OPT Penting 3, Kutu Hijau

5
 KUTU HIJAU (Coccus viridis (Green)) I W. Mudita & J.A. Londingkene Minat Perlindungan Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Undana Jl. Adicucipto, Penfui, Kupang, NTT A. Nama Umum dan Klasifikasi OPT Nama umum bahasa Indonesia untuk Coccus viridis (Green) adalah kutu hijau, sedangkan nama umum bahasa Inggris adalah soft green scale (Kalshoven 1981). Klasifikasi kutu hijau menurut Kalshoven adalah golongan Animalia, filum  Arthropoda , kelas Inse cta, ordo Homopte ra, famili Co ccidae, gen us Coccu s, dan spe sies C. viridis (Green) (Kalshoven 1981). B. Gejala Kerusakan Kutu biasanya menyerang bagian ujung pucuk dan bagian tulang daun dari daun muda dengan cara menghisap cairan dari pembuluh floem (Copland & Ibrahim 1985). Bila padat populasi rendah, serangan tidak menimbulkan gejala yang tampak jelas. Namun bila padat populasi tinggi akan menyebabkan daun mengeriput dan menguning, daun gugur, dan pembentukan buah berkurang (Mau & Martin-Kessing 1992). Secara keseluruhan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan buah gugur (Kalshoven 1981). Kutu hijau, sebagaimana kutu berperisai lunak ( soft-bodied scales) lainnya, menghasilkan sekresi berupa cairan madu pada permukaan bagian tanaman yang diserangnya. Cairan madu ini, selain dimakan oleh semut, juga menjadi pertumbuhan  jamur jelaga yang me nyebab kan permu kaan ba gian tanaman yang seharusn ya hijau menjadi tampak kotor berwarna hitam (Elmer & Brawner 1975). C. Biologi OPT Kutu dewasa berbentuk oval, pipih, sering tidak simetris karena substrat yang tempatnya menempel tidak rata, berwarna dalam berbagai nuansa hijau, panjang mencapai 0,5 cm (Kalshoven 1981). Pada bagian tengah punggung terdapat pola berbentuk U yang membedakannya dari kutu hijau lainnya (Mau & Martin-Kessing 1992) (Gambar 1a). Menurut Kalshoven (1981), individu pada pucuk lebih besar daripada individu pada daun dan individu pada tanaman subur lebih besar daripada individu pada tanaman merana. Ujung depan tubuh kutu dewasa lebih membulat daripada ujung belakangnya, antena masih ada, dan kaki kelihatan di bawah perisai di bagian kiri dan kanan tubuh. Kutu betina tidak bersayap dan jarang bergerak, sedangkan kutu jantan tidak bersayap atau mempunyai sepasang sayap membran. Kutu hijau berkembang biak dengan telur atau langsung menghasilkan nimfa muda. Kutu yang telah mati berwarna hitam dan tanpa pola U di bagian punggungnya (Bess 1958, Mau & Martin-Kessing 1992). Telur berbentuk oval memanjang, berwarna hijau keputih-putihan, diletakkan di bawah perisai kutu betina (Kalshoven 1981, Mau & Martin-Kessing 1992). Nimfa yang baru menetas juga tetap berada di bawah perisai induknya. Kutu betina cenderung meletakkan telur pada permukaan bawah daun di sepanjang tulang daun utama. Telur menetas dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam sejak diletakkan (Fredrick, 1943). Nimfa berbentuk pipih, berwarna hijau kekuning-kuningan, mempunyai enam kaki pendek. Nimfa terdiri atas tiga instar, instar pertama berada di bawah perisai, sedangkan instar kedua dan ketiga disebut crawler karena bergerak aktif ke mana-mana mencari

Transcript of OPT Penting 3, Kutu Hijau

Page 1: OPT Penting 3, Kutu Hijau

5/14/2018 OPT Penting 3, Kutu Hijau - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/opt-penting-3-kutu-hijau 1/5

 

KUTU HIJAU(Coccus viridis (Green))

I W. Mudita & J.A. Londingkene

Minat Perlindungan Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian UndanaJl. Adicucipto, Penfui, Kupang, NTT

A. Nama Umum dan Klasifikasi OPTNama umum bahasa Indonesia untuk Coccus viridis (Green) adalah kutu hijau,

sedangkan nama umum bahasa Inggris adalah soft green scale (Kalshoven 1981).Klasifikasi kutu hijau menurut Kalshoven adalah golongan Animalia, filum

Arthropoda, kelas Insecta, ordo Homoptera, famili Coccidae, genus Coccus, dan spesiesC. viridis (Green) (Kalshoven 1981).

B. Gejala Kerusakan

Kutu biasanya menyerang bagian ujung pucuk dan bagian tulang daun dari daunmuda dengan cara menghisap cairan dari pembuluh floem (Copland & Ibrahim 1985). Bilapadat populasi rendah, serangan tidak menimbulkan gejala yang tampak jelas. Namun bilapadat populasi tinggi akan menyebabkan daun mengeriput dan menguning, daun gugur,dan pembentukan buah berkurang (Mau & Martin-Kessing 1992). Secara keseluruhanpertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan buah gugur (Kalshoven 1981).

Kutu hijau, sebagaimana kutu berperisai lunak (soft-bodied scales ) lainnya,menghasilkan sekresi berupa cairan madu pada permukaan bagian tanaman yangdiserangnya. Cairan madu ini, selain dimakan oleh semut, juga menjadi pertumbuhan

 jamur jelaga yang menyebabkan permukaan bagian tanaman yang seharusnya hijaumenjadi tampak kotor berwarna hitam (Elmer & Brawner 1975).

C. Biologi OPTKutu dewasa berbentuk oval, pipih, sering tidak simetris karena substrat yangtempatnya menempel tidak rata, berwarna dalam berbagai nuansa hijau, panjangmencapai 0,5 cm (Kalshoven 1981). Pada bagian tengah punggung terdapat polaberbentuk U yang membedakannya dari kutu hijau lainnya (Mau & Martin-Kessing 1992)(Gambar 1a). Menurut Kalshoven (1981), individu pada pucuk lebih besar daripadaindividu pada daun dan individu pada tanaman subur lebih besar daripada individu padatanaman merana. Ujung depan tubuh kutu dewasa lebih membulat daripada ujungbelakangnya, antena masih ada, dan kaki kelihatan di bawah perisai di bagian kiri dankanan tubuh. Kutu betina tidak bersayap dan jarang bergerak, sedangkan kutu jantan tidakbersayap atau mempunyai sepasang sayap membran. Kutu hijau berkembang biakdengan telur atau langsung menghasilkan nimfa muda. Kutu yang telah mati berwarna

hitam dan tanpa pola U di bagian punggungnya (Bess 1958, Mau & Martin-Kessing 1992).Telur berbentuk oval memanjang, berwarna hijau keputih-putihan, diletakkan dibawah perisai kutu betina (Kalshoven 1981, Mau & Martin-Kessing 1992). Nimfa yangbaru menetas juga tetap berada di bawah perisai induknya. Kutu betina cenderungmeletakkan telur pada permukaan bawah daun di sepanjang tulang daun utama. Telurmenetas dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam sejak diletakkan (Fredrick,1943). Nimfa berbentuk pipih, berwarna hijau kekuning-kuningan, mempunyai enam kakipendek. Nimfa terdiri atas tiga instar, instar pertama berada di bawah perisai, sedangkaninstar kedua dan ketiga disebut crawler karena bergerak aktif ke mana-mana mencari

Page 2: OPT Penting 3, Kutu Hijau

5/14/2018 OPT Penting 3, Kutu Hijau - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/opt-penting-3-kutu-hijau 2/5

 

tempat menghisap makanan yang disukai (Gambar 1b). Instar berikutnya berukuran lebihbesar dan lebih cembung daripada instar sebelumnya (Dekle 1976, Hill 1983, Mau &Martin-Kessing 1992, Metcalf 1962).

(a) (b)Gambar 1. Morfologi (Nama Hama): (a) Kutu hijau dewasa dan (b) Koloni kutu hijau terdiriatas nimfa dan dewasa. Sumber: © Mangan dalam Hindayana et al . (2002).

D. Daur Hidup OPTKutu daun bermetamorfosis tidak sempurna dari telur menjadi nimfa dan

selanjutnya menjadi imago. Perkembangan dari telur sampai dewasa memerlukan waktu45 hari pada ketinggian <600 m dpl dan 65 hari pada ketinggian di atas 600 m dpl.(Kalshoven 1981). Perkembangbiakan terjadi terutama secara partenogenesis dan kutu

 jantan sangat jarang (Mau & Martin-Kessing 1992). Menurut Kalshoven (1981), kutu betina

dapat menghasilkan ratusan nimfa muda dalam 6 minggu, tetapi hanya 20-25 yang dapatbertahan.

Perkembangan koloni kutu hijau memerlukan asuhan semut dengan imbalanembun madu yang dihasilkannya. Semut yang beasosiasi dengan kutu hijau meliputisemut gramang (), semut hitam (Dolichoderus), semut Myrmecaria brunnea Mayr., semutangrang (Oecophylla), semut tembakau (Solenopsis), dan semut Crematogaster(Kalshoven 1981).

E. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Populasi dan SeranganPerkembangan kutu hijau sangat dibantu oleh keadaan cuaca kering, padat

populasinya biasanya mencapai maksimum pada akhir musim kemarau. Kutu hijau jugaberkembang lebih baik di dataran rendah daripada di dataran tinggi. Meskipun demikian,

eksplosi juga dapat terjadi pada cuaca yang cukup basah bila terdapat banyak pucukmuda, semut pengasuh, dan tanaman kurang terpelihara sehingga lemah (Kalshoven1981).

Menurut Kalshoven (1981), populasi kutu putih meningkat dengan cepat bilamendapat asuhan semut yang tepat, yaitu semut gramang. Dengan kehadiran semutgramang 50 individu kutu hijau berkembang menjadi 1500-1800 individu dalam 4 bulan,sedangkan dengan kehadiran semut hitam berkembang hanya menjadi 400-1000 individu.

Page 3: OPT Penting 3, Kutu Hijau

5/14/2018 OPT Penting 3, Kutu Hijau - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/opt-penting-3-kutu-hijau 3/5

 

F. Kisaran Inang dan Kemampuan Menurunkan HasilMenurut Kalshoven (1981), pada mulanya kutu hijau ditemukan pada kopi dan

kacapiring, tetapi kemudian juga ditemukan pada teh, kina, jeruk, jambu, dan berbagaitanaman lain. Mau & Martin-Kessing (1992) menyatakan bahwa di Hawaii kutu hijaumenyerang Annona (cherimoya, atemoya, sugar apple), anthurium, apokat, kakao, seledri,

kopi, jahe, jambu biji, jeruk asam, makadamia, jeruk peras, angrek, dan plumeria.Pada kopi, kutu hijau menyukai tipe arabika, robusta, maupun liberika (kalshoven

1981). Menurut Mau & Martin-Kessing (1992) dan LePelley (1968), kutu hijau dapatmenjadi sangat merusak pada kopi bila faktor lingkungan fisik dan hayati mendukungperkembangan populasinya.

G. Sebaran di Luar dan di Wilayah PenelitianKutu hijau berasal dari Brazil dan kini telah tersebar ke sluruh kawasan tropika

kecuali Australia bagian Utara. Di wilayah penelitian kutu hijau ditemukan di ketigakabupaten (Ende, Sikka, dan Flores Timur) dengan intensitas kerusakan ringan sampaisedang sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Tabel 4.14c. Wilayah Sebaran Kutu Hijau (Coccus viridis  (Green)) dan Kategori Keru-sakan yang Ditimbulkan pada Tanaman Kopi di Kecamatan-kecamatan di KabupatenEnde, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur

Kabupaten Kategori Kecamatan Sebaran

Ende Absen Ende, Ende Selatan, Nangapanda, Ndona, Pulau Ende

Ringan Detukeli, Detusoko, Kelimutu, Kotabaru, Lio Timur, Maukaro, Maurole, NdonaTimur, Wewaria, Wolojita, Wolowaru

SedangBerat

Sikka Absen Alok, Bola, Kewapante, Pulau Palue, Talibura

Ringan Lela, Maumere, Mego, Nita, Paga, Waigete

Sedang

BeratFloresTimur

Absen Ile Boleng, Ile Mandiri, Solor Timur, Witihama, Wotan Ulumado

Ringan Adonara Barat, Klubanggolit, Larantuka, Solor Barat, Tanjung Bunga

Sedang Adonara Timur, Titehena, Wulanggitang

Berat

Sumber: Hasil analisis data pengamatan lapangan dan pemeriksaan laboratorium

H. Pengelolaan OPTMekanik. Pengendalian secara mekanik dilakukan bila padat populasi kutu masih

sangat rendah dengan memencet kutu yang ditemukan pada pucuk atau daun kopi (Mau& Martin-Kessing 1992).

Fisik. Pengendalian secara fisik dilakukan pada padat populasi rendah denganmemotong dan membakar pucuk dan daun terserang.

Kimiawi. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan bila padat populasi kutu

hijau sudah sangat tinggi dengan menggunakan insektisida karbaril dan metomil (Elmer &Brawner 1975). Bila digunakan karbaril, penyemprotan harus dilakukan dengan sangathati-hati sebab insektisida ini sangat beracun terhadap musuh alami (Mau & Martin-Kessing 1992). Menurut Kalshoven (1981), selain terhadap kutu daun, pengendaliansecara kimiawi harus pula disertai dengan pengendalian semut pengasuhnya denganmenggunakan jenis insektisida yang direkomendasikan. Insektisida yang diijinkan olehKomisi Pestisida (1999) untuk pengendalian kutu hijau adalah formotion 330 g/L (Anthio330 EC) dan, secara terbatas, metidation 420 g/L (Supracide 40 EC).

Page 4: OPT Penting 3, Kutu Hijau

5/14/2018 OPT Penting 3, Kutu Hijau - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/opt-penting-3-kutu-hijau 4/5

 

Alami dan Hayati. Menurut Charanasri & Nishida (1985) dan Clausen et al.(1978), pengendalian kutu hijau di Hawai dilakukan terutama secara alami dan hayati. DiIndonesia, Kalshoven (1981) dan Hindayana et al . (1992) melaporkan bahwa faktormortalitas kutu hijau terdiri atas entomopatogen, predator, dan parasitoid. Entomopatogenmeliputi jamur Cephalosporium lecanii yang membentuk miselium putih di permukaan

tubuh kutu mati, jamur Entomophthora sp. yang membentuk miselium hitam di permukaantubuh kutu mati, dan jamur Hypocrella javanica dan H. reieckiana yang masing-masingmembentuk miselium merah-oranye dan coklat gelap pada permukaan tubuh kutu mati.Selain itu, jamur Verticillium sp. juga dapat mematikan kutu hijau. Predator kutu hijauterdiri atas coccinellid cokelat-merah Chilocorus melanophthalmus Muls. dan coccinellidbiru Orcus sp. serta ulat noctuid Eublemma. Parasitoid terdiri atas tidak kurang dari 11spesies, tetapi yang terpenting adalah aphelinid Coccophagus bogoriensis Kngb. yangmampu membunuh sampai 70% dari populasi.

Genetik. Tidak tersedia informasi mengenai pengendalian secara genetik terhadapkutu hijau.

Budidaya. Tidak tersedia informasi mengenai pengendalian secara budidayaterhadap kutu hijau.

Daftar PustakaBess, H.A. 1958. The Green Scale, Coccus viridis (green) (Homoptera: Coccidae), and

Ants. Proc. Hawaiian Entomol. Soc. 16(3): 349-355.Charanasri, V., & T. Nishida 1975. Relative Abundance of Three Coccinellid Predators of

the Green Scale, Coccus viridis (Green) on Plumeria Trees. Proc. HawaiianEntomol. Soc. 22(1): 27-32.

Clausen, C. P. (Ed.), B.R. Bartlett, E.C. Bay, P. DeBach, R.D. Goeden, E.F. Legner, J.A.McMurtry, E.R. Oatman, & D. Rosen. 1978. Green Scale, (Coccus viridis (Green)).pp. 73-74. In Introduced Parasites and Predators of Arthropod Pests and Weeds: AWorld View. Agriculture Handbook No. 480. US Department of Agriculture.Washington, DC.

Copland, M.J.W., & A.G. Ibrahim 1985. Chapter 2.10 Biology of Glasshouse Scale Insectsand Their Parasitoids. pp. 87-90. In: Biological Pest Control The GlasshouseExperience. Eds. Hussey, N. W. and N. Scopes. Cornell University Press; Ithaca,New York.

Dekle, G.W. 1976. Green Scale, Coccus viridis (Green). Fla. Dept. Agr. & ConsumerServ., Div. of Plant Industry. Entomology Circular No. 165.

Elmer, H.S., & O.L. Brawner 1975. Control of Brown Soft Scale in Central Valley.Citrograph. 60(11):402-403.

Fredrick, J.M. 1943. Some Preliminary Investigations of the Green Scale, Coccus viridis (Green), in South Florida. Florida Ent. 26(1): 12-15; 26(2): 25-29.

Hill, D.S. 1983. Coccus viridis (Green). pp. 225. In Agricultural Insect Pests of the Tropicsand Their Control, 2nd Edition. Cambridge University Press. 746 pages.

Hindayana, D., D. JudawiD. Priharyanto, G.C. Luther, G.N.R. Purnayasa, J. Mangan, K.Untung, M. Sianturi, P. Mundy, & Riyatno 1992. Musuh Alami, Hama, dan PenyakitTanaman Kopi. Proyek PHT Perkebunan Rakyat, Direktorat PerlindunganPerkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, DepartemenPertanian, Jakarta. 

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised and translated by P.A.van der Laan with the assistant of G.H.L. Rothschild. PT Ichtiar Baru-van Hoeve,Jakarta.

Page 5: OPT Penting 3, Kutu Hijau

5/14/2018 OPT Penting 3, Kutu Hijau - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/opt-penting-3-kutu-hijau 5/5

 

Komisi Pestisida 1999. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Komisi PestisidaDepartemen Pertanian, Jakarta.

LePelley, R.H. 1968. Coccus viridis (Green) - The Green Scale. pp. 353-355. In Pests ofCoffee. Longmans, Green & Co., Ltd., London and Harlow. 590 pages.

Mau, R.F.L., & J.L. Martin Kessing 1992. Green Scale (Coccus viridis (Green)). Crop

Knowledge Master. Website: Acessed: September 2005.Metcalf, R.L. 1962. Destructive and Useful Insects Their Habits and Control. McGraw-Hill

Book Company; New York, San Francisco, Toronto, London. 1087 pages.