OMSK AKTIF TIPE AMAN
-
Upload
rizky-futari-renggana -
Category
Documents
-
view
26 -
download
4
description
Transcript of OMSK AKTIF TIPE AMAN
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Menurut Ikatan Dokter Indonesia, “Dokter keluarga adalah dokter yang dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian
dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi
penderita atau keluarganya”. Dokter keluarga menerapkan cara pendekatan menyeluruh
(holistic), paripurna (comprehensive), sinambung (continue), terpadu (integrated) dengan
berbasis keluarga (family based) dan berorientasi komunitas (community oriented) serta
menekankan pada upaya pencegahan (Azwar A, 1996)
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama
kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah (Djaafar, 2001). Menurut World
Health Organization (WHO) pada tahun 2004, sekitar 65-330 juta orang di dunia menderita
OMSK disertai dengan otorrhea, 60% diantaranya (39-200 juta) menderita kurang pendengaran
yang signifikan. Menurut survei pada tahun 1996 ditemukan prevalensi OMSK sebesar 3% (6,6
juta) dari penduduk Indonesia (Utami dkk., 2010). Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan
Indera Penglihatan dan Pendengaran Depkes, tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3,1%-
5,2% populasi. Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan
penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK (Depkes, 2003). Berdasarkan data pasien yang
datang ke Puskesmas Cikupa tahun 2014, kasus OMSK tercatat sebanyak 16 kasus. Bila
dibandingkan dengan data Puskesmas Cikupa tahun 2013 kasus OMSK tercatat sebanyak 10
kasus, dimana telah tejadi peningkatan sebanyak 6 kasus. Mengingat dampak dan komplikasi
yang dapat ditimbulkan dari penyakit ini maka penulis merasa perlu untuk mengangkat kasus
OMSK sebagai topik kedokteran keluarga.
Alasan penulis memilih pasien An. RR untuk dilakukan kunjungan rumah adalah karena penyakit OMSK yang diderita oleh pasien sudah berlangsung 9 tahun dan tidak kunjung sembuh. Alasan lain karena pasien
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 1
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
adalah seorang yatim dan berasal dari keluarga fakir miskin, pasien tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang sangat buruk. Selain itu, OMSK yang dialami pasien saat ini juga menyebabkan pasien mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari teman-teman di kelasnya, karena bau cairan yang keluar dari telinga pasien dianggap mengganggu. Pasien juga mengalami satu kali tidak naik kelas. Sehingga menurut penulis perlu dilakukan kunjungan rumah agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dan proses perkembangan fisik dan psikologis pasien dapat terpenuhi dengan baik.
I.2 Perumusah Masalah
I.2.1 Pernyataan masalah
Belum teratasinya penyakit OMSK pada An. RR yang dapat berpotensi menghambat perkembangan fisik dan psikologis pasien.
I.2.2 Pertanyaan masalah
1. Apa yang menyebabkan timbulnya penyakit OMSK pada An. RR?
2. Apa saja faktor-faktor internal yang dapat menjadi faktor risiko tidak tuntasnya pengobatan
OMSK pada An. RR?
3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang dapat menjadi faktor risiko tidak tuntasnya pengobatan
OMSK pada An. RR?
4. Apa alternatif jalan keluar dari masalah yang dihadapi oleh An. RR?
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 2
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
I.3 Tujuan
I.3.1 Tujuan umum
Teratasinya penyakit OMSK pada An.RR sehingga dapat membantu proses
perkembangan fisik dan psikologis pasien.
I.3.2 Tujuan khusus
1.Diketahuinya penyebab timbulnya penyakit OMSK pada An. RR
2.Diketahuinya faktor-faktor internal yang dapat menjadi faktor risiko tidak tuntasnya
pengobatan OMSK pada An. RR
3.Diketahuinya faktor-faktor eksternal yang dapat menjadi faktor risiko tidak tuntasnya
pengobatan OMSK pada An. RR
4.Diketahuinya alternatif jalan keluar dari masalah yang dihadapi oleh An.RR
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 3
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kedokteran keluarga
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang
memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, pada mana tanggung jawab
dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin
pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja (Azwar A, 1996).
Pelaksana pelayanan dokter keluarga adalah dokter keluarga (family doctor, family
physician). Menurut Ikatan Dokter Indonesia, 1982, “Dokter keluarga adalah dokter yang dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian
dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi
penderita atau keluarganya” (Azwar A, 1996).
Tujuan pelayanan dokter keluarga secara umum dapat dibedakan atas dua macam:
1. Tujuan umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan
kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya keadaan
sehat bagi setiap anggota keluarga.
2. Tujuan khusus
Sedangkan tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat dibedakan atas dua
macam:
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 4
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Ilmu Kedokteran Keluarga adalah cabang Ilmu Kedokteran, yang dalam memberikan
layanan pengobatan kepada individu sakit, menerapkan cara pendekatan menyeluruh (holistic),
paripurna (comprehensive), sinambung (continue), terpadu (integrated) dengan berbasis keluarga
(family based) dan berorientasi komunitas (community oriented) serta menekankan pada upaya
pencegahan (Azwar A, 1996).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat 9 prinsip dasar pelayanan dokter keluarga, yaitu:
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2. Pelayanan yang kontinu
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja dan lingkungan tempat
tinggalnya
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan
9. Pelayanan yang sadar biaya dan mutu
Aspek holisticmengandung tiga unsur yang harus berada dalam keseimbangan yaitu Agent,
Host, dan Environment juga secara keseluruhan pribadi, fisik, psikologis. Aspek comprehensive,
continue, integrated menekankan pada pencegahan, memperhatikan proses penyakit, mulai dari
Health Promotion, Specific Protection, Early Diagnosis and Prompt Treatment, Disability
Limitation, Rehabilitation, Care of The Dying Patient, dan tahap pencegahannya, serta tingkat
layanan kesehatannya. Dengan demikian pelayanan dokter keluarga tidak terbatas pada si
penderita atau hanya pada sistem organ tertentu saja (Azwar A, 1996).
II. Otitis Media Supuratif Kronik
II.2.1. Definisi
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 5
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
OMSK ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan
sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer
atau kental, bening atau berupa nanah dan berlangsung lebih dari 2 bulan. (Djaafar ZA, 2010)
II.2.2. Epidemiologi
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden OMSK
dipengaruhi oleh ras dan faktor sosio ekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada
orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika
Selatan.Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-
negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik.
Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang
jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara
yang sedang berkembang. Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi
dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia
akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39–200
juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK di
Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di
poliklinik THT rumah sakit di Indonesia. Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah
usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK (Depkes, 2003).
Berdasarkan data pasien yang datang ke Puskesmas Cikupa tahun 2014, pasien OMSK yang
datang ke Puskesmas Cikupa tercatat sebanyak 16 kasus.
II.2.3. Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:
1. OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna)
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya omsk tipe aman jarang
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 6
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat
kolesteatoma.
2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna)
OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi terletak
marginal atau atik. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK
tipe bahaya. (Djafaar ZA, 2010)
Berdasarkan aktivitas sekret OMSK dibagi menjadi:
1. OMSK aktif : OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif
2. OMSK tenang : kavum timpaninya terlihat basah atau kering. (Djaafar ZA, 2010)
II.2.4. Etiologi
Kejadian OMSK selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi
yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh
pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk. (Djaafar ZA, 2010)
Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis),
mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius.
Faktor risiko OMSK antara lain:
Lingkungan
Alergi
Otitis media sebelumnya
Lingkungan
Infeksi saluran nafas atas
Autoimun
Genetik
Gangguan fungsi tuba eustachius.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap
pada OMSK:
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 7
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret
telinga purulen berlanjut.
Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada
perforasi.
Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi
epitel.
Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat
diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan
dari perforasi.
II.2.5. Gejala Klinis
1. Telinga berair (otorrhoe)
2. Gangguan pendengaran
3. Otalgia ( nyeri telinga)
4. Vertigo
II.2.6. Penatalaksanaan
Terapi OMSK memerlukan waktu yang lama dan harus berulang. Sekret yang keluar
tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. (Djaafar ZA, 2010)
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa.Bila sekret
yang keluar terus-menerus, makan diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3%
selama 3-5 hari.Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes
telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid.Obat tetes telinga jangan diberikan
secara terus-menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara
oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin atau eritromisin, sebelum hasil resistensi
diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat
diberikan ampisilin asam klavulanat. (Djaafar ZA, 2010)
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan,
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi,
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 8
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran. (Djaafar ZA, 2010)
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila
terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanoplasti.Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan
terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. (Djaafar ZA, 2010)
II.2.7. Komplikasi OMSK
Otitis media supuratif, dapat menjadi sebuah penyakit yang serius dan bisa menyebabkan
hingga terjadinya kematian. Hal tersebut tergantung dari komplikasi yang ditimbulkan dari
penyakit tersebut biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna: (Helmi,
2010)
Komplikasi Ekstrakranial
Abses Subperiosteal
Komplikasi Intratemporal
Fistula Labirin
Mastoiditis
Facial Paralysis
Komplikasi Intrakranial
Meningitis
Abses Otak
Trombosis Sinus Lateral
Abses Epidural
Otitic Hydrocephalus
(Helmi, 2010)
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 9
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
II.3. Faktor Risiko OMSK
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 10
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
BAB III
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 11
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
DATA KLINIS
III.1. Identitas Pasien
Nama : An.RR
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 10 tahun
Alamat : Kp. Palahlar RT/RW 004/001, Desa Budimulya
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Suku : Betawi
Kewarganegaraan : WNI
III.2. Anamnesa
Berdasarkan autoanamnesa terhadap An. RR & alloanamnesa dengan ibu pasien serta
guru kelas pasien pada tanggal 31 Oktober 2015 di SD Palahlar dan rumah pasien, 11 November
2015 di rumah pasien.
III.2.1.Keluhan utama dan tambahan
Keluhan utama : Keluar cairan pada telinga kanan
Keluhan tambahan : -
III.2.2.Riwayat perjalanan penyakit :
Awal mula penyakit pasien mengalami demam tinggi disertai pilek dan batuk saat berusia
9 bulan, pasien mengalami kejang dan setelah kejang keluar cairan keputihan dari telinga sebelah
kanan. Ibu pasien membawa pasien berobat ke puskesmas dan pasien diberikan obat, demam,
batuk, pilek membaik tetapi telinga pasien terus mengeluarkan cairan berwarna keputihan yang
semakin lama berubah menjadi kekuningan menimbulkan bau yang tidak sedap. Ibu pasien
mengatakan telah membawa pasien beberapa kali ke dokter untuk mengobati penyakit pasien
tetapi penyakit pasien tidak kunjung membaik. Telinga pasien pernah sekali berhenti
mengeluarkan cairan selama beberapa hari, namun cairan kembali. Cairan dari telinga semakin
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 12
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
banyak keluar saat pasien pilek. Cairan yang keluar dari telinga pasien berwarna kekuningan dan
mengeluarkan bau tidak sedap. Hal tersebut membuat pasien dijauhi dan sering diejek teman-
temannya karena penyakitnya tersebut. Pasien tidak mempunyai teman di sekolah, cenderung
diam dan menyendiri. Pasien mengaku mengalami kesulitan belajar karena tidak ada yang
membantu pasien belajar dirumah. Pasien pernah 1 kali tinggal kelas saat di kelas 2. Saat ini
pasien masih membaca dengan mengeja kata perkata.
Pasien mengaku pendengaran telinga kiri lebih baik dibandingkan dengan telinga kanan.
Pasien terkadang merasa sakit pada telinga kanannya. Pasien mengaku telinganya sering
kemasukan air saat mandi. Ibu pasien biasanya mengorek telinga pasien 1-2 kali sehari dengan
cotton bud untuk membersihkan cairan yang keluar dari telinga pasien. Setiap hendak berangkat
sekolah, telinga pasien juga disumpal dengan kapas oleh ibu pasien sejak pasien kelas 2 SD agar
cairan tidak mengalir keluar. Saat ini telinga pasien masih mengeluarkan cairan berwarna
keputihan, sedikit kental dan berbau. Keluhan pusing, sempoyongan, cairan telinga bercampur
darah disangkal. Terakhir kali pasien berobat ke puskesmas bulan September tahun 2014 dan
diberikan amoxicillin, paracetamol dan obat tetes telinga chlorampenicol 3%, ibu pasien
mengatakan sampai saat ini obat tetes telinga masih ada dan hanya diteteskan bila pasien akan
berangkat sekolah.
Ibu pasien mengatakan tidak ada saudara pasien yang mengalami keluhan serupa.
III.2.3.Riwayat Penyakit Dahulu:
Penyakit jantung : disangkal
Penyakit Paru : disangkal
Penyakit Asma : disangkal
Alergi : disangkal
Penyakit kulit : disangkal
III.2.4.Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit jantung : disangkal
Asma : disangkal
Alergi : disangkal
III.2.5.Riwayat kebiasaan
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 13
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Pasien memiliki kebiasaan langsung bermain di sekitar rumah setelah pulang
sekolah, jarang tidur siang. Pasien memiliki kebiasaan berolahraga satu kali seminggu di
sekolah saat pelajaran olahraga. Pasien mandi sehari 2 kali dengan menggunakan handuk
yang bergantian dengan anggota keluarga lain. Pasien tidur malam ± 9 jam. Pasien tidur
bersama ibu dan 3 anggota keluarga lainnya dalam satu kamar. Pasien sering berkumpul
dengan anggota keluarga lain yang serumah. Pasien juga memilki kebiasaan makan
makanan ringan yang dibeli di warung.
III.2.6.Riwayat makan
Pasien makan 3 kali sehari dengan 2 selingan yaitu selingan pagi dan selingan
malam. Menu sarapan pasien biasanya mie goreng atau telor ceplok. Makan siang dan
makan malam biasanya jenis yang sama seperti sayur bayam, ikan goreng, orek tempe,
sayur tahu yang dimasak oleh ibu An. RR. Selingan pagi atau malam biasa pasien makan
jajanan di sekolah dan rumah pasien, seperti biskuit dan wafer.
III.2.7.Riwayat imunisasi
Imunisasi pasien tidak lengkap, pasien tidak di imunisasi campak saat usia 9
bulan.
III.2.8.Riwayat pengobatan
An. RR berobat ke Puskesmas Kecamatan Cikupa yang berjarak ± 5.5 km dari
rumah An. RR atau biasa ditempuh dalam waktu 30 menit dengan mengendarai angkutan
umum. An. RR ± 5 kali berobat ke puskesmas saat balita untuk mengobati cairan yang
keluar dari telinga, namun tidak ada perbaikan. Setelah itu pasien hanya berobat 1 kali
yaitu pada tahun 2014. Ibu pasien mengaku tidak dapat mengantarkan anaknya berobat
karena harus mengurus adik pasien yang masih kecil. Obat yang di dapat pasien saat
terakhir berobat ke puskesmas adalah Amoxicillin, Paracetamol dan Chloramphenicol
3%. Ibu pasien mengatakan telah menggunakan obat sesuai petunjuk dan dihabiskan.
Namun, obat tetes telinga pasien hingga saat ini masih ada, dan hanya digunakan ketika
akan berangkat sekolah.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 14
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
III.3. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 31 Oktober 2015, Pukul : 13.00 WIB
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis, GCS (Glascow Coma Scale) 15
Status Gizi
Berat badan : 24 kg
Tinggi badan : 128 cm
IMT : BB / TB (m) 2 = 24 / ( 1.28m) 2 = 1,64 kg/m2.
Status Generalis
Tekanan darah : -
Nadi : 80x / menit, reguler, isi cukup, kuat
Respiratory Rate : 18x / menit, teratur, tipe abdominotorakal
Suhu : 36,4°C
Status Regional
Kepala
Bentuk kepala normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam pendek terdistribusi merata
dan tidak mudah dicabut. Kulit kepala tidak ada kelainan.
Mata
Exophthalmus : tidak ada Enopthalamus : tidak ada
Palpebra : oedema (-)/(-) Lensa : jernih
Konjungtiva : anemis (-)/(-) Persepsi warna : baik
Sklera : ikterik (-)/(-) Katarak : tidak ada
Lapang pandang : baik
Tampak lesi kemerahan pada palpebra superior sinistra
Telinga
Pemeriksaan Rutin Umum Telinga
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 15
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Dextra Sinistra
Aurikula Bentuk normal
Nyeri Tarik (-)
Oedem (-)
Bentuk normal
Nyeri Tarik (-)
Oedem (-)
Preaurikula Nyeri tragus (-)
Fistel (-)
Abses (-)
Nyeri tragus (-)
Fistel (-)
Abses (-)
Retroaurikula Nyeri tekan (-)
Benjolan (-)
Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-)
Benjolan (-)
Hiperemis (-)
Mastoid Nyeri tekan (-)
Benjolan (-)
Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-)
Benjolan (-)
Hiperemis (-)
CAE Sekret (+ serous)
Berbau (+)
Serumen (-)
Hiperemis (-)
Oedem (-)
Corpus alienum (-)
Sekret (-)
Berbau (-)
Serumen (+)
Hiperemis (-)
Oedem (-)
Corpus alienum (-)
Membran Timpani
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 16
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Dextra Sinistra
Perforasi Perforasi sentral (-)
Warna Hiperemis Putih keabu- abuan
Mengkilat seperti
mutiara
Cone of light - (+) arah jam 7
Pemeriksaan Rutin Khusus Telinga (dilakukan setelah infeksi sembuh)
a. Toyn Bee Test : AD (-), AS (+)
b. Valsava Test : AD (-), AS (+)
Kesan : Fungsi tuba eustachius terganggu
Tes garputala (dilakukan setelah infeksi sembuh)
Rinne test : AD (-), AS (+)
Weber test : lateralisasi ke kanan
Swabach test : AD (memanjang), AS (sama dengan pemeriksa)
Hidung
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 17
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Pemeriksaan Rutin Umum Hidung
Dextra Sinistra
Hidung Bentuk (N), inflamasi (-), deformitas (-), massa (-)
Sekret
Mukosa
Mukoserous
Merah muda
Mukoserous
Merah muda
Konka
Media Merah muda
Pembesaran (-)
Merah muda
Pembesaran (-)
Inferior Merah muda
Pembesaran (-)
Merah muda
Pembesaran (-)
Meatus
Media Merah muda Merah muda
Inferior Merah muda Merah muda
Septum Deviasi (-)
Massa (-) (-)
Tenggorok
Pemeriksaan Rutin Umum Tenggorok
Tonsil
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 18
Mukosa buccal Merah muda
Ginggiva Merah muda
Gigi Geligi Lengkap, Gangren (-), Karies (+)
Palatum durum & molle Merah muda, gambaran palatum
bombans (-)
Lidah 2/3 anterior Merah muda
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Orofaring
Leher
Trakhea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, KGB submandibula;
supraklavikular dan servikal tidak teraba membesar.
Thorax :
D inding dada dan paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris dalam diam dan
dinamis
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan krepitasi, stem fremitus simetris bilateral
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Kesan : Dinding dada dan paru dalam batas normal
Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tampak di ICS V MCL sinistra
Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra, diameter 1 jari, kuat
angkat, thrill (-)
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 19
Dextra Sinistra
Ukuran T1 T1
Permukaan Tidak rata Tidak rata
Warna Merah muda Merah muda
Kripta Melebar (-) Melebar (-)
Detritus (-) (-)
Fiksatif (+) (+)
Peritonsil Abses (-) Abses (-)
Arkus faring Simetris, merah muda
Palatum durum & molle Merah muda
Dinding posterior orofaring Merah muda
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Perkusi : terdengar redup pada
batas jantung kanan pada ICS V parasternal line dextra,
batas jantung kiri pada ICS V midclavicula line sinistra,
batas atas jantung di ICS II.
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, regular, murmur (-), gallop (-)
Kesan : Jantung dalam batas normal
Abdomen
Inspeksi : tampak datar
Palpasi : supel, turgor kulit baik, hepar-lien tidak teraba membesar
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus ( + ), normal
Kesan : Abdomen dalam batas normal
Anus dan genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan.
Ekstremitas
Pada ekstremitas superior baik lengan atas maupun lengan bawah tidak tampak
deformitas, edema (-)/ (-), teraba hangat, nyeri tekan (-), kontraktur (-), varises (-),
tremor (-).
Pada ekstremitas inferior tidak tampak deformitas, edema (+) pada tungkai bawah
kanan sedangkan pada tungkai kiri edema (-), teraba hangat, nyeri tekan (+) pada
tungkai bawah kanan, kontraktur (-), varises (-), tremor (-).
Status Neurologis
1. Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 ( E4,M6,V5)
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 20
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
2. Rangsang meningeal : (-)
3. 12 Nervus Kranialis : (-)
4. Refleks Fisiologis : (-)
5. Refleks Patologis : (-)
6. Pemeriksaan saraf tepi : Fungsi saraf fasialis baik.
III.4. Pemeriksaan Penunjang
Pasien belum pernah melakukan pemeriksaan untuk keluhan yang dialami (seperti
audiometri, penala dan kultur).
III.5. Diagnosa Kerja
AD Otitis Media Supuratif Kronik tanpa Komplikasi
III.6. Terapi yang telah diberikan di RSU Kota Tangerang pada tanggal 12 November
2015
III.6.1. Terapi Farmakologis
Ofloxacin ear drops 2x4 tetes
Amoxicillin & Asam klavulanat 3x1 sdt
Pseudoefedrine HCl, Triprolidine HCl 3x1 sdt
III.6.2 . Terapi Non Farmakologis
Tidak mengorek-ngorek telinga
Telinga tidak boleh kemasukan air
Tidak boleh berenang
BAB IV
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 21
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
DATA KELUARGA & LINGKUNGAN
IV.1. Struktur keluarga
Pasien adalah seorang anak laki-laki berusia 10 tahun, anak kedua dari empat bersaudara.
Ayah pasien sudah meninggal dunia. Saat ini pasien tinggal serumah bersama dengan Ibu dan
ketiga saudaranya.
Tabel 1. Daftar anggota keluarga An. RR menurut jenis kelamin, umur, pekerjaan pokok,
pendidikan terakhir dan hubungan keluarga
No. Nama L/P Umu
r
(thn)
Pekerjaan
pokok
Pendidikan
terakhir
Hub.
Dengan
pasien
Ket.
1. Tn. R (Alm) L - - - Ayah -
2. Ny. MS P 37 IRT - Ibu -
3. Nn. V P 13 - SD Kakak Belum menikah
4. An. RR P 10 - - Pasien Belum menikah
5. An. FF L 9 - - Adik Belum menikah
6. An.RG L 6 - - Adik Belum menikah
Sumber: Hasil Wawancara
IV.2. Genogram Keluarga An. RR
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 22
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Keterangan :
IV.3. Riwayat Imunisasi Keluarga
Tabel 2 .Riwayat imunisasi keluarga
Daftar Keluarga
JK Umur (tahun)
VaksinasiBCG Polio HB DPT Campak
Tn. R L Tidak diketahuiNy. M P Tidak diketahuiAn. V P 13 thn + + + + +An. RR L 10 thn + + + + -An. F L 9 thn + + - - -An. RG L 5 thn + + + + +Sumber :Hasil wawancara
Keterangan:
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 23
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
JK : Jenis kelamin HB : Hepatitis B
BCG : Bacille-Calmette Guerin L : Laki-laki
DPT : Dipteri Pertusis Tetanus P : Perempuan
IV.4. Status Pendidikan pasien dan keluarga
Tabel 3. Status pendidikan pasien dan keluarga
Anggota keluarga Pendidikan terakhirTn. R Lulus SMANy. M Lulus SMAAn. V SD Kelas 6An. RR TKAn. F TKAn. RG -Sumber :Hasil wawancara
IV.5 Kondisi Ekonomi
Penghasilan keluarga An. RR berasal dari sumbangan para donator yang secara rutin
memberikan santunan kepada keluarga An. RR. Ibu An. RR pernah bekerja sebagai pemulung
untuk menafkahi keluarga. Namun, setelah nenek pasien meninggal, ibu An. RR tidak lagi
bekerja karena tidak ada yang mengurus anak-anaknya. Santunan dari donator tidak menentu,
terkadang mendapat santunan yang jumlahnya besar saat hari raya. Jumlah santunan keluarga
pasien bulan Oktober Rp. 600.000.
Perincian pengeluaran rutin setiap bulan:
Makanan dan minuman : 600.000
Jajan anak sekolah : 360.000
Air galon : 50.000
Kebutuhan rumah tangga : 100.000
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 24
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Jumlah : 1.110.000
Ibu pasien mengatakan jika kebutuhan perbulan tidak tercukupi, maka ia akan memakai
uang tabungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tabungan ini diperoleh saat hari raya
yang disimpan dengan baik oleh ibu pasien. Selain itu, pasien dan saudaranya sering mendapat
santunan untuk anak-anak yatim yang jumlahnya tidak menentu.
IV.6 Pola Berobat
Pasien pergi berobat ke Puskesmas Cikupa dengan biaya sendiri (Rp. 3.000,- /kali).
Pasien tidak memiliki jaminan kesehatan atau BPJS.
IV.7. Pola makan sehari-hari
Menu makan pasien & keluarga
Makan pagi : 1 porsi nasi + telur ceplok
Makan siang : 1 porsi nasi + ikan lele + sayur bayam + tempe
goreng
Makan malam : 1 porsi nasi + mie rebus + tempe goreng
Variasi makan pagi, siang & malam: Mie instan, sayur kacang panjang, ayam goring atau
bakar,sayur labu, sayur toge, tahu goreng
Variasi selingan pagi & sore : biskuit
Pasien selalu memasak nasi dan lauk pauk sendiri, namun terkadang pasien
membeli lauk pauk di sekitar tempat tinggalnya.
Pola makan pasien & keluarga sehari-hari
Tabel 4. Menu makan pagi: Nasi + telur ceplok
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 25
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Bahan Berat (g)
Energi (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Beras 50 174,5 3,4 0,35 39,45Telur 50 79 6,4 5,7 35Minyak 5 44,3 0,05 4,9 0Subtotal 297,8 9,85 10,95 74,45
Sumber: Hasil wawancara dan perhitungan penulis
Tabel 5 . Menu makan siang: Nasi + ikan lele goreng + tempe goreng
Bahan Berat (g)
Energi (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Beras 50 174,5 3,4 0,35 39,45Ikan 100 93 18,2 0,25 3,25Tempe 30 48 5,49 1,2 3,81Minyak 10 88,6 0,1 9,8 0Subtotal 404,1 27,19 11,6 46,51
Sumber: Hasil wawancara dan perhitungan penulis
Tabel 6. Menu makan malam: Nasi + mie rebus + tempe goreng
Berat Berat (g)
Energi (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Beras 50 174,5 3,4 0,35 39,45Mie rebus 68 300 7 10 44Tempe 30 48 5,49 1,2 3,81Minyak 5 44,3 0,05 4,9 0Subtotal 566,8 15,94 16,45 87,26
Sumber: Hasil wawancara dan perhitungan penulis
Tabel 7. Menu selingan pagi
Berat Berat (g)
Energi (kkal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Biskuit 22 110 2 4 15Subtotal 110 2 4 15
Sumber: Hasil wawancara dan perhitungan penulis
Tabel 8. Menu selingan sore
Berat Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 26
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
(g) (kkal) (g) (g) (g)Biskuit 18 90 2 3 13Subtotal 90 2 3 13
Sumber: Hasil wawancara dan perhitungan penulis
Berat Badan : 24 kg
Tinggi Badan : 128 cm
Usia : 10 tahun 6 bulan
Kurva WHO :
BB/U : < -1 (Normal)
TB/U : tepat di -2 (Normal)
BMI/U: < -1 (Normal)
Kesimpulan : Gizi baik
Kebutuhan nutrien:
An. RR, umur 10 tahun 6 bulan, berat badan 24 kg
Kebutuhan energi : 70 x 24 = 1.680 kkal/hari
Protein: 1,2 x 24 = 28,8 g/hari
P/E Ratio: (28,8 x 4)/1.680 x 100 = 6,86%
Lemak: Kebutuhan lemak diperkirakan 30%, 30/100 x 1.680 = 504/9 = 56 g/hari
Karbohidrat: (1680-(28,4x4)-(56x9))/4 = 265,2 g/hari
Tabel 8. Perhitungan selisih asupan dan kebutuhan
Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g)
Asupan 1.469 56,98 46 236,2
Kebutuhan 1.680 28,8 56 265,2
Selisih -211 +28,18 -10 - 29
Sumber: Hasil perhitungan penulis
Kebiasaan minum pasien
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 27
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Keperluan air sehari – hari untuk minum didapat dari air minum isi ulang, biasanya
dalam sehari pasien minum +1 – 1,2 L / hari
IV.8. Kondisi rumah
Perumahan
a. Status rumah : Milik sendiri
b. Lokasi rumah : Tempat tinggal pasien terletak sekitar +5 km dari
Puskesmas Cikupa dan +1km dari Jalan Raya Serang. Jalan menuju tempat tinggal
pasien hanya dapat ditempuh sebagian oleh mobil kemudian harus berjalan kaki atau
menggunakan kendaraan roda dua.
c. Kondisi bangunan
Rumah yang dihuni oleh pasien bersebelahan dengan rumah bibi pasien.
o Luas bangunan : 10 m x 3 m
o Luas tanah : 10 m x 3,5 m
o Rumah terdiri dari : 1 lantai
o Jumlah ruangan : 3 ruangan ( 1 ruang tidur, 1 ruang tengah, 1 kamar mandi
dan dapur)
o Kebersihan rumah : Kebersihan rumah tidak terjaga dengan baik
o Dinding rumah : Terbuat dari batu bata yang dilapisi semen, belum di cat
o Atap rumah : Terbuat dari seng dan genteng
o Langit-langit : -
o Lantai rumah : Tanah
Alat kesejahteraan pasien
Keluarga pasien memiliki 1 buah tempat tidur dari rotan, 1 buah rak baju ukuran
60 cm x 40 x 40 cm, 3 buah lemari plastik, 1 buah tempat tidur dari rotan, 1 buah sepeda,
1 buah kompor gas, 1 buah rak piring.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 28
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Ventilasi
Dua buah pintu (depan dan samping), 1 buah jendela (non-fungsional), dan 4 buah lubang
angin
Insidentil:
Pintu depan dan belakang : 2 x (1,7x0,5) = 1,7 m2
Permanen:
Jendela persegi panjang non fungsional : 1 x (0,5x0,5) = 0,25 m2
Satu buah lubang angin fungsional : 1 x (0,5x0,2) = 0,1 m2
Empat buah lubang angin fungsional : 4 x (½ x 0,25x0,25) = 0,125 m2
Total = 2,17 m2
Persentase ventilasi total : 2,17/ 30 x 100% = 7,23 %
Persentase ventilase insidentil : 1,7 / 30 x 100% = 5,6 %
Persentase ventilasi permanen : 0,475 / 30 x 100% = 1,58 %
Rumah yang ideal memiliki ventilasi ideal 15% dari luas lantai, yaitu minimal
ventilasi permanen 5% dari luas lantai dan ventilasi insidentil 10 % dari luas lantai.
Rumah pasien tidak memenuhi kriteria ventilasi total rumah ideal yaitu 15%. Ventilasi
insidentil & permanen juga tidak memenuhi kriteria rumah ideal.
Pencahayaan
Pencahayan rumah kontrakan pasien kurang baik, karena jendela ditutup dengan
triplek, 2 buah pintu depan yang sesekali di buka, dan genteng yang dibuka di bagian
belakang rumah, sehingga cahaya matahari kurang masuk ke dalam rumah pasien.
Sedangkan pencahayaan buatannya masing – masing menggunakan bohlam warna
kuning15 watt pada ruang tengah dan hanya dinyalakan bila menjelang malam hari.
Air bersih
Keperluan air untuk kebutuhan sehari – hari kecuali minum didapat dari MCK
yang terdapat di desa tetangga. Sebagian air yang untuk mandi pagi didapat pasien dari
tetangga.
Kamar mandi
Kamar mandi berada di dalam rumah, berjumlah 1 buah.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 29
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Jamban
Jamban terletak di dalam rumah, berjumlah 1 buah, berjenis leher angsa dan septic
tank terdapat di belakang kamar mandi, yaitu + 2 meter di belakang kamar mandi
Pembuangan sampah
Di depan kontrakan pasien +8 meter. Kemudian sampah di bakar.
Pembuangan limbah
Air limbah yang berasal dari kamar mandi dan dapur langsung dialirkan ke tanah
yang mengarah ke belakang kamar mandi.
IV. 9 Denah Lokasi
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 30
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
IV. 10 Denah Rumah
IV. 11 Mandala of health
Body
An. RR adalah anak laki – laki berusia 10 tahun menderita otitis media supuratif
kronik tanpa komplikasi.
Mind
o An. RR menganggap penyakitnya dapat sembuh, jika diberi obat dengan teratur.
o An. RR merasa malu karena sering diejek oleh teman-temannya.
Spirit
o An. RR menginginkan untuk sembuh sehingga tidak ada cairan yang keluar dari
telinganya.
o Sholat An. RR masih belum 5 waktu.
Level pertama
Human biology
o Tidak terdapat faktor genetik pada penyakit An. RR.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 31
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Family
o An. RR tinggal bersama ibu dan ketiga saudaranya di rumah milik sendiri.
o Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita An. RR.
o Kurangnya kesadaran keluarga pasien akan kebersihan.
o Ibu pasien sering mengorek-ngorek telinga pasien dengan cotton bud.
o Ibu pasien menyumbat telinga pasien dengan kapas setiap berangkat sekolah.
Personal behavior
o An. RR selalu bermain dengan saudara-saudaranya setelah pulang sekolah.
Psycho-socio-economic environment
o An. RR belum sepenuhnya mengerti tentang penyakit yang ia derita.
o An. RR merasa malu dan takut dikucilkan oleh teman dan tetangganya karena
penyakit yang ia derita.
o An. RR pernah tinggal kelas 1x saat kelas 2 SD.
o An. RR berasal dari keluarga dengan sosio ekonomi rendah
Physical environment
o Rumah An. RR memiliki pencahayaan yang kurang, tidak tertata rapi, higiene
dan ventilasi yang buruk.
Level kedua
Sick care system
o Kurangnya edukasi tentang penyakit OMSK, terutama tentang penyebab, faktor
risiko, komplikasi, pencegahan dan cara pakai obat.
o Lokasi puskesmas cukup jauh dari tempat tinggal pasien.
Work
o -
Lifestyle
o -
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 32
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Level ketiga
Community
o An. RR lebih banyak bermain dengan saudara dibandingkan dengan teman-teman
di sekolah atau di rumah, karena pasien selalu di ejek akibat penyakitnya.
o Teman-teman pasien tidak mau mendekati dan main bersama pasien karena
telinga pasien mengeluarkan bau yang tidak sedap.
o Masyarakat sosial ekonomi menengah kebawah.
Human made environment
o Lingkungan di sekitar rumah pasien cukup bersih, di sebelah kiri rumah pasien
terdapat kebun singkong yang cukup teratur.
o Lingkungan sekolah pasien cukup baik, ruangan cukup bersih dan rapi.
Culture
o Masyarakat menggangap penyakit OMSK merupakan penyakit yang menjijikkan.
Biosphere
o Global warming
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 33
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Mandala of Health
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 34
Culture Masyarakat memandang OMSK merupakan penyakit yang menjijikkan
Community An. RR lebih sering bermain dengan saudara-
saudaranya karena merasa malu dan sering diejek teman
Masyarakat sekitar berasal dari ekonomi
menengah ke bawah
Work-
Personal Behaviouro An. RR selalu bermain dengan
saudara-saudaranya setelah pulang sekolah
Psycho-socio-economic environmento An. RR belum mengerti tentang
penyakit yang ia deritao An. RR merasa malu dan takut
dikucilkan oleh teman dan tetangganya
o Sosio ekonomi rendah
Physical Environmento Pencahayaan (-)o Hiegene (-)o Kerapihan (-)o Ventilasi (-)o Lingkungan di sekitar pasien cukup
bersih
Human BiologyAdanya faktor imunitas yang mempengaruhi penyakit pasien
BodyAn. RR 10 tahun, TB 128 cm, BB 24
kg dengan Otitis Media Supuratif Kronik
Sick Care System Jarak rumah ke PKM
Cikupa ± 5,5 KM ditempuh dengan angkot selama 30 menit
Kurang edukasi dari tentang penyebab, faktor risiko, komplikasi, cara pakai obat dan pencegahan tentang OMSK.
Lifestyle-
Mind An. RR menganggap
penyakitnya dapat sembuh An. RR malu karena
penyakit tersebut.
Spirit An. RR memiliki keinginan
untuk sembuh An. RR belum sholat 5
waktu
BiosphereGlobal warming
Familyo Tinggal dengan ibu, kakak perempuan, adik laki-
laki.o Kurangnya kesadaran keluarga tentang
kebersihan.o Kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang
diderita pasien.o Ibu pasien sering mengorek-ngorek dan
menyumbat telinga pasien dengan kapas
Human Made EnvironmentDi lingkungan sekitar tampak bersih, pembuangan sampah terlihat teratur, dikumpulkan jadi satu lalu dibuang dan dibakar.
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Gambar 1. Mandala of health An. RR
BAB V
DIAGNOSIS HOLISTIK DAN DIAGNOSIS KELUARGA
V.1 Ringkasan (Resume)
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dengan keluhan telinga
kanan mengeluarkan cairan keputihan yang menimbulkan bau yang tidak sedap sejak ± 9
tahun yang lalu. Keluhan disertai dengan penurunan pendengaran. Keluhan yang dialami
pasien makin memberat jika pasien mengalami flu dan demam. Keluhan tidak disertai
nyeri telinga atau pusing. Keluhan tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari pasien dan
lingkungan sekitar karena menimbulkan bau yang tidak sedap, sehingga pasien dijauhi
oleh tetangga dan teman-teman sekolahnya.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital : Dalam batas normal
Status gizi : baik
Status regional
Telinga
Pemeriksaan Rutin Umum Telinga
CAE Sekret (+ serous)
Berbau (+)
Serumen (-)
Hiperemis (-)
Oedem (-)
Corpus alienum (-)
Sekret (-)
Berbau (-)
Serumen (+)
Hiperemis (-)
Oedem (-)
Corpus alienum (-)
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 35
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Membran Timpani
Dextra Sinistra
Perforasi Perforasi sentral (-)
Warna Hiperemis Putih keabu- abuan
Mengkilat seperti mutiara
Cone of light - (+) arah jam 7
Pemeriksaan Rutin Khusus Telinga
a. Toyn Bee Test : AD (-), AS (+)
b. Valsava Test : AD (-), AS (+)
Kesan : Fungsi tuba eustachius terganggu
Terapi yang telah diberikan oleh Sp. THT (tanggal 12 November 2015) :
Farmakologis : Ofloxacin ear drops 2x4 tetes
Amoxicillin & Asam klavulanat 3x1 sdt
Pseudoefedrine HCl, Triprolidine HCl 3x1 sdt
Non- Farmakologis : Tidak mengorek-ngorek telinga
Telinga tidak boleh kemasukan air
Tidak boleh berenang
Diagnosis Utama :
AD Otitis Media Supuratif Kronik tanpa Komplikasi
Diagnosis Tambahan :
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 36
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
-
V.2 Diagnosis Holistik
Axis I (aspek personal)
o Keluar cairan dari telinga sebelah kanan dan mengeluarkan bau yang
tidak sedap
Axis II (aspek klinis)
o Diagnosa utama : AD Otitis Media Supuratif Kronik tanpa
Komplikasi
o Diagnosa Tambahan : -
o Diagnosa Banding : -
Axis III ( aspek internal)
o Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit yang dialami
o An. RR merasa malu karena penyakitnya tersebut
Axis IV (aspek eksternal)
o Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penyakit pasien (penyebab,
faktor risiko, pengobatan, komplikasi dan prognosis)
o Ibu pasien tidak memberikan obat secara teratur
o Tempat tinggal pasien tidak tertata rapi dan kurang bersih akibat
banyaknya barang hasil memulung ibu pasien, jendela rumah pasien
ditutup dengan triplek sehingga kurang mendapat cahaya matahari
serta ventilasi udara yang kurang baik.
o Masyarakat yang merasa jijik dengan penyakit yang diderita pasien,
sehingga pasien dijauhi dan dikucilkan.
o Teman-teman pasien mengucilkan dan mem-bully pasien.
Axis V (aspek fungsional)
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 37
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Status fungsional (5) : mampu melakukan tugas sehari-hari tanpa
hambatan
V.3 Diagnosis Keluarga
V.3.1 Bentuk Keluarga
a. Keturunan : Partilinier
b. Perkawinan : Monogami
c. Pemukiman : Patrilokal
d. Jenis keluarga : Inti family
e. Kekuasaan : Matriakal
V.3.2 Fungsi keluarga
o Holistik
1. Biologis : Keadaan biologis keluarga An. RR tidak terganggu.
2. Psikologis : Keadaan psikologis keluarga terganggu.
3. Sosio ekonomi: terganggu.
o Fisiologis (APGAR)
- Adaptation :
Pasien dapat berhubungan baik dengan kakak dan adik dirumah, pasien
dapat menerima dan mematuhi nasihat yang diberikan ibunya. (2)
- Parternship :
Pasien dengan ibu serta kakak dan adik berkomunikasi dengan baik,
pasien menceritakan kepada ibu tentang hal yang terjadi pada pasien di
sekolah. (2)
- Growth :
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 38
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Dukungan keluarga terhadap masalah kesehatan pasien masih kurang
dikarenakan ketidaktahuan anggota keluarga mengenai omsk dan dampak
yang dapat terjadi pada penyakit omsk. (1)
- Affection :
Hubungan kasih saying dan interaksi antara anggota keluarga berlangsung
baik. (2)
- Resolve :
Pasien beserta ibu dan kaka adik merasa senang karena dapat selalu
bersama walaupun tidak ada ayah di dalam keluarga. (2)
Total skor : 9 (Fungsi fisiologis keluarga baik)
o Patologis (SCREEM)
- Social : interaksi pasien dengan tetangga pasien kurang baik.
- Culture : Keluarga pasien menghormati dan menghargai budaya,
tatakrama, sopan-santun masyarakat di lingkungan tempat tinggal pasien.
- Religious : Pasien belum dapat melaksanakan sholat karena belum
dibiasakan oleh ibu pasien. Ibu pasien mengaku menjalankan sholat 5
waktu setiap hari, sedangkan anak-anaknya belum dapat memenuhi aturan
tersebut.
- Economic : Status ekonomi keluarga kekurangan, namun ibu pasien dapat
membagi dengan baik pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari.
Kekurangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari didapatkan dari
tabungan yang disimpan ibu pasien.
- Education : Tingkat pendidikan terakhir pasien TK, kakak pasien SD, adik
pasien TK, ibu pasien SMA sedangkan almarhum ayah pasien SMK.
- Medical : Pelayanan kesehatan keluarga dibiayai secara mandiri oleh
keluarga pasien.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 39
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
V.3.3 Siklus Keluarga (Duvall)
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 40
1. Tahap awal perkawinan2. Tahap keluarga dengan bayi3. Tahap keluarga dengan anak
pra sekolah4. Tahap keluarga dengan anak
usia sekolah5. Tahap keluarga dengan anak
usia remaja6. Tahap keluarga dengan anak
anak meninggalkan orang tua7. Tahap orang tua usia
menengah8. Tahap keluarga jompo
12
2
67
8
5
4
3
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
BAB VI
RENCANA PENATALAKSAAN HOLISTIK
DAN KOMPREHENSIF
VI.1. Axis I (aspek personal)
Setelah mendapatkan axis I pada An. RR, maka disusun rencana penatalaksanaan sebagai
berikut:
Gejala:
Keluar cairan putih berbau dari telinga sebelah kanan
Rencana penatalaksanaan :
1. Menjelaskan tentang penyebab, faktor risiko, komplikasi penyakit tersebut.
2. Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa telinga pasien tidak boleh dikorek.
3. Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa telinga pasien tidak boleh disumbat kapas.
4. Menjelaskan kepada pasien bahwa telinga pasien tidak boleh kemasukan air.
5. Menjaga kebersihan dengan mengusap cairan yang keluar dari telinga.
VI.2. Axis II (aspek klinis)
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 41
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Setelah mendapatkan axis II pada An. RR, maka disusun rencana penatalaksanaan
sebagai berikut:
Diagnosa:
Diagnosa utama : AD Otitis Media Supuratif Kronik tanpa Komplikasi
Diagnosa tambahan : -
Diagnosa banding : -
Rencana penatalaksanaan:
o Farmakologis :
Ofloxacin ear drops 2x4 tetes
Amoxicillin & Asam klavulanat 3x1 sdt
Pseudoefedrine HCl, Triprolidine HCl 3x1 sdt
o Non farmakologis:
Menjelaskan kepada pasien & ibu bahwa obat harus diminum dengan teratur
dan dihabiskan.
Memberi kalender minum obat agar pasien termotivasi untuk minum obat
secara teratur.
VI.3. Axis III (aspek internal)
Setelah mendapatkan axis III pada An. RR, maka disusun rencana penatalaksanaan
sebagai berikut:
Aspek:
o Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit yang dialami
Rencana penatalaksanaan :
Memberikan informasi tentang penyakit omsk yang dialami pasien terutama
mengenai penyebab, faktor risiko, pengobatan, komplikasi penyakit.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 42
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
o An. RR merasa malu karena penyakit yang ia derita.
Rencana penatalaksanaan :
Memotivasi pasien sehingga muncul rasa percaya diri pada pasien dan memotivasi
pasien bahwa penyakit yang diderita dapat disembuhkan jika ia teratur minum obat.
VI.4. Axis IV (aspek eksternal)
Setelah mendapatkan axis IV pada An. RR, maka disusun rencana penatalaksanaan
sebagai berikut:
Aspek:
o Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penyakit pasien (penyebab, faktor risiko,
pengobatan, komplikasi dan prognosis)
Rencana penatalaksanaan :
Memberikan informasi tentang penyakit omsk yang dialami pasien terutama
mengenai penyebab, faktor risiko, pengobatan, komplikasi dan prognosis penyakit.
o Ibu pasien tidak memberikan obat secara teratur
Memotivasi ibu pasien agar memberikan obat secara teratur dan memberi tahu
dampak yang akan terjadi apabila tidak minum obat secara teratur
Memberi ibu pasien kalender yang berisi jadwal pasien untuk minum obat yang harus
di tulis setiap hari.
Memberitahu keluarga agar ikut mengingatkan dan memotivasi ibu pasien untuk
memberikan obat secara teratur.
o Tempat tinggal pasien tidak tertata rapi dan kurang bersih akibat banyaknya barang hasil
memulung ibu pasien, jendela rumah pasien ditutup dengan triplek sehingga kurang
mendapat cahaya matahari serta kurang ventilasi.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 43
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Menyarankan keluarga pasien untuk menyimpan barang-barang yang tidak terpakai
sehingga rumah lebih bersih dan rapi
Menyarankan keluarga pasien untuk mengganti triplek dengan kaca agar cahaya
matahari dapat masuk, serta menambah ventilasi di rumah.
o Masyarakat yang merasa jijik dengan penyakit yang diderita pasien, sehingga pasien
dijauhi dan dikucilkan.
Memberikan informasi kepada masyarakat di sekitar lingkungan pasien bahwa omsk
merupakan penyakit yang dapat sembuh.
o Teman-teman mengucilkan dan mem-bully pasien.
Memberikan penyuluhan kepada teman-teman pasien tentang bahaya dari mem-bully.
VI.5. Axis V (aspek fungsional)
Setelah mendapatkan axis V pada An. RR, maka disusun rencana penatalaksanaan
sebagai berikut:
Status fungsional: 5 (Mampu melakukan tugas sehari-hari tanpa hambatan)
Rencana penatalaksanaan: Tidak dilakukan
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 44
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
BAB VII
INTERVENSI, HASIL INTERVENSI DAN PROGNOSIS
VII.1 Intervensi dan Hasil Intervensi
Kegiatan kunjungan pertama dilakukan tanggal 31 Oktober 2015 di sekolah dan
di rumah pasien, kunjungan kedua 11 November 2015 di rumah pasien. Pasien dibawa
berobat ke RSU Kota Tangerang tanggal 12 November 2015. Kunjungan ketiga
dilakukan pada tanggal 20 November 2015 di sekolah dengan memberikan penyuluhan
kepada teman-teman pasien, dilanjutkan dengan berkunjung ke rumah pasien.
VII.2 Axis I (Personal)
Intervensi : keluar cairan berbau dari telinga sebelah kanan
Menjelaskan tentang penyakit yang dialami, pengobatan, komplikasi dan
prognosis
Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa telinga pasien tidak boleh dikorek.
Menjelaskan kepada pasien bahwa telinga pasien tidak boleh kemasukan
air
Menjelaskan kepada ibu dan pasien bahwa telinga pasien tidak boleh
disumbat kapas.
Menjaga kebersihan dengan mengusap cairan yang keluar dari telinga.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 45
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Hasil intervensi :
1. Ibu mengerti penyebab dan bahaya jika telinga pasien tidak diobati.
2. Ibu tidak mengorek telinga pasien.
3. Ibu tidak menyumbat telinga pasien.
4. Pasien menutup telinga ketika mandi.
5. Pasien membawa tissue untuk mengusap cairan yang keluar dari telinga.
VII.3 Axis II (Klinis)
Intervensi : AD Otitis Media Supuratif Kronik tanpa Komplikasi
Farmakologis : Ofloxacin ear drops 2x4 tetes
Amoxicillin & Asam klavulanat 3x1 sdt
Pseudoefedrine HCl, Triprolidine HCl 3x1 sdt
Non farmakologis :
Menjelaskan kepada pasien & ibu bahwa obat harus diminum dengan teratur dan
dihabiskan.
Memberi kalender minum obat agar pasien termotivasi untuk minum obat secara
teratur.
Hasil Intervensi :
1. Cairan dari telinga sebelah kanan tidak keluar lagi.
2. Ibu memberikan obat secara teratur dan dihabiskan.
VII.4 Axis III (Internal)
Intervensi :
1. Memberikan informasi tentang penyakit omsk yang dialami pasien terutama
mengenai penyebab, faktor risiko, pengobatan, komplikasi dan prognosis penyakit.
2. Memotivasi pasien sehingga muncul rasa percaya diri pada pasien dan memotivasi
pasien bahwa penyakit yang diderita dapat disembuhkan jika ia teratur minum obat.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 46
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Hasil Intervensi :
1. Pasien memahami tentang penyebab penyakit dan bahaya yang timbul jika tidak
diobati.
2. Pasien mengingatkan ibu untuk memberikan obat secara teratur.
VII. 5 Axis IV (Eksternal)
Intervensi :
1. Memberikan informasi tentang penyakit omsk yang dialami pasien terutama mengenai
penyebab, faktor risiko, pengobatan, komplikasi dan prognosis penyakit.
2. Memotivasi ibu pasien agar memberikan obat secara teratur dan memberi tahu dampak
yang akan terjadi apabila tidak minum obat secara teratur
3. Memberi ibu pasien kalender yang berisi jadwal pasien untuk minum obat yang harus di
tulis setiap hari.
4. Memberitahu keluarga agar ikut mengingatkan dan memotivasi ibu pasien untuk
memberikan obat secara teratur.
5. Menyarankan keluarga pasien untuk menyimpan barang-barang yang tidak terpakai
sehingga rumah lebih bersih dan rapi.
6. Menyarankan keluarga pasien untuk mengganti triplek dengan kaca agar cahaya matahari
dapat masuk, serta menambah ventilasi di rumah.
7. Memberikan informasi kepada masyarakat di sekitar lingkungan pasien bahwa omsk
merupakan penyakit yang dapat sembuh.
8. Memberikan penyuluhan kepada teman-teman pasien tentang bahaya dari mem-bully.
Hasil Intervensi :
1. Keluarga memahami tentang penyebab dan bahaya dari penyakit pasien.
2. Ibu pasien memberikan obat secara teratur dan dihabiskan.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 47
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
3. Keluarga menolak untuk merapihkan rumah.
4. Jendela pasien belum dapat diperbaiki karena kondisi tidak memungkinkan.
5. Teman-teman pasien sudah mengetahui akibat dari mem-bully
6. Tetangga pasien sudah mengetahui penyebab penyakit dan sekarang pasien sudah
sembuh.
VII.6 Axis V (Status Fungsional)
Intervensi :
Tidak dilakukan intervensi
VII.7 Prognosis
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad sanationam: Dubia ad bonam
Ad fungtionam: Dubia ad malam
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 48
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
BAB VIII
KESIMPULAN & SARAN
VIII.1 Kesimpulan
1. Apakah penyebab timbulnya OMSK pada An. RR?
Penyebab timbulnya OMSK adalah ISPA pada waktu An. RR berusia 9 bulan.
2. Apakah faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat menjadi faktor risiko tidak
tuntasnya pengobatan OMSK pada An. RR?
Faktor internal
o Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit yang dialami
o An. RR merasa malu karena penyakitnya tersebut
Faktor eksternal
o Kurangnya pengetahuan keluarga terhadap penyakit pasien (penyebab,
faktor risiko, pengobatan, komplikasi dan prognosis)
o Ibu pasien tidak memberikan obat secara teratur
o Tempat tinggal pasien tidak tertata rapi dan kurang bersih akibat
banyaknya barang hasil memulung ibu pasien, jendela rumah pasien
ditutup dengan triplek sehingga kurang mendapat cahaya matahari
serta ventilasi udara yang kurang baik.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 49
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
o Masyarakat yang merasa jijik dengan penyakit yang diderita pasien,
sehingga pasien dijauhi dan dikucilkan.
o Teman-teman pasien mengucilkan dan mem-bully pasien.
VIII.2 Saran
1. Saran bagi pasien : menjaga agar telinga tidak masuk air dan berobat jika terkena flu.
2. Saran bagi keluarga pasien :
- Memotivasi keluarga agar ikut mengingatkan pasien untuk menjaga
kesehatan.
- Membawa pasien ke puskesmas jika sakit atau flu agar segera diobati dan
cairan dari telinga tidak keluar lagi.
- Menyarankan ibu untuk member obat dengan teratur jika anak sakit.
3. Saran bagi kelompok kunjungan keluarga pasien selanjutnya
- Memastikan penyakit An. RR tidak kambuh lagi
- Memastikan telinga pasien tidak dikorek atau disumbat kapas.
- Memastikan pasien masih menjaga telinganya agar tidak kemasukan air
ketika mandi.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 50
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
DAFTAR PUSTAKA
Adams FL, Boies LR, Higler PA. (1997) Buku Ajar Penyakit THT, Edisi : keenam, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta: hal 3,8; 201-218
Azwar, A. (1996) Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga, Edisi: pertama, Yayasan
Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta: hal. 2; 10; 47-53
Departemen Kesehatan RI. (2003) Pedoman Upaya Kesehatan Telinga dan Pencegahan
Gangguan Pendengaran untuk Puskesmas. Jakarta : Depkes RI.
Djaafar ZA. (2010) Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, Edisi keenam,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta: hal. 64-72
Helmi. (2010) Komplikasi Otitis Media Supuratif. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, Edisi
keenam., Balai Penerbit FKUI, Jakarta: hal. 78-86
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 51
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tampak depan rumah An. RR Lampiran 2. Tampak samping rumah An. RR
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 52
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Lampiran 3. Tampak belakang rumah An. RR Lampiran 4. Kamar tidur keluarga An. RR
Lampiran 5. Ruang tengah rumah An. RR Lampiran 6. Kamar mandi rumah An. RR
Lampiran 7. Foto bersama An. RR Lampiran 8. Penyuluhan di sekolah An. RR
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 53
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Lampiran 9. Telinga An. RR sebelum sembuh Lampiran 10. Telinga An. RR setelah sembuh
Lampiran 11. Pemeriksaan dengan Otoskop Lampiran 12. Pemeriksaan dengan penala
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 54
Laporan Kunjungan Kasus Otitis Media Supuratif Kronis Aktif Tipe Aman pada An. RR dengan pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten Periode 31 Oktober – 25 November 2015
Lampiran 13 Pemeriksaan tes berbisik Lampiran 13. Kunjungan ke sp. THT di RSUDKota Tanggerang
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatPeriode Desember 2015Periode : 19 Oktober – 12 Desember 2015 55