Oleh : Riska Ayu Handayani 1113101000023

165
MOTIVASI SUAMI MENDUKUNG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh : Riska Ayu Handayani 1113101000023 PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018

Transcript of Oleh : Riska Ayu Handayani 1113101000023

MOTIVASI SUAMI MENDUKUNG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN CIAWI

KABUPATEN BOGOR

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh :

Riska Ayu Handayani

1113101000023

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018

i

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Skripsi, Januari 2018

Riska Ayu Handayani, NIM: 1113101000023

Motivasi Suami Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Tahun 2017

xv + 155 halaman + 2 bagan + 2 tabel + 4 lampiran

ABSTRAK

Cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Ciawi Tahun 2015 adalah sebesar 29.41% dari target puskesmas yaitu

sebesar 90%. Berdasarkan studi pendahuluan, dari 24 istri yang memberikan ASI

eksklusif terdapat 20 istri yang mendapat dukungan dari suami. Hal tersebut

membuktikan bahwa pengaruh suami cukup besar dalam memotivasi ibu untuk

memberikan ASI eksklusif. Oleh karena itu, untuk meningkatkan cakupan ASI

eksklusif peneliti ingin mengetahui Motivasi Suami Mendukung Pemberian ASI

Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciawi.

Informan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah lima pasang suami istri

yang memiliki anak bayi usia 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Ciawi Kabupaten Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik penetapan informan

menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan

teknik wawancara mendalam dan observasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa suami dapat termotivasi karena

mengetahui beberapa hal terkait ASI ekslusif, suami juga memberikan sikap yang

positif mendukung ASI eksklusif, serta suami termotivasi karena mampu

mendukung secara emosional, informasi, penghargaan, dan fisik. Selain itu, suami

juga dapat termotivasi karena ASI eksklusif memberi manfaat bagi bayi mereka,

mendukung ASI eksklusif merupakan tanggung jawab dan kewajiban suami,

peran suami sangat dibutuhkan untuk membantu istri menyukseskan ASI

eksklusif, serta ASI eksklusif dapat memberi keuntungan bagi suami. Gambaran

dukungan yang diberikan suami dan dirasakan oleh istri adalah berupa dukungan

emosional, informasi, penghargaan, dan fisik. Saran untuk pelayanan kesehatan

dalam upaya meningkatkan motivasi suami mendukung pemberian ASI eksklusif

dengan cara memberi penyuluhan pasca istri melahirkan dan menganjurkan suami

menemani istri untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Kata Kunci : Motivasi, Dukungan, Suami, ASI Eksklusif

Daftar Bacaan : 41 (1985-2017)

ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

STUDY PROGRAM PUBLIC HEALTH

STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Undergraduate Thesis, Januari 2018

Riska Ayu Handayani, NIM: 1113101000023

Motivation Husband Supports Exclusive Breastfeeding in Work Area

Puskesmas Kecamatan Ciawi Bogor Year 2017.

xv + 155 pages + 2 charts + 2 table + 4 appendixes

ABSTRACT

The coverage of exclusive breastfeeding in the work area of Puskesmas

Kecamatan Ciawi in 2015 was 29.41% of target puskesmas that was equal to

90%. Based on preliminary studies, of 24 wives who gave exclusive breastfeeding

there were 20 wives who received support from their husbands. It was proved that

the influenced of husband is big enough in motivation mother to gave exclusive

breastfeeding. Therefore, to increased the coverage of exclusive breastfeeding,

researchers would to know Motivation Husband Supports Exclusive Breastfeeding

in the work area of Ciawi District Health Center.

Informants were needed in this study were five couples who had children of

infants 6-12 months of age in the Work Area Puskesmas Ciawi District Bogor

Regency. The research method used is qualitative research with phenomenology

approach. Determination technique of informant use purposive sampling. Methods

of data collection using in-depth interview techniques and observation.

The results of this study indicate that the husband could be motivation because

knowing some things related to exclusive breastfeeding, the husband also

provides a positive attitude to support exclusive breastfeeding, and husband

motivated because he could support emotionally, information, appreciation, and

physical. And then, husbands could be motivated because exclusive breastfeeding

benefits their babies, supporting exclusive breastfeeding is the responsibility and

obligation of the husband, the role of husband was needed to help the wife

succeed exclusive breastfeeding, and exclusive breastfeeding could benefit the

husband. An overview of the supported that the husband provides and perceives

by his wife is in the form of emotional support, information, appreciation, and

physical. Suggestions for health services in an effort to increased motivation of

husbands support exclusive breastfeeding by providing counseling post-wife

giving birth and encouraging husbands accompanying wives to perform initiation

of early breastfeeding.

Keyword : Motivation, Support, Husband, Exclusive Breastfeeding

References : 41 (years 1985-2017)

iii

iv

v

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Riska Ayu Handayani

Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 19 Januari 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah/ Mahasiswa

Alamat :Jalan PALAD No.18 RT 005/03 Kelurahan Jati Kecamatan

Pulo Gadung Jakarta Timur

HP : 085714133804

Email : [email protected]

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Kesehatan

Masyarakat

PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Negeri Jati 04 Jakarta 2001-2007

2. SMP Negeri 92 Jakarta 2007-2010

3. SMA Negeri 53 Jakarta 2010-2013

4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-sekarang

ORGANISASI

1. PASKIBRA 2008-2009

2. Sekretaris MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas) 2011-2012

3. Rohani Islam 2011-2013

4. Marcing Band 2011-2012

5. BEM/HMPS Kesehatan Masyarakat 2014-2016

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan

judul “Motivasi Suami Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah

Kerja Puskesmas Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor” yang disusun dan

diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat. Sholawat serta salam juga selalu tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, baik

dari segi isi maupun metodologi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan

kritik serta saran yang dapat membangun tulisan ini menjadi lebih baik.

Banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, doa, serta

kerjasama yang luar biasa dalam penyusunan skripsi ini. Penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Beserta Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG (K), SH,.

Maftuha M.Kep, Ph.D, dan Fase Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D, selaku

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberi banyak saran

agar penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

viii

4. Ibu Fase Badriah SKM, M.Kes, Ph.D, ibu Narila Mutia MKM, Ph.D, ibu

Ratri Ciptaningtyas, MHS., dan ibu Laily Hanifah, SKM, M.Kes., selaku

dosen penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk

membimbing serta memberi saran kepada penulis selama penyusunan

skripsi.

5. Seluruh Staf Puskesmas, Bidan Desa, dan Kader di Puskesmas Kecamatan

Ciawi yang telah banyak membantu dan memudahkan penulis turun

lapangan mengambil data dan menyelesaikan skripsi.

6. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah banyak memberi kasih sayang,

doa, dan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama

menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat penulis yang bersedia memberikan tempat untuk tinggal selama

proses pengambilan data yaitu Khoirunnisa Damayanti dan keluarganya.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan Rati Mahisara, Desy Nur Wahyuni, Mira

Rizkia P., Aisyah Fatimah, dan Annisa Ayu SL yang telah memberi

dukungan dan saling mengingatkan penulis selama penyelesaian skripsi.

9. Teman-teman peminatan promosi kesehatan, teman-teman kesehatan

masyarakat, dan adik-adik kelas yang mendukung, mengingatkan,

menghibur, serta memberi masukan kepada penulis selama proses

pembuatan skripsi.

Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh

dari sempurna, namun penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi

yang memerlukannya.

Jakarta, Januari 2018

Riska Ayu Handayani

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Fokus Masalah .......................................................................................... 5

C. Tujuan ....................................................................................................... 5

1. Tujuan Umum ....................................................................................... 5

2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 6

D. Manfaat ..................................................................................................... 6

x

1. Manfaat penelitian bagi pembaca ......................................................... 6

2. Manfaat penelitian bagi institusi kesehatan .......................................... 6

3. Manfaat penelitian bagi penulis ............................................................ 7

E. Ruang Lingkup.......................................................................................... 7

BAB II ..................................................................................................................... 8

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 8

A. ASI Eksklusif ............................................................................................ 8

B. Manfaat ASI Eksklusif .............................................................................. 8

C. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif ............................ 9

D. Dukungan Suami ..................................................................................... 10

E. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Suami ....................................... 11

F. Jenis Dukungan ....................................................................................... 12

G. Cara Suami untuk Keberhasilan ASI Eksklusif ...................................... 13

H. Motivasi .................................................................................................. 14

I. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi ..................................................... 15

J. Jenis-Jenis Motivasi ................................................................................ 15

K. Kerangka Teori ....................................................................................... 18

BAB III ................................................................................................................. 19

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ......................................... 19

A. Kerangka Berpikir ................................................................................... 19

B. Definisi Istilah ......................................................................................... 20

BAB IV ................................................................................................................. 27

xi

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 27

A. Jenis Penelitian........................................................................................ 27

B. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................. 28

C. Informan Penelitian ................................................................................. 28

D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 29

E. Metode Pengambilan Data ...................................................................... 29

F. Instrumen Penelitian ............................................................................... 30

G. Teknik Analisis Data............................................................................... 30

H. Reliabilitas dan Validitas Data................................................................ 32

BAB V ................................................................................................................... 35

HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 35

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian .................................................... 35

B. Karakteristik Informan ............................................................................ 36

C. Gambaran Motivasi Suami ..................................................................... 40

1. Motivasi Intrinsik ................................................................................ 40

2. Motivasi Ekstrinsik ............................................................................. 47

3. Amotivasi ............................................................................................ 53

D. Gambaran Dukungan Suami ................................................................... 54

1. Dukungan Emosional .......................................................................... 54

2. Dukungan Informasi ........................................................................... 54

3. Dukungan Penghargaan ...................................................................... 56

4. Dukungan Fisik ................................................................................... 57

xii

BAB VI ................................................................................................................. 59

PEMBAHASAN ................................................................................................... 59

A. Keterbasan Penelitian.............................................................................. 59

B. Motivasi Suami ....................................................................................... 59

1. Motivasi Intrinsik ................................................................................ 59

2. Motivasi Ekstrinsik ............................................................................. 66

3. Amotivasi ............................................................................................ 75

C. Dukungan Suami ..................................................................................... 76

1. Dukungan Emosional .......................................................................... 77

2. Dukungan Informasi ........................................................................... 78

3. Dukungan Penghargaan ...................................................................... 80

4. Dukungan Fisik ................................................................................... 82

BAB VII ................................................................................................................ 84

SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 84

A. Simpulan ................................................................................................. 84

B. Saran ....................................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 87

LAMPIRAN

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori Hal. 14

Bagan 3.2 Kerangka Konsep Hal. 15

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Istilah Hal. 16

Tabel 5.2 Karakteristik Informan Hal. 27

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Matriks Wawancara

Lampiran 3 Matriks Observasi

Lampiran 4 Transkrip Wawancara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan yang optimal dapat dicapai dengan status gizi

masyarakat yang baik, salah satu usaha untuk memperbaiki status gizi yaitu

dengan memberikan ASI eksklusif. Menurut WHO (dalam Kemenkes RI,

2014), menyusui eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman

lain termasuk air putih selama menyusui 0-6 bulan, kecuali obat-obatan,

vitamin atau mineral tetes, dan asi perah juga diperbolehkan. Air Susu Ibu

(ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-

garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu yang berguna

sebagai makanan bagi bayinya (Narfin, 2013). Air Susu Ibu merupakan

nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan

zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi .

Adapun dampak jika bayi tidak diberi ASI secara eksklusif yaitu bayi

akan lebih mudah terkena resiko terjadinya penyakit infeksi seperti infeksi

saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan dan infeksi telinga serta

menghambat sistem kekebalan tubuh bayi dan terjadinya karies dentis

(kerusakan gigi) pada bayi (Haryani, 2014). Menurut data WHO (World

Health Organization), dinegara berkembang jumlah balita yang meninggal

akibat diare adalah sebanyak 1,87 juta jiwa, atau diperkirakan 75,3/1000 balita

2

(Kemenkes RI, 2015). Penderita diare yang dilaporkan di Indonesia adalah

sebanyak 4.017.861 jiwa (Kemenkes RI, 2015). Menurut Profil Kesehatan

Provinsi Jawa Barat tahun 2015, jumlah penderita diare di Jawa Barat tahun

2015 sebanyak 1.084.766 orang dengan jumlah kematian 42 orang. Persentase

kasus penderita diare adalah sebanyak 49,56% balita dan 50,44% usia diatas

lima tahun, dengan jumlah kematian 34 orang balita dan 8 orang usia diatas

lima tahun. Cakupan diare di Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 85,6%.

Kabupaten Bogor merupakan wilayah dengan cakupan diare diatas rata-rata

Provinsi Jawa Barat yaitu 90%.

Selain itu, Kabupaten Bogor memiliki cakupan Balita Bawah Garis

Merah (BGM) yang berpotensi gizi buruk yaitu sebesar 2,5% (>28.724 orang)

diatas rata-rata Provinsi Jawa Barat 1,2% (14.362 orang) (Profil Kesehatan

Jawa Barat, 2015). Sedangkan kasus gizi buruk yang tercatat di Jawa Barat

adalah sebanyak 2.895/26.518 jiwa. Gizi buruk dapat menyebabkan

terjadinya kematian pada balita. Pemberian ASI secara eksklusif dapat

menekan angka kematian bayi sekaligus meningkatkan status gizi balita yang

pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya

kualitas sumber daya manusia yang memadai (Purwiyanti, 2011).

ASI eksklusif sangat dibutuhkan oleh bayi usia 0-6 bulan, akan tetapi

cakupan ASI eksklusif masih rendah. Data UNICEF (United Nation Childrens

Fund) pada tahun 2012 menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif didunia

adalah sebesar 39% (UNICEF, 2012). Profil kesehatan Provinsi Jawa Barat

tahun 2015 menunjukan, cakupan ASI eksklusif di Provinsi Jawa Barat adalah

sebesar 45% dan dikatagorikan kedalam lima cakupan ASI eksklusif terendah

3

di Indonesia. Cakupan tersebut masih dibawah cakupan nasional yaitu sebesar

52,3%.

Wilayah kabupaten Bogor menjadi wilayah pertama yang cakupannya

lebih besar dari cakupan ASI eksklusif di Jawa Barat. Menurut profil

kesehatan Jawa Barat tahun 2015, persentase bayi yang diberikan ASI

eksklusif di Kabupaten Bogor sebesar 50,7%. Walaupun cakupan ASI

eksklusif di Kabupaten Bogor diatas cakupan ASI eksklusif di Jawa Barat,

Akan tetapi menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tahun 2015,

wilayah Ciawi merupakan lima besar wilayah dengan cakupan ASI terendah

di Kabupaten Bogor dengan cakupan sebesar 17,6%. Sedangkan cakupan ASI

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciawi tahun 2015 adalah

sebesar 29,41%, cakupan tersebut masih dibawah target puskesmas 90% dan

target nasional 80% (Profil Kesehatan Jawa Barat, 2015).

Rendahnya ASI eksklusif menjadi masalah yang belum terselesaikan

diwilayah Puskesmas Kecamatan Ciawi. Menurut pemegang program gizi

keluarga di puskesmas tersebut, penyebab rendahnya cakupan ASI eksklusif

diantaranya adalah kurangnya produksi ASI, kurangnya dukungan suami dan

banyaknya ibu menyusui yang bekerja. Pendapat tersebut sejalan dengan

penelitian Agus dan Utaminingrum (2012) yang menunjukan bahwa masih

banyak suami yang berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dengan

bayinya, sehingga suami kurang peduli. Suami juga mempercayakan masalah

perawatan bayi kepada istri dan mengingatkan hal-hal bahaya bagi bayi

kepada istrinya (Afifah, 2007).

4

Walaupun dukungan suami rendah, akan tetapi peran suami sangat

penting dalam menyukseskan pemberian ASI eksklusif. Menurut Roesli

(2005), banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI

Eksklusif salah satunya adalah dukungan sosial suami. Suami sebagai

breastfeeding father (sebutan untuk Ayah pendukung ASI) harus memberikan

dukungan yang konkrit. Suami merupakan faktor pendukung pada kegiatan

yang bersifat emosional dan psikologis yang diberikan kepada ibu menyusui.

Sekitar 80% sampai 90% produksi ASI ditentukan oleh keadaan emosi ibu

yang berkaitan dengan refleks oksitosin ibu berupa pikiran, perasaan dan

sensasi. Apabila hal tersebut meningkat akan memperlancar prosuksi ASI

(Ramadani dan Hadi, 2010). Dukungan suami (dukungan emosional,

dukungan penghargaan/penilaian, dukungan instrumental/fisik dan dukungan

informatif) sangat diperlukan agar pemberian ASI Eksklusif bisa tercapai

(Farida dkk, 2014).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada 38 ibu

yang mengunjungi posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciawi

menunjukan bahwa terdapat 24 ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif.

Dari 24 ibu tersebut, sebanyak 12 ibu mendapat dukungan dari suami untuk

memberi ASI eksklusif. Selain itu, sebanyak 8 dari 24 ibu yang memberi ASI

eksklusif mendapat dukungan dari suami dan pihak lainnya seperti orang tua

dan ibu mertua. Sedangkan 4 dari 24 ibu yang memberi ASI eksklusif tidak

mendapat dukungan dari suami. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan

bahwa dukungan suami berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Oleh

5

karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Motivasi Suami

Mendukung Pemberian ASI Eksklusif.

B. Fokus Masalah

Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Ciawi sebesar

29,41% masih dibawah target puskesmas 90% dan target nasional 80%. Salah

satu yang berpengaruh dalam keberhasilan ASI Eksklusif adalah adanya

dukungan suami. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh

peneliti kepada 38 ibu yang mengunjungi posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Ciawi, terdapat 24 ibu yang menyusui bayinya secara

eksklusif. Hasil studi pendahuluan tersebut menunjukan bahwa dari 24

responden tersebut yang mendapatkan dukungan dari suami dan termotivasi

memberikan ASI Eksklusif adalah sebanyak 20 orang. Hal tersebut

membuktikan bahwa pengaruh suami cukup besar dalam memotivasi ibu

untuk memberikan ASI Eksklusif. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui

“Motivasi Suami Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Ciawi”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Motivasi Suami

Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor

6

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran motivasi instrinsik (motivasi yang datang dari

dalam diri) suami dalam mendukung istri memberikan ASI Eksklusif

b. Mengetahui gambaran motivasi ekstrinsik (motivasi yang datang

karena adanya tekanan dari luar diri) suami dalam mendukung istri

memberikan ASI Eksklusif

c. Mengetahui gambaran amotivasi (tidak adanya motivasi) suami dalam

mendukung istri memberikan ASI Eksklusif

d. Mengetahui gambaran dukungan suami kepada istri yang memberikan

ASI Eksklusif

D. Manfaat

1. Manfaat penelitian bagi pembaca

Dapat memberi informasi tentang motivasi suami dan pentingnya

dukungan suami terhadap istri yang memberikan ASI Eksklusif. Serta

dapat dijadikan sebagai acuan penelitian serupa berikutnya.

2. Manfaat penelitian bagi institusi kesehatan

Memberi saran atau alternatif solusi untuk dapat mengatasi permasalahan

ASI Eksklusif dan pembuatan program dalam meningkatkan cakupan

pemberian ASI Eksklusif.

7

3. Manfaat penelitian bagi penulis

Dapat memberi pengetahuan tentang peran dan dukungan suami terhadap

istri dalam memberi ASI Eksklusif dan dapat dijadikan sebagai

pengalaman belajar untuk turun lapangan.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas tentang Motivasi Suami Mendukung

Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Ciawi

Kabupaten Bogor. Informan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

pasangan suami istri yang memiliki anak bayi usia 6-12 bulan di Wilayah

Kerja Puskesmas Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Penelitian akan

dilaksanakan pada bulan Agustus-November 2017. Metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu,

yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. (Narfin, 2013) Air susu ibu

(ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung

kebutuhan energy dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama

kehidupan bayi (Narfin, 2013).

Adapun dampak jika bayi tidak diberi ASI secara eksklusif yaitu bayi

akan lebih mudah terkena resiko terjadinya penyakit infeksi seperti infeksi

saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan dan infeksi telinga serta

menghambat sistem kekebalan tubuh bayi dan terjadinya karies dentis

(kerusakan gigi) pada bayi (Haryani, 2014).

B. Manfaat ASI Eksklusif

Terdapat manfaat yang didapatkan dengan menyusui bagi bayi, ibu,

keluarga dan negara. Manfaat bagi bayi antara lain adalah makanan alamiah

yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah untuk dicerna, komposisi zat

gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi;

Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan; ASI

9

mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6

bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4,

Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin; Perkembangan

psikomotorik lebih cepat; Menunjang perkembangan kognitif; Menunjang

perkembangan penglihatan; Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak;

Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat; dan Dasar untuk

perkembangan kepribadian yang percaya diri. (Narfin, 2013).

Manfaat bagi ibu antara lain adalah Mencegah perdarahan pasca

persalinan dan mempercepat kembalinya rahin kebentuk semula; Mencegah

anemia defisiensi zat besi; Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum

hamil; Menunda kesuburan; Menimbulkan perasaan dibutuhkan; dan

Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium. (Narfin, 2013).

Manfaat bagi keluarga antara lain adalah Mudah dalam proses

pemberiannya; Mengurangi biaya rumah tangga; dan Bayi yang mendapat ASI

jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat. (Narfin, 2013).

Sedangkan manfaat bagi negara adalah Penghematan untuk subsidi anak sakit

dan pemakaian obat-obatan; Penghematan devisa dalam hal pembelian susu

formula dan perlengkapan menyusui; dan Mendapatkan sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas. (Narfin, 2013).

C. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Menurut Farohiatul (2011), penyebab pemberian ASI non ekslusif

adalah pengetahuan ibu, kondisi kesehatan ibu, dukungan suami, sosial

budaya (meliputi adanya kepercayaan pemberian makanan prelaktal, anggapan

10

yang salah tentang kolostrum, serta anggapan tentang bayi yang menangis

ketika sudah disusui berarti bayi masih lapar dan harus diberi tambahan),

adanya promosi susu formula terutama dari petugas kesehatan, serta adanya

tanggapan positif dari ibu terhadap susu formula dan pengaruh orang tua

(Haryani, 2014).

Faktor yang memengaruhi pemberian ASI Eksklusif yaitu ada faktor

internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendidikan, pengetahuan,

sikap, kondisi psikologis ibu, dan status persalinan. Sedangkan faktor

eksternal meliputi pekerjaan, sosial ekonomi, dukungan suami, budaya

setempat, peran kelompok potensial, advokasi, iklan susu formula, sikap

petugas kesehatan, penyuluhan (Purwiyanti, 2011).

D. Dukungan Suami

Dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik

moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan

kegiatan (menurut Sarwono, 2003). Suami adalah pria yang menjadi pasangan

resmi seorang wanita (menurut KBBI, 2005). Suami juga berperan sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan memberi rasa aman, sebagai kepala

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya. Suami memunyai peran memberi dukungan

dan ketenangan bagi ibu yang sedang menyusui, dalam praktik sehari-hari

tampaknya peran ayah ini justru sangat menentukan keberhasilan menyusui

(Narfin, 2013).

Jika ibu menyusui, ayah harus memberikan sandang dan pangan.

Sekitar 50% keberhasilan menyusui ditentukan oleh ayahnya. Seorang ayah

11

dapat mengungkapkan sikap melindungi, sikap memelihara, rasa kasih sayang,

rasa cinta kepada bayinya. Sikap ayah ini membawa dampak berarti dalam

perkembangan anak selanjutnya ayah dapat memengaruhi bayinya dengan

cara tidak langsung, yaitu melalui dorongan yang diberikan kepada ibu

(Narfin, 2013).

E. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Suami

Menurut Cholil dkk (dalam Hargi, 2013) menyimpulkan beberapa

faktor yang mempengaruhi dukungan suami, antara lain adalah:

1. Budaya

Masyarakat di berbagai wilayah Indonesia yang umumnya masih

tradisional (Patrilineal), menganggap wanita tidak sederajat dengan kaum

pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan

keinginan suami saja. Anggapan seperti ini dapat mempengaruhi perlakuan

suami terhadap istri.

2. Pendapatan

Sekitar 75%-100% penghasilan masyarakat dipergunakan untuk

membiayai seluruh keperluan hidupnya. Secara nyata dapat dikemukakan

bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan

ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga harus memperhatikan

kesehatan keluarganya.

3. Tingkat Pendidikan

12

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan

pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah

pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan bagi

keluarga akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil

keputusan secara efektif.

F. Jenis Dukungan

Menurut Cohen dan Syme tahun 1985 mengklasifikasikan

dukungan sosial dalam 4 kategori yaitu :

1. Dukungan informasi, yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan

segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi

individu. Dukungan ini, meliputi memberikan nasihat, petunjuk, masukan

atau penjelasan cara seseorang bersikap.

2. Dukungan emosional, yang meliputi ekspresi empati misalnya

mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap

sesuatu yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih sayang dan

perhatian. Dukungan emosional akan membuat penerima merasa berharga,

nyaman, aman, terjamin, dan disayangi.

3. Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara langsung,

bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang

diperlukan, meminjamkan uang, memberikan makanan, permainan atau

bantuan yang lain.

4. Dukungan penilaian, dukungan ini bisa terbentuk penilaian yang positif,

penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau

13

menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang

yang sedang dalam keadaan stres.

G. Cara Suami untuk Keberhasilan ASI Eksklusif

Beberapa cara yang dapat dilakukan suami untuk keberhasilan ASI

Eksklusif (Hikmawati, 2008):

1. Setiap saat, siang atau malam, bila bayi ingin minum, ambillah bayi dan

gendong ke ibunya untuk disusui.

2. Selalu sendawakan bayi setelah menyusu. Cara sendawa yang paling tepat

adalah dengan menggendong tegak kemudian perut bayi diletakkan pada

pundak ayahnya.

3. Ganti popoknya sebelum atau sesudah bayi menyusu

4. Gendong bayi dengan kain, biarkan ia merasakan kehangatan badan

ayahnya

5. Tembangkan bayi bila ia gelisah dengan cara menggendong, menepuk-

nepuk, atau menggoyang-goyang tempat tidur goyangnya

6. Sekali-kali mandikan bayi atau bila sudah sedikit lebih besar mandilah

bersama-sama

7. Biarkan bayi berbaring di dada ayahnya agar ia dapat mendengar detak

jantung sang ayah, bunyi nafas, dan kehangatan kulit ayahnya

8. Biasakan memijat bayi anda sejak baru lahir, bila mungkin sehari dua kali.

14

H. Motivasi

Dalam diri individu ada sesuatu yang menentukan perilaku, yang

bekerja dengan cara tertentu untuk mempengaruhi perilaku tersebut. Penentu

perilaku ini disebut dengan motif. Motif merupakan sesuatu yang

menimbulkan perilaku pada organisme. Menurut Ahmadi (2002) motif

manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak

lainnya yang berasal dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif tidak

selalu dapat diamati dari perilaku, atau dapat dikatakan bahwa perilaku yang

nampak tidak selalu menggambarkan motifnya, motif tidak selalu seperti yang

nampak, bahkan kadang-kadang motif berlawanan dengan perilaku yang

nampak. Perilaku yang nampak sama belum tentu dilatarbelakangi oleh motif

yang sama, sebaliknya motif yang sama belum tentu menghasilkan perilaku

yang sama (Afifah, 2007).

Beberapa ahli memberikan kesamaan antara motif dan kebutuhan atau

dorongan (needs). Menurut Ahmadi (2002) (dalam Afifah, 2007), motif juga

dapat timbul karena adanya kebutuhan. Kebutuhan dapat dipandang sebagai

kekurangan sesuatu, dan ini menuntut segera pemenuhannya, untuk segera

mendapatkan keseimbangan. Situasi kekurangan ini berfungsi sebagai suatu

kekuatan atau dorongan alasan, yang menyebabkan seseorang bertindak untuk

memenuhi kebutuhan. Dari batasan-batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

motif adalah yang melatarbelakangi individu berbuat sesuatu untuk mencapai

tujuan tertentu (Afifah, 2007).

Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri

manusia, yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah

15

laku. Sedangkan, motif adalah suatu alasan/dorongan yang menyebabkan

seseorang berbuat/melakukan tindakan tertentu. Motivasi juga dapat dikatakan

suatu keadaan siap terjadi suatu perbuatan, karena dapat berubah dala waktu

yang relatif singkat tergantung pengaruh dari dalam dan luar individu tertentu.

Oleh karena itu, pembahasan motivasi akan memberikan jawaban atas

pertanyaan “mengapa orang dapat bertindak/bersikap demikian?”. (Handoko,

1992)

I. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Gerungan (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi motivsi

diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari segala sesuatu dari dalam

individu itu sendiri. Faktor internal meliputi kondisi fisik, mental, herediter,

keinginan dalam diri sendiri, dan kematangan usia. Sedangkan, Faktor

eksternal adalah faktor motivasi yang timbul dari luar diri seseorang yang

merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Faktor eksternal

meliputi lingkungan, dukungan, fasilitas, media, agama dan spiritual, sosial

ekonomi, serta kebudayaan.

J. Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Ryan dan Deci (2000) motivasi memiliki tiga jenis yaitu

motivasi intrinsik, ekstrinsik, dan amotivasi. Motivasi Intrinsik adalah suatu

dorongan yang ada dalam diri individu dimana individu tersebut merasa

senang dan gembira setelah melakukan serangkaian aktifitas. Terdapat tiga

macam motivasi intrinsik yaitu pengetahuan (knowledge), stimulasi

16

(stimulant), dan kecakapan (accomplishment). Pengetahuan (knowledge)

adalah motivasi yang terjadi karena adanya kesenangan dan kepuasan terhadap

penguasaan pengetahuan. Stimulasi (stimulant) adalah motivasi yang timbul

karena adanya kesenangan merasakan suatu sensasi. Kecakapan

(accomplishment) adalah motivasi yang terjadi karena adanya kesenangan dan

kepuasan terhadap penguasaan kemampuan. Secara garis besar, motivasi

intrinsik memiliki unsur-unsur seperti suatu ketertarikan (interest),

kesenangan (enjoyment), dan kepuasan (inherent satisfaction).

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari rangsangan

atau dorongan dari luar. Selain itu motivasi ekstrinsik muncul karena adanya

pengharapan baik berupa imbalan maupun menghindari konsekuensi. Ada

empat macam motivasi ekstrinsik yaitu Identification Regulation, Introjected

Regulation, Integrated Regulation, External Regulation. Identification

Regulation adalah motivasi yang timbul karena individu merasakan kesadaran

akan manfaat yang ditimbulkan dari suatu tindakan atau perilaku. Introjected

Regulation adalah motivasi yang muncul atas dasar kewajiban, kontrol diri,

tanggung jawab dan adanya dorongan internal. Integrated Regulation adalah

motivasi yang muncul karena adanya kesadaran dan mampu menyesuaikan

diri serta melibatkan diri dengan kepentingan orang lain. External Regulation

adalah motivasi yang muncul untuk menghindari hukuman dan mendapat

penghargaan.

Sedangkan, Amotivasi adalah tidak adanya niat dan motivasi dari

dalam diri seseorang yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal

dari individu tersebut. Individu yang bersikap Amotivasi karena tidak adanya

17

niat, tidak menghargai, ketidakmampuan, dan kurang kontrol terhadap suatu

tindakan atau perilaku, sehingga dapat dengan mudah dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal dari dalam diri individu tersebut.

18

K. Kerangka Teori

Berdasarkan jenis-jenis motivasi yang telah dijelaskan, maka dapat

disimpulkan kerangka teori sebagai berikut.

Motivasi

Jenis-Jenis Motivasi

Intrinsik:

-Pengetahuan

-Stimulasi

- Kemampuan/Kecakapan

Ekstrinsik

-Identifikasi Regulasi

-Introjeksi Regulasi

-Integrasi Regulasi

-Eksternal Regulasi

Amotivasi

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Ryan dan Deci (2000); Cohen dan Syme (1985)

Dukungan Suami

Dukungan

Emosional

Dukungan

Informasi

Dukungan

Penghargaan

Dukungan

Fisik

19

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Berpikir

Motivasi

Jenis-Jenis Motivasi

Bagan 3.2 Kerangka Berpikir

Dukungan Suami

Dukungan

Emosional

Dukungan

Informasi

Dukungan

Penghargaan

Dukungan

Fisik

Amotivasi

Intrinsik:

-Pengetahuan

-Stimulasi

- Kemampuan/Kecakapan

Ekstrinsik

-Identifikasi Regulasi

-Introjeksi Regulasi

-Integrasi Regulasi

-Eksternal Regulasi

20

B. Definisi Istilah

Tabel 3.1 Definisi Istilah

Istilah Definisi Istilah Cara Ukur Alat Ukur

ASI Eksklusif Air susu ibu diberikan kepada

bayi usia 0-6 bulan tanpa

memberikan air, madu, susu

formula, tajin, susu lainnya, dan

makanan tambahan lainnya,

kecuali vitamin, mineral, dan

cairan imunisasi. (Kemenkes RI,

2014)

Wawancara Pedoman

wawancara,

catatan

lapangan (field

note), dan hp

(alat perekam

suara)

Suami Seorang laki-laki yang berstatus

menikah, memiliki bayi berusia

6-12 bulan dan mendukung

pemberian ASI Eksklusif kepada

bayi tersebut ketika bayi berusia

0-6 bulan.

Wawancara

dan

observasi

Pedoman

wawancara,

catatan

lapangan (field

note), dan hp

(alat perekam

suara)

Motivasi Motivasi adalah yang

melatarbelakangi individu

(suami) berbuat sesuatu untuk

mencapai tujuan tertentu.

Wawancara

mendalam

Pedoman

wawancara,

catatan

lapangan (field

21

note), dan hp

(alat perekam

suara)

Motivasi Intrinsik

adalah Dorongan

yang ada dalam diri

individu dimana

individu tersebut

merasa senang dan

gembira setelah

melakukan

serangkaian

aktifitas. Terdiri

dari pengetahuan,

stimulasi, dan

kemampuan.

Pengetahuan (knowledge)

adalah Motivasi yang terjadi

karena adanya kesenangan dan

kepuasan terhadap penguasaan

pengetahuan. Suami yang

mendukung ASI Eksklusif

karena dalam dirinya

mengetahui hal terkait ASI

Eksklusif.

Wawancara

mendalam

Pedoman

wawancara,

catatan

lapangan (field

note), dan hp

(alat perekam

suara)

Stimulasi (stimulant) adalah

Motivasi yang timbul karena

adanya kesenangan merasakan

suatu sensasi. Suami yang

mendukung ASI Eksklusif

karena senang melihat istri

memberi ASI Eksklusif.

Wawancara

mendalam

Pedoman

wawancara,

catatan

lapangan (field

note), dan hp

(alat perekam

suara)

Kecakapan (accomplishment)

adalah Motivasi yang terjadi

karena adanya kesenangan dan

kepuasan terhadap penguasaan

Wawancara

mendalam

dan

Pedoman

wawancara,

catatan

lapangan (field

22

kemampuan. Suami yang

mendukung ASI Eksklusif

karena dalam dirinya mampu

melakukan tindakan

mendukung ASI Eksklusif.

observasi note), dan hp

(alat perekam

suara)

Motivasi

ekstrinsik adalah

Motivasi yang

bersumber dari

rangsangan atau

dorongan dari luar.

Identifikasi Regulasi:

Motivasi yang timbul karena

individu merasakan kesadaran

akan manfaat yang ditimbulkan

dari suatu tindakan atau

perilaku. Suami yang

mendukung ASI Eksklusif

karena mengetahui manfaat

ASI Eksklusif bagi anak dan

istrinya.

Wawancara

mendalam

Pedoman

wawancara,

catatan

lapangan (field

note), dan hp

(alat perekam

suara)

Introjeksi Regulasi:

Motivasi yang muncul atas

dasar kewajiban, kontrol diri,

tanggung jawab dan adanya

dorongan internal. Suami yang

mendukung ASI Eksklusif

karena mengetahui tanggung

Wawancara

mendalam

Pedoman

wawancara,

catatan

lapangan (field

note), dan hp

(alat perekam

suara)

23

jawab dan kewajiban sebagai

suami yang peduli terhadap

ASI eksklusif.

Integrasi Regulasi:

Motivasi yang muncul karena

adanya kesadaran dan mampu

menyesuaikan diri serta

melibatkan diri dengan

kepentingan orang lain. Suami

memiliki keinginan untuk

mendukung ASI Eksklusif

karena sadar untuk melibatkan

dirinya dalam kepentingan

kesehatan anak dan istrinya.

Wawancara

mendalam

Pedoman

wawancara,

catatan

lapangan (field

note), dan hp

(alat perekam

suara)

Eksternal Regulasi:

Motivasi yang muncul untuk

menghindari hukuman dan

mendapat penghargaan. Suami

yang mendukung ASI

Eksklusif karena mengetahui

keuntungan yang didapat jika

mendukung ASI Eksklusif.

Wawancara

mendalam

Pedoman

wawancara,

catatan

lapangan (field

note), dan hp

(alat perekam

suara)

24

Amotivasi Tidak adanya niat dan motivasi

untuk melakukan suatu

tindakan (mendukung ASI

Eksklusif), tindakan tersebut

(mendukung ASI Eksklusif)

dapat dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal dari

individu tersebut. Suami yang

mendukung ASI Eksklusif

tetapi tidak memiliki niat atau

motivasi (hanya mengikuti

aturan, tradisi, dan faktor

lainnya)

Wawancara

mendalam

Pedoman

wawancara,

catatan

lapangan (field

note), dan hp

(alat perekam

suara)

Dukungan Suami Tindakan suami yang dapat

membantu kelancaran

pemberian ASI Eksklusif

Wawancara Pedoman

wawancara,

catatan

lapangan (field

note), dan hp

(alat perekam

suara)

Dukungan

Emosional

Rasa suka yang ditunjukan

suami kepada istrinya dalam

memberikan ASI Eksklusif,

Wawancara

mendalam

Pedoman

wawancara,

catatan

25

seperti memberi pujian, kasih

sayang dan perhatian.

lapangan (field

note), dan hp

(alat perekam

suara)

Dukungan

Informasi

Adanya informasi yang

meliputi nasihat, petunjuk,

saran, ataupun umpan balik

dari suami terhadap istrinya

dalam memberikan ASI

Eksklusif

Wawancara

mendalam

Pedoman

wawancara,

catatan

lapangan (field

note), dan hp

(alat perekam

suara)

Dukungan

Penghargaan/

penilaian

Penilaian positif dari suami

terhadap istrinya dalam

memberikan ASI Eksklusif

seperti setuju dengan

keputusan istri memberi ASI

eksklusif dan tidak melakukan

segala tindakan yang

menggagalkan pemberian ASI

Eksklusif.

Wawancara

mendalam

Pedoman

wawancara,

catatan

lapangan (field

note), dan hp

(alat perekam

suara)

Dukungan

Instrumental/ fisik

Suami menyediakan kebutuhan

istrinya selama memberikan

ASI Eksklusif seperti

Wawancara

mendalam

dan

Pedoman

wawancara,

catatan

26

memenuhi kebutuhan nutrisi

istri, membantu istri mengurus

bayi, dan memberikan alat atau

bahan untuk mendukung

kelancaran pemberian ASI

Eksklusif

observasi lapangan (field

note), dan hp

(alat perekam

suara)

27

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Menurut Speziale dan Carpenter (2003), pendekatan

fenomenologi yaitu penelitian yang berfokus pada penemuan fakta yang ada.

Menurut Meleong (2013), penelitian fenomenologi meliputi pengalaman

tentang persepsi manusia seperti kepercayaan, kepedulian, keinginan, kasih

sayang, perasaan, serta indera yang ada dalam tubuh manusia. Menurut

Bogdan dan Biklen (1982) (dalam Iskandar, 2009), penelitian dengan

pendekatan fenomenologi berusaha memahami makna dari suatu peristiwa

atau fenomena yang saling berpengaruh dengan manusia dalam situasi

tertentu. Penelitian dengan metode kualitatif dan pendekatan fenomenologi

bertujuan untuk dapat menggali lebih dalam kenyataan atau pengalaman

hidup informan sehingga informan dapat lebih terbuka dalam

menggambarkan perilaku yang dilakukan dan pengalaman yang dialami

(Haryani, 2014). Menurut peneliti, pendekatan fenomenologi adalah cara

yang dilakukan peneliti dalam mendekati informan untuk mengetahui

motivasi dari persepsi serta pengalaman informan dalam mendukung ASI

Eksklusif. Oleh karena itu, peneliti akan mendekati informan yang memiliki

pengalaman mendukung ASI Eksklusif.

28

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciawi

Kabupaten Bogor Jawa Barat, yaitu pada bulan Agustus-November 2017.

Adapun alasan terpilihnya Puskesmas Kecamatan Ciawi sebagai tempat

penelitian adalah karena cakupan ASI Eksklusif Puskesmas Kecamatan

Ciawi tahun 2015 masih sangat rendah yaitu sebesar 29,41% dari target

capaian puskesmas yaitu sebesar 90%.

C. Informan Penelitian

Teknik penentuan informan dalam penelitian adalah dengan cara

purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik penetapan

informan yang sesuai dengan kategori atau kriteria penelitian (Iskandar,

2009). Informan pada penelitian ini adalah beberapa pasang suami istri yang

memilliki bayi berusia 6-12 bulan. Informan terdiri dari informan utama dan

informan pendukung. Informan utama adalah suami, sedangkan informan

pendukung adalah istri dan kader. Dalam pendekatan fenomenologi

penentuan jumlah informan menurut Creswell (1998; eds 2014), bahwa

ukuran sampel yang digunakan adalah 5 – 25 orang. Jumlah informan dalam

penelitian ini adalah 5 pasang suami istri dan kader yang mengenal dekat

informan. Akan tetapi, jumlah informan dapat bertambah sesuai dengan

kelengkapan informasi dari informan utama.

29

Kriteria informan yang akan diteliti adalah suami dan istri yang

memiliki bayi berusia 6-12 bulan, suami mendukung ASI Eksklusif, istri

memberikan ASI secara eksklusif selama 0-6 bulan, serta kader yang dekat

dengan pasangan suami istri yang menjadi informan, serta suami dan istri

yang bertempat tinggal di wilayah kerja UPT Puskesmas Kecamatan Ciawi.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan adalah pengumpulan data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui Indepth Interview

(wawancara mendalam), dan observasi. Data sekunder diperoleh melalui

laporan terkait masalah yang diteliti seperti data persentase ASI eksklusif di

wilayah Puskesmas Kecamatan Ciawi dan data program (KIA, Gizi

Keluarga, dan Promosi Kesehatan) terkait ASI eksklusif.

E. Metode Pengambilan Data

1. Wawancara

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara mendalam

agar peneliti mendapatkan keterangan dari informan untuk keperluan

informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Peneliti akan melakukan

probing (menggali lebih dalam) dengan mengajukan pertanyaan yang

lebih terinci pada poin-poin pertanyaan saat wawancara informan untuk

mendapatkan jawaban yang lebih lengkap. Wawancara mendalam

biasanya membutuhkan waktu (durasi wawancara) antara 20 menit

30

sampai 2 jam tergantung pada topik pembahasannya (Badriah & Alkaff,

2013). Dalam hal ini, peneliti akan menyesuaikan waktu wawancara

dengan kesepakatan dan situasi informan.

2. Observasi

Kegiatan observasi meliputi pengamatan, pencatatan secara sistematik

kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat, dan hal-hal yang

diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.

Kegiatan observasi dilakukan untuk melihat secara realistis perilaku atau

kejadian dan untuk menjawab pertanyaan (Iskandar, 2009).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman

wawancara mendalam, dan catatan lapangan (field note). Alat yang

digunakan adalah handphone, alat perekam (tape recorder), dan alat tulis.

G. Teknik Analisis Data

Pengolahan data pada penelitian ini berupa pengumpulan data primer

dan sekunder, membuat transkrip wawancara, mengklasifikasikan data,

membuat matriks untuk klasifikasi data, dan menganalisa data untuk

membuat kesimpulan (Fikawati dan Syafiq, 2009).

Teknik analisa data menurut Miles dan Huberman (1984):

1. Reduksi data

31

Reduksi data merupakan proses menyeleksi, memfokuskan,

menyederhanakan, mengabstraksikan, dan mengubah data yang

diperoleh. Reduksi data dapat dilakukan sebelum pengumpulan data dan

sesudah pengumpulan data. Sebelum pengumpulan data, reduksi data

yang dilakukan dapat berupa menentukan kerangka konsep, memilih

kasus, membuat pertanyaan penelitian, dan menentukan cara

pengumpulan data. Sedangkan setelah pengumpulan data, reduksi data

yang dilakukan dapat berupa menulis kesimpulan sementara, membuat

coding, memilih tema, membuat pengelompokan, dan menulis catatan

(Badriah & Alkaff, 2013).

2. Penyajian Data (display data)

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Pada

tahap ini peneliti akan menjelaskan dan menguraikan data-data yang

telah dikelompokan menjadi kalimat-kalimat yang bermakna agar sesuai

dengan tujuan umum dan tujuan khusus. Penyajian data merupakan

informasi yang diorganisasikan, diringkas, dan disusun sehingga

memungkinkan dibuat kesimpulan. Penyajian data dapat berupa matriks,

grafik, chart, atau networks (Badriah & Alkaff, 2013).

3. Kesimpulan (conclusion drawing/verification)

Pada tahap ini, peneliti akan menyimpulkan data yang sudah disajikan

secara naratif agar sesuai dengan tujuan penelitian. Penarikan

kesimpulan diverifikasi terus menerus selama proses analisis dengan

cara mengecek kembali data yang ada, mendiskusikan dengan teman,

32

mencek data dari informasi lain, dan mengonfirmasikan dengan

kenyataan (Badriah & Alkaff, 2013).

Menurut Creswell (2010) (dalam Sugiyono, 2012) terdapat beberapa

langkah dalam menganalisis data sebagaimana berikut ini:

1. Mengolah data dan mengintrepetasikan data untuk dianalisis. Langkah ini

melibatkan transkrip wawancara, menscaning materi, mengerti data

lapangan atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-

jenis yang berbeda tergantung sumber informasi.

2. Membaca keseluruhan data. Dalam tahap ini, menulis catatan-catatan

khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh.

3. Menganalisis lebih detail dengan mengkoding data. koding merupakan

proses mengolah materi atau informasi menjadi segmen-segmen tulisan

sebelum memaknainya.

4. Menerapkan proses koding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,

kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis

5. Menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan

kembali dalam narasi atau laporan kualitatif.

6. Menginterpretasi atau memaknai data

H. Reliabilitas dan Validitas Data

Mengukur reliabilitas dalam kualitatif menurut Creswell (2010)

(dalam Sugiyono, 2012) dengan melalui sejumlah prosedur sebagai berikut :

33

1. Mengecek hasil transkrip untuk memastikan tidak adanya kesalahan yang

dibuat selama proses transkripsi.

2. Memastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang mengenai

kode-kode selama proses koding. Hal ini dapat dilakukan dengan terus

membandingkan data dengan kode-kode atau dengan menulis cacatan

tentang kode-kode dan definisi-definisinya.

3. Untuk penelitian yang berbentuk tim, mendiskusikan kode-kode bersama

partner satu tim dalam pertemuan rutin sharing analisis.

4. Melakukan cross-check dan membandingkan kode-kode yang dibuat oleh

peneliti lain dengan kode-kode yang telah dibuat sendiri.

Menurut Creswell (2010) (dalam Sugiyono, 2012) validitas kualitatif

merupakan pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan

prosedur-prosedur tertentu. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data

dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan

peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Menurut Moloeng (2007) (dalam Iskandar, 2009), dalam menguji

keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu pemeriksaan

yang memanfaatkan sesuatu lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data tersebut. Peneliti menggunakan triangulasi sebagai

cara untuk menguji validitas data. Triangulasi dibagi menjadi empat yaitu

triangulasi sumber, metode, penyidik, dan teori. Penelitian ini menggunakan

triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber adalah

pengujian untuk menguji kredibilitas data, dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sedangkan

34

triangulasi metode memungkinkan peneliti melengkapi kekurangan informasi

yang diperoleh metode tertentu dengan metode lainnya.

Triangulasi sumber melibatkan beberapa informan yaitu pasangan

suami istri dan kader. Tahap pertama informan kader digunakan sebagai

sumber yang mendukung data terkait kebenaran ASI Eksklusif dan kehidupan

pasangan suami istri yang akan menjadi informan. Tahap kedua istri

digunakan sebagai sumber yang mendukung data terkait bentuk-bentuk

dukungan suami yaitu dukungan informasi, penghargaan, penilaian, dan fisik.

Tahap ketiga, suami digunakan sebagai informan utama yang memberikan

data terkait jenis-jenis motivasi (internal, eksternal, dan amotivasi) yang

digunakan suami dalam mendukung ASI Eksklusif. Tahap keempat,

pernyataan para suami dan para istri dipilah kedalam sub tema penelitian

untuk diberi kesimpulan sementara.

Triangulasi metode melibatkan metode wawancara disertai wawancara

mendalam dan observasi. Seluruh informan akan diberikan pertanyaan

melalui wawancara disertai wawancara mendalam untuk mendapatkan data

yang sesuai dengan tujuan umum maupun khusus. Metode observasi

digunakan untuk mendukung data seperti dukungan fisik.

35

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Puskesmas Kecamatan Ciawi terdiri dari lima desa yaitu desa Ciawi,

Bendungan, Pandansari, Banjarwaru dan Bitungsari. Perbatasan wilayah

kerja UPT Puskesmas Ciawi adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara: berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Bogor

2. Sebelah Timur: berbatasan dengan Kecamatan Megamendung Kab

Bogor

3. Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kecamatan Caringin Kab Bogor

4. Sebelah Barat: berbatasan dengan Kota Bogor

Puskesmas Kecamatan Ciawi terletak di Kecamatan Ciawi dengan luas

wilayah 2.518 Hektar yang terdiri dari tanah darat 1471,827 M2 dan tanah

sawah 1046.173 M2 . Jumlah penduduk Kecamatan Ciawi 108.171

Jiwa,terdiri 55.912 jiwa laki laki dan 52.259 perempuan. Jarak Ibukota

Kecamatan Ciawi dengan Ibukota Kabupaten Bogor 28 km.

Menurut data Puskesmas Kecamatan Ciawi, cakupan ASI eksklusif

tiap wilayah kerja pada bulan Januari tahun 2016 adalah desa Ciawi

(21,4%), Bendungan (100%), Pandansari (12,5%), Banjarwaru (39%) dan

Bitungsari (9,8%).

36

B. Karakteristik Informan

Informan penelitian memiliki kriteria yaitu suami dan istri yang

memiliki bayi berusia 6-12 bulan, suami mendukung ASI eksklusif, istri

memberikan ASI secara eksklusif selama 0-6 bulan, serta kader yang dekat

dengan pasangan suami istri yang menjadi informan, serta suami dan istri

yang bertempat tinggal di wilayah kerja UPT Puskesmas Kecamatan Ciawi.

Informan yang diteliti sebanyak lima pasang. Nama inisial pasangan informan

yang pertama adalah U (suami) dan M (istri). Nama inisial pasangan kedua M

(suami) dan J (istri). Nama inisial pasangan ketiga J (suami) dan N (istri).

Nama inisial pasangan keempat S (suami) dan A (istri). Nama inisial

pasangan kelima H (suami) dan S (istri). Berikut adalah karakteristik

informan:

37

Tabel 5.2. Karakteristik Informan

Informan Umur

Bayi

(bulan)

Jumlah

Anak

Alamat Pekerjaan

Suami

Usia

Suami

(tahun)

Pekerjaan

Istri

Usia

Istri

(tahun)

Suami

Mengikuti

KP-ASI

Istri Aktif

Posyandu

Pasangan

1

11 3 Gang

Gadog

Desa

Bendungan

(rumah

berdekatan

dengan

rumah

orang tua)

Buruh

bangunan

40 Ibu

Rumah

Tangga

30 Tidak Aktif

Pasangan

2

7 2 Gang

Gadog

Desa

Buruh

bangunan

38 Ibu

Rumah

Tangga

30 Tidak Aktif

38

Bendungan

(Baru

pindah

kerumah

orang tua)

dan usaha

warung

Pasangan

3

11 2 Gang

Gadog

Desa

Bendungan

(rumah

kontrakan

dan jauh

dari orang

tua)

Pengemu

di Ojek

Online

27 Ibu

Rumah

Tangga

23 Tidak Aktif

Pasangan

4

11 3 Kampung

Seseupan

Desa

Bendungan

(tidak

Pegawai

Pom

Bensin

40 Ibu

Rumah

Tangga

dan kader

38 Tidak Aktif

39

tinggal

dengan

orang tua)

Pasangan

5

7 1 Kampung

Seseupan

Desa

Bendungan

(rumah

berdekatan

dengan

rumah

orang tua)

Pengurus

dan

Pengajar

Pondok

Pesantren

27 Ibu

Rumah

Tangga

18 Tidak Aktif

40

40

C. Gambaran Motivasi Suami

1. Motivasi Intrinsik

a. Pengetahuan

Para suami mengungkapkan pendapat mereka terkait apa

yang mereka ketahui tentang ASI eksklusif seperti pengertian dan

manfaat ASI eksklusif, membandingkan ASI dengan susu formula,

serta cara melancarkan ASI eksklusif. Pengetahuan para suami

terkait pengertian ASI eksklusif dinilai masih kurang karena masih

ada dari mereka yang kurang tepat mengungkapkan pengertian ASI

eksklusif. Sedangkan pengetahuan tentang ASI eksklusif lainnya

seperti manfaat, perbandingan ASI dengan susu formula, dan cara

melancarkan ASI, dinilai cukup beragam.

Berdasarkan keterangan beberapa orang suami, pengertian

ASI eksklusif merupakan Air Susu Ibu yang diberikan antara 0-6

bulan, kemudian Air Susu Ibu tidak boleh dicampurkan oleh air,

teh, madu, buah, dan makanan pendamping ASI lainnya dari usia

bayi 0 sampai 6 bulan. Berikut salah satu pendapat informan yang

tepat mengenai pengertian ASI eksklusif:

“dari melahirkan ya, mungkin kurang lebih 6 bulan,... kalo udah

boleh makan baru diberikan buah, air. Kalo baru lahir sampe 6

bulan mah ASI aja udah cukup. ... mungkin ya sepengetahuan saya

aja yang udah ngalamin ke dua anak.” (Suami 2)

41

Walaupun begitu ada pula suami yang mengatahan bahwa

diusia 0-6 bulan boleh jika diberikan susu formula atau buah,

padahal istri mereka memberikan ASI eksklusif. Salah seoarang

suami memperbolehkan bayinya diberikan susu formula diusia 0-6

bulan apabila air susu ibunya sedikit. Alasannya agar bayinya tidak

kekurangan nutrisi makan dan minumnya. Sedangkan pendapat

suami lainnya yang setuju bayinya diberikan buah memiliki alasan

agar bayinya dapat tambahan nutrisi dari buah. Berikut pernyataan

informan:

“boleh diberikan susu formula paling. Kalo kekurangan... kalo

cukup mah engga, ya Alhamdulillah, ...” (Suami 3)

“ga boleh ya kalo baru lahir mah ya belum boleh.. tapi kalo buah

mah boleh diberikan.” (Suami 1)

Manfaat ASI eksklusif yang dipahami oleh para suami

diantaranya adalah baik untuk pertumbuhan, kesehatan, kekebalan

tubuh, kecerdasan, dan dapat mendekatkan hubungan ibu dan anak.

Berikut salah satu pendapat informan yang sama dengan pendapat

informan lainnya:

“buat pertumbuhan anak gitu, biar sehat anaknya. Haha” (Suami

2)

Para suami juga membandingkan ASI eksklusif dengan

susu formula. ASI Ekslusif lebih baik dari susu formula karena

42

lebih steril, alami, lebih sehat, dan dapat mencerdaskan bayi

mereka. Berikut salah satu pendapat informan:

“kalo setau saya kalo pake formula itu sebetulnya kalo buat

pertumbuhan sama, cepet gede juga kalo pake susu formula, kalo

diberikan ASI kan agak kurang (kurang besar pertumbuhan

fisiknya), tapi kalo kesehatan ya dijamin (untuk yang pakai ASI

eksklusif), kalo kecerdasan saya masih kurang tau tapi anak saya

pake ASI, alhamdulillah pinter mba,...” (Suami 4)

Pengetahuan lainnya menurut para suami adalah tentang

cara melancarkan ASI eksklusif yaitu dengan makan sayur yang

banyak, dan dari lahir sudah dibiasakan minum ASI. Berikut salah

satu pendapat informan yang terkait:

“hehe, ya kan kalo lagi menyusui kan harus makan sayur-sayuran,

begitukan?” (Suami 2)

Walaupun para suami belum memiliki pengetahuan yang

baik terkait ASI eksklusif, akan tetapi mereka tetap mendukung

ASI eksklusif dan mencari informasi terkait ASI eksklusif dengan

menemani istri konsultasi kesehatan atau mencari tahu melalui

media massa (internet).

b. Stimulasi

Suami memiliki reaksi yang positif ketika istri mengambil

keputusan untuk memberi ASI secara eksklusif. Dapat dikatakan

43

bahwa suami termotivasi karena adanya stimulus dari istri yang

setuju memberi ASI secara eksklusif. Sikap atau reaksi suami

ketika istri memberikan ASI eksklusif dinilai cukup beragam.

Suami merasa bangga ketika istri memberi ASI eksklusif. Reaksi

lainnya muncul apabila istri tidak memberi ASI maka reaksi suami

akan khawatir dengan anaknya. Suami khawatir kepada bayinya

apabila kekebalan tubuhnya berkurang dan mudah jatuh sakit.

Ada pula suami yang bereaksi kecewa kepada istrinya.

Suami kecewa apabila istri tidak memberikan ASI eksklusif karena

istrinya tidak memenuhi ambisinya untuk memberi bayinya ASI

eksklusif. Ambisi tersebut muncul karena suami tidak ingin kalau

anaknya disebut sebagai ‘anak sapi’ dengan kata lain suami

menginginkan adanya interaksi dan hubungan yang harmonis

antara istri dan bayinya. Berikut adalah salah satu pendapat

informan yang terkait:

(kalau istri tidak memberi ASI) “saya agak kecewa juga ya,... kan

biar lebih deket sama ibunya aja kan ya, daripada dibilang susu

sapi, eh anak sapi, hahah,”(Suami 5)

Kemudian ada suami yang merasa bangga untuk alasan

kesehatan anaknya akan tetapi lebih menekankan perasaan

bersyukur dan bangganya karena alasan ekonomi. Sehingga

stimulasi tersebut bukan karena istri memberi ASI eksklusif

melainkan karena adanya faktor ekonomi yang mempengaruhi

44

tindakan mendukung ASI eksklusif. Alasan ekonomi yang

dimaksud adalah biaya hidup sehari-hari yang dinilai berat tidak

dapat lagi dibebani dengan keperluan lainnya. Sehingga suami

sangat menyarankan kepada istri untuk berhemat salah satunya

tidak membeli susu formula, dan hanya memberikan ASI untuk

anaknya. Pekerjaan suami sebagai buruh bangunan (yang hanya

mendapatkan pekerjaan ketika ada panggilan) menjadi penyebab

kurangnya penghasilan keluarga. Berikut pendapat informan:

“ya, gimana yak, hehe masalah keuangan ini hahah” (Suami 1)

c. Kemampuan

Kemampuan yang dimaksud oleh peneliti adalah dukungan

yang dapat dilakukan oleh suami yaitu berupa dukungan

emosional, penghargaan, informasi, dan fisik. Berbagai cara

dilakukan suami dalam mendukung istri memberi ASI eksklusif.

Sehingga dapat dikatakan bahwa suami termotivasi karena mampu

mendukung ASI eksklusif secara emosional, penghargaan,

informasi, dan fisik. Ada pula suami yang tidak mampu

mendukung lebih secara fisik dan informasi karena alasan sibuk

bekerja dan jarang dirumah.

Para suami mampu mendukung secara emosional,

penghargaan, informasi, dan fisik. Dukungan emosional yang

diberikan para suami diantaranya adalah perasaan bangga karena

kebutuhan nutrisi bayi tercukupi, bersyukur karena ASI istri

45

banyak sehingga kebutuhan anak terpenuhi, perhatian kepada istri

agar istri sehat selalu dan berambisi mendukung ASI eksklusif.

Dukungan penghargaan yang diberikan para suami

diantaranya adalah tidak setuju bila bayinya diberikan makanan

dan minuman selain ASI eksklusif karena belum cukup usia,

berusaha mempercepat atau melancarkan ASI dengan cara

tradisional, dan setuju mendukung ASI eksklusif. Berikut salah

satu bentuk dukungan penghargaan yang diberikan informan yaitu:

“kalo saya dari dulu belum pernah mba (puting lecet), kalo ASInya

kurang/dikit ya saya berusaha itu buat mempercepat itu saya pake

daun katuk satu pepaya muda, direbus, kalo engga jantung

pisang.” (Suami 4)

Dukungan informasi yang diberikan suami diantaranya

adalah memulai memberi ASI sejak baru lahir agar ASI terus

lancar dan banyak, jika ada kendala pada salah satu payudara atau

kedua payudara maka payudara digunakan secara bergantian untuk

memberi ASI, dan selama satu minggu bayi dapat bertahan tanpa

ASI jadi selama itu suami harus melakukan berbagai cara agar

produksi ASI banyak seperti memberi sayur dan buah untuk istri

serta merangsang dengan menyusui bayi. Berikut salah satu bentuk

dukungan informasi yang diberikan informan yaitu:

“waktu baru pas ngelahirin juga susah keluar tapi kan dari dokter

udah ngasih tau ini selama satu minggu ga pake minum ASI

46

gapapa bayi masih bertahan gitu, jadi diusahain terus dipacu.”

(Suami 4)

Dukungan fisik yang diberikan suami diantaranya adalah

ada suami yang menggunakan pompa ASI agar produksi ASI

banyak, ada yang membeli susu untuk ibu menyusui agar produksi

ASI banyak, ada yang membelikan sayur dan buah sepulang kerja,

dan ada pula yang memberi pelayanan berupa membantu istri

mengendong bayi dan mengajak bermain anaknya (berdasarkan

observasi). Berikut salah satu bentuk dukungan fisik yang

diberikan informan yaitu:

“kalau selama masih ada ASInya mah ya paling pake pompa,..

waktu yang pertama begitu, pas pertama lahir mah pake gitu, tapi

pas udah kesininya mah udah makan sayuran itu, Alhamdulillah

banyak ya udah gitu.”(sambil mengendong kemudian memangku

bayinya) (Suami 2)

Adapula suami yang hanya mampu mendukung secara

emosional dan penghargaan. Alasan informan diantaranya adalah

informan jarang dirumah karena sibuk mencari uang sehingga

informan menyerahkan segala urusan rumah tangga termasuk

mengurus bayi kepada istrinya. Walaupun begitu suami tersebut

memberi dukungan dengan memuji istri (dukungan emosional),

dan setuju apapun yang dilakukan istri dalam memberi ASI

47

eksklusif (dukungan penghargaan). Berikut dukungan emosional

informan terkait:

“wah bukan cuma bangga, (sambil menatap mesra istrinya dan

tersenyum, sang istri tertawa sambil malu-malu dan wajah

memerah)” (Suami 1)

Berikut dukungan penghargaan informan terkait:

“iya yakin saya hehe. (istrinya dapat mengurus anak dan memberi

ASI tanpa mencampur dengan susu formula)” (Suami 1)

2. Motivasi Ekstrinsik

a. Identifikasi Regulasi

Manfaat ASI eksklusif dirasakan oleh para suami cukup

beragam. Pengetahuan terkait manfaat ASI eksklusif didapatkan

berdasarkan pengalaman dan sumber informasi lainnya seperti

mengikuti konsultasi dan melalui media internet. Berdasarkan

keterangan para suami, dapat disimpulkan bahwa mereka

termotivasi karena menyadari banyaknya manfaat ASI eksklusif

bagi bayi mereka.

Para suami mengakui bahwa ASI eksklusif lebih bagus

karena nutrisi lebih banyak dari formula, makanan pertama bagi

bayi, kebutuhan makan dan minum anak, dapat mencerdaskan,

untuk pertumbuhan, untuk kesehatan dan menjalin hubungan

48

harmonis antara ibu dan anak. Berikut salah satu pendapat

informan:

“iya pinter, saya ga tau apa jangan jangan karna susu Eksklusif

apa engga, tapi setau saya Eksklusif bisa buat kesehatan otomatis

buat kecerdasan juga bisa,...” (Suami 4)

b. Introjeksi Regulasi

Para suami setuju bahwa mendukung ASI eksklusif

merupakan kewajiban dan tanggung jawab suami. Alasan mereka

menyetujui bahwa suami berkewajiban dukung ASI eksklusif

cukup beragam. Walaupun suami menyadari bahwa mendukung

ASI eksklusif merupakan kewajibannya, adapula suami yang tidak

mengetahui cara menjalankan kewajiban tersebut. Alasannya

karena pengetahuan mereka yang kurang terkait ASI eksklusif dan

kesibukan mereka bekerja. Hal tersebut berpengaruh pada

dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri.

Alasan suami setuju berkewajiban mendukung ASI

eksklusif diantaranya adalah untuk kesehatan bayinya, ASI

memiliki kualitas yang lebih baik dari susu formula, dan agar bayi

tercukupi kebutuhan nutrisinya. Salah satu suami setuju dan

berjuang untuk kelancaran memberikan ASI istrinya. Upaya yang

dilakukan suami demi kelancaran ASI istrinya adalah menemani

kontrol ke dokter dan menyarankan istri untuk terus menyusui agar

49

dapat memicu produksi ASI yang lebih banyak. Berikut salah satu

pernyataan informan:

“ya saya tanggung jawab saya siap sedia makanya saya usahakan

biar istri saya sehat selalu, makanya kalo istri saya pusing pusing

langsung saya kontrol ke bidan gitu.... waktu baru pas ngelahirin

juga susah keluar tapi kan dari dokter udah ngasih tau ini selama

satu minggu ga pake minum ASI gapapa bayi masih bertahan gitu,

jadi diusahain terus dipacu.” (Suami 4)

Para suami setuju berkewajiban mendukung ASI eksklusif,

salah satu suami yang setuju berkewajiban mendukung ASI karena

ASI banyak sehingga bayi tidak merasa kekurangan makan dan

minum. Apabila ASI sedikit dan puting istri lecet maka suami akan

memberi susu formula kepada bayinya karena merasa bayinya akan

kekurangan nutrisi dan kasihan kepada istrinya jika dipaksa diberi

ASI ketika putingnya lecet. Walaupun begitu, suami tersebut tetap

dinyatakan bertanggung jawab mendukung ASI eksklusif karena

sebelum memberikan minum dan makanan lain selain ASI

eksklusif kepada bayinya, suami tersebut tetap mengupayakan

dengan memberi susu ibu menyusui untuk istri dan menyarankan

kepada istri untuk bergantian menggunakan payudara ketika

menyusui. Berikut pernyataan informan yang terkait:

50

“ya setuju aja soalnya kalau engga diberikan (ASI) juga kasian

kan bayinya juga, kalo ga diberikan kan juga semakin banyak susu

ASI nya.” (Suami 3)

Adapula suami yang setuju berkewajiban mendukung ASI,

akan tetapi tidak mengetahui alasannya. Suami tersebut

menyerahkan kepada istrinya untuk mengurus dan memberi ASI

kepada bayinya, sedangkan informan hanya mendukung secara

penghargaan dan emosional. Berikut pernyataan dari informan

yang terkait:

“iya, saya mah nyuport (support/dukung) doang.” (Suami 5)

c. Integrasi Regulasi

Motivasi suami untuk mendukung ASI eksklusif salah

satunya dengan memiliki kesadaran bahwa suami berpengaruh

dalam mendukung ASI eksklusif dan ASI eksklusif baik untuk ibu

dan anak. Kesadaran suami dapat dilihat melalui upaya suami

dalam melancarkan ASI eksklusif jika dihadapkan pada kasus ASI

sedikit dan puting payudara lecet. Hal tersebut menunjukan bahwa

suami memiliki kesadaran dalam mendukung istri memberikan

ASI eksklusif.

Menurut keterangan para suami, mereka tidak akan

langsung memberikan susu formula atau makanan lainnya selama

ASI masih ada dan masih dapat diupayakan agar produksi ASI

lancar dan istri sukses memberikan ASI eksklusif. Berbagai macam

51

upaya yang disampaikan oleh para suami ketika dihadapkan pada

kasus ASI kurang dan puting payudara istri lecet diantaranya

adalah diobati puting yang lecet, dirangsang oleh bayinya sendiri,

menggunakan pompa ASI, makan sayur, mengganti posisi bayi

dari payudara satu ke payudara lainnya yang tidak lecet. Berikut

salah satu pernyataan dari informan:

“kalau selama masih ada ASInya mah ya paling pake pompa,..

waktu yang pertama begitu, pas pertama lahir mah pake gitu, tapi

pas udah kesininya mah udah makan sayuran itu, Alhamdulillah

banyak ya udah gitu.” (Suami 2)

Adapula suami yang sadar bahwa peran suami adalah

memberi pengarahan kepada istri dengan informasi yang didapat

terkait ASI, dan menyarankan istri agar mandiri dan peduli.

Berikut pernyataan dari informan yang terkait:

“kita sebagai suami harusnya kasih pengarahan mba, ya

sepengetahuan kita aja, atau engga kita nanya nanya kalo ga tau,

nah sekarang kan sudah ada google. Baiknya ya kita harus kasih

pengarahan kepada istri gimana caranya. Istri juga harus lebih

tau, istri saya malah lebih tau lebih pinter haha” (Suami 4)

d. Eksternal Regulasi

Motivasi suami dalam mendukung ASI eksklusif salah

satunya dengan mengetahui keuntungan yang didapat suami jika

mendukung ASI eksklusif. Keuntungan yang didapatkan suami

52

apabila mendukung ASI eksklusif cukup beragam diantaranya

adalah ekonomis (irit biaya), anak lebih sehat, praktis, dan punya

kebanggaan tersendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa suami

termotivasi karena mengetahui bahwa mendukung ASI eksklusif

dapat menguntungkan pihak suami.

Beberapa suami berpendapat bahwa dengan memberi ASI

eksklusif dapat mengirit biaya (ekonomis). Berikut pernyataan dari

beberapa informan yang terkait:

“keuntungan buat saya ya ekonomis praktis. Ya aturan saya

ngeluarin duit buat susu formula kan mahal mba, jadi ASI, kalo

praktisnya kalo kebangun malem malem ga usah bikin susu tinggal

ngeluarin kan praktis haha gitu mba.” (Suami 4)

Beberapa suami launnya berpendapat bahwa keuntungan

mendukung ASI eksklusif bagi suami adalah kebutuhan nutrisi

anak terpenuhi dan suami bangga karena ibu dan bayinya

hubungannya menjadi dekat.

“keuntungan dari segi materi mungkin ga ada keuntungan atau

gimana gimana ya. Yang pasti punya kebanggaan sendiri aja kalo

ngasih ASI itu,” (Suami 5)

“kalo susu formula kan itu kan hanya buat minumannya aja, kalo

ini kan plus buat makannya juga.” (Suami 3)

53

3. Amotivasi

Amotivasi terjadi apabila dukungan suami tersebut disebabkan

oleh faktor-faktor lain dan bukan karena motivasi. Berdasarkan

penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa para suami termotivasi

sehingga tidak ada suami yang dikatagorikan Amotivasi.

54

D. Gambaran Dukungan Suami

1. Dukungan Emosional

Dukungan emosional yang diberikan oleh para suami dalam

mendukung ASI eksklusif dapat diketahui melalui pendapat istri

mereka. Dukungan emosional menurut para istri dapat ditunjukan

melalui respon suami yang bangga terhadap istrinya, suami yang

mengingatkan istrinya untuk memberi ASI, dan suami mengingatkan

bahwa ASI itu sehat. Berikut pendapat dari istri:

“ya, kalo itu suka ingetin ngasih ASI,...” (Istri 4)

Berdasarkan keterangan para istri dapat disimpulkan bahwa

dukungan emosional yang diberikan suami dapat dirasakan oleh istri.

2. Dukungan Informasi

Berdasarkan keterangan para istri, dapat disimpulkan bahwa

dukungan informasi dari suami terkait ASI cukup beragam. Akan

tetapi, ada istri yang tidak mendapat informasi terkait ASI karena

pengetahuan suami yang kurang terkait ASI dan kesibukan suami

bekerja.

Beberapa istri mendapatkan informasi bahwa ASI eksklusif baik

untuk pertumbuhan. Berikut salah satu pernyataan dari istri:

“bagus untuk pertumbuhan kayaknya mah ya, hehhe” (jawaban sama

dengan jawabannya suami ketika wawancara) (Istri 2)

55

Selain itu, informasi yang didapat istri adalah makanan yang

dikonsumsi ibu berpengaruh bagi kualitas ASI. Berikut pernyataan dari

istri yang terkait:

“ya gitu biar sehat aja, kan ibunya juga harus jaga makanannya biar

ASInya sehat. Kalo makan pedes kan suka mencret bayinya.” (Istri 3)

Kemudian istri diberitahu bagaimana cara memperbanyak ASI

dengan mengkonsumsi sayur seperti bayam. Berikut pernyataannya:

“sayur apa aja, yang penting sayur, terutama sayur bayem. Katanya

(kata suaminya sambil menunjuk suaminya dengan menatap) kan bikin

banyak air susu.” (Istri 5)

Adapula suami yang memberikan informasi bahwa ASI eksklusif

dapat mempererat hubungan antara ibu dan anak. Berikut

pernyataannya:

(suami memberi informasi tentang ASI) “iya dia sering buka buka

internet... ASI lebih baik dari susu formula ya katanya, baik buat

pertumbuhannya, terus lebih mendekatkan bayi dengan ibu.” (Istri 5)

Ada istri yang suaminya tidak memberitahukan informasi terkait

ASI karena kurangnya pengetahuan atau informasi suami terkait ASI

eksklusif. Berikut pernyataannya:

“engga, hehe gak ngerti kali yah hehe yang penting mah diberikan ASI

aja gitu hehe.” (Istri 1)

56

3. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan atau penilaian yang dimaksud dalam

penelitian adalah sikap setuju terhadap ASI eksklusif, keyakinan suami

pada istri untuk memberi ASI eksklusif, tidak melakukan tindakan

yang menggagalkan ASI eksklusif. Berdasarkan keterangan para istri

dapat disimpulkan bahwa semua istri merasakan dukungan

penghargaan atau penilaian yang dilakukan suami cukup beragam.

Dukungan penghargaan yang diberikan diantaranya adalah dengan

cara suami bersyukur karena istrinya lancar memberi ASI. Berikut

pernyataan dari istri:

(dapat dilihat dari respon suami ketika diwawancarai “Alhamdulillah

lancar terus.”) (Suami 1)

Selain itu,dukungan lainnya adalah suami akan marah bila anaknya

tidak diberi ASI. Berikut pernyataannya:

(kalau ga diberikan ASI) “ya dimarahin atuh (sama suami) kasian

dedenya” (Istri 2)

Ada suami yang berusaha bila istrinya kesulitan memberi ASI,

dengan begitu suami mendukung keberhasilan ASI eksklusif. Berikut

pernyataan dari informan terkait:

“ya harus (diusahakan diberikan ASI), malah kalo misalnya ASInya

kering, dia nya yang sibuk nyari katuk nyari apa kitu.” (Istri 4)

57

Ada pula suami yang berambisi untuk ASI eksklusif. Berikut

pernyataan dari istri:

“emang dia (suaminya) ambisi ga mau yah (tidak mau pakai susu

formula),” (Istri 5)

4. Dukungan Fisik

Dukungan fisik yang diberikan suami kepada istrinya bukan hanya

dari segi materi tetapi juga dari segi pelayanan. Jika dilihat dari segi

materi, menurut istri dukungan fisik yang diberikan suami cukup

beragam antara lain adalah membelikan sayur, membeli susu pelancar

ASI (susu ibu menyusui), membeli vitamin, dan membebaskan istri

untuk makan apa saja yang beragam. Berikut pernyataan dari istri

yang terkait:

“...terus suka apa tuh beliin makanan, yang banyak sayur sayuran

kitu, sayur yang biar banyak ASInya gitu.. ... pernah minum susu gitu

lactamil yang buat nyusuin... ... kalo (minum vitamin) vitamin paling

kayak kalsium gitu,” (Istri 4)

“suka diberikan susu.. paling susu bendera kitu” (Istri 3)

Akan tetapi, beberapa istri tidak menggunakan pompa ASI karena

istri mengaku ASInya lancar. Berikut pernyataannya:

“engga, gak pake pompa pompaan,.. ... (ASI keluar sedikit) belum

pernah, malah banyak terus haha” (Istri 1)

58

Berdasarkan observasi, terlihat bahwa suami turut menggendong

dan bermain dengan bayinya walaupun baru tiba dirumah sepulang

bekerja.

59

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbasan Penelitian

Selama proses penelitian, peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam

penelitian, diantaranya adalah:

1. Waktu wawancara yang kurang karena situasi dari suami yang lelah

(setelah pulang bekerja). Hal tersebut berpengaruh terhadap jawaban

suami yang kurang terlalu mendalam sehingga akan mempengaruhi

kualitas data.

2. Selain itu, informasi yang diberikan oleh informan terkadang tidak

menunjukan keadaan yang sesungguhnya. Sehingga dalam hal ini

kemungkinan terjadi ketidakjujuran informan dalam memberikan

informasi.

B. Motivasi Suami

1. Motivasi Intrinsik

a. Pengetahuan

Para suami mengungkapkan pendapat mereka terkait apa

yang mereka ketahui tentang ASI eksklusif seperti pengertian dan

manfaat ASI eksklusif, membandingkan ASI dengan susu formula,

60

serta cara melancarkan ASI eksklusif. Pengetahuan para suami

terkait pengertian ASI eksklusif dinilai masih kurang karena masih

ada dari mereka yang kurang tepat mengungkapkan pengertian ASI

eksklusif. Sedangkan pengetahuan tentang ASI eksklusif lainnya

seperti manfaat, perbandingan ASI dengan susu formula, dan cara

melancarkan ASI, dinilai cukup beragam.

Secara umum pengertian ASI eksklusif menurut pendapat

para suami adalah Air Susu Ibu yang eksklusif diberikan antara 0-6

bulan dan ASI lebih baik diberikan sampai 2 tahun, kemudian Air

Susu Ibu tidak boleh dicampurkan oleh air, teh, madu, buah, dan

makanan pendamping ASI lainnya dari usia bayi 0 sampai 6 bulan.

Hal ini sejalan dengan pengertian ASI eksklusif menurut definisi

WHO menyusui eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau

minuman lain (termasuk air putih) kecuali obat-obatan, vitamin,

mineral tetes, dan ASI perah pada usia bayi 0 sampai 6 bulan

(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Tambahan informasi menurut

Departemen Kesehatan RI melalui SK Menkes

No.450/Men.kes/SK/IV/2004 yaitu menetapkan pemberian ASI

eksklusif selama 6 bulan untuk mencapai pertumbuhan,

perkembangan, dan kesehatan yang optimal (Kementerian

Kesehatan RI, 2014).

Walaupun para suami belum memiliki pengetahuan yang

baik terkait ASI eksklusif, akan tetapi mereka tetap mendukung

ASI eksklusif dan mencari informasi terkait ASI eksklusif dengan

61

menemani istri konsultasi kesehatan atau mencari tahu melalui

media massa (internet). Hal tersebut sejalan dengan faktor yang

berpengaruh dalam tingkat pengetahuan seseorang antara lain

adalah tingkat pendidikan, sumber informasi (media massa atau

penyuluhan), budaya, pengalaman dan sosial ekonomi

(Notoatmodjo, 2007). Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin

banyak informasi, dan semakin banyak pengalaman seseorang

maka semakin baik pula pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo,

2007). Budaya, sosial, dan ekonomi akan memberikan pengaruh

yang bersifat statis yaitu aturan yang melekat pada masyarakat

sehingga pengetahuan akan berkembang sesuai dengan bagaimana

budaya, sosial, dan ekonomi yang ada pada lingkup sekitar

individu (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan suami akan bertambah

karena keputusan suami mencari informasi sendiri melalui

membaca atau pernah mengikuti konsultasi kesehatan mengenai

laktasi (Widiarti, 2012).

Menurut Ryan dan Deci (2000), teori SDT (Self

Determination Theory) menjelaskan bahwa motivasi intrinsik

memiliki unsur seperti suatu ketertarikan, kesenangan dan

kepuasan. Salah satu kepuasan dan kesenangan individu adalah

ketika individu memiliki penguasaan terhadap suatu pengetahuan.

Terdapat tiga kebutuhan dasar yang berpengaruh pada motivasi

intrinsik. Tiga kebutuhan dasar menurut teori SDT adalah otonomi

(autonomy), kompetisi (competence), dan hubungan (relatedness).

62

Penguasaan terhadap pengetahuan inilah yang berhubungan dengan

salah satu kebutuhan dasar yaitu otonomi. Sehingga dapat

dikatakan bahwa pengetahuan memiliki keterkaitan dengan

motivasi intrinsik. Orang yang termotivasi dari dalam diri berupa

penguasaan pengetahuan akan berpengaruh pada tindakan

mendukung khususnya terkait ASI Eksklusif. Hal tersebut

dibuktikan oleh penelitian Evariny (2010) (dalam Fauziah, 2013)

bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan suami terhadap

pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan suami yang tinggi memiliki

kemungkinan 1,84 kali lebih berpengaruh pada pemberian ASI

eksklusif dibanding suami yang berpengetahuan rendah.

b. Stimulasi

Suami memiliki reaksi yang positif ketika istri setuju

menyusui bayinya secara eksklusif. Dapat dikatakan bahwa suami

termotivasi dari dalam diri karena adanya naluri/stimulus dari istri

yang memberi ASI eksklusif. Sikap atau reaksi suami ketika istri

memberikan ASI eksklusif dinilai cukup beragam. Reaksi suami

antara lain adalah bangga dengan istrinya, dan ada pula informan

yang menunjukannya dengan perasaan khawatir dan kecewa

apabila istri tidak memberikan ASI eksklusif. Hal ini sejalan

dengan teori sikap menurut Wawan dan Dewi (2010) (dalam

Kohariningsih dan Ngadiyono, 2013) bahwa sikap yang positif

cendrung menerima, mendekati, menyenangi, dan merespon untuk

63

berperilaku, sedangkan sikap negatif cendrung lebih menjauh,

menghindar, membenci, dan tidak menyukai.

Akan tetapi ada suami yang tidak terstimulasi dengan ASI

eksklusif melainkan terstimulasi karena faktor ekonomi. Hal ini

sejalan dengan Gerungan (2004) yang mengatakan bahwa faktor

yang mempengaruhi motivasi salah satunya adalah sosial ekonomi.

Tambahan informasi lainnya faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap antara lain pengalaman pribadi, pengaruh orang yang

dianggap penting, pengaruh budaya, media massa, lembaga

pendidikan atau agama, dan faktor emosional (Notoatmodjo,

2007).

Menurut Ryan dan Deci (2000), motivasi dapat ditimbulkan

karena adanya kesenangan merasakan suatu sensasi atau stimulasi.

Menurut teori Bloom Sikap (attitude) merupakan respon tertutup

terhadap suatu stimulasi atau objek. Individu yang terstimulus akan

menunjukan suatu sikap. Sikap dapat berpengaruh terhadap

dukungan suami khususnya dalam hal mendukung ASI eksklusif.

Hal ini didukung oleh penelitian Kohariningsih dan Ngadiyono

(2013), Fauziah (2013), dan Khoiria (2014).

Menurut penelitian khoiria terdapat hubungan antara sikap

suami dengan keberhasilan ASI eksklusif di wilayah Puskesmas

Kasihan II Bantul (Khoiria, 2014). Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Kohariningsih dan Ngadiyono (2013) menunjukan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami

64

dengan praktik pemberian ASI eksklusif di wilayah Puskesmas

Ngemplak Simongan (Kohariningsih dan Ngadiyono, 2013). Sikap

suami yang positif terhadap ASI eksklusif memiliki kemungkinan

3,09 kali lebih berpengaruh mendukung pemberian ASI eksklusif

dibanding dengan sikap suami yang negatif (Fauziah, 2013).

c. Kemampuan

Menurut Ryan dan Deci (2000), kemampuan/ kecakapan

(accomplishment) merupakan motivasi yang terjadi karena adanya

kesenangan dan kepuasan dalam karena penguasaan kemampuan

yang dimiliki. Kemampuan yang dimaksud oleh peneliti adalah

suami mampu melakukan tindakan mendukung ASI eksklusif yaitu

berupa dukungan emosional, penghargaan, informasi, dan fisik.

Berbagai cara dilakukan suami dalam mendukung istri memberi

ASI eksklusif contohnya adalah memberi perhatian kepada istri

dengan mengingatkan memberi ASI eksklusif, memberi informasi

terkait asupan ibu menyusui, tidak menggagalkan istri memberikan

ASI eksklusif, dan memenuhi nutrisi yang diperlukan selama

menyusui eksklusif. Sehingga dapat dikatakan bahwa suami

termotivasi dari dalam diri karena mampu mendukung ASI

eksklusif secara emosional, penghargaan, informasi, dan fisik.

Menurut Ryan dan Deci (2000), teori SDT (Self

Determination Theory) menjelaskan bahwa motivasi intrinsik

memiliki unsur seperti suatu ketertarikan, kesenangan dan

65

kepuasan. Salah satu kepuasan dan kesenangan individu adalah

ketika individu memiliki penguasaan kemampuan. Berdasarkan

tiga kebutuhan dasar yang berpengaruh pada motivasi intrinsik

yaitu otonomi (autonomy), kompetisi (competence), dan hubungan

(relatedness). Penguasaan terhadap kemampuan inilah yang

memuaskan kebutuhan hubungan atau pertalian dengan orang lain.

Hubungan/ pertalian dengan orang lain (relatedness) adalah

kebutuhan seseorang untuk merasakan tergabung, terhubung, dan

kebersamaan dengan orang lain. Kondisi hubungan yang hangat,

kuat dan peduli dapat memuaskan kebutuhan individu.

Ketika suami mendukung istri melakukan ASI eksklusif,

suami merasakan hubungan yang hangat antara ibu dan bayi, suami

juga menunjukan perhatian dengan cara mengingatkan istri

memberikan ASI eksklusif. Hal tersebut dilakukan suami sebagai

bentuk kepedulian terhadap istrinya. Sehingga dapat dikatakan

bahwa kemampuan untuk bertindak mendukung ASI eksklusif

memiliki keterkaitan dengan motivasi intrinsik.

Kemampuan untuk mendukung ASI eksklusif memberi

pengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Hal

tersebut dibuktikan oleh hasil studi yang dilakukan oleh Ramadani

dan Hadi (2010) bahwa ibu yang suaminya mendukung pemberian

ASI eksklusif cendrung memberikan ASI eksklusif sebesar 2 kali

lebih besar daripada yang suaminya kurang mendukung. Suami

dapat berperan aktif mendukung ASI eksklusif jika memberi

66

dukungan secara emosional, perhatian, dan mendampingi ibu

selama menyusui. Jika ibu merasa didukung, dicintai, dan

diperhatikan maka akan meningkatkan hormon oksitosin yang

dapat melancarkan ASI (Asih, 2013).

Ada pula suami yang tidak mampu mendukung lebih secara

fisik dan informasi karena alasan sibuk bekerja dan jarang

dirumah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Asih (2013) bahwa

Alasan kurangnya dukungan suami karena adanya pembagian

peran suami yang hanya berkewajiban mencari nafkah, sedangkan

semua urusan rumah tangga termasuk urusan menyusui merupakan

urusan istri. Walaupun begitu informan memberi dukungan dengan

memuji istri (dukungan emosional), dan setuju apapun yang

dilakukan istri dalam memberi ASI eksklusif (dukungan

penghargaan).

2. Motivasi Ekstrinsik

a. Identifikasi Regulasi

Identifikasi regulasi merupakan keadaan di mana individu

mulai mengindentifikasi faktor eksternal yang menjadi impuls

untuk melakukan perilaku dengan mulai mengakui dan menerima

nilai yang mendasari perilaku serta mengetahui manfaat dari apa

yang dilakukan sehingga ia akan menentukan pilihan untuk

melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu (Ryan dan Deci,

2000). Keyakinan atau regulasi yang terjadi adalah individu mulai

67

merasakan suatu nilai untuk dirinya. Akan tetapi, individu tersebut

dibantu oleh dorongan yang ada di luar dirinya. Pada pembahasan

ini suami merasa termotivasi mendukung ASI eksklusif karena

adanya dorongan dari luar diri yaitu manfaat ASI eksklusif bagi

bayi mereka.

Manfaat ASI eksklusif dirasakan oleh para suami cukup

beragam. Manfaat ASI eksklusif didapatkan berdasarkan

pengalaman dan sumber informasi lainnya seperti mengikuti

konsultasi dan melalui media internet. Berdasarkan keterangan

para suami, dapat disimpulkan bahwa mereka termotivasi dari luar

karena menyadari banyaknya manfaat ASI eksklusif bagi bayi

mereka. Hal tersebut sejalan dengan manfaat ASI Ekslusif yang

dijelaskan oleh Purwiyanti (2011) dan Ida (2011) yaitu Manfaat

ASI bagi bayi antara lain adalah baik untuk pertumbuhan otak

bayi, sumber nutrisi terbaik bagi bayi, meringankan pencernaan

bayi, meningkatkan kekebalan tubuh bayi, mudah dicerna, ASI

tidak mudah tercemar, menghindari bayi dari alergi, menunda

pemberian makan yang dapat menyebabkan anemia, mengurangi

risiko obesitas, tidak menimbulkan karies gigi, menyehatkan paru-

paru bayi, mengajari bayi kasih sayang dan kelembutan, menjalin

hubungan baik/ interaksi antara ibu dan bayi, serta ASI dapat

meningkatkan kesehatan jiwa anak (EQ).

Sumber nutrisi terbaik bagi bayi karena mengandung

omega-3, omega-6, protein, natrium, klorida, dan zat besi.

68

Kandungan tersebut baik untuk perkembangan sel otak,

penglihatan, dan pembentukan sel-sel tulang untuk pertumbuhan

(Ida, 2011). Terdapat beberapa penelitian yang mendukung bahwa

bayi yang ASI eksklusif akan lebih baik pencernaan, pertumbuhan

gizi, dan perkembangan tubuhnya daripada bayi yang non-ASI

eksklusif (bayi yang diberi susu formula). Menurut Maki et al

(2017), bayi yang diberi ASI eksklusif memiliki riwayat diare tidak

berulang sedangkan bayi non ASI eksklusif atau bayi yang

diberikan susu formula sebagian besar mengalami diare berulang

(Maki, et al., 2017). Kemudian penelitian Atika (2013)

menunjukan bahwa bayi yang diberikan ASI eksklusif memiliki

status gizi baik sebesar 88,2% dan status gizi kurang sebesar 11,8%

karena kurangnya nutrisi ibu ketika menyusui, sedangkan bayi

yang diberikan susu formula memiliki status gizi lebih sebesar

52,9% dan gizi kurang sebesar 11,8% (Atika, 2013). Penelitian

Putri (2015) juga menunjukan bahwa bayi yang diberi ASI

eksklusif lebih banyak mengalami perkembangan normal (tidak

mengalami keterlambatan perkembangan) daripada bayi yang tidak

diberi ASI eksklusif. (Putri, 2015)

ASI baik bagi perkembangan otak karena ASI mengandung

AA (Asam Arakhidonat) yang termasuk omega-6 dan DHA (Asam

Dekosa Heksanoat) yang termasuk omega-3. AA dan DHA

diperlukan dalam pembentukan sel-sel otak. Sehingga bayi yang

69

diberi ASI akan memiliki IQ yang tinggi dibanding bayi yang tidak

diberi ASI (Ida, 2011).

Meningkatkan kekebalan tubuh karena terdapat zat

antiinfeksi dalam ASI yaitu bifidus (bakteri baik untuk

pencernaan), laktoferin (mencegah bakteri bahaya tumbuh),

laktospirosidase (membunuh bakteri bahaya), fagosit (pemakan

bakteri bahaya), limfosit dan magrofag (zat antibodi untuk

meningkatkan imun), lisozim (membunuh bakteri dan kuman,

mencegah virus), dan interferon (menghambat pertumbuhan virus)

(Ida, 2011).

Menjalin hubungan baik/ interaksi antara ibu dan bayi

karena adanya kontak langsung antara ibu dan bayi sehingga

membantu pertumbuhan dan perkembangan psikologis yang

tergantung pada eratnya hubungan ibu dan anak (Ida, 2011).

b. Introjeksi Regulasi

Introjeksi regulasi adalah motivasi yang muncul atas dasar

kewajiban, tanggung jawab, dan adanya dorongan internal.

Dorongan internal yang dimaksud adalah untuk memenuhi

kebutuhan dasar salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi

(competence) adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki suatu

kekuatan untuk mengontrol dan menguasai tindakan. Individu

tersebut dapat memuaskan kebutuhan dengan merasa bertanggung

jawab pada suatu tindakan yang kompeten (Ryan dan Deci, 2000).

Sehingga dalam pembahasan ini, Para suami setuju bahwa

70

mendukung ASI eksklusif merupakan kewajiban dan tanggung

jawab suami. Mereka termotivasi dari luar karena adanya rasa

tanggung jawab dan kewajiban mendukung ASI eksklusif.

Contoh tanggung jawab dan kewajiban suami menurut

pengalaman dari Kota Makassar melalui Diskusi Kelompok

Terarah (DKT), bapak-bapak dikota tersebut sepakat bahwa ASI

bukan hanya tanggung jawab ibu dan petugas kesehatan tetapi juga

menjadi tanggung jawab bapak-bapak. Oleh karena itu,

terbentuklah kelompok organisasi bernama Bapak Peduli ASI.

Kelompok tersebut melakukan serangkaian advokasi kepada

DPRD dan pemerintah kota untuk membangusn komitmen dalam

penganggaran dan fasilitas pendukung IMD dan ASI eksklusif.

Bapak Peduli ASI juga bekerjasama dengan kelompok imam dan

tokoh agama, sampai ada imam yang sering membahas ASI

eksklusif dalam ceramah. Kelompok Bapak Peduli ASI memberi

pengaruh yang cukup besar, melalui survey cakupan puskesmas

Cendrawasih di Makassar awalnya hanya 43% ibu yang sadar

terhadap ASI eksklusif, setelah adanya kelompok Bapak Peduli

ASI cakupannya meningkat menjadi 80% ibu pasca bersalin yang

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Dirjen BINKESMAS

KEMENKES RI, 2014).

Hal tersebut sejalan dengan PP (Peratutan Pemerintah)

No.33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI menyatakan bahwa

masyarakat harus mendukung keberhasilan program pemberian

71

ASI eksklusif baik secara perorangan, kelompok, maupun

organisasi. Dukungan yang dimaksud dapat dilaksanakan melalui

pemberian sumbangan pemikiran terkait dengan penentuan

kebijakan dan/atau pelaksanaan program pemberian ASI eksklusif;

penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas terkait dengan

pemberian ASI eksklusif; pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

program pemberian ASI eksklusif; dan/atau penyediaan waktu dan

tempat bagi ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

Pelaksanaan dukungan dari masyarakat dilakukan dengan

berpedoman pada 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan

menyusui untuk masyarakat. Menurut WHO/UNICEF 1989,

terdapat 10 langkah keberhasilan menyusui membuat kebijakan

tertulis mengenai pemberian ASI yang secara rutin

dikomunikasikan kepada semua petugas pelayanan kesehatan;

melatih semua petugas kesehatan untuk dapat melaksanakan hal-

hal yang disebutkan dalam kebijaksanaan tertulis mengenai

pemberian ASI; memberitahu kepada para ibu hamil tentang

keuntungan pemberian ASI dan manajemen laktasi; membantu

para ibu mengawali pemberian ASI dalam setengah jam pertama

setelah melahirkan; menunjukkan kepada ibu cara menyusui dan

cara mempertahankan laktasi walaupun mereka harus terpisah dari

bayi; jangan memberi makanan atau minuman lain kepada bayi

yang baru lahir selain ASI, kecuali ada indikasi medis;

mempraktikan rawat gabung, membiarkan ibu dan bayi tetap

72

bersama dalam 24 jam sehari; menganjurkan pemberian ASI

kapanpun bayi membutuhkan; jangan memberikan dot atau

empeng kepada bayi yang sedang menyusu; dan rujuklah ibu

kepada kelompok pendukung ASI (KP-ASI), setelah ibu keluar

dari rumah sakit (Zakiyah, 2012).

c. Integrasi Regulasi

Integrasi regulasi merupakan keadaan dimana individu

telah sepenuhnya menginternalisasikan faktor eksternal yang

memotivasinya melakukan perilaku tertentu. Individu tidak hanya

mengidentifikasi manfaat dari perilaku yang dilakukan terhadap

dirinya sendiri, tetapi juga mengintegrasikannya dengan aspek-

aspek diri lainnya, kedalam diri seorang individu lainnya (Ryan

dan Deci, 2000). Dengan kata lain, integrasi regulasi adalah

motivasi yang muncul karena adanya kesadaran dan mampu

menyesuaikan diri dengan kepentingan orang lain (Ryan dan Deci,

2000). Motivasi suami untuk mendukung ASI eksklusif salah

satunya dengan memiliki kesadaran bahwa suami berpengaruh

dalam mendukung ASI eksklusif dan ASI eksklusif baik untuk ibu

dan anak.

Kesadaran suami dapat dilihat melalui upaya suami dalam

melancarkan ASI eksklusif jika dihadapkan pada kasus ASI sedikit

dan puting payudara lecet. Hal tersebut diungkapkan oleh

Purwiyanti (2011) yaitu Masalah yang dihadapi ibu selama

73

menyusui antara lain adalah ASI belum keluar pada hari pertama,

payudara terasa penuh dan nyeri, payudara kecil, puting susu lecet,

rendahnya produksi ASI (ASI sedikit), payudara bengkak, air susu

ibu kurang, ada benjolan nyeri pada payudara, ibu hamil lagi, ibu

terserang penyakit, puting susu kering dan luka.

Berbagai macam upaya yang disampaikan oleh para suami

ketika dihadapkan pada kasus ASI kurang dan puting payudara istri

lecet diantaranya adalah diobati puting yang lecet, konsultasi ke

bidan, menggunakan pompa ASI, makan sayur, mengganti posisi

bayi dari payudara satu ke payudara lainnya yang tidak lecet.

Hal tersebut sejalan dengan cara mengatasi permasalahan

terkait ASI menurut Purwiyanti (2011), yaitu cara mengatasi ASI

yang belum keluar pada hari pertama atau ASI sedikit adalah

dengan terus membiarkan bayi menghisap puting agar dapat

merangsang hormon oksitosin dan memperbanyak produksi ASI.

Bayi yang lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan

kalori dan cairan yang dapat membuatnya bertahan tanpa minuman

selama beberapa hari. Pada hari pertama bayi lahir menyusui

bukanlah untuk memberikan nutrisi melainkan untuk belajar

menyusui dan membiasakan menghisap puting.

Berikutnya cara mengatasi payudara yang terasa penuh dan

nyeri atau puting lecet adalah dengan memperbaiki posisi

menyusui bayi yang semula menghisap puting kemudian

74

mengganti dengan menghisap sekitar areola. Jika puting terluka

atau terdapat bakteri dan jamur maka perlu diobati dengan saleb

atau obat lainnya sesuai anjuran dokter (Purwiyanti, 2011).

d. Eksternal Regulasi

Eksternal regulasi merupakan keadaan dimana perilaku

individu dikontrol oleh kejadian eksternal. Individu berperilaku

untuk kepentingan tertentu seperti memperoleh reward atau

menghindari punishment (Ryan dan Deci, 2000). Kejadian

eksternal yang dimaksud adalah kepentingan individu demi

mencari keuntungan dan menghindari kerugian. Sehingga pada

pembahasan ini, dapat disimpulkan bahwa suami termotivasi

karena mengetahui bahwa mendukung ASI eksklusif dapat

menguntungkan pihak suami.

Motivasi suami dalam mendukung ASI eksklusif salah

satunya dengan mengetahui keuntungan yang didapat suami jika

mendukung ASI eksklusif. Keuntungan yang didapatkan informan

apabila mendukung ASI eksklusif adalah ekonomis (irit biaya),

anak lebih sehat, praktis, dan punya kebanggaan tersendiri. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat Ida (2011) bahwa Keuntungan

ASI bagi orang tua antara lain adalah menguntungkan secara

ekonomi, tidak pernah basi, praktis, untuk menunda kehamilan,

mengurangi risiko berat badan berlebih, mempercepat pemulihan

pasca melahirkan, mengurangi risiko kanker payudara, mengurangi

stres, dan mengurangi risiko osteoporosis.

75

Menurut Roesli (2000) dan Wirawan (2009) (dalam Hargi,

2013) keuntungan ASI ekskluif terbagi menjadi tiga aspek yaitu

aspek ekonomi, psikologis, dan kemudahan. Aspek ekonomi yang

dimaksud adalah berkurangnya pengeluaran untuk membeli susu

formula dan berobat karena bayi mendapat nutrisi yang cukup dan

kekebalan tubuh yang baik melalui ASI eksklusif. Aspek

psikologis yang dimaksud adalah kebahagiaan keluarga yang

bertambah karena terciptanya hubungan kasih sayang bayi dan

keluarga. Aspek kemudahan yang dimaksud adalah memberi ASI

eksklusif sangat praktis karena tidak memerlukan botol, susu

formula, dot, air panas, dan makanan lainnya untuk bayi, serta

dapat memberikan dimana saja dan kapan saja.

3. Amotivasi

Menurut Ryan dan Deci (2000) Amotivasi adalah tidak adanya

niat dan motivasi dari dalam diri seseorang yang dapat dipengaruhi

oleh faktor eksternal dan internal individu tersebut. para suami

termotivasi sehingga tidak ada suami yang dikatagorikan Amotivasi.

Menurut Cholil (2004) dalam (Hargi, 2013), faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi dukungan suami antara lain adalah faktor

budaya, pendapatan, dan tingkat pendidikan. Faktor budaya yaitu

budaya patriarki. Budaya patriarki merupakan anggapan bahwa wanita

tidak sederajat dengan laki-laki dan wanita memiliki derajat yang

lebih rendah dibanding dengan laki-laki. Faktor pendapatan yaitu

76

pemberdayaan istri tergantung bagaimana keadaan perekonomian

keluarga dimana hanya suami yang mencari mencari nafkah. Faktor

tingkat pendidikan yaitu wawasan atau pengetahuan yang dimiliki

kepala keluarga akan berpengaruh pada sulitnya mengambil keputusan

termasuk dalam hal kesehatan.

Menurut Gerungan (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi

motivsi diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari segala

sesuatu dari dalam individu itu sendiri. Faktor internal meliputi

kondisi fisik, mental, herediter, keinginan dalam diri sendiri, dan

kematangan usia. Sedangkan, Faktor eksternal adalah faktor motivasi

yang timbul dari luar diri seseorang yang merupakan pengaruh dari

orang lain atau lingkungan. Faktor eksternal meliputi lingkungan,

dukungan, fasilitas, media, agama dan spiritual, sosial ekonomi, serta

kebudayaan.

C. Dukungan Suami

Narfin (2013) mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara peran suami dengan pemberian ASI eksklusif, yaitu ibu yang mendapat

dukungan dari suami akan lebih banyak memberi ASI eksklusif daripada ibu

yang tidak mendapat dukungan dari suami. Lima peran suami terhadap

keberhasilan istri menyusui adalah pengetahuan tentang proses menyusui,

sikap positif terhadap masalah menyusui, keikutsertaan dalam pengambilan

keputusan menyusui, dukungan praktis (dukungan fisik), dan dukungan

77

emosional (Wattimena dkk, 2015). Dampak positif yang dirasakan istri ketika

suami memberikan dukungan adalah produksi ASI semakin lancar, istri

bersemangat dalam memberikan ASI secara eksklusif, merasakan

kenyamanan, dan beban berkurang (Annisa & Swastiningsih, 2015).

1. Dukungan Emosional

Dukungan emosional dari suami menurut para istri dapat

ditunjukan melalui respon suami yang bangga terhadap istrinya, suami

yang mengingatkan istrinya untuk memberi ASI, dan suami

mengingatkan bahwa ASI itu sehat. Berbagai cara dilakukan suami

dalam mendukung istri memberi ASI eksklusif. Menurut Cohen dan

Syme (1985), dukungan emosional adalah dukungan yang melibatkan

ekspresi empati misalnya mendengarkan, memahami, kasih sayang

dan perhatian. Jika ibu merasa didukung, dicintai, dan diperhatikan

maka akan meningkatkan hormon oksitosin yang dapat melancarkan

ASI (Asih, 2013).

Dukungan emosional yang diberikan suami diantaranya adalah

perasaan bangga karena kebutuhan nutrisi bayi tercukupi, bersyukur

karena ASI istri banyak sehingga kebutuhan anak terpenuhi, dan

memberi perhatian kepada istri agar istri sehat selalu. Dukungan

emosional tidak hanya dapat dilakukan secara lisan tetapi dapat

dilakukan dengan tindakan dan perhatian.

Beberapa penelitian menunjukan beragam cara suami mendukung

secara emosional. Menurut Farida dkk (2014), dukungan emosional

tidak semata-mata dalam bentuk pujian, akan tetapi dapat berupa

78

kepedulian yang diberikan suami seperti mengantarkan istri

kepelayanan kesehatan untuk konsultasi terkait ASI eksklusif, dan ada

rasa khawatir ketika bayinya ditawarkan makanan dan minuman oleh

orang lain. Menurut penelitian Pratami (2016), dukungan emosional

yang diberikan suami adalah menemani istri menyusui dimalam hari,

mendengarkan keluhan istri, memberi semangat, dan memberikan

perhatian. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian Annisa dan

Swastiningsih (2015), bahwa dukungan emosional dari suami yaitu

memberikan perhatian dan motivasi kepada istri untuk memberikan

ASI eksklusif.

Menurut Roesli (2008) (dalam Farida dkk, 2014) suami

merupakan faktor pendukung pada kegiatan yang bersifat emosional

dan psikologis yang diberikan kepada ibu menyusui. Sekitar 80%

sampai 90% produksi ASI ditentukan oleh keadaan emosi ibu yang

berkaitan dengan refleks oksitosin ibu berupa pikiran, perasaan, dan

sensasi. Apabila hal tersebut meningkat maka akan melancarkan ASI.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nadzifah dan Lingga

(2012) (dalam Pratami, 2016) menunjukan bahwa dukungan

emosional suami yang kurang menyebabkan sebagian besar istri tidak

memberikan ASI eksklusif.

2. Dukungan Informasi

Menurut Fredman (2010) (dalam Pratami, 2016), dukungan

Informasi dapat menekan munculnya stressor karena informasi yang

diberikan dapat memberi sugesti kepada individu. Aspek dalam

79

dukungan informasi berupa nasihat, saran, usulan, dan petunjuk.

Dukungan informasi dapat menambah wawasan dan pemahaman

invidu terkait masalah yang dihadapi.

Istri mendapatkan informasi bahwa ASI eksklusif baik untuk

pertumbuhan. Informasi yang didapat para istri adalah makanan yang

dikonsumsi ibu berpengaruh bagi kualitas ASI dan kesehatan bayinya.

Kemudian istri diberitahu bagaimana cara memperbanyak ASI dengan

mengkonsumsi sayur seperti bayam. Adapula suami yang memberikan

informasi bahwa ASI eksklusif dapat mempererat hubungan antara ibu

dan anak. Akan tetapi, ada satu informan yang suaminya tidak

memberitahukan informasi.

Bentuk dukungan informasi yang diberikan suami dipengaruhi

oleh pengetahuan suami terhadap ASI eksklusif. Jika pengetahuan

suami kurang tentang ASI eksklusif maka suami akan ragu

memberikan informasi terkait ASI eksklusif kepada istrinya.

Kurangnya pengetahuan suami disebabkan oleh banyak hal salah

satunya adalah suami tidak mendapat informasi terkait ASI eksklusif

dari tenaga kesehatan (Farida, et al., 2014).

Dukungan informasi yang diberikan para suami diantaranya

adalah memulai memberi ASI sejak baru lahir agar ASI terus lancar

dan banyak, jika ada kendala pada salah satu payudara atau kedua

payudara maka payudara digunakan secara bergantian untuk memberi

ASI, dan selama satu minggu bayi dapat bertahan tanpa ASI jadi

80

selama itu informan harus melakukan berbagai cara agar produksi ASI

banyak dan lancar.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 pasal 13

hak bagi ibu dan keluarganya untuk memperoleh informasi dan

edukasi mengenai ASI eksklusif sejak pemeriksaan kehamilan sampai

dengan periode pemberian ASI eksklusif selesai; Informasi mengenai

ASI eksklusif sekurang-kurangnya berisi mengenai keuntungan dan

keunggulan pemberian ASI, gizi ibu, persiapan menyusui,

mempertahankan menyusui; akibat negatif dari pemberian makanan

botol secara parsial terhadap pemberian ASI; dan kesulitan mengubah

keputusan untuk tidak memberikan ASI.

Berdasarkan pernyataan suami dan istri yang selaras dan beragam

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pasangan suami istri saling

berkomunikasi dan berbagi informasi sehingga terciptanya

pengetahuan dan komitmen untuk mendukung ASI Eksklusif.

3. Dukungan Penghargaan

Menurut House (2008) dukungan penilaian/penghargaan

merupakan sesuatu yang diberikan melalui ekspresi positif seperti

dorongan, pernyataan setuju terhadap ide atau perasaan individu.

Dukungan ini membuat seseorang merasa dihargai dan berharga.

Dukungan penghargaan ini dapat berupa perhatian, teguran, dan

respon (Pratami, 2016). Dukungan penghargaan atau penilaian yang

dimaksud dalam penelitian adalah sikap setuju terhadap ASI eksklusif,

81

keyakinan suami pada istri untuk memberi ASI eksklusif, tidak

melakukan tindakan yang menggagalkan ASI eksklusif. Berdasarkan

keterangan istri dapat disimpulkan bahwa dukungan penghargaan atau

penilaian yang dilakukan suami cukup beragam.

Beberapa istri diberi dukungan penghargaan atau penilaian oleh

suaminya. Diantaranya adalah dengan cara suami bersyukur karena

istrinya lancar memberi ASI. Ada pula yang suaminya berusaha bila

istrinya kesulitan memberi ASI dengan begitu suami mendukung

keberhasilan ASI eksklusif. Ada pula suami yang berambisi untuk ASI

eksklusif.

Dukungan penghargaan yang diberikan suami diantaranya adalah

tidak setuju bila bayinya diberikan makanan dan minuman selain ASI

eksklusif karena belum cukup usia, berusaha mempercepat atau

melancarkan ASI dengan cara tradisional, dan setuju mendukung ASI

eksklusif.

Menurut penelitian Farida dkk (2014), terdapat suami yang

menilai positif pemberian ASI eksklusif dan ada pula suami yang

menilai negatif. Penilaian positif terjadi karena banyaknya produksi

ASI istrinya. Sedangkan penilaian negatif suami terjadi karena bayi

kurang puas dengan ASI saja. Berdasarkan pendapat pasangan suami

istri tersebut, dapat disimpulkan bahwa melalui penilaian positif dan

rasa menghargai satu sama lain dapat menciptakan kerja sama antara

82

suami dan istri untuk mengupayakan ASI eksklusif jika terjadi terjadi

masalah selama proses memberi ASI eksklusif.

4. Dukungan Fisik

Dukungan fisik merupakan penyediaan materi yang dapat

memberikan pertolongan langsung seperti uang, barang, makanan,

serta pelayanan (Pratami, 2016). Contohnya adalah menyediakan

makanan dan minuman untuk menunjang kebutuhan nutrisi ibu selama

menyusui, memeriksakan istri ketika sakit, dan membantu merawat

bayi.

Menurut istri, dukungan fisik yang diberikan suami antara lain

adalah membelikan sayur, membeli susu pelancar ASI (susu ibu

menyusui), membeli vitamin, dan membebaskan istri untuk makan apa

saja yang beragam. Menurut suami, dukungan fisik yang diberikan

diantaranya adalah suami yang memberikan pompa ASI kepada

istrinya agar produksi ASI banyak, suami membelikan susu untuk ibu

menyusui agar produksi ASI banyak, dan ada pula yang membelikan

sayur dan buah sepulang kerja. Berdasarkan observasi, terlihat suami

menggendong dan mengajak main bayinya setelah suami pulang

bekerja.

Menurut Werdayanti (2013) (dalam Pratami, 2016), bantuan suami

berupa menemani, menjaga, dan bermain bersama anak dengan

meluangkan waktu dan memberi perhatian dipercaya dapat meredakan

ketegangan otot dan menenangkan pikiran ibu. Februhartanty (2008)

(dalam Pratami, 2016) mengungkapkan untuk memenuhi ASI

83

eksklusif diperlukan adanya keharmonisan hubungan antara ayah, ibu,

dan bayi.

Berdasarkan pendapat beberapa pasangan suami istri tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa pasangan yang harmonis dapat

melakukan dukungan fisik bukan hanya dari segi materi tetapi juga

dapat diperlihatkan dalam bentuk pelayanan.

84

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan motivasi suami

mendukung pemberian ASI eksklusif. Berikut gambaran motivasi suami

(motivasi internal, motivasi eksternal, dan amotivasi) dan dukungan suami:

1. Motivasi internal: Suami dapat termotivasi karena mengetahui

beberapa hal terkait ASI ekslusif seperti manfaat ASI eksklusif dan

cara melancarkan ASI, suami juga memberikan sikap yang positif

untuk mendukung ASI eksklusif karena terstimulasi oleh istri yang

setuju memberikan ASI eksklusif, serta suami termotivasi karena

mampu mendukung secara emosional, informasi, penghargaan, dan

fisik.

2. Motivasi eksternal: Suami dapat termotivasi karena ASI eksklusif

memberi manfaat bagi bayi mereka, mendukung ASI eksklusif

merupakan tanggung jawab dan kewajiban suami, peran suami sangat

dibutuhkan untuk membantu istri menyukseskan ASI eksklusif, serta

ASI eksklusif dapat memberi keuntungan bagi suami.

3. Amotivasi: Tidak terdapat amotivasi.

85

4. Dukungan suami: suami mampu memberi dukungan secara emosional,

informasi, penghargaan, dan fisik contohnya seperti memberi pujian,

perhatian, memberitahukan dan mengingatkan cara melancarkan ASI

eksklusif, membelikan sayur, susu formula, pompa ASI, dan menjaga

bayi mereka.

B. Saran

1. Saran untuk pelayanan kesehatan antara lain adalah sebagai berikut:

a. Suami termotivasi karena adanya rasa tanggung jawab dan

kewajiban. Oleh karena itu, pasca istri melahirkan, suami diberikan

form persetujuan untuk tidak memberi susu formula selama bayi

berusia 0-6 bulan oleh pelayanan kesehatan.

b. Pelayanan kesehatan sebaiknya melatih tenaga kesehatan untuk

memberikan penyuluhan kepada suami untuk mendukung ASI

eksklusif pasca istri melahirkan. Penyuluhan yang diberikan berupa

manfaat ASI eksklusif, hal yang harus dilakukan suami selama istri

menyusui eksklusif, nutrisi yang dibutuhkan istri selama menyusu

eksklusif, cara melancarkan produksi ASI, dan memperingatkan

suami untuk tidak memberi makan dan minum bayinya selain ASI

selama 0-6 bulan.

c. Bidan desa atau tenaga kesehatan penolong persalinan lainnya

sebaiknya menganjurkan suami untuk menemani istri melakukan

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selama minimal 60 menit setelah

bersalin, agar suami termotivasi.

86

d. Bidan desa atau tenaga kesehatan penolong persalinan lainnya

sebaiknya menganjurkan suami untuk melihat cara istrinya

menyusui yang benar, agar suami dapat mengingatkan istri jika istri

lupa dan salah posisi menyusui.

e. Tenaga kesehatan sebaiknya menganjurkan ibu mengajak suaminya

apabila hendak konsultasi laktasi maupun kesehatan lainnya ketika

hamil hingga pasca melahirkan.

2. Saran untuk penelitian selanjutnya:

a. Salah satu penyebab rendahnya ASI eksklusif adalah karena ibu

bekerja sehingga tidak dapat menyusui anak secara eksklusif. Oleh

karena itu, peneliti menyarankan agar peneliti berikutnya dapat

membahas tema motivasi ibu bekerja yang menyusui secara

eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, D. N., 2007. Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktik Pemberian

ASI Eksklusif, Semarang: Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Agus, S. & Utaminingrum, H., 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu, Pendidikan Ibu,

dan Dukungan Suami dengan Praktek Pemberian ASI Eksklusif di

Kelurahan Multiharjo Kidul Kecamatan Telogosari Kota Semarang. Jurnal

Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, Vol. 1(No.1).

Annisa, L. & Swastiningsih, N., 2015. Dukungan Sosial dan Dampak yang

Dirasakan oleh Ibu Menyusui dari Suami. EMPATHY: Jurnal Fakultas

Psikologi Ahmad Dahlan, Vol. 3(No. 1), p. 16.

Asih, K., 2013. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif

Pada Karyawati Rumah Sakit Bakti Wira Tamtama, Semarang:

Universitas Muhammadiyah Semarang.

Atika, N., 2013. Perbedaan Pemberian ASI Eksklusif dan Susu Formula Terhadap

Status Gizi Bayi Umur 7-12 Bulan di Desa Reksosari Kecamatan Suruh

Kabupaten Semarang, Semarang: Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo.

Badriah, F. & Alkaff, R., 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. edisi pertama

ed. Jakarta: FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

Cohen, S. & Syme, S., 1985. Social Support and Health. New York: Academic

Press.

Creswell, J. W., 2014. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approaches. 4th ed. ed. United States of America: SAGE.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2015. Profil Kesehatan Jawa Barat.

s.l.:Dinas Kesehatan Jawa Barat.

Dirjen BINKESMAS KEMENKES RI, 2014. Tata Kelola Inisiasi Menyusu Dini

dan ASI Eksklusif, Jakarta: Kinerja USAID.

Farida, A., S. & Nafikadini, I., 2014. Dukungan Sosial Suami dalam Pemberian

ASI Eksklusif di Suku Osing. e-Journal Pustaka Kesehatan.

Fauziah, A., 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Suami Tentang

Pemberian ASI Eksklusif, Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Fikawati, S. & Syafiq, A., Desember 2009. Penyebab Keberhasian dan Kegagalan

Praktik Pemberian ASI Eksklusif. KESMAS (Jurnal Kesehatan Mayarakat

Nasional), Volume Vol. 4 No. 3, p. 120.

Gerungan, W., 2004. Psikologi Sosial. 1 ed. Bandung: Refika Aditama.

Handoko, M., 1992. Motivasi: Daya Penggerak Tingkah Laku. 1 ed. Yogyakarta:

Kanisius.

Hani, R. U., 2014. Hubungan Dukungan Suami Terhadap Keberhasilan

Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas

Pisangan, Jakarta: FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

Hargi, J. P., 2013. Hubungan Dukungan Suami dengan Sikap Ibu dalam

Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten

Jember, Jember: Universitas Jember.

Haryani, 2014. Alasan Tidak Diberikan ASI Eksklusif oleh Ibu Bekerja di Kota

Mataram NTB, Denpasar: Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

Hikmawati, I., 2008. Faktor-Faktor Risiko Kegagalan Pemberian ASI Selama

Dua Bulan (Studi Kasus Pada Bayi Umur 3-6 Bulan Di Kabupaten

Banyumas), Semarang: Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Ida, 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif 6

Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas MUka Kota Depok, Depok:

Universitas Indonesia.

Iskandar, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Gaung Persada.

Kemenkes RI, 2017. Tingkatkan Konsumsi Sayur dan Buah Nusantara Menuju

Masyarakat Hidup Sehat, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI, 2014. Infodatin ASI Eksklusif, Jakarta: Pusat Data dan

Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI, 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015, Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Khoiria, U. N., 2014. Hubungan Sikap Suami dengan Keberhasilan ASI Eksklusif

di Wilayah Puskesmas Kasihan II Bantul, Yogyakarta: Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Aisyiyah.

Kohariningsih, Y. D. & Ngadiyono, 2013. Hubungan Antara Sikap dan Dukungan

Suami dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Tidak Bekerja

yang Mempunyai Bayi 7-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Ngemplak Simongan Kecamatan Semarang Barat. Jurnal Kebidanan, Vol.

2(No. 4), pp. 43-50.

Kriselly, Y., 2012. Studi Kualitatif Terhadap Rendahnya Cakupan ASI Eksklusif

di Wilayah Kerja Puskesmas Kereng Pangi Kecamatan Katingan Hilir

Kabupaten Katigan Provinsi Kalomantan Tengah, Depok: Universitas

Indonesia.

Maki, F., Umboh, A. & Ismanto, A. Y., 2017. Perbedaan Pemberian ASI

Eksklusif dan Susu Formula Terhadap Kejadian Diare pada Bayi Usia 6-

12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru. eJournal

Keperawatan, Volume Vol.5 No.1.

Moleong, L. J., 2013. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Narfin, 2013. Determinan Pemberian ASI Eksklusif Daerah Perumahan Kumuh

dan Tidak Kumuh di Wilayah Kerja Puskesmas Jumpandang Baru,

Makasar: Universitas Hasanuddin.

Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. 1 ed. Jakarta:

Rineka Cipta.

Pratami, P. R., 2016. Pengalaman Suami dalam Memberikan Dukungan ASI

Eksklusif pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Semplak

Kelurahan Curug Mekar Kota Bogor, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Purwiyanti, E., 2011. Studi Tentang Keberhasilan Pemberian ASI Pada Daerah

Dengan Cakupan ASI Eksklusif >80%, Semarang: Universitas Negeri

Semarang.

Putri, D. T., 2015. Perbedaan Perkembangan Bayi Usia 3-6 Bulan yang Diberi dan

Tidak Diberi ASI Eksklusif di Kecamatan Purworejo Kabupaten Puworejo

Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat (JKM eJournal), Vol.

3(No.2), pp. http://ejournal-sl.undip.ac.id/.

Ramadani, M. & Hadi, E., 2010. Dukungan Suami dalam Pemberian ASI

Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Sumatra

Barat.. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Pendidikan Kesehatan

Ilmu Perilaku, Vol. 4(No. 6).

Ramadani, M. & Hadi, E. N., Juni 2010. Dukungan Suami dalam Pemberian ASI

Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Sumatera

Barat. KESMAS (Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional), Volume Vol. 4

No. 6, p. 269.

Ryan, R. M. & Deci, E. L., 2000. Self-Determination Theory and the Facilitation

of Intrinsic Motivation, Social Development, and Well-Being. American

Psychologist, Vol. 55(No.1), pp. 68-78.

Siagian, S., 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. 1 ed. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.

UNICEF, 2012. Laporan Tahunan Indonesia 2012.

Wattimena & dkk, September 2015. Dukungan Suami dengan Keberhasilan Isteri

untuk Menyusui. Jurnal Ners LENTERA, Vol. 3(No. 1), p. 10.

Widiarti, S. P., 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Suami Tentang Pemberian

ASI Terhadap Motivasi Ibu dalam Menyusui di Kelurahan Kemiri Muka

Kota Depok, Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Zakiyah, 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI

Eksklusif di Kelurahan Semanan Kecamatan Kalideres Jakarta Barat,

Depok: FKM UI.

LAMPIRAN 1

SURAT IZIN PENELITIAN

LAMPIRAN 2

MATRIKS WAWANCARA

Matriks Wawancara

No. Item Data Informan Utama (Suami) Kesimpulan

Suami 1 (U) Suami 2 (M) Suami 3 (J) Suami 4 (S) Suami 5 (H)

1 Motivasi

Intrinsik

(pengetahuan

):

Pengetahuan

terkait ASI

Eksklusif

(menurut

pengalaman

sendiri)

PENGERTIAN:

ASI Eksklusif:

“sampe umur 2

tahun kali ya.

kakanya juga

sampe 2 tahun”

Selain ASI (Air

minum, susu

formula, buah,

MPASI, madu,

teh, kopi, dan lain

lain):

“ga boleh ya kalo

baru lahir mah ya

belum boleh.. tapi

PENGERTIAN:

ASI Eksklusif:

“dari melahirkan ya,

mungkin kurang

lebih 6 bulan, eh

berapa 2 tahun

hehe.”

Selain ASI (Air

minum, susu

formula, buah,

MPASI, madu, teh,

kopi, dan lain lain):

“engga gak boleh....

engga engga boleh,

kalo udah boleh

PENGERTIAN:

ASI Eksklusif:

“yang saya tau dari

pertama lahir sampe 2

tahun gitu hehe”

Selain ASI (Air

minum, susu formula,

buah, MPASI, madu,

teh, kopi, dan lain

lain):

“boleh diberikan susu

formula paling. Kalo

kekurangan... kalo

cukup mah engga, ya

Alhamdulillah, hehe...

PENGERTIAN:

ASI Eksklusif:

“ya ASI itu diberikan dari

bayi lahir sampe paling

sedikit 6 bulan.”

Selain ASI (Air minum,

susu formula, buah,

MPASI, madu, teh, kopi,

dan lain lain):

“engga pernah diberikan, ya

setau saya ga boleh diberikan

ASI aja.. makan buah, ya

belum boleh kalo 6 bulan

kesini ya boleh,. bayi yang

kecil itu, belum

PENGERTIAN:

ASI Eksklusif:

"harusnya dari awal

lahiran ya, minimal

6 bulan, terus

maksimal 2 tahun ya

hehe.”

Selain ASI (Air

minum, susu

formula, buah,

MPASI, madu, teh,

kopi, dan lain lain):

“kalo dari prinsip

saya ga boleh, tapi

denger-denger dari

Menurut informan tentang

pengertian ASI Eksklusif

adalah informan ragu tentang

pengertian ASI Eksklusif

kebanyakan dari mereka

mengatakan ASI Eksklusif

antara 0 sampai 6 bulan dan

lebih baik jika samapi 2

tahun. Informan kebanyakan

tidak memperbolehkan istri

memberi makanan selain

ASI diusia 0-6 bulan. Akan

tetapi, ada yang mengatakan

bahwa buah dan air minum

diperbolehkan. Informasi

tentang pengertian ASI

didapat melalui pengalaman

kalo buah mah

boleh diberikan.”

Informasi dari:

“ga tau.. dari anak

pertama juga harus

diberikan ASI,”

makan baru

diberikan buah, air.

Kalo baru lahir mah

sampe 6 bulan mah

ASI aja udah

cukup.”

Informasi dari:

“mungkin ya

sepengetahuan saya

aja yang udah

ngalamin ke dua

anak.”

kalo itu (buah, bubur,

dan makanan lainnya)

mah bagusnya jangan,

maksimalnya 6 bulan, 6

bulan ya bu ya?

(bertanya pada istrinya

dan istrinya

mengiyakan) kalo 0

sampe 5 bulan mah

jangan dulu yah, “

Informasi dari:

“menurut saya aja”

membutuhkan, kemungkinan

ASI masih cukup. Mungkin

kalo ga dicampur lebih baik

kali ya.”

Informasi dari:

“dari google”

kalo yang lain ada

juga, pake asupan

apa apa dari dua

bulan juga

diberikan, ”

Informasi dari:

dari internet..

dan ada pula yang mencari

info melalui media internet.

Berdasarkan keterangan

informan, dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan

informan terkait manfaat

ASI Eksklusif adalah baik

untuk pertumbuhan,

kesehatan, kekebalan tubuh,

kecerdasan, dan dapat

mendekatkan hubungan ibu

dan anak.

Menurut informan ASI

Ekslusif lebih baik dari pada

susu formula karena lebih

steril, alami, lebih sehat, dan

dapat mencerdaskan.

Menurut informan cara

melancarkan ASI adalah

MANFAAT:

“aduh tentang ASI

mah haha.... ga tau

saya mah hehe”

MANFAAT:

“buat pertumbuhan

anak gitu, biar sehat

anaknya. Haha”

“anaknya jadi cepat

tangkap ya, jadi

MANFAAT:

“ASI teh Air Susu Ibu

nyak?.. setau saya sih,

itu buat bagus, buat

anak kecil, lebih bagus

dari susu botol lebih

MANFAAT:

“ASI Eksklusif ya ASI ibu

buat anak yang secara klinik

lebih bagus daripada susu

formula kalo menurut saya”

MANFAAT:

“manfaatnya kurang

begitu tau,.. kan biar

lebih deket sama

ibunya”

belajar menghitung

apa gitu mau, cepet

dia.”

steril diakan alami gitu,

kalo susu botolkan

banyak sampe

campuran.”

“kalo manfaat ASI, buat

anak kita setau saya ya

pertama-tama itu buat

kekebalan tubuh mba,

kesehatan, soalnya anak anak

saya ASI sampe dua tahun,

nyatanya ga pernah sakit,

paling sakit pusing batuk

pilek, kalo sakit sampe

dirawat ga pernah,”

“kalo setau saya kalo pake

formula itu sebetulnya kalo

buat pertumbuhan sama,

cepet gede juga kalo pake

susu formula, kalo diberikan

ASI kan agak kurang

(kurang besar pertumbuhan

fisiknya), tapi kalo kesehatan

ya dijamin (untuk yang pakai

ASI Eksklusif), kalo

kecerdasan saya masih

kurang tau tapi anak saya

pake ASI, alhamdulillah

pinter mba, anak saya yang

dengan makan sayur yang

banyak, dan dari lahir sudah

dibiasakan minum ASI.

Akan tetapi, ada informan

yang tidak mengetahui

informasi tentang ASI. Jadi

dari kelima informan empat

infoman termotivasi dalam

diri melalui pengetahuan

tentang ASI.

Dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan terkait

pengertian ASI Eksklusif

masih kurang karena hanya 3

dari 5 informan yang benar

mengungkapkan pengertian

ASI Eksklusif.

Pengetahuan lainnya terkait

perbandingan ASI dengan

kuliah ini ga pake tes,

langsung masuk lewat jalur

undangan di universitas IPB.

..”

susu formula, manfaat ASI,

dan cara melancarkan ASI

dinilai cukup beragam.

CARA

MELANCARKA

N ASI:

“aduh tentang ASI

mah haha.... ga tau

saya mah hehe”

CARA

MELANCARKAN

ASI:

“hehe, ya kan kalo

lagi menyusui kan

harus makan sayur-

sayuran,

begitukan?” (cara

melancarkan ASI

“engga, kalo itu kan

dari awal, dari awal

harus pake ASI.”

(menurut keterangan

suami, bayi akan

minum ASI ketika

dari lahir sudah

CARA

MELANCARKAN

ASI:

“paling pake sayuran,”

CARA MELANCARKAN

ASI:

“....makanya saya untuk

menyikapi mensiasati ibunya

biar selalu sehat terus

gimana caranya tak kasih

sayur sayuran kalo saya

pulang kerja tak (saya) beliin

sayur sayuran buah buahan,

selalu ada terus.”

CARA

MELANCARKAN

ASI:

“paling ya dari

makanan, dari

sayuran, terutama

kan katuk itu ya,

katanya bagus itu ya

buat ASI”

diberi ASI)

“paling ya dari

vitamin kalo yang

tradisionalnya kan

ya paling sayur, itu

apa tuh yang orang

sunda bilang, mah

itu katuk misalnya”

2 Motivasi

Intrinsik

(stimulasi):

Reaksi ketika

istri

memberikan

ASI Eksklusif

“Alhamdulillah

lancar terus.”

“wah bukan cuma

bangga, (sambil

menatap mesra

istrinya dan

tersenyum, sang

istri tertawa sambil

malu-malu dan

wajah memerah)”

Alasannya:

“bangganya ya

kesehatan, kan

“iya bangga (wajah

lega dan sedikit

senyum)”

Alasannya:

“ehm ya, anak anak

itu jadi sehat, subur

ASInya, jadi saya

tuh bangga, jadi bayi

itu ga ngerasa

kekurangan.”

“kalo saya ya

bersyukur ya,...”

Alasan:

“... karna kan ada

posisinya, karna

sekarang mah

kebanyakan susu ASI

nya susah, ASI nya

dikit, sodara saya juga

gitu ASI nya dikit jadi

itu juga dibantu,”

“iya khawatir saya

mba.”(suami khawatir bila

istri tidak memberikan ASI

Eksklusif)

Alasan:

“ya itu mba, kekebalan

tubuhnya takut kurang, kalo

ga ASI”

(kalau istri tidak

memberi ASI) “saya

agak kecewa juga

ya,”

Alasan:

“Yang pasti punya

kebanggaan sendiri

aja kalo ngasih ASI

itu,”

Berdasarkan keterangan

informan, dapat disimpulkan

bahwa reaksi informan

ketika istri memberi ASI

adalah perasaan bangga,

bersyukur, dan yakin.

Apabila istri tidak memberi

ASI maka reaksi suami akan

khawatir dengan anaknya

dan kecewa kepada istrinya.

Dari kelima informan, hanya

empat informan yang

terstimulasi karena istri

memberi ASI Eksklusif.

Ekspresi yang ditujukan

informan cukup beragam.

kalo anak

diberikan ASI

sama ibu kan

bangga gitu”

3 Motivasi

Intrinsik

(kemampuan)

:

Tindakan

Dukungan

(dukungan

fisik,

emosional,

penghargaan,

dan

informasi)

“ga tau saya mah,

saya mah jarang

dirumah saya

kerja,”

“iya diberikan

(ASI Eksklusif)

semua, sudah

tiga.”

“wah bukan cuma

bangga, (sambil

menatap mesra

istrinya dan

tersenyum, sang

istri tertawa sambil

malu-malu dan

wajah memerah)”

(dukungan

“diberikan makan

heheh” (menurut

keterangan istri, istri

bisa makan apa saja

ketika menyusui

bayinya walaupun

jarang makan sayur.)

“ya mungkin gimana

anaknya kalo

anaknya rewel

pengen ASI gitu, ya

pasti dipaksa ngasih

ASI.”

Diberikan selain

ASI Eksklusif:

“engga saya mah ga

setuju, ya karena

“kalo saya ya bersyukur

ya,...” (dukungan

emosional)

“saya mah pengennya

ASI aja gitu.”

(dukungan

penghargaan)

“ya itu kan bisa sebelah

sebelah aja gitu gantian

(mengganti dengan

payudara lain yang

tidak sakit)..”(cara agar

bayi tetap minum ASI

ketika puting ibu sakit)

(dukungan informasi)

“oh iya itu juga

termasuk, tapi saya mah

“....makanya saya untuk

menyikapi mensiasati ibunya

biar selalu sehat terus

gimana caranya tak kasih

sayur sayuran kalo saya

pulang kerja tak (saya) beliin

sayur sayuran buah buahan,

selalu ada terus.” (dukungan

fisik)

“kalo saya dari dulu belum

pernah mba, kalo ASInya

kurang/dikit ya saya

berusaha itu buat

mempercepat itu saya pake

daun katuk satu pepaya

muda, direbus, kalo engga

jantung pisang.” (dukungan

“emang dari awal ga

ada ambisi buat

kasih (susu

formula), ASI aja

pokoknya teh.”

(dukungan

emosional)

“kalo terjadi seperti

itu (puting lecet dan

ASI kurang),

umpama dulu kan

ya, kayaknya mah

engga (engga

diberikan susu

formula), kan dulu

pernah lecet

putingnya, tapi ya

Berdasarkan keterangan

informan, dapat disimpulkan

bahwa suami memiliki

kemampuan dalam

mendukung ASI Eksklusif

berupa dukungan emosional

seperti membantu istri

apabila kesulitan memberi

ASI; dukungan fisik seperti

memberi makan apa saja,

membelikan sayur;

dukungan informasi seperti

mencari cara melancarkan

ASI; dukungan penghargaan

suruhan, ajakan, dan paksaan

agar bayinya diberi ASI saja.

Kesimpulan yang dapat

diambil adalah dari lima

emosional)

“iya yakin saya

hehe. (istrinya

dapat mengurus

anak dan memberi

ASI tanpa

mencampur

dengan susu

formula)”

belum waktunya.”

(dukungan

penghargaan)

“iya bangga..”

(dukungan

emosional)

“kalau selama masih

ada ASInya mah ya

paling pake pompa,..

waktu yang pertama

begitu, pas pertama

lahir mah pake gitu,

tapi pas udah

kesininya mah udah

makan sayuran itu,

Alhamdulillah

banyak ya udah

gitu.” (dukungan

fisik)

“engga, kalo itu kan

ga terlalu mampu, ya

kalo ada saya beliin,

sayang aja saya mah

kalo lagi ada (banyak

ASInya) terus dibeliin

(susu pelancar ASI),

kalo ga ada ya mau

beliin. Kalo ga ada mah

dedenya juga diberikan

bubur susu, tapi kan ini

lagi ada berhubung ada

berhubung banyak,

udah gitu aja saya

mah.” (dukungan fisik)

penghargaan)

“waktu baru pas ngelahirin

juga susah keluar tapi kan

dari dokter udah ngasih tau

ini selama satu minggu ga

pake minum ASI gapapa

bayi masih bertahan gitu,

jadi diusahain terus dipacu.”

(dukungan informasi)

“ya saya tanggung jawab

saya siap sedia makanya

saya usahakan biar istri saya

sehat selalu, makanya kalo

istri saya pusing pusing

langsung saya kontrol ke

bidan gitu.” (dukungan

emosional)

tetep diberikan

ASI.” (dukungan

penghargaan)

“paling ya dari

makanan, dari

sayuran, terutama

kan katuk itu ya,

katanya bagus itu ya

buat ASI”

(dukungan

informasi)

Berdasarkan

observasi:

Suami memberi

dukungan fisik

melalui pelayanan

yaitu membantu istri

mengendong dan

mengajak bermain

anaknya.

(dukungan fisik)

informan terdapat empat

informan yang mampu

memberi dukungan

emosional, penghargaan,

informaasi, dan fisik.

dari awal, dari awal

harus pake ASI.”

(menurut keterangan

suami, bayi akan

minum ASI ketika

dari lahir sudah

diberi ASI)

(dukungan

informasi)

4 Motivasi

Ekstrinsik

(identifikasi

regulasi):

Manfaat ASI

Eksklusif

“mendingan ASI,

kalo ASI kan lebih

bagus”

“percaya (ASI

Eksklusif tidak

membuat anaknya

sakit), tapi kalo

panas mah biasa.”

“itukan sehat

memang ASI,

makanan pertama

buat anak”

“buat pertumbuhan

anak gitu, biar sehat

anaknya. Haha”

“anaknya jadi cepat

tangkap ya, jadi

belajar menghitung

apa gitu mau, cepet

dia.”

“soalnya itu manfaatnya

lebih banyak, soalnya

kan buat makan minum

kan buat anak.”

“iya pinter, saya ga tau apa

jangan jangan karna susu

Eksklusif apa engga, tapi

setau saya Eksklusif bisa

buat kesehatan otomatis buat

kecerdasan juga bisa,...”

“ya.. mungkin

nutrisinya lebih baik

dari formula kali ya”

“manfaatnya kurang

begitu tau,.. kan biar

lebih deket sama

ibunya”

Berdasarkan keterangan

informan, dapat disimpulkan

bahwa semua informan

mengakui bahwa ASI

Eksklusif lebih bagus, sehat,

makanan pertama bagi bayi,

kebutuhan makan dan

minum anak, dapat

mencerdaskan, dan nutrisi

lebih banyak dari formula.

Semua informan termotivasi

dari luar karena banyaknya

informasi dari luar terkait

manfaat ASI Eksklusif.

5 Motivasi

Ekstrinsik

(introjeksi

regulasi):

Kewajiban

mendukung

ASI Eksklusif

“bener itu..”

Alasannya:

“terus terang saya

mah kurang tau

hahah..”

“iya bener,”

Alasan:

“ya yang kesatu kan

buat kesehatan bayi

juga kan jadi ya

diharuskan, “

“ya setuju aja.”

Alasan:

“ya setuju aja soalnya

kalau engga diberikan

juga kasian kan bayinya

juga, kalo ga diberikan

kan juga semakin

banyak susu ASI nya.”

“ya tetep ASI aja, tapi

untuk sementara ya

mungkin diberikan susu

formula, gantian aja,..

paling susu botol coba

dulu, daripada kasian

dipaksain ibunya nanti

sakit.”

“ya saya tanggung jawab

saya siap sedia makanya

saya usahakan biar istri saya

sehat selalu, makanya kalo

istri saya pusing pusing

langsung saya kontrol ke

bidan gitu.”

“waktu baru pas ngelahirin

juga susah keluar tapi kan

dari dokter udah ngasih tau

ini selama satu minggu ga

pake minum ASI gapapa

bayi masih bertahan gitu,

jadi diusahain terus dipacu.”

“setuju banget”

Alasan:

“yang pasti kualitas

ASI itu ga bisa

terkalahkan dengan

kualitas susu

formula gitu ya.”

Berdasarkan keterangan

informan, dapat disimpulkan

bahwa semua informan

setuju bahwa mendukung

ASI Eksklusif merupakan

kewajiban dan tanggung

jawab suami.

Alasan informan menyetujui

bahwa suami berkewajiban

dukung ASI Eksklusif cukup

beragam. Ada yang karena

alasan kesehatan bayinya,

ASI istrinya banyak, dan

ASI lebih baik kualitasnya

dari susu formula. Ada satu

informan yang setuju dan

berjuang untuk kelancaran

memberikan ASI istrinya.

Jadi dari semua informan,

terdapat empat informan

yang termotivasi dari luar

karena adanya perasaan

tanggung jawab dan

kewajiban mendukung ASI.

6 Motivasi

Ekstrinsik

(integrasi

regulasi):

Kesadaran

mendukung

ASI Eksklusif

untuk

kepentingan

Istri dan

Anak

Upaya membantu

istri melancarkan

ASI Eksklusif:

(kasus ASI

kurang dan

puting lecet):

“engga gak

langsung diberikan

formula. Diobatin

dulu kalo

putingnya lecet.

Atau gak gentian,”

(belum pernah

mengalami

kasusnya)

Keuntungan ASI

buat Ibu:

Upaya membantu

istri melancarkan

ASI Eksklusif:

(kasus ASI kurang)

“kalau selama masih

ada ASInya mah ya

paling pake pompa,..

waktu yang pertama

begitu, pas pertama

lahir mah pake gitu,

tapi pas udah

kesininya mah udah

makan sayuran itu,

Alhamdulillah

banyak ya udah

gitu.”

Upaya membantu istri

melancarkan ASI

Eksklusif: (kasus

puting lecet)

“ya waktu itu kan

pernah lecet putingnya..

ya itu kan bisa sebelah

sebelah aja gitu

gantian”

“ya kasian (kalau tidak

diberi ASI) aja anaknya

soalnya kan itu

kebutuhan makan dan

minumnya.”

“yakin (istrinya akan

memberikan ASI

Eksklusif), soalnya kan

Upaya membantu istri

melancarkan ASI

Eksklusif: (kasus ASI

sedikit)

“waktu baru pas ngelahirin

juga susah keluar tapi kan

dari dokter udah ngasih tau

ini selama satu minggu ga

pake minum ASI gapapa

bayi masih bertahan gitu,

jadi diusahain terus dipacu....

kalo ASInya kurang/dikit ya

saya berusaha itu buat

mempercepat itu saya pake

daun katuk satu pepaya

muda, direbus, kalo engga

jantung pisang.”

“kita sebagai suami harusnya

Upaya membantu

istri melancarkan

ASI Eksklusif:

(kasus ASI sedikit)

“Cuma dari awal sih

belum keluar

sempurna ASI nya,

tapi diusahain satu

hari dua hari keluar

keluar, dipancing

juga (sama

bayinya)”

“kan biar lebih deket

sama ibunya aja kan

ya, daripada dibilang

susu sapi, eh anak

sapi, hahah,”

Berdasarkan keterangan

informan, dapat disimpulkan

bahwa kelima informan

sadar bahwa suami berperan

penting dalam mendukung

pemberian ASI Eksklusif.

Akan tetapi, hanya tiga

informan yang membuktikan

bahwa peran suami penting

dalam mendukung ASI

Eksklusif. Hal tersebut

dibuktikan dari pernyataan

informan yang ikut berperan

dalam mengupayakan

kelancaran ASI apabila

dihadapkan pada kasus

seperti ASI kurang dan

puting lecet. Kebanyakan

“bagus aja buat

ibunya, kalo abis

makan udah ada

lagi ASInya,”

(karena ASI ibu

banyak jadi suami

mengharuskan

diberikan ASI)

itu anaknya, buat

kebutuhan anaknya,

heheh”

kasih pengarahan mba, ya

sepengetahuan kita aja, atau

engga kita nanya nanya kalo

ga tau, nah sekarang kan

sudah ada google. Baiknya

ya kita harus kasih

pengarahan kepada istri

gimana caranya. Istri juga

harus lebih tau, istri saya

malah lebih tau lebih pinter

haha”

informan akan

mengupayakan agar bayi

untuk ASI Eksklusif dengan

cara menggunakan pompa

ASI, makan sayur, dan

menyarankan istri untuk

menggunakan payudara yang

tidak lecet atau yang ASInya

masih banyak.

Adapula satu informan yang

sadar bahwa peran suami

adalah memberi pengarahan

kepada istri dengan

informasi yang didapat

terkait ASI, dan

menyarankan istri agar

mandiri dan peduli.

7 Motivasi

Ekstrinsik

(eksternal

regulasi):

Keuntungan

“ya, gimana yak,

hehe masalah

keuangan ini

hahah” (Alasan

utama mendukung

ASI)

(tidak membeli susu

formula, karena

masalah ekonomi)

“iya memang bener

juga” (menurut

“kalo susu formula kan

itu kan hanya buat

minumannya aja, kalo

ini kan plus buat

makannya

juga.”(perbedaan ASI

Eksklusif dengan Susu

“keuntungan buat saya ya

ekonomis praktis. Ya aturan

saya ngeluarin duit buat susu

formula kan mahal mba, jadi

ASI, kalo praktisnya kalo

kebangun malem malem ga

usah bikin susu tinggal

“keuntungan dari

segi materi mungkin

ga ada keuntungan

atau gimana gimana

ya. Yang pasti

punya kebanggaan

sendiri aja kalo

Berdasarkan keterangan

informan, dapat disimpulkan

bahwa keuntungan yang

didapatkan informan apabila

mendukung ASI Eksklusif

suami

mendukung

ASI Eksklusif

keterangan tersebut

keuntungan dari ASI

Eksklusif adalah

dapat mengirit

biaya)

Formula) ngeluarin kan praktis haha

gitu mba.”

ngasih ASI itu,” adalah ekonomis (irit biaya),

anak lebih sehat, praktis, dan

punya kebanggaan tersendiri.

Semua informan termotivasi

dari luar karena mengetahui

bahwa mendukung ASI

Eksklusif dapat

menguntungkan suami.

8 Amotivasi:

Tidak

termotivasi

tetapi

mendukung

karena ada

faktor lain

penyebab

mendukung

ASI Eksklusif

-

- - - - Semua informan termotivasi

dari dalam diri maupun dari

luar diri.

Matriks Wawancara

No. Item Data Informan Pendukung (Istri) Kesimpulan

Istri 1 (M) Istri 2 (J) Istri 3 (N) Istri 4 (A) Istri 5 (S)

1 Dukungan

emosional:

Pujian atau

tindakan

emosional

dari suami

untuk istri

“ya didukung suami

hehe”

(dapat dilihat dari

respon suami ketika

diwawancarai “wah

bukan cuma bangga,

(sambil menatap

mesra istrinya dan

tersenyum, sang istri

tertawa sambil

malu-malu dan

wajah memerah)”)

“hahah, ya disuruh aja

meren, jangan pake

botol, ga ada uangnya

haha..”

(suami dukung ASI)

“ya itu biar sehat,”

“ya Alhamdulillah sih

suami mah ngedukung

aja, asal sehat sayanya

mah, dari makannya

dijaga gitu.”

“iya dukung-dukung”

“ya, kalo itu suka

ingetin ngasih ASI,...”

“dukung.. (didukung

saja) iya.”

“ehm gimana ya,

engga dia ga ngasih

apa-apa, hehe cuman

ya support aja

biasalah support

support biasa, katanya

ya terus semangat

hehe, gitu. Ya harus

sehat dua duanya gitu

hehe”

Berdasarkan keterangan

informan, dapat disimpulkan

bahwa dukungan dari suami

secara emosional dapat

ditunjukan melalui respon

suami yang bangga terhadap

istrinya, suami yang

mengingatkan istrinya untuk

memberi ASI, suami

mengingatkan bahwa ASI itu

sehat, dan ada pula yang

suaminya mendukung karena

adanya alasan keuangan.

2 Dukungan

informasi:

Nasihat atau

informasi

yang

diberikan

suami untuk

“engga, hehe gak

ngerti kali yah hehe

yang penting mah

diberikan ASI aja

gitu hehe.”

“bagus untuk

pertumbuhan kayaknya

mah ya, hehhe”

(jawaban sama dengan

jawabannya suami

ketika wawancara)

“ya gitu biar sehat aja,

kan ibunya juga harus

jaga makanannya biar

ASInya sehat. Kalo

makan pedes kan suka

mencret bayinya.”

“tau, kan anaknya udah

tiga sama ini”

“biar ASInya banyak,

harus makan sayur,

kayak bayem katuk

“sayur apa aja, yang

penting sayur,

terutama sayur bayem.

Katanya (kata

suaminya sambil

menunjuk suaminya

Berdasarkan keterangan

informan, dapat disimpulkan

bahwa dukungan informasi

dari suami terkait ASI dapat

ditunjukan melalui tindakan.

Informasi yang diberikan

suami kepada istrinya cukup

beragam. Informasinya

istri terkait

ASI Eksklusif

“iya emang ga boleh, ga

boleh makan pedes

pedes. Hehe” (anjuran

menjaga makanan)

“ya paling jangan

minum air es, suka

batuk suka ngaruh.”

gitu.”

(informasi suami dapat

terlihat dari tindakan

yang dilakukan suami

dalam mendukung ASI

Eksklusif)

dengan menatap) kan

bikin banyak air

susu.”

(suami memberi

informasi tentang

ASI) “iya dia sering

buka buka internet...

(ASI) lebih baik dari

susu formula ya

katanya, baik buat

pertumbuhannya,

terus lebih

mendekatkan bayi

dengan ibu.”

antara lain adalah ASI

Eksklusif baik untuk

pertumbuhan, makanan yang

dikonsumsi ibu berpengaruh

bagi kualitas ASI, cara

memperbanyak ASI dengan

mengkonsumsi sayur seperti

bayam, serta ASI dapat

mempererat hubungan antara

ibu dan anak. Akan tetapi,

ada informan yang suaminya

tidak memberitahukan

informasi terkait ASI.

3 Dukungan

penghargaan:

Kepercayaan

suami bahwa

istri dapat

memberikan

ASI Eksklusif

(dapat dilihat dari

respon suami ketika

diwawancarai

“Alhamdulillah

lancar terus.”)

“bagus ASI mending

ASI gitu enak..

enaknya ga keluar

biaya lagi gitu buat

(kalau ga diberikan

ASI) “ya dimarahin

atuh (sama suami)

kasian dedenya”

(kalau ASI sedikit

terus diganti susu

formula) “suami mah

setuju aja, kayaknya

langsung diberikan

susu formula gitu,”

(pendapat istri

berbeda dengan

pendapat suami yaitu

“ya harus (diusahakan

diberikan ASI), malah

kalo misalnya ASInya

kering, dia nya yang

sibuk nyari katuk nyari

apa kitu.”

Komentar suami bila

bayi diberikan selain

“emang dia

(suaminya) ambisi ga

mau yah (tidak mau

pakai susu formula),”

“ga boleh sama suami,

dia mah emang harus

ASI aja gitu.”

Berdasarkan keterangan

informan, dapat disimpulkan

bahwa dukungan

penghargaan atau penilaian

yang dilakukan suami adalah

dengan cara suami bersyukur

karena istrinya lancar

memberi ASI, suami akan

marah bila anaknya tidak

diberi ASI, suaminya

berusaha bila istrinya

kesulitan memberi ASI, dan

beli susu haha” “Saya mah pengennya

ASI aja gitu”

ASI:

“engga kayaknya deh.

Hehe”

ada pula suami yang

berambisi untuk ASI

Eksklusif.

4 Dukungan

fisik:

Kebutuhan

istri yang

disiapkan

suami untuk

memberi ASI

Eksklusif.

“engga, gak pake

pompa pompaan,”

(minum susu dan

vitamin)

“engga..hehe”

“sayur jarang, tapi

alhamdulillah ASInya

penuh terus,”

“engga engga hehe ga

minum (vitamin atau

susu ibu menyusui) apa

apa..”

(gak pake pompa)

“engga.hehe”

“iya (makan sayur tahu

tempe) heeh daging

mah makan. Hehe”

“suami mah terserah

kitanya aja, hehe kita

makannya sayur apa

hehe, suami mah kan

“itu sayuran.. hehe,

suka pusing saya kalo

ga makan sayur, tapi

ASInya jadinya

banyak gitu,”

“suka diberikan susu..

paling susu bendera

kitu”

“...terus suka apa tuh

beliin makanan, yang

banyak sayur sayuran

kitu, sayur yang biar

banyak ASInya gitu.”

“pernah minum susu

gitu lactamil yang buat

nyusuin.”

“kalo (minum vitamin)

vitamin paling kayak

kalsium gitu, “

(minum susu pelancar

ASI) “sempet sempet

minum, berapa kali ya

dua kayaknya..

sekarang udah engga.”

Berdasarkan keterangan

informan, dapat disimpulkan

bahwa dukungan fisik yang

diberikan suami adalah

membelikan sayur, membeli

susu pelancar ASI (susu ibu

menyusui), membeli vitamin,

dan membebaskan istri untuk

makan apa saja yang

beragam. Akan tetapi, para

informan tidak menggunakan

pompa ASI karena informan

mengaku ASInya lancar.

jarang dirumah hehe.. “

5. Pengertian

ASI Eksklusif

ASI Eksklusif:

“dari 0 bulan sampai

2 tahun,”

Selain ASI (Air

minum, susu

formula, buah,

MPASI, madu, teh,

kopi, dan lain lain):

“engga engga sih

tapi kalo sekarang

mah diberikan air,

madu gitu.”

Informasi dari:

“tau aja tapi dari

bidan juga diberikan

tau”

ASI Eksklusif:

“kalo seharusnya mah

sampe 6 bulan, hehe”

Selain ASI (Air minum,

susu formula, buah,

MPASI, madu, teh,

kopi, dan lain lain):

“engga, gak boleh hehe

ASI aja”

Informasi dari:

“dari baca buku dari

suami iya heheh... iya..

(dari leaflet)”

ASI Eksklusif:

“dari lahir sampe 2

tahun”

Selain ASI (Air

minum, susu formula,

buah, MPASI, madu,

teh, kopi, dan lain

lain):

“engga hehe, ehm

engga kayaknya mah

ya.”

Informasi dari:

“iya saya mah kan

sering ikut posyandu,

jadi diberikan tau

sama bu bidan.”

ASI Eksklusif:

“oh itu, 0 sampe 6

bulan.”

Selain ASI (Air minum,

susu formula, buah,

MPASI, madu, teh,

kopi, dan lain lain):

“iya belum dicampur

masih ASI aja hahah,

sebenernya belum perlu

air putih masih cukup

sama ASI aja gitu,

sekarang aja nih kalo

saya minum teh baru

dijilat jilatin hehe..

sekarang mah paling air

putih sama ASI, baru

diberikan pas lewat 6

ASI Eksklusif:

“dari bayi sampe 6

bulan, dari 0 bulan

sampe 6 bulan ya.”

Selain ASI (Air

minum, susu formula,

buah, MPASI, madu,

teh, kopi, dan lain

lain):

“kalo udah 6 bulan

kesana baru boleh ya,

hehe”

Informasi dari:

“dari orang yang

kedua dari baca-baca

ya gitu lah hehe dari

bidan juga suka

Kebanyakan dari informan

mengatakan bahwa ASI

Eksklusif dari 0-6 bulan, ada

pula yang mengatahan ASI

Eksklusif sampai 2 tahun.

Informan mengatakan bahwa

bayi usia 0-6 bulan tidak

dibolehkan makan dan

minum selain ASI saja.

Kebanyakan informan

mendapatkan informasi dari

bidan ketika mengikuti

posyandu.

bulan. (sama MPASI

juga)”

Informasi dari:

“Posyandu, suami,

banyak ya”

ngasih pengertian,

terus dibuku kms kan

juga ada ya..”

LAMPIRAN 3

MATRIKS OBSERVASI

Matriks Observasi

Item Data

Observasi

Pernyataan

Informan

Observasi Keterangan

Motivasi

Internal

(Kemampuan

Suami

Mendukung

Secara Fisik

Pemberian ASI

Eksklusif)

(Sasaran

Observasi:

Informan

Suami)

“ga tau saya mah,

saya mah jarang

dirumah saya kerja,”

(Suami 1(U))

Tidak ada barang

bukti observasi,

hanya dengan

pengamatan

peneliti. Selama

wawancara

berlangsung istri

yang terus

mengajak bermain

dan menggendong

anaknya.

Sedangkan suami

terlihat lelah dan

memilih untuk

duduk sambil

meminum kopi

saja, dan terkadang

menyapa bayinya.

Dari pernyataan

suami, tidak ada

dukungan fisik yang

diberikan

“kalau selama

masih ada ASInya

mah ya paling

pake pompa,..

waktu yang

pertama begitu,

pas pertama lahir

mah pake gitu,

tapi pas udah

kesininya mah

udah makan

sayuran itu,

Alhamdulillah

banyak ya udah

Tidak ada barang

bukti observasi,

hanya dengan

pengamatan

peneliti. Selama

wawancara

berlangsung

peneliti mengamati

Kejadiannya sudah

berlalu sehingga

tidak dapat

diobservasi.

gitu.”

(suami 2(M))

perilaku informan

yaitu informan

menggendong dan

mengajak bermain

anaknya walau

habis pulang

bekerja.

“oh iya itu juga

termasuk, tapi

saya mah ga

terlalu mampu, ya

kalo ada saya

beliin, sayang aja

saya mah kalo

lagi ada (banyak

ASInya) terus

dibeliin (susu

pelancar ASI),

kalo ga ada ya

mau beliin. Kalo

ga ada mah

dedenya juga

diberikan bubur

susu, tapi kan ini

lagi ada

berhubung ada

berhubung

banyak, udah gitu

aja saya mah.”

(Suami 3(J))

Tidak ada barang

bukti observasi,

hanya dengan

pengamatan

peneliti. Selama

wawancara

berlangsung

peneliti mengamati

perilaku informan

yaitu informan

menggendong dan

mengajak bermain

anaknya ketika

anaknya menangis

istrinya diminta

untuk memberi ASI

kepada bayinya.

Kejadiannya sudah

berlalu sehingga

tidak dapat

diobservasi.

“....makanya saya

untuk menyikapi

mensiasati ibunya

biar selalu sehat

terus gimana

caranya tak kasih

sayur sayuran

kalo saya pulang

kerja tak (saya)

beliin sayur

sayuran buah

buahan, selalu ada

terus.”

(Suami 4(S))

Suami membelikan

sayuran yang masih

terlihat segar.

Sayuran yang

dibelikan yaitu sayur

katuk dan daun

pepaya. Selain

sayur, ada pula buah

yang disediakan

dimeja.

-(suami 5(H))

Suami memberi

dukungan fisik

melalui pelayanan

yaitu membantu istri

mengendong dan

mengajak bermain

anaknya.

Dukungan Fisik

dari Suami yang

dirasakan Istri

(Sasaran

Observasi:

Informan Istri)

“engga, gak pake

pompa pompaan,”

(minum susu dan

vitamin)

“engga..hehe”

(istri 1(M))

Tidak ada yang

dapat diobservasi,

peneliti mengamati

perilaku informan

tersebut, memang

terlihat informan

istri cendrung

menggendong dan

mengajak bermain

bayinya.

Dari pernyataan

informan istri, suami

tidak memberi

dukungan fisik.

“suami mah

terserah kitanya

aja, hehe kita

makannya sayur

apa hehe, suami

mah kan jarang

dirumah hehe..”

(Istri 2(J))

Tidak ada yang

dapat diobservasi

karena kejadian

sudah berlalu dan

pengamatan dari

peneliti informan

istri sedang

berbincang dengan

tetangganya

sedangkan

informan suami

menggendong dan

mengajak bermain

anaknya walaupun

habis pulang

bekerja.

Dari pernyataan

informan istri, suami

tidak memberi

dukungan fisik.

“itu sayuran..

hehe, suka pusing

saya kalo ga

Tidak ada barang

bukti observasi,

hanya dengan

Informan istri

menyatakan bahwa

kejadian sudah

makan sayur, tapi

ASInya jadinya

banyak gitu,”

“suka diberikan

susu.. paling susu

bendera kitu”

(istri 3(N))

pengamatan

peneliti.

berlalu,

“...terus suka apa

tuh beliin

makanan, yang

banyak sayur

sayuran kitu,

sayur yang biar

banyak ASInya

gitu.”

“pernah minum

susu gitu lactamil

yang buat

nyusuin.”

“kalo (minum

vitamin) vitamin

paling kayak

kalsium gitu,”

(Istri 4(A))

Berdasarkan

pernyataan informan

istri, bahwa suami

juga membelikan

susu ibu menyusui

walaupun informan

istri mengaku bahwa

jarang meminum

susu tersebut karena

ASInya masih

banyak.

(minum susu

pelancar ASI)

“sempet sempet

minum, berapa

kali ya dua

kayaknya..

sekarang udah

engga.”

(Istri 5(S))

Tidak dapat

diobservasi, akan

tetapi selama

wawancara

pasangan informan

suami dan istri ini

saling bekerja sama

menggendong dan

mengajak bermain

bayinya.

Informan istri

menyatakan bahwa

kejadian sudah

berlalu,

LAMPIRAN 4

TRANSKRIP WAWANCARA

Transkrip Wawancara

Hari, Tanggal : Rabu, 4 Oktober 2017

Informan : Informan 1 (Istri 1), Informan 2 (Suami 1), memiliki bayi berinisial MR

yang berusia 11 bulan pada bulan oktober.

Tempat : Teras rumah kosong, Jalan Gang Gadog, Desa Bendungan, Kecamatan

Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Suasana : Sepi, rumah berada di gang kecil, hanya ada informan, pewawancara,

dan kader. Informan 1 sedang sibuk menggendong dan memberi ASI kepada bayinya.

Sedangkan suami sedang sibuk membantu hajatan pernikahan tetangganya. Semula hanya

ada informan 1, kemudian anak informan memanggil informan 2 untuk diwawancara.

Waktu : pukul 11.00 WIB

Durasi : 6 menit 19 detik

Dialog 1

Pewawancara : Teteh tinggal sama suami aja atau sama siapa lagi teh?

Informan 1 : Ama ibu juga sih,

Pewawancara : Sama ibu juga

Informan 1 : iya, dirumah

Pewawancara : satu atap gitu?

Informan 1 : iya satu atap tapi ada tiga rumah

Pewawancara : inikan tentang ASI Eksklusif teh, nah terus teteh ASI ini didukung sama

suami atau gimana teh?

Informan 1 : ya didukung suami hehe

Pewawancara : suami yang suruh ASI aja?

Informan 1 : iya hehe

Pewawancara : suami kayak ngasih tau manfaat ASI ga teh?

Informan 1 : engga, hehe gak ngerti kali yah hehe yang penting mah diberikan ASI

aja gitu hehe.

Pewawancara : jadi kata suami udah kasih ASI aja gitu?

Informan 1 : iya hehe

Pewawancara : terus misalnya teteh pernah ga ASInya ga keluar gitu apa keluarnya

sedikit?

Informan 1 : belum pernah, malah banyak terus haha (tertawa gembira sambil

menyusui bayinya)

Pewawancara : subur ya teh haha..

Informan 1 : iya malah yang pertama ini diurut terus geh.

Pewawancara : terus banyak gitu tipsnya apa teh?

Informan 1 : makan mah biasa aja,

Kader : sayur? katuk makan ga?

Informan 1 : sayur juga

Informan 1 : katuk mah tara paling mah bayem

Pewawancara : terus kalo susu, vitamin gitu suka minum?

Informan 1 : engga hehe

Pewawancara : simpel banget ya teteh, enak ya, ASI aja gitu.

Informan 1 : iya haha

Pewawancara : terus teteh pernah ga dedenya rewel, terus suami udah kasih susu

formula aja, apa sama ASI peduli banget.

Informan 1 : iya sih sama ASI peduli banget.

Pewawancara : kalo ga diberikan ASI, misalnya teteh lagi ga ngapa-ngapain terus ga

diberikan ASInya pernah ga teh?

Informan 1 : engga pernah,

Pewawancara : ga pernah ditinggal ya teh anaknya?

Informan 1 : iya hehe

Pewawancara : terus suaminya ngapain teh? Hehe (nada bercanda)

Informan 1 : hahah, kalo anaknya lagi anteng, kalo anaknya rewel suka ga enak

badan.

Pewawancara : pernah ga teh tergoda sama susu formula pengen ngasih?

Informan 1 : engga hehe, engga pernah,

Pewawancara : jadi sampe sekarang dede belum pernah diberikan susu formula kitu?

Informan 1 : engga pernah hehe, jadi dari yang pertama teh susu ASI semua, yang

kedua juga haha

Pewawancara : subur banget si teteh..haha, jadi suami juga ga beliin susu sama vitamin

buat teteh?

Informan 1 : engga hahah

Pewawancara : terus kalo pompa ASI pake teh,

Informan 1 : engga, gak pake pompa pompaan,

Pewawancara : bener nih si teteh alami banget haha.. (suaminya datang), oh ini ya teh

suaminya

Informan 2 : iya saya suaminya hehe

Pewawancara : punten nih pak, ditanya-tanya gapapa?

Informan 2 : ditanya-tanya tentang apa?

Informan 1 : iya ini ditanya tentang ASI hahah

Informan 2 : aduh tentang ASI mah haha..

Pewawancara : tau gak pak ASI hehe

Informan 2 : ga tau saya mah hehe

Pewawancara : gapapa bapak, punten ini bapak ujang ya?

Informan 1 : iya teh.. hehe

Pewawancara : jadikan pak penelitian saya tentang motivasi suami mendukung ASI?

Nah si ibu ASI, jadi saya mau tau nih, bapak punya tips apa biar si ibunya ASI?

(informan 2 nampak bingung dan berpikir)

Pewawancara : bingung ya bapak? hehe

Informan 1 : iya bingung dia mah, masalah ASI mah hahah..

Pewawancara : haha, kalo misalnya saya bilang bapak berkewajiban dan bertanggung

jawab mendukung ASI, bener ga papa?

Informan 2 : bener itu

Pewawancara : terus bapak ngasih apa biar ASInya ibu lancar?

Informan 2 : ga tau saya mah, saya mah jarang dirumah saya kerja,

Informan 1 : iya diamah yang penting ngasih ASI aja gitu hehe

Pewawancara : oh bapak kerja apa memang pak?

Informan 2 : saya mah kerja bangunan hehe

Pewawancara : oalah, menurut bapak bagusan ASI apa susu formula pak?

Informan 2 : mendingan ASI, kalo ASI kan lebih bagus

Pewawancara : alasan gak pake susu formula itu kenapa pak?

Informan 2 : ya, gimana yak, hehe masalah keuangan ini hahah

(kader, pewawancara, dan informan 1 sejenak mencairkan suasana dengan bercandaan

menggoda informan 2, semua menjadi tertawa)

Pewawancara : jadi karena masalah keuangan ya pak, tapi Alhamdulillah ya, ibunya ga

pake apa apa ASInya lancar terus ya pak?

Informan 2 : Alhamdulillah lancar terus.

Pewawancara : Bangga ga pak sama ibu?

Informan 2 : wah bukan cuma bangga, (sambil menatap mesra istrinya dan

tersenyum, sang istri tertawa sambil malu-malu dan wajah memerah)

Pewawancara : berarti bapak seneng ya pak istrinya lancar ngasih ASInya, tapi bapak

percaya ga pak kalo ASI ga bikin anaknya sakit?

Informan 2 : percaya, tapi kalo panas mah biasa.

Pewawancara : diberikan semua ya pak anaknya, sudah berapa pak anaknya

Informan 2 : iya diberikan semua, sudah tiga.

Pewawancara : Alhamdulillah pak, gitu aja pak wawancaranya haha, segitu sudah

cukup, kalo kurang nanti saya tanya tanya lagi ya pak,

Informan 2 : iya-iya boleh boleh hahah..

Hari, Tanggal : Rabu, 4 Oktober 2017

Informan : Informan 1 (Istri 2), Informan 2 (Suam 2), memiliki bayi berinisial M

yang berusia 7 bulan pada bulan Oktober.

Tempat : Teras rumah, Jalan Gang Gadog, Desa Bendungan, Kecamatan Ciawi

Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Suasana : Sepi, ada orang tua dari informan dirumah tersebut, diteras ada

informan, kader, dan pewawancara. Semula informan 1 sedang ada dirumah tetangga

membantu acara untuk hajatan tetangganya, kemudian dipanggilkan oleh kader. Setelah

itu wawancara dilanjutkan kepada informan 2 yang baru saja terbangun dari istirahatnya

karena beliau habis begadang jaga ronda.

Waktu : pukul 11.30 WIB

Durasi : 8 menit 44 detik

Dialog 2

Pewawancara : punten ya teh ya, inikan penelitian tentang ASI Eksklusif ya teh, jadi

mau tanya dulu ini teteh ASI kan ya?

Informan 1 : iya

Pewawancara : ga diberikan apa apa lagi kan teh?

Informan 1 : engga

Pewawancara : itu suami berperan ga teh, kayak nyuruh ASI atau orang tua?

Informan 1 : engga, emang disuruh.

Pewawancara : disuruh suami teh? Kata suami apa teh?

Informan 1 : hahah, ya disuruh aja meren, jangan pake botol, ga ada uangnya haha..

(situasi berbincang santai sambil bercanda dengan informan)

Pewawancara : terus selama ini teteh suka ngadet ga ASInya?

Informan 1 : alhamdulillah lancar, dari pas lahir diberikannya, sampe sekarang, hehe

Pewawancara : Alhamdulillah, terus teteh bisa melancarkan ASI dengan makan sayur

gitu ga?

Informan 1 : sayur jarang, tapi alhamdulillah ASInya penuh terus,

Pewawancara : terus susu atau vitamin untuk melancarkan ASI gitu teteh minum ga?

Informan 1 : engga engga hehe ga minum apa apa..

Pewawancara : terus suami sebenernya tau ga teh manfaat ASI?

Informan 1 : ga tau ya.. heheh,

Pewawancara : oh pokoknya disuruh minum ASI gitu ya?

Informan 1 : bagus untuk pertumbuhan kayaknya mah ya, hehhe

Pewawancara : hehe, terus dedenya suka sakit ga teh?

Informan 1 : kalo lagi musim mah suka sakit, batuk pilek aja biasa..

Pewawancara : terus ibu pake pompa ASI gitu ga?

Informan 1 : engga.hehe

Pewawancara : jadi teteh makan kayak biasa aja, kayak makan sayur tahu tempe, terus

daging makan teh?

Informan 1 : iya heeh daging mah makan. hehe

Pewawancara : kalo ibu ga kasih ASI, si bapak gimana komennya?

Informan 1 : ya dimarahin atuh kasian dedenya, hahha

Pewawancara : hehe kasian dede kalo ga diberikan ASI gitu ya,hehe

Informan 1 : iya hahah

Pewawancara : dedenya kalo diberikan susu formula mau ga teh?

Informan 1 : ga mau,

Pewawancara : pernah ga lagi itu dicoba teh?

Informan 1 : iya kan pertama dari bidan kan mau diberikan susu itu tapi gak boleh

sama bidan.

Pewawancara : sampe sekarang dedenya ga mau susu formula teh?

Informan 1 : iya sampe sekarang ga mau geh hahah..

Pewawancara : mungkin segitu aja ya, wawancara sama teteh, mungkin sama bapak

ditanya-tanya.

(informan 1 ingin memanggil informan 2 yang masih beristirahat, pewawancara dan

kader mencegah agar tidak diganggu informan 2 yang sedang istirahat (tidur), akan tetapi,

informan 1 tetap ingin membantu untuk membangunkan informan 2)

(beberapa saat kemudian informan 2 hadir dan dijelaskan tentang wawancara dan inform

consent, lalu informan 2 menyetujuinya, dan wawancara dilanjutkan)

Pewawancara : Alasan bapak mendukung ASI apa kitu pak?

Informan 2 : buat pertumbuhan anak gitu, biar sehat anaknya. haha

Pewawancara : bapak mendukungnya pemberian ASInya gimana caranya pak?

Informan 2 : diberikan makan heheh

Pewawancara : oh jadi faktor makanan ya pak. Bapak ngasih makan istrinya apa gitu

pak sampe banyak gitu ASInya?

Informan 2 : hehe, ya kan kalo lagi menyusui kan harus makan sayur-sayuran,

begitukan?

Pewawancara : iya bener, terus si ibu diberikan makan susu atau vitamin gitu ga pak?

Informan 2 : vitamin doang paling

Pewawancara : vitamin apa pak?

Informan 2 : dari bidan

Pewawancara : vitaminnya ada bu? vitamin apa itu bu?

Informan 1 : itumah dulu pas melahirkan diberikannya, sekali doang dulu mah pas

lahir, heheh sekarang mah ga makan apa apa.

Pewawancara : oh vitamin itu hehe, itu manfaat ASI apa sih pak? Apa bagusnya ASI

menurut bapak gitu pak?

Informan 2 : itukan sehat memang ASI, makanan pertama buat anak.

Pewawancara : bapak, kalo ibu ga kasih ASI komentar bapak gimana?

Informan 2 : haha, marah kalo anaknya pengen ASI pastikan nangis juga,

Pewawancara : kalo anaknya pengennya susu ga pengen ASI gimana pak?

Informan 2 : engga, kalo itu kan dari awal, dari awal harus pake ASI.

Pewawancara : terus bangga ga pak? Istrinya ASInya lancar anaknya minum ASI?

Informan 2 : iya bangga (wajah lega dan sedikit senyum)

Pewawancara : kan faktor lain bapak ASI kalo kata ibu kan karena faktor keuangan

juga, itu bener ga pak?

Informan 2 : iya memang bener juga

Pewawancara : kalo misalnya saya bilang bapak berkewajiban dan bertanggung jawab

dukung ASI komentar bapak gimana?

Informan 2 : iya bener,

Pewawancara : kalo bapak ga dukung ASI misalnya nih, kira-kira ibu bakal kasih ASI

ga pak?

Informan 2 : ya mungkin gimana anaknya kalo anaknya rewel pengen ASI gitu, ya

pasti dipaksa ngasih ASI.

Pewawancara : jadi intinya, bapak dukung ASI karena ASI itu makanan pokok terus..

Informan 2 : iya ASI itu makanan pokok, ASI juga bagus.

Pewawancara : Alhamdulillah pak sudah selesai.

Hari, Tanggal : Kamis, 5 Oktober 2017

Informan : Informan 1 (Istri 3), Informan 2 (Suami 3), memiliki bayi berinisial H

yang berusia 9 bulan lahir pada tanggal 18 November 2016.

Tempat : Ruang tamu di rumah informan, Jalan Gang Gadog, Desa Bendungan,

Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

Suasana : Informan tinggal berdua dengan kedua anaknya, ketika wawancara

anaknya sempat menangis dan diberikan ASI oleh informan 1 lalu kemudian informan 2

menggendong dan membawa anaknya bermain sehingga situasi kembali kondusif. Ketika

wawancara terdapat informan, pewawancara, dan kader.

Waktu : pukul 8.42 WIB

Durasi : 10 menit 8 detik

Dialog 3

Pewawancara : Punten teh, kan teteh ASI nah suami berperan apa nih teh dalam

mendukung ASI? Misalnya disuruh ASI sama suaminya, kalau cerita teteh gimana nih

teh?

Informan 1 : ya itu biar sehat, lagian ini habibinya juga ga mau sama yang susu,

pernah kan bikin (waktu usia 6 bulan keatas) tapi si habibinya ga mau, maunya ASI.

Pewawancara : manfaatnya apa sih bu ASI ini?

Informan 1 : ya biar sehat,

Pewawancara : kalo kata suami, manfaatnya apa teh? Tapi teteh yang jawab bapak

nanti jawabnya heheh..

Informan 1 : ya gitu biar sehat aja, kan ibunya juga harus jaga makanannya biar

ASInya sehat. Kalo makan pedes kan suka mencret bayinya.

Pewawancara : terus suka diberikan makan apa gitu ibunya biar lancar?

Informan 1 : itu sayuran.. hehe, suka pusing saya kalo ga makan sayur, tapi ASInya

jadinya banyak gitu,

Pewawancara : terus ibu, suka diberikan vitamin atau susu sama suami gitu biar lancar

ASInya?

Informan 1 : suka diberikan susu

Pewawancara : susu apa punten teh? Merknya kitu?

Informan 1 : paling susu bendera kitu

Pewawancara : jadi teteh suka minum susu sama makan sayur kitu?

Informan 1 : iya pokoknya yang sehat sehat aja, hehe

Pewawancara : kalo misalnya ASInya ibu keluarnya sedikit, anaknya bakal diberikan

susu apa mau diperjuangin dipompa apa gimana?

Informan 1 : diberikan susu ASI aja dipaksain, tapi kalo sakit ininya mah (sambil

menunjukan payudaranya) ya diberikan susu formula.

(bayinya menangis dan diberi kasih, kemudian wawancara kembali dilanjutkan)

Pewawancara : oh jadi suka sakit gitu teh?

Informan 1 : maksudnya kalo dipaksain suka sakit ininya mah..

Pewawancara : kalo misalnya ASInya sedikit, terus mau diganti sama susu formula

suami setuju ga teh?

Informan 1 : suami mah setuju aja, asal jangan keberatan biaya, heheh.

Pewawancara : pernah lecet ga teh payudaranya?

Informan 1 : engga sih.. hehe

Pewawancara : itu sakit lecetnya gara gara apa teh?

Informan 1 : kalo ga ada air susu, dedenya kan suka nyari suka gigit gitu, hehe.

Pewawancara : maaf ya teh, dedenya jadi keganggu.

Informan 1 : engga atuh hehe.

(kemudian dilanjutkan dengan wawancaranya dengan informan 2)

Pewawancara : punten ya pak, bapak tau gak pak pengertian ASI Eksklusif?

Informan 2 : ASI teh air susu ibu nyak?

Pewawancara : iya pak air susu ibu tapi yang Eksklusif pak, itu apa pak?

Informan 2 : setau saya sih, itu buat bagus, buat anak kecil, lebih bagus dari susu

botol lebih steril diakan alami gitu, kalo susu botolkan banyak sampe campuran.

Pewawancara : oh kitu pak, terus kan banyak nih pak yang ASInya sedikit ada juga

yang banyak, nah bapak tau ga pak caranya biar banyakin ASInya kitu?

Informan 2 : paling pake sayuran,

Pewawancara : banyak makan sayur gitu ya pak?

Informan 2 : iya,

Pewawancara : bapak kalo misalnya ibu ga ngasih ASI, bapak gimana tanggapannya?

Informan 2 : saya mah pengennya ASI aja gitu.

Pewawancara : ada faktor lain ga pak, misalnya faktor ekonomi ga bisa beli susu

formula apa gimana pak?

Informan 2 : oh engga.. pake susu ASI aja.

Pewawancara : terus bapak ngendukungnya gimana, misalnya ibunya sakit pas

ngeluarin ASI,

Informan 2 : ya itu kan bisa sebelah sebelah aja gitu gantian (mengganti dengan

payudara lain yang tidak sakit)..

Pewawancara : oh ganti gantian aja ya..

Informan 2 : iya apalagi ini yang namanya kadang-kadang sakit mah, tapi sekarang

mah engga tapi itu dulu dulu banget.

Pewawancara : terus bapak kenapa kepengen banget ibu ngasih ASI kitu?

Informan 2 : soalnya itu manfaatnya lebih banyak, soalnya kan buat makan minum

kan buat anak.

Pewawancara : terus kalo pendapat bapak tentang suami itu bertanggung jawab dan

berkewajiban buat mendukung istri ngasih ASI?

Informan 2 : ya setuju aja.

Pewawancara : kalo misalnya ga diberikan kasih kenapa pak?

Informan 2 : ya kasian aja anaknya soalnya kan itu kebutuhan makan dan minumnya.

Pewawancara : kalo susu formula gimana pak?

Informan 2 : kalo susu formula kan itu kan hanya buat minumannya aja, kalo ini kan

plus buat makannya juga.

Pewawancara : kalo misalnya bapak ga dukung ASI, kira-kira ibu tetep ASI ga?

Misalnya bapak kerja terus ibu sendiri ngurus anak, ibu tetap akan kasih ASI ga pak?

Informan 2 : yakin (tegas), soalnya kan itu anaknya, buat kebutuhan anaknya, heheh

Pewawancara : jadi ibunya mau dan bapaknya juga dukung ASI buat anaknya ya

Informan 2 : iya heeh.. heheh

Pewawancara : terus kalo bapak ga mendukung ASI, sedangkan ibu putingnya lecet dan

ASInya sedikit, gimana pak apa ibu akan tetap ASI?

Informan 2 : ya tetep ASI aja, tapi untuk sementara ya mungkin diberikan susu

formula, gantian aja,

Pewawancara : kalau bayinya belum diatas 6 bulan misalnya masih 3 bulan, akan tetep

diberikan susu formula pak?

Informan 2 : paling susu botol coba dulu, daripada kasian dipaksain ibunya nanti

sakit.

Pewawancara : alhamdulillah sudah cukup pak, punten ya pak, terima kasih banyak

teteh bapak.

Informan 2 : iya sama sama

Hari, Tanggal : Rabu, 4 Oktober 2017

Informan : A (Istri 4) dari suami yang berinisial S dan memiliki bayi berinisial

MFA berusia 11 bulan yang lahir pada tanggal 13 November 2017.

Tempat : Ruang tamu Posyandu Lurah di Kampung Seseupan Desa Bendungan

Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

Suasana : Situasi ketika wawancara berlangsung cukup kondusif, hanya saja ruang

tamu yang terbuka membuat suara dari luar rumah menjadi terdengar. Ketika wawancara

hanya ada pewawancara dan informan. Tidak ada kader dalam wawancara tersebut karena

informan berperan sebagai kader kesehatan posyandu di desa Bendungan.

Waktu : pukul 14.00 WIB

Durasi : 6 menit 55 detik

Dialog 4

Pewawancara : jadi bu, riska ini penelitiannya tentang motivasi suami, jadi butuh ibu

sama bapak kitu heheh, sebenernya bapak dukung ASI ga bu?

Informan : oh kitu hehe, iya dukung-dukung

Pewawancara : gimana bu cara bapak dukung ASI kitu? hehe

Informan : ya, kalo itu suka ingetin ngasih ASI, terus suka apa tuh beliin makanan,

yang banyak sayur sayuran kitu, sayur yang biar banyak ASInya gitu.

Pewawancara : terus bapak sebenernya tau gak bu tentang manfaat ASI?

Informan : tau, kan anaknya udah tiga sama ini

Pewawancara : oh udah tiga ya bu, tiga tiga ASI itu bu?

Informan : iya tiga tiganya ASI,

Pewawancara : bapak tau manfaat ASInya darimana bu?

Informan : ya mungkin kan tau dari sekolah meren kan sekolah dulu meren heheh

Pewawancara : sekolahnya bapak terakhir sampe mana kitu bu?

Informan : sampe sma, suka buat buat laporan kitu

Pewawancara : oiya bu bisa bisa hehe, waktu anak pertama bapak gimana bu

responnya? Langsung disuruh kasih ASI apa gimana bu?

Informan : kalo waktu pertama-tama iya suruh kasih ASI aja, soalnya ga kerja ini.

Pewawancara : ada faktor ekonomi ga bu, misalnya diberikan ASI biar lebih murah

kitu?

Informan : ya gitu juga ada, soalnya dulu kan anak pertama saya masih ngontrak.

Jadi ya dari segi ekonomi meren ya.

Pewawancara : hm begitu bu, terus ibu pernah ga ASInya kurang, atau sakit kitu?

Informan : engga sih selama ini mah engga, yang penting mah saya nya banyak

makan gitu.

Pewawancara : ibu suka minum susu atau vitamin gitu ga bu?

Informan : pernah minum susu gitu lactamil yang buat nyusuin.

Pewawancara : sekarang masih minum bu?

Informan : engga sekarang mah engga kitu, dulu iya,

Pewawancara : kalo vitamin bu?

Informan : kalo vitamin paling kayak kalsium gitu,

Pewawancara : ibu pernah ga bu tergoda sama susu formula, misalnya malem malem

males bangun males nyusuin gitu,

Informan : belum sih alhamdulillah, Cuma kadang suka kepikiran masih bagus ga

ini ASI gitu, kadang kan suka ga ada, tapi sampe sekarang belum dicampur.

Pewawancara : tapi gapapa kalo udah lewat 6 bulan mah dicampur, hehe tapi ibu suka

dibantu pompa ASI ga bu?

Informan : engga, pas mau nyusu pertama, soalnya kan waktu dua tiga hari pertama

ga ada belum keluar jadi dipancing.

Pewawancara : sekarang masih ada ga bu pompa ASInya?

Informan : engga gak pake

Pewawancara : dede pernah ditawarin susu formula sama pelayanan kesehatan tempat

dede lahir, punten dimana itu bu?

Informan : oh dirumah sakit, engga, hehe, udah ga boleh sekarang mah

Pewawancara : iya hehe, masih ada beberapa bu yang masih nawarin hehe,

Informan : orang kalo mau diberikan susu formula aja mesti tanda tangan aja waktu

itu, kan belum keluar,

Pewawancara : hm kitu nyak bu, kalo misalnya ibu males kasih ASI respon bapak

gimana bu?

Informan : haha sekarang mah kan gini udh boleh diberikan susu formula kali mah

orang udah mau setahun, tapi saya nya suka kasian kalo diberikan.

Pewawancara : waktu dedenya masih 0 sampe 6 bulan, gimana respon bapak bu?

Informan : ya harus, malah kalo misalnya ASInya kering, dia nya yang sibuk nyari

katuk nyari apa kitu.

Pewawancara : hahah, wah bapak nya bagus gitu, saya perlu banget nih ketemu bapak.

Bisa ga bu, kalo saya ketemu bapak?

Informan : bisa kali, bapaknya pulang sore, nanti saya hubungin si teteh aja, nanti

di wa aja.

Hari, Tanggal : Jumat, 6 Oktober 2017

Informan : S (Suami 4) dari istri yang berinisial A dan memiliki bayi berinisial

MFA berusia 11 bulan yang lahir pada tanggal 13 November 2017.

Tempat : Ruang tamu dirumah informan, Kampung Seseupan Desa Bendungan

Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

Suasana : Situasi ketika wawancara, cukup kondusif, hanya saja terdengar suara

televisi. Informan kala itu ditemani oleh istri dan bayinya. Sehingga ketika wawancara

hanya ada informan dan pewawancara.

Waktu : pukul 19.00 WIB

Durasi : 7 menit 10 detik

Dialog 5

Pewawancara : penelitian saya kan berkaitan dengan ASI ya pak, jadi saya mau tanya,

bapak tau ga pak ASI Eksklusif itu apa?

Informan : ASI Eksklusif ya ASI ibu buat anak yang secara klinik lebih bagus dari

pada susu formula kalo menurut saya

Pewawancara : kalo manfaat ASI kitu pak?

Informan : kalo manfaat ASI, buat anak kita setau saya ya pertama-tama itu buat

kekebalan tubuh mba, kesehatan, soalnya anak anak saya ASI sampe dua tahun, nyatanya

ga pernah sakit, paling sakit pusing batuk pilek, kalo sakit sampe dirawat ga pernah,

Pewawancara : jadi sehat terus ya pak, kalo pake susu formula gimana menurut bapak?

Jadi perbedaannya bayi yang ASI dan yang engga menurut bapak?

Informan : kalo setau saya kalo pake formula itu sebetulnya kalo buat pertumbuhan

sama, cepet gede juga kalo pake susu formula, kalo diberikan ASI kan agak kurang

(kurang besar pertumbuhan fisiknya), tapi kalo kesehatan ya dijamin (untuk yang pakai

ASI Eksklusif), kalo kecerdasan saya masih kurang tau tapi anak saya pake ASI,

alhamdulillah pinter mba, anak saya yang kuliah ini ga pake tes, langsung masuk lewat

jalur undangan di universitas IPB. Kan bagus IPB ya?

Pewawancara : oh Alhamdulillah, iya pak bagus. Pinter ya pak.

Informan : iya pinter, saya ga tau apa jangan jangan karna susu Eksklusif apa

engga, tapi setau saya Eksklusif bisa buat kesehatan otomatis buat kecerdasan juga bisa,

makanya saya untuk menyikapi mensiasati ibunya biar selalu sehat terus gimana caranya

tak kasih sayur sayuran kalo saya pulang kerja tak (saya) beliin sayur sayuran buah

buahan, selalu ada terus.

Pewawancara : ada terus sampe sekarang pak?

Informan : iya sampe sekarang juga ada pasti ada terus.

Pewawancara : nanti boleh difoto ya pak persediaan sayur dan buah.

Informan : ada gak mak? Oh ada. Iya gapapa.

Pewawancara : terus misalnya ibu lagi ga ada ASI atau kekurangan ASI, bapak gimana

tindakannya? Langsung kasih susu formula apa diusahain dulu biar ada ASInya?

Informan : kalo saya dari dulu belum pernah mba, kalo ASInya kurang/dikit ya

saya berusaha itu buat mempercepat itu saya pakedaun katuk satu pepaya muda, direbus,

kalo engga jantung pisang.

Pewawancara : itu tips darimana pak?

Informan : dari google ada mba,

Pewawancara : oh dari google ada hahah..

Informan : dari orang tua orang tua dulu juga ada

Pewawancara : jadi kalo ibu ga kasih ASI khawatir ya pak,

Informan : iya khawatir saya mba.

Pewawancara : kalau udah ngasih ASI lega gitu ya pak,

Informan : waktu baru pas ngelahirin juga susah keluar tapi kan dari dokter udah

ngasih tau ini selama satu minggu ga pake minum ASI gapapa bayi masih bertahan gitu,

jadi diusahain terus dipacu.

Pewawancara : jadi kalo ibu pake ASI keuntungan buat bapak apa sih?

Informan : keuntungan buat saya ya ekonomis praktis. Ya aturan saya ngeluarin

duit buat susu formula kan mahal mba, jadi ASI, kalo praktisnya kalo kebangun malem

malem ga usah bikin susu tinggal ngeluarin kan praktis haha gitu mba.

Pewawancara : kan bapak ga ngeluarin duit buat beli susu tapi bapak ngeluarin duit beli

sayur dan buah gimana tanggapan bapak?

Informan : ya gapapa keunggulannya kan tadi ada mba buat kesehatan si bayi.

Pewawancara : kalo saya bilang mendukung ngasih ASI adalah tanggung jawab dan

kewajiban bapak gimana pak?

Informan : ya saya tanggung jawab saya siap sedia makanya saya usahakan biar

istri saya sehat selalu, makanya kalo istri saya pusing pusing langsung saya kontrol ke

bidan gitu.

Pewawancara : kalo misalnya istri awalnya ga mau ngasih ASI, misalnya awalnya ga

mau kasih ASI gimana pak? Ini tips buat wanita wanita yang lain pak biar kasih

ASI..haha

Informan : kita sebagai suami harusnya kasih pengarahan mba, ya sepengetahuan

kita aja, atau engga kita nanya nanya kalo ga tau, nah sekarang kan sudah ada google.

Baiknya ya kita harus kasih pengarahan kepada istri gimana caranya. Istri juga harus

lebih tau, istri saya malah lebih tau lebih pinter haha

Pewawancara : iya ya pak jadi istrinya tau bapaknya tau gitu ya pak.

Informan : iya begitu..

Pewawancara : kalo dari bidan atau pelayanan kesehatan lainnya menyarankan kasih

susu formula, bapak gimana tanggapannya pak?

Informan : ada memang mba, kalo yang udah 6 bulan keatas mah gapapa diberikan

susu formula, tapi saya usahakan kalo istri saya susunya masih bagus, masih berkualitas,

maksudnya berkualitas itu susunya ga bening, masih kental, terus aja, selama anak masih

kenyang minum susu (minum ASI), kalo udah ga kenyang kalo diatas 6 bulan diberikan

susu formula gitu.

Pewawancara : wah, terima kasih banyak ya pak, lumayan ini pembicaraannya. Hehe.

Informan : iya mba sama sama.

Hari, Tanggal : Senin, 16 Oktober 2017

Informan : Informan 1 (Istri 5), Informan 2 (Suami 5), memiliki bayi berinisial DA

berusia 7 bulan yang lahir pada 11 Maret 2017

Tempat : Teras rumah informan, di Gang Syukur, Kampung Seseupan Desa

Bendungan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

Suasana : Rumah berada di belakang masjid. Ketika itu, kedua informan sedang

diteras bersama dengan bayinya. Ketika wawancara berlangsung awalnya ada tetangga

yang main tetapi beberapa lama kemudian keadaan menjadi sepi.

Waktu : pukul 11.06 WIB

Durasi : 8 menit 43 detik

Dialog 6

Pewawancara : punten ya teh, ini kan teteh ASI, nah jadi saya kan ingin tau tentang

motivasi suami, nah ini teteh ngasih ASI didukung suami ga?

Informan 1 : dukung..(seketika anaknya menangis)

Pewawancara : didukungnya itu berupa apa teh? Kayak suami ngasih apa gitu? Vitamin

atau susu buat ngelancarin ASI?

Informan 1 : nggak sih,

Informan 2 : emang gak ambisi sama susu formula aja

Pewawancara : jadi didukung aja kitu nyak?

Informan 1 : iya.

Pewawancara : jadi tetehnya ga minum susu buat ngelancarin ASI?

Informan 1 : sempet sempet minum, berapa kali ya dua kayaknya.

Pewawancara : waktu pas 0-6 bulan aja itu teh minumnya?

Informan 1 : iya, sekarang udah engga.

Pewawancara : terus teteh suka makan sayur buah gitu teh?

Informan 1 : iya saya suka banget, sama sayur.

Pewawancara : sayur apa aja itu teh?

Informan 1 : sayur apa aja, yang penting sayur, terutama sayur bayem. Katanya (kata

suaminya sambil menunjuk suaminya dengan menatap) kan bikin banyak air susu.

Pewawancara : terus suami dukung ASI suka ngasih informasi tentang baiknya ASI

kayak gimana ga teh?

Informan 1 : iya dia sering buka buka internet.

Pewawancara : baiknya apa kitu teh?

Informan 1 : lebih baik dari susu formula ya katanya, baik buat pertumbuhannya,

terus lebih mendekatkan bayi dengan ibu.

Pewawancara : iya bener teh, jadi anaknya ga mau lepas dari ibunya ya teh (tertawa

bersama informan), terus teh sempat mau diberikan susu ga dedenya?

Informan 1 : engga engga..

Pewawancara : kalo misalnya teteh asinya kurang lancar suami bakalan kayak suruh

ganti susu formula ga teh?

Informan 1 : emang dia ambisi ga mau yah (tidak mau pakai susu formula),

Pewawancara : oh ga mau, alhamdulillah kitu ya teh lancar, kalo vitamin diberikan teh?

Informan 1 : belum.. engga..

Pewawancara : kalo dedenya pernah sakit ga teh selama diberikan ASI?

Informan 1 : engga aih Alhamdulillah, paling cuma batuk pilek.

Pewawancara : kalo batuk diberikan ASI aja atau ada obatnya teh?

Informan 1 : diberikan ASI aja, paling kalo panas tinggi ya kebidan.

Pewawancara : sudah teh, sama teteh wawancaramya kitu aja hehe, makasih ya teh

Informan 1 : iya heheh..

Pewawancara : sekarang boleh wawancara sama suaminya teh?

Informan 1 : iya boleh, mangga.

Pewawancara : punten ya pak, jadi pak ini penelitian tentang ASI, motivasi suami

dukung ASI kitu, sebelumnya bapak tau gak pak tentang manfaat ASI Eksklusif?

Informan 2 : manfaatnya kurang begitu tau, cuma yang dulu-dulu ya selalu pake ASI.

Pewawancara : kalo pengertian dari ASI Eksklusif sendiri bapak tau ga?

Informan 2 : kurang tau.

Pewawancara : manfaatnya apa ya pak kira-kira diberikan ASI daripada sama susu

formula?

Informan 2 : ya..mungkin nutrisinya lebih baik dari formula kali ya?

Pewawancara : kalo diberikan susu formula emang kenapa pak?

Informan 2 : emang dari awal ga ada ambisi buat kasih (susu formula), ASI aja

pokoknya teh.

Pewawancara : walaupun misalnya istrinya putingnya lecet ASInya kurang gitu bakal

tetep diberikan ASI ga pak?

Informan 2 : kalo terjadi seperti itu, umpama dulu kan ya, kayaknya mah engga

(engga diberikan susu formula), kan dulu pernah lecet putingnya, tapi ya tetep diberikan

ASI.

Pewawancara : kalo misalnya istri sakit terus anaknya masih tetep diberikan ASI,

menurut bapak bakal nular ga pak ke anaknya?

Informan 2 : oh kalo misalnya istri sakit, engga sih ga begitu kayaknya, ya tapi

tergantung penyakitnya kali ya,

Pewawancara : iya pak, ini mah semisalnya aja ya pak, hehe, terus bapak ngasih apa

kitu pak biar ASI istrinya lancar?

Informan 2 : saya mah nyuport (support/dukung) doang.

Pewawancara : oh support doang ya pak, hehe, kalo begitu manfaat ASI apa ya pak tadi

pak?

Informan 2 : apa ya tadi, hehe

Pewawancara : kenapa bapak pengen banget pak anaknya di kasih ASI, pasti kan ada

alasan tersembunyi kitu kenapa dukung kasih ASI aja?

Informan 2 : saya mah sama formula itu kurang gimana kitu, lebih bagus ASI.

Pewawancara : terus anak gampang sakit ga pak waktu diberikan ASI?

Informan 2 : engga, Alhamdulillah

Pewawancara : Alhamdulillah ya pak, terus keuntungan buat bapak kalo anaknya

diberikan ASI apa kitu pak?

Informan 2 : keuntungan dari segi materi mungkin ga ada keuntungan atau gimana

gimana ya. Yang pasti punya kebanggaan sendiri aja kalo ngasih ASI itu,

Pewawancara : bangga ya pak, terus kalo misalnya istrinya ga mau ngasih ASI bapak

gimana?

Informan 2 : saya agak kecewa juga ya,

Pewawancara : kalo tadi keuntungan ngasih asi dari segi materi ada ga pak?

Informan 2 : ya intinya mah bukan kesitu, punya kebanggaan tersendiri aja, kan biar

lebih deket sama ibunya aja kan ya, daripada dibilang susu sapi, eh anak sapi, hahah,

Pewawancara : oiya ya pak haha, ada ya pak istilah itu.

Informan 2 : candaannya kan itu, hahah

Pewawancara : iya ya pak hahah, udah kitu aja pak wawancaranya.

TAMBAHAN TRANSKRIP WAWANCARA

Hari, Tanggal : Kamis, 26 Oktober 2017

Informan : J (istri 2) dan M (suami 2)

Tempat : Teras Rumah

Suasana : Sebelum wawancara informan sedang bersantai diteras ditemani dengan

tetangganya. Ketika wawancara, tetangga informan diajak berbincang dengan kader yang

menemani. Sehingga wawancara berlangsung kondusif.

Waktu : pukul 16.00 WIB

Durasi : 11 menit 42 detik

Pewawancara : punten teh, teteh kan ASI Eksklusif ya, nah ASI Eksklusif dari umur

berapa sampe berapa teh?

Informan 1 : dari nol bulan sampe kalo saya mah 2 tahun.

Pewawancara : kalau seharusnya gitu teh?

Informan 1 : kalo seharusnya mah sampe 6 bulan, hehe

Pewawancara : kalau asi eksklusif boleh dicampur sama air minum ga teh?

Informan 1 : gak boleh

Pewawancara : kalau sama teh kopi boleh ga?

Informan 1 : engga hehe

Pewawancara : madu?

Informan 1 : engga boleh hahah

Pewawancara : kalo susu formula?

Informan 1 : ga boleh hehe ASI aja

Pewawancara : kalau diberikan vitamin sama imunisasi boleh ga?

Informan 1 : ya boleh, hehe

Pewawancara : teteh tau informasi tentang ASI Eksklusif dari mana teh?

Informan 1 : dari baca buku dari suami iya heheh.

Pewawancara : suka dapet leaflet dari posyandu ya teh?

Informan 1 : iya hehe

Pewawancara : terus komentar suami waktu teteh kasih ASI gimana teh?

Informan 1 : gimana ya, gatau, mendingan kasih ASI aja cenah.

Pewawancara : terus suami kasih informasi tentang ASI ga teh?

Informan 1 : ya ASI bagus buat bayi, buat kesehatan tubuh ya paling gitu aja. hehe

Pewawancara : terus kalau nasihat jangan suka makan pedes nanti anaknya ikut

mencret?

Informan 1 : iya emang ga boleh, ga boleh makan pedes pedes. hehe

Pewawancara : dede pernah diberikan buah atau makanan gitu teh?

Informan 1 : pernah

Pewawancara : tapi pas umur 0-6 bulan pernah teh?

Informan 1 : engga pernah kalo dari lahir mah ya paling ya baru-baru ini

Pewawancara : kalo suami ngizinin ga teteh ngasih susu formula atau kasih makan

bayinya pas usia 0-6 bulan?

Informan 1 : susu formula sama makan mah engga ya, paling kayak buah gitu,

emang disuruh kalo itu mah, kan biar ada vitaminnya cenah.

Pewawancara : tapi kalo buah mah baru baru ini kan yah?

Informan 1 : iya hehe

Pewawancara : terus suami ngasih apa teh biar lancar ASInya?

Informan 1 : suami mah terserah kitanya aja, hehe kita makannya sayur apa hehe,

suami mah kan jarang dirumah hehe..

Pewawancara : makasih ya teh ya..

Informan 1 : iya..

Pewawancara : punten pak, jadi ini masih tentang ASI pak, nah bapak taunya ASI itu

diberikan dari umur berapa sampe berapa pak?

Informan 2 :kalau saya sih gak gak ini apa itu, jadi mah sekucupnya aja gitu.

Pewawancara : secukupnya aja jadi ga ada patokannya?

Informan 2 : iya ga ada patokannya gitu, kalo anak itu ga mau ya ga diberikan, jadi

selama dia masih mau diberikan, diberikan terus.

Pewawancara : kalo yang bapak tau ASI Eksklusif bagusnya itu dari umur berapa

sampe berapa?

Informan 2 : dari melahirkan ya, mungkin kurang lebih 6 bulan, eh berapa 2 tahun

hehe.

Pewawancara : oh jadi antara 6 bulan atau 2 tahun ya pak?

Informan 2 : iya hahah ya awal mah dari nol, sampe ya paling lambat 2 tahun.

Pewawancara : kan inimah ada kata eksklusif nya ya pak, nah menurut bapak, boleh ga

pak diberikan air putih, teh, susu formula, kopi, madu?

Informan 2 : engga gak boleh..

Pewawancara : buah?

Informan 2 : engga engga boleh, kalo udah boleh makan baru diberikan buah, air.

Kalo baru lahir mah sampe 6 bulan mah ASI aja udah cukup.

Pewawancara : Itu bapak tau infonya dari mana pak?

Informan 2 : mungkin ya sepengetahuan saya aja yang udah ngalamin ke dua anak.

Pewawancara : gitu ya pak, jadi sepengetahuan bapak aja nyak hehhe. Terus pak waktu

ditanya suami wajib dukung ASI kan bapak jawabnya setuju gitu ya?

Informan 2 : iya setuju,

Pewawancara : itu gimana caranya ya pak? Punten ya pak hehe

Informan 2 : ya yang kesatu kan buat kesehatan bayi juga kan jadi ya diharuskan,

Pewawancara : kalo ngelancarin ASInya gimana caranya pak?

Informan 2 : paling ya dari vitamin kalo yang tradisionalnya kan ya paling sayur, itu

apa tuh yang orang sunda bilang, mah itu katuk misalnya

Pewawancara : misalnya pak dari 0 sampe 6 bulan setuju ga kalo anaknya diberikan

susu formula atau buah?

Informan 2 : engga saya mah ga setuju, ya karena belum waktunya.

Pewawancara : terus kan waktu diwawancara bapak bilang kan bangga ya istrinya

ngasih ASI?

Informan 2 : iya

Pewawancara : nah itu bangganya kenapa pak?

Informan 2 : ehm ya, anak anak itu jadi sehat, subur ASInya, jadi saya tuh bangga,

jadi bayi itu ga ngerasa kekurangan.

Pewawancara : berdasarkan anak pertama yang diberikan ASI, ada perubahan atau

kebaikan ga pak yang dirasain?

Informan 2 : ada, itu anaknya jadi cepat tangkap ya, jadi belajar menghitung apa gitu

mau, cepet dia.

Pewawancara : kalo anaknya mudah sakit ga pak?

Informan 2 : kalo masalah penyakit mah paling batuk pilek, kalo yang parah mah

engga, jarang.

Pewawancara : kalo ASI kurang atau puting ibu lecet? Bapak langsung diberikan susu

formula apa gimana pak?

Informan 2 : kalau selama masih ada ASInya mah ya paling pake pompa,

Pewawancara : pernah gitu ya tapi pak?

Informan 2 : waktu yang pertama begitu, pas pertama lahir mah pake gitu, tapi pas

udah kesininya mah udah makan sayuran itu, Alhamdulillah banyak ya udah gitu.

Pewawancara : pompanya beli sendiri atau ada dari rumah sakit pak diberikan gitu?

Informan 2 : oh beli sendiri itu,

Pewawancara : masih ada sekarang pak?

Informan 2 : udah ga ada hehe

Pewawancara : kalo puting ibu lecet gimana ngobatinnya pak?

Informan 2 : ga pernah saya mah.

Pewawancara : kan yang tadi manfaat buat anaknya ya pak,

Informan 2 : iya itu diwajibkan kalo buat bayi,

Pewawancara : kalo manfaat buat istrinya apa pak kira kira? Haha (istrinya ikut

tertawa, dan informan 2 tersenyum bingung)

Informan 2 : apa ya, bingung, haha, say amah ga tau yang dirasakan oleh ibunya

haha,

Pewawancara : apa bu yang dirasakan bu? haha

Informan 1 : manfaatnya ya, payudaranya ga bengkak, jadi ga sakit badan, kayaknya

beku gitu haha

Pewawancara : kalo keuntungan buat bapak? Gimana pak?

Informan 2 : ya kalo keuntungan bukan yang gimana gitu ya, ya paling memperingan

beban pengeluaran buat beli susu.

Pewawancara : jadi ekonomis ya pak?

Informan 2 : iya ekonomis itu haha

Pewawancara : makasih banyak ya pak, punten pak

Informan 2 : iya sama sama.hehe

Hari, Tanggal : Kamis, 26 Oktober 2017

Informan : M (Istri 1) dan U (suami 1)

Tempat : Ruang tamu rumah informan

Suasana : Hanya ada kedua informan, bayinya dan pewawancara dalam rumah.

Sehingga wawancara lebih kondusif.

Waktu : pukul 16.20 WIB

Durasi : 9 menit 30 detik

Pewawancara : punten ya teh, ini masih ada data yang kurang. Masih tentang ASI

Eksklusif. Teteh tau ga kalau ASI Eksklusif dari umur berapa sampai berapa?

Informan 1 : dari 0 bulan sampai 2 tahun,

Pewawancara : itu harusnya ya teh?

Informan 1 : iya

Pewawancara : kalo dedek teh diberikannya dari umur berapa sampe berapa teh?

Informan 1 :kalo ini mah ya diberikan sampe sekarang, rencananya sampe 2 tahun

kayak yang lain juga (anak anaknya)

Pewawancara : terus teh kalo ASI Eksklusif diberikan air, susu formula, kopi, teh,

madu ga teh?

Informan 1 : engga engga sih tapi kalo sekarang mah diberikan air, madu gitu.

Pewawancara : terus teteh tau dari mana informasinya

Informan 1 : tau aja tapi dari bidan juga diberikan tau

Pewawancara : suami komentar apa teh pas pertama kali kasih ASI?

Informan 1 : bagus ASI mending ASI gitu enak.

Pewawancara : enaknya gimana punten teh?

Informan 1 : enaknya ga keluar biaya lagi gitu buat beli susu haha

Pewawancara : kalo diberikan makan dari pas dia lahir sampe sekitar umur 6 bulan teh?

Kayak buah atau bubur?

Informan 1 : engga engga heheh.

Pewawancara : terus kalo misalnya dede disuruh ngasih makan buah sama ibu sama

mertua, suami komennya gimana gitu teh?

Informan 1 : gapapa kasih aja, biar ada vitaminnya gitu, hehe

Pewawancara : terus teteh ada pantangan atau anjuran makanan ga?

Informan 1 : ga ada, hehe

Pewawancara : kalo misalnya ga makan sayur gimana gitu teh?

Informan 1 : ya gapapa haha, masih lancar aja gitu ASI nya hahah..

Pewawancara : malah lancar ya teh haha

Informan 1 : iya malah banyak ASInya haha..

Pewawancara : kalo suami tau ga sih teh tentang ASI?

Informan 1 : ga tau dia mah, pokoknya taunya ya diberikan ASI aja bagus ASI

daripada formula.

Pewawancara : makasih ya teh

Informan 1 : iya hahah

Pewawancara : punten ya pak, saya mau tanya masih tentang ASI Eksklusif pak, bapak

taunya ASI Eksklusif dari umur berapa sampe berapa pak?

Informan 2 : jujur saya mah kurang tau ya,haha

Pewawancara : sekiranya gitu pak ,hehe

Informan 2 : sampe umur 2 tahun kali ya. kakanya juga sampe 2 tahun

Pewawancara : terus waktu umur 0-6 bulan dede boleh diberikan susu formula, air, teh,

kopi diberikan ga pak?

Informan 2 : ga boleh ya kalo baru lahir mah ya belum boleh.

Pewawancara : kalo diberikan makan kayak buah bubur gitu boleh pak?

Informan 2 : belum boleh hehe

Pewawancara : bolehnya umur berapa pak?

Informan 2 : ya setelah itu,

Pewawancara : setelah 6 bulan maksudnya pak?

Informan 2 : iya,

Pewawancara : terus bapak kan setuju ya kalo suami wajib mendukung ASI, nah itu

caranya gimana ya pak?

Informan 2 : terus terang sama mah kurang tau hahah..

Pewawancara : terus bapak tau dari mana kalo ASI itu bagus?

Informan 2 : dari anak pertama juga harus diberikan ASI,

Pewawancara : terus pak pas umur 0-6 bulan dedenya boleh diberikan makan ga pak?

Informan 2 : ga boleh ya tapi kalo buah mah boleh diberikan.

Pewawancara : bapak kan bangga nih pak, ibunya kasih ASI, nah bangganya karena apa

pak?

Informan 2 : bangganya ya kesehatan, kan kalo anak diberikan ASI sama ibu kan

bangga gitu

Pewawancara : kalo misalnya ibu ada kasus ASInya sedikit atau puting lecet langsung

diberikan ASI apa gimana pak?

Informan 2 : engga gak langsung diberikan formula. Diobatin dulu kalo putingnya

lecet. Atau gak gentian,

Pewawancara : kalo ASInya sedikit gimana pak?

Informan 2 : ya diberikan terus sampe ada lagi.

Pewawancara : kalo misalnya dedenya diberikan susu formula, kerugiannya buat bapak

gimana?

Informan 2 : rugi kalo pake susu formula

Pewawancara :kalo keuntungan ASInya?

Informan 2 : bagus buat kesehatan gitu.

Pewawancara : kalo keuntungan buat ibunya apa pak?

Informan 2 : bagus aja buat ibunya, kalo abis makan udah ada lagi ASInya,

Informan 1 : iya bapaknya mah kebanyakan ga tau, ya diserahin aja sama saya.

Pewawancara : pokoknya semua ibu yang ngatur ya, bapak mah yakin ya ibu bisa

ngurus.

Informan 2 : iya yakin saya hehe.

Pewawancara : makasih ya pak.

Informan 2 : iya sama-sama..

Hari, Tanggal : Kamis, 26 Oktober 2017

Informan : A (istri 4) dan S (suami 4)

Tempat : Ruang tamu rumah informan

Suasana : Hanya ada kedua informan, bayinya, dan pewawancara. Sehingga

kondisi lebih kondusif

Waktu : pukul 18.45 WIB

Durasi : 7 menit 35 detik

Pewawancara : punten ya bu, inikan tentang ASI Eksklusif, menurut ibu ASI Eksklusif

dari umur berapa sampai berapa gitu bu?

Informan 1 : oh itu, 0 sampe 6 bulan.

Pewawancara : tapi, Fania mah lebih ya.

Informan 1 : iya belum dicampur masih ASI aja hahah

Pewawancara : kalau diberikan air putih diusia 0-6 bulan itu boleh ga bu?

Informan 1 : sebenernya belum perlu air putih masih cukup sama ASI aja gitu.

Pewawancara : kalo teh?

Informan 1 : belum, sekarang aja nih kalo saya minum teh baru dijilat jilatin hehe..

Pewawancara : kan ada ya bu, anak kecil yang diberikan bubuk kopi mulutnya buat apa

itu ya

Informan 1 : oh itu yang buat biar ga stip (kejang kejang) itu.

Pewawancara : nah iya itu, diberikan ga bu?

Informan 1 : belum saya mah ga pernah,

Pewawancara : kalo madu bu?

Informan 1 : belum pernah, baru kemarin mau beliin, sekarang mah paling air putih

sama ASI,

Pewawancara : kalau makanan bu? Kayak buah bubur?

Informan 1 : baru diberikan pas lewat 6 bulan.

Pewawancara : ibu bilang kan suka diberikan informasi tentang ASI, nah informasi apa

aja ya..

Informan 1 : biar ASInya banyak, harus makan sayur, kayak bayem katuk gitu.

Pewawancara : terus bu, kalau diusia dede 0-6 bulan dede diberikan susu formula atau

makan buah gitu, bapak setuju ga bu?

Informan 1 : engga kayaknya deh. hehe

Pewawancara : udah bu, itu aja, heheh, makasih ya bu

Informan 1 : iya iya hehe

Pewawancara : bapak, punten ya pak, masih mau nanya naya terkait ASI

Informan 2 : iya iya boleh.

Pewawancara : jadi menurut bapak, ASI diberikan dari umur berapa sampe berapa gitu

pak.

Informan 2 : ya ASI itu diberikan dari bayi lahir sampe paling sedikit 6 bulan.

Pewawancara : kalau diusia 0-6 bulan itu minum air, teh, kopi dan lain lain

Informan 2 : engga pernah diberikan, ya setau saya ga boleh diberikan ASI aja.

Pewawancara : kalo makan buah pak?

Informan 2 : makan buah, ya belum boleh kalo 6 bulan kesini ya boleh,

Pewawancara : belum boleh kenapa pak alesannya?

Informan 2 : bayi yang kecil itu, belum membutuhkan, kemungkinan ASI masih

cukup. Mungkin kalo ga dicampur lebih baik kali ya.

Pewawancara : kalo ada yang suruh makan pisang misalnya sebelum usia diatas 6

bulan, nah bapak setuju ga?

Informan 2 : saya ga setuju. Yang nyuruh bukan orang terdekat paling ya tetangga.

Tapi setau saya anak saya belum pernah diberikan itu.

Pewawancara : kalo dede ga diberikan ASI kan bapak khawatir, nah bapak khawatir

kenapa?

Informan 2 : ya itu mba, kekebalan tubuhnya takut kurang, kalo ga ASI

Pewawancara : kalo keuntungan buat ibu?

Informan 2 : ya paling biar hemat ekonomis gitu hehe

Pewawancara : sama ya kayak bapak keuntungannya

Informan 2 : iya mba kurang lebih begitu.

Pewawancara : makasih ya pak.

Informan 2 : iya sama sama mba.

Hari, Tanggal : Kamis, 26 Oktober 2017

Informan : N (Istri 3) dan J (suami 3)

Tempat : Ruang tamu rumah informan

Suasana : Ada kedua informan dan anak-anak didalam ruang tamu. Infoman 2

ingin berangkat bekerja sedangkan informan 1 sedang baru selesai memasak. Wawancara

dengan informan 1 kurang kondusif karena informan ingin pergi bekerja.

Waktu : pukul 9.00 WIB

Durasi : 7 menit 33 detik

Pewawancara : punten teh, inikan ada yang kurang tentang ASI, nah menurut teteh ASI

Eksklusif itu dari umur berapa sampe umur berapa ya teh?

Informan 1 : dari umur 0 sampai 2 tahun.

Pewawancara : terus kalau diusia 0-6 bulan dede boleh diberikan makan minumnya

dicampur sama air, teh, susu, buah, bubur, dan lainnya teh?

Informan 1 : engga hehe, ehm engga kayaknya mah ya. (terlihat bingung dan

mencoba mengingat apakah informan memberi makan dan minum)

Pewawancara : cara suami mendukung itu seperti apa teh?

Informan 1 : ya Alhamdulillah sih suami mah ngedukung aja, asal sehat sayanya

mah, dari makannya dijaga gitu.

Pewawancara : kalau makan itu biasanya makan apa aja teteh?

Informan 1 : sayur sama lauknya gitu, kadang dibantu susu,

Pewawancara : informasi tentang ASI yang biasanya diberikan suami itu apa aja teh,

selain jangan makan yang pedes pedes gitu teh?

Informan 1 : iya, ehm ya paling jangan minum air es, suka batu suka ngaruh.

Pewawancara : terus kalo misalnya dede stip suka diberikan bubuk kopi ga teh?

Informan 1 : engga itu sih hehe..

Pewawancara : kalo teteh ASI nya kurang nih teh, suami bakal langsung suruh kasih

susu formula apa diusahain dulu teh?

Informan 1 : kayaknya langsung diberikan susu formula gitu,

Pewawancara : Sudah teh, insyaAllah sudah cukup hehee, punten ya teh, terima kasih.

Informan 1 : iya gapapa hehe..

Pewawancara : punten ya pak ini masih ada data yang kurang terkait ASI yang kemarin.

Informan 2 : iya iya hehe.

Pewawancara : punten, yang bapak tau ASI Eksklusif itu dari umur berapa sampai

berapa ya pak?

Informan 2 : yang saya tau dari pertama lahir sampe 2 tahun gitu hehe

Pewawancara : itu ASI Eksklusif ya pak?

Informan 2 : iya ASI Eksklusif.

Pewawancara : kalo ASI Eksklusif itu boleh diberikan campuran ga sih pak kayak susu,

teh, dan lain-lain?

Informan 2 : boleh diberikan susu formula paling. Kalo kekurangan.

Pewawancara : kalau yang dari usia 0-6 bulan boleh diberikan pak?

Informan 2 : ya boleh diberikan kalo kekurangan mah ya kasian.

Pewawancara : kalo cukup mah engga ya?

Informan 2 : kalo cukup mah engga, ya Alhamdulillah, hehe

Pewawancara : terus kalau bubur dan buah boleh diberikan makan ga pak waktu dede

usia 0-6 bulan?

Informan 2 : kalo itu mah bagusnya jangan, maksimalnya 6 bulan, 6 bulan ya bu ya?

(bertanya pada istrinya dan istrinya mengiyakan) kalo 0 sampe 5 bulan mah jangan dulu

yah,

Pewawancara : kalau bapak kan setuju ya kalo suami berkewajiban mendukung ASI,

nah itu bapak

Informan 2 : ya setuju aja soalnya kalau engga diberikan juga kasian kan bayinya

juga, kalo ga diberikan kan juga semakin banyak susu ASI nya.

Pewawancara : oh jadi semakin bengkak ya pak?

Informan 2 : iya semakin bengkak kalo ga diberikan ya dedenya juga kasian, saya

juga ga setuju kalo diberikan susu formula, soalnya ini posisinya kan ada (ASI nya).

Pewawancara : terus cara bapak dukung itu seperti apa pak?

Informan 2 : ya seperti apa ya,

Pewawancara : misalnya kayak ngebeliin susu buat istri apa gimana gitu pak?

Informan 2 : oh iya itu juga termasuk, tapi saya mah ga terlalu mampu, ya kalo ada

saya beliin, sayang aja saya mah kalo lagi ada (banyak ASInya) terus dibeliin (susu

pelancar ASI), kalo ga ada ya mau beliin. Kalo ga ada mah dedenya juga diberikan bubur

susu, tapi kan ini lagi ada berhubung ada berhubung banyak, udah gitu aja saya mah.

Pewawancara : kalau misalnya posisinya ada kan ga dicampur ya pak?

Informan 2 : iya gitu,

Pewawancara : kalo keuntungan ASI buat bayi kan bagus ya pak? Nah bagusnya itu

gimana ya pak?

Informan 2 : ya bagus untuk bayi itu soalnya kan buat makan minumnya disitu,

Pewawancara : kalo keuntungan buat istrinya gimana itu?

Informan 2 : kalo keuntungan buat istrinya ga tau saya mah hehe

Pewawancara : kalo keuntungan buat bapak dukung kasih ASI gimana pak?

Informan 2 : kalo saya ya bersyukur ya, karna kan ada posisinya, karna sekarang mah

kebanyakan susu ASI nya susah, ASI nya dikit, sodara saya juga gitu ASI nya dikit jadi

itu juga dibantu,

Pewawancara : kalo ibu kan posisinya banyak jadi ga bantu gitu ya pak?

Informan 2 : iya begitu.

Pewawancara : sepertinya sudah pak, makasih ya pak punten.

Informan 2 : iya sama sama.

Hari, Tanggal : Kamis, 26 Oktober 2017

Informan : S (Istri 5) dan H (suami 5)

Tempat : Teras rumah informan

Suasana : Hanya ada kedua informan, bayinya, dan pewawancara. Ketika

wawancara sedang hujan sehingga terdengar suara hujan yang deras.

Waktu : pukul 17.15 WIB

Durasi : 9 menit 12 detik

Pewawancara : ASI itu menurut teteh dari umur berapa sampai berapa teh? Yang ASI

Eksklusifnya.

Infoman 1 : dari bayi sampe 6 bulan, dari 0 bulan sampe 6 bulan ya,

Pewawancara : terus kalo dari umur 0-6 bulan itu boleh diberikan makanan seperti

bubur buah?

Infoman 1 : kalo udah 6 bulan kesana baru boleh ya, hehe

Pewawancara : teteh tau informasinya dari mana teh?

Infoman 1 : dari orang yang kedua dari baca-baca ya gitu lah hehe dari bidan juga

suka ngasih pengertian, terus dibuku kms kan juga ada ya..

Pewawancara : oiya teh, hehe (sedikit berbincang-bincang untuk mengenal informan)

terus kalo teteh ASI nya ga lancar suami ngizinin ga teh kalo dicampur dulu sama susu

formula?

Infoman 1 : kayaknya mah engga ya, kitanya yang harus lebih usaha ya,

Alhamdulillah sampe sekarang masih subur, karena saya juga suka makan sayur, sampe

sekarang ga putus sama yang namanya sayur, hehe,

Pewawancara : kalo sekarang ada ga teh persediaan sayur atau sayur yang udah teteh

masak, hehe

Infoman 1 : sekarang mah ga ada, jangan jangan, saya lagi ga masak haha, tadi aja

beli soto diluar haha..

Pewawancara : terus teteh beli sayur inisiatif teteh atau disuruh suami?

Infoman 1 : orang tua yang nunjukin katanya kalo biar lancar itu makan sayur jasi

saya nurutin, memperbanyak ASI juga terus ya yang saya rasain emang itu.

Pewawancara : suami kontribusinya gimana teh, maksudnya buat ngedukung gitu?

Suami ngasih apa gitu teh? hehe

Infoman 1 : ehm gimana ya, engga dia ga ngasih apa-apa, hehe cuman ya support

aja biasalah support support biasa, katanya ya terus semangat hehe, gitu. Ya harus sehat

dua duanya gitu hehe

Pewawancara : yang penting mah semangat ya teh hehe, makasih banyak ya teh

Infoman 1 : iya hehe, (kembali berbincang-bincang santai dengan pewawancara)

Pewawancara : menurut bapak, ASI Eksklusif itu dari bayi umur berapa sampai berapa

gitu pak?

Infoman 2 : bagusnya?

Pewawancara : harusnya dan bagusnya pak? hehe

Infoman 2 : harusnya dari awal lahiran ya, minimal 6 bulan, terus maksimal 2 tahun

ya hehe

Pewawancara : terus kalo usia 0-6 bulan itu boleh dicampur sama makanan lain atau

minuman lain misalnya kayak air putih, buah, bubur.

Infoman 2 : kalo dari prinsip saya ga boleh, tapi denger-denger dari kalo yang lain

ada juga, pake asupan apa apa dari dua bulan juga diberikan,

Pewawancara : kalo dede mah engga ya?

Infoman 2 : engga engga,

Pewawancara : nah terus bapak setuju ga pak suami itu berkewajiban dukung ASI?

Infoman 2 : setuju banget

Pewawancara : bapak setuju atas dasar apa ya pak? Nah kata bapak biar hubungan ibu

sama ade deket ya, nah bisa jelasin lagi ga pak alesannya?

Infoman 2 : yang pasti kualitas ASI itu ga bisa terkalahkan dengan kualitas susu

formula gitu ya.

Pewawancara : bapak ngerasain ga pak dedenya cerdas terus?

Infoman 2 : iya yang saya rasain ya gitu, pinter, pertumbuhannnya bagus

Pewawancara : bagus pertumbuhannya gitu ya pak?

Infoman 2 : iya bagus kesehatannya jadi jarang sakit

Pewawancara : (berbincang-bincang santai dengan informan 1 dan 2) kalo ibu ga adaan

ASI nya gitu bapak gimana ngupayainnya?

Infoman 2 : paling ya dari makanan, dari sayuran, terutama kan katuk itu ya,

katanya bagus itu ya buat ASI

Pewawancara : iya pak bener,

Infoman 2 : Cuma dari awal sih belum keluar sempurna ASI nya, tapi diusahain satu

hari dua hari keluar keluar, (bayinya menangis)

Pewawancara : diusahainnya dipancing sama adenya (bayinya) apa gimana pak?

Infoman 2 : dipancing juga (sama bayinya)

Pewawancara : makasih banyak ya pak itu aja pak hehe..

Infoman 2 : iya sama-sama..