OPTIMASI PENGEMBANGAN MEDIA UNTUK PERTUMBUHAN … · Danang Ambar Prabowo C64104007 ... Pupuk pro...
Transcript of OPTIMASI PENGEMBANGAN MEDIA UNTUK PERTUMBUHAN … · Danang Ambar Prabowo C64104007 ... Pupuk pro...
OPTIMASI PENGEMBANGAN MEDIA UNTUK PERTUMBUHAN Chlorella sp. PADA SKALA
LABORATORIUM
Oleh:
Danang Ambar Prabowo C64104007
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
OPTIMASI PENGEMBANGAN MEDIA UNTUK PERTUMBUHAN Chlorella sp. PADA SKALA LABORATORIUM
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Skripsi ini.
Bogor, September 2009
DANANG AMBAR PRABOWO
C64104007
RINGKASAN
DANANG AMBAR PRABOWO. Optimasi Pengembangan Media untuk Pertumbuhan Chlorella sp. pada Skala Laboratorium. MUJIZAT KAWAROE dan TRI PRARTONO.
Pupuk pro analis (pro-A) secara umum telah digunakan dalam kultur mikroalga sebagai nutrisi pertumbuhan sel, namun harganya masih tergolong mahal dan sulit untuk diperoleh. Alternatif lain adalah penggunaan pupuk pertanian (agrolyzer) sebagai sumber nutrisi pertumbuhan sel yang harganya relatif lebih murah dan lebih mudah diperoleh.
Penelitian terdiri atas 3 tahap, yaitu: (1) Penelitian Pendahuluan (11–20 Maret), (2) Penelitian Utama yang dilakukan di dua tempat yang berbeda, yaitu: di ruang kultur tertutup (19–28 April ) dan di ruang kultur semi terbuka (8–17 Mei); serta (3) Penelitian Tambahan (12-14 Mei). Perlakuan terdiri atas 27 variasi dosis komposisi pupuk ZA, Urea, dan TSP dengan durasi kultur untuk penelitian pendahuluan dan utama adalah 10 hari dan 36 jam untuk penelitian tambahan. Parameter penelitian yang diamati meliputi kelimpahan sel Chlorella sp. (sel/ml), temperatur ruangan dan kultur (oC), salinitas kultur (ppt), serta kadar keasaman kultur (pH).
Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa kelimpahan sel pada awal kultur memegang peranan penting untuk menghasilkan data yang baik untuk melihat perbandingan pengaruh yang diberikan oleh dosis komposisi pupuk terhadap pertumbuhan Chlorella sp.. Parameter temperatur, salinitas, dan pH pada penelitian pendahuluan berada pada kondisi optimum dan memungkinkan kultur dapat tumbuh dengan baik. Hasil penelitian di ruang tertutup menunjukkan dua kelompok dengan kecenderungan arah pertumbuhan yang berbeda setelah hari 6 kultur. Kelompok pertumbuhan positif (perlakuan 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, dan 25) dicirikan dengan komposisi pupuk yang lengkap dan dosisnya relatif lebih tinggi dibandingkan kelompok kultur yang arah pertumbuhannya negatif. Temperatur rata-rata kultur adalah konstan 22-23oC, kenaikan salinitas rata-rata terjadi antara 32- 34 ppt sementara pH rata-rata kultur berada pada kisaran 7-8, dan termasuk dalam parameter yang mendukung pertumbuhan kultur.
Hasil penelitian di ruang semi terbuka menunjukkan pola pertumbuhan fluktuatif terjadi pada hari 1-3 yang diduga merupakan fase adaptasi sel terhadap lingkungan barunya. Kecenderungan arah pertumbuhan yang semakin menurun sejak hari 1-10 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk yang diberikan tidak memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan kultur. Faktor lingkungan diduga memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pertumbuhan sel dibandingkan faktor pemberian pupuk. Temperatur rata-rata kultur adalah konstan pada 26oC sementara temperatur ruangan mengalami fluktuasi dengan rentang 28-30oC seiring terjadinya siklus harian matahari yang juga berpengaruh pada proses fotosintesis sel. Salinitas rata-rata kultur memiliki rentang 32-37 ppt. Kenaikan pH rata-rata terjadi pada rentang pH 7-9. Pengamatan setiap 3 dan 6 jam selama total 36 jam pada penelitian tambahan menunjukkan hasil kurva pertumbuhan sel yang fluktuatif dan diduga disebabkan karena sel Chlorella sp. berada dalam fase lag (istirahat) dimana proses adaptasi sel terhadap lingkungan barunya tengah berlangsung. Temperatur kultur kontrol dan kultur uji relatif berada pada posisi konstan yaitu 25-26oC. Salinitas selama penelitian tambahan berada pada nilai konstan 32 ppt seperti halnya nilai pH yang berada pada nilai tetap 7.
OPTIMASI PENGEMBANGAN MEDIA UNTUK PERTUMBUHAN Chlorella sp. PADA SKALA
LABORATORIUM
Danang Ambar Prabowo
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
© Hak cipta milik Danang Ambar Prabowo, tahun 2009 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, microfilm, dan sebagainya
Judul : OPTIMASI PENGEMBANGAN MEDIA UNTUK PERTUMBUHAN Chlorella sp. PADA SKALA LABORATORIUM
Nama : Danang Ambar Prabowo NRP : C64104007
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Mujizat Kawaroe, M.Si Dr. Ir. Tri Prartono, M.Sc NIP. 19651213 199403 2 002 NIP. 19600727 198603 1 005
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 19610410 198601 1 002
Tanggal Lulus: 14 September 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
berkah, dan hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul:”Optimasi
Pengembangan Media untuk Pertumbuhan Chlorella sp. pada Skala
Laboratorium” dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih dan menyampaikan penghargaan
terbaik kepada:
1. Ibu Ir. Mujizat Kawaroe, M.Si., dan Bapak Dr. Ir. Tri Prartono, M.Sc.
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, arahan,
serta bimbingan selama proses penelitian dan penulisan skripsi.
2. Bapak Dr. Ir. Henry M. Manik, MT selaku komisi pendidikan ITK dan
Bapak Dr. Ir. Richardus Kaswadji, M.Sc. selaku penguji tamu dalam
sidang skripsi atas masukan dan saran yang diberikan.
3. Keluarga tercinta, Ibu dan Bapak serta adik-adik, atas semangat dan do’a
yang selalu diberikan.
4. Dosen dan staf penunjang Departemen ITK IPB, atas bantuannya selama
penulis menyelesaikan studi di IPB.
5. Teman-teman ITK 41 IPB yang telah memberikan kesan dan nuansa indah
selama perjalanan kuliah dan penelitian
6. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penelitian dan
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun demikian penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat.
Bogor, 2009
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... ...... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ..... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ... xiii
1. PENDAHULUAN ...................................................................................... ...... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... ...... 1 1.2 Tujuan ................................................................................................... ...... 3
2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ ...... 4
2.1 Biologi Chlorella sp. ............................................................................ ...... 4 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ........................................................... ...... 4 2.1.2 Habitat dan Ekologi .................................................................... ...... 5 2.1.3 Reproduksi .................................................................................. ...... 6
2.2 Kultur Chlorella sp. ............................................................................. ...... 6 2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Chlorella sp. dalam Kultur ............................................................................... ...... 7 2.2.2 Fase Pertumbuhan Mikroalga ..................................................... ...... 9 2.2.3 Komposisi Elemen Kimia dari Mikroalga .................................. .... 11
2.3 Pupuk .................................................................................................... .... 11 2.3.1 Urea ............................................................................................ .... 12 2.3.2 ZA (Zwavelzuur Ammonium) ...................................................... .... 13 2.3.3 Pupuk TSP (Triple Super Phosphate) ........................................ .... 14
3 METODE PENELITIAN ......................................................................... .... 17 3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................... .... 17 3.2 Rancangan Penelitian ........................................................................... .... 17 3.3 Alat dan Bahan ..................................................................................... .... 19 3.4 Tahap Penelitian ................................................................................... .... 20
3.4.1 Persiapan Penelitian .................................................................... .... 20 1. Sterilisasi Alat dan Media Kultur ........................................... .... 20 2. Penyiapan Air Laut Sebagai Media Kultur ............................. .... 21 3. Penyiapan Bibit Chlorella sp. ................................................. .... 21 4. Penyiapan Pupuk ..................................................................... .... 22
3.4.2 Susunan Peralatan Penelitian ...................................................... .... 23 1. Susunan Peralatan Kultur Ruangan Kultur Tertutup................... 23 2. Susunan Peralatan Kultur Ruangan Kultur Terbuka................... 24
3.4.3 Persiapan Penelitian Pendahuluan ............................................... .... 24 3.4.4 Persiapan Penelitian Utama ......................................................... .... 25 3.4.5 Persiapan Penelitian Tambahan .................................................. .... 26
3.5 Pengamatan Penelitian ......................................................................... .... 26 3.5.1 Paramater yang Diamati .............................................................. .... 26 3.5.2 Prosedur Pengambilan Data Penelitian ....................................... .... 27
ix
1. Penghitungan Kelimpahan Sel Chlorella sp. ........................................ .... 27 2. Pengukuran Parameter Temperatur, Salinitas, dan pH Kultur ..... 28
3.6 Analisis Data Penelitian ................................................................. .... 29
4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. ... 31 4.1 Pertumbuhan Chlorella sp. Penelitian Pendahuluan ............................ ... 31 4.2 Pertumbuhan Chlorella sp. Penelitian Utama ...................................... ... 37
4.2.1 Pertumbuhan Kultur Chlorella sp. di Ruang Kultur Tertutup ...................................................................................... ... 37 1. Pengaruh Pemberian Dosis Komposisi Pupuk yang
Berbeda Terhadap Pertumbuhan Chlorella sp. pada Penelitian Utama di Ruang Kultur Tertutup .......................... ... 39
2. Paramater Temperatur (oC), Salinitas (ppt), pH Terhadap Pertumbuhan Chlorella sp. di Ruangan KulturTertutup ........... 48
4.2.2 Pertumbuhan Kultur Chlorella sp. di Ruang Kultur Semi Terbuka ....................................................................................... ... 52 1. Pengaruh Pemberian Dosis Komposisi Pupuk yang
Berbeda Terhadap Chlorella sp. pada Penelitian Utama di Ruang Kultur Semi Terbuka .................................................. ... 54
2. Pendugaan Pengaruh Temperatur (oC), Salinitas (ppt), dan pH Terhadap Pertumbuhan Chlorella sp. di Ruangan Kultur Semi Terbuka .............................................................. ... 57
4.3 Pertumbuhan Sel Chlorella sp. pada Awal Kultur (36 jam) ................ ... 63
5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. ... 67 5.1 Kesimpulan ..................................................................................... ... 67 5.2 Saran ............................................................................................... ... 67
6 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ ... 68
7 LAMPIRAN ............................................................................................... ... 72
8 RIWAYAT HIDUP .................................................................................. ... 95
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perlakuan komposisi pupuk ZA, Urea, dan TSP dalam penelitian .............. 18
2. Alat dan bahan ............................................................................................. 19
3. Anova satu faktor pengaruh pupuk pada kultur ruang tertutup ................ ... 39 4. Duncan grouping pengaruh pupuk terhadap kultur di ruang tertutup ......... 40
5. Konsentrasi aktual (mg/L) ammonium, nitrat, dan fosfat pada masing-
masing komponen penyusun pupuk perlakuan............................................. 41
6. Konsentrasi (mg/L) total ammonium, nitrat, dan fosfat pada medium pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan kelompok pupuk perlakuan.......... 43
7. Anova satu faktor pengaruh pupuk pada kultur ruang semi Terbuka ........................................................................................................ 54
8. Duncan grouping pengaruh pupuk terhadap kultur di ruang semi Terbuka ........................................................................................................ 55
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Bentuk umum Chlorella sp. (Sumber: http://www.rbgsyd.nsw.gov.au, 12 Mei 2009) ........................................................................................... .. 5
2. Kurva pertumbuhan mikroalga (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995) ........ . 11
3. Pupuk Urea (Sumber: www.canadianagri.ca, 1 Juni 2009) ...................... . 13
4. Pupuk ZA (Sumber: www.trivenichemical.com, 1 Juni 2009) ................. . 14
5. Pupuk TSP (Sumber: www.jhbunn.co.uk, 1 Juni 2009) ........................... . 16
6. Skema susunan peralatan kultur di ruangan tertutup.................................. 23
7. Skema susunan peralatan kultur di ruang semi terbuka ............................ . 24
8. Skema haemocytometer neubauer improved ............................................ . 28
9. Kurva pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan jumlah kelimpahan sel (106 sel/ml) menurut perlakuan komposisi pupuk pada tahap penelitian pendahuluan ............................................................................. 32
10. Perubahan rata-rata temperatur (oC) medium kultur Chlorella sp. dan ruangan pada penelitian pendahuluan ................................................ 33
11. Perubahan rata-rata salinitas (ppt) medium kultur Chlorella sp. pada penelitian pendahuluan ............................................................................. 34
12. Perubahan rata-rata pH medium kultur Chlorella sp. penelitian Pendahuluan .............................................................................................. 35
13. Kurva pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan perubahan kelimpahan sel (106 sel/ml) per hari menurut kelompok perlakuan komposisi pupuk pada tahap penelitian utama di ruang kultur tertutup ..................... 38
14. Kurva pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan kelimpahan sel
(106 sel/ml) pada perlakuan komposisi pupuk 11-15 ................................ 47
15. Perubahan rata-rata salinitas (ppt) medium kultur Chlorella sp. penelitian utama di ruang kultur tertutup .................................................. 49
16. Perubahan rata-rata pH kultur Chlorella sp. penelitian utama di ruang kultur tertutup.................................................................................. . 51
xii
17. Kurva pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan jumlah kelimpahan sel (106 sel/ml) menurut perlakuan komposisi pupuk pada tahap penelitian utama di ruang kultur semi terbuka .......................................... 53
18. Perubahan rata-rata temperatur (oC) medium kultur Chlorella sp.
dan ruangan pada penelitian utama di ruang semi terbuka ....................... 58
19. Perubahan warna kultur Chlorella sp. antara hari 1 dan hari 4 pada penelitian utama di ruang terbuka.............................................................. 59
20. Perubahan rata-rata salinitas (ppt) medium kultur Chlorella sp. penelitian utama di ruang semi terbuka...................................................... 60
21. Perubahan rata-rata pH medium kultur Chlorella sp. penelitian utama di ruang semi terbuka....................................................................... 62
22. Kurva pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan kelimpahan sel (106 ml/sel) pada pengamatan setiap 3 jam penelitian tambahan............... 63
23. Kurva pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan kelimpahan sel (106 ml/sel) pada pengataman setiap 6 jam penelitian tambahan............... 65
24. Perubahan rata-rata temperatur (oC) medium kultur dan ruangan
pada penelitian tambahan........................................................................... 66
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Estimasi teoritis kandungan (mg/L) ammonium (NH4+) dan ion sulfat pada masing-masing komposisi pupuk perlakuan penelitian……………………………………………………………........ 73
2. Contoh perhitungan kelimpahan Chlorella sp. dengan menggunakan haemocytometer neubauer improved ................................. 74
3. Tabel hasil perhitungan kelimpahan sel (sel/ml) Chlorella sp. penelitian pendahuluan ............................................................................. 75
4. Pengukuran temperatur (oC) kultur Chlorella sp. penelitian pendahuluan .............................................................................................. 76
5. Pengukuran salinitas (ppt) kultur Chlorella sp. penelitian pendahuluan... 77
6. Pengukuran pH kultur Chlorella sp. penelitian pendahuluan ................... 78
7. Kurva pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan perubahan kelimpahan sel (106 sel/ml) per hari menurut perlakuan komposisi pada tahap penelitian utama di ruang kultur tertutup................................................... 79
8. Tabel hasil perhitungan kelimpahan sel (sel/ml) Chlorella sp.
penelitian utama di ruang kultur tertutup .................................................. 80
9. Estimasi konsentrasi aktual (mg/L) ammonium, nitrat, dan fosfat berdasarkan dosis komposisi pupuk perlakuan (Tabel 2)................. 81
10. Pengukuran temperatur (oC) kultur Chlorella sp. penelitian utama di ruang kultur tertutup.................................................................................. . 83
11. Pengukuran salinitas (ppt) kultur Chlorella sp. penelitian utama di ruang kultur tertutup.................................................................................. . 84
12. Pengukuran pH kultur Chlorella sp. penelitian utama di ruang kultur tertutup ............................................................................................ 85
13. Tabel hasil perhitungan kelimpahan sel (sel/ml) Chlorella sp. penelitian utama di ruang kultur semi terbuka .......................................... 86
14. Pengukuran temperatur (oC) kultur Chlorella sp. penelitian utama di ruang kultur terbuka .................................................................................. . 87
15. Pengukuran salinitas (ppt) kultur Chlorella sp. penelitian utama di ruang kultur semi terbuka ......................................................................... . 88
xiv
16. Pengukuran pH kultur Chlorella sp. penelitian utama di ruang kultur semi terbuka.................................................................................... 89
17. Tabel hasil perhitungan kelimpahan sel (sel/ml) Chlorella sp. pada penelitian tambahan.................................................................................... 90
18. Pengukuran temperatur (oC) kultur Chlorella sp. penelitian tambahan .... . 81
19. Pengukuran salinitas (ppt) kultur Chlorella sp. penelitian tambahan ....... . 92
20. Pengukuran pH kultur Chlorella sp. penelitian tambahan ........................ . 93
21. Dokumentasi penelitian............................................................................. . 94
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eksplorasi terhadap manfaat mikroalga telah dilakukan untuk berbagai
tujuan penelitian, antara lain: penentuan kandungan logam berat dan pencemar di
perairan laut, studi tentang kandungan kimia, energi terbarukan, dan mitigasi gas
karbondioksida (Reith, 2004 dan Chisti, 2007). Salah satu spesies mikroalga yang
sering digunakan untuk berbagai tujuan tersebut adalah Chlorella sp. Kultur
Chlorella sp. secara massal telah dilakukan di Amerika Serikat, Jerman, dan
Jepang setelah tahun 1948. Sejak itu penggunaan mikroalga dengan spesies
utama Chlorella sp. dan Spirulina sp. untuk tujuan komersil berkembang secara
pesat di Jepang dan Amerika Serikat dan menyebar ke berbagai negara di dunia
hanya dalam kurun waktu sekitar 30 tahun (Tsukuda et al., 1977 dan Duran-
Chastel, 1980, in Borowitzka, 1999).
Permasalahan utama yang dihadapi dalam penelitian dengan tujuan
mengkaji potensi mikroalga untuk berbagai tujuan seperti; penentuan kandungan
logam berat dan pencemar di perairan laut, studi tentang kandungan kimia, energi
terbarukan, dan mitigasi gas karbondioksida ((Reith, 2004 dan Chisti, 2007)
adalah sulitnya mendapatkan densitas mikroalga dalam jumlah yang besar.
Menurut Shifrin et al. (1981) in Rocha et al. (2003), biomassa hasil panen dari
kultivasi mikroalga hanya berkisar 0,1% berdasarkan berat keringnya. Hal ini
membuat proses pemisahan biomassa mikroalga terhadap mediumnya menjadi
sulit dan mahal (Rocha et al., 2003). Berbagai upaya untuk mendapatkan
biomassa mikroalga yang tinggi dari kultur skala besar telah dikembangkan,
seperti penggunaan photobioreactor dan metode raceway ponds atau kolam
1
2
terbuka (Grima et al., 1999), serta penambahan variasi nutrisi pertumbuhan
mikroalga ke dalam medium kultur.
Penambahan nutrisi pertumbuhan ke dalam medium kultur mikroalga
dinilai merupakan aspek yang paling berpengaruh terhadap kuantitas biomassa
hasil kultivasi mikroalga. Penggunaan pupuk pro analis laboratorium sebagai
nutrisi pertumbuhan mikroalga laut secara umum telah terbukti pengaruhnya
secara sigifikan (Shelef dan Soeder, 1980, in Corsini dan Kardys, 1990). Hanya saja
dari segi pembiayaan dinilai kurang ekonomis, mengingat harga masing-masing
komponennya cukup mahal. Alternatif lain adalah penggunaan pupuk pertanian
(agrolyzer) yang harganya relatif lebih murah dibanding pupuk pro analis
laboratorium (Gonzalez-Rodriguez dan Maestrini, 1984; Geldenhuys et al., 1987, in
Corsini dan Kardys, 1990). Berdasarkan Isnansetyo dan Kurniastuty (1995),
umumnya pupuk pertanian (agrolyzer) hanya digunakan untuk kultivasi mikroalga
skala besar, karena pada tahap tersebut kondisi optimal pertumbuhan mikroalga
telah tercapai sehingga peran nutrisi tidak lagi sesignifikan seperti pada fase awal
pertumbuhan (fase lag) di laboratorium.
Mengingat komersialisasi pemanfaatan mikroalga selalu berkaitan
dengan tingkat efisiensi, efektifitas, dan nilai ekonomi proses produksinya, maka
penelitian yang berkaitan dengan penggunaan nutrisi pertanian (agrolyzer) seperti
ZA, Urea, dan TSP yang mengandung senyawa nitrogen untuk kultur skala
labotarorium perlu dilakukan. Sehingga penelitian tentang pengaruh penambahan
berbagai dosis komposisi nutrisi pertanian terhadap tingkat pertumbuhan
mikroalga perlu untuk dilakukan. Penelitian ini dalam skala laboratorium
dilakukan agar kondisi lingkungan tidak menjadi faktor pembatas utama.
3
Pemilihan Chlorella sp. sebagai objek penelitian adalah berdasarkan
pertimbangan: (1) Chlorella sp. relatif mudah dikultur dalam waktu singkat, (2)
penelitian lain berkaitan dengan Chlorella sp. cukup banyak dilakukan, sehingga
dapat dijadikan pembanding, (3) Chlorella sp. telah banyak digunakan dalam
berbagai industri, seperti farmasi, budidaya ikan, suplemen makanan, dan
sebagainya.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Membandingkan pengaruh pemberian variasi dosis komposisi pupuk ZA,
Urea, dan TSP terhadap pertumbuhan sel Chlorella sp.
2. Menentukan dosis komposisi pupuk ZA, Urea, dan TSP optimal untuk kultur
Chlorella sp. skala laboratorium
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Chlorella sp.
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Nama Chlorella berasal dari zat bewarna hijau (chlorophyll) yang juga
berfungsi sebagai katalisator dalam proses fotosintesis.(Steenblock, 2000 in
Zahara, 2003). Chlorella sp. oleh Bold dan Wynne (1985) dikategorikan ke
dalam kelompok alga hijau yang memiliki jumlah genera sekitar 450 dan jumlah
spesies lebih dari 7500. Nama alga hijau diberikan karena kandungan zat hijau
(chlorophyll) yang dimilikinya sangat tinggi, bahkan melebihi jumlah yang
dimiliki oleh beberapa tumbuhan tingkat tinggi.
Klasifikasi Chlorella sp. menurut Bold dan Wynne (1985) dan Vashista
(1999) dan adalah sebagai berikut:
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcales
Familia : Oocystaceae
Genus : Chlorella
Spesies : Chlorella sp.
Bentuk umum sel-sel Chlorella adalah bulat atau elips (bulat telur),
termasuk mikroalgae bersel tunggal (unicellular) yang soliter, namun juga dapat
dijumpai hidup dalam koloni atau bergerombol (Gambar 1). Diamater sel
umumnya berkisar antara 2-12 mikron, warna hijau karena pigmen yang
mendominasi adalah klorofil (Bold, 1980). Chlorella merupakan organisme
4
5
eukariotik (memiliki inti sel) dengan dinding sel yang terdiri atas selulosa dan
pektin, sedangkan protoplasmanya berbentuk cawan (Isnansetyo dan Kurniastuty,
1995).
Gambar 1. Bentuk umum Chlorella sp. (Sumber: http://www.rbgsyd.nsw.gov.au,
12 Mei 2009) 2.1.2 Habitat dan Ekologi
Berdasarkan habitat hidupnya Chlorella dapat dibedakan menjadi
Chlorella air tawar dan Chlorella air laut. Chlorella air tawar dapat hidup dengan
kadar salinitas hingga 5 ppt, sementara Chlorella air laut dapat mentolerir salinitas
antara 33-40 ppt (Bold dan Wynne, 1985). Menurut Hirata (1981) in Rostini
(2007), beberapa spesies Chlorella air laut dapat mentolerir kondisi lingkungan
yang relatif bervariasi. Tumbuh optimal pada salinitas 25-34 ppt sementara pada
salinitas 15 ppt tumbuh lambat dan tidak tumbuh pada salinitas 0 ppt dan 60 ppt.
Contoh Chlorella yang hidup di air laut adalah Chlorella vulgaris,
Chlorella pyrenoidosa, Chlorella virginica dan lain-lain (Isnansetyo dan
Kurniastuty, 1995). Umumnya Chlorella bersifat planktonis yang melayang di
6
dalam perairan, namun beberapa jenis Chlorella juga ditemukan mampu
bersimbiosis dengan hewan lain misalnya Hydra dan beberapa ciliata air tawar
seperti Paramaecium bursaria (Dolan, 1992).
2.1.3 Reproduksi
Reproduksi Chlorella adalah aseksual dengan pembentukan autospora
yang merupakan bentuk miniatur dari sel induk. Tiap satu sel induk (parrent cell)
akan membelah menjadi 4, 8, atau 16 autospora yang kelak akan menjadi sel-sel
anak (daughter cell) dan melepaskan diri dari induknya (Bold dan Wynne, 1985).
Proses reproduksi Chlorella dapat dibagi menjadi 4 tahap (Kumar dan
Singh, 1979 in Zahara, 2003) yaitu:
1. Tahap pertumbuhan, pada tahap ini sel Chlorella tumbuh membesar
2. Tahap pemasakan awal saat terjadi peningkatan aktivitas sintesa yang
merupakan persiapan awal pembentukan autospora.
3. Tahap pemasakan akhir, pada tahap ini autospora terbentuk
4. Tahap pelepasan autospora, dinding sel induk akan pecah dan diikuti
oleh pelepasan autospora yang akan tumbuh menjadi sel induk muda.
2.2 Kultur Chlorella sp.
2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Chlorella sp. dalam Kultur
Menurut Bold dan Wynne (1985), pertumbuhan Chlorella sp. dalam
kultur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: medium, nutrien atau unsur
hara, cahaya, temperatur, serta salinitas. Medium merupakan tempat hidup bagi
kultur Chlorella yang pemilihannya ditentukan pada jenis Chlorella yang akan
7
dibudidayakan. Bahan dasar untuk preservasi medium yang dapat digunakan
adalah agar-agar.
Nutrien terdiri atas unsur-unsur hara makro (macronutrients) dan unsur
hara mikro (micronutrients). Contoh unsur hara makro untuk pertumbuhan
Chlorella adalah senyawa organik seperti N, K, Mg, S, P, dan Cl. Unsur hara
mikro adalah Fe, Cu, Zn, Mn, B, dan Mo (Oh-hama dan Miyachi, 1988). Unsur
hara tersebut diperoleh dalam bentuk persenyawaan dengan unsur lain (Bold,
1980). Tiap unsur hara memiliki fungsi-fungsi khusus yang tercermin pada
pertumbuhan dan kepadatan yang dicapai oleh organisme yang dikultur tanpa
mengesampingkan pengaruh dari linkungan.
Kebutuhan nutrien untuk tujuan kultur mikroalga harus tetap terpenuhi
melalui penambahan media pemupukan guna menunjang pertumbuhan mikroalga.
Unsur N, P, dan S penting untuk sintesa protein. Unsur K berfungsi dalam
metabolisme karbohidrat. Unsur Cl dimanfaatkan untuk aktivitas kloroplas, unsur
Fe dan Na berperan dalam pembentukan klorofil, sementara Si dan Ca diperlukan
dalam jumlah banyak untuk pembentukan cangkang beberapa jenis fitoplankton
(Isnantyo dan Kurniastuty, 1995; Oh-hama dan Miyachi, 1988).
Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
mikroalga di kultur terbuka antara lain: cahaya, temperatur, tekanan osmosis, pH
air, salinitas, kandungan O2 , dan aerasi (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
Cahaya merupakan sumber energi untuk melakukan fotosintesis. Cahaya
matahari yang diperlukan oleh mikroalga dapat digantikan dengan lampu TL atau
tungsten. Oh-hama dan Miyachi (1988) menyatakan bahwa intensitas cahaya
saturasi untuk Chlorella berada pada intensitas 4000 lux. Hal ini menunjukkan
8
bahwa setelah titik intensitas tersebut dicapai, maka fotosintesis tidak lagi
meningkat sehubungan dengan peningkatan porsi intensitas cahaya (Basmi, 1995).
Kisaran temperatur optimal bagi pertumbuhan Chlorella adalah antara
25-30oC (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Menurut Taw (1990) untuk kultur
Chlorella diperlukan temperatur antara 25-35 oC. Penelitian lain menunjukkan
bahwa untuk jenis Chlorella vulgaris dapat beradaptasi pada media kultur dengan
temperatur serendah 5oC (Maxwell et al., 1994). Temperatur mempengaruhi
proses-proses fisika, kimia, biologi yang berlangsung dalam sel mikroalga.
Peningkatan temperatur hingga batas tertentu akan merangsang aktifitas molekul,
meningkatnya laju difusi dan juga laju fotosintesis (Sachlan, 1982).
Nilai pH medium kultur merupakan faktor pengontrol yang menentukan
kemampuan biologis mikroalga dalam memanfaatkan unsur hara. Nilai pH yang
terlalu tinggi misalnya, akan mengurangi aktifitas fotosintesis mikroalga (De La
Noue dan De Pauw, 1988). Namun menurut Oh-hama dan Miyachi (1988), pada
umumnya strain Chlorella mampu bertoleransi terhadap kisaran salinitas dan pH
yang cukup lebar. Nielsan (1955) in Prihantini et al. (2005) menyatakan bahwa
pH yang sesuai untuk pertumbuhan Chlorella berkisar antara 4,5 – 9,3.
Chlorella sp. memiliki toleransi kisaran salinitas yang tinggi dan dapat
hidup pada kisaran salinitas 0-35 ppt (dari air tawar sampai air laut). Chlorella air
laut dapat tumbuh baik pada salinitas 15-35 ppt (Hirata, 1981 in Rostini, 2007).
Salinitas yang paling optimal bagi pertumbuhan Chlorella air tawar adalah 10-20
ppt sementara untuk Chlorella air laut adalah 25-28 ppt (Isnansetyo dan
Kurniastuty, 1995).
9
Penambahan skala volume atau scale up pada saat kultur dimaksudkan
untuk menghindari stress pada mikroalga akibat jumlah medium yang berlebih.
Kondisi ini harus diupayakan untuk disesuaikan dengan aktifitas pertumbuhan dan
metabolisme mikroalga.
2.2.2 Fase Pertumbuhan Mikroalga
Pertumbuhan mikroalga dalam media kultur dapat diamati dengan
melihat pertambahan besar ukuran sel mikroalga atau dengan mengamati
pertambahan jumlah sel dalam satuan tertentu. Cara kedua lebih sering digunakan
untuk mengetahui pertumbuhan mikroalga dalam media kultur, yaitu dengan
menghitung kelimpahan atau kepadatan sel mikroalga dari waktu ke waktu.
Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) ada dua cara penghitungan kepadatan
mikroalga yaitu menggunakan sedgwich rafter dan menggunakan haemocytometer.
Penggunaan haemocytometer untuk menghitung kepadatan sel mikroalga lebih
sering digunakan dibandingkan sedgwich rafter karena faktor kemudahannya.
Selama pertumbuhannya mikroalga dapat mengalami beberapa fase
pertumbuhan (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995), yaitu:
(1) Fase Lag (istirahat)
Dimulai setelah penambahan inokulum ke dalam media kultur hingga
beberapa saat sesudahnya. Pada fase ini peningkatan paling signifikan terlihat
pada ukuran sel karena secara fisiologis mikroalga menjadi sangat aktif. Proses
sintesis protein baru juga terjadi dalam fase ini. Metabolisme berjalan tetapi
pembelahan sel belum terjadi sehingga kepadatan sel belum meningkat karena
mikroalga masih beradaptasi dengan lingkungan barunya.
10
(2) Fase Logaritmik (log) atau Eksponensial
Fase ini dimulai dengan pembelahan sel dengan laju pertumbuhan yang
meningkat secara intensif. Bila kondisi kultur optimum maka laju pertumbuhan
pada fase ini dapat mencapai nilai maksimal dan pola laju pertumbuhan dapat
digambarkan dengan kurva logaritmik. Pada fase ini merupakan fase terbaik
untuk memanen mikroalga untuk keperlua pakan ikan atau industri. Menurut
Isnansetyo dan Kurniastuty (1995), Chlorella sp. dapat mencapai fase ini dalam
waktu 4-6 hari.
(3) Fase Penurunan Laju Pertumbuhan
Pembelahan sel tetap terjadi pada fase ini, namun tidak seintensif fase
sebelumnya, sehingga laju pertumbuhan juga mengalami penurunan dibandingkan
fase sebelumnya.
(4) Fase Stasioner
Pada fase ini laju reproduksi dan laju kematian relatif sama. Penambahan
dan pengurangan jumlah mikroalga seimbang sehingga kepadatannya relatif tetap
(stasioner).
(5) Fase Kematian
Fase ini ditandai dengan laju kematian yang lebih besar daripada laju
reproduksi sehingga jumlah sel mengalami penurunan secara geometrik.
Penurunan kepadatan sel fitoplankton ditandai dengan perubahan kondisi
optimum yang dipengaruhi oleh temperatur, cahaya, pH medium, ketersediaan
hara, dan beberapa faktor lain yang saling terkait satu sama lain. Secara skematis
pola pertumbuhan mikroalga dapat dilihat pada Gambar 2.
11
Gambar 2. Kurva pertumbuhan mikroalga (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995)
2.2.3 Komposisi Elemen Kimia dari Mikroalga
Menurut Oh-Hama dan Miyachi (1988) unsur-unsur kimia utama yang
menyusun Chlorella dan Scenedesmus adalah C, O, H, N, P, K, Mg, S, dan Fe.
Unsur-unsur non logam (C, O, H, N, dan P) menyusun lebih dari 90% total
biomassa dalam bentuk berat kering. Sisanya merupakan unsur-unsur logam (K,
Mg, S, Fe, dll).
2.3 Pupuk
Nitrogen merupakan unsur penting bagi pertumbuhan tanaman terutama
pada fase vegetatif. Saat fase ini terjadi tiga proses penting yaitu pembelahan sel,
pemanjangan sel dan tahap diferensiasi sel (Hladka, 1971). Corsini dan Karidys
(1990) menyatakan bahwa nitrogen merupakan bagian penting dari protein,
protoplasma, klorofil, dan asam nukleat. Vegetasi tingkat rendah maupun tinggi
menyerap N dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3
-).
Organisme berklorofil yang kekurangan nitrogen akan berubah warna
selnya menjadi kekuningan karena adanya penghambatan síntesis klorofil.
Pemupukan nitrogen yang berlebihan akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif
12
yang berlebihan. Kekurangan N juga akan membatasi pertumbuhan karena tidak
ada pembentukan protoplasma baru. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan
N tanaman (mengatur nisbah C/N) dengan memberikan pupuk N ke tanah. Dua
pupuk nitrogen yang digunakan dalam penelitian ini adalah urea dan ZA.
2.3.1 Urea
Urea merupakan senyawa organik yang dikenal dengan rumus kimia
CO(NH2)2 atau dengan nama lain Carbamide. Senyawa ini pertama kali
ditemukan oleh Hilaire Rouelle pada tahun 1773. Tahun 1828, Friedrich Woehler
berhasil membuat urea secara sintetis melalui reaksi sebagai berikut.
AgNCO + NH4Cl → (NH2)2CO + AgCl .................. (1)
Pada tahun 1922, Bosh dan Meiser berhasil menemukan cara produksi
urea dengan bahan dasar amonia dan karbondioksida. Proses ini dinilai lebih
efisien dibanding proses yang ditemukan oleh Woehler (Overdahl et al., 1991).
Reaksi Bosh-Meiser pembentukan urea adalah sebagai berikut.
2 NH3 + CO2 ↔ H2N-COONH4 .......................... (2)
H2N-COONH4 ↔ (NH2)2CO + H2O ........................ (3)
Proses produksi urea secara massal dan komersial umumnya difokuskan
untuk mencukupi kebutuhan pupuk pertanian karena kandungan nitrogennya yang
cukup tinggi (sekitar 46%) merupakan sumber nitrogen yang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Tampilan fisik pupuk urea yang tersedia di pasaran
umumnya berbentuk kristal dengan berbagai ukuran tergantung pada produsen
yang membuatnya (Overdahl et al., 1991). Salah satu bentuk urea yang umum
ditemukan di pasaran dapat dilihat pada Gambar 3.
13
Gambar 3. Pupuk Urea (Sumber: www.canadianagri.ca , 1 Juni 2009)
Urea memiliki sifat yang mudah menyerap uap air yang ada di udara dan
memiliki kelarutan yang tinggi di dalam air. Urea akan terurai kembali menjadi
komponen dasar pembentuknya melalui reaksi berikut.
CO(NH2)2 + H2O 2NH3 +CO2 .......................... (4)
2.3.2 ZA (Zwavelzuur Amonia)
Pupuk ZA mendapatkan nama panjangnya, Zwavelzuur Amonia, dari
bahasa Belanda. Nama kimia ZA adalah amonium sulfat dengan rumus kimia
(NH4)2SO4. Senyawa garam anorganik ini memiliki memiliki kandungan nitrogen
sekitar 20% dan sulfur sekitar 24% sehingga tujuan produksinya adalah sebagai
pupuk pertanian (George dan Sussot, 1971).
Pembuatan pupuk ZA umumnya melalui reaksi antara amonia dengan
asam sulfat dengan reaksi sebagai berikut.
2NH3 + H2SO4 → (NH4)2SO4 ............................ (5)
14
Reaksi lain yang juga dapat digunakan untuk membuat pupuk ZA adalah
dengan mereaksikan garam gypsum dengan amonium karbonat melalui reaksi
berikut .
(NH4)2CO3 + CaSO4 → (NH4)2SO4 + CaCO3 .................... (6)
Bentuk pupuk ZA yang dapat dijumpai di pasaran adalah seperti bubuk
kasar atau bongkahan-bongkahan kecil bewarna putih seperti gula pasir dan
mudah larut dalam air (Patnaik, 2002). Penggunaan pupuk ZA dalam bidang
pertanian yang berlebihan dapat menyebabkan turunnya pH tanah. Tampilan fisik
pupuk ZA dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Pupuk ZA (Sumber: www.trivenichemical.com, 1 Juni 2009)
2.3.3 Pupuk TSP (Triple Super Phosphate)
Fosfor (P) merupakan salah satu unsur makro primer yang dibutuhkan
oleh tanaman (Tisdale dan Nelson, 1975 in Dana, 2007). Kekurangan unsur P
dapat diamati dari adanya gejala tertundanya pematangan sel. Bold and Wynne
15
(1985) menyatakan gejala kekurangan P juga biasanya tampak pada fase awal
pertumbuhan. Pada tumbuhan tingkat tinggi, tanaman yang kekurangan P
gejalanya dapat terlihat pada daun tua di mana warna daun menjadi keunguan,
perakaran menjadi dangkal dan sempit penyebarannya, batang menjadi lemah.
Menurut Bold dan Wynne, (1985) fosfor merupakan salah satu unsur
yang berperan dalam proses penyusunan karbohidrat dan senyawa kaya nitrogen.
Gula terfosforilasi yang kaya energi muncul dalam proses fotosintesis. Fosforilasi
adenosin menghasilkan adenosine monofosfat, difosfat, trifosfat (AMP, ADP, dan
ATP) dimana tanaman menyimpan energinya untuk kelangsungan proses kimia
lainnya. Menurut Buckman dan Brady (1982), fosfor berpengaruh baik pada
proses pembelahan sel dan pembentukan lemak pada organisme. Salah satu
pupuk fosfor yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pupuk TSP (Triple
Super Phosphate).
Pupuk TSP merupakan senyawa yang terbentuk melalui reaksi kompleks
berikut.
3Ca3(PO4)2·CaF2 + 4H3PO4 + 9H2O --> 9Ca(H2PO4)2 + CaF2 ......... (7)
Reaksi tersebut akan menghasilkan pupuk TSP dengan kadar fosfor (P) sebesar
45% dalam bentuk P2O5, sehingga pupuk TSP juga dikategorikan sebagai pupuk
fosfor (Havlin et al., 2005).
Bentuk umum yang dapat dijumpai berupa butiran kecil kasar dengan
warna kecoklatan, abu-abu, atau kekuningan dan bahan penyusunnya seperti tanah
yang mengering (Havlin et al., 2005). Bentuk pupuk TSP dapat dilihat pada
Gambar 5.
16
Gambar 5. Pupuk TSP (Sumber: http://www.jhbunn.co.uk, 1 Juni 2009)
17
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2009 dan terbagi
menjadi tiga tahap. Tahap 1 merupakan penelitian pendahuluan yang
berlangsung mulai 11–20 Maret. Tahap 2 terdiri atas dua penelitian utama yang
berlangsung mulai 19–28 April dan 8–17 Mei. Tahap 3 merupakan penelitian
tambahan yang berlangsung mulai 12-19 Mei. Lokasi penelitian adalah di ruang
kultur mikroalga, Laboratorium Biologi Laut dan Laboratorium Oseanografi
Kimia, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB. Analisis kimia air
laut yang digunakan untuk media kultur dilakukan di Laboratorium
Produktivitas Lingkungan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
FPIK-IPB.
3.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental
laboratorium yang terdiri atas tiga tahap penelitian, yaitu penelitian pendahuluan,
penelitian utama, dan penelitian tambahan. Penelitian pendahuluan dilakukan
untuk melihat dan mengevaluasi pengaruh pemberian dosis komposisi pupuk
yang diberikan, faktor teknis penelitian, serta faktor eksternal dan lingkungan
terhadap pertumbuhan kultur Chlorella sp.. Hasil pengamatan dan evaluasi pada
penelitian pendahuluan selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk
melaksanakan penelitian utama.
Penelitian utama terdiri atas dua bagian yaitu penelitian utama di ruang
kultur tertutup dan penelitian utama di ruang kultur semi terbuka. Pembagian
17
18
ruangan kultur tersebut bertujuan untuk membandingkan pengaruh pemberian
pupuk terhadap pertumbuhan sel Chlorella sp. pada dua kondisi lingkungan
yang intensitas penyinaran cahaya dan temperatur ruang berbeda.
Komposisi pupuk yang diberikan pada penelitian pendahuluan dan
penelitian utama terdiri atas 26 kombinasi komposisi pupuk ZA, Urea, dan TSP,
termasuk pupuk kontrol, seperti yang disajikan pada Tabel 1. Estimasi teoritis
kandungan NH4+ dan SO4
2- pada masing-masing komposisi pupuk perlakuan
disajikan dalam Lampiran 1.
Tabel 1. Perlakuan dosis komposisi pupuk ZA, Urea, dan TSP dalam penelitian
Pupuk Perlakuan
ZA [(NH4)2SO4] (mg)
Urea [CO(NH2)2] (mg)
TSP [45 % P2O5] (mg)
A
1 2 3 4 5
25 50 75 150 200
0 0 0 0 0
15 15 15 15 15
B
6 7 8 9 10
0 0 0 0 0
0 2,5 5 10 20
15 15 15 15 15
C
11 12 13 14 15
100 100 100 100 100
0 0 0 0 0
0 7,5 15 30 60
D
16 17* 18 19 20
100 100 100 100 100
2,5 5
7,5 10 20
15 15 15 15 15
E
21 22 23 24 25
100 75 50 25 0
12,5 25 50 75 100
15 15 15 15 15
26 (Kontrol) 0 0 0 * Komposisi Pupuk 17 adalah Berdasarkan Isnansetyo dan Kurniastuty (1995)
19
Selanjutnya dilakukan pengamatan setiap hari selama total 10 hari
kultur untuk penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian tambahan
dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian dosis komposisi pupuk
berdasarkan Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) terhadap pola pertumbuhan sel
Chlorella sp. pada awal kultur.
3.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
Alat / Bahan Unit / Satuan Keterangan
- Neraca digital 1 / mg CHYO JL-200 - Haemocytometer 1 / sel/ml Neubauer Improved - Mikroskop Cahaya 1 / 40x Nikon EP-3 - Hand Counter 1 / - - - Hand Refraktometer 1 / ppt Atago - Japan - Kertas indikator pH
Universal 1 pak / pH Merck
- Aerator 1 / - Rasun LP-40 - Lampu TL 6 / 36W/54 Phillips - Air Conditioner (AC) 1 / 16–27oC LG - Termometer Air Raksa 1 / oC Pyrex - Pipet Tetes 5 / 0,05 ml/tetes - - Gelas Kultur 30 / 1 liter - - Gelas ukur 10 ml 1 / 10 ml Pyrex - Gelas ukur 100 ml 1 / 100 ml Pyrex - Gelas ukur 500 ml 1 / 500 ml Pyrex - Alumunium Foil 5 gulung / - - - Air Laut 60 liter / - Tk. Akuarium Gunung Batu - Bibit Chlorella sp. 1 liter / - Lab. Kultur Mikroalga ITK - Pupuk ZA
((NH4)2SO4) 5 Kg / - Lab. Kultur Mikroalga ITK
- Pupuk Urea (CO(NH2)2)
5 Kg /- Lab. Kultur Mikroalga ITK
- Pupuk TSP (45% P2O5)
5 Kg /- Lab. Kultur Mikroalga ITK
- Akuades 15 L / - Lab. Proling MSP - Kaporit 1 Kg / - Tk. Kimia Bratachem - HCl 4 N 10 L / - Lab Proling MSP
20
3.4 Tahap Penelitian
3.4.1 Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dilakukan agar seluruh alat, bahan, dan kondisi
lingkungan kultur dapat mendukung setiap tahap penelitian dengan optimal.
Persiapan penelitian ini terdiri atas beberapa tahap, yaitu: sterilisasi alat dan
media kultur, penyiapan air laut, penyiapan bibit, penyiapan pupuk, serta
penyusunan peralatan kultur. Tahapan persiapan penelitian dijelaskan sebagai
berikut.
1. Sterilisasi Alat dan Media Kultur
Sterilisasi bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
keberadaan mikroorganisme atau zat pengganggu pada alat dan media kultur
yang akan digunakan selama penelitian. Tahapan sterilisasi yang dilakukan
merujuk pada Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) serta Zahara (2003) sebagai
berikut:
(1) Semua peralatan non elektronik dicuci dengan menggunakan sabun
pencuci perabotan gelas, kemudian dibilas dengan air dingin yang telah
dimasak pada suhu 100oC sebelumnya. Selanjutnya peralatan tersebut
dibilas dengan larutan HCl 4 N yang telah diencerkan menjadi 10%
kemudian dibilas kembali dengan air dingin hasil rebusan. Pembilasan
selanjutnya adalah menggunakan alkohol 70% dan terakhir dibilas
dengan akuades hingga bau alkohol hilang. Pengeringan peralatan
setelah pencucian dilakukan dengan meniriskannya di atas meja yang
telah disemprot alkohol sebelumnya.
21
(2) Selang plastik aerator, gelas kultur, dan pengatur debit udara disterilkan
terlebih dahulu dengan merendamnya dalam larutan kaporit selama 10-15
menit. Pencucian dilakukan dengan air dingin hasil rebusan dan
ditiriskan hingga kering seperti langkah nomor 1.
2. Penyiapan Air Laut Sebagai Medium Kultur
Air laut yang digunakan dalam penelitian berasal dari penyedia
komersial dengan salinitas awal sebesar 30 ppt. Sterilisasi air laut tersebut
terlebih dahulu dilakukan untuk memperkecil jumlah kontaminan berupa
mikroorganisme lain yang terdapat di dalamnya. Cara konvensional yang
ditempuh untuk sterilisasi air laut adalah merebus air laut hingga mendidih
selama kurang lebih 2 jam, kemudian mendinginkannya hingga mencapai
temperatur ruang (Isnansetyo dan Kurniatuty, 1995).
Medium kultur diupayakan berada pada rentang pH optimum untuk
produktivitas perairan, yaitu 7,5–8,5 (Basmi et al.). Sementara salinitas medium
diupayakan berada pada konsentrasi tinggi , yaitu di atas 30 ppt dengan tujuan
untuk menciptakan kondisi stress yang mampu mempercepat pertumbuhan
(stressed accelerated growth) pada mikroalga (Bosma dan Wijffels, 2003). Air
laut yang akan digunakan sebagai medium pertumbuhan Chlorella sp. tersebut
selanjutnya dianalisis untuk mengetahui komposisi ammonium (NH4+), fosfat
(PO42-), nitrat (NO3
-), dan nitrit (NO2-) awal tanpa penambahan dosis komposisi
pupuk perlakuan penelitian.
3. Penyiapan Bibit Chlorella sp.
Bibit awal Chlorella sp. yang digunakan dalam penelitian ini berasal
22
dari laboratorium kultur mikroalga Departemen ITK IPB. Bibit Chlorella sp.
kemudian diaklimatisasi terhadap temperatur ruangan kultur selama 1 hari
dengan menambahkan udara melalui aerator. Setelah aklimatisasi, bibit
Chlorella sp. 1000 ml tersebut di-scale up hingga diperoleh stock kultur
Chlorella sp. sebanyak 3 liter untuk masing-masing tahap penelitian.
Berdasarkan stock kultur 3 liter tersebut kemudian disusun 25 kultur
perlakuan Chlorella sp. yang akan digunakan dalam penelitian. Pembagian
kultur Chlorella sp. dilakukan secara konvensional dan manual dengan
menggunakan gelas ukur.
4. Penyiapan Pupuk
Pupuk berfungsi sebagai sumber nutrisi pertumbuhan sel Chlorella sp.
dalam medium kultur. Cara pembuatan masing-masing komposisi pupuk yang
ditampilkan pada Tabel 2 adalah sebagai berikut. Pertama, masing-masing
pupuk perlakuan ditimbang dengan neraca digital CHYO JL-200 untuk
mendapatkan dosis komposisi pupuk yang diinginkan. Komposisi pupuk yang
telah ditimbang kemudian dilarutkan secara bertahap dalam air laut hingga
mencapai 2/3 dari volume total kultur Chlorella sp. yang akan dibuat. Langkah
yang sama dilakukan sehingga diperoleh 26 larutan medium kultur dengan
pupuk perlakuan sesuai Tabel 2.
Analisis kimia ammonium (NH4+), fosfat (PO4
2-), nitrat (NO3-), dan
nitrit (NO2-) dilakukan untuk melihat konsentrasi riil medium pertumbuhan yang
telah diberikan dosis komposisi pupuk perlakuan.
23
3.4.2 Susunan Peralatan Penelitian
Susunan peralatan kultur penelitian dibagi menjadi dua, yaitu susunan
peralatan kultur ruangan tertutup dan di ruangan kultur semi terbuka.
1. Susunan Peralatan Kultur Ruangan Kultur Tertutup
Lokasi kultur ruangan tertutup berada di laboratorium kultur mikroalga
Biologi Laut, Departemen ITK-IPB. Ruangan tersebut dikondisikan agar
pertukaran gas dan cahaya dari dan ke dalam ruangan kultur tersebut terjamin
minimal. Sumber cahaya di dalam ruangan kultur tertutup berasal dari empat
lampu TL 36W/54 dan air conditioner (AC) yang berfungsi menjaga temperatur
ruangan pada kisaran 18-21oC sehingga temperatur kultur dapat berada pada
rentang 22-24oC.
Aerasi disalurkan dari aerator melalui pipa PVC menuju gelas-gelas
kultur. yang tersusun pada rak kultur setelah melewati pengatur debit udara dan
selang aerasi. Pengukuran temperatur ruangan dan kultur masing-masing
dilakukan dengan melihat termometer air raksa yang ditempatkan pada rak
kultur. Susunan peralatan di ruangan kultur tertutup disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Skema susunan peralatan kultur di ruangan tertutup
Aerator
Rak Kultur
Gelas Kultur
Lampu TL 36W/54
Pipa PVC
24
2. Susunan Peralatan Kultur Ruangan Kultur Semi Terbuka
Skema susunan peralatan kultur Chlorella sp. di ruang kultur semi
terbuka disajikan pada Gambar 7. Kultur Chlorella sp. pada ruangan semi
terbuka mengandalkan siklus harian matahari sebagai sumber cahaya dan
sekaligus pengatur temperatur ruangan. Temperatur ruangan berkisar 29-30oC
di siang hari dan 27-28oC pada malam dan dini hari. Lokasi ruangan kultur semi
terbuka adalah di Laboratorium Oseanografi Kimia ITK-IPB.
Gambar 7. Skema susunan peralatan kultur di ruangan terbuka
3.4.3 Persiapan Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui pola pertumbuhan
Chlorella sp. dengan mengamati pengaruh yang diberikan oleh dosis komposisi
pupuk, faktor teknis, serta faktor eksternal selama kultur dilakukan. Selanjutnya
evaluasi terhadap hasil pengamatan penelitian pendahuluan dilakukan sebagai
dasar acuan pelaksanaan penelitian utama.
Matahari
Kaca Jendela
Pipa PVC
Gelas Kultur
Aerator
25
Penelitian pendahuluan dilakukan di ruang kultur tertutup dengan
perlakuan sebagai berikut. Volume total kultur Chlorella sp. yang diinginkan
pada masing-masing gelas kultur adalah 1liter. Scale-up kultur sebanyak 1 kali
dilakukan untuk mendapatkan volume kultur sebanyak 1 liter pada setiap gelas
kultur. Pertama, masing-masing gelas kultur ditandai dengan urutan angka 1
hingga 26 sesuai dengan urutan perlakuan kombinasi pupuk pada Tabel 2. Air
laut hasil sterilisasi kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing gelas
sebanyak 2/3 dari volume total kultur. Selanjutnya ke dalam masing-masing
gelas tersebut ditambahkan pupuk yang telah disiapkan sesuai dengan urutan
nomor gelas kultur, kemudian diberi aerasi selama 10-15 menit.
Bibit Chlorella sp. yang telah disiapkan kemudian ditambahkan ke
dalam masing-masing gelas kultur yang berisi campuran air laut dan larutan
pupuk hingga mencapai volume total 1 liter. Perbandingan antara medium
kultur dan bibit Chlorella sp. dalam volume total pada setiap gelas adalah 2/3 :
1/3. (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Kultur kemudian dibiarkan selama satu
hari untuk adaptasi sebelum pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data
kelimpahan Chlorella sp. per hari selama total kultur 10 hari kultur.
3.4.4 Persiapan Penelitian Utama
Penelitian utama dilakukan untuk mengetahui pengaruh komposisi
pupuk yang diberikan pada masing-masing kultur terhadap pertumbuhan sel
Chlorella sp. serta menentukan komposisi pupuk terbaik yang dapat
menghasilkan kelimpahan paling baik selama kultur dilaksanakan. Perlakuan
penelitian yang diberikan pada penelitian utama sama dengan yang diberikan
pada penelitian pendahuluan.
26
Penelitian utama ini terdiri atas dua tahap yaitu penelitian utama di
ruangan kultur tertutup (Gambar 6) dan penelitian utama di ruang kultur semi
terbuka (Gambar 7) yang dilaksanakan pada rentang waktu yang terpisah.
Tujuan pembedaan ruangan kultur ini adalah untuk membandingkan pengaruh
pupuk terhadap kultur Chlorella sp. pada dua kondisi lingkungan yang berbeda.
Pengamatan pada masing-masing bagian penelitian utama dilakukan setiap hari
selama 10 hari kultur.
3.4.5 Persiapan Penelitian Tambahan
Penelitian tambahan dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan
pertumbuhan sel Chlorella sp. pada skala mikro di awal kultur. Penyiapan
kultur penelitian tambahan sama dengan penelitian pendahuluan, kecuali pada
perlakuan pupuk yang diberikan. Komposisi pupuk yang diberikan terdiri atas
dua komposisi, yaitu pupuk kontrol dan pupuk dengan komposisi berdasarkan
Isnansetyo dan Kurniastuty (1995). Pengamatan dilakukan setiap 3 jam sekali
selama total 36 jam kultur. Pelaksanaan penelitian tambahan dilakukan di ruang
kultur semi terbuka dan terpisah dari rangkaian penelitian pendahuluan maupun
penelitian utama.
3.5 Pengamatan Penelitian
3.5.1 Parameter yang Diamati
Parameter utama yang diamati selama penelitian meliputi:
(1) Kelimpahan sel Chlorella sp. (sel/ml) setiap hari selama total 10 hari kultur
penelitian pendahuluan
27
(2) Kelimpahan sel Chlorella sp. (sel/ml) setiap hari pada masing-masing tahap
kultur penelitian utama selama total 10 hari kultur
(3) Kelimpahan sel Chlorella sp. (sel/ml) setiap 3 jam dan 6 jam selama total 36
jam kultur pada penelitian tambahan
Parameter tambahan yang diamati meliputi temperatur ruangan
perubahan temperatur ruangan dan kultur (oC), salinitas kultur (ppt), dan pH
kultur.
3.5.2 Prosedur Pengambilan Data Penelitian
1. Penghitungan Kelimpahan Sel Chlorella sp.
Penghitungan kelimpahan sel Chlorella sp. pada setiap tahap penelitian
dilakukan dengan menggunakan Haemocytometer Neubauer Improved
(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995) dengan ulangan sebanyak dua kali untuk
masing-masing kultur. Langkah-langkah pengukuran kelimpahan sel Chlorella
sp. menggunakan haemocytometer beserta contoh perhitungannya dapat dilihat
pada Lampiran 2.
Estimasi kelimpahan sel Chlorella sp. pada setiap kultur dilakukan
dengan menggunakan rumus kelimpahan sel menurut Punchard (2006) dan Taw
(1990).
................ (8)
dengan :
D = Jumlah sel/ml
N1 = Jumlah sel dalam kotak pada pengamatan ke-1
N2 = Jumlah sel dalam kotak pada pengamatan ke-2
28
25x104 = Konstanta Haemocytometer Neubauer
n = jumlah kotak yang diamati
DF = Faktor Dilusi (Volume Total / Volume Inokulan)
Penampang Haemocytometer disajikan pada Gambar 8. Hasil
penghitungan kelimpahan sel Chlorella sp. per hari kemudian
diplotkan untuk membuat kurva pertumbuhan sel dengan sumbu X menunjukkan
hari kultur dan sumbu Y menunjukkan kelimpahan sel Chlorella sp..
Gambar 8. Skema haemocytometer neubauer improved (Sumber: http://en.academic.ru, 1 Juni 2009)
2. Pengukuran Parameter Temperatur, Salinitas, dan pH Kultur
Pengukuran temperatur ruangan dan media kultur dilakukan dengan
menggunakan termometer air raksa. Temperatur yang dicatat adalah temperatur
ketika pengamatan kelimpahan sel Chlorella sp. dilakukan. Salinitas setiap
kultur pada masing-masing tahap penelitian diukur menggunakan hand
refraktometer dengan dua kali pengulangan. Derajat keasaman atau pH setiap
kultur Chlorella sp. diukur dengan menggunakan kertas indikator pH universal.
29
3.6 Analisis Data Penelitian
Analisis terhadap data penelitian dilakukan dengan dua metode, yaitu
analisis statistik dan analisis pustaka. Analisis statistik dilakukan untuk
mengetahui pengaruh pemberian pupuk terhadap kultur mikroalga dan
interaksinya terhadap paramater yang diukur. Analisis pustaka dilakukan untuk
menjelaskan hasil penelitian berdasarkan analisis statistik dan tinjauan ilmiah
lainnya.
Analisis statistik yang dilakukan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) atau Randomized Block Design untuk mengetahui pengaruh pemberian
variasi dosis komposisi pupuk terhadap pertumbuhan Chlorella sp. Uji statistik
dilakukan dengan uji Anova (Analysis of Variance) satu faktor.
Model matematis dari analisis RAK adalah sebagai berikut:
Yij = µ + Ki + Pj + єij ..................................... (9)
Dengan:
i = 1, 2, 3,...,k ( kelompok hari)
j = 1, 2, 3,...,p ( perlakuan komposisi pupuk)
Yij = Pengamatan Kelompok ke-i dan Perlakuan ke-j
µ = Rataan Umum
Ki = Pengaruh Kelompok ke - i
Pj = Pengaruh Perlakuan ke – j
єij = Galat Kelompok ke – i dan Perlakuan ke – j
30
Hipotesis yang diuji dalam analisis statistik ini adalah hipotesis tentang
pengaruh pupuk perlakuan. Hipotesis pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan
kultur adalah sebagai berikut:
H0 : Dosis komposisi pupuk yang diberikan tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan Chlorella sp.
H1 : Dosis komposisi pupuk berpengaruh terhadap pertumbuhan
Chlorella sp.
Penentuan relatifitas pengaruh pemberian dosis komposisi pupuk
optimal terhadap pertumbuhan Chlorella sp. dilakukan dengan menggunakan Uji
Duncan (Duncan Test).
31
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pertumbuhan Chlorella sp. Penelitian Pendahuluan
Kurva pertumbuhan sel Chlorella sp. pada penelitian pendahuluan
disajikan pada Gambar 9. Pengamatan pada hari 1 kultur menunjukkan bahwa
jumlah kelimpahan awal sel pada masing-masing gelas kultur adalah berbeda.
Hal ini terjadi karena inokulan awal yang dimasukkan ke dalam masing-masing
gelas kultur memiliki rentang kelimpahan sel yang tidak sama. Perbedaan
tersebut mengakibatkan analisis statistik tidak dapat digunakan untuk mengolah
data pertumbuhan Chlorella sp. pada penelitian pendahuluan, karena kultur
dengan kelimpahan sel yang lebih tinggi pasti dinyatakan sebagai kultur yang
mendapat dosis komposisi pupuk yang paling baik. Disamping itu bentuk kurva
pertumbuhannya relatif tidak berbeda bahkan cenderung menurun jika
dibandingkan dengan kultur yang kelimpahan awal selnya lebih sedikit.
Bentuk kurva pertumbuhan secara umum menunjukkan kemiringan kurva
yang relatif datar sehingga penentuan fase-fase pertumbuhan Chlorella sp. cukup
sulit dilakukan pada masing-masing kultur. Fluktuasi dengan rentang yang relatif
besar terjadi antara hari 1-5. Selanjutnya antara hari 6-10, kurva petumbuhan
menunjukkan dua kelompok kultur yang memiliki kecenderungan arah
petumbuhan yang berbeda yaitu positif dan negatif. Bentuk fluktuasi yang sangat
ekstrim ditunjukkan oleh kultur perlakuan 8, 9 dan 13. Kultur kontrol 26
menunjukkan bentuk kurva yang relatif datar dibandingkan kurva pertumbuhan
lainnya dan diduga pertumbuhan sel pada kultur tersebut tidak terjadi secara
signifikan selama penelitian pendahuluan berlangsung karena minimnya nutrisi
pertumbuhan yang tersedia (Tabel 1).
31
32
33
Hasil penghitungan perubahan kelimpahan sel (sel/ml) per hari pada
penelitian di pendahuluan dapat dilihat pada Lampiran 3. Selama penelitian
pendahuluan berlangsung, temperatur ruangan kultur yang tercatat saat
pengamatan (Lampiran 4) berkisar antara 19-20oC. Namun, perubahan temperatur
ruangan tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan temperatur medium
kultur yang berada pada rentang tetap 22-23oC. Temperatur rata-rata ruangan dan
kultur penelitian pendahuluan disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10. Perubahan rata-rata temperatur (oC) medium kultur Chlorella sp. dan ruangan pada penelitian pendahuluan
Menurut Hladka (1971), rentang suhu kultur tersebut masih berada pada
rentang suhu optimal pertumbuhan Chlorella sp., yaitu 22-24oC, sehingga
perubahan temperatur bukan faktor pembatas utama pada penelitian pendahuluan.
Salinitas kultur (Lampiran 5) berada pada rentang yang cukup tinggi
yaitu 32-34 ppt. Salinitas rata-rata medium kultur Chlorella sp. selama 10 hari
kultur dapat dilihat pada Gambar 11.
34
Gambar 11. Perubahan rata-rata salinitas (ppt) medium kultur Chlorella sp. pada penelitian pendahuluan
Gambar 11 menunjukkan kenaikan salinitas terjadi setelah hari 5 kultur
dari sekitar 32 ppt menuju 33-34 ppt. Kenaikan salinitas rata-rata kultur paling
signifikan ditunjukkan pada rentang hari 5-6 dari sekitar 32 ppt menjadi 33 ppt
namun kurva pertumbuhan pada Gambar 9 tidak menunjukkan perubahan arah
pertumbuhan yang signifikan terkait dengan kenaikan salinitas rata-rata kultur
yang terjadi.
Menurut Rostini (2005), kenaikan salinitas kultur ini dapat terjadi karena
adanya hasil metabolisme sel ataupun pengendapan garam dan nutrien dalam
medium. Konsentrasi garam dalam medium meningkat akibat penguapan air laut
oleh panas lampu TL yang berada dekat dengan gelas kultur. Hal ini ditunjukkan
dengan ditemukannya endapan garam putih yang terdapat pada permukaan mulut
dan dinding gelas kultur bagian atas selama penelitian berlangsung. Salinitas
yang terukur pada penelitian pendahuluan melebihi salinitas optimal yang
35
disarankan untuk kultur Chlorella sp. yaitu 25-28 ppt (Isnansetyo dan Kurniastuty,
1995), namun masih berada dalam rentang toleransi salinitas pertumbuhan yang
baik yaitu 15-35 ppt (Hirata, 1981 in Rostini, 2007) dan dikondisikan demikian
agar akselerasi pertumbuhan Chlorella sp. dapat tercapai pada salinitas tinggi
(Bosma dan Wijffels, 2003). Berdasarkan hal tersebut, maka perubahan salinitas
selama kultur berlangsung bukan menjadi faktor utama pembatas pertumbuhan sel
Chlorella sp.
Nilai keasaman (pH) kultur Chlorella sp. penelitian pendahuluan berkisar
antara 7-8 (Lampiran 6). Nilai keasaman (pH) rata-rata kultur Chlorella sp.
penelitian pendahuluan disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12. Perubahan rata-rata pH medium kultur Chlorella sp. pada penelitian pendahuluan
Kenaikan pH rata-rata kultur Chlorella sp. terjadi pada rentang hari 5-7
yaitu dari kisaran pH 7 menjadi pH 8 yang menunjukkan bahwa medium kultur
36
secara perlahan berubah menjadi basa. Rentang hari perubahan pH tersebut
sebanding dengan rentang hari perubahan salinitas medium kultur Chlorella sp..
Menurut Hladka (1971), pH pertumbuhan yang optimum bagi Chlorella
sp. berkisar antara 4,9-7,7, sementara Nielsan (1995) in Prihantini et al. (2005)
menyatakan bahwa rentang pH kultur yang terukur tersebut pada rentang pH
pertumbuhan yang baik yaitu 4,5 – 9,3, sementara menurut Basmi et al. (1993),
rentang perubahan pH medium kultur antara 7-8 termasuk pada rentang pH
perairan dengan produktifitas optimum, yaitu pH 7,5 – 8,5. Kenaikan pH diduga
terjadi seiring dengan kenaikan salinitas kultur yang terjadi dan karena adanya
proses pemanfaatan nitrogen dari pupuk oleh sel Chlorella sp. selama penelitian
berlangsung. Berdasarkan hasil pengukuran parameter tambahan tersebut maka
faktor perubahan temperatur, salinitas, dan pH pada kultur masih berada dalam
kondisi yang memungkinkan Chlorella sp. dapat tumbuh dengan baik dan bukan
menjadi faktor pembatas utama pertumbuhan kultur.
Bentuk pola pertumbuhan Chlorella sp. penelitian pendahuluan
menunjukkan kurva yang tidak beraturan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.
Faktor utama yang diduga memberikan pengaruh paling besar terhadap bentuk
kurva pertumbuhan Chlorella sp. pada penelitian pendahuluan adalah jumlah
kelimpahan awal sel yang berbeda pada masing-masing kultur. Pengaruh dosis
pupuk terhadap pertumbuhan Chlorella sp. sulit untuk ditentukan mengingat
bentuk kurva pertumbuhan diawali pada titik awal pertumbuhan sel yang tidak
sama, sehingga perbandingan perlakuan untuk menentukan komposisi pupuk
optimum untuk pertumbuhan Chlorella sp. tidak dapat dilakukan untuk penelitian
pendahuluan ini.
37
4.2 Pertumbuhan Chlorella sp. Penelitian Utama
4.2.1 Pertumbuhan Kultur Chlorella sp. di Ruang Kultur Tertutup
Kurva pertumbuhan Chlorella sp. di ruang kultur tertutup berdasarkan
perlakuan pupuk yang diberikan dan perubahan kelimpahan sel secara utuh
disajikan pada Lampiran 7. Upaya untuk mengkondisikan jumlah awal
kelimpahan sel Chlorella sp. agar memiliki rentang kelimpahan sel yang relatif
sama terbukti dapat menghasilkan bentuk kurva pertumbuhan sel Chlorella sp.
yang baik. Kelimpahan sel setiap kultur diupayakan berada pada kisaran
500.000 – 1.500.000 sel/ml (Lampiran 8). Bentuk kurva pertumbuhan yang
dihasilkan oleh masing-masing kultur dapat dilihat dan dibandingkan dengan jelas,
baik fase maupun kecenderungan arah pertumbuhannya.
Fase pertumbuhan positif pada semua kultur Chlorella sp. ditunjukkan
pada selang hari 1-5 dengan bentuk fase lag dan logaritmik yang sulit untuk
ditentukan. Perbedaan kecenderungan arah pertumbuhan kultur Chlorella sp.
mulai terlihat setelah hari 6 dan terbagi menjadi dua kelompok dengan
kecenderungan arah pertumbuhan yang berbeda. Kelompok pertama
menunjukkan pertumbuhan sel yang positif dan terus meningkat hingga hari 10
kultur, sementara kelompok kedua menunjukkan arah pertumbuhan yang negatif
dan terus menurun hingga hari 10 kultur. Gambar 13 dibuat untuk memudahkan
dalam melihat pengelompokan kecenderungan arah pertumbuhan tersebut.
Hipotesis sementara terhadap fenomena pertumbuhan Chlorella sp. yang disajikan
38
pada Gambar 13 diduga terkait dengan ketersediaan nutrien bagi pertumbuhan sel
Chlorella sp. selama penelitian berlangsung.
39
Gambar 13 menunjukkan bahwa Kelompok 1 kultur Chlorella sp.
memiliki pertumbuhan positif yang diduga disebabkan karena jumlah nutrien
pertumbuhannya dapat mendukung perkembangan dan pertumbuhan sel dari hari
1 hingga hari 10 penelitian, sedangkan kelompok 2 kultur Chlorella sp. diduga
memiliki jumlah nutrien yang hanya mampu mendukung pertumbuhan sel hingga
hari 5 saja dan ditunjukkan dengan penurunan arah pertumbuhannya.
1. Pengaruh Pemberian Dosis Komposisi Pupuk yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Chlorella sp. pada Penelitian Utama di Ruang Kultur Tertutup
Faktor yang diduga menyebabkan perbedaan arah pertumbuhan setelah
hari 5 pada Gambar 13 adalah keberadaan nutrisi dalam medium kultur yang
berasal dari dosis komposisi pupuk yang diberikan pada masing-masing kultur
perlakuan. Hasil Anova satu faktor untuk identifikasi pengaruh pupuk terhadap
pertumbuhan Chlorella sp. utama di ruang tertutup disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Anova satu faktor pengaruh komposisi pupuk terhadap pertumbuhan
Chlorella sp. di ruang tertutup
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
F Tabel (p)
Perlakuan 25 75,696 x 1012 2,911 x 1012 6,70 <,0001 Hari 9 191,632 x 1012 21,293 x 1012 49,00 <,0001 Galat 234 101,683 x 1012 0,435 x 1012 Total 269 369,011 x 1012
Taraf nyata (α) = 0,05
40
Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian komposisi pupuk yang berbeda
(Tabel 1) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan sel Chlorella sp. di ruang
kultur tertutup (F hitung > F tabel). Hal ini membuktikan bahwa perbedaan
komposisi pupuk yang diberikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pola pertumbuhan sel Chlorella sp. pada Gambar 13. Selanjutnya untuk
mengetahui dosis pupuk mana saja yang memberikan pengaruh optimal terhadap
pertumbuhan Chlorella sp. dapat dilihat pada pengelompokan Duncan Grouping
pada Tabel 4. Pupuk yang memberikan pengaruh paling besar adalah pupuk 22
dengan kelimpahan rata-rata sel mencapai 3.750.000 sel/ml. Komposisi pupuk
perlakuan 22 terdiri atas 75 mg ZA, 25 mg Urea, dan 15 mg TSP.
Tabel 4. Duncan grouping pengaruh dosis komposisi pupuk terhadap
pertumbuhan Chlorella sp. di ruang tertutup
Perlakuan Duncan Grouping
Jumlah Rata-Rata Chlorella sp. (sel/ml)
1 CDEFGH 2.841.666,667 2 GHI 2.375.000 3 EFGHI 2.550.000 4 GHI 2.425.000 5 GHI 2.375.000 6 I 1.850.000 7 HI 2.145.833,3338 HI 2.291.666,667 9 I 1.925.000 10 FGHI 2.470.833,33311 HI 2.225.000 12 EFGHI 2.525.000 13 DEFGH 2.733.333,33314 GHI 2.387.500 15 GHI 2.370.833,333 16 ABCDEF 3.116.666,667 17 BCDEFG 3.033.333,333 18 ABCDEF 3.108.333,333 19 ABCDE 3.195.833,333 20 ABCD 3.383.333,333
41
21 ABC 3.508.333,333 22 A 3.750.000 23 ABCDEF 3.129.166,667 24 AB 3.629.166,667 25 ABC 3.483.333,333 26 HI 2.262.500
Berdasarkan Duncan Grouping, pengaruh pupuk 22 (A) terhadap
pertumbuhan kultur Chlorella sp. ternyata relatif sama dengan pengaruh yang
diberikan oleh komposisi pupuk 16, 18, 19, 20, 21, 23, 24, dan 25 (memiliki kode
Duncan Grouping A pada susunannya).
Bagaimana dengan pupuk 17 yang terletak di antara pupuk 16 dan 18?
Berdasarkan Tabel 4, pengaruh yang diberikan oleh pupuk 17 (B) terhadap
pertumbuhan sel adalah relatif sama dengan pengaruh pupuk 16, 18, 19, 20, 21, 23,
24, dan 25 (memiliki kode Duncan Grouping B pada susunannya), sehingga
pupuk 17 dapat dikategorikan ke dalam kelompok pupuk yang memberikan
pengaruh optimal terhadap pertumbuhan sel Chlorella sp..
Pupuk 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24 dan 25 adalah kelompok pupuk
yang memiliki ketiga kombinasi lengkap ketiga pupuk pertanian ZA, Urea, dan
TSP dengan dosis yang relatif lebih tinggi dibandingkan pupuk lainnya (Tabel 1).
Uji kimia untuk mengetahui konsentrasi ammonium (NH4+), nitrat (NO3-), dan
fosfat (PO42-) pada masing-masing komponen penyusun pupuk disajikan pada
Tabel 5.
Tabel 5. Konsentrasi aktual (mg/l) ammonium, nitrat, dan fosfat pada masing-
masing komponen penyusun pupuk perlakuan
Sampel Parameter*
Fosfat (PO4-P) (mg/l)
Nitrat (NO3-N) (mg/l)
Ammonium (NH4-N) (mg/l)
42
ZA 0,028 0,030 11,253 Urea 0,119 0,022 27,963 TSP 1,320 0,037 0,385
Kontrol (26) 0,011 0,001 0,013 *Berdasarkan 100 mg/l larutan
Tabel 5 menunjukkan bahwa komponen pupuk ZA mengandung
ammonium aktual sebesar 11,253 mg/l dengan konsentrasi nitrat dan fosfat yang
relatif rendah yaitu sebesar 0,03 mg/l dan 0,028 mg/l. Konsentrasi ion ammonium
aktual pada komponen pupuk urea adalah sebesar 27,963 mg/l dengan konsentrasi
nitrat aktual sebesar 0,022 mg/l dan konsentrasi aktual fosfat sebesar 0,119 mg/l.
Konsentrasi ammonium aktual yang disumbangkan oleh komponen pupuk TSP
yaitu sebesar 0,385 mg/l, sementara konsentrasi fosfat dan nitratnya masing-
masing 1,320 mg/l dan 0,037 mg/l. Berdasarkan uraian tersebut tampak bahwa
komponen pupuk urea pada dosis larutan uji yang sama (100mg/l) merupakan
penyumbang ion ammonium tertinggi dalam komposisi dosis pupuk perlakuan.
Estimasi konsentrasi aktual ammonium, nitrat, dan fosfat total pada
masing-masing pupuk perlakuan (Tabel 1) dihitung berdasarkan nilai aktual
ammonium, nitrat, dan fosfat pada Tabel 5. Hasil estimasi konsentrasi total
masing-masing pupuk dapat dilihat pada Tabel 6. Estimasi teoritis dan aktual
kandungan nitrat, ammonium, dan fosfat berdasarkan komponen pupuk ZA, Urea,
dan TSP dapat dilihat kembali pada Lampiran 1 dan Lampiran 9.
Tabel 6 menunjukkan konsentrasi nitrat (NO3-) untuk medium yang
diberikan pupuk kontrol (26) berada pada nilai paling rendah yaitu 0,058 mg/l.
Nilai tersebut juga menunjukkan konsentrasi awal nitrat dalam air laut tanpa
penambahan pupuk perlakuan. Konsentrasi nitrat paling tinggi ditunjukkan oleh
43
pupuk perlakuan 5 sebesar 0,066 mg/l dan menunjukkan bahwa ZA pada
perlakuan tersebut menjadi penyumbang nitrat tertinggi dalam medium
pertumbuhan Chlorella sp. Urea diduga menyumbangkan nitrat dalam
konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan ZA, seperti yang ditunjukkan oleh
medium dengan pupuk perlakuan 7 hingga 10 yang. Namun secara keseluruhan,
konsentrasi nitrat yang diestimasikan terdapat pada medium kultur adalah sangat
rendah dibawah 0,1 mg/l.
Tabel 6. Konsentrasi (mg/l) total ammonium, nitrat, dan fosfat pada medium pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan kelompok pupuk perlakuan
Pupuk
Perlakuan Ammonium (NH4
+) (mg/l)
Nitrat (NO3-)
(mg/l) Fosfat (PO4
3-) (mg/l)
A
1 2 3 4 5
2,871 0,013 0,205 5,684 0,021 0,212 8,498 0,028 0,219
16,937 0,051 0,240 22,564 0,066 0,254
B
6 7 8 9 10
0,058 0,006 0,198 0,757 0,006 0,201 1,456 0,007 0,204 2,854 0,008 0,210 5,650 0,010 0,222
C
11 12 13 14 15
11,253 0,030 0,028 11,282 0,033 0,127 11,311 0,036 0,226 11,369 0,041 0,424 11,484 0,052 0,820
D
16 17 18 19 20
12,010 0,036 0,229 12,709 0,037 0,232 13,408 0,037 0,235 14,107 0,038 0,238 16,903 0,040 0,250
E
21 22 23 24 25
14,806 0,038 0,241 15,488 0,034 0,249 19,666 0,032 0,272 23,843 0,030 0,294 28,021 0,028 0,317
44
Kontrol (26) 0,058 0,006 0,198
Konsentrasi ammonium (NH4+) paling tinggi ditunjukkan oleh pupuk
perlakuan 25, sebesar 28,021 mg/l yang menunjukkan bahwa urea bertindak
sebagai penyumbang ion ammonium terbesar dalam medium pertumbuhan
dibandingkan pupuk ZA. Berdasarkan pupuk perlakuan 4 dan 5 pada Tabel 1 dan
Tabel 6, dengan dosis dua kali lipat pupuk urea, ternyata jumlah amonium yang
disumbangkan oleh pupuk ZA dalam medium pertumbuhan masih relatif lebih
rendah dibandingkan pupuk urea pada perlakuan 25.
Konsentrasi ammonium paling rendah ditunjukkan oleh pupuk perlakuan
26 yang bertindak sebagai kontrol yaitu sebesar 0,058 mg/l. Rentang konsentrasi
ammonium yang relatif tinggi juga diperlihatkan oleh komposisi pupuk perlakuan
yang memiliki konsentrasi pupuk ZA dan urea yang tinggi berdasarkan Tabel 1.
Hal ini menunjukkan bahwa kedua pupuk ZA dan Urea berperan sebagai
penyumbang utama ammonium ke dalam medium pertumbuhan Chlorella sp.
Berdasarkan Tabel 6, konsentrasi fosfat untuk medium pertumbuhan kontrol (26)
memiliki nilai 0,198 mg/l sebagai perlakuan dengan konsentrasi fosfat paling
rendah. Konsentrasi fosfat paling tinggi ditunjukkan oleh pupuk 15 yaitu sebesar
0,820 mg/l.
Menurut Oh-Hama dan Miyachi (1988) dan Vincent (1992), bentuk
senyawa nitrogen yang lebih disukai oleh mikroalga adalah amonium (NH4+),
karena proses transportasi dan asimilasi ion amonium oleh sel fitoplankton
membutuhkan energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan transportasi dan
asimilasi ion nitrat (NO3-). Senyawa N dalam bentuk NH4
+ ini kemudian
diasimilasi bersama-sama dengan asam glutamat, menjadi berbagai jenis
45
makromolekul organik seperti protein dan asam nukleat yang dibutuhkan oleh sel
Chlorella sp. (Vincent, 1992). Berdasarkan tinjauan proses fotosintesisnya,
penggunaan nitrat oleh Chlorella sp. justru dapat menghambat fiksasi CO2 dalam
fotosintesis karena nitrat dan CO2 berkompetisi untuk hidrogen (H2) (Kessler,
1957 in Hladka, 1971).
Berdasarkan Gambar 13, kurva umum pertumbuhan dengan
kecenderungan positif ditunjukkan oleh semua kultur pada rentang hari 1-5. Hal
ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi yang relatif kecil, ammonium dapat
mendukung pertumbuhan sel Chlorella sp. dengan kecenderungan positif sesuai
dengan Hladka (1971) yang menyatakan bahwa Chlorella sp. pada awal
pertumbuhannya (1-7 hari) lebih memilih sumber nitrogen dalam bentuk
ammonium dibandingkan bentuk lainnya.
Kultur menunjukkan kecenderungan arah pertumbuhan yang berbeda
pada hari 6. Kelompok kultur 16-15 membentuk kelompok dengan
kecenderungan kurva pertumbuhan yang positif, sementara kelompok kultur yang
lainnya membentuk kelompok dengan bentuk kecenderungan pertumbuhan yang
menurun hingga hari akhir penelitian. Berdasarkan Tabel 6, kultur 16-25
memiliki konsentrasi ammonium yang relatif tinggi dibandingkan kelompok
kultur yang lain. Hal ini diduga sebagai penyebab utama bentuk kurva
pertumbuhan kelompok kultur 16-25 menunjukkan pertumbuhan yang terus
meningkat (positif) hingga akhir penelitian.
Berdasarkan Gambar 13, kultur 4 dan 5 memiliki konsentrasi ammonium
yang relatif tinggi namun berada pada kelompok dengan kecenderungan
pertumbuhan yang justru negatif setelah hari 6. Hal ini diduga berkaitan jenis
46
pupuk agrolyzer yang digunakan sebagai sumber ammonium. Berdasarkan Tabel
1, perlakuan 4 dan 5 merupakan perlakuan dengan sumber ammoniumnya hanya
berasal dari pupuk ZA yang memiliki sifat dapat menyebabkan medium
pertumbuhan menjadi asam (pH rendah) (Patnaik, 2002). Menurut Hladka (1971),
pertumbuhan Chlorella sp. akan lebih baik pada rentang pH yang bersifat sedikit
lebih basa dibandingkan rentang pH netral atau asam, sehingga kondisi pH kultur
oleh ZA diduga menyebabkan pertumbuhan Chlorella sp. pada perlakuan 4 dan 5
berada pada kelompok pertumbuhan dengan kecenderungan yang menurun.
Bagaimana peran pupuk TSP dalam kultur Chlorella sp.? Dan mengapa
pupuk TSP terdapat dalam semua komposisi pupuk yang diberikan pada kultur
Chlorella sp.? Menurut Poerwanto (2003), fosfor berfungsi untuk menyusun
karbohidrat, sementara Kuhl (1974) in Zahara (2003) menyatakan bahwa
keberadaan unsur P mutlak diperlukan karena unsur ini penting dalam proses
transformasi energi dalam proses fotosintesis. Gula terfosforilasi yang kaya
energi muncul dalam proses fotosintesis. Fosforilasi adenosin menghasilkan
adenosin monofosfat, difosfat, trifosfat (AMP, ADP, dan ATP) yang kemudian
digunakan oleh mikroalga sebagai sumber energi untuk kelangsungan proses
kimia lainnya. Fungsi TSP dalam penelitian ini adalah sebagai sumber fosfor
untuk sintesis senyawa penghasil energi bagi aktivitas sel, oleh karena itu dosis
TSP pada setiap kombinasi pupuk adalah sama (Tabel 1), kecuali pada kombinasi
pupuk 11-15. Kurva pertumbuhan Chlorella sp. dengan pupuk 11-15 disajikan
pada Gambar 15.
Komposisi pupuk TSP pada Tabel 1 memiliki dosis sebesar 15 mg yang
didasarkan pada komposisi pupuk Isnansetyo dan Kurniastuty (1995). Dosis TSP
47
pada komposisi pupuk 11-15 adalah 0 mg, 7,5 mg, 15 mg, 30 mg, dan 60 mg yang
disusun untuk mengetahui pengaruh dosis TSP yang berbeda terhadap
pertumbuhan sel Chlorella sp.. Berdasarkan Tabel 6, komposisi ammonium pada
pupuk perlakuan 11-15 berada pada rentang yang relatif sama yaitu berkisar
antara 11,263-11,484 mg/l. Gambar 14 menunjukkan bahwa perlakuan 14 dan 15
memiliki bentuk pertumbuhan sel yang relatif menurun setelah hari 5 kultur
dibandingkan perlakuan 13 yang memiliki bentuk kurva pertumbuhan kultur yang
paling baik diantara perlakuan 11-15. Dosis TSP pada perlakuan 13 sesuai
dengan Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) sebesar 15 mg (Tabel 1).
Gambar 14. Kurva pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan kelimpahan sel (106 sel/ml) pada perlakuan komposisi pupuk 11-15
Fenomena ini diduga terjadi karena pada konsentrasi fosfat yang tinggi,
energi yang diperlukan oleh Chlorella sp. tersedia dalam jumlah yang lebih
banyak sehingga Chlorella sp. lebih cenderung akan memanfaatkan nitrat untuk
pertumbuhannya dibandingkan ammonium (Hladka, 1971). Meski demikian,
48
konsentrasi nitrat yang relatif lebih rendah dibandingkan konsentrasi ammonium
pada perlakuan 11-15 (Tabel 5) diduga tidak dapat mencukupi kebutuhan
Chlorella sp. untuk mendukung pertumbuhannya sehingga sel Chlorella sp. akan
mengalihkan konsumsi nitrogennya kembali ke ammonium. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dosis TSP sebagai sumber fosfor untuk pertumbuhan Chlorella sp.
yang paling baik adalah dosis yang sesuai dengan Isnansetyo dan Kurniastuty
(1995), sebesar 15 mg/l.
Berdasarkan hubungan antara sebaran konsentrasi ammonium, nitrat, dan
fosfat pada Tabel 6 serta bentuk kecenderungan kurva pertumbuhan Chlorella sp.,
maka dapat diperoleh hubungan pengaruh antara dosis komposisi pupuk dan
bentuk kurva pertumbuhan. Kurva pertumbuhan yang menunjukkan pertumbuhan
positif hingga hari akhir penelitian (16-25) dihasilkan oleh medium yang memiliki
kombinasi konsentrasi minimum ammonium sebesar 12,010 mg/l dan fosfat
minimum sebesar 0,229 mg/l. Keberadaan nitrat dalam hal ini dapat diabaikan
karena konsentrasinya yang sangat kecil (< 0,1 mg/l). Berdasarkan uraian
tersebut maka untuk kultur Chlorella sp. di ruang tertutup, hasil optimal
pertumbuhan sel akan dapat dicapai dengan memberikan komposisi pupuk
perlakuan yang minimal memiliki perbandingan ammonium dan fosfat sebesar 53 :
1 berdasarkan massa (m/m) untuk 1 liter kultur.
2. Parameter Temperatur (oC), Salinitas (ppt), dan pH Terhadap
Pertumbuhan Chlorella sp. di Ruangan Kultur Tertutup
Temperatur ruang kultur yang tercatat selama penelitian utama di ruang
kultur tertutup berkisar antara 19-20oC dengan temperatur kultur Chlorella sp.
berkisar antara 22-23oC (Lampiran 10) dan tergolong dalam rentang temperatur
49
optimum pertumbuhan sel Chlorella sp. untuk kultur laboratorium (Hladka, 1971).
Stabilitas temperatur ruangan tersebut turut mendukung tercapainya stabilitas
temperatur rata-rata kultur Chlorella sp. sehingga temperatur tidak menjadi faktor
pembatas utama pertumbuhan Chlorella sp..
Salinitas kultur pada hari 1 penelitian adalah sebesar 32 ppt dan
meningkat pada rentang 33-34 ppt hingga hari 10 penelitian secara bertahap
(Lampiran 11). Rentang salinitas ini termasuk dalam rentang salinitas yang masih
tergolong baik bagi pertumbuhan sel Chlorella sp. (Hirata, 1981 in Rostini, 2007),
Salinitas rata-rata kultur Chlorella sp. disajikan pada Gambar 17.
Gambar 15. Perubahan rata-rata salinitas (ppt) medium kultur Chlorella sp. pada penelitian utama di ruang kultur tertutup
Kenaikan salinitas rata-rata kultur Chlorella sp. terjadi secara bertahap
pada hari 1-5, kemudian naik pada selang hari 5-6 dari sekitar 32 ppt hingga
mencapai 33 ppt kemudian kembali naik secara bertahap hingga mencapai rentang
34 ppt di hari 10 kultur. Perubahan rata-rata salinitas pada setelah hari ke 6
diikuti dengan terbentuknya dua kelompok kultur yang memiliki kecenderungan
50
arah yang berbeda. Kelompok pertama kultur menunjukkan pertumbuhan yang
terus meningkat seiring dengan kenaikan nilai salinitas, sementara kelompok
kultur kedua menunjukkan pertumbuhan yang relatif terus menurun seiring
dengan kenaikan salinitas rata-rata. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
kondisi salinitas rata-rata yang sama, yang paling mempengaruhi pertumbuhan sel
Chlorella sp. selanjutnya adalah ketersediaan nutrien pertumbuhan. Kultur yang
memiliki jumlah nutrien lebih tinggi akan dapat terus tumbuh hingga akhir
penelitian dibandingkan kultur yang jumlah nutrien pertumbuhannya lebih rendah.
Penyebab kenaikan salinitas rata-rata pada kultur diduga sama dengan
penelitian pendahuluan, yaitu adanya hasil metabolisme oleh sel Chlorella sp.
(sisa ekskresi sel), input nutrien (sulfat dari ZA) (Rostini, 2007) dan juga
penguapan oleh lampu TL kultur yang menyala 24 jam selama 10 hari kultur.
Indikasi penguapan yang menghasilkan garam ditemukan di atas permukaan
mulut gelas kultur pada akhir kultur. Sebaran salinitas pada kultur adalah merata
antara kultur 1 hingga kultur 27. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa salinitas
tidak menjadi faktor pembatas utama pertumbuhan Chlorella sp. selama penelitian
berlangsung.
Kisaran pH yang tercatat selama kultur di ruang tertutup yaitu 6-8
(Lampiran 12). Perubahan pH rata-rata kultur Chlorella sp. dapat dilihat pada
Gambar 16. Gambar 16 menunjukkan pada rentang hari 1-2 pelaksanaan kultur,
nilai pH rata-rata kultur berada pada posisi konstan, yaitu 7, kemudian turun pada
kisaran pH rata-rata 6,5-7 pada selang hari 3-7. Penurunan pH terjadi pada
perlakuan 4 dan 5 yang memiliki konsentrasi ammonium dari ZA relatif tinggi.
Penurunan pH tersebut diduga karena sifat pupuk ZA yang dapat menyebabkan
51
medium menjadi lebih asam. Selain perlakuan 4 dan 5, medium kultur
menunjukkan pH yang relatif konstan 7 pada selang hari 1-7 dan kemudian
menunjukkan peningkatan hingga mencapai kisaran pH 8. Rentang perubahan pH
tersebut masih termasuk dalam rentang pH optimal pertumbuhan Chlorella sp.,
yaitu 4,5-9,3 (Nielsan, 1955 in Prihantini et,al,, 2005). Perubahan pH diduga
terjadi seiring dengan jenis nutrien pertumbuhan yang diberikan. Pengenceran
medium kultur tidak dilakukan karena hal tersebut akan mengubah konsentrasi
nutrien pertumbuhan dalam medium kultur.
Gambar 16. Perubahan rata-rata pH kultur Chlorella sp. penelitian utama di ruang kultur tertutup
Menurut Morel (1983) in Zahara (2003), pada kisaran pH 7-9 terdapat
dua kemungkinan pemanfaatan nitrogen dari nutrien dalam medium oleh sel
mikroalga, yaitu pemanfaatan nitrogen dalam bentuk nitrat dan amonium. Reaksi
biologis pemanfaatan nitrogen dalam bentuk nitrat adalah sebagai berikut:
106HCO3- + 16NO3
- + HPO42- + 16H2O + 124H+ Protoplasma + 138O2
52
Pemanfaatan senyawa nitrogen dalam bentuk amonium adalah melalui reaksi
biologis sebagai berikut:
106 HCO3- + 16NH4
+ + HPO42- + 16H2O + 92H+ Protoplasma + 138O2
Berdasarkan kedua reaksi di atas maka reaksi pemanfaatan senyawa N
yang dapat terjadi adalah selama penelitian adalah reaksi kedua, yaitu
pemanfaatan amonium (NH4+) oleh sel Chlorella sp.. Pendugaan pemanfaatan
amonium oleh sel Chlorella sp. selama kultur dijelaskan sebagai berikut.
Komponen pupuk yang digunakan dalam penelitian adalah pupuk ZA ((NH4)2SO4)
dan Urea (CO(NH2)2) yang dapat terhidrolisis dalam air menghasilkan ion
ammonium, sementara itu sumber nitrat dalam air laut yang digunakan sebagai
medium kultur memiliki jumlah yang sangat kecil (Tabel 5).
4.2.2 Pertumbuhan Kultur Chlorella sp. di Ruang Kultur Semi Terbuka
Kurva pertumbuhan Chlorella sp. pada penelitian utama di ruang semi
terbuka disajikan pada Gambar 17. Kecenderungan umum dari pola arah
pertumbuhan sel selama kultur adalah menurun (negatif) mulai hari 1-10, Kisaran
jumlah awal sel Chlorella sp. pada inokulan yang diberikan ke dalam masing-
masing gelas kultur adalah 500.000 – 1.500.000 sel/ml seperti yang diberikan
pada kultur ruang tertutup (Lampiran 13), meski pada pengamatan hari 1, kultur
nomor 7 dan 13 menunjukkan jumlah kelimpahan awa sel yang melewati batas
rentang tersebut. Hal tersebut dapat terjadi karena pemasukan inokulan sel
Chlorella sp. agar memiliki rentang kelimpahan yang relatif sama yang cukup
sulit dilakukan dengan penghitungan manual menggunakan Haemocytometer.
Fase pertumbuhan Chlorella sp. pada ruang kultur semi terbuka sulit
untuk ditentukan karena kecenderungan arah pertumbuhan kultur yang menurun
53
(negatif). Penurunan pola pertumbuhan sel Chlorella sp. diduga terjadi karena
berkaitan dengan faktor adaptasi sel Chlorella sp. yang tidak berjalan baik
terhadap lingkungan barunya. Pola kurva yang relatif fluktuatif terlihat pada hari
54
1-3 yang diduga sebagai fase lag sel Chlorella sp. untuk beradaptasi terhadap
lingkungan barunya. Setelah hari 3 arah pertumbuhan adalah menurun yang
ditandai dengan semakin berkurangnya jumlah kelimpahan sel yang terukur. Hal
ini menunjukkan bahwa sel Chlorella sp. tidak mampu beradaptasi terhadap
lingkungan barunya hingga kemudian secara perlahan menuju fase kematian,
1. Pengaruh Pemberian Dosis Komposisi Pupuk yang Berbeda Terhadap
Chlorella sp. pada Penelitian Utama di Ruang Kultur Semi Terbuka
Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian
komposisi pupuk yang berbeda terhadap pertumbuhan sel Chlorella sp. di ruang
kultur semi terbuka, anova satu faktor data penelitian disajikan pada Tabel 6.
Tabel 7. Anova satu faktor pengaruh komposisi pupuk pada kultur ruang semi
terbuka
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
F Tabel (p)
Perlakuan 25 3,108 x 1012 0,119 x 1012 3,06 <,0001Hari 9 5,871 x 1012 0,652 x 1012 16,68 <,0001 Galat 234 9,151 x 1012 0,039 x 1012 Total 269 18,131 x 1012
Taraf nyata (α) = 0,05
Berdasarkan Tabel 6, pemberian dosis komposisi pupuk yang berbeda
terhadap kultur Chlorella sp. di ruang kultur semi terbuka menunjukkan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan sel selama kultur berlangsung
(F hitung > F tabel). Meski hasil anova satu faktor pada penelitian utama di ruang
kultur terbuka menunjukkan kesimpulan hipotesis yang sama dengan kesimpulan
hipotesis pada penelitian utama di ruang kultur tertutup, namun analisis statistik
55
tersebut tidak dapat dijadikan sebagai kesimpulan akhir penelitian, karena
kecenderungan arah dan bentuk kurva pertumbuhan kedua tahap penelitian utama
tersebut berbeda, pada penelitian di ruang semi terbuka, kecenderungan pola
pertumbuhan umum kultur Chlorella sp. menunjukkan penurunan.
Tabel 8. Duncan grouping pengaruh komposisi pupuk terhadap pertumbuhan
Chlorella sp. pada kultur di ruang semi terbuka
Perlakuan Duncan Grouping
Jumlah Rata-Rata Chlorella sp. (sel/ml)
1 CDEFG 954.166.6667 2 CDEF 958.333.3333 3 BCDEF 970.833.3333 4 BCDEF 979.166.6667 5 BCDEF 1.008.333.333 6 DEFG 895.833.3333 7 ABC 1.120.833.333 8 EFG 837.500 9 ABCD 1.075.000
10 BCDEF 983.333.3333 11 ABCD 1.075.000 12 CDEFG 937.500 13 ABCD 1.058.333.333 14 ABC 1.133.333.333 15 CDEFG 941.666.6667 16 CDEFG 950.000 17 BCDEF 1.004.166.667 18 ABCDE 1.037.500 19 FG 804.166.6667 20 DEFG 858.333.3333 21 CDEF 958.333.3333 22 DEFG 900.000 23 A 1.220.833.333 24 CDEFG 945.833.3333 25 CDEFG 945.833.3333 26 G 745.833.3333
Oleh karena itu uji lanjutan perlu dilakukan untuk menentukan kultur
dengan perlakuan pupuk mana saja yang memberikan hasil optimal terhadap
56
pertumbuhan sel Chlorella sp. di ruang kultur semi terbuka. Duncan Grouping
untuk kultur 1-27 diberikan pada Tabel 7. Kultur Chlorella sp. dengan rata-rata
kelimpahan sel paling tinggi ditunjukkan oleh kultur dengan komposisi pupuk 23
sebagai nutrien pertumbuhannya. Pupuk tersebut memiliki komposisi 50 mg Za,
50 mg Urea, dan 50 mg TSP dan mampu menghasilkan jumlah rata-rata
kelimpahan sel sebanyak 1.220.833.333 sel/ml.
Berdasarkan Tabel 7, komposisi pupuk 23 (A) memiliki pengaruh yang
relatif sama dengan komposisi pupuk 7, 9, 11, 13, 14, 18, dan 27 (memiliki kode
Duncan Grouping A pada susunannya). Berdasarkan hasil Duncan Grouping
tersebut dapat dilihat bahwa sebaran pengaruh komposisi pupuk perlakuan
tersebut adalah acak (Tabel 1) dan tidak menunjukkan kecenderungan pengaruh
dosis maupun komposisi pupuk terhadap kultur Chlorella sp. seperti yang
ditunjukkan pada penelitian utama di ruang kultur tertutup.
Berdasarkan perlakuan variasi dosis komposisi pupuk perlakuan yang
sama (Tabel 1 dan Tabel 6), hasil penelitian utama di ruang semi terbuka
menunjukkan pola pertumbuhan Chlorella sp. yang berbeda jauh dibandingkan
penelitian di ruang kultur tertutup. Pola kecenderungan pengelompokan sebaran
komposisi ammonium, fosfat, dan nitrat berdasarkan Tabel 6 tidak terlihat pada
penelitian utama di ruang semi terbuka.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktor selain ketersediaan
nutrisi dari pupuk perlakuan yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap
pertumbuhan Chlorella sp.. Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap
pertumbuhan sel Chlorella sp. adalah temperatur, salinitas, dan pH medium kultur.
57
2. Pendugaan Pengaruh Temperatur (oC), Salinitas (ppt), dan pH Terhadap
Pertumbuham Chlorella sp. di Ruangan Kultur Semi Terbuka
Perbedaan bentuk kurva pertumbuhan kultur Chlorella sp. pada
penelitian utama di ruang kultur tertutup dan ruang kultur semi terbuka diduga
disebabkan oleh faktor eksternal yang mempengaruhi kultur selama penelitian
berlangsung, yaitu temperatur, salinitas, dan kadar keasaman (pH) kultur.
Temperatur ruangan yang tercatat selama kultur berkisar antara 28-30oC
(Lampiran 14) pada saat pengamatan dilakukan. Interval perubahan temperatur
ruangan yang cukup besar terjadi antara waktu siang dan malam, yaitu sebesar
27oC pada saat malam / dini hari dan 31oC pada siang hari yang terik. Temperatur
kultur yang tercatat selama pengamatan adalah 26-27oC dan dapat mencapai
temperatur minimal 26oC pada dini hari.
Perubahan temperatur tersebut diduga dipengaruhi oleh siklus penyinaran
harian matahari terhadap lingkungan dan kultur. Menurut Isnansetyo dan
Kurniastuty (1995) dan Taw (1990) kisaran temperatur tersebut masih berada
dalam kisaran temperatur optimal pertumbuhan Chlorella sp. untuk kultur di luar
ruangan (outdoor culture), yaitu 25-30oC. Perubahan temperatur rata-rata ruangan
dan kultur Chlorella sp. dapat dilihat pada Gambar 21.
Gambar 18 menunjukkan bahwa temperatur ruangan kultur semi terbuka
berada pada rentang yang lebih tinggi dibandingkan temperatur rata-rata medium
kultur Chlorella sp. yang terdiri atas air laut. Temperatur rata-rata kultur berada
pada nilai yang konstan yaitu sekitar 26oC. Meskipun rentang temperatur ruang
dan kultur berada pada kondisi optimum pertumbuhan (Isnansetyo dan
58
Kurniastuty, 1995), namun diduga rentang temperatur tersebut mempengaruhi
adaptasi Chlorella sp. terhadap lingkungan barunya.
Gambar 18. Perubahan rata-rata temperatur (oC) medium kultur Chlorella sp. dan ruangan pada penelitian utama di ruang semi terbuka
Pendugaan pengaruh faktor temperatur tersebut dijelaskan sebagai
berikut. Pertama, inokulan Chlorella sp. yang digunakan dalam penelitian ini
sebelumnya diduga telah beraklimatisasi terhadap lingkungan tempat preservasi
yang memiliki temperatur yang relatif rendah (10-15oC). Kedua, pembuatan stock
kultur untuk keseluruhan penelitian dilakukan di ruangan yang memiliki
temperatur yang juga lebih rendah dengan fluktuasi harian yang relatif tetap yaitu
22-23oC (ruang kultur tertutup). Berdasarkan kedua kondisi tersebut, maka
diduga sel Chlorella sp. tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan temperatur
ruang yang relatif tinggi dengan fluktuasi harian yang tidak tetap, meskipun
aklimatisasi sel Chlorella sp. telah dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut.
Ketidakmampuan sel Chlorella sp. untuk beradaptasi dapat mengakibatkan stress
59
pada sel yang ditandai secara umum dari parameter fisik berupa perubahan warna
kultur Chlorella sp. yang disajikan pada Gambar 19.
Gambar 19 menunjukkan perbandingan warna kultur Chlorella sp. pada
hari 1 dan hari 4 kultur. Hari 1 penelitian ditandai dengan warna kultur Chlorella
sp. yang terlihat kehijauan, sementara pada hari 4, kultur telah menunjukkan
perubahan warna yang sangat signifikan. Warna kehijauan dari kultur Chlorella
sp. tidak lagi terlihat pada hari 4 kultur meskipun pengamatan kelimpahan sel
masih menunjukkan keberadaan sel Chlorella sp. dalam gelas kultur tersebut.
Gambar 19. Perubahan warna kultur Chlorella sp. antara hari 1 dan hari 4 pada penelitian utama di ruang terbuka
Pengukuran salinitas kultur pada ruang semi terbuka berkisar antara 32-
37 ppt (Lampiran 15). Perubahan salinitas rata-rata kultur Chlorella sp. disajikan
pada Gambar 20. Gambar 20 menunjukkan kenaikan salinitas rata-rata yang terus
meningkat sejak hari 1 kultur. Rentang kenaikan salinitas tersebut lebih besar
dibandingkan rentang salinitas rata-rata kultur yang terjadi pada penelitian utama
di ruang tertutup. Selain temperatur ruangan yang relatif tinggi, perubahan
60
salinitas rata-rata yang relatif tinggi tersebut diduga menjadi faktor utama kedua
yang menyebabkan pertumbuhan sel Chlorella sp. tidak mengalami kenaikan,
bahkan cenderung menurun (Gambar 17).
Gambar 20. Perubahan rata-rata salinitas (ppt) medium kultur Chlorella sp. pada penelitian utama di ruang semi terbuka
Kenaikan salinitas yang besar juga dapat disebabkan oleh temperatur
ruangan yang relatif lebih tinggi dibandingkan temperatur di ruang semi tertutup.
Penguapan air laut dalam medium kultur dipercepat oleh gerakan gelembung
udara aerasi di dalam gelas kultur dan oleh fluktuasi penyinaran oleh matahari,
Salinitas mulai menunjukkan perubahan secara bertahap pada hari 4 dan
seterusnya, Kenaikan salinitas pada kisaran yang tinggi ini dapat menyebabkan
kerusakan sel seperti mengkerutnya membran sel (lisis), terganggunya aktivitas
metabolisme sel, dan terganggunya proses-proses kimia lain yang berperan
penting dalam pertumbuhan Chlorella sp., meskipun beberapa penelitian lain
menyebutkan bahwa kondisi salinitas yang tinggi sengaja dibuat untuk
61
menciptakan kondisi stress pada mikroalga sehingga mampu menghasilkan zat
tertentu dalam kuantitas yang lebih besar dan lebih cepat (Takagi et al, 2006 dan
Bosma dan Wijjfels, 2003).
Selain karena faktor penguapan, perubahan salinitas yang cenderung
meningkat diduga dapat terjadi karena input nutrien dari pupuk perlakuan yang
diberikan (Tabel 1). Berdasarkan hipotesis pada pengaruh temperatur sebelumnya,
ketidakmampuan sel Chlorella sp. untuk beradaptasi terhadap lingkungan barunya
diduga dapat menyebabkan pemanfaatan nutrien dalam medium tidak terjadi
sehingga yang ada adalah fenomena pembentukan senyawa garam dalam medium
pertumbuhan seperti NH4Cl (Hladka, 1971). Sulfur dalam ion sulfat (SO42-) yang
berasal dari ZA merupakan komponen yang dapat menyebabkan kenaikan
salinitas dan terbukti ditemukan dalam kuantitas yang cukup tinggi berdasarkan
analisis dan perhitungan kimia yang dilakukan (lihat kembali Lampiran 3) yaitu
mencapai 1153,915 – 1487,911 mg/l.
Sebaran pH kultur yang terukur adalah 7-9 (Lampiran 16). Menurut
Wardoyo (1975), pH tersebut termasuk perairan dengan produktivitas tinggi (7,5-
8,5) sementara di atas pH 8,5, perairan digolongkan sebagai perairan tidak
produktif. Perubahan nilai pH kultur Chlorella sp. di ruangan semi terbuka dapat
dilihat pada Gambar 21. Sebaran pH pada 4 hari awal kultur umumnya masih
berada pada nilai 7, kemudian secara perlahan nilai pH kultur meningkat menjadi
8 pada rentang hari 4-7. Rentang hari 7-10, pH kembali meningkat menjadi 9.
Perubahan pH rata-rata yang terjadi sebanding dengan perubahan salinitas rata-
rata kultur Chlorella sp. meningkat mulai hari 1-10. Kenaikan pH kultur ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan sel Chlorella sp. selama penelitian berlangsung.
62
Menurut De La Noue dan De Pauw (1988), kadar pH medium dapat
mempengaruhi kemampuan biologis mikroalga dalam memanfaatkan nutrien
dalam medium kulturnya, Nilai pH yang relatif tinggi dapat mengurangi aktifitas
fotosintesis mikroalga.
Gambar 21. Perubahan rata-rata pH medium kultur Chlorella sp. pada penelitian utama di ruang semi terbuka
Berdasarkan uraian tersebut, maka meski sumber nutrien untuk
pertumbuhan dan sumber energi dari pupuk memiliki komposisi yang lengkap dan
dosis yang relatif tinggi, pertumbuhan tidak dapat terjadi secara optimal karena
secara biologis kemampuan sel dalam memanfaatkan nutrien dan melakukan
fotosintesis menjadi terbatas. Akibatnya, jumlah nutrien yang tidak digunakan
selama kultur ditambah dengan hasil metabolisme organik dapat menyebabkan
kenaikan salinitas medium kultur. Kondisi lingkungan kultur yang tidak
mendukung pertumbuhan sel Chlorella sp. tersebut selanjutnya menjelaskan
63
mengapa arah pertumbuhan sel pada penelitian utama di ruang kultur semi terbuka
cenderung menurun dari hari ke hari.
4.3 Pola Pertumbuhan Sel Chlorella sp. pada Awal Kultur (36 jam)
Berdasarkan hasil intepretasi data pertumbuhan kultur Chlorella sp. pada
penelitian pendahuluan dan dua tahap penelitian utama, maka pengetahuan
tentang bentuk pola pertumbuhan sel Chlorella sp. pada awal pertumbuhannya
merupakan hal yang penting untuk diketahui. Hasil pengukuran kelimpahan sel
Chlorella sp. disajikan pada Lampiran 17. Kurva pertumbuhan sel Chlorella sp.
pada penelitian tambahan dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Kurva pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan kelimpahan sel (106 ml/sel) pada pengamatan setiap 3 jam penelitian tambahan
Pengamatan setiap tiga jam terhadap kelimpahan sel Chlorella sp.
menunjukkan bentuk kurva pertumbuhan sel yang tidak teratur. Ketidakteraturan
tersebut diduga disebabkan karena sel Chlorella sp. berada dalam fase lag
(istirahat) dimana proses adaptasi pertumbuhan sel tengah berlangsung pada hari
64
1-2 (Zahara, 2003). Terdapat dua anomali kurva pertumbuhan yang menunjukkan
penurunan drastis kurva pertumbuhan, yaitu pada pengamatan pukul 06.00 WIB
dan pukul 21.00 WIB pada tanggal 13 Mei 2009. Anomali tersebut terjadi karena
pada saat pengamatan kelimpahan sel Chlorella sp., mikroskop elektrik tidak
dapat digunakan akibat pemadaman listrik, sehingga alternatif yang ditempuh
adalah dengan melakukan preservasi menggunakan larutan lugol agar dapat
diamati pada waktu pengamatan berikutnya. Berdasarkan Gambar 22, preservasi
yang dilakukan menghasilkan jumlah kelimpahan yang lebih sedikit dibandingkan
kelimpahan pada pengamatan sebelum dan sesudahnya. Hal ini diduga terjadi,
preservasi sampel menggunakan lugol mempengaruhi keberadaan sel Chlorella sp.
yang akan diamati.
Antisipasi agar hal serupa tidak terjadi, pengamatan selanjutnya
dilakukan pada selang waktu setiap 6 jam selama total 36 jam kultur. Hasil
penghitungan kelimpahan sel Chlorella sp. pada selang waktu tersebut disajikan
pada Gambar 23.
Gambar 23 menunjukkan kurva pertumbuhan Chlorella sp. yang
fluktuatif pada 36 jam kultur. Kultur kontrol (pupuk perlakuan 26) menunjukkan
penurunan pertumbuhan pada selang 12 jam kultur awal kemudian meningkat
pada selang waktu 12 jam berikutnya, sementara kultur Uji (pupuk perlakuan 17)
menunjukkan kenaikan pertumbuhan pada 12 jam awal kultur, kemudian menurun
pada 6 jam berikutnya serta meningkat kembali pada rentang 6 jam setelahnya.
Hal ini diduga terkait dengan proses adaptasi dan ketersediaan nutrisi
pertumbuhan yang tersedia pada masing-masing medium pertumbuhan.
65
Gambar 23. Kurva pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan kelimpahan sel (106 ml/sel) pada pengamatan setiap 6 jam penelitian tambahan
Kultur Uji (pupuk perlakuan 17) menunjukkan bahwa nutrisi
pertumbuhan disediakan oleh ammonium yang lebih disukai oleh sel Chlorella sp.
dibandingkan nitrat yang tersedia pada medium kontrol (Hladka, 1971).
Pemanfaatan nitrat oleh sel Chlorella sp. pada kontrol baru dapat terlihat setelah
12 jam kultur yang ditandai dengan meningkatnya kecenderungan grafik pada
pukul 00.00 WIB tanggal 20 Mei 2009.
Kondisi temperatur ruangan kultur memiliki kisaran yang sama dengan
kisaran temperatur ruang pada kultur di ruang semi terbuka, yaitu 28-30oC dan
dapat mencapai temperatur yang lebih rendah sebesar 25-26oC ketika malam atau
dini hari dan mencapai temperatur tertinggi 30oC di siang hari yang terik
(Lampiran 18). Perubahan temperatur kultur selama pengamatan dapat dilihat
pada Gambar 24.
66
Gambar 24 menunjukkan temperatur ruangan yang berfluktuasi
mengikuti siklus harian, meningkat pada siang hari dan menurun pada malam atau
dini hari. Temperatur kultur kontrol dan kultur uji relatif berada pada posisi
konstan yaitu 25-26oC. Salinitas selama kultur tambahan berada pada nilai
konstan 32 ppt (Lampiran 19) seperti halnya nilai pH yang berada pada nilai tetap
7 (Lampiran 20).
Pengamatan terhadap penelitian tambahan menunjukkan bahwa kondisi
awal kultur (fase lag), merupakan fase penting dalam menunjang tahap
perkembangan dan pertumbuhan sel Chlorella sp. selanjutnya, maka
pada fase lag ini, penjagaan kondisi kultur harus diupayakan optimal agar
pertumbuhan sel Chlorella sp. pada fase logaritmik atau eksponensial dapat
berlangsung secara optimal.
Gambar 24. Perubahan rata-rata temperatur (oC) medium kultur dan ruangan pada penelitian tambahan
67
67
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Perbandingan pengaruh antar perlakuan variasi dosis komposisi pupuk
ZA, Urea, dan TSP terhadap pertumbuhan sel Chlorella sp. yang paling baik
ditunjukkan oleh media perlakuan 16-25 yang ditunjukkan oleh pertumbuhan
positif selama penelitian, sedangkan pertumbuhan negatif Chlorella sp. selama
penelitian ditunjukkan oleh media perlakuan 1-15.
Dosis optimal media (ZA, Urea, dan TSP) untuk pertumbuhan Chlorella
sp. selama penelitian dipengaruhi oleh konsentrasi NH4+ yang tinggi (>12,000 mg)
seperti yang ditunjukkan oleh media perlakuan 16-25.
5.2 Saran
Sebaiknya pengujian pengaruh variasi dosis komposisi pupuk ZA, Urea,
dan TSP terhadap pertumbuhan Chlorella sp. perlu dilakukan pada temperatur,
salinitas, dan pH medium yang relatif konstan agar pertumbuhan sel benar-benar
merupakan hasil dari pengaruh pemberian pupuk perlakuan dan bukan karena
faktor lainnya. Selain itu analisis kimia pemanfaatan ammonium dan nitrat perlu
dilakukan setiap hari untuk mengetahui efektifitas pemanfaatan nitrogen oleh
Chlorella sp. selama penelitian berlangsung.
Gambar 9. Kurva pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan perubahan kelimpahan sel (106 sel/ml) per hari menurut perlakuan komposisi pupuk pada tahap penelitian pendahuluan
Hari ke
Gambar 13. Kurva pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan perubahan kelimpahan sel (106 sel/ml) per hari menurut kelompok perlakuan komposisi pupuk pada tahap penelitian utama di ruang kultur tertutup
Hari ke
Gambar 17. Kurva pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan perubahan kelimpahan sel (106 sel/ml) per hari menurut perlakuan komposisi pupuk pada tahap penelitian utama di ruang kultur semi terbuka
Hari ke
Lampiran 9. Estimasi konsentrasi aktual (mg/L) ammonium, nitrat, dan fosfat berdasarkan dosis komposisi pupuk perlakuan (Tabel 1) Pupuk ZA NH4
+ ZA
NO3-
ZA PO4 ZA Urea NH4
+
Urea NO3- Urea PO4 Urea TSP NH4
+ TSP NO3-TSP PO4
TSP NH4
+ Total
NO3-
Total PO4
Total 1 25 2,8132 0,0075 0,007 0 0 0 0 15 0,05775 0,0055 0,198 2,871 0,013 0,205 2 50 5,6265 0,015 0,014 0 0 0 0 15 0,05775 0,0055 0,198 5,684 0,021 0,212 3 75 8,4397 0,0225 0,021 0 0 0 0 15 0,05775 0,0055 0,198 8,498 0,028 0,219 4 150 16,879 0,045 0,042 0 0 0 0 15 0,05775 0,0055 0,198 16,937 0,051 0,240 5 200 22,506 0,06 0,056 0 0 0 0 15 0,05775 0,0055 0,198 22,564 0,066 0,254 6 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0,05775 0,0055 0,198 0,058 0,006 0,198 7 0 0 0 0 2,5 0,6990 0,00055 0,0029 15 0,05775 0,0055 0,198 0,757 0,006 0,201 8 0 0 0 0 5 1,3981 0,0011 0,0059 15 0,05775 0,0055 0,198 1,456 0,007 0,204 9 0 0 0 0 10 2,7963 0,0022 0,0119 15 0,05775 0,0055 0,198 2,854 0,008 0,210
10 0 0 0 0 20 5,5926 0,0044 0,0238 15 0,05775 0,0055 0,198 5,650 0,010 0,222 11 100 11,253 0,03 0,028 0 0 0 0 0 0 0 0 11,253 0,030 0,028 12 100 11,253 0,03 0,028 0 0 0 0 7,5 0,028875 0,0027 0,099 11,282 0,033 0,127 13 100 11,253 0,03 0,028 0 0 0 0 15 0,05775 0,0055 0,198 11,311 0,036 0,226 14 100 11,253 0,03 0,028 0 0 0 0 30 0,1155 0,0111 0,396 11,369 0,041 0,424 15 100 11,253 0,03 0,028 0 0 0 0 60 0,231 0,0222 0,792 11,484 0,052 0,820 16 100 11,253 0,03 0,028 2,5 0,6991 0,0005 0,0029 15 0,05775 0,0055 0,198 12,010 0,036 0,229
17 100 11,253 0,03 0,028 5 1,39815 0,0011 0,00595 15 0,05775 0,0055 0,198 12,709 0,037 0,232
18 100 11,253 0,03 0,028 7,5 2,097225 0,00165 0,008925 15 0,05775 0,0055 0,198 13,408 0,037 0,235
19 100 11,253 0,03 0,028 10 2,7963 0,0022 0,0119 15 0,05775 0,0055 0,198 14,107 0,038 0,238 20 100 11,253 0,03 0,028 20 5,5926 0,0044 0,0238 15 0,05775 0,0055 0,198 16,903 0,040 0,250 21 100 11,253 0,03 0,028 12,5 3,4953 0,0027 0,0148 15 0,05775 0,0055 0,198 14,806 0,038 0,241
Pupuk ZA NH4+
ZA NO3
- ZA
PO4 ZA Urea NH4
+
Urea NO3- Urea PO4 Urea TSP NH4
+ TSP NO3-TSP PO4
TSP NH4
+ Total
NO3-
Total PO4
Total 22 75 8,4397 0,0225 0,021 25 6,9907 0,0055 0,0297 15 0,05775 0,0055 0,198 15,488 0,034 0,249 23 50 5,6265 0,015 0,014 50 13,981 0,011 0,0595 15 0,05775 0,0055 0,198 19,666 0,032 0,272
24 25 2,81325 0,0075 0,007 75 20,972 0,0165 0,0892 15 0,05775 0,00555 0,198 23,843 0,030 0,294
25 0 0 0 0 100 27,963 0,022 0,119 15 0,05775 0,00555 0,198 28,021 0,028 0,317 26 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0,05775 0,0055 198 0,058 0,006 0,198
Lampiran 7. Kurva pertumbuhan Chlorella sp. berdasarkan perubahan kelimpahan sel (106 sel/ml) per hari menurut perlakuan komposisi pupuk pada tahap penelitian utama di ruang kultur tertutup
Hari ke
Lampiran 1. Estimasi teoritis kandungan (mg/L) ammonium (NH4+) dan ion sulfat pada masing-masing komposisi pupuk perlakuan penelitian (Tabel 1)
Pupuk Perlakuan
ZA (mg)
NH4+-ZA
(mg) Urea (mg)
NH4+-Urea
(mg) NH4
+-Total (mg)
SO42--Total
(mg) 1 25 3,4075 0 0 3,4075 18,1825 2 50 6,815 0 0 6,815 36,365 3 75 10,2225 0 0 10,2225 54,5475 4 150 20,445 0 0 20,445 109,095 5 200 27,26 0 0 27,26 145,46 6 0 0 0 0 0 0 7 0 0 2,5 0,75025 0,75025 0 8 0 0 5 1,5005 1,5005 0 9 0 0 10 3,001 3,001 0 10 0 0 20 6,002 6,002 0 11 100 13,63 0 0 13,63 72,73 12 100 13,63 0 0 13,63 72,73 13 100 13,63 0 0 13,63 72,73 14 100 13,63 0 0 13,63 72,73 15 100 13,63 0 0 13,63 72,73 16 100 13,63 2,5 0,75025 14,38025 72,73 17 100 13,63 5 1,5005 15,1305 72,73 18 100 13,63 7,5 2,25075 15,88075 72,73 19 100 13,63 10 3,001 16,631 72,73 20 100 13,63 20 6,002 19,632 72,73 21 100 13,63 12,5 3,75125 17,38125 72,73 22 75 10,2225 25 7,5025 17,725 54,5475 23 50 6,815 50 15,005 21,82 36,365 24 25 3,4075 75 22,5075 25,915 18,1825 25 0 0 100 30,01 30,01 0 26 0 0 0 0 0 0
Lampiran 2. Contoh penghitungan kelimpahan Chlorella sp. dengan menggunakan haemocytometer neubauer Improved
Perlakuan 1 penelitian Periode 1
Rumus: F
Diketahui:
Jumlah sel terhitung pada pengamatan 1 (N1) = 46 sel
Jumlah sel terhitung pada pengamatan 2 (N2) = 54 sel
Jumlah kotak pengamatan pada haemocytometer yang digunakan (n) = 9 kotak
Konstanta Haemocytometer Neubauer Improved= 25 x 104
Dillution Factor (DF)= 3
Dillution Factor diperoleh dengan membandingkan jumlah volume total dengan volume inokulan. Perbandingan volume medium dan inokulan adalah 2/3 : 1/3, sehingga volume total yang diperoleh adalah 1.
DF = (volume total) / (volume inokulan)
= 1 / (1/3)
= 3
Jawaban:
Kelimpahan Chlorella =
= 4166666.667 sel/ml
Lampiran 3. Tabel hasil perhitungan kelimpahan sel (sel/ml) Chlorella sp. pada penelitian pendahuluan
Hari Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4166666,667 4625000 5000000 4916666.667 4291666.667 6125000 7625000 7125000 6958333,333 6583333,333 2 4291666,667 5250000 3791666,667 4125000 4791666,667 4791666,667 5541666,667 6166666,667 5541666,667 53750003 3416666,667 4291666,667 4000000 5333333,333 4708333,333 5458333,333 5833333,333 5416666,667 4625000 4416666,6674 3416666,667 4541666,667 4750000 4166666,667 5333333,333 5708333,333 5875000 6291666,667 6375000 6333333,333 5 4916666,667 4333333,333 5000000 5125000 5500000 5333333,333 5166666,667 6500000 5500000 4958333,333 6 4208333,333 3958333,333 5166666,667 5291666,667 4791666,667 5666666,667 5458333,333 5458333,333 5875000 6041666,667 7 3416666,667 3916666,667 4208333,333 4708333,333 5125000 5625000 6208333,333 5041666,667 6375000 6708333,333 8 7833333,333 6375000 8625000 7458333,333 7958333,333 8541666,667 8958333,333 10375000 13333333,33 11791666,67 9 8208333,333 5291666,667 5125000 9166666,667 6500000 6791666,667 5916666,667 4625000 6958333,333 7083333,333 10 7083333,333 7666666,667 9375000 9000000 7916666,667 9500000 9666666,667 9708333,333 10125000 10666666,67 11 7000000 6500000 7500000 8041666,667 7416666,667 8291666,667 8125000 9000000 8666666,667 9458333,333 12 7041666,667 9625000 8166666,667 10833333,33 8041666,667 9291666,667 9375000 9500000 8833333,333 8041666,667 13 6500000 7166666,667 7416666,667 9416666,667 7083333,333 6625000 7916666,667 5958333,333 11041666,67 11083333,33 14 7625000 6791666,667 8916666,667 8875000 7708333,333 8333333,333 9916666,667 9291666,667 8625000 8958333,333 15 8625000 7375000 8750000 9750000 8958333,333 8916666,667 8541666,667 9708333,333 10333333,33 10083333,33 16 3500000 4333333,333 3875000 5375000 5041666,667 5833333,333 5750000 5250000 5041666,667 4125000 17 4166666,667 3875000 5041666,667 4750000 5125000 5291666,667 6666666,667 6458333,333 2958333,333 1583333,333 18 3750000 4541666,667 3958333,333 5291666,667 4666666,667 4375000 5208333,333 4625000 3958333,333 1875000 19 3541666,667 4375000 4041666,667 5375000 5041666,667 4625000 6666666,667 4875000 3708333,333 2875000 20 3500000 4500000 3916666,667 5416666,667 3875000 4958333,333 4000000 4375000 1958333,333 1208333,333 21 2208333,333 1500000 3083333,333 2041666,667 2708333,333 2666666,667 2791666,667 2083333,333 2208333,333 1791666,667 22 1875000 1750000 2625000 3875000 2625000 3458333,333 3000000 2583333,333 2958333,333 2791666,667 23 2500000 2500000 2583333,333 3708333,333 2708333,333 3375000 3583333,333 3458333,333 3958333,333 3958333,333 24 2083333,333 2458333,333 3083333,333 4125000 2916666,667 2541666,667 3333333,333 3166666,667 3708333,333 3875000 25 2041666,667 3583333,333 2541666,667 1791666,667 2208333,333 1750000 1416666,667 2125000 1958333,333 1458333,333 26 916666,6667 916666,6667 916666,6667 1458333,333 1666666,667 1333333,333 1541666,667 1541666,667 1833333,333 1041666,667
Lampiran 8. Tabel hasil perhitungan kelimpahan sel (sel/ml) Chlorella sp. pada penelitian utama di ruang kultur tertutup
Hari Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1208333,333 1875000 2125000 2833333,333 3375000 3125000 3458333,333 3875000 3666666,667 2875000 2 1125000 1333333,333 2375000 3958333,333 2875000 3041666,667 2166666,667 2708333,333 2583333,333 1583333,3333 1041666,667 1291666,667 1791666,667 3916666,667 3416666,667 2875000 2958333,333 2666666,667 2541666,667 30000004 1000000 1083333,333 2125000 3333333,333 3333333,333 3166666,667 2416666,667 2666666,667 2375000 2750000 5 1375000 1375000 2458333,333 4125000 3916666,667 2458333,333 2375000 2250000 1625000 1791666,667 6 1208333,333 1000000 1583333,333 1416666,667 2500000 2666666,667 2583333,333 2041666,667 1958333,333 1541666,667 7 750000 1291666,667 1958333,333 2166666,667 2375000 2750000 2708333,333 2583333,333 2875000 2000000 8 958333,3333 1375000 1791666,667 1875000 2875000 3041666,667 2333333,333 2625000 3208333,333 2833333,333 9 833333,3333 1333333,333 1750000 1500000 2416666,667 2458333,333 2458333,333 2166666,667 2458333,333 1875000
10 1166666,667 1583333,333 2541666,667 2166666,667 2500000 3041666,667 2708333,333 3416666,667 2833333,333 2750000 11 750000 1208333,333 1708333,333 1833333,333 2875000 2708333,333 3000000 2791666,667 2958333,333 2416666,667 12 666666,6667 1750000 1666666,667 2041666,667 3250000 3250000 3125000 3291666,667 3041666,667 3166666,667 13 1000000 1958333,333 1500000 2708333,333 4916666,667 3375000 2750000 2958333,333 3041666,667 3125000 14 1250000 1750000 1916666,667 2500000 3166666,667 2458333,333 2166666,667 2916666,667 3291666,667 2458333,333 15 1333333,333 1750000 2333333,333 2541666,667 2625000 2791666,667 2875000 3333333,333 2208333,333 1916666,667 16 1125000 1916666,667 2333333,333 2666666,667 2833333,333 3875000 3291666,667 4166666,667 4416666,667 4541666,667 17 1166666,667 1541666,667 2041666,667 2375000 2166666,667 3625000 3875000 4000000 4375000 5166666,667 18 1208333,333 1416666,667 1583333,333 1916666,667 3208333,333 3791666,667 3666666,667 4041666,667 5416666,667 4833333,333 19 1083333,333 1541666,667 1583333,333 2416666,667 3583333,333 3875000 3708333,333 5000000 4833333,333 4333333,333 20 1333333,333 1750000 2375000 2583333,333 3708333,333 3500000 4041666,667 5208333,333 4125000 5208333,333 21 1083333,333 1875000 2250000 2333333,333 3375000 4000000 4250000 5166666,667 4791666,667 5958333,333 22 1083333,333 2000000 2416666,667 2750000 3583333,333 4375000 4333333,333 5208333,333 5958333,333 5791666,667 23 958333,3333 1333333,333 1791666,667 1958333,333 2583333,333 4041666,667 3416666,667 4958333,333 5708333,333 4541666,667 24 1041666,667 2125000 1958333,333 3000000 3375000 4250000 4375000 5375000 5541666,667 5250000 25 1125000 2000000 2583333,333 2875000 3416666,667 3750000 4500000 4291666,667 5750000 4541666,667 26 875000 1041666,667 1666666,667 3416666,667 3125000 3250000 2166666,667 2750000 2208333,333 2125000
Lampiran 13. Tabel hasil perhitungan kelimpahan sel (sel/ml) Chlorella sp. pada penelitian utama di ruang kultur semi terbuka
Hari Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1333333,333 1375000 1000000 1083333,333 791666,6667 1041666,667 875000 666666,6667 625000 750000 2 1041666,667 1166666,667 1125000 1208333,333 1166666,667 666666,6667 958333,3333 958333,3333 625000 666666,66673 1375000 1208333,333 750000 875000 958333,3333 1083333,333 1000000 833333,3333 791666,6667 833333,33334 708333,3333 875000 1208333,333 1458333,333 1458333,333 1000000 833333,3333 791666,6667 833333,3333 625000 5 1250000 1333333,333 1083333,333 1083333,333 1125000 1083333,333 916666,6667 1000000 583333,3333 625000 6 1208333,333 1166666,667 1000000 1000000 1000000 750000 791666,6667 958333,3333 416666,6667 666666,6667 7 1666666,667 1583333,333 1208333,333 1166666,667 1250000 1000000 625000 750000 1250000 708333,3333 8 1375000 1333333,333 833333,3333 916666,6667 916666,6667 833333,3333 666666,6667 458333,3333 500000 541666,6667 9 1291666,667 1208333,333 1125000 1208333,333 1291666,667 916666,6667 791666,6667 875000 1041666,667 1000000
10 1041666,667 1000000 1166666,667 1125000 1208333,333 833333,3333 1041666,667 1166666,667 708333,3333 541666,6667 11 1083333,333 1166666,667 1000000 708333,3333 1208333,333 1291666,667 1125000 958333,3333 1291666,667 916666,6667 12 1041666,667 1500000 1208333,333 875000 958333,3333 875000 958333,3333 875000 750000 333333,3333 13 1833333,333 1375000 833333,3333 1500000 458333,3333 1083333,333 916666,6667 666666,6667 916666,6667 1000000 14 1125000 1416666,667 1125000 1375000 708333,3333 1208333,333 1541666,667 1166666,667 833333,3333 833333,3333 15 1208333,333 1125000 1166666,667 916666,6667 1333333,333 833333,3333 666666,6667 500000 958333,3333 708333,3333 16 1083333,333 1041666,667 1000000 1166666,667 666666,6667 958333,3333 1125000 958333,3333 750000 750000 17 875000 1166666,667 875000 875000 1250000 916666,6667 1000000 1125000 1125000 833333,3333 18 916666,6667 1333333,333 916666,6667 1000000 1458333,333 1125000 916666,6667 958333,3333 916666,6667 833333,3333 19 1250000 958333,3333 1041666,667 750000 666666,6667 791666,6667 666666,6667 833333,3333 500000 583333,3333 20 1041666,667 833333,3333 750000 833333,3333 875000 1125000 833333,3333 750000 833333,3333 708333,3333 21 1416666,667 1208333,333 1000000 1125000 1166666,667 1083333,333 666666,6667 708333,3333 541666,6667 666666,6667 22 1208333,333 1250000 1125000 1041666,667 708333,3333 708333,3333 958333,3333 833333,3333 583333,3333 583333,3333 23 1416666,667 1000000 1541666,667 1458333,333 1291666,667 1000000 1250000 1125000 1083333,333 1041666,667 24 1000000 1166666,667 1041666,667 1041666,667 875000 916666,6667 1000000 958333,3333 875000 583333,3333 25 1375000 1333333,333 916666,6667 916666,6667 875000 1000000 541666,6667 666666,6667 958333,3333 875000 26 1041666,667 1083333,333 833333,3333 458333,3333 750000 916666,6667 625000 833333,3333 375000 541666,6667
Lampiran 17. Tabel hasil perhitungan kelimpahan sel (sel/ml) Chlorella sp. pada penelitian tambahan 12-14 Mei 2009 (Per 3 jam Pengamatan)
Waktu Pengamatan 1 2 3 4 5 6 7 8
06,00 09,00 12,00 15,00 18,00 21,00 00,00 03,00 12‐Mei Kontrol 86111,11 77777,78 65277,78 73611,11 94444,44 101388,9 104166,7 106944,4
Uji 68055,56 63888,89 76388,89 68055,56 84722,22 84722,22 95833,33 91666,6713‐Mei Kontrol 73611,11 87500 106944,4 119444,4 102777,8 73611,11 84722,22 100000
Uji 54166,67 116666,7 120833,3 106944,4 109722,2 63888,89 88888,89 69444,4414‐Mei Kontrol 91666,67
Uji 62500 17-19 Mei 2009 (Per 6 Jam Pengamatan)
Waktu Pengamatan 6,00 12,00 18,00 0,00 6,00 12,00 18,00 0,00 6,00
Kontrol 90277,78 81944,44 79166,67 83333,33 84722,22 91666,67 88888,89 98611,11 86111,11Uji 87500 93055,56 90277,78 84722,22 81944,44 84722,22 94444,44 97222,22 88888,89
Lampiran 4. Pengukuran Temperatur (oC) Kultur Chlorella sp. Penelitian Pendahuluan
Hari Kultur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 22 23 22 22 23 22 22 22 22 22
2 22 23 22 22 23 22 22 22 22 22
3 22 23 22 22 23 22 22 22 22 22
4 22 23 22 22 23 22 22 22 22 22
5 22 23 22 22 23 22 22 22 22 22
6 22 23 22 22 23 22 22 22 22 23
7 22 23 22 22 23 22 22 22 23 22
8 23 23 22 22 23 23 22 23 22 22
9 22 23 22 22 23 22 22 22 22 22
10 22 23 23 22 23 22 22 22 22 22
11 23 23 22 22 23 22 22 22 22 23
12 22 23 22 22 23 22 22 22 22 22
13 22 23 22 22 23 22 22 22 22 22
14 22 23 22 22 23 22 23 22 22 22
15 22 23 23 22 23 22 22 22 22 22
16 22 23 22 22 23 22 22 22 22 22
17 22 23 22 22 23 22 22 22 22 23
18 23 23 22 22 23 23 22 22 23 22
19 23 23 22 22 23 22 22 22 22 22
20 22 23 23 22 23 22 22 22 22 22
21 22 23 22 22 23 22 22 23 22 22
22 22 23 22 22 23 22 22 22 22 22
23 22 23 22 22 23 22 22 22 22 22
24 22 23 22 22 23 22 22 22 22 23
25 22 23 23 22 23 22 22 22 22 22
26 22 23 22 22 23 22 22 22 22 22
Rataan 22,1 23 22,1 22 23 22,1 22 22,1 22,1 22,1
Hasil Pengukuran Temperatur (oC) Ruangan Kultur Penelitian Pendahuluan
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Temp, Ruang 19 24 19 19 24 19 19 20 19 19
Lampiran 10. Pengukuran Temperatur (oC) Kultur Chlorella sp. Penelitian Utama di Ruang Kultur Tertutup
Hari
Kultur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 2 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 3 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 4 22 22 22 22 22 22 22 23 22 22 5 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 6 23 23 22 22 22 22 22 22 22 22 7 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 8 22 22 22 22 22 22 22 23 22 22 9 22 22 22 22 22 22 23 22 22 22 10 22 22 23 22 22 22 22 22 22 22 11 22 22 22 22 22 23 22 22 22 22 12 22 22 22 23 22 22 22 22 22 22 13 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 14 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 15 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 16 22 23 22 22 23 22 22 22 22 22 17 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 18 22 22 22 22 22 22 22 22 23 22 19 22 22 22 22 22 22 22 22 22 23 20 23 22 22 22 22 22 22 22 22 22 21 22 22 23 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 23 22 22 22 22 22 22 23 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 24 22 22 22 22 22 22 23 22 23 22 25 22 22 22 22 22 22 22 22 22 23 26 22 22 22 22 23 22 22 22 22 22
Rataan 22,07 22,07 22,1 22,1 22,07 22,1 22,1 22,1 22,1 22,1
Hasil Pengukuran Temperatur (oC) Ruangan Kultur Penelitian Utama di Ruang Kultur Tertutup
Hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Temp, Ruang 19 19 20 19 19 20 19 19 19 19
Lampiran 14. Pengukuran Temperatur (oC) Kultur Chlorella sp. Penelitian Utama di Ruang Kultur Semi Terbuka
Hari
Kultur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 2 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 3 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 4 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 5 26 26 26 26 26 27 26 26 26 26 6 26 27 26 26 26 26 26 26 26 26 7 26 26 26 26 26 26 26 26 26 27 8 26 26 27 26 26 26 26 26 26 26 9 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 10 26 26 26 26 26 26 27 26 26 26 11 26 26 26 26 27 26 26 26 26 26 12 26 26 26 27 26 26 26 27 26 26 13 26 26 26 26 26 27 26 26 26 26 14 27 26 26 26 26 26 26 26 26 26 15 26 27 26 26 26 26 26 26 26 26 16 26 26 26 26 26 26 27 26 26 27 17 26 26 26 26 27 26 26 26 26 26 18 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 19 26 26 26 27 26 26 26 26 27 26 20 26 26 27 26 26 27 26 26 26 26 21 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 22 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 23 26 27 26 26 26 26 26 27 26 27 24 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 25 26 26 26 26 27 26 26 26 26 26 26 27 26 26 26 26 26 27 26 26 26
Rataan 26,07 26,11 26,1 26,1 26,1 26,1 26,1 26,1 26 26,1
Hasil Pengukuran Temperatur (oC) Ruangan Kultur Penelitian Utama di Ruang Kultur Semi
Terbuka
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ruang 29 28 29 28 30 30 29 30 28 30
Lampiran 18. Pengukuran Temperatur (oC) Kultur Chlorella sp. Penelitian Tambahan 12-14 Mei 2009 (Per 3 Jam Pengamatan)
Jam 06,00 09,00 12,00 15,00 18,00 21,00 00,00 03,00 06,00 09,00 Jam ke‐ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 kontrol 25 25 26 25 25 26 25 25 26 25 Uji 25 25 26 25 25 26 25 25 26 25
Ruangan 25 27 30 30 30 27 26 25 25 27
Jam 12,00 15,00 18,00 21,00 00,00 03,00 06,00Jam ke‐ 11 12 13 14 15 16 17 kontrol 25 25 25 26 25 25 26 Uji 25 25 26 26 25 25 26
Ruangan 30 30 30 27 26 25 25 17-19 Mei 2009 (Per 6 Jam Pengamatan)
Jam 06,00 12,00 18,00 00,00 06,00 12,00 18,00 00,00 06,00 Jam ke‐ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kontrol 25 25 26 25 25 26 25 25 26 Uji 25 25 26 25 25 26 25 25 26
Ruangan 25 30 27 26 25 30 29 25 25
Lampiran 5. Pengukuran Salinitas (ppt) Kultur Chlorella sp. Penelitian Pendahuluan
Hari Kultur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 32 32 32 32 32 33 33 33 33 34 2 32 32 32 32 32 33 33 34 34 34 3 32 32 32 32 32 33 33 33 33 33 4 32 32 32 32 32 33 34 33 33 33 5 32 32 32 32 32 33 33 33 33 33 6 32 32 32 32 32 33 33 33 33 34 7 32 32 32 32 32 33 33 33 33 33 8 32 33 32 32 32 33 33 33 34 33 9 32 32 32 32 32 33 33 33 33 33 10 32 32 33 32 32 33 33 33 34 33 11 33 32 32 32 32 33 33 33 33 34 12 32 32 32 32 33 33 33 33 33 33 13 32 32 32 32 32 33 33 34 34 34 14 32 33 32 32 32 33 33 33 33 34 15 32 32 32 32 32 33 34 33 33 33 16 32 32 32 33 32 33 33 33 33 33 17 32 32 32 32 32 33 33 33 34 34 18 32 32 32 32 33 33 33 33 33 34 19 32 32 32 33 32 33 33 33 34 33 20 32 32 32 32 33 33 33 33 33 33 21 32 32 32 32 33 33 33 33 33 34 22 32 32 32 32 32 33 33 34 34 34 23 32 32 32 32 32 33 33 33 33 33 24 32 32 32 32 33 33 33 33 34 33 25 33 32 32 32 32 33 33 33 33 33 26 32 32 32 33 32 33 33 33 33 33
Rataan 32,1 32,1 32 32,1 32 33 33,1 33,1 33 33,4
Lampiran 11. Pengukuran Salinitas (ppt) Kultur Chlorella sp. Penelitian Utama di Ruang Kultur Tertutup
Hari Kultur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 32 32 32 32 32 33 33 33 33 34 2 32 32 32 32 32 33 33 33 34 34 3 32 32 32 32 33 33 33 33 33 33 4 32 32 32 32 32 33 34 33 33 33 5 32 32 32 32 32 33 33 33 33 33 6 32 32 32 32 32 33 33 33 33 34 7 32 32 32 32 32 33 33 33 33 33 8 32 33 32 32 32 32 33 33 34 34 9 32 32 32 32 32 33 33 33 33 33 10 32 32 33 32 32 33 33 33 34 34 11 32 32 32 32 32 33 33 33 33 34 12 32 32 32 32 32 33 33 33 33 33 13 32 32 32 32 33 33 33 33 33 34 14 32 33 32 32 32 33 33 33 33 34 15 32 32 32 32 32 33 33 34 34 34 16 32 32 32 33 32 33 33 33 33 33 17 32 32 32 32 32 33 33 33 33 33 18 32 32 32 32 33 32 33 33 33 33 19 32 32 32 33 32 33 33 33 34 34 20 32 32 32 32 32 33 33 33 33 33 21 32 32 32 32 33 33 33 33 33 34 22 32 32 32 32 32 33 33 34 33 33 23 32 32 32 32 32 33 33 33 33 33 24 32 32 32 32 32 33 33 33 34 34 25 32 32 32 32 32 33 33 33 33 33 26 32 32 32 33 32 33 33 33 33 33
Rataan 32 32,1 32,04 32,1 32,1 32,93 33 33,1 33,2 33,5
Lampiran 15. Pengukuran Salinitas (ppt) Kultur Chlorella sp. Penelitian Utama di Ruang Kultur Semi Terbuka
Hari Kultur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 32 32 33 33 34 34 35 35 35 36 2 32 32 33 34 34 34 34 35 35 36 3 32 32 32 33 34 34 34 35 35 36 4 32 32 33 33 34 34 34 35 35 36 5 32 32 33 33 33 34 34 35 36 36 6 32 32 33 33 34 34 35 35 35 37 7 32 32 33 33 34 34 34 35 35 36 8 32 33 33 33 34 34 34 35 35 36 9 32 32 33 33 34 34 34 35 35 36 10 32 32 32 33 34 34 34 35 35 36 11 32 32 33 33 34 34 34 35 36 36 12 32 32 33 33 34 34 34 35 35 36 13 32 32 33 34 34 34 35 35 35 36 14 32 33 33 33 33 34 34 35 36 37 15 32 32 32 33 34 34 34 35 35 36 16 32 32 33 33 34 34 35 35 35 36 17 32 32 33 33 34 34 35 35 35 36 18 32 32 33 33 34 34 34 35 35 36 19 32 32 33 33 34 34 34 35 35 36 20 32 32 33 33 34 34 34 35 36 36 21 32 32 33 33 34 34 34 35 35 36 22 32 32 33 33 34 34 35 35 36 36 23 32 32 33 33 34 34 34 35 35 36 24 32 32 33 33 34 34 34 35 35 36 25 32 32 33 33 34 34 35 35 35 36 26 32 32 33 33 34 34 34 35 35 36
Rataan 32 32,07 32,89 33,1 33,93 34 34,3 35 35,19 36,1
Lampiran 19. Pengukuran Salinitas (ppt) Kultur Chlorella sp. Penelitian Tambahan 12-14 Mei 2009 (Per 3 Jam Pengamatan)
Jam 06,00 09,00 12,00 15,00 18,00 21,00 00,00 03,00 06,00 09,00 Jam ke‐ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
kontrol 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 Literatur 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32
Jam 12,00 15,00 18,00 21,00 00,00 03,00 06,00Jam ke‐ 11 12 13 14 15 16 17 kontrol 25 25 25 26 25 25 26 Literatur 25 25 26 26 25 25 26
30 30 30 27 26 25 25 17-19 Mei 2009 (Per 6 Jam Pengamatan)
Jam 06,00 12,00 18,00 00,00 06,00 12,00 18,00 00,00 06,00 Jam ke‐ 1 2 3 4 5 6 7 8 9
kontrol 32 32 32 32 32 32 32 32 32 Literatur 32 32 32 32 32 32 32 32 32
Lampiran 6. Pengukuran pH Kultur Chlorella sp. Penelitian Pendahuluan
Hari Kultur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 3 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 4 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 6 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 9 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 10 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 11 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 12 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 13 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 14 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 15 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 16 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 17 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 18 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 19 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 20 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 21 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 22 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 23 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 24 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 25 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 26 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8
Rataan 7 7 7 7 7,111 7,704 8 8 8 8
Lampiran 12. Pengukuran pH Kultur Chlorella sp. Penelitian Utama di Ruang Kultur Tertutup
Hari Kultur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 2 7 7 7 7 7 7 7 8 8 8 3 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8
4 7 7 6 6 6 6 6 7 7 7
5 7 7 6 6 6 6 6 6 7 7
6 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 9 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 10 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 11 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 12 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 13 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 14 7 7 7 7 7 7 7 7 7 8 15 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 16 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 17 7 7 7 7 7 7 7 8 8 8 18 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 19 7 7 7 7 7 7 7 7 7 8 20 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 21 7 7 7 7 7 7 7 8 8 8 22 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 23 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 24 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 25 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 26 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8
Rataan 7 7 6.93 6.93 6.93 6.926 6.963 7.19 7.852 7.93
Lampiran 16. Pengukuran pH Kultur Chlorella sp. Penelitian Utama di Ruang Kultur Semi Terbuka
Hari Kultur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 7 7 7 7 7 8 8 8 9 9 2 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 3 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 4 7 7 7 7 7 8 8 8 9 9 5 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 6 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 7 7 7 7 7 8 8 8 9 9 9 8 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 7 7 7 7 7 8 8 8 9 9 10 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 11 7 7 7 7 7 8 8 8 9 9 12 7 7 7 7 8 8 8 9 9 9 13 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 14 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 15 7 7 7 7 7 8 8 8 9 9 16 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 17 7 7 7 7 7 8 8 8 9 9 18 7 7 7 7 7 8 8 9 9 9 19 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 20 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 21 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 22 7 7 7 7 8 8 8 9 9 9 23 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 24 7 7 7 7 7 8 8 8 9 9 25 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 26 7 7 7 7 7 8 8 8 9 9
Rataan 7 7 7 7 7,667 8 8 8,148 9 9
Lampiran 20. Pengukuran pH Kultur Chlorella sp. Penelitian Tambahan 12-14 Mei 2009 (Per 3 Jam Pengamatan)
Jam 06,00 09,00 12,00 15,00 18,00 21,00 00,00 03,00 06,00 09,00 Jam ke‐ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 kontrol 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 Literatur 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Jam 12,00 15,00 18,00 21,00 00,00 03,00 06,00Jam ke‐ 11 12 13 14 15 16 17 kontrol 7 7 7 7 7 7 7 Literatur 7 7 7 7 7 7 7
17-19 Mei 2009 (Per 6 Jam Pengamatan)
Jam 06,00 12,00 18,00 00,00 06,00 12,00 18,00 00,00 06,00 Jam ke‐ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 kontrol 7 7 7 7 7 7 7 7 7 Literatur 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian
Perbanyakan Kultur Chlorella sp.
Sterilisasi Gelas Kultur
Penghitungan Kelimpahan Sel Chlorella sp.
Rak Kultur Ruangan Kultur Tertutup
Kultur pada Ruang Kultur Semi Terbuka
Kultur Penelitian Tambahan
95
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada 1 Desember 1984 di Bantul
dari pasangan Dr. rer. nat. Totok Eko Suharto dan Tri Suti
Suharto. Setelah lulus dari SMA Negeri 5 Bengkulu, penulis
melanjutkan jenjang sarjana di Departemen Ilmu dan
Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Selama kuliah penulis aktif dalam beberapa organisasi seperti Forum
Keluarga Muslim FPIK (FKM-C), UKM Taekwondo IPB dan UKM Karate
INKAI IPB. Penulis turut aktif dalam berbagai aktivitas dan kompetisi ilmiah
seperti menjadi asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) 2005/2006,
peserta pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2006 di UMM -
Malang, PIMNAS 2007 di Unila - Lampung, PIMNAS 2009 di UB – Malang,
Kafilah IPB ke MTQ Mahasiswa Nasional 2007 di Unsri - Palembang, serta
meraih Mahasiswa Berprestasi terbaik 1 nasional 2007 dari Mendiknas dan Dirjen
Dikti. Penulis juga menjadi duta IPB dalam program pertukaran mahasiswa di
Departement of Applied Biochemistry, Utsunomiya University, Jepang, 2007-2008
serta terpilih menjadi delegasi Indonesia dalam Bayer Eco-Minds Youth Forum
2009 di Selandia Baru. Penulis dianugerahi penghargaan sebagai mahasiswa
peduli lingkungan hidup oleh Rektor IPB pada Malam Apresiasi Prestasi Civitas
Institut Pertanian Bogor 2009.
Untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Perikanan
(S.Pi) di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, penulis menyusun sebuah
skripsi dengan judul “Optimasi Pengembangan Media untuk Pertumbuhan
Chlorella sp. pada Skala Laboratorium”