Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia...

318

Transcript of Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia...

Page 1: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan
Page 2: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

1Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Mahkamah Konstitusi adalah pe-ngawal konstitusi dan penafsirkonstitusi demi tegaknya konstitusidalam rangka mewujudkan citanegara hukum dan demokrasi untukkehidupan kebangsaan dan kene-garaan yang bermartabat. Mahka-mah Konstitusi merupakan salahsatu wujud gagasan modern dalamupaya memperkuat usaha memba-ngun hubungan-hubungan yangsaling mengendalikan antarcabang-cabang kekuasaan negara.

DITERBITKAN OLEHMAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

Jl. Medan Merdeka Barat Nomor 7Jakarta Pusat

Telp. (021) 3520173, 3520787Fax. (021) 352-2058

Membangun konstitusionalitas IndonesiaMembangun budaya sadar berkonstitusi

Website: www.mahkamahkonstitusi.go.ide-mail: [email protected]

Volume 1 Nomor 2Desember 2004

Page 3: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

2 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Dewan Pengarah:Dewan Pengarah:Dewan Pengarah:Dewan Pengarah:Dewan Pengarah:Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.

Prof. Dr. Muhamad Laica Marzuki, S.H.Prof. Abdul Mukthie Fadjar, S.H., M.S.

Letjen TNI (Purn) H. Ahmad Roestandi, S.H.Prof. H. Ahmad Syarifuddin Natabaya, S.H. LLM

Dr. Harjono, S.H., MCLMaruarar Siahaan, S.H.

I Dewa Gede Palguna S.H., M.H.Soedarsono, S.H.

Penanggung Jawab:Penanggung Jawab:Penanggung Jawab:Penanggung Jawab:Penanggung Jawab: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.Wakil Penanggung Jawab:Wakil Penanggung Jawab:Wakil Penanggung Jawab:Wakil Penanggung Jawab:Wakil Penanggung Jawab: Prof. Dr. Muhamad Laica Marzuki, S.H.

Pemimpin Redaksi:Pemimpin Redaksi:Pemimpin Redaksi:Pemimpin Redaksi:Pemimpin Redaksi: Rofiqul-Umam AhmadRedaktur Pelaksana:Redaktur Pelaksana:Redaktur Pelaksana:Redaktur Pelaksana:Redaktur Pelaksana: Mustafa Fakhri

Sidang Redaksi:Sidang Redaksi:Sidang Redaksi:Sidang Redaksi:Sidang Redaksi: Jimly Asshiddiqie, Muhammad Laica Marzuki,Janedjri M. Gaffar, Ahmad Fadlil Sumadi, Winarno Yudho, Rofiqul-Umam Ahmad

Mustafa Fakhri, Ali Zawawi, Munafrizal, Bisariyadi, Zainal A. M. Husein

Sekretaris Redaksi:Sekretaris Redaksi:Sekretaris Redaksi:Sekretaris Redaksi:Sekretaris Redaksi: Bisariyadi

Distributor:Distributor:Distributor:Distributor:Distributor: Nanang SubektiAlamat Redaksi:Alamat Redaksi:Alamat Redaksi:Alamat Redaksi:Alamat Redaksi: Jl. Medan Merdeka Barat No. 7 Jakarta Pusat

Telp. 021-3520173, Faks. 021-3522087

Diterbitkan oleh:Diterbitkan oleh:Diterbitkan oleh:Diterbitkan oleh:Diterbitkan oleh:Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Website:Website:Website:Website:Website: http://www.mahkamahkonstitusi.go.id

Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidakmewakili pendapat resmi MK.

Page 4: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

3Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

JURNAL KONSTITUSIVolume 1 Nomor 2, Desember 2004

Pengantar Redaksi ..................................................... 4Opini Hakim Konstitusi, Laica Marzuki ..................... 7

Analisis PutusanMengurai Putusan Pembatalan UU Nomor 45 Tahun 1999

oleh Marwan Mas ....................................................................................... 16Masa Depan Papua Pasca Putusan MK

Oleh Yudi Latif ........................................................................................... 48Langkah Panjang Menuju Realisasi UU Nomor 21 Tahun 2001Tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua

oleh Maria Farida Indrati S ....................................................................... 65Analisis Putusan MK Perkara No. 168/SKLN-II/2004

Oleh Ernawati Munir .................................................................................. 85

Catatan Hukum dan KonstitusiKritik Yuridis atas UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Oleh Arifin P. Soeria Atmadja .................................................................... 98Fenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945:Menambah Legitimasi, Memperbesar Fungsi

Oleh Fitra Arsil .......................................................................................... 108

Historika KonstitusiSistem Pemerintahan dengan Prinsip “Checks and Balances”

oleh RM Ananda B. Kusuma ...................................................................... 141

Resensi BukuIkhtiar Mereduksi Wabah Korupsi

oleh Totok Dwi Diantoro .......................................................................... 158Memaknai Kembali Jurnalisme di Era yang Berubah

Oleh Hertasning Ichlas ........................................................................... 163

Daftar Isi

OTONOMI KHUSUS PROPINSI PAPUAPASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999

Putusan MKPerkara No. 018/PUU-I/2003 ............................................................................ 171

Page 5: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

4 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Pengantar REDAKSI

ketidakstabilan politik, ekonomi dan sosial, ketidakpastianhukum dan masalah korupsi yang telah membudaya, jugaproblem ketidakmerataan pembangunan di daerah yangmenimbulkan kecemburuan dari banyak masyarakat didaerah atas keterlambatan pembangunan di wilayah masing-masing juga telah memicu berbagai permasalahan baru yangsangat serius. Reaksi atas kondisi ini pun disikapi secaraberagam di daerah yang berbeda. Mulai dari tuntutan agarpimpinan daerah yang bersangkutan segera mengundurkandiri, hingga munculnya gerakan separatis bersenjata.Meskipun menggunakan metode yang berbeda, namuntujuan utamanya tetap sama, yakni demi tercapainyakesejahteraan yang lebih baik di bawah pemerintahan baru.

Harus diakui adanya kenyataan sejarah yang menun-jukkan bahwa selama pemerintahan Orde Baru sejumlahdaerah yang umumnya berada di seberang pulau Jawamengalami ketertinggalan dalam hal pembangunaninfrastruktur maupun suprastruktur. Bahkan di era reformasipun kondisi ini tidak dengan serta merta berubah. Berbagaitahapan reformasi hukum di bidang pengaturan perim-bangan kekuasaan antara pusat dan daerah perlu dilakukanterlebih dahulu. Mulai dari perubahan konstitusi yangmenambah kekuasaan bagi pemerintah daerah melalui

K risis multidimensi di Indonesia memang memilikikarekteristik yang unik. Tidak hanya problem

Page 6: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

5Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

kewenangan untuk menjalankan otonomi yang seluas-luasnya, pembentukan Dewan Perwakilan Daerah sebagaisalah satu kamar pada lembaga perwakilan negeri ini yangmemiliki sejumlah kewenangan khusus dalam urusanpelaksanaan pembangunan di daerah sebagai pelaksanafungsi checks and balances.

Barangkali tidak ada satupun negara di dunia yangmemiliki wilayah yang secara geografis terdiri dari sepuluhribu pulau lebih, selain Indonesia. Bahkan dalam satu pulauyang sama sekalipun terdapat beberapa sistem hukum adatyang berbeda. Dengan demikian, latar belakang kulturalmasyarakat di tanah air ini juga sangat kompleks. Di bawahsuatu pemerintahan yang berjalan baik dan normal saja,kondisi negeri dengan karakteristik yang istimewa ini sudahakan memberikan PR (pekerjaan rumah) yang luar biasaberat bagi pemerintah. Terlebih dengan problematikatersendiri yang dimiliki oleh setiap manajemen pemerintahansejak zaman Orde Lama hingga kini, dapat dikatakan bahwamemang tidak mudah menjadi Presiden Republik Indone-sia.

Salah satu persoalan peningkatan kesejahteraan daerahyang cukup serius, terjadi di provinsi paling timur Indonesia.Untuk itulah, sebagai salah satu bentuk dari eksaminasiputusan yang disediakan oleh Mahkamah Konstitusi, padaJurnal Konsitusi kali ini pembaca yang budiman akanmendapatkan diskursus yang mendalam berkenaan denganPutusan MKRI Perkara Nomor 018/PUU-I/2003 yangmemberi kata akhir atas upaya judicial review Undang-Undang No. 45 tahun 1999 tentang Pembentukan ProvinsiIrjabar, Irjateng dan sejumlah daerah tingkat dua di Papua.MK menyatakan bahwa sejak berlakunya Undang-UndangNo. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi ProvinsiPapua, maka pemberlakuan Undang-Undang No. 45/1999bertentangan dengan UUD 1945. Undang-Undang No.45/1999 yang mengatur tentang pembentukan Provinsi Irjateng,Irjabar, Kab Paniai, Kab Mimika, Kab Puncak Jaya dan Kota

Page 7: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

6 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Sorong dinyatakan tidak berlaku lagi. Dengan kata lain,pemekaran Papua harus mengacu pada Undang-Undang No.21 Tahun 2001. sebagai konsekuensi dari putusan MK iniantara lain adalah batalnya pembentukan provinsi Irian JayaTengah. Sementara Irjabar yang sudah terlanjut terbentuktetap dibiarkan meskipun pijakan hukumnya (UU No. 45/1999) sudah dinyatakan tidak memiliki kekuatan hukumyang mengikat.

Selamat menikmati!

Page 8: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

7Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Pemberhentian Presiden/Wakil PresidenMenurut Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945(Sesudah Perubahan UUD)

oleh H.M. Laica MarzukiGuru Besar Hukum Tata Negara Universitas Hasanuddin

Makassar

PENDAHULUANPerubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 menetapkan bahwasanyaPresiden dan/atau Wakil Presiden dipilih dalam satupasangan secara langsung oleh rakyat (Pasal 6 A UUD NRITahun 1945). Pasal 7 UUD NRI Tahun 1945 menegaskanbahwasanya Presiden dan Wakil Presiden memegangjabatannya selama masa lima tahun, dan sesudahnya dapatdipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satukali masa jabatan.

Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak dapat dijatuh-kan dalam masa jabatannya, tentu saja during good beha-viour. Presiden dan Wakil Presiden tidak lagi dipilih oleh MPR.Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak dapat pula mengaju-kan mosi tidak percaya (motie van wantrouwen) terhadap

Opini Hakim Konstitusi

Page 9: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

8 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

kebijakan Presiden dan/atau Wakil Presiden, sekalipundukungan DPR/DPD tetap dipandang efektif dalam rangkapenyelenggaraan pemerintahan.

Earl of Balfour (Z. Baharoeddin, 1957 : 354) mengemu-kakan pendapatnya tentang Sistem Presidensial yang mene-rapkan pemilihan presiden dan wakil presiden dalam masajabatan tertentu, sebagai berikut :

Under the Presidential system, the effective head of thenational administration is elected for a fixed term. He is prac-tically irremovable. Even if he is proved to be inefficient, evenif he becomes unpopular, even if his policy is unacceptable tohis countrymen, he and his methods must be endured untilthe moment comes for a new election.

Tidak berarti, pengawasan (kontrol) DPR tidak ada lagi,utamanya dalam rangka menjalankan fungsi anggaran.Rancangan Undang-Undang APBN diajukan Presiden untukdibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbanganDPD. Apabila DPR tidak menyetujui rancangan UU APBNdimaksud, Pemerintah menjalankan APBN tahun yang lalu( Pasal 23 UUD NRI Tahun 1945). Pasal 20 A UUD NRITahun 1945 secara tegas mencantumkan bahwa DPRmemiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsipengawasan.

PENGECUALIANNamun demikian, Presiden dan/atau Wakil Presiden

masih dapat diberhentikan dalam masa jabatannya olehMPR atas usul DPR, baik apabila terbukti telah melakukanpelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara,korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atauperbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagimemenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden(Pasal 7 A UUD NRI Tahun 1945). Hal dimaksud merupakanpengecualian yang diberikan konstitusi bagi pemberhentianPresiden dan Wakil Presiden hasil pemilihan langsung, yangsesungguhnya - dalam keadaan biasa (‘normal procedure’)

Opini Hakim Konstitusi

Page 10: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

9Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

- tidak dapat diberhentikan selama masa jabatan. Pengecu-alian yang diberikan konstitusi terhadap MPR tidak dapatseketika dipahami selaku wewenang istimewa MPR.

Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presidendimaksud merupakan kewenangan konstitusional MPR atasusul DPR. DPR adalah impeacher, mempersiapkan data buktisecara cermat. Tentu saja, DPR perlu mempersiapkan timinvestigasi sebelum mengemukakan pendapatnya berkenaanhal pelanggaran hukum dan atau perbuatan tercela yangdilakukan Presiden dan/atau Wakil Presiden.

Dalam pada itu, Ketua Mahkamah Konstitusi dalamsuratnya, bertanggal 15 Juni 2004, nomor 94-95/MK.KA/VI/2004 kepada Ketua MPR, Ketua DPR dan Pimpinan DPD(khusus terakhir melalui Sekretaris Jenderal MPR) mem-berikan saran guna perubahan peraturan tata tertib DPR danMPR, antara lain dengan mengantisipasi penjabaran prosedurdan tata cara pemberhentian Presiden dan Wakil Presidendalam peraturan tata tertib amsing-masing, termasukperaturan tata tertib DPD.

Ketua MK, Jimly Asshiddiqie, memandang bahwasecara menyeluruh, mekanisme impeachment memerlukanundang-undang tersendiri. Menurutnya, undang-undangtersebut dinamakan Undang-Undang tentang PemberhentianKepala Pemerintahan (BMK, terbitan Oktober-November2004 : 12-13)

Pasal 7 B ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 menegaskanbahwa usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presidendapat diajukan DPR kepada MPR hanya dengan terlebihdahulu mengajukan permintaan kepada MahkamahKonstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutuspendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presidenmelakukan pelanggaran hukum, atau perbuatan tercela dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidaklagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau WakilPresiden (Pasal 7 B ayat 91) UUD NRI Tahun 1945.

Putusan yang diminta DPR kepada Mahkamah

Page 11: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

10 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Konstitusi adalah putusan hukum (‘judicieele vonnis’), bukanputusan politik (‘politieke beslissing’)

Berbeda halnya dengan putusan Mahkamah Konstitu-si maka putusan MPR yang memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah putusan politik (politiekebeslissing). Hanya MPR yang memiliki kewenangankonstitusional guna memberhentikan Presiden dan/atauWakil Presiden dalam masa jabatan (Pasal 7 A dan Pasal 7 Bayat (6), (7) UUD NRI Tahun 1945).

PROSEDUR (ACARA)Pengajuan permintaan DPR kepada Mahkamah

Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungansekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR yanghadir dalam Sidang Paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR (Pasal 7 B ayat (3)UUD NRI Tahun 1945).

Pasal 80 ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun2003 tentang Mahkamah Konstitusi mensyaratkan bahwaDPR wajib menguraikan dengan jelas dalam permohonannyamengenai dugaan bahwasanya Presiden dan/atau WakilPresiden telah melakukan pelanggaran hukum berupapenghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindakpidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atauPresiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden berdasarkan UUD NRI Tahun 1945.

DPR dalam permohonannya, wajib menyertakankeputusan DPR dan proses pengambilan keputusan mengenaipendapat DPR, risalah dan/atau berita acara rapat DPR,disertai bukti mengenai dugaan yang dinyatakan dalamrisalah pendapat DPR (Pasal 80 ayat (3) Undang-UndangNomor 24 Tahun 2003).

Mahkamah Konstitusi menyampaikan permohonanyang sudah dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusikepada Presiden dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)hari kerja sejak permohonan dicatat dalam Buku Registrasi

Opini Hakim Konstitusi

Page 12: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

11Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Perkara Konstitusi (Pasal 81 Undang-Undang Nomor 24Tahun 2003).

Dalam hal Presiden dan/atau Wakil Presiden meng-undurkan diri pada saat proses pemeriksaan di MahkamahKonstitusi, proses pemeriksaan tersebut dihentikan danpermohonan dinyatakan gugur oleh Mahkamah Konstitusi(Pasal 81 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003).

Apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwapermohonan DPR tidak memenuhi persyaratan substansialpermohonan sebagaimana dimaksud di atas maka amarputusan menyatakan permohonan tidak dapat diterima.Sebaliknya, apabila Mahkamah Konstitusi memutuskanbahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukanpelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara,korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atauperbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atauWakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presidendan/atau Wakil Presiden, amar putusan menyatakanmembenarkan pendapat DPR (Pasal 83 ayat (1) dan (2)Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003).

Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwaPresiden dan/atau Wakil Presiden tidak terbukti melakukanpelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara,korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atauperbuatan tercela dan/ atau tidak terbukti bahwa Presidendan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagaiPresiden dan/atau Wakil Presiden, amar putusan menyatakanpermohonan DPR ditolak (Pasal 83 ayat (3) Undang-UndangNomor 24 Tahun 2003).

Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili danmemutus seadil-adilnya terhadap pendapat DPR tersebutdalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) harisejak permohonan dicatat dalam Buku Registrasi PerkaraKonstitusi (Pasal 7 B ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 junctoPasal 84 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003).

Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai pendapat

Page 13: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

12 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

DPR, wajib disampaikan kepada DPR dan Presiden dan/atauWakil Presiden (Pasal 85 Undang-Undang Nomor 24 Tahun2003).

Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwaPresiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukanpelanggaran hukum, atau perbuatan tercela, dan/atauterbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagimemenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden,DPR menyelenggarakan Sidang Paripurna untuk menerus-kan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presidenkepada MPR (Pasal 7 B ayat (5) UUD NRI Tahun 1945).

MPR wajib menyelenggarakan sidang untuk memutus-kan usul DPR tersebut paling lambat 30 (tiga puluh) harisejak menerima usul tersebut (Pasal 7 B ayat (6) UUD NRITahun 1945). Keputusan MPR atas usul pemberhentianPresiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam RapatParipurna MPR yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya2/3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikanpenjelasan dalam Rapat Paripurna MPR (Pasal 7 B ayat (7)UUD NRI Tahun 1945).

PUTUSAN POLITIKKeputusan MPR yang memberhentikan Presiden dan/

atau Wakil Presiden dalam masa jabatan dimaksudmerupakan putusan politik (‘politieke beslissing’), bukanputusan peradilan (‘judicieele vonnis’). PemberhentianPresiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannyaadalah kewenangan konstitusional MPR, bukan kewenanganperadilan (‘rechspraak’).

Walaupun telah jatuh putusan Mahkamah Konstitusiyang menyatakan bahwasanya pendapat DPR tentangpelanggaran hukum oleh Presiden dan/atau Wakil Presidentelah terbukti, namun MPR dapat menjatuhkan putusan lainsepanjang pertimbangan politik (‘politieke overweging’)

Opini Hakim Konstitusi

Page 14: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

13Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dalam Rapat Paripurna MPR menerima baik penjelasan yangdikemukakan Presiden dan/atau Wakil Presiden sehinggarapat memandang Presiden dan/atau Wakil Presiden tidakperlu diberhentikan.

Rapat Paripurna MPR terlebih dahulu memberi kesem-patan kepada Presiden dan/atau Wakil Presiden menyam-paikan penjelasan sebelum Rapat Paripurna menjatuhkanputusan (vide Pasal 7 B ayat (7) UUD NRI Tahun 1945).Penjelasan sebagaimana dimaksud pasal konstitusi tersebutpada hakikatnya merupakan upaya pembelaan diri bagiPresiden dan/atau Wakil Presiden.

Tidak berarti putusan MPR menyampingkan putusanMahkamah Konstitusi, tetapi hal pemberhentian Presidendan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya itu memangmerupakan constitutioneele bevoegheden dari MPR.

Dalam pada itu, putusan Rapat Paripurna MPR yangmemberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden adalahsebatas memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presidendari jabatan publik kepala pemerintahan negara, dalammakna to removal from the office, tidak memasuki ranahpenyidikan serta penuntutan pidana terhadap Presiden dan/atau Wakil Presiden yang diberhentikan. Putusan politik(‘politieke beslissing’), bukan bagian dari proses hukumpenyidikan (‘opsporing’) dan penuntutan.

KANCAH POLITIK DI PARLEMENPolitik mendinamisir parlemen, menjadikan institusi

bergerak hidup (atau malah redup) dalam kancah upayamencapai kekuasaan.

Perimbangan kekuatan antara partai-partai pendukungpenguasa dengan partai-partai oposisi di parlemen (baca :DPR/DPD) berperan menentukan apakah suatu norma(hukum) konstitusi dilaksanakan in het werkelijkheid ataumalah menjadi kaidah yang mati (‘een dode wet’) belaka.

Pasal 7 A dan 7 B UUD NRI Tahun 1945 yang meng-

Page 15: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

14 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

atur hal pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presidendalam masa jabatan secara efektif ditentukan pula olehkancah politik di parlemen. Tatkala parta-partai pendukungpemerintah merupakan mayoritas < 2/3 di DPR/DPD makapasal–pasal konstitusi dimaksud hanya bakal menjadi eenslapende constitutie artikelen. Pasal-pasal konstitusi dimaksudnyaris tidak bakal digunakan kecuali koalisi di antara partai-partai pendukung terpecah-pecah adanya.

Sebaliknya, partai-partai oposisi yang menduduki kursimayoritas < 2/3 di DPR/DPD – ketimbang kursi partai-partaipendukung pemerintah yang minoritas – bakal memanfa-atkan Pasal-Pasal 7 A dan 7 B UUD NRI Tahun 1945 gunamenggoyah-goyahkan rezim pemerintahan negara denganmengupayakan pemberhentian Presiden dan/atau WakilPresiden yang tengah memegang jabatan, dalam hal inidiajukan oleh mayoritas partai-partai oposisi ke MPR, melaluipemeriksaan justisial kehadapan Mahkamah Konstitusi.Tentu saja, sepanjang koalisi antara partai-partai oposisidimaksud tetap solid serta tidak terpecah-pecah.

Menarik kiranya diamati, bahwa partai-partai hasilPemilihan Umum 2004, yang diduga bakal menjadi partaioposisi di DPR, adalah Partai Golkar (127 kursi), PDI-P (109kursi), Partai Persatuan Pembangunan (58 kursi), PBR (14kursi) dan Partai Damai Sejahtera (13 kursi). Dalam padaitu, partai-partai yang diduga menjadi partai pendukungpemerintah adalah Partai Demokrat (56 kursi), PartaiAmanat Nasional (53 kursi), Partai Keadilan Sejahtera (45kursi), Partai Kebangkitan Bangsa (53 kursi), Partai BulanBintang (11 kursi), Partai Kesatuan dan Persatuan Indone-sia (1 kursi).

Terpilihnya Wakil Presiden, M Jusuf Kalla, bisa sajamengubah konstelasi politik kelompok oposisi dalam KoalisiKebangsaan.

Masih dini memprediksi perhitungan politik sedemi-kian, ke depan tergantung pada kancah politik yang bakalberkembang di Senayan.

Opini Hakim Konstitusi

Page 16: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

15Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

POST SCRIPTUMProsedur pemberhentian Presiden dan/atau Wakil

Presiden menurut Pasal 7 A dan 7 B UUD NRI Tahun 1945merupakan prosedur konstitusi dan bagian dari konsti-tusionalisme. Constitutie is de hoogste wet! Konstitusi harusditegakkan secara tidak kepalang tanggung.

Kita panjatkan doa agar tidak bakal ada lagi Presidendan/atau Wakil Presiden yang diberhentikan secara tidaknormal di negeri ini. Lagi pula, para anggota dewan seyo-gianya mengantarkan rakyat banyak pada pemerintahanyang stabil, harmonis serta konstitusional. Para anggotadewan adalah pula negarawan. Manuel Queson, politikusulung di parlemen Philipina, pernah berkata : ‘ My loyalty tomy party ends when my loyalty to my country begin(Kesetiaan saya terhadap partai berakhir tatkala dimulaikesetiaan saya terhadap negara)’.

KEPUSTAKAAN

Alrasid, Harun, Pengisian Jabatan Presiden, Grafiti, Jakarta,1999.

Baharoeddin, Z, Menjongsong Lahirnya Undang-Undang DasarBaru, Tinta Mas, Djakarta, 1957.

Berita Mahkamah Konstitusi (BMK), Soal Impeachment Perlumasuk Tatib Parlemen, 2004.

Duverger, Maurice, Teori dan Praktek Tata Negara, PustakaRakjat, Djakarta, 1951.

Mulyosudarmo, Soewoto, Pembaharuan KetatanegaraanMelalui Perubahan Konstitusi, Asosiasi pengajar HTN danHAN Jawa Timur- In- Trans, Surabaya, 2004.

Rossiter, Clinton, The American Presidency, The New AmericanLibrary, New York, 1956.

Schmidt, Carl, Legality and Legitimacy, Duke University Press,USA, 2004.

Page 17: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

16 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

oleh Marwan Mas

A. PendahuluanPrinsip ketatanegaraan yang ditegaskan pada Pasal 1

ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia 1945 (UUD 1945) —perubahan ketiga10 Nopember 2001— menyatakan “kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD, serta negaraIndonesia adalah negara hukum”. Prinsip ketatanegaraansebagai implementasi negara hukum membawa pengaruhyang signifikan dalam menata kehidupan bernegara ke depan.Salah satu yang fundamen dalam perubahan UUD 1945,adalah keberadaan Mahkamah Konstitusi (MK) sebagailembaga negara yang mempunyai kewenangan tertentu dibidang ketatanegaraan sekaligus kewajiban untuk menjagalegalitas UUD 1945 (konstitusi).

Kehadiran MK memberikan “pencerahan baru” yangamat berharga dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia.Selain menjaga konstitusi agar dilaksanakan secarabertanggungjawab, juga untuk mewujudkan checks and bal-ances dalam menegakkan supremasi hukum dan kehidupan

MENGURAI PUTUSAN PEMBATALANUU NOMOR 45 TAHUN 1999

Dosen Fakultas Hukum Universitas 45 Makassar

Page 18: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

17Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

demokrasi yang lebih memihak pada kepentingan publik. Mautidak mau, MK dalam melaksanakan kewenangannya sepertisaat menguji ketentuan undang-undang (UU) dengan UUD1945 tidak mungkin melepaskan dirinya dari pertimbanganaspek politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya bangsa(termasuk budaya daerah). Hanya saja, tidak boleh hanyaterfokus pada pertimbangan atau kepentingan politik tertentu,karena MK sebagai lembaga negara di bidang kekuasaankehakiman, harus senantiasa berperan sebagai “penjagakeseimbangan” antara Konstitusi (UUD 1945) dengan pelba-gai kepentingan dalam pemenuhan kehidupan berbangsa danbernegara secara adil dan benar.

Ketua MK Jimly Asshiddiqie dalam ceramah “RefleksiSatu Tahun MK” yang disampaikan di Komisi Nasional HakAsasi Manusia (Komnas HAM) pada Pebruari 2004menegaskan pentingnya konstitusi ditegakkan dan difung-sikan, sebagai berikut:

Selama ini konstitusi itu terkesan ada dan tidak ada, karena

dilihat secara normatif saja. Konstitusi hanya jadi simbol, UU

hanya jadi jargon, tetapi tidak pernah mendapat kesempatan

untuk sungguh-sungguh ditegakkan. Padahal, kalau memba-

yangkan hukum harus tegak, maka yang pertama harus

ditegakkan adalah hukum yang paling tinggi (konstitusi).

Kalau konstitusi tegak, maka diharapkan norma-norma

hukum derivatif di bawahnya juga bisa ditegakkan.

Kehadiran MK tentu diharapkan berfungsi sebagai theguardian of the constitution yang mampu secara konsistenmenjaga kemurnian pelaksanaan UUD 1945 sebagai hukumtertinggi. Dalam suatu negara hukum, konstitusi harusberfungsi sebagai hukum tertinggi, konstitusi harus berfungsimenjadi leading constitution agar tidak hanya dijadikansimbol ketatanegaraan yang tidak bergigi sama sekali akibatbanyaknya UU yang tidak sejalan dengan substansi konstitusi,atau ditafsirkan berdasarkan dengan kepentingan sesaat

Page 19: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

18 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

untuk mempertahankan kekuasaan.Oleh karena kedudukan MK bukan hanya sejajar

dengan Mahkamah Agung (MA) sebagai kekuasaan keha-kiman, tetapi juga sejajar dengan Majelis PermusyawaratanRakyat (MPR) sebagai pelaksana kedaulatan rakyat. Dengandemikian, MPR bukan lagi lembaga tertinggi negara danpemegang penuh kedaulatan rakyat, melainkan hanyasebagai “pelaksana” kedaulatan rakyat yang sejajar denganlembaga negara lain.

Ada empat kewenangan MK dalam hal mengadili padatingkat pertama dan terakhir dan putusannya bersifat final(Pasal 24C ayat (1) UUD 1945), yaitu menguji undang-undang dengan UUD; memutus sengketa kewenanganlembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD;memutus pembubaran partai politik; dan memutus perse-lisihan tentang hasil pemilihan umum. Sedangkan kewajibanMK ditegaskan pada Pasal 7A UUD 1945 (perubahan ketiga).

Salah satu wewenang MK yang banyak disoroti publikadalah menguji UU terhadap UUD 1945. Misalnya, putusanyang diucapkan dalam Sidang Pleno MK tanggal 11Nopember 2004 terhadap perkara Nomor: 018/PUU-I/2003atas UU Nomor 45 Tahun 1999 tentang PembentukanProvinsi Irian Jaya Tengah (Irja Tengah), Provinsi Irian JayaBarat (Irja Barat), Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika,Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong. Putusanpengujian beberapa pasal UU Nomor 45 Tahun 1999 diajukanKetua DPRD Papua, John Ibo sekilas benar yang dinyatakantidak memiliki kekuatan hukum mengikat karena berten-tangan dengan UUD 1945. Apalagi telah dikeluarkan UUNomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagiProvinsi Papua yang dapat meningkatkan peran rakyat Papua

“...kedudukan MK bukan hanya sejajar dengan MAsebagai kekuasaan kehakiman, tetapi juga sejajar dengan MPR

sebagai pelaksana kedaulatan rakyat.”

Page 20: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

19Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

untuk terlibat dalam membangun daerahnya.Lahirnya UU Nomor 45 Tahun 1999 tidak terlepas dari

kepentingan politik hukum pemerintah yang khawatir ataskemungkinan perjuangan rakyat Papua terus berkembangmenuntut kemerdekaan. Begitu pula, UU Nomor 21 Tahun2001 yang secara substansial menghendaki pemekaran Papuaharus dilakukan dengan pertimbangan Majelis Rakyat Papua(MRP), sehingga pembentukannya cenderung dihambatkarena khawatir Papua akan terus menuntut merdeka.Masalah yang terus berlarut-larut ini telah menimbulkanbanyak korban jiwa, sehingga putusan MK diharapkanmeredam atau menghentikan gejolak di Papua dan UUNomor 21 Tahun 2001 segera diimplementasikan. Namun,banyak kalangan menilai putusan MK yang menyatakaneksistensi Provinsi Irja Barat tetap sah, meskipun UU Nomor45 Tahun 1999 sebagai dasar hukumnya dinyatakan bataldemi hukum, menyisakan persoalan yang bisa jadi tidakmenyelesaikan substansi masalah.

B. Kewenangan dan Kewajiban Mahkamah KonstitusiKewenangan MK sebagai pelaksana Kekuasaan Keha-

kiman dapat dilihat pada Pasal 24C ayat (1) UUD 1945(amandemen ketiga), yaitu “mengadili pada tingkat pertamadan terakhir yang putusannya bersifat final” untuk:

1. Menguji UU terhadap UUD (judicial riview)Kewenangan ini merupakan tindaklanjut dari kritikan

terhadap Pasal 5 ayat (1) Tap MPR Nomor: III/MPR/2000tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perun-dang-undangan yang memberikan kewenangan bagi MPRuntuk menguji UU terhadap UUD, termasuk Tap MPR.Dengan demikian, kewenangan MPR setelah amandemenketiga UUD 1945 (Pasal 24-C ayat 1) beralih pada MK.

Tidak jauhnya jarak perubahan kedua yang mengaturuji materiil, paling tidak menunjukkan tidak adanya rencanayang sistematis dalam pembaruan hukum. Mungkin MPR

Page 21: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

20 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

ingin mengisi kekosongan hukum, karena uji materil(terutama UU dengan UUD, atau Tap MPR dengan UUD)belum diatur dalam UUD 1945 sehingga perlu mengaturnyadalam Tap MPR Nomor: III/MPR/2000.

Akan tetapi, metode pembaruan hukum yang tambal-sulam itu, kembali membuktikan teori yang dikenal dalamSosiologi Hukum, bahwa “hukum senantiasa tertatih-tatihmengejar ketertinggalannya yang seyogianya diaturnya”.Hukum di Indonesia selalu tertinggal dengan dinamikamasyarakat yang terus berubah, sehingga peristiwanya telahbanyak terjadi dalam masyarakat, barulah hukum bangkituntuk mengaturnya akibat kelambanan visi ke depan parapembuat peraturan perundang-undangan.

2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negaraKewenangan MK mengadili dan memutus sengketa

antarlembaga negara, adalah lembaga negara yang diberi-kan (dicantumkan) kewenangannya dalam UUD 1945.Namun, sengketa kewenangan antarlembaga di daerahbukan kewenangan MK tetapi menjadi kewenangan MA bilasengketa itu berkaitan dengan peraturan perundang-undang-an di bawah UU. Bila sengketa itu menyangkut keputusanadministratif pejabat lembaga negara, berarti masuk dalamyurisdiksi Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), bukan lagiwewenang MA.

Lembaga negara yang diberi wewenang dalam UUD1945 adalah MPR, DPR, Presiden, MA, BPK, Komisi Yudisial,dan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sedangkan, Bank In-donesia (Bank Sentral), tidak termasuk lembaga negara yangdiberi wewenang oleh UUD 1945 karena kewenangannyadiatur dengan UU (Pasal 23-D UUD 1945 amandemen keem-

Akan tetapi, metode pembaruan hukum yangtambal-sulam itu, kembali membuktikan teori yang dikenal

dalam Sosiologi Hukum, bahwa “hukum senantiasa tertatih-tatihmengejar ketertinggalannya yang seyogianya diaturnya”.

Page 22: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

21Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

pat). Begitu pula, Pemerintah Daerah meskipun melaksana-kan otonomi seluas-luasnya (Pasal 18 ayat (5) UUD 1945,tetapi keberadaannya bukan institusi mandiri dan menjadibagian atau sub-sistem dari pemerintah pusat (presiden)dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

3. Memutus pembubaran partai politikKewenangan MK mengadili dan memutus pembubaran

partai politik (Parpol), tentu mengacu pada UU Nomor 31Tahun 2002 tentang Partai Poltik (UU Parpol) selaku hukummateriilnya. Sedangkan, tata cara mengadili dan memutuspembubaran Parpol (sebagai aturan formil), nantinya diaturdalam UU MK.

Parpol yang dapat dibubarkan oleh MK diatur dalamPasal 28 ayat (6) UU Parpol, apabila:

a . Pengurus Parpol yang menggunakan partainya untuk

melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

19 ayat (5) UU ini (yaitu: larangan menganut, mengem-

bangkan, dan menyebarkan ajaran atau paham komu-

nisme/marxisme-leninisme).

b. Dituntut berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 1999 ten-

tang Perubahan KUHPidana yang berkaitan dengan Keja-

hatan terhadap Keamanan Negara (larangan pengurus

Parpol yang menggunakan partainya untuk melakukan

kejahatan terhadap keamanan negara).

Itulah dasar hukum atau alasan bagi MK untuk meme-riksa, mengadili, dan memutus pembubaran suatu Parpol.Kewenangan itu pun dikuatkan dalam Pasal 20 huruf-c UUParpol bahwa: “Partai politik dibubarkan oleh MahkamahKonstitusi”.

Mengenai pelanggaran lain yang dilakukan oleh suatuParpol, diperiksa oleh Peradilan Perkara Parpol (Bab VIII,Pasal 16), yaitu diselesaikan di Pengadilan Negeri sebagaiputusan tingkat pertama dan terakhir, dan hanya dapat

Page 23: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

22 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

diajukan kasasi ke MA, tidak dapat dimintakan Banding kePengadilan Tinggi. Proses di Pengadilan Negeri paling lama60 (enam puluh) hari, dan Kasasi paling lama 30 (tiga puluh)hari sudah harus ada putusan.

Pelanggaran Parpol yang dapat diajukan ke peradilanperkara politik di Pengadilan Negeri, antara lain diatur dalamPasal 19 ayat (2) UU Parpol, yaitu:

a . melakukan kegiatan yang bertentangan dengan Un-

dang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 atau peraturan perundang-undangan lainnya;

b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia; atau

c. melakukan kegiatan yang bertentangan dengan kebijak-

an pemerintah negara dalam memelihara persahabatan

dengan negara lain dalam rangka ikut memelihara

ketertiban dan perdamaian dunia.

Sanksi yang dapat dijatuhkan atas pelanggaran di atas,adalah sanksi administratif berupa “pembekuan sementarapaling lama 1 (satu) tahun”.

4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihanumum (Pemilu)

Kewenangan MK untuk memutus perselisihan hasilPemilu, juga didasarkan pada UU Nomor 12 Tahun 2003tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD(UU Pemilu). Bagaimana pengertian, bentuk perselisihanhasil Pemilu, dan mekanisme pemeriksaan diatur pada Pasal74 sampai Pasal 79 UU Nomor 24 Tahun 2003 tentanhMahkamah Konstitusi (UU MK).

Sebagai perbandingan pada Pemilu tahun 1999, yangmenurut UU Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilu, bahwasengketa pemilu ditangani oleh Panitia Pengawas Pemilu(Panwasalu). Tetapi kewenangan tersebut setelah amande-men UUD 1945 dialihkan pada MK. Berdasarkan penga-laman Pemilu yang lalu, sengketa hasil pemilu mencakup

Page 24: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

23Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

hasil akhir yang diumumkan KPU dari hasil penghitungansuara di Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Pemilu yang dilaksanakan pada tahun 2004, akanmemilih anggota DPR, DPD, dan DPRD, serta pemilihanlangsung Presiden dan Wakil Presiden sebagaimana diaturdalam UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan UmumPresiden dan Wakil Presiden. Perselisihan hasil Pemilu 2004,terutama perselisihan hasil Pemilu Legislatif yang begitubanyak diajukan ke MK, telah diselesaikan dengan baik.

Demikian kewenangan MK, sedangkan “kewajiban”MK diatur pada Pasal 24C ayat (2) UUD 1945 (amandemenketiga), bahwa: “MK wajib memberikan putusan ataspendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presidendan/atau Wakil Presiden menurut UUD”. Presiden dan/atauWakil Presiden dapat diproses oleh MK apabila menurutpendapat DPR diduga melanggar Pasal 7A UUD 1945, yangberbunyi:

Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan

dalam masa jabatannya oleh MPR atas usul DPR, baik apabila

terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa

pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak

pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila

terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/

atau Wakil Presiden.

Tata cara pengusulan DPR untuk memberhentikanPresiden dan/atau Wakil Presiden (impeachment) diatur didalam Pasal 7B UUD 1945, yaitu dimulai dari proses politik,lalu proses hukum, kemudian proses politik lagi. Artinya,proses politik dan proses hukum dilakukan sekaligus. Berawaldari permintaan DPR kepada MK untuk memeriksa,mengadili, dan memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum.Proses di MK tentu saja proses hukum, dan yang dicari adalah“kebenaran formil dan materiil”, bukan besar-kecilnya

Page 25: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

24 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dukungan terhadap Presiden dan/atau Wakil Presiden sepertipada proses politik.

Pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau WakilPresiden diduga melakukan pelanggaran hukum, memangmerupakan pelaksanaan dari fungsi pengawasan DPR (Pasal7B ayat (2) UUD 1945), tetapi anehnya tidak melibatkan DPDyang nota bene juga dipilih oleh rakyat (mewakili daerah).Terkesan DPR arogan dan diskriminatif terhadap DPD sebagairepresentasi daerah. Sedangkan, pengajauan permintaanDPR kepada MK dapat dilakukan bila didukung oleh sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota DPR yang dihadiri oleh mini-mal 2/3 dari jumlah anggota DPR.

Bagaimana bila dalam sidang pleno MPR(proses politik) putusan MK sebagai dasar untuk menjatuhkanPresiden dan/atau Wakil Presiden berubah, karena proses

politik berdasarkan pada “dukungan”, bukanberdasarkan “kebenaran materiil”.

Memang disadari, bahwa pelibatan proses hukumdimaksudkan agar pemberhentian Presiden dan/atau WakilPresiden tidak sewenang-wenang, melainkan dilakukansecara objektif dan transparan, tetapi pada sisi lain justru dapatpula menimbulkan masalah baru. Misalnya, apakah adajaminan putusan MK yang menyatakan Presiden dan/atauWakil Presiden “bersalah” akan diikuti oleh MPR? Bagaimanabila dalam sidang pleno MPR (proses politik) putusan MKsebagai dasar untuk menjatuhkan Presiden dan/atau WakilPresiden berubah, karena proses politik berdasarkan pada“dukungan”, bukan berdasarkan “kebenaran materiil”.

Apabila putusan MK yang menyatakan presidenbersalah, tetapi dalam sidang pleno MPR situasi politikberubah dan Presiden tidak diberhentikan, maka wibawa MKselaku institusi hukum akan jatuh yang putusannyamenyatakan Presiden dan/atau Wakil Presiden bersalah.

Page 26: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

25Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Putusan MK juga tidak ditegaskan kekuatannya, yangmestinya “memiliki akibat hukum” karena MK dalammelakukan pemeriksaan perkara pidana tentu memeriksapembuktian.

Begitu pula, seandainya putusan MK dikuatkan MPRdan Presiden dan/atau Wakil Presiden diberhentikan, tetapikembali menjalani proses hukum di lembaga peradilanumum yang ternyata memutuskan Presiden dan/atau WakilPresiden tidak bersalah (bebas), padahal MK menjatuhkanputusan bersalah. Tentu kredibilitas MK dan MA sebagai duainstitusi hukum dipertanyakan.

Keputusan MPR untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam Rapat ParipurnaMPR. Rapat paripurna harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota MPR, dan pemberhentiandisetujui minimal 2/3 dari jumlah anggota MPR yang hadir.Namun, Presiden dan/atau Wakil Presiden yang diputusbersalah oleh MK tetap diberikan kesempatan “memberikanpenjelasan” dalam Sidang Paripurna MPR sebelum memu-tuskan pemberhentiannya (Pasal 7B ayat (7) UUD 1945).

Di sini dapat menimbulkan persoalan, apakah“penjelasan” itu berupa pembelaan yang kemungkinan dapatmempengaruhi anggota MPR (proses politik) untuk tidakmemberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden yangtelah dinyatakan MK bersalah dalam putusannya (proseshukum). Apalagi MK sudah meminta keterangan ataupembelaan Presiden dan/atau Wakil Presiden yang berda-sarkan pendapat DPR diduga telah melakukan pelanggaranhukum seperti dimaksud Pasal 7A UUD 1945, sehinggapermintaan penjelasan dalam sidang paripurna MPR (Pasal7B ayat (7) UUD 1945) mestinya tidak diperlukan lagi.

Hemat penulis, proses hukum yang menghasilkanputusan MK bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden

“Tentu kredibilitas MK dan MA sebagai dua institusihukum dipertanyakan.”

Page 27: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

26 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

“bersalah” karena terbukti melanggar Pasal 7A UUD 1945tidak perlu dibahas lagi dalam rapat pleno MPR, tetapilangsung saja diputuskan pemberhentiannya. Kemungkinanlain, mengamandemen kembali pasal-pasal UUD 1945 yangmengatur pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden.Misalnya, hanya melalui proses politik yaitu DPR sebagaipenuntut atas dugaan Presiden dan/atau Wakil Presidenmelanggar ketentuan hukum, dan DPD bertindak sebagaipengadil (hakim) dalam sidang MPR. Apabila inginmelibatkan MK, cukup ketuanya bertindak sebagai pimpinansidang, tetapi tidak terlibat menentukan keputusan sepertipraktik di Amerika Serikat yang menjadi pimpinan sidangadalah MA (supreme of court).

C. Analisis Putusan MKTerlepas dari konsekuensi putusan MK terhadap gugatan

uji metariil UU Nomor 45 Tahun 1999 terhadap UUD 1945,termasuk aspek kepentingan politik hukum pemerintah, tetapisubstansi pemekaran Papua merupakan suatu keniscayaandalam negara kesatuan akibat luas wilayah, kondisi geografis,dan kompleksitas permasalahan sosialnya. Pemekaran inilahyang menjadi salah satu sandungan pelaksanaan otonomikhusus (otsus) di Papua. Terlebih Papua dikenal sebagaiwilayah yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya.

Selama lebih dari 20 tahun sejak Gubernur IsaacHindom mengusulkan pemekaran Papua, ide pemekarantidak pernah terealisasi, karena masih minimnya anggaranpemerintah. Pada akhirnya, UU Nomor 45 Tahun 1999tanggal 4 Oktober 1999 merealisasi pemekaran Papuamenjadi tiga provinsi, yaitu Papua (dulu Irian Jaya), IrianJaya Barat (Irja Barat), dan Irian Jaya Tengah (Irja Tengah).Namun, dalam kenyataan UU ini ditolak rakyat Papua,

“...substansi pemekaran Papua merupakan suatu keniscayaandalam negara kesatuan akibat luas wilayah, kondisi geografis,

dan kompleksitas permasalahan sosialnya.”

Page 28: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

27Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

bahkan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) pernah menyata-kan pemekaran Papua ditunda sampai batas waktu yang tidakditentukan.

Penolakan pemekaran provinsi di Papua kemudianmereda, sampai kemudian disahkan UU Nomor 21 Tahun2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, tanggal21 November 2001. Pasal 76 UU tersebut menegaskan“Pemekaran Provinsi Papua menjadi provinsi-provinsidilakukan atas persetujuan MRP (Majelis Rakyat Papua) danDewan Perwakilan Rakyat Daerah (Papua) setelahmemperhatikan dengan sungguh-sungguh kesatuan sosial-budaya, kesiapan sumberdaya manusia, kemampuanekonomi dan perkembangan di masa datang”.

rakyat Papua yang mayoritas memilih SBYtentu menaruh harapan besar, agar tercipta kedamaian

dan perubahan di Papua

Pada aspek lain, ternayata Peraturan Pemerintah (PP)tentang keberadaan Majelis Rakyat Papua (MRP) juga belumdikeluarkan pemerintah. Padahal, Pasal 72 ayat (2) UU 21Tahun 2001 menegaskan “selambat-lambatnya setelah satubulan draf rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentangMRP diajukan oleh pemerintah provinsi, maka presidensudah harus mensahkannya”. Apakah pasca putusan MK 11Nopember 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,segera megeluarkan PP dimaksud? Betapa tidak, rakyat Papuayang mayoritas memilih SBY tentu menaruh harapan besar,agar tercipta kedamaian dan perubahan di Papua, terutamakomitmen dan konsistensinya untuk mendorong pelaksanaanOtonomi Khusus Papua secara signifikan.

1. Pokok PerkaraSalah satu pertimbangan hukum MK bahwa Pemohon,

Drs. John Ibo, MM. (Ketua DPRD Provinsi Papua) memiliki

Page 29: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

28 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

legal standing untuk mengajukan permohonan ujimateriil. MK mendasarkan pertimbangannya pada Pasal 18ayat (1) huruf h UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Peme-rintahan Daerah (kemudian diubah dengan UU Nomor 32Tahun 2004), bahwa DPRD mempunyai tugas danwewenang menampung dan menindaklanjuti aspirasi daerahdan masyarakat.

Demikian pula, Pasal 7 ayat (1) huruf-k dan Pasal 10ayat (1) huruf-e UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang OtonomiKhusus bagi Provinsi Papua. Pasal 51 ayat (1) UU MK secarategas mengatur, bahwa pemohon termasuk lembaga negara,sehingga pemohon merasa hak dan/atau kewenangankonstitusionalnya yang tercantum dalam UUD 1945dirugikan atas berlakunya UU Nomor 45 Tahun 1999 (telahdiubah dengan UU Nomor 5 Tahun 2000).

Pada dasarnya, ada tiga aspek yang menjadi alasanPemohon mengajukan uji materiil atas pasal-pasal (termasukpenjelasan) UU Nomor 45 Tahun 1999 terhadap UUD 1945,sebagai berikut:

a. Pemohon memohon kepada MK agar menyatakan pasal-pasal di dalam UU Nomor 45 Tahun 1999 yang telahdiubah dengan UU Nomor 5 Tahun 2000, baik sebagianatau keseluruhannya termasuk penjelasannya, terutamayang mengatur pembentukan Provinsi Irja Tengah danIrja Barat bertentangan dengan Pasal 18B ayat (1) UUD1945, dan karena itu tidak mempunyai kekuatan hukummengikat.

b. Pasal-pasal UU Nomor 45 Tahun 1945 yang dimohonkan,tidak memandang dan mengingati hak-hak asal-usuldalam daerah-daerah yang bersifat istimewa (Pasal 18UUD 1945 sebelum diamandemen), tidak mengakui danmenghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yangbersifat khusus atau istimewa, serta kesatuan masyarakathukum adat beserta hak tradisional setempat, terutamaketentuan yang diatur pada Pasal 18B ayat (1) dan ayat

Page 30: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

29Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

(2) UUD 1945, tetapi berdasarkan keputusan sepihak.Pelaksanaan UU Nomor 45 Tahun 1999 plus dikeluarkan-nya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2003,negara dan/atau pemerintah telah melanggar dan/ataubertentangan dengan Pasal 18B ayat (1) dan ayat (2) UUD1945, karena tidak mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atauistimewa, serta tidak mengakui dan menghormati kesatu-an-kesatuan masyarakat hukum adat beserta haktradisional masyarakat Papua.

c. UU Nomor 45 Tahun 1999 yang diubah dengan UUNomor 5 Tahun 2000 dan segala bentuk pelaksanaannya,baik sebagian maupun keseluruhannya, bertentangandan/atau melanggar ketentuan yang tersebut di dalam76 juncto Pasal 74, dan Pasal 75 UU Nomor 21 Tahun2001 yang berkaitan dengan pembentukan dan peme-karan Provinsi Papua.Berbagai ketentuan UU tersebut menurut Pemohon,menegaskan bahwa pembentukan atau pemekaran dansegala bentuk pelaksanaannya harus mendapatkanpersetujuan legislatif di daerah dengan memperhatikanbeberapa syarat tertentu. Pemohon berdasar pada asaskepastian hukum yaitu lex superiori derogat legi inferiori,atau aturan yang lebih tinggi mengeyampingkan aturanyang lebih rendah, asas lex posteriori derogat legi priori,atau aturan kemudian mengeyampingkan aturan yangterdahulu, serta asas lex specialis derogat legi generali,atau aturan khusus mengenyampingkan aturan umum.

Pemohon juga memperkuat alasannya denganmenjelaskan dan mengelaborasi latar belakang danperkembangan dinamika sosial, politik, dan hukum yangselama ini berkembang di Papua. Analisis dan elaborasiperkembangan dan dinamika sosial di Papua, dimulai darikonflik politik sampai konflik sosial yang kemudianberkembang menjadi gerakan separatis, termasuk sejak

Page 31: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

30 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

bergabung dengan NKRI.Analisis hukum Pemohon diurai dengan menjelaskan

latar belakang pembentukan Pasal 18B UUD 1945, relasipemerintahan daerah dan otonomi khusus, serta peraturanpelaksanaan konstitusi dengan pemberian otonomi khusus,termasuk konteks politik pembentukan UU Nomor 45 Tahun1999 dan UU Nomor 21 Tahun 2001. Pemohon menggam-barkan penolakan UU Nomor 45 Tahun 1999 ditandai aksidemonstrasi besar-besaran dengan menduduki gedung DPRDProvinsi Irian Jaya (kini Papua) dan Kantor Gubernur padatanggal 14-15 Oktober 1999. Aksi penolakan ini direspon olehDPRD Provinsi Irian Jaya yang dilegitimasi melaluiKeputusan DPRD Provinsi Irian Jaya Nomor: 11/DPRD/1999tentang Pernyataan Pendapat DPRD Provinsi Irian Jayakepada Pemerintah Pusat untuk Menolak PemekaranProvinsi Irian Jaya, serta mengusulkan pencabutan SuratKeputusan Presiden (Keppres) Nomor: 327/M Tahun 1999tanggal 5 Oktober 1999.

Ada tiga dasar alasan penolakan Pemohon ataspemekaran Provinsi Irian Jaya sebagaimana diatur dalamUU Nomor 45 Tahun 1999. Pertama, kebijakan pemekarandilakukan tanpa melalui proses konsultasi rakyat. Kedua,kebijakan pemekaran tidak sesuai dengan rekomendasi yangdisampaikan oleh Pemerintah Provinsi Irian Jaya, yangantara lain menyebutkan agar pemekaran Wilayah ProvinsiIrian Jaya hanya dua provinsi: a) Provinsi Irian Jaya Timurdengan ibu kota Jayapura (meliputi Kabupaten Jayapura,Kodya Jayapura, Kabupaten Merauke, Kabupaten Jayawi-jaya, dan Kabupaten Puncak Jaya; b) Provinsi Irian JayaBarat beribu kota Manokwari (meliputi Kabupaten Sorong,

“...penolakan UU Nomor 45 Tahun 1999 ditandai aksidemonstrasi besar-besaran dengan menduduki gedung DPRDProvinsi Irian Jaya (kini Papua) dan Kantor Gubernur pada

tanggal 14-15 Oktober 1999.”

Page 32: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

31Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Kabupaten Manokwari, Kabupaten Fak-Fak, KabupatenNabire, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten paniai,Kabupaten Mimika, dan Kotif Sorong.

Ketiga, kebijakan pemekaran lebih berorientasi sebagaistrategi untuk memperkokoh integritas wilayah NKRI, tanpabermaksud mengangkat harkat dan martabat orang Papuamelalui akselerasi pembangunan secara berkeadilan. Hal inimenurut Pemohon, terbukti dari format pembagian wilayahyang kurang memperhatikan aspek kesatuan sosial budaya,kesiapan sumber daya manusia, dan kemampuan ekonomi.

Pemohon dalam petitumnya meminta agar materimuatan di dalam ayat, pasal, dan/atau bagian UU Nomor45 Tahun 1999, khususnya yang menyangkut dan berkaitandengan pasal-pasal yang mengatur pembentukan Irja Tengahdan Irja Barat, baik sebagian maupun keseluruhannya,nyata-nyata bertentangan dengan Pasal 18B UUD 1945.Pasal-pasal tersebut dimohonkan kepada MK agar tidakmemiliki kekuatan hukum yang mengikat sejak dibacakandalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi yang terbukauntuk umum.

2. Pertimbangan dan Amar PutusanDalam konsideran menimbang UU MK menegaskan,

MK sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakimanmempunyai peranan penting dalam usaha menegakkankonstitusi dan prinsip negara hukum sesuai dengan tugas danwewenang yang ditentukan dalam UUD 1945. Melihat kewe-nangan dan kewajiban MK dalam Pasal 24C ayat (1) UUD1945, maka MK adalah pengawal sekaligus pengaman konsti-tusi. Kehadiran MK dalam sistem peradilan Indonesia, tentumemproduk “putusan” dan bukan fatwa atau pendapat hu-kum. Olehnya itu, pertimbangan hukum dalam putusan-pu-tusan MK –terlebih dalam menguji UU dengan UUD 1945—harus didasari pertimbangan teori hukum (yuridis) dan men-cerminkan rasa keadilan masyarakat akibat hak konsti-tusionalnya dilanggar oleh berlakunya suatu ketentuan UU.

Page 33: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

32 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Ketika paradigma baru muncul untuk mengkonsepkedaulatan rakyat melalui penghargaan hak-hak rakyat,ketika itu pula diharapkan terjadi sinergi antara visi negarahukum dengan visi negara demokrasi. Debat para pendirinegara untuk menempatkan Indonesia sebagai negarahukum, sebetulnya juga telah menyimpan persoalan yangternyata kemudian menjadi persoalan besar, karena dalamkenyataan selama Indonesia merdeka, rakyat belummerasakan bagaimana hidup merdeka di negerinya sendiri.Agar hukum memberikan perlindungan secara luas, kiranyalembaga peradilan berinteraksi melalui proses komunikasidengan warga masyarakat agar dapat berfungsi mengantar

“Di sinilah diharapkan lembaga peradilan memerankanfungsinya apabila terjadi konflik dan pihak-pihak yang berkonflik

itu ingin meyelesaikannya...”

hukum mencapai tujuan-tujuannya.Mengkaji tentang fungsi lembaga peradilan dalam

kehidupan bernegara, tidak boleh dipisahkan dari dinamikakehidupan sosial masyarakat, sebab dalam kehidupan sosialmasyarakat senantiasa terjadi perbedaan kepentingan antarasetiap individu. Perbedaan kepentingan itu, memang ada yangselaras dengan kepentingan warga masyarakat lainnya, tetapiada pula kepentingan yang kemungkinan tidak selaras dandapat menimbulkan konflik atau hak-hak konstitusionalseseorang yang diatur dalam UUD 1945 terabaikan. Di sinilahdiharapkan lembaga peradilan memerankan fungsinyaapabila terjadi konflik dan pihak-pihak yang berkonflik ituingin menyelesaikannya melalui lembaga peradilan.

Kehadiran MK bukan hanya berfungsi untuk menyele-saikan dan melaksanakan kewenangan dan kewajibannyayang ditegaskan dalam UUD 1945, melainkan jugadiharapkan menjadi lembaga yang mampu mengubah polapikir dan pola perilaku warga masyarakat dan penyelenggara

Page 34: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

33Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

negara dalam kehidupan bernegara ke arah yang positif.Pembahasan fungsi dan wewenang MK, juga harussenantiasa selaras dengan fungsi hukum, karena padahakikatnya diarahkan bagaimana mencapai tujuan hukum.Dengan begitu, MK akan memiliki daya kerja yangkomprehensif untuk mendorong penegakan konstitusi, karenamampu memerankan fungsinya sesuai dengan dinamikasosial dalam kehidupan bernegara.

Peters dan Siswosoebroto (1990:19) menulis tentangfungsi dan peranan lembaga peradilan sebagai suatuorganisasi dalam memenuhi rasa keadilan masyarakat,sebagai berikut:

Pengadilan sebagai suatu organisasi hanya dapat dipandang

sebagai pengadilan yang sungguh-sungguh, apabila ia

berfungsi dalam suatu pengadilan hukum ditinjau dari

kepentingan-kepentingan yang dipertaruhkan. Dengan

perkataan lain, sebuah institusi peradilan adalah pengadilan

dalam arti fungsional sepanjang prosedur-prosedur dan modus

operandinya, memenuhi persyaratan-persyaratan dasar dari

kekuasaan hukum dan persidangan yang adil.

Adaptasi MK dalam memerankan fungsinya tidak bolehmengasingkan diri dari sistem nilai yang dianut olehmasyarakat Indonesia. Oleh karena itu, para hakim konstitusi,diharapkan memerankan fungsinya dengan mengacu padaPancasila dan UUD 1945, serta memaknai filosofi dilahir-kannya UU Kehakiman, UU MK, dan perundang-undanganlain. Dengan demikian, fungsi peradilan konstitusi dalammencapai tujuan-tujuan hukum, juga tidak terlepas darieksistensi perubahan UUD 1945 yang membawa paradigmabaru ketatanegaraan.

Adapun dasar hukum lembaga peradilan Indonesiayang di dalamnya tersirat fungsi dan tugasnya, dapat dilihatdalam pasal-pasal UU Kehakiman Tahun 2004, sebagaiberikut:

Page 35: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

34 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

1 ) Pasal 1: Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara

yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna

menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Panca-

sila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik

Indonesia.

2 ) Pasal 2: Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan oleh

sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang

berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,

lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan

militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan

oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Dapat dikatakan bahwa fungsi kekuasaan kehakiman(MK) adalah kekuasaan negara yang merdeka dalammenyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dankeadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranyaNegara Hukum Republik Indonesia. Untuk melaksanakanfungsi itu, hakim sebagai pelaksana fungsi lembaga peradilandiberi kemerdekaan (kebebasan), tetapi kemerdekaan yangdiberikan itu tidak bersifat mutlak.

Beberapa pertimbangan MK dalam putusan perkaraNomor: 018/PUU-I/2003 tanggal 11 Nopember 2004 yangamat penting dianalisis, adalah sebagai berikut:

a. Menguji muatan UU Nomor 45 Tahun 1945 dan UUNomor 5 Tahun 2000 terhadap Pasal 18 UUD 1945sebelum diamandemen, MK berpendapat tidak terbuktipasal-pasal yang dimohonkan untuk diuji dalam keduaUU tersebut bertentangan dengan UUD 1945. Namun,adanya perubahan UUD 1945 maka terdapat suatu tertibhukum baru (new legal order) yang mengakibatkan tertibhukum yang lama (old legar order) kehilangan dayalakunya.

Pertimbangan di atas merupakan jawaban atasasumsi Pemohon bahwa pasal-pasal UU Nomor 45

Page 36: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

35Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Tahun 1945 yang dimohonkan, tidak memandang hak-hak asal-usul pada daerah yang bersifat istimewa sesuaiPasal 18 UUD 1945 sebelum diamandemen, serta tidakmengakui dan menghormati satuan-satuan pemerin-tahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa.Pertimbangan ini mengacu pada perubahan UUD 1945sebagai tertib hukum baru, sehingga Pasal 18 UUD 1945sebagai tertib hukum lama kehilangan keberlakuannya.

Amat wajar dan berdasar penilaian MK, bahwapembentukan UU Nomor 45 Tahun 1999 yang menurutPemohon mengingkari kesatuan masyarakat hukum adatbeserta hak tradisional setempat sesuai ketentuan Pasal18B ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945, tidak terbuktibertentangan dengan Pasal 18B ayat (1) dan ayat (2) UUD1945, bahkan tidak didasarkan pada keputusan sepihaktetapi melalui proses yang runtut untuk lebih menguatkanotonomi daerah di Papua.

b. Argumentasi Pemohon tentang asas lex superiori derogatlegi inferieri (aturan yang lebih tinggi mengeyampingkanaturan yang lebih rendah), MK berpendapat asasdimaksud tidak tepat diterapkan dalam kasus ini, karenaUU Nomor 45 Tahun 1999 dan UU Nomor 5 Tahun 2000diundangkan sebelum Perubahan Kedua UUD 1945 (18Agustus 2000). Sedangkan, UU Nomor 21 Tahun 2001dibentuk berdasarkan Ketetapan (Tap) MPR Nomor: IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijaksanaan dalamOtonomi Daerah, Tap MPR Nomor: IV/MPR/1999tengan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun1999-2004.

Hemat penulis, amat wajar apabila MK menilai dalampertimbangan hukumnya bahwa keberadaan dan pembe-ntukan UU Nomor 45 Tahun 1999 dan UU Nomor 5Tahun 2000 tidak melanggar asas lex superiori derogatlegi inferieri, sehingga kedua UU itu sah pembentukannyadan tidak bertentangan dengan norma hukum yang lebih

Page 37: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

36 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

tinggi (Pasal 18B UUD 1945). UU Nomor 45 Tahun 1999dan UU Nomor 5 Tahun 2000 disahkan sebelum Pasal18B UUD 1945 diamandemen (perubahan kedua).Olehnya itu, semua konsekuensi hukum yang ditimbul-kannya tetap sah karena dilaksanakan sesuai denganketentuan UU Nomor 45 Tahun 1999.

c. Pemohon berdalil bahwa UU Nomor 45 Tahun 1999 danUU Nomor 5 Tahun 2000 batal untuk sebagain (sepan-jang yang mengatur pembentukan Provinsi Irja Tengahdan Irja Barat) dengan berlakunya UU Nomor 21 Tahun2001, karena bertentangan dengan asas lex specialisderogat legi generalis dan asas lex posteriori derogat legipriori. Dalil ini menurut MK, tidak dapat diterapkanterhadap kedua UU tersebut dengan diundangkannya UUNomor 21 Tahun 2001, karena materi muatan yang diaturdalam UU Nomor 45 Tahun 1999 dan UU Nomor 5 Tahun2000 “berbeda” dengan materi muatan yang diatur olehUU Nomor 21 Tahun 2001.

Hemat penulis, syarat berlakunya UU khusus dan UUyang baru terhadap UU lama seperti dimaksud asas lexspecialis derogat legi generalis dan asas lex posterioriderogat legi priori, apabila kedua UU dimaksud mengaturhal yang sama. Dengan demikian, UU lama dipandangsebagai aturan umum dan UU baru dipandang UUkhusus yang harus didahulukan pemberlakuannya.

Keberadaan asas hukum menurut van EikemaHommes (Marwan Mas, 2004:95-96), sebagai berikut:

Asas hukum tidak boleh dianggap sebagai norma-norma

hukum yang konkret, tetapi perlu dipandang sebagai dasar-

dasar hukum, atau petunjuk-petunjuk bagi hukum yang

berlaku. Pembentukan hukum, praktis perlu berorientasi pada

asas-asas hukum. Dengan kata lain, asas hukum ialah dasar-

dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.

Ada tiga fungsi asas hukum dalam sistem hukum

Page 38: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

37Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

(Marwan Mas, 2004:96). Pertama, menjaga ketaatanasas atau konsistensi hukum. Contoh, dalam HukumAcara Perdata dianut “asas pasif bagi hakim”. Hakimhanya memeriksa pokok-pokok sengketa yang ditentukanoleh para pihak yang berperkara dan bukan oleh hakim.Hakim hanya membantu para pencari keadilan danberusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untukdapat tercapainya keadilan.

Dengan demikian, hakim menjadi pasif sehinggaterjagalah ketaatan asas atau konsistensi dalam HukumAcara Perdata, karena para pihak dapat secara bebasmengakhiri sendiri sengketanya. Fungsi asas hukum yangpasif, menyebabkan hakim hanya menunggu apa yangdiajukan oleh warga masyarakat. Akan tetapi, hakimberkewajiban memeriksa apa yang diajukan oleh wargamasyarakat, sebagaimana asas hukum ius curia novit(hakim dianggap mengetahui hukum). Hakim tidak bolehmenolak perkara yang diajukan dengan alasan tidak adaaturan hukumnya.

Kedua, menyelesaikan konflik yang terjadi dalamsistem hukum. Fungsi ini antara lain diwujudkan dalamasas hukum lex superior derogat legi inferiori, seperti yangdijadikan salah satu dalil Pemohon. Ketiga, sebagairekayasa sosial, baik dalam sistem hukum maupun dalamsistem peradilan. Pada fungsi rekayasa sosial, kemung-kinan difungsikannya suatu asas hukum untuk melaku-kan rekayasa sosial di bidang peradilan, seperti asasHukum Acara Peradilan di Indonesia menganut asas tidakada keharusan mewakilkan kepada pengacara, diubahmenjadi “asas keharusan untuk diwakili”. Asas yangdianut tersebut, sebetulnya sebagai bentuk diskriminasikolonial Belanda, sehingga sudah perlu dihapuskan.Dengan demikian, asas hukum difungsikan sebagai a toolof social engineering bagi masyarakat.

Itulah tiga fungsi asas hukum, sehingga diharapkanasas hukum bukan hanya sekadar simbol bagi peraturan

Page 39: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

38 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

konkret dalam sistem hukum dan sistem peradilan di In-donesia. Asas hukum mempunyai keterkaitan dengansistem hukum dan sistem peradilan, sehingga setiap terjadipertentangan di dalam mekanisme kerjanya, senantiasaakan diselesaikan oleh asas hukum.

d. Sikap pemerintah didasarkan pada asumsi bahwa secaranormatif pembentukan Provinsi Irja Tengah dan IrjaBarat telah terjadi sejak diundangkannya UU Nomor 45Tahun 1999, sehingga UU Nomor 21 Tahun 2001 berlakuterhadap ketiga provinsi yang dibentuk oleh UU Nomor45 Tahun 1999. Sebaliknya, Pemohon berpendapat UUNomor 45 Tahun 1999 berlaku terhadap pembentukantiga kabupaten dan satu kota, karena selain sah secaranormatif, juga secara faktual telah berjalan efektif.Pemohon mendalilkan, sepanjang mengenai pemben-tukan Provinsi Irja Tengah dan Irja Barat, UU Nomor45 Tahun 1999 tidak berlaku lagi karena pada saat UUNomor 21 Tahun 2001 diundangkan, kedua provinsi itubelum terbentuk secara efektif.

e. Untuk mengakhiri ketidakpastian serta mencegah konflikdalam masyarakat, Mahkamah berpendapat bahwaperbedaan penafsiran timbul karena terjadinya perubahanatas UUD 1945, yang mengakibatkan sebagian materimuatan UU Nomor 45 Tahun 1999 tidak sesuai lagidengan UUD 1945, khususnya Pasal 18B ayat (1) yangmenjadi dasar pembentukan UU Nomor 21 Tahun 2001.Hal itu tidak dapat digunakan sebagai dasar konstitusionaluntuk menilai keberlakuan UU Nomor 45 Tahun 1999yang diundangkan sebelum perubahan kedua UUD 1945.

f. Pembentukan Irja Barat secara faktual telah berjalanefektif, antara lain terbukti telah terbentuknya peme-rintahan Provinsi Irja Barat, terbentuknya DPRD hasilPemilu 2004 dan kelengkapan administrasinya termasuk

Page 40: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

39Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

anggaran belanja dan pendapatan daerah, serta terpilinyaanggota DPD yang mewakili Provinsi Irja Barat.Sementara itu, pembentukan Provinsi Irja Tengah hinggasaat ini belum terealisasi. Mahkamah berpendapat,keberadaan provinsi dan kabupaten/kota yang telahdimekarkan berdasarkan UU Nomor 45 Tahun 1999adalah sah adanya, kecuali Mahkamah menyatakanlain.

Berdasarkan pertimbangan yang substansial di atas,Mahkamah menyatakan permohonan Pemohon dikabulkansebagaimana tersebut dalam amar putusan, sebagai berikut:— Menyatakan peermohonan Pemohon dikabulkan.— Menyatakan, dengan diundangkannya UU Nomor 21

Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001Nomor 135), pemberlakuan UU Nomor 45 Tahun 1999tentang Pembentukan Provinsi Irja Tengah, Provinsi IrjaBarat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya, dan Kabupaten Sorong (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1999 Nomor 173 danTambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1999 Nomor 3894), bertentangan dengan UUD 1945.

— Menyatakan, sejak diucapkannya Putusan ini, UU Nomor45 Tahun 1999 tersebut tidak mempunyai kekuatanhukum mengikat.

Putusan di atas menimbulkan berbagai tanggapan, baikdari pengamat hukum, tokoh-tokoh Papua, maupunPemohon yang keberatan atas sahnya pembentukan ProvinsiIrja Barat, sementara Irja Tengah dianggap tidak sah.Padahal, UU Nomor 45 Tahun 1999 dinyatakan MK tidakmempunyai kekuatan hukum mengikat. Salah satu keanehandalam putusan itu menurut Pemohon, karena dalam UUtersebut dibentuk dua provinsi baru, yaitu Irja Barat dan IrjaTengah.

Page 41: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

40 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Ada tiga pendapat yang berkembang, baik dalam in-tern hakim MK maupun para pakar dan pengamat hukum,sebagai berikut:

a. Pendapat berbeda (concurring opinion) oleh HakimKonstitusi, Maruarar Siahaan mengenai akibat hukumatas diktum putusan yang menyatakan UU Nomor 45Tahun 1999 bertentangan dengan UUD 1945, sehinggamestinya tidak mempunyai kekuatan hukum mengikatsebagai hukum, dengan alasan:1) Pembentukan Provinsi Irja Barat yang didasarkan

pada UU Nomor 45 Tahun 1999, secara faktualbarulah dilaksanakan setelah ada Inpres Nomor 1Tahun 2003 tanggal 27 Januari 2003, yaitu setelahdiundangkannya UU Nomor 21 Tahun 2001. Olehkarena itu, dibatalkannya UU Nomor 45 Tahun 1999seharusnya seluruh produk hukum dari UU tersebutjuga dinyatakan batal, termasuk eksistensi ProvinsiIrja Barat.

2) UU Nomor 45 Tahun 1999 untuk mempercepatrealisasi pembentukan provinsi Irja Barat, merupakanpelanggaran konstitusi dan rule of law dalampenyelenggaraan pemerintahan yang mengakibatkanketidakpastian hukum. Perbuatan hukum tersebutmerupakan perbuatan yang demi hukum batal (vanrechtswege nietig) dengan segala akibatnya, sehinggapembentukan Provinsi Irja Barat yang didasarkanpada UU Nomor 45 Tahun 1999 dan direalisir denganInpres Nomor 1 Tahun 2003, dengan sendirinya bataldemi hukum sejak awal (ab initio), karena tidak bolehdiberi akibat hukum yang sah terhadap perbuatanhukum yang telah dinyatakan demi hukum batal.

b. Penilaian Sri Sumantri Martosoewignjo, Guru BesarHukum Tata Negara Universitas Padjadjaran (SuaraPembaruan, 17/11/2004) bahwa putusan MK tersebut

Page 42: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

41Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

aneh karena terjadi ketidaksinkronan. Di satu sisi MKmenyatakan UU Nomor 45 Tahun 1999 tidak sah (tidakmempunyai kekuatan hukum mengikat) dan eksistensiProvinsi Irja Barat tetap sah, tetapi di sisi lain ProvinsiIrja Tengah dinilai tidak sah meskipun secara faktualbelum terbentuk.

c. Menteri Sekretaris Negara, Yusril Ihza Mahendra (SuaraPembaruan, 17/11/2004), menilai putusan MK tidakberlaku surut dan ketika MK memutuskan UU Nomor45 Tahun 1999 tidak mempunyai kekuatan hukummengikat sejak 11 Nopember 2004, tetapi semua langkahyang telah diimplementasikan oleh UU yang dibatalkanitu sah. Dengan demikian, pembentukan Provinsi Irjabar,Provinsi Irjateng, tiga kabupaten dan satu kota adalahsah. Walaupun dalam kenyataan konkretnya, barulahProvinsi Irjabar yang ada perangkat pemerintahannya,sedangkan Irjateng belum ada, tetapi sesungguhnyakeberadaan dari kedua provinsi itu sudah ada.

Ketiga penilaian berbeda di atas, dikomentari Ketua MK,Jimly Asshiddiqie (Suara Pembaruan, 17/11/2004) bahwakeberadaan UU Nomor 45 Tahun 1999 dinyatakan tidakberlaku ketika diputuskan MK. Artinya, sebelum itu tetapberlaku, dan Provinsi Irja Barat tetap sah keberadaannya.MK menilai, keberadaan Provinsi Irja Barat yang dibentukberdasarkan UU Nomor 45 Tahun 1999 adalah sah secarahukum.

Argumentasi Ketua MK di atas merupakan tanggapanatas berkembangnya penilaian atas putusan MK. Misalnya,dari Pemohon yang menggunakan logika hukum (SuaraPembaruan, 17/11/2004) jika UU Nomor 45 Tahun 1999sebagai dasar pembentukan Provinsi Irja Barat dinyatakantidak sah, mestinya produk dari UU tersebut juga tidak sah.

Beragamnya perbedaan pendapat terhadap putusanMK, tentu perlu membuka ketentuan Pasal 57 ayat (1) dan

Page 43: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

42 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

ayat (2) UU MK yang menjadi salah satu dasar menjatuhkanputusan, sebagai berikut:(1) Putusan Mahkamah Konstitusi yang amar putusannya

menyatakan bahwa materi muatan ayat, pasal, dan/ataubagian undang-undang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, materimuatan ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undangtersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

(2) Putusan Mahkamah Konstitusi yang amar putusannyamenyatakan bahwa pembentukan undang-undangdimaksud tidak memenuhi ketentuan pembentukanundang-undang berdasarkan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undangtersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Ketentuan di atas menegaskan tentang akibat hukumsuatu materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian undang-undang yang bertentangan dengan UUD 1945; sertapembentukan undang-undang yang tidak memenuhiketentuan UUD 1945, “tidak mempunyai kekuatan hukummengikat”. Penegasan waktu suatu ketentuan ataupembentukan undang-undang tidak mempunyai kekuatanhukum mengikat diatur di dalam Pasal 58 UU MK, sebagaiberikut:

Undang-undang yang diuji oleh Mahkamah Konstitusi

tetap berlaku, sebelum ada putusan yang menyatakan bahwa

undang-undang tersebut bertentangan dengan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Berdasarkan ketentuan Pasal 57 ayat (1) dan ayat (2)dan Pasal 58 UU MK di atas, maka ada dua aspek yangpenting dikaji dari putusan MK.

Pertama, mengacu pada Pasal 58 UU MK berartiputusan MK yang diucapkan dalam Sidang Pleno MK tanggal11 Nopember 2004 yang menyatakan UU Nomor 45 Tahun

Page 44: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

43Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

1999 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, makasejak itu UU Nomor 45 Tahun 1999 tidak berlaku lagi. Akantetapi, akibat hukum yang ditimbulkannya karena sesuaidengan UU dimaksud meskipun tidak mengikat lagi secarahukum sejak diputuskan, tetap berlaku dan mengikat.

Putusan MK yang tetap mengakui keberadaan ProvinsiIrja Barat yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 45 Tahun1999 tetap dinyatakan sah, sudah tepat. Hal tersebut sejalandengan ketentuan Pasal 47 UU MK, bahwa “PutusanMahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan hukum tetapsejak selesai diucapkan dalam sidang pleno terbuka untukumum”. Sebab, amat riskan dan berisiko, baik secara politis,ekonomi, maupun sosiologis jika membatalkan keberadaanProvinsi Irja Barat, terlebih fungsi-fungsi pemerintahan sudahberjalan.

Pembentukan Provinsi Irja Barat secara faktual sudahada dan berjalan efektif, seperti terbentuknya pemerintahan(eksekutif), terbentuknya DPRD (legislatif) hasil Pemilu 2004dan kelengkapan administrasinya, termasuk anggaranbelanja dan pendapatan daerah, serta terpilihnya anggotaDPD yang mewakili Provinsi Irja Barat. Sedangkan, ProvinsiIrja Tengah sampai saat ini belum terealisasi, sehinggaeksistensi Provinsi Irja Tengah dianggap tidak ada dan tidakdiakui. Dapat dilihat pada pemerintahan (eksekutif) danDPRD (legislatif) Provinsi Irja Tengah belum terbentuksampai putusan MK dibacakan, sehingga putusan tidakmengikatnya secara hukum. Keberadaan Provinsi IrjaTengah tidak sah karena belum terbentuk sesuai ketentuanUU Nomor 45 tahun 1999.

Penilaian Menteri Sekretaris Negara (khusus pemben-tukan Provinsi Irja Barat) juga sudah tepat, karena Pasal 58

Putusan MK yang tetap mengakui keberadaanProvinsi Irja Barat yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 45

Tahun 1999 tetap dinyatakan sah, sudah tepat.

Page 45: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

44 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

UU MK menekankan putusan MK berlaku sejak tanggaldiputuskan, serta putusan diucapkan dalam sidang terbukauntuk umum (Pasal 28 ayat (5) UU MK). Namun, menurutMenteri Sekretaris Negara bahwa keberadaan Provinsi IrjaTengah, tiga kabupaten dan satu kota mestinya juga tetapsah, memang masih dapat didiskusikan lebih jauh.

Kedua, putusan MK yang membatalkan Provinsi IrjaTengah dengan pertimbangan karena pemerintahan(eksekutif) dan DPRD (legislatif) belum terealisasi sesuaiketentuan UU Nomor 45 Tahun 1999, juga sudah tepat. Disini hakim MK melakukan penemuan hukum karena Pasal47, Pasal 57 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 58 UU MK tidaksecara tegas atau kurang jelas mengatur mengenai akibathukum yang tidak selesai atau tidak sesuai dengan UU yangdibatalkan (UU Nomor 45 Tahun 1999).

Hakim MK menggunakan interpretasi ekstensif(Marwan Mas, 2004:141) yaitu memperluas makna Pasal47, Pasal 57 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 58 UU MK dariketentuan khusus menjadi ketentuan umum sesuai dengankaidah tata bahasanya. Makna yang terkandung dalam Pasal47, Pasal 57 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 58 UU MK,bahwa putusan MK memperoleh kekuatan hukum tetap sejakselesai diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk umum(Pasal 47); materi muatan ayat, pasal, dan/atau bagian UUtersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat (Pasal57); atau UU tersebut tidak mempunyai kekuatan hukummengikat (Pasal 58), diperluas maknanya bahwa akibathukum yang tidak selesai dari UU yang diputuskan tidakmengikat secara hukum, harus dibatalkan atau dianggaptidak pernah ada.

Selain itu, putusan MK yang tidak mengakui kebe-radaan Provinsi Irja Tengah, tidak semata-mata menggu-nakan pertimbangan hukum secara normatif. Tetapi juga

Di sini hakim MK melakukan penemuan hukum...

Page 46: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

45Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

mempertimbangkan aspek nonjuridis, realitas (sosiologis),dan politis karena Provinsi Irja Tengah dalam kenyataanbelum terbentuk sesuai UU Nomor 45 Tahun 1999. Berbedadengan keberadaan Provinsi Irja Barat yang secara realitaspemerintahan (eksekutif) dan DPRD-nya (legislatif) sudahterbentuk dan secara faktual telah melaksanakan fungsinya.

Diibaratkan pada sebuah negara, keberadaan ProvinsiIrja Tengah yang belum memiliki pemerintahan meskipunsudah ada wilayah dan penduduk, tetapi belum dapat disebutsebuah “negara” yang perlu diakui keberadannya oleh negaralain. Namun, pelaksanaan Otonomi Khusus Papua sesuai

Diibaratkan pada sebuah negara, keberadaan Provinsi IrjaTengah yang belum memiliki pemerintahan meskipun sudah adawilayah dan penduduk, tetapi belum dapat disebut sebuah“negara” yang perlu diakui keberadannya oleh negara lain.

UU Nomor 21 Tahun 2001 perlu segera direalisasikan denganmengeluarkan seluruh perangkat hukum di bawahnya(norma hukum derivatif) agar tidak menimbulkan masalahbaru yang dapat membahayakan keutuhan NKRI. Akhirnya,dapat dikatakan bahwa putusan MK yang mengakuikeberadaan Provinsi Irja Barat, tetapi membatalkankeberadaan Provinsi Irja Tengah karena secara realistis belumterbentuk, merupakan suatu penafsiran yang progresif dalammenata kehidupan ketatanegaraan Indonesia ke depan.

D. PenutupPutusan MK di atas pada hakikatnya memperlihatkan

harapan dan paradigma baru terhadap kehidupan hukumdan ketatanegaraan ke depan. Bukan hanya secara teoretis(ilmu hukum) dengan menggunakan penafisran yangprogesif, tetapi juga mempertimbangankan aspek politis,ekonomi, dan sosiologis yang berkembang dalam masyarakat.Termasuk lahirnya pendapat berbeda (concurring opinion)atau dissenting opinion oleh salah satu Anggota Majelis

Page 47: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

46 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Hakim MK, menjadi wacana baru dalam sistem peradilanIndonesia sebagai wujud transparansi putusan hakim yangperlu diketahui publik.

Dissenting opinion dimaksudkan agar warga masyara-kat memiliki wahana sebagai freedom of opinion untukmelakukan penilaian terhadap putusan hakim. Di satu sisi,para hakim diharapkan terhindar dari segala bentuk inter-vensi dan pengaruh ekstra yudisial yang selama ini mempe-ngaruhi praktik penegakan hukum, sementara di sisi lainsuatu kebebasan peradilan akan menempatkan dissentingopinion sebagai sikap korektif hakim terhadap kekurangannyadalam proses penegakan hukum. Pencarian fakta dan kebe-naran objektif dan rasional, bukan semata-mata menerimapendapat mayoritas anggota majelis hakim yang kemung-kinan otoriter sebagai kebenaran mutlak.

Pada aspek lain, cukup banyaknya produk UU yangdibatalkan atau dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hu-kum mengikat oleh MK karena bertentangan dengan UUD1945, merupakan tamparan bagi DPR dan pemerintah. Kedualembaga negara yang membahas dan menetapkan berlaku-nya suatu UU, perlu lebih meningkatkan wawasan dan profe-sionalismenya, termasuk menjauhi kepentingan sesaat ataukepentingan politis dalam merumuskan suatu ketentuanUU.

DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah Arifin dan Juliyus Wardi (Ed). 2003. MerambahJalan Pembentukan Mahkamah Konstitusi di Indonesia.KRHN, Jakarta.

Gustav Radbruch. 1961. Einfuhrung in die Rechtswissenchaft.Stuttgart, K.F. Kohler.

Joseph Raz. 1983. The Authority of Law. Clarendom Press,Oxford.

Mac Iver, R.M. 1960. The Modern State. University Press, Oxford.Marwan Mas. 2004. Pengantar Ilmu Hukum. Ghalia Indonesia,

Jakarta.

Page 48: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

47Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Peter, A.A.G. dan Koesriani Siswosoebroto. 1990. Hukum danPerkembangan Sosial, Buku Teks Sosiologi Hukum, BukuII. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto. 1983. SosiologiHukum Negara. Rajawali Pers, Jakarta.

Roberto M. Unger. 1999. Gerakan Studi Hukum Kritis. Terjemahanoleh Ifdhal Kasim. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat(ELSAM), Jakarta.

Roscoe Pound. 1972. Pengantar Filsafat Hukum. Bhratara,Jakarta.

Samsul Wahidin. 1984. Hak Menguji Materiil Menurut UUD 1945.Cendana Press, Jakarta.

Page 49: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

48 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Oleh Yudi Latif

Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memba-talkan UU No 45/1999 tentang Pemekaran Papua memilikidimensi strategis, yang bisa dijadikan titik tumpu bagipenyelesaian masalah Papua secara tuntas (once and for all).Seperti dikatakan oleh Ketua MK sendiri, Jimly Asshiddiqie,“Semua pihak haruslah melihat Undang-Undang Nomor 21Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus sebagai solusi untukmengatasi persoalan di Papua.”

Keputusan MK tentu saja tak bisa melampaui kewe-nangannya. Tugas MK sejauh bertalian dengan uji materiperundang-undangan. Sedangkan langkah-langkah imple-mentatif, sebagai tindak lanjut dari putusan MK ini, ada ditangan pemerintah. Krisis multidimensional di bumi Cendra-wasih yang diwarisi oleh Pemerintahan Susilo BambangYudhoyono (SBY) dan Yusuf Kalla (JK) adalah merupakankesempatan bagi perubahan secara fundamental, bukanalasan untuk menunda perubahan.

Tulisan ini hendak memberikan konteks historis bagipersoalan Papua, dimensi strategis dari Keputusan MK serta

MASA DEPAN PAPUA PASCA KEPUTUSANMAHKAMAH KONSTITUSI

Peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Page 50: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

49Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan olehPemerintah dalam upaya penyelesaian krisis Papua.

Jalan Panjang Menghadirkan Kedamaian“In Gottes Namen Betraten Wir Das Land” (Dalam

Nama Tuhan Kami Menginjak Tanah Ini). Bukan maingirangnya dua penginjil Jerman, Carel Willem Ottow danJohan Gottlob Geisler, ketika akhirnya berhasil mendarat diBumi Papua (Nieuw Guinea).

Berbekal izin Sultan Tidore dan ditemani para pelautMuslim dari Ternate dan Tidore, mereka tiba di Teluk Doreri5 Pebruari 1855. Minggu pagi, pukul enam, sauh segeraditurunkan. Sinar matahari menerobos celah pepohonan,menyambut kedatangan mereka. “Ah, semoga mentarikebenaran menerangi kami dan orang-orang kafir yangmalang itu, yang telah lama mengeluh dalam kegelapan,kiranya sang Gembala Agung menuntun mereka denganTongkat Gembalanya.”

Sejak itu, puluhan tahun ketabahan dan perjuangantercurah untuk menghadirkan kasih Tuhan di sela-selakonflik tribalisme. Dalam keterjalan hutan tropis, keganasannyamuk malaria, dan keterasingan pedalaman, pesan damaiharus dikabarkan untuk memutus rantai balas dendam darikonflik tribal yang tak kenal henti. Proses panjang studianthropologi dilakukan, berbagai pendekatan diterapkan.Bersama para pedagang Muslim, para evangelis berhasilmenjadikan bahasa Melayu sebagai lingua franca, yang bisamenerobos kemacetan komunikasi antarsuku. Secaraperlahan imaji persaudaraan antarsuku di Papua berhasilditanamkan.

Dengan berlalunya kolonialisme Belanda, Papua Baratsecara susah-payah berhasil diintegrasikan ke dalam keluargabesar kebangsaan Indonesia, dengan nama Irian Jaya. Dibawah rejim Orde Baru, integrasi dijaga di bawah hegemonimiliterisme. Saat yang sama, Bumi Cenderawasih yang kaya,mayoritas penduduknya berhasil dimiskinkan. Dari sekitar

Page 51: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

50 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

2.233.530 jumlah total penduduk wilayah ini pada 2003,1.565.571 orang hidup di bawah garis kemiskinan. Tingkatkemiskinan Papua merupakan salah satu yang paling tinggiIndonesia, hanya sedikit lebih baik dibanding propinsiKalimantan Barat.

Penderitaan seperti itu, toh tidak mengoyak persauda-raan antarsuku yang telah lama dirajut. Di bawah represidan derita, solidaritas Papua justru semakin menguat. Tentusaja merupakan penguatan secara negatif, karena dihadap-kan pada ancaman bersama. Politik identitas menjalar dibawah tanah. Seperti kata Judy Rebick (1996), seorang aktifisfeminis Canada, “Politik identitas kerapkali muncul sebagairesistensi terhadap proses marjinalisasi yang dialami olehsuatu kelompok dalam masyarakat-bangsa.” Pada titikekstrim, resistensi identitas kepapuan terhadap struktur-struktur penindasan pasca-kolonial ini menghadirkansemacam gerakan separatisme.

Untuk mengobati penderitaan dan kekecewaan masyarakatPapua, Presiden Habibie datang dengan tawaran otonomi daerah

lewat Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999.

Munculnya Orde Reformasi, membawa semangatrekonsiliasi. Untuk mengobati penderitaan dan kekecewaanmasyarakat Papua, Presiden Habibie datang dengan tawaranotonomi daerah lewat Undang-Undang Nomor 45 Tahun1999. Termasuk dalam Undang-Undang ini adalah penga-turan pemekaran Irian Jaya ke dalam beberapa propinsi dankabupaten, yang dalam implementasinya akan disesuaikandengan realitas sosial.

Di bawah Pemerintahan Abdurrahman Wahid, UndangUndang No. 45 Tahun 1999 diubah menjadi UU No. 5 Tahun2000. Presiden Wahid juga berinisiatif mengembalikan namapropinsi menjadi Papua. Pada perkembangan selanjutnya,Papua diberikan otonomi khusus lewat Undang-Undang

Page 52: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

51Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Nomor 21 Tahun 2001. Undang-Undang ini konsepnyadiprakarsai selama pemerintahan Presiden AbdurrahmanWahid. Tapi diundangkan dengan tanda tangan PresidenMegawati Sukarnoputri. Dalam Undang-Undang OtonomiKhusus Propinsi Papua ini, antara lain ditetapkan pemben-tukan sebuah badan unik, Majelis Rakyat Papua (BagianKeempat, Pasal 19 s/d Pasal 25).

Sebagian unsur dari Warga Papua menyambut tawaranotonomi khusus ini secara dingin dan skeptis. Mereka kurangpercaya pada itikad Jakarta, karena seringkali dikecewakanpemerintahan pusat dengan pelbagai inkonsistensi kebijakan-nya. Toh, arus utama para pemimpin lokal masih mencobamemberikan kesempatan kepada pemerintahan pusat untukmembuktikan niat baiknya. Tawaran otonomi khusus-pundicoba direalisasikan.

Langkah ke arah itu dimulai dengan menjajakipembentukan dewan rakyat khas Papua, Majelis RakyatPapua (MRP). Tawaran pusat ini merupakan terobosanpenting dalam politik. Para penganut teori liberal dalampolitik selalu menunjukkan keberatan atas perlakuanistimewa bagi suatu kelompok tertentu dalam negara, dengandalih bahwa hak-hak dan perlakuan politik harus diperlaku-kan sama bagi setiap individu dalam masyarakat. Parakritikus postmodernis, mencoba menawarkan dalih yangberbeda atas masalah ini. Para pendukung hak-hak“masyarakat pribumi” (indigenous people), misalnya, datangdengan argumentasi bahwa hak-hak istimewa bagi suatukelompok bisa dibenarkan atas dasar “demi memeliharakondisi-kondisi yang dibutuhkan bagi berkembangnyaotonomi dan kebebasan individu”. Menurut pandangan ini,keadilan melibatkan konpensasi bagi ketidakberuntungansecara tidak fair dan semena-mena yang dialami suatukelompok dalam masyarakat, serta keharusan mempromo-sikan dan menyelamatkan kapasitas-kapasitas individu-individu dalam kelompok tersebut untuk mengejar danmemperbaiki konsepsinya sendiri tentang kebaikan hidup.

Page 53: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

52 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Dengan demikian, ‘hak-hak’ istimewa bisa diberikan kepadakelompok tertentu sebagai prekondisi bagi pemulihan hak-hak dan otonomi individu (Ivison et.al, 2000).

Dalam penjajagan pembentukan MRP, telah dica-nangkan bahwa Majelis ini bertugas menyusun PeraturanDaerah Propinsi (Perdasi) dan Peraturan Daerah Khusus(Perdasus). Selanjutnya, anggota-anggota Majelis dipilih olehwarga Papua dengan mempertimbangkan keterwakilangolongan agama, adat, dan perempuan, sehingga diharapkanbisa merepresentasikan pelbagai unsur dalam masyarakat.Persolannya, tinggal menunggu pengesahan dari PemerintahPusat seperti dikehendaki oleh undang-undang.

Lama mereka menunggu pengesahan ini. Sekonyong-konyong Pemerintahan Megawati secara sepihak menge-luarkan Instruksi Presiden (Inpres) Republik IndonesiaNomor 1 Tahun 2003 tentang Percepatan PelaksanaanUndang-Undang No. 45 (yang telah dikoreksi oleh UUtentang Otonomi Khusus Nomor 21 Tahun 2001). Lagu MyWay, yang dinyanyikan Megawati dalam kunjungannya kePapua pada perayaan natal 2002, seakan menjadi isyaratbahwa dirinya punya cara dan kemauannya tersendiri untukmenghadapi masalah Papua.

Berdasarkan Inpres ini, nama Papua kembali digantimenjadi Irian Jaya, selanjutnya dimekarkan menjadi 3propinsi: Irian Jaya Barat, Irian Jaya Tengah, (plus IrianJaya Timur). Tanpa mengindahkan persepsi lokal, pemerin-tah juga begitu cepat berusaha merealisasikan Inpres inidengan menunjuk Abraham Ataruri sebagai pejabat Guber-nur untuk Irian Jaya Barat.

Dalam Inpres ini, ketidakpekaan dan kesewenang-wenangan pemerintah Pusat begitu jelas diperagakan.Dengan semangat ultra-nasionalis, warga setempat bahkan

Dalam Inpres ini, ketidakpekaan dan kesewenang-wenanganpemerintah Pusat begitu jelas diperagakan.

Page 54: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

53Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

tidak diperkenankan untuk sekadar memakai nama Papua.Penduduk Papua yang cuma sekitar 2,5 juta, dipaksa dime-karkan secara tergesa-gesa, tanpa mempertimbangkanaspirasi tokoh-tokoh lokal, yang mengkhawatirkan timbulnyakembali konflik-konflik tribalisme jika hal ini dilakukan tanpapersiapan yang matang. Yang lebih penting, ketentuan dalamUU Nomor 21 Tahun 2001 yang menghendaki agar segalakebijakan mengenai Otsus Papua harus memperolehpengesahan dari DPRD dan Majelis Rakyat Papua diabaikanbegitu saja. Kedua lembaga ini sama sekali tidak dilibatkandalam proses pengambilan keputusan.

Semangat ultra-nasionalis yang bertemu dengankepentingan security regime untuk mempertahankanketerlibatannya di wilayah yang kaya tambang dan sumber-daya hutan ini, serta kepentingan partai berkuasa untukmenambah perolehan kursinya pada Pemilu 2004, tampak-nya menjadi pemicu segera dikeluarkannya Inpres ini.

Warga setempat segera mencium bahwa dukunganPemerintah Pusat terhadap Otsus Papua bersifat setengahhati. Inpres ini ditafsirkan oleh banyak kalangan sebagaipolitik devide et impera untuk melemahkan kekuatan tawarwarga Papua. Di bawah sengketa penguasaan sumberpendapatan daerah, ketiga propinsi akan menjadi ajang barukonflik komunalisme, yang tanda-tanda awalnya telahmuncul beberapa saat setelah penunjukan pejabat GubernurIrian Jaya Barat.

Koor kekecewaan dan aksi penolakan tak ayal lagi segerameledak. Pernyataan bersama lima tokoh agama (10 Pebruari2003), masing-masing Mgr. Leo Laba Ladjar, Ofm (UskupJayapura), Bp. Irianto Setiawan (Ketua Majelis BudhayanaIndonesia Jayapura), Pdt. Herman Saud, M. Th (KetuaPersekutuan Gereja di Papua), Bp. I Dewa Putu Mustika, BA(Ketua II Parisada Hindu Dharma Indonesia Propinsi Papua),dan Drs. Zubair D. Hussein (Ketua MUI wilayah Papua)mencerminkan kegelisahan masyarakat. “Kami menjadisangat prihatin waktu menyadari berkembangnya perpeca-

Page 55: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

54 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

han di tengah-tengah umat di Papua yang melibatkan banyaktokoh umat. Proses perpecahan ini ternyata dipicu oleh karenaadanya aspirasi-aspirasi serta kebijakan yang salingbertentangan hingga meresahkan umat dan masyarakatyang mana ada kecenderungan untuk membagi umat kitake dalam kubu yang saling berlawanan” (Cendrawasih Pos,11 Pebruari 2003).

Pemerintah Pusat sekali lagi menunjukkan kebeba-lannya. “Kebebalan manusia,” ujar Sukarno, “terletak padaketidakmampuannya memahami sejarah.” Sejarah puluhantahun leleran keringat guru-guru kemanusiaan untukmenghadirkan kasih dan kedamaian antarsuku di Papuaterancam karam. Inkonsistensi kebijakan yang mencer-minkan pragmatisme politik Jakarta membawa babak baruperpecahan warga.

Protes warga tak kunjung didengar pemerintah.Akhirnya pelbagai unsur dalam masyarakat Papau, mencobamencari keadilan dengan memohon judicial review kepadaMahkamah Konstitusi, yang pada gilirannya permohonanini diajukan oleh Jhon Ibo (Ketua DPRD Irian Jaya). Jhonmeminta MK untuk menyatakan bahwa pasal-pasal di dalamUU No. 45 tahun 1999 tersebut, sepanjang yang mengaturtentang pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat dan IrianJaya Tengah bertentangan dengan Pasal 18B ayat (1) UUD1945 dan oleh karenanya, Jhon menilai tidak mempunyaikekuatan hukum mengikat.

Keputusan Mahkaman KonstitusiDalam keputusannya, MK membatalkan Undang-

Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pemekaran Papua.Namun demikian, keberadaan Provinsi Irjabar yang dibentukberdasarkan UU tersebut tetap dinyatakan sah. Irian Jaya

Akhirnya pelbagai unsur dalam masyarakat Papau, mencobamencari keadilan dengan memohon judicial review kepada

Mahkamah Konstitusi...

Page 56: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

55Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Barat tetap menjadi provinsi yang diakui, karena dibentukberdasarkan UU No. 45 Tahun 1999 ketika aturan ini masihsah. Sedangkan untuk provinsi Irian Jaya Tengah, karenahingga keputusan MK dikeluarkan provinsi tersebut belumterbentuk, maka ke depan, tidak dapat dibentuk. Sebab, dasarhukumnya (UU No 45 Tahun 1999) sudah dinyatakan tidakberlaku.

Dalam penjelasannya kepada pers (10/12/2004, KetuaMK, Jimly Asshiddiqie, menjelaskan bahwa judicial review(uji materi) sebuah undang-undang (UU) bisa dilakukandengan pengujian secara formil maupun secara materiil.Pemohon meminta agar MK mencabut UU No 45/1999tentang Pemekaran Papua karena didalilkan pemohonbertentangan dengan konstitusi.

Jimly menjelaskan, setelah MK memeriksa dalilpemohon, para hakim konstitusi menilai UU No 45/1999 tidakmelanggar konstitusi karena UU tersebut ada sebelum adanyaperubahan ketiga UUD 1945. “Kami tidak menerima dalilpemohon dan dalil termohon. Yang harus dilihat bukanproses pembentukan UU itu, namun pemberlakuan UU No45/1999 itu baru dilaksanakan setelah UU No 21/2001dikeluarkan.” Seharusnya, tambah Jimly, UU No 45/1999dicabut dan kemudian diintegrasikan di dalam UU No 21/2001. Namun, UU No 21/2001 ternyata tidak mencabut UUNo 45/1999. Oleh karena itu, MK tidak mencabut UU No45/1999, melainkan membatalkan.

Keputusan ini menuai kontroversi di kalangan para ahlihukum tata negara sendiri. Dalam proses pengambilankeputusan di MK sendiri, Terdapat perbedaan pendapat (con-curring opinion) yang disampaikan oleh salah seoranganggota majelis hakim, Maruarar Siahaan. MenurutMaruarar, dengan keluarnya putusan MK yang menetapkan

Keputusan ini menuai kontroversi di kalangan paraahli hukum tata negara sendiri.

Page 57: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

56 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

bahwa UU No. 45 Tahun 1999 tidak mempunyai kekuatanhukum mengikat, maka seyogyanya Provinsi Irian JayaBarat dan seluruh ikutan strukturnya dinyatakan batal.Dalam perdebatan publik, pendapat serupa disokong oleh SriSumantri Martosoewignjo, ahli hukum tata negara dari Uni-versitas Padjadjaran.

Di sisi lain, Menteri Sekretaris Negara, Yusril IhzaMahendra, menampilkan pendapat pada titik ekstrem yanglain. Dia menegaskan, putusan MK itu tidak berlaku surut.Sehingga meskipun MK memutuskan UU No 45 tahun 1999tidak berlaku sejak 11 November 2004, tetapi semua langkahyang telah diimplementasikan oleh UU yang dibatalkan itu,sah. “Jadi pembentukan Provinsi Irjabar, Provinsi Irjateng,tiga kabupaten dan satu kota itu sah. Walaupun dalamkenyataan konkretnya, baru Provinsi Irjabar yang adaperangkat pemerintahannya, sedangkan Irjateng belum ada.Namun sesungguhnya keberadaan dari kedua provinsi itusudah ada,” papar Yusril.

Tetapi keputusan yang diambil oleh MK tampaknyamemiliki rasionalitas yang lebih kuat. Menurut Jimly, subyekhukum Irian Jaya Barat tetap sah meski UU No 45/1999yang mendasarinya sudah dinyatakan batal secara hukum.“Putusan MK ini harus dinyatakan berlaku ke depan. Artinya,tidak sampai menimbulkan kekosongan hukum sebagaimanadipahami secara keliru selama ini. Oleh karena itu, ProvinsiIrian Jaya Barat yang sudah terbentuk sebelum MKmemutuskan perkara ini, tetap sah. Dengan logika yang sama,pembentukan provinsi Irian Jaya Tengah di masa depan tidakbisa realisasikan, karena dasar Undang-Undangnya sudahdinyatakan tidak berlaku. Mengenai pengaturan lebih lanjut,Jimly menjelaskan bahwa hal itu bukan urusan MK,melainkan urusan pemerintah yang memiliki wewenang

Tetapi keputusan yang diambil oleh MK tampaknyamemiliki rasionalitas yang lebih kuat.

Page 58: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

57Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

untuk mengatur hal itu.Di pandang dari sudut pandang politik, keputusan MK

ini merupakan jalan tengah: bisajadi tidak memuaskanmasing-masing pihak yang bertikai, namun merupakankompromi yang bisa dijadikan titik temu. Untuk suatuwilayah yang luasnya sebanding dengan seperempat wilayahIndonesia, Papua memang terlalu besar untuk bisa dijangkausecara efektif oleh satu propinsi. Tetapi, untuk wilayah denganpenduduk sekitar 2,5 juta, Papua juga terlalu berlebihan (jugatak efektif) jika harus dibagi ke dalam 3 propinsi. Pembelahanyang terlalu banyak, akan lebih merumitkan konflik-konfliklokal, sehingga efektivitas pemerintahan yang diharapkanjustru tidak mencapai sasaran. Karena aktivitas pemerin-

Meskipun begitu, apa yang tampak sebagai jalan tengahyang rasional dari penglihatan berjarak, belum tentu yang ideal

bagi penglihatan masyarakat setempat.

tahan justru tersita untuk menyelesaian konflik komunalyang tak terjembatani. Dengan pembagian ke dalam duapropinsi, memang bisa menyulut konflik pada tahap awal.Namun juga bisa mewadahi keragaman aspirasi politik dankekuasaan yang tidak bisa diwadahi ke dalam satu propinsi.

Meskipun begitu, apa yang tampak sebagai jalan tengahyang rasional dari penglihatan berjarak, belum tentu yangideal bagi penglihatan masyarakat setempat. Untuk itu, dia-log-dialog konsensual, untuk berbagai pandangan danpencapaian kesepahaman harus dilakukan oleh pemerintah.

Perlu segera digarisbawahi bahwa adil atau tidaknyasuatu keputusan politik, tidak melulu bertumpu padalandasan filosofis yang melatari suatu produk perundang-undangan, melainkan juga bagaimana undang-undang ituditerapkan di lapangan. Suatu produk hukum yang dilandasidasar filosofis yang benar dan adil belum tentu melahirkan

Page 59: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

58 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

keadilan dalam masyarakat, jika pelaksanaannya dilakukansecara tak adil. Sebaliknya, suatu produk hukum yangtampak mengandung ketidakadilan, bisa saja mendatangkankeadilan, jika dalam implementasinya dilakukan secara baikdan adil.

Dengan kata lain, meskipun secara yuridis keputusanMK bisa memberikan pijakan yang kuat bagi penyelesaianmasalah Papua, pada tingkat implementasinya tergantungkepada niat baik dan kemampuan pemerintah. Keadilan danproses rekonsiliasi di Papua, tergantung pada bagaimanapendekatan dan keputusan pemerintah terhadap kelanjutandari Provinsi Irian Jaya Barat serta masalah-masalah lainnyadi wilayah ini.

Untuk melahirkan keputusan yang tepat dalammenyelesaikan persoalan Papua yang multidimensional,pemerintah perlu belajar dari kekeliruan kebijakan pemerin-tahan di masa lalu.

Belajar dari Masa Lalu demi Perbaikan Masa DepanSambil menanti kunjungan Presiden Megawati ke

Papua yang tertunda, seorang warga berkisah ikhwal sebuahbah. Sebuah banjir besar menyapu daratan, membawahanyut ikan dan marga satwa. Seekor kera ikut terseret. Tetapiberkat keterampilan dan jangkauan tangannya berhasilmencari jalan selamat dengan menggapai batang pohon.Begitu selamat terlihat olehnya seekor ikan jumpalitan tersapuarus. Rasa iba mendorongnya melakukan tindak penyela-matan dengan menarik ikan ke dahan seperti pengalaman-nya sendiri. Kala banjir reda, ia baru sadar ikan yangditolongnya mati sia-sia.

Kisah tersebut diangkat sebagai iktibar. Niat baik sajatidak cukup untuk menyelesaikan persoalan. Niat baik tanpapemahaman yang baik justru bisa membawa malapetakayang lebih gawat. Celakanya, kenyataan seperti itulah yangsering kali diperagakan pemerintahan pusat.

Dalam benak pragmatisme “Jakarta”, akar keresahan

Page 60: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

59Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dan pembangkangan lokal sering direduksi hanya sekadarperkara “uang”. Atas dasar itu, kerangka penyelesainmasalah ditawarkan dalam bentuk angka. Berapa persenuntuk daerah dan berapa pula untuk pusat. Semua nilai,ingatan penderitaan, dan marwah kemanusiaan sepertinyabisa dikonversikan ke dalam mata uang.

Memang ada pihak-pihak yang bersemangat menyam-but skema penyelesaian seperti itu. Yakni mereka yang olehwarga setempat dinisbatkan sebagai tipe “mentalitas rajakecil” (little kings mentality), alias pemuka-pemuka formalyang sejak lama diuntungkan oleh sistem yang korup danmencium “aroma” yang lebih menggiurkan dalam skemabaru. Pejabat formal seperti inilah yang sejak lama menjalinhubungan mutualistis dengan aparatur “keamanan” negarademi kesejahteraan bersama penguasa. Kedua kalangan inipula yang tampaknya paling antusias dan diuntungkan olehskema baru. Dengan keuangan daerah yang lebih gemuk danotonomi yang luas dalam “mengatur” anggaran, pejabat lokallebih leluasa mengembangkan “kreativitas” pembukuannya.Adapun bagi aparatus “keamanan”, limpahan ‘angin sorga”(windfall) keuangan lokal itu bisajadi menerbitkan hasrat un-tuk mengukuhkan status quo mereka di daerah denganmenciptakan isu gangguan keamanan. Bisa dimengeti jikabanyak pihak menolak ‘niat baik’ rancangan ‘otonomikhusus’.

Dalam persepsi ‘Jakarta’, penolakan seperti itu seringtak bisa dipahami, bahkan dituduh sebagai sikap tak kenalterima kasih. Dalam pandangan masyarakat lokal, justruJakarta-lah yang tak mengerti perasaan mereka dan tak kenalterima kasih terhadap peran lokal. Distorsi pemahamanJakarta terjadi karena sumber-sumber informasi dalampengambilan keputusan sering melulu bersandarkan padasumber-sumber resmi dan intelijen tentara. Sementaradistorsi pemahaman warga lokal terhadap sikap Jakartaterjadi karena penjabaran niat baik Jakarta di daerah seringtersandung oleh persekongkolan penguasa di tingkat lokal.

Page 61: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

60 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Teranglah di sini, solusi pertama penyelesaian resistensilokal bukanlah tawaran angka-angka, melainkan perbaikanmodus komunikasi guna memahami secara lebih baik akar-akar persoalan di daerah. Dengan menerobos sumber-sumber resmi menuju jantung perasaan warga masyarakat,akan segera disadari bahwa persoalannya lebih dari sekadarperkara uang, tetapi menyangkut multi-dimensi harkatkemanusiaan yang dihinakan. Dalam ungkapan getir seorangteolog Papua, Benny Giay (1995), dikatakan bahwa nadadasar dari semua teriakan Papua bermula dari kenyataanbahwa untuk kurun yang panjang, “kami dinilai bukan

...solusi pertama penyelesaian resistensi lokal bukanlahtawaran angka-angka, melainkan perbaikan modus komunikasiguna memahami secara lebih baik akar-akar persoalan di

daerah.

manusia.” Selama ini, “Papua hanyalah obyek: obyekkebijakan politik, obyek operasi militer, obyek pengembanganekonomi, obyek turisme, dan sebagainya.”

Sebagai obyek, warga Papua sejak lama dibesarkandalam ingatan traumatis yang disebut teolog Johan BaptistMetz sebagai “memoria passionis”. Mereka bukan sajamengalami penderitaan lahir, berupa aneka peristiwapembunuhan, penyiksaan fisik, dan kemelaratan ekonomi,melainkan juga penderitaan batin berupa pelecehan terhadapidentitas dan pandangan hidup lokal. Ibarat magma, me-moria passionis tersembunyi di relung kalbu, namunmenyimpan energi dahsyat yang tanpa kanalisasi bisamenimbulkan ledakan.

Jika Jakarta serius hendak menyelesaikan persoalanPapua, setidaknya ada tiga perkara yang dipandang olehWoskpakrik dan Apomfires sebagai prioritas utama. “Peng-akuan dan penghargaan terhadap nilai spesifik orang Papua.

Page 62: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

61Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Akses orang Papua secara baik dalam meraih peluang ekono-mi baik di tingkat daerah, regional maupun internasional.Terlepas dari sistem penguasa dan militer yang tidak disukaioleh orang Papua selama ini” (dikutip oleh Latif, 2001).

Karena sumber dari segala sumber memoria passionisitu, dalam pandangan lokal, bermula dari represi militer danpenghisapan lewat aparatur negara RI, maka syarat pertamamenuju penyelesaian masalah adalah penarikan mundursimpul-simpul kekuasaan Jakarta di daerah. Teori sederha-nanya, di mana ada operasi kuasa di sana ada perlawanan.Untuk mengurangi resistensi, operasi kuasa harus diken-durkan. Dalam kaitan ini, yang harus pertama ditarik adalahtentara unorganik. Meskipun secara teoritis status DOM diIrian Jaya telah dicabut, dalam kenyataannya pasukan-pasukan unorganik semacam Kopasus masih gentayangan,menerbitkan teror dan rasa takut bagi warga setempat. Rasatakut yang menambah kecurigaan warga terhadap segalaniat baik Jakarta. Bersamaan dengan itu, efektivitaspengawasan Jakarta terhadap “anak-anak nakal”-nya,pejabat di daerah, harus dicarikan modus operandinya. Cross-check informasi perlu dilakukan guna memperoleh informasiyang lebih obyektif mengenai perkembangan di daerah.

Selanjutnya saluran dan mekanisme dialog antaraJakarta dan simpul-simpul kepemimpinan warga perludikembangkan. Cara memandang persoalan dengan kacamata kuda harus dihindarkan. Kata ‘Papua Merdeka’ tidakharus ditanggapi secara emosional dengan mengumbarpeluru. Pertama, kata merdeka pada dasarnya merupakanikon dari gerakan pembebasan terhadap represi militer dannegara. Kedua, persepsi terhadap bentuk kemerdekaan itusendiri tidaklah seragam, masih mungkin untuk dinegosia-

Karena sumber dari segala sumber memoria passionis itu,dalam pandangan lokal, bermula dari represi militer

dan penghisapan lewat aparatur negara RI...

Page 63: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

62 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

sikan. Tidak semua orang berada di belakang ‘OrganisasiPapua Merdeka’ atau ‘Bintang Empas Belas’ yang menempuhjalur bersenjata. Organisasi baru seperti ‘Presidium DewanPapua’ yang memperoleh mandat tidak kurang dari 1/3 war-ga asli Papua yang terlibat dalam musyawarah Papua masihmempercayai akal sehat. Bagi mereka, kalau pun carakekerasan membuahkan kemerdekaan, apalah artinya jikayang tersisa tinggal beberapa gelintir warga Papua.

Dengan demikian titik temu (springboard) bisadiperluas dengan mengembangkan dialog yang jernih danjujur, tanpa ancaman senjata. Adalah suatu tindakan yangbodoh jika terhadap pihak-pihak yang masih bersedia dia-log, para pemimpinnya justru ditangkapi dan dipenjarakan.Memenjarakan mereka berarti memenjarakan dialog. Jikaitu terjadi, jangan salahkan jika seluruh rakyat Papua tibapada kata putus, merdeka, apapun ongkosnya.

Hal lain yang tak pentingnya adalah soal konsistensikebijakan. Inkonsistensi kebijakan dalam hal apa pun selalubersifat destruktif. Yang paling berbahaya, jika hal itu terjadidalam menghadapi resistensi kedaerahan. Tapi, justru itulahpangkal prahara berkepanjangan di Papua. Hulu dari segalahulu persoalan GAM adalah inkonsistensi kebijakan.Pemerintah Pusat sering mengeluarkan keputusan untuktidak diterapkan di lapangan, atau untuk segera diganti olehkeputusan yang lain, tanpa sungguh-sungguh memahamiimplikasinya bagi masyarakat setempat. Apakah kebijakanyang diambil terhadapnya mau menempuh jalan bersenjataatau perdamaian pada akhirnya akan terbentur padadukungan, keajegan, profesionalisme, dan kedisiplinan TNIdi lapangan. Dan sejauh ini, kelemahan Pemerintah dalammelakukan rekonsiliasi di zona-zona konflik, lebih karenaketidakmampuannya mendisiplinkan tentara.

Seperti dikatakan oleh Ketua MK, “Semua pihak

Memenjarakan mereka berarti memenjarakan dialog.

Page 64: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

63Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

haruslah melihat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001tentang Otonomi Khusus sebagai solusi untuk mengatasipersoalan di Papua” (Kompas, 13/12/2004). Dan sekalikebijakan ini dikeluarkan, pemerintah harus melakukanlangkah segera dan konsisten untuk memenuhi tuntutan lebihlanjut dari pemberlakuan Undang-Undang ini.

Hari-hari terakhir, opini publik yang melibatkan paraintelektual dan tokoh Papua semakin kencang menuntutpemerintah untuk segera membuka jalan bagi pembentukanMajelis Rakyat Papua. Pemerintah harus melihat masalahini sebagai peluang, dan niat baik warga Papua, untuk tetapbergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Oleh karena itu, respon yang cepat, tepat dan konsisten dalampemenuhan tuntutan ini bisa menjadi pintu masuk bagipenyelesaian masalah papua sekali dan untuk selamanya(once and for all).

Jika Susilo Bambang Yudhoyono jadi berkunjung kePapua, jangan lupa bawakan kado Natal buat mereka.Seberharga-berharganya kado buat mereka, bukanlah janjiangka-angka. Melainkan kesediaan untuk berdialog,membuka diri penuh cinta untuk mereka. Dialog rekonsiliasidalam tradisi suku-suku Papua bukanlah seumur jagung,melainkan bisa bertahun-tahun. Maka, bersiaplah untukbersabar!

Rujukan

Giay, B. 1995, Zakheus Pakage and His Communities: IndigenousReligious Discourse, Socio-political Resistance, andEthnohistory of the Me of Irian Jaya, PhD Dissertation,Department of Cultural Anthropology/Sociology ofDevelopment, Free University, Amsterdam.

Ivison, D. et.al, 2000, Political Theory and the Rights ofIndigenous Poeples, Cambridge University Press, Cam-bridge.

Kompas, 13 Desember 2004.Latif, Y., 2001, ‘Kado Natal Buat Papua’, Koran Tempo (28/12/

Page 65: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

64 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

2001).______ , 2003, ‘Pemerintah Kembali Koyak Papua’, Koran Tempo

(13/02/2003).Rebick, J. 1996, ‘Bridging identity: a creative response to identity

politics’ in Clash of Identities: Essays on Media, Manipu-lation, and Politics of the Self, ed J. Littleton, Prentice-Hall, Toronto.

Page 66: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

65Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

oleh Maria Farida Indrati, S

PENDAHULUANPermohonan pengujian terhadap Undang-Undang

Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi IrianJaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan KotaSorong, yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor5 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-UndangNomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi IrianJaya Tengah, Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, KabupatenMimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong, yangdiajukan pada tanggal 13 November 2003 oleh Drs. JohnIbo, MM.1 selaku Ketua Dewan Perwakilan Rakyat ProvinsiPapua, yang mewakili kepentingan DPRD Papua melaluikuasa hukumnya, akhirnya diputuskan oleh MahkamahKonstitusi pada tanggal 10 November 2004.

LANGKAH PANJANG MENUJU REALISASIUNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001

TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGIPROVINSI PAPUA

Staf Pengajar Ilmu Perundang-undangan pada Fakultas HukumUniversitas Indonesia

Page 67: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

66 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Permohonan pengujian tersebut disebabkan karenaUndang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 yang telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2000, khususnyaterhadap pasal-pasal yang menyangkut dan berkaitandengan masalah Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengahdan Provinsi Irian Jaya Barat, serta Instruksi Presiden Nomor1 Tahun 2003 tentang Percepatan Pelaksanaan Undang-Undnag Nomor 45 Tahun 1999 tentang PembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat,Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten PuncakJaya, dan Kota Sorong, dianggap telah bertentangan denganPerubahan Pasal 18B Undang-Undang Dasar 1945 (hasilPerubahan Kedua), dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun2001 khususnya Pasal 76, sehingga terdapat pelanggaranterhadap hak konstitusional rakyat yang hidup di ProvinsiPapua. Pelanggaran terhadap hak konstitusional tersebutterjadi oleh karena pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengahdan Irian Jaya Barat dilakukan tanpa memandang danmengingati hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yangbersifat istimewa, serta kesatuan-kesatuan masyarakathukum adat beserta hak tradisional setempat yang diaturdalam Pasal 18B ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar1945.

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 018/PUU-I/2003 siang itu dibacakan dalam sidang Mahkamah Konstitusiyang dipimpin oleh Ketua Mahkamah Konstitusi Prof. Dr.Jimly Asshiddiqie, SH.. Putusan tersebut hanya dibacakansebagian saja dalam sidang terbuka oleh beberapa HakimKonstitusi secara bergantian, karena panjangnya seluruhrumusan putusan (140 halaman).2

Walaupun jalan panjang telah ditempuh (sejak diajukanpengujian pada tanggal 13 November 2003 sampai denganpembacaan putusan pada tanggal 10 November 2004), dansegala jerih payah telah dilalui melalui pengajuan permo-honan pengujian terhadap Undang-Undang Nomor 45Tahun 1999 ke Mahkamah Konstitusi, namun putusan

Page 68: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

67Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Putusan Mahkamah Konstitusi tidak menyelesaikanmasalah, bahkan putusan Mahkamah Konstitusi dirasakankembali menjadikan suatu problema baru.

Dalam artikel ini penulis ingin mengajukan beberapatanggapan terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor018/PUU-I/2003 tentang Pengujian terhadap Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999, sesuai dengan kajian dibidang perundang-undangan, dengan mencermati permasa-lahan yang diajukan dalam permohonan pengujian sertaketerangan saksi-saksi dalam persidangan serta PutusanMahkamah Konstitusi secara utuh.

II. PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 018/PUU-I/2003Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 018/PUU-I/

2000 untuk permohonan pengujian terhadap pasal-pasal(baik secara sebagian atau keseluruhan) yang termuat dalamUndang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pemben-tukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat,Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten PuncakJaya, dan Kota Sorong, dalam diktumnya menyatakansebagai berikut:

MENGADILI:

Menyatakan Permohonan Pemohon dikabulkan;

Menyatakan, dengan diundangkannya Undang-undang

Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi

Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2001 Nomor 135), pemberlakuan Undang-

undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan

Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat,

Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten

Puncak Jaya, dan Kota Sorong (Lembaran Negara

...bahkan putusan Mahkamah Konstitusi dirasakan kembalimenjadikan suatu problema baru.

Page 69: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

68 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 173 dan Tambah-

an Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 3894), bertentangan dengan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Menyatakan, sejak diucapkannya Putusan ini, Undang-

undang Nomor 45 Tahun 1999 tersebut tidak mempu-

nyai kekuatan hukum mengikat;3

Dalam putusan tersebut, walaupun ke sembilan HakimKonstitusi menyetujui diktum putusan dalam perkarapermohonan pengujian terhadap Undang-Undang Nomor45 Tahun 1999, akan tetapi salah satu Hakim Konstitusi,yaitu Maruarar Siahaan, SH.4 mengajukan pendapat yangberbeda terhadap pertimbangan hukum (concurring opin-ion) yang menyangkut akibat hukum dari putusan tersebut.

Hakim Konstitusi Maruarar, SH sepakat denganpendapat Majelis Hakim bahwa, Undang-Undang Nomor 45Tahun 1999 bertentang dengan Undang-Undang Dasar 1945,dan karenanya tidak mempunyai kekuatan mengikat sebagaihukum. Akan tetapi dalam pertimbangan hukumnya HakimKonstitusi Maruarar, S.H., memiliki pendapat yang berbeda.Pertimbangan hukum Hakim Konstitusi Maruarar didasar-kan atas alasan bahwa pembentukan Propinsi Irian JayaBarat yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 45Tahun 1999, secara faktual baru dilaksanakan setelah adanyaInstruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2003, yang dikeluarkanpada tanggal 27 Januari 2003, yaitu sesudah diundangkannyaUndang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 pada tanggal 11November 2001. Dengan berlakunya Undang-UndangNomor 21 Tahun 2001 yang mengatur tentang pemberianotonomi khusus bagi Provinsi Papua, maka Undang-UndangNomor 45 Tahun 1999 seharusnya tidak berlaku lagi,sehingga Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2003 yangmenghidupkan kembali Undang-Undang Nomor 45 Tahun1999 untuk mempercepat realisasi pembentukan propinsibaru di Irian Jaya Barat, merupakan pelanggaran konstitusi

Page 70: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

69Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dan Rule of Law dalam penyelenggaraan pemerintahan yangmengakibatkan ketidakpastian hukum.

III. KRONOLOGI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN KE-PUTUSAN YANG BERKAITAN DENGAN MASALAH PEMEKARANPROVINSI IRIAN JAYA BARAT DAN PROVINSI IRIAN JAYA

Kebijakan pemekaran provinsi Irian Jaya Barat danProvinsi Irian Jaya berkaitan dengan masuknya permohonanpengujian terhadap Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999terhadap UUD dapat dilihat dari perspektif penyusunanperaturan perundang-undangan. Perspektif ini menitikberat-kan pada kronologi segala keputusan, peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan hingga perubahan UUD 1945yang ditetapkan sebelum putusan Mahkamah Konstitusi.Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh pemahamanyang utuh atas substansi dan semangat peraturan perun-dang-undangan yang terkait dengan pemekaran provinsiIrian Jaya Barat dan Irian Jaya.

Peraturan perundang-undangan pertama yang terkaitdengan pemekaran provinsi adalah Undang-Undang Nomor22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.5 Pada tanggal7 Mei 1999 pemerintah telah mengesahkan dan mengun-dangkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan Daerah, yang mengatur antara lain tentangmasalah pembentukan dan susunan daerah.

Dalam Pasal 5 (ayat 1) Undang-Undang nomor 22Tahun 1999 tersebut ditetapkan bahwa “Daerah dibentukberdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensiDaerah, sosial budaya, sosial-politik, jumlah penduduk, luasDaerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkanterselenggaranya Otonomi Daerah” sedangkan dalam ayat(2) ditetapkan bahwa, pembentukan, nama, batas, danibukota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkandengan Undang-Undang.

Selain itu, dalam Pasal 125 ayat (1) Undang-UndangNomor 22 Tahun 1999 dinyatakan bahwa, Kotamadya

Page 71: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

70 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Batam, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, Kabu-paten Mimika, Kabupaten Simeulue, dan semua Kota Admi-nistratif dapat ditingkatkan menjadi Daerah Otonom denganmemperhatikan Pasal 5 Undang-Undang ini; sedangkandalam ayat (2) dinyatakan bahwa “Selambat-lambatnya duatahun setelah tanggal ditetapkannya undang-undang ini,Kotamadya, Kabupaten, dan Kota Administratif, sebagai-mana dimaksud pada ayat (1), sudah harus berubah statusnyamenjadi Kabupaten/Kota jika memenuhi ketentuan yangditetapkan dalam Pasal 5 Undang-Undang ini”.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun1999 tentang Pemerintahan Daerah kemudian Pemerintahmengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor

Dari kajian perundang-undangan, rumusan dalam konsideranshuruf d Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tersebut adalahbertentangan dengan ketentuan dalam Pasal 125 Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian JayaTengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan KotaSorong,6 yang kemudian diubah dengan Undang-UndangNomor 5 Tahun 2000.7

Dalam konsiderans huruf d dari Undang-UndangNomor 45 Tahun 1999 tersebut dirumuskan “bahwa sesuaidengan butir a, b, dan c, serta berdasarkan Undang-undangNomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian JayaBarat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya, dan Kota Sorong harus ditetapkan denganUndang-undang.”

Dari kajian perundang-undangan, rumusan dalamkonsiderans huruf d Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999

Page 72: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

71Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

tersebut adalah bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal125 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Peme-rintahan Daerah.

Rumusan dalam Pasal 125 Undang-Undang Nomor 22Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah hanya meme-rintahkan dilakukannya pembentukan Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, serta KotaSorong, dan tidak merumuskan tentang pembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah, dan Irian Jaya Barat.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 45 Tahun1999 tersebut disusul pembentukan beberapa keputusan yangsaling berkaitan dengan pemekaran, antara lain (i) KeputusanPresiden Nomor 327/M Tahun 1999 tentang PengangkatanAbraham Octavianus Ataruri sebagai Pejabat Gubernur IrianJaya Barat dan Pengangkatan Herman Monim sebagaiPejabat Gubernur Propinsi Irian Jaya Tengah.8 Keputusanini ditetapkan pada tanggal 5 Oktober 1999, sehari setelahpengesahan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999, (ii)Keputusan DPRD Propinsi Irian Jaya Nomor 11/DPRD/1999tentang Pernyataan Pendapat DPRD Propinsi Irian Jayakepada Pemerintah Pusat untuk menolak PemekaranPropinsi Irian Jaya dan Usul Pencabutan Surat KeputusanPresiden RI Nomor 327/M Tahun 1999 tentang Pengang-katan Abraham Octavianus Ataruri sebagai Pejabat GubernurIrian Jaya Barat dan Pengangkatan Herman Monim sebagaiPejabat Gubernur Propinsi Irian Jaya Tengah9 serta (iii)Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 125/2714/SJ yang dike-luarkan oleh Menteri Dalam Negeri Soerjadi Soedirdja padatanggal 18 November 1999,10 yang pada dasarnya menyata-kan memahami isi keputusan DPRD Propinsi Irian JayaNomor 11/DPRD/1999 tentang Pernyataan Pendapat DPRDPropinsi Irian Jaya kepada Pemerintah Pusat untuk MenolakPemekaran Propinsi Irian Jaya dan Usul Pencabutan SuratKeputusan Presiden RI Nomor 327/M Tahun 1999.

Dalam Sidang Umum Majelis PermusyawaratanRakyat Tahun 1999, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah

Page 73: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

72 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

menetapkan Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 tentangGaris-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004. padatanggal 19 Oktober 1999,11 yang antara lain menetapkanArah Kebijakan dalam bidang Pembangunan Daerah secarakhusus bagi Irian Jaya. Dalam Lampiran Bab IV Huruf Gangka 2 menyatakan sebagai berikut:

2. Khusus.

Dalam rangka pembangunan otonomi daerah di dalam

wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta untuk

menyelesaikan secara adil dan menyeluruh permasalahan di

daerah yang memerlukan penanganan segera dan bersung-

guh-sungguh, maka perlu ditempuh langkah-langkah sebagai

berikut:

Irian Jaya

a . Mempertahankan integrasi bangsa di dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan tetap

menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial

budaya masyarakat Irian Jaya melalui penetapan

daerah otonomi khusus yang diatur dengan undang-

undang.

b. Menyelesaikan kasus pelanggaran hak asasi manusia di

Irian Jaya melalui proses pengadilan yang jujur dan

bermartabat.

Pada Tanggal 18 Agustus 2000 Majelis Permusya-waratan Rakyat melakukan Perubahan Kedua terhadapUndang-Undang Dasar 1945,12 dengan menetapkan pasal-pasal baru, antara lain, Pasal 18B Undang-Undang Dasar1945 yang menetapkan sebagai berikut:

Pasal 18B

(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan

pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau

bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.

Page 74: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

73Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-

kesatuan masyarakat hukum adat berserta hak-hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Dalam masa persidangan tersebut Majelis Permusya-waratan Rakyat juga menetapkan Ketetapan MPR NomorIV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan Penye-lenggaraan Otonomi Daerah. 13 Dalam Rekomendasi AngkaIII Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/2000 tersebutdirumuskan antara lain sebagai berikut:

“Rekomendasi ini ditujukan kepada Pemerintah dan Dewan

Perwakilan Rakyat agar ditindaklanjuti sesuai dengan butir-

butir rekomendasi di bawah ini:

Undang-undang tentang Otonomi Khusus bagi

Daerah Istimewa Aceh dan Irian Jaya, sesuai amanat

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/MPR/

1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-

2004, agar dikeluarkan selambat-lambatnya 1 Mei

tahun 2001 dengan memperhatikan aspirasi masyara-

kat daerah yang bersangkutan.”

Berdasarkan pada ketentuan dalam Pasal 18, Pasal 18A,Pasal 18B dan beberapa pasal terkait dalam Undang-UndangDasar 1945, serta beberapa Ketetapan MPR antara lainKetetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garisBesar Haluan Negara, dan Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyeleng-garaan Otonomi Daerah tersebut di atas, maka pada tanggal21 Oktober 2001 Pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khususbagi Provinsi Papua.14

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentangOtonomi Khusus bagi Provinsi Papua yang sangat erat

Page 75: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

74 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

kaitannya dengan masalah pemekaran Papua antara laindapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dalam Konsiderans huruf k dirumuskan :k . bahwa perkembangan situasi dan kondisi daerah Irian

Jaya, khususnya menyangkut aspirasi masyarakat

menghendaki pengembalian nama Irian Jaya menjadi

Papua sebagaimana tertuang dalam Keputusan DPRD

Provinsi Irian Jaya Nomor 7/DPRD/2000 tanggal

16 Agustus 2000 tentang Pengembalian Nama

Irian Jaya menjadi Papua.

2. Dalam Ketentuan Umum Pasal 1 huruf a dan bdirumuskan sebagai berikut:

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

a . Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang

diberi Otonomi Khusus dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Dari rumusan dalam Konsiderans huruf k dan Pasal 1huruf a Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentangOtonomi Khusus bagi Provinsi Papua, maka sejakberlakunya Undang-Undang ini Provinsi Irian Jaya telahdigantikan dengan Provinsi Papua, sehingga seharusnyauntuk penyebutan selanjutnya yang dipakai adalah namaProvinsi Papua. Keadaan yang serupa terjadi denganpenyebutan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalammenggantikan Provinsi Daerah Istimewa Aceh, danpenyebutan Qanun untuk menggantikan PeraturanDaerah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, karenaditentukan dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 2 danangka 8 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentangOtonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Acehsebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Page 76: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

75Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

3. Rumusan dalam Pasal 74 yang menyatakan bahwa,“Semua peraturan perundang-undangan yang adadinyatakan tetap berlaku di Propinsi Papua sepanjangtidak diatur dalam Undang-undang ini.” , secara jelasmenyatakan bahwa peraturan perundang-undanganyang masih berlaku menurut Undang-Undang Nomor21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi ProvinsiPapua, adalah masalah-masalah dalam peraturanperundang-undangan lain yang belum diatur dalamUndang-Undang ini.

4. Dalam Pasal 76 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001dinyatakan bahwa, “Pemekaran Propinsi Papua menjadiprovinsi-provinsi dilakukan atas persetujuan MRP danDPRP setelah memperhatikan dengan sungguh-sungguhkesatuan sosial-budaya, kesiapan sumberdaya manusiadan kemampuan ekonomi dan perkembangan di masadatang”

5. Berdasarkan pada alasan yang tertuang dalam angka 3di atas, maka pemekaran Provinsi Papua menjadiprovinsi-provinsi harus dilakukan berdasarkan padaketentuan Pasal 76 Undang-Undang Nomor 21 tentangOtonomi Khusus bagi Provinsi Papua., yaitu denganpersetujuan Majelis Rakyat Papua dan Dewan PerwakilanRakyat Daerah Papua.

Pada tanggal 27 Januari 2003 Presiden MegawatiSoekarniputri mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1Tahun 2003 tentang Percepatan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang PembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat,Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten PuncakJaya, dan Kota Sorong. 15

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2003 tersebut terdiriatas 6 (enam) instruksi, yang ditujukan kepada MenteriDalam Negeri, Menteri Keuangan, Gubernur Provinsi Papuadan Bupati/Walikota se Provinsi Papua. Secara garis besar,

Page 77: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

76 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

inti dan materi-muatan dari Instruksi Presiden tersebutadalah, agar Pemekaran Provinsi Irian Jaya Barat danProvinsi Irian Jaya Tengah dipercepat, namun dalamkonsiderans huruf b hanya menekankan pada pembentukanPropinsi Irian Jaya Barat. Konsiderans huruf b dari InstruksiNomor 1 tahun 2003 tersebut dirumuskan sebagai berikut:

b. bahwa sesuai tuntutan dan perkembangan aspirasi

masyarakat serta kondisi politik Nasional yang kondusif

saat ini, maka penyelenggaraan pemerintah daerah di

Propinsi Irian Jaya Barat perlu direalisasikan secara

terarah, terpadu, terkoordinasi dan berkesinambungan.

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2003 tersebutkemudian ditindaklanjuti dengan Radiogram Menteri DalamNegeri Nomor 134/221/SJ16 yang dikeluarkan pada tanggal3 Februari 2003 oleh Menteri Dalam Negeri Hari Sabarnoyang memuat 5 (lima) perintah yang ditujukan kepadaGubernur Provinsi Papua, Bupati/Walikota se Provinsi Papuadan Seluruh Pejabat Eselon I Departemen Dalam Negeriuntuk segera mendukung proses percepatan pemekaranProvinsi Irian Jaya Barat dan Provinsi Irian Jaya Tengah.

Pada Sidang Tahunan Majelis PermusyawaratanRakyat Tahun 2003, Majelis Permusyawaratan Rakyatmenetapkan Keputusan MPR Nomor 5/MPR/2003 tentangPenugasan kepada Pimpinan Majelis PermusyawaratanRakyat Republik Indonesia untuk Menyampaikan Saran atasLaporan Pelaksanaan Putusan Majelis PermusyawaratanRakyat Republik Indonesia oleh Presiden, DPR, BPK, MA padaSidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat RepublikIndonesia.17

Dalam Lampiran Keputusan MPR Nomor 5/MPR/2003Angka 1 tentang Politik dan Keamanan, pada huruf b yangmengatur mengenai Papua, dirumuskan sebagai berikut:

i . Majelis menyarankan kepada Pemerintah dan DPR untuk

menata kembali peraturan perundang-undangan yang

Page 78: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

77Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

menyangkut otonomi dan pemekaran Papua termasuk

peninjauan kembali Undang-undang Nomor 45 Tahun

1999 dan Inpres Nomor 1 Tahun 2003 untuk disesuaikan

dengan isi, jiwa dan semangat Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2001.

ii. Melaksanakan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001

secara utuh, konsekuen dan komprehensif, dengan

mempercepat proses penyusunan Peraturan Pemerintah

yang merupakan pejabaran dari undang-undang

tersebut terutama pembentukan Majelis Rakyat Papua,

dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun.

Pada Sidang yang sama Majelis PermusyawartanRakyat menetapkan pula Ketetapan MPR Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status HukumKetetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara danKetetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik In-donesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002,18 yangmenetapkan dalam Pasal 3 antara lain bahwa:

1. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garisBesar Haluan Negara Tahun 1999-2004; dan

2. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/2000 tentang Reko-mendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan OtonomiDaerah.dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknyapemerintahan hasil pemilihan umum tahun 2004.

IV. PEMEKARAN PROVINSI IRIAN JAYA BARAT DAN IRIAN JAYATENGAH DITINJAU DARI KAJIAN HUKUM

Dengan membaca kronologis dari berbagai keputusandan peraturan yang berkaitan dengan pemekaran provinsiseperti yang diuraikan di atas, maka terhadap eksistensiUndang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pemben-tukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat,Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak

Page 79: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

78 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Jaya, dan Kota Sorong penulis mengajukan kesimpulansebagai berikut:

1. Menurut teknik pembentukan peraturan perundang-undangan, suatu konsiderans merupakan suatu alasanatau pertimbangan mengapa peraturan tersebut harusdibentuk, dan seringkali mengacu pada peraturan lainyang memberikan delegasi atau atribusi. DalamKonsiderans huruf d Undang-Undang Nomor 45 Tahun1999 adalah tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, khususnyaPasal 125. Berdasarkan ketentuan Pasal 125, maka yangwajib dilakukan oleh Pemerintah adalah peningkatanKotamadya Batam, Kabupaten Paniai, Kabupaten PuncakJaya, Kabupaten Mimika, Kabupaten Simeulue, dansemua Kota Administratif menjadi Daerah Otonom. Pasal125 tidak memerintahkan adanya pembentukan ProvinsiIrian Jaya Tengah dan Provinsi Irian Jaya Barat.

2. Dengan berlakunya :a. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-

garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004, yangmemerintahkan ditetapkannya Irian Jaya sebagaiDaerah Otonomi Khusus dalam wadah NegaraKesatuan Republik Indonesia, yang diatur denganUndang-Undang;

b. Pasal 18B Undang-Undang Dasar 1945 (PerubahanKedua) yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus2000, dan

c. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/2000 tentang Reko-mendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan OtonomiDaerah yang ditetapkan juga pada tanggal 18 Agustus2000, yang berisi rekomendasi untuk pembentukanUndang-undang tentang Otonomi Khusus bagi DaerahIrian Jaya, selambat-lambatnya tanggal 1 Mei 2001dengan memperhatikan aspirasi masyarakat daerah yangbersangkutan, maka pembentukan Undang-Undang

Page 80: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

79Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus BagiProvinsi Papua adalah sah menurut Konstitusi danKetetapan MPR, serta Undang-Undang yang berlaku saatitu (yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan Daerah.).

3. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua padatanggal 21 November 2001, maka sesuai denganketentuan Pasal 74 Undang-Undang tersebut yangmenyatakan bahwa, “Semua peraturan perundang-undangan yang ada dinyatakan tetap berlaku di ProvinsiPapua sepanjang tidak diatur dalam Undang-Undang ini”,maka Pembentukan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun2003 tentang Percepatan Pelaksanaan Undang-UndangNomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan ProvinsiIrian Jaya tengah, Provinsi Irian Jaya Barat, KabupatenPaniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, danKota Sorong adalah bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001. Dengan demikianInstruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2003 juga berten-tangan dengan Pasal 18B Undang-Undang Dasar 1945,dan Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999, KetetapanMPR Nomor IV/MPR/2000.

4. Dengan adanya ketentuan dalam Pasal 1 huruf a yangmenyebutkan bahwa Provinsi Papua adalah Provinsi IrianJaya yang diberi Otonomi Khusus dalam kerangkaNegara Kesatuan Republik Indonesia, maka namaProvinsi Irian Jaya berubah menjadi Provinsi Papua, dansegala sesuatu yang berlaku di Provinsi Irian Jaya (Papua)wajib tunduk pada ketentuan dalam Undang-UndangNomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus BagiProvinsi Papua.

5. Dari segi asas-asas pembentukan dan pemberlakuanhukum penulis berpendapat bahwa Pasal 76 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khususbagi Provinsi Papua merupakan aturan hukum yang

Page 81: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

80 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

berlaku bagi pemekaran provinsi-provinsi di Papua, danmerupakan aturan hukum baru yang mengesampingkanaturan hukum yang terdahulu (lex posteriori derogat lexpriori) sehingga pembentukan Instruksi Presiden Nomor1 Tahun 2003 yang mengatur tentang PercepatanPelaksanaan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, IrianJaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika,Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong adalah adalahbatal demi hukum.

6. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2004 yang mengaturpercepatan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 45Tahun 1999 merupakan suatu keputusan pejabat yangtidak mempertimbangkan Asas-asas umum penyeleng-garaan pemerintahan yang baik (algemene beginselen vanbehoorlijk bestuur).

7. Ditinjau dari segi daya laku (validity) dan daya guna (ef-ficacy) suatu peraturan perundang-undangan, Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 masih mempunyai dayalaku oleh karena belum dicabut oleh Undang-Undangyang lain. Namun dari segi daya guna Undang-UndangNomor 45 Tahun 1999 tidak lagi mempunyai daya guna,oleh karena materi tentang pemekaran Provinsi di Papuatelah diatur dalam Pasal 76 Undang-Undang Nomor 21Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.

V. PENUTUPPembentukan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001

merupakan pelaksanaan ketentuan dalam Pasal 18B,Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999, Ketetapan MPRNomor IV/MPR/2000, dan Undang-Undang Nomor 22Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam pelaksanaannya hal-hal yang berkaitan denganpengaturan tentang pemekaran provinsi, terdapat perbedaanantara ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 45 Tahun1999 dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001.

Page 82: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

81Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Apabila dilihat dari materi-muatan yang mengaturtentang pemekaran provinsi, dari kedua Undang-Undangtersebut maka sesuai asas hukum seperti yang telah diuraikandi atas yang menyatakan bahwa aturan hukum yangkemudian mengesampingkan aturan hukum yang terdahulu(lex posteriori derogat lex priori), masalah pemekaranprovinsi di Papua seharusnya diterapkan ketentuan dalamUndang-Undang Nomor 21 Tahun 2001.

Pembentukan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2003sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 45 Tahun1999 yang berkaitan dengan pemekaran provinsi Irian Jaya,berarti merupakan pelanggaran terhadap:a. Konstitusi Negara, yaitu Undang Undang Dasar 1945b. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999c. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/2000d. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999,e. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001, danf. Asas-asas hukum yang berlaku, serta asas-asas umum

penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

Akan tetapi, putusan Mahkamah Konstitusi untukmemutuskan permohonan pengujian terhadap Undang-undang nomor 45 tahun 1999 yang bertentangan denganUndang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 (judicial review) seperti yang dirumuskan dalam Pasal50 sampai dengan Pasal 60 Undang-Undang Nomor 24Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, yang telahdisahkan dan diundangkan pada tanggal 13 Agustus Tahun2003, maka penulis berpendapat putusan tersebut masihmenyisakan masalah. Masalah ini berkaitan dengan diktum

MK masih menyisakan pekerjaan untuk menjelaskandan memberikan pemahaman atas apa yang dimaksudkan dalam

putusan tersebut terutama berkaitan dengan eksistensiprovinsi Irian Jaya Barat.

Page 83: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

82 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

ketiga dari Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 018/PUU-I/2003 seharusnya MK tidak menetapkan diktum putusanini. Penulis berpendapat bahwa putusan yang termuat dalamdiktum ketiga akan menimbulkan suatu problema baru, olehkarena eksistensi Provinsi Irian Jaya Barat menimbulkanketidakpastian hukum. Landasan hukum atas terbentuknyaprovinsi ini menjadi hilang dengan adanya diktum ketigaputusan MK. Para penyelenggara pemerintahan danmasyarakat masih mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap keberadaan Provinsi Irian Jaya Barat, sehinggamenimbulkan ketidakpastian dalam pelaksanaan OtonomiKhusus Bagi Provinsi Papua. MK masih menyisakanpekerjaan untuk menjelaskan dan memberikan pemahamanatas apa yang dimaksudkan dalam putusan tersebut terutamaberkaitan dengan eksistensi provinsi Irian Jaya Barat.

Di sisi lain terutama dilihat dari dimensi politik, putusanMK tersebut merupakan sebuah penemuan hukum baru yangprogresif dimana pencapaian jalan keluar win-win solutionatas permasalahan Papua menjadi landasan pertimbanganputusan. Polemik akademis atas putusan ini biarlahmewacana sehingga masyarakat pun turut tanggap dan tidakmenjadi bingung. Topik inipun menjadi pelajaran berhargadan diskusi yang menarik dalam eksaminasi atas putusanMK tersebut.

Endnotes1 Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 45 Tahun

1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, PropinsiIrian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya, dan Kota Sorong, diubah dengan Undang-UndangNomor 5 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-UndangNomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian JayaTengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, KabupatenMimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong. Bertentangandengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945, kepada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia oleh DewanPerwakilan Rakyat Daerah Papua, dengan Kuasa Hukum Tim Pembelaotonomi Khusus Papua.

Page 84: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

83Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

2 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia , Putusan PerkaraNomor 018/PUU-I/2003.

3 Ibid., hal. 136.4 Ibid., hal. 137.5 Indonesia, Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah,

UU No. 22 Th. 1999, LN No. 60 Th. 1999, TLN. No.3839.6 ———, Undang-Undang tentang Pembentukan Propinsi Irian

Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong., UUNo. 45 Th. 1999, LN No 173 Th. 1999, TLN. No. 3894.

7 ———,Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi IrianJaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong, UUNo. 5 Th. 2000, LN No. 72 Th. 2000.

8 ———,Keputusan Presiden Nomor 327/M Tahun 1999 tentangPengangkatan Abraham Octavianus Ataruri sebagai PejabatGubernur Irian Jaya Barat dan Pengangkatan Herman Monimsebagai Pejabat Gubernur Propinsi Irian Jaya Tengah.

9 ———, Keputusan DPRD Propinsi Irian Jaya Nomor 11/DPRD/1999 tentang Pernyataan Pendapat DPRD Propinsi Irian Jaya kepadaPemerintah Pusat untuk menolak Pemekaran Propinsi Irian Jayadan Usul Pencabutan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 327/MTahun 1999 tentang Pengangkatan Abrahan Octavianus Atarurisebagai Pejabat Gubernur Irian Jaya BArat dan Pengangkatan Her-man Monim sebagai Pejabat Gubernur Propinsi Irian Jaya Tengah.

10 ———, Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 125/2714/SJ.11 ———, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik

Indonesia tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004, Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999.

12 ———, Undang-Undang Dasar Negara Repunlik Indonesia Tahun1945, Pasal 18B

13 ———, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RepublikIndonesia tentang Rekomendasi Kebijakan Dalam PenyelenggaraanOtonomi Daerah, Ketetapan MPR No. IV/MPR/2000

14 ———, Undang-Undang tentang Otonomi Khusus Bagi ProvinsiPapua, UU No. 21 Th. 2001, LN No. 135 Th. 2001,

15 ———, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2003 tentangPercepatan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi IrianJaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya, dan Kota Sorong.

16 ———, Radiogram Menteri Dalam Negeri Nomor 134/221/SJ.17 ———, Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik

Indonesia tentang Penugasan Kepada Pimpinan Majelis Permusyawa-ratan Rakyat Republik Indonesia untuk menyampaikan Saran Atas

Page 85: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

84 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan RakyatRepublik Indonesia oleh Presiden, DPR, BPK, MA , pada SidangTahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik IndonesiaTahun 2003. Keputusan MPR No. 5/MPR/2003.

18 ———, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RepublikIndonesia tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status HukumKetetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara danKetetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik IndonesiaTahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, Ketetapan MPR No. I/MPR/2003.

Page 86: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

85Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Oleh Ernawati Munir

I. PendahuluanMahkamah Konstitusi Republik Indonesia telah

menetapkan beberapa putusan sesuai kewenangan yangditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945. Pemerintah dan masyarakat telahmengetahui dan merasakan arti penting dari keberadaanMahkamah Konstitusi dalam sistem ketatanegaraan Indo-nesia. Dalam usia 1 tahun 4 bulan, Mahkamah Konstitusitelah menyelesaikan masalah-masalah mendasar yangtimbul dalam penyelenggaran kehidupan ketatanegaraan.Mahkamah Konstitusi telah meluruskan kekeliruan yangmungkin tidak disadari dalam pembentukan undang-undangoleh DPR bersama Presiden, dengan membatalkan undang-undang yang bertentangan dengan konstitusi (UUD 1945).Mahkamah Konstitusi telah menyelesaikan perselisihantentang hasil pemilihan umum anggota DPR, DPD dan DPRDserta pemilihan Presiden.

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai lembaga

ANALISIS PUTUSANMAHKAMAH KONSTITUSI

Perkara No. 168/SKLN-II/2004

Staf pengajar Universitas Andalas, Padang,mantan anggota Komisi Konstitusi

Page 87: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

86 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

negara yang baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesiatelah pula mengajukan permohonan kepada MahkamahKonstitusi karena merasa kewenangan konstitusionalnyadiabaikan dalam pengisian anggota Badan PemeriksaanKeuangan (BPK) oleh DPR dan Presiden. Dalam permohon-annya DPD menggunakan Pasal 23F ayat (1) UUD 1945sebagai dasar konstitusionalnya, sedangkan DPR dalampengisian anggota BPK menggunakan Pasal I AturanPeralihan UUD 1945. Mahkamah Konstitusi memutuskanmenolak permohonan DPD

Harapan kita semua adalah setiap putusan yangditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi dapat mengantarkanIndonesia sebagai negara konstitusional, terwujudnyasupremasi konstitusi terhadap keberadaan peraturanperundang-undangan dan dalam pelaksanaan tugas-tugaskonstitusional masing-masing lembaga negara sesuai denganbatasan-batasan yang telah ditetapkan dalam UUD. Hal inisesuai dengan gagasan pembentukan Mahkamah Konstitusidan visi kelembagaannya yaitu1:

“Tegaknya konstitusi dalam rangka mewujudkan cita

negara hukum dan demokrasi demi kehidupan kebangsaan

dan kenegaraan yang bermartabat”

II. Memaknai Kewenangan Konstitusional DPDSecara akademis sulit memberikan pemahaman dan

batasan mengenai kewenangan Konstitusional DPD yangditetapkan dalam UUD 1945. Artinya dasar-dasar pemikiranyang melatarbelakangi pembentukan DPD dan konsep-konsep teoritis dalam sistem perwakilan bikameral tidaktercermin dalam rumusan pasal-pasal yang mengaturmengenai DPD. Secara teoritis ada dua alasan untuk memilihbikameral. Pertama adalah untuk membangun sebuahmekanisme pengawasan dan keseimbangan (checks and bal-ances), kedua untuk membentuk perwakilan yang menam-pung kepentingan tertentu yang tidak cukup terwakili oleh

Page 88: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

87Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

majelis pertama.2

Pembentukan DPD ditetapkan dalam Perubahan KetigaUUD 1945 tahun 2001 sebagai perwujudan reformasi politikyang menuntut pemerintahan yang konstitusional (Consti-tutional Government). Restrukturisasi MPR denganmembentuk DPD adalah untuk mengubah sistem perwakilandari sistem unikameral menjadi bikameral. Pergantian sistemperwakilan tidak saja terjadi di Indonesia, di Peru diadakanperubahan dari sistem bikameral menjadi unikameral denganmenghilangkan keberadaan senat pada tahun 1993, Marokomengubah sistem unikameral menjadi sistem bikameral padatahun 1996. Keberadaan DPD dalam sistem bikameral baikpada tingkat konstitusi maupun legislasi tidak mencerminkanprinsip checks and balances, hal ini dapat dilihat dalam sistempemilihan, jumlah anggota, wewenang masing-masinglembaga (DPD dan DPR), mekanisme pengambilan putusandan hubungan inter-kameral pada umumnya.3

Ketentuan dalam Pasal 22D ayat (1), ayat (2) dan ayat(3) Undang-undang Dasar 1945 tidak dapat memberikanjawaban, apa sebetulnya yang menjadi kewenangan DPD,karena berdasarkan pasal-pasal tersebut tidak ada kewenang-an sepenuhnya berada ditangan DPD atau kewenanganmandiri dari DPD. Kewenangan DPD yang dicantumkandalam Pasal 22D termasuk juga yang ditetapkan dalam Pasal23 F ayat 1 sebetulnya adalah kewenangan DPR yang dalamprosesnya melibatkan DPD. DPR dalam melaksanakanfungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasanmengikutsertakan DPD sebagai “peserta peninjau” yang tidakmempunyai hak suara dalam penentuan dan pengambilanputusan. Hal ini dapat dilihat dari kewenangan membentukundang-undang, DPD dapat mengajukan rancangan undang-undang dan ikut membahas rancangan undang-undang,hanya sebatas itu keikutsertaan DPD4.

Bagaimana kewenangan DPD dalam pengisian anggotaBPK menurut UUD 1945. Pasal 23 F ayat (1) UUD 1945menetapkan:

Page 89: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

88 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

“Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan

Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan

Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.”

Ketentuan pasal 23F ayat (1) itu dapat diartikan :(1) DPR mempunyai kewenangan memilih anggota BPK(2) DPD memberikan pertimbangan kepada DPR sebelum

DPR menetapkan pilihannya.(3) Presiden hanya meresmikan anggota BPK yang sudah

dipilih oleh DPR

Pertanyaannya adalah “Apa makna yuridis kewenang-an memberikan pertimbangan oleh DPD“. Apakah pertim-bangan itu mengikat atau tidak bagi DPR dalam menentukananggota BPK. Kewenangan DPD memberikan pertimbangankepada DPR dalam menentukan anggota BPK hanyamempunyai makna sebatas prosedur formal, tetapi tidakbermakna atau tidak menentukan secara substansial. Apakahprosedur formal itu dapat diabaikan oleh DPR, jawabannyatentu tidak karena prosedur itu telah ditetapkan dalam UUD1945. Perintah konstitusi tentu harus dilaksanakan oleh DPRdalam rangka menegakkan konstitusi. Tetapi apakahpertimbangan yang diberikan DPD mempengaruhi atautidak bagi DPR dalam menetapkan pilihannya adalahkewenangan DPR. Meminjam teori pembentukan peraturanperundang-undangan yang mengatakan keabsahan (validi-tas) peraturan perundang-undangan yang dibentuk akanditentukan oleh keabsahan prosedural dan keabsahansubstansial 5:

III. Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi terhadap penegakankonstitusi

Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Perkara No : 068/SKLN – II/2004 menetapkan :

“Mahkamah Konstitusi tiba pada kesimpulan bahwa proses

pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan periode 2004-

Page 90: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

89Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

2009 tidak bertentangan dengan UUD 1945 dan dengan

demikian tidak terbukti pula bahwa Presiden mengabaikan

kewenangan konstitusional sebagaimana didalilkan”6

Putusan Mahkamah Konstitusi itu dapat diartikanbahwa prosedur pengisian anggota BPK periode 2004-2009oleh DPR adalah konstitusional. Tindakan Presidenmeresmikan anggota BPK periode 2004 –2009 melaluiKeputusan Presiden No. 185/M tahun 2004 adalah konsti-tusional. Keberadaan anggota BPK periode 2004-2009 adalahsah. Mahkamah Konstitusi membenarkan dasar konsti-tusional yang digunakan oleh DPR dalam pengisian anggotaBPK priode 2004 – 2009 yaitu Pasal 1 Aturan Peralihan UUD1945.

Putusan Mahkamah Konstitusi yang menolak permo-honan DPD adalah putusan yang bersifat “Final and Bind-ing” yang harus dihormati, diterima dan dijalankan. Tetapiterhadap putusan itu dapat dilakukan pengkajian secarailmiah. Hal ini disampaikan oleh ketua MahkamahKonstitusi7

“Adanya berbagai kajian ilmiah yang mengkritisi berbagai

putusan MK dari berbagai disiplin ke ilmuan maupun

pandangan niscaya sangat bermanfaat bagi kalangan internal

Mahkamah Konstitusi Untuk memahami bagaimana “penilai-

an” berbagai disiplin ilmu terhadap putusan yang telah

diambilnya sekaligus “nilai” putusan itu dari kaca mata ilmu

pengetahuan yang mengedepankan nilai kebenaran dan

keadilan.

Kajian terhadap putusan Mahkamah Konstitusi akanmembahas :

Pertama : Dasar konstitusional yang digunakan olehDPD sebagai dasar permohonannya kepada MahkamahKonstitusi

Kedua : Dasar konstitusional yang digunakan oleh

Page 91: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

90 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

DPR dalam melakukan pengisian anggota BPK periode 2004-2009

Dalam sengketa ini yang merupakan permasalahanpokok adalah prosedur pengisian anggota BPK oleh DPR.Apakah prosedur itu konstitusional atau tidak konstitusional.Seharusnya dalam perkara sengketa kewenangan ini yangmenjadi termohon I adalah DPR dan termohon II adalahPresiden. Permasalahan disini bukanlah menguji Keppres no.185/M tahun 2004 bertentangan atau tidak dengan UUD1945. Pertimbangan DPD dalam pengisian anggota BPK harusdiminta oleh DPR sebelum DPR menetapkan hasil pilihannyayang akan diusulkan kepada Presiden.

Dasar konstitusional yang digunakan oleh DPD sebagaidasar permohonannya kepada Mahkamah Konstitusi adalahPasal 23F ayat (1) UUD 1945. DPD berpendapat tindakanPresiden dalam mengeluarkan Keputusan Presiden No : 185/M tahun 2004 bertanggal 19 Oktober 2004 telah mengabaik-an kewenangan konstitusional DPD sebagaimana ditentukanoleh Pasal 23 F ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa:

“Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan

Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan

Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.

Berdasarkan tanggal dikeluarkannya Keppres No. 185/M tahun 2004 yaitu tanggal 19 Oktober 2004, adalah benarDPD berpendapat bahwa kewenangan konstitusionalnyasebagaimana ditetapkan dalam pasal 23 F ayat (1) diabaikandalam pengisian anggota BPK, karena pada saat itu DPDsudah resmi terbentuk semenjak 1 Oktober 2004. Hal inimenunjukan adanya kesadaran DPD untuk melaksanakantugas-tugas konstitusionalnya sebagaimana ditetapkandalam UUD 1945. Konkritnya dalam pengisian anggota BPK,prosedur pengisian anggota BPK berdasarkan ketentuankonstitusi yang berlaku adalah melibatkan tiga lembaganegara yaitu DPR, DPD dan Presiden. Ketentuan konstitusi

Page 92: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

91Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

yang melibatkan DPD tentu ada maknanya, sesuai dengansistem ketatanegaraan Indonesia setelah perubahan UUD1945 dimana DPD adalah salah satu lembaga perwakilan.8

Walaupun dalam pasal 23 G ayat (2) dinyatakan :“Ketentuan lebih lanjut mengenai badan pemeriksaan

keuangan diatur dalam Undang-Undang.”

Tetapi mengenai pengisian anggota BPK sudah diaturdengan jelas dalam pasal 23 F ayat (1) UUD 1945. Pendapatini juga disampaikan oleh hakim konstitusi A. Mukthie Fadjardidalam “dissenting opinion”-nya:

“secara terang benderang (expresis verbis) konstitusi (UUD

1945) telah mengatur tentang mekanisme pemilihan dan

pengangkatan anggota BPK yang sama sekali berbeda dengan

ketentuan pasal 23 ayat (5) UUD 1945 sebelum perubahan

yang mendelegasikan kepada Undang-Undang.

Dasar hukum yang digunakan oleh DPR dalampengisian anggota BPK periode 2004-2009 adalah UU No. 5tahun 1973 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan, karenaundang-undang BPK sebagaimana yang dimaksudkan dalamPasal 23 G ayat (2) UUD 1945 belum ada. Dasar konstitusionalyang digunakan oleh DPR menggunakan UU no 5 tahun1973 adalah Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945 yangmenyatakan

“Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih

tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut

Undang-Undang Dasar ini.”

Pada bagian menimbang putusan Mahkamah Konsti-tusi halaman 19 dikatakan:9

“bagi Dewan Perwakilan Rakyat tersedia dua pilihan :

menunggu terbentuknya undang-undang sebagaimana

Page 93: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

92 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dimaksudkan Pasal 23 G ayat (2) UUD 1945 atau melaksana-

kan ketentuan Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945. Menurut

Mahkamah kedua pilihan itu sama-sama benar secara

konstitusional”

Dengan dasar pertimbangan tersebut MahkamahKonstitusi dapat membenarkan prosedur pengisian anggotaBPK periode 2004 – 2009 oleh DPR maupun oleh Presiden,karena tidak bertentangan dengan UUD 1945. Oleh karenaDPR dan Mahkamah Konstitusi menggunakan Pasal IAturan Peralihan UUD 1945 sebagai dasar konstitusional,maka dalam proses pengisian anggota BPK tidak terbuktimengabaikan kewenangan konstitusional DPD.

Sebagaimana dikatakan oleh Mahkamah Konstitusi adadua pilihan yang dapat dilakukan oleh DPR dalam pengisiananggota BPK yang sama-sama konstitusional. Apabiladilakukan pengkajian dampaknya terhadap penegakankonstitusi akan lebih baik DPR memilih menunda pengisiananggota BPK, sampai terbentuknya DPR dan DPD periode2004 – 2009. Sehingga pengisian anggota BPK 2004-2009dilakukan oleh DPR dan DPD hasil Pemilihan Umum 2004.

DPR yang memilih anggota BPK periode 2004-2009adalah DPR yang dipilih pada era reformasi, dan adalahbagian dari anggota MPR yang melakukan perubahan UUD1945. Idealnya DPR harus mempunyaii kemauan politikuntuk mewujudkan reformasi politik yang telah ditetapkandalam perubahan UUD 1945 DPR dituntut untuk melaksana-kan ketentuan yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 dalamrangka menegakan konstitusi. Apabila DPR memilihmenunda pengisian anggota BPK sampai terbentuknya DPRdan DPD periode 2004 – 2009 berarti DPR memperhatikankeutuhan sistem penyelenggaraan pemerintahan yangkonstitusional. Pemerintahan konstitusional (constitutionalgovernment) akan terwujud apabila semua sub sistem bekerjaberdasarkan konstitusi.

Penggunaan Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945 oleh

Page 94: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

93Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

DPR menyisakan berbagai permasalahan konstitusional danakan mengurangi arti dari maksud dan tujuan dilakukanperubahan terhadap UUD 1945. Banyak hal yang ingindiwujudkan melalui perubahan konstitusi (UUD 1945) sepertiprinsip perimbangan dan pengawasan (checks dan balances)negara hukum yang demokratis, menegakan konstitusidengan memberikan kewenangan menguji undang-undangterhadap UUD kepada Mahkamah Konstitusi dan memba-ngun sistem perwakilan bikameral melalui keberadaan DPD.

Pengisian anggota BPK dengan menggunakan UU No.5 tahun 1973 dengan dasar konstitusional Pasal I AturanPeralihan UUD 1945 ada beberapa mekanisme konstitusionaldan tugas-tugas konstitusional yang terabaikan. DPR telahmengabaikan tugas konstitusionalnya membentuk undang-undang BPK sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal23 G ayat (2) UUD 1945. Seharusnya DPR telah melaksana-kan fungsi legislasinya membuat undang-undang tentangBPK yang telah diperintahkan oleh UUD semenjak tahun2001, sehingga tidak menimbulkan masalah dalam pengisiananggota BPK.

Penundaan pengisian anggota BPK periode 2004 –2009 sampai tanggal 19 Oktober 2004, sebetulnya DPRperiode 1999 –2004. telah memasuki wilayah masa jabatanDPR periode 2004 – 2009. Bagaimana kalau DPR periode2004 – 2009 mempermasalahkan hasil pemilihan anggotaBPK oleh DPR periode 1999 – 2004 misalnya dengan menarikkembali usulan DPR yang telah disampaikan kepada Presiden.Seharusnya kalau peresmian anggota BPK itu tanggal 19Oktober melalui Keputusan Presiden No 185/M tahun 2004,prosesnya sudah dilakukan oleh DPR periode 2004 – 2009bersama DPD. Sehingga jelas batasan kewenangan baik segifungsional maupun dari segi waktu. Suatu kejanggalan,ketika DPD sudah terbentuk secara resmi, tetapi tidak ikutmelaksanakan tugas konstitusionalnya, ketentuan konstitusiyang sudah jelas dikesampingkan oleh ketentuan UU denganmenggunakan dasar Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945.

Page 95: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

94 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Dalam penggunaan Pasal I Aturan Peralihan UUD1945 ada suatu pertanyaan yang harus dijawab. Apakahketiadaan undang-undang yang baru sebagaimana dimaksud-kan dalam UUD 1945 semua permasalahan dapat diselesaikandengan menggunakan Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945tanpa memperhatikan teori konstitusi dan asas-asasperundang-undangan.

Keberadaan Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945 adalahjalan keluar guna menghindari kekosongan hukum danketidakpastian hukum. Berdasarkan konsep negara hukum,dengan asas utamanya adalah asas legalitas (legaliteitsbe-ginsel)10, maka peraturan perundang-undangan harus adasebagai dasar penyelenggaraan pemerintahan11

Permasalahannya adalah karena undang-undang yangbaru belum ada apakah tetap akan menggunakan aturanyang lama yang tidak sesuai lagi bahkan bertentangandengan ketentuan UUD. Menggunakan suatu peraturanperundang-undangan disamping mewujudkan kepastianhukum, tentu juga harus memperhatikan nilai kebenarandan keadilan.

A. Mukthie Fadjar, dalam dissenting opinion-nyamengatakan12:

Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945 yang menjadi akses

diberlakukannya peraturan perundang-undangan yang lama

tanpa kritikal atau secara membabi buta tanpa memperhati-

kan konstitusionalitasnya, akan berakibat kemungkinan

didomplengi oleh peraturan perundang-undangan yang

bertentangan dengan konstitusi (UUD 1945)

A. Irman Putra Sidin menyatakan:Ketentuan transisi, Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945

sebenarnya bukan “kubangan besar” bahwa seluruh materi

(muatan ,ayat dan pasal ) suatu peraturan per-UU-an yang

telah ada sebelum perubahan konstitusi dapat diperbelakukan

meski jelas bertentangan secara diametral dengan konstitusi

(Kompas)

Page 96: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

95Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Pendapat tersebut dapat disimpulkan apabila UU yangbaru sebagaimana yang dimaksudkan dalam UUD 1945 be-lum ada, jangan menggunakan UU yang lama yang berten-tangan dengan UUD 1945 tersebut dengan mengambil lan-dasan konstitusional Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945.Memperlakukan UU yang bertentangan dengan UUD 1945berarti tidak konsisten dalam menempatkan konstitusi (UUD)sebagai hukum yang tertinggi dalam Negara RepublikIndonesia. (a constitution is a supreme law of the land) Dalammasalah pengisian anggota BPK, walaupun belum ada un-dang-undang yang baru, yang mengatur cara pengisian ang-gota BPK, tidak berarti akan terjadi kekosongan hukum kalautidak memperlakukan undang-undang yang lama (UU No.5 tahun 1973) karena ketentuan pasal 23F ayat 1 sudah dapatdilaksanakan tanpa ada undang-undang sebagaimana di-maksudkan dalam Pasal 23 G ayat (2), asalkan DPD sudahada.

Mahkamah Konstitusi sebagai pengawal dan penegakkonstitusi tentu harus berupaya agar undang-undang yangbertentangan dengan konstitusi tidak berlaku lagi.

Pertama: Pembatalan oleh Mahkamah Konstitusidengan adanya judicial review

Kedua: Mahkamah Konstitusi adalah lembaga negarayang paling tepat menetapkan dalam putusannya untuk tidakmenggunakan pasal I Aturan Peralihan UUD 1945 sebagaidasar untuk memperlakukan undang-undang yang lamayang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945.Dengan demikian ada pembatasan dalam menggunakanPasal I Aturan Peralihan UUD 1945

DPR menggunakan Pasal I Aturan Peralihan UUD 1945sebagai dasar pengisian anggota BPK adalah konstitusional,tetapi kalau DPR memilih menunda pelaksanaan pengisiananggota BPK, dan pelaksanaannya didasarkan pada Pasal23F ayat (1) UUD 1945 akan lebih mencerminkan penegakankonstitusi

Page 97: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

96 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

IV. PenutupKeterbatasan kewenangan DPD yang ditetapkan dalam

UUD 1945 mengakibatkan akan sulit bagi DPD untukmewujudkan fungsinya sebagai wakil daerah untuk menya-lurkan aspirasi daerah, dan memperjuangkan kepentingandaerah. Untuk itu perlu dipikirkan perubahan UUD 1945 yangmengatur tentang DPD.

Akibat perubahan UUD 1945 yang cukup mendasarakan banyak UU yang tidak sesuai lagi bahkan bertentangandengan UUD 1945. Untuk itu, diharapkan DPR melaksana-kan legislative review terhadap undang-undang yangbertentangan dengan perubahan UUD 1945. PenggunaanPasal I Aturan Peralihan UUD 1945 tanpa pembatasan akanmengakibatkan tujuan perubahan UUD 1945 sulit untukdiwujudkan.

Endnotes1 Booklet Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Diterbitkan

oleh Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi Indonesia, Desember2003

2 Andrew Ellis, Lembaga Legislatif Bikameral, Paper dipresen-tasikan dalam seminar bikameralisme dan perubahan konstitusi diJakarta, 8 Juni 2001

3 Muhammad Fajrul Falaakh, Parlemen dan Proses Legislasimakalah, Komisi Konstitusi, 2004

4 Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004,pembentukan peraturan perundang-undang adalah proses pembu-atan peraturan perundang-undangan yang pada dasarnya dimulaidari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan,pembahasan, pengesahan, pengundangan dan penyebarluasan

5 Bagir Manan, Dasar-dasar Perundang-undangan Indonesia, IND– Hill co Jakarta, 1992

6 Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara No. 068/SKLN-II/2004, hal 21 - 22

7 Sambutan Ketua Mahkamah Konstitusi pada penerbitaanjurnal Konstitusi, Jurnal Konstitusi, Volume 1 nomor 1, Juli 2004halaman 5

8 Sistem perwakilan bikameral yang dianut dalam PerubahanUUD 1945 menetapkan DPD sebagai salah satu kamar yangmerupakan perwakilan daerah.

Page 98: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

97Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

9 Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi perkara no. 068/SKLN-II/2004

10 H.R Lunshof, Welzijn, wet wetgever, zwolle, W. E. J. TjeenkWillink, 1989, hal 7

11 C. A. J. M Kortmann, constitutioneer Recht, Kluwer, Deventer, 1990, hal 33

12 Lihat Putusan Mahkamah Konstitusi perkara no. 068/SKLN-II/2004, hal 23-24.

Page 99: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

98 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Oleh Arifin P. Soeria Atmadja

PendahuluanBagaimanapun juga Undang-undang Nomor 17 Tahun

2003 tentang Keuangan Negara telah disetujui oleh DewanPerwakilan Rakyat (DPR) dan sah berlaku serta diundangkanberdasarkan Pasal 20 ayat (5) Undang-undang Dasar 1945,meski tidak ditandatangani oleh Presiden sebagai doku-men resmi negara. Berdasarkan sudut Hukum Tata Negara(staat in rust, Oppenheim) atau negara dalam keadaan“diam” berdasarkan Pasal 20 ayat (5) UUD 1945, UU Nomor17 Tahun 2003 sah menjadi undang-undang dan wajib diun-dangkan. Akan tetapi, berdasarkan sudut Hukum AdministrasiNegara (staat in beweging, Oppenheim) atau negara dalamkeadaan “bergerak” keabsahannya secara yuridis tidakmempunyai dasar hukum yang kuat, mengingat UU

KRITIK YURIDIS ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003

TENTANG KEUANGAN NEGARA

Guru Besar Hukum Keuangan PublikUniversitas Indonesia

Page 100: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

99Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Nomor 17 Tahun 2003 sebagai dokumen resmi negara yangdibuat di atas kertas resmi negara dengan lambang GarudaPancasila, dan berkepala “Presiden Republik Indone-sia,” tetapi tidak ditandatangani Presiden. Berdasarkan sudutHukum Administrasi Negara jelas dokumen negara yangtidak ditandatangani yang berhak adalah tidak sah, danbelum memiliki kekuatan hukum mengikat umumatau anggota masyarakat. Berdasarkan sudut teori hukumkonstitusi, Undang-undang Dasar hanya merupakanlingkungan kompetensi dan pemberian kompetensi (compe-tentie afbakening dan competentie toekening) kepada organnegara dan untuk melaksanakannya diperlukan HukumAdministrasi Negara agar tindakan organnya dapat mengikatanggota masyarakat.

Dari konstruksi hukum Pasal 20 ayat (5) UUD 1945jelas terlihat penyusunan Perubahan UUD 1945, telahmencampuradukkan Hukum Tata Negara dan HukumAdministrasi Negara tanpa memperhitungkan lingkungankuasa hukumnya. Secara historis memang dapat dipahamikehadiran Perubahan UUD 1945 lebih merefleksikan secaraekstrem arus balik terhadap manajemen pemerintah otoriterOrde Baru dari MPR/DPR yang lemah. Dengan demikian,dapat dipahami rumusan Perubahan UUD penuh dengansubstansi kontroversial dan nuansa kepentingan politiksektoral sesaat, yang ingin memperlihatkan dominasiparlemen yang selama Orde Baru tertekan dalam bingkaireformasi yang tidak terkendali, tanpa berpihak padakepentingan masa depan negara dan bangsa, sebagaimanaUUD yang pernah dirumuskan oleh the founding fathers.Dari sudut teori umum legal drafting banyak hal yang tidakmemenuhi syarat sebuah undang-undang apalagi sebagaiUndang-undang Dasar atau Konstitusi.

Landasan filosofi keempat Perubahan UUD 1945 sangattidak memadai, apalagi rumusan substansi ilmiahnya jauhdari yang semestinya. Dengan demikian, apabila keempatPerubahan tersebut dianalisis secara cermat, Perubahan UUD

Page 101: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

100 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

1945 yang merupakan ‘penyempurnaan’ melalui keempatamandemen tersebut terlihat hanya berupa seonggokrumusan masalah negara dan bangsa yang ditata dalambentuk kata-kata tanpa makna. Sebagai contoh, Pasal 23 ayat(1) UUD 1945 yang menyatakan, “APBN sebagai perwujudandari pengelolaan keuangan Negara ditetapkan tiap-tiap tahundengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbukadan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemak-muran rakyat,” hanya merupakan retorika dangkal danbombastis yang tidak bermakna dari sudut filosofi anggaran(Rene, Storum, 1918, Arifin P. Soeria Atmadja, 1986), karenapada dasarnya APBN bukan sekadar perwujudan pengelolaankeuangan negara, tetapi mempunyai makna yang lebih dalamlagi yakni merupakan wujud “kedaulatan rakyat,” yangtercermin dari hak budget DPR yang tidak dimiliki oleh MPRsekalipun, sehingga jelas bukan hanya sekadar wujudpengelolaan keuangan Negara.

Kritik atas Substansi Undang-undang tentang Keuangan NegaraDengan mencantumkan Pasal 23C Bab VIII UUD 1945,

oleh UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,dapat diartikan undang-undang tersebut merupakan undang-undang organik dari Pasal 23C tersebut. Namun, ternyatasubstansi yang diatur dalam undang-undang tersebut bukanmengenai hal-hal lain keuangan Negara, melainkan,mengenai penyusunan APBN, APBD, hubungan keuanganantara Pemerintah dan perusahaan Negara, perusahaanDaerah, perusahaan swasta, serta Badan Pengelola DanaMasyarakat di luar domain hukum keuangan Negara.Rupanya pembuat undang-undang tidak memahamiperbedaan prinsipiil antara keungan Negara, keuanganDaerah, keuangan perusahaan Negara maupun perusahaanDaerah. Bahkan keuangan swasta pun diatur dalam undang-undang keuangan Negara ini. Rumusan Keuangan Daerahsebenarnya implisit telah tertuang dalam Pasal 1 huruf 11dan 12 di mana penerimaan Daerah adalah uang yang masuk

Page 102: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

101Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

ke Kas Daerah, atau sebaliknya. Dengan demikian, menurutlogika hukum keuangan Daerah yang juga merupakankeuangan Publik, tidak lagi tunduk pada ketentuan keuanganNegara seperti Indische Comptabiliteitswet Stbl. 1925/448,Reglement voor het Administratief Beheer Stbl. 1942/419 jo.1936/445, UU Nomor 17 Tahun 2003, Keputusan Presidententang Pelaksanaan APBN, maupun Keputusan Presidententang Pengadaan Barang/Jasa oleh Instansi Pemerintah.Sungguh sangat menyedihkan cara dan logika berpikirpenyusun undang-undang keuangan Negara tersebut.

Selain itu, judul undang-undang tersebut adalahUndang-undang tentang Keuangan Negara, tetapi substansiyang diatur tidak hanya keuangan Negara, tetapi jugakeuangan Daerah, keuangan BUMN dan BUMD, bahkankeuangan badan-badan lain yang memperoleh fasilitas dariPemerintah, di mana pengelolaan dan pertanggungjawabankeuangannya telah diatur secara rinci dalam peraturanperundang-undangan tersendiri. Dengan demikian, antarajudul undang-undang dan substansi yang diatur tidak sinkron.

Ketentuan umum Undang-undang Keuangan Negaramerumuskan keuangan Negara sebagai “hak dan kewajib-an” yang dapat dinilai dengan uang. Selanjutnya sebagaipadanan keuangan Negara dirumuskan pula APBN, tetapikeuangan Daerah sebagai padanan APBD, tidak dirumus-kan. Rupanya pembuat undang-undang mengalami kesu-litan merumuskan pengertian keuangan Daerah, sehinggasecara sengaja atau tidak, pembuat undang-undang tidakmerumuskannya. Kemudian dalam Pasal 1 huruf 3 dan huruf5 dirumuskan “pendapatan negara adalah sebagai hak,”rumusan yang sama diterapkan pula untuk “pendapatandaerah.” Selanjutnya apabila dikaitkan antara Pasal 1 huruf3 dan Pasal 11 ayat (3) di mana yang dimaksud denganpendapatan negara dalam UU Nomor 17 Tahun 2003tersebut, terdiri atas (a) penerimaan pajak, (b) penerimaannegara bukan pajak, (c) hibah, dari segi logika hukum sukardapat diterima hibah adalah hak, di mana si pemberi

Page 103: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

102 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

“berkewajiban” untuk memberi hibah dan si penerima hibah“berhak” menerima hibah. Mungkin rumusan ini dari segiakuntansi akrual (accrual basis) dapat diterima, meskipunpada saat ini tidak banyak negara maju yang menggunakanasas ini kecuali New Zealand, tetapi seharusnya rumusantersebut disusun sedemikian rupa, sehingga tidak “bias” sertamenimbulkan masalah lain.

Selanjutnya Pasal ‘celaka’ yang dapat menimbulkankerugian dan membangkrutkan negara yang disebabkanrumusan pasal yang asal jadi, demi kepentingan ambisimelakukan pemeriksaan terhadap keuangan publik maupunkeuangan Privat, adalah Pasal 2 huruf i, di mana keuanganNegara yang dirumuskan dalam Pasal 1 Ketentuan Umumberlaku pula bagi keuangan/kekayaan privat yang dirumus-kan sebagai berikut: “. . . kekayaan pihak lain yang memper-oleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikanpemerintah.” Dengan rumusan Pasal tersebut, negara turutbertanggung jawab terhadap kekayaan pihak swasta yangmemperoleh fasilitas Pemerintah. Dengan demikian, apabilapihak swasta yang memperoleh fasilitas dari Pemerintahdalam keadaan insolvensi, dan dinyatakan pailit, negara turutbertanggung jawab atas utang swasta, karena kekayaanpihak lain (termasuk badan hukum privat) yang dimilikinyaitu diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikanPemerintah, menurut konsepsi Pasal 2 huruf i adalah keu-angan Negara. Dengan demikian, dalam kasus PT KarahaBodas (KBC), di mana PT Pertamina dituntut untuk memba-yar ganti rugi US$ 261 juta oleh KBC atas proyek pengem-bangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)berdasarkan Energy Sales Contact (ESC) yang ditunda salahsatu proyeknya oleh Pemerintah, berpotensi negara harusmenanggung semua kerugian yang diderita oleh perusahaantersebut, termasuk uang 95% milik Pemerintah yang beradabank di Amerika Serikat, meskipun terdapat secercahharapan, tetapi besar kemungkinan dana Pemerintah tersebuttidak dapat dicairkan, karena menurut Pasal 2 huruf i yang

Page 104: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

103Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

tidak membedakan secara tegas uang publik dan uangprivat, menyebabkan keuangan/kekayaan Pemerintah tidakberbeda dengan keuangan/kekayaan pihak lain (dalam halini PT Pertamina) yang diperoleh dengan menggunakanfasilitas yang diberikan Pemerintah di mana menurut Pasal2 huruf i merupakan keuangan Negara. Oleh karena itu, pasal‘celaka’ dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 ini perlu segeradiubah, sebelum tuntutan PT KBC menjadi kenyataan.

Sementara itu, Pasal 2 huruf g yang mengelompokkankekayaan Negara yang dipisahkan pada Perusahaan Negaraatau Perusahaan Daerah ke dalam pengertian keuanganNegara telah memperluas pengertian keuangan Negara. Halini disebabkan keuangan Negara yang sudah dipisahkanterutama ke dalam bentuk saham, sehingga status hukumuang tersebut bukan lagi merupakan keuangan negara. Akantetapi, telah terjadi transformasi hukum dari statuskeuangan publik menjadi keuangan privat, dan Negara/Daerah pada saat bersamaan dengan pemisahan kekayaantersebut, tidak lagi memiliki imunitas publik, dankedudukan Negara/Daerah dari segi hukum, sama halnyadengan kedudukan hukum pemegang saham swasta lainnya,karena perseroan terbatas yang sahamnya baik di bawah 51%maupun 100% dimiliki oleh Negara/Daerah, wajib tundukpada Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentangPerseroan Terbatas yang berada dalam domain hukumperdata dan bukan pada domain hukum publik. Undang-undang Keuangan Negara telah mencampuradukkan hukumpublik dan hukum perdata, padahal sangat jelas terdapatperbedaan yang tajam antara hukum publik dan hukumperdata dengan segala implikasi hukumnya.

Selanjutnya pasal lain yang bermasalah dalamUndang-undang Nomor 17 Tahun 2003 adalah Pasal (2)huruf a, di mana dinyatakan Menteri Keuangan sebagaiWakil Pemerintah dikuasakan dalam kepemilikan kekayaannegara yang dipisahkan dan tugas-tugas lain yang diaturdalam Pasal 8 UU Keuangan tidak lagi mempunyai

Page 105: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

104 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

kewenangan terhadap keuangan/kekayaan negara yangtidak dipisahkan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 6 ayat(2) huruf b dan berdasarkan huruf c UU Nomor 17 Tahun2003, di mana termasuk kekayaan Negara/keuangan Negarayang dikelola oleh Menteri Departemen/Pimpinan Lembaga.Demikian pula sejalan dengan Undang-undang Nomor 22Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah kekuasaanpengelolaan keuangan/kekayaan Daerah tidak dikuasakantetapi diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepada Gubernur/Bupati/Walikota. Dengan demikian, Pusat tidak dapat lagimenarik kekuasaan yang telah diserahkan kepada Daerah,tetapi sebagai kelanjutan penyerahan tersebut seharusnyadefinisi keuangan Daerah dalam UU Nomor 17 Tahun 2003dirumuskan secara tegas, karena saat penyerahan tersebuttelah terjadi transformasi hukum, dari status hukumkeuangan Negara menjadi keuangan Daerah, dan Daerahsebagai badan hukum publik mempunyai kedudukan yangsama di bidang keuangan/kekayaan dengan Negara, tetapipada tingkat Daerah. Selanjutnya dalam Pasal 10 dan Pasal16 UU Nomor 17 Tahun 2003 diatur mengenai tugas pejabatpengelola keuangan Daerah dan tentang penyusunan danpenetapan APBD. Namun, tidak dijelaskan ruang lingkup danhukum yang berlaku terhadap keuangan Daerah.

Dalam Pasal 25 ayat (5) UU Nomor 17 Tahun 2003,Pemerintah Pusat atau Pemeritah Daerah dapat melakukanpenjualan dan/atau privatisasi perusahaan negara setelahmendapatkan persetujuan DPR. Maksud dan tujuanprivatisasi sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 74 ayat (1)Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BadanUsaha Milik Negara (BUMN) adalah dalam rangka antaralain meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan,menciptakan struktur keuangan dan menajemen keuanganyang baik/kuat. Namun, dengan adanya Pasal 86 ayat (1)UU Nomor 19 Tahun 2003 yang mewajibkan hasil penjualansaham langsung di setor ke Kas Negara, kewajiban ini sangatbertentangan dengan maksud dan tujuan privatisasi yang

Page 106: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

105Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dicantumkan dalam Pasal 74 ayat (1) UU Nomor 19 Tahun2003 tersebut di atas, karena hasil privatisasi tersebut bukanlagi merupakan penerimaan Perseroan terbatas, tetapi akanmerupakan penerimaan APBN. Substansi lain dari pasal yangsama yang bermasalah adalah penjualan atau privatisasiperusahaan Negara dapat dilakukan setelah mendapatpersetujuan DPR. Selanjutnya yang menjadi masalahapakah setiap privatisasi harus mendapat persetujuan DPR/DPRD? Sementara itu, status hukum uang/saham yang adapada BUMN khususnya perseroan terbatas (persero) tersebutmerupakan uang privat murni yang tidak ada sangkutpautnya dengan keuangan APBN atau APBD yang wajibmendapat persetujuan DPR/DPRD. Di sini sekali lagi UUNomor 17 Tahun 2003 telah mencampuradukkan kewenang-an publik dan kewenangan privat, serta keuangan publik dankeuangan privat. Masalah prinsip ini seharusnya dipikirkansecara mendasar dengan menggunakan logika maupunfilosofi hukumnya. Banyak teori universal yang seyogyanyadapat dijadikan acuan sebelum merumuskan suatu undang-undang, kajian ilmiah yang berkompeten, independensi atauketidakberpihakkan pada semata-mata kepentingan politikdan sektoral sesaat, dan tidak dilakukan seketika berpikir.

Dalam Pasal 25 UU Nomor 17 Tahun 2003 diperke-nalkan suatu badan baru, yakni “Badan Pengelola DanaMasyarakat” yang dalam penjelasannya, badan ini tidaktermasuk dalam perusahaan jasa keuangan yang telah diaturdalam undang-undang tersendiri. Dalam kelompok iniapakah PT. Jamsostek dan PT. Taspen termasuk dalam badanini, mengingat sebagai perseroan terbatas kedua perusahaanini sumber modalnya antara lain berasal dari iuran pegawai/buruh, yang tidak lazim permodalan persero diperoleh dari“iuran”. Apalagi keuntungan kedua persero tersebut di atastidak dinikmati oleh penyetor iuran, tetapi disetorkan ke KasNegara. Meskipun tidak secara jelas dirumuskan “BadanPengelola Dana Masyarakat”, mungkin dimaksudkan olehpasal ini adalah “yayasan”. Apabila halnya demikian, carut-

Page 107: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

106 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

marut Undang-undang Keuangan Negara ini bertambahjelas. Ada indikasi pasal ini menggunakan ketentuan zamanHindia belanda, tetapi jangan lupa pada masa HindiaBelanda, belum ada undang-undang yang mengatur tentang“stiching” atau “yayasan” yang mempertegas status keuanganstiching, di mana Algemene Rekenkamer berwenangmelakukan pemeriksaan terhadap keuangan stiching atauyayasan.

Dalam Penjelasan Umum UU Nomor 17 Tahun 2003,dinyatakan undang-undang ini telah mengantisipasiperubahan standar akuntansi di lingkungan pemerintahandi Indonesia yang mengacu kepada perkembangan standarakuntansi di lingkungan pemerintahan secara internasional,meskipun Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnyabelum sanggup menerapkannya, kecuali Selandia Baru. Akantetapi, di sisi lain Pasal 36 ayat (2) UU Nomor 17 Tahun 2003yang mengharuskan setiap bendahara uang/barang, tanpamembedakan apakah bendahara swasta atau Negara/Daerah diwajibkan menyampaikan laporan pertanggung-jawaban kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),merupakan jelmaan dari Pasal 77 Indische ComptabiliteitswetStbl. 1925/448, di mana jumlah bendahara pada waktu itudapat dihitung dengan jari. Namun sekarang jumlahbendahara di lingkungan Pemerintah saja sudah mencapai30.000 orang, belum termasuk bendahara swasta. Apakahdengan menerapkan pasal ini tidak berarti kita mundur 173tahun ke belakang, di mana Indische Comptabiliteitswetdiundangkan pertama kalinya pada 1864 dengan IndischeStaatsblad 1964 No. 106? Selanjutnya bagaimana mungkinBPK sanggup melaksanakan pemeriksaan yang efektif danefisien terhadap 30.000 bendahara dengan menggunakanstandar akuntansi yang modern? BPK dalam melaksanakanpemeriksaan ini, dapat saja melaksanakan contacting out,tetapi apakah tepat fungsi publik yang demikian pentingdiserahkan kepada pihak akuntan publik swasta denganmenggunakan tender? Masalah ini selalu menjadi perhatian

Page 108: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

107Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

penulis, sebaiknya BPK sebagai lembaga tinggi negara yangtidak jelas alur akuntabilitasnya, melaksanakan pemeriksaanyang bersifat makro strategis saja, dan tidak pemeriksaansecara mikro teknis, seperti melakukan pemeriksaaanterhadap puluhan ribu bendahara. Mungkin untuk memper-jelas akuntabilitas BPK yang tidak jelas ini, sebaiknya BPKditempatkan sebagai subordinasi dari DPR, sebagaimanahalnya General Accounting Office (GAO) di Amerika Serikatdan negara lain yang berada di bawah Congress.

Pasal lain yang memerlukan kritik adalah Pasal 34 UUNo. 17 Tahun 2003, di mana dinyatakan Menteri/PimpinanLembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang terbukti melaku-kan penyimpanan kebijaksanaan yang telah ditetapkandalam Undang-undang APBN/APBD diancam denganpidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan undang-undang (undang-undang yang mana?), merupakan pasalyang tidak lazim dalam Hukum Administrasi Negara, dimana penyimpangan kebijakan (onrechmatige overhe-idsdaad) dapat dihukum pidana. Sungguh sayang undang-undang yang sudah menghabiskan dana yang tidak sedikitjumlahnya, hanya menjadi seonggok masalah negara danbangsa yang ditata dalam kata-kata tanpa makna. Sangattepat tindakan Presiden tidak menandatangani UU Nomor17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ini, sehingga secaramoral maupun yuridis-politis, Presiden tidak dapat dikatakanikut bertanggung jawab dalam carut-marut undang-undangini.

Page 109: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

108 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Oleh Fitra Arsil, S.H.,M.H.

Sejak tahun 1999 telah dilakukan empat kali Perubahanterhadap UUD 1945 dan dalam waktu dekat ke depanmungkin masih terjadi Perubahan Kelima, karena hasil-hasilKomisi Konstitusi yang dibentuk MPR sejauh ini belumdibahas oleh MPR yang baru.1 Selain itu, desakan untukmelakukan kembali terhadap UUD 1945 juga datang dariberbagai pihak, salah satu yang terpenting adalah desakandari Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang menginginkankedudukan dan fungsi lembaganya diberikan lebih besar olehkonstitusi.

Sejauh ini, perubahan-perubahan yang telah dilakukanterhadap UUD 1945 dapat dikatakan sangat banyak,mendasar dan mencakup lingkup yang luas. Prof. Dr. BagirManan SH membuat kategorisasi terhadap Perubahan-

FENOMENA PARLEMEN INDONESIAPASCA AMANDEMEN UUD 1945:

MENAMBAH LEGITIMASI,MEMPERBESAR FUNGSI

Peneliti pada Pusat Studi Hukum Tata Negara,FH Universitas Indonesia

Page 110: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

109Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

perubahan tersebut menjadi:2

1. Perubahan terhadap isi (substansi) ketentuan yang sudahada. Misalnya perubahan wewenang Presiden membuatUndang-undang menjadi sekedar wewenang mangajukanrancangan Undang-undang. Membentuk Undang-undang menjadi wewenang DPR (Perubahan Pertama);

2. Penambahan ketentuan yang sudah ada. Misalnya darisatu ayat menjadi beberapa pasal atau beberapa ayat,seperti Pasal 18 (Perubahan Kedua), Pasal 28 (PerubahanKedua);

3. Penambahan materi muatan yang sudah ada menjadi babbaru. Misalnya bab tentang Badan Pemeriksa Keuangan;

4. Penambahan sama sekali baru. Misalnya bab tentangWilayah Negara (Perubahan Kedua), Dewan PerwakilanDaerah (Perubahan Ketiga), Pemilihan Umum (Perubah-an Ketiga);

5. Penghapusan ketentuan yang sudah ada. Misalnyamenghapus beberapa Aturan Peralihan dan AturanTambahan, Penghapusan DPA (Perubahan Keempat);

6. Memasukkan dan memindahkan beberapa isi penjelasanke dalam Batang Tubuh, seperti prinsip negara berdasar-kan hukum (Perubahan Ketiga), Kekuasaan kehakimanyang merdeka (Perubahan Ketiga);

7. Perubahan struktur UUD 1945 dan menghapus Penje-lasan sebagai bagian dari UUD 1945 (PerubahanKeempat).

Dari sudut sistem pemerintahan, Perubahan UUD 1945nampak lebih mempertegas dianutnya sistem pemerintahanpresidensiil di Indonesia.3 Hal tersebut dapat dilihat dariterjadinya pemisahan kekuasaan yang lebih tegas dan jelasdi antara lembaga-lembaga kekuasaan dalam negara. Dansecara teoretis dipahami, pemisahan kekuasaan merupakanciri utama sistem pemerintahan presidensiil.4

Dianutnya sistem pemerintahan presidensiil tersebut

Page 111: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

110 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

antara lain nampak dari hilangnya kekuasaan penting dalamMPR sebagai lembaga pemegang kedaulatan rakyat yangberimplikasi kepada posisinya sebagai lembaga tertinggitempat bertanggungjawabnya seluruh lembaga negara,termasuk Presiden.5 Pasca amandemen Presiden tidak lagimemerintah atas mandat dari MPR dan MPR tidak lagimembuat putusan-putusan MPR termasuk GBHN yangharus dipertanggungjawabkan pelaksanaannya oleh Presidendi akhir masa jabatannya.6

Pasca perubahan keempat UUD 1945 MPR tidak lagisuperior,7 beberapa wewenang penting telah dipangkas danyang terpenting adalah Perubahan UUD 1945 telah merubahPasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang tidak lagi menempatkanMPR sebagai pelaksana sepenuhnya Kedaulatan Rakyat.Praktis, wewenang penting MPR tinggal mengubah danmenetapkan UUD, memutus dalam proses impeachmentPresiden, dan memilih Presiden dan/atau Wakil Presidendalam hal terjadi kekosongan. Selain ketiga hal itu,kewenangan MPR lainnya hanya bersifat administratif, in-ternal atau dapat dikatakan relatif tidak strategis. BahkanMPR juga dengan sangat jelas ditentukan tidak dapat lagimembuat peraturan perundang-undangan selain UUD.8

Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan menentukan bahwa dalamhierarki peraturan perundangan-undangan yang berlaku diIndonesia tidak terdapat lagi Ketetapan MPR di sana.9

Pengaruh sistem pemisahan kekuasaan atau penerapansistem presidensiil dalam konteks kewenangan parlemen diIndonesia juga ditandai dengan dorongan untuk membuatlembaga ini semakin legitimate di mata rakyat yaitu denganberusaha mengisi parlemen dengan seluruhnya pilihan rakyatsecara langsung. Dengan dipilihnya seluruh anggotaparlemen secara langsung dan Presiden juga secara langsungoleh rakyat membuat semakin tegas dianutnya pemisahankekuasaan di antara kedua lembaga ini, seolah-olah kedualembaga ini berdiri pada dua bangunan yang terpisah. 10

Page 112: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

111Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Para anggota MPR yang merancang Perubahan UUD 1945nampaknya banyak terpengaruh dengan pandangan yangmengatakan bahwa “kadar demokrasi suatu negaraditentukan oleh pembentukan badan perwakilannya, semakindominan perwakilan berdasar pemilihan umum makasemakin tinggi kadar demokrasinya dan apabila dominanyang diangkat semakin rendah kadar demokrasinya.”11

Pendapat seperti ini sebenarnya telah mendapat banyakbantahan dalam rapat-rapat penyusunan perubahan UUD1945 terutama ketika membahas penghapusan UtusanGolongan dalam struktur perwakilan rakyat di Indonesiasebagai akibat dari pendapat di atas.

Bantahan tersebut antara lain dengan mengatakanbahwa dalam Konstitusi beberapa negara, yang jugamerupakan negara-negara yang demokratis, terdapat pulasebuah kamar dalam parlemen yang ditentukan sebagaiinstitusi yang mewakili kepentingan kelompok fungsional danstrategis yang tidak mempunyai basis teritorial, sepertikelompok ilmuwan, kelompok kepentingan, ataupunkelompok minoritas tertentu. Tokoh-tokoh tertentu dengankategori seperti ini misalnya mempunyai reputasi danpengalaman yang luas dengan kemampuan teknis yang tidakdiragukan tetapi tidak dapat diharapkan memperolehdukungan pemilih yang memadai dengan konstituensitertentu, apabila diikutkan dalam pemilihan yang lazim.Seringkali, mereka ini juga tidak memiliki ambisi politik untukdipilih menjadi anggota parlemen.12

Namun, Akhirnya Pasal 2 ayat (1) UUD NegaraRepublik Indonesia berbunyi : “Majelis PemusyawaratanRakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dananggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melaluipemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.”13 Ketentuan ini dengan jelas dan tegas menentukanbahwa seluruh anggota parlemen Indonesia dipilih lewatpemilu langsung oleh rakyat dan tidak ada tempat buatanggota yang diangkat. Dari perjalanan pembahasan

Page 113: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

112 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Perubahan Keempat, mulai dari PAH I sampai ke SidangParipurna MPR dalam Sidang Tahunan MPR 2002 dapatdiketahui bahwa paling tidak ada dua alasan utama mengapapengangkatan ditolak dalam pengisian parlemen Indonesia,pertama, sejarah masa orde baru dan orde lama menunjuk-kan bahwa pemerintah ketika itu telah mempergunakanpeluang adanya pengangkatan dalam pengisian parlemensebagai jalan rekayasa politik untuk melanggengkankekuasaan, bagaimanapun yang diangkat tentu akanmemberikan loyalitas kepada yang mengangkat. Kedua, tidakditemukan formulasi yang akurat dan aspiratif jika memangharus ada anggota parlemen yang diangkat.14

Namun terlepas dari perdebatan di atas, ketentuandalam Pasal 2 ayat (1) tersebut tentu diharapkan dapatmemperkuat legitimasi para wakil rakyat yang selama masaorde baru praktis kehilangan legitimasinya di mata rakyatkarena dipilih dengan penuh rekayasa dalam suasana sistempolitik yang tidak akomodatif terhadap aspirasi. Perkem-bangan selanjutnya menunjukkan semangat menambah kuatlegitimasi nampak memperlihatkan kemajuan, pengaturanpemilihan anggota parlemen dalam peraturan perundang-undangan yang merupakan terjemahan dari Perubahan UUD1945 terlihat lebih aspiratif dan partisipastif jika dibandingkansebelumnya. Undang-Undang no. 12 tahun 2003 yangmerupakan pengaturan dalam memilih para anggotaparlemen secara sadar memang ingin membuka peluangtersebut lebih luas. Konsiderans Menimbang huruf (d) dalamUU tersebut secara eksplisit menyebutkan “bahwa pemiluuntuk memilih anggota lembaga perwakilan harus mampumenjamin prinsip keterwakilan, akuntabilitas, dan legitimasi.”Dalam bagian Penjelasan Umum UU Nomor 12 Tahun 2003prinsip-prinsip tersebut lebih diperjelas dengan menyebutkanbahwa: “sesuai dengan amanat reformasi, penyelenggaraanpemilu harus dilaksanakan secara lebih berkualitas agar lebihmenjamin derajat kompetisi yang sehat, partisipatif,mempunyai derajat keterwakilan yang lebih tinggi, dan

Page 114: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

113Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

memiliki mekanisme pertanggungjawaban yang jelas.”Akibatnya dapat terlihat Pemilu 2004 yang merupakan

implementasi pertama dari hasil Perubahan UUD 1945bahwa terdapat berbagai kemajuan dalam hal pembangunanpartisipasi rakyat yang merupakan syarat utama lahirnyalegitimasi.

A. Pembangunan Legitimasi Melalui PemilihanAnggota Legislatif 2004

Pemilu 2004 yang dilaksanakan setelah selesainyaempat kali amandemen terhadap UUD 1945 dinilai membe-rikan perluasan bagi pembangunan partisipasi publik dalamhal pemilihan anggota parlemen. Walaupun jika yang dimak-sud partisipasi hanya keikusertaan mencoblos, jelas pemilukali ini memiliki partisipasi yang relatif rendah dibandingsebelumnya.15 Tetapi partisipasi tidak bisa dinilai hanya seke-dar dari keikutsertaan seseorang dalam mencoblos, alasanyang melatarbelakangi orang mau mencoblos lebih pentingditeliti daripada hanya melihat tingkat keikutsertaannya.16

Fenomena yang terjadi dalam Orde Baru dapat lebihmenjelaskan hal tersebut. Walaupun tingkat partisipasi rakyatyang ikut mencoblos ketika itu selalu di atas 90 % (lihat grafik)dan merupakan salah satu yang tertinggi di dunia tetapi haltersebut tidak bisa dikatakan merupakan tingginya peluangpartisipasi rakyat yang diciptakan negara dalam mempenga-ruhi negara. Berbagai intimidasi, sistem politik yang otoriter,dan berbagai kekurangan dalam pemilu telah membatalkanasumsi bahwa telah terjadi pembangunan partisipasi politikpada masa Orde Baru. Contoh yang sama juga dapat dilihatdi Uni Soviet. Sebelum bubar, di Uni Soviet, misalnya, semuawarganegara diharapkan berpartisipasi dalam pemilihanumum, meskipun hanya ada satu partai politik dan semuacalon untuk jabatan politik dan pemerintahan harus disetujuioleh partai. Maka tidak heran dalam pemilihan-pemilihanumum angka partisipasi hampir selalu lebih dari 99%.17

Page 115: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

114 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Oleh karena itu pembangunan partisipasi tidak akandinilai hanya dari banyaknya orang mencoblos. Di banyaknegara maju secara demokrasi juga memperlihatkan bahwakeikutsertaan warga negaranya dalam pemilu juga tidakterlalu tinggi (lihat tabel). Tetapi yang terpenting adalahapakah sistem hukum di negara-negara tersebut membukapeluang yang besar bagi partisipasi dalam pemilihan sehinggaketidakhadiran dalam pemilu bukan lagi persoalan teknis danadministratif18 tetapi karena didasari sikap politik yangdimiliki masyarakat. Jika sudah demikian tidak memilih pundapat dikategorikan salah satu bentuk partisipasi.19

89

9.5

90

0.5

91

1.5

92

2.5

93

3.5

94

4.5

1971 1977 1982 1987 1992

Grafik: Partisipasi Mencoblos

Page 116: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

115Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Dalam tulisan ini akan dilihat sistem hukum lewatperaturan perundang-undangan yang berlaku membukapeluang bagi partisipasi publik dalam pemilihan umum. Haltersebut dapat dilihat, paling tidak, dalam dua hal yang akandibahas yaitu (1) perluasan hak pilih, dan hak dipilih serta(2) struktur dan mekanisme kerja Penyelenggara danpengawasan pemilu.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

UnitedStates

Switzerland Kanada Prancis Inggris Jepang

Grafik: Rata-rata partisipasidalam pemilihan di beberapa negara antara

tahun 1950-an sampai 1980-an (persentase)20

Page 117: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

116 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

1. Partisipasi dalam Hak Pilih dan Dipilih

a. Memilih Perwakilan DaerahDari segi ruang partisipasi politik rakyat, pemilihan

anggota legislatif 2004 memiliki tingkat keterbukaan yangcukup tinggi bagi partisipasi politik rakyat. Jika dalam UUNo. 3 tahun 1999 yang mengatur pemilihan anggota legislatifdalam Pemilu 1999, ruang itu hanya terbuka bagi rakyat da-lam, memilih anggota DPR, DPRD tingkat I dan II, makadalam UU No. 12 tahun 2003 ruang itu terbuka lebar bagirakyat, tidak hanya memilih DPR, DPRD Provinsi danKabupaten/Kota, tetapi juga dalam memilih anggota DewanPerwakilan Daerah (DPD). Perwakilan daerah yang merupa-kan implementasi dari model perwakilan regional reperesen-tation,21 dalam pemilu 2004 pemilihannya langsung ditentu-kan rakyat. Dalam pemilu-pemilu sebelumnya perwakilandaerah yang dikategorikan sebagai utusan daerah dalam Pasal2 ayat (1) UUD 1945 sebelum amandemen, biasanya dipilihsecara elitis. Dalam masa orde baru kewenangan menentu-kan anggota utusan daerah terletak pada presiden sedangkandalam pemilu 1999, utusan daerah dipilih oleh DPRD I ditiap-tiap Propinsi asal dari anggota Utusan Daerah tersebut.22

b. Kontestan PerseoranganKeberadaan Dewan Perwakilan Daerah juga bermakna

memberi ruang dan mengakselerasi kesempatan yang lebihluas bagi warga negara untuk dapat mewakili rakyat di dalamlembaga perwakilan rakyat. Dari segi kontestan yang tampil,peserta Pemilu 2004 tidak hanya monopoli Parpol, sebagai-mana yang terjadi sebelumnya, tetapi ditambah dengan ang-gota perseorangan, yaitu dalam pemilihan anggota DPD.

Dalam pemilihan anggota DPD dengan sistem distrikberwakil banyak,23 jelas sekali terjadi pembangunan partisipasipublik yang cukup besar. Rakyatlah yang menentukan sendiricalon yang dikehendakinya sehingga para calon anggota DPDberusaha memperkenalkan dirinya sebaik mungkin kepada

Page 118: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

117Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

rakyat. Seperti lazimnya dalam sistim distrik hubunganantara calon dengan masyarakat menjadi sangat erat.24 UUNo. 12 Tahun 2003 juga mempertegas nilai akuntabilitascalon kepada para pemilihnya dengan memberikan syarat-syarat tertentu dalam pencalonan anggota DPD. Syarat-syarat tersebut intinya adalah tentang syarat dukungan dansyarat domisili. Undang-undang menentukan seorang yangmencalonkan menjadi anggota DPD harus mendapatsejumlah dukungan tertentu dari daerah pemilihannya dandukungan tersebut harus merata di antara kabupaten/kotadi daerah pemilihan tersebut. Dalam hal domisili, seorangcalon anggota DPD harus membuktikan berdomisili di daerahyang bersangkutan dalam jangka waktu tertentu.25 Dilihatdari persyaratan-persyaratan tersebut nampak bahwaketerikatan antara calon dan konstituennya dibuat begitudekat dan hal ini tentu akan dapat meningkatkan pemba-ngunan bagi partisipasi publik dalam rangka mempengaruhidan mengawasi wakil mereka kelak.

c. Partisipasi Politik PerempuanDari segi partisipasi politik perempuan UU No. 12 tahun

2003 juga memberikan semacam affirmative action untukmemberi peluang bagi tampilnya para wakil rakyat darikalangan perempuan. Dalam Pemilu 2004 ini, gerakanperempuan berhasil mendesak melalui jalur perundang-undangan agar keterwakilan perempuan lebih diindahkan,agar peluang dibuka lebih lebar bagi perempuan untukberkompetisi dan menduduki jabatan publik semacamanggota legislatif.

Dan sejauh ini, secara statistik, hasilnya cukup meya-kinkan. Menurut data yang diolah oleh Eko Bambang Subi-yantoro, dari 7.756 orang caleg dalam Daftar Calon Tetap(DCT), terdapat 2.502 orang atau 32,3 persen caleg perempu-an. Di dalam DCT partai-partai “lama” (yang memiliki kursirelatif signifikan di DPR 1999-2004), persentase calegperempuan ini agak beragam: PPP (22,3 persen), PBB (23,8

Page 119: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

118 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

persen), PDIP (28,3 persen), Golkar (28,4 persen), PAN (35persen), PKB (37,7 persen), dan PKS (40,4 persen).26 Semen-tara di kalangan partai-partai baru, persentasenya bergerakdari 27 persen (Partai Demokrat) hingga 38,7 persen (PartaiSyarikat Islam). Hasil pemilu 2004 menunjukkan 11,82% darianggota DPR yang terpilih berasal dari kalangan perempuan.Hal ini tentu merupakan kemajuan dibanding dua periodesebelumnya, walaupun belum sampai mengalahkan masaterbaiknya pada periode 1987 – 1992 yang ketika itu perem-puan mendapat kesempatan menduduki kursi DPR hingga13 %.

Perempuan Laki-Laki

Periode Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1950 – 1955 (DPR Sementara) 9 3,8 236 96,2

1955 – 1960 17 6,3 272 93,7

Konstituante 1956 – 1959 25 5,1 488 94,9

1971 – 1977 36 7,8 460 92,2

1977 – 1982 29 6,3 460 93,7

1982 – 1987 39 8,5 460 91,5

1987 – 1992 65 13,0 500 87,0

1992 – 1997 65 12,5 500 87,5

1997 – 1999 54 10,8 500 89,2

1999 – 2004 45 9,0 500 91,0

2004 – 2009

65

11,82 550 88,18

Namun demikian, dari perspektif partisipasi politik

perempuan, data statistik itu saja tentu tak cukup. Datastatistik baru menggambarkan kemungkinan terbangunnyaketerwakilan jenis kelamin, dan sama sekali belummengindikasikan kemungkinan keterwakilan gender. “Jenis

Tabel: Keterwakilan Perempuandalam DPR27

Page 120: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

119Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

kelamin” adalah identitas biologis yang membuat perempuandan laki-laki berbeda. Sementara “gender” adalah identifikasihubungan- hubungan antara laki-laki dan perempuan.Keterwakilan berbasis jenis kelamin adalah sebuah “keterwa-kilan statistik”, ditandai oleh tingginya persentase perempuandi dunia politik. Sementara keterwakilan gender adalah“keterwakilan politik”: semakin banyak politikus yangmemiliki kepekaan dan kesadaran akan perlunya hubungan-hubungan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan politik yang adilantara perempuan dan laki-laki.

Sebagian aktivis beranggapan bahwa peningkatanjumlah perempuan yang terjun ke dunia politik membuatketerwakilan politik berbasis gender akan makin potensialterlayani. Alasannya sederhana yaitu bahwa perempuansebagai pihak yang menjadi objek ketidakadilan lebihberpotensi untuk memiliki kepekaan dan kesadaran genderketimbang laki-laki yang menjadi subjek dan pemetikkeuntungan dari ketidakadilan itu.

Argumen itu memang bisa diterima, tetapi kenya-taannya tak ada hubungan serta merta antara jenis kelaminperempuan dan kepekaan gender. Selain itu, kepekaan gen-der adalah sesuatu yang tak hanya bisa dimiliki perempuantetapi juga laki-laki.28

Maka, Pemilu 2004 sejatinya baru menandai masa-masa awal perjuangan bagi keterwakilan politik berbasis gen-der. Perjalanan masih panjang dan berliku untuk mencapaitingkat dan kualitas keterwakilan gender yang tinggi. Yangperlu diperjuangkan bukan saja kuota perempuan, tetapiterlebih-lebih pemasyarakatan kepekaan dan kesadaran gen-der di kalangan politikus perempuan dan laki-laki sertapembentukan kepekaaan dan kesadaran gender di kalanganpemilih perempuan dan laki-laki.29

d. Netralitas dalam Pendaftaran PemilihMenyangkut mekanisme pendaftaran pemilih, pemilu

2004 dapat dikatakan juga, secara normatif, memberikan

Page 121: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

120 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

ruang yang lebih baik dibanding sebelumnya. Dalam pemilu1999 pendaftaran pemilih dilakukan oleh Panitia PendaftaranPemilih (Pantarlih) yang notabene adalah anggota Parpoldan wakil pemerintah, sehingga memiliki peluang untukmempengaruhi pemilih.30 Dalam UU Pemilu 2003, peluangitu sangat kecil karena pendaftaran pemilih dilakukan olehKomisi Pemilihan Umum (KPU) sendiri bekerja sama denganBiro Pusat Statistik (BPS) yang keanggotaannya relatif netraldari kepentingan politik dan intervensi pemerintah. Denganbegitu, peluang terjadinya intimidasi dan pemilih dipengaruhioleh Parpol tertentu sangat kecil.31

e. Sistem Proporsional Daftar Calon TerbukaSistem yang dianut dalam Pemilu 2004 juga menunjuk-

kan bahwa rakyat Indonesia diberi ruang partisipasi yangluas dengan kemampuan yang diberikan Undang-undangkepada rakyat untuk menentukan sendiri wakil yangdikehendakinya.

Sistem Proporsional dengan daftar calon terbuka yangdipakai dalam menentukan pemilihan anggota-anggota DPR,DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota32 memberikesempatan pada rakyat untuk tidak lagi hanya memilihpartai, melainkan dapat juga memilih orang yang dicalonkanoleh partai tersebut. Pemilihan calon wakil rakyat secaralangsung ini diharapkan dapat membuat para calon lebihberkualitas dan bertanggung jawab. Selain itu, para calontersebut tidak lagi mendompleng kebesaran partainya. Caraini menurut sementara pakar dapat mengatasi masalah reng-gangnya hubungan antara wakil rakyat dengan pemilihnyayang merupakan salah satu kelemahan sistem proporsional.Dan cara ini sekaligus dapat menghindarkan bias terhadapparpol kecil yang merupakan salah satu kelemahan sistemdistrik.33

Selama ini, sebagaimana sudah dibuktikan selama 4-5tahun terakhir, sistem proporsional tertutup yang dipakaidalam pemilu 1999 telah menghambat terbangunnya

Page 122: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

121Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

mekanisme perwakilan politik yang demokratis. Anggota DPRdan DPRD akan kembali menjadi wakil partai, yang begituterikat oleh partai dan, sebaliknya, tak terikat oleh pemilih.Dengan begitu, prinsip mandat dalam perwakilan terancammati.34

Namun demikian, penerapan sistem proporsional daftarcalon terbuka yang diatur dalam UU No. 12 Tahun 2003 inimasih menyisakan beberapa ancaman bagi pembangunanpartisipasi publik. Pertama, Ketidakrincian pengaturanmengenai penentuan calon-calon anggota DPR oleh partaipolitik. UU No. 12 Tahun 2003 menentukan bahwa “Calonanggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kotayang diajukan Partai Politik Peserta Pemilu merupakan hasilseleksi secara demokratis dan terbuka sesuai denganmekanisme internal partai politik.”35 Kalimat “secarademokratis dan terbuka” nampak memberikan peluang bagipartisipasi publik dalam penentuan para calon anggota DPRyang akan dipilih dalam pemilu, tetapi pengaturan ini tidakmengandung makna imperatif karena tidak disertaipengaturan lebih lanjut mengenai ukuran demokratis danterbuka serta tidak ada penegakannya, seperti sanksi, apabilaketentuan tersebut dilanggar oleh suatu partai politik.Akibatnya, banyak sekali partai politik yang nyata-nyatamelanggar ketentuan tersebut dalam penentuan calonanggota DPR dalam Pemilu 2004.36

Kedua, diperbolehkannya hanya memilih tanda gambarpartai politik saja dalam pencoblosan kertas suara dalampemilu 2004 membuat niatan untuk memperkenalkan paracalon wakil rakyat dan memberikan kesempatan kepadarakyat untuk menentukan sendiri wakil yang dikehendakinyamenjadi kurang tercapai.

UU No. 12 Tahun 2003 menyebutkan:Pasal 84

(1 ) Pemberian suara untuk Pemilu anggota DPR, DPRD

Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dilakukan dengan

Page 123: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

122 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

mencoblos salah satu tanda gambar Partai Politik Peserta

Pemilu dan mencoblos satu calon dibawah tanda gambar

Partai Politik Peserta Pemilu dalam surat suara.

Pasal 93

(1) Suara untuk pemilihan anggota DPR, DPRD Provinsi,

dan DPRD Kabupaten/Kota dinyatakan sah apabila:

1 . surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS;

2 . tanda coblos pada tanda gambar partai politik dan

calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota berada pada kolom yang disedia-

kan; atau

3 . tanda coblos pada tanda gambar partai politik berada

pada kolom yang disediakan;

Hanya memilih tanda gambar berarti menyerahkankepada partai politik kewenangan untuk menentukancalonnya dan cara demikian adalah yang dipakai selama inidalam pemilu-pemilu sebelumnya, atau dengan kata lainmembuat sistem pemilu menjadi proporsional tertutup. Akantetapi secara teknis, terdapat permasalahan dalam sistem yangdianut oleh UU No. 12 tahun 2003 ini yaitu kemungkinanterjadinya suara tidak sah akibat salah mencoblos37 sehinggaakan berakibat pada sia-sianya partisipasi yang diberikanpemilih. Walaupun golput tetap dapat dianggap salah satubentuk partisipasi tetapi suara tidak sah karena kesalahanbukan karena kesadaran ingin golput membuat pengukurantingkat partisipasi menjadi tidak akurat.38 Oleh karena itu,agar partisipasi rakyat tidak terakomodasi hanya karenapersoalan teknis maka proses sosialisasi mekanisme pemiludan kesiapan penyelenggara pemilu menjadi sangat penting.39

Ketiga, Sistem perhitungan suara dan pembagian kursidengan mendasarkan perolehan kursi bagi suatu partai politikberdasarkan Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) dan calon yangberhak masuk ke DPR adalah yang memperoleh angka BPPsedangkan jika tidak mendapatkan BPP maka diberlakukan

Page 124: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

123Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

nomor urut, membuat pilihan rakyat pada salah seorangcalon menjadi sia-sia karena tidak mendapatkan BPPwalaupun perbedaannya hanya satu suara dari angka BPP.Sehingga hal ini tentu mengurangi nilai dianutnya sistemproporsional daftar calon terbuka karena tetap saja yang lebihmenentukan calon anggota DPR adalah partai politik bukanrakyat sebagai pemilih. Sistem ini juga berimplikasi padamekanisme pergantian antar waktu (PAW) anggota DPRsebagaimana yang diatur dalam UU No. 22 Tahun 2003tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD danDPRD. Dalam ketentuan mengenai PAW dalam rancangan-nya sebenarnya ditentukan:

(1) Anggota DPRD Provinsi yang berhenti atau diberhen-

tikan antarwaktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal

82 ayat (1) dan ayat (2) digantikan oleh calon pengganti

dengan ketentuan :

a . calon pengganti adalah calon yang memperoleh

suara terbanyak urutan berikutnya dalam Daftar

Peringkat Perolehan Suara Calon Anggota DPRD

Provinsi Wakil Partai Politik yang bersangkutan

dari Daerah Pemilihan di Kabupaten/Kota atau

bagian-bagian Kabupaten/Kota yang sama dengan

yang digantikan berdasarkan Undang-undang

tentang Pemilihan Umum; dan

b. apabila calon pengganti dalam Daftar Peringkat

Perolehan Suara Calon Anggota DPRD Provinsi

sebagaimana dimaksud pada huruf a mengundur-

kan diri atau meninggal dunia, diajukan calon

pengganti yang memperoleh suara terbanyak

urutan berikutnya

Namun dalam hasil akhir pembahasan yang disetujuipada Sidang Paripurna DPR tanggal 9 Juli 2003 adalahketentuan yang mengatakan: 40

Page 125: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

124 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Pasal 86

(1) Anggota DPR yang berhenti atau diberhentikan

antarwaktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1)

dan ayat (2) digantikan oleh calon pengganti dengan

ketentuan :

a . calon pengganti dari Anggota DPR yang terpilih

memenuhi bilangan pembagi pemilihan atau memper-

oleh suara lebih dari setengah bilangan pembagi

pemilihan adalah calon yang memperoleh suara

terbanyak urutan berikutnya dalam daftar peringkat

perolehan suara pada daerah pemilihan yang sama.

b. calon pengganti dari Anggota DPR yang terpilih selain

pada huruf a adalah calon yang ditetapkan berdasarkan

nomor urut berikutnya dari daftar calon di daerah

pemilihan yang sama.

c. apabila calon pengganti sebagaimana dimaksud pada

huruf a dan b mengundurkan diri atau meninggal dunia,

diajukan calon pengganti pada urutan peringkat

perolehan suara atau urutan daftar calon berikutnya.

Hasil Pemilu 2004 telah membuktikan kelemahanakomodasi partisipasi rakyat oleh sistem pemilu yang dianutoleh UU No. 12 tahun 2003, seperti yang disebutkan di atas.Hasil Pemilu Legislatif 5 April 2004 lalu menunjukkan, hanyadua orang saja yang menduduki kursi di DPR RI dari seluruhanggota dewan yang jumlahnya 550 orang, karena berhasilmencapai angka Bilangan Pembagi Pemilih (BPP). Dua calegyang berhasil mencapai angka BPP adalah Ketua UmumPartai Keadilan Sejahtera Dr. Hidayat Nur Wahid di daerahpemilihan Jakarta II, dan mantan Gubernur Riau H. SalehDjasit SH dari Partai Golkar di daerah pemilihan Riau.41 Perludicatat kedua caleg ini ternyata berada pada nomor urut satupada daerah pemilihannya masing-masing sehingga, secarapraktis, memang berhak lolos ke DPR tanpa harus mendapatangka BPP sendirian asal partainya mendapat angka BPP.

Dengan demikian, sebanyak 548 calon anggota DPR

Page 126: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

125Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

RI lainnya yang bakal lolos ke DPR disebabkan posisinyadalam Daftar Calon Tetap (DCT) berada di urutan teratas.Namun ironisnya, sebanyak 69 persen pemilih mencoblostanda gambar dan salah satu nama calon, artinya sebagianbesar pemilih telah memberikan suaranya bagi caleg tertentuyang mereka percaya.42

Nomor urut ternyata lebih menonjol dibandingperolehan suara murni. Dukungan pemilih secara langsungkepada para caleg pilihannya sia-sia karena pada akhirnyacaleg-caleg yang mendapat dukungan suara terbesar tidakselalu memperoleh kursi.

Sementara sebanyak 34,2 persen caleg dari total calegyang memperoleh suara terbanyak untuk parpolnya di semuadaerah pemilihan DPR (69 daerah pemilihan) tidak berhasilmeraih kursi karena tak mencapai BPP. Sebagai contoh, ArtisNurul Arifin dari partai Golkar dan Prof JE Sahetapy dariPDI-P tercatat sebagai contoh caleg dengan suara terbanyaktetapi tidak memperoleh kursi. Keduanya justru menjadipenyumbang suara terbanyak bagi caleg di atasnya.

Nurul Arifin, caleg nomor urutan ketiga, memperolehsuara terbanyak untuk Partai Golkar di daerah pemilihanJabar VIII sebanyak 81.566 suara, tetapi dia tidak berhasilmeraih kursi karena tidak mencapai angka BPP. Caleg dinomor urutan 1 dan 2 yaitu Ade Komaruddin dan WasmaPrayitno memperoleh kursi yang dimenangkan Golkar didaerah pemilihan tersebut tersebut meskipun suara merekamasing-masing di bawah perolehan suara Nurul Arifin.Sementara, Prof JE Sahetapy dari PDI-P di daerah pemilihanJatim I harus mengalah pada Soepomo dan Murdaya Poomeskipun suaranya jauh melebihi kedua caleg tersebut.43

2. Penyelenggara PemiluDalam hal penyelenggara pemilu, Perubahan UUD

1945 dengan didukung oleh UU No.12 tahun 2003 lebihmenjamin penyelenggaraan pemilu yang demokratisdibandingkan dengan UU No. 3 tahun 1999 yang menjadi

Page 127: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

126 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dasar penyelenggaraan Pemilu 1999. Dalam UU No. 3 tahun1999, pemerintah melalui lima orang wakilnya di KPU masihmemiliki peluang untuk mengintervensi penyelenggaraanpemilu dan hasil-hasilnya. Bukti dari intervensi itu nampakdalam penyelenggaraan Pemilu 1999, dimana pemerintahmelalui birokrasi sipil tetap memobilisasi massa untukmemilih Golkar.44 Memang dampaknya sangat kecil danhanya terjadi di daerah-daerah tertentu seperti Papua danBengkulu, tetapi itu menunjukkan bahwa Pemilu 1999 masihbelum dilaksanakan secara demokratis.45 Kecenderunganyang sama ditunjukkan juga oleh adanya anggota Parpol yangmenjadi anggota KPU, sehingga KPU rentan dengan konflikkepentingan Parpol. Dalam Pemilu 2004 yang didasarkanpada Pasal 22 E ayat (5) UUD 194546 dan UU No. 12 tahun2003, pemerintah tidak lagi memiliki wakil di KPU karenakeanggotaan di KPU sudah mengalami perubahan total, danhanya terdiri dari anggota-anggota yang berasal dari sektornon pemerintah dan non Parpol. Tidak adanya keanggotaanpemerintah di KPU sedikit menjamin tidak adanya intervensidari pemerintah terhadap KPU dalam Pemilu 2004. Begitujuga dengan konflik kepentingan politik antar Parpol.

Satu tahun setelah penyelenggaraan pemilihan umum(Pemilu) tahun 1999, pemerintah bersama DPR mengeluar-kan UU No 4 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No 3Tahun 1999 tentang Pemilu. Pokok isi dari UU No. 4/2000adalah adanya perubahan penting, yaitu bahwa penyeleng-garaan pemilihan umum tahun 2004 dilaksanakan olehsebuah Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang independendan nonpartisan.

Independen dan nonpartisan inilah label baru yangdisandang oleh KPU saat ini. KPU baru ini terdiri atas paraanggota yang dipilih dari orang-orang yang independen dannonpartisan.

Pembentukan KPU yang demikian tidak bisa bisadilepaskan dengan aktivitas KPU masa lalu, yaitu pada pemilu1999. Pada saat itu KPU beranggotakan para fungsionaris

Page 128: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

127Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

partai peserta Pemilu. Dalam perjalanan KPU saat itu, publikmelihat secara jelas bagaimana sangat kuatnya unsurkepentingan (interest) mewarnai setiap kegiatan KPU,sehingga sangat sering dalam pembahasan keputusan-keputusan KPU harus menghadapi situasi deadlock .Kenyataan ini tentu tidaklah menggembirakan, khususnyadilihat dari sudut pengembangan citra dan perkembanganKPU sebagai lembaga penyelenggara Pemilu. Atas dasarpemikiran bahwa KPU sebagai lembaga penyelenggaraPemilu seharusnya bebas dari tekanan kepentingan-kepentingan, serta kuatnya tuntutan dari banyak pihakbahwa lembaga penyelenggara Pemilu harus bersih dariintervensi partai politik dan pemerintah, maka DPR bersamapemerintah mengeluarkan UU No.4 tahun 2000 yang secarategas menyatakan bahwa anggota KPU terdiri dari orang-orang independen dan non partisan.

Sifat independen dan nonpartisan KPU saat initercermin dari proses seleksi calon anggota KPU. Dari semuacalon anggota KPU yang diajukan presiden kepada DPRuntuk mendapat persetujuan, tidak satu pun yang berasaldari partai politik. Pada umumnya para calon berasal darikalangan perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat(LSM). Dengan demikian pembangunan partisipasi dalamkonteks ini terlihat dari netralitas penyelenggara pemilu yangmenyebabkan lebih terjaganya hasil partisipasi rakyat danketerlibatan rakyat melalui DPR dalam penentuan orang-orang yang berhak sebagai penyelenggara pemilu.

3. Pengawas PemiluBerkaitan dengan pengawasan pemilu, pemilu baru

dikatakan dilaksanakan secara jujur dan adil apabila dipantaudan diawasi secara ketat oleh badan pengawas pemilu yangindependen. Dalam rangka mengawasi penyelenggaraanpemilu, dalam pemilu 1999, UU No. 3 tahun 1999 mengaturtentang pembentukan panitia pengawas yang keanggo-taannya ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung untuk

Page 129: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

128 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

tingkat pusat, ketua pengadilan tinggi untuk tingkat provinsidan ketua pengadilan negeri untuk tingkat kabupaten/kotadan kecamatan. Tugas utama panitia pengawas pemiluadalah mengawasi semua tahapan penyelenggaraan pemilu,menyelesaikan sengketa atau perselisihan yang timbul dalampenyelenggaraan pemilu, menindaklanjuti temuan, sengketadan perselisihan yang tidak dapat diselesaikan untukdilaporkan kepada instansi penegak hukum (pasal 24, 25 dan26). Sementara dalam UU No. 12 tahun 2003 juga diaturtentang badan pengawas pemilu dan badan ini bertanggungjawab kepada KPU untuk tingkat nasional, dengan tugasmengawasi semua tahapan penyelenggaraan pemilu,menerima laporan pelanggaran peraturan perundang-undangan pemilu, menyelesaikan sengketa yang timbuldalam penyelenggaraan pemilu, meneruskan temuan danlaporan yang tidak dapat diselesaikan kepada instansi yangberwenang (Pasal 120, 121 dan 122), dengan keanggotaansebanyak-banyaknya sembilan orang yang berasal dari unsurkepolisian negara, kejaksaan, perguruan tinggi, tokohmasyarakat dan pers. Dengan struktur organisasi demikiandan mekanisme rekrutmen yang terbuka membuat kontroldan kesempatan partisipasi rakyat menjadi lebih terbukadalam pengawasan pemilu 2004, terlibatnya pers, perguruantinggi dan tokoh masyarakat menjadikan pengawasan pemilumenjadi lebih berwibawa dan efektif di mata masyarakat.Apalagi jika melihat mekanisme pengawasannya yengmenyertakan rakyat sebagai pihak yang terlibat dalampengawasan pemilu membuat pelanggaran pemilu menjadilebih sulit terjadi. UU No. 12 Tahun 2003 menentukan pihakyang dapat melaporkan terjadinya pelanggaran peraturanpemilu adalah peserta pemilu, pemantau dan warga negarayang memiliki hak pilih.47 Dalam tinjauan efektivitaspenegakan hukum dalam pengawasan pemilu, pengawasandalam pemilu 2004 juga dapat dikatakan mengalamikemajuan, antara lain dengan membuat mekanisme yanglebih efektif terhadap pemrosesan tindak pidana pemilu dan

Page 130: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

129Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

berbeda dengan tindak pidana pada umumnya. UU No. 12tahun 2003 menentukan proses tindak pidana pemilu palinglama dilakukan dalam 30 hari dan pengadilan negeri sebagaitempat mengadili tindak pidana pemilu dianggap sebagaipengadilan tingkat pertama dan terakhir.48

B. Perluasan Fungsi DPRParlemen Indonesia nampaknya memang terus

bergerak menjadi lembaga politis yang memiliki kekuatanbesar. Selain berusaha memenuhi dirinya dengan berbagailegitimasi rakyat, para anggota parlemen melalui PerubahanUUD 1945 juga memutuskan berbagai perluasan fungsi bagidirinya sehingga tampil sebagai lembaga politik yang efektifdan memiliki daya tawar yang semakin besar ketikaberhadapan dengan eksekutif. Di tengah kecenderunganparlemen-parlemen di dunia lebih mengutamakan pendekat-an checks and balances yang mementingkan fungsipengawasan daripada pendekatan separation of power yanglebih mementingkan tugas-tugas legislatif,49 di Indonesiakedua fungsi penting parlemen ini (pengawasan dan legislasi)justru semakin kuat.

1. Kekuasaan LegislasiSaat ini fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakyat lebih

kuat dari sebelumnya. Hal ini bisa dibandingkan bahwa padaUUD 1945 Sebelum Perubahan, Pasal 5 ayat (1) menentukanbahwa: “Presiden memegang kekuasaan membentukundang-undang dengan persetujuan Dewan PerwakilanRakyat”. Sedangkan dalam rumusan Pasal 5 ayat (1) UUD1945 Perubahan Pertama dinyatakan: ”Presiden berhakmengajukan rancangan undang-undang kepada DewanPerwakilan Rakyat”. Kemudian dalam UUD 1945 PerubahanPertama Pasal 20 ayat (1) dinyatakan : “Dewan PerwakilanRakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang”.Dengan adanya perubahan ini, jelaslah bahwa kekuasaanlegislatif yang semula utamanya dipegang oleh Presiden

Page 131: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

130 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dengan persetujuan DPR, dialihkan menjadi dipegang olehDPR. Sedangkan Presiden dinyatakan hanya berhakmengajukan RUU, bukan sebagai pemegang kekuasaanlegislatif yang utama. Menurut Prof. Jimly Asshiddiqie, S.H.,Perubahan inilah yang disebut sebagai Pergeseran kekuasaanlegislatif dari Presiden ke DPR.50

Dalam prakteknya dapat saja terjadi suatu undang-undang lahir dengan keterlibatan pemerintah yang sangatminimal. Misalnya dapat saja terjadi sebuah RUU inisiatifyang merupakan usulan DPR kemudian dibahas di DPR,dalam pembahasan di DPR wakil pemerintah akan dilibatkannamun keputusan persetujuannya terjadi dalam SidangParipurna DPR yang meskipun dalam ketentuannyapersetujuan dilakukan bersama Presiden dan DPR namunkenyataannya dalam Sidang Paripurna DPR tentu saja hanyaanggota DPR yang memiliki hak suara, setelah itu dimintakanpengesahan kepada presiden, tetapi jika dalam 30 hari tidakjuga disahkan maka RUU tersebut sah menjadi UU (Pasal20 ayat (5)). Jadi dalam hal RUU inisiatif dapat terjadipemerintah hanya ikut membahas saja di DPR tanpaberkuasa dalam memutuskan atau menolak suatu RUU.

Sebenarnya, Pasal 20 ayat (2) UUD 1945 PerubahanPertama dinyatakan: “Setiap rancangan undang-undangdibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untukmendapat persetujuan bersama”. Namun tidak ditemuipengaturan lebih lanjut mengenai pasal ini. Dalam UU No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (UU PPP), yang merupakan sumber utama dalamproses legislasi, pengaturan mengenai persetujuan bersamaini sama sekali tidak disinggung. Undang-undang PPP hanyamempertegas apa yang sudah diatur dalam Pasal 20 ayat(5) UUD, bahwa jika setelah 30 hari sejak suatu RUUdisetujui oleh DPR dan Presiden namun belum ditandata-ngani, maka RUU tersebut sah menjadi Undang-undang danwajib diundangkan. Artinya memang seperti tidak adakesempatan Presiden untuk melakukan penolakan terhadap

Page 132: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

131Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

pemberlakuan suatu UU, penolakan Presiden menandata-ngani suatu RUU yang sudah disetujui Sidang Paripurna DPRtidak akan berakibat apapun dalam pemberlakuan RUUtersebut.51 Sepertinya konsep adanya persetujuan bersamaini diterjemahkan menjadi pembahasan yang sifatnya sangatteknis lewat rapat-rapat kerja di DPR secara bersama-samaoleh DPR dan wakil dari pemerintah sebagaimana yangberlangsung selama ini. Padahal menurut Prof. Dr. JimlyAssiddiqie harus dibedakan antara ‘pembahasan bersama’ dan‘persetujuan bersama’. Disini tidak dikatakan harus dibahasbersama atau secara bersama-sama. Yang penting adalahhasilnya, yaitu harus mendapat ‘persetujuan bersama’.Artinya, RUU yang bersangkutan dapat saja dibahas sendiri-sendiri oleh DPR dan oleh Presiden secara terpisah, asalkankeduanya sama-sama dapat memberikan persetujuanterhadap RUU tersebut.52

Jika melihat Pasal 20 ayat (4) seharusnya memangPresiden dapat berkuasa untuk menolak suatu RUU. Pasal20 ayat (4) UUD 1945 menyatakan: Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancanganundang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalampersidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu. MenurutProf. Dr. Jimly Asshiddiqie S.H., pasal ini mengandung arti,antara lain, bahwa suatu RUU dapat saja tidak mendapatpersetujuan bersama antara DPR dan Pemerintah. Misalnya,pemerintah dapat menyatakan menolak untuk memberikanpersetujuan terhadap suatu materi atau seluruh materi RUU,meskipun hal itu telah diadakan pembahasan bersama yangbertujuan mendapat persetujuan bersama.

Dengan kondisi seperti sekarang nampaknya DPRmemang berkuasa dalam legislasi. Dengan gambarantersebut tentu saja pemerintahan yang memiliki dukungananggota parlemen minoritas mempunyai kesempatan sedikitmempengaruhi UU yang dihasilkan, padahal pemerintah lahyang harus melaksanakan UU tersebut dan menjabarkannyadalam peraturan yang lebih rendah.53

Page 133: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

132 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

2. Penentuan Pengangkatan dan PemberhentianPejabat Publik

Diantara kewenangan penting yang baru lahir dalamparlemen Indonesia adalah keterlibatan DPR dalampenentuan pengangkatan dan pemberhentian pejabat publik.Kewenangan ini lahir sebagai salah satu alat dalam rangkamelakukan pengawasan.54 DPR RI pasca amandemen jugamemiliki kewenangan jenis ini seiring dengan terjadinyareduksi dalam kewenangan presiden. Pejabat publik yangpenentuannya memerlukan keterlibatan DPR antara lainadalah Panglima TNI dan Kepala Kepolisian Negara RepublikIndonesia (Kapolri); Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda MAdan Hakim Agung; Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota BadanPemeriksa Keuangan (BPK); Gubernur dan Deputi GubernurSenior Bank Indonesia (BI); Anggota Komisi Nasional HakAsasi Manusia (Komnas HAM); Anggota Komisi PengawasPersaingan Usaha (KPPU); dan Anggota Komisi PemilihanUmum (KPU). Selain itu, dalam beberapa BUMN fit andproper test dalam rangka penentuan Dirut-nya jugamelibatkan DPR. UUD 1945 juga menentukan DPRmemberikan pertimbangan kepada Presiden dalam halpengangkatan duta dan penerimaan duta negara lain (Pasal13 ayat (2) dan (3)).

Derajat keterlibatan DPR dalam menentukan pengang-katan dan pemberhentian pejabat publik berbeda-beda, pal-ing tidak dapat dibagi menjadi lima jenis yaitu (1)memberikan pertimbangan (2) memberikan persetujuan (3)mengajukan calon (4) memilih dan mengajukan (5) ujikepatutan (fit and proper test).

Fungsi penentuan pejabat publik ini tentu akanberpengaruh sangat strategis terhadap sinergi kebijakan danefektivitas kebijakan yang dibuat pemerintah. Kalau DPRtampil terlalu kuat dalam melakukan fungsi ini dan denganasumsi pemerintahan selalu gagal menempatkan orang-orangnya dalam pejabat-pejabat pada institusi strategis akanberakibat pemerintah kehilangan kewibawaannya dan

Page 134: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

133Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

menjadi macan ompong karena lemahnya pemerintahanmengendalikan institusi penting negara. Dalam skenario yangpaling pesimistik, posisi ini akan membahayakan pemerintah-an karena kemungkinan diterpa isu pelanggaran hukumsebab output dari lembaga strategis seperti yang tertulis diatas adalah berdampak hukum.

PenutupPasca Pemilu 2004 pemisahan kekuasaan dalam

struktur ketatanegaraan RI semakin jelas terlihat. Eksekutifdan Legislatif hadir sebagai lembaga yang sama-samamendapat mandat langsung dari rakyat. Keseimbanganlegitimasi seharusnya juga diikuti oleh keseimbangan fungsi,jika tidak potensi konflik ketatanegaraan akan mudah terpicu.Kasus RUU Batam, Pengangkatan dan PemberhentianPanglima TNI, dan konflik internal DPR dalam penentuanalat kelengkapan dewan adalah contoh-contoh konflik yangdi masa depan mungkin saja bertambah besar. Sistempresidensiil pada umumnya memang menyediakan hanyasedikit jalan keluar jika terjadi konflik institusional antaralegislatif dan eksekutif, dalam sistem ini deadlock antara kedualembaga politik utama ini seringkali tidak akan terselesaikankecuali menunggu pada akhir masa jabatan presiden.Oleh karena itu bertambahnya legitimasi dan semakinluasnya fungsi pada lembaga legislatif harus diimbangidengan mekanisme hubungan yang seimbang denganeksekutif. Dan yang tidak kalah penting kontrol langsungrakyat terhadap segala putusan legislatif menjadi sangatpenting, partisipasi rakyat tidak boleh berhenti hanya sampaipemilihan umum, partisipasi harus berwujud pada pengaruhdalam pengambilan putusan dan pengawasan pelaksanaanputusan. Sistem selalu punya cela, tetapi kebaikan utamademokrasi adalah ketika kontrol dibuka lebar bagi setiapkekuasaan.

Page 135: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

134 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Endnotes

1 Pasca perubahan keempat MPR mengeluarkan Ketetapan No.I/MPR/2002 tentang Pembentukan Komisi Konstitusi untukmembentuk Komisi Konstitusi yang hasil kerjanya harus dilaporkankepada MPR dalam Sidang MPR 2004. MPR baru hingga kini belummenentukan tindak lanjut dari hasil kerja Komisi Konstitusi

2 Bagir Manan, DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 BARU,Yogyakarta: FH UII Press, 2003, hlm. 2.

3 Sebelum perubahan UUD 1945 dilakukan memang terdapatkesepakatan di antara Fraksi-fraksi yang ada di MPR yaitu (1) tidakmengubah pembukaan Undang-Undang Dasar 1945; (2) tetapmempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia; (3)mempertegas sistem pemerintahan Presidensial; (4) penjelasanUUD 1945 ditiadakan serta hal-hal normatif dalam penjelasandimasukkan kedalam pasal-pasal; (5) perubahan dilakukan dengancara adendum. Maka wajar Perubahan UUD 1945 menghasilkanSistem Pemerintahan yang Presidensil

4 Dalam banyak literatur bahkan dapat dilihat bahwa sistempemerintahan presidensiil disebutkan sebagai sistem pemisahankekuasaan. Hal tersebut antara lain dapat dilihat dalam

5 MPR dalam oleh para penyusun UUD 1945 memang dirancangsebagai lembaga tertinggi dalam bangunan organisasi negara. Dalamrapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945 di gedung Tyuuoo Sangi-In,Supomo mengatakan:…”Jadi MPR adalah suatu badan negara yangmemegang kedaulatan rakyat, ialah suatu badan yang paling tinggi,yang tidak terbatas kekuasaannya.” Lihat Safroedin Bahar, AnandaB.Kusuma, Nannie Hudawati, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI); Panitia PersiapanKemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945-22 Agustus 1945;Jakarta:Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995, hlm. 423

6 Menurut Prof. Dr. Suwoto Mulyosudarmo SH. Pertanggung-jawaban presiden sebagai mandataris MPR kepada MPR yang diaturdalam naskah asli UUD 1945 hanya sebatas pelaksanaan putusanMajelis yang termasuk GBHN di dalamnya, jadi pertanggungja-waban tersebut limitatif. Lihat Suwoto Mulyosudarmo, PeralihanKekuasaan: Kajian Teoretis dan Yuridis terhadap Pidato Nawaksara,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997. hlm. 82-86

7 Saking besarnya kedudukan MPR ini, dalam sejarah dapatdilihat, para penguasa yang menginginkan kekuasaannya awet me-lakukan pengisian anggota MPR dengan orang-orang kepercaya-annya untuk mengamankan kekuasaannya. Soeharto mengisi MPR

Page 136: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

135Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dengan lebih dari 50 % anggota dengan pengangkatan, bahkanSoekarno pernah membentuk MPR sendiri yang terdiri dari orang-orang yang dipilihnya. Lihat Harmaily Ibrahim, Majelis Permusya-waratan Rakyat; Suatu Tinjauan dari Sudut Hukum Tata Negara, SinarBakti: Jakarta, 1979

8 Melalui Ketetapan MPR No: I/MPR/2003 telah dilakukanpeninjauan terhadap materi dan status hukum terhadap seluruhKetetapan MPR/S yang pernah berlaku di Indonesia dan hanyabeberapa Ketetapan saja yang masih tetap berlaku sampaiterbentuknya undang-undang yang mengatur materi Ketetapantersebut.

9 Menurut Ketetapan MPR No: I/MPR/2003, Ketetapan MPR No:III/MPR/2000 yang memuat hierarki peraturan perundang-undangan dan menentukan Ketetapan MPR sebagai salah satuperaturan perundang-undangan termasuk dalam kategori KetetapanMPR yang masih tetap berlaku sampai terbentuknya undang-undangyang mengatur materi Ketetapan tersebut. Dengan terbentuknyaUndang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan maka Tap III/MPR/2000 menjaditidak berlaku

10 Lihat Bambang Cipto, Presiden, Partai dan Pemulihan EkonomiIndonesia, Yogyakarta: UII Press, 2003, hlm. 4

11 Hendra Nurtjahjo, Perwakilan Golongan Di Indonesia, Jakarta:Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Indonesia, 2002,hlm. 70

12 Jimly Asshiddiqie, Pergumulan Peran Pemerintah dan Parlemendalam Sejarah: Telaah Perbandingan Konstitusi Berbagai Negara,Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1996, hlm. 42.

13 Berdasarkan ketentuan pasal ini yang kemudian diterjemah-kan lebih lanjut dalam UU No. 22 tahun 2003 tentang Susunan danKedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD dapat diketahui bahwaparlemen Indonesia di tingkat pusat dilaksanakan oleh tiga lembaga(MPR, DPR dan DPD) yang terpisah dengan fungsi yang berbeda.Prof Dr. Jimly Asshiddiqie,S.H. menyebut sistem yang dianutparlemen Indonesia adalah trikameralisme, sebuah sistem yangkurang lazim dalam parlemen-parlemen di dunia. Menurutpenelitian penulis paling tidak terdapat dua negara yang pernahmemakai trikameralisme yaitu Taiwan dan Afrika Selatan, kinikedua negara itupun sudah merubah sistem parlemennya menjadibikameralisme. Lihat Lihat Asshiddiqie,ibid, hlm. 42-45 dan FitraArsil, Mekanisme Partisipasi Publik dalam DPR RI Pasca PerubahanUUD 1945, Tesis Magister Hukum Program Pascasarjana Fakultas

Page 137: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

136 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Hukum Universitas Indonesia, hlm. 69 – 7314 Lihat Risalah Sidang MPR15 Hasil perhitungan akhir yang diumumkan KPU 5 Mei lalu,

angka golput hampir seperempat jumlah pemilih, tepatnya 24,74persen. Selama perjalanan bangsa ini melakukan pemilu, baru kaliini angka golput sebesar itu dalam Pemilu 1999 angka golput hanya10 %. Banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut,seperti semakin rendahnya kepercayaan rakyat terhadap gerakanreformasi (lihat survey LSI), sosialisasi yang minim dari penyeleng-gara pemilu, persoalan teknis memilih yang lebih kompleks darisebelumnya dan lain sebagainya. Lihat Muhammad Asfar, “Di BalikTingginya Angka Golput” Harian Surya, Selasa 11 Mei 2004.

16 Oleh karena itu para ahli dalam berbagai literatur membeda-kan antara partisipasi yang bersifat otonom (autonomous participa-tion) dan partisipasi yang dimobilisasi atau dikerahkan oleh pihaklain (mobilized participation) Pendapat tersebut antara lain dapatdilihat dalam Jimly Asshiddiqie, Reformasi Menuju Indonesia Baru:Agenda Restrukturisasi Organisasi Negara, Pembaruan Hukum, DanKeberdayaan Masyarakat Madani, makalah yang disampaikan dalamforum Kongres Mahasiswa Indonesia Sedunia I, di Chicago, AmerikaSerikat, 28 Oktober 2000 atau dalam Samuel P. Huntington danJohn M. Nelson, No Easy Choice: Political Participation in developingCountries, Cambridge: Harvard University Press, 1977 hlm. 7.

17 S.E. Finer, Comparative Government, Penguin Books, 1978,hlm. 406

18 Dalam proses pelaksanaan Pemilu Legilslatif 2004 lalu banyakkasus rakyat tidak dapat memilih karena persoalan administratifdan teknis (seperti pendaftaran, teknis pencoblosan dll) sehinggamenyebabkan terhambatnya partisipasi. Di Amerika SerikatKonggres mengeluarkan suatu undang-undang yang dikenal denganmotor-voter bill yang memerintahkan kepada setiap negara bagianuntuk mempermudah pendaftaran pemilih dalam pemilu dengancara meminta para pemohon Surat Izin Mengemudi sekaligusmendaftar sebagai pemilih. Sebelumnya pendaftaran pemilih jugadilakukan bersamaan dengan dikeluarkannya KTP bagi setiap warganegara. Kebijakan ini telah menghasilkan 49 juta pemilih yangsebelumnya tidak terdaftar. Lihat James Q. Wilson dan John J. DiulioJr., American Government: Institutions and Policies, sixth edition, Lex-ington: D.C. Heath and Company, 1995 hlm. 132

19 Penolakan untuk ikut memberikan suara dapat dianggapsebagai Pernyataan protes secara diam-diam. Keikutsertaan danketidakikutsertaan dalam pemilu menunjukkan sejauhmana tingkat

Page 138: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

137Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

partisipasi konvensional warganegara. Seseorang yang ikutmencoblos dalam pemilu, secara sederhana, menunjukkan komitmenpartisipasi warga. Tapi orang yang tidak menggunakan hakmemilihnya dalam pemilu bukan berarti ia tak punya kepedulianterhadap masalah-masalah publik. Bisa jadi ia ingin mengatakanpenolakan atau ketidakpuasannya terhadap kinerja elite politik dipemerintahan maupun partai dengan cara golput. Lihat Gabriel A.Almond, “Sosialisasi, Kebudayaan dan Partisipasi Politik” (terjemah-an dari “Political Socialization and Culture” dan “Political Participa-tion” dalam Comparative Politics Today, Boston: Little, Brown andCompany,1974) dalam Mohtar Mas’oed dan Colin MacAndrews,Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress, 2001, hlm. 35 atau dalam Miriam Budiardjo, Partisipasi danPartai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Gramedia, 1981

20 Russel J. Dalton and Martin P Weinberg, “The Not So SimpleAct of Voting” dalam Political Science: The State of the Discipline, ed.Ada Finifter, second edition, Washington D.C.: APSA, 1993, hlm.210 yang dikutip dengan beberapa penyederhanaan oleh penulisdari James Q. Wilson, ibid.,

21 lihat Jimly Asshiddiqie, Konsolidasi Naskah UUD 1945 SetelahPerubahan Keempat, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata NegaraFakultas Hukum Universitas Indonesia, hlm. 3

22 lihat UU No. 3 tahun 1999 dan UU No. 4 tahun 199923 Lihat Pasal 6 ayat (2) UU No. 12 Tahun 200324 Keunggulan sistrim distrik antara lain dapat dilihat dalam

Miriam Budiardjo, “Sistem Pemilu yang Bagimana?” dalam Bari Azed,op. cit., hlm. 32.

25 Persyaratan tentang domisili dan dukungan dapat dilihatdalam Pasal 11 dan Pasal 63 UU No. 12 Tahun 2003

26 Eep Saefullah Fatah dalam “Panduan Pemilih” makalah padawww.imsa-sister.org .

27 Data diolah dari Sekretariat DPR, 2001, data IRI Indonesiadalam www.iri-indonesia.org dan Khofifah Indar Parawansa,“Hambatan terhadap Partisipasi Politik Perempuan di Indonesia”,dalam Sarah Maxim, Perempuan Dalam Parlemen: Bukan SekedarJumlah, Jakarta: International IDEA, 2002, hlm. 41. Data dariKhofifah hasil perumusan ulang dari sekretariat DPR oleh DivisiPerempuan dan Pemilihan Umum, CETRO, 2002. Dengan tingkatrepresentasi seperti ini, IPU menempatkan Indonesia pada posisi ke-83 dalam bidang Representasi Perempuan di Parlemen (Maret 2002).

28 Sebuah ilustrasi menarik untuk menggambarkan persoaln ini

Page 139: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

138 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

ditampilkan oleh Eep Saefullah Fatah dalam “Panduan Pemilih”makalah pada www.imsa-sister.org . Pada tahun 1996, The AsiaFoundation dan Harian Republika mengadakan sebuah penelitianyang menjadikan 104 dari 118 orang (88,14 persen populasi)perempuan anggota DPR Pusat dan DPRD DKI Jakarta, Jawa Barat,Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara sebagai responden.Hasilnya, umumnya perempuan anggota parlemen itu ternyatahanya berjenis kelamin perempuan tanpa kesadaran gender.

29 Saefullah Fatah, ibid,30 Lihat Gregorius Sahdan, Analisis CSIS,Op. Cit., hlm. 20831 Walaupun dinilai dari segi pengaturannya nampak membe-

rikan peluang besar bagi partisipasi publik namun dalam kenyata-annya karena persoalan-persoalan teknis terjadi beberapa hambatandalam hal pendaftaran pemilih dalam pelaksanaan Pemilu 2004yang menyebabkan banyak pemilih tidak terdaftar,

32 lihat Pasal 6 ayat (1) UU No. 12 tahun 200333 Abdul Bari Azed, op. cit., hlm. 18 - 1934 Eep Saefullah fatah, “Pemilih adalah Penentu” Koran Tempo,

1 Maret 200435 Pasal 67 ayat (1) UU No. 12 Tahun 200336 Hal ini terbukti dari berbagai pemberitaan media massa yang

melansir konflik-konflik internal partai politik yang mencuat keluaryang diakibatkan tidak demokratisnya penentuan calon anggota DPRdalam mekanisme internal partainya, antara lain lihat “PenetapanCaleg PDIP Rawan Konflik”, Harian Surya, 8 November 2003.

37 Berdasarkan UU No. 12 tahun 2003 mencoblos hanya namacalon atau mencoblos tanda gambar partai dan nama calon dari partaiyang berbeda membuat suara menjadi tidak sah. Kenyataan banyaksuara tidak sah akibat kesalahan tersebut.

38 Golput atau golongan putih adalah orang yang secara sadartidak menggunakan hak pilihnya atau sengaja datang ke pemungut-an suara dan membuat kerta suara menjadi tidak sah.

39 Dengan alasan persoalan teknis ini sejumlah partai mendorongsupaya pemilih hanya memilih partai saja tanpa memilih namakandidat untuk menghindari suara tidak sah, seperti yangdisampaikan PPP, PKB dan PDIP. Antara lain lihat “Tak Siap PenuhiSistem Pemilu 2004 Partai Rame- Rame Prioritaskan CoblosGambar”, Surya, 7 Oktober 2003

40 Pasal 86 Undang Undang No. 22 Tahun 2003 tentang Susunandan kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakil-

Page 140: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

139Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

an Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan PerwakilanRakyat Daerah.

41 lihat daftar “Caleg Terpilih DPR RI 2004 – 2009: PerolehanSuara Caleg dan Kursi Partai Politik” dalam www.cetro.or.id

42 Lihat “Hanya Dua Caleg Capai Angka BPP”, Kompas, 26 April2004

43 www.cetro.or.id, ibid.,44 Lihat Laporan KPU 199945 Sahdan, Op. Cit., hlm. 207.46 Dalam Pasal 22E ayat (5) disebutkan “Pemilihan umum

diselenggarakan oleh suatu Komisi pemilihan umum yang bersifatnasional, tetap dan mandiri” Ketentuan ini menegaskan bahwapenyelenggara pemilihan umum bukan lagi presiden sepertipengertian selama ini dan kata ‘mandiri’ menutup peluang intervensikekuasaan dalam pelaksanaan pemilu yang seringkali terjadi di masaorde baru. Lihat Asshiddiqie, op. cit., hlm. 35

47 Lihat Pasal 127 ayat (2) UU No. 12 tahun 200348 Sejauh ini kasus yang masuk ke pengadilan dan sudah

diputus jauh lebih banyak daripada yang terjadi dalam pemilusebelumnya. Pada pemilu 1999 karena sulitnya mekanisme dalampegakan hukum terhadap pelanggaran pemilu, tercatat hanya 4kasus yang dapat diputus oleh Pengadilan dan hanya 1 kasus yangdiputus bersalah, satu kasus masih dalam proses kasasi di MahkamahAgung.

50 Jimly Asshiddiqie, Jimly Asshiddiqie, “Struktur Ketatanega-raan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun 1945”,Makalah ini disampaikan dalam Simposium Nasional yang diadakanoleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakimandan HAM 2003, hlm. 25.

51 Selama masa Megawati menjadi Presiden RI, setidaknya sudahada lima undang-undang yang diundangkan tanpa tanda tanganPresiden, yaitu: Undang-Undang No. 18 tahun 2003 tentang ProfesiAdvokat, Undang-Undang No. 25 tahun 2002 tentang KepulauanRiau, Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran,Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, danUndang-Undang tentang No. 21 Tahun 2003 tentang PengesahanILO Convention No. 81 Concerning Labour Inspection In Industry andCommerce (Konvensi ILO NO. 81 Mengenai Pengawasan Ketenaga-kerjaan dalam Industri dan Perdagangan) lihat PSHK, “MencideraiMandat Rakyat: Catatan PSHK tentang Kinerja Legislasi DPR Tahun2003”, hlm. 33.

Page 141: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

140 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

52 Asshiddiqie, Loc. cit, hal. 26.53 Kasus menarik terjadi di Brazil, Dua Presiden terakhir di Bra-

zil berasal dari partai kecil yang perolehan kursi parlemennya hanyasedikit (Fernando Collor de Melo , 1989 partainya PRN hanya 4,2%dan Fernado Cordoso, 1994 partainya PSDB hanya 12,1%) akibatnyasulit mempengaruhi keputusan legislasi maka presiden Brasil selalumengeluarkan semacam Perpu yang seharusnya dirancang dalamkondisi darurat dan hanya berlaku 30 hari sesudah itu harusmendapatkan pengesahan Kongres. Dalam praktek presidenmengeluarkan perpu kembali yang telah kehabisan masa berlakunyaberkala-kali sehingga perpu tersebut seakan-akan menjadi undang-undang karena masa berlakunya terus-menerus diperbaiki. Begituseringnya penggunaan perpu ini sehingga antara akhir tahun 1988hingga pertengahan tahun 1995 tidak kurang dari 1004 perpu telahdikeluarkan presiden Brasil. Lihat Cipto, Op. cit, hlm. 21-22

54 Perkembangannya di dunia dalam rangka fungsi pengawasantugas parlemen dapat dikatakan terbilang cukup padat sehinggacukup untuk membuatnya menjadi lembaga politis yang efektifdalam mengimbangi peran pemerintah. Parlemen dalam melakukanfungsi pengawasan dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagaiberikut: (1) Penentuan pengangkatan dan pemberhentian pejabatpublik (2) Pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dasardan undang-undang, (3) Penentuan dan pengawasan anggaran dankeuangan negara, (4) Perlindungan hak milik dan kekayaan warganegara dan pembebanan oleh negara, (5) Penyelnggaraan debatpublik mengenai kebijakan pemerintahan, (6) Menyetujui rencana-rencana pemerintah dan meratifikasi pelaksanaannya, (7)Penyelenngaraan kegiatan dengan pendapat (hearings), (8) Menetap-kan soal-soal perang dan damai, (9) Menyetujui amnesti umum,(10) Penyelenggaraan pemerintahan bersama (Co-administration),(11) Penyelenggaraan tugas-tugas yang bersifat semi-legislatif dansemi-judisial, (12) Permintaan pertanggungjawaban terhadap kepalapemerintahan. lihat Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negaradan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945, Yogyakarta: FH UII Press,2004, hlm. 167 - 168.

Page 142: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

141Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Oleh R.M.A.B.Kusuma

Banyak pengkritik UUD 1945 yang punya persepsikeliru mengenai UUD 1945, dikiranya bahwa sistempemerintahan menurut UUD 1945 sebelum di amandementidak mengenal asas “checks and balances”. Penulis condongkepada pendapat Sartori, yang menyatakan bahwa semuasistem konstitusi yang benar selalu mengandung sistemchecks and balances, “all truly constitusional systems aresystems of checks and balances”1.

Mengapa terjadi mispersepsi tentang UUD 1945 dansistem pemerintahan di Indonesia ?

Tentang hal ini menurut penulis dapat dikemukakanbeberapa kemungkinannya yaitu pertama, mispersepsi terjadikarena mereka memakai informasi dari para pakar OrdeBaru yang telah merekayasa ajaran para Pendiri Negara.Pimpinan Orde Baru, mantan Presiden Suharto, memangmenyatakan ingin melaksanakan UUD 1945 secara murni

SISTEM PEMERINTAHAN DENGANPRINSIP “CHECKS AND BALANCES”

Pengajar Sejarah Ketatanegaraan pada Fakultas HukumUniversitas Indonesia

Page 143: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

142 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dan konsekuen tetapi pada kenyataannya yang dilaksanakansecara konsekuen adalah UUD 1945 yang tidak murni, UUD1945 yang menyimpang. Itulah sebabnya negara kita hancurdan banyak orang yang mempunyai persepsi keliru tentangUUD 1945.

Kemungkinan kedua, mispersepsi terjadi karena merekatidak serius mempelajari UUD 1945 Mereka tidak seriusmencari sumber otentik tentang terjadinya UUD 1945.Sumber utama yang dipakai adalah Naskah Persiapan UUD1945 yang menurut Bung Hatta dan kawan-kawan2

merupakan sumber sejarah yang sudah direkayasa oleh Prof.Mr. M. Yamin. Asumsi yang mereka gunakan juga keliru.Beberapa kekeliruan mereka adalah umpamanya merekamengira (1) bahwa UUD 1945 berdasar idee negara integra-listik, padahal UUD 1945 berdasar Preambule/Piagam Jakar-ta3; (2) bahwa sistem pemerintahan kita adalah sistempresidensiel4; (3) bahwa Pendiri Negara bermaksud memakaitrias politika5; (4) bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyatdisusun seperti Congress di Amerika Serikat yaitu hanyalahsuatu forum, bukan lembaga6. Interpretasi para pakar bahwasistem pemerintahan kita terdiri dari 7 kunci pokok padahalyang sesungguhnya terdiri dari 9 kunci pokok jugamenunjukkan bahwa kita tidak serius mempelajari UUD19457.

Kemungkinan ketiga, pengkritik UUD 1945 mempela-jari buku teks yang kurang tepat mengenai UUD 1945 dansistem presidensiel Amerika Serikat. Buku teks yang dimaksudadalah “Dasar-Dasar Ilmu Politik” karangan Prof. MiriamBudiardjo. Buku tersebut pertama kali terbit tahun 1972 dansampai cetakan ke-24, tahun 2003, sejumlah kesalahan yangserius yang terdapat di buku tersebut tidak pernahdiungkapkan oleh murid-muridnya yang telah menjadipengajar, bahkan telah menjadi Guru Besar sehinggamenimbulkan mispersepsi diantara pembacanya, seolah-olahpemerintahan yang demokratis hanya dapat dilaksanakandengan trias politika dan sistem pemerintah di Indonesia

Page 144: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

143Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

banci, infirior (sic), dibandingkan dengan sistem pemerin-tahan di Amerika yang memakai trias politika dan checksand balances. Buku tersebut telah menggiring agarpembacanya menganggap bahwa sistem pemerintahan diAmerika adalah sistem yang paling sempurna.

Pengetahuan Prof. Miriam Budiardjo mengenai sejarahketatanegaraan kelihatannya kurang lengkap. Hal itu terlihatdari pernyataan beliau yang menyatakan bahwa pemerintah-an Indonesia bersifat presidensiil8 (halaman 115). Selain itubeliau menyatakan bahwa “Ketiga UUD Indonesia tidaksecara eksplisit mengatakan bahwa doktrin trias politicadianut, tetapi karena ketiga UUD menyelami jiwa daridemokrasi konstitusional, maka dapat disimpulkan bahwaIndonesia menganut trias politica dalam arti pembagiankekuasaan.”9

Penjelasan didalam buku tersebut tentang checks andbalances pada halaman 148, juga perlu diluruskan karenabeliau mengungkapkan bahwa (a) “Senat di mana semuanegara bagian mendapat perwakilan yang sama sangatberkuasa, lebih berkuasa dari pada House of Representative”.Kemudian (b) “dalam praktek Mahkamah Agung merupakanpenafsir utama dari Undang-Undang Dasar dan dengandemikian lebih kuat kedudukannya dari pada badan legislatifatau badan eksekutif.” Menurut penulis apa yang diungkap-kan Prof.Miriam Budiardjo dalam buku tersebut bertentangandengan asas checks and balances.

Inti dari checks and balances adalah tidak ada lembagapemerintahan yang supreme. “Checks and balances are theconstitutionals controls whereby separate branches of gov-ernment have limiting powers over each others so that nobranch will become supreme” (Berman,1998:58). Artilain adalah bahwa tiap-tiap cabang kekuasaan mempunyaikekuasaan dari cabang lainnya, (“System that ensure thatfor every power in government there is an equal and oppo-site power placed in separate branch to restrain that force”).Jadi konsep yang dipakai bukan pemerintahan yang

Page 145: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

144 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

didasarkan pada pemisahan kekuasaan, (separation of pow-ers) tetapi pemisahan lembaga yang menggunakankekuasaan bersama-sama, “government of separated insti-tutions sharing powers”10.

Buku tersebut juga tidak menjelaskan hal yang sangatpenting dalam penyusunan undang-undang, yakni bahwachecks and balances tidak hanya berlaku antara PemerintahPusat dan Negara Bagian, antara Presiden dan Congress tetapiberlaku juga antara Senate dan House of Representative.(“Even though the two Houses are now chosen similarly,there is enough division of interest between them so that eachoften operates a checks on the other. All laws must of coursereceive the approval of both and this duality of decision oftenprevent extremism”). Dengan demikian pernyataan Prof.Miriam Budiardjo bahwa Mahkamah Agung dalam praktekkedudukannya lebih kuat daripada badan legislatif dan badaneksekutif juga tidak benar, karena bertentangan dengan asaschecks and balances.

Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa checks andbalances adalah asas di sistem pemerintahan presidensiel yangberkembang di Amerika Serikat. Dapat dikemukakan bahwaFounding Fathers Amerika Serikat, terutama John Adams,tertarik pada ajaran Montesquieu yang mengira bahwa sistempemerintahan di Inggris didasarkan pada “separation of pow-ers” (pemisahan kekuasaan antara legislatif, eksekutif danjudicial). Padahal sesungguhnya, Inggris menggunakan “fu-sion of powers”11, penggabungan kekuasaan antara eksekutifdan legislatif, yang berarti bahwa perdana menteri danmenteri yang penting harus merangkap sebagai anggotaParlemen.12 Meskipun tertarik, para Founding FathersAmerika tidak membabi-buta meniru pendapat Montesquieu,tetapi mereka berusaha membuat suatu sistem pemerintahanyang sesuai dengan budaya politik rakyat Amerika. Merekamenyempurnakan ajaran separation of powers denganajaran checks and balances agar tidak menimbulkankemacetan, gridlock, sehingga pemerintahan dapat berjalan

Page 146: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

145Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dengan efektif.13 Penyempurnaan itu menunjukkan bahwamereka tidak pernah menggunakan ajaran Montesquieu yangmurni, mereka tidak pernah menganggap ajaran tersebutideal.

Teori separation of powers seperti yang dikemukakanMontesquieu dapat dikatakan belum matang, masihdiperlukan asas lain seperti checks and balances dan asasbahwa pemerintahan harus mempunyai cukup kekuasaanuntuk dapat menjalankan tugasnya, pemerintah harus punya“kedaulatan” (that the Government must be strong enoughto perform its task, that it must posses “sovereignty”). AjaranMontesquieu sangat teoritis dan dalam praktek tidak pernahada sistem pemerintahan yang berjalan menurut ajarantersebut..

Untuk pembahasan lebih lanjut, disini dikemukakanpendapat James Madison, “Bapak Konstitusi” AmerikaSerikat, yang menjelaskan tentang asas-asas yang dimuatdalam Konstitusi Amerika Serikat di Federalist Paper No.10dan No.47 sampai No. 58. Intinya sebagai berikut:

1. Demokrasi tidak langsung, representative democracy.Madison menegaskan bahwa dia menganut bentuknegara “Republik” yang berarti “demokrasi tidaklangsung”. Pada umumnya Founding Fathers Amerikaaliran pikirannya kurang demokratis. Mereka beranggap-an bahwa kebijakan jangan dibuat oleh rakyat jelata,kebijakan harus dibuat oleh elites, oleh “orang-orangbijaksana” yang mereka satukan dalam Electoral College.Pendapat Madison itu masih terlihat sampai sekarangpada pemilihan Presiden Amerika Serikat yang telah dipilihsecara langsung tetapi pada kenyataannya suara DewanPemilih (electoral vote) lebih menentukan dari suarapemilih (popular vote).Di Amerika Serikat, ada 3 orang yang mendapat suarapopular lebih kecil dari lawannya tetapi dapat memangkujabatan sebagai Presiden, mereka itu ialah:

Page 147: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

146 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

a. Rutherford B. Hayes, 1876, yang mendapat suarasebesar 4.036.571 dan suara electoral 185 sedangkanlawannya, Samuel J.Tilden mendapat suara popularlebih besar, 4.284.020, tetapi suara electoral-nyahanya 184.

b. Benjamin Harrison, 1888, mendapat suara popularhanya 5.444.337 tetapi suara electoral-nya 233,sedangkan Grover Cleveland mendapat suara popu-lar lebih besar 5.540.050 tetapi suara electoral-nyahanya 168. Perlu dicatat bahwa pada waktu pemilihantahun 1888 Grover Cleveland adalah Presiden yangsedang menjabat, Incumbent President. Tetapi diatidak mau berkampanye karena dia berpendapatbahwa Presiden yang sedang menjabat tidak pantaskalau menghabiskan waktunya untuk berkampanye.Setelah mengalami kekalahan, pada pemilihanPresiden berikutnya, 1892, dia aktif berkampanye danterpilih kembali menjadi Presiden.

c. George W. Bush, 2000, mendapat popular vote500.000 lebih kecil dari Albert Gore tetapi mendapatlima electoral vote lebih besar, 271 sedangkan AlbertGore hanya 266.

2. Penemuan asas Federalism sangat membanggakan paraFounding Fathers Amerika. Federalism sering jugadinamakan division of powers, pembagian kekuasaansecara vertikal, antara pemerintah Federal dan pemerin-tah Negara Bagian. Federalism menyatakan bahwakedaulatan dapat dibagi antara pemerintah Federal danpemerintah Negara Bagian, jadi seorang Amerika seolah-olah mempunyai 2 kewarganegaraan, yakni wargaNegara Bagian dan warga Negara Federal. (“The geniusof the Constitutions, according to the Federalist, was itsrecognition that sovereignty was not, as current politicaltheory held, indivisible but could be divided succesfullybetween the Union and local government”).

Page 148: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

147Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Konstitusi Amerika 1787 (diresmikan tahun 1789),merupakan penyempurnaan Articles of Confederation1781, Konstitusi Negara Konfederasi yang dibentuk tahun1776. Konstitusi 1789 mengurangi kekuasaan NegaraBagian yang berdiri sebelum tahun 1776.

Kekuasaan yang diberikan kepada pemerintah Fed-eral disebut sebagai kekuasaan yang di delegasikan olehNegara Bagian. Kekuasaan itu diperinci satu-persatu (enu-merated). Kekuasaan Congress dirinci dan kekuasaanyang tidak dipunyai Congress (Powers denied to Congress)juga dirinci sehingga memperkecil kesalahan interpretasi.Asas yang dipakai jelas, “expressio unius est exclusioalterus” (the expression of one thing is the exclusion ofanother). Alam (Nature), ruang lingkup (Scope) dantugas (Duties) dari Presiden juga dirinci. Kekuasaan yangtidak dipunyai Negara Bagian (Powers Denied to States)juga dirinci, dan dengan tegas dinyatakan bahwakekuasaan yang tidak disebut (Reserved Powers)14 beradadi Negara Bagian dan Rakyat.

Kekuasaan yang didelegasikan kepada Pusat jugadirinci, antara lain meliputi kekuasaan dalam bidang luarnegeri, perdagangan luar negeri/antar Negara Bagian,bidang pertahanan/Tentara, bidang fiskal/moneter/pembuatan uang, memberantas uang palsu, kehakiman/naturalisasi/imigrasi, menyatakan perang dan membuatperdamain, Kekuasaan yang dipunyai Negara Bagianantara lain adalah menyelenggarakan urusan pemerintahdaerah, Ketertiban Umum (Polisi), menyelenggarakanpemilihan umum, menyelenggarakan “reserved powers”yang tidak diberikan kepada pemerintah Pusat dan tidakdilarang dilakukan oleh Negara Bagian.

Selain itu ada kekuasaan yang dimiliki bersama(Shared Powers), antara lain meliputi pemungutan pajak,menyelenggarakan pengadilan, menyelenggarakanbersama program untuk meningkatkan kesejahteraan,kesehatan dan pendidikan bagi penduduk.

Page 149: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

148 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

3. Limited Government, pembatasan kekuasaan pemerin-tahan, pembagian kekuasaan bukan hanya kepada kepadapemerintah federal dan pemerintah negara bagian, tetapihak rakyat juga dijamin oleh Konstitusi. Hak rakyat tidakboleh dilanggar, baik oleh pemerintah daerah maupunoleh pemerintah Pusat. Kekuasaan Congress juga dibatasi.Umpamanya Congress dilarang membut Undang-Undang yang berlaku surut (Ex Post Facto Law) dan Billof Attainder, yakni rancangan undang-undang yangmenghukum kelompok tertentu tanpa melalui Pengadilan(Di Indonesia umpamanya menghukum anak cucuanggota PKI/Ormasnya untuk menjadi Tentara/PegawaiNegeri.

4. Separation of Powers, pembagian kekuasaan secarahorisontal, pembagian kekuasaan menurut fungsinya(functional division of powers), yakni pembagiankekuasaan antara Legislatif yang antara lain mempunyaikekuasaan membuat undang-undang, menyetujuipengangkatan pejabat penting dan meng- ‘impeach’Presiden. Eksekutif yang antara lain mempunyai kekuasa-an menjalankan undang-undang, memveto rancanganundang-undang yang diajukan Congress, mengangkatDuta Besar, Hakim Agung dan pejabat penting lainnya.Dan judicial yang mempunyai kekuasaan menginterpre-tasikan undang-undang, menyatakan undang-undangtidak konstitusional dan meninjau kebijakan yang dibuatoleh Eksekutif. Para Founding Fathers Amerika mengang-gap bahwa asas Separation of powers masih memungkin-kan terjadinya kolusi atau perselingkuhan antara ketigalembaga tersebut, sebab itu dibutuhkan asas checks andbalances yang dapat menahan penguasaan suatu lembagaoleh lembaga lainnya.

5. Checks and balances. Checks and balances di Amerikaantara lain dapat digambarkan sebagai berikut: Kekuasa-

Page 150: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

149Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

an Presiden dibatasi oleh Congress dalam hal menentukanbudget, dalam hal penunjukan pejabat penting. Congressdapat menolak veto Presiden bila dua per tiga anggotaCongress menolak (two third rule). Congress dapatmendakwa (impeachment) bila melakukan kesalahan danMahkamah Agung dapat menyatakan kebijakan Presidenbertentangan dengan konstitusi.

Kekuasaan Congress dibatasi oleh kekuasaan Presidenyang mempunyai hak veto untuk menolak rancanganundang-undang yang diajukan oleh Congress dan dibatasipula oleh kekuasaan Mahkamah Agung yang dapatmenyatakan bahwa undang-undang yang dibuat Con-gress tidak konstitusional.

Kekuasaan Mahkamah Agung dibatasi oleh kekuasaanCongress yang dapat melengserkan Hakim Agung dengan“impeachment”. Penunjukan Hakim Agung harusdisetujui oleh Congress. dan Hakim Agung ditunjuk olehPresiden.

Buku Prof.Miriam Budiardjo sangat berpengaruh, sebabitu kekeliruan dalam buku tersebut perlu segera diluruskan.Beberapa kekeliruan yang harus segera diluruskan adalah:

1. Tentang Federalisme: Pembagian Kekuasaan MenurutTingkat, yang terdapat pada halaman 138 buku a quo. Buku tersebut mengemukakan hal sebagai berikut:a. secara vertikal, yaitu pembagian kekuasaan menurut

tingkatnya dan dalam hal ini yang dimaksud ialahpembagian kekuasaan antara beberapa tingkatpemerintahan. Carl J.Friedrich memakai istilahpembagian kekuasaan teritorial (territorial division ofpowers). Pembagian kekuasaan ini dengan jelas dapatdapat kita saksikan kalau kita bandingkan antaranegara kesatuan, negara federal serta konfederasi.

b. secara horizontal, yaitu pembagian kekuasaanmenurut fungsinya. Dan pembagian ini menunjukkan

Page 151: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

150 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

perbedaan antara fungsi-fungsi pemerintahan yangbersifat legislatif, eksekutif dan yudikatif yang lebihdikenal sebagai trias politica atau pembagiankekuasaan (division of powers).

Kesalahan terletak di huruf (b). Pembagian kekuasaanmenurut fungsinya bukan division of powers melain-kan separation of powers. Kekeliruan ini sesungguh-nya tidak perlu terjadi karena di halaman 151 tentang TriasPolitica: Pembagian kekuasaan menurut fungsi, tertulissebagai berikut: “Pembagian secara horizontal, sepertidimuka telah disinggung, adalah pembagian kekuasaanmenurut fungsinya dan ini ada hubungannya dengandoktrin Trias Politica”......“Doctrine ini untuk pertama kali dikemukakan oleh JohnLocke (1632- 1704) dan Montesquieu (1689-1755) danpada taraf itu ditafsirkan sebagai pemisahan kekuasaan(separation of powers).

2. Perkembangan konsep Trias Politica: dari PemisahanKekuasaan menjadi Pembagian Kekuasaan

Di halaman 154 ada pernyataan bahwa: “Akan tetapijustru di Inggris, yang menurut Montesquieu merupakansuri teladan dari sistem pemerintahan berdasarkan triaspolitica, sama sekali tidak ada pemisahan kekuasa-an, malahan terlihat adanya suatu penjalinan yang eratantara badan eksekutif dan badan legislatif. PerdanaMenteri serta kebanyakan Menteri berasal dari MajelisRendah dan turut dalam perdebatan dalam Majelis itu”15.Tetapi ada pernyataan yang bertentangan yang berbunyi:“..., jelaslah bahwa pelaksanaan konsep trias politicadalam konsep aslinya, baik didalam negara yang dianggappaling banyak mempertahankan asas trias politica sepertiAmerika Serikat, maupun dalam negara yang menye-lenggarakannya secara terbatas seperti di Inggris16,sukar sekali diselenggarakan dalam praktek17.

Page 152: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

151Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Renungan Tentang checks and balances Para PerintisKemerdekaan

Para Perintis Kemerdekaan telah merenungkanbagaimana cara menyelenggarakan pemerintahan yangdemokratis. Gabungan Politik Indonesia (GAPI), yangmemperjuangkan “Indonesia Berparlemen”, pada tanggal 31Januari 1941, mengemukakan hal sebagai berikut18:

A. Bentuk dan Susunan Parlemen1. Parlemen yang dimaksudkan oleh GAPI terdiri atas dua

kamar, yaitu Kamar Pertama dan Kamar Kedua.2. Yang boleh menjadi anggota adalah warga negara

(staatsburger yang terdiri dari laki-laki dan wanita).3. Semua anggota dipilih,

a. anggota Kamar Pertama dipilih menurut suatu caraakan ditentukan kemudian, asal memberi perwakilanyang pantas dari semua golongan dan aliran dalammasyarakat.19

b. anggota Kamar Kedua dipilih oleh Rakyat (WargaNegara)

4. Lingkungan warga negara meliputi dalam asasnya apayang sekarang dinamai rakyat Raja Belanda disini.20

5. Pilihan anggota-anggota Kamar Kedua itu dilakukan atasdasar perbandingan jumlah suara dan lagi padaberdaerah-daerah.

6. Hak memilih ialah umum dan langsung,7. Hak memilih itu dalam asasnya ialah hak tiap-tiap

warganegara.8. Banyaknya anggota Kamar Pertama dan Kamar Kedua

itu ialah sekurang-kurangnya 100 dan 200 masing-masing.

9. Parlemen adalah suatu badan yang tertinggi untukmembuat undang-undang didalam Negara.

10. Parlemen menetapkan segala peraturan yang mengenaikepentingan Negara.

Page 153: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

152 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

B. Susunan lain berhubungan dengan “IndonesiaBerparlemen”.

1. Indonesia adalah suatu Negara dengan seorang Pemim-pin Negara.

2. Pemimpin Negara itu mempunyai hak “veto” dan tidakdapat dituntut tentang apa yang diperbuat pemerintah.21

3. Yang bertanggung jawab ialah menteri-menteri4. Kekuasaan untuk menjalankan undang-undang adalah

ditangan Pemimpin Negara.5. Pemimpin Negara itu mengangkat dan memperhentikan

Menteri-menteri semufakat dengan Parlemen6. Pemimpin Negara dibantu oleh suatu Badan Penasehat

(Majelis Negara), yang anggotanya dan diperhentikanoleh Pemimpin Negara itu

7. Indonesia dan Nederland merupakan bersama-samasuatu Serikat Negara-negara (Statenbond)22.

Pendapat GAPI tersebut disusun atas permintaanKomisi Visman, suatu Komisi yang ditugasi oleh pemerintahHindia Belanda untuk memperbarui UUD (Staatsinrichting)Hindia Belanda. Hasil Komisi Visman, yang disampaikan padapemerintah Hindia Belanda pada permulaan tahun 1942tidak dapat dilaksanakan karena Hindia Belanda didudukiJepang. Pada tanggal 4 April 1942, salah seorang anggotaKomisi Visman, Prof. Mr. Dr. Supomo, bersama-sama denganMr. A. Maramis dan Mr. Subardjo menyusun rancangan UUDyang memuat “Hak dan Kewajiban Penduduk” yang terdiridari 15 pasal. Pada tanggal 15 Juni 1945, Prof. Supomo beser-ta Prof. Djajadiningrat dan 5 orang lainnya menyampaikanrancangan UUD Sementara kepada Sekretariat Badan untukmenyelidiki Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indone-sia (BPUPK) yang hanya terdiri dari 18 pasal dan tidak adapasal mengenai DPR. Dalam Keterangan dikemukakanbahwa “Pada azasnya bangsa Indonesia mempunyai hasratakan cara pemerintahan, yang berdasar atas permusyawa-ratan antara Pimpinan Negara dan Badan Perwakilan Rak-

Page 154: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

153Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

yat. Akan tetapi berhubung dengan keadaan peperangansekarang ini, Badan Perwakilan sebaiknya tidak diadakan,agar supaya Pimpinan Negara bisa dilakukan dengan kuatdan cepat.”

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof Supomo mengemu-kakan pendapatnya tentang “Dasar dasarnya IndonesiaMerdeka” yang mengarah kepada idee Negara Integralistik.Tetapi idee tersebut tidak dipegang teguh oleh Prof. Supomo.Sejak tanggal 11 Juli 1945 beliau telah meninggalkan ideeNegara Integralistik, beliau merancang UUD 1945 berdasarPreambule yang berasal dari Piagam Jakarta dan telahdisetujui oleh sidang pleno pada tanggal 10 Juli 1945. Persepsiyang keliru tentang idee dasar yang dipakai oleh Prof. Supomountuk menyusun UUD 1945 disebabkan oleh buku “NaskahPersiapan UUD 1945” susunan Prof. Mr. M. Yamin hanyamencantumkan risalah sidang tanggal 11 Juli 1945 yangsingkat (berisi 4 halaman) padahal ada risalah yang lengkap(berisi 17 halaman) yang memuat pernyataan Prof. Supomobahwa beliau akan menyusun UUD berdasar Preambule,yakni Piagam Jakarta. Dengan demikian yang harus kitapegang adalah pikiran Prof. Supomo yang terakhir bukanpikiran Prof. Supomo sebelumnya.

Perdebatan Tentang Sistem Pemerintahan di Badan PenyelidikDi Badan Penyelidik para Penyusun UUD 1945 menya-

takan bahwa trias politica sudah kadaluwarsa. Di BadanPenyelidik Prof. Supomo telah menjelaskan bahwa ada duasistem yang berbeda, yakni sistem presidensiel seperti diAmerika dan sistem kabinet (parlementair) seperti di Inggris.Tetapi para Penyusun UUD 1945 menyatakan bahwa sistem-sistem itu mengandung kelemahan, sebab itu kita akanmenyusun sistem pemerintahan sendiri, meskipun jugamengandung kelemahan.

Checks and balances dalam UUD 1945 jelas ada. Halitu dapat dibaca di Risalah Badan Penyelidik Usaha PersiapanKemerdekaan (BPUPK) dan Panitia Penyelidik Kemerdekaan

Page 155: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

154 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Indonesia (PPKI). Keterangan tentang Sistem Pemerintahanterdapat juga di Penjelasan UUD 1945 yang terdiri dari 9 kuncipokok. “Checks” terhadap kekuasaan Presiden dilakukan olehMajelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pemegangkekuasaan tertinggi. Presiden yang diangkat oleh Majelis,tunduk dan bertanggung jawab kepada Majelis. Ia ialah“mandataris” dari Majelis, ia wajib menjalankan putusanMajelis. Presiden tidak “neben”23, tetapi “untergeordnet”24

kepada Majelis. Presiden di Amerika Serikat dapat membuatkebijakan dasar sendiri sedangkan Presiden di Indonesiakebijakan dasarnya digariskan oleh MPR. “Checks” terhadapkekuasaan Presiden juga dilakukan oleh DPR dengan hakbudget yang didalam UUD pasal 23 dengan tegas dinyatakanbahwa dalam hal menetapkan pendapatan dan belanja,kedudukan DPR lebih kuat daripada pemerintah; dengan hakangket, hak interpelasi dan hak bertanya dari DPR/anggotaDPR. Selain itu kunci pokok VII menyatakan bahwa“Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas”, yangmenyatakan bahwa Presiden bukan diktator. Jadi Presidenharus mematuhi kunci pokok I yang menyatakan bahwaIndonesia ialah negara yang berdasar atas Hukum dan kuncipokok II yang menyatakan bahwa UUD menganut sistemKonstitusional.

“Balance” antara kekuasaan Presiden dan DewanPerwakilan Rakyat terdapat di kunci pokok V yangmenyatakan bahwa “Presiden tidak bertanggung jawabkepada DPR dan di kunci VIII yang mengemukakan bahwa“Kedudukan DPR adalah kuat. Dewan ini tidak bisadibubarkan oleh Presiden (berlainan dengan sistemparlementair). Dalam penyusunan Anggaran Pendapatandan Belanja Negara dan dalam pembuatan undang-undangPresiden dan DPR harus bekerja sama, artinya undang-undang tidak akan terjadi dan tidak akan berlaku bila salahsatu fihak tidak menyetujuinya.

Page 156: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

155Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Checks and balances pada UUD 1945 sesudah amandemen.

Para anggota MPR yang mengamandemen UUD 1945berusaha membuat checks and balances yang baru tetapiterlihat bahwa usaha itu gagal. “Checks” terhadap Presidenberkurang. Semula di UUD 1945 Presiden tidak bolehmembuat kebijakan sendiri. Presiden dapat di-impeach kalaumelanggar Garis Besar Haluan Negara. Sekarang, Presiden,yang pada waktu kampanye menjanjikan kebijakan yangmuluk-muluk tetapi tidak dapat melaksanakan janjinya, tidakbisa di-impeach.

Dahulu, dalam pembuatan undang-undang, kekuasaanPresiden dan DPR dapat di “checks” oleh utusan daerah dangolongan. Tetapi sekarang, Dewan Perwakilan Daerah tidakpunya kekuasaan untuk melakukan mekanisme “checks”terhadap kekuasaan DPR. Berbeda dengan House of Repre-sentative dan Senate di Amerika Serikat yang dapat salingmelakukan mekanisme “checks”.

Endnotes1 Sartori, Comparative Constitutional Engineering, 1997:17.2 Panitia Lima, 1980.3 Risalah, 1995: 206-222; 266-267.4 Sistem Pemerintahan Indonesia bukan sistem Presidensiel. Lihat

Yamin,1959:340 dan Risalah, 1995:304.5 Ir.Sukarno dengan tegas menolak trias politika. Lihat Yamin,

1959 dan Risalah, 1995:221-222.6 Congress adalah suatu lembaga yang terdiri dari House of Rep-

resentative dan Senate. Suatu lembaga dengan sendirinya merupakanforum. Perdebatan dalam MPR tentang hal itu menunjukkankedangkalan kita.

7 Menurut interpretasi para Penyusun UUD 1945, sistempemerintahan kita tediri dari 9 kunci pokok yakni: (I) Indonesia ialahnegara yang berdasar atas Hukum (II) Sistem Konstitusionil (III)Kekuasaan negara yang tertinggi ditangan MPR (IV) Presiden ialahpenyelenggara pemerintah yang tertinggi dibawah MPR (V) Presidentidak bertanggung jawab kepada DPR (VI) Menteri Negara ialahpembantu Presiden; Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada

Page 157: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

156 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

DPR (VII) Kekuasaan Kepala Negara tidak ta’ terbatas (VIII)Kedudukan DPR adalah kuat dan (IX) Menteri-menteri negara bukanpegawai tinggi biasa. Salah satu pengertian dari sistem pemerintah-an adalah adanya hubungan antara lembaga-lembaga negara.Tetapi karena ada salah cetak, tidak tercantumnya angka romawi(VIII) dan (IX), maka para pakar kita mengajarkan bahwa sistempemerintahan kita terdiri hanya dari 7 kunci pokok (sic).

8 Para Penyusun UUD 1945 menyatakan bahwa kita punyasistem sendiri, bukan presidensiil dan bukan pula parlementair. LihatYamin 1959: 340 dan Risalah, 1995: 304. Sistem presidensiel diAmerika Selatan menyatakan bahwa para menteri harus bertang-gung jawab kepada kepada badan legislatif, umpama Argentina;..;each minister is responsible for the act he legalizes;and jointly re-sponsible for those to which he consents with his colleagues (Art85) dan Bolivia (The minister of states are responsible for the acts ofadministration in their respective branches jointly with the Presi-dent of the Republic.They shall be liable for the acts agreed to at thecouncil of the cabinet, Art 99).

9 Para Penyusun UUD 1945 dengan tegas menyatakan bahwakita tidak menganut trias politica. Lihat Yamin, 1995: ; Risalah,1995:. Ungkapan bahwa Amerika menggunakan asas separation of powersdan Indonesia menggunakan asas division of powers dapat dikatakankurang tepat, karena sistem pemerintahan Amerika menggunakankedua asas tersebut. Lihat buku Prof Laurance H.Tribe (Harvard)yang berjudul “The Constitutional Structure of American Governmentdengan sub judul “Separation and Division Of Powers”.

10 R.E.Neustadt, Presidential Power, 1976:10111 Lihat Crane Brinton, The Spirit of the Law dalam Encyclopedia

Americana , jilid 25,1971: 421 (Montesquieu helped to make wide-spread in the later 18th century a theory of British Constitution whichsaw the British polity as one of the checks and balances among thethreefold powers, executive, legislative and judicial. Actual parliamen-tary supremacy (cabinet government) was in mid-18th century Britainis already so working out as to be a denial of separation of powers. Butthe American Founding Fathers, notably John Adams, accepted the theoryas true, and helped the American Constitutions on this erroneus interpre-tation of the British Constitutions.

12 Lihat E.Barendt, An Introduction to Constitutional Law, 1998:15.13 Lihat P.C.Manuel and A.M.Cammisa, Check and Balances?,

1998: 8-1214 Di Negara Federal Canada dan dinegara Federal India “reserved

powers” berada di Pusat, sama dengan negara kesatuan Republik

Page 158: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

157Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Indonesia dan Perancis.15 Inilah yang disebut “Fusion of Powers”, Lihat Barendt,

1998:34-35.16 Inggris tidak pernah menyelenggarakan trias politica secara

terbatas, Inggris menjalankan “fusion of powers”.17 Pada waktu membahas tentang sistem pemerintahan, tahun

1945, Prof.Supomo telah menyatakan bahwa “separation of powers”sukar sekali diselenggarakan. Lihat Yamin,1959: dan Risalah,1995:

18 Lihat A.K.Pringgodigdo, S.H., Sejarah Pergerakan Rakyat Indo-nesia, 1970:133.

19 Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) pernah mengusulkan agarKamar Pertama diisi oleh perwakilan dari Sarekat Sekerja.

20 Berarti termasuk golongan Timur Asing (Vreemde Oosterlingen)yang sampai tahun 1939 belum boleh menjadi anggota GerakanRakyat Indonesia.

21 Disini terlihat bahwa para Perintis Kemerdekaan berusahamembuat sistem pemerintahan sendiri, tidak semata-mata dipenga-ruhi oleh sistem Belanda, hak “veto” brasal dari sistem AmerikaSerikat.

22 Statenbond = Konfederasi23 neben = sejajar24 unter geordnet = berada dibawah.

Page 159: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

158 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Oleh Totok Dwi Diantoro

Perkara korupsi memang telah menjadi hal yangteramat familiar di telinga kita. Betapa tidak, hampir setiaphari dikabarkan melalui media massa kasus-kasus korupsiyang melibatkan pejabat, baik di tingkat lokal maupun ditingkat pusat. Baik yang berskala lokal maupun yang berskalanasional. Korupsi sebagai sebuah patologi sosial benar-benartelah menjadi wabah yang menjangkiti hampir di setiap selapenyelenggaraan pemerintahan republik ini. Menurut IndeksPersepsi Korupsi [Corruption Perception Index-CPI] 2002dari Transparency International [TI]1, di antara negara-negara dalam kategori menengah berdasarkan Human De-velopment Index [HDI], Indonesia bersama-sama Kenyamerupakan negara paling korup di dunia. Indonesia beradadalam satu kelompok dengan negara-negara yang korupsinyapaling merajalela yaitu Kenya, Angola, Madagaskar, Para-guay, Nigeria dan Bangladesh. Ironisnya, Indonesia

IKHTIAR MEREDUKSI WABAHKORUPSI

Direktur HAM dan PSDA Lembaga Aliansi Relawan untukPenyelamatan Alam [ARuPA] Yogyakarta.

Judul Buku: Strategi Memberantas Korupsi[Elemen Sistem Integritas Nasional]Penulis: Jeremy Pope. Penerjemah: MasriMaris. Pengantar: Erry Riyana HardjapamekasPenerbit: Yayasan Obor Indonesia, JakartaCetakan: Pertama, Maret 2003Tebal Buku: xlii + 678 hlm.

Page 160: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

159Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

merupakan negara yang paling merajalela tingkat korupsinyayang tidak termasuk negara termiskin, sedangkan negara-negara tersebut di atas merupakan negara-negara yang nilaiHDI-nya rendah, yaitu negara-negara yang paling miskin didunia.

Secara sederhana korupsi dapat didefinisikan sebagaimenyalahgunakan kekuasaan [kepercayaan] guna kepen-tingan pribadi [hal. 6]. Korupsi mengakibatkan kesengsaraanluar biasa terhadap publik karena keputusan-keputusan yangpenting diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbanganpribadi tanpa memperhitungkan akibat-akibatnya bagipublik. Korupsi harus dipahami sebagai kejahatan luar biasa,oleh karena itu penanganannya harus menggunakan cara-cara yang unkonvensional dan luar biasa pula. Sebagaimanakeberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi [KPK] melaluiUU No. 30 Tahun 2002 adalah bagian dari ikhtiar itu.

Di sektor peradilan di Indonesia, pakar hukum IMF,Sebastian Pompe [Pompe, 2002], menggambarkan bahwaberbagai kategori korupsi di peradilan [judicial corruption]ditemukan, seperti kategori-kategori korupsi individual [in-dividual corruption], korupsi struktural [structural corrup-tion], korupsi institusional [institutional corruption], dankorupsi politis [political corruption]. Korupsi individualterbagi menjadi dua: [a] korupsi disebabkan karena tidakterpenuhinya kebutuhan dasar [need corruption]. Pelakukorupsi karena kebutuhan, biasanya tidak diniatkan ataudirencanakan. Kebutuhan sesaat “memaksa” hakim ataupegawai pengadilan menerima ‘pemberian’ pihak yangberperkara; [b] korupsi yang disebabkan karena inginmemaksimalkan harta kekayaan [greed corruption] dengan“menjual” jasa kepada pencari keadilan yang mampumembayar [membayar lebih tinggi] di antara para pihak yangberperkara. Korupsi struktural adalah korupsi yang telahberakar dalam sistem administrasi dan birokrasi peradilan,melibatkan seluruh komponen peradilan dan telah berlang-sung sejak lama.

Page 161: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

160 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Korupsi individual maupun korupsi struktural sulitdiberantas karena korupsi tersebut sudah menjadi korupsiinstitusional, yang ditandai dengan: [1] sikap resisten darihampir seluruh elemen peradilan. Yaitu sikap yangmenghalangi serta menghambat upaya-upaya pembenahan;[2] inertia, yaitu kehilangan motivasi secara total untukmemerangi korupsi; [3] mentolelir, bahkan justru melegiti-masi praktek-praktek dan pola korupsi. Di samping korupsiinstitusional, korupsi politik juga merupakan bentuk korupsiyang tidak kalah dasyatnya yang membelenggu bangsa.Korupsi politik menampak dalam sikap politisi [khususnyakepala pemerintahan] yang tidak memberikan rekasi [sikapafirmatif] terhadap praktek KKN yang telah diketahuinya.

Buku Strategi Memberantas Korupsi [Elemen SistemIntegritas Nasional] muncul sebagai wujud kontribusi bagiupaya-upaya gerakan untuk memerangi korupsi. Buku iniditulis oleh Jeremy Pope. Ia adalah Direktur Eksekutif KantorTransparency International [TI] London yang bertanggung-jawab atas manajemen pengetahuan. Sebelumnya ia adalahDirektur Pengelola TI dari Tahun 1994-1998. Pope adalahlulusan dari Victoria University of Wellington, dan pernahmenjadi pengacara di Mahkamah Agung di Selandia Barudan juga pengacara di Inggris [Inner Temple]. Sebagai sebuahbuku panduan strategi pemberantasan korupsi, buku inimenawarkan mengenai pendekatan holistik dalam setiapprogram anti korupsi. Selain itu, buku ini menyarankankonsep agar di semua elemen masyarakat [civil society] dapatmembangun sejumlah lembaga tertentu serta praktek-praktek tertentu, dan menjadikan keduanya tersebut secarabersama-sama sebagai sistem integrits nasional. Tujuanakhir upaya membangun sistem integritas nasional adalahmembuat tindak pidana korupsi sebagai perbuatan yang“beresiko tinggi” dan membuahkan “keuntungan yang kecil”.Maksud dari sistem integritas nasional yang diajukan olehPope yaitu konsepsi penyelenggaraan pemerintahan yangdilandasi kepercayaan masyarakat melalui mekanisme

Page 162: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

161Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

tanggung-gugat.Buku Pope ini terdiri atas 4 bagian, dan tiap-tiap bagian

tersebut terdiri dari bab-bab yang mengelaborasi lebih lanjutmasing-masing bagian yang bersangkutan. Bagian pertamaberjudul Kerangka Analisis. Bagian pertama buku panduanini membahas mengenai tantangan-tantangan dan mema-parkan konsep sistem integritas nasional yang dapatdigunakan sebagai sebuah kerangka untuk membahasberbagai pendekatan guna memahami berbagai isu menonjol.Bagian kedua berjudul Pilar-pilar Kelembagaan SistemIntegritas Nasional. Bagian ini membahas pilar-pilarkelembagaan sistem integritas nasional, dan meguji pilar-pi-lar itu dari sisi peranan dan prasyarat yang harus independendan terbuka hingga memungkinkan pilar-pilar tersebutmenjalankan fungsinya masing-masing dengan efektif. Pi-lar-pilar tersebut tidak hanya terbatas pada struktur resmikelembagaan negara, tetapi mencakup pula sektor masya-rakat sipil dengan segala elemen-elemennya bahkan kalanganswasta sekalipun.

Bagian ketiga berjudul Peraturan dan Praktik bagi Pi-lar-pilar Kelembagaan. Bagian ketiga membahas alat-alat[instrumen kebijakan] dan praktek yang diperlukan oleh pi-lar-pilar kelembagaan. Dalam bagian ini tidak saja dibahaspraktek birokrasi dan penegakan hukum, tetapi jugaperubahan-perubahan lebih luas yang perlu dihadirkan.Bagian keempat menyajikan tinjauan singkat mengenai‘pelajaran’ yang dapat ditarik dari upaya untuk memerangikorupsi yang sedang dijalankan di seluruh dunia. Bagiankelima merupakan lampiran yang berisi kumpulan ‘praktekterbaik’ yang mulai bermunculan di berbagai belahan dunia.

Buku panduan tersebut lebih menekankan pentingnyalangkah-langkah tanggung-gugat dan perubahan sikap,daripada program-program untuk mengurangi insentif untukmelakukan korupsi. Karena bagian integral dari pendekatanholistik dalam meberantas korupsi adalah konsep melayani[membawa publik sedekat-dekatnya pada publik] dan

Page 163: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

162 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

meningkatkan efektivitas biaya melalui mekanismetransparansi dan meningkatkan tanggung-gugat. Pope dalambukunya tersebut juga menegaskan bahwa meberantaskorupsi bukanlah tujuan akhir. Memberantas korupsi bukanjihad untuk melenyapkan semua kejahatan di dunia.Memberantas korupsi adalah perjuangan melawan perilakuculas dalam pemerintahan, dan merupakan bagian daritujuan yang lebih luas, yaitu menciptakan pemerintahanyang lebih efektif, adil dan efisien. Oleh karena itu, tujuangerakan anti korupsi bukanlah mewujudkan pemerintahyang jujur tanpa cacat melainkan mengusahakan agarpemerintah lebih jujur, dan dengan demikian lebih efisiendan lebih adil. Lantas, dari mana upaya anti korupsi harusdimulai? Menurut Pope, titik tolak untuk itu harus dimulaidengan memahami terlebih dahulu sebab-sebab, celah-celahdan berbagai insentif yang menimbulkan keinginan untukmelakukan tindak korupsi di tingkat mana saja.

Dengan berangkat dari niatan mulia anti korupsi sertamemulai dari tingkatan sederhana yang paling dekat denganlingkungan keseharian kita, setidaknya, sesungguhnya itulahbentuk paling nyata dan utama kontribusi kita dalam upayamemberantas korupsi. Tak pelak lagi, korupsi harusdiberantas, meski juga tetap manyadari bahwa adalah mimpijika berharap bisa menghapusnya sama sekali.

Footnotes1 Mas Achmad Santosa, dalam Melawan Ketertutupan Informasi,

Koalisi untuk Kebebasan Informasi- Jakarta 2003

Page 164: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

163Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Oleh Hertasning Ichlas

Pernahkah kita berpikir bagaimana rasanya harus hidupdi sebuah masyarakat dimana kenyataan sehari-haridisuguhkan dalam jurnalisme yang membual secara terus-menerus. Keberpihakan pemberitaan dan opini publik selaludimenangkan pemilik modal dan pemangku kuasa. EraJurnalisme berubah menjadi industri dan mereduksi dirinyahanya sebagai laku bisnis. Ketika kenyataan yang ganjiltersebut berlaku begitu rupa dan pengertian jurnalisme telahmengacaukan kewarasan begitu banyak orang adalah BillKovach dan Tom Rosenstiel dua pemuka dari Committee ofConcerned Journalist di Amerika menuliskan sejumlahpenyegaran baru tentang jurnalisme lewat bukunya ini yangberjudul asli The Elements of Journalism (What Newspeopleshould know and the Public should expect) yang diterjemah-kan dengan judul Elemen-Elemen Jurnalisme (Apa yangseharusnya diketahui Wartawan dan yang diharapkan Publik)

MEMAKNAI KEMBALI JURNALISMEDI ERA YANG BERUBAH

Alumnus Fakultas Hukum UGM 2004, Pemerhati Hukum Pers dan Sosial.Sekarang menekuni Profesi Penulis dan Asisten Peneliti pada LSM IGJ

(Institute for Global Justice)

Judul Buku: Elemen-elemen JurnalismePenulis: Bill Kovach & Tom RosenstielPenerbit: Yayasan PantauCetakan: Pertama, Oktober 2003Tebal Buku: xii+273 halaman.

Page 165: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

164 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dan diterbitkan pertama kali oleh ISAI Oktober 2003 hinggacetakan keduanya Agustus 2004.

Kovach dan Rosenstiel merupakan dua nama yang takasing bagi Komunitas Jurnalis Amerika saat ini. Selainkeduanya adalah penulis buku Warp Speed: America in theAge of Mixed Media Kovach adalah tokoh penting sekaligusketua bagi Committee of Concerned Journalist, PemimpinRedaksi pada Atlanta Journal-Constitution serta KuratorNieman Foundation for Journalism di Universitas Harvard.Rosensteil adalah Direktur Project for Excellence in Journal-ism, Kepala Koresponden mingguan Newsweek ia pulaseorang mantan kritikus media harian Los Angeles Times.

Seperti tersebutkan di dalam buku ini bahwa berawaldari sebuah pertemuan pada Juni 1997 ketika 25 waratawanberkumpul di Harvard Faculty Club, Cambridge, Amerika.Didalamnya orang-orang penting papan atas media Amerika,penulis dan pengajar jurnalisme terhebat bertemu danmerasakan ada yang salah dengan profesi mereka. Merekatak lagi bisa mengenali jurnalisme. Dari tempat tersebutlahirlah Committee of Concerned Journalist.

Committee of Concerned Journalist tempat dimanakedua penulis buku ini berkiprah adalah sebuah komunitastempat berkumpulnya para Jurnalis Amerika yang memilikisemangat ideal untuk terus dengan tenaga ganda menelititentang bagaimana semestinya media dan jurnalisme menilaidirinya dalam era yang terus berubah. “Grup ini memutuskansebuah rencana yakni menyatukan wartawan denganmasyarakat dalam sebuah pengkajian yang teliti tentangbentuk jurnalisme yang seharusnya.” Seperti selanjutnyadisebutkan di dalam buku ini bahwa dengan grup ini merekamencoba menjawab dua pertanyaan yakni; jika orang me-dia berpikir jurnalisme adalah sesuatu yang berbeda daribentuk komunikasi yang lain bagaimana pendapatnya? Jikamereka berpikir jurnalisme perlu diubah, namun beberapaprinsip harus dipertahankan, maka apa saja prinsip itu.

Seluruh isi buku ini menurut pengakuan Kovach dan

Page 166: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

165Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Rosenstiel adalah buah dari kerja keras grup tersebut.Pengujian sistematis, penelitian terukur dengan melibatkanratusan wartawan dan mengundang secara serius ribuanorang dan bermitra dengan peneliti-peneliti jurnalisme dariperguruan tinggi grup ini mewawancara dan mensurveyuntuk menemukan rumusan dan wawasan baru dari nilai-nilai jurnalisme dan prinsip-prinsip wartawan merekamenyebutnya “Project for Excellence in Journalism”. Merekadengan grup tersebut menghasilkan lusinan pemenuan danpenelitian tentang isi reportase berita juga sejarah parajurnalis sebelum mereka.

Buku terjemahan setebal 271 halaman inilah dokumen-tasi dari tiga tahun pergelutan grup tersebut menelitijurnalisme (maksudnya jurnalisme di Amerika) bersamawartawan dan masyarakat. Walaupun nampak sedikitterlampau serius isi buku ini menurut Kovach dan Rosensteiladalah merupakan deskripsi teori dan budaya jurnalismeketimbang sebuah susunan argumen-argumen.

Sesuatu yang begitu penting dari penemuan tersebutyang tak mungkin dilewatkan di buku ini adalah sembilanprinsip nyata yang disetujui wartawan dan menjadi hakanggota masyarakat. Prinsip tersebut berupa; Kewajibanpertama jurnalisme adalah pada kebenaran, Loyalitaspertama jurnalisme kepada warga, Intisari jurnalisme adalahdisiplin dalam verifikasi, Para praktisinya harus menjagaindependensi terhadap sumber berita, Jurnalisme harusberlaku sebagai pemantau kekuasaan, Jurnalisme harusmenyediakan forum publik untuk untuk kritik maupundukungan warga, Jurnalisme harus berupaya membuat halyang penting menarik dan relevan, Jurnalisme harusmenjaga agar berita komprehensif dan proposional, Parapraktisinya harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka.

Hal paling menarik dari buku Kovach dan Rosensteilini terutama pada kenyataan bahwa buku ini secara jujuradalah hasil dari sebuah proses menilai dan mencermati sisi-sisi ganjil dunia jurnalisme terutama disebabkan kegalauan

Page 167: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

166 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

memaknai era perubahan ekonomi dan teknologi yangkesemuanya dikerjakan dan disimpulkan sendiri oleh parajurnalis dan orang-orang yang berkecimpung di duniatersebut. Keberanian menilai dan keinginan memberi maknabaru akan profesi mereka di dunia yang berkembang danbergerak cepat menempatkan buku ini satu derajat lebihpenting untuk dibaca dari buku manapun yang menulistentang hal yang sama.

Elemen Jurnalisme nampaknya ditulis dalam sema-ngat yang tak terlampau naif ketika menyinggung persoalan-persoalan ideal jurnalisme semisal apakah arti keberpihakan,dimanakah independensi wartawan diletakkan, adakahsesungguhnya netralitas hingga pada persoalan antara beritadan bisnis. Semangat bersikap objektif dalam segala haldikritik oleh buku ini telah menjadikan beberapa norma diatastelah berlaku sebagai mitos yang terus dibiarkan tapi secaramalu-malu dipelihara tanpa koreksi dan pemaknaan kembali.

Wawasan mutakhir (salah satunya) yang bisa kitatemukan dari buku ini adalah bagaimana buku ini berbicaratentang kebenaran dan independensi. Pada awalnya semuaorang setuju wartawan harus menyampaikan kebenaran.Kerumitan berikutnya yang terjadi adalah model kebenaranseperti apakah yang menjadi acuan jurnalisme. MenurutKovach dan Rosensteil, “wartawan seringkali berselisihpaham tentang apa yang dimaksud dengan ‘kebenaran’.”Salah satu yang mengemuka adalah penolakan bahwa sangatnaïf memaksakan objektifitas dalam jurnalisme. “Anda tidakbisa bersikap objektif karena anda hidup dengan bias tertentu,namun anda sudah pasti bisa mengejar akurasi, kejujurandan kebenaran.”

Objektifitas dalam buku ini tak bisa dibayangkan terjadipada wartawan melainkan metodenya yang bisa diandalkanuntuk harus objektif. Upaya jurnalisme untuk sampai padakebenaran dalam dunia yang kabur adalah dengan caramemilah sedari awal fakta dari informasi keliru yang ikutbersamanya. “Kebenaran jurnalistik” sebagai terma yang

Page 168: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

167Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dibuat dalam buku ini melampaui lebih dari sekedar akurasi.Pekerjaan lebih berat selain itu adalah menyortir cerita danfakta yang berkembang dan mengemuka antara ceritapertama dan interaksinya di tengah publik.

Semangat melaporkan fakta dengan jujur dianggaptidak pernah cukup lagi. Sudah saatnya kini melaporkankebenaran tentang fakta dalam era dimana semua manusiamodern telah memungkinkan untuk memainkan peransebagai jurnalis. Telah terjadi gejala bahwa terdapat beritayang “benar secara faktual namun salah secara substansial”.Sekedar memburu akurasi nampak tak lagi memadai.Teknologi membuat segalanya memerlukan nilai-nilai baru.Mencomot istilah Jack Fuller dalam buku ini sebagai NewsValues. Diperlukan kesesuaian (correspondence) sertakonsistensi yang masuk akal (coherence). Rumusan baru itubagi jurnalisme adalah memberitakan fakta tanpa melencengdan membuat fakta itu masuk akal.

Poin lain adalah Independensi. Buku ini nampak jelasmenolak independensi memutlakkan kebutuhan akannetralitas. Netralitas bukanlah hal yang terlalu penting. “Sese-orang bisa menjadi partisan, wartawan yang beropini sambiltetap percaya bahwa tugas watawan adalah berkewajibanuntuk bersikap adil kepada mereka yang tidak bersepakatdengannya.” Hal ini adalah sesuatu yang penting dalamhubungannya kepada audiens. “Sikap terbuka terhadapaudiens sangat dibutuhkan agar audiens tahu benarpandangan anda dan bias yang anda miliki.” Inilah yangmembuat jurnalis menjadi berbeda dengan juru propaganda.Jurnalis membuat berita tidak untuk memanipulasi audiensnamun untuk mengungkapkan dan menyampaikan kepadamereka tentang dunia sebagaimana hal itu terlihat.

Indenpendensi terjadi berupa independensi semangatdan pikiran dan jelas ini bukan berarti netralitas. Wartawanyang menulis opini sekalipun jika dibimbing denganindependensi semangat untuk berlaku jujur akan membawapada komitmen untuk menulis opini dengan sikap tertentu.

Page 169: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

168 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Yang amat menyegarkan dari independensi semangat danpikiran dalam buku ini adalah seseorang tak akan keluar daripenghargaan terhadap fakta diatas segalanya meskipun harusmenulis komentar maupun opini. “Komentar memangadalah bebas tapi fakta itu suci.” Seorang yang menulistentang penilaian dan opini tak lantas mengabaikan fakta,independensi jurnalistik berupa tanggungjawab menyam-paikan apa yang terjadi terlebih dulu selanjutnya mengek-spresikan opini adalah juga reportase. Jurnalisme selalubergerak dari arah yang khusus ke yang umum. “Kitamenemukan fakta dan darinya kita menarik kesimpulan.”

Sesungguhnya Elemen-Elemen Jurnalisme adalahsebuah buku yang menulis begitu banyak hal penting yangtak perlu diragukan kadar universal pesannya. Meski ditulisdari bahan-bahan dan pola pikir Amerika yang barat (atausebaliknya), profesi jurnalis dan jurnalisme tak pernah jauhberbeda di bagian negara manapun. Peran dan fungsi vitalnyadimanapun adalah –menyajikan fakta yang sebenarnya danseutuhnya—.

Buku yang terdiri dari sepuluh bagian pembahasanberupa: Pertama. Untuk apa Jurnalisme Ada? Didalamnyadisebutkan fungsi dan definisi jurnalisme dalam hubungan-nya dengan ledakkan teknologi yang membuat apa sajaterlihat sebagai jurnalisme serta hubungan jurnalisme denganpublik dan demokrasi. Kedua. Kebenaran: Prinsip Pertamadan Paling Membingungkan. Sejumlah wawasan dan idedasarnya telah dihadiahkan diatas. Ketiga. Kepada SiapaWartawan Bekerja. Dengan sangat berisi bab ketiga ini menje-laskan kepada pembaca kepada siapa loyalitas terutama diper-untukkan. Pergumulan komitmen loyalitas antara kepadapublik atau egoisme professional dan bisnis mengemuka begi-tu lancar didalamnya. Keempat. Jurnalisme Verifikasi. Didalamnya dibahas apa makna obyektivitas, varian tentangverifikasi dan teknik-teknik verifikasi. Wawasan elannya bah-wa verifikasi sebagai intisari yang membedakan jurnalismedari hiburan, propaganda, fiksi, seni. Kelima. Independesi dari

Page 170: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

169Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

faksi. Beberapa penggal poin penting pembahasan ini telahdisebutkan diatas. Keenam. Memantau Kekuasaan danMenyuarakan Kaum Tak Bersuara. Berisi argumen-argumenyang menjelaskan pentingnya wartawan bertindak sebagaipemantau independen terhadap kekuasaan dan mengem-bangkan reportase investigatif sebagai polanya. Ketujuh.Jurnalisme sebagai Forum Publik. Memuat tentang bagai-mana esensi keterlibatan publik menjadi penting sebagaisebuah medium dan forum kontrol, kritik dan komentar olehpublik terhadap jurnalisme yang berkembang. Kedelapan.Menarik dan Relevan. Isi pembahasan ini menyoal tentangbagaimana menilai apa yang dibutuhkan orang dan apa yangdiinginkan orang dari sebuah berita. Jurnalisme adalahbertutur dengan sebuah tujuan, meramu unsur serius dankurang serius dalam sebuah laporan sehingga campuranmenarik dan relevan menjadi citarasa yang melekat dalamberita. Kesembilan. Menjadikan Berita Komprehensif danProposional. Bab yang mengulas rumusan bagaimana warta-wan harus menjaga berita dalam proposisi dan menjadi-kannya komprehensif tanpa terjebak kecenderungan melebih-lebihkan dan sensasi. Kesepuluh. Wartawan Bertanggung-jawab Terhadap Nurani. Bab ini mencantumkan dengansangat rendah hati keberpihakan terhadap moral yang baikdan mengakui bahwa pada akhirnya jurnalisme adalah perso-alan karakter dimana kita memilih dan menyadari mediaseperti apa yang kita pilih dan lakoni. Etika didalam bab iniadalah paket yang teranyam dalam setiap elemen jurnalismeyang ujungnya adalah persoalan seleksi dari masyarakatterhadap paket etika mana yang disukai dan diminati.

Elemen-Elemen Jurnalisme milik Kovach dan Rosen-steil ini adalah karya berharga terutama bagi para pemegangprofesi jurnalis, mahasiwa, akademisi, pemilik modal hinggapengambil kebijakan. Jika terpaksa mesti memberikan kritikterhadap buku ini kritik tersebut (tentu sangat dipengaruhipula oleh bias dan kepentingan) adalah mengapa buku initak menyempatkan diri menyoal dimensi hukum dan regulasi

Page 171: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

170 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

sebagai bagian yang berdiri sendiri yang begitu saja sebagaifaktor eksternal tiba-tiba memainkan peran penting bagikehidupan jurnalisme. Meskipun menderita kekuranganseperti itupun isi buku ini tetap amat menginspirasikanbidang hukum dan pengambil kebijakan guna memahamijurnalisme dari tangan pertama.

Tak banyak buku (untuk tak menyebut tak ada) yangmemberi kita ‘hadiah’ ide begitu segar dan bernas tentangnilai-nilai dan teori jurnalisme selain buku ini. Kovach danRosensteil mengambil kesempatan mulia dengan menjem-batani kelesuan berpikir yang terjadi di kalangan jurnalisdalam menjawab kegamangan mereka memaknai jurnalis-me dalam hantaman perubahan baru masyarakat yangmenggandrungi budaya cepat. Buku ini adalah jawabanterhormat “tuan rumah” terhadap gugatan “tamu-tamunya”yakni pasar dan teknologi.

Page 172: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 171

Page 173: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

172 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Pengantar RedaksiPutusan Mahkamah Konstitusimengenai Provinsi Papua denganNomor Perkara 018/PUU-I/2003dan dibacakan secara terbukauntuk umum pada 11 November2004 dalam edisi ini diturunkansecara lengkap. PemuatanPutusan MK yang menjadi topikutama jurnal ini diharapkanmenjadi rujukan bagi parapembaca untuk memahami lebihlanjut analisis putusan yangdiberikan para pakar. Mengingatpanjangnya putusan (142halaman), redaksi berinisiatifmembuat daftar isi seperti tampakdalam halaman berikut (yangtidak terdapat dalam putusanresmi MK), semata-mata untukmempermudah pembacaan.

Page 174: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 173

Daftar Isi

DUDUK PERKARA ...................................................... 2

PENJELASAN PEMOHON: DINAMIKA SOSIAL,POLITIK, DAN HUKUM DI PAPUA .............................. 7

A. GAMBARAN KONFLIK DI PAPUAB. LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN DAN

PEMBERLAKUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 45TAHUN 1999 DAN UNDANG-UNDANGNOMOR 21 TAHUN 2001. ......................................... 42

C. ANALISA HUKUM .................................................... 51

PETITUM.................................................................. 83

KETERANGAN PEMERINTAH.................................... 85A. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING)

PEMOHON .............................................................. 85B. KOMPETENSI UJI UNDANG-UNDANG ........................ 87C. KETERANGAN PEMERINTAH TERHADAP HAK UJI

ATAS PASAL-PASAL UNDANG-UNDANG NOMOR 45TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSIIRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYA BARAT,KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA, KABUPATENPUNCAK JAYA DAN KOTA SORONG ........................... 88

D. KESIMPULAN .......................................................... 90

BUKTI-BUKTI YANG DIAJUKAN PEMOHON ............. 91KETERANGAN AHLI DAN SAKSI .............................. 96KETERANGAN GUBERNUR IRJABAR ...................... 106

A. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING)PEMOHON ............................................................ 106

B. KOMPETENSI UJI UNDANG-UNDANG ...................... 108

Page 175: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

174 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

C. KETERANGAN GUBERNUR IRIAN JAYA BARAT TERHA-DAP HAK UJI ATAS PASAL-PASAL UNDANG-UNDANGNOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKANPROPINSI IRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYABARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA,KABUPATEN PUNCAK JAYA DAN KOTA SORONG. ...... 109

D. KESIMPULAN ........................................................ 111

KETERANGAN GUBERNUR PAPUA ......................... 113A. APLIKASI DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PEMEKARAN PROPINSI PAPUA ............................... 113B. UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001

TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROPINSI PAPUASEBAGAI SOLUSI MENCEGAH ANCAMANDISINTEGRASI ...................................................... 118

C. RESPON PEMERINTAH PROPINSI PAPUA TERHADAPPEMBERLAKUAN INPRES N0MOR 1 TAHUN 2003 ..... 122

KETERANGAN DPR ................................................ 130PENDAPAT MAHKAMAH KONSTITUSI ................... 131

A. KEWENANGAN MAHKAMAH.................................... 132B. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) ............... 132C. POKOK PERKARA .................................................. 134

M E N G A D I L I.................................................... 139

PENDAPAT BERBEDA (CONCURRING OPINION)Hakim Konstitusi: Maruarar Siahaan, SH. ............. 139

Page 176: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 1

P U T U S A NPERKARA NOMOR 018/PUU-I/2003

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESAMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

Yang memeriksa, mengadili dan memutus pada tingkat pertama dan terakhirtelah menjatuhkan putusan sebagai berikut. Dalam permohonan pengujianUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi IrianJaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika,Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong, diubah dengan Undang-undangNomor 5 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 45Tahun 1999 tentang Pembentukan Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian JayaBarat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, danKota Sorong, bertentangan dengan Pasal 18B Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, yang diajukan oleh: Drs. JOHN IBO,MM. Dalam kapasitasnya selaku Ketua Dewan Perwakilan Rakyat PropinsiPapua, mewakili kepentingan DPRD Papua (sesuai Hasil Rapat Pleno DPRDPropinsi Papua) beralamat di Jalan Sam Ratulangi No. 3 Jayapura, Papua;

Dalam hal ini memberikan kuasa kepada:1. BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., L.L.M.2. BUDI SETYANTO, S.H.3. ISKANDAR SON HADJI, S.H.4. ABDUL RAHMAN UPARA,S.H.

MAHKAMAH KONSTITUSIREPUBLIK INDONESIA

Page 177: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

2 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

beralamat Kantor di Jalan Danau Situaksan 42 Bendungan Hilir JakartaPusat. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 8 Oktober 2003, jo. SuratKuasa Khusus tanggal 26 Januari 2004, yang selanjutnya disebut sebagaiPEMOHON;

— Telah membaca Surat Permohonan Pemohon;— Telah mendengar keterangan Pemohon dan Kuasanya;— Telah mendengar keterangan Pemerintah;— Telah membaca keterangan tertulis Pemerintah jo. Surat Kuasa Khusus

tanggal 26 Januari 2004;— Telah memeriksa bukti-bukti;— Telah mendengar keterangan ahli dan para saksi dari Pemohon;— Telah mendengar keterangan Gubernur Irian Jaya Barat;— Telah membaca keterangan tertulis Gubernur Irian Jaya Barat;— Telah mendengar keterangan Gubernur Papua;— Telah membaca keterangan tertulis Gubernur Papua.— Telah membaca keterangan tertulis DPR

DUDUK PERKARA

Menimbang bahwa Pemohon telah mengajukan permohonan dengan suratpermohonannya bertanggal 13 Nopember 2003, yang diterima diKepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia pada hari Rabutanggal 14 Nopember 2003 dengan Registrasi Perkara Nomor 018/PUU-I/2003;

Menimbang bahwa Pemohon mengajukan Permohonan Pengujian Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian JayaTengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika,Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong, diubah dengan Undang-undangNomor 5 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 45Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi IrianJaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya,dan Kota Sorong, bertentangan dengan Pasal 18B Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan dalil-dalil sebagai berikut:

1. Bahwa, Pasal 50 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang

Page 178: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 3

Mahkamah Konstitusi, menyatakan “Undang-undang yang dapatdimohonkan untuk diuji adalah undang-undang yang diundangkansetelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia”.Penjelasan pasal tersebut, menyatakan: “Yang dimaksud dengan“setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945” adalah perubahan pertama Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 pada tanggal 19 Oktober 1999";

2. Bahwa Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang PembentukanPropinsi Irian Jaya, Proponsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong telahdiubah dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000 tentangPerubahan Atas Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 TentangPembentukan Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, KabupatenPaniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong.Perubahan undang-undang a quo, ini telah disetujui Dewan PerwakilanRakyat Republik Indonesia dan disahkan Presiden Republik Indonesiatanggal 7 Juni 2000 serta dimuat dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2000 Nomor 72. Bahwa dengan demikian permohonanpengujian undang-undang yang diajukan oleh Pemohon telahmemenuhi syarat yang ditentukan dalam Pasal 50 Undang-undangNomor 24 Tahun 2003;

3. Bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewenang yang salah satunyaberkaitan dengan pengawasan terhadap “Pelaksanaan PeraturanDaerah dan Peraturan Perundang-undangan lain” serta “menampungdan menindaklanjuti aspirasi daerah dan masyarakat”, selainmempunyai kewajiban berupa “memperhatikan dan menyalurkanaspirasi, menerima keluhan dan pengaduan masyarakat, sertamemfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya” [sebagaimana diaturdalam Pasal 18 ayat 1 huruf f butir 1 dan huruf g; dan Pasal 22 hurufe, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 juncto tugas dan wewenangDPRP sesuai Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang OtonomiKhusus bagi Propinsi Papua, yaitu: “melakukan pengawasan terhadappelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan DaerahPropinsi Papua” dan “memperhatikan dan menyalurkan aspirasi,menerima keluhan dan pengaduan Penduduk Propinsi Papua” [sesuai

Page 179: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

4 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Pasal 7 ayat 1 huruf j butir 2 dan huruf k Undang-undang OtonomiKhusus Bagi Papua a quo; dan mempunyai kewajiban untuk“memperhatikan dan menyalurkan aspirasi, menerima keluhan danpengaduan masyarakat, serta memfasilitasi tindak lanjut penyele-saiannya” [sesuai Pasal 10 ayat 1 huruf e, Undang-undang OtonomiKhusus Bagi Papua a quo];

4. Bahwa berdasarkan butir 3 di atas, juncto Pasal 76 dan Pasal 71Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus BagiPapua yang menyatakan “Pemekaran Propinsi Papua menjadi propinsi-propinsi dilakukan atas persetujuan MPRP dan DPRP setelahmemperhatikan...” dan “…DPRD Propinsi Papua… yang telah diangkatsebelum undang-undang ini disahkan, tetap menjalankan tugasnyasampai berakhir masa jabatannya”, maka Pemohon sebagai KetuaDewan Perwakilan Rakyat Propinsi Papua mempunyai dasar legalitasyang valid dan kuat untuk menjalankan tugas, wewenang, dankewajibannya dengan melakukan pengawasan serta mewakilimasyarakat Papua untuk menyalurkan aspirasi masyarakat, bertindaksebagai Pemohon dalam mengajukan Pengujian Undang-undangterhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

5. Bahwa Pengujian dimaksud adalah terhadap Undang-undang Nomor45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah,Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika,Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong yang telah diubah denganUndang-undang Nomor 5 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi IrianJaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, KabupatenMimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong, khususnya yangmenyangkut dan berkaitan dengan pasal-pasal yang mengatur tentangPembentukan Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat. Baik sebagianmaupun keseluruhannya, yaitu pasal dan berikut penjelasannya yangantara lain sebagai berikut: Pasal 1 huruf c, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4,Pasal 9 ayat (1) dan (2), Pasal 11, Pasal 12 ayat (1), (2), (7), dan (8),Pasal 13 ayat (1) dan (2), Pasal 14 ayat (1) dan (2), Pasal 15 ayat (1),(2), dan (3), Pasal 17 ayat (1), Pasal 18 (1), Pasal 19 ayat (1), Pasal 20ayat (1), (2), (3), (4) sebagaimana telah diubah di dalam Pasal 20

Page 180: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 5

ayat (1), (3), (4) dan (5) di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun2001, Pasal 21 ayat (1), Pasal 22 ayat (1) dan (2), Pasal 23 ayat (1),(2), (4) dan (5), Pasal 24, Pasal 25 ayat (1), Pasal 26 ayat (1) dan (2);

6. Bahwa pasal-pasal seperti tersebut dalam butir di atas, melanggarhak konstitusional rakyat yang hidup di Propinsi Papua, yaitu berupapembentukan Propinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah sertabatas-batas wilayahnya, tidak memandang dan mengingati hak-hakasal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa. Lihat Pasal 18,Undang-Undang Dasar 1945 yang belum diamandemen serta atautidak mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerahyang bersifat khusus atau istimewa serta kesatuan-kesatuanmasyarakat hukum adat beserta hak tradisional setempat, terutamaketentuan yang diatur di dalam Pasal 18B ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tetapi berdasarkan keputusansepihak;

Di dalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 yangtelah diubah dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000 dan dengandikeluarkannya Inpres Nomor 1 Tahun 2003, negara serta ataupemerintah telah melanggar dan atau bertentangan dengan konstitusi,terutama atas ketentuan yang diatur dalam Pasal 18B ayat (1) dan (2)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia karena tidakmengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yangbersifat khusus atau istimewa; serta atau tidak mengakui danmenghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta haktradisional dari masyarakat Papua;

7. Bahwa Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 yang telah diubahdengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000 dan segala bentukpelaksanaannya, baik sebagian maupun keseluruhannya, bertentangandan atau melanggar ketentuan yang tersebut di dalam Undang-undangNomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Papua terutamayang berkaitan dengan pembentukan dan pemekaran Propinsi Papua.Pasal 76 Undang-undang a quo disebutkan “Pemekaran Propinsi Papuamenjadi propinsi-propinsi dilakukan atas dasar persetujuan MRP danDPRD setelah memperhatikan dengan sungguh-sungguh kesatuan

Page 181: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

6 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

sosial budaya, kesiapan sumber daya manusia dan kemampuanekonomi serta perkembangan di masa mendatang” juncto Pasal 74yang menyatakan, “Semua peraturan perundangan yang adadinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur di dalam perundanganini” serta Pasal 75 yang menegaskan, “Peraturan Pelaksanaan yangdimaksud Undang-undang Otonomi Khusus ditetapkan paling lambat2 (dua) sejak diundangkan”;

Berbagai pasal di dalam undang-undang a quo di atas, menegaskanbahwa pembentukan atau pemekaran dan segala bentuk pelaksananyaharus mendapatkan persetujuan legislatif di daerah denganmemperhatikan beberapa syarat penting tertentu dan peraturan lainmengenai pemekaran di perundangan lainnya harus dikesampingkan.Kesimpulan tersebut juga didasarkan atas asas kepastian hukum, yaitulex superiori derogat legi inferiori atau aturan yang lebih tinggimengesampingkan aturan yang lebih rendah; lex posteriori derogatlegi priori atau aturan kemudian mengesampingkan aturan yangterdahulu; dan lex specialis derogat legi generali atau aturan khususmengesampingkan aturan umum;

8. Bahwa berdasarkan segenap uraian di atas, hal-hal yang diminta untukdiputuskan adalah: materi muatan di dalam ayat, pasal dan atau bagianundang-undang a quo tersebut di atas. Khususnya yang menyangkutdan berkaitan dengan pasal-pasal yang mengatur tentangPembentukan Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat, baik sebagianmaupun keseluruhannya, yaitu pasal dan berikut penjelasannya yangantara lain: Pasal 1 huruf c, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 9 ayat (1)dan (2), Pasal 11, Pasal 12 ayat (1), (2), (7), dan (8), Pasal 13 ayat (1)dan (2), Pasal 14 ayat (1) dan (2), Pasal 15 ayat (1), (2), dan (3),Pasal 17 ayat (1), Pasal 18 (1), Pasal 19 ayat (1), Pasal 20 ayat (1),(2), (3), (4) sebagaimana telah diubah di dalam Pasal 20 ayat (1), (3),(4) dan (5) di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2001, Pasal 21ayat (1), Pasal 22 ayat (1) dan (2), Pasal 23 ayat (1), (2), (4) dan (5),Pasal 24, Pasal 25 ayat (1), Pasal 26 ayat (1) dan (2), bertentangandengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Adapun untuk memperkuat uraian permohonan, Pemohon akan menjelaskanlebih detail dan elaboratif tentang latar belakang dan perkembangan

Page 182: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 7

dinamika sosial, politik, dan hukum di Papua yang kemudian disertai denganAnalisa Hukum yang lebih komprehensif yang menjadi dasar dan alasanuraian permohonan;

Latar belakang dan perkembangan dinamika sosial itu akan meliputi segikonflik politik sampai konflik sosial yang kemudian berkembang menjadigerakan separatis, dari sejak bergabung dengan Negara Kesatuan Indonesiasampai sekarang. Diharapkan, Hakim Majelis Mahkamah Konstitusi akanmampu memahami secara lengkap latar belakang sejarah, budaya, politik,keamanan, dan rasa keadilan, yang hidup di dalam masyarakat Papua.Sedangkan analisis hukum akan menjelaskan latar belakang pembentukanPasal 18B, relasi pemerintahan daerah dan otonomi khusus, peraturanpelaksanaan konstitusi dengan pemberian otonomi khusus, dan dasar alasantidak diberlakukannya perundangan dan pasal-pasal pemekaran Irian JayaBarat dan Irian Jaya Tengah. Dengan demikian, diharapkan permohonanPemohon dapat diputus dengan seadil-adilnya oleh Hakim Majelis HakimMahkamah Konstitusi.

PENJELASAN PEMOHON:DINAMIKA SOSIAL, POLITIK,

DAN HUKUM DI PAPUA

Untuk mendapat gambaran yang komprehensif tentang dinamika sosial,politik dan hukum berupa latar belakang, sifat, cakupan, dan dampak konflikdi Propinsi Papua, kami sajikan dan diskripsikan berbagai sumber dansebagian hasil penelitian dari Lembaga Studi yang mendalami masalah-masalah di Papua. Juga akan dikemukakan latar belakang dan kontekspolitik pembentukan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Papua. Adapunkeseluruhan uraiannya adalah sebagai berikut;

A. GAMBARAN KONFLIK DI PAPUA

1. Jenis, Penyebab, dan Pemicu Konflik di Papua.

Sejarah yang menjadi penyebab atau sumber utama konflik diPapua telah berlangsung sangat lama dan merupakan bentuk

Page 183: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

8 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

konflik laten yang bermuatan politik struktural. Sejarah konflik diPapua dapat dikategorisasikan ke dalam 3 kelompok yangberbeda, baik aspek etnografis maupun aspek coraknya. Deskripsikronologis menunjukkan, bahwa terdapat 3 kelompok besar yangberkonfl ik, yaitu masyarakat asl i Papua sebagai yangmerepresentasikan etnik Melanesia, Negara Indonesia yangmerepresentasi etnik Melayu, serta Negara Belanda yangmerepresentasikan etnik Kulit Kaukasuid;

Konflik antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Belandadimulai sejak tahun 1946-1962. Konflik antara masyarakat asliPapua dengan pemerintah Belanda dimulai sejak 1828-1962. Sertakonflik antar masyarakat asli Papua dengan pemerintah Indonesiadimulai sejak tahun 1964 sekarang;

Konflik pertama, antara masyarakat asli Papua denganpemerintah kolonial Belanda dimulai sejak tahun 1828 ketikakolonial Belanda memproklamasikan tanah Papua di semenanjungLamenciri dengan mendirikan benteng For de Bus. Ketika itu terjadikonflik masyarakat asli Papua dengan pemerintah Belandasehingga banyak dari pihak Belanda yang mati terbunuh olehmasyarakat asli Papua dan mayat-mayatnya dibuang ke sungai.Akibatnya, Belanda mengalami kesulitan untuk membuka pos-pos pemerintahan di Papua, sehingga baru setelah lebih dari 50tahun kemudian pada tahun 1898 mulai dibuka Pos di Manokwaridan Fak-Fak. Pertentangan ini berlanjut hingga akhir masapenjajahan Belanda di Papua/Irian Jaya. Oleh karenanya,sekalipun Belanda mempunyai keyakinan untuk memberikankemerdekaan kepada Papua pada akhir tahun 1940 tetapi hinggatahun 1960 masih belum juga terealisasi;

Konflik kedua, antara pemerintah Belanda dan pemerintahIndonesia dimulai sejak tahun 1946, ketika terselenggarakonferensi Malino, Pangkal Pinang dan Denpasar, di mana Belandamelalui peranakan menginginkan agar Papua terlepas dariIndonesia Timur dan Papua berhak menentukan nasib sendiri,akan tetapi pihak Indonesia menolak usulan tersebut sehingga

Page 184: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 9

Van Mook sebagai ketua konferensi tidak dapat mengabulkanpermintaan para Wakil Republik Indonesia tersebut. Persoalanini dibawa hingga ke Konferensi Meja Bundar di Den Haag NegeriBelanda dan berdasarkan konferensi Meja Bundar, Belandamengakui kedaulatan atas Indonesia kecuali Irian (Papua) yangakan dibicarakan satu tahun kemudian. Namun kemudian sampai12 tahun setelah konferensi Meja Bundar, janji Belanda mengenaiPapua ini masih belum direalisasikan. Hal inilah, yang mengundangkemarahan bagi Soekarno, Presiden Indonesia, sehingga padatanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta dikumandangkan 3Komando Rakyat (Trikora) yang berisi: (1). Gagalkan pembentukannegara boneka Papua buatan Kolonial Belanda, (2). Kibarkan SangMerah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia, serta (3).Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaanIndonesia. Kebijakan Soekarno ini didorong oleh kekecewaanSoekarno yang selalu mendapat posisi lemah dalam memper-juangkan diplomasi politik mengenai Papua terhadap dunia barattermasuk negara-negara yang berhaluan kapitalis. KebijaksanaanSoekarno ini, selanjutnya diikuti dengan pendekatan politis keMoskow dan Peking dan mendapat perhatian dunia internasionalterutama USA yang sedang perang dingin dengan Rusia. SehinggaUSA dan negara-negara barat merelakan Papua agar Indonesiaberpaling ke USA untuk menyebarkan idiologi kapitalisme baratdi kawasan Asia Pasifik. USA dan sekutunya menghadirkanIndonesia dan Belanda di New York untuk merundingkanpermasalahan Papua. Selanjutnya perundingan tersebutmenghasilkan kesepakatan perjanjian yang lebih dikenal denganistilah “New York Agreement”. Dengan adanya perjanjian ini makabendera nasional Indonesia, merah putih, dikibarkan bersamaandengan bendera PBB, sementara bendera Belanda diturunkandari Papua sampai Integrasi Wilayah Papua ke dalam RepublikIndonesia;

Konflik ketiga, pertentangan antara masyarakat asli Papuadengan pemerintah Indonesia dimulai pada tahun 1964. Konflikini bermula dari pertentangan para kaum Elit Papua didikanBelanda yang menginginkan Papua harus merdeka, berdiri sendiri

Page 185: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

10 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

terlepas dari ikatan pemerintah Kerajaan Belanda maupunRepublik Indonesia di bawah payung Organisasi dan PerjuanganMenuju Kemerdekaan Papua. Konflik ini dimulai ketika terjadipenangkapan atas ketua organisasi tersebut yakni TerianusAronggear dan kawan-kawannya. Penangkapan ini mengundangamarah dari kawan-kawan mantan pasukan sukarelawan Papuadi bawah pimpinan Permenas Ferry Awom yang melakukanpemberontakan secara besar-besaran dengan menyerang AsramaMiliter di Arfai Manokwari pada tanggal 28 Juli 1965. Perlawanangerilya ini dilakukan secara intensif di hutan yang seringkalimengganggu pelaksanaan dan pembangunan administrasi politikdi Papua. Oleh pihak Indonesia melalui Acub Zaenal yang padatahun 1970-1973 menjabat sebagai Panglima Kodam Cendera-wasih, dinamakan sebagai Organisasi Papua Merdeka (OPM). Padasaat diadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) atas Papuadi tahun 1969, masyarakat asli Papua menolak sistim pelaksanaanyang diadakan oleh Indonesia karena musyawarah mufakat iniberbeda dengan sistem yang diinginkannya berdasarkan “NewYork Agreement” yaitu One Man One Vote, sehingga pada saatberlangsungnya Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) terjadibeberapa peristiwa demonstrasi massa di Nabire, Manokwari, Biak,Wamena, dan di Jayapura, terutama di kediaman Utusan KhususPBB Fernando Ortis Sanz. (Decki Natalis Pigay, hlm. 44-46);

Berdasarkan gambaran tersebut, maka sesungguhnya sumberkonflik di Papua adalah:

a. Adanya Perbedaan Pandangan antara PemerintahIndonesia dengan Sebagian Masyarakat Asli Papuatentang Proses Integrasi Wilayah Papua

1). Pandangan Masyarakat Asli PapuaPapua Barat, menurutnya, seharusnya bukanlah bagiandari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Beberapa alasan yang dikemukakan untuk mendukungpendapatnya tersebut adalah:

Page 186: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 11

Pertama, Nederlandsch Niew Guinea (Papua Barat)tidak termasuk Hindia Belanda berdasarkan DeklarasiBatavia 7 Maret 1910. Wilayah Hindia Belanda dari Acehsampai Maluku berada di balik kekuasaan GubernurHindia pada waktu itu, sedangkan Nederlandsch NiewGuinea (bernama Suriname) langsung di bawahpengawasan Pemerintah Belanda di Nederland.

Kedua, Tokoh masyarakat, khususnya para tokohpemuda tidak terlibat dalam Pergerakan KebangsaanIndonesia yang dimulai tahun 1908 di bawah BudiUtomo dan mencapai puncak pada peristiwa SumpahPemuda 28 Oktober 1928. Dalam peristiwa bersejarahtersebut, tak seorangpun Pemuda Papua yang ikut ambilbagian.

Ketiga, secara fisik antropologi Papua berbeda darimasyarakt Indonesia yang lain. Dalam pertemuan diSaigon 12 Agustus 1945 yang diwakili oleh Ir. Soekarno,Drs. Mochamad Hatta, dan Dr. K.R.T. RadjimanWidyaningrat, Jenderal Hasaichi Taraci menyatakan,bahwa ia akan menyerahkan kedaulatan Hindia Belandasaat itu, sekaligus mengajukan pertanyaan bagaimanadengan status tanah dan masyarakat Papua? Moh. Hattamenegaskan, bahwa Bangsa Papua adalah Ras Negroid,Bangsa Melanesia; maka biarlah Bangsa Papuamenentukan nasib dan masa depannya sendiri.Sementara, menurut Ir. Soekarno, bangsa Papua masihprimitif, sehingga tidak perlu dikaitkan denganKemerdekaan Bangsa Indonesia. Ir. Soekarno dan Drs.Moh. Hatta yang tidak memberikan pendapat dalamSidang Kedua Badan Penyelidik Usaha PersiapanKemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 10 Juli1945 mengenai batas-batas wilayah Indonesia yangakan segera memperoleh kemerdekaan.

Keempat, masyarakat Papua tidak ikut ambil bagian

Page 187: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

12 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dalam proses proklamasi 17 Agustus 1945. Papua Baratbaru menjadi perhatian Indonesia setelah tiga tahunmerdeka. Dimulai tahun 1948 Pemerintah Indonesiamengembangkan propaganda dan memasukkaninfiltran ke Papua Barat, mengacu pada fakta-faktaantara lain tokoh Sugoro di kota Nica, Sentani, danBoven Digul, atau tokoh-tokoh hasil binaan pemerintahIndonesia yang pro NKRI dan dikenal dengan sebutankelompok Merah Putih.

Kelima, Jika pada tahun 1948 Indonesia mulaimelakukan upaya untuk merebut Papua Barat, makapemerintah Belanda mulai mempersiapkan Papua Baratuntuk merdeka. Hal ini dibuktikan dengan: (1) berdirinyapartai-partai politik, (2) pada tahun 1957 terbentukDewan Distrik yang menghimpun tokoh masyarakat,tokoh adat dan tokoh agama di tiap-tiap Distrik, dan(3) pada tahun 1957 terbentuk Niew Guinea Raad,Dewan Perwakilan Rakyat Papua Barat. Proses tersebutmencapai puncaknya lewat Proklamasi KemerdekaanPapua Barat 1 Desember 1961. Negara tersebutdipersiapkan melalui proses panjang dan telah memilikisejumlah perlengkapan, seperti Raad, Bendera NasionalBintang Kejora, Lagu Kebangsaan Hai Tanahku Papua,Dasar Negara Kasih serta Lambang Negara BurungCenderawasih. Kemerdekaan tersebut telah dianggapsebagai perwujudan program dekolonisasi dari PBB bagidaerah-daerah di wilayah Pasifik, termasuk Papua Baratyang belum merdeka.

Akan tetapi, kemerdekaan tersebut tidak berlangsunglama, pada tanggal 19 Desember 1961, Ir. Soekarnomengumumkan seruan Trikora yang berisi: (1) Gagalkanpembentukan Negara boneka Papua buatan kolonialBelanda; (2) Kibarkan Sang Merah Putih di Irian BaratTanah Air Indonesia; dan (3) bersiaplah untuk mobilisasiumum mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Page 188: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 13

Segera menyusul pengumuman tersebut, dilakukantindakan pengiriman sejumlah infiltran ke tanah Papua.

Perserikan Bangsa-Bangsa melalui UNTEA di PapuaBarat dianggap berpihak kepada Amerika, dan Indonesiauntuk mengintegrasikan Papua dengan Indonesia. NewYork Agreement sendiri tidak memberi tempat yangmemadai bagi prosedur-prosedur penentuan nasibsendiri yang dikehendaki oleh masyarakat Papua sepertidideklarasikan oleh Niew Guinea Raad, melalui plebisityang dituntut dengan cara “act of free choice”. Padahal,sebagian dari masyarakat Papua percaya bahwapersyaratan yang dideklarasikan 16 Februari 1962mendapat tempat yang layak dalam New YorkAgreement, tetapi tidak akomodasi dalam PEPERAyang dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 1969.PEPERA tidak menjalankan prinsip “one man one vote”yang dipersyaratkan. Sebaliknya, prosedur penentuanpendapat berlangsung secara ketat di bawah penga-wasan tentara. Wakil-wakil yang ditentukan sebelumnyasebanyak 1026 orang, hanya 20% atau kurang lebih200 orang yang memilih. Pemilihan juga tidakberlangsung secara bebas sebagaimana disebut dalampasal XVII dan XXII oleh New York Agreement. PBBtidak berperan sebagaimana diatur dalam pasal-pasaltersebut.

2). Pandangan Pemerintah Republik Indonesia.Sesudah RI dan Belanda meratifikasi Persetujuan NewYork pada akhir bulan April 1963 maka pada 1 Mei 1963UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority),Badan otoritas Eksekutif PBB yang menjalankankekuasaan sementara di Irian Barat menyerahkankekuasaan itu kepada Presiden Republik Indonesia Ir.Soekarno. Sejak itu, secara de facto Irian Barat sudahberada di bawah kekuasaan Republik Indonesia(Soebandrio, hal 113).

Page 189: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

14 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Sesuai dengan persetujuan New York, maka dilakukanprosedur Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) di IrianBarat dengan mempersilahkan mereka menentukanpilihannya sendiri di bawah pengawasan PBB. Apakahmau pisah dengan Republik Indonesia atau tidak. Untukmenangkal kemungkinan timbulnya isu di kalanganinternasional yang mungkin menuduh Indonesia tidakakan melaksanakan kewajibannya sesuai denganPersetujuan New York berdasarkan sidang XXI MajelisUmum Perserikatan Bangsa-Bangsa maka pada tanggal27 April 1967 setelah sidang kabinet, Menteri LuarNegeri Adam Malik menegaskan dalam suatu konferensipers bahwa Indonesia akan menghormati kewajiban-kewajibannya sesuai dengan Persetujuan New York1962. Ia menyatakan bahwa PEPERA bagi pendudukIrian Barat akan dilaksanakan dalam tahun 1969. Karenadalam Persetujuan New York tidak menetapkan secaraeksplisit metode yang harus dianut dalam pelaksanaanPEPERA maka Indonesia menentukan sistem yangpaling cocok dengan bantuan Sekretaris Jenderal PBB.Menteri Luar Negeri Adam Malik melakukan penyampai-an permintaan resmi Pemerintah Indonesia kepadaSekjen PBB untuk mengirim wakilnya yakni Wakil WakilSekretaris Jenderal Untuk Masalah Politik Khusus, Rols-Bennet ke Indonesia untuk mengadakan pembicaraandengan pemerintah Indonesia mengenai metodepelaksanaan PEPERA di Irian Barat. Kunjungan itumenghasilkan Memorandum yang ditanda tangani olehAdam Malik dan Rols-Bennet yang berisikan:

a). Pemerintah Indonesia dengan tegas menyatakanbahwa PEPERA akan dilaksanakan sebelum sidangXXIV Majelis Umum PBB dalam tahun 1969.

b). Pemerintah Indonesia akan melakukan konsultasidengan Dewan-Dewan Daerah di Irian Barat me-ngenai bentuk yang paling tepat bagi PEPERA, danmenyetujui partisipasi PBB dalam konsultasi itu.

Page 190: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 15

c). Pemerintah Indonesia menyetujui penugasankembali wakil-wakil PBB sebagaimana disebutkandalam pasal XVI Persetujuan New York.

d). Pemerintah Indonesia setuju agar suatu pernya-taan singkat dari Sekretaris Jenderal PBB mennge-nai pengertian PEPERA agar dimasukan dalamLaporan Tahunannya kepada Majelis Umum PBB1967 dalam sidang XXII.

e). Mengenai Dana PBB untuk Pembangunan,pemerintah menyampaikan harapan agar proyek-proyek di Irian Barat dapat dilaksanakansecepatnya.

Selanjutnya, pada tanggal 22 Agustus 1968, satu tahunsebelum pelaksanaan PEPERA, Sekretaris Jenderal PBBmengutus seorang wakilnya ke Papua dalam upayauntuk merealisasikan isi Pasal 18 dan 20 New YorkAgreement. Dr. Fernando Ortis Sanz seorang duta besardari Bolivia. Dalam kapasitasnya, ia dikirim untukmengatur jalannya Penentuan Pendapat Rakyat(PEPERA). Sehubungan dengan itu di tahun 1968 FransKaisipo ditunjuk sebagai kepala pemerintahan KomandoProyek XII Irian Barat dalam rangka kegiatan PEPERAtersebut, yakni untuk persiapan pengambilan data,pendataan, dan perlengkapan lainnya seperti tata caraPEPERA yang harus dimulai sejak tahun 1968.Pelaksanaan PEPERA yang semula oleh PBB menghen-daki Penentuan Pendapat Rakyat dilakukan bagi semuaorang dewasa baik pria maupun wanita dengan sistem“one man one vote” sesuai dengan praktek interna-sional, tetapi Indonesia menginginkan PEPERAdilaksanakan dengan “many Men One Vote”, banyakorang satu suara atau sesuai dengan sistem yang dianutIndonesia, yakni musyawarah mufakat atas dasarPancasila. Indonesia memberi alasan bahwa sistemdengan praktek internasional tidak sesuai denganbudaya Indonesia.

Page 191: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

16 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Konsultasi musyawarah dilakukan oleh Indonesia antaraPemerintah Komando Proyek XII Irian Barat ataupejabat pemerintah dan Dewan Perwakilan RakyatDaerah (DPRD). Hasilnya menghasilkan beberapakesepakatan, yakni pelaksanaan PEPERA dengan carademokratis, tempat pelaksanaan PEPERA di tiapKabupaten dibentuk Dewan Musyawarah PEPERA yangmerupakan wakil dari seluruh Kabupaten, besarnyaDewan Musyawarah PEPERA sebanding denganbanyaknya penduduk di tiap-tiap Kabupaten. Mengenaijumlah wakil, semula ditetapkan bahwa tiap 750penduduk mempunyai 1 orang wakil. Tetapi karenaKabupaten Fak-Fak hanya mempunyai penduduk 40.000orang dan Kabupaten Jayawijaya berpenduduk 165.000orang, maka ketentuan baru adalah minimal 75 orangdan maksimal 175 orang ditiap Kabupaten, makabesarnya jumlah anggota Dewan Musyawarah PEPERA(DMP) di tiap Kabupaten adalah sebagai berikut:

a). Kabupaten Jayapura dengan jumlah penduduk83.750 jiwa dengan Dewan Musyawarah PEPERA130 orang.

b). Kabupaten Teluk Cenderawasih dengan jumlahpenduduk 49.870 jiwa,dengan Dewan MusyawarahPEPERA 75 orang.

c). Kabupaten Manokwari dengan jumlah penduduk49.874 jiwa, Dewan Musyawarah PEPERA 75 orang.

d). Sorong jumlah penduduk 75.474 jiwa, denganDewan Musyawarah PEPERA sebanyak 110 orang.

e). Fak-Fak dengan jumlah penduduk 43.187 jiwa,dengan Dewan Musyawarah PEPERA sebanyak 75orang.

f). Merauke dengan jumlah penduduk 144.171 jiwa,Dewan Musyawarah PEPERA 175 orang.

g). Paniai jumlah penduduk 165.000 jiwa, denganDewan Musyawarah PEPERA sebanyak 175 orang.

Page 192: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 17

h). Jayawijaya dengan jumlah penduduk 165 jiwa,Dewan Musyawarah PEPERA sebanyak 175 orang.

Dari keseluruhan Dewan Musyawarah PEPERA yang ikutmenentukan nasib bangsa Papua yang pada waktu ituberjumlah penduduk hampir 800.000 orang adalahsebanyak 1025 orang. Sebanyak 1025 orang sudahdipersiapkan jauh sebelum pelaksanaan pendapatrakyat berlangsung pada tanggal 14 sampai dengan 2Agustus 1969 mereka secara aklamasi menentukan ikutatau tidak ke dalam wilayah Indonesia. Sebelum adanyapembentukan Dewan Musyawarah PEPERA ini,Pemerintah Indonesia melalui Depertemen DalamNegeri mengeluarkan Keputusan Nomor 31 s.d 38/1968,sedangkan tentang Realisasi Pemantapan danPengamanan PEPERA dikeluarkan pula KeputusanMenteri Dalam Negeri No. UX/1968 pada bulan Mei danJuni 1969. Kecuali itu cara kerja Panitia PembentukanDewan Musyawarah PEPERA di Kabupaten-kabupatendikeluarkan pula Nomor 12 Tahun 1969.

Puncak pelaksanaan PEPERA dilakukan secara maratondi 8 kabupaten. Pertama sekali dimulai pada tanggal14 Juli 1969 dari Kabupaten Merauke, disusul KabupatenJayawijaya, Kabupaten Paniai, Kabupaten Fak-Fak,Kabupaten Sorong, Kabupaten Manokwari, KabupatenTeluk Cenderawasih, dan terakhir di Jayapura tanggal2 Agustus 1969. PEPERA dihadiri oleh utusan khususPBB Fernando Ortis Sanz, Ketua Pelaksana PEPERASudjarwo Tjondronegoro, dan para undangan lainnya.Pelaksanaan PEPERA ini sepenuhnya dilaksanakan olehpemerintah Indonesia, sedangkan utusan dari PBBhanya sebagai pengawas.

Tanggal 2 Agustus merupakan kegiatan terakhir darirangkaian pelaksanaan PEPERA di seluruh Propinsi IrianBarat yang dihadiri oleh Duta Besar Australia, Jerman

Page 193: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

18 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Barat, Selandia Baru dan Myanmar. Pada kesempatanitu, panitia menyiapkan 26 Anggota Dewan MusyawarahPEPERA untuk menyampaikan tanggapan mereka secarajelas di depan pejabat-pejabat PBB dan Duta Besar,dalam penjelasannya isinya sesuai dengan hasil-hasilyang dicapai di tiap-tiap kabupaten, yakni bergabungdengan negara Indonesia.

Hasil dari PEPERA itu, kemudian dilampiri dengancatatan dari utusan PBB Ortis Sanz disampaikan dalamSidang Umum PBB ke-24 untuk disahkan. Dalam Acarapemungutan suara anggota PBB, hanya 15 negara Afrikadan Karibia yang didorong solidaritas kulit hitam,menolak hasil PEPERA selebihnya menyetujuinya.

Dengan disahkannya PEPERA oleh Sidang Umum PBBke-24, maka Indonesiamenganggap bahwa masalah Irian Barat (Papua) telahselesai karena masuknya wilayah Papua Barat ke dalamNegara Kesatuan Republik Indonesia, telah melaluihukum internasional yang sah sehingga sudah final dantidak dapat diganggu gugat. Sehingga, aspirasipenduduk asli yang melakukan tuntutan merdekadianggap sebagai gerakan separatisme dan melakukantindakan makar atau melawan kekuasaan ataupemerintahan yang sah. Pemerintah akan melakukantindakan dengan resiko apapun untuk mempertahankankeutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Secara khusus, persepsi pemerintah Indonesia terhadapmasyarakat Papua yang menginginkan kemerdekaanuntuk membentuk negara Papua Barat dapat digambar-kan sebagai berikut :1) Menganggap kelompok Pro Kemerdekaan Papua

Barat sebagai saudara yang tersesat yang perludiluruskan;

2) Pendidikan rendah bagi rakyat Papua sebagai

Page 194: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 19

penyebab tidak adanya komunikasi yang baik;3) Jika Papua merdeka sebagai negara, justru akan

terjadi perang suku. Karena tidak mungkindiperoleh kesepakatan di antara ratusan suku diPapua. Mereka yang telah lebih dulu mengenalpolitik, yang akan memanfaatkan situasi untukkepentingannya sendiri.

b. Adanya Pandangan Masyarakat Asli Papua yangMenganggap Bukan Dari Budaya MasyarakatIndonesia

Masyarakat Papua secara fisik maupun sosial menganggapberbeda dari masyarakat Indonesia di daerah-daerah lain.Jika mayoritas orang Indonesia tergolong rumpun Melayuyang berasal dari Yunan Kamboja, maka secara fisik orangPapua adalah rumpun Melanesia ras Negroid di Pasifik.Demikian pula, secara sosial orang Papua merasa memilikipandangan dan cara hidup tersendiri yang sangat berbedadari mayoritas rakyat Indonesia di propinsi-propinsi lain.Orang Papua memiliki otoritas yang bersifat khas dalammengatur, mengembangkan kebutuhan, dan menyelesaikanmasalah berdasarkan hukum adat yang membebani hak dankewajiban adat pada para individunya, sehingga sulit untukbertemu dalam suatu Negara Kesatuan RI.

Peniadaan identitas masyarakat Papua, khususnya pada masaTrikora, UNTEA dan menjelang PEPERA merupakan bagiandari proses yang mematangkan evolusi nasionalisme Papua.Bagi orang Papua, tuntutan identitas dan menguatnyanasionalisme Papua adalah proses panjang dari tahun 1948saat John Ariks kampanye menolak pikiran integrasi Papuake dalam NKRI sampai pada tanggal 26 Februari 1999 saat100 anggota tokoh wakil masyarakat asli Papua yang lebihdikenal dengan sebutan tim 100, menyampaikan aspirasituntutan Merdeka dari masyarakat Papua kepada PresidenHabibie.

Page 195: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

20 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

2. Konflik Kekerasan Sosial di Papua.

Konflik kekerasan di Papua pada umumnya disebabkan adanyakondisi sosial yang timpang antara masyarakat asli Papua denganmasyarakat migran yang datang dari luar Papua, sebagai akibatdari adanya kekeliruan kebijakan pembangunan di Papua yangberlangsung lama, sebagai berikut :

a. Terjadinya Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA)

Pembangunan yang hanya mengejar kemajuan material, ataukemajuan fisik dengan memakai indikator ekonomi semata-mata, telah menempatkan masyarakat Papua pada posisimarginal di Papua Barat. Pembangunan diarahkan padaeksploitasi sumber daya alam, seperti tanah, hutan, tambangdan laut untuk kepentingan yang kurang jelas maksudnya.Sedangkan untuk kepentingan masyarakat Papua sebagaipemegang hak adat atas SDA justru kurang mendapatperhatian yang layak.

Eksploitasi SDA telah menampilkan suatu ketidakadilan,berdasar fakta-fakta masyarakat Papua, pemegang hak adatatas SDA tidak dilibatkan dalam proses pengambilankeputusan, padahal semua konsekuensi negatif pasti dipikuloleh mereka bukan oleh pengambil keputusan. SDAmerupakan sumber penghidupan utama bagi mereka denganbatas-batas pemilikan, pengakuan, dan penghargaan yangjelas dan tegas di antara para pemegang hak adat.Sebaliknya, agen-agen pembangunan yang mengeksploitasiSDA justru tidak memberikan pengakuan yang memadaiterhadap hak-hak masyarakat asli Papua dan tidakmemikirkan alternatif.

Sebagai contoh: Kasus pengalihan hak atas tanah untukkeperluan transmigrasi telah mengurangi bahkan mengh-ilangkan sumber-sumber ekonomi keluarga. Masyarakatkehilangan binatang buruan sebagai sumber protein, kayu

Page 196: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 21

untuk bangunan, kayu api, rusaknya ekosistem lokal sebagaisumber protein yang mendukung kehidupan masyarakatlokal, hilangnya sagu sebagai sumber karbohidrat bagimasyarakat. Eksploitasi tambang juga memberi dampaknegatif yang besar buat penduduk lokal. Sebagai contoh:kasus Freeport, limbah tailing, telah mencemari sumber-sumber ekonomi seperti Moluska, sumber protein masyarakatKamoro-Sempan di Omawita. Demikian pula eksploitasisumber daya laut seperti di Biak, Sorong, Merauke dan Fak-Fak juga merusak ekosistem dan mengganggu populasi ikan,penduduk lokal yang masih menggunakan teknologipenangkapan tradisional, makin sulit mengakses danmemanfaatkan sumber daya laut bagi kesejahteraannya.

Eksploitasi SDA oleh para investor di bawah fasilitasipemerintah, berlangsung secara cepat. Sementara, persiapansosial yang dapat membantu menyiapkan dan memfasilitasipenduduk asli agar mengakses porgram-program atauproyek-proyek yang berhubungan dengan pengelolaan SDAtidak terjadi. Akibatnya, masyarakat menjadi penonton danterasing di tanahnya sendiri. Masyarakat Papua sebagaikomunitas lokal tidak dapat berpartisipasi dalam pemba-ngunan ekonomi, karena memang tidak dipersiapkan, dilatih,dan diberi kesempatan.

b. Dominasi Migran di Berbagai Bidang-Bidang Kehidupan

Perlakuan yang kurang tepat terhadap masyarakat Papuajuga terjadi dalam bidang pemerintahan, dan proses-prosespolitik. Sadar atau tidak, selama pemerintahan Orde Baru,orang Papua kurang diberikan peran dalam bidangpemerintahan. Posisi-posisi utama selalu diberikan kepadaorang luar dengan dalih orang Papua belum mampu.Walaupun untuk sebagian peran, dalih itu mungkin adabenarnya, tetapi pada umumnya untuk mencekal orangPapua. Seleksi ketat yang dikenakan terhadap orang Papuadilatarbelakangi oleh kecurigaan dan tuduhan terhadap

Page 197: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

22 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

semua orang Papua sebagai OPM.

Adanya kepentingan pol it ik dari sejumlah el ite dipemerintahan agar penduduk asli tidak memiliki akses danduduk di pemerintahan, tidak bisa bersuara untuk membelahak-hak dan kekayaan SDA-nya dengan menggunakantuduhan OPM sebagai stigma. Tuduhan OPM ini, dijadikanstigma supaya orang Papua dapat dihambat untuk memilikiakses di pemerintahan atau jika mereka bereaksi dapatditangkap demi suatu proyek menaikan kegiatan atauanggaran militer di Irian Jaya.

Dominasi masyarakat pendatang bukan hanya pada sektorpemerintahan saja, tetapi juga pada sektor swasta. Padakegiatan di sektor industri manufaktur yang memanfaatkaneksploitasi sumber daya alam (SDA) eksploitasi sumber dayaalam sebagai bahan baku lebih banyak menggunakan tenagakerja dari luar, seperti antara lain pabrik Plywood PT. Wapoga,Pabrik Pengalengan Ikan di Biak dan pabrik PengalenganIkan PT. Usaha Mina di Sorong. Sektor perbankan jugadidominasi oleh pekerja dari kaum pendatang. Jika kondisiitu dipertanyakan, jawaban yang lazim adalah orang Irianbelum siap. Tetapi kenapa belum siap dan bagaimanamenyiapkan kesiapan itu, sejauh ini belum mendapatperhatian yang serius dari para pengambil kebijakan.Dominasi dan tekanan-tekanan tersebut makin mematang-kan nasionalisme Papua dan memungkinkan tuntutan PapuaMerdeka makin gencar di era reformasi.

c. Penyeragaman Identitas Budaya dan PemerintahanLokal

Kekuasaan pemerintah Indonesia melalui para petugasnegara yang didatangkan dan migran spontan dari luar Papuasebagai agen-agen pembangunan. Mereka melihat danmengukur budaya orang Papua dari sudut budaya,kepentingan dan ideologi pembangunan. Unsur kebudayaan

Page 198: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 23

lokal menjadi salah satu sasaran yang harus “diamankan”supaya sesuai dengan kepentingan budaya dan ideologipembangunan dan kepentingan pusat. Pengembangan SDMpun diarahkan kepada kepentingan ini.

Kepemimpinan modern juga diintroduksikan kepadamasyarakat Papua untuk menggantikan kepemimpinantradisional dan diharapkan membawa dampak positif bagipenduduk lokal. Tetapi yang terjadi, justru menjadi sumberketidakpastian dan kekacauan. Padahal pada masasebelumnya kepemimpinan adat pada umumnya telahmenciptakan ketertiban.

Secara singkat, pengembangan SDM justru tidak berpijakpada pengetahuan dan kearifan lokal. Menyadari ancamanterhadap eksistensi orang Papua, tokoh seperti Arnold Apberusaha untuk menggali dan mengembangkan unsur-unsurbudaya lokal. Tetapi, kelihatannya penguasa melalui aparatmiliter melihatnya secara sempit dan dipahami sebagaiancaman. Arnold Ap dibunuh dengan cara yang melukai hatiorang Papua khususnya dan kemanusiaan pada umumnya.Dominasi dan penindasan tersebut, menjadikan identitas dannasionalisme Papua makin mantap menopang tuntutanPapua Merdeka.

d. Tindakan Represif oleh Militer

Penindasan militer di tanah Papua meliputi beberapa bentuk,antara lain intimidasi, teror, penyiksaan, dan pembunuhan.Intimidasi, teror dan penyiksaan dilakukan berkenaan denganpengambilalihan hak-hak adat masyarakat Papua atas SDAsecara paksa untuk berbagai keperluan, seperti HPH,transmigrasi, pertambangan, dan industri manufakturmaupun jasa wisata. Ketika penduduk asli berusahamempertahankan hak-haknya atas SDA mereka diintimidasidan diteror.

Page 199: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

24 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Dominasi tentara atau militer dalam jangka waktu yang lamadalam arena politik dan jabatan pemerintahan sipil, telahmengakibatkan tumbuhnya budaya kontra produktif bagirakyat yang beranggapan bahwa militer adalah representasikekuasaan, militer adalah warga negara kelas satu yangdapat berbuat apa saja tanpa pertanggungjawaban hukumyang jelas pada publ ik, akibatnya muncul budaya“militerisme” di berbagai kalangan partai politik maupunmasyarakat luas lainnya.

Berbagai konflik horisontal yang terjadi maupun konflik politikvertikal yang dimanifestasikan dengan tuntutan Papuamerdeka sebagai reaksi atas pelaksanaan PEPERA yang tidakdemokratis maupun atas dominasi pusat pada daerah, dalamkurun waktu lama dilakukan melalui kebijakan dalammengelola konflik yang represif dan kontra produktif, yaitudengan cara mengirim pasukan militer dan merekayasa paratokoh atau elit masyarakat untuk berdamai secaraseremonial.

3. Penyebab, Ekspresi dan Dampak Konflik di Papua

Hasil identifikasi memperlihatkan bahwa sejak tahun 1970 sampaisekarang, Papua selalu menjadi ajang konflik kekerasan olehberbagai kelompok kepentingan, dengan motif, pola dan tujuanyang beragam. Jika konflik kekerasan di Papua di bawah rezimorde baru umumnya bersifat vertikal dan struktural, yaitupelakunya adalah wakil kepentingan pusat, dapat diklasifikasikandalam bentuk kekerasan, (i) politik, oleh aparat militer terhadapelemen-elemen masyarakat Papua yang secara politik dan fisikmenentang kekuasaan pemerintah pusat, (ii) ekonomi, olehkolaborasi antara pengusaha besar dan penguasa terhadap rakyatyang protes kebijakan eksploitatif atas SDA tempat mereka hidup,dan (iii) kultural, oleh penguasa melalui kebijakan penyeragaman.

Konflik kekerasan yang yang telah dan cenderung semakin

Page 200: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 25

berkembang di Papua sejak tahun 1997 ketika rezim Orde barutumbang atau dikenal dengan era euforia reformasi, umumnyaberbentuk konflik horisontal antar kelompok dan/atau antar wargamasyarakat di Papua, dengan stereotipe pemicu yang dapatdiklasifikasi ke dalam konflik kekerasan, antara (i) kelompokmasyarakat Papua dengan non Papua, dan (ii) kelompokmasyarakat pendukung merdeka dengan pendukung RI di Papua.Dalam kedua bentuk konflik kekerasan tersebut, penggunaansimbol etnik lebih berfungsi sebagai pemberi motivasi gerakankelompok, dan ironisnya nilai kearifan etnik dan prinsip kesetaraanmanusia (HAM) kurang difungsikan sebagai sarana untuk solusipenyelesaian pertikaian secara damai dan adil.

Realitas tersebut membuktikan bahwa selama ini elemen-elemenperekat interaksi individu dan kelompok dalam kemajemukanmasyarakat dalam dimensi etnik, agama dan sosial ekonomi, hanyabersifat artifisial dan berposisi periperal, sehingga tidak menyentuhsubstansi dalam proses relasi sosial, seperti apresiasi, kejujuran,dan keterbukaan dalam pengakuan identitas yang beragam.Padahal derajat kemajemukan masyarakat di Papua sangatkompleks, seperti kemajemukan agama, daerah, etnis, strukturfisik profesi, pekerjaan, dan ideologi kelompok. Akibatnya, dalamproses demokratisasi, keragaman etnik, fungsi agama belumberhasil dalam memberikan nilai kekuatan, akan tetapi lebihberpotensi sebagai pemicu terjadinya konflik kepentingan yangmudah menjurus pada konflik kekerasan yang dapat bermuarapada tragedi kemanusiaan.

Beberapa faktor yang dinilai telah menjadi pemicu konflikkekerasan di Papua, adalah (i) lemahnya pemahaman danimplementasi nilai-nilai hukum, keadilan dan HAM pada individudan kelompok masyarakat, (ii) lamanya masa keterpasungan danketertindasan masyarakat, yang mengakibatkan ketidakpahamandalam menegakan prinsip-prinsip demokrasi, (iii) meningkatnyasikap saling curiga antara kelompok masyarakat denganpemerintah dan antar kelompok masyarakat, serta (iv) pandanganyang berkembang di kalangan masyarakat asli yang terpinggirkan

Page 201: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

26 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

akibat proses pembangunan bahwa merdeka diartikan sebagaimengusir para pendatang dari tanah Papua.

Berbagai fakta memperlihatkan bahwa seiring dengan semakinkuatnya tuntutan merdeka dari masyarakat asli Papua, perbedaanpandangan politik atau peristiwa kriminal berskala kecil, denganmudah dapat berkembang meluas menjadi konflik kekerasan antarwarga dengan penggunaan atribut primordial yang etnis sentris.Tuntutan Papua merdeka sebagai suatu proses politik yangdimaknai sebagai tindakan memusuhi warga masyarakat nonPapua oleh sebagian kalangan masyarakat asli yang berstatussosial ekonomi rendah semakin memberi tempat munculnyaprovokasi yang dapat memicu konflik kekerasan denganpemanfaatan atribut primordial.

Sejak tahun 1997 sampai sekarang, beberapa konflik kekerasanyang dominan umumnya memiliki corak penyebab, ekspresi dandampak yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Penyebab: Fanatisme etnis atau kelompok masyarakatterhadap calonnya dalam pemilihan Gubernur, Bupati, danWalikota. Ekspresi: bentrok fisik antar kelompok etnis darimasing-masing pendukung. Dampak publik: relasi sosial dansarana publik yang rusak serta suasana tidak aman.

2. Penyebab: Ketimpangan penguasaan sumber dan aksesekonomi publ ik antara masyarakat migran denganmasyarakat asli Papua. Ekspresi: Kriminalitas dan bentrokfisik antar warga. Dampak publik: relasi sosial dan saranapublik yang rusak serta suasana tidak aman.

3. Penyebab: manipulasi hak-hak dasar masyarakat adat danlemahnya penghargaan terhadap hak adat dan nilai budayalokal. Ekspresi: Pemalangan bangunan milik pemerintah danpengambilan secara paksa atas sarana fisik miiik perorangandan publik oieh masyarakat adat. Dampak publik: krisiskepercayaan terhadap pemerintah dan aparat penegakhukum serta munculnya hukum jalanan.

4. Penyebab: Arogansi aparat keamanan dalam bentuk

Page 202: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 27

menjalankan tugas melebihi wewenang yang dimiliki.Ekspresi: Intimidasi, pemukulan, dan penganiayaan wargamasyarakat di luar prosedur hukum yang sah oleh aparatkeamanan. Dampak publik: Sikap penolakan wargamasyarakat terhadap kehadiran aparat keamanan danmunculnya dendam terselubung oleh kelompok korban.

5. Penyebab: Pemberitaan media massa tidak akurat, tidakobyektif, dan memihak pada salah satu kekuatan politiktertentu. Ekspresi: Perusahaan kantor media, penganiayaanwartawan serta Perushaan sarana publik. Dampak publik:Pembodohan massa, adu domba antar warga, masyarakattidak percaya pers.

6. Penyebab: Diskriminasi pelayanan dan penegakan hukumpada kekuatan sosial dan ekonomi tertentu. Ekspresi:Kekerasan sosial antar warga masyarakat. Dampak publik:Krisis kepercayaan pada pemerintah, aparat penegak hukumserta munculnya hukum jalanan.

7. Penyebab: Kebijakan pemerintah bidang politik, ekonomi,sosial, dan budaya yang membingungkan, tidak jelas danmemihak pada kelompok sosial masyarakat tertentu.Ekspresi: Bentrok fisik antar warga masyarakat serta tindakanrepresi militer oleh aparat TNI dan POLRI pada wargamasyarakat. Dampak publik: Sikap penolakan wargamasyarakat terhadap kehadiran aparat keamanan danmunculnya dendam terselubung oleh kelompok korban.

8. Penyebab: Peredaran dan penjualan minuman keras padamasyarakat umum tanpa kontrol hukum yang jelas. Ekspresi:Meningkatnya tindak kriminalitas serta memicu bentrok antarwarga masyarakat. Dampak publik: Munculnya dendam sosialantar warga, perusakan generasi muda masyarakat sertasuasana sosial yang tidak aman.

9. Penyebab: Fenomena munculnya klaim kekuatan dominanantar kelompok warga masyarakat dengan memanfaatkanisu dan kekuatan simbol agama. Ekspresi: Munculnya pernicukekerasan antar warga masyarakat atas nama agama dansuku sebagai komoditi sosial. Dampak publik: Merendahkannilai ajaran agama, fanatisme agama secara salah serta

Page 203: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

28 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

menumbuhkan dendam dan kebencian antar pemeluk agamadalam masyarakat.

10. Penyebab: Birokrasi yang pemerintahan yang masih belumterbuka dan banyak mengandung perilaku KKN. Ekspresi:Kekerasan sosial antar warga masyarakat untuk mempere-butkan kedudukan dalam lembaga politik dan birokrasi.Dampak publik: Kecemburuan dan kecurigaan antar wargayang diuntungkan dan dirugikan atas perilaku elite birokrasi.

Bertolak dari uraian di atas, maka kondisi dan situasi actual yangberkembang sekarang ini, memperlihatkan adanya fakta bahwakonflik di Papua tidak dapat lagi disederhanakan dalam keduakualifikasi sebagai konflik politik dan konflik kekerasan sosialseperti diuraikan di atas. Jika analisis dilakukan denganmenggunakan pendekatan teori “gunung es” yang memperlihat-kan fakta peristiwa konflik di permukaan dalam kategori faktadan gejala, serta fakta peristiwa di bawah permukaan dalamkategori penyebab struktural dan penyebab fungsional, makasesungguhnya konflik yang terjadi dan berkembang di Papua dapatdiklasifikasikan ke dalam 5 aspek sebagai berikut:

1. Pelanggaran HAM. Tampak di permukaan: stigmasi gerakanpenegakan hak masyarakat adat sebagai gerakan pengacaukeamanan (GPK) dan Organisasi Papua Merdeka (OPM), danpenangkapan aktivis kemanusiaan dan HAM. Di bawahpermukaan: penyelesaian bisnis dengan kekuatan militer,penguasaan secara paksa hak-hak masyarakat adat atassumber daya alam, serta penempatan militer dalam jumlahbesar diluar proporsi keamanan.

2. Struktur Sosial. Tampak di permukaan: dominasi atribut-atribut identitas budaya luar, serta rusaknya strukturkepemimpinan adat. Di bawah permukaan: penyeragamananidentitas pada masyarakat lokal, serta tidak adanyapengakuan identitas kultural dan pranata sosial masyarakatadapt atau masyarakat lokal.

3. Ekonomi. Tampak di permukaan: perusakan aset-asetpendatang (migran), serta pertikaian fisik antara pendatang

Page 204: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 29

dengan masyarakat lokal. Di bawah permukaan: keterlibatanmiliter di sector ekonomi, lemahnya daya saing masyarakatlokal dibandingkan dengan pendatang, serta eksploitasisumber daya alam.

4. Kebijakan pemerintah. Tampak di permukaan: kebijakanpusat yang sering tidak konsisten, serta pemerintahan yangtidak efektif. Di bawah permukaan: Kebijakan pemerintahyang sentralistis dan tidak aspiratif, dominasi birokrasi yangprimordialistik, serta adanya kekuatan politik dengan agendatersembunyi untuk memelihara konflik kekerasan di Papua.

5. Konstalasi internasional. Tampak di permukaan: pelaksanaanMusyawarah Besar (Mubes) dan Kongres Rakyat Papua,upacara tanggal 1 Desember untuk peringatan kemerdekaannegara Papua barat, serta pengibaran bendera BintangKejora. Di bawah permukaan New York Agreement yangduanggap tidak melibatkan rakyat Papua, solidaritas etinisatau kultural Melanesia, serta penilaian adanya internidasidan rekayasa pada PEPERA tahun 1969.

Dampak publik yang terlihat dominan di Papua yang disebabkankonflik kekerasan sosial tersebut, adalah adalah penegakan hukumyang canggung dan lemah dalam menjaga penegakan hak-hakwarga. Sehingga ekspresi kebebasan berbagai unsur masyarakatyang terjadi tidak memberikan dampak positif terhadap: (i)keamanan dan kenyamanan bersama, (ii) penghormatan HAMantar warga, dan (iii) kedewasaan perilaku sosial dalammasyarakat. Dampak negatif yang muncul dalam situasi tersebutadalah: (i) maraknya persaingan tidak sehat yang menonjolkansimbol agama dan sentimen etnis, serta (ii) terjadinya prosespelemahan etika perilaku politik bermoral dan, (iii) semakinrendahnya kondisi sosio-ekonomi masyarakat. Muara darisemuanya adalah masyarakat mudah diadu domba dandimanfaatkan kelompok kepentingan tersembunyi untuk merusakproses transisi menuju demokrasi di Papua.

Page 205: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

30 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

4. Upaya Penyelesaian Konflik di Papua

a. Pengertian Penyelesaian KonflikSebagai suatu proses pertentangan atau pertikaian yangcenderung melibatkan kekuatan masa, berpengaruh padanasib publik serta lebih banyak menghasilkan hal-hal yangkontra produktif, maka konflik yang terjadi di Papuamerupakan masalah yang membutuhkan alternatifpenyelesaian yang tepat. Walaupun untuk menyelesaikannyamungkin membutuhkan usaha yang serius, langkah yangcerdas, dan mungkin waktu yang panjang sehingga prosesdan hasilnya menjadi efektif dan tidak berkembang menjadikekerasan sosial yang massive.

Secara teoritis, dikenal 3 sarana upaya penyelesaian konflik,yaitu: Pertama, Konsiliasi, umumnya dilakukan melaluilembaga legislatif atau parlemen yang bermaksudmemberikan kesempatan kepada semua pihak yang terlibatkonflik untuk berdiskusi atau memperdebatkan secaraterbuka masalah yang terjadi dalam konteks mencapaikesepakatan atau kompromi bersama. Kedua, Mediasimengajak atau mendorong kepada para pihak yang terlibatuntuk kesepakatan melalui nasehat dari pihak ketiga yangdisetujui. serta Ketiga, Arbitran, para pihak yang terlibatbersepakat untuk mendapatkan menunjuk wasit penilai untukmemberikan keputusan yang bersifat legal sebagai jalankeluar dari konflik.

Jika dilihat dari aspek substansi, terdapat 4 cara ataupendekatan yang sering ditempuh oleh para pihak dalamproses penyelesaian konflik, yaitu: Pertama, Penghindaran,yaitu penyelesaian yang diharapkan timbul dengansendirinya. Kedua, Kekuasaan. yaitu penyelesaian melaluicara paksa atau dengan penggunaan kekuatan bersenjataoleh institusi militer, Ketiga, Hukum, yaitu penyellesaiankonflik melalui proses arbritese, pencarian fakta yangmengikat, proses legislasi, dan pembuatan kebijakan pejabat

Page 206: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 31

publik, serta Keempat, kesepakatan, yaitu penyelesaian olehpara pihak melalui proses negosiasi, mediasi, dan konsiliasi.

Dalam berbagai peristiwa praktek penyelesaian konfliktersebut, maka penggunaan kombinasi atau gabungan antarapendekatan hukum dan kesepakatan dinilai sebagai carayang paling fair, efektif dan tepat.

b. Upaya Penyelesaian Konflik Politik dan Sosial diPapua

Hasil eksplorasi terhadap berbagai kebijakan dan peristiwadalam konteks penyelesaian konflik di Papua, terdapat 2kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia, yaitu:

1). Pendekatan KekerasanPendekatan kekerasan dilakukan dengan menggunakankekuatan senjata atau sering dikenal dengan istilahpendekatan keamanan dilakukan oleh militer atau ABRIuntuk menumpas setiap bentuk perlawanan masyarakatyang dianggap sebagai pemberontakan OPM di Papuayang dimulai sejak awal pemberontakan tahun 1970sampai sekitar tahun 1996. Kebijakan operasi militeruntuk menumpas OPM dilakukan dengan nama operasitersendiri sesuai dengan kebijakan pimpinan militerIndonesia atau ABRI, dan kegiatan itu dilakukan denganmenetapkan sebagian kawasan Papua, terutama didaerah perbatasan dengan Negara Papua New Guinea,sebagai Daerah Operasi Militer (DOM).

Beberapa tindakan yang menjadi ciri mengawali adanyasuatu operasi militer, dilakukan dengan mengumpulkankepala-kepala suku untuk dimintai pendapat, saran sertasekaligus memberikan penerangan, menyiapkanpasukan cadangan yang diperlukan; mengadakanpenangkapan dan pengusutan terhadap orang-orangyang tersangkut dalam gerakan OPM; melakukan

Page 207: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

32 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

pencatatan terhadap orang-orang yang termasukmengikuti gerakan OPM, mengadakan peringatan-peringatan dengan jalan melalui keluarga yangditinggalkan untuk memanggil mereka yang melarikandiri agar kembali melaporkan diri.

2). Pendekatan Non kekerasanSejak Papua masuk dalam wilayah Republik Indonesiapada tanggal 1 Mei 1963, maka kegiatan utama yangmenjadi tugas pokok dari semua petugas IndonesiaPapua menggantikan posisi petugas Belanda adalah“meng-Indonesiakan” orang-orang Papua. Aktivitas inidilakukan oleh lembaga pemerintah seperti lembagapendidikan dan lembaga penerangan. Tema yangdigunakan adalah menyatakan bahwa Indonesia,termasuk Papua dijajah oleh Belanda selama lebih dari350 tahun. Masa penjajahan itu membuat rakyat Papuaseperti halnya rakyat Indonesia lainnya, miskin,tertindas, dan melarat.

Konsep miskin, tertindas, dan melarat untuk Papuamenjadi tidak tepat, sebab Belanda telah mengubahsistem penjajahannya sehingga rakyat di Papua tidakmengalami hal yang dialami oleh daerah lain. Malahjustru sebagian besar masyarakat simpati danmendukung OPM justru menilai dan mempunyai opinibahwa pemerintah Indonesia adalah penjajah baru.Indonesia merupakan penjajah adalah hasil generalisasiyang dibuat atas pengalaman dan pengamatan terhadapberbagai tindakan personal ABRI yang tidak terpuji.Seperti, mengambil dengan paksa barang-barang milikrakyat yang ditinggalkan oleh Belanda, menyiksa rakyatdi depan umum tanpa melalui proses hukum yang pasti,menghina masyarakat dengan ucapan di depan umumdengan memberikan stigma OPM untuk membenarkantindakan kekerasan tersebut.

Page 208: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 33

Dalam rangka “mengIndonesiakan” orang Papua ataumemantapkan integrasi politik di Papua maka tema yangtepat dan dapat diterima oleh orang Papua adalah tema“ketertinggalan” atau tema “keterbelakangan” karenatema dianggap tepat dengan pengalaman dan keadaannyata di Papua. Kebijakan tersebut bermaksud untukmenjadikan orang asli Papua sebagai pimpinan ataukepala dalam berbagai struktur dalam jajaranpembangunan di Papua. Sebab sebelumnya masyarakatPapua merasa adanya ketidakpercayaan PemerintahPusat terhadap orang asli Papua untuk diberikankesempatan memimpin dengan berbagai alasan yangsebenarnya direkayasa untuk kepentingan pribadi parapejabat migran.

Akan tetapi dalam kenyataanya kedua kebijakanpemerintah dalam upaya menyelesaikan konflikkekerasan yang terjadi di Papua tersebut berjalan tidakefektif atau tidak berhasil. Penyebab utamanya adalahkarena kebijakan tersebut dilakukan secara parsial danreaktif terhadap kasus-kasus tertentu. Sedangkansecara makro masih tetap berlaku kebijakan penyeleng-garaan pemerintahan yang sangat sentralistis atauJakarta sentries serta masih tetap berlangsungnyakebijakan penyeragaman penyelenggaraan pemerin-tahan lokal, yang sangat bertentangan dengan kondisikeragaman pemerintahan adat sebagai representasipemerintahan lokal di Papua.

5. Hambatan-Hambatan Dalam Penyelesaian Konflik

a. Masyarakat Papua sebagai Masyarakat Transisi yangbercorak MajemukPenduduk di Papua sekarang berjumlah sekitar 2.200.000jiwa atau kurang dari satu persen dari jumlah keseluruharipenduduk Indonesia dan tinggal di wilayah yang luasnyasekitar tiga kali Pulau Jawa. Pendataan jumlah penduduk

Page 209: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

34 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

secara pasti memang sulit dilakukan hingga sekarang karenaberbagai faktor, misalnya ada sekitar empat belas wilayah(area) yang hingga sekarang belum tersentuh (untouchedareas) yang sesuai beberapa laporan diketahui adapenduduknya (host population).

Walaupun penduduknya sedikit, akan tetapi daerah inimemiliki diversifitas budaya paling banyak dibanding propinsilain di Indonesia. Sebab terdapat sekitar 250 etnik danbahasa daerah. Kebanyakan di antara mereka tidak ataukurang saling mengenal satu sama lain, ditambah lagipuluhan atau bahkan ratusan etnik, bahasa, dan kedaerahankelompok masyarakat migran spontan dan transmigran.Kemajemukan masyarakat telah melahirkan suatu struktursosial, relasi sosial, lapisan sosial, dan jaringan sosial yangbelum banyak terjadi sebelumnya, serta di antara relasi-relasisosial itu terdapat relasi kekerasan dan konflik antar individudan antar kelompok-kelompok masyarakat.

Penduduk Papua merupakan masyarakat majemuk (pluralsocieties), baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.Masyarakat pedesaan saja yang berjumlah sekitar 76 persendari total penduduk Papua, yang bukan lagi hanya penduduksetempat, tetapi sudah termasuk masyarakat transmigrandan migran spontan. Ratusan pemukiman transmigrasi yangmendatangkan transmigrasi dari daerah asal semuanyaditempatkan di daerah pedesaan di Papua. Komposisipenduduk sesuai status migran diperkirakan sudahmenunjukkan keseimbangan atau bahkan titik balik sertatelah tercipta struktur sosial baru dalam masyarakat. Terjadipergeseran dan perkembangan dominasi secara kewilayahandan kelompok masyarakat dalam berbagai aspek kehidupanmasyarakat. Dinamika kependudukan di Papua yangdipengaruhi proses migrasi (inmigration) dan pertambahanalami (natural increase) telah menuju pada pembentukanmasyarakat majemuk (plural societies) yang selain memilikisisi positif dalam proses pembangunan juga bisa menjadi

Page 210: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 35

faktor pemicu konflik kekerasan.

Mengamati kasus kekerasan sosial antar warga hampir disemua daerah di Papua. Mencerminkan pemahaman bahwapotensi kekerasan dapat dipicu oleh persoalan etnisitas (suku-bangsa), kedaerahan, agama, ekonomi, politik, dan ideologi.Struktur sosial masyarakat secara vertikal tidak akanmerupakan sumber konflik, ia biasanya akan menjadi sumberkonflik apabila bersinggungan dengan struktur sosialhorizontal. Kondisi ini akan menjadi komoditi konflik dansemakin diperburuk dengan adanya pemanfaatan secarasengaja maupun tidak sengaja atau langsung maupun tidaklangsung untuk berbagai kepentingan dan tujuan individumaupun kelompok.

Dalam kehidupan sosial dan politik, pertanda paling jelasdari masyarakat yang bersifat majemuk itu adalah kurangadanya kehendak bersama (common will). Ciri khas inidisebabkan oleh aspek-aspek yang sangat kompleks,beragam dan dimensional. Masyarakat secara keseluruhanterdiri dari elemen-elemen yang terpisah satu sama lain olehkarena perbedaan etnik, suku bangsa, kedaerahan, agama,dan lainnya, sehingga masing--masing lebih merupakankumpulan individu-individu daripada sebagai suatukeseluruhan yang bersifat organis, dan sebagai individubiasanya kehidupan sosial masyarakat tidaklah utuh. Ketikakeinginan bersama itu semakin menipis di antara masyarakat,maka yang akan terjadi adalah upaya-upaya organik danmekanik untuk menyingkirkan orang dan atau kelompokmasyarakat lain dengan berbagai dalam sistem kehidupanindividu dan kelompoknya. Menurunnya keinginan bersamadisebabkan oleh faktor beragam, kompleks, dan dimensionalseperti aspek ideologi, politik, sosial, budaya, ekonomi, danpsikologis.

Ketidakmampuan dan atau ketidakmauan warga untukmembangun kehendak bersama (common will) untuk hidup

Page 211: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

36 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dalam situasi sosial, budaya, dan politik yang damai dalammasyarakat majemuk ini diperkirakan akan melahirkan danatau mengkondisikan terciptanya kekerasan dalam kehidupandi daerah ini.

Perbedaan-perbedaan suku bangsa. agama, daerah, danpelapisan sosial saling silang-menyilang satu sama lainmenghasilkan suatu keanggotaan golongan yang bersifatsilang-menyilang pula. Proses cross-cutting affiliationtersebut telah menyebabkan konflik-konflik antar kelompokmasyarakat.

b. Perbedaan Ideologi antara Masyarakat Asli Papuayang Berjuang untuk Merdeka dengan PemerintahIndonesia

Masyarakat asli Papua yang berjuang menuntut Papuamerdeka sebagai sebuah negara terlepas dari Indonesia,berpandangan bahwa tuntutan merdeka merupakan hargamati dan merupakan hak yang sudah dirampas secara paksamelalui proses aneksasi oleh pemerintah Indonesia. Prosesintegrasi atau masuknya Papua Barat ke dalam NKRI melaluiPEPERA adalah hasil rekayasa yang penuh tekanan danpaksaan dari pemerintah Indonesia. Mereka memiliki cacatantentang tiga peristiwa sejarah penting, yaitu: 1 Desember1963, sebagai Hari Kematian negara Papua Barat melaluiaksi Trikora, dan 1 Juli 1971 sebagai Hari KebangkitanNasional Papua Barat. Mereka akan terus berjuang danmenuntut kemerdekaan bagi Papua Barat sebagai suatukeharusan. Mereka sangat tidak percaya dengan berbagaitawaran yang diajukan pemerintah Indonesia, bahkan darimereka sudah tidak percaya dan tidak sabar lagi denganbentuk upaya damai yang melelahkan untuk mencapaikemerdekaan Papua Barat. Walaupun demikian, tidakberhasil ditemukan adanya konsep atau cara yang jelas darimereka untuk mencapai kemerdekaan tersebut.

Page 212: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 37

Menurut pandangan pemerintah Indonesia, masuknyawilayah Papua Barat ke dalam NKRI, telah melalui hukuminternasional yang sah sehingga sudah final dan tidak dapatdiganggu gugat. Sehingga, aspirasi penduduk asli yangmelakukan tuntutan merdeka harus ditentang karenamerupakan gerakan separatisme dan tindakan makar ataumelawan kekuasaan atau pemerintahan yang sah. Merekaakan melakukan tindakan dengan resiko apapun untukmempertahankan keutuhan NKRI. Secara khusus persepsipemerintah Indonesia terhadap masyarakat Papua yangmembuat kemerdekaan negara Papua Barat dapatdigambarkan sebagai berikut:

1). Menganggap kelompok Pro Kemerdekaan Papua Baratsebagai saudara yang tersesat yang perlu diluruskan;

2). Birokrasi militer bertugas dalam rangka memperta-hankan kesatuan RI;

3). Pendidikan rendah bagi rakyat Papua sebagai penyebabtidak adanya komunikasi yang baik;

4). Militer bukan sumber dari kerusuhan di Papua, karenamereka adalah organ pemerintahan yang sah;

5). Jika Papua merdeka sebagai negara justru akan terjadiperang suku. Karena tidak mungin diperoleh kesepa-katan di antara ratusan suku di Papua. Mereka yangtelah lebih dulu mengenal politik, yang akan memanfa-atkan situasi untuk kepentingannya sendiri.

Sulitnya mencari titik kompromi yang dapat dijadikanjembatan bagi munculnya dialog konstruktif antarakepentingan pemerintah Indonesia dengan kelompok yangmemperjuangan kemerdekaan Papua menjadi suatu negara.Pemerintah Indonesia dalam konteks ini selalu memposisikankelompok yang menginginkan Papua menjadi suatu negara,baik dengan cara perjuangan bersenjata maupun melaluiperjuangan diplomasi politik, sebagai gerakan separatismeyang harus ditumpas. Sementara di sisi lain, kelompok yangmenginginkan Papua merdeka memandang pemerintah

Page 213: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

38 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Indonesia sebagai penguasa kolonial yang harus dilawandengan cara perlawanan bersenjata maupun denganmelakukan diplomasi ke internasional termasuk ke PBB agarmeninggalkan wilayah Papua Barat.

c. Kepentingan Mempertahankan Kekuasaan dan Bisnis

Beberapa elite dalam institusi militer memiliki agendatersembunyi untuk memelihara atau menjadikan Papuasebagai kawasan yang berkonflik. Sebab situasi tersebut,dapat dijadikan sebagai komoditi politik untuk tetapmempertahankan kepentingan atau meningkatkan posisitawar mereka dalam memberikan pembenaran bagi upayamempertahankan kekuasaan mereka secara nyata dansekaligus tetap dapat menjalankan berbagai kegiatan bisnisilegal melalui eksploitasi sumber daya alam, di tengah arusgerakan reformasi hukum dan demokrasi yang sedang terjadidi Indonesia. Bagi kalangan elit tersebut, daerah yangbergolak dapat dijadikan sebagai tempat “praktek lapangan”dari latihan militer yang membawa konsekuensi penambahananggaran dan peluang promosi kenaikan pangkat atau kariermiliter yang lebih tinggi. Dalam konteks ini Papua memilikiposisi yang sama dengan Maluku, Aceh, dan Poso.

Di samping itu, elit militer tersebut juga dapat memperolehkeuntungan ekonomi melalui bisnis pengamanan perusahaandi daerah konflik, mendapatkan hasil bumi dengan cara yangmurah, bisnis senjata terselubung serta penguasaan jalurdistribusi perdagangan di daerah konflik yang sangattergantung dari kebijakan elit militer yang sedang menguasaimedan konflik.

6. Peluang Dalam Penyelesaian Konflik di Papua

a. Stratifikasi Model Perjuangan Kemerdekaan PapuaKomunitas yang memperjuangkan kemerdekaan Papua dapatdiklasifikasikan ke dalam 3 strata, yaitu (1) elit politik Papua

Page 214: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 39

merdeka, merupakan gabungan dari para tokoh mantantahanan politik; tokoh masyarakat yang dimusuhi pada masarezim Soeharto, dan mantan tokoh pemerintahan rezimSoeharto yang kecewa. (2) intelektual Papua, yang dimotorioleh intelektual, mahasiswa dan aktivist LSM, serta (3)masyarakat Papua dalam berbagai kelompok etnis yangtinggal di pegunungan, kota, dan kawasan pantai, yangumumnya berada pada stratifikasi sosial rendah

Karakter dari masing-masing dari ketiga strata tersebut dapatdijelaskan sebagai berikut:

Strata elit, terdiri dari tokoh dengan latar belakang yangdapat dibagi ke dalam: (i) kelompok yang menghendakiPapua menjadi negara sendiri dengan cara apapun, (ii)kelompok yang menghendaki Papua menjadi negara merdekadengan tahapan-tahapan program yang realistis, dan (iii)kelompok yang menganggap Papua. telah menjadi negaramerdeka pada tanggal 1 Desember 1961, dan memintapemerintah RI mengembalikan kedaulatan tersebut.

Strata menengah, Strata ini berpandangan bahwakemerdekaan dalam arti keluar dari NKRI hanya akanmemiliki arti, jika masyarakat Papua dapat menjadi lebihsejahtera. Sebab “merdeka” secara individual dan sosial jauhlebih penting dan harus menjadi syarat utama. Artinyaberpisah atau tetap bersama NKRI, yang penting rakyat harasmengontrol pusat kekuasaan. Sehingga persiapan sosialrakyat Papua menjadi orang “merdeka” menjadi tujuan utamamereka.

Strata paling bawah, Strata masyarakat asli Papua di akarrumput (grass root). Ciri utama mereka: secara kuantitatifpaling besar, umumnya berstatus sosial ekonomi rendah,sering menjadi korban setiap kebijakan rezim penguasa, sertamudah dijadikan komoditi politik berbagai elite kelompokkepentingan. Sosialisasi informasi yang kuat mengitari

Page 215: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

40 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

kehidupan mereka tentang arti merdeka adalah mengusirsemua orang yang bukan Papua dari tanah Papua. Di kalang-an mereka, merdeka artinya mendapatkan kehidupan nya-man tanpa adanya masyarakat migran yang dianggap seba-gai penyebab ketidaknyamanan hidup mereka selama ini.

Strata menengah dan sebagian strata elitmerupakan kalangan yang sangat mungkin didorong untukmelakukan dialog damai dan konstruktif melalui pendekatanyang rasional dan terbuka. Sebab kedua strata tersebutmudah untuk memiliki kesadaran bahwa terlepas dariberbagai perbedaan kepentingan yang dimiliki oleh pihakyang terlibat dalam konflik, muncul dan berkembangnyakonflik kekerasan hanya akan menjadikan masyarakatmemikul biaya atau resiko sosial yang tinggi.

b. Berkembangnya Pers Lokal di Papua

Keberadaan pers lokal di Papua yang mulai berkembangsecara kuantitatif dan kualitatif paska tumbangnya rezimOrde Baru tahun 1997, yang ditandai dengan meningkatnyajumlah media cetak lokal, media elektronik lokal sertaberkembangnya organisasi jurnalis dari Persatuan WartawanIndonesia (PWI) yang menjadi wadah tunggal jurnalis,bertambah menjadi PWI reformasi dan munculnya AliansiJurnalis Independen (AJI) yang hidup di bawah tanah dimasa rezim Orde Baru.

Tumbuh dan berkembangnya pers lokal merupakan saranayang positif dan konstruktif untuk mendorong proseskomunikasi dan pendidikan politik masyarakat terhadappentingnya penegakan hukum, apresiasi nilai-nilai HAM,perlindungan kelompok minoritas, serta promosi prinsip dangerakan perdamaian melalui pembangunan jurnalismeadvokasi dan jurnalisme damai. Keberadaan dan peningkatanperan pers akan meningkatkan suasana dialog danketerbukaan komunikasi antara para pihak yang terlibat

Page 216: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 41

dalam konflik.

c. Kebijakan Desentralisasi dan Pengakuan IdentitasPemerintahan Lokal

Kebijakan pemerintah Indonesia melalui produk hukumreformatif dan progresif melalui Undang-undang Nomor 22Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dengan materimuatan yang sangat desentralistis menggantikan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 dan Undang-Undang Nomor 5Tahun 1979 yang sarat dengan sentralisme dan penyera-gaman. Merupakan kebijakan yang mendorong munculnyapenguatan masyarakat sipil dan masyarakat politik di tingkatlokal. Kondisi tersebut memberi pengaruh pada pemba-ngunan kehidupan demokrasi di tingkat lokal dan membukaruang-ruang dialog bagi para kelompok kepentingan.

Di samping kehadiran undang-undang tersebut, di Papuajuga berlaku Undang--undang Nomor 21 Tahun 2001 tentangOtonomi Khusus Bagi Propinsi Papua yang memberikanberbagai perlakukan desentralisasi khusus serta pengakuanotoritas politik baru bernama Majelis Rakyat Papua, disamping Gubernur dan DPR Papua sebagai otoritas terdahuluyang telah ada. MRP merupakan lembaga supra strukturpolitik dengan kekuasaan yang relatif besar, yaitu melahirkankebijakan perlindungan hak-hak dasar masyarakat asli Papuamelalui instrumen hukum Peraturan Daerah Khusus(Perdasus). MRP memiliki anggota yang merupakanrepresentasi kultural masyarakat asli Papua yang meliputiunsur adat, agama, dan perempuan.

Kebijakan yang bermaksud memberikan dispensasi untukpengakuan identitas lokal tersebut dapat dimanfaatkansebagai peluang ke arah penciptaan komunikasi yang lebihintensif bagi para pihak yang berkonflik untuk mencari solusidan menyusun 7 agenda bersama ke depan yang sesuaidengan kebutuhan di Papua.

Page 217: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

42 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

B. LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN DAN PEMBERLAKUANUNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 1999 DANUNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001.

Suksesi kepemimpinan nasional yang ditandai dengan pengalihankepemimpinan nasional dari Soeharto kepada, B.J. Habibie sebagaiPresiden Republik Indonesia ke-3 dapat dipandang sebagai momentumbagi terjadinya reformasi di segala aspek kehidupan dalam berbangsadan bernegara. Terpilihnya B.J. Habibie sebagai Presiden RepublikIndonesia ke-3 berimplikasi secara signifikan terhadap konstelasi politiknasional. Kehadiran B.J. Habibie diharapkan akan merubah wajahNegara Kesatuan Republik Indonesia dari berwajah sentralistik menjadidesentralistik yang berorientasi demokratis dan partisipatif.

Kepemimpinan Presiden B.J. Habibie berlangsung kurang dari duatahun, tetapi tercatat ada sejumlah agenda perubahan yang dilakukan.Keseluruhan agenda itu mengarah pada upaya menciptakan suasanademokratis dan partisipatif dalam berbangsa dan bernegara. Dalamkonteks kepentingan masyarakat di Propinsi Irian Jaya (kini PropinsiPapua), tercatat adanya tiga agenda politik yang lahir pada masakepemimpinan B.J. Habibie. Agenda politik dimaksud, didesain dalamkerangka pengembangan Propinsi Irian Jaya (kini Propinsi Papua) yangbermuara pada upaya akomodasi aspirasi masyarakat di Propinsi IrianJaya (kini Propinsi Papua) serta dalam rangka memperkokoh integritaswilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan akselerusipembangunan Propinsi Papua. Latar belakang dan substansi ketigaagenda politik dimaksud secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pada tanggal 26 Pebruari 1999, B.J. Habibie selaku PresidenRepublik Indonesia menerima delegasi masyarakat Papua dariberbagai komponen yang berjumlah 100 orang, yang kemudiandikenal dengan “Tim Seratus”, di Istana Negara Jakarta. Dalampertemuan inilah, untuk pertama kalinya masyarakat Papua secaralangsung dan terbuka di hadapan Presiden Republik Indonesiamenyampaikan keinginan untuk memisahkan diri (“merdeka”) dariNegara Kesatuan Republik Indonesia. Pertemuan ini semuladirancang untuk mencari solusi dalam rangka memperko-

Page 218: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 43

koh integritas wilayah Negara Republik Indonesia, akantetapi dalam kenyataannya forum tersebut dipandang se-bagai entry point bagi perjuangan rakyat Papua untukmemisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indo-nesia.

2. Merespon tuntutan “Tim Seratus” tersebut, maka Pemerintahmendesain strategi alternatif yang dianggap mampu untuk“mengakomodasi” keinginan rakyat Papua untuk memisahkan diridari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu dari strategitersebut adalah melalui kebijakan “Pemekaran Wilayah PropinsiIrian Jaya” (kini Propinsi Papua).

3. Berdasarkan berbagai dokumen yang ada, membuktikan bahwakebijakan pemekaran wilayah Irian Jaya (kini Propinsi Papua) inisebenarnya merupakan suatu rencana kebijakan yang telah dibuatsejak tahun 1984. Rencana kebijakan ini diawali dengan adanyaaspirasi dari sekelompok kecil masyarakat Papua yangmenginginkan pemekaran. Kemudian dilakukan suatu penelitianterhadap kemungkinan pemekaran wilayah Propinsi DaerahTingkat I baru di Irian Jaya (kini Propinsi Papua). Dalamperkembangannya, lebih dari satu dasawarsa, rencana pemekaranPropinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya (kini Propinsi Papua) tidakpernah terealisasi, dengan alasan utama keterbatasan anggarannegara.

4. Rencana kebijakan pemekaran wilayah Propinsi Daerah Tingkat IIrian Jaya (kini Propinsi Papua) muncul kembali pasca pertemuan“Tim Seratus” dengan Presiden B.J. Habibie. Meskipun isunyaadalah sama, yakni pemekaran Propinsi Daerah Tingkat I IrianJaya (kini Propinsi Papua) pada tahun 1984-1986 dilatari olehpertemuan tim peneliti dari Departemen Dalam Negeri, yangdimaksudkan sebagai alternatif akselerasi pembangunan diPropinsi Irian Jaya (kini Propinsi Papua). Hal ini berbeda denganrencana kebijakan pemekaran wilayah Propinsi Daerah Tingkat IIrian Jaya (kini Propinsi Papua) pada tahun 1999, walaupunpenataan manajemen pemerintahan dan akselerasi nasional.

Page 219: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

44 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Kebijakan pemekaran juga dipandang sebagai respon vang arifdan bijaksana terhadap tuntutan sekelompok masyarakat Papua(Tim Seratus) pada acara temu wicara dengan Presiden RI padatangga126 Pebruari 1999. Oleh karena itu, maka melaluipemekaran diharapkan akan memperkokoh integritas wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia. Beberapa alasan pembenarsebagaimana tersebut secara tegas dan jelas termuat dalam suratGubernur Kepala Daerah Tingkat I Irian Jaya, Nomor 125/803/Z,perihal Usul Pemekaran Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I IrianJaya (kini Propinsi Papua), tertanggal 26 Maret 1999.

5. Rencana Pemekaran Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya (kiniPropinsi Papua) terealisasikan pada tanggal 4 Oktober 1999,dengan dilegitimasinya Undang-undang No. 45/99, tentangPembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat,Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya,dan Kota Sorong oleh Presiden B.J. Habibie. Kebijakan inikemudian diikuti dengan pengangkatan Drs. Herman Monimsebagai Pejabat Gubernur Irian Jaya Tengah dan Brigjen TNI Mar.(Purn.) Abraham Atururi sebagai Pejabat Gubernur Irian Jaya Baratberdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 327/M Tahun1999 tanggal 5 Oktober 1999.

6. Kebijakan Pemekaran Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya (kiniPropinsi Papua), khususnya yang terkait dengan pembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat mendapatpenolakan dari berbagai kalangan masyarakat di Papua,yang ditandai dengan aksi demonstrasi besar-besarantermasuk menduduki gedung DPRD Propinsi Irian Jayadan Kantor Gubernur Dok II Jayapura pada tanggal 14-15 Oktober 1999. Aksi penolakan ini direspon oleh DPRDPropinsi Irian Jaya (kini Propinsi Papua) dan kemudiandilegitimasi dengan keputusan DPRD Nomor 11/DPRD/1999, Tentang Pernyataan Pendapat DPRD Propinsi Irian Jayakepada Pemerintah Pusat untuk menolak Pemekaran Propinsi IrianJaya dan usul Pencabutan Surat Keputusan Presiden RI Nomor327/M Tahun 1999 tanggal 5 Oktober 1999.

Page 220: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 45

7. Aksi penolakan ini didasari oleh beberapa alasan: (1) kebijakanpemekaran Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya tersebutdilakukan tanpa melalui proses konsultasi rakyat; (2) kebijakanpemekaran Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya tersebuttidak sesuai dengan rekomendasi yang disampaikan olehPemerintah Daerah Tingkat I Irian Jaya, yang antara lainmenyebutkan bahwa pemekaran Wilayah Propinsi Daerah TingkatI Irian Jaya menjadi 2 (dua) Propinsi, yaitu (a) Propinsi DaerahTingkat I Irian Jaya Timur, dengan ibukota di Jayapura, meliputiKabupaten Jayapura, Kodya Jayapura, Kabupaten Merauke,Kabupaten Jayawijaya, dan Kabupaten Puncak Jaya; (b) PropinsiDaerah Tingkat I Irian Jaya Barat, dengan ibukota di Manokwari,meliputi Kabupaten Sorong, Kabupaten Manokwari, KabupatenFak-Fak, Kabupaten Nabire, Kabupaten Biak Numfor, KabupatenPaniai, Kabupaten Mimika, dan Kotif Sorong (3) KebijakanPemekaran Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya lebih berorientasisebagai strategi untuk memperkokoh integritas wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia, tanpa bermaksud untukmengangkat harkat dan martabat orang Papua melalui akselerasipembangunan secara berkeadilan. Hal ini terbukti dari formatpembagian wilayah yang kurang memperhatikan aspekkesatuan sosial budaya, kesiapan sumber daya manusia,dan kemampuan ekonomi;

8. Pemerintah dan DPR RI memperhatikan dengan sungguh-sungguh serta bersikap arif dalam merespon tuntutanmasyarakat Papua. Hal ini dapat dilihat dari implementasiUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999. Ada indikasi kuatpelaksanaan pasal-pasal mengenai pembentukan PropinsiIrian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat ditangguhkan.Sedangkan beberapa pasal dalam undang--undang ini yangmengatur mengenai pembentukan Kabupaten Paniai, KabupatenMimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong, telah diimplimentasikan secara efektif;

9. Fakta politik lain yang cukup otentik, pada tanggal 19 Oktober

Page 221: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

46 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

1999, dalam Sidang Umum MPR, pada Paripurna ke-12, ditetapkanTap MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar HaluanNegara (GBHN) tahun 1999-2004, pada bab IV, huruf G, butir 2antara lain memuat kebijakan. Otonomi Khusus bagi Aceh danIrian Jaya. Rumusan lengkap kebijakan tersebut adalah: “... dalamrangka mengembangkan otonomi daerah dalam wadah NegaraKesatuan Republik Indonesia, serta untuk menyelesaikan secaraadil dan menyeluruh permasalahan di daerah yang memerlukanpenanganan segera dan sungguh-sungguh, maka perlu ditempuhlangkah-langkah sebagai berikut: (a) mempertahan integrasibangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesiadengan tetap menghargai kesetaraan dan keragamankehidupan sosial budaya masyarakat Irian Jaya melaluipenetapan Daerah Otonomi Khusus yang diatur denganundang-undang; (b) menyelesaikan kasus pelanggaran Hak AsasiManusia di Irian Jaya melalui proses pengadilan yang jujur danbermartabat... “;

10. Rumusan Tap MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang GBHNTahun 1999-2004, Bab IV Huruf G, Butir 2 tersebut yang hanyamenyebutkan Irian Jaya (bukan Irian Jaya Tengah, IrianJaya Barat, dan Irian Jaya Timur) secara politis telahmereduksi sebagian materi muatan Undang-undangNomor 45 Tahun 1999, khususnya pasal-pasal pembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat, karena tidakmenyebutkan secara eksplisit dan definitif Propinsi Irian Jaya Baratdan Irian Jaya Timur;

11. Pada penghujung Sidang Umum MPR tahun 1999, terjadi suksesikepemimpinan nasional. B.J. Habibie digantikan oleh K.H.Abdurahman Wahid sebagai Presiden RI. Salah satu agenda politikyang terkait dengan Propinsi Irian Jaya (kini Propinsi Papua) yangharus dilakukan oleh Pemerintahan Presiden K.H. AbdurrahmanWahid adalah memformulasikan Rancangan Undang-Undangtentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua. Dalam kenyata-annya setelah satu tahun pemerintahan Presiden K.H.Abdurahman Wahid, agenda tersebut belum dilaksanakan:

Page 222: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 47

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kinerja Pemerintah dalampelaksanaan Otonomi Daerah pada umumnya dan Otonomi Khususbagi Aceh dan Irian Jaya, maka dalam Sidang Tahunan MPR RItahun 2000, ditetapkan Tap MPR RI Nomor: IV/MPR/2000tentang Rekomendasi Kebijakan dalam PenyelenggaraanOtonomi Daerah yang ditujukan kepada Pemerintah dan Dewanperwakilan Rakyat. Dalam salah satu bagian dari ketetapan inidisebutkan: “...Undang-undang Otonomi Khusus bagi Daerah IstimewaAceh dan Irian Jaya, sesuai amanat Ketetapan Majelis PermusyawaratanRakyat Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis Garis Besar Haluan NegaraTahun 1999-2004, agar dikeluarkan selambat-lambatnya 1 Mei 2001dengan memperhatikan aspirasi masvarakat daerah yang bersang-kutan...”;

Dalam kenyataannya undang-undang yang menjadi landasanoperasional penerapan otonomi khusus di Propinsi Irian Jaya sampaidengan memasuki batas waktu yang diamanatkan Tap MPR RI tersebut,ternyata belum ditetapkan. Keterlambatan ini disebabkan antara lain:(1) tingginya eskalasi politik di Propinsi Irian Jaya menjelang dan pascaMusyawarah Besar dan Kongres Rakyat Papua di Jayapura Tahun 2000dan (2) adanya keinginan Pemerintahan K.H. Abdurahman Wahid untukmemperhatikan secara sungguh-sungguh aspirasi rakyat Papua;

Komitmen pemerintah ini direspon oleh berbagai kalangan terutamaakademisi dan aktivis LSM, di Propinsi Irian Jaya (kini Propinsi Papua)yang mulai menjadikan otonomi khusus sebagai topik wacana diberbagai forum kajian. Hal ini, terbukti dengan adanya sejumlah konsep(draft) tentang materi muatan Rancangan Undang-undang tentangOtonomi Khusus bagi Irian Jaya (kini Propinsi Papua) yang disusunoleh berbagai institusi di Irian Jaya. Akan tetapi karena situasi dankondisi di Propinsi Irian Jaya (kini Propinsi Papua) yang kurang kondusifsebagai akibat meningginya eskalasi politik sebelum dan pasca Mubesdan Kongres Rakyat Papua yang salah satu tuntutannya adalahmemisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka isutersebut hanya sekedar sebagai wacana dan bahan pergwnulan yanglebih bersifat intern institusi tertentu.

Page 223: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

48 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Pada waktu yang hampir bersamaan, Freddy Numberi sebagai GubernurPropinsi Irian Jaya pada waktu itu, diangkat menjadi salah seorangMenteri dalam Kabinet Presiden K.H. Abdurahman Wahid, akibatnyaMusiran diangkat sebagai caretaker Gubernur. Dalam posisi ini, PejabatGubernur Musiran merasa tidak memiliki wewenang yang cukup untukmempersiapkan RUU Otonomi Khusus Irian Jaya (kini Propinsi Papua).Kondisi ini, diperparah lagi ketika adanya pihak-pihak tertentu yangmempertentangkan antara otonomi dan merdeka. Dua konsep iniseakan-akan merupakan opsi yang harus dipilih;

Pembicaraan tentang kemungkinan penyusunan RUU Otonomi Khususbagi Irian Jaya (kini Propinsi Papua) baru dimulai secara sungguh-sungguh ketika Drs. J.P. Solossa, M. Si. dilantik sebagai Gubernur danDrh. Constan Karma sebagai Wakil Gubernur Propinsi Irian Jaya (kiniPropinsi Papua), pada akhir tahun 2000. Atas prakarsa Gubernur makadibentuk Panitia Penyelenggara Forum Kajian, yang diikuti dengandibentuknya Tim Penjaring Aspirasi, serta Tim Asistensi dan dengandidukung oleh berbagai komponen masyarakat, serta melalui suatumekanisme yang panjang, maka RUU Otonomi Khusus bagi PropinsiPapua yang diberi nama “Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua dalambentuk Wilayah Berpemerintahan Sendiri” dapat disusun;

RUU usulan Pemerintah Daerah dan DPRD Propinsi Papua diterimadan Ddiadopsi oleh DPR RI sebagai RUU usul inisiatif setelah melaluiproses pengayaan. Melalui suatu pembahasan yang alot antara DPRdan pemerintah sebagai akibat dari adanya dua RUU mengenai OtonomiKhusus bagi Irian Jaya (kini Propinsi Papua), yakni RUU usul inisiatifDPR RI dan RUU usulan pemerintah. Akan tetapi pada akhirnyadisepakati bahwa RUU yang dijadikan acuan utama adalah RUU usulanPemerintah Daerah dan DPRD Papua yang telah diadopsi sebagai RUUusul inisiatif DPR RI;

Menindaklanjuti amanat kedua Ketetapan Majelis PermusyawaratanRakyat tersebut, dan setelah melalui pembahasan lebih kurang 5 (lima)bulan, maka DPR RI pada tanggal 22 Oktober 2001 telahmenyetujui dan menetapkan RUU tentang Otonomi Khususbagi Propinsi Papua menjadi undang-undang. Hasil ketetapan

Page 224: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 49

DPR RI ini, kemudian disampaikan kepada pemerintah untuk disahkan.Presiden Republik Indonesia sesuai kewenangan yang dimiliki, padatanggal 21 Nopember 2001 telah mengesahkan Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001, Tentang Otonomi Khususbagi Propinsi Papua, yang kemudian dimuat dalam Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135 dan Tambahan LembaranNegara Tahun 2001 Nomor 4151;

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagiPropinsi Papua adalah suatu kebijakan yang bernilai strategis dalamrangka peningkatan pelayanan (service), dan akselerasi pembangunan(acseleration development), serta pemberdayaan (empowerment)seluruh rakyat di Propinsi Papua, terutama orang asli Papua. Melaluikebijakan ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antar PropinsiPapua dengan propinsi-propinsi lain dalam wadah Negara KesatuanRepublik Indonesia, serta akan memberikan peluang bagi orang asliPapua untuk berkiprah di wilayahnya sebagai pelaku sekaligus sasaranpembangunan;

Otonomi khusus bagi Propinsi Papua pada dasarnya adalah pemberiankewenangan yang lebih luas bagi Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kotadan rakyat Papua untuk mengatur dan mengurus diri sendiri di dalamkerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan yang lebihluas tersebut berarti pula mencakup kewenangan untuk mengaturpemanfaatan kekayaan alam di wilayah Propinsi Papua sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua, memberdayakan potensiperekonomian, sosial, budaya yang dimiliki, termasuk di dalamnyamemberikan peranan yang signifikan bagi orang asli Papua melaluiwakil-wakilnya untuk terlibat dalam proses perumusan kebijakandaerah, menentukan strategi pembangunan dengan tetap menghargaikesetaraan dan keberagaman kehidupan masyarakat di Propinsi Papua.Sebagai akibat dari penetapan Otonomi Khusus ini, maka ada perlakuanberbeda yang diberikan Pemerintah kepada Propinsi Papua. Dengankata lain, terdapat hal-hal mendasar yang hanya berlaku di PropinsiPapua dan tidak berlaku di propinsi lain di lndonesia, seiring denganitu, terdapat pula hai-hal yang beriaku di daerah lain yang tidakdiberlakukan di Propinsi Papua;

Page 225: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

50 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 yang merupakan landasanyuridis pelaksanaan Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua terdiri dariXXIV Bab dan 79 Pasal, yang diawali dengan konsideran dan diakhiridengan penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal. Secarafilosofis, Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 memuat sejumlahpengakuan dan komitmen pemerintah Negara Kesatuan RepublikIndonesia. Sejumlah pengakuan dimaksud adalah: (1) undang-undangini dibuat dalam kerangka mewujudkan cita-cita dan tujuan NegaraKesatuan Republik Indonesia; (2) Masyarakat Papua adalah insanciptaan Tuhan dan bagian dari umat manusia yang beradab; (3) adanyasatuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus; (4)penduduk asli Propinsi Papua adalah salah satu rumpun dari rasMelanesia dan merupakan bagian dari suku-suku bangsa di Indonesiayang memiliki keragaman kebudayaan, sejarah, adat istiadat, danbahasa; (5) penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan diPropinsi Papua selama ini belum sepenuhnya memenuhi rasa keadilan,memungkinkan tercapainya kesejahteraan rakyat, mendukungterwujudnya hak asasi manusia; (6) pengelolaan dan pemanfaatanhasil kekayaan alam Propinsi Papua belum digunakan secara optimaluntuk meningkatkan taraf hidup masyarakat asli; (7) pengakuan adanyakesenjangan Propinsi Papua dengan propinsi-propinsi lain di Indonesia.

Di sisi lain, terdapat juga sejumlah komitmen, antara lain: (1)menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai-nilai agama, demokrasi,hukum, dan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat hukumadat; (2)menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosialbudaya masyarakat Papua; (3) perlindungan dan penghargaanterhadap etika dan moral; (4) perlindungan hak-hak dasar pendudukasli dan Hak Asasi manusia; (5) supremasi hukum; (6) penegakandemokrasi); (7) penghargaan terhadap pluralisme; (8) penyelesaianmasalah pelanggaran hak asasi manusia penduduk asli Papua;

Berbagai uraian di atas menegaskan Undang-undang Otonomi KhususBagi Papua merupakan produk politik yang dihasilkan melalui proseskompromi politik yang melibatkan multi stakeholders untuk berpihakpada kepentingan rakyat dan pemerintahan di Papua. Konsekuensi

Page 226: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 51

logis dan politisnya, semua produk politik lain yang bertentangan danatau melanggar Undang-undang Otonomi Khusus Bagi Papua harusdinyatakan batal secara politik dan sosial.

C. ANALISA HUKUM

Pada bagian analisa hukum ini, akan dikemukakan analisis dan alasan hukumyang menjadi dasar permohonan pengujian Undang-Undang terhadapUndang-Undang Dasar. Pada bagian awal, akan dideskripsikan secara umumlatar belakang dan semangat yang terkandung di dalam pembentukan pasal18B Undang-Undang Dasar 1945 yang didapatkan dari Risalah Rapat PanitiaAd Hoc di dalam Sidang Tahunan MPR Tahun 2000. Juga akan di diskripsikanlandasan konstitusional dan berbagai peraturan perundangan lain yangberkaitan dengan Pemerintah Daerah dan Otonomi Khusus serta deskripsiPeraturan perundangan berikut pasal-pasalnya yang dinyatakan yang perludiperhatikan di dalam membahas pengujian undang-undang. Pada akhirnya,kelak akan diajukan alasan hukum untuk tidak memberlakukan pasal-pasalyang berkaitan dengan pemekaran Propinsi Irian Jaya Barat dan Irian JayaTimur.

1. LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA PASAL 18B UUD1945.

Untuk mengetahui, dinamika, latar belakang, dan maksud pembuatUndang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 memberikanlandasan konstitusional pembentukan otonomi khusus di daerah-derahtertentu yang kemudian dirumuskan dalam Pasal 18B Undang-UndangDasar 1945 dapat dilihat dalam buku yang dikeluarkan oleh SekretariatJenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tahun2000, berjudul “BUKU KEDUA JILID 3 C Risalah Rapat PanitiaAd Hoc I (Sidang Tahunan 2000)”, terutama yang berhubungandengan materi usulan-usulan dari fraksi di MPR yang ada kaitannyadengan Pasal 18B a quo, antara lain sebagai berikut; (yang kami kutiphanya masalah dan usulan yang ada kaitannya dengan OtonomiKhusus).

Page 227: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

52 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Secara umum, perdebatan gagasan dan usulan yang diajukan olehfraksi-fraksi di MPR dapat disimpulkan sebagai berikut: kesatu,keseluruhan fraksi sepakat proses pembangunan dan politik harusmelibatkan aspirasi masyarakat; kedua, seluruh fraksi juga sepakatuntuk mendelegasikan sebagian kewenangan kepada daerah; ketiga,fraksi juga setuju untuk mengatur hal-hal yang berkaitan denganotonomi daerah, di sebagian mereka bahkan secara tegas menyatakan,diperlukannya Otonomi Khusus untuk kepentingan beberapa daerahtertentu; keempat, keseluruhan fraksi menyadari betul keragamandaerah sehingga hak-hak, asal-usul, sifat dan karakter daerah yangbersifat khas dan istimewa harus diakomodasi serta sebagian besarfraksi mengakui juga mengakui eksistensi hukum adat di sebagianwilayah Indonesia.

Kalau hendak dilacak lebih jauh lagi, maka berbagai usulan dari fraksi-fraksi adalah sebagai berikut:

a. Usulan dari Fraksi Utusan Golongan antara lain:

Pasal 18 tetap menjadi satu pasal dengan 8 ayat, yangmenyatakan:

— Ayat ke (5) berbunyi, “Berdasarkan atas latar belakangsejarah dan karena kekhususannya suatu daerah dapatmemiliki pemerintahan daerah dengan otonomi khusus.”

— Ayat (6) Pemerintah Daerah bertanggung jawab di dalammeningkatkan kualitas sumber daya manusia.

— Ayat (7) Bentuk dan susunan pemerintah daerah otonomidan daerah otonomi khusus diatur dengan undang-undang.

— Ayat (8) Pembentukan propinsi baru harus disetujui olehDPRD, DPR, dan Dewan Perwakilan Daerah.

b. Usulan dari Fraksi PDI-P:

Secara umum, Fraksi ini, menyatakan pada masa yang lalu sangatterasakan bahwa pemerintah belum melaksanakan Pasal 18Undang-undang Dasar 1945 sebagaimana mestinya, pemerin-

Page 228: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 53

tahan yang sentralistik yang cenderung diseragamkan dandilakukan dengan tekanan dan paksaan telah menimbulkanmasalah-masalah yang serius di berbagai daerah mulai daripropinsi hingga ke desa-desa, antara lain kita juga melihat bahwa:

1. Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata.2. Penghasilan daerah dari cabang-cabang produksi yang

penting tersedot ke pusat secara tidak berimbang.3. Pemilihan kepala daerah pada semua tingkatan yang

dilakukan dengan penuh rekayasa dan hanya mengede-pankan tokoh-tokoh formal dan mengabaikan tokoh-tokohinformal.

4. Sistem demokrasi yang dibangun secara top downmengakibatkan masyarakat di daerah kehilangan kedau-latannya.

5. Yang paling penting adanya usaha yang sistematis daripemerintah pusat untuk menghilangkan hak asal-usul yangbersifat istimewa dengan dalih persatuan dan kesatuanbangsa dalam skala yang luas. Pada akhirnya telah rnemicukeresahan yang mengarah kepada disintegrasi bangsa.

6. Hal iain yang juga penting adalah adanya usaha untuk tidakmenghormati masyarakat adat dan hukum adat, padahalkita mengetahui masyarakat adat dan hukum adat adalahpotensi utama untuk pembangunan negara kesatuan danmenjadi dasar berpijak penyusunan Undang-Undang Dasar1945.

7. Perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain seringmengabaikan bahkan merugikan kepentingan daerah yangdituju, yang sering menimbulkan keresahan di daerah-daerahyang bersangkutan.

Sehubungan dengan hal-hal di atas, dan dengan memperhatikandengan sungguh--sungguh aspirasi masyarakat di daerah-daerahdan pikiran-pikiran yang telah dikemukakan oleh para pakar dantokoh masyarakat, kami Fraksi PDI Perjuangan mengusulkanrumusan perubahan atas Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945antara lain:

Page 229: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

54 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Bab VI, Pemerintah Daerah Pasal 18, yaitu sebagai berikut:— Ayat (1), Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi

ke dalam daerah-daerah otonomi dan daerah-daerahadministrasi yang pelaksanaannya diatur dengan undang-undang;

— Ayat (5), Hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yangbersifat istimewa termasuk desa, negeri, dusun, marga,nagari dan huta dihormati oleh negara, yang pelaksanaannyaatau dengan undang-undang;

— Ayat (6), Negara menghormati hak-hak adat masyarakat didaerah-daerah;

— Ayat (8), Pemerintah nasional, pemerintah daerah otonomi,pemerintah daerah administratif dan daerah-daerah yangbersifat istimewa wajib menjaga keutuhan Negara KesatuanRepublik Indonesia.

c. Usulan dari Fraksi Golkar

Fraksi Golkar memandang bahwa perlu segera dilakukanperubahan terhadap Pasal 18 yang mengandung beberapa prinsip:

a. Penegasan bahwa otonomi daerah adalah hak yang melekatpada masyarakat daerah yang dijamin konstitusi,

b. Penegasan bahwa penyelenggaraan otonomi daerah perlumenjamin peningkatan pengembangan kebangsaan,demokrasi daerah, dan kesejahteraan masyarakat,

c. Penegasan perlu ditegakkannya prinsip-prinsip keadilan dankesetaraan antara pemerintah pusat dengan pemerintahdaerah dan antar pe:nerintah daerah dalam hal kewenangandan keuangan.

Dalam rangka melakukan amandemen terhadap Pasal 18 ini, makaFraksi Partai Golkar mengusulkan agar Pasal 18 mempunyai limaayat, antara lain:

- Ayat (3), negara mengakui masyarakat hukum adat dan

Page 230: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 55

teritorial untuk memiliki pemerintahan sendiri berdasarkanhak-hak, asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifatistimewa dan khusus yang diatur dengan undang-undang.

d. Usulan dari Fraksi Persatuan Pembangunan

Fraksi menyatakan lebih jauh sebagai berikut: daerah-daerahdibentuk dengan memandang dan mengingat hak-hak asal-usuldalam daerah yang bersifat istimewa, inipun periu mendapatkancatatan karena pemahaman tentang daerah asal-usul danistimewa ini juga dalam prakteknya telah berkembang yang tidakseirama. Sebagai contoh Daerah Istimewa Aceh, namanya DaerahIstimewa Aceh tetapi dalam prakteknya struktur dan fungsidaerahnya dan pemerintah daerahnya sama dengan propinsi yanglain. Daerah Istimewa Yogyakarta, belakangan, ketika Sri SultanHamengkubuwono ke-IX meninggal dunia, ternyata tidak sertamerta Gubernur Kepala Daerahnya beralih ke Hamengkubowonoke-X bahkan terakhir telah dipilih oleh DPRD. Ini semua perluperhatian kita semua untuk tidak kita menemukan masalah-masalah di kemudian hari. Karena itu, pemerintah memprioritas-kan pembangunan daerah yang tertinggal guna memperkecilkesenjangan daerah.

e. Usulan dari Fraksi PKB

Adapun usulan lebih jauh dari fraksi ini adalah sebagai berikut:dasar pemikiran yang melandasi adalah bahwa persoalan kitaselama ini dari penerapan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945memperlihatkan betapa dominasi pemerintah pusat begitu besarterhadap pemerintah daerah sehingga terjadi ketimpangandistribusi antara pusat dan daerah.

Alasannya bahwa otonomi daerah itu adalah hak daerah untukmengelola dan mengembangkan potensinya dan bukan semata-mata pelimpahan wewenang dari pusat ke pemerintah daerah.Otonomi daerah dilaksanakan oleh masyarakat daerah melaluimekanisme perwakilan, yakni DPRD. Pelaksanaan otonomi daerah

Page 231: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

56 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

tidak sepatutnya dilaksanakan secara seragam, mengingat setiapdaerah memiliki potensi kemampuan dan keunikan kultural yangberbeda-beda.

f. Usulan dari Fraksi Reformasi.

Fraksi ini mengusulkan beberapa ayat di dalam Pasal 18, yaituterdiri dari 11 ayat, antara lain:

— Ayat (3), Daerah-daerah diberi otonomi luas, nyata danbertanggung jawab sebagai perwujudan prinsip-prinsipdemokrasi, pemberdayaan masyarakat, pemerataan yangberkeadilan dilandasi dengan asas desentralisasi.

— Ayat (4), Daerah-daerah dapat membentuk pemerintahandaerah otonom secara penuh melalui otonomi khusus. Secaraluas melalui otonomi luas. Secara terbatas melalui otonomiterbatas yang ditetapkan secara bersama--sama oleh DPRDdengan pemerintah pusat.

— Ayat (5), Daerah-daerah berhak mempertahankan identitassosial dan budaya sepanjang tidak bertentangan danmelampaui kewenangan yang dimiliki.

g. Usulan dari Fraksi PBB.

Beberapa gagasan yang diajukan oleh fraksi ini adalah sebagaiberikut:

— Ayat (2), Pembentukan, pemekaran, dan pembubaran daerahdiatur dengan undang-undang.

— Ayat (3). Pemerintah pusat memberikan otonomi yang luaspada daerah-daerah untuk melaksanakan pemerintahannyamasing-masing, kecuali untuk bidang hubungan luar negeri,moneter, fiskal, pertahanan, keadilan, dan bidang-bidangtertentu yang diatur dengan undang-undang denganmemperhatikan kekhususan dan keragaman yang dimilikioleh daerah.

Page 232: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 57

h. Usulan dari Fraksi PDU:

Adapun usulan dari fraksi lebih lanjut adalah: sampai hari ini,undang-undang yang mengatur otonomi daerah atau mengaturtentang pemerintahan daerah masih berjalan lamban danberubah-ubah. Terakhir terbitnya Undang-undang Nomor 22/1999dan Nomor 25/1999. Di sisi lain pengaturan pemerintahan daerahcenderung pada penyelenggaraan penyeragaman padahal padapenjelasan pasal 18 founding fathers kita menyatakan bahwadalam teritorial Negara Indonesia terdapat iebih kurang 250zelfbesturende landschappen dan volksgemeenschappen sepertidesa di Jawa dan Bali, nagari di Minangkabau, dusun dan margadi Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyaisusunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerahyang bersifat istimewa.

Karena itu, Pasal 18 sudah tidak dapat lagi mengatur secarakeseluruhan menata pemerintahan daerah apalagi menatahubungan daerah dan pusat. Karena itu, fraksi kami mengusulkanrumusan Pasal 18 antara lain: Satu s/d delapan, yang kedelapanusulannya, pembentukan dan pemekaran daerah hendaknya tetapmemperhatikan budaya setempat.

i. Usulan dari Fraksi KKI:

Usulan dari fraksi ini lebih jauh adalah sebagai berikut: berkenaandengan pokok pembahasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945dalam perubahan ke-2 yang sedang dibahas sekarang ini.Perkenankanlah kami mengajak ktia semua untuk mencermatisejarah politik yang mencerminkan bahwa otonomi daerahmerupakan salah satu faktor kunci yang sangat berpengaruhterhadap proses integrasi walaupun secara sadar kita telahmenjadikan sentralisasi sebagai tujuan aan bukan iagi mekanismeuntuk mensejahterakan bangsa secara berkeadilan. Akibatnyakekecewaan, rasa putus asa, kemarahan bahkan ancamandisintegrasi datang dari berbagai daerah.

Page 233: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

58 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Proses desentralisasi pemberdayaan masyarakat dan peningkatankualitas pelayanan umum masih jauh dari yang seharusnya,bahkan ada kesan kurang dilaksanakanya secara sungguh-sungguh otonomi daerah. Jaminan terhadap keharmonisanhubungan antara pemerintah pusat dan daerah harus diawalidengan mengganti paradigma ketergantungan dengan paradigmakemitraan. Pemerintah daerah harus dipandang sebagai mitrasejajar pemerintah pusat, ini berarti bahwa kekuasaan,kewenangan untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan didaerah menjadi milik bersama antara pemerintah pusat dandaerah.

Desentralisasi mutlak perlu karena alasan-alasan yang sudahbanyak kita ketahui antara lain; wilayah Indonesia yang secarageografis sangat luas dan beraneka ragam, aneka ragamgolongan, dan lingkungan sosial, budaya, agama, ras, dan etnikserta bahasa disebabkan antara lain perbedaan sejarahperkembangan penduduk dengan segala aspek kehidupannya.

Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, Fraksi KKI mengusulkanPasal I8 Undang-undang Dasar 1945 untuk diubah, judulnya tetapdengan perubahan pasal diusulkan menjadi empat:

Pasal 18a. Pemerintah Daerah dijalankan atas prinsip desentralisasi.b. Dengan undang-undang, diberikan otonomi yang luas kepada

propinsi atas dasar kemampuan ekonomi propinsi.c. Otonomi yang luas meliputi semua urusan pemerintah kecuali

yang menyangkut bidang hubungan luar negeri, pertahanankeamanan, agama, keuangan serta pajak, dan peradilan yangtetap ditangani oleh penyelenggara negara di tingkat pusat.

d. Dengan undang-undang dan atas usul pemerintah propinsiotonomi dapat diberikan kepada Pemerintah Kabupaten danPemerintah Kotamadya.

Page 234: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 59

2. PEMERINTAH DAERAH DENGAN OTONOMI KHUSUS

1. Landasan Konstitusional Pembentukan OtonomiKhusus Propinsi Papua.

Konstitusi meletakan dasar dasar kerangka hukum tentangpelaksanaan Pemerintahan Daerah dengan pemberian OtonomiKhusus pada Daerah Daerah tertentu, seperti yang tertuang pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 antara lain sebagai berikut :

BAB VIPEMERINTAHAN DAERAH

Pasal 18(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-

daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupatendan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itumempunyai pemerintahan daerah, yang diatur denganundang-undang.

(2) Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kotamengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahanmenurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

(3) Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kotamemiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagaikepala pemerintah daerah propinsi, kabupaten, dan kotadipilih melalui Pemilihan Umum. (5) Pemerintahan daerahmenjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusanpemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagaiurusan Pemerintahan Pusat.

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerahdan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomidan tugas pembantuan.

(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahanndaerah diatur dalam undang-undang.

Page 235: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

60 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Pasal 18 A(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan

pemerintahan daerah propinsi, kabupaten, dan kota, atauantara propinsi dan kabupaten dan kota,diatur denganundang-undang dengan memperhatikan kekhususan dankeragaman daerah.

(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatansumber daya alam dan sumber daya lainnya antarapemerintahan pusat dan pemerintahan daerah diatur dandilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

Pasal 18BNegara mengakui dan menghormati satuan satuan pemerintahdaerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diaturdengan undang-undang. Negara mengakui dan menghormatikesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-haktradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai denganperkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan RepublikIndonesia, yang diatur dalam undang-undang.

2. Peraturan Perundangan Pelaksana Konstitusi yangBerkaitan dengan Pemberian Otonomi KhususPapua.

a. Berbentuk Ketetapan Majelis PermusyawaratanRakyat

1). Tap MPR No.IV/MPR/1999.Mengatur tentang Garis Garis Besar Haluan NegaraTahun 1999-2004, di dalam lampiran Bab IV Huruf Gangka 2, antara lain menyatakan sebagai berikut;

2. Khusus.Dalam rangka pembangunan otonomi daerah di dalamwadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta untukmenyelesaikan secara adil dan menyeluruh permasalah-

Page 236: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 61

an di daerah yang memerlukan penanganan segera dansungguh-sungguh, maka perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

Irian Jaya.a. Mempertahankan integrasi bangsa di dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan tetapmenghargai kesetaraan dan keragaman kehidupansosial budaya masyarakat Irian Jaya melaluipenetapan daerah otonomi khusus yang diaturdengan undang-undang.

b. Menyelesaikan kasus pelanggaran hak asasimanusia di Irian Jaya melalui proses pengadilanyang jujur dan bermartabat.

2). Tap MPR Nomor IV/MPR/2000.Mengatur tentang Rekomendasi Kebijakan Penyelengga-ra Otonomi Daerah.Rekomendasi Angka III Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/2000 dirumuskan antara lain sebagai berikut;

Rekomendasi ini ditujukan kepada Pemerintah danDewan Perwakilan Rakyat agar ditindak lanjuti sesuaidengan butir-butir rekomendasi di bawah ini:

Undang-undang tentang Otonomi Khusus bagi DaerahIstimewa Aceh dan Irian Jaya, sesuai amanat KetetapanMajelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/MPR/1999tentang Garis Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004, agar dikeluarkan selambat-lambatnya 1 Mei 2001dengan memperhatikan aspirasi masyarakat daerahyang bersangkutan.

3). Tap MPR Nomor I/MPR/2003.Mengatur tentang Peninjauan terhadap materi danstatus hukum Ketetapan Majelis PermusyawaratanRakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawa-

Page 237: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

62 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

ratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampaidengan Tahun 2002.

Dalam Pasal 3 Ketetapan MPR Nomor 1 Tahun 2003tersebut ditetapkan bahwa, sejumlah Ketetapan MPRdinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknyapemerintahan hasil Pemilihan Umum Tahun 2004. Diantara sejumlah Ketetapan MPR yang dinyatakan tetapberlaku tersebut adalah:

1. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004; dan

2. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/2000 tentangRekomendasi Kebijakan dalam PenyelenggaraanOtonomi Daerah.

4). Keputusan MPR Nomor 5/MPR/2003.Mengatur tentang Penugasan kepala Pimpinan MajelisPermusyawaratan Rakyat Republik Indonesia untukmenyampaikan saran dan laporan pelaksanaan PutusanMajelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesiaoleh Presiden, DPR, BPK, MA pada Sidang TahunanMajelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.Dalam lampiran Keputusan MPR Nomor 5/MPR/2003Angka 1 tentang Politik dan Keamanan, pada huruf byang mengatur mengenai Papua, dirumuskan sebagaiberikut:1. Majelis menyarankan kepada pemerintah dan DPR

untuk menata kembali peraturan perundang-undangan yang menyangkut otonomi danpemekaran Papua termasuk peninjauan kembaliUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dan InpresNomor 1 Tahun 2003 untuk disesuaikan denganisi, jiwa dan semangat Undang--undang Nomor 21Tahun 2001.

2. Melaksanakan Undang-undang Nomor 21 Tahun2001 secara utuh, konsekuen dan komprehensif,

Page 238: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 63

dengan mempercepat proses penyusunan Peratur-an Pemerintah yang merupakan penjabaran dariundang-undang tersebut terutama pembentukanMajelis Rakyat Papua, dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun.

5). Saran atas Laporan Pelaksanaan Putusan MajelisPermusyawaratan Rakyat Republik Indonesiaoleh Presiden, DPR, BPK, MA pada SidangTahunan Majelis Permusyawaratan RakyatRepublik Indonesia tahun 2003.

PAPUA1. Majelis menyarankan kepada pemerintah dan DPR

untuk menata kembali peraturan perundang-undangan yang menyangkut otonomi danpemekaran Papua termasuk meninjau kembaliUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dan InpresNomor 1 Tahun 2003 untuk disesuaikan denganisi, jiwa dan semangat Undang- undang Nomor 2ITahun 2001.

2. Melaksanakan Undang-undang Nomor 21 Tahun2001 secara utuh, konsekuen dan komprehensif,dengan mempercepat proses penyusunan Peratur-an Pemerintah yang merupakan penjabaran dariundang-undang tersebut terutama pembentukanMajeiis Rakyat Papua, dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun.

b. Berbentuk Undang–Undang

1). Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan DaerahUndang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan Daerah, dari berbagai pasal yang termuatdalarn undang-undang tersebut, maka masalahpembentukan dan susunan daerah dirumuskan dalam

Page 239: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

64 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

pasal-pasal antara lain:

Pasal 4(1) Dalam rangka pelaksanaan asas Desentralisasi

dibentuk dan disusun Daerah Propinsi, DaerahKabupaten, dan Daerah Kota yang berwenangmengatur dan mengurus kepentingan masyarakatsetempat menurut prakarsa sendiri berdasarkanaspirasi masyarakat.

Pasa15(1) Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan

kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosialbudaya, sosial politik, jumlah penduduk, luasdaerah, dan pertimbangan lain yang memungkin-kan terselenggaranya Otonomi Daerah.

(2) Pembentukan, nama, batas, dan ibukota sebagai-mana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan denganundang-undang.

Pasal 125(1) Kotamadya Batam, Kabupaten Paniai, Kabupa-

ten Puncak jaya, Kabupaten Mimika, Kabupa-ten Simeulue, dan semua Kota Administratif dapatditingkatkan menjadi Daerah Otonom denganmemperhatikan Pasal 5 undang-undang ini.

(2) Selambat-lambatnya dua tahun setelah tanggalditetapkannya undang-undang ini, Kotamadya,Kabupaten, dan Kota Administratif, sebagaimanadimaksud pada ayat (1), sudah harus berubahstatusnya menjadi Kabupaten/Kota jika memenuhiketentuan yang ditetapkan dalam Pasal 5 undang-undang ini.

2). Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentangOtonomi Khusus bagi Propinsi Papua antara lainmenetapkan sebagai berikut:

Page 240: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 65

a). Dalam Konsiderans huruf k dirumuskan:k. bahwa perkembangan situasi dan kondisi

daerah Irian Jaya, khususnya menyangkutaspirasi masyarakat menghendaki pengem-balian nama Irian Jaya menjadi Papuasebagaimana tertuang dalam KeputusanDPRD Propinsi Irian Jaya Nomor 7/DPRD/2000 tanggal 16 Agustus 2000tentang Pengembalian Nama Irian Jayamenjadi Papua.

b). Dalam Ketentuan Umum Pasal 1 huruf a danb dirumuskan sebagai berikut:

Pasal 1Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:a. Propinsi Papua adalah Propinsi Irian Jaya yang

diberi Otonomi Khusus dalam kerangkaNegara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Otonomi Khusus adalah kewenangan khususyang diakui dan diberikan kepada PropinsiPapua untuk mengatur dan menguruskepentingan masyarakat setempat menurutprakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat Papua.

Pasal 3(1) Propinsi Papua terdiri atas Daerah Kabupaten

dan Daerah Kota yang masing-masing sebagaiDaerah Otonom.

(2) Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas sejumlahdistrik.

(3) Distrik terdiri atas sejumlah kampung atauyang disebut dengan nama lain.

(4) Pembentukan, pemekaran, penghapusan,dan/atau penggabungan Kabupaten/ Kota,ditetapkan dengan undang-undang atas usul

Page 241: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

66 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Propinsi Papua.

Pasal 74Semua peraturan perundang-undangan yang adadinyatakan tetap berlaku di Propinsi Papuasepanjang tidak diatur dalam undang--undang ini.

Pasal 76Pemekaran Propinsi Papua menjadi propinsi-propinsi dilakukan atas persetujuan MRP dan DPRPsetelah memperhatikan dengan sungguh-sungguhkesatuan sosial budaya, kesiapan Sumber DayaManusia, dan kemampuan ekonomi dan perkem-bangan di masa datang.

3. Ketentuan Perundangan Dan Pasal Yang DinyatakanTidak Berlaku.

Sejak berlakunya Undang Undang Dasar Negara RepublikIndonesia 1945 terhitung mulai berlakunya perubahan kedua dariUndang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 tanggal18 Agustus Tahun 2000, pasal-pasal yang mengatur tentangpembentukan Propinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengahsecara filosofis, politis, dan hukum tidak mempunyai persoalanberkaitan dengan daya berlakunya.

Oleh karena itu, pasal-pasal yang ada kaitannya denganpembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Baratyang terdapat dalam Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi IrianJaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya, dan Kota Sorong diubah oleh Undang-undang Nomor5 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 45Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah,Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika,Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong potensial untuk segeradinyatakan tidak berlaku oleh Mahkamah Konstitusi.

Page 242: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 67

Adapun pasal a quo yang seharusnya dicabut, karenabertentangan dengan konstitusi antara lain sebagai berikut:

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1antara lain:Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:c. Propinsi Irian Jaya adalah Daerah Otonom sebagaimana

dimaksud dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1969tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat danKabupaten-kabupaten Otonom Propinsi Irian Barat.

BAB IIPEMBENTUKAN, BATAS WILAYAH, DAN IBUKOTA

Pasal 2Dengan undang-undang ini dibentuk Propinsi Irian Jaya Baratdan Propinsi Irian Jaya Tengah dalam wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia serta dibentuk Kabupaten Paniai, KabupatenMimika, Kabupaten Puncak jaya, dan Kota Sorong.

Pasal 3Propinsi Irian Jaya Tengah berasal dari sebagian wilayah PropinsiIrian Jaya yang terdiri atas wilayah:a. Kabupaten Biak Numfor;b. Kabupaten Yapen Waroper;c. Kabupaten Nabire;d. Kabupaten Paniai; dane. Kabupaten.

Pasal 4Propinsi Irian Jaya Barat berasal dari sebagian wilayah PropinsiIrian Jaya yang terdiri atas wilayah:a. Kabupaten Sorong;b. Kabupaten Manokwari;

Page 243: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

68 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

c. Kabupaten Fak-Fak; dand. Kota Sorong.

Pasal 9antara lain:(1) Dengan dibentuknya propinsi Irian Jaya Tengah dan Propinsi

Irian Jaya Barat, sebagaimana dimaksud dalam pasal 2,wilayah Propinsi Irian Jaya dikurangi dengan wilayah propinsiIrian Jaya Tengah dan wilayah Propinsi Irian Jaya Barat,sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4.

Pasal 11Dengan dibentuknya Propinsi Irian Jaya Tengah dan Propinsi IrianJaya Barat, Propinsi Irian Jaya diubah namanya menjadi PropinsiIrian Jaya Timur.

Pasal 12antara lain:(1) Propinsi Irian Jaya Tengah mempunyai batas wilayah:

a. sebelah utara dengan Samudra Pasifik;b. sebelah timur dengan Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten

Jayapura, dan Kabupaten Merauke, Propinsi Irian JayaTimur;

c. sebelah selatan dengan Laut Arafuru; dand. sebelah barat dengan Kabupaten Fak-Fak dan

Kabupaten Manokwari, Propinsi Irian Jaya Barat.(2) Propinsi Irian Jaya Barat mempunyai batas wilayah:

a. sebelah utara dengan Samudra Pasifiik;b. sebelah timur dengan Kabupaten Nabire dan Kabupaten

Mimika, Propinsi Irian Jaya Tengah dan TelukCendrawasih;

c. sebelah selatan dengan Laut Arafuru; dand. sebelah barat dengan Laut Seram dan Laut Halmahera.

(7) Batas wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat(2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) dituangkandalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariundang-undang ini.

Page 244: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 69

(8) Penentuan batas wilayah Propinsi Irian Jaya Tengah, IrianJaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya, dan Kota Sorong secara pasti di lapangan,sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),ayat (4), ayat (5), dan ayat (6), ditetapkan oleh MenteriDalam Negeri.

Pasal 13(1) Dengan dibentuknya Propinsi Irian Jaya Tengah, Irian Jaya

Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya, dan Kota Sorong, sebagaimana dimaksud dalamPasal 2, dan mempunyai wilayah sebagaimana dimaksuddalam Pasal 3, Pasal 4, pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8,Pemerintah Propinsi Irian Jaya Tengah, Pemerintah Irian JayaBarat, Pemerintah Paniai, Pemerintah Kabupaten Mimika,Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya, dan Pemerintah KotaSorong wajib menetapkan Tata Ruang Wilayah Propinsi IrianJaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Puncak Jaya, dan KotaSorong, sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

(2) Penetapan Tata Ruang Wilayah Propinsi Irian Jaya Tengah,Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika,Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong, sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dilakukan secara terpadu dan tidakterpisahkan dari Tata Ruang Wilayah Nasional, Propinsi, danKabupaten/Kota.

BAB IIIKEWENANGAN DAERAH

Pasal 15(1) Dengan terbentuknya Propinsi Irian Jaya Tengah dan Propinsi

Irian Jaya Barat, kewenangan Daerah sebagai DaerahOtonom menjadi bidang pemerintahan yang bersifat lintasKabupaten dan Kota serta kewenangan dalam bidangpemerintahan tertentu lainnya, sesuai dengan PeratuanPerundang-undangan.

(2) Di samping kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat

Page 245: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

70 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

(1), Propinsi Irian Jaya Tengah dan Propinsi Irian Jaya Baratjuga mempunyai kewenangan pemerintahan yang tidak ataubelum dapat dilaksanakan oleh Kabupaten dan Kota.

(3) Kewenangan Propinsi Irian Jaya Tengah dan Propinsi IrianJaya Barat sebagai wilayah administrasi mencakupkewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepadaGubernur Irian Jaya Barat dan Gubernur Irian Jaya Tengahselaku wakil pemerintah.

Pasal 14antara lain:(1) Ibukota Propinsi Irian Jaya Tengah berkedudukan di Timika.(2) Ibukota Propinsi Irian Jaya Barat berkedudukan di Manokwari.

BAB IVPEMERINTAHAN DAERAH

Pasal 17antara lain:(1) Dengan terbentuknya Propinsi Irian Jaya Tengah dan Propinsi

Irian Jaya Barat, dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerahdi propinsi masing-masing, sesuai dengan PeraturanPerundang-undangan.

Pasal 18

antara lain:(1) Untuk memimpin jalannya pemerintahan di Propinsi Irian

Jaya Tengah dan Propinsi Irian Jaya Barat, dipilih dandisahkan seorang Gubernur dan Wakil Gubernur di propinsimasing-masing, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 19antara lain:(1) Untuk kelengkapan perangkat pemerintahan, di Propinsi Irian

Jaya Tengah dan Propinsi Irian Jaya Barat, masing-masing

Page 246: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 71

dibentuk Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat DaerahPropinsi, Sekretariat Propinsi, Dinas-dinas Propinsi, danLembaga Teknis Propinsi, sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

BAB VKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 20antara lain:(1) Dengan terbentuknya Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi

Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika,Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong, pengisiankeanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi IrianJaya Tengah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi IrianJaya Barat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KabupatenPaniai, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Mimika,Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Puncak Jaya,dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sorong,diselenggarakan melalui Pemilihan Umum lokal selambat-lambatnya satu tahun sejak peresmiannya, sesuai denganPeraturan Perundang-undangan.

(2) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Irian JayaTengah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Irian JayaBarat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Paniai,Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Mimika; DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Puncak Jaya, danDewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sorong terdiri atas:a. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang

ditetapkan dari partai politik peserta Pemilihan Umumlokal yang dilaksanakan di daerah masing-masing; dan

b. Anggota ABRI yang diangkat.

(3) Jumlah dan tata cara pengisian anggota Dewan PerwakilanRakyat Daerah Propinsi Irian Jaya Tengah, Dewan PerwakilanRakyat Daerah Propinsi Irian Jaya Barat, Dewan PerwakilanRakyat Daerah Kabupaten Paniai, Dewan Perwakilan Rakyat

Page 247: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

72 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Daerah Kabupaten Mimika, Dewan Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten Puncak Jaya, dan Dewan Perwakilan RakyatDaerah Kota Sorong, sebagaimana dimaksud pada ayat (2)ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang--undangan.

(4) Dengan terbentuknya Propinsi Irian Jaya Tengah dan PropinsiIrian Jaya Barat, jumlah anggota Dewan Perwakilan RakyatDaerah Propinsi Irian Jaya Timur disesuaikan dengan jumlahpenduduk Propinsi Irian Jaya Timur setelah dikurangi denganjumlah penduduk Propinsi Irian Jaya Tengah dan PropinsiIrian Jaya Barat.

Pasal 22antara lain:(1) Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan di Propinsi

Irian Jaya Tengah, Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong,maka Gubernur Irian Jaya Timur dan Bupati Sorong sesuaidengan tugas dan wewenangnya masing-masing menginven-tarisasi dan mengatur penyerahan kepada PemerintahPropinsi Irian Jaya Tengah, Irian Jaya Barat, KabupatenPaniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan KotaSorong, sesuai dengan Peraturan perundang-undangan:a. pegawai yang karena jabatannya diperlukan oleh

Pemerintah Propinsi Irian Jaya Tengah, Irian Jaya Barat,Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya, dan Kota Sorong;

b. tanah, bangunan, barang bergerak, dan barang tidakbergerak yang dimiliki, dikuasai, atau dimanfaatkan olehPemerintah Propinsi lrian Jaya Timur dan PemerintahKabupaten Sorong, yang berada dalam Propinsi IrianJaya Tengah, Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan KotaSorong;

c. Badan Usaha Milik Daerah Propinsi Irian Jaya Timurdan Kabupaten Sorong yang berkedudukan dan sifatnyadiperlukan serta kegiatannya berada di Propinsi IrianJaya Tengah, Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,

Page 248: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 73

Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan KotaSorong;

d. utang piutang Propinsi Irian Jaya Timur yangkegunaannya untuk Propinsi Irian Jaya Tengah, IrianJaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika,Kabupaten Puncak Jaya, serta utang piutang KabupatenSorong yang kegunaannya untuk Kota Sorong; dan

e. perlengkapan kantor, arsip, dokumen, dan perpustakaanyang karena sifatnya diperlukan oleh Propinsi Irian JayaTengah, Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, KabupatenMimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong.

Pasal 23antara lain:(1) Pembiayaan yang diperlukan akibat pembentukan Propinsi

Irian Jaya Tengah, Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong,sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, masing-masingdibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah Propinsi Irian Jaya Tengah, Irian Jaya Barat,Kabupaten Paniai; Kabupaten Mimika, Kabupaten PuncakJaya, dan Kota Sorong.

(2) Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan danpembangunan terhitung sejak diresmikannya pembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah dan Propinsi Irian Jaya Barat,segala pembiayaan yang diperlukan pada tahun pertamasebelum dapat disusun Anggaran pendapatan dan BelanjaDaerah yang bersangkutan dibebankan kepada Anggaranpendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Irian Jaya Timur,berdasarkan pembagian hasil pendapatan yang diperolehdari Propinsi Irian Jaya Tengah dan Propinsi Irian Jaya Barat.

(4) Pemerintah Propinsi Irian Jaya Timur wajib membantupembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaluiAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Irian JayaTimur selama tiga tahun berturut-turut terhitung sejakperesmiannya.

Page 249: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

74 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

(5) Untuk kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan,pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan, Pemerintahmemberikan bantuan pembiayaan sebagai akibat pemben-tukan Propinsi Irian Jaya Tengah dan Propinsi Irian Jaya Baratselama tiga tahun berturut-turut, terhitung sejakperesmiannya.

Pasal 26antara lain:(2) Selambat-lambatnya dalam jangka waktu lima tahun, Ibukota

Propinsi Irian Jaya Barat yang definitif telah difungsikan.

D. Dirubah dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 45 Tahun1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah,Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, KabupatenMimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong, sehinggabunyi Pasal 20 sebagai berikut;

Pasal 20antara lain:(1) Dengan terbentuknya Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi

Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika,Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong, pengisiankeanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi IrianJaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Soronguntuk pertama kali dilakukan dengan cara:a. penetapan berdasarkan perimbangan hasil perolehan

suara partai politik peserta Pemilihan Umum tahun 1999yang dilaksanakan di Propinsi Irian Jaya, KabupatenPaniai, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Mimika,serta di Kabupaten Sorong; dan

b. pengangkatan dari anggota TNI POLRI.(2) Jumlah dan tata cara pengisian keanggotaan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Irian Jaya Tengah,Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten

Page 250: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 75

Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorongsebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan denganKeputusan Presiden.

Pasal 21antara lain:(1) Pada saat terbentuknya Propinsi Irian Jaya Tengah dan Propinsi

Irian Jaya Barat, Pejabat Gubernur Irian Jaya Tengah danPejabat Gubernur Irian Jaya Barat, untuk pertama kalidiangkat oleh Presiden atas usul Menteri Dalam Negeri.

Pasal 22antara lain:(1) Untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan di Propinsi

Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, KabupatenPaniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan KotaSorong, maka Gubernur Irian Jaya Timur dan Bupati Sorongsesuai dengan wewenang dan tugasnya masing-masingmenginventarisasi dan mengatur penyerahan kepadaPemerintah Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian JayaBarat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya, dan Kota Sorong sesuai dengan PeraturanPerundang-undangan.

(2) Pelaksanaan penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) selambat-lambatnya harus diselesaikan dalam waktu satutahun, terhitung sejak diresmikannya Propinsi Irian JayaTengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong.

Pasal 24Pembiayaan akibat perubahan nama Propinsi Irian Jayasebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, dibebankan padaAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Irian JayaTimur.

Pasal 25antara lain:

Page 251: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

76 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

(1) Semua Peraturan Perundang-undangan yang saat ini berlakubagi Propinsi Irian Jaya Timur tetap berlaku bagi PropinsiIrian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, KabupatenPaniai, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Puncak Jaya,sebelum diubah, diganti, atau dicabut berdasarkan undang-undang ini.

Pasal 26antara lain:(1) Sementara menunggu kesiapan prasarana dan sarana yang

memadai bagi ibukota Propinsi Irian Jaya Barat, sebagaimanadimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), ibukota sementaraditempatkan di Sorong.

4. Alasan Hukum Tidak Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999, Terutama Pasal-Pasal Yang Berkaitan Dengan Pemekaran PropinsiIrian Jaya Tengah Dan Irian Jaya Barat

a. Bertentangan dengan Hukum Formal

1). Bahwa, latar belakang, maksud dan tujuan dimasukkan-nya Pasal 18B ke dalam UUD RI Tahun 1945 olehPembuat Konstitusi antara lain merupakan pengakuandan penghormatan atas keragaman masyarakat, baiksatuan pemerintah daerah maupun kesatuan masyara-kat hukum, mereka masing-masing mempunyaikekhususan, keistimewaan dan hak-hak tradisional.

2). Bahwa, maksud dan tujuan tersebut dimasukan dalamrumusan pasal 18B ayat (1) dan (2), UUD RI Tahun1945, antara lain sebagai berikut;

Pasal 18B (1); “Negara mengakui dan menghormatisatuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifatkhusus atau bersifat istimewa yang diatur dalamundang-undang”.

Page 252: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 77

Pasal 18B (1); “Negara mengakui dan menghormatikesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat besertahak-hak tradisionilnya sepanjang masih hidup dan sesuaidengan perkembangan masyarakat dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang.

3). Bahwa, pengakuan dan penghormatan pada butir 1)dan telah di eksplisitkan di dalam Pasal 18B UUD RITahun 1945, di dalam konteks Otonomi Daerah Papua,telah ditindak lanjuti oleh berbagai peraturanperundangan yang dibawahnya, yaitu antara lain:

a). Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/2000 tentangRekomendasi Kebijakan Dalam PenyelenggaraanOtonomi Daerah yang ditetapkan, yang berisirekomendasi untuk pembentukan undang-undang tentang Otonomi Khusus bagiDaerah Irian Jaya, selambat-lambatnya tanggal1 Mei 2001 dengan memperhatikan aspirasimasyarakat daerah yang bersangkutan.

b). Ketetapan tersebut memperkuat Ketetapan MajelisPermusyawaratan Rakyat sebelumnya, yaitu TapMPR Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis GarisBesar Haluan Negara Tahun 1999-2004, yangmemerintahkan ditetapkan Irian Jaya sebagaiDaerah Otonomi Khusus dalam wadah NegaraKesatuan Republik Indonesia, yang diatur denganundang-undang.

c). Pembentukan Undang-undang Nomor 21 Tahun2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Propinsi Papua.

Berdasarkan tiga ketentuan peraturan perundanganseperti tersebut di atas sebagai pelaksanaan pasal 18BUUD RI Tahun 1945 a quo, maka secara hukumpelaksanaan Otonomi Khusus di Propinsi Papua yang

Page 253: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

78 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dahulu bernama Propinsi Irian Jaya sejak tanggal 21November 2001 harus dinyatakan dan dimaknai telahdiberlakukan di seluruh Propinsi Papua. Dengandemikian pelaksanaan Otonomi Khusus di PropinsiPapua mempunyai landasan konstitusi yang kuat danharus dihormati dan tidak dapat diganggu gugatkeberadaannya.

Implikasi hukum lain dari penerapan Pasal 18B UUD RITahun 1945 dan perundangan lain seperti: TAP MPRNo. IV/MPR/2000 juncto TAP MPR No. IV/MPR/1999 danUndang-undang Nomor 21 Tahun 2001 menyebabkansemua peraturan perundangan lainnya yang bertentang-an atau melanggar semangat, asas, prinsip, dan pasalperundangan a quo dinyatakan tidak berlaku. Karenaitu, Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 sebagai-mana telah diubah oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun2000 harus dinyatakan tidak berlaku atau tidak lagimempunyai daya keberlakuan atau dikesampingkanuntuk keseluruhannya dan atau sebagiannya, terutamapasal-pasal yang mengatur pembentukan ataupemekaran wilayah propinsi.

4). Bahwa, ternyata perintah konstitusi yang juga telahdijabarkan di dalam berbagai peraturan perundanganlainnya untuk melaksanakan otonomi di Propinsi Papuatersebut, telah tidak dipatuhi oleh Pemerintah Pusat,karena pada tanggal 27 Januari 2003 Presiden MegawatiSoekarnoputri mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor1 Tahun 2003 yang didasarkan pada Undang-undangNomor 45 Tahun 1999.

Inpres tersebut a quo mengatur mengenai percepatanpelaksanaan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah,Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, KabupatenMimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong. Yang

Page 254: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 79

isinya Menginstruksikan Kepada l. Menteri Dalam Negeri;2. Menteri Keuangan; 3. Gubernur Propinsi Papua; 4.Bupati/Walikota se-Propinsi Papua, antara lain untuk ;

Pertama: Menteri Dalam Negeri melakukan percepatanpelaksanaan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1945tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah,Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, KabupatenMimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong,masing--masing dengan tugas antara lain sebagaiberikut;

1. 2. 3. 4. 5.Kedua: Menteri Keuangan menyiapkan anggaran khususyang diperlukan dalam rangka pelaksanaan langkahkomprehensif yang belum tertampung dalam AnggaranPendapatan dan Belanja Negara.Ketiga: Gubernur memberikan dukungan pelaksanaanUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentangPembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi IrianJaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika;Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong masing-masing dengan tugas sebagai berikut:

1. Pengalihan personil, pembiayaan, aset dandokumen;

2. Supervisi dan dukungan pada pembentukan danpenataan penyelenggaraan Pemerintah DaerahOtonom baru. Dst.

Pada tanggal 3 Februari 2003, Menteri Dalam NegeriHari Sabarno menindaklanjuti INPRES Nomor 1 Tahun2003 dengan mengeluarkan Radiogram yang memuat5 (lima) perintah yang ditujukan kepada GubenurPropinsi Papua, Bupati Walikota se Propinsi Papua danseluruh Pejabat Eselon I Departemen Dalam Negeri. Isidari radiogram tersebut antara lain, memerintahkan

Page 255: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

80 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

kepada para Pejabat Pemerintah tersebut untuk segeramendukung proses percepatan pemekaran Propinsi IrianJaya Tengah dan Irian Jaya Barat.

5). Bahwa, dikeluarkannya INPRES Nomor 1 Tahun 2003bermaksud memberlakukan kembali daya berlakukan-nya Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tidak hanyatelah melanggar konsitusi dan bertentangan denganUndang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang OtonomiKhusus Bagi Papua tetapi juga telah mendapattantangan dari hampir seluruh lapisan masyarakatPropinsi Papua. Penerbitan Inpres a quo telahmenimbulkan pro kontra di dalam masyarakat,puncaknya menyebabkan bentrok fisik di Timika yangmengakibatkan timbulnya korban jiwa dan meningkat-kan suhu dan ketegangan politik serta saling curiga-mencurigai di sebagian wilayah penduduk Papua.

6). Bahwa, Pemerintah Pusat dengan mengeluarkan Inpresa quo bermaksud untuk mempercepat terbentuknyaPropinsi Irian Jaya Tengah dan Propinsi Irian Jaya Baratberdasarkan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999juga indikasi dari perwujudan pemaksaan kehendak dantindakan melawan hukum dari Pemerintah Pusatterhadap satu wilayah kesatuan yang secara Konstitusio-nal telah diakui kekhasannya dengan telah diberlaku-kannya Undang-undang Otonomi Khusus di seluruhbagian Propinsi Papua yang dulu bernama Propinsi IrianJaya.

Di dalam Pasal 176, Undang-undang Nomor 21 Tahun2001 secara jelas dan tegas mengatur; “PemekaranPropinsi Papua menjadi propinsi-propinsi dilakukan ataspersetujuan MRP (Majelis Rakyat Papua) dan DPRP(Dewan Perwakilan Rakyat Papua) setelah memperha-tikan dengan sungguh-sungguh kesatuan sosial-budaya,kesiapan sumber daya manusia, dan kemampuan

Page 256: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 81

ekonomi dan perkembangan di masa datang’’ junctoPasal 74 Undang-undang a quo yang secara implisitmengemukakan, bahwa semua peraturan perundanganlain yang bertentangan dengan Undang-undangOtonomi Khusus Bagi Papua a quo dinyatakan tidakberlaku.

7). Bahwa, tindakan Pemerintah Pusat hendak melakukanpemekaran Propinsi Papua dengan menggunakan dasarhukum Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dansecara langsung menginstruksikan jajaran aparat yangberada dibawahnya melalui suatu perundangan Inpresuntuk segera melaksanakan pemekaran denganmembentuk Propinsi Irian Jaya Tengah dan Irian JayaBarat, merupakan pelanggaran hak konstitusi dariRakyat Papua yang telah diatur secara tegas danjelas dalam UUD RI Tahun 1945 dan dieksplisit-kan melalui Undang-undang Nomor 21 Tahun2001.

b. Bertentangan dengan Asas-asas Hukum Umum.

1). Lex superiori derogat legi inferiori [Aturanhukum yang lebih tinggi menyampingkan aturanhukum yang lebih rendah].

Bahwa, UUD RI Tahun 1945 dalam Pasal 18B (1) dan(2) menyatakan “Negara mengakui dan menghormatisatuan pemerintah daerah yang bersifat khusus ataubersifat istimewa, serta mengakui dan menghormatikesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat besertahak-hak tradisionalnya”. Implementasi ketentuantersebut adalah lahirnya Undang-undang Nomor 21Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Papua.Dengan demikan, menurut hukum, keberadaan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 telah di kesampingkanoleh Pasal 18B UUD RI Tahun 1945. Dengan demikian,

Page 257: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

82 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

tindakan Pemerintah Pusat mengeluarkan INPRES 1Tahun 2003 untuk mempercepat pemekaran di PropinsiPapua dengan menggunakan instrumen Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 adalah melanggar asaslex superiori derogat legi inferiori.

2). Lex specialis derogat legi generalis [Aturanhukum yang bersifat khusus mengesampingkanaturan hukum yang umum].

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 mengaturtentang Otonomi Khusus Bagi Papua, di dalamnyamengatur pula tentang masalah pemekaran di PropinsiPapua menjadi propinsi-propinsi yang pelaksanaannyaharus mendapat persetujuan MRP dan DRP, setelahmemperhatikan dengan sungguh--sungguh kesatuansosial-budaya, kesiapan sumber daya manusia dankemampuan ekonomi, dan perkembangan dimasadatang (sesuai Pasal 76 Undang-undang Nomor 21Tahun 2003). Sedangkan Undang-undang Nomor 45Tahun 1999 merupakan aturan hukum yang bersifatumum, karena dibuat sebelum Konstitusi menetapkanwilayah Propinsi Papua diberlakukan Otonomi Khusus.

Dengan demikian, menurut hukum Undang-undangNomor 21 Tahun 2001 bersifat khusus sedangkanUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 bersifat Umum.Oleh karena itu, Ketentuan yang berada dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 menyampingkankeientuan yang berada dalam Undang-undang Nomor45 Tahun 1999. Dengan demikian, karena masalahpemekaran propinsi di Papua telah diatur secara khususoleh Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001, maka adakewajiban hukum bagi Pemerintah Pusat jika hendakmelakukan pemekaran Propinsi Papua seharusnyamenggunakan instrumen Undang-undang Nomor 21Tahun 2001 bukan Undang-undang Nomor 45 Tahun

Page 258: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 83

1999. Pemerintah Pusat tidak bisa mengingkari danmengabaikan keberadaan Undang-undang Nomor 21Tahun 2001 dalam pemekaran Propinsi Papua, karenaitu berarti Pemerintah Pusat telah melanggar konstitusi.

3). Lex posteriori derogat legi priori [aturan hukumyang kemudian mengesampingkan aturanhukum yang dahulu].

Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dinyatakan sahberlaku sejak 4 Oktober 1999. Sedangkan Pasal 18BUUD RI Tahun 1945 merupakan hasil perubahan keduaUUD RI Tahun 1945 yang mulai sah berlaku 18 Agustus2000. Dengan demikian Undang-undang Nomor 45Tahun 1999 dikesampingkan setelah berlakunya Pasal18B UUD RI 1945. Oleh karena itu, tindakan PemerintahPusat memberlakukan Undang-undang Nomor 45 Tahun1999 setelah berlakunya Pasal 18B UUD RI Tahun 1945jo. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 adalahbertentangan asas lex posieriori derogat lex priori.

PETITUM

Bahwa berdasarkan seluruh uraian seperti tersebut di atas, materi muatandi dalam ayat, pasal, dan atau bagian undang-undang a quo tersebut diatas, khususnya yang menyangkut dan berkaitan dengan pasal-pasal yang mengatur tentang Pembentukan Irian Jaya Tengah danIrian Jaya Barat, baik sebagian maupun keseluruhannya, yaitu pasaldan berikut penjelasannya telah nyata-nyata bertentangan dengan Pasal18B Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Untuk menghindarkan adanya dualisme hukum dalam pelaksanaanPemerintahan Daerah di Propinsi Papua dan untuk menghindarkan terjadikonflik horizontal yang dapat menimbulkan korban jiwa karena adanya prodan kontra masalah pemekaran Propinsi Papua yang mengacu pada Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999, maka Pemohon adalah cukup beralasan

Page 259: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

84 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

untuk mohon kepada Hakim Majelis Mahkamah Konstitusi, untukmenjatuhkan putusan dengan amar putusan antara lain sebagai berikut;

MEMUTUSKAN:— Mengabulkan seluruh permohonan Pemohon;

— Menyatakan pasal-pasal di dalam Undang-undang Nomor 45 Tahun1999, baik sebagian atau keseluruhannya, yaitu: Pasal 1 huruf c, Pasal2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 9 ayat (1) dan (2), Pasal 11, Pasal 12 ayat(1), (2), (7), dan (8 Pasal 13 ayat (1) dan (2), Pasal 14 ayat (1) dan(2), Pasal 15 ayat (1), (2), dan (3), Pasal 17 ayat (1), Pasal 18 (1),Pasal 19 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), (2), (3), (4) sebagaimana telahdiubah di dalam Pasal 20 ayat (1), (3), (4) dan (5) di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2001, Pasa1 21 ayat (1), Pasal 22 ayat (1) dan(2), Pasal 23 ayat (1), (2), (4) dan (5), Pasal 24, Pasal 25 ayat (1),Pasal 26 ayat (1) dan (2), yang mengatur tentang PembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten. Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong yangtelah diubah dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000 tentangPerubahan Atas Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentangPembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Irian Jaya Barat, KabupatenPaniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong;Sepanjang yang mengatur pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengahdan Irian Jaya Barat, bertentangan dengan Pasal 18B Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia 1945.

— Menyatakan pasal-pasal di dalam Undang Undang Nomor 45 Tahun1999, baik sebagian atau keseluruhannya, yaitu: Pasal 1 huruf c, Pasal2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 9 ayat (1) dan (2), Pasal 11, Pasal 12 ayat(1), (2), (7), dan (8), Pasal 13 ayat (1) dan (2), Pasal 14 ayat (1) dan(2), Pasal 15 ayat (1), (2 ), dan (3 ), Pasal 17 ayat (1), Pasal 18 (1),Pasal 19 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), (2), (3), (4) sebagaimana telahdiubah di dalam pasal 20 ayat (1), (3), (4) dan (5) di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2001, Pasal 21 ayat (1), Pasal 22 ayat (1) dan(2), Pasal 23 ayat (1), (2), (4) dan (5), Pasal 24, Pasal 25 ayat (1),Pasal 26 ayat (1) dan (2), yang mengatur tentang PembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,

Page 260: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 85

Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong yangtelah diubah dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000 tentangPerubahan Atas Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentangPembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Irian Jaya Barat, KabupatenPaniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong;sepanjang yang mengatur pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengahdan Irian Jaya Barat, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

— Jika Majelis Hakim mempunyai pendapat lain mohon putusan yangseadil-adilnya.

Menimbang bahwa pada persidangan hari Selasa tanggal 14 Januari 2004dan hari Selasa tanggal 17 Pebruari 2004 Pemohon dan Kuasanya telahdidengar keterangannnya yang pada pokoknya menerangkan, bahwaPemohon tetap pada dalil permohonannya;

KETERANGAN PEMERINTAH

Menimbang bahwa terhadap permohonan Pemohon a quo, pada persidanganhari Selasa tanggal 17 Pebruari 2004 telah didengar keterangan dari pihakPemerintah yang diwakili oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesiadan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 30 Januari 2004 dan MahkamahKonstitusi telah pula menerima keterangan tertulis dari Pemerintah tanggal13 Pebruari 2004 yang pada pokoknya sebagai berikut:

A. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON

1. Bahwa dalam ketentuan Pasal 51 ayat (1) Undang-undang Nomor24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi disebutkan Pemohonadalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangankonstitusionalnya dirugikan dengan diberlakukannya Undang-undang yaitu:

a. Perorangan warga negara Indonesia;b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup

dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip

Page 261: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

86 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalamundang-undang;

c. Badan hukum publik atau privat; ataud. Lembaga Negara.

2. Bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat (1) Undang-undang Nomor 24Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi keberadaan Pemohontidak jelas, karena Pemohon dalam kapasitas selaku Ketua DPRDPapua mewakili DPRD Papua tidak jelas, karena dalam suratpermohonan tidak melampirkan bukti Surat Kuasa dari PimpinanDPRD dalam hal ini Pemohon kepada Tim Pembela OtonomiKhusus Papua. Di samping hal tersebut juga terdapat kerancuandi mana kuasa hukum Pemohon menuliskan dalam suratpermohonan bertindak untuk dan atas nama klien Drs John Ibo,MM dalam kapasitas selaku Ketua Dewan Perwakilan RakyatPropinsi Papua (DPRP Papua) mewakili kepentingan DPRD, dimana institusi DPRP belum ada atau belum berdiri secara legal.

3. Bahwa kapasitas Pemohon selaku Ketua DPRD Propinsi Papuamengajukan uji Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 cacathukum, karena tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 57 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan KedudukanDPR, DPD, dan DPRD yang menyatakan “pimpinan DPRD bersifatkolektif, yaitu Ketua dan Wakil Ketua” harus ada Surat Kuasakepada Tim Pembela Otonomi Khusus Papua yang ditanda tanganisecara kolektif Pimpinan DPRD untuk kepentingan lembaga DPRDyang didukung oleh hasil sidang paripurna DPRD Propinsi Papua.

Kepentingan lainnya dari Pemohon juga tidak dirugikan mengingatbahwa mekanisme aspiratif dan administratif telah dilakukan dandalam pelaksanaan kegiatan administratif pemerintahan yangmerupakan lingkup tugas-tugas DPRD dan atau Pimpinan DPRDsama sekali tidak dirugikan karena pemekaran wilayah tersebuttelah mendorong unit manajemen pemerintahan menjadi lebihefisien dan terkendali.

Berdasarkan keterangan tersebut di atas, kedudukan hukum (legal

Page 262: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 87

standing) Pemohon uji Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi IrianJaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya dan Kota Sorong terhadap Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat dinyatakan cacathukum, sehingga permohonan uji Undang-undang Nomor 45Tahun 1999 yang diajukan oleh Pemohon agar ditolak atau tidakditerima oleh Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi.

B. KOMPETENSI UJI UNDANG-UNDANG

1. Bahwa berdasarkan Pasal 50 Undang-undang Nomor 24 Tahun2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang menyatakan “undang-undang yang dapat diuji adalah undang-undang yangdiundangkan setelah perubahan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 dan di dalam penjelasanmenyatakan bahwa yang dimaksud dengan setelah perubahanUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesai Tahun 1945adalah perubahan pertama pada tanggal 19 Oktober 1999”.Berdasarkan ketentuan tersebut, maka uji Undang-undang Nomor45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah,Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika,Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong, tidak termasuk dalamlingkup kewenangan Mahkamah Konsitusi karena Undang--undangNomor 45 Tahun 1999 telah diundangkan pada tanggal 4 Oktober1999.

2. Bahwa Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000 tentang PerubahanAtas Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang PembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, KabupatenPaniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan KotaSorong hanya mengubah ketentuan Pasal 20 Undang-undangNomor 45 Tahun 1999 mengenai pengisian keanggotaan DPRDPropinsi Papua, sehingga tidak ada kaitan antara Uji Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dengan Undang-undang Nomor 5Tahun 2000 yang dimohonkan oleh Pemohon. Berdasarkan hal

Page 263: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

88 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

tersebut di atas, maka permohonan uji Undang-undang Nomor45 Tahun 1999 yang diajukan oleh Pemohon keliru dan tidakmemenuhi ketentuan Pasal 50 Undang-undang Nomor 24 Tahun2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

C. KETERANGAN PEMERINTAH TERHADAP HAK UJI ATASPASAL-PASAL UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYATENGAH, PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATENPANIAI, KABUPATEN MIMIKA, KABUPATEN PUNCAKJAYA DAN KOTA SORONG

Pemerintah tidak sependapat dengan alasan/argumentasi yangdiajukan Pemohon dalam permohonan yang menyatakan bahwa pasal-pasal di dalam Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999, baik sebagianatau seluruhnya, yaitu Pasal 1 huruf c, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal9 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 11, Pasal 12 ayat (1), ayat (2), ayat (7),dan ayat (8), Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2); Pasal 14 ayat (1) danayat (2); Pasal 15 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 17 ayat (1),Pasal 18 ayat (1), Pasal 19 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2), ayat(3) dan ayat (4), sebagaimana telah diubah dalam Pasal 20, ayat (1),ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) di dalam Undang-undang Nomor 5Tahun 2000, Pasal 21 ayat (1), Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 23ayat (1), ayat (2), ayat (4) dan ayat (5), Pasal 24, Pasal 25 ayat (1),Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) bertentangan dengan Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, denganpenjelasan sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dan Undang-undangNomor 5 Tahun 2000 tidak terkait dengan Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, di manaUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 mengatur pembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah, Irian Jaya Barat, Kabuaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorongmerupakan perwujudan atau amanat dari Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelumdiamandemen, sedangkan Pasal 18B yang didalilkan oleh Pemohon

Page 264: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 89

hasil amandemen mengatur satuan-satuan Pemerintah Daerahyang bersifat khusus atau bersifat istimewa, dan kesatuanmasyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisional sepanjangmasih hidup dan sesuai perkembangan masyarakat dan prinsipNegara Kesatuan Republik Indonesia yang pelaksanaannya diaturdengan undang-undang tersendiri. Dengan pertimbangan tersebutdi atas, maka dalil-dalil yang diajukan oleh Pemohon bahwaUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dan Undang-undangNomor 5 Tahun 2000 bertentangan dengan Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berangkatdari pemahaman Pemohon yang sangat keliru terhadap jiwa Pasal18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 dan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 serta Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000, sehingga Pemohon telah melakukankekeliruan dan permohonan tidak layak untuk dipertimbangkan.

2. Materi Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentangPembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat,Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jayadan Kota Sorong, dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi IrianJaya.Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya dan Kota Sorong, tidak ada kaitannya dengan Pasal18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 di mana Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 sebagaipelaksanaan dari Pasal 18 Undang-undang Dasar Negara RepublikIndonesia sebelum diamandemen, sedangkan Undang-undangNomor 45 Tahun 1999 yang didalilkan oleh Pemohon adalah hasilamandemen. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 5Tahun 2000 jelas tidak bertentangan dengan Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, karenaketentuan Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 tidak berlaku surut (retroaktif).

3. Alasan atau argumentasi yang diajukan Pemohon dalam uji

Page 265: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

90 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 sebagaimana diubahdengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000 terhadap Pasal 18BUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945hanya menjelaskan latar belakang pemekaran, dinamika sosial,politik, hukum di Papua, terjadinya konflik di Papua dan latarbelakang amandemen Pasal 18B Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, sehingga tidak ada relevansinyabahwa Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000 bertentangan dengan Pasal 18BUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,karena tidak disertai dengan alat bukti yang mendukungpermohonan Pemohon secara hukum. Dengan pertimbangantersebut, maka uji Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun2000 tidak layak untuk dipertimbangkan oleh Majelis HakimKonstitusi, dan tidak memenuhi ketentuan Pasal 31 ayat (2)Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang MahkamahKonstitusi.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan keterangan Pemerintah tersebut pada angka romawi I s/d IV, Pemerintah berkesimpulan terhadap uji Undang-undang Nomor45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah,Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika,Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong dan Undang-undang Nomor5 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 45 Tahun1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi IrianJaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten PuncakJaya dan Kota Sorong yang diajukan oleh Pemohon, sebagai berikut:1. Menyatakan Pemohon tidak (mempunyai kedudukan hukum (legal

standing) untuk mengajukan uji Undang-undang Nomor 45 Tahun1999 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 5Tahun 2000, sebagaimana diatur dalam Pasal 51 Undang--undangNomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.

2. Menyatakan Permohonan Pemohon untuk sebagian atauseluruhnya tidak mempunyai dasar hukum yang kuat untuk

Page 266: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 91

dipertimbangkan oleh Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi.3. Menyatakan pasal-pasal di dalam Undang-undang Nomor 45

Tahun 1999 baik sebagian atau seluruhnya yaitu yaitu Pasal 1huruf c, Pasa1, Pasal 3, Pasa14, Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2),Pasal 11, Pasal 12 ayat (1), ayat (2), ayat (7), dan ayat (8), Pasal13 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 15ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 17 ayat (1), Pasal 18 ayat(1), Pasal 19 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2), ayat (3) danayat (4); sebagaimana telah diubah dalam Pasal 20 ayat (1),ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) di dalam Undang-undang Nomor 5Tahun 2000, Pasal 21 ayat (1), Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2),Pasal 23 ayat (1), ayat (2), ayat (4) dan ayat (5), Pasal 24, Pasal25 ayat (1), Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) tetap mempunyaikekuatan hukum mengikat dan tidak bertentangan dengan Pasal18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945.

BUKTI-BUKTI YANG DIAJUKAN PEMOHON

Menimbang bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya, Pemohontelah mengajukan bukti-bukti surat yang diberi tanda P-1 sampai denganP-36 yaitu sebagai berikut:

P – 1 : Saran Atas Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawa-ratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, DPR, BPK,Mahkamah Agung Pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawa-ratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2003.

P – 2 : Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1999tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi IrianJaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya, dan Kota Sorong.

P – 3 : Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2000tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi IrianJaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya, dan Kota Sorong.

P – 4 : Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2003tentang Percepatan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 45Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah,

Page 267: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

92 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika,Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong.

P – 5 : Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999tentang Pemerintah Daerah.

P – 6 : Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001tentang Otonomi Khusus Bagi Propinsi Papua.

P – 7 : Keputusan DPRD Propinsi Irian Jaya Nomor 11/DPRD/1999tentang Pernyataan DPRD Propinsi Irian Jaya kepada PemerintahPusat Untuk Menolak Pemekaran Propinsi Irian Jaya dan UsulPencabutan Surat Keputusan Presiden Republik IndonesiaNomor 327/M Tahun 1999 tanggal 5 Oktober 1999.

P – 8 : Surat Menteri Dalam Negeri Kepada Gubernur Irian Jayatertanggal 18 Nopember 1999. Nomor 125/2714/SJPerihal: Aspirasi Masyarakat tentang Penolakan PemekaranWilayah Propinsi Irian Jaya.

P – 9 : Buku berjudul Proses Pembahasan Rancangan Undang-undangTentang Otonomi Khusus Bagi Propinsi Papua.

P – 10 : Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi PapuaNomor 6/DPRD/2003 tentang Usulan Peninjauan Kembali InpresNomor 1 Tahun 2003.

P – 11 : Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi PapuaNomor 16/PIM-DPRD/2003 tentang Penugasan kepadaPimpinan DPRD dan Komisi yang berkompeten untuk PengajuanUpaya Hukum dan Politik Pemberlakuan Inpres Nomor 1 Tahun2003 kepada Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan MPR/DPR Republik Indonesia.

P – 12 : Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi PapuaNomor 19/PIM-DPRD/2003 tentang Persetujuan DPRD danKomisi yang berkompeten atas Penugasan TPOKP sebagai KuasaHukum DPRD Mengajukan Hak Pengujian Undang-undangNomor 45 Tahun 1999 terhadap Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia 1945 di Mahkamah Konstitusi.

P – 13 : Buku Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat DaerahPropinsi Irian Jaya dikeluarkan oleh Sekretariat DewanPerwakilan Rakyat Daerah Propinsi Irian Jaya.

P – 14 : Keputusan Pimpinan DPRD Propinsi Papua Nomor 2/PIM-DPRD/2004 tentang Penugasan Kepada Pimpinan DPRD dan Komisi

Page 268: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 93

yang Berkompeten untuk Mengajukan Hak Uji Undang-undangNomor 45 Tahun 1999 Terhadap Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia 1945 di Mahkamah Konstitusi dan UpayaHukum Lainnya Terhadap Produk Peraturan Perundang-undangan yang Bertentangan dengan Undang-undang Nomor21 Tahun 2001.

P – 15 : Notulen Rapat Panitia Musyawarah DPRD Propinsi Papua, Senin26 Januari 2004.

P – 16 : Berita Acara Persetujuan Uji Undang-undang Nomor 45 Tahun1999 Terhadap Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 di Mahkamah Konstitusi dan UpayaHukum Lainnya Terhadap Produk Peraturan Perundang-undangan yang bertentangan dengan Undang-undang Nomor21 Tahun 2001.

P – 17 : Surat Kuasa Khusus. Dari Wakil Ketua DPRD Propinsi PapuaDrs. Ben Vincen Djeharu MM. Ph.D kepada Drs. Jhon Ibo MMtertanggal 26 Januari 2004.

P – 18 : Pokok-Pokok Pikiran Pemerintah Propinsi Papua tentangPemekaran Propinsi Papua.

P – 19 : Kajian Kebijakan Pengembangan Propinsi Papua ; Tinjau KritisImplementasi dan Implikasi Diberlakukannya Undang-undangNomor 45 Tahun 1999, Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001dan Inpres Nomor 1 Tahun 2003.

P – 20 : Supremasi Hukum dan Kesejahteraan Masyarakat Sebagai DasarPenyusunan Implementasi Kebijakan Pemekaran Propinsi Papua.

P – 21 : Buku berjudul Mencari Jalan Tengah Otonomi Khusus PropinsiPapua.

P – 22 : Surat Kuasa Khusus dari Drs. Jhon Ibo MM. Ketua DPRD PropinsiPapua kepada Tim Pembela Otonomi Khusus untuk mengajukanHak Uji Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 terhadapUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 keMahkamah Konstitusi tertanggal 26 Januari 2004, merupakanperbaikan dari surat kuasa tanggal 8 Oktober 2003.

P – 22a : Surat Kuasa Substitusi dari Wakil Ketua DPRD Propinsi Papuakepada Drs. Jhon Ibo MM, memberikan substitusi kepada TimPembela Otonomi Khusus untuk mengajukan permohonan UjiUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 terhadap Undang-

Page 269: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

94 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 ke MahkamahKonstitusi tertanggal 26 Januari 2004.

P – 23 : Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi PapuaNomor 27/PIM-DPRD/2002 Tentang Dukungan DPRD TerhadapRancangan Peraturan Pemerintah Tentang Majelis Rakyat Papua.Ditetapkan tanggal 8 Juli 2002.

P – 23a : Final Draft 13 Agustus 2002 Rancangan Peraturan PemerintahRepublik Indonesia Nomor 2002, merupakan draft inisiatifPemerintah Daerah (DPRD dan Gubernur) Propinsi Papua dalamrangka menjalankan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua.

P – 24 : Makalah Anggota DPR-RI Simon P. Morin disampaikan dalamdiskusi tanggal 10 Oktober 2001, yang diselenggarakan olehPusat Studi Kawasan Timur Indonesia Universitas KristenIndonesia dengan judul, “Implikasi Pemberlakuan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan PropinsiIrian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, Dan Kota Sorong.Di bidang Hukum, Sosial Budaya dan Pembangunan.

P – 25 : Kliping Media Cetak tentang Konflik Akibat Pemekaran yangmenggunakan Instrumen Undang-undang Nomor 45 Tahun1999 dan Mengabaikan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001.

P – 26 : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.P – 27 : Buku Kedua Jilid 3 C ; Risalah Rapat Panitia Ad Hoc I (Sidang

Tahunan 2000). Risalah Rapat Ke- 36 Panitia Ad Hoc I BadanPekerja MPR Halaman 241 s/d 290. diterbitkan oleh SekretariatJenderal Majelis Permusyawarahan Rakyat Republik Indonesia2000.

P – 28 : Surat Dewan Adat Papua kepada Mahkamah Konstitusi RepublikIndonesia Nomor 03/A.1/DAP/III/2004 tertanggal 9 Maret 2004.Penyampaian hasil Sidang Adat Papua II yang diselenggarakantanggal 22 – 26 Febrari 2004 di Biak, Papua. Merupakan sikapresmi Masyarakat Adat Papua di Tanah Papua yang menolakpemekaran Propinsi Papua menjadi propinsi-propinsi baruberdasarkan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999.

P – 29 : Kliping koran Daerah di Propinsi Papua dari bulan Februari 2003s/d bulan Januari 2004, sekitar masalah konflik akibat

Page 270: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 95

pemekaran di Propinsi Papua.P – 30 : Pokok-pokok tanggapan permasalahan kabupaten/kota se-

Propinsi Papua dalam Rapat Kerja Daerah (Rakerda) PropinsiPapua di Jayapura, tanggal 16 Februari 2004.Dalam Rakerda tersebut dihadiri oleh Bupati/Walikota yangmasuk dalam Wilayah Pemekaran Propinsi Irian Jaya Barat,antara lain: Manokwari, Paniai, Puncak Jaya, Sorong, Raja,Ampat, Fak-Fak, Kaimana, Teluk Bintai dan Teluk Wondama.Dengan demikian realitas di lapangan membuktikan, walaupunkabupaten-kabupaten a quo dimasukkan dalam WilayahPemekaran Propinsi Irian Jaya Barat, tetapi kenyataannnyakendali administrasi masih menundukkan diri pada PemerintahDaerah Propinsi Papua.

P – 30a : Compact Disk; Rekaman dari Rakerda Propinsi Papua diJayapura, tanggal 16 Februari 2004 yang dihadiri oleh Bupati/Walikota se-Propinsi Irian Jaya Barat.

P – 31 : Surat Ketua DPR RI Akbar Tanjung kepada Presiden RepublikIndonesia tertanggal 14 Februari 2003, Nomor KD.01/925/DPRRI/2003. Perihal Hasil Pertemuan Konsultasi tanggal 13 Februariyang isinya antara lain penyampaian hasil konsultasi denganPimpinan Fraksi-fraksi antara lain:

1. Dewan meminta agar Pemerintah segera mengeluarkanPeraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan Undang-undangNomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi PropinsiPapua, khususnya tentang Pembentukan Majelis RakyatPapua.

2. Pemerintah di dalam menentukan kebijakan terhadapPropinsi Papua agar senantiasa berpedoman pada Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagiPropinsi Papua dengan melakukan pendekatan utama melaluipendekatan kultural, pemanfaatan sumber daya alam dansumber daya manusia.

P – 32 : Buku berjudul “Menguak Tabir Otonomi Khusus Papua”,pengarang Mohammad Abud Musa’ad, dengan kata pengantarIr. Frans A. Wospakrik, M.Sc. (Rektor Universitas Cendrawasih),Penerbit, ITB tahun 2004.

P – 33 : Buku berjudul “Satu Setengah Tahun Otonomi Khusus Papua

Page 271: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

96 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Refleksi dan Prospek”, pengarang Agus Sumele. PenerbitYayasan ToPanG, Manokwari tahun 2003.

P – 34 : Buku berjudul “Mozaik Komentar dan Pendapat SelamaKeanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat 1999-2004”, pengarangFerry Mursidan Baldan. Penerbit Yayasan Pancur Siwah tahun2004.

P – 35 : Buku berjudul “Jalan Panjang Menuju Kemandirian RakyatPapua” Oleh Dwi Iswandono, Parlindungan Sibuea, AkuatSupriyanto, penerbit Koji dan Logos tahun 2004.

P – 36 : Putusan Nomor: 017/G.TUN/2004/PTUN.JKTP – 17a : Surat Kuasa Khusus. Dari Wakil Ketua DPRD Propinsi Papua

Paskalis Kossay, S.Pd kepada Drs. Jhon Ibo MM tertanggal 26Februari 2004.

P – 17b : Surat Kuasa Khusus. Dari Wakil Ketua DPRD Propinsi PapuaGajus Tambunan kepada Drs. Jhon Ibo MM tertanggal 26Februari 2004.

P – 17c : Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tertanggal 11 Februari2004 Nomor 161.81-107 Tahun 2004 tentang PeresmianPengangkatan Wakil Ketua DPRD Propinsi Papua, meresmikanpengangkatan Saudara Paskalis Kossay, S.Pd dan Kolonel Inf.Gajus Tambunan sebagai Wakil Ketua DPRD Propinsi Papua.

KETERANGAN AHLI DAN SAKSI

Menimbang bahwa di samping bukti tertulis tersebut Pemohon juga telahpula mengajukan ahli dan saksi di persidangan pada tanggal 17 Maret2004 yang telah didengar keterangan di bawah sumpah bernama:

1. Dr. Maria F. Suprapto, S.H., M.H (ahli), memberi keterangan yangpada pokoknya sebagai berikut:

Kalau kita melihat dari Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 denganUndang-undang Otonomi Khusus, maka sebetulnya kaitannya sangaterat bahwa yang dirumuskan di dalam Undang-undang Nomor 45 Tahun1999 di sini adalah mengenai pemekaran Irian Jaya, sedangkan kalaukita melihat dalam Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 mengenaipembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat,

Page 272: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 97

Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya danKota Sorong. Sedangkan kalau kita melihat pada Undang-undangNomor 21 Tahun 2001, dia mengatakan mengenai otonomi khususbagi Propinsi Papua, di sini menjadi suatu hal yang berkaitan erat olehkarena di dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001, di dalamkonsideran huruf K disebutkan bahwa perkembangan situasi dan kondisidaerah Irian Jaya khususnya menyangkut aspirasi masyarakatmenghendaki pengembalian nama Irian Jaya menjadi Papuasebagaimana tertuang dalam keputusan DPRD Propinsi Irian JayaNomor 7/DPRD/2000 Tanggal 16 Agustus 2000 tentang pengembaliannama Irian Jaya menjadi Papua. Jadi kalau Undang-undang Nomor 45Tahun 1999 ini mengatakan Propinsi Irian Jaya Tengah, Irian JayaBarat, maka sebetulnya Propinsi Irian Jaya ini adalah Propinsi Papuamenurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001. Hal ini, juga bisadilihat dalam ketentuan umum Pasal 1 huruf a di mana di sini dika-takan dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan Propinsi Papuaadalah Propinsi Irian Jaya yang diberi otonomi khusus dalam kerangkaNegara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi sebetulnya Undang-undangOtonomi Khusus Papua adalah yang menggantikan nama Irian Jaya,tapi dia memberikan otonomi khusus dan dengan otonomi khusus inimembedakan daerah Papua dengan daerah-daerah yang lain, menurutUndang-undang Nomor 22 Tahun 1999.

Kalau kita membaca perumusan Pasal 74 Undang-undang Nomor 21Tahun 2001, secara teknis memang ini suatu kesalahan, bahwa di sinimengatakan semua peraturan perundang-undangan yang adadinyatakan tetap berlaku di Propinsi Papua sepanjang tidak diatur dalamundang-undang ini. Mestinya apa yang tidak berlaku itu di dalamketentuan itu dikatakan apa saja, sehingga tidak membuat suaturumusan yang bersifat operasi sapu jagat dengan ini semua peraturanperundang-undangan yang mengatur itu tidak berlaku. Akan tetapikita bisa memilah-milah, karena suatu peraturan tidak hanya bisa kitalihat dari pasal itu saja, tapi kita harus melihat hubungan pasal-pasalini dan dengan keseluruhan pasal-pasal yang ada dalam Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999. Sebetulnya dari segi pembentukanperaturan, maka Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 itu jugamengalami sesuatu yang berlebihan, karena kita bisa melihat di dalam

Page 273: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

98 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001, dalam konsideran huruf ddari Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 ini dikatakan bahwa sesuaidengan butir a, b dan c serta berdasarkan Undang-undang Nomor 22Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Pembentukan Propinsi IrianJaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, KabupatenMimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong harus ditetapkandengan undang-undang. Di sini disebutkan adanya Propinsi Irian JayaTengah dan Irian Jaya Barat di samping adanya kabupaten dia mengacupada Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Kalau kita melihat padaundang-undang ini, maka sebetulnya dalam ketentuan PeralihanUndang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Pasal 125 di sini hanyadikatakan Kotamadya, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya,Kabupaten Mimika, Kabupaten Simelue, dan semua Kota Administratifdapat ditingkatkan menjadi daerah otonomi dengan memperhatikanPasal 5 undang-undang ini. Berarti perintah untuk pemekaran ataupembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah dan Irian jaya Barat tidakdiamanatkan oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 ini. Jadikesalahannya tidak hanya dari hubungan antara Undang-undangNomor 45 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001,tapi pembentukan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 itubertentangan dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999.

2. Leo L. Ladjar (ahli), Uskup Jayapura memberi keterangan yang padapokoknya sebagai berikut:

Bahwa begitu Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 mau dilaksanakandengan pembentukan Propinsi Irian Jaya Barat, masyarakat terbagidalam 2 kubu. Kubu yang mendukung pemekaran dan kubu yangmenolak pemekaran. Pro dan kontra ini timbul di berbagai tempat, diManokwari sendiri yang menjadi Ibukota Irian Jaya Barat maupun ditempat-tempat lain seperti Jayapura dan di Timika. Timika malahantimbul perang adat antara kubu pro dan kubu kontra, selama bulanAgustus 2003. Perang adat antara 5 orang suku asli, tapi terbagi dalamdua kubu itu. Perang adat itu berlangsung hampir satu bulan, karenamulai kalau tidak salah mulai tanggal 23 dan 24 Agustus 2003 danbaru berdamai pada tanggal 26 September 2003 dengan memakan 5orang korban, yang mati.

Page 274: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 99

Akibat dari pemaksaan pemekaran Undang-undang Nomor 45 Tahun1999 timbul konflik horisontal antara kelompok yang mendukung danyang menolak dan suasana konflik vertikal, antara pusat dan daerahsudah mulai panas lagi. Karena orang merasa pusat mempermainkankami tidak percaya, bahwa kami bisa menjalankan Undang-undangOtonomi Khusus dengan baik demi kepentingan Republik ini, jadidampaknya peningkatan konflik horisontal dan vertikal.

3. Drs. Anthonius Rahail (saksi) sebagai anggota DPR-RI memberiketerangan yang pada pokoknya sebagai berikut:

Undang-undang Nomor 45 yang telah dikeluarkan tahun 1999 antaralain ialah mengatur mengenai pemekaran Propinsi Irian Jaya dankabupaten. Oleh karena itu, ketika membahas Undang-undang Nomor21 Tahun 2001, maka pertanyaan yang paling mendasar kenapa tahun1999 ada undang-undang mengenai Papua, lalu kemudian pada tahun2001 dibahas lagi satu mengenai Papua, maka di sini jelas bahwaUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 adalah undang-undang yangtop down yaitu dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat untuk merespon100 tokoh Papua yang pada saat itu datang ke Pemerintah Pusatpertemuan dengan Presiden Republik Indonesia yang saat itu adalahPresiden Habibie yang pada intinya minta untuk merdeka. Lalupemerintah tidak menyetujui itu dan keluarlah Undang-undang Nomor45 Tahun 1999 yang menimbulkan konflik yang ada di Papua, karenapada dasarnya ingin atau masyarakat Papua menghendaki adalahundang-undang yang memang datang dari masyarakat yang punyakedaulatan itu, yaitu rakyat Papua. Oleh pemerintah pada akhirnyamenyetujui suatu undang-undang yang dibuat dari bawah. Perlu kamisampaikan bahwa sebagai wakil rakyat Papua, kami diundang padatanggal 28 dan 29 Maret 2001 di Dewan Perwakilan Rakyat gedungGOR Papua yang antara lain untuk mendengar secara langsung aspirasimasyarakat Papua mengenai dibutuhkan suatu undang-undang yangdiberi nama Undang-undang Otonomi Khusus Papua.

Undang-undang itu lalu kemudian dilakukan pembahasan bersama-sama dengan teman-teman Wakil Dewan Perwakilan Rakyat dari Papua

Page 275: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

100 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dan akhirnya disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Pusatlalu diproses menjadi usul inisiatif dari pada Dewan Perwakilan RakyatRepublik Indonesia. Ketika menjadi usul inisiatif dari pada DewanPerwakilan Rakyat Republik Indonesia, maka kami adalah salah satuanggota Pansus yang membahas undang-undang tersebut. Perlu kamisampaikan, bahwa dalam pembahasan Undang-undang Nomor 21Tahun 2001 ada berbagai substansi yang dibahas tapi satu substansiyang paling menarik adalah Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999?Karena asas dari pada undang-undang kita yaitu ketika keluar suatuundang-undang yang baru maka, tentu menyingkirkan undang-undangyang lama. Yaitu ketika keluar Nomor 21 Nomor Tahun 2001 mengenaiOtonomi Khusus Papua dengan sendirinya menyingkirkan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dan itu menjadi pembahasan yangcukup alot.

Pada akhirnya, bersamaan dengan pemerintah memahami, bahwaUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 memuat 2 substansi. Yangpertama ialah pemekaran propinsi. Yang kedua, adalah pemekarankabupaten. Oleh pemerintah yang waktu itu diwakili Menteri DalamNegeri yang sampai saat ini juga masih Hari Sabarno minta Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 jangan dicabut, karena pada saat itukami minta dicabut agar tidak menimbulkan kerancuan di dalampelaksaan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 nanti. Tapi olehpemerintah minta untuk itu tidak cabut, karena dia merupakan payungdari pada pemekaran propinsi dan pemekaran kabupaten. Terhadappemekaran kabupaten sudah dilaksanakan yaitu Kabupaten Mimika,Kabupaten Anarotarik, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong.Sementara pemekaran propinsi belum dilakukan, oleh karena ituterhadap pemekaran propinsi itu diakomodasi di dalam Pasal 76Undang-undang Otonomi Khusus Papua. Karena itu satu-satunyasubstansi dalam Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 yang belumdilaksanakan. Dengan demikian, kita berupaya selaku pembuat undang-undang agar tidak melakukan kesalahan yaitu memperlakukan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 21 Tahun2001 sekaligus.

Dengan demikian maka, kabupaten tetap kita terima untuk dilakukan

Page 276: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 101

revisi yang pada saat itu ditugaskan kepada pemerintah dan Komisi IIDewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk melakukan revisiterhadap Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 khususnya mengenaisubstansi propinsi di mana sudah diakomodasi pemekarannya dilakukannantinya sesuai dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001mengenai pemekaran propinsi.

4. Simon P. Morin (saksi), memberi keterangan yang pada pokoknyasebagai berikut:

Bahwa ketika Sidang MPR berlangsung, pada tahun 1999 pada waktuitu terjadi penolakan yang cukup keras terhadap Undang-undangNomor 45 Tahun 1999 yang diberlakukannya. Pada waktu itu barusaja melantik 2 orang Gubernur caretaker, sehingga situasi daerahdalam sidang itu, kita melihat sebagai situasi yang harus bisa diatasi,agar tidak terjadi konflik di mana rakyat kita yang di daerah itu akanmenjadi korban. Pada waktu itu sedang terjadi perdebatan perlunyamengenai otonomi khusus untuk Aceh, lalu perkembangan seperti ituanggota-anggota DPR-RI yang berasal dari Propinsi Irian Jaya.

Pada waktu itu kita minta diberikan status otonomi khusus, sehinggakeluarlah TAP MPR No.IV/1999, karena waktu itu perlu ada Taptersendiri otonomi khusus tetapi hal itu tidak mungkin karena mestinyausulan itu sudah harus disampaikan jauh-jauh hari, sehingga jalan keluar yang ditempuh oleh Majelis pada waktu itu adalah memasukkandi bab yang berkaitan dengan pembangunan daerah atau pemerintahdaerah. Saya sudah lupa, tapi di situ keluarlah rumusan untukmemberikan status otonomi khusus kepada Aceh dan Papua yang harusdiwujudkan melalui undang-undang.

Lalu dalam proses selanjutnya sidang berikutnya Sidang Umum MPRTahun 2000 diberikan batas waktu, bahwa selambat-lambatnya bulanMei tahun 2001, undang-undang untuk kedua daerah itu sudah harusdiselesaikan. Sehingga berdasarkan itulah proses untuk membentukkedua undang-undang itu berlangsung. Ternyata Undang-undangOtonomi Khusus untuk Aceh lebih dulu selesai, sedangkan untuk Papua,karena bagaimana melakukan upaya untuk mengajak rakyat menerima

Page 277: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

102 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

kebijakan negara seperti itu sebagai suatu jalan keluar daripada rakyatmenuntut sesuatu yang akhirnya akan menimbulkan konflik dan terjadibanyak korban. Sehingga kita namakan Undang-undang OtonomiKhusus, suatu desain penyelesaian konflik, tetapi sekaligus desain untukkita membangun kembali kepercayaan kembali kepada pemerintah.

5. Muhammad Mursad (saksi) sebagai Tim Asistensi, memberiketerangan yang pada pokoknya sebagai berikut:

Pada waktu itu saya dengan teman-teman kami menghadap PimpinanDPR untuk memberikan reaksi terhadap keluarnya Inpres Nomor 1Tahun 2003. Lalu semua Fraksi DPR diundang dan kita lakukanpembahasan, kemudian Ketua DPR menyurati Presiden untukmelaksanakan Undang-undang Otonomi Khusus. Waktu itu, kita mintasupaya DPR membuat surat yang lebih lugas, untuk mempersoalkanInpres yang menabrak satu undang-undang, karena itu sesuatu yangsecara hukum sangat kita sayangkan, sehingga di dalam statementpolitik saya, di beberapa surat kabar bahwa, Presiden tidak diberikaninformasi yang cukup oleh pembantunya sehingga telah mengeluarkansebuah instruksi yang bertentangan dengan sebuah undang-undang.

Padahal sebuah instruksi yang mengatur urusan-urusan administratifpemerintahan saja, bukan berkaitan dengan undang-undang. Kalauundang-undang harus dibentuk di Lembaga Dewan Perwakilan Rakyatbersama Pemerintah. Jadi Pimpinan Fraksi berpendapat, bahwa tanpakita menyebut soal Inpres dengan mengatakan melaksanakan Undang-undang Otonomi Khusus saja, kita harap di dalamnya sudah tersiratpemahaman. Bahwa kita tidak setuju dengan Inpres.

Jadi ada surat dari Pimpinan DPR kepada Presiden. Jadi surat itu sayangsekali karena saya dipanggil berangkat dari daerah kemari sehinggadata-data seperti itu tidak saya siapkan, tetapi bahwa surat itu dikirim,bahkan saya datang pernah meminta file-nya dari ketua DPR. Sayaberkeberatan, karena kenapa persoalannya kita tidak sebut terbuka,tetapi menurut Ketua DPR fatsun politik di negeri kita cukupmengatakan supaya melaksanakan Undang-undang Nomor 21 Tahun2001 tentang Otonomi Khusus Propinsi Papua di dalam surat tersirat

Page 278: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 103

pesan itu.

6. Stefanth Ohei (saksi) sebagai Kepala Adat di Jayapura, memberiketerangan yang pada pokoknya sebagai berikut:

Saya ini termasuk orang yang terlibat langsung bersama masyarakat.Kami adakan satu action untuk menolak Undang-undang 45 Tahun1999 yang memaksakan pemekaran di Papua. Almarhum Theis yangkita sebagian sudah kenal dan yang lain sudah dengar, ada bersama-sama kami membawa masalah ini langsung ke DPRD Papua dan mintasupaya diadakan sidang istimewa, karena DPR sudah melaksanakandan keluarlah keputusan 11 Tahun 1999 menolak pemekaran.

Itu satu hasil-hasil kongkrit memang orang Papua tidak suka. Sebaiknyapemekaran itu serahkan ke kita dan kita yang minta, baru ditindaklanjutidengan aturan-aturan itu. Jangan suka-suka dari pusat baru paksa kesana.

Alasan penolakan pemekaran itu ialah, karena bukan atas dasar aspirasimasyarakat Papua, karena tidak sesuai dengan kerinduan hati,sentuhan budaya orang Papua.

Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 datang sebenarnya diaberusaha untuk memecah belah, sehingga suara itu entah menurutpemikiran mereka mungkin bisa diredam dengan cara begitu. Tapi,kemudian saya lebih senang, lebih baik Undang-undang Nomor 45Tahun 1999 itu tidak usah. Saya datang kemari ini untuk membawasatu berita suka cita dari Mahkamah Konstitusi supaya ketika sayaberada di sana saya bisa bersenang-senang, karena Tuhanmenggunakan Mahkamah ini sebagai jalan untuk menghapus air matasaya. Air mata masyarakat saya di sana.

Seperti tadi saya sudah bilang otonomi khusus ini, suatu mujizat yangTuhan beri. Orang-orang yang merumuskan, sehingga bisa hadirnyaotonomi khusus itu orang yang sudah dipakai Tuhan untukmenyelamatkan NKRI ini. Sehingga kalau kita salah dalam mengambilsatu keputusan lewat forum yang terhormat dan tertinggi dan yang

Page 279: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

104 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

terakhir menjadi tumpuan pengharapan orang Papua ini. Saya tidaktahu, karena dosa itu akan kita tanggung bersama terutama yanghadir di saat ini. Jadi otonomi khusus itu orang Papua sudah terima.

7. Agus Sumule (saksi) sebagai dosen Fakultas Pertanian dan TeknologiPertanian, Universitas Negeri Papua di Manokwari, memberi keteranganyang pada pokoknya sebagai berikut:

Ketika rezim Orde Baru runtuh, reformasi di Papua seperti satu anginyang menyapu seluruh Papua dan wujudnya itu adalah tuntutankemerdekaan. Di mana-mana itu dimunculkan dalam bentuk orangmenaikkan bendera di depan rumah. Mulai daerah pantai sampaidaerah pedalaman, saya sudah cukup banyak keliling Papua dengankapasitas sebagai dosen dan peneliti dan saya menyaksikan sendirikeadaan itu. Kita tahu bersama pada bulan Februari tahun 1999, adakunjungan Tim 100 bertemu dengan Presiden Habibie. Mereka inikembali dan disambut sebagai pahlawan di mana-mana. Gagasantentang kemerdekaan itu begitu tinggi. Kemudian pada bulan Februari,pada tahun 2000 diadakan musyawarah besar di Jayapura, saya tidakhadir pada waktu itu.

Pada saat pelaksanaan Kongres Papua ke-2 saya mendapat ijin denganbeberapa teman peneliti dari UNIPA waktu itu masih Fakultas PertanianUNCEN namanya, Universitas Cendrawasih, mendapat ijin resmi dariDekan sebagai peneliti untuk mengamati apa yang terjadi. Dan padasaat itu kalau boleh saya simpulkan ada tiga tuntutan utama, (1)tuntutan akan adanya ketimpangan ekonomi dan sosial, (2) adapelanggaran HAM dalam arti luas, termasuk pelanggaran identitas danpelanggaran adat, dan (3) tuntutan untuk meluruskan sejarah Papua.Dan waktu itu saya dan sejumlah teman di Manokwari dan UNCEN diJayapura, kami berfikir kalau andaikata ada yang namanya otonomikhusus mudah-mudahan itu bisa menjadi satu jalan tengah.

Kemudian keluarlah TAP MPR Nomor IV Tahun 1999 yang kita ketahuibersama, yang salah satunya berisi tentang penyelesaian masalahPapua yaitu dengan menetapkan otonomi khusus dan menyelesaikanpelanggaran HAM secara bermartabat. Sejak saat itulah terus kemudian

Page 280: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 105

kami dengan diskusi-diskusi walaupun dalam 2 kampus yang terpisah,teman-teman di Jayapura kami di Manokwari sudah mulai mencarijalan pemikiran sebagai intelektual, apakah otonomi khusus ini bisadigunakan sebagai jalan keluar terhadap tuntutan kemerdekaanmasyarakat Papua dan tetap utuhnya NKRI di sisi yang lain.

Waktu Universitas Cendrawasih diberikan tanggung jawab olehGubernur untuk memulai proses ini Pak Rektor Frans meminta sayadan sejumlah teman untuk dan waktu itu, kami nyatakan sebagaipeneliti kami hanya bisa menyampaikan sesuatu yang bisa betul-betulkami gali dari masyarakat. Jadi tahap pertama yang dilakukan padasaat itu adalah kami turun dan bertemu di setiap kabupaten, ibukotakabupaten. Kebetulan karena saya bekerja di Manokwari saya denganseorang teman, saya mengumpulkan berbagai pendapat di Manokwari.Dan pengalaman jumpa itu sama di setiap kabupaten.

Tidak pernah ada orang yang datang yang mau mendiskusikanOtnonomi Khusus pada saat itu tahun 2001, pada bulan Februari. Yangterjadi adalah penolakan total terhadap ide otonomi khusus. Masyarakatlebih memilih untuk berbicara tentang masalah merdeka. Tetapi ketikakami menjelaskan tentang otonomi khusus ini yang didahului denganpidato Gubernur bahwa otonomi khusus ini adalah sesuatu yang sudahditetapkan oleh MPR yang isinya itu masih mungkin kita yangmengisinya, maka pada saat itu kemudian mulai ada kesempatan untukberdialog kadang-kadang harus dilakukan secara informal, diluarpertemuan-pertemuan.

Dari hasil kunjungan itu kemudian kami bertemu semua tim di Jayapura,kami menyusun 2 dokumen, dokumen yang pertama yaitu pokok-pokokpikiran yang melatar belakangi Penyusunan draft Rancangan Undang-undang Otonomi Khusus, yang kedua tentang Rancangan OtonomiKhusus itu sendiri. Ada 12 draft yang harus diselesaikan. Kemudiandilakukanlah sebuah lokakarya di Jayapura yang dipimpin oleh RektorUNCEN di mana 14 unsur setiap kabupaten kota diundang ke Jayapura.Masyarakat sendiri yang menentukan siapa anggota dari ke-14 unsuritu. Maka ketika pos itu berlangsung di Jayapura tetap sama, responnyaitu adalah menolak, tidak mau membicarakan.

Page 281: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

106 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Tapi, karena ada tokoh-tokoh yang dihormati seperti Pak Baseibu,misalnya yang bisa memberikan penjelasan tentang bahwa fakta politikmenunjukan Papua itu bagian dari NKRI dan kita sekarang berusahauntuk berjuang memperjuangkan hak-hak rakyat itu di dalam kontekssistem hukum Republik Indonesia. Akhirnya, melalui perjuangan sepertiitu bisa dihasilkan satu dokumen, kemudian dibawa ke Jakarta untukdisampaikan ke DPR Republik Indonesia dipakai oleh DPR danseterusnya Bapak-bapak sudah tahu, nah apa yang saya katakan adalahbahwa sesudah dokumen itu selesai, masyarakat mulai melihat oke.Memang itu sudah ditetapkan, mari kita lihat isinya. Kami mulai daribulan Januari 2002, berusaha mensosialisasikan isi daripada Undang-undang itu ke masyarakat.

KETERANGAN GUBERNUR IRJABAR

Menimbang bahwa terhadap permohonan Pemohon a quo, pada persidanganhari Rabu tanggal 7 April 2004 telah didengarkan pula keterangan dariGubernur Irian Jaya Barat dan Mahkamah telah pula menerima keterangantertulis dari Gubernur Irian Jaya Barat tanggal 7 April 2004 yang padapokoknya sebagai berikut:

A. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON

1. Bahwa dalam ketentuan Pasal 51 ayat (1) Undang-undang Nomor24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstisusi disebutkan Pemohonadalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangankonstitusionalnya dirugikan dengan diberlakukannya undang-undang yaitu :a. Perorangan Warga Negara Indonesia.b. Kesatuan Masyarakat Hukum Adat sepanjang masih hidup

dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsipNegara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalamundang-undang.

c. Badan Hukum Publik atau privat;atau,d. Lembaga Negara.

Page 282: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 107

2. Bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat (1) Undang-undang Nomor 24Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi keberadaan Pemohontidak jelas, karena Pemohon dalam kapasitas selaku Ketua DPRDPapua mewakili DPRD Papua tidak jelas, karena dalam suratpermohonan tidak melampirkan bukti surat kuasa dari PimpinanDPRD dalam hal ini Pemohon kepada Tim Pembela OtonomiKhusus Papua.

Di samping hal tersebut juga terdapat kerancuan di mana kuasahukum Pemohon menuliskan surat permohonan bertindak untukdan atas nama klien Drs. Jhon Ibo, MM dalam kapasitas selakuKetua Dewan Perwakilan Rakyat Propinsi Papua (DPRD Papua)mewakili kepentingan DPRP, di mana institusi DPRP belum adaatau belum berdiri secara legal.

3. Bahwa kapasitas Pemohon selaku Ketua DPRD Propinsi Papuamengajukan uji Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 cacathukum, karena tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 57 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan kedudukanDPR, DPD, dan DPRD yang menyatakan “Pimpinan DPRD bersifatkolektif, yaitu Ketua dan Wakil-wakil ketua “ dan harus ada SuratKuasa kepada Tim Pembela Otonomi Khusus Papua yang ditandatangani secara kolektif pimpinan DPRD untuk kepentinganlembaga DPRD yang didukung oleh hasil Sidang Paripurna DPRDPropinsi Papua. Kepentingan Iainnya dari Pemohon juga tidakdirugikan mengingat bahwa mekanisme aspriratif dan administratiftelah dilakukan dan dalam pelaksanaan kegiatan administratifPemerintahan yang merupakan Iingkup tugas-tugas DPRD danatau pimpinan DPRD sama sekali tidak dirugikan, karenapemekaran wilayah tersebut telah mendorong unit manajemenpemerintahan menjadi Iebih efesien dan terkendali.

4. Bahwa berdasarkan Pasal 74 Undang-undang Nomor 21 Tahun2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua disebutkan “Semua peraturan perundang-undangan yang ada dinyatakan tetapberlaku di Propinsi Papua sepanjang tidak diatur dalam undang-undang ini “. Oleh karena itu, Undang-undang Nomor 45 Tahun1999 dinyatakan tetap berlaku.

Page 283: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

108 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

5. Bahwa berdasarkan Pasal 76 Undang-undang Nomor 21 Tahun2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua disebutkan“Pemekaran Propinsi Papua menjadi propinsi-propinsi dilakukanatas persetujuan MRP dan DPRP setelah memperhatikan dengansungguh-sungguh sosial- budaya, kesiapan sumber daya manusiadan kemampuan ekonomi dan perkembangan di masa datang “,berlaku setelah ditetapkannya Undang-undang Nomor 21 Tahun2001 tanggal 21 November 2001. Oleh karena itu, ketentuan Pasal76 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tidak berlaku surut(retroaktif) bagi Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999. Saat inilembaga MRP dan DPRP belum terbentuk.

Berdasarkan keterangan tersebut di atas, kedudukan hukum (legalstanding) pemohon uji Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi IrianJaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya, dan Kota Sorong terhadap Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat dinyatakan cacathukum sehinga permohonan uji Undang-undang Nomor 45 Tahun1999 yang diajukan oleh Pemohon agar ditolak atau tidak diterimaMajelis Hakim Mahkamah Konstitusi.

B. KOMPETENSI UJI UNDANG-UNDANG

1. Bahwa berdasarkan Pasal 50 Undang-undang Nomor 24 Tahun2003 tentang Mahkamah Kontitusi yang menyatakan “Undang-undang yang dapat diuji adalah undang-undang yang diundangkansetelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 dan di dalam penjelasan menyatakanbahwa yang dimaksud dengan setelah perubahan pertama padatanggal 19 Oktober 1999. “Berdasarkan ketentuan tersebut, makauji Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang PembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, KabupatenPaniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan KotaSorong, tidak termasuk dalam lingkup kewenangan MahkamahKonstitusi karena Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 telah

Page 284: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 109

diundangkan pada Tanggal 04 Oktober 1999.

2. Bahwa Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000 tentang Perubahanatas Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang PembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, KabupatenPaniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan KotaSorong hanya mengubah ketentuan Pasal 20 Undang-undangNomor 45 Tahun 1999 mengenai pengisian keangggotaan DPRDPropinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah, sehingga tidakada kaitan antara uji Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000 yang dimohonkanoleh Pemohon. Berdasarkan hal tersebut di atas, makapermohonan uji Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 yangdiajukan oleh Pemohon keliru dan tidak memenuhi ketentuanPasal 50 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentangMahkamah Konstitusi.

C. KETERANGAN GUBERNUR IRIAN JAYA BARAT TERHA-DAP HAK UJI ATAS PASAL-PASAL UNDANG-UNDANGNOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKANPROPINSI IRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYABARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA,KABUPATEN PUNCAK JAYA DAN KOTA SORONG.

Kami tidak sependapat dengan alasan/argumentasi yang diajukanPemohon dalam permohonan yang menyatakan bahwa pasal-pasal didalam Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999, baik sebagian atauseluruhnya, yaitu Pasal 1 huruf c, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 9ayat (1) dan ayat (2), Pasal 11, Pasal 12 ayat (1), ayat (2), Pasal 15ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 17 ayat (1) Pasal 18 ayat (1),Pasal 19 ayat (1); Pasal 20 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4);sebagaimana telah diubah dalam Pasal 20 ayat (1), ayat (3), ayat (4)dan ayat (5) di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000, Pasal 21ayat (1); Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 23 ayat (1), ayat (2),ayat (4) dan ayat (5), Pasal 24, Pasal 25 ayat (1), Pasal 26 ayat (1)dan ayat (2) bertentangan dengan Pasal 18B Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan penjelasan sebagai

Page 285: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

110 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

berikut:

1. Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dan Undang-undangNomor 5 Tahun 2000 tidak terkait dengan Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, di manaUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 mengatur pembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, KabupatenPaniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan KotaSorong merupakan perwujudan atau amanat dari Pasal 18Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945sebelum diamandemen, sedangkan Pasal 18B yang didalilkan olehPemohon hasil amandemen mengatur satuan-satuan PemerintahDaerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa dan kesatuanmasyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisional sepanjangmasih hidup dan sesuai perkembangan masyarakat dan prinsipNegara Kesatuan Republik Indonesia yang pelaksanaanya diaturdengan undang-undang tersendiri. Dengan pertimbangan tersebutdi atas, maka dalil-dalil yang diajukan oleh Pemohon bahwaUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dan Undang-undangNomor 5 Tahun 2000 bertentangan dengan Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berangkatdari pemahaman Pemohon yang sangat keliru terhadap jiwa Pasal18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 dan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 serta Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000, sehingga Pemohon telah melakukankekeliruan dan permohonan tidak layak untuk dipertimbangkan.

2. Materi Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentangPembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat,Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya,dan Kota Sorong, dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, KabupatenPaniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan KotaSorong, tidak ada kaitannya dengan Pasal 18B Undang-undangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, di mana Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 sebagai pelaksanaan dari Pasal

Page 286: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 111

18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Indonesiasebelum diamandemen, sedangkan Undang-undang Nomor 45Tahun 1999 yang didalilkan oleh Pemohon adalah hasilamandemen. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 5Tahun 2000 jelas tidak bertentangan dengan Pasal 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, karenaketentuan Pasal 18B Undang-Undang Dasar Republik IndonesiaTahun 1945 tidak berlaku surut (retroaktif).

3. Alasan atau argumentasi yang diajukan Pemohon dalam ujiUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 sebagaimana diubahdengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000 terhadap Pasal 18BUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945hanya menjelaskan latar belakang pemekaran, dinamika sosial,politik, hukum di Papua, terjadinya konflik di Papua-dan latarbelakang amandemen Pasal 18B Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, sehingga tidak ada relevansinyabahwa Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor Tahun 2000 bertentangan dengan Pasal 18BUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,karena tidak disertai dengan alat bukti yang mendukungpermohonan Pemohon secara hukum. Dengan pertimbangantersebut, maka uji Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun2000 tidak layak untuk dipertimbangkan oleh Majelis HakimKonstitusi, dan tidak memenuhi ketentuan Pasal 31 ayat (2)Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang MahkamahKonstitusi.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan keterangan Gubernur Irian Jaya Barat pada angka romawiI s/d IV, Kami berkesimpulan terhadap uji Undang-undang Nomor 45Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, PropinsiIrian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya, dan Kota Sorong, dan Undang-undang Nomor 5 Tahun

Page 287: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

112 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999tentang Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, KabupatenPaniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong,yang diajukan oleh Pemohon, sebagai berikut:

1. Menyatakan Pemohon tidak mempunyal kedudukan hukum (legalstanding) untuk mengajukan uji Undang-undang Nomor 45 Tahun1999 sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 5Tahun 2000, sebagaimana diatur dalam Pasal 51 Undang-undangNomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

2. Menyatakan permohonan Pemohon untuk sebagian atauseluruhnya tidak mempunyai dasar hukum yang kuat untukdipertimbangkan oleh Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi.

3. Menyatakan pasal-pasal di dalam Undang-undang Nomor 45Tahun 1999 baik sebagian atau seluruhnya yaitu Pasal 1 huruf c,Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 11,Pasal 12 ayat (1), ayat (2) ayat (7), dan ayat (8), Pasal 13 ayat(1) dan ayat (2), Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 15 ayat (1),ayat (2), dan ayat (3), Pasal 17 ayat (1), Pasal 18 ayat (1), Pasal19 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2), ayat (3) ayat (4) dan ayat(5) di dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2000, Pasal 21 ayat(1), Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 23 ayat (1), ayat (2),ayat (4) dan ayat (5), Pasal 24, Pasal 25 ayat (1), Pasal 26 ayat(1) dan ayat (2) tetap mempunyai kekuatan hukum mengikatdan tidak bertentangan dengan Pasal 18B Undang-Undang DasarNegara Republik Tahun 1945.

Page 288: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 113

KETERANGAN GUBERNUR PAPUA

Menimbang bahwa terhadap permohonan, pada hari Kamis tanggal 8 Juli2004 telah didengar pula keterangan tertulis dari Gubernur Papua tanggal6 Juli 2004 yang pada pokoknya sebagai berikut:

A. APLIKASI DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN PEMEKARANPROPINSI PAPUA

Berdasarkan berbagai dokumen yang ada, membuktikan bahwakebijakan pemekaran Propinsi Papua sebenarnya merupakan suaturencana kebijakan yang telah dibuat sejak tahun 1984. Rencanakebijakan ini diawali dengan adanya aspirasi dari sekelompok kecilmasyarakat Papua yang menginginkan pemekaran. Kemudian dilakukansuatu penelitian terhadap kemungkinan pemekaran wilayah PropinsiDaerah Tingkat I Irian Jaya, yang dilakukan oleh Departemen DalamNegeri. Melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun1986 dibentuk 3 (tiga) Wilayah Pembantu Gubernur, yang dipandangsebagai embrio bagi pemekaran Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jayamenjadi beberapa Propinsi. Dalam perkembangannya lebih dari satudasawarsa, rencana pemekaran Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jayatidak pernah terealisasi, dengan alasan utama yang selalu dikemukakanPemerintah Pusat, yaitu keterbatasan anggaran negara.

Rencana kebijakan pemekaran wilayah Propinsi Daerah Tingkat I IrianJaya muncul kembali setelah pertemuan “Tim Seratus” dengan PresidenB. J. Habibie. Kebijakan pemekaran tersebut dipandang sebagai responyang arif dan bijaksana terhadap tuntutan sekelompok masyarakatPapua “Tim Seratus” pada acara temu wicara dengan Presiden RepublikIndonesia pada tanggal 26 Pebruari 1999. Oleh karena itu, maka melaluipemekaran diharapkan akan memperkokoh integritas wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia. Beberapa alasan pembenaransebagaimana tersebut secara tegas dan jelas termuat dalam SuratGubernur Kepala Daerah Tingkat I Irian Jaya yang ketika itu dijabatSdr. Fredy Numberi, Nomor 125/803/Z, perihal Usul Pemekaran WilayahPropinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya tertanggal 26 Maret 1999.

Page 289: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

114 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Rencana Pemekaran Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya secara formalterealisasikan pada tanggal 4 Oktober 1999 melalui keluarnya Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi IrianJaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, KabupatenMimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong. Kebijakanpemekaran Propinsi melalui Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999kemudian diikuti dengan pengangkatan Drs. Herman Monim sebagaiPejabat Gubernur Irian Jaya Tengah dan Brigadir Jenderal Marinir(Purnawirawan) Abraham Octavianus Atururi sebagai Pejabat GubernurIrian Jaya Barat berdasarkan Surat Keputusan Presiden RepublikIndonesia Nomor 327/M Tahun 1999, pada tanggal 5 Oktober 1999.

Kebijakan Pemekaran Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya, khususnyayang terkait dengan pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah dan IrianJaya Barat ternyata mendapat penolakan dari berbagai kalanganmasyarakat di Papua, yang ditandai dengan aksi demonstrasi besar-besaran termasuk menduduki kantor DPRD Propinsi Irian Jaya dankantor Gubernur di Jayapura pada tanggal 14 s/d 15 Oktober 1999.Aksi penolakan ini direspon oleh DPRD Propinsi Irian Jaya melaluiKeputusan DPRD Propinsi Irian Jaya Nomor 11 /DPRD/1999 tentangPernyataan Pendapat DPRD Propinsi Irian Jaya kepada PemerintahPusat untuk Menolak Pemekaran Propinsi Irian Jaya dan usulPencabutan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 327/M Tahun 1999 tanggal 5 Oktober 1999.

Aksi penolakan ini didasari oleh beberapa alasan, yaitu: (1) kebijakanpemekaran wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya tersebutdilakukan tanpa melalui proses konsultasi dengan masyarakat di Papua,(2) kebijakan pemekaran wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jayatersebut tidak sesuai dengan rekomendasi yang disampaikan olehPemerintah Daerah Tingkat I Irian Jaya, yang antara lain menyebutkanbahwa pemekaran wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya menjadi2 (dua) Propinsi, yaitu: (a) Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya Timur,dengan ibukota di Jayapura, meliputi: Kabupaten Jayapura, KodyaJayapura, Kabupaten Merauke, Kabupaten Jayawijaya, dan kabupatenPuncak Jaya, serta (b) Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya Barat,dengan ibukota di Manokwari, meliputi: Kabupaten Sorong, Kabupaten

Page 290: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 115

Manokwari, kabupaten Fak-Fak, Kabupaten Nabire, Kabupaten BiakNumfor, Kabupaten Paniai, kabupaten Mimika, dan Kotif Sorong, (3)Kebijakan Pemekaran Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya lebihberorientasi sebagai strategi untuk memperkokoh integritas wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia, tanpa bermaksud untukmengangkat harkat dan martabat orang Papua melalui akseterasipembangunan secara berkeadilan. Hal ini terbukti dari formatpembagian wilayah yang kurang memperhatikan aspek kesatuan sosialbudaya, kesiapan sumberdaya manusia, dan kemampuan ekonomi.

Dalam kapasitas sebagai pejabat Gubernur Irian Jaya Barat yang telahditantik, Sdr. Abraham Octavianus Ataruri ternyata setuju dan memberidukungan terhadap tuntutan masyarakat dan keputusan DPRD PropinsiIrian Jaya untuk membatalkan pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengahdan Propinsi Irian Jaya Barat. Hal ini terbukti ketika Sdr. AbrahamOctavianus Atururi menyatakan, bahwa undang-undang yang mengaturpemekaran Propinsi harus dicabut, karena tidak akomodatif, tidakaspiratif, serta akan berdampak negatif pada kehidupan masyarakatPapua, ketika diwawancarai oleh wartawan Surat Kabar Harian (SKH)Cenderawasih Pos, yang terbit di Papua, pada Hari Sabtu, 16 Oktober1999, copy pernyataan lengkap dalam wawancara Terlampir.Kesediaannya untuk ditantik sebagai Pejabat Gubernur Irian Jaya Barathanya sekedar untuk memenuhi keinginan Presiden.

Selanjutnya, Pemerintah dan DPR RI ternyata memperhatikan denganserius dan bersikap arif datam merespon tuntutan masyarakat IrianJaya tersebut. Hal ini terbukti dari surat Menteri Dalam Negeri, Nomor125/2714/SJ, tertanggal 18 Nopember 1999, perihal Aspirasimasyarakat tentang penolakan pemekaran Propinsi Irian Jaya, yangmerupakan jawaban Pemerintah atas Surat Gubernur Irian Jaya Nomor146/2925/SET, tertanggal 18 Oktober 1999. Dalam surat yangditandatangani oleh Surjadi Soedirdja selaku Menteri Dalam Negeri,tersebut dikemukakan bahwa: (1) Mencermati pendapat masyarakatIrian Jaya tentang penolakan pemekaran Propinsi Irian Jayasebagaimana tertuang dalam Keputusan DPRD Propinsi Irian Jaya,Nomor 11/DPRD/1999, tertanggal 16 Oktober 1999, dapat dipahamiuntuk ditindaklanjuti sebagaimana mestinya; (2) Berkenaan dengan

Page 291: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

116 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

itu, maka sesuai dengan keputusan politik sebagaimana tertuang dalamTap MPR Nomor IV/MPR/1999, Bab IV huruf G. Pembangunan Daerahangka 2 khusus dengan sub judul Irian Jaya telah diamanatkan, bahwaPropinsi Irian Jaya ditetapkan sebagai Daerah Otonomi Khusus yangselanjutnya diatur dengan undang--undang; (3) Dengan demikianakibat penolakan pemekaran oleh DPRD Irian Jaya, maka terjadi silangpendapat antara Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999, yangberkenaan dengan pembentukan Daerah Propinsi Irian Jaya Barat danIrian Jaya Tengah, dan Keputusan DPRD Propinsi Irian Jaya, sehinggarealisasi Undang Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tersebut belumdimungkinkan; (4) Adapun penyiapan Rancangan Undang Undangtentang Otonomi Khusus Irian Jaya sedang dalam proses penyusunandan untuk kepertuan itu tentu dengan memperhatikan masukanberbagai pihak terutama aspirasi masyarakat dan kaum intelektualPropinsi Irian Jaya; (5) Dengan memperhatikan hal-hal sebagaimanadiuraikan di atas, maka terhadap keberadaan Keputusan PresidenNomor 327/M Tahun 1999 akan diproses pencabutannya. Copy suratMenteri Dalam Negeri Terlampir. Surat Menteri Dalam Negeri tersebutsekaligus menandai penangguhan implementasi Undang-undangNomor 45 Tahun 1999, khususnya pasal-pasal mengenai pembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat. Sedangkan beberapapasal dalam undang-undang tersebut yang mengatur mengenaipembentukan Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten PuncakJaya, dan Kota Sorong, telah diimplementasikan secara efektif.

Dalam kenyataannya undang-undang untuk melaksanakan kebijakanOtonomi Khusus bagi Propinsi Irian Jaya sampai melewati tanggal 1Mei 2000 batas waktu yang diamanatkan Tap MPR Nomor IV/MPR/2000, ternyata belum juga diundangkan. Keterlambatan ini disebabkanantara lain: (1) tingginya eskalasi politik di Propinsi Irian Jaya menjelangdan setelah Musyawarah Besar (Mubes) Rakyat Papua dan KongresRakyat Papua di Jayapura Tahun 2000 dan (2) adanya keinginanPemerintah untuk memperhatikan secara serius aspirasi rakyat IrianJaya.

Komitmen Pemerintah ini direspon oleh berbagai kalangan terutamaakademisi dan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Propinsi

Page 292: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 117

Irian Jaya yang mulai menjadikan otonomi khusus sebagai topik wacanadalam berbagai forum kajian. Hal ini terbukti dengan adanya sejumlahkonsep, pokok-pokok pikiran maupun rancangan tentang materi muatanUndang-undang tentang Otonomi Khusus bagi Irian Jaya yangdipandang baik oleh berbagai institusi yang ada di Propinsi Papua.Akan tetapi, karena situasi dan kondisi di Propinsi Irian Jaya yangkurang kondusif sebagai akibat meningginya eskalasi politik di seputarpelaksanaan Mubes dan Kongres rakyat Papua yang salah satutuntutannya adalah memisahkan diri dari Negara Kesatuan RepublikIndonesia, maka pokok-pokok pikiran dan rancangan tersebut hanyamenjadi wacana publik di Papua dan bahan pergumulan yang lebihbersifat interen institusi tertentu. Pada waktu yang hampir bersamaanSdr. Freddy Numberi, Gubernur Propinsi Irian Jaya paska waktu itu diangkat menjadi salah seorang Menteri dalam Kabinet Presiden K. H.Abdurahman Wahid, sedangkan Sdr. Musiran yang diangkat sebagaicarataker atau Pejabat Gubernur merasa tidak memiliki wewenangyang cukup untuk mempersiapkan dan menyusun Rancangan Undang-Undang (RUU) Otonomi Khusus untuk Propinsi Irian Jaya. Pembicaraandan persiapan penyusunan RUU Otonomi Khusus untuk Propinsi IrianJaya baru dimulai secara sungguh-sungguh ketika saya dilantik sebagaiGubernur bersama Sdr. Drh. Constan Karma sebagai Wakil GubernurPropinsi Irian Jaya pada akhir tahun 2000. Setelah melalui pembicaraandengan berbagai perwakilan komponen masyarakat Irian Jaya, makaselaku Gubernur, dengan dukungan Sdr. Ir. Frans A. Wospakrik, M.Sc.,Rektor Universitas Cenderawasih (Uncen) di Jayapura, Sdr. Prof. Dr.Ir., Frans Wanggai, M.Sc., Rektor Universitas Papua (Unipa) diManokwari, berbagai intelektual dan tokoh masyarakat Irian Jaya, sayamembentuk Panitia Penyelenggara Forum Kajian, yang diikuti denganpembentukan Tim Penjaring Aspirasi serta Tim Asistensi. Setelahmelalui suatu mekanisme yang panjang, maka Rancangan UndangUndang Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua yang diberi nama“Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua dalam Bentuk WilayahBerpemerintahan Sendiri” dapat disusun.

Rancangan Undang-Undang yang disusun oleh para intelektual di IrianJaya tersebut, melalui Pemerintah Daerah dan DPRD Propinsi IrianJaya disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Page 293: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

118 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Usulan Rancangan Undang-Undang tersebut diterima dan diadopsioleh DPR RI sebagai Rancangan Undang-Undang usul inisiatif setelahmelalui proses pengayaan dari berbagai kalangan intelektual nasional.Melalui suatu pembahasan yang alot antara DPR RI dan Pemerintahsebagai akibat dari adanya 2 (dua) Rancangan Undang-UndangOtonomi Khusus bagi Propinsi Irian Jaya, yakni: Rancangan Undang-Undang usul inisiatif DPR RI dan Rancangan Undang-Undang usulanPemerintah, maka pada akhirnya disepakati bahwa Rancangan UndangUndang yang dijadikan acuan utama adalah Rancangan UndangUndang usulan Pemerintah Daerah dan DPRD Propinsi Irian Jaya yangtelah diadopsi sebagai RUU usul inisiatif DPR Republik Indonesia.Menindaklanjuti kesepakatan tersebut dan setelah melalui pembahasanlebih kurang 5 (lima) bulan, maka DPR RI pada tanggal 22 Oktober2001 telah menyetujui dan menetapkan Rancangan Undang-Undangtentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua menjadi undang-undang.Hasil ketetapan DPR RI ini kemudian disampaikan kepada Presidenuntuk disahkan. Presiden Republik Indonesia, Ibu MegawatiSoekarnoputri pada tanggal 21 Nopember 2001 mengesahkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001 tentang OtonomiKhusus bagi Propinsi Papua, yang kemudian dimuat dalam LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, dan TambahanLembaran Negara Tahun 2001 Nomor 4151.

B. UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANGOTONOMI KHUSUS BAGI PROPINSI PAPUA SEBAGAISOLUSI MENCEGAH ANCAMAN DISINTEGRASI

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagiPropinsi Papua adalah suatu kebijakan yang bernilai strategis dalamrangka peningkatan pelayanan (service), dan akselerasi pembangunan(acseleration development), serta pemberdayaan (empowerment)seluruh rakyat di Propinsi Papua, terutama orang asli Papua. Melaluikebijakan ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antar PropinsiPapua dengan propinsi-propinsi lain dalam wadah Negara KesatuanRepublik Indonesia, serta akan memberikan peluang bagi orang asliPapua untuk berkiprah di wilayahnya sebagai pelaku sekaligus sasaranpembangunan.

Page 294: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 119

Kebijakan Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua pada dasarnya adalahpemberian kewenangan yang lebih luas bagi Pemerintah Propinsi/Kabupaten/ Kota dan rakyat di Propinsi Papua untuk mengatur danmengurus diri sendiri di dalam kerangka Negara Kesatuan RepublikIndonesia. Kewenangan yang lebih luas tersebut berarti pula mencakupkewenangan untuk mengatur pemanfaatan kekayaan alam di wilayahPropinsi Papua, sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua,memberdayakan potensi perekonomian, sosial, dan budaya yangdimiliki, termasuk di dalamnya memberikan peranan yang signifikanbagi orang asli Papua melalui wakil-wakilnya untuk terlibat dalam prosesperumusan kebijakan daerah, menentukan strategi pembangunandengan tetap menghargai kesetaraan dan keberagaman kehidupanmasyarakat di Propinsi Papua. Sebagai akibat dari penetapan OtonomiKhusus ini, maka ada perlakuan berbeda yang diberikan Pemerintahkepada Propinsi Papua. Dengan kata lain terdapat hal--hal mendasaryang hanya berlaku di Propinsi Papua dan tidak berlaku di propinsilain di Indonesia, seiring dengan itu terdapat pula hal-hal yang berlakudi daerah lain yang tidak diberlakukan di Propinsi Papua. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 yang merupakan landasan yuridispelaksanaan Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua terdiri dari XXIVBab dan 79 Pasal, yang diawali dengan konsideran dan diakhiri denganpenjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal. Secara filosofisUndang-undang Nomor 21 Tahun 2001, memuat sejumlah pengakuandan komitmen Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.Sejumlah pengakuan dimaksud adalah: (1) undang-undang ini dibuatdalam kerangka mewujudkan cita-cita dan tujuan Negara KesatuanRepublik Indonesia; (2) masyarakat Papua adalah insan ciptaan Tuhandan bagian dari umat manusia yang beradab; (3) adanya satuan-satuanpemerintahan daerah yang bersifat khusus; (4) penduduk asli PropinsiPapua adalah salah satu rumpun dari ras Melanesia dan merupakanbagian dari suku-suku bangsa di Indonesia yang memiliki keragamankebudayaan, sejarah, adat istiadat, dan bahasa; (5) penyelenggaraanpemerintahan dan pembangunan di Propinsi Papua selama ini belumsepenuhnya memenuhi rasa keadilan, memungkinkan tercapainyakesejahteraan rakyat, mendukung terwujudnya penegakan hukum,dan belum sepenuhnya menampakan penghormatan terhadap hak

Page 295: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

120 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

asasi manusia; (6) pengelolaan dan pemanfaatan hasil kekayaan alamPropinsi Papua belum digunakan secara optimal untuk meningkatkantaraf hidup masyarakat asli; (7) pengakuan adanya kesenjanganPropinsi Papua dengan propinsi-propinsi lain di Indonesia. Di sisi lainterdapat juga sejumlah komitmen, antara lain: (1) menjunjung tinggihak asasi manusia, nilai-nilai agama, demokrasi, hukum, dan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat hukum adat; (2) menghargaikesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya masyarakat Papua;(3) perlindungan dan penghargaan terhadap etika dan moral; (4)perlindungan hak-hak dasar penduduk asli dan hak asasi manusia;(5) supremasi hukum; (6) penegakan demokrasi; (7) penghargaanterhadap pluralisme; (8) penyelesaian masalah pelanggaran hak asasimanusia penduduk asli Papua.

Berlakunya undang-undang ini secara normatif pada tanggal 21Nopember 2001 telah mamasuki tahun kedua, akan tetapi dalamimplementasinya nyatanya baru memasuki bulan ke-15 (lima belas)terhitung sejak tanggal 1 Januari 2002. Refleksi terhadap implementasiundang-undang menunjukan bahwa belum secara efektif, hal inidisebabkan karena beberapa hal, antara lain: (1) belum adanyaperangkat peraturan yang menjadi landasan operasionalnya dalambentuk Peraturan Daerah Propinsi (PERDASI) dan Peraturan DaerahKhusus (PERDASUS). Keterlambatan formulasi PERDASI dan PERDASUSdisebabkan, karena lembaga yang berwenang memproduk keduaperaturan ini belum lengkap. PERDASI dibuat oleh DPRP bersama-sama dengan Gubernur, oleh karena sampai saat ini DPRD PropinsiPapua belum berubah menjadi DPRP, maka produk hukum daerahdalam bentuk PERDASI belum bisa dibuat. RAPERDASUS dibuat olehDPRP bersama-sama dengan Gubernur dan ditetapkan sebagaiPERDASUS setelah mendapat pertimbangan dan persetujuan dariMajelis Rakyat Papua (MRP). Oleh karena, DPRP dan MRP belum ada,maka Produk hukum dalam bentuk PERDASUS juga belum dapat dibuat;(2) pembagian penerimaan dalam rangka Otonomi Khusus selama 3(tiga) tahun pertama dipandang belum dilakukan secara berkeadilan,hal ini disebabkan karena belum adanya instrumen hukum dalambentuk PERDASUS yang memuat faktor-faktor yang menjadi indikatordalam menentukan pembagian penerimaan tersebut; (3) belum

Page 296: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 121

ditetapkannya Peraturan Pemerintah tentang MRP, yang merupakanlandasan hukum bagi aktivitas MRP, padahal RPP tentang MRP telahdiusulkan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD Propinsi Papua sejaktanggal 15 Juli 2002 dan seharusnya menurut Pasal 72, selambat-lambat satu bulan setelah menerima usulan harus sudah ditetapkan.

Sebagai konsekuensi dari adanya kondisi ini, maka berbagai materimuatan yang termuat dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001belum dapat dilaksanakan secara efektif. Akan tetapi PemerintahDaerah, DPRD serta masyarakat di Propinsi Papua memiliki komitmenuntuk melakukan segala upaya dalam rangka efektivitas pelaksanaanotonomi khusus Papua. Pelaksanaan otonomi khusus tersebut diifo-kuskan pada 4 (empat) bidang program unggulan, yakni: (1) bidangpendidikan; (2) bidang kesehatan; (3) bidang ekonomi rakyat; (4)bidang infrastruktur. Bersamaan dengan itu masyarakat berkontribusipositif dalam menciptakan suasana yang kondusif sejak pemberlakuankebijakan otonomi khusus tersebut.

Otonomi khusus dapat dipandang sebagai suatu kebijakan yang bernilaistrategis hal ini terbukti ketika kebijakan ini mulai diberlakukan eskalasipolitik di Propinsi Papua menurun tajam. Aktivitas pihak-pihak yangmelakukan gerakan-gerakan yang menyebarkan permusuhan danketidakpercayaan terhadap Pemerintah yang sah dapat diredam.Masyarakat secara sadar mulai menunjukan partisipasinya dalam prosespenyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Kepercayaanmasyarakat terhadap Pemerintah kembali mulai tumbuh danberkembang. Aktivitas pembangunan terutama dalam 4 (empat) bidangstrategis sebagaimana tersebut di atas mulai menunjukan peningkatan.Apa yang kami lakukan untuk memperjuangkan muatan OtonomiKhusus Papua pada hakikatnya merupakan solusi damai dalammempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Oleh karena itu, maka adalah tidak benar jika ada pihak-pihak (khusus-nya komponen masyarakat di Papua) yang ketika proses awal kebijakanini didesain memilih diam dan tidak berkontribusi apa-apa dalam men-cari solusi damai guna meredam ancaman disintegrasi, hari ini secaralantang mengklaim diri sebagai tokoh dalam mempertahankan

Page 297: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

122 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketika kami yangmemperjuangkan otonomi khusus melakukan segala daya dan upayauntuk meyakinkan masyarakat Papua dan Pemerintah bahwasanyaotonomi khusus adalah solusi terbaik dalam penyelesaian permasalahandi Papua, pihak-pihak yang hari ini menyatakan diri sebagai tokohyang dapat diandalkan untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesa-tuan Republik Indonesia tersebut lari dan bersembunyi bahkan ikutpula memprovokasi masyarakat untuk menolak kebijakan OtonomiKhusus. Mereka bagaikan pahlawan kesiangan yang hari ini berbalikmengecam kami yang memperjuangkan Otonomi Khusus Papuasebagai kelompok yang berkehendak mengancam keutuhan NegaraKesatuan Republik Indonesia. Dengan berdalih, bahwa beberapa materimuatan dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001, seperti pasalmengenai MRP (Majelis Rakyat Papua) dianggap memiliki kewenanganyang besar (super body), sehingga dapat menabrak bangunan NegaraKesatuan Republik Indonesia. Penafsiran seperti ini tidak beralasankarena kalau dikaji secara cermat, maka sebenarnya MRP memilikikewenangan terbatas, khususnya dalam 5 (lima) hal. Bahkan melaluiPeraturan Pemerintah tentang MRP akan diinterpretasi lebih lanjutkewenangan-kewenangan MRP sebagaimana termaktub dalamUndang-undang Nomor 21 Tahun 2001, sehingga lingkupnya semakinterbatas. Para pihak yang menyebarkan tafsiran tersebut mungkin lupabahwasanya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang OtonomiKhusus bagi Propinsi Papua adalah suatu kebijakan Pemerintah RepublikIndonesia.

C. RESPON PEMERINTAH PROPINSI PAPUA TERHADAPPEMBERLAKUAN INPRES N0MOR 1 TAHUN 2003

Ketika Pemerintah Daerah dan DPRD Propinsi beserta masyarakatPapua sedang berupaya mengimplementasikan Undang-Undang Nomor21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua, yangmasih diperhadapkan pada kendala belum tersedianya sejumlahinstrumen hukum sebagai landasan teknis operasional, seperti MRP,Perdasi, dan Perdasus, serta belum terbentuknya sejumlah perangkatkelembagaan seperti Perwakilan Komnas HAM, Komisi KebenaranRekonsiliasi (KKR) dan Pengadilan HAM. Pemerintahan Daerah, DPRD

Page 298: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 123

dan berbagai komponen masyarakat di Propinsi Papua dikejutkan olehkeluarnya Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 1 Tahun 2003, padatanggal 27 Januari 2003. Isi INPRES tersebut antara lain:memerintahkan Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, GubernurPapua dan Para Bupati di Propinsi Papua untuk mengambil langkah-langkah percepatan Pembentukan Propinsi Irian Jaya Barat dan IrianJaya Tengah berdasarkan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 danmengaktifkan pejabat Gubernurnya. Dikeluarkannya INPRES inidilatarbelakangi oleh beberapa alasan sebagaimana termuat dalamkonsiderans menimbangnya, antara lain: (1) untuk pelaksanaanUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan PropinsiIrian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorongdipandang perlu dilakukan percepatan penyiapan sarana danprasarana, pembentukan organisasi perangkat Daerah, dan kegiatanpenyelenggaraan Pemerintahan Daerah; (2) Sesuai tuntutan danperkembangan aspirasi masyarakat serta kondisi politik nasional yangkondusif pada saat ini, maka penyelenggaraan pemerintahan daerahdi Propinsi Irian Jaya Barat perlu direalisasikan secara terarah, terpadu,terkoordinasi, dan berkesinambungan menindaklanjuti INPRES ini,maka Menteri Dalam Negeri telah menerbitkan Radiogram yangditujukan kepada Gubernur Propinsi Papua, Bupati/Walikota se-PropinsiPapua, dan seluruh Pejabat Eselon I Departemen Dalam Negeri.Radiogram Nomor 134/221 /SJ, tertanggal 3 Pebruari 2003, antaralain berisikan: (1) seluruh jajaran Pemerintah dan Pemerintah DaerahPropinsi/Kabupaten/Kota, agar segera mengambil langkah-langkahoperasional yang relevan; (2) ditegaskan bahwa INPRES Nomor 1 Tahun2003 dilaksanakan sejalan dengan operasionalnya Undang-undangNomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus di Propinsi Papua; (3)Pemerintah Daerah memberi dukungan penuh untuk pelaksanaan hal-hal tersebut; (4) Sekjen dan Gubernur/Bupati melapor kepada MenteriDalam Negeri atas persiapan langkah-langkah tersebut dalam waktuselambatnya dua minggu.

Meskipun ada sejumlah kritik terhadap dikeluarkanya INPRES Nomor1 Tahun 2003 dan adanya tekanan yang cukup kuat dari berbagaipihak kepada Pemerintah Propinsi Papua, akan tetapi Pemerintah

Page 299: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

124 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

Propinsi Papua merespon kebijakan ini secara wajar. Selaku GubernurPropinsi Papua yang berkedudukan sebagai Kepala Daerah sekaligusWakil Pemerintah Pusat di Daerah, maka saya berkewajiban untukmendengar dan mengakomodasi berbagai aspirasi masyarakat Daerahdan di sisi lain mengamankan kebijakan Pemerintah Pusat. Terkaitdengan kebijakan percepatan pembentukan Propinsi Irian Jaya Baratdan Irian Jaya Tengah sesuai INPRES Nomor 1 Tahun 2003, makaselaku Gubernur saya telah mengambil langkah-langkah yang menuruthemat saya merupakan perpaduan antara kepentingan masyarakat diDaerah dan Pemerintah Pusat. Dalam kapasitas sebagai Kepala Daerahdan Wakil Pemerintah Pusat di Daerah, saya telah berusaha untukmeredam berbagai kemungkinan gejolak sebagai akibat daridikeluarkannya INPRES Nomor 1 Tahun 2003, melalui dialog,pertemuan-pertemuan secara persuasif dengan berbagai komponen(perguruan tinggi, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan,dsb). Bahkan saya telah melakukan segala upaya untuk menyelesaikankonflik berdarah di Timika sebagai rentetan dari akibat negatifpemberlakuan INPRES Nomor 1 Tahun 2003.

Pada tanggal 23 April 2003 secara resmi saya selaku Gubernur telahmenyampaikan surat kepada Presiden Republik Indonesia, IbuMegawati Soekarno Putri, perihal pokok-pokok pikiran tentangPemekaran Propinsi Papua. Surat ini dimaksudkan untuk memberipenjelasan mengenai permasalahan aktual yang terjadi danberkembang di Papua, pembahasan kritis, objektif dan konstruktif ataspermasalahan tersebut, serta usulan penyelesaian masalah yang dinilaitepat. Melalui surat ini juga Pemerintah Propinsi Papua mengajukanpokok-pokok pikiran tentang Pemekaran Propinsi Papua serta memintapetunjuk kepada Presiden dalam melaksanakan konsep pemekaranPropinsi Papua tersebut yang bertujuan untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat Papua. Copy surat beserta lampiran isipokok-pokok pikiran terlampir. Namun demikian, secara garis besarpokok-pokok pikiran yang saya usulkan memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Sejumlah Permasalahan MendasarAda sejumlah permasalahan yang mewarnai kebijakan pemekaranPropinsi Papua. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain:

Page 300: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 125

(1) Undang--undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang PembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat, KabupatenPaniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan KotaSorong belum dicabut dan sebagian dari materi muatannya yangmencakup pembentukan ketiga kabupaten dan satu kotasebagaimana dimaksud telah dilaksanakan secara efektif.Sedangkan materi muatan yang terkait dengan pembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah dan Propinsi Irian Jaya Barat belumdapat dilaksanakan; (2) Pemberlakuan Undang-Undang Nomor21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Propinsi Papuaadalah wujud nyata dari kemauan politik Pemerintah untukmengatasi permasalahan politik, dan sekaligus sebagai solusi bagipenyelesian konflik yang terjadi di Papua, dalam rangkamempertahankan integritas wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia. Meskipun demikian sejak pengesahannya undang--undang ini belum sepenuhnya dapat dijalankan secara efektif;(3) Pemekaran dan pembentukan propinsi baru di Papua,sebagaimana halnya dengan pemekaran atau pembentukankabupaten baru yang sudah dilakukan di Propinsi Papua,merupakan kebijakan Pemerintah yang penting, dalam rangkamemperpendek rentang kendali pemerintahan dan sebagai upayalebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Papua. Akantetapi apakah waktunya telah tepat untuk dilaksanakan, sertabagaimana cara dan tahapan yang perlu ditempuh dalampembentukan Propinsi baru di Papua yang sesuai denganketentuan hukum Indonesia dan sejalan dengan tujuan untukkesejahteraan masyarakat.

b. Usulan Penyelesaian MasalahPada bagian lain dalam Pokok-Pokok Pikiran Pemerintah PropinsiPapua tentang Pemekaran juga disebutkan bahwa secara faktualterbukti bahwa pada tahun 1999 ketika Undang-undang Nomor45 Tahun 1999 diberlakukan, pada tanggal 14 s/d 15 Oktober1999 terjadi aksi penolakan pembentukan propinsi baru di IrianJaya. Aksi penolakan masyarakat tersebut didasarkan pada alasan,bahwa kebijakan pembentukan propinsi baru tersebut dilakukantanpa melalui proses persiapan yang memadai, serta tanpa

Page 301: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

126 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

melibatkan komponen masyarakat di Irian Jaya. Penolakan olehmasyarakat ini kemudian dilegitimasi oleh DPRD Propinsi IrianJaya melalui Keputusan DPRD Nomor 11 /DPRD/1999 tentangPernyataan Pendapat DPRD Propinsi Irian Jaya kepada Pemerintahuntuk menolak pemekaran Propinsi Irian Jaya dan usul pencabutanSurat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 327/M/Tahun1999 tanggal 5 Oktober 1999 tentang Pengangkatan PejabatGubernur Propinsi Irian Jaya Tengah dan Pejabat Gubernur IrianJaya Barat. Menteri Dalam Negeri Surjadi Soedirdja menanggapisikap penolakan tersebut melalui surat Nomor 125/2714/SJ,tertanggal 18 Nopember 1999, yang intinya menyatakan dapatmemahami sikap masyarakat Irian Jaya tersebut.

Mengingat secara yuridis Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999masih memiliki daya keberlakuan, karena belum dicabut makasetelah ± 4 (empat) tahun sejak terjadinya penolakan olehberbagai komponen masyarakat dan DPRD Propinsi Irian Jayatersebut, Pemerintah kembali melaksanakan materi muatanUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang PembentukanPropinsi Irian Jaya Tengah dan Propinsi Irian Jaya Barat melaluiInpres Nomor 1 Tahun 2003. Disadari sepenuhnya bahwa tujuandikeluarkannya Inpres Nomor 1 Tahun 2003 adalah untukmelaksanakan kewajiban konstitusi oleh Pemerintah yaitumenjalankan Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 yang masihmemiliki keberlakuan yuridis. Demikian pula Inpres Nomor 1 Tahun2003 mempunyai tujuan positif, yaitu untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat Papua. Namun demikian fakta jugamemperlihatkan bahwa segera setelah keluarnya Inpres Nomor1 Tahun 2003 muncul berbagai reaksi negatif sebagai berikut:(1) Pengangkatan Pejabat Gubernur Irian Jaya Barat tanpa adanyakomunikasi dan konsultasi dengan Gubernur Propinsi Papua,sebagai Propinsi Induk; (2) Berkembangnya opini publik yangmengarah pada pengelompokan sikap pro dan kontra terhadappenbentukan propinsi baru yang dapat menjurus pada munculdan berkembangnya konflik horisontal; (3) Berkembang keinginandari elit politik lokal dengan memobilisasi massa pendukung keJakarta agar kabupatennya dijadikan propinsi baru, di luar yang

Page 302: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 127

ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999, seperti;Kabupaten Yapen, Kabupaten Merauke, dan kabupaten Fak-Fak.

Opini pro dan kontra terhadap pemekaran propinsi juga semakinmeluas dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat.Bahkan berkembang pula fenomena publik bernuansa negatif yangdihembuskan oleh elit tertentu, yang dengan sengaja menjadikankebijakan pemekaran propinsi dengan Otonomi Khusus sebagaiopsi yang kontradiktif. Bahkan sangat ironis ketika pendukungotonomi khusus diidentikkan sebagai kelompok separatis,sedangkan pendukung pemekaran diidentikkan sebagaipendukung setia Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pandanganini bukan hanya keliru, akan tetapi sangat menyesatkan publik,sebab kebijakan Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua yangdilakukan melalui sarana Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001adalah Undang-undang Negara Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 juga merupakan bukti nyatakomitmen Pemerintah untuk: (1) Menjawab masalah yang terjadidi Papua dalam kurun waktu lama secara tepat dan bermartabat;(2) Melaksanakan Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/ 1999 tentangGBHN (Pemberian Otonomi Khusus bagi Propinsi Irian Jaya) danKetetapan MPR Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi kepadaPresiden dan DPR dalam pelaksanaan Otonomi Daerah (segeramenyusun undang-undang tentang Otonomi Khusus bagi PropinsiIrian Jaya); (3) Menjalankan konstitusi negara Undang-UndangDasar 1945, Pasal 18B (Negara mengakui dan menghormatisatuan-satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat khusus atauistimewa yang diatur dengan undang-undang dan negaramengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adatbeserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuaidengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara KesatuanRepublik Indonresia yang diatur dalam undang-undang).

Disadari sepenuhnya bahwa Undang-undang Nomor 21 Tahun2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Propinsi Papua belum dapatdilaksanakan secara efektif. Salah satu penyebabnya adalah,karena belum adanya Peraturan Pemerintah yang mengatur

Page 303: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

128 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

tentang jumlah, persyaratan, dan tata cara pemilihan anggotaMajelis Rakyat Papua (MRP). MRP adalah salah satu aspek pentingyang merupakan ciri kekhususan Propinsi Papua, sebab MRPmerupakan lembaga representasi kultural yang beranggotakanorang-orang asli Papua, yang terdiri atas wakil-wakil adat, wakil-wakil agama, dan wakil-wakil perempuan. Dalam kaitannyadengan pemekaran Propinsi Papua menjadi propinsi-propinsi baru,MRP diposisikan sebagai lembaga yang berwenang memberipersetujuan bersama-sama dengan Dewan Perwakilan RakyatPapua (DPRP), setelah memperhatikan dengan sungguh-sungguhkesatuan sosial budaya, kesiapan sumberdaya manusia dankemampuan ekonomi serta perkembangan di masa datang.

c. Agenda dan Format PemekaranBerkaitan dengan kebijakan pemekaran Propinsi Papua menjadibeberapa propinsi baru, pemerintah Propinsi Papua telahmenyusun agenda dan format pemekaran dimaksud. Agenda danformat pemekaran tersebut diharapkan menjadi masukan bagipemerintah bersama-sama dengan DPR untuk segera melakukanpenyesuaian terhadap materi muatan Undang-undang Nomor 45Tahun 1999. Agar implementasi kebijakan pemekaran PropinsiPapua menjadi beberapa propinsi baru berjalan secara efektifdan sinergi dengan implementasi kebijakan Otonomi Khususberdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001, sertakebijakan pemekaran 14 kabupaten di Propinsi Papua berdasarkanUndang-undang Nomor 26 Tahun 2002, maka perlu disusunagenda sebagai berikut:

1. Tahun 2002: Tahapan sosialisasi dan pelaksanaan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001.

2. Tahun 2003: (1) Tahapan peresmian dan penataankelembagaan 14 kabupaten baru di Propinsi Papua; (2)Penetapan Peraturan Pemerintah tentang MRP; (3)Penajaman pelaksanaan Undang-undang Nomor 21 Tahun2001.

3. Tahun 2004 s/d 2005: (1) Sosialisasi konsep pemekaranPropinsi Papua; (2) Sosialisasi dan persiapan pelaksanaan

Page 304: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 129

Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi (DPRP), dan DPRDKabupaten/Kota, serta Presiden; (3) Sosialisasi dan persiapanpemilihan anggota MRP; (4) Konsep pemekaran yang tetahdikonsultasikan kepada masyarakat diajukan kepada MRPdan DPRP untuk mendapat persetujuan; (5) Pangajuanusulan konsep pemekaran Propinsi Papua kepada Pemerintahdan DPR untuk melakukan revisi terhadap Undang-undangNomor 45 Tahun 1999; (6) Revisi Undang-undang Nomor45 Tahun 1999.

Usulan format pembagian wilayah dilakukan melalui 2 (dua)alternatif, yaitu: Alternatif Pertama, terdiri dari empatpropinsi, yaitu: (a) Propinsi Papua Barat, meliputi; KabupatenFak-Fak, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Sorong Selatan,Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Sorong, Kota Sorong,Kabupaten Manokwari, Kabupaten Teluk Bintuni, danKabupaten Teluk Wondama; (b) Propinsi Papua Selatan,meliputi; Kabupaten Merauke, Kabupaten Asmat, KabupatenMappi, Kabupaten Boven Digoel; (c) Propinsi Papua Tengah,meliputi; Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Paniai,Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Tolikara, KabupatenYahukimo, Kabupaten Pegunungan Bintang, KabupatenNabire, Kabupaten Mimika; (d) Propinsi Papua Utara,meliputi; Kabupaten Yapen, Kabupaten Waropen, KabupatenBiak Numfor, Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura, KabupatenKerom, Kabupaten Sarmi.

Alternatif Kedua, terdiri dari lima propinsi, yaitu: (a) PropinsiPapua Barat, meliputi: Kabupaten Fak-Fak, KabupatenKaimana, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat,Kabupaten Sorong, Kota Sorong, Kabupaten Teluk Bintuni;(b) Propinsi Papua Utara, meliputi: Kabupaten Jayapura, KotaJayapura, Kabupaten Kerom, Kabupaten Sarmi, KabupatenYahukimo; (c) Propinsi Teluk Cenderawasih, meliputi:Kabupaten Yapen, Kabupaten Waropen, Kabupaten BiakNumfor, Kabupaten Nabire, Kabupaten Manokwari,Kabupaten Teluk Wondama; (d) Propinsi Papua Selatan,

Page 305: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

130 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

meliputi; Kabupaten Merauke, Kabupaten Asmat, KabupatenMappi, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten PegununganBintang; (e) Propinsi Pegunungan Tengah, meliputi;Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Paniai, KabupatenJayawijaya, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Nabire,Kabupaten Nabire.

4. Tahun 2006: Pembentukan propinsi-propinsi baru di Papua,berdasarkan hasil revisi Undang-undang Nomor 45 Tahun1999.

Demikian keterangan saya selaku Gubernur Propinsi Papuadihadapan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi RepublikIndonesia dalam rangka uji material Undang-undang Nomor45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Irian JayaTengah, Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorongterhadap Undang-Undang Dasar 1945. Semoga Tuhan YangMaha Kuasa memberkati kita semua.

KETERANGAN DPR

Menimbang bahwa pada bulan September 2004 pihak Dewan PerwakilanRakyat telah menyampaikan keterangan tertulis yang diterima diKepaniteraan Mahkamah Konstitusi pada hari Senin, tanggal 18 Oktober2004 yang pada pokoknya sebagai berikut:

Bahwa yang menjadi pokok permohonan adalah Undang-undangNomor 45 Tahun 1999 yang diundangkan pada tanggal 4 Oktober 1999,mengenai dimuatnya ketentuan khususnya yang menyangkut dan berkaitandengan pasal-pasal yang mengatur tentang Pembentukan Irian Jaya Tengahdan Irian Jaya Barat, baik sebagian atau keseluruhannya, yaitu pasal danberikut penjelasannya sebagai berikut:

Pasal 1 huruf c, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 9 ayat (1) dan (2), Pasal 11,Pasal 12 ayat (1), (2), (7), dan (8), Pasal 13 ayat (1) dan (2), Pasal 14 ayat(1) dan (2), Pasal 15 ayat (1), (2 ), dan (3 ), Pasal 17 ayat (1), Pasal 18 (1),

Page 306: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 131

Pasal 19 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), (2), (3) (sebagaimana telah diubahmenurut Pasal 20 ayat (1), (3), dan (5) di dalam Undang-undang Nomor 5Tahun 2001), Pasal 26 ayat (1) dan (2), yang dinyatakan bertentangandengan Pasal 18B ayat (1) dan (2) UUD 1945.

Bahwa Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dibentuk atasdasar Undang-Undang Dasar 1945 sebelum perubahan berdasarkanUndang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dankarena itu tidak dapat dilakukan uji langsung terhadap Pasal 18B ayat (1)dan ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang ketentuannya disusun dalamPerubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945 pada tahun 2004.

Konsideran “Mengingat” dari Undang-undang Nomor 45 Tahun1999 secara jelas menyebutkan yang menjadi dasar hukum dari Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tersebut di samping Pasal 18 Undang-UndangDasar 1945 sebelum diubah, berbagai undang-undang yang telah adasebelum diundangkannya Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999.

Oleh karena itu, DPR berpendapat tidak ada satu pasalpun dariUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 yang bertentangan langsung secaradiameteral dengan Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana yangdimaksudkan oleh Pemohon.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas kami berpendapat, bahwapermohonan yang diajukan oleh para Pemohon tidak beralasan, karena itupermohonan harus dinyatakan ditolak.

PENDAPATMAHKAMAH KONSTITUSI

Menimbang bahwa maksud dan tujuan Pemohon dalam permohonan a quoadalah sebagaimana disebutkan di atas;

Menimbang bahwa sebelum memasuki pokok perkara, Mahkamah terlebihdahulu harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:1. Apakah Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili dan

memutus permohonan pengujian Undang-undang Nomor 45 Tahun

Page 307: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

132 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

1999 yang telah diubah dengan UU Nomor 5 Tahun 2000 yang telahdiundangkan pada tanggal 7 Juni 2000;

2. Apakah Pemohon a quo memiliki hak konstitusional yang dirugikanoleh berlakunya UU dimaksud, sehingga Pemohon a quo memilikikedudukan hukum (legal standing) untuk bertindak sebagai Pemohondi hadapan Mahkamah;

Terhadap kedua hal dimaksud, Mahkamah berpendapat sebagai berikut:

A. KEWENANGAN MAHKAMAH

Menimbang bahwa ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yangditegaskan kembali dalam Pasal 10 UU Nomor 24 tahun 2003 tentangMahkamah Konstitusi, menyatakan bahwa salah satu kewenanganMahkamah adalah mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yangputusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UUD1945;

Menimbang bahwa Pasal 50 UU Nomor 24 Tahun 2003 tentangMahkamah Konstitusi beserta penjelasannya menyatakan bahwaundang-undang yang dapat diuji adalah undang-undang yangdiundangkan setelah perubahan pertama UUD 1945 yaitu setelahtanggal 19 Oktober 1999. Namun, walaupun UU Nomor 45 Tahun 1999diundangkan pada tanggal 4 Oktober 1999, yang berarti sebelumperubahan pertama UUD 1945, undang-undang itu telah diubah denganUU Nomor 5 Tahun 2000 yang diundangkan pada tanggal 7 Juni 2000.Oleh karena itu terlepas dari adanya perbedaan pendapat di antarapara hakim konstitusi terhadap ketentuan Pasal 50 UU Nomor 24 Tahun2003, Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, danmemutus permohonan Pemohon a quo;

B. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING)

Menimbang bahwa Pasal 51 ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 2003menyatakan bahwa yang dapat mengajukan permohonan pengujianundang-undang terhadap UUD 1945 adalah pihak yang menganggaphak dan atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya

Page 308: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 133

undang-undang tersebut, yang dapat berupa perorangan WNI,kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup sesuaidengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara KesatuanRepublik Indonesia yang diatur dalam undang-undang, badan hukumpublik atau privat, atau lembaga negara;

Menimbang bahwa yang dimaksud dengan hak konstitusional menurutPenjelasan Pasal 51 ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 2003 adalah hak-hak yang diatur dalam UUD 1945;

Menimbang bahwa Pemohon a quo adalah Ketua DPRD Provinsi Papua,dan Pemohon telah menerima Surat Kuasa Khusus dari 2 (dua) orangWakil Ketua DPRD Provinsi Papua, yaitu Paskalis Kossay, S.H. dan GayusTambunan bertanggal 26 Februari 2004, sehingga berhak mewakiliPimpinan DPRD dan sekaligus mengatasnamakan DPRD Provinsi Papua;

Menimbang bahwa menurut ketentuan Pasal 60 UU No. 22 Tahun 2003tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat,Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan DewanPerwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut UU Susduk), “DPRDProvinsi merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yangberkedudukan sebagai lembaga pemerintahan daerah provinsi”,sehingga dapat dikategorikan sebagai lembaga negara. Pimpinan DPRDProvinsi (Ketua dan Wakil Ketua) menurut ketentuan Pasal 58 ayat (1)huruf f UU Susduk mewakili DPRD Provinsi dan/atau alat kelengkapanDPRD Provinsi di pengadilan;

Menimbang bahwa menurut Pasal 18 ayat (1) huruf h UU No. 22 Tahun1999 tentang Pemerintahan Daerah, DPRD mempunyai tugas danwewenang menampung dan menindaklanjuti aspirasi daerah danmasyarakat, demikian pula menurut Pasal 7 ayat (1) huruf k dan Pasal10 ayat (1) huruf e UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khususbagi Provinsi Papua. Dengan demikian, berdasarkan uraian tersebutdi atas, merujuk Pasal 51 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003, Pemohontermasuk kategori lembaga negara, sedangkan hak dan/ataukewenangan konstitusional yang dianggap merugikan Pemohon denganberlakunya UU No. 45 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No.

Page 309: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

134 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

5 Tahun 2000 ialah hak konstitusional yang tercantum dalam UUD1945. Oleh karena itu Mahkamah berpendapat bahwa Pemohonmemiliki legal standing untuk mengajukan permohonan a quo;

C. POKOK PERKARA

Menimbang bahwa pada dasarnya Pemohon a quo memohon kepadaMahkamah agar menyatakan pasal-pasal di dalam UU No. 45 Tahun1999 yang telah diubah dengan UU No. 5 Tahun 2000, baik sebagianatau keseluruhannya, yaitu Pasal 1 huruf c, Pasal 2, Pasal 4, Pasal 9ayat (1) dan (2), Pasal 11, Pasal 12 ayat (1), (2), (7), dan (8), Pasal 13ayat (1) dan (2), Pasal 14 ayat (1) dan (2), Pasal 15 ayat (1), (2), dan(3), Pasal 17 ayat (1), Pasal 18 ayat (1), Pasal 19 ayat (1), Pasal 20ayat (1), (2), (3), dan (4) yang telah diubah dengan UU No. 5 Tahun2000 Pasal 20 ayat (1), (2), (3), dan (4) untuk Pasal 20 ayat (1), (2),(3), (4), dan (5), Pasal 21 ayat (1), Pasal 22 ayat (1) dan (2), Pasal 23ayat (1), (2), (4), dan (5), Pasal 24, Pasal 25 ayat (1), dan Pasal 26ayat (1) dan (2), sepanjang yang mengatur tentang pembentuk-an Provinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat bertentangandengan Pasal 18B ayat (1) UUD 1945 dan oleh karena itu tidakmempunyai kekuatan hukum mengikat;

Menimbang bahwa dalam memeriksa pokok permohonan Pemohonterlebih dahulu Mahkamah akan mempertimbangkan kesahihan(validitas) UU No. 45 Tahun 1999. UU a quo diundangkan sebelumperubahan UUD 1945, oleh karena itu dasar konstitusionalpembentukannya merujuk kepada UUD 1945 sebelum perubahan,antara lain Pasal 18. Pada saat undang-undang a quo dibahas dandiundangkan, Pasal 18 UUD 1945 hanya terdiri dari satu pasal yangberbunyi: “Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil,dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan denganundang-undang, dengan memandang dan mengingati dasarpermusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hakasal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”;

Menimbang bahwa dengan menguji muatan yang terkandung dalamUU No. 45 Tahun 1999 dan UU No. 5 Tahun 2000 terhadap Pasal 18

Page 310: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 135

UUD 1945 sebelum diadakan perubahan, Mahkamah berpendapat tidakterbukti pasal-pasal yang dimohonkan untuk diuji dalam kedua undang-undang a quo bertentangan dengan UUD 1945. Namun dengan adanyaperubahan UUD 1945 maka berarti terdapat suatu tertib hukum baru(new legal order) yang mengakibatkan tertib hukum yang lama (oldlegal order) kehilangan daya lakunya sebagaimana dikemukakan olehHans Kelsen dalam bukunya “General Theory of Law and State” (versibahasa Inggris, edisi 1961, hal. 118-119) “… that the norms of the oldorder are regarded as devoid of validity because the old constitutionend, therefore, the legal norms based on this constitution, the oldlegal order as a whole, has lost its efficacy; because the actual behaviorof men does no longer conform to this old legal order. Every singlenorm loses its validity when the total legal order to which it belongsloses its efficacy as a whole”;

Menimbang bahwa guna memperkuat argumentasinya Pemohon jugamenggunakan asas lex superiori derogat legi inferiori. Mahkamahberpendapat, asas dimaksud tidak tepat untuk diterapkan dalam kasusini, karena UU No. 45 Tahun 1999 dan UU No. 5 Tahun 2000diundangkan sebelum Perubahan Kedua UUD 1945 (18 Agustus 2000).Sedangkan UU No. 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus BagiProvinsi Papua dibentuk berdasarkan Ketetapan MPR No. IV/MPR/2000tentang Rekomendasi Kebijaksanaan dalam Otonomi Daerah, Tap MPRNo. IV/MPR/1999 tentang GBHN Tahun 1999-2004. Dengan demikian,Mahkamah menilai bahwa UU No. 45 Tahun 1999 dan UU Nomor 5Tahun 2000 adalah sah dan tidak bertentangan dengan norma hukumyang lebih tinggi yang terkandung dalam UUD 1945, sehingga segalahal yang timbul sebagai akibat hukum diundangkannya kedua undang-undang a quo adalah sah pula;

Menimbang bahwa Pemohon juga mendalilkan, UU No. 45 tahun 1999dan UU Nomor 5 Tahun 2000 menjadi batal untuk sebagian (sepanjangyang mengatur pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah dan IrianJaya Barat) dengan berlakunya UU No. 21 tahun 2001 karenabertentangan dengan asas lex specialis derogat legi generalis dan asaslex posteriori derogat legi priori. Terhadap dalil Pemohonn dimaksudMahkamah berpendapat bahwa kedua asas tersebut tidak dapat

Page 311: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

136 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

diterapkan terhadap UU No. 45 Tahun 1999 dan UU No. 5 Tahun 2000dikaitkan dengan diundangkannya UU No. 21 Tahun 2001, karenamateri muatan yang diatur dalam Undang-undang No. 45 Tahun 1999dan UU No. 5 Tahun 2000 berbeda dengan materi muatan yang diaturoleh UU No. 21 Tahun 2001. UU No. 45 Tahun 1999 dan UU No. 5Tahun 2000 mengatur tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah,Provinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika,Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong, sedangkan UU No. 21 Tahun2001 berisi ketentuan tentang segala hal yang berkaitan denganpelaksanaan otonomi khusus bagi Provinsi Papua. Lagipula UU No. 21Tahun 2001 tidak taat asas (inkonsisten) dan bersifat mendua(ambivalen). Inkonsistensi dan ambivalensi tersebut terlihat antaralain dalam Penjelasan Umum undang-undang a quo yang mengakuiwilayah Provinsi Papua terdiri atas 12 (dua belas) kabupaten dan 2(dua) kota, termasuk Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, KabupatenPuncak Jaya, dan Kota Sorong yang dibentuk dengan UU No. 45 Tahun1999. Sementara itu UU No. 21 Tahun 2001 tidak menyinggungsedikitpun keberadaan Provinsi Irian Jaya Barat dan Irian Jaya Tengah,padahal kedua Provinsi itu pun dibentuk dengan UU No. 45 Tahun1999;

Menimbang bahwa Ketentuan Peralihan yang tercantum dalam Pasal74 UU No. 21 Tahun 2001 yang berbunyi: “Semua peraturan perundang-undangan yang ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diaturdalam undang-undang ini” tidak memberikan kepastian tentang statusUU No. 45 Tahun 1999 dan UU No. 5 Tahun 2000 setelahdiundangkannya UU No. 21 Tahun 2001. Hal ini menimbulkan berbagaimacam penafsiran (multi interpretasi), sebagaimana tercermin dalamdalil yang dikemukakan Pemohon dan keterangan Pemerintah. Dalampermohonannya, Pemohon hanya memohon agar pasal-pasal UU No.45 Tahun 1999 yang berkaitan dengan pembentukan Provinsi IrianJaya Tengah dan Irian Jaya Barat saja yang dinyatakan tidakmempunyai kekuatan hukum mengikat, yang berarti Pemohon masihmengakui pasal-pasal lainnya, termasuk pasal yang berkaitan denganpembentukan Kabupaten Paniai, Mimika, Puncak Jaya dan Kota Sorong.Sementara itu Pemerintah mengeluarkan Inpres No. 1 Tahun 2003,yang berarti mengakui keberadaan UU No. 45 Tahun 1999 secara

Page 312: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 137

keseluruhan;

Menimbang, sikap Pemerintah dimaksud didasarkan pada pertimbang-an bahwa secara normatif pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengahdan Irian Jaya Barat telah terjadi sejak diundangkannya UU No. 45Tahun 1999, sehingga UU No. 21 Tahun 2001 berlaku terhadap ketigaProvinsi yang dibentuk oleh UU No. 45 Tahun 1999 tersebut. Sebaliknya,Pemohon berpendapat bahwa UU No. 45 Tahun 1999 berlaku terhadappembentukan 3 (tiga) kabupaten dan 1 (satu) kota, karenapembentukan 3 (tiga) kabupaten dan 1 (satu) kota itu, selain sahsecara normatif juga secara faktual telah berjalan efektif. Faktorefektivitas inilah yang dijadikan kriteria oleh Pemohon untukmendalilkan bahwa sepanjang mengenai pembentukan Provinsi IrianJaya Tengah dan Irian Jaya Barat, UU No. 45 Tahun 1999 tidak berlakulagi, karena menurut pendapat Pemohon, pada saat UU No. 21 Tahun2001 diundangkan, kedua Provinsi itu belum terbentuk secara efektif;

Menimbang, Mahkamah sependapat bahwa efektivitas dapat dijadikansalah satu ukuran (kriteria) untuk menentukan berlakunya suatuundang-undang. Namun Mahkamah tidak sependapat baik denganPemohon a quo maupun dengan Pemerintah mengenai saatmulai berlakunya dan pasal-pasal mana saja dalam UU No. 45Tahun 1999 yang masih berlaku. Pemohon berpendapat bahwaUU No. 45 Tahun 1999 telah kehilangan daya laku sejak diundangkan-nya UU No. 21 Tahun 2001, sehingga segala akibat hukum yang terjadisebelumnya adalah sah, termasuk pembentukan 4 (empat) kabupatendan 1 (satu) kota, sedangkan hal-hal yang menjadi materi muatanundang-undang a quo tetapi belum terlaksana (efektif) sampaidiundangkannya undang-undang a quo, termasuk pembentukanProvinsi Irian Jaya Tengah dan Irian Jaya Barat, menurut pendapatPemohon a quo, tidak lagi mempunyai dasar hukum;

Menimbang bahwa baik pendapat Pemohon a quo maupun pendapatPemerintah, masing-masing mempunyai argumentasi yang cukupberalasan, dan lahir sebagai akibat inkonsistensi dan ambivalensi UUNo. 21 Tahun 2001 yang tidak secara tegas menentukan keberlakuanatau ketidakberlakuan UU No. 45 Tahun 1999 sebagaimana diuraikan

Page 313: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

138 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

di atas. Namun walaupun materi muatan yang diatur oleh UU No. 45Tahun 1999 dan UU No. 21 Tahun 2001 berbeda, tetapi dalam beberapahal bersinggungan, yang pada gilirannya menimbulkan perbedaanpenafsiran dalam pelaksanaannya. Perbedaan penafsiran itu secarayuridis akan menyebabkan tidak adanya kepastian hukum, dan secarasosial politis dapat menimbulkan konflik dalam masyarakat;

Menimbang bahwa untuk mengakhiri ketidakpastian hukum sertamencegah timbulnya konflik dalam masyarakat, Mahkamahberpendapat bahwa perbedaan penafsiran timbul karena terjadinyaperubahan atas UUD 1945, yang mengakibatkan sebagian materimuatan UU No. 45 Tahun 1999 tidak sesuai lagi dengan UUD 1945,khususnya Pasal 18B ayat (1) yang berbunyi, “Negara mengakui danmenghormati satuan-satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat khususatau bersifat istimewa yang diatur dengan UU”. Namun demikian,sebagaimana telah diutarakan di atas, Pasal 18B UUD 1945 yangmenjadi dasar pembentukan UU No. 21 Tahun 2001 tidak dapatdipergunakan sebagai dasar konstitusional untuk menilai keberlakuanUU No. 45 Tahun 1999 yang telah diundangkan sebelum perubahankedua UUD 1945;

Menimbang bahwa persyaratan tentang pemekaran Provinsi Papuayang tercantum dalam Pasal 76 dan Pasal 77 UU No. 21 Tahun 2001adalah berlaku setelah diundangkannya UU No. 21 Tahun 2001 tetapitidak berlaku terhadap pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah danIrian Jaya Barat yang secara normatif dibentuk berdasarkan UU No.45 Tahun 1999;

Menimbang bahwa pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat secarafaktual telah berjalan efektif, yang antara lain terbukti dengan telahterbentuknya pemerintahan Provinsi Irian Jaya Barat dan terbentuknyaDPRD hasil Pemilu 2004 beserta kelengkapan administrasinya termasukanggaran belanja dan pendapatan daerah (APBD), serta terpilihnyaAnggota DPD yang mewakili Provinsi Irian Jaya Barat. Sementara itu,pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah hingga saat ini belumterealisasikan;

Page 314: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 139

Menimbang bahwa dengan demikian Mahkamah berpendapat,keberadaan provinsi dan kabupaten/kota yang telah dimekarkanberdasarkan UU No. 45 Tahun 1999 adalah sah adanya kecualiMahkamah menyatakan lain;

Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,Mahkamah harus menyatakan bahwa permohonan Pemohon a quodikabulkan sebagaimana tersebut dalam amar putusan;

Mengingat Pasal 56 ayat (2) UU Nomor 24 Tahun 2003 tentangMahkamah Konstitusi;

M E N G A D I L I

— Menyatakan Permohonan Pemohon dikabulkan;— Menyatakan, dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 21

Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135), pemberlakuanUndang-undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan ProvinsiIrian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai,Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 173 danTambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor3894), bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

— Menyatakan, sejak diucapkannya Putusan ini, Undang-undangNomor 45 Tahun 1999 tersebut tidak mempunyai kekuatan hukummengikat;

PENDAPAT BERBEDA (CONCURRING OPINION)Hakim Konstitusi: Maruarar Siahaan, SH.

Meskipun dapat menyetujui diktum putusan dalam perkara a quo, akantetapi berbeda dengan pendapat mayoritas dalam pertimbangan hukumyang menyangkut akibat hukum dari diktum putusan yang menyatakanbahwa Undang-undang Nomor 45 Tahun l999 bertentangan dengan UUDl945 dan karenanya tidak mempunyai kekuatan mengikat sebagai hukum,

Page 315: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

140 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dengan alasan sebagai berikut :Pembentukan Propinsi Irian Jaya Barat yang didasarkan pada

Undang-undang Nomor 45 Tahun l999, secara faktual baru dilaksanakansetelah adanya Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2003 bertanggal 27 Januari2003, yaitu setelah diundangkannya UU Nomor 21 Tahun 2001 pada tanggal11 November Tahun 2001. Oleh karenanya sesungguhnya Undang-undangNomor 45 Tahun l999 tidak berlaku lagi sejak tanggal tahun 2001, atasdasar adanya perubahan undang-undang dengan diperlakukannya undang-undang baru yang memberi otonomi khusus bagi Propinsi Papua, danmeskipun tidak secara tegas dinyatakan Undang-undang Nomor 45 Tahun1999 tidak berlaku lagi, tetapi sepanjang yang sudah diatur dalam Undang-undang 21 Tahun 2001, Undang-undang Nomor 45 Tahun 1999 dengansendirinya tidak berlaku lagi. Dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor lTahun 2003 yang menghidupkan kembali Undang-undang Nomor 45 Tahunl999 untuk mempercepat realisasi pembentukan propinsi baru di Irian JayaBarat, merupakan pelanggaran konstitusi dan Rule of Law dalampenyelenggaraan pemerintahan yang mengakibatkan ketidakpastian hukum.Perbuatan hukum tersebut merupakan perbuatan yang demi hukum batal(van rechtswege nietig) dengan segala akibatnya, sehingga pembentukanPropinsi Irian Jaya Barat yang didasarkan pada Undang-undang Nomor 45Tahun l999 dan direalisir dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2003,dengan sendirinya demi hukum batal sejak awal (ab initio), oleh karenatidak boleh diberi akibat hukum yang sah terhadap perbuatan hukum yangtelah dinyatakan demi hukum batal, terutama untuk menegakkan supremasihukum dan konstitusionalisme dari cabang kekuasaan pemerintahan, yangtelah menyatakan tunduk pada pembatasan dan pengawasan Undang-Undang Dasar l945, dan akan melaksanakannya dengan selurus-lurusnya.

Meskipun dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2003 tersebuteksistensi Propinsi Irian Jaya Barat oleh Pemerintah pusat telah diakui,baik melalui anggaran belanja yang telah tersedia maupun terbentuknyadaerah pemilihan tersendiri dalam Pemilu lalu yang melahirkan DPRDPropinsi Irian Jaya Barat, keadaan tersebut justru harusnya tidak ditolerir.Akibat hukum yang timbul dari putusan Mahkamah Konstitusi yangmenyatakan Undang-Undang Nomor 45 Tahun l999 bertentangan denganUndang-Undang Dasar l945 dan karenanya tidak mempunyai kekuatanhukum yang mengikat, seharusnya dengan sendirinya mengakibatkanbatalnya pembentukan Propinsi Irian Jaya Barat dengan segala ikutan

Page 316: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

Putusan Perkara NOMOR 018/PUU-I/2003 141

struktur yang terlanjur terbentuk atas dasar UU a quo, yang dinyatakaninkonstitusional, karena proses pembentukan satu provinsi baru adalahmerupakan satu awal yang tidak serta merta merupakan perbuatan yangtelah selesai dengan dikeluarkannya Undang-undang Pembentukan Provisitersebut, melainkan baru selesai dengan terbentuknya organ yangmelaksanakan kewenangan pemerintah di provinsi yang baru dibentuk.Jika kemudian terjadi perubahan hukum dan perundang-undangan berbedadengan undang-undang yang membentuk provinsi dimaksud, harusditafsirkan sebagai perubahan pendirian dari Pembuat Undang-undang yangmenyebabkan proses pembentukan provinsi yang belum selesai secara juridistersebut dengan sendirinya juga berpengaruh, dan harus dilakukan melaluimekanisme baru dalam undang-undang baru.

Putusan Mahkamah dalam hal demikian sesungguhnya hanyamenegaskan secara declaratoir bekerjanya prinsip hukum dengan berlakunyaundang-undang baru yaitu Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001. Dengandemikian Otonomi khusus bagi Propinsi Papua yang merupakan penyelesaiansecara sosial, politik, ekonomi dan kultural telah menjadi hukum yang berlakudengan diundangkannya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001, danPemerintah harus tunduk pada hukum yang berlaku, sehingga pemekaranlebih lanjut Propinsi Papua akan dilakukan melalui prosedur dan mekanismeyang ditentukan dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tersebut.Putusan Mahkamah dalam hal ini seharusnya hanya menegaskanberkerjanya prinsip hukum yang diakui oleh konstitusi bahwa denganberlakunya undang-undang yang baru, undang-undang yang lama tidakberlaku lagi, karena meskipun tidak secara tegas dinyatakan Undang-undangNomor 45 Tahun 1999 tidak berlaku lagi, tetapi sepanjang sudah diaturdalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001, Undang-undang Nomor 45tahun 1999 tersebut dengan sendirinya tidak berlaku lagi. Oleh karenanyaakibat hukum yang timbul, seharusnya didasarkan tidak hanya pada Pasal58 Undang-undang Mahkamah Konstitusi, karena Pasal 58 Undang-undangNomor 24 Tahun 2003 tersebut baru operasional jikalau putusan Mahkamahsecara konstitutif menyatakan satu undang-undang tidak mempunyaikekuatan hukum mengikat karena bertentangan dengan Undang-UndangDasar l945, tetapi menegaskan secara declaratoir bekerjanya prinsip hukumdengan diundangkannya undang-undang yang baru yang mengesampingkanundang-undang yang lama sebagai satu prinsip konstitusi yang berlaku,sehingga seyogyanya Provinsi Irian Barat dan seluruh ikutan strukturnya

Page 317: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan

142 Jurnal Konstitusi, VOLUME 1, NOMOR 2, DESEMBER 2004

dinyatakan batal.Demikianlah diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan 9

(sembilan) Hakim Konstitusi pada hari Rabu, tanggal 10 November2004, dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi yangterbuka untuk umum pada hari ini, Kamis, tanggal 11 November 2004oleh kami Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., sebagai Ketua merangkapAnggota dan didampingi oleh Prof. Dr. H.M. Laica Marzuki, S.H., Prof.H.A.S. Natabaya, S.H., LL.M., Prof. H.A. Mukthie Fadjar, S.H., MS.,Soedarsono, S.H., Dr. Harjono, S.H., MCL., H. Achmad Roestandi,S.H., I Dewa Gede Palguna, S.H., M.H., dan Maruarar Siahaan, S.H.,masing-masing sebagai Anggota dan dibantu oleh Kasianur Sidauruk, S.H.sebagai Panitera Pengganti, dengan dihadiri oleh Pemohon dan Kuasanya,wakil Pemerintah, Gubernur Irian Jaya Barat, Gubernur Papua, Ketua DPRDPapua dengan DPRD Irian Jaya Barat.

ttdProf. H.A.S. Natabaya, SH, LLM

ttdProf. H.A. Mukthie Fadjar, SH, MS

ttdI Dewa Gede Palguna, SH, MH

ttdSoedarsono, SH

ttdProf. Dr. H.M. Laica Marzuki, SH

ttdH. Achmad Roestandi, SH

ttd Dr. Harjono, SH, MCL

ttdMaruarar Siahaan, SH

PANITERA PENGGANTI,ttd

Kasianur Sidauruk, SH

K E T U A,ttd

Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.

ANGGOTA-ANGGOTA,

Page 318: Opini yang dimuat dalam jurnal ini tidak - Beranda ... · PDF fileFenomena Parlemen Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945: ... PASCA PEMBATALAN UU NO. 45 TAHUN 1999 ... suatu pemerintahan