On Farm Paper

35
ON FARM JAGUNG Oleh : Fitri (H451100151) Jagung merupakan komoditas yang strategis karena di beberapa daerah jagung menjadi makanan pokok pertama pengganti beras. Jagung pun menjadi penting dalam perkembangan industri di Indonesia karena selain bahan pangan, jagung menjadi bahan baku pakan ternak. Permintaan akan jagung terus meningkat sedangkan produksi dalam negeri masih belum mampu mencapai angka permintan tersebut, sehingga impor menjadi langkah yang diambil pemerintah dalam mengatasi masalah ini. Kondisi alam Indonesia tidaklah buruk dalam proses budidaya jagung, namun berbagai kendala atau permasalahan masih saja terjadi. Usaha peningkatan produksi jagung di Indonesia telah digalakan melalui dua program utama yakni: (1) Ekstensifikasi (perluasan areal) dan (2) intensifikasi (peningkatan produktivitas). Program peluasan areal tanaman jagung selain memanfaatkan lahan kering juga lahan sawah, baik sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan melalui pengaturan pola tanam. Usaha peningkatan produksi jagung melalui program intensifikasi adalah dengan melakukan perbaikan teknologi dan manajemen pengelolaan (Bakhri, 2007).

Transcript of On Farm Paper

Page 1: On Farm Paper

ON FARM JAGUNG

Oleh : Fitri (H451100151)

Jagung merupakan komoditas yang strategis karena di beberapa daerah

jagung menjadi makanan pokok pertama pengganti beras. Jagung pun menjadi

penting dalam perkembangan industri di Indonesia karena selain bahan pangan,

jagung menjadi bahan baku pakan ternak.

Permintaan akan jagung terus meningkat sedangkan produksi dalam negeri

masih belum mampu mencapai angka permintan tersebut, sehingga impor menjadi

langkah yang diambil pemerintah dalam mengatasi masalah ini. Kondisi alam

Indonesia tidaklah buruk dalam proses budidaya jagung, namun berbagai kendala

atau permasalahan masih saja terjadi.

Usaha peningkatan produksi jagung di Indonesia telah digalakan melalui

dua program utama yakni: (1) Ekstensifikasi (perluasan areal) dan (2) intensifikasi

(peningkatan produktivitas). Program peluasan areal tanaman jagung selain

memanfaatkan lahan kering juga lahan sawah, baik sawah irigasi maupun lahan

sawah tadah hujan melalui pengaturan pola tanam. Usaha peningkatan produksi

jagung melalui program intensifikasi adalah dengan melakukan perbaikan

teknologi dan manajemen pengelolaan (Bakhri, 2007).

Produksi jagung di Indonesia masih relatif rendah dan masih belum dapat

memenuhi kebutuhan konsumen yang cenderung terus meningkat. Masih

rendahnya produksi jagung ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, seperti

teknologi bercocok tanam yang masih kurang baik, kesiapan dan ketrampilan

petani jagung yang masih kurang, penyediaan sarana produksi yang masih belum

tepat serta kurangnya permodalan petani jagung untuk melaksanakan proses

produksi sampai ke pemasaran hasil.

Secara konseptual agribisnis adalah suatu sistem yang terdiri atas empat

subsistem yang saling mendukung dan terkait satu sama lainnya. Salah satu dari

subsistem tersebut adalah on farm agribusiness atau subsistem produksi pertanian

primer. Kegiatan di on farm mencakup penggunaan sarana yang dihasilkan dari

subsistem agribisnis hulu.

Page 2: On Farm Paper

Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Jagung di Daerah Sentra Produksi

Upaya peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat ditempuh

melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Perluasan areal

dapat diarahkan pada lahan–lahan potensial, seperti lahan sawah irigasi, lahan

sawah tadah hujan, dan lahan kering yang belum dimanfaatkan untuk pertanian.

Untuk lebih memperluas dan memperdalam informasi mengenai aktifitas

subsistem on farm jagung di Indonesia, berikut disajikan Tabel mengenai luas

panen, produksi , dan produktivitas jagung di sentra produksi yaitu di daerah Jawa

Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur,

Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jagung di Sentra Produksi.

Provinsi

Tahun Pertumbuhan

(%)2005 2006 2007 2008 2009*

Luas Panen (Ha)

Jawa Barat 117.413 115.797 113.373 118.976 135.034 13,50

Jawa Tengah 596.303 497.928 571.013 639.354 711.155 11,23

DI Yogyakarta 72.714 70.270 70.216 71.164 73.655 3,50

Jawa Timur 1.206.177 1.099.184 1.153.496 1.235.933 1.278.263 3,42

NTT 239.588 252.410 217.478 270.717 250.282 -7,55

Sulawesi

Utara

71.644 82.189 115.664 131.791 128.256 -2,68

Sulawesi

Selatan

206.569 206.387 262.436 285.094 298.887 4,84

Produksi (Ton)

Jawa Barat 587.186 573.263 577.513 639.822 776.757 21,40

Jawa Tengah 2.191.258 1.856.023 2.233.992 2.679.914 3.195.904 19,25

DI Yogyakarta 248.960 223.620 258.187 285.372 315.243 10,47

Jawa Timur 4.398.502 4.011.182 4.252.182 5.053.107 5.193.648 2,78

NTT 552.440 582.964 514.360 673.112 637.393 -5,31

Sulawesi

Utara

195.305 242.714 406.759 466.041 457.774 -1,77

Sulawesi 705.995 696.084 969.995 1.195.691 1.359.707 13,72

Page 3: On Farm Paper

Selatan

Produktivitas (Ku/Ha)

Jawa Barat 50,01 49,51 50,94 53,78 57,52 6,95

Jawa Tengah 36,75 37,27 39,12 41,92 44,94 7,20

DI Yogyakarta 34,24 31,82 36,77 40,10 42,80 6,73

Jawa Timur 36,47 36,49 36,86 40,88 40,63 -0,61

NTT 23,06 23,10 23,65 23,86 25,47 2,43

Sulawesi

Utara

27,26 29,53 35,17 35,36 35,69 0,93

Sulawesi

Selatan

34,18 33,73 36,96 41,94 45,49 8,46

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman PanganKeterangan : *) Angka Ramalan III

Berdasarkan data pada Tabel 1 diatas terlihat bahwa sebagian besar daerah

sentra produksi mengalami pertumbuhan luas panen. Jawa Barat merupakan

daerah dengan pertumbuhan luas panen tertinggi, disusul Jawa Tengah dan

Sulawesi Selatan. Namun jika dilihat dari angka luas panen saja, maka Jawa

Timur merupakan sentra pertanaman jagung yang paling besar. Oleh karena itu,

pemerintah melakukan pertanaman secara intensif di daerah ini (Jawa Timur).

Produksi jagung yang terbesar berada di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur

dan Sulawesi Selatan. Selanjutnya untuk tingkat produktivitas, daerah Sulawesi

Selatan menjadi terdepan dengan angka pertumbuhan 8,46 Ku/Ha disusul Jawa

Tengah sebesar 7,20 Ku/Ha.

Berdasarkan penyebaran luas sawah dan tipe irigasinya, diperkirakan

terdapat 457.163 ha yang potensial untuk peningkatan indeks pertanaman. Di luar

Jawa, terdapat 20,5 juta ha lahan kering yang dapat dikembangkan untuk

usahatani jagung (Deptan, 2007).

Angka-angka diatas menjadi sinyal bahwa pertumbuhan jagung di

Indonesia, khususnya di daerah sentra produksi, masih memberikan harapan yang

besar untuk peningkatan produksi jagung di negeri ini. Jika pengelolaan agribisnis

di tingkat on farm dapat di optimalkan maka tidak menutup kemungkinan,

swasembada jagung bisa terwujud.

Page 4: On Farm Paper

Budidaya Jagung

Tanaman jagung sebagai makanan pokok dan potensial untuk

mensubstitusi tanaman padi memiliki prospek yang cerah untuk diusahakan

(dibudidayakan) secara intensif. Ratusan populasi ternak unggas, baik di dalam

negeri maupun luar negeri, membutuhkan bahan makanan berupa jagung dalam

jumlah ribuan ton setiap minggunya (Martodireso dan Suryanto, 2002).

Indonesia termasuk negara yang masih mengimpor jagung. Meskipun

teknik budidaya jagung tidak sulit dan lahan untuk tanaman jagung di Indonesia

tersedia luas, tetapi produksi jagung di Indonesia masih rendah. Menurut analisis

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura Departemen Pertanian,

rendahnya produksi jagung di Indonesia terutama disebabkan belum

diterapkannya teknologi budidaya maju oleh para petani, rendahnya kesuburan

lahan yang digunakan untuk bertanam jagung, dan kondisi lingkungan yang sering

kekeringan ataupun kebanjiran.

Untuk meningkatkan produktivitas jagung nasional, budidaya yang

diterapkan harus benar-benar sesuai dengan anjuran, termasuk penggunaan pupuk.

Karena itu, perlu membuka diri atas temuan-temuan baru dalam budidaya jagung,

baik yang menyangkut mutu benih maupun jenis organik yang ramah lingkungan.

Dalam pemilihan benih, petani harus memilih benih unggul antara lain benih

hibrida pioneer yang menurut hasil penelitian dan ujicoba tahan terhadap hama

dan penyakit tertentu. Dengan demikian, petani dapat mengurangi penyemprotan

tanaman dengan pestisida, bahkan sama sekali tidak menggunakan bahan-bahan

pestisida untuk menyemprot tanaman.

Dalam hal pemupukan, petani diharapkan untuk menghindari pemakaian

pupuk anorganis atau pupuk kimia (pupuk buatan). Tetapi, petani diharapkan

untuk menggunakan jenis pupuk yang bersifat organis seperti pupuk kandang,

humus, hijauan, dan sebagainya. Namun, pemakaian pupuk organis ini memang

cukup sulit dipenuhi karena paling tidak membutuhkan sekitar 20 ton untuk setiap

hektarnya. Untuk itu, petani dapat mengusahakan pupuk organis atau pupuk

hayati yang aplikasinya cukup efisien. Berdasarkan hasil penelitian dan ujicoba

Page 5: On Farm Paper

lapangan, pupuk hayati yang sangat efisien adalah pupuk organik cair E-2001 atau

E-138. Menurut pengalaman petani yang telah menggunakan pupuk organik cair

E-2001 atau E-138, mereka dapat menghemat biaya pupuk dan tambahan hasil

berupa kenaikan produktivitas jagung.

Pola Tanam

Pola tanam memiliki arti penting dalam produksi jagung. Pola tanam di

Indonesia disusun selama 1 tahun dengan memerhatikan curah hujan. Beberapa

pola tanam yang biasa diterapkan dalam penanaman jagung adalah :

1. Tanaman Campuran (Mixed Cropping)

Tumpang campuran merupakan penanaman yang terdiri atas beberapa

tanaman, tanpa pengaturan jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur

menjadi satu. Lahan yang digunakan amenjadi efisien, tetapi mudah terancam

hama dan penyakit. Contoh tanaman campuran adalah penanaman jagung,

kedelai, dan ubi kayu dalam satu lahan tertentu.

2. Tumpang Sari (Intercropping)

Tumpang sari adalah melakukan penanaman lebih dari satu tanaman dalam

suatu lahan tertentu. Contoh tumpang sari adalah jagung dan kedelai, atau

dapat juga jagung, ketela pohon, dan padi gogo ditanam bersamaan dalam

suatu tempat tertentu.

3. Tumpang Gilir (Multiple Cropping)

Tumpang gilir merupakan penanaman secara beruntun sepanjang tahun dengan

mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dimiliki, untuk mendapat

keuntungan yang maksimum. Contoh tumpang gilir diantaranya jagung muda,

disambung padi gogo, lalu kacang tanah, dan dilanjutkan dengan ubi kayu.

4. Tanaman persisipan (Relay Cropping)

Tanaman bersisipan merupakan pola tanam dengan cara menyisipkan satu atau

beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok. Penanaman tanaman sisipan

dapat dilakukan waktu tanam yang bersamaan atau waktu tanam yang berbeda.

Contoh tanaman yang bersisipan adalah tanaman jagung yng disisipkan pada

Page 6: On Farm Paper

kebun kacang tanah, atau waktu tanaman jagung menjelang panen disisipkan

kacang panjang.

Pembibitan dan Penanaman

Benih jagung yang akan ditanam harus dipilih dari jenis jagung varietas

unggul atau hibrida yang berdaya hasil tinggi, antara lain benih hibrida Pioneer.

Benih jagung ini cukup baik karena bebas hama/penyakit dan memiliki daya tahan

yang relatif tinggi terhadap serangan hama/penyakit. Benih jagung Pioneer ini

juga memiliki daya tumbuh minimal 80%, sehat, bernas, tidak keriput, dan

mengkilat. Kemurnian jagung hibrida Pioneer ini terjamin, baik fisik (tidak

tercampur kotoran) maupun genetiknya (tidak tercampur varietas lain).

Kebutuhan benih untuk setiap hektarnya sekitar 20-30 kilogram. Jika

hendak menggunakan benih dari jagung non hibrida hendaknya menggunakan

benih jagung yang berlabel merah jambu yang untuk setiap hektarnya

membutuhkan sekitar 30-40 kilogram.

Sebelum benih jagung ditanam, tanah harus diolah terlebih dahulu.

Caranya tanah di cangkul atau di bajak dua kali sedalam 15 – 20 cm sampai cukup

gembur. Gulma dan sisa-sisa tanaman dibenam di dalam tanah, kemudian tanah

tersebut digaru sampai rata. Pengolahan lahan hendaknya sudah dilakukan satu

minggu sebelum tanam.

Penetapan waktu tanam jagung hendaknya disesuaikan dengan tipologi

lahan, agroekosistem, dan anjuran dari Dinas Pertanian setempat. Untuk lahan

sawah irigasi, penanaman jagung dapat dilakukan pada Musim Kemarau (MK) I

dan MK II. Pada lahan sawah tadah hujan, penanaman jagung dilakukan pada MK

I, dan pada lahan kering penanaman pada MK I, lahan psang surut pada tipe B

yang mendekati tipe C dan tipe D.

Jika penanamannya dilakukan dengan sistem surjan, maka penanaman

jagung tergantung pada tempat di mana jagung tersebut akan ditanam. Jika

penanaman pada tabukan, maka penanaman jagung dapat dilakukan pada musim

kemarau. Dan bila penanaman pada guludan, maka penanaman jagung dapat

dilakukan pada musim hujan dan MK I.

Page 7: On Farm Paper

Jarak tanam tergantung pada varietas jagung yang akan ditanam. Jarak

tanam untuk jagung hibrida adalah 75 x 25 cm atau 75 x 0 cm. Kedalaman lubang

tanam antara 2,5 – 5 cm. Untuk tanah yang cukup lembab, kedalaman lubang

tanam cukup 2,5 cm. Sedangkan untuk tanah yang agak kering, kedalaman lubang

tanam adalah 5 cm.

Jumlah biji jagung yang ditanam pada setiap lubang tanam tergantung

pada varietas jagung. Untuk jagung non-hibrida, jumlah biji yang ditanam

sebanyak 2 – 3 biji per lubang tanam, sedangkan untuk varietas hibrida sebanyak

1 biji per lubang tanam.

Pemupukan

Ada tiga jenis pupuk yang dapat digunakan untuk pertanaman jagung,

yakni pupuk alam, pupuk buatan, dan pupuk hayati hasil bioteknologi E-2001.

Pupuk alam yang dapat digunakan untuk memupuk tanaman jagung adalah pupuk

kandang, kompos, atau pupuk hijau dengan dosis 15 – 20 ton per hektar. Untuk

memenuhi kebutuhan pupuk alam ini, diperlukan dalam jumlah yang besar

sehingga menyulitkan petani.

Dosis pupuk buatan untuk jagung hibrida adalah Urea sebanyak 250/kg,

SP-36 sebanyak 100 kg/hektar, ZA sebanyak 100 kg/hektar, dan KCL sebanyak

100 kg/hektar. Sedangkan dosis pupuk buatan untuk jagung non-hibrida adalah

Urea sebanyak 250 kg/hektar, SP-36 sebanyak 75 – 100 kg/hektar, dan KCl

sebanyak 50 kg/hektar.

Bila menggunakan pupuk hayati hasil bioteknologi E-2001 ada du

alternatif. Pertama : Urea sebanyak 100 kg/hektar, SP-36 sebanyak 50 kg/hektar,

KCl sebanyak 50 kg/hektar, dan E-2001 sebanyak 1 liter/hektar. Kedua; E-2001

sebanyak 1 liter/hektar dan pupuk NPK Cap Semut 15-15-15

Untuk jenis pupuk buatan tersebut di atas, pemupukan dilakukan tiga kali

aplikasi. Aplikasi pertama adalah sebagai pupuk dasar. Jika memakai pupuk alam,

seluruhnya diberikan pada waktu pengolahan tanah. Jika pupuk buatan untuk

pemupukan jagung hibrida, pupuk dasar, yakni 1/3 Urea dan sekuruh TSP/SP-36

Page 8: On Farm Paper

serta KCL, diberikan pada saat penanaman. Demikian pula, pemupukan untuk

jagung non-hibrida.

Pupuk susulan I diberikan pada saat tanaman jagung berumur 3 minggu

setelah tanam. Dosis pupuk yang dipakai untu jagung hibrida adalah 1/3 dari dosis

yang ditetapkan, sedangkan dosis untuk jagung non-hibrida adalah 2/3 dari dosis

yang dianjurkan.

Pupuk susulan II diberikan pada umur 5 minggu setelah tanam atau segera

setelah keluar malai atau rambut tongkol jagung. Dosis pemupukan susulan II

adalah 1/3 dari dosis total yang ditetapkan.

Sedangkan pupuk hayati hasil bioteknologi E-2001 sebelum diberikan

diinkubasi terlebih dahulu selama tiga hari dalam 100 liter air. Pupuk hayati hasil

inkubasi tersebut diberikan satu hari sebelum tanam.

Pada Tabel 2 akan di perlihatkan analisis perbandingan biaya antara pupuk

buatan dan pupuk hayati E-2001.

Tabel 2 Analisis Perbandingan Biaya antara Pupuk Buatan dan Pupuk Hayati E-2001

Pupuk Konvensional

Pupuk Hayati E-2001

Alternatif I Alternatif II

Kg/Ha Rp Kg/Ha Rp Kg/Ha Rp

Urea 250 278.750 100 111.500 - -

SP-36 10 160.000 50 80.000 - -

ZA 100 100.000 - - - -

KCl 100 165.000 50 82.500 - -

PPC - 200.000 - - - -

Pupuk E-2001 - - 1 ltr 400.000 1 ltr 400.000

NPK Cap Semut - - - - 100 300.000

Jumlah 550 903.750 201 674.000 101 700.000

Sumber : Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama, 2002.

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa penggunaan pupuk hayati hasil

bioteknologi E-2001terbukti mampu meningkatkan produksi sekaligus

Page 9: On Farm Paper

menurunkan biaya produksi. Menurut pengalaman petani, pupuk hayati hasil

bioteknologi E-2001 mampu meningkatkan produksi antara 15% - 30% jika

dibandingkan dengan pupuk konvensional (Urea, TSP/SP-36 dan KCl).

Pemeliharaan dan Pemanenan

Ada beberapa kegiatan pemeliharaan dalam usahatni jagung. Pertama,

penyulaman yang dilakukan satu minggu setelah tanam. Bila dalam waktu itu ada

benih jagung yang tidak tumbuh, maka harus segera dilakukan penyulaman.

Kedua, penyiangan yang dilakukan sesering mungkin. Pada prinsipnya, bila ada

gulma yang tumbuh, maka harus segera dilakukan penyiangan. Jadi, frekuensi

penyiangan tergantung pada ada tidaknya gulma yang tumbuh.

Kegiatan lainnya adalah pembubunan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk

memperkokoh perakaran dan mempermudah penyerapan unsur hara. Pembubunan

dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 3 – 4 minggu setelah tanam atau

bersamaan dengan penyiangan.

Untuk mencegah timbulnya serangan hama dan penyakit, sebaiknya

dilakukan pencegahan sedini mungkin. Misalnya, kita memilih benih jagung yang

tahan hama dan penyakit serta menjaga lingkungan pertanaman dari gulma yang

dapat menjadi sarang hama dan penyakit. Pencegahan dan penanggulangan

serangan hama dan penyakit sedapat mungkin menghindari penggunaan pestisida.

Sebaiknya, pencegahan dan penanggulangan serangan hama dan penyakit

dilakukan secara terpadu (PHT).

Hama yang potensial menyerang tanaman jagung antara lain ulat tanah,

lalat bibit, Lundi, ulat grayak, penggerek batang, penggerek jagung, dan

penggerek tongkol. Sedangkan penyakit yang potensial menyerang tanaman

jagung antara lain penyakit bulai, hawar daun, busuk batang, karat, busuk pelepah,

dan bercak daun.

Tanaman jagung sudah dapat dipanen bila kelobotnya telah menguning

dan bijinya telah keras serta mengkilat; bijinya bila ditusuk dengan kuku tidak

berbekas, dan kadar airnya sekitar 30% - 40%. Umur panen jagung memang

Page 10: On Farm Paper

tergantung pada varietas jagung yang ditanam dan tinggi tempat dari permukaan

laut.

Panen jagung dapat dilakukan dalam bentuk tongkol berkelobot.

Kemudian, tongkol jagung tersebut dipisahkan antara jagung yang sehat dan

jagung yang terinfeksi hama-penyakit. Tongkol jagung yang telah dipisahkan itu

masing-masing dimasukkan ke dalam suatu wadah, misalnya karung goni dan

bakul.

Agar petani memperoleh nilai tambah, maka sebaiknya tongkol jagung

tersebut diproses terlebih dahulu dengan cara dikeringkan. Pengeringan dapat

dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau memakai alat pengering

(dryer). Tongkol jagung dikeringkan hingga kadar air dalam biji tinggal 18%.

Pada kadar air tersebut, biji jagung akan mudah untuk dipipil. Selanjutnya, jagung

pipilan dikeringkan hingga kadar airnya tinggal 13% - 14%.

Analisis Usahatani Tanaman Jagung

Umumnya agribisnis jagung dilakukan berskala kecil, karena masih

banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh petani jagung. Permasalahan klasik

yang sering dihadapi oleh petani jagung adalah terbatasnya permodalan,

manajemen usaha dan pemasaran hasil sehingga tidak dapat melakukan usaha

dengan volume usaha yang luas dan lebih intensif serta pemasaran hasil dengan

baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan

petani jagung diantaranya adalah dengan system kemitraan usaha dalam agribisnis

jagung. Dalam kaitan ini diperlukan berbagai dukungan, termasuk dukungan

kebijakan pemerintah (Deptan, 2007).

Kemitraan Usaha Bersama merupakan salah satu upaya mendukung

kebijakan pembangunan pertanian untuk meningkatkan taraf hidup petani. Pola

kemitraan ini dapat meningkatkan produksi jagung secara signifikan. Hal ini

cukup beralasan karena penanaman jagung selama ini kurang tersentuh oleh

teknologi secara merata sehingga menyebabkan penanaman jagung tergantung

Page 11: On Farm Paper

pada ketersediaan air, musim hujan, dan pola tanam yang tidak terencana

(Martodireso dan Suryanto, 2002)

Pola kemitraan ini sengaja diangkat untuk memperlihatkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan antara usahatani konvensional dan usahatani yang telah

melakukan kemitraan. Perbedaan tersebut secara jelas diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Analisis Usahatani Paket Konvensional dan Paket Kemitraan PT. Dharma Niaga.

PAKET KONVENSIONALSK. Mentan No. 07/Kpts/Mentan/Dimas/XII/1998

PAKET PT. DHARMAGA NIAGA

I. PEMAKAIAN PUPUK

1. Pupuk Urea (250 kg/ha)

(250 kg x Rp 1.115,-)

2. Pupuk SP-36 (100 kg/ha)

(100 kg x Rp 1.600,-)

3. Pupuk ZA (100 kg/ha)

4. Pupuk KCl (100 kg/ha)

5. Pupuk Alternatif

278.750

160.000

100.000

165.000

200.000

I. PEMAKAIAN PUPUK

ALTERNATIF

1. Pupuk E-2001

(1 liter)

2. Pupuk NPK (100 kg/ha)

(100 NPK 15-15-15)

400.000

300.000

A. JUMLAH 903.750 A. JUMLAH 700.000

II. PEMAKAIAN PESTISIDA

III. PEMAKAIAN HERBISIDA

180.000

156.000

II. PEMAKAIAN PESTISIDA

III. PEMAKAIAN HERBISIDA

135.000

140.000

B. JUMLAH 200.000 B. JUMLAH 275.000

IV.BIAYA

GARAP/SEMPROT

V. PENGOLAHAN HASIL

150.000

50.000

VI. BIAYA GARAP/SEMPROT

IV. PENGOLAHAN HASIL

100.000

50.000

C. JUMLAH 200.000 C. JUMLAH 150.000

VII. BIAYA BENIH (20 kg/ha)

D. JUMLAH

260.000

260.000

VII. BIAYA BENIH

D. JUMLAH

260.000

260.000

JUMLAH A + B + C + D 1.699.750 JUMLAH A + B + C + D 1.385.000

VII. PANEN

(rata-rata 5 ton/ha) 3.000.000

PANEN

(rata-rata 6 ton/ha) 3.600.000

PENDAPATAN RATA-RATA

E – (A + B + C + D) 1.300.250

PENDAPATAN RATA-RATA

E – (A + B + C + D) 2.215.000

SELISIH PENDAPATAN 914.750

Page 12: On Farm Paper

Keterangan :

- Selisih pendapatan Rp 914.750- Dianjurkan menggunakan benih jagung Hibrida (sesuai SK Mentan)- Pupuk alternatif (makro an-organik, organik, bahan pembenah tanah, mikroba, dan pupuk

pelengkap sesuai SK Mentan tersebut)

Pada Tabel 3 kita bisa melihat adanya perbedaan antara struktur biaya

usahatani Paket Konvensional dan Paket PT. Dharma Niaga. Untuk pemakaian

pupuk, Paket Konvensional mengeluarkan biaya sebesar Rp 903.750 dengan lima

jenis pupuk sedangkan Paket PT. Dharma Niaga hanya menggunakan 2 jenis

pupuk yaitu E-2001 dan NPK dengan biaya sebesar Rp 700.000.

Jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan jika menggunakan Paket

Konvensional adalah sebesar Rp 1.699.750 sedangkan untuk Paket PT. Dharma

Niaga hanya sebesar Rp 1.385.000, terdapat selisih biaya sebesar Rp 314.750.

Rata-rata panen yang diperoleh dari usahatani dengan Paket Konvensional atau

yang biasa digunakan oleh petani kita adalah 5 ton/ha dengan jumlah penerimaan

Rp 3.000.000 sedangkan untuk Paket Kemitraan PT. Dharma Niaga adalah 6

ton/ha dengan jumlah penerimaan Rp 3.600.000.

Berdasarkan perhitungan antara selisih penerimaan dan biaya usahatani di

peroleh bahwa ternyata Paket PT Dharma Niaga lebih menguntungkan daripada

Paket Konvensional. Terdapat selisih pendapatan yang cukup besar yaitu Rp

914.750.

Kasus ini merupakan salah satu contoh bahwa peningkatan produksi dan

pendapatan pada petani on farm dapat dilakukan dengan pola kemitraan. Masih

banyak pola kemitraan di Indonesia yang bisa dijadikan alternatif untuk

peningkatan produksi dan kesejahteraan petani.

Peningkatan produksi dan pendapatan usahatani jagung juga dapat

ditempuh dengan pemilihan bibit/benih yang tepat. Berikut akan di berikan studi

kasus analisis perbandingan pendapatan usahatani yang menggunakan benih

hibrida dan benih bersari bebas (lokal).

Page 13: On Farm Paper

Studi Kasus

Studi kasus ini merupakan penelitian Hendra Khaerizal yang dilaksanakan

pada tahun 2008 di salah satu daerah sentra produksi di Jawa Barat, yaitu di Desa

Saguling, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung, dengan judul “Analisis

Pendapatan dan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Komoditi Jagung Hibrida dan

Bersari Bebas (Lokal)”. Total responden sebanyak 30 dibagi menjadi dua yaitu 15

sampel merupakan responden petani jagung dengan benih hibrida dan 15 lainnya

merupakan responden petani jagung dengan bersari bebas (lokal), semua petani

tersebut merupakan pemilik sekaligus penggarap lahan.

Box 1.

Kemitraan Usaha Bersama (KUB) yang di pimpin oleh PT. Dharma

Niaga (persero) merupakan suatu rangkaian usaha yang dimulai dari hulu

sampai hilir, melibatkan industri benih, pupuk, mesin dan alat pertanian,

organisasi masyarakat dan perbankan.

Program kemitraan ini merupakan salah satu wujud penerapan

kepedulian pemerintah melalui BUMN untuk melakukan pengentasan

kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

Untuk mencapai hasil yang maksimal dan sesuai dengan misi

program KUB, PT. Dharmaga Niaga menerapkan beberapa kondisi dan

prasyarat bagi para peserta program kemitraan, yaitu sekelompok

usaha/petani/kelompok tani yang mempunyai keterampilan (skill) atau biasa

menanam jagung, bersedia menggunakan paket teknologi yang telah

disimpan, dan bersedia mengembalikan biaya paket teknologi tersebut dengan

hasil produksi. Paket teknologi yang telah disediakan oleh PT. Dharma Niaga

telah teruji tepat dan efisien untuk menghasilkan kualitas dan produksi jagung

yang optimal.

Untuk mendukung pencapaian yang optimal dan efisien, baik kualitas

maupun kuantitasnya, petani juga disediakan pupuk bio teknologi E-2001 dan

E-138 yang telah mendapat rekomendasi dari Departemen Pertanian dan

dibutuhkan pasar karena bersifat organik.

Program ini terbukti telah memberikan keuntungan yang maksimal

bagi petani dalam pengelolaan on farm.

Page 14: On Farm Paper

Hasil penelitian ini akan memperlihatkan bagaimana gambaran pendapatan

petani jagung yang menggunakan salah satu dari dua benih tersebut, sekaligus kita

dapat melihat perbandingan pendapatan usahatani yang menggunakan benih

hibrida dan benih bersari bebas (lokal).

Perbedaan Benih Jagung Hibrida dan Bersari Bebas

Ada beberapa perbedaan antara benih jagung hibrida dan bersari bebas

(lokal). Setidaknya kedua benih tersebut merupakan dua kelompok varietas besar

yang banyak digunakan oleh petani. Untuk lebih jelasnya, perbedaan kedua benih

tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan antara Jagung Hibrida dan Bersari Bebas.

Indikator Jagung Hibrida Jagung Bersari BebasHarga benih Rp 30.000 – Rp 45.000 Rp 20.000 – Rp 25.000Potensi hasil per ha 6 – 11 ton/ha pipilan kering 7 – 7,5 ton/ha pipilan keringHasil rata-rata per ha 6 – 6,5 ton/ha pipilan kering 5 – 5,5 ton/ha pipilan keringUmur panen (rata-rata) 95 – 117 hari 85 – 96 hariJumlah baris per tongkol 14 – 16 baris 12 – 18 barisBobot 1000 butir 279 gr 307 grKetahanan terhadap penyakit Tahan terhadap karat daun,

cukup tahan terhadap bercak dan daun kelabu.

Cukup tahan terhadap karat dan bercak daun

Harga jual pipilan kering Rp 2000 – Rp 2.243 per kilo Rp 2000 – Rp 2.243 per

Dari semua perbedaan tersebut, maka perlu dilakukan suatu analisis

mengenai pendapatan usahatani jagung hibrida dan bersari bebas. Walaupun

penelitian ini tidak membahas masalah efisiensi, namun dengan adanya

perhitungan R/C ratio cukup mewakili penggunaan input mana yang sebaiknya

digunakan. Perbedaan struktur biaya, pendapatan, dan R/C ratio antara hibrida dan

bersari bebas disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Analisis Perbandingan Biaya dan Pendapatan Usahatani Jagung Hibrida dan Bersari Bebas per Ha dengan Batasan Status Pemilik Lahan Garapan di Desa Saguling

Sumber : Departemen Pertanian 2007 (http.ppvt.setjen.deptan.go.id) (diolah)Keterngan : - Harga benih dan harga jual pipilan menggunakan harga tagun 2008- Jagung bersari bebas diwakili oleh Bisma, Hibrida oleh Pioneer 20 (P 20)- Harga jual pipilan kering adalah harga jual di Desa Saguling tahun 2008

Page 15: On Farm Paper

Komponen Bersari Bebas HibridaJumlah (Rp) Jumlah (Rp)

1. Penerimaana. Penerimaan Tunai 4.740.452,83 6.369.56,92b. Penerimaan Non Tunai 419.287,21 446.428,57Total Penerimaan 5.159.740,04 6.815.485,492. PengeluaranA. Biaya Tunaia. Pembelian Benih 202.655,49 649.553,57b. Pupuk 1.501.670,60 1.294.022,82c. Pestisida 144.645,09 122.271,83d. Biaya Usaha Tani Lain

Biaya Pengangkutan 122.079,66 157.669,64Pajak Musim Tanam 15.558,65 13.754,89

e. TK Luar Keluarga 1.753.584,91 3.823.388,82Total Biaya Tunai 3.740.203,40 3.823.388,82B. Biaya Diperhitungkana. Panen yang dijadikan benih 49.415,99 -b. TK Dalam Keluarga 300.786,16 482.142,86Total Biaya yang diperhitungkan 350.202,16 482.142,86Total Biaya 4.090.405,55 4.305.531,683. Pendapatana. Pendapatan atas Biaya Tunai 1.419.536,65 2.992.096,67b. Pendapatan atas Biaya Total 1.069.334,49 2.509.953,81c. Pendapatan Tunai 1.000.249,43 2.545.668,10

Analisis Satuan SatuanR/C atas Biaya Tunai 1,38 1,78R/C atas Biaya Total 1,26 1,58

Penerimaan usahatani pada kasus ini dibagi menjadi dua yaitu penerimaan

tunai dan penerimaan non tunai. Penerimaan usahatani jagung tunai merupakan

perkalian antara jumlah keseluruhan produksi yang dipanen kering dikurangi

dengan jumlah konsumsi dan jumlah panen yang digunakan untu dijadikan benih

dengan harga jualnya.

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata produksi jagung hibrida adalah

4.142,63 kg dan untuk produksi jagung bersari bebas adalah 3.135,85 kg. Adapun

Penerimaan tunai dan non tunai per Ha untuk jagung hibrida berturut-turut

Page 16: On Farm Paper

sebesar Rp 6.515.437,29 dan Rp 658.857,98 sedangkan untuk jagung bersari

bebas sebesar Rp 4.952.677,91 dan Rp 188.650,31.

Pada Tabel 5 terlihat bahwa biaya usahatani, terbesar, baik untuk biaya

tunai maupun non tunai, terdapat pada faktor produksi tenaga kerja.

Perhitungan analisis usahatani komoditi jagung di Desa Saguling yang

diwakili oleh petani responden jagung lokal dan jagung hibrida menunjukkan

bahwa pendapatan tunai dari usahatani jagung yang menggunakan benih bersari

bebas (lokal) adalah sebesar Rp 1.128.873,41 dengan R/C biaya total 1,22 dan

untuk penggunaan benih hibrida sebesar Rp 2.557.969,07 dengan R/C biaya total

1,62.

Besarnya pendapatan tunai petani hibrida terhadap petani bersari bebas,

menyatakan bahwa usahatani dengan benih hibrida jauh lebih menguntungkan.

Perbedaan ini disebabkan faktor pemilihan benih hibrida memang terbukti dapat

meningkatkan pendapatan usahatani jagung.

Berdasarkan perhitungan jumlah pendapatan yang diperoleh, maka

usahatani jagung hibrida lebih menguntungkan dibandingkan dengan usahatai

bersari bebas (lokal). Meskipun jumlah total biaya yang dikeluarkan lebih besar

hibrida namun penerimaan petani jauh lebih mengungguli penerimaan bersari

bebas. Faktor benih jelas memberikan efek ganda dalam usahatani jagung, yaitu

panen yang besar dan penerimaan yang tinggi.

Analisis R/C atas biaya tunai dan biaya total untuk usahatani jagung

hibrida berturut-turut adalah 1,82 dan 1,62 untuk usahatani jagung bersari bebas

sebesar 1,34 dan 1,22. Nilai ini menunjukkan lebih dari 1 (R/C > 1) menyatakan

bahwa usahatani tersebut menguntungkan dan layak untuk dikembangkan lebih

lanjut.

Berdasarkan analisis R/C ratio dapat diketahui bahwa usahatani jagung

hibrida lebih menguntungkan dan lebih efisien dibandingkan dengan usahatani

jagung bersari bebas. Hal ini sesuai dengan pendapat Simatupang (2003) bahwa

usahatani jagung hibrida bersifat komersial, sangat intensif menggunakan

masukan, dan memberikan keuntungan yang lebih besar sehingga menjadi sumber

pendapatan yang nyata bagi petani.

Page 17: On Farm Paper

Dengan demikian bagi petani atau pelaku usaha agribisnis yang memiliki

lahan dan mengolahnya sendiri, lebih baik menggunakan benih hibrida sebab hsil

yang diberikan lebih besar. Selain itu dikarenakan besarnya beban biaya yang

dikeluarkan, sebaiknya petani lebih selektif dalam penggunaan input produksi

terutama pupuk dan tenaga kerja.

Daya Saing dan Efisiensi Usahatani Jagung Hibrida di Indonesia

Pesatnya pertumbuhan produksi jagung merupakan hasil dorongan inovasi

teknologi budidaya jagung, terutama jenis hibrida. Jagung hibrida merupakan

bahan baku industri pakan sehingga perubahan teknologi tersebut sejalan dengan

perubahan struktur permintaan jagung. Walaupun produksi jagung meningkat

pesat, permintaan yang semakin tinggi terutama dari industri pakan menyebabkan

impor pun semakin membesar. Jagung impor inilah yang akhirnya menjadi

pesaing jagung hibrida domestik.

Daya saing usahatani jagung didefinisikan sebagai kemampuan usahatani

untuk tetap layak secara finansial (privat) pada kondisi teknologi usahatani,

lingkungan ekonomi, dan kebijakan pemerintah yang ada. Pada sistem

perekonomian terbuka, daya saing berarti kemampuan usahatani jagung domestik

untuk tetap lyak secara finansial pada kondisi harga masukan maupun keluaran

tradeable sesuai dengan paritas impornya. Kelayakan finansial didefinisikan

sebagai kemampuan menghasilkan laba atau hasil untuk manajemen (return to

management) minimum sebesar tingkat “normal”. Tingkat laba normal ditetapkan

sebesar 20% dari total biaya atau, khusus untuk usahatani, rata-rata setara dengan

upah buruh tani di pedesaan (Simatupang, 2003)

Bagian merupakan hasil penelitian/tulisan dari Simatupang (2003) yang

mengkaji daya saing usahatani jagung hibrida di Indonesia dibandingkan dengan

jagung hibrida impor. Melalui analisis ini dapat diketahui kelayakan ekonomis

pengembangan usahatani jagung di Indonesia.

Data yang digunakan diperoleh dari hasil survei usahatani jagung hibrida

di Kabupaten Langkat (lahan sawah) dan Karo (lahan kering) di Sumatera Utara,

Page 18: On Farm Paper

Kabupaten Lampung Tengah (lahan sawah) dan Lampung Selatan (lahan kering)

di Lampung, dan Kabupaten Kediri (lahan sawah), Jawa timur pada awal tahun

2001. Data yang terkumpul menggambarkan keadaan usahatani pada musim

tanam (MT) 2000. Jumlah contoh pada setiap kategori usaha adalah lima rumah

tangga tani. Data harga dan margin pemasaran diperoleh dari hasil wawancara

dengan pedagang setempat pada setiap tingkat rantai pemasaran.

Usahatani jagung dikatakan layak secara finansial apabila profitabilitasnya

paling kecil mencapai 20%, yang berarti B/C 1,20 atau nilai laba per hektar setara

dengan upah buruh tani di lokasi penelitian. Waktu yang dicurahkan untuk

mengelola usahatani jagung diasumsikan 90 hari tiap siklus produksi. Dengan

demikian, agar layak secara finansial penerimaan manajemen per hari dari

usahatani jagung minimum sebesar RM/90.

Profitabilitas Finansial

Pada MT 2000, usahatani jagung hibrida secara finansial cukup

menguntungkan pada setiap jenis lahan di lokasi penelitian (Tabel 6). Rasio

penerimaan terhadap biaya bervariasi antara 1,2 di lahan sawah Jawa Timur

hingga 1,6 di lahan lainnya si Sumatera Utara. Secara umum, profitabilitas

usahatani jagung hibrida di lahan sawah lebih rendah daripada di lahan kering

meskipun produktvitas di lahan sawah lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh sewa

lahan yang jauh lebih tinggi daripada lahan kering.

Penerimaan manajemen per hari yang diperoleh dari satu hektar usahatani

jagung bervariasi dari Rp 9.822 (lahan sawah di Lampung) hingga Rp 23.122

(lahan kering di Sumatera Utara). Kecuali di lahan sawah lampung tengah,

penerimaan manajemen per hari dari satu hektar usahatani jagung hibrida lebih

tinggi daripada tingkat upah tenaga kerja pria setempat serta memadai sebagai

alternatif lapangan kerja, walaupun sewa lahan harus dibayar. Di lahan sawah

Lampung Tengah, penerimaan manajemen per hari usahatani jagung seluas satu

hektar sebesar Rp 9.822, lebih rendah dibandingkan tingkat upah tenaga kerja pria

yang mencapai Rp 10.835/hari. Dengan demikian, usahatani jagung hibrida seluas

satu hektar di lahan sawah di Lampung kurang memadai sebagai alternatif

Page 19: On Farm Paper

lapangan kerja. Usahatani jagung hibrida di lahan tersebut nampaknya lebih di

dorong oleh motif pemanfaatan lahan yang lebih intensif oleh pemilik lahan atau

untuk mendapatkan jaminan lapangan kerja bagi buruh tani penyewa lahan.

Tabel 6. Biaya dan penerimaan finansial usahatani jagung hibrida MT 2000 (Rp000/ha)

UraianSumatera Utara Lampung Jawa

TimurLahan Sawah

Lahan Kering

Lahan Sawah

Lahan Kering

Lahan Sawah

ProduksiVolume (kg)Nilai (Rp000)

6.5085.987

6.0575.572

4.9664.569

4.6854.310

6.7556.215

Biaya TotalTradeable

Pupuk kimiaBenihPestisida

Non TradeableSewa lahanTenaga kerja Lainnya

4.10093363328119

3.1671.1001.554

513

3.49192066623915

2.571537

1.702332

3.68598061432831

2.706700

1.424582

3.1001.127

71734862

1.973500

1.167306

5.1951.3681.030

3326

3.8271.6001.703

524Penerimaan Tradeable netto (RP000)

5.054 4.652 3.589 3.183 4.847

Biaya Pokok (Rp/kg)TotalTanpa sewa lahan

630461

627488

742601

662555

769532

LabaPenerimaan manajemenPenerimaan manajemen &

upah tenaga kerjaPenerimaan manajemen &

sewa lahanPenerimaan manajemen,

upah tenaga kerja, & sewa lahan

1.8873.441

2.987

4.541

2.0813.783

2.618

4.320

8842.308

1.584

3.008

1.2102.377

1.710

2.877

1.0202.723

2.620

4.323

Indikator RasioRasio B/CPenerimaan manajemen/hari

(Rp)

1,4620.967

1,6023.122

1,249.822

1,3913.444

1,2011.333

Marjin LabaNettoDengan sewa lahan

290459

293432

178319

658365

151288

Keterangan : Asumsi 80 hari/musim panen

Profitabilitas usahatani jagung hibrida terutama dipengaruhi oleh fluktuasi

produksi dan harga keluaran. Fluktuasi keluaran terutama disebabkan oleh

fluktuasi iklim, sedangkan fluktuasi harga keluaran berkaitan dengan fluktuasi

harga jagung dunia dan nilai tukar rupiah. Kemampuan usahatani jagung hibrida

Page 20: On Farm Paper

dalam menghadapi berbagai fluktuasi dapat diketahui berdasarkan tingkat

toleransi profitabilitas usahatani terhadap fluktuasi variabel determinan utamanya.

Titik impas laba finansial usahatani jagung untuk produktivitas per hektar

bervariasi dari 3,37 ton (lahan kering di Lampung) hingga 5,65 ton (lahan sawah

di Jawa Timur) dan 37% (lahan kering di Sumatera Utara). Secara agregat,

penurunan profitabilatas jagung sebesar 16% belum pernah terjadi sehingga

usahatani jagung hibrida dinilai mampu menghadapi risiko penurunan

produktivitas.

Titik impas harga jagung dunia bervariasi dari US$74/ton C&F (lahan

kering di Sumatera Utara) hingga US$101/ton C&F (lahan sawah di Jawa Timur)

dengan toleransi penurunan dari 9% (lahan sawah di Jawa Timur) hingga 30%

(lahan kering di Sumatera Utara). Usahatni jagung di Jawa Timur rentan terhadap

penurunan harga dunia (Tabel …). Namun, harga jagung dunia per ton sebesar

US$115/ton C&F pada saat penelitian sudah tergolong rendah sehingga

kemungkinan besar tidak akan menurun hingga US$101/ton C&F. penelitian

USDA (2001) menunjukkan bahwa harga jagung dunia akan cenderung

meningkat pada periode 2001-2010. Dengan demikian, penurunan harga jagung

dunia bukanlah ancaman yang serius bagi daya saing usahatani jagung di

Indonesia.

Tabel 7. Titik impas finansial dan daya toleransi usahatani jagung hibrida terhadap penurunan produktivitas, harga dunia dan kurs US$

UraianSumatera Utara Lampung Jawa

TimurLahan Sawah

Lahan Kering

Lahan Sawah

Lahan Kering

Lahan Sawah

Produktivitas (kg/ha)

Page 21: On Farm Paper

Titik impasData dasarToleransi penurunan (%)

4.4576.50831,52

3.7956.05737,35

5.0154.96619,35

3.3784.68528,07

5.6476.75516,40

Harga Dunia (US$ ton C&F)Titik impasData dasarToleransi penurunan (%)

81115

29,56

74115

35,65

96115

16,52

86115

25,22

1011158,78

Kurs US$Titik impasData dasarToleransi penurunan (%)

5.5118.50035,17

4.8248.50043,75

6.3818.50024,93

5.4708.50035,65

7.0478.50017,04

Simatupang : daya saing dan efisiensi usahatani jagung hibrida

Titik impas nilai tukar dolar AS berkisar antara Rp 4.824 per dolar (lahan

kering di Sumatera Utara) dan Rp 7.047 per dolar (lahan sawah di Jawa Timur)

atau derajat toleransi penurunan dari data dasar berkisar 17% (Jawa Timur) hingga

44% (lahan kering Jawa Timur ). Usahatani jagung hibrida di Jawa Timur relatif

lebih rentan terhadap perubahan nilai tukar rupiah (peningkatan nilai rupiah)

dibandingkan dengan lokasi lainnya. Para pengamat berpendapat bahwa nilai

rupiah tidak akan melebihi Rp 8000 per dolar AS. Walaupun fluktuatif, nilai

rupiah cenderung menurun dari data dasar Rp 8.500 per dolar AS. Dengan

demikian, peningkatan nilai rupiah, kalaupun terjadi, diperkirakan tidak akan

mencapai batas titik impas usahatani jagung hibrida di Jawa Timur.

Nilai laba privat usahatani jagung hibrida pada berbagai tingkat harga dan

nilai tukar rupiah ditampilkan pada Tabel 7 sesuai dengan perhitungan titik impas,

penurunan harga dunia dan peningkatan ilai rupiah pertama-tama akan

mengancam kelayakan finansial usahatani jagung hibrida di Jawa Timur, diikuti

oleh usahatani jagung hibrida di Lampung dan Sumatera Utara. Laba finansial

usahatani jagung mulai negatif apabla harga jagung dunia US$100 per ton C&F

atau nlai tukar sebesar Rp 7.000 per dolar AS. Harga jagung dunia US$100 per

ton C&F dan kurs Rp 7.000 per dolar AS dapat dipandang sebagai ambang

toleransi usahatani jagung hibrida.

Tabel 8. Laba finansial usahatani jagung hibrida pada berbagai tingkat harga jagung dunia dan kurs US$ (Rp000/kg)

Harga dunia/kurs US$Sumatera Utara Lampung Jawa

TimurLahan Sawah

Lahan Kering

Lahan Sawah

Lahan Kering

Lahan Sawah

Page 22: On Farm Paper

Harga dunia (US$/ton C&F)90100105115125

42904

1.1451.8872.109

7171.1661.3902.0812.288

-235134317884

1.053

155502678

1.2101.370

-502-2

2491.0201.250

Kurs (Rp/US$)7500800085009000

1.0841.3561.8871.900

1.3391.5902.0812.090

301493884876

686854

1.2101.193

233401

1.0201.010

Berdasarkan penelitian Simatupang (2003) di atas, secara umum dapat

disimpulkan bahwa usahatani jagung hibrida di Indonesia cukup kompetitif dan

kelayakan finansialnya berkelanjutan. Usahatani jagung mampu bertahan

menghadapi fluktuasi produktivitas, harga dunia, serta nilai tukar rupiah dalam

kisaran yang mungkin terjadi secara empiris. Ancaman serius terhadap daya saing

usahatani jagung hibrida ialah peningkatan sewa lahan, khususnya lahan sawah,

sebagai akibat dari kelangkaan lahan dan peningkatan profitabilitas usatahani

alternatif (padi sawah dan sayuran).

Referensi

Bakhri, S. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Jagung dengan Konsep Pengelolaan Tanaman Terpadu. BPTP Deptan. Sulawesi Tengah

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2009. Statistik Pertanian.

Page 23: On Farm Paper

Khaerizal H. 2008. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Komoditi Jagung Hibrida dan Bersari Bebas (Lokal) [skripsi]. Bogor. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Martodireso S, Suryanto WA. 2002. Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama. Yogyakarta: Kanisius.

Simatupang P. 2003 Daya Saing dan Efisiensi Usahatani Jagung Hibrida di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.