Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

28
0 Author : Christopher A.P, S. Ked Editor : Yayan A. Israr, S. Ked Faculty of Medicine – University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 © Files of DrsMed FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk

Transcript of Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

Page 1: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

0

Author :

Christopher A.P, S. Ked

Editor :

Yayan A. Israr, S. Ked

Faculty of Medicine – University of Riau

Pekanbaru, Riau

2009

© Files of DrsMed – FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk

Page 2: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pelabuhan laut dan udara merupakan pintu gerbang lalu-lintas barang,

orang dan alat transportasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Seiring dengan

meningkatnya arus pariwisata, perdagangan, migrasi dan teknologi maka

kemungkinan terjadinya penularan penyakit melalui alat transportasi semakin

besar. Penularan penyakit dapat disebabkan oleh binatang maupun vektor

pembawa penyakit yang terbawa oleh alat transportasi maupun oleh vektor yang

telah ada di pelabuhan laut atau udara.1 Serangga yang termasuk vektor penyakit

antara lain nyamuk, lalat, pinjal, kecoa, dan tungau.1

Salah satu tugas pokok dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dalam

mencegah masuk-keluarnya penyakit dari atau ke luar negeri adalah melalui

Pengendalian Resiko Lingkungan (PRL) di pelabuhan dan alat transportasi. Upaya

ini dilakukan untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit serta

meminimalisasi dampak resiko lingkungan terhadap masyarakat.Usaha-usaha

pengendalian PRL di pelabuhan meliputi sanitasi lingkungan dan pemberantasan

vektor dan binatang penular penyakit. Salah satu kegiatan dalam pemberantasan

vektor yaitu pengendalian nyamuk yang meliputi survey jentik dan nyamuk

dewasa, identifikasi jentik dan nyamuk dewasa, pemberantasan jentik dan nyamuk

dewasa, diseminasi informasi hasil pengendalian.1

Daerah-daerah wilayah KKP yang harus bebas dari infestasi A.aegypty

yaitu:1

1. Bandar udara: daerah di dalam lingkungan perimeter pelabuhan udara, yakni

daerah pelabuhan di dalam suatu lingkungan dimana terdapat bangunan-

bangunan untuk kegiatan penerbangan (gedung-gedung terminal dan transit,

gudang) dan tempat parker pesawat terbang.

2. Pelabuhan laut: tempat kapal berlabuh dan sekitarnya dimana terdapat

bangunan-bangunan untuk kegiatan pelabuhan. Untuk mempertahankan agar

daerah di dalam perimeter bebas A.aegypti maka perlu diadakan usaha-usaha

Page 3: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

2

pengendalian secara aktif di daerah perimeter dan daerah buffer (protective

area) di sekitar perimeter sejauh sekurang-kurangnya 400 m. Di daerah

tersebut indeks A.aegypti (House Index) harus dipertahankan hingga < 1%.

Penyakit-penyakit yang bersumber nyamuk (PBN) antara lain malaria,

demam berdarah, chikungunya, yellow fever, filariasis limfatik (kaki gajah), dan

Japanese encephalitis (radang otak Jepang). Dengan mudahnya transportasi

antara Afrika yang merupakan daerah endemik penyakit yellow fever dan

Indonesia, maka potensi penularan penyakit yellow fever semakin besar. Saat ini,

pakar taksonomi mengidentifikasi sebanyak 3.453 sepesies nyamuk dan sebagian

kecil spesies di antaranya berdampak terhadap kesehatan manusia. Akibat yang

ditimbulkan nyamuk pun bermacam-macam, mulai dari gangguan kenyamanan

sewaktu istirahat, dermatitis alergika akibat gigitan nyamuk, kejengkelan karena

kebisingan suara terbangnya yang dekat telinga serta rasa nyeri akibat gigitannya,

sampai ke dampak kesehatan nyata yaitu kejadian kesakitan dan kematian pada

penderitanya karena terinfeksi oleh kuman penyakit yang ditularkannya.2

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kejadian PBN

antara lain mobilitas penduduk serta perilaku manusia yang kadang-kadang secara

sengaja atau tidak sengaja menyebabkan kerusakan lingkungan. Hal ini

disebabkan semakin berkurangnya kepedulian masyarakat terhadap masalah

kesehatan lingkungan yang merupakan tempat berkembangbiaknya nyamuk,

sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah kasus penyakit-

penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. 2

Angka kematian akibat penyakit nyamuk khususnya demam berdarah,

menempati nomor urut keenam (53,98%) dari angka kematian penyakit lainnya

setelah kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Sedangkan penyakit malaria

menduduki peringkat keempat dari penyakit menahun lainnya. 2

Berdasarkan data pengamatan penyakit menular yang dikumpulkan KKP

Pekanbaru dari 6 puskesmas yang berdekatan dengan area Wilayah Kerja KKP

baik Bandara SSK II maupun Pelabuhan Laut selama tahun 2007, didapatkan

jumlah kasus DBD sebanyak 50 kasus, dengan jumlah kematian 0 kasus.

Berdasarkan latar belakang di atas serta masih tingginya angka kasus DBD yang

Page 4: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

3

ditemukan maka penulis mepunyai keinginan untuk melakukan pemeriksaan

jentik nyamuk berkala di wilayah kerja KKP Pekanbaru.3

1.2 Tujuan Kegiatan

1.2.1Tujuan Umum

Untuk mengoptimalkan pengendalian vektor nyamuk di wilayah kerja KKP

Pekanbaru.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Teridentifikasinya penyebab masalah kurang optimalnya pengendalian

vektor nyamuk di wilayah kerja KKP Pekanbaru.

2. Analisis masalah-masalah kurang optimalnya pengendalian vektor nyamuk

di wilayah kerja KKP Pekanbaru.

3. Mencari strategi pemecahan masalah terkait kurang optimalnya

pengendalian vektor nyamuk di wilayah kerja KKP Pekanbaru.

Page 5: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vektor

Vektor penyakit adalah serangga atau arthropoda penyebar penyakit. Yang

termasuk ke dalam vektor antara lain nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan pinjal.4 Pada

kegiatan ini yang menjadi vektor penyakit adalah nyamuk.

2.2 Daur Hidup Nyamuk

Nyamuk merupkan serangga yang mengalami metamorfosis lengkap,

terdiri dari empat stadium yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk

memerlukan darah untuk proses pematangan telurnya. Beberapa spesies nyamuk

menghisap darah terutama di malam hari seperti nyamuk Culex dan Anopheles,

spesies lainnya terutama siang hari (pagi sampai sore) misalnya nyamuk

A.agypty.2

Aktivitas menggigit ada yang dilakukan di luar rumah dan di dalam

rumah. Dua sampai tiga hari setelah menghisap darah nyamuk mulai bertelur.

Nyamuk Aedes meletakkan telurnya satu persatu pada dinding tempat perindukan

yang gelap, basah dan lembab, misalnya bak mandi, tempayan, ban bekas,

tonggak bambu. Nyamuk Mansonia meletakkan telurnya secara berkelompok di

permukaan bawah tanaman air.

Di air, dua hari kemudian telur menetas menjadi jentik-jentik (larva) yang kecil,

mengalami pergantian kulit empat kali sebelum menjadi pupa. Beberapa hari

kemudian (5 sampai 7 hari) tergantung temperatur, kelembaban dan ketersedian

makanan, jentik nyamuk berubah menjadi pupa. Pupa merupakan stadium tidak

makan dan kira-kira dua hari kemudian berubah menjadi nyamuk. Angka

kematian akibat penyakit nyamuk ini.2

Page 6: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

5

2.3 Jenis-Jenis Nyamuk dan Larva

2.3.1 Nyamuk Aedes

Ciri-ciri larva nyamuk Aedes adalah:

1. Kepala : antena dipenuhi bulu yang sangat halus

2. Thorax : dekat pangkal berkas rambut di sissi dada terdapat duri

yang melengkung

3. Abdomen : Ruas kedelapan terdapat sebaris gigi sisir berbentuk khas.

4. Terdapat sebaris comb scale yang terdiri dari 8-12 anak sisi .

(1.a) (1.b)

Gambar 1. Nyamuk A.egypty5

2.3.2 Nyamuk Anopheles

(2.a) (2.b)

Gambar 2. Nyamuk Anophele5

Page 7: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

6

2.3.3 Nyamuk culex

Gambar 3. nyamuk Culex5)

2.4 Penyakit-Penyakit yang Ditularkan Nyamuk

1. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk A.aegypti atau A. albopictus, yang

ditandai demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, gelisah,

nyeri ulu hati, disertai bintik perdarahan di kulit, kadang mimisan, muntah darah,

bahklan dapat berakibat kematian.6

2. Malaria

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis

Plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat, yang ditularkan

oleh nyamuk genus Anopheles, juga penyakit ini dapat berakibat kematian. Pada

saat ini nyamuk penular (vektor) malaria di Indonesia yang ditemukan sebanyak

19 spesies dari genus Anopheles, sedangkan di Jawa.6

3. Filariasis

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh cacing filaria, yang mengakibatkan gejala akut dan kronis (kaki membesar

seperti kaki gajah) yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk, di Indonesia telah

ditemukan sebanyak 27 jenis nyamuk dari genus Culex, Anopheles, Aedes dan

Mansonia.6

4. Chikungunya

Chikungunya adalah penyakit menular sejenis demam disertai nyeri otot

yang bersifat epidemik dan endemik yang disebabkan oleh Alvavirus yang

Page 8: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

7

ditularkan oleh beberapa jenis nyamuk yaitu A.Aegypti, A.albopictus, Culex

fatigans dan Mansonia sp. Meskipun penyakit ini tidak mengakibatkan kematian,

namun dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat di persendiantubuh bahkan

seperti kelumpuhan dan dapat berlangsung selama dua bulan.6

5. Encephalitis

Salah satu jenis penyakit Encephalitis adalah Jepenese Encephalitis (JE).

Encephalitis adalah suatu penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat yang

disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk genus Culex. Untuk Japenese

encephalitis berdasarkan penelitian di Jakarta tahun 1981-1982 sebagai

penularnya adalah nyamuk Culex tritaeniorhyncus. Yaitu sejenis nyamuk Culex

yang berkembang di daerah sekitar kandang ternak babi, sapi

dan di sekitar sawah/parit dll.6

2.5 Pengendalian dan Pemberantasan Nyamuk dan Larva Nyamuk

2.5.1 Pengendalian dan Pemberantasan Nyamuk dan Larva Nyamuk

A.Aegypti

a. Persyaratan teknis

• A.aegypti baik stadium larva maupun stadium dewasa tidak terdapat di

daerrah perimeter.

• House index A.aegypty di daerah buffer <1% dan populasi nyamuk di

lingkungan pelabuhan ditekan serendah mungkin.

• Kapal laut dan peasawat udara harus bebas dari nyamuk.3

b. Survey A.aegypti stadium larva adalah untuk menentukan daerah infestasi di

daerahpelabuhan, sebelum melakukan pengamatan stadium larva harus

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:3

1) Pemetaan daerah perimeter dan buffer area yang meliputi letak bangunan,

jalan, tempat kapal berlabuh dan lainnya yang dianggap perlu.

2) Membagi daerah pengawasan untuk memudahkan pengawasan dan

pemberantasan secara intensif.

3) Persiapkan alat-alat untuk survey larva.

4) Bila ditemukan kontainer positif jentik, ambil1 ekor jentik dari tiap

kontainer

Page 9: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

8

kemudian masukkan ke dalam botol yang telah diberi label.

5) Bila ditemukan larva dengan jenis berbeda, pilihlah larva larva secara

visusal jenis Aedes dengan mengenal cirri-cirinya yaitu warnanya agak

keabu-abuan, bergerak lamban, gerakan membentuk huruf “S”, dan bila

terkena cahaya senter larva akan bergerak aktif.

6) Tulislah semua bangunan dan kontainer yang diperiksa baik positif

maupun negative larva ke dalam formulir.

7) Lakukan identifikasi larva

8) Hitunglah indeks A.aegypti dengan rumus:

� House Index (HI) = Jumlah rumah yang ditemukan jentik x 100%

Jumlah rumah yang diperiksa

� Container index (CI) = Jumlah container yang positif jentik x 100%

Jumlah container yang diperiksa

� Breteau index (BI) = Jumlah container yang positif x 100% 100 rumah yang diperiksa

9) Jika HI di pelabuhan mencapai 1% atau angka kepadatan (density figure)

buffer area di atas 5 (B.I indeks > 50) maka harus dilakukan

pemberantasan, karena besar sekali kemungkinan transmisi penyakit

demam kuning. Sedangkan di daerah yang memilki density figure 1 (BI <

5), kemungkinan transmisi demam kuning dianggap sangat kecil.

c. Survei A. Aegypti stadium dewasa, yaitu untuk menentukan kepadatan

nyamuk A.aegypti betina dewasa3

1) Landing/Bitting Collection

Landing/bitting collection pada manusia adalah cara yang sensitif untuk

mendeteksi lokasi dengan infestasi nyamuk rendah, namun membutuhkan

tenaga yang intensif. Penyebaran nyamuk dewasa tidak jauh, maka

keberadaan nyamuk merupakan indikator terdapatnya habitat jentik yang

tidak jauh juga. Untuk menentukan kepadatan namuk dewasa dapat

digunakan landing rate atau bitting rate. Bitting rate adalah jumlah

A.aegypti betina yang tertangkap per orang per jam. Jika bitting rate

Page 10: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

9

hasilnya nol, penelitian diulang sampai 3 kali, dan jika bitting rate

mencapai “r” (sama dengan density figure 1) di daerah perimeter dan atau

2,5 buffer area, segera dilakukan pemberantasan.

2) Resting Collection

Kegiatan resting collection dilakukan pada tempat peristirahatan nyamuk

dewasa. Metode penangkapan nyamuk dewasa dengan menggunakan

aspirator mulut atau aspirator bertenaga baterai.

3) Identifikasi nyamuk betina dewasa

Identifikasi nyamuk A.aegypti betina dewasa berdasarkan cirri-cirinya

antara lain:

� Tarsi dillingkari garis putih pada bagian proksimal.

� Menosotum berwarna tua/gelap dengan variasi putih perak.

� Probosis pada jenis betina polos tanpa gelang-gelang serta lebih

panjang daripada palpi.

2.2.5.2 Pengendalian dan Pemberantasan Nyamuk dan Larva Nyamuk

Anopheles

a. Survei Anopheles Sp. stadium larva

Pengamatan Anopheles stadium larva dikhususkan di daerah tanaman berair

yang diperkirakan menjadi tempat perindukan nyamuk Anopheles. Langkah-

langkahnya antara lain:3

- Penangkapan nyamuk Anopheles pada genangan air.

- Larva diambil menggunakan pipet dan dimasukkan kedalam botol yang

telah diberi label

- Pengisian formulir

- Larva dimatikan dan diawetkan

- Identifikasi larva genus Anopheles

- Menghitung density per dipper/cidukan, yaitu jumlah tiap spesies larva

yang ditangkap per jumlah cidukan

b. Penangkapan Anopheles stadium dewasa dengan umpan orang (human bait)

Hasil tangkapan nyamuk Anopheles dihitung, kemudian dari hasil tangkapan

tersebut dihitung MBR (Main Bait Rate) pada kegiatan in door human bait

Page 11: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

10

serta MHD (Man Hour Density) pada kegiatan penangkapan di kandang dan

sekitarnya dengan rumus:

MHD = Jumlah tiap jenis nyamuk tertangkap Jumlah jam kerja x jumlah kolektor

MHD = Jumlah tiap jenis nyamuk tertangkap Jumlah jam kerja x jumlah kolektor

Density (D) = Jumlah tiap nyamuk Jumlah rumah yang diperiksa

Langkah-langkah kegiatan penanggulangan kasus demam beradarah

dengue di wilayah kerja Puskesmas meliputi penyelidikan epidemiologi (PE)

yaitu pencarian penderita/tersangka DBD lainnya dan pemeriksaaan jentik di

rumah penderita/tersangka dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter (di rumah

penderita dan 20 rumah sekitarnya) serta tempat-tempat umum yang diperkirakan

menjadi sumber penularan. Dari hasil PE bila ditemukan penderita DBD lain atau

ada jentik dan penderita panas tanpa sebab yang jelas > 3 orang maka dilakukan

kegiatan penyuluhan mengenai 3 M Plus, tindakan larvasidasi,

pengasapan/fogging focus. Apabila tidak ditemukan maka hanya melakukan

penyuluhan dan kegiatan 3M Plus. Dalam hal pemberantasan vektor, langkah

kegiatannya meliputi Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue

(PSN DBD) dengan cara 3 M Plus dan pemeriksaan jentik berkala (PJB) tiap 3

bulan sekali tiap desa/kelurahan endemis pada 100rumah/bangunan dipilih secara

acak (random sampling) yang merupakan evaluasi hasil kegiatan PSN DBD yang

telah dilakukan masyarakat. Kegiatan in harus ditunjung dengan pelaksanaan

promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan tentang penyakit demam berdarah

dengue serta kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara aktif yaitu

melalui supervisi dan secara pasif melalui laporan hasil kegiatan.7

Upaya intervensi nyamuk antara lain:3

1) Intervensi lingkungan

� Modifikasi lingkungan yaitu upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi

perubahan fisik yang bersifat permanen terhadap lahan, benda air, dan

Page 12: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

11

tanaman yang bertujuan mencegah, menghilangkan, atau mengurangi

habitat perkembangbiakan vektor tanpa menurunkan kualitas hidup

manusia.

� Manipulasi lingkungan yaitu suatu upaya pengelolaan lingkungan yang

meliputi kegiatan perencanaan untuk mengubah kondisi nyang bersifat

sementara sehingga tidak menguntungkan bagi perkembangan vektor.

� Mengupayakan perubahan perilaku dan tempat tinggal manusia, yaitu

sebagai usaha untuk megurangi kontak antara manusia dan vektor.

2) Intervensi biologis

Intervensi biologis adalah suatu upaya untuk mengurangi populasi vektor

dengan memanfaatkan organisme hidup atau produknya yang biasa disebut

sebagai agen biologis untuk pengendalian vektor seperti virus, bakteri, jamur,

protozoa, predator ikan pemakan jentik.

3) Intervensi kimiawi

Intervensi kimiawi adalah suatu upaya untuk mengurangi populasi vektor

dengan menggunakan pestida, larvasida dll.

Page 13: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

12

BAB III

OPTIMALISASI KEGIATAN PEMERIKSAAN JENTIK BERKALA

DI WILAYAH KERJA PELABUHAN KAMPUNG DALAM

PEKANBARU

-

3.1 Kegiatan Optimalisasi

Metode yang digunakan dalam upaya optimalisasi ini adalah metode Plan,

Do, Check, and Action (PDCA cycle) yang didasari atas masalah yang dihadapi

(problem-faced) ke arah penyelesaian masalah (problem solving).:14

3.1.1 Plan

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah Unit Pelaksana Teknis

dilingkungan Departemen Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung

jawab kepada Direktur Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

Lingkungan. KKP dipimpin oleh Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Dibantu

oleh Kasubbag TU, Kasi Karantina, Surveilens Epidemiologi (SE) dan Upaya

kesehatan, Kasi Pengendalian Resiko Lingkungan (PRL). Tetapi untuk KKP

Pekanbaru SE belum ada.

Kantor Kesehatan Pelabuhan Melaksanakan pencegahan masuk dan

keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensi wabah, kekarantinaan,

pelayanan kesehatan terbatas.

Tugas pokok dan fungsi KKP antara lain:

1. Pelaksana kekarantinaan

Pelaksanaannya disesuaikan dengan International Health Regulations dan

peraturan perundang-undangan di Indonesia, yakni: UU No 1 tentang

Karantina Laut dan UU No.2 tentang Karantina Udara.

2. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan

Pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh KKP tidak lagi terbatas mengenai

Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), tetapi juga penyakit tidak

menular, seperti penyakit degeneratif, karena fungsi KKP mulai

Page 14: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

13

berkembang menjadi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

(P2PL).

3. Pelaksana pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan dan lintas

batas darat Negara.

4. Pengamatan penyakit karantina dan penyakit menular potensi wabah.

5. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi dan

kimia. Misalnya: pelaksanaan pengamanan terhadap bahaya terorisme

yang menggunakan senjata nuklir, biologi dan kimia.

6. Simpul jejaring survailans epidemiologi regional, nasional sesuai penyakit

yang berkaitan dengan lalu lintas internasional.

7. Fasilitasi, advokasi kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB dan bencana

bidang kesehatan, serta kesehatan matra termasuk kesehatan haji.

8. Pelaksanaan, fasilitasi, advokasi kesehatan kerja di lingkungan bandara,

pelabuhan, dan lintas batas barat negara.

9. Pelaksana pemberian sertifikat obat, makanan, kosmetik. dan alat

kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) eksport, dan pengawasan

dokumen kesehatan OMKABA import.

10. Pelaksana pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya.

11. Pelaksana pemberian pelayanan kesehatan di lingkungan bandara,

pelabuhan, dan lintas batas barat negara.

12. Pelaksanaan jaringan informasi dan teknologi bidang kesehatan di

lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas barat negara.

13. Pelaksana jejaring kerja dan kemitraan bidang di lingkungan bandara,

pelabuhan, dan lintas batas barat negara.

14. Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian resiko lingkungan dan

surveilans kesehatan pelabuhan

15. Pelaksana pelatihan teknis bidang kesehatan di lingkungan bandara,

pelabuhan, dan lintas batas negara.

16. Pelaksana ketatausahaan dan kerumahtanggaan KKP.

Page 15: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

14

Saat ini KKP Pekanbaru merupakan KKP kelas II. Berdasarkan peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356/Menkes/per/iv/2008 pasal 23

tentang organisasi dan tata kerja kantor kesehatan pelabuhan, KKP Kelas II terdiri

dari:

a. Sub bagian Tata Usaha;

b. Seksi Pengendalian Karantina dan SE;

c. Seksi PRL;

d. Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah;

e. Instalasi;

f. Wilayah Kerja;

g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Tugas seksi PRL berdasarkan pasal 27 Kepmenkes tersebut antara lain

melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan

laporan, dan koordinasi pelaksanaan pengendalian vektor dan binatang penular

penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring kerja, kemitraan, kajian dan

pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang pengendalian risiko

lingkungan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

Seksi PRL mempunyai program-program sebagai berikut :

1. Pemeriksaan dan pengawasan air

2. Pemeriksaan dan pengawasan makanan

3. Pemeriksaan dan pengawasan gedung, bangunan dan perusahaan

4. Pemeriksaan dan pengawasan kapal � Sanitasi lingkungan

5. Survey larva aedes aegypti

6. Survey kepadatan lalat

7. Survey nyamuk malam

8. Pemasangan perangkap tikus � Program pengendalian vektor

9. Abatisasi

10. Fogging � Program pemberantasan

11. Kemitraan

Page 16: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

15

Seksi PRL KKP Pekanbaru terdiri atas 12 petugas, yaitu satu orang Kepala

seksi PRL dan 11 petugas, dimana satu petugas bertanggungjawab atas satu

program PRL.

Kegiatan Plan dimulai pada bulan Desember 2008 yaitu melalui kegiatan

observasi, wawancara dan pengambilan data sekunder. Observasi dilaksanakan

melalui pendekatan program pada unit kerja PRL KKP Pekanbaru. Setelah itu

dilakukan wawancara dengan petugas kesehatan di bidang PRL serta mengambil

data mengenai pelaksanaan kegiatan PRL KKP Pekanbaru dari awal bulan Januari

2008 hingga Oktober 2008. Hasil observasi dan wawancara kemudian

didiskusikan dengan pembimbing untuk menentukan permasalahan dalam

kegiatan pemeriksaaan jentik berkala untuk dilakukan perbaikan.

3.1.2 Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah dilakukan dengan cara :

1. Observasi langsung kegiatan pemeriksaan jentik

2. Wawancara dengan staf di unit kerja PRL KKP Pekanbaru serta dengan

masyarakat di daerah buffer dan perimeter Pelabuhan Kampung Dalam

Pekanbaru.

3. Data sekunder mengenai profil laporan kegiatan Unit Kerja PRL KKP

Pekanbaru mengenai kegiatan pemeriksaan jentik berkala, khususnya di

wilayah kerja Pelabuhan Kampung Dalam.

Berikut ini adalah beberapa masalah yang berhasil diidentifikasi pada

program PRL KKP Pekanbaru.

Tabel 3.1 Masalah yang ditemukan pada program PRL KKP Pekanbaru. No Aspek yang dinilai Masalah Evidence Based 1 Pemeriksaan dan

Pengawasan air Kegiatan berjalan dengan baik setiap bulannya, tetapi hanya pemeriksaan makroskopis serta pemeriksaan secara kimia saja. Tidak dilakukan pemeriksaan biologis

Dari wawancara dengan petugas PRL, kegiatan pemeriksaan dan pengawasan air dilakukan secara rutin tiap bulan, dari hsil pemeriksaan kimia air hampir 90% dalam batas normal, namun pemeriksaan mikrobiologis tidak dapat dilakukan karena membutuhkan alat

Page 17: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

16

khusus dan harganya cukup mahal. Dari data laporan hasil kegiatan PRL: 90% air pada rumah yang diperiksa secara kimia dalam batas normal

2 Pengawasan gedung bangunan dan perusahaan (Sanitasi lingkungan)

Kegiatan berjalan dengan baik setiap bulannya. Umumnya sanitasi gedung/bangunan pelabuhan cukup baik dan tidak ada masalah yang berarti.

Dari wawancara dengan petugas PRL, kegiatan dilaksanakan setiap bulannya. Umumnya sanitasi gedung/ bangunan pelabuhan cukup baik dan tidak ada masalah yang berarti. Dari data laporan hasil kegiatan PRL: 90% gedung yang diperiksa smemiliki sanitasi yang baik

3 Pemeriksaan dan pengawasan makanan

Kegiatan berjalan dengan baik setiap bulannya. Namun masih banyak lalat ditemukan di beberapa restauran yang diperiksa serta para penyedia makanan tidak menggunakan sarung tangan serta penutup kepala.

Dari wawancara dengan petugas PRL, kegiatan dilaksanakan setiap bulannya. Lalat ditemukan di beberapa restauran yang diperiksa serta para penyedia makanan tidak menggunakan sarung tangan serta penutup kepala.

4 Survei larva/jentik nyamuk

Masih banyak terdapat jentik nyamuk pada beberapa rumah. Pemeriksaan tidak dilakukan pada seluruh rumah yang berada di daerah perimeter dan buffer pelabuhan.

Berdasarkan observasi langsung di lapangan, masih banyak terdapat jentik nyamuk pada beberapa rumah serta pemeriksaan tidak dilakukan pada seluruh rumah yang berada di daerah perimeter dan buffer pelabuhan.

5 Pemeriksaan nyamuk malam hari

Masih banyak terdapat nyamuk baik di dalam dan di luar rumah. Pemeriksaan nyamuk malam hari dilakukan hanya 3 jam yaitu mulai pukul 19.00 hingga 22.00.

Berdasarkan observasi langsung di lapangan, masih banyak nyamuk baik di dalam/luar rumah. Bedasarkan wawancara dengan petugas PRL, prosedur untuk survei nyamuk malam dilakukan

Page 18: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

17

mulai pukul 18 sore hingga esok hari pukul 07.00 pagi

6 Survei kepadatan lalat Masih banyak terdapat lalat baik di dalam dan di luar rumah

Berdasarkan observasi langsung di lapangan, masih banyak terdapat lalat di dalam/ luar rumah.

3.1.3 Penentuan Prioritas Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut, ditetapkan satu prioritas masalah yang

dipilih berdasarkan penentuan prioritas masalah dengan seleksi. Prioritas masalah

ditentukan berdasarkan sistem seleksi yang menggunakan dua unsur, yaitu kriteria

(urgensi/kepentingan, solusi, kemampuan anggota mengubah, dan biaya) dan skor

(nilai 1, 2, dan 3).

1. Urgensi / kepentingan

a. Nilai 1 tidak penting

b. Nilai 2 penting

c. Nilai 3 sangat penting

2. Solusi

a. Nilai 1 tidak mudah

b. Nilai 2 mudah

c. Nilai 3 sangat mudah

3. Kemampuan anggota mengubah

a. Nilai 1 tidak mudah

b. Nilai 2 mudah

c. Nilai 3 sangat mudah

4. Biaya a. Nilai 1 tinggi b. Nilai 2 sedang c. Nilai 3 rendah

Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan penulis. Total skor

dari masing-masing kriteria merupakan penentu prioritas masalah, yaitu masalah

dengan total paling tinggi sebagai ranking pertama dalam dan menjadi prioritas

masalah untuk dicari penyelesaian masalahnya.

Page 19: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

18

Tabel 3.2 Penilaian prioritas masalah pada unit kerja PRL KKP Pekanbaru.

No Kriteria masalah Urgensi Solusi

Kemampuan untuk

mengubah Biaya Total Rank

1 Kurang optimalnya Pemeriksaan dan Pengawasan air

2 1 1 1 2 IV

2 Kurang optimalnya Pemeriksaan dan pengawasan gedung bangunan

1 1 1 1 1 V

3 Kurang optimalnya Pemeriksaan dan pengawasan makanan

2 2 2 2 16 III

3 Kurang optimalnya pengendalian vektor nyamuk (termasuk jentik nyamuk)

3 3 3 2 54 I

4 Kurang optimalnya pengendalian vektor lalat

2 3 3 2 36 II

3.1.4 Analisis Penyebab Masalah

Setelah ditetapkan prioritas masalah berdasarkan sistem seleksi di atas,

dilakukan analisis penyebab masalah dari berbagai aspek, yaitu man, material,

market, dan methode yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan data

sekunder. Berikut adalah penyebab-penyebab kurang optimalnya program

pengendalian vektor nyamuk pada unit kerja PRL KKP Pekanbaru.

Page 20: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

19

Tabel 3.3. Analisis Penyebab Masalah

No Masalah Penyebab timbulnya masalah Evidence Based

1 Kurang optimalnya program pengendalian vektor nyamuk

Man

• Kurangnya petugas kesehatan pada dua unit kerja PRL

Material

• Tidak ada flipchart, media penyuluhan dan brosur DBD, malaria dan penyakit lain yang ditularkan nyamuk

Methode

• Pemeriksaan nyamuk malam hari tidak sesuai prosedur

• Kurangnya koordinasi

Observasi

• Hanya ada satu petugas yang bertanggung jawab pada seksi PRL pemeriksaan nyamuk malam hari, dan satu penangungjawab pemeriksaan jentik. Jumlah petugas yang turun pada pemeriksan nyamuk malam 4 orang, sehingga pemeriksaan naymuk malam tidak dapat dilakukan hingga pagi hari

Observasi

• Tidak ditemukan flipchart, media penyuluhan, dan brosur DBD malaria dan penyakit lain yang ditularkan nyamuk

Observasi

• Pemeriksaan nyamuk dimulai dari jam 19.00 sampai jam 22.00, seharusnya dimulai dari pukl 18.00 hingga pukul 06.00

Wawancara

Page 21: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

20

antara KKP – Puskesmas – RS – DKK – masyarakat dalam sistem pelaporan dan penanggulangan DBD.

Market

• Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit yang ditimbulkan nyamuk serta cara pencegahannya.

• Masih banyak masyarakat yang menolak

• Kurang terjalin kerjasama antara KKP-Puskesmas-DKK dalam pengendalian vektor nyamuk.

• Foging dilakukan oleh KKP dan DKK secara tersendiri tanpa melaui koordinasi terlebih dahulu.

• Tidak jelas siapa yang menjadi penangguang jawab jika terjadi kasus DBD,apakah KKP atau Puskesmas setempat

Wawancara

• Banyak masyarakat yang menolak saat rumahnya akan diperiksa

Observasi • Masih banyak

masyarakat yang tidak mau rumahnya diperiksa

Wawancara: Biaya operasional untuk program kegiatan pengendalian vektor nyamuk masih terbatas

Page 22: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

21

rumahnya diperiksa petugas

Money

Masih terbatasnya dana untuk pengendalian vektor nyamuk

Page 23: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

22

Berikut ini merupakan hubungan keempat faktor penyebab masalah yang

ditampilkan dalam bentuk Fishbone Ishikawa.

Gambar 4. Fishbone analysis Ishikawa

MAN

MATERIAL

Petugas kurang Flipchart, media penyuluhan,

brosur tidak ada

Program

Pengendalian

vektor nyamuk

belum optimal Kurangnya

pengetahuan

masyarakat

Kurangnya koordinasi

Puskesmas – RS – DKK

– masyarakat

Pelaksanaan tidak

sesuai prosedur

METHODE

MONEY

MARKET

Kurangnya

dana

operasional

Page 24: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

23

3.2 Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi operasional dari beberapa istilah yang

digunakan dalam kegiatan optimalisasi pengendalian vektor nyamuk di wilayah

kerja KKP Pekanbaru.

1. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah Unit Pelaksana Teknis

dilingkungan Departemen Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung

jawab kepada Direktur Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan

Penyehatan Lingkungan.

2. Vektor penyakit adalah serangga atau arthropoda penyebar penyakit. Yang

termasuk ke dalam vektor antara lain nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan pinjal.

Pada kegiatan ini yang menjadi vektor penyakit adalah nyamuk.

3. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk A.aegypti atau A. albopictus, yang

ditandai demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, gelisah,

nyeri ulu hati, disertai bintik perdarahan di kulit, kadang mimisan, muntah

darah, bahklan dapat berakibat kematian.

4. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis

Plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat, yang

ditularkan oleh nyamuk genus Anopheles.

5. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

cacing filarial.

6. Chikungunya adalah penyakit menular sejenis demam disertai nyeri otot yang

bersifat yang disebabkan oleh Alvavirus yang ditularkan oleh beberapa jenis

nyamuk yaitu A.Aegypti, A.albopictus, Culex fatigans dan Mansonia sp.

7. Encephalitis adalah suatu penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat.

Page 25: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

0

3.1.5. Alternatif Pemecahan Masalah

Langkah selanjutnya setelah analisis penyebab masalah adalah penetapan alternatif pemecahan masalah untuk mendapatkan solusi

terbaik dalam optimalisasi pengendalian vektor nyamuk di wilayah kerja Pelabuhan Kampung Dalam

Tabel 3.4. Alternatif Pemecahan Masalah

Masalah Penyebab Masalah

Alternatif pemecahan

masalah Tujuan Sasaran Tempat

Pelaksana kegiatan

Waktu Kriteria

keberhasilan

Pengen

dalian

vektor

nyamuk di

wilayah

kerja

Pelabuh-

an

Kampung

Dalam

Jumlah Petugas bagian PRL kurang

Merekomendasikan agar dilakukakan penambahan petugas

Petugas untuk kegiatan pengendalian vektor nyamuk cukup

Kepala Dinas KKP

KKP

Dokter muda KKS

Desember 2008

Penambahan jumlah petugas

Tidak ada flipchart, media penyuluhan dan brosur DBD, malaria dan penyakit lain yang ditularkan nyamuk

Membuat flipchart, media penyuluhan dan brosur

Tersedianya flipchart, media penyuluhan dan brosur DBD

Seksi PRL

KKP

Dokter muda KKS

Desember 2008

Tersedia flipchart penyuluhan dan brosur DBD

Page 26: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

1

Pemeriksaan nyamuk malam hari tidak sesuai prosedur

Menyarankan agar pemeriksaan nyamuk malam hari sesuai prosedur

Hasil pemeriksaan nyamuk malam hari lebih bermakna

Seksi PRL

Pelabuhan Kampung Dalam

Dokter muda KKS

Desember 2008

Pemeriksaan nyamuk malam hari sesuai prosedur

Kurangnya koordinasi antara KKP – Puskesmas – RS – DKK – masyarakat dalam sistem pelaporan dan penanggulangan DBD Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit yang ditimbulkan nyamuk serta cara pencegahannya.

Menyarankan agar terbina koordinasi antara KKP – Puskesmas – RS – DKK – masyarakat dalam sistem pelaporan dan penanggulangan DBD.

Memberikan penyuluhan, menyebarkan brosur

Pelaksanaan kgiatan tidak tumpang tindih

Bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat

KKP – Puskesmas – DKK

Masyarakat kampung dalam

KKP

Pelabuhan Kampung Dalam

Dokter muda KKS

Dokter muda KKS

Desember 2008

Desember 2008

Adanya koordinasi yang baik antara KKP – Puskesmas – DKK

Menurunkan kasus penyakit yang disebabkan nyamuk

Page 27: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

2

Masih banyak masyarakat yang menolak rumahnya diperiksa petugas Masih terbatasnya dana untuk pengendalian vektor nyamuk

Memberikan penjelasan mengenai tujuan pemeriksaan

Menambah alokasi dana

Masyarakat mengerti tujuan dilakukakan pemeriksaan

Terlaksana kegiatan

Masyarakat Kampung Dalam

Kepala dinas KKP

Pelabuhan Kampung Dalam

KKP

Dokter muda KKS

Dokter muda KKS

Desember

2008

Desember 2008

Masyarakat bersedia rumahnya diperiksa

Kegiatan operasional dapat terlaksana

Page 28: Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala

0

DAFTAR PUSTAKA

1. Petunjuk Teknis Pengendalian Resiko Lingkungan. Kantor Kesehatan

Pelabuhan. 42-58

2. Studi Kasus. Waspadai Penyakit Bersumber Nyamuk

http://www.ajago.blogspot.htm [diakses Desember 2008]

3. Buku Laporan Kegiatan Pengendalian Resiko Lingkungan Tahun 2007

4. Ririh Y dan Anny V. Hubungan Kondisi Lingkungan Kontainer, dan Perilaku

Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti di Daerah

Endemis DBD Surabaya. http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-

1-2-08.pdf.id [diakses Desember 2008]

5. http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.arbovirus.health.nsw.go

v.au/areas/arbovirus/mosquit/photos/aedes_aegypti_larvae2.jpg&imgrefurl

[diakses Desember 2008]

6. Penyakit-Penyakit yang Ditularkan Nyamuk. http://www.dinkesjatim.go.id

go.id/images/datainfo/200501031458-Selpandnyamuk.pdf [diakses Desember

2008]

7. Depkes RI. Kesehatan dan Indonesia sehat 2010. www.depkes.go.id [diakses

Desember 2008]