OLEH: RESTI SRIAYU LESTARI Resti Final.pdf · 2018. 9. 6. · Kata Kunci : Kegagalan Pemberian ASI...

100
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PONDIDAHA KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kendari OLEH: RESTI SRIAYU LESTARI NIM. P00320013095 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2017

Transcript of OLEH: RESTI SRIAYU LESTARI Resti Final.pdf · 2018. 9. 6. · Kata Kunci : Kegagalan Pemberian ASI...

  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PONDIDAHA KABUPATEN

    KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

    Program Diploma III Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kendari

    OLEH:

    RESTI SRIAYU LESTARI

    NIM. P00320013095

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN KEPERAWATAN

    TAHUN 2017

  • ii

  • iii

  • iv

    MOTTO

    Kemuliaan seorang mukmin itu terletak pada ketiadaan

    Ketergantungan seseorang pada orang lain

    Hidup di dunia ini tidak lain hanyalah suatu kesenanngan dan permainan,

    sungguh negeri akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya jika mereka

    mengetahui secara pasti

    (QS. Al-Ankabut: 64)

    Hadapi hidup ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan

  • v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    A. Identitas Penulis

    1. Nama : Resti Sriayu Lestari

    2. Tempat Tangal Lahir : Lalohao, 26 Desember 1995

    3. Jenis Kelamin : Perempuan

    4. Agama : Islam

    5. Suku/Bangsa : Tolaki / Indonesia

    6. Alamat : Desa Wukusao Kec. Wonggeduku

    Kabupaten Konawe

    B. Riwayat Pendidikan

    1. SD Negeri 3 Lalohao, Tamat Tahun 2007

    2. SMP Negeri 4 Pondidaha, Tahun Tamat 2010

    3. SMA Negeri 1 Pondidaha, Tamat Tahun 2013

    4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekes Kendari Jurusan Keperawatan Tahun

    2013 sampai sekarang.

  • vi

    ABSTRAK

    Resti Sriayu Lestari (P00320013095), “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

    Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas

    Pondidaha Kabupaten Konawe”. Dibimbing Oleh: Hj. Nurjannah dan Akhmad. (xii

    + 6 Bab + 72 halaman + 7 tabel + 6 lampiran). Beberapa faktor yang menyebabkan

    rendahnya cakupan ASI eksklusif antara lain kebiasaan atau budaya masyarakat

    setempat yang cenderung menyapih terlalu dini dengan beragam alasan, belum

    maksimalnya kegiatan sosialisasi dan advokasi terkait pemberian ASI, belum semua

    puskesmas melaksanakan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui, kurangnya

    kepedulian tenaga kesehatan untuk berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk

    mendapat ASI, tenaga konselor ASI yang masih kurang, maupun karena pencatatan

    dan pelaporan yang tidak lengkap dari fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan ibu dalam pemberian

    ASI eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pondidaha Kabupaten Konawe.

    Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang

    memiliki bayi usia 7-12 bulan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Pondidaha

    Kabupaten Konawe sebanyak 59 orang dengan jumlah sampel sebanyak 59 responden

    yang ditetapkan secara total sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini yakni

    pengetahuan, sikap dan status pekerjaan, sedangkan variabel terikat adalah kegagalan

    ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan,

    maka dapat disimpulkan: (1) Pengetahuan ibu bukan merupakan faktor kegagalan ibu

    dalam pemberian ASI eksklusif sebanyak 56 orang (94,9%); (2) Sikap ibu merupakan

    faktor kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif sebanyak 32 orang (54,2%); dan

    (3) Pekerjaan ibu merupakan faktor kegagalan ibu dalam pemberian ASI eksklusif

    sebanyak 30 orang (50,8%).

    Kata Kunci : Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif

    Daftar Pustaka : 39 literatur (2008 – 2016)

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul

    “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi

    di Wilayah Kerja Puskesmas Pondidaha Kabupaten Konawe”.

    Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan dan

    bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung dalam

    memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan awal sampai

    pada penyelesaian penelitian ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada

    Ibu Hj. Nurjannah, B.Sc., S.Pd., M.Kes., selaku Pembimbing I dan Bapak Akhmad,

    SST., M.Kes., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikiran

    dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab guna memberikan bimbingan dan

    petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

    Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

    terhormat:

    1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.

    2. Bapak Muslimin L. AM.Kep., S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Keperawatan

    Poltekkes Kemenkes Kendari.

    3. Ibu Esti Saranani, SKM., selaku Kepala Puskesmas Pondidaha dan staf yang telah

    membantu dalam memberikan informasi selama pengambilan data awal dan

    selama penelitian ini berlangsung.

    4. Ibu Ruth Mongan, B.Sc. S.Pd., M.Kes., selaku penguji I, Bapak Abd. Syukur Bau,

    S.Kep., Ns., M.Kes., selaku penguji II, dan Ibu Dali, SKM., M.Kes., selaku

    penguji III.

  • viii

    5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

    Keperawatan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu pengetahuan

    maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes Kemenkes Kendari.

    6. Teristimewa kepada ayahanda Ramik L., dan Ibunda tercinta Emiria yang telah

    mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh kasih sayang, serta memberikan

    dorongan moril, material dan spiritual, serta saudara-saudaraku, terima kasih atas

    pengertiannya selama ini.

    7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

    Keperawatan angkatan 2013.

    Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah SWT,

    semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua pihak selama ini

    mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis mengharapkan semoga karya

    tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan serta dapat bermanfaat

    bagi kita semua, Amin.

    Kendari, Juli 2017

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

    MOTTO .............................................................................................................. iv

    RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v

    ABSTRAK .......................................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7

    D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Tentang Air Susu Ibu Eksklusif .................................. 9

    B. Tinjauan Tentang Menyusui ....................................................... 20

    C. Tinjauan Tentang Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI 31

    BAB III KERANGKA KONSEP

    A. Dasar Pemikiran ......................................................................... 47

    B. Kerangka Pikir ............................................................................ 48

    C. Variabel Penelitian ..................................................................... 48

    D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ................................ 49

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ............................................................................ 52

    B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 52

    C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 52

    D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................. 53

    E. Instrumen Penelitian ................................................................... 53

    F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................... 54

    G. Etika Penelitian .......................................................................... 55

  • x

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian ........................................................................... 57

    B. Pembahasan ................................................................................ 62

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ................................................................................. 71

    B. Saran ........................................................................................... 71

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    5.1. Distribusi Ketenagaan di Puskesmas Pondidaha Tahun 2017 ...................... 58

    5.2. Distribusi Umur Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pondidaha

    Kabupaten Konawe ....................................................................................... 59

    5.3. Distribusi Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pondidaha

    Kabupaten Konawe ....................................................................................... 60

    5.4. Distribusi Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif di Wilayah Kerja

    Puskesmas Pondidaha Kabupaten Konawe .................................................. 60

    5.5. Distribusi Sikap Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah

    Kerja Puskesmas Pondidaha Kabupaten Konawe ........................................ 61

    5.6. Distribusi Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pondidaha

    Kabupaten Konawe ....................................................................................... 61

    5.7. Distribusi Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas

    Pondidaha Kabupaten Konawe ..................................................................... 62

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran

    1. Surat Permohonan Menjadi Responden

    2. Surat Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden

    3. Instrumen Penelitian

    4. Master Tabel Hasil Penelitian

    5. Surat Izin Penelitian

    6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    ASI eksklusif merupakan satu-satunya makanan tunggal yang paling

    sempurna bagi bayi hingga usia 6 bulan. ASI eksklusif cukup mengandung zat

    gizi yang dibutuhkan bayi. Kandungan zat gizi ASI eksklusif yang sempurna

    membuat bayi tidak akan mengalami kekurangan gizi, tentu saja makanan ibu

    harus bergizi guna mempertahankan kuantitas dan kualitas ASI eksklusif (Marmi,

    2012).

    Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif dapat menyelamatkan lebih

    dari 30 ribu bayi di Indonesia. Dalam siaran pers yang dikirim UNICEF, jumlah

    bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI eksklusif terus menurun. Menurut

    Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dari 2000 hingga 2006, jumlah

    bayi usia enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif menurun dari 7,9%

    menjadi 7,8%. Sementara itu, hasil SDKI 2007 menunjukkan penurunan jumlah

    bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 7,2%. Pada saat yang sama, jumlah

    bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada

    tahun 2005 menjadi 27,9% pada tahun 2010. UNICEF menyimpukan cadangan

    gizi eksklusif enam bulan di Indonesia masih jauh dari rata-rata dunia yaitu 38%

    (Lestari dkk., 2012).

    ASI eksklusif mengandung zat-zat itu juga dilengkapi dengan enzim untuk

    penyerapan, yaitu lipase. Enzim inilah yang tidak terkandung dalam susu formula,

    karena enzim ini akan rusak bila dipanaskan. Kondisi inilah yang menyebabkan

  • 2

    ibu dianjurkan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pada bayinya, sekalipun

    ia sudah kembali beraktivitas seperti biasa (Purwanti, 2011).

    Pemberian ASI eksklusif berpengaruh pada kualitas kesehatan bayi.

    Semakin sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif, maka kualitas

    kesehatan bayi dan anak balita akan semakin buruk, karena pemberian makanan

    pendamping ASI yang tidak benar menyebabkan gangguan pencernaan yang

    selanjutnya menyebabkan gangguan pertumbuhan, yang pada akhirnya dapat

    meningkatkan AKB. Salah satu faktor penyebab tingginya AKB adalah rendahnya

    gizi bayi. Angka kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator kesehatan

    yang sensitif, pada tahun 2010 AKB di Indonesia tercatat 35 per 1.000 kelahiran

    hidup, meskipun di Indonesia AKB tidak mengalami perbaikan tetapi keadaan

    jauh lebih buruk, sedangkan dilihat dari data ASEAN Statistik Pocketbook di

    negara Asia bagian timur dan tengah, AKB di Vietnam 18; Thailand 17; Filipina

    26; Malaysia 5,6; dan Singapura 3 per 1000 kelahiran hidup (Khairunniyah dalam

    Ambarwati & Diah W, 2008).

    Berdasarkan hasil penelitian Rulina tahun 2009, kasus gizi buruk pada

    balita dari berbagai Provinsi di Indonesia masih tinggi dari 11,7% gizi buruk

    tersebut tedapat pada bayi berumur kurang dari 6 bulan. Hal ini tidak perlu terjadi

    jika ASI eksklusif diberikan secara baik dan benar, karena menurut penelitian

    dengan pemberian ASI eksklusif saja dapat mencukupi kebutuhan gizi selama

    enam bulan (Riksana, 2010).

    Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 dari bayi

    12.119.244 didapatkan data 95% bayi pernah diberi ASI eksklusif, 44% bayi

    diberi ASI eksklusif pada hari pertama kelahiran, sisanya sebanyak 51% diberikan

  • 3

    setelah hari pertama kelahiran. Berikutnya didapatkan data 32% mendapat ASI

    eksklusif selama 6 bulan, 30% mendapat ASI eksklusif dan makanan tambahan,

    18% mendapat ASI eksklusif dan susu botol, 9% mendapat ASI eksklusif dan

    cairan lain, dan 20% mendapat ASI eksklusif dan juice buah (Irianto, 2009).

    Banyak faktor yang berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam memberikan

    ASI Eksklusif atau tidak kepada bayi seperti faktor pendorong dan faktor penguat.

    Faktor pendorong seperti pengetahuan ibu tentang manfaat ASI Eksklusif menjadi

    sangat penting. Pengetahuan ibu berkaitan dengan persepsi ibu tentang ASI,

    apabila ibu dengan pengetahuan yang kurang, maka ibu memiliki persepsi yang

    negatif tentang pemberian ASI. Sedangkan faktor penguat merupakan faktor yang

    memberikan dukungan terhadap tindakan kesehatan yang akan dilakukan seperti

    dukungan dari keluarga, teman sebaya, dan petugas kesehatan.

    Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan merupakan domain yang

    sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku didasari atas

    pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan bersifat langgeng.

    Pengetahuan memiliki peranan penting untuk merubah sikap dan perilaku

    seseorang agar dapat mewujudkan hidup yang sehat terutama bagi ibu menyusui.

    Banyak faktor yang mempengaruhi ibu menyusui diantaranya adalah pendidikan,

    pengetahuan, pekerjaan, jumlah anak, pola asuh dan sebagainya. Keberhasilan ibu

    dalam mempraktekkan pemberian ASI eksklusif sangat tergantung pada

    pengetahuan ibu, baik tentang kesehatan, zat gizi yang dibutuhkan selama

    menyusui, prosedur menyusui yang baik dan benar serta manfaat ASI eksklusif

    (Lestari, 2010).

  • 4

    Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) 2013 menunjukkan,

    pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Persentase bayi yang

    menyusu Eksklusif sampai 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini disebabkan kesadaran

    masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih rendah.

    Terutama ibu bekerja, sering mengabaikan pemberian ASI dengan alasan

    kesibukan kerja. Padahal tidak ada yang bisa melindungi kualitas ASI, bahkan

    susu formula sekalipun (Kemenkes RI, 2013).

    Menurut data Depkes tahun 2016, hampir semua balita pernah diberi ASI

    eksklusif (97%), namun proporsi bayi umur 0-3 bulan yang hanya mendapatkan

    ASI Eksklusif hanya 47,5%, masih jauh dari target (80%) dan pada umur 45 bulan

    turun menjadi 14%. Bila dibandingkan dengan data SKRT 2013 dimana ASI

    eksklusif untuk anak umur 0-3 bulan mencapai 63,7% terlihat adanya penurunan

    (Depkes RI, 2016).

    Hasil Riskesdas tahun 2013 menggambarkan bahwa persentase proses

    mulai mendapat ASI kurang dari satu jam pada anak umur 0-23 bulan di Provinsi

    Sulawesi Tenggara tertinggi di Kota Baubau sebesar 73,2% dan terendah di

    Wakatobi sebesar 16,3%. Data pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di

    Sulawesi Tenggara cenderung naik turun, peningkatan signifikan dilaporkan pada

    tahun 2011 dengan cakupan 63,8%, atau naik sebesar 49,7% dari tahun

    sebelumnya, namun angka tersebut terus menurun pada tiga tahun terakhir hingga

    mencapai 32,9% pada tahun 2014. Cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi

    usia 0-6 bulan Provinsi Sulawesi Tenggara belum mencapai target. Capaian ASI

    eksklusif baru mencapai 32,9% tertinggi di Kolaka Timur sebesar 47% disusul

    Konawe Selatan sebesar 48,8% dan Wakatobi sebesar 42,1% dan cakupan

  • 5

    terendah di Muna baru mencapai 19,5%, kemudian Buton sebesar 25,3% dan

    Konawe sebesar 27% (Kemenkes RI, 2015).

    Beberapa faktor yang mnyebabkan rendahnya cakupan ASI eksklusif

    antara lain kebiasaan atau budaya masyarakat setempat yang cenderung menyapih

    terlalu dini dengan beragam alasan, belum maksimalnya kegiatan sosialisasi dan

    advokasi terkait pemberian ASI, belum semua rumah sakit melaksanakan 10

    langkah menuju keberhasilan menyusui, kurangnya kepedulian tenaga kesehatan

    untuk berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapat ASI, tenaga konselor

    ASI yang masih kurang, maupun karena pencatatan dan pelaporan yang tidak

    lengkap dari fasilitas kesehatan (Kemenkes RI, 2015).

    Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe, untuk

    jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif pada tahun 2015 berjumlah 4.384

    (59%) dan yang diberikan ASI non eksklusif berjumlah 3.100 (41%) dari 7.484

    total keseluruhan bayi. Pada tahun 2016, pemberian ASI non eksklusif mengalami

    peningkatan menjadi 4.317 (68%) dan yang diberikan ASI eksklusif berjumlah

    2.086 (32%) dari 6.457 total keseluruhan bayi (Dinkes Kab. Konawe, 2016).

    Di wilayah kerja Puskesmas Pondidaha, pemberian ASI non eksklusif

    sangat tinggi, dimana pada tahun 2016 dari 268 total keseluruhan bayi, yang

    diberikan ASI non eksklusif berjumlah 171 (64%) dan bayi yang diberikan ASI

    eksklusif berjumlah 97 bayi (36%). Tingginya persentase cakupan pemberian ASI

    non eksklusif tersebut menunjukkan bahwa ibu belum sepenuhnya memberikan

    ASI kepada bayinya secara eksklusif selama 6 bulan (Puskesmas Pondidaha,

    2017).

  • 6

    Masih kurangnya pengetahuan ibu dan alasan pekerjaan menjadi faktor

    yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Menurut Dagun dalam Astutik

    (2014), masih ada ibu yang kurang mengetahui dan memahami cara menyusui

    yang benar itu seperti apa. Selain itu ibu kurang memahami pentingnya pemberian

    ASI dan cara pemberian ASI bila ibu diharuskan berpisah dengan bayinya.

    Berdasarkan studi pendahuluan, ditemukan bahwa alasan kenapa ibu

    jarang bahkan tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya adalah karena

    produksi ASI yang hanya keluar sedikit serta kurangnya pengetahuan ibu tentang

    pemberian ASI eksklusif, sehingga ibu memilih memberikan susu formula kepada

    bayinya. Selain itu, tuntutan ekonomi yang dihadapi oleh keluarga yang

    mengharuskan ibu untuk bekerja, membuat ibu lebih memilih menitipkan bayinya

    kepada orang lain, seperti pada ibu/ mertua. Ketika bayi sedang diasuh oleh orang

    lain, sebagian besar akan memberikan susu formula sebagai makanan si bayi.

    Dari hasil wawancara dengan 5 orang ibu yang memiliki bayi umur >6

    bulan s/d 2 tahun, ternyata tidak satupun ibu yang memberikan ASI Eksklusif

    pada bayinya. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi atau pengetahuan

    ibu tentang pentingnya manfaat ASI bagi bayi dan ibu, serta ibu yang sibuk

    dengan pekerjaannya sehingga dapat menghambat bahkan ada juga yang

    menghentikan pemberian ASI sehingga ASI digantikan dengan susu formula, dan

    ini merupakan alasan utama ibu yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI

    Eksklusif.

    Selain berdasar pada studi pendahuluan di atas, dari beberapa jurnal yang

    telah peneliti baca mengenai hubungan tingkat pendidikan dan status pekerjaan

    terhadap pemberian ASI eksklusif, terdapat perbedaan pada hasil penelitian. Pada

  • 7

    penelitian Satino dan Setyorini (2014) didapatkan hasil yaitu faktor pekerjaan dan

    pengetahuan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Sedangkan pada penelitian

    Mohanis (2015) didapatkan hasil yang berkebalikan yaitu faktor pekerjaan dan

    pengetahuan tidak ada hubungannya dengan pemberian ASI eksklusif.

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian

    dengan judul ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Ibu dalam

    Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pondidaha

    Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah: “Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kegagalan ibu

    dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pondidaha

    Kabupaten Konawe”?.

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum

    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan ibu

    dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

    Pondidaha Kabupaten Konawe.

    2. Tujuan khusus

    a. Untuk mengetahui faktor pengetahuan ibu dalam kegagalan pemberian

    ASI eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pondidaha Kabupaten

    Konawe.

  • 8

    b. Untuk mengetahui faktor sikap ibu dalam kegagalan pemberian ASI

    eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pondidaha Kabupaten

    Konawe.

    c. Untuk mengetahui faktor status pekerjaan ibu dalam kegagalan pemberian

    ASI eksklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pondidaha Kabupaten

    Konawe.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    a. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai tambahan informasi yang

    nantinya dapat dijadikan pertimbangan dan pengembangan promosi

    kesehatan bayi dalam pembuatan kebijakan serta upaya peningkatan

    kesehatan bayi melalui pemberian ASI eksklusif.

    b. Penelitian ini merupakan sarana untuk melatih diri dan berfikir secara

    ilmiah khususnya masalah pemberian ASI eksklusif pada bayi.

    2. Manfaat Praktis

    Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi

    pengetahuan khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

    kegagalan pemberian ASI eksklusif pada bayi, selain itu diharapkan para ibu

    bayi dapat meningkatkan motivasi untuk memberikan ASI eksklusif pada

    bayi.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Tentang Air Susu Ibu Eksklusif

    1. Pengertian Air Susu Ibu

    Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

    laktosa, dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu,

    yang berguna bagi makanan bayi (Khamzah, 2012). ASI adalah makanan

    pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah dan mengandung

    berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan

    perkembangan bayi (Prasetyo, 2009).

    ASI adalah cairan hidup yang mengandung sel-sel darah putih,

    immunoglobulin, enzim dan hormon serta protein spesifik dan zat gizi lainnya

    yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak (Kemenkes RI,

    2014). ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi. ASI mempunyai

    komposisi yang unik, sempurna susunan biokimiawi untuk kebutuhan bayi,

    dan dapat melindungi bayi dari infeksi dan kekurangan gizi. Tidak ada bahan

    makanan lain yang sebaik ASI oleh karena itu dianjurkan memberikan ASI

    kepada anak sampai berusia 6 bulan, setelah itu bayi membutuhkan makanan

    tambahan lain selain ASI (Diah, 2011).

    2. Pengertian Air Susu Ibu Eksklusif

    ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

    selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan

    atau minuman lain (Kemenkes RI, 2014). ASI eksklusif adalah memberikan

    hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi

  • 10

    sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan

    berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi

    tetap diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 2 tahun (WHO, 2011).

    ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif

    adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu

    formula, jeruk, madu, air putih, dan tanpa tambahan maskanan padat seperti

    pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Bayi sehat umumnya

    tidak memerlukan tambahan makanan sampai usia 6 bulan. Pada keadaan-

    keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah bayi

    berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi

    peningkatan berat badan kurang atau didapatkan tanda-tanda lain yang

    menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik

    (Roesli, 2008).

    ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi, tanpa tambahan cairan

    lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan

    makanan padat, misalnya pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim

    atau makanan lain selain ASI (Nurkhasanah, 2011).

    ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai

    sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan

    cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu dan air putih (Diah,

    2011).

    3. Jenis-Jenis ASI

    Menurut Widuri (2013), jenis ASI dibedakan dalam tiga jenis, antara

    lain yaitu:

  • 11

    a. Kolostrum

    Kolostrum adalah cairan berwarna kuning keemasan yang

    dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah ibu melahirkan yang keluar

    antara 2-4 hari. Kolostrum adalah susu pertama yang dihasilkan oleh

    payudara ibu berbentuk cairan berwarna kekuningan atau sirup bening

    yang mengandung protein lebih tinggi dan sedikit lemak dari pada susu

    yang matang (Wiji, 2013).

    b. ASI Peralihan (Transisional Milk)

    ASI Peralihan (Transisional Milk) merupakan air susu ibu yang di

    hasilkan setelah keluarnya kolostrum. Air susu ibu peralihan keluar antara

    8-20 hari, dimana kadar lemak, laktosa dan vitamin larut air lebih tinggi,

    dan kadar protein dan mineral lebih rendah, serta mengandung lebih

    banyak kalori dari pada kolostrum.

    Air susu masa peralihan (masa transisi) adalah ASI yang dihasilkan

    mulai hari keempat sampai hari kesepuluh. Pada masa ini, susu transisi

    mengandung lemak dan kalori yang lebih tinggi dan protein yang lebih

    rendah dari pada kolostrum (Wiji, 2013).

    c. ASI Matang (Mature Milk)

    ASI matang (Mature Milk) yaitu air susu ibu yang dihasilkan

    sekitar 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi antara ± 300-

    850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi (Widuri,

    2013). ASI mature merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh

    sampai seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi bayi yang terus berubah

    disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. ASI ini

  • 12

    berwarna putih kebiru-biruan (seperti susu krim) dan mengandung lebih

    banyak kalori dari pada kolostrum ataupun ASI transisi (Wiji, 2013).

    4. Manfaat ASI

    Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu,

    keluarga, masyarakat, dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling

    sempurna, ASI eksklusif mudah dicerna dan diserap karena mengandung

    enzim pencernaan. Menurut Purwanti (2011), beberapa manfaat ASI eksklusif

    sebagai berikut:

    a. Untuk Bayi

    Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI eksklusif bertindak sebagai

    makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi,

    ASI eksklusif memang terbaik untuk bayi manusia sebagaimana susu sapi

    yang terbaik untuk bayi sapi. ASI eksklusif merupakan komposisi

    makanan ideal untuk bayi, pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi

    risiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta alergi, bayi yang diberi

    ASI eksklusif lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang tidak

    mendapatkan ASI eksklusif, bayi yang diberi ASI eksklusif lebih mampu

    menghadapi efek penyakit kuning, pemberian ASI eksklusif dapat semakin

    mendekatkan hubungan ibu dengan bayinya. Hal ini akan berpengaruh

    terhadap kemapanan emosinya di masa depan, apabila bayi sakit, ASI

    eksklusif merupakan makanan yang tepat bagi bayi karena mudah dicerna

    dan dapat mempercepat penyembuhan, pada bayi prematur, ASI eksklusif

    dapat menaikkan berat badan secara cepat dan mempercepat pertumbuhan

  • 13

    sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI eksklusif lebih tinggi 7-9

    poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif.

    b. Untuk Ibu

    Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi

    ibu untuk kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi risiko

    perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar panggul dan paha pada masa

    kehamilan akan berpindah ke dalam ASI eksklusif, sehingga ibu lebih

    cepat langsing kembali, risiko terkena kanker rahim dan kanker payudara

    pada ibu yang menyusui bayi lebih rendah dari pada ibu yang tidak

    menyusui, menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu tidak perlu

    menyiapkan botol dan mensterilkannya, ASI eksklusif lebih praktis

    lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan lain, ASI

    eksklusif lebih murah dari pada susu formula, ASI eksklusif selalu steril

    dan bebas kuman sehingga aman untuk ibu dan bayinya, ibu dapat

    memperoleh manfaat fisik dan emosional.

    c. Untuk Keluarga

    Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu

    formula, botol susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti

    keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan kesehatan,

    penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika

    bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga

    karena ASI eksklusif selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu repot

    membawa berbagai peralatan susu ketika bepergian.

  • 14

    d. Untuk Masyarakat dan Negara

    Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu

    formula dan peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara lebih sehat,

    penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya

    sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup anak karena dapat menurunkan

    angka kematian. ASI eksklusif merupakan sumber daya yang terus-

    menerus diproduksi.

    5. Nilai Gizi ASI Eksklusif

    Seperti halnya gizi pada umumnya, ASI eksklusif mengandung

    komponen mikro dan makro nutrien. Yang termasuk makronutrien adalah

    karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan

    mineral. ASI hampir 90%nya terdiri dari air. Volume dan komposisi gizi ASI

    eksklusif berbeda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan

    volume dan komposisi di atas juga terlihat pada masa menyusui (colostrum,

    ASI transisi, ASI matang, dan ASI pada saat penyapihan). Kandungan zat gizi

    ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang menyusui juga berbeda. Colostrum

    yang diproduksi antara hari 1 – 5 menyusui kaya akan zat gizi terutama

    protein (Arisman, 2008).

    ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI

    eksklusif yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan

    mengandung tinggi lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding ASI

    yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan

    kadar lemak dan protein meningkat seiring bertambah banyaknya kelenjar

    payudara. Walaupun kadar protein, laktosa dan nutrien yang larut dalam air

  • 15

    sama pada setiap kali periode menyusui, tetapi kadar lemak meningkat.

    Jumlah total produksi ASI eksklusif dan asupan ke bayi bervariasi untuk setiap

    waktu menyusui, dengan jumlah berkisar antara 450 – 1200 ml dengan rerata

    antara 750 – 850 ml per hari. Banyaknya ASI eksklusif yang berasal dari ibu

    yang mempunyai status gizi buruk dapat menurun sampai jumlah 100 – 200

    ml per hari (Hanter dkk, 2010).

    Menurut Simkin dkk, (2008), komposisi ASI eksklusif antara lain:

    a. Karbohidrat

    Laktosa adalah karbohidrat yang terdapat dalam ASI eksklusif dan

    berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang

    terdapat dalam ASI eksklusif hampir 2 kali lipat dibandingkan laktosa

    yang ditemukan dalam susu sapi atau susu formula. Angka kejadian diare

    karena laktosa sangat jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI

    eksklusif. Hal ini dikarenakan penyerapan laktosa ASI eksklusif lebih baik

    dibanding laktosa susu sapi maupun laktosa susu formula.

    b. Protein

    Kandungan protein dalam ASI eksklusif cukup tinggi. Protein yang

    terdapat pada ASI eksklusif dan susu sapi terdiri dari protein whey dan

    casein. Di dalam ASI eksklusif sendiri lebih banyak terdapat protein whey

    yang lebih mudah diserap oleh usus bayi. Sedangkan casein cenderung

    lebih susah dicerna oleh usus bayi dan banyak terdapat pada susu sapi.

    ASI eksklusif mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap

    dibandingkan susu sapi. Salah satunya adalah taurin, dimana asam amino

    jenis ini banyak ditemukan di ASI eksklusif yang mempunyai peran pada

  • 16

    perkembangan otak. Selain itu ASI eksklusif juga kaya akan nukleutida

    dimana nukleutida ini berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dan

    kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik yang ada di

    dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan meningkatkan daya

    tahan tubuh.

    c. Lemak

    Kadar lemak ASI eksklusif lebih tinggi jika dibandingkan dengan

    susu sapi atau susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini sangat

    dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa

    bayi. Lemak omega 3 dan omega 6 banyak ditemukan dalam ASI

    eksklusif yang berperan dalam perkembangan otak. DHA

    (Docosahexaenoic Acid) dan ARA (Arachidonic Acid) hanya terdapat

    dalam ASI eksklusif yang berperan dalam perkembangan jaringan saraf

    dan retina mata serta baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.

    d. Karnitin

    Karnitin dalam ASI eksklusif sangat tinggi dan memiliki fungsi

    membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk

    mempertahankan metabolisme tubuh.

    e. Vitamin D

    ASI eksklusif hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga

    dengan pemberian ASI eksklusif dan ditambah dengan membiarkan bayi

    terpapar pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit

    tulang karena kekurangan vitamin D.

  • 17

    f. Vitamin K

    Vitamin K dalam ASI eksklusif jumlahnya sangat sedikit sehingga

    perlu tambahan vitamin K yang biasanya dalam bentuk suntikan. Vitamin

    K ini berfungsi sebagai faktor pembekuan darah.

    g. Vitamin E

    Salah satu keuntungan ASI eksklusif adalah kandungan vitamin E-

    nya cukup tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi

    penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah.

    h. Vitamin A

    ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang cukup tinggi.

    Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk

    mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Inilah

    yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh

    kembang dan daya tahan tubuh yang baik.

    i. Vitamin yang larut dalam air

    Hampir semua vitamin larut air terdapat dalam ASI. Seperti

    vitamin B, vitamin C dan asam folat. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup

    tinggi dalam ASI tetapi vitamin B6 dan B12 serta asam folat rendah

    terutama pada ibu yang kurang gizi. Sehingga perlu tambahan vitamin ini

    pada ibu yang menyusui.

    j. Mineral

    Mineral dalam ASI eksklusif memiliki kualitas yang lebih baik dan

    lebih mudah diserap dibandingkan mineral yang terdapat dalam susu sapi.

    Mineral utama yang terdapat dalam susu sapi adalah kalsium yang

  • 18

    berfungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan

    saraf, dan pembekuan darah. Walaupun kadar kalsium pada ASI eksklusif

    lebih rendah daripada susu sapi tetapi penyerapannya lebih besar. Bayi

    yang mendapat ASI eksklusif berisiko sangat kecil untuk kekurangan zat

    besi, walaupun kadar zat besi dalam ASI rendah. Hal ini dikarenakan Zat

    besi yang terdapat dalam ASI eksklusif lebih mudah diserap daripada yang

    terdapat dalam susu sapi. Mineral yang cukup tinggi terdapat dalam ASI

    eksklusif dibandingkan susu sapi dan susu formula adalah selenium, yang

    sangat berfungsi pada saat pertumbuhan anak cepat.

    6. Jangka Waktu Pemberian ASI Eksklusif

    Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya

    selama 4 bulan, tetapi bila mungkin terjadi sampai 6 bulan. Setelah bayi

    berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat,

    sedangkan ASI eksklusif dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau

    bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2008).

    Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan,

    pemerintah telah mengeluarkan kebijakan baru terkait dengan pemberian ASI

    eksklusif. Jangka waktu pemberian ASI eksklusif yang dianjurkan oleh

    pemerintah saat ini adalah 6 bulan pertama yang kemudian dilanjutkan sampai

    2 tahun dengan pemberian MP-ASI setelah 6 bulan (Saleha, 2009).

    7. Kendala Pemberian ASI Eksklusif

    Ada beberapa kendala yang sering dijadikan alasan oleh ibu untuk

    tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, antara lain:

  • 19

    a. Produksi ASI kurang

    Alasan ini merupakan alasan utama para ibu untuk tidak

    memberikan ASI secara Eksklusif. Walaupun banyak ibu-ibu yang merasa

    ASInya kurang, tetapi hanya sedikit sekali yang secara biologis memang

    kurang produksi ASI-nya. Selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan

    ASI yang cukup bagi bayinya.

    b. Ibu kurang memahami tata laksana ASI yang benar

    Misalnya pentingnya memmberikan ASI, bagaimana ASI keluar,

    bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat

    mengisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal, termasuk

    cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dengan bayinya.

    c. Ibu ingin menyusui kembali setelah bayi di beri susu formula (relaksasi)

    Relaksasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti

    menyusui ingin memulai menyusui kembali. Biasanya setelah tidak

    menyusui beberapa lama produksi ASI akan berkurang dan bayi akan

    malas menyusui dari ibunya apalagi kalau sudah di beri susu formula.

    d. Bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding

    Sering kali sebelum ASI keluar bayi sudah di beri air putih, air

    gula, madu, susu formula dengan dot. Hal ini akan menyebabkan bayi

    malas menyusui.

    e. Kelainan bayi

    Bayi yang menderita sakit atau dengan kelainan kongenital akan

    menganggu proses menyusu. Kelainan ini perlu di tatalaksa dengan benar

    agar keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses menyusui.

  • 20

    f. Ibu bekerja

    Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI Eksklusif,

    karena waktu ibu bekerja, bayi dapat di beri ASI perah yang di perah

    sehari sebelumnya.

    g. Anggapan susu formula lebih praktis

    Pendapat ini tidak benar karena untuk membuat susu formula

    diperlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril

    dan perlu waktu untuk mendinginkan susu yang baru dibuat. Sementara

    ASI siap pakai dengan suhu yang tepat setiap saat serta tidak memerlukan

    perlengkapan apapun (Yuliarti, 2010).

    B. Tinjauan Tentang Menyusui

    1. Pengertian

    Menyusui adalah keterampilan yang dipelajarai ibu dan bayi, dimana

    keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada

    bayi selama enam bulan. Sedangkan laktasi adalah keseluruhan proses

    menyusui mulai dari ASI eksklusif diproduksi sampai proses bayi menghisap

    dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi

    mamalia termasuk manusia. Setiap ibu menghasilkan air susu yang kita sebut

    ASI sebagai makan alami yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI

    eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang untuk

    membangun SDM yang berkualitas. Seperti diketahui ASI eksklusif adalah

    makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh

    kembang bayi pada enam bulan pertama (IDAI, 2008).

  • 21

    Selain itu, proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan

    perkembangan jasmani, emosi maupun spiritual yang baik dalam

    kehidupannya (Saleha, 2009). Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan

    pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI eksklusif sampai

    anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan

    tubuh secara alami (Ambarwati & Diah W, 2009). Menyusui merupakan

    proses yang cukup kompleks. Pada masa ini, ibu dan anak membentuk satu

    ikatan yang kuat (IDAI, 2008).

    Protokol evidence based yang baru telah diperbaharui oleh WHO dan

    UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan

    bahwa bayi harus mendapat kontak kulit ke kulit ibunya segera setelah lahir

    selama paling sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi

    menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta

    memberikan bantuan bila diperlukan, menunda semua prosedur lainnya yang

    harus dilakukan kepada bayi baru lahir sampai dengan Inisiasi Menyusu Dini

    (IMD) selesai dilakukan (Ambarwati & Diah W, 2009).

    Dengan melakukan IMD, keberhasilan ASI eksklusif akan tercapai.

    ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa

    tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih,

    serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur

    nasi, dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping

    ASI (MP ASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih

    (Ambarwati & Diah W, 2009).

  • 22

    2. Proses Laktasi

    Menurut Sinclair (2009), menyusui merupakan gabungan kerja

    hormon, refleks dan perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri

    dari faktor-faktor berikut ini:

    a. Laktogenesis

    Laktogenesis, yaitu permulaaan produksi susu dimulai pada tahap

    akhir kehamilan. Kolostrum disekresi akibat stimulasi sel-sel alveola oleh

    laktogen plasenta, yaitu suatu substansi yang menyurapai prolaktin.

    Produksi susu berlanjut setelah bayi lahir sebagai proses otomatis selama

    susu dikeluarkan dari payudara.

    b. Produksi susu

    Kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan jumlah

    produksi hormon prolaktin yang cukup di hipofisis anterior dan

    pengeluran susu yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan

    merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas susu.

    c. Ejeksi susu

    Pergerakan susu di alveoli ke mulut bayi merupakan proses yang

    aktif di dalam payudara. Proses ini tergantung pada refleks let-down atau

    refleks ejeksi susu. Refleks let-down secara primer merupakan respon

    terhadap isapan bayi. Isapan menstimulasi kelenjar hipofisis posterior

    untuk menyekresi oksitosin. Di bawah produksi oksitosin, sel-sel di sekitar

    alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui sistem duktus ke dalam

    mulut bayi.

  • 23

    d. Kolostrum

    Kolostrum berwarna kuning kental berfungsi untuk kebutuhan bayi

    baru lahir. Kolostrum mengandung antibodi vital dan nutrisi padat dalam

    volume kecil, sesuai sekali untuk makanan awal bayi. Menyusui dini yang

    efisien berkorelasi dengan penurunan kadar bilirubin darah. Kolostrum

    secara bertahap berubah menjadi susu ibu antara hari ketiga dan kelima

    masa nifas.

    e. Susu ibu

    Air susu ibu yng lebih awal keluar mengandung lebih sedikit

    lemak dan mengalir lebih cepat daripada susu yang keluar pada bagian

    akhir menyusui. Air susu ibu pada saat menjelang akhir pemberian makan,

    susu ini lebih putih dan mengandung lebih banyak lemak. Kandungan

    lemak yang lebih tinggi ini memberikan rasa puas pada bayi. Menyusui

    dengan cukup lama, membuat satu payudara menjadi lebih lunak, memberi

    cukup kalori yang dibutuhkan untuk meningkatkan berat badan,

    menjarangkan jarak antar menyusui dan mengurangi pembentukan gas dan

    kerewelan bayi karena kandungan lemak yang lebih tinggi akan dicerna

    lebih lama.

    Bayi baru lahir yang cukup bulan dan sehat memiliki tiga refleks yang

    diperlukan agar proses menyusui berhasil yaitu:

    a. Refleks rooting, refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk

    menemukan puting susu apabila diletakkan di payudara.

    b. Refleks menelan yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menelan areola,

    sehingga refleks ini merangsang pembentukan rahang bayi.

  • 24

    c. Refleks mengisap yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu

    atau pengganti puting susu sampai ke langit keras dan punggung lidah.

    Refleks ini melibatkan rahang, lidah dan pipi (Saleha, 2009).

    3. Keunggulan dan Manfaat Menyusui

    Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek

    yaitu aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan,

    neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.

    a. Aspek Gizi

    1) Kolostrum

    Kolostrum (susu pertama) adalah ASI yang keluar pada hari-

    hari pertama setelah bayi lahir (4-7 hari), berwarna kekuning-kuningan

    dan lebih kental karena mengandung banyak vitamin A, protein dan

    zat kekebalan yang penting untuk kesehatan bayi.

    Berikut ini manfaat kolostrum, yakni:

    a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama Iga untuk

    melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

    b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari

    hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit

    namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena

    itu kolostrum harus diberikan pada bayi.

    c) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan

    mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai

    dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

  • 25

    d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang

    pertama berwarna hijau kehitaman.

    2) Komposisi ASI

    a) ASI mudah dicerna karena selain mengandung zat gizi yang sesuai

    juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi

    yang terdapat dalam ASI tersebut.

    b) ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna

    untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.

    c) Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki

    perbandingan antara whey dan casein yang sesuai untuk bayi.

    Rasio whey dengan casein merupakan salah satu keunggulan ASI

    dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih

    banyak yaitu 65 : 35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI

    lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai

    perbandingan whey : casein adalah 20 : 80 sehingga tidak mudah

    diserap.

    d) Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI

    (1) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam

    ASI yang berfungsi sebagai neurotransmiter dan berperan

    penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada

    binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat

    terjadinya gangguan pada retina mata.

    (2) Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)

    adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated

  • 26

    fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak

    yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat

    mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan

    anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat

    dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor)

    yaitu masing-masing dari omega 3 (asam linolenat) dan omega

    6 (asam linoleat).

    b. Aspek Imunologik

    1) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

    2) Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup

    tinggi. Sekretori IgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri

    patogen E. Coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.

    3) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat

    kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

    Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100 ml tertinggi diantara

    semua cairan biologis. Dengan mengikat besi maka laktoferin

    bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman tertentu yaitu

    Stafilokokus dan E. Coli yang juga memerlukan zat besi untuk

    pertumbuhannya. Selain menghambat bakteri tersebut laktoferin dapat

    pula menghambat pertumbuhan jamur kandida.

    4) Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E.Coli dan

    Salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih

    banyak dari pada susu sapi. Konsentrasinya dalam ASI sangat banyak

    (400 µg/ml) dan merupakan komponen terbesar dalam fraksi whey

  • 27

    ASI. Lysosim stabil dalam cairan dengan pH rendah seperti cairan

    lambung sehingga masih banyak dijumpai lysosim dalam tinja bayi.

    Keunikan lysosim lainnya adalah bila faktor protektif lain menurun

    kadarnya sesuai tahap lanjut ASI maka lysosim justru meningkat pada

    6 bulan pertama setelah kelahiran.

    5) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel

    per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Bronchus-Asociated Lympocyte

    Tissue (BALT) antibodi pernapasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue

    (GALT) antibodi saluran pernafasan dan Mammary Asociated

    Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.

    6) Faktor bifidus yaitu sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,

    menunjang pertumbuhan bakteri lactobacilus bifidus. Laktobasilus

    bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam

    asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam

    sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri

    E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi, shigela dan jamur.

    Laktobasilusmudah tumbuh cepat dalam usus bayi yang mendapat ASI

    karena ASI mengandung polisakarida yang berikatan dengan nitrogen

    yang diperlukan untuk pertumbuhan laktobasilus bifidus. Susu sapi

    tidak mengandung faktor ini.

    c. Aspek Psikologi

    1) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui bahwa ibu mampu menyusui

    dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui

    dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan

  • 28

    meningkatkan hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan

    meningkatkan produksi ASI.

    2) Interaksi ibu dan bayi. Pertumbuhan dan perkembangan psikologik

    bayi tergantung pada kesatuan bayi-ibu tersebut.

    3) Pengaruh kontak langsung ibu-bayi. Ikatan kasih sayang ibu-bayi

    terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin

    kontact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan

    kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah

    dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

    d. Aspek Kecerdasan

    1) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan

    untuk perkembangan sistem syaraf otak yang dapat meningkatkan

    kecerdasan bayi.

    2) Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki

    IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih

    tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada usia 8,5 tahun,

    dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.

    e. Aspek Neurologis

    Dengan menghisap payudara koordinasi syaraf menelan,

    menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih

    sempurna.

    f. Aspek Ekonomis

    Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan

    biaya untuk makanan bayi sampai umur 6 bulan. Dengan demikian akan

  • 29

    menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan

    peralatannya.

    g. Aspek Penundaan Kehamilan

    Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan

    kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah

    yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL)

    (Kemenkes RI, 2011).

    4. Cara Menyusui

    Menurut Roesli (2010), mengatakan bahwa cara pemberian ASI/cara

    menyusui yang baik dan benar, yaitu:

    a. Posisi badan ibu dan badan bayi:

    1) Ibu harus duduk dan berbaring dengan santai

    2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala

    3) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap keibu

    4) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu

    5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu

    6) Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis

    dengan leher lengan bayi

    7) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat

    bayi dengan lengan ibu bagian dalam

    b. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu

    1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang di

    bawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk

    dan jari tengah (bentuk gunting) di belakang areola (Kalang Payudara).

  • 30

    2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (mooting refleks) dengan

    cara:

    a) Menyentuh bibir dengan puting susu

    b) Menyentuh sisi mulut puting susu

    c) Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar

    dan lidah ke bawah.

    d) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan

    bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala.

    e) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan

    dengan hidung bayi.

    f) Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit-langit

    mulut bayi.

    g) Usahakan sebagian oreola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi,

    sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-langit yang

    keras (palatum durum) dan langit-langit yang lunak (palatum

    molle).

    h) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan

    memerah sehingga ASI akan keluar dari smus lactiferous yang

    terletak dibawah kalang payudara.

    i) Setelah bayi menyusui atau mengisap payudara dengan baik,

    payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

    j) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan

    hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal

  • 31

    ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara

    dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.

    k) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelas-

    elas bayi.

    C. Tinjauan Tentang Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI

    Faktor yang mempengaruhi ibu menyusui yang meliputi faktor internal

    yakni umur ibu, paritas, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, sikap, perilaku dan

    kepercayaan ibu serta faktor eksternal meliputi promosi susu formula, dukungan

    keluarga dan tenaga kesehatan merupakan faktor penentuan pemberian ASI

    terutama ASI eksklusif.

    1. Faktor Internal

    Adapun faktor internal sebagai penentuan pemberian ASI eksklusif

    adalah:

    a. Umur

    Umur adalah lama hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan).

    Proses degenerasi payudara mengenai ukuran dan kelenjar alveoli

    mengalami regresi yang di mulai pada usia 30 tahun. Sehingga dengan

    proses tersebut payudara cenderung kurang menghasilkan (Worthington

    dalam Kriselly, 2012). Makin tua umur seseorang maka proses-proses

    perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,

    bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika

    berumur belasan tahun. Ibu yang umurnya lebih muda lebih banyak

    memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang sudah tua. Hal ini

    terjadi karena pembesaran payudara setiap siklus ovulasi mulai dari

  • 32

    permulaan tahun menstruasi sampai umur 30 tahun (Suratmadja dalam

    Kriselly, 2012).

    Aritonang (2010) menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna

    antara umur ibu dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif. Berbeda

    dengan hasil penelitian Lutfi (2009), menyebutkan ada hubungan yang

    bermakna antara umur dengan praktek pemberian ASI Eksklusif yaitu ibu

    yang berumur ≤ 30 tahun berpeluang 4,333 kali untuk memberikan ASI

    secara eksklusif dibandingkan dengan ibu yang berumur ≥30 tahun

    (Kriselly, 2012).

    b. Paritas

    Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

    mampu hidup diluar rahim. Semakin banyak anak yang di lahirkan akan

    mempengaruhi produktivitas ASI karena berhubungan dengan status

    kesehatan ibu dan kelelahan. Pikiran, perasaan, dan sensasi seorang ibu

    sangat mempengaruhi peningkatan atau penghambat pengeluaran oksitosin

    yang sangat berperan dalam pengeluaran ASI (Roesli, 2010).

    Menurut Soetjiningsih (2012), bahwa jumlah ASI pada wanita

    setiap kali melahirkan berbeda atau mengalami perubahan sesuai dengan

    jumlah anak yang dilahirkan. Menurutnya jumlah perubahan produksi ASI

    tersebut adalah sebagai berikut:

    1) Anak pertama : jumlah ASI kurang lebih 580 ml/24 jam

    2) Anak kedua : jumlah ASI kurang lebih 654 ml/24 jam

    3) Anak ketiga : jumlah ASI kurang lebih 602 ml/24 jam

    4) Anak keempat : jumlah ASI kurang lebih 600 ml/24 jam

  • 33

    5) Anak kelima : jumlah ASI kurang lebih 506 ml/24 jam

    6) Anak keenam : jumlah ASI kurang lebih 524 ml/24 jam

    c. Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah merupakan

    hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

    terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang

    sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan ibu

    menyusui adalah proses belajar tentang cara memberikan ASI kepada

    bayinya untuk mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraannya.

    Pengetahuan merupakan dominan terbentuknya suatu perilaku,

    adanya pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI dan praktik

    menyusui yang baik dan benar merupakan landasan bagi ibu untuk

    melaksanakan pemberian ASI Ekslusif kepada bayinya segera setelah

    kelahiran sampai usia 6 bulan. Pengetahuan tentang manfaat pemberian

    ASI Ekslusif akan menunjang pembentukan kesadaran ibu untuk

    menerapkan pemberian ASI Ekslusif (Rahmah, 2011).

    Sedangkan untuk pengetahuan praktik menyusui akan menunjang

    ibu untuk menerapkan pemberian ASI Ekslusif secara nyaman dan senang

    yang menunjang keberhasilan program menyusui. Pengetahuan merupakan

    hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

    terhadap suatu objek tertentu.

    Penginderaan terjadi melalui panca indera seseorang yakni indera

    penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

  • 34

    pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Keraf & Dual

    dalam Rahmah, 2011).

    Pengetahuan ibu menyusui tentang ASI biasanya diperoleh dari

    berbagai macam sumber misalnya media massa, media elektronik, buku

    petunjuk, petugas kesehatan, media poster dan lain-lain (Istiarti, 2000

    dalam Muhrifan, 2013).

    Pengetahuan ibu menyusui dalam hal ini berhubungan erat dengan

    pemilihan pangan yang dapat meningkatkan produksi ASI. Bayi yang baru

    lahir hanya mendapatkan makanan dari Air Susu Ibunya, sehingga jika

    ASI ibu tidak cukup banyak maka kebutuhan zat gizinya tidak akan

    terpenuhi sehingga ibu-ibu masih ragu dengan pentingnya ASI bagi bayi,

    di mana pengetahuan ibu tentang pemanfaatan kolostrum dan pemberian

    ASI eksklusif terkadang masih kurang sehingga banyak ibu-ibu yang tidak

    memberikan ASI pertamanya kepada bayinya, dengan alasan ASI-nya bau

    amis, serta terkesan menjijikkan (Muhrifan, 2013).

    Demikian pula tentang pemberian ASI eksklusif masih kurang

    memenuhi dengan berbagai faktor penyebab, antara lain kemampuan

    produksi ASI yang kurang, pengetahuan ibu menyusui yang kurang dan

    anggapan bahwa akan mempengaruhi penampilan dari ibunya dapat

    mempengaruhi pemberian ASI kepada bayinya. Oleh karena itu

    pengetahuan ibu menyusui perlu ditingkatkan terutama untuk memenuhi

    dan meningkatkan produksi ASI melalui penyuluhan dan konsumsi

    makanan yang cukup (Muhrifan, 2013).

  • 35

    d. Pendidikan

    Berdasarkan GBHN, pendidikan adalah usaha sadar untuk

    mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah

    yang berlangsung seumur hidup. Sedangkan tingkat pendidikan adalah

    jenjang sekolah formal yang ditamatkan oleh seseorang. Sementara

    menurut Notoatmodjo (2012), pendidikan adalah segala upaya yang

    direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok

    atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh

    pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang

    tersebut untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi.

    Mereka yang berpendidikan tinggi akan berbeda dengan mereka yang

    berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan seorang ibu yang rendah

    memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru khususnya

    hal-halyang berhubungan dengan ASI Eksklusif.

    e. Pekerjaan

    Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu bagi

    ibu-ibu yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

    Masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk

    memperoleh informasi, sehingga tingkat pendidikan yang mereka peroleh

    juga berkurang, sehingga tidak ada waktu untuk memberikan ASI pada

    bayinya. Aktivitas ibu selama masa menyusui tentunya berpengaruh

    terhadap intensitas pertemuan antara ibu dan anak.

    Pekerjaan sangat mempengaruhi tingkat ekonomi, dalam

    prakteknya sangat nyata dalam mempengaruhi perilaku masyarakat dalam

  • 36

    kesehatan reproduksi. Hal ini tampak nyata khususnya pada saat terjadinya

    krisis moneter di Indonesia yang kemudian menjadi krisis multi-dimensi

    yang berkepanjangan hingga saat ini. Krisis moneter secara nyata

    berpengaruh pada rendahnya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan

    pokok pangan. Faktor pekerjaan turut berperan dalam pemberian ASI

    Eksklusif yang digunakan. Kesibukan seseorang dalam pekerjaanya setiap

    hari dapat menyebabkan sumber informasi kurang dapat dimanfaatkan

    sehingga menyebabkan pengetahuan tentang pemberian ASI Eksklusif

    menjadi kurang (Anggrita, 2009).

    Saat ini, sudah banyak orang tua yang berhasil memberikan bayi

    mereka ASI Eksklusif, meskipun kedua orang tua bekerja. Ibu sibuk

    bekerja ataupun banyak beraktivitas bukanlah alasan untuk tidak

    memberikan ASI eksklusif kepada buah hatinya, karena ASI dapat

    disimpan terlebih dahulu. Cara memberikan ASI bagi bayi pada saat ibu

    bekerja, antara lain:

    1) Ketika memberikan ASI perah pada si kecil, kita harus

    menghangatkannya dulu. Namun jangan dipanaskan di atas api, karena

    mengakibatkan beberapa enzim penyerapan mati kepanasan.

    2) Beberapa buku dari luar menganjurkan untuk menyiram ASI dengan

    running tap water, tapi di Indonesia, jarang ada keran yang berisi air

    hangat. Jadi cukup dengan mangkuk yang diisi air hangat (suhu airnya

    sama dengan suhu air yang biasa kita gunakan untuk mandi atau suhu

    tubuh).

  • 37

    3) Adapun lama penghangatan tergantung suhu ASI, tapi prinsipnya

    buatlah suhu ASI seperti suhu tubuh karena akan menyerupai ASI

    yang dikeluarkan langsung.

    4) Namun cara pemberiannya jangan pakai botol susu dan dot, melainkan

    disuapi pakai sendok. Kalau si kecil langsung menyusu dari botol,

    lama-lama ia jadi “bingung puting”. Jadi, ia hanya menyusu di ujung

    puting seperti ketika menyusu dot. Padahal, cara menyusu yang benar

    adalah seluruh areola ibu masuk ke mulut bayi. Sementara kalau

    menyusu dari botol, hanya dengan menekan sedikit saja dotnya, susu

    langsung keluar. Tak usah cemas si kecil akan kekurangan ASI

    berapapun jumlah ASI perah yang dikeluarkan.

    5) Memang, pada awalnya si kecil akan gelisah dengan jumlah yang

    mungkin lebih sedikit dari biasanya, tapi bayi akan cepat beradaptasi.

    Maksimal pada hari keempat, bayi akan sudah terbiasa. Seberapa pun

    ASI yang ada, akan diminum. Kalau ditinggali 500 cc, akan diminum;

    begitu juga 300 cc, bahkan 200 cc. Namun ketika ibunya datang, ia

    akan minum habis-habisan (Anggrita, 2009).

    Ibu yang bekerja cenderung memiliki waktu yang sedikit untuk

    menyusui anaknya akbat kesibukan bekerja. Sedangkan ibu yang tidak

    bekerja memilki waktu yang banyak untuk menyusui anaknya akibat

    ketidaksibukan. Dengan terbukanya kesempatan bekerja dan tuntutan

    untuk bekerja membantu ekonomi keluarga maka sebagian ibu-ibu

    memilih bekerja di luar rumah. Dengan bekerja ibu tidak dapat

    berhubungan penuh dengan bayinya, akibatnya ibu cenderung

  • 38

    memberikan susu formula dan diberikan melalui botol, menyebabkan

    frekuensi penyusuan akan berkurang dan produksi ASI akan menurun.

    Keadaan ini menyebabkan ibu menghentikan pemberian ASI. Jadi,

    seorang ibu yang bekerja kemungkinan menyusui bayinya secara eksklusif

    menurun drastis.

    Bekerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI Eksklusif

    pada bayi karena ibu meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian ASI

    pun berkurang. Akan tetapi seharusnya seorang ibu yang bekerja tetap

    memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya dengan pengetahuan

    yangbenar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan

    lingkungan kerja (Soetjiningsih, 2010).

    Status ibu bekerja memilki dampak terhadap pertumbuhan dan

    perkembangan anak, khususnya anak balita. Dampak tersebut dibagi

    menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak negatif. Adapun jika

    ditinjau dari segi dampak negatif ibu bekerja dalam pemberian ASI

    eksklusif adalah, terjadinya status gizi kurang atau gizi buruk yang dialami

    balita sebagai akibat dari memendeknya durasi pemberian Air Susu Ibu

    (ASI) oleh ibu karena harus bekerja (Glick dalam Haryani, 2014).

    f. Sikap

    Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

    seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012).

    Menurut Newcomb yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012), bahwa sikap

  • 39

    itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan

    pelaksanaan motif tertentu.

    Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

    1) Menerima. Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

    memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

    2) Merespon. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

    menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

    3) Menghargai. Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

    mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.

    4) Bertanggung jawab. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

    dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

    Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi di mana seseorang

    bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya yang merupakan

    kesiapan atau kesadaran seorang ibu untuk bertindak dalam melaksanakan

    pemberian ASI Ekslusif kepada bayinya segera setelah kelahiran sampai

    usia 6 bulan. Sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku

    manusia karena pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau

    dengan sembarangan saja, tetapi pembentukanya senantiasa berlangsung

    dari interaksi manusia dan berkenaan dengan alternatif yaitu senang atau

    tidak senang, mendukung atau tidak mendukung dan menjauhi (Heri

    Purwanto dalam Rahmah, 2011).

    g. Perilaku

    Menurut Notoatmodjo (2012), perilaku adalah semua kegiatan atau

    aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak

  • 40

    diamati oleh pihak luar. Menurut Skiner yang dikutip oleh Notoatmodjo

    (2012), perilaku merupakan respon atau reaksi seseoarang terhadap

    stimulus (rangsangan dari luar).

    Menurut Notoatmodjo (2012), ada beberapa teori perilaku, yaitu:

    1) Teori Stimulus Organisme

    Teori stimulus organisme adalah bahwa penyebab terjadinya

    perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus)

    yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber

    komunikasi (sources), misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya

    berbicara, sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku

    seseorang, kelompok atau masyarakat.

    2) Teori Festinger (Dissonance Theory)

    Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan

    ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang

    berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi

    keseimbangan dalam diri individu, maka berarti sudah terjadi

    ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut consonance

    (keseimbangan). Ketidakseimbangan terjadi karena dalam diri individu

    terdapat pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila individu

    menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut

    menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda, bertentangan di

    dalam diri individu itu sendiri maka terjadilah dissonance.

  • 41

    3) Teori Fungsi

    Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku

    individu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus

    yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah

    stimulus yang dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang

    tersebut.

    4) Teori Kurt Lewin

    Teori Kurt Lewin adalah suatu keadaan yang seimbang antara

    kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan

    penahan (restining forces).

    h. Kepercayaan

    Menurut Notoatmodjo (2012), kepercayaan adalah komponen

    kognitif dari faktor sosio-psikologis. Kepercayaan dapat bersifat rasional

    dan irasional. Kepercayaan yang rasional apabila kepercayaan orang

    terhadap sesuatu tersebut masuk akal. Sebaliknya kepercayaan irasional

    kepercayaan seseorang terhadap sesuatu yang tidak masuk akal.

    Kepercayaan yang diyakini dimasyarakat dapat juga berupa

    kebiasaan yang berlangsung dimasyarakat yang merupakan hasil

    pelaziman yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Kebiasaan ini

    sering pula dikaitkaan dengan adat istiadat yang turun temurun karena

    kebiasaan yang kurang menguntungkan bagi kesehatan. Kepercayaan yang

    dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu keyakinan yang dimiliki ibu

    tentang ASI Eksklusif (Kriselly, 2012).

  • 42

    Hal- hal yang diyakini oleh seseorang memegang peranan penting

    dalam pembuatan keputusan. Seperti juga halnya dalam pemberian ASI

    Eksklusif, para ibu yang memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya

    meyakini bahwa ASI memang yang terbaik untuk bayinya, selain itu

    mereka juga percaya bahwa ASI yang diberikan sudah mencukupi

    kebutuhan bayi (Kriselly, 2012).

    Berbeda dengan ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif,

    walaupun beberapa dari mereka mengetahui tentang ASI Eksklusif tapi

    nilai dan kepercayaan yang mereka anut masih sangat kental sehingga

    lebih dominan mempengaruhi keputusan. Misalnya keyakinan mereka

    bahwa bayi yang sering menangis menandakan bahwa bayi masih lapar

    karena ASI yang mereka berikan belum cukup dan perlu ditambah dengan

    pemberian susu formula atau makanan tambahan lainnya (Kriselly, 2012).

    Dalam penelitian Kriselly (2012), menyatakan bahwa ada seorang

    informan yang memiliki kepercayaanbahwa memberikan ASI merupakan

    pantangan baginya. Hal ini disebabkan oleh pengalamannya yang

    memberikan ASI kepada dua orang anaknya dan kedua anak tersebut

    meninggal dunia sehingga dia tidak mau lagi memberikan ASI pada anak

    ketiganya karena takut anak tersebut meninggal. Memang ditempat

    penelitian banyak tradisi yang masih melekat pada masyarakat. Bayi baru

    lahir sudah diberi makan pisang, diberi minum kopi setiap hari dan

    sebagian dari mereka berpendapat selama mereka masih menyusui

    bayinya tidak jadi masalah kalau mereka memberikan susu formula atau

  • 43

    makanan lain. Hal ini juga berkaitan dengan masih rendahnya

    pengetahuan yang mereka miliki tentang ASI Eksklusif.

    2. Faktor Eksternal

    Adapun faktor eksternal sebagai penentuan pemberian ASI eksklusif

    adalah:

    a. Promosi Susu Formula

    Susu formula adalah cairan yang berisi zat-zat didalamnya tidak

    mengandung antibodi, sel darah putih, zat pembunuh bakteri, enzim,

    hormon dan faktor pertumbuhan (Roesli dalam Indrawati, 2012). Susu

    formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi dengan mengubah

    susunannya hingga dapat diberikan pada bayi (Kj dalam Indrawati, 2012).

    Susu botol adalah susu komersial yang dijual di pasar atau di toko yang

    terbuat dari susu sapi atau kedelai diperuntukkan khusus untuk bayi dan

    komposisinya disesuaikan mendekati komposisi ASI, serta biasanya

    diberikan di dalam botol (Husaini dalam Indrawati, 2012).

    Dari berbagai studi dan pengamatan menunjukkan bahwa dewasa

    ini terdapat kecenderungan penurunan pemberian ASI eksklusif tahun

    1997 yaitu 42,2% menurun menjadi 39,5% pada tahun 2002, sedangkan

    penggunaan susu formula meningkat tiga kalinya dari 10,8% menjadi 32,5

    (Siti Nuryati dalam Indrawati, 2012). Penurunan jumlah ibu yang

    memberikan ASI eksklusif dan memilih untuk memberikan susu formula

    pada bayi terdapat pada kelompok ibu di kota-kota, sementara di pedesaan

    bayi yang baru berusia satu bulan sudah diberi pisang ataunasi lembut

    sebagai tambahan ASI (Roesli, 2008).

  • 44

    Masalah rendahnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh

    banyak faktor salah satunya adalah promosi susu formula. Banyak ibu

    yang merasa bahwa susu formula lebih baik daripada ASI sehingga ibu

    lebih percaya bahwa susu formula bisa menambah gizi pada bayinya

    padahal promosi penambahan Arachidonic Acid (AA), Decosahexanoic

    Acid (DHA), Arachinoid Acid (ARA), pada susu formula ternyata sudah

    terkandung dalam komposisi ASI.

    b. Dukungan Keluarga

    Dukungan keluarga merupakan faktor pendukung yang pada

    prinsipnya adalah suatu kegiatan baik bersifat emosional maupun

    psikologis yang diberikan kepada ibu menyusui dalam memberikan ASI.

    Seorang ibu yang tidak pernah mendapatkan nasehat atau penyuluhan

    tentang ASI dari keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya ketika harus

    menyusui sendiri bayinya (Lubis dalam Kriselly, 2012).

    Roesli (2008), menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan

    faktor eksternal yang paling besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI

    eksklusif. Adanya dukungan keluarga terutama suami maka akan

    berdampak pada peningkatan rasa percaya diri atau motivasi dari ibu

    dalam menyusui. Suririnah dalam Anggorowati dan Nuzulia (2013),

    mengatakan bahwa motivasi seorang ibu sangat menentukan dalam

    pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Disebutkan bahwa dorongan dan

    dukungan dari pemerintah, petugas kesehatan dan dukungan keluarga

    menjadi penentu timbulnya motivasi ibu dalam menyusui.

  • 45

    Friedman (2010) dalam Anggorowati dan Nuzulia (2013),

    mengemukakan bahwa dukungan keluarga dapat diberikan dalam

    beberapa bentuk, yaitu: a) dukungan informasional, b) dukungan

    penghargaan, c) dukungan instrumental, dan d) dukungan emosional. Ibu

    menyusui membutuhkan dukungan dan pertolongan, baik ketika memulai

    maupun melanjutkan menyusui. Sebagai langkah awal mereka

    membutuhkan bantuan sejak kehamilan dan setelah melahirkan. Mereka

    membutuhkan dukungan pemberian ASI hingga 2 tahun, perawatan

    kesehatan maupun dukungan dari keluarga dan lingkungannya

    (Proverawati, 2010). Keluarga terutama suami merupakan bagian penting

    dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui, karena suami menentukan

    kelancaran pengetahuan ASI (let down refelex) yang sangat dipengaruhi

    oleh keadaan emosi dan perasaan ibu (Roesli, 2008).

    KTT merekomendasikan pentingnya dukungan keluarga terhadap

    pemberian ASI, bahwa semua keluarga mengetahui arti penting

    mendukung wanita dalam pemberian ASI saja untuk 4 sampai 6 bulan

    pertama kehidupan anak dan memenuhi kebutuhan makanan anak berusia

    muda pada tahun rawan (Roesli, 2008). Dukungan atau support dari orang

    lain atau orang terdekat, sangat berperan dalam sukses tidaknya menyusui.

    Semakin besar dukungan yang didapatkan untuk terus menyusui maka

    akan semakin besar pula kemampuan untuk dapat bertahan terus untuk

    menyusui.

    Dukungan suami maupun keluarga sangat besar pengaruhnya,

    seorang ibu yang kurang mendapatkan dukungan oleh suami, ibu, adik

  • 46

    atau bahkan ditakut-takuti, dipengaruhi untuk beralih ke susu formula

    (Proverawati, 2010).

    c. Dukungan Petugas Kesehatan

    Menurut Green dalam Notoatmodjo (2012), perilaku terbentuk

    karena faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

    kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan referensi dari perilaku

    masyarakat. Sebagai seorang yang di percayai ibu-ibu dalam mengatasi

    masalah bayi, tenaga kesehatan hendaknya memberikan nasihat kepada

    seorang ibu permulaan menyusui, agar dapat mengukuhkan kepecayaan

    dirinya atas kesanggupan menyusui dan bersikap mendukung penilaian

    bahwa menyusui adalah suatu fungsi alamiah yang sempurna.

    Menurut Soetjiningsih (2012), pemberian ASI belum secara

    optimal diberikan oleh ibu-ibu disebabkan karena keterbatasan

    pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam memberikan

    penyuluhan mengenai cara pemberian ASI yang baik dan benar kepada ibu

    dan keluarga. Beberapa penelitian membuktikan bahwa sikap petugas

    kesehatan sangat mempengaruhi pemilihan makanan bayi oleh ibunya.

    Pengaruh ini dapat berupa sikap negatif secara pasif, yang dinyatakan

    dengan tidak menganjurkan dan tidak membantu bila ada kesulitan laktasi,

    masalah petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan untuk memberikan

    susu botol kepada bayi.

  • 47

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    A. Dasar Pemikiran

    Menurut Green dalam Notoatmodjo (2012), menyatakan bahwa perilaku

    manusia dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing), yang terdiri dari

    pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan, sistem nilai, tingkat pendidikan, tingkat

    sosial ekonomi dan pekerjaan. Faktor pemungkin (enabling), yang terdiri dari

    ketersediaan sumber daya, pengetahuan petugas, peran petugas, jarak ke

    pelayanan kesehatan, dan faktor penguat (reinforcing) yang terdiri dari undang-

    undang, peraturan, dukungan toma dan toga, dukungan keluarga, dukungan

    suami, sik ap dan perilaku petugas.

    Dalam penelitian ini membahas tentang faktor yang mempengaruhi

    kegagalan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif yang dipengaruhi oleh faktor

    predisposisi yang meliputi pengetahuan ibu, sikap ibu dan pekerjaan ibu.

  • 48

    B. Kerangka Pikir

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Keterangan:

    = Variabel Bebas

    = Variabel Terikat

    = Garis yang diteliti

    Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

    C. Variabel Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi kegagalan

    pemberian ASI eksklusif pada bayi yang meliputi pengetahuan ibu, sikap ibu dan

    status pekerjaan ibu.

    Pengetahuan Ibu

    Pemberian ASI

    Eksklusif pada Bayi

    Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan

    Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif

    Status Pekerjaan

    Sikap Ibu

  • 49

    D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

    1. Bayi

    Bayi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak laki-laki dan

    perempuan yang berusia mulai lahir sampai umur 1- 2 tahun. Dalam penelitian

    ini usia Bayi yang diambil adalah berusia 7 – 12 bulan yang ada di Wilayah

    Kerja Puskesmas Pondidaha Kabupaten Konawe.

    2. Pemberian ASI Eksklusif

    Pemberian ASI Eksklusif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    status pemberian ASI pada bayi tanpa makanan/minuman tambahan lain sejak

    dini atau segera setelah melahirkan sampai bayi berusia 6 bulan (Roesli,

    2010). Dengan kriteria objektif:

    Eksklusif : Apabila ibu memberikan ASI Eksklusif tanpa

    makanan/minuman tambahan lain selama usia 0-6 bulan.

    PMT : Apabila ibu memberikan makanan lain selain ASI selama

    usia < 6 bulan (Kemenkes RI, 2014)

    3. Pengetahuan Ibu

    Pengetahuan ibu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala

    sesuatu yang diketahui oleh ibu bayi mengenai pengertian ASI Eksklusif, usia

    bayi di beri ASI Eksklusif dan manfaat ASI Eksklusif.

    Kriteria/cara pengukuran dalam penelitian ini dengan menggunakan

    skala Guttman (Sugiyono, 2010). Pertanyaan pengetahuan berjumlah 15 butir

    soal, jika menjawab “benar” diberi skor 1 (satu) dan jika “salah” diberi skor 0

    (nol). Penilaian dari variabel tersebut merujuk pada skala Guttman.

  • 50

    Kriteria obyektif:

    Bukan Faktor : Apabila skor yang diperoleh ≥ 60%

    Faktor : Apabila skor yang diperoleh < 60% (Arikunto, 2010)

    4. Sikap Ibu

    Sikap ibu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah reaksi atau

    respon ibu terhadap pemberian ASI. Kriteria/cara pengukuran dalam

    penelitian ini dengan menggunakan skala Likert (Sugiyono, 2010). Pertanyaan

    sikap berjumlah 10 butir soal, Untuk pernyataan positif, jika menjawab

    “Sangat Setuju (SS)” diberi skor 5 (lima), jika menjawab “Setuju (S)” diberi

    skor 4 (empat), jika menjawab ”Kurang Setuju (KS)” diberi skor 3, jika

    menjawab “Tidak Setuju (TS)” diberi skor 2 (dua), dan jika menjawab

    “Sangat Tidak Setuju (STS)” diberi skor 1 (satu). Sedangkan untuk pernyataan

    negatif, jika menjawab “Sangat Setuju (SS)” diberi skor 1 (satu), jika

    menjawab “Setuju (S)” diberi skor 2 (dua), jika menjawab ”Kurang Setuju

    (KS)” diberi skor 3, jika menjawab “Tidak Setuju (TS)” diberi skor 4 (empat),

    dan jika menjawab “Sangat Tidak Setuju (STS)” diberi skor 5 (lima)

    (Machfoedz, 2007). Dengan kriteria objektif:

    Bukan Faktor : Apabila nilai yang diperoleh ≥ 75%

    Faktor : Apabila nilai yang diperoleh < 75% (Wawan, A dan Dewi

    M, 2010).

    5. Pekerjaan Ibu

    Pekerjaan ibu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah status

    pekerjaan yang dimiliki oleh responden yang tidak mengganggu pemberian

    ASI Eksklusif dengan kriteria objektif:

  • 51

    Bukan Faktor : Apabila responden sebagai ibu rumah tangga.

    Faktor : Apabila responden sebagai PNS, pegawai swasta,

    pedagang, wirausaha, nelayan, buruh dan petani

    (Notoatmodjo, 2012)

  • 52

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain

    penelitian survey. P