OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN BAGAN APUNG DI … · Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk...

51
OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT REZA SETIA RAHARJA PUTRA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Transcript of OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN BAGAN APUNG DI … · Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk...

OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN

BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU

KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

REZA SETIA RAHARJA PUTRA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimalisasi Operasi

Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi

Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor

Bogor Januari 2013

Reza Setia Raharja Putra

NIM C44080071

ABSTRAK

REZA SETIA RAHARJA PUTRA C44080071 Optimalisasi Operasi

Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi

Jawa Barat Dibimbing oleh EKO SRI WIYONO dan JULIA EKA ASTARINI

Bagan apung adalah alat tangkap yang sangat dominan di Teluk Palabuhanratu

Meski tumbuh dengan tajam tapi sampai sekarang belum dapat ditentukan faktor

apa yang mempengaruhi berkurangnya jumlah hasil tangkapan Efisiensi dari

penggunaan faktor produksi dibutuhkan dalam rangka menghindari penggunaan

faktor produksi yang tidak efektif Berdasarkan alasan tersebut diperlukan sebuah

studi kajian yang memberikan peran utama terhadap perikanan bagan apung

Penelitian dilakukan pada bulan April 2012 Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan kuisioner dan data sekunder Data dianalisis dengan menggunakan

metode deskriptif termasuk jumlah hasil tangkapan komposisi hasil tangkapan

keragaman Shannon-Wiener dominansi Simpson ukuran hasil tangkapan regresi

linear berganda dan Cobb-Douglas Hasil dari analisis ini menunjukan bahwa

komposisi hasil tangkapan bagan apung terdiri dari Leiognathus sp (50 )

Sardinella sp (36 ) Siganus canaliculatus (7 ) Rastrelliger sp (5 ) and

Loligo sp (2 ) Berdasarkan analisis Shannon-Wiener (102) dan dominansi

Simpson (049) bisa ditentukan bahwa bagan apung adalah alat tangkap dengan

multi-target Lebih lanjut lagi analisis faktor produksi dengan menggunakan

regresi linear berganda dan Cobb-Douglas menunjukan hasil bahwa alat tangkap

dan daya mesin genset berpengaruh terhadap hasil tangkapan

Kata kunci bagan apung optimalisasi operasi penangkapan ikan Palabuhanratu

ABSTRACT

REZA SETIA RAHARJA PUTRA C44080071 Optimalitation of Catch

Operation of Bagan Apung in Palabuhanratu Gulf Sukabumi West Java Under

Guidence of EKO SRI WIYONO and JULIA EKA ASTARINI

Lift net (bagan apung) in Palabuhanratu bay is a dominan fishing gear Although

growth sharply but until now which factors that influence the catch is lack The

efficient use of the production factors is needed in order to avoid inefficient

production factor usage Based on this reason it is needed to conduct research

about production factor that give main role in bagan apung fishery The resarch

was conducted in Palabuhanratu during April 2012 The data were collected by

using questionnaire and secondary data Data were analyzed by descriptive

approach including catch unit catch composition Shannon-Wiener diversity

dominance Simpson size of the catch multiple linear regression and Cobb

Douglas Result analysis of this study show that catch composition of lift net were

Leiognathus sp (50 ) Sardinella sp (36 ) Siganus canaliculatus (7 )

Rastrelliger sp (5 ) and Loligo sp (2 ) Based on diversity Shannon-Wiener

(102) and dominance simpson (of 049) can be defined that lift net is multi-target

gear Furthermore production factor analysis using multiple linear regression and

Cobb-Douglas show that fishing gear and engine power giving influence on catch

Key Words bagan apung optimalitation catch operation Palabuhanratu

copy Hak Cipta milik IPB tahun 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan

penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN

BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU

KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

REZA SETIA RAHARJA PUTRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

BOGOR

2013

Judul Penelitian Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan BaganApung

di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Nama Reza Setia Raharja Putra

NRP C44080071

Disetujui oleh

Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi Julia Eka Astarini SPi MSi

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan MSc

Ketua Departemen

Tanggal lulus

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini

adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk

Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan

Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan

skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir

Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan

selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa

motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah

membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza

Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat

kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana

Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut

Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah

memberikan doa dukungan dan semangatnya

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor Januari 2013

Reza Setia Raharja Putra

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Alat Tangkap Bagan Apung

Diversitas Hasil Tangkapan

Dominansi Hasil Tangkapan

Teori Optimasi

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan

Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Analisis Data

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Umum Palabuhanratu

Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

Sarana dan Prasarana

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit Penangkapan Ikan

Metode pengoperasian

Hasil Tangkapan

Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

Pembahasan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

viii

viii

1

1

2

2

3

3

5

5

6

7

7

7

7

9

12

12

13

16

17

17

19

20

24

26

29

29

29

30

33

DAFTAR TABEL

1

2

3

4

5

6

Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011

Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

13

14

14

15

20

24

DAFTAR GAMBAR

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu

Peta Teluk Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu

Genset bagan apung di Palabuhanratu

Kapal pengangkut nelayan bagan

Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung

3

7

17

18

18

19

21

22

22

23

23

DAFTAR LAMPIRAN

1

2

3

4

Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

33

34

36

37

1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha

perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman

biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan

setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia

menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun

demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak

terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada

Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan

pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif

murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan

yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal

perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan

tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum

mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan

seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu

kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh

faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan

hasil tangkapan

Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi

ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011

mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-

faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui

belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya

penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat

diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau

kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang

berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan

pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan

faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan

faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan

demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah

Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-

faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang

akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi

dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara

optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya

yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor

produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan

bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha

penangkapannya

2

12 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung

2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung

3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan

apung

13 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain

1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil

tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi

penangkapan ikan dengan bagan apung

2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan

pengembangan alat tangkap bagan apung

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Alat Tangkap Bagan Apung

211 Definisi

Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara

ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan

kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada

di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses

penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan

tersaring pada waring (Fridman 1986)

212 Disain dan konstruksi

Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring

bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat

penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring

Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran

standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran

dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter

Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan

gilingan (roller) terdapat

Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow

net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada

sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan

lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan

lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada

keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring

mudah tenggelam (Subani 1975)

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu

4

213 Metode pengoperasian

Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini

tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya

Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat

utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari

bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring

diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu

sampai ikan-ikan banyak berkumpul

Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul

dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya

waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu

Pengambilan ikan dilakukan dengan serok

214 Hasil tangkapan

Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil

yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan

peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan

kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)

hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang

(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur

(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)

215 Daerah penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang

cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah

perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal

dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah

penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan

yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis

perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)

Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah

penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah

dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan

tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui

musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan

melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan

berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan

terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan

buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung

yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut

Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk

Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut

Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat

lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan

apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu

5

216 Musim penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan

dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di

Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di

setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian

utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi

pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan

Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang

Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal

sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni

hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin

musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak

lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba

akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim

barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran

salinitas di permukaan lautan

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar

Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak

berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai

September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif

kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim

timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian

bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan

22 Diversitas Hasil Tangkapan

Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat

keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis

spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)

Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak

digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap

terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa

suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan

23 Dominansi Hasil Tangkapan

Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam

komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas

Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam

mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu

dilakukan penentuan indeks dominansi

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimalisasi Operasi

Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi

Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor

Bogor Januari 2013

Reza Setia Raharja Putra

NIM C44080071

ABSTRAK

REZA SETIA RAHARJA PUTRA C44080071 Optimalisasi Operasi

Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi

Jawa Barat Dibimbing oleh EKO SRI WIYONO dan JULIA EKA ASTARINI

Bagan apung adalah alat tangkap yang sangat dominan di Teluk Palabuhanratu

Meski tumbuh dengan tajam tapi sampai sekarang belum dapat ditentukan faktor

apa yang mempengaruhi berkurangnya jumlah hasil tangkapan Efisiensi dari

penggunaan faktor produksi dibutuhkan dalam rangka menghindari penggunaan

faktor produksi yang tidak efektif Berdasarkan alasan tersebut diperlukan sebuah

studi kajian yang memberikan peran utama terhadap perikanan bagan apung

Penelitian dilakukan pada bulan April 2012 Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan kuisioner dan data sekunder Data dianalisis dengan menggunakan

metode deskriptif termasuk jumlah hasil tangkapan komposisi hasil tangkapan

keragaman Shannon-Wiener dominansi Simpson ukuran hasil tangkapan regresi

linear berganda dan Cobb-Douglas Hasil dari analisis ini menunjukan bahwa

komposisi hasil tangkapan bagan apung terdiri dari Leiognathus sp (50 )

Sardinella sp (36 ) Siganus canaliculatus (7 ) Rastrelliger sp (5 ) and

Loligo sp (2 ) Berdasarkan analisis Shannon-Wiener (102) dan dominansi

Simpson (049) bisa ditentukan bahwa bagan apung adalah alat tangkap dengan

multi-target Lebih lanjut lagi analisis faktor produksi dengan menggunakan

regresi linear berganda dan Cobb-Douglas menunjukan hasil bahwa alat tangkap

dan daya mesin genset berpengaruh terhadap hasil tangkapan

Kata kunci bagan apung optimalisasi operasi penangkapan ikan Palabuhanratu

ABSTRACT

REZA SETIA RAHARJA PUTRA C44080071 Optimalitation of Catch

Operation of Bagan Apung in Palabuhanratu Gulf Sukabumi West Java Under

Guidence of EKO SRI WIYONO and JULIA EKA ASTARINI

Lift net (bagan apung) in Palabuhanratu bay is a dominan fishing gear Although

growth sharply but until now which factors that influence the catch is lack The

efficient use of the production factors is needed in order to avoid inefficient

production factor usage Based on this reason it is needed to conduct research

about production factor that give main role in bagan apung fishery The resarch

was conducted in Palabuhanratu during April 2012 The data were collected by

using questionnaire and secondary data Data were analyzed by descriptive

approach including catch unit catch composition Shannon-Wiener diversity

dominance Simpson size of the catch multiple linear regression and Cobb

Douglas Result analysis of this study show that catch composition of lift net were

Leiognathus sp (50 ) Sardinella sp (36 ) Siganus canaliculatus (7 )

Rastrelliger sp (5 ) and Loligo sp (2 ) Based on diversity Shannon-Wiener

(102) and dominance simpson (of 049) can be defined that lift net is multi-target

gear Furthermore production factor analysis using multiple linear regression and

Cobb-Douglas show that fishing gear and engine power giving influence on catch

Key Words bagan apung optimalitation catch operation Palabuhanratu

copy Hak Cipta milik IPB tahun 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan

penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN

BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU

KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

REZA SETIA RAHARJA PUTRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

BOGOR

2013

Judul Penelitian Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan BaganApung

di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Nama Reza Setia Raharja Putra

NRP C44080071

Disetujui oleh

Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi Julia Eka Astarini SPi MSi

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan MSc

Ketua Departemen

Tanggal lulus

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini

adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk

Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan

Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan

skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir

Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan

selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa

motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah

membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza

Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat

kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana

Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut

Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah

memberikan doa dukungan dan semangatnya

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor Januari 2013

Reza Setia Raharja Putra

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Alat Tangkap Bagan Apung

Diversitas Hasil Tangkapan

Dominansi Hasil Tangkapan

Teori Optimasi

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan

Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Analisis Data

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Umum Palabuhanratu

Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

Sarana dan Prasarana

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit Penangkapan Ikan

Metode pengoperasian

Hasil Tangkapan

Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

Pembahasan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

viii

viii

1

1

2

2

3

3

5

5

6

7

7

7

7

9

12

12

13

16

17

17

19

20

24

26

29

29

29

30

33

DAFTAR TABEL

1

2

3

4

5

6

Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011

Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

13

14

14

15

20

24

DAFTAR GAMBAR

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu

Peta Teluk Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu

Genset bagan apung di Palabuhanratu

Kapal pengangkut nelayan bagan

Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung

3

7

17

18

18

19

21

22

22

23

23

DAFTAR LAMPIRAN

1

2

3

4

Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

33

34

36

37

1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha

perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman

biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan

setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia

menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun

demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak

terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada

Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan

pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif

murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan

yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal

perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan

tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum

mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan

seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu

kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh

faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan

hasil tangkapan

Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi

ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011

mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-

faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui

belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya

penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat

diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau

kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang

berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan

pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan

faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan

faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan

demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah

Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-

faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang

akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi

dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara

optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya

yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor

produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan

bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha

penangkapannya

2

12 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung

2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung

3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan

apung

13 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain

1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil

tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi

penangkapan ikan dengan bagan apung

2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan

pengembangan alat tangkap bagan apung

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Alat Tangkap Bagan Apung

211 Definisi

Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara

ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan

kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada

di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses

penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan

tersaring pada waring (Fridman 1986)

212 Disain dan konstruksi

Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring

bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat

penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring

Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran

standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran

dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter

Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan

gilingan (roller) terdapat

Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow

net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada

sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan

lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan

lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada

keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring

mudah tenggelam (Subani 1975)

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu

4

213 Metode pengoperasian

Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini

tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya

Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat

utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari

bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring

diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu

sampai ikan-ikan banyak berkumpul

Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul

dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya

waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu

Pengambilan ikan dilakukan dengan serok

214 Hasil tangkapan

Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil

yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan

peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan

kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)

hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang

(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur

(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)

215 Daerah penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang

cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah

perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal

dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah

penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan

yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis

perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)

Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah

penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah

dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan

tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui

musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan

melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan

berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan

terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan

buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung

yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut

Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk

Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut

Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat

lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan

apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu

5

216 Musim penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan

dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di

Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di

setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian

utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi

pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan

Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang

Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal

sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni

hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin

musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak

lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba

akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim

barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran

salinitas di permukaan lautan

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar

Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak

berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai

September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif

kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim

timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian

bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan

22 Diversitas Hasil Tangkapan

Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat

keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis

spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)

Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak

digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap

terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa

suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan

23 Dominansi Hasil Tangkapan

Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam

komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas

Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam

mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu

dilakukan penentuan indeks dominansi

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

ABSTRAK

REZA SETIA RAHARJA PUTRA C44080071 Optimalisasi Operasi

Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi

Jawa Barat Dibimbing oleh EKO SRI WIYONO dan JULIA EKA ASTARINI

Bagan apung adalah alat tangkap yang sangat dominan di Teluk Palabuhanratu

Meski tumbuh dengan tajam tapi sampai sekarang belum dapat ditentukan faktor

apa yang mempengaruhi berkurangnya jumlah hasil tangkapan Efisiensi dari

penggunaan faktor produksi dibutuhkan dalam rangka menghindari penggunaan

faktor produksi yang tidak efektif Berdasarkan alasan tersebut diperlukan sebuah

studi kajian yang memberikan peran utama terhadap perikanan bagan apung

Penelitian dilakukan pada bulan April 2012 Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan kuisioner dan data sekunder Data dianalisis dengan menggunakan

metode deskriptif termasuk jumlah hasil tangkapan komposisi hasil tangkapan

keragaman Shannon-Wiener dominansi Simpson ukuran hasil tangkapan regresi

linear berganda dan Cobb-Douglas Hasil dari analisis ini menunjukan bahwa

komposisi hasil tangkapan bagan apung terdiri dari Leiognathus sp (50 )

Sardinella sp (36 ) Siganus canaliculatus (7 ) Rastrelliger sp (5 ) and

Loligo sp (2 ) Berdasarkan analisis Shannon-Wiener (102) dan dominansi

Simpson (049) bisa ditentukan bahwa bagan apung adalah alat tangkap dengan

multi-target Lebih lanjut lagi analisis faktor produksi dengan menggunakan

regresi linear berganda dan Cobb-Douglas menunjukan hasil bahwa alat tangkap

dan daya mesin genset berpengaruh terhadap hasil tangkapan

Kata kunci bagan apung optimalisasi operasi penangkapan ikan Palabuhanratu

ABSTRACT

REZA SETIA RAHARJA PUTRA C44080071 Optimalitation of Catch

Operation of Bagan Apung in Palabuhanratu Gulf Sukabumi West Java Under

Guidence of EKO SRI WIYONO and JULIA EKA ASTARINI

Lift net (bagan apung) in Palabuhanratu bay is a dominan fishing gear Although

growth sharply but until now which factors that influence the catch is lack The

efficient use of the production factors is needed in order to avoid inefficient

production factor usage Based on this reason it is needed to conduct research

about production factor that give main role in bagan apung fishery The resarch

was conducted in Palabuhanratu during April 2012 The data were collected by

using questionnaire and secondary data Data were analyzed by descriptive

approach including catch unit catch composition Shannon-Wiener diversity

dominance Simpson size of the catch multiple linear regression and Cobb

Douglas Result analysis of this study show that catch composition of lift net were

Leiognathus sp (50 ) Sardinella sp (36 ) Siganus canaliculatus (7 )

Rastrelliger sp (5 ) and Loligo sp (2 ) Based on diversity Shannon-Wiener

(102) and dominance simpson (of 049) can be defined that lift net is multi-target

gear Furthermore production factor analysis using multiple linear regression and

Cobb-Douglas show that fishing gear and engine power giving influence on catch

Key Words bagan apung optimalitation catch operation Palabuhanratu

copy Hak Cipta milik IPB tahun 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan

penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN

BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU

KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

REZA SETIA RAHARJA PUTRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

BOGOR

2013

Judul Penelitian Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan BaganApung

di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Nama Reza Setia Raharja Putra

NRP C44080071

Disetujui oleh

Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi Julia Eka Astarini SPi MSi

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan MSc

Ketua Departemen

Tanggal lulus

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini

adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk

Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan

Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan

skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir

Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan

selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa

motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah

membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza

Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat

kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana

Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut

Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah

memberikan doa dukungan dan semangatnya

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor Januari 2013

Reza Setia Raharja Putra

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Alat Tangkap Bagan Apung

Diversitas Hasil Tangkapan

Dominansi Hasil Tangkapan

Teori Optimasi

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan

Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Analisis Data

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Umum Palabuhanratu

Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

Sarana dan Prasarana

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit Penangkapan Ikan

Metode pengoperasian

Hasil Tangkapan

Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

Pembahasan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

viii

viii

1

1

2

2

3

3

5

5

6

7

7

7

7

9

12

12

13

16

17

17

19

20

24

26

29

29

29

30

33

DAFTAR TABEL

1

2

3

4

5

6

Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011

Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

13

14

14

15

20

24

DAFTAR GAMBAR

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu

Peta Teluk Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu

Genset bagan apung di Palabuhanratu

Kapal pengangkut nelayan bagan

Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung

3

7

17

18

18

19

21

22

22

23

23

DAFTAR LAMPIRAN

1

2

3

4

Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

33

34

36

37

1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha

perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman

biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan

setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia

menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun

demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak

terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada

Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan

pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif

murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan

yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal

perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan

tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum

mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan

seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu

kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh

faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan

hasil tangkapan

Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi

ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011

mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-

faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui

belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya

penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat

diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau

kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang

berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan

pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan

faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan

faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan

demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah

Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-

faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang

akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi

dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara

optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya

yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor

produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan

bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha

penangkapannya

2

12 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung

2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung

3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan

apung

13 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain

1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil

tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi

penangkapan ikan dengan bagan apung

2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan

pengembangan alat tangkap bagan apung

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Alat Tangkap Bagan Apung

211 Definisi

Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara

ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan

kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada

di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses

penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan

tersaring pada waring (Fridman 1986)

212 Disain dan konstruksi

Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring

bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat

penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring

Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran

standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran

dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter

Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan

gilingan (roller) terdapat

Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow

net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada

sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan

lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan

lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada

keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring

mudah tenggelam (Subani 1975)

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu

4

213 Metode pengoperasian

Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini

tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya

Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat

utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari

bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring

diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu

sampai ikan-ikan banyak berkumpul

Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul

dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya

waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu

Pengambilan ikan dilakukan dengan serok

214 Hasil tangkapan

Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil

yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan

peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan

kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)

hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang

(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur

(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)

215 Daerah penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang

cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah

perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal

dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah

penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan

yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis

perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)

Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah

penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah

dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan

tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui

musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan

melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan

berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan

terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan

buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung

yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut

Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk

Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut

Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat

lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan

apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu

5

216 Musim penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan

dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di

Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di

setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian

utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi

pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan

Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang

Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal

sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni

hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin

musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak

lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba

akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim

barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran

salinitas di permukaan lautan

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar

Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak

berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai

September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif

kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim

timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian

bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan

22 Diversitas Hasil Tangkapan

Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat

keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis

spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)

Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak

digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap

terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa

suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan

23 Dominansi Hasil Tangkapan

Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam

komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas

Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam

mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu

dilakukan penentuan indeks dominansi

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

ABSTRACT

REZA SETIA RAHARJA PUTRA C44080071 Optimalitation of Catch

Operation of Bagan Apung in Palabuhanratu Gulf Sukabumi West Java Under

Guidence of EKO SRI WIYONO and JULIA EKA ASTARINI

Lift net (bagan apung) in Palabuhanratu bay is a dominan fishing gear Although

growth sharply but until now which factors that influence the catch is lack The

efficient use of the production factors is needed in order to avoid inefficient

production factor usage Based on this reason it is needed to conduct research

about production factor that give main role in bagan apung fishery The resarch

was conducted in Palabuhanratu during April 2012 The data were collected by

using questionnaire and secondary data Data were analyzed by descriptive

approach including catch unit catch composition Shannon-Wiener diversity

dominance Simpson size of the catch multiple linear regression and Cobb

Douglas Result analysis of this study show that catch composition of lift net were

Leiognathus sp (50 ) Sardinella sp (36 ) Siganus canaliculatus (7 )

Rastrelliger sp (5 ) and Loligo sp (2 ) Based on diversity Shannon-Wiener

(102) and dominance simpson (of 049) can be defined that lift net is multi-target

gear Furthermore production factor analysis using multiple linear regression and

Cobb-Douglas show that fishing gear and engine power giving influence on catch

Key Words bagan apung optimalitation catch operation Palabuhanratu

copy Hak Cipta milik IPB tahun 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan

penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN

BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU

KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

REZA SETIA RAHARJA PUTRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

BOGOR

2013

Judul Penelitian Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan BaganApung

di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Nama Reza Setia Raharja Putra

NRP C44080071

Disetujui oleh

Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi Julia Eka Astarini SPi MSi

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan MSc

Ketua Departemen

Tanggal lulus

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini

adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk

Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan

Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan

skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir

Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan

selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa

motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah

membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza

Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat

kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana

Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut

Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah

memberikan doa dukungan dan semangatnya

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor Januari 2013

Reza Setia Raharja Putra

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Alat Tangkap Bagan Apung

Diversitas Hasil Tangkapan

Dominansi Hasil Tangkapan

Teori Optimasi

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan

Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Analisis Data

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Umum Palabuhanratu

Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

Sarana dan Prasarana

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit Penangkapan Ikan

Metode pengoperasian

Hasil Tangkapan

Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

Pembahasan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

viii

viii

1

1

2

2

3

3

5

5

6

7

7

7

7

9

12

12

13

16

17

17

19

20

24

26

29

29

29

30

33

DAFTAR TABEL

1

2

3

4

5

6

Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011

Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

13

14

14

15

20

24

DAFTAR GAMBAR

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu

Peta Teluk Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu

Genset bagan apung di Palabuhanratu

Kapal pengangkut nelayan bagan

Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung

3

7

17

18

18

19

21

22

22

23

23

DAFTAR LAMPIRAN

1

2

3

4

Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

33

34

36

37

1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha

perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman

biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan

setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia

menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun

demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak

terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada

Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan

pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif

murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan

yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal

perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan

tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum

mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan

seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu

kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh

faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan

hasil tangkapan

Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi

ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011

mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-

faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui

belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya

penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat

diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau

kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang

berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan

pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan

faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan

faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan

demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah

Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-

faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang

akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi

dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara

optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya

yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor

produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan

bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha

penangkapannya

2

12 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung

2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung

3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan

apung

13 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain

1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil

tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi

penangkapan ikan dengan bagan apung

2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan

pengembangan alat tangkap bagan apung

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Alat Tangkap Bagan Apung

211 Definisi

Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara

ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan

kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada

di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses

penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan

tersaring pada waring (Fridman 1986)

212 Disain dan konstruksi

Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring

bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat

penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring

Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran

standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran

dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter

Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan

gilingan (roller) terdapat

Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow

net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada

sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan

lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan

lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada

keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring

mudah tenggelam (Subani 1975)

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu

4

213 Metode pengoperasian

Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini

tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya

Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat

utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari

bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring

diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu

sampai ikan-ikan banyak berkumpul

Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul

dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya

waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu

Pengambilan ikan dilakukan dengan serok

214 Hasil tangkapan

Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil

yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan

peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan

kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)

hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang

(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur

(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)

215 Daerah penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang

cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah

perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal

dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah

penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan

yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis

perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)

Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah

penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah

dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan

tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui

musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan

melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan

berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan

terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan

buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung

yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut

Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk

Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut

Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat

lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan

apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu

5

216 Musim penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan

dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di

Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di

setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian

utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi

pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan

Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang

Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal

sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni

hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin

musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak

lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba

akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim

barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran

salinitas di permukaan lautan

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar

Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak

berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai

September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif

kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim

timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian

bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan

22 Diversitas Hasil Tangkapan

Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat

keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis

spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)

Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak

digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap

terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa

suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan

23 Dominansi Hasil Tangkapan

Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam

komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas

Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam

mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu

dilakukan penentuan indeks dominansi

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

copy Hak Cipta milik IPB tahun 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan

penelitian penulisan karya ilmiah penyusunan laporan penulisan kritik atau

tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN

BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU

KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

REZA SETIA RAHARJA PUTRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

BOGOR

2013

Judul Penelitian Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan BaganApung

di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Nama Reza Setia Raharja Putra

NRP C44080071

Disetujui oleh

Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi Julia Eka Astarini SPi MSi

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan MSc

Ketua Departemen

Tanggal lulus

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini

adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk

Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan

Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan

skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir

Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan

selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa

motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah

membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza

Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat

kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana

Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut

Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah

memberikan doa dukungan dan semangatnya

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor Januari 2013

Reza Setia Raharja Putra

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Alat Tangkap Bagan Apung

Diversitas Hasil Tangkapan

Dominansi Hasil Tangkapan

Teori Optimasi

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan

Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Analisis Data

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Umum Palabuhanratu

Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

Sarana dan Prasarana

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit Penangkapan Ikan

Metode pengoperasian

Hasil Tangkapan

Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

Pembahasan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

viii

viii

1

1

2

2

3

3

5

5

6

7

7

7

7

9

12

12

13

16

17

17

19

20

24

26

29

29

29

30

33

DAFTAR TABEL

1

2

3

4

5

6

Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011

Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

13

14

14

15

20

24

DAFTAR GAMBAR

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu

Peta Teluk Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu

Genset bagan apung di Palabuhanratu

Kapal pengangkut nelayan bagan

Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung

3

7

17

18

18

19

21

22

22

23

23

DAFTAR LAMPIRAN

1

2

3

4

Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

33

34

36

37

1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha

perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman

biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan

setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia

menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun

demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak

terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada

Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan

pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif

murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan

yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal

perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan

tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum

mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan

seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu

kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh

faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan

hasil tangkapan

Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi

ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011

mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-

faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui

belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya

penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat

diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau

kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang

berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan

pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan

faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan

faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan

demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah

Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-

faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang

akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi

dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara

optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya

yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor

produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan

bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha

penangkapannya

2

12 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung

2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung

3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan

apung

13 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain

1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil

tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi

penangkapan ikan dengan bagan apung

2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan

pengembangan alat tangkap bagan apung

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Alat Tangkap Bagan Apung

211 Definisi

Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara

ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan

kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada

di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses

penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan

tersaring pada waring (Fridman 1986)

212 Disain dan konstruksi

Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring

bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat

penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring

Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran

standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran

dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter

Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan

gilingan (roller) terdapat

Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow

net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada

sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan

lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan

lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada

keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring

mudah tenggelam (Subani 1975)

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu

4

213 Metode pengoperasian

Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini

tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya

Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat

utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari

bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring

diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu

sampai ikan-ikan banyak berkumpul

Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul

dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya

waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu

Pengambilan ikan dilakukan dengan serok

214 Hasil tangkapan

Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil

yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan

peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan

kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)

hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang

(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur

(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)

215 Daerah penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang

cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah

perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal

dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah

penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan

yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis

perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)

Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah

penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah

dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan

tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui

musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan

melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan

berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan

terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan

buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung

yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut

Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk

Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut

Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat

lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan

apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu

5

216 Musim penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan

dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di

Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di

setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian

utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi

pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan

Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang

Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal

sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni

hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin

musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak

lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba

akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim

barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran

salinitas di permukaan lautan

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar

Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak

berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai

September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif

kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim

timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian

bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan

22 Diversitas Hasil Tangkapan

Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat

keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis

spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)

Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak

digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap

terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa

suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan

23 Dominansi Hasil Tangkapan

Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam

komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas

Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam

mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu

dilakukan penentuan indeks dominansi

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

OPTIMALISASI OPERASI PENANGKAPAN IKAN

BAGAN APUNG DI TELUK PALABUHANRATU

KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

REZA SETIA RAHARJA PUTRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

BOGOR

2013

Judul Penelitian Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan BaganApung

di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Nama Reza Setia Raharja Putra

NRP C44080071

Disetujui oleh

Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi Julia Eka Astarini SPi MSi

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan MSc

Ketua Departemen

Tanggal lulus

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini

adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk

Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan

Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan

skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir

Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan

selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa

motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah

membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza

Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat

kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana

Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut

Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah

memberikan doa dukungan dan semangatnya

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor Januari 2013

Reza Setia Raharja Putra

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Alat Tangkap Bagan Apung

Diversitas Hasil Tangkapan

Dominansi Hasil Tangkapan

Teori Optimasi

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan

Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Analisis Data

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Umum Palabuhanratu

Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

Sarana dan Prasarana

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit Penangkapan Ikan

Metode pengoperasian

Hasil Tangkapan

Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

Pembahasan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

viii

viii

1

1

2

2

3

3

5

5

6

7

7

7

7

9

12

12

13

16

17

17

19

20

24

26

29

29

29

30

33

DAFTAR TABEL

1

2

3

4

5

6

Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011

Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

13

14

14

15

20

24

DAFTAR GAMBAR

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu

Peta Teluk Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu

Genset bagan apung di Palabuhanratu

Kapal pengangkut nelayan bagan

Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung

3

7

17

18

18

19

21

22

22

23

23

DAFTAR LAMPIRAN

1

2

3

4

Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

33

34

36

37

1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha

perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman

biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan

setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia

menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun

demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak

terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada

Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan

pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif

murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan

yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal

perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan

tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum

mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan

seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu

kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh

faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan

hasil tangkapan

Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi

ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011

mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-

faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui

belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya

penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat

diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau

kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang

berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan

pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan

faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan

faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan

demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah

Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-

faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang

akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi

dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara

optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya

yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor

produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan

bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha

penangkapannya

2

12 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung

2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung

3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan

apung

13 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain

1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil

tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi

penangkapan ikan dengan bagan apung

2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan

pengembangan alat tangkap bagan apung

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Alat Tangkap Bagan Apung

211 Definisi

Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara

ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan

kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada

di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses

penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan

tersaring pada waring (Fridman 1986)

212 Disain dan konstruksi

Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring

bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat

penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring

Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran

standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran

dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter

Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan

gilingan (roller) terdapat

Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow

net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada

sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan

lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan

lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada

keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring

mudah tenggelam (Subani 1975)

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu

4

213 Metode pengoperasian

Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini

tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya

Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat

utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari

bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring

diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu

sampai ikan-ikan banyak berkumpul

Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul

dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya

waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu

Pengambilan ikan dilakukan dengan serok

214 Hasil tangkapan

Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil

yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan

peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan

kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)

hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang

(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur

(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)

215 Daerah penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang

cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah

perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal

dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah

penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan

yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis

perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)

Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah

penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah

dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan

tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui

musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan

melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan

berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan

terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan

buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung

yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut

Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk

Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut

Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat

lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan

apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu

5

216 Musim penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan

dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di

Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di

setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian

utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi

pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan

Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang

Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal

sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni

hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin

musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak

lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba

akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim

barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran

salinitas di permukaan lautan

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar

Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak

berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai

September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif

kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim

timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian

bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan

22 Diversitas Hasil Tangkapan

Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat

keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis

spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)

Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak

digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap

terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa

suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan

23 Dominansi Hasil Tangkapan

Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam

komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas

Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam

mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu

dilakukan penentuan indeks dominansi

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

Judul Penelitian Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan BaganApung

di Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Nama Reza Setia Raharja Putra

NRP C44080071

Disetujui oleh

Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi Julia Eka Astarini SPi MSi

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan MSc

Ketua Departemen

Tanggal lulus

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini

adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk

Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan

Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan

skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir

Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan

selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa

motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah

membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza

Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat

kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana

Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut

Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah

memberikan doa dukungan dan semangatnya

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor Januari 2013

Reza Setia Raharja Putra

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Alat Tangkap Bagan Apung

Diversitas Hasil Tangkapan

Dominansi Hasil Tangkapan

Teori Optimasi

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan

Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Analisis Data

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Umum Palabuhanratu

Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

Sarana dan Prasarana

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit Penangkapan Ikan

Metode pengoperasian

Hasil Tangkapan

Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

Pembahasan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

viii

viii

1

1

2

2

3

3

5

5

6

7

7

7

7

9

12

12

13

16

17

17

19

20

24

26

29

29

29

30

33

DAFTAR TABEL

1

2

3

4

5

6

Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011

Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

13

14

14

15

20

24

DAFTAR GAMBAR

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu

Peta Teluk Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu

Genset bagan apung di Palabuhanratu

Kapal pengangkut nelayan bagan

Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung

3

7

17

18

18

19

21

22

22

23

23

DAFTAR LAMPIRAN

1

2

3

4

Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

33

34

36

37

1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha

perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman

biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan

setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia

menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun

demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak

terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada

Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan

pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif

murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan

yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal

perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan

tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum

mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan

seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu

kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh

faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan

hasil tangkapan

Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi

ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011

mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-

faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui

belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya

penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat

diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau

kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang

berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan

pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan

faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan

faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan

demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah

Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-

faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang

akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi

dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara

optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya

yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor

produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan

bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha

penangkapannya

2

12 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung

2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung

3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan

apung

13 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain

1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil

tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi

penangkapan ikan dengan bagan apung

2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan

pengembangan alat tangkap bagan apung

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Alat Tangkap Bagan Apung

211 Definisi

Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara

ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan

kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada

di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses

penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan

tersaring pada waring (Fridman 1986)

212 Disain dan konstruksi

Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring

bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat

penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring

Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran

standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran

dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter

Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan

gilingan (roller) terdapat

Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow

net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada

sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan

lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan

lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada

keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring

mudah tenggelam (Subani 1975)

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu

4

213 Metode pengoperasian

Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini

tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya

Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat

utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari

bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring

diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu

sampai ikan-ikan banyak berkumpul

Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul

dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya

waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu

Pengambilan ikan dilakukan dengan serok

214 Hasil tangkapan

Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil

yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan

peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan

kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)

hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang

(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur

(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)

215 Daerah penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang

cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah

perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal

dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah

penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan

yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis

perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)

Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah

penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah

dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan

tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui

musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan

melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan

berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan

terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan

buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung

yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut

Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk

Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut

Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat

lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan

apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu

5

216 Musim penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan

dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di

Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di

setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian

utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi

pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan

Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang

Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal

sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni

hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin

musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak

lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba

akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim

barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran

salinitas di permukaan lautan

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar

Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak

berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai

September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif

kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim

timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian

bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan

22 Diversitas Hasil Tangkapan

Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat

keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis

spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)

Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak

digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap

terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa

suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan

23 Dominansi Hasil Tangkapan

Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam

komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas

Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam

mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu

dilakukan penentuan indeks dominansi

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan di Teluk Palabuhanratu pada bulan April 2012 ini

adalah Optimalisasi Operasi Penangkapan Ikan Bagan Apung di Teluk

Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Eko Sri Wiyono SPi MSi dan

Julia Eka Astarini SPi MSi atas arahan dan bimbingannya selama penyusunan

skripsi ini serta Dr Ir Tri Wiji Nurani MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir

Mohammad Imron MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada dosen

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan

selama ini kedua orang tua kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan doa

motivasi inspirasi dan semangat kepada penulis Bapak Wahyu yang telah

membantu dalam mengumpulkan data selama melakukan penelitian Izza

Mahdiana Apriliani SPi yang selalu memberikan doa dukungan dan semangat

kepada penulis Kusnadi Soraya Gigentika Dwi Putra Oktavianto Juliana

Hutomo Alfin Yadudin Iqbal Hidayat Rosyiddin Ariestyo Anggara Bayu Cut

Pinta Fahrul Rozi Imelda PSP45 Toba crew serta civitas PSP lainnya yang telah

memberikan doa dukungan dan semangatnya

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor Januari 2013

Reza Setia Raharja Putra

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Alat Tangkap Bagan Apung

Diversitas Hasil Tangkapan

Dominansi Hasil Tangkapan

Teori Optimasi

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan

Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Analisis Data

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Umum Palabuhanratu

Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

Sarana dan Prasarana

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit Penangkapan Ikan

Metode pengoperasian

Hasil Tangkapan

Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

Pembahasan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

viii

viii

1

1

2

2

3

3

5

5

6

7

7

7

7

9

12

12

13

16

17

17

19

20

24

26

29

29

29

30

33

DAFTAR TABEL

1

2

3

4

5

6

Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011

Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

13

14

14

15

20

24

DAFTAR GAMBAR

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu

Peta Teluk Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu

Genset bagan apung di Palabuhanratu

Kapal pengangkut nelayan bagan

Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung

3

7

17

18

18

19

21

22

22

23

23

DAFTAR LAMPIRAN

1

2

3

4

Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

33

34

36

37

1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha

perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman

biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan

setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia

menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun

demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak

terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada

Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan

pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif

murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan

yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal

perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan

tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum

mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan

seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu

kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh

faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan

hasil tangkapan

Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi

ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011

mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-

faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui

belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya

penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat

diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau

kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang

berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan

pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan

faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan

faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan

demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah

Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-

faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang

akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi

dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara

optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya

yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor

produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan

bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha

penangkapannya

2

12 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung

2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung

3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan

apung

13 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain

1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil

tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi

penangkapan ikan dengan bagan apung

2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan

pengembangan alat tangkap bagan apung

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Alat Tangkap Bagan Apung

211 Definisi

Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara

ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan

kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada

di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses

penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan

tersaring pada waring (Fridman 1986)

212 Disain dan konstruksi

Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring

bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat

penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring

Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran

standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran

dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter

Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan

gilingan (roller) terdapat

Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow

net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada

sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan

lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan

lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada

keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring

mudah tenggelam (Subani 1975)

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu

4

213 Metode pengoperasian

Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini

tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya

Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat

utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari

bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring

diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu

sampai ikan-ikan banyak berkumpul

Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul

dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya

waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu

Pengambilan ikan dilakukan dengan serok

214 Hasil tangkapan

Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil

yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan

peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan

kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)

hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang

(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur

(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)

215 Daerah penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang

cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah

perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal

dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah

penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan

yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis

perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)

Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah

penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah

dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan

tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui

musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan

melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan

berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan

terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan

buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung

yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut

Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk

Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut

Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat

lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan

apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu

5

216 Musim penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan

dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di

Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di

setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian

utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi

pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan

Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang

Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal

sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni

hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin

musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak

lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba

akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim

barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran

salinitas di permukaan lautan

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar

Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak

berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai

September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif

kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim

timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian

bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan

22 Diversitas Hasil Tangkapan

Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat

keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis

spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)

Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak

digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap

terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa

suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan

23 Dominansi Hasil Tangkapan

Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam

komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas

Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam

mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu

dilakukan penentuan indeks dominansi

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Alat Tangkap Bagan Apung

Diversitas Hasil Tangkapan

Dominansi Hasil Tangkapan

Teori Optimasi

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan

Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Analisis Data

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Umum Palabuhanratu

Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

Sarana dan Prasarana

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit Penangkapan Ikan

Metode pengoperasian

Hasil Tangkapan

Analisis faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

Pembahasan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

viii

viii

1

1

2

2

3

3

5

5

6

7

7

7

7

9

12

12

13

16

17

17

19

20

24

26

29

29

29

30

33

DAFTAR TABEL

1

2

3

4

5

6

Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011

Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

13

14

14

15

20

24

DAFTAR GAMBAR

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu

Peta Teluk Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu

Genset bagan apung di Palabuhanratu

Kapal pengangkut nelayan bagan

Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung

3

7

17

18

18

19

21

22

22

23

23

DAFTAR LAMPIRAN

1

2

3

4

Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

33

34

36

37

1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha

perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman

biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan

setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia

menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun

demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak

terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada

Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan

pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif

murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan

yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal

perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan

tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum

mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan

seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu

kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh

faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan

hasil tangkapan

Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi

ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011

mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-

faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui

belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya

penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat

diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau

kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang

berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan

pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan

faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan

faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan

demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah

Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-

faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang

akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi

dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara

optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya

yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor

produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan

bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha

penangkapannya

2

12 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung

2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung

3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan

apung

13 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain

1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil

tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi

penangkapan ikan dengan bagan apung

2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan

pengembangan alat tangkap bagan apung

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Alat Tangkap Bagan Apung

211 Definisi

Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara

ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan

kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada

di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses

penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan

tersaring pada waring (Fridman 1986)

212 Disain dan konstruksi

Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring

bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat

penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring

Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran

standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran

dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter

Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan

gilingan (roller) terdapat

Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow

net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada

sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan

lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan

lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada

keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring

mudah tenggelam (Subani 1975)

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu

4

213 Metode pengoperasian

Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini

tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya

Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat

utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari

bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring

diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu

sampai ikan-ikan banyak berkumpul

Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul

dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya

waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu

Pengambilan ikan dilakukan dengan serok

214 Hasil tangkapan

Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil

yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan

peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan

kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)

hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang

(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur

(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)

215 Daerah penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang

cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah

perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal

dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah

penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan

yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis

perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)

Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah

penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah

dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan

tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui

musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan

melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan

berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan

terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan

buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung

yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut

Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk

Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut

Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat

lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan

apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu

5

216 Musim penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan

dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di

Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di

setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian

utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi

pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan

Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang

Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal

sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni

hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin

musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak

lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba

akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim

barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran

salinitas di permukaan lautan

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar

Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak

berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai

September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif

kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim

timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian

bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan

22 Diversitas Hasil Tangkapan

Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat

keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis

spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)

Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak

digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap

terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa

suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan

23 Dominansi Hasil Tangkapan

Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam

komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas

Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam

mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu

dilakukan penentuan indeks dominansi

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

DAFTAR TABEL

1

2

3

4

5

6

Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan

Nusantara Palabuhanratu periode 2008 -2011

Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

13

14

14

15

20

24

DAFTAR GAMBAR

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Bagan apung yang berada di Palabuhanraatu

Peta Teluk Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Lampu tabung bagan apung di Palabuhanratu

Genset bagan apung di Palabuhanratu

Kapal pengangkut nelayan bagan

Grafik ukurn hasil tangkapan ikan baronang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan cumi-cumi

Grafik ukuran hasil tangkapan ikan kembung

3

7

17

18

18

19

21

22

22

23

23

DAFTAR LAMPIRAN

1

2

3

4

Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

33

34

36

37

1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha

perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman

biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan

setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia

menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun

demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak

terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada

Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan

pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif

murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan

yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal

perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan

tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum

mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan

seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu

kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh

faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan

hasil tangkapan

Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi

ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011

mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-

faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui

belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya

penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat

diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau

kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang

berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan

pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan

faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan

faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan

demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah

Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-

faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang

akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi

dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara

optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya

yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor

produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan

bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha

penangkapannya

2

12 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung

2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung

3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan

apung

13 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain

1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil

tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi

penangkapan ikan dengan bagan apung

2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan

pengembangan alat tangkap bagan apung

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Alat Tangkap Bagan Apung

211 Definisi

Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara

ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan

kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada

di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses

penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan

tersaring pada waring (Fridman 1986)

212 Disain dan konstruksi

Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring

bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat

penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring

Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran

standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran

dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter

Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan

gilingan (roller) terdapat

Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow

net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada

sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan

lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan

lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada

keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring

mudah tenggelam (Subani 1975)

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu

4

213 Metode pengoperasian

Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini

tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya

Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat

utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari

bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring

diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu

sampai ikan-ikan banyak berkumpul

Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul

dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya

waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu

Pengambilan ikan dilakukan dengan serok

214 Hasil tangkapan

Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil

yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan

peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan

kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)

hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang

(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur

(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)

215 Daerah penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang

cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah

perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal

dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah

penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan

yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis

perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)

Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah

penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah

dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan

tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui

musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan

melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan

berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan

terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan

buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung

yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut

Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk

Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut

Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat

lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan

apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu

5

216 Musim penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan

dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di

Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di

setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian

utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi

pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan

Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang

Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal

sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni

hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin

musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak

lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba

akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim

barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran

salinitas di permukaan lautan

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar

Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak

berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai

September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif

kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim

timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian

bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan

22 Diversitas Hasil Tangkapan

Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat

keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis

spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)

Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak

digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap

terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa

suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan

23 Dominansi Hasil Tangkapan

Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam

komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas

Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam

mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu

dilakukan penentuan indeks dominansi

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

1 PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Teluk Palabuhanratu merupakan perairan yang cukup potensial untuk usaha

perikanan bagan apung karena kondisi oseanografis serta keanekaragaman

biotanya yang sangat menunjang usaha perikanan bagan apung Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya jumlah bagan apung yang dioperasikan nelayan

setempat Lokasi yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia

menjadikan Palabuhanratu berpeluang untuk berkembang lebih jauh Meskipun

demikian sampai saat ini kegiatan penangkapan ikan di Palabuhanratu banyak

terkonsentrasi di perairan teluk dimana tempat operasi bagan apung berada

Bagan apung merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan ikan

pelagis ekonomis penting Alat tangkap bagan apung mudah dibuat dan relatif

murah dalam pembuatannya sehingga alat tangkap ini memiliki perkembangan

yang cukup pesat Strategi operasi penangkapan ikan sederhana bermodal

perbekalan makan dan minum serta bahan bakar untuk genset secukupnya dan

tanpa memperhitungkan hasil tangkapan yang akan didapat Mereka belum

mempertimbangkan hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan

seperti intensitas cahaya luas waring ukuran mata waring jumlah lampu

kekuatan genset lama operasi dan tenaga kerja Pemakaian tentang pengaruh

faktor produksi terhadap hasil tangkapan harus dipahami untuk meningkatkan

hasil tangkapan

Menurut laporan tahunan statistik Palabuhanratu (2011) volume produksi

ikan hasil tangkapan bagan apung yang didaratkan di pelabuhan pada tahun 2011

mengalami penurunan dari sebelumnya masing-masing sebesar 2024 Faktor-

faktor yang mempengaruhi penurunan hasil tangkapan tersebut belum diketahui

belum pasti Namun demikian secara umum nelayan tetap meningkatkan upaya

penangkapan ikan Sehingga efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi sangat

diperlukan dalam proses produksi agar tidak terjadi pemakaian berlebihan atau

kurangnya penggunaan faktor produksi Penggunaan faktor produksi yang

berlebihan akan menghambat pencapaian hasil produksi yang optimal dan

pengeluaran biaya sia-sia yang merugikan nelayan dengan demikian penggunaan

faktor produksi tersebut perlu dikurangi Sebaliknya kurangnya penggunaan

faktor produksi menyebabkan turunnya produksi dan pendapatan nelayan dengan

demikian penggunaan faktor produksi perlu ditambah

Setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-

faktor produksi yang sangat mempengaruhi terhadap besar kecilnya produksi yang

akan diperoleh namun faktor-faktor tersebut sampai saat ini belum teridentifikasi

dan perlu didukung dengan unit penangkapan yang dapat dioperasikan secara

optimum agar menghasilkan jumlah tangkapan yang sesuai dengan sumberdaya

yang tersedia Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor

produksi yang berperan dan tidak diperhatikan oleh para nelayan dalam perikanan

bagan apung di Teluk Palabuhanratu guna mengoptimalkan usaha

penangkapannya

2

12 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung

2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung

3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan

apung

13 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain

1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil

tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi

penangkapan ikan dengan bagan apung

2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan

pengembangan alat tangkap bagan apung

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Alat Tangkap Bagan Apung

211 Definisi

Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara

ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan

kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada

di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses

penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan

tersaring pada waring (Fridman 1986)

212 Disain dan konstruksi

Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring

bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat

penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring

Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran

standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran

dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter

Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan

gilingan (roller) terdapat

Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow

net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada

sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan

lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan

lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada

keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring

mudah tenggelam (Subani 1975)

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu

4

213 Metode pengoperasian

Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini

tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya

Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat

utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari

bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring

diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu

sampai ikan-ikan banyak berkumpul

Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul

dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya

waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu

Pengambilan ikan dilakukan dengan serok

214 Hasil tangkapan

Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil

yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan

peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan

kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)

hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang

(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur

(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)

215 Daerah penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang

cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah

perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal

dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah

penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan

yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis

perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)

Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah

penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah

dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan

tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui

musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan

melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan

berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan

terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan

buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung

yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut

Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk

Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut

Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat

lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan

apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu

5

216 Musim penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan

dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di

Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di

setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian

utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi

pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan

Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang

Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal

sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni

hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin

musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak

lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba

akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim

barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran

salinitas di permukaan lautan

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar

Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak

berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai

September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif

kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim

timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian

bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan

22 Diversitas Hasil Tangkapan

Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat

keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis

spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)

Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak

digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap

terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa

suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan

23 Dominansi Hasil Tangkapan

Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam

komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas

Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam

mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu

dilakukan penentuan indeks dominansi

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

2

12 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1) Mendeskripsikan alat tangkap bagan apung

2) Menghitung hasil tangkapan bagan apung

3) Mencari faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi bagan

apung

13 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain

1) Dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil

tangkapan bagan apung sehingga dapat mengoptimalkan operasi

penangkapan ikan dengan bagan apung

2) Memberikan sumbang saran bagi pihak terkait dalam kebijakan

pengembangan alat tangkap bagan apung

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Alat Tangkap Bagan Apung

211 Definisi

Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara

ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan

kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada

di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses

penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan

tersaring pada waring (Fridman 1986)

212 Disain dan konstruksi

Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring

bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat

penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring

Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran

standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran

dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter

Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan

gilingan (roller) terdapat

Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow

net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada

sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan

lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan

lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada

keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring

mudah tenggelam (Subani 1975)

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu

4

213 Metode pengoperasian

Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini

tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya

Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat

utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari

bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring

diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu

sampai ikan-ikan banyak berkumpul

Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul

dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya

waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu

Pengambilan ikan dilakukan dengan serok

214 Hasil tangkapan

Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil

yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan

peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan

kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)

hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang

(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur

(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)

215 Daerah penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang

cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah

perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal

dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah

penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan

yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis

perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)

Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah

penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah

dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan

tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui

musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan

melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan

berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan

terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan

buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung

yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut

Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk

Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut

Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat

lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan

apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu

5

216 Musim penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan

dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di

Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di

setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian

utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi

pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan

Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang

Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal

sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni

hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin

musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak

lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba

akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim

barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran

salinitas di permukaan lautan

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar

Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak

berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai

September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif

kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim

timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian

bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan

22 Diversitas Hasil Tangkapan

Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat

keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis

spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)

Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak

digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap

terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa

suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan

23 Dominansi Hasil Tangkapan

Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam

komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas

Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam

mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu

dilakukan penentuan indeks dominansi

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

3

2 TINJAUAN PUSTAKA

21 Alat Tangkap Bagan Apung

211 Definisi

Bagan (liftnet) merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara

ditarik ke permukaan air pada posisi horisontal selanjutnya ditenggelamkan

kembali untuk penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya ang berada

di atas waring Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses

penyaringan air ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan

tersaring pada waring (Fridman 1986)

212 Disain dan konstruksi

Menurut Subani (1975) komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring

bagan rumah bagan (anjang-anjang) lampu dan serok (Gambar 1) Terdapat alat

penggulung atau roller yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring

Pada prinsipnya bagan terdiri jaring yang berbentuk empat persegi dengan ukuran

standar 75 x 75 meter dan anjang-anjang dibuat dari bambu yang berukuran

dibagian bawah 85 x 85 meter sedangkan dibagian atas berukuran 8 x 8 meter

Pada anjang-anjang inilah tempat dimana jaring yang berbentuk tikar lampu dan

gilingan (roller) terdapat

Jaring bisa dibuat dari bahan yang dianyam atau ditenun vinnilon minnow

net yang berukuran mata jaring (mesh size) 05 cm jaring tersebut diikatkan pada

sebuah bingkai berbentuk empat persegi Bingkai ini bisa dari bambu atau bahan

lainnya Pada bagian bingkai yang berhadapan diikatkan tali dari ijuk atau bahan

lainnya untuk menarik dan menurunkan jaring pada waktu penangkapan Pada

keempat pojok bingkai atau jaring diikatkan batu-batu pemberat agar jaring

mudah tenggelam (Subani 1975)

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 1 Bagan apung yang berada di palabuhanratu

4

213 Metode pengoperasian

Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini

tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya

Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat

utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari

bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring

diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu

sampai ikan-ikan banyak berkumpul

Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul

dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya

waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu

Pengambilan ikan dilakukan dengan serok

214 Hasil tangkapan

Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil

yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan

peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan

kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)

hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang

(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur

(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)

215 Daerah penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang

cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah

perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal

dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah

penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan

yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis

perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)

Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah

penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah

dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan

tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui

musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan

melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan

berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan

terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan

buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung

yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut

Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk

Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut

Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat

lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan

apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu

5

216 Musim penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan

dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di

Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di

setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian

utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi

pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan

Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang

Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal

sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni

hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin

musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak

lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba

akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim

barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran

salinitas di permukaan lautan

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar

Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak

berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai

September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif

kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim

timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian

bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan

22 Diversitas Hasil Tangkapan

Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat

keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis

spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)

Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak

digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap

terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa

suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan

23 Dominansi Hasil Tangkapan

Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam

komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas

Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam

mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu

dilakukan penentuan indeks dominansi

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

4

213 Metode pengoperasian

Menurut Subani (1975) cara penangkapan ikan dengan alat bagan ini

tidaklah sukar justru dapat dikatakan hampir semua orang dapat melakukannya

Penangkapan dimulai dengan terlebih dahulu menurunkan jaring melalui empat

utas tali yang diikatkan pada bingkai dengan menggunakan suatu putaran dari

bambu (roller) kemudian lampu diturunkan diatas permukaan air Jaring

diturunkan pada kedalaman 4-7 meter dibawah permukaan air dan ditunggu

sampai ikan-ikan banyak berkumpul

Pengangkatan jaring dimulai ketika ikan-ikan sudah banyak berkumpul

dibawah lampu Jadi pengangkatan jaring tersebut tidak tergantung lamanya

waktu tetapi melihat banyak sedikitnya ikan yang berkerumun dibawah lampu

Pengambilan ikan dilakukan dengan serok

214 Hasil tangkapan

Secara umum hasil tangkapan bagan apung adalah jenis ikan pelagis kecil

yang bersifat fototaksis positif seperti ikan teri ikan tembang ikan japuh ikan

peperek ikan selar ekor kuning kerong-kerong cumi-cumi sotong ikan

kembung dan ikan layur (Subani 1972) Menurut Monintja vide Effendi (2002)

hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stelephorus sp) tembang

(Clupea sp) pepetek (Leiognathus sp) kembung (Rastrelliger sp) layur

(Trichiurus sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan sotong (Sepia sp)

215 Daerah penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah daerah perairan yang

cocok untuk usaha penangkapan ikan dengan kata lain merupakan wilayah

perairan dimana usaha penangkapan dapat menghasilkan ikan secara maksimal

dengan memperhatikan keadaan sumberdaya agar tetap lestari Daerah

penangkapan ikan yang baik mempunyai beberapa kriteria yaitu terdapat ikan

yang berlimpah alat tangkap mudah untuk dioperaikan dan secara ekonomis

perairan tersebut sangat menguntungkan (Sarpan 1990)

Ayodhyoa (1981) vide Widianingsih (2004) menyatakan suatu daerah

penangkapan dapat dikatakan menguntungkan apabila daerah tersebut mudah

dijangkau sumberdaya perikanan yang menjadi tujuan utama penangkapan

tersedia cukup tinggi stok mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui

musim dan penyebarannya Daerah penangkapan ikan dapat ditentukan dengan

melihat adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan

berenang dekat dengan permukaan air ikan yang melompat-lompat di permukaan

terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan

buih-buih di permukaan laut akibat udara yang dikeluarkan oleh ikan burung

yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut

Bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan berada disekitar Teluk

Palabuhanratu yang ditempuh 2-3 jam perjalanan atau sekitar 75 mil laut

Penempatan bagan apung selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat

lain Perpindahan dalam penempatan bagan apung ditarik oleh kapal angkut bagan

apung tetapi pengoperasiannya masih tetap disekitar Teluk Palabuhanratu

5

216 Musim penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan

dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di

Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di

setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian

utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi

pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan

Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang

Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal

sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni

hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin

musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak

lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba

akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim

barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran

salinitas di permukaan lautan

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar

Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak

berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai

September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif

kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim

timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian

bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan

22 Diversitas Hasil Tangkapan

Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat

keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis

spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)

Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak

digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap

terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa

suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan

23 Dominansi Hasil Tangkapan

Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam

komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas

Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam

mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu

dilakukan penentuan indeks dominansi

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

5

216 Musim penangkapan

Menurut Nontji (1987) pola musim berlangsung di suatu perairan

dipengaruhi oleh pola arus dan perubahan pola arah angin Arus permukaan di

Indonesia akan selalu berubah tiap setengah tahun akibat adanya arah angin di

setiap musimnya Angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson

Pada bulan Desember hingga Februari adalah musim dingin belahan bumi bagian

utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan dimana saat itu terjadi

pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan

Australia Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju

Australia yang di Indonesia dikenal sebagai angin musim barat Selama bulan

Maret angin barat berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya berkurang

Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal

sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun Sedangkan pada bulan Juni

hingga Agustus terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat

tekanan rendah di atas daratan Asia sehingga di Indonesia berhembuslah angin

musim timur Kemudian memasuki bulan Oktober dan November arah angin tidak

lagi menentu maka periode ini dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba

akhir tahun Pada daerah-daerah di sebelah selatan khatulistiwa umumnya musim

barat banyak membawa hujan dimana curah hujan ini mempengaruhi sebaran

salinitas di permukaan lautan

Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas

hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar

Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian besar nelayan tidak

berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai

September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi hujan dan ombak relatif

kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut Oleh karena itu musim

timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno 2006) Pengoperasian

bagan apung dilakukan sebanyak 25 tripbulan

22 Diversitas Hasil Tangkapan

Diversitaskeanekaragaman hayati adalah istilah untuk derajat

keanekaragaman sumberdaya alam yang mencakup jumlah dan frekuensi ekologis

spesies dan genetik yang terdapat dalam wilayah tertentu (Harteman 2003)

Wiyono et al (2006) menyatakan bahwa indeks diversitas Shannon telah banyak

digunakan untuk menggambarkan dinamika musiman dari selektivas alat tangkap

terhadap target penangkapan Nilai indeks yang tinggi mengindikasikan bahwa

suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi terhadap target penangkapan

23 Dominansi Hasil Tangkapan

Menurut Heddy dan Kuniarti (1994) keberadaan suatu organisme dalam

komunitas tidak sama arti dan pentingnya dalam menentukan tipe komunitas

Sejumlah tipe yang ada relatif sedikit golongan atau jenis yang berperan dalam

mengendalikan komunitas Dalam menentukan dominansi ekologi perlu

dilakukan penentuan indeks dominansi

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

6

Sedangkan hubungannya dengan penangkapan ikan menunjukkan

selektivitas suatu alat tangkap Nilai indeks dominansi yang tinggi

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang tinggi

terhadap target penangkapan demikian pula sebaliknya nilai indeks yang rendah

mengindikasikan bahwa suatu alat tangkap memiliki selektivitas yang rendah

terhadap target penangkapan (Wiyono et al 2006)

24 Teori Optimasi

Optimasi adalah suatu kerja yang berarti menghitung atau mencari titik

optimum Kata benda optimasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian proses

optimasi Jadi teori optimasi adalah mencakup studi kuantitatif tentang titik

optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 vide Arifin 2008) Ilmu

dalam teori ini mempelajari bagaimana mendapatkan dan menjelaskan sesuatu

yang terbaik setelah orang dapat mengenali dan mengukur apa yang baik dan apa

yang buruk

Wiyono (2001) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan suatu usaha perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup

dan kombinasi yang tepat Keterbatasan sumberdaya menyebabkan

diperlukannya pengaturan atau alokasi sumberdaya agar dapat mencapai

keseluruhan atau sebagai tujuan yang diinginkan Teknik optimasi sering

digunakan dalam mengatasi masalah keterbatasan sumberdaya tersebut

Gaspersz (1996) menyatakan bahwa optimasi adalah suatu proses pencarian

hasil terbaik Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang

dipertimbangkan kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang meghasilkan

keadaan yang terbaik Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau

minimasi Pada keburukan sedikit-sedikitnya atau minimum Keadaan seperti

inilah yang disebut optimum Dalam proses optimisasi terlebih dahulu harus

dilakukan pemilihan ukuran kuantitatif dan efektivitas suatu persoalan Oleh

karena itu pengetahuan mengenai sistem yang berlaku menyangkut aspek fisik

maupun ekonomi merupakan suatu keharusan

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

7

3 METODE PENELITIAN

31 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di perairan Teluk

Palabuhanratu (Gambar 2) Adapun pengolahan data dilakukan pada bulan Mei

2012

Gambar 2 Peta Teluk Palabuhanratu

32 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil dari kuesioner dan

data sekunder yang berkaitan dengan jumlah hasil tangkapan Alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk pengumpulan data kamera

software Ms Excel dan SPSS untuk menganalisis data yang diperoleh

33 Sumber Data dan Pengambilan Sampel

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder Data primer

diperoleh melalui pengukuran ikan hasil tangkapan dan wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada beberapa responden Data sekunder diperoleh

dari pustaka dan instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Data

penunjang yang diambil meliputi geografi dan topografi perairan Teluk

Palabuhanratu kondisi alam jumlah unit penangkapan ikan di Palabuhanratu

volume dan jumlah produksi perikanan laut Palabuhanratu data statistik

perikanan tangkap per jenis ikan tahun 2008-2011 komoditas ekspor fasilitas

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

8

pelabuhanpangkalan pendaratan ikan musim dan daerah penangkapan ikan di

Palabuhanratu serta pemasaran hasil perikanan

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

pendekatan non probability sampling dengan teknik purposive sampling Cara

pengambilan data primer yaitu

1) Pengamatan dan pencatatan di lapangan

(1) UPT jumlah produksi menurut jenis ukuran dan berat ikan yang

didaratkan dan distribusinya jumlah perusahaan penangkapan ikan di

PPN Palabuhanratu jumlah armada dan fasilitas-fasilitas yang ada di PPN

Palabuhanratu

(2) PPN kegiatan pendaratan ikan volume ikan yang didaratkan jenis dan

ukuran ikan yang didaratkan

2) Wawancara dan pengisian kuesioner

Responden yang diwawancara dalam penelitian ini diantaranya adalah

nelayan bagan apung sebanyak 30 orang Bailey (1982) mengemukakan

bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik

minimal sampel berukuran 30 namun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti

yang menggunakan sampel minimal 100 Dengan memenuhi kedua syarat

tersebut akan meningkatkan validitas sampel terhadap populasi Artinya

sampel dapat mengukur apa yang seharusnya hendak diukur dengan memiliki

dua sifat yaitu tingkat akurasi dan presisi yang tinggi Tingkat akurasi yang

tinggi diartikan sebagai tingkat ketidakadaan bias dalam sampel Sedangkan

presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan

karakteristik populasi Data yang ditanyakan kepada nelayan sebagai berikut

(1) Daerah penangkapan ikan lama trip jenis hasil tangkapan jumlah hasil

tangkapan per tripbulanmusimtahun penanganan hasil tangkapan harga

hasil tangkapan pengeluaran untuk sekali melaut pendapatan nelayan dan

sistem kerjasama nelayan

(2) Untuk pengambilan sampel hasil tangkapan dilakukan dengan cara

mengambil ikan hasil tangkapan bagan apung per trip Sampel ikan yang

diambil lalu diukur per spesies

Cara pengambilan data sekunder dilakukan melalui

1) Pengelola PPN Palabuhanratu

2) Dinas Perikanan dan Kelautan PPN Palabuhanratu

3) Biro Pusat Statistik PPN Palabuhanratu

34 Analisis Data

341 Analisis unit penangkapan ikan

Deskripsi unit penangkapan ini digunakan untuk menggambarkan secara

umum keadaan unit penangkapan bagan apung di perairan Teluk Palabuhanratu

Deskripsi secara rinci meliputi disain dan kontruksi alat tangkap yang digunakan

nelayan serta cara pengoperasian bagan apung tersebut

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

9

342 Analisis hasil tangkapan

1) Analisis komposisi hasil tangkapan

Hasil tangkapan sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi untuk

mengetahui nama umum dan nama latinnya Pengidentifikasian dilakukan dengan

menggunakan buku identifikasi ikan Setelah dilakukan pengidentifikasian data

tersebut diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel untuk mengetahui

komposisi jenis hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

berdasarkan beratnya (kg)

2) Analisis diversitas hasil tangkapan

Analisis diversitas diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel

untuk menentukan keanekaragaman ikan yang berkaitan dengan selektivitas alat

tangkap terhadap target penangkapan digunakan Indeks Diversitas Shannon-

Wiener (Brower amp Zar 1990) dengan rumus sebagai berikut

Hrsquo = -sum

Hrsquo = - sum (

) Ln (

)

Kisaran nilai indeks diversitas hasil tangkapan

gt 0 keanekaragaman tinggi selektivitas alat tangkap rendah

= 0 keanekaragaman rendah selektivitas alat tangkap tinggi

Keterangan

Hrsquo indeks diversitas Shannon-Wiener

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

3) Analisis dominansi hasil tangkapan

Analisis dominansi diolah dengan menggunakan software Microsoft excel

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spesies hasil tangkapan yang dominan

dikaitkan dengan selektivitas alat tangkap terhadap penangkapan digunakan

Indeks Dominansi Simpson (Simpson 1984 vide Sirait 2008) dengan rumus

sebagai berikut

C = sum

Kisaran nilai indeks dominansi hasil tangkapan

gt 0 dominansi tinggi selektivitas alat tangkap tinggi

= 0 dominansi rendah selektivitas alat tangkap rendah

Keterangan

s jumlah spesies

c indeks dominansi Simpson

ni jumlah individu spesies ke-i

N jumlah individu semua spesies

4) Analisis ukuran hasil tangkapan

Analisis ukuran hasil tangkapan dilakukan untuk mengetahui ukuran selang

panjang total dari setiap spesies ikan Untuk menghitung jumlah dan interval kelas

panjang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Walpole 1995)

K= I + 33 log n

i = R

K

Keterangan

K jumlah kelas

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

10

n banyak data

i interval kelas

R nilai terbesar ndash nilai terkecil

343 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan

1) Fungsi regresi linear berganda

Analisis data untuk aspek teknis adalah untuk mengetahui input-input

penangkapan ikan yang menggunakan bagan yang berpengaruh terhadap output

Output merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi sedangkan input

merupakan hal-hal yang terkait dengan unit-unit penangkapan ikan dengan bagan

Dalam analisis ini dipilih faktor-faktor teknis yang dianggap merupakan

parameter penentu keberhasilan operasi penangkapan bagan Oleh karena itu

dalam analisis ini dipilih beberapa faktor yang dianggap sebagai parameter

penentu didalam keberhasilan operasi penangkapan perikanan bagan diantaranya

adalah sebagai berikut

1 Dimensi alat tangkap (X1)

2 Bahan bakar (X2)

3 Daya mesin (X3)

4 Lama trip (X5)

5 Alat bantu yang digunakan (X8)

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi

linear berganda untuk mencari hubungan antara faktor-faktor teknis produksi

dengan produksi hasil tangkapan yang merupakan variabel bebas dan variabel

tidak bebas Secara umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan

sebagai berikut (Steel and Torrie 1993 vide Agustina 2005)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+ hellip +bnXn + e

Dimana Y = nilai dugaan produksi

b1b2 bn = koefisien regresi tiap faktor produksi

Xn = koefisien faktor-faktor produksi yang digunakan

b0 = intercept

e = kesalahan pengganggu (error)

n = jumlah variabel

Penggunaan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi diuji

menggunakan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji statistik berupa

(1) Pengujian pengaruh bersama-sama faktor teknis produksi yang digunakan

terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika Fhitung gt Ftabel H0 ditolak

Fhitung lt Ftabel H0 diterima

(2) Pengujian pengaruh masing-masing faktor teknis produksi terhadap

produksi dilakukan menggunakan uji t-student yaitu

Hobi = 0 (untuk i = 1 2 3hellip n) berarti antara Y dengan X1 tidak ada

hubungan

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

11

H1 minimal salah satu bi ne 0 (untuk I = 1 2 3hellip n) berarti bahwa Y

tergantung terhadap Xi secara bersama-sama

Jika thitung gt ttabel H0 ditolak

thitung lt ttabel H0 diterima

Keterangan

H0 ditolak artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi (Y)

H0 diterima artinya pada selang kepercayaan tertentu faktor teknis produksi

(Xi) yang bersangkutan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan produksi

(Y)

2) Fungsi Cobb-Douglas

Menurut Soekartawi (1995) kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku

dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas Secara sistematis fungsi Cobb-

Douglas dapat dituliskan sebagai berikut

Y = aX1b1

X2b2

helliphellip X1b1

helliphellip Xnbn

eu helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(1)

Dimana Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

ab = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural e=2718

Untuk memudahkan dalam pendugaan terhadap persamaan (1) maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara

melogaritmakan persamaan tersebut Persamaan (1) dituliskan kembali untuk

menjelaskan hal ini yaitu

Y=f(X1X2)

Y= aX1b1

X2b2

eu(2)

Logaritma dari persamaan diatas adalah

Log Y = log a + b1 log X1+b2 log X2 + v

Y = a + b1X1 + b2X2 + vhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip(3)

Dimana Y = log Y

X = log X

a = log a

b = log b

v = log v

Persamaan (3) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi

berganda Pada persamaan tersebut nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabel

yang terlibat telah dilogaritmakan Hal ini dapat dimengerti karena b1 dan b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastic X terhadap Y

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

12

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

41 Kondisi Umum Palabuhanratu

411 Kondisi umum geografi dan topografi

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten pesisir di wilayah

selatan Provinsi Jawa Barat yang secara keseluruhan mempunyai 9 kecamatan

pesisir Dalam hal ini yang dimaksud kecamatan pesisir adalah kecamatan yang

sebagian atau seluruh wilayahnya yang berbatasan langsung dengan lautan lautan

yang dimaksud dalam hal ini adalah Samudera Hindia Kecamatan Pesisir

tersebut antara lain Kecamatan Simpenan Palabuhanratu Cikakak Cisolok

Ciemas Ciracap Surade Cibitung dan Tegalbuleud (BPS Kabupaten Sukabumi

2009)

Secara geografis wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi

6ordm 97rsquo ndash 7ordm 2rsquo LS dan 106ordm 49rsquo ndash 107ordm 00rsquo dengan luas wilayah 4127 km2 dan

ketinggian 0 ndash 50 m dari permukaan laut (Departemen Pertanian 2006) Batas

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi adalah

1) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudera Hindia

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur

3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia

Palabuhanratu terletak di pantai selatan Jawa Barat dengan panjang garis

pantai plusmn 105 km Satuan mofologi penyusun pantai di wilayah pesisir Teluk

Palabuhanratu terdiri dari perbukitan dan daratan merupakan ciri utama pantai

selatan dengan pantai yang terjal dan perbukitan yang bergelombang serta

mempunyai kemiringan 40 dan disusun oleh sedimen tua (Bappeda Kabupaten

Sukabumi 2009)

412 Keadaan iklim dan musim

Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh

keadaan musim yaitu musim barat dan timur Musim peralihan berlangsung pada

bulan Maret sampai Mei Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat

ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi angin yang sangat kencang

disertai ombak yang besar Hal ini yang menyebabkan pada musim ini sebagian

besar nelayan tidak berangkat melaut Pada musim timur yang berlangsung

sekitar bulan Mei sampai September kondisi perairan relatif tenang jarang terjadi

hujan dan ombak relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut

Oleh karena itu musim timur dikatakan sebagai musim puncak ikan (Prayitno

2006)

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

13

42 Kondisi Perikanan Tangkap PPN Palabuhanratu

421 Kapal perikanan

Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam

yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM) Perahu motor tempel

menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar

kapal Umumnya perahu motor tempel digunakan dalam usaha perikanan skala

kecil karena harga perahu terjangkau Adapun kapal motor menggunakan mesin

yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine) umumnya kapal

motor digunakan untuk usaha perikanan dengan skala cukup besar yang hanya

dimiliki nelayan bermodal relatif besar

Tabel 1 dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami

fluktuasi Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2011 dengan komposisi PMT

sebanyak 461 unit (42 ) dan kapal motor sebanyak 629 unit (577 ) sedangkan

jumlah unit terendah pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit

(664 ) dan kapal motor sebanyak 128 unit (336 ) Bertambahnya jumlah

kapal penangkapan ikan pada tahun 1993-2011 yaitu sebesar 3023 tidak

berdampak baik pada jumlah kapal yang beroperasi

Tabel 1 Jumlah kapal atau perahu di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

KapalPerahu Perikanan

(Kondisi Maksimum) Jumlah (Unit) No Tahun

Perahu Motor Tempel

(PMT)

Kapal Motor

(KM)

1 1993 342 78 420

2 1994 344 101 445

3 1995 352 109 461

4 1996 365 123 488

5 1997 290 116 406

6 1998 275 146 421

7 1999 278 181 459

8 2000 235 181 416

9 2001 343 186 529

10 2002 317 135 452

11 2003 253 128 381

12 2004 266 264 530

13 2005 428 248 676

14 2006 511 287 798

15 2007 531 321 852

16 2008 416 230 646

17 2009 364 394 758

18 2010 346 491 837

19 2011 461 629 1090 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

14

422 Alat penangkap ikan

Jenis alat tangkap yang digunakan di pelabuhanratu sangat beagam antara

lain pancing gillnet bagan payang rawai purse seine trammelnet rampus

pancing tonda dan tuna longline Untuk alat tangkap bagan apung

perkembangannya selama empat tahun terakhir ini kurang baik terutama pada

tahun 2011 terjadi penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya

Jumlah bagan apung di Palabuhanratu menurun tiap tahunnya Pada tahun

2008 persentasi bagan apung dari jumlah alat tangkap yang ada sebesar 258

dan terjadi penurun yang sangat drastis pada tahun 2011 sebesar 27

Tabel 2 Jumlah alat tangkap yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 2008 -2011

Jenis Alat Tangkap Tahun

2008 2009 2010 2011

Payang (Pelagic Danish Seine) 45 971 533 375

Pancing Ulur (Hand Line) 254 1667 1052 729

Jaring Rampus (Shrimp Entangling Gill Net) 35 553 301 118

Bagan Apung (Raft Lift Net) 200 164 453 79

Trammel Net (Trammel Net) 30 93 235 90

Purse Seine (Purse Seine) 3 18 12 13

Gill Net (Gill Net) 50 369 118 77

Rawai (Bottom Line) 7

2 1

Pancing Tonda (Trolline) 40 605 1065 1126

Tuna Longline (Tuna Longline) 110 275 437 331 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

423 Nelayan

Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 1993-2011 berubah-ubah

tiap tahunnya Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi

pada tahun 2007 sebesar 5994 jiwa jumlah ini meningkat sebesar 2721 dari

tahun sebelumnya yang berjumlah 4363 jiwa

Selengkapnya mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di

Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Palabuhanratu periode 1993 -2011

No Tahun Jumlah Nelayan

Perkembangan () (Orang)

1 1993 3028

2 1994 2608 -1610

3 1995 2718 405

4 1996 2418 -1241

5 1997 2589 660

6 1998 2694 390

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

15

No Tahun Jumlah Nelayan

(Orang) Perkembangan ()

7 1999 2565 -503

8 2000 2354 -896

9 2001 2377 097

10 2002 2519 564

11 2003 3340 2458

12 2004 3439 288

13 2005 3498 169

14 2006 4363 1983

15 2007 5994 2721

16 2008 3900 -5369

17 2009 4453 1242

18 2010 4474 047

19 2011 4569 208 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

424 Volume dan nilai produksi perikanan laut

Volume produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi pada tahun

2011 sebesar 653913 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 120339550000

Jika melihat perkembangan volume dan nilai produksi 2005-2011 terdapat

beberapa penurunan volume dan nilai hasil tangkapan tiap tahunnya

Perkembangan volume dan nilai produksi sejak tahun 2005 hingga 2011 dapat

dilihat pada Tabel 6 Pada tabel 6 dapat dilihat volume hasil tangkapan terbesar

terdapat pada tahun 2010 sebesar 674428 ton sedangkan volume hasil tangkapan

terkecil terdapat pada tahun 2009 sebesar 393027 ton Nilai penangkapan

terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp 144701150000 sedangkan nilai

penangkapan terkecil terdapat pada tahun 2005 sebesar Rp 32153935000

Harga rata-rata hasil tangkapan terbesar terdapat pada tahun 2010 sebesar Rp

2145500036 sedangkan harga rata-rata hasil tangkapan terkecil terdapat pada

tahun 2005 sebesar Rp 487100042

Tabel 4 Perkembangan volume dan nilai produksi ikan Kabupaten Sukabumi

tahun 2005-2010

Tahun

Volume

penangkapan

ikan (Ton)

Nilai penangkapan

(Rp 1000)

Harga rata-rata hasil

tangkapan (Rp 1000)

2005 660053 32153935 487142

2006 546156 32550913 596000

2007 605626 38695761 638938

2008 458068 42562537 929175

2009 393027 56735940 1443563

2010 674429 144701150 2145536

2011 653913 120339550 1840299 Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

16

43 Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu maka

Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menyediakan sarana PPN (Pelabuhan

Perikanan Nusantara) Palabuhanratu bertipe B yang didirikan pada tahun 1992

yang kemudian sarana dan prasarana dilengkapi secara bertahap (Statistik

Palabuhanratu 2011)

Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas

pokok fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

431 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan

perikanan Fasilitas pokok yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah 2

buah dermaga 2 kolam pelabuhan dimana kolam I dengan ukuran kedalaman

3 m - 4 m disediakan untuk jenis kapal berukuran kurang dari 30 Gross Tonage

(GT) seperti kapal congkreng payang dan diesel sedangkan kolam II dengan

ukuran kedalaman 6 m - 8 m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran

lebih dari 30 GT seperti longline dan gill net dan dua bagian bangunan break

water

432 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional merupkan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan

kegiatan operasional di pelabuhan perikanan berupa tempat pelelangan ikan balai

pertemuan nelayan kantor pelabuhan perikanan gedung utility rumah pompa

tangki air bersih tangki BBM tempat perbaikan jaring gardu jaga dan lahan

pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat pembongkaran perbekalan dan

logistik kapal serta area industri kapal

433 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan

operasioal pelabuhan perikanan Fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu yang

merupakan fasilitas pendukung kegiatan operasional berupa pasar ikan seluas

352 m2 7 buah rumah operator dan guest house seluas 150 m

2

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

17

5 HASIL PENELITIAN

51 Unit Penangkapan Ikan

511 Alat tangkap

Unit penangkapan ikan bagan apung yang dioperasikan oleh nelayan di

Palabuhanratu (Gambar 4) sebagian besar dibuat oleh nelayan itu sendiri dengan

keterampilan dan keahlian yang sudah turun-temurun Bagan apung yang ada di

Palabuhanratu terdiri dari berbagai ukuran tetapi mempunyai bentuk dan

konstruksi yang sama Pengalaman yang mereka miliki selama ini untuk

membuat satu unit bagan apung diperlukan waktu 7-10 hari dengan jumlah tenaga

kerja 3-5 orang sampai siap dioperasikan

Gambar 4 Alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu

Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga bagian utama yaitu panggung

bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu penangkapan Panggung bagan

merupakan bangunan berbentuk persegi terbuat dari batang bambu yang

dirangkai dengan ikatan tali tambang Pada bagian atas panggung terdapat rumah

bagan dan roller Rumah bagan berfungsi sebagai tempat berlindung nelayan dan

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

18

sekaligus sebagai tempat untuk mengamati kehadiran ikan sebelum pengangkatan

jaring Roller berfungsi sebagai alat penggulung dan pengulur tali pada saat

proses penurunan dan pengangkatan jaring Tali tersebut mengikat pada bingkai

bambu dengan rata-rata panjang tali 20 m Jaring bagan terbuat dari

Polyprophylene dengan ukuran mata jaring berkisar antara 02 ndash 04 inci Jaring

berbentuk kubus terbuka yang diikatkan pada bingkai bambu Empat sudut di

bagian atasnya dugantungkan pada roller dan diberi pemberat sebanyak 4-8 buah

pada masing-masing sudutnya tergantung dari berat pemberat yang digunakannya

Alat bantu penangkapan yang digunakan nelayan bagan apung di Palabuhanratu

adalah lampu dan serok Lampu berfungsi sebagai pemikat ikan sehingga

berkumpul di bawah lampu untuk kemudian ditangkap dengan jaring bagan

Lampu yang digunakan adalah lampu tabung dengan jumlah lampu yang biasa

digunakan nelayan sebanyak 4 ndash 10 rata-rata kekuatan lampu tabung tersebut 24

watt Setelah ikan tertangkap pada jaring bagan maka ikan diambil dengan

menggunakan serok dan dimasukkan ke dalam keranjang Sumber energi cahaya

lampu menggunakan genset 1500 watt

Gambar 5 Lampu tabung

Gambar 6 Genset bagan apung di Palabuhanratu

512 Kapal

Kapal yang digunakan pada perikanan bagan apung di Palabuhanratu adalah

jenis kapal motor (inboard engine) dengan kekuatan 16 HP yang terbuat dari

bahan material kayu Fungsi kapal adalah sebagai alat transportasi dari fishing

base ke fishingground dan untuk mengangkut hasil tangkapan Tidak setiap unit

bagan apung memiliki kapal sendiri sehingga nelayan bagan membentuk

kelompok-kelompok operasi yang biasanya terdiri dari 10 -15 nelayan dalam satu

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

19

kapal dengan menyumbang 20 dari hasil tangkapan per trip per nelayan sebagai

sewa kapal

Sumber PPN Palabuhanratu (2011)

Gambar 7 Kapal pengangkut hasil tangkapan bagan apung di PPN Palabuhanratu

513 Nelayan

Nelayan bagan apung adalah orang yang mengoperasikan bagan apung

umumnya hanya satu orang dalam satu bagan Secara umum ada dua kategori

nelayan bagan apung yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh Nelayan pemilik

adalah orang yang memiliki alat tangkap bagan ada yang mengoperasikannya

sendiri dan ada pula yang dioperasikan oleh orang lain Nelayan buruh adalah

nelayan yang mengoperasikan bagan dengan sistem bagi hasil bersih sebesar 50

dari pendapatan usaha

52 Metode Pengoperasian

Unit penangkapan bagan apung di Palabuhanratu biasanya dioperasikan

setiap hari kecuali terang bulan dan cuaca buruk Para nelayan bagan apung

berangkat pada pukul 1600 WIB dan mulai beroperasi pada pukul 1800 ndash 0600

WIB Dalam pengoperasian bagan apung ada beberapa tahap yang harus

dilakukan

1) Tahap persiapan

Persiapan yang harus dilakukan nelayan meliputi persiapan perbekalan

(bahan bakar genset lampu makanan dan minuman) keranjang ikan genset dan

peralatan untuk perbaikan genset apabila rusak atau padam saat operasi

penangkapan

2) Menentukan daerah penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan biasanya ditentukan oleh juru mudi Fishing

ground ini dapat ditentukan berdasarkan operasi penangkapan sebelumnya pada

saat mendapatkan banyak ikan atau berdasarkan informasi dari nelayan lain

tentang dimana daerah banyak ikan berada Dalam perjalanan menuju fishing

ground nelayan yang bertugas untuk melihat tanda-tanda adanya gerombolan

ikan berada di linggih haluan kapal

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

20

3) Setting atau penurunan jaring

Setelah fishing ground ditentukan selanjutnya adalah setting alat Operasi

penangkapan ikan dengan bagan terlebih dahulu dimulai dengan menurunkan

jaring ke dalam perairan hingga kedalaman tertentu Selanjutnya menyalakan

genset sebagai sumber energi lampu yang berfungsi untuk memikat perhatian

ikan agar berkumpul di bawah cahaya lampu Apabila ikan telah berkumpul

banyak di bawah cahaya lampu sebagian lampu diangkat atau dimatikan agar

kelompok ikan yang telah berkumpul tidak menyebar Setelah ikan berkumpul

secara sempurna maka jaring diangkat secara perlahan-lahan dengan menarik

roller Pada saat jaring atau waring mendekati permukaan kecepatan

pengangkatan lebih ditingkatkan hingga ke permukaan air Selanjutnya ikan

ditangkap dengan menggunakan serok Proses setting ini dilakukan 2-6 kali setiap

operasi penangkapan

53 Hasil Tangkapan

531 Komposisi hasil tangkapan

Jenis hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu per trip selama

penelitian antara lain baronang (Siganus canaliculatus) pepetek (Leiognathus sp)

tembang (Sardinella sp) cumi-cumi (Loligo sp) dan kembung (Rastrelliger sp)

(Lampiran 1) Untuk komposisi hasil tangkapan bagan apung dijelaskan pada

Tabel 5

Tabel 5 Komposisi hasil tangkapan bagan apung per trip

No

Jenis Ikan

Jumlah (kg) Nama

Lokal

Nama

Umum Nama Latin

1 Gerandong Baronang Siganus canaliculatus 4004 7

2 Petek Pepetek Leiognathus sp 29722 50

3 Temang Tembang Sardinella sp 21744 36

4 Cumi-cumi Cumi-cumi Loligo sp 1205 2

5 Kembung Kembung Rastrelliger sp 3115 5

Jumlah 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa presentase komposisi hasil

tangkapan di dominasi oleh pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang

dengan presentase 36 baronang dengan presentase 7 kembung dengan

presentase 5 dan cumi dengan presentase 2

532 Diversitas hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks keragaman Shannon-

Wiener didapatkan indeks keragaman bagan apung sebesar 102 Hal ini

menunjukkan bahwa alat tangkap bagan apung memiliki keanekaragaman hasil

tangkapan yang tinggi tetapi memiliki selektivitas yang rendah Seperti yang

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

21

terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil tangkapan bagan apung cukup

beragam

533 Dominansi hasil tangkapan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan indeks dominansi Simpson

didapatkan indeks dominansi bagan apung sebesar 049 Hal ini menunjukkan

bahwa alat tangkap bagan apung memiliki dominansi hasil tangkapan yang rendah

dan selektivitas yang rendah Seperti yang terlihat pada Tabel 5 dapat diketahui

bahwa hasil tangkapan bagan apung yang mendominasi adalah ikan pepetek

sebesar 50

534 Ukuran hasil tangkapan

Ukuran hasil tangkapan sangat beragam setiap jenis Pada penelitian ini

menggunakan selang panjang ikan setiap jenis untuk mempermudah menunjukkan

panjang ikan yang dominan tertangkap (Lampiran 2) Distribusi ukuran panjang

hasil tangkapan per trip dapat dilihat pada Gambar 8 9 10 11 dan 12

Gambar 8 Selang ukuran hasil tangkapan ikan baronang

Ukuran panjang total ikan baronang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 8 menunjukkan bahwa ukuran ikan baronang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 275-291 cm yaitu

sebanyak 701 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 411-428 cm sebanyak 21 ekor

0100200300400500600700800

19

- 2

07

207

- 2

24

224

- 2

41

241

- 2

58

258

- 2

75

275

- 2

92

292

- 3

09

309

- 3

26

326

- 3

43

343

- 3

60

360

- 3

77

377

- 3

94

394

- 4

11

411

- 4

28

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

22

Gambar 9 Selang ukuran hasil tangkapan ikan pepetek

Ukuran panjang total ikan pepetek yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa ukuran ikan pepetek

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 626-686 cm yaitu

sebanyak 1115 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 805-864 cm sebanyak 170 ekor

Gambar 10 Selang ukuran hasil tangkapan ikan tembang

Ukuran panjang total ikan tembang yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa ukuran ikan tembang

yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang1245-1374 cm yaitu

0

200

400

600

800

1000

1200

507 - 566 566 - 626 626 - 686 686 - 745 745 - 805 805 - 864

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

020406080

100120140160180200

1116 -1245

1245 -1374

1374 -1503

1503 -1632

1632 -1761

1761 -1890

1890 -2019

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

23

sebanyak 172 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 189-2019 cm sebanyak 5 ekor

Gambar 11 Selang ukuran hasil tangkapan cumi-cumi

Ukuran panjang total ikan cumi-cumi yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan cumi-

cumi yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 1347-1468 cm

yaitu sebanyak 43 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah kisaran

panjang 1105-1225 cm dan 1589-17 cm yaitu sebanyak 1ekor

Gambar 12 Selang ukuran hasil tangkapan ikan kembung

Ukuran panjang total ikan kembung yang diperoleh selama penelitian

cenderung bervariasi Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa ukuran ikan

kembung yang paling banyak tertangkap adalah pada kisaran panjang 169-1804

cm yaitu sebanyak 14 ekor sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah

0

10

20

30

40

50

5 -

621

621

- 7

42

742

- 8

63

863

- 9

84

98

4 -

11

05

110

5 -

12

26

122

6 -

13

47

134

7 -

14

68

146

8 -

15

89

158

9 -

17

10

Jum

lah

Ika

n (

eko

r)

Selang Panjang kelas (cm)

02468

10121416

10 -

11

15

111

5 -

12

30

123

0 -

13

45

134

5 -

14

60

146

0 -

15

75

157

5 -

16

90

169

0 -

18

05

180

5 -

19

20

Jum

lah

Ikan

(ek

or)

Selang Panjang Kelas (cm)

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

24

kisaran panjang 10-1114 cm 123-1344 dan 1345-146 cm yaitu sebanyak

1ekor

Berdasarkan data length of maturuty ikan-ikan yang tertangkap ini

digolongkan menjadi ikan yang layak tangkap dan ikan yang tidak layak tangkap

secara biologis Ikan yang ukurannya telah mencapai atau melebihi nilai length of

maturity digolongkan dalam ikan yang layak tangkap sedangkan apabila ukuran

ikan yang tertangkap belum mencapai atau kurang dari nilai length of maturity

digolongkan kedalam ikan yang tidak layak tangkap

Ikan-ikan yang seluruhnya termasuk ke dalam kategori tidak layak tangkap

secara biologis adalah baronang dan pepetek Sedangkan ikan tembang

ikankembung dan cumi-cumi termasuk kedalam kategori layak tangkap dan tidak

layak tangkap dengan perbandingan hampir 50 50 Pengelompokan ikan

yang tertangkap pada saat penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6 Kelayakan tangkapan ikan berdasarkan length of maturity

Jenis ikan Lm (cm)

Hasil Tangkapan

Layak Tangkap Tidak Layak Tangkap

Jumlah (ekor) Jumlah (ekor)

Baronang 4 21 075 2759 9925

Pepetek 107 - - 3236 100

Tembang 138 260 5843 185 4157

Cumi-cumi 112-14 68 4096 98 5004

Kembung 196 4 1026 35 8974

Ket Lm = Length of maturity

54Analisis Faktor Produksi yang Mmempengaruhi Hasil Tangkapan

541 Regresi linear berganda

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti disajikan pada Lampiran 3 Hasil analisis faktor produksi

diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda dengan persamaan Y = -

41287 + 0104 X1 + 019 X3 Pada Lampiran 3 menunjukkan hasil signifikan

variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai signifikan kurang

dari 005 yaitu 0001 Daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0016 Sementara pada variabel lainnya tidak

signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10 ) 005 (5 )

dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap

penambahan1 alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar

0104 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh

nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

25

setiap penambahan satu watt daya mesin gensetmaka akan meningkatkan produksi

hasil tangkapan sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak

menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi regresi linear berganda yang telah dilakukan

tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 3) yaitu sebesar 678

ini menunjukkan bahwa perubahan produksi yag terjadi disebabkan oleh

perubahan variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya

sebesar 322 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model

Variabel lain tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya

investasi dan kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda

pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 10129 lebih besar

dari F tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan

95 yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model

secara bersam-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil

tangkapan bagan apung

542 Cobb-Douglas

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap operasi

penangkapan dengan menggunakan bagan apung di Palabuhanratu meliputi

dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari operasi (X4) dan

lampu (X5) seperti yang terlihat pada analisis Cobb-Douglas (Lampiran 4) Hasil

analisis faktor produksi diperoleh pendugaan fungsi regresi linear berganda

dengan persamaan Y = - 4128 + 4128 X1 + 3717 X3 Pada Lampiran 4

menunjukkan hasil signifikan variabel independen yaitu variabel alat tangkap (X1)

dan daya mesin (X3) Variabel alat tangkap (X1) signifikan pada 005 dengan nilai

signifikan kurang dari 005 yaitu 0000 Daya mesin (X3) signifikan pada 005

dengan nilai signifikan kurang dari 005 yaitu 0001 Sementara pada variabel

lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan 01 (10)

005 (5 ) dan 001 (1 )

Pada hasil analisis regresi linear berganda koefisien yang didapat pada

faktor produksi alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap

penambahan 1 buah alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 4128 kg Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan

pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang

berarti dalam setiap penambahan satu watt daya mesin genset maka akan

meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 3717 kgJika tidak menggunakan

alat tangkap dan tidak menggunakan mesin maka tidak menghasilkan tangkapan

Hasil analisis faktor produksi cobb-douglas yang telah dilakukan tersebut

diperoleh nilai koefisien determinasi (Lampiran 4) yaitu sebesar 707 ini

menunjukkan bahwa perubahan produksi yang terjadi disebabkan oleh perubahan

variabel-variabel bebas diatas secara bersama-sama dan sisanya sebesar 293

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model Variabel lain

tersebut misalnya seperti kondisi perairan musim cuaca biaya investasi dan

kondisi sumberdaya perairan Uji koefisien regresi linear berganda pada

Lampiran 4 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 11566 lebih besar dari F

tabel (005) yaitu sebesar 243 sehingga tolak Ho pada selang kepercayaan 95

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

26

yang berarti bahwa seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara

bersama-sama menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan

bagan apung

55 Pembahasan

551 Unit Penangkapan Ikan

Suatu unit penangkapan ikan terdiri dari tiga unsur penting yaitu kapal alat

tangkap dan nelayan Ketiga unsur ini saling berkaitan karena merupakan satu

kesatuan dan sangat menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan Evaluasi

yang dilakukan dan pengamatan langsung dilapangan terhadap unit penangkapan

bagan apung di Palabuhanratu menunjukkan bahwa unit penangkapan bagan

apung yang digunakan di daerah tersebut saat ini pada dasarnya tidak berbeda

secara signifikan dengan unit penangkapan bagan apung yang digunakan pada

penelitian sebelumnya Syafrie (2012) Alat tangkap bagan apung terdiri dari tiga

bagian utama yaitu panggung bagan jaring bagan atau waring dan alat bantu

penangkapan seperti lampu tabungdan serok

552 Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh pepetek sebesar 50 hal ini

disebabkan saat pengambilan data pada bulan April-Mei terjadi musim peralihan

di Palabuhanratu Ikan karnivora besar sedang memijah sehingga pepetek tidak

dimangsa oleh karnivora besar Sifat ikan pepetek tembang dan gerandong yang

schooling yang membuat terjadinya rantai makanan diatas waring bagan dimana

ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besaryaitu ikan pepetek dan ikan

tembang memangsa ikan gerandong

Secara keseluruhan diversitas hasil tangkapan menunjukkan perubahan

Terlihat bahwa nilai indeks diversitas berada diatas angka 1 yang berarti tingkat

selektivitas yang rendah dan keanekaragaman spesies tinggi Hal tersebut

menunjukkan alat tangkap ini tidak selektif yang membuat seluruh spesies yang

berkumpul di atas bagan apung tertangkap oleh mata jaringnya yang kecilNilai

indeks dominansi mendekati 0 hal ini berarti terdapat dominansi spesies yang

rendah Nilai indeks dominansi berhubungan erat dengan nilai indeks diversitas

Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa bila nilai indeks diversitas

tinggi maka nilai indeks dominansi rendah demikian pula sebaliknya Hal ini

mengindikasikan bahwa selektivitas alat tangkap bagan apung rendah

Selang kelas panjang total hasil tangkapan bagan apung per trip memiliki

kisaran dari 19 cm hingga 192 cm dan masih banyak ikan hasil tangkapan di

bawah length of maturity Selang kelas tersebut menunjukkan bahwa ukuran hasil

tangkapan bagan apung memiliki kisaran selang kelas panjang total yang tinggi

dan secara biologis masih banyak yang tidak layak tangkap Hal ini berkaitan

dengan ukuran mata jaring yang sangat kecil yaitu 05 inch Dengan demikian

bagan apung dapat menangkap ikan pada berbagai ukuran panjang total Bila

dihubungkan dengan selektivitas maka dapat diketahui bahwa selektivitas bagan

apung rendah

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

27

553 Analisis Faktor-Faktor Produksi

Adapun hasil analisis faktor-faktor produksi unit penangkapan bagan apung

yang dilakukan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dari

fungsi regresi linear berganda sebesar 678 sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) dari fungsi Cobb-Douglas sebesar 707 dengan faktor produksi

yang diteliti adalah dimensi alat tangkap (X1) BBM (X2) daya mesin (X3) hari

operasi (X4) dan lampu (X5) Uji statistik tentang pengaruh bersama-sama faktor

produksi bagan apung seperti tersaji pada Lampiran 3 dan Lampiran 4 diketahui

bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (005) yang berarti bahwa seluruh

faktor-faktor produksi yang ada di dalam model secara bersama-sama

menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi hasil tangkapan bagan apung

Untuk pengujian faktor regresi linear terhadap perubahan produksi hasil

tangkapan (Y) yang memiliki model Y = - 41287 + 0104 X1 + 019 X3 Alat

tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil tangkapan bagan

apung dengan nilai 0104 yang berarti dalam setiap penambahan 1 alat tangkap

akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 0104 kg Pada faktor

produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi

hasil tangkapan bagan dengan nilai 019 yang berarti dalam setiap penambahan

satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil tangkapan

sebesar 019 kg Jika tidak menggunakan alat tangkap dan tidak menggunakan

mesin maka tidak menghasilkan tangkapan Untuk pengujian Cobb Douglas memiliki model Y = - 4128 + 4128 X1

+ 3717 X3 Alat tangkap (X1) menunjukkan pengaruh nyata pada produksi hasil

tangkapan bagan apung dengan nilai 4128 yang berarti dalam setiap penambahan

1 m2

alat tangkap akan meningkatkan produksi hasil tangkapan sebesar 4128 kg

Pada faktor produksi daya mesin genset (X3) menunjukkan pengaruh nyata pada

produksi hasil tangkapan bagan dengan nilai 3717 yang berarti dalam setiap

penambahan satu watt daya mesin genset maka akan meningkatkan produksi hasil

tangkapan sebesar 3717 kg

Hasil kedua pengujian tersebut yang lebih baik menggunakan fungsi Cobb-

Douglas karena memiliki R square lebih besar dibandingkan linear berganda

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan yaitu dimensi alat

tangkap (X1) dan daya mesin (X3) Hal ini dikarenakan dua variabel independen

yaitu dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3) signifikan pada 005 dengan

nilai signifikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4) kurang dari 005 Sementara pada

variabel lainnya tidak signifikan pada tingkat manapun baik selang kepercayaan

01 (10 ) 005 (5 ) dan 001 (1 )

Koefisien regresi dari faktor produksi dimensi alat tangkap (X1)

menunjukkan bahwa ternyata faktor produksi ini masih memberikan pengaruh

nyata yang searah pada produksi tangkapan bagan Hal ini diduga karena dengan

semakin luas alat tangkap bagan yaitu terutama waringnya maka ikan yang

berkumpul diatas waring semakin banyak dan semakin besar kemungkinan

tertangkapnya Untuk daya mesin (X3) berpengaruh nyata dikarenakan

pengoperasian bagan menggunakan lampu yang dinyalakan dengan sumber energi

listrik dari genset dengan bahan bakar solar Oleh karena itu bila semakin banyak

lampu yang digunakan maka semakin banyak ikan yang berkumpul dibawah

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

28

lampu sehingga jumlah bahan bakar yang diperlukan oleh genset tersebut semakin

banyak dan sebaliknya

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

29

6 KESIMPULAN DAN SARAN

61 Kesimpulan

1) Umumnya konstruksi alat tangkap bagan apung di Palabuhanratu relatif

sama hanya berbeda ukuran saja Nelayan yang mengoperasikan alat

tangkap ini rata-rata 1 orang dan lama pengoperasiannya bersifat one day

fishing

2) Komposisi hasil tangkapan bagan apung di Palabuhanratu didominasi oleh

pepetek sebesar 50 lalu diikuti oleh tembang (36 ) gerandong (7 )

kembung (5 ) dan cumi (2 ) Nilai indeks keragaman dan dominansi

bagan apung masing-masing sebesar 102 dan 049 Ukuran panjang total

ikan gerandong yang diperoleh selama penelitian dominan tertangkap

pada selang kelas 275-291 cm yaitu sebanyak 701 ekor atau 2522 dari

jumlah total Sedangkan ukuran panjang total pepetek yang dominan

tertangkap terletak pada selang kelas 626-687 cm yaitu sebanyak 1115

ekor atau 3446 dari jumlah total Untuk tembang ukuran panjang total

yang dominan tertangkap terletak pada selang kelas 1245- 1373 cm yaitu

sebanyak 172 ekor atau 3865 dari jumlah total Ukuran panjang total

yang dominan tertangkap untuk cumi-cumi terletak pada selang kelas

1347-1468 cm yaitu sebanyak 43 ekor atau 259 dari jumlah total

Sedangkan ikan kembung yang diperoleh terletak pada selang kelas 169-

1804 cm yaitu sebanyak 14 ekor atau 359 dari jumlah total

3) Berdasarkan pengujian regresi linear berganda dan Cobb Douglas

menunjukkan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan

adalah dimensi alat tangkap (X1) dan daya mesin (X3)

62 Saran

1) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi lainnya

seperti biaya investasi sistem bagi hasil daerah penangkapan dan musim

penangkapan Sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh

mengenai faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam keberhasilan

operasi penangkapan ikan dengan bagan apung

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

30

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa 1981 Metode Penangkapan Ikan Bogor (ID) Yayasan Dewi Sri

Agustina VE 2005 Optimasi Faktor-Faktor Produksi Armada Purse Seine dengan

Alat Bantu Cahaya di PPI Eretan Wetan Indramayu [Skripsi] Bogor (ID)

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Arifin F 2008 Optimasi Perikanan Layang di Kabupaten Selayar Propinsi

Sulwesi Selatan [Tesis] Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Bailey 1992 Foundation of Behavioral Research 2nd

Edition Amsterdam Holt

Sounder International Editiors 1986

[BPS] Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi 2009 Kabupaten Sukabumi

dalam Angka 2009 Sukabumi Kerjasama Bappeda Kabupaten Sukabumi

dengan BPS Kabupaten Sukabumi 289 hal

Brower JE and JH Zar 1990 Fields and Laboratory for General Ecology 3rd

ed Dubuque lowa Wm C brown Publishier

Departemen Pertanian 2006 Keadaan Geografis Kabupaten Sukabumi [internet]

[diunduh 2011 Mei 23] httpwwwdeptangoidudmjabarsukabumi

indexhtm

Effendi I 2002 Pengaruh Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung terhadap

Hasil Tangkapan [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Fridman AL 1986 Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang 1988 Calculation for Fishing

Gear Design Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang

Haluan J 1985 Proses Optimasi dalam Operasi Penangkapan Ikan Pedoman

Kuliah Metode Panangkapan Ikan II (Bagian Pertama) Sistem Pendidikan

Jarak Jauh Melalui Satelit Sisdikt Intim Bogor

Harteman E 2003 Ancaman Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan

Upaya perlindungan di Indonesia Makalah Falsafah Sains Bogor (ID)

Program Pasca Sarjana IPB httpwwwrudyettripodcomsem2023

edisonharteman

Heddy S Metty K 1994 Prinsip-prinsip Dasar Ekologi Suatu Bahasan Kaidah

Ekologi dan Peneraannya Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

31

Jennings S Michel J Kaiser D Reynolds 2001 Marine Ecology Berlin

Germany Blackwell Publishing

Moninjta RD 1987 Laporan Akhir Survei Lokasi Desain Rumpon di Perairan

Ternate Tidore Bacan dan Sekitarnya Bogor (ID) Fakultas Perikanan

Institut Pertanian Bogor

Nontji A 1987 Laut Nusantara Djembatan (ID) Jakarta

[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 2011 Buku Laporan

Tahunan Statistika Perikanan Tangkap Tahun 2011 Palabuhanratu (ID)

PPNP

Prayitno MRE 2006 Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7 8 dan 9 pada

Rawai Layur Terhadap hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk

Palabuhanratu [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Ramadhan A 2006 Ketahanan Takan dan Lentur Bambu sebagai Tiang

Penyangga pada Bagan Apung [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Sarpan 1990 Pengaruh Pemasangan Rantai Pemberat Terhadap Hasil Tangkapan

Jaring Cantrang di Kecamatan Juwana Kabupaten DATI II Pati Jawa

Tengah [Skripsi] Bogor (ID) Fakultas Perikanan Institut Pertanian

Bogor

Sirait BH 2008 Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon

Kabupaten Indramayu Jawa Barat [Skripsi] Bogor (ID) Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor

Simpson EH 1949 Maesurement of Diversity Nature Lond

Soekartawi 1995 Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Fungsi Cobb-Douglas Jakarta (ID) PT Raja Grafindo Persada

Sondita MFA Solihin I 2006 Teknologi Perikanan Tangkap yang Bertanggung

Jawab Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Subani W 1972 Cara Penangkapan Ikan di Indonesia Jilid I Jakarta (ID)

Penelitian Perikanan Laut

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

32

Subani W 1975 Penangkpan Ikan dengan Bagan (Diktat Kuliah) Bogor (ID)

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor

Supranto 1983 Linier Programming Edisi Kedua Jakarta (ID) Lembaga

Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Steel RED and Torrie JH 1981 Principles and Produce dues of Statistic Tokyo

(JP) Mc Graw-Hill

Syafrie H 2012 Efektivitas Lampu Tabung pada Perikanan Bagan [Tesis]

Bogor (ID) Sekolah Pascasarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Walpole RE 1995 Pengntar Statistika Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka

Utama

Widianingsih N 2004 Kajian Teknis dan Musim Penangkapan Cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan Pukat Cincin di Prigi Kabupaten

Trenggalek Jawa Timur [Skripsi] Bogor (ID) Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor

Wiyono ES 2001 Optimasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk

Palabuhanratu Jawa Barat [Tesis] Bogor (ID) Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor

Wiyono ES Yamada S Tanaka E Arimoto T Kitakido T 2006 Dynamics of

Fishing Gear Allocation By Fisheries in Small Scale Coastal Fisheries of

Palabuhanratu Bay Indonesia Fisheries Research Journal Tokyo

Blackwell Publishing Ltd

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

33

Lampiran 1 Hasil tangkapan bagan apung Palabuhanratu

Ikan Baronang

Ikan Pepetek

Cumi-cumi Ikan Tembang

Ikan Kembung

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

34

Lampiran 2 Ukuran selang kelas ikan hasil tangkapan

Gerandong

Pepetek

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

19 - 206 26

03 - 089 17

207 - 223 287

090 - 148 0

224 - 240 58

149 - 208 0

241 - 257 169

209 - 267 0

258 - 274 655

268 - 327 0

275 - 291 701

328 - 387 0

292 - 308 305

388 - 446 0

309 - 325 425

447 - 506 0

326 - 342 28

507 - 565 383

343 - 359 57

566 - 625 427

360 - 376 48

626 - 685 1115

377 - 393 0

686 - 744 712

394 - 410 0

745 - 804 412

411 - 427 21

805 - 863 170

2780

3236

Tembang

Cumi-cumi

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

6 - 728 1

5 - 620 4

729 - 857 0

621 - 741 27

858 - 986 1

742 - 862 36

987 - 1115 0

863 - 983 31

1116 - 1244 11

984 - 1104 0

1245 - 1373 172

1105 - 1225 1

1374 - 1502 78

1226 - 1346 23

1503 - 1631 54

1347 - 1467 43

1632 - 1760 88

1468 - 1588 0

1761 - 1889 35

1589 - 1709 1

1890 - 2018 5

166

445

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

35

Lanjutan Lampiran 2

Kembung

Selang Ukuran

(cm)

Jumlah

Ekor

10 - 1114 1

1115 - 1229 4

1230 - 1344 1

1345 - 1459 1

1460 - 1574 3

1575 - 1689 11

1690 - 1804 14

1805 - 1919 4

39

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

36

Lampiran 3 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi linear berganda unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -41287 21345

-1934 065

X1 104 026 509 4007 001

X2 -1973 2490 -099 -793 436

X3 019 007 449 2580 016

X4 2779 1931 222 1439 163

X5 -668 803 -138 -832 414

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of the

Estimate

1 824a 678 612 681918

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig

F

Tabel

1 Regression 2355170 5 471034 10129 000a 243

Residual 1116030 24 46501

Total 3471200 29

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

37

Lampiran 4 Nilai koefisien R Square dan uji F hitung regresi Cobb-Douglas unit

penangkapan bagan apung di Palabuhanratu

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig

B

Std

Error Beta

1 (Constant) -17215 4170

-4128 000

X1 445 108 509 4128 000

X2 -556 714 -092 -779 444

X3 2432 654 608 3717 001

X4 592 1151 076 514 612

X5 -287 283 -162 -1014 321

Model R R Square Adjusted R

Square

Std Error of

the Estimate

1 841a 707 646 3478407

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig F Tabel

1

Regression 6997 5 1399 11566 000a 243

Residual 2904 24 121

Total 9901 29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Juni 1990 dari Bapak Setia

Sungkawan dan Ibu Diah Sadiah Penulis merupakan putra kedua dari empat

bersaudara Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Rimba Madya Bogor dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN pada

Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan organisasi

Penulis pernah menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himafarin (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

periode 2009-2010 Ketua Departemen Pengembangan Minat dan Bakat

Himafarin periode 2010-2011 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

periode 2010-2011 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap

Indonesia (Himpatindo) Selain itu penulis menjadi asisten matakuliah

Manajemen Operasi Penangkapan Ikan 2011-2012 Navigasi Kapal Perikanan

tahun 2011-2012 dan Kapal Perikanan tahun 2012-2013