OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN BAGAN APUNG DI … · Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk...
Transcript of OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN BAGAN APUNG DI … · Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk...
OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN
BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT
REZA SETIA RAHARJA PUTRA
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimalisasi Operasi
Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor
Bogor Januari 2013
Reza Setia Raharja Putra
NIM C44080071
ABSTRAK
REZA SETIA RAHARJA PUTRA C44080071 Optimalisasi Operasi
Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Jawa Barat Dibimbing oleh EKO SRI WIYONO dan JULIA EKA ASTARINI
Bagan apung adalah alat tangkap yang sangat dominan di Teluk Palabuhanratu
Meski tumbuh dengan tajam tapi sampai sekarang belum dapat ditentukan faktor
apa yang mempengaruhi berkurangnya jumlah hasil tangkapan Efisiensi dari
penggunaan faktor produksi dibutuhkan dalam rangka menghindari penggunaan
faktor produksi yang tidak efektif Berdasarkan alasan tersebut diperlukan sebuah
studi kajian yang memberikan peran utama terhadap perikanan bagan apung
Penelitian dilakukan pada bulan April 2012 Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuisioner dan data sekunder Data dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif termasuk jumlah hasil tangkapan komposisi hasil tangkapan
keragaman Shannon-Wiener dominansi Simpson ukuran hasil tangkapan regresi
linear berganda dan Cobb-Douglas Hasil dari analisis ini menunjukan bahwa
komposisi hasil tangkapan bagan apung terdiri dari Leiognathus sp (50 )
Sardinella sp (36 ) Siganus canaliculatus (7 ) Rastrelliger sp (5 ) and
Loligo sp (2 ) Berdasarkan analisis Shannon-Wiener (102) dan dominansi
Simpson (049) bisa ditentukan bahwa bagan apung adalah alat tangkap dengan
multi-target Lebih lanjut lagi analisis faktor produksi dengan menggunakan
regresi linear berganda dan Cobb-Douglas menunjukan hasil bahwa alat tangkap
dan daya mesin genset berpengaruh terhadap hasil tangkapan
Kata kunci bagan apung optimalisasi operasi penangkapan ikan Palabuhanratu
ABSTRACT
REZA SETIA RAHARJA PUTRA C44080071 Optimalitation of Catch
Operation of Bagan Apung in Palabuhanratu Gulf Sukabumi West Java Under
Guidence of EKO SRI WIYONO and JULIA EKA ASTARINI
Lift net (bagan apung) in Palabuhanratu bay is a dominan fishing gear Although
growth sharply but until now which factors that influence the catch is lack The
efficient use of the production factors is needed in order to avoid inefficient
production factor usage Based on this reason it is needed to conduct research
about production factor that give main role in bagan apung fishery The resarch
was conducted in Palabuhanratu during April 2012 The data were collected by
using questionnaire and secondary data Data were analyzed by descriptive
approach including catch unit catch composition Shannon-Wiener diversity
dominance Simpson size of the catch multiple linear regression and Cobb
Douglas Result analysis of this study show that catch composition of lift net were
Leiognathus sp (50 ) Sardinella sp (36 ) Siganus canaliculatus (7 )
Rastrelliger sp (5 ) and Loligo sp (2 ) Based on diversity Shannon-Wiener
(102) and dominance simpson (of 049) can be defined that lift net is multi-target
gear Furthermore production factor analysis using multiple linear regression and
Cobb-Douglas show that fishing gear and engine power giving influence on catch
Key Words bagan apung optimalitation catch operation Palabuhanratu
copy Hak Cipta milik IPB tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan
penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN
BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT
REZA SETIA RAHARJA PUTRA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
BOGOR
2013
Judul Penelitian Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan BaganApung
di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Nama Reza Setia Raharja Putra
NRP C44080071
Disetujui oleh
Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi Julia Eka Astarini SPi MSi
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Budy Wiryawan MSc
Ketua Departemen
Tanggal lulus
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini
adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan
Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan
skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir
Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan
selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa
motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah
membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza
Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat
kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana
Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut
Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah
memberikan doa dukungan dan semangatnya
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor Januari 2013
Reza Setia Raharja Putra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Alat Tangkap Bagan Apung
Diversitas Hasil Tangkapan
Dominansi Hasil Tangkapan
Teori Optimasi
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Analisis Data
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Umum Palabuhanratu
Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
Sarana dan Prasarana
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Penangkapan Ikan
Metode pengoperasian
Hasil Tangkapan
Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
viii
viii
1
1
2
2
3
3
5
5
6
7
7
7
7
9
12
12
13
16
17
17
19
20
24
26
29
29
29
30
33
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011
Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
13
14
14
15
20
24
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu
Peta Teluk Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu
Genset bagan apung di Palabuhanratu
Kapal pengangkut nelayan bagan
Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung
3
7
17
18
18
19
21
22
22
23
23
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
33
34
36
37
1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha
perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman
biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan
setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia
menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun
demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak
terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada
Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan
pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif
murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan
yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal
perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan
tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum
mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan
seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu
kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh
faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan
hasil tangkapan
Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi
ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011
mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-
faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui
belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya
penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat
diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau
kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang
berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan
pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan
faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan
faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan
demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah
Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-
faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang
akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi
dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara
optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya
yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan
bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha
penangkapannya
2
12 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung
2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung
3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan
apung
13 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain
1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil
tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi
penangkapan ikan dengan bagan apung
2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan
pengembangan alat tangkap bagan apung
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Alat Tangkap Bagan Apung
211 Definisi
Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan
kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada
di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses
penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan
tersaring pada waring (Fridman 1986)
212 Disain dan konstruksi
Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring
bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat
penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring
Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran
standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran
dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter
Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan
gilingan (roller) terdapat
Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow
net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada
sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan
lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan
lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada
keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring
mudah tenggelam (Subani 1975)
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu
4
213 Metode pengoperasian
Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini
tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya
Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat
utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari
bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring
diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu
sampai ikan-ikan banyak berkumpul
Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul
dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya
waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu
Pengambilan ikan dilakukan dengan serok
214 Hasil tangkapan
Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil
yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan
peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan
kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)
hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang
(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur
(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)
215 Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang
cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah
perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal
dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah
penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan
yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis
perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)
Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah
penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah
dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan
tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui
musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan
melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan
berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan
buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung
yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut
Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk
Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut
Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan
apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu
5
216 Musim penangkapan
Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan
dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di
Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di
setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson
Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian
utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi
pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju
Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan
Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang
Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal
sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni
hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin
musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak
lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba
akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim
barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran
salinitas di permukaan lautan
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas
hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar
Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak
berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai
September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif
kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim
timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian
bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan
22 Diversitas Hasil Tangkapan
Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis
spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)
Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap
terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa
suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan
23 Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas
Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimalisasi Operasi
Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor
Bogor Januari 2013
Reza Setia Raharja Putra
NIM C44080071
ABSTRAK
REZA SETIA RAHARJA PUTRA C44080071 Optimalisasi Operasi
Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Jawa Barat Dibimbing oleh EKO SRI WIYONO dan JULIA EKA ASTARINI
Bagan apung adalah alat tangkap yang sangat dominan di Teluk Palabuhanratu
Meski tumbuh dengan tajam tapi sampai sekarang belum dapat ditentukan faktor
apa yang mempengaruhi berkurangnya jumlah hasil tangkapan Efisiensi dari
penggunaan faktor produksi dibutuhkan dalam rangka menghindari penggunaan
faktor produksi yang tidak efektif Berdasarkan alasan tersebut diperlukan sebuah
studi kajian yang memberikan peran utama terhadap perikanan bagan apung
Penelitian dilakukan pada bulan April 2012 Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuisioner dan data sekunder Data dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif termasuk jumlah hasil tangkapan komposisi hasil tangkapan
keragaman Shannon-Wiener dominansi Simpson ukuran hasil tangkapan regresi
linear berganda dan Cobb-Douglas Hasil dari analisis ini menunjukan bahwa
komposisi hasil tangkapan bagan apung terdiri dari Leiognathus sp (50 )
Sardinella sp (36 ) Siganus canaliculatus (7 ) Rastrelliger sp (5 ) and
Loligo sp (2 ) Berdasarkan analisis Shannon-Wiener (102) dan dominansi
Simpson (049) bisa ditentukan bahwa bagan apung adalah alat tangkap dengan
multi-target Lebih lanjut lagi analisis faktor produksi dengan menggunakan
regresi linear berganda dan Cobb-Douglas menunjukan hasil bahwa alat tangkap
dan daya mesin genset berpengaruh terhadap hasil tangkapan
Kata kunci bagan apung optimalisasi operasi penangkapan ikan Palabuhanratu
ABSTRACT
REZA SETIA RAHARJA PUTRA C44080071 Optimalitation of Catch
Operation of Bagan Apung in Palabuhanratu Gulf Sukabumi West Java Under
Guidence of EKO SRI WIYONO and JULIA EKA ASTARINI
Lift net (bagan apung) in Palabuhanratu bay is a dominan fishing gear Although
growth sharply but until now which factors that influence the catch is lack The
efficient use of the production factors is needed in order to avoid inefficient
production factor usage Based on this reason it is needed to conduct research
about production factor that give main role in bagan apung fishery The resarch
was conducted in Palabuhanratu during April 2012 The data were collected by
using questionnaire and secondary data Data were analyzed by descriptive
approach including catch unit catch composition Shannon-Wiener diversity
dominance Simpson size of the catch multiple linear regression and Cobb
Douglas Result analysis of this study show that catch composition of lift net were
Leiognathus sp (50 ) Sardinella sp (36 ) Siganus canaliculatus (7 )
Rastrelliger sp (5 ) and Loligo sp (2 ) Based on diversity Shannon-Wiener
(102) and dominance simpson (of 049) can be defined that lift net is multi-target
gear Furthermore production factor analysis using multiple linear regression and
Cobb-Douglas show that fishing gear and engine power giving influence on catch
Key Words bagan apung optimalitation catch operation Palabuhanratu
copy Hak Cipta milik IPB tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan
penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN
BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT
REZA SETIA RAHARJA PUTRA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
BOGOR
2013
Judul Penelitian Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan BaganApung
di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Nama Reza Setia Raharja Putra
NRP C44080071
Disetujui oleh
Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi Julia Eka Astarini SPi MSi
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Budy Wiryawan MSc
Ketua Departemen
Tanggal lulus
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini
adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan
Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan
skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir
Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan
selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa
motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah
membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza
Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat
kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana
Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut
Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah
memberikan doa dukungan dan semangatnya
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor Januari 2013
Reza Setia Raharja Putra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Alat Tangkap Bagan Apung
Diversitas Hasil Tangkapan
Dominansi Hasil Tangkapan
Teori Optimasi
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Analisis Data
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Umum Palabuhanratu
Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
Sarana dan Prasarana
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Penangkapan Ikan
Metode pengoperasian
Hasil Tangkapan
Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
viii
viii
1
1
2
2
3
3
5
5
6
7
7
7
7
9
12
12
13
16
17
17
19
20
24
26
29
29
29
30
33
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011
Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
13
14
14
15
20
24
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu
Peta Teluk Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu
Genset bagan apung di Palabuhanratu
Kapal pengangkut nelayan bagan
Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung
3
7
17
18
18
19
21
22
22
23
23
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
33
34
36
37
1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha
perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman
biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan
setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia
menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun
demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak
terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada
Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan
pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif
murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan
yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal
perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan
tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum
mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan
seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu
kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh
faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan
hasil tangkapan
Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi
ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011
mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-
faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui
belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya
penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat
diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau
kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang
berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan
pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan
faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan
faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan
demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah
Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-
faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang
akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi
dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara
optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya
yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan
bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha
penangkapannya
2
12 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung
2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung
3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan
apung
13 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain
1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil
tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi
penangkapan ikan dengan bagan apung
2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan
pengembangan alat tangkap bagan apung
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Alat Tangkap Bagan Apung
211 Definisi
Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan
kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada
di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses
penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan
tersaring pada waring (Fridman 1986)
212 Disain dan konstruksi
Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring
bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat
penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring
Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran
standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran
dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter
Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan
gilingan (roller) terdapat
Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow
net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada
sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan
lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan
lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada
keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring
mudah tenggelam (Subani 1975)
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu
4
213 Metode pengoperasian
Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini
tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya
Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat
utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari
bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring
diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu
sampai ikan-ikan banyak berkumpul
Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul
dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya
waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu
Pengambilan ikan dilakukan dengan serok
214 Hasil tangkapan
Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil
yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan
peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan
kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)
hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang
(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur
(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)
215 Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang
cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah
perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal
dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah
penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan
yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis
perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)
Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah
penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah
dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan
tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui
musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan
melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan
berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan
buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung
yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut
Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk
Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut
Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan
apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu
5
216 Musim penangkapan
Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan
dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di
Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di
setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson
Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian
utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi
pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju
Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan
Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang
Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal
sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni
hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin
musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak
lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba
akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim
barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran
salinitas di permukaan lautan
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas
hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar
Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak
berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai
September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif
kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim
timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian
bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan
22 Diversitas Hasil Tangkapan
Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis
spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)
Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap
terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa
suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan
23 Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas
Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
ABSTRAK
REZA SETIA RAHARJA PUTRA C44080071 Optimalisasi Operasi
Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
Jawa Barat Dibimbing oleh EKO SRI WIYONO dan JULIA EKA ASTARINI
Bagan apung adalah alat tangkap yang sangat dominan di Teluk Palabuhanratu
Meski tumbuh dengan tajam tapi sampai sekarang belum dapat ditentukan faktor
apa yang mempengaruhi berkurangnya jumlah hasil tangkapan Efisiensi dari
penggunaan faktor produksi dibutuhkan dalam rangka menghindari penggunaan
faktor produksi yang tidak efektif Berdasarkan alasan tersebut diperlukan sebuah
studi kajian yang memberikan peran utama terhadap perikanan bagan apung
Penelitian dilakukan pada bulan April 2012 Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuisioner dan data sekunder Data dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif termasuk jumlah hasil tangkapan komposisi hasil tangkapan
keragaman Shannon-Wiener dominansi Simpson ukuran hasil tangkapan regresi
linear berganda dan Cobb-Douglas Hasil dari analisis ini menunjukan bahwa
komposisi hasil tangkapan bagan apung terdiri dari Leiognathus sp (50 )
Sardinella sp (36 ) Siganus canaliculatus (7 ) Rastrelliger sp (5 ) and
Loligo sp (2 ) Berdasarkan analisis Shannon-Wiener (102) dan dominansi
Simpson (049) bisa ditentukan bahwa bagan apung adalah alat tangkap dengan
multi-target Lebih lanjut lagi analisis faktor produksi dengan menggunakan
regresi linear berganda dan Cobb-Douglas menunjukan hasil bahwa alat tangkap
dan daya mesin genset berpengaruh terhadap hasil tangkapan
Kata kunci bagan apung optimalisasi operasi penangkapan ikan Palabuhanratu
ABSTRACT
REZA SETIA RAHARJA PUTRA C44080071 Optimalitation of Catch
Operation of Bagan Apung in Palabuhanratu Gulf Sukabumi West Java Under
Guidence of EKO SRI WIYONO and JULIA EKA ASTARINI
Lift net (bagan apung) in Palabuhanratu bay is a dominan fishing gear Although
growth sharply but until now which factors that influence the catch is lack The
efficient use of the production factors is needed in order to avoid inefficient
production factor usage Based on this reason it is needed to conduct research
about production factor that give main role in bagan apung fishery The resarch
was conducted in Palabuhanratu during April 2012 The data were collected by
using questionnaire and secondary data Data were analyzed by descriptive
approach including catch unit catch composition Shannon-Wiener diversity
dominance Simpson size of the catch multiple linear regression and Cobb
Douglas Result analysis of this study show that catch composition of lift net were
Leiognathus sp (50 ) Sardinella sp (36 ) Siganus canaliculatus (7 )
Rastrelliger sp (5 ) and Loligo sp (2 ) Based on diversity Shannon-Wiener
(102) and dominance simpson (of 049) can be defined that lift net is multi-target
gear Furthermore production factor analysis using multiple linear regression and
Cobb-Douglas show that fishing gear and engine power giving influence on catch
Key Words bagan apung optimalitation catch operation Palabuhanratu
copy Hak Cipta milik IPB tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan
penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN
BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT
REZA SETIA RAHARJA PUTRA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
BOGOR
2013
Judul Penelitian Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan BaganApung
di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Nama Reza Setia Raharja Putra
NRP C44080071
Disetujui oleh
Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi Julia Eka Astarini SPi MSi
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Budy Wiryawan MSc
Ketua Departemen
Tanggal lulus
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini
adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan
Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan
skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir
Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan
selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa
motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah
membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza
Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat
kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana
Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut
Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah
memberikan doa dukungan dan semangatnya
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor Januari 2013
Reza Setia Raharja Putra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Alat Tangkap Bagan Apung
Diversitas Hasil Tangkapan
Dominansi Hasil Tangkapan
Teori Optimasi
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Analisis Data
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Umum Palabuhanratu
Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
Sarana dan Prasarana
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Penangkapan Ikan
Metode pengoperasian
Hasil Tangkapan
Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
viii
viii
1
1
2
2
3
3
5
5
6
7
7
7
7
9
12
12
13
16
17
17
19
20
24
26
29
29
29
30
33
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011
Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
13
14
14
15
20
24
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu
Peta Teluk Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu
Genset bagan apung di Palabuhanratu
Kapal pengangkut nelayan bagan
Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung
3
7
17
18
18
19
21
22
22
23
23
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
33
34
36
37
1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha
perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman
biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan
setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia
menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun
demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak
terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada
Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan
pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif
murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan
yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal
perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan
tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum
mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan
seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu
kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh
faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan
hasil tangkapan
Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi
ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011
mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-
faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui
belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya
penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat
diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau
kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang
berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan
pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan
faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan
faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan
demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah
Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-
faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang
akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi
dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara
optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya
yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan
bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha
penangkapannya
2
12 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung
2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung
3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan
apung
13 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain
1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil
tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi
penangkapan ikan dengan bagan apung
2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan
pengembangan alat tangkap bagan apung
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Alat Tangkap Bagan Apung
211 Definisi
Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan
kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada
di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses
penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan
tersaring pada waring (Fridman 1986)
212 Disain dan konstruksi
Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring
bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat
penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring
Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran
standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran
dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter
Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan
gilingan (roller) terdapat
Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow
net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada
sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan
lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan
lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada
keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring
mudah tenggelam (Subani 1975)
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu
4
213 Metode pengoperasian
Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini
tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya
Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat
utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari
bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring
diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu
sampai ikan-ikan banyak berkumpul
Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul
dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya
waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu
Pengambilan ikan dilakukan dengan serok
214 Hasil tangkapan
Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil
yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan
peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan
kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)
hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang
(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur
(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)
215 Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang
cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah
perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal
dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah
penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan
yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis
perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)
Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah
penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah
dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan
tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui
musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan
melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan
berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan
buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung
yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut
Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk
Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut
Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan
apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu
5
216 Musim penangkapan
Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan
dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di
Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di
setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson
Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian
utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi
pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju
Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan
Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang
Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal
sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni
hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin
musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak
lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba
akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim
barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran
salinitas di permukaan lautan
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas
hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar
Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak
berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai
September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif
kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim
timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian
bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan
22 Diversitas Hasil Tangkapan
Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis
spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)
Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap
terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa
suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan
23 Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas
Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
ABSTRACT
REZA SETIA RAHARJA PUTRA C44080071 Optimalitation of Catch
Operation of Bagan Apung in Palabuhanratu Gulf Sukabumi West Java Under
Guidence of EKO SRI WIYONO and JULIA EKA ASTARINI
Lift net (bagan apung) in Palabuhanratu bay is a dominan fishing gear Although
growth sharply but until now which factors that influence the catch is lack The
efficient use of the production factors is needed in order to avoid inefficient
production factor usage Based on this reason it is needed to conduct research
about production factor that give main role in bagan apung fishery The resarch
was conducted in Palabuhanratu during April 2012 The data were collected by
using questionnaire and secondary data Data were analyzed by descriptive
approach including catch unit catch composition Shannon-Wiener diversity
dominance Simpson size of the catch multiple linear regression and Cobb
Douglas Result analysis of this study show that catch composition of lift net were
Leiognathus sp (50 ) Sardinella sp (36 ) Siganus canaliculatus (7 )
Rastrelliger sp (5 ) and Loligo sp (2 ) Based on diversity Shannon-Wiener
(102) and dominance simpson (of 049) can be defined that lift net is multi-target
gear Furthermore production factor analysis using multiple linear regression and
Cobb-Douglas show that fishing gear and engine power giving influence on catch
Key Words bagan apung optimalitation catch operation Palabuhanratu
copy Hak Cipta milik IPB tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan
penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN
BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT
REZA SETIA RAHARJA PUTRA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
BOGOR
2013
Judul Penelitian Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan BaganApung
di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Nama Reza Setia Raharja Putra
NRP C44080071
Disetujui oleh
Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi Julia Eka Astarini SPi MSi
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Budy Wiryawan MSc
Ketua Departemen
Tanggal lulus
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini
adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan
Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan
skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir
Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan
selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa
motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah
membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza
Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat
kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana
Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut
Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah
memberikan doa dukungan dan semangatnya
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor Januari 2013
Reza Setia Raharja Putra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Alat Tangkap Bagan Apung
Diversitas Hasil Tangkapan
Dominansi Hasil Tangkapan
Teori Optimasi
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Analisis Data
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Umum Palabuhanratu
Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
Sarana dan Prasarana
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Penangkapan Ikan
Metode pengoperasian
Hasil Tangkapan
Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
viii
viii
1
1
2
2
3
3
5
5
6
7
7
7
7
9
12
12
13
16
17
17
19
20
24
26
29
29
29
30
33
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011
Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
13
14
14
15
20
24
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu
Peta Teluk Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu
Genset bagan apung di Palabuhanratu
Kapal pengangkut nelayan bagan
Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung
3
7
17
18
18
19
21
22
22
23
23
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
33
34
36
37
1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha
perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman
biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan
setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia
menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun
demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak
terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada
Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan
pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif
murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan
yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal
perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan
tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum
mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan
seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu
kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh
faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan
hasil tangkapan
Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi
ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011
mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-
faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui
belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya
penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat
diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau
kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang
berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan
pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan
faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan
faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan
demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah
Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-
faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang
akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi
dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara
optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya
yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan
bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha
penangkapannya
2
12 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung
2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung
3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan
apung
13 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain
1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil
tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi
penangkapan ikan dengan bagan apung
2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan
pengembangan alat tangkap bagan apung
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Alat Tangkap Bagan Apung
211 Definisi
Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan
kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada
di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses
penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan
tersaring pada waring (Fridman 1986)
212 Disain dan konstruksi
Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring
bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat
penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring
Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran
standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran
dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter
Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan
gilingan (roller) terdapat
Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow
net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada
sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan
lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan
lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada
keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring
mudah tenggelam (Subani 1975)
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu
4
213 Metode pengoperasian
Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini
tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya
Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat
utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari
bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring
diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu
sampai ikan-ikan banyak berkumpul
Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul
dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya
waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu
Pengambilan ikan dilakukan dengan serok
214 Hasil tangkapan
Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil
yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan
peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan
kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)
hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang
(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur
(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)
215 Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang
cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah
perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal
dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah
penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan
yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis
perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)
Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah
penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah
dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan
tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui
musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan
melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan
berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan
buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung
yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut
Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk
Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut
Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan
apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu
5
216 Musim penangkapan
Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan
dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di
Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di
setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson
Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian
utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi
pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju
Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan
Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang
Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal
sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni
hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin
musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak
lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba
akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim
barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran
salinitas di permukaan lautan
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas
hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar
Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak
berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai
September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif
kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim
timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian
bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan
22 Diversitas Hasil Tangkapan
Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis
spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)
Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap
terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa
suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan
23 Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas
Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
copy Hak Cipta milik IPB tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan
penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN
BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT
REZA SETIA RAHARJA PUTRA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
BOGOR
2013
Judul Penelitian Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan BaganApung
di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Nama Reza Setia Raharja Putra
NRP C44080071
Disetujui oleh
Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi Julia Eka Astarini SPi MSi
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Budy Wiryawan MSc
Ketua Departemen
Tanggal lulus
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini
adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan
Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan
skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir
Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan
selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa
motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah
membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza
Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat
kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana
Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut
Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah
memberikan doa dukungan dan semangatnya
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor Januari 2013
Reza Setia Raharja Putra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Alat Tangkap Bagan Apung
Diversitas Hasil Tangkapan
Dominansi Hasil Tangkapan
Teori Optimasi
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Analisis Data
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Umum Palabuhanratu
Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
Sarana dan Prasarana
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Penangkapan Ikan
Metode pengoperasian
Hasil Tangkapan
Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
viii
viii
1
1
2
2
3
3
5
5
6
7
7
7
7
9
12
12
13
16
17
17
19
20
24
26
29
29
29
30
33
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011
Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
13
14
14
15
20
24
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu
Peta Teluk Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu
Genset bagan apung di Palabuhanratu
Kapal pengangkut nelayan bagan
Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung
3
7
17
18
18
19
21
22
22
23
23
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
33
34
36
37
1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha
perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman
biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan
setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia
menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun
demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak
terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada
Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan
pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif
murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan
yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal
perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan
tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum
mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan
seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu
kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh
faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan
hasil tangkapan
Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi
ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011
mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-
faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui
belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya
penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat
diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau
kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang
berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan
pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan
faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan
faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan
demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah
Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-
faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang
akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi
dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara
optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya
yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan
bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha
penangkapannya
2
12 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung
2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung
3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan
apung
13 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain
1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil
tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi
penangkapan ikan dengan bagan apung
2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan
pengembangan alat tangkap bagan apung
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Alat Tangkap Bagan Apung
211 Definisi
Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan
kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada
di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses
penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan
tersaring pada waring (Fridman 1986)
212 Disain dan konstruksi
Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring
bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat
penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring
Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran
standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran
dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter
Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan
gilingan (roller) terdapat
Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow
net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada
sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan
lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan
lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada
keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring
mudah tenggelam (Subani 1975)
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu
4
213 Metode pengoperasian
Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini
tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya
Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat
utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari
bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring
diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu
sampai ikan-ikan banyak berkumpul
Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul
dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya
waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu
Pengambilan ikan dilakukan dengan serok
214 Hasil tangkapan
Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil
yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan
peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan
kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)
hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang
(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur
(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)
215 Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang
cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah
perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal
dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah
penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan
yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis
perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)
Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah
penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah
dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan
tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui
musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan
melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan
berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan
buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung
yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut
Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk
Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut
Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan
apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu
5
216 Musim penangkapan
Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan
dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di
Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di
setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson
Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian
utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi
pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju
Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan
Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang
Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal
sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni
hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin
musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak
lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba
akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim
barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran
salinitas di permukaan lautan
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas
hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar
Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak
berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai
September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif
kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim
timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian
bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan
22 Diversitas Hasil Tangkapan
Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis
spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)
Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap
terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa
suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan
23 Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas
Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN
BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT
REZA SETIA RAHARJA PUTRA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
BOGOR
2013
Judul Penelitian Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan BaganApung
di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Nama Reza Setia Raharja Putra
NRP C44080071
Disetujui oleh
Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi Julia Eka Astarini SPi MSi
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Budy Wiryawan MSc
Ketua Departemen
Tanggal lulus
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini
adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan
Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan
skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir
Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan
selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa
motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah
membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza
Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat
kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana
Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut
Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah
memberikan doa dukungan dan semangatnya
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor Januari 2013
Reza Setia Raharja Putra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Alat Tangkap Bagan Apung
Diversitas Hasil Tangkapan
Dominansi Hasil Tangkapan
Teori Optimasi
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Analisis Data
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Umum Palabuhanratu
Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
Sarana dan Prasarana
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Penangkapan Ikan
Metode pengoperasian
Hasil Tangkapan
Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
viii
viii
1
1
2
2
3
3
5
5
6
7
7
7
7
9
12
12
13
16
17
17
19
20
24
26
29
29
29
30
33
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011
Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
13
14
14
15
20
24
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu
Peta Teluk Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu
Genset bagan apung di Palabuhanratu
Kapal pengangkut nelayan bagan
Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung
3
7
17
18
18
19
21
22
22
23
23
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
33
34
36
37
1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha
perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman
biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan
setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia
menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun
demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak
terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada
Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan
pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif
murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan
yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal
perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan
tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum
mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan
seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu
kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh
faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan
hasil tangkapan
Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi
ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011
mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-
faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui
belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya
penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat
diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau
kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang
berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan
pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan
faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan
faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan
demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah
Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-
faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang
akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi
dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara
optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya
yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan
bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha
penangkapannya
2
12 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung
2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung
3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan
apung
13 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain
1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil
tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi
penangkapan ikan dengan bagan apung
2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan
pengembangan alat tangkap bagan apung
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Alat Tangkap Bagan Apung
211 Definisi
Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan
kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada
di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses
penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan
tersaring pada waring (Fridman 1986)
212 Disain dan konstruksi
Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring
bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat
penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring
Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran
standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran
dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter
Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan
gilingan (roller) terdapat
Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow
net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada
sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan
lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan
lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada
keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring
mudah tenggelam (Subani 1975)
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu
4
213 Metode pengoperasian
Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini
tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya
Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat
utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari
bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring
diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu
sampai ikan-ikan banyak berkumpul
Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul
dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya
waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu
Pengambilan ikan dilakukan dengan serok
214 Hasil tangkapan
Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil
yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan
peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan
kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)
hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang
(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur
(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)
215 Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang
cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah
perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal
dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah
penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan
yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis
perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)
Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah
penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah
dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan
tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui
musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan
melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan
berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan
buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung
yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut
Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk
Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut
Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan
apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu
5
216 Musim penangkapan
Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan
dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di
Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di
setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson
Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian
utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi
pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju
Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan
Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang
Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal
sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni
hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin
musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak
lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba
akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim
barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran
salinitas di permukaan lautan
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas
hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar
Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak
berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai
September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif
kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim
timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian
bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan
22 Diversitas Hasil Tangkapan
Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis
spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)
Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap
terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa
suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan
23 Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas
Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
Judul Penelitian Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan BaganApung
di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Nama Reza Setia Raharja Putra
NRP C44080071
Disetujui oleh
Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi Julia Eka Astarini SPi MSi
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Budy Wiryawan MSc
Ketua Departemen
Tanggal lulus
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini
adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan
Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan
skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir
Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan
selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa
motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah
membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza
Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat
kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana
Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut
Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah
memberikan doa dukungan dan semangatnya
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor Januari 2013
Reza Setia Raharja Putra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Alat Tangkap Bagan Apung
Diversitas Hasil Tangkapan
Dominansi Hasil Tangkapan
Teori Optimasi
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Analisis Data
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Umum Palabuhanratu
Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
Sarana dan Prasarana
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Penangkapan Ikan
Metode pengoperasian
Hasil Tangkapan
Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
viii
viii
1
1
2
2
3
3
5
5
6
7
7
7
7
9
12
12
13
16
17
17
19
20
24
26
29
29
29
30
33
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011
Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
13
14
14
15
20
24
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu
Peta Teluk Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu
Genset bagan apung di Palabuhanratu
Kapal pengangkut nelayan bagan
Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung
3
7
17
18
18
19
21
22
22
23
23
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
33
34
36
37
1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha
perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman
biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan
setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia
menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun
demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak
terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada
Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan
pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif
murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan
yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal
perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan
tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum
mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan
seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu
kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh
faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan
hasil tangkapan
Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi
ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011
mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-
faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui
belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya
penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat
diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau
kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang
berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan
pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan
faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan
faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan
demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah
Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-
faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang
akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi
dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara
optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya
yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan
bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha
penangkapannya
2
12 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung
2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung
3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan
apung
13 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain
1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil
tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi
penangkapan ikan dengan bagan apung
2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan
pengembangan alat tangkap bagan apung
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Alat Tangkap Bagan Apung
211 Definisi
Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan
kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada
di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses
penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan
tersaring pada waring (Fridman 1986)
212 Disain dan konstruksi
Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring
bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat
penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring
Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran
standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran
dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter
Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan
gilingan (roller) terdapat
Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow
net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada
sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan
lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan
lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada
keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring
mudah tenggelam (Subani 1975)
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu
4
213 Metode pengoperasian
Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini
tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya
Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat
utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari
bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring
diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu
sampai ikan-ikan banyak berkumpul
Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul
dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya
waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu
Pengambilan ikan dilakukan dengan serok
214 Hasil tangkapan
Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil
yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan
peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan
kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)
hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang
(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur
(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)
215 Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang
cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah
perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal
dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah
penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan
yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis
perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)
Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah
penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah
dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan
tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui
musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan
melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan
berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan
buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung
yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut
Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk
Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut
Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan
apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu
5
216 Musim penangkapan
Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan
dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di
Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di
setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson
Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian
utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi
pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju
Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan
Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang
Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal
sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni
hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin
musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak
lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba
akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim
barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran
salinitas di permukaan lautan
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas
hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar
Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak
berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai
September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif
kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim
timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian
bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan
22 Diversitas Hasil Tangkapan
Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis
spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)
Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap
terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa
suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan
23 Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas
Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini
adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan
Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan
skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir
Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan
selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa
motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah
membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza
Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat
kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana
Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut
Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah
memberikan doa dukungan dan semangatnya
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor Januari 2013
Reza Setia Raharja Putra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Alat Tangkap Bagan Apung
Diversitas Hasil Tangkapan
Dominansi Hasil Tangkapan
Teori Optimasi
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Analisis Data
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Umum Palabuhanratu
Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
Sarana dan Prasarana
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Penangkapan Ikan
Metode pengoperasian
Hasil Tangkapan
Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
viii
viii
1
1
2
2
3
3
5
5
6
7
7
7
7
9
12
12
13
16
17
17
19
20
24
26
29
29
29
30
33
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011
Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
13
14
14
15
20
24
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu
Peta Teluk Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu
Genset bagan apung di Palabuhanratu
Kapal pengangkut nelayan bagan
Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung
3
7
17
18
18
19
21
22
22
23
23
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
33
34
36
37
1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha
perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman
biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan
setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia
menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun
demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak
terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada
Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan
pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif
murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan
yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal
perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan
tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum
mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan
seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu
kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh
faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan
hasil tangkapan
Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi
ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011
mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-
faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui
belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya
penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat
diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau
kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang
berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan
pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan
faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan
faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan
demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah
Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-
faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang
akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi
dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara
optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya
yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan
bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha
penangkapannya
2
12 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung
2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung
3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan
apung
13 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain
1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil
tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi
penangkapan ikan dengan bagan apung
2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan
pengembangan alat tangkap bagan apung
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Alat Tangkap Bagan Apung
211 Definisi
Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan
kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada
di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses
penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan
tersaring pada waring (Fridman 1986)
212 Disain dan konstruksi
Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring
bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat
penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring
Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran
standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran
dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter
Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan
gilingan (roller) terdapat
Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow
net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada
sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan
lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan
lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada
keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring
mudah tenggelam (Subani 1975)
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu
4
213 Metode pengoperasian
Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini
tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya
Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat
utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari
bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring
diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu
sampai ikan-ikan banyak berkumpul
Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul
dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya
waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu
Pengambilan ikan dilakukan dengan serok
214 Hasil tangkapan
Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil
yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan
peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan
kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)
hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang
(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur
(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)
215 Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang
cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah
perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal
dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah
penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan
yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis
perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)
Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah
penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah
dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan
tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui
musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan
melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan
berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan
buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung
yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut
Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk
Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut
Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan
apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu
5
216 Musim penangkapan
Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan
dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di
Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di
setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson
Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian
utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi
pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju
Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan
Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang
Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal
sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni
hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin
musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak
lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba
akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim
barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran
salinitas di permukaan lautan
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas
hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar
Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak
berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai
September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif
kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim
timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian
bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan
22 Diversitas Hasil Tangkapan
Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis
spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)
Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap
terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa
suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan
23 Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas
Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Alat Tangkap Bagan Apung
Diversitas Hasil Tangkapan
Dominansi Hasil Tangkapan
Teori Optimasi
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Analisis Data
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Umum Palabuhanratu
Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
Sarana dan Prasarana
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Penangkapan Ikan
Metode pengoperasian
Hasil Tangkapan
Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
viii
viii
1
1
2
2
3
3
5
5
6
7
7
7
7
9
12
12
13
16
17
17
19
20
24
26
29
29
29
30
33
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011
Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
13
14
14
15
20
24
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu
Peta Teluk Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu
Genset bagan apung di Palabuhanratu
Kapal pengangkut nelayan bagan
Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung
3
7
17
18
18
19
21
22
22
23
23
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
33
34
36
37
1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha
perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman
biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan
setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia
menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun
demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak
terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada
Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan
pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif
murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan
yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal
perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan
tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum
mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan
seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu
kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh
faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan
hasil tangkapan
Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi
ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011
mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-
faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui
belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya
penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat
diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau
kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang
berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan
pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan
faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan
faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan
demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah
Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-
faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang
akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi
dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara
optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya
yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan
bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha
penangkapannya
2
12 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung
2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung
3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan
apung
13 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain
1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil
tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi
penangkapan ikan dengan bagan apung
2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan
pengembangan alat tangkap bagan apung
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Alat Tangkap Bagan Apung
211 Definisi
Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan
kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada
di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses
penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan
tersaring pada waring (Fridman 1986)
212 Disain dan konstruksi
Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring
bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat
penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring
Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran
standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran
dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter
Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan
gilingan (roller) terdapat
Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow
net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada
sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan
lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan
lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada
keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring
mudah tenggelam (Subani 1975)
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu
4
213 Metode pengoperasian
Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini
tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya
Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat
utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari
bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring
diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu
sampai ikan-ikan banyak berkumpul
Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul
dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya
waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu
Pengambilan ikan dilakukan dengan serok
214 Hasil tangkapan
Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil
yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan
peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan
kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)
hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang
(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur
(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)
215 Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang
cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah
perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal
dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah
penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan
yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis
perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)
Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah
penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah
dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan
tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui
musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan
melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan
berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan
buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung
yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut
Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk
Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut
Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan
apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu
5
216 Musim penangkapan
Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan
dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di
Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di
setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson
Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian
utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi
pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju
Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan
Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang
Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal
sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni
hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin
musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak
lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba
akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim
barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran
salinitas di permukaan lautan
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas
hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar
Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak
berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai
September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif
kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim
timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian
bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan
22 Diversitas Hasil Tangkapan
Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis
spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)
Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap
terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa
suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan
23 Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas
Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011
Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
13
14
14
15
20
24
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu
Peta Teluk Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu
Genset bagan apung di Palabuhanratu
Kapal pengangkut nelayan bagan
Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi
Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung
3
7
17
18
18
19
21
22
22
23
23
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
33
34
36
37
1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha
perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman
biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan
setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia
menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun
demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak
terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada
Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan
pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif
murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan
yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal
perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan
tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum
mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan
seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu
kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh
faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan
hasil tangkapan
Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi
ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011
mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-
faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui
belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya
penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat
diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau
kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang
berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan
pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan
faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan
faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan
demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah
Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-
faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang
akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi
dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara
optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya
yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan
bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha
penangkapannya
2
12 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung
2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung
3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan
apung
13 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain
1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil
tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi
penangkapan ikan dengan bagan apung
2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan
pengembangan alat tangkap bagan apung
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Alat Tangkap Bagan Apung
211 Definisi
Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan
kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada
di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses
penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan
tersaring pada waring (Fridman 1986)
212 Disain dan konstruksi
Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring
bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat
penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring
Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran
standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran
dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter
Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan
gilingan (roller) terdapat
Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow
net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada
sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan
lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan
lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada
keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring
mudah tenggelam (Subani 1975)
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu
4
213 Metode pengoperasian
Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini
tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya
Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat
utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari
bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring
diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu
sampai ikan-ikan banyak berkumpul
Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul
dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya
waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu
Pengambilan ikan dilakukan dengan serok
214 Hasil tangkapan
Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil
yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan
peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan
kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)
hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang
(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur
(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)
215 Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang
cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah
perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal
dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah
penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan
yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis
perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)
Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah
penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah
dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan
tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui
musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan
melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan
berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan
buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung
yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut
Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk
Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut
Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan
apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu
5
216 Musim penangkapan
Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan
dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di
Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di
setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson
Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian
utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi
pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju
Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan
Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang
Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal
sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni
hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin
musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak
lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba
akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim
barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran
salinitas di permukaan lautan
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas
hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar
Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak
berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai
September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif
kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim
timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian
bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan
22 Diversitas Hasil Tangkapan
Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis
spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)
Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap
terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa
suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan
23 Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas
Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha
perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman
biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan
setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia
menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun
demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak
terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada
Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan
pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif
murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan
yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal
perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan
tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum
mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan
seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu
kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh
faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan
hasil tangkapan
Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi
ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011
mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-
faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui
belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya
penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat
diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau
kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang
berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan
pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan
faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan
faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan
demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah
Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-
faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang
akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi
dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara
optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya
yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor
produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan
bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha
penangkapannya
2
12 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung
2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung
3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan
apung
13 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain
1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil
tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi
penangkapan ikan dengan bagan apung
2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan
pengembangan alat tangkap bagan apung
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Alat Tangkap Bagan Apung
211 Definisi
Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan
kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada
di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses
penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan
tersaring pada waring (Fridman 1986)
212 Disain dan konstruksi
Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring
bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat
penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring
Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran
standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran
dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter
Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan
gilingan (roller) terdapat
Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow
net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada
sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan
lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan
lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada
keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring
mudah tenggelam (Subani 1975)
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu
4
213 Metode pengoperasian
Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini
tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya
Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat
utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari
bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring
diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu
sampai ikan-ikan banyak berkumpul
Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul
dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya
waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu
Pengambilan ikan dilakukan dengan serok
214 Hasil tangkapan
Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil
yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan
peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan
kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)
hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang
(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur
(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)
215 Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang
cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah
perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal
dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah
penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan
yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis
perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)
Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah
penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah
dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan
tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui
musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan
melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan
berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan
buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung
yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut
Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk
Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut
Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan
apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu
5
216 Musim penangkapan
Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan
dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di
Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di
setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson
Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian
utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi
pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju
Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan
Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang
Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal
sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni
hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin
musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak
lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba
akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim
barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran
salinitas di permukaan lautan
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas
hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar
Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak
berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai
September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif
kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim
timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian
bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan
22 Diversitas Hasil Tangkapan
Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis
spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)
Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap
terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa
suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan
23 Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas
Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
2
12 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung
2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung
3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan
apung
13 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain
1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil
tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi
penangkapan ikan dengan bagan apung
2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan
pengembangan alat tangkap bagan apung
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Alat Tangkap Bagan Apung
211 Definisi
Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan
kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada
di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses
penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan
tersaring pada waring (Fridman 1986)
212 Disain dan konstruksi
Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring
bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat
penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring
Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran
standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran
dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter
Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan
gilingan (roller) terdapat
Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow
net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada
sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan
lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan
lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada
keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring
mudah tenggelam (Subani 1975)
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu
4
213 Metode pengoperasian
Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini
tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya
Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat
utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari
bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring
diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu
sampai ikan-ikan banyak berkumpul
Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul
dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya
waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu
Pengambilan ikan dilakukan dengan serok
214 Hasil tangkapan
Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil
yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan
peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan
kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)
hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang
(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur
(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)
215 Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang
cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah
perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal
dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah
penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan
yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis
perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)
Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah
penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah
dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan
tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui
musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan
melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan
berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan
buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung
yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut
Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk
Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut
Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan
apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu
5
216 Musim penangkapan
Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan
dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di
Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di
setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson
Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian
utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi
pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju
Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan
Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang
Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal
sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni
hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin
musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak
lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba
akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim
barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran
salinitas di permukaan lautan
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas
hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar
Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak
berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai
September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif
kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim
timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian
bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan
22 Diversitas Hasil Tangkapan
Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis
spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)
Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap
terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa
suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan
23 Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas
Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
21 Alat Tangkap Bagan Apung
211 Definisi
Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara
ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan
kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada
di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses
penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan
tersaring pada waring (Fridman 1986)
212 Disain dan konstruksi
Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring
bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat
penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring
Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran
standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran
dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter
Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan
gilingan (roller) terdapat
Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow
net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada
sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan
lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan
lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada
keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring
mudah tenggelam (Subani 1975)
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu
4
213 Metode pengoperasian
Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini
tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya
Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat
utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari
bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring
diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu
sampai ikan-ikan banyak berkumpul
Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul
dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya
waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu
Pengambilan ikan dilakukan dengan serok
214 Hasil tangkapan
Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil
yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan
peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan
kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)
hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang
(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur
(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)
215 Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang
cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah
perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal
dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah
penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan
yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis
perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)
Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah
penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah
dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan
tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui
musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan
melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan
berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan
buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung
yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut
Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk
Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut
Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan
apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu
5
216 Musim penangkapan
Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan
dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di
Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di
setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson
Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian
utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi
pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju
Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan
Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang
Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal
sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni
hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin
musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak
lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba
akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim
barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran
salinitas di permukaan lautan
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas
hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar
Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak
berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai
September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif
kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim
timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian
bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan
22 Diversitas Hasil Tangkapan
Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis
spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)
Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap
terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa
suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan
23 Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas
Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
4
213 Metode pengoperasian
Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini
tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya
Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat
utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari
bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring
diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu
sampai ikan-ikan banyak berkumpul
Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul
dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya
waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu
Pengambilan ikan dilakukan dengan serok
214 Hasil tangkapan
Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil
yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan
peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan
kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)
hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang
(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur
(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)
215 Daerah penangkapan
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang
cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah
perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal
dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah
penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan
yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis
perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)
Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah
penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah
dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan
tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui
musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan
melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan
berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan
terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan
buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung
yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut
Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk
Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut
Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat
lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan
apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu
5
216 Musim penangkapan
Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan
dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di
Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di
setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson
Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian
utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi
pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju
Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan
Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang
Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal
sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni
hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin
musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak
lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba
akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim
barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran
salinitas di permukaan lautan
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas
hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar
Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak
berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai
September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif
kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim
timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian
bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan
22 Diversitas Hasil Tangkapan
Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis
spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)
Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap
terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa
suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan
23 Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas
Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
5
216 Musim penangkapan
Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan
dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di
Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di
setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson
Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian
utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi
pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju
Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan
Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang
Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal
sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni
hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat
tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin
musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak
lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba
akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim
barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran
salinitas di permukaan lautan
Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas
hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar
Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak
berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai
September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif
kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim
timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian
bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan
22 Diversitas Hasil Tangkapan
Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis
spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)
Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak
digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap
terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa
suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan
23 Dominansi Hasil Tangkapan
Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam
komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas
Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam
mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu
dilakukan penentuan indeks dominansi
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
6
Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan
selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah
mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah
terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)
24 Teori Optimasi
Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik
optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses
optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik
optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu
dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu
yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa
yang buruk
Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup
dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan
diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai
keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering
digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut
Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian
hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang
dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan
keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau
minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti
inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus
dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik
maupun ekonomi merupakan suatu keharusan
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
7
3 METODE PENELITIAN
31 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk
Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei
2012
Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu
32 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan
data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera
software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh
33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer
diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh
dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data
penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk
Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu
volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik
perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
8
pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di
Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan
pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara
pengambilan data primer yaitu
1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan
(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang
didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di
PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN
Palabuhanratu
(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan
ukuran ikan yang didaratkan
2) Wawancara dan pengisian kuesioner
Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah
nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan
bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik
minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti
yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat
tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya
sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki
dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang
tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan
presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut
(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil
tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga
hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan
sistem kerjasama nelayan
(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara
mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang
diambil lalu diukur per spesies
Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui
1) Pengelola PPN Palabuhanratu
2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu
3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu
34 Analisis Data
341 Analisis unit penangkapan ikan
Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara
umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu
Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan
nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
9
342 Analisis hasil tangkapan
1) Analisis komposisi hasil tangkapan
Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk
mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data
tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui
komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan
berdasarkan beratnya (kg)
2) Analisis diversitas hasil tangkapan
Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel
untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat
tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-
Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut
Hrsquo = -sum
Hrsquo = - sum (
) Ln (
)
Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan
gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah
= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi
Keterangan
Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
3) Analisis dominansi hasil tangkapan
Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan
dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan
Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus
sebagai berikut
C = sum
Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan
gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi
= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah
Keterangan
s jumlah spesies
c indeks dominansi Simpson
ni jumlah individu spesies ke-i
N jumlah individu semua spesies
4) Analisis ukuran hasil tangkapan
Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang
panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas
panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)
K= I + 33 log n
i = R
K
Keterangan
K jumlah kelas
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
10
n banyak data
i interval kelas
R nilai terbesar ndash nilai terkecil
343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan
1) Fungsi regresi linear berganda
Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input
penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output
Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input
merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan
Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan
parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu
dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter
penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya
adalah sebagai berikut
1 Dimensi alat tangkap (X1)
2 Bahan bakar (X2)
3 Daya mesin (X3)
4 Lama trip (X5)
5 Alat bantu yang digunakan (X8)
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi
dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel
tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan
sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)
Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e
Dimana Y = nilai dugaan produksi
b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi
Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan
b0 = intercept
e = kesalahan pengganggu (error)
n = jumlah variabel
Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji
menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa
(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan
terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak
Fhitung lt Ftabel H0 diterima
(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap
produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu
Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada
hubungan
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
11
H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y
tergantung terhadap Xi secara bersama-sama
Jika thitung gt ttabel H0 ditolak
thitung lt ttabel H0 diterima
Keterangan
H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)
H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi
(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi
(Y)
2) Fungsi Cobb-Douglas
Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-
Douglas dapat dituliskan sebagai berikut
Y = aX1b1
X2b2
helliphellip X1b1
helliphellip Xnbn
eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)
Dimana Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
ab = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural e=2718
Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara
melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk
menjelaskan hal ini yaitu
Y=f(X1X2)
Y= aX1b1
X2b2
eu(2)
Logaritma dari persamaan diatas adalah
Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v
Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)
Dimana Y = log Y
X = log X
a = log a
b = log b
v = log v
Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel
yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada
fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
12
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
41 Kondisi Umum Palabuhanratu
411 Kondisi umum geografi dan topografi
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah
selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan
pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang
sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan
yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir
tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok
Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi
2009)
Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi
6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan
ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis
pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk
Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai
selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta
mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten
Sukabumi 2009)
412 Keadaan iklim dan musim
Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh
keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada
bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat
ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang
disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian
besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung
sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi
hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut
Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno
2006)
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
13
42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu
421 Kapal perikanan
Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam
yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel
menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar
kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala
kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin
yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal
motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya
dimiliki nelayan bermodal relatif besar
Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami
fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT
sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan
jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit
(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah
kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak
berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi
Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
KapalPerahu Perikanan
(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun
Perahu Motor Tempel
(PMT)
Kapal Motor
(KM)
1 1993 342 78 420
2 1994 344 101 445
3 1995 352 109 461
4 1996 365 123 488
5 1997 290 116 406
6 1998 275 146 421
7 1999 278 181 459
8 2000 235 181 416
9 2001 343 186 529
10 2002 317 135 452
11 2003 253 128 381
12 2004 266 264 530
13 2005 428 248 676
14 2006 511 287 798
15 2007 531 321 852
16 2008 416 230 646
17 2009 364 394 758
18 2010 346 491 837
19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
14
422 Alat penangkap ikan
Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara
lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus
pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung
perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada
tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya
Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun
2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258
dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27
Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 2008 -2011
Jenis Alat Tangkap Tahun
2008 2009 2010 2011
Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375
Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729
Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118
Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79
Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90
Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13
Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77
Rawai (Bottom Line) 7
2 1
Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126
Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
423 Nelayan
Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah
tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi
pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari
tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa
Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di
Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu periode 1993 -2011
No Tahun Jumlah Nelayan
Perkembangan () (Orang)
1 1993 3028
2 1994 2608 -1610
3 1995 2718 405
4 1996 2418 -1241
5 1997 2589 660
6 1998 2694 390
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
15
No Tahun Jumlah Nelayan
(Orang) Perkembangan ()
7 1999 2565 -503
8 2000 2354 -896
9 2001 2377 097
10 2002 2519 564
11 2003 3340 2458
12 2004 3439 288
13 2005 3498 169
14 2006 4363 1983
15 2007 5994 2721
16 2008 3900 -5369
17 2009 4453 1242
18 2010 4474 047
19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
424 Volume dan nilai produksi perikanan laut
Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun
2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000
Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat
beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya
Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat
dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar
terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan
terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan
terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai
penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000
Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp
2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada
tahun 2005 sebesar Rp 487100042
Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi
tahun 2005-2010
Tahun
Volume
penangkapan
ikan (Ton)
Nilai penangkapan
(Rp 1000)
Harga rata-rata hasil
tangkapan (Rp 1000)
2005 660053 32153935 487142
2006 546156 32550913 596000
2007 605626 38695761 638938
2008 458068 42562537 929175
2009 393027 56735940 1443563
2010 674429 144701150 2145536
2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
16
43 Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka
Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan
Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992
yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik
Palabuhanratu 2011)
Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas
pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang
431 Fasilitas pokok
Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan
perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2
buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman
3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage
(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan
ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran
lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break
water
432 Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai
pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa
tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan
pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan
logistik kapal serta area industri kapal
433 Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan
operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang
merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas
352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m
2
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
17
5 HASIL PENELITIAN
51 Unit Penangkapan Ikan
511 Alat tangkap
Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di
Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan
keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di
Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan
konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk
membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga
kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan
Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu
Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung
bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan
merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang
dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah
bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
18
sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan
jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat
proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai
bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari
Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring
berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di
bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah
pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya
Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu
adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga
berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan
Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa
digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24
watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan
menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya
lampu menggunakan genset 1500 watt
Gambar 5 Lampu tabung
Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu
512 Kapal
Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah
jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari
bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing
base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit
bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk
kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
19
kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai
sewa kapal
Sumber PPN Palabuhanratu (2011)
Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu
513 Nelayan
Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung
umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori
nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik
adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya
sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah
nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50
dari pendapatan usaha
52 Metode Pengoperasian
Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan
setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung
berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600
WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus
dilakukan
1) Tahap persiapan
Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan
(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan
peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi
penangkapan
2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing
ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada
saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain
tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing
ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan
ikan berada di linggih haluan kapal
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
20
3) Setting atau penurunan jaring
Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi
penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan
jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan
genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian
ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul
banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar
kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul
secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik
roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan
pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan
ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap
operasi penangkapan
53 Hasil Tangkapan
531 Komposisi hasil tangkapan
Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama
penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)
tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)
(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada
Tabel 5
Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip
No
Jenis Ikan
Jumlah (kg) Nama
Lokal
Nama
Umum Nama Latin
1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7
2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50
3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36
4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2
5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5
Jumlah 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil
tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang
dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan
presentase 5 dan cumi dengan presentase 2
532 Diversitas hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-
Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini
menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil
tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
21
terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup
beragam
533 Dominansi hasil tangkapan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson
didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan
bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah
dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui
bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek
sebesar 50
534 Ukuran hasil tangkapan
Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini
menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan
panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang
hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12
Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang
Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu
sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor
0100200300400500600700800
19
- 2
07
207
- 2
24
224
- 2
41
241
- 2
58
258
- 2
75
275
- 2
92
292
- 3
09
309
- 3
26
326
- 3
43
343
- 3
60
360
- 3
77
377
- 3
94
394
- 4
11
411
- 4
28
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
22
Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek
Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu
sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor
Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang
Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang
yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu
0
200
400
600
800
1000
1200
507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
020406080
100120140160180200
1116 -1245
1245 -1374
1374 -1503
1503 -1632
1632 -1761
1761 -1890
1890 -2019
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
23
sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor
Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi
Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-
cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm
yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran
panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor
Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung
Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian
cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan
kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804
cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah
0
10
20
30
40
50
5 -
621
621
- 7
42
742
- 8
63
863
- 9
84
98
4 -
11
05
110
5 -
12
26
122
6 -
13
47
134
7 -
14
68
146
8 -
15
89
158
9 -
17
10
Jum
lah
Ika
n (
eko
r)
Selang Panjang kelas (cm)
02468
10121416
10 -
11
15
111
5 -
12
30
123
0 -
13
45
134
5 -
14
60
146
0 -
15
75
157
5 -
16
90
169
0 -
18
05
180
5 -
19
20
Jum
lah
Ikan
(ek
or)
Selang Panjang Kelas (cm)
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
24
kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak
1ekor
Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini
digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap
secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of
maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran
ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity
digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap
Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap
secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang
ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak
layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan
yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity
Jenis ikan Lm (cm)
Hasil Tangkapan
Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap
Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)
Baronang 4 21 075 2759 9925
Pepetek 107 - - 3236 100
Tembang 138 260 5843 185 4157
Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004
Kembung 196 4 1026 35 8974
Ket Lm = Length of maturity
54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan
541 Regresi linear berganda
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi
diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -
41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan
variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang
dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak
signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )
dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap
penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar
0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh
nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
25
setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi
hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak
menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan
tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678
ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh
perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya
sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model
Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya
investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda
pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar
dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan
95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model
secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil
tangkapan bagan apung
542 Cobb-Douglas
Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi
penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi
dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan
lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil
analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda
dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4
menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)
dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai
signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005
dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel
lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)
005 (5 ) dan 001 (1 )
Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada
faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap
penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan
pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang
berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan
meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan
alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan
Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut
diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini
menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan
variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain
tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan
kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada
Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F
tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
26
yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara
bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan
bagan apung
55 Pembahasan
551 Unit Penangkapan Ikan
Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat
tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu
kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi
yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan
bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan
apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda
secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada
penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga
bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu
penangkapan seperti lampu tabungdan serok
552 Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini
disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan
di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak
dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang
schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana
ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan
tembang memangsa ikan gerandong
Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan
Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat
selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut
menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang
berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai
indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang
rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas
tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini
mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah
Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki
kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di
bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil
tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi
dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan
dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian
bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila
dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan
apung rendah
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
27
553 Analisis Faktor-Faktor Produksi
Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung
yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari
fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien
determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi
yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari
operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor
produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui
bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh
faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama
menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung
Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil
tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat
tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan
apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap
akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor
produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi
hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan
satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan
sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan
mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1
+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil
tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan
1 m2
alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg
Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada
produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap
penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil
tangkapan sebesar 3717 kg
Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-
Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda
Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat
tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen
yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan
nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada
variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan
01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )
Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)
menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh
nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan
semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang
berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan
tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan
pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi
listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak
lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
28
lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin
banyak dan sebaliknya
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
29
6 KESIMPULAN DAN SARAN
61 Kesimpulan
1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif
sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat
tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day
fishing
2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh
pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )
kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi
bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total
ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap
pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari
jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan
tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115
ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total
yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu
sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total
yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas
1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total
Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-
1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total
3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas
menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan
adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)
62 Saran
1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya
seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim
penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh
mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan
operasi penangkapan ikan dengan bagan apung
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
30
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri
Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan
Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi
Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd
Edition Amsterdam Holt
Sounder International Editiors 1986
[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi
dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi
dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal
Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd
ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier
Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]
[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi
indexhtm
Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap
Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan
oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing
Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang
Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman
Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan
Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor
Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan
Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)
Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023
edisonharteman
Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah
Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
31
Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin
Germany Blackwell Publishing
Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan
Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor
Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan
Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)
PPNP
Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada
Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk
Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang
Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan
Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa
Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian
Bogor
Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon
Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor
Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond
Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada
Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung
Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)
Penelitian Perikanan Laut
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
32
Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor
Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga
Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo
(JP) Mc Graw-Hill
Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]
Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka
Utama
Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten
Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor
Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk
Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of
Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of
Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo
Blackwell Publishing Ltd
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
33
Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu
Ikan Baronang
Ikan Pepetek
Cumi-cumi Ikan Tembang
Ikan Kembung
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
34
Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan
Gerandong
Pepetek
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
19 - 206 26
03 - 089 17
207 - 223 287
090 - 148 0
224 - 240 58
149 - 208 0
241 - 257 169
209 - 267 0
258 - 274 655
268 - 327 0
275 - 291 701
328 - 387 0
292 - 308 305
388 - 446 0
309 - 325 425
447 - 506 0
326 - 342 28
507 - 565 383
343 - 359 57
566 - 625 427
360 - 376 48
626 - 685 1115
377 - 393 0
686 - 744 712
394 - 410 0
745 - 804 412
411 - 427 21
805 - 863 170
2780
3236
Tembang
Cumi-cumi
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
6 - 728 1
5 - 620 4
729 - 857 0
621 - 741 27
858 - 986 1
742 - 862 36
987 - 1115 0
863 - 983 31
1116 - 1244 11
984 - 1104 0
1245 - 1373 172
1105 - 1225 1
1374 - 1502 78
1226 - 1346 23
1503 - 1631 54
1347 - 1467 43
1632 - 1760 88
1468 - 1588 0
1761 - 1889 35
1589 - 1709 1
1890 - 2018 5
166
445
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
35
Lanjutan Lampiran 2
Kembung
Selang Ukuran
(cm)
Jumlah
Ekor
10 - 1114 1
1115 - 1229 4
1230 - 1344 1
1345 - 1459 1
1460 - 1574 3
1575 - 1689 11
1690 - 1804 14
1805 - 1919 4
39
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
36
Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -41287 21345
-1934 065
X1 104 026 509 4007 001
X2 -1973 2490 -099 -793 436
X3 019 007 449 2580 016
X4 2779 1931 222 1439 163
X5 -668 803 -138 -832 414
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of the
Estimate
1 824a 678 612 681918
Model Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig
F
Tabel
1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243
Residual 1116030 24 46501
Total 3471200 29
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
37
Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit
penangkapan bagan apung di Palabuhanratu
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B
Std
Error Beta
1 (Constant) -17215 4170
-4128 000
X1 445 108 509 4128 000
X2 -556 714 -092 -779 444
X3 2432 654 608 3717 001
X4 592 1151 076 514 612
X5 -287 283 -162 -1014 321
Model R R Square Adjusted R
Square
Std Error of
the Estimate
1 841a 707 646 3478407
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig F Tabel
1
Regression 6997 5 1399 11566 000a 243
Residual 2904 24 121
Total 9901 29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia
Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat
bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi
Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan
Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)
periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat
Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap
Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah
Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan
tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013