Onikomikosis
-
Upload
marie-obrien -
Category
Documents
-
view
133 -
download
7
description
Transcript of Onikomikosis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia antara lain
adalah dermatofita (dermatophyte, bahasa yunani, yang berarti tumbuhan
kulit) dan jamur serupa ragi candida albican, yang menyebabkan terjadinya
infeksi jamur superficial pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lendir. Jamur
lainnya dapat menembus jaringan hidup dan menyebabkan infeksi dibagian
dalam. Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma)
atau menyebabkan penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis).1
Insidensi mikosis superfisial sangat tinggi di Indonesia karena
menyerang masyarakat luas, oleh karena itu akan dibicarakan secara luas.
Yang termasuk ke dalam mikosis superfisial terbagi kepada dua yaitu
kelompok dermatofitosis dan non-dermatofitosis. Istilah dermatofitosis
harus dibedakan di sini dengan dermatomikosis.2
Dermatofitosis ialah penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku yang
disebabkan golongan jamur dermatofita.2 Penyebabnya adalah dermatofita
yang mana golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin.
Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti yang terbagi dalam genus,
yaitu microsporum, trichophyton, dan epidermophyton. Selain sifat
keratolitik masih banyak sifat yang sama di antara dermatofita, misalnya
sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan untuk
pertumbuhannya, dan penyebab penyakit.1
Hingga kini dikenal sekitar 40 spesies dermatofita, masing-masing 2
spesies epidermophyton, 17 species microsporum, dan 21 species
trichophyton. Pada tahun-tahun terakhir ditemukan bentuk sempurna
(perfect stage), yang terbentuk oleh dua koloni yang berlainan “jenis
1
kelaminnya”. Adanya bentuk sempurna ini menyebabkan dermatofita dapat
masuk kedalam family gymnoascaceae. Dikenal genus Nannizzia dan
arthroderma yang masing-masing dihubungkan dengan genus microsporum
dan tricophyton.3
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui secara lebih
dalam mengenai definisi, struktur anatomi, epidemiologi, etiologi,
patogenesis, faktor predisposisi, gejala klinis, penegakan diagnosis,
diagnosis banding, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis
onikomikosis.
C. Manfaat Penulisan
Dapat memahami tentang onikomikosis dan hal-hal yang berkaitan
dengan kejadian onikomikosis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur
dermatofita.3 Istilah tinea unguium digunakan setelah ditemukan dermatofit
pada hasil sebuah kultur.4
B. Anatomi Kuku
Kuku merupakan salah satu organ kulit tambahan yang mengandung
lapisan tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki,
gunanya selain membantu jari-jari untuk memegang juga digunakan sebagai
cermin kecantikan. Lempeng kuku terbentuk dari sel-sel keratin yang
mempunyai dua sisi berhubungan dengan udara luar dan sisi lainnya tidak. 5
Gambar 1.1 Anatomi Kuku1
1. Matriks kuku
Merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru
3
2. Kutikel (cuticle)
Merupakan penghubung dua permukaan epitel dari lipatan kulit
proximal. Melindungi struktur dasar kuku (matrix germinatif) dari iritasi,
alergi, bakteri/jamur patogen.
3. Lipatan kuku lateral
Menutupi sisi lateral lempeng kuku
4. Lunula
Dasar dari lipatan proximal. Merupakan bagian lempeng kuku yang
berwarna putih di dekat akar kuku berbentuk bulan sabit,sering tertutup oleh
kulit.
5. Dasar kuku (nail bed)
Terdiri dari bagian epidermal dan mendasari dermis yang berhubungan
dengan periosteum dari distal phalanx. Normal berwarna merah muda karena
vaskularisasi yang nampak melalui lempeng kuku yang translusen.
6. Hiponikium
Ruang di bawah kuku yang bebas, memisahkan lempeng kuku dan
dasar kuku pada ujung distal.
7. Lempeng kuku (nail plate)
Sebagai proteksi yang keras. Statis dan dengan kuat menempel pada
dasar kuku. Dikelilingi tiga sisi lipatan kuku. Terbentuk dari tiga lapiasn
horisontal: lamina dorsal tipis, lamina intermedit tebal, lapisan ventral dari
dasar kuku. Kerasnya lempeng kuku karena high sulfur matrix protein.5
4
8. Sisi bebas
Gambar 1.2 Anatomi Kuku5
C. Epidemiologi
Perkembangan baru-baru ini infeksi jamur di Amerika Serikat dapat
dilacak ke imigrasi dermatofita besar, terutama Trichophyton rubrum, dari
Afrika Barat dan Asia Tenggara ke Amerika Utara dan Eropa. Insiden
onikomikosis telah dilaporkan 2-13% di multicenter North America. Sebuah
survei di Kanada menunjukkan prevalensi 6,5% onikomikosis.
Onikomikosis mempengaruhi setengah dari semua gangguan kuku, dan
onikomikosis adalah penyakit kuku yang paling umum pada orang dewasa.
Kuku kaki jauh lebih mungkin terinfeksi daripada kuku. 30 % pasien
dengan infeksi jamur kulit juga memiliki onikomikosis. Insiden
onikomikosis semakin meningkat, karena faktor-faktor seperti diabetes,
imunosupresi, dan peningkatan umur. Studi di Kerajaan Inggris, Spanyol,
dan Finlandia menemukan tingkat prevalensi onikomikosis meningkat
menjadi 3-8%. 2
Onikomikosis mempengaruhi orang dari semua ras. Onikomikosis
mempengaruhi laki-laki lebih sering daripada perempuan. Namun, infeksi
Candida lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.
5
Penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa adalah 30 kali lebih mungkin
untuk memiliki onikomikosis daripada anak-anak. Onikomikosis telah
dilaporkan terjadi pada 2,6% anak-anak muda dari 18 tahun, tetapi sebanyak
90% dari orang tua. 2 Jamur bisa diperoleh melalui hubungan dengan orang
yang terinfeksi atau berhubungan dengan permukaan seperti lantai kamar
mandi dimana jamur tersebut ada. Orang yang lebih tua, orang yang
menderita diabetes, dan orang yang sedikit sirkulasi pada kakinya yang
terutama mudah terinfeksi jamur. 2,3
D. Etiologi
Dermatofita adalah jamur yang paling sering menyebabkan
onikomikosis di negara-negara barat beriklim. Dermatofita terbagi dalam 3
genus, yaitu Microsporon, Epidermophyton dan Trichophyton.
Trichophyton rubrum menyebabkan sekitar 70% kasus dan Trichophyton
mentagrophytes 20% dari semua kasus. Dermatofita lain yang mungkin
terlibat adalah Trichophyton interdigitale, Epidermophyton floccosum,
Trichophyton violaceum, Microsporum gypseum, Trichophyton tonsurans,
Trichophyton soudanense (dianggap oleh sebagian orang Afrika varian T.
rubrum daripada spesies penuh) dan Trichophyton verrucosum. 3
Sementara itu, Candida dan jamur non-dermatofita lebih sering
terlibat di daerah tropis dan subtropis dengan iklim panas dan lembab.
Onikomikosis nondermatofita disebabkan oleh jamur (Fusarium spesies,
Scopulariopsis brevicaulis, Aspergillus spesies) menjadi lebih umum di
seluruh dunia, jumlahnya hingga 15% dari kasus di beberapa negara.
Onikomikosis akibat Candida adalah jarang. 2,3
E. Patogenesis
Patogenesis onikomikosis tergantung pada subtipe klinis. Dalam
onikomikosis subungual distal dan lateral, bentuk yang paling umum dari
onikomikosis, jamur menyebar dari plantar kulit dan menyerang melalui
hiponikium kuku. Peradangan yang terjadi pada bagian kuku ini
6
menyebabkan tanda-tanda fisik onikomikosis subungual distal dan lateral
yang khas. Onikomikosis superfisial putih jarang terjadi, disebabkan oleh
invasi langsung dari permukaan lempeng kuku. Pada onikomikosis
subungual proksimal jamur menembus melalui matriks kuku-kuku
proksimal dan menginvasi sebagian lempeng kuku proksimal dalam.
Endonyx onikomikosis adalah varian dari onikomikosis subungual distal
dan lateral di mana jamur menginfeksi melalui kulit dan langsung
menyerang lempeng kuku.3,4
Invasi kuku oleh Candida tidak umum terjadi karena jamur
membutuhkan respon imun yang menurun sebagai faktor predisposisi untuk
dapat menembus kuku. Meskipun Candida sering terdapat pada lipat kuku
proksimal atau ruang subungual pada pasien dengan paronikia kronis atau
onikolisis, pada pasien infeksi Candida hanya terjadi sekunder. Pada
mukokutan kandidiasis kronis, jamur menginfeksi lempeng kuku (nail plate)
dan akhirnya lempeng kuku proksimal dan lateral lipatan kuku.2
F. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang memudahkan terjadinya onikomikosis yaitu
kelembaban, oklusi, trauma berulang pada kuku serta penurunan imunitas.
Gaya hidup tertentu misalnya penggunaan kaos kaki dan sepatu tertutup
terus menerus, olahraga berlebihan, penggunaan tempat mandi umum, akan
memudahkan mendapat onikomikosis. Penurunan imunitas dapat terjadi
pada orangtua, pasien immunocompromised, penggunaan obat
imunosupresan dan antibiotik jangka panjang. Pada anak-anak onikomikosis
jarang ditemukan, kemungkinan dihubungkan dengan pajanan terhadap
penyebab relatif jarang, pertumbuhan kuku yang lebih cepat, dan prevalensi
tinea pedis yang rendah.6
G. Gejala Klinis
Onikomikosis biasanya asimtomatik, karena itu, pasien biasanya
pertama kali hadir untuk alasan kecantikan fisik tanpa keluhan. Ketika
7
penyakit berkembang, onikomikosis dapat mengganggu aktivitas berdiri,
berjalan, dan berolahraga. Pasien dapat mengeluh parestesia, nyeri,
ketidaknyamanan, dan kehilangan ketangkasan. Mereka juga dapat
melaporkan kehilangan harga diri dan kurangnya interaksi sosial.
Anamnesis yang cermat dapat mengungkapkan banyak faktor-faktor risiko
lingkungan dan pekerjaan. 2
Kuku yang terinfeksi memiliki bentuk yang tidak normal tetapi tidak
gatal atau terasa sakit sekali. Infeksi ringan hanya memberikan sedikit gejala
atau bahkan tidak menimbulkan gejala. Pada infeksi yang lebih berat, kuku
tampak keputihan, menebal dan terlepas dari dasar kuku. Biasanya sisa-sisa
peradangan terkumpul dibawah ujung kuku. 4
Pada onikomikosis yang disebabkan dermatofita, yakni tinea
unguium, gambaran tersering adalah distrofi dan debris pada kuku
subungual distal. Sedangkan yang disebabkan kandida sering didahului oleh
paronikia atau peradangan jaringan sekeliling kuku yang kronik akibat
pekerjaan basah atau iritasi kronik. 1
Ada empat jenis onikomikosis yang dibedakan berdasarkan
gambaran klinis dan juga menandai rute invasi jamur :
a. Onikomikosis subungual distal dan lateral (OSDL)
Gambar 1.3 Onikomikosis subungual distal dan lateral :
hiperkeratosis subungual, onikolisis dan alur.5
8
Onikomikosis subungual distal dan lateral adalah bentuk yang
paling umum dari tinea unguium, biasanya disebabkan oleh
Trichophyton rubrum. Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral.
Proses ini menjalar ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa
kuku yang hancur. 2,3 Jamur menyerang dasar kuku di bawah lempeng
kuku melalui hiponikium dan bergerak ke arah proksimal. Kulit telapak
kaki dan tangan merupakan lokasi infeksi primer. Invasi juga dapat
dimulai dari lateral. 5 Dalam onikomikosis subungual distal dan lateral,
kuku menunjukkan hiperkeratosis subungual dan onikolisis, yang
biasanya berwarna kuning-putih. Coretan kuning dan atau daerah
onikolitik kuning di bagian tengah lempeng kuku yang umumnya
diamati. 2,3
b. Onikomikosis superfisial putih (OSPT)
Gambar 1.4 Onikomikosis superfisial putih.5
Disebabkan oleh invasi jamur ke lapisan superfisial lempeng kuku
yang membentuk "pulau-pulau putih" di lempeng. 2,3 Terjadi bila jamur
menginvasi langsung lapisan superfisial lempeng kuku. 5 Kuku menjadi
kasar dan runtuh dengan mudah. Jumlahnya hanya 10 % dari kasus
onikomikosis. 2,3 Penyebab tersering adalah T. mentagrophytes. 5
9
c. Onikomikosis subungual proksimal (OSP)
Gambar 1.5 Onikomikosis subungual proksimal :leukonikia proksimal.5
Infeksi dimulai dari lipatan kuku proksimal melalui kutikula dan
masuk ke kuku yang baru terbentuk, selanjutnya bergerak ke arah
distal.5 Muncul daerah leukonikia di lempeng kuku proksimal yang
bergerak distal dengan pertumbuhan kuku. Ini adalah bentuk umum
tinea unguium pada orang sehat tapi ditemukan lebih banyak pada
pasien immunocompromised. 2,3
d. Onikomikosis kandida (OK)
Gambar 1.6 Onikomikosis kandida pada pasien dengan kandidiasis
mukokutaneous kronis. Onikomikosis total dan paronikia.5
Spesies Candida menyerang kuku biasanya terjadi pada orang yang
sering membenamkan tangan mereka di dalam air. Dapat terjadi pada
pasien immunocompromised, dan pada orang dengan kandidiasis
10
mukokutan kronis. 2,3 Infeksi dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu :
(1) Dimulai sebagai paronikia yang kemudian menginvasi matriks kuku
sehingga memberikan gambaran klinis depresi transversal kuku
sehingga kuku menjadi cekung, kasar, dan akhirnya distrofi. (2) Pada
kandidiasis mukokutan kronis, kandida langsung menginvasi lempeng
kuku sehingga baru pada stadium lanjut tampak sebagai pembengkakan
lipat kuku proksimal dan lateral yang membentuk gambaran
pseudoclubbing atau chicken drumstick. (3) Invasi pada kuku yang telah
onikolisis, terutama pada tangan, tampak sebagai hiperkeratosis
subungual dengan massa abu-abu kekuningan di bawahnya.4
Pada keadaan lanjut keempat tipe tersebut akan menunjukkan
gambaran distrofik total. 5
Baran (1998) menambahkan 1 tipe lagi yakni onikomikosis endoniks,
yang merupakan invasi langsung pada permukaan kuku sekaligus penetrasi
ke lapisan dalam kuku, yang ditandai pelepasan lamelar. Umumnya
disebabkan organisme yang menyebabkan tinea kapitis endotriks.5
H. Penegakan Diagnosi
Untuk mendiagnosis Onikomikosis (tinea unguium) selain dari gejala
klinis juga dapat menggunakan pemeriksaan mikroskopik, kultur, dan
histopatologi.6
Oleh karena onikomikosis bertanggung jawab besar pada distropi
kuku, maka pemeriksaan dengan laboratorium sangat membantu sebelum
memberikan pengobatan anti jamur.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH,
hisopatologi, dan kultur jamur.7
Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis
terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pada
pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis,
11
yang dapat berupa kerokan kulit, rambut dan kuku. Bahan pemeriksaan
mikologik diambil dan dikumpulkan terlebih dahulu di tempat kelainan dan
dibersihkan dengan spiritus 70% lalu untuk kuku bahan diambil dari
permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalam-dalamnya sehingga
mengenai seluruh tebal kuku, bahan di bawah kuku diambil pula.8,13
a. Mikroskopi Langsung (Direct Microscopy)
Pemeriksaan mikroskopik langsung pada sampel kuku untuk
konfirmasi diagnosis. Materi keratinaseous dari kerokan kuku
ditempatkan pada kaca slide, ditutupi dengan kaca penutup, disuspensikan
dengan larutan KOH lalu dipanaskan dengan hati-hati, KOH membantu
melarutkan jaringan epitel. Penambahan dimethyl sulfoxide dan atau
tinta Parker Quink pada larutan KOH dapat memudahkan identifikasi
elemen jamur. Identifikasi spesifik untuk patogen biasanya sulit dengan
mikroskopik, tetapi pada banyak kasus, ragi dapat dibedakan dengan
dermatofita dari morfologinya.7
Gambaran mikroskopik jamur dermatofita
1. Trichophyton mentagrophytes
12
Koloni : putih hingga krem dengan permukaaan seperti tumpukan
kapas pada PDA, tidak muncul pigmen.8,9
Gambaran mikroskopik : mikrokonidia yang bergerombol, bentuk
cerutu yang jarang, terkadang hifa spiral.8,9
2. Trichophyton rubrum
Koloni : putih bertumpuk di tengah dan berwarna merah marun pada
tepinya. 8,9
Gambaran mikroskopik : beberapa mikrokonidia berbentuk air mata,
sedikit makrokonidia berbentuk pensil.8,9
3. Epidermophyton floccosum
13
Koloni : seperti bulu datar dengan lipatan sentral dan warna kuning
kehijauan, kuning kecoklatan.8,9
Gambaran mikroskopik : tidak ada mikrokonidia, beberapa dinding
tipis dan tebal. Makrokonidia berbentuk ganda. 8,9
b. Kultur Jamur
Tujuan pemeriksaan biakan ialah identifikasi spesies jamur
penyebab, membantu keperluan pengobatan, membantu prognosis
penyakit dan untuk keperluan studi epidemiologi.10
Cara pemeriksaan yaitu pembiakan dilakukan dalam media agar
sabouroud atau modifikasinya pada suhu kamar 25-30ºC kemudian sekitar
± 5 hari baru tampak adana pertumbuhan dan ± 1 minggu lagi baru terlihat
jelas karakteristiknya. Selama pertumbuhan ini harus diperhatikan ada
tidaknya warna yang dibentuk in verso atau in recto, ada tidaknya hifa
aereal yang seperti kapas, beludru, bubuk, dan lain-lain. Juga bentuknya
menonjol seperti gunung kecil dengan batas yang tajam, ireguler dengan
permukaan yang licin seperti tetesan lilin. Pemeriksaan biakan sebaiknya
dilakukan tidak terlalu lama setelah diperkirakan ada pertumbuhan sifat-
sifat khusus jamur tersebut. Untuk dermatofit tenggang waktunya ± 3
minggu setelah penanaman. Bila terlalu lama, golongan jamur ini akan
terjadi pleomorfik, dimana tanda-tanda khasnya akan hilang. 10
c. Pemeriksaan Histopatologi
Dilakukan jika hasil pemeriksaan KOH ditemukan negatif.
Pewarnaan PAS digunakan untuk mendeteksi jamur pada kuku.7 Hifa
dapat ditemukan melekat diantara lamina kuku paralel hingga kelapisan
14
dasar, dengan predileksi bagian ventral kuku dan bantalan kuku bagian
stratum korneum. Bagian epidermis menunjukkan spongiosis dan fokal
parakeratosis, dan minimal inflamasi respon dermis.9
I. Diagnosis Banding
1. Psoriasis Kuku
Psoriasis ini ditandai dengan lubang, (salmon) atau bercak yang
berminyak, onikolisis dan distrofi kuku. Lubang ini mulai berkembang dari
lesi psoriasis yang ada pada proksimal matriks kuku. Kedalaman dan durasi
lubang mencerminkan keparahan dari psoriasis pada kuku. Pada kuku
terdapat reaksi inflamasi terutama infiltrat limfosit pada dermis atas dengan
kapiler yang melebar, spongiosis dengan eksositosik limfositik, dan
parakeratosis yang mengandung neutrofil tunggal.11
Gambar 1.7 Psoriasis Kuku
2. Paronikia
Paronikia adalah inflamasi yang mengenai lipatan kulit disekitar kuku.
Paronikia ditandai dengan pembengkakan jaringan yang nyeri dan bernanah.
Bila infeksi berlangsung kronik maka terdapat celah horizontal pada dasar
kuku. Biasanya mengenai 1-3 jari terutama jari telunjuk dan jari tengah.
Penyebab terjadinya paronikia ini adalah akibat trauma yang kemudian
terjadi pemisahan antara lempeng kuku dari eponikium, celah ini kemudian
terkontaminasi oleh piogenik atau jamur. Piogen yang tersering
adalah Staphylococcus atau Pseudomonas sedangkan jamur tersering
adalah Candida albican.10
15
3. Liken planus kuku
Liken planus pada kuku dapat timbul tanpa kelainan kuku. Perubahan
pada kuku berupa belahan longitudinal, lipatan kuku yang menggelembung
(pterigium kuku), dan kadang-kadang anonikia. Lempeng kuku menipis dan
papul liken planus dapat mengenai kuku.10
Gambar 1.8 Liken Planus Kuku
J. Penatalaksanaan
Pilihan terapi untuk pengobatan onikomikosis antara lain terapi
paliatif, debridemen mekanik atau kimia, anti jamur topikal dan sistemik.
Kombinasi variasi pengobatan lainnya. Pilihan terapi dipengaruhi oleh
gambaran dan keparahan penyakit, terapi lain yang digunakan penderita, terapi
yang telah digunakan sebelumnya (dan efek lain).10
Terapi antibikotik sistemik12
Griseofulvin.
Obat ini bersifat fungistatik yang efektif untuk jamur. Dosis yang
digunakan adalah 0,5-1 g untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk anak-
anak dalam sehari atau 10-25 mg/kgBB.
Ketokonazol.
Obat ini bersifat fungistatik dan juga digunakan jika resisten terhadap
pemberian griseofulvin dengan dosis 200 mg/ hari selama 10-14 hari pada
pagi hari setelah makan.
16
Flukonazol
Masih jarang digunakan, baik penggunaan dosis kontinyu 100 mg per hari
atau dosis mingguan 150 mg, dengan hasil bervariasi.
Itrakonazol.
Obat ini juga bersifat fungistatik dan digunakan jika pada pasien tidak bisa
mengkonsumsi ketokonazol akibat penyakit pada hepar dan merupakan
pilihan yang paling baik dengan dosis denyut selama 3 bulan pada
onikomikosis. Cara pemberiannya secara tiga tahap dengan interval 1
bulan. Setiap tahap dalam 1 minggu dosisnya 2 x 200 mg sehari dalam
kapsul.
Terbinafin.
Obat ini bersifat fungisidal dan dapat diberikan sebagai pengganti dari
griseofulvin dengan dosis 62,5 mg – 250 mg sehari tergantung berat badan
selama 2-3 minggu.
Terapi topical
Pada terapi topikal tersedia dalam bentuk losion dan lacquer (cat
kuku). Amorolfine lacquer dilaporkan efektif dengan penggunaan selama 12
bulan. Sedangkan ciclopirox (penlac) nail lacquer adalah agen topikal
(ciclopirox 80%) yang efektif digunakan selama 48 minggu.13
Untuk memperoleh hasil pengobatan oprimal, Effendy mengajukan
pertimbangan pemilihan obat topikal atau sistemik berdasarkan tipe
onikomikosis seperti dibawah ini :
17
Tipe onikomikosis Obat topikal Obat oral
ODS derajat I
ODS derajat II
ODS derajat III
OSPT
OSP
ODT
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Keterangan : derajat I, < 30 % terkena, derajat II : < 60 % terkena, derajat III :
> 60 % terkena.
Debridemen
Mengangkat jaringan kuku yang distropik, pasien seharusnya
didebridemen setiap satu minggu. Pada onikomikosis subungual distal,
hiperkeratotik harus diangkat. Pada onikomikosis superfisial putih, kuku
diangkat dengan cara dikuret.14
Terapi Novel laser
Telah dikemukakan terapi laser untuk mengobati onikomikosis (total
distropi, proksimal subungual onikomikosis, distal subungual onikomikosis
dan onikomikosis endoniks). Terapi laser dikembangkan karena terapi dengan
farmakologi dianggap membutuhkan waktu yang lama. Terapi bedah laser
juga mempunyai efek bakterisidal. Karena cahaya lokal laser sangat panas
yang dapat membunuh mikroorganisme dan sebagai simulasi proses
penyembuhan. Pada studi laser yang digunakan adalah VSP Nd:YAG 1066
nm, yang penetrasi sampai ke plat kuku, dermis dan jaringan kuku lainnya.14
K. Prognosis
Tanpa terapi yang efektif, onikomikosis tidak dapat sembuh secara
spontan. Keterlibatan yang progresif dari beberapa kuku adalah biasa.
Onikomikosis subungual distal/lateral menetap setelah terapi tinea pedis dan
sering menyebabkan episode berulang dermatofita epidermal pada kaki,
pangkal paha, dan lokasi lain. Tinea pedis dan/atau onikomikosis
subungual distal/lateral merupakan awal untuk infeksi bakteri berulang (S.
aureus, group A streptococcus), khususnya sellulitis pada tungkai bawah.7
Prevalensi pada penderita diabetes diperkirakan 33%; onikomikosis
subungual distal/lateral memberikan kontribusi terhadap keparahan masalah
kaki: infeksi bakteri superfisial, ulserasasi, selulitis, osteomielitis, nekrosis,
amputasi. Diabetes membutuhkan intervensi dini dan harus diskrining
reguler oleh dermatologis. HIV yang tidak diobati dikaitkan dengan
18
peningkatan dermatofita. Tingkat relaps jangka panjang dengan terapi oral
terbaru seperti terbinafin, atau itarconazole dilaporkan 15-21% 2 tahun
setelah terapi berhasil. Penyebab kambuh atau reinfeksi: reinfeksi,
inkompetensi imulogis, trauma terus menerus, penyebab tidak diketahui.
Kultur mikologi dapat positif tanpa gejala klinis yang jelas. Kebersihan kaki
dan kuku sangat penting: sabunbenzoyl peroxide pada saat mandi dan
preparat antijamur atau ethanol/isopropyl gel.7
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
19
A. Kesimpulan
Onikomikosis adalah satu kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi
jamur dematofita, ragi (yeasts) dan kapang (moulds). Tinea unguium istilah
khusus untuk kelainan kuku akibat infeksi dermatofita.
Etiologi yang paling sering pada tinea unguium
terutama Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes var.
interdigitable. Onikomikosis primer disebabkan oleh karena infeksi jamur
pada kuku yang sehat. Probabilitas infeksi terjadi karena suplai vaskuler
yang rusak, post trauma, atau gangguang persarafan. Sedangkan
onikomikosis sekunder biasanya terjadi setelah tinea pedis, tinea manum,
tinea corporis atau tinea capitis.
Keluhan utama berupa kerusakan kuku. Kuku menjadi suram, dan
rapuh, dapat dimulai dari arah distal (perimarginal) atau proksimal. Terdapat
beberapa tipe tinea unguium: onikomikosis subungual distal/lateral,
onikomikosis subungual proksimal, onikomikosis superfisial putih,
onikomikosis endoniks, onikomikosis distrofik total, onikomikosis kandida.
Onikomikosis memerlukan pemeriksaan laboratorium sebelum
memulai terapi, karena waktu terapi yang lama, mahal, dan dosis memiliki
resiko. Pemeriksaan laboratorium berupa mikroskopi langsung, kultur
jamur, dan pemeriksaan histopatologi. Onikomikosis (tinea unguium) dapat
didiagnosis dari gejala yang tampak dan pemeriksaan lanoratorium.
Pengobatan terdiri dari pengobatan topikal dengan Amoralfine nail
lacquer dan Ciclopirox (Penlac) nail lacquer. Pengobatan oral antifungi
dengan terbinafin, itrakoazole, dan flukonazol. Sedangkan untuk
penggunaan griseofulvin dan ketokonazole tidak dianjurkan. Kombinasi
terapi lebih efektif daripada hanya terapi oral atau topikal. Terbinafin
dikombinasi dengan ciclopirox dapt juga kombinasi terbinafin dan
amorolfine.
B. Saran
20
1. Penelitian yang berkaitan dengan onikomikosis harus diperbanyak
karena dapat menambah wawasan dan kepustakaan khususnya bagi
mahasiswa dan juga untuk masyarakat umum.
2. Penyusunan referat tentang onikomikosis yang lebih baik dan lebih
lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
21
1. Verna S, Heffernan MP. Fungal Disease. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill Companies; 2008.
2. Budimulja U. Mikosis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007.
3. Hay RJ, Moore MK. Mycology. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C,
editors. Rook’s Textbook of Dermatology. 7th ed. UK: Blackwell Publishing;
2004.
4. Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit. Makassar: Bagian Ilmu Penyakit Kulit &
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.
5. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical
Dermatology. 6th ed. New York: McGraw-Hill Companies.
6. Leelavathi M, Tzar MN, Adawiah J. Common Microorganisms Causing
Onychomycosis in Tropical Climate. Sains Malays. 2012.
7. Haneke E. Histopathology of common nail conditions. In : Baran R, Dowber RP,
Haneke E, Tosti A, Bristow I, editors. A Text Atlas of Nail Disorders. 3 rd ed.
London: Taylor & Francis Group; 2003.
8. James WD, Berger TG, Elston DM. Disease Resulting from Fungi and Yeasts.
Andrew’s Disease of The Skin : Clinical Dermatology. 10 th ed. Philadelphia:
Elsevier; 2006.
9. Tosti A, Baran R, Dawber RP, Haneke E. Onychomycosis and its treatment. In:
Baran R, Dowber RP, Haneke E, Tosti A, Bristow I, editors. A Text Atlas of Nail
Disorders. 3rd ed. London: Taylor & Francis Group; 2003.
10. Kurniati, CR. Etiopatogenesis dermatofitosis. Jurnal Berkala Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin. 2008.
11. Husein M, Hassab-El-Naby M, Shaheen IMI, Abdo HM, El-Shafey HAM.
Comparative study for the reliability of potassium hydroxide mount versus nail
clipping biopsy in diagnosis of onychomycosis. The Gulf Journal of Dermatology
and Venerology. 2011.
22