Orang Rimba Di Sekitar Areal PT SAL
-
Upload
appie-koekange -
Category
Documents
-
view
55 -
download
16
description
Transcript of Orang Rimba Di Sekitar Areal PT SAL
-
ORANG RIMBA
DI SEKITAR AREAL
PT SARI ADITYA LOKA (SAL)
2014
-
A. Latar Belakang
Orang Rimba atau Suku Anak Dalam (SAD) merupakan suku asli marjinal di Provinsi
Jambi. Sebaran Orang Rimba berada di Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Merangin,
Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo dan Kabupaten Batanghari.
Populasi terbesar ada di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD), selatan
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) dan sebagian lagi berada di sepanjang Jalan
Lintas Sumatra, Sarolangun - Bungo. Jumlah populasi mereka menurut survei KKI-Warsi
bersama dengan BPS sebanyak 4500 jiwa1.
Gambar 1. Peta sebaran Orang Rimba di Propinsi Jambi
Secara tradisional Orang Rimba sangat tergantung dengan hutan. Adat-istiadat dan
budaya Orang Rimba berkaitan erat dengan adanya hutan. Ado rimbo ado bungo, ado bungo
ado dewo seloka ini bermakna ada hutan ada bunga dan ada bunga ada dewa. Pemaknaan ini
sangat penting bagi kehidupan sosial spiritual Orang Rimba dimana dalam setiap aktivitas
sosial dan spiritual selalu berhubungan dengan dewa mereka. Selain itu hutan bagi Orang
Rimba merupakan tempat yang banyak menyediakan sumber penghidupan mereka. Ketika
hutan masih ada Orang Rimba tidak terlalu khawatir akan kebutuhan makan pokok mereka.
1 Jumlah jiwa dalam sensus ini hanya mencangkup kelompok Orang Rimba yang belum terdaftar dalam
administrasi desa terdekat.
-
Hutan banyak menyediakan hewan buruan, buah-buahan dan umbi-umbian sebagai sumber
karbohidrat yang dapat mencukupi kebutuhan Orang Rimba. Untuk mengumpulkan
kesemuanya itu Orang Rimba melakukan aktivitas berburu dan meramu. Aktivitas berburu
dan meramu ini dari dulu sampai sekarang masih ada yang diwariskan secara turun menurun
kepada anak cucu mereka.
Gambar 2. Aktivitas berburu dan meramu di dalam Hutan
Bagi Orang Rimba yang masih berada di sekitar kawasan hutan (Selatan TNBT dan
dalam kawasan TNBD) hal ini masih mungkin mereka lakukan karena masih tersedia hutan
yang cukup luas. Namun hal ini berbeda bagi Orang Rimba yang tinggal di sekitar
Perkebunan Sawit PT. Sari Aditya Loka (PT SAL) dan desa-desa transmigrasi.
-
B. Profil PT. Sari Aditya Loka (PT SAL)
PT Sari Aditya Loka (PT SAL) merupakan salah satu anak perusahaan perkebunan
besar swasta nasional (PBSN) Astra Agro Lestari Tbk, yang mengelola tanaman perkebunan
kelapa sawit.
PT SAL memiliki 2 lokasi yaitu :
1. PT Sari Aditya Loka-1
2. PT Sari Aditya Loka-2
Perusahaan ini beralamat di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan,
Kabupaten Merangin, Jambi. Status permodalan merupakan Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) dengan bidang usaha dan kegiatan perkebunan dan industri pengolahan
minyak kelapa sawit. SK Amdal Nomor 071/RKL-RPL/BA/VI/95 dengan persetujuan revisi
Amdal Nomor 36 tahun 2006.
PT SAL-1 adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan 19.701,15
ha dengan pola inti plasma. Kegiatan yang terdapat pada perusahaan adalah perkebunann,
teknik infrastruktur, perkantoran dan administrasi serta pabrik pengolahan kelapa sawit
dengan kapasitas olah pabrik 60 ton TBS/jam.
Lokasi perkebunan berada pada wilayah kabupaten Sarolangun, Merangin, Tebo dan
Bungo, sementara pabrik pengolahan kelapa sawit berlokasi di wilayah desa Muara Delang,
Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Jambi.
Pembangunan kebun PT SAL-1 dimulai pada tahun 1998 yang terdiri atas :
1. Kebun inti murni : 5.479,45 ha
2. Kebun plasma : 13.157,65 ha
3. KKPA : 1.064,65 ha
Proses produksi dan pengolahan di pabrik dimulai pada bulan Agustus 1995 dengan
kapasitas olah pabrik saat itu 30 ton TBS/jam.
PT SAL-1 berada pada koordinat 102 21 0 - 102 36 0 BT dan 1 52 0 - 2 04
0 LS dan terdiri dari 3 lokasi, yaitu :
1. Pabrik dan kantor berlokasi di desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan,
Kabupaten Merangin, Jambi
2. Kebun Inti-1 sebagian berlokasi di desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan,
Kabupaten Merangin, dan sebagian berlokasi di desa Bukit Suban, Kecamatan Air
Hitam, Kabupaten Sarolangun, Jambi
3. Kebun Inti-2 berlokasi di desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitan, Kabupaten
Sarolangun, Jambi
PT SAL-2 mempunyai konsesi ijin seluas 14.166 ha yang sebagian besar ditanami
kelapa sawit dan merupakan kebun plasma. Dilokasi PT SAL-2 juga terdapat satu unit pabrik
-
pengolahan tandan buah segar (TBS) dengan kapasitas 60 ton TBS/jam yang berlokasi di
kebun Cilodang, Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo, Jambi.
Model Perijinan
1. PT SAL mengajukan permohonan ijin usaha perkebunan kelapa sawit melalui surat
Nomor : Leco/084/Ext/SAL/X/2004 tertanggal 13 Oktober 2004
2. Keputusan Bupati Tebo Nomor 22 Tahun 2005 tentang pemberian ijin usaha perkebunan
kepada PT SAL di Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo, Jambi tertanggal 5 Februari
2005.
Jenis usaha merupakan budidaya perkebunan kelapa sawit dengan luas areal tanam seluas
229 ha yang berlokasi di desa Sungai Jernih (SP A) Kecamatan Tebo Ilir (sekarang
Kecamatan Muara Tabir)
3. Keputusan Bupati Sarolangun Nomor 117 Tahun 2005 tentang pemberian ijin usaha
perkebunan kepada PT SAL di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun, Jambi
tertanggal 12 Mei 2005.
Jenis usaha merupakan budidaya perkebunan kelapa sawit dengan luas areal 3.261 ha
berlokasi di Kecamatan Air Hitam melalui HGU Nomor 2 Tahun 1996. Selanjutnya masih
dengan jenis tanaman kelapa sawit dengan luas areal 322 ha di lokasi Kecamatan Air
Hitam melalui Surat Keputusan Bupati Nomor 47 tahun 2005.
C. Permasalahan Orang Rimba di sekitar PT SAL
Peta Sebaran Orang Rimba di PT SAL
-
Orang Rimba yang tinggal hidup di tanah perkebunan sawit PT SAL berjumlah 434
jiwa yang tergabung dalam 102 KK. Mereka tinggal hidup dipinggir-pinggir perkebunan
sawit PT SAL dengan membuat pondok dibawah-bawah pohon sawit. Orang Rimba ini
tersebar mulai dari DAS Air Hitam seperti Air Panas, Sungai Keruh, Paku Aji, Simapuih,
Punti Kayu, Tengkuyungan, Sungai Putih dan DAS Mandelang, seperti yang terlihat di tabel
berikut.
Tabel 1. Orang Rimba di sekitar PT SAL
NO LOKASI ROMBONG JUMLAH JIWA JUMLAH KK
1 Sungai Paku Aji Betaring 83 16
2 Sungai Semapuy Betaring 10 3
3 Sungai Keruh Berendam 89 20
4 Punti Kayu Selambai 77 14
5 Punti Kayu Ninjo 55 14
6 Sungai Tengkuyungon
Saidun 24 7
7 Muaro Delang Kitap 30 8
8 Muaro Delang Sikar 66 20
Total 434 102
Kehadiran PT SAL yang diiringi dengan kehadiran program transmigrasi di tanah
adat Orang Rimba telah menghilangkan sebagian besar aktifitas tradisional Orang Rimba
yang selama ini menjadi sumber penghidupan bagi mereka. Kehidupan tradisional Orang
Rimba seperti meramu, mengumpulkan hasil hutan, berladang dan berburu menjadi hilang
akibat kebijakan pemerintah yang memberikan pengusaan hutan dan tanah untuk
pengembangan perkebunan sawit dan program transmigrasi.
Kehidupan Orang Rimba di sekitar PT SAL sungguh sangat marginal dan sangat
memprihatinkan tanpa adanya harapan masa depan. Tidak ada lagi ketersediaan lahan dan
hutan yang bisa dimanfaatkan kecuali dengan cara membeli. Orang Rimba hidup dengan
memungut sumber daya eksotik seperti ular, biawak, penis buaya, kumpulkan anak karet, biji
sawit, pengumpul pinang, petai, jengkol (yang sebagian merupakan hasil kebun masyarakat),
ataupun rongsokan besi tua yang menurut Orang Rimba tidak digunakan lagi oleh masyarakat
desa. Terkadang Orang Rimba juga maling tanaman warga transmigrasi dan perkebunan
sawit.
-
Aktivitas-aktivitas tersebut kerap kali menimbulkan keresahan bahkan sampai
menimbulkan konflik dengan masyarakat sekitar. Dari catatan Warsi, dalam kurun waktu 15
tahun terakhir terdapat 14 (empat belas) Orang Rimba meninggal dunia akibat konflik yang
terjadi dengan masyarakat desa.
Gambar 3. kehidupan Orang Rimba disekitar Perkebunan Sawit
Peliknya persoalan yang terjadi di Orang Rimba yang tinggal hidup di tanah PT SAL
menurut beberapa akademisi berasal dari kehilangan sumber daya mereka berupa lahan dan
hutan. Kehilangan lahan dan hutan ini dipercepat dengan adanya program pemerintah yang
memberikan izin Hak Guna Usaha (HGU) kepada beberapa perusahaan Sawit dan Program
Transmigrasi sekitar tahun 1980-an.
Proses kehilangan hutan yang terjadi sekitar 30 tahun yang lalu telah memaksa Orang
Rimba yang berada di sekitar PT SAL dan Transmigrasi untuk hidup berdampingan dengan
masyarakat diluar mereka. Banyak dari budaya Orang Rimba yang secara perlahan
menghilang dengan berubahnya lingkungan disekitar mereka. Proses adapatasi Orang Rimba
dengan lingkungan yang baru tidak berjalan dengan baik. Sehingga akibatnya banyak mereka
tersisih dan mencoba bertahan dengan jati diri mereka yang ada saat ini dengan berbagai cara.
D. Sejarah Konflik Orang Rimba
Menurut catatan yang dikumpulkan oleh KKI- Warsi selama tujuh belas tahun
terakhir sejak tahun 1997 telah terjadi konflik yang menyebabkan korban jiwa dari Orang
Rimba. Konflik ini merupakan bagian dari usaha Orang Rimba untuk mempertahankan hidup
mereka. Namun sayangnya sejarah membuktikan bahwa konflik yang menyebabkan korban
jiwa ini hanya beberapa yang masuk dalam proses hukum positif.
-
Tabel 2. Konflik Orang Rimba
No Kasus Tahun Korban meninggal
Penyelesaian
1 Pembunuhan Orang Rimba di Desa Sungai Ruan Kabupaten Batanghari
1997 2 orang Tidak ada proses hukum, diselesaikan secara adat
2 Pembunuhan dan Perampokan Orang Rimba Nalo Kabupaten Merangn
2000 7 orang Diselesaikan secara hukum tiga pelaku dijatuhi hukuman mati
3. Orang Rimba ditembak kecepek di Kejasung Kecil Kebupaten Batanghari
2001 1 orang Tidak ada tindakan hukum, sempat ada penyidikan tapi tidak ada penyelesaian lebih lanjut
4 Orang Rimba Pemenang di tembak kecepek Kabupaten Merangin
2007 1 orang Tidak ada proses hukum Diselesaikan secara adat
5 Orang Rimba kelompok Nungkai dikeroyok warga desa Bunga Atoi Kabupaten Merangin
2011 1 orang Sempat ditetapkan sejumlah tersangka, namun kemudian tidak ditindaklanjuti dan diselesaikan secara adat
6 Orang Rimba kelompok Harun Pemenang Kabupaten Merangin
2011 2 orang Sempat di lakukan Penyidikan oleh kepolisian, sambil dilakukan penyelesaian secara adat.
E. Usulan Pemecahan Masalah :
1. Menyediakan lahan untuk rumah tangga yang terkena dampak yang dikembangkan
dalam bentuk perkebunan karet atau sawit.
2. Menyisihkan sebagian dari keuntungan perusahaan sebagai dana abadi yang
diperuntukan bagi pembangunan Orang Rimba. Pembangunan ini untuk
pendidikan/pelatihan, kesehatan, pengembangan ekonomi.