Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

39
Primastoria Studio Taman Alamanda Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510 Desember 2015 Oleh: Puji Yosep Subagiyo Konservasi Lukisan M e n g enal dan Cara M era w at L u kis a n

Transcript of Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

Page 1: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

Primastoria StudioTaman Alamanda Blok BB2 No. 55-59, Bekasi 17510

Desember 2015

Oleh: Puji Yosep Subagiyo

Konservasi LukisanMengenal dan Cara Merawat Lukisan

Page 2: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

Kata Pengantar

i

Konservator adalah orang yang mampu melakukan pengamatan (kajian), berpikir analitik, dan melaksanakan konservasi karya seni, artefak, relik, dan benda lain dengan menggunakan metode atau teknik yang benar. Sehingga seorang konservator harus memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta dapat memilih dan menerapkan bahan (materials) atau alat dalam proses konservasi dengan baik. Nantinya, mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: batu, logam, kayu, tekstil, lukisan, karya seni bermedia kertas, buku, (pita) �lm, pita perekam suara, foto, atau benda lain bermedia komplek (campuran). Pengertian konservasi itu sendiri adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghentian proses kerusakan dan perbaikannya) dan tindakan yang bersifat preventif (penghambatan dari kemungkinan proses kerusakan).

Warisan budaya termasuk di dalamnya benda seni dan budaya di galeri atau museum yang integral dengan sumber daya pengelolanya merupakan aset yang penting. Kekayaan tersebut telah menjadi sasaran pokok pengelolaan (manajemen) dan objek utama yang melahirkan kegiatan penting. Kegiatan penting itu adalah pelestarian; baik melalui pendataan (studi koleksi, dll.) yang menghasilkan artefaktual dokumen sebagai objek penelitian lanjutan, atau konservasi fisik aktuil yang mengupayakan kondisi fisik benda koleksi tetap lestari.

Melalui tulisan “Konservasi Lukisan: Mengenal dan Cara Merawat Lukisan” ini akan dijelaskan tentang tahapan pengenalan lukisan sebagai langkah awal untuk meningkatkan apresiasi terhadap karya seni atau benda budaya, mengetahui poses terjadinya kerusakan, dan cara menanganinya. Tertib kelola dalam penyimpanan dan pameran lukisan juga ditunjukkan melalui kertas kerja yang berkaitan dengan pendataan benda (Lembar Inventaris), survai kondisi benda (Lembar Kondisi Koleksi) dan survai klimatologi (Lembar Data Klimatologi). Di sini akan diperkenalkan pula database koleksi dan konservasi untuk mempermudah pencarian koleksi, pemutakhiran data, dokumentasi mutasi dan konservasi, serta integrasi semua seksi atau bidang terkait.

Bekasi, Desember 2015

Puji Yosep Subagiyo

Page 3: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

TIDAK ASLI

ADIKARYA(masterpiece)

ARTEFAKTA(Artefact)

Bukan Seni:reproduksi, komersial.

Bukan Budaya:baru, tidak umum.

Seni:asli, tunggal.

Budaya:tradisional,

kolektif.

4.

Sejarah dan Cerita Rakyat

kultural, kerajinan, dll.)

2.

Penemuan Baru(museum teknologi, seni kriya, barang bukan seni, dll.)

3.

Kemahiran membedakankarya seni (museum seni,

1.

Seni-turis, komoditi,souvenir, dll.

ASLI(authentic)

(non-authentic)Ref.: James Clifford (1988:224)

Susan M. Pearce (1994:263)

pasar seni, dll.) (museum etnografi, barang

Gambar 1.SISTEM PERUJUKAN BARANG SENI-BUDAYA

[01]

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Sesuai dengan status sosial pemiliknya, lukisan dipajang sebagai dokumen visual, benda seni, bahkan mungkin sebagai investasi. Kita dapat memberikan nilai yang berbeda bagi sebuah karya lukis. Tetapi faktor pelukis lebih banyak dipakai sebagai tolok ukurnya, dari pada tema, bahkan atau teknik pelukisannya. Perbedaan cara pandang ini pulalah yang mempengaruhi perawatannya. Disamping kerusakan, perubahan tampilan pada lukisan juga terjadi karena transformasi bahan yang merupakan hasil dari suatu proses adaptasi seniman terhadap lingkungan, dan pengaruh hubungan antar manusia atau bangsa. Dalam kaitan ini, penulis menggunakan Sistem Perujukan Barang Seni-Budaya (gambar 1.) untuk mengenal setiap karya yang akan ditangani; sedangkan Gambaran Ilmu Dasar dan Teknologi Bahan (gambar 2.) dipakai dalam studi konservasi lebih lanjut. Masyarakat kebanyakan lebih menyukai lukisan berupa potret atau yang

bertemakan kondisi alam lingkungannya. Kelompok masyarakat berstatus sosial lebih tinggi memilih lebih banyak variasi tema, teknik, bahan ataupun senimannya. Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan terbentuk dari beberapa jenis bahan yang pada dasarnya adalah bahan organik yang bersifat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi iklim Indonesia yang tidak mendukung mempercepat proses kerusakan. Kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya dan radiasi sinar ultra violet yang serba tinggi telah dianggap sebagai penyebab utama kerusakan lukisan. Sesuai dengan perkembangan jaman, manusia disamping dapat mengatasi masalah iklim yang tidak mendukung, namun juga menghasilkan bahan pencemar udara dari asap knalpot kendaraan dan pabrik.

2. Jenis-jenis Lukisan

Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat), macam medium1 perekat (untuk pigmen) dan teknik penerapan cat (pigmen dan perekat), lukisan dapat dikelompokkan menjadi: (1). lukisan cat minyak, (2). lukisan cat air, (3). lukisan guase, (4) lukisan tempera, (5). lukisan pastel, (6). lukisan dinding, (7). lukisan jagrag, (8). lukisan kaca, (9). lukisan enkaustik, (10). lukisan batik, (11). lukisan teknologis, (12).

kolase, (13). litogra�, (14). gra�to, (15). frottage, (16). grattage, dan (17). decalcomania. Namun begitu, cat minyak, cat air, pastel, jagrag, litogra�, batik dan kolase adalah jenis-jenis lukisan yang banyak kita jumpai.

3. Penyebab Kerusakan Lukisan

Kerusakan lukisan dapat terjadi secara �sik atau mekanik (seperti bergelombang, retak, sobek, dll.); secara biotis (jamur dan serangga); dan kimiawi (oksidasi atau penguningan pada kanvas, korosi, dll.). Gambar 3 di bawah menunjuk- kan kerusakan �sik, yaitu terkelupasnya cat sebagai akibat dari hilangnya daya rekat cat. Kerusakan ini dapat terjadi karena proses pelapukan (penuaan) yang dipercepat oleh faktor alam yang tidak mendukung. Dalam hal ini, kelembaban dan suhu udara yang tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan itu. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mempercepat proses oksidasi (penguningan) varnis dan radiasi sinar ultra violet yang terlalu tinggi mengakibatkan kanvas rapuh.

4. Kontrol Lingkungan

Tindakan pencegahan dengan cara mencatat data klimatologi harus dilanjuti dengan mengontrol keadaan lingkungan lukisan tersebut. Cara ini dapat menghidari terjadinya kerusakan biotis, yaitu serangan jamur dan serangga. Kelembaban udara yang direkomendasikan adalah 50 – 60 %, suhu udara berkisar antara 20 – 25 oC, intensitas cahaya berkisar 100 luks untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 75 luks untuk cat air (dan sejenisnya); sedangkan radiasi ultra violetnya adalah 75 μW/Lumen untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 30 μW/Lumen

untuk cat air (dan sejenisnya). Fluktuasi kelembaban udara dan keadaan yang menyebabkan lukisan lembab yang mendadak harus dihindari. Karena kondisi yang dapat mengakibatkan konstraksi antara dua atau lebih bahan yang berbeda elastisitas itu dapat mengakibatkan retaknya cat atau bahkan terkelupas. Hal yang sama juga dapat menyebabkan media kertas menjadi bergelombang.

Konservasi LukisanMengenal dan Cara Merawat Lukisan

Alat-alat sederhana yang digunakan untuk mengetahui kondisi ideal untuk iklim mikro dan makro2 ini adalah psychrometer, luxmeter dan ultra violet monitor. Dehumidi�er dapat digunakan pada suatu ruangan yang harus beroperasi secara otomatis. Alat ini hanya akan menyala (beroperasi) pada saat udara lembab.

Rumus ABC-PQRAge = Umur; Beauty = Keindahan; Condition = Kondisi; Price = Harga;

Quality = Kualitas; Rarity = Kelangkaan

Page 4: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[02]

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Sesuai dengan status sosial pemiliknya, lukisan dipajang sebagai dokumen visual, benda seni, bahkan mungkin sebagai investasi. Kita dapat memberikan nilai yang berbeda bagi sebuah karya lukis. Tetapi faktor pelukis lebih banyak dipakai sebagai tolok ukurnya, dari pada tema, bahkan atau teknik pelukisannya. Perbedaan cara pandang ini pulalah yang mempengaruhi perawatannya. Disamping kerusakan, perubahan tampilan pada lukisan juga terjadi karena transformasi bahan yang merupakan hasil dari suatu proses adaptasi seniman terhadap lingkungan, dan pengaruh hubungan antar manusia atau bangsa. Dalam kaitan ini, penulis menggunakan Sistem Perujukan Barang Seni-Budaya (gambar 1.) untuk mengenal setiap karya yang akan ditangani; sedangkan Gambaran Ilmu Dasar dan Teknologi Bahan (gambar 2.) dipakai dalam studi konservasi lebih lanjut. Masyarakat kebanyakan lebih menyukai lukisan berupa potret atau yang

bertemakan kondisi alam lingkungannya. Kelompok masyarakat berstatus sosial lebih tinggi memilih lebih banyak variasi tema, teknik, bahan ataupun senimannya. Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan terbentuk dari beberapa jenis bahan yang pada dasarnya adalah bahan organik yang bersifat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi iklim Indonesia yang tidak mendukung mempercepat proses kerusakan. Kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya dan radiasi sinar ultra violet yang serba tinggi telah dianggap sebagai penyebab utama kerusakan lukisan. Sesuai dengan perkembangan jaman, manusia disamping dapat mengatasi masalah iklim yang tidak mendukung, namun juga menghasilkan bahan pencemar udara dari asap knalpot kendaraan dan pabrik.

2. Jenis-jenis Lukisan

Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat), macam medium1 perekat (untuk pigmen) dan teknik penerapan cat (pigmen dan perekat), lukisan dapat dikelompokkan menjadi: (1). lukisan cat minyak, (2). lukisan cat air, (3). lukisan guase, (4) lukisan tempera, (5). lukisan pastel, (6). lukisan dinding, (7). lukisan jagrag, (8). lukisan kaca, (9). lukisan enkaustik, (10). lukisan batik, (11). lukisan teknologis, (12).

kolase, (13). litogra�, (14). gra�to, (15). frottage, (16). grattage, dan (17). decalcomania. Namun begitu, cat minyak, cat air, pastel, jagrag, litogra�, batik dan kolase adalah jenis-jenis lukisan yang banyak kita jumpai.

3. Penyebab Kerusakan Lukisan

Kerusakan lukisan dapat terjadi secara �sik atau mekanik (seperti bergelombang, retak, sobek, dll.); secara biotis (jamur dan serangga); dan kimiawi (oksidasi atau penguningan pada kanvas, korosi, dll.). Gambar 3 di bawah menunjuk- kan kerusakan �sik, yaitu terkelupasnya cat sebagai akibat dari hilangnya daya rekat cat. Kerusakan ini dapat terjadi karena proses pelapukan (penuaan) yang dipercepat oleh faktor alam yang tidak mendukung. Dalam hal ini, kelembaban dan suhu udara yang tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan itu. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mempercepat proses oksidasi (penguningan) varnis dan radiasi sinar ultra violet yang terlalu tinggi mengakibatkan kanvas rapuh.

4. Kontrol Lingkungan

Tindakan pencegahan dengan cara mencatat data klimatologi harus dilanjuti dengan mengontrol keadaan lingkungan lukisan tersebut. Cara ini dapat menghidari terjadinya kerusakan biotis, yaitu serangan jamur dan serangga. Kelembaban udara yang direkomendasikan adalah 50 – 60 %, suhu udara berkisar antara 20 – 25 oC, intensitas cahaya berkisar 100 luks untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 75 luks untuk cat air (dan sejenisnya); sedangkan radiasi ultra violetnya adalah 75 μW/Lumen untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 30 μW/Lumen

untuk cat air (dan sejenisnya). Fluktuasi kelembaban udara dan keadaan yang menyebabkan lukisan lembab yang mendadak harus dihindari. Karena kondisi yang dapat mengakibatkan konstraksi antara dua atau lebih bahan yang berbeda elastisitas itu dapat mengakibatkan retaknya cat atau bahkan terkelupas. Hal yang sama juga dapat menyebabkan media kertas menjadi bergelombang.

Gambar 2.

PERFORMANS (tatalaku)(distribusi, kegunaan, tekno-

fungsi, sosio-fungsi, dsb.)

STRUKTUR (mikro & makro)(atribut formal, atribut stilistik

dan tipologi)

SIFAT-SIFAT

PROSES MANUFAKTURAL(seleksi bahan, sintesis bahan,

prosesing bahan, desain, manufaktur)

PengetahuanEmpiris

PengetahuanIlmiah

GAMBARAN ILMU DASAR DAN TEKNOLOGI BAHAN

Ref.: Lawrence van Vlack (1985);Pamela B.Vandiver, et.al. (1990).

(fisik & kimiawi)

1 Yang dimaksud ‘medium’ disini adalah bahan perekat yang digunakan untuk menempelkan pigmen pada substrat, seperti: linseed oil. Medium = something intermediate, an intervening thing through which a force acts or an e�ect is produced (Guralnik, 1982:882). Substrat (substrate atau substratum) adalah sesuatu yang berfungsi sebagai dasar (alas) pijakan. (Guralnik, 1982:1420).

Alat-alat sederhana yang digunakan untuk mengetahui kondisi ideal untuk iklim mikro dan makro2 ini adalah psychrometer, luxmeter dan ultra violet monitor. Dehumidi�er dapat digunakan pada suatu ruangan yang harus beroperasi secara otomatis. Alat ini hanya akan menyala (beroperasi) pada saat udara lembab.

Page 5: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[03]

Detail Sesudah Pembersihan,Sesudah Penguatan CatDetailSebelum Pembersihan,

Sebelum Penguatan Cat

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Sesuai dengan status sosial pemiliknya, lukisan dipajang sebagai dokumen visual, benda seni, bahkan mungkin sebagai investasi. Kita dapat memberikan nilai yang berbeda bagi sebuah karya lukis. Tetapi faktor pelukis lebih banyak dipakai sebagai tolok ukurnya, dari pada tema, bahkan atau teknik pelukisannya. Perbedaan cara pandang ini pulalah yang mempengaruhi perawatannya. Disamping kerusakan, perubahan tampilan pada lukisan juga terjadi karena transformasi bahan yang merupakan hasil dari suatu proses adaptasi seniman terhadap lingkungan, dan pengaruh hubungan antar manusia atau bangsa. Dalam kaitan ini, penulis menggunakan Sistem Perujukan Barang Seni-Budaya (gambar 1.) untuk mengenal setiap karya yang akan ditangani; sedangkan Gambaran Ilmu Dasar dan Teknologi Bahan (gambar 2.) dipakai dalam studi konservasi lebih lanjut. Masyarakat kebanyakan lebih menyukai lukisan berupa potret atau yang

bertemakan kondisi alam lingkungannya. Kelompok masyarakat berstatus sosial lebih tinggi memilih lebih banyak variasi tema, teknik, bahan ataupun senimannya. Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan terbentuk dari beberapa jenis bahan yang pada dasarnya adalah bahan organik yang bersifat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi iklim Indonesia yang tidak mendukung mempercepat proses kerusakan. Kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya dan radiasi sinar ultra violet yang serba tinggi telah dianggap sebagai penyebab utama kerusakan lukisan. Sesuai dengan perkembangan jaman, manusia disamping dapat mengatasi masalah iklim yang tidak mendukung, namun juga menghasilkan bahan pencemar udara dari asap knalpot kendaraan dan pabrik.

2. Jenis-jenis Lukisan

Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat), macam medium1 perekat (untuk pigmen) dan teknik penerapan cat (pigmen dan perekat), lukisan dapat dikelompokkan menjadi: (1). lukisan cat minyak, (2). lukisan cat air, (3). lukisan guase, (4) lukisan tempera, (5). lukisan pastel, (6). lukisan dinding, (7). lukisan jagrag, (8). lukisan kaca, (9). lukisan enkaustik, (10). lukisan batik, (11). lukisan teknologis, (12).

kolase, (13). litogra�, (14). gra�to, (15). frottage, (16). grattage, dan (17). decalcomania. Namun begitu, cat minyak, cat air, pastel, jagrag, litogra�, batik dan kolase adalah jenis-jenis lukisan yang banyak kita jumpai.

3. Penyebab Kerusakan Lukisan

Kerusakan lukisan dapat terjadi secara �sik atau mekanik (seperti bergelombang, retak, sobek, dll.); secara biotis (jamur dan serangga); dan kimiawi (oksidasi atau penguningan pada kanvas, korosi, dll.). Gambar 3 di bawah menunjuk- kan kerusakan �sik, yaitu terkelupasnya cat sebagai akibat dari hilangnya daya rekat cat. Kerusakan ini dapat terjadi karena proses pelapukan (penuaan) yang dipercepat oleh faktor alam yang tidak mendukung. Dalam hal ini, kelembaban dan suhu udara yang tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan itu. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mempercepat proses oksidasi (penguningan) varnis dan radiasi sinar ultra violet yang terlalu tinggi mengakibatkan kanvas rapuh.

4. Kontrol Lingkungan

Tindakan pencegahan dengan cara mencatat data klimatologi harus dilanjuti dengan mengontrol keadaan lingkungan lukisan tersebut. Cara ini dapat menghidari terjadinya kerusakan biotis, yaitu serangan jamur dan serangga. Kelembaban udara yang direkomendasikan adalah 50 – 60 %, suhu udara berkisar antara 20 – 25 oC, intensitas cahaya berkisar 100 luks untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 75 luks untuk cat air (dan sejenisnya); sedangkan radiasi ultra violetnya adalah 75 μW/Lumen untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 30 μW/Lumen

untuk cat air (dan sejenisnya). Fluktuasi kelembaban udara dan keadaan yang menyebabkan lukisan lembab yang mendadak harus dihindari. Karena kondisi yang dapat mengakibatkan konstraksi antara dua atau lebih bahan yang berbeda elastisitas itu dapat mengakibatkan retaknya cat atau bahkan terkelupas. Hal yang sama juga dapat menyebabkan media kertas menjadi bergelombang.

Gambar 3. DETAIL KERUSAKAN LUKISAN

Alat-alat sederhana yang digunakan untuk mengetahui kondisi ideal untuk iklim mikro dan makro2 ini adalah psychrometer, luxmeter dan ultra violet monitor. Dehumidi�er dapat digunakan pada suatu ruangan yang harus beroperasi secara otomatis. Alat ini hanya akan menyala (beroperasi) pada saat udara lembab.

cat terkelupas

cat terangkat

Page 6: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

Alat pengontrol kelembaban ruangan yang bekerja secara

otomatis

Gambar 5.

Wet & Dry Bulb Psychrometer

Lux Meter(Alat pengukur intensitas cahaya)

Ultra Violet Monitor (4 in 1)(Alat pengukur radiasi ultra violet,

kuat cahaya, suhu dan kelembaban)

Banyak digunakan untuk kalibrasi alat-alat pengukur RH & T jenis lain.

Gambar 6.

Gambar 4.

[04]

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Sesuai dengan status sosial pemiliknya, lukisan dipajang sebagai dokumen visual, benda seni, bahkan mungkin sebagai investasi. Kita dapat memberikan nilai yang berbeda bagi sebuah karya lukis. Tetapi faktor pelukis lebih banyak dipakai sebagai tolok ukurnya, dari pada tema, bahkan atau teknik pelukisannya. Perbedaan cara pandang ini pulalah yang mempengaruhi perawatannya. Disamping kerusakan, perubahan tampilan pada lukisan juga terjadi karena transformasi bahan yang merupakan hasil dari suatu proses adaptasi seniman terhadap lingkungan, dan pengaruh hubungan antar manusia atau bangsa. Dalam kaitan ini, penulis menggunakan Sistem Perujukan Barang Seni-Budaya (gambar 1.) untuk mengenal setiap karya yang akan ditangani; sedangkan Gambaran Ilmu Dasar dan Teknologi Bahan (gambar 2.) dipakai dalam studi konservasi lebih lanjut. Masyarakat kebanyakan lebih menyukai lukisan berupa potret atau yang

bertemakan kondisi alam lingkungannya. Kelompok masyarakat berstatus sosial lebih tinggi memilih lebih banyak variasi tema, teknik, bahan ataupun senimannya. Lukisan sebagai karya seni rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan terbentuk dari beberapa jenis bahan yang pada dasarnya adalah bahan organik yang bersifat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Kondisi iklim Indonesia yang tidak mendukung mempercepat proses kerusakan. Kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya dan radiasi sinar ultra violet yang serba tinggi telah dianggap sebagai penyebab utama kerusakan lukisan. Sesuai dengan perkembangan jaman, manusia disamping dapat mengatasi masalah iklim yang tidak mendukung, namun juga menghasilkan bahan pencemar udara dari asap knalpot kendaraan dan pabrik.

2. Jenis-jenis Lukisan

Berdasarkan atas jenis media pelukisan (substrat), macam medium1 perekat (untuk pigmen) dan teknik penerapan cat (pigmen dan perekat), lukisan dapat dikelompokkan menjadi: (1). lukisan cat minyak, (2). lukisan cat air, (3). lukisan guase, (4) lukisan tempera, (5). lukisan pastel, (6). lukisan dinding, (7). lukisan jagrag, (8). lukisan kaca, (9). lukisan enkaustik, (10). lukisan batik, (11). lukisan teknologis, (12).

kolase, (13). litogra�, (14). gra�to, (15). frottage, (16). grattage, dan (17). decalcomania. Namun begitu, cat minyak, cat air, pastel, jagrag, litogra�, batik dan kolase adalah jenis-jenis lukisan yang banyak kita jumpai.

3. Penyebab Kerusakan Lukisan

Kerusakan lukisan dapat terjadi secara �sik atau mekanik (seperti bergelombang, retak, sobek, dll.); secara biotis (jamur dan serangga); dan kimiawi (oksidasi atau penguningan pada kanvas, korosi, dll.). Gambar 3 di bawah menunjuk- kan kerusakan �sik, yaitu terkelupasnya cat sebagai akibat dari hilangnya daya rekat cat. Kerusakan ini dapat terjadi karena proses pelapukan (penuaan) yang dipercepat oleh faktor alam yang tidak mendukung. Dalam hal ini, kelembaban dan suhu udara yang tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan itu. Intensitas cahaya yang tinggi dapat mempercepat proses oksidasi (penguningan) varnis dan radiasi sinar ultra violet yang terlalu tinggi mengakibatkan kanvas rapuh.

4. Kontrol Lingkungan

Tindakan pencegahan dengan cara mencatat data klimatologi harus dilanjuti dengan mengontrol keadaan lingkungan lukisan tersebut. Cara ini dapat menghidari terjadinya kerusakan biotis, yaitu serangan jamur dan serangga. Kelembaban udara yang direkomendasikan adalah 50 – 60 %, suhu udara berkisar antara 20 – 25 oC, intensitas cahaya berkisar 100 luks untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 75 luks untuk cat air (dan sejenisnya); sedangkan radiasi ultra violetnya adalah 75 μW/Lumen untuk cat minyak (dan sejenisnya) dan 30 μW/Lumen

untuk cat air (dan sejenisnya). Fluktuasi kelembaban udara dan keadaan yang menyebabkan lukisan lembab yang mendadak harus dihindari. Karena kondisi yang dapat mengakibatkan konstraksi antara dua atau lebih bahan yang berbeda elastisitas itu dapat mengakibatkan retaknya cat atau bahkan terkelupas. Hal yang sama juga dapat menyebabkan media kertas menjadi bergelombang.

Alat-alat sederhana yang digunakan untuk mengetahui kondisi ideal untuk iklim mikro dan makro2 ini adalah psychrometer, luxmeter dan ultra violet monitor. Dehumidi�er dapat digunakan pada suatu ruangan yang harus beroperasi secara otomatis. Alat ini hanya akan menyala (beroperasi) pada saat udara lembab.

2 Iklim mikro adalah kondisi suhu, kelembaban, cahaya dan sejenisnya yang ada disekitar benda atau koleksi. Data iklim mikro biasanya dicatat di Lembar Kondisi Koleksi (seperti pada hal 14). Kalau koleksi ditempatkan dalam lemari simpan berarti iklim mikro sama dengan yang ada didalam lemari simpan. Sedangkan yang iklim makro adalah kondisi suhu, kelembaban, cahaya dan sejenisnya yang ada diluar iklim mikro. Data iklim makro biasanya dicatat di Lembar Data Klimatologi (seperti pada hal 15). Perhatikan hubungan kerusakan berbagai jenis lukisan dan iklim pada Gambar Gra�k 31- 33 pada hal. 28 & 29, dan menunjukkan kenapa cat minyak diatas kanvas (oils on canvas) paling banyak mengalami kerusakan (terutama yang mengandung Timbal [Pb], hal. 33-35). Weintraub (2002) menjelaskan pengertian dan perhitungan Equilibrium Moisture Content (EMC) dan EMC/RH isotherm bahan organik (kapas, linen, kertas, kayu, dsb.); serta kapasitas bu�ering (MH) dan rekondisi silicagel.

DehumidifierGambar 7.

BLUEAIR-Air-Purifieralat pembersih udara

Gambar 8.

Page 7: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[05]

B. MENGENAL LUKISANLukisan sebagai suatu karya seni-rupa dalam bentuk dua dimensi memiliki

unsur-unsur garis, bidang dan warna. Lukisan ini terbentuk dari beberapa bahan, seperti: kanvas (sebagai media pelukisan atau disebut sebagai 'substrat') dan cat (campuran antara pigmen dan binder atau zat-perekat), perhatikan gambar 9.

Menurut jenis substrat, macam medium (binder atau pelarut) yang digunakan untuk pigmen serta teknik penerapan zat-warna (pigmen atau bahan-celup), lukisan dapat dikelompokkan menjadi:

1). Lukisan Cat-minyak (Oil Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium minyak, bersubstrat kain kanvas, dan dilakukan dengan teknik kwas, palet dsb.

2). Lukisan Cat-air (Water-color Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium air, pada substrat kertas, dan dilakukan dengan teknik kwas dll. Pada bagian warna lukisan – yang termasuk kelompok “aquarel” – ini bersifat tembus pandang/ sinar.

3). Lukisan Akrilik (Acrylic Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium resin sintetis (pigmen yang terdispersi pada emulsi akrilik), pada substrat umumnya kanvas, dan dilakukan dengan teknik kwas, palet dsb.

4). Lukisan Guase (Gouache Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium air, pada substrat kertas dengan teknik bebas; bisa dengan teknik tuang, kwas, tiup, dll. Bagian warna pada lukisan ini tidak tembus pandang (opaque).

5). Lukisan Tempera (Tempera Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas (bisa minyak, air, kuning telur, dsb.), bersupport panel atau kayu, yang berbahan penyerap atau ‘gesso’, dan bersubstrat kertas atau kain-kanvas dan dilakukan dengan teknik biasa atau kwas.

6). Lukisan Pastel (Pastel Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium menyatu dengan pigmen, pada substrat kertas, dan dilakukan dengan teknik langsung tekan. Lukisan dengan menggunakan pensil, crayon, dsb. termasuk dalam kategori lukisan ini.

7). Lukisan Dinding (Mural atau Fresco Painting) adalah lukisan yang zat pewarnanya bermedium plester/ bebas, pada substrat dinding berplester dengan teknik bebas. Berdasarkan atas teknik yang digunakan tipe lukisan ini dibedakan menjadi dua yaitu lukisan fresco dan tempera. Lukisan fresco adalah lukisan dinding yang dilakukan pada saat plester masih basah, sedangkan lukisan tempera dilakukan pada saat plester sudah kering.

Komposisi dan campuran cat (pigmen & binder)

Gambar 9.

Binder

CAT = Pigmen + Binder

PigmenEncer

Warna monokhromatis

Pekat

Warna polikhromatis

P1

P2P3

PigmenBinder

a

b

c

Page 8: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[06]

8). Lukisan Jagrag (Panel atau Easel Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas, pada substrat kayu dengan teknik bebas (tetapi biasanya dengan kwas).

9). Lukisan Kaca (Glass Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas (ancur, gum arab, dsb.), pada substrat kaca dengan teknik bebas (biasanya dengan kwas).

10). Lukisan Enkaustik (Encaustic Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium lilin panas, pada substrat bebas dan dilakukan dengan teknik tuang-panas. Ingat, lukisan enkaustik ini berbeda dengan lukisan batik.

11). Lukisan Batik (Batik Painting) adalah lukisan yang zat pewarnanya dicelup- kan pada substrat kain, dan proses pencelupan pewarna dilakukan setelah sebagian dari permukaan substrat ditutup lilin (sebagai perintang warna) untuk membentuk subyek pelukisannya.

12). Lukisan Teknologis (Technological Painting) adalah lukisan yang catnya bermedium bebas, pada substrat bebas dan dilakukan dengan teknik elektronis (komputer).

13). Kolase (Collage) adalah suatu bentuk karya seni (lukisan) yang menerapkan bahan- bahan berwarna yang sangat beragam secara �sik, bersubstrat umumnya kain (kanvas) dan berteknik tempel. Pada kolase, bahan yang ditempelkan sangat bervariasi, seperti: kepingan kain, kertas, kayu, kaca, kawat, pasir, dll.

14). Litogra� adalah lukisan yang catnya bermedium menyatu dengan pigmen seperti pastel dan bersubstrat kertas. Tipe lukisan ini menggunakan teknik sablon atau cap dengan blok batu gamping atau sejenisnya.

15). Gra�to adalah lukisan yang zat-pewarnanya sudah menyatu dengan substrat dan dilakukan pada dinding dengan teknik gores. Gra�to atau gra�ti adalah menggores dinding yang sudah dicat terlebih dahulu, tetapi sebelum mengering disapu lagi sebanyak dua kali dengan lime-wash (oksida kalsium).

16. Frottage lukisan yang zat-pewarnanya bermedium menyatu, bersubstrat bebas, dan dilakukan dnegan teknik gosok. Frottage adalah teknik membuat gambar dari tekstur (kekasaran suatu permukaan) tertentu seperti batu, kain, dsb. Setelah kertasnya ditempatkan diatas tekstur benda tersebut, maka kertasnya digosok dengan potlot atau crayon. Contoh dari proses ini misalnya pemindahan gambar pada permukaan uang logam.

17. Grattage adalah tipe lukisan yang zat-pewarnanya sudah menyatu dengan substrat, bersubstrat kertas dan dilakukan dengan teknik gores. Grattage adalah teknik menggores cat yang masih basah dengan beberapa alat seperti sisir, garpu, pena, silet, pecahan kaca, jarum, dsb. Teknik ini memanfaatkan sifat plastis cat yang masih basah tapi sudah disapukan diatas support atau kanvas.

18. Decalcomania adalah tipe lukisan yang zat-pewarnanya sudah menyatu dengan substrat, bersubstrat kertas atau bebas dan dilakukan dengan teknik tekan atau tempel. Teknik penekanan cat yang masih basah diantara dua permukaan kanvas atau kertas. Selembar kertas ditaburi cat terlebih dahulu, kemudian lembar kertas kedua ditempelkan dan ditekan.

Page 9: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[07]

Susunan komponen pembentuk lukisan secara umum terdiri dari: support, kanvas, priming, dasar lukisan, gesso, cat dan varnis. Lihat Gambar 10.: Anatomi Lukisan dibawah ini. Adapun yang dimaksud dengan istilah-istilah pada gambar itu adalah sebagai berikut:

}

}}

KANV

ASGE

SSO

CA

TPR

IMIN

GVA

RNIS

SERAT

Cat Dasaran

reta

kan

rongga

reta

kan

Gesso Sottile

Gesso Grosso

Gambar 10. ANATOMI LUKISAN

Keterangan Gambar :

a. Support (Bahan pelindung bagian belakang kanvas, untuk kategori lukisan jagrag atau panel).Bahan: kayu jati, hard board.

b. Kanvas (barang-tenunan yang dilapisi zat, semacam kanji yang lebih dikenal dengan sebutan “priming”. Priming digunakan untuk menjaga supaya kanvas tidak menjadi kusut dan licin, serta mudah untuk dilukisi).Bahan: kain benang linen, kain benang kapas, dll.

c. Priming (lihat de�nisi butir b diatas)Bahan: campuran white-lead (bubuk timbal putih, Pigment White 1.) dalam minyak biji rami (linseed-oil) dengan minyak turpentine, dengan perbandingan 450 gram white-lead dengan 85 gram minyak terpentin. Bahan untuk priming ini dapat dibeli di toko gra�k-art dengan nama White-lead. White lead ini harus dibedakan dengan Flake-white walaupun sama-sama berbahan utama timbal karbonat dasar. Yang pertama lebih banyak mengandung minyak, dan yang kedua berupa pasta yang banyak digunakan untuk “cat minyak”.

d. Dasar Lukisan (�rst coating of ground, bahan penghalus priming yang dimaksud- kan sebagai dasar cat minyak. Bahan jenis ini lebih dikenal dengan sebutan GESSO GROSSO). Bahan: Acrylic-polymer yang berkarakter hydrophobic (kedap air).

e. Gesso (second coating of ground, bahan dasar cat-minyak dan membuat permukaan kanvas sedikit agak menyerap cat. Bahan ini dikenal dengan sebutan GESSO SOTTILE).Bahan: gypsum (calcium sulfate, CaSO4.2H2O) dan air. Pembuatan gesso dari gypsum yang mirip dengan plaster of Paris ini adalah sebagai berikut: (1). gypsum dipanggang atau dioven pada suhu antara 100 ~ 190oC., untuk menguapkan 3/4 kandungan air kristalisasinya dan menjadi CaSO4.1/2H2O; (2). campurkan 1,5 bagian air, dan diamkan sampai membentuk padatan; (3). rendam dalam air untuk membentuk pasta.

f. Cat (de�nisi: campuran antara pigmen dengan binder atau bahan perekat).

Page 10: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[08]

Proses pembuatan varnis tradisional adalah dengan cara melarutkan damar dalam minyak terpentin. Pertama-tama damar ditimbang dengan timbangan elektrik yang memiliki skala miligram. Setelah ditimbang, damar dicampur dengan minyak terpentin (grade bagus) pada beaker glass berskala volume mililiter. Damar dibungkus dengan kasa nilon - yang diikat dengan tali panjang untuk pegangan - untuk memudahkan pemindahan endapan damar. Supaya proses pelarutan dapat berjalan dengan baik, hangatkan beaker-glass tersebut diatas kompor listrik (berkasa asbes) pada suhu konstan sekitar 70oC (lihat gambar 11).

Untuk memahami lukisan secara utuh, kita tidak perlu membatasi dari de�nisi umum lukisan sebagai karya seni-rupa dalam bentuk dua dimensi yang memiliki unsur-unsur garis, bidang dan warna. Tetapi kita akan dapat mencermati jenis dan sifat bahan sebagai komponen pembentuknya, berikut proses pengkaryaannya4. Perhatikan pengertian warna dan zat warna berikut ini.

Adapun kemungkinan susunan/ lapisan cat adalah sebagai berikut:1. Underpainting (lapisan cat bawah);2. Overpainting (lapisan cat yang menindih cat bawah);3. Glazes atau Scumblings (lapisan seperti �lm yang transparan);4. Isolating varnishes atau veils. (lihat butir g dibawah).[Susunan atau lapisan cat seperti tersebut diatas berbeda dengan pengistilahan warna (cat) sebagai 'monokhromatis dan polikhromatis', lihat gambar 9 diatas].

g. Varnish (Picture Varnish sebagai pelindung; Retouch Varnish sebagai pelindung dan penimbul efek tertentu, seperti efek lembab/ basah; Mixing Varnish sebagai bahan campuran pada tabung cat-minyak yang digunakan dalam aneka teknik lukis cat-minyak; dan Isolating Varnish yang digunakan sebagai pelindung pigmen/ cat asli lukisan dalam proses tusir-warna, tetapi biasanya setelah pelapisan dengan Retouch Varnish). Bahan-bahan: 1. Picture Varnish = campuran damar3 resin dan turpentine, polycyclo-hexanone. Picture

Varnish yang terbuat dari damar berkomposisikan damar dan minyak terpentin (kualitas bagus/ bening) dengan perbandingan (konsentrasi) 1.812 gram dalam 4 liter minyak terpentin.

2. Retouch Varnish = damar atau resin sintetis. Picture Varnish yang terbuat dari damar berkomposisikan damar dan minyak terpentin (kualitas bagus/ bening) dengan perbandingan (konsentrasi) 2.265 gram (5 pound) dalam 4 liter (1 galon) minyak terpentin.

3. Mixing Varnish = damar atau resin, yang dicampur dengan linseed oil (sebagai binder) dan cat minyak. Perbandingan antara minyak binder, resin dan cat-minyak = 50:15:35.

4. Isolating Varnish = resin sintetis atau polyvinyl.

3 Damar = bahan padat bening (agak kuning) berasal dari resin/ getah tanaman damar, Agathis alba Foxw. (Pinaceae). Sifat damar adalah tidak larut dalam air, tetapi larut dalam hampir semua jenis minyak, seperti: terpentin, minyak tanah. Tanaman damar tumbuh di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Semenanjung Malaya (Malaysia). Damar sering digunakan sebagai bahan campuran malam atau lilin lebah untuk membatik. Ada beberapa kwalitas (grade) damar di pasaran, dengan nama merek dagang “Mata Kucing”, “Pedang”, dll. Damar “Mata Kucing” termasuk jenis damar kualitas nomor 1, dan sangat cocok untuk keperluan konservasi ataupun restorasi.

4 Technically, painting is the art of spreading pigments, or liquid color, on �at surface (canvas, panel, wall, paper) to produce the sensation or illusion of space, movement, texture, and form, as well as the tensions resulting from combination of these elements (Humar Sahman, op. cit.: 55).

Page 11: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[09]

Warna secara khusus dihubungkan dengan gelombang cahaya, serta distribusi panjang gelombangnya. Panjang- gelombang sinar tampak berada antara spektrum cahaya lembayung dan merah, yang mendekati antara 400 dan 700 nm. Secara �sik, warna sebuah benda diukur dan disajikan dengan kurva-kurva spektropotometrik, yang adalah potongan atau bidang fraksi cahaya datang (pantul atau tembus) sebagai sebuah fungsi panjang-gelombang melalui spektrum tampak. [1 nm = 10-9 m].

Secara psikologis dan �siologis, warna adalah hasil penglihatan yang timbul (perception) melalui signal-signal dari receptor cahaya pada mata kita kedalam otak. Sehingga warna dari kebanyakan benda adalah merupakan efek daripada cahaya terhadap pigmen (pigment), bahan- celup (dyestu�), dan bahan penyerap lainnya pada benda yang terlihat.

Zat-warna adalah substansi berwarna yang dapat dikelompokkan menjadi pigmen dan bahan-celup. Bahan-celup adalah zat-warna yang larut dalam medium-pelarut (yang biasanya air). Bahan-celup ini dapat dikelompokkan lagi menjadi bahan-celup alam (natural dyes) dan bahan-celup sintetis (synthetic dyes). Kedua jenis bahan-celup ini memiliki kekuatan tinctorial (kemampuan melarut dan memberikan warna) pada gugus-gugus kimia tertentu yang disebut chromophores. Chromopores ini menyebabkan molekul bahan celup memantulkan panjang-gelombang tertentu. Pada molekul bahan-celup terdapat juga gugus-gugus kimia lain yang disebut auxochromes yang mengatur pelarutan molekul dan membantu pengikatan bahan-celup terhadap substrat (serat). Secara kimiawi (didasarkan pada konstitusi kimianya), bahan-celup dikelompokkan menjadi 25 klas, seperti: carotenoids, anthraquinones, dst. Tetapi menurut keadaan kimiawi dan aplikasinya, bahan-celup biasanya dikelompokkan secara sederhana menjadi: bahan-celup asam (acid-dyes), bahan-celup basa (basic-dyes), bahan-celup bejana (vat-dyes), dst.

Pigmen adalah zat yang tidak larut dalam medium pelarut. Pigmen tidak memiliki daya-ikat (a�nity) dengan substratnya, sehingga dalam aplikasinya memerlukan zat-perekat (binder). Menurut sumbernya, pigmen dapat dibedakan menjadi pigmen organik (organic pigment) yang berasal dari jasad-hidup dan pigmen anorganik (inorganic pigment) yang biasanya diperoleh dari mineral. Tetapi secara kimiawi, pigmen dapat dikelompokkan menjadi pigmen Azo dan pigmen non-Azo (dalam 12 klas).

Warna dan zat-warna pada lukisan adalah unsur-unsur yang tidak dapat dipisahkan. Karena warna tertentu dihasilkan dari zat-warna tertentu, begitu pula sebaliknya. Komposisi atau perpaduan beberapa (zat-) warna tentunya menghasilkan (zat-) warna tertentu pula. Dalam ilmu bahan, kita memerlukan model pendekatan ilmu tertentu untuk menjabarkan unsur 'warna' dan 'zat-warna' ini secara terinci. Dari de�nisi-de�nisi beserta penjabaran tersebut diatas, kita dapat mempelajari “lukisan” dengan unsur- unsur terpentingnya. Sehingga lukisan dapat ditinjau dari sudut kesenirupaan sampai ke teknik penerapan dan ilmu bahan (gaya dan teknik pelukisan).

Kain Kasa

beak

er

Damar

Kompor

kasa

asb

es

terp

entin

Gambar 11.Cara Membuat VarnisSecara Tradisional

Page 12: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[10]

Warna biasa dipandang sebagai sesuatu yang memiliki ruang bermatra tiga (3D), lihat gambar 12. Suatu pandangan atau konsep ini dikenal sebagai 'sistem warna tiga dimensi' (sistem ini sangat dikenal oleh para pelukis, ilmuwan bahan warna, ataupun konservator). Ada- pun yang dimaksudkan dengan warna-3D adalah sebagai berikut:

1. Warna (hue), yang adalah suatu sebutan warna benda baik secara psikologis ataupun �siologis, dan telah lazim/ dikenal selama bertahun-tahun. Sebagai contoh sehingga kita sering menyebutkan warna benda adalah merah, kuning atau hijau. Dan hanya dengan bekal pengalaman dan pengetahuan warna ini, kita dapat memperoleh warna hijau dengan mencampurkan (zat-) warna biru dengan kuning saja.

2. Kepekatan (saturation), yang adalah sebutan seberapa jauh suatu warna benda mendekati sumbu terang (gray atau lightness axis). Kepekatan pada warna ini biasa dikenal sebagai nada (chroma), karena sebutan ini menyatakan pekat-tidaknya suatu warna. Dengan pengertian ini, satu gram cat-air warna kuning yang dicampur dengan satu sendok air dapat disebut sebagai warna kuning yang memiliki kepekatan lebih tinggi, jika dibandingkan dengan satu gram cat-air yang dicampur dengan lima sendok air. Perhatikan kepekatan yang mempengaruhi komposisi suatu cat pada gambar 9a dan 9b diatas.

3. Gelap/ terang (value atau lightness), yang adalah suatu sebutan warna benda dikaitkan dengan intensitas cahaya. Sebutan ini untuk menyatakan apakah warna-benda itu gelap (hitam) atau terang (putih). Dengan pengertian ini, sepuluh gram cat-air warna kuning yang dicampur dengan satu gram cat-air warna hitam akan menghasilkan campuran cat-air yang berwarna kuning lebih gelap, jika dibandingkan dengan sepuluh gram cat air warna kuning yang tidak dicampur.

Gambar 12.

Chroma Meter (Konica-Minolta R-410)Alat Perekam Data Warna Handheld XRF Spectrometer

Alat Identi�kasi Unsur/ Elemen Logam

Gambar 13.Gambar 14.

Warna 3 Dimensi (3D)

Page 13: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[11]

C. KONSERVASI LUKISANPekerjaan konservasi dapat dilakukan apabila tenaga konservasi (selanjutnya

disebut konservator)5 telah mengenal bahan pembentuk benda yang akan ditangani; dan jenis kerusakan yang sedang dihadapi. Hampir semua bahan - khususnya benda organik - sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti kelembaban, suhu udara, dan radiasi cahaya. Disamping faktor internal dan eksternal tersebut, kerusakan sering terjadi karena kesalahan penggunaan bahan atau cara pelaksanaan konservasi yang keliru. Dalam kasus semacam ini, konservator benda organik diwajibkan dapat memilah atau menggolongkan benda koleksi menurut jenis bahan pembentuknya, serta mengidenti�kasikan berbagai jenis bahan, berikut sifat-sifatnya (�sik dan kimiawi).

Konservasi adalah suatu tindakan yang bersifat kuratif – restoratif (penghentian proses kerusakan dan perbaikannya) dan tindakan yang bersifat preventif (peng- hambatan dari kemungkinan proses kerusakan). Konservasi benda koleksi museum menurut American Association of Museums (AAM 1984:11) dirujuk kedalam 4 tingkatan. Pertama adalah perlakuan secara menyeluruh untuk memelihara koleksi dari

kemungkinan suatu kondisi yang tidak berubah; misalnya dengan kontrol lingkungan dan penyimpanan benda yang memadai, didalam fasilitas penyimpanan atau displai;

Kedua adalah pengawetan benda, yang memiliki sasaran primer suatu pengawetan dan penghambatan suatu proses kerusakan pada benda;

Ketiga adalah konservasi restorasi secara aktual, perlakuan yang diambil untuk mengembalikan artifak rusak atau 'deteriorated artifact' mendekati bentuk, desain, warna dan fungsi aslinya. Tetapi proses ini mungkin merubah tampilan luar benda; dan

Keempat adalah riset ilmiah secara mendalam dan pengamatan benda secara teknis. Perhatikan Tabel 1.: Metode Analisis Benda dan Bahan.

Kesimpulan dari keempat tingkatan konservasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tingkat I dan II merentangkan pendanaan konservasi yang luar biasa besar tetapi

menghasilkan jumlah koleksi yang terbanyak. Tenaga teknis konservasi yang terlatih dibawah supervisi konservator biasanya mampu melaksanakan tugas ini, dan

2. Tingkat III dan IV biasanya diperuntukkan pada pekerjaan-pekerjaan yang cukup penting, yang mana memerlukan cukup biaya dan waktu; serta memerlukan keahlian konservator yang terlatih secara profesional.

Sedangkan Lodewijks dan Leene menyimpulkan bahwa metode konservasi benda koleksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

1. Metoda restorasi yang secara prinsip diarahkan pada pengembalian kekondisi aslinya; dan

2. Metoda konservasi yang dimaksudkan untuk melestarian the status quo (keadaan tetap pada suatu saat tertentu).

5 Konservator adalah orang yang mampu melakukan pengamatan (kajian), berpikir analitik, dan melaksanakan konservasi karya seni, artefak, relik, dan benda lain dengan menggunakan metode atau teknik yang benar. Konservator harus memiliki pengetahuan cukup tentang metode dan teknik konservasi; serta dapat memilih dan menerapkan bahan (materials) atau alat dalam proses konservasi dengan baik. Mereka dapat pula mengkhususkan diri pada satu atau lebih bidang konservasi, seperti: batu, logam, kayu, tekstil, lukisan, karya seni bermedia kertas, buku, (pita) �lm, pita perekam suara, foto, atau benda lain bermedia komplek (campuran).

Page 14: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

dibersihkan dengan bahan-bahan pelarut khusus, seperti dengan white spirits, 2-ethoxyethanol, larutan campuran antara ethanol dengan aceton (1:1), aseton atau dengan toluen. Walaupun varnis ini berfungsi sebagai pelindung dan karena pertimbangan fungsi (estetika), varnish yang menguning karena proses oksidasi atau penuaan (aging) perlu diganti dengan varnis baru.

[12]

Pilihan antara restorasi dan konservasi lukisan terletak pada faktor rasional, sebagian lagi dari faktor irasional seperti estetika dan perasaan-perasaan lain. Ketika sebuah lukisan mewakili suatu fungsi, seperti hiasan dinding, maka lukisan akan lebih diarahkan pada metode restorasi. Pada suatu karya yang pada umumnya tidak memiliki representasi fungsi, maka metode konservasi sebaiknya diputuskan dengan hati-hati. Pada proses paling awal, konservasi dimulai dengan pembersihan, yang kadang-kadang menjadi kon�ik dengan persyaratan tertentu.

Pembersihan kotoran dari permukaan lukisan merupakan langkah paling awal daripada pelaksanaan konservasi. Dalam hal ini, konservator lukisan harus dapat mengenali dua kategori kotoran, yakni kotoran yang larut dan kotoran yang tidak larut dengan bahan-bahan pelarut. Bahan pelarut itu dapat berupa air ataupun bahan-pelarut organik seperti etanol, acetone dsb. Ia juga harus dapat membedakan antara kotoran dan komponen daripada lukisan itu sendiri. Selanjutnya, metoda pembersihan yang mudah, efektif, dan bersifat aman haruslah dapat ditunjukkan oleh seorang konservator. Perhatikan gambar potongan melintang pada suatu lukisan yang menunjukkan dimana kotoran itu berada.

Atribut Formal = segala sesuatu yang bisa diukur (ukuran panjang dan lebar, volume, garis-tengah, berat, dll.);Atribut Stilistik = segala hal yang berhubungan dengan rasa atau estetika, seperti: bentuk, pola hias kain

(tata-letak hiasan), motif (bentuk hiasan), warna, dsb.; Atribut Teknologis = segala hal yang berhubungan dengan proses pembuatan (bahan dan teknik).

PROVENANCEEthnographic Features: origin,

function, etc.

COMPLETE OBJECTDescriptionOrientation

SUBJECTSANALYTICAL METHODS

(object and their attributes: formal, stylistic and technical)

Socio Cultural Anthropology,Ethnography, Art History, Semiotic

- Iconography, etc.

STRUCTURAL OR TEXTURAL GREATER THAN 0.1 MM

(fabric construction, metal thread structure, etc.)

Visual Examination (eye, glass, microscope)

Ultra-Violet Light Examination

Diffraction (x-ray, neutron, optical and

electron)

Optical Examination(transmission, reflection)

Electron Microscopy (SEM, TEM, STEM)Electron Microbeam Analysis

Spectroscopic Examination (neutron, infra-red, optical & x-ray)

Chromatographic Analysis(paper, TLC, GC, PyGC and HPLC)

OBJECT STRUCTURE COMPLETE STRUCTURE(form, design/ layout, etc.)

Typology, Stylistic Analysis, etc.

MACRO STRUCTURE

MICRO STRUCTURE

CRYSTAL STRUCTURE

ELEMENTAL STRUCTUREand

COMPLEX COMPOUNDS

STRUCTURAL OR TEXTURAL SMALLER THAN 0.1 MM

(fiber morphology, cross-section materials, etc.)

METALLIC ELEMENTS AND OTHERS

(weighting metal salts, mordant, corrossion products, etc.)

METALLIC ELEMENTS,DYES AND OTHERS

(pigments, dyes, adhesives,polymers, etc.)

METODE ANALISIS BENDA DAN BAHAN [Perlu disesuaikan untuk Senirupa]

12

3

4

5

6

NoTabel 1.

Debu yang mengandung unsur logam dapat berfungsi sebagai katalis proses kerusakan secara kimiawi. Pada jenis kotoran seperti ini yang terletak pada posisi H (pada gambar 15) dapat langsung dikuas dengan kwas halus pada permukaan bagian depan dan belakang lukisan tanpa harus membongkarnya. Varnis (G) adakalanya harus

Page 15: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

dibersihkan dengan bahan-bahan pelarut khusus, seperti dengan white spirits, 2-ethoxyethanol, larutan campuran antara ethanol dengan aceton (1:1), aseton atau dengan toluen. Walaupun varnis ini berfungsi sebagai pelindung dan karena pertimbangan fungsi (estetika), varnish yang menguning karena proses oksidasi atau penuaan (aging) perlu diganti dengan varnis baru.

[13]

Jenis perlakuan pada lukisan bermedia kertas (gra�s) adalah pencucian dengan cara kering, yakni pembersihan debu dan kotoran lain dengan kapas yang dilembabi dengan air distilasi dicampur dengan alkohol (1:1) dan sabun Triton X-1006. Pengelantangan dengan hidrogen peroksida (20%)7 dilakukan pada media kertas yang terdiskolorasi oleh jamur (foxing), yang diikuti dengan pembilasan dengan air-distilasi dicampur dengan alkohol.

Dengan mempertimbangkan Lembar Kondisi Lukisan dan Data Klimatologi dibawah, kita dapat membuat skala prioritas dan jenis pekerjaan konservasi secara langsung. Lukisan berkondisi rapuh atau mudah terkelupas, lukisan harus diperkuat sementara dengan kertas penguat khusus atau washi8 yang direkatkan dengan bahan perekat polyvinyl acetat (PVAc). Setelah pembersihan kotoran permukaan lukisan dilakukan, maka lukisan baru dapat diperkuat secara tetap. Caranya adalah dengan menggunakan malam lebah dicampur dengan damar dan minyak turpentin (ramuan bahan khusus ini selanjutnya disebut sebagai WRA-559)9. Pada bagian kanvas yang catnya terkelupas diperlukan tahap pendempulan dengan pasta yang terbuat dari gipsum dengan emulsi polyvinyl acetat (PVAc)10. Jika permukaan dempul (tekstur) sudah disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya, baru proses tusir (inpainting) dapat dilakukan. Penyesuaian tekstur permukaan kanvas ini meliputi arah sapuan kuas atau bentuk alat-tuang cat lain, dan dimaksudkan untuk memberi efek pantul warna yang sesuai.

Pengamatan Struktur Lukisan (kotoran, varnis & cat lukisan)

6 Cara pembersihan debu dan pembilasan dengan kapas atau handuk bersih yang dilembabi ini lazim disebut sebagai swabbing.

7 Pengelantangan dapat pula dilakukan dengan cara perendaman selama lima menit dengan larutan Potasium permanganat (0,5 ~ 5%), yang kemudian diikuti dengan pembilasan dalam larutan Natrium tiosulfat 5%.

8 Yang dimaksud dengan kertas khusus atau washi di sini adalah kertas yang memiliki elastisitas tinggi walaupun dalam keadaan basah. Jenis kertas ini biasanya memiliki serat-serat panjang dan banyak dibuat di Jepang, ada juga yang dibuat diluar Jepang (dengan teknologi pembuatan yang sama atau mirip dilakukan di Jepang, yakni buatan tangan atau hand-made paper), dan di Jepang disebut sebagai kertas washi.

9 Untuk membuat wax-resin-adhesive (WRA-559) dibuat dalam perbandingan volume. Sehingga malam-lebah dan damar yang berbentuk padat setelah ditimbang (untuk diketahui beratnya), baru dicairkan (dipanaskan) untuk mengetahui volumenya. Setelah semua satuan ukuran dikonversi ke volume, kita akan dengan mudah mendapatkan perbandingan yang diinginkan. Prosedur ini harus diikuti, mengingat grade bahan seperti malam-lebah dan damar tidak selalu tetap.

10 Cara membuat pasta-dempul jenis lain adalah dengan teknik thermosetting (seterika), yaitu dengan cara mencampurkan bubuk gipsum (kalsium sulfat) dalam larutan encer dan panas WRA-559. Adapun perbandingannya adalah 5 sampai 10 gram kalsium karbonat dalam 10 ml larutan panas WRA-559.

A = S

uppo

rt (K

ayu,

Tripl

eks,

Hard

board

, dll.)

; = K

anva

s/ Da

sar L

ukisa

n; C

= Prim

ing; D

= GE

SSO;

E = D

asar

Cat;

F = C

at L

ukisa

n; G

= Va

rnis;

H =

Koto

ran,

Deb

u, d

ll.

F

E

DCB

G

A

12

H

Gambar 15.

Debu yang mengandung unsur logam dapat berfungsi sebagai katalis proses kerusakan secara kimiawi. Pada jenis kotoran seperti ini yang terletak pada posisi H (pada gambar 15) dapat langsung dikuas dengan kwas halus pada permukaan bagian depan dan belakang lukisan tanpa harus membongkarnya. Varnis (G) adakalanya harus

Page 16: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[14]

Pen

guat

an d

an K

onso

lidas

ipe

ngua

tan

cat d

enga

n pe

reka

t: lili

n, d

sb.

peng

uata

n ka

nvas

/ sub

stra

t dg.

per

ekat

.pe

rbai

kan

kanv

as/ s

ubst

rat.

perb

aika

n/ k

onso

lidas

i cat

, dll.

LEM

BAR

KO

ND

ISI L

UK

ISA

NFo

rm. L

KLu-

Luki

san/

PSI/

2015

isidnoK

Nam

a S

enim

anJu

dul K

arya

.vnI .oN

No.

Uku

ran

dan

Tahu

n

BA

HA

NPE

MB

ENTU

KB

END

A

Loka

si:

Prio

ritas

Tin

daka

n :

A. Se

gera

C. R

enda

hB.

Seda

ng

C.m

inya

kC

at a

irTi

nta

Akr

ilik

Pas

tel

Kra

yon

Oth

er...

Kan

vas

Ker

tas

Kay

uK

aca

Loga

mO

ther

...

C.m

inya

kA

quar

elP

aste

lG

uase

Tem

pera

Lito

graf

iB

atik

Fres

coE

nkau

stik

Kol

ase

Gra

ffito

Frot

tage

Oth

er...

Lain

-lain

Lain

-lain

Lain

-lain

JEN

IS C

AT

JENI

S M

EDIA

(SUB

STRA

T)

TEK

NIK

Kot

orLe

mak

Dep

osit

Rap

uhP

atah

Ret

akD

isto

rsi

Gelom

bang

Gor

esS

obek

Kel

upas

Luba

ngB

asah

Ker

ing

Jam

urS

eran

gga

Bus

ukO

ther

...

Kar

atK

rista

lO

ksid

asi

Pud

ar

Lapu

kB

auN

oda

Oth

er...

FISI

K:

BIO

TIS:

LAIN

:

KIM

IAW

I:

No

Foto

:

Lain

-lain

Lain

-lain

Lain

-lain

Bai

kR

usak

Rin

gan

Rus

akR

usak

Ber

atO

ther

...

KOND

ISI S

PANR

AM:

Lain

-lain

Bai

kR

usak

Rin

gan

Rus

akR

usak

Ber

atO

ther

...

KOND

ISI P

IGUR

A:

Lain

-lain

Pem

bers

ihan

ring

an (k

was,

vac

uum

, dll.)

air

whi

te-s

pirit

turp

entin

air s

abun

(am

onia

)

2-et

hoxy

eth

anol

petro

lium

alko

hol

2-ac

eton

alco

hol

Pen

yem

purn

aan

(fini

shin

g tre

atm

ent)

isol

atin

g (v

arni

sh)

inpa

intin

g (+

mix

ing

varn

ish)

dres

sing

/ ret

ouch

ing

(var

nish

)(r

e)va

rnis

hing

Per

laku

an b

iotis

(fum

igas

i, ds

b.)

Per

laku

an la

in.

CA

TATA

N:

USU

LAN

TIN

DAKA

N K

ON

SERV

ASI :

KON

DISI

IKLI

M D

AN B

ENDA

SAA

T PE

NG

AMAT

AN :

A. In

tens

itas C

ahay

a (L

ux)

B. R

adia

si U

V ( μ

W/L

mn)

-C.

Suh

u U

dara

(0 C)

------

--D.

Suh

u Pe

rmuk

aan

(0 C) -

-

E. K

elem

baba

n Ud

ara

(%)

F. Ka

ndun

gan

Air (

%) -

-G.

Kea

sam

an (p

H) --

----

H. P

olus

i Uda

ra --

------

--I.

Cata

tan:

....

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

.

= ...

......

(....

....)

= ...

......

(....

....)

= ...

......

(....

....)

= ...

......

(....

....)

= ...

......

(....

....)

= ...

......

(....

....)

= ...

......

(....

....)

= ...

......

(....

....)

Pem

bers

ihan

lem

ak, v

arni

s, d

sb.

deng

an p

elar

ut:

I.

III.

IV.

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

V. U

SULA

N U

JI BA

HAN

(LAB

) DAN

TAM

BAHA

N :

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

...

VI. T

EKN

IK P

ENG

AMAT

ANA.

Mat

a bi

asa

(tanp

a-al

at)

B. K

aca

Pem

besa

rC.

Mik

rosk

op.

.....

......

.....

XD.

.....

......

......

......

......

......

....

E. ..

......

......

......

......

......

......

.F.

......

......

......

......

......

......

....

VII.

TAN

GG

AL P

ENG

AMAT

AN

Tand

atan

gan

Obs

erva

tor,

Kons

erva

tor,

dll.

Nam

a :

....

......

......

......

......

......

......

......

(DD/

MM

/YYY

Y) ...

......

......

......

......

......

......

.....

A.

B.

C.

C.

B.

A.

D.

E. F.

G.

5.

6.

7.

8.

II. K

ON

DISI

SAA

T PE

NGA

MAT

AN :

Baik

Cuku

pRu

sak

Hanc

urAk

tif

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

1.

2.

3.

4.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

1.

2.

3.

4.

5.

1.

2.

3.

4.

5.

01.

02.

03.

04.

05.

06.

07.

08.

09.

10.

11.

12.

13.

14. 1.

2.

3.

4.

5.

6.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

A.

B.

C.

D.

E.

F.

G.

1.

2.

3.

4.

1.

2.

3.

4.

1.

2.

3.

4.

......

......

......

...

Gra

ttage

LEM

BAR

KO

ND

ISI K

OLE

KSI

Form

. LKK

o-U

mum

/PSI

/201

5

No.

No.

Inv.

Nam

a Be

nda

Uku

ran

Kond

isiKe

tera

ngan

I. BA

HAN

:

A. N

on L

ogam

1. B

atu

2. K

aca

3. K

eram

ik4.

Ple

ster

5. S

emen

6. La

inB.

Loga

m1.

Em

as2.

Per

ak3.

Tim

ah4.

Tem

baga

5. Be

si6.

Lain

C. S

elul

ose

1. K

ayu

2. K

ulit

3. B

ambu

4. R

otan

5. A

nyam

an6.

7.

Lain

D. P

rote

in1.

Kul

it2.

Bul

u3.

4.

Lain

E. La

in-la

in1.

Tula

ng2.

Ker

ang

3. P

igm

en/ C

at4.

Man

ik-m

anik

5. R

esin

6. La

in

ORGANIKANORGANIK

II. K

ON

DIS

I SA

AT P

ENG

AM

ATA

N :

A. F

isik

01. R

apuh

02. K

otor

03. L

emak

04. K

elup

as05

. Gor

es06

. Ret

ak07

. Pat

ah08

. Hila

ng09

. Bas

ah10

. Ker

ing

11. L

ain

B. K

imia

wi

1. La

puk

2. P

udar

3. K

oros

i4.

Oks

idas

i

gar

am8.

Lain

5. B

au6.

Nod

a7.

Kris

tal

C. 1.

Jam

ur (F

ungi

)2.

Sera

ngga

(Ins

ect)

3. G

angg

ang (

Alga

e)4.

Lum

ut (M

oss)

5. Lu

mut

-kera

k (Lic

hens

)6.

Lain

[ ....

... %

][ .

......

%]

[ ....

... %

][ .

......

%]

[ ....

.. %

]

No.

Fot

o:

D. C

atat

an:

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

.....

III. K

ON

DISI

IKLI

M D

AN B

ENDA

SAA

T PE

NG

AMAT

AN :

A. In

tens

itas C

ahay

a (L

ux)

B. R

adia

si U

V ( μ

W/L

mn)

-C.

Suh

u U

dara

(0 C)

------

--D.

Suh

u Pe

rmuk

aan

(0 C) -

-

E. K

elem

baba

n Ud

ara

(%)

F. Ka

ndun

gan

Air (

%) -

-G.

Kea

sam

an (p

H) --

----

H. P

olus

i Uda

ra --

------

--I.

Cata

tan:

....

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

= ...

......

(....

....)

= ...

......

(....

....)

= ...

......

(....

....)

= ...

......

(....

....)

= ...

......

(....

....)

= ...

......

(....

....)

= ...

......

(....

....)

= ...

......

(....

....)

IV. U

SULA

N P

ERAW

ATAN

DAN

PEN

GAW

ETAN

:

V. U

SULA

N U

JI BA

HAN

(LAB

) DAN

TAM

BAHA

N :

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

.....

VI. T

EKN

IK P

ENG

AMAT

ANA.

Mat

a bi

asa

(tanp

a-al

at)

B. K

aca

Pem

besa

rC.

Mik

rosk

op.

.....

......

.....

XD.

.....

......

......

......

......

......

....

E. ..

......

......

......

......

......

......

.F.

......

......

......

......

......

......

....

VII.

TAN

GG

AL P

ENG

AMAT

AN

Tand

atan

gan

Obs

erva

tor,

Kons

erva

tor,

dll.

Nam

a :

....

......

......

......

......

......

......

......

(DD/

MM

/YYY

Y) ...

......

......

......

......

......

......

.....

......

......

......

......

.....

......

......

......

.....

F. Ca

tata

n

Prio

ritas

Tin

daka

n :

Loka

si Be

nda

:A.

Sege

raC.

Ren

dah

B. Se

dang

Bioti

s

Teks

til

Teks

til

Baik

Cuku

pRu

sak

......

......

......

......

..Ha

ncur

Aktif

7. Pe

rung

gu

A. P

embe

rsih

an1.

koto

ran/

deb

u de

ngan

:

2. ka

rat,

noda

, dll.

den

gan

cara

:3.

4.

B. P

engu

atan

/ kon

solid

asi

1. P

erla

kuan

ben

da ra

puh

deng

an:

2. P

engu

atan

ben

da ra

puh d

enga

n:

3.

C. R

esto

rasi

1. Pe

ngem

balia

n be

ntuk

/ war

na(p

ende

mpula

n, ar

aldite

, tusir

war

na, d

ll)2.

Perb

aikan

fung

si / m

ekan

is be

nda

(repa

rasi

meka

nis, p

engg

antia

n bah

an, d

ll)3.

Lain

D. P

enga

wet

an1.

Stab

ilisas

i kar

at (m

engh

amba

t, men

ghen

tikan

pr

oses

koro

si, d

ll.)2.

3.

4.

5. La

inE.

Tre

atm

en T

amba

han

dan

Cata

tan

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

Mem

atika

n jam

ur, in

sek d

enga

n:

Mem

atika

n gan

ggan

g, lum

ut, ja

mur k

erak

dg.:

larut

an 1%

Hiv

ar X

L, a

tau

......

......

......

.....

Coati

ng/ l

amin

asi d

enga

n:

Lain

lemak

/ min

yak d

enga

n:

Lain

a. kw

asb.

vacu

umc.

pelar

ut ai

rd.

pelar

ut ki

mia

e. m

ekan

isf.

lain

......

......

......

......

......

......

......

......

.

a. m

ekan

isb.

kim

iac.

elekt

rolis

isd.

lain

......

......

......

......

......

......

......

......

.

a. ai

r + de

terje

n b.

etan

ol + d

eter

jenc.

pelar

ut ki

mia

d. la

in...

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

...

b. ko

nsoli

dan (

peny

empr

otan

pere

kat,

dll.)

a. pe

ngua

tan k

onstr

uksi

(mou

nting

, pe

ndob

elan k

ain, d

ll.)

c. la

in...

......

......

......

......

......

......

......

.....

......

......

......

......

......

......

......

......

..

......

......

......

......

......

......

......

......

......

.

a. fu

miga

sib.

pend

ingina

n (fre

ezing

)c.

lain

......

......

......

......

......

......

......

......

a. lil

in m

ikrok

rista

linb.

Para

loid B

72 (..

..... %

w/v

in ...

........

...)c.

lain

......

......

......

......

......

......

......

a. ua

p air

b. m

inyak

d. la

in...

......

......

......

......

......

......

......

....

c. m

erat

akan

......

......

......

......

.....

......

......

......

.....

......

......

......

......

.....

......

......

......

......

......

.....

......

......

......

......

......

......

......

......

...

......

......

......

......

.

......

......

......

......

.

E.

Lembar Kondisi Koleksi dan Lukisan

Page 17: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[15]

LEMB

AR D

ATA

KLIM

ATOL

OGI -

KELE

MBAB

AN &

SUH

U

Kele

mba

ban

Kete

rang

anSu

huG

edun

g da

n Ru

ang

Wak

tuTa

ngga

l

Cata

tan

:Tg

l. Pe

lapo

ran

:

Tand

atan

gan

Nam

a Pe

lapo

r :

Form

. LDK

-KS/

PSI/

2015

Nam

a A

lat :

Tgl.

Tera

khir

Kal

ibra

si:

Min

ggu

:

Pros

edur

K

alib

rasi

:

LEMB

AR D

ATA

KLIM

ATOL

OGI -

CAHA

YA &

UV

- SP,

KA

& pH

Cat

atan

:Tg

l. P

elap

oran

:

Tand

atan

gan

Nam

a P

elap

or :

Inte

nsita

sKe

tera

ngan

Radi

asi

Jeni

s La

mpu

[Merk

, Watt

, Pija

r/ Pen

dar/ L

ED]

Wak

tuG

edun

g, R

uang

,Le

mar

i

Tang

gal :

Nam

a Al

at :

INTE

NSITA

S CA

HAYA

(IC)

dan

RAD

IASI

ULT

RA V

IOLE

T (R

UV)

Form

. LDK

-IC,R

UV,

SP,K

A,pH

/PSI

/201

5

Kete

rang

an

Tang

gal :

Nam

a A

lat :

SUHU

PER

MUKA

AN B

ENDA

Nam

a, N

o. In

v da

nJe

nis

Bend

aW

aktu

Jeni

s La

mpu

Suhu

Jara

kG

edun

g, R

uang

,Le

mar

i

Kete

rang

an

Tang

gal :

Nam

a A

lat :

KAND

UNGA

N AI

R da

n KE

ASAM

AN (p

H) B

ENDA

Nam

a, N

o. In

v da

nJe

nis

Bend

aW

aktu

Kand

unga

n Ai

rpH

Ged

ung,

Rua

ng,

Lem

ari

Ada

3 j

enis

lam

pu :

1.

Pija

r (in

cand

esce

nt);

2. P

enda

r (fl

uore

scen

t);

3.

LED

(li

ght-e

mitt

ing

diod

e).

Inte

nsita

s ca

haya

lam

pu p

ijar

hany

a 15

lum

en p

er w

att,

dan

90%

en

ergi

lis

trik

diub

ah k

e pa

nas.

Usi

a hi

dup

lam

pu h

anya

1.

000

jam

ata

u 4

bula

n (p

emak

aian

8 j

am p

er h

ari).

In

tens

itas

lam

pu p

enda

r 67

lum

en p

er w

att &

usi

a ra

ta-r

ata

lam

pu 1

0.00

0 ja

m. I

nten

sita

s la

mpu

LED

70

- 10

0 lu

men

pe

r wat

t & u

sia

rata

-rat

a la

mpu

50.

000

jam

.

Lembar Survai Klimatologi

Page 18: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

Jamur

Jamur

b

a

c

Serat lapuk

Spora jamur

[16]

Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-

kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang

baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan

tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini

mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel

bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.

Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,

sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup

dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.

Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap

yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita

akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan

pada sebagian lukisan terserang rayap.

atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

Gambar 16. a. Jamur tumbuh hampir pada seluruh permukaan lukisan;b. Pengamatan dengan Mikroskop Skening Elektron untuk mengetahui

tingkat kerusakan kanvas/ kain;c. Pengamatan dengan Mikroskop Skening Elektron untuk mengetahui

tingkat pertumbuhan dan jenis jamur.

a. Pembersihan

Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).

b. Penguatan

Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).

Lukisan berjudul Legong

karya Roland Strasser yang

semula berkondisi sangat rapuh

dan sebagian catnya yang tipis

itu terkelupas telah diperkuat

dengan bahan WRA-559 menjadi

kuat kembali. Pekerjaan tusir

warna dilakukan setelah seluruh

permukaan lukisan ditutup

dengan varnis yang berbahan

dasar polyvinyl. Dengan varnis

pelindung ini bahan warna

tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai

Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena

tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah

varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan

yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses

pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses

penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek

memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur

yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu

susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan

dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu

dengan pengamatan ultra violet.

“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.

e. Pengepakan dan Transportasi

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

f. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.

c. Penyempurnaan

Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.

Page 19: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

paku berkarat

a b

[17]

Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-

kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang

baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan

tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini

mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel

bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.

Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,

sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup

dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.

Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap

yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita

akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan

pada sebagian lukisan terserang rayap.

atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

Gambar 17a. menunjukkan sisi bawah lukisan telah termakan bubuk.

Gambar 17b. menunjukkan close-up pada semua sisi lukisan. Bagian ini menunjukkan paku berkarat dan perbedaan kanvas asli dan kanvas dobelan.

a. Pembersihan

Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).

b. Penguatan

Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan

Gambar 18.Membersihkan kotoran debu dan

mengangkat varnis lama untuk memunculkan warna asli.

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).

Lukisan berjudul Legong

karya Roland Strasser yang

semula berkondisi sangat rapuh

dan sebagian catnya yang tipis

itu terkelupas telah diperkuat

dengan bahan WRA-559 menjadi

kuat kembali. Pekerjaan tusir

warna dilakukan setelah seluruh

permukaan lukisan ditutup

dengan varnis yang berbahan

dasar polyvinyl. Dengan varnis

pelindung ini bahan warna

tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai

Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena

tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah

varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan

yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses

pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses

penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek

memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur

yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu

susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan

dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu

dengan pengamatan ultra violet.

“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.

e. Pengepakan dan Transportasi

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

f. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.

c. Penyempurnaan

Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.

Page 20: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

a cb

cat terangkat

Gambar 20.a. Seluruh permukaan kotor, sebagian cat terkelupas dan varnis kuning;b. Pelemasan (relaksasi) sekaligus penguatan cat yang terangkat dengan

perekat thermosetting (WRA-559);c. Setelah proses penguatan cat, permukaan lukisan baru bisa dibersihkan.

[18]

Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-

kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang

baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan

tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini

mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel

bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.

Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,

sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup

dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.

Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap

yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita

akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan

pada sebagian lukisan terserang rayap.

atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

a. Pembersihan

Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).

b. Penguatan

Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan

a bGambar 19. a. Seluruh permukaan kotor dan sebagian cat terkelupas;

b. Setelah pembersihan kotoran dan varnis lama, priming (pendempulan), tusir warna (inpainting) dan varnis.

cat terkelupas

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).

Lukisan berjudul Legong

karya Roland Strasser yang

semula berkondisi sangat rapuh

dan sebagian catnya yang tipis

itu terkelupas telah diperkuat

dengan bahan WRA-559 menjadi

kuat kembali. Pekerjaan tusir

warna dilakukan setelah seluruh

permukaan lukisan ditutup

dengan varnis yang berbahan

dasar polyvinyl. Dengan varnis

pelindung ini bahan warna

tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai

Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena

tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah

varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan

yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses

pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses

penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek

memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur

yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu

susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan

dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu

dengan pengamatan ultra violet.

“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.

e. Pengepakan dan Transportasi

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

f. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.

c. Penyempurnaan

Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.

Page 21: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[19]

Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-

kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang

baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan

tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini

mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel

bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.

Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,

sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup

dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.

Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap

yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita

akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan

pada sebagian lukisan terserang rayap.

atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

a. Pembersihan

Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).

b. Penguatan

Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan

Melamin Board

glass fabric

painting

Seb

elu

m P

emb

ersi

han

Sesu

dah

Pem

ber

sih

an,

Seb

elu

m P

eng

uat

an C

at

Kanvas

Cat

{Priming

GAMBAR ANATOMI LUKISAN

Rongga bawah retakan terisi varnis/ linseed oil

Sesudah Pembersihan,Sebelum Penguatan Cat

Sesudah Pembersihan,Sesudah Penguatan Cat,

Sesudah Relaksasi Cat & Kanvas

Varnis/ linseed oil begitu tebal & mengkilap

abb

d

eFINISHING TREATMENTS:Priming, Tusir warna (inpainting),

Retouching & protecting varnish.

Detail

illus

trate

d by

Prim

asto

ria 2

015 for academic use

c SUPPORTS:Back-up lukisan denganmelamin board yangdilindungi dengan kain organdi

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).

Gambar 21.

Ilustrasi Teknis Restorasi Lukisan

Lukisan berjudul Legong

karya Roland Strasser yang

semula berkondisi sangat rapuh

dan sebagian catnya yang tipis

itu terkelupas telah diperkuat

dengan bahan WRA-559 menjadi

kuat kembali. Pekerjaan tusir

warna dilakukan setelah seluruh

permukaan lukisan ditutup

dengan varnis yang berbahan

dasar polyvinyl. Dengan varnis

pelindung ini bahan warna

tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai

Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena

tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah

varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan

yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses

pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses

penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek

memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur

yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu

susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan

dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu

dengan pengamatan ultra violet.

“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.

e. Pengepakan dan Transportasi

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

f. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.

cat terangkat

c. Penyempurnaan

Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.

Page 22: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[20]

Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-

kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang

baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan

tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini

mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel

bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.

Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,

sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup

dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.

Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap

yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita

akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan

pada sebagian lukisan terserang rayap.

atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).

1. Abbas Alibasyah 2. Abdul Azis3. Abdullah Sr. 4. A�andi 5. Agus Djaya 6. Agus Kamal 7. Alberto Magnelli 8. Alaydroes 9. Andre Minaox

10. Antonio Blanco11. Anton Huang12. Arie Smit 13. Bagong Kusudiarjo 14. Bahri15. Basuki Abdullah 16. C.L. Dake Jr. 17. C.T. Hokin18. Constantin Makowsky 19. Cristiano20. Da� Dhowo21. Dandung B. Kahono22. Dede Eri Supria23. Dipo Andi24. Dullah25. Edouard Pignon26. Ernest Dezentje27. Fadjar Sidik28. G. Giovanetti29. Handrio30. Hans Arp

31. Hans Hartung32. Hans Reichel 33. Harijadi Sumadidjaja34. Hendra Gunawan35. Hendro Suseno36. Henk Ngantung37. I Gede Padma38. I Ketut Adi Chandra39. Imant40. I Nengah Sujena41. Isa Perkasa42. Ivan Sagito43. I Wayan Gede Santiyasa44. I Wayan Sujana45. IWJ Durus46. Jeihan47. Joko Pekik48. L. Amato49. L. Eland50. Lee Man-fong51. Le Mayeur52. Lux Albert Moreau53. Kadir54. Kartono Yudhokusumo55. Ken Pattern56. Kidro57. Kinsen, Mori K.58. K. Jansma59. Koentjoroningrat60. Kuncana

61. Landriah62. M.D. Sinteg63. Masriadi 64. Muji Harjo65. Nisan Risyanto66. Nyoman Erawan67. Nyoman Gunarsa68. Pierre Soulages69. Popo Iskandar70. Q. Schmeider71. Raden Saleh72. Roland Strasser73. Rudolf Bonnet74. Sadali75. Salim M.76. Sinung Widagdo77. Sj. Notodiningrat78. Soemardi79. Srihadi80. Srihadi Sudarsono81. S. Sudjojono82. Sudjono Abdullah83. Suhadi84. Sumardi85. Tatang Ganar86. Trubus Sudarsono87. Wakidi88. Wassily Kandisky89. Widayat (1923 - 2002)90. Wiantadan lain-lain.[lihat gambar 24]

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

a. Pembersihan

Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).

b. Penguatan

Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).

Lukisan berjudul Legong

karya Roland Strasser yang

semula berkondisi sangat rapuh

dan sebagian catnya yang tipis

itu terkelupas telah diperkuat

dengan bahan WRA-559 menjadi

kuat kembali. Pekerjaan tusir

warna dilakukan setelah seluruh

permukaan lukisan ditutup

dengan varnis yang berbahan

dasar polyvinyl. Dengan varnis

pelindung ini bahan warna

tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai

Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena

tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah

varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan

yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses

pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses

penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek

memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur

yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu

susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan

dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu

dengan pengamatan ultra violet.

“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.

e. Pengepakan dan Transportasi

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

f. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.

c. Penyempurnaan

Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.

Page 23: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[21]

Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-

kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang

baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan

tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini

mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel

bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.

Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,

sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup

dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.

Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap

yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita

akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan

pada sebagian lukisan terserang rayap.

atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

a. Pembersihan

Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).

b. Penguatan

Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).

a. Pengamatan retakan berskala mikro (sepersejuta) dan konstruksi kanvas lukisan dengan DynoLite.

b. Penanganan konservasi dan restorasi setelah proses pengamatan.

Lukisan berjudul Legong

karya Roland Strasser yang

semula berkondisi sangat rapuh

dan sebagian catnya yang tipis

itu terkelupas telah diperkuat

dengan bahan WRA-559 menjadi

kuat kembali. Pekerjaan tusir

warna dilakukan setelah seluruh

permukaan lukisan ditutup

dengan varnis yang berbahan

dasar polyvinyl. Dengan varnis

pelindung ini bahan warna

tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai

Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena

tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah

varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan

yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses

pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses

penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek

memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur

yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu

susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan

dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu

dengan pengamatan ultra violet.

Gambar 22.

Gambar 23.: Telaga Sarangan,karya Dullah (1932)

“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.

e. Pengepakan dan Transportasi

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

f. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.a b

c. Penyempurnaan

Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.

Page 24: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

Ambron, EmilioCovarrubias, Miguel Dooijeward, Willem (1892-1990)Friend, DonaldIsrael, IsaacMooijen, P. A. J. Meier, Theo (1908-1982)Smit, Arie Sonnega, Auke C.Sten, John

Pelukis Asing(di Bali, dari 1904 - 1967)

1904 > W. O. J. Nieuwenkamp

1938 > Willem & Maria Hofker

1927 > Walter Spies

1941 > Lee Man-fong (1913-1988)

1935 > Adrien Jean Le Mayeur de Merpres (1880 - 1958) 1928 > Rudolf Bonnet (1895-1978)

1922 > Rolland Strasser (1895-?)1915 > Carel Lodewijk Dake Jr. (1886-1946)

1952 > Antonia Blanco (1912 - 1999)

1990

1980

1970

1960

1950

1940194119421943194419451946194719481949

195119521953195419551956195719581959

196119621963196419651966196719681969

197119721973197419751976197719781979

198119821983198419851986198719881989

1900

1800

1904

[22]

Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-

kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang

baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan

tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini

mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel

bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.

Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,

sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup

dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.

Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap

yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita

akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan

pada sebagian lukisan terserang rayap.

atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

a. Pembersihan

Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).

b. Penguatan

Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).

Lukisan berjudul Legong

karya Roland Strasser yang

semula berkondisi sangat rapuh

dan sebagian catnya yang tipis

itu terkelupas telah diperkuat

dengan bahan WRA-559 menjadi

kuat kembali. Pekerjaan tusir

warna dilakukan setelah seluruh

permukaan lukisan ditutup

dengan varnis yang berbahan

dasar polyvinyl. Dengan varnis

pelindung ini bahan warna

tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai

Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena

tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah

varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan

yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses

pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses

penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek

memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur

yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu

susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan

dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu

dengan pengamatan ultra violet.

“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.

e. Pengepakan dan Transportasi

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

PERKEMBANGAN SENIRUPA INDONESIAGambar 24.

f. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.

Masa Pendudukan Jepang (1942 - 1945)

Masa Raden Saleh (1814 - 1880)

Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI), 1938 - 1942:Agus Djaya, S. Sudjojono, Emiria Sunassa, Sukirno, Otto Djaya

Poesat Tenaga Rakyat (POETERA), 1942 - 1944:Affandi, K. Yudhokusumo, Ny. Ngendon, Basuki Abdullah

W. Spies & Gde A. Sukowati PITA MAHA (1935)

Keimin Bunka Shidoso (1944)Otto Djaya, Henk Ngantung, Dullah, Hendra Gunawan.

Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) Yogya, 1945:Djajengasmoro, Sindusisworo, Indrosughondo, Prawito.

Angkatan Seni Rupa Indonesia (ASRI) Medan, 1945:Ismail Daulay, Nasjah Djamin, Hasan Djafar, Husein.

Dr. Moerdowo Himpunan Budaya Surakarta (1945)

Pelukis Rakyat (1947)Sudjojono, Affandi, Hendra, Soedarso, Sudiardjo, Trubus,

Sasongko, Kusnadi, Sudjono Kerton, Rustamadji, Sumitro, Sajono, Saptoto, C.J. Ali, Juski, Permadi.

Seniman Indonesia Muda (SIM),1946di Yogyakarta: Affandi, Hendra,Trubus, Dullah, Soedarso,

Suromo, Surono, Kartono Yudhokusumo, Basuki Resobowo, Rusli, Harijadi S., Abdul Salam, D. Joes, Zaini.

SIM pindah dari Yogya ke Solo (1948), anggota tambah Trisno Sumarjo, Oesman Effendi, Sasongko, Suparto,

Mardian, Wakijan, Srihadi S.

Gabungan Pelukis Indonesia (1948):Affandi, Sutiksna, Nasyah Djamin, Handriyo, Zaini, Sjahri, Nashar, Oesman Effendi, Trisno Sumardjo.

Sularko Pelangi di Surakarta (1947 - 1949)

Seniman Muda Indonesia (SEMI), 1946:di Bukittinggi: Zetka, A.A. Navis, Zanain.

Masa Terisolir dari Negara Luar:Kanvas dibuat dari blaco/ kertas dan satu tube cat

minyak harus bergantian dengan seniman lain

Masa Abdullah Sr. (1878 - 1941)Wakidi (1889 - 1979), M. Pirngadie (1875 - 1936)

1

2

3

4

Akademi Senirupa Indonesia di Yogya (1950)G. Sidharta, Widayat, Edi Sunarso, Rulijati, Muljadi W., Sjahwil,

Sunarto Pr., Wardojo, Danarto, Arief Sudarsono

Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA), 1950-1965mempolitikkan kesenian

Pameran ASRI - ITB (>1950)Fadjar Sidik, Widayat, A. Sadali, Srihadi S., Popo Iskandar, Abas

Alibasyah, G. Sidharta, Edhi Sunarso, But Muchtar, Pirous, Sunarso,Yusuf Affendi, Muljadi, Arief Sudarsono, Mudjita, Irsam, Danarto,

Aming Prayitno, Budiani, Bagong Kussudiardjo, Amri Yahya, Harijadi, Sutanto, Adi Munardi.

REVOLUSI FISIK (1945 - 1949) Pelukis AsingAmato, L.Dezentje, Ernest Giovanetti, G.Imandt, Wilhelmus Jean Frederic Kinsen, Mori Kichigoro (1888-1959)Koenig, Arthur Johann Li Shuji (1943 - ?)Makovsky, Konstantin E. (1839-1915)Renato, CristianoSimonettiSnel, Han (1925 - 1998)Talwinski, Igor (1907-1983)

(Lukisan Ada Di Indonesia)

AliminHenk Ngantung (1921 - 1990)Ida Bagus Made NaderaI Gusti Putu GedeI Gusti Ketut KobotLim Wasim (1929 - 2004)Mahjuddin S.Nashar (1928 -1994)Sobrat, A. A. Gede SumardiThamdjidin, M.Wayan Sudana

c. Penyempurnaan

Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.

7

6

Pelukis Koleksi Istana, dll. 5Primastoria Stu

dio

Puji Y

osep Subagiyo

**

Page 25: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[23]

Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-

kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang

baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan

tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini

mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel

bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.

Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,

sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup

dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.

Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap

yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita

akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan

pada sebagian lukisan terserang rayap.

atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

a. Pembersihan

Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).

b. Penguatan

Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).

Lukisan berjudul Legong

karya Roland Strasser yang

semula berkondisi sangat rapuh

dan sebagian catnya yang tipis

itu terkelupas telah diperkuat

dengan bahan WRA-559 menjadi

kuat kembali. Pekerjaan tusir

warna dilakukan setelah seluruh

permukaan lukisan ditutup

dengan varnis yang berbahan

dasar polyvinyl. Dengan varnis

pelindung ini bahan warna

tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai

Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena

tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah

varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan

yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses

pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses

penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek

memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur

yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu

susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan

dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu

dengan pengamatan ultra violet.

“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.

e. Pengepakan dan Transportasi

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

Gambar 25. KRONOLOGI dan KONDISI88 Lukisan Le Mayeur

Created by Puji Y. Subagiyo 2015

3 buah lukisan pastel diatas kertas [2R/1C]

4 buah lukisan cat-minyak diatas kanvas [4C]

3 buah lukisan cat-minyak diatas hard-board [3C]

27 buah lukisan: 5 cm/knv, 2 cm/tripleks, 18 cm/h.board, 2 cm/kayu. [5R/10C/13B]

Le Mayeur (52) ketemu & menikahi Ni Pollok (18).

3 buah lukisan pastel diatas kertas [1R/2C]

13 buah lukisan: 1pastel/kertas, 8 cm/knv, 3 cm/kayu, 1 cm/tripleks [1R/6C/6B]

23 buah lukisan: 22 cat-TB/ bagor, 1 cm/hard-board [14R/7C/2B]

1 buah lukisan cm/knv [1R]

10 buah lukisan cat-minyak diatas kanvas [6R/3C/1B]

MLMB052

MLMB015

MLMB082MLMB021

MLMB035

MLMB012

MLMB075

MLMB045

MLMB084

1957

1945

1942

1938

1937

1935

1928

1921

1927

1929

f. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.

c. Penyempurnaan

Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.

Page 26: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[24]

Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-

kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang

baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan

tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini

mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel

bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.

Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,

sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup

dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.

Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap

yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita

akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan

pada sebagian lukisan terserang rayap.

atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

a. Pembersihan

Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).

b. Penguatan

Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).

Lukisan berjudul Legong

karya Roland Strasser yang

semula berkondisi sangat rapuh

dan sebagian catnya yang tipis

itu terkelupas telah diperkuat

dengan bahan WRA-559 menjadi

kuat kembali. Pekerjaan tusir

warna dilakukan setelah seluruh

permukaan lukisan ditutup

dengan varnis yang berbahan

dasar polyvinyl. Dengan varnis

pelindung ini bahan warna

tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai

Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena

tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah

varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan

yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses

pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses

penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek

memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur

yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu

susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan

dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu

dengan pengamatan ultra violet.

“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.

e. Pengepakan dan Transportasi

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

f. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.

Bahan dan alat sederhana untuk keperluan paking dan pemindahan lukisanGambar 26.

c. Penyempurnaan

Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.

Page 27: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[25]

Dari ribuan lukisan yang pernah ditangani penulis, sebagian besar menunjuk-

kan tingkat kerusakan yang serius. Lukisan cat minyak yang secara teknis kurang

baik pengerjaannya, serta kualitas bahannya yang tidak mendukung menunjukkan

tingkat kerusakan yang tinggi. Pada hampir seluruh permukaan lukisan ini

mengalami retakan seribu, bahkan banyak yang terkelupas. Lukisan pastel

bermedia kertas yang ditutup kaca pada bagian depannya terdiskolorasi jamur.

Kondisi lembab pada lukisan ini menyebabkan permukaan lukisan bergelombang,

sehingga lukisan yang berkecenderungan menggunakan warna gelap dan tertutup

dengan kaca, serta berpermukaan tidak rata sangat mengganggu pandangan kita.

Kondisi lantai atau dinding yang lembab karena kapilarisasi air tanah, atau atap

yang bocor menyebabkan kerusakan baik secara �sik maupun biotis. Sehingga kita

akan menjumpai permukaan lukisan yang bergelombang, berjamur, dan bahkan

pada sebagian lukisan terserang rayap.

atau pencopotan lukisan rapuh dari dinding. (WRA-559 adalah bahan ramuan khusus Primastoria Studio yang berkomposisikan bahan sejenis micro-crystalline wax, rosin dan turpentine).

Pekerjaan konservasi dan restorasi lukisan harus dilengkapi dengan sistem dokumentasi digital. Di sini data klimatologi, kondisi �sik lukisan, bahan dan deskripsi teknisnya diuraikan dalam bentuk database, sehingga pihak pelaksana pekerjaan dimungkinkan memberikan saran dan rekomendasi kepada pengelola lukisan. Lukisan yang pernah ditangani penulis diantaranya karya:

a. Pembersihan

Kotoran debu dan penguningan varnis sebagai akibat oksidasi banyak dijumpai hampir pada seluruh permukaan lukisan. Pembersihan debu dengan kwas halus atau kapas lembab dan pengangkatan varnis lama dapat dilakukan secara langsung pada lukisan yang kondisi catnya cukup kuat. White spirits, terpentin, alkohol campur aquadest (1:1), alkohol (absolut), alkohol campur aceton, aceton, 2-acetone alcohol dan 2-ethoxyethanol adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembersihan dengan pelarut. Bahan ini untuk melembabi kapas yang digulung secara kuat pada ujung penusuk sate. Cara lama dengan roti tawar untuk mengagkat debu pada permukaan lukisan tidak dianjurkan pada proses pembersihan di sini. Proses pembersihan ini harus pada lukisan yang berventilasi udara dan berpenerangan sinar polikhromatis (sinar matahari atau lampu halogen).

b. Penguatan

Penguatan sementara pada bagian depan lukisan yang catnya mudah terkelupas dilakukan dengan kertas washi yang lentur dan kemudian direkatkan dengan emulsi polyvinyl acetate. Proses ini dilakukan sebelum penguatan tetap dengan WRA-559. Penguatan sementara dilakukan juga pada saat pemindahan

Karya-karya lukis untuk setiap seniman jika diurutkan secara kronologis dapat diketahui perkembangan secara teknis dan penggunaan bahannya. Karya Dullah dari tahun 1932, 1950, 1953 dan tahun 1961 dapat dilihat bahwa lukisan yang dibuat tahun 1932 menampakkan tingkat kerusakan yang terparah (lihat gambar 23). Dullah secara teknis mengalami peningkatan kualitas pengerjaan dan bahan yang digunakan (perhatikan lukisan tahun 1932 dan 1950). Tetapi secara �sik penggunaan corak warna tidak ada perbedaan antara tahun 1932 sampai 1961. Sebagai perbandingan lihat Gambar 25: Kronologi & Kondisi 88 Lukisan Le Mayeur dan tiga Lembar Pengamatan Lukisan (halaman 33, 34 dan 35).

Lukisan berjudul Legong

karya Roland Strasser yang

semula berkondisi sangat rapuh

dan sebagian catnya yang tipis

itu terkelupas telah diperkuat

dengan bahan WRA-559 menjadi

kuat kembali. Pekerjaan tusir

warna dilakukan setelah seluruh

permukaan lukisan ditutup

dengan varnis yang berbahan

dasar polyvinyl. Dengan varnis

pelindung ini bahan warna

tusiran dapat diangkat kembali apabila terjadi kesalahan. Pemandangan Pantai

Flores, karya Basuki Abdullah yang kondisi awalnya pucat dan pudar karena

tertutup varnis lama yang telah menguning, telah menjadi cerah kembali setelah

varnis diangkat. Pada bagian pinggir bawah dan sebagian permukaan lukisan

yang terkelupas dan meninggalkan bekas rayap juga telah mengalami proses

pendempulan. Wanita Berbaju Hitam, karya L. Amato, telah menjalani proses

penambalan, pendempulan dan penusiran warna. Lukisan yang sobek

memanjang pada bagian tengah pernah ditambal dan ditusir dengan prosedur

yang tidak benar. Warna hitam bahan tusiran begitu kuat melekat dan begitu

susah untuk diangkat. Pengangkatan cat tusiran dan varnis lama dapat dilakukan

dengan bahan kombinasi alkohol, aceton dan 2-ethoxyethanol serta dipandu

dengan pengamatan ultra violet.

“Djoget” dan “Wanita dan Anak”, karya Rudolf Bonnet adalah dua contoh lukisan diatas media kertas. Kedua lukisan ini sepertinya pernah ditempatkan di ruangan yang sangat lembab atau kebocoran air hujan. Kedua permukaan lukisan bergelombang dan ditumbuhi jamur yang berwarna putih. Ilustrasi kerusakan biotis seperti pada gambar 16 dan 17 diatas. Salah satu lukisan yang dibingkai kayu mengalami kerusakan �sik yang parah (keropos). Kain penguat media kertas yang terkontaminasi warna pastel diganti kain baru yang sejenis. Emulsi polyvinyl acetate pekat digunakan untuk menyatukan bahan baru ini. Pada waktu yang bersamaan, kertas media dikondisikan lembab untuk menyetarakan permukaannya. Penyetaraan lukisan dilakukan dengan kertas sejenis yang telah diwarnai dengan cat air, pastel dan crayon, dan selanjutnya di�kser pastel.

e. Pengepakan dan Transportasi

Pemindahan lukisan dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan penanganan yang cermat. Lukisan yang catnya mudah terkelupas harus diperkuat dengan kertas lentur washi dan perekat kanji atau emulsi polyvinyl yang mudah diangkat kembali. Cara ini diperlukan untuk menghindari lukisan dari benturan atau gesekan pada saat pemindahan. Prosedur operasional pemindahan dan pengepakan lukisan berukuran besar dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan kerusakan fatal. Lukisan yang berkondisi rapuh harus diperkuat sementara dengan kertas lentur washi sebelum proses pengerolan. Lukisan yang telah diturunkan pada posisi tertelungkup, siap dicopot pigura dan bingkainya. Lukisan berukuran besar (misalnya 5 x 4 meter) sebaiknya digulung dengan rol berdiameter besar pula (sekitar 70 cm).

f. Fasilitas Kerja Konservasi

Pekerjaan konservasi-restorasi biasa dilakukan di lab atau studio konservasi dengan fasilitas AC, penerangan lampu polikhromatis dan ultra violet (gambar 29), bersirkulasi udara, dan teraliri air distilasi. Laboratorium ini juga dilengkapi dengan glass-wares yang berfungsi sebagai wadah (atau alat ukur), alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan simulasi pekerjaan teknik- mekanis. Alat mikroskopis, alat kontrol klimatologi, ruang fumigasi serta alat freezer untuk membasmi jamur atau serangga harus melengkapi laboratorium ini.

Gambar 27.Bahan kimia dan alat sederhana untuk keperluan konservasi lukisan

Gambar 28.Tataletak Perabot dalam Ruang Kerja Konservasi

Meja Lesehan

Mikroskop Digital

Fum

e Hoo

d Por

tabel

Tem

pat P

erka

kas

c. Penyempurnaan

Penyempurnaan pekerjaan seperti penyetaraan permukaan dan tekstur kanvas (pendempulan) serta tusir warna (inpainting) hanya ditujukan pada jenis-jenis lukisan yang catnya tebal dan hilang (terkelupas). Bahan standar untuk pekerjaan ini adalah emulsi polivinil asetat (PVAc), kalsium sulfat (gypsum), kalsium karbonat dan WRA-559. Kontrol suhu bahan penguat tetap dan dempul selalu dilakukan pada kondisi dibawah 70oC untuk menghindari kerusakan cat.

MethylPVA Wheat

Page 28: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[26]

Lampu (TL) Ultra Violet

warna merah ini seperti warna merah pada umumnya.

bagian ini tidak menunjukkan adanya restorasi.

PENGAMATAN LUKISAN DENGAN SINAR MATAHARI (POLIKROMATIS).

warna merah pendar menunjukkan cat tertentu.

warna gelap ini menunjukkan bagian cat yang telah ditusir.

PENGAMATAN LUKISAN DENGAN ULTRA VIOLET.

Penerapan untuk Koleksi Lukisan, Tekstil, Kertas, dsb.

Lampu (TL) Ultra Violet

Gambar 29.

Digital MicroscopeAlat Perekam Gambar Mikro

Moisture MeterAlat Pengukur Kadar Air

pH MeterAlat Pengukur Keasaman

pH paper ini harus selalu dipakai untuk mengecek pH larutan apakah aman

terhadap benda yang akan dibersihkan ataupun terhadap alat steamer.

Perhatikan tabel terlampir untuk mengetahui aman tidaknya suatu

larutan kimia.

Weather Station

Pengenalan Alat Ukur Klimatologi dan Identifikasi

Gambar 30.

Page 29: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[27]

D. PENUTUPDari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konservasi diarahkan pada pekerjaan

mempertahankan kondisi �sik seperti aslinya. Di sini lukisan cat minyak yang rapuh (sebelum dibersihkan) diperkuat sementara dengan kertas washi yang direkatkan dengan perekat PVAc. Proses berikutnya adalah penguatan tetap dengan cara mengimpregnasi lukisan dengan WRA-559. Pembungkusan lukisan secara thermosetting11 ini dimaksudkan untuk melindungi (bahan) lukisan awet, kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh kondisi iklim kita yang cenderung lembab (pada musim hujan) dan panas (pada musim kemarau). Pada kondisi iklim yang menunjukkan suhu rendah, kelembaban dan tekanan udara naik, tekanan uap air yang dikenal dengan tekanan barometrik ini akan mampu mengalirkan uap air menuju ke kesetimbangan pada ruangan yang memiliki celah-celah. Sehingga lukisan yang positif mengandung unsur-unsur logam akan dengan cepat mengalami oksidasi, yang selanjutnya akan menggerogoti kanvasnya. Disamping itu, akibat dari �uktuasi12 ini adalah terbawanya partikel debu dan polutan berbahaya lain kepermukaan lukisan. Fluktuasi kelembaban relatif juga mengakibatkan adanya konstraksi antara kanvas dan lapisan cat, yang akibatnya lukisan cat minyak mudah retak, terkelupas, rapuh, oksidasi pada varnis atau lukisan yang bermedia kertas menjadi bergelombang dan berjamur.

Pembersihan untuk mengangkat debu, varnis lama dan kotoran lain yang terikat WRA-559 dilakukan dengan cara swabbing (pengangkatan dengan kapas yang dilembabi). Bahan pelarut yang digunakan meliputi: campuran air distilasi dan alkohol (1:1), alkohol campur aseton (1:1), aceton atau 2-ethoxy-ethanol. Proses akhir adalah tusir (inpainting) dengan cat-minyak (Winston), berbinder minyak biji rami (linseed oil). Konservasi lukisan bermedia kertas (gra�s) dilakukan dengan cara swabbing, dan bahan pelarutnya adalah air distilasi yang dicampur dengan sabun (Triton X-100). Untuk lukisan bermedia kertas yang terdiskolorasi jamur besi (foxing) dikelantang dengan hidrogen peroksida 20%, yang selanjutnya dibilas dengan air distilasi dicampur dengan alkohol (1:1, swabbing).

11 Perekatan secara thermosetting adalah penerapan perekat (lem) dengan cara pemanasan (seterika), dan akan dapat dibuka kembali (reversible) dengan cara pemanasan lagi.

12 Pada kelembaban relatif 70% atau lebih dan suhu udara diatas 15 oC memungkinkan adanya pertumbuhan mikro-organisme seperti jamur dan serangan serangga. Sehingga pengaturan/ kontrol terhadap kelembaban dan suhu udara sangat menentukan keselamatan koleksi (lukisan). Brimblecombe (1983) dan Karp (1983) telah menjelaskan bagaimana pertukaran uap air di dalam lemari simpan atau pamer di suatu museum dan perhitungan kelembaban udaranya. Kesimpulan dari diskusinya itu adalah adanya substitusi tekanan parsial gas (uap air atau udara basah dan udara kering) yang berhubungan dengan kelembaban dan suhu udara pada suatu ruangan yang ber�uktuasi. Hasil survai menunjukkan bahwa antisipasi suhu udara yang tinggi dengan pemasangan AC (penyejuk ruangan) telah tidak menunjukkan hasil, karena suhu udara yang diturunkan (dengan uap air) dapat menaikkan kelembaban udara. Kelembaban dan Suhu Udara yang baik untuk koleksi di museum adalah Kelembaban Relatif (RH) = 50 - 60% dan Suhu Udara (T) = 20 - 25 oC. Weintraub (2002) menjelaskan pengertian dan perhitungan Equilibrium Moisture Content (EMC) dan EMC/RH isotherm bahan organik (kapas, linen, kertas, kayu, dsb.); serta kapasitas bu�ering (MH) dan rekondisi silicagel.

Page 30: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[28]

Perbandingan Jumlah Kerusakan Lukisan terhadap Teknik Lukisan.

Gambar 32.

Ruang ATemperatur (°C)

Min. Ave. Max. 26 28 29

Kelembaban (%) Min. Ave. Max.44 50 59

Ruang B.Temperatur (°C)

Min. Ave. Max. 27 28 28,5

Kelembaban (%) Min. Ave. Max.60 66 75

Ruang C.Temperatur (°C)

Min. Ave. Max. 22 24 26,5

Kelembaban (%) Min. Ave. Max.60 66 99

Ruang D.Temperatur (°C)

Min. Ave. Max. 28,5 29 29,5

Kelembaban (%) Min. Ave. Max.72 74 76

Ruang E.Temperatur (°C)

Min. Ave. Max. 26 27 28

Kelembaban (%) Min. Ave. Max.76 78 99

Ideal ~Cukup

Beresiko ~Bahaya

Cukup ~Beresiko

1

3

2

Data Iklim Mikro Lukisan

Keterangan :

Gambar 31. Perbandingan Jumlah Kerusakan Lukisanterhadap Lokasi dan Kondisi [Total: 1.694]

0

200

400

600

800

1000

PastelCat minyakCat airBatikAkrilik

Jum

lah

Teknik dan Jumlah Per Jenis Lukisan133 74 1.153254 36

115

(86%

)7

(5%

)11

(8%

)

66 (8

9%)

2 (3

%)

6 (8

%)

227

(89%

)4

(2%

)23

(9%

)

48 (4

%)

2 (6

%)

2 (6

%)

32 (8

9%)

21

1 (1

8%

)

894

(78%

) BaikSedangRusak

Kondisi dan Lokasi

0

100

200

300

400

500

600

Jum

lah

(Per

seba

ran/

Pre

sent

asi &

Kon

disi)

A B C D E

408

(84%

)6

(1,2

%)

12 (5

%) 70

(32%

)

9 (2

%)

12 (8

%)

16 (1

1%)

Jumlah

BaikSedangRusak

Per Ruang& Persebaran

Kon

disi

389

(23%

)33

3 (8

6%)

123

(81%

)

151

(9%

)

47 (1

2%)

139

(62%

)221

(13%

)

371

(82%

)

52 (1

2%)

25 (6

%)71

(15%

)

485

(29%

)

448

(26%

)

Page 31: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[29]

BAHAN ACUAN:

1. Brimblecombe, Peter and B. Ramer (1983): Museum Display Cases and The Exchange of Water Vapours, Studies in Conservation, London, IIC Vol.28 pp. 179-188.

2. Cli�ord, James (1988): Predicament of Culture, Mass., Harvard Univ.

3. Colin Pearson dan Puji Yosep Subagiyo (1995): Profesionalisme Kerja di Museum, Pembentukan Struktur Klasi�kasi Konservator, Majalah Kebudayaan, Jakarta, Depdikbud.

4. Guralnik, David B., Editor (1982): Webster’s NewWorld Dictionary, Second College Edition, New York, Simon & Schuster.

5. Humar Sahman (1993): Mengenali Dunia Seni Rupa, Semarang, IKIP Semarang Press.

6. Karp, Cary (1983): Calculating Atmospheric Humidity, Studies in Conservation, London, IIC Vol.28 pp. 24-28.7. Leene, Jentina E. (1972): Textile Conservation, London, Butterworths.8. Mayer, Ralp (1991): The Artist’s Handbook of Materials and Techniques, 5th edn., London, Faber and Faber.9. Nicolaus, Knut (1999): The Restauration of Paintings, English edition, Slovenia, Konemann.

10. Oddy, Andrew (1992): Art of Conservator, British Museum, London.11. Pad�eld, T (1992): Trouble In Store, IIC Washington Congress, Washington DC.12. Pearce, Susan M. (1989): Museum Studies In Material Culture, Washington, Smithsonian Instution.13. Pearce, Susan M. (1990): Archaeological Curatorship, Washington DC, Smithsonian Instution.14. Przibram, Karl and John E.C. (1956): Irradiation Colours and Luminescence, London, Pergamon Press Ltd.15. Radley, J.A. and Julius Grant (1954): Fluorescence Analysis in Ultra Violet Light, London, Chapman & Hall Ltd.16. Remington, J.S. and W. Francis (1954): Pigments, Their Manufacture, Properties and Uses, London, Leonard Hill Ltd.17. Shugar, Gershon J. and Jack T. Ballinger (1990): Chemical Technicians’ Ready Reference Handbook, 3rd. Edn., McGraw-Hill,

Inc., New York.18. Stoves, J.L. (1957): Fiber Microscopy, London, National Trade Press.19. Puji Yosep Subagiyo (1996): Metal Thread Examination for Determining the Date, Origin and Distribution, International

Symposium on Indonesia Textiles, Jambi, Museum Nasional.20. Puji Yosep Subagiyo (2002): Tata Pamer Tekstil di Museum, Bekasi, Primastoria Studio.21. Puji Yosep Subagiyo (2006): Identi�kasi Kanvas Lukisan: Pencarian Identitas dan Penyebab Kerusakan, Balai Konservasi -

Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Provinsi DKI Jakarta.22. Supardi Hadiatmodjo (1990): Sejarah Senirupa Eropa, Semarang, IKIP Semarang Press.23. Thomson, G. (1981): Museum Environment, London, Butterworths.24. Vandiver, Pamela B, et.al. (1990): Materials Issues in Arts and Archaeology II, Pittsburg, MRS.25. van Vlack, Lawrence H. (1985): Elements of Materials Science and Engineering, Mass., Addison-Wesley.26. Weintraub, Steven (2002): Demystifying Silica Gel, Object Specialty Group Postprints (vol. 9), Washington, D.C., American

Institute for Conservation (AIC).27. Yurdun, Turkan, Seher Karsli Ceppioglu and R. Gurcan Oraltay (2012): Investigation of Metal Wired Coloured Historical Textile

Using Scanning Electron Microscopy and HPLC-DAD, J. Chem. Chem. Eng. 6 (2012) 591-598.

Perbandingan Jumlah Kerusakan

Lukisan Cat-minyak terhadap Lokasi

dan Media.

Gambar 33.

0

10

20

30

40

50

60 KayuTripleksHard boardKanvas

A.485 B.448 C.221 D.389 E.151

Lokasi, Jumlah Koleksi dan Media

Jum

lah

Ke

rusa

kan

001100 00

22

5

1

4

2

5

1

56

45

42

39

Page 32: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[30]

Pengenalan & Petunjuk Operasional Alat Ukur Klimatologi

Untuk konversi satuan, kunjungi situs: http://www.easyunitconverter.com/

Mode/ pengatur besarnya sinar yang terbaca.Displai/ monitor harga

hasil pengamatan.

Sensor/ cell penangkap sinar.

Lux Meter(Alat pengukur intensitas cahaya)

1. Kuat Penerangan (Illumination, E)

E =F (Fluks)A (Luas) = Lumen

m2 = Lux.

2. Dosis Kuat Penerangan = Lux x jam = Joule.

3. Fluks Cahaya (F) = Energi (Joule/m2)

Waktu (Jam)JT =

4. Kuat Cahaya (I) = E.R2

Cos Q = Lumen.m = Candela

Kuat penerangan (lux): Penerangan pada permukaan benda secara merata seluas 1 m2, berjarak 1 m dari titik sumber cahaya berkekuatan 1 kandela.Kuat cahaya (foot candle): Banyaknya (jumlah) sinar yang jatuh pada permukaan benda seluas 1 kaki persegi (=0,0029 m2) dari sumber cahaya yang berjarak 1 kaki (=0,3048 m = 12 inci).

Sensor suhu dankelembaban udara

Sensor radiasi UV dan Intensitas cahaya.

Panel monitor menunjuk-kan besaran angka dan satuan

-

Ultra Violet Monitor (4 in 1)(Alat pengukur radiasi ultra violet, kuat cahaya, suhu dan kelembaban)

KONVERSI ENERGI:1 Joule = 107 erg.

Kelembaban Udara (RH) = %Suhu Udara (T) = 0CKuat Penerangan (E) = LuxKuat Radiasi UV (UVR) = μW/Lumen

1 kwh = 3.600.000 J.1 Kalori = 4,1868 J.KONVERSI DAYA:1 watt = 1 Joule/ detik.1 HP = 0,746 wattEnergi = kekuatan untuk melakukan usaha.Daya = kekuatan tenaga. Lampu TL Ultra Violet, National,100 volt/ 50 Hz., Type FL 205,Panjang gelombang = 263 nm. Energi = 2 μW/cm2.

Tombol untuk suhu, kelembaban udara, kuat cahaya dan radiasi ultra violet.

Catatan :1 μ (mikro) = 1 / 1.000.000 atau 10-6

1 n (nano) = 1 / 1.000.000.000 atau 10-9

CATATAN :E = kuat penerangan, bersatuan Lux; F = fluks cahaya, bersatuan Lumen; A = luas bidang, bersatuan m2; J = energi, bersatuan Joule/m2; T = waktu, bersatuan jam; R = jarak sumber penerangan dan benda,

bersatuan m; Q = menyatakan besarnya sudut antara

sumber cahaya dan titik benda yang diterangi, tetapi jika sudutnya tegak lurus maka Q = 0 dan harga Cos Q dapat diabaikan.

Satuan Ukuran ELSEC 4 in 1 Monitor:

Page 33: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[31]

Wet & Dry Bulb Psychrometer

Suhu dan Kelembaban Udara

Banyak digunakan untuk kalibrasi alat-alat pengukur RH & T jenis lain.

INAKURASI + 2%

Kain selalu bersih dan harus dengan air distilasi/ deionisasi

selis

ih h

arga

“Wet & Dry Psychrometer”sangat cocok digunakan untuk kalibrasi, spot reading dan pendataan data klimatologi harian.Kita dapat mengetahui besarnya suhu udara secara langsung pada bagian thermometer yang kering (kiri). Sedangkan RH-nya dapat dicari dengan merujuk selisih harga dengan thermometer yang basah (kanan). Selanjutnya besar- nya RH dapat dicari pada Tabel RH yang biasa disertakan pada saat pembelian alat tersebut.

Maintenans Alat:Kain yang digunakan untuk melembabi (dengan air distilasi) thermometer merkuri diusahakan selalu bersih, dan air yang digunakan selalu air distilasi.

Sling PsychrometerAlat ini menyerupai Wet & Dry Psychrometer, tetapi badan yang ditempeli thermometer (baik yang dry ataupun wet) dapat diputar, guna melewatkan udara pada thermometer. Belakangan perangkat ini telah dimodifikasi dengan tenaga baterai untuk memutar kipas angin yang melewatkan udara yang akan diukur suhu ataupun kelembab- annya.

Thermohygrometer

Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.

Hasil pengukuran dari alat ini dapat dilihat/ dibaca langsung.

Besarmya RH merujuk pada “perubahan ukuran benda/ bahan higroskopis”, seperti: rambut, polymer atau garam kristal.

Tanganan pemegang pena pencatat

Tabung berputar menurut waktu (1, 7 atau 31 hari

Pena pencatat RH dan T

Mengalami “shock” perubahan RH dan T yang sangat mencolok.

INAKURASI (INACCURACY):+ 2 ~ 4% (sering dikalibrasi)+ 30 ~ 60% (jarang/ tidak dikalibrasi)

Referensi:Bachmann (1992:15-22)Thermohygrograph

Kertas grafis

Besarnya RH dan T yang tertulis pada kertas grafis tidak sinkron dengan waktu yang tertera. Waktu sesungguhnya terlambat (dikurangi) sekitar 30 menit.

Catatan:Satu orang yang sedang istirahat selama satu jam setara dengan 60 ml air, dan menghasil- kan panas setara dengan 100 watt lampu pijar.

Pengenalan & Petunjuk Operasional Alat Ukur Klimatologi

Page 34: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[32]

KELEMBABAN DAN SUHU UDARA

RH = kelembaban absolut suatu udarakelembaban absolut udara jenuh

pada suhu sama

x 100%

2. Satuan-satuan Satuan Suhu (T)Celcius (C) ===> F = {(C x 9/5) + 32}Reamur (R)Fahrenheit (F) => C = {(F-32) x 5/9}Kelvin (K) ===> C = (K-273)

Satuan Kelembaban Relatif (RH) = Persen (%)

Thermohygrometer elektronik

Sens

or s

uhu

dan

kele

mba

ban

udar

a.

1. Pengertian/ Definisi

Alat ini dipakai untuk mengukur suhu dan kelembaban udara pada suatu ruangan tanpa kita harus masuk kedalam ruangan yang akan kita ukur. Alat ini dilengkapi sensor yang dapat ditarik dan dilewatkan pada dinding.

Jumlah uap air pada volume tertentu sering disebut sebagai “kelembaban absolut” (absolute humidity/ AH), yang jumlah maksimumnya tergantung dari suhu udaranya. Kejenuhan dari uap ini disebut sebagai titik embun (dew point/ DP)-nya. Jika suhu diturunkan, suatu ruang dapat menampung lebih banyak uap air (dalam volume tetap). Tetapi jika suhu dinaikkan akan terjadi pengembunan.Jika pada udara tidak jenuh tanpa terdapat penambahan air, maka besarnya kelembaban absolut akan tetap/ konstan, selama perubahan suhu sampai suhu udara diturunkan ke titik embun.Kelembaban retatif (relatif humidity/ RH) pada suhu tertentu adalah perbandingan kelembaban absolut aktual dengan kelembaban absolut potensial pada titik jenuhnya.

Contoh:Satu meter kubik udara pada suatu wadah tertutup (kedap) pada suhu 20 oC dapat menampung sampai 17 ml uap air. Tetapi jika di wadah tersebut ada hanya 8.5 ml. uap air, maka kelembaban relatifnya = 8.5/17 x 100 = 50%.Jika suhu udara dinaikkan menjadi 25 oC pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 23 ml. Apabila uap air yang ada cuma 8.5 ml., maka RH = 8.5/23 x 100% = 37%. Contoh tersebut menunjukkan “mengapa jika suatu ruangan tertutup dipanaskan menjadi kering”. Jika suhu udara diturunkan menjadi 5 oC pada wadah dan volume yang sama, maka uap air yang dapat ditampung menjadi 8.5 ml. Apabila uap air yang ada sama, yaitu 8.5 ml., maka RH = 8.5/ 8.5 x 100% = 100%. Ini menunjukkan “mengapa kondensasi terjadi”.

Climate Datalogger

Suhu dan Kelembaban UdaraPengenalan & Petunjuk Operasional Alat Ukur Klimatologi

Alat ini dapat merekam data kelembaban dan suhu per hari,

minggu atau bulan.

Page 35: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[33]

Bagus Cukup Rusak Lain-lain8. Kondisi:

0020

C.minyakCat air

TintaAkrilik

PastelKrayon

Lain-lain

KanvasKertas

HardboardTripleks

KayuKaca

LogamLain-lain

C.minyakAquarelPastel

TemperaLitografiBatik

KolaseLain-lain

A. KETERANGAN POKOK

LEMBAR PENGAMATAN LUKISAN 1

B. SAMPLING1. Nomor Inv.:

D. KETERANGAN TEKNIS (Media Kanvas)

2. Judul :

3. Seniman:

4. Tahun:

5. Bahan:

6. Tehnik:

7. Ukuran:

Tema:

Aliran Seniman:

Hutan Wataturi Irian

Abstraktif

1. Jenis Tenunan : Tabby 2/2

2. Kerapatan Tenunan: Agak longgar, regular

3. Jumlah Benang: 28/24

4. Arah Pilinan: Z

5. Kuat Pilinan:

6. Jenis Serat:

7. Keterangan Kanvas:

per 1 cm2

Srihadi Soedarsono

1968

Cat

Media

C. FOTO

No. Sample: 008

Tempat Sample

No. Foto: 0020

E. KETERANGAN TAMBAHAN1. Catatan Pengamatan Visual:

2. Catatan Pengamatan Teknis:

Bagian atas noda ada goresan

20Lamp. LPL

Periode/ Angkatan:

92 x 141 cm

DET

AIL

MED

IAFO

TO D

EPA

ND

etai

l Oby

ek /

Luki

san

Bel

akan

g

[Hasil Identifikasi XRF: SiO2 (5%); S (4%); K2O (7%); CaO (4%); Fe2O3 (1%): ZnO (44%); SrO (1%); BaO (30%); PbO (3%)]

Regular

a. Kanvas lukisan ini kemungkinan telah dipriming CaSO4.1/2H2O (Kalsium Sulfat, dikenal sebagai Gesso Sottile), Barium Sulphate, dan diberi dasaran cat warna putih dengan nama Zinc White (Pigment White 4).

b. Silicon Dioxide (SiO2), Strontium White, dan Flake White (Pigment White 1) juga teridenti�kasi, walaupun persentasenya kecil. Flake White dikenal juga sebagai White Lead [basic lead carbonate, 2PbCO3. Pb(OH)2]. Perlu diketahui pula bahwa beberapa logam, seperti Timbal, Mangan, dan Kobal dalam bentuk garam logam difungsikan sebagai bahan pengering pada cat dan varnis (Mayer: 244-245). Pigmen jenis ini pula yang banyak dianggap sebagai penyebab keretakan lapisan cat.

c. Sebagai rujukan, perlu dipahami pula beberapa bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pengisi cat (inert �ller for paints), seperti Whiting, Gypsum, China Clay dan Silica. Whiting adalah bahan campuran terdiri dari Calcium Carbonate (98%) dengan Magnesium Carbonate (0,1%), Silica (1%), Alumina (0,4%) dan Iron Oxide (Nil). Gypsum atau Hydrated Calcium Sulphate yang biasanya adalah bahan campuran antara Calcium Oxide (32 ~ 60%), Sulphur Trioxide (46 ~ 50%) dan Air (20 ~ 90%). China Clay atau Kaolin kualitas baik adalah dalam bentuk Hydrated Silicate of Alumina (Al2O3.2SiO2.2H2O). Silica atau Kuarsa biasa terbentuk dari Silicon antara 46 ~ 47% dan Oxygen antara 53 ~ 33% (Remington & Francis, op. cit.: 63-71; Mayer, op. cit.: 142-144). Disini Barium terdeteksi 16% dan Belerang (S) terdeteksi 13%. Secara teori, komposisi Barium Sulfat adalah Barium Oxide (BaO) antara 65 sampai 70% dan Sulphur Trioxide (SO3) antara 34 sampai 30%. Barites kualitas baik hanya terdapat 99% Barium Sulphate dan sisanya campuran bahan seperti Silica, Iron Oxide dan Alumina (Remington & Francis, op. cit.: 58-62).

2 Januari 2007Tgl. Pengamatan:

Tanda tanganKonservator

Konservator:

Penjelasan :

Page 36: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[34]

Bagus Cukup Rusak Lain-lain8. Kondisi:

2 Januari 2007Tgl. Pengamatan:

Tanda tanganKonservator

Konservator:

0035

C.minyakCat air

TintaAkrilik

PastelKrayon

Lain-lain

KanvasKertas

HardboardTripleks

KayuKaca

LogamLain-lain

C.minyakAquarelPastel

TemperaLitografiBatik

KolaseLain-lain

A. KETERANGAN POKOK

LEMBAR PENGAMATAN LUKISAN 2

B. SAMPLING1. Nomor Inv.:

D. KETERANGAN TEKNIS (Media Kanvas)

2. Judul :

3. Seniman:

4. Tahun:

5. Bahan:

6. Tehnik:

7. Ukuran:

Tema:

Aliran Seniman:

Ketoprak

Manusia

1. Jenis Tenunan : Tabby 1/1

2. Kerapatan Tenunan: Longgar sekali, regular

3. Jumlah Benang: 12/18

4. Arah Pilinan: Z

5. Kuat Pilinan: Lemah, irregular

6. Jenis Serat:

7. Keterangan Kanvas:

per 1 cm2

S. Sudjojono

1970

Cat

Media

C. FOTO

No. Sample: 038

Tempat Sample

No. Foto: 0035

E. KETERANGAN TAMBAHAN1. Catatan Pengamatan Visual:

2. Catatan Pengamatan Teknis:

Lukisan bertekstur, banyak tambalan di belakang

35Lamp. LPL

Periode/ Angkatan:

118 x 78 cm.

DET

AIL

MED

IAFO

TO D

EPA

ND

etai

l Oby

ek /

Luki

san

Bel

akan

g

[Hasil Identifikasi XRF: Al2O3 (6%); SiO2 (12%); P2O5 (1%); S (8%); K20 (5%); CaO (10%); TiO2 (3%); Fe2O3 (5%); ZnO (33%); SrO (1%); BaO (18%)]

a. Kanvas lukisan ini kemungkinan telah dipriming CaSO4.1/2H2O (Kalsium Sulfat, dikenal sebagai Gesso Sottile), diberi dasaran cat warna putih dengan nama Zinc White (Pigment White 4), dan Barium Sulphate, serta Silicon Dioxide (SiO2).

b. Alumina Hydrate (Aluminum Hydroxide) dan Titanium White (Pigment White 6) juga teridenti�kasi, walaupun persentasenya kecil. c. Sebagai rujukan, perlu dipahami pula beberapa bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pengisi cat (inert �ller for paints), seperti

Whiting, Gypsum, China Clay dan Silica. Whiting adalah bahan campuran terdiri dari Calcium Carbonate (98%) dengan Magnesium Carbonate (0,1%), Silica (1%), Alumina (0,4%) dan Iron Oxide (Nil). Gypsum atau Hydrated Calcium Sulphate yang biasanya adalah bahan campuran antara Calcium Oxide (32 ~ 60%), Sulphur Trioxide (46 ~ 50%) dan Air (20 ~ 90%). China Clay atau Kaolin kualitas baik adalah dalam bentuk Hydrated Silicate of Alumina (Al2O3.2SiO2.2H2O). Silica atau Kuarsa biasa terbentuk dari Silicon antara 46 ~ 47% dan Oxygen antara 53 ~ 33% (Remington & Francis, op. cit.: 63-71; Mayer, op. cit.: 142-144). Disini Barium terdeteksi 16% dan Belerang (S) terdeteksi 13%. Secara teori, komposisi Barium Sulfat adalah Barium Oxide (BaO) antara 65 sampai 70% dan Sulphur Trioxide (SO3) antara 34 sampai 30%. Barites kualitas baik hanya terdapat 99% Barium Sulphate dan sisanya campuran bahan seperti Silica, Iron Oxide dan Alumina (Remington & Francis, op. cit.: 58-62).

Penjelasan :

Page 37: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[35]

Bagus Cukup Rusak Lain-lain8. Kondisi:

2 Januari 2007Tgl. Pengamatan:

Tanda tanganKonservator

Konservator:

0007

C.minyakCat air

TintaAkrilik

PastelKrayon

Lain-lain

KanvasKertas

HardboardTripleks

KayuKaca

LogamLain-lain

C.minyakAquarelPastel

TemperaLitografiBatik

KolaseLain-lain

A. KETERANGAN POKOK

LEMBAR PENGAMATAN LUKISAN 3

B. SAMPLING1. Nomor Inv.:

D. KETERANGAN TEKNIS (Media Kanvas)

2. Judul :

3. Seniman:

4. Tahun:

5. Bahan:

6. Tehnik:

7. Ukuran:

Tema:

Aliran Seniman:

Kapal

Alam & Benda

1. Jenis Tenunan : Tabby 1/1

2. Kerapatan Tenunan:

3. Jumlah Benang: 16/16

4. Arah Pilinan: Z

5. Kuat Pilinan: Irregular

6. Jenis Serat: Linen?

7. Keterangan Kanvas: Kanvas dibuat dari linen halus

per 1 cm2

Basuki Abdullah

1976

Cat

Media

C. FOTO

No. Sample: 021

Tempat Sample

No. Foto: 0007

E. KETERANGAN TAMBAHAN1. Catatan Pengamatan Visual:

2. Catatan Pengamatan Teknis:

Kondisi cat mengelupas diseluruh permukaan

Lamp. LPL

Periode/ Angkatan: 130 x 100 cm

100 x 130 cm

DET

AIL

MED

IAFO

TO D

EPA

ND

etai

l Oby

ek /

Luki

san

Bel

akan

g

[Hasil Identifikasi XRF: Al2O3 (5%); SiO2 (10%); P2O5 (1%); S (6%); Cl (4%); K20 (2%); CaO (48%); TiO2 (17%); Fe2O3 (2%); ZnO (6%)]

a. Kanvas ini kemungkinan telah dipriming CaSO4.1/2H2O (Kalsium Sulfat, dikenal sebagai Gesso Sottile), dan diberi dasaran cat warna putih dengan nama Titanium White (Pigment White 6). Titanium White disebut juga sebagai Titanium.

b. Alumina Hydrate (Aluminum Hydroxide) dan Silicon Dioxide (SiO2) juga teridenti�kasi, walaupun persentasenya kecil. Kedua bahan ini tidak berfungsi sebagai cat tetapi sebagai bahan pengisi/ campuran cat (Inert Pigment), pengering, atau mengintensifkan warna cat.

c. Sebagai rujukan, perlu dipahami pula beberapa bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pengisi cat (inert �ller for paints), seperti Whiting, Gypsum, China Clay dan Silica. Whiting adalah bahan campuran terdiri dari Calcium Carbonate (98%) dengan Magnesium Carbonate (0,1%), Silica (1%), Alumina (0,4%) dan Iron Oxide (Nil). Gypsum atau Hydrated Calcium Sulphate yang biasanya adalah bahan campuran antara Calcium Oxide (32 ~ 60%), Sulphur Trioxide (46 ~ 50%) dan Air (20 ~ 90%). China Clay atau Kaolin kualitas baik adalah dalam bentuk Hydrated Silicate of Alumina (Al2O3.2SiO2.2H2O). Silica atau Kuarsa biasa terbentuk dari Silicon antara 46 ~ 47% dan Oxygen antara 53 ~ 33% (Remington & Francis, op. cit.: 63-71; Mayer, op. cit.: 142-144). Disini Barium terdeteksi 16% dan Belerang (S) terdeteksi 13%. Secara teori, komposisi Barium Sulfat adalah Barium Oxide (BaO) antara 65 sampai 70% dan Sulphur Trioxide (SO3) antara 34 sampai 30%. Barites kualitas baik hanya terdapat 99% Barium Sulphate dan sisanya campuran bahan seperti Silica, Iron Oxide dan Alumina (Remington & Francis, op. cit.: 58-62).

7

Penjelasan :

Page 38: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

[36]

War

isan

buda

ya t

erm

asuk

di d

alam

nya

bend

a se

ni d

an b

uday

a di

gal

eri a

tau

mus

eum

yan

g in

tegr

al d

enga

n su

mbe

r da

ya p

enge

lola

nya

mer

upak

an a

set

yang

pe

ntin

g. Ke

kaya

an te

rsebu

t tela

h men

jadi

sasa

ran p

okok

peng

elola

an (m

anaj

emen

) dan

ob

jek u

tam

a ya

ng m

elahi

rkan

keg

iata

n pe

ntin

g. K

egia

tan

pent

ing

itu a

dala

h pe

lesta

rian;

bai

k mela

lui p

enda

taan

(stu

di ko

leksi,

dll.)

yang

men

ghas

ilkan

arte

fakt

ual

doku

men

seb

agai

oby

ek p

eneli

tian

lanj

utan

, at

au k

onse

rvas

i �s

ik ak

tuil

yang

m

engu

paya

kan k

ondi

si �s

ik be

nda k

olek

si te

tap l

esta

ri.M

elalu

i “Bi

mbi

ngan

Tekn

is Ko

nser

vasi

Lukis

an” a

kan m

enjel

aska

n ten

tang

taha

pan

peng

enal

an lu

kisan

seb

agai

lang

kah

awal

unt

uk m

enin

gkat

kan

apre

siasi

terh

adap

ka

rya

seni

ata

u be

nda

buda

ya. T

ertib

kelo

la d

alam

pen

yimpa

nan

dan

pam

eran

lukis

an

juga

ditu

njuk

kan m

elalu

i ker

tas k

erja

yang

berk

aita

n den

gan p

enda

taan

bend

a (Le

mba

r In

vent

aris)

, su

rvai

kon

disi

bend

a (L

emba

r Ko

ndisi

Kol

eksi)

dan

sur

vai

klim

atol

ogi

(Lem

bar D

ata

Klim

atol

ogi).

Di s

ini a

kan

dipe

rken

alka

n pu

la d

atab

ase

kolek

si un

tuk

mem

perm

udah

pen

caria

n ko

leksi,

pem

utak

hira

n da

ta, s

erta

inte

gras

i sem

ua se

ksi a

tau

bida

ng te

rkai

t.

KONS

ERVA

SI LU

KISA

NMa

teri P

okok

- Bim

binga

n Tek

nis

Tipe :

Das

ar - L

anjut

5.00

0 μm

= 5

mm

= 0

,5 cm

1. K

anva

s asli

lu

kisa

n (k

iri)

Perb

. 30X

2. K

anva

s dob

elan

lu

kisa

n (k

anan

). Pe

rb. 3

0X

76

45

Gam

bar 5

ini m

enun

jukk

an c

lose

-up

pada

sem

ua si

si lu

kisa

n. B

agia

n in

i m

enun

jukk

an p

aku

berk

arat

dan

pe

rbed

aan

kanv

as a

sli d

an k

anva

s do

bela

n.

paku

ber

kara

t

DETA

IL

1.00

0 μm

12

Anal

isis K

erus

akan

& G

amba

ran

Kons

erva

si Lu

kisa

n

Pena

ngan

an k

onse

rvas

i dan

rest

oras

i se

tela

h pr

oses

pen

gam

atan

.Pe

ngam

atan

reta

kan

dan

kons

truk

si pe

ndob

elan

kan

vas d

enga

n pe

reka

t.

Varn

is la

ma

haru

s di

angk

at u

ntuk

m

enge

tahu

i war

na &

teks

tur c

at a

sli { K

anva

s 1

Prim

ing

{ Kan

vas

2pe

reka

t kan

vas

1 +

2

cat/

prim

ing

yang

tera

ngka

t ha

rus

dira

taka

npe

ndob

elan

kan

vas

seha

rusn

ya

dila

kuka

n se

tela

h m

enga

tasi

re

taka

n da

n pe

ngan

gkat

an c

at.

Cat

3Ga

mba

r 4 m

enun

jukk

an c

lose

-up,

yan

g m

ana

pada

sisi

baw

ah lu

kisa

n te

lah

term

akan

bub

uk.

Doku

men

tasi

Kole

ksi (

desk

ripsi

visu

alda

n fo

togr

a�)

Tota

l Wak

tu: 2

0 Ja

m

Surv

ei d

an K

ontro

l Klim

atol

ogi

Kont

rol K

erus

akan

Bio

tis

Paki

ng d

an Tr

ansp

orta

si

Tata

-Sim

pan

dan

Pam

er

Man

ajem

en K

olek

si (K

uras

i)

No.

Ma

teri

Hari

dan

Jam

Jeni

sDu

rasi

Hari

1

Hari

2

Hari

3

Hari

1

Hari

1

Hari

2

Hari

2

Hari

2

Hari

3Ha

ri 3

(09:

00 -

11:0

0)

(09:

00 -

12:0

0)

(14:

00 -

16:0

0)

(11:

00 -

12:0

0)

(13:

00 -

16:0

0)

(13:

00 -

14:0

0)

(14:

00 -

15:0

0)

(15:

00 -

16:0

0)

(11:

00 -

12:0

0)(0

9:00

- 11

:00)

Hari

3(1

3:00

- 14

:00)

01 02 03 04 05 06 07 08 09

Teor

i & Pr

aktik

(TP

)

Teor

i & Pr

aktik

Teor

i & Pr

aktik

Teor

i & Pr

aktik

Teor

i & Pr

aktik

Teor

i & Pr

aktik

Teor

i & Pr

aktik

Teor

i & Pr

aktik

Teor

i & Pr

aktik

Teor

i & Pr

aktik

(TP

)

2 Ja

m

1 Ja

m

1 Ja

m

8 Ja

m

1 Ja

m

1 Ja

m

2 Ja

m

2 Ja

m

2 Ja

m

Peng

enala

n lu

kisan

: je

nis-j

enis

lukis

an,

kons

truks

i dan

sifa

t-sifa

t bah

an.

Surv

ei

kond

isi

lukis

an

dan

peny

usun

an

usul

an ko

nser

vasi.

Kons

erva

si/ r

esto

rasi

lukis

an:

pem

bersi

han

(bru

shin

g, v

acuu

min

g, s

wab

bing

& s

olve

nt),

peng

uata

n (se

men

tara

, per

man

en, li

ning

, dll.)

, fra

min

g-re

fram

ing

(re/s

tretc

hing

, lin

ing,

dll.)

, pe

ngaw

etan

(fu

mig

asi,

dll.),

dan

res

tora

si (p

ende

mpu

lan, in

pain

ting,

dll.)

Page 39: Oleh: Puji Yosep Subagiyo - Paintings Conservation Service filePrimastoria Studio

Pem

egan

g Un

esco

Fel

low

ship

Aw

ard

dari

tahu

n 19

89 s

ampa

i 199

2 in

i men

dapa

tkan

pe

ndid

ikan

sain

s kon

serv

asi d

i Tok

yo N

atio

nal R

esea

rch

Inst

itute

for C

ultu

ral P

rope

rtie

s (T

NRI

CP),

Jepa

ng d

ari 1

989-

1990

; per

nah

men

giku

ti ku

rsus

“sp

ottin

g” d

i Int

erna

tiona

l Fa

bric

are

Inst

itute

(IFI

) di M

aryl

and

- Am

erik

a Se

rikat

; ser

ta m

engi

kuti

berb

agai

kur

sus

anal

isis k

onse

rvas

i di M

useu

m C

onse

rvat

ion

Inst

itute

(MCI

) of t

he S

mith

soni

an In

stitu

tion

di W

ashi

ngto

n D

.C., A

mer

ika

Serik

at (1

991-

1992

). Se

lam

a pe

riode

mag

ang

di S

mith

soni

an In

stitu

tion,

Sub

agiy

o te

lah

men

gada

kan

kunj

unga

n ob

serv

asi d

i lab

orat

oriu

m-la

bora

toriu

m m

useu

m d

an le

mba

ga p

enel

itian

di

kota

New

Yor

k, H

arris

burg

, da

n W

ashi

ngto

n D

.C.

Ia p

erna

h am

bil

bagi

an d

alam

pe

ngam

atan

ker

usak

an p

akai

an a

stro

nout

di N

atio

nal A

ir an

d Sp

ace

Mus

eum

(NAS

A) d

i Was

hing

ton

D.C

. dan

dem

o pe

ncel

upan

war

na

di C

arne

gie

Mel

lon

Colle

ge, M

aryl

and.

Pad

a ak

hir t

ahun

201

3,

Suba

giyo

m

elak

ukan

ku

njun

gan

obse

rvas

i di

M

useu

m

Nas

iona

l Tok

yo d

an M

useu

m J

oshi

bi U

nive

rsity

of A

rt a

nd

Des

ign,

Kan

agaw

a - J

epan

g.Pu

ji Yo

sep

Suba

giyo

lahi

r di P

urw

orej

o, Ja

wa

Teng

ah. I

a ad

alah

seor

ang

kons

erva

tor s

enio

r ber

sert

i�ka

si in

tern

asio

nal,

dan

seja

k 19

86 te

lah

beke

rja d

i Mus

eum

Nas

iona

l, Ke

men

teria

n Pe

ndid

ikan

dan

Keb

uday

aan.

Sub

agiy

o ya

ng t

elah

mem

iliki

pe

ndid

ikan

leb

ih d

ari

8.00

0 ja

m d

an 2

5 ta

hun

berp

enga

lam

an d

i bi

dang

kons

erva

si, b

anya

k mel

akuk

an p

enel

itian

ane

ka b

ahan

- te

knik

pem

buat

an te

kstil

tr

adisi

onal

dan

luki

san,

pen

ulisa

n, r

anca

ng-b

angu

n da

taba

se k

onse

rvas

i da

n ku

rasi,

m

engi

kuti

dan

pem

bica

ra

pada

be

rbag

ai

sem

inar

in

tern

asio

nal.

Di S

tudi

o Pr

imas

toria

, ia

juga

mel

ayan

i jas

a ko

nsul

tasi

dan

kons

erva

si te

kstil

, luk

isan,

loga

m, d

an a

neka

ben

da e

tnog

ra�.

Pro�

l dan

Riwa

yat In

struk

tur

Alam

at R

umah

dan

Stu

dio

:Ta

man

Ala

man

da Bl

ok BB

2 No.

55-5

9, Be

kasi

1751

0, In

done

siaW

eb: p

rimas

toria

.net

Emai

l: mas

yose

p66@

gmai

l.com

Phon

e : (0

21) 2

210

2913

M

obile

: 081

2 83

60 4

95

S TOR

iAPR

iMA

R

CD insid

e

Memb

angu

n Iko

n dan

Kuali

�kas

iPr

ofes

i Kon

serv

ator

di M

useu

mM

elal

ui B

imbi

ngan

Tekn

isKo

nser

vasi

Teks

til da

n Luk

isan

Spes

ialisa

si &

Kom

pete

nsi

Pres

tasi

dan P

engh

arga

an1.

Pem

egan

g U

nesc

o Fe

llow

ship

Aw

ard

dari

tahu

n 19

89 sa

mpa

i 199

2.2.

Pen

ulis

an a

rtik

el te

ntan

g te

kstil

, kon

serv

asi d

an m

anaj

emen

kol

eksi

mus

eum

(199

3 - 1

995,

M

ajal

ah M

useo

gra�

dan

Maj

alah

Keb

uday

aan,

Dep

dikb

ud -

Jaka

rta)

.3.

Seb

agai

Edi

tor

dan

Anot

ator

unt

uk t

erje

mah

an B

uku

Seni

Bat

ik d

ari B

ahas

a Be

land

a ke

Ba

hasa

Indo

nesi

a (1

994-

5, IS

I Yog

ya -

Yaya

san

Toyo

ta).

4. P

embi

cara

Sem

inar

Inte

rnas

iona

l ten

tang

Tek

stil

Trad

isio

nal

tahu

n 19

94 (J

akar

ta),

1996

(J

ambi

), 19

99 (D

enpa

sar)

dan

200

0 (T

okyo

Uni

vers

ity -

Toyo

ta F

ound

atio

n).

Cata

tan:

Mak

alah

ber

judu

l “T

he C

lass

i�ca

tion

of In

done

sian

Text

iles B

ased

on

Stru

ctur

al, M

ater

ial a

nd T

echn

ical

An

alys

es (

1994

)” m

enja

di r

ujuk

an P

rof.

Basa

vara

j S.

Ana

mi

dan

Prof

. Mah

ante

sh C

. Ele

mm

i da

lam

In

tern

atio

nal

Jour

nal

of S

igna

l Pr

oces

sing

, Im

age

Proc

essi

ng a

nd P

atte

rn R

ecog

nitio

n (Ju

dul

Tulis

an: “

A Ru

le B

ased

App

roac

h fo

r Cla

ssi�

catio

n of

Shad

es o

f Bas

ic C

olor

s of

Fabr

ic Im

ages

” ), V

ol. 8

, No.

2

(201

5), p

p. 3

89-4

00.

5. S

ebag

ai n

ara

sum

ber B

imte

k Pe

rmus

eum

an -

Kons

erva

si (1

996,

Din

as M

useu

m d

an S

ejar

ah

DKI

Ja

kart

a);

Bim

tek

Kons

erva

si

Teks

til

(200

0,

Mus

eum

Te

kstil

Ja

kart

a);

Bim

tek

Perm

useu

man

- K

onse

rvas

i (

2002

, As

dep

Kese

nian

- K

embu

dpar

); su

rvai

kon

disi

luk

isan

, ra

ncan

g-ba

ngun

dat

abas

e da

n pe

nyus

unan

renc

ana

indu

k pr

eser

vasi

(200

2 - 2

003,

Ista

na

Kepr

esid

enan

di J

akar

ta -

Bogo

r - C

ipan

as -

Yogy

a - B

ali).

6. P

embi

cara

Sem

inar

Nas

iona

l ten

tang

War

na A

lam

i (19

99, Y

ogya

kart

a) d

an K

onse

rvas

i Lu

kisa

n (2

002,

Jaka

rta)

.7.

Seb

agai

nar

a su

mbe

r kaj

ian

Batik

Pan

tai U

tara

Jaw

a da

n M

adur

a (1

994,

ISI Y

ogya

- U

niv.

To

kyo

- Yay

asan

Toy

ota)

dan

kaj

ian

kanv

as lu

kisa

n (2

006,

Pen

caria

n Pe

nyeb

ab K

erus

akan

da

n Id

entit

as L

ukis

an, B

alai

Kon

serv

asi -

Jaka

rta)

.8.

Ran

cang

-ban

gun

data

base

kol

eksi

mus

eum

(201

2, M

useu

m N

asio

nal -

Jaka

rta)

.9.

Men

yusu

n ko

mpi

lasi

nask

ah ya

ng b

erhu

bung

an d

enga

n te

kstil

, kon

serv

asi d

an

anal

isis b

ahan

(Prim

asto

ria S

tudi

o, 2

013)

.10

. M

enyu

sun

lapo

ran

hasi

l Obs

erva

si T

ekst

il di

Mus

eum

Nas

iona

l (P

rim

asto

ria

Stud

io, 2

014-

15).

11. S

ebag

ai N

aras

umbe

r Kon

serv

asi T

ekst

il pa

da W

orks

hop

Kons

erva

si di

Bo

robu

dur -

Mag

elan

g, B

ogor

- Ja

wa

Bara

t dan

TM

II Ja

kart

a (2

015)

.

1. P

eren

cana

an d

an p

elak

sana

an p

eker

jaan

kon

serv

asi t

ekst

il da

n lu

kisa

n :

* Su

rvai

kon

disi

(iden

ti�ka

si ba

han

dan

keru

saka

n, m

embu

at u

sula

n tin

daka

n ko

nser

vasi,

pem

buat

an d

okum

enta

si, k

alku

lasi

wak

tu d

an b

iaya

).* P

elak

sana

an p

eker

jaan

kon

serv

asi.

2. Pe

ngua

saan

sain

s kom

pute

r (ka

lkul

asi m

atem

atis,

pem

rogr

aman

data

base

, 3D

mod

ellin

g, ill

ustra

tion,

dsb

.) un

tuk

aplik

asi s

istem

per

enca

naan

dan

pen

gem

bang

an k

onse

rvas

i yan

g be

rbas

is sa

ins k

onse

rvas

i (p

ener

apan

sifa

t �sik

- ki

mia

wi b

ahan

, pen

garu

h ja

sad

hidu

p/ b

iotis

, fak

tor i

klim

, dan

inte

rpre

tasi

alat

uku

r dig

ital/

man

ual):

* Ra

ncan

g-ba

ngun

dat

abas

e un

tuk

surv

ai k

ondi

si ke

tera

wat

an d

an k

ondi

si kl

imat

olog

i unt

uk

eval

uasi

tekn

is ko

nser

vasi

dan

uji k

ompe

tens

i ten

aga

kons

erva

si.*

Ranc

ang-

bang

un s

istem

/ mod

el u

ntuk

sim

ulas

i tat

a le

tak

(map

ping

) ged

ung,

ruan

g, le

mar

i, ko

leks

i be

rikut

kal

kula

si uk

uran

dim

ensi

(obj

ek)

dan

kalk

ulas

i ke

butu

han

sert

a ef

ek a

lat

penu

njan

g di

spla

i-sto

rage

-kon

serv

asi

(kon

sum

si da

ya l

istrik

, ko

nver

si en

ergi

sem

ua j

enis

lam

pu, h

ubun

gan

�ukt

uasi

- tek

anan

bar

omet

rik, k

ebut

uhan

ala

t-ba

han-

biay

a, d

sb.).

* Pem

buat

an p

aket

pel

atih

an e

lekt

roni

s (e-

Lear

ning

Pac

k) u

ntuk

kon

serv

asi &

kur

asi.

3. P

engu

asaa

n sa

ins k

ompu

ter u

ntuk

mem

bant

u pe

renc

anaa

n da

n pe

ngem

bang

an d

okum

enta

si, k

uras

i da

n re

gist

rasi

:*

Ranc

ang-

bang

un d

atab

ase

kole

ksi m

useu

m d

an g

aler

i yan

g m

emili

ki �

tur

untu

k m

emud

ahka

n pe

ncar

ian,

val

idas

i tat

a-le

tak,

val

idas

i sya

rat m

inim

um e

ntri

data

, map

-tra

ckin

g as

al k

olek

si/

seni

man

, pen

angg

alan

rela

tif, c

odin

g tin

gkat

ker

usak

an -

jeni

s ba

han

(kon

vers

i dat

a te

ks k

e nu

mer

ik),

aplik

asi c

ompu

teriz

ed-o

ptic

al-m

icro

scop

e unt

uk m

engu

kur o

bjek

skal

a m

ikro

met

er,

dsb.

[1

mik

ro =

1 p

er se

juta

]4.

Kaj

ian

tekn

is da

n ba

han

kole

ksi u

ntuk

dok

umen

tasi,

kons

erva

si, ku

rasi,

regi

stra

si da

n ka

jian

tingk

at la

njut

.