Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

192
i Ombudsman Indonesia Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

description

Mengenal Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Negara Ombudsman di Indonesia

Transcript of Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

Page 1: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

i

Ombudsman IndonesiaMasa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 2: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

ii

Penerbitan buku ini didukung :

The Asia Foundation IndonesiaThe Asia Foundation IndonesiaThe Asia Foundation IndonesiaThe Asia Foundation IndonesiaThe Asia Foundation Indonesia

Katalog Dalam Terbitan (KDT):Katalog Dalam Terbitan (KDT):Katalog Dalam Terbitan (KDT):Katalog Dalam Terbitan (KDT):Katalog Dalam Terbitan (KDT):

Ombudsman Indonesia : masa lalu, sekarang, danmasa mendatang : peringatan 2 tahunberdirinya Komisi Ombudsman Nasional / timpenyusun, Antonius Sujata ... ( et. al. );editor, Antonius Sujata. ��Jakarta : KomisiOmbudsman Nasional, 2002.

xii + 179 halaman : il. : 23 cm.

ISBN 979-96802-2-0

1. Komisi Ombudsman Nasional. I. Sujata,Antonius.

352.88

Sanksi Pelanggaran Pasal 44Sanksi Pelanggaran Pasal 44Sanksi Pelanggaran Pasal 44Sanksi Pelanggaran Pasal 44Sanksi Pelanggaran Pasal 44Undang-undang No. 7/1987 tentang

Perubahan atas Undang-undang No. 6/1982Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkanmemperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk [...]

Dipidana dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun dan ataudenda paling banyak 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyerahkan, memamerkan,mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau baranghal pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dengan ayat (1),

dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan atau dendapaling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

Page 3: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

iii

Ombudsman Indonesia

Komisi Ombudsman NasionalKomisi Ombudsman NasionalKomisi Ombudsman NasionalKomisi Ombudsman NasionalKomisi Ombudsman NasionalJakarta 2002

Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Tim Penyusun :

Antonius SujataAntonius SujataAntonius SujataAntonius SujataAntonius SujataBudhi MasthuriBudhi MasthuriBudhi MasthuriBudhi MasthuriBudhi Masthuri

WinarsoWinarsoWinarsoWinarsoWinarsoDominikus Dalu FernandesDominikus Dalu FernandesDominikus Dalu FernandesDominikus Dalu FernandesDominikus Dalu Fernandes

Siska WidyawatiSiska WidyawatiSiska WidyawatiSiska WidyawatiSiska Widyawati

Page 4: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

iv

Ombudsman IndonesiaMasa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Tim Penyusun :Antonius SujataBudhi MasthuriWinarsoDominikus Dalu FernandesSiska Widyawati

Editor :Antonius Sujata

Disain Sampul :Patnuaji Agus Indrarto

Diterbitkan oleh :Komisi Ombudsman NasionalKomisi Ombudsman NasionalKomisi Ombudsman NasionalKomisi Ombudsman NasionalKomisi Ombudsman NasionalJl. Adityawarman 43 Kebayoran BaruJakarta Selatan 12160Tahun 2002

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atauseluruhnya dalam bentuk dan cara apapun juga, baik secara mekanis maupunelektronis, termasuk fotokopi, rekaman dan lain-lain tanpa izin tertulis dari penerbit.

Page 5: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

v

Kata Pengantar vii

Pendahuluan ix

Langkah Awal Komisi Ombudsman NasionalLangkah Awal Komisi Ombudsman NasionalLangkah Awal Komisi Ombudsman NasionalLangkah Awal Komisi Ombudsman NasionalLangkah Awal Komisi Ombudsman Nasional 1

Persiapan dan Pembentukannya 1

Sambutan Masyarakat 8

Landasan KeberadaanLandasan KeberadaanLandasan KeberadaanLandasan KeberadaanLandasan Keberadaan 13

Prinsip Umum Pengaturan Ombudsman 13

Pengaturan Ombudsman di Indonesia 17

Dasar Hukum 18

Konsep Rancangan Undang-Undang 20

Harapan terwujudnya Ombudsman Indonesia 26

Kinerja Ombudsman NasionalKinerja Ombudsman NasionalKinerja Ombudsman NasionalKinerja Ombudsman NasionalKinerja Ombudsman Nasional 27

Tahun Pertama 28

Tahun Kedua 43

Peringatan 2 Tahun Ombudsman Nasional 50

Beberapa Kasus MenonjolBeberapa Kasus MenonjolBeberapa Kasus MenonjolBeberapa Kasus MenonjolBeberapa Kasus Menonjol 57

Daftar Isi

Page 6: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

vi

Ombudsman Sebagai Bagian ReformasiOmbudsman Sebagai Bagian ReformasiOmbudsman Sebagai Bagian ReformasiOmbudsman Sebagai Bagian ReformasiOmbudsman Sebagai Bagian Reformasi 69

Pengawasan atas Pelayanan Umum 69

Persiapan Masa Depan Ombudsman 76

PenutupPenutupPenutupPenutupPenutup 81

LampiranLampiranLampiranLampiranLampiran 83

Data Statistik 2000, 2001 85

Keputusan Presiden RI Nomor 44 Tahun 2000 95

TAP MPR RI Nomor VIII/MPR/2001 103

Makalah :Makalah :Makalah :Makalah :Makalah : 109

Antonius Sujata dan RM Surachman 111

Pichet Soontornpipit 119

Prof. Dr. Astrid S. Susanto - Sunario 131

Dr. A.B. Susanto 161

Ucapan TerimakasihUcapan TerimakasihUcapan TerimakasihUcapan TerimakasihUcapan Terimakasih 171

Page 7: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

vii

uku sederhana ini disusun untuk mem-peringati dua tahun usia Komisi Ombuds-man Nasional. Dalam dua tahun perjalan-

annya sejak berdiri pada tanggal 20 Maret 2000Komisi Ombudsman Nasional telah mengalamiperkembangan dalam aspek landasan hukum,prospek masa depan, pengenalan oleh masyarakat(recognition), kerjasama dengan pihak luar, sertakinerja intern institusi Ombudsman sendiri. Duatahun bukanlah waktu yang lama, namun akanmenjadi momen penting manakala dalam periodewaktu tersebut kita dapat meletakkan landasan-landasan dasar yang kokoh bagi kelangsunganinstitusi pada masa mendatang.

Waktu lampau adalah pengalaman, waktusekarang adalah perjuangan dan waktu mendatangadalah harapan. Sesungguhnya misi apapun yangkita miliki melalui implementasi tugas-tugas yangdilakukan tentunya dilandasi oleh keinginan agarperjalanan waktu yang diberikan Tuhan kepadakita sekalian hendaknya jangan kita sia-siakan.Komisi Ombudsman Nasional dengan segala keku-rangan dan keterbatasannya telah berupaya agarmasa dua tahun ini dapat memberikan makna bagiperjalanan Ombudsman Indonesia selanjutnya.

Kata Pengantar

B

Page 8: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

viii

Salah satu kritik terhadap Ombudsman sebagaimana dilontarkanseorang penanya dari daerah dalam Dialog Interaktif OmbudsmanSiaran Televisi Republik Indonesia (TVRI) beberapa waktu lalu bahwaOmbudsman seperti jalan ditempat, kurang terdengar aktivitasnya.Menurut hemat kami penilaian tersebut sangat wajar sebab ketikaawal mula berdiri justru Ombudsman lebih sering muncul dalampemberitaan, Ombudsman lebih high profile. Sekarang kurangterdengar dan bersikap low profile, pemberitaan dalam media jugaberkurang. Dari aspek yang lebih mengetengahkan konsumsipemberitaan memang demikian adanya. Namun dilihat dari konsumsipelayanan umum serta efektifitas pengawasan Ombudsman masihtetap pada komitmennya. Ombudsman tetap dengan misinya untukmemberi dorongan agar aparat publik mampu menjalankan fungsinyasecara baik. Bagaimanapun Ombudsman sebagai institusi pengawasantetap berjalan ditempatnya agar penyelenggara negara yang mem-peroleh dorongan Ombudsman segera berjalan cepat menuju ke arahpemerintahan yang baik.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasihsebesar-besarnya kepada The Asia Foundation yang telah memberidukungan sehingga buku ini dapat terbit.

Ketika awal mula Komisi Ombudsman Nasional berdiri adalahThe Asia Foundation yang mendatangi kami dan langsung memberibantuan bagi kelangsungan operasional institusi yang baru dibentuktersebut. Bahkan dukungan dimaksud tetap berlangsung sampaisekarang, hal ini tentunya akan selalu menjadi catatan penting dalamsejarah perjalanan Komisi Ombudsman Nasional.

Kepada para anggota Tim Penyusun dengan seluruh jerih payah-nya mempersiapkan naskah penulisan kami ucapkan terimakasih pula.

Demikianlah, semoga buku ini dapat turut memberi kontribusiupaya kita bersama untuk memperoleh pelayanan secara lebih baik.

Jakarta, 1 Oktober 2002

Ketua Komisi Ombudsman Nasional

Antonius SujataAntonius SujataAntonius SujataAntonius SujataAntonius Sujata

Page 9: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

ix

Pendahuluan

alah satu masalah krusial yang dihadapibangsa Indonesia saat ini adalah menguat-nya gejala public distrust di tengah-tengah

masyarakat sebagai akibat kesalahan berbagaiinstrumen birokrasi rezim masa lalu. Setidaknyaada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukur-an menguatnya gejala public distrust ditengah-tengah masyarakat. Paling menonjol antara lainadalah mulai membudayanya perilaku main hakimsendiri ditengah-tengah masyarakat dalam me-nyikapi tindak kejahatan di lingkungan sekitarnya,perusakan fasilitas umum sebagai representasikekecewaan masyarakat terhadap simbol-simbolkekuasaan, aksi menentang kebijakan pemerintahyang dilakukan secara massive, dan banyak lagi.

Dalam konteks penegakan hukum, fenomenamaraknya perilaku main hakim sendiri (eigenrich-ting) yang dilakukan oleh masyarakat terhadappelaku-pelaku kejahatan dapat membuka peluangbagi terjadinya social disorder. Ini merupakan salahsatu indikasi bahwa pada level tertentu, masya-rakat sudah tidak mempercayai institusi penegakhukum yang berlaku resmi. Hal tersebut tidakdapat dianggap remeh, sebab biasanya merupakan

S

Page 10: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

x

refleksi yang secara simbolik diisyaratkan masyarakat untuk mem-bahasakan persoalan-persoalan penegakan hukum yang lebih besar.Selama ini masyarakat semakin merasakan bahwa keadilan telahmenjadi barang mewah yang sulit didapat.

Mari kita coba melakukan napak tilas sebelum pecahnya gerakanreformasi tahun 1998. Secara gamblang masyarakat pada saat itukerap menyaksikan praktek-prektek penyimpangan yang dilakukanpara pejabat publik tanpa berdaya menghentikannya. Sepertinyasemua hal tersebut sudah menjadi rahasia umum. Lembaga penegakhukum juga kurang menunjukkan fungsi idealnya sehingga meng-hancurkan bangunan kepercayaan publik. Dalam kondisi seperti itu,rasa keadilan masyarakat menjadi tercabik-cabik. Apalagi pada saatyang sama masyarakat dihadapkan pada kenyataan yang sangatparadoks dengan sulitnya menjalani kehidupan sehari-hari. Keadaantersebut merupakan prakondisi bagi terbangunnya image negatifterhadap pemerintah (penguasa) dan institusi kenegaraan lainnyasehingga bermuara pada apatisme sosial.

Penyakit kolusi, korupsi dan nepotisme juga sudah sangat kronismenggerogoti hampir setiap sendi birokrasi tanpa ada yang mampumengatasinya. Seperti gurita besar dengan beribu tangan yang men-cengkeram, saat itu kita semua hampir tidak memiliki peluang untukmenghancurkannya. Masyarakat semakin jauh dari harapan mem-peroleh pelayanan sesuai hak yang dimiliki sebagai warga negara.Pilar-pilar resmi penegakan hukum pada masa itu juga telah terjebakke dalam sistem penegakan hukum yang koruptif dikarenakanlemahnya kontrol internal maupun eksternal. Akumulasi dari berbagaikecewaan tersebut kemudian menjadi pengikat bagi solidaritasbersama antara masyarakat, mahasiswa, kaum terpelajar dan pro-fesional untuk melakukan gerakan reformasi total pada tahun 1998.Salah satu hal penting yang diharapkan adalah terjadinya perubahanmental dan kultur birokrasi dalam memberikan pelayanan kepadamasyarakat. Keinginan ini kemudian merangsang beberapa kalanganuntuk mendesakkan perlunya pengawasan yang intensif terhadaplembaga birokrasi dan kenegaraan lainnya. Sebutlah misalnyakelahiran Government Watch Indonesia, Judicial Watch, IndonesiaCorruption Watch, dan lembaga Watch Dog lainnya yang tersebar di

Page 11: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

xi

berbagai penjuru Nusantara. Namun demikian pengawasan eksternalyang lebih banyak dilakukan kalangan LSM, Mahasiswa, dankomponen demokrasi lainnya memiliki fungsi terbatas sebagailembaga pressure yang secara langsung tidak berpengaruh terhadapstruktur birokrasi dan kekuasaan. Padahal pada saat yang samalembaga pengawasan internal yang ada tidak terlalu terlihat kiner-janya secara memadai, bahkan kadangkala bertindak tidak lebihsebagai alat justifikasi dan pelindung pejabat publik yang melakukanpenyimpangan.

Sebagaimana kita ketahui bersama, tujuan dan cita-cita didiri-kannya Negara Republik Indonesia tidak lain adalah untuk mewu-judkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, terwadahi dalamsebuah Negara Republik Indonesia yang membawa rakyatnya padasuasana berkemakmuran dalam keadilan dan berkeadilan dalamkemakmuran. Perjalanan bagi perwujudan keadilan dan kemakmurantersebut senantiasa harus diawasi pelaksanaannya. Lembaga-lembagapengawasan fungsional dan struktural seperti Kotak Pos 5000, Penga-wasan Melekat, Kantor Inspektorat, BPKP, adalah badan-badan yangdibentuk pada masa lalu untuk melakukan kerja-kerja pengawasansebagaimana diharapkan. Tetapi lembaga-lembaga pengawasantersebut masih dipertanyakan independensinya dalam melakukankerja pengawasan. Mengawasi sebuah sistem yang lembaga penga-wasnya sendiri merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem yangsedang diawasi adalah menjadi sangat tidak efektif. Walaupun bela-kangan ada rencana untuk mengintegrasikan lembaga-lembaga penga-wasan tersebut menjadi satu lembaga pengawasan tersentralistik.

Kurang optimalnya fungsi pengawasan yang selama ini dilakukanoleh lembaga-lembaga pengawasan yang telah ada kemudian meng-ilhami pembentukan lembaga pengawas eksternal yang independendan bebas dari campur tangan kepentingan pihak manapun, tetapimempunyai akses serta berpengaruh terhadap struktur birokrasipemerintahan juga lembaga kenegaraan. Lembaga hanya memilikisatu kepentingan yaitu mewujudkan Good Governance. Lembaga itubernama Ombudsman.

Ide pembentukan lembaga Ombudsman juga tidak terlepas daripertanyaan publik tentang sejauh mana efektifitas dan independen-

Page 12: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

xii

sinya seperti halnya juga dipersoalkan terhadap lembaga-lembagapengawasan sebelumnya. Pertanyaan tersebut merupakan sesuatuyang wajar ditengah-tengah kondisi masyarakat yang sedang menga-lami trauma politik dan sosial berkepanjangan.

Jadilah pada tanggal 20 Maret 2000 Lembaga Ombudsman resmidibentuk di Indonesia. Lembaga baru ini secara lengkap bernamaKomisi Ombudsman Nasional, berfungsi sebagai lembaga pengawaseksternal yang secara independen akan melakukan kerja-kerjapengawasan terhadap penyelenggara negara dalam memberikanpelayanan umum yang menjadi tanggung jawab mereka. Hingga saatini, telah dua tahun Ombudsman di Indonesia berkiprah. Eksistensisebuah lembaga baru akan dapat teruji apabila ia mampu melewatihari-hari sulit pada masa dua tahun pertama. Demikian juga halnyaKomisi Ombudsman Nasional. Selama dua tahun berkiprah, tentubanyak aral melintang yang dialami dan dilalui. Tidak sedikit jugaprestasi yang sudah dicapai. Walaupun kalau kita bandingkan denganbegitu banyaknya keluhan tentang penyimpangan yang dilakukanpenyelenggara negara, barangkali prestasi tersebut baru seperti setitikembun di padang pasir nan kering. Tetapi, keberadaannya tetaplahsebagai setitik embun yang tidak dapat dihapuskan begitu saja. Bukuini diharapkan dapat memberi gambaran kepada masyarakat tentangperjalanan Komisi Ombudsman Nasional selama dua tahun berkiprahdi belantara birokrasi dan pemerintahan Indonesia.

Page 13: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

1

Langkah Awal KomisiOmbudsman Nasional

I

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Persiapan dan PembentukannyaPersiapan dan PembentukannyaPersiapan dan PembentukannyaPersiapan dan PembentukannyaPersiapan dan Pembentukannya

ndonesia saat ini sedang mengalami masatransisi, diawali dengan tumbangnya rezimSoeharto setelah selama tiga puluh dua tahun

lebih berkuasa dan kemudian digantikan B.J.Habibie (1998-1999). Hingar bingar politik saat itukerap menghiasi halaman depan surat kabar danmajalah setiap harinya. Pemilu yang konon katanyapaling demokratis sepanjang sejarah ketatanega-raan Indonesia akhirnya mengantarkan KH. Abdur-rahman Wahid (Gus Dur) pada kursi RI 1 dan Mega-wati Soekarno Putri di kursi RI 2.

Tampaknya duet kepemimpinan Gus Dur danMegawati saat itu harus menanggung beban politikdan sejarah masa lalu yang cukup berat. Korupsimasih tetap merajalela dan bahkan cenderungtanpa kendali. Penegak hukum juga mengalamikesulitan mewujudkan cita-cita reformasi hukumyang menjadi salah satu agenda reformasi. Partaipolitik berebut jatah kekuasaan dan akses ekonomi.Masyarakat dan mahasiswa kembali melontarkankritik atas ketidakmampuan pemerintah membe-

Page 14: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

2

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

rantas korupsi dan berbagai penyimpangan yang dilakukan penye-lenggara negara. Pemerintah juga semakin kehilangan kewibawaankarena terus menerus terlibat polemik kontroversial sehingga tidaksempat mengurusi kebutuhan dasar masyarakatnya.

Dalam kondisi mendapat tekanan masyarakat yang menghendakiterjadinya perubahan menuju pemerintahan yang transparan, bersihdan bebas KKN, maka pemerintahan saat itu berusaha melakukanbeberapa perubahan sesuai aspirasi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Salah satunya adalah dengan membentuk sebuahlembaga pengawasan terhadap Penyelenggara Negara, bernamaKomisi Ombudsman Nasional.

Pagi itu pada awal Nopember 1999, Presiden Republik IndonesiaKH Abdurrahman Wahid berinisiatif memanggil Jaksa Agung MarzukiDarusman untuk mendiskusikan tentang konsep pengawasan baruterhadap penyelenggara negara. Diskusi tersebut juga melibatkancalon ketua yang diusulkan Presiden cq Antonius Sujata. Akhirnyapada tanggal 17 Nopember 1999 diadakan pertemuan antara JaksaAgung Marzuki Darusman, Antonius Sujata dan Presiden RI gunamembahas gagasan Presiden RI tentang konsep pengawasan terhadappenyelenggara negara dalam rangka memberantas Korupsi, Kolusidan Nepotisme. Secara lebih kongkrit konsep tersebut diujudkandengan membentuk Lembaga Ombudsman di Indonesia.

Satu hari kemudian, pada tanggal 18 Nopember 1999, AntoniusSujata diminta oleh Wakil Sekretariat Kabinet memberikan bahanpemikiran mengenai Lembaga Ombudsman tersebut guna persiapanpenerbitan Keputusan Presiden. Selanjutnya pada tanggal 16 Desem-ber 1999 Presiden Republik Indonesia mengeluarkan KeputusanNomor 155 Tahun 1999 Tentang Tim Pengkajian PembentukanLembaga Ombudsman tertanggal 8 Desember 1999.

Setelah dipelajari, ternyata Keppres Nomor 155 Tahun 1999tersebut tidak sesuai dengan hasil diskusi yang telah disepakatisebelumnya antara Presiden Republik Indonesia, Jaksa AgungMarzuki Darusman dan Antonius Sujata. Sebab, dalam diskusi ter-batas tersebut, hasilnya merekomendasikan agar Presiden RepublikIndonesia segera membentuk Ombudsman sebagai lembaga penga-wasan terhadap penyelenggara negara dalam rangka memberantas

Page 15: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

3

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

KKN, tetapi ternyata Kepres Nomor 155 Tahun 1999 hanya mem-bentuk Tim Pengkajian Ombudsman. Jadi lembaganya sendiri belumdibentuk secara konkrit. Hal ini dirasakan Antonius Sujata sebagaisangat lamban sementara desakan masyarakat terhadap perbaikanpelayanan umum dan pemberantasan KKN sudah sedemikian kuat.Oleh karena itu pada tanggal 18 Desember 1999 Antonius Sujatabersama sama Jaksa Agung Marzuki Darusman kembali menghadapPresiden dan memperoleh klarifikasi tentang keberadaan KeppresNomor 155 Tahun 1999, keduanya tetap pada rekomendasi dari hasildiskusi terbatas yang telah dilakukan sebelumnya.

Setelah itu pada tanggal 22 Desember 1999 disusunlah konsepKeputusan Presiden yang baru tentang pembentukan lembaga Om-budsman di Indonesia. Secara maraton pada awal Januari 2000Konsep Keputusan Presiden tersebut dibahas bersama-sama denganAsisten Sekretaris Kabinet. Untuk memastikan tidak akan ada lagiperubahan substansi Keputusan Keppres sebagaimana terjadi sebe-lumnya, pada tanggal 18 Januari 2000, Antonius Sujata sebagai salahsatu penggagas pembentukan Ombudsman menemui SekretarisKabinet Marsilam Simanjuntak. Saat itu terbersit keraguan di benakMarsilam Simanjuntak apakah nantinya dengan Kepres tersebutOmbudsman dapat dibentuk dan berfungsi secara efektif. Menurutnyayang saat itu diperlukan adalah pembentukan Tim Pengkajian Pem-bentukan Ombudsman terlebih dahulu. Tetapi mengingat desakanmasyarakat dan mahasiswa yang semakin kuat menghendaki pembe-rantasan KKN dan perbaikan pelayanan umum, agar tidak terkesanbertele-tele Antonius Sujata tetap berpendapat bahwa sebaiknyaPresiden langsung membentuk Ombudsman sebagaimana gagasansemula, bukan Tim Pengkajian sebagaimana diusulkan MarsilamSimanjuntak. Dengan catatan bahwa Kepres tersebut memberikanmandat kepada Anggota Ombudsman nantinya untuk menyusun draftRUU Ombudsman Nasional. Namun demikian, apabila KeppresNomor 155 Tahun 1999 tentang Pembentukan Tim PengkajianLembaga Ombudsman tetap ada maka tugas Tim Pengkajian Om-budsman hanya melakukan sosialisasi dan penyiapan konsep RUU,untuk itu menurut Antonius Sujata akan lebih baik apabila tugastersebut diserahkan saja kepada Menteri Hukum dan Perundang-undangan. Akhirnya konsep pembentukan Ombudsman dituangkan

Page 16: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

4

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

melalui Keputusan Presiden. Presiden KH Abdurrahman Wahid saatitu juga mempersiapkan Antonius Sujata sebagai calon Ketuanya.

Mengingat pentingnya keberadaan Ombudsman di Indonesia yangsedang mengalami krisis multi dimensi sampai krisis kepercayaanpublik, Antonius Sujata mengambil inisiatif untuk menghubungibeberapa figur yang dikenal berdedikasi serta berintegritas, memintakesediaan mereka menjadi calon Anggota Ombudsman nantinya.Untuk pertama kalinya setelah konsep Keputusan Presiden disepa-kati, pada tanggal 27 Januari 2000 diadakan pertemuan dengan paracalon Anggota Ombudsman yaitu Prof. C.F.G. Sunaryati Hartono, TetenMasduki, Baihaki Hakim, Surachman, APU dan Pradjoto. Dalampertemuan tersebut dibicarakan antara lain tentang apa dan bagai-mana tugas serta wewenang Lembaga Ombudsman di Indonesianantinya. Selain itu, Prof. Sunaryati Hartono juga sempat menyam-paikan gagasan tentang bagaimana mempersiapkan penyusunanDraft RUU Ombudsman. Hasil diskusi dengan beberapa figur calonAnggota Ombudsman tersebut kemudian disampaikan kepadaPresiden melalui Sekretaris Kabinet. Pada tanggal 10 Maret 2000Presiden resmi menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun2000 tentang pembentukan Komisi Ombudsman Nasional, denganmengangkat Antonius Sujata sebagai Ketua merangkap Anggota.Salinan Keppres tersebut diterima Antonius Sujata tiga hari kemudiantanggal 13 Maret 2000. Selain Antonius Sujata, Presiden jugamengangkat Prof. Sunaryati Hartono sebagai Wakil Ketua merangkapAnggota, Teten Masduki sebagai Anggota, KH. Masdar F Masudisebagai Anggota, RM Surahman, APU sebagai Anggota, Prof. BagirManan sebagai Anggota, Pradjoto sebagai Anggota, dan Sri Urip seba-gai Anggota.

Setelah keluar Keppres Nomor 44 Tahun 2000, pada tanggal 20Maret 2000, Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Komisi OmbudsmanNasional dilantik Presiden Abdurrahman Wahid di Istana Negara.Saat itu Indonesia memasuki babak baru dalam sistem pengawasan.Satu-satunya sistem pengawasan yang memiliki jaringan dan dukung-an luas dari masyarakat internasional. Sebagai catatan, BaihakiHakim yang semula menjadi kandidat Anggota Ombudsman akhirnyadigantikan oleh seorang profesional, Sri Urip. Adapun Baihaki Hakimkemudian diangkat oleh Presiden sebagai Direktur Utama Pertamina.

Page 17: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

5

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Semenjak Komisi Ombudsman Nasional resmi dibentuk, awalnyahanya menempati (menumpang) di sebuah kantor berukuran kecilpada kawasan Sudirman. Pemerintah saat itu semata-mata hanyamembentuk Supra Strukturnya berupa Keputusan Presiden Nomor44 Tahun 2000, adapun Infra Strukturnya seperti gedung, peralatankantor, dan sebagainya sama sekali belum tersedia. Dengan kondisiseperti itu, para Anggota Ombudsman telah bertekad untuk tetapmemulai aktifitasnya. Saat itu Ombudsman hanya dibantu olehseorang Sekretaris, tepat di hari pertama operasional Ombudsmantelah menerima seorang pelapor. Dia adalah Dokter Rudi yang bagiOmbudsman telah ikut berjasa secara tidak langsung mempopulerkanKomisi Ombudsman Nasional. Kebetulan keluhan yang disampaikanjuga termasuk signifikan, tidak tanggung-tanggung, ia mengeluhkantentang dugaan adanya pemalsuan putusan di Mahkamah Agung RI.Setelah kedatangan Dokter Rudi, Ombudsman kerap diliput mediamasa sehingga masyarakatpun semakin banyak yang mengetahuikeberadaannya. Kemudian, mulailah berdatangan berbagai laporandan keluhan masyarakat terhadap penyelenggara negara, baik yangdatang langsung, melalui pos atau juga lewat faksimili.

Beberapa minggu kemudian, Komisi Ombudsman Nasionalmerekrut seorang Asisten Ombudsman. Dan semakin lama kebera-daan Komisi Ombudsman Nasional semakin dikenal masyarakat.Dampaknya, laporan juga semakin menggunung, maklumlah saat itubangsa dan rakyat Indonesia sedang mengalami angin kebebasanuntuk berekspresi dan menyampaikan uneg-uneg setelah sekian puluhtahun mereka terbelenggu tanpa tahu harus ke mana mengeluhkannasibnya.

Karena volume kerja yang semakin meningkat, dirasakan perlumemindahkan Kantor Komisi Ombudsman Nasional ke lokasi dantempat yang relatif lebih representatif. Sementara itu, pemerintahjuga belum menyediakan tempat dan anggaran belanja karenamemang segala persyaratan adminstratif penganggarannya sedangdiurus. Pada sekitar awal April tahun 2000, Ibu Muryati Soedibyoberbaik hati meminjamkan beberapa ruangan di Gedung Mustika Ratuuntuk digunakan sebagai Kantor Komisi Ombudsman Nasional.Ruangan di Graha Mustika Ratu relatif lebih memadai dibandingkangedung sebelumnya. Lokasinya juga tidak terlalu sulit dijangkau

Page 18: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

6

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

masyarakat yang ingin menyampaikan keluhannya. Peralatan sepertikomputer dan meubeler juga masih meminjam sana sini. Kondisitersebut sama sekali tidak menjadi penghalang bagi Anggota danbeberapa Staf serta Asisten Ombudsman untuk melakukan kerjanyasehari-hari. Bagi mereka tekad untuk membantu mewujudkan negarayang bersih dan berwibawa (good governance) adalah lebih pentingdan tidak harus terhalang oleh minimnya perangkat pendukung.Kegiatan dan aktifitas Komisi Ombudsman Nasional juga tetapberjalan dan bahkan semakin banyak dikenal masyarakat.

Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Komisi Ombudsman Nasionaljuga terus secara maraton mengadakan persiapan-persiapan kegiatanguna lebih mensosialisasikan keberadaan Ombudsman Nasionalkepada berbagai kalangan. Sampai akhirnya suatu hari datanglahseorang utusan dari The Asia Foundation bernama Zacky Z. Husein.The Asia Foundation melalui Zacky Z Husein menyampaikan keingin-annya membantu memajukan Komisi Ombudsman Nasional denganmemberikan donasi. Tidak dipungkiri, kedatangan utusan The AsiaFoundation saat itu menjadi sumbu penyulut sebab memang KomisiOmbudsman Nasional sangat membutuhkan dukungan dari berbagaipihak. Kemudian, The Asia Foundation tercatat sebagai lembaga do-nor pertama yang memberikan bantuannya kepada Komisi Ombuds-man Nasional dalam bentuk grant. Setelah kedatangan utusan TheAsia Foundation, Komisi Ombudsman Nasional banyak kedatangantamu asing antara lain Duta Besar Swedia, OSI, AusAid, DubesPerancis, Kedutaan New Zealand, Australia. Kedatangan merekamenunjukkan bahwa dunia Internasional mendukung keberadaaanKomisi Ombudsman Nasional sebagai bagian dari tatanan penga-wasan terhadap penyelenggara negara dalam rangka mewujudkangood governance.

Untuk menggali dan memperdalam pengetahuan tentang apa danbagaimana Ombudsman seharusnya melakukan kerja-kerja penga-wasan, dan apa saja prinsip-prinsip Ombudsman yang berlaku uni-versal, para Anggota merasa perlu melakukan berapa kunjungan kerjaatau studi banding di beberapa negara yang memiliki Ombudsman.Pertama kali dilakukan pada awal Mei tahun 2000, saat itu salahseorang Anggota Komisi Ombudsman Nasional Sri Urip berkunjungke Ombudsman di Belanda. Beliau melakukan beberapa pembicaraan

Page 19: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

7

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

dan diskusi penting dengan Ketua Ombudsman Belanda.

Setelah Anggota Komisi Ombudsman Nasional menyusun serang-kaian rencana sosialisasi, pada pertengahan tahun 2000, KomisiOmbudsman Nasional berkesempatan menyelenggarakan sosialisasi-nya secara terbuka untuk pertama kali dalam bentuk seminar danlokakarya baik yang sifatnya nasional maupun internasional. Serang-kaian seminar dan loka karya diselenggarakan di Jakarta, Surabaya,dan Medan. Beberapa ahli Ombudsman Internasional terlibat dalamserangkaian seminar dan loka karya tersebut, antara lain Sir BrianElwood (Ketua Ombudsman New Zealand dan Presiden InternationalOmbudsman Institute), DR. Marten Osting (mantan Ketua Ombuds-man Belanda), DR. Claes Eklundh (Ketua Ombudsman Swedia), danJohn Ted Wood (Mantan Ombudsman Commonwelth). Pada saat yangsama, di sekitar pertengahan tahun 2000 salah seorang AnggotaKomisi Ombudsman Nasional Pradjoto, mengundurkan diri karenakesibukan kerja yang dialaminya di luar Komisi OmbudsmanNasional.

Keberadaan Komisi Ombudsman Nasional semakin diakui didunia Internasional, walaupun baru beberapa bulan berdiri, berbagaiundangan untuk menghadiri even-even Ombudsman Internasionalberdatangan, antara lain dalam Konferensi Ombudsman Asia.Menindaklanjuti hal tersebut, pada tanggal 17-20 Juli 2000 KetuaKomisi Ombudsman Nasional dan seorang Anggota menghadirithe 5th Conference of the Asian Ombudsman Association (AOA) diManila, Filipina.

Pada tanggal 10 Oktober ditahun 2000 kembali seorang AnggotaKomisi Ombudsman Nasional Prof. Bagir Manan, mengundurkan diridikarenakan beliau diangkat menjadi Hakim Agung kemudian terpilihsebagai Ketua Mahkamah Agung RI. Selanjutnya keberadaan ProfesorBagir Manan di Mahkamah Agung Republik Indonesia sangat mem-bantu Komisi Ombudsman Nasional, setidaknya dalam rangka menge-nalkan kepada para hakim dan pejabat peradilan tentang apa danbagaimana Komisi Ombudsman Nasional. Semenjak MahkamahAgung RI dipimpin Profesor Bagir Manan, respon Mahkamah Agungdan Peradilan pada umumnya meningkat, walaupun secara kualitatifsetiap respon yang diberikan juga masih harus diuji kualitasnya.

Page 20: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

8

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Meningkatnya respon yang diberikan kepada Ombudsman menun-jukkan angin segar bagi cita-cita reformasi hukum dan dunia peradilandi Indonesia. Tinggal bagaimana lembaga-lembaga terkait berupayameningkatkan mutu dan kualitas respon yang diberikan.

Sambutan MasyarakatSambutan MasyarakatSambutan MasyarakatSambutan MasyarakatSambutan Masyarakat

Dua tahun sudah Komisi Ombudsman Nasional menjalankantugas pengawasannya. Masyarakat Indonesia menaruh harapan yangbegitu besar terhadap Ombudsman. Pada awal tahun pertama misal-nya, Komisi Ombudsman Nasional sudah menerima 800 lebih laporanmasyarakat hanya dalam masa empat bulan usia berdirinya.

Namun demikian disamping banyak yang menaruh harapan adajuga sebagian masyarakat yang apriori terhadap efektifitas kerjapengawasannya. Barangkali ini merupakan imbas dari menipisnyakepercayaan publik terhadap kinerja lembaga penegak hukum danlembaga pengawas bentukan masa lalu sebagai refleksi kekecewaanterhadap pemerintah. Sehingga masyarakat tetap mengidentikkanKomisi Ombudsman Nasional sebagai kepanjangan tangan peme-rintah sebagaimana halnya dengan lembaga-lembaga pengawas yangselama ini telah dibentuk.

Dasar pembentukan Komisi Ombudsman Nasional memang barudengan Keputusan Presiden (Keppres Nomor 44 Tahun 2000). Namundemikian barangkali hanya sedikit masyarakat yang mengetahuibahwa Keppres tersebut memberi mandat kepada Anggota KomisiOmbudsman Nasional untuk menyusun draft RUU Ombudsmansehingga diharapkan ke depan tidak sekadar menjadi �Komisi� yangbersifat sementara, tetapi sebagai lembaga utuh dan permanen yangpara anggotanya dipilih DPR (Parlemen). Saat ini, Draft RUU Om-budsman telah memasuki tahapan pembahasan dan penyempurnaanyang signifikan di Badan Legislasi DPR RI.

Dari tanggapan yang beragam di masyarakat, dapat disimpulkanbahwa sebagian besar masyarakat mendukung dan menghendaki agarKomisi Ombudsman Nasional menjadi semakin efektif dalammenjalankan fungsi pengawasannya. Walaupun tidak dapat dimung-kiri pasti ada juga sebagian kecil masyarakat yang menganggap

Page 21: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

9

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Ombudsman belum diperlukan dan sebaiknya dibubarkan saja.Umumnya, tanggapan yang menghendaki Ombudsman dibubarkandatang dari pihak-pihak yang belum memiliki pemahaman menye-luruh tentang apa dan mengapa Ombudsman perlu ada di Indonesia.Keberadaan Komisi Ombudsman Nasional di Indonesia bahkan telahdiakui dan menjadi bagian dari komunitas Ombudsman Internasional.Saat ini, Indonesia telah terpilih dan dipercaya untuk menjadi anggotaAsosiasi Ombudsman Internasional dan Ombudsman di negara-negaraAsia.

Respon masyarakat yang secara positif diberikan kepada KomisiOmbudsman Nasional antara lain juga datang dari seorang HakimAgung Artidjo Alkostar dan Hakim Agung Laica Marzuki. Bahkandalam pernyataannya yang dimuat Media Indonesia akhir Juni 2001Hakim Agung Artidjo Alkostar berharap Komisi Ombudsman Nasionalproaktif melakukan penelitian sehubungan dengan kekecewaannyaterhadap putusan Mahkamah Agung RI yang membebaskan TerdakwaSkandal Bank Bali. Harapan Hakim Agung Artidjo Alkostar tersebutbarangkali merupakan sinyal dari keputusasaan seorang aparatpenegak hukum ketika ia merasa bekerja sendiri ditengah belantarahukum Indonesia. Dengan demikian sudah saatnya diperlukan kebe-radaan lembaga-lembaga eksternal yang dapat membantu melakukanpengawasan sehingga keadilan masyarakat benar-benar dapatwujudkan.

Dukungan terhadap keberadaan Komisi Ombudsman Nasionaljuga disampaikan oleh Guru Besar Tata Negara UI Profesor Dr. JimlyAsshiddiqie, SH. Ia mendukung penegasan Ombudsman Nasionaldalam Konstitusi dan dijabarkan lebih lanjut dengan Undang-Undang(UU), tidak sekadar Keppres seperti sekarang (Kompas, 3 September2001).

Dengan demikian kita dapat melihat bagaimana sambutan masya-rakat terhadap keberadaan Komisi Ombudsman Nasional setidaknyaberasal dari berbagai segmen sosial. Pertama dari segmen akademisidan guru besar, sambutan positifnya dapat dirasakan bagaimanakampus-kampus selalu membuka diri bekerjasama dalam setiap evenilmiah yang diselenggarakan Komisi Ombudsman Nasional di daerah-daerah. Dari kalangan organisasi sosial dan lembaga swadaya masya-

Page 22: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

10

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

rakat, selama ini dukungan dan respon positif diberikan dengan caramenyampaikan/meneruskan keluhan-keluhan masyarakat kepadaKomisi Ombudsman Nasional. Untuk membangun lagitimasi sosial,Komisi Ombudsman Nasional terus bertekad melibatkan setiapelemen sosial masyarakat dalam melakukan kerja-kerja pengawasanterhadap penyelenggara negara. Sambutan dari masyarakat luassendiri sudah jelas. Banyaknya laporan yang masuk kepada KomisiOmbudsman Nasional menunjukkan begitu antusiasnya masyarakatmenyambut keberadaan Komisi Ombudsman Nasional. Belum genapdua tahun berdiri, Komisi Ombudsman Nasional telah menerima lebihdari seribu lima ratus laporan masyarakat. Tentu Komisi Ombuds-man Nasional terus berusaha memberikan pelayanan kepada masya-rakat yang menyampaikan laporannya, setidaknya dengan caramenindaklanjuti setiap laporan dalam waktu yang relatif tidak terlalulama. Harapan masyarakat begitu tinggi terhadap Komisi Ombuds-man Nasional. Hal ini memerlukan kesabaran tersendiri bagi Anggota,Asisten dan Staf Komisi Ombudsman Nasional untuk memberikanpenjelasan kepada masyarakat tentang apa dan sebatas mana kewe-nangan pengawasan yang boleh dilakukan Komisi OmbudsmanNasional. Sebagian besar masyarakat selama ini menghendaki agarKomisi Ombudsman Nasional lebih memiliki power. Rekomendasinyaharus mengikat secara hukum sehingga mau tidak mau pejabat publikmematuhinya, sebab akan ada sanksi bagi penolakannya. Pandanganmasyarakat seperti itu tentu merupakan cermin dari kekecewaaanmereka yang begitu dalam terhadap kinerja penyelenggara negaradalam memberikan pelayanan kepada mereka selama ini. Padahal,hampir di seluruh negara yang memiliki lembaga Ombudsman,kekuatan rekomendasi Ombudsman hanyalah mengikat secara moral.Dalam hal ini masyarakat harus dapat diyakinkan bahwa ada kalanyadaya ikat moral itu lebih kuat dari sekedar daya ikat hukum. Bukan-kah juga ada beberapa putusan Pengadilan yang konon katanyaberkekuatan hukum tetapi mendapat resistensi ketika akan dilakukaneksekusi. Artinya, kekuatan hukum bukanlah satu satunya cara ataujaminan untuk melakukan satu perubahan ke arah yang lebih baik.Oleh karena itu, yang menjadi titik terpenting dari segalanya bukanlahdaya ikat rekomendasi, tetapi sejauh mana para penyelenggara negaramemiliki itikad untuk menindaklanjuti setiap rekomendasi Komisi

Page 23: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

11

Ombudsman Nasional. Bahkan di beberapa negara, sebagian besarkeluhan masyarakat dapat diselesaikan hanya dengan cara menelponpejabat yang dilaporkan, karena begitu dihormati dan berwibawanyafigur seorang Ombudsman di negara tersebut. Kalau di Indonesiarekomendasi Komisi Ombudsman Nasional masih banyak yang tidakdipatuhi, itu bukan pula karena figur Ombudsman Indonesia, tetapibarangkali sebagai bagian dari dampak latar belakang sejarah masalalu yang penuh dengan penyimpangan sehingga sudah menguratmengakar dan sulit diberantas. Menilik hal tersebut rasanya KomisiOmbudsman Nasional masih akan banyak mengalami kendala dalammelakukan pengawasan apabila hanya bekerja sendiri. Oleh karenaitu diperlukan dukungan masyarakat dan berbagai pihak yangmemiliki kepedulian bersama-sama mewujudkan good governance diIndonesia.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 24: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

12

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 25: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

13

Landasan Keberadaan

S

1 Seperti halnya di Belanda , Thailand , Swedia, Finlandia, Denmark,diatur dalam konstitusi namun Indonesia, Nigeria atau Pakistanmasih diatur dengan peraturan setingkat Keputusan Presiden danlain-lain.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Prinsip Umum PengaturanPrinsip Umum PengaturanPrinsip Umum PengaturanPrinsip Umum PengaturanPrinsip Umum PengaturanOmbudsmanOmbudsmanOmbudsmanOmbudsmanOmbudsman

istem Ombudsman dewasa ini telah dipakailebih dari 130 negara di seluruh dunia, se-hingga ada pendapat yang menyatakan

bahwa sistem ini merupakan kekuasaan baru diluar kekuasaan Yudikatif, Legislatif maupunEksekutif. Dengan digunakannya sistem Ombuds-man ini, secara internasional kemudian dikenalprinsip-prinsip universal sebagai ciri khas, ter-masuk dalam hal pengaturan perundangan mau-pun apa yang seharusnya diatur dalam peraturantersebut. Dasar hukum yang digunakan dalampemberlakuan Ombudsman disuatu negara ber-variasi, mulai dari setingkat Keputusan Presidensampai pengaturan dalam konstitusi1. Tentu sajasemakin tinggi kedudukan peraturan tersebutsemakin kuat pula posisi Ombudsman. Kadangkalapengaturan tersebut tidak serta merta dalam kon-stitusi, namun secara bertahap mulai dari pera-turan pada tingkat di bawah konstitusi kemudian

Page 26: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

14

2 Antonius Sujata dan RM Surachman, Ombudsman Indonesia ditengah OmbudsmanInternasional Sebuah Antologi, Komisi Ombudsman Nasional, Jakarta, 2002 hal 78.

3 Addink, GH, The Appointment of the National Ombudsman, the Internal Organisation of DutchOmbudsman and Analyses of the European Ombudsman, makalah yang dipresentasikan padaLokakarya Ombudsman yang diselenggarakan kerjasama antara Universitas Airlangga danKomisi Ombudsman Nasional Tahun 2000.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

berkembang menjadi bagian dalam konstitusi.

Walaupun sudah diatur dalam Konstitusi, untuk pengaturan lebihdetil dan teknis biasanya dibuat pengaturan pada peraturan perun-dangan yang kedudukannya lebih rendah dari Konstitusi (Undang-Undang Organik). Pengaturan dalam Konstitusi biasanya hanyabersifat umum saja sebagaimana hasil penelitian 54 konstitusi yangpernah dilakukan seorang konsultan Ombudsman bernama DeanDeanDeanDeanDeanGothererGothererGothererGothererGotherer2. Pada penelitian tersebut diantaranya menyebutkan padaKonstitusi biasanya pengaturan Ombudsman hanya terdapat dalamdua atau tiga pasal saja, bahkan ada yang hanya satu pasal. Lebihlanjut penelitian itu menemukan bahwa pengaturan dalam Konstitusihanya meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Alasan atau tujuan pembentukan Ombudsman.2. Perintah pengaturan dalam Undang-undang3. Syarat-syarat pemberhentian Ombudsman4. Independensi Ombudsman.

Ombudsman yang didirikan oleh beberapa negara (misalnya Om-budsman Eropa) diatur berdasarkan perjanjian multilateral. Ombuds-man Eropa misalnya diatur dan didirikan berdasarkan The EuropeanConstitution pasal 195 dimana Konstitusi Eropa merupakan hasil dariperjanjian negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa3. Pasal195 Konstitusi Eropa berbunyi sebagai berikut :

1. The European Parliament shall appoint an Ombudsmanempowered to receive complaints from any citizen of the Union orany natural or legal person residing or having its registered officein a Member State concerning instances of maladministration inthe activities of the Community institutions or bodies, with theexception of the Court of Justice and the Court of First Instanceacting in their judicial role.

In accordance with his duties, the Ombudsman shall conductinquiries for which he finds grounds, either on his own initiative

Page 27: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

15

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

or on the basis of complaints submitted to him direct or through aMember of the European Parliament, except where the allegedfacts are or have been the subject of legal proceedings. Where theOmbudsman establishes an instance of maladministration, he shallrefer the matter to the institution concerned, which shall have aperiod of three months in which to inform him of its views. TheOmbudsman shall then forward a report to the EuropeanParliament and the institution concerned. The person lodging thecomplaint shall be informed of the outcome of such inquiries. TheOmbudsman shall submit an annual report to the EuropeanParliament on the outcome of his inquiries.

2. The Ombudsman shall be appointed after each election of theEuropean Parliament for the duration of its term of office. TheOmbudsman shall be eligible for reappointment. The Ombudsmanmay be dismissed by the Court of Justice at the request of theEuropean Parliament if he no longer fulfils the conditions requiredfor the performance of his duties or if he is guilty of seriousmisconduct.

3. The Ombudsman shall be completely independent in theperformance of his duties. In the performance of those duties heshall neither seek nor take instructions from any body. TheOmbudsman may not, during his term of office, engage in anyother occupation, whether gainful or not.

4. The European Parliament shall, after seeking an opinion from theCommission and with the approval of the Council acting by aqualified majority, lay down the regulations and general conditionsgoverning the performance of the Ombudsman»s duties.

Dengan demikian aspek hukum pada Ombudsman sendiri bukansaja meliputi Hukum Nasional melainkan juga meliputi Hukum Re-gional dikawasan tertentu, bahkan Internasional. Sebenarnya dalampraktek kekuatan Ombudsman tidak saja ditentukan oleh tingkatperaturan saja namun sejauh mana prinsip universal, integritas Om-budsman dan kesadaran penyelenggara negara yang bersangkutandiaplikasikan.

Apa saja yang seharusnya diatur dalam peraturan perundangantentang Ombudsman? Paling tidak hal-hal umum yang perlu diatur

Page 28: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

16

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

adalah sebagai berikut :

1. Tujuan dasar dan urgensi didirikannya Ombudsman

2. Azas dan nilai-nilai yang menjadi dasar keberadaan Ombudsman

3. Cara pemilihan syarat-syarat untuk menjadi Ombudsman

4. Periodisasi Ombudsman

5. Pemberhentian sebagai Ombudsman

6. Prevelegi/ hak-hak sebagai Ombudsman

7. Kewenangan dan yurisdiksi Ombudsman

8. Daluwarsa laporan

9. Investigasi berdasarkan laporan maupun atas inisiatif

10. Tata cara pemeriksaan laporan

11. Hubungan Ombudsman dengan Pelapor dan Terlapor

12. Sekretariat

13. Sumber keuangan

14. Laporan Tahunan

15. Hubungan dengan Parlemen

Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Ombuds-man harus didukung oleh peraturan-peraturan lain baik tertulismaupun tidak tertulis. Sebagaimana diketahui bahwa output dari Om-budsman berupa rekomendasi yang sifatnya non legally bindingnamun demikian tidak berarti bahwa rekomendasi tersebut samasekali tidak mengikat . Tidak mengikat secara hukum dalam konteksini lebih pada pengertian bahwa rekomendasi Ombudsman tidak dapatdieksekusi sebagaimana halnya putusan pengadilan. Inilah perbedaansubstansial antara Ombudsman dengan lembaga peradilan ataulembaga sejenis. Agar rekomendasi Ombudsman kuat dan dapat dilak-sanakan maka perlu dikaitkan dengan ketentuan atau peraturan-peraturan yang mengatur tentang prinsip umum pemerintahan yangbaik.

Di Belanda misalnya, keberadaan Undang-undang OmbudsmanNasional tidak terlepas dalam konteks hukum administrasi negarasehingga peranan General Administrative Law (GALA) menjadi sangatpenting. Sebagai salah satu syarat umum laporan kepada Ombuds-man adalah telah dilakukan upaya oleh Pelapor pada institusi yangdianggap melakukan maladministrasi. Dalam GALA tersebut diatur

Page 29: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

17

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

kewajiban penyelenggara pelayanan umum untuk menyediakansemacam unit internal yang akan mengurusi Pelapor untuk menye-lesaikan keluhannya. Sanksi terhadap penyelengara «government ser-vices» tidak terdapat dalam undang-undang Ombudsman tetapitersebar dalam peraturan-peraturan lain yang mempunyai relevansidengan kewajiban-kewajiban untuk mengupayakan pemerintahanyang baik.

Pengaturan Ombudsman di IndonesiaPengaturan Ombudsman di IndonesiaPengaturan Ombudsman di IndonesiaPengaturan Ombudsman di IndonesiaPengaturan Ombudsman di Indonesia

Ombudsman di Indonesia didirikan pada tanggal 20 Maret 2000berdasarkan Keppres No. 44 Tahun 2000. Keputusan Presiden tersebutmemberi tugas kepada Ombudsman yang telah ditunjuk untukmempersiapkan Rancangan Undang Ombudsman. Semenjak berdiri-nya Komisi Ombudsman Nasional para Anggota Ombudsman telahmenyiapkan bahan-bahan untuk menyusun draft Rancangan Undang-Undang Ombudsman Nasional. Tidak mudah mengumpulkan bahankarena sangat sedikit literatur Indonesia tentang Ombudsman. ParaAnggota Ombudsman melakukan penelitian, studi banding ke berbagainegara dalam upaya mendapatkan bahan yang komprehensif. Bahan-bahan yang ada juga didapatkan melalui website yang relevan denganisu Ombudsman. Bahan-bahan tersebut kemudian dikumpulkan dandiformulasikan dalam draft pertama. Draft tersebut kemudian di-sosialisasikan dan dikaji melalui forum seminar dan lokakarya. Sam-butan dan masukan dari masyarakat maupun para ahli membuat draftmenjadi semakin baik dan lengkap.

Tidak mudah menetapkan format institusi Ombudsman Indone-sia yang betul-betul pas, karena Indonesia dapat dikatakan belummemiliki pengalaman mengenai lembaga ini. Hasil studi banding dankajian dari bebagai negara tentu tidak begitu saja langsung dapatditerapkan di Indonesia. Perlu dipertimbangkan konteks yuridis, sosio-logis dan politis di Indonesia sehingga Ombudsman Indonesia di-harapkan sesuai dengan realitas di Indonesia. Pada tahun 2001 mulaidilakukan sosialisasi ke daerah-daerah dan hasilnya terjadi peru-bahan-perubahan signifikan terutama berkaitan pengaturan tentangOmbudsman Daerah. Pada draft awal RUU Ombudsman lebih banyakmengatur tentang Ombudsman Nasional namun akhirnya Ombuds-

Page 30: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

18

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

man daerah diatur dalam satu bab tersendiri. Pada LokakaryaNasional Tentang Ombudsman bulan Pebruari 2002, desakan danmasukan dari peserta yang berasal dari daerah semakin kuat apalagikemudian DPR Republik Indonesia akan menjadikan Undang-undangini menjadi hak inisiatif.

Dasar HukumDasar HukumDasar HukumDasar HukumDasar Hukum

a.a.a .a .a . Ketetapan MPR No : VIII/MPR/2001Ketetapan MPR No : VIII/MPR/2001Ketetapan MPR No : VIII/MPR/2001Ketetapan MPR No : VIII/MPR/2001Ketetapan MPR No : VIII/MPR/2001

Pada Sidang Tahunan tahun 2001 Majelis PermusyawaratanRakyat telah menetapkan Ketetapan MPR No: VIII/MPR/2001tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Negara Yang Bersih danBebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Pasal 2 Ketetapantersebut berbunyi sebagai berikut:

Arah kebijakan pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotismeadalah :

1. Mempercepat proses hukum terhadap aparatur pemerintahterutama aparat penegak hukum dan penyelenggara negarayang diduga melakukan praktek korupsi, kolusi, dan nepotis-me, serta dapat dilakukan tindakan administratif untukmemperlancar proses hukum.

2. Melakukan penindakan hukum yang lebih bersungguh-sungguh terhadap semua kasus-kasus korupsi termasukkorupsi yang terjadi di masa lalu, dan bagi mereka yang telahterbukti bersalah agar dijatuhi hukuman yang seberat-beratnya.

3. Mendorong partisipasi masyarakat luas dalam mengawasidan melaporkan kepada pihak berwenang berbagai dugaanpraktek korupsi, kolusi dan nepotisme yang dilakukan olehpegawai negeri, penyelenggara negara dan anggota masya-rakat.

4. Mencabut, mengubah, atau mengganti semua peraturan per-undang-undangan serta keputusan-keputusan penyelenggaranegara yang berindikasi melindungi atau memungkinkanterjadi korupsi, kolusi dan nepotisme,

Page 31: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

19

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

5. Merivisi semua peraturan perundang-undangan yang ber-kenaan dengan korupsi sehingga sinkron dan konsisten satudengan yang lainnya.

6. Membentuk Undang-undang beserta peraturan pelaksanaan-nya untuk pencegahan korupsi yang muatannya meliputi :a. Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ;b. Perlindungan Saksi dan Korban;c. Kejahatan Terorganisasi;d. Kebebasan mendapatkan informasi ;e. Etika Pemerintahan ;f. Kejahatan Pencucian Uang ;g. OmbudsmanOmbudsmanOmbudsmanOmbudsmanOmbudsman

7. Perlu segera membentuk Undang-undang guna mencegah ter-jadinya perbuatan-perbuatan kolusi dan atau /nepotisme yangdapat mengakibatkan terjadinya tindak pidana korupsi.

b.b.b.b.b. Undang-Undang No.25 Tahun 2000 tentang Program Pem-Undang-Undang No.25 Tahun 2000 tentang Program Pem-Undang-Undang No.25 Tahun 2000 tentang Program Pem-Undang-Undang No.25 Tahun 2000 tentang Program Pem-Undang-Undang No.25 Tahun 2000 tentang Program Pem-bangunan Nasional (Propenas)bangunan Nasional (Propenas)bangunan Nasional (Propenas)bangunan Nasional (Propenas)bangunan Nasional (Propenas)

Pada lampiran Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004, Pembangunan Hukum BAB III Pembangunan Hukum,terdapat beberapa argumentasi yang mendasar berkaitan dengankebutuhan untuk mendirikan lembaga Ombudsman Nasional.Arah kebijakan pembangunan hukum dalam GBHN 1999-2004yang relevan dengan eksistensi Ombudsman adalah :

a. Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjaminkepastian hukum, keadilan dan kebenaran, supremasihukum, serta menghargai Hak Asasi Manusia

b. Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan aparatpenegak hukum, termasuk Kepolisian Negara Republik In-donesia.

c. Menyelenggarakan proses peradilan secara cepat, mudah,murah dan terbuka, serta bebas korupsi, kolusi dan nepotismedengan tetap menjunjung tinggi asas keadilan dan kebenaran.

Pada matriks Program Nasional pembentukan peraturan perun-dangan secara eksplisit mencantumkan bahwa ditetapkannyaUndang-undang tentang Ombudsman merupakan indikator kerja

Page 32: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

20

Kebijakan Program Pembangunan Hukum tahun 1999-2004.Dengan ditetapkannya penyusunan Undang-undang Ombudsmantersebut maka hal ini menjadi salah satu bagian untuk menilaikeberhasilan kinerja Pemerintah.

c.c .c .c .c . Keppres No.44 Tahun 2000Keppres No.44 Tahun 2000Keppres No.44 Tahun 2000Keppres No.44 Tahun 2000Keppres No.44 Tahun 2000

Keppres No. 44 Tahun 2000 Tentang Komisi Ombudsman Nasionalmerupakan dasar hukum bagi operasionalisasi Ombudsman diIndonesia. Pada Keppres ini banyak pengaturan yang masihbersifat umum . Pada Kepres ini kewenangan Ombudsman masihsangat terbatas sehingga ruang geraknya pun sangat sempit.Apalagi Komisi ini, hanya berada di Ibukota Jakarta padahalkewenangannya mencakup seluruh wilayah di Indonesia.

Pada Keppres No. 44 Tahun 2000 Bab II pasal 4 disebutkan :Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal3, Ombudsman Nasional mempunyai tugas :

a. Menyebarluaskan pemahaman mengenai lembaga Ombudsman

b. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Instansi Peme-rintah, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat,Para Ahli, Praktisi, Organisasi Profesi dan lain-lain.

c. Melakukan langkah untuk menindaklanjuti laporan atauinformasi mengenai terjadinya penyimpangan oleh penyeleng-gara negara dalam melaksanakan tugasnya maupun dalammemberikan pelayanan umum.

d. Mempersiapkan konsep Rancangan Undang-undang tentangOmbudsman Nasional.

Dengan dasar pasal ini Komisi Ombudsman menyiapkan sebuahkonsep Rancangan Undang-undang Ombudsman Nasional.

Konsep Rancangan Undang-UndangKonsep Rancangan Undang-UndangKonsep Rancangan Undang-UndangKonsep Rancangan Undang-UndangKonsep Rancangan Undang-Undang

Setelah melalui kajian dan diskusi panjang akhirnya KomisiOmbudsman Nasional memutuskan untuk memberi nama KonsepRUU ini dengan Undang-Undang Ombudsman Republik Indonesiayang meliputi Ombudsman Nasional, Perwakilan Ombudsman Nasio-nal di Daerah dan Ombudsman Daerah. Ombudsman Republik Indo-

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 33: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

21

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

nesia juga disepakati sebagai salah satu lembaga negara. Berdasarkancara pemilihannya maka Ombudsman Indonesia adalah OmbudsmanParlementer (Parliementary Ombudsman).

Beberapa hal yang penting dalam Konsep RUU yang disusun olehKomisi Ombudsman Nasional adalah:

1.1.1.1.1. Asas, Kedudukan dan Tujuan Ombudsman Republik Indo-Asas, Kedudukan dan Tujuan Ombudsman Republik Indo-Asas, Kedudukan dan Tujuan Ombudsman Republik Indo-Asas, Kedudukan dan Tujuan Ombudsman Republik Indo-Asas, Kedudukan dan Tujuan Ombudsman Republik Indo-nesianesianesianesianesia

AsasAsasAsasAsasAsas Ombudsman Republik Indonesia adalah kebenaran, ke-adilan, non-diskriminasi, tidak memihak, akuntabilitas, keseim-bangan dan transparansi. Ombudsman Indonesia bersifat mandiritidak memiliki hubungan organik dengan lembaga negara/daerahserta bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya.

TujuanTujuanTujuanTujuanTujuan Ombudsman Republik Indonesia adalah : mendorongpenyelenggaraan pemerintahan yang bersih baik di pusat maupundi daerah, meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang,membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk pem-berantasan dan pencegahan praktek KKN serta meningkatkanbudaya hukum nasional.

2.2.2.2.2. Tempat Kedudukan, Susunan dan KeanggotaanTempat Kedudukan, Susunan dan KeanggotaanTempat Kedudukan, Susunan dan KeanggotaanTempat Kedudukan, Susunan dan KeanggotaanTempat Kedudukan, Susunan dan Keanggotaan

Ombudsman Nasional berkedudukan di ibukota negara dan bilaperlu Ketua Ombudsman dapat membentuk Perwakilan Ombuds-man Nasional di wilayah tertentu, sedangkan OmbudsmanDaerah berkedudukan di kabupaten atau kota.

Ombudsman Nasional terdiri dari Ketua , Wakil Ketua, AnggotaOmbudsman. Ketua dan Wakil Ketua Ombudsman dipilih olehDPR RI dengan masa periode enam tahun dan dapat dipilih satu-kali lagi, diresmikan (dilantik) oleh Presiden. Dalam menjalankantugasnya Ombudsman dibantu oleh Asisten Ombudsman yangdiangkat dan diberhentikan oleh Ketua Ombudsman.

Struktur Organisasi dan administrasi di kantor OmbudsmanNasional dikoordinasikan oleh sekretariat yang dipimpin olehSekretaris Jenderal. Untuk dapat diangkat atau dipilih sebagaiOmbudsman harus memenuhi syarat-syarat:

Warga Negara Indonesia

Page 34: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

22

4 Kewenangan ini merupakan usulan dari Badan Legislasi DPR RI dan masih memerlukanpengaturan lebih lanjut.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Minimum 40 tahun Sarjana hukum atau sarjana lain yang memahami masalah

hukum, kemasyarakatan dan penyelenggaraan negara Profesional dan memegang teguh nilai-nilai kebenaran dan

keadilan Mempunyai pengetahuan luas tentang falsafah hidup

3.3.3.3.3. Fungsi, Tugas dan WewenangFungsi, Tugas dan WewenangFungsi, Tugas dan WewenangFungsi, Tugas dan WewenangFungsi, Tugas dan Wewenang

Ombudsman Republik Indonesia berfungsi mengawasi tugaspenyelenggaraan negara untuk melindungi masyarakat berke-naan dengan pelayanan kepada masyarakat. Tugas yang harusdilakukan oleh Ombudsman meliputi kegiatan melayani, mene-rima dan menindaklanjuti laporan dari masyarakat berkaitandengan keluhan terhadap pelayanan umum oleh penyelenggaranegara, melakukan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga-lembaga negara, lembaga swadaya masyarakat dan badan kema-syarakatan dalam rangka memaksimalkan fungsi, tugas danwewenang Ombudsman, sosialisasi Ombudsman, mempersiapkanjaringan, organisasi dan tenaga Ombudsman Daerah, melaku-kan tugas-tugas lain untuk mencapai tujuan OmbudsmanRepublik Indonesia maupun melakukan investigasi atas inisiatifsendiri.

Ombudsman Republik Indonesia berwenang menerima laporandan mempelajari laporan tersebut apakah termasuk dalam ruanglingkup kewenangan, meminta keterangan secara lisan atautertulis kepada para pihak, memeriksa dan meminta dokumen-dokumen serta meminta fotocopy, membuat rekomendasi dan bilaperlu mengumumkan kepada publik. Ombudsman juga dapatmenyampaikan saran-saran kepada pihak-pihak terkait misalnyaPresiden, Kepala Daerah atau DPR dalam rangka perbaikan pera-turan atau perbaikan layanan umum.

Selain kewenangan di atas Ombudsman menyampaikan permo-honan kepada Mahkamah Konstitusi sebagai tindaklanjut apabilaterdapat laporan yang merupakan wewenang Mahkamah Kon-stitusi.4

Page 35: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

23

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

4.4.4.4.4. LaporanLaporanLaporanLaporanLaporan

Yang dapat mengajukan laporan kepada Ombudsman adalahseluruh penduduk dan Warga Negara Indonesia dengan syarat-syarat sebagai berikut: menyebutkan identitas lengkap, mengurai-kan peristiwa yang dilaporkan secara rinci dan telah mengajukankeberatan kepada instansi atau pejabat yang dikeluhkan.

5.5.5.5.5. Mekanisme dan Tatakerja Ombudsman NasionalMekanisme dan Tatakerja Ombudsman NasionalMekanisme dan Tatakerja Ombudsman NasionalMekanisme dan Tatakerja Ombudsman NasionalMekanisme dan Tatakerja Ombudsman Nasional

Mekanisme dan tata kerja meliputi pengaturan tentang keselu-ruhan proses yang dilakukan oleh Ombudsman dalam menin-daklanjuti keluhan, kewajiban Pelapor untuk menyerahkandokumen serta kerahasiaan pelapor. Ombudsman wajib menolakatau menghentikan laporan bila laporan tidak memenuhi syaratformal misalnya identitas Pelapor tidak lengkap, hanya berupatembusan, keluhan tidak disertai alasan yang mendasar, perilakuyang dilaporkan tidak cukup beralasan untuk diperiksa, Pelaportidak diberi kuasa oleh korban, substansi yang dilaporkan sedangdalam pemeriksaan di pengadilan atau instansi yang berwenang,masalah yang dilaporkan sudah diselesaikan oleh instansi yangberwenang, Pelapor tidak menggunakan proses administartif yangdisediakan dan aparat yang dilaporkan tidak diberitahu secarapatut oleh Pelapor tentang permasalahan yang dikeluhkan sehing-ga tidak dapat menjelaskan pendapatnya sendiri.

Sedangkan Ombudsman dapat menghentikan pemeriksaan bilasetelah melakukan pemeriksaan awal ternyata substansi yangdilaporkan merupakan kebijakan umum, perilaku yang dilapor-kan sesuai dengan undang-undang yang berlaku, masalah yangdilaporkan masih dapat diselesaikan dengan prosedur adminis-tratif, tercapai penyelesaian dengan cara mediasi juga apabilaPelapor mencabut laporannya.

Ketika pemeriksaan dilakukan, Ombudsman dapat memanggilpara pihak untuk didengar pendapatnya dan melakukan pemerik-saan di bawah sumpah. Dalam pemanggilan tersebut dapatdilakukan upaya paksa dengan meminta bantuan aparat Kepo-lisian.

Page 36: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

24

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

6.6.6.6.6. Kewajiban Penyelenggara NegaraKewajiban Penyelenggara NegaraKewajiban Penyelenggara NegaraKewajiban Penyelenggara NegaraKewajiban Penyelenggara Negara

Salah satu syarat agar laporan kepada Ombudsman dapat di-tindaklanjuti, Pelapor harus menyampaikan keberatan terlebihdahulu melalui mekanisme yang disediakan oleh institusi pejabatyang dilaporkan. Masalahnya pada saat ini tidak semua institusimenyediakan mekanisme internal dalam menghadapi keluhandari masyarakat yang tidak terlayani dengan baik. Pada konsepRancangan Undang-undang Ombudsman penyelenggara negaradiwajibkan memiliki standar prosedur pelayanan umum dandalam konteks ini Ombudsman dapat memberikan masukan-masukan penyusunannya

7.7.7.7.7. Kemandirian OmbudsmanKemandirian OmbudsmanKemandirian OmbudsmanKemandirian OmbudsmanKemandirian Ombudsman

Secara eksplisit terdapat pasal yang melarang siapapun untukmencampuri Ombudsman dalam menjalankan tugasnya. Ombuds-man dan Asisten Ombudsman tidak dapat diinterograsi, di-tangkap, ditahan atau digugat di muka Pengadilan. Untukmengeliminir conflict of interest terdapat pengaturan yang menya-takan bahwa Ombudsman dan Asisten dilarang ikut serta meme-riksa laporan yang patut diduga menimbulkan konflik kepen-tingan.

8.8.8.8.8. Laporan Berkala dan TahunanLaporan Berkala dan TahunanLaporan Berkala dan TahunanLaporan Berkala dan TahunanLaporan Berkala dan Tahunan

Salah satu ciri Parlianmentary Ombudsman adalah adanya kewa-jiban menyampaikan Laporan Tahunan kepada Parlemen namundemikian bukan berarti Ombudsman bertanggung jawab kepadaParlemen. Pada Konsep RUU Ombudsman RI diatur penyam-paian laporan dimaksud yang meliputi Laporan Tahunan danBerkala.

9.9.9.9.9. Kantor Perwakilan Ombudsman Nasional di DaerahKantor Perwakilan Ombudsman Nasional di DaerahKantor Perwakilan Ombudsman Nasional di DaerahKantor Perwakilan Ombudsman Nasional di DaerahKantor Perwakilan Ombudsman Nasional di Daerah

Mengingat kondisi geografis wilayah Indonesia maka Ombuds-man Nasional dapat mendirikan Perwakilan OmbudsmanNasional di wilayah tertentu demi memperlancar tugas Ombuds-man. Pertimbangan lainnya terkait dengan otonomi daerah itusendiri, sebab ada kewenangan-kewenangan tertentu yang tidakdilimpahkan kepada daerah otonom. Dalam menghadapi hal ini

Page 37: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

25

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

diperlukan kerjasama antara Ombudsman Nasional dan Ombuds-man Daerah.

10.10.10.10.10. Ombudsman DaerahOmbudsman DaerahOmbudsman DaerahOmbudsman DaerahOmbudsman Daerah

Gagasan diperlukannya Ombudsman Daerah didasari olehpemberlakuan otonomi daerah. Ombudsman Daerah dibentukberdasarkan Peraturan Daerah tentu saja dengan mengacu padastandar umum pada Ombudsman Nasional (mutatis mutandis)begitu pula mekanisme tata kerjanya dan syarat-syarat untukdapat diangkat sebagai Ombudsman Daerah.

11.11.11.11.11. Hubungan Antara Ombudsman Nasional dan OmbudsmanHubungan Antara Ombudsman Nasional dan OmbudsmanHubungan Antara Ombudsman Nasional dan OmbudsmanHubungan Antara Ombudsman Nasional dan OmbudsmanHubungan Antara Ombudsman Nasional dan OmbudsmanDaerahDaerahDaerahDaerahDaerah

Tidak ada hubungan hirarkis antara Ombudsman Nasional danOmbudsman Daerah melainkan hubungan koordinatif dalamrangka menjalankan tugas dan fungsinya serta dalam meng-hadapi masalah-masalah lainnya.

12.12.12.12.12. SanksiSanksiSanksiSanksiSanksi

Sanksi dalam Konsep RUU Ombudsman Republik ini menyangkutsanksi pidana dalam hal ada pihak yang mengancam ataumengintimidasi saksi atau Pelapor, penyalahgunaan nama Om-budsman untuk hal-hal di luar yang diatur dalam Undang-UndangOmbudsman RI. Sanksi pidana yang diterapkan dapat berupadenda atau pidana kurungan.

13.13.13.13.13. Ketentuan PeralihanKetentuan PeralihanKetentuan PeralihanKetentuan PeralihanKetentuan Peralihan

Komisi Ombudsman Nasional yang didirikan berdasarkanKeppres No. 44 Tahun 2000 masih menjalankan fungsinyasebelum Ombudsman baru berdasarkan Undang-Undang dipiliholeh DPR. Dalam waktu dua tahun setelah Undang-Undangdinyatakan berlaku maka susunan organisasi dan mekanisme tatakerja harus menyesuaikan diri dengan Undang-Undang.

Segala lembaga yang menggunakan nama Ombudsman dilarangjika lembaga tersebut bukan merupakan Ombudsman Nasionaldan Daerah seperti yang diatur dalam undang-undang.

Page 38: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

26

Harapan terwujudnya Ombudsman IndonesiaHarapan terwujudnya Ombudsman IndonesiaHarapan terwujudnya Ombudsman IndonesiaHarapan terwujudnya Ombudsman IndonesiaHarapan terwujudnya Ombudsman Indonesia

Amanat untuk membentuk Ombudsman di Indonesia sudahmendapat legitimasi dari Ketetapan MPR, PROPENAS dan KeputusanPresiden sehingga menjadi kewajiban semua pihak untuk mewu-judkan amanah ini. Komisi Ombudsman Nasional telah berupayasecara optimal untuk memformulasikan gagasan Ombudsman diIndonesia melalui konsep Rancangan Undang-undang OmbudsmanRepublik Indonesia dan kemudian Dewan Perwakilan Rakyat beru-paya mengajukan Rancangan Undang-Undang sebagai usul inisiatif.Partisipasi publik sangat diharapkan demi terwujudnya OmbudsmanRepublik Indonesia sebagaimana yang diharapkan masyarakat.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 39: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

27

Kinerja OmbudsmanNasional

S

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

ebagai Institusi Publik yang baru terben-tuk, pada awal berdirinya Komisi Ombuds-man Nasional langsung menerima penga-

duan masyarakat. Dengan segala keterbatasantermasuk gedung Kantor yang belum permanen,Komisi Ombudsman Nasional berupaya maksimaluntuk menerima dan menindaklanjuti keluhanmasyarakat. Pengaduan pertama yang disampai-kan kepada Komisi Ombudsman Nasional secarakebetulan mendapatkan pemberitaan luas karenadiliput media massa nasional. Hal ini merupakanmomentum awal Komisi Ombudsman Nasionalsehingga menjadi dikenal masyarakat.

Setelah Presiden RI melantik para anggotaKomisi Ombudsman Nasional pada tanggal 20 Maret2002, maka secara de jure susunan keanggotaanyang terdiri dari Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketuayang masing-masing merangkap sebagai anggotaberikut 6 (enam) orang anggota mulai resmi bekerja.Mengingat landasan berdirinya adalah KeputusanPresiden RI, sesuai dengan model Ombudsman diberbagai negara maka Komisi Ombudsman Nasionalmerupakan Ombudsman Eksekutif.

Page 40: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

28

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

TAHUN PERTAMATAHUN PERTAMATAHUN PERTAMATAHUN PERTAMATAHUN PERTAMA

Sesuai amanat Keputusan Presiden RI Nomor 44 Tahun 2000,pembentukan Komisi Ombudsman Nasional adalah dalam rangkameningkatkan pengawasan terhadap penyelenggaraan negara sertauntuk menjamin perlindungan hak-hak masyarakat. Pejabat Penye-lenggara negara yang dimaksud adalah aparatur pemerintahantermasuk lembaga peradilan terutama dalam aspek pemberianpelayanan kepada masyarakat. Dalam perkembangannya keluhanmasyarakat kepada Komisi Ombudsman Nasional disebut ; Laporan.Sedangkan masyarakat yang melaporkan disebut Pelapor dan pejabatpenyelenggara negara yang dilaporkan disebut ; Terlapor.

Sebagaimana diuraikan di atas laporan pertama masyarakat yangdisampaikan kepada Komisi Ombudsman Nasional yaitu atas namaKolonel (Purn) dr. R.H, MPH. Substansi yang dilaporkan menyangkutmasalah peradilan. Hal yang dilaporkan yaitu putusan lembaga penga-dilan pada tingkat Kasasi Mahkamah Agung RI dimana terdapat 2(dua) putusan Kasasi yang diduga salah satunya palsu. Laporan per-tama masyarakat tersebut diterima langsung oleh Ketua KomisiOmbudsman Nasional, berdasarkan laporan tersebut Komisi kemu-dian menindaklanjuti dengan mengirim surat kepada MahkamahAgung RI, termasuk menyampaikan dugaan pemalsuan kepadaKepala Kepolisian RI guna dilakukan penyelidikan. Namun hinggasaat ini belum diperoleh hasil tindaklanjut oleh Kepolisian. Sesuaiinformasi yang diperoleh Pelapor, perkaranya saat itu sedang dalamproses Peninjauan Kembali di Mahkamah Agung RI.

Selanjutnya setelah itu Komisi Ombudsman Nasional menerimakeluhan masyarakat dari seluruh Indonesia. Keluhan tersebut disam-paikan melalui beberapa cara yaitu :

1. Masyarakat datang langsung ke Kantor Komisi OmbudsmanNasional

2. Keluhan disampaikan melalui surat pos/atau pengiriman melaluijasa ekspedisi

3. Keluhan melalui faximile /telepon (sangat terbatas)

Pada awal berdirinya Komisi Ombudsman Nasional memilikibanyak keterbatasan antara lain staf pendukung yang tidak ada,

Page 41: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

29

5 Statistik Laporan Tahunan Komisi Ombudsman Nasional tahun 2000

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

termasuk sarana dan prasarana. Namun dengan segala keterbatasanyang ada para Ombudsman tetap komitmen untuk membangunInstitusi Ombudsman agar dikenal masyarakat melalui kinerja dandedikasi tinggi. Terbukti dari laporan masyarakat pada tahun 2000(sejak berdiri Maret sampai dengan Desember 2000) sebanyak (1723atau 80 persen lebih telah tertangani dalam bentuk surat/Rekomendasikepada instansi Terlapor.5 Menyadari keterbatasan tersebut diputus-kan untuk merekrut staf Komisi Ombudsman Nasional guna menam-bah Sumber Daya Manusia khususnya membantu menangani laporanmasyarakat dan staf kesekretariatan. Sebagai institusi publik, dalammenangani keluhan masyarakat Komisi tidak mengenakan biaya ataspelayanan yang diberikan. Semua urusan administrasi Pelapor dila-kukan tanpa pungutan apapun.

Bersamaan dengan itu Pemerintah Indonesia melalui SekretariatNegara memberikan anggaran operasional untuk menyewa Gedungsebagai kantor di Jalan Adityawarman 43, Kebayoran Baru, JakartaSelatan selama 2 (dua) tahun. Gedung ini ditempati sejak tanggal 22Nopember 2000. Sebelumnya Komisi Ombudsman Nasional menem-pati kantor sementara di �Wisma Nugra Sentana� Jl. Sudirman kemu-dian pindah ke �Mustika Ratu� Jl. Gatot Subroto, Jakarta Selatan.Untuk mendukung kecepatan kerja atas bantuan The Asia Founda-tion dan Pemerintah Indonesia, Komisi Ombudsman Nasional mem-peroleh bantuan peralatan kantor berupa beberapa unit Komputerserta peralatan kantor lainnya. Hal ini sangat mendukung kinerjaKomisi Ombudsman Nasional khususnya dalam menangani keluhanmasyarakat.

Mengikuti perkembangan teknologi informasi yang semakinmeningkat, untuk menunjang kerja sebuah organisasi maka KomisiOmbudsman Nasional bekerjasama dengan pihak swasta dan atasdukungan dana dari Pemerintah Indonesia pada bulan Nopember 2000resmi memiliki website sendiri. Masyarakat dapat mengetahui infor-masi tentang Komisi melalui website tersebut yaitu: www.ombuds-www.ombuds-www.ombuds-www.ombuds-www.ombuds-man.or.id.man.or.id.man.or.id.man.or.id.man.or.id. Mobilitas Anggota Komisi Ombudsman Nasional dan stafsemakin meningkat berkat keberadaan website. Laporan masyarakatdapat disampaikan melalui email dan masyarakat dapat mengetahui

Page 42: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

30

6 Laporan Tahunan Komisi Ombudsman Nasional 2000.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

perkembangan laporannya hanya dengan membuka email (namununtuk sementara fasilitas ini belum dapat diakses secara penuh karenamasih dalam penyempurnaan sistemnya).

Mekanisme dan LandasanMekanisme dan LandasanMekanisme dan LandasanMekanisme dan LandasanMekanisme dan Landasan

Sebagai institusi publik yang bersifat mandiri, Komisi Ombuds-man Nasional bersikap independen dalam melaksanakan tugas sertafungsinya. Untuk menunjang kerja secara optimal Komisi Ombuds-man Nasional dibutuhkan sistem dan mekanisme yang efisien danefektif agar sasaran (goal) yang hendak dicapai dapat terwujud. KomisiOmbudsman Nasional memerlukan suatu Visi dan Misi dalam mem-bangun institusi Ombudsman agar menjadi pedoman dasar dalammencapai tujuan. Tujuan pembentukan Komisi Ombudsman Nasionalsebagaimana diuraikan sebelumnya adalah untuk mencegah parapenguasa menyalahgunakan wewenangnya atau menyalahgunakandiskresinya ; dan membantu penguasa agar menjalankan kinerjanyasecara efektif dan efisien, serta mendorong penyelenggara negaraselalu mempertahankan akuntabilitas dan kejujuran.6

Pada bulan September 2000, diadakan rapat kerja Komisi Om-budsman Nasional di Karawaci, Tangerang. Rapat yang diikuti olehseluruh staf Komisi Ombudsman Nasional dan dihadiri oleh WakilKetua Komisi Ombudsman Nasional Ibu Prof. Dr. Sunaryati Hartono,SH dan Anggota Komisi Ombudsman Nasional Ibu Ir. Sri Urip berhasilmerumuskan Visi dan Misi dari Komisi Ombudsman Nasional sertaKode Etik Komisi Ombudsman Nasional.

Visi Komisi Ombudsman NasionalVisi Komisi Ombudsman NasionalVisi Komisi Ombudsman NasionalVisi Komisi Ombudsman NasionalVisi Komisi Ombudsman Nasional

1. Menjadi institusi publik mandiri dan terpercaya berasaskanPancasila yang mengupayakan keadilan, kelancaran dan akunta-bilitas pelayanan pemerintah, penyelenggara pemerintahansesuai asas-asas pemerintahan yang baik dan bersih (good gover-nance dan clean governance) serta peradilan yang tidak memihakberdasarkan asas-asas supremasi hukum dan berintikan keadilan.

Page 43: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

31

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

2. Ombudsman Nasional sebagai Institusi Publik dipilih oleh DewanPerwakilan Rakyat, diangkat oleh Kepala Negara dan diaturdalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia sehingga mem-peroleh kepercayaan masyarakat, dilaksanakan oleh orang-orangdengan integritas serta akuntabilitas yang tinggi.

Misi Komisi Ombudsman NasionalMisi Komisi Ombudsman NasionalMisi Komisi Ombudsman NasionalMisi Komisi Ombudsman NasionalMisi Komisi Ombudsman Nasional

1. Mengupayakan secara berkesinambungan kemudahan pelayananyang efektif dan berkualitas oleh institusi Pemerintah kepadamasyarakat.

2. Membantu menciptakan serta mengembangkan situasi dan kon-disi yang kondusif demi terselenggaranya pemerintahan yang baikdan bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

3. Memprioritaskan pelayanan yang lebih peka terhadap tuntutandan kebutuhan masyarakat, dengan memberi pelayanan yang op-timal serta membina koordinasi dan kerjasama yang baik dengansemua pihak (Institusi Pemerintahan, Perguruan Tinggi, LembagaSwadaya Masyarakat, Pakar, Praktisi, Organisasi Profesi, dll).

4. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja dengan komitmenpenuh, standar integritas dan akuntabilitas tinggi, yang memberidukungan bagi keberhasilan Visi dan Misi Ombudsman berdasar-kan Pedoman Dasar dan Etika Ombudsman.

5. Melaksanakan manajemen secara terbuka, serta memberikankesempatan yang terus menerus kepada seluruh staf untuk me-ningkatkan pengetahuan serta profesionalisme dalam menanganikeluhan masyarakat.

6. Menyebarluaskan keberadaan serta kinerja Ombudsman kepadamasyarakat dalam rangka turut meningkatkan kesadaran hukumAparatur Pemerintah, Peradilan dan Lembaga PerwakilanMasyarakat, sehingga seluruh Daerah Otonomi Republik Indo-nesia merasa perlu membentuk Ombudsman di daerah denganVisi dan Misi yang sama.

Page 44: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

32

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Pedoman Dasar Dan EtikaPedoman Dasar Dan EtikaPedoman Dasar Dan EtikaPedoman Dasar Dan EtikaPedoman Dasar Dan Etika

1. IntegritasBersifat mandiri, tidak memihak, adil, tulus dan penuh komitmen,menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan budi pekerti, sertamelaksanakan kewajiban agama dengan baik.

2. Pelayanan Kepada MasyarakatMemberikan pelayanan kepada masyarakat secara tepat dan efek-tif, agar mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai institusipublik yang benar-benar membantu peningkatan penyeleng-garaan kepentingan masyarakat sehari-hari.

3. Saling MenghargaiKesejajaran penghargaan dalam perlakuan, baik kepada masya-rakat maupun antara sesama anggota/staf Ombudsman Nasional

4. KepemimpinanMenjadi teladan dan panutan dalam keadilan, persamaan hak,transparansi, inovasi dan konsistensi.

5. Persamaan HakMemberikan perlakuan yang sama dalam pelayanan kepadamasyarakat dengan tidak membedakan unsur, jenis kelamin, sta-tus perkawinan, kondisi fisik ataupun mental, suku, etnik, agama,bahasa maupun status sosial keluarga.

6. Sosialisasi Tugas Komisi Ombudsman NasionalMenganjurkan dan membantu masyarakat memanfaatkan pela-yanan publik secara optimal untuk menyelesaikan persoalan.

7. Pendidikan yang BerkesinambunganMelaksanakan pelatihan serta pendidikan terus menerus untukmeningkatkan ketrampilan

8. KerjasamaMelaksanakan kerjasama yang baik dengan semua pihak, memi-liki ketegasan dan saling menghargai dalam bertindak untuk men-dapatkan hasil yang efektif dalam menangani keluhan masya-rakat.

Page 45: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

33

7 Laporan Tahunan Komisi Ombudsman Nasional 2000.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

9. Bekerja Secara KelompokPenggabungan kemampuan serta pengalaman yang berbeda-bedadari anggota dan Tim yang mempunyai tujuan yang sama sertakomitmen demi keberhasilan Ombudsman Nasional secarakeseluruhan.

10. Peningkatan Kesadaran Hukum MasyarakatMenyebarluaskan informasi hukum yang diterima dan diolah olehOmbudsman kepada lembaga negara, lembaga non pemerintah,masyarakat maupun perseorangan.

11. ProfesionalMemiliki tingkat kemampuan intelektual yang baik dalam melak-sanakan tugas kewajibannya sehingga kinerjanya dapat diper-tanggungjawabkan baik secara hukum maupun secara ilmiah.

12. DisiplinMemiliki loyalitas dan komitmen tinggi terhadap tugas kewajibanyang menjadi tanggungjawabnya.

Seluruh unit kerja di Komisi Ombudsman Nasional diharapkanmemiliki persamaan persepsi sehingga Visi, Misi serta Kode Etiksebagai landasan pijak tersebut di atas dapat terimplementasi denganbaik dalam menunjang tugas-tugas keseharian.

Dalam mewujudkan Visi dan Misinya serta berlandaskan kepadaKeputusan Presiden RI, Komisi Ombudsman Nasional perlu memprio-ritaskan tujuan yang hendak dicapai yaitu tujuan jangka pendek dantujuan jangka panjang. Adapun tujuan jangka pendek antara lainmengusahakan terwujudnya pemerintahan yang efektif dan bersihdalam memberi pelayanan kepada publik, dilandasi oleh supremasihukum serta terwujudnya penegak hukum yang profesional danterpercaya termasuk institusi peradilan yang mandiri, bertanggung-jawab, menghormati hak asasi serta mempertahankan persamaankesempatan dan keadilan bagi semua orang7. Mengupayakan agarKomisi Ombudsman Nasional diakui keberadaannya dan menjadimitra instansi pemerintah dan peradilan dalam memberikan pelayan-an yang baik kepada masyarakat.

Page 46: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

34

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Tujuan jangka panjang Komisi Ombudsman Nasional antara lainmewujudkan suatu pemerintahan yang bersih dalam pengertiandemokrasi sipil yang didasari oleh asas negara hukum yang dalampelaksanaannya didukung oleh sistem peradilan yang baik, yangmenghormati persamaan di depan hukum, praduga tak bersalah sertamenghormati hak diperiksa secara terbuka di depan mahkamah yangbebas dan tidak memihak.

Mekanisme kerja yang dilandasi profesionalisme dengan menerap-kan manajemen yang baik (transparan dan terpercaya) menjadi pilihanKomisi Ombudsman Nasional dalam operasional kegiatannya.

Proses Penanganan Laporan Masyarakat danProses Penanganan Laporan Masyarakat danProses Penanganan Laporan Masyarakat danProses Penanganan Laporan Masyarakat danProses Penanganan Laporan Masyarakat danKategorisasiKategorisasiKategorisasiKategorisasiKategorisasi

Sejak awal berdiri, proses penanganan laporan langsung diterimaoleh para anggota Ombudsman. Untuk itu dijadwalkan sistem piketpara anggota pada setiap hari kerja. Masyarakat yang mengadukanlaporannya dengan datang langsung ke Kantor Ombudsman danmemerlukan konsultasi dapat langsung bertemu dengan anggotaOmbudsman yang piket pada hari tersebut. Jadwal piket para anggotatidak berlangsung lama sejalan dengan meningkatnya jumlah laporanmasyarakat dan kesibukan para anggota. Akhirnya diputuskanpenerimaan laporan diserahkan kepada para Asisten Ombudsmantermasuk konsultasi masyarakat, walaupun untuk tindaklanjutnyatetap dengan persetujuan para anggota dan Ketua Komisi Ombuds-man Nasional. Laporan masyarakat tertentu misalnya yang menjadisorotan publik termasuk media massa ditangani secara langsung olehpara Ombudsman karena menyangkut kebijaksanaan (policy) KomisiOmbudsman Nasional yang akan diambil dalam kasus tersebut.

Tidak semua laporan masyarakat ditindaklanjuti oleh KomisiOmbudsman Nasional. Hal ini tentunya menjadi pertanyaan masya-rakat, laporan manakah yang dapat ditangani oleh Komisi Ombuds-man Nasional. Laporan yang ditangani oleh Komisi OmbudsmanNasional adalah:

1. Laporan yang jelas identitas Pelapornya.2. Substansi laporan menyangkut maladministrasi oleh pejabat

pemerintahan atau pejabat peradilan.

Page 47: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

35

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

3. Laporan disertai dengan data dan bukti-bukti pendukung.

Model atau sistem penanganan keluhan masyarakat oleh KomisiOmbudsman Nasional diupayakan tidak birokratik dan bertele-telenamun praktis dan bersifat memudahkan masyarakat. Komisi Om-budsman Nasional selalu memberi kesempatan seluas-luasnya kepadamasyarakat untuk menyampaikan permasalahannya. Namun KomisiOmbudsman Nasional tidak jarang mendapatkan laporan yang tidakjelas identitasnya atau anonim. Mengingat salah satu asas Ombuds-man yang berlaku universal adalah asas kehati-hatian maka terhadaplaporan seperti ini (Surat Kaleng) Komisi Ombudsman Nasional tidakdapat menindaklanjutinya. Jika laporan tersebut dianggap pentingatau krusial maka akan tetap diperhatikan sebagai informasi. Terha-dap Pelapor yang ingin dilindungi identitasnya, atas pertimbangantertentu Komisi Ombudsman Nasional dapat menjaga kerahasiaanidentitas Pelapor. Komisi Ombudsman Nasional juga selalu mem-beritahukan kepada Pelapor baik melalui surat maupun via teleponuntuk melengkapi laporannya manakala berkas laporan yang disam-paikan masih kurang jelas, tidak lengkap atau jika laporan yangdisampaikan bukan menjadi wewenang Komisi Ombudsman Nasional.Kepada Pelapor akan dilakukan pemberitahuan disertai saran ataupenjelasan agar masyarakat memiliki pengetahuan memadai tentangcara-cara menyampaikan laporannya kepada Komisi OmbudsmanNasional. Tidak jarang pula Komisi Ombudsman Nasional menerimatembusan laporan dari masyarakat yang ditujukan kepada institusitertentu, terhadap tembusan laporan ini Komisi Ombudsman Nasionalakan tetap memperhatikan sebagai informasi.

Menelaah laporan masyarakat yang disampaikan kepada KomisiOmbudsman Nasional dapat diklasifikasi jenis-jenis penyimpangandan atau maladministrasi oleh Pejabat Pemerintahan maupun PejabatPeradilan (Target Group) sebagai berikut ;

1. Pemalsuan/Persekongkolan/Forgery/Conspiracy2. Intervensi/Intervention3. Penanganan berlarut/Tidak Menangani/Undue Delay4. Inkompetensi/Incompetence5. Penyalahgunaan Wewenang/Berlebihan/Abuse of Power6. Nyata-nyata Berpihak/Impartiality

Page 48: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

36

8 Laporan tahunan Komisi Ombudsman Nasional 2000

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

7. Menerima Imbalan (uang, hadiah, fasilitas)/Praktek KKN/Brib-ery/Corruption, Collution, Nepotism Practices

8. Penggelapan Barang Bukti/Penguasaan Tanpa Hak/IllegalPossesion and Ownnership

9. Bertindak Tidak Layak/Mislieading Practices10. Melalaikan Kewajiban/Unfulfill Obligation11. Lain - lain.

Berdasarkan kategori di atas, sepanjang tahun 2000 penyim-pangan yang paling besar prosentasenya adalah menerima imbalanserta praktek KKN yaitu sebanyak 326 laporan dari total 1723 laporanmasyarakat8. Dari data ini para anggota Ombudsman berkomitmenuntuk secara lebih sungguh-sungguh dan tulus mengemban amanatmasyarakat agar praktek KKN dapat dihapuskan dalam tubuhbirokrat/penguasa pemerintahan dan pejabat peradilan di Indonesia.

Laporan masyarakat (Pelapor) yang disampaikan kepada KomisiOmbudsman Nasional dapat diklasifikasikan asal pelapornya sebagaiberikut ;

1. Perorangan/Individual2. Kuasa Hukum/Lawyers3. Badan Hukum/Legal Persons4. Kelompok/Organisasi Masyarakat/Non Government Organisation5. Instansi Pemerintah/Government Institution6. Lain-lain

Dari kategori Pelapor di atas, dapat diketahui bahwa Pelapor bera-sal dari berbagai komponen masyarakat. Komisi Ombudsman Nasionalakan lebih senang jika anggota masyarakat sebagai korban langsungmaladministrasi pejabat publik/penguasa melaporkan permasalahan-nya sendiri. Namun jika anggota masyarakat tersebut memilikiketerbatasan misalnya karena usia lanjut atau karena alasan lainmaka dapat diwakilkan dan atau diwakili oleh Kuasa Hukumnya.Selama kurun waktu tahun 2000 , kategori Pelapor dengan prosentaseterbesar adalah Perseorangan/Individual sebesar 1066 orang dari 1723jumlah Pelapor. Jelas bahwa karena merasakan ketidakadilan masya-rakat tidak segan-segan langsung melaporkan permasalahannyakepada Komisi Ombudsman Nasional.

Page 49: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

37

9 Laporan Tahunan Komisi Ombudsman Nasional tahun 2000.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Instansi publik (pejabat penyelenggara negara) yang dilaporkansepanjang tahun 2000 dapat diklasifikasi sebagai berikut :

1. Pengadilan/Judiciary2. Kejaksaan/Public Prosecution Service3. Kepolisian/Indonesian Police4. BPN/Agraria/National Land Agency5. Pemerintah Daerah/Local Government Institution6. Instansi Pemerintah/Government Institution7. TNI/Indonesian National Army8. BPPN/Perbankan/National Banking Restructuring Agency9. Badan Usaha Swasta, Badan Hukum, Kuasa Hukum/Private Cor-

poration, Legal Persons, Lawyers10. DPR/DPRD/Indonesia Legislature/Local Representative Council11. Perorangan/Kelompok Masyarakat/Individual/Non -Government

Organisation12. BUMN/State Corporation13. Lain-lain

Terlapor (�Target Group�) yang dikeluhkan masyarakat sepanjangtahun 2000 prosentase terbesar adalah dari lembaga pengadilan yaitusebanyak 35 % atau 735 laporan dari 1723 laporan yang masuk.9

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa institusi hu-kum di negara ini khususnya lembaga Peradilan seharusnya mendapattempat pertama untuk dibenahi. Selain itu, lembaga penegak hukumlainnya seperti Kejaksaan dan Kepolisian menempati urutan teratasberikutnya yang banyak dikeluhkan masyarakat. Reformasi di bidanghukum seharusnya segera memperoleh perhatian pemerintah danterobosan-terobosan untuk pembenahan selayaknya segera dilakukan.Sudah menjadi hal biasa bagaimana masyarakat secara gamblangdapat menjelaskan secara panjang lebar tentang apa yang disebutdengan �mafia peradilan� ketika mengadukan laporannya. Bukti-buktiberupa rekaman pembicaraan tentang suatu perkara dimana terjaditawar menawar harga suatu putusan pengadilan dengan pejabatpengadilan bukan merupakan rahasia lagi. Terhadap laporan ini,tindaklanjut Komisi Ombudsman Nasional jarang mendapat tanggap-an instasi Terlapor. Ibarat Anjing menggonggong Khafilah berlalu.

Page 50: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

38

10 Antonius Sujata,SH Prospek Efektifitas Komisi Ombudsman Nasional, makalah Seminar tentangPeranan Komisi Ombudsman Nasional dalam Meningkatkan Pemerintahan yang Baik , Jakarta- Surabaya, 3 , 4 , 6 Juli 2000.

11 Laporan Tahunan Komisi Ombudsman Nasional 2000

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Dalam sistem dan praktek hukum di Indonesia ada kecenderunganbahwa Hakim tidak bisa disalahkan dan dihukum mengenai perkarayang ditangani, sistem ini dilandasi oleh prinsip-prinsip yang menda-hulukan independensi dan kepastian hukum dari pada keadilan.Keadilan seharusnya didahulukan, karena itu nilai-nilai kepatutanataupun kebenaran substansial harus didahulukan dari pada norma-norma yang bersifat formal10 Optimisme selalu tetap ada bahwa�suara� Komisi Ombudsman Nasional melalui Rekomendasi kepadapihak terkait secara pelan tapi pasti akan semakin didengar dandengan dukungan masyarakat akan lebih memperoleh hasil. KomisiOmbudsman Nasional sependapat bahwa perubahan suatu �budaya�KKN tidak langsung terjadi tetapi melalui tahapan-tahapan yang padawaktunya akan membuahkan hasil baik.

Kualitas Rekomendasi, Tanggapan Terlapor danKualitas Rekomendasi, Tanggapan Terlapor danKualitas Rekomendasi, Tanggapan Terlapor danKualitas Rekomendasi, Tanggapan Terlapor danKualitas Rekomendasi, Tanggapan Terlapor danInvestigasiInvestigasiInvestigasiInvestigasiInvestigasi

Salah satu tolok ukur keberhasilan Komisi Ombudsman Nasionaladalah bagaimana Rekomendasi yang diberikan kepada instansiterkait memperoleh tanggapan dan tanggapan tersebut dapatmenjawab keluhan Pelapor. Berdasarkan data sepanjang tahun 2000,Rekomendasi Komisi Ombudsman Nasional yang memperoleh tang-gapan dari instansi Terlapor sebanyak 494 tanggapan dari total lapor-an sebanyak 1723 dengan prosentase tanggapan terbesar dari lembagaPengadilan yaitu sebanyak 50 %.11

Institusi Pengadilan yang paling banyak memberikan tanggapan-nya adalah Mahkamah Agung RI. Walaupun tanggapan instansiTerlapor belum maksimal sesuai harapan namun secara pasti grafiktanggapan terus meningkat dari waktu ke waktu. Harus diakui pulabahwa dari tanggapan tersebut di atas belum semua menjawabkeluhan Pelapor, namun ada beberapa yang memuaskan Pelapor, halini dapat dibuktikan dari adanya beberapa ucapan terimakasih yangdisampaikan Pelapor kepada Komisi Ombudsman Nasional.

Page 51: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

39

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu Rekomen-dasi antara lain ; kualitas atau bobot Rekomendasi. Suatu Rekomen-dasi yang baik tentunya menguraikan secara jelas dan konkritpermasalahan yang dikeluhkan, keluhan didukung dengan bukti danfakta, Rekomendasi harus tertuju kepada instansi atau pejabat yangberkompeten dengan laporan sehingga Rekomendasi mencapaitujuannya. Isi Rekomendasi selalu menggunakan bahasa yang santundan jauh dari kesan memvonis instansi Terlapor. Faktor lain yangmenentukan adalah bagaimana sikap instansi Terlapor, untuk mausecara sungguh-sungguh mengambil langkah-langkah atas Rekomen-dasi Komisi Ombudsman Nasional dan mengabarkan hasilnya sebagaibentuk kerjasama dalam peningkatan pelayanan kepada masyarakat.Tidak jarang Rekomendasi Komisi Ombudsman Nasional ditindak-lanjuti oleh instansi Terlapor namun tidak secara resmi dikabarkankepada Komisi Ombudsman Nasional. Hal ini diketahui dari informasiPelapor sendiri.

Salah satu hal yang belum dilaksanakan pada tahun pertamakeberadaan Komisi Ombudsman Nasional adalah melakukan inves-tigasi. Hal ini sangat penting dilakukan terutama terhadap kasus yangtidak jelas baik bentuk pelanggaran/maladministrasi maupun siapapelakunya dan penjelasan lain yang diperlukan agar laporan menjadijelas. Namun demikian investigasi yang dilakukan Komisi Ombuds-man Nasional tidak seperti yang dilakukan instansi penegak hukummisalnya Kepolisian dan Kejaksaan. Sifat investigasi Komisi Ombuds-man Nasional adalah informal, tidak kaku namun semaksimalmungkin menggali data dari pihak-pihak yang berhubungan denganlaporan. Dari hasil investigasi tersebut Komisi Ombudsman Nasionaldapat menentukan tindaklanjutnya atau langkah yang diperlukan.Sebagai contoh awal, investigasi pertama kali dilakukan oleh KetuaKomisi Ombudsman Nasional mengenai kasus yang menyangkutseorang anak mantan petinggi TNI yang terlibat dalam tindak pidanaphsikotropika dengan mendatangi teman Tersangka di tahanan pihakberwajib. Hasil investigasi tersebut dijadikan data awal pendukungRekomendasi Komisi Ombudsman Nasional kepada instansi terkaitdengan keterlibatan Tersangka.

Investigasi Komisi Ombudsman Nasional dilakukan berdasarkan2 (dua) hal yaitu investigasi terhadap laporan masyarakat dan inves-

Page 52: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

40

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

tigasi atas prakarsa sendiri. Investigasi atas prakarsa sendiri dilaku-kan terhadap kasus-kasus penyimpangan atau maladministrasi yangmerugikan masyarakat luas dan kasus-kasus tertentu yang menjadisorotan publik atau terhadap kasus yang menimbulkan kerugian besarbagi negara.

Kerjasama Kelembagaan dan SosialisasiKerjasama Kelembagaan dan SosialisasiKerjasama Kelembagaan dan SosialisasiKerjasama Kelembagaan dan SosialisasiKerjasama Kelembagaan dan Sosialisasi

Sebagai institusi yang baru berdiri, Komisi Ombudsman Nasionalperlu menjalin kerjasama kelembagaan dengan berbagai institusi, baikdi dalam maupun di luar negeri agar keberadaannya lebih dikenaldan memperoleh pengakuan institusi lain. Pada bulan Mei 2000,Komisi Ombudsman Nasional telah mengundang beberapa pejabatdari 4 (empat) instansi, yaitu Menteri Dalam Negeri RI, Ketua Mah-kamah Agung RI, Jaksa Agung RI, Kepala Kepolisian RI untuk mem-bahas kerjasama menindaklanjuti keluhan-keluhan yang diajukanmasyarakat terhadap instansi-instansi tersebut. Hasil dari pertemuanyang dihadiri oleh Jaksa Agung dan Pejabat setingkat Eselon I dariinstansi lainnya (Inspektur Jenderal dan Sekretaris Jenderal) disetujuisuatu mekanisme ataupun tata cara yang tidak birokratik dan berbelit-belit dalam menangani surat keluhan dengan menunjuk seorang peja-bat Eselon II dari masing-masing instansi sebagai pejabat penghubung(Liaisons Officer).

Ketua Komisi Ombudsman Nasional dan beberapa anggota jugamengadakan kunjungan ke Mahkamah Agung RI untuk membahaskesepahaman dan meminta klarifikasi secara lisan tentang berbagaihal menyangkut hubungan kerjasama kelembagaan yang lebih baikpada masa-masa mendatang. Kunjungan yang sama juga dilakukanoleh anggota Komisi Ombudsman Nasional kepada Kapolri. Padakunjungan tersebut, Anggota Ombudsman Drs. Teten Masduki menya-rankan agar terhadap laporan-laporan masyarakat yang disampaikankepada Komisi Ombudsman Nasional menyangkut tindakan maladmi-nistrasi oleh Kepolisian. Jika benar adanya maka harus diambiltindakan yang nyata dengan memberikan sanksi.

Agar dikenal luas oleh masyarakat Komisi Ombudsman Nasionalmelakukan sosialisasi dalam bentuk seminar di beberapa daerah diJakarta, Surabaya, Makassar, Banjarmasin dan Medan. Seminar ini

Page 53: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

41

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

juga diadakan dalam rangka persiapan pembentukan OmbudsmanDaerah sejalan dengan semangat otonomi daerah yang dicanangkanmelalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Walaupun kebera-daan Komisi Ombudsman Nasional masih diragukan efektifitasnyaoleh sebagian kalangan namun tetap berkomitmen dengan mening-katkan kinerja secara sungguh-sungguh. Hal yang dipertanyakan olehpeserta seminar antara lain menyangkut apakah keberadaan KomisiOmbudsman Nasional tidak tumpang tindih dengan fungsi dan tugaslembaga pengawasan yang sudah ada. Kalangan tertentu mengkha-watirkan tugas pengawasan aparatur negara yang selama ini sudahada akan diambil alih sepenuhnya oleh Komisi Ombudsman Nasional.

Salah satu amanat Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000yang menjadi tugas pokok Komisi Ombudsman Nasional adalahmempersiapkan konsep Rancangan Undang-undang OmbudsmanNasional. Bersamaan dengan itu Komisi Ombudsman Nasionalmempersiapkan draft RUU dan telah menyampaikan kepada peme-rintah dan DPR RI. Kesempatan seminar di beberapa daerah tersebut,dipergunakan juga untuk membahas draft RUU guna mencari masuk-an penyempurnaan dari berbagai kalangan yang terlibat sebagaipeserta atau nara sumber dalam seminar. Masukan berupa kritik dansaran penyempurnaan draft RUU dari berbagai seminar semakinmemperkaya khasanah dan wawasan demi perbaikan serta penyem-purnaan.

Pada bulan Juli 2000, Komisi Ombudsman Nasional menyeleng-garakan even yang bersifat internasional yaitu seminar dengan topik�Komisi Ombudsman Nasional dan Pemerintahan yang Baik� denganmengundang beberapa nara sumber dari luar negeri yaitu PresidenInternational Ombudsman Institute (IOI) yang berasal dari NewZealand Sr Brian Elwood, Dr. Claes Eklundh dari Swedia dan 2 (dua)mantan Ombudsman dari Belanda dan Australia.

Masing-masing mereka menyampaikan presentasi yang kompre-hensif tentang konsep Ombudsman. Demikian pula respon yang diberi-kan oleh para peserta dalam seminar tersebut sangatlah positif.

Untuk menjalin kerjasama internasional atas undangan negarasahabat dan biaya dari beberapa Lembaga Donor luar negeri, Ketua,Wakil Ketua Komisi Ombudsman bersama beberapa anggota dan staf

Page 54: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

42

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

berkesempatan mengadakan studi perbandingan, seminar dankonferensi ke negara-negara sahabat dalam rangka memperkenalkanOmbudsman Nasional dan mencari masukan tentang institusi Om-budsman dari negara-negara sahabat. Kunjungan ini membawamanfaat nyata berupa diterimanya Komisi Ombudsman Nasionalsebagai salah satu anggota asosiasi Ombudsman internasional dansemakin dikenal luas oleh masyarakat Internasional. Negara-negarasahabat bersedia menjalin kerjasama kelembagaan mendukungpengembangan Komisi Ombudsman Nasional melalui sumbangan-sumbangan dana, pelatihan staf dan bentuk kerjasama konkritlainnya.

Secara umum harus diakui bahwa hasil kerja Komisi Ombuds-man Nasional pada tahun pertama dengan sumber daya yang terbatasdapat menjadi landasan dalam beraktifitas lebih lanjut. Dari segikuantitas banyak laporan masyarakat yang ditindaklanjuti namunsecara kualitatif masih perlu ditingkatkan karena hasil yang diperolehdari tindaklanjut laporan tersebut relatif masih sedikit. Atas kerjakeras dan dibawah koordinasi Wakil Ketua Komisi OmbudsmanNasional Prof. Dr. Sunaryati Hartono,SH berhasil merampungkandraft RUU Ombudsman Nasional.

Page 55: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

43

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

TAHUN KEDUATAHUN KEDUATAHUN KEDUATAHUN KEDUATAHUN KEDUA

Memasuki tahun kedua Komisi Ombudsman Nasional mengalamiperkembangan yang sangat berarti. Secara keseluruhan jumlah stafbertambah menjadi 23 orang terdiri dari 7 orang Assisten Ombuds-man, 11 orang Staf Kesekretariatan serta 5 orang skuriti. AnggotaKomisi Ombudsman Nasional juga ada yang mengundurkan dirikarena mendapat tugas baru serta kesibukan lain sebanyak 3 (tiga)orang yaitu Prof. Dr. Bagir Manan, Pradjoto,SH,MA dan Ir. Sri Urip.

Dibandingkan dengan negara lain jumlah staf Komisi Ombuds-man Nasional memang masih jauh dari ideal. Ombudsman Thailandmisalnya, didukung oleh 75 orang personil. Namun dengan jumlahStaf yang terbatas diharapkan seluruhnya akan memberikan yangterbaik kepada Komisi Ombudsman Nasional sesuai keahliannya.Justru karena jumlahnya yang kecil tersebut akan semakin memper-mudah koordinasi dan kerjasama team.

Perkembangan Komisi pada tahun kedua juga ditandai denganbeberapa hal penting sebagai berikut ; Majelis PermusyawaratanRakyat pada tanggal 9 Nopember 2001 mengeluarkan Ketetapan MPRNomor : VIII/MPR/2001 yang pada intinya berisi mandat kepada Ekse-kutif dan Legislatif untuk membentuk Undang-Undang Ombudsmansebagai bagian dari upaya pemberantasan KKN menuju kepadaPemerintahan Yang Baik dan Bersih (Good Governance dan CleanGoverment). Rancangan Undang-Undang Ombudsman Nasional telahmemasuki proses pembahasan oleh Badan Legislasi DPR. Secarakonsultatif tetap memperoleh masukan dari Komisi OmbudsmanNasional. Selama tahun 2001, Komisi Ombudsman Nasional beberapakali diundang Badan Legislasi DPR guna membahas RUU Ombuds-man. Draf RUU Ombudsman diserahkan oleh Komisi OmbudsmanNasional melalui surat tanggal 8 Mei 2002 kepada Pemerintah cqMenteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dengan tembusan kepadaDPR RI dan Presiden.

Pada tahun kedua jumlah keluhan masyarakat mengalamipenurunan. Laporan yang disampaikan kepada Komisi OmbudsmanNasional, selama periode tahun 2001 sebanyak 511 dengan kualifikasiPelapor tertinggi berasal dari perorangan/individual sebanyak 364

Page 56: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

44

12 Laporan Tahunan 2001 halaman 37

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

orang atau 71 % dari total laporan12. Hal ini menunjukkan adanyapenurunan yang signifikan dibandingkan dengan periode tahun 2000sebanyak 1723 laporan. Beberapa alasan penurunan laporan tersebutantara lain adalah dikarenakan pada awal berdirinya, masyarakatbelum memahami sepenuhnya tugas dan wewenang Komisi Ombuds-man Nasional, sehingga dianggap dapat menyelesaikan semuapersoalan yang dikeluhkan atau dialami.

Eforia terhadap era keterbukaan mendorong masyarakat secarabebas dan leluasa menyampaikan uneg-uneg menyangkut ketidak-adilan yang dirasakan selama puluhan tahun. Bahkan ada beberapalaporan masyarakat yang disampaikan menyangkut peristiwa sebelumkemerdekaan dan peristiwa berdarah G30 S PKI, seperti misalnyatentang rehabilitasi nama baik, status kepegawaian sebagai PegawaiNegeri Sipil. Setelah mengetahui keterbatasan wewenang dan tugasKomisi Ombudsman Nasional masyarakat menjadi memahami secarajelas sehingga laporan yang disampaikan lebih selektif.

Penurunan jumlah laporan secara internal justru membawadampak positif, sebab Komisi Ombudsman Nasional dapat semakinmendalami setiap laporan masyarakat untuk kemudian disiapkantindaklanjutnya. Demikian juga laporan-laporan terdahulu yangbelum memperoleh tanggapan instansi Terlapor lebih memperolehperhatian dengan cara menyurati lagi kepada instansi Terlapor agarmemberikan tanggapan. Tidak jarang pula Pelapor menyampaikanlaporan lanjutan baik berupa informasi perkembangan masalahnyamaupun tanggapan atas tindaklanjut instasi Terlapor. Terhadap lapor-an ini Komisi Ombudsman Nasional selalu menjadikannya sebagaiprioritas penanganan.

Kegiatan lain yang dilakukan Komisi Ombudsman Nasionaldengan dukungan The Asia Foundation adalah investigasi lapanganterhadap laporan masyarakat. Investigasi dilakukan terhadapbeberapa laporan yang dianggap penting baik menyangkut jumlahkorban maupun jenis maladministrasi atau jenis penyimpangannya.Mengingat keterbatasan jumlah Investigator dan anggaran yangtersedia, maka untuk pertama kali investigasi dilakukan terbatas diPulau Jawa, yaitu dalam kasus yang menyangkut masalah pertanahan

Page 57: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

45

13 Laporan Tahunan Komisi Ombudsman Nasional 2001 halaman 37 - 44.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

di Yogyakarta, masalah penyelewengan perpajakan/tindak pidanakorupsi di Kudus, Jawa Tengah dan masalah ketenagakerjaan diCilegon, Jawa Barat. Pengalaman investigasi tersebut sangat bergunabagi Investigator dalam melaksanakan investigasi lapangan.

Beberapa kegiatan lain yang dilakukan sepanjang tahun 2001adalah pembahasan program yang belum terlaksana seperti penelitian,peningkatan kerjasama dan hubungan baik dengan berbagai instansipemerintah/peradilan. Pembahasan penyempurnaan draft RUUOmbudsman Nasional dengan memprioritaskan masukan pada semi-nar-seminar Ombudsman, baik di Jakarta maupun di daerah-daerah.Pengembangan dan kerjasama institusional dilakukan dalam bentukseminar/lokakarya sebagai sarana sosialisasi, mengikuti dan meng-hadiri undangan berbagai even ilmiah, kunjungan dan studi perban-dingan, dan menghadiri konferensi internasional. Secara rutin KomisiOmbudsman Nasional juga menyebarluaskan pemahaman tentangOmbudsman melalui leaflet, selebaran (pamphlet), brosur, penerbitanNewsletter bernama Suara Ombudsman, Laporan Bulanan, LaporanTriwulan, Laporan Tahunan dan sebagainya.

Penyelesaian Laporan Masyarakat BerdasarkanPenyelesaian Laporan Masyarakat BerdasarkanPenyelesaian Laporan Masyarakat BerdasarkanPenyelesaian Laporan Masyarakat BerdasarkanPenyelesaian Laporan Masyarakat BerdasarkanKlasifikasi dan Jumlah LaporanKlasifikasi dan Jumlah LaporanKlasifikasi dan Jumlah LaporanKlasifikasi dan Jumlah LaporanKlasifikasi dan Jumlah Laporan

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, terjadi penurunan jumlahpengaduan masyarakat yang disampaikan kepada Komisi Ombuds-man Nasional sepanjang tahun 2001. Namun demikian jika dilihatdari kinerja penanganan laporan, maka ada kenaikan signifikanpenanganan laporan. Seratus persen laporan berhasil diproses ataudiselesaikan, dengan rincian sebagai berikut ; dari total laporansebanyak 511 laporan, jumlah terbesar laporan kurang lebih 45 persenyaitu 261 laporan menyangkut pengadilan (dalam semua tingkatankecuali Pengadilan Militer). Instansi Terlapor yang menempati urutanteratas setelah Pengadilan adalah Kepolisian (66 laporan), InstansiPemerintah (42 laporan), Pemerintah Daerah (41 laporan), Kejaksaan(39 laporan), Badan Usaha Swasta/Badan Hukum/Kuasa Hukum (28laporan), BPN/Agraria (26 laporan), BPPN (21 laporan), TNI (14laporan) dan BUMN (9 laporan).13

Page 58: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

46

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Klasifikasi laporan serta jenis laporan yang disampaikan sepan-jang tahun 2001 yaitu terdiri dari penyimpangan prosedur menempatiurutan tertinggi (130 laporan), penundaan berlarut/tidak melakukanpelayanan (98 laporan), penyalahgunaan wewenang (91 laporan),imbalan uang/praktek KKN (78 laporan), dan pemalsuan serta perse-kongkolan (31 laporan).

Tanggapan Instansi Terlapor sebagai Respon atasTanggapan Instansi Terlapor sebagai Respon atasTanggapan Instansi Terlapor sebagai Respon atasTanggapan Instansi Terlapor sebagai Respon atasTanggapan Instansi Terlapor sebagai Respon atasRekomendasiRekomendasiRekomendasiRekomendasiRekomendasi

Surat atau Rekomendasi Komisi Ombudsman Nasional kepadainstansi/pejabat Terlapor sepanjang tahun 2001 secara umum belummemperoleh tanggapan yang memuaskan. Dari 381 Rekomendasi/per-mintaan klarifikasi yang disampaikan, hanya 201 laporan memperolehtanggapan. Mengatasi hal tersebut Komisi Ombudsman Nasionalmelakukan langkah-langkah jangka pendek dan jangka panjangsebagai berikut:

a .a .a .a .a . Tujuan Jangka PendekTujuan Jangka PendekTujuan Jangka PendekTujuan Jangka PendekTujuan Jangka Pendek

Agar instansi Terlapor (target group) dapat menerima keberadaanKomisi Ombudsman Nasional dan menyadari, bahwa disaat inikinerja mereka diawasi dan dipantau terus oleh sebuah lembagamasyarakat, yakni Komisi Ombudsman Nasional. Guna mendu-kung hal ini dilakukan hal-hal berikut :

1. Kunjungan berkala kepada instansi-instansi Terlapor yangtelah menerima Rekomendasi Komisi Ombudsman Nasionalguna memantau dan mencari solusi bersama, sehingga ting-kat penyelesaian (clearence rate) laporan menjadi lebih mak-simal, baik secara kualitas maupun kuantitas. Disamping ituagar instansi-instansi yang bersangkutan menyadari, bahwasebenarnya kesungguhan mematuhi Rekomendasi KomisiOmbudsman Nasional justeru akan mengangkat citra dankredibilitas serta wibawa mereka di mata masyarakat.

2. Penyusunan Nota Kesepahaman (Memorandum of Under-standing) dengan lembaga pemerintahan atau kenegaraanserta instansi penegak hukum termasuk peradilan, daninstansi publik lainnya untuk meningkatkan komitmen

Page 59: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

47

14 Laporan Tahunan Komisi Ombudsman Nasional Tahun 2001 halaman 8 - 12.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

mereka dalam menindaklanjuti Rekomendasi Komisi Om-budsman Nasional.

b.b.b.b.b. Tujuan Jangka PanjangTujuan Jangka PanjangTujuan Jangka PanjangTujuan Jangka PanjangTujuan Jangka Panjang

Agar pemerintahan yang baik (good govenrnance) dapat terwujuddi Indonesia disertai peradilan yang menjunjung tinggi Hak AsasiManusia dan asas pemeriksaan yang adil dan terbuka oleh suatuperadilan yang bebas dan tidak memihak.14

Diharapkan dengan tujuan tersebut, Komisi Ombudsman Nasio-nal akan lebih fokus dalam meningkatkan kinerjanya sehinggamasyarakat memperoleh pelayanan sebaik-baiknya dari pejabatpemerintahan dan peradilan dapat terwujud.

Kerjasama InternasionalKerjasama InternasionalKerjasama InternasionalKerjasama InternasionalKerjasama Internasional

Salah satu ciri negara demokrasi adalah menjunjung tinggi harkatdan martabat warga negaranya. Manakala hak-hak warga tidak mem-peroleh tempat sebagaimana mestinya, maka negara perlu memberi-kan jaminan perlindungan. Salah satu institusi publik yang diharap-kan dapat menjamin serta memperjuangkan hak warga negara,khususnya dalam memperoleh pelayanan umum adalah Ombudsman.Oleh karena itulah oleh beberapa pakar Ombudsman digolongkansebagai salah satu pilar demokrasi.

Dewasa ini institusi Ombudsman telah berkembang di seluruhdunia lebih dari 130 negara. Negara asal mula Ombudsman adalahSwedia yaitu telah membentuk Ombudsman sejak 1809. Ada beberapajenis Ombudsman yang berkembang, tetapi sebagian besar berbentukOmbudsman Parlementer (Ombudsman yang dipilih oleh Parlemen).Beberapa negara bahkan telah memasukkan pengaturan Ombuds-man dalam Konstitusi negaranya (Belanda, Thailand). Komisi Om-budsman Nasional telah pula mengirim surat kepada Ketua PanitiaAd Hoc I Badan Pekerja MPR untuk mengusulkan dimasukkannyaketentuan Ombudsman dalam Undang-Undang Dasar.

Eksistensi Ombudsman akan lebih terjamin, serta kemandiriandan independensinya pun akan lebih terpercaya apabila diatur melalui

Page 60: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

48

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Konstitusi dan UU. Seperti diuraikan sebelumnya Rancangan Undang-Undang Ombudsman Nasional diproyeksikan akan menjadi usulinisiatif DPR RI melalui pintu Badan Legislasi. Namun demikian agarcepat diundangkan, secara intensif Komisi Ombudsman Nasional terusmengikuti perkembangannya termasuk memberikan saran sertapendapat yang komprehensif sehingga makna filosofis dan tujuanpokok yang terkandung di dalam Undang-Undang OmbudsmanNasional nantinya tidak menyimpang dari harapan dan asas-asasumum Ombudsman diseluruh dunia.

Pada tahun kedua perjalanannya, Komisi Ombudsman Nasionaltelah memperoleh dukungan luas dari dunia Internasional. Hal initerbukti dari kunjungan beberapa Duta Besar Negara sahabat, Orga-nisasi Internasional, termasuk undangan untuk menghadiri beberapakegiatan yang bersifat internasional antara lain ; Konferensi Perhim-punan Ombudsman Asia (AOA) di Tokyo serta mengikuti ProgramPengkajian Khusus tentang institusi dan Peranan Ombudsman diLondon, Inggris.

Sebagai institusi publik yang dibutuhkan perannya di dalammasyarakat yang sedang mengalami degradasi kepercayaan terhadapinstitusi pemerintahan dan penegak hukum, Komisi OmbudsmanNasional dituntut memberikan hasil nyata dan kinerjanya yang opti-mal. Untuk mendukung hal tersebut salah satu hal mendasar yangdibutuhkan adalah anggaran operasional kegiatan yang memadai.Anggaran seharusnya berasal dari negara, namun mengingat keter-batasan pemerintah Komisi Ombudsman Nasional menjalin kerjasamadengan beberapa Lembaga Donor antara lain The Asia Foundationyang telah memberi kontribusi nyata dalam program-program KomisiOmbudsman Nasional. Pada tahun kedua keberadaan Komisi Om-budsman Nasional, The Asia Foundation tetap melanjutkan komitmen-nya dalam memberikan bantuan.

Komisi Ombudsman Nasional juga menjadi pemrakarsa persiapanpembentukan Ombudsman Daerah berbagai wilayah di Indonesia.Kegiatan ini merupakan salah satu program yang didukung olehUNDP (United Nation Development Program) sebuah lembaga yangmenyalurkan bantuan dari beberapa Negara Donor yang menjadianggota �Patnerships for Good Governance Reform in Indonesia�.

Page 61: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

49

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Pemerintah Australia melalui AusAid juga memberikan komitmennya.Pada tahun 2002 AusAid membiayai program pelatihan investigasibagi para Ombudsman dan Asisten Ombudsman.

Diharapkan dengan anggaran yang memadai dapat mendukungkegiatan Komisi Ombudsman Nasional, baik yang bersifat rutinitasyaitu menerima dan menindaklanjuti laporan masyarakat, kerjasamakelembagaan, peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia mau-pun kegiatan kegiatan lain yang bersifat insidentil dalam rangkapengembangan Komisi Ombudsman Nasional.

Page 62: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

50

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

PERINGATAN DUA TAHUN OMBUDSMANPERINGATAN DUA TAHUN OMBUDSMANPERINGATAN DUA TAHUN OMBUDSMANPERINGATAN DUA TAHUN OMBUDSMANPERINGATAN DUA TAHUN OMBUDSMANNASIONALNASIONALNASIONALNASIONALNASIONAL

Peringatan dua tahun berdirinya Komisi Ombudsman Nasionaldiselenggarakan dengan suatu Seminar Sehari tepat pada hari ulangtahun tanggal 20 Maret 2002 dengan tema: Peranan Ombudsmandalam Reformasi Birokrasi. Bersamaan itu juga dilakukan kegiatanPeluncuran Buku berjudul Ombudsman Indonesia di tengah Ombuds-man Internasional, sebuah Antologi.

Dua kegiatan tersebut terkait satu sama lain karena Ombuds-man Indonesia yang lahir pada Era Reformasi pada hakekatnyamerupakan bagian sekaligus menjadi tujuan sentral terselenggaranyaReformasi Birokrasi. Seberapa jauh peran yang diberikan oleh Om-budsman serta asas-asas apa yang melandasi dan ataupun mempe-domani Reformasi Birokrasi, secara garis besar diuraikan dalam bukuOmbudsman Indonesia di tengah Ombudsman Internasional.

Justru karena itu dalam seminar tersebut Komisi OmbudsmanNasional telah menghadirkan 3 (tiga) pakar yang kompeten sertamengundang berbagai komponen masyarakat. Ketiga pembicaratersebut adalah:

1. Pichet Soontornpipit,Pichet Soontornpipit,Pichet Soontornpipit,Pichet Soontornpipit,Pichet Soontornpipit, Ketua Ombudsman Thailand denganmakalah: Ombudsman under the Constitutions of Thailand.

2. Prof. Dr. Astrid Susanto,Prof. Dr. Astrid Susanto,Prof. Dr. Astrid Susanto,Prof. Dr. Astrid Susanto,Prof. Dr. Astrid Susanto, Pakar Komunikasi dengan makalah:Memperkuat Sistem Pengawasan Masyarakat melalui KebebasanInformasi.

3. Dr. A.B. Susanto,Dr. A.B. Susanto,Dr. A.B. Susanto,Dr. A.B. Susanto,Dr. A.B. Susanto, Pakar Manajemen dengan makalah: ReformasiMenajemen Birokrasi dikaitkan dengan Peran Ombudsman.

Kehadiran Ombudsman Thailand dalam acara tersebut sangatpenting bagi kita untuk memberikan berbagai pengalamannya olehkarena Ombudsman Thailand sebenarnya lebih muda dari Ombuds-man Indonesia. Secara resmi Ombudsman Thailand didirikan padatanggal 1 April 2000, jadi sepuluh hari setelah Ombudsman Indone-sia berdiri. Namun mereka telah mempersiapkannya lebih dari tigatahun dan yang pasti lebih kokoh dari kita, Ombudsman Thailandtelah masuk dalam Undang-Undang Dasar.

Page 63: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

51

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

1. Section 196 Constitution of Thailand 1997:

The Ombudsmen shall not be more than three in number, who shallbe appointed, by the King with the advice of the Senate, from thepersons recognized and respected by the public, with knowledgeand experiences in the administration of the State affairs, enter-prises or activities of common interest of the public and with ap-parent integrity. The President of the Senate shall countersign theRoyal Command appointing the Ombudsmen.

The qualifications, prohibition, selection and election of the Om-budsmen shall be in accordance with the organic law on Ombuds-man. The Ombudsmen shall hold office for a term of six years asfrom the date of their appointment by the king and shall serve foronly one term.

(Pasal 196 Konstitusi Thailand 1997:

Ombudsman tidak lebih dari 3 orang dan diangkat oleh Raja atassaran Senat. Mereka adalah orang-orang yang dikenal masyarakatdan memperoleh kepercayaan publik, karena pengetahuan danpengalamannya dalam pemerintahan, perusahaan ataupunkegiatan kemasyarakatan serta memiliki integritas. Ketua Senatdan Raja menunjuk Ombudsman.

Kualifikasi, kewajiban, larangan, serta tata cara pemilihan Om-budsman Thailand juga didasarkan atas Undang-Undang tentangOmbudsman. Ombudsman melaksanakan tugasnya selama 6tahun sejak diangkat oleh Raja dan hanya diangkat oleh Rajadan hanya untuk sekali masa jabatan).

2. Section 197 The Constitution of Thailand 1997:The Ombudsmen have the power and duties as follow:

1) To Consider and inquire into the complaint for fact-finding inthe following cases:a Failure to perform in compliance with the law or perfor-

mance beyond powers and duties as provided by the lawof a Government official, an official or employee of a stateagency, state enterprise or local government organisation;

b Performance for or mission to perform duties of a Gov-ernment official, an official or employee of a state agency,

Page 64: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

52

state enterprise complainant or the public whether suchact is lawful or not;

c Other cases as provided by law.

2) To prepare reports and submit opinions and suggestions tothe National assembly.

(Pasal 197 Konstitusi Thailand 1997:

Ombudsman memiliki wewenang dan kewajiban sebagai berikut:

1) Mempertimbangkan serta menyelidiki keluhan guna mene-mukan fakta mengenai hal-hal sebagai berikut :a. Pegawai pemerintah atau pejabat Negara, pejabat peru-

sahaan Negara, atau Pejabat Pemerintah Daerah tidakmelaksanakan kewajiban sebagaimana diwajibkan atau-pun ditentukan oleh Undang-Undang.

b. Pegawai Pemerintah atau Pejabat Negara, Pejabat Peru-sahaan Negara, atau Pejabat Pemerintah Daerah mela-kukan perbuatan atau kelalaian sehingga mengaki-batkan/menyebabkan cedera pada pelapor/masyarakattanpa mempertimbangkan apakah perbuatan/kelalaian-nya itu berdasarkan Undang-Undang atau tidak.

c. Kasus-kasus lain yang ditentukan oleh Undang-Undang.

2) Menyiapkan laporan serta memberi pertimbangan dan sa-ran kepada Dewan Nasional).

Pengalaman Thailand sangat berarti bagi Indonesia karena saatini di seluruh dunia sudah lebih dari 50 negara mencantumkaninstitusi Ombudsman dalam Konstitusi. Justru karena itu Komisi Om-budsman Nasional pada tanggal 12 September 2001 telah mengirimsurat kepada Ketua Panitia Ad Hoc I Badan Pekerja MPR untukmemasukkan Ombudsman dalam Undang-Undang Dasar.

Beberapa pertimbangan yang melandasi usulan tersebut adalah:

Pertama,Pertama,Pertama,Pertama,Pertama, dengan mengutip pendapat seorang Sarjana HukumBelgia, André Molitor, yang menyatakan bahwa oleh karena rekomen-dasi-rekomendasi Ombudsman tidak mempunyai kekuatan mengikatsecara hukum, lembaga ini merupakan �Magistrature of Influence�(Mahkamah Pemberi Pengaruh) bukan �Magistrature of Sanctions�.(Mahkamah Pemberi Sanksi). Efesiensinya sangat tergantung pada

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 65: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

53

kemampuannya melakukan persuasi, kewenangannya yang diberikankepadanya, serta bobot dan kualitas rekomendasinya. Oleh sebab itu,suatu Ombudsman Nasional harus diberi landasan konstitusional,yaitu dengan dicantumkannya di dalam UUD. Adapun alasannyamenyangkut dua hal, yaitu agar:

(1) hak para warga dalam memperoleh perlindungan dari lembagasemacam Ombudsman mendapat pengakuan konstitusi (consti-tutional recognition);

(2) Lembaga Ombudsman sendiri memperoleh landasan konstitusi(constitutional basis).

Kedua,Kedua,Kedua,Kedua,Kedua, dalam sistem demokrasi yang menjunjung asas negarahukum (rule of law), yang salah satu elemennya adalah �supremasihukum�, yang dilengkapi dengan sistem �pengawasan/kontrol dankeseimbangan� (checks and balances), sehingga dengan sendirinyaLembaga Ombudsman perlu diberi landasan konstitutional, yaitudengan dicantumkannya dalam UUD. Dalam hubungan ini, menurutMontesquieu, bukan sekedar UU, melainkan harus UUD yang di-gunakan, dalam melakukan pengawasan/kontrol (check) terhadappemerintahan berdasarkan pemisahan kekuasaan (separation of po-wers). Ombudsman Nasional Indonesia tidak dapat diragukan lagimerupakan salah satu �pengawas/pengontrol� (checks) yang dimaksud,sehingga dicantumkannya dalam UUD akan memperkokoh stabili-tasnya.

Ketiga,Ketiga,Ketiga,Ketiga,Ketiga, seorang Pakar Ombudsman dari California AmerikaSerikat, Dean Gottehrer telah meneliti sebanyak 50 konstitusi yangmencantumkan lembaga Ombudsman dalam dua atau tiga pasal,bahkan tidak sedikit hanya dalam satu pasal saja, menandaskanbahwa pengaturan konstitusi itu hanya meliputi empat hal, yaitu:

(1) Alasan atau tujuan pembentukan Ombudsman,(2) Perintah pengaturan lebih lanjut dalam Undang-Undang(3) Syarat-syarat pemberhentian Ombudsman, dan(4) Independensi Ombudsman.

Menurut Gottehrer, alasan atau tujuan pembentukan Ombuds-man dimaksudkan untuk mencegah terjadinya ketidakadilan dalampenyelenggaraan pemerintahan terhadap perorangan. Sedangkan,perintah pengaturan lebih lanjut dalam suatu Undang-Undang (lebih

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 66: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

54

baik lagi suatu UU Organik tentang Ombudsman) adalah untukmerinci tugas, kekuasaan, dan pertanggungjawaban Ombudsmanmenurut undang-undang. Mengenai pemberhentian Ombudsmandiperlukan suara mayoritas yang besar pula dan hanya atas dasaryang sangat terbatas, yaitu manakala Ombudsman tidak mampu lagimenjalankan jabatannya, baik karena kesehatan jasmani maupunrohani atau sebab lain yang diperinci, biasanya karena berperilakuyang sangat tercela. Akhirnya, di dalam menjalankan tugas dankewenangannya, Ombudsman harus independent. Artinya, tidak adaseorang pun atau satu institusi apapun yang boleh mempengaruhi,mengintervensi, apalagi mendikte Ombudsman di dalam menjalankantugasnya.

Keempat,Keempat,Keempat,Keempat,Keempat, lembaga Ombudsman yang berasal dari Swedia (1809)melalui Finlandia (1911) dan Denmark (1954) memang didirikan gunamemberantas maladministrasi (maladministration) dan praktek-praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), baik di kalangan apa-ratur Pemerintah (Public Administration), Birokrasi (Bureaucracy)maupun Peradilan (Judiciary), agar aparat Pemerintah, Birokrasi,dan Peradilan tadi (termasuk Polisi, Jaksa, Panitera, Hakim, danPetugas Lembaga Pemasyarakatan) senantiasa memperhatikan asas-asas pemerintahan yang baik (good governance), supremasi hukum,keadilan (fairness) dan sikap santun, karena tindak-tanduknya selaludipantau dan diawasi Ombudsman.

Kelima,Kelima,Kelima,Kelima,Kelima, Komisi Ombudsman Nasional yang sudah berdiri duatahun, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000,nampaknya seperti institusi-institusi baru lain di Indonesia (KomnasHAM, KPU, dan lain-lain), baru dianggap sebagai institusi bantuan(auxiliary agency), bukan institusi utama (principal agency) yangsangat vital terutama di abad ke 21 ini yang merupakan �abad globali-sasi� dan terutama bagi sebuah negara seperti Indonesia, di manamaladministrasi dan KKN sedang merajalela. Komisi ini tidaklahterlalu jauh berbeda dari Lembaga Ombudsman lain di 106 negara,yaitu merupakan salah satu pilar utama ataupun simbol pemerintahanyang demokratis serta menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.

Adapun tugas pokok Komisi Ombudsman Nasional berdasarkanKeppres No. 44 Tahun 2000 adalah:

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 67: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

55

15 Antonius Sujata, Reformasi dalam Penegakan Hukum, halaman 258, Penerbit Djambatan,Jakarta 2000.

(1) Melayani keluhan masyarakat atas keputusan atau tindakanpenyelenggara negara dan pemerintah yang dirasakan tidak adil,tidak patut, merugikan atau melawan hukum.

(2) Meningkatkan pengawasan terhadap institusi dan instansipemerintahan, termasuk peradilan, dengan memberikan klari-fikasi, informasi dan rekomendasi kepada instansi terlapor yangdiikuti dengan pengawasan terhadap pelaksanaan rekomendasiKomisi Ombudsman Nasional.

Keenam,Keenam,Keenam,Keenam,Keenam, sesuai dengan pengaturan di lebih 50 UUD di duniaseperti antara lain dalam Konstitusi-konstitusi Swedia, Finlandia,Denmark, Norwegia, Spanyol, Belanda, Yunani, Afrika Selatan,Filipina, Taiwan dan Thailand, Komisi Ombudsman Nasionalmenganggap perlu agar dalam Konstitusi Indonesia pun dicantumkandan diatur tentang Ombudsman Nasional. Sementara itu, dalam�Seminar Tentang Pengaturan Ombudsman Nasional dalam UUD�yang diadakan oleh Yayasan Hak Asasi Manusia, Demokrasi danSupremasi Hukum pada tanggal 31 Agustus 2001 lalu, Prof. Dr. JimlyAsshiddiqie, SH berpendapat dan menyarankan kiranya OmbudsmanNasional dapat dicantumkan dan diatur dalam BAB (baru) UUD 1945mengenai Lembaga-lembaga Pengawasan.

Sementara itu hubungan antara Ombudsman dengan kebebasaninformasi dapat disimak dari praktek yang berlaku di negara-negaratertentu di mana Ombudsman berperan dalam menyelesaikan keluhanmengenai informasi.

Pada tanggal 1 Juli 1983 Selandia Baru memberlakukan Undang-Undang tentang Informasi Resmi 1982 (The Official Information Act1982). Rancangan Undang-Undang ini disiapkan oleh suatu panitiayang dipimpin oleh Sir Alan Dank. Karena itu, kepanitiaan tersebutdinamakan Danks Committee. Menurut Sir Allan Danks, setiapinformasi semestinya dapat diberikan atas permintaan masyarakat,kecuali kalau tidak masuk akal. Berdasarkan Undang-Undangtersebut, lembaga yang memiliki prioritas untuk memperolehinformasi adalah Ombudsman karena institusi ini menangani kasus-kasus yang berkaitan dengan informasi.15 Di Australia, keluhan-keluh-

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 68: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

56

an masyarakat terkait dengan upaya untuk memperoleh informasijuga dapat disampaikan kepada Ombudsman.

Justru karena itu Prof. Dr. Astrid Susanto mengatakan bahwasemestinya Ombudsman dapat berperan ataupun memperoleh kewe-nangan dalam menghadapi permasalahan-permasalahan mengenaikebebasan untuk memperoleh informasi.

Peran Ombudsman menghadapi informasi sebagaimana tersebutdi atas sebenarnya tidak terlepas dari fungsi informasi itu sendirisebagai sarana dalam mewujudkan transparansi. Sedangkan trans-paransi merupakan salah satu landasan dasar bagi keberhasilanmanajemen birokrasi.

Negara-negara maju yang tergabung dalam Organization forEconomic Cooperation and Development (OECD) pada tahun 1998 telahmemformulasikan 4 (empat) prinsip Good Corporate Governance yaituFairness, Transparancy, Accountability dan Responsibility. Keempatprinsip tersebut merupakan landasan bagi Ombudsman yang bersifatUniversal, termasuk tentunya Ombudsman Indonesia.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 69: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

57

alah satu faktor penting yang mempenga-ruhi perkembangan Komisi OmbudsmanNasional adalah peran serta masyarakat

yang menyampaikan laporan atau informasitentang penyimpangan atau maladministrasi olehpejabat pemerintahan maupun Peradilan. Selamakurun waktu 2 (dua) tahun Komisi OmbudsmanNasional telah memperoleh sambutan positif darimasyarakat. Hal ini secara sepintas dapat dilihatdari banyaknya jumlah laporan masyarakat yangdisampaikan kepada Komisi Ombudsman Nasionalsehingga mencapai dua ribuan lebih. Jumlah ter-sebut yang berasal dari perseorangan/individualyang dalam hal ini menempati prosentase terbesaryaitu sebanyak 1430 laporan. Dari data jumlahlaporan diketahui bahwa persentase terbesar darisubstansi yang dilaporkan adalah menyangkutketidakadilan sehingga masyarakat merasa tidakpuas atas pelayanan pejabat pemerintahan atauperadilan. Dengan demikian, perhatian dan titikberat Komisi Ombudsman Nasional adalah bagai-mana mendorong Penyelenggara Negara agar mem-berikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepadamasyarakat sehingga masyarakat dapat merasakan

Beberapa KasusMenonjol

S

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 70: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

58

pelayanan dan keadilan yang semestinya diperoleh.

Ada sebuah ilustrasi yang mungkin menjadi dambaan masya-rakat. Pada jaman dahulu kala nun jauh di sebuah negara yang ber-nama Entah Berentah hidup seorang raja nan adil dan bijaksana.Seluruh rakyat negeri tersebut sangat mencintai Rajanya, semuawarga diperlakukan sama dihadapan raja, (karena titah raja adalahperaturan yang harus ditaati serta dijunjung tinggi). Pada suatu ketikaanak sang Raja yakni putra mahkota, yang dipersiapkan akan meng-gantikan jabatan sang Raja apabila meninggal atau mengundurkandiri melakukan perbuatan tercela yakni mencuri. Peraturan negarakerajaan tersebut mengharuskan setiap warga yang ketahuanmelakukan perbuatan mencuri akan dicungkil kedua biji matanya.Ketika Raja mendengar hal tersebut menjadi risaulah hatinya namunperaturan harus tetap ditegakkan karena siapapun dia dihadapanhukum adalah sama. Pada saat hari penghakiman bagi sang putramahkota, raja membuat keputusan yang sangat mengejutkan yaknitetap mencungkil biji mata sang putra mahkota namun hanya sebe-lahnya sedangkan untuk melengkapi biji mata tersebut sang raja men-cungkil salah satu biji matanya sendiri sebagai gantinya sehinggaanaknya masih dapat melihat dengan sebelah matanya.

Ada dua hal yang dapat dipetik dari ceritera atau ilustrasi di atasyaitu keadilan tetap ditegakkan walau apapun resikonya dan tandacinta seorang ayah kepada anaknya. Konteks ceritera tersebut me-mang belum tentu pas atau sesuai jika diterapkan pada saat sekarangdi negara manapun, namun makna yang dapat diambil dari ceriteradi atas adalah peraturan berlaku bagi siapa saja atau hukum diperla-kukan sama dihadapan semua orang.

Negara kita adalah negara yang berdasarkan hukum oleh kare-nanya ilustrasi di atas masih relevan maknanya bagi negara kita.Namun menjadi pertanyaan masyarakat pencari keadilan di negaraini apakah keadilan masih tetap berpihak kepada kebenaran? Tidakterhitung protes/keluhan warga masyarakat atas ketidakadilan yangdiperolehnya baik itu ketika berurusan dengan pejabat pemerintahanmaupun peradilan termasuk putusan pengadilan yang jauh dari rasakeadilan masyarakat. Kita juga tidak menutup mata terhadap seba-gian lagi pejabat pemerintahan maupun pengadilan yang relatif bersih

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 71: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

59

dan jujur serta masih mempergunakan hati nuraninya dalam mengem-ban jabatan yang diamanatkan negara namun jumlahnya masihsangat terbatas.

Kasus-kasus penggusuran secara paksa terhadap masyarakatyang menempati lahan/tanah tanpa ganti rugi yang layak sudah umumterjadi. Hanya dengan dalih pembangunan sarana umum yang jauhdari kepentingan rakyat banyak, pemerintah tidak segan-seganmenggunakan cara-cara yang tidak terpuji untuk menggusur warga.Bagaimana seorang petani kecil di pedalaman pulau Sumatera yanguntuk membiayai kehidupan sehari-haripun masih mengalamikesulitan, dihadapkan kepada perkara hak milik satu-satunya warisanleluhurnya berupa tanah yang diambil secara paksa oleh perusahaanperkebunan milik negara. Telah bertahun-tahun lamanya petani keciltersebut menunggu sang malaikat keadilan namun apa daya karenatidak memiliki sejumlah uang, upaya hukum lanjutan yang semestinyadapat ditempuh tidak dapat dilakukan, bahkan lebih tragis lagi ketikaperkaranya masih di pengadilan tingkat pertama ternyata kalah olehulah sang Pengacara yang tidak memenuhi kewajiban beracara diPengadilan tanpa alasan yang kuat.

Tidak jarang pula karena tingkat kepercayaan masyarakat yangbegitu rendah terhadap pejabat publik kita mendengar ataupunmenyaksikan sendiri masyarakat melakukan tindakan main hakimsendiri. Sepertinya tidak akan habis-habisnya ceritera tentangketidakadilan yang dirasakan masyarakat.

Contoh cerita suram di atas adalah sebagian kecil dari kisah nyatayang dirasakan masyarakat dan dilaporkan kepada Komisi Ombuds-man Nasional. Berbagai macam persoalan atau perkara yang diadukankepada Komisi Ombudsman Nasional. Sepanjang 2 (dua) tahunperjalanannya, Komisi Ombudsman Nasional banyak menerima�ceritera� yang pilu dan kegetiran. Secara tidak langsung kadangkalajuga sempat larut dalam kepedihan dan perjuangan masyarakatmemperoleh keadilan. Namun demikian, asas impartiality Ombuds-man tetap harus dipegang teguh, sehingga semua laporan tersebutterlebih dahulu harus dimintakan klarifikasinya kepada instansiTerlapor. Mengingat terbatasnya wewenang Komisi OmbudsmanNasional maka langkah tindaklanjut yang dilakukanpun tergantung

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 72: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

60

kepada bagaimana komitmen instansi Terlapor untuk secara seriusmenanggapi Rekomendasi yang disampaikan. Harapan Komisi Om-budsman Nasional adalah adanya komitmen pemerintah menindak-lanjuti rekomendasi Komisi sejalan dengan semangat reformasimenuju kepada Pemerintahan yang Baik dan Bersih.

Contoh beberapa kasus yang ditangani oleh Komisi OmbudsmanNasional

1.1.1.1.1. �Conflict of Interest� pada Hakim Agung�Conflict of Interest� pada Hakim Agung�Conflict of Interest� pada Hakim Agung�Conflict of Interest� pada Hakim Agung�Conflict of Interest� pada Hakim Agung

Pelapor bernama S.Padma melalui kuasanya dari KantorPengacara xx, melaporkan permasalahannya yang pada intinyasebagai berikut :

a. Telah terjadi eksekusi perkara perdata Nomor : 186/1982.GPengadilan Negeri Jakarta Barat sesuai dengan Berita AcaraEksekusi Nomor : 186/1982.G tanggal 13 Februari 1983

b. Terhadap eksekusi tersebut PT Green Ville Real Estate me-ngajukan perlawanan di Pengadilan Negeri Jakarta Barattercatat dalam register perkara Nomor : 106/1983.G jo Nomor:584/PDT/1982/PT DKI jo. Nomor : 1323 K/PDT/19888 jo.Nomor : 344 PK/PDT/1998 dimana permohonan PeninjauanKembali Pelapor kepada Mahkamah Agung RI ditolak.

c. Ketua Majelis Hakim dalam pemeriksaan Peninjauan Kem-bali adalah Hakim Agung yang pada tahun 1985 dalam kapa-sitas sebagai Ketua Tim Gabungan Opstibpus telah terlibatdalam perkara dimaksud. Pada waktu itu Tim GabunganOpstibpus dengan surat Nomor : K-92/Opstibpus/XII/1984telah menemukan adanya penyimpangan-penyimpangan.

Komisi Ombudsman Nasional telah mengirim surat kepadaMahkamah Agung RI berkenaan dengan dugaan adanya konflikkepentingan dalam pemeriksaan perkara yang dilaporkan, namuntidak ada tanggapan ataupun pemeriksan yang dilakukan olehMahkamah Agung RI.

2.2.2.2.2. Penyalahgunaan Kekuasaan oleh Jaksa AgungPenyalahgunaan Kekuasaan oleh Jaksa AgungPenyalahgunaan Kekuasaan oleh Jaksa AgungPenyalahgunaan Kekuasaan oleh Jaksa AgungPenyalahgunaan Kekuasaan oleh Jaksa Agung

Komisi Ombudsman Nasional telah menerima laporan dariKeluarga SB yang melaporkan Jaksa Agung RI yang diduga

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 73: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

61

menyalahgunakan kekuasaannya dengan melakukan persuasi,pemaksaan dan intimidasi agar Gubernur BI mengundurkan diri.Selain itu penahanan SB melanggar prosedur yakni tidak mem-beritahukan kepada keluarganya.

Komisi memberikan Rekomendasi kepada Jaksa Agung RI gunamemberikan klarifikasi seputar masalah tersebut , Jaksa AgungRI melalui Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus memberi-kan klarifikasi melalui surat Nomor : B-782/F/08/2000 tertanggal11 Agustus 2000 yang intinya menolak dugaan tersebut. Komisimenyarankan kepada Pelapor untuk melakukan tindakan hukumdemi menguji kebenaran dugaan tersebut.

3.3.3.3.3. Penyegelan Hotel oleh Pemerintah Daerah DKI JakartaPenyegelan Hotel oleh Pemerintah Daerah DKI JakartaPenyegelan Hotel oleh Pemerintah Daerah DKI JakartaPenyegelan Hotel oleh Pemerintah Daerah DKI JakartaPenyegelan Hotel oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta

Komisi Ombudsman Nasional menerima laporan pengaduan dariRS. Pelapor menyampaikan bahwa Hotel yang dimilikinyadikuasai tanpa bukti jelas oleh PT. Ayu Kumala Lestari. PihakPemda DKI mengetahui hal tersebut namun tidak berusahaberbuat sesuatu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Padatanggal 14 September 1955, Mahkamah Agung RI mengeluarkansurat putusan Nomor : 86 K/TUN/1994 yang memenangkanPelapor dan meminta pihak Pemda DKI untuk melaksanakanputusan yang sudah berkekuatan hukum tetap, yaitu memerin-tahkan pihak PT. Ayu Kumala Lestari menghentikan kegiatanoperasionalnya. Namun pihak Pemda DKI tidak melaksanakan-nya secara konsisten. Komisi mengirimkan surat RekomendasiNomor : 0262/KON-Lapor/VII/2000 tanggal 11 Juli 2000, kepadaGubernur DKI Jakarta, untuk mengadakan klarifikasi ataslaporan tersebut, Pihak Pemda DKI memberikan tanggapannyadengan surat Nomor : 224/078.1, tanggal 31 Juli 2000, yang menya-takan bahwa pihaknya telah mengosongkan Hotel Chitra tersebut.Namun tidak mengeluarkan izin pendirian hotel yang baru.

4.4.4.4.4. Komersialisasi perkara oleh oknum-oknum KejaksaanKomersialisasi perkara oleh oknum-oknum KejaksaanKomersialisasi perkara oleh oknum-oknum KejaksaanKomersialisasi perkara oleh oknum-oknum KejaksaanKomersialisasi perkara oleh oknum-oknum Kejaksaan

Sebuah Organisasi Non Pemerintah yang bernama �GEBUK� diJawa Tengah menemukan adanya sinyalemen praktek-praktek�komersialisasi� perkara. Berdasarkan sinyalemen tersebut kemu-dian dilakukan investigasi dengan menanyakan beberapa orang

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 74: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

62

responden yang sekaligus juga korban yaitu para nara pidanaserta keluarganya dan beberapa saksi terkait.

Dari investigasi yang dilakukan, GEBUK sampai pada suatukesimpulan, diduga kuat telah terjadi praktek-praktek �komer-sialisasi� perkara yang dilakukan oleh oknum-oknum pejabatKejaksaan. Praktek komersialisasi tersebut dilakukan dengancara bujuk rayu bahkan dengan cara berupa ancaman-ancamantertentu. Biasanya oknum Kejaksaan menawarkan jasa untuk�mengurus� kasus Terdakwa agar hukumannya ringan. Tawarantersebut disertai dengan �ancaman� apabila tidak diurus makaoknum Kejaksaan tersebut tidak bertanggung jawab bila terjadiapa-apa. Kalimat yang sering dikeluarkan adalah �jangan kecewakalau putusannya berat�. Tawaran tersebut tentunya tidak Cuma-Cuma karena disertai permintaan sejumlah uang. Alasannya,uang tersebut digunakan sebagai jaminan penangguhan pena-hanan, tetapi kenyataannya, yang kerap terjadi justru penahanantak kunjung memperoleh penangguhan demikian juga uang parakorban tidak dikembalikan.

Temuan tersebut kemudian oleh GEBUK dilaporkan kepadaKomisi Ombudsman Nasional. Menindaklanjuti temuan tersebut,pada tanggal 30 April 2001, Komisi Ombudsman Nasional mengi-rim surat kepada Jaksa Agung RI Nomor : 1197/KON-Lapor.1658/IV/2001-DM berisi Rekomendasi agar Jaksa Agung melakukanpenelitian dan mengambil tindakan sesuai ketentuan yangberlaku. Empat bulan kemudian, Jaksa Agung Muda Pengawasanmemberikan penjelasan melalui surat nomor : R-1011/H/H.3/08/2001 tertanggal 29 Agustus 2001, bahwa setelah dilakukan peme-riksaan, terbukti Jaksa telah melakukan penyimpangan dalammenangani perkara dimaksud dan untuk itu jajaran KejaksaanNegeri terkait, terdiri dari Kepala Kejaksaan Negeri, Pejabat KasiPidum, Pejabat Kasi Intelijen dan seorang Jaksa fungsional padaKejaksaan Negeri tersebut telah dijatuhi hukuman disiplintingkat berat dan sedang.

Untuk hal tersebut, pada tanggal 27 September 2001 Komisi Om-budsman Nasional segera menyampaikan hasil tindaklanjut yangsudah dilakukan Kejaksaan terhadap rekomendasi Komisi Om-

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 75: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

63

budsman Nasional dimaksud kepada Koordinator BersamaGEBUK melalui surat nomor 0320/Kon-Srt.1658/IX/2001-DM.

5.5.5.5.5. Penculikan yang tak kunjung terungkapPenculikan yang tak kunjung terungkapPenculikan yang tak kunjung terungkapPenculikan yang tak kunjung terungkapPenculikan yang tak kunjung terungkap

Seorang pengusaha penambangan pasir di Sukabumi, Jawa Baratbernama JK Direktur PT. Cimangkok Pasirmas Mandiri menjadikorban penculikan dan penganiayaan mengarah pada percobaanpembunuhan. Diduga tindakan tersebut dilakukan sekelompokorang suruhan lawan bisnisnya yang melibatkan oknum pejabattertentu. Ada indikasi Kepolisian melakukan penundaan berlarutpengusutannya sehingga setidaknya sudah setahun lebih perkarabelum dapat dilimpahkan ke Kejaksaan apalagi diperiksa diPengadilan. Atas penundaan tersebut, JK melaporkannya kepadaKomisi Ombudsman Nasional. Lebih kurang tiga kali Komisimelayangkan surat untuk meminta klarifikasi Kepolisian atashasil dari tindaklanjut pengusutan yang dilakukan. Tetapi tidakpernah ada penjelasan, baik dari Mabes Polri maupun dariKapolda Jawa Barat.

Sebelum Kepolisian Republik Indonesia memberikan penjelasan-nya, Komisi Ombudsman Nasional kembali menerima laporandari JK tertanggal 8 Mei 2001 tentang indikasi kuat bahwa pihakkepolisian setempat diduga menunda-nunda pengusutan kasuspenculikan dan penganiayaan dimaksud. Indikasi penundaandimaksud antara lain sebagai berikut ;

1. Pada dasarnya sudah dapat teridentifikasi sebuah barangbukti berupa Mobil Panther berwarna hijau Nomor PolisiB 7326 P sebagaimana diduga telah digunakan dalam aksipenculikan dan penganiayaan terhadap Pelapor. Semestinyamobil tersebut dapat dilacak kepemilikannya dan/atausetidak-tidaknya siapa yang terakhir mempergunakannya.Tetapi Kepolisian terkesan tidak menunjukkan secara sung-guh-sungguh temuan tersebut.

2. Kepolisian tidak menunjukkan profesionalitas mengungkapperihal mobil Panther dimaksud. Oleh karena itu, Pelapormengambil inisiatif melakukan pelacakan sendiri dandiperoleh data dari Polda Metro Jaya bahwa mobil Pantherwarna hijau Nopol B 7326 P adalah milik PT. FS sebagaimana

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 76: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

64

diduga selama ini Direkturnya menjadi dalang dari kasuspenculikan dan penganiayaan terhadap Pelapor.

3. Kesaksian yang diberikan antara lain oleh seorang SaksiKunci yang telah diajukan ke Mabes Polri ternyata belumditindaklanjuti sebagaimana mestinya. Menurut kesaksiantersebut pada tanggal kejadian perkara ia melihat mobilPanther warna hijau Nopol B 7326 P berada di sekitar lokasipenambangan pasir. Mobil tersebut berpenumpang kuranglebih enam orang, kebanyakan berpostur tubuh tegap kekardan berambut cepak, seorang berpenampilan seperti «preman»dan seorang lagi bertubuh kecil, berkulit putih dan bermatasipit, diduga WNI Keturunan Tionghoa, belakangan diketahuiberinisial DL direktur PT FS. Mereka berkumpul di KantorPT ABC terlibat pembicaraan serius dengan Bos PT ABC ber-inisial Sts. Diduga kuat pembicaraan tersebut menyangkutperencanaan penculikan dan penganiayaan atas diri Pelapor.

Dengan indikasi tersebut sudah lebih kurang satu tahun lamanya,kepolisian setempat belum juga mampu mengungkap siapa dalangdan pelaku penculikannya walaupun barang bukti materiil berupamobil Panther warna hijau Nopol B 7326 P sudah dapat diidenti-fikasi. Diduga Kepolisian setempat sengaja menutupi aktor inte-lektual yang mendalangi penculikan dan penganiayaan tersebut,sehingga proses tidak dilakukan sebagaimana mestinya.

Menindaklanjuti temuan Pelapor tersebut, pada tangggal 12 Juni2001 Komisi mengirimkan surat yang ke empat, Nomor : 1406/KON-Lapor.0806/VI/2001-bm, berisi Rekomendasi kepada KepalaKepolisian Republik Indonesia untuk meneliti indikasi kesenga-jaan aparat Kepolisian di Jawa Barat melakukan penundaanberlarut (undue delay) guna melindungi aktor intelektual (dalang)penculikan/penganiayaan, sekaligus melakukan pengusutankasus penculikan dimaksud apabila Kepolisian Daerah JawaBarat dinilai tidak mampu menjalankan proses pengusutansebagaimana mestinya (atas dugaan telah terjadi konspirasi yangmelibatkan oknum tertentu).

Walaupun sampai saat ini Kepolisian belum pernah memberikanpenjelasan secara resmi, baik klarifikasi yang diminta maupun

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 77: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

65

penjelasan tentang hasil dari tindaklanjut yang telah dilakukanatas rekomendasi Komisi Ombudsman Nasional, menurut infor-masi dari Pelapor telah terjadi perubahan yang mendasar dalampenanganan kasusnya di lapangan. Pada tanggal 15 Oktober 2001,Pelapor memberikan informasi bahwa Mabes Polri telah meng-ambil alih penanganan kasus penculikan dan penganiayaantersebut.

Selain itu, pada jajaran Kepolisian di Propinsi Jawa Barat jugaterjadi mutasi jabatan terhadap Kapolda Jawa Barat, KapolresSukabumi dan Kasat Serse Polres Sukabumi. Setelah terjadipergantian para pejabat Kepolisian tersebut secara perlahan-lahan peristiwa penculikan yang telah (hampir) dipetieskan lebihdari 1 (satu) tahun akhirnya dibuka dan digelar kembali. Hasilnyapada tanggal 15 Oktober 2001, Mobil Izuzu Panther warna hijauyang dahulu bernomor polisi B 7326 P diketahui telah dimutasikanke Malang dengan nomor polisi N 2929. Kemudian KepolisianResor Sukabumi menyitanya sebagai barang bukti atas kasuspenculikan dan penganiayaan terhadap Pelapor. Saat ini Pelapormasih menunggu datangnya keadilan atas peristiwa yang telahmenjadikan hidupnya terancam. Komisi Ombudsman Nasionaljuga tetap memonitor sejauh mana tindaklanjut yang telahdilakukan Kepolisian, walaupun secara resmi sampai saat iniKepolisian belum pernah memberikan penjelasannya. Setidaknya,dari informasi yang diberikan Pelapor atas perkembangan terbarutersebut, Komisi memberikan kesempatan kepada Kepolisianbahwa mereka masih mampu berperan sebagai benteng keadilanmasyarakat.

6.6.6.6.6. Walikota yang tidak melaksanakan putusan pengadilanWalikota yang tidak melaksanakan putusan pengadilanWalikota yang tidak melaksanakan putusan pengadilanWalikota yang tidak melaksanakan putusan pengadilanWalikota yang tidak melaksanakan putusan pengadilan

Pendapat bahwa semua orang sama didepan hukum masihsebatas retorika saja, hal ini terbukti dari contoh laporan ini,namun kesadaran muncul manakala masyarakat secara terusmenerus tanpa putus asa memperjuangkan haknya, apa yangmenjadi haknya akan diperoleh.

Seorang Pelapor yang beralamat di Bintaro Jaya, Jakarta Selatan,sebagai ahliwaris dari H. Katili Bin Lasimpala bernama DianaKatili merasa dirugikan atas tindakan Pemerintah Daerah Kota-

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 78: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

66

madya Jakarta Selatan dalam pelaksanaan Proyek Outer RingRoad berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No.1708 tertanggal27 Agustus 1988. Seyogyanya, tanah Diana Katili seluas lebihkurang 1000 M2 yang terkena proyek tersebut mendapat gantirugi senilai Rp. 25.653.600, - (dua puluh lima juta enam ratuslima puluh tiga ribu enam ratus rupiah). Tetapi sampai saatmenyampaikan laporannya kepada Komisi Ombudsman Nasional,ganti rugi tersebut belum direalisasikan.

Diana Katili pernah dua kali menanyakan perihal ganti rugi yangbelum terealisasi tersebut kepada Walikota Jakarta Selatan.Pertanyaan tersebut tidak mendapat jawaban yang memuaskan.Melalui suratnya tertanggal 7 April 1989 Nomor : 44/1.711.9tanggal 7 April 1989, Walikota Jakarta Selatan mengatakanbahwa permohonan ganti rugi sudah tidak relevan karena perma-salahannya telah diselesaikan melalui Pengadilan dan putusan-nyapun telah berkekuatan hukum tetap. Dalam surat tersebutWalikota Jakarta Selatan tidak menjelaskan lebih lanjut bentukpenyelesaian apa yang telah dilakukan dengan mendasarkanputusan Pengadilan dimaksud. Pada hal jelas dalam amar putus-an pengadilan antara lain berbunyi � menghukum tergugat untukmembayar ganti rugi sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh limajuta rupiah) kepada para Penggugat�. Posisi Diana Katili adalahsebagai orang yang semestinya menerima ganti rugi dimaksud.Tetapi, Pemerintah Kotamadya Jakarta Selatan tidak pernahmerealisasikan ganti rugi sebagaimana diamanatkan dalam amarputusan Pengadilan Nomor : 025/Pdt.G/1992/PN.Jkt.Sel joputusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Nomor : 231/PDT/1993/PT DKI jo putusan Kasasi Mahkamah Agung RI Nomor : 465 K/Pdt/1995.

Atas hal tersebut, Diana Katili menyampaikan keluhannyakepada Komisi Ombudsman Nasional. Menindaklanjuti keluhantersebut, pada tanggal 7 Maret 2001 Komisi mengirimkan suratnomor : 1004/KON-Lapor.1455/III/2001-ER kepada WalikotaJakarta Selatan berisi permintaan klarifikasi sekaligus mem-berikan rekomendasi untuk secara sungguh-sungguh mengambillangkah penyelesaian guna mengembalikan hak-hak Diana Katili.Pada tanggal 16 Juli 2001, Diana Katili menulis surat kepada

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 79: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

67

Komisi Ombudsman Nasional, mengucapkan terimakasih, karenadengan Rekomendasi Komisi, akhirnya ganti ruginya terealisir.Hal yang menarik dalam ucapan terimaksih tersebut, terdapatkeanehan dalam penjelasan dan data yang dilampirkan. Tanpapenjelasan lebih lanjut, Diana Katili melampirkan foto copy BeritaAcara Serah Terima Uang sejumlah dua puluh lima juta rupiahdan dua buah kuitansi terkait dengan pembayaran tersebut.Keanehannya terletak pada waktu pemberian ganti rugi. DalamBerita Acara jelas disebutkan bahwa pemberian ganti rugi diserah-terimakan pada tanggal 24 Nopember 2000, pada hal Rekomen-dasi Komisi dikirim pada tanggal 7 Maret 2001. Semestinya, kalausebagai tidaklanjut Rekomendasi, tanggal serah terimanya setelahtanggal Rekomedasi. Dalam foto copy Berita Acara tersebut jugatidak dibubuhi tandatangan Walikota Jakarta Selatan, walaupunjelas atas namanya Walikota Jakarta Selatan lengkap denganNIP-nya.

7.7.7.7.7. Dugaan adanya putusan ganda atas perkara Kasasi diDugaan adanya putusan ganda atas perkara Kasasi diDugaan adanya putusan ganda atas perkara Kasasi diDugaan adanya putusan ganda atas perkara Kasasi diDugaan adanya putusan ganda atas perkara Kasasi diMahkamah Agung RIMahkamah Agung RIMahkamah Agung RIMahkamah Agung RIMahkamah Agung RI

Pada awal Juni 2001, Komisi Ombudsman Nasional menerimasurat dari Mahkamah Agung RI Nomor : MA/PAN/133/V/2000tertanggal 22 Mei 2001. Surat tersebut sebagai tindaklanjut dariRekomendasi Nomor : 0370.KON-Lapor/VIII/2000-wn tentangdugaan adanya putusan ganda atas perkara Kasasi MahkamahAgung RI nomor : 1275 K/PID/1998. Rekomendasi tersebutdisusun berdasarkan keluhan seorang pelapor yang mengakumendapat keterangan dari Panitera Pengganti dalam perkaraKasasi Nomor : 1275 K/Pid/1998 bahwa terhadap perkara dimak-sud telah terjadi perubahan putusan. Semula Majelis HakimAgung menolak permohonan kasasi dan putusannya telah disiap-kan oleh Panitera Pengganti. Beberapa waktu kemudian ada�putusan� baru yang amarnya menerima permohonan kasasi.

Menindaklanjuti rekomendasi Komisi Ombudsman Nasional,Mahkamah Agung RI telah memberikan penjelasan bahwa benaradanya putusan Kasasi Register Nomor : 1257 K/Pid/1998 yangdilaksanakan ucapannya pada tanggal 7 Desember 1998. Adapunputusan yang diterima oleh Pelapor dari salah seorang Pegawai

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 80: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

68

Mahkamah Agung RI bukanlah produk resmi Mahkamah AgungRI yang diucapkan pada tanggal 7 Desember 1988, melainkanbaru merupakan konsep hasil musyawarah pada tanggal 9 Nopem-ber 1998. Oleh karena itu Mahkamah Agung RI menyatakan tidakada putusan ganda.

Atas berbagai hal tersebut, Mahkamah Agung RI melakukanpemeriksaan terhadap jajaran pegawai struktural. Hasilnya ada-lah bahwa seorang pegawai diberi sanksi dalam bentuk tegurantertulis karena tidak memonitor putusan yang telah dibuat danlamban mengirimkan putusan disebabkan terdapat kekeliruanpenulisan nama tetapi tidak segera dilaporkan kepada pimpinan.

Tiga orang pegawai diberi sanksi penurunan pangkat padapangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama satutahun. Mereka telah terbukti memberikan salinan putusan yangmasih dalam tahap musyawarah dan sifatnya �rahasia� kepadapihak berperkara sehingga menimbulkan kesan tidak baik padainstansi penegak hukum. Selain itu, dua orang pegawai lainnyajuga diberikan sanksi berbentuk teguran tertulis karena merekatidak segera melaporkan adanya perubahan isi amar putusankepada panitera pengganti, lagi pula tanpa konsultasi kepadaPanitera Pengganti mereka telah melaksanakan pekerjaan yangbukan tugasnya sehingga terjadi kesalahan tersebut.

Beberapa contoh kasus di atas, mewakili 2274 laporan masyarakatkepada Komisi Ombudsman Nasional sepanjang 2 (dua) tahunperjalanannya. Tentunya setiap laporan memiliki dimensi persoalanserta harapannya masing-masing, yang pasti tidak semua harapanmemperoleh hasil namun Komisi Ombudsman Nasional telah berbuatsesuatu yang terbaik dengan segala keterbatasan sesuai amanat yangdiembannya. Kiranya beberapa contoh ucapan terimakasih yangdisampaikan masyarakat Pelapor kepada Komisi OmbudsmanNasional sebagai tanda �terimakasih� nya dapat menjadi bukti. Jikaterkandung niatan yang tulus dalam pengabdian kepada bangsa dannegara disitu akan muncul seberkas sinar harapan akan perubahanwajah negeri ini kearah yang lebih baik.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 81: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

69

Pengawasan atas Pelayanan UmumPengawasan atas Pelayanan UmumPengawasan atas Pelayanan UmumPengawasan atas Pelayanan UmumPengawasan atas Pelayanan Umum

entu kita telah memahami bahwa hakikatReformasi adalah to make major changesatau to improve, melakukan perubahan-

perubahan besar dalam upaya perbaikan. Peru-bahan yang dicanangkan tersebut mencakup nilai-nilai serta aplikasi nilai dasar keadilan, kesejah-teraan, ketertiban, demokrasi, transparansi,penegakan Hak Asasi Manusia dan lain-lain.

Reformasi semestinya bersifat transisional,oleh karena itu perubahan yang dilakukannyaharus pula bersifat cepat dengan lebih banyakmelihat ke depan. Apabila pada masa transisi kitalebih banyak melihat ke belakang maka kita pastilebih banyak menghadapi permasalahan-per-masalahan yang ada. Oleh karena itu ReformasiTahap Diskusi harus sudah dilanjutkan menjadiReformasi Tahap Aksi (Reformation in action).Konsep, pranata serta gagasan untuk melakukanperbaikan harus segera dilaksanakan secarakonkrit.16

Ombudsman SebagaiBagian Reformasi

T

16 Sujata, Antonius., Reformasi dalam Penegakan Hukum, terdapat padaKata Pengantar Penulis, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2000

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 82: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

70

Dari aspek sasaran reformasi telah menjadi keinginan bersamabahwa dimensi reformasi tersebut mencakup Bidang Politik dan HakAsasi Manusia, Bidang Hukum serta Bidang Ekonomi. Reformasihukum pada intinya adalah meluruskan kesadaran bahwa ketika or-ang berbicara tentang hukum berarti secara implisit berbicara tentangkeadilan, yang terjadi saat ini hukum tidak berarti keadilan, pene-gakan hukum bukan berarti penegakan keadilan.17

Sebelum Era Reformasi Indonesia tidak memiliki Lembaga Om-budsman atau lembaga semacam Ombudsman, justru karena itu dapatdikatakan bahwa Ombudsman Nasional yang sampai saat ini masiheksis merupakan produk reformasi. Selama ini kita memang telahmemiliki lembaga pengawas baik yang bersifat struktural maupunfungsional. Bahkan terdapat lembaga pengawas yang secara eksplisitdicantumkan dalam Undang-Undang Dasar yaitu Dewan PerwakilanRakyat, Badan Pemeriksa Keuangan dan ataupun Bank Indonesia.Selain itu juga terdapat Organisasi Non Pemerintah ataupun LembagaSwadaya Masyarakat yang sekarang ini banyak tumbuh serta turutberaktifitas melakukan pengawasan atas pelaksanaan penyeleng-garaan negara.

Berbagai lembaga negara, Aparatur Pengawas Struktural,Pengawas Fungsional serta Organisasi Non Pemerintah tersebut dapatkita berikan beberapa catatan sebagai berikut:

1. Lembaga Pengawas Struktural sebagaimana selama ini dilakukanoleh Inspektorat Jenderal jelas tidak mandiri karena secaraorganisatoris merupakan bagian dari kelembagaan/departementerkait. Dalam menghadapi dan ataupun menindaklanjuti laporansangat ditentukan oleh atasan. Lagi pula pengawasan yangdilakukan bersifat intern artinya kewenangan yang dimiliki dalammelakukan pengawasan hanya mencakup urusan institusi itusendiri.

2. Lembaga Pengawas Fungsional meskipun tidak bersifat internnamun substansi/sasaran pengawasan terbatas pada aspek

17 Pokok-pokok Pemikiran Diskusi �Crucial Reform for the development of a More Human CivilSociety in Indonesia in 2001�. Diselenggarakan oleh The Jakarta Post di Jakarta tanggal 5-6Desember 2001, terdapat dalam buku Ombudsman Indonesia di tengah OmbudsmanInternasional oleh Antonius Sujata dan Surachman, diterbitkan oleh Komisi OmbudsmanNasional, 2002.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 83: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

71

tertentu terutama masalah keuangan. Lagi pula aparat pengawasfungsional pada umumnya tidak menangani keluhan-keluhanyang bersifat individual, mereka melakukan pengawasan ter-hadap pengelolaan keuangan secara rutin baik yang merupakananggaran rutin maupun pembangunan. Dengan kata lain AparatPengawas Fungsional selain cakupannya sangat sempit jugakurang memperhatikan penyimpangan-penyimpangan yangsering menjadi keluhan langsung masyarakat kerena pengawasanyang dilakukan merupakan kegiatan rutin.

3. Lembaga Pengawas yang secara eksplisit dicantumkan dalamkonstitusi memang melakukan pengawasan namun pada satu sisisubstansi yang diawasi terlalu luas dan bersifat politis karenamemang secara kelembagaan Dewan Perwakilan Rakyat meru-pakan Lembaga Politik serta mewakili kelompok-kelompok politiksehingga pengawasannya juga tidak terlepas dari kepentingan-kepentingan kelompok yang mereka wakili. Sedangkan BadanPemeriksa Keuangan pada satu sisi substansi yang diawasi cukupluas yaitu mengenai Keuangan Negara yang mencakup kebijakanataupun pengelolaannya, namun dari sisi lain juga dapat dikata-kan terlalu sempit karena hanya mengenai segi keuangannya saja,sementara aspek-aspek lain dalam penyelenggaraan negara belumdisentuh, apalagi kepentingan-kepentingan warga yang bersifatindividual dan bukan merupakan penyimpangan sistem ataupunkebijakan jelas belum terakomodasikan.

4. Pengawasan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat sekarang initelah menjadi trend dan berkembang pesat. Namun karena sifat-nya swasta dan kurang terfokus maka lebih banyak ditanggapidengan sikap �acuh tak acuh�. Terlebih lagi pengawasan yangdilakukan sering kurang data dan lebih mengarah pada publikasisehingga faktor akurasi dan keseimbangan fakta perlu lebihmemperoleh perhatian. Terdapat jarak ataupun �jurang� yangcukup jauh/dalam antara aparat negara/pemerintah denganorganisasi non pemerintah yang disebabkan perbedaan landasankeberadaan mereka masing-masing. Lembaga Swadaya Masya-rakat eksistensinya berasal dari masyarakat itu sendiri sementaralembaga negara/pemerintah secara formal dilandasi oleh perun-dang-undangan yang berlaku sehingga dengan bertitik tolak dari

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 84: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

72

landasan yang berbeda tersebut muncul sikap resistensi satu samalain. Resistensi tersebut makin dalam manakala menghadapisuatu permasalahan konkrit di mana Lembaga Pemerintahmenggunakan parameter pranata yang bersifat formil sertaprosedur yang struktural hierarkis sementara Organisasi NonPemerintah mendekati permasalahan berdasarkan kenyataan-kenyataan yang dihadapi dengan prosedur yang tidak hierarkiskarena LSM memang bukan merupakan institusi struktural.

Memperhatikan kenyataan-kenyataan di atas kiranya dapatdikemukakan bahwa ternyata masih terdapat celah-celah yang secaramendasar tidak/belum merupakan sasaran pengawasan. Dari aspekkelembagaan juga belum ada lembaga yang secara optimal memper-oleh pengakuan dan diterima sebagai pengawas. Bahkan juga belumada prosedur yang dapat menjembatani antara mekanisme yangbersifat kaku sebagai akibat sistem struktural hierarkis di satu pihakdengan mekanisme lentur/pendek dari suatu organisasi yang tidakstruktural hierarkis. Dengan demikian diperlukan suatu jalan keluaryang diharapkan pada satu sisi merupakan jalan tengah bagi kepen-tingan pengemban sistem struktural hierarkis serta kepentinganpengemban sistem non struktural, namun pada sisi lain mampumenampung seluruh aspirasi warga masyarakat tanpa harus melewatisistem prosedur atau mekanisme yang berliku-liku.

Dilandasi oleh kondisi baik yang mencakup substansi penga-wasan, prosedur maupun kelembagaan maka Ombudsman merupakansalah satu alternatif. Tentu di dunia ini tidak ada satu lembagapunyang dapat merupakan obat ajaib dalam arti menyembuhkan segalamacam penyakit dengan seketika. Tetapi setidak-tidaknya sekarangini sudah kurang lebih 130 negara memiliki Ombudsman (dengansebutan bermacam-macam) baik Ombudsman Nasional maupunOmbudsman Daerah dan lebih dari 50 negara telah mencantumkannyadalam konstitusi. Apabila banyak negara telah memiliki Ombudsmantentunya mereka merasakan perlunya institusi ini dalam penyeleng-garaan negara demi kesejahteraan masyarakat.

Sekarang ini Ombudsman telah menjadi salah satu ciri dari suatunegara yang ingin menegakkan demokrasi, menghormati Hak AsasiManusia serta memberantas praktek-praktek korupsi.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 85: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

73

Beberapa alasan mendasar mengapa negara-negara tersebutmembentuk Ombudsman.

1. Secara institusional bersifat independen baik struktural, fungsi-onal maupun personal. Sifat independen ini akan sangat mem-pengaruhi efektifitasnya karena dalam bertindaknya akanbersikap secara objektif, adil, tidak berpihak.

2. Sasaran pengawasan adalah pemberian pelayanan artinya dalambertindak hendaknya aparat menjadi pelayan sehingga wargamasyarakat diperlakukan sebagai subjek pelayanan dan bukanobjek/korban pelayanan. Selama ini belum/tidak ada lembaga yangmemfokuskan diri pada pengawasan, atas pemberian pelayananumum padahal jika dicermati sebenarnya pelayanan inilah yangmerupakan inti dari seluruh proses berpemerintahan karena didalamnya terkandung nilai-nilai kepatutan, penghormatan hak-hak dasar, keadilan dan lain-lain.

3. Keberhasilan suatu pengawasan sangat ditentukan oleh prosedurataupun mekanisme yang digunakan, apabila proses pengawasanberbelit-belit melalui liku-liku yang panjang maka pelaksanaanpengawasan akan beralih dari masalah substansional ke masalahprosedural. Padahal inti persoalan pokok adalah penyimpangandalam pelayanan umum. Jika pada akhirnya terjebak pada pro-sedur yang panjang maka akan menghabiskan waktu penye-lesaian yang lama sehingga penyimpangan akan terus berlang-sung tanpa ada perbaikan dan jalan keluar. Bahkan mungkinsekali akan muncul problem baru yaitu tentang mekanisme itusendiri. Sesungguhnya suatu prosedur penyelesaian yang singkatdan sederhana di manapun akan lebih efisien. Termasuk dalamaspek ini adalah cara penyelesaian melalui mediasi di manamasing-masing pihak langsung bertemu dan membahaspermasalahan sekaligus menentukan jalan keluar terbaik melaluiprinsip saling memberi dan saling menerima (win-win solution)

4. Masalah pelayanan yang menjadi sasaran pengawasan Ombuds-man dalam praktek lebih banyak menimpa masyarakat secaraindividual, meskipun juga tidak jarang berkaitan dengan suatusistem atas kebijakan sehingga melibatkan (�mengorbankan�)kepentingan individu-individu dalam jumlah yang lebih banyak.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 86: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

74

Biasanya anggota masyarakat kurang peka terhadap pember-lakuan sistem/kebijakan yang merugikan karena merasa lemahberhadapan dengan kekuasaan. Dengan demikian ia membutuh-kan bantuan, membutuhkan dukungan dan membutuhkan pihaklain untuk menyelesaikan masalah tanpa harus menanggungresiko munculnya masalah baru.

5. Berkenaan dengan substansi pengawasan yaitu pelayanan umumoleh penyelenggara negara meskipun nampaknya sederhananamun memiliki dampak yang amat mendasar. Pemberianpelayanan yang baik kepada masyarakat akan memberi nilaipositif dalam menciptakan dukungan terhadap kinerja peme-rintah. Apabila aparat pemerintah melalui bentuk-bentukpelayanannya mampu menciptakan suasana yang kondusifdengan masyarakat maka kondisi semacam itu dapat di-katagorikan sebagai keadaan yang mengarah pada terseleng-garanya asas-asas pemerintahan yang baik (Good Governance).Asas pemerintahan yang baik dalam implementasinya di-wujudkan melalui ketaatan hukum, tidak memihak, bersikap adil,keseimbangan bertindak, cermat, saling percaya dan lain-lain.Dengan demikian sesungguhnya pelayanan umum sebagaihakekat dasar dari asas pemerintahan yang baik menjadi harapanutama keberadaan lembaga Ombudsman.

6. Masyarakat kecil ataupun korban pelayanan mayoritas adalahkelompok ekonomi lemah karena itu mereka menjadi ragu untukmemperjuangkan keluhannya mengingat keterbatasan masalahkeuangan. Institusi Ombudsman dengan tegas dan terbukamengatakan bahwa pengawasan yang dilakukan ataupun laporanyang disampaikan kepada Ombudsman tidak dipungut biaya.Ketentuan bebas biaya ini merupakan salah satu prinsip Om-budsman yang bersifat universal yang sekaligus sebagai imple-mentasi integritasnya. Ombudsman sangat menjunjung tinggiasas ini sehingga diharapkan sekali agar warga masyarakat tidakmemberikan imbalan sekecil apapun kepada Ombudsmansebelum, pada waktu dan ataupun sesudah berurusan denganOmbudsman. Berurusan dengan Ombudsman tanpa memberiimbalan kepadanya merupakan salah satu bentuk dukunganterhadap eksistensi Ombudsman.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 87: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

75

Dengan melihat perkembangan Ombudsman Nasional selama duatahun serta memperhatikan prinsip-prinsip dasar Ombudsman diseluruh dunia, menjadi pertanyaan sekarang: Apa sebenarnyakontribusi Ombudsman Nasional pada Era Reformasi?

Telah dikemukakan bahwa Ombudsman Indonesia diciptakanpada Era Reformasi. Sebagai suatu produk Reformasi apalagi menyan-dang sebutan Komisi tentu pada awal mula menimbulkan kecurigaan,terlebih lagi istilah Ombudsman pada dua tahun yang lalu sungguhamat asing. Iklim serta suasana saat ini juga kurang mendukungkarena beberapa komisi diciptakan dan kemudian dibubarkan. Denganberjalannya waktu ternyata Eksistensi Ombudsman tetap memperolehpengakuan bahkan sekarang secara formal telah dilandasi olehKetetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor VIII/MPR/2001.Lebih dari itu keinginan untuk membentuk Ombudsman Daerahsekaligus pengakuan akan eksistensi Ombudsman makin lamasemakin kuat.

Secara konkrit dapat dikatakan dari sisi masyarakat sekurang-kurangnya lebih dari 3000 (tiga ribu) orang telah menyampaikankeluhan kepada Ombudsman atau setidak-tidaknya berhubungandengan Ombudsman, artinya mereka masih memiliki harapan untukmemperoleh perlakuan secara patut dan adil. Memang banyak yangtidak mendapat tanggapan dari institusi terkait, banyak pula yangtidak berhasil dan tidak puas. Namun ada pula yang sungguh-sungguhberhasil meskipun jumlahnya tidak banyak.

Dari sisi aparatur penyelenggara negara/aparat pemerintahtermasuk lembaga peradilan saat ini masih pada tahap memperolehpengakuan awal bahwa setidak-tidaknya ada lembaga yang senantiasadapat memata-matai mereka. Adanya perasaan tersebut tentu padaakhirnya memberi dampak sikap kehati-hatian. Dengan sikapsemacam itu sadar atau tidak sadar sebenarnya institusi terkait telahmulai melakukan koreksi diri serta pembenahan demi perbaikan cara-cara dalam memberi pelayanan. Di sini ternyata bahwa proses pem-benahan tersebut dilakukan atau dimulai dengan adanya pengawasanoleh Lembaga Independen Ombudsman.

Setiap proses apapun substansinya selalu membutuhkan waktuserta niat baik para pelakunya sendiri untuk mencapai tujuan yang

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 88: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

76

diinginkan. Dengan kata lain keberhasilan Ombudsman sangatditentukan oleh institusi itu sendiri, Ombudsman sekedar memberidorongan melakukan kinerja pengawasan yang dilaksanakannya.Birokrasi itu sendiri yang akan menentukan berhasil tidaknya menjadipelayan masyarakat. Secara khusus para pemimpin Birokrasi sertapimpinan sangat berperan dalam usaha mencapai keberhasilan sebabsebenarnya mereka itu juga yang melakukan pengawasan secaramelekat (built in control) sekaligus melaksanakan tugas serta fungsiyang diembannya.

Persiapan Masa Depan OmbudsmanPersiapan Masa Depan OmbudsmanPersiapan Masa Depan OmbudsmanPersiapan Masa Depan OmbudsmanPersiapan Masa Depan Ombudsman

Masa depan adalah angan-angan yang kita inginkan, keinginanadalah cita-cita yang hendak kita tuju. Suatu gambaran masa depanOmbudsman pada hakekatnya merupakan visi tentang eksistensi dimana dapat membayangkan apa yang seharusnya menjadi kenyataanpada periode tertentu di waktu mendatang, bisa tiga tahun, lima tahunatau bahkan lebih dari itu. Jika kita berbicara mengenai masa depanOmbudsman tentu tidak dapat melepaskan diri dari masa lampaudan juga masa sekarang. Segala sesuatu tentu mengalami perkem-bangan dan pasang surut namun satu hal yang tidak dapat dipungkiriyaitu harus ada harapan akan suatu kemajuan ataupun keberhasilansebab tanpa harapan itu sama artinya tidak memiliki visi ataupuntidak memiliki keinginan untuk lebih maju.

Mengenai masa depan yang menjadi harapan tersebut jelasdirumuskan secara konkrit dalam Visi Ombudsman Nasional yaitu:

1. Pertama, Ombudsman menjadi lembaga publik yang independendan terpercaya berasaskan ideologi negara dengan mengupayakankeadilan, kelancaran dan akuntabilitas pelayanan administrasinegara sesuai asas-asas pemerintahan yang baik dan bersih sertaperadilan yang jujur dan tidak memihak berdasarkan asas-asasnegara hukum yang mengedepankan supremasi hukum.

2. Kedua, menjadi Ombudsman Parlementer yang diatur baik dalamUndang-Undang Dasar maupun diatur lebih lanjut dalam keten-tuan perundang-undangan, dan dilaksanakan oleh individu-individu yang berintegritas tinggi disertai sikap penuh tanggung-jawab demi memperoleh kepercayaan masyarakat.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 89: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

77

Masa depan Ombudsman Nasional sebagaimana diterangkandalam Visi pertama tersebut sesungguhnya merupakan tujuan jangkapanjang sebab lebih sebagai cita-cita dalam arti Das Sollen (apa yangseharusnya) sehingga tidak bisa ditentukan dalam hitungan tahunkapan hal itu menjadi kenyataan. Apabila kita mencita-citakantentang terpenuhinya keadilan, akuntabilitas pelayanan, penyeleng-garaan pemerintahan negara yang baik dan lain-lain bukan berartisedang berkhayal untuk mencapai sesuatu yang mustahil. Apa yangseharusnya (das Sollen) adalah arah ke mana kita harus menuju, tanpaarah tersebut kita akan sesat sebab tidak memiliki pedoman dalamperjalanan mencapai tujuan. Dengan demikian das Sollen itu sendirimutlak perlu. Meskipun demikian dalam Visi pertama ini terdapatpula rumusan cita-cita yang amat realistis yaitu kehendak untukmengupayakan Ombudsman Nasional menjadi Ombudsman yangindependen. Visi tersebut sangat realistis karena independensi meru-pakan asas yang paling mendasar dan universal bagi Ombudsman.Permasalahannya bukan pada tercapai atau tidaknya independensitersebut tetapi lebih pada kapan kita memiliki kemampuan untukmencapainya, jadi lebih merupakan soal waktu.

Pasal 2 Keputusan Presiden RI Nomor 44 Tahun 2000 dengantegas mengatakan: Ombudsman Nasional adalah lembaga penga-wasan masyarakat yang berdasarkan Pancasila dan bersifat mandiri.Istilah mandiri sering pula disebut independen. Apabila kita menga-takan bahwa suatu institusi independen pada umumnya mencakupbaik yang bersifat struktural maupun fungsional. Secara strukturalmengandung makna yang berkaitan dengan struktur kelembagaandi mana institusi Ombudsman seharusnya tidak berada di bawah ataumenjadi bagian dari institusi lain. Sebagai suatu lembaga berdirisejajar dengan lembaga lain, hal inilah yang sering disebut sebagaiindependensi struktural.

Kemandirian struktural pada tahap awal dapat dicapai melaluiketentuan formal sebagaimana disebutkan secara eksplisit dalamKeputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000. Namun hukum formiltersebut memerlukan tindak lanjut, tidak sekedar dicantumkan dalamperaturan. Karena struktur kelembagaan yang independen mencakupstatus sehingga status kelembagaan yang mandiri harus benar-benardapat meniadakan campur tangan struktural.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 90: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

78

Usaha mencapai independensi yang memerlukan waktu lebihlama adalah yang berkaitan dengan pelaksanaan substansi penga-wasan. Aspek yang bersifat substansial tidak terkait dengan keadaanstruktural, karena meskipun secara struktural kelembagaan bersifatindependen namun pada kenyataannya dapat tidak independen secarasubstansial. Kebiasaan yang banyak terjadi di Indonesia untukmempengaruhi kewenangan institusi lain dilakukan dengan nota,surat resmi, telepon tekanan dan lain-lain. Padahal secara institusitidak ada keterkaitan satu dengan yang lain, pengaruh mempengaruhiini terjadi saat pelaksanaan fungsi, karena itu agar dalam menjalan-kan fungsi tersebut maksimal seharusnya terdapat pula independensifungsional.

Aspek Independensi lain yang tidak kalah penting adalahmengenai individu ataupun orang yang mengemban tugas sebagaiOmbudsman. Apapun struktur, kelembagaan serta fungsi yang di-emban, keberhasilannya amat tergantung dari orang yang mengembanfungsi dalam lembaga yang bersangkutan. Di sini orang sebagaipelaksana tugas menjadi titik sentral sekaligus penanggungjawab ataskeberhasilan misi yang diembannya. Pengemban tugas ini diharapkantidak berpihak, bersikap adil, memiliki integritas, profesional dan lain-lain. Sifat-sifat baik dari orang tersebut hanya dapat diwujudkanapabila ia dapat bersikap serta bertindak secara independen. Dengankata lain seorang Ombudsman disyaratkan memiliki independensipersonal.

Pada masa-masa mendatang mewujudkan independensi sebagaisalah satu visi Ombudsman sungguh merupakan sesuatu yang realistiskarena independensi merupakan das Sein jika dibandingkan denganvisi untuk mewujudkan keadilan, akuntabilitas, pemerintahan yangbersih dan lain-lain. Tolok ukur independensi lebih mudah ditentukan.

Selanjutnya Visi Ombudsman kedua yaitu mewujudkan Ombuds-man Parlementer merupakan cita-cita yang konkrit, realistis, terukurdan jangka pendek. Ada 3 (tiga) ciri penting model Ombudsman Par-lementer yaitu:

1. Para Ombudsman dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat

2. Ombudsman menyampaikan laporan kepada parlemen meskipuntidak bertanggung jawab kepada parlemen.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 91: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

79

3. Sasaran pengawasan adalah maladministrasi yang dilakukan olehaparat pemerintah dan ataupun aparat peradilan

Cita-cita mewujudkan Ombudsman Parlementer akan tercapaipada saat Undang-Undang yang mengatur hal itu telah ditetapkan.Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang tersebut Parlemen memilihanggota Ombudsman. Diperkirakan tidak sampai kurun waktu limatahun, apabila tidak terjadi perubahan pemahaman di antara penentukebijakan/elit kekuasaan maka Ombudsman Parlemen akan terwujud.Salah satu kendala yang dapat menghadang ataupun memperlambatterwujudnya Ombudsman Parlemen adalah terlalu banyaknya masa-lah mendesak yang saat ini dihadapi bangsa Indonesia, baik ekonomi,politik, keamanan maupun sosial kemasyarakatan. Dalam kondisiyang penuh masalah tersebut Dewan Perwakilan Rakyat sebagaiinstitusi yang seharusnya menggodog Undang-Undang tentunya jugamemiliki prioritas. Komisi Ombudsman Nasional telah berusahamewujudkan visi kedua ini melalui penyusunan dan pengajuan konsepRancangan Undang-Undang Ombudsman kepada Pemerintah danDewan Perwakilan Rakyat. Sebagai tindak lanjut atas tanggapan yangsangat positif dari Dewan Perwakilan Rakyat, Komisi OmbudsmanNasional juga melakukan berbagai pertemuan dengan DPR cq BadanLegislasi sehingga dapat diharapkan Rancangan Undang-Undangtersebut akan menjadi usul inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat.

Keberadaan Ombudsman Nasional pada masa mendatang yangdilandasi oleh Undang-Undang akan sangat memperkuat posisinyasebagai lembaga pengawas. Institusi pengawas dimanapun selalutidak disukai karena dirasa sering membatasi pelaksanaan kerja.Pelaksana merasa terganggu oleh pengawasan karenanya aparatpelaksana lebih banyak bersikap resisten daripada bersikap kooperatif.Melalui suatu landasan yang bersifat hukum formil maka tidak bolehtidak pengemban fungsi administrasi harus menerima keberadaanpengawas karena sudah menjadi perintah Undang-Undang.Sebagai visi yang tidak terpisahkan dari Ombudsman Nasional adalahkeberadaan Ombudsman Daerah keinginan untuk membentuk Om-budsman Daerah sangat besar, hal mana dapat disimpulkan daripertemuan, diskusi, lokakarya, training serta aktivitas lain yangdilaksanakan oleh Komisi Ombudsman Nasional dengan lembagaterkait di daerah.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 92: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

80

Ombudsman Daerah yang semula dikonsepkan dalam RancanganUndang-Undang hanya untuk wilayah propinsi ternyata cukup banyakyang menghendaki agar Daerah Kabupaten/Kota juga dibentuk Om-budsman karena pelaksanaan serta hakekat otonomi pada kenyata-annya lebih pada wilayah Kabupaten/Kotamadya sehingga kecen-derungan penyimpangan nantinya akan lebih banyak terjadi diwilayah Kabupaten dan Kotamadya. Pengawasan oleh OmbudsmanPropinsi terhadap penyelenggaraan pemerintahan pada tingkatwilayah Kabupaten/Kota akan kurang efektif karena prinsip otonomitersebut.

Pembentukan Ombudsman Daerah baik pada tingkat Propinsimaupun Kabupaten/Kota akan mengeliminir kecenderunganpenyimpangan/maladministrasi yang terjadi pada wilayah-wilayahyang bersangkutan. Namun demikian kiranya patut memperolehperhatian bahwa konsep yang diajukan oleh Komisi OmbudsmanNasional adalah sifat independensi dari Ombudsman Daerah. ArtinyaOmbudsman Daerah nantinya bukan menjadi bagian dari Ombuds-man Nasional, tidak ada subordinasi secara struktural karena masing-masing berdiri secara independen. Ombudsman Daerah bukan beradadalam sub ordinasi struktural dari Ombudsman Nasional. Hubunganyang ada lebih terkait dengan kerjasama, koordinasi serta tukarmenukar informasi/program untuk kepentingan bersama.

Ombudsman Daerah sangat diperlukan guna lebih mendorongproses penyelenggaraan pemerintahan yang baik di daerah.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 93: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

81

1. Keberadaan Komisi Ombudsman Nasionalmeskipun hanya dilandasi oleh KeputusanPresiden Nomor 44 Tahun 2000 namun dalamperjalanannya selama 2 (dua) tahun ini secaranyata memperoleh pengakuan (recognition)baik dari institusi terkait maupun dari masya-rakat. Institusi terkait memberikan pengakuankeberadaan melalui langkah tindak lanjutserta korespondensi dengan Komisi Ombuds-man Nasional, sedangkan masyarakat mem-berikan pengakuan melalui laporan-laporanyang mereka sampaikan di mana beberapa diantaranya mereka merasa memperoleh man-faat/keberhasilan sehingga mereka kemudianmenyampaikan apresiasi kepada Ombudsman.

2. Keberhasilan Ombudsman selain ditentukanoleh kinerjanya sendiri juga lebih banyak di-tentukan oleh tekad dan kemauan para penye-lenggara negara, aparat pemerintah sertaperadilan untuk menindaklanjuti rekomendasiOmbudsman. Tanpa langkah konkrit untukperbaikan maka upaya memperbaiki sertamencegah penyimpangan/maladministrasiakan sia-sia. Kunci keberhasilan seharusnyadilakukan oleh institusi itu sendiri yang secara

Penutup

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 94: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

82

internal mengambil tindakan, memperbaiki diri serta mencegahdilakukannya penyimpangan.

3. Rekomendasi Ombudsman yang tidak mengikat lebih sebagaikontrol moral. Karena itu rekomendasi yang tidak mengikattersebut semestinya bukan menjadi kelemahan bagi Ombudsman.Tetapi justru menjadi kekuatan Ombudsman. Apabila melaluisuatu pertimbangan, saran atau rekomendasi Ombudsman yangtidak mengikat, namun diakui serta ditindaklanjuti berartiterdapat nilai-nilai kewibawaan ataupun penghormatan setidak-tidaknya pengaruh terhadap institusi terkait. Sehingga memangmengandung kebenaran bahwa Ombudsman bukanlah �Mah-kamah Pemberi Sanksi� (Magistrature of Sanction) melainkan�Mahkamah Pemberi Pengaruh� (Magistrature of Influence).

4. Landasan hukum dalam bentuk Undang-Undang amat diperlu-kan demi memperkuat kedudukan serta efektivitas Ombudsmanpada masa depan. Bahkan upaya untuk memasukkan lembagaOmbudsman dalam Undang-Undang Dasar harus terus diper-juangkan. Perkembangan Ombudsman secara internasionalbegitu cepat dalam arti semakin banyak negara yang mendirikanOmbudsman sekaligus juga banyak yang memperkuat statusnyamelalui Undang-Undang dan ataupun Undang-Undang Dasar.

5. Kerjasama dengan instansi Pemerintah/Peradilan, Akademisi,Lembaga Swadaya Masyarakat, Tokoh-tokoh Masyarakat, Per-seorangan dan lain-lain demi lebih memperkenalkan sekaligusmemperkuat eksistensi Ombudsman merupakan kegiatan yangamat penting untuk terus dilaksanakan. Keberhasilan kinerjaOmbudsman tidak hanya ditentukan oleh Ombudsman sendirimelainkan oleh banyak pihak. Dengan kata lain terdapat tigapilar yang menentukan keberhasilan Ombudsman yaitu Ombuds-man, Penyelenggara Negara dan Masyarakat.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 95: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

Lampiran

Page 96: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang
Page 97: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

85

Peng

adila

n1

5712

65

313

529

010

848

1695

104

73

101

619

13-

12

-73

5

Kejak

saan

-6

13

-3

3-

3231

73

313

31

11

11

-1

--

--

1 32

Kepo

lisian

-23

35

-3

32

5433

127

283

-1

21

21

51

1-

-1

191

BPN/

Agra

ria-

101

21

-2

233

1210

37

-2

-2

43

-6

-1

--

-10

1

Peme

rintah

Dae

rah

312

43

--

25

3027

83

114

32

14

13

51

11

2-

136

Instan

si Pe

merin

tah/

TNI

35

21

11

45

107

2817

626

16

12

4-

16

2-

1-

123

1

BPPN

/Per

bank

an-

51

--

-1

121

10-

-13

22

-1

--

--

--

--

-5 7

Bada

n Usa

ha S

was-

ta/Ba

dan H

ukum

/Ku

asa H

ukum

213

21

1-

35

4818

31

212

11

33

13

42

--

1-

139

DPR/

DPRD

13

--

1-

3-

113

41

5-

--

--

2-

1-

--

--

3 5

Pero

rang

an/K

elom-

pok M

asya

raka

t-

17-

3-

-7

864

273

226

21

--

41

-5

1-

1-

-17

2

BUMN

-10

21

1-

3-

199

53

7-

-2

21

-1

72

-2

--

77

Lain-

lain

12

22

-3

2-

287

33

42

-2

--

3-

12

-1

--

68

Juml

ah11

16330

2710

1346

33737

313120

48274

2922

1717

3215

1659

253

75

2207

4

D.I. Aceh

Sumatera Utara

Riau

Sumatera Barat

Bengkulu

Jambi

Sumatera Selatan

Lampung

D.K.I. Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

D.I. Yogyakarta

Jawa Timur

Bali

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Timur

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Sulawesi Selatan

Sulawesi Utara

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tengah

Maluku

Irian Jaya

P R

O P

I N

S I

KATE

GORI

TERL

APOR

TABE

L JU

MLAH

TER

LAPO

R BE

RDAS

ARKA

N PR

OPIN

SI(M

aret

s.d.

Des

embe

r 200

0)

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 98: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

86

700

600

500

400

300

200

100 0

JUMLAH PELAPOR

4

127

2620

77

3932

629

252

95

39

234

2318

1414

2310

1441

234

34

213

D.I.

Ace

hSu

mat

era

Sela

tan

Jaw

a Ti

mur

Kalim

anta

n Te

ngah

Mal

uku

Sum

ater

a U

tara

Lam

pung

Bali

Kalim

anta

n Se

lata

nIri

an J

aya

Ria

uD

KI J

akar

taN

usa

Teng

gara

Bar

atSu

law

esi S

elat

an*A

noni

m*

Sum

ater

a Ba

rat

Jaw

a Ba

rat

Nus

a Te

ngga

ra T

imur

Sula

wes

i Uta

ra

Beng

kulu

Jaw

a Te

ngah

Kalim

anta

n Ba

rat

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Jam

biD

I Yog

yaka

rtaKa

liman

tan

Tim

urSu

law

esi T

enga

h

PR

OP

IN

SI

DIAG

RAM

JUML

AH P

ELAP

OR B

ERDA

SARK

AN P

ROPI

NSI

Mare

t s.d

Des

embe

r 200

0

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 99: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

87

494

342

DIAGRAM JUMLAH PENGADUAN(Maret s.d. Desember 2000)

DIAGRAM JUMLAH PENGADUAN(Maret s.d. Desember 2000)

DIAGRAMTANGGAPAN TERLAPOR TERHADAP REKOMENDASI

(Maret s.d. Desember 2000)

1425

298

836189

400

Laporan yang sudah diproses

Laporan sudah dibuatkan RekomendasinyaLaporan dalam proses pembuatan RekomendasiLaporan bukan wewenang Komisi Ombudsman Nasional

Laporan yang belum diproses

Laporan yang sudah ditanggapi Laporan yang belum ditanggapi

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 100: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

88

Tabel Tanggapan Terlapor terhadap Rekomendasi Ombudsman Nasional(Maret s.d. Desember 2000)

Klasifikasi Terlapor Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec ΣPengadilan 0 0 3 19 19 45 43 45 48 24 246

Kejaksaan 0 0 2 8 3 4 8 13 3 6 47

Kepolisian 0 0 1 0 5 12 4 2 3 6 33

BPN/Agraria 0 0 0 1 1 2 3 6 2 2 17

Pemerintah Daerah 0 0 0 0 2 8 2 10 4 5 31

Instansi Pemerintah/TNI 0 0 4 4 12 10 11 16 7 5 69

Perseorangan/KelompokMasyarakat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

BPPN/Perbankan 0 0 0 1 1 4 1 2 1 2 12

Badan Usaha Swasta/Badan Hukum/Kuasa Hukum 0 0 3 4 3 5 7 1 0 0 23

DPR/DPRD 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

BUMN 0 0 0 0 0 2 1 2 4 5 14

Lain-lain 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1

Jumlah 0 0 13 37 46 93 80 97 73 55 494

0% 3%

50%

0% 5% 2% 0%14%

DIAGRAM TANGGAPAN TERLAPOR(Maret s.d. Desember 2000)

6%

3%

7%

10%

PengadilanKejaksaanKepolisianBPN/AgrariaPemerintah DaerahInstansi Pemerintah/TNI

Perseorangan/Kelompok MasyarakatBPPN/PerbankanBadan Usaha Swasta/Badan Hukum/Kuasa HukumDPR/DPRDBUMNLain-lain

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 101: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

89

62%

1%1%

7%

19%

10%

1 2 3 4 5 6

DIAGRAM KLASIFIKASI PELAPOR(Maret s.d. Desember 2000)

TABEL KLASIFIKASI PELAPOR(Maret s.d. Desember 2000)

Jumlah Pelapor Berdasarkan Kategori*BULAN 1 2 3 4 5 6 �Maret 79 22 8 1 11 0 121

April 122 43 17 0 18 3 203

Mei 188 67 21 1 34 9 320

Juni 186 47 29 2 23 1 288

Juli 159 59 24 10 32 0 284

Agustus 109 28 7 0 22 0 166

September 70 21 9 1 10 0 111

Oktober 70 9 4 0 9 0 92

November 57 16 3 0 15 0 91

Desember 26 14 3 0 4 0 47

TOTAL 1066 326 125 15 178 13 1723

Keterangan: 1. Perorangan2. Kuasa Hukum3. Badan Hukum4. Instansi Pemerintah5. Kelompok/Organisasi Masyarakat6. Lain-lain

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 102: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

90

TABEL KATEGORI TERLAPOR(Maret s.d. Desember 2000)

Kategori Terlapor Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des �Pengadilan 41 90 136 103 100 75 61 56 53 20 735

Kejaksaan 11 20 29 24 13 12 6 1 12 4 132

Kepolisian 16 27 30 20 41 25 10 9 11 2 191

BPN/Agraria 7 12 24 9 16 11 11 4 4 2 100

Pemerintah Daerah 7 17 27 24 13 13 9 9 13 4 136

Instansi Pemerintah/TNI 33 28 52 33 29 22 12 14 7 1 231

BPPN/Perbankan 2 10 15 10 3 4 2 4 6 2 58

Badan Usaha Swasta/BadanHukum/Kuasa Hukum 8 14 16 32 18 10 8 20 11 2 139

DPR/DPRD 3 2 9 15 1 2 0 2 0 1 35

Perorangan/KelompokMasyarakat 2 10 28 28 26 21 17 27 12 2 173

BUMN 9 7 16 24 3 6 3 2 5 1 76

Lain-lain 0 7 10 11 24 8 4 1 3 0 68

Jumlah 139 244 392 333 287 209 143 149 137 41 2074

2%

7%

8%

3%

11%

7%

5% 9%

DIAGRAM KATEGORI TERLAPOR(Maret s.d. Desember 2000)

6%

35%

3%4%

PengadilanKejaksaanKepolisianBPN/AgrariaPemerintah DaerahInstansi Pemerintah/TNI

BPPN/PerbankanPerseorangan/Kelompok MasyarakatBadan Usaha Swasta/Badan Hukum/Kuasa HukumDPR/DPRDBUMNLain-lain

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 103: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

91

TABEL SUBSTANSI LAPORAN(Maret s.d. Desember 2000)

Substansi Laporan Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des ΣPemalsuan/Persekongkolan 11 15 20 29 18 26 8 19 20 12 178

Intervensi 2 4 17 7 16 1 0 1 1 1 50

Penanganan Berlarut/Tidak Menangani 36 54 52 51 52 19 8 21 14 11 318

Inkompetensi 5 1 17 4 9 0 0 0 1 1 38

Penyalahgunaan Wewe-nang/Berlebihan 23 17 23 32 54 48 28 32 41 20 318

Nyata-nyata Berpihak 11 17 32 15 26 16 1 11 15 8 152

Imbalan (uang, hadiah,fasilitas, dll.)/Praktek KKN 14 42 57 41 48 50 24 9 26 15 326

Penyimpangan Prosedur 24 31 30 28 24 22 31 26 44 29 289

Penggelapan Barang Bukti/Penguasaan Tanpa Hak 2 13 24 28 40 11 8 12 17 3 158

Bertindak Tidak Layak 1 5 7 8 21 1 1 0 4 0 48

Melalaikan Kewajiban 2 0 39 19 18 20 15 19 21 10 163

Lain-lain 11 31 64 17 41 27 17 3 5 11 227

Jumlah 142 230 382 279 367 241 141 153 209 121 2265

25%

1%

4%

8%

8% 1%1% 1%

DIAGRAM SUBSTANSI LAPORAN(Maret s.d. Desember 2000)

17%

10%

8%

16%

Pemalsuan/PersekongkolanIntervensiPenanganan Berlarut/Tidak MenanganiInkompetensiPenyalahgunaan Wewenang/BerlebihanNyata-nyata Berpihak

Imbalan (uang, hadiah, fasilitas, dll.)/Praktek KKNPenyimpangan ProsedurPenggelapan Barang Bukti/Penguasaan Tanpa HakBertindak Tidak LayakMelalaikan KewajibanLain-lain

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 104: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

92

Pakar Ombudsman Internasional, Mr. Dean Gottehrer saat memberikanceramahanya pada Lokakarya Ombudsman Daerah di Bali, 21 - 22Februari 2002. Didampingi oleh Mrs. Gottehrer, Dr. Friets R. Tambunandan Ketua Komisi Ombudsman Nasional.

Prof. Dr. Bagir Manan SH, MCL dan Ibu Sri Urip saat menghadiriDiskusi Sehari RUU tentang Ombudsman di Makassar, 26 Oktober2000. (Keduanya mantan anggota Ombudsman Nasional tahun 2000)

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 105: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

93

Mr. Kim Mc Quay dari The Asia Foundation saat menerima buku Om-budsman Indonesia di Tengah Ombudsman Internasional dari KetuaOmbudsman Indoensia. (The Asia Foundation selama ini sangatmembantu kegiatan Ombudsman Nasional)

Ketua Ombudsman Thailand, Mr. Pichet Soontorn Pipit saat memberi-kan ceramahnya pada Diskusi Sehari RUU tentang Ombudsman diJakarta, 20 Maret 2002 didampingi oleh Wakil Ketua OmbudsmanNasional, Prof. Dr. C.F.G. Sunaryati Hartono, SH.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 106: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

94

Kehadiran Ketua Badan Legislasi DPR RI, Bapak Zein Badjeber saatberbincang dengan Wakil Ketua Ombudsman Nasional, Prof. Dr. C.F.G.Sunaryati Hartono, SH dan anggota Ombudsman, Bapak R.M.Surachman, APU disampingnya adalah Ketua Ombudsman Thailanddiapit oleh Bapak Ir. Rio Tambunan dan Bapak Jeffry Dompas padasaat menghadiran Peringatan 2 Tahun Komisi Ombudsman Nasionaldi Jakarta, 20 Maret 2002.

Doa dan pemotongan tumpeng dipimpin oleh Bapak Bisman Siregardidampingi Ketua Ombudsman Nasional pada Perayaan 2 TahunKomisi Ombudsman Nasional di Jakarta tanggal 20 Maret 2002.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 107: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

95

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 44 TAHUN 2000

TENTANG

KOMISI OMBUDSMAN NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa pemberdayaan masyarakat melalui peranserta mereka untuk melakukan pengawasan akanlebih menjamin penyelenggaraan negara yangjujur, bersih, transparan, bebas korupsi, kolusidan nepotisme;

b. bahwa pemberdayaan pengawasan oleh masya-rakat terhadap penyelenggaraan negara meru-pakan implementasi demokratisasi yang perludikembangkan serta diaplikasikan agar penya-lahgunaan kekuasaan, wewenang ataupun jabat-an oleh aparatur dapat diminimalisasi;

c. bahwa dalam penyelenggaraan negara khususnyapenyelenggaraan pemerintahan memberikanpelayanan dan perlindungan terhadap hak-hakanggota masyarakat oleh aparatur pemerintahtermasuk lembaga peradilan merupakan bagianyang tidak terpisahkan dari upaya untuk mencip-takan keadilan dan kesejahteraan;

d. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atasdan memperhatikan dengan seksama aspirasiyang berkembang dalam masyarakat, maka sam-

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 108: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

96

bil menyiapkan Rancangan Undang-Undang yangmengatur mengenai lembaga Ombudsman secaralengkap dipandang perlu membentuk suatukomisi pengawasan oleh masyarakat yang ber-sifat mandiri dan disebut Komisi OmbudsmanNasional;

Mengingat : Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KOMISIOMBUDSMAN NASIONAL.

BAB IBAB IBAB IBAB IBAB INAMA, ASAS, SIFAT DAN TUJUANNAMA, ASAS, SIFAT DAN TUJUANNAMA, ASAS, SIFAT DAN TUJUANNAMA, ASAS, SIFAT DAN TUJUANNAMA, ASAS, SIFAT DAN TUJUAN

Pasal 1Pasal 1Pasal 1Pasal 1Pasal 1Dalam rangka meningkatkan pengawasan terhadap penyeleng-

garaan negara serta untuk menjamin perlindungan hak-hak masya-rakat, dibentuk suatu komisi pengawasan masyarakat yang bersifatnasional yang bernama Komisi Ombudsman Nasional, selanjutnyadalam Keputusan Presiden ini disebut Ombudsman Nasional.

Pasal 2Pasal 2Pasal 2Pasal 2Pasal 2Ombudsman Nasional adalah lembaga pengawasan masyarakat

yang berasaskan Pancasila dan bersifat mandiri, serta berwenangmelakukan klarifikasi, monitoring atau pemeriksaan atas laporanmasyarakat mengenai penyelenggaraan negara khususnya pelaksana-an oleh aparatur pemerintahan termasuk lembaga peradilan terutamadalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Pasal 3Pasal 3Pasal 3Pasal 3Pasal 3Ombudsman Nasional bertujuan

a. Melalui peran serta masyarakat membantu menciptakan dan ataumengembangkan kondisi yang kondusif dalam melaksanakan

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 109: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

97

pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

b. Meningkatkan perlindungan hak-hak masyarakat agar mem-peroleh pelayanan umum, keadilan, dan kesejahteraan secaralebih baik.

BAB IIBAB IIBAB IIBAB IIBAB IITUGAS POKOKTUGAS POKOKTUGAS POKOKTUGAS POKOKTUGAS POKOK

Pasal 4Pasal 4Pasal 4Pasal 4Pasal 4Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3, Ombudsman Nasional mempunyai tugas

a. Menyebarluaskan pemahaman mengenai lembaga Ombudsman.

b. Melakukan koordinasi dan atau kerjasama dengan InstansiPemerintah, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat,Para Ahli, Praktisi, Organisasi Profesi dan lain-lain.

c. Melakukan langkah untuk menindaklanjuti laporan atau infor-masi mengenai terjadinya penyimpangan oleh penyelenggaranegara dalam melaksanakan tugasnya maupun dalam memberi-kan pelayanan umum.

d. Mempersiapkan konsep Rancangan Undang-undang tentangOmbudsman Nasional.

BAB IIIBAB IIIBAB IIIBAB IIIBAB IIISUSUNAN ORGANISASI DAN WEWENANGSUSUNAN ORGANISASI DAN WEWENANGSUSUNAN ORGANISASI DAN WEWENANGSUSUNAN ORGANISASI DAN WEWENANGSUSUNAN ORGANISASI DAN WEWENANG

Pasal 5Pasal 5Pasal 5Pasal 5Pasal 5Susunan Organisasi Ombudsman Nasional, terdiri atas

a. Rapat Paripurnab. Sub Komisi.c. Sekretariat.d. Tim Asistensi dan Staf Administrasi.

Pasal 6Pasal 6Pasal 6Pasal 6Pasal 6

(1) Ombudsman Nasional dipimpin oleh seorang Ketua dan dibantuoleh seorang Wakil Ketua, serta anggota sebanyak-banyaknya 9(sembilan) orang, yang terdiri dari tokoh-tokoh yang memiliki

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 110: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

98

kemampuan untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimanadimaksud Pasal 4 guna mencapai tujuan sebagaimana dimaksudPasal 3;

(2) Untuk pertama kali Susunan keanggotaan Ombudsman Nasionalditetapkan dengan Keputusan Presiden dengan Susunan sebagai-mana terdapat dalam Lampiran Keputusan Presiden ini.

Pasal 7Pasal 7Pasal 7Pasal 7Pasal 7(1) Rapat Paripurna adalah pemegang kekuasaan tertinggi Ombuds-

man Nasional.

(2) Rapat Paripurna terdiri dari seluruh anggota OmbudsmanNasional.

Pasal 8Pasal 8Pasal 8Pasal 8Pasal 8(1) Pelaksanaan kegiatan Ombudsman Nasional sehari-hari dilaku-

kan oleh Sub Komisi yang terdiri dari : Sub Komisi Klarifikasi,Monitoring dan Pemeriksaan, Sub Komisi Penyuluhan dan Pendi-dikan, Sub Komisi Pencegahan dan Sub Komisi Khusus.

(2) Sub Komisi dipimpin oleh seorang Ketua yang ditentukan ber-dasarkan keputusan Rapat Paripurna.

Pasal 9Pasal 9Pasal 9Pasal 9Pasal 9Sub Komisi Klarifikasi, Monitoring dan Pemeriksaan mempunyai

wewenang

a. Melakukan klarifikasi atau monitoring terhadap aparatur peme-rintahan serta lembaga peradilan berdasarkan laporan serta infor-masi mengenai dugaan adanya penyimpangan dalam pelaksanaanpelayanan umum, tingkah laku serta perbuatan yang menyim-pang dari kewajiban hukumnya.

b. Meminta bantuan, melakukan kerjasama dan atau koordinasidengan aparat terkait dalam melaksanakan klarifikasi atau moni-toring.

c. Melakukan pemeriksaan terhadap petugas atau pejabat yang di-laporkan oleh masyarakat serta pihak lain yang terkait gunamemperoleh keterangan dengan memperhatikan ketentuan pera-turan perundangundangan yang berlaku.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 111: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

99

d. Menyampaikan hasil klarifikasi, monitoring atau pemeriksaandisertai pendapat dan saran kepada instansi terkait dan atauaparat penegak hukum yang berwenang untuk ditindaklanjuti.

e. Melakukan tindakan-tindakan lain guna mengungkap terjadinyapenyimpangan yang dilakukan oleh penyelenggara negara.

Pasal 10Pasal 10Pasal 10Pasal 10Pasal 10Sub Komisi Penyuluhan dan Pendidikan mempunyai wewenang

a. Melakukan penyuluhan guna mengefektifkan pengawasan olehmasyarakat.

b. Mengajak masyarakat melakukan kampanye dan tindakan kon-krit anti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

c. Mendorong anggota masyarakat untuk lebih menyadari akan hak-haknya dalam memperoleh pelayanan.

d. Menyebarluaskan pemahaman mengenai Ombudsman Nasional.

e. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan para petugas Om-budsman Nasional.

f. Menyelesaikan penyusunan konsep Rancangan Undang-Undangtentang Ombudsman Nasional dalam waktu paling lambat enambulan sejak ditetapkannya Keputusan Presiden ini.

Pasal 11Pasal 11Pasal 11Pasal 11Pasal 11Sub Komisi Pencegahan mempunyai wewenang

a. Melakukan kerjasama dengan perseorangan, Lembaga SwadayaMasyarakat, Perguruan Tinggi, Instansi Pemerintah untuk men-cegah terjadinya penyimpangan dalam penyelenggaraan negara.

b. Memonitor dan mengawasi tindak lanjut rekomendasi Ombuds-man Nasional kepada lembaga terkait.

Pasal 12Pasal 12Pasal 12Pasal 12Pasal 12Sub Komisi Khusus mempunyai wewenang

a. Menyusun dan mempersiapkan laporan rutin dan insidentil.

b. Melakukan tugas-tugas yang ditentukan secara khusus oleh RapatParipurna.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 112: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

100

Pasal 13Pasal 13Pasal 13Pasal 13Pasal 13(1) Dalam melaksanakan tugas pokok dan wewenangnya, Ombuds-

man Nasional dilengkapi dengan Tim Asistensi dan Staf Admi-nistrasi.

(2) Tim Asistensi terdiri dari tenaga yang memiliki kemampuan,pengalaman ataupun keahlian untuk melaksanakan tugas ber-dasarkan mandat dari Sub Komisi.

(3) Staf Administrasi melaksanakan tugas yang bersifat administra-tif.

Pasal 14Pasal 14Pasal 14Pasal 14Pasal 14Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris dan bertugas mem-

beri pelayanan administratif yang meliputi kepegawaian, keuangan,perlengkapan, kerumahtanggaan serta sarana penunjang lainnya yangdiperlukan bagi kelancaran tugas Ombudsman Nasional.

BAB IVBAB IVBAB IVBAB IVBAB IVBIDANG PENDUKUNG DAN PEMBIAYAANBIDANG PENDUKUNG DAN PEMBIAYAANBIDANG PENDUKUNG DAN PEMBIAYAANBIDANG PENDUKUNG DAN PEMBIAYAANBIDANG PENDUKUNG DAN PEMBIAYAAN

Pasal 15Pasal 15Pasal 15Pasal 15Pasal 15Rapat Paripurna dapat membentuk Pengawas untuk melakukan

pengawasan serta memberikan saran dan pertimbangan bagi keber-hasilan pelaksanaan tugas Ombudsman Nasional.

Pasal 17Pasal 17Pasal 17Pasal 17Pasal 17Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Ombuds-

man Nasional dibebankan kepada Anggaran Belanja SekretariatNegara.

BAB VBAB VBAB VBAB VBAB VPENUTUPPENUTUPPENUTUPPENUTUPPENUTUP

Pasal 18Pasal 18Pasal 18Pasal 18Pasal 18Hal-hal yang belum diatur serta prosedur kerja sebagai pelak-

sanaan Keputusan Presiden ini ditentukan lebih lanjut dalam TataKerja yang diputuskan oleh Rapat Paripurna.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 113: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

101

Pasal 19Pasal 19Pasal 19Pasal 19Pasal 19Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini maka Keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 155 Tahun 1999 tentang TimPengkajian Pembentukan Lembaga Ombudsman dinyatakan tidakberlaku.

Pasal 20Pasal 20Pasal 20Pasal 20Pasal 20Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 10 Maret 2000

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

ABDURRAHMAN WAHID

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 114: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

102

LAMPIRANKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 44 TAHUN 2000TANGGAL 10 MARET 2000

SUSUNAN KEANGGOTAAN OMBUDSMAN NASIONALSUSUNAN KEANGGOTAAN OMBUDSMAN NASIONALSUSUNAN KEANGGOTAAN OMBUDSMAN NASIONALSUSUNAN KEANGGOTAAN OMBUDSMAN NASIONALSUSUNAN KEANGGOTAAN OMBUDSMAN NASIONAL

Ketua merangkapAnggota : Antonius Sujata, SH;

Wakil Ketuamerangkap Anggota : Prof. Dr. C.F.G. Sunaryati Hartono, SH;

Anggota : 1. Prof. Dr. Bagir Manan, SH, MCL;2. Drs. Teten Masduki;3. Ir. Sri Urip;4. R.M. Surachman, SH, APU;5. Pradjoto, SH, MA;6. K.H. Masdar Farid Masudi, MA.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

ABDURRAHMAN WAHID

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 115: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

103

KETETAPANMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIANOMOR VIII/MPR/2001

TENTANG

REKOMENDASI ARAH KEBIJAKAN PEMBERANTASAN DANPENCEGAHAN KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIKMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIKMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIKMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIKMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK

INDONESIA,INDONESIA,INDONESIA,INDONESIA,INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa permasalahan korupsi, kolusi, dannepotisme yang melanda bangsa Indonesiasudah sangat serius, dan merupakan kejahatanyang luar biasa dan menggoyahkan sendi-sendikehidupan berbangsa dan bernegara;

b. bahwa sejak tahun 1998, masalah pembe-rantasan dan pencegahan korupsi, kolusi, dannepotisme telah ditetapkan oleh Majelis Per-musyawaratan Rakyat Republik Indonesiasebagai salah satu agenda reformasi, tetapibelum menunjukkan arah perubahan dan hasilsebagaimana diharapkan;

c. bahwa terdapat desakan kuat masyarakat yangmenginginkan terwujudnya berbagai langkahnyata oleh pemerintah dan lembaga-lembagatinggi negara lainnya dalam hal pemberantas-an dan pencegahan korupsi, kolusi, dan nepotisme;

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 116: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

104

d. bahwa pembaruan komitmen dan kemauanpolitik untuk memberantas dan mencegahkorupsi, kolusi, dan nepotisme memerlukanlangkah-langkah percepatan;

e. bahwa sehubungan dengan pertimbangansebagaimana dimaksud dalam huruf a.b.c. dan4/d perlu adanya Ketetapan Majelis Permusya-waratan Rakyat Republik Indonesia tentangRekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasandan Pencegahan Korupsi, Kolusi, dan Nepo-tisme.

Mengingat : 1. Pasal 1 ayat (2), Pasal 2, Pasal 3, Pasal 23,Pasal 28IV/d ayat (1) dan Pasal 33 UndangUndang Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan RakyatRepublik Indonesia Nomor XI/MPR/1998tentang Penyelenggara Negara yang Bersihdan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;

3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan RakyatRepublik Indonesia Nomor II/MPR/1999 ten-tang Peraturan Tata Tertib Majelis Permusya-waratan Rakyat Repubiik Indonesia sebagai-mana telah diubah terakhir dengan KetetapanMajelis Permusyawaratan Rakyat RepublikIndonesia Nomor V/MPR/2001;

4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan RakyatRepublik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 ten-tang Garis-garis Besar Naluan Negara Tahun1999 - 2004.

Memperhatikan : 1. Keputusan Majelis Permusyawatan RakyatRepublik Indonesia Nomor V/MPR/2001 ten-tang Jadwal Acara Sidang Tahunan MajelisPermusyawaratan Rakyat Republik IndonesiaTahun 2001 sebagaimana telah diubah denganKeputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 117: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

105

Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2001tentang Perubahan Jadwal Acara SidangTahunan Majelis Permusyawaratan RakyatRepublik Indonesia Tahun 2001;

2. Keputusan Majelis Permusyawaratan RakyatRepublik Indonesia Nomor VII/MPR/2001tentang Pembentukan dan Tugas KomisiMajelis Permusyawaratan Rakyat RepublikIndonesia pada Sidang Tahunan Majelis Per-musyawaratan Rakyat Republik IndonesiaTahun 2001;

3. Permusyawaratan dalam Sidang TahunanMajelis Permusyawaratan Rakyat RepublikIndonesia tanggal 1 sampai dengan 9 Nopem-ber 2001 yang membahas Rancangan Kete-tapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Re-publik Indonesia tentang Rekomendasi ArahKebijakan Pemberantasan dan PencegahanKorupsi, Kolusi, dan Nepotisme;

4. Putusan Rapat Paripurna ke-7 (lanjutan) tang-gal 9 Nopember 2001 Sidang Tahunan MajelisPermusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATANRAKYAT REPUBLIK INDONESIA TENTANGREKOMENDASI ARAH KEBIJAKAN PEMBE-RANTASAN DAN PENCEGAHAN KORUPSI,KOLUSI, DAN NEPOTISME,

Pasal 1Pasal 1Pasal 1Pasal 1Pasal 1Rekomendasi Arah Kebijakan ini dimaksudkan untuk mempercepatdan lebih menjamin efektivitas pemberantasan korupsi, kolusi, dannepotisme sebagaimana diamanatkan dalam Ketetapan MajelisPermusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 118: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

106

tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi,dan Nepotisme, serta berbagai peraturan perundang-undangan yangterkait.

Pasal 2Pasal 2Pasal 2Pasal 2Pasal 2Arah kebijakan pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme adalah:

1. Mempercepat proses hukum terhadap aparatur pemerintah teru-tama aparat penegak hukum dan penyelenggara negara yangdiduga melakukan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, sertadapat dilakukan tindakan administratif untuk memperlancarproses hukum.

2. Melakukan penindakan hukum yang lebih bersungguh-sungguhterhadap semua kasus korupsi, termasuk korupsi yang telahterjadi dimasa lalu, dan bagi mereka yang telah terbukti bersalahagar dijatuhi hukuman yang seberat-beratnya.

3. Mendorong partisipasi masyarakat luas dalam mengawasi danmelaporkan kepada pihak yang berwenang berbagai dugaan prak-tek korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilakukan oleh pegawainegeri, penyelenggara negara dan anggota masyarakat.

4. Mencabut, mengubah, atau mengganti semua peraturan perun-dang-undangan serta keputusan-keputusan penyelenggara negarayang berindikasi melindungi atau memungkinkan terjadinyakorupsi, kolusi, dan nepotisme.

5. Merevisi semua peraturan perundang-undangan yang berkenaandengan korupsi sehingga sinkron dan konsisten satu dengan yanglainnya.

6. Membentuk Undang-undang beserta peraturan pelaksanaannyauntuk pencegahan korupsi yang muatannya meliputi:a. Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;b. Perlindungan Saksi dan Korban;c. Kejahatan Terorganisasi;d. Kebebasan Mendapatkan Informasi;e. Etika Pemerintahan;f. Kejahatan Pencucian Uang;g. Ombudsman.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 119: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

107

7. Perlu segera membentuk Undang-undang guna mencegah terjadi-nya perbuatan-perbuatan kolusi dan/atau nepotisme yang dapatmengakibatkan terjadinya tindak pidana korupsi.

Pasal 3Pasal 3Pasal 3Pasal 3Pasal 3Rekomendasi arah kebijakan ini ditujukan kepada Presiden RepublikIndonesia dan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya untuk dilak-sanakan sesuai dengan peran, tugas, dan fungsi masing-masing, dandilaporkan pelaksanaannya pada Sidang Tahunan Majelis Permusya-waratan Rakyat Republik Indonesia.

Pasal 4Pasal 4Pasal 4Pasal 4Pasal 4Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di JakartaPada tanggal 9 Nopember 2001MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYATREPUBLIK INDONESIA,

Ketua,Ttd:

Prof. Dr. H. M. Amien Rais

Wakil Ketua, Wakil Ketua,

ttd. ttd

Prof.Dr.Ir.Ginandjar Kartasasmita Ir.Sutjipto

Wakil Ketua, Wakil Ketua,

ttd. ttd.

Prof.Dr.Yusuf Amir Feisal, S.Pd. Drs.H.M.Husnie Thamrin

Wakil Ketua, Wakil Ketua,

ttd. ttd.

Drs. H.A. Nazri Adlani Agus Widjojo

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 120: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

108

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 121: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

Makalah

Page 122: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang
Page 123: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

111

ntuk memperingati Ulang Tahun KeduaKomisi Ombudsman Nasional, pada hariini tanggal 20 Maret 2002, kami, para

penulis Buku juga sebagai Ombudsman, meluncur-kan sebuah Antologi Tentang Kelembagaan Om-budsman berjudul Ombudsman lndonesia di tengahOmbudsman Internasional. Sampai saat ini Anto-logi mengenai Ombudsman semacam ini merupa-kan yang pertama di Indonesia. Dalam waktu yangsangat singkat, keputusan kami ambil untukmengumpulkan esei-esei menjadi berbentuk buku.Kami ingin mengucapkan terima kasih, dalamkesempatan ini, kepada The Asia Foundation yangtelah mendukung penerbitan buku kami.

Dua ratus tahun yang lalu, tepatnya dalamtahun 1809, Ombudsman Parlementer pertamadidirikan di Stockholm, Swedia. Institusi tersebutberwenang untuk mengawasi agar para pejabatpublik dan para hakim memperhatikan hukum

Pengantar PeluncuranPengantar PeluncuranPengantar PeluncuranPengantar PeluncuranPengantar Peluncuran

Ombudsman Indonesiadi tengah OmbudsmanInternasional(sebuah Antologi oleh Antonius Sujata dan RM(sebuah Antologi oleh Antonius Sujata dan RM(sebuah Antologi oleh Antonius Sujata dan RM(sebuah Antologi oleh Antonius Sujata dan RM(sebuah Antologi oleh Antonius Sujata dan RMSurachman)Surachman)Surachman)Surachman)Surachman)

U

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 124: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

112

atau perundang-undangan dan untuk melakukan penuntutanterhadap para pejabat publik termasuk para hakim yang melakukantindak pidana, sewaktu menjalankan tugasnya.1 Di tahun berikutnya,Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda,memerintahkan para pejabat pembantunya untuk membuat �jalanutama� dari Anyer, Banten sampai ke Banyuwangi, Jawa Timur;sehingga perjalanan yang memakan waktu 40 hari bisa dipersingkatmenjadi 7 hari saja.2 Hampir dua abad kemudian, ketika jalan-jalanbebas hambatan telah banyak dibuat di Pulau Jawa, dan perjalanandari Jawa Bagian Barat ke Bagian Timur dapat ditempuh dalamhitungan jam, Ombudsman Nasional didirikan di lbukota, Jakarta.

Sesungguhnya, laju penyebaran kelembagaan Ombudsman sangatlamban, bahkan hingga tahun 70-an baru ada sekitar sepuluh buahOmbudsman Nasional di planet Bumi ini. Sejarah kelembagaan Om-budsman mencatat, negara berbahasa Inggris pertama di luar Eropayang mendirikan sebuah Ombudsman Parlementer adalah NewZealand (1962). Institusi tersebut berorientasi pada OmbudsmanParlementer Denmark, sebuah varian Ombudsman Klasik yangdidirikan di Kopenhagen dalam tahun 1955.3

Dewasa ini ada sekitar 110 Ombudsman Nasional dan 25 lebihOmbudsman Daerah (Ombudsman Sub-Nasional). Sebagian besar daripadanya diatur oleh undang-undang, bahkan lebih dari 50 Ombuds-man Nasional diatur dalam Konstitusi (UUD).4 Merupakan kenyataan,Komisi Ombudsman belum diatur oleh undang-undang, tetapi masihberdasarkan Keputusan Presiden, yaitu Keppres No. 44 Th. 2000.Dalam pada itu, Ombudsman Nasional sudah merampungkan penyu-sunan Konsep RUU tentang Ombudsman Nasional. Badan LegislasiDPR sedang meninjau kembali Konsep RUU tersebut dalam persiapan

1. Cf. Bengt Wieslander, The Parliamentary Ombudsman in Sweden (The Bank of Sweden Tercen-tenary Foundation & Gidlunds Bokforlag, 1999), hal. 14-hal. 16 dan hal. 17.

2. Lihat Winkler Prins Ensiklopedie.3. Lihat Sir John Robertson, �The Danish Ombudsman: New Zealand Precedent� dalam Hans

Gammeltoft-Hansen dan Flemming Axmark, eds., The Danish Ombudsman (Copenhagen: De-partment of Information, Ministry of Foreign Affairs, 1955), hal. 33-hal. 38; dirujuk juga dalamBryan tilling, The Ombudsman in New Zealand (Palmerstone North: Dunmore Press Limited,1998), hal. 16-hal. 17.

4. Dean M. Gottehrer, �Ombudsman Legislative Resource Document�, Occasional Paper #65 (Inter-national Ombudsman Institute).

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 125: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

113

untuk menyerahkannya kepada Sidang Paripurna DPR guna dibahasdan dijadikan undang-undang. Singkatnya, Komisi Ombudsman yangsekarang akan menjadi Ombudsman yang dilandasi undang-undang.

Dalam mengemban fungsi serta misinya, Institusi Ombudsmandengan nama atau sebutan apapun harus dilandasi oleh prinsip yangbersifat universal yang mencakup independensi, integritas, tidakberpihak, proporsional, professional, tanpa pungutan biaya, dan lain-lain.5

Implementasi dari fungsi serta misi tersebut antara lain adalahuntuk:6

a. lebih menjamin keterbukaan;

b. agar pemberian pelayanan lebih mudah dijangkau oleh masya-rakat;

c. untuk menjamin agar setiap keputusan pejabat pemerintah memi-liki landasan hukum dan rasional;

d. menghormati rasa keadilan;

e. melayani publik secara lebih baik;

f. memberi pemahaman kepada masyarakat agar mereka lebihmudah berhubungan dengan Pemerintah dalam kehidupansehari-hari;

g. menghargai martabat pribadi;

h. meningkatkan rasa tanggung jawab masyarakat maupun pejabatpemerintah.

Tidak perlu diragukan lagi, Sistem Ombudsman merupakan salahsatu simbol demokrasi yang menjunjung dan memajukan asas negarahukum. Kendatipun begitu, kebanyakan negara di dunia, dalammengusahakan pencapaian dan pemajuan pemerintahan yang baik,bukan menerapkan Model Swedia secara murni, melainkan varianlain, yaitu Ombudsman Klasik Denmark yang disebut FolketingetsOmbudsmand. Tidak seperti Ombudsman di Swedia dan Finlandia,

5. Lihat �Code of Good Administrative Behaviour [of all European Institutions and Bodies]� dalamAntonius Sujata dan RM Surachman, Ombudsman Indonesia di tengah OmbudsmanInternasional (Jakarta: Komisi Ombudsman Nasional, 2002), hal. 233.

6. Lihat �The Quebec Ombudsman»s Social Contract�

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 126: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

114

Ombudsman di Denmark mengawasi birokrasi dan administrasinegara tanpa memiliki kewenangan penuntutan. Maka, esei pertamadalam Antologi kami menguraikan peranan Ombudsman dalam me-majukan pemerintahan yang baik (good governance).

Sementara itu, tidak lama setelah pembentukan Komisi Om-budsman, banyak yang berkonsultasi serta menghubungi kami denganmaksud ingin mendirikan Ombudsman Daerah di wilayahnya. Kebe-tulan keinginan tersebut sesuai dengan kegiatan-kegiatan Komisiuntuk memajukan kelembagaan Ombudsman di daerah. Kegiatantersebut memperoleh dukungan The Partnership for Good GovernanceReform in Indonesia melalui The United Nations Development Pro-gram (UNDP). Maka, esei kedua dan ketiga berturut-turut berkenaandengan perkembangan kelembagaan Ombudsman di dunia danprospek pembentukan Ombudsman-Ombudsman Daerah di Indone-sia. Esei ketiga pun mempersoalkan apakah perlu mencantumkanketentuan-ketentuan dasar mengenai kelembagaan Ombudsman didalam UUD 1945. Dalam Sistem demokrasi yang menjunjung asas-asas negara hukum atau rule of law yang salah satu elemennya adalah�supremasi hukum�- serta ditopang oleh sistem �pengawasan dankeseimbangan� (checks and balances), dengan sendirinya InstitusiOmbudsman perlu diberi landasan konstitusional, yaitu denganmencantumkannya dalam UUD. Dalam hubungan itu, menurutMontesquieu, bukan hanya UU, melainkan juga UUD harus diguna-kan dalam melakukan pengawasan (check) terhadap pemerintahandengan dibantu oleh pemisahan kekuasaan (separation of powers).7

Ombudsman Nasional Indonesia adalah pengawas (checker) yangtepat. Demi memperkokoh kedudukannya, maka pengaturan konsti-tusional dalam UUD mengenai kelembagaan Ombudsman sangatperlu.

Salah satu ciri Komisi Ombudsman Nasional adalah kewenanganmengawasi sistem pengadilan. Ini mengingatkan kita pada InstitusiOmbudsman di Swedia, Finlandia, dan Negara Bagian Alaska, ASDalam hubungan ini, kami merujuk Seminar Ombudsman di Ljublana,Slovenia (12-13 November 2000). Para Utusan Komisi Ombudsman

7. Office of Federal Ombudsman [Kingdom of Belgium], Annual Report 1997, hal 14.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 127: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

115

HAM maupun Institusi Ombudsman saling bertukar pendapat danpengalaman guna mengetahui bagaimana seharusnya Ombudsmanbersikap dalam hubungannya dengan Peradilan, seperti yang tersuratdalam cuplikan berikut dari yang mereka namakan �Kesimpulan:-kesimpulan Ljublana�:8

Dalam negara-negara demokrasi dengan adanya sistem pem-bagian kekuasaan, bahkan lebih-lebih lagi di negara-negaradengan tradisi demokrasi dan asas negara hukum yang lebih barulagi, kebebasan peradilan sangat penting karena dibandingkandengan cabang kekuasaan yang lain, pengadilan lebih pekaterhadap penyusupan oleh badan kenegaraan lain. Akan tetapidalam hal fungsi pengadilan yang tidak bersifat mengadili,mungkin saja diperlukan usaha memperbaiki efesiensi, dengantetap menjunjung kebebasan pengadilan. Usaha tersebut tidaklain merupakan sumbangan guna meningkatkan kepercayaanpublik pada peradilan. Dalam hal ini, bantuan dari badan-badanseperti Ombudsman, yang berada di luar kekuasaan yudisial,dapat memainkan peran yang berarti. (Butir 2.)

Kekuasaan Ombudsman dalam hubungannya dengan cabangkekuasaan yudisial hanya sebatas yang tidak dapat mebahayakankebebasan dan ketidakberpihakan Para hakim sewaktu memutusperkara. Jika diperkenankan oleh peraturan perundang-undang-an, dalam perkara-perkara tertentu yang sedang ditangani penga-dilan, sepanjang mengenai fungsi mengadili peran Ombudsmanharus sepenuhnya menjunjung kebebasan pengadilan dari segalapengaruh dari luar, sedangkan sepanjang yang bukan bersifatmengadili, Ombudsman boleh mencampuri aspek-aspek prose-dural administrasi perkara secara kasus demi kasus. Kami meng-hargai bahwa di beberapa negara, Ombudsman memiliki kesem-patan hadir di pengadilan untuk memberikan pendapat dalamkapasitasnya sebagai �penyeimbang� bagi pengadilan. (Butir 4).

Dalam hal peraturan perundang-undangan tidak memberi ke-kuasaan khusus apapun kepada Ombudsman dalam hubung-

8. Informasi diperoleh dari Dean M. Gottehrer yang dikirimkan melalui e-mail. Di antara yanghadir dalam Seminar adalah Ombudsman atau wakilnya dari Ombudsman HAM dan Institusi-institusi Ombudsman Swedia, Belgia, Yunani, Albania, Bulgaria, Rumania, Republik Cheko,Polandia, Kroasia dan Slovenia (Tuan Rumah).

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 128: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

116

annya dengan pengadilan, namun berdasarkan kekuasaannyayang umum Ombudsman boleh memberikan pandangannyamengenai fungsi sistem yudisial. (Butir 5)

Sebelum membaca pernyataan kesimpulan tersebut, kami sudahmenulis esei keempat (yang aslinya ditulis dalam bahasa Inggris),sebagai makalah bagi Konferensi Ombudsman Asia V di Manila,Filipina (17-20 Juli 2000). Demikianlah, �Ombudsman dan SistemPeradilan� membahas keadaan peradilan kita dewasa ini. Kamimenyesal sekali, karena baru saja menemukan kritik tajam ataskorupsi di peradilan Indonesia setelah buku ini dicetak. Seperti diung-kapkan oleh Profesor Susan Rose-Ackerman, di Jakarta, �keadilan�itu milik Penawar yang tinggi (in Jakarta, Indonesia, �justice� belongsto the high bidder).»» 9

Kiranya patut diketahui, Komisi Ombudsman Nasional adalahsebuah Ombudsman Eksekutif. Ini berarti, Ketua Ombudsman harusmengirimkan laporan insidental, maupun laporan tahunan kepadaPresiden (sebagai Kepala Negara) yang memilihnya. Sebaliknya,nanti Ombudsman Nasional Indonesia menjadi sebuah OmbudsmanParlementer. Ini berarti, Ketua Ombudsman harus menyampaikansegala laporannya kepada DPR, karena DPR-lah yang memilih KetuaOmbudsman. Namun tidak berarti, bahwa Ombudsman NasionalIndonesia menjadi partisan politik. Pilihan menjadi OmbudsmanParlementer itu demi memperoleh dukungan DPR. Dalam kondisidemikian, Ombudsman Nasional akan memiliki kedudukan yang lebihkuat dan lebih independen serta tidak berpihak. Hal-hal demikianitu kami ungkapkan dalam Konferensi Ombudsman Asia VI di Tokyo,Jepang (18-21 Juni 2001). Oleh karena itu, esei kami tentang �Penga-laman Indonesia di dalam mempersiapkan sebuah OmbudsmanParlementer� (aslinya ditulis dalam bahasa Inggris) memaparkankegiatan-kegiatan Komisi Ombudsman dalam mempersiapkan KonsepRUU dimaksud.

Tidak dapat disangkal, bahwa Komisi Ombudsman telah banyakmemperoleh pengakuan internasional. Hanya soal waktu saja, Komisi

9. Corruption and Government, Causes, Consequences and Reform (London: Cambridge UniversityPress, 1999), hal. 151 cat.7 dengan merujuk kepada MacLean.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 129: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

117

akan menjadi salah satu anggota International Ombudsman Associa-tion (IOI). Sekarang pun sudah menjadi anggota Asian OmbudsmanAssociation (AOA). Banyak negara maupun instansi memiliki komit-men kerjasama bilateral dengan Komisi Omnbudsman. Dalam Kon-ferensi Ombudsman Internasional Durban (28 Oktober-2 November2000), Dr Marten Oosting, Mantan Ombudsman Belanda dan MantanPresiden IOI, memuji Pemerintah Indonesia, karena berhasil mendiri-kan Ombudsman Nasional.

Sesudah mengikuti Konferensi Durban, atas dukungan UNDPdan negara-negara yang dikunjungi, Penulis berdua membuat kajiankomparatif di beberapa negara Eropa. Kami mengunjungi Institusi-Institusi Ombudsman di Madrid, Kopenhagen, Oslo, Helsinki, Stock-holm, London, Belfast, Dublin, dan Den Haag. Juga kami mengunjungiKomisi Petisi Permanen Bundestag (Parlemen Jerman) di Berlin sertaInstitusi Ombudsman Supranasional yang pertama di dunia, yaituOmbudsman Eropa, di Strasbourg. Esei tentang �Kajian Komparatifatas Sistem Ombudsman di Afrika dan Eropa� (yang aslinya ditulisdalam bahasa Inggris), merupakan hasil study tour di dua Benua tadi.

Akhirnya, patut diketahui, bahwa sekalipun diberi wewenangyang sangat luas, hampir semua Ombudsman menggunakan dayapersuasif (power of persuasion).10 Cara yang demikian itu disebabkankenyataan bahwa rekomendasi-rekomendasi Ombudsman tidakmengikat secara hukum. Oleh sebab itu pula Institusi Ombudsmandijuluki �Mahkamah Pemberi Pengaruh� (Magistrature of Influence)11

atau seperti dikemukakan oleh Donald C. Rowat Ombudsman tidaklebih dari anjing penjaga pihak Legislatif. Ia boleh menggonggong,tetapi tidak boleh menggigit.12 Apalagi Komisi Ombudsman Nasionalsekarang ini, masih sangat terbatas kewenangan yang dimilikinya.

Demikianlah, dalam esei penutup tentang �Rekomendasi Ombuds-man: Akhir Suatu Investigasi�, kami ingin memaparkan mengapakebanyakan institusi publik atau target groups lainnya dengan

10. Penjelasan Sheila Gottehrer pada sesi informal Lokakarya Dua Hari tentang Ombudsman Daerah(Denpasar, Bali, 21-22 February 2002).

11. Office of Federal Ombudsman [Kingdom of Belgium], Annual Report 1997, hal. 15 dan AnnualReport 1988, hal. 18.

12. Office of Federal Ombudsman [Kingdom of Belgium], Annual Report 1997, hal. 15.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 130: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

118

sukarela mematuhi rekomendasi-rekomendasi Ombudsman. Dalamkonteks budaya Indonesia upaya-upaya dan rumus-rumus apa sajaharus diadakan dan ditambahkan, sehingga asas-asas di banyaknegara tadi dapat juga berhasil di sini.

Terimakasih. Semoga Tuhan Sarwa Sekalian Alam memberkahikita semua.

Auditorium Binakarna,Menara BidakaraJakarta, 20 Maret 2002

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 131: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

119

hai administration since the earliest timeshas been complex. The administration hasoften been controlled by interest groups,

which in turn have dominated the political, socialand economic systems of the country. This has ledto a one-way communication, top down, from thosethat represent the ruling class and the remainderof Thai society, and a lack of transparency.

In the past in Thailand, the King governed thecountry through absolute monarchy. During theSukhothai era, under King Ramkhamheang, peoplecould petition the King by ringing a bell near thetown hall to announce that they were in troubleswith the officials, and required adjudication. Whenthe King heard the ringing bell, he came out anddiscussed the problems with the complainants.Later as the relationship between the ruler andpeople became increasingly complicated, and themanner of government became more sophisticated,there was an attempt to transfer the ruling powerfrom the administrative branch to people by deploy-

Ombudsman under theConstitution of ThailandMr. Pichet SoontornpipitMr. Pichet SoontornpipitMr. Pichet SoontornpipitMr. Pichet SoontornpipitMr. Pichet Soontornpipit

Thai Ombudsman

T

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 132: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

120

ing special legislative institute to investigate complaints of people»sgrievances and complaints.

In 1975 the Constitutional Drafting Assembly described the legalmandate of the Ombudsman in the draft Constitution. However, theLegislative Branch decided to delete this section from the Constitu-tion, with the explanation that the Ombudsman is yet another insti-tution within the legislative system and ought not to be given a man-date to interfere with the administration, as this might underminethe performance of government. Ombudsman recruitment process isdifficult and complicated. They considered that the main authority ofthe Ombudsman duplicated with other government organization.Moreover, within the context of Thai society, at that time, it was notappropriate to set up a new system to undertake the task.

On 16 February 1990, the House Administration Committee andmembers of the Parliamentary Affairs Committee, together with theSocial Policy Study Institute and the Thai Social Science Associationlaunched a seminar on the Office of the Ombudsman. This seminarwas attended by more than 80 scholars. This was the first time thatthe concept of the Ombudsman was inspired and discussed. The com-mittee proposed the establishment of the institute to act as �PublicProtector.� Since then, the idea has spread among the Members ofParliament, academics and the public. In 1995, there was a greatmovement toward the introduction of a revision on the position of theOffice of the Ombudsman in the 1991 Constitution. The Fifth Amend-ment of the 1995 Constitution, Section 162 (second paragraph), statesthat:-

�The Ombudsmen shall not be more than five in number. Theyshall be appointed by the king with advice from the senate. TheSenate Speaker shall countersign the Royal Command appointingthe Ombudsmen.�

However, due to the absence of a timeframe for this appointment,there was no recruitment or appointment of the Ombudsman duringthe period of the 1991Constitution.

After the long continued hard attempts of the Thai political de-velopment through social movements, the success is made clear by

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 133: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

121

the change of provisions in the current 1997 Constitution.

The idea of Ombudsman institute was originally from the Scandi-navian countries and a lot of Western countries have been adoptingthis ideology into their political and administrative culture. However,the Thai political system has taken and applied this philosophy in ourculture. Therefore, the current Constitution, which is considered veryradical in terms of people participation, political transparency, andgood governance, was ratified in 1997. The Constitution lays theemphasis on civil rights and also initiates of the establishment of 7independent organizations, which are going to be the «check and ba-lance» system with the administrative branch. These organizations areConstitutional Court, Administrative Court, National Counter Cor-ruption Commission, National Election Commission, Human RightsCommission, State Auditor Commission, and Ombudsmen. With highexpectation and faith from the majority of the Thais, these organiza-tions are going to bring about fairness, justice, political transparency,and bring civil society to Thailand gradually.

The main duty of the Thai Ombudsman is to investigate com-plaints on mal-administration within government organizations, stateagency, state enterprise, or local governmental organization, providerecommendations for remedial actions, and report to the House of theRepresentatives, Senate and the public. The report will reflect publicattitudes, which will generate discussion, leading towards movementfor the correctness in society.

The second duty is to study and analyze the cause of complaintsin order to reduce or prevent the further complaints.

Another important task is to provide and deliver knowledge togeneral public about procedures and methods of submitting complaintsand about civil rights and related laws.

According to the provisions of Article 330 of the Constitution, theOrganic Law on Ombudsmen shall at least contain the following mat-ters as its substance: -

1) The performance of the duties of the Ombudsmen2) The co-operation to be given to the Ombudsmen by courts, public

prosecutors, investigation officials, or other state agencies.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 134: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

122

3) Qualifications of, and procedure for, the appointment of theSecretary General of the Office of the Ombudsman.

4) Powers and duties of the Office of the Ombudsmen.

The Office of the Ombudsman was established within one yearfrom the date of the promulgation of the law. Prior to the establish-ment of the Office of the Ombudsman on April 12, 2000, the Secre-tariat of the House of Representatives had performed the ad hoc dutyin receiving the complaints.

On the first of April 2000 His Majesty the King granted the Royalappointment of the Ombudsman. The whole process of developmentand establishment of the Ombudsman has been fulfilled after 25 yearsof political evolution.

Legal Mandate of the OmbudsmanLegal Mandate of the OmbudsmanLegal Mandate of the OmbudsmanLegal Mandate of the OmbudsmanLegal Mandate of the Ombudsman

According to the 2000 Organic Law on Ombudsmen, the mandateof the Ombudsmen is as follows:

1) Consider and investigate complaints when: -1.1 A civil servant, member or employee of a government body,

state agency, state enterprise or local government violates thelaw or exceeds the jurisdiction of his or her authority;

1.2 When an action or inaction by civil servant, member or em-ployee of a government agency, state enterprise or local gov-ernment causes harm, damage or injustice to an individualor to the general public, whether or not this action or inactionis within his or her jurisdiction; or

1.3 The law warrants investigation.

2) To submit reports, comments, and recommendations to theNational Assembly.

3) If, in the opinion of the Ombudsmen, a law, regulation, or actionof an individual under Section 16(1) is in violation of the Consti-tution, the Ombudsmen shall refer the matter to either Constitu-tional Court or an Administrative Tribunal, as appropriate, forfurther review.

4) Any complaint not within the jurisdiction of the Ombudsman ornot accepted for consideration by the Ombudsmen under Section

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 135: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

123

25 may be referred by the Ombudsmen to the appropriate govern-ment body,

5) Notify the authorities concerned in government departments, in-dependent agencies, and state enterprises about the suggestedprocedures and provisions so that the agency concerned will beable to adjust and amend the related laws, regulations, orders, orCabinet Resolution. If it is a Cabinet Resolution, the Ombuds-man has to report to the Cabinet.

6) If the evidence found indicates that an officer, who was the sourceof the complaint, is guilty of criminal, disciplinary, or corruptioncharges, notify the agency of the officer concerned in order forthem to undertake further investigation. The chief of the agencyhas to report on progress of the investigation to the Ombudsman,every three months.

7) Request government departments, independent agencies, andstate enterprises to submit facts, evidence, witnesses, and relateddocuments to the Office of the Ombudsman in order to support aninvestigation. Request the Attorney General»s Officer, investigat-ing officer to fulfill examination by providing information.

8) Issues related to the rules and regulations under the 2000 Or-ganic Law on Ombudsmen.

Performance and Implementation of thePerformance and Implementation of thePerformance and Implementation of thePerformance and Implementation of thePerformance and Implementation of theOmbudsmanOmbudsmanOmbudsmanOmbudsmanOmbudsman

The Ombudsman has the authority to consider and investigate,with neutrality and fairness, complaints concerning an action or inac-tion of state officials or employees. The aim is to remedy grievances ofthe people who receive unfair treatment from the state official or em-ployee. The Ombudsman has to prepare and submit a report contain-ing all relevant facts, opinions and recommendations for correctiveaction to relevant government or state agency. When the Ombudsmanfinds that the law, rule, regulation, or Cabinet decision results in in-justice or inequality before the law, or is arbitrary, or outdates, he hasto recommend the government or state agency in question to changeor amend such law, rule, regulation, or Cabinet decision. In addition,the Ombudsman has to prepare and submit, once a year, a report of

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 136: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

124

the work performance together with opinions and recommendationsto the Senate and the House of Representatives.

Since the establishment of the office in the year 2000, the Om-budsman considered complaints concerning actions or inaction of stateofficials or employees by investigating and submitting the reports to-gether with opinions and recommendations for corrective action to therelevant state agencies. The Ombudsman also accelerated the dissemi-nation of knowledge about the rights of the people to lodge a com-plaint and other related matters. This was to build an understandingand lessen conflicts between the people and state officials. The resultsof work in can be summarized as follow: -

1. The formulation of policy and work procedure of the Ombudsman

The Ombudsman formulated the policy and work procedure to beused as a guideline of implementation for officials as follow:-

1.1 The Ombudsman will consider and investigate a complaintwithout delay and with fairness and neutrality.

1.2 When a complaint is declined or may be declined, the Om-budsman may submit the complaint to a relevant governmentbody, state agency, state enterprise or local government forfurther appropriate action.

1.3 When a complaint is accepted, an appropriate action must betaken without delay and with adequate opportunity for boththe complainant and the personnel or agency in question toexplain and present relevant evidence. The Ombudsman hasthe power to request from the agency in question all facts,evidence and testimony relevant to the case, or to request thehead of that agency to give statement or issue a letter ofexplanation or submit documents to the Ombudsman. TheOmbudsman may request the Court to submit objects, docu-ments, or other evidence relevant to the investigation. TheOmbudsman also has the power to enter any premises wherea complaint has occurred provided that the owner or personin charge has been given prior notice.

1.4 When a complaint is declined or ceased from consideration,

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 137: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

125

the Ombudsman must notify the complainant together withreasons.

1.5 When consideration and investigation is finalized, a reportcontaining all relevant facts together with opinions and re-commendation will be prepared and submitted to the relevantagency for corrective or further appropriate action.

1.6 When consideration is made on any complaint and it is foundthat an action taken by a civil servant, member or employeeof a government body, state agency, state enterprise, or localgovernment, while in compliance with the law, rule, regula-tion, or Cabinet decision, nevertheless results in injustice orinequality before the law, or is arbitrary, or outdates, theOmbudsman will recommend that agency to change or cor-rect the law, rule, regulation, or Cabinet decision. In case of aCabinet decision, the Ombudsman must also submit a reportto the Cabinet.

1.7 When a complaint cannot be investigated further, the Om-budsman will cease an investigation and report to the Senateand the House of Representatives.

2. The formulation of the Ombudsman»s regulation on submitting,receiving and investigating complaintsFor the work of the Ombudsman to be implemented without de-lay and to be able to facilitate the complainants, the Ombudsmanhas set out the regulation on submitting, receiving and investi-gating complaints. This regulation is for the officials whose du-ties are to receive the complaints to have a standard and acceptedguideline for work, which will create confidence on the people. Itis also used as a guideline for the people and officials in workingtowards the goal and mandate of the Ombudsman.

3. The consideration and investigation of complaintsSince the official establishment of the office from December 1999to February 2002, the Ombudsman received 1,560 complaints intotal.

The implementation of the above 1,560 complaints can be sum-marized as follow:-

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 138: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

126

* 638 complaints had already been undertaken, which could bedivided as follow:-� 365 complaints were declined for consideration.� 259 complaints were accepted for consideration and deci-

sions had already been made.� 14 complaints were withdrawn.

* 919 complaints had been undertaking for investigation.* 3 complaints were submitted for information only.

The 365 complaints that were declined could be divided as fol-low:-1. Complaints were cases because complainants did not iden-

tify name, address and reason, as well as relevant fact or ac-tion related to the complaints, or did not sign. Among thesecases, one has been forwarded to relevant agency for appro-priate actions.

2. Complaints were related to personnel administration or dis-ciplinary punishment of civil servants, members or employ-ees of the government body, state agency, state enterprise orlocal government.

3. Complaints were related to actions of civil servants, mem-bers or employees of the government body, state agency, stateenterprise or local government, which were already consis-tent with the law. Among these cases, four have been for-warded to relevant agencies for appropriate actions.

4. Complaints were being considered in the Court or the Courthad already issued the rulings. Among these cases, two havebeen forwarded to relevant agencies for appropriate actions.

5. Complaints were related to corruption in the bureaucracy andthe Ombudsman has forwarded the cases to relevant agen-cies for appropriate actions.

6. Complaint was the case since the complainant neither gainednor lost, and consideration of the case would not benefit thepeople as a whole.

7. Complaints were cases because complainants» troubles orunfairness had already been solved or complainants had al-ready received appropriate compensation for their loss.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 139: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

127

8. Complaints were cases that complainants did not come topresent statements or relevant evidence, or did not take ac-tion according to the Ombudsman»s letter by deadline andwithout appropriate reason.

The 259 complaints that were accepted for consideration and de-cisions had already been made can be divided as follow: -1. 14 complaints were cases after the Ombudsman considered

and investigated, and founded that there was no provision oflaw, rule, regulation, or action of the person in question againstthe constitution. Therefore, the complaints were not submit-ted to the Constitution Court and consideration was ceasedaccordingly.

2. 10 complaints were the case that the Ombudsman consid-ered and investigated, and founded that there was a provi-sion of law, rule, regulation, or action of the person in ques-tion against the constitution. Therefore, the complaint wassubmitted to the Constitution Court and Administrative Courtfor further consideration.

3. 129 complaints were cases that the Ombudsman consideredand investigated, and founded that actions of civil servants,members or employees of the government body, state agency,state enterprise, or local government in question were con-sistent with the law. Therefore, the consideration was ceasedaccordingly.

4. 54 complaints were cases after the investigation and foundedthat the complainants» grievance or injustice had been solved,or the complainants had already received appropriate com-pensation for their loss. Therefore, the consideration wasceased accordingly.

5. 30 complaints were cases when the Ombudsman founded outthat the cases were being considered in the Court or the Courthad already issued the rulings. Therefore, the considerationwas ceased accordingly.

6. 3 complaints were cases because the complainants submittedthe cases after two years since he or she knew or should knowof the causes of the complaints. Therefore, the considerationwas ceased accordingly.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 140: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

128

7. 8 complaints were the case that the Ombudsman consideredand, in pursuant to Section 30 of the Enabling Legislation:The Ombudsman Act, B.E.2542 (1999), submitted opinionsand recommendations to the Senate for further consideration.

8. 6 complaints were the complaints that complainants failed tosubmit related document or information to the Ombudsmanor failed to response to the Ombudsman within specifiedtimeframe.

9. 2 complaints were ceased because the complainants were dead.10. 1 complaint was proposed to agency concerned for their ap-

propriate action.

It should be noted that most complaints were related to requestfor fair treatments from actions of state officials or employees.

The top three state agencies that complaints have been madeagainst are Ministry of Interior Royal Police Bureau Local Adminis-tration Organizations (includes municipalities, provincial administra-tion organization, sub-district administration organization).

ConclusionConclusionConclusionConclusionConclusion

Thai Ombudsman is only one of parliamentary tools to performthe «check and balance» duty in order to try to guarantee the transpar-ency and accountability of the administrative branch. However, hav-ing these 7 independent agencies operating under the current consti-tutional obligation does not guarantee the political stability, demo-cratic development, or transparent government.

The political reform and democratic development require andemphasize on the activity where people jointly act in order to tacklecollective problems occurred in the society nowadays. The politicalawareness and people democratic participation include communities,clubs, interest groups, associations, local organizations, regional or-ganizations as well as all government agencies, political parties, andthe whole administrative, legislative, and judicial branches.

Politics will not be activities that individuals or certain groupscompete with each other to win political posts, budget, projects or plans,which is familiar to the Thai people. The benefit of society as a whole

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 141: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

129

is the main focus. Individuals or groups must jointly advocate or joinhands in the activities that will be beneficial to all. People have to beencouraged to govern themselves.

From my point of view, applying the Ombudsman system to theThai society together with goodwill of people»s participation will leadto the political development and good governance of the nation in thefuture.

OFFICE OF THE OMBUDSMANOFFICE OF THE OMBUDSMANOFFICE OF THE OMBUDSMANOFFICE OF THE OMBUDSMANOFFICE OF THE OMBUDSMAN

1193 EXIM Bank Building 20th FloorPhaholyothin RoadPhayathai BANGKOK 10400THAILANDwww.ombudsman.go.the-mail [email protected]

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 142: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

130

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 143: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

131

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

ebelum membahas materi sebagaimanatercantum dalam judul di atas, pertama-tama kami mengucapkan «Selamat Hari

Ulang Tahun ke-2» kepada lembaga Komisi Om-Komisi Om-Komisi Om-Komisi Om-Komisi Om-budsman Nasionalbudsman Nasionalbudsman Nasionalbudsman Nasionalbudsman Nasional. Sebagai suatu lembaga yangbaru dan modern dalam sistem penegakan keadilandi negara kita, semoga peran Komisi OmbudsmanNasional serta kepercayaan dan harapan masya-rakat dan Pemerintah terhadap Komisi Ombuds-man Nasional akan terus meningkat, sehinggaproses mediasi dan rekonsiliasiproses mediasi dan rekonsiliasiproses mediasi dan rekonsiliasiproses mediasi dan rekonsiliasiproses mediasi dan rekonsiliasi bisa makin ber-tambah; sebaliknya semoga dengan itu, proses dipengadilan akan berkurang, karena bagaimanapun, pada umumnya justru memperuncing seng-keta dan memperburuk hubungan antara pihak-

Memperkuat SistemPengawasan MasyarakatMelalui KebebasanInformasi1

Astrid S. Susanto-SunarioAstrid S. Susanto-SunarioAstrid S. Susanto-SunarioAstrid S. Susanto-SunarioAstrid S. Susanto-Sunario

S

1 Astrid S. Susanto-Sunario, makalah untuk forum Seminar Sehari :Peranan Ombudsman dalam Reformasi Birokrasi, Jakarta, 20 Maret,2002;

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 144: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

132

pihak yang memang telah bersengketa; selain itu, proses peradilanselalu memakan waktu panjang dan banyak biaya, sehingga memangperolehan peradilan semakin sukar dan semakin mahal. Semogadalam tahun-tahun mendatang, Komisi Ombudsman Nasional dapatmakin berperan dan menjembatani berbagai sengketa yang sangatbanyak dan sangat mendalam - bukan saja antar warga - tetapiterutama antara warga dengan pemerintah serta berbagai lembagapemerintahannya, tidak terkecualikan dengan lembaga-lembagatinggi dan tertinggi negara.

Selanjutnya pembahasan judul «Memperkuat Sistem PengawasanMasyarakat Melalui Kebebasan Informasi» terpaksa dibahas dalamdua bagian - yang tampaknya agak terpisah satu sama lain, tetapidilakukan demi relevansi pembahasan - dengan bagian pertama darijudul, yaitu «Memperkuat Sistem Pengawasan Masyarakat». Aspekpertama lebih membahas sejarah konflik dalam Falsafah Hukumtentang kedaulatan negara/raja/penguasa dan kedaulatan rakyat,dengan kedaulatan rakyat telah melahirkan sejumlah hak (sebagai«hukum subyektif») kepada warga negara melalui aliran Humanismedalam hukum, yang mencoba membebaskan diri dari teori HukumAlam yang dirasakan sangat mengekang kebebasan bergerak individu.Karena itulah dapat dikatakan bahwa sudah sejak zaman YunaniKuno berlangsung sengketa dalam Falsafah Hukum tentang hak-hak hak-hak hak-hak hak-hak hak-hakasasi manusia, kewenangan dan kedaulatan negaraasasi manusia, kewenangan dan kedaulatan negaraasasi manusia, kewenangan dan kedaulatan negaraasasi manusia, kewenangan dan kedaulatan negaraasasi manusia, kewenangan dan kedaulatan negara sehinggamasalah «pengawasan masyarakat» juga bukan merupakan suatugejala baru/modern, tetapi suatu proses yang telah selalu tersiratsebagai masalah hakiki dalam konflik hak-hak asasi manusia versuskewenangan dan kedaulatan negara.

Bagian kedua membahas keterkaitan antara informasi dan perankomunikasi sebagai kegiatan, dan terkait dengan itu membahas pulamasalah pengendalianpengendalianpengendalianpengendalianpengendalian masyarakat (sebagai pengawasan pemerin-tah/penguasa terhadap masyarakat) dan pengawasanpengawasanpengawasanpengawasanpengawasan masyarakat(sebagai pengawasan rakyat terhadap penguasa).2

2 bandingkan pidato pengukuhan sebagai guru besar dalam bidang Sosiologi Politik danKomunikasi Politik di FISIP/Universitas Indonesia Dr. Phil. Astrid S. Susanto-Sunario, 1Oktober 1989;

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 145: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

133

1.1.1.1.1. Dari Hukum Alam menuju ke Hak-hak Asasi Manusia danDari Hukum Alam menuju ke Hak-hak Asasi Manusia danDari Hukum Alam menuju ke Hak-hak Asasi Manusia danDari Hukum Alam menuju ke Hak-hak Asasi Manusia danDari Hukum Alam menuju ke Hak-hak Asasi Manusia danKebebasan PersKebebasan PersKebebasan PersKebebasan PersKebebasan Pers

Kebebasan Informasi sebenarnya merupakan suatu proliferasidari hak-hak yang semula dikenal sebagai hak-hak politik (Locke abadke-18) dan hak-hak ekonomi (abad ke-19). Bersamaan dengan itu, sejakawal dalam dunia falsafah prinsip hak kebebasan telah selaluberhadapan dengan Hukum Alam (yang beranggapan bahwa kehi-dupan di dunia ditentukan secara sangat pasti dan teratur sebagai-mana tampak dalam gejala-gejala alam). Sebagaimana diketahui,kepastian gejala-gejala alam ini kemudian diambil alih oleh FalsafahHukum dari berbagai zaman, dengan mengalami banyak pasangsurutnya. Salah satu kepastian - yang hingga sekarang sukar digoyah-kan walaupun sering digugat - ialah mengenai Kedaulatan NegaraKedaulatan NegaraKedaulatan NegaraKedaulatan NegaraKedaulatan Negara.Prinsip kedaulatan negara ini dalam berbagai abad mempunyaipejuang dan musuhnya, sehingga prinsip kedaulatan negara (yangdalam Hukum-Hukum Adat juga pada berbagai bangsa di Eropaseperti bangsa Anglia, Franc, Germania bahkan dalam zaman kekai-saran Romawi3) diletakkan dalam tangan rakyatrakyatrakyatrakyatrakyat. Keruntuhanrepublik (dan kemudian kekaisaran) Romawi telah mengakibatkanbahwa berangsur-angsur terbentuk kerajaan-kerajaan kecil dan besardengan lambat-laun menggeser kedaulatan negara tersebut daritangan rakyat ke tangan raja/kaisar. Dalam abad ke-17 itulah terkenalkata-kata dari raja Louis XIV dari Perancis, yaitu l»etat c»est moi yangmerupakan pencerminan dan kerajaan mutlak tersebut. Sejak itu punperjuangan akan hak-hak politik berkembang (lagi). Kemudianperkembangan ekonomi lebih menekankan hak-hak ekonomi danmenjadikannya hak-hak individu, halmana terutama disebarluaskanoleh aliran Humanisme. Untuk waktu yang cukup panjang aliranHumanisme dan aliran Historisme saling berdebat, sehingga akhirnyapada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 melalui pendekatansosiologisosiologisosiologisosiologisosiologi dicapai tahap keseimbangan antara hak individu dankewenangan komunitas/negara. Banyak - sedikit dan secara tersiratpikiran terakhir ini masih paling banyak dianut (terutama di Indone-sia dalam pikiran Pancasila), sehingga hak-hak politik warga (dalam

3 terkenal prinsip politik : «vox populi, vox dei»;«vox populi, vox dei»;«vox populi, vox dei»;«vox populi, vox dei»;«vox populi, vox dei»;

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 146: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

134

pasal 28 UUD-1945 dan terutama dalam UU no. 39/1999 tentang HakAsasi Manusia dan UU no. 26/2000 tentang Pengadilan Hak AsasiManusia) menyebut bahwa hak-hak individu tersebut terbatas padapenghormatan hak-hak asasi orang lain4. Hak-hak politik, (sosial danekonomi) tersebut berkembang/mengalami proliferasi menjadi hak-hak individu, hak-hak gender, dengan pengendapan dan proliferasilebih lanjut dalam hak akan kebebasan memperoleh dan menerimainformasi (singkat : kebebasan informasikebebasan informasikebebasan informasikebebasan informasikebebasan informasi5).

Kebebasan Informasi memang makin dituntut oleh masyarakat,sebagai proses perkembangan lebih lanjut setelah berbagai jaminanhukum - mulai dari UUD-1945 dalam Pembukaannya6 - hingga keAmendemen terhadap Pasal 28 dari UUD-1945 yang semula hanyaberbunyi:

�Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikirandengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan denganUndang-undang�.

Amendemen tahun 2000 akhirnya mengenal tambahan sub-subpasal 28a sampai dengan 28j, yang praktis mencakup hak-hak individuyang diambil dari UN - Charter on Human Rights (1948) yang kemu-dian juga secara harfiah diketemukan dalam UUD-1950 (sebelumAmendemen, 2001). Amendemen ditunjang oleh UU no. 39/1999 ten-tang Hak Asasi Manusia dan UU no. 26/2000 tentang Pengadilan HakAsasi Manusia.

Di samping itu, peran dari informasi sepanjang zaman - tetapiterutama setelah kehadiran Homo Sapiens - merupakan bagian daninti dari setiap kegiatan komunikasi oleh manusia sebagai saranasosial dan sarana sosialisasi (karena manusia adalah selalu suatumahluk sosial/homo socialis). Oleh karena itu semua pembahasan

4 UU no. 39/1999, Pasal 69 ayat (1) : �Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia oranglain, moral, etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara�; ayat (2)�Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untukmenghormati hak asasi orang lain secara timbal balik serta menjadi tugas Pemerintah untukmenghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukannya� ;

5 Kebebasan informasi sebagai suatu prasarana dan sarana untuk mempermudah pengembangan(kehidupan diri) dengan memanfaatkan kemampuan mental dan intelektual seseorang;

6 Pembukaan UUD 1945 Alinea I : �Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsadan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai denganperi-kemanusiaan dan peri-keadilan�;

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 147: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

135

tentang unsur informasi tidak dapat dilepaskan dari unsur kegiatankomunikasi maupun kemajuan yang dicapainya. Demikian pulahalnya dengan tuntutan-tuntutan dan hak-hak yang sedang diper-juangkan sekarang melalui RUU Informasi yang baru diajukan danditerima dalam sidang paripurna tanggal 11 Maret 2002 dan disetujuioleh DPR-RI untuk dibahas dalam Pansus-Informasi.

Khusus mengenai makin pentingnya peran dari informasi -walaupun «hanya merupakan bagian dari kegiatan komunikasi», tetapidalam hakekatnya - oleh kemajuan 1) teknologi telekomunikasi dan2) teknologi (perangkat) informasi itu sendiri, telah mengembangkanberbagai ciri khas yang sangat menentukan. Namun sejak semulaharuslah disadari bahwa kemajuan-kemajuan dan pertambahanmakna «informasi» dalam kehidupan manusia - selain diakibatkan olehkemajuan teknologi itu sendiri - sangat didorong oleh unsur politikekonomi7 yang dikenal dengan istilah «kapitalisme.»

Theodore J. LowiTheodore J. LowiTheodore J. LowiTheodore J. LowiTheodore J. Lowi (1968) dalam bukunya berjudul «Private Lifeand Public Order»8 membahas bagaimana hak-hak individu tersebutjustru oleh kepentingan-kepentingan ekonomi terus menerus berusahauntuk memperluas bidang individual (demi hak kebebasan ekonomiindividual) dengan makin mempersempit ruang-gerak dari apa yangdisebut bidang publik. Khusus dalam kaitan ini diusahakan agarsupaya kewenangan-kewenangan negara makin berkurang, sedang-kan kebebasan individu makin meningkat demi pemenuhan kepen-tingan individu, demi perjuangan dan perwujudan kepentingan-kepen-tingan ekonominya; dengan sendirinya falsafah ini sangat mendukungperkembangan kapitalisme.

7 Istilah «political economy» makin lama makin ditinggalkan dan orang lebih cenderungmenggunakan istilah «economics» hal mana - apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesiahanya sebagai «ekonomi - meniadakan seluruh proses politik yang selalu tersiratdalam»kebijaksanaan-kebijaksanaan» yang dibahas»sekedar sebagai penerapan dari sejumlah teoriekonomi»; padahal kesimpulan-kesimpulan dan penerapan «economics»«economics»«economics»«economics»«economics» selalu dilatar belakangioleh serangkaian pemikiran politik pula, halmana tidak bisa diabaikan; bandingkan LordRobbins, 1976, Political Economy : Past and Present (a review of leading theories of economicpolicy) ; dengan demikian «political economy»«political economy»«political economy»«political economy»«political economy» adalah «the analysis and description of eco-«the analysis and description of eco-«the analysis and description of eco-«the analysis and description of eco-«the analysis and description of eco-nomic phenomena and to regard....what is desirable in the way of policy as distinctnomic phenomena and to regard....what is desirable in the way of policy as distinctnomic phenomena and to regard....what is desirable in the way of policy as distinctnomic phenomena and to regard....what is desirable in the way of policy as distinctnomic phenomena and to regard....what is desirable in the way of policy as distinctthough related speculative areas» though related speculative areas» though related speculative areas» though related speculative areas» though related speculative areas» (Lord Robbins, (1976 : 2); sebaliknya juga benar, bahwakeputusan-keputusan politikpolitikpolitikpolitikpolitik juga tidak dapat diambil tanpa pertimbangan-pertimbanganekonomi; untuk ini bandingkan juga Charles A. BeardCharles A. BeardCharles A. BeardCharles A. BeardCharles A. Beard, 1957, The economic basis of politicsand related writings by CharlesA. Beard, New York- Vintage Books;

8 Theodore J. Lowj, 1965, Private Life and Public Order, New York, W.W. Norton & Co. Inc.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 148: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

136

Theodore J. Lowi menjelaskan bagaimana �perang tentang infor-masi dan komunikasi� sebenarnya berintikan usaha penangananeksistensi berlanjut dari setiap masyarakat. Hal ini terutama karenakehidupan pribadi dan kehidupan (dalam) masyarakat selalu meru-pakan kenyataan. Pernyataan kedua dari Lori adalah bahwa keduapandangan berbeda (tekanan pada individu atau masyarakat denganketertibannya) selalu dalam konflik, sebab itu perlu ada komunikasidan informasi. Hal yang ketiga adalah bahwa kedua kenyataan diatas telah mengakibatkan lahirnya partai-partai sebagai �pengelom-pokan pendapat.�

Bila peningkatan individu dimotifkan:

1) pembangunan ekonomi

2) berjangka pendek (bagi individu)

pihak yang menekankan ketertiban masyarakat demi eksistensinyaberpendekatan:

1) politik dan sosial

2) berjangka panjang

Perbedaan inilah yang menyebabkan bahwa kedua pendekatanini tidak dapat dikompromikan sehingga menjadi masalah (1968 : VII,VIII);

Proses ini terjadi melalui:

a) pembentukan pendapat umum

b) perluasan pendapat umum

c) pergeseran/perluasan bidang pribadi/swasta

d) penyempitan legitimasi bidang publik/pengurangan kewenanganpemerintah, dan sebaliknya memperluas bidang hak individual/kapitalisme

e) untuk itu unsur-unsur dalam proses komunikasi, seperti terutamainformasi yang menjadi peluru komunikasi, selalu diperebutkan/dipermasalahkan (Lowi, 1968 : VIII)

Dalam konteks inilah RUU Informasi dan Kebebasan PersRUU Informasi dan Kebebasan PersRUU Informasi dan Kebebasan PersRUU Informasi dan Kebebasan PersRUU Informasi dan Kebebasan Persmaupun RUU PenyiaranRUU PenyiaranRUU PenyiaranRUU PenyiaranRUU Penyiaran perlu dilihat. Oleh karena itu pula, kiranyaperlu adanya pengintegrasian dari RUU Rahasia Negara dan RUU

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 149: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

137

Informasi itu sendiri. Sebagaimana disimpulkan, Informasi tidak per-nah berdiri sendiri

1) informasi merupakan kunci/peluru dalam proses komunikasi2) informasi merupakan bahan mentah dari pendapat umum

Dalam suatu negara demokrasi, maka komunikasi diarahkankepada perwujudan konsensuskonsensuskonsensuskonsensuskonsensus; lahirlah partai-partai dan lembagaperwakilan sebagai penyalur pendapat. Namun sejak tahun 90-anperan komunikasi khususnya informasi melalui berbagai tahapanmenjadi alatalatalatalatalat pertanggungan jawab (accountability) informasi publikyang terbuka - relevan atau tidak relevan - praktis menjadi pertang-gungan jawab harian; atau bahkan «plebisit» harian sebagaimanadahulu pers. Dari pernyataan ini jelaslah bahwa setiap pemerintah(autoriter atau demokratik) tidak akan menyukai suatu «plebisit liar»yang terjadi setiap hari.

Sejak awal perlu disadari, bahwa pengawasan oleh pihak manapun tidak berdiri sendiri, tetapi selalu menyatu dengan suatu sikaptentang setuju tidaknya dengan suatu wadah melalui «pendapat umum»dengan tindakan; demikian pula dengan sikap pemerintah mengenaisuatu masalah pada suatu saat. Unsur «mengenai suatu masalah» dan«pada suatu saat» perlu memperhatikan bahwa hal ini berarti:

1) pendapat masyarakat dapat berubah, apabila keadaan obyektifberubah;

2) pendapat masyarakat dapat berubah, apabila kepentingannyapada suatu saat - sekali lagi diukur terhadap keadaan obyektif -dirasakan akan merupakan dirinya; untuk itu unsur waktu dankeadaan obyektif perlu selalu diperhitungkan, apabila mengana-lisis suatu sikap atau pendapat «umum»;

Pendapat-pendapat yang bersifat «mengawasi» dapat berupa 1)mendukung atau 2) mengecam. Biasanya kalau suatu sikap atautindakan pemerintah didukung, terlupakan bahwa pendukungantersebut adalah juga hasil dari pengawasan sehingga pengawasantidak selalu berkonotasi negatif

Dalam kaitan ini, maka pertentangan yang telah berlangsungberabad-abad antara kebebasan individu dari aliran Humanisme dapatdikatakan masih berlanjut. Bila di masa lalu sengketa antara keter-

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 150: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

138

tiban umum - yang berpangkal pada kedaulatan hukum9 - telah selalubertentangan dengan kepentingan individual, maka sejak akhir abadke-20 dan sejak awal pembukaan millenium ke-3, teknologi dan hukumsangat mendukung penerapan dan perkembangan hak-hak individual,sehingga pendulum politik terarah pada kepentingan individual.Dalam kesadaran akan kedaulatan hukum tersebut, maka semuapertentangan sosial, ekonomi dan politik kini diusahakan untukdipecahkan dan diselesaikan melalui hukum atau legislasi, halmanatelah mengangkat dan mengintensifkan peran dari lembaga legislatifdan lembaga yudisial. Kedua lembaga ini secara langsung atau tidaklangsung kini menentukan ke arah mana pendulum kepentingan akanberpihak : kepada negara/personifikasi dari kehidupan publik, ataukepada kepentingan individu yang sangat diperjuangkan oleh prinsipdemokrasi. Di Indonesia hal ini sangat jelas dalam pertentanganantara RUU InformasiRUU InformasiRUU InformasiRUU InformasiRUU Informasi yang telah diajukan ke DPR-RI untukdibahas, dengan «nasib» RUU Rahasia Negara yang belum jelas. Khususmengenai istilah «RUU Rahasia Negara» dapat dilihat, bagaimanakedaulatan negara mungkin dengan agak berlebih terlalu ditonjolkan.Apabila judulnya tetap diajukan sebagaimana di atas, maka kemung-kinan besar RUU tersebut baru dapat dibahas setelah RUU InformasiRUU InformasiRUU InformasiRUU InformasiRUU Informasimenjadi Undang-Undangmenjadi Undang-Undangmenjadi Undang-Undangmenjadi Undang-Undangmenjadi Undang-Undang. Lain halnya, apabila judul RUU RahasiaNegara dapat diubah menjadi «RUU - InformasiInformasiInformasiInformasiInformasi Rahasia Negara»,maka kedua RUU tersebut dapat dibahas bersama-sama dengan ke-mungkinan:

1) RUU (Informasi) Rahasia Negara dibahas paralel (sebagaimanajuga telah dibahas di tahun lalu RUU-Pertahanan bersama-samadengan RUU Kepolisian, dengan RUU Kepolisian tunduk kepadahasil pembahasan dan kesepakatan antara pemerintah denganPansus DPR);

2) RUU (Informasi) Rahasia Negara menjadi bagian dari RUU Kebe-basan Informasi dan karenanya dibahas bersama-sama;

9 Mengenai sejarah «kedaulatan hukum» yarg berhasil memenangkan kedudukan antara kedaulatandi tangan penguasa/raja atau kedaulatan di tangan rakyat/kedaulatan rakyat, lihat Logemann,1927, «Over enkele vraagstukken eener Indische staatsrechtsbeoefening; mengenai sejarah falsafahkonflik antara aliran Hukum Alam dan Humanisme (sebagai pejuang kebebasan) yangdimenangkan oleh falsafah bagi kedudukan kedaulatan hukum sebagai jalan tengahsebagai jalan tengahsebagai jalan tengahsebagai jalan tengahsebagai jalan tengah dansebagai personifikasi dari negara dan sebagai jalan tengah, lihat Dooyeweerd, 1950, «De strijdom het Souvereiniteitsbegrip in de modeme Rechts-en Staatsleer;

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 151: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

139

Kedua pendekatan ini dimungkinkan dan akan menjamin bahwaRUU Kebebasan Informasi dan RUU (Informasi) Rahasia Negara tidakbertentangan satu sama lain, karena membahas hal yang sama yaituInformasi. Dalam hal ini, Informasi rahasia negara merupakan bagiandari Informasi pada umumnya, tetapi dengan memiliki sifat-sifatpengecualian (yang tentunya perlu dibatasi dan diperjelas) khususnyamengenai keselamatan bangsa dan negara.

2.2.2.2.2. Hal-Ihwal Informasi dan Keterkaitannya dengan Komu-Hal-Ihwal Informasi dan Keterkaitannya dengan Komu-Hal-Ihwal Informasi dan Keterkaitannya dengan Komu-Hal-Ihwal Informasi dan Keterkaitannya dengan Komu-Hal-Ihwal Informasi dan Keterkaitannya dengan Komu-nikasi dan Pengendalian Masyarakat serta Pengawasannikasi dan Pengendalian Masyarakat serta Pengawasannikasi dan Pengendalian Masyarakat serta Pengawasannikasi dan Pengendalian Masyarakat serta Pengawasannikasi dan Pengendalian Masyarakat serta PengawasanMasyarakatMasyarakatMasyarakatMasyarakatMasyarakat

Untuk mengaitkan apa yang telah dikatakan terlebih dahulu,dengan pembahasan berikut di bawah ini, makalah ini menggunakanpendapat dari Manuel Castells (1999)10 yang memulai tulisannyadengan kata-kata:

(a) «For the first time in history the entire planet is capitalist. Eventhe few remaining command economies are surviving or de-veloping through their linkages to global, capitalist markets......it is fundamentally new because it is tooled by new informa-tion and communication technologies that are at the root ofnew productivity sources. new organizational forms and theconstruction of a Global economy;

(b) ..... the profile of this new world is centred around multina-tional corporations, global financial markets and a highly con-centrated system of technological research and development.....,the extreme flexibility of the system - which allows it to link upeverything that is valuable according to dominant values andinterests, while disconnecting everything that is not valuable,or becomes devalued. This simultaneous capacity to includeand exclude people, territories and activities are based upon acapacity network,

(c) A network is simply a set of interconnected nodes. It may havea hierarchy, but it has no centre. Relationships between nodes

10 Manuel Castells, September 1999, Information Technology, Globalization and Social Develop-ment, Jenewa/Swiss - UN-Research Institute for Social Development;

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 152: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

140

are asymmetrical, but they are all necessary for the function-ing of the network - for the circulation of money, information,technology, images, goods, services or people throughout thenetwork. The most critical distinction in this organizationallogic is not stability, but inclusion or exclusion. Those whoremain inside have the opportunity to share and over time, toincrease their chances. Those who drop out, or become switchedoff, will see their chances vanish,

(d) In other words, networks - all networks - ultimately come outahead by restructuring, whether they change their composi-tion, their membership, or even their tasks. The problem isthat people, territories, whose livelihood and fate depend ontheir positioning in these networks, cannot adapt so easily. Ina downgraded region, capital disinvests, software engineersmigrate, tourists find another fashionable spot, and globalmedia close down. Networks adapt, bypass human matter onwhich the network was living, cannot so easily mutate. It be-comes trapped, or devalued, or wasted. And this leads to so-cial underdevelopment, precisely at the threshold of the poten-tially most promising era of human fulfillment.

(e) It is urgently necessary to reverse the downward spiral of ex-clusion and to use information and communication technolo-gies to empower humankind. The reintegration of social de-velopment and economic growth in the Information Age willrequire massive technological upgrading of countries, Firmsand households around the world - a strategy of highest inter-est for everyone, including business. It will take a dramaticinvestment in overhauling the educational system everywhere.It will require the establishment of a worldwide network ofscience and technology, in which the most advanced universi-ties will be willing to share knowledge and expertise for thecommon good It must aim at reversing, slowly but surely, themarginalization of entire countries, or cities or neighbourhoods,so that the human potential that is currently being wasted,can be reinvested (Manuel Castells, 1999 : II-III).

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 153: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

141

Penulis telah menyampaikan secara in extenso masalah informasi(yang terkait erat dengan politik ekonomi kapitalisme dalam jangkau-an globalnya) dengan mengutip pendapat dari Manuel Castells,karena:

1) jarang sekali dapat diketemukan suatu pendapat tentang infor-masi dan seluruh latar belakang tentang kemenangan kapitalismemelalui perkembangan teknologi informasi dan teknologi (tele)komunikasi;

2) dampak dari dominasi kapitalisme tersebut telah menjangkausedemikian luasnya sehingga meninggalkan pengaruh yang luarbiasa terhadap hakekat dari setiap bangsa yang ikut atau tidakikut dalam jaringan komunikasi dan jaringan informasinya;

Dengan demikian, untuk mempermudah dan mempersingkatpembahasan mengenai bagaimana «memperkuat sistem pengawasanmasyarakat» maka bagi setiap pengendali masyarakat hanyalah tersisakemungkinan untuk menghadapkan hal-hal yang disebut oleh ManuelCastells di atas (unsur [a] sampai dengan unsur [d]) - dan kini telahdirasakan sebagai kenyataan - dengan kepentingan publik khusus-kepentingan publik khusus-kepentingan publik khusus-kepentingan publik khusus-kepentingan publik khusus-nya kepentingan bangsa dan negaranya kepentingan bangsa dan negaranya kepentingan bangsa dan negaranya kepentingan bangsa dan negaranya kepentingan bangsa dan negara; dengan memperhatikanberbagai kemungkinan - juga dengan menggunakan bahan yangjuga dengan menggunakan bahan yangjuga dengan menggunakan bahan yangjuga dengan menggunakan bahan yangjuga dengan menggunakan bahan yangdiperoleh melalui `kebebasan informasi» itu sendiri - untukdiperoleh melalui `kebebasan informasi» itu sendiri - untukdiperoleh melalui `kebebasan informasi» itu sendiri - untukdiperoleh melalui `kebebasan informasi» itu sendiri - untukdiperoleh melalui `kebebasan informasi» itu sendiri - untukmengmengmengmengmenghindari hindari hindari hindari hindari «the downward spiral of exclusion ...., to empower«the downward spiral of exclusion ...., to empower«the downward spiral of exclusion ...., to empower«the downward spiral of exclusion ...., to empower«the downward spiral of exclusion ...., to empowermankindmankindmankindmankindmankind. Sikap demikian diperlukan untuk memungkinkanSikap demikian diperlukan untuk memungkinkanSikap demikian diperlukan untuk memungkinkanSikap demikian diperlukan untuk memungkinkanSikap demikian diperlukan untuk memungkinkanterwujudnya prosesterwujudnya prosesterwujudnya prosesterwujudnya prosesterwujudnya proses `reintegration of social development and `reintegration of social development and `reintegration of social development and `reintegration of social development and `reintegration of social development andeconomic growth in the Information Age ...., that the humaneconomic growth in the Information Age ...., that the humaneconomic growth in the Information Age ...., that the humaneconomic growth in the Information Age ...., that the humaneconomic growth in the Information Age ...., that the humanpotential can be reinvested ;potential can be reinvested ;potential can be reinvested ;potential can be reinvested ;potential can be reinvested ;

Dalam mewujudkan keberhasilan «memperkuat sistem penga-wasan (baca «pengendalian» karena dilakukan oleh lembaga-lembagakenegaraan), pendekatan pengendalian tersebut hanya dapat dilaku-kan dengan memperhatikan apa yang telah dikatakan oleh ManuelCastells (1999). Selanjutnya instrumen dan teknik pengendalian itusendiri dapat dilakukan dengan memilih antara unsur-unsur instru-mental yang dibahas di bagian berikut di bawah ini.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 154: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

142

1.1.1.1.1. Sejarah Singkat Perubahan Konsep : Dart Pengendalian SosialSejarah Singkat Perubahan Konsep : Dart Pengendalian SosialSejarah Singkat Perubahan Konsep : Dart Pengendalian SosialSejarah Singkat Perubahan Konsep : Dart Pengendalian SosialSejarah Singkat Perubahan Konsep : Dart Pengendalian SosialMenuju ke Pengawasan SosialMenuju ke Pengawasan SosialMenuju ke Pengawasan SosialMenuju ke Pengawasan SosialMenuju ke Pengawasan Sosial

Masalah social control dapat dikatakan meluas setelah J.S. RoucekJ.S. RoucekJ.S. RoucekJ.S. RoucekJ.S. Roucek(1947, 1955) menerbitkan bukunya berjudul «Social Control»11. Perludiperhatikan, bahwa justru pengalaman selama Perang Dunia II (1941- 1945) telah memberi banyak bahan pemikiran kepada para ilmuwansosial - khususnya ilmuwan politik, psikologi dan komunikasi -sehingga tidak mengherankan bahwa setelah itu berkembanglahbanyak teori baru dalam bidang ilmu-ilmu sosial.

Inti dari pengawasan ialah terbentuknya konformitas tindakanantar anggota dalam suatu kelompok yang mengutamakan/preferensisesuatu, walaupun konformitas ini berbeda dengan kelompok lain(Roucek, 194, 1955 : 8). Mengenai hakekat dan pengawasan masyara-kat, Roucek mengatakan

«One reason for the increasing importance of social control is thatan individual acting alone has become almost powerless to copewith social problems. Consequently he must endeavour to influ-ence others to join him in working for the goal that he desires. ...The effectiveness of social control whether democratic or authori-tarian in nature, also largely decides the success or failure of so-cial planning. One source in fact, of the interest in social control isthe reaction against evolutionary determinism, a doctrine that rep-resented society as the resultant of forces, often mechanistic, thatoperate almost automatically regardless of man»s effort ...... Thedisintegrating forces which frequently develop in complex moderncultures are likely to be accompanied by strenuous efforts to secureuniformity of conduct» (Roucek, 1955 : 12-13).

Beberapa kesimpulan penting dapat diambil dari perumusanRoucek ini, yaitu bahwa:

1) bukan saja suatu pemerintahan autoriter tetapi juga pemerin-tahan demokratik melaksanakan pengawasan masyarakat;

2) pengawasan dilakukan melalui pengaruh untuk mencapai sasar-an/tujuan;

11 Joseph S. Roucek, (1947, 1955), Social Control, Toronto-New York-London- Princeton-New Jer-sey/D. van Nostrand Co. Inc.;

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 155: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

143

3) efektivitas pengawasan menjadi pra-syarat bagi suatu peren-canaan sosial;

4) pengawasan dilakukan untuk menghindari atau mengurangi arahdan kecepatan perubahan, sebagaimana dinyatakan oleh teorideterminisme perubahan;

5) perubahan ingin dikendalikan sebanyak mungkin untuk meng-hindari disintegrasi demi keseragaman (1955 : 12);

Dengan demikian, maka «pengawasan» di sini terutama dilihatsebagai «pengawasan dari atas» oleh pemerintah.

Dalam tahun 70-an terbit buku dari T. ShibutaniT. ShibutaniT. ShibutaniT. ShibutaniT. Shibutani yang meng-gunakan istilah «pengawasan sosial» bukan saja dalam makna sebagai-mana dibahas oleh Roucek sebagai pengawasan oleh atasan/pemerin-tah terhadap masyarakat, tetapi juga dalam hal pengawasan olehmasyarakat, atau pengawasan «dari bawah ke atas».

Untuk menghindari kekacauan dalam penggunaan istilah yangsama - yaitu pengawasan sosial - maka, penulis dalam tahun 1989dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar FISIP/UI justru mem-bahas masalah «pengawasan sosial» dengan kedua arti tadi, sehingga- berkat kekayaan perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia -telah dimungkinkan untuk melihat istilah Inggris «social control» dalamdua makna yang berbeda:

1) pengawasan (terhadap) masyarakat oleh pemerintah (atau penga-wasan dari atas) kami sebut «pengendalianpengendalianpengendalianpengendalianpengendalian sosial»;

2) pengawasan (oleh) masyarakat terhadap pemerintah (atau penga-wasan dari bawah ke atas) kami sebut «pengawasanpengawasanpengawasanpengawasanpengawasan sosial»;

Penajaman perubaaan makna antara kedua proses di atas itulahyang telah menjadi inti dari pidato pengukuhan kami sebagai gurubesar (1 Oktober 1989), sehingga memang kami sendiri menghindarisebanyak mungkin istilah social control dan lebih menggunakan istilah«pengawasan sosial» atau «pengendalian masyarakat». Sebagaimanadiketahui, dalam bahasa Inggris untuk kedua bentuk proses di atashanya dipergunakan satu istilah, yaitu social control sehingga cepatmuncul pertanyaan : «who controls whom». Dengan demikian terbukti-kan bahwa bahasa Indonesia lebih jeli dan hati-hati dalam membahas

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 156: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

144

«pengawasan» tersebut dengan membedakan sekaligus (secara implisit)antara kedua pihak penyelenggara «pengawasan» tadi, yaitu:

1) pengendalian oleh atasan/pemerintah yang biasanya mempunyaisanksi dan

2) pengawasan oleh masyarakat yang tidak mempunyai suatu sanksisecara langsung dan lebih dikenal sebagai pendapat umumpendapat umumpendapat umumpendapat umumpendapat umum/pub-lic opinion yang hanya dapat mengadakan tekanan-tekanan poli-tik terhadap penguasa; /pemerintah melalui penyampaian kritikdan ketidak-sefahaman, halmana dalam bentuk terkeras dapatdisampaikan melalui demonstrasi.

Pengawasan masyarakat menggunakan pengaruh dan propa-ganda politik sebagai instrumennya. Pengaruh yang diperlukan dapatdilakukan secara terbuka maupun terselubung. Vance PackardVance PackardVance PackardVance PackardVance Packard(1957)12 - yang lebih banyak membahas periklanan sebagai suatu ben-tuk «lunak» dari propaganda - menjelaskan bagaimana dalam bidangpolitik pengendalian masyarakat dilakukan melalui image building/pembentukan citra pada masyarakat yang dicapai terutama melaluimanipulasi pendapat (konsumen) dengan menggunakan analysismotivasi/motivational analysis (1957, 1963 : 207). Bahkan Packardberpendapat bahwa `keabsahan moral» dalam hal mempengaruhisecara tidak langsung menjadi masalah. Khusus penggunaannyauntuk pemasaran produk-produk ekonomi, Packard sangat meragukan`keabsahan moral» dari:

1) kegiatan selling emotional security/menjual rasa aman (1963 : 66);

2) kegiatan selling reassurance of worth/meningkatkan penjualanharga diri (1963 : 67);

3) kegiatan selling ego-gratification/penjualan rasa puas diri (1963 :69)

Inilah sejumlah teknik mempengaruhi demi perolehan suatupendapat umum yang mendukung, halmana dilakukan oleh pengen-dalian masyarakat (kali ini tidak saja oleh suatu pemerintah, tetapijuga oleh swasta/para penjual produk melalui iklan di media massa).Pendekatan yang dipergunakan ialah terutama:

12 Vance Packard, (1957, 1962, 1963), The Hidden Persuaders, London-Reading/a Pelican Book;

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 157: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

145

«to associate ... with the basic source of life, strength, and well-being» (1963 : 89);

Suatu tahap perkembangan - yang mendahului konsep «kebebasaninformasi demi/dalam rangka pengawasan masyarakat terhadappemerintah» ialah berkembangnya hak untuk berkomunikasihak untuk berkomunikasihak untuk berkomunikasihak untuk berkomunikasihak untuk berkomunikasi/theright to communicate pada akhir dekade 70-an yang terutamadikembangkan oleh Jean d»Arcy, L.S. HarmsJean d»Arcy, L.S. HarmsJean d»Arcy, L.S. HarmsJean d»Arcy, L.S. HarmsJean d»Arcy, L.S. Harms dan Jim RichstadJim RichstadJim RichstadJim RichstadJim Richstad -ketiga-tiganya guru besar pada University of Hawaii/East West-Cen-ter Communication institute.13

D»Arcy dalam tahun 70-an memperdalam dampak-dampak darikomunikasi melalui siaran langsung satelit/Direct Satellite Broadcast-ing dan sangat gelisah mengenai «instant world» yang diterima orangmelalui siaran satelit (1977 : 3). D»Arcy sangat berkepentingan untukmenjamin:

1) participatory communications2) two-way interaction3) interchange4) message generation5) system purpose6) communication rights (1977 : 4);

Dalam menganalisis seberapa jauh demokrasi dinikmati olehsuatu masyarakat berdasarkan participatory communications, Bahkantokoh Ilmu Politik dan Ilmu Komunikasi Harold D. LasswellHarold D. LasswellHarold D. LasswellHarold D. LasswellHarold D. Lasswell telahmengembangkan dua model, yaitu:

1) the participatory model

2) the oligarchical model (1977 : 5)

Lasswell menjelaskan bagaimana dalam model oligarkimodel oligarkimodel oligarkimodel oligarkimodel oligarki yangberorientasi pada kekuasaanberorientasi pada kekuasaanberorientasi pada kekuasaanberorientasi pada kekuasaanberorientasi pada kekuasaan/power oriented komunikasi dipergu-nakan untuk 1) mengindoktrinasi dan 2) mengalihkan perhatian darimasalah-masalah yang tidak diinginkan oleh penguasa (1977 : 5). Padamodel partisipasimodel partisipasimodel partisipasimodel partisipasimodel partisipasi komunikasi kemudian diadakan langkah-langkahuntuk:

13 L.S. Harms dan Jim Richstad, August 1977, Evolving Perspectives on the Right to Communi-cate, Honolulu/Hawaii - East West Communication Institute;

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 158: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

146

1) berusaha memperoleh perhatian untuk masalah yang dikemu-kakan;

2) mengadakan «pemetaan kembali» masa lalu demi suatu pemecahanbagi masa kini dan masa depan;

3) memperlihatkan adanya variasi dan pluralitas dalam kepentingansehingga perlu dicari jalan tengahjalan tengahjalan tengahjalan tengahjalan tengah sebagai kepentingan ber-kepentingan ber-kepentingan ber-kepentingan ber-kepentingan ber-samasamasamasamasama (1977 : 5);

Dapat disimpulkan, sangat disadari bahwa teknologi komunikasiakan sangat menghambatmenghambatmenghambatmenghambatmenghambat «komunikasi ke atas»/pengawasan sosial,sedangkan sebaliknya teknologi komunikasi sangat menguntungkanmenguntungkanmenguntungkanmenguntungkanmenguntungkankomunikasi dari atas ke bawah/pengendalian masyarakat halmanaberimpit dengan model oligarki dari Lasswell.

Bahkan suatu pertanyaan yang menghantui tahun-tahun 70-anialah : Apakah hak berkomunikasi sekedar merupakan suatu hakmoral, ataukah hak ini perlu di dukung oleh suatu hukum hak berko-hukum hak berko-hukum hak berko-hukum hak berko-hukum hak berko-munikasi?munikasi?munikasi?munikasi?munikasi? (1977 :5).

Bersamaan dengan perkembangan teknologi komunikasi danpemanfaatan yang makin banyak oleh negara-negara industri, makatahun 70-an juga menunjukkan adanya suatu keresahan tentangketidakseimbangan volume komunikasi/informasi oleh dunia industriterhadap negara-negara berkembang (1977 : 7). Walaupun kenyataanini kini makin parah, namun tampaknya masyarakat Indonesia tidaktidaktidaktidaktidakmempermasalahkannya lagi, atau telah bersikap «pasrah» terhadapnya,padahal integritas budaya bangsa sangat terganggu karenanya.integritas budaya bangsa sangat terganggu karenanya.integritas budaya bangsa sangat terganggu karenanya.integritas budaya bangsa sangat terganggu karenanya.integritas budaya bangsa sangat terganggu karenanya.

Selanjutnya kegiatan «pengawasan oleh masyarakat« dilakukanmelalui pendapat umum yang merupakan instrumen pengawasan bagimasyarakat. Pengawasan ini secara terbuka dilakukan oleh mediamasa dan sejak adanya Information Super Highway/ISH juga melaluiInternet dan berbagai webs. Dalam hal inilah terjadi keterkaitanantara pendapat umum dan informasi, bahkan kebebasan (memper-oleh) informasi, dengan asumsi bahwa informasi yang diterima men-cerminkan kenyataan/kebenaran tentang apa yang dilaporkan. Tanpainformasi, media masa tidak dapat melaksanakan fungsi pengawasan.Juga informasi yang keliru/tidak benar dengan sendirinya dapatmengakibatkan kesimpulan yang keliru, sehingga pengawasan pun

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 159: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

147

terjadi secara keliru.

2.2.2.2.2. Informasi dan Daya PengaruhnyaInformasi dan Daya PengaruhnyaInformasi dan Daya PengaruhnyaInformasi dan Daya PengaruhnyaInformasi dan Daya Pengaruhnya

Informasi adalah data yang terolah, oleh karena itu tidak pernahakan ada informasi yang 100% obyektif dan suatu informasi selaluharus dilihat dari segi 1) siapa pengolah informasi dan 2) apa tujuan-nya? Dilihat dari segi ini, maka informasi merupakan �peluru komu-�peluru komu-�peluru komu-�peluru komu-�peluru komu-nikasi�nikasi�nikasi�nikasi�nikasi�.

Sebagaimana diketahui, kini orang lebih berbicara tentang «infor-masi» dan kurang berbicara mengenai ̀ komunikasi», padahal informasihanyalah muatan/isi dari komunikasi dan karenanya kedua-duanyakedua-duanyakedua-duanyakedua-duanyakedua-duanyatidak dapat dibahas terpisah (dipisahkan) satu sama laintidak dapat dibahas terpisah (dipisahkan) satu sama laintidak dapat dibahas terpisah (dipisahkan) satu sama laintidak dapat dibahas terpisah (dipisahkan) satu sama laintidak dapat dibahas terpisah (dipisahkan) satu sama lain.

Sejak semula telah selalu disadari bahwa para warga suatumasyarakat mempunyai sejumlah haksejumlah haksejumlah haksejumlah haksejumlah hak (yang kemudian dikaitkandengan «hak-hak asasihak-hak asasihak-hak asasihak-hak asasihak-hak asasi»), tetapi hak-hak warga tidak terlepas darihak-hak warga tidak terlepas darihak-hak warga tidak terlepas darihak-hak warga tidak terlepas darihak-hak warga tidak terlepas darikeberadaannya dalam masyarakat dan karena itu hak-hakkeberadaannya dalam masyarakat dan karena itu hak-hakkeberadaannya dalam masyarakat dan karena itu hak-hakkeberadaannya dalam masyarakat dan karena itu hak-hakkeberadaannya dalam masyarakat dan karena itu hak-hakindividu tidak boleh mengganggu hak masyarakatindividu tidak boleh mengganggu hak masyarakatindividu tidak boleh mengganggu hak masyarakatindividu tidak boleh mengganggu hak masyarakatindividu tidak boleh mengganggu hak masyarakat. Inilah suatuinti pemikiran yang dirumuskan oleh suatu pertemuan di Koeln/Jerman dalam tahun 1975/lnternational Broadcast Institutelnternational Broadcast Institutelnternational Broadcast Institutelnternational Broadcast Institutelnternational Broadcast Institutedengan memberi suatu descriptive statement:

«Everyone has the right to communicate. It is a basic human needand is the foundation of all social organizations It belongs to indi-viduals and communities between and among each other. This righthas been long recognised internationally and the exercise of it needsconstantly to evolve and expand. Taking account of changes in so-ciety and developments in technology, adequate resources - human,economic, and technological - should be made available to allmankind for fulfilment of the need for interactive participatorycommunication and implementation of that right» (1977 : 90) .

Selanjutnya suatu pendapat dari IBI-Koeln (1975) tersebut - yangmasih relevan hingga sekarang - ialah kata-kata:

«The committee noticed that the right to communicate vested in theindividual was sometimes contrasted with the rights vested in thecommunity. The committee found there need be no important con-

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 160: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

148

flict between the two concepts, except that in countries holdingthe view that the rights vested in the community were exercisedthrough governments as the repository of those rights. In such aview, the rights of the individuals to communicate may be exer-cised only to the extent that does not conflict with the establishedsocial and political order» (1977 : 91) .

Desmond FisherDesmond FisherDesmond FisherDesmond FisherDesmond Fisher dalam analisisnya menyebut ada sejumlah hakyang terkait dengan hak komunikasi maupun hak informasi yangdilihatnya berada dalam tiga lingkaran, dengan lingkaran pertamaterdapat titik pusat lingkaran bagi :

1) hak untuk berkomunikasi. Selanjutnya dalam lingkaran keduaterdapat

2) hak memperoleh informasihak memperoleh informasihak memperoleh informasihak memperoleh informasihak memperoleh informasi3) hak kebebasan memiliki pendapat (yang berbeda)4) hak mengeluarkan pendapat;

Dalam lingkaran ketiga diketemukan5) hak untuk mempersuasi orang6) sikap oligarki melalui Undang-undang anti pers7) kebebasan jurnalistik/wartawan8) kebebasan mengkritik9) kebebasan menyatakan pendapat10) kebebasan pers11) kebebasan berpropaganda12) kebebasan siaran13) adanya siaran non-pemerintah dan siaran swasta serta siaran

luar negeri14) akses terhadap (informasi) yang dimiliki autoritas/peme-akses terhadap (informasi) yang dimiliki autoritas/peme-akses terhadap (informasi) yang dimiliki autoritas/peme-akses terhadap (informasi) yang dimiliki autoritas/peme-akses terhadap (informasi) yang dimiliki autoritas/peme-

rintah/informasi publikrintah/informasi publikrintah/informasi publikrintah/informasi publikrintah/informasi publik15) sikap pemerintah yang transparan dalam hal informasisikap pemerintah yang transparan dalam hal informasisikap pemerintah yang transparan dalam hal informasisikap pemerintah yang transparan dalam hal informasisikap pemerintah yang transparan dalam hal informasi

publik/publik/publik/publik/publik/open government14;

Namun bagaimana pun, secara sangat jelas dinyatakan olehDesmond Fisher bahwa ada batas-batas terhadap kebebasan-ada batas-batas terhadap kebebasan-ada batas-batas terhadap kebebasan-ada batas-batas terhadap kebebasan-ada batas-batas terhadap kebebasan-kebebasankebebasankebebasankebebasankebebasan tersebut. yaitu apabila menyangkut

14 Setelah adanya kemajuan dalam bidang Ilmu Politik, maka sekarang dianggap bahwa openopenopenopenopengovernment (seakan-akan) merupakan (satu-satunya) prasyarat bagi good governancegovernment (seakan-akan) merupakan (satu-satunya) prasyarat bagi good governancegovernment (seakan-akan) merupakan (satu-satunya) prasyarat bagi good governancegovernment (seakan-akan) merupakan (satu-satunya) prasyarat bagi good governancegovernment (seakan-akan) merupakan (satu-satunya) prasyarat bagi good governance;

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 161: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

149

1) ketertiban umumketertiban umumketertiban umumketertiban umumketertiban umum/public order2) keamanankeamanankeamanankeamanankeamanan/security3) moral publikmoral publikmoral publikmoral publikmoral publik/public morality4) penghinaan terhadap agamapenghinaan terhadap agamapenghinaan terhadap agamapenghinaan terhadap agamapenghinaan terhadap agama/blasphemy5) fitnahfitnahfitnahfitnahfitnah/libel/slander6) hak-hak orang lainhak-hak orang lainhak-hak orang lainhak-hak orang lainhak-hak orang lain (1977 : 97)

(lihat juga KUHP pasal 112, 113, 134, 136 bis, 137, 142, 143, 144,154, 155, 156, 157, 156a, 160, 161, 207, 208, 282,310, 311, 315,316, 317, 320, 321, 322, 519, 533, 535).

Adapun berbagai jenis hak dari individu maupun komunitas -dan terkait dengan itu adalah kebebasan memperoleh infor-terkait dengan itu adalah kebebasan memperoleh infor-terkait dengan itu adalah kebebasan memperoleh infor-terkait dengan itu adalah kebebasan memperoleh infor-terkait dengan itu adalah kebebasan memperoleh infor-masimasimasimasimasi (sebagai muatan/isi/komoditas komunikasi) - adalah sebagai-mana dalam gambar15. Terhadap gambar tersebut - yang mempunyaisebagai intinya the right to communicate».

Yang menarik dari pikiran Desmond Fisher ialah bahwa walaupunia memberi pembatasan terhadap hak-hak tersebut berdasarkansejumlah syarat, namun sekali ia mengingatkan bahwa masyarakat/komunitas atau pemerintah/negara tidak menikmati hak-haktidak menikmati hak-haktidak menikmati hak-haktidak menikmati hak-haktidak menikmati hak-haktersebut; negara hanya memiliki tersebut; negara hanya memiliki tersebut; negara hanya memiliki tersebut; negara hanya memiliki tersebut; negara hanya memiliki entitlements/hak pakai terha-/hak pakai terha-/hak pakai terha-/hak pakai terha-/hak pakai terha-dap hak-hak tersebut, tetapi itu pun hanya sebagai salah satudap hak-hak tersebut, tetapi itu pun hanya sebagai salah satudap hak-hak tersebut, tetapi itu pun hanya sebagai salah satudap hak-hak tersebut, tetapi itu pun hanya sebagai salah satudap hak-hak tersebut, tetapi itu pun hanya sebagai salah satupelaku/bukan pelaku utama, sebagaimana para individu seba-pelaku/bukan pelaku utama, sebagaimana para individu seba-pelaku/bukan pelaku utama, sebagaimana para individu seba-pelaku/bukan pelaku utama, sebagaimana para individu seba-pelaku/bukan pelaku utama, sebagaimana para individu seba-gai pelaku-pelakugai pelaku-pelakugai pelaku-pelakugai pelaku-pelakugai pelaku-pelaku. Secara sangat jelas is mengatakan:

« The idea here Is that society as such would have no basic right tofreedom of information, expression, or opinion but to the entitle-ments embodied in legislation or regulations, through which thesefreedoms are exercised» (1977: 101);

Sehubungan dengan itu, maka Desmond Fisher membuat baganinteraksi antara empat kebebasan yang penting (yaitu kebebasanberkomunikasi, kebebasan memperoleh informasikebebasan memperoleh informasikebebasan memperoleh informasikebebasan memperoleh informasikebebasan memperoleh informasi, kebebasanmenyatakan pendapat dan kebebasan memiliki pendapat sebagaiberikut (1977 : 100)

15 Desmond Fisher, (1977 : 89-118) ), The right to communicate : a philosophical framework for thedebate, dalam L.S. Harms & Jim Richstad, Evolving Perspectives on the Right to Communicate,Honolulu, Hawaii, East West Center Communication Institute;

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 162: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

150

RIGHT TOCOMMUNICATE

FREEDOM OFINFORMATION

FREEDOM OF EXPRESSION

FREEDOM OFOPINION

Right to seek to persuade

Antipress oligopoly laws

Right of journalist

Right tocritizise

Freedom ofspeech

External broadcasting

Independent broadcasting

Freedom of press

Right to propagandize

OpenGovernment

Access toAuthority

LIMITATIONSPublic order; Security; Purblik Morality; Blasphemy; Libel-slander;

Right of Others

3.3.3.3.3. PENDAPAT UMUMPENDAPAT UMUMPENDAPAT UMUMPENDAPAT UMUMPENDAPAT UMUM

Dalam tahun 1922 Walter LippmanWalter LippmanWalter LippmanWalter LippmanWalter Lippman menulis bukunya yangterkenal berjudul �Public Opinion�. la membahas informasi sebagaikomoditas politik yang dapat mempengaruhi masyarakat (publik/khalayak) secara positif dan negatif. Sebab itu aspek tanggung jawabmoral harus diperhatikan para wartawan.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 163: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

151

Apabila membahas pendapat umum (yang merupakan instru-instru-instru-instru-instru-men pengawasanmen pengawasanmen pengawasanmen pengawasanmen pengawasan) harus diperhatikan, bahwa «pendapat umum»:

1) tidak bersifat baku atau beku2) tidak selalu konsisten, juga tidak antar intern-antar unsur-unsur

atau permasalahan3) tidak selalu mempunyai atau berlandaskan logika4) tidak bersifat tunggal5) tidak bersifat mandiri6) tidak dapat dimintai pertangung jawabannya7) selalu dalam bentuk berubah dan «mengalir»16

Pertama-tama «pendapat umum» selalu terkait dengan suatu topik/issue. Selain itu, «pendapat umum» hampir selalu «mengatas-namakanrakyat» sehingga dalam tahun 60-an abad ke-20 pernah terbit suatubuku yang mengajukan pertanyaan «who are the people?» yaitu pendu-duk yang diatas-namakan, oleh berbagai pihak, termasuk bahkanpemerintah sendiri.

Sekurang-kurangnya «pendapat umum» membahas kepentingandari suatu kelompok yang mengatasnamakan tadi, sehingga pen-dapatnya dapat dikatakan selalu terkait dengan pendapat kelompok-

16 Sebab itu terus «mengalir» informasi baru terus menerus memerlukan jumlah informasi untukmengambil suatu situasi (politik) untuk mengubah masyarakat;

HAK UNTUK BERKOMUNIKASIHAK UNTUK BERKOMUNIKASIHAK UNTUK BERKOMUNIKASIHAK UNTUK BERKOMUNIKASIHAK UNTUK BERKOMUNIKASI

KEBEBASAN KEBEBASAN KEBEBASANMEMPEROLEH MENYATAKAN MEMILIKI

INFORMASI PENDAPAT PENDAPATBERBEDA

Akses terhadap Kebebasan Undang-undanginformasi autoritas/ berbicara anti oligopoli perspublik Kebebasan pers Hak mengkritikOpen government Kebebasan siaran Hak berusahaHak wartawan Kebebasan siaran berpersuasiHak berpropaganda luar negeri

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 164: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

152

nya. Jadi `pendapat umum» dalam kenyataan terdiri dari sejumlahpendapat (dari berbagai kelompok), sehingga orang dapat mengatakanadanya banyak pendapat umum karenanya terdapat «opinions of thepublics» ataupun istilah «divided public opinion» yaitu apabila terdapatdua pendapat yang dominan yang bersifat pro dan Kontra. Bagi setiappemerintah demokratik, keadaan demikian paling sukar untukmengambil keputusan, karena tidak ada kejelasan mengenai langkahmana yang akan `disetujui oleh rakyat».

Untuk hubungan internasional masalahnya adalah lebih mudah,karena dalam keadaan «divided public opinion» bisa saja suatu peme-rintah mengambil jarak dan sangat berhati-hati dengan suatu issueatau masalah.

Lain halnya dalam masalah dalam negeri yang akan cepat «meli-batkan keberpihakan» (sengaja atau tidak sengaja) dari suatu peme-rintah apabila membuat keputusan yang dinilai berpihak» padahalbisa-bisa saja bukan itu maksud pemerintah.

Dengan demikian, makin luas suatu permasalahan karenakarenakarenakarenakarenamelibatkan kepentingan dari makin banyak kelompokmelibatkan kepentingan dari makin banyak kelompokmelibatkan kepentingan dari makin banyak kelompokmelibatkan kepentingan dari makin banyak kelompokmelibatkan kepentingan dari makin banyak kelompok, makintepatlah «pengidentikkan» pendapat umum dengan pendapat masya-rakat. Hal itu terjadi umpamanya dalam menjelang dan terutamapada awal Reformasi, tatkala seakan-akan pendapat masyarakat«menyatu» sehingga pimpinan negara tatkala itu (tanggal 21 Mei 1990)terpaksa mengundurkan diri. Makin «terpecah» dan tidak jelasnyapendapat umum, makin terbuktikan bahwa topik yang dipermasa-lahkan atau tidak difahami oleh semua pihak, atau memang tidakrelevan dengan kelompok yang tidak berpartisipasi». Contoh : dewasa

Hak berkomunikasiHak memperolehinformasi pribadi

Hak menyatakanpendapat

Hak memperolehinformasi publik

Ruang publik

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 165: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

153

ini sedang dikembangkan «class opinion» yang cukup menjelaskanbahwa gagasan dari inisiator yang ingin mengajukan suatu gugatanhukum, belum difahami justru oleh kelompok yang diatas-nama-kannya!

«Kebingungan masyarakat» karena menerima begitu banyak pesanmelalui siaran radio dan TV - juga mengenai berbagai dialog di malamhari - menjelaskan, bahwa terlalu banyak informasi yang relevan dantidak relevan; yang disebarluas oleh media massa - yaitu pesan-pesanyang seharusnya bersifat melayani kepentingan khalayak yang selektif- dijadikan masalah `umum». Untuk masalah-masalah yang `selektif»sebenarnya seminar-seminar lebih tepat, tetapi karena seminar-semi-nar dianggap «kurang» memberi publicity maka banyak public figureslebih tergiur untuk mengutamakan media massa. Namun pertanyaanyang selalu harus diajukan terhadap publisitas seperti itu ialah:

1) apakah informasi-informasi yang terlalu bersifat «spesialisasi» adamanfaatnya apabila disampaikan melalui media massa;

2) seberapa jauhkah efektivitas dari dialog-dialog tersebut, kecualiefektivitas bagi lembaga lembaga siaran yang mengadakannya

Tingkat kemampuan meyakinkanTingkat kemampuan meyakinkanTingkat kemampuan meyakinkanTingkat kemampuan meyakinkanTingkat kemampuan meyakinkan/Ueberzeugbarkeit kadang-kadang dinyatakan sebagai «tingkat kemungkinan meyakinkan»tingkat kemungkinan meyakinkan»tingkat kemungkinan meyakinkan»tingkat kemungkinan meyakinkan»tingkat kemungkinan meyakinkan»17

identik dengan nilai harapan/nilai harapan/nilai harapan/nilai harapan/nilai harapan/Erwatungswert akan kecilnya usaha akan kecilnya usaha akan kecilnya usaha akan kecilnya usaha akan kecilnya usahamengurangi perbedaan pendapat/mengurangi perbedaan pendapat/mengurangi perbedaan pendapat/mengurangi perbedaan pendapat/mengurangi perbedaan pendapat/Dissonanzreduzierung, karena, karena, karena, karena, karenapada pihak penerima keterangan terjadi perubahan atau pada pihak penerima keterangan terjadi perubahan atau pada pihak penerima keterangan terjadi perubahan atau pada pihak penerima keterangan terjadi perubahan atau pada pihak penerima keterangan terjadi perubahan atau dis-sonance reduction pergeseran (pendapat). Unsur-unsur yang pergeseran (pendapat). Unsur-unsur yang pergeseran (pendapat). Unsur-unsur yang pergeseran (pendapat). Unsur-unsur yang pergeseran (pendapat). Unsur-unsur yangdapat menggeser hak/memperkecil perbedaan pendapatdapat menggeser hak/memperkecil perbedaan pendapatdapat menggeser hak/memperkecil perbedaan pendapatdapat menggeser hak/memperkecil perbedaan pendapatdapat menggeser hak/memperkecil perbedaan pendapatadalah variabel sosio-ekonomi dan variabel psikologiadalah variabel sosio-ekonomi dan variabel psikologiadalah variabel sosio-ekonomi dan variabel psikologiadalah variabel sosio-ekonomi dan variabel psikologiadalah variabel sosio-ekonomi dan variabel psikologi (Droege-Weissenborn-Haft, 1969 : 65).

Dalam kaitan ini ada hal yang menarik yang diketemukan olehDroege-Weissenborn dan Haft, yaitu bahwa setiap manusia mempu-nyai kecenderungan untuk setuju, sehingga terbentuklah sikap tole-tole-tole-tole-tole-ransi, karena penerima keterangan cenderung mengurangiransi, karena penerima keterangan cenderung mengurangiransi, karena penerima keterangan cenderung mengurangiransi, karena penerima keterangan cenderung mengurangiransi, karena penerima keterangan cenderung mengurangipendapat yang bertentangan dalam dirinya, sehingga keadaanpendapat yang bertentangan dalam dirinya, sehingga keadaanpendapat yang bertentangan dalam dirinya, sehingga keadaanpendapat yang bertentangan dalam dirinya, sehingga keadaanpendapat yang bertentangan dalam dirinya, sehingga keadaantak terduga, yaitu bahwa manusia lambat laun makin tumpultak terduga, yaitu bahwa manusia lambat laun makin tumpultak terduga, yaitu bahwa manusia lambat laun makin tumpultak terduga, yaitu bahwa manusia lambat laun makin tumpultak terduga, yaitu bahwa manusia lambat laun makin tumpul

17 Abelson dan Lesser dalam Franz Droege, Rainer Weissenbom dan Henning Haft, 1969, Wirkungender Massenkommunikation, Muenster-Regerisburg;

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 166: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

154

Sifat khalayak/individuSifat khalayak/individuSifat khalayak/individuSifat khalayak/individuSifat khalayak/individuVariabel PrimerVariabel PrimerVariabel PrimerVariabel PrimerVariabel Primer Pengubah pendapatPengubah pendapatPengubah pendapatPengubah pendapatPengubah pendapat

Mudah berubahMudah berubahMudah berubahMudah berubahMudah berubah Sukar berubahSukar berubahSukar berubahSukar berubahSukar berubahUmur pengaruh kecil pengaruh besarpengaruh besar perempuan laki-lakikedalaman agama pengaruh kecil pengaruh besarstatus pengaruh kecil pengaruh besarpendidikan pengaruh kecil pengaruh besarpengaruh besar pengaruh kecil pengaruh besar

terhadap pengaruhterhadap pengaruhterhadap pengaruhterhadap pengaruhterhadap pengaruh (1969: 66). Selanjutnya ada beberapa penemuanyang perlu diperhatikan apabila menganalisis «pendapat umum» yaitu:

1) tidak terdapat satu pendapat umum, tetapi sejumlah pendapatyang tersebar dalam kelompok-kelompok tertentu, dengan sifat-sifat tertentu, bahkan menjelaskan sifat-sifat pribadi yang sangatmirip satu sama lain;

2) kecenderungan untuk mudah - atau sukar - mengubah/menggeserpendapat diakibatkan oleh hal-hal seperti:a) jenis dan tingkat pendidikan danb) hal-hal yang terjadi sebelum mengadakan komunikasi ten-

tang topik yang dipermasalahkan;

3) kemungkinan mempengaruhi individu/khalayak adalah palingbesar, apabila seseorang/khalayak belum mempunyai pendapattentang topik, terutama belum memiliki kepentingan dan motivasitertentu terhadap masalah yang dihadapi (= keterlibatan ego);

4) setiap pendapat - dalam proses persuasi - apabila bergeser terjadiberdasarkan a) arah, b) intensitas dan c) lama/waktu pendapattertentu bertahan, halmana juga berlangsung menurut pergeseranpendapat (1969 : 66);

Berdasarkan proses kemungkinan dipengaruhi dari khalayak/individu penerima, dikenal jenis-jenis khalayakjenis-jenis khalayakjenis-jenis khalayakjenis-jenis khalayakjenis-jenis khalayak sebagai berikut:

1) khalayak imun/tidak berubah pendapat

2) khalayak yang berubah-ubah pendapat/pengubah pendapat;

3) khalayak yang berubah secara negatif/khalayak negatif (1969 :66);

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 167: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

155

Berkaitan dengan itu pula, maka Droege-Weissenbom dan Haftmenemukan adanya saling keterkaitan antara sejumlah variabelprimer dengan sifat khalayak/individu sebagai berikut:

Kesimpulan yang menarik yang dapat ditarik dari pengaruhvariabel-variabel primer terhadap mudah berubah pendapat hampirhampirhampirhampirhampirtidak berpengaruh,tidak berpengaruh,tidak berpengaruh,tidak berpengaruh,tidak berpengaruh, tetapi sebaliknya terhadap sikap sukar berubahsikap justru sangat berpengaruhjustru sangat berpengaruhjustru sangat berpengaruhjustru sangat berpengaruhjustru sangat berpengaruh (1969 : 70). Penemuan ini menun-jang penemuan dari LaneLaneLaneLaneLane dan SearsSearsSearsSearsSears18 mengenai sikap irasionalitas(tinggi) yang sekaligus menunjukkan kemungkinan mempenga-ruhinya sebagai berikut:

1) pembentukan pendapat umum luar biasa sukarnya19, dengansalah satu kasus dan kriteria adalah proses pemilihan umum/electoral process dan pemberian suara (1965 : 3);

2) pengaruh politik terjadi lebih banyak secara tidak langsung(1965 : 3);

3) pengaruh dari nilai-nilai luar terjadi pada awal masa remaja(1965 : 4);

4) kelompok berpenghasilan rendah (diakibatkan oleh kemiskinanyang akut dan status sosial yang rendah);

5) mobilitas sosial secara fisik (khususnya urbanisasi) yang menga-dakan perubahan intrageneratifintrageneratifintrageneratifintrageneratifintrageneratif

6) perubahan hubungan intern keluarga (karena pertambahan anaksehingga ruang hidup keluarga makin sempit);

7) Isolasi individual (karena pengalaman bercerai/duda/janda ataulajang

Unsur-unsur keterkaitan variabel-variabel primer dengankemungkinan dipengaruhi/mengubah pendapat dibahas dengan agakpanjang dan lebar, untuk menjelaskan bahwa peningkatan volumeatau akses memperoleh informasi saja tidak merupakan unsur yangutama dalam mengubah masyarakat maupun pemerintah; akhimyaadalah situasi sosio-ekonomi dan psikologi masyarakat sendiri (denganlatar belakang apapun) yang akan menentukan:

18 Robert E. Lane dan David O Sears, 1965, Public Opinion, New Jersey - Engelwood Cliffs danNew Delhi Prentice Hall of India;

19 asli : �The Process of»shaping»is an enormously complicated one�(1965 : 3);

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 168: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

156

1) informasi apa yang akan dicari oleh individu/khalayak;

2) untuk tujuan apa informasi ingin a) dimiliki dan b) dipergunakan;

3) dengan cara bagaimana informasi akan dipergunakan.

Dengan menggunakan analisis di atas ini akhirnya salah satukesimpulan penting ialah bahwa pihak yang memerlukan banyakinformasi - terutama informasi publik - ialah:

1) kaum intelektual

2) pihak yang berkecimpung dalam bidang publik, yaitu dengan jenispekerjaan politikus/politisi dan/atau wartawan.

Dengan sendirinya seseorang yang aktif dalam bidang publik,tidak hanya menginginkan informasi demi perubahan pendapat saja,tetapi bahwa yang bersangkutan mengharapkan bahwa perolehanmengharapkan bahwa perolehanmengharapkan bahwa perolehanmengharapkan bahwa perolehanmengharapkan bahwa perolehaninformasi publik dapat meningkatkan kemampuan politiknyainformasi publik dapat meningkatkan kemampuan politiknyainformasi publik dapat meningkatkan kemampuan politiknyainformasi publik dapat meningkatkan kemampuan politiknyainformasi publik dapat meningkatkan kemampuan politiknyamelalui pengembangan atau peningkatan kemampuan untukmelalui pengembangan atau peningkatan kemampuan untukmelalui pengembangan atau peningkatan kemampuan untukmelalui pengembangan atau peningkatan kemampuan untukmelalui pengembangan atau peningkatan kemampuan untuksuatu mobilitas psikologik/capacity for psychic mobilitysuatu mobilitas psikologik/capacity for psychic mobilitysuatu mobilitas psikologik/capacity for psychic mobilitysuatu mobilitas psikologik/capacity for psychic mobilitysuatu mobilitas psikologik/capacity for psychic mobility20

(1966) oleh khalayak publik pula. Mengingat bahwa sikap pendapatumum memiliki 1) arah/tertuju pada sesuatu/seseorang dan 2) inten-sitas/kekuatan pendukung, maka inilah juga kriteria bagi seleksiseleksiseleksiseleksiseleksiinformasiinformasiinformasiinformasiinformasi yang dilakukan oleh setiap pencari informasi.

KESIMPULANKESIMPULANKESIMPULANKESIMPULANKESIMPULAN

1. Setiap pendapat yang berkaitan dengan masalah -masalah publikmemiliki peran fungsi sosial;

2. Setiap pendapat juga mempunyai suatu fungsi intra psikologikintra psikologikintra psikologikintra psikologikintra psikologik/intra psychic function yang merupakan landasan �pembenaran�/legitimasi bagi tindakan-tindakan agresif pemilik pendapat(contoh : demonstrasi dengan kekerasan);

3. Setiap pendapat yang mempermasalahkan masalah publiksekaligus mempunyai fungsi ekonomi;

4. Setiap pendapat menjelaskan �rasionalisasi� pemilik pendapatdan menjelaskan adanya tekanan-tekanan psikologik terhadap-nya; cara penyampaian secara harus maupun dengan kekerasan

20 Lucien W. Pye, 1966, Aspects of Political Development, Boston-Little Brown & Co; MIT;

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 169: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

157

ditentukan oleh landasan etik pemilik pendapat, sehingga ikutmenentukan derajat dan mutu peran sosial yang dimainkannyasesuai dengan sistem nilainya (Lane & Sears, 1965 : 54-56);

5. Pengendalian pendapat mempunyai pendekatan dan kriteriakeberhasilan komunikasi = pengawasan masyarakat;

6. Unsur yang menentukan keberhasilan pengendalian masyarakatditentukan oleh(a) pengalaman masyarakat dengan pemerintah, khususnya

mengenai sinkron tidaknya kata-kata pemerintah dengantindakan-tindakannya:* loyalitas kepada pemerintah ditentukan oleh perimpitan

kata dan kenyataan (= nama baik pemerintah)* kesetiaan/loyalitas yang sangat berpihak/partisan sangat

dibantu oleh kesamaan etnik, ras, dan wilayah sama/bersama

* kepercayaan berdasarkan etika terhadap tokoh pemerin-tah ditentukan oleh kepercayaan psikologikkepercayaan psikologikkepercayaan psikologikkepercayaan psikologikkepercayaan psikologik bahwaseorang tokoh pemerintah akan bertindak sesuai dengannorma-norma etika masyarakat

* kepercayaan tekniskepercayaan tekniskepercayaan tekniskepercayaan tekniskepercayaan teknis berkembang berdasarkan penga-laman di masa lalu (contoh : kepercayaan terhadap dok-ter, pelayanan kesehatan dll.)

(b) pengendali masyarakat selalu bersaing dengan pendapat daritokoh-tokoh masyarakat (dalam partai maupun di luar,termasuk mass media)

(c) nilai-nilai yang dipergunakan oleh pengendali masyarakatharus sama atau sekurang-kurangnya dekat dengan nilaimasyarakat (terutama nilai-nilai yang dimiliki oleh tokoh-tokoh intelektualnya)

(d) keterlibatan masyarakat dalam kegiatan publik ialah karenaada kepentingan pribadi terlibat dalam masalah-masalahpublik yang ditangani oleh pemerintah (contoh : kenaikanBBM, tarif telepon, tarif listrik dan transportasi);

7. Pengaruh politik dan keberhasilan persuasi politik merupakansumber kekuasaan yang dapat mengubah pendapatsumber kekuasaan yang dapat mengubah pendapatsumber kekuasaan yang dapat mengubah pendapatsumber kekuasaan yang dapat mengubah pendapatsumber kekuasaan yang dapat mengubah pendapatkhalayak; atau dukungan terhadap suatu kebijaksanaankhalayak; atau dukungan terhadap suatu kebijaksanaankhalayak; atau dukungan terhadap suatu kebijaksanaankhalayak; atau dukungan terhadap suatu kebijaksanaankhalayak; atau dukungan terhadap suatu kebijaksanaan

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 170: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

158

pemerintah ditentukan oleh muatan komunikasi/informasi yangpemerintah ditentukan oleh muatan komunikasi/informasi yangpemerintah ditentukan oleh muatan komunikasi/informasi yangpemerintah ditentukan oleh muatan komunikasi/informasi yangpemerintah ditentukan oleh muatan komunikasi/informasi yangdipakai, yang tidak berdiri sendiri tetapi terkait erat dengandipakai, yang tidak berdiri sendiri tetapi terkait erat dengandipakai, yang tidak berdiri sendiri tetapi terkait erat dengandipakai, yang tidak berdiri sendiri tetapi terkait erat dengandipakai, yang tidak berdiri sendiri tetapi terkait erat denganunsur-unsur pengalaman dan psikologik masa laluunsur-unsur pengalaman dan psikologik masa laluunsur-unsur pengalaman dan psikologik masa laluunsur-unsur pengalaman dan psikologik masa laluunsur-unsur pengalaman dan psikologik masa lalu yang telahdisebut terdahulu (Lane & Sears, 1965 : 55-56);

8. Dengan demikian perlu ditekankan bahwa banyak informasi yangtersedia serta disebarluaskan oleh media massa, hanya berman-faat apabila terdapat suatu knowledgeable Press sehingga dicapaisuatu knowledgeable public/khalayak, itupun hanya apabilatingkat pendidikan masyarakat memungkinkan khalayak ramaimemahami dan mengolah dengan tepat informasi yang disebar-luaskan oleh media massa maupun Internet.

Hal terakhir ini adalah prasyarat utama bagi terbentuknya suatucivil society.

Jakarta, 14 Maret 2002

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 171: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

159

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA1. Castells, Manuel, 1999, Information Technology, Globalization and So-

cial Development, Jenewa/Swiss - UN-Research Institute for Social De-velopment;

2. Droege, Franz, Raiser Weissenborn dan Henning Haft, 1969, Wirkungender Massenkommunikation, Muenster-Regerisburg;

3. Harms, L.S. dan Jim Richstad, 1977, Evolving Perspectives on the Rightto Communicate, Honolulu, Hawaii, East West Communication Institute;

4. Lane, Robert E. dan David O. Sears, 1965, Public Opinion, New Jersey -Engelwood Cliffs dan New Delhi Prentice Hall of India;

5. Lowi, Theodore J., 1968, Private Life and Public Order, New York, W.W.Norton & Co. Inc.

6. Packard, Vance, (1957, 1962, 1963), The Hidden Persuaders, London-Read-ing, a Pelican Book;

7. Pye, Lucien W., 196G, Aspects of Political Development, Boston-LittleBrown & Co; MIT;

8. Roucek, Joseph S., (1947, 1955), Social Control, Toronto-New York �LondonPrinceton-New Jersey/D. van Nostrand Co. Inc.;

Pidato pengukuhan sebagai Guru Besar FISIP/UI1. Sunario, Astrid S. Susanto, 1989, Pengendalian Masyarakat dan

Pengawasan Masyarakat», Jakarta;

Undang-undang:1. UUD 1945;2. UU no. 39/1999, tentang Hak Asasi Manusia;3. UU no. 26/2000, tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia;

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 172: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

160

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 173: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

161

�Ombudsman merupakan Magistrature oflnfluence, bukan Magistrature of Sanctions.Efektifitasnya sangat tergantungkemampuannya untuk mempersuasi,kewenangannya, serta bobot kualitasnya.�(Ombudsman Indonesia di tengah OmbudsmanInternational, Sujata dan Surachman, 2002)

amun sebenarnya hasil akhirnya secarade facto tergantung «resultante» antaraOmbudsman dan birokrasi yang diawasi-

nya. Sehingga yang juga tak kalah penting lagiadalah bagaimana mekanisme internal birokrasi itusendiri menyerap rekomendasi-rekomendasi yangdikeluarkan Ombudsman. Jika mekanisme inter-nal birokrasinya belum tersentuh efek reformasibirokrasi dan «kedap» terhadap langkah korektifyang dilakukan Ombudsman, maka peran Ombuds-man yang terlahir dari rahim cita-cita reformasiini menjadi tumpul dan tidak menggigit. Ombuds-man sebagai salah satu «alat» untuk membantuderak reformasi, hanya dapat berperan secara efek-tif jika secara simultan juga terdapat gerakan

N

ManajemenReformasi BirokrasiA. B. Susanto*A. B. Susanto*A. B. Susanto*A. B. Susanto*A. B. Susanto*

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 174: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

162

reformasi dalam tubuh birokrasi.

Organisasi birokrasi merupakan salah satu konsep organisasiyang cukup tua, dan bukanlah konsep yang buruk. Dengan dasarpemikiran bahwa organisasi yang efisien memiliki cara kerja sepertisebuah mesin, Weber menganjurkan aturan yang terinci, pembagiankerja, pengawasan, dan hirarki kekuasaan jelas. Maka organisasibirokrasi dipakai oleh pemerintah di seluruh dunia, dan selalu ber-kutat dengan berbagai peraturan. Sebenarnya organisasi birokrasidibedakan menjadi dua kategori, yaitu organisasi birokrasi mesin danorganisasi birokrasi profesional. Reformasi birokrasi diharapkan dapatmentransformasi menjadi organisasi birokrasi profesional.

Konsep dasar dari organisasi birokrasi mesin adalah standarisasi.Karakteristik struktur organisasi ini adalah memiliki rutinitas kerjayang tinggi dengan aturan yang formal, penugasan dibagi dalamkelompok-kelompok departemen fungsional, otoritas yang tersen-tralisasi, pengambilan keputusan berdasarkan rantai komando yangada, dan struktur administrasi yang baik dengan adanya pembedaanyang nyata antara aktivitas yang dilakukan oleh lini dengan staforganisasi. Karena derajat formalitas tinggi, maka pengambilankeputusan dilakukan secara tersentralisasi. Ketidakmampuan dalammengatasi masalah yang terjadi di luar aturan yang telah dibuat, dankekakuan karena terobsesi mengikuti peraturan yang berlaku, men-jadi kelemahannya.

Struktur organisasi profesional ini merupakan kombinasi daristandarisasi dan desentralisasi dalam proses pengambilan keputusan.Kekuatan struktur ini adalah pada operating core yang memilikikemampuan khusus yang dibutuhkan oleh organisasi. Struktur inimempunyai otonomi untuk mengimplementasikan kemampuannyadalam desentralisasi pengambilan keputusan. Selain itu dalamstruktur ini dikenal adanya staf pendukung yang mendukung kegiatanoperating core.

Metodologi Manajemen Reformasi BirokrasiMetodologi Manajemen Reformasi BirokrasiMetodologi Manajemen Reformasi BirokrasiMetodologi Manajemen Reformasi BirokrasiMetodologi Manajemen Reformasi Birokrasi

Pada hakekatnya reformasi birokrasi adalah proses pemindahandari formasi lama ke formasi yang baru, dengan tatanan, sistem,

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 175: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

163

budaya dan struktur yang baru. Jika proses perpindahan ini belumtuntas, maka sulit diharapkan dapat terwujud manajemen birokrasiyang efektif.

Memanajemeni reformasi birokrasi sedikitnya harus melalui tigatahap. Tahap pertama adalah menentukan tujuan reformasi birokrasi,mengembangkan strategi dan kerangka kerja untuk melaksanakanaktivitas manajemen reformasi birokrasi tersebut, yang masih menyi-sakan ruang bagi fleksibilitas karena situasi mendatang yang dihadapitidak sepenuhnya dapat diprediksi, dan menuangkan dalam contin-gency plan. Semua aktivitas ini harus didukung oleh visi yang jelas.Sang nakhoda harus dapat melihat jendela masa depan, dan mem-punyai gambaran langkah-langkah apa yang hendak ditempuh untukmewujudkannya.

Tahap selanjutnya adalah mengimplementasikan manajemenreformasi birokrasi itu. Dalam tahapan ini, perlu adanya kemantapandan kecepatan yang memadai untuk mendorong dimulainya aktivitasreformasi birokrasi. Salah satu hal yang perlu disadari adalah bahwaaktivitas reformasi birokrasi berlangsung dalam situasi dan kondisiyang juga berubah. Oleh karena itu, diperlukan dinamika dan fleksi-bilitas dalam derajat tertentu dalam implementasi aktivitas reformasibirokrasi. Aktivitas pemantauan dan pemberian umpan balik meru-pakan elemen-elemen utama dalam menghadapi dinamika imple-mentasi reformasi birokrasi. Dengan demikian, aktivitas reformasibirokrasi yang memberikan hasil positif dapat dilanjutkan dan yangmemberikan hasil negatif dapat ditelaah kembali dan dimodifikasiapabila diperlukan.

Implementasi reformasi birokrasi memerlukan komitmen yangtinggi karena seringkali terdapat ketidakjelasan hasil dalam masa-masa tertentu. Selain standard progress yang telah ditetapkan dalamtahap persiapan, perlu pula diperhatikan bahwa distribusi reformasicukup jelas dan sampai ke pihak yang terkait, untuk mengurangi rasaketidakpastian.

Dalam implementasi reformasi birokrasi, perlu diseimbangkanantara fokus pada hal-hal yang bersifat teknis dengan masalah sosial,politik dan budaya, agar tidak menjadi ganjalan bagi proses reformasi

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 176: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

164

birokrasi. Perhatian utama perlu pula diarahkan pada pengelolaanberbagai permasalahan yang terkait dengan masalah psikologis danpolitis bagi para pelaku reformasi manajemen birokrasi.

Implementasi reformasi birokrasi perlu dilaksanakan dalamjangka waktu yang tepat. Apabila proses manajemen reformasibirokrasi berlangsung dalam jangka waktu yang terlalu lama, biasanyahasil yang disasarkan tidak tercapai. Apabila tercapai, kemungkinanhasil tersebut tidak sesuai lagi untuk situasi dan kondisi yangdihadapi.

Proses reformasi birokrasi tidak berakhir setelah aktivitas refor-masi birokrasi selesai dilaksanakan. Tahap terakhir adalah tahappengelolaan hasil reformasi birokrasi. Justru tantangan yang lebihbesar akan kita hadapi dalam masa lepas landas ini. Bagaimana mem-persiapkan seluruh bangsa untuk memanfaatkan hasil reformasibirokrasi bukanlah suatu pertanyaan yang mudah untuk dijawab.

Ketiga tahap dalam proses reformasi birokrasi terkait erat satudengan lainnya dan keberhasilan proses reformasi birokrasi memer-lukan hasil optimal dari ketiga tahap secara keseluruhan. Prosesreformasi birokrasi tidak akan sukses dilaksanakan apabila tahappertamanya sudah tidak jelas.

Perlu disadari bahwa reformasi birokrasi yang terlalu besar dalamwaktu yang terlalu singkat (revolusioner) akan dapat menimbulkankekacauan arah bagi para pelaku aktivitas reformasi manajemenbirokrasi, serta menurunkan peluang sukses. Pendekatan revolusionerini merupakan pendekatan yang berbeda dan bukan merupakansubyek pembahasan tulisan ini.

Memanajemeni Konflik : Memanajemeni Konflik : Memanajemeni Konflik : Memanajemeni Konflik : Memanajemeni Konflik : Tantangan DemokrasiTantangan DemokrasiTantangan DemokrasiTantangan DemokrasiTantangan Demokrasi

Proses manajemen reformasi birokrasi yang sedang kita hadapitidak akan berjalan mulus, jika konflik yang menyertai manajemenreformasi birokrasi tidak dapat dikendalikan dengan baik. Dalameuphoria kebebasan, semua orang merasa berhak untuk berpendapat,dan seringkali diartikan juga berhak untuk berselisih pendapat. Dalamtubuh pemerintah saat ini menimbulkan persoalan tersendiri, karenatiadanya mayoritas mutlak. Reformasi birokrasi selalu melewati masa-

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 177: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

165

masa ketidakpastian (Law of Chaos), yang merupakan masa kritisyang harus dilewati. Reformasi birokrasi berwajah ganda, satu sisimenuju kebaikan, di sisi yang lain menunjukkan wajah yang menge-rikan. Inilah yang harus disadari oleh para pemimpin kita. Jangansampai fase ketidakpastian ini, menjadi berkepanjangan, apalagi jikasampai menggiring ke arah desintegrasi bangsa.

Konflik memang tidak dapat dihindari, dan bukankah demokrasisebenarnya juga memanfaatkan dinamika konflik. Konsep triaspolitika, adalah manifestasi dari pemanfaatan konflik untuk salingmengontrol. Legislatif dan eksekutif, memang «diharapkan» terlibatdalam konflik dalam konteks check and balance, dan bukan kontekspermusuhan. Konflik yang diharapkan muncul berada dalam derajattertentu dan terkendali, saling mengoreksi, sehingga menjadifungsional. Jika tingkat konflik membesar dan tidak terkendali,konflik menjadi disfungsional dan bahkan menjadi destruktif.

Reformasi Birokrasi dan Otonomi DaerahReformasi Birokrasi dan Otonomi DaerahReformasi Birokrasi dan Otonomi DaerahReformasi Birokrasi dan Otonomi DaerahReformasi Birokrasi dan Otonomi Daerah

Salah satu gaung reformasi adalah otonomi daerah, yang berusahauntuk melakukan «demokratisasi» melalui upaya-upaya desentralisasi.Proses perubahan birokrasi di tingkat daerah seiring dengan kele-luasaan yang diperolehnya dapat dijadikan «cermin» keberhasilanreformasi birokrasi «mini» .

Otonomi daerah memegang peranan penting dalam proses peng-guliran roda reformasi birokrasi. Pelaksanaan otonomi daerah sendirimerupakan sebuah reformasi birokrasi, yang berlandaskan nafasdesentralisasi. Dalam situasi terdesentralisasi, ketika sebagian kewe-nangan pemerintah pusat berada di pundak pemerintah daerah,kontribusi keberhasilan reformasi birokrasi di daerah menjadi sangatsignifikan.

Lepasnya belenggu sentralisasi diharapkan dapat memacukreatifitas daerah, meningkatnya daya inovasi, mengasah kepekaanterhadap permasalahan lokal, meningkatnya transparansi dan demo-kratisasi, serta sederet harapan mulia lainnya yang menunjang ke-mandirian daerah.

Di balik harapan yang serba indah tersirat berbagai kekhawa-

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 178: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

166

tiran, seperti kekhawatiran «desentralisasi» korupsi dan kekhawatiranmunculnya «raja-raja» kecil di daerah yang tidak kalah hebatnya dalamber-KKN, karena justru lepasnya pesan kontrol dari �pusat�. �Pusat�di sini bukan hanya berarti pemerintah pusat, tetapi juga pressuregroups seperti media, LSM, dan kampus. Keberadaan kelompok pene-kan yang tidak merata di daerah dapat mengurangi fungsi kontroldari pihak-pihak di luar pemerintahan. Sejumlah investor juga menge-luhkan birokrasi di daerah ternyata juga tidak kalah ruwetnya denganbirokrat pusat. Bahkan Presiden Megawati sudah menuding otonomidaerah sebagai ganjalan pemulihan ekonomi.

Apa yang dapat dipetik dari berbagai kekhawatiran tersebut?Daerah tidak boleh terjebak pada eforia otonomi dan harus hati-hatidalam memanajemeni masa transisi yang sangat menentukan dalammeraih kesuksesan. Optimisme yang ada harus disalurkan dalamlangkah-langkah yang tepat. Karena sebenarnya dibalik tantanganyang ada, tersimpan peluang sangat besar jika cermat dalam menge-lola kesempatan yang ada. Otonomi daerah telah memberikan kewe-nangan dan tanggung jawab yang luas bagi daerah dalam pemanfaatandan pengelolaan pembangunan daerahnya.

Sindroma «raja kecil» yang mungkin muncul harus dicegah sejakawal, jika tidak ingin cita-cita indah otonomi layu sebelum berkembangdan berakhir dengan kekecewaan masyarakat daerah yang sangatmendambakan kemajuan. Otonomi telah memberikan otoritas yanglebih luas kepada para pelaku di daerah dan dengan sendirinya jugamemberikan tanggungjawab yang lebih besar.

Di sini peran Ombudsman sebagai salah satu pengawal reformasibirokrasi di daerah sangat diperlukan. Ombudsman Daerah perlusegera dibentuk, dan dapat berperan sebagai «auditor» bagi kualitaslayanan publik dan «pengacara» bagi masyarakat melawan «birokrat».Walaupun memiliki fungsi dan cara yang berbeda dengan pressuregroups, tetapi tujuannya adalah untuk melakukan koreksi terhadapkinerja birokrat.

Diperlukan perubahan sudut pandang (paradigm shift) parapejabat dan pegawai pemerintah daerah untuk meresapi makna darilayanan publik (public services). Artinya para pegawai adalah «alat

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 179: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

167

untuk melayani publik, dan bukan sebaliknya publik harus melayanimereka. Paradigma ini harus tercermin dalam kesadaran peran (roleawareness) dan tertuang dalam budaya organisasi (organization cul-ture) pemerintah daerah. Setiap orang yang menduduki setiap posisidalam struktur organisasi, harus sadar tentang peran yang harus di-jalankan dan mengacu kepada paradigma layanan masyarakat.Budaya organisasi harus diperkuat, sehingga setiap anggota organisasiyang bernama pemerintah daerah mempunyai referensi nilai yangsama, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak bolehdilakukan.

Paradigma ini dapat menjadi landasan yang kuat bagi terciptanyagood governance, untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dankemandirian daerah berdasarkan prinsip-prinsip transparansi,akuntabilitas (accountability), fairness, dan tanggung jawab. Prinsip-prinsip ini berdiri sejajar dengan prinsip pembangunan ekonomi yangberkesinambungan (sustanaibility), terintegrasi, serta komprehensif.Dan Ombudsman Daerah menjadi mitra yang tepat untuk mewujud-kan impian ini.

Layanan Publik sebagai Performance IndicatorLayanan Publik sebagai Performance IndicatorLayanan Publik sebagai Performance IndicatorLayanan Publik sebagai Performance IndicatorLayanan Publik sebagai Performance IndicatorBirokrasiBirokrasiBirokrasiBirokrasiBirokrasi

Salah satu harapan terhadap reformasi adalah menuntun kembalifungsi pemerintah dan aparatnya untuk menjadi public servant.Artinya tugas (pegawai) pemerintah adalah melayani masyarakat,dan bukan sebaliknya masyarakat yang melayani (pegawai) peme-rintah. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas layanan publiksemakin keras gaungnya.

Layanan publik yang biasanya menempel di tubuh lembaga peme-rintah dinilai kurang dapat memenuhi tugasnya sesuai denganharapan khalayak, sebagai «konsumen» mereka. Kualitas layananpublik dapat dipakai sebagai indikator seberapa jauh birokrasi telahberubah. Kinerja birokrasi dapat dipantau oleh Ombudsman terutamadari layanan publik. Ombudsman melalui pendekatan yang inde-penden, obyektif, transparan, dan selalu melakukan investigasi secarafair, akan menampung keluhan dan pengaduan yang berkaitan denganpemerintahan dan layanan publik. Ombudsman dapat berperan se-

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 180: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

168

bagai �auditor� layanan publik. Keberadaannya merupakan langkahuntuk mewujudkan «budaya layanan publik» di kalangan pemerin-tahan. Dengan pendekatan self-healing (pengobatan diri sendiri),diharapkan keputusan-keputusan yang tidak mengikat ini dapatdipatuhi karena ada ikatan moral dan etika.

Ombudsman sebagai salah satu alat reformasi birokrasi diharap-kan setapak demi setapak ikut berkontribusi terhadap terbentuknyajajaran pegawai pemerintah yang berdedikasi, memiliki komitmenyang tinggi, mempunyai akuntabilitas, keterbukaan terhadap masuk-an masyarakat luas, dan profesionalisme yang tinggi.

Garda terdepan hasil dari reformasi birokrasi adalah layananpublik, sehingga layanan publik adalah salah satu sasaran utama yangharus dibenahi. Walaupun terdapat beberapa perbedaan, tetapilayanan publik dapat meniru layanan konsumen dalam dunia bisnis.Para penerima jasa dianggap sebagai pelanggan dan para pegawailembaga pemerintah menganggap dirinya sebagai penjual jasa. Tujuanakhir dari pegawai pemerintah adalah membuat «pelanggan» merasapuas, dengan memenuhi kebutuhan dan harapannya terhadap layananpublik. Para pegawai kelurahan merasa bahwa warga yang memintaperpanjangan KTP adalah pelanggannya, dan dengan demikianberusaha memberikan layanan sebaik-baiknya. Para penegak hukummerasa bahwa masyarakat adalah pelanggannya, dan dapat memberilayanan yang baik dan adil.

Seperti halnya dalam dunia bisnis, layanan ini tidak hanyadiberikan oleh pegawai garis depan saja yang berhadapan langsungdengan para «pelanggan», melainkan oleh seluruh jajaran. Sehinggalayanan akan terbagi menjadi dua golongan, yaitu layanan internaldan layanan eksternal. Layanan internal diberikan oleh seluruh bagianuntuk mendukung personil garis depan, agar secara berantai merekadapat memberi layanan yang baik bagi yang membutuhkan jasanya.Layanan internal ini dapat terjadi secara horisontal antar bagian,maupun secara vertikal antara atasan dan bawahan. Seorang atasandapat memberi «layanan» kepada bawahannya, misalnya keputusanyang cepat, agar bawahan yang berada di garis depan dapat memberilayanan eksternal kepada publik. Sehingga kualitas layanan publikmerupakan «produksi» dari sebuah totalitas birokrasi : kepemimpinan-

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 181: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

169

nya, strateginya, sistemnya, dan strukturnya. Hasil akhir reformasiakan tampak dari kualitas layanan publik ini.

PenutupPenutupPenutupPenutupPenutup

Melaksanakan reformasi birokrasi harus memperhatikan empatfaktor utama, yaitu strategi yang akurat, langkah-langkah yang sis-tematis, manajemen yang tepat dan kepemimpinan yang handal.Dibutuhkan pemimpin yang memiliki sasaran dan agenda yang jelas,menghormati orang lain, berani menegur anak buahnya yang bersalah,dan berani mengambil tindakan tidak popular yang diyakini benar.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 182: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

170

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA

Sujata, Antonius dan RM Surachman. �Ombudsman Indonesia di tengah Om-budsman International� Jakarta, Komisi Ombudsman Nasional, 2002

Susanto, AB. Manajemen Aktual: Topik-Topik Aktual Manajemen dalam RiakPerubahan. Jakarta: PT Grasindo, 1997.

Manajemen dan Persaingan Bisnis 3: Dinamika Manajemen. Jakarta: PTElexmedia Komputindo, 1997

Visi Global Para Pemimpin: Sinkretisme Peradaban. Jakarta: PT ElexmediaKomputindo, 1998.

Visi Hidup : Renungan Anak Bangsa Tentang Tanah Air. Jakarta: Yayasan AkuPercaya, 2000.

�Ombudsman�. Artikel di Kompas, 11 Januari 2000

�Manajemen Pemerintahan�. Artikel di Kompas, 29 November 2000.

�Manajemen Kemandirian Daerah�. Artikel di Kompas, 2 Januari 2001.

* DR. A. B. Susanto* DR. A. B. Susanto* DR. A. B. Susanto* DR. A. B. Susanto* DR. A. B. Susanto adalah Managing Partner The Jakarta Consulting Group* Makalah ini disampaikan dalam Orasi Peluncuran Buku �Ombudsman Indonesia ditengah Ombudsman Internasional�; Antonius Sujata dan RM Surachman, Jakarta, 20Maret 2002.

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 183: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

UcapanTerima kasih

Page 184: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang
Page 185: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

173

LampiranLampiranLampiranLampiranLampiran

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 186: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

174

LampiranLampiranLampiranLampiranLampiran

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 187: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

175

LampiranLampiranLampiranLampiranLampiran

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 188: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

176

LampiranLampiranLampiranLampiranLampiran

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 189: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

177

LampiranLampiranLampiranLampiranLampiran

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 190: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

178

LampiranLampiranLampiranLampiranLampiran

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 191: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

179

LampiranLampiranLampiranLampiranLampiran

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang

Page 192: Ombudsman Indonesia - Masa Lalu Sekarang dan Masa Mendatang

180

Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang dan Masa Mendatang