Orang Gila Menurut Islam

8
Banyak faktor dan kondisi yang dapat membuat seseorang menjadi gila yang diantaranya; ada orang yang gila lantaran angan-angan atau cita-citanya tidak kesampaian. Ada pula yang disebabkan oleh kehilangan sesuatu yang sangat dicintainya semisal kekasih hati; jabatan; harta benda dan juga oleh sebab-sebab yang lain- lainnya. Akan tetapi berbeda dengan anggapan kita, maka dalam pandangan agama sebagaimana yang diterangkan oleh Rasulullah SAW, bahwa orang- orang yang terganggu jiwanya oleh berbagai faktor atau keadaan sebagaimana yang diterangkan di atas tidaklah disebut sebagai orang gila. Orang-orang semacam itu hanya disebutkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang sakit atau yang mendapat musibah dari Allah SWT. Dan secara hukum mereka termasuk dalam kelompok yang dibebaskan dari melaksanakan kewajiban syariat seperti sholat; puasa; zakat; haji dan lain sebagainya, kecuali pada suatu ketika mereka telah sembuh dari kondisi gila tersebut. Atau dengan kata lain; tidak ada dosa atas diri mereka jika melanggar perintah dan ketentuan Allah SWT, sampai mereka sembuh dari penyakitnya. Lalu kalau sudah begitu keadaannya, siapakah sebenarnya orang gila yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW. Atau dengan kata lain; orang gila menurut pandangan agama ?

description

Orang Gila Menurut Islam

Transcript of Orang Gila Menurut Islam

Page 1: Orang Gila Menurut Islam

Banyak faktor dan kondisi yang dapat membuat seseorang menjadi gila yang diantaranya; ada orang

yang gila lantaran angan-angan atau cita-citanya tidak kesampaian. Ada pula yang disebabkan

oleh kehilangan sesuatu yang sangat dicintainya semisal kekasih hati; jabatan; harta benda dan juga

oleh sebab-sebab yang lain-lainnya.

Akan tetapi berbeda dengan anggapan kita, maka dalam pandangan agama sebagaimana yang

diterangkan oleh Rasulullah SAW, bahwa orang-orang yang terganggu jiwanya oleh berbagai faktor

atau keadaan sebagaimana yang diterangkan di atas tidaklah disebut sebagai orang gila. Orang-

orang semacam itu hanya disebutkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang sakit atau yang

mendapat musibah dari Allah SWT. Dan secara hukum mereka termasuk dalam kelompok yang

dibebaskan dari melaksanakan kewajiban syariat seperti sholat; puasa; zakat; haji dan lain

sebagainya, kecuali pada suatu ketika mereka telah sembuh dari kondisi gila tersebut. Atau dengan

kata lain; tidak ada dosa atas diri mereka jika melanggar perintah dan ketentuan Allah SWT, sampai

mereka sembuh dari penyakitnya.

Lalu kalau sudah begitu keadaannya, siapakah sebenarnya orang gila yang dimaksudkan oleh

Rasulullah SAW. Atau dengan kata lain; orang gila menurut pandangan agama ?

Syaikh Abdullah Al-Ghazali dalam Risalah Tafsir menyampaikan sebuah riwayat (hadis) sebagai

berikut:

“Pada suatu hari Rasulullah SAW ber-jalan melewati sekelompok sahabat yang sedang ber-kumpul.

Lalu beliau bertanya kepada mereka: “Mengapa kalian berkumpul disini” Para sahabat tersebut lalu

menjawab: “Ya Rasulullah, ada orang gila yang sedang mengamuk. Oleh sebab itulah kami ber-

kumpul disini.” MenanggapI hal itu Rasulullah SAW lalu

bersabda: “Sesungguhnya orang ini tidaklah gila (al-majnun), tapi orang ini hanya sedang

mendapat musibah. Tahukah kalian, siapakah orang gila yang sebenar-benarnya disebut gila (al-

majnuun haqqul majnuun) “. Para sahabat lalu menjawab: Tidak ya Rasulullah. Hanya Allah dan

rasul-Nya jualah yang mengetahuinya.” Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan: “Orang gila yang

Page 2: Orang Gila Menurut Islam

sesungguhnya gila (al-majnun haqqul majnun) adalah orang yang berjalan dengan penuh

kesombongan; yang membusungkan dadanya; yang memandang orang dengan pandangan yang

merendah-kan; lalu berharap Tuhan akan memberinya surga; padahal ia selalu berbuat maksiat

kepada-Nya. Selain itu orang-orang yang ada di sekitarnya, tidak pernah merasa aman dari kelakuan

buruknya. Dan di sisi yang lain, orang juga tak pernah mengharapkan perbuatan baiknya. Nah, orang

semacam inilah yang disebut sebagai orang gila yang sebenar-benarnya gila (al-majnuun haqqul

majnuun). Adapun orang yang kalian tonton ini hanyalah sedang mendapat musibah dari Allah.”

Menyimak apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW tersebut, maka dapatlah kita simpulkan;

Bahwa orang gila yang sesungguhnya gila atau (al-majnuun haqqul majnuun) adalah orang-orang

yang sehat jasmani dan ruhani-nya; yang tetap memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan hukum

agama yang dibebankan kepadanya. Akan tetapi di dalam masyarakatnya, yang memiliki beberapa

penyakit yang antara lain dijelaskan oleh Rasulullah SAW; Orang yang sombong; yang apabila

berjalan ia melangkahkan kakinya dengan pongah; dan selalu ingin dihormati; serta selalu

memandang rendah kepada orang lain. Dan di balik kesombongannya itu, selalu berharap agar Allah

memberinya pahala atas perbuatannya, dan apabila sudah mati ingin pula masuk ke dalam

surganya Allah SWT.

Hukum Sholat Orang Yang Hilang Akal/Gila

Allah Subhanallohu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah

kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,

(jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja,

hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang

air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka

bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu.

Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun.” (QS. An-Nisaa’: 43)

Page 3: Orang Gila Menurut Islam

Allah Subhanallohu wa Ta’ala melarang hamba-hamba-Nya yang sedang mabuk untuk mengerjakan

sholat hingga mereka mengetahui apa yang mereka ucapkan.

Para ulama sepakat bahwa ayat ini turun sebelum pengharaman khamar (yakni yang tersebut di

dalam surat Al-Maidah ayat 90). Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa sebab turunnya ayat

tersebut berkenaan dengan sebagian shahabat yang mengimami sholat setelah meminum khamar

(saat itu khamar belum diharamkan) lalu ia serampangan membaca ayat. Lalu Allah Subhanallohu wa

Ta’ala menurunkan firman-Nya ini (surat An-Nisaa’ ayat 43)

Dari larangan mengerjakan sholat dalam keadaan mabuk karena minuman yang padahal belum

diharamkan sebelum sadar dan mengetahui apa yang diucapkan, dapatlah diketahui bahwa

seseorang dilarang mengerjakan sholat hingga ia mengerti apa yang diucapkannya.

Orang yang tidak menyadari apa yang diucapkannya tidak dibolehkan mengerjakan sholat. Meskipun

akalnya hilang bukan karena perkara yang terlarang atau haram. Oleh sebab itu para ulama sepakat

bahwasanya tidak sah sholat orang yang hilang akalnya, apapun penyebab akalnya hilang. Terlebih

lagi orang gila! Wallhu ‘Alam. (Ibnu Yunus Al Andalasy)

Masa-masa orang menjadi gila

1. Gila dari kecil terus sampai meninggalnya

Orang gila ini dapat dimasukkan bagian anak-anak, sedang anak-anak itu ditentukan masuk surga,

sebagaimana sabda Rasul dalam HR. Ahmad :”Nabi di dalam surga, orang yang mati sahid di dalam

surga dan anak-anak di dalam surga.”

2. Gila sebelum baligh sampai mati

Orang ini karena belum baligh, boleh di masukkan ke dalam golongan anak-anak seperti tersebut

diatas, dan boleh dimasukkan ke dalam bagian orang yang belum mukallaf (belum diberati

kewajiban)

Sabda Nabi dalam HR. Turmudzi : “Diangkat qalam dari tiga orang; dari orang yang tidur sehingga

Page 4: Orang Gila Menurut Islam

bangun, dari ia anak-anak hingga ia berihtilam (baligh), dan dari orang gila hingga ia berakal.”

Kalimat diangkat qalam itu maksudnya tidak ditulis dosanya. Jadi orang yang menjadi gila sebelum

balih sampai matinya berada dalam keadaan bersih. Karena bersih tentu tempatnya di surga.

3. Gila dari kecil kemudian sembuh sesudah baligh.

Orang ini nanti ada perhitungan amal baik dan amal buruknya sesudah ia sembuh dari gila dan

baligh.

4. Gila sesudah baligh sampai mati

Kalau ia gila sesudah baligh, maka dari waktu baligh sampai ia gila itu ada perhitungan amalnya.

5. Gila yang putus-putus

Menurut hadits diatas dalam masa gila perbuatannya tidak dihitung. Di dalam masa sehatnya yang

putus-putus itu akan akan dihitung amal baik-buruknya.

Bagaimana pandangan ajaran Islam tentang orang gila? tentu saja mereka di bebasakan dari segala

kewajiban perintah Allah.SWT seperti larangan menjalankan Hukum. Seperti salah satu contoh kisah

pada jaman Nabi yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh r.a berkata :

"Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah saw. saat itu beliau berada di masjid. Laki-laki itu

memanggil beliau, 'Wahai Rasulullah, aku telah berzina!' Namun Rasulullah saw. berpaling darinya,

sehingga ia mengulangi pengakuannya sampai empat kali. Setelah ia bersaksi atas dirinya sebanyak

empat kali persaksian Rasulullah memanggilnya dan bertanya, 'Apakah engkau gila?' Ia menjawab, '

Tidak!' 'Apakah engkau sudah menikah?'tanya beliau. 'Sudah!' katanya. Maka Nabi saw.

berkata, 'Bawa dia dan rajamlah'," (HR Bukhari [V/68]).

Maka :

Page 5: Orang Gila Menurut Islam

1. Apabila orang gila laki-laki ataupun perempuan terkena hukum hudud maka hukuman tidak

dijalankan atasnya. Karena pena telah diangkat atasnya hingga ia sembuh. Oleh karena itulah

Rasulullah saw. bertanya kepada laki-laki tersebut, "Apakah engkau gila?"

2. Di antara para sahabat yang memutuskan hukum ini ialah Ali bin Abi Thalib r.a dan disetujui oleh

Umar r.a.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a, ia berkata,

"Dihadapkan kepada Umar seorang wanita gila yang berzina. Beliau bermusyawarah dengan

beberapa orang untuk memutuskan hukumnya. Umar memerintahkan agar wanita itu dirajam. Lalu

wanita itu dibawa dan kebetulan melintas di hadapan ALi bin Abi Thalib r.a. Beliau bertanya, 'Ada

apa dengan perempuan ini?' Mereka menjawab, 'Ia adalah perempuan gila dari bani Fulan telah

berzina. Umar memerintahkan agar ia dirajam.' Ali berkata, 'Lepaskanlah ia.' Kemudian Ali

mendatangi Umar dan berkata, 'Wahai Amirul Mukminin, tidakkah engkau ketahui bahwa pena telah

diangkat atas tiga macam orang: atas orang gila hingga ia sembuh, atas orang tidur hingga bangun,

atas anak kecil hingga ia baligh.' Umar menjawab, 'Tentu saja.' Ali berkata, 'Kalau begitu bebaskan

ia.' Umar berkata, 'Ya, bebaskan ia.' Maka Ali pun bertakbir'."Dalam riwayat lain disebutkan bahwa

Ali berkata, "Tidakkah engkau ingat bahwa Rasulullah saw. bersabda,'Diangkat pena atas tiga orang.

orang gila yang tidak beres akalnya hingga ia sembuh, orang tidur hingga ia bangun, anak kecil

hingga ia baligh'." Umar menjawab, "Benar!" Ali berkata, "Kalau begitu bebaskanlah!" (Shahih, HR

Abu Dawud [4399]).

Maka sangat tidaklah pantas apabila kita mengejek atau memperlakukan orang Gila, seandainya kita

tidak suka janganlah kita menghinanya. Mereka seperti itu bukan karena keinginannya. Lebih karena

kondisi atau memang sudah menjadi jalan hidupnya “qodar“.