Omzet Industri Logistik Dekati Kuadriliun - ftp.unpad.ac.id fileKEMENTERIAN Koperasi dan Usaha Kecil...

1
KEMENTERIAN Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemen- kop dan UKM) mencatat 16 ribu debitur yang terkena bencana Gunung Merapi. Sementara outstanding kreditnya mencapai Rp445 miliar sampai dengan akhir tahun lalu. “Sebanyak 70 unit koperasi juga mengalami rusak parah, sedang, dan ringan, serta ada potensi kredit macet di 22 unit koperasi,” ujar Sekretaris Ke- menkop dan UKM Guritno Ku- sumo di Jakarta, kemarin. Bila diperinci, tambahnya, di Daerah Istimewa Yogyakarta ter- dapat 8.387 debitur dengan nilai kredit mencapai Rp230 miliar, di Jawa Tengah terdapat 8.277 debi- tur dengan nilai kredit mencapai Rp215 miliar. Sehingga secara keseluruhan, Kemenkop dan UKM memperkirakan kerugian nansial akibat bencana Gunung Merapi di DI Yogyakarta men- capai Rp41,5 miliar dan Jawa Tengah Rp40,5 miliar. Saat menanggapi hal itu, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Zulkii Zaini menyebutkan pihaknya telah merestrukturisasi utang debitur korban bencana Gunung Merapi. Sebanyak 227 rekening debitur direstrukturi- sasi dengan total nilai mencapai Rp6,8 miliar. “Sampai dengan 21 Januari tercatat 227 rekening dengan ni- lai utang keseluruhan yang telah direstrukturisasi sebesar Rp6,8 miliar,” ujarnya. Lebih jauh, Zulkii menjelas- kan bahwa restrukturisasi utang dilakukan di sejumlah wilayah bencana, seperti Bantul, Boyolali, dan Sleman. Menurutnya, re- strukturisasi utang yang dilaku- kan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 11/27/PBI/2009 tentang perla- kuan khusus terhadap kredit bank pascabencana alam. Sebelumnya, Bank Indonesia akan memberi perlakuan khusus bagi debitur yang menjadi kor- ban bencana Gunung Merapi. Perlakuan itu terkait dengan kolektibilitas, restrukturisasi, hingga pemberian kredit baru. Dengan kemudahan tersebut, penilaian kredit korban bencana hanya berlaku satu yakni kete- patan membayar.(*/E-5) 18 JUMAT, 28 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA E KONOMI NASIONAL MI/ROMMY PUJIANTO Kredit Korban Merapi Rp445 M SIAP BEROPERASI: Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Unit 8 Suralaya yang akan mulai beroperasi pada 22 April 2011 di Banten, kemarin. Pembangkit berkapasitas 1x625 megawatt (Mw) ini akan melengkapi PLTU Suralaya 1-7 yang telah beroperasi terlebih dahulu untuk menanggung beban listrik Pulau Jawa bagian barat. CHRISTINA SIHITE P ULIHNYA aktivitas perekonomian nasio- nal berbuah manis bagi para pelaku in- dustri logistik dan transportasi. Pasalnya, pasar untuk indus- tri logistik dan transportasi, baik dari pihak ketiga (third party) maupun in-house sektor industri, hingga akhir Okto- ber 2010 sukses menghimpun pendapat an Rp992,8 triliun atau mendekati kuadriliun. Pasar third party logistics (3PL) seperti transportasi, penyim- panan, dan jasa kurir mencapai Diprediksi, industri logistik tumbuh 8,3% pada tahun ini. Omzet Industri Logistik Dekati Kuadriliun Rp149 triliun. Biaya logistik in- house untuk sektor manufaktur, pertanian, kehutanan, perika- nan, konstruksi, pertambangan dan penggalian, perdagangan, telekomunikasi, dan jasa lain- nya bernilai Rp843,7 triliun. “Indonesia memberikan pe- luang besar bagi penyedia jasa logistik karena kebanyakan segmen bisnis menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang cukup besar dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Vice Presi- dent Transportation & Logistic Practice Asia Pasific Frost & Sullivan Gopal R, di Jakarta, kemarin. Selain itu, pertumbuhan eks- por barang dan jasa di Indo- nesia yang diperkirakan naik sekitar 9,7%-10,8% pada 2011 dinilai akan menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuh- an industri logistik dan trans- portasi di Indonesia. Adapun sektor-sektor kunci yang akan menjadi pasar terbe- sar industri ini adalah minyak dan gas bumi (migas), mineral dan batu bara, perkebunan, serta manufaktur. “Sektor mi- nyak dan gas Indonesia memi- liki potensi terbesar bagi penye- dia jasa logistik,” ujarnya. Pengiriman domestik, lanjut Gopal, ditaksir bakal meraup keuntungan besar pada 2011 karena para kontraktor migas akan mengeluarkan US$1,5 mi- liar untuk jasa transportasi laut pada 2010 dan pemilik kapal lokal mendapat untung US$700 juta dari nilai kontrak. Jika pada 2010 industri logis- tik dapat meraup sekitar US$1,5 miliar dari sektor migas, pada 2011, Gopal memperkirakan in- dustri ini dapat meraup sekitar US$3,2 miliar. Selain sektor migas, industri batu bara dan kelapa sawit akan menjadi kontributor bagi pundi-pundi penyedia jasa logistik di Tanah Air. “Indo- nesia adalah eksportir batu bara terbesar di dunia. Sejak Januari hingga September 2010, Indonesia sudah mengekspor sekitar 209,4 juta ton batu bara. Meningkat dari 2009 sebesar 230 juta ton.” Bukan hanya sektor migas, batu bara, dan kelapa sawit, peningkatan konsumsi rumah tangga pun akan turut memacu pertumbuhan industri logistik dan transportasi. Pusat industri “Potensi eksternal di nega- ra sekitar yang menjadi kunci ekonomi Asia Tenggara, se- KE Us ko de Gu ou Rp ak ju se po ko m su Da da kr Jaw tu Rp ke UK n M ca Te Di Tb pih ut Gu rek sa Rp ter lai di m ka di be da str ka Ba 11 ku ba ak ba ba Pe ko hi De pe ha pa MANTAN Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan dukung- an penuh terhadap wacana konversi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium dengan bahan bakar gas (BBG) jenis liquid gas for vehicle (LGV). Meskipun butuh waktu, peralih- an infrastruktur ini lebih solutif untuk jangka panjang ketimbang kebijakan subsidi. “Itu merupakan ide yang bagus. Seperti di India, di sana bahkan seluruh angkutan umum memakai BBG,” ujar Kalla di Jakarta, kemarin. Menurutnya, alternatif LGV atau Vi-Gas lebih baik jika di- bandingkan dengan kebijakan subsidi. Apalagi harga premium seharga Rp4.500 per liter atau jauh di bawah jenis pertamax Rp7.850 per liter. Hal itu diamini ekonom Insti- tut Pertanian Bogor Iman Suge- ma yang menegaskan bahwa kebijakan konversi dari BBM ke BGG secara komprehensif bukannya tidak bisa dilakukan. Namun, tidak ada kemauan dari pemerintah. “Bukan tidak bisa, tetapi tidak mau,” tuturnya. Kendati begitu, di tempat terpisah, Direktur Jenderal Mi- nyak dan Gas Bumi Kemente- rian Energi dan Sumber Daya Mineral Evita Herawati Legowo menampik opsi konversi terse- but. Menurutnya, Pemerintah hanya menawarkan kepada masyarakat untuk mengguna- kan LGV senilai Rp3.600 per liter alih-alih pertamax senilai Rp7.850 per liter. “LGV kan bisa dibeli sekarang,” ujar Evita. Saat menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai pemerintah belum satu suara dalam penerapan kebi- jakan konversi LGV. Hal sama terkait dengan program pem- batasan konsumsi BBM bersub- sidi yang sedianya dilaksanakan akhir kuartal I 2011. “LGV hanya akan sekadar menjadi wacana atau maksimal jadi pilot project.” Anggota Komisi VII DPR Ro- mahurmuziy berpandangan persiapan pemerintah menjelang pembatasan konsumsi BBM ber- subsidi saja masih minimalis. Mi- salnya terkait ketentuan menge- nai pihak yang berhak menikmati BBM bersubsidi. “Pemerintah tergopoh-gopoh mewacanakan produk alternatif LGV tanpa subsidi,” ujarnya. (*/E-5) Konversi BBM ke Gas Solusi Terabaikan SIA Ba da perti Singapura, Malaysia, dan Thailand, serta potensi pasar domestik yang sangat besar membuat Indonesia berpeluang menjadi pusat industri logistik potensial untuk saat ini dan masa datang,” lanjut Gopal. Terlebih, lanjutnya, Indone- sia telah merumuskan cetak biru logistik nasional sebagai upaya untuk menjadi pemain penting dalam industri logistik global. Berdasarkan Indeks Daya Saing Global yang dilansir World Economic Forum, Indo- nesia berada di posisi 75 untuk kinerja logistik. Padahal pada 2007-2008, Indonesia sempat berada di posisi 43. (E-3) [email protected] Sektor migas Indonesia memiliki potensi terbesar bagi penyedia jasa logistik.” Gopal R VP Transportation & Logistic Practice Asia Pasific Frost & Sullivan

Transcript of Omzet Industri Logistik Dekati Kuadriliun - ftp.unpad.ac.id fileKEMENTERIAN Koperasi dan Usaha Kecil...

KEMENTERIAN Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemen-kop dan UKM) mencatat 16 ribu debitur yang terkena bencana Gunung Merapi. Sementara outstanding kreditnya mencapai Rp445 miliar sampai dengan akhir tahun lalu.

“Sebanyak 70 unit koperasi juga mengalami rusak parah, sedang, dan ringan, serta ada potensi kredit macet di 22 unit ko perasi,” ujar Sekretaris Ke-menkop dan UKM Guritno Ku -sumo di Jakarta, kemarin.

Bila diperinci, tambahnya, di Daerah Istimewa Yogyakarta ter-dapat 8.387 debitur dengan nilai kredit mencapai Rp230 miliar, di Jawa Tengah terdapat 8.277 debi-tur dengan nilai kredit mencapai Rp215 miliar. Sehingga secara keseluruhan, Kemenkop dan UKM memperkirakan kerugian fi nansial akibat bencana Gunung Merapi di DI Yogyakarta men-capai Rp41,5 miliar dan Jawa Tengah Rp40,5 miliar.

Saat menanggapi hal itu, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Zulkifl i Zaini menyebutkan pihaknya telah merestrukturisasi utang debitur korban bencana Gunung Merapi. Sebanyak 227 rekening debitur direstrukturi-sasi dengan total nilai mencapai Rp6,8 miliar.

“Sampai dengan 21 Januari tercatat 227 rekening dengan ni-lai utang keseluruhan yang telah direstrukturisasi sebesar Rp6,8 miliar,” ujarnya.

Lebih jauh, Zulkifl i menjelas-kan bahwa restrukturisasi utang dilakukan di sejumlah wilayah bencana, seperti Bantul, Boyolali, dan Sleman. Menurutnya, re-strukturisasi utang yang dilaku-kan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 11/27/PBI/2009 tentang perla-kuan khusus terhadap kredit bank pascabencana alam.

Sebelumnya, Bank Indonesia akan memberi perlakuan khusus bagi debitur yang menjadi kor-ban bencana Gunung Merapi. Perlakuan itu terkait dengan ko lektibilitas, restrukturisasi, hingga pemberian kredit baru. Dengan kemudahan tersebut, penilaian kredit korban bencana hanya berlaku satu yakni kete-patan membayar.(*/E-5)

18 JUMAT, 28 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIAEKONOMI NASIONAL

MI/ROMMY PUJIANTO

KreditKorbanMerapiRp445 M

SIAP BEROPERASI: Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Unit 8 Suralaya yang akan mulai beroperasi pada 22 April 2011 di Banten, kemarin. Pembangkit berkapasitas 1x625 megawatt (Mw) ini akan melengkapi PLTU Suralaya 1-7 yang telah beroperasi terlebih dahulu untuk menanggung beban listrik Pulau Jawa bagian barat.

CHRISTINA SIHITE

PULIHNYA aktivitas perekonomian nasio-nal berbuah manis bagi para pelaku in-

dustri logistik dan transportasi. Pasalnya, pasar untuk indus-tri logistik dan transportasi, baik dari pihak ketiga (third party) maupun in-house sektor industri, hingga akhir Okto-ber 2010 sukses menghimpun pendapat an Rp992,8 triliun atau mendekati kuadriliun.

Pasar third party logistics (3PL) seperti transportasi, penyim-panan, dan jasa kurir mencapai

Diprediksi, industri logistik tumbuh 8,3% pada tahun ini.

Omzet Industri LogistikDekati Kuadriliun

Rp149 triliun. Biaya logistik in-house untuk sektor manufaktur, pertanian, kehutanan, perika-nan, konstruksi, pertambangan dan penggalian, perdagangan, telekomunikasi, dan jasa lain-nya bernilai Rp843,7 triliun.

“Indonesia memberikan pe-luang besar bagi penyedia jasa logistik karena kebanyakan segmen bisnis menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang cukup besar dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Vice Presi-dent Transportation & Logistic Practice Asia Pasific Frost & Sullivan Gopal R, di Jakarta, kemarin.

Selain itu, pertumbuhan eks-por barang dan jasa di Indo-nesia yang diperkirakan naik sekitar 9,7%-10,8% pada 2011 dinilai akan menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuh-an industri logistik dan trans-portasi di Indonesia.

Adapun sektor-sektor kunci yang akan menjadi pasar terbe-sar industri ini adalah minyak dan gas bumi (migas), mineral dan batu bara, perkebunan, serta manufaktur. “Sektor mi- nyak dan gas Indonesia memi-liki potensi terbesar bagi penye-dia jasa logistik,” ujarnya.

Pengiriman domestik, lanjut Gopal, ditaksir bakal meraup keuntungan besar pada 2011 karena para kontraktor migas akan mengeluarkan US$1,5 mi-

liar untuk jasa transportasi laut pada 2010 dan pemilik kapal lokal mendapat untung US$700 juta dari nilai kontrak.

Jika pada 2010 industri logis-tik dapat meraup sekitar US$1,5 miliar dari sektor migas, pada 2011, Gopal memperkirakan in-dustri ini dapat meraup sekitar US$3,2 miliar.

Selain sektor migas, industri

batu bara dan kelapa sawit akan menjadi kontributor bagi pundi-pundi penyedia jasa logistik di Tanah Air. “Indo-nesia adalah eksportir batu bara terbesar di dunia. Sejak Januari hingga September 2010, Indonesia sudah mengekspor sekitar 209,4 juta ton batu bara. Meningkat dari 2009 sebesar 230 juta ton.”

Bukan hanya sektor migas, batu bara, dan kelapa sawit, peningkatan konsumsi rumah tangga pun akan turut memacu pertumbuhan industri logistik dan transportasi.

Pusat industri“Potensi eksternal di nega-

ra sekitar yang menjadi kunci ekonomi Asia Tenggara, se-

KEUskodeGuouRpak

jusepokomsu

DadakrJawtuRpkeUKfi nMcaTe

DiTbpihutGureksaRp

terlaidim

kadibedastrkaBa11kuba

akbabaPekohiDepehapa

MANTAN Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan dukung-an penuh terhadap wacana konversi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium dengan bahan bakar gas (BBG) jenis liquid gas for vehicle (LGV). Meskipun butuh waktu, peralih-an infrastruktur ini lebih solutif untuk jangka panjang ketimbang kebijakan subsidi.

“Itu merupakan ide yang bagus. Seperti di India, di sana bahkan seluruh angkutan umum memakai BBG,” ujar Kalla di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, alternatif LGV atau Vi-Gas lebih baik jika di-bandingkan dengan kebijakan subsidi. Apalagi harga premium seharga Rp4.500 per liter atau jauh di bawah jenis pertamax Rp7.850 per liter.

Hal itu diamini ekonom Insti-tut Pertanian Bogor Iman Suge-ma yang menegaskan bahwa kebijakan konversi dari BBM ke BGG secara komprehensif bukannya tidak bisa dilakukan. Namun, tidak ada kemauan dari pemerintah. “Bukan tidak bisa, tetapi tidak mau,” tuturnya.

Kendati begitu, di tempat terpisah, Direktur Jenderal Mi-

nyak dan Gas Bumi Kemente-rian Energi dan Sumber Daya Mineral Evita Herawati Legowo menampik opsi konversi terse-but. Menurutnya, Pemerintah hanya menawarkan kepada masyarakat untuk mengguna-kan LGV senilai Rp3.600 per liter alih-alih pertamax senilai Rp7.850 per liter. “LGV kan bisa dibeli sekarang,” ujar Evita.

Saat menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai pemerintah belum satu suara dalam penerapan kebi-jakan konversi LGV. Hal sama terkait dengan program pem-batasan konsumsi BBM bersub-sidi yang sedianya dilaksanakan akhir kuartal I 2011. “LGV hanya akan sekadar menjadi wacana atau maksimal jadi pilot project.”

Anggota Komisi VII DPR Ro-mahurmuziy berpandangan persiapan pemerintah menjelang pembatasan konsumsi BBM ber-subsidi saja masih minimalis. Mi-salnya terkait ketentuan menge-nai pihak yang berhak menikmati BBM bersubsidi. “Pemerintah tergopoh-gopoh mewacanakan produk alternatif LGV tanpa subsidi,” ujarnya. (*/E-5)

Konversi BBM ke GasSolusi Terabaikan

SIABada

perti Singapura, Malaysia, dan Thailand, serta potensi pasar domestik yang sangat besar membuat Indonesia berpeluang menjadi pusat industri logistik potensial untuk saat ini dan masa datang,” lanjut Gopal.

Terlebih, lanjutnya, Indone-sia telah merumuskan cetak biru logistik nasional sebagai upaya untuk menjadi pemain penting dalam industri logistik global.

Berdasarkan Indeks Daya Saing Global yang dilansir World Economic Forum, Indo-nesia berada di posisi 75 untuk kinerja logistik. Padahal pada 2007-2008, Indonesia sempat berada di posisi 43. (E-3)

[email protected]

Sektor migas Indonesia memiliki

potensi terbesar bagi penyedia jasa logistik.”

Gopal RVP Transportation & LogisticPractice Asia Pasific Frost & Sullivan