opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

144
TESIS OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI: STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA A.A.AYU PUTRI WIDYANTARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

Transcript of opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

Page 1: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

TESIS

OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI: STUDI

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

A.A.AYU PUTRI WIDYANTARI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2011

Page 2: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

TESIS

OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI: STUDI

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

A.A.AYU PUTRI WIDYANTARI NIM 0891662034

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2011

Page 3: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

ii

OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMENGARUHI: STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

A.A.AYU PUTRI WIDYANTARI NIM 0891662034

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2011

Page 4: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

iii

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS TELAH DISETUJUI

TANGGAL 11 JANUARI 2011

Pembimbing I,

Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM., Ak, CPA NIP. 19590510 199003 1 001

Pembimbing II,

Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si NIP. 19641225 199303 1 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Akuntansi

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Dr. I Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak. NIP 19591202 198702 1 001

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.s (K) NIP 19590215 198510 2 001

Page 5: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

iv

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 11 Januari 2011

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan Surat Keputusan Rektor

Universitas Udayana No.: 0050/H14.4/HK/2011 Tanggal 10 Januari 2011 Ketua: Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE., MM., Ak, CPA

Anggota:

1. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si.

2. I Ketut Sujana, SE., M.Si, Ak.

3. Drs. I Gede Suparta Wisadha, M.Si, Ak.

4. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si, Ak.

Page 6: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

v

PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA TULIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya

tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan

menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,

berarti gelar dan ijasah yang diberikan oleh universitas batal saya terima.

Denpasar, Januari 2011

Penulis

A.A.Ayu Putri Widyantari

Page 7: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke

hadapan Idâ Sang Hyang Widhi Waçâ, karena atas karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul: ”Opini Audit Going Concern dan Faktor-

Faktor yang Memengaruhi: Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa

Efek Indonesia.” Tesis ini merupakan hasil penelitian sebagai persyaratan akhir

studi jenjang Strata-2, di bidang Akuntansi, Program Studi Magister Akuntansi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.

Berbagai pihak telah berkontribusi besar dalam penyelesaian tesis ini

sehingga pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya, khususnya kepada Bapak Prof. Dr. I Wayan Ramantha,

SE., MM., Ak, CPA, sebagai pembimbing I dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman

Badera, SE., M.Si., sebagai pembimbing II, yang dengan tulus dan penuh

kesabaran membimbing, memberi nasihat, dan semangat kepada penulis selama

mengikuti seluruh rangkaian penulisan proposal sampai dengan tahap

penyelesaian tesis. Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih

kepada Bapak I Ketut Sujana, SE., M.Si, Ak., Bapak Drs. I Gede Suparta

Wisadha, M.Si, Ak., dan Ibu Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si, Ak., sebagai tim

penilai yang telah berkenan memberi masukan konstruktif guna penyempurnaan

tesis ini.

Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Rektor Universitas

Udayana, Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) atas kesempatan dan

fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan

Program Magister di Universitas Udayana. Terima kasih pula kepada Prof. Dr. dr.

A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku direktur Program Pascasarjana Universitas

Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi

mahasiswa di Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis juga

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para dosen

pengajar atas bimbingan, motivasi, dan arahannya selama penulis menjalankan

proses perkuliahan. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. Ketut Budiartha, SE.,

Page 8: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

vii

M.Si., Ak., Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ibu Ni Made Dwi

Ratnadi, SE., M.Si., Ak., dan Ibu Ni Luh Supadmi, SE., M.Si., Ak., selaku

pengelola Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

yang telah memberi perhatian dan bantuan yang tulus selama penulis mengikuti

pendidikan di Program ini.

Terima kasih pula kepada segenap rekan-rekan MAKSI angkatan II dan III

atas dukungan, semangat, dan bantuan dalam penyediaan data guna penyelesaian

tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis persembahkan kepada

kedua orang tua tercinta, Bapak A.A. Gde Adnyana Wijaya dan Ibu I Gusti Ayu

Tantri atas doa restu dan dukungannya selama ini sehingga penulis bisa

menyelesaikan tesis ini. Terima kasih juga kepada adikku A.A. Gede Widya

Mahantara, atas dukungan moral maupun material selama penulis mengikuti

pendidikan hingga penyelesaian tesis ini.

Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan kontribusi

kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian

tesis ini. Penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

jika ada kekurangan yang pastinya tidak disengaja dalam tesis ini. Semoga tesis

ini bermanfaat.

Denpasar, Januari 2011

Penulis

Page 9: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

viii

ABSTRAK

OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI: STUDI PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Opini going concern yang diterima oleh sebuah perusahaan menunjukkan

adanya kondisi dan peristiwa yang menimbulkan keraguan auditor akan

kelangsungan hidup perusahaan. Opini audit going concern dapat digunakan

sebagai peringatan awal bagi para pengguna laporan keuangan guna menghindari

kesalahan dalam pembuatan keputusan. Beberapa penelitian mengenai faktor-

faktor yang berpengaruh pada opini audit going concern telah dilakukan. Namun,

hasil penelitian tersebut masih menunjukkan ketidakkonsistenan. Penelitian ini

bertujuan menguji kembali faktor-faktor yang memengaruhi opini audit going

concern. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah likuiditas, leverage,

profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas

audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure.

Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia perioda 2000-2009 sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil

purposive sampling diperoleh 30 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria

sampel. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

analisis regresi logistik.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa leverage dan opini audit

tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going concern. Variabel

profitabilitas, arus kas, dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini

audit going concern. Hasil pengujian hipotesis juga menunjukkan bahwa variabel

likuiditas, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client

tenure tidak berpengaruh pada opini audit going concern.

Kata kunci: opini audit going concern, likuiditas, leverage, profitabilitas, arus

kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit,

audit lag, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure

Page 10: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

ix

ABSTRACT

GOING CONCERN AUDIT OPINION AND FACTORS THAT INFLUENCE IT: STUDY AT MANUFACTURING COMPANIES ON

INDONESIAN STOCK EXCHANGE

Going concern opinion accepted by a company represents the condition

and events which arises auditor’s hesitation of the company’s going concern.

Going concern audit opinion can be used as early warning to the user of financial

statements in order to prevent mistakes on decision making. A number of research

has been conducted concerning factors that influence to going concern audit

opinion. Yet, its result keeps showing inconsistency. This study objective is to

reinvestigate factors that influence going concern audit opinion. The factors used

on this research are liquidity, leverage, profitability, cash flow, company’s size,

company’s growth, audit quality, audit lag, prior year audit opinion, and auditor

client tenure.

This research using sample of manucaturing companies listed on Indonesia

Stock Exchange during 2000-2009. Based on purposive sampling, there are 30

manufacturing companies which fulfilled the sample requirements. Hypotesis

testing on this research was done by the logistic regression analysis.

The hypotesis testing showed that leverage and prior year audit opinion

have positive relationship to going concern audit opinion. Variables of

profitability, cash flow, and company’s size have negative relationship to going

concern audit opinion. Variables of liquidity, company’s growth, audit quality,

audit lag, and auditor client tenure have no relationship to going concern audit

opinion.

Keywords: going concern audit opinion, liquidity, leverage, profitability, cash

flow, company’s size, company’s growth, audit quality, audit lag,

prior year audit opinion, and auditor client tenure.

Page 11: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DALAM ....................................................................... i PERSYARATAN GELAR ................................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ................................................. v UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. vi ABSTRAK ..................................................................................................... viii ABSTRACT ...................................................................................................... ix DAFTAR ISI ..................................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................10 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................11 1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori............................................................................13 2.1.1 Teori keagenan (Agency theory) .......................................13 2.1.2 Auditing ..........................................................................15 2.1.3 Opini audit .......................................................................19 2.1.4 Kemampuan entitas dalam mempertahankan

kelangsungan hidup (going concern) ................................21 2.1.4.1 Tanggung jawab auditor .......................................22 2.1.4.2 Pertimbangan atas kondisi dan peristiwa ..............24 2.1.4.3 Pertimbangan dampak informasi kelangsungan

hidup entitas terhadap laporan auditor ..................25 2.1.5 Likuiditas.........................................................................27 2.1.6 Leverage ..........................................................................27 2.1.7 Profitabilitas ....................................................................28 2.1.8 Arus kas ...........................................................................28 2.1.9 Ukuran perusahaan ..........................................................29 2.1.10 Pertumbuhan perusahaan .................................................30 2.1.11 Kualitas audit ...................................................................30 2.1.12 Audit lag ..........................................................................33 2.1.13 Opini audit tahun sebelumnya ..........................................34 2.1.14 Auditor client tenure ........................................................35

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya ...................................36

Page 12: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

xi

BAB III RERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Rerangka Berpikir .......................................................................46 3.2 Konsep Penelitian .......................................................................51 3.3 Hipotesis Penelitian .....................................................................52

3.3.1 Pengaruh likuiditas pada opini audit going concern..........52 3.3.2 Pengaruh leverage pada opini audit going concern ...........53 3.3.3 Pengaruh profitabilitas pada opini audit going concern ....53 3.3.4 Pengaruh arus kas pada opini audit going concern ...........54 3.3.5 Pengaruh ukuran perusahaan pada opini audit going

concern ............................................................................55 3.3.6 Pengaruh pertumbuhan perusahaan pada opini audit

going concern ..................................................................55 3.3.7 Pengaruh kualitas audit pada opini audit going concern ...56 3.3.8 Pengaruh audit lag pada opini audit going concern ..........57 3.3.9 Pengaruh opini audit tahun sebelumnya pada opini audit

going concern ..................................................................57 3.3.10 Pengaruh auditor client tenure pada opini audit going

concern ............................................................................58

BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ..................................................................60 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................62 4.3 Data Penelitian ............................................................................62

4.3.1 Jenis data.........................................................................62 4.3.2 Sumber data ....................................................................63 4.3.3 Metoda penentuan sampel ...............................................63

4.4 Variabel Penelitian ......................................................................66 4.4.1 Identifikasi variabel .........................................................66 4.4.2 Definisi operasional variabel ...........................................66

4.4.2.1 Likuiditas ...........................................................66 4.4.2.2 Leverage ............................................................67 4.4.2.3 Profitabilitas .......................................................67 4.4.2.4 Arus kas .............................................................68 4.4.2.5 Ukuran perusahaan .............................................68 4.4.2.6 Pertumbuhan perusahaan ....................................68 4.4.2.7 Kualitas audit .....................................................68 4.4.2.8 Audit lag ............................................................69 4.4.2.9 Opini audit tahun sebelumnya ............................69 4.4.2.10 Auditor client tenure ..........................................69 4.4.2.11 Opini audit going concern ..................................69

4.5 Analisis Data ...............................................................................70

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Statistik Deskriptif ......................................................................74 5.2 Analisis Regresi Logistik ............................................................78

Page 13: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

xii

5.2.1 Menilai kelayakan model regresi .....................................79 5.2.2 Menilai keseluruhan model (overall model fit) .................79 5.2.3 Koefisien determinasi (Nagelkerke R square) ..................80 5.2.4 Tabel klasifikasi ..............................................................80 5.2.5 Uji multikolinearitas ........................................................81 5.2.6 Model regresi logistik yang terbentuk dan pengujian

hipotesis ..........................................................................82

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Likuiditas pada Opini Audit going concern ..................87 6.2 Pengaruh Leverage pada Opini Audit going concern ...................88 6.3 Pengaruh Profitabilitas pada Opini Audit going concern .............89 6.4 Pengaruh Arus Kas pada Opini Audit going concern ...................89 6.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Opini Audit going concern ...90 6.6 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan pada Opini Audit going

concern .......................................................................................91 6.7 Pengaruh Kualitas Audit pada Opini Audit going concern ...........92 6.8 Pengaruh Audit Lag pada Opini Audit going concern ..................93 6.9 Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya pada Opini Audit

going concern .............................................................................94 6.10Pengaruh Auditor Client Tenure pada Opini Audit going

concern .......................................................................................95

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan .....................................................................................97 7.2 Saran ........................................................................................ 100

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102 LAMPIRAN ................................................................................................... 109

Page 14: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

xiii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya .............................................41

Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel ...................................................................64

Tabel 4.2 Distribusi Perusahaan Sampel per Kelompok Industri ........................65

Tabel 4.3 Distribusi Perusahaan Berdasarkan Opini Audit .................................65

Tabel 5.1 Statistik Deskriptif .............................................................................74

Tabel 5.2 Tabel Klasifikasi ................................................................................80

Tabel 5.3 Matriks Korelasi ................................................................................81

Tabel 5.4 Variables in The Equation ..................................................................82

Page 15: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

xiv

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 3.1 Rerangka Berpikir ..........................................................................50

Gambar 3.2 Konsep Penelitian ...........................................................................51

Gambar 3.3 Model Teoretis Penelitian ...............................................................59

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ......................................................................61

Page 16: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

Lampiran 1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern........................... 109

Lampiran 2 Daftar Perusahaan Sampel .......................................................... 110

Lampiran 3 Nilai Setiap Variabel .................................................................. 111

Lampiran 4 Statistik Deskriptif ...................................................................... 121

Lampiran 5 Hasil Analisis Regresi Logistik ................................................... 122

Page 17: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan salah satu sarana penting untuk

mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 dijelaskan

bahwa tujuan utama dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi

yang berguna dalam pembuatan keputusan bisnis dan ekonomi. Agar dapat

memberikan informasi yang berguna, maka laporan keuangan harus berkualitas.

Menyediakan informasi yang berkualitas tinggi adalah penting karena hal tersebut

akan secara positif memengaruhi penyedia modal dan pemegang kepentingan

lainnya dalam membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan alokasi sumber

daya lainnya yang akan meningkatkan efisiensi pasar secara keseluruhan.

Pemisahan kepemilikan dan pengelolaan perusahaan menurut teori keagenan

berpotensi mengakibatkan konflik antara pihak-pihak yang terkait yaitu agen dan

prinsipal. Konflik ini terjadi karena prinsipal dan agen mempunyai kepentingan yang

saling bertentangan. Jika agen dan prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya

masing-masing, serta memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda, maka ada

alasan untuk percaya bahwa agen (manajemen) tidak selalu bertindak sesuai

keinginan prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976). Pihak manajemen yang

mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan keuangan

yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi kepentingan prinsipal. Perilaku

manajemen ini tentu saja dapat memengaruhi kualitas dari laporan keuangan yang

Page 18: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

2

disajikan. Oleh karena itu, diperlukan peran auditor independen untuk

memberikan opininya atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang terdiri

dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Dengan

demikian, diharapkan penyedia modal dan pemegang kepentingan lainnya dapat

membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan alokasi sumber daya lainnya

yang lebih tepat berdasarkan informasi yang telah diaudit oleh pihak independen.

Standar Auditing (SA) seksi 341 menyebutkan bahwa auditor juga

bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap

kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going

concern) dalam perioda waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan

audit (Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2001). Selain itu, Statement on Auditing

Standards (SAS) No. 59 juga menyatakan bahwa auditor harus mengungkapkan

secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan (Auditing

Standard Boards (ASB), 1988). Oleh karena itu, selain memperoleh informasi

mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen, laporan

auditor independen juga memberikan informasi kepada para pengguna laporan

keuangan tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya (going

concern). Laporan audit yang berhubungan dengan going concern dapat

memberikan peringatan awal bagi pemegang saham dan pengguna laporan

keuangan lainnya guna menghindari kesalahan dalam pembuatan keputusan

(Mutchler, 1984).

Page 19: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

3

Clarkson dan Simunic (1994) melakukan studi yang mengidentifikasi reaksi

investor terhadap opini audit yang memuat informasi kelangsungan hidup

perusahaan berdasarkan pengungkapan hasil analisis laporan keuangan. Studi

tersebut menemukan bukti bahwa ketika investor akan melakukan investasi maka

mereka perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, dengan melihat

laporan auditor, terutama yang menyangkut kelangsungan hidup perusahaan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa investor sangat mengandalkan opini

audit yang diberikan auditor untuk melakukan keputusan investasi (Levitt, 1998

dalam Fanny dan Saputra, 2005).

Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini yang dibuat oleh auditor

menyangkut opini going concern (Mayangsari, 2003). Beberapa penyebabnya

antara lain (1) masalah self-fulfilling prophecy yang menyatakan bahwa apabila

auditor memberikan opini going concern, maka perusahaan akan menjadi lebih

cepat bangkrut karena banyak investor yang membatalkan investasinya atau

kreditor yang menarik dananya (Venuti, 2007), dan (2) tidak terdapatnya prosedur

penetapan status going concern yang terstruktur (Ho, 1994) karena hampir tidak

ada suatu panduan yang jelas atau penelitian yang sudah ada yang dapat dijadikan

acuan pemilihan tipe opini going concern yang harus dipilih (LaSalle dan

Anandarajan, 1996) karena pemberian status going concern bukanlah suatu tugas

yang mudah (Koh dan Tan, 1999).

Kasus bangkrutnya perusahaan energi Enron merupakan salah satu contoh

terjadinya kegagalan auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan usahanya. Kebangkrutan perusahaan Enron terjadi

Page 20: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

4

karena adanya skandal akuntansi yang melibatkan pihak manajemen dan auditor

eksternal perusahaan. Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen

dipersalahkan sebagai penyebab terjadinya kebangkrutan Enron dan divonis pihak

pengadilan karena melakukan mark up pendapatan dan menyembunyikan hutang

lewat business partnership. Weiss (2002) menemukan bahwa dari 228 perusahaan

publik yang mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan lainnya

menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya

kebangkrutan (Tucker et al, 2003).

Opini going concern yang diterima oleh sebuah perusahaan menunjukkan

adanya kondisi dan peristiwa yang menimbulkan keraguan auditor akan

kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan

oleh auditor dalam memberikan opini going concern adalah meramalkan apakah

auditee akan mengalami kebangkrutan atau tidak. Ross et al. (2002) menyatakan

indikasi kebangkrutan dapat dilihat dari apakah perusahaan mengalami financial

distress, yaitu suatu kondisi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi

untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Financial distress akan menyebabkan

perusahaan mengalami arus kas yang negatif, rasio keuangan yang buruk, dan

kegagalan untuk membayar kewajiban. Pada akhirnya, financial distress ini akan

mengarah pada kebangkrutan perusahaan sehingga kelangsungan usaha

perusahaan diragukan. Selain itu, beberapa peneliti di antaranya Mutchler et al.

(1997), Louwers (1998), Geiger dan Raghunandan (2002), Geiger dan Rama

(2006), Januarti (2009) menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti kualitas audit,

audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure juga

Page 21: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

5

memengaruhi penerimaan opini audit going concern. Oleh karena itu, kajian atas

opini audit going concern dapat dilakukan dengan melihat faktor-faktor seperti

likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan

perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor

client tenure.

Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh current ratio yaitu

membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Makin rendah nilai

current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam

menutupi kewajiban jangka pendeknya. Beberapa peneliti (Mutchler, 1985; Chen

dan Church, 1992; LaSalle dan Anandarajan, 1996; Mutchler et al., 1997; Behn et

al., 2001; Bruynseels dan Willekens, 2006) telah menggunakan current ratio

dalam penelitian mereka dan menemukan bahwa current ratio berpengaruh

signifikan pada keputusan opini audit going concern. Namun penelitian yang

dilakukan oleh Rahayu (2007) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) menemukan

bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh signifikan pada penerbitan opini audit

going concern.

Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja, serta

ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh

tempo, mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah. Rasio

leverage dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas perusahaan dalam

memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio

leverage umumnya diukur dengan menggunakan debt ratio yaitu membandingkan

total kewajiban dengan total aktiva. Jumlah utang yang melebihi total aktiva

Page 22: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

6

menyebabkan perusahaan mengalami defisiensi modal atau saldo ekuitas bernilai

negatif. Semakin tinggi rasio leverage menunjukkan kinerja keuangan perusahaan

yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai

kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih

kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan (Chen dan

Church, 1992). Namun penelitian Rudyawan dan Badera (2008) menyatakan

bahwa rasio leverage tidak berpengaruh signifikan pada kemungkinan penerimaan

opini audit going concern.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono,

2001:122). Profitabilitas dapat diukur dengan rasio laba bersih sebelum pajak

dibagi penjualan bersih (NIBTS). Semakin besar rasio ini menunjukkan kinerja

perusahaan yang semakin baik untuk menghasilkan laba sehingga tidak

menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan

usahanya dan dapat memperkecil kemungkinan penerimaan opini going concern.

Penelitian Mutchler (1985), Chen dan Church (1992), dan Behn et al. (2001)

menemukan bahwa rasio ini berpengaruh negatif signifikan untuk memprediksi

pembuatan keputusan opini going concern. Namun penelitian Hani dkk. (2003)

dan Rahayu (2007) menemukan bahwa rasio profitabilitas tidak berpengaruh

signifikan pada penerbitan opini audit going concern.

Mills dan Yamamura (1998) menyatakan bahwa untuk memahami secara

keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya, auditor harus

memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data laporan arus kas klien.

Page 23: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

7

Salah satu rasio arus kas yang dapat digunakan oleh auditor untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya adalah cash flow to total

debt ratio. Penelitian yang dilakukan Mutchler (1985) menemukan bahwa cash

flow to total debt ratio mampu memprediksi opini audit going concern yang

diberikan auditor. Namun penelitian yang dilakukan oleh Masyitoh dan Adhariani

(2010) menemukan bahwa cash flow to total debt ratio tidak berpengaruh

signifikan pada opini audit going concern.

Untuk kondisi dengan risiko litigasi rendah seperti Hongkong dan negara di

Asia Tenggara pada umumnya, Kevin et al. (2006) menyatakan bahwa perusahaan

besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress.

Oleh karena itu, auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going

concern dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat mengatasi kondisi buruk

pada tahun mendatang. Hasil penelitian McKeown et al. (1991) dan Mutchler et

al. (1997) membuktikan bahwa ukuran perusahaan memberikan pengaruh negatif

signifikan pada opini audit going concern. Namun penelitian Ramadhany (2005)

serta Januarti dan Fitrianasari (2008) membuktikan bahwa ukuran perusahaan

tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern.

Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan usahanya. Perusahaan yang mengalami

pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan

semestinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan

kelangsungan hidupnya, sedangkan perusahaan dengan negative growth

Page 24: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

8

mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan (Altman,

1968). Penelitian Fanny dan Saputra (2005) serta Setyarno dkk. (2006)

menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada

opini audit going concern.

DeAngelo (1981) menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang

lebih besar dapat diartikan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik

dibandingkan kantor akuntan kecil. Selain itu, KAP skala besar memiliki insentif

yang lebih besar untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan

KAP skala kecil. KAP skala besar lebih cenderung untuk mengungkapkan

masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses

pengadilan. Mutchler et al. (1997) menemukan bukti univariat bahwa auditor Big

6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang

mengalami financial distress dibandingkan auditor non-Big 6. Namun penelitian

Setyarno dkk. (2006), serta Praptitorini dan Januarti (2007) menemukan bahwa

kualitas audit tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going concern.

Ashton et al. (1987) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini

going concern membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan

perusahaan yang menerima opini tanpa kualifikasi. Louwers (1998), Lennox

(2002), dan Putra (2010) menemukan hubungan positif antara audit lag yang

panjang dengan opini audit going concern. McKeown et al. (1991) menyatakan

bahwa opini audit going concern lebih banyak ditemui ketika pengeluaran opini

terlambat. Hal ini mungkin terjadi karena auditor lebih banyak melakukan

pengujian, manajer melakukan negosiasi yang panjang ketika terdapat

Page 25: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

9

ketidakpastian kelangsungan usaha, dan auditor berharap bahwa perusahaan dapat

mengatasi masalah yang dihadapi untuk menghindari dikeluarkannya opini audit

going concern (Lennox, 2002). Namun penelitian yang dilakukan oleh Januarti

(2009) menemukan bahwa audit lag tidak berpengaruh signifikan pada

penerimaan opini audit going concern.

Mutchler (1984) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang

menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern pada tahun

sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun

berjalan. Hal ini juga didukung oleh penelitian Carcello dan Neal (2000), Lennox

(2002), Ramadhany (2004), Setyarno dkk. (2006), Praptitorini dan Januarti

(2007), Januarti (2009), serta Putra (2010) yang menemukan hubungan positif

antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan.

Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern,

maka pada tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk

menerima kembali opini audit going concern.

Auditor client tenure atau audit firm tenure merupakan jangka waktu perikatan

yang terjalin antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan auditee yang sama.

Kecemasan akan kehilangan sejumlah fee yang cukup besar akan menimbulkan

keraguan bagi auditor untuk menyatakan opini audit going concern. Dengan

demikian independensi auditor akan terpengaruh dengan lamanya hubungan

dengan auditee yang sama (Espahbodi, 1991 dalam Januarti, 2009). Penelitian

yang dilakukan oleh Januarti (2009) menemukan bahwa auditor client tenure

berpengaruh negatif pada penerimaan opini audit going concern. Namun

Page 26: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

10

penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) menemukan bahwa auditor client

tenure tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti termotivasi melakukan penelitian

kembali mengenai faktor-faktor yang memengaruhi opini audit going concern

yaitu likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan

perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor

client tenure. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan

oleh Januarti (2009) yang meneliti pengaruh faktor perusahaan, kualitas auditor,

dan kepemilikan perusahaan pada penerimaan opini audit going concern.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Januarti (2009) adalah kondisi

keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio likuiditas, rasio

leverage, rasio profitabilitas, dan rasio arus kas sedangkan dalam penelitian

Januarti (2009) dinilai dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan

Altman. Selain itu, penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009 sebagai sampel penelitian,

sedangkan penelitian Januarti (2009) menggunakan perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 1997-2006.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi

pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah likuiditas, leverage,

profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas

audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure

Page 27: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

11

berpengaruh pada opini audit going concern perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama perioda 2000-2009?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah disampaikan di

atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai

pengaruh likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan,

pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya,

dan auditor client tenure pada opini audit going concern perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama perioda 2000-2009.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan memberikan

manfaat sebagai berikut ini.

(1) Kegunaan teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan

referensi penelitian pasar modal mengenai faktor-faktor yang berpengaruh

pada opini audit going concern perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia sehingga hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan

sebagai acuan bagi penelitian berikutnya. Selain itu, hasil penelitian ini

diharapkan dapat mengonfirmasi hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai

opini audit going concern yang masih belum konsisten.

Page 28: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

12

(2) Kegunaan praktis

Bagi praktisi kantor akuntan publik terutama bagi auditor, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan masukan dalam memberikan penilaian

mengenai keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup

perusahaan di masa yang akan datang.

Page 29: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori keagenan (agency theory)

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai

suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal) meminta pihak lainnya

(agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal yang

melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada

agen. Jika kedua pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut berusaha untuk

memaksimalkan utilitas mereka maka ada kemungkinan bahwa agen tidak akan

selalu bertindak untuk kepentingan terbaik prinsipal. Dengan tujuan memotivasi

agen maka prinsipal merancang kontrak sedemikan rupa sehingga mampu

mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan.

Kontrak yang efisien merupakan kontrak yang memenuhi dua asumsi, yaitu

sebagai berikut ini.

(1) Agen dan prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen

maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga

tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan

dirinya sendiri.

(2) Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang

berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang

diterimanya.

Page 30: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

14

Namun, pada kenyataannya agen sebagai pengelola perusahaan umumnya

memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kondisi perusahaan dibandingkan

dengan prinsipal sebagai pemilik perusahaan sehingga menimbulkan terjadinya

asimetri informasi.

Eisenhardt (1989) menyatakan ada tiga asumsi sifat manusia terkait teori

keagenan, yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self

interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa

mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk

averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer akan cenderung

bertindak oportunis, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi dan hal ini memicu

terjadinya konflik keagenan sehingga diperlukan peran pihak ketiga yaitu auditor

independen untuk mengevaluasi pertanggungjawaban keuangan manajemen dan

memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh

manajemen.

Auditor sebagai pihak yang independen dibutuhkan untuk melakukan

pengawasan terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai dengan

kepentingan prinsipal melalui laporan keuangan. Prinsipal mengharapkan auditor

memberikan peringatan awal mengenai kondisi keuangan perusahaan. Data-data

perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan

keuangan lainnya apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan

kondisi keuangan perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor

(Komalasari, 2007). Auditor bertugas untuk memberikan opini atas kewajaran

laporan keuangan perusahaan, dan mengungkapkan permasalahan going concern

Page 31: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

15

yang dihadapi perusahaan apabila auditor meragukan kemampuan perusahaan

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

2.1.2 Auditing

ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) dalam Halim (2008:1)

mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan

mengevaluasi bukti-bukti audit secara objektif mengenai asersi-asersi tentang

berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian

antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan

menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.

Menurut Mulyadi (2002:9), secara umum auditing adalah suatu proses

sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi secara objektif mengenai

pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi. Tujuannya adalah

untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut

dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada

pemakai yang berkepentingan.

Menurut Jusup (2001:11) auditing atau pengauditan adalah suatu proses

sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan

asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif

untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang

telah ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang

berkepentingan.

Sedangkan Agoes (2000:1) mendefinisikan auditing sebagai suatu pemeriksaan

yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap

Page 32: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

16

laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

pembukuan dan bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan

pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa auditing

adalah proses untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif

pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi sehingga dapat ditentukan

tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah

ditentukan dan memberikan pendapat mengenai kewajaran pernyataan tersebut.

Dalam setiap audit baik audit pada perusahaan besar maupun pada perusahaan

kecil selalu terdapat empat tahapan kegiatan (Jusup, 2001:169) berikut ini.

(1) Penerimaan penugasan audit

Tahap awal suatu audit adalah mengambil keputusan untuk menerima (atau

menolak) suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atau untuk

melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Mulyadi (2002:122)

menyebutkan bahwa perikatan adalah kesempatan dua pihak untuk

mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang

memerlukan jasa auditor menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan

kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit

tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya.

Langkah-langkah yang ditempuh oleh auditor di dalam mempertimbangkan

penerimaan perikatan audit dari calon kliennya adalah sebagai berikut:

(a) mengevaluasi integritas manajemen,

(b) mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa,

Page 33: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

17

(c) menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit,

(d) menilai independensi,

(e) menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesional,

(f) membuat surat perikatan audit.

Tahap ini hanya melibatkan standar umum dari standar auditing yang perlu

diterapkan. Pada umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah

dilakukan sejak enam bulan hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku

yang akan diperiksa (Jusup, 2001:169).

(2) Perencanaan Audit

Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penerapan strategi audit untuk

pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap

yang cukup sulit dan menentukan keberhasilan penugasan audit. Pada tahap

ini perlu diterapkan standar umum dan standar pekerjaan lapangan dari

standar auditing. Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga

enam bulan sebelum akhir tahun buku klien. Tahapan yang ditempuh oleh

auditor dalam merencanakan auditnya adalah sebagai berikut:

(a) memahami bisnis dan industri klien,

(b) melaksanakan prosedur audit,

(c) mempertimbangkan tingkat materialitas awal,

(d) mempertimbangkan risiko bawaan,

(e) mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo

awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama,

(f) mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan,

Page 34: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

18

(g) memahami pengendalian intern klien.

(3) Pelaksanaan pengujian audit

Tahap ketiga dalam audit laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian

audit. Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan pekerjaan lapangan.

Tujuan utama tahap audit ini adalah mendapatkan bukti audit mengenai

efektivitas Struktur Pengendalian Intern (SPI) klien dan kewajaran laporan

keuangannya. Pada tahap ini harus diterapkan standar umum dan standar

pekerjaan lapangan dari standar auditing. Pengujian ini dilakukan tiga sampai

empat bulan sebelum akhir tahun buku hingga satu sampai tiga bulan sesudah

akhir tahun buku klien.

(4) Pelaporan Temuan

Tahap keempat atau tahap terakhir dari suatu audit adalah pelaporan temuan.

Laporan audit bisa berupa laporan standar yaitu laporan audit dengan

pendapat wajar tanpa pengecualian atau bisa juga menyimpang dari laporan

standar. Pada tahap ini harus dilaksanakan standar umum dan standar

pelaporan dari standar auditing. Laporan audit biasanya diterbitkan antara

satu hingga tiga minggu setelah berakhirnya pekerjaan lapangan. Ada dua

langkah yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini (Mulyadi,

2002:122), yaitu:

(a) menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik

kesimpulan,

(b) menerbitkan laporan audit.

Page 35: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

19

2.1.3 Opini audit

Dalam SA Seksi 110 paragraf 01 dijelaskan bahwa tujuan audit atas laporan

keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang

kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,

perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk

menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan

tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat

maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah

auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI, 2001). Pemberian opini audit dapat mengurangi asimetri

informasi antara manajemen dengan stakeholders perusahaan karena

memungkinkan pihak di luar perusahaan untuk memverifikasi validitas laporan

keuangan.

Menurut Halim (2008:75), terdapat lima jenis pendapat yang dapat diberikan

oleh auditor, yaitu sebagai berikut ini.

(1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah

dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian

laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan

tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa

penjelasan.

Page 36: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

20

(2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan

Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan

sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi

tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. Kondisi atau keadaan yang

memerlukan bahasa penjelasan tambahan antara lain dapat diuraikan sebagai

berikut:

(a) pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain,

(b) adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI,

(c) laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang material,

(d) auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya,

(e) auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam penggunaan

prinsip dan metode akuntansi.

(3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Sesuai dengan SA 508 paragraf 38 dikatakan bahwa jenis pendapat ini

diberikan apabila:

(a) tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup

audit yang material tapi tidak memengaruhi laporan keuangan secara

keseluruhan,

(b) auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip

akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak

memengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan

Page 37: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

21

tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun

perubahan dalam prinsip akuntansi. Auditor harus menjelaskan alasan

pengecualian dalam satu paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat.

(4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara

wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung

pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan

pendapat tidak wajar diberikan terhadap laporan keuangan.

(5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat ini diberikan apabila:

(a) ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun

karena kondisi tertentu,

(b) auditor tidak independen terhadap klien.

2.1.4 Kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidup

(going concern) Menurut Belkaoui (2006:271), going concern adalah dalil yang menyatakan

bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang

cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab, serta aktivitas-

aktivitasnya yang tiada henti. Dalil ini memberi gambaran bahwa entitas

diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak

diarahkan menuju arah likuidasi. Suatu operasi yang berlanjut dan

berkesinambungan diperlukan untuk menciptakan suatu konsekuensi bahwa

Page 38: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

22

laporan keuangan yang terbit pada suatu perioda mempunyai sifat sementara,

sebab masih merupakan suatu rangkaian laporan keuangan yang berkelanjutan.

Rahayu (2007) menyatakan bahwa istilah going concern dapat

diinterpretasikan dalam dua hal, yang pertama adalah going concern sebagai

konsep dan yang kedua adalah going concern sebagai opini audit. Sebagai konsep,

istilah going concern dapat diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan

mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka panjang. Sebagai opini

audit, istilah opini going concern menunjukkan auditor memiliki kesangsian

mengenai kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya di masa

mendatang.

Dalam SA Seksi 341 paragraf 01 dinyatakan bahwa kelangsungan hidup

entitas dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti

adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya, informasi

yang secara signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas

adalah berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi

kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar

aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan

operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang lain (IAI, 2001).

Kelangsungan hidup suatu entitas selalu dihubungkan dengan kemampuan

manajemen untuk membawa entitas tersebut untuk bertahan selama mungkin.

2.1.4.1 Tanggung jawab auditor

Dalam SA Seksi 341 paragraf 03 dinyatakan bahwa auditor bertanggung

jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan

Page 39: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

23

entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam perioda waktu

pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang

diaudit dengan cara berikut ini (IAI, 2001).

(1) Auditor mempertimbangkan apakah seluruh hasil prosedur yang

dilaksanakannya menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai

kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam

jangka waktu yang pantas. Mungkin diperlukan informasi tambahan

mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung

informasi yang mengurangi kesangsian auditor.

(2) Jika auditor yakin terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas,

ia harus:

(a) memperoleh informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi

dampak kondisi dan peristiwa tersebut,

(b) mengevaluasi apakah rencana tersebut efektif dilaksanakan.

(3) Setelah mengevaluasi rencana manajemen, auditor mengambil kesimpulan

apakah masih terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas.

SA Seksi 341 paragraf 04 menyatakan bahwa auditor tidak bertanggung jawab

untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa entitas

kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan

dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu

satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya

Page 40: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

24

menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak

dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan audit tidak seharusnya

dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya (IAI, 2001).

2.1.4.2 Pertimbangan atas kondisi dan peristiwa

SA Seksi 341 paragraf 06 menyatakan bahwa auditor dapat mengidentifikasi

informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang menunjukkan adanya

kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (tidak lebih dari satu tahun

sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit). Contoh kondisi dan

peristiwa tersebut adalah sebagai berikut ini (IAI, 2001).

(1) Tren negatif, sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang terjadi,

kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan

penting yang jelek.

(2) Petunjuk lain tentang kemungkinan financial distress, sebagai contoh,

kegagalan dalam memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa,

penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap

pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang,

kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau

penjualan sebagian besar aktiva.

(3) Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan hubungan

perburuhan yang lain, ketergantungan besar atau sukses proyek tertentu,

Page 41: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

25

komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk

secara signifikan memperbaiki operasi.

(4) Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh, pengaduan gugatan

pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang

kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi,

kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau

pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir,

kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan

pertanggungan yang tidak memadai.

Arens dan Lobbecke (1996:52) menyatakan beberapa faktor yang

menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan adalah

(1) kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja,

(2) ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh

tempo dalam jangka pendek, (3) kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana

yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi dan banjir atau masalah perburuhan

yang tidak biasa, serta (4) perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah

serupa yang sering terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan

untuk beroperasi.

2.1.4.3 Pertimbangan dampak informasi kelangsungan hidup entitas

terhadap laporan auditor

SA Seksi 341 paragraf 10-14 memberikan pedoman kepada auditor tentang

dampak informasi kelangsungan hidup entitas terhadap laporan auditor sebagai

berikut ini (IAI, 2001).

Page 42: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

26

(1) Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa yang

terjadi, auditor tidak menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas

maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian.

(2) Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa yang

terjadi, auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas

maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Dalam hal satuan

usaha tidak memiliki rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa

rencana manajemen entitas tidak dapat secara efektif mengurangi dampak

negatif kondisi atau peristiwa tersebut maka auditor menyatakan tidak

memberikan pendapat.

(3) Apabila auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen dapat secara

efektif dilaksanakan maka auditor harus mempertimbangkan mengenai

kecukupan pengungkapan mengenai kelangsungan hidup satuan usaha,

mitigating factor, dan rencana manajemen. Apabila auditor berkesimpulan

bahwa pengungkapan tersebut memadai maka ia memberikan pendapat wajar

tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai kemampuan satuan

usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

(4) Jika auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan tersebut tidak memadai

maka ia akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat

tidak wajar karena terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia.

Page 43: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

27

Secara ringkas panduan untuk mempertimbangkan pernyataan pendapat atau

pernyataan tidak memberikan pendapat dalam hal auditor menghadapi masalah

kesangsian atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.1.5 Likuiditas

Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan

untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat

waktu. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh current ratio yaitu

membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Menurut Husnan dan

Pudjiastuti (2006), aktiva lancar adalah aktiva yang diharapkan berubah menjadi

kas dalam jangka waktu yang singkat (biasanya kurang dari satu tahun),

sedangkan kewajiban lancar menunjukkan kewajiban yang harus dipenuhi dalam

waktu dekat (biasanya juga kurang dari satu tahun). Rasio ini dapat memberikan

sebuah ukuran likuiditas yang cepat, mudah digunakan dan mampu menjadi

indikator terbaik sampai sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah

ditutupi oleh aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup

cepat (Brigham & Houston, 2009:95).

2.1.6 Leverage

Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai

investasinya (Sartono, 2001:120). Leverage dapat diproksikan dengan debt ratio

yaitu membandingkan antara total kewajiban dengan total aktiva. Rasio ini

mengukur tingkat persentase utang perusahaan terhadap total aktiva yang dimiliki

Page 44: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

28

atau seberapa besar tingkat persentase total aktiva dibiayai dengan utang. Semakin

besar tingkat rasio leverage menyebabkan timbulnya keraguan akan kemampuan

perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya di masa depan karena

sebagian besar dana yang diperoleh oleh perusahaan akan digunakan untuk

membiayai utang dan dana untuk beroperasi akan semakin berkurang. Kreditor

pada umumnya lebih menyukai debt ratio yang rendah angka rasionya, maka

semakin besar peredaman dari kerugian yang dialami kreditor jika terjadi

likuidasi. Semakin besar debt ratio maka akan semakin besar kemungkinan

auditor untuk memberikan opini audit going concern.

2.1.7 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk

dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin

tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaannya.

Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan rasio laba bersih sebelum pajak

dibagi penjualan bersih (NIBTS). Rasio ini merupakan variabel penting dalam

pengukuran kinerja operasi yang dapat mencerminkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan pendapatan dan efisiensi pengelolaan biaya guna

mempertahankan kelangsungan usahanya.

2.1.8 Arus kas

Mills dan Yamamura (1998) menyatakan bahwa untuk memahami secara

keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya, auditor harus

memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data laporan arus kas klien.

Page 45: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

29

Auditor perlu untuk memahami bagaimana menggunakan rasio arus kas dalam

melaksanakan audit karena ukuran tersebut akan semakin diperhatikan oleh

investor dan para pengguna laporan keuangan lainnya. Salah satu rasio arus kas

yang dapat digunakan oleh auditor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

melanjutkan usahanya adalah cash flow to total debt ratio. Rasio ini diukur

dengan membandingkan antara arus kas operasi dengan total kewajiban.

2.1.9 Ukuran perusahaan

Machfoedz (1994) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menyatakan bahwa

ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan

menjadi perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara, antara lain: total

aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan,

dan jumlah penjualan. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3

kategori, yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-

size), dan perusahaan kecil (small firm).

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki. Perusahaan

dengan total aktiva yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah

mencapai tahap kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah

positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif

panjang. Selain itu, hal ini juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih

stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total

aktiva yang kecil (Indriani, 2005 dalam Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Oleh

karena itu, perusahaan besar diharapkan akan lebih mampu untuk menyelesaikan

masalah keuangan yang dihadapi dan mempertahankan kelangsungan usahanya.

Page 46: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

30

2.1.10 Pertumbuhan perusahaan

Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat

diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa

baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya

maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992

dalam Setyarno dkk., 2006). Perusahaan yang mengalami pertumbuhan

menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya

sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan

hidupnya. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif

berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga manajemen perlu untuk

mengambil tindakan perbaikan agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya.

Penjualan merupakan kegiatan operasi utama perusahaan. Penjualan

perusahaan yang meningkat dari tahun ke tahun memberi peluang perusahaan

untuk memperoleh peningkatan laba. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio

pertumbuhan penjualan perusahaan akan semakin kecil kemungkinan auditor

untuk menerbitkan opini audit going concern (Setyarno dkk., 2006).

2.1.11 Kualitas audit

Pengukuran kualitas audit masih tetap merupakan sesuatu yang tidak jelas,

tetapi pemakai laporan keuangan biasa mengaitkannya dengan reputasi auditor

(Teoh dan Wong, 1993). Craswell et al. (1995) menyatakan klien biasanya

mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki

Page 47: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

31

afiliasi dengan KAP internasional akan memiliki kualitas yang lebih tinggi karena

auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas,

seperti pelatihan, pengakuan internasional, dan adanya peer review. Auditor yang

memiliki reputasi yang baik akan cenderung untuk mempertahankan kualitas

auditnya agar reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien.

DeAngelo (1981) menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan

menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil.

Selain itu, KAP skala besar memiliki insentif yang lebih besar untuk menghindari

kritikan kerusakan reputasi dibandingkan KAP skala kecil. KAP skala besar lebih

cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih

kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Argumen ini menunjukkan bahwa

KAP besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi dan melaporkan masalah

kelangsungan usaha kliennya. Palmrose (1988) membuktikan di dalam

penelitiannya bahwa kelompok auditor Big 8 memiliki tingkat litigasi yang rendah

dibandingkan non-Big 8, hal tersebut menunjukkan bahwa auditor Big 8

memberikan kualitas yang lebih tinggi karena memiliki motivasi untuk menjaga

reputasinya.

Sebelum tahun 2003, terdapat lima KAP besar di dunia yang disebut The Big

Five Auditors yaitu Arthur Andersen, Ernst & Young, Deloitte Touche Tohmatsu,

KPMG, dan PricewaterhouseCoopers. Lima KAP lokal yang berafiliasi dengan

The Big Five Auditors yaitu:

(1) KAP Prasetio Utomo & Co berafiliasi dengan Arthur Andersen,

(2) KAP Hanadi, Sarwoko, dan Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,

Page 48: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

32

(3) KAP Hans Tuanakotta & Mustofa berafiliasi dengan Deloitte Touche

Tohmatsu,

(4) KAP Siddharta, Siddharta, dan Harsono berafiliasi dengan KPMG,

(5) KAP Drs. Hadi Susanto dan Rekan berafiliasi dengan

PricewaterhouseCoopers.

Namun sejak tahun 2003 hingga sekarang, The Big Five Auditors tersebut

menjadi The Big Four Auditors. Keempat KAP tersebut adalah Ernst & Young,

Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, dan PricewaterhouseCoopers. Pada tahun

2003-2004 empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four Auditors

tersebut, adalah:

(1) KAP Prasetio, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,

(2) KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa berafiliasi dengan Deloitte Touche

Tohmatsu,

(3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Harsono berafiliasi dengan KPMG,

(4) KAP Drs. Hadi Susanto dan Rekan berafiliasi dengan

PricewaterhouseCoopers.

Pada tahun 2005, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four

Auditors adalah sebagai berikut:

(1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,

(2) KAP Osman Ramli Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche

Tohmatsu,

(3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Harsono berafiliasi dengan KPMG,

Page 49: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

33

(4) KAP Drs. Hadi Susanto dan Rekan berafiliasi dengan

PricewaterhouseCoopers.

Pada tahun 2006-2008, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big four

Auditors adalah sebagai berikut:

(1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,

(2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche

Tohmatsu,

(3) KAP Siddharta, Siddharta, dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG,

(4) KAP Haryanto Sahari berafiliasi dengan PricewaterhouseCoopers.

Pada tahun 2009, empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four

Auditors yaitu:

(1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young,

(2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche

Tohmatsu,

(3) KAP Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG,

(4) KAP Tanudireja Wibisana & Rekan berafiliasi dengan

PricewaterhouseCoopers.

2.1.12 Audit lag

Audit lag atau dalam beberapa penelitian disebut sebagai audit delay

didefinisikan sebagai rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan

keuangan tahunan yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk

memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan

perusahaan sejak tanggal tahun tutup buku, yaitu per 31 Desember sampai tanggal

Page 50: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

34

yang tertera di laporan auditor independen (Rachmawati, 2008). Subyekti dan

Widiyanti (2004) juga menyatakan audit lag sebagai perbedaan antara tanggal

laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan yang

mengindikasikan lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor.

Oleh karena itu, semakin panjang audit lag semakin lama auditor dalam

menyelesaikan pekerjaan auditnya.

Ashton et al. (1987) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini

going concern membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan

perusahaan yang menerima opini tanpa kualifikasi. Louwers (1998), Lennox

(2002), serta Januarti dan Fitrianasari (2008), menemukan hubungan positif antara

audit lag yang panjang dengan opini audit going concern. McKeown et al. (1991)

menyatakan bahwa opini audit going concern lebih banyak ditemui ketika

pengeluaran opini terlambat. Hal ini mungkin terjadi karena auditor lebih banyak

melakukan pengujian, manajer melakukan negosiasi yang panjang ketika terdapat

ketidakpastian kelangsungan usaha, dan auditor berharap bahwa perusahaan dapat

mengatasi masalah yang dihadapi untuk menghindari dikeluarkannya opini audit

going concern (Lennox, 2002).

2.1.13 Opini audit tahun sebelumnya

Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima perusahaan

pada tahun sebelumnya atau satu tahun sebelum tahun penelitian. Mutchler (1984)

melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa

perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya

lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler

Page 51: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

35

(1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini

audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan.

Hasilnya menunjukkan bahwa model analisis diskriminan yang memasukkan tipe

opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang

paling tinggi sebesar 89,9 persen dibandingkan model yang lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Mutchler (1984), Carcello dan Neal (2000),

Lennox (2002), Ramadhany (2004), Setyarno dkk. (2006), Praptitorini dan

Januarti (2007), serta Januarti (2009) menemukan hubungan positif antara opini

audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila pada

tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern, maka pada

tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima

kembali opini audit going concern.

2.1.14 Auditor client tenure

Auditor client tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara

kantor akuntan publik (KAP) dengan auditee yang sama. Kecemasan akan

kehilangan sejumlah fee yang cukup besar akan menimbulkan keraguan bagi

auditor untuk menyatakan opini audit going concern.

Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Bagian Praktek Securities of

Exchange Commission (SEC) Komite Eksekutif (American Institute of Certified

Public Accountants (AICPA), 1992 dalam Sinason et al., 2001) dinyatakan

beberapa argumen yang dibuat tentang audit tenure. Argumen ini menyatakan

bahwa dalam jangka panjang hubungan antara auditor dan perusahaan klien akan

menyebabkan masalah sebagai berikut ini.

Page 52: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

36

(1) Auditor mempunyai hubungan yang semakin dekat dengan manajemen

klien yang menyebabkan auditor untuk mengidentifikasi masalah

manajemen dan kehilangan skeptisisme profesional.

(2) Auditor mungkin menganggap pengujian yang dilakukan sebagai

pengulangan dari perikatan sebelumnya sehingga auditor merasa sudah

mengetahui lebih dulu hasil dari pengujian tersebut. Hal ini menyebabkan

auditor kurang mampu untuk mengevaluasi perubahan penting dalam

kondisi klien.

(3) Auditor mungkin berkeinginan untuk menyelesaikan masalah perusahaan

klien dalam rangka mempertahankan hubungannya dengan klien. Memenuhi

keinginan manajemen klien mungkin menjadi prioritas auditor,

dibandingkan mengikuti standar profesional.

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian empiris mengenai opini audit going concern sebelumnya pernah

dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya Mutchler (1985), Chen dan Church

(1992), Fanny dan Saputra (2005), Setyarno dkk. (2006), Januarti (2009), dan

Putra (2010). Namun hasil dari penelitian-penelitian tersebut tidak konsisten.

Mutchler (1985) melakukan analisis diskriminan dengan memasukkan enam rasio

keuangan (Cash Flow/Total Liabilities, Current Assets/Current Liabilities, Net

Worth/Total Liabilities, Total Long-term Liabilities/Total assets, dan Net Income

Before Tax/Net Sales), item contrary information, mitigating factors, tren dan tipe

opini tahun sebelumnya. Hasil temuannya menunjukkan bahwa model dengan

variabel rasio-rasio keuangan dan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai

Page 53: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

37

akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9% dibanding model

yang lain. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai rasio keuangan

dan tipe opini audit tahun sebelumnya sangat berguna dalam memprediksi

keputusan opini going concern.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Mutchler (1985) adalah sama-sama

meneliti current ratio, dan cash flow/total liabilities. Perbedaannya adalah

penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik untuk menguji faktor-

faktor yang memengaruhi opini audit going concern. Selain rasio keuangan dan

opini audit tahun sebelumnya, penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan,

pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client tenure

sebagai variabel independen.

Chen dan Church (1992) menguji kegunaan status default dan variabel

keuangan dalam mengidentifikasi opini going concern yang diterima perusahaan.

Variabel keuangan yang digunakan adalah cash flows from current operations divided

by total liabilities (CFTL), current assets divided by current liabilities (CACL), longterm

debt divided by total assets (LDTA), net income before taxes divided by net sales

(NIBTS), perubahan current ratio (CCR), terjadinya rugi operasi 2 tahun berturut-turut

(LOS2), dan ukuran perusahaan (LTA). Hasil penelitiannya menemukan hubungan

yang kuat antara status default dan penerbitan opini audit going concern.

Pengujian tambahan yang dilakukan menemukan bahwa kekuatan penjelas dan

kemampuan prediktif tambahan dapat dicapai dengan mempertimbangkan status

default dalam menentukan penerbitan opini audit going concern.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Chen dan Church (1992) adalah

sama-sama meneliti pengaruh rasio keuangan, dan ukuran perusahaan pada opini

Page 54: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

38

audit going concern. Perbedaannya adalah penelitian ini menambahkan variabel

pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, dan auditor client tenure.

Penelitian Fanny dan Saputra (2005) menguji pengaruh model prediksi

kebangkrutan (yang diukur dengan The Zmijewski Model, The Altman Model, dan

Revised Altman Model, dan The Springate Model), pertumbuhan perusahaan (yang

diukur dengan pertumbuhan aset) dan reputasi Kantor Akuntan Publik (yang

diukur berdasarkan penggolongan KAP Big 4 dan non-Big 4) pada opini audit

going concern. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan model

prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman memengaruhi ketepatan

pemberian opini audit going concern, pertumbuhan perusahaan dan reputasi

Kantor Akuntan Publik tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going

concern.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Fanny dan Saputra (2005) adalah

sama-sama meneliti pengaruh pertumbuhan perusahaan dan kualitas audit pada

opini audit going concern. Perbedaannya adalah penelitian ini menambahkan

variabel likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, audit lag,

opini audit tahun sebelumnya, dan auditor client tenure sebagai variabel

independen.

Setyarno dkk. (2006) meneliti pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan

perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan terhadap

opini audit going concern. Sampel penelitiannya adalah perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta perioda 2000-2004. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap opini audit going

Page 55: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

39

concern, penggunaan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh

Altman berpengaruh terhadap opini audit going concern, opini audit tahun

sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit going concern, dan pertumbuhan

perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Setyarno dkk. (2006) adalah sama-

sama meneliti pengaruh pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, dan opini audit

tahun sebelumnya pada opini audit going concern dengan menggunakan teknik

analisis regresi logistik. Perbedaannya adalah penelitian ini menambahkan

variabel likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, audit lag,

dan auditor client tenure sebagai variabel independen. Selain itu, sampel dalam

penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia perioda 2000-2009.

Penelitian Januarti (2009) menganalisis pengaruh faktor perusahaan, kualitas

auditor, dan kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going

concern. Sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia perioda 1997-2006. Alat analisis yang digunakan adalah regresi

logistik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel kondisi keuangan tidak

berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern, variabel debt default

berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern, ukuran

perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern,

opini tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit

going concern, kualitas auditor berpengaruh positif terhadap penerimaan opini

audit going concern, auditor client tenure berpengaruh negatif terhadap

Page 56: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

40

penerimaan opini audit going concern, audit lag tidak berpengaruh terhadap

penerimaan opini audit going concern, opinion shopping tidak berpengaruh

terhadap penerimaan opini audit going concern, kepemilikan manajerial dan

kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

going concern.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Januarti (2009) adalah sama-sama

meneliti pengaruh ukuran perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun

sebelumnya, dan auditor client tenure pada opini audit going concern dengan

menggunakan teknik analisis regresi logistik. Perbedaannya adalah penelitian ini

penelitian ini menambahkan variabel likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas,

dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen. Selain itu, sampel

dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia perioda 2000-2009.

Putra (2010) meneliti pengaruh model prediksi kebangkrutan, reputasi auditor,

opini audit tahun sebelumnya, dan audit lag pada opini audit going concern.

Sampel penelitian terdiri dari 154 perusahaan manufaktur yang mengalami

financial distress di Bursa Efek Indonesia perioda 2002-2008. Alat analisis yang

digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model

prediksi kebangkrutan berpengaruh negatif pada opini audit going concern,

reputasi auditor tidak berpengaruh pada opini audit going concern, opini audit

tahun sebelumnya dan audit lag berpengaruh positif pada opini audit going

concern.

Page 57: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

41

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Putra (2010) adalah sama-sama

meneliti pengaruh kualitas audit, audit lag, dan opini audit tahun sebelumnya

pada opini audit going concern dengan menggunakan teknik analisis regresi

logistik. Perbedaannya adalah penelitian ini penelitian ini menambahkan variabel

likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan

perusahaan dan auditor client tenure sebagai variabel independen. Selain itu,

sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia perioda 2000-2009.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diringkas hasil-hasil penelitian

sebelumnya dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya

No (1)

Peneliti (2)

Judul (3)

Variabel Penelitian (4)

Hasil Penelitian (5)

1. Jane F. Mutchler (1985)

A Multivariate analysis of the auditor’s going concern opinion decision

Enam rasio keuangan yaitu CashCash Flow/Total Liabilities, Current Assets/Current Liabilities, Net Worth/Total Liabilities, Total Long-term Liabilities/Total assets, dan Net Income Before Tax/Net Sales), item contrary

information, mitigating factors, tren dan tipe opini tahun sebelumnya

Model dengan variabel rasio-rasio keuangan dan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9% dibanding model yang lain

Page 58: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

42

(1) (2) (3) (4) (5) 2. Kevin C. W.

Chen and Bryan K. Church (1992)

Default on Debt Obligations and the Issuance of Going-Concern Opinions

Variabel dependen: opini audit going concern.

Variabel independen: cash flows from current operations divided by total liabilities (CFTL), current assets divided by current liabilities (CACL), longterm debt divided by total assets (LDTA), net income before taxes divided by net sales (NIBTS), perubahan current ratio (CCR), terjadinya rugi operasi 2 tahun berturut-turut (LOS2), ukuran perusahaan (LTA), dan status default

Enam variabel yaitu CFTL, CACL, LDTA, NIBTS, LTA, CCR berguna dalam menjelaskan penerbitan opini audit going concern.

Status default lebih berguna dalam menjelaskan penerbitan opini audit going concern dibandingkan variabel keuangan.

3. Margaretta Fanny dan Sylvia Saputra (2005)

Opini Audit Going concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta)

Variabel dependen: opini audit going concern. Variabel

independen: model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, dan reputasi Kantor Akuntan Publik.

Penggunaan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman memengaruhi ketepatan pemberian opini audit going concern,

pertumbuhan perusahaan dan reputasi Kantor Akuntan Publik tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.

Page 59: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

43

(1) (2) (3) (4) (5) 4. Eko Budi

Setyarno, Indira Januarti, dan Faisal (2006)

Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going concern

Variabel dependen: opini audit going concern.

Variabel independen: kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan

Kualitas audit tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern,

penggunaan model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern,

opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini audit going concern, dan

pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.

5. Indira Januarti (2009)

Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Variabel dependen: opini audit going concern.

Variabel independen: kondisi keuangan, debt default, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, audit lag, auditor client tenure, kualitas audit, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan

Variabel kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern,

variabel debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern,

ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap

Page 60: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

44

(1) (2) (3) (4) (5) institusional. penerimaan opini

audit going concern,

opini tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern,

kualitas audit berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern,

auditor client tenure berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern,

audit lag tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern,

opinion shopping tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern,

kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Page 61: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

45

(1) (2) (3) (4) (5) 6. I Gede Cahyadi

Putra (2010) Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Prediksi Kebangkrutan dan Auditor Independen

Variabel dependen: opini audit going concern.

Variabel independen: model prediksi kebangkrutan, reputasi auditor, opini audit tahun sebelumnya, dan audit lag

Model prediksi kebangkrutan berpengaruh negatif pada opini audit going concern,

reputasi auditor tidak berpengaruh pada opini audit going concern,

opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going concern,

audit lag berpengaruh positif pada opini audit going concern.

Page 62: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

46

BAB III

RERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Rerangka Berpikir

Dalam teori keagenan disebutkan bahwa prinsipal sebagai pemilik perusahaan

memberikan kewenangan kepada agen untuk melaksanakan pekerjaan atas nama

prinsipal. Ada dua asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam hubungan keagenan

agar menghasilkan suatu kontrak yang efisien yaitu simetri informasi dan agen

menerima imbalan yang pasti. Namun, pada kenyataannya agen sebagai pengelola

perusahaan umumnya memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kondisi

perusahaan dibandingkan dengan prinsipal sebagai pemilik perusahaan sehingga

menimbulkan terjadinya asimetri informasi. Oleh karena itu sebagai pengelola

perusahaan, manajer berkewajiban untuk memberikan informasi mengenai kondisi

perusahaan melalui pengungkapan akuntansi seperti laporan keuangan.

Laporan keuangan menjadi alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan

informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen (Schipper

dan Vincent, 2003). Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut

perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan informasi pihak-pihak internal dan

eksternal perusahaan yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh

informasi secara langsung dari perusahaan. Namun pihak manajemen umumnya

memiliki kepentingan yang berbeda dengan prinsipal sehingga akan cenderung

menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi

kepentingan prinsipal. Oleh karena itu, diperlukan peran auditor independen untuk

memberikan opininya atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang disajikan

Page 63: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

47

oleh pihak manajemen. Dengan demikian, diharapkan penyedia modal dan

pemegang kepentingan lainnya dapat membuat keputusan investasi, kredit, dan

keputusan alokasi sumber daya lainnya yang lebih tepat berdasarkan informasi

yang telah diaudit oleh pihak independen.

Dalam SA Seksi 341 disebutkan bahwa auditor juga bertanggung jawab untuk

menilai mengenai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya dalam perioda waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan

audit (IAI, 2001). Oleh karena itu berdasarkan laporan auditor independen,

pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya juga dapat memperoleh

informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya.

Laporan audit yang berhubungan dengan going concern dapat memberikan

peringatan awal bagi pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya

guna menghindari kesalahan dalam pembuatan keputusan (Mutchler, 1984).

Pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah (Koh dan

Tan, 1999). Beberapa peneliti telah menganalisis faktor yang memengaruhi opini

audit going concern di antaranya Mutchler (1985), Chen dan Church (2000),

Fanny dan Saputra (2005), Setyarno dkk. (2006), dan Januarti (2009). Namun

hasil dari penelitian-penelitian tersebut tidak konsisten. Berdasarkan hasil

penelitian terdahulu tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk

meneliti kembali pengaruh likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran

perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun

sebelumnya, dan auditor client tenure pada opini audit going concern.

Page 64: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

48

Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan.

Carcello dan Neal (2000) menyatakan bahwa semakin buruk kondisi keuangan

perusahaan maka semakin besar probabilitas perusahaan menerima opini going

concern. Penilaian terhadap kondisi keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan

menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, leverage, profitabilitas,

dan arus kas.

Makin rendah tingkat likuiditas perusahaan yang diukur dengan current ratio

menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahan dalam menutupi kewajiban

jangka pendeknya. Penelitian Mutchler (1985) menemukan bahwa current ratio

berpengaruh signifikan pada keputusan opini audit going concern. Perusahaan

yang memiliki aktiva yang lebih kecil dibandingkan kewajibannya akan

menghadapi bahaya kebangkrutan (Chen dan Church, 1992). Oleh karena itu,

semakin besar nilai rasio total kewajiban dibagi dengan total aktiva menunjukkan

kinerja keuangan yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian

mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan dengan tingkat

profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu untuk

menghasilkan laba dengan baik sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor

akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Mills dan Yamamura

(1998) menyatakan bahwa untuk memahami secara keseluruhan kemampuan

perusahaan dalam melanjutkan usahanya, auditor juga harus memperhitungkan

rasio dari data laporan arus kas klien.

McKeown et al. (1991) dan Mutchler et al. (1997) menemukan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh negatif pada penerimaan opini audit going concern.

Page 65: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

49

Perusahaan besar umumnya memiliki kemampuan yang lebih baik untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami

financial distress. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkan

aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga perusahaan

dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya.

Mutchler et al. (1997) menemukan bukti univariat bahwa auditor Big 6 lebih

cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang

mengalami financial distress dibandingkan auditor non-Big 6. KAP skala besar

lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka

lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Ashton et al. (1987) menyatakan

bahwa perusahaan yang menerima opini going concern membutuhkan waktu audit

yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang menerima opini tanpa kualifikasi.

Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan menerima opini audit going concern,

maka pada tahun berjalan akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk

menerima kembali opini audit going concern. Hal ini didukung oleh hasil

penelitian Mutchler (1984), Carcello dan Neal (2000), Lennox (2002),

Ramadhany (2004), Setyarno dkk. (2006), Praptitorini dan Januarti (2007),

Januarti (2009), dan Putra (2010). Auditor client tenure atau audit firm tenure

merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara kantor akuntan publik

(KAP) dengan auditee yang sama. Penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009)

menemukan bahwa auditor client tenure berpengaruh negatif pada penerimaan

opini audit going concern.

Page 66: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

50

Hipotesis dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan teknik analisis

regresi logistik. Ghozali (2006:225) menyatakan bahwa regresi logistik digunakan

untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi

dengan variabel bebasnya. Adapun rerangka berpikir dalam penelitian ini dapat

disajikan pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Rerangka Berpikir

Teori Keagenan

Pemilik Perusahaan

Manajemen Laporan Keuangan

Auditor Independen

Kelangsungan Usaha

SA Seksi 341

Diragukan Opini Audit

Going concern

(1) Likuiditas (2) Leverage (3) Profitabilitas (4) Arus Kas (5) Ukuran Perusahaan (6) Pertumbuhan Perusahaan (7) Kualitas Audit (8) Audit lag (9) Opini Audit Tahun Sebelumnya (10) Auditor client tenure

Page 67: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

51

3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan rerangka berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian

disusun konsep yang menjelaskan hubungan antarvariabel dalam penelitian ini.

Konsep penelitian ini merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian

empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Konsep tersebut dapat

disajikan dalam Gambar 3.2 berikut.

Gambar 3.2 Konsep Penelitian

Kajian Empiris (1) Mutchler (1985), (2) Chen dan Church

(1992), (3) Fanny dan Saputra

(2005), (4) Setyarno dkk.

(2006), dan (5) Januarti (2009)

Likuiditas

Kajian Teoritis Teori Keagenan

H1

Opini Audit Going concern

Arus Kas

Ukuran Perusahaan

Profitabilitas

Leverage

Pertumbuhan Perusahaan

Kualitas Audit

Audit lag

Opini Audit Tahun Sebelumnya

Auditor client tenure

H2

H3

H4

H5

H7

H6

H8

H10

H9

Page 68: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

52

3.3 Hipotesis Penelitian

3.3.1 Pengaruh likuiditas pada opini audit going concern

Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan

untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat

waktu. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh current ratio.

Penelitian yang dilakukan oleh Mutchler (1985) dengan analisis diskriminan

menunjukkan bahwa current ratio sebagai salah satu dari enam rasio keuangan

yang hasilnya signifikan dalam membuat keputusan opini going concern. Chen

dan Church (1992;1996) melakukan penelitian dengan menggunakan empat rasio

keuangan, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa current ratio

signifikan dalam menjelaskan keputusan opini going concern. Konsisten dengan

penelitian sebelumnya Behn et al. (2001) membuktikan bahwa current ratio

menunjukkan hasil negatif signifikan untuk memprediksi dikeluarkannya opini

going concern. Makin rendah nilai current ratio menunjukkan semakin rendah

kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila

perusahaan tidak mampu memenuhi klaim kreditor jangka pendek maka hal

tersebut dapat memengaruhi kredibilitas perusahaan dan dapat dianggap sebagai

suatu sinyal bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah yang dapat

mengganggu kelangsungan usahanya.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

H1: Likuiditas berpengaruh negatif pada opini audit going concern.

Page 69: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

53

3.3.2 Pengaruh leverage pada opini audit going concern

Rasio leverage dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas perusahaan untuk

memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio

leverage umumnya diukur dengan menggunakan debt ratio yaitu membandingkan

total kewajiban dengan total aktiva. Jumlah utang yang melebihi total aktiva

menyebabkan perusahaan mengalami defisiensi modal atau saldo ekuitas bernilai

negatif. Makin besar rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin

buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup

perusahaan. Chen dan Church (1992) menyatakan bahwa perusahaan yang

memiliki aktiva yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya

kebangkrutan. Penelitian Carcello dan Neal (2000) serta Masyitoh dan Adhariani

(2010) menemukan bahwa leverage berhubungan positif dengan pemberian opini

audit going concern.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

H2: Leverage berpengaruh positif pada opini audit going concern.

3.3.3 Pengaruh profitabilitas pada opini audit going concern

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam

hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono,

2001:122). Investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis

profitabilitas. Profitabilitas perusahaan dapat dilihat dari rasio laba bersih sebelum

pajak dibagi penjualan bersih. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin

besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sehingga tidak

Page 70: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

54

menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan

usahanya. Penelitian yang dilakukan oleh Mutchler (1985), Chen dan Church

(1992), Behn et al. (2001) menemukan bahwa rasio ini berpengaruh negatif

signifikan untuk memprediksi pembuatan keputusan opini going concern.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

H3: Profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit going concern.

3.3.4 Pengaruh arus kas pada opini audit going concern

Mills dan Yamamura (1998) menyatakan bahwa untuk memahami secara

keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya, auditor harus

memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data laporan arus kas klien.

Salah satu rasio arus kas yang dapat digunakan oleh auditor untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam melanjutkan usahanya adalah cash flow to total

debt ratio. Ross, Westerfield dan Jafee (2001) dalam Masyitoh dan Adhariani

(2010) menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki kas yang memadai maka

perusahaan dapat menghindarkan diri dari kegagalan untuk memenuhi kewajiban

dan financial distress sehingga perusahaan diharapkan tidak menerima opini audit

going concern.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

H4: Arus kas berpengaruh negatif pada opini audit going concern.

Page 71: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

55

3.3.5 Pengaruh ukuran perusahaan pada opini audit going concern Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki. Perusahaan

dengan total aktiva yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah

mencapai tahap kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah

positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif

panjang. Ballesta dan Garcia (2005) dalam Junaidi dan Hartono (2010)

berpendapat bahwa perusahaan besar mempunyai manajemen yang lebih baik

dalam mengelola perusahaan dan berkemampuan menghasilkan laporan keuangan

yang berkualitas jika dibandingkan perusahaan kecil. Untuk kondisi dengan risiko

litigasi rendah seperti Hongkong dan negara di Asia Tenggara pada umumnya,

Kevin et al. (2006) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki kemampuan

yang lebih baik dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan ketika

perusahaan mengalami financial distress. Oleh karena itu, auditor akan menunda

untuk mengeluarkan opini audit going concern dengan harapan bahwa perusahaan

akan dapat mengatasi kondisi buruk pada tahun mendatang.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

H5: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern. 3.3.6 Pengaruh pertumbuhan perusahaan pada opini audit going concern Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat

diproksikan dengan pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan digunakan

untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mempertahankan posisi

Page 72: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

56

ekonominya, baik dalam industri maupun kegiatan ekonomi secara keseluruhan

(Weston dan Copeland, 1992 dalam Setyarno dkk., 2006). Perusahaan yang

mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan

dengan semestinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi

ekonominya dan kelangsungan hidupnya, sedangkan perusahaan dengan negative

growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan

(Altman, 1968).

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

H6: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going

concern.

3.3.7 Pengaruh kualitas audit pada opini audit going concern

Auditor bertanggung jawab untuk memberikan opini mengenai kewajaran

laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen dan menilai mengenai

kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam

perioda waktu yang pantas. Auditor yang berkualitas tinggi cenderung akan

menerbitkan opini audit going concern jika klien terdapat masalah berkaitan going

concern perusahaan. DeAngelo (1981) menyimpulkan bahwa KAP yang lebih

besar dapat diartikan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan

KAP kecil. KAP skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah

yang dialami klien karena mereka lebih kuat untuk menghadapi proses

pengadilan. Mutchler et al. (1997) menemukan bukti univariat bahwa auditor Big

Page 73: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

57

6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada perusahaan yang

mengalami financial distress dibandingkan auditor non-Big 6.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

H7: Kualitas audit berpengaruh positif pada opini audit going concern.

3.3.8 Pengaruh audit lag pada opini audit going concern

Audit lag adalah jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai dengan

tanggal opini laporan auditor independen (Lennox, 2002). Ashton et al. (1987)

menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern

membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang

menerima opini tanpa kualifikasi. Louwers (1998), Lennox (2002), dan Putra

(2010) menemukan hubungan positif antara audit lag yang panjang dengan opini

audit going concern. McKeown et al. (1991) menyatakan bahwa opini audit going

concern lebih banyak ditemui ketika pengeluaran opini terlambat.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

H8: Audit lag berpengaruh positif pada opini audit going concern.

3.3.9 Pengaruh opini audit tahun sebelumnya pada opini audit going

concern Mutchler (1984), Carcello dan Neal (2000), Lennox (2002), Ramadhany

(2004), Setyarno dkk (2006), Praptitorini dan Januarti (2007), Januarti (2009), dan

Putra (2010) menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun

sebelumnya dengan opini tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya

Page 74: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

58

perusahaan menerima opini audit going concern, maka pada tahun berjalan akan

semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima kembali opini audit

going concern.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

H9: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going

concern.

3.3.10 Pengaruh auditor client tenure pada opini audit going concern Auditor client tenure adalah jangka waktu perikatan yang terjalin antara KAP

dengan auditee yang sama. Ketika hubungan klien suatu KAP telah berlangsung

bertahun-tahun, klien dapat dipandang sebagai sumber pendapatan yang

berlangsung terus, yang secara potensial dapat mengurangi independensi KAP.

Terdapat ancaman terhadap obyektivitas auditor dari familiaritasnya terhadap

klien, yang mengarahkan pada kritik yang menyatakan bahwa tidaklah mungkin

untuk mengharapkan auditor untuk melakukan penilaian yang bersifat obyektif

dan tidak bias (Bazerman et al., 2002). Perikatan audit yang lama akan

menjadikan auditor kehilangan independensinya sehingga lebih sulit untuk

memberikan opini going concern.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

H10: Auditor client tenure berpengaruh negatif pada opini audit going concern.

Page 75: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

59

Berdasarkan pengembangan hipotesis di atas, kesepuluh hipotesis tersebut

dapat diringkas dalam model teoretis penelitian seperti yang disajikan dalam

Gambar 3.3 berikut ini.

Gambar 3.3 Model Teoretis Penelitian

-

+

-

+

+

-

+

-

-

-

Likuiditas

Opini Audit Going concern

Leverage

Auditor client tenure

Profitabilitas

Arus Kas

Ukuran Perusahaan

Pertumbuhan Perusahaan

Kualitas Audit

Audit lag

Opini Audit Tahun Sebelumnya

Page 76: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

60

BAB IV

METODA PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian menjelaskan rencana dari struktur riset yang

mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, obyektif,

efisien, dan efektif. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan latar belakang, masalah,

tujuan, manfaat, kajian pustaka, dan hipotesis penelitian. Tahapan selanjutnya

yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah mempersiapkan data penelitian

dan menguji hipotesis sehingga dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan hasil yang

diperoleh, masalah, dan hipotesis penelitian.

Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif berupa data sekunder yang

diperoleh dengan mengakses website www.idx.co.id dan Indonesian Capital

Market Directory (ICMD). Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian ini:

variabel independen yaitu likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran

perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun

sebelumnya, auditor client tenure, dan variabel dependen yaitu opini audit going

concern.

Pengujian mengenai pengaruh likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas,

ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit

tahun sebelumnya, auditor client tenure pada opini audit going concern dilakukan

dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil pengujian regresi logistik

kemudian dijadikan dasar dalam membuat kesimpulan. Kesimpulan juga disusun

sesuai dengan masalah penelitian dan hipotesis yang diajukan. Tahapan-tahapan

Page 77: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

61

tersebut dapat disajikan dalam bentuk rancangan penelitian seperti pada Gambar

4.1 berikut ini.

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian

LATAR BELAKANG

MASALAH PENELITIAN

KAJIAN PUSTAKA

HIPOTESIS PENELITIAN

TUJUAN PENELITIAN

MANFAAT PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Variabel Penelitian

Data Penelitian

Purposive Sampling

Data Sekunder ICMD & BEI

Kuantitatif

Independen 1. Likuiditas 2. Leverage 3. Profitabilitas 4. Arus Kas 5. Ukuran

Perusahaan 6. Pertumbuhan

Perusahaan 7. Kualitas

audit 8. Audit lag 9. Opini Audit

Tahun Sebelumnya

10. Auditor Client Tenure

Dependen Opini Audit

Going Concern

Saran dan Implikasi

Kesimpulan Penelitian

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Regresi Logistik

Page 78: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

62

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek Indonesia yang menyediakan data

laporan keuangan auditan dengan mengakses dan mengunduh situs resmi Bursa

Efek Indonesia melalui website www.idx.co.id. Objek penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009. Perusahaan manufaktur tersebut dipilih

dari daftar perusahaan yang terbuka (go public) dan ada dalam ICMD. Beberapa

alasan sampel penelitian diambil dari ICMD adalah (1) daftar perusahaan telah

dikelompokkan dalam beberapa industri dan sub-sub kelompok industri, dan (2)

perusahaan yang bersifat terbuka akan berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan

reputasinya melalui berbagai informasi (Badera, 2008).

Perusahaan manufaktur dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini karena (1)

perusahaan manufaktur merupakan jenis perusahaan yang paling banyak terdaftar

di BEI, sehingga variasi data untuk sampel yang ada akan semakin banyak; dan

(2) untuk menghindari adanya industrial effect, yaitu risiko industri yang berbeda

antara sektor industri yang satu dengan yang lain (Behn et al, 2001; Blay dan

Geiger, 2001).

4.3 Data Penelitian

4.3.1 Jenis data

Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

(1) Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka-angka atau data kualitatif

yang diangkakan (Sugiyono, 2007:13). Data kuantitatif dalam penelitian ini

Page 79: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

63

adalah laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2000-2009.

(2) Data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar

(Sugiyono, 2007:13). Data kualitatif dalam penelitian ini adalah laporan

auditor independen.

4.3.2 Sumber data

Penelitian ini menggunakan data sekunder eksternal, yaitu data yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui perantara, seperti orang lain atau dokumen

(Sugiyono, 2007:129). Data sekunder eksternal dalam penelitian ini adalah data

laporan auditor independen, dan laporan keuangan tahunan perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009. Data yang

digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia

(www.idx.co.id) dan ICMD.

4.3.3 Metoda penentuan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2000-2009. Sampel adalah bagian dari

jumlah maupun karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,

2007:73). Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metoda purposive

sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau kriteria

tertentu (Sugiyono, 2007:78). Kriteria yang dipertimbangkan dalam pengambilan

sampel penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 80: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

64

(1) Perusahaan yang terdaftar secara berturut-turut selama perioda pengamatan

yaitu 2000-2009.

(2) Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah

untuk perioda yang berakhir pada 31 Desember dan telah diaudit oleh auditor

independen dari tahun 2000-2009.

(3) Perusahaan yang mengalami laba bersih negatif sekurangnya dua perioda

laporan keuangan berturut-turut selama perioda pengamatan tahun 2000-

2009.

Proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak

dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel

No Kriteria Jumlah Perusahaan

1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama perioda 2000-2009 174

2 Perusahaan yang tidak terdaftar secara berturut-turut selama perioda 2000-2009 (46)

3 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah (5)

4 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember (1)

5 Perusahaan yang data laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama perioda 2000-2009 tidak tersedia

(66)

6 Perusahaan yang tidak mengalami laba bersih negatif sekurangnya dua perioda laporan keuangan berturut-turut selama perioda pengamatan tahun 2000-2009

(26)

Jumlah Sampel Akhir 30 Tahun Pengamatan 10 Jumlah Pengamatan 300

Sumber: BEI, data diolah

Page 81: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

65

Secara rinci distribusi data perusahaan yang terpilih sebagai sampel

berdasarkan kelompok industri dapat disajikan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Perusahaan Sampel per Kelompok Industri

No. Kelompok Industri Jumlah 1 Food and Beverages 5 2 Textile Mill Products 1 3 Apparel and Other Textile Products 5 4 Lumber and Wood Products 2 5 Paper and Allied Products 2 6 Chemical and Allied Products 1 7 Plastics and Glass Products 1 8 Cement 1 9 Metal and Allied Products 1 10 Fabricated Metal Products 2 11 Stone, Clay, Glass, and Concrete Products 1 12 Cables 1 13 Electronic and Office Equipment 1 14 Automotive and Allied Products 2 15 Photographic Equipment 1 16 Pharmaceuticals 3

Jumlah 30 Sumber: ICMD Sampel dikategorikan ke dalam dua kelompok atau kategori berdasarkan atas

jenis opini audit yang diterimanya, yaitu kelompok perusahaan yang mendapatkan

opini audit going concern (GC) dan yang mendapatkan opini audit non going

concern (NGC). Distribusi perusahaan tersebut disajikan dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Perusahaan Berdasarkan Opini Audit

Opini Perusahaan Total 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 GC 14 14 14 14 15 13 9 9 11 10 123

NGC 16 16 16 16 15 17 21 21 19 20 177 Total 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 300 Sumber: data diolah (Lampiran 3)

Page 82: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

66

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Identifikasi variabel

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka

variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007:33). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern.

(2) Variabel bebas atau independen adalah variabel yang memengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat

(Sugiyono, 2007:33). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

likuiditas, leverage, profitabilitas, arus kas, ukuran perusahaan, pertumbuhan

perusahaan, kualitas audit, audit lag, opini audit tahun sebelumnya, dan

auditor client tenure.

4.4.2 Definisi operasional variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada

variabel dalam bentuk istilah yang diuji secara spesifik atau dengan pengukuran

kriteria (Ikhsan, 2008:62). Terminologi definisi operasional harus mempunyai

acuan empiris untuk mengukur variabel dengan cara mendapatkan informasi yang

dapat dimengerti.

4.4.2.1 Likuiditas

Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan

untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat

Page 83: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

67

waktu. Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio yaitu aktiva

lancar dibagi kewajiban lancar (Mutchler, 1985). Rasio ini mengukur sejauh mana

perusahaan mampu untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya dengan

menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.

LancarKewajibanLancarAktiva

RatioCurrent .................................................................(1)

4.4.2.2 Leverage

Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai

investasinya. Leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt

ratio yaitu membandingkan antara total kewajiban dengan total aktiva (Sartono,

2001:121). Rasio ini mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibelanjai dengan

kewajiban yang berasal dari kreditor dan modal sendiri yang berasal dari

pemegang saham.

AktivaTotalKewajibanTotal

RatioDebt ........................................................................(2)

4.4.2.3 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan

dari aktivitas utama yang dilakukan. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur

menggunakan rasio laba bersih sebelum pajak dibagi dengan penjualan bersih

(Mutchler, 1985).

bersihPenjualanpajaksebelumbersihLaba

NIBTS ..............................................................(3)

Page 84: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

68

4.4.2.4 Arus kas

Arus kas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan cash flow to total

debt ratio (Mills dan Yamamura, 1998).

kewajibanTotaloperasikasArus

RatioDebtTotaltoFlowCash ......................................(4)

4.4.2.5 Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat mengklasifikasikan

perusahaan menjadi perusahaan besar, menengah dan kecil. Ukuran perusahaan

dalam penelitian ini diukur melalui logaritma total aktiva. Total aktiva dipilih

sebagai proksi atas ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai

aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan

penjualan (Wuryatiningsih, 2002 dalam Sudarmaji dan Sularto, 2007).

4.4.2.6 Pertumbuhan perusahaan

Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio

pertumbuhan penjualan (Setyarno dkk., 2006). Rasio pertumbuhan penjualan

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam pertumbuhan tingkat

penjualan dibandingkan tahun sebelumnya.

1

1

t

tt

PenjualanPenjualanPenjualan

PenjualannPertumbuha ......................................(5)

4.4.2.7 Kualitas audit

Kualitas audit diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu diberikan

kode 1 jika KAP berafiliasi dengan KAP Big 4, dan diberikan kode 0 jika KAP

tidak berafiliasi dengan KAP Big 4 (Setyarno dkk., 2006).

Page 85: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

69

4.4.2.8 Audit lag

Audit lag merupakan jumlah hari antara tanggal tutup buku laporan keuangan

sampai dengan tanggal opini laporan auditor independen (Lennox, 2002). Audit

lag mengindikasikan lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh

auditor (Subyekti dan Widiyanti, 2004).

4.4.2.9 Opini audit tahun sebelumnya

Opini audit tahun sebelumnya didefinisikan sebagai opini audit yang diterima

oleh auditee pada tahun sebelumnya, yang diukur dengan menggunakan variabel

dummy yaitu diberikan kode 1 apabila auditee menerima opini audit going

concern, sedangkan apabila auditee menerima opini audit non going concern

diberikan kode 0 (Ramadhany, 2004).

4.4.2.10 Auditor client tenure

Auditor client tenure diukur dengan menghitung tahun dimana KAP yang

sama telah melakukan perikatan dengan auditee (Januarti, 2009).

4.4.2.11 Opini audit going concern

Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam

pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan

atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya di masa

mendatang. Termasuk dalam opini going concern ini adalah opini wajar tanpa

pengecualian dengan bahasa penjelas, opini wajar dengan pengecualian, opini

tidak wajar dan tidak memberikan pendapat (Mutchler,1986; Ramadhany, 2004;

Rahayu, 2006). Opini audit going concern diukur dengan menggunakan variabel

Page 86: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

70

dummy. Opini audit going concern diberi kode 1, opini audit non going concern

diberi kode 0.

4.5 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi

logistik karena variabel terikatnya yaitu opini audit going concern merupakan data

kualitatif yang menggunakan variabel dummy (Sumodiningrat, 2007:334) dan

variabel bebasnya merupakan kombinasi antara variabel metrik dan non-metrik.

Ghozali (2006:225) menyatakan bahwa regresi logistik digunakan untuk menguji

apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel

bebasnya. Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas

data pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006:225), dan mengabaikan

heteroskedastisitas (Gujarati, 2003:597). Analisis regresi logistik dilakukan

dengan menggunakan bantuan program Statistical Package for Social Science

(SPSS) 15.0 for Windows.

Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan dalam

persamaan berikut.

SGSIZECFOTDNIBTSTDTACACLGC

GC6543211

ln

ACTOTSALKA 10987 ... ...........................................(6) Keterangan:

GCGC1

ln = probabilitas mendapatkan opini audit going concern

α= konstanta βi= koefisien regresi CACL= likuiditas TDTA= leverage NIBTS= profitabilitas CFOTD= arus kas

Page 87: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

71

SIZE= ukuran perusahaan SG= pertumbuhan perusahaan KA= kualitas audit AL= audit lag OTS= opini audit tahun sebelumnya ACT= auditor client tenure ε= variabel pengganggu Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan regresi logistik dapat

dijelaskan sebagai berikut.

(1) Menilai kelayakan model regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit

Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan

model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat

dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit

Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang

berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya

sehingga Goodness of Fit model tidak baik karena model tidak dapat

memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s

Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat

ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat

dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya

(Ghozali, 2006:233).

(2) Menilai keseluruhan model (overall model fit)

Penilaian keseluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai antara -

2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0), dimana model

Page 88: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

72

hanya memasukkan konstanta dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada

akhir (Block Number = 1), dimana model memasukkan konstanta dan variabel

bebas. Apabila nilai -2LL Block Number = 0 > nilai -2LL Block Number = 1,

hal ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model

yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2006: 233).

(3) Koefisien determinasi (Nagelkerke R square)

Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan

dengan nilai Nagelkerke R square. Nilai Nagelkerke R square menunjukkan

variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel

independen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar

model penelitian (Ghozali, 2006:233).

(4) Tabel klasifikasi

Tabel klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk

memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat. Kekuatan prediksi dari

model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat

dinyatakan dalan persen.

(5) Uji multikolinearitas

Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi

yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian multikolinearitas dalam

regresi logistik menggunakan matriks korelasi antarvariabel bebas untuk

melihat besarnya korelasi antarvariabel bebas. Apabila nilai koefisien korelasi

antar variabel bebas lebih kecil dari 0,8 berarti tidak terdapat gejala

Page 89: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

73

multikolinearitas yang serius antar variabel bebas tersebut (Kuncoro,

2004:240).

(6) Model regresi logistik yang terbentuk dan pengujian hipotesis

Estimasi parameter dari model dapat dilihat pada output Variable in the

Equation. Output Variable in the Equation menunjukkan nilai koefisien

regresi dan tingkat signifikansinya. Koefisien regresi dari tiap variabel-

variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antarvariabel. Pengujian

hipotesis dalam penelitian ini merupakan uji satu sisi yang dilakukan dengan

cara membandingkan antara tingkat signifikansi (sig) dengan tingkat

kesalahan () = 5%. Apabila sig < maka dapat dikatakan variabel bebas

berpengaruh signifikan pada variabel terikat.

Page 90: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

74

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Statistik Deskriptif

Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia sebagai sampel penelitian. Berdasarkan kriteria sampel dan

prosedur penyampelan yang telah dilakukan diperoleh 30 perusahaan dengan 300

sampel dalam tahun pengamatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini

diambil dari laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan. Hasil

tabulasi data untuk variabel dependen dan independen disajikan pada Lampiran 3.

Statistik deskriptif masing-masing variabel disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation GC 300 .00 1.00 .4100 .49266 CACL 300 .03594 557.46821 8.7170966 54.94166710 TDTA 300 .05084 5.07253 .8603010 .65648105 NIBTS 300 -14.25360 1.77035 -.1132515 .91009104 CFOTD 300 -.58389 1.61405 .0817395 .22822862 SIZE 300 24.66128 30.47847 27.15191 1.44449126 SG 300 -.90770 53.39483 .2957215 3.12541141 KA 300 .00 1.00 .5600 .49722 AL 300 9.00 235.00 76.3433 26.63061 OTS 300 .00 1.00 .4267 .49542 ACT 300 1.00 10.00 3.0633 2.22617

Sumber: data diolah (Lampiran 4)

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dijelaskan hasil sebagai berikut ini.

(1) Nilai rata-rata opini audit (GC) sebesar 0,41 yang lebih kecil dari 0,50

menunjukkan bahwa opini audit dengan kode 1, yakni opini audit going

concern lebih sedikit muncul dari 300 perusahaan sampel yang diteliti. Dari

300 perusahaan sampel, 123 perusahaan sampel menerima opini audit going

Page 91: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

75

concern, dan 177 perusahaan sampel menerima opini audit non going

concern.

(2) Nilai rata-rata current ratio (CACL) sampel yang diteliti sebesar 8,7170966.

Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan sampel secara rata-rata

baik. Hasil tersebut sesuai dengan ukuran yang digunakan oleh Hampton

(1980) dalam Setyowati (2009) bahwa ukuran likuiditas secara normal 2 : 1.

Angka rata-rata current ratio tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

sampel memiliki aktiva lancar di atas kewajiban lancar sehingga sampel

diharapkan akan mampu untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya

yang jatuh tempo. Dilihat dari besarnya standar deviasi menunjukkan terdapat

perusahaan sampel yang likuiditasnya sangat rendah tetapi ada yang sangat

tinggi. Hal ini berarti likuiditas dari perusahaan sampel memiliki variasi yang

tinggi.

(3) Nilai rata-rata debt ratio (TDTA) sampel yang diteliti sebesar 0,8603010

dengan minimum 0,05084 dan maksimum 5,07253. Rasio tersebut

memberikan gambaran ada perusahaan sampel yang memiliki jumlah

kewajiban yang kecil sehingga angka rasio menunjukkan 0,05084. Namun,

ada pula perusahaan sampel yang memiliki rasio melebihi 1, hal tersebut

menunjukkan bahwa perusahaan sampel memiliki ekuitas negatif atau

terdapat indikasi adanya risiko yang cukup besar bagi kreditor. Secara

keseluruhan, rata-rata perusahaan sampel memiliki nilai rasio yang kurang

dari 1, itu berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki ekuitas yang

Page 92: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

76

positif dan diharapkan mampu untuk memenuhi semua kewajibannya pada

saat jatuh tempo.

(4) Profitabilitas diukur menggunakan rasio NIBTS yang menggambarkan

efisiensi perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh

pendapatan guna menjamin kontinuitas usahanya (Setyowati, 2009). Nilai

rata-rata rasio NIBTS perusahaan sampel adalah sebesar -0,1132515 dengan

nilai minimum -14,25360 dan maksimum 1,77035. Nilai rata-rata rasio

NIBTS menunjukkan nilai negatif, hal ini menggambarkan bahwa banyak

perusahaan sampel yang mengalami rugi bersih sebelum pajak.

(5) Nilai rata-rata cash flow to total debt ratio (CFOTD) sampel yang diteliti

sebesar 0,0817395 dengan nilai minimum -0,58389 dan maksimum 1,61405.

Nilai rata-rata cash flow to total debt ratio menunjukkan nilai yang kurang

dari 1, hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki arus kas

operasi yang lebih kecil dari total kewajibannya sehingga kas yang dihasilkan

dari kegiatan operasi mereka mungkin tidak mencukupi untuk digunakan

membayar seluruh kewajiban.

(6) Nilai rata-rata ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 27,15191 dengan nilai

minimum 24,66128 dan maksimum 30,47847. Nilai rata-rata sebesar

27,15191 lebih cenderung pada nilai minimum 24,66128, hal ini

menunjukkan bahwa lebih banyak perusahaan sampel yang ukurannya

tergolong berskala kecil.

(7) Nilai rata-rata pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan

pertumbuhan penjualan (SG) menunjukkan nilai yang positif yaitu sebesar

Page 93: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

77

0,2957215 dengan nilai minimum -0,90770 dan maksimum 53,39483. Nilai

rata-rata yang positif menggambarkan bahwa rata-rata perusahaan sampel

mengalami pertumbuhan yang positif yang ditandai dengan peningkatan

penjualan bersihnya. Nilai minimum sebesar -0,90770 menunjukkan ada

perusahaan sampel yang mengalami pertumbuhan negatif, namun ada pula

perusahaan sampel yang mengalami pertumbuhan positif yang cukup besar

yang ditunjukkan dengan nilai maksimum 53,39483.

(8) Variabel kualitas audit (KA) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,5600 yang

lebih besar dari 0,50 menunjukkan bahwa kualitas audit dengan kode 1, yakni

KAP yang berafiliasi dengan Big 4 lebih banyak muncul dari 300 perusahaan

sampel. Dari 300 perusahaan sampel, 168 perusahaan sampel diaudit oleh

KAP yang berafiliasi dengan Big 4, dan 132 perusahaan sampel diaudit oleh

KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4.

(9) Nilai rata-rata audit lag (AL) adalah sebesar 76,3433 dengan nilai minimum 9

dan nilai maksimum 235. Nilai rata-rata audit lag sebesar 76,3433 hari

menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki rentang waktu

penyelesaian audit laporan keuangan selama 76,3433 hari dimana nilainya

masih di bawah 90 hari kalender yang merupakan batas yang ditetapkan oleh

Bapepam dalam penyampaian laporan keuangan seperti yang tertuang dalam

Kep-36/PM/2003 Peraturan Nomor X.K.2. Namun ada pula perusahaan

sampel yang memiliki audit lag 235 hari, hal ini menunjukkan sampel

tersebut melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam atau perusahaan

sampel tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan.

Page 94: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

78

(10) Variabel opini audit tahun sebelumnya (OTS) memiliki nilai rata-rata sebesar

0,4267 yang lebih kecil dari 0,50 menunjukkan bahwa opini audit tahun

sebelumnya dengan kode 1, yakni menerima opini audit going concern lebih

sedikit muncul dari 300 perusahaan sampel. Dari 300 perusahaan sampel, 128

perusahaan sampel menerima opini audit going concern pada tahun

sebelumnya, dan 172 perusahaan sampel yang tidak menerima opini audit

going concern pada tahun sebelumnya.

(11) Nilai rata-rata auditor client tenure (ACT) adalah sebesar 3,0633 dengan nilai

minimum 1 dan maksimum 10. Nilai rata-rata sebesar 3,0633 menunjukkan

bahwa perusahaan sampel memiliki rata-rata perikatan dengan KAP selama

3,0633 tahun. Nilai maksimum sebesar 10 menunjukkan bahwa ada

perusahaan sampel yang diaudit oleh KAP yang sama selama 10 tahun. Hal

ini tentu saja melanggar Peraturan Menteri Keuangan 17/PMK.01/2008 yang

mengharuskan perusahaan mengganti KAP yang telah mendapat penugasan

audit enam tahun berturut-turut.

5.2 Analisis Regresi Logistik

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi

logistik. Ghozali (2006:225) menyatakan bahwa regresi logistik digunakan untuk

menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan

variabel bebasnya. Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan asumsi

normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006:225), dan mengabaikan

heteroskedastisitas (Gujarati, 2003:597).

Page 95: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

79

5.2.1 Menilai kelayakan model regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak

ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit).

Nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test adalah 4.398 dengan

probabilitas signifikansi 0,820 yang nilainya jauh di atas 0,05. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau

dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.

Hasil Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test dapat dilihat pada Lampiran

5.

5.2.2 Menilai keseluruhan model (overall model fit)

Penilaian keseluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai antara

-2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0), dimana model hanya

memasukkan konstanta dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block

Number = 1), dimana model memasukkan konstanta dan variabel bebas. Nilai

-2LL awal adalah sebesar 406,115 dan setelah dimasukkan kesepuluh variabel

independen, maka nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi sebesar 81,956.

Penurunan nilai -2LL ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata

lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Hasil penilaian keseluruhan model

dapat dilihat pada Lampiran 5.

Page 96: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

80

5.2.3 Koefisien determinasi (Nagelkerke R square)

Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan

dengan nilai Nagelkerke R square. Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan

pada Lampiran 5, nilai Nagelkerke R square adalah sebesar 0,891 yang berarti

variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen

adalah sebesar 89,1 persen, sedangkan sisanya sebesar 10,9 persen dijelaskan oleh

variabel-variabel lain di luar model penelitian.

5.2.4 Tabel klasifikasi

Tabel klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk

memprediksi probabilitas penerimaan opini audit going concern oleh perusahaan.

Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya

variabel terikat dinyatakan dalan persen. Hasil tabel klasifikasi ditampilkan dalam

Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Tabel Klasifikasi

Observed

Predicted GC Percentage

Correct 0 1 Step 1 GC 0 1 Overall Percentage

169 7

8 116

95,5 94,3 95,0

Sumber: data diolah (Lampiran 5)

Tampilan dalam Tabel 5.2 tersebut menunjukkan kekuatan prediksi dari model

regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit going

concern adalah sebesar 94,3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dengan

menggunakan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 116 perusahaan (94,3%)

yang diprediksi akan menerima opini audit going concern dari total 123

Page 97: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

81

perusahaan yang menerima opini audit going concern. Kekuatan prediksi dari

model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit

non going concern adalah 95,5 persen. Hal ini berarti bahwa dengan model regresi

tersebut, terdapat sebanyak 169 perusahaan (95,5%) yang diprediksi menerima

opini audit non going concern dari total 177 perusahaan yang menerima opini

audit non going concern.

5.2.5 Uji multikolinearitas

Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi

yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian multikolinearitas dalam regresi

logistik menggunakan matriks korelasi antarvariabel bebas untuk melihat

besarnya korelasi antarvariabel bebas. Hasil pengujian ditampilkan dalam Tabel

5.3.

Tabel 5.3 Matriks Korelasi

Constant CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT Step 1 Constant 1.000 .006 -.032 .023 -.012 -.959 .069 .015 .158 .340 -.335 CACL .006 1.000 .443 .098 -.040 -.143 -.027 -.108 .085 .010 -.101 TDTA -.032 .443 1.000 -.124 -.192 -.159 .014 -.245 -.056 .299 .060 NIBTS .023 .098 -.124 1.000 .154 .025 .043 -.010 -.093 -.342 -.013 CFOTD -.012 -.040 -.192 .154 1.000 .064 .018 .180 -.067 -.335 -.034 SIZE -.959 -.143 -.159 .025 .064 1.000 -.072 -.046 -.310 -.427 .251 SG .069 -.027 .014 .043 .018 -.072 1.000 -.019 .025 -.009 .010 KA .015 -.108 -.245 -.010 .180 -.046 -.019 1.000 .117 -.182 .000 AL .158 .085 -.056 -.093 -.067 -.310 .025 .117 1.000 .127 .025 OTS .340 .010 .299 -.342 -.335 -.427 -.009 -.182 .127 1.000 -.236 ACT -.335 -.101 .060 -.013 -.034 .251 .010 .000 .025 -.236 1.000

Sumber: data diolah (Lampiran 5)

Hasil pengujian menunjukkan tidak ada nilai koefisien korelasi antarvariabel

yang lebih besar dari 0,8. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat gejala multikolinearitas yang serius antarvariabel bebas tersebut.

Page 98: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

82

5.2.6 Model regresi logistik yang terbentuk dan pengujian hipotesis

Model regresi logistik dapat dibentuk dengan melihat pada nilai estimasi

paramater dalam Variables in The Equation. Model regresi yang terbentuk

berdasarkan nilai estimasi parameter dalam Variables in The Equation adalah

sebagai berikut ini.

SIZECFOTDNIBTSTDTACACLGC

GC 487,0866,4042,2537,3318,0827,71

ln

ACTOTSALKASG 202,0897,5006,0231,0060,0

Estimasi parameter dari model dan tingkat signifikansinya dapat dilihat pada

Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Variables in The Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Step 1(a) CACL -.318 .302 1.112 1 .292 .727 TDTA 3.537 1.300 7.406 1 .006 34.352 NIBTS -2.042 1.012 4.071 1 .044 .130 CFOTD -4.866 2.286 4.532 1 .033 .008 SIZE -.487 .226 4.622 1 .032 .615 SG .060 .138 .189 1 .664 1.062 KA -.231 .676 .117 1 .732 .793 AL .006 .012 .297 1 .586 1.006 OTS 5.897 .803 53.889 1 .000 363.843 ACT -.202 .172 1.375 1 .241 .817 Constant 7.827 5.753 1.851 1 .174 2507.998

Sumber: data diolah (Lampiran 5)

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat

signifikansi (sig) dengan tingkat kesalahan () = 5%. Berdasarkan Tabel 5.4 dapat

diinterpretasikan hasil sebagai berikut ini.

(1) Pengujian hipotesis pertama (H1)

Hipotesis pertama menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif pada

opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel likuiditas

Page 99: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

83

yang diproksikan dengan current ratio memiliki koefisien regresi negatif

sebesar -0,318 dengan tingkat signifikansi 0,292 yang lebih besar dari

(5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas

tidak berpengaruh pada opini audit going concern atau dengan kata lain H1

ditolak.

(2) Pengujian hipotesis kedua (H2)

Hipotesis kedua menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif pada opini

audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel leverage yang

diproksikan dengan debt ratio memiliki koefisien regresi positif sebesar 3,537

dengan tingkat signifikansi 0,006 yang lebih kecil dari (5%). Berdasarkan

hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel leverage berpengaruh positif

pada opini audit going concern atau dengan kata lain H2 diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar debt ratio perusahaan maka akan semakin

besar kemungkinan perusahaan untuk menerima opini audit going concern.

(3) Pengujian hipotesis ketiga (H3)

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif pada

opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel

profitabilitas yang diproksikan dengan NIBTS memiliki koefisien regresi

negatif sebesar -2,042 dengan tingkat signifikansi 0,044 yang lebih kecil dari

(5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel

profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit going concern atau dengan

kata lain H3 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar rasio

Page 100: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

84

NIBTS perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk

menerima opini audit going concern.

(4) Pengujian hipotesis keempat (H4)

Hipotesis keempat menyatakan bahwa arus kas berpengaruh negatif pada

opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel arus kas

yang diproksikan dengan cash flow to total debt ratio memiliki koefisien

regresi negatif sebesar -4,866 dengan tingkat signifikansi 0,033 yang lebih

kecil dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel

arus kas berpengaruh negatif pada opini audit going concern atau dengan kata

lain H4 diterima. Hal ini berarti bahwa semakin besar cash flow to total debt

ratio perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan

menerima opini audit going concern.

(5) Pengujian hipotesis kelima (H5)

Hipotesis kelima menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif

pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel

ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aktiva memiliki koefisien

regresi negatif sebesar -0,487 dengan tingkat signifikansi 0,032 yang lebih

kecil dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel

ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern atau

dengan kata lain H5 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar

ukuran perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk

menerima opini audit going concern.

Page 101: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

85

(6) Pengujian hipotesis keenam (H6)

Hipotesis keenam menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh

negatif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan

variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan

penjualan memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,060 dengan tingkat

signifikansi 0,664 yang lebih besar dari (5%). Berdasarkan hal tersebut

dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan perusahaan tidak

berpengaruh pada opini audit going concern atau dengan kata lain H6 ditolak.

(7) Pengujian hipotesis ketujuh (H7)

Hipotesis ketujuh menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh positif pada

opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel kualitas

audit yang diukur dari berafiliasi atau tidak dengan KAP Big 4 memiliki

koefisien regresi negatif sebesar -0,231 dengan tingkat signifikansi 0,732

yang lebih besar dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa variabel kualitas audit tidak berpengaruh pada opini audit going

concern atau dengan kata lain H7 ditolak.

(8) Pengujian hipotesis kedelapan (H8)

Hipotesis kedelapan menyatakan bahwa audit lag berpengaruh positif pada

opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel audit lag

memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,006 dengan tingkat signifikansi

0,586 yang lebih besar dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa variabel audit lag tidak berpengaruh pada opini audit

going concern atau dengan kata lain H8 ditolak.

Page 102: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

86

(9) Pengujian hipotesis kesembilan (H9)

Hipotesis kesembilan menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya

berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil pengujian

menunjukkan variabel opini audit tahun sebelumnya memiliki koefisien

regresi positif sebesar 5,897 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang lebih

kecil dari (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel

opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going

concern atau dengan kata lain H9 diterima. Hal ini berarti bahwa perusahaan

yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya memiliki

kemungkinan yang semakin besar untuk menerima opini audit going concern

pada tahun berjalan.

(10) Pengujian hipotesis kesepuluh (H10)

Hipotesis kesepuluh menyatakan bahwa auditor client tenure berpengaruh

negatif pada opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan

variabel auditor client tenure memiliki koefisien regresi negatif sebesar

-0,202 dengan tingkat signifikansi 0,241 yang lebih besar dari (5%).

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel auditor client

tenure tidak berpengaruh pada opini audit going concern atau dengan kata

lain H10 ditolak.

Page 103: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

87

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pengaruh Likuiditas pada Opini Audit Going Concern

Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan current ratio.

Makin rendah nilai current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan

perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila perusahaan

tidak mampu memenuhi klaim kreditor jangka pendek maka hal tersebut dapat

memengaruhi kredibilitas perusahaan dan dapat dianggap sebagai suatu sinyal

bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah yang dapat mengganggu

kelangsungan usahanya. Namun hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa

likuiditas tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern tidak

hanya mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

jangka pendeknya, tetapi lebih melihat pada kemampuan perusahaan untuk

membayar seluruh kewajibannya. Selain itu, standar deviasi untuk variabel

likuiditas menunjukkan nilai 54, 9416 yang jauh lebih besar dibandingkan dengan

nilai rata-ratanya 8,7170. Supomo dan Indriantoro (2002) dalam Lestari dan

Chariri (2007) menegaskan apabila nilai standar deviasi lebih besar daripada nilai

rata-rata maka terjadi outlier (penyimpangan data). Hal ini mungkin saja

memengaruhi hasil penelitian sehingga menyebabkan variabel likuiditas tidak

berpengaruh pada opini audit going concern.

Hasil tersebut tidak mendukung hipotesis pertama dalam penelitian ini. Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahayu (2007) serta Masyitoh dan

Page 104: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

88

Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh pada

pemberian opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini tidak

mendukung temuan penelitian Mutchler (1985), Chen dan Church (1992;1996),

serta Behn et al. (2001).

6.2 Pengaruh Leverage pada Opini Audit Going Concern

Leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt ratio yaitu

membandingkan total kewajiban dengan total aktiva. Rasio leverage yang tinggi

akan menyebabkan perusahaan lebih memfokuskan penggunaan modalnya untuk

membayar kewajiban daripada untuk mendanai operasi perusahaannya. Hal ini

menyebabkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan berkurang

sehingga dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Rasio leverage yang

tinggi juga menunjukkan semakin kecil aktiva perusahaan yang didanai oleh

pemilik sehingga risiko perusahaan juga semakin besar. Hal ini dapat

menimbulkan kesangsian auditor akan kemampuan perusahaan untuk melanjutkan

usahanya.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif

pada opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung hipotesis kedua dalam

penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Carcello dan

Neal (2000) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa

leverage berhubungan positif dengan pemberian opini audit going concern.

Page 105: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

89

6.3 Pengaruh Profitabilitas pada Opini Audit Going Concern

Perusahaan yang beroperasi secara normal akan mendapatkan keuntungan

yang nantinya akan digunakan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

Besarnya laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan penjualannya

merupakan salah satu ukuran profitabilitas (Hanafi, 2004:42). Hasil pengujian

hipotesis menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit

going concern. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai rasio profitabilitas

suatu perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut untuk

menghasilkan laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan

kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya.

Hasil tersebut mendukung hipotesis ketiga dalam penelitian ini. Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mutchler (1985), Chen dan Church

(1992), Behn et al. (2001) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh

negatif signifikan untuk memprediksi pembuatan keputusan opini going concern.

Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan penelitian Rahayu (2007)

serta Masyitoh dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa profitabilitas

tidak berpengaruh pada pemberian opini audit going concern.

6.4 Pengaruh Arus Kas pada Opini Audit Going Concern

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 dinyatakan

bahwa informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pengguna

laporan keuangan sebagai dasar yang memadai untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan kas serta setara kas dan menilai kebutuhan

perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan

Page 106: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

90

keputusan ekonomi, para pengguna perlu melakukan evaluasi terhadap

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian

perolehannya (IAI, 2007). Mills dan Yamamura (1998) menyatakan bahwa untuk

memahami secara keseluruhan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan

usahanya, auditor harus memperhitungkan beberapa rasio sederhana dari data

laporan arus kas klien. Ross, Westerfield dan Jafee (2001) dalam Masyitoh dan

Adhariani (2010) menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki kas yang memadai

maka perusahaan dapat menghindarkan diri dari kegagalan untuk memenuhi

kewajiban dan financial distress sehingga perusahaan diharapkan tidak menerima

opini audit going concern.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa arus kas berpengaruh negatif

pada opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung hipotesis keempat

dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan penelitian

Masyitoh dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa rasio arus kas tidak

berpengaruh pada penerbitan opini audit going concern.

6.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Opini Audit Going Concern

Penelitian ini menggunakan logaritma total aktiva sebagai proksi dari ukuran

perusahaan. Penggunaan logaritma total aktiva dipandang dapat mewakili ukuran

perusahaan karena dapat menggambarkan kemampuan perusahaan baik

kemampuan untuk menyelesaikan kewajibannya maupun kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba dengan aktiva yang dimiliki. Dengan demikian

perusahaan besar yang mengalami financial distress akan lebih mudah mengatasi

kesulitannya karena memiliki kemampuan yang lebih besar dibandingkan

Page 107: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

91

perusahaan kecil (Setyowati, 2009). Perusahaan dengan total aktiva yang besar

juga menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan

karena dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki

prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif panjang.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung

hipotesis kelima dalam penelitian ini. Kevin et al. (2006) yang menyatakan bahwa

perusahaan besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya bahkan ketika perusahaan mengalami financial distress.

Carcello dan Neal (2000) juga menemukan bahwa ukuran perusahaan

berhubungan negatif dengan pemberian opini audit going concern. Penelitian

McKeown et al. (1991) juga menemukan bahwa perusahaan besar memiliki

kemungkinan yang lebih kecil untuk gagal dalam mempertahankan kelangsungan

usahanya.

6.6 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan pada Opini Audit Going Concern

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak

berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil tersebut tidak mendukung

hipotesis keenam dalam penelitian ini. Pertumbuhan perusahaan yang diproksikan

dengan pertumbuhan penjualan tidak selalu mengindikasikan bahwa laba yang

diperoleh perusahaan juga meningkat. Peningkatan beban operasional yang lebih

tinggi dibandingkan peningkatan penjualan akan mengakibatkan laba bersih yang

negatif dan berdampak pada saldo laba ditahan perusahaan.

Page 108: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

92

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor tidak mempertimbangkan

pertumbuhan penjualan perusahaan dalam memberikan opini audit going concern

karena peningkatan penjualan tersebut belum tentu diikuti dengan peningkatan

laba. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan temuan penelitian Fanny dan

Saputra (2005) serta Setyarno dkk. (2006) yang menunjukkan bahwa

pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going

concern.

6.7 Pengaruh Kualitas Audit pada Opini Audit Going Concern

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kualitas audit tidak

berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil tersebut tidak mendukung

hipotesis ketujuh dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan

penelitian Setyarno dkk. (2006), serta Praptitorini dan Januarti (2007)

menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan

opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan

temuan penelitian Mutchler et al. (1997) yang menunjukkan bukti univariat bahwa

auditor Big 6 lebih cenderung menerbitkan opini audit going concern pada

perusahaan yang mengalami financial distress dibandingkan auditor non-Big 6.

Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa kualitas audit tidak dapat

dijadikan sebagai faktor yang dapat memengaruhi opini audit going concern. Hal

ini berarti bahwa KAP yang berafiliasi dengan KAP Big 4 ataupun yang tidak

berafiliasi dengan KAP Big 4 sama-sama memberikan kualitas audit yang baik

dan bersikap independen dalam mengeluarkan opini audit going concern. Hal

yang sama juga dinyatakan oleh Barnes dan Huan (1993), Barnes dan Huan

Page 109: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

93

(1993) menyatakan bahwa ketika sebuah KAP sudah memiliki reputasi yang baik

maka ia akan berusaha mempertahankan reputasinya itu dan menghindarkan diri

dari hal-hal yang bisa merusak reputasinya tersebut sehingga mereka akan selalu

bersikap objektif terhadap pekerjaannya. Selain itu, KAP dan akuntan yang akan

melakukan kegiatan di bidang Pasar Modal wajib terlebih dahulu terdaftar di

Bapepam dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Kep-34/PM/2003

Peraturan Nomor VIII.A.1. Oleh karena itu, apabila memang perusahaan tersebut

diragukan kelangsungan hidupnya maka opini yang akan diterimanya adalah opini

audit going concern, tanpa memandang apakah auditornya terafiliasi dengan Big 4

atau tidak.

6.8 Pengaruh Audit lag pada Opini Audit Going Concern

Audit lag adalah jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai dengan

tanggal opini laporan auditor independen (Lennox, 2002). Ashton et al. (1987)

menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern

membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang

menerima opini tanpa kualifikasi. Namun, hasil pengujian hipotesis menunjukkan

bahwa audit lag tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa audit lag yang panjang belum tentu

mengindikasikan adanya masalah going concern pada auditee dan tidak menjamin

bahwa perusahaan yang memiliki audit lag yang panjang akan memperoleh opini

audit going concern.

Hasil tersebut tidak mendukung hipotesis kedelapan dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Januarti (2009) yang

Page 110: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

94

menunjukkan bahwa audit lag tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan

opini audit going concern. Namun, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan

hasil penelitian Louwers (1998), Lennox (2002), dan Putra (2010) yang

menemukan hubungan positif antara audit lag yang panjang dengan opini audit

going concern.

6.9 Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya pada Opini Audit Going

Concern

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya

berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil tersebut mendukung

hipotesis kesembilan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan

temuan penelitian Carcello dan Neal (2000), Lennox (2002), Ramadhany (2004),

Setyarno dkk. (2006), Praptitorini dan Januarti (2007), Januarti (2009), dan Putra

(2010) yang menemukan hubungan positif antara opini audit going concern tahun

sebelumnya dengan opini tahun berjalan.

Hasil temuan empiris ini menunjukkan bahwa auditor sangat memperhatikan

opini going concern yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya. Walaupun

penerbitan kembali opini audit going concern tidak semata-mata didasarkan pada

opini audit going concern yang diterima pada tahun sebelumnya, namun

penerimaan opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan

mengakibatkan hilangnya kepercayaan publik akan kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan kelangsungan usahanya sehingga hal ini akan semakin

mempersulit perusahaan untuk bangkit dari kesulitan yang dialami. Jones (1996)

menyebutkan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern dapat

Page 111: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

95

mengalami penurunan harga saham. Selain itu, penerimaan opini audit going

concern dapat berdampak pada kesulitan perusahaan untuk mencari pinjaman

(Firth, 1980 dalam Setyowati, 2009). Nogler (1995) juga menemukan bukti bahwa

setelah auditor mengeluarkan opini going concern maka perusahaan harus

menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh opini

wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) pada tahun berikutnya, jika tidak

maka opini going concern dapat diberikan kembali.

6.10 Pengaruh Auditor Client Tenure pada Opini Audit Going concern

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa auditor client tenure tidak

berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil tersebut tidak mendukung

hipotesis kesepuluh dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini tidak konsisten

dengan penelitian Januarti (2009) yang menunjukkan bahwa auditor client tenure

berpengaruh negatif pada penerimaan opini audit going concern. Namun hasil

penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008)

yang menemukan bahwa auditor client tenure tidak berpengaruh signifikan pada

penerimaan opini audit going concern. Penelitian Lennox (2002) juga menemukan

bukti bahwa auditor client tenure kurang dipertimbangkan oleh auditor dalam

memberikan opini audit going concern.

Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa independensi auditor

tidak terganggu dengan lamanya perikatan yang terjadi antara auditor dengan

kliennya. Auditor akan tetap mengeluarkan opini audit going concern kepada

perusahaan yang diragukan kemampuannya untuk mempertahankan kelangsungan

usaha tanpa memedulikan kehilangan fee audit yang akan diterima di masa

Page 112: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

96

mendatang karena kehilangan klien. Selain itu, Kep-20/PM/2002 Peraturan

Nomor VIII.A.2 juga menjelaskan tentang indepedensi akuntan yang memberikan

jasa audit di pasar modal sehingga akuntan yang memberikan jasa audit di pasar

modal akan berusaha untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh

Bapepam tersebut.

Page 113: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

97

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, landasan teori, hipotesis, dan hasil

pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini.

(1) Likuiditas tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hal ini berarti

bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern tidak hanya

mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

jangka pendeknya, tetapi lebih melihat pada kemampuan perusahaan untuk

membayar seluruh kewajibannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian Rahayu (2007) serta Masyitoh dan Adhariani (2010) yang

menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh pada pemberian opini audit

going concern.

(2) Leverage berpengaruh positif pada opini audit going concern. Hasil penelitian

ini sejalan dengan hasil penelitian Carcello dan Neal (2000) serta Masyitoh

dan Adhariani (2010) yang menunjukkan bahwa leverage berhubungan

positif dengan pemberian opini audit going concern. Rasio leverage yang

tinggi menunjukkan semakin kecil aktiva perusahaan yang didanai oleh

pemilik sehingga risiko perusahaan semakin besar. Hal ini dapat

menimbulkan kesangsian auditor akan kemampuan perusahaan untuk

melanjutkan usahanya.

(3) Profitabilitas berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar nilai rasio profitabilitas suatu perusahaan

Page 114: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

98

maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut untuk menghasilkan

laba sehingga tidak menimbulkan keraguan auditor akan kemampuan

perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Hasil penelitian ini konsisten

dengan hasil penelitian Mutchler (1985), Chen dan Church (1992), Behn et

al. (2001) yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif

signifikan untuk memprediksi pembuatan keputusan opini going concern.

(4) Arus kas berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Ross,

Westerfield dan Jafee (2001) dalam Masyitoh dan Adhariani (2010)

menyatakan bahwa jika perusahaan memiliki kas yang memadai maka

perusahaan dapat menghindarkan diri dari kegagalan untuk memenuhi

kewajiban dan financial distress sehingga perusahaan diharapkan tidak

menerima opini audit going concern.

(5) Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Hal

ini berarti bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar

kemampuan perusahaan tersebut untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi

sehingga auditor akan menunda untuk mengeluarkan opini audit going

concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian McKeown et al.

(1991) yang juga menemukan bahwa perusahaan besar memiliki

kemungkinan yang lebih kecil untuk gagal dalam mempertahankan

kelangsungan usahanya.

(6) Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh pada opini audit going concern.

Pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan pertumbuhan penjualan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor tidak mempertimbangkan

Page 115: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

99

pertumbuhan penjualan perusahaan dalam memberikan opini audit going

concern karena peningkatan penjualan tersebut belum tentu diikuti dengan

peningkatan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Fanny dan

Saputra (2005) serta Setyarno dkk. (2006) yang menunjukkan bahwa

pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan pada opini audit going

concern.

(7) Kualitas audit tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hal ini

berarti bahwa KAP yang berafiliasi dengan KAP Big 4 ataupun yang tidak

berafiliasi dengan KAP Big 4 sama-sama memberikan kualitas audit yang

baik dan bersikap independen dalam mengeluarkan opini audit going

concern. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Mirna dan

Praptitorini (2007) dan Setyarno dkk. (2006) yang menunjukkan bahwa

kualitas audit tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going

concern.

(8) Audit lag tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil ini

menunjukkan audit lag yang panjang belum tentu mengindikasikan adanya

masalah going concern pada auditee. Hasil penelitian ini konsisten dengan

temuan penelitian Januarti (2009) yang menunjukkan bahwa audit lag tidak

berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going concern.

(9) Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif pada opini audit going

concern. Hasil temuan empiris ini menunjukkan bahwa auditor sangat

memperhatikan opini going concern yang diterima perusahaan pada tahun

sebelumnya. Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada

Page 116: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

100

tahun sebelumnya harus menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan

untuk memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) pada

tahun berikutnya, jika tidak maka opini going concern dapat diberikan

kembali (Nogler, 1995).

(10) Auditor client tenure tidak berpengaruh pada opini audit going concern. Hal

ini berarti bahwa independensi auditor tidak terganggu dengan lamanya

perikatan yang terjadi antara auditor dengan kliennya sehingga auditor akan

selalu bersikap independen dalam memberikan opini atas laporan keuangan

yang disajikan manajemen. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan

penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) yang menunjukkan bahwa auditor

client tenure tidak berpengaruh signifikan pada penerimaan opini audit going

concern.

7.2 Saran

Beberapa keterbatasan memengaruhi hasil penelitian dan perlu menjadi bahan

pengembangan pada penelitian selanjutnya. Saran-saran yang dapat disampaikan

berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Koefisien determinasi (Nagelkerke R square) adalah sebesar 0,891 yang

berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel

independen adalah sebesar 89,1 persen, sedangkan sisanya sebesar 10,9

persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Hal ini

berarti masih ada variabel lain yang perlu diidentifikasi untuk menjelaskan

penerimaan opini audit going concern. Variabel lain yang secara teoritis

mungkin dapat memengaruhi opini audit going concern yaitu debt default,

Page 117: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

101

mekanisme Corporate Governance, opinion shopping, dan penerapan strategi

manajemen. Oleh karena itu, penelitian berikutnya dapat mempertimbangkan

variabel lain tersebut dan variabel tersebut dapat diuji dengan teknik analisis

yang berbeda.

(2) Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia, penelitian berikutnya dapat melakukan penelitian

dengan objek yang berbeda misalnya perusahaan sektor keuangan untuk

memperoleh konsistensi hasil penelitian.

(3) Variabel kualitas audit yang diukur dengan menggunakan variabel dummy

yaitu terafiliasi atau tidak dengan KAP Big 4 tidak menunjukkan pengaruh

yang signifikan pada opini audit going concern. Penelitian berikutnya dapat

mempertimbangkan proksi lain yang dapat mengukur kualitas audit dengan

lebih tepat sehingga dapat menemukan pengaruh kualitas audit pada opini

audit going concern seperti spesialiasi industri auditor yang digunakan dalam

penelitian Craswell et al. (1995).

Page 118: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

102

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2000. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Altman, Edward I. 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis and the

Prediction of Corporate Bankruptcy. Journal of Finance. September: 589-609.

Arens, Alvin A., dan James K. Lobbecke. 1996. Auditing: Pendekatan Terpadu

(Auditing An Integrated Approach), Jilid 1. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.

Ashton, Robert H., John J. Willingham, and Robert K. Elliott. 1987. An Empirical

Analysis of Audit Delay. Journal of Accounting Research. Vol. 25, No. 2: 275-292.

Auditing Standards Board. 1988. Statement on Auditing Standards No.59: The

Auditors’ Consideration of an Entity’s Ability to Continue as a Going Concern. New York: AICPA.

Badera, I Dewa Nyoman. 2008. Pengaruh Kesesuaian Hubungan Corporate

Governance dengan Budaya Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan. Disertasi: Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Bazerman, Max H., George Loewenstein, and Don A. Moore. 2002. Why Good

Accountants Do Bad Audits. Available at: http://sds.hss.cmu.edu/media/pdfs/loewestein/WhyGoodAccountants.pdf. (accessed 03 November 2010).

Behn, Bruce K., Steven E. Kaplan, and Kip R. Krumwiede. 2001. Further

Evidence on the Auditor’s Going-Concern Report: The Influence of Management Plans. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 20, No.1: 13-18.

Belkaoui, Ahmed R. 2006. Teori Akuntansi. Edisi Terjemahan. Jilid 1. Jakarta:

Salemba Empat. Blay, Allen D., and Marshall A. Geiger. 2001. Market Expectation for First Time

Going-Concern Recipients. Journal of Accounting, Auditing & Finance. Vol. 16, No. 3: 209-226.

Brigham, Eugene F., and Joel F. Houston. 2009. Fundamentals of Financial

Management (Dasar-dasar Manajemen Keuangan). Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.

Page 119: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

103

Bruynseels, Liesbeth and M. Willekens. 2006. Strategic Viability and Going-Concern Audit Opinion. Available at: http://www.placement.abs.aston.ac.uk/newweb/AcademicGroups/fal/ASIG/Bruynseels_Willekens_BAA.pdf.

Carcello, Joseph V., and Terry L. Neal. 2000. Audit Committee Composition and

Auditor Reporting. Available at http://papers.ssrn.com/paper.taf?abstract_id=229835. (accessed 5 November 2010).

Chen, Kevin C. W., and Bryan K. Church. 1992. Default on Debt Obligations and

the Issuance of Opini Going-Concern Opinions. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol. 11, No. 2: 30-49.

Clarkson, Peter M., and Dan A. Simunic. 1994. The Association between Audit

Quality, Retained Ownership, and Firm-Specific Risk in U.S. vs. Canadian IPO Markets. Journal of Accounting and Economics. Vol. 17: 207-228.

Craswell, Allen T., Jere R. Francis, and Stephen L. Taylor. 1995. Auditor Brand

Name Reputations and Industry Specialization. Journal of Accounting and Economics. Vol. 20: 297-322.

DeAngelo, Linda Elizabeth. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of

Accounting and Economics. Vol. 3: 183-199. Eisenhardt, K. M. 1998. Agency Theory: An Assessment and Review. Academy of

Management Review. Vol. 14, No. 1: 57-74. Espahbodi, Reza. 1991. Second Opinion, Opinion Shopping and Independence.

The CPA Journal Online. Fanny, Margaretta dan Sylvia Saputra. 2005. Opini Audit Going concern: Kajian

Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi pada Emiten Bursa Efek Jakarta). Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo: 15-16 September.

Financial Accounting Standard Board “Statement of Financial Accounting

Concept No.1: Objective of Financial Reporting by Business Enterprises”. (Stamford Conn, 1978).

Geiger, Marshall A., and K. Raghunandan. 2002. Going-Concern Opinions in the

“New” Legal Environment. Accounting Horizons. Vol. 16, No. 1: 17-26. Geiger, Marshall A., and Dasaratha V. Rama. 2006. Audit Firm Size and Going-

Concern Reporting Accuracy. Accounting Horizons. Vol. 20, No.1: 1-17.

Page 120: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

104

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics. 4th Ed. New York: McGraw-Hill, Inc. Halim, Abdul. 2008. Auditing (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan) Jilid 1.

Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Hanafi. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Hani, Clearly, dan Mukhlasin, 2003. Going-Concern dan Opini Audit: Suatu Studi

Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya: 16-17 Oktober.

Ho, Joanna L. 1994. The Effect of Experience on Consensus of Going-Concern

Judgments. Behavioral Research in Accounting. Vol. 6: 160-172. Husnan, Suad, dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.

Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:

Salemba Empat. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba

Empat. Iksan, Arfan. 2008. Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta:

Graha Ilmu. Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,

Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang: 4-6 November.

Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari. 2008. Analisis Rasio Keuangan dan Rasio

Nonkeuangan yang Memengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ 2000-2005). Jurnal MAKSI. Vol. 8, No. 1: 43-58.

Jensen, M.C., and W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial

Behaviour Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol. 3, No. 4: 305-360.

Page 121: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

105

Junaidi, dan Jogiyanto Hartono. 2010. Faktor Nonkeuangan pada Opini Going concern. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto: 13-15 Oktober.

Jusup, Al Haryono. 2001. Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: Bagian Penerbitan

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-20/PM/2002

Peraturan Nomor VIII.A.2 Tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Available at: www.bapepam.go.id.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-34/PM/2003

Peraturan Nomor VIII.A.1 Tentang Pendaftaran Akuntan yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal. Available at: www.bapepam.go.id.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-36/PM/2003

Peraturan Nomor X.K.2 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Available at: www.bapepam.go.id.

Kevin, C.K. Lam, and Yaw M. Mensah. 2006. Auditor’s Decision Making Under

Going-Concern Uncertainties in Low Litigation-Risk Environments: Evidence from Hong Kong. Available at: http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=899323. (accessed 03 November 2010).

Koh, Hian Chye, and Sen Suan Tan. 1999. A Neural Network Approach to

Prediction of Going concern Status. Accounting and Business Research. Vol. 29, No. 3: 211-216.

Komalasari, Agrianti. 2004. Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proxy Going

Concern terhadap Opini Auditor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 9, No. 2: 1-15.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Kuantitatif. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP

AMP YKPN. LaSalle, Randal E., and Asokan Anandarajan. 1996. Auditor View on the Type of

Audit Report Issued to Entities with Going concern Uncertainties. Accounting Horizons. Vol. 10, No. 2: 51-72.

Lennox, Clive S. 2002. Going-concern Opinions in Failing Companies: Auditor

Independence and Opinion Shopping. Available at: http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=240468. (accessed 18 Oktober 2010).

Page 122: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

106

Lestari dan Chariri. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan melalui Internet (Internet Financial Reporting) dalam Website Perusahaan. Available at: http://eprints.undip.ac.id/2398/. (accessed 30 Desember 2010).

Louwers, Timothy J. 1998. The Relation between Going-Concern Opinions and

the Auditor’s Loss Function. Journal of Accounting Research. Vol. 36, No.1: 143-156.

Masyitoh, Oni Currie and Desi Adhariani. 2010. The Analysis of Determinants of

Going concern Audit Report. Journal of Modern Accounting and Auditing. Vol. 6, No.4: 26-37.

Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Kualitas Audit dan Independensi terhadap

Integritas Laporan Keuangan. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya: 16-17 Oktober.

McKeown, J.R., Jane F.Mutchler, and W. Hopwood. 1991. Toward an

Explanation of Auditor Failure to Modify the Audit Reports of Bankrupt Companies. Auditing: A Journal of Practice and Theory. Supplement: 1-13.

Mills, John R., and Jeanne H. Yamamura. 1998. The Power of Cash Flow Ratio.

Journal of Accountancy. October: 53-61. Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat. Mutchler, Jane F. 1984. Auditors’ Perception of the Going-Concern Opinion

Decision. Auditing: A Journal of Practice and Theory. Vol. 3, No.2: 17-30. Mutchler, Jane F. 1985. A Multivariate Analysis of the Auditor’s Going concern

Decision. Journal of Accounting Research. Vol. 23, No.2: 668-682. Mutchler, Jane F. 1986. Empirical Evidence Regarding the Auditor’s Going-

Concern. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol.8, No.1: 148-164. Mutchler, Jane F., W. Hopwood, and James M. McKeown. 1997. The Influence of

Contrary Information and Mitigating Factors on Audit Opinion Decisions on Bankrupt Companies. Journal of Accounting Research. Vol. 35, No. 2: 295-310.

Nogler, G.E. 1995. The Resolution of Auditor Going Concern Opinions. Auditing:

A Journal of Practice & Theory. Vol.14, No.2: 54-73. Palmrose, Zoe-Vonna. 1988. An Analysis of Auditor Litigation and Audit Service

Quality. The Accounting Review. Vol. 63, No. 1: 55-73.

Page 123: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

107

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik. Available at: http://www.google.co.id.

Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas

Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar: 26-28 Juli.

Putra, I Gede Cahyadi. 2010. Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan

Prediksi Kebangkrutan dan Auditor Independen. Tesis. (Tidak Dipublikasikan). Universitas Udayana, Bali.

Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang

Memengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar: 26-28 Juli.

Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan

Terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.10, No. 1: 1-10.

Rahayu, Puji. 2007. Assessing Going concern Opinion: A Study Based on

Financial and Non-Financial Information. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar: 26-28 Juli.

Ramadhany, Alexander. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi

Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang.

Ross, Stephen, R. W. Westerfield, and J. Jaffe. 2002. Corporate Finance.

McGraw-Hill: New York. Rudyawan, Arry Pratama dan I Dewa Nyoman Badera. 2008. Opini Audit Going

Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor. Available at: http://www.google.co.id.

Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4.

Yogyakarta: BPFE. Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti, dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit,

Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang: 23-26 Agustus.

Page 124: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

108

Setyowati, Widhy. 2009. Strategi Manajemen sebagai Faktor Mitigasi Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Studi Empirik pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Disertasi. Universitas Diponegoro, Semarang.

Schipper, K., and L. Vincent. 2003. Earnings Quality. Accounting Horizons.

Vol.70. Supplement: 97-110. Sinason, David H., Jefferson P. Jones, and Sandra Waller Shelton. 2001. An

Investigation of Auditors and Client Tenure. Available at: http://www.bsu.edu/mcobwin/majb/?p=235. (accessed 15 November 2010).

Subekti, Imam, dan N.W. Widiyanti. 2004. Faktor-Faktor yang Berpengaruh

Terhadap Audit Delay di Indonesia. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar: 2-3 Desember.

Sudarmadji, Ardi Murdoko, dan Lana Sularto. 2007. Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Procedding PESAT. Vol. 2: 21-22 Agustus 2007.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-10. Bandung:Alfabeta. Sumodiningrat, Gunawan. 2007. Ekonometrika Pengantar. Edisi Kedua.

Yogyakarta: BPFE. Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakterisrik

Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII. Solo: 15-16 September.

Teoh, Siew Hong and T. J. Wong. 1993. Perceived Auditor Quality and the

Earnings Response Coefficient. The Accounting Review. Vol. 68, No. 2: 346-366.

Tucker, Robert R., Ella Mae Matsumura, dan K. R. Subramanyam. 2003. Going

Concern Judgements: An Experimental Test of The Self-fulfilling Prophecy and Forecast Accuracy. Available at: http://www.ssrn.com. (accessed 1 Desember 2010).

Venuti, Elizabeth K. 2004. The Going concern Assumption Revisited: Assesing a

Company’s Future Viability. The CPA Journal Online.

Page 125: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

109

Lampiran 1

Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern

Sumber: IAI, 2001

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Tidak Ya

Ya

Tidak

Apakah ada kondisi dan/atau peristiwa yang berdampak

terhadap kelangsungan hidup entitas?

SA Seksi 508 [PSA No.29)

Apakah auditor sangsi atas

kelangsungan hidup entitas?

Apakah ada rencana

manajemen?

Tidak Memberikan

Pendapat

Apakah rencana manajemen dapat

dilaksanakan?

Apakah cukup pengungkapan?

Tidak Memberikan

Pendapat

Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan Berkaitan dengan

Kelangsungan Hidup Entitas atau Penekanan atas Suatu Hal

(Emphasis of a Matter)

Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian

Pendapat Wajar dengan

Pengecualian atau Pendapat Tidak Wajar

Page 126: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

110

Lampiran 2

Daftar Perusahaan Sampel

No Kode Nama Perusahaan 1 DAVO Davomas Abadi 2 PTSP Pioneerindo Gourmet International 3 PSDN Prasidha Aneka Niaga 4 SMAR SMART 5 PAFI Panasia Filament Inti 6 ESTI Ever Shine Textile Industry 7 KARW Karwell Indonesia 8 BIMA Primarindo Asia Infrastructure 9 SRSN Indo Acidatama

10 SIMM Surya Intrindo Makmur 11 BRPT Barito Pacific 12 SULI Sumalindo Lestari Jaya 13 SPMA Suparma 14 SAIP Surabaya Agung Industry Pulp 15 BUDI Budi Acid Jaya 16 LMPI Langgeng Makmur Plastik Industry 17 INTP Indocement Tunggal Prakarsa 18 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works 19 KICI Kedaung Indah Can 20 KDSI Kedawung Setia Industrial 21 MLIA Mulia Industrindo 22 IKBI Sumi Indo Kabel 23 MTDL Metrodata Electronics 24 GJTL Gajah Tunggal 25 LPIN Multi Prima Sejahtera 26 KONI Perdana Bangun Pusaka 27 DVLA Darya-Varia Laboratoria 28 INAF Indofarma 29 SCPI Schering Plough Indonesia 30 CEKA Cahaya Kalbar

Page 127: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

111

Lampiran 3

Nilai Setiap Variabel

Tahun 2000

No OA CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT1 0 476.012 1.11050 -0.32540 0.07207 27.11926 -0.08734 0 235 1 12 0 0.29787 1.00145 -0.07746 0.11599 25.71588 0.19749 0 108 0 13 1 0.14069 2.50945 -0.53506 -0.00420 27.00435 -0.08454 1 75 1 14 1 0.37624 0.99657 -0.22354 0.02183 28.99708 -0.18305 1 151 0 15 0 0.74952 0.90648 -0.20975 -0.01224 27.57945 0.03710 0 99 0 16 0 2.60615 0.54941 0.00561 0.28892 27.41151 0.07818 1 88 1 17 1 0.91209 0.76294 -0.03538 0.11692 27.31030 0.16992 1 67 1 18 0 0.5843 1.07361 -0.10307 0.04707 26.04518 0.20911 1 113 0 19 0 3.73708 0.54444 0.00014 0.88507 25.89168 0.34747 1 66 0 1

10 0 1.93144 0.35315 0.16503 0.07975 26.03255 0.12224 1 89 0 111 1 0.11945 0.94209 -0.71402 -0.00748 29.53145 -0.11560 1 116 1 112 1 0.25551 0.88108 0.52431 0.03234 28.24283 0.06347 1 79 1 113 0 0.23791 0.66314 -0.51109 0.27853 27.60709 0.12404 0 107 0 114 1 0.038 1.23192 1.77035 0.00554 28.68326 0.01890 1 110 1 115 0 3.00674 0.81403 -0.17942 0.00590 27.61638 -0.06024 1 107 0 116 1 1.61913 0.93290 -0.26242 0.02993 26.94668 0.39268 1 110 1 117 1 3.43145 0.90366 -0.51199 0.09103 30.08624 0.39171 1 82 1 118 1 0.13038 2.25518 -14.25360 -0.00045 26.46044 -0.65848 0 122 1 119 0 2.67961 0.41205 0.19203 0.23853 26.07603 0.05053 1 106 0 120 1 1.85034 0.65706 -0.04018 0.03921 26.76992 0.80125 1 71 1 121 1 0.36306 0.97498 -1.35369 0.07317 28.61949 -0.63519 1 135 1 122 0 2.37606 0.20320 0.00698 -0.02747 26.69493 0.81646 1 87 0 123 0 2.78643 0.42157 0.06258 0.16447 26.71266 0.28212 1 71 0 124 1 0.66073 1.05924 -0.59021 0.04232 30.33192 0.27925 1 163 1 125 1 0.73673 0.64809 -0.09677 -0.16957 25.05891 -0.58045 1 102 1 126 1 0.78362 0.50996 -0.07400 0.08696 24.92235 0.12582 1 95 1 127 0 1.22057 0.54774 -0.02772 0.15522 26.65359 0.21200 1 19 0 128 0 1.76213 0.45637 0.33661 0.11012 27.01145 0.25852 1 109 0 129 0 0.98528 0.72958 -0.05663 -0.03045 24.66128 0.08911 1 50 0 130 0 1.78843 0.25324 -0.04690 -0.12186 26.35159 -0.25076 0 118 0 1

Page 128: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

112

Tahun 2001

No OA CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT1 0 112.91461 0.39165 0.00746 0.37103 27.36265 0.10254 0 91 0 22 0 0.65702 0.85227 -0.02552 0.14365 25.62699 0.12415 0 105 0 23 1 0.11270 3.21690 -0.79722 0.01706 26.88551 -0.69326 1 85 1 24 1 0.31471 1.14450 -0.25215 0.02197 28.99119 -0.04935 1 91 1 25 0 1.09254 0.89611 -0.07044 0.08469 27.54403 0.03412 0 102 0 26 0 2.77520 0.47168 0.07602 0.19892 27.33148 -0.01116 1 86 0 27 1 0.60404 0.84421 -0.08760 0.20719 26.93829 -0.07225 1 78 1 28 1 0.42478 1.25789 -0.09211 0.02787 25.92612 -0.21489 1 116 0 29 0 4.55687 0.84288 0.07163 0.19509 25.92342 -0.05553 1 102 0 2

10 0 1.87817 0.40689 0.03003 0.12849 26.27953 0.40495 1 87 0 211 1 0.10874 1.17087 -0.78215 -0.00795 29.50594 0.13474 1 105 1 212 1 0.19647 1.08331 0.43320 0.02920 28.10574 0.05904 1 81 1 213 0 0.25386 0.74151 -0.19010 0.20741 27.66705 -0.00774 0 71 0 214 1 0.04656 1.50730 0.91329 -0.00184 28.62037 0.00019 1 107 1 215 0 1.25157 0.84457 -0.03662 0.06035 27.63401 0.19360 1 119 0 216 1 0.23853 0.86523 -0.19685 0.01379 26.98841 0.14728 1 92 1 217 0 2.12123 0.76839 -0.03071 0.06746 30.11008 0.41072 1 49 1 218 1 0.19114 2.22501 -2.63427 0.00015 26.67173 0.74761 0 119 1 119 0 2.57896 0.37943 0.11753 0.13335 26.10290 -0.07925 1 107 0 220 1 0.73143 0.69012 -0.05128 0.03060 26.74101 0.00998 1 87 1 221 1 3.29719 1.32394 -0.19275 0.00954 29.14893 3.25067 1 99 1 222 0 2.87021 0.16837 0.01937 0.29520 26.69718 0.26439 1 67 0 223 0 2.38610 0.37931 0.00411 -0.00994 27.01023 0.31291 1 73 0 224 1 0.32030 1.26566 -0.27931 0.04669 30.34776 0.13069 1 186 1 225 1 0.70411 0.79978 -0.34630 -0.07872 24.91821 0.05288 1 102 1 226 1 0.84556 0.51331 0.01757 0.09667 24.93229 -0.06242 1 98 1 227 0 0.96334 0.57009 0.02140 0.18160 26.66459 0.18323 0 25 0 228 0 2.37771 0.36247 0.28576 -0.27433 27.42230 0.24739 1 98 0 229 0 0.69959 0.93200 -0.09559 -0.21960 24.85491 0.14105 1 18 0 230 0 1.44838 0.27470 -0.02863 0.15653 26.44125 -0.12184 0 148 0 2

Page 129: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

113

Tahun 2002

No OA CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT1 0 334.24060 0.37025 0.07570 0.53599 27.39757 0.18250 0 78 0 32 0 1.38273 0.74994 0.12322 0.21357 25.55143 0.04262 0 59 0 33 1 0.10394 5.07253 -0.95264 -0.01711 26.59131 0.15801 1 77 1 14 1 0.61087 1.08690 0.10146 0.04524 28.90361 0.34200 1 46 1 15 0 1.64642 0.83823 0.05924 0.06509 27.38342 -0.15098 0 79 0 36 0 1.49594 0.41524 0.00370 0.22921 27.22296 -0.21124 1 71 0 17 1 0.63667 0.85891 -0.02133 -0.03082 26.92139 -0.36269 0 73 1 18 1 0.23434 2.28090 -0.40638 -0.38208 25.31093 -0.60308 1 113 1 39 1 2.77010 0.52791 -0.06340 -0.21678 25.83368 -0.15945 0 48 0 1

10 0 1.24549 0.47557 -0.08179 0.08981 26.16687 -0.36524 1 65 0 311 1 0.33773 0.77685 -0.22893 0.03456 29.43423 0.14965 1 90 1 112 1 0.20480 1.19231 0.18276 0.01591 27.99700 -0.09533 1 84 1 113 0 0.27096 0.79818 -0.19254 0.15637 27.67337 -0.09989 0 49 0 314 1 0.04731 1.53979 0.42897 0.00372 28.53976 -0.21322 1 64 1 115 0 2.93119 0.82392 0.02350 0.07110 27.56049 -0.06273 1 139 0 116 1 0.30458 0.89523 -0.14041 0.01705 26.94646 0.05105 1 59 1 117 0 2.82321 0.66782 0.36498 0.16424 30.07030 0.14330 1 23 0 118 1 0.29800 1.68534 0.16068 -0.01095 27.00556 5.21508 0 48 1 119 0 2.53381 0.36645 -0.01071 -0.34724 26.03625 -0.10107 1 84 0 320 1 0.79132 0.69814 -0.00203 0.07916 26.74131 0.17558 1 77 1 121 1 2.10379 1.24683 0.24137 0.01025 29.08667 0.01284 1 86 1 322 0 2.32057 0.21136 0.00047 0.25939 26.72606 -0.20076 1 71 0 123 0 2.47904 0.45351 -0.02671 -0.58389 26.83801 -0.12670 1 71 0 124 0 0.60674 0.98147 0.32630 0.04579 30.15227 -0.03156 1 148 1 325 1 0.92136 0.37070 0.58972 -0.16380 25.54645 -0.09023 1 100 1 126 1 0.77956 0.58170 -0.08731 -0.15222 24.87333 0.07208 1 66 1 127 0 2.20141 0.29678 0.18113 0.64170 26.50068 0.07732 1 31 0 128 0 1.73397 0.50867 -0.10441 -0.09556 27.42033 0.11790 1 160 0 329 0 0.61863 0.94797 -0.00418 0.06825 24.83833 0.08239 1 15 0 130 0 1.92406 0.23377 0.07856 0.21164 26.42852 0.16002 0 87 0 3

Page 130: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

114

Tahun 2003

No OA CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT1 0 497.87213 0.33938 0.12522 0.43768 27.51905 0.42376 0 79 0 42 0 1.40754 0.77040 0.02612 0.20272 25.43568 -0.04699 0 58 0 43 1 0.59690 1.49670 -0.53485 -0.21651 25.88788 -0.76593 1 98 1 24 1 0.56131 1.06792 0.01698 0.04756 28.92025 0.08230 1 49 1 25 0 1.20683 0.88324 -0.14525 -0.02660 27.29933 -0.33622 0 63 0 16 0 2.82768 0.37341 -0.10984 0.20113 27.07606 -0.09857 1 72 0 27 1 0.56281 0.89615 -0.05642 -0.03925 26.74628 -0.02891 0 85 1 28 1 0.14797 2.98952 -2.59680 -0.08490 25.14315 -0.86879 0 78 1 19 1 2.14274 0.57907 -0.17094 0.08569 25.65676 -0.17808 0 47 1 2

10 0 1.11883 0.51518 -0.35594 -0.11921 25.88525 -0.21026 1 84 0 411 1 0.38791 1.12862 0.05601 -0.01751 28.83031 0.01683 1 83 1 212 1 0.15939 1.33553 -0.23579 0.00561 27.88641 -0.14120 1 91 1 213 0 3.38657 0.78506 0.04886 0.19176 27.66235 0.14864 0 64 0 414 1 0.03594 1.59951 -0.12697 0.01020 28.47438 -0.28755 0 90 1 115 0 3.14021 0.81950 -0.00277 0.07428 27.55549 -0.17859 0 77 0 116 1 0.31530 0.97470 -0.14141 0.04060 26.94044 0.09253 1 68 1 217 0 1.86903 0.55314 0.19705 0.24724 29.94801 0.05304 1 20 0 218 1 0.17137 1.86250 0.01087 -0.00465 26.65465 -0.44094 0 51 1 219 0 1.95346 0.36756 -0.12554 -0.08142 25.90199 -0.20334 1 80 0 420 1 0.87208 0.71823 -0.06875 -0.00390 26.64236 -0.02834 1 72 1 221 1 0.37483 1.29862 -0.07787 0.04086 29.05607 -0.01166 1 57 1 422 0 2.72671 0.16345 -0.02238 0.12160 26.63623 0.03913 1 44 0 223 0 2.29604 0.44073 0.02237 0.26254 26.83663 -0.05077 1 75 0 124 0 1.56199 0.89702 0.10723 0.05161 30.13026 0.03032 1 118 0 425 1 1.02765 0.37004 -0.02393 0.03547 25.53777 -0.16831 0 77 1 126 1 0.78993 0.57978 -0.00802 -0.06985 24.83062 0.07206 1 78 1 227 0 3.01595 0.26791 0.18178 0.67873 26.64634 -0.28901 1 47 0 228 0 1.29285 0.57868 -0.33662 0.11060 27.17840 -0.27585 0 106 0 129 0 0.66988 0.90337 0.04516 0.16448 24.77944 0.06832 1 9 0 230 0 2.47304 0.21560 0.02564 0.26460 26.41108 0.04353 0 91 0 4

Page 131: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

115

Tahun 2004

No OA CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT1 0 557.46821 0.56297 0.13882 0.27293 28.08715 0.20727 0 69 0 52 0 1.30291 0.95863 0.02822 0.24103 25.16372 0.04370 0 85 0 53 1 0.91046 1.45806 -0.00597 0.06915 25.91424 1.99820 1 130 1 34 1 1.36439 1.08775 -0.01517 0.06531 29.01046 0.28276 1 49 1 35 0 1.36548 0.72408 -0.16417 0.08772 27.28822 0.08532 0 61 0 16 0 2.72222 0.36496 -0.03864 0.18873 27.02142 0.29449 1 76 0 37 1 0.64614 0.92361 0.00291 0.09298 26.96743 0.11111 0 81 1 38 1 0.37960 3.41572 -1.66472 -0.03209 25.11575 0.34145 0 89 1 29 1 0.42955 0.99776 -0.18596 -0.05253 25.22022 -0.18019 0 88 1 3

10 1 1.13732 0.45397 -0.11808 0.13239 25.62958 -0.13628 0 49 0 111 1 0.29038 1.17426 -0.12610 0.02236 28.83950 -0.31699 1 73 1 312 1 1.31640 0.96218 -0.00820 0.07325 27.78233 0.12174 1 87 1 313 0 5.54325 0.84346 -0.15264 -0.00194 27.71303 0.16228 0 66 0 114 1 0.03678 1.79851 -1.63201 0.00393 28.43099 -0.17538 0 82 1 215 0 1.12114 0.75540 -0.01426 0.05382 27.57007 0.46589 0 82 0 216 1 0.33921 0.99158 -0.25018 -0.00355 26.95592 -0.02920 1 82 1 317 0 1.41542 0.52351 0.03968 0.25492 29.91044 0.11877 1 28 0 318 1 0.17847 2.18478 -0.22296 0.00535 26.45721 -0.17528 0 74 1 319 0 1.58298 0.45815 -0.21763 -0.16778 25.85858 0.04327 1 69 0 520 1 1.08660 0.78328 -0.06588 -0.00204 26.66089 0.08866 0 60 1 121 1 0.34922 1.42767 -0.28100 0.07136 29.11532 0.19266 1 80 1 522 0 2.01254 0.28833 0.01314 0.10441 26.82167 0.67639 1 56 0 323 0 1.65547 0.54346 0.02768 0.00463 27.13843 0.33514 1 77 0 224 0 1.42496 0.73435 0.03874 0.12692 29.47808 0.18816 1 90 0 525 1 0.90455 0.42369 -0.06198 0.04916 25.58442 0.34289 0 90 1 226 1 0.91406 0.66030 -0.03722 -0.10185 24.92571 0.02532 1 67 1 327 0 3.86118 0.26010 0.17751 0.49639 26.78978 0.09338 1 53 0 328 0 1.53467 0.51205 0.03707 0.59363 26.98461 0.38401 0 89 0 229 0 0.67808 0.96748 0.01429 -0.03739 24.79236 -0.04624 1 27 0 130 0 1.47089 0.28616 -0.09261 0.34814 26.39431 -0.07139 0 54 0 5

Page 132: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

116

Tahun 2005

No OA CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT1 0 24.40279 0.55368 0.10607 0.33347 28.18886 0.08595 0 87 0 12 0 2.03963 0.90883 0.04340 0.14265 25.05941 -0.05844 0 82 0 63 1 6.22132 0.64583 0.00634 0.04678 26.37342 0.43646 1 60 1 44 0 1.44606 0.58039 0.05104 0.05556 29.15647 0.08939 0 48 1 15 0 1.01481 0.76692 -0.09806 0.00064 27.26518 0.08788 0 86 0 26 0 2.39237 0.42717 -0.02525 -0.07575 27.10320 -0.01747 1 76 0 47 1 0.61029 0.92497 -0.00742 -0.04406 26.92187 0.23444 0 96 1 18 1 0.43550 3.39846 -0.48009 -0.01663 25.18546 0.48339 0 86 1 39 0 0.80256 0.59459 0.08965 0.02674 26.54733 0.60023 0 69 1 4

10 1 0.96774 0.55415 -0.20884 0.00882 25.59716 -0.18196 0 55 1 211 1 1.17507 0.53928 0.43417 -0.25002 28.45970 -0.35994 1 81 1 412 1 1.36195 0.83242 0.02970 0.03952 27.83828 0.07180 1 59 1 413 0 0.78515 0.69280 0.02057 0.01252 27.90882 0.06005 0 74 0 214 1 0.03782 2.12094 -0.97294 0.00111 28.38321 0.40731 0 80 1 315 0 1.11172 0.76166 -0.00214 0.08595 27.60939 0.10228 0 86 0 316 1 2.05938 0.25842 0.07214 0.00036 26.94817 0.10584 1 51 1 417 0 2.51887 0.46572 0.19273 0.27732 29.98586 0.20227 1 20 0 418 1 0.17564 2.24087 -0.01295 0.03208 26.39124 0.26167 0 74 1 419 0 1.41997 0.52087 -0.10991 0.01477 25.80748 0.05941 1 54 0 620 1 0.90233 0.79398 -0.01096 0.05979 26.67632 0.16273 0 83 1 221 1 0.27202 1.65107 -0.21868 0.02668 29.04590 0.05709 1 86 1 622 0 1.76735 0.38275 0.02599 0.07195 27.02999 0.45884 1 61 0 423 0 1.72428 0.53951 0.02834 0.20929 27.20897 0.19285 1 80 0 324 0 2.31075 0.72860 0.04010 0.04539 29.64317 -0.28991 1 79 0 625 1 0.78992 0.46705 -0.24599 -0.13297 25.48594 0.11782 0 90 1 326 1 0.89805 0.66814 -0.01385 0.09998 24.91642 0.04790 1 27 1 427 0 3.50227 0.29062 0.19623 0.46371 27.03433 0.26626 1 48 0 428 0 1.62275 0.48876 0.02345 -0.21639 26.97483 -0.00795 0 83 0 329 0 0.69490 0.98598 0.00680 -0.15948 25.02764 0.18503 1 55 0 230 0 1.65558 0.45619 -0.04764 0.00181 26.53383 0.43614 0 48 0 1

Page 133: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

117

Tahun 2006

No OA CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT1 0 5.98468 0.63958 0.15086 0.03440 28.62716 0.47791 0 59 0 22 0 1.96513 0.93985 -0.01244 0.08248 25.05082 -0.04819 0 82 0 73 0 2.17341 0.59422 0.04530 0.02998 26.38652 0.34041 1 64 1 54 0 1.52126 0.51420 0.13397 0.13751 29.30098 0.01108 0 51 0 15 0 1.08120 0.73199 -0.13668 0.00750 27.22156 -0.19056 0 88 0 16 0 1.98796 0.46026 -0.14646 -0.00981 26.99736 -0.00224 1 73 0 57 1 0.49669 1.04461 -0.27222 0.08668 26.49532 -0.62071 0 87 1 18 1 0.56362 2.95211 0.05397 0.01106 25.36730 2.59321 0 87 1 19 0 1.33766 0.51414 0.13474 0.21311 26.52371 -0.07111 0 64 0 5

10 1 0.87875 0.68540 -0.10983 0.01940 25.70634 0.80636 0 74 1 111 1 1.05220 0.38944 0.03662 -0.36029 28.18441 -0.44864 0 59 1 112 0 1.19866 0.71001 0.00233 -0.06435 28.05013 -0.15090 1 82 1 513 0 3.77427 0.67517 0.05614 0.01063 27.95414 0.18836 0 87 0 314 1 0.04151 1.98193 0.12214 -0.00104 28.42053 0.06219 0 86 1 115 0 1.25290 0.71291 0.03887 0.25082 27.56018 0.04713 0 85 0 416 0 4.11363 0.25729 0.02194 0.04664 26.95545 0.03152 1 61 1 517 0 2.14448 0.37147 0.13631 0.33525 29.89261 0.13107 1 22 0 518 1 7.95835 2.34198 0.20018 0.02393 26.29729 0.14220 0 80 1 119 0 1.29400 0.58217 -0.24081 -0.04435 25.66644 -0.19381 1 61 0 720 0 0.98263 0.64542 0.01698 0.10142 26.80944 -0.72444 0 88 1 321 1 0.18714 1.84379 -0.20463 0.01649 28.96078 -0.09341 1 87 1 722 0 2.01679 0.36762 0.03452 0.23057 27.10389 0.34441 1 73 0 523 0 1.51709 0.61388 0.02705 0.02594 27.33100 0.08802 1 79 0 424 0 1.94293 0.70654 0.04264 0.05801 29.61561 0.13172 1 79 0 725 1 0.79687 0.43495 -0.01306 -0.05479 25.41228 -0.32530 0 88 1 426 1 0.93346 0.68115 -0.01398 -0.07244 24.91639 -0.05171 1 85 1 527 0 4.69284 0.26021 0.14458 0.40747 27.04644 0.06704 1 53 0 528 0 1.48460 0.59169 0.03902 0.17998 27.25551 0.50090 0 87 0 429 0 0.65855 1.01471 -0.00556 -0.13536 25.31711 -0.06759 1 68 0 330 0 3.47072 0.29997 0.04968 0.63322 26.36093 0.62460 0 24 0 1

Page 134: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

118

Tahun 2007

No OA CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT1 0 9.26507 0.69384 0.10674 0.13125 28.98390 0.69028 0 24 0 12 0 1.45511 0.93427 0.00853 0.32737 25.02745 0.12476 0 84 0 83 0 2.22399 0.60700 0.01549 0.04937 26.39907 0.15430 1 66 0 64 0 1.72032 0.56242 0.18718 0.04048 29.71833 0.71608 0 37 0 25 0 1.14664 0.79898 -0.20656 -0.09498 27.13055 0.09406 0 86 0 26 0 1.39393 0.49863 -0.04170 0.02369 27.01617 0.06171 1 72 0 67 1 0.76873 1.07022 0.02868 -0.06590 26.43540 0.24505 0 78 1 28 1 0.62669 2.98232 0.06311 -0.01296 25.29980 0.77615 0 88 1 29 0 1.32908 0.44258 0.14218 0.31235 26.53479 -0.00483 0 85 0 6

10 1 0.96440 0.65508 -0.04414 -0.02400 25.49123 -0.03993 0 60 1 111 1 2.02303 0.31620 0.14265 -0.01025 30.45905 -0.25315 1 79 1 112 0 1.14922 0.67360 0.02949 -0.05227 28.27069 0.52543 1 77 0 613 0 4.03958 0.54981 0.04825 0.03902 28.03775 0.18444 0 67 0 414 1 0.37608 1.26741 -0.32499 0.15611 28.61003 0.53462 0 77 1 115 0 1.49196 0.55286 0.05374 0.00702 28.02687 0.25854 0 87 0 516 0 2.90017 0.26595 0.00845 0.10402 26.99945 0.12001 1 71 0 617 0 2.96018 0.30637 0.19358 0.45738 29.93521 0.15783 1 42 0 618 1 2.24513 2.11504 -0.24534 0.11225 26.39363 0.04316 0 74 1 219 0 6.27060 0.21708 -0.08139 -0.37460 25.10856 -0.14686 0 75 0 120 0 1.24038 0.58967 0.02364 0.05133 27.01864 4.30510 0 63 0 421 1 0.18270 2.09949 -0.37177 0.02075 28.97204 0.12631 1 77 1 822 0 3.10470 0.25330 0.06989 0.58138 27.10224 -0.16919 1 78 0 623 0 1.28009 0.70500 0.03670 -0.11394 27.78138 0.65802 1 73 0 524 0 2.20853 0.71781 0.02107 0.07407 29.76574 0.21736 1 72 0 825 1 1.70103 0.44102 0.42895 0.15663 25.65956 0.68136 0 60 1 526 1 0.93761 0.68836 -0.01691 0.31480 24.86520 -0.08428 1 25 1 627 0 5.36257 0.17596 0.15173 0.94722 27.05286 -0.11648 1 60 0 628 0 1.31038 0.71116 0.01734 0.11620 27.64041 0.24008 0 88 0 529 0 0.76816 0.98601 0.03699 -0.03882 25.57970 0.37649 1 59 0 430 0 1.35902 0.64308 0.04447 -0.23736 27.14274 1.07802 1 37 0 1

Page 135: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

119

Tahun 2008

No OA CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT1 0 27.49628 0.81388 -0.13682 0.08999 28.91752 0.21169 0 114 0 12 0 1.08742 0.89913 0.03380 0.43106 25.12700 0.27471 0 75 0 93 0 2.78294 0.52552 0.05897 0.54930 26.38263 0.18840 1 65 0 74 0 1.72235 0.52339 0.09189 0.41594 29.93619 0.99195 0 40 0 35 1 0.87685 1.04125 -0.44494 0.00386 27.08946 -0.15632 0 89 0 16 0 1.29537 0.53026 -0.05214 0.15475 26.99661 0.12139 1 77 0 77 1 0.30065 1.53554 -0.19821 -0.17138 25.75000 -0.18332 0 89 1 18 1 0.53120 2.99471 -0.10865 -0.00923 25.40047 0.20165 0 84 1 39 0 1.37075 0.50872 0.04004 0.12034 26.69692 0.17100 0 73 0 7

10 1 0.14814 1.22658 -1.82359 -0.12107 25.11324 -0.65409 0 79 1 211 1 2.20615 0.48187 -0.24670 -0.10223 30.47847 53.39483 1 79 1 212 1 0.51585 0.82763 -0.29840 -0.00022 28.40572 0.02159 1 47 0 713 0 2.98379 0.57708 -0.00884 0.02511 28.07884 0.27242 0 33 0 514 1 0.95631 1.45434 -0.93241 0.00331 28.55664 -0.02982 0 69 1 115 0 1.04747 0.61814 0.02292 0.07618 28.16091 0.14937 0 84 0 616 0 2.35185 0.29847 0.01255 -0.05736 27.05134 0.07592 0 33 0 117 0 1.78574 0.24498 0.23851 0.58561 30.05465 0.33547 1 63 0 718 1 2.24052 2.39346 -0.22112 0.03609 26.42820 0.44766 0 85 1 119 0 6.45649 0.23571 0.07211 -0.04160 25.18015 0.45472 0 62 0 220 0 1.19569 0.53031 0.01197 -0.07106 26.90890 0.16852 0 76 0 521 1 0.19749 2.32923 -0.17351 0.03081 28.94824 0.20564 1 75 1 922 0 4.10260 0.20313 0.08618 0.52769 27.17911 0.03450 1 51 0 723 0 1.33565 0.67430 0.03863 -0.07888 27.88473 0.26141 1 84 0 624 0 1.47001 0.81071 -0.09722 0.08084 29.79590 0.19574 1 86 0 925 1 1.30124 0.54820 0.13456 -0.26234 25.93242 0.20538 0 89 1 626 1 0.89721 0.68689 -0.04260 0.09364 24.70403 -0.05427 1 89 1 727 0 4.13402 0.20357 0.18906 1.08617 27.18107 0.13366 1 49 0 728 0 1.33157 0.69291 0.00782 -0.27989 27.59623 0.16135 0 79 0 629 0 0.89085 0.95816 0.06511 -0.11212 26.01921 0.19760 1 59 0 530 0 7.35068 0.59165 0.02145 -0.11631 27.12790 1.41638 1 30 0 2

Page 136: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

120

Tahun 2009

No OA CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT1 0 113.70787 0.84072 -2.27696 0.01243 28.66279 -0.88032 0 64 0 12 0 1.16887 0.76543 0.07675 0.27258 25.23046 0.09332 0 76 0 103 0 1.56268 0.05084 0.09888 -0.24654 28.89448 -0.16934 1 64 0 84 0 1.57974 0.51517 0.06990 0.02385 29.95445 -0.11763 0 40 0 45 1 0.66551 1.08123 -0.05527 -0.08690 26.86223 -0.24638 0 83 1 16 0 1.38375 0.50507 0.02779 0.18835 26.97489 -0.05150 1 76 0 87 1 0.18016 1.87017 -0.10075 -0.04608 25.34759 -0.74596 0 84 1 28 1 0.58453 3.12932 0.12937 0.02754 25.27589 -0.14716 0 85 1 19 0 1.70664 0.47212 0.10356 -0.13607 26.74859 0.12304 0 67 0 8

10 1 4.39735 1.45015 -1.10327 -0.31953 24.81825 -0.90770 0 78 1 311 0 2.16167 0.46253 0.07872 0.13655 30.42679 -0.21448 1 81 1 312 1 0.50609 0.86361 -0.12362 -0.03269 28.32893 -0.39175 1 69 1 813 0 1.38650 0.51923 0.07170 0.10665 27.99054 -0.01717 0 89 0 114 1 0.90586 1.33597 0.99784 0.00115 28.51218 -0.30692 0 71 1 215 0 1.04352 0.51014 0.10011 0.29354 28.10029 0.14829 0 82 0 716 0 2.78428 0.26200 0.02068 0.09116 27.01579 0.16849 0 46 0 217 0 3.00555 0.19373 0.35894 1.23807 30.21700 0.08138 1 62 0 818 1 5.55290 2.51974 0.00731 0.05970 26.32526 0.08207 0 90 1 219 0 5.53211 0.27998 -0.04742 0.04195 25.15737 -0.10927 0 62 0 320 0 1.19709 0.56664 0.01722 0.02417 27.03444 -0.10963 0 71 0 121 1 0.21663 2.08689 0.45387 0.08114 28.80616 -0.05439 1 74 1 1022 0 7.18329 0.12429 0.04722 1.61405 27.05468 -0.47602 1 53 0 823 0 1.49325 0.61732 0.02643 0.42798 27.68840 -0.00739 1 85 0 724 0 2.53176 0.69915 0.16048 0.18326 29.81450 -0.00340 1 76 0 1025 1 2.27008 0.32699 0.22705 0.02833 25.64986 -0.01959 0 89 1 726 1 1.05875 0.76137 0.13419 -0.48186 25.25712 0.02158 1 77 1 827 0 3.05023 0.29184 0.13127 0.02488 27.38718 0.50480 1 48 0 828 0 1.54206 0.58969 0.01126 0.09447 27.31361 -0.23910 0 84 0 129 0 0.93750 0.90464 0.06403 -0.00623 26.05239 0.39649 1 90 0 130 0 4.89447 0.46952 0.05867 0.39228 27.06603 -0.39167 1 64 0 3

Page 137: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

121

Lampiran 4

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

300 .00 1.00 .4100 .49266300 .03594 557.46821 8.7170966 54.94166710300 .05084 5.07253 .8603010 .65648105300 -14.25360 1.77035 -.1132515 .91009104300 -.58389 1.61405 .0817395 .22822862300 24.66128 30.47847 27.15191 1.44449126300 -.90770 53.39483 .2957215 3.12541141300 .00 1.00 .5600 .49722300 9.00 235.00 76.3433 26.63061300 .00 1.00 .4267 .49542300 1.00 10.00 3.0633 2.22617300

GCCACLTDTANIBTSCFOTDSIZESGKAALOTSACTValid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Page 138: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

122

Lampiran 5

Hasil analisis regresi logistik

Logistic Regression

Block 0: Beginning Block

Case Processing Summary

300 100.00 .0

300 100.00 .0

300 100.0

Unweighted Casesa

Included in AnalysisMissing CasesTotal

Selected Cases

Unselected CasesTotal

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the totalnumber of cases.

a.

Dependent Variable Encoding

01

Original Value.001.00

Internal Value

Iteration Historya,b,c

406.116 -.360406.115 -.364406.115 -.364

Iteration123

Step0

-2 Loglikelihood Constant

Coefficients

Constant is included in the model.a.

Initial -2 Log Likelihood: 406.115b.

Estimation terminated at iteration number 3 becauseparameter estimates changed by less than .001.

c.

Page 139: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

123

Classification Tablea,b

177 0 100.0123 0 .0

59.0

Observed.001.00

Opini Audit

Overall Percentage

Step 0.00 1.00

Opini Audit PercentageCorrect

Predicted

Constant is included in the model.a.

The cut value is .500b.

Variables in the Equation

-.364 .117 9.613 1 .002 .695ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variables not in the Equation

4.212 1 .04086.219 1 .000

7.789 1 .00531.591 1 .000

1.353 1 .2451.123 1 .289

.070 1 .79110.184 1 .001

234.496 1 .00014.782 1 .000

239.773 10 .000

CACLTDTANIBTSCFOTDSIZESGKAALOTSACT

Variables

Overall Statistics

Step0

Score df Sig.

Page 140: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

124

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

145.418 -.219 -.002 .320 -.019 -.245 -.060 .012 .048 -.001 3.227 -.026109.201 1.509 -.006 .928 -.052 -.749 -.164 .029 .122 .000 4.251 -.075

93.065 4.746 -.012 2.009 -.231 -1.899 -.328 .049 .135 .004 4.669 -.15285.151 7.165 -.018 3.092 -1.199 -3.456 -.457 .058 -.040 .006 5.221 -.19683.297 8.046 -.024 3.869 -1.668 -4.571 -.520 .060 -.208 .008 5.767 -.21482.960 8.039 -.035 4.115 -1.917 -4.930 -.528 .058 -.274 .008 5.956 -.21682.768 7.825 -.054 4.111 -2.042 -4.968 -.518 .056 -.288 .007 5.967 -.21682.547 7.807 -.089 4.027 -2.036 -4.951 -.512 .057 -.284 .007 5.948 -.21481.995 7.780 -.261 3.624 -2.018 -4.877 -.489 .059 -.256 .007 5.872 -.20681.956 7.826 -.317 3.536 -2.040 -4.867 -.487 .060 -.232 .006 5.894 -.20281.956 7.827 -.318 3.537 -2.042 -4.866 -.487 .060 -.231 .006 5.897 -.20281.956 7.827 -.318 3.537 -2.042 -4.866 -.487 .060 -.231 .006 5.897 -.202

Iteration123456789101112

Step1

-2 Loglikelihood Constant CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT

Coefficients

Method: Entera.

Constant is included in the model.b.

Initial -2 Log Likelihood: 406.115c.

Estimation terminated at iteration number 12 because parameter estimates changed by less than .001.d.

Page 141: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

125

Omnibus Tests of Model Coefficients

324.159 10 .000324.159 10 .000324.159 10 .000

StepBlockModel

Step 1Chi-square df Sig.

Model Summary

81.956a .661 .891Step1

-2 Loglikelihood

Cox & SnellR Square

NagelkerkeR Square

Estimation terminated at iteration number 12 becauseparameter estimates changed by less than .001.

a.

Hosmer and Lemeshow Test

4.398 8 .820Step1

Chi-square df Sig.

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

30 29.996 0 .004 3030 29.950 0 .050 3030 29.849 0 .151 3029 29.605 1 .395 3029 28.891 1 1.109 3022 22.779 8 7.221 30

7 4.492 23 25.508 300 1.126 30 28.874 300 .302 30 29.698 300 .008 30 29.992 30

12345678910

Step1

Observed ExpectedOpini Audit = .00

Observed ExpectedOpini Audit = 1.00

Total

Classification Tablea

169 8 95.57 116 94.3

95.0

Observed.001.00

Opini Audit

Overall Percentage

Step 1.00 1.00

Opini Audit PercentageCorrect

Predicted

The cut value is .500a.

Page 142: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

126

Variables in the Equation

-.318 .302 1.112 1 .292 .727 .403 1.3143.537 1.300 7.406 1 .006 34.352 2.690 438.647

-2.042 1.012 4.071 1 .044 .130 .018 .943-4.866 2.286 4.532 1 .033 .008 .000 .680

-.487 .226 4.622 1 .032 .615 .394 .958.060 .138 .189 1 .664 1.062 .811 1.391

-.231 .676 .117 1 .732 .793 .211 2.987.006 .012 .297 1 .586 1.006 .983 1.030

5.897 .803 53.889 1 .000 363.843 75.365 1756.547-.202 .172 1.375 1 .241 .817 .583 1.1457.827 5.753 1.851 1 .174 2507.998

CACLTDTANIBTSCFOTDSIZESGKAALOTSACTConstant

Step1

a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: CACL, TDTA, NIBTS, CFOTD, SIZE, SG, KA, AL, OTS, ACT.a.

Page 143: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi

127

Correlation Matrix

1.000 .006 -.032 .023 -.012 -.959 .069 .015 .158 .340 -.335.006 1.000 .443 .098 -.040 -.143 -.027 -.108 .085 .010 -.101

-.032 .443 1.000 -.124 -.192 -.159 .014 -.245 -.056 .299 .060.023 .098 -.124 1.000 .154 .025 .043 -.010 -.093 -.342 -.013

-.012 -.040 -.192 .154 1.000 .064 .018 .180 -.067 -.335 -.034-.959 -.143 -.159 .025 .064 1.000 -.072 -.046 -.310 -.427 .251.069 -.027 .014 .043 .018 -.072 1.000 -.019 .025 -.009 .010.015 -.108 -.245 -.010 .180 -.046 -.019 1.000 .117 -.182 .000.158 .085 -.056 -.093 -.067 -.310 .025 .117 1.000 .127 .025.340 .010 .299 -.342 -.335 -.427 -.009 -.182 .127 1.000 -.236

-.335 -.101 .060 -.013 -.034 .251 .010 .000 .025 -.236 1.000

ConstantCACLTDTANIBTSCFOTDSIZESGKAALOTSACT

Step1

Constant CACL TDTA NIBTS CFOTD SIZE SG KA AL OTS ACT

Page 144: opini audit going concern dan faktor- faktor yang memengaruhi