitu bijinya berkulit keras sehingga perkecambahannya sangat rendah, sarang hama dan penyakit, dapat tumbuh terbatas pada tempat-tempat tertentu karena kurangnya kemampuan mengadaptasi diri.

Pada umumnya penanaman legum penutup tanah dilakukan pada saat tanah diistirahatkan (bera) atau pada awal masa konversi menuju lahan organik

2. Mengembalikan Hara yang terangkut saat panen dengan menambahkan pupuk organik dan serasah sisa tanaman dari berbagai sumber secara periodik ke dalam tanah baik dalam bentuk segar atau telah dikomposkan.

Pupuk organik. Bahan organik memegang peranan penting dan merupakan faktor kunci dalam keberhasilan sistem pertanian organik karena bahan organik akan berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dari aspek kesuburan tanah ketiga proses tersebut tidak dapat dipisahkan. Pengaruh langsung bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman adalah dalam hal penyediaan zat tumbuh dan vitamin-vitamin serta enzim yang dapat diserap langsung

oleh tanaman dan memperbaiki pertumbuhan tanaman.

Kualitas pupuk organik juga sangat bervariasi tergantung pada bahan dasarnya. Sumber utamanya dapat dibagi kedalam 2 jenis yaitu yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa, serbuk gergaji, kotoran hewan, pangkasan tanaman pagar dan limbah media jamur. Dan yang berasal dari limbah non pertanian seperti, pasar, rumah tangga, dan pabrik.

Pupuk organik ini dapat diaplikasikan dalam bentuk bahan segar atau yang sudah dikomposkan. Pemakaian pupuk organik segar ditujukan untuk tujuan konservasi tanah dan air (sebagai mulsa) karena dapat melindungi permukaan tanah dari percikan air hujan. Sedangkan pupuk organik dalam bentuk kompos, volume lebih ringan, bibit penyakit dan gulma sudah mati, bahan sudah matang sehingga unsur hara segera tersedia bagi tanaman.

Sisa tanaman. Kandungan hara beberapa tanaman pertanian ternyata cukup tinggi dan bermanfaat sebagai sumber energi utama mikro organisme di dalam tanah. Apabila digunakan sebagai mulsa, maka ia akan mengontrol kehilangan air melalui evaporasi dari permukaan tanah, dan pada saat yang sama dapat mencegah erosi tanah. Hara dalam tanaman dapat dimanfaatkan setelah tanaman mengalami pengomposan.

Hama & Tanah

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 15: organis edisi 16

16

Sampah rumah tangga. Sampah (waste) didefinisikan sebagai bahan-bahan yang sudah tidak digunakan dan tidak bermanfaat sehingga disebut bahan buangan. Sampah organik limbah rumah tangga dapat dimanfaatkan sebagai sumber hara tanaman setelah mengalami proses pengomposan. Sampah organik terdiri dari sisa sayuran, tanaman, dan sisa makanan yang mengandung karbon (C) berupa senyawa sederhana maupun kompleks. Selulosa merupakan salah satu senyawa kompleks yang memerlukan proses pengomposan yang relatif lama namun dapat dipecah oleh enzim selulosa yang dihasilkan oleh bakteri menjadi senyawa monosakarida, alkohol, CO2, dan asam-asam organik lain.

Vermikompos. Vermikompos disebut juga kompos cacing, vermicast atau pupuk kotoran cacing, yang merupakan hasil akhir dari hasil penguraian bahan organik oleh jenis-jenis cacing tertentu. Vermikompos merupakan bahan yang kaya hara, dapat digunakan sebagai pupuk alami atau soil conditioner (pembenah tanah). Proses pembuatan vermikompos sendiri disebut vermikomposting. Cacing yang digunakan dalam proses pembuatan vermikompos diantaranya adalah brandling-worms (Eisenia foetida), redworms (Cacing merah) dan cacing tanah (Lumbricus rubellus). Cacing-cacing ini jarang ditemukan di dalam tanah, dan dapat menyesuaikan dengan kondisi tertentu di dalam pergiliran tanaman. Vermikomposting dalam skala kecil dapat mendaur ulang sampah dapur menjadi vermikompos yang berkualitas dengan menggunakan ruang terbatas.

3. Mengintegrasikan ternak dalam kebun organik. Kotoran hewan yang berasal dari usaha tani pertanian antara lain adalah kotoran ayam, sapi, kerbau, kambing, kuda dan sebagainya. Komposisi hara pada masing-masing kotoran hewan berbeda tergantung pada jumlah dan jenis makanannya. Secara umum, kandungan hara dalam kotoran hewan jauh lebih rendah dari pada

mengalami proses pengomposan yang benar.

4. Pergiliran Tanaman. Pergiliran atau rotasi tanaman mempunyai fungsi ganda, pertama sebagai cara memutus siklus hama dan penyakit dan kedua menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Jenis tanaman yang sama apabila ditanam secara terus menerus akan menguras hara tertentu dari dalam tanah. Adanya pergiliran tanaman akan mendaur kembali hara yang hilang dengan sumber hara yang baru. Tanaman yang baik untuk pola pergiliran adalah jenis kacang-kacangan/legum yang mempunyai kemampuan mandiri mencukupi kebutuhan N dari hasil fiksasi N udara. Biomasa yang dikembalikan ke dalam tanah akan menyuburkan tanah.

5. Pupuk hayati. Mikroba tanah bersama bahan organik tanah merupakan komponen penting dalam tanah dan berperan sebagai penyangga biologi tanah yang menjaga penyediaan hara dalam jumlah berimbang bagi tanaman. Beberapa mikroba penting dalam tanah antara lain mikroba penambat N dari udara, mikroba pelarut P, mychoriza dan mikroba yang dapat mengubah elemen S menjadi sulfat sehingga tersedia bagi tanaman. Selain itu terdapat pula mikroba perombak (decomposer) yang dapat mempercepat dekomposisi bahan organik sehingga hara cepat tersedia. Mikroba-mikroba tersebut secara indigeneous telah terdapat di dalam tanah, oleh karena itu upaya untuk meningkatkan jumlah/populasi dan keragaman di dalam tanah harus terus dilakukan dengan cara mempertahankan makanan dan sumber energinya berupa bahan organik.(**)

Diah SetyoriniAnggota Komisi Standar AOI dan

Peneliti pada Balai Penelitian Tanah, Bogor

Hama & Tanah

pupuk kimia sehingga dosis penggunaannya juga akan lebih tinggi.

Namun demikian, hara dalam kotoran hewan ini ketersediaannya (release) lambat sehingga tidak mudah hilang. Ketersediaan hara sangat dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi/mineralisasi dari bahan-bahan tersebut. Rendahnya ketersediaan hara dari pupuk kandang antara lain disebabkan karena bentuk N, P serta unsur lain terdapat dalam bentuk senyawa komplek organo protein atau senyawa asam humat atau lignin yang sulit terdekomposisi. Selain mengandung hara bermanfaat, pupuk kandang juga mengandung bakteri saprolitik, pembawa penyakit, dan parasit mikroorganisme yang dapat membahayakan hewan atau manusia. Contoh: kotoran ayam mengandung Salmonella sp. Oleh karena itu pengelolaan dan pemanfaatan pupuk kandang harus hati-hati.

Hasil penelitian pembuatan kompos dari kotoran hewan menunjukkan bahwa 10-25% dari N dalam bahan asal kompos akan hilang sebagai gas NH selama proses pengomposan. 3

Selain itu dihasilkan pula 5% CH 4

dan sekitar 30% N O yang 2

berpotensi untuk mencemari lingkungan sekitarnya. Sebaliknya akan terjadi penyusutan volume bahan dan mempunyai rasio C/N yang lebih rendah dan suhu 60 –

o65 C saat proses pengomposan berakhir.

Tidak semua produk usaha tani ternak dapat digunakan sebagai bahan penyubur tanah pada pertanian organik. Pupuk organik yang diijinkan adalah yang berasal dari produk pertanian organik. Pupuk kandang yang berasal dari “factory farming” tidak diijinkan digunakan pada praktek pertanian organik. Namun demikian, mengingat kondisi saat ini belum banyak peternakan ayam organik, penggunaan kompos kotoran ayam masih diperbolehkan asalkan telah

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 16: organis edisi 16

Tomat OrganikMengandung Anti OksidanLebih Banyak

Hampir semua orang mengenal tomat (Licopersicum esculentum).Buah yang tanpa kenal musim ini ternyata mengandung beragam nutrisi

yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Berbagai penelitian juga menunjukan bahwa tomat organik

memiliki kandungan flavanoidyang secara signifikan lebih banyak ketimbang tomat non-organik.

Di antara berbagai jenis sayuran dan buah, tomat dijuluki sebagai pembasmi oksigen aktif yang paling hebat. Itu disebabkan karena tomat mengandung banyak vitamin C, vitamin E, dan likopin yang berfungsi sebagai antioksidan. Cara kerja antioksidan setiap jenis sayur dan buah tentu berbeda-beda. Dan bila dibandingkan dengan sayur dan buah jenis lain, antioksidan yang terkandung dalam tomat lebih berkhasiat untuk menghancurkan oksigen aktif.

Likopin, unsur pembentuk warna merah pada tomat, merupakan salah satu jenis fight chemical yang memiliki daya antioksidan yang sangat ampuh untuk mengurangi jumlah oksigen aktif di dalam tubuh. Kemudian,

vitamin C yang juga terkandung di dalam tomat bekerja untuk mencegah oksigen aktif agar tidak mendekat ke sel dengan cara memblokir di cairan di sekeliling sel. Vitamin E menjaga dinding sel yang terselubung di dalam lipid. Bila oksigen aktif berusaha untuk masuk ke dalam sel, vitamin E ini akan menendangnya keluar.

Kaya AntioksidanKeisitimewaan buah tomat adalah tingginya kandungan likopen. Selain memberikan warna merah pada buah tomat, likopen terbukti efektif sebagai zat antioksidan. Likopen juga dapat menurunkan risiko terkena kanker, terutama kanker prostat, lambung, tenggorokan dan usus besar.

Kandungan asam klorogenat dan asam p-kumarat di dalam tomat ini mampu melemahkan zat nitrosamin penyebab kanker.

Tomat juga banyak dimanfaatkan di dalam industri kecantikan, banyak masker dan pil anti penuaan yang berbahan dasar tomat. Bukan tanpa alasan, pigmen likopen memang terbukti efektif sebagai antioksidan.Baru-baru ini, dalam studi perbandingan selama periode 10 tahun antara tomat organik dengan tomat biasa, para peneliti dari Universitas California, AS, menemukan tomat organik memiliki kandungan flavonoid, jenis zat antioksidan, dua kali lebih banyak. Dalam studi ini para peneliti mengukur jumlah quercetin dan

Konsumen

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 17: organis edisi 16

kaempferol, dua jenis flavanoid, dalam contoh tomat kering. Mereka menemukan bahwa jumlah quercetin 79% lebih tinggi dan kaempferol 97% lebih tinggi pada tomat organik ketimbang tomat non organik.

Flavonoid sendiri memiliki segudang manfaat, antara lain menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke, serta disebut-sebut sebagai penangkal kanker dan demensia (pikun).

Hasil studi yang dipublikasikan dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry menyatakan bahwa kadar nitrogen dalam tanah yang dipakai untuk pertanian organik mungkin adalah penyebab tingginya kadar flavonoid.

Sementara itu majalah New Scientist melaporkan perbedaan kadar flavonoid antara sayur organik dan non organik disebabkan karena tidak adanya pupuk kimia dalam pertanian organik.

Flavonoid diproduksi sebagai mekanisme pertahanan alami akibat kurangnya nutrisi, seperti rendahnya kadar nitrogen dalam tanah. Sedangkan pertanian non organik biasanya memakai pupuk yang sudah mengandung nitrogen.

Dimasak Lebih Baik Mengkonsumsi buah tomat sebaiknya dimasak terlebih dahulu. Seperti yang terungkap dari penelitian badan pangan dunia FAO-WHO. Hasil penelitian lembaga ini menunjukan jika kandungan likopen tidak rusak dan jumlahnya tidak jauh berubah selama pemanasan. Bahkan kandungan likopen akan meningkat 10 kali lipat ketika tomat diolah menjadi saus atau pasta tomat.

Likopen merupakan bagian dari karotenoid yang larut dalam lemak, namun likopen yang lalrut di dalam lemak justru sulit di serap oleh tubuh. Karenanya, disarankan mengolah tomat dengan cara di rebus atau dikukus.

”Dari sisi nutrisi, kandungan gizi tomat organik lebih baik dibandingkan tomat anorganik. Tomat organik lebih sehat karena bebas dari residu kimia, baik dari pupuk dan pestisida. Tomat dari hasil organik juga lebih tinggi kandungan kalsiumnya, sekitar 23 mg dibandingkan tomat unorganik yang hanya mengandung 5 mg kalsium,” demikian kata Budi Sutomo dalam Likopen Tomat Pencegah Penyakit Jantung.

Dengan mengonsumsi tomat, kita dapat memperoleh manfaat dari kolaborasi kerja unsur-unsur antioksidan sebagai pemerang oksigen aktif tersebut. Terlebih lagi, asam organik yang merupakan pembentuk rasa asam pada buah tomat berkhasiat untuk mendorong pensekresian air liur yang berfungsi untuk menguraikan zat gula, cairan lambung yang berfungsi untuk menguraikan protein, lipase yang disekresikan oleh usus dua belas jari, yang berfungsi untuk menguraikan lipid, dan lain-lain. (**)

Diolah dari:The New Scientist, Medical News

Today dan The Journal of Agricultural and Food Chemistry dan Info Boga

Gandhi BayuManajer Pemasaran LESTARI,

Cijeruk, Bogor

Tomat organik di kebun Wahana Cory, Bogor

Konsumen

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 18: organis edisi 16

Memaknai Memaknai Pertanian Pertanian

OrganikOrganikOleh: Lily N. Batara

Perkembangan dunia pertanian dan industri dalam sistem petanian modern, telah menghasilkan dampak negatif yang besar terhadap ekosistem alam. Tentu kita masih ingat, betapa pencemaran bahan kimia beracun akibat tingginya intensitas pemakaian pupuk, pestisida dan herbisida pernah kita rasakan. Ketahanan (resistensi) hama yang semakin meningkat terhadap pestisida mengakibatkan terputusnya rantai makanan ekosistem. Pertanian modern juga telah mengurangi keragaman spesies tanaman secara drastis akibat penerapan sistem monokultur secara besar-besaran. Ekosistem alam yang semula tersusun sangat kompleks, berubah menjadi ekosistem yang susunannya sangat sederhana akibat berkurangnya spesies-spesies tanaman.

Sistem pertanian semakin tergantung pada input luar seperti: pupuk dan pestisida kimia, benih hibrida, mekanisasi yang memanfaatkan bahan bakar minyak dan irigasi. Bersamaan dengan meningkatnya kebutuhan akan produk pertanian, maka teknologi baru untuk pengembangan varietas baru, seperti jagung, padi, kedelai, serta tanaman komersial lainnya juga semakin menantang. Ketergantungan petani akan saprodi buatan pabrik semakin tinggi. Hal ini kemudian menimbulkan dampak besar, bukan hanya terhadap ekologi dan lingkungan, tetapi bahkan terhadap situasi ekonomi, sosial dan politik. Penguasaan (hegemoni) pertanian

terjadi melalui input produksinya. Keadaan inilah yang kemudian mendorong adanya perubahan sistem pertanian dari konvensional ke pertanian organik. Sehingga banyak istilah yang digunakan. Ada yang menyebutnya pertanian berkelanjutan, pertanian alami, petanian selaras alam, dan lain-lain. Namun pada intinya, sistem pertanian ini adalah praktik bertani secara alami, tanpa bahan kimia, sedikit mengolah tanah, produknya lebih ramah terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, serta mempunyai visi kemerdekaan dan kemandirian petani.

Pertanian organik pun dikampanyekan secara massal sebagai jalan keluar dari pertanian modern. Berbagai cara digunakan orang atau organisasi untuk mengkampanyekan pertanian organik. Lebih ramah lingkungan, tidak butuh biaya besar karena bisa dibuat sendiri, menghasilkan makanan sehat, dan harga jualnya lebih baik daripada produk pertanian konvensional kini menjadi kalimat yang sering dilontarkan untuk menarik minat bertani organik. Tidak ketinggalan, Pemerintah pun mengeluarkan program “Go Organic 2010” dengan target Indonesia mengekspor produk organik pada 2010.

Masing-masing orang atau institusi boleh berbeda pengertian, tujuan dan pendekatan yang digunakan dalam pertanian organik. Pendekatan yang menonjol digunakan oleh praktisi pertanian organik adalah pendekatan ekologi, ekonomi dan teknologi.

Pendekatan ekologi misalnya, menekankan pada kemampuan menjaga keseimbangan ekosistem terutama ekologi tanah sebagai media tanam. Sementara pendekatan ekonomi melihat aktivitas produksi pertanian organik lebih murah karena dibuat sendiri, mampu memberikan nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan produk konvensional. Selain itu, praktik ini mengajarkan bagaimana membuat pupuk dan pestisida organik yang bahan bakunya bisa didapatkan di sekitar kita sehingga harganya pun jauh lebih murah.

Penyadaran yang dilakukan saat kini sebatas menyehatkan lingkungan dan manusia serta ramah terhadap ekosistem. Peluang inilah yang ditangkap berbagai perusahaan agrobisnis yang dulunya memproduksi pupuk dan pestisida kimia, kini mulai memproduksi pupuk dan pestisida yang dilabeli “organik”. Mereka memanfaatkan karakter petani yang telah dibangun sejak pertanian modern diperkenalkan melalui input produksi instan (benih, pupuk dan pestisida tinggal pakai). Karena proses penyadaran yang tidak utuh dilakukan, maka petani lebih memilih paket organik ini dibandingkan harus membuat sendiri pupuk dan pestisida yang membutuhkan waktu lama dan tenaga banyak, demi alasan efektif dan efisien. Namun jika hal ini terus dibiarkan maka petani akan selalu bergantung pada produk buatan pabrik yang bahan baku, kualitas, dan harganya selalu ditentukan oleh

Opini

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 19: organis edisi 16

dan kondisi topografi/geografi setiap daerah seharusnya tidak dilupakan dalam pertanian organik. Namun, kearifan lokal dengan berbagai ragam pengetahuan manusia dihapus oleh pertanian modern, menjadi hanya satu pola bentuk pertanian. Bibit lokal, kearifan pengetahuan pertanian lokal dicap “primitif ” oleh penggiat pertanian modern. Julukan primitif ini diikuti promosi besar-besaran jenis padi hibrida unggul, tahan segala jenis penyakit dan hama, produksi lebih tinggi, dan waktu panen yang cepat.

Praktik pertanian organik selayaknya membuat kehidupan sosial petani lebih baik, mampu membangun ikatan solidaritas sosial yang dulu pernah ada di komunitas pedesaan. Apabila pendekatan pertanian organik tidak holistik, pertanian organik tak ubahnya seperti revolusi hijau; tidak berkelanjutan dan tidak memberi solusi kepada masalah yang sudah ada, namun malah akan memperparah masalah tersebut. (**)

Lily N. BataraUnit Pertanian Berkelanjutan Bina Desa,

Jakarta

pengusaha agrobisnis. Itu berarti, petani tidak akan pernah bisa mandiri sebagai produsen pangan, karena input produksinya selalu tergantung pada perusahaan agrobisnis.

Praktik pertanian organik seharusnya membawa perubahan mendasar dalam kehidupan sosial petani, mampu membangun ikatan-ikatan solidaritas sosial yang dulu pernah ada dan hidup di komunitas pedesaan. Kalau dulu hubungan di antara pemilik tanah dan penggarap tidak hanya didasarkan pada ikatan ekonomis saja, tapi lebih dari itu. Mereka menjalin hubungan yang berdasarkan pada ikatan-ikatan solidaritas sosial. Contohnya, bila salah seorang keluarga petani ditimpa musibah atau mengalami gagal panen, maka beban ini ditanggung bersama oleh anggota komunitas lainnya, termasuk oleh pemilik tanah. Sehingga terbangunlah solidaritas dalam masyarakat desa, dan hal ini pulalah yang mencegah dan menyelamatkan keluarga-keluarga petani miskin jatuh ke dalam bencana kelaparan akibat kerawanan ekologis.

Namun melalui industrialisasi, tatanan sosial seperti ini diubah, dari masyarakat agraris menuju masyarakat yang kapitalistik. Revolusi hijau telah memberangus hak-hak politik petani. Untuk mencegah terjadinya penolakan akibat program ini, pemerintah menerapkan suatu mekanisme kontrol politik dengan melarang organisasi massa dan politik berkembang di tingkat desa. Pemilihan kepala desa diganti dengan sistem penunjukan langsung, dan pembentukan KUD sebagai satu-satunya koperasi sebagai salah satu kontrol pemerintah. Hal ini terjadi karena stabilitas politik negara bergantung pada pinjaman Bank Dunia. Sehingga program ini dibiayai oleh utang, yang kemudian lebih meletakkan modal dan investasi menjadi lebih berharga ketimbang manusia.

Sebaliknya, pertanian organik lebih meletakkan manusia sebagai

subyeknya. Proses hegemonisasi, eksploitasi, dehumanisasi tidak akan ditemukan karena petani menentukan sendiri input produksi; penggunaan benih, pupuk atau pestisida dengan bebas ditentukan sendiri oleh petani tanpa harus tergantung pada perusahaan agribisnis. Petani menjadi produsen sendiri atas input produksinya. Begitu pula dengan distribusinya, harga yang lebih adil bagi petani sehingga mampu menjamin kehidupan petani yang bermartabat dan berdaulat atas dirinya.

Mengembalikan peran perempuan dalam proses produksi juga merupakan pendekatan yang harus terintegrasi dalam pertanian organik. Sebelum masa pertanian moderen, perempuan menguasai sekitar 60% proses produksi mulai dari seleksi benih hingga panen. Kaum perempuan khususnya keluarga miskin menghidupi keluarga dengan memperoleh pekerjaan selama panen, sehingga menyumbang kepada pemasukan rumah tangga secara berarti. Pertanian modern (revolusi hijau) menggusur perempuan dari peran mereka di sawah, sementara anggapan bahwa laki-laki adalah pemimpin rumah tangga mengakibatkan banyak informasi tentang program ini tidak menyentuh kaum perempuan. Belum lagi jenis padi dan teknologi yang digunakan secara sistematik mengabaikan perempuan, input produksi juga menyimpan residu kimia dalam tubuh perempuan. Sehingga perempuan dipaksa meninggalkan pertanian. Namun untuk memenuhi tanggungjawabnya sebagai tiang pangan keluarga mereka menjadi tenaga kerja di luar negeri seperti pekerja seks, pekerja rumah tangga, buruh pabrik, dan lain-lain yang rentan dengan pelecahan dan diskriminasi.

Menghidupkan kembali kearifan lokal seperti ritual tanam, kalender musim/pronoto mongso, kecocokan tanaman dengan karakteristik petani,

Opini

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 20: organis edisi 16

“Pasar Tani Alami (PTA) adalah sebuah lembaga yang berfungsi sebagai pusat informasi, tempat bertemunya produsen konsumen, usaha bersama pemasaran, dan advokasi harga untuk mewujudkan sistem yang adil dalam menetapkan nilai tukar yang layak bagi produsen sebagai penghasil produk dan konsumen sebagai pemanfaat produk,” tutur Theresia Eko Setyowati, pendamping lapang LESMAN, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Jawa Tengah yang memayungi kegiatan PTA.

Menaikkan nilai tukar produk usaha tani yang diproduksi oleh kelompok dampingannya, ingin memperpendek rantai pemasaran dan menyediakan produk sehat bagi konsumen secara terus-menerus, adalah cita-cita mulia mereka, para pendamping petani organik di kaki Merapi, yang hingga kini masih terus diperjuangkan. Usaha mereka untuk membantu para petani memasarkan produk-produk pertaniannya ternyata tidak sia-sia. PTA yang didirikan oleh 18 lumbung kelompok yang tersebar di kabupaten Boyolali, Kulon Progo dan Gunung Kidul pada 14 Maret 2001 tersebut, kini telah mempunyai anggota sebanyak 22 Kelompok Tani dengan jumlah keseluruhan sebanyak 660 orang yang terdiri dari 240 perempuan dan 420 lelaki.

Jangan bayangkan Pasar Tani layaknya seperti pasar-pasar tradisional pada umumnyaTak ada aktivitas bongkar muat barang, atau para pedagang yang sibuk menjajakan barang dagangannya, atau... hiruk pikuk proses tawar menawar antara penjual dan pembeli. Walaupun bernama “pasar” namun jauhkan gambaran semacam itu di benak anda.

Pemasar Organik dari Kaki Merapi

Ketika disinggung manfaat apa yang dapat dipetik jika menjadi anggota PTA, Haryono, pengelola PTA yang juga masih berkegiatan di LESMAN menuturkan bahwa beberapa keuntungannya adalah mendapatkan harga layak lebih dari nilai pasaran umum (selisih Rp.1.000,-/kg), adanya jaminan pasar produk yang jelas, dan jika menanam saham di PTA maka akan memperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU). ”Ibu Yekti dari Kelompok Tani Randusari, Dlingo, Boyolali telah merasakan salah satu manfaat tersebut. Ibu Yekti ini mempunyai lahan seluas 2.500 m2. Lahannya tersebut ditanami padi menthik wangi dengan hasil panen 1,5 ton Gabah Kering Giling (GKG). Bila ditebaskan semua/dijual di pasaran umum, Ibu Yekti hanya memperoleh Rp. 3.750.000,- dari hasil penjualan produknya ini. Namun jika dijual di PTA, beliau memperoleh hasil penjualan sebesar Rp 4.350.000,- Ada selisih harga sebesar Rp. 600.000,- Cukup menguntungkan,” cerita Haryono panjang lebar.

Pasar BerkeadilanPenerapan Pertanian Organik dapat menjadi salah satu pemicu penciptaan harga yang lebih baik. Adanya pandangan bahwa produk pertanian organik lebih sehat dan ramah lingkungan di kalangan konsumen menjadi keuntungan tersendiri bagi para petani. Karena dengan pandangan tersebut, produk organik dapat dijual

dengan harga relatif lebih mahal dibandingkan produk pertanian konvensional yang masih menggunakan asupan kimiawi. Dengan demikian petani dapat meraih keuntungan lebih dengan menerapkan sistem pertanian organik. “Sebenarnya harga premium ini didapat karena lahan yang belum siap dikelola secara organik sehingga ada penurunan produksi, ditambah saat ini ketersediaan produk organik masih kurang dibandingkan permintaan konsumen,” tutur Haryono. Maka berlakulah hukum pasar ”jika permintaan lebih banyak ketimbang produk yang ada, maka harga akan cenderung tinggi”. Namun untuk mensiasati agar harga produk organik tetap dapat dijangkau oleh semua komponen konsumen tanpa harus membedakan kelas, PTA kini berusaha menyediakan produk-produk organik sebanyak-banyaknya.

Model pasar berkeadilan dimana produk organik dijual melalui penjualan langsung ke konsumen atau pengecer sehingga rantai pemasaran dapat diperpendek adalah model yang kini tengah dikembangkan oleh petani padi organik yang diorganisir oleh PTA Boyolali ini. Selain itu, harga jual produk juga diperhitungkan secara adil dengan keuntungan yang rasional bagi petani (fair price).

Model pemasaran ini, sekarang cukup banyak berkembang di berbagai daerah. Bahkan, seolah manjadi tren bahwa produk organik harus didukung dengan pengembangan pemasaran alternatif, yaitu perdagangan adil (fair trade). Namun, seringkali petani organik tetap tidak dapat menikmati harga jual

Profil

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 21: organis edisi 16

yang tinggi. Hal ini salah satunya didasari oleh kesulitan untuk memasarkan produk organik ke pasar yang lebih luas akibat sistem pasar yang telah dikuasai oleh pedagang besar dan sistem ritel yang menerapkan konsinyasi. Sehingga, keuntungan kemudian lebih banyak dinikmati oleh para pedagang.

PromosiSaat ini beras organik yang dipasarkan oleh PTA adalah jenis Menthik Wangi, Pandan Wangi dan Merah Slegreg dengan volume pemasaran masing-masing sebanyak 4.000 kg, 700 kg, dan 500 kg setiap bulannya. Namun kini tak hanya beras organik yang coba dikembangkan pemasarannya. Lembaga yang berada 80 km sebelah Utara Yogyakarta ini kini juga berusaha memasarkan produk organik lain milik petani anggota seperti kacang hijau, kedelai, bawang merah, jahe, kunyit, kencur, dan emping garut.

Dan untuk lebih memperkenalkan lembaga yang sudah kurang lebih 7 tahun berdiri ini, para penggiat di lembaga yang diketuai oleh Bapak Sarjimin dari Kelompok Tani Ngudi Rahayu ini berupaya melakukan promosi dengan mengikuti berbagai kegiatan pameran baik di dalam

maupun di luar kota, juga melakukan publikasi dengan membuat brosur, leaflet, pemasangan spanduk, dan juga menerbitkan Buletin ”Wani Mandiri”. Selain itu, ada juga jasa layanan pesan antar lho.... ”Dengan mengikuti berbagai ajang pameran, PTA dapat memperluas jaringan pemasaran dan juga sebagai ajang promosi bagi PTA itu sendiri. Selain pameran, ada satu lagi cara yang cukup efektif untuk memperluas jaringan yaitu melalui temu produsen dan konsumen,” kata Eko.

Mulai Mandiri ”Sejak 2 bulan ini, PTA sudah mandiri, keuntungan bersih yang bisa diperoleh untuk satu bulan dapat mencapai Rp. 2.200.000,- dan seluruh pengeluaran untuk operasional lembaga kini sudah dapat dibiayai sendiri,” tutur haryono bangga. Berkembangnya PTA juga ditandai dengan semakin banyaknya konsumen PTA baik perorangan, toko maupun distributor luar kota. Juga semakin banyaknya simpul yang dimiliki. Hingga saat ini sebaran simpul PTA sudah mencapai 16 simpul yang meliputi: Bogor 1 simpul (IPB), Depok: 1 simpul (koperasi Brimob), Jakarta 4 simpul (Bina Desa, Koperasi Indogreen, Toko Kusnadi, Toko

Mahendra), Semarang 1 simpul (PT. Inticipta), Yogyakarta 1 simpul (Toko Sahani), Salatiga 1 simpul (Toko Andre), Solo 1 simpul (Yayasan Duta Awam), dan Boyolali 7 simpul (Pemda Boyolali, BKK, Dinas Peternakan, Kantor Amdal, Kantor PMD, Bagian Perekonomian), dan konsumen perorangan. Alasan kesehatan masih menjadi alasan utama para konsumen PTA. ”Kesehatan adalah alasan terbanyak dari konsumen kami. Setelah itu jaminan kualitas, lalu jaminan harga dan jaminan kontinuitas,” kata Haryono.

Kendala Itu.... Layaknya sistem pemasaran organik yang lain, PTA juga menghadapi berbagai kendala dalam memasarkan produk-produk organiknya. ”Beberapa kendala yang sering dihadapi diantaranya adalah ketersediaan produk organik dan unggul lokal masih minim, sistim penjaminan mutu belum optimal, peralatan masih sederhana dan permodalan yang terbatas,” kata Haryono menutup pembicaraan dengan ORGANIS. (sny)

Satu sisi saat pameran

Merekalah yang beradadibelakang PTAproduk dlam pameran

Profil

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

PASAR TANI ALAMI(CP: Bpk. Sarjimin)

Jl. Regulo 79BSidomulyo, Pulisen

Boyolali Jawa TengahTelp./Fax: (0276) 325770

[email protected]

Page 22: organis edisi 16

16-20 Juli 2007Pelatihan Sistem Pengawasan Mutu Internal (Internal Control System/ICS) Untuk Sertifikasi Kelompok - Pilot Project Sertifikasi Mete Organik

Pelatihan ini dibagi menjadi dua materi yaitu materi lapangan yang dilaksanakan di perkebunan mete Desa Banga Kecamatan Mawasangka, kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara pada tanggal 16-18 Juli 2007 dan materi kelas yang dilaksanakan pada tanggal 19-20 Juli 2007 di Hotel Rosichan, Kota Bau-Bau. Kedua materi difasilitasi oleh Rasdi Wangsa dan Arief E. Rahmanto.

Kegiatan yang dihadiri oleh 30 orang petani mete ini bertujuan untuk membangun pemahaman dan harapan yang sama mengenai sistem pengawasan mutu di kelompok produsen, membangun sistem pengawasan mutu di kelompok produsen yang efektif dan benar disesuaikan dengan kondisi lokal, membangun manajemen produksi dan pemasaran yang dibangun bersama dalam kelompok produsen, membangun kapasitas bersama dalam kelompok produsen untuk memperoleh sertifikasi sistem pangan organik yang berbasis kelompok produsen, dan memahami kondisi, standar dan regulasi pasar produk organik dan ramah lingkungan sehingga dapat memberikan informasi yang memadai untuk memilih pasar yang ingin dimasuki.

16 Juli 2007Penyerahan Sertifikat Sistem Pangan Organik

Untuk Madu Hutan Kepada Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS)

Pada tanggal 16 Juli 2007, dilakukan serah terima Sertifikat Sistem Pangan Organik untuk madu hutan dari BIOCert kepada petani-petani madu hutan di Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) Kapuas

Hulu Kalimantan Barat yang bergabung dalam Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS). Sertifikat tersebut diserah terimakan secara simbolik oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia, MS Kaban

kepada perwakilan APDS di Safari Garden Hotel, Cisarua, Bogor. Program Sertifikasi Madu Hutan ini adalah salah satu Pilot Project dari Aliansi Organis Indonesia (AOI) yang telah dimulai sejak tahun 2004.

27 Juli 2007Pelatihan Lanjutan Sistem Pengawasan Mutu Internal (Internal Control System/ICS)

untuk Sertifikasi Kelompok - Pilot Project Sertifikasi Kayu Manis Organik

Pelatihan lanjutan ini digelar pada tanggal 27 Juli 2007 di Pondok Informasi Mangkuraksa, Kampung Malaris Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Propinsi Kalimantan Selatan. Pondok Malaris ini juga

berfungsi sebagai kantor Organisasi ICS Petani Mete Malaris. Kegiatan yang diinisiasi oleh Aliansi Organis Indonesia dan Yayasan Cakrawala Hijau (YCHI) ini dihadiri oleh sekitar 28 orang petani anggota ICS.

Kegiatan kali ini lebih difokuskan pada penguatan organisasi ICS dan diskusi mengenai pengembangan pasar produk kayu manis Malaris. Fasilitator kegiatan ini adalah Rasdi Wangsa dan Rudi Redhany. Diharapkan,

pada Desember 2007 petani mete Malaris sudah dapat mengantongi sertifikat organik.(sny)

Agenda

Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agst - Okt 2007)

Page 23: organis edisi 16

Edisi No. 16/Th 4 (Agt - Okt 2007)Edisi No. 16/Th 4 (Agt - Okt 2007)