OMSK Minggu Ke 3

49
BAB I STATUS PASIEN I. Identitas Pasien a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn D/Laki-laki/45tahun b. Pekerjaan/Pendidikan : Buruh c. Alamat : RT. 03 Tahtul Yaman II. Latar Belakang Sosio-ekonomi- demografi-lingkungan-keluarga a. Status Perkawinan : Belum menikah b. Jumlah anak/saudara : - / 2 dari 6 bersaudara c. Status ekonomi keluarga : Penghasilan Rp.1.500.000/bulan d. Kondisi Rumah Pasien tinggal dirumah panggung, mempunyai 3 kamar tidur, 1 kamar mandi dengan sumber air bersih dari sumur, sumber air minum dengan air sumur, ventilasi dan pencahayaan memadai, dapur bersatu dengan ruang makan, BAB di jamban leher angsa yang letaknya di dalam kamar mandi,penataan rumah rapi danbersih 1

description

otitis media supuratif kronis

Transcript of OMSK Minggu Ke 3

Page 1: OMSK Minggu Ke 3

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien

a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn D/Laki-laki/45tahun

b. Pekerjaan/Pendidikan : Buruh

c. Alamat : RT. 03 Tahtul Yaman

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga

a. Status Perkawinan : Belum menikah

b. Jumlah anak/saudara : - / 2 dari 6 bersaudara

c. Status ekonomi keluarga : Penghasilan Rp.1.500.000/bulan

d. Kondisi Rumah

Pasien tinggal dirumah panggung, mempunyai 3 kamar tidur, 1 kamar

mandi dengan sumber air bersih dari sumur, sumber air minum dengan air

sumur, ventilasi dan pencahayaan memadai, dapur bersatu dengan ruang

makan, BAB di jamban leher angsa yang letaknya di dalam kamar

mandi,penataan rumah rapi danbersih sampah rumah tangga dibuang di

belakang rumah. Jarak antar rumah tidak berdekatan.

- Kondisi Lingkungan Keluarga : Pasien tinggal bersama ibu dan seorang

saudaranya serta keponakannya. Ayah pasien telah lama meninggal.

Hubungan pasien dengan keluarga Baik dan harmonis

1

Page 2: OMSK Minggu Ke 3

Rumah pasien tampak depan

Kamar mandi pasien

2

Page 3: OMSK Minggu Ke 3

Ruangan belakang

Pemeriksaan telinga kiri pasien

III. Aspek Psikologis di Keluarga

- Pasien merupakan anak kedua dari enam bersaudara

- Tinggal ditempat yang padat penduduk

- Hubungan dengan keluarga baik

- Faktor stress dalam keluarga tidak ada

3

Page 4: OMSK Minggu Ke 3

IV. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan Utama : Keluar cairan dari telinga kiri sejak 3 hari sebelum

berobat ke Puskesmas

Riwayat Perjalanan Penyakit:

Os mengatakan cairan keluar dari telinga kiri sejak 3 hari yang lalu,

cairan berwarna kekuningan, kental, berbau, tidak berdarah dan terasa gatal.

Pasien juga mengeluh rasa sakit pada telinga kiri. Selain itu, keponakan

pasien juga mengatakan pendengaran pasien agak berkurang. Nyeri

dibelakang telinga disangkal, sakit tenggorok disangkal, sulit menelan

disangkal.

7 hari yang lalu pasien batuk dan pilek dengan ingus berwarna putih

bening, demam (+), batuk (+). Sekarang batuk, pilek dan demam sudah mulai

membaik. Os mengaku penyakit telinga pasien selalu kambuh-kambuhan

sejak dari 1 tahun yang lalu. Sehari-hari pasien suka mengorek-ngorek

telinganyamenggunakan cotton bud setelah mandi .

V. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga

satu tahun yang lalu,os pernah keluar cairan pada telinga kiri pasien dan

berobat ke puskesmas.

Os sering menderita batuk & pilek. suka mengorek telinga(+) Riwayat

trauma, keluar darah dari hidung, dan sering berenang disangkal.

Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama.

Riwayat alergi dan asma pada keluarga disangkal penderita.

VI. Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata

1. Keadaan Umum : tampak sakit sedang

2. Kesadaran : compos mentis

3. Nadi : 98x/menit

4. Pernafasan : 22x/menit

4

Page 5: OMSK Minggu Ke 3

5. Suhu : 37,0°C

6. TD : 130/80

Pemeriksaan Organ

1. Kepala Bentuk : normocephal

2. Mata Exopthalmus/enophtal: (-)

Kelopak : normal

Conjungtiva : anemis (-/-)

Sklera : ikterik (-/-)

Kornea : normal

Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+

Lensa : normal, keruh (-)

3. THT : dijelaskan pada pemeriksaan lokalis

4. Leher : pembesaran KGB (-), struma (-)

5. Thorak

Jantung : BJ I/II reguler normal, bising jantung (-)

Paru : Vesikuler, wheezing (-), ronki (-)

6. Abdomen : Supel, Nyeri tekan (-), Bising usus normal

7. Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

Status Lokalis

Tabel Pemeriksaan Telinga

No. Pemeriksaan Telinga

Telinga kanan Telinga kiri

1. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam batas normal, nyeri tragus (-), hiperemis (-), hematoma (-)

Bentuk dan ukuran dalam batas normal, nyeri tragus (-), hematoma (-), hiperemis (-)

2. Liang telinga luar Serumen (+), hiperemis (-), furunkel (-), edema (-), otorrhoe (-)

Serumen (+), hiperemis (-), furunkel (-), edema (-), otorrhoe (+)

5

Page 6: OMSK Minggu Ke 3

3. Membran timpani Retraksi (-), bulging (-), perforasi sentral (-)

Retraksi (-), bulging (-), perforasi sentral (+)

6

Page 7: OMSK Minggu Ke 3

Tabel Pemeriksaan Hidung

Pemeriksaan Hidung

Hidung kanan Hidung kiri

Hidung luar Bentuk (N), inflamasi (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)

Bentuk (N), inflamasi (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)

Vestibulum nasi N NDasar cavum nasi Bentuk (N), mukosa hiperemi

(-)Bentuk (N), mukosa hiperemi (-)

Meatus nasi media Mukosa hiperemi (-), sekret (+), konka nasi media (N)

Mukosa hiperemi (-), sekret (+), konka nasi media (N)

Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemi (-) Edema (-), mukosa hiperemi (+)Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-),

perdarahan (-)Deviasi (-), benda asing(-), perdarahan (-)

Tabel Pemeriksaan Mulut

Pemeriksaan Hasil

Bibir mukosa bibir basah

Mulut mukosa mulut basah, bau mulut (-)

Gigi ada karies Lidah warna merah muda,kotor (-)

Uvula bentuk normal, hiperemis (-), edema (-)

Palatum mole hiperemis (-)

Palatum durum hiperemis (-)

VII. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

VIII. Saran pemeriksaan

Darah rutin

Rontgen

Kultur bakteri

Audiometri

Barani Test

7

Page 8: OMSK Minggu Ke 3

IX. Diagnosis Kerja

Otitis media supuratif kronis Auricula Sinistra susp. tipe benign aktif

(H663)

X. Diagnosis Banding

- Otitis media supuratif kronis AS tipe maligna (H71)

- Otitis media akut stadium perforasi (H664)

- Barotrauma (H669)

XI. Manajemen

a. Preventif :

Hindari aktifitas yang dapat menyebabkan masuknya air kedalam

telinga misalnya berenang dan bila mandi tutup telinga dengan

kapas.

Hindari mengorek-ngorek telinga baik dengan cotton bud maupun

tangan

Apabila menderita demam, batuk, pilek segera obati agar penyakit

tidak berulang.

Menghindari konak dengan penderita ISPA

Istirahat yang cukup

Menjaga kebersihan telinga

Mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi

b. Promotif :

Menjelaskan pada pasien dan ibu pasien mengenai penyakitnya serta

komplikasi dari penyakit ini agar pasien patuh untuk berobat.

Menjelaskan cara penggunaan obat yang benar.

c. Kuratif :

8

Page 9: OMSK Minggu Ke 3

Non Farmakologi

Suction

Trilling

Bersihkan menggunakan kapas

Ditutup telinga menggunakan kapas

Bersihkan menggunakan larutan H2O2 3%

Farmakologi

Kloramfenikol tetes telinga 3 x sehari 2 tetes

Amoksisilin 500 mg 3 x 1 tab sehari

Parasetamol 500 mg 3 x 1 tab sehari

9

Page 10: OMSK Minggu Ke 3

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Tahtul Yaman

dr. Bertylia R.W.U SIP. G1A213062

STR 019/01/2015

Jl Tahtul Yaman no 03 RT 03

Dokter :dr. Bertylia R.W.U

SIP : No. 266/SIK/2015

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Tahtul Yaman

dr. Bertylia R.W.U SIP. G1A213062

STR 019/01/2015

Jl Tahtul Yaman no 03 RT 03

Dokter :dr. Bertylia R.W.U

SIP : No. 266/SIK/2015

22 Februari 2014

R/ Kloramfenikol flash No. I

ʃ 3 dd gtt II AS

R/ Amoksisilin tab mg 250 No. XV

ʃ 3 dd 1 tab

R/ Parasetamol tab mg 500 No. XV

ʃ 3 dd 1 tab

Pro :Tn . D/45ahun

Alamat : RT 03 Tahtul Yaman

22 Februari 2014

R/ kotrimoksazol 480 mg No. XX

ʃ 2 dd 2 tab

R/ ibuprofen tab mg 400 No. XV

ʃ 3 dd 1 tab

R/ GG tab 100 mg No. No XVIII

ʃ 3 dd 2 tab

R/ CTM 4 mg tab No XII

ʃ 2 dd 1 tab

Pro : Tn. D/45tahun

Alamat : RT 03 Tahtul Yaman

Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Tahtul Yaman

dr. Bertylia R.W.U SIP. G1A213062

STR 019/01/2015

10

Page 11: OMSK Minggu Ke 3

Jl Tahtul Yaman no 03 RT 03

Dokter :dr. Bertylia R.W.U

SIP : No. 266/SIK/2015

22 Februari 2014

R/ eritromisin tab 500 mg No XXI

S3 dd tab 1 pc

R/ Cetirizin tab 10 mg No V

S1 dd tab 1

R/ Ambroxol tab 30 mg No XV

S3dd tab 1

Pro : Tn. D/45ahun

Alamat : RT 03 Tahtul Yaman

Obat Tradisional

Ambil tiga potong jahe segar, bersihkan, tumbuk dan masukkan ke

dalam air hangat yang dicampur dengan sesendok madu dan sedikit

merica bubuk, seduh, lalu diminum

11

Page 12: OMSK Minggu Ke 3

Ambil secangkir susu hangat, yang dicampur dengan perasan kunyit

tambah sesendok makan madu dan diminum tiga kali sehari.

d. Rehabilitatif

Mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk mempercepat

pemulihan daya tahan tubuh.

Kontrol ulang setelah obat habis

Makan obat secara teratur

12

Page 13: OMSK Minggu Ke 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga Tengah

Anatomi telinga tengah terdiri dari: 1

1. Membran Timpani

Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan

memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Ketebalannya rata-rata 0,1

mm. Letak membrana timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan

tetapi miring yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam dan membuat

sudut 45o dari dataran sagital dan horizontal. Dari umbo kemuka bawah tampak

refleks cahaya (cone of light).1

Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu: 2

1. Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.

2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.

3. Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum

dan mukosum.

Secara anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian: 1

1. Pars tensa

2. Pars flasida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan lebih

tipis dari pars tensa dan pars flasida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :

a. Plika maleolaris anterior

b. Plika maleolaris posterior

2. Kavum Timpani

Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal,

bentuknya bikonkaf. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan

diameter transversal 2-6 mm.3

13

Page 14: OMSK Minggu Ke 3

Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu: 3

a. Atap kavum timpani.

Dibentuk tegmen timpani, memisahkan telinga tengah dari fosa kranial dan

lobus temporalis dari otak. bagian ini juga dibentuk oleh pars petrosa tulang

temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura petroskuama.3

b. Lantai kavum timpani

Dibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari

bulbus jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari

kavum timpani mudah merembet ke bulbus vena jugularis.3

c. Dinding medial.

Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini juga

merupakan dinding lateral dari telinga dalam.3

d. Dinding posterior

Dinding posterior dekat keatap, mempunyai satu saluran disebut aditus,

yang menghubungkan kavum timpani dengan antrum mastoid melalui

epitimpanum. Dibelakang dinding posterior kavum timpani adalah fosa

kranii posterior dan sinus sigmoid.3

e. Dinding anterior

Dinding anterior bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari

lempeng tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada saat memasuki

tulang tengkorak dan sebelum berbelok ke anterior.4 Dinding ini ditembus

oleh saraf timpani karotis superior dan inferior yang membawa serabut-

serabut saraf simpatis kepleksus timpanikus dan oleh satu atau lebih cabang

timpani dari arteri karotis interna1. Dinding anterior ini terutama berperan

sebagai muara tuba eustachius.3

Kavum timpani terdiri dari: 5,6

1. Tulang-tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes).

2. Dua otot.

3. Saraf korda timpani.

4. Saraf pleksus timpanikus

14

Page 15: OMSK Minggu Ke 3

Tulang-tulang pendengaran terdiri dari: 1

1. Malleus (hammer/martil)

2. Inkus (anvil/landasan)

3. Stapes (stirrup/pelana)

Otot-otot pada kavum timpani, terdiri dari: 3

1. Otot tensor timpani (muskulus tensor timpani)

2. Otot stapedius (muskulus stapedius).

Saraf-saraf pada kavum timpani antara lain:

a. Korda Timpani

Merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke kavum timpani dari

analikulus posterior yang menghubungkan dinding lateral dan posterior.

Korda timpani juga mengandung jaringan sekresi parasimpatetik yang

berhubungan dengan kelenjar ludah sublingual dan submandibula melalui

ganglion ubmandibular. Korda timpani memberikan serabut perasa pada 2/3

depan lidah bagian anterior.1

b. Pleksus Timpanikus

Berasal dari n. timpani cabang dari nervus glosofaringeus dan dengan

nervus karotikotimpani yang berasal dari pleksus simpatetik disekitar arteri

karotis interna.7

c. Saraf Fasial

Meninggalkan fosa kranii posterior dan memasuki tulang temporal melalui

meatus akustikus internus bersamaan dengan N. VIII.1

Saraf fasial terutama terdiri dari dua komponen yang berbeda, yaitu: 1

Saraf motorik untuk otot-otot yang berasal dari lengkung brankial kedua

(faringeal) yaitu otot ekspresi wajah, stilohioid, posterior belly m.

digastrik dan m. stapedius.

15

Page 16: OMSK Minggu Ke 3

Saraf intermedius yang terdiri dari saraf sensori dan sekretomotor

parasimpatetis preganglionik yang menuju ke semua glandula wajah

kecuali parotis.

3. Tuba Eustachius

Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani.

Bentuknya seperti huruf S. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm

berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah 13 dan pada anak

dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi

telinga.1

Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu: 1

1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).

2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).

Otot yang berhubungan dengan tuba eustachius yaitu: 1,8

1. M. tensor veli palatini

2. M. elevator veli palatini

3. M. tensor timpani

4. M. salpingofaringeus

4. Prosesus Mastoideus

Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah

ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah

dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah duramater

pada daerah ini.9

Pneumatisasi prosesus mastoideus ini dapat dibagi atas: 6

1. Prosesus Mastoideus Kompakta (sklerotik), diomana tidak ditemui sel-sel.

2. Prosesus Mastoideus Spongiosa, dimana terdapat sel-sel kecil saja.

16

Page 17: OMSK Minggu Ke 3

3. Prosesus Mastoideus dengan pneumatisasi yang luas, dimana sel-sel disini

besar.

2.2 Fisiologi Pendengaran

Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga

dan mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini

diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.

Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang juga

menggerakkan perilimf dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui

membran Reissener yang mendorong endolimf dan membran basal kearah bawah,

perilimf dala m skala timpani akan bergerak sehingga tingkap (foramen

rotundum) terdorong ke arah luar. Skala media yang menjadi cembung mendesak

endolimf dan mendorong membran basal, sehingga menjadi cembung kebawah

dan menggerakkan perilimf pada skala timpani. Pada waktu istirahat ujung sel

rambut berkelok-kelok, dan dengan berubahnya membran basal ujung sel rambut

menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium

dan ion Natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang n.VII,

yang kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak

(area 39-40) melalui saraf pusat yang ada dilobus temporalis.1,3

2.3 Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

2.3.1 Definisi

OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi

peradangan kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak

intak (perforasi) dan ditemukan sekret (otorrhoe) purulen yang hilang timbul.

Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah dan berlangsung

lebih dari 2 bulan. Perforasi sentral adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa

membran timpani atau sekurang-kurangnya pada annulus. Defek dapat ditemukan

seperti pada anterior, posterior, inferior atau subtotal. Menurut Ramalingam

bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan mukoperiosteum dari middle ear

17

Page 18: OMSK Minggu Ke 3

cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis yang

ireversibe.l,3

2.3.2 Klasifikasi

OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu: 1,3

1. Tipe Tubotimpani (benigna = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen)

Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan

gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.

Gambar 2.1 OMSK Tipe Tubotimpani

Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:

a. Penyakit aktif

Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh

perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah

berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi

dari mukoid sampai mukopurulen.1

b. Penyakit tidak aktif

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan

mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli

konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus, atau

suatu rasa penuh dalam telinga.1,3

18

Page 19: OMSK Minggu Ke 3

2. Tipe Atikoantral (maligna = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang)

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit

atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan

terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai

menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu: 1,2

a. Kongenital

b. Didapat.

Gambar 2.2 OMSK Tipe Atikoantral

Pada umumnya kolesteatom terdapat pada otitis media kronik dengan perforasi

marginal. teori itu adalah: 1,4

1. Epitel dari liang telinga masuk melalui perforasi kedalam kavum timpani

dan disini ia membentuk kolesteatom (migration teori menurut Hartmann),

epitel yang masuk menjadi nekrotis, terangkat keatas.

2. Embrional sudah ada pulau-pulau kecil dan ini yang akan menjadi

kolesteatom.

3. Mukosa dari kavum timpani mengadakan metaplasia oleh karena infeksi

(metaplasia teori menurut Wendt).

4. Ada pula kolesteatom yang letaknya pada pars plasida (attic retraction

cholesteatom).

19

Page 20: OMSK Minggu Ke 3

Lokasi perforasi pada OMSK, antara lain:

1. Perforasi sentral

Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-

superior, kadang-kadang sub total.1,3

2. Perforasi marginal

Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus

fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi

total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan

kolesteatom.1,3

3. Perforasi atik

Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired

cholesteatoma.1,3

2.3.3 Epidemiologi

Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi

sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, higiene dan nutrisi yang jelek.

Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang

mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden

OMSK saja, tidak ada data yang tersedia.6,8

2.3.4 Etiologi

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada

anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari

nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah

melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor

predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom.

Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor

insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Kelainan humoral (seperti

hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom

kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.1

20

Page 21: OMSK Minggu Ke 3

Penyebab OMSK antara lain: 1,4

1. Lingkungan

2. Genetik

3. Otitis media sebelumnya.

4. Infeksi

5. Infeksi saluran nafas atas

6. Autoimun

7. Alergi

8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap

pada OMSK: 1

1. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan

produksi sekret telinga purulen berlanjut.

2. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan

pada perforasi.

3. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui

mekanisme migrasi epitel.

4. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan

yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah

penutupan spontan dari perforasi.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif

menjadi kronis majemuk, antara lain: 8

1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.

a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.

b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total

2. Perforasi membran timpani yang menetap.

3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada

telinga tengah.

4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.

21

Page 22: OMSK Minggu Ke 3

5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di

mastoid.

6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan

mekanisme pertahanan tubuh.

2.3.5 Patogenesis

Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini

merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang

sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus.1,5 Perforasi

sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga

tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai

keadaan inaktif dari otitis media kronis.1

2.3.6 Patologi

OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap.

Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada

keseragaman gambaran patologi.

Secara umum gambaran yang ditemukan adalah: 5

1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral.

2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit

3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya

infeksi sebelumnya.

4. Pneumatisasi mastoid

OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling akhir

terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur

oleh otitis media yang terjadi pada usia tersebut atau lebih muda. Bila infeksi

kronik terusberlanjut, mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran

prosesus mastoid berkurang.1

22

Page 23: OMSK Minggu Ke 3

2.3.7 Gejala Klinis

Gejala klinis pada OMSK, antara lain:

1. Telinga Berair (Otorrhoe)

Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada

OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang

sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran

timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK

stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas

unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya

lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan

adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya

kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri

mengarah kemungkinan tuberkulosis.1

2. Gangguan Pendengaran

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.

Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani

serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada

OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.7

3. Nyeri Telinga (Otalgia)

Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri

dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,

terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan

abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti

Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.1

4. Vertigo

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin

akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya

akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang

sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran

timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh

23

Page 24: OMSK Minggu Ke 3

perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan

keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.3

5. Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna: 2

a. Adanya abses atau fistel retroaurikular

b. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum

timpani.

c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)

d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

2.3.8 Pemeriksaan Klinik

Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai

berikut: 1,2

1. Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli

konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya

ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan

dan mobilitas.2

Derajat ketulian nilai ambang pendengaran: 1

Normal : -10 dB sampai 26 dB

Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB

Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

Tuli total : lebih dari 90 dB.

Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa membantu:

1. Perforasi umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB.

2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli

konduktif 30-50 dB apabila disertai perforasi.

24

Page 25: OMSK Minggu Ke 3

3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang

masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun

keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan koklea parah.

2. Pemeriksaan Radiologi

a. Proyeksi Schuller

Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas.

Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus

lateral dan tegmen.2

b. Proyeksi Mayer atau Owen

Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran

tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah

kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.2

c. Proyeksi Stenver

Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas

memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis

semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan

melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat.1,2

d. Proyeksi Chause III

Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan

kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT-scan dapat

menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.2

3. Bakteriologi

Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,

Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMA Streptokokus

pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis.

25

Page 26: OMSK Minggu Ke 3

Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan

bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.1

1. Bakteri spesifik

Misalnya Tuberkulosis. Dimana otitis tuberkulosa sangat jarang (kurang

dari 1% menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh

infeksi paru yang lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba.

Otitis media tuberkulosa dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai

akibat minum susu yang tidak dipateurisasi.2

2. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob

Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa,

stafilokokus aureus dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk

Pseudomonas aeruginosa adalah ceftazidime dan ciprofloksasin, dan

resisten pada penisilin, sefalosporin dan makrolid. Sedangkan Proteus

mirabilis sensitif untuk antibiotik kecuali makrolid. Stafilokokus aureus

resisten terhadap sulfonamid dan trimethoprim dan sensitif untuk

sefalosforin generasi I dan gentamisin.1

2.3.9 Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi,

dimana pengobatan dapat dibagi atas: 1,2

1. Konservatif

2. Operasi

OMSK Benigna Tenang

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasihatkan untuk jangan

mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang

dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas

memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,

timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.

26

Page 27: OMSK Minggu Ke 3

OMSK Benigna Aktif

Prinsip pengobatan OMSK adalah: 2.6

1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.

2. Pemberian antibiotika : topikal antibiotik (antimikroba), sistemik.

a. Pemberian antibiotik topikal

Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak

tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak

progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan

kortikosteroid.3 Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk

sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik

misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan

antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan

uji resistensi.2 Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas

untuk OMSK aktif yang dikombinasi dengan pembersihan telinga.

Bubuk telinga yang digunakan seperti: 2

1. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine

2. Terramycin.

3. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg

Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah: 2

1. Polimiksin B atau polimiksin E

Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas,

E. Koli Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif,

Proteus, B. fragilis Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.

2. Neomisin

Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif, misalnya

Stafilokokus aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan

Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan telinga.

3. Kloramfenikol

Obat ini bersifat bakterisid

27

Page 28: OMSK Minggu Ke 3

b. Pemberian antibiotik sistemik

Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai

pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu

diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.

Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama daya

bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak

kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon.

Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya

bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh

antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.1,2

Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada OMSK adalah: 1,2,5

- Pseudomonas : Aminoglikosida ± karbenisilin

- P. Mirabilis : Ampisilin atau sefalosforin

- P. morganii, P. Vulgaris : Aminoglikosida ± Karbenisilin

- Klebsiella : Sefalosforin atau aminoglikosida

- E. Coli : Ampisilin atau sefalosforin

- S. Aureus : Anti-stafilikokus penisilin, sefalosforin, eritromisin,

aminoglikosida

- Streptokokus : Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

- B. Fragilis : Klindamisin

Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat

derivat asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat

diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16

tahun. Golongan sefalosforin generasi III (sefotaksim, seftazidin dan seftriakson)

juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi

ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup, meskipun

dapat mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman

anaerob. Menurut Browsing dkk metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa

28

Page 29: OMSK Minggu Ke 3

antibiotik (sefaleksin dan kotrimoksasol) pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8

jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.1,5

OMSK Maligna

Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif

dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan

pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya

dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.2

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada

OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain: 2

1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)

2. Mastoidektomi radikal

3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

4. Miringoplasti

5. Timpanoplasti

6. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen,

memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi

atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. 1,6

2.3.10 Komplikasi

Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan

patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten

dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya

komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media

akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe

benigna pun dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius

lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan

kolesteatom.1,4

29

Page 30: OMSK Minggu Ke 3

A. Komplikasi ditelinga tengah :

1. Perforasi persisten

2. Erosi tulang pendengaran

3. Paralisis nervus fasial

B. Komplikasi telinga dalam

1. Fistel labirin

2. Labirinitis supuratif

3. Tuli saraf (sensorineural)

C. Komplikasi ekstradural

1. Abses ekstradural

2. Trombosis sinus lateralis

3. Petrositis

D. Komplikasi ke susunan saraf pusat

1. Meningitis

2. Abses otak

3. Hidrosefalus otitis

Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intrakranial harus melewati 3

macam lintasan: 1

1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak

2. Menembus selaput otak.

3. Masuk kejaringan otak.

30

Page 31: OMSK Minggu Ke 3

BAB III

ANALISA KASUS

Hubungan diagnosis dengan, anamnesis, pemeriksaan fisik, keadaan rumah

dan lingkungan sekitar:

Pada anamnesis Os mengatakan cairan keluar dari telinga kiri sejak 3 hari

yang lalu, cairan berwarna kekuningan, kental, berbau, tidak berdarah dan

terasa gatal. Pasien juga mengeluh rasa sakit pada telinga kiri. Selain itu,

keponakan pasien juga mengatakan pendengaran pasien agak berkurang. Nyeri

dibelakang telinga disangkal, sakit tenggorok disangkal, sulit menelan

disangkal.

7 hari yang lalu pasien batuk dan pilek dengan ingus berwarna putih

bening, demam (+), batuk (+). Sekarang batuk, pilek dan demam sudah mulai

membaik. Os mengaku penyakit telinga pasien selalu kambuh-kambuhan sejak

dari 1 tahun yang lalu. Sehari-hari pasien suka mengorek-ngorek

telinganyamenggunakan cotton bud setelah mandi .

Pada pemeriksaan fisik untuk pemeriksaan telinga di dapatkan perforasi

pada telinga kiri (+), keluar cairan berwarna kuning kental (+).Dari anamnesis

dan pemeriksaan fiskl didapatkan hubungan antara diagnosis pada penyakit

pasien.

Pasien tinggal dirumah panggung, mempunyai 3 kamar tidur, 1 kamar mandi

dengan sumber air bersih dari sumur, sumber air minum dengan air sumur,

ventilasi dan pencahayaan kurang memadai, dapur bersatu dengan ruang

makan, BAB di jamban leher angsa yang letaknya di dalam kamar mandi,

sampah rumah tangga dibuang di belakang rumah. Tidak ada hubungan antara

keadaan rumah pasien dengan penyakit yang diderita pasien.

31

Page 32: OMSK Minggu Ke 3

Hubungan diagnosa dengan keluarga dan hubungan keluarga:

Pasien merupakan anak kedua dari 6 bersaudara. Pasien tinggal bersama

ibu seorang saudaranya seta seorang keponakannya. Ayah pasien telah

lama meninggal. Hubungan pasien dengan keluarga baik

Tidak ada hubungan antara keadaan keluarga dengan penyakit yang

diderita pasien.

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga:

Pasien mandi tiga kali sehari mandi menggunakan sabun dan sikat gigi.

Sebelum makan pasien mencuci tangan, tetapi tidak pernah menggunakan

sabun, hanya dibasahkan saja.

Makan tiga kali sehari dan tidak ada pantangan untuk menu makanan,

untuk sayur dan buah pasien suka.

Pasien suka makan -makanan yang dijual di jalan terutama gorengan dan

es serut dan es doger yang dijajakan keliling .

Pasien mengkonsumsi rokok setiap hari. Dalam satu hari menghabiskan 1

bungkus rokok

Os tidak pernah berolahraga

Sering mengorek telinga menggunakan cotton bud sesudah mandi

Kurang mengkonsumsi air putih

7 hari yang lalu pasien batuk dan pilek dengan ingus berwarna putih

bening, demam (+), batuk (+). Sekarang batuk, pilek dan demam sudah

mulai membaik. Os mengaku penyakit telinga pasien selalu kambuh-

kambuhan sejak dari 1 tahun yang lalu. Sehari-hari pasien suka mengorek-

ngorek telinganyamenggunakan cotton bud setelah mandi.

Batuk dan pilek sudah sering pasien alami, karna mengganggap hal yang

sering setiap batuk pilek pasien tidak pernah berobat.

Penyakit yang diderita pasien mempunyai hubungan dengan perilaku

kesehatan dalam keluarga.

32

Page 33: OMSK Minggu Ke 3

Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada

pasien ini:

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan

penunjang, pasien didiagnosis menderita OMSK. Berdasarkan anamnesa, pasien

mengeluhkan keluarnya cairan dari telinga kanan yang sering kambuh, dimana

sekret awalnya berwarna putih, encer dan tidak berbau, kemudian menjadi agak

kental, kekuningan, dan berbau. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada telinga

kanan dan berdenging.

Pada pemeriksaan fisik pada telinga kanan tampak secret berwana kuning

kental, berbau dan terdapat perforasi sentral pada membrane timpani.

Penurunan pendengaran pada pasien OMSK tergantung dari derajat

kerusakan tulang-tulang pendengaran yang terjadi. Biasanya dijumpai tuli

konduktif, namun dapat pula terjadi tuli persepsi yaitu bila telah terjadi invasi ke

labirin, atau tuli campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun

proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat

menghambat bunyi sampai dengan efektif ke fenestra ovalis. Beratnya ketulian

tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan

mobilitas sistim pengantaran suara ke telinga tengah. Pada pasien ini dari hasil

pemeriksaan didapatkan perforasi sentral pada membran timpani. 

Dalam proses penyembuhannya dapat terjadi penumbuhan epitel

skuamosa ke dalam telinga tengah. Kadang-kadang perluasan lapisan tengah ini

ke daerah atik mengakibatkan pembentukan kantong dan kolesteatom.

Pembentukan kolesteatom ini akan menekan tulang-tulang di sekitarnya sehingga

mengakibatkan terjadinya destruksi tulang, yang ditandai dengan sekret yang

kental dan berbau. 

Prinsip pengobatan pasien OMSK benigna aktif adalah membersihkan

liang telinga dan kavum timpani serta pemberian antibiotika, baik topikal maupun

sistemik. Pasien diterapi secara konservatif. Pada stadium aktif dapat diberikan

antibiotik, cuci telinga dengan larutan H2O2 3%, dan dengan obat tetes telinga.

33

Page 34: OMSK Minggu Ke 3

Pemberian antibiotik topikal pada telinga dengan sekret yang banyak tanpa

dibersihkan dulu adalah tidak efektif. 

Edukasi tak kalah penting untuk mencegah penyakit ini aktif kembali.

Pada pasien dengan OMSK benign tenang tidak memerlukan pengobatan. Pasien

diingatkan untuk tidak mengorek telinga, menjaga agar air tidak masuk ke telinga

sewaktu mandi, dilarang berenang, dan segera berobat bila menderita ISPA. Bila

fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,

timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.

Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid posisi Schuller

serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga. Pasien OMSK dengan

mastoiditis kronis dapat dilakukan mastoidektomi. Tujuan mastoidektomi adalah

menghentikan infeksi secara permanen, mencegah terjadinya komplikasi, dan

sejauh mungkin mempertahankan fungsi pendengaran.

Analisis untuk mengurangi paparan:

Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

menjaga keadaan gizi agar tetap baik

memakai masker ketika bepergian.

Penyaringan dalam membeli makanan dan minuman.

Mencuci makanan sebelum masak, memasak makanan hingga matang.

34

Page 35: OMSK Minggu Ke 3

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-63,73

2. Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997: 88-118

3. Sosialisman & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006

4. Thapa N, Shirastav RP. Intracranial Complication of Chronic Suppuratif Otitis Media, Attico-Antral Type: Experience at TUTH. J Neuroscience. 2004:1:36-39 Diunduh dari URL: http://www.jneuro.org. (Diakses tanggal 22 februari 2015)

5. Yeds PD, Flood LM, Banerjee A, Cliford K. CT-scanning of middle ear cholesteatome: what does the surgeon want to know?. The British Journal of Radiology. 2002:75:847-852.

6. Loy AHC, Tan AL, Lu PKS. Microbiology of Chronis Suppurative Otitis Media in Singapore. Singapore Med J. 2002:43:296-9

7. Djaafar, ZA. 2007. Kelainan Telinga Tengah. Telinga Hidung Tenggorokan, Edisi ke 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

35