Oma mid page

11
Casselbrant et al. menghitung total waktu rata-rata untuk setiap anak yang menderita otitis media, ditunjukkan sebagai persentasi dari waktu total antara masuk hingga penelitian dan selesainya follow up dua tahun, berdasarkan pemberian pengobatan (amoxicillin atau placebo). Hasil penelitian ini dirangkum dalam table XIII Mandel et al. mengukur persentase dari waktu pasien menderita efusi telinga tengah dalam periode satu tahun follow up dan dibandingkan dengan kelompok amoxicillin dan placebo. hasil penelitian ini juga dirangkum dalam table XIII. Teele et al. memperkirakan waktu rata-rata pasien mereka yang menderita efusi telinga tengah setelah masuk penelitian, ditunjukkan dalam hari, dan dibandingkan pada mereka yang diobati dengan amoxicillin, sulfisoxazole dan placebo. data yang diberikan untuk follow up 6 bulan pertama dan periode 12 bulan penuh follow up. Hasil penelitian ini dirangkum dalam table XIV. Tympanostomy tube Hanya satu penelitian, oleh Casselbrant et al. menilai waktu total otitis media pada anak yang diobati dengan insersi tympanostomy tube dibandingkan dengan placebo, digambarkan dalam persentase setelah periode 2 tahun follow up. Hasil penelitian ini dirangkum dalam table XV. Adenoidectomy Dua penelitian yaitu oleh Paradise dan sejawatnya (1990 dan 1999). Menilai efek dari adenoidektomi pada waktu total otitis media, ditampilkan dalam persentase dari periode follow up total. Kedua penelitian ini

description

tentang pengobatan oma, tympanostomy, ab, adenoidektomy

Transcript of Oma mid page

Casselbrant et al. menghitung total waktu rata-rata untuk setiap anak yang menderita otitis media, ditunjukkan sebagai persentasi dari waktu total antara masuk hingga penelitian dan selesainya follow up dua tahun, berdasarkan pemberian pengobatan (amoxicillin atau placebo). Hasil penelitian ini dirangkum dalam table XIIIMandel et al. mengukur persentase dari waktu pasien menderita efusi telinga tengah dalam periode satu tahun follow up dan dibandingkan dengan kelompok amoxicillin dan placebo. hasil penelitian ini juga dirangkum dalam table XIII. Teele et al. memperkirakan waktu rata-rata pasien mereka yang menderita efusi telinga tengah setelah masuk penelitian, ditunjukkan dalam hari, dan dibandingkan pada mereka yang diobati dengan amoxicillin, sulfisoxazole dan placebo. data yang diberikan untuk follow up 6 bulan pertama dan periode 12 bulan penuh follow up. Hasil penelitian ini dirangkum dalam table XIV. Tympanostomy tubeHanya satu penelitian, oleh Casselbrant et al. menilai waktu total otitis media pada anak yang diobati dengan insersi tympanostomy tube dibandingkan dengan placebo, digambarkan dalam persentase setelah periode 2 tahun follow up. Hasil penelitian ini dirangkum dalam table XV.AdenoidectomyDua penelitian yaitu oleh Paradise dan sejawatnya (1990 dan 1999). Menilai efek dari adenoidektomi pada waktu total otitis media, ditampilkan dalam persentase dari periode follow up total. Kedua penelitian ini

Meneliti follow up anak-anak selama 3 tahun, dan memberikan pengobatan kumulatif proporsi kelompok (mewakili hari total dengan otitis media / hari total) untuk setiap tahun follow up. Penelitian selanjutnya mengelompokkan pasien menjadi 2 kelompok berbeda: pasien diacak menjadi 3 cara uji coba dan pasien diacak menjadi 2 cara uji coba. Hanya data yang berhubungan (contoh anak yang ditatalaksana dengan adenoidektomi dibandingkan dengan kontrol) yang digunakan. Hasil dari kedua penelitian ini dirangkum dalam table XVI. DiskusiWalaupun semua data termasuk dalam ulasan ini telah diacak, penelitian terkontrol dari otitis media pada anak dan penilaian hasil yang serupa, ada variable yang membuat tindakan meta analisis menjadi sulit.Sehingga untuk membandingkan efek dari intervensi yang berbeda dalam berbagai penelitian, perubahan persentase dalam angka kejadian ulang, frekuensi otitis media dan waktu total dengan otitis media, untuk kedua kelompok pengobatan dan kontrol atau kelompok placebo, telah disajjikan dalam grafik batang. Dalam beberapa penelitian yang mengulas efek antibiotic profilaksis, anak ditatalaksana untuk 6 bulan tapi follow up dilakukan dalam periode yang lebih lama. Perubahan persentase dalam periode pengobatan (atau perkiraan durasi periode pengobatan) telah digunakan selain itu follow up menyeluruh

Periode, jika data yang tersedia untuk periode pengobatan. Ketika data tidak ada, perubahan persentase untuk periode follow up keseluruhan telah digunakanEfek dari intervensi pada kejadian ulang otitis mediaGambar 1 menunjukkan perubahan persentase antara kelompok pengobatan dan kelompok kontrol, untuk tidak adanya kejadian ulang otitis media pada setiap penelitian yang berhubungan.Ini menunjukkan bahwa antibiotic profilaksis memiliki angka perubahan persentase yang paling tinggi. Ini menunjukkan bahwa dari 3 intervensi yang diulas, antibiotic profilaksis (yang diteliti oleh Teele et al, Mandel et al. dan Casselbrant et al.) adalah metode terbaik untuk mengurangi proporsi anak yang menderita otitis media berulang. Adenoidektomi (seperti penelitian oleh Paradise dan sejawat dalam 1990 dan 1999) juga disebabkan oleh pengurangan kecil dalam angka kejadian otitis media. Insersi tympanostomi tube (penelitian oleh Casselbrant et al.) bagaimanapun peningkatan prevalensi dari angka kejadian ulang antara anak yang diobati.Efek dari intervensi pada frekuensi otitis mediaGambar 2 menunjukkan perubahan persentase antara kelompok pengobatan dan kontrol atau kelompok placebo, untuk frekuens episode otitis media dalam penelitian yang berhubungan.Penelitian berbeda menghasilkan variable hasil untuk perbandingan ini. Hasil yang paling konsisten ditemukan dalam penelitian antibiotic profilaksis (Mandel et al. Casselbrant et al.dan Koivunen et al.) seluruh penelitian ini menunjukkan penurunan frekuensi otitis media pada kelompok pengobatan dibandingkan dengan kontrol atau kelompok placebo. kedua penelitian tentang insersi tympanostomy tube (Le et al. dan Casselbrant et al.) juga menunjukkan penurunan frekuensi otitis media dalam kelompok pengobatan dibandingkan dengan kontrol atau placebo. hasil dari penelitian adenoidectomy sulit untuk diinterpretasikan: satu penelitian (Paradise et al. 1999) menunjukkan penurunan dari frekuensi otitis media; penelitian lain (Koivunen et al. 1990) menunjukkan tidak ada perubahan; dan yang ketiga (paradise et al. 1990) menunjukkan peningkatan frekuensi otitis media pada kelompok pengobatan dibandingkan dengan kontrol atau kelompok grup.Dalam usaha untuk membandingkan keefektifan tiga jenis intervensi, persentase rata-rata

Gambar 1 efek dari intervensi berbeda pada pencegahan dari otitis media berulang. Perubahan peresntase antara kelompok pengobatan dan kontrol atau kelompok placebo ditunjukkan oleh penelitian yang berhubungan.

Perubahan pada frekuensi otitis media telah dihitung untuk tiap jenis dan ditampilkan dalam grafik batang (gambar 3). Ini menunjukkan bahwa antibiotic profilaksis adalah cara terefektif untuk mengurangi frekuensi otitis media, dari 3 intervensi yang diulas. Ketika hanya dinilai pada dasar dari perubahan persentase rata-rata, insersi tube tympanostomy lebih unggul dibanding adenoidectomy dalam menurunkan angka otitis media.Efek dari intervensi pada waktu totol otitis mediaGambar 4 menunjukkan perubahan persentase antara kelompok pengobatan dan kelompok kontrol atau placebo, untuk waktu total otitis media dalam penelitian yang berhubungan. Perubahan persentase terbesar dalam waktu otitis media dilihat pada insersi tube tympanostomy (Casselbrant et al.) sedangkan, insersi tube tympanostomy tampak menjadi metode yang terbaik (dari 3 intervensi yang diulas) untuk mengurangi total waktu anak menderita otitis media berulang. Walaupun antibiotic profilaksis (Teele et al, Mandel et al. dan Casselbrant et al. ) tidak menunjukkan efek yang baik dibandingkan dengan insersi tube tympanostomy, mereka masih menunjukkan perubahan persentase yang signifikan (kecuali untuk penggunaan sulfisoxazole oleh Teele et al) hasil dari 2 penelitian pada adenoidectomy (Paradise dan sejawat 1990 dan

Gambar 2Efek dari intervensi yang berbeda pada frekuensi episode otitis media. Perubahan persentase antara kelompok pengobatan dan kontrol atau kelompok placebo ditunjukkan oleh penelitian yang berhubungan

Gambar. 3Perubahan persentase rata-rata (perbandingan intervensi dan kontrol atau kelompok placebo) untuk frekuensi otitis media untuk 3 intervensi

1999) sulit diinterpretasikan. Walaupun penelitian 1990 mengindikasikan bahwa adenoidektomi tidak efektif dalam menurunkan waktu total otitis media, dibandingkan dengan insersi tube timpanostomy dan antibiotic, masih ada efek manfaat mengenai ini. Sedangkan dalam penelitian Paradise dan sejawat 1999 penelitian mengindikasikan peningkatan adenoidektomi diibangdingkan penurunan waktu total otitis media.Anak dibawah 2 tahunTepat untuk dibahas secara terpisah pengobatan anak dibawah 2 tahun. Hanya 2 penelitian tentang anak dibawah usia ini. Teele et al. dan Koivunen et al. dibandingkan antibiotic dengan placebo, hasilnya berperan dalam penilaian dari hasil penelitian kami yang pertama dan ketiga. Mereka menemukan bahwa profilaksis antibiotic dapat menurunkan angka kejadian ulang otitis media dan waktu total otitis media. Sedangkan tidak ada data yang tersedia untuk 2 hasil ini, untuk 2 pengobatan lainnya. Koivunen et al. membandingkan antibiotic dibandingkan dengan adenoidectomy dibandingkan dengan placebo. hasil ini digunakan dalam penilaian kami pada hasil kedua: mereka menemukan bahwa antibiotic menurunkan frekuensi episode otitis media tapi adenoidectomy tidak, dibandingkan dengan placebo. tidak ada data yang tersedia pada efek dari insersi tube tympanostomy pada frekuensi otitis media, pada anak dibawah 2 tahun.Berdasarkan pada penlitian ini menyimpulkan bahwa pada anak dibawah 2 tahun profilaksis antibiotic bermanfaat menurunkan prevalensi otitis media berulang, frekuensi episode otitis media dan total waktu yang dihasbikan dengan otitis media. Adenoidectomy gagal untuk menunjukkan manfaat dalam menurunkan frekuensi otitis media. Adanya ketiadaan data yang mendukung untuk keefektifan insersi tube tympanostomy pada anak dibawah 2 tahun. Faktor yang berpengaruh pada hasil penelitian dan variasi antar penelitian.Keefektifan pengobatan dalam penelitian yang diulas tidak konsisten. Ketika beberapa penelitian menunjukkan manfaat yang besar dan lainnya hanya menunjukan perubahan gaya

Gambar 4Efek dari intervensi berbeda pada waktu total yang dihabiskan dengan otitis media. Perubahan persentase antara kelompok pengobatan dan kontrol atau kelompok placebo ditunjukkan untuk penelitian yang berhubuganBeberapa penelitian bertentangan satu dengan yang lain sehubungan dengan efek dari pengobatannya sendiriSatu alasan dibelakang ketidak konsistensian adalah periode follow up yang lebih lama dibandingkan dengan periode pengobatan dalam beberapa penelitian. sebagai contoh: Casselbrant et al. hanya melaporkan data dari akhir follow up 2 tahun, sedangkan durasi dari fungsi tube tympanostomy biasanya 6 hingga 12 bulan. Sehingga untuk bagian tertentu follow up, anak diobati dengan tube tympanostomy tidak dilindungi. Kemudian ini bukan merupakan penilaian sebenarnya dari keefektifan terapeutik dari insersi tube timpanostomy.Pemilihan subjek juga bervariasi antar penelitian. walaupun banyak penelitian menggunakan 3 atau lebih episode otitis media dalam 6 bulan sebagai kriteria inklusi, beberapa penelitian tidak. Sebagai contoh, Teele et al, mengikut sertakan anak yang tidak memiliki episode otitis media dalam 6 bulan atau 2 episode dalam tahun pertama kehidupan sedangkan Le et al. mengikut sertakan anak dengan 4 atau lebih episode otitis media sebelum usia satu tahun, atau 6 atau lebih episode antara satu dan enam lebih episode antara 1 dan 6 tahun. Dua penelitian ini membutuhkan episode otitis media yang lebih sedikit untuk memenuhi kriteria inklusi penelitian, dibandingkan dengan tiga atau lebih episode dalam periode enam bulan yang dibutuhkan penelitian lainnya. Juga harus disetujui bahwa penggunaan kriteria inklusi yang diperketat, anak yang lebih mudah terkena sakit berulang lebih mungkin untuk direkrut. Ini juga akan mempengaruhi hasil pada anak yang mendapatkan pengobatan placebo. keefektifan dari intervensi yang berbeda juga bervariasi pada anak yang memiliki kemungkinan sakit berulang. Sehingga variasi kriteria inklusi dalam berbagai penelitian yang diulas dapat secara potensial mempengaruhi hasil kami.Kriteria inklusi dan ekslusi memilki pengaruh yang penting dalam hasil penelitian. terlihat dari Teele et al. seluruh penelitian memiliki kriteria ekslusi. Variasi kondisi yang diketahui menjadi predisposisi anak mengalami otitis media sebagai contoh fisura palata dan down sindrom memiliki fungsi eustasius yang terganggu dan diketahui memiliki insiden lebih tinggi pada penyakit telinga tengah. Sebagai tambahan untuk meningkatkan resiko otitis media, kelainan anatomis dapat berpengaruh bagaimana seorang anak merespon pengobatan. Kondisi lain seperti imunodefisiensi, asma dan sinusitis kronis, dapat pula menigkatkan resiko otitis media. Banyak kondisi ini yang terdaftar sebagai kriteria ekslusi dalam beberapa penelitian namun tidak konsisten. Seperti kriteria ekslusi yang tidak konsisten berarti bahwa anak dengan kecenderungan sakit berulang termasuk dalam penelitian yang berbeda. Dan ini dapat mempengaruhi pengobatan efektivitas dari Pengukuran hasil.Faktor lainnya yag dapat membuat tidak konsisten antara hasil penelitian adalah cara pengobatan episode otitis media. Banyak penelitian yang menggunakan antibiotic untuk mengobati setiap episode baru dari otitis media yang terjadi dalam follow up, dan dalam kelompok antibiotic profilaksis, antibiotic profilaksis ditunda. Sedangkan jenis antibiotic dan dosis juga durasi pengobatan tergantung setiap penelitian. untuk contoh Teele et al. mengobati otitis media dengan co-trimoxazole, cefaclor atau erytrhomisin, sedangkan Paradise dan sejawat (1990) pertama pasien diobati dengan ampisilin atau amoxicillin dan menggunakan eritromisin ethylsuccinat digabungkan dengan sulfisoxazole asetil sebagai alternative. Perbedaan dalam pengobatan antara penelitian dapat mempengaruhi durasi episode otitis media dalam periode follow up. Sebagai tambahan pada kelompok pengobatan dengan pembedahan antibiotic ini diberikan sebagai tambahan pada intervensi pembedahan. Sehingga pasien ini mendapatkan proteksi ganda, yang dapat mempengaruhi frekuensi otitis media. Sedangkan sejak pengobatan hanya diberikan jika terjadi episode baru om, prevalensi dari awal otitis media ulang tidak terpengaruh. Ini juga tepat disebutkan Le et al. pengacakan telinga secara individual, pada anak secara individual untuk mendapatkan pengobatan dalam penelitian mereka. Manfaat dari metode ini adalah bahwa variable seperti genotype, alergi dan faktor lingkungan akan sama dalam pengobatan dan kelompok kontrol. Sedangkan kalau anak mengalami episode baru otitis media pada satu telinga, itu berarti tidak mungkin mengisolasi telinga saat pengobatan dengan antibiotic.Alaminya otitis media juga datang dengan pertimbangan ketika membandingkan hasil penelitian. faktor resiko untuk otitis media termasuk jenis kelamin dan musim. Anak laki-laki memiliki prevalensi yang lebih tinggi pada episode tunggal otitis media dan otitis media berulang, dibandingkan dengan anak perempuan, sedangkan sejak semua ulasan penelitian telah diacak, efek dari gender tidak secara signifikan mempengaruhi hasil penelitian mereka. Walaupun otitis media terjadi pada sepanjang tahun. Ia lebih sering terjadi dalam musim gugur dan dingin, variasi musim dapat mempengaruhi hasil dari penelitian kemanjuran antibiotic profilaksis. Beberapa penelitian hanya mengobati pasien dengan antibiotic untuk enam bulan. Prevalensi dari episode otitis media baru juga lebih tergantung pada musim dimana uji placebo dilakukan. Jika uji placebo dilakukan pada musim dingin perbedaan kedua prevalesi awal dari otitis media ualgn dan frekuensi dari episode rekuren dapat lebih kecil, dibandingkan dengan perbedaan yang diobservasi jika uji placebo dilakukan dalam musim dingin dan pengobatan aktif dalam musim panas. Seperti disebutkan diatas, otitis media sering sembuh sendiri. 88% anak memilki kesembuhan gejala dari nyeri dan demam dalam waktu 4-7 hari, tanpa mendapat antibiotic apapun. Metode follow up berbeda antara penelitian, dengan kebanyakan penelitian mereka memfollow up pasiennya dalam interval setiap bulan; sehingga mungkin beberapa episode otitis media dapat terjadi antara jadwal follow up, dan kemudian dapat tidak tercatat. Kejadian otitis media pada anak juga berubah sepanjang mereka tumbuh. Insidensi puncak ditemukan pada anak berusia antara 6 dan 18 bulan