Onikomikosis

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia antara lain adalah dermatofita (dermatophyte, bahasa yunani, yang berarti tumbuhan kulit) dan jamur serupa ragi candida albican, yang menyebabkan terjadinya infeksi jamur superficial pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lendir. Jamur lainnya dapat menembus jaringan hidup dan menyebabkan infeksi dibagian dalam. Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma) atau menyebabkan penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis). 1 Insidensi mikosis superfisial sangat tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas, oleh karena itu akan dibicarakan secara luas. Yang termasuk ke dalam mikosis superfisial terbagi kepada dua yaitu kelompok dermatofitosis dan non- dermatofitosis. Istilah dermatofitosis harus dibedakan di sini dengan dermatomikosis. 2 Dermatofitosis ialah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum 1

description

onikomikosis

Transcript of Onikomikosis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia antara lain

adalah dermatofita (dermatophyte, bahasa yunani, yang berarti tumbuhan

kulit) dan jamur serupa ragi candida albican, yang menyebabkan terjadinya

infeksi jamur superficial pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lendir. Jamur

lainnya dapat menembus jaringan hidup dan menyebabkan infeksi dibagian

dalam. Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma)

atau menyebabkan penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis).1

Insidensi mikosis superfisial sangat tinggi di Indonesia karena

menyerang masyarakat luas, oleh karena itu akan dibicarakan secara luas.

Yang termasuk ke dalam mikosis superfisial terbagi kepada dua yaitu

kelompok dermatofitosis dan non-dermatofitosis. Istilah dermatofitosis

harus dibedakan di sini dengan dermatomikosis.2

Dermatofitosis ialah penyakit pada jaringan yang mengandung zat

tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku yang

disebabkan golongan jamur dermatofita.2 Penyebabnya adalah dermatofita

yang mana golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin.

Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti yang terbagi dalam genus,

yaitu microsporum, trichophyton, dan epidermophyton. Selain sifat

keratolitik masih banyak sifat yang sama di antara dermatofita, misalnya

sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan untuk

pertumbuhannya, dan penyebab penyakit.1

Hingga kini dikenal sekitar 40 spesies dermatofita, masing-masing 2

spesies epidermophyton, 17 species microsporum, dan 21 species

trichophyton. Pada tahun-tahun terakhir ditemukan bentuk sempurna

(perfect stage), yang terbentuk oleh dua koloni yang berlainan “jenis

1

kelaminnya”. Adanya bentuk sempurna ini menyebabkan dermatofita dapat

masuk kedalam family gymnoascaceae. Dikenal genus Nannizzia dan

arthroderma yang masing-masing dihubungkan dengan genus microsporum

dan tricophyton.3

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui secara lebih

dalam mengenai definisi, struktur anatomi, epidemiologi, etiologi,

patogenesis, faktor predisposisi, gejala klinis, penegakan diagnosis,

diagnosis banding, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis

onikomikosis.

C. Manfaat Penulisan

Dapat memahami tentang onikomikosis dan hal-hal yang berkaitan

dengan kejadian onikomikosis.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur

dermatofita.3 Istilah tinea unguium digunakan setelah ditemukan dermatofit

pada hasil sebuah kultur.4

B. Anatomi Kuku

Kuku merupakan salah satu organ kulit tambahan yang mengandung

lapisan tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan  kaki,

gunanya selain membantu jari-jari untuk memegang juga digunakan sebagai

cermin kecantikan. Lempeng kuku terbentuk dari sel-sel keratin yang

mempunyai dua sisi berhubungan dengan udara luar dan sisi lainnya tidak. 5

Gambar 1.1 Anatomi Kuku1

1. Matriks kuku

Merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru

3

2. Kutikel (cuticle)

Merupakan penghubung dua permukaan epitel dari lipatan kulit

proximal. Melindungi struktur dasar kuku (matrix germinatif) dari iritasi,

alergi, bakteri/jamur patogen.

3. Lipatan kuku lateral

Menutupi sisi lateral lempeng kuku

4. Lunula

Dasar dari lipatan proximal. Merupakan bagian lempeng kuku yang

berwarna putih di dekat akar kuku berbentuk bulan sabit,sering tertutup oleh

kulit.

5. Dasar kuku (nail bed)

Terdiri dari bagian epidermal dan mendasari dermis yang berhubungan

dengan periosteum dari distal phalanx. Normal berwarna merah muda karena

vaskularisasi yang nampak melalui lempeng kuku yang translusen.

6. Hiponikium

Ruang di bawah kuku yang bebas, memisahkan lempeng kuku dan

dasar kuku pada ujung distal.

7. Lempeng kuku (nail plate)

Sebagai proteksi yang keras. Statis dan dengan kuat menempel pada

dasar kuku. Dikelilingi tiga sisi lipatan kuku. Terbentuk dari tiga lapiasn

horisontal: lamina dorsal tipis, lamina intermedit tebal, lapisan ventral dari

dasar kuku. Kerasnya lempeng kuku karena high sulfur matrix protein.5

4

8. Sisi bebas

Gambar 1.2 Anatomi Kuku5

C. Epidemiologi

Perkembangan baru-baru ini infeksi jamur di Amerika Serikat dapat

dilacak ke imigrasi dermatofita besar, terutama Trichophyton rubrum, dari

Afrika Barat dan Asia Tenggara ke Amerika Utara dan Eropa. Insiden

onikomikosis telah dilaporkan 2-13% di multicenter North America. Sebuah

survei di Kanada menunjukkan prevalensi 6,5% onikomikosis.

Onikomikosis mempengaruhi setengah dari semua gangguan kuku, dan

onikomikosis adalah penyakit kuku yang paling umum pada orang dewasa.

Kuku kaki jauh lebih mungkin terinfeksi daripada kuku. 30 % pasien

dengan infeksi jamur kulit juga memiliki onikomikosis. Insiden

onikomikosis semakin meningkat, karena faktor-faktor seperti diabetes,

imunosupresi, dan peningkatan umur. Studi di Kerajaan Inggris, Spanyol,

dan Finlandia menemukan tingkat prevalensi onikomikosis meningkat

menjadi 3-8%. 2

Onikomikosis mempengaruhi orang dari semua ras. Onikomikosis

mempengaruhi laki-laki lebih sering daripada perempuan. Namun, infeksi

Candida lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.

5

Penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa adalah 30 kali lebih mungkin

untuk memiliki onikomikosis daripada anak-anak. Onikomikosis telah

dilaporkan terjadi pada 2,6% anak-anak muda dari 18 tahun, tetapi sebanyak

90% dari orang tua. 2 Jamur bisa diperoleh melalui hubungan dengan orang

yang terinfeksi atau berhubungan dengan permukaan seperti lantai kamar

mandi dimana jamur tersebut ada. Orang yang lebih tua, orang yang

menderita diabetes, dan orang yang sedikit sirkulasi pada kakinya yang

terutama mudah terinfeksi jamur. 2,3

D. Etiologi

Dermatofita adalah jamur yang paling sering menyebabkan

onikomikosis di negara-negara barat beriklim. Dermatofita terbagi dalam 3

genus, yaitu Microsporon, Epidermophyton dan Trichophyton.

Trichophyton rubrum menyebabkan sekitar 70% kasus dan Trichophyton

mentagrophytes 20% dari semua kasus. Dermatofita lain yang mungkin

terlibat adalah Trichophyton interdigitale, Epidermophyton floccosum,

Trichophyton violaceum, Microsporum gypseum, Trichophyton tonsurans,

Trichophyton soudanense (dianggap oleh sebagian orang Afrika varian T.

rubrum daripada spesies penuh) dan Trichophyton verrucosum. 3

Sementara itu, Candida dan jamur non-dermatofita lebih sering

terlibat di daerah tropis dan subtropis dengan iklim panas dan lembab.

Onikomikosis nondermatofita disebabkan oleh jamur (Fusarium spesies,

Scopulariopsis brevicaulis, Aspergillus spesies) menjadi lebih umum di

seluruh dunia, jumlahnya hingga 15% dari kasus di beberapa negara.

Onikomikosis akibat Candida adalah jarang. 2,3

E. Patogenesis

Patogenesis onikomikosis tergantung pada subtipe klinis. Dalam

onikomikosis subungual distal dan lateral, bentuk yang paling umum dari

onikomikosis, jamur menyebar dari plantar kulit dan menyerang melalui

hiponikium kuku. Peradangan yang terjadi pada bagian kuku ini

6

menyebabkan tanda-tanda fisik onikomikosis subungual distal dan lateral

yang khas. Onikomikosis superfisial putih jarang terjadi, disebabkan oleh

invasi langsung dari permukaan lempeng kuku. Pada onikomikosis

subungual proksimal jamur menembus melalui matriks kuku-kuku

proksimal dan menginvasi sebagian lempeng kuku proksimal dalam.

Endonyx onikomikosis adalah varian dari onikomikosis subungual distal

dan lateral di mana jamur menginfeksi melalui kulit dan langsung

menyerang lempeng kuku.3,4

Invasi kuku oleh Candida tidak umum terjadi karena jamur

membutuhkan respon imun yang menurun sebagai faktor predisposisi untuk

dapat menembus kuku. Meskipun Candida sering terdapat pada lipat kuku

proksimal atau ruang subungual pada pasien dengan paronikia kronis atau

onikolisis, pada pasien infeksi Candida hanya terjadi sekunder. Pada

mukokutan kandidiasis kronis, jamur menginfeksi lempeng kuku (nail plate)

dan akhirnya lempeng kuku proksimal dan lateral lipatan kuku.2

F. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yang memudahkan terjadinya onikomikosis yaitu

kelembaban, oklusi, trauma berulang pada kuku serta penurunan imunitas.

Gaya hidup tertentu misalnya penggunaan kaos kaki dan sepatu tertutup

terus menerus, olahraga berlebihan, penggunaan tempat mandi umum, akan

memudahkan mendapat onikomikosis. Penurunan imunitas dapat terjadi

pada orangtua, pasien immunocompromised, penggunaan obat

imunosupresan dan antibiotik jangka panjang. Pada anak-anak onikomikosis

jarang ditemukan, kemungkinan dihubungkan dengan pajanan terhadap

penyebab relatif jarang, pertumbuhan kuku yang lebih cepat, dan prevalensi

tinea pedis yang rendah.6

G. Gejala Klinis

Onikomikosis biasanya asimtomatik, karena itu, pasien biasanya

pertama kali hadir untuk alasan kecantikan fisik tanpa keluhan. Ketika

7

penyakit berkembang, onikomikosis dapat mengganggu aktivitas berdiri,

berjalan, dan berolahraga. Pasien dapat mengeluh parestesia, nyeri,

ketidaknyamanan, dan kehilangan ketangkasan. Mereka juga dapat

melaporkan kehilangan harga diri dan kurangnya interaksi sosial.

Anamnesis yang cermat dapat mengungkapkan banyak faktor-faktor risiko

lingkungan dan pekerjaan. 2

Kuku yang terinfeksi memiliki bentuk yang tidak normal tetapi tidak

gatal atau terasa sakit sekali. Infeksi ringan hanya memberikan sedikit gejala

atau bahkan tidak menimbulkan gejala. Pada infeksi yang lebih berat, kuku

tampak keputihan, menebal dan terlepas dari dasar kuku. Biasanya sisa-sisa

peradangan terkumpul dibawah ujung kuku. 4

Pada onikomikosis yang disebabkan dermatofita, yakni tinea

unguium, gambaran tersering adalah distrofi dan debris pada kuku

subungual distal. Sedangkan yang disebabkan kandida sering didahului oleh

paronikia atau peradangan jaringan sekeliling kuku yang kronik akibat

pekerjaan basah atau iritasi kronik. 1

Ada empat jenis onikomikosis yang dibedakan berdasarkan

gambaran klinis dan juga menandai rute invasi jamur :

a. Onikomikosis subungual distal dan lateral (OSDL)

Gambar 1.3 Onikomikosis subungual distal dan lateral :

hiperkeratosis subungual, onikolisis dan alur.5

8

Onikomikosis subungual distal dan lateral adalah bentuk yang

paling umum dari tinea unguium, biasanya disebabkan oleh

Trichophyton rubrum. Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral.

Proses ini menjalar ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa

kuku yang hancur. 2,3 Jamur menyerang dasar kuku di bawah lempeng

kuku melalui hiponikium dan bergerak ke arah proksimal. Kulit telapak

kaki dan tangan merupakan lokasi infeksi primer. Invasi juga dapat

dimulai dari lateral. 5 Dalam onikomikosis subungual distal dan lateral,

kuku menunjukkan hiperkeratosis subungual dan onikolisis, yang

biasanya berwarna kuning-putih. Coretan kuning dan atau daerah

onikolitik kuning di bagian tengah lempeng kuku yang umumnya

diamati. 2,3

b. Onikomikosis superfisial putih (OSPT)

Gambar 1.4 Onikomikosis superfisial putih.5

Disebabkan oleh invasi jamur ke lapisan superfisial lempeng kuku

yang membentuk "pulau-pulau putih" di lempeng. 2,3 Terjadi bila jamur

menginvasi langsung lapisan superfisial lempeng kuku. 5 Kuku menjadi

kasar dan runtuh dengan mudah. Jumlahnya hanya 10 % dari kasus

onikomikosis. 2,3 Penyebab tersering adalah T. mentagrophytes. 5

9

c. Onikomikosis subungual proksimal (OSP)

Gambar 1.5 Onikomikosis subungual proksimal :leukonikia proksimal.5

Infeksi dimulai dari lipatan kuku proksimal melalui kutikula dan

masuk ke kuku yang baru terbentuk, selanjutnya bergerak ke arah

distal.5 Muncul daerah leukonikia di lempeng kuku proksimal yang

bergerak distal dengan pertumbuhan kuku. Ini adalah bentuk umum

tinea unguium pada orang sehat tapi ditemukan lebih banyak pada

pasien immunocompromised. 2,3

d. Onikomikosis kandida (OK)

Gambar 1.6 Onikomikosis kandida pada pasien dengan kandidiasis

mukokutaneous kronis. Onikomikosis total dan paronikia.5

Spesies Candida menyerang kuku biasanya terjadi pada orang yang

sering membenamkan tangan mereka di dalam air. Dapat terjadi pada

pasien immunocompromised, dan pada orang dengan kandidiasis

10

mukokutan kronis. 2,3 Infeksi dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu :

(1) Dimulai sebagai paronikia yang kemudian menginvasi matriks kuku

sehingga memberikan gambaran klinis depresi transversal kuku

sehingga kuku menjadi cekung, kasar, dan akhirnya distrofi. (2) Pada

kandidiasis mukokutan kronis, kandida langsung menginvasi lempeng

kuku sehingga baru pada stadium lanjut tampak sebagai pembengkakan

lipat kuku proksimal dan lateral yang membentuk gambaran

pseudoclubbing atau chicken drumstick. (3) Invasi pada kuku yang telah

onikolisis, terutama pada tangan, tampak sebagai hiperkeratosis

subungual dengan massa abu-abu kekuningan di bawahnya.4

Pada keadaan lanjut keempat tipe tersebut akan menunjukkan

gambaran distrofik total. 5

Baran (1998) menambahkan 1 tipe lagi yakni onikomikosis endoniks,

yang merupakan invasi langsung pada permukaan kuku sekaligus penetrasi

ke lapisan dalam kuku, yang ditandai pelepasan lamelar. Umumnya

disebabkan organisme yang menyebabkan tinea kapitis endotriks.5

H. Penegakan Diagnosi

Untuk mendiagnosis Onikomikosis (tinea unguium) selain dari gejala

klinis juga dapat menggunakan pemeriksaan mikroskopik, kultur, dan

histopatologi.6

Oleh karena onikomikosis bertanggung jawab besar pada distropi

kuku, maka pemeriksaan dengan laboratorium sangat membantu sebelum

memberikan pengobatan anti jamur.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH,

hisopatologi, dan kultur jamur.7

Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis

terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pada

pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis,

11

yang dapat berupa kerokan kulit, rambut dan kuku. Bahan pemeriksaan

mikologik diambil dan dikumpulkan terlebih dahulu di tempat kelainan dan

dibersihkan dengan spiritus 70% lalu untuk kuku bahan diambil dari

permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalam-dalamnya sehingga

mengenai seluruh tebal kuku, bahan di bawah kuku diambil pula.8,13

a. Mikroskopi Langsung (Direct Microscopy)

Pemeriksaan mikroskopik langsung pada sampel kuku untuk

konfirmasi diagnosis. Materi keratinaseous dari kerokan kuku

ditempatkan pada kaca slide, ditutupi dengan kaca penutup, disuspensikan

dengan larutan KOH lalu dipanaskan dengan hati-hati, KOH membantu

melarutkan jaringan epitel. Penambahan dimethyl sulfoxide dan atau

tinta Parker Quink  pada larutan KOH dapat memudahkan identifikasi

elemen jamur. Identifikasi spesifik untuk patogen biasanya sulit dengan

mikroskopik, tetapi pada banyak kasus, ragi dapat dibedakan dengan

dermatofita dari morfologinya.7

Gambaran mikroskopik jamur dermatofita

1. Trichophyton mentagrophytes 

12

Koloni : putih hingga krem dengan permukaaan seperti tumpukan

kapas pada PDA, tidak muncul pigmen.8,9

Gambaran mikroskopik : mikrokonidia yang bergerombol, bentuk

cerutu yang jarang, terkadang hifa spiral.8,9

2. Trichophyton rubrum

Koloni : putih bertumpuk di tengah dan berwarna merah marun pada

tepinya. 8,9

Gambaran mikroskopik : beberapa mikrokonidia berbentuk air mata,

sedikit makrokonidia berbentuk pensil.8,9

3. Epidermophyton floccosum

13

Koloni : seperti bulu datar dengan lipatan sentral dan warna kuning

kehijauan, kuning kecoklatan.8,9

Gambaran mikroskopik : tidak ada mikrokonidia, beberapa dinding

tipis dan tebal. Makrokonidia berbentuk ganda. 8,9

b. Kultur Jamur

Tujuan pemeriksaan biakan ialah identifikasi spesies jamur

penyebab, membantu keperluan pengobatan, membantu prognosis

penyakit dan untuk keperluan studi epidemiologi.10

Cara pemeriksaan yaitu pembiakan dilakukan dalam media agar

sabouroud atau modifikasinya pada suhu kamar 25-30ºC kemudian sekitar

± 5 hari baru tampak adana pertumbuhan dan ± 1 minggu lagi baru terlihat

jelas karakteristiknya. Selama pertumbuhan ini harus diperhatikan ada

tidaknya warna yang dibentuk in verso atau in recto, ada tidaknya hifa

aereal yang seperti kapas, beludru, bubuk, dan lain-lain. Juga bentuknya

menonjol seperti gunung kecil dengan batas yang tajam, ireguler dengan

permukaan yang licin seperti tetesan lilin. Pemeriksaan biakan sebaiknya

dilakukan tidak terlalu lama setelah diperkirakan ada pertumbuhan sifat-

sifat khusus jamur tersebut. Untuk dermatofit tenggang waktunya ± 3

minggu setelah penanaman. Bila terlalu lama, golongan jamur ini akan

terjadi pleomorfik, dimana tanda-tanda khasnya akan hilang. 10

c. Pemeriksaan Histopatologi

Dilakukan jika hasil pemeriksaan KOH ditemukan negatif.

Pewarnaan PAS digunakan untuk mendeteksi jamur pada kuku.7 Hifa

dapat ditemukan melekat diantara lamina kuku paralel hingga kelapisan

14

dasar, dengan predileksi bagian ventral kuku dan bantalan kuku bagian

stratum korneum. Bagian epidermis menunjukkan spongiosis dan fokal

parakeratosis, dan minimal inflamasi respon dermis.9

I. Diagnosis Banding

1. Psoriasis Kuku

Psoriasis ini ditandai dengan lubang, (salmon) atau bercak yang

berminyak, onikolisis dan distrofi kuku. Lubang ini mulai berkembang dari

lesi psoriasis yang ada pada proksimal matriks kuku. Kedalaman dan durasi

lubang mencerminkan keparahan dari psoriasis pada kuku. Pada kuku

terdapat reaksi inflamasi terutama infiltrat limfosit pada dermis atas dengan

kapiler yang melebar, spongiosis dengan eksositosik limfositik, dan

parakeratosis yang mengandung neutrofil tunggal.11

Gambar 1.7 Psoriasis Kuku

2. Paronikia

Paronikia adalah inflamasi yang mengenai lipatan kulit disekitar kuku.

Paronikia ditandai dengan pembengkakan jaringan yang nyeri dan bernanah.

Bila infeksi berlangsung kronik maka terdapat celah horizontal pada dasar

kuku. Biasanya mengenai 1-3 jari terutama jari telunjuk dan jari tengah.

Penyebab terjadinya paronikia ini adalah akibat trauma yang kemudian

terjadi pemisahan antara lempeng kuku dari eponikium, celah ini kemudian

terkontaminasi oleh piogenik atau jamur. Piogen yang tersering

adalah Staphylococcus atau Pseudomonas sedangkan jamur tersering

adalah Candida albican.10

15

3. Liken planus kuku

Liken planus pada kuku dapat timbul tanpa kelainan kuku. Perubahan

pada kuku berupa belahan longitudinal, lipatan kuku yang menggelembung

(pterigium kuku), dan kadang-kadang anonikia. Lempeng kuku menipis dan

papul liken planus dapat mengenai kuku.10

Gambar 1.8 Liken Planus Kuku

J. Penatalaksanaan

Pilihan terapi untuk pengobatan onikomikosis antara lain terapi

paliatif, debridemen mekanik atau kimia, anti jamur topikal dan sistemik.

Kombinasi variasi pengobatan lainnya. Pilihan terapi dipengaruhi oleh

gambaran dan keparahan penyakit, terapi lain yang digunakan penderita, terapi

yang telah digunakan sebelumnya (dan efek lain).10

Terapi antibikotik sistemik12

Griseofulvin.

Obat ini bersifat fungistatik yang efektif untuk jamur. Dosis yang

digunakan adalah 0,5-1 g untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk anak-

anak dalam sehari atau 10-25 mg/kgBB.

Ketokonazol.

Obat ini bersifat fungistatik dan juga digunakan jika resisten    terhadap

pemberian griseofulvin dengan dosis 200 mg/ hari selama 10-14 hari pada

pagi hari setelah makan.

16

Flukonazol

Masih jarang digunakan, baik penggunaan dosis kontinyu 100 mg per hari

atau dosis mingguan 150 mg, dengan hasil bervariasi.

Itrakonazol.

Obat ini juga bersifat fungistatik dan digunakan jika pada pasien tidak bisa

mengkonsumsi ketokonazol akibat penyakit pada hepar dan merupakan

pilihan yang paling baik dengan dosis denyut selama 3 bulan pada

onikomikosis. Cara pemberiannya secara tiga tahap dengan interval 1

bulan. Setiap tahap dalam 1 minggu dosisnya 2 x 200 mg sehari dalam

kapsul.

Terbinafin. 

Obat ini bersifat fungisidal dan dapat diberikan sebagai pengganti dari

griseofulvin dengan dosis 62,5 mg – 250 mg sehari tergantung berat badan

selama 2-3 minggu.

Terapi topical

Pada terapi topikal tersedia dalam bentuk losion dan lacquer (cat

kuku). Amorolfine lacquer dilaporkan efektif dengan penggunaan selama 12

bulan. Sedangkan ciclopirox (penlac) nail lacquer adalah agen topikal

(ciclopirox 80%) yang efektif digunakan selama 48 minggu.13

Untuk memperoleh hasil pengobatan oprimal, Effendy mengajukan

pertimbangan pemilihan obat topikal atau sistemik berdasarkan tipe

onikomikosis seperti dibawah ini :

17

Tipe onikomikosis Obat topikal Obat oral

ODS derajat I

ODS derajat II

ODS derajat III

OSPT

OSP

ODT

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Ya

Keterangan : derajat I, < 30 % terkena, derajat II : < 60 % terkena, derajat III :

> 60 % terkena.

Debridemen

Mengangkat jaringan kuku yang distropik, pasien seharusnya

didebridemen setiap satu minggu. Pada onikomikosis subungual distal,

hiperkeratotik harus diangkat. Pada onikomikosis superfisial putih, kuku

diangkat dengan cara dikuret.14

Terapi Novel laser

Telah dikemukakan terapi laser untuk mengobati onikomikosis (total

distropi, proksimal subungual onikomikosis, distal subungual onikomikosis

dan onikomikosis endoniks). Terapi laser dikembangkan karena terapi dengan

farmakologi dianggap membutuhkan waktu yang lama. Terapi bedah laser

juga mempunyai efek bakterisidal. Karena cahaya lokal laser sangat panas

yang dapat membunuh mikroorganisme dan sebagai simulasi proses

penyembuhan. Pada studi laser yang digunakan adalah VSP Nd:YAG 1066

nm, yang penetrasi sampai ke plat kuku, dermis dan jaringan kuku lainnya.14

K. Prognosis

Tanpa terapi yang efektif, onikomikosis tidak dapat sembuh secara

spontan. Keterlibatan yang progresif dari beberapa kuku adalah biasa.

Onikomikosis subungual distal/lateral menetap setelah terapi tinea pedis dan

sering menyebabkan episode berulang dermatofita epidermal pada kaki,

pangkal  paha, dan  lokasi  lain. Tinea pedis dan/atau onikomikosis

subungual distal/lateral merupakan awal untuk infeksi bakteri berulang (S.

aureus, group A streptococcus), khususnya sellulitis pada tungkai bawah.7

Prevalensi pada penderita diabetes diperkirakan 33%; onikomikosis

subungual distal/lateral memberikan kontribusi terhadap keparahan masalah

kaki: infeksi bakteri superfisial, ulserasasi, selulitis, osteomielitis, nekrosis,

amputasi. Diabetes membutuhkan intervensi dini dan harus diskrining

reguler oleh dermatologis. HIV yang tidak diobati dikaitkan dengan

18

peningkatan dermatofita. Tingkat relaps jangka panjang dengan  terapi oral

terbaru seperti terbinafin, atau itarconazole dilaporkan 15-21% 2 tahun

setelah terapi berhasil. Penyebab kambuh atau reinfeksi: reinfeksi,

inkompetensi imulogis, trauma terus menerus, penyebab tidak diketahui.

Kultur mikologi dapat positif tanpa gejala klinis yang jelas. Kebersihan kaki

dan kuku sangat penting: sabunbenzoyl peroxide pada saat mandi dan

preparat antijamur atau ethanol/isopropyl gel.7

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

19

A. Kesimpulan

Onikomikosis adalah satu kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi

jamur dematofita, ragi (yeasts) dan kapang (moulds). Tinea unguium istilah

khusus untuk kelainan kuku akibat infeksi dermatofita.

Etiologi yang paling sering pada tinea unguium

terutama Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes var.

interdigitable. Onikomikosis primer disebabkan oleh karena infeksi jamur

pada kuku yang sehat. Probabilitas infeksi terjadi karena suplai vaskuler

yang rusak, post trauma, atau gangguang persarafan. Sedangkan

onikomikosis sekunder  biasanya terjadi setelah tinea pedis, tinea manum,

tinea corporis atau tinea capitis.

Keluhan utama berupa kerusakan kuku. Kuku menjadi suram, dan

rapuh, dapat dimulai dari arah distal (perimarginal) atau proksimal. Terdapat

beberapa tipe tinea unguium: onikomikosis subungual distal/lateral,

onikomikosis subungual proksimal, onikomikosis superfisial putih,

onikomikosis endoniks, onikomikosis distrofik total, onikomikosis kandida.

Onikomikosis memerlukan pemeriksaan laboratorium sebelum

memulai terapi, karena waktu terapi yang lama, mahal, dan dosis memiliki

resiko. Pemeriksaan laboratorium berupa mikroskopi langsung, kultur

jamur, dan pemeriksaan histopatologi. Onikomikosis (tinea unguium) dapat

didiagnosis dari gejala yang tampak dan pemeriksaan lanoratorium.

Pengobatan terdiri dari pengobatan topikal dengan Amoralfine nail

lacquer dan Ciclopirox (Penlac) nail lacquer. Pengobatan oral antifungi

dengan terbinafin, itrakoazole, dan flukonazol. Sedangkan untuk

penggunaan griseofulvin dan ketokonazole tidak dianjurkan. Kombinasi

terapi lebih efektif daripada hanya terapi oral atau topikal. Terbinafin

dikombinasi dengan ciclopirox dapt juga kombinasi terbinafin dan

amorolfine.

B. Saran

20

1. Penelitian yang berkaitan dengan onikomikosis harus diperbanyak

karena dapat menambah wawasan dan kepustakaan khususnya bagi

mahasiswa dan juga untuk masyarakat umum.

2. Penyusunan referat tentang onikomikosis yang lebih baik dan lebih

lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

21

1. Verna S, Heffernan MP. Fungal Disease. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz

SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in

General Medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill Companies; 2008.

2. Budimulja U. Mikosis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2007.

3. Hay RJ, Moore MK. Mycology. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C,

editors. Rook’s Textbook of Dermatology. 7th ed. UK: Blackwell Publishing;

2004.

4. Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit. Makassar: Bagian Ilmu Penyakit Kulit &

Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.

5. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical

Dermatology. 6th ed. New York: McGraw-Hill Companies.

6. Leelavathi M, Tzar MN, Adawiah J. Common Microorganisms Causing

Onychomycosis in Tropical Climate. Sains Malays. 2012.

7. Haneke E. Histopathology of common nail conditions. In : Baran R, Dowber RP,

Haneke E, Tosti A, Bristow I, editors. A Text Atlas of Nail Disorders. 3 rd ed.

London: Taylor & Francis Group; 2003.

8. James WD, Berger TG, Elston DM. Disease Resulting from Fungi and Yeasts.

Andrew’s Disease of The Skin : Clinical Dermatology. 10 th ed. Philadelphia:

Elsevier; 2006.

9. Tosti A, Baran R, Dawber RP, Haneke E. Onychomycosis and its treatment. In:

Baran R, Dowber RP, Haneke E, Tosti A, Bristow I, editors. A Text Atlas of Nail

Disorders. 3rd ed. London: Taylor & Francis Group; 2003.

10. Kurniati, CR. Etiopatogenesis dermatofitosis. Jurnal Berkala Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin. 2008.

11. Husein M, Hassab-El-Naby M, Shaheen IMI, Abdo HM, El-Shafey HAM.

Comparative study for the reliability of potassium hydroxide mount versus nail

clipping biopsy in diagnosis of onychomycosis. The Gulf Journal of Dermatology

and Venerology. 2011.

22

12. Kaur R, Kashyap B, Bhalla P. Onychomicosis-epidemiology, diagnosis, and

management.Indian J Med Microbi. 2008.

13. Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapin RP. Dermatology. 2nd ed: Mosby Elsevier.

14. Kozarev J, Vizintin Z. Novel Laser Therapy in Treatment of Onychomycosis. J.

LAHA.2010.

23